532
Penyunting: Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

RESEARCH DARI CIFOR DI JEPARA

Citation preview

Page 1: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Penyunting:Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Page 2: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel
Page 3: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Penyunting:Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Page 4: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

© 2013 Pusat Penelitian Kehutanan Internasional

Isi dari publikasi ini dibawah lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/3.0/

Shantiko B dan Purnomo H (ed.). 2013. Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel. Bogor, Indonesia: CIFOR.Cover foto oleh Diana Vela. Pengrajin perempuan mengikuti pelatihan finishing.

CIFORJl. CIFOR, Situ GedeBogor Barat 16115Indonesia

T +62 (251) 8622-622F +62 (251) 8622-100E [email protected]

cifor.org

Pandangan yang diungkapkan dalam buku ini berasal dari penulis dan bukan merupakan pandangan CIFOR, para penyunting, lembaga asal penulis atau penyandang dana maupun para peninjau buku.

Page 5: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Daftar Isi

Pendahuluan 1Bagian 1. Pelatihan Manajemen dan Organisasi 7

1.1. Pelatihan Manajemen dan Motivasi 81.2. Pelatihan Kewirausahaan untuk Perempuan 101.3. Pelatihan Manajemen Keuangan 13

Bagian 2. Pelatihan Pemasaran 152.1. Pelatihan Pengolahan Gambar 162.2. Pelatihan Manajemen Pameran Perdagangan dan Pengetahuan Ekspor 19

Bagian 3. Pelatihan Produk Hijau 213.1. Pelatihan Penelusuran Bahan Kayu untuk Pasar Ekspor 22

Bagian 4. Pelatihan Mutu, Desain dan Pengembangan Usaha 254.1. Pelatihan Standar Mutu Desain Mebel 264.2. Pelatihan Mengukir dan Desain untuk Perempuan 284.3. Pelatihan Finishing dan Pengembangan Usaha bagi Perempuan

30Lampiran Materi Pelatihan 32

1. Materi Pelatihan Manajemen dan Organisasi 332. Materi Pelatihan Pemasaran 973. Materi Pelatihan Produk Hijau 1644. Materi Pelatihan Mutu, Desain Dan Pengembangan Usaha 388

Page 6: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel
Page 7: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Mebel merupakan salah satu dari empat komoditas ekspor utama Indonesia selain minyak dan gas bumi. Tiga komoditas ekspor lainnya adalah kelapa sawit, pakaian jadi atau garmen dan karet. Ekspor mebel kayu Indonesia tahun 2012 bernilai 0,98 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 9,6 triliun dari total ekspor industri pengolahan kayu Indonesia sebesar 4,5 milyar dolar AS (UN comtrade, 2013). Sebagai negara berhutan tropis yang luas, Indonesia sangat berkepentingan dengan pengembangan nilai tambah produk hasil hutan yang keberlanjutan dari industri mebel. Alasan utamanya adalah karena industri ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, teknologinya relatif dikuasai, potensinya dalam meningkatkan nilai tambah yang tinggi dan menggunakan bahan baku dari sumber yang bisa terbaharui, yaitu hutan. Selain empat alasan ini, peran mebel di Indonesia tidak hanya sebatas komoditas tetapi juga merupakan bagian dari budaya dan peradaban masyarakat.

Jepara sebagai pusat industri mebel dikenal di Indonesia dan dunia. Industri mebel dan ukiran kayu Jepara menyumbang 26% ekonomi lokal dan 10% ekspor mebel Indonesia. Pada tahun 2010 terdapat 11.981 unit usaha mebel di kota ini, yang terdiri atas 92% unit kecil, 6% unit menengah, dan 2% unit besar, yang secara keseluruhan mempekerjakan lebih dari 100.000 orang (Tabel 1).

Pendahuluan

Page 8: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

2

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Mebel Jepara memiliki sejarah yang panjang secara ekonomi maupun budaya. Keterampilan membuat mebel telah dimiliki oleh orang Jepara sejak berabad yang lalu, yaitu sejak zaman Ratu Shima (abad ke-7), Ratu Kalinyamat (abad ke-16) dan R.A. Kartini (abad ke-19). Para leluhur mereka mewariskan keterampilan itu secara turun-temurun dalam suatu sistem pewarisan dan proses pembelajaran yang unik. Para pengrajin mebel meyakini bahwa keahlian dan keterampilan mereka membuat mebel merupakan warisan sejarah yang harus dijaga kelestariannya. Maka tidaklah mengherankan apabila jumlah pengrajin di Jepara mencapai ribuan dan tersebar di hampir seluruh kecamatan di kota Jepara (Gambar 1).

Penelitian riset aksi (action research) rantai nilai mebel (Furniture Value Chain Project - FVC), yang didanai oleh Australian Centre for International

Tabel 1. Jenis usaha mebel di JeparaJenis usaha JumlahUsaha tunggal

Penjualan kayu di TPK (Log park) 726Penggergajian (sawmill) 101Pengeringan (kiln and dry) 20Brak (workshop) 8.080Toko perlengkapan (ironmongery) 168Gudang (warehouse) 528Ruang pamer (showroom) 1.974Jumlah usaha tunggal 11.597

Usaha campuranPenjualan kayu dan penggergajian 137Brak dan ruang pamer 78Brak dan pengeringan 71Brak dan penjualan kayu 37Brak dan gudang 15Bisnis terpadu 46Jumlah usaha campuran 2.384

Jumlah total 11.981

Page 9: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

3

Agricultural Research (ACIAR) dilaksanakan sejak tahun 2008 hingga 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengupayakan terciptanya perbaikan struktur dan fungsi industri mebel Jepara dari perolehan bahan baku kayu hingga proses pemasaran mebelnya. Proyek FVC dilaksanakan oleh CIFOR, bekerja sama dengan Forum Rembug Klaster (FRK) Jepara, Pemerintah Kapubaten Jepara, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Balitbanghut) Kementerian Kehutanan, dan Fakultas Kehutanan Instititut Pertanian Bogor (IPB).

Gambar 1. Sebaran unit bisnis mebel di JeparaSumber: Achdiawan dan Puntodewo (2011)

Page 10: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

4

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Riset aksi ini mencakup rangkaian refleksi, perencanaan, tindakan dan pemantauan yang dilakukan berulang-ulang. “Refleksi” merupakan pengkajian dan pemahaman yang dalam tentang mebel Jepara, sedangkan “Perencanaan” menggambarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja pengrajin Jepara. Perencanaan ini kemudian ditindaklanjuti dengan “Tindakan” nyata di lapangan, yang diikuti dengan “Pemantauan” atas dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil pemantauan ini kemudian dilakukan pengkajian atau refleksi lagi dan seterusnya.

Pelatihan merupakan bagian dari “Tindakan” dalam rangkaian riset aksi. Sasarannya adalah para pengrajin, dengan tujuan utama untuk meningkatkan keterampilan mereka, khususnya yang terkait dengan produksi dan mencakup aspek pengelolaan dan pengorganisasian bisnis. Tema pelatihan ditentukan secara partisipatif dengan melibatkan para pengrajin, yang meliputi aspek bahan baku, produksi hingga pemasaran yang perlu ditingkatkan. Proyek FVC secara berkala berdiskusi dengan para pengrajin dan melakukan penjaringan tema atau topik pelatihan yang dirasa penting oleh para pengrajin. Kemudian tim proyek FVC akan memfasilitasi dan menghubungkan dengan para ahli yang sesuai dengan tema pelatihan.

Pelatihan merupakan suatu proses belajar dan bukan sulap yang langsung mengubah keadaan seketika. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan penghidupan dan kesejahteraan para pengrajin. Melalui berbagai pelatihan yang telah mereka ikuti, para pengrajin diharapkan akan melihat usaha mebel dengan perspektif yang berbeda. Dengan demikian bekal pemahaman dan pengetahuan ini dapat diterapkan dalam kegiatan bisnis mereka dan ditularkan kepada rekan sesama pengrajin.

Target utama pelatihan ini adalah pengrajin mebel skala kecil, termasuk namun tidak terbatas kepada anggota Asosiasi Pengrajin Kecil Jepara (APKJ). Pelatihan yang didesain khusus untuk perempuan tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi merupakan rangkaian “Tindakan” dari hasil penelitian sebelumnya yang menemukan adanya keterkaitan dan peranan perempuan dalam industri mebel.

Page 11: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

5

Tabel 2. Ringkasan tema dan tujuan pelatihanJudul Pelatihan Tujuan Target Peserta Metode WaktuManajemen dan motivasi

Meningkatkan motivasi dan kemampuan manajemen

Pemilik usaha mebel, pengrajin mebel

Pemaparan materi dan diskusi kelompok

2 hari

Kewirausahaan untuk Perempuan

Memberikan motivasi kewirausahaan dan pengetahuan manejemen

Perempuan pekerja usia produktif

Pemaparan materi di kelas (80%) dan praktek (20%)

1 ½ hari

Manajemen Keuangan

Memberikan pengetahuan prinsip pengelolaan keuangan dan cara memperoleh kredit bank

Pemilik bengkel kerja, pengrajin mebel, bendahara usaha

Pemaparan materi di kelas dan latihan lembar kerja

1 hari

Pengolahan gambar

Meningkatkan kemampuan olah digital sebagai salah satu cara promosi lewat internet

Pemilik usaha mebel, pengrajin

Pemaparan materi di kelas (50%) dan praktek (50%)

1 hari

Manajemen pameran perdagangan dan pengetahuan ekspor

Meningkatkan kemampuan menyiapkan pameran mebel yang efektif dan efisien

Pemilik usaha mebel

Pemaparan materi di kelas (70%) dan praktek (30%)

1 hari

Penelusuran bahan kayu untuk pasar ekspor

Mengenalkan sistem lacak balak dalam rangka tuntutan green product dan menghadapi pasar ekspor

Pemilik usaha mebel dan pengrajin mebel

Pemaparan materi di kelas (80%) dan praktek (20%)

3 hari

bersambungan

Page 12: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

6

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Panduan pelatihan ini disusun berdasarkan kumpulan materi pelatihan yang diadakan oleh proyek FVC selama tahun 2008 sampai 2013. Panduan ini ditujukan untuk memperluas dampak kegiatan riset aksi rantai nilai mebel di Jepara dan dapat dijadikan bahan rujukan oleh pihak-pihak berkepentingan dalam rangka pengembangan kapasitas pengrajin mebel di Indonesia.

Panduan ini terdiri dari empat bagian yang mencakup beragam tema di seputar rantai nilai. Bagian pertama menguraikan manajemen dan organisasi, bagian kedua mengenai aspek pemasaran, bagian ketiga tentang produk hijau dan bagian keempat tentang mutu, desain dan pengembangan usaha. Rincian tema dalam setiap bagian ditampilkan dalam Tabel 2.

Judul Pelatihan Tujuan Target Peserta Metode WaktuStandar mutu desain mebel

Memberikan pengetahuan mengenai struktur kayu dan penerapannya pada mebel

Pemilik bengkel kerja, pengrajin mebel

Pemaparan materi di kelas (80%) dan peragaan (20%)

1 hari

Mengukir dan desain untuk perempuan

Mengingkatkan keterampilan mengukir dan desain ukir serta kewirausahaan untuk perempuan

Pengrajin ukir perempuan usia produktif (maksimum 40 tahun)

Pemaparan materi di kelas (30%) dan praktek ukir (70%)

2 hari

Finishing dan pengembangan usaha bagi perempuan

Meningkatkan keterampilan finishing untuk pekerja perempuan

Perempuan usia produktif (maksimum 40 tahun ) dan bekerja sebagai penghamplas.

Pemaparan materi di kelas (50%) dan praktek (50%)

1 ½ hari

Tabel 2. (sambungan)

Page 13: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bagian 1. Pelatihan Manajemen dan Organisasi

Page 14: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

8

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

1.1. Pelatihan Manajemen dan MotivasiUsaha kecil dan menengah umumnya dijalankan dengan manajemen tradisional dan tidak menggunakan pencatatan keuangan usaha. Kemampuan manajemen yang ditunjang oleh motivasi yang kuat merupakan kunci keberhasilan usaha dalam jangka panjang. Pelatihan ini memberikan pengetahuan dasar-dasar kemampuan yang perlu dimiliki sebagai pengrajin sekaligus pedagang. Peserta diajak memahami segala sesuatu yang berkaitan dan yang memengaruhi pengadaan, pemasaran dan penjualan produknya sehingga mampu menciptakan terobosan baru yang terpadu dan efektif dalam usaha pencapaian target pemasaran dan penjualan.

Tujuan: 1. Memberikan motivasi peserta untuk menciptakan terobosan baru secara

terpadu yang efektif dalam mencapai target pemasaran dan penjualan (desain dan kualitas produk, pengembangan jaringan serta karakter dan performa personal).

2. Memberikan pengetahuan mengenai penetapan rencana dan pengelolaan kegiatan pemasaran dan penjualan produk secara efektif sebagai panduan dalam menghadapi persaingan dan dinamika kondisi perekonomian nasional.

Target peserta: Pemilik usaha mebel dan pengrajin mebel.

Hasil yang diharapkan: 1. Peserta mampu meningkatkan motivasi diri dan mampu menjadi

motivator bagi orang lain.2. Peserta memiliki kemampuan dasar yang perlu dimiliki sebagai pengrajin

sekaligus sebagai pedagang.3. Peserta mengidentifikasi dan memetakan segala sesuatu yang berkaitan

dan yang memengaruhi pengadaan, pemasaran dan penjualan produknya.4. Peserta memahami dampak dari kelangsungan produk mereka di masa

depan bagi perekonomian daerah. 5. Peserta memahami pentingnya melakukan berbagai upaya

mempertahankan citra popularitas produknya.

Page 15: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

9

Metode: Pemaparan materi di kelas dan diskusi kelompok

Waktu: 2 (dua) hari

Materi: 1. Pemantapan Motivasi2. Pembekalan Kemampuan Dasar3. Identifikasi dan Pemetaan4. Penunjang Faktor Sukses5. Pertahanan Nilai dan Citra

Page 16: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

10

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

1.2. Pelatihan Kewirausahaan untuk PerempuanIndustri mebel tidak hanya digeluti oleh kaum laki-laki saja, tetapi juga melibatkan dan ditekuni oleh kaum perempuan sebagai upaya untuk menopang perekonomian keluarga. Untuk mendukung usaha, perempuan perlu menguasai kewirausahaan dan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sukses dalam usaha. Pelatihan ini diberikan khusus untuk perempuan sebagai upaya pemberdayaan perempuan dan membuka kesempatan serta peluang untuk mengembangkan diri dan usaha. Selain materi kewirausahaan, pelatihan ini memberikan penekanan tentang pengelolaan sederhana di bidang keuangan.

Tujuan: 1. Memberikan motivasi dan wawasan mengenai kewirausahaan

bagi perempuan

Peserta serius mengikuti acara pelatihan. Foto oleh: xxxxxxxxxxxxxx

Page 17: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

11

Peserta menikmati bagian permainan yang menggembirakan dari pelatihan. Foto oleh: xxxxxxxxxxxxxx

2. Mendorong aktualisasi diri bagi perempuan untuk mengembangkan potensi dan kemandirian sehingga mereka dapat meningkatkan perekonomian keluarga.

