31
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NAMA : SITI FATHIYA NIM : 100100077 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma pada bola mata terbagi atas trauma mekanik dan trauma non-mekanik. Trauma mekanik terbagi atas trauma tertutup dan terbuka. Trauma tembus pada bola mata adalah trauma terbuka yaitu trauma dengan luka yang menembus seluruh ketebalan sklera atau kornea maupun keduanya, yang terdiri atas ruptur bola mata, laserasi pada sklera maupun kornea yang berupa trauma penetrasi, perforasi dan benda asing intraokuli. 1,2,3 Prevalensi trauma bola mata di Amerika serikat sebesar 2,4 juta pertahun dan sedikitnya setengah juta diantaranya menyebabkan kebutaan. Di dunia, kira-kira terdapat 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3 juta mengalami penurunan fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami penurunan fungsi penglihatan unilateral akibat trauma bola mata. 4 Pada penelitian yang dilakukan Aldy di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, prevalensi kebutaan akibat trauma bola mata yaitu 0,003%. 5 Serupa dengan penelitian lain oleh Sari di Kabupaten Langkat, didapati angka prevalensi kebutaan akibat trauma bola mata sebesar 0,003%. 6 Berdasarkan jenis trauma bola mata, pada penelitian oleh Cao dkk. di Cina, didapati bahwa 51,1% 1

Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma pada bola mata terbagi atas trauma mekanik dan trauma non-

mekanik. Trauma mekanik terbagi atas trauma tertutup dan terbuka. Trauma

tembus pada bola mata adalah trauma terbuka yaitu trauma dengan luka yang

menembus seluruh ketebalan sklera atau kornea maupun keduanya, yang terdiri

atas ruptur bola mata, laserasi pada sklera maupun kornea yang berupa trauma

penetrasi, perforasi dan benda asing intraokuli.1,2,3

Prevalensi trauma bola mata di Amerika serikat sebesar 2,4 juta pertahun

dan sedikitnya setengah juta diantaranya menyebabkan kebutaan. Di dunia, kira-

kira terdapat 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3 juta mengalami

penurunan fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami penurunan fungsi

penglihatan unilateral akibat trauma bola mata.4 Pada penelitian yang dilakukan

Aldy di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, prevalensi kebutaan akibat

trauma bola mata yaitu 0,003%.5 Serupa dengan penelitian lain oleh Sari di

Kabupaten Langkat, didapati angka prevalensi kebutaan akibat trauma bola mata

sebesar 0,003%.6

Berdasarkan jenis trauma bola mata, pada penelitian oleh Cao dkk. di

Cina, didapati bahwa 51,1% merupakan trauma bola mata terbuka, 43,4% trauma

bola mata tertutup, 1,1% trauma kimia, 0,4% trauma termal.7

Oleh karena angka kejadian yang cukup tinggi, maka penulis tertarik

untuk membahas trauma tembus pada bola mata pada paper ini.

1

Page 2: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Bola Mata

Gambar 2.1. Anatomi bola mata

Anatomi bola mata antara lain:

1) Konjungtiva

Konjungtiva merupakan lapisan mukosa transparan tipis yang menutupi

permukaan posterior palpebra, disebut konjungtiva palpebra, dan

permukaan anterior sklera, disebut konjungtiva bulbar. Lapisan ini

terhubung dengan kulit pada batas kelopak mata dan epitel kornea pada

limbus.8

2) Sklera

2

Page 3: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

Lapisan jaringan ikat fibrosa yang membungkus luar bola mata yang

hampir seluruhnya terdiri dari kolagen. Sklera membentuk putih mata dan

tersambung pada bagian depan dengan kornea dan pada bagian belakang

dengan dura mater nervus optikus. Permukaan luar sklera dilapisi oleh

lapisan tipis jaringan elastik yaitu episklera, dan permukaan dalam sklera

dilapisi oleh lamina fusca yang terhubung dengan ruang suprakhoroidalis.

Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus serta membantu

mempertahankan bentuk bola mata.8

3) Khoroid

Merupakan lapisan diantara sklera dan retina yang berisi pembuluh darah.

