Panduan Pend Karakter Bhs Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

panduan pelaksanaan pendidikan karakter mapel bahasa indonesia

Citation preview

PANDUAN GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajarandi Sekolah Menengah Pertama

2010

Kementerian Pendidikan Nasional

PANDUAN UNTUK GURU MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA

Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran

2010

untuk Sekolah Menengah PertamaKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAGIAN I PANDUAN UMUM A. Latar Belakang Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu program utama Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah pengembangan pendidikan karakter. Sebenarnya pendidikan karakter bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada saat ini, setidak-tidaknya sudah ada dua mata pelajaran yang diberikan untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, yaitu Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewargaraan (PKn). Namun demikian, pembinaan watak melalui kedua mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan karena beberapa hal. Pertama, kedua mata pelajaran tersebut cenderung baru membekali pengetahuan mengenai nilainilai melalui materi/substansi mata pelajaran. Kedua, kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran tersebut pada umumnya belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing siswa sehingga siswa berperilaku dengan karakter yang tangguh. Ketiga, menggantungkan pembentukan watak siswa melalui kedua mata pelajaran itu saja tidak cukup. Pengembangan karakter peserta didik perlu melibatkan lebih banyak lagi mata pelajaran, bahkan semua mata pelajaran. Selain itu, kegiatan pembinaan kesiswaan dan pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu juga dirancang dan dilaksanakan untuk mendukung pendidikan karakter. Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti yang telah diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah: (1) Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilainilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran. (2) Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan. (3) Selain itu, pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah. Pelaksanaan pendidikan karakter secara terpadu di dalam semua mata pelajaran (sebagaimana dimaksud oleh butir 1 di atas) merupakan hal yang baru bagi sebagian besar SMP di Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka membina pelaksanaan pendidikan karakter secara terpadu di dalam seluruh mata pelajaran, perlu disusun panduan pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam pembelajaran di SMP, terutama ketika guru menggunakan Buku Sekolah Elektronik (BSE). B. Pengertian Pendidikan Karakter Terintegrasi di dalam Pembelajaran Yang dimaksud dengan pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, pemfasilitasian pemerolehan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari. Pengenalan, pemfasilitasian, dan penginternalisasian diperoleh melalui proses pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai menjadi perilaku. C. Strategi Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. 1. Perencanaan integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Pada tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD, pengembangan silabus, penyusunan RPP, dan penyiapan bahan ajar. Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan.

Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah dikembangkan dengan menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar. Kolom baru ini diisi nilai karakter yang hendak diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi dapat ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran. Setelah itu, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, dirumuskan ulang menyesuaikan dengan karakter yang hendak dikembangkan. Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada. Pertama rumusan tujuan pembelajaran direvisi dengan dua cara: (1) rumusan tujuan pembelajaran ditambah dengan frase yang merupakan karakter atau indikator nilai karakter yang menjadi pumpunan (fokus) atau (2) dirumuskan tujuan pembelajaran yang khusus memuat nilai karakter yang ingin dibiasaan pada peserta didik. Kedua, pendekatan/metode pembelajaran diubah (bila diperlukan) agar pendekatan/metode yang dipilih selain memfasilitasi peserta didik mencapai kompetensi mata pelajaran, juga dapat membiasakan pengembangan karakter. Ketiga, langkah-langkah pembelajaran direvisi. Kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam setiap langkah pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup), direvisi dan/atau ditambah agar kegiatan pembelajaran pada setiap tahapan memfasilitasi peserta didik memperoleh kompetensi mata pembelajaran dan sekaligus membiasakan pengembangan karakter. Dalam hal ini guru disarankan menggunakan Pembelajaran Kontekstual (CTL) atau pembelajaran aktif yang lain. Keempat, bagian penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/atau menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencapaian peserta didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah observasi, penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai dinyatakan secara kualitatif, misalnya

BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator). MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten). MB: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten). MK: Membudaya (apabila peserta didik terus-menerus memperlihatkan perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).

Kelima, bahan ajar disusun. Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Melalui program Buku Sekolah Elektronik, dewasa ini pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah buku ajar dari hampir semua mata pelajaran yang telah memenuhi kelayakan pemakaian berdasarkan penilaian BSNP dari para penulis/penerbit. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut dalam proses pembelajaran. Walaupun buku-buku tersebut telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan--yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan kegrafikaan-- bahan-bahan ajar tersebut masih belum secara memadai mengintegrasikan pendidikan karakter. Apabila guru sekadar mengikuti pembelajaran dengan berpatokan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter terlaksana secara memadai. Oleh karena itu, isi, susunan, dan tata urutan bahan ajar perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lain dilakukan dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan pembelajaran pada buku ajar yang digunakan. Selain itu, adaptasi dapat dilakukan dengan merevisi substansi pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran (task), baik secara eksplisit maupun implisit terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen yang dimaksud adalah (i) tujuan, (ii) input, (iii) aktivitas, (iv) pengaturan (setting), (v) peran guru, dan (vi) peran peserta didik seperti diuraikan berikut ini. (1) Tujuan Kegiatan pembelajaran menanamkan nilai karakter apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada

pengetahuan, tetapi juga berorientasi sikap. Oleh karenanya, guru perlu menambahkan pada tujuan rumusan karakter atau indikator karakter. Contoh Siswa dapat menemukan tempat lema pada kamus tanpa terpengaruh orang lain dengan memperhatikan penanda abjad sampul dan kata petunjuk pada bagian kiri dan kanan atas tiap halaman kamus (NK: mandiri) (2) Input Input pembelajaran dapat berupa teks lisan maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, carta, benda sesungguhnya, film, dan sebagainya. Input yang dapat memperkenalkan nilai-nilai adalah yang tidak hanya menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang juga menguraikan nilai-nilai yang terkait dengan materi/pengetahuan tersebut. Contoh Dalam pembelajaran berikut kamu diajak menemukan makna kata-kata sulit dengan menggunakan kamus secara efektif dan efisien. Ketika sedang belajar membaca kamus secara efektif dan efisian, kamu juga diajak untuk belajar mandiri dan mengembangkan rasa ingin tahumu Keterampilanmu menggunkan beragam kamus akan menjadikan kamu lebih mandiri dalam belajar materi apa pun. Demikian juga, kemahiranmu membaca kamus akan mengembangkan rasa ingin tahu yang merupakan syarat bagi seorang pebelajar yang hebat. (3) Aktivitas Aktivitas belajar adalah kegiatan peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dapat membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai adalah aktivitas-aktivitas belajar aktif yang antara lain mendorong terjadinya autonomous learning dan bersifat learnercentered. Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous learning dan berpusat pada siswa secara otomatis akan membantu memperoleh banyak nilai, misalnya diskusi kelompok kecil, praktik mendengarkan, praktik berbicara, praktik membaca, praktik menulis, presentasi kinerja, dan mengerjakan proyek. Pengaturan (setting)

(4)

Pengaturan pembelajaran berkait dengan kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok. Tiap-tiap jenis pengaturan berimplikasi terhadap penanaman nilai karakter pada peserta didik. Pengaturan waktu penyelesaian tugas yang pendek (sedikit), akan menjadikan peserta didik terbiasa kerja dengan cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu, kerja kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerja sama, saling menghargai, dan saling menggali informasi dari sejawat. (5) Peran guru Peran guru dalam kegiatan pembelajaran pada buku ajar biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran guru pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Guru yang memfasilitasi penginternalisasian nilai-nilai oleh peserta didik antara lain guru yang berperan sebagai fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan balik. Mengutip ajaran Ki Hajar Dewantara, guru yang dengan efektif dan efisien mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha (di depan guru berperan sebagai teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah peserta didik guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka), tut wuri handayani (di belakang guru memberi daya semangat dan dorongan bagi peserta didik). (6) Peran peserta didik Peran peserta didik biasanya tidak dinyatakan secara tersurat. Pernyataan tersurat peran siswa pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Agar terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan menginternalisasi nilai karakter, peserta didik harus diberi peran aktif dalam pembelajaran, misalnya peran partisipan dalam diskusi, penyaji hasil-hasil diskusi, pemodel, dan pelaksana proyek. 2. Pelaksanaan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik

mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Sejalan dengan Permendiknas 41/2007, tahapan kegiatan inti harus mengandung aktivitas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pembelajaran yang sesuai untuk kegiatan ini adalah Contextual Teaching and Learning. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik. Diagram 1.1. berikut menggambarkan penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran.INTERVENSI Contextual Teaching and Learning Inti: Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi

Pendahul uan

Penutu p

HABITUASI Diagram 1.1 Penanaman Karakter melalui Pelaksanaan Pembelajaran D. Nilai-nilai Karakter untuk SMP Ada banyak nilai (80 butir) yang dapat dikembangkan pada peserta didik. Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan tugas yang sangat berat. Oleh karena itu perlu dipilih nilai-nilai tertentu sebagai nilai pokok yang penanamannya dapat dilakukan oleh semua mata pelajaran. Enam butir nilai dipilih sebagai nilai pokok yang merupakan pangkal tolak pengembangan, yaitu (1) kereligiusan (2) kejujuran (3) kecerdasan (4) ketangguhan (5) kedemokratisan (6) kepedulian Untuk tiap mata pelajaran, nilai pokok itu dapat diperluas atau dikembangkan menjadi 24 nilai utama yang merupakan disarikan dari butir-butir SKL sebagai berikut. (1) Kereligiusan

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan atau ajaran agama. (2) Kejujuran Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri maupun pihak lain. (3) Kecerdasan Memiliki perkembangan akal budi sempurna; dapat berpikir, mengerti, memahami, dan merasa segala sesuatu dengan sempurna serta dapat mewujudkannya dalam perkataan dan atau tindakan. (4) Ketangguhan Sukar dikalahkan; memiliki pendirian dan daya tahan yang kuat, andal, dan kukuh dalam menghadapi permasalahan kehidupan, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama, lingkungan alam, dan diri sendiri. (5) Kedemokratisan Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai hak dan kewajiban orang lain sama dengan hak dan kewajiban dirinya. (6) Kepedulian Sikap dan tindakan yang selalu berupaya memperhatikan, mencegah, dan memperbaiki keadaan, penyimpangan, dan kerusakan yang terjadi pada manusia, alam, dan tatanan di sekitar diri. (7) Kemandirian Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. (8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif Berpikir dan melakukan sesuatu secara nyata dan masuk akal untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan mutakhir dari apa yang telah dimiliki. (9) Keberanian mengambil risiko Kesiapan menanggung akibat yang mungkin timbul dari tindakan yang dilakukan. (10) Berorientasi pada tindakan Kemampuan bersikap dan berpikir yang terarah pada tindakan nyata yang rasional. (11) Berjiwa kepemimpinan

Kemampuan untuk dapat mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan berbasis budaya nasional. (12) Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. (13) Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME. (14) Gaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. (15) Kedisiplinan Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. (16) Percaya diri Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. (17) Keingintahuan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. (18) Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. (19) Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. (20) Kepatuhan pada aturan sosial Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. (21) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. (22) Kesantunan Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. (23) Nasionalisme Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. (24) Menghargai keberagaman Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. E. Pemetaan Nilai-nilai Karakter untuk Integrasi dalam Mata Pelajaran Apabila semua nilai tersebut di atas harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada setiap mata pelajaran, penanaman nilai menjadi sangat berat. Oleh karena itu perlu dipilih sejumlah nilai utama sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya pada setiap mata pelajaran. Dengan kata lain, tidak setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi beberapa nilai utama saja walaupun tidak berarti bahwa nilai-nilai yang lain tersebut tidak diperkenankan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tersebut. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Tabel 1.1 menyajikan contoh distribusi nilai-nilai pokok dan utama ke dalam semua mata pelajaran. Tabel 1.1 Contoh Distribusi Nilai-nilai Utama ke dalam Mata PelajaranMata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Nilai Utama Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis,

2. PKn

Mata Pelajaran

Nilai Utama nasionalis, patuh pada aturan sosial, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, berpikir logis, kritis, kerja keras, ingin tahu, mandiri, percaya diri Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, kerja keras Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, cinta ilmu Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerjasama, patuh pada aturan sosial Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin tahu, disiplin Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, percaya diri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, menghargai keberagaman, menghargai karya orang lain, nasionalis

3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. IPS

6. IPA

7. Bahasa Inggris 8. Seni Budaya 9. Penjasorkes

10.TIK/ Keterampila n 11. Muatan Lokal

F. Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter Sebagaimana disebutkan di depan, integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Di antara prinsip-prinsip yang dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi yang mengembangkan karakter adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

yang selama ini telah diperkenalkan kepada guru, termasuk guruguru SMP seluruh Indonesia sejak 2002. Pada dasarnya pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual menerapkan sejumlah prinsip belajar. Prinsip-prinsip tersebut secara singkat dijelaskan berikut ini. 1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman baru dan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka. Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar otentik dan bermakna; guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong aktivitas berpikirnya. Pembelajaran dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya. Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan: (a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, (c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Penerapan teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu, menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri. 2. Bertanya (Questioning)

Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang

fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) menggali informasi, baik teknis maupun akademis (b) mengecek pemahaman siswa (c) membangkitkan respon siswa (d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa (e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa (f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru (g) menyegarkan kembali pengetahuan siswa Pembelajaran yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun siswa mencapai tujuan belajar dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, dan percaya diri. 3. Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri adalah proses pembelajaran yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan. Langkah-langkah kegiatan inkuiri: a) merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun) b) Mengamati atau melakukan observasi c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau yang lain Pembelajaran yang menerapkan prinsip inkuiri dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk bicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain dengan cermat, dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik daripada belajar secara individual. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Semua pihak mau saling mendengarkan. Praktik masyarakat belajar terwujud dalam: (a) Pembentukan kelompok kecil (b) Pembentukan kelompok besar (c) Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani, polisi, dan lainnya) (d) Bekerja dengan kelas sederajat (e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya (f) Bekerja dengan masyarakat Penerapan prinsip masyarakat belajar di dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain kerjasama, menghargai pendapat orang lain, santun, demokratis, patuh pada turan sosial, dan tanggung jawab. 5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa. Pada saat pembelajaran, sering guru memodelkan bagaimana agar siswa belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Contoh praktik pemodelan di kelas: a) Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa b) Guru PKn mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh tersebut

c) Guru Geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya d) Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan Pemodelan dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, menghargai orang lain, dan rasa percaya diri. 6. Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan agar siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan lakukan selama proses pembelajaran untuk membantu mereka menemukan makna personal masing-masing. Refleksi biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran antara lain melalui diskusi, tanya-jawab, penyampaian kesan dan pesan, menulis jurnal, saling memberi komentar karya, dan catatan pada buku harian. Refleksi dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan kritis, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, dan menghargai pendapat orang lain. 7. Penilaian otentik (Authentic assessment)

Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugastugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut semestinya dapat mengekspresikan prestasi (performance) yang ditemui di dalam praktek dunia nyata seperti tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya dapat menjelaskan bagaimana siswa menyelesaikan masalah dan dimungkinkan memiliki lebih dari satu solusi yang benar. Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian. Penilaian autentik dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter antara lain kejujuran, tanggung jawab, menghargai karya dan prestasi orang lain, kedisiplinan, dan cinta ilmu. G. Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Silabus