3. Membuka wawasan bagi wirausaha perempuan agar mampu dan mempunyai keinginan untuk lebih maju dan sukses.

Target peserta: Perempuan pekerja usia produktif (maksimum 40 tahun), jumlahnya sebanyak 30 peserta

Hasil yang diharapkan: 1. Peserta mampu menerapkan prinsip pengelolaan keuangan dalam

usaha mereka.

Page 18: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

12

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2. Wirausaha perempuan mampu mengembangkan diri, potensi dan usaha dalam jangka panjang, meningkatkan perekonomian keluarga dan menciptakan lapangan kerja bagi perempuan lainnya.

Metode: Pemaparan materi di kelas (80%) dan praktek (20%)

Waktu: 1 ½ (satu setengah) hari

Materi: 1. Motiivasi

a. Mengenal visi, misi dan strategib. Pengukuran kinerja dan evaluasi

2. Kiat menjadi wirausaha suksesa. Karakteristik wirausaha perempuanb. Strategi pemasaranc. Memilih bidang yang tepatd. Strategi meraih sukses

3. Pengelolaan keuangana. Mengenal akuntansi dan prosedurnyab. Mengenal laporan keuanganc. Persamaan akuntansid. Contoh kasus

4. Peluang kerja sama Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dengan sektor swasta (Studi Kasus)

Page 19: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

13

1.3. Pelatihan Manajemen KeuanganUsaha kecil dan menengah umumnya dikelola secara tradisional dan umumnya pencatatan keuangan usaha tidak ada karena dianggap rumit dan berbiaya tinggi. Mereka sering tidak mengetahui status keuangan usaha apakah mereka mendapatkan laba atau merugi. Pada gilirannya kurangnya informasi penting ini dapat menghambat perkembangan usaha. Pelatihan ini memberikan pengetahuan dasar-dasar pengelolaan keuangan secara sederhana yang mudah diterapkan untuk skala usaha kecil dan menengah. Bagi pengusaha yang ingin mengembangkan usaha lebih lanjut, materi yang terkait dengan permodalan dan akses kredit juga diberikan.

Tujuan: 1. Memberikan pengetahuan mengenai prinsip dasar mengelola keuangan,

laporan keuangan dan akuntansi sederhana.2. Memberikan pengetahuan tentang kredit perbankan, jenis kredit dan

prosedur mendapatkan kredit.

Target peserta: Pemilik bengkel kerja, pengrajin mebel, bendahara usaha

Hasil yang diharapkan: 1. Peserta memahami dasar-dasar pengelolaan keuangan, laporan keuangan

dan akuntansi sederhana.2. Peserta dapat menggunakan pengelolaan keuangan sederhana dalam

usaha yang dijalankan.3. Peserta mendapatkan informasi lengkap mengenai kredit perbankan dan

mengetahui prosedur untuk memperoleh kredit.

Metode: Pemaparan materi di kelas dan latihan lembar kerja

Waktu: 1 (satu) hari

Materi: 1. Permodalan dan cara mengelola kredit

a. Fungsi kreditb. Jenis kredit bank

Page 20: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

14

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

c. Aspek penilaian kredit oleh Bankd. Permasalahan dan hal-hal yang penting dalam pengajuan kredite. Studi Kasus KUR BRI: ketentuan umum dan kebijakan prosedur kredit

2. Teknik penentuan harga jual produk mebela. Lembar kerja teknik menentukan harga jual berdasarkan

kubikasi komponen3. Pengelolaan dan pembukuan keuangan

a. Prinsip dasar mengelola keuanganb. Dasar pembukuan keuangan

Page 21: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bagian 2. Pelatihan Pemasaran

Page 22: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

16

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2.1. Pelatihan Pengolahan Gambar Memasarkan produk dengan menggunakan sarana internet dikenal sebagai bisnis online. Model bisnis ini kini makin diminati seiring dengan kemudahan masyarakat untuk mengakses internet oleh. Bisnis online menawarkan kemudahan dalam pertukaran informasi termasuk transaksi, karena cukup memajang foto dan informasi produk di website dan bisa dilakukan secara mobile (bergerak). Salah satu prasyarat penting pemasan ini adalah tampilan gambar yang terang, tajam dan komposisinya menarik. Pelatihan ini akan memberikan dasar-dasar pengolahan gambar menggunakan software pengolah gambar untuk memperbaiki tampilan sebelum gambar dimuat ke website. Pelatihan disampaikan dalam bentuk presentasi dan praktek mengolah gambar.

Tujuan: 1. Meningkatkan kemampuan dalam mengedit gambar dengan

menggunakan program Adobe Photoshop.2. Meningkatkan kemampuan dalam memperbarui informasi dan gambar

pada profil usaha pengrajin yang dipromosikan melalui situs Javamebel.3. Menjadikan forum pelatihan sebagai media untuk berbagi pengalaman

dan pengetahuan di antara peserta pelatihan.

Target peserta: Pemilik usaha mebel, pengrajin

Hasil yang diharapkan: 1. Peserta dapat mengerjakan fungsi-fungsi dasar editing gambar.2. Peserta memiliki pemahaman yang cukup untuk mengembangkan

kemampuan editing gambar pada tahapan yang lebih tinggi secara mandiri.

3. Peserta dapat meningkatkan kualitas gambar-gambar pada profil pengrajin yang dipromosikan melalui situs Javamebel.

Metode: Pemaparan materi di kelas (50%) dan praktek (50%)

Waktu: 1 (satu) hari

Page 23: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

17

Gambar yang jelas dan terang merupakan kunci pemasaran online. Foto oleh: xxxxxxxxxxxxxx

Materi: 1. Mengoperasikan tool dan palette

a. Navigatorb. Zoomc. Handd. Eyedroppere. Memilih warna

2. Teknik-teknik dasara. Backupb. Transformasic. Canvasd. Memilih format file

3. Bekerja dengan layer (bagian 1)a. Menciptakan layerb. Menghapus layer

Page 24: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

18

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

c. Menggabungkan layerd. Melakukan flattening

4. Bekerja dengan layer (bagian 2)a. Layer maskb. Beberapa operasi pada layer mask

5. Bekerja dengan teksa. Pemilihan fontb. Mode anti-aliasc. Warp text

6. Praktek pengolahan gambar

Page 25: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

19

2.2. Pelatihan Manajemen Pameran Perdagangan dan Pengetahuan EksporKegiatan pemasaran merupakan bagian tidak terpisahkan dari siklus produksi suatu produk. Dalam konteks produk mebel, pemasaran dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain pemasaran langsung, menggunakan ruang pamer, menyebarkan katalog produk dan mengikuti pameran. Pelatihan ini dirancang khusus untuk menyiapkan pengrajin yang akan mengikuti pameran, karena anyak pengrajin yang masih menggunakan satu teknik pemasaran saja. Karena itupelatihan ini diharapkan dapat membuka wawasan, pengetahuan dan pemahaman baru bagi mereka. Materi disampaikan dalam bentuk presentasi dan praktek.

Tujuan: 1. Untuk meningkatkan kesiapan para pengrajin dalam rangka

menghadapi pameran yang diadakan di tingkat lokal, nasional dan bahkan internasional.

2. Untuk memberikan pengetahuan bagaimana menyiapkan pameran yang efektif dan efisien termasuk teknik penataan stand pameran agar menarik pengunjung.

3. Menjadikan pelatihan sebagai sarana berbagi pengalaman dan pengetahuan di antara peserta.

Target peserta: Pemilik usaha mebel

Hasil yang diharapkan: 1. Peserta memahami tahapan yang diperlukan untuk mengikuti pameran

yang efektif dan efisien.2. Peserta dapat merencanakan dan melaksanakan pameran serta

menindaklanjuti setelah pameran berakhir.3. Peserta termotivasi untuk mengikuti pameran dan lebih percaya diri

menghadapi calon pembeli.

Metode: Pemaparan materi di kelas (70%) dan praktek (30%)

Waktu: 1 (satu) hari

Page 26: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

20

Materi: 1. Manajemen Pameran Perdagangan

a. Tujuan utama mengikuti pameran perdaganganb. Beberapa kesalahan umum perusahaan kurang berhasil dalam

pameran perdaganganc. Menganalisis hasil dari pameran dagang sebelumnyad. Persiapan sebelum pameran perdagangane. Membuat rencana tindak lanjut setelah pameran berakhirf. Teknik negosiasi dan cara menghadapi pembeli

2. Role play dan praktek pengisian buku kerja rencana pameran perdagangan

Aplikasi desain dalam pameran perdagangan. Foto XXXXXXXXXXXXXXX

Page 27: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bagian 3. Pelatihan Produk Hijau

Page 28: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

22

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

3.1. Pelatihan Penelusuran Bahan Kayu untuk Pasar EksporSebagai akibat dari kegiatan kampanye produk hijau (green product)” dari berbagai pihak, para kelompok pembeli produk kayu di berbagai negara maju mulai menekankan syarat produk ramah lingkungan (ecolabel) untuk barang-barang dari kayu yang akan diperdagangkan di pasar mereka. Para pembeli menghendaki adanya jaminan bahwa baku produk kayu yang dihasilkan dan mereka beli jelas asal usulnya, yaitu dari hutan yang dikelola secara lestari. Penelusuran bahan baku produk kayu tersebut lazim disebut dengan Chain of Custody (CoC) atau sistem lacak balak. Sistem sertifikasi produk lacak balak berusaha menjamin kemamputelusuran hasil hutan dari konsumen akhir, distributor produk, industri kayu, hingga ke unit pengelolaan hutan produksi yang dikelola secara lestari. Pelatihan ini mengenalkan sistem lacak balak ini dan bagaimana penerapannya dalam industri mebel untuk pasar ekspor.

Tujuan 1. Untuk memperkenalkan sistem penelusuran bahan kayu (CoC) yang

merupakan bagian dari sertifikasi produk ramah lingkungan. 2. Untuk meningkatkan kesiapan para pengrajin dalam rangka menghadapi

dan mengantisipasi tuntutan pasar ekspor melalui produk hijau.

Target peserta: Pemilik usaha mebel dan pengrajin mebel

Hasil yang diharapkan: 1. Peserta memahami pentingnya sistem penelusuran bahan kayu (CoC)

dan memahami tahapan persiapan, implementasi dan pemantauan lacak balak.

2. Peserta dapat mengimplementasikan sistem penelusuran bahan kayu (CoC) dalam usaha mebel.

Metode: Pemaparan materi di kelas (80%) dan praktek (20%)

Waktu: 3 (tiga) hari

Page 29: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

23

Suasana pelatihan penelusuran bahan kayu. Foto oleh xxxxxxxxxxxx

Materi: 1. Pemahaman Sistem Lacak Balak Industri Perkayuan

a. Manfaat Penerapan Sistem CoC terhadap Pelangganb. Pemahaman dan Prinsip CoC untuk UKM

2. Pemahaman Standar Sistem Lacak Balak (CoC)a. Standar Pengolahan Hutan Tanaman Lestari skala kecilb. Rantai Rute Pergerakan Kayu CoCc. Penerapan CoC di Hutan dan Industri/Manufaktur

3. Penerapan dan Pengendalian Inventorisasi pada Industri Permebelana. Identifikasi Sistem dan Produk Lacak Balak b. Penerapan Sistem Penundaan dan Penataan Lay Out c. Aliran Bahan Baku Industri Permebelan skala kecil

Page 30: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

24

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4. Implementasi Lacak Balak pada Rantai Penerimaan/Pembelian Bahan Baku Kayu dan Pengiriman/Penjualan Produka. Model Keterkaitan Pengendalian Rantai Pasokan skala kecilb. Standar FSC (Forest Stewardship Council) tentang Penerimaan dan

Penyimpanan Bahanc. Pembinaan Bahan Baku untuk industri skala kecil

5. Persyaratan Lacak Balak untuk Penelusuran Fisik Aliran Baranga. Kondisi Umum dan Inspeksi Lacak Balak Fisikb. Kebijakan, Prosedur dan Instruksi Kerjac. Instrumen Lacak Balak

6. Persyaratan Lacak Balak untuk Inspeksi Bukti Rekaman Penerapana. Pengadaan Label dan Pembuatan Kode Rekamanb. Inspeksi Dokumen

7. Persyaratan Dokumentasia. Persyaratan Dokumentasi CoC-FSCb. Identifikasi Kebutuhan Rekaman Standar FSC

8. Teknis dan Pelaksanaan Audit Internal Sistem Lacak Balaka. Teknis auditb. Pengembangan rencana pengrajin untuk implementasi CoC

Page 31: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bagian 4. Pelatihan Mutu, Desain dan Pengembangan Usaha

Page 32: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

26

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4.1. Pelatihan Standar Mutu Desain MebelPemahaman mengenai struktur dan konstruksi kayu penting untuk menyiapkan desain mebel yang baik dan sesuai dengan kebutuhan. Perbedaan jenis kayu mempengaruhi kekuatan, keawetan dan tingkat penyusutannya. Aspek teknis ini perlu dipahami untuk menentukan jenis perlakuan yang sesuai untuk meningkatkan kekuatan dan keawetan produk mebel yang dihasilkan. Pelatihan ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai struktur kayu dan penerapannya pada mutu desain produk mebel, antara lain konstruksi kayu dan sifat kayu yang berpengaruh kepada mesin dan mutu desain mebel.

Tujuan: Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai struktur kayu dan penerapannya pada mutu desain produk mebel

Target peserta: Pemilik bengkel kerja dan pengrajin mebel

Aplikasi desain pada produk mebel. foto oleh xxxxxxxxxx

Page 33: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

27

Hasil yang diharapkan: 1. Peserta memahami konstruksi dan sifat kayu. 2. Peserta dapat menerapkan pengetahuan konstruksi dan sifat kayu pada

mutu desain kayu dan mebel.

Metode: Pemaparan materi di kelas (80%) dan peragaan (20%)

Waktu: 1 (satu) hari

Materi: 1. Konstruksi kayu

a. Penggolongan kayub. Aspek yang berhubungan dengan kekuatan konstruksic. Pemilihan konstruksi (kursi, almari dan meja)

2. Sifat kayu yang berpengaruh kepada mesina. Pola permukaan seratb. Kadar air dan penyusutan kayuc. Arah serat tumbuh kayu d. Kekerasan Kayue. Cacat-cacat kayuf. Teknik penggunaan gergaji mesin

3. Bahan kayu dan mutu desain mebela. Desain mebel berdasarkan sistem produksib. Prinsip umum desainc. Prinsip desain sehubungan dengan prinsip manufakturd. Desain dan elemen pemasaran

Page 34: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

28

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4.2. Pelatihan Mengukir dan Desain untuk PerempuanJepara terkenal sebagai kota ukir sejak awal abad ke-19. Bahkan kesenian dan keterampilan mengukir dikuasai oleh pengrajin diwariskan secara turun temurun. Mengukir merupakan unsur seni yang berkembang terus menerus dan elemen desain ukir inilah yang menjadi daya tarik utama mebel Jepara. Oleh karena itu, pengrajin perlu senantiasa memperbarui pengetahuan tentang perkembangan desain baru selain penguasaan terhadap desain-desain yang sudah ada. Pelatihan ini dirancang untuk pengrajin pengukir perempuan yang mendominasi bidang pekerjaan mengukir. Pelatihan ini terdiri dari pengetahuan dasar mengukir dan desain yang diikuti oleh praktek mengukir. Selain itu, materi kewirausahaan dan keterampilan dasar perhitungan kubikasi produk mebel diberikan untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman.