Merupakan cabang-cabang arteria oftalmika, cabang dari arteria karotis

interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris yang berlubang ditengahnya,

yaitu pupil. Khoroid bersambung pada bagian depannya dengan iris, dan

tepat dibelakang iris, selaput ini menebal guna membentuk korpus siliaris

sehingga terletak antara khoroid dan iris. Korpus siliaris itu berisi serabut

otot sirkuler dan serabut-serabut radial. Semuanya ini bersama-sama

membentuk traktus uvea yang terdiri dari iris, korpus siliaris, dan khoroid.8

4) Retina

Retina merupakan jaringan saraf tipis, semitransparan dan berlapis-lapis

yang membentuk lapisan dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Lapisan

saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel

saraf batang dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina

yang merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf

dari luar menuju diskus optikus, yang merupakan titik dimana saraf optik

meninggalkan bola mata. Titik ini disebut titik buta, oleh karena tidak

mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada retina adalah makula,

yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optikus, persis berhadapan

dengan pusat pupil.8

5) Kornea

3

Page 4: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

Merupakan bagian depan bola mata yang transparan dan terhubung dengan

sklera pada limbus. Kornea terdiri atas beberapa lapisan yaitu lapisan

epitelium, lapisan Bowman, lapisan stroma, membran Descemet dan

endotelium.8

6) Bilik anterior (kamera okuli anterior)

Merupakan ruang yang terletak antara kornea dan iris yang berisi aqueous

humor.8

7) Iris

Iris merupakan perpanjangan anterior dari korpus siliaris. Iris merupakan

lapisan datar yang memiliki lubang ditengahnya yaitu pupil. Iris

membatasi bilik anterior dan posterior. Iris memiliki warna yang berasal

dari permukaan posteriornya yaitu lapisan berpigmen yang merupakan

perpanjangan neuroretina dan epitel pigmen retina. Di dalam lapisan

stroma iris terdapat otot sfingter dan dilator yang mengontrol jumlah

cahaya yang masuk yang diatur oleh sistem saraf otonom.8

8) Bilik posterior (kamera okuli posterior)

Merupakan ruang yang terletak diantara iris dan lensa yang diisi dengan

aqueous humor.8

9) Aqueous humor

Cairan ini berasal dari korpus siliaris. Cairan ini kemudian mengisi bilik

posterior, masuk ke bilik anterior melalui pupil, kemudian diserap kembali

ke dalam aliran darah pada sudut iris dan kornea melalui vena halus yang

dikenal sebagai kanal Schlemm.8

10) Lensa

Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan.

Tebalnya ± 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa digantung

oleh zonula (zonula zinni) yang menghubungkannya dengan korpus

siliaris. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor dan disebelah

posterior terdapat vitreus humor. Kapsul lensa adalah membran

semipermiabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan

terdapat selapis epitel subkapular. Nukleus lensa lebih keras daripada

4

Page 5: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

korteks lensa. Dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel

terus diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik.

Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang

biasa ada dalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di

lensa daripada di jaringan lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat

dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,

pembuluh darah, maupun saraf dalam lensa.8

11) Vitreus humor

Merupakan badan yang jernih, avaskuler, dan bersifat seperti gelatin yang

mengisi 2/3 volume dan berat bola mata. Permukaan luar vitreus adalah

membran hyaloid yang berbatasan dengan kapsul lensa posterior, zonula

zini, retina dan nervus optikus. Vitreus 99% terdiri dari air, 1% nya

merupakan kolagen dan asam hyaluronat.8

2.2. Trauma Tembus pada Bola Mata

2.2.1. Definisi dan Klasifikasi

Trauma pada bola mata terbagi atas trauma mekanik dan trauma non-

mekanik. Terminologi trauma mekanik pada bola mata telah diperbaharui oleh

American Ocular Trauma Society atau dikenal dengan Birmingham Eye Trauma

Terminology (BETT), yaitu sebagai berikut1,2,3:

1) Trauma bola mata tertutup, yaitu trauma dengan luka yang tidak

menembus seluruh ketebalan dinding bola mata (sklera dan kornea) namun

terdapat kerusakan intraokular. Terdiri dari:

a. Kontusio, yaitu trauma bola mata tertutup yang diakibatkan oleh

trauma tumpul. Kerusakan dapat dijumpai pada lokasi trauma maupun

tempat lain.

b. Laserasi lamelar, yaitu trauma bola mata tertutup yang

dikarakteristikkan dengan luka yang menembus sebagian ketebalan

dinding bola mata yang diakibatkan trauma oleh benda tajam maupun

tumpul.