Pengintegrasian nilai karakter dalam silabus pada dasarnya merupakan pengembangan silabus yang sudah ada dengan memasukkan nilai-nilai karakter di dalamnya. Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah dikembangkan dengan menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar. Pada kolom tersebut diisikan nilai karakter yang akan diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi dapat ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran (bukan lewat substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, diadaptasi atau dirumuskan ulang menyesuaikan karakter yang hendak dikembangkan. Contoh pengembangan silabus dapat dilihat pada lampiran. H. Pengintegrasian Nilai Karakter dalam RPP Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada. Pertama-tama rumusan tujuan pembelajaran direvisi/diadaptasi. Revisi/adaptasi tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ada direvisi hingga satu atau lebih tujuan pembelajaran tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga karakter, dan (2) ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan untuk karakter. Contoh pengintegrasian nilai karakter dalam RPP dapat dilihat pada lampiran. I. Penggunaan BSE untuk Pendidikan Karakter 1. Potensi penggunaan BSE dalam pendidikan karakter Buku-buku pelajaran SMP yang telah masuk dalam daftar BSE memenuhi kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika. Dalam hal isi, setiap BSE memuat semua SK/KD sebagaimana ditetapkan melalui Permen Diknas No. 22 Tahun 2006 dengan cakupan dan kedalaman pembahasan yang memadai. Selanjutnya isi pembelajaran disajikan dan atau dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Banyak kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih untuk menempatkan peserta didik sebagai pelaku pembelajaran yang aktif. Bahasa yang digunakan untuk menyajikan materi

ialah bahasa Indonesia baku yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SMP. Gagasan atau pesan disajikan secara koheren. Dari sisi grafika, BSE memenuhi berbagai ketentuan kegrafikaan. Selain itu, BSE pada umumnya tidak bias gender, mengembangkan keberagaman atau kebhinekaan dan jiwa kewirausahaan. Memperhatikan ciri-ciri tersebut di atas, BSE memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan dalam mengembangkan karakter peserta didik secara terpadu dalam pembelajaran. Hanya dengan melakukan sedikit revisi, buku-buku tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan pendidikan karakter secara terintegrasi dalam pembelajaran. Revisi itu dapat dilakukan dengan cara adaptasi, baik secara keseluruhan maupun secara parsial, baik secara menyatu maupun terpisah, seperti diuraikan berikut ini. 2. Strategi umum penggunaan BSE untuk pendidikan karakter Di depan disebutkan bahwa BSE memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan dalam mengembangkan karakter peserta didik secara terpadu dalam pembelajaran. Dengan melakukan adaptasi seperlunya, buku-buku pelajaran yang telah masuk daftar BSE secara efektif akan memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan, mengembangkan keterampilan atau kecakapan, dan membangun karakter. Berikut dikemukakan empat jenis adaptasi yang dapat dilakukan, dari yang paling dianjurkan ke yang kurang dianjurkan: (a) adaptasi lengkap, baik isi, kegiatan pembelajaran, maupun teknik evaluasinya, (b) adaptasi parsialmenyatu, pada bagian isi, kegiatan pembelajaran, atau teknik evaluasinya, (c) adaptasi parsial-terpisah dalam bentuk suplemen, pada bagian isi, kegiatan pembelajaran, atau teknik evaluasinya, dan (d) adaptasi spontan pada waktu pembelajaran berlangsung. a. Adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan Adaptasi jenis ini berupa revisi dalam tiga aspek sekaligus, yaitu isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasi dari bahan ajar yang ada dalam BSE. Revisi itu dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang terdapat dalam BSE sebelum pembelajaran dilaksanakan. Dalam merevisi, ada tiga alternatif yang dapat dipilih, yaitu (i) pengubahan isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasi, (ii) penambahan isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasi, serta (iii) kombinasi antara alternatif (i) dan

alternatif (ii). Setelah revisi selesai dilakukan, bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa. b. Adaptasi parsial-menyatu dilaksanakan sebelum pembelajaran

Adaptasi jenis ini berupa revisi terhadap satu atau dua aspek dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, atau evaluasi dari bahan ajar yang terdapat dalam BSE. Revisi itu dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang terdapat dalam BSE sebelum pembelajaran dilaksanakan. Revisi dapat dilakukan dengan cara mengubah atau menambah pada aspek isi, kegiatan pembelajaran, atau teknik evaluasi. Setelah revisi selesai dilakukan, bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa. c. Adaptasi parsial-terpisah (suplemen) sebelum pembelajaran dilaksanakan Adaptasi jenis ini terkait dengan satu atau dua aspek dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, atau evaluasi dari bahan ajar yang terdapat dalam BSE. Adaptasi itu dilakukan secara tertulis, sebelum pembelajaran dilaksanakan, tetapi terpisah dari bahan ajar yang terdapat dalam BSE. Adaptasi dapat dilakukan dengan cara mengubah atau menambah pada aspek isi, kegiatan pembelajaran, atau teknik evaluasi. Setelah adaptasi selesai dilakukan, hasilnya digunakan oleh guru sebagai panduan selama proses pembelajaran berlangsung.

BAGIAN II PANDUAN PENDIDIKAN KARAKTER MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA A. Nilai-nilai Karakter untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Nilai karakter yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran untuk semua mata pelajaran pada dasarnya sama, yaitu nilai karakter manusia dalam berkehidupan, berketuhanan, dan bersesama. Lebih rinci, nilai karakter itu berkenaan dengan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan bangsa. Artinya, dalam kehidupan, nilai karakter itu berfungsi mengontrol dan dimanifestasikan dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, lingkungan alam, dan bangsa. Demikian pula, nilai karakter untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan anjuran yang telah dikemukakan di atas, nilai karakter yang dapat diitegrasikan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia terdiri dari beberapa nilai karakter pokok atau utama. Ketentuan yang berkenaan dengan nilai karakter pokok atau utama itu bukan berarti membatasi pengenalan, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter yang lain. Artinya, nilai karakter yang lain, sepanjang memungkinkan diitegrasikan dalam pembelajaran, juga dianjurkan untuk dikenalkan, dikembangkan, dan dibudayakan dalam kehidupan nyata peserta didik. Nilai karakter pokok, dalam hal ini, ialah nilai karakter yang dijadikan pangkal tolak pengembangan nilai karakter yang lain. Melalui penanaman, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter pokok ini diharapkan nilai karakter yang lain dapat dikembangkan pula. Nilai karakter utama ialah nilai karakter yang diprioritaskan untuk ditanamkan, dikembangkan, dan dibudayakan bagi dan oleh peserta didik. Beberapa nilai karakter utama juga disebutkan dalam nilai karakter pokok karena nilai karakter itu merupakan dasar atau pangkal tolak pengenalan, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter yang lain. Satu hal yang perlu disadari ialah tidak ada nilai karakter kehidupan manusia yang berdiri sendiri, terpisah satu dengan yang lain. Nilai karakter yang satu dan nilai karakter yang lain senantiasa saling bersinggungan, tumpang tindih, dan atau terkait; bahkan nilai karakter yang satu kadang merupakan prasyarat bagi nilai karakter yang lain; nilai karakter yang satu kadang juga merupakan manifestasi atau perwujudan dari nilai karakter yang lain. Untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, nilai karakter pokok dan nilai karakter utama yang dianjurkan untuk diitegrasikan dalam pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Nilai Karakter Pokok dan Indikatornya Di antara butir-butir nilai karakter yang dianjurkan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran, ada enam butir nilai yang dipilih sebagai nilai karakter pokok, yaitu nilai karakter yang menjadi pangkal tolak pengembangan nilai karakter yang lain. Enam nilai karakter pokok tersebut dapat dirumuskan indikatornya berdasarkan empat kompetensi keterampilan berbahasa seperti pada tabel berikut.Nilai Karakter Kereligiusan Berkata dan bertindak sesuai norma keagamaan Menjauhi halhal yang dilarang oleh agama Melakukan halhal yang diperintahkan oleh agama Indikator