Perempuan mengukir. foto oleh xxxxxxx

Page 35: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

29

Tujuan: 1. Mengenalkan aspek seni budaya yang ada di Jepara, terutama seni ukir. 2. Memberikan pengetahuan mengenai teori mengukir.3. Memberikan wawasan dan motivasi kepada pengrajin ukir agar mampu

dan mempunyai keinginan untuk lebih maju.

Target peserta: Pengrajin ukir perempuan usia produktif (maksimum 40 tahun) Jumlah peserta sebanyak 30 peserta

Hasil yang diharapkan: 1. Peserta memahami dasar teori mengukir dan dapat mengembangkannya

lebih lanjut.2. Pengrajin ukur dapat mengembangkan diri, potensi dan usaha dalam

jangka panjang.

Metode: Pemaparan materi di kelas (30%) dan praktek ukir (70%).

Waktu: 2 (dua) hari

Materi: 1. Sekilas tentang ragam budaya dan seni di Jepara2. Pengenalan teori mengukir

a. Pengenalan alat dan bahanb. Teknik dan tahapan mengukirc. Ornamen, motif dan ragam hias ukiran

3. Kewirausahaana. Pola pikir dan motivasib. Berbagi pengalaman usaha mengukirc. Teknik perhitungan kubikasi

4. Praktek mengukir

Page 36: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

30

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4.3. Pelatihan Finishing dan Pengembangan Usaha bagi Perempuanindustri mebel tidak hanya digeluti oleh kaum laki-laki saja, tetapi juga ditekuni oleh kaum perempuan sebagai sarana untuk menopang perekonomian keluarga. Dalam kenyataannya, dari sisi keterampilan dan kesejahteraannya kaum perempuan, terutama di kalangan buruh harian lepas, masih sangat jauh tertinggal dibandingkan para pekerja laki-laki. Kegiatan pemberdayaan perempuan melalui pelatihan, pembinaan, dan pendampingan bagi perempuan usia produktif diharapkan membuka kesempatan untuk mengembangkan diri dan usaha mereka.

Tujuan: 1. Sebagai sarana untuk memberikan tambahan pengetahuan dan

peningkatan kemampuan bagi perempuan, khususnya yang bekerja sebagai buruh harian lepas finishing.

2. Untuk mendorong aktualisasi diri bagi perempuan dalam upaya mengembangkan potensi dan kemandirian guna meningkatkan perekonomian keluarga.

3. Membuka wawasan bagi kaum perempuan yang bekerja sebagai buruh agar mampu dan mempunyai keinginan untuk lebih maju dan berdikari.

Target peserta: Wanita usia produktif (maksimum 40 tahun) dan bekerja sebagai penghamplas. Jumlah peserta sebanyak 30 peserta

Hasil yang diharapkan: 1. Pekerja perempuan, khususnya buruh harian lepas finishing mebel,

mampu mengembangkan diri, potensi dan usaha dalam jangka panjang.2. Keterlibatan perempuan dalam industri mebel dapat meningkatkan

perekonomian keluarga dan menciptakan lapangan kerja bagi perempuan.

Metode: Pemaparan materi di kelas (50%) dan praktek (50%)

Waktu: 1 ½ (satu setengah) hari

Page 37: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

31

Materi: 1. Pengenalan bahan dan alat finishing mebel

a. Teori finishing mebelb. Teknik mengamplas c. Langkah kerja finishing politer

2. Praktek finishing mebel

Gambar 9. Peserta mempelajari praktek finishing

Page 38: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Lampiran Materi Pelatihan

1. Materi Pelatihan Manajemen dan Organisasi1.1. Pelatihan manajemen dan motivasi 1.2. Pelatihan kewirausahaan untuk perempuan1.3. Pelatiha n manajemen keuangan

2. Materi Pelatihan Pemasaran 2.1. Pelatihan pengolahan gambar 2.2. Pelatihan manajemen pameran perdagangan dan pengetahuan ekspor

3. Materi Pelatihan Produk Hijau 3.1. Pelatihan penelusuran bahan kayu untuk pasar ekspor

4. Materi Pelatihan Mutu, Desain dan Pengembangan Usaha 4.1. Pelatihan standar mutu desain mebel 4.2. Pelatihan mengukir dan desain untuk perempuan 4.3. Pelatihan finishing dan pengembangan usaha bagi perempuan

Page 39: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

33

APKJ breakthrough to achieve excellence marketing and sales target

Oleh: Yunus Gino Alexander

Seminar ini bertujuan mengarahkan dan memotivasi peserta untuk menciptakan terobosan baru secara terpadu yang efektif dalam usaha pencapaian target pemasaran dan penjualan (design dan kualitas produk, pengembangan jaringan serta karakter dan performa personal).

Seminar ini bertujuan membantu peserta memiliki pengetahuan mengenai penetapan rencana dan pengelolaan kegiatan pemasaran dan penjualan produk secara efektif sebagai panduan dalam menghadapi persaingan dan dinamika kondisi perekonomian nasional.

Materi Seminar1. Pemantapan Stabilitas Motivasi

Memberikan penguatan motivasi kepada peserta untuk mencapai tujuan melalui upaya penciptaan berbagai terobosan baru serta membangun kemampuan peserta menjadi motivator bagi orang lain.

2. Pembekalan Kemampuan DasarMembekali peserta dengan kemampuan dasar yang perlu dimiliki dalam konteks sebagai pengrajin sekaligus sebagai pedagang.

3. Identifikasi dan PemetaanMembantu peserta melakukan identifikasi dan pemetaan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dan yang mempengaruhi pengadaan, pemasaran dan penjualan produknya.

1. Materi Pelatihan Manajemen dan Organisasi1.1. Pelatihan Manajemen dan Motivasi

Page 40: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

34

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4. Penunjang Faktor SuksesMembantu peserta dalam menyusun dan menetapkan faktor-faktor pendukung yang menunjang pencapaian keberhasilan pemasaran dan penjualan produknya.

5. Pertahanan Nilai dan CitraMemberikan pemahaman mengenai dampak dari kelangsungan masa depan produk terhadap perekonomian daerah dan memberikan pemahaman mengenai pentingnya melakukan berbagai upaya mempertahankan citra popularitas produknya.

Proses Mencapai TujuanSetiap orang harus memiliki motivasi dan kegigihan dalam proses mencapai tujuan yang diharapkan kekuatan iman percaya kepada kuasa Tuhan adalah landasan motivasi dan kegigihan bakat dan pengetahuan adalah peluang dan penunjang

Pemantapan Stabilitas MotivasiMemberikan penguatan motivasi kepada peserta untuk mencapai tujuan melalui upaya penciptaan berbagai terobosan baru serta membangun kemampuan peserta menjadi motivator bagi orang lain.

1. Pengenalan peranan motivasi dalam hidup dan bisnis2. Panduan mencapai motivasi dan kegigihan mencapai tujuan3. Pemetaan dan identifikasi kelemahan dan kekuatan personal4. Strategi mempertahankan stabilitas motivasi dalam kondisi sulit5. Perencanaan tindakan dan penetapan tujuan realitis mencapai hasil6. Menjadi motivator bagi orang lain

Tentang Perubahan“Perubahan kondisi terjadi apabila ada yang berani berubah untuk menciptakan perubahan”

Pembekalan Kemampuan DasarMembekali peserta dengan kemampuan dasar yang perlu dimiliki dalam konteks sebagai pengrajin sekaligus sebagai pedagang.

Page 41: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

35

1. Pengendalian sikap dan sifat 2. Penjualan yang menarik perhatian dan minat 3. Kekuatan komunikasi yang informatif 4. Penyusunan dan pengaturan organisasi 5. Pengenalan situasional dan target konsumen6. Penampilan personal berdasarkan konteks situasi 7. Memenangkan presentasi produk

Tentang PeluangSetiap peluang hadir ketika anda menciptakannya setiap peluang membuahkan hasil ketika anda berani menjalankannya maka berkaryalah untuk mendapatkan yang diharapkan

Identifikasi dan PemetaanMembantu peserta melakukan identifikasi dan pemetaan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dan yang mempengaruhi pengadaan, pemasaran dan penjualan produknya.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produk2. Perilaku minat konsumen terhadap produk3. Kekuatan produk pesaing domestik / mancanegera4. Perbandingan produk dengan pesaing domestik / mancanegara5. Perencanaan tindakan secara terpadu

Tentang ResponSetiap orang tidak dapat memilih situasi dan kondisi tetapi setiap orang selalu dapat memilih bagaimana merespon suatu situasi dan kondisi yang dihadapinya

Penunjang Faktor SuksesMembantu peserta dalam menyusun dan menetapkan faktor-faktor pendukung yang menunjang pencapaian keberhasilan pemasaran dan penjualan produknya.

Page 42: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

36

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

1. Menetapkan visi sebagai sasaran jangka panjang2. Menyusun perencanaan tindakan sebagai misi yang terarah3. Membangun perluasan jaringan, termasuk dengan pesaing4. Menyatukan dukungan dalam optimalisasi peranan dan fungsi asosiasi 5. Memiliki kesatuan komitmen menjalankan seluruh perencanaan tindakan

Tentang Hidup dan Usaha“Kehidupan dan upaya ibarat naik sepeda, anda tidak akan jatuh kecuali anda berencana untuk berhenti mengayuhnya”

Pertahanan Nilai dan CitraMemberikan pemahaman mengenai dampak dari kelangsungan masa depan produk terhadap perekonomian daerah dan memberikan pemahaman mengenai pentingnya melakukan berbagai upaya mempertahankan citra popularitas produknya.

1. Pemahaman terhadap dampak kelangsungan bisnis produk2. Memantau perkembangan kekuatan produk pesaing3. Menciptakan inovasi produk yang orisinil dan khas4. Mempertahankan kekuatan kesatuan misi

Page 43: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

37

1.2. Pelatihan Kewirausahaan untuk Perempuan

a. Bagaimana Mencapai Apa Yang Kita Mau

RIRIN WULANDARI, SE, MM

1Ririn Wulandari

SISTEM DI DALAM TUBUH

BERINTERAKSI DG SISTEM DI LUARTUBUH

2Ririn Wulandari

Page 44: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

38

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

SISTEM PENGENDALIAN FORMAL

VISI

STRATEGI

TUJUAN

MISI

FaktorLingkungan

PENYUSUNANPROGRAM

PENGUKURAN

KINERJA/AKUNTANSI

ANGGARAN EVALUASI

3Ririn Wulandari

APA YANG DIMAKSUD?

VISI : GAMBARAN YANG KITA INGINKAN, CITA-CITA

MISI : HAL-HAL YANG DILAKUKAN AGARTERCAPAI VISI

TUJUAN: HAL YANG AKAN DITUJUPROFITABILITASKEPUASAN BERBAGAI PIHAK

STRATEGI :CARA UNTUK MENCAPAI TUJUANDAN VISI: STRATEGI PRODUK, STRATEGIPRODUKSI. STRATEGI PEMASARAN, STRATEGIADMINISTRASI DAN KEUANGAN

VISI : GAMBARAN YANG KITA INGINKAN, CITA-CITA

MISI : HAL-HAL YANG DILAKUKAN AGARTERCAPAI VISI

TUJUAN: HAL YANG AKAN DITUJUPROFITABILITASKEPUASAN BERBAGAI PIHAK

STRATEGI :CARA UNTUK MENCAPAI TUJUANDAN VISI: STRATEGI PRODUK, STRATEGIPRODUKSI. STRATEGI PEMASARAN, STRATEGIADMINISTRASI DAN KEUANGAN

4Ririn Wulandari

Page 45: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

39

PROGRAM DAN ANGGARAN

PROGRAM: BERAPA UNIT PRODUKSIMESIN2 APA YANG HARUS DIBELITENAGA KERJA YANG DIPERLUKANPROGRAM PROMOSIDANA YANG DIGUNAKAN

ANGGARAN

PROGRAM: BERAPA UNIT PRODUKSIMESIN2 APA YANG HARUS DIBELITENAGA KERJA YANG DIPERLUKANPROGRAM PROMOSIDANA YANG DIGUNAKAN

ANGGARAN

5Ririn Wulandari

PENGUKURAN DAN EVALUASI

PENGUKURAN KINERJA: FINANSIAL : AKUNTANSI NONFINANSIAL : PENINGKATAN BUYER

BARU

EVALUASI : MEMBANDINGKANANTARA ANGGARAN DAN HASILPENGUKURAN KINERJA

PENGUKURAN KINERJA: FINANSIAL : AKUNTANSI NONFINANSIAL : PENINGKATAN BUYER

BARU

EVALUASI : MEMBANDINGKANANTARA ANGGARAN DAN HASILPENGUKURAN KINERJA

6Ririn Wulandari

Page 46: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

40

b. Pencatatan Keuangan Akuntansi

PENCATATAN KEUANGAN-

AKUNTANSI

Ririn Wulandari, SE,MM

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

PEREMPUAN JEPARA

1

MENGAPA PERLU AKUNTANSI

PERUSAHAAN BERKEMBANG

MEMORI TERBATAS

PERUSAHAAN BERKEMBANG

MEMORI TERBATAS

2

Page 47: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

41

MENGAPA PERLU AKUNTANSI

MEMISAHKAN AKTIVA PERUSAHAAN DAN

AKTIVA PEMILIK

MEMENUHI PERSYARATAN PERBANKAN

ATAU LEMBAGA LAIN

EVALUASI KINERJA

MEMISAHKAN AKTIVA PERUSAHAAN DAN

AKTIVA PEMILIK

MEMENUHI PERSYARATAN PERBANKAN

ATAU LEMBAGA LAIN

EVALUASI KINERJA

3

AKUNTANSI ?

