Upload
muhammad-diah-se-mba
View
152
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
AbstrakPenelitian ini dilatar-belakangi oleh keindahan Sumber Daya Alam di Aceh berupa pantai. Aceh terkenal dengan keindahan alam dengan garis pantai terpanjang di Indonesia. Namun kekayaan dan keindahan ini tidak sebanding dengan perhatian pemerintah dan partisipasi masyarakat. Rendahnya partisipasi pemerintah dalam mengelola kekayaan panorama alam zona pantai Aceh berdampak pada kurangnya kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara. Padahal jika zona pantai Aceh ini dikelola dengan baik, maka akan sangat membantu mendongkrak perekonomian masyarakat khususnya bagi mereka yang berdomisili di daerah pantai, mengingat keindahan panorama pantai alam Aceh tidak kalah dengan pantai-pantai yang ada di negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Secara umum dapat dikatakan bahwa panorama alam pesisir Aceh sudah dapat dikategorikan sebagai pantai yang berskala internasional. Kendala lain yang menyebabkan lambatnya perkembangan industri pariwisata juga dapat disebabkan oleh benturan adat dan budaya, aturan pemerintah daerah (yang dikenal dengan qanun), serta rendahnya pemahaman masyarakat tentang betapa pentingnya industri pariwisata sebagai sumber daya ekonomi bagi mata pencaharian masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan library research sebagai penunjang penelitian di lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan perhatian dari pemerintah dan masyarakat dalam pemanfaatan indahnya panorama pantai Aceh. Perhatian ini akan berdampak pada peningkatan industri pariwisata sehingga dapat menjadikannya sebagai sumber peningkatan perekonomian baru bagi masyarakat Aceh. Dari hasil penelitian ini diharapkan agar pemerintah dapat mengoptimalkan pengelolaan potensi panorama alam pantai pesisir Aceh untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat di samping untuk mendongkrak penerimaan visa negara. Kata kunci: Perekonomian, Pariwisata, Pesisir, Aceh, dan Pantai
Citation preview
UPAYA PENGEMBANGAN PENGELOLAAN PESISIR PANTAI ACEH UNTUK MENGGAIRAHKAN PEREKONOMIAN DI SEKTOR PARIWISATA
Muhammad Diah
Universitas Almuslim BireuenJln. Almuslim no.1 Matangglumpangdua, Bireuen-Aceh
Telp. (0644) 442166, Website: http://www.umuslim.ac.id/
Abstrak
Penelitian ini dilatar-belakangi oleh keindahan Sumber Daya Alam di Aceh berupa pantai. Aceh terkenal dengan keindahan alam dengan garis pantai terpanjang di Indonesia. Namun kekayaan dan keindahan ini tidak sebanding dengan perhatian pemerintah dan partisipasi masyarakat. Rendahnya partisipasi pemerintah dalam mengelola kekayaan panorama alam zona pantai Aceh berdampak pada kurangnya kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara. Padahal jika zona pantai Aceh ini dikelola dengan baik, maka akan sangat membantu mendongkrak perekonomian masyarakat khususnya bagi mereka yang berdomisili di daerah pantai, mengingat keindahan panorama pantai alam Aceh tidak kalah dengan pantai-pantai yang ada di negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Secara umum dapat dikatakan bahwa panorama alam pesisir Aceh sudah dapat dikategorikan sebagai pantai yang berskala internasional. Kendala lain yang menyebabkan lambatnya perkembangan industri pariwisata juga dapat disebabkan oleh benturan adat dan budaya, aturan pemerintah daerah (yang dikenal dengan qanun), serta rendahnya pemahaman masyarakat tentang betapa pentingnya industri pariwisata sebagai sumber daya ekonomi bagi mata pencaharian masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan library research sebagai penunjang penelitian di lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan perhatian dari pemerintah dan masyarakat dalam pemanfaatan indahnya panorama pantai Aceh. Perhatian ini akan berdampak pada peningkatan industri pariwisata sehingga dapat menjadikannya sebagai sumber peningkatan perekonomian baru bagi masyarakat Aceh. Dari hasil penelitian ini diharapkan agar pemerintah dapat mengoptimalkan pengelolaan potensi panorama alam pantai pesisir Aceh untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat di samping untuk mendongkrak penerimaan visa negara.