memiliki kepekaan dalam memahami dan ataumenguasai aspek-aspek keimanan (kereligiusan) dalam konteks keterampilan mendengarkan; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan mendengarkan. memiliki kepekaan dalam memahami dan atau menguasai aspek-aspek keimanan (religius) dalam konteks keterampilan berbicara; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan berbicara memiliki kepekaan dalam memahami dan atau menguasai aspek-aspek keimanan (religius) dalam konteks keterampilan membaca; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan membaca. memiliki kepekaan dalam memahami dan atau menguasai aspek-aspek keimanan (religius) dalam konteks keterampilan menulis; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan menulis. kejujuran dalam konteks keterampilan mendengarkan; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kejujuran melalui kegiatan mendengarkan. memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai kejujuran dalam konteks keterampilan berbicara; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek nilai kejujuran melalui kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai kejujuran dalam konteks keterampilan membaca; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kejujuran melalui kegiatan membaca. memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai kejujuran dalam konteks keterampilan menulis; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek nilai kejujuran melalui kegiatan menulis.

Kejujuran berkata dan bertindak apa adanya berkata dan bertindak dengan ikhlas

memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai

Nilai Karakter Kecerdasan berpikir rasional berpikir faktual berpikir cermat berpikir kritis berpikir kreatif berpikir inovatif

Indikator

memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkandan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kejujuran melalui kegiatan mendengarkan. memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkan dan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, mampu menerapkan aspel nilai kecerdasan dalam kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkan dan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kecerdasan melalui kegiatan membaca. memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkan dan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, mampu menerapkan aspel nilai kecerdasan dalam kegiatan menulis. konteks penguasan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan mendengarkan. memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam konteks penguasan keterampilan berbicara; dapat menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan berbicara. memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam konteks penguasan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan membaca. memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam konteks penguasan keterampilan menulis; dapat menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan menulis. menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan mendengarkan. menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan berbicara. menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat

Ketangguhan ulet dalam melakukan pekerjaan pantang menyerah ketika mendapatkan kendala atau tatangan tahan dlm menghadapi permasalahan

memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam

Kedemokratisan menghargai hak orang lain menyadari kewajiban diri sendiri

Nilai Karakter

Indikator mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan membaca. menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan menulis. berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan mendengarkan. memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan berbicara. memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan membaca. memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan menulis.

Kepedulian memperhatikan sesama dan lingkungan menghiraukan sesama dan lingkungan mengindahkan sesama dan lingkungan

memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan

2. Nilai Karakter Utama dan Indikatornya Beberapa butir nilai karakter utama yang dianjurkan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sudah dikemukakan di atas dan di antaranya sudah sebutkan pula pada uraian mengenai nilai karakter pokok. Oleh karena itu, nilai karakter yang termasuk nilai karakter pokok tidak dikemukakan lagi dalam daftar nilai karakter utama berikut. Selebihnya, nilai karakter utama yang diprioritaskan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran dapat dikemukakan melalui tabel berikut ini.Nilai Karakter Kelogisan Indikator

memiliki kebiasaan berpikir logis dalam kontekspenguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam kegiatan mendengarkan informasi.

memiliki kebiasaan berpikir logis dalam kontekspenguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam kegiatan berbicara.

memiliki kebiasaan berpikir logis dalam konteks

Nilai Karakter

Indikator penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam menerima informasi melalui kegiatan membaca.

memiliki kebiasaan berpikir logis dalam kontekspenguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam kegiatan menulis. Kekritisan

memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam kontekspenguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menerapkan aspek kekritisan dalam menerima informasi melalui kegiatan mendengarkan. memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menerapkan aspek kekritisan dalam kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menerapkan aspek kekritisan dalam menerima informasi melalui kegiatan membaca. memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; dapat menerapkan aspek kekritisan dalam kegiatan menulis.

Kreativitas

memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam kontekspenguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menghargai aspek kreativitas dalam menerima informasi melalui kegiatan mendengarkan .

memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam kontekspenguasaan keterampilan berbicara; dapat menerapkan nilai kreatif dalam kegiatan berbicara.

memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam kontekspenguasaan keterampilan membaca; dapat menghargai aspek kreativitas dalam menerima informasi melalui kegiatan membaca. memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menerapkan aspek kreatif dalam kegiatan menulis. Inovasi

memiliki kemauan untuk mengidentifikasi danmenghargai aspek inovasi dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi aspek inovasi dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kemauan dan kemampuan berpikir danberbuat secara inovatif dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menerapkan dan menyampaikan aspek inovasi dalam kegiatan berbicara.

memiliki kemauan untuk mengidentifikasi danmenghargai aspek inovasi dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi aspek inovasi dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan membaca.

Nilai Karakter

Indikator

memiliki kemauan dan kemampuan berpikir danberbuat secara inovatif dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menerapkan dan menyampaikan aspek inovasi dalam kegiatan menulis. Percara diri

memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam kontekspenguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan mendengarkan.

memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam kontekspenguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan berbicara.

memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam kontekspenguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan membaca.

memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam kontekspenguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan menulis. Tanggung jawab

memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilaitanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilaitanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan berbicara.

memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilaitanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan membaca.

memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilaitanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan menulis. Kesantunan

memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilaikesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilaikesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan berbicara.

memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilaikesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan membaca.

memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai

Nilai Karakter

Indikator kesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan menulis.

Keingintahuan

memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalamkonteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan intensitas dan efektivitas yang tinggi dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalamkonteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memiliki keinginan yang tinggi untuk menguasai keterampilan berbicara.

memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalamkonteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan intensitas dan efektivitas yang tinggi dalam kegiatan membaca.

memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalamkonteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memiliki keinginan yang tinggi untuk menguasai keterampilan menulis. Nasionalisme

memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilainasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menghargai atau mengapresiasi nilai nasionalisme dalam informasi yang diterima melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilainasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai nasionalisme dalam kegiatan berbicara.

memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilainasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menghargai atau mengapresiasi nilai nasionalisme dalam informasi yang diterima melalui kegiatan membaca.

memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilainasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai nasionalisme dalam kegiatan menulis. Gaya hidup sehat

memiliki kepekaan dan atau kebiasaan gaya hidupsehat dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentang gaya hidup sehat yang diterima melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kepekaan dan atau kebiasaan gaya hidupsehat dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memiliki gaya hidup sehat dan dapat menginformasikannya kepada orang lain melalui kegiatan berbicara.

memiliki kepekaan dan atau kebiasaan gaya hidup

Nilai Karakter

Indikator sehat dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentang gaya hidup sehat yang diterima melalui kegiatan membaca.

memiliki kepekaan dan atau kebiasaan gaya hidupsehat dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memiliki gaya hidup sehat dan dapat menginformasikannya kepada orang lain melalui kegiatan berbicara. Kedisiplinan

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilaikedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan menerapkan aspek kedisiplinan dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilaikedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memahami dan dapat menerapkan kaidah kebahasaan secara taat asas dalam kegiatan berbicara.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilaikedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan menerapkan aspek kedisiplinan dalam kegiatan membaca.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilaikedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memahami dan dapat menerapkan kaidah kebahasaan secara taat asas dalam kegiatan menulis. Kerja keras

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerjakeras dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, memiliki kebiasaan dan dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerjakeras dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam menguasai keterampilan berbicara.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerjakeras dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, memiliki kebiasaan dan dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam kegiatan membaca.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerjakeras dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam menguasai keterampilan menulis. memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi mengenai jiwa kepemimpinan dalam kegiatan

Berjiwa Kepemimpinan

Nilai Karakter

Indikator mendengarkan. memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai-nilai kepemimpinan dalam kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi mengenai jiwa kepemimpinan dalam kegiatan membaca. memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai-nilai kepemimpinan dalam kegiatan menulis.