MENCATAT, MENGKLASIFIKASIKAN, DAN

MENYAJIKAN REKAPITULASI KEKAYAAN,

HASIL USAHA, PERUBAHAN MODAL,

SERTA ARUS KAS MASUK DAN KELUAR

MENCATAT, MENGKLASIFIKASIKAN, DAN

MENYAJIKAN REKAPITULASI KEKAYAAN,

HASIL USAHA, PERUBAHAN MODAL,

SERTA ARUS KAS MASUK DAN KELUAR

4

Page 48: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

42

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

HASIL AKUNTANSI

LAPORAN KEUANGAN:

LAPORAN RUGI LABA

LAPORAN NERACA

LAPORAN PERUBAHAN MODAL

LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN KEUANGAN:

LAPORAN RUGI LABA

LAPORAN NERACA

LAPORAN PERUBAHAN MODAL

LAPORAN ARUS KAS

5

PROSEDUR AKUNTANSI

Neraca Saldo

6

Bukti

transaksi

Pencatatan

harian Pengklasifikasian

Jurnal Penyesuaian

Neraca Saldo

Lap Keuangan

Page 49: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

43

BUKTI TRANSAKSI

KEGIATAN PENJUALAN

PEMBELIAN

PEMBAYARAN GAJI

PENERIMAAN UANG

PENGELUARAN UANG

PRODUKSI

KEGIATAN PENJUALAN

PEMBELIAN

PEMBAYARAN GAJI

PENERIMAAN UANG

PENGELUARAN UANG

PRODUKSI

7

Bukti transaksi

JURNAL

BAHASA BISNIS/USAHA KE BAHASA

AKUNTANSI

DEBIT KREDIT

8

Pencatatan

harian

Page 50: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

44

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

BUKU BESAR

PENGELOMPOKKAN MASING-MASING

AKUN:

KAS 1.1

PIUTANG 1.2

PERLENGKAPAN 1.3

AKTIVA TETAP 2.1

UTANG 3.1

MODAL 4.1

PENGELOMPOKKAN MASING-MASING

AKUN:

KAS 1.1

PIUTANG 1.2

PERLENGKAPAN 1.3

AKTIVA TETAP 2.1

UTANG 3.1

MODAL 4.1

9

LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan Utama:

Neraca: daftar aktiva, kewajiban dan

modal perusahaan pada suatu saat

tertentu.

Laporan Laba Rugi: ikhtisar pendapatan

dan beban untuk suatu jangka waktu

tertentu.

Laporan Perubahan Modal: ikhtisar

tentang perubahan modal yang terjadi

selama jangka waktu tertentu.

Laporan Keuangan Utama:

Neraca: daftar aktiva, kewajiban dan

modal perusahaan pada suatu saat

tertentu.

Laporan Laba Rugi: ikhtisar pendapatan

dan beban untuk suatu jangka waktu

tertentu.

Laporan Perubahan Modal: ikhtisar

tentang perubahan modal yang terjadi

selama jangka waktu tertentu. 10

Page 51: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

45

NERACA

Utk menggambarkan posisi keuangan suatu

perusahaan dalam suatu waktu tertentu.

Bentuk: Skontro (account form) dan Stafel

(report form).

Bagian: 1. Nama Organisasi; 2. Nama Laporan

(Neraca); 3. Tanggal Neraca

Utk menggambarkan posisi keuangan suatu

perusahaan dalam suatu waktu tertentu.

Bentuk: Skontro (account form) dan Stafel

(report form).

Bagian: 1. Nama Organisasi; 2. Nama Laporan

(Neraca); 3. Tanggal Neraca

11

LAPORAN LABA RUGI

Utk menggambarkan hasil-hasil usaha yg

dicapai dalam periode tertentu

keberhasilan/kegagalan.

Membandingkan pendapatan dgn biaya.

Laba, jika pendapatan > biaya

Rugi, jika pendapatan < biaya

Bagian: 1. Nama Organisasi; 2. Nama Laporan

(Laporan LR); 3. Tanggal

Utk menggambarkan hasil-hasil usaha yg

dicapai dalam periode tertentu

keberhasilan/kegagalan.

Membandingkan pendapatan dgn biaya.

Laba, jika pendapatan > biaya

Rugi, jika pendapatan < biaya

Bagian: 1. Nama Organisasi; 2. Nama Laporan

(Laporan LR); 3. Tanggal

12

Page 52: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

46

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

LAPORAN PERUBAHAN MODAL

Jembatan antara Neraca dan Lap LR.

Jika Laba menambah modal.

Jika Rugi mengurangi modal.

Penambahan modal tambahan investasi, perusahaan

laba.

Pengurangan modal pengambilan harta utk

keperluan pribadi (prive), perusahaan rugi.

Jembatan antara Neraca dan Lap LR.

Jika Laba menambah modal.

Jika Rugi mengurangi modal.

Penambahan modal tambahan investasi, perusahaan

laba.

Pengurangan modal pengambilan harta utk

keperluan pribadi (prive), perusahaan rugi.

13

KKELOMPOKELOMPOK PPERKIRAANERKIRAAN

1. Aktiva/Harta (Asset)

2. Kewajiban/Hutang (Liabilities)

3. Ekuitas/Modal (Equity/Capital)

4. Pendapatan (Revenue)

5. Beban/Biaya (Expense)

1. Aktiva/Harta (Asset)

2. Kewajiban/Hutang (Liabilities)

3. Ekuitas/Modal (Equity/Capital)

4. Pendapatan (Revenue)

5. Beban/Biaya (Expense)

14

Page 53: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

47

UNSUR-UNSUR

PERSAMAAN AKUNTANSI

Aktiva adalah daftar kekayaan yang dimiliki suatuperusahaan.

Hutang adalah kewajiban perusahaan untuk membayarkepada pihak lain sejumlah uang/barang/jasa dimasamendatang akibat transaksi di masa lalu.

Modal adalah bukti penyertaan dan kepemilikan daripihak-pihak yang telah menanamkan uangnya di dalamperusahaan.

Pendapatan adalah penerimaan berupa tunai ataupiutang hasil kegiatan pokok perusahaan (jasa atau produkyang diberikan kepada konsumen atau klien)

Beban adalah korbanan yang diterima dalam usaha pokokperusahaan

Aktiva adalah daftar kekayaan yang dimiliki suatuperusahaan.

Hutang adalah kewajiban perusahaan untuk membayarkepada pihak lain sejumlah uang/barang/jasa dimasamendatang akibat transaksi di masa lalu.

Modal adalah bukti penyertaan dan kepemilikan daripihak-pihak yang telah menanamkan uangnya di dalamperusahaan.

Pendapatan adalah penerimaan berupa tunai ataupiutang hasil kegiatan pokok perusahaan (jasa atau produkyang diberikan kepada konsumen atau klien)

Beban adalah korbanan yang diterima dalam usaha pokokperusahaan

15

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

A K T I V A

Kas ( Cash )

adalah alat pembayaran yang

dimiliki perusahaan dan siap

digunakan , seperti cek

kontan, uang tunai (uang

kertas dan uang logam ).

Kas ( Cash )

adalah alat pembayaran yang

dimiliki perusahaan dan siap

digunakan , seperti cek

kontan, uang tunai (uang

kertas dan uang logam ).

16

Page 54: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

48

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

A K T I V A

Piutang ( Account Receivable)

adalah hak perusahaan yang masih

dibawa oleh pihak lain. Seperti

tagihan atas penjualan, tagihan

kepada karyawan atas

pinjamannya ke perusahaan.

Piutang ( Account Receivable)

adalah hak perusahaan yang masih

dibawa oleh pihak lain. Seperti

tagihan atas penjualan, tagihan

kepada karyawan atas

pinjamannya ke perusahaan.

17

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

A K T I V A

Perlengkapan Kantor ( Office

Supplies) adalah barang/bahan

pelengkap aktivitas perusahaan

yang biasanya berumur pendek

(kurang dari satu tahun) yang

habis karena pemakaian, seperti

kertas, pulpen, tinta, dll.

Perlengkapan Kantor ( Office

Supplies) adalah barang/bahan

pelengkap aktivitas perusahaan

yang biasanya berumur pendek

(kurang dari satu tahun) yang

habis karena pemakaian, seperti

kertas, pulpen, tinta, dll.

18

Page 55: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

49

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

A K T I V A

Peralatan Kantor

( Office Equipments)

adalah alat-alat yang dimilikiperusahaan dan digunakan dalamoperasi jangka panjang, seperti :

meja, kursi, komputer, dsb.

Peralatan Kantor

( Office Equipments)

adalah alat-alat yang dimilikiperusahaan dan digunakan dalamoperasi jangka panjang, seperti :

meja, kursi, komputer, dsb.

19

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

A K T I V A

Kendaraan (Vehicles)adalah alat transportasi

yang dimiliki perusahaandan digunakan di dalam

operasi.

Kendaraan (Vehicles)adalah alat transportasi

yang dimiliki perusahaandan digunakan di dalam

operasi.

20

Page 56: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

50

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

A K T I V A

Bangunan ( Buildings )

adalah gedung permanen yang dimilikidan digunakan oleh perusahaan

untuk aktivitas usaha rutin.

Bangunan ( Buildings )

adalah gedung permanen yang dimilikidan digunakan oleh perusahaan

untuk aktivitas usaha rutin.

21

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

A K T I V A

Tanah (Land)

adalah lahan berupa tanah kosong atau

lahan tempat suatu bangunan berdiri yang

dimiliki dan digunakan oleh perusahaan

untuk aktivitas usaha rutin.

22

Tanah (Land)

adalah lahan berupa tanah kosong atau

lahan tempat suatu bangunan berdiri yang

dimiliki dan digunakan oleh perusahaan

untuk aktivitas usaha rutin.

Page 57: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

51

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

P A S I V A

Hutang Usaha ( Account Payable)

adalah kewajiban untuk membayar

sejumlah uang, barang atau jasa kepada

pihak lain yang timbul akibat transaksi yang

dilakukan perusahaan di masa lalu.

23

Hutang Usaha ( Account Payable)

adalah kewajiban untuk membayar

sejumlah uang, barang atau jasa kepada

pihak lain yang timbul akibat transaksi yang

dilakukan perusahaan di masa lalu.

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

P A S I V A

Modal/Modal Saham

(Capital/Capital Stocks = Owner’s Equity)

menunjukkan setoran harta pemilik kepadaperusahaan yang sekaligus sebagai buktikepemilikan. Setoran harta dapat berupa

uang tunai ataupun harta lain sepertimesin, tanah, gedung, dsb.

Modal/Modal Saham

(Capital/Capital Stocks = Owner’s Equity)

menunjukkan setoran harta pemilik kepadaperusahaan yang sekaligus sebagai buktikepemilikan. Setoran harta dapat berupa

uang tunai ataupun harta lain sepertimesin, tanah, gedung, dsb.

24

Page 58: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

52

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

PENGURANG MODAL

Prive (Drawing/Withdrawals)

adalah pengambilan uang

perusahaan oleh pemilik

perusahaan untuk kepentingan

pribadi.

Prive (Drawing/Withdrawals)

adalah pengambilan uang

perusahaan oleh pemilik

perusahaan untuk kepentingan

pribadi.

25

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

PENGURANG LABA DITAHAN

Deviden (Dividends)

adalah bagian dari laba usaha perusahaanyang dibagikan kepada pemilik

perusahaan (pemegang saham) sebagaiimbalan atas setoran modal pemilik.Aktivitas pembagian deviden hanya

dilakukan di dalam perusahaanberbentuk Perseroan Terbatas (PT).

Perusahaan berbentuk perseorangan ataufirma, tidak menggunakan akun deviden.

Deviden (Dividends)

adalah bagian dari laba usaha perusahaanyang dibagikan kepada pemilik

perusahaan (pemegang saham) sebagaiimbalan atas setoran modal pemilik.Aktivitas pembagian deviden hanya

dilakukan di dalam perusahaanberbentuk Perseroan Terbatas (PT).

Perusahaan berbentuk perseorangan ataufirma, tidak menggunakan akun deviden.

26

Page 59: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

53

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

PENAMBAH MODAL

Pendapatan (Revenues)

adalah kenaikan modal perusahaanyang timbul akibat penjualanproduk perusahaan. Istilah

pendapatan biasanya digunakanoleh perusahaan jasa, sedangkan

perusahaan dagang atauperusahaan manufaktur lebihbanyak menggunakan istilah

Penjualan (sales) untuk menampungtransaksi yang sama.

Pendapatan (Revenues)

adalah kenaikan modal perusahaanyang timbul akibat penjualanproduk perusahaan. Istilah

pendapatan biasanya digunakanoleh perusahaan jasa, sedangkan

perusahaan dagang atauperusahaan manufaktur lebihbanyak menggunakan istilah

Penjualan (sales) untuk menampungtransaksi yang sama.

27

UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI

PENGURANG MODAL

Beban (Expenses)

adalah pengorbanan ekonomis untukmemperoleh barang atau jasa yangmanfaatnya dinikmati hanya dalamwaktu satu tahun atau satu periodeakuntansi saja. Dengan kata lain,

beban adalah biaya yang manfaatnyahanya dalam waktu satu tahun atau

biaya yang tidak memiliki manfaat lagidi masa mendatang.

Beban (Expenses)

adalah pengorbanan ekonomis untukmemperoleh barang atau jasa yangmanfaatnya dinikmati hanya dalamwaktu satu tahun atau satu periodeakuntansi saja. Dengan kata lain,

beban adalah biaya yang manfaatnyahanya dalam waktu satu tahun atau

biaya yang tidak memiliki manfaat lagidi masa mendatang.

28

Page 60: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

54

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

PERSAMAAN AKUNTANSIPERSAMAAN AKUNTANSI

Kelompok Perkiraan

PersamaanAkuntansi

Contoh Soal

Penyelesaian

29

KKELOMPOKELOMPOK PPERKIRAANERKIRAAN

1. Aktiva/Harta (Asset)

2. Kewajiban/Hutang (Liabilities)

3. Ekuitas/Modal (Equity/Capital)

4. Pendapatan (Revenue)

5. Beban/Biaya (Expense)

1. Aktiva/Harta (Asset)

2. Kewajiban/Hutang (Liabilities)

3. Ekuitas/Modal (Equity/Capital)

4. Pendapatan (Revenue)

5. Beban/Biaya (Expense)

30

Page 61: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

55

Persamaan AkuntansiPersamaan AkuntansiPersamaan AkuntansiPersamaan Akuntansi

Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

31

Sumber dayaSumber daya

yang dimilikiyang dimiliki

oleh perusahaanoleh perusahaan

Sumber dayaSumber daya

yang dimilikiyang dimiliki

oleh perusahaanoleh perusahaan

Persamaan AkuntansiPersamaan AkuntansiPersamaan AkuntansiPersamaan Akuntansi

Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

32

Hak kreditor yangHak kreditor yang

memperlihatkanmemperlihatkan

hutang perusahaanhutang perusahaan

Hak kreditor yangHak kreditor yang

memperlihatkanmemperlihatkan

hutang perusahaanhutang perusahaan

Page 62: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

56

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Persamaan AkuntansiPersamaan AkuntansiPersamaan AkuntansiPersamaan Akuntansi

Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

33

Hak pemilikHak pemilikHak pemilikHak pemilik

CCONTOHONTOH KKASUSASUS

PersamaanPersamaan AkuntansiAkuntansi

“King Computers”“King Computers”

34

Page 63: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

57

35

Pada tanggal 1

November 2000,

Tn.King

memulai

bisnisnya yang

dikenal dengan

King Computers

36

Pada tanggal 1

November 2000,

Tn.King

memulai

bisnisnya yang

dikenal dengan

King Computers

Page 64: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

58

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

a. Tn.King membuka rekening koran banka. Tn.King membuka rekening koran bank

sebesar $15.000 atas nama “Kingsebesar $15.000 atas nama “King

Computers”.Computers”.

a. Tn.King membuka rekening koran banka. Tn.King membuka rekening koran bank

sebesar $15.000 atas nama “Kingsebesar $15.000 atas nama “King

Computers”.Computers”.