5

Page 6: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

2) Trauma bola mata terbuka, yaitu trauma dengan luka yang menembus

seluruh ketebalan sklera atau kornea maupun keduanya. Terdiri dari:

a. Ruptur, yaitu luka yang menembus seluruh dinding bola mata yang

disebabkan oleh trauma tumpul, mekanisme ini berkaitan dengan

peningkatan tekanan intraokuli yang tiba-tiba.

b. Laserasi, yaitu luka yang menembus seluruh dinding bola mata yang

disebabkan oleh trauma oleh benda tajam. Keadaan ini menimbulkan

adanya trauma penetrasi atau perforasi.

Trauma penetrasi, yaitu laserasi yang hanya memiliki luka pada

jalan masuk benda tajam tersebut.

Trauma perforasi , yaitu laserasi yang memiliki jalan masuk dan

jalan keluar akibat sebuah benda tajam.

Benda asing intraokuli, yaitu adanya benda asing yang terdapat di

dalam bola mata, keadaan ini sangat berhubungan dengan trauma

penetrasi.

Gambar 2.2. Skema terminologi trauma bola mata oleh BETT

6

Page 7: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

Trauma tembus bola mata yang dimaksud pada paper ini adalah trauma

bola mata terbuka.

2.2.2. Epidemiologi

Prevalensi trauma bola mata di Amerika serikat sebesar 2,4 juta pertahun

dan sedikitnya setengah juta diantaranya menyebabkan kebutaan. Di dunia, kira-

kira terdapat 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3 juta mengalami

penurunan fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami penurunan fungsi

penglihatan unilateral akibat trauma bola mata4. Pada penelitian yang dilakukan

Aldy di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, prevalensi kebutaan akibat

trauma bola mata yaitu 0,003%.5 Serupa dengan penelitian lain oleh Sari di

Kabupaten Langkat, didapati angka prevalensi kebutaan akibat trauma bola mata

sebesar 0,003%.6

Berdasarkan jenis trauma bola mata, pada penelitian oleh Cao dkk. di

Cina, didapati bahwa 51,1% merupakan trauma bola mata terbuka, 43,4% trauma

bola mata tertutup, 1,1% trauma kimia, 0,4% trauma termal.7

Menurut jenis kelamin, pada penelitian yang dilakukan Djelantik dkk.

trauma bola mata lebih sering terjadi pada laki-laki (78,4%) dibandingkan dengan

perempuan (21,6%).4 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Aldy, trauma

bola mata lebih sering ditemukan pada perempuan (71,1%) dibandingkan dengan

laki-laki (28,9%).5

2.2.3. Etiologi

Berdasarkan mekanisme trauma, penyebab trauma tembus pada bola mata

dapat dibagi menjadi dua, yaitu:1,3

1. Trauma oleh benda tajam atau runcing seperti jarum, pisau, kuku, anak

panah, obeng, pena, pensil, pecahan kaca dan lain-lain.

2. Trauma oleh benda asing yang terlempar dengan kecepatan tinggi seperti

luka akibat peluru dan luka akibat biji besi pada pekerja bubut.

7

Page 8: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

2.2.4. Gejala Klinis

Tajam penglihatan akan menurun akibat terdapatnya kekeruhan media

penglihatan secara langsung atau tidak langsung akibat trauma tembus tersebut.

Namun cedera akibat partikel berukuran kecil berkecepatan tinggi yang dihasilkan

dari tindakan menggerinda dan memalu mungkin hanya menimbulkan nyeri

ringan dan kekaburan penglihatan.1,8

Bila terdapat perforasi kornea akan terlihat bilik mata yang dangkal.

Jaringan uvea akan menempel pada kornea atau malahan akan terlihat jaringan iris

yang prolaps keluar. Akibat perlengketan iris dengan pinggir luka kornea akan

terdapat bentuk pupil yang lonjong atau terjadinya perubahan bentuk pupil.