Keberanian mengambil risiko

memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yangmungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yang mungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yang mungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yang mungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi yang beorientasi pada tindakan melalui kegiatan mendengarkan. memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menyampaikan informasi yang berorientasi pada tindakan melalui kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi yang beorientasi pada tindakan melalui kegiatan membaca. memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menyampaikan informasi yang berorientasi pada tindakan melalui kegiatan menulis.

Berorientasi pada tindakan

Nilai Karakter Kemandirian

Indikator

memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspeknilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menerima dan memahami informasi yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspeknilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menyampaikan informasi melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspeknilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menerima dan memahami informasi yang diperoleh melalui kegiatan membaca.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspeknilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menyampaikan informasi melalui kegiatan menulis. memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan mendengarkan. Memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan membaca. memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan menulis. terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan mendengarkan.

Kecintaan terhadap ilmu

Kesadaran terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain

menghargai dan menerapkan nilai kesadaran

menghargai dan menerapkan nilai kesadaranterhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan berbicara.

menghargai dan menerapkan nilai kesadaranterhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam

Nilai Karakter

Indikator konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan membaca.

menghargai dan menerapkan nilai kesadaranterhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan menulis. Kepatuhan terhadap aturan sosial

memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturansosial dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentang berbagai aturan sosial yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturansosial dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat membiasakan diri mematuhi berbagai aturan sosial dalam kegiatan berbicara.

memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturansosial dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentang berbagai aturan sosial yang diperoleh melalui kegiatan membaca.

memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturansosial dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat membiasakan diri mematuhi berbagai aturan sosial dalam kegiatan menulis. Menghargai karya dan prestasi orang lain menuliskan kutipan dengan benar menulis daftar sumber pustaka dengan tepat menyebutkan sumber informasi lisan dengan benar menyitir pendapat orang lain dengan benar dan santun dalam berbicara

memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karyadan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai informasi yang merupakan karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karyadan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat memahami dan menghargai karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan berbicara.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karyadan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai informasi yang merupakan karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan membaca.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karyadan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat memahami dan menghargai karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan menulis.

Menghargai keberagaman

memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalamkonteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan

Nilai Karakter

Indikator menghargai nilai-nilai keberagaman dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalamkonteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menghargai adanya keberagaman pendengar dalam kegiatan berbicara.

memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalamkonteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menghargai nilai-nilai keberagaman dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan membaca.

memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalamkonteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menghargai adanya keberagaman pembaca dalam kegiatan menulis.

B.

Pendidikan Indonesia

Karakter

melalui

Pembelajaran

Bahasa

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan media pendidikan karakter karena pada dasarnya merupakan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia dalam semua aspek dan konteks kehidupan. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran empat keterampilan berbahasa Indonesia, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sebaiknya empat keterampilan berbahasa itu tidak disajikan secara terpisah, tetapi dikemas secara terpadu. Melalui pembelajaran terpadu itulah, integrasi pendidikan karakter di dalam pembelajaran bahasa Indonesia menjadi semakin mudah dan memiliki cakupan yang luas. Lebih lanjut, kemudahan dan keluasan penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia itu dapat diperoleh melalui penerapan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) dalam pembelajaran. Melalui pendekatan itu, salah satu di antaranya, pembelajaran bahasa Indonesia dapat disajikan secara tematik. Berbagai tema dapat dipilih, termasuk tema-tema yang bersentuhan dengan atau mengenai pendidikan karakter. Hal itu ditunjukkan oleh sajian materi pembelajaran bahasa Indonesia dalam hampir semua buku sekolah elektronik (BSE) yang diterbitkan oleh BSNP dan pusat perbukuan. Sebagai contoh, di dalam salah satu buku sekolah elektronik (BSE), pembelajaran bahasa Indonesia disajikan melalui beberapa tema, misalnya belajar dari penghalaman, kobarkan terus rasa

nasionalisme, belajar dari berbagai peristiwa, menjaga warisan budaya, berkomunikasi secara santun, meraih prestasi lewat kreasi, membangun rasa percaya diri, memilih aktivitas yang berguna, hidup sehat dan bermanfaat. Melaui tema-tema itu, pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran menjadi mudah dan luwes (fleksibel). Misalnya, melalui sajian materi pembelajaran yang bersifat tematik itu guru dapat mengintegrasikan nilai karakter nasionalisme, ingin tahu, peduli, santun, kreatif, percaya diri, inovatif, hidup sehat, dan sebagainya. Untuk mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam pembelajaran, guru dapat memilih salah satu cara berikut: (i) adaptasi lengkap sebelum pembelajaran, (ii) adaptasi parsial sebelum pembelajaran, atau (iii) adaptasi parsial selama pembelajaran. Namun, agar pengintegrasian nilai karakter dalam pembelajaran lebih efektif, cara pertama lebih dianjurkan, yaitu adaptasi lengkap atau penuh sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Melalui adaptasi itu, guru dapat merevisi atau menyusun kembali materi pembelajarannya berdasarkan materi pembelajaran yang ada di dalam buku sekolah elektronik (BSE) tertentu. Revisi yang perlu dilakukan berkenaan dengan isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasinya. Pada bagian isi, guru dapat mengubah atau menambahkan materi pembelajaran yang memiliki muatan pendidikan karakter tertentu. (ii) Pada bagian kegiatan pembelajaran, guru dapat mengubah atau menambahkan kegiatan tertentu yang dapat memfasilitasi peserta didik dalam mengenal, mengembangkan, atau membudayakan nilai karakter dalam kehidupannya. Dalam hal ini, metode atau beberapa metode yang diterapkan harus disertai penjelasan mengenai cara atau mekanisme pelaksanaannya agar peserta didik dapat melakukan kegiatan secara efektif dan efisien, sesuai yang diharapkan. (iii) Pada bagian evaluasi, guru dapat mengubah teknik evaluasi yang ada atau menambah teknik evaluasi baru yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian pendidikan karakter yang diharapkan. (i) Setelah adaptasi itu selesai dilakukan, guru dapat mencetak hasilnya dan memberikannya kepada peserta didik. Tentu saja, cara ini membutuhkan waktu yang agak banyak dan kesungguhan dalam mengerjakannya. Namun, jika dibandingkan dengan tujuan pembelajaran dan pendidikan yang begitu mulia, jerih payah guru seperti itu sungguh jauh dari sebanding. Segala aktivitas guru, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian, sebaiknya diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan. Dengan demikian, aktivitas guru menjadi bermakna

dan mermanfaat bagi perkembangan dan masa depan peserta didik. Berikut ini dikemukakan contoh kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan muatan pendidikan karakter di dalamnya. Kegiatan pembelajaran itu disusun dan dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual dengan berpedoman pada prinsip belajar tertentu. Di antaranya, prinsip belajar yang dapat diterapkan ialah konstruktivisme, bertanya, inquiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik. ContohKegiatan Pembelajaran Apresiasi: Siswa mendengarkan pembacaan pantun atau melihat orang berbalas pantun sebagai kegiatan apresiasi Eksplorasi: Siswa mengamati pantun dan mengindentifikasi ciri bentuk dan maknanya secara individual atau kelompok Siswa mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas Elaborasi: Siswa mengamati dan mengindentifikasi jenisjenis pantun secara individual atau kelompok Konfirmasi: Siswa mendiskusikan ciri dan jenis pantun dalam kelompok Inkulkasi: Guru memberikan penjelasan dan penegasan mengenai ciri dan jenis pantun Tujuan Kegiatan Pembelajaran mendapatkan pencitraan mengenai pantun dan dapat mengapresiasi aspek estetika atau keindahannya dapat mengetahui dan mengidentifikasi jumlah baris, jumlah kata setiap baris, jumlah suku kata setiap baris, persajakan pada akhir baris, pilihan kata, dan makna pantun Nilai Karakter yang dapat diintegrasikan