Modal Tn.King

15,000 Investasi

dilakukan

oleh Tn.King

Kas

15,000

Aktiva Ekuitas Pemilik=

=

37

Modal Tn.King

15,000 Investasi

dilakukan

oleh Tn.King

Kas

15,000a.=

b. Membeli tanah dan dibayar tunai $10.000.b. Membeli tanah dan dibayar tunai $10.000.b. Membeli tanah dan dibayar tunai $10.000.b. Membeli tanah dan dibayar tunai $10.000.

Modal Tn.King

15,000Kas + Tanah

15,000

Aktiva Ekuitas Pemilik=

38

Modal Tn.King

15,000Kas + Tanah

15,000Bal. =b. –10,000 +10,000

Bal. 5,000 10,000 15,000

Page 65: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

59

Hutang Modal

Kas + Perlengkapan + Land Usaha Tn.King

Aktiva

c. Membeli perlengkapan $1.350 secara kredit.c. Membeli perlengkapan $1.350 secara kredit.c. Membeli perlengkapan $1.350 secara kredit.c. Membeli perlengkapan $1.350 secara kredit.

Ekuitas

Kewajiban + Pemilik=

39

Hutang Modal

Kas + Perlengkapan + Land Usaha Tn.King

Bal. 5,000 10,000 15,000c. + 1,350 + 1,350

Bal. 5,000 1,350 10,000 1,350 15,000

=

d. Menerima sejumlah uang tunai darid. Menerima sejumlah uang tunai dari

pelanggan sejumlah $ 7.500.pelanggan sejumlah $ 7.500.

d. Menerima sejumlah uang tunai darid. Menerima sejumlah uang tunai dari

pelanggan sejumlah $ 7.500.pelanggan sejumlah $ 7.500.

Hutang Modal,

Kas + Perlengkapan +Tanah Usaha Tn.King

AktivaEkuitas

Kewajiban + Pemilik=

40

Bal. 12,500 1,350 10,000 1,350 22,500

d. +7,500 + 7,500

Hutang Modal,

Kas + Perlengkapan +Tanah Usaha Tn.KingBal. 5,000 1,350 10,000 1,350 15,000 Penda

patan

Jasa

=

Page 66: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

60

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Hutang Modal

Kas + Perlengkapan+ Tanah Usaha Tn.King

Aktiva

e. King Computers membayar beberapae. King Computers membayar beberapa

biaya sbb.: gaji, $2,125; sewa, $800;biaya sbb.: gaji, $2,125; sewa, $800;

utilitas, $450; dan rupautilitas, $450; dan rupa--rupa, $275.rupa, $275.

e. King Computers membayar beberapae. King Computers membayar beberapa

biaya sbb.: gaji, $2,125; sewa, $800;biaya sbb.: gaji, $2,125; sewa, $800;

utilitas, $450; dan rupautilitas, $450; dan rupa--rupa, $275.rupa, $275.

Ekuitas

Kewajiban + Pemilik=

41

e. – 3,650 –2,125

– 800

– 450

– 275

gaji

sewa

Utilitas.

rupa2

Hutang Modal

Kas + Perlengkapan+ Tanah Usaha Tn.KingBal. 12,500 1,350 10,000 1,350 22,500

=

Bal.8,850 1,350 10,000 1,350 18,850

Hutang Modal,

Kas +Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.King

Aktiva

f. Membayar Kreditor atasf. Membayar Kreditor atas

perlengkapan $950.perlengkapan $950.

f. Membayar Kreditor atasf. Membayar Kreditor atas

perlengkapan $950.perlengkapan $950.

Ekuitas

Kewajiban + Pemilik=

42

Hutang Modal,

Kas +Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.KingBal. 8,850 1,350 10,000 1,350 18,850

f. – 950 – 950

=

Bal. 7,900 1,350 10,000 400 18,850

Page 67: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

61

Hutang Modal

Kas + Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.King

Aktiva

g. Pada akhir bulan perlengkapang. Pada akhir bulan perlengkapan

yang tersisa $550, jadi ada $800yang tersisa $550, jadi ada $800

perlengkapan yang terpakai.perlengkapan yang terpakai.

g. Pada akhir bulan perlengkapang. Pada akhir bulan perlengkapan

yang tersisa $550, jadi ada $800yang tersisa $550, jadi ada $800

perlengkapan yang terpakai.perlengkapan yang terpakai.

Ekuitas

Kewajiban + Pemilik=

43

Hutang Modal

Kas + Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.KingBal. 7,900 1,350 10,000 400 18,850

g. – 800 – 800

=

Bal. 7,900 550 10,000 400 18,050

Beban

Perleng

kapan

Hutang Modal

Kas + Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.King

Aktiva

h. Pada akhir bulan Tn.Kingh. Pada akhir bulan Tn.King

menarik uang $2.000 untukmenarik uang $2.000 untuk

keperluan pribadi .keperluan pribadi .

h. Pada akhir bulan Tn.Kingh. Pada akhir bulan Tn.King

menarik uang $2.000 untukmenarik uang $2.000 untuk

keperluan pribadi .keperluan pribadi .

Ekuitas

Kewajiban + Pemilik=

44

Hutang Modal

Kas + Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.KingBal. 7,900 550 10,000 400 18,050

h. –2,000 –2,000

Bal. 5,900 550 10,000 400 16,050

Penarik

an

=

Page 68: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

62

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

NERACA

AKTIVA PASIVA

KAS 5.900 HUTANG 400

PERLENGKAPAN 550PERLENGKAPAN 550

TANAH 10.000 MODAL 16.050

16.450 16.450

45

1) Kas 15.000

Modal 15.000

2) Tanah 10.000

Kas 10.000

3) Perlengkapan 1.350

Hutang 1.350

4) Kas 7.500

Pendapatan 7.500

5) Beban gaji 2.125

Beban sewa 800

Beban utilitas 450

Beban rupa 275

Kas 3.650

6) Hutang 950

Kas 950

7) Beban perlengkapan 800 (1350-550)

Perelngkapan 800

8) Prive 2.000

Kas 2.000

46

1) Kas 15.000

Modal 15.000

2) Tanah 10.000

Kas 10.000

3) Perlengkapan 1.350

Hutang 1.350

4) Kas 7.500

Pendapatan 7.500

5) Beban gaji 2.125

Beban sewa 800

Beban utilitas 450

Beban rupa 275

Kas 3.650

6) Hutang 950

Kas 950

7) Beban perlengkapan 800 (1350-550)

Perelngkapan 800

8) Prive 2.000

Kas 2.000

Page 69: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

63

LAP RUGI LABA

PENDAPATAN 7.500

BEBAN

GAJI 2.125.

SEWA 800

UTILITAS/LISTRIK 450

LAIN-LAIN 275

PERLENGKAPAN 800

------

TOTAL BEBAN (4.450)

----------

LABA 3.050

=====

PENDAPATAN 7.500

BEBAN

GAJI 2.125.

SEWA 800

UTILITAS/LISTRIK 450

LAIN-LAIN 275

PERLENGKAPAN 800

------

TOTAL BEBAN (4.450)

----------

LABA 3.050

=====47

LAP PERUBAHAN MODAL

MODAL AWAL 15.000

LABA 3.050

PRIVE (2.000)----------------

MODAL AKHIR 16.050

---------

MODAL AWAL 15.000

LABA 3.050

PRIVE (2.000)----------------

MODAL AKHIR 16.050

---------

48

Page 70: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

64

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

SALDO NORMAL-UNT MENGUBAH

KE BAHASA AKUNTANSI

AKTIVA/DEBET KREDIT/PASIVA

KAS UTANG

PIUTANG

PERSEDIAAN MODAL

PERLENGKAPAN

AKTIVA TETAPAKTIVA TETAP

49

DEBET KREDIT

BEBAN PENJUALAN/PENDAPATAN

Page 71: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

65

c. Kiat Menjadi Wirausaha Sukses

BIODATA

Nama : Drs. Edy Mulyono M.Pd

Alamat : Kuwasen, Jepara

Pekerjaan : Kepala UPT Dinas Dikpora

Kec.Pakis Aji Jepara

Perusahaan : Edy FURNITURE

Nama : Drs. Edy Mulyono M.Pd

Alamat : Kuwasen, Jepara

Pekerjaan : Kepala UPT Dinas Dikpora

Kec.Pakis Aji Jepara

Perusahaan : Edy FURNITURE

KIAT MENJADI

WIRAUSAHA SUKSES

Sharing pengalaman dalam mengelola usaha &

mengkoorsinasi perempuan perempuan pengusaha

sukses di jawa tengah

Sharing pengalaman dalam mengelola usaha &

mengkoorsinasi perempuan perempuan pengusaha

sukses di jawa tengah

Page 72: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

66

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

KARAKTERISTIK YANG DIMILIKI

PEREMPUAN

Ulet/hemat/pelit

Kuat

Disiplin

Manager rumah tangga yang handal

Penuh keyakinan

Pekerja keras

Berani mengembil resiko

Ketekunan

Kreatif

Ulet/hemat/pelit

Kuat

Disiplin

Manager rumah tangga yang handal

Penuh keyakinan

Pekerja keras

Berani mengembil resiko

Ketekunan

Kreatif

MOTO

Berdiri di atas kaki sendiri

Jangan mencari pekerjaan

Duduk sama rendah berdiri sama tinggi

Berdiri di atas kaki sendiri

Jangan mencari pekerjaan

Duduk sama rendah berdiri sama tinggi

Page 73: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

67

STRATEGI PEMASARAN

1. Pahami Para Pelanggan

2. Menimbang Kenyamanan Pelanggan

3. Pencitraan

4. Penentuan Harga

5. Kualitas Produk

6. Pelayanan

1. Pahami Para Pelanggan

2. Menimbang Kenyamanan Pelanggan

3. Pencitraan

4. Penentuan Harga

5. Kualitas Produk

6. Pelayanan

MEMILIH BIDANG USAHA YANG TEPAT

Bidang usaha apa yang sangat menjanjikan

Tingkat persaingan berapa besar

Pahami lingkungan berapa besar

Ukuran kekuatan dan bidang kelemahannya

Seberapa besar modal usahanya

Dukungan sumber daya manusia

Bidang usaha apa yang sangat menjanjikan

Tingkat persaingan berapa besar

Pahami lingkungan berapa besar

Ukuran kekuatan dan bidang kelemahannya

Seberapa besar modal usahanya

Dukungan sumber daya manusia

Page 74: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

68

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

HEBATNYA MENJADI WIRAUSAHA

SUKSES

Kehidupan keluarga lebih baik

Memiliki kekayaan

Waktu dan kerja flexibel

Kebebasan menentukan penghasilan sendiri

Penghargaan dari publik

popularitas

Kehidupan keluarga lebih baik

Memiliki kekayaan

Waktu dan kerja flexibel

Kebebasan menentukan penghasilan sendiri

Penghargaan dari publik

popularitas

STRATEGI MERAIH KESUKSESAN

BERWIRAUSAHA

Fokus pada kekuatan dan keunggulan produk

Mengikuti perkembangan jaman

Kreatif dan inovatif

Cerdas membaca peluang

Memelihara pelanggan

Membuat jaringan

Fokus pada kekuatan dan keunggulan produk

Mengikuti perkembangan jaman

Kreatif dan inovatif

Cerdas membaca peluang

Memelihara pelanggan

Membuat jaringan

Page 75: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

69

1.3. Pelatihan Manajemen Keuangan

a. Kredit perbankan

KREDIT CREDERE

Kepercayaan

(Kreditur + Debitur)

KREDIT CREDERE

Kepercayaan

(Kreditur + Debitur)

Page 76: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

70

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

FUNGSI KREDIT :1. PENAMBAHAN MODAL

2. PENGEMBANGAN USAHA

3. PENINGKATAN KINERJA (Efisiensi biaya,pajak lebih kecil dll)

FUNGSI KREDIT :1. PENAMBAHAN MODAL

2. PENGEMBANGAN USAHA

3. PENINGKATAN KINERJA (Efisiensi biaya,pajak lebih kecil dll)

KREDIT YANG BAIK :

TEPAT GUNA

TEPAT JUMLAH

TEPAT WAKTU

PROFITABLE

KREDIT YANG BAIK :

TEPAT GUNA

TEPAT JUMLAH

TEPAT WAKTU

PROFITABLE

Page 77: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

71

JENIS KREDIT BANK :1. RITEL

*KREDIT MODAL KERJA (KMK)

*KREDIT INVESTASI (KI)

2. PROGRAM

*KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

*KREDIT KETAHANAN PANGAN &

ENERGI (KKPE)

3. CONSUMER

*KPR, KKB, KMG, KRETAP, KRESUN

JENIS KREDIT BANK :1. RITEL

*KREDIT MODAL KERJA (KMK)

*KREDIT INVESTASI (KI)

2. PROGRAM

*KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

*KREDIT KETAHANAN PANGAN &

ENERGI (KKPE)

3. CONSUMER

*KPR, KKB, KMG, KRETAP, KRESUN

KREDIT MODAL KERJA (KMK) Penambahan modal kerja

Mengganti modal kerja (refinancing)

Maksimal 70:30 (Bank:Debitur)

KREDIT INVESTASI (KI) Menambah asset (gudang, mesin, kendaraan)

Maksimal 65:35 (bank:Debitur)

KREDIT MODAL KERJA (KMK) Penambahan modal kerja

Mengganti modal kerja (refinancing)

Maksimal 70:30 (Bank:Debitur)

KREDIT INVESTASI (KI) Menambah asset (gudang, mesin, kendaraan)

Maksimal 65:35 (bank:Debitur)

Page 78: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

72

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Modal kerja & Investasi

Usaha sudah berjalan minimal 6 bulan

Belum pernah mendapat fasilitas modal kerja &investasi dari bank (tidak termasuk leasing &credit card)

Jangka waktu KMK s/d 3 tahun, KI s/d 5 tahun

Suku bunga maksimal 14% efektif

Bebas provisi & administrasi

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Modal kerja & Investasi

Usaha sudah berjalan minimal 6 bulan

Belum pernah mendapat fasilitas modal kerja &investasi dari bank (tidak termasuk leasing &credit card)

Jangka waktu KMK s/d 3 tahun, KI s/d 5 tahun

Suku bunga maksimal 14% efektif

Bebas provisi & administrasi

ASPEK YANG DINILAI BANK:

5’CCharacter

Capital

Capacity

Collateral

Condition

ASPEK YANG DINILAI BANK:

5’CCharacter

Capital

Capacity

Collateral

Condition

Page 79: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

73

Permasalahan Penyaluran Kredit: Ijin usaha tidak lengkap

Usaha baru (belum berjalan 2 tahun)