Kadang-kadang terdapat hifema, Hal ini menunjukkan terjadinya ruptur iris atau

badan siliar oleh trauma tembus tersebut. Tekanan bola mata akan rendah akibat

cairan mata keluar melalui luka tembus atau malahan badan kaca dapat keluar.9

Tanda-tanda lain adalah kemosis hemoragik, laserasi konjungtiva, atau kamera

anterior yang dangkal dengan atau tanpa dilatasi pupil yang eksentrik.1,8

Gambar 2.3. Laserasi kornea disertai Gambar 2.4. Hifema

prolaps iris

Selain ruptur dinding sklera, gaya kontusif pada bola mata dapat

menimbulkan gangguan motilitas, perdarahan subkonjungtiva, edema kornea,

iritis, hifema, glaukoma sudut sempit, midriasis traumatik, ruptur sfingter iris,

iridodialisis, paralisis akomodasi, dislokasi lensa dan katarak. Cedera yang

dialami struktur-struktur posterior adalah perdarahan korpus vitreus dan retina,

edema retina, lubang pada retina, avulsi dasar vitreosa, pelepasan retina, ruptur

8

Page 9: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

koroid atau avulsi saraf optik. Banyak cedera di atas tidak dapat dilihat melalui

pemeriksaan eksternal. Sebagian gejala misalnya katarak, mungkin belum

terbentuk sampai beberapa hari atau minggu setelah cedera.8,9

2.2.5. Diagnosis

a. Anamnesis9,10

Mekanisme trauma:

Tentukan jenis trauma : tumpul, penetrasi atau perforasi.

Benda penyebab : bentuk dan ukuran benda.

Kemungkinan adanya benda asing pada bola mata.

Apakah trauma disengaja atau tidak.

Keadaan saat terjadinya trauma:

Waktu dan lokasi terjadinya trauma.

Apa yang sedang pasien kerjakan saat terjadinya trauma

Penggunaan kacamata koreksi atau pelindung mata lainnya karena

benda-benda tersebut dapat melindungi atau malah berkontribusi pada

trauma akut.

Apakah pasien mempunyai miopia berat karena mata miopia lebih

rentan terhadap trauma kompresi anterior-posterior.

Riwayat medis:

Riwayat trauma mata atau operasi mata sebelumnya karena dapat

membuat jaringan lebih rentan ruptur.

Visus dan fungsi penglihatan sebelum trauma pada kedua mata.

Penyakit mata yang ada pada pasien saat ini.

Penggunaan obat saat ini termasuk obat tetes mata dan alergi obat.

Waktu terakhir kali pasien makan/minum.

Gejala:

Nyeri : dapat tersamar oleh trauma lain dan dapat tidak berat pada

awalnya pada trauma tajam, baik dengan atau tanpa benda asing.

Tajam penglihatan biasanya berkurang jauh

9

Page 10: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

Diplopia : akibat terjepitnya otot ekstraokular, akibat trauma saraf

kranial, monokular diplopia akibat dari dislokasi atau subluksasi lensa.

b. Pemeriksaan Fisik9

Pemeriksaan fisik harus memperhatikan prinsip-prinsip dibawah ini:

1. Trauma tembus mungkin dapat tampak dengan mudah atau tertutupi

oleh luka yang lebih superfisial sehingga sebaiknya dicari dengan

teliti.

2. Hindari memberikan tekanan pada bola mata yang mengalami trauma

tembus untuk mencegah prolaps jaringan bola mata.

3. Pemeriksaan segmen posterior mungkin sulit dilakukan karena trauma

yang terjadi dapat menghalangi pemeriksaan segmen posterior.

4. Pemeriksaan harus dilakukan dengan sistematis dengan tujuan

mengidentifikasi dan melindungi mata.

5. Hindari manipulasi mata yang berlebihan saat pemeriksaan untuk

menghindari kerusakan lebih lanjut dan minimalisasi kemungkinan

ekstrusi intraokular.

Tajam penglihatan dan gerak bola mata:

Periksa tajam penglihatan kedua mata.

Periksa gerak bola mata kedua mata, jika terganggu harus dievaluasi

kemungkinan adanya fraktur orbita.

Orbita:

Harus dievaluasi apakah ada deformitas tulang, benda asing dan

gangguan kedudukan bola mata.

Benda asing yang menembus bola mata harus dibiarkan sampai

tindakan bedah.

Apabila terdapat trauma tembus bola mata dapat timbul enoftalmus.

Kelopak mata:

10

Page 11: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

Trauma kecil pada kelopak mata tidak menyingkirkan kemungkinan

adanya trauma tembus bola mata.

Perbaikan kelopak harus ditunda sampai kemungkinan adanya trauma

tembus bola mata dapat disingkirkan.

Konjungtiva:

Perdarahan konjungtiva yang berat dapat mengindikasikan adanya

ruptur bola mata.

Laserasi konjungtiva bisa terjadi bersamaan dengan trauma sklera

yang serius.

Kornea dan sklera:

Laserasi pada kornea dan sklera bisa menunjukkan adanya perforasi

bola mata dan harus dipersiapkan untuk ditatalaksana di ruang operasi.

Pada luka tembus kornea dapat terjadi prolaps iris yang ditandai

dengan adanya benda berwarna gelap keluar dari luka.

Adanya sklera yang menonjol dapat menandakan adanya ruptur bola

mata disertai ekstrusi isi bola mata.

Tekanan intraokuli biasanya rendah, namun pengukuran tekanan

intraokuli dikontraindikasikan untuk menghindari penekanan pada

bola mata.

Luka tembus kornea yang tersamar dapat diperiksa dengan tes Seidel,

yaitu dengan menggunakan pewarnaan flouresens dan lampu Wood

dilihat warna kuning pada pewarnaan flouresens yang menandakan

adanya aqueous humor yang merembes dari luka tersebut.

11

Page 12: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

Gambar 2.5. Tes Seidel

Pupil:

Periksa bentuk, ukuran, refleks cahaya, dan defek pupil aferen.

Bentuk pupil yang meruncing, teardrop-shaped dan lain-lain dapat

menjadi tanda adanya trauma tembus bola mata.

Lensa:

Dapat timbul dislokasi lensa.

Bilik Mata Depan:

Pemeriksaan slit lamp pada pasien yang kooperatif bisa menunjukkan

kelainan yang berhubungan dengan seperti defek transiluminasi iris

(red reflex gelap karena perdarahan vitreous), laserasi kornea, prolaps

iris, hifema dari disrupsi korpus siliar dan kerusakan lensa termasuk

dislokasi atau subluksasio.

Bilik mata yang dangkal bisa jadi merupakan satu-satunya tanda

adanya ruptur bola mata tersamar dan merupakan petanda prognosis

buruk. Ruptur posterior bisa terjadi dan ditunjukkan dengan bilik mata

depan yang dalam karena adanya ekstrusi vitreous ke segmen

posterior.

12

Page 13: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

Temuan lain:

Perdarahan vitreous setelah trauma menunjukkan adanya robekan

retina atau khoroid avulsi nervus optikus atau benda asing.

Robekan retina, edema, ablasio retina dan perdarahan bisa mengikuti

ruptur bola mata.

c. Pemeriksaan Penunjang9,10

Pemeriksaan Laboratorium:

Pemeriksaan koagulasi dan darah lengkap dilakukan pada pasien yang

memiliki kelainan darah.

Pemeriksaan laboratorium diindikasikan untuk kasus dengan trauma

yang disertai dengan gangguan medis lain.

CT-Scan:

CT-Scan adalah pemeriksaan penunjang yang paling sensitif untuk

mendeteksi ruptur bola mata, kerusakan saraf optic, mendeteksi benda

asing dan memberi gambaran bola mata dan orbita. Namun kurang

dapat mendeteksi adanya benda asing non-logam.

Foto Rontgen:

Foto polos tiga posisi Waters, Caldwell dan lateral lebih bermanfaat

untuk mengetahui kondisi tulang orbita dan sinus daripada keadaan

bola mata.

MRI:

MRI berguna untuk mendeteksi kerusakan jaringan lunak dan untuk

mendeteksi benda asing non-logam.

MRI dikontraindikasikan bagi kecurigaan benda asing logam.

Ultrasonografi:

Ultrasonografi memiliki resiko untuk memberikan tekanan pada bola

mata apabila terjadi trauma tembus.

Dapat berguna untuk menentukan lokasi ruptur, ablasio retina,

perdarahan retrobulbar dan untuk menyingkirkan kemungkinan

adanya benda asing.