mencintai keindahan

keingintahuan kecermatan

dapat mengidentifikasi berbagai jenis pantun

keingintahuan kecermatan

Produksi: Siswa melakukan kegiatan berikut. melengkapi pantun rumpang, baik

dapat mengkomfirmasikan hasil identifikasi ciri dan jenis pantun, baik kepada teman maupun guru dapat melakukan refleksi terhadap aktivitas yang sudah dilakukan dan pemahaman yang sudah diperoleh mendapatkan kebenaran atau keyakinan pemahaman mengenai ciri dan jenis pantun dapat melengkapi pantun rumpang dapat mengubah atau mengganti kata-kata pada posisi rima

berpikir logis dan kritis kerja sama kebenaran ilmu

kreativitas keberanian rasa percaya diri

Kegiatan Pembelajaran rumpang bagian sampiran maupun rumpang bagian isi mengganti kata-kata pada posisi rima menulis bait pantun berdasarkan tema yang sudah ditetapkan menulis bait pantun berdasarkan tema yang ditentukan sendiri beradu cepat menulis bait pantun

Tujuan Kegiatan Pembelajaran dapat menulis pantun berdasarkan tema yang ditetapkan oleh guru atau ditentukan sendiri dapat menulis pantun dengan cepat

Nilai Karakter yang dapat diintegrasikan

Dalam kegiatan pembelajaran di atas, muncul muatan nilai karakter bermacam-macam. Walaupun demikian, suatu kegiatan pembelajaran harus difokuskan pada salah satu nilai, misalnya rasa percaya diri. Hal itu dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat diselenggarakan dan dievaluasi dengan lebih efektif. Evaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran menulis pantun di atas dapat dilakukan melalui evaluasi proses dan evaluasi produk. Demikian pula evaluasi yang berkenaan dengan pengembangan nilai karakter. Baik melalui evaluasi proses maupun produk, guru harus mempersiapkan dan menggunakan alat evaluasi, baik yang berupa tes maupun nontes. Evaluasi tidak bisa dilakukan hanya dengan cara improvisasi atau tanpa persiapan. Artinya, alat evaluasi itu harus dipersiapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan. Alat evaluasi pengembangan nilai karakter dapat berupa panduan observasi atau daftar pertanyaan evaluasi diri. Untuk masingmasing karakter memiliki aspek atau komponen yang berbedabeda. Artinya, aspek penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian pengembangan nilai karakter kreativitas, misalnya, berbeda dengan aspek penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian pengembangan nilai karakter kerja sama. Demikian pula, untuk nilai karakter yang lain. Pengembangan nilai karakter siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dilakukan melalui pembelajaran keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Hal itu sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu mengembangkan kompetensi siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan konteks kehidupan siswa. Terkait dengan pendidikan nilai

karakter, pengembangan kompetensi siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia itu akan bermuara pada penguasaan keterampilan berbahasa yang berkarakter; penguasaan keterampilan berbahasa yang mencerminkan dan berdampak pada penguasaan nilai-nilai karakter. Dengan demikian, misalnya, keterampilan siswa dalam mendengarkan tidak terbatas pada keterampilan mendengarkan semata, tetapi keterampilan mendengarkan yang dilandasi oleh nilai-nilai karakter. Demikian pula, keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Hal itu merupakan kekhasan tujuan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia; termasuk kekhasan tujuan dan pelaksanaan kegiatan pendidikan nilai yang terintegrasi di dalamnya. Lebih jauh lagi, dampak pembelajaran bahasa Indonesia yang diharapkan ialah siswa dapat memanfaatkan keterampilan berbahasa Indonesia yang dilandasi oleh nilai karakter itu dalam mempelajari ilmu pengetahuan atau mata pelajaran yang lain. Hal itu dilandasi oleh asumsi bahwa keberhasilan siswa dalam mempelajari ilmu atau mata pelajaran yang lain, salah satunya ditentukan oleh faktor keberhasilan siswa dalam menguasai keterampilan berbahasa Indonesia. Artinya, penguasaan bahasa (Indonesia) ikut menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai ilmu pengetahuan atau mata pelajaran yang lain. C. Penggunaan BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Karakter 1. Gambaran Umum BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. Isi Berdasarkan hasil analisis terhadap tujuh buku sekolah elektronik (BSE) mata pelajaran bahasa Indonesia sekolah menengah pertama untuk kelas tujuh, yang dipilih secara acak, dapat dikemukakan bahwa pada umumnya BSE telah memenuhi standar isi sebagaimana dituangkan dalam Permen Diknas nomor 22 tahun 2006. Pada umumnya, BSE disusun dengan mengacu pada SK dan KD yang ada di dalam Permendiknas itu. Materi pelajaran yang ada di dalam BSE disusun secara tematik dan dibagi menjadi 9 atau 10 unit/pelajaran. Pada setiap pelajaran yang disusun secara tematik itu, disajikan 4 sampai 5 topik kegiatan belajar yang harus dilakukan peserta didik. Topik-topik kegiatan belajar itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai kompetensi sebagaimana dituangkan di dalam SK dan KD. Artinya, pengembangan yang mengarah pada keluasan, kevariasian, dan kedalaman materi kegiatan masih terbatas atau belum diupayakan secara maksimal. Pada

umumnya, upaya itu masih berkisar pada bentuk penugasan yang bersifat terbatas pula. Diduga, sebagian besar penulis BSE bahasa Indonesia untuk SMP kelas VII mengalami kesulitan untuk menyajikan contoh bacaan, teks prosa, teks puisi, dan teks-teks lain yang seluruhnya sesuai dengan tema-tema unit pelajarannya. Hal itu terjadi apabila penulis memilih dan menggunakan tema-tema yang bersifat terlalu spesifik, misalnya ekonomi, politik, profesi, teknologi, hiburan, dan sejenisnya. Misalnya, penulis sulit memperoleh teks puisi, teks pantun, atau teks drama yang sesuai dengan tema politik, teknologi, atau ekonomi. Akibatnya, kesesuaian teks puisi, pantun, dan drama yang disajikan dengan tema unit pelajaran yang ditulisnya tidak dihiraukan. Sehubungan dengan pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran, pada umumnya materi pembelajaran yang ada di dalam BSE memungkinkan untuk itu. Artinya, melalui adaptasi guru dapat menambahkan materi kegiatan yang harus dilakukan peserta didik agar mengenal, mengembangkan, dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter tertentu. Sebagai alternatif, untuk itu, guru juga dapat mengubah metode atau teknik pembelajaran yang ada. Tentu saja, sebagai konsekuensinya, guru juga harus menyesuaikan sistem penilaiannya sebagai alat ukur pencapaian kompetensinya. b. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan di dalam BSE pada umumnya ialah observasi, diskusi, tanya-jawab, pelatihan, demonstrasi, kompetisi, dan pemodelan. Metode pembelajaran itu pada umumnya diulang-ulang penggunaannya pada setiap unit pelajaran, dari unit pelajaran pertama sampai dengan unit pelajaran terakhir. Dengan menggunakan metode itu, peserta didik diarahkan untuk melakukan kegiatan eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan refleksi. Metode yang digunakan dalam BSE seperti dikemukakan di atas sebenarnya sudah cukup bervariasi dan dapat mengakomodasi tujuan pembelajaran yang direncanakan. Kelemahannya, penggunaan masing-masing metode itu kadang tidak disertai penjelasan mengenai teknik pelaksanaannya, tidak dilengkapi dengan instrumen atau alat yang digunakan, dan penjelasan mengenai wujud dan indikator capaian targetnya. Di dalam beberapa buku, kadang instruksi yang diberikan kepada peserta didik kurang jelas dan atau kurang lengkap prosedur dan kinerja operasionalnya. Ada beberapa buku yang di dalamnya disediakan instrumen bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan refleksi yang diinginkan, tetapi beberapa buku yang lain tidak demikian.