Prospek usaha tidak bagus

BI checking jelek

Tidak ada/ minim dokumentasi usaha

Agunan kurang mendukung

Permasalahan Penyaluran Kredit: Ijin usaha tidak lengkap

Usaha baru (belum berjalan 2 tahun)

Prospek usaha tidak bagus

BI checking jelek

Tidak ada/ minim dokumentasi usaha

Agunan kurang mendukung

Hal yang menunjang pengajuan kredit:

Lengkapi ijin usaha

Dokumentasikan kegiatan usaha (daftar buyer &supplier, pembukuan, nota, hutang, piutang,persediaan dll)

Biasakan bertransaksi usaha lewat bank (bayarsupplier, pembayaran dari buyer,dll)

Membayar kewajiban tepat waktu (leasing, credit card,angsuran pinjaman)

Hal yang menunjang pengajuan kredit:

Lengkapi ijin usaha

Dokumentasikan kegiatan usaha (daftar buyer &supplier, pembukuan, nota, hutang, piutang,persediaan dll)

Biasakan bertransaksi usaha lewat bank (bayarsupplier, pembayaran dari buyer,dll)

Membayar kewajiban tepat waktu (leasing, credit card,angsuran pinjaman)

Page 80: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

74

b. Pengelolaan dan Pembukuan Keuangan

PENGELOLAAN & PEMBUKUANPENGELOLAAN & PEMBUKUANKEUANGANKEUANGAN

M ZAINURIM ZAINURI

DISAMPAIKAN DALAM PELATIHANDISAMPAIKAN DALAM PELATIHAN

“Menciptakan StrukturIndustri Mebel yang Kuat diJepara dalam MenghadapiChina and Asean Free TradeArea (CHAFTA)”

Mengelola KeuanganMengelola KeuanganPrinsip Dasar Mengelola KeuanganPrinsip Dasar Mengelola KeuanganPercepat perputaran piutang dagangPercepat perputaran piutang dagangPerpanjang utang dagangPerpanjang utang dagangManfaatkan insentif pembayaran diniManfaatkan insentif pembayaran diniyang “ menarik”yang “ menarik”

Pelanggan & PembeliPelanggan & PembeliSelalu periksa harga barang anda (kenaikan hargaSelalu periksa harga barang anda (kenaikan hargakomoditi,pesaing, dll)komoditi,pesaing, dll)

Perketat inventarisPerketat inventarisPertimbangkan menyewa dari pada membeliPertimbangkan menyewa dari pada membeli

Prinsip Dasar Mengelola KeuanganPrinsip Dasar Mengelola KeuanganPercepat perputaran piutang dagangPercepat perputaran piutang dagangPerpanjang utang dagangPerpanjang utang dagangManfaatkan insentif pembayaran diniManfaatkan insentif pembayaran diniyang “ menarik”yang “ menarik”

Pelanggan & PembeliPelanggan & PembeliSelalu periksa harga barang anda (kenaikan hargaSelalu periksa harga barang anda (kenaikan hargakomoditi,pesaing, dll)komoditi,pesaing, dll)

Perketat inventarisPerketat inventarisPertimbangkan menyewa dari pada membeliPertimbangkan menyewa dari pada membeli

Page 81: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

75

Mengelola KeuanganMengelola KeuanganPrinsip Dasar Laporan KeuanganPrinsip Dasar Laporan Keuangan Mengetahui berapa uang yang anda terimaMengetahui berapa uang yang anda terima Mengetahui berapa yang dibelanjakanMengetahui berapa yang dibelanjakan Mengetahui apa saja yang dibeliMengetahui apa saja yang dibeli Mengetahui kapan anda melakukanMengetahui kapan anda melakukan

transaksitransaksiLaporan WajibLaporan Wajib Arus KasArus Kas Laporan Laba RugiLaporan Laba Rugi

Prinsip Dasar Laporan KeuanganPrinsip Dasar Laporan Keuangan Mengetahui berapa uang yang anda terimaMengetahui berapa uang yang anda terima Mengetahui berapa yang dibelanjakanMengetahui berapa yang dibelanjakan Mengetahui apa saja yang dibeliMengetahui apa saja yang dibeli Mengetahui kapan anda melakukanMengetahui kapan anda melakukan

transaksitransaksiLaporan WajibLaporan Wajib Arus KasArus Kas Laporan Laba RugiLaporan Laba Rugi

1. Arus Kas1. Arus Kas

TujuanTujuanMemetakan jumlah uang yang diharapkan diterima oleh bisnisMemetakan jumlah uang yang diharapkan diterima oleh bisnisanda dan pembayaran untuk setiap bulannya.anda dan pembayaran untuk setiap bulannya.

ManfaatManfaatPosisi arus kas dapat dipantau dari waktu kewaktuPosisi arus kas dapat dipantau dari waktu kewaktuMembantu mengantisipasi kekurangan dana dg segeraMembantu mengantisipasi kekurangan dana dg segeraMencegah krisis arus kasMencegah krisis arus kasMelihat Trend PenjualanMelihat Trend PenjualanMemberitahu apakah pelanggan membayar terlalu lamaMemberitahu apakah pelanggan membayar terlalu lamaMembantuperencanaan pembelian asets utamaMembantuperencanaan pembelian asets utamaMempermudah pinjaman uang di bank (melihat arus kas)Mempermudah pinjaman uang di bank (melihat arus kas)

TujuanTujuanMemetakan jumlah uang yang diharapkan diterima oleh bisnisMemetakan jumlah uang yang diharapkan diterima oleh bisnisanda dan pembayaran untuk setiap bulannya.anda dan pembayaran untuk setiap bulannya.

ManfaatManfaatPosisi arus kas dapat dipantau dari waktu kewaktuPosisi arus kas dapat dipantau dari waktu kewaktuMembantu mengantisipasi kekurangan dana dg segeraMembantu mengantisipasi kekurangan dana dg segeraMencegah krisis arus kasMencegah krisis arus kasMelihat Trend PenjualanMelihat Trend PenjualanMemberitahu apakah pelanggan membayar terlalu lamaMemberitahu apakah pelanggan membayar terlalu lamaMembantuperencanaan pembelian asets utamaMembantuperencanaan pembelian asets utamaMempermudah pinjaman uang di bank (melihat arus kas)Mempermudah pinjaman uang di bank (melihat arus kas)

Page 82: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

76

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Arus KasArus Kas Perkiraan Arus KasPerkiraan Arus Kas

Perkiraan jumlah uang masuk dan jumlah uang keluarPerkiraan jumlah uang masuk dan jumlah uang keluarsetiap pereode yg ditentukan.setiap pereode yg ditentukan.

Realisasi Arus KasRealisasi Arus Kas Kenyataan yang terjadi dalam kegiatan operasionalKenyataan yang terjadi dalam kegiatan operasional

mengenai uang masuk dan uang keluar pada pereodemengenai uang masuk dan uang keluar pada pereodeyang ditentukanyang ditentukan..

Perkiraan Arus KasPerkiraan Arus Kas Perkiraan jumlah uang masuk dan jumlah uang keluarPerkiraan jumlah uang masuk dan jumlah uang keluarsetiap pereode yg ditentukan.setiap pereode yg ditentukan.

Realisasi Arus KasRealisasi Arus Kas Kenyataan yang terjadi dalam kegiatan operasionalKenyataan yang terjadi dalam kegiatan operasional

mengenai uang masuk dan uang keluar pada pereodemengenai uang masuk dan uang keluar pada pereodeyang ditentukanyang ditentukan..

Arus KasArus KasContoh Laporan Arus KasContoh Laporan Arus Kas

UangUang TTunaiunai TTersediaersedia JanuariJanuari PebruariPebruari

Uang kasUang kas

Penjualan TunaiPenjualan Tunai

Kas dari penjualan kreditKas dari penjualan kredit

PinjamanPinjamanPinjamanPinjaman

Total PemasukanTotal Pemasukan

UangUang TTunaiunai DDibayarkanibayarkan

Pembelian tunaiPembelian tunai

Gaji karyawanGaji karyawan

Pembayaran hutangPembayaran hutang

BungaBunga

Pengeluaran lainPengeluaran lain--lainlain

Total PengeluaranTotal Pengeluaran

SaldoSaldo

Page 83: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

77

Langkah PengelolaanLangkah PengelolaanArus KasArus Kas

Langkah 1: Uang Tunai di TanganLangkah 1: Uang Tunai di Tangan

Hitung uang tunai anda di awal proyeksiHitung uang tunai anda di awal proyeksianda.anda. Jumlahnya disebut “Uang Tunai diJumlahnya disebut “Uang Tunai ditangan”tangan”

Saldo tunai bulan lalu menjadi saldo awal bulanSaldo tunai bulan lalu menjadi saldo awal bulanberikutnyaberikutnya

Langkah 1: Uang Tunai di TanganLangkah 1: Uang Tunai di Tangan

Hitung uang tunai anda di awal proyeksiHitung uang tunai anda di awal proyeksianda.anda. Jumlahnya disebut “Uang Tunai diJumlahnya disebut “Uang Tunai ditangan”tangan”

Saldo tunai bulan lalu menjadi saldo awal bulanSaldo tunai bulan lalu menjadi saldo awal bulanberikutnyaberikutnya

Langkah PengelolaanLangkah PengelolaanArus KasArus Kas

Langkah 2: Penerimaan Uang TunaiLangkah 2: Penerimaan Uang Tunai Catatlah penjualan tunai, penagihan, danCatatlah penjualan tunai, penagihan, danpendapatan lainnya.pendapatan lainnya.

((Kunci untuk melakukan ini dengan berhasilKunci untuk melakukan ini dengan berhasiladalah dengan mencatat penerimaan diadalah dengan mencatat penerimaan dibulanbulan--bulan yg sesungguhnya andabulan yg sesungguhnya andaharapkan akan menerima uang, bukanharapkan akan menerima uang, bukanpenjualan yang dilakukan pada bulanpenjualan yang dilakukan pada bulantersebuttersebut).).

Langkah 2: Penerimaan Uang TunaiLangkah 2: Penerimaan Uang Tunai Catatlah penjualan tunai, penagihan, danCatatlah penjualan tunai, penagihan, danpendapatan lainnya.pendapatan lainnya.

((Kunci untuk melakukan ini dengan berhasilKunci untuk melakukan ini dengan berhasiladalah dengan mencatat penerimaan diadalah dengan mencatat penerimaan dibulanbulan--bulan yg sesungguhnya andabulan yg sesungguhnya andaharapkan akan menerima uang, bukanharapkan akan menerima uang, bukanpenjualan yang dilakukan pada bulanpenjualan yang dilakukan pada bulantersebuttersebut).).

Page 84: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

78

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Langkah PengelolaanLangkah PengelolaanArus KasArus Kas

Langkah 3: Piutang DagangLangkah 3: Piutang Dagang

Catatlah piutang yg diantisipasi dalamCatatlah piutang yg diantisipasi dalambulan dimana anda berharap dibayarbulan dimana anda berharap dibayar

Pantikan Piutang anda terbayar dg jumlahPantikan Piutang anda terbayar dg jumlahdan waktu yang telah disepakati (makindan waktu yang telah disepakati (makincepat makin baik)cepat makin baik)

Langkah 3: Piutang DagangLangkah 3: Piutang Dagang

Catatlah piutang yg diantisipasi dalamCatatlah piutang yg diantisipasi dalambulan dimana anda berharap dibayarbulan dimana anda berharap dibayar

Pantikan Piutang anda terbayar dg jumlahPantikan Piutang anda terbayar dg jumlahdan waktu yang telah disepakati (makindan waktu yang telah disepakati (makincepat makin baik)cepat makin baik)

Langkah PengelolaanLangkah PengelolaanArus KasArus Kas

Langkah 4: Uang Tunai LainLangkah 4: Uang Tunai Lain--LainLain

Rekening untuk pemasukan tunaiRekening untuk pemasukan tunailainlain--lain yang diantisipasi, termasuklain yang diantisipasi, termasukpinjaman baru dari Bank atau pihakpinjaman baru dari Bank atau pihakluar lain, atau tawaran penyertaanluar lain, atau tawaran penyertaan

(saham).(saham).

Langkah 4: Uang Tunai LainLangkah 4: Uang Tunai Lain--LainLain

Rekening untuk pemasukan tunaiRekening untuk pemasukan tunailainlain--lain yang diantisipasi, termasuklain yang diantisipasi, termasukpinjaman baru dari Bank atau pihakpinjaman baru dari Bank atau pihakluar lain, atau tawaran penyertaanluar lain, atau tawaran penyertaan

(saham).(saham).

Page 85: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

79

Langkah PengelolaanLangkah PengelolaanArus KasArus Kas

Langkah 5: Jumlah Tunai yg TersediaLangkah 5: Jumlah Tunai yg Tersedia

Untuk setiap bulan di dalam proyeksiUntuk setiap bulan di dalam proyeksianda, tambahkan jumlah dari langkahanda, tambahkan jumlah dari langkahsatu hingga empat. Angka yg didapatsatu hingga empat. Angka yg didapatadalah jumlah uang tunai yg tersediaadalah jumlah uang tunai yg tersediabagi anda di setiap bulan.bagi anda di setiap bulan.

Langkah 5: Jumlah Tunai yg TersediaLangkah 5: Jumlah Tunai yg Tersedia

Untuk setiap bulan di dalam proyeksiUntuk setiap bulan di dalam proyeksianda, tambahkan jumlah dari langkahanda, tambahkan jumlah dari langkahsatu hingga empat. Angka yg didapatsatu hingga empat. Angka yg didapatadalah jumlah uang tunai yg tersediaadalah jumlah uang tunai yg tersediabagi anda di setiap bulan.bagi anda di setiap bulan.

Langkah PengelolaanLangkah PengelolaanArus KasArus Kas

Langkah 6: Uang Tunai Yg DibayarkanLangkah 6: Uang Tunai Yg Dibayarkan

Periksa dan catat seluruh biayaPeriksa dan catat seluruh biayaoperasional.operasional.

((Kuncinya adalah mencatat setiapKuncinya adalah mencatat setiappengeluaran yg akan dibayarkan dalam satupengeluaran yg akan dibayarkan dalam satubulan, bukan bulan munculnya biayabulan, bukan bulan munculnya biayatersebuttersebut))

Langkah 6: Uang Tunai Yg DibayarkanLangkah 6: Uang Tunai Yg Dibayarkan

Periksa dan catat seluruh biayaPeriksa dan catat seluruh biayaoperasional.operasional.