Kata kunci: Perekonomian, Pariwisata, Pesisir, Aceh, dan Pantai
I. Pendahuluan
Provinsi Aceh yang merupakan provinsi yang terletak di ujang barat pulau sumatera di kenal juga dengan subutan provinsi seramoe Mekkah. Oleh karena letaknya di ujung pulau tentunya provinsi ini umumnya berbatasan langsung dengan lautan. Sumber daya alam yang terdapat di Aceh sangat beragam dan melimpah. Jika dilihat dari mata pencaharian masyarakatnya, secara umum dapat dikatakan bahwa kehidupan masyarakat Aceh tidak dapat dipisahkan dari laut. Sejak zaman peradaban Aceh mulai dikenal, diketahui hampir sekitar 50% masyarakat Aceh hidup dan berdomisili di daerah pesisir pantai. Kenyataan inilah yang menjadikan kehidupan masyarakat memiliki interaksi yang sangat erat dengan ekosistem pesisir
1
pantai dan lautnya. Interaksi yang terjadi sejak turun temurun telah mempengaruhi perkembangan budaya dan struktur peradaban masyarakat pesisir. Hampir seluruh aktivitas yang terjadi tidak terlepas dari budaya pesisirnya.
Di provinsi Aceh terdapat beraneka ragam kekayaan alam yang jumlah melimpah. Keanekaragaman sumber daya alam itu tidak hanya terdapat di perut bumi dan hutannya melaikan juga terdapat pada ekosistem di pesisir dan lautannya. Sayangnya potensi kekayaan alam yang sangat tinggi dan melimpah ini belum digali dan dioptimalkan pemanfaatannya. Padahal jika potensi kekayaan pesisir dan laut Aceh ini dikelola dengan baik maka bukan tidak mungkin pesisir pantai Aceh akan menjelma sebagai sebuah sumber kebangkitan perekonomian yang sangat potesial bagi masyarakat..
II. Bahan dan MetodeII.1 Bahan
II.1.1 Demografi masyarakat pesisir Aceh
Provinsi yang terletak di wilayah paling ujung pulau ini berada pada posisi antara 20 - 60 lintang utara dan 950 - 980 bujut timur dengan ketinggian rata-rata 125 m di atar permukaan laut. Provinsi Aceh terdiri dari 23 kabupaten/ kota yang mana 18 diantaranya berada di daerah pesisir. Beberapa diantara kabupaten/ kota berbatasan dengan provinsi Sumatera Utara sedangkan yang lainnya berbatasan langsung dengan 2 (dua) perairan yakni perairan selat malaka di sebelah timur laut dan Samudra Hindia di sebelah barat. Secara geografis dapat dilihat bahwa Aceh memiliki garis pantai terpanjang di antara provinsi-provinsi lain di Sumatera yaitu panjang 2.666, 27 km. panjang ini terdiri dari garis pantai di pulau utama (mainland) Sumatera dengan panjang 1.253.58 km, dan sisanya sepanjang 1.412,69 km merupakan panjang garis pantai dari pulau-pulau besar maupun kecil lainnya yang mengitari pulau utama dilepas pantai Aceh. Pengelolaan wilayah laut yang menjadi kewenangan provinsi Aceh adalah sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pantai pulau-pulau yang berada dalam wilayah administrasi Aceh. Sedangkan sepertiga dari itu menjadi wilayah kewengan pengelolaan pemerintah kabupaten/ kota.
Dari fakta bahwa Aceh memiliki 18 kabupaten/ kota yang berada di daeara pesisir pantai, maka tidak heran jika sebagian besar masyarakat Aceh bermukin di kawasan pesisir. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh badan pusat statistik pada tahun 2005 tercatat bahwa jumlah penduduk yang tinggal di wilayah pesisir mencapai angka 50% yang tersebar di 115 kecamatan yang berbatasan langsung dengan pantai. Masyarakat Aceh terdiri dari beberapa etnik asli yakni Aceh, Alas, Aneuk Jamee, Gayo, Kluet, Simeulu, Singkil dan Tamiang. Jumlah ini didominasi oleh penduduk dengan usia produktif yaitu usia antara 15 sampai dengan 64 tahun baik dari pendatang maupun penduduk asli dengan latar belakang sejarah, budaya dan bahasa yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
2.1.2 Kekayaan Alam Pesisir Pantai Aceh
Provinsi Aceh memiliki kekayaan alam yang sangat bervariasi pada ekosistem pesisir dan laut. Kekayaaan sumber daya alam yang membentang di sepanjang pesisir dan laut tersebut antara lain adalah panorama alam, keanekaragaman ekosistem terumbu karang,
2
hamparan padang lamun, keanekaragaman ikan hias dan bentangan hutan mangrove. Tidak dapat dipungkiri bahwa terjangan tsunami yang memporak porandaka Aceh pada tahun 2004 telah membawa perubahan yang signifikan terhadap ekosistem yang ada di pesisir dan laut Aceh, seperti terjadinya abrasi dibeberapa pantai. Kenyataan ini bukan berarti keaneka ragaman hayati dan keindahan panorama aceh telah lenyap, namun hingga kini hamparan panorama alam nan indah memposona tersebut masih dapat disaksikan di beberapa lokasi yang selamat dari musibah maha dahsyat tersebut. Bahkan di beberapa lokasi bekas hantaman tsunami pun keindahan alam pesisir pantainya masih dapat menghipnotis setiap mata yang memandangnya.
Keanekaragaman hayati yang terdapat di beberapa lokasi pantai seperti di seputaran pulau sabang, pulau rondo, dan pulau rubiah dapat menjadi bukti betapa indahnya pesona pesisir pantai yang dimiliki oleh provinsi Aceh. Potensi yang sangat besar ini bila mampu dikembangkan dan dikelola dengan baik maka akan membantu pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata yang pada akhirnya dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat yang berdomisili di seputaran wilayah pantai tersebut.
II.2 Metode Penelitian2.2.1 Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu menggambar keadaan alam yang sesungguhnya dengan mengambil obyek penelitian pada beberapa literatur perpustakaan. Disamping itu, penelitian ini juga dilakukan dengan mengamati beberapa objek wisata pantai seperti objek wisata pantai Lampuuk dan pantai Sabang.2.2.2 Teknik pengumpulan data
a. ObservasiYaitu pengumpulan dengan cara mendatangi objek penelitian dan kemudian melakukan pengamatan langsung terhadap objek tersebut
b. Riset kepustakaanYaitu dengan mengumpulkan data-data dari beberapa literatur yang identik dengan kondisi objek yang sedang diteliti.
2.2.3 Teknik Analisis DataData dianalisis berdasarkan hasil perbandingan antara kajian-kajian yang dilakukan oleh para ahli dengan kenyataan yang dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah yang kemudian diuraikan secara detil tentang kaidah-kaidah yang berkaitan dengan kepariwisataan seperti jenis-jenis pariwisata, tipologi pariwisata, dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan industri pariwisata khususnya pariwisata alam pesisir pantai.
III. Pembahasan
3.1. Pariwisata3
Pariwisata atu industri pariwisata seringkali artikan sebagai suatu kegiatan perjalanan
atau kunjuangan kesuatu daerah oleh seseorang atau sekelompok orang sehingga dengan
aktivitas itu berdampak positif terhadap pergerakkan roda perekonomian masyarakat,
meningkatkan pendapatan perkapita penduduk hingga dianggap mampu menghasilkan
tambahan devisa suatu negara dalam jumlah yang sangat besar. Bagi wisatawan, mereka
cenderung akan mengunjungi objek-objek wisata yang memiliki daya tarik yang unik sehingga
dapat memberikan hiburan dan kepuasan batin bagi mereka. Salah satu objek wisata yang
sangat diminati oleh wisatawan adalah objek wisata alam termasuk pantai (pesisir pantai).
Objek wisata alam merupakan potensi keindahan alam yang memiliki daya tarik bagi
pengunjung baik dalam keadaan natural maupun setelah adanya berbagai upaya penataan oleh
manusia yang dapat memberikan daya pikat bagi pengunjung/ wisatawan. Khusus untuk wisata
alam pesisir pantai, keunikan dan kekhasan ekosistem suatu pantai akan menjadi alasan bagi
calon pengunjung untuk melakukan kunjungan wisata. Agar objek wisata menarik untuk
dikunjungi maka harus dapat memenuhi beberapa kriteria antara lain adalah: adanya keunikan
budaya suatu daerah yang dapat menghibur pengunjung, harus ada fasilitas pendukung seperti
tempat-tempat perbelanjaan terutama tempat penjualan souvenir khas daerah tersebut yang
dapat memberi kesan unik sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang oleh pengunjung, adanya alat
transportasi yang memadai yang dapat diakses oleh setiap pengunjung serta terdapat tempat-
tempat penginapan jika pengunjung ingin menikmati panorama alam sekitar lebih dari satu hari.
Untuk alasan ini maka pengembangan pengelolaan suatu kawasan wisata akan sangat
tergantung kepada peranan pihak-pihak terkait (termasuk, pemerintah melalui dinas terkait dan
masyarakat selaku penduduk dikawasan wisata). Keseriusan pemerintah dalam upaya
mengembangkan dan mengelola objek wisata sangat dituntut untuk menggenjot industri
pariwisata agar mampu mendongkrak perekonomian secara umum.
Berkembangnya industri pariwisata akan memicu akselerasi pertumbuhan ekonomi.
Kegiatan pariwisata dengan sendirinya akan berpengaruh kepada tingkat permintaan terhadap
sejumlah barang dan jasa sehingga pada akhrinya akan memicu meningkatkan aktivitas
perindustrian baik dalam skala kecil maupun besar untuk memproduksi barang dan jasa guna
memenuhi permintaan khsusunya yang datang dari kalangan wisatawan. Aktivitas ini
disebabkan oleh kebiasaan wisatawan yang cendrung ingin membeli/ mengkonsumsi barang dan
jasa pada setiap destinasi yang mereka kunjungi. Meningkatnya permintaan terhadap sejumlah
barang dan jasa secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap permintaan akan berbagai
bahan penjunjang produksi lainnya seperti permintaan terhadap bahan baku dan barang modal
guna memperlancar aktivitas produksi guna memenuhi permintaan dari wisatawan tersebut.
Dalam upaya memenuhi berbagai permintaan barang dan jasa maka dengan sendirinya akan
membutuhkan investasi keberbagai sektor lain seperti transportasi, komunikasi,, industri
kerajinan tangan, rumah maka, restoran, perhotelan/ penginapan dan berbagai sektor lainnya
(Spillane, 1994)
4
3.2 Jenis-jenis pariwisata
Menutut pendid (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk
mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis tersebut adalah:
a. wisata budaya
b. wisata maritim atau bahari
c. wisata cagar alam (taman konservasi)
d. wisata konvensi
e. wisata pertanian (agrowisata)
f. wisata Buru
g. wisata ziarah
Sebenarnya masih banyak terdapat berbagai jenis wisata lain yang memungkinkan muncul
sesuai dengan situasi dan kondisi perkembangan dunia kepariwisataan disuatu daerah/ negara
serta dipengaruhi oleh campur tangan para profesional dalam mengembangkan industri
pariwisata. Semakin kreatif dan inovative para profesional tersebut dalam mengembangkan ide-
ide wisata, maka akan semakin banyak jenis wisata yang dapat dikembangkan.