Penulis buku cenderung menganggap peserta didik sudah dapat melakukan kegiatan apa pun yang dimintanya, sehingga tidak melengkapi permintaannya dengan rambu-rambu atau panduan kegiatan. Penulis menganggap peserta didik sudah mengetahui prosedur dan kinerja operasional kegiatan pengamatan, diskusi, tanya-jawab, pendemonstrasian, pelatihan, dan kompetisi. Dengan demikian, penjelasan yang dikemukakan cenderung ala kadarnya. Lebih lanjut, di dalam BSE peran guru dalam kegiatan belajar tidak dinyatakan secara eksplisit. Demikian pula peran peserta didik. Patut diduga, tidak setiap guru memiliki buku petunjuk penggunaannya. Jika demikian, guru perlu dan harus pandaipandai mengambil keputusan mengenai peran yang harus dilakukannya pada setiap unit atau topik pelajaran. Demikian pula, mengenai peran peserta didik pada setiap kegiatan pembelajaran. Sehubungan dengan pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran, pada umumnya metode pembelajaran yang digunakan di dalam BSE sudah cukup memadai. Artinya, metode yang digunakan di dalam BSE juga dapat dipakai untuk mengenalkan, mengembangkan, dan membudayakan nilai-nilai karakter. Apabila penggunaan metode itu tidak disertai dengan penjelasan teknik pelaksanaannya, tidak dilengkapi dengan instrumen, dan penjelasan mengenai wujud dan indikator capaian targetnya, guru sebaiknya secara kreatif mengambil keputusan terbaik untuk melengkapinya. Melalui adaptasi guru dapat mengubah, menambah, dan mereformulasikan metode dan teknik yang digunakan di dalam BSE sehingga pendidikan karakter yang diharapkan dapat terakomodasi. Sebagai contoh, metode observasi dapat digunakan untuk mengembangkan nilai karakter keingintahuan, metode diskusi untuk menumbuhkan nilai karakter kerja sama dan menghargai karya dan prestasi orang lain, metode tanya-jawab untuk mengembangkan nilai karakter kesantunan, metode pelatihan untuk mengembangkan nilai karakter kerja keras, metode demonstrasi untuk mengembangkan nilai karakter keberanian dan rasa percaya diri, metode kompetisi untuk mengembangkan nilai karakter berani menanggung risiko, dan metode pemodelan dapat digunakan untuk menumbuhkan berbagai nilai karakter sesuai dengan model yang digunakan dan tujuan yang ingin dicapai. c. Bahasa Bahasa yang digunakan di dalam BSE pada umumnya sudah sesuai dengan usia dan perkembangan kemampuan kebahasaan peserta didik. Diduga, BSE memiliki keterbacaan

yang cukup tinggi. Untuk usia anak pada awal memasuki sekolah menengah pertama, bahasa yang digunakan dalam BSE cukup sederhana dan mudah dipahami. Baik pilihan kata, struktur kalimat, ejaan, tanda baca, maupun gaya bahasa yang digunakan dalam BSE sesuai dan efektif bagi usia dan perkembangan kemampuan peserta didik. d. Grafika Sebagian besar BSE disusun dengan memperhatikan dan memenuhi prinsip-prinsip kegrafikaan. Materi ditulis dengan huruf Tahoma, Book Antiqua, atau Time New Roman dengan font 11 atau 12. Dengan demikian, semua materi dapat dibaca dengan jelas. Tata letak atau layout digarap dengan memperhatikan aspek keruangan, kemenarikan, dan keindahan. Ilustrasi, tanda dan gambar pada umumnya fullcolor dan disajikan dengan ukuran yang proporsional serta relevan dengan materi pembelajaran yang didukungnya. Jadi, secara keseluruhan, kegrafikaan dalam BSE memenuhi syarat dan menarik. Kemenarikan itu diharapkan dapat merangsang dan menimbulkan minat baca peserta didik. Demikian pula gambargambar yang disajikan sebagai sarana pendukung penyempaian materi pembelajaran. e. Potensi BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Karakter Sudah dikemukakan di atas bahwa BSE memiliki potensi yang cukup besar untuk dimuati pendidikan karakter di dalamnya. Adanya potensi itu di antaranya disebabkan oleh pendekatan yang digunakan dalam menyajikan materi pembelajaran, yaitu pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning). Dengan pendekatan kontekstual, materi pembelajaran disajikan secara tematik; bahkan tema-tema yang dipilih sebagian sudah berkenaan dengan nilai karakter tertentu. Tema-tema yang digunakan dalam BSE, di antaranya, ialah aktif dan kreatif, menjalin persahabatan, hidup penuh perjuangan, belajar dari pengalaman, kobarkan terus rasa nasionalisme, berkomunikasi secara santun, meraih prestasi melalui kreasi, membangun rasa percaya diri, hidup sehat dan bermanfaat, dan sebagainya. Di dalam tema-tema itu sudah tercermin nilai karakter tertentu, misalnya kreativitas, kerja sama, kepedulian, kejuangan, ingin tahu, evaluasi diri, keteladanan, nasionalisme, kesantunan, rasa percaya diri, hidup sehat, dan sebagainya. Di samping itu, nilai karakter pokok religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, dan demokratis pun sangat memungkinkan dan mudah untuk diintegrasikan di dalamnya.

Di samping itu, metode dan teknik kegiatan belajar yang digunakan dalam BSE juga sangat mendukung diintegrasikannya pendidikan karakter di dalam pembelajaran. Sebagai contoh, penggunaan metode observasi dengan teknik pengamatan, wawancara, percobaan (eksperimen), perbandingan, dan sebagainya, di dalamnya, sudah terkandung atau memungkinkan untuk dimuati pendidikan karakter tertentu. Melalui observasi dapat dikembangkan nilai karakter cinta ilmu, ingin tahu, berpikir logis, kritis, dan inovatif, jujur, disiplin, percaya diri, bertanggung jawab, dan sebagainya. Melalui wawancara dapat dikembangkan nilai karakter menghargai pendapat orang lain, berperilaku sopan, dan berbahasa dengan santun. Melalui percobaan dapat dikembangkan nilai karakter cinta ilmu, rasa ingin tahu, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan berpikir logis, kritis, dan inovatif. Melalui perbandingan dapat dikembangkan nilai karakter jujur, bertangung jawab, menghargai karya orang lain, ingin tahu, dan sebagainya. Melalui metode diskusi dengan teknik presentasi dan tanya jawab dapat dikembangkan nilai karakter menghargai pendapat orang lain, disiplin, jujur, bertanggung jawab, berperilaku sopan, dan berbahasa dengan santun. Demikian pula, melalui metode dan teknik yang lain. Walaupun aspek materi pembelajaran dan penyajiannya serta metode dan teknik yang digunakan dalam BSE sangat memungkinkan untuk dimuati pendidikan karakter tertentu; bahkan sebagian sudah berkenaan dengan pendidikan karakter tertentu, pada kenyataannya para penulis BSE belum secara sadar dan sengaja memfokuskan pembelajarannya pada pendidikan karakter. Setidaknya, target atau tujuan pembelajaran yang dirumuskan pada setiap unit pelajaran tidak difokuskan untuk itu. Oleh karena itu, para guru harus secara sadar dan kreatif mengambil keputusan untuk mereformulasi setiap unit pelajaran dalam BSE dengan memasukkan pendidikan nilai karakter di dalamnya. Cara yang dapat digunakan untuk itu di antaranya dengan mengubah, menambah, atau mempertegas setiap butir materi yang ada pada setiap unit pelajaran sehingga pengembangan nilai karakter tertentu dapat terakomodasi. Pengubahan, penambahan, dan penegasan itu tentu saja berkenaan dengan isi, kegiatan pembelajaran, dan sistem evaluasinya. Berikut ini dikemukakan contoh unit pelajaran bahasa Indonesia yang diambil dari BSE yang di dalamnya dapat diintegrasikan nilai-nilai karakter. f. Contoh Unit Pembelajaran dari BSE

Contoh unit pembelajaran bahasa Indonesia ini diambil dari BSE untuk SMP/MTs. kelas tujuh semester pertama yang ditulis oleh Endah Tri Priyatni, dkk.. Untuk keperluan ini gambar dan atau ilustrasi sengaja dihilangkan.