((Kuncinya adalah mencatat setiapKuncinya adalah mencatat setiappengeluaran yg akan dibayarkan dalam satupengeluaran yg akan dibayarkan dalam satubulan, bukan bulan munculnya biayabulan, bukan bulan munculnya biayatersebuttersebut))

Page 86: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

80

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

MacamMacam--Macam BiayaMacam BiayaOperasionalOperasional

Upah kotor (termasuk lembur yg diantisipasi)Upah kotor (termasuk lembur yg diantisipasi) Gaji Bulanan bagi pemilikGaji Bulanan bagi pemilik TunjanganTunjangan--tunjangantunjangan Subkontrak dan layanan luarSubkontrak dan layanan luar Pembelian BahanPembelian Bahan Reparasi/pemeliharaanReparasi/pemeliharaan biaya pengemasanbiaya pengemasan Biaya transpotasiBiaya transpotasi Biaya perjalananBiaya perjalanan ListrikListrik Biaya lainBiaya lain--lainlain dsbdsb

Upah kotor (termasuk lembur yg diantisipasi)Upah kotor (termasuk lembur yg diantisipasi) Gaji Bulanan bagi pemilikGaji Bulanan bagi pemilik TunjanganTunjangan--tunjangantunjangan Subkontrak dan layanan luarSubkontrak dan layanan luar Pembelian BahanPembelian Bahan Reparasi/pemeliharaanReparasi/pemeliharaan biaya pengemasanbiaya pengemasan Biaya transpotasiBiaya transpotasi Biaya perjalananBiaya perjalanan ListrikListrik Biaya lainBiaya lain--lainlain dsbdsb

Langkah PengelolaanLangkah PengelolaanArus KasArus Kas

Langkah 7: Jumlah Uang Tunai TelahLangkah 7: Jumlah Uang Tunai TelahDibayarkanDibayarkan

Setelah mendaftar semua biaya operasional danSetelah mendaftar semua biaya operasional danbiaya lainbiaya lain--lain telah dihitung menjadi total biaya, makalain telah dihitung menjadi total biaya, makaangka ini adalah jumlah “uang tunai yg telah dibayarkan”.angka ini adalah jumlah “uang tunai yg telah dibayarkan”.

Angka ini mencerminkan perkiraan anda terhadapAngka ini mencerminkan perkiraan anda terhadapjumlah tunai yang telah anda habiskan di setiap bulan.jumlah tunai yang telah anda habiskan di setiap bulan.

Langkah 7: Jumlah Uang Tunai TelahLangkah 7: Jumlah Uang Tunai TelahDibayarkanDibayarkan

Setelah mendaftar semua biaya operasional danSetelah mendaftar semua biaya operasional danbiaya lainbiaya lain--lain telah dihitung menjadi total biaya, makalain telah dihitung menjadi total biaya, makaangka ini adalah jumlah “uang tunai yg telah dibayarkan”.angka ini adalah jumlah “uang tunai yg telah dibayarkan”.

Angka ini mencerminkan perkiraan anda terhadapAngka ini mencerminkan perkiraan anda terhadapjumlah tunai yang telah anda habiskan di setiap bulan.jumlah tunai yang telah anda habiskan di setiap bulan.

Page 87: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

81

Langkah PengelolaanLangkah PengelolaanArus KasArus Kas

Langkah 8: Tentukan Arus Kas BulananLangkah 8: Tentukan Arus Kas Bulanan

Kurangkan jumlah uang tunai yang telahKurangkan jumlah uang tunai yang telahdibayarkan (langkah 7) dari jumlah uang tunai ygdibayarkan (langkah 7) dari jumlah uang tunai ygtersedia (langkah 5).tersedia (langkah 5).

Selisihnya adalah posisi uang tunai bulanan anda /Selisihnya adalah posisi uang tunai bulanan anda /arus kas anda.arus kas anda.

Yakinkan bahwa posisi arus kas anda di akhir bulanYakinkan bahwa posisi arus kas anda di akhir bulanbernilai positif. Jika bernilai negatif, ambil langkahbernilai positif. Jika bernilai negatif, ambil langkahawal untuk mengatasi kekurangan tunai yangawal untuk mengatasi kekurangan tunai yangdapat diantisipasi.dapat diantisipasi.

Langkah 8: Tentukan Arus Kas BulananLangkah 8: Tentukan Arus Kas Bulanan

Kurangkan jumlah uang tunai yang telahKurangkan jumlah uang tunai yang telahdibayarkan (langkah 7) dari jumlah uang tunai ygdibayarkan (langkah 7) dari jumlah uang tunai ygtersedia (langkah 5).tersedia (langkah 5).

Selisihnya adalah posisi uang tunai bulanan anda /Selisihnya adalah posisi uang tunai bulanan anda /arus kas anda.arus kas anda.

Yakinkan bahwa posisi arus kas anda di akhir bulanYakinkan bahwa posisi arus kas anda di akhir bulanbernilai positif. Jika bernilai negatif, ambil langkahbernilai positif. Jika bernilai negatif, ambil langkahawal untuk mengatasi kekurangan tunai yangawal untuk mengatasi kekurangan tunai yangdapat diantisipasi.dapat diantisipasi.

Tips Arus KasTips Arus Kas Perbaharui proyeksi arus kas setiapPerbaharui proyeksi arus kas setiap

bulan, dengan melakukan penyesuaianbulan, dengan melakukan penyesuaiankapanpun anda menjumpai biaya ataukapanpun anda menjumpai biaya ataupemasukan yg tidak terduga.pemasukan yg tidak terduga.

Ketika penjualan dan pengeluaranKetika penjualan dan pengeluaranbenarbenar--benar terjadi, buatlah daftarbenar terjadi, buatlah daftarjumlah sesungguhnya disebelah proyeksi arusjumlah sesungguhnya disebelah proyeksi aruskaskas

Periksalah akurasi dari peramalan anda, dan buatPeriksalah akurasi dari peramalan anda, dan buatpenyesuaian untuk bulanpenyesuaian untuk bulan--bulan berikutnya.bulan berikutnya.

Perbaharui proyeksi arus kas setiapPerbaharui proyeksi arus kas setiapbulan, dengan melakukan penyesuaianbulan, dengan melakukan penyesuaiankapanpun anda menjumpai biaya ataukapanpun anda menjumpai biaya ataupemasukan yg tidak terduga.pemasukan yg tidak terduga.

Ketika penjualan dan pengeluaranKetika penjualan dan pengeluaranbenarbenar--benar terjadi, buatlah daftarbenar terjadi, buatlah daftarjumlah sesungguhnya disebelah proyeksi arusjumlah sesungguhnya disebelah proyeksi aruskaskas

Periksalah akurasi dari peramalan anda, dan buatPeriksalah akurasi dari peramalan anda, dan buatpenyesuaian untuk bulanpenyesuaian untuk bulan--bulan berikutnya.bulan berikutnya.

Page 88: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

82

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Pembukuan KeuanganPembukuan Keuangan

Akuntansi adalah sebuah sistemAkuntansi adalah sebuah sisteminformasi yg mengidentifikasi,informasi yg mengidentifikasi,mencatat,dan mengkomunikasikanmencatat,dan mengkomunikasikankejadian ekonomi dalam sebuahkejadian ekonomi dalam sebuahorganisasi.organisasi. PihakPihak--pihak yang berkepentinganpihak yang berkepentingandalam akuntansi ada 2 yaitu pihakdalam akuntansi ada 2 yaitu pihakinternal dan eksternal.internal dan eksternal.

Akuntansi adalah sebuah sistemAkuntansi adalah sebuah sisteminformasi yg mengidentifikasi,informasi yg mengidentifikasi,mencatat,dan mengkomunikasikanmencatat,dan mengkomunikasikankejadian ekonomi dalam sebuahkejadian ekonomi dalam sebuahorganisasi.organisasi. PihakPihak--pihak yang berkepentinganpihak yang berkepentingandalam akuntansi ada 2 yaitu pihakdalam akuntansi ada 2 yaitu pihakinternal dan eksternal.internal dan eksternal.

Komponen akuntansiKomponen akuntansi aktiva (Assets)aktiva (Assets) Hutang (Liabilities)Hutang (Liabilities) Ekuitas (Equity)Ekuitas (Equity) Penghasilan (Income)Penghasilan (Income) Beban (Expenses)Beban (Expenses)

aktiva (Assets)aktiva (Assets) Hutang (Liabilities)Hutang (Liabilities) Ekuitas (Equity)Ekuitas (Equity) Penghasilan (Income)Penghasilan (Income) Beban (Expenses)Beban (Expenses)

Page 89: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

83

Contoh PembukuanContoh PembukuanKeuanganKeuangan

Buku BankBuku BankTanggalTanggal UraianUraian No. BuktiNo. Bukti Masuk (Rp)Masuk (Rp) Keluar (Rp)Keluar (Rp) Saldo (Rp)Saldo (Rp)

11 22 33 44 55 66

2/7/20102/7/2010 Setor/TrfSetor/Trf 01/ST01/ST 100.000100.000 100.000100.000

8/7/20108/7/2010 PenarikanPenarikan 01/Pt01/Pt 00 50.00050.000

SaldoSaldo

Buku KasBuku KasAprilApril

TanggalTanggal UraianUraian No. BuktiNo. Bukti Masuk (Rp)Masuk (Rp) Keluar (Rp)Keluar (Rp) Saldo (Rp)Saldo (Rp)

11 22 33 44 55 6611 22 33 44 55 66

1/4/.101/4/.10 PenarikanPenarikan 01/Um01/Um 200.000200.000 00 200 000200 000

2/4/.102/4/.10 PembelianPembelian 01/Pb01/Pb 00 50.00050.000 150.000150.000

SaldoSaldo

Page 90: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

84

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Buku Belanja Bahan BakuBuku Belanja Bahan Baku

Maret 2010Maret 2010TglTgl UraianUraian No.BuktiNo.Bukti JumlahJumlah Harga/Harga/

unitunitJumlahJumlahHargaHarga

Total PembayaranTotal Pembayaran

11 22 33 44 55 66 77

2/3/102/3/10 KayuKayu 1/Ky1/Ky 3 m33 m3 4 Juta4 Juta 12 Juta12 Juta

4/3/104/3/10 TriplexTriplex 1/Tp1/Tp 10 lbr10 lbr 80.00080.000 800.000800.000

TotalTotal RP……………RP……………

Buku Upah Tenaga KerjaBuku Upah Tenaga Kerja

Mei 2010Mei 2010TanggalTanggal Nama TkNama Tk No. BuktiNo. Bukti Dari s/d TglDari s/d Tgl Jumlah UnitJumlah Unit Upah/unitUpah/unit Jumlah UpahJumlah Upah

11 22 33 44 55 66 77

7/5/.107/5/.10 UdinUdin 1/Up1/Up--TkTk 11--6/Mei6/Mei 1212 20.00020.000 240.000240.000

BudiBudi 2/Up2/Up--TkTk 11--6/Mei6/Mei 1212 20.00020.000 240.000240.000

……..…….. ……….………. ………………………… …………………… ………..……….. …………..…………..

TotalTotal MeiMei Rp…………..Rp…………..

Page 91: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

85

Laporan KeuanganLaporan KeuanganBulananBulanan

Agustus 2010Agustus 20101.1. SALDO AWAL:SALDO AWAL:

A.A. BankBank :Rp…….:Rp…….B.B. KasKas :Rp…..:Rp…..C.C. JumlahJumlah :Rp…..:Rp…..

2.2. PEMASUKAN:PEMASUKAN:A.A. PenjualanPenjualan :Rp……:Rp……B.B. Penerimaan tagihanPenerimaan tagihan :Rp…..:Rp…..C.C. Jumlah PemasukanJumlah Pemasukan :Rp…….:Rp…….

3.3. PENGELUARAN:PENGELUARAN:A. Belanja Bahan BakuA. Belanja Bahan Baku :Rp….:Rp….B. Upah TKB. Upah TK :RP….:RP….k. Jumlah Pengeluarank. Jumlah Pengeluaran :Rp…..:Rp…..

4.4. SALDO AKHIR:SALDO AKHIR:A. BankA. Bank :Rp….:Rp….B. KasB. Kas :Rp….:Rp….K. JumlahK. Jumlah :Rp…..:Rp…..

5.5. SELISIHSELISIH :Rp:Rp…..…..

Agustus 2010Agustus 20101.1. SALDO AWAL:SALDO AWAL:

A.A. BankBank :Rp…….:Rp…….B.B. KasKas :Rp…..:Rp…..C.C. JumlahJumlah :Rp…..:Rp…..

2.2. PEMASUKAN:PEMASUKAN:A.A. PenjualanPenjualan :Rp……:Rp……B.B. Penerimaan tagihanPenerimaan tagihan :Rp…..:Rp…..C.C. Jumlah PemasukanJumlah Pemasukan :Rp…….:Rp…….

3.3. PENGELUARAN:PENGELUARAN:A. Belanja Bahan BakuA. Belanja Bahan Baku :Rp….:Rp….B. Upah TKB. Upah TK :RP….:RP….k. Jumlah Pengeluarank. Jumlah Pengeluaran :Rp…..:Rp…..

4.4. SALDO AKHIR:SALDO AKHIR:A. BankA. Bank :Rp….:Rp….B. KasB. Kas :Rp….:Rp….K. JumlahK. Jumlah :Rp…..:Rp…..

5.5. SELISIHSELISIH :Rp:Rp…..…..

Contoh Format Bukti Penerimaan &Contoh Format Bukti Penerimaan &Pengeluaran KasPengeluaran Kas

Bukti Kas MasukBukti Kas MasukTelah Terima DariTelah Terima Dari : ……………………: ……………………KeteranganKeterangan : ……………………: ……………………Jumlah Yang DiterimaJumlah Yang Diterima : ……………………: ……………………TerbilangTerbilang :#..................#:#..................#

Jepara, 15 Juli 2010Jepara, 15 Juli 2010ManajerManajer BendaharaBendahara(………………….)(………………….) (………………………….)(………………………….)

Bukti Kas MasukBukti Kas MasukTelah Terima DariTelah Terima Dari : ……………………: ……………………KeteranganKeterangan : ……………………: ……………………Jumlah Yang DiterimaJumlah Yang Diterima : ……………………: ……………………TerbilangTerbilang :#..................#:#..................#

Jepara, 15 Juli 2010Jepara, 15 Juli 2010ManajerManajer BendaharaBendahara(………………….)(………………….) (………………………….)(………………………….)