13

Page 14: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

2.2.6. Penatalaksanaan

Laserasi konjungtiva

Dalam manajemen laserasi konjungtiva, harus diperhatikan ada tidaknya

kerusakan organ bola mata yang lebih dalam lagi dan ada tidaknya benda asing.

Pemeriksaan dapat menggunakan forsep steril atau aplikator dengan kapas

diujungnya. Selain itu dapat digunakan slit lamp. Untuk menyingkirkan apakah

ada atau tidak luka tembus bola mata, maka dapat dilakukan peritomi di ruang

operasi. Pada umumnya, laserasi konjungtiva tidak memerlukan penjahitan.11

Abrasi kornea

Abrasi kornea ditandai dengan nyeri yang tiba-tiba, sensasi benda asing,

robekan, dan rasa tidak nyaman saat berkedip. Pemeriksaan slit lamp dapat

digunakan untuk menilai adanya abrasi, serta luas dan kedalaman defek kornea.

Tatalaksana abrasi kornea berupa pemberian salep antibiotik dikombinasikan

dengan sikloplegik topikal. Selain itu, antiinflamasi nonsteroid topikal maupun

oral dapat diberikan pada 24-48 jam pertama untuk meredakan nyeri. 11

Trauma penetrasi dan perforasi pada bola mata

Manajemen preoperatif

Beberapa hal yang dapat dilakukan sementara pada periode preoperatif: 8,11

Jangan melakukan manipulasi apapun sampai dilakukannya operasi di

ruang operasi yang steril.

Gunakan pelindung mata, dapat digunakan pelindung Fox (atau 1/3

bawah gelas kertas) pada mata yang terkena trauma.

Hindari penggunaan obat topikal sebelum dilakukan operasi karena

berpotensi toksik bagi jaringan intraokuler yang terpapar.

Hindari intervensi yang membutuhkan pembukaan kelopak mata

secara pasif.

Pastikan pasien tidak makan dan minum per oral lagi.

Berikan obat sedasi dan antinyeri, serta antiemetik.

Mulai pemberian antibiotik intravena.

14

Page 15: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

Berikan profilaksis tetanus.

Konsultasi pada anestesi.

Manajemen non operatif

Beberapa trauma penetrasi adalah luka minimal dan dapat tertutup spontan

pada pemerikaan oftalmikus, tanpa adanya kerusakan, prolaps, atau

perlengketan intraokuler. Pada kasus ini hanya dibutuhkan antibiotik

sistemik dan/atau topikal dan observasi. Jika luka pada kornea tersebut

terbuka kembali namun kmera okuli anterior masih terbentuk, maka dapat

diberikan obat berikut secara kombinasi maupun tidak, yaitu: obat penekan

produksi aqueous humor topikal maupun sistemik (misalnya beta-bloker),

patching, lensa kontak terapetik, atau adhesiva jaringan. Namun jika cara

ini tidak menutup luka dalam 2 hari, sebaiknya penutupan secara operatif

dengan penjahitan dilakukan. 11

Manajemen operatif

Tujuan utama dilakukan manajemen operatif adalah untuk

mempertahankan integritas bola mata. Tujuan kedua ialah untuk

mengembalikan fungsi penglihatan melalui perbaikan kerusakan luar dan

dalam bola mata.11

Jika prognosis fungsi penglihatan pada mata yang terkena trauma buruk

dan pasien berisiko terkena oftalmia simpatetik, enukleasi harus

dipertimbangkan. Enukleasi primer harus dilakukan pada trauma berat

yang tidak mungkin terjadi pemulihan anatomi. Pada beberapa kasus,

penundaan enukleasi yang tidak lebih dari 12-14 hari memiliki

keuntungan, dimana dokter dapat menilai fungsi visual pascaoperatif,

konsultasi bedah mata rekonstruksi, dan stabilisasi keadaan medis pasien.

Selain itu, penundaan enukleasi pascaoperatif yang gagal memperbaiki

fungsi penglihatan membuat pasien mempertimbangkan dan menerima

enukleasi pada keadaan nonemergensi.8,11

Vitrektomi dapat dilakukan untuk pembentukan kembali kamera okuli

anterior dan mencegah komplikasi trauma penetrasi yaitu ablasio retina,

pembentukan membran siklitik, dan phthisis bulbi, yang berasal dari

15

Page 16: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

proliferasi selular intraokuler dan pembentukan membran. Vitrektomi

dapat dilakukan primer maupun ditunda.12

Pemilihan anestesi sebaiknya anestesi umum, karena anestesi retrobulbar

atau peribulbar dapat meningkatkan tekanan orbital yang memicu atau

memperparah ekstrusi isi intraokuler. 11

Manajemen pascaoperatif

Setelah tindakan operatif, terapi ditujukan untuk mencegah infeksi,

menekan inflamasi, mengontrol tekanan intraokuler, dan mengatasi nyeri.

Antibiotik intravena diberikan pada 48 jam pertama, dan diteruskan

dengan antibiotik oral selama 3-5 hari. Antibiotik topikal diberikan 4 kali

sehari selama 7 hari atau sampai penutupan permukaan epitel terjadi.

Kortikosteroid topikal dan sikloplegik topikal juga diberikan dan

dihentikan perlahan sesuai dengan derajat inflamasi. 11

Jahitan pada kornea dibiarkan paling tidak sampai 3 bulan. Penanda

jahitan dapat dilepas adalah adanya fibrosis dan vaskularisasi pada daerah

luka. Pastikan pula tidak terjadi erosi epitel akibat jahitan yang dapat

menyebabkan infeksi. 11

Pada setiap kunjungan pascaoperatif, perlu dilakukan pemeriksaan retina

dan fundus karena pada mata yang terkena trauma penetrasi risiko ablasio

retina meningkat. Lakukan pula koreksi visus jika sudah terjadi

penyembuhan permukaan dan media refraksi pada bola mata untuk

menghindari ambliopia serta kebutaan.11

2.2.6. Komplikasi

Endoftalmitis pascatrauma dapat terjadi baik eksogen maupun pasca

operasi. Endoftalmitis yang terjadi dapat diakibatkan oleh bakteri

(terbanyak oleh Bacillus cereus) atau jamur. Tanda klinis endoftalmitis

pascatrauma adalah tanda-tanda inflamasi, berupa adanya fibrin, hipopion,

infiltrat vitreus dan opasifikasi kornea. Hal ini dapat dicegah melalui

pemberian antibiotik yang sensitif pada bakteri penyebab endoftalmitis,

misalnya B cereus sensitif terhadap vancomycin atau clindamycin.

16

Page 17: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

Oftalmia simpatetik, adalah peradangan pada mata yang tidak mengalami

luka beberapa minggu atau bulan setelah cedera. Diperkirakan suatu

proses autoimun pada jaringan uvea. Gejalanya adalah nyeri, penurunan

tajam penglihatan dan fotofobia. Hal ini dapat dicegah dengan

dilakukannya enukleasi pada bola mata yang terkena trauma.12

2.2.7. Prognosis

Prognosis trauma pada bola mata dinilai dengan menggunakan skoring,

yaitu Ocular Trauma Scoring (OTS). Skoring ini bergantung pada 6 variabel,

yaitu ketajaman penglihatan awal, ada tidaknya ruptur bola mata, endoftalmitis,

trauma perforasi, ablasio retina, dan defek pupil aferen. Kemudian poin variabel

yang ditemukan dijumlahkan, dikonversikan ke OTS, dan dapat diketahui

likelihood ratio penglihatan akhir pasien saat sembuh. Makin tinggi OTS maka

makin baik pula prognosis pasien tersebut.13,14

Tabel 2.1. Ocular Trauma Scoring (OTS)12

17

Page 18: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

BAB 3

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Trauma tembus pada bola mata adalah trauma bola mata terbuka, yaitu

trauma dengan luka yang menembus seluruh ketebalan dinding sklera atau kornea

maupun keduanya. Terdiri dari ruptur dan laserasi. Laserasi menimbulkan adanya

trauma penetrasi atau perforasi.