3.3 Tipologi wisatawan
Menurut Pendid (1994:39) pariwisata dikategorikan sebagai berikut: (1) periwisata
menurut asal wisatawan yakni wisatawan domestik (berasal dari dalam negeri) dan wisatawan
manca negara (wisatawan luar negeri) (2). Menurut akibat terhadap yang ditimbulkan pada
neraca pembayaran yakni kedatang wisatawan asing yang memberikan pengaruh terhadap
neraca pembayaran karena jaka wisatawan asing datang maka dia akan membawa valuta asing
(3) menurut jangka waktu yang diperhitungkan berdaarkan lamanya ia tinggal. Lain hal nya
menurut Plog (1972) dan pitana (2005), tipologi wisatawan dapat dikelompokkan dalam 3
kelompok, yaitu:
a. Allocentris, yaitu wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum
diketahui, bersifat petualangan, dan mau memangaatkan fasilitas yang disediakan oleh
masyarakat lokal.
b. Psycocentris, yaitu wisatawan yang hanya ingin mengunjungi derah tujuan wisata yang
sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya.
c. Mid-Centris, yaitu teletak diantara tipologi Allocentris dan Psyaconcentris.
Tipologi wisatawan ini perlu untuk diketahui oleh pemerintah melalui departamen dan
dinas terkait serta stakeholder lainnya untuk kepentingan perencanaan berbagai kepentingan
dalam pengembangan industri pariwisata. Dengan adanya pengetahuan tentang tipologi
wisatawan maka akan lebih mudah dalam menentukan pengembangan objek-objek wisata yang
sesuai dengan kebutuhan riil dari wisatawan.
5
3.4 Pesona keindahan alam pesisir pantai Aceh
Pesona alam pantai di sepanjang pesisir pantai Aceh tidak bisa dipandang sebelah mata.
Keindahannya mampu memanjakan setiap mata yang pernah menyaksikan langsung pesonanya.
Perpaduan antara pasir pantai yang dibasahi oleh jernihnya air dengan pulau-pulau besar
maupun kecil yang dapat membuat terpana setiap mata yang memandangnya. Keindahan
alamiah pesisir pantai yang terbentang di kedua sisi ujung barat pulau Sumatera tidak kalah
menariknya dengan pantai-pantai yang sudah sangat terkenal dan ramai dikunjungi oleh
wisatawan dunia saat ini seperti pantai Kute Bali. Bahkan keindahannya bisa menyamai
beberapa lokasi wisata pantai terkenal lainnya di Asia tenggara seperti Malaysia, Thailand, dan
Vietnam. Untuk tingkat internasional, keindahan pesisir pantai Aceh juga tidak kalah dibandang
dengan pantai-pantai di daratan Amirika, Australia maupun Eropa. Tidak hanya pantai yang
mengitari pulau-pulau utaman (mainland), namun juga terdapat banyak pesona alam pesisir
pantai lainnya di pulau-pulau kecil yang berada di daerah administrasi pemerintahan Aceh
seperti di Simeulu, Pulau Aceh, dan Pulau Weh atau yang terkenal dengan pulau Sabang.
Indahnya wisata alam bawah laut dengan terumbu karang yang sangat menawan serta terdapat
berbagai spesies ikan hias dan ikan karanag yang beraneka warna dapat dilihat oleh mereka
yang berkunjung di beberapa tempat wisata pantai.
Kekayaan alam hayati yang hidup di pesisir pantai Aceh, terutama yang hidup di dekat
pulau-pulau kecil seperti Pulau Weh, pulau Simeulu, Pulau Aceh, dll sangat indah dan menawan.
Berbagai jenis terumbu karang, ikan-ikan hias yang beraneka ragam menghiasi aqarium alam
aceh yang begitu luas dan mempesona. Perpaduan antara jernihnya air laut dan keindahan alam
bawah laut disertai dengan beragam jenis bunga karang moluska, arthropoda, ikan kcil dan
biota laut lainya yang sangat beragam dan beraneka warna. Disamping banyak hewan laut kecil
dan menawan ini, di pulau-pulau kecil ini juga menjadi surga bagi hewan laut besar lainnya
seperti penyu, lumba-lumba, hiu, hingga Paus.
Segala keindahan ini hingga saat ini tidak diiringi oleh upaya pengelolaan yang maksimal.
Keadaan ini sangat disayangkan mengingat potensi keindahan panorama alam ini sebenarnya
dapat mendatangkan keuntungan yang sangat besar bagi pertumbuhan perekonomian
penduduk khususnya bagi mereka yang bermukim di pesisir pantai. Sebenarnya pemerintah
Aceh telah berupaya merubah beberapa tempat yang dianggap potensial untuk mendapat
kunjungan dari wisatawan lokal maupun manca negara, namun itu belum memadai mengingat
masih sangat banyak tempat-tempat yang masih layak untuk diberikan perhatian khusus untuk
dibangun sebagai objek wisata yang mempesona.