Setiap subunit dalam contoh unit pelajaran ini dapat dimuati dengan pendidikan karakter, baik pada subunit menceritakan pengalaman yang paling mengesankan, membaca cepat dan menyimpulkan isi bacaan, maupun pada subunit menulis pantun. Pendidikan karakter itu dapat diintegrasikan pada materi, kegiatan, dan evaluasi. Perhatikan dengan saksama kemungkinan pengintegrasian nilai karakter pada masingmasing subunit pelajaran berikut ini.

PELAJARAN I BELAJAR DARI PENGALAMAN Topik Pembelajaran: A. Menceritakan Pengalaman yang Paling Mengesankan B. Membaca Cepat dan Menyimpulkan Isi Bacaan C. Menulis Pantun A. Belajar dari Pengalaman Amatilah semua acara reality show di televisi. Hampir semua acara tersebut mengharuskan semua peserta untuk dapat bercerita. Nah, pada pembelajaran ini kamu pun akan belajar bercerita yang baik, runtut, mudah dipahami, dan pengalaman yang kamu ceritakan dapat diambil hikmahnya oleh para pendengar. Kemampuanmu bercerita akan lengkap apabila kamu juga memiliki pengetahuan yang luas melalui kegiatan membaca. Dalam pembelajaran ini kamu akan belajar membaca cepat sekaligus belajar menarik simpulan dari teks yang kamu baca. Keterampilan berbahasamu akan lengkap jika kamu juga bisa bersastra, yaitu menulis pantun. Kemampuanmu dalam menulis pantun ini akan memberi nilai tambah penampilanmu dalam berbahasa lisan di depan umum karena pantun dapat dimanfaatkan untuk menghangatkan suasana.

1. Bercerita tentang Mengesankan

Pengalaman

yang

paling

Pada pengantar kegiatan pembelajaran ini guru dapat menambahkan penjelasan untuk memotivasi peserta didik dalam mengenal, mengembangkan, dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam kehidupannya.

Tidak ada pengalaman yang sia-sia. Ada pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Ini berarti kita dapat belajar dari pengalaman, baik pengalaman yang kita alami sendiri maupun pengalaman orang lain. Agar kamu dapat menceritakan pengalamanmu yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan ungkapan peribahasa yang menarik, kamu akan melakukan serangkaian aktivitas berikut: (1) mengamati contoh pengalaman yang mengesankan, (2) menemukan ciri pengalaman yang mengesankan, (3) memilih pengalamanmu yang paling mengesankan untuk kamu ceritakan, (4) membuat kerangka cerita, dan (5) menyampaikan cerita yang telah kamu susun kerangkanya tersebut secara lisan dengan memberdayakan ungkapan/peribahasa. 2. Mengamati Mengesankan Contoh Pengalaman yang yang

Kita dapat belajar mengungkapkan pengalaman mengesankan dengan membaca contoh berikut!

Pengalaman 1Watashiwa wa Aku bersemangat sekali ikut kursus bahasa Jepang di Surabaya karena di samping tertarik dengan huruf-hurufnya, kudengar tempat kursus yang kutuju juga mempunyai sensei (guru) orang Jepang. Hari itu kami masuk kelas dengan gembira. Pada saat awal kami diberitahu oleh petugas administrasi bahwa di kelas kami ada dua nama yang sama, yaitu: Joko Bagus. Oleh

sebab itu, petugas kemudian menambahkan inisial A dan B pada akhir kedua nama itu. Pelajaran pertama diisi oleh sensei dari Jepang. Dia mengajak kami untuk saling memperkenalkan diri dengan memberikan contoh. Pertama, dia mencontohkan dengan memperkenalkan diri sendiri. Setelah itu, dia melihat daftar presensi dan mulai membaca nama yang ada untuk contoh. Dia katakan: Watashi wa Larasati des, dozoo yoroshiku. Kami mengangguk-angguk tanda mengerti. Setelah itu dia membaca presensi lagi dan mengatakan, Watashi wa, Joko Bagus Be des (baca: watashi wa joko bagus bedes) sampai di situ sontak kami tertawa riuh bahkan ada yang tertawa terpingkal-pingkal. Joko Bagus pun menggerutu dan bergumam dengan bahasa Suroboyoan: Aduuuhmosok, bagus-bagus ngene dikira bedes, Rek (Masak, cakep-cakep begini dikira kera.), Tawa kami pun semakin meledak dan sensei kami akhirnya ikut tersenyum-senyum walaupun wajahnya terlihat bingung (KL, Ajisai, Vol.1, No.1, Oktober 2002 dalam Kisyani, 2004).

Pengalaman 2Perjuangan Menjadi Finalis Pildacil Teman, namaku Trismunandar, kelas 5 SD. Aku ditunjuk oleh pihak sekolah untuk mengikuti pildacil, yaitu pemilihan dai cilik ke-3 di Lativi. Audisi di Yogyakarta dilaksanakan Januari lalu. Saat itu aku memilih tema tentang akhlak manusia. Aku grogi banget sampai lupa dan mengulang dua kali. Sebulan kemudian aku dipanggil kepala sekolah untuk mengikuti final pildacil di Jakarta. Teman, aku menangis sedih, karena aku buta dan membuatku tidak percaya diri. Rasa rendah diri terus menghantuiku. Aku takut, di Jakarta nanti tidak punya teman. Tapi, guru, teman-teman dan keluargaku terus memompa semangatku. Didampingi ibu, aku berangkat ke Jakarta. Di tempat karantina aku merasa tidak kerasan dan meminta Ibu untuk mengajakku pulang saja ke rumah. Namun Ibuku dengan sabar terus menasihatiku. Teman, ternyata dugaanku selama ini salah, keenam belas finalis lain selalu menghibur dan berkawan akrab denganku. Mereka tidak memandang sebelah mata terhadap keadaanku yang buta. Aku semakin kerasan dan tumbuh rasa percaya diriku. Aku juga semakin berani tampil di depan lensa kamera karena dibimbing kakak-kakak pembina. Setiap hari jadwal kegiatanku sudah ditentukan, seperti membaca materi, hafalan, kegiatan sosial, dan juga jalan-jalan lho! Sebenarnya aku tidak memiliki pengalaman berceramah, paling-paling cuma menjadi pewara atau MC di sekolah. Pengalamanku menjadi anggota Junior Yaketonis Band sebagai pemegang keyboard dan sering diundang tampil di berbagai acara dan sekaligus memenangkan beberapa kejuaraan di Yogyakarta mudah-mudahan bisa menambah rasa percaya diriku dan doakan ya mudah-mudahan dapat mengantarku menjadi juara.

Aku menyesal telah meratapi keadaanku. Mudah-mudahan Allah mengampuni segala kekhilafanku ini. Amin. (Dikutip dengan beberapa perubahan dari Mentari, Edisi 320 tahun XXIV 2006)

Pelajaran Nenek Penjual Sapu Seorang teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar