14
1 PANKREATITIS A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Pankreatitis adalah suatu reaksi peradangan pada pankreas atau kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas diaktifkan secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas 2. Etiologi Penyakit Billiaris : batu empedu, obstruksi, duktus empedu komunis, endapan biliaris. Obat-obatan : diuretik tiazid, furosemid, prokainamid, tetrasiklin, sulfonamid. Hipertrigliseridemia Hiperkalsemia Idiopatik : postoperasi, kehamilan, ektopik, kista ovarian, nutrisi. Trauma Abdomen Proses proses infeksi 3. Klasifikasi a. Pancreatitis akut Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. (Brunner & Suddart, 2001:1339) b. Pancreatitis kronik Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas. (Brunner & Suddart, 2001:1348) 4. Patofisiologi Mekanisme yang pasti tentang bagaimana enzim-enzim yang dibuat oleh pankreas menjadi teraktifasi untuk melakukan otodigesti. Beberapa teori mengatakan bahwa agen toksik, seperti alkohol atau obat-obat dapat mengubah mekanisme pankreas dalam mensekresi enzim, sehingga menyebabkan aktivasi premature Teori lain mengatakan bahwa refluks isi abdomen yang mengandung enzim teraktivasi memasuki duktus pankreas dan menyebabkan peradangan. Obstruksi pada

Pankreatitis AKPER PEMKAB MUNA

Embed Size (px)

Citation preview

1

PANKREATITIS

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Pankreatitis adalah suatu reaksi peradangan pada pankreas atau kondisi inflamasi

yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas diaktifkan secara prematur

mengakibatkan autodigestif dari pankreas

2. Etiologi

Penyakit Billiaris : batu empedu, obstruksi, duktus empedu komunis, endapan

biliaris.

Obat-obatan : diuretik tiazid, furosemid, prokainamid, tetrasiklin, sulfonamid.

Hipertrigliseridemia

Hiperkalsemia

Idiopatik : postoperasi, kehamilan, ektopik, kista ovarian, nutrisi.

Trauma Abdomen

Proses – proses infeksi

3. Klasifikasi

a. Pancreatitis akut

Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya organ ini

oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. (Brunner & Suddart,

2001:1339)

b. Pancreatitis kronik

Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh kehancuran

anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas. (Brunner & Suddart,

2001:1348)

4. Patofisiologi

Mekanisme yang pasti tentang bagaimana enzim-enzim yang dibuat oleh

pankreas menjadi teraktifasi untuk melakukan otodigesti. Beberapa teori mengatakan

bahwa agen toksik, seperti alkohol atau obat-obat dapat mengubah mekanisme

pankreas dalam mensekresi enzim, sehingga menyebabkan aktivasi premature

Teori lain mengatakan bahwa refluks isi abdomen yang mengandung enzim

teraktivasi memasuki duktus pankreas dan menyebabkan peradangan. Obstruksi pada

2

duktus biliaris dapat menyebabkan peningkatan tekanan dan pecahnya duktus

pankretik, aktivasi enzim-enzim eksokrin pankreas atau refluks empedu dan getah

duodenum ke dalam pankreas

Makin banyak sel pankreatik yang rusak, makin banyak enzim pencernaan yang

dilepaskan menyebabkan siklus berulang terhadap kerusakan pankreas. Enzim-enzim

utama yang telah ditemukan untuk bertanggung jawab dalam proses otodigestif adalah

tripsinogen, fosfolipase A, dan elastase

Penyimpangan KDM pancreatitis

5. Tanda dan gejala

Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang

menyebabkan pasien datang ke rumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan abdomen yang

disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas yang

mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf.

Peningkatan tekanan pada kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga

turut menimbulkan rasa sakit.

3

Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati (midepigastrium).

Awitannya sering bersifat akut dan terjdi 24-48 jam setelah makan atau setelah

mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan sulit

ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit menjadi semakin parah setelah makan dan

tidak dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa sakit ini dapat disertai dengan

distensi abdomen, adanya massa pada abdomen yang dapat diraba tetapi batasnya

tidak jelas dan dengan penurunan peristatis. Rasa sakit yang disebabkan oleh

pankreatitis sering disertai dengn muntah.

Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada

abdomen. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang

fatal. Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis.

Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan disekitar umbilikus merupakan tanda yang

menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat.

Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya

berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu. Gejala panas,

ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi.

Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta

syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein,

karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga peritoneum. Pasien dapat

mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta basah disamping gejala

hipotensi. Gagal ginjal akut sering dijumpai pada keadaan ini.

Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat

memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil

pemeriksaan gas darah abnormal. Depresi miokard, hipokalsemia, hiperglikemia dan

koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula terjadi pada pankreatitis akut

(Brunner & Suddart, 2001:1339)

6. Manajemen medik

Tujuan pengobatan pada pankreatitis adalah menghentikan proses peradangan dan

autodigesti/menstabilkan sedikitnya keadaan klinis sehingga memberi kesempatan

resolusi penyakit. Pada pankreatitis hemoragi yang berat dengan nekrosis sub

total/total diperlukan tindakan bedah. Pada pankreatitis bilier secepatnya harus

dilakukan kolangiografi retrograd secara endoskopi dan papilaktomi endoskopik untuk

mengeluarkan batu saluran empedu

4

Pemberian analgesik yang kuat seperti petidin beberapa kali sehari morfin tidak

dianjurkan karena menimbulkan spasme sfingter addi. Selain petidin dapat juga

diberikan pentazokin.

Prankreas diistirahatkan dengan cara pasien dipuasakan.

Berikan nutrisi parenteral total berupa cairan elektrolit, nutrisi cairan protein

plasma.

Terapi medis pada pankreatitis yang berat :

Pindahkan ke ICU

Resusitasi cairan

Perawatan pernapasan

Pipa nasogastrik

Terapi infeksi

Pembuangan enzim pankreas yang aktif

Anti nyeri

7. Komplikasi

a. Pulmonari

Atelektasis

Sindrom Gagal Pernapasan Akut

b. Kardiovaskular

Syok hipotensif

Depresi miokardial (MDK)

c. Ginjal

Gagal Ginjal Akut

d. Hematologi

Koagulasi intrafaskular diseminata

e. Metabolik

Hipokalsemia

Metabolik asidosis

f. Gastrointestinal

Pseudokis pankreatik

Abses pankreas

Perdarahan gastrointestinal

5

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Kaji adanya peningkatan temperatur, takikardi, dan penurunan tekanan darah

(Donna D, 1995). Demam merupakan gejala yang umum biasanya (dari 39°

C). demam berkepanjangan dapat menandakan adanya komplikasi

gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis, kolesistitis atau absese intra

abdomen (Huddak & Gallo, 1996).

2) Pemeriksaan persistem

Sistem gastrointestinal

Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri abdomen. Juga terdapat distensi

abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani. Bising usus menurun

atau hilang karena efek proses peradangan dan aktivitas enzim pada

motilitas usus. Hal ini memperberat ketidakseimbangan cairan pada

penyakit ini. Pasien dengan penyakit pankreatitis yang parah dapat

mengalami asites, ikterik dan teraba massa abdomen (Huddak & Gallo,

1996).

Sistem cardiovascular

Efek sistemik lainnya dari pelepasan kedalam sirkulasi adalah vasodilatasi

perifer yang pada gilirannya dapat menyebabkan hipotensi dan syok.

Penurunan perfusi pankreas dapat menyebabkan penurunan faktor depresan

miokardial (MDF). Faktor depresan miokardial diketahui dapat

menurunkan kontraktilitas jantung. Seluruh organ tubuh kemudian

terganggu (huddak & Gallo, 1996)

Sistem sirkulasi

Resusitasi cairan dini dan agresif diduga dapat mencegah pelepasan MDF.

Aktivasi tripsin diketahui dapat mengakibatkan abnormalitas dalam

koagulitas darah dan lisis bekuan. Koagulasi intravaskular diseminata

dengan keterkaitan dengan gangguan perdarahan selanjutnya dapat

mempengaruhi keseimbangan cairan (Sabiston, 1994).

Sistem respirasi

Pelepasan enzim-enzim lain (contoh fosfolipase) diduga banyak

menyebabkan komplikasi pulmonal yang berhubungan dengan pankretitis

akut. Ini termasuk hipoksemia arterial, atelektasis, efusi pleural,

6

pneumonia, gagal nafas akut dan sindroma distress pernafasan akut

(Huddak & gallo, 1996).

Sistem metablisme

Komplikasi metabolik dari pankreatitis akut termasuk hipokalsemia dan

hiperlipidemia yang diduga berhubungan dengan daerah nekrosis lemak

disekitar daerah pankreas yang meradang. Hiperglikemia dapat timbul dan

disebabkan oleh respon terhadap stress. Kerusakan sel-sel inset langerhans

menyebabkan hiperglikemia refraktori. Asidosis metabolik dapat

diakibatkan oleh hipoperfusi dan aktivasi hipermetabolik anaerob (Huddak

& Gallo,1996).

Sistem urinary

Oliguria, azotemia atau trombosis vena renalis bisa menyebabkan gagal

ginjal (Sabiston, 1994).

Sistem neurologi

Kaji perubahan tingkah laku dan sensori yang dapat berhubungan dengan

penggunaan alkohol atau indikasi hipoksia yang disertai syok (Donna D,

1995)

Sistem integument

Membran mukosa kering, kulit dingin dan lembab, sianosis yang dapat

mencerminkan dehidrasi ringan sampai sedang akibat muntah atau sindrom

kebocoran kapiler. Perubahan warna keunguan pada panggul (tanda turney

grey) atau pada area periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada nekrosis

hemoragik yang luas (Sandra M, 2001).

Pengkajian psikososial

Penggunaan alkohol secara berlebihan adalah hal yang paling sering

menyebabkan pankreatitis akut. Perlu dikaji riwayat penggunaan alkohol

pada klien, kapan paling sering klien mengkonsumsi alkohol. Kaji apakah

klien pernah mengalami trauma seperti kemtian anggota keluarga,

kehilangan pekerjaan yang berkontribusi terhadap peningkatan penggunaan

alkohol. (Donna D, 1995)

Pola aktivitas

Klien dapat melaporkan adanya steatorea (feses berlemak), juga penurunan

berat badan, mual, muntah. Pastikan karakteristik dan frekuensi buang air

besar (Huddak & Gallo, 1996).

7

Perlu mengkaji status nutrisi klien dan cacat faktor yang dapat menurunkan

kebutuhan nutrisi (Suzanna Smletzer, 1999).

b. Pengelompokan data

Data subyektif

- Klien mengeluh nyeri pada abdomen

- Klien mengeluh muntah dan mual

- Klien mengatakan nafsu makan kurang

- Klien mengatakan fasesnya berlemak

- Klien mengatakan kesulitan bernapas (sesak napas)

Data obyektif

- Distensi abdomen bagian atas

- Frekuensi napas cepat

- Nampak menggunakan otot pernapasan

- Terdengar bunyi timpani

- Bising usus menurun / hilang

- Mengalami asites, ikterik

- Teraba massa abdomen

- Syok

- Oliguria

- Membrane mukosa kering

- Sianosis

- Perubahan warna keunguan pada panggu (tanda turney grey) dan periumbilikus

(tanda Cullen)

- Tampak mual

- Ekspresi wajah meringis

- Berat badan menurun

8

c. Analisa data

Data Penyebab Masalah

Ds :

- Klien mengeluh nyeri pada

abdomen

Do :

- Distensi abdomen bagian

atas

- Teraba massa abdomen

- Mengalami asites, ikterik

- Ekspresi wajah meringis

Factor penyebab

Aktivasi enzim secara premature

Autodigesti kelenjar

Peningkatan produksi enzim proteolitik

Gangguan absorpsi protein

Penurunan protein plasma

Penurunan albumin serum

Penurunan tekanan onkotik

Edema

Perangsangan nosiseptor

Nyeri

Nyeri

Ds :

- Klien mengatakan nafsu

makan kurang

Do :

- Bising usus menurun /

hilang

- Teraba massa abdomen

- Membrane mukosa kering

- Tampak mual

- Berat badan menurun

Factor penyebab

Aktivasi enzim secara premature

Autodigesti kelenjar

Penurunan produksi enzim lipase

Gangguan absorpsi lemak

Peningkatan lemak pada lumen usus

Mual dan muntah

Intake nutrisi tidak adekuat

Nutrisi kurang dari keb. tubuh

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

Ds :

- Klien mengeluh muntah

dan mual

Do :

- Membrane mukosa kering

- Tampak mual

Factor penyebab

Aktivasi enzim secara premature

Autodigesti kelenjar

Penurunan produksi enzim lipase

Gangguan absorpsi lemak

Deficit volume

cairan

9

Peningkatan lemak pada lumen usus

Diare

Kekurangan volume cairan

Ds :

- Klien mengatakan kesulitan

bernapas (sesak napas)

Do :

- Frekuensi napas cepat

- Nampak menggunakan otot

pernapasan

- Sianosis

Factor penyebab

Aktivasi enzim secara premature

Autodigesti kelenjar

Peningkatan produksi enzim proteolitik

Gangguan absorpsi protein

Penurunan protein plasma

Penurunan albumin serum

Penurunan tekanan onkotik

Akumulasi cairan di rongga peritoneal

Peningkatan tekanan diafragma

Penurunan ekspansi paru

Penurunan komplians paru

Pola napas tidak efektif

Pola napas tak

efektif

d. Prioritas masalah

1) Pola pernafasan yang tidak efektif

2) Nyeri

3) Defisit volume cairan

4) Nutrisi kurang dari kebutuhan

10

2. Diagnosa keperawatan

a. Pola pernafasan yang tidak efektif berhubungan peningkatan tekanan diafragma

akibat cairan diperitoneal

Ds : Klien mengatakan kesulitan bernapas (sesak napas)

Do :

- Frekuensi napas cepat

- Nampak menggunakan otot pernapasan dan sianosis

b. Nyeri berhubungan dengan proses edema

Ds : Klien mengeluh nyeri pada abdomen

Do :

- Distensi abdomen bagian atas

- Teraba massa abdomen

- Mengalami asites, ikterik

- Ekspresi wajah meringis

c. Defisit volume cairan berhubungan dengan diaphoresis, mual, muntah

Ds : Klien mengeluh muntah dan mual

Do :

- Membrane mukosa kering

- Tampak mual

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan mual muntah

Ds : Klien mengatakan nafsu makan kurang

Do :

- Bising usus menurun / hilang

- Teraba massa abdomen

- Membrane mukosa kering

- Tampak mual

- Berat badan menurun

11

3. Perencanaan

Dx Tujuan Rencana tindakan

Implementasi Intervensi Rasional

1 Tupan :

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

gangguan pola napas

teratasi

Tupen :

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama beberapa hari

pola napas beransur-

ansur hilang dengan

criteria :

- Frekuensi napas

normal

- Tidak mengeluh

sesak

1. Observasi dispnea, takipnea,

penurunan bunyi napas,

peningkatan upaya

pernapasan, terbatasnya

ekspansi dinding dada dan

kelemahan.

2. Evaluasi perubahan tingkat

kesadaran, catat sianosis atau

perubahan pada warna kulit

termasuk membran mukosa

dan kuku.

3. Berikan pasien posisi yang

nyaman

4. Ajarkan klien untuk bernapas

dengan tehnik napas dalam

5. Tingkatkan tirah baring/batasi

aktifitas dan bantu aktifitas

perawatan diri sesuai

keperluan.

1. Tuberculosis Paru

menyebabkan efek luas

pada Paru dan bagian kecil

bronkopneumonia sampai

inflamasi difus luas, efek

pernapasan dapat sampai

dispnea berat sampai

distres pernapasan.

2. Akumulasi sekret dapat

menggangu jalan

oksigenasi organ vital dan

jaringan.

3. Posisi yang nyaman

membantu klien untuk

dapat bernapas dengan

legah

4. Tehnik napas dalam

membantu klien untuk

dapat meringankan

pernapas

5. Menurunkan konsumsi

oksigen / kebutuhan selama

periode penurunan

pernapasan dapat

1. Mengobservasi dispnea,

takipnea, penurunan bunyi

napas, peningkatan upaya

pernapasan, terbatasnya

ekspansi dinding dada dan

kelemahan.

2. Mengevaluasi perubahan

tingkat kesadaran, catat

sianosis atau perubahan

pada warna kulit termasuk

membran mukosa dan kuku.

3. Memberikan pasien posisi

yang nyaman

4. Mnegajarkan klien untuk

bernapas dengan tehnik

napas dalam

5. Meningkatkan tirah

baring/batasi aktifitas dan

bantu aktifitas perawatan

diri sesuai keperluan.

12

6. Kolaborasi dalam pemberian

oksigen sesuai kebutuhan

6. Memenuhi kebutuhan

oksigen klien

6. Kolaborasi dalam

pemberian oksigen sesuai

kebutuhan

2 Tupan :

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

nyeri teratasi

Tupen :

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama beberapa hanya

nyeri beransur-ansur

hilang dengan criteria :

- Ekspresi wajah

tenang

- Klien tidak

mengeluh nyeri

1. Kaji skala nyeri. Lokasi dan

penyebarannya

2. Berikan posisi yang nyaman

pada klien

3. Ajarkan tehnik relaksasi dan

tehnik distrasi kepada pasien

4. Anjurkan klien untuk

beristrahat yang cukup

5. Anjurkan pada keluarga klien

untuk menciptakan

lingkungan yang tenang

6. Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat

analgetik sesuai indikasi

1. Mengetahui skala nyeri

yang dirasakan klien

sehingga perawat dapat

menentukan tindakan yang

tepat yang akan diberikan

selanjutnya

2. Posisi yang nyaman bagi

klien membantu klien

untuk dapat beristrahat

3. Tehnik relaksasi dan

distrasi membantu

mengalihkan perhatian

klien dari rasa nyeri

4. Istrahat yang cukup

membantu mengurangi rasa

nyeri

5. Lingkungan yang tenang

membantu klien untuk

dapat beristrahat

6. Membantu menekan rasa

nyeri

1. Mengkaji skala nyeri.

Lokasi dan penyebarannya

2. Memberikan posisi yang

nyaman pada klien

3. Mengajarkan tehnik

relaksasi dan tehnik distrasi

kepada pasien

4. Menganjurkan klien untuk

beristrahat yang cukup

5. Menganjurkan pada

keluarga klien untuk

menciptakan lingkungan

yang tenang

6. Penatalaksanaan dengan

dokter dalam pemberian

obat analgetik sesuai

indikasi

13

3 Tupan :

Setelah diberikan

keperawatan

kekurangan cairan

teratasi

Tupen :

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama beberapa hari

kekurang cairan

beransur-ansur

terpenuhi dengan

criteria :

- Intake dan haluaran

cairan seimbang

- Tidak muntah lagi

1. Awasi tanda vital, pengisian

kapiler, status membrane

mukosa, tugor kulit

2. Awasi jumlah dan tipe cairan,

ukur haluaran urin dengan

akurat

3. Diskusikan strategi untuk

menghentikan muntah dan

penggunaan laksatif / deuretik

4. Identifikasi rencana untuk

meningkatkan keseimbangan

cairan seoptimal mungkin

5. Kolaborasi dalam pemberian

cairan melalui intravena

1. Indikator keadekuatan

volume sirkulasi, hipotensi

ortostatik dapat terjadi

dengan resiko jatuh/cedera

segera setelah perubahan

posisi

2. Pasien tidak mengkonsumsi

cairan sama sekali

mengakibatkan dehidrasi

atau mengganti cairan

untuk masukan kalori yang

berdampak pada

keseimbangan elektrolit

3. Membantu pasien

menerima perasaan bahwa

akibat muntah dan atau

penggunaan

laksatif/diuretik mencegah

kehilangan bahwa munta

memberikan pembebasan

dari ansietas

4. Melobatkan pasien dalam

rencana untuk memperbaiki

kestidakseimbangan cairan,

memperbaiki kesempatan

untuk berhasil

5. Membantu memenuhi

kebutuhan cairan

1. Mengawasi tanda vital,

pengisian kapiler, status

membrane mukosa, tugor

kulit

2. Mengawasi jumlah dan tipe

cairan, ukur haluaran urin

dengan akurat

3. Mendiskusikan strategi

untuk menghentikan

muntah dan penggunaan

laksatif / deuretik

4. Mengidentifikasi rencana

untuk meningkatkan

keseimbangan cairan

seoptimal mungkin

5. Kolaborasi dalam

pemberian cairan melalui

intravena

14

4 Tupan :

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

kebutuhan nutrisi

terpenuhi

Tupen :

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama beberapa hari

nutrisi beransur-ansur

terpenuhi dengan

criteria :

- Nafsu makan

meningkat

- Berat badan

meningkat

- Porsi makan

dihabiskan

1. Pantau intake dan outpun

nutrisi klien

2. Timbang berat badan klien

3. Auskultasi bising usus, palpasi

abdomen catat pasase flatus

4. Identifikan kesukaan dan

ketidaksukaan diet dari pasien

5. Berikan makanan dalam porsi

sedikit tapi sering dengan diet

lunak

6. Berikan makanan yang

menarik dan masih dalam

keadaan hangat

7. Kolaborasi dengan ahli gizi

dalam pemberikan nutrisi

yang sesuai dengan kondisi

klien

1. Mengetahui jumlah

kebutuhan klien akan

nutrisi

2. Mengetahui kekurang

nutrisi klien

3. Mengetahui apakah ada

kontraksi usus

4. Menimbulkan nafsu makan

klien

5. Membantu memenuhi

kebutuhan nutrisi klien

6. Menambah nafsu makan

klien

7. Membantu memenuhi

kekurangan nutrisi klien

1. Memantau intake dan

outpun nutrisi klien

2. Menimbang berat badan

klien

3. Auskultasi bising usus,

palpasi abdomen catat

pasase flatus

4. Mengidentifikan kesukaan

dan ketidaksukaan diet dari

pasien

5. Memberikan makanan

dalam porsi sedikit tapi

sering dengan diet lunak

6. Memberikan makanan yang

menarik dan masih dalam

keadaan hangat

7. Kolaborasi dengan ahli gizi

dalam pemberikan nutrisi

yang sesuai dengan kondisi

klien