3.5 Benturan Adat dan Budaya
Dalam upaya mengembangkan pengelolaan pesisir pantai Aceh untuk menjadikannya
sebagai penggerak perekonomian baru bagi masyarakat pesisir Aceh juga dihadapkan oleh
6
berbagai kendala lain. Diantara kendala yang ada adalah adanya benturan budaya dan adat
masyarakat Aceh yang islami. Syari’at islam yang sedang digalakkan oleh pemerintah dan
masyarakat aceh tentunya agak bertolak belakang dengan budaya wisatawan khususnya
wisatawan asing dari manca negara yang eksotis dan cenderung menganut kebebasan
berekspresi. Hampir disemua objek wisata yang dipadati oleh wisataman manca negara telihat
jelas akan cara mereka mengekspresikan kebebasan yaitu dengan cara berbusana bikini nan
eksotis. Budaya ini sangat bertentangan dengan ajaran agama islam yang menjadi pegangan
masyarakat Aceh. Dalam ajaran islam diwajibkan bagi semua pemeluk agamanya menggunakan
pakaian yang dapat menutupi aurat; yaitu bagi laki-laki sebatas pusat sampai bawah lutu, dan
bagi wanita dengan menutup seluruh bagian tubuhnya keculai bagian muka dan telapak tangan.
Meskipun kewajiban itu berlaku hanya untuk masyarakat yang beragama islam, namun bukan
berarti bahwa bagi mereka yang tidak beragama islam boleh memamerkan bentuk tubuhnya di
depan umum. Jika mereka yang bukan beragama islam dibiarkan melakukan “kebebasan”
berbusana, dikhawatirkan akan merusak moral anak-anak Aceh. Bagi anak-anak, apa yang
dilihat cenderung dipraktekkan mengingat mereka masih dalam masa belajar dengan rasa ingin
tahu yang sangat tinggi. Untuk alasan ini, maka pemerintah dan ulama berupaya untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan pendangkalan akidah dan perusakan adat dan budaya
termasuk dengan membatasi masuknya berbagai budaya asing yang dapat mempangaruhi dan
merusak moral anak dimasa yang akan datang. Upaya ini berdampak pada sektor pariwisata
dimana pemerintah sangat selektif dalam mengeluarkan surat izin untuk membuka objek wisata
baru maupun objek wisata lama yang dianggap dapat berpotensi masuknya budaya asing yang
menyesatkan.
3.6 Kurangnya partisipasi dan pemahaman masyarakat
Kendala lain dari kurang optimalnya pengembangan sektor pariwisata pantai pesisir
adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang pariwisata. Nuansa premanisme masih
terlihat dipraktekkan oleh pemuda dan masyarakat di lokasi wisata. Hal ini terlihat dari adanya
pungutan liar yang sangat meresahkan. Bagi wisatawan lokal, pungutan ini menjadi kendala
disebabkan jumlahnya yang lumayan besar. Seharusnya uang yang dipungut itu dapat
digunakan untuk kepentingan belanja berbagai souvenir khas daerah dimana lokasi wisata itu
berada. Sedangkan bagi wisatawan manca negara, ini merupakan bentuk pemerasan yang
berdampak pada engganya mereka berkunjung ke lokasi tersebut. Mereka menganggap bahwa
daerah tersebut merupakan daerah yang tidak aman untuk dikunjungi. Disamping itu, adanya
pengutipan parkir dengan tarif yang “gila” juga akan berdampak pada kurangnya minat dari
pengunjung/ wisatawan untuk mengunjungi objek wisata tertentu.
IV Kesimpulan dan Saran
7
4.1 Kesimpulan
Provinsi Aceh yang terletak di daerah paling ujung pulau Sumater mempunyai garis pantai yang sangat panjang. Hampir sepertiga dari total penduduknya berdomisili di daerah pesisir pantai dengan mata pencaharian mereka yang tidak terlepas dari nuansa kelauan. Hal ini dikarenakan sebagian besar kabupaten yang ada di provinsi Aceh memiliki pantai.
Aceh memiliki keindahan alam disekitar pesisir pantai yang sangat indah dan mempesona. Keindahan alamnya mampu menyamai keindahan alam dibeberapa pantai terkemuka yang sudah sangat dikenal oleh wisatawan manca negara seperti Pantai Kute di Bali. Dibeberap lokasi keindahan alam peisisir Aceh malah dapat menyamai pantai-pantai yang ada dibeberapa pantai di negara-negara Asia tenggara seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Semua potensi keindahan alam ini bila dikelola dengan baik maka akan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat yang berdomisili didekat pantai. Namun hingga kini, potensi ini belum dikelola secara baik. Fakta ini tidak terlepas dari beberapa faktor seperti kurang seriusnya pemerintah daerah maupun pusat dalam mengembangkan potensi ini secara efektif, kurangnya pemahaman masyarakat akan betapa pentingnya pengelolaan dan pengembangan sektor pariwisata terutama wisata pantai yang memang memiliki panorama yang sangat indah dan mempu memanjakan mata setiap wisatawan yang berkunjung karena potensi alam pesisir pantai ini bila dikelola dengan baik akan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat sekitarnya, serta adanya beberapa benturan adat dan budaya serta agama sehingga potensi ini dapat berseberangan dengan anjuran dan kaidah-kaidah norma adat, budaya dan agama yang ada di Provinsi Aceh.
4.2 Saran
Diharapakan kepada pemerintah khususnya pemerintah daerah Aceh baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten untuk dapat mengembakan dan mengelola potensi pantainya dengan baik karena akan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat.
Disamping itu perlu adanya sosialisai kepada masyarakat akan betapa pentingnya penginkatan pengelolaan sektor pariwisata alam terutama wisata pesisir pantai Acej yang memang sangat indah agar masyarakat terutama pemudah setempat (PS) untuk tidak melakukan aksi-aksi premanisme seperti adanya pengutipan liar yang akan memperburuk citra daerah itu dimata wisatawan sehingga akan berdampak pada kurangnya minat wisatawan untuk berkunjung ke lokasi wisata tersebut. Bila keadaan ini tetap berlangsung maka akan menghambat berkembangnya lokasi wisata disuatu daerah tertentu.
Hal-hal lain yang perlu dilakukan adalah melakukan promosi yang gencar melalui berbagai media agar calon wisatawan baik lokal maupun manca negara tahu keberadaan pantai Aceh yang begitu mempesona sehingga mereka cendrung mempertimbangkan untuk berkungjung ke Aceh.
Daftar Pustaka
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. 2011. Aceh dalam Angka.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 2012. Aceh dalam Angka.
8
Chia-Lin Chang, Thanchanok Khamkaew, dan Michael McAleer. 2010 “Instrument od a Panel Threshold Model of Tourism pecilization and Economic Development” Department of Economics and Finance, University of Canterbury.
Ditjen Pariwisata Direktorat Jenderal Pariwisata. 1998. Pedoman Pengembangan Ekowisata. Ditjen Pariwisata. Jakarta.
DKP Aceh 2011. Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh. Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh. Banda Aceh
DKP Aceh 2010, Informasi Data Spasial Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Aceh 2010. Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh. Banda Aceh
Dritsakis, Nikolaos, 2008. Tourism Development and Economic Growth in Seven Meditteranean Countries: A Panel Data Approach, Department of Applied Informatics, University of Maccedonia
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: UI Press.
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. PT. Grasindo. Jakarta.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2009. Undangundang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta.
Murhpy, P. E, 1985. Tourism: A community Approach.
Pendit, S Nyoman. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuang Pengantar Perdana. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Smith Stephen L.J (1989). “Tourism Anallysis”, John willey and Sons, New York.
Spillane, 1987. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta
Yoeti, Oka A. 1996. Pemasaran Wisata. Cetakan Revisi. Bandung: angkasa.
9