Prevalensi trauma bola mata di Amerika serikat sebesar 2,4 juta pertahun

dan sedikitnya setengah juta diantaranya menyebabkan kebutaan. Berdasarkan

jenis trauma bola mata, didapati bahwa 51,1% merupakan trauma bola mata

terbuka, 43,4% trauma bola mata tertutup, 1,1% trauma kimia, 0,4% trauma

termal. Menurut jenis kelamin, trauma bola mata lebih sering terjadi pada laki-laki

dibandingkan dengan perempuan. Penyebab trauma tembus pada bola mata dapat

dibagi menjadi dua, yaitu trauma oleh benda tajam atau runcing dan trauma oleh

benda asing yang terlempar dengan kecepatan tinggi.

Diagnosis trauma tembus bola mata ditegakkan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu dengan adanya riwayat

trauma, tajam penglihatan menurun, adanya nyeri, terlihat kamera okuli anterior

yang dangkal pada perforasi kornea, jaringan uvea dapat menempel pada kornea

atau jaringan iris yang prolaps, hifema, tekanan bola mata akan rendah, kemosis

hemoragik, laserasi konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva, dan lain-lain.

Beberapa penanganan yang dapat dilakukan sementara pada periode

preoperatif yaitu tidak melakukan manipulasi apapun sampai dilakukannya

operasi di ruang operasi yang steril, gunakan pelindung mata, tidak memberikan

obat topikal apapun, memastikan pasien tidak makan dan minum per oral, mulai

pemberian antibiotik intravena, berikan obat antinyeri serta antiemetik, dan

memberikan antitetanus. Setelah itu pasien dapat dirujuk untuk mendapatkan

penanganan lebih lanjut.

Prognosis trauma tembus pada bola mata dapat dinilai dengan

menggunakan Ocular Trauma Scoring (OTS).

18

Page 19: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

DAFTAR PUSTAKA

1. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology a Systematic Approach. 6th ed.

Philadelphia: Elsevier; 2007.

2. Kuhn F, Morris R, Mester V, Whiterspoon CD.Terminology of Mechanical

Injuries: the Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT). In: Kuhn F.

Ocular Traumatology. New York: Springer; 2008. p.6-8.

3. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age

International Publisher; 2007.

4. Djelantik AAAS, Andayani A, Widiana IGR. The Relation of Onset of

Trauma and Visual Acuity on Traumatic Patient. Jurnal Oftalmologi

Indonesia[internet]. 2010 Jun [cited 2015 May 10]. Available from:

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/abstrak_545133_tpjua.pdf

5. Aldy F. Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata di Kabupaten Tapanuli

Selatan. Repository USU [internet]. 2009 Dec [cited 2015 May 10]. Available

from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6381/1/10E00180.pdf

6. Sari K. Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata di Kabupaten Langkat.

Repository USU [internet]. 2009 Dec [cited 2015 May 10]. Available from:

http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/6388

7. Cao H, Li L, Zhang M. Epidemiology of Patients Hospitalized for Ocular

Trauma in the Chaoshan Region of China, 2001-2010. PloS ONE [internet].

2012 Oct [cited 2015 May 10]. Available from:

http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0048377

8. Eva PR, Whitcher JP, editors. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.

Jakarta: ECG; 2007.

9. Acerra JR. Globe Rupture. Medscape [internet]. 2014 Mar [cited 2015 May

10]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/798223

10. Kuhn F. Open Globe Injury: a Brief Overview. In: Kuhn F. Ocular

Traumatology. New York: Springer; 2008. p.347-357.

19

Page 20: Paper Trauma Tembus pada Bola Mata isi.docx

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : SITI FATHIYANIM : 100100077

11. American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea:

Clinical Aspects of Toxic and Traumatic Injuries of the Anterior Segment.

Italy: American Academy of Ophthalmology; 2014.

12. American Academy of Ophthalmology. Retina and Vitreous: Posterior

Segment Manifestations of Trauma. Italy: American Academy of

Ophthalmology; 2014.

13. Turgut B, Kobat SG, Tanyildizi R. The Usage of Ocular Trauma Scoring in

the Visual Prognostic Evaluation of Traumatic Eye Injury. Medicine Science

[internet]. 2014 Mar [cited 2015 May 10]. Available from:

http://www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=48038

14. Kuhn F, Morris R, Mester V, Whiterspoon CD, Mann L. Predicting the

Severity of an Eye Injury: the Ocular Trauma Score (OTS). In: Kuhn F.

Ocular Traumatology. New York: Springer; 2008. p.19-21.

20