Page 92: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

86

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Pengeluaran KasPengeluaran KasBukti Kas KeluarBukti Kas Keluar

Dibayar KepadaDibayar Kepada : ……………………….: ……………………….Untuk PembayaranUntuk Pembayaran : ……………………….: ……………………….Jumlah PembayaranJumlah Pembayaran : Rp……………………: Rp……………………TerbilangTerbilang : #......................#: #......................#

Jepara,12 Mei 2010Jepara,12 Mei 2010ManagerManager BendaharaBendahara PenerimaPenerima

(………….) (……………..) (……………)(………….) (……………..) (……………)

Bukti Kas KeluarBukti Kas KeluarDibayar KepadaDibayar Kepada : ……………………….: ……………………….Untuk PembayaranUntuk Pembayaran : ……………………….: ……………………….Jumlah PembayaranJumlah Pembayaran : Rp……………………: Rp……………………TerbilangTerbilang : #......................#: #......................#

Jepara,12 Mei 2010Jepara,12 Mei 2010ManagerManager BendaharaBendahara PenerimaPenerima

(………….) (……………..) (……………)(………….) (……………..) (……………)

Terima KasihTerima Kasih

Page 93: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

87

C. Kalkulasi Mikro

PRODUCT SHEET

Date 10-Apr-2010

Item Reference CH01

Description Bar Stool

Product Dimension (mm) 1230 x 580 x 630

COMPONENT LIST

No. T (mm) W (mm) L(mm) Pcs Vol (m3)

1 35 150 1230 2 0.001417

2 40 40 1000 2 0.001082

3 50 90 600 2 0.000742

4 30 200 520 1 0.000751

5 30 30 520 1 0.000581

6 40 40 460 2 0.000542

7 SERAMPAT SAMPING 30 30 430 2 0.000492

8 SUNDUK BELAKANG 30 90 420 1 0.000541

9 SERAMPAT BELAKANG 30 30 420 1 0.000481

10 30 120 420 1 0.000571

11 30 120 120 1 0.000271

12 30 100 420 2 0.000552

13 20 50 280 2 0.000352

14 20 80 260 2 0.000362

15 20 65 320 2 0.000407

16 20 160 180 2 0.000362

17 30 90 90 4 0.000214

18 20 60 500 1 0.000581

19 20 60 370 2 0.000452

20 20 60 410 1 0.000491

21 20 20 350 2 0.000392

22 0.000000

23 0.000000

24 0.000000

25 0.000000

26 0.000000

27 0.000000

28 0.000000

29 0.000000

30 0.000000

31 0.000000

32 0.000000

33 0.000000

34 0.000000

35 0.000000

36 0.000000

37 0.000000

38 0.000000

39 0.000000

0.011636

Comments:

1 85.94 -$ -$

TOTAL

LIST SAMPING ROTAN

RANGKA DUDUKAN BELAKANG

SUNDUK SAMPING

SANDARAN ATAS

ORNAMEN SANDARAN

SUNDUK TENGAH

RANGKA TEGAK

RANGKA BENGKOK

RANGKA ATAS

SUDUT ORNAMEN

SIKU

RANGKA DUDUKAN DEPAN

RANGKA DUDUKAN SAMPING

SERAMPAT DEPAN

Description

KAKI BELAKANG

KAKI DEPAN

TANGANAN

SUNDUK DEPAN

Page 94: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

88

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin MebelP

RO

DU

CT

SH

EE

T

Item

Ref

eren

ce

Des

crip

tio

n

Pro

du

ct D

imen

sio

n (

mm

)12

30 x

580

x 6

30

MA

ST

ER

CA

RT

0N

INN

ER

CA

RT

ON

LO

AD

ING

Un

it p

er C

TN

:2

Un

it p

er I

nn

er:

Un

its/

20

':

Net

Wei

gh

t (k

gs)

:N

et W

eigh

t (k

gs)

:U

nit

s/4

0':

Gro

ss W

eigh

t (k

gs)

:G

ross

Wei

gh

t (k

gs)

:U

nit

s/H

C:

Un

it V

olu

me

(m3

) :

I0.0

000

Un

it V

olu

me

(m³)

:I

IIII

Lx

Wx

HL

xW

xH

20

'4

0'

HC

Dim

ensi

on

s (c

ms)

Bo

xI

Dim

ensi

on

s (c

ms)

IV

ol

(m³)

00

0

IIII

AC

CE

SS

OR

IES

LIS

T

No.

Un

it

1b

idan

g

2b

uah

3k

g

4k

g

5li

ter

6li

ter

7li

ter

8k

g

9m

ete

r

10

mete

r

11

mete

r

12

ikat

13

bu

ah

14

bu

ah

15

lem

bar

16

rol

17

dm

18

lub

an

g

19

bu

ah

20

bu

ah

21

22

23

24

25

26

27

28

29

ON

GK

OS

BU

BU

T4.0

02.5

00.0

010.0

00.0

0

SE

PA

TU

PL

AS

TIK

4.0

0500.0

02.0

00.0

0

ON

GK

OS

UK

IRA

N26.0

02.5

00.0

065.0

00.0

0

ON

GK

OS

BO

BO

K76.0

0100.0

07.6

00.0

0

KA

IN B

AL

1.0

0500.0

0500.0

0

ISO

LA

SI

0.5

05.0

00.0

02.5

00.0

0

LE

M A

LT

EC

O0.5

05.0

00.0

02.5

00.0

0

KU

AS

1.0

03.0

00.0

03.0

00.0

0

KE

RT

AS

AM

PL

AS

NO

240

1.0

010.0

00.0

010.0

00.0

0

KA

RE

T1.0

03.0

00.0

03.0

00.0

0

KE

RT

AS

AM

PL

AS

NO

80

0.5

010.0

00.0

05.0

00.0

0

KE

RT

AS

AM

PL

AS

NO

120

0.5

010.0

00.0

05.0

00.0

0

TE

A B

RO

WN

ST

AIN

0.3

340.0

00.0

013.2

00.0

0

GL

AZ

E A

NT

IQU

E V

AN

DIC

K B

RO

WN

0.1

040.0

00.0

04.0

00.0

0

TH

INN

ER

A0.5

010.0

00.0

05.0

00.0

0

TH

INN

ER

HIG

H G

LO

SS

1.0

017.0

00.0

017.0

00.0

0

LE

M0.1

0100.0

00.0

010.0

00.0

0

FIN

ISH

ING

NC

0.7

532.0

00.0

024.0

00.0

0

RO

TA

N8.0

015.0

00.0

0120.0

00.0

0

SE

KR

UP

1,5

IN

CH

20

100.0

02.0

00.0

0

CH

01B

ar S

tool

Des

crip

tion

sQ

tyU

. P

rice

Am

ou

nt

Page 95: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

89

INF

O P

RIC

E C

AL

CU

LA

TIO

N

Item

Ref

eren

ce

Des

crip

tion

Pro

du

ct D

imen

sion

(m

m)

0

MA

ST

ER

CA

RT

0N

III

INN

ER

CA

RT

ON

I/

IIL

OA

DIN

G/

Un

it p

er C

TN

:2

/U

nit

per

In

ner

:/

Un

its/

20':

0/

Net

Wei

gh

t (k

gs)

:0

/N

et W

eigh

t (k

gs)

:/

Un

its/

40':

/G

ross

Wei

gh

t (k

gs)

:0

/G

ross

Wei

gh

t (k

gs)

:/

Un

its/

HC

:0

/U

nit

Volu

me

(m3)

:I

Un

it V

olu

me

(m³)

:I

IIII

Lx

Wx

HL

xW

xH

AS

11

20'

Dim

ensi

on

s (c

ms)

Box

I0

00

Dim

ensi

on

s (c

ms)

IV

ol

(m³)

0

II0

00

II

SU

B T

OT

AL

72

.52

Co

mm

ents

:

GR

AN

D T

OT

AL

61

6.4

09

.51

72

.52

75

.85

4.6

3

56

0.3

72

.29

FE

E1

0%

56

.03

7.2

36

.59

TO

TA

L B

IAY

A T

IDA

K L

AN

GS

UN

G2

0.5

50

.00

0.0

0

CA

PA

CIT

Y/M

ON

TH

35

05

8.7

14

.29

6.9

1

EN

ER

GI

1.0

00

.00

0.0

0

MA

INT

EN

AN

CE

25

0.0

00

.00

10

.00

0.0

09

5.6

4

TE

LE

PO

N8

00

.00

0.0

0

BIA

YA

TID

AK

LA

NG

SU

NG

Pri

ceC

om

men

t

OF

FIC

E E

QU

IPM

EN

T1

.50

0.0

00

.00

OF

FIC

E S

AL

AR

Y1

5.0

00

.00

0.0

0

WA

RE

HO

US

E2

.00

0.0

00

.00

TO

TA

L B

IAY

A L

AN

GS

UN

G5

01

.65

8.0

02

12

.50

1.0

03

11

30

03

11

.30

0.0

03

6.6

2

PR

OD

UC

TIO

N0,0

11636

1.5

00

.00

0.0

01

7.4

54

.00

57

.84

DO

CU

ME

NT

1.0

01

0.0

00

.00

BIA

YA

LA

NG

SU

NG

:K

ER

UIN

G

MA

TE

RIA

L0

,01

16

36

14

.00

0.0

00

.00

16

2.9

04

.00

19

.17

Des

crip

tio

ns

Vo

l./U

nit

Pri

ce /

Un

itT

ota

l P

rice

Co

mm

ent

0

0 0

0 0

40'

Page 96: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

90

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin MebelM

AS

TE

R C

AR

T0

NI

IIIN

NE

R C

AR

TO

NI

/II

LO

AD

ING

/U

nit

per

CT

N:

2/

Un

it p

er I

nn

er:

/U

nit

s/2

0':

50

/N

et W

eigh

t (k

gs)

:1

50

/N

et W

eigh

t (k

gs)

:/

Un

its/

40

':/

Gro

ss W

eigh

t (k

gs)

:1

50

/G

ross

Wei

gh

t (k

gs)

:/

Un

its/

HC

:/

Un

it V

olu

me

(m3

) :

IU

nit

Vo

lum

e (m

³):

I

IIII

Lx

Wx

HL

xW

xH

20

'H

C

Dim

ensi

on

s (c

ms)

Bo

xI

120

42

15

Dim

ensi

on

s (c

ms)

IV

ol

(m³)

7.5

6

II120

45

10

II

Dea

r M

ad

am

/Sir

,

0.1

51

2

0.1

08

40

'

Page 97: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

91

Best

Regard

,

Agu

s S

un

ary

o

Page 98: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

92

c. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

KREDIT USAHA RAKYAT

MERUPAKAN KREDIT MODAL KERJAATAU INVESTASI DENGAN PLAFONDKREDIT SAMPAI DENGAN RP. 500JUTA(TOTAL EKSPOSUR) YANGDIBERIKAN KEPADA USAHAMIKRO,KECIL DAN KOPERASI YANGMEMILIKI USAHA PRODUKTIF YANGAKAN DIMINTAKAN PENJAMINAN DARIPERUSAHAAN PENJAMIN.

MERUPAKAN KREDIT MODAL KERJAATAU INVESTASI DENGAN PLAFONDKREDIT SAMPAI DENGAN RP. 500JUTA(TOTAL EKSPOSUR) YANGDIBERIKAN KEPADA USAHAMIKRO,KECIL DAN KOPERASI YANGMEMILIKI USAHA PRODUKTIF YANGAKAN DIMINTAKAN PENJAMINAN DARIPERUSAHAAN PENJAMIN.

Page 99: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

93

KETENTUAN UMUM

1.Persyaratan Calon Debitura.Individu(perorangan/badan hukum,kelompok,

koperasi yang melakukan usaha produktifyang layak, namun belum bankable.

b.Calon debitur penerima KUR Ritel tidak sedangmenerima kredit/pembiayaan modal kerja dan atauinvestasi dari perbankan atauyang tidak sedangmenerima kredit program dari Pemerintah, yangdibuktikan dengan hasil print out sistem Informasidebitur Bank Indonesia pada saat permohonankredit/pembiayaan diajukan.

1.Persyaratan Calon Debitura.Individu(perorangan/badan hukum,kelompok,

koperasi yang melakukan usaha produktifyang layak, namun belum bankable.

b.Calon debitur penerima KUR Ritel tidak sedangmenerima kredit/pembiayaan modal kerja dan atauinvestasi dari perbankan atauyang tidak sedangmenerima kredit program dari Pemerintah, yangdibuktikan dengan hasil print out sistem Informasidebitur Bank Indonesia pada saat permohonankredit/pembiayaan diajukan.

2.Jenis dan Jangka Waktu.Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat diberikanuntuk keperluan modal kerja atau Investasi,dengan ketentuan sebagai berikut :a. Kredit Modal Kerja, jangka waktu maksimal 3 (tiga)

tahunb. Kredit Investasi,jangka waktu maksimal 5 (lima)

tahun.3. Besar Kredit.

Besar kredit yang dapat diberikan sampaidengan maksimal Rp. 500 juta (total Eksposur)

2.Jenis dan Jangka Waktu.Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat diberikanuntuk keperluan modal kerja atau Investasi,dengan ketentuan sebagai berikut :a. Kredit Modal Kerja, jangka waktu maksimal 3 (tiga)

tahunb. Kredit Investasi,jangka waktu maksimal 5 (lima)

tahun.3. Besar Kredit.

Besar kredit yang dapat diberikan sampaidengan maksimal Rp. 500 juta (total Eksposur)

Page 100: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

94

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4. Suku Bungaa. Suku bunga efektif yang dikenakan atas

kredit ini adalah minimal Base LendingRate dan maksimal 14 % per tahun danbersifat reveewable.

b. Perubahan suku bunga akan disampaikandengan surat tersendiri.

5. Bentuk Kredita. Kredit Modal Kerja (KMK).b. Kredit Investasi

4. Suku Bungaa. Suku bunga efektif yang dikenakan atas

kredit ini adalah minimal Base LendingRate dan maksimal 14 % per tahun danbersifat reveewable.

b. Perubahan suku bunga akan disampaikandengan surat tersendiri.

5. Bentuk Kredita. Kredit Modal Kerja (KMK).b. Kredit Investasi

6. Denda / PinaltiPenalti sebesar 50 % dari besarnya suku bungayang berlaku atas tunggakan pokok dan bunga.

7. Biaya Administrasi dan Provisi Kredit tidak dipungut.

Page 101: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

95

1. Legalitas Calon Debitur/Terjamin.

a. Individual : Identitas berupa KTP dan Kartu

Keluarga.

b. Kelompok : Surat Pengukuhan dari Instansi terkai

atau Surat Keterangan Usaha dari

Lurah/Kepala Desa atau Akte

Notaris.

2. Perijinan Calon Debitur/Terjamin.

Kredit dengan plafond 100 juta keatas, ijin usaha minimal

SIUP.bagi Usaha baru,minimal telah berjalan selama 6

bulan.

KEBIJAKAN PROSEDUR KREDIT

1. Legalitas Calon Debitur/Terjamin.

a. Individual : Identitas berupa KTP dan Kartu

Keluarga.

b. Kelompok : Surat Pengukuhan dari Instansi terkai

atau Surat Keterangan Usaha dari

Lurah/Kepala Desa atau Akte

Notaris.

2. Perijinan Calon Debitur/Terjamin.

Kredit dengan plafond 100 juta keatas, ijin usaha minimal

SIUP.bagi Usaha baru,minimal telah berjalan selama 6

bulan.

AGUNAN

Agunan Pokok.

a. Agunan kredit dapat hanya berupa agunan poko apabilaberdasarkan aspek-aspek lain dalam jaminan utama(proyek/usaha yang dibiayai),telah diperoleh keyakinan ataskemampuan debitur/terjamin untuk mengembalikanhutangnya.

b. Agunan tambahan.

Agunan tambahan,seperti tanah/bangunan,kendaraan.

Agunan Pokok.

a. Agunan kredit dapat hanya berupa agunan poko apabilaberdasarkan aspek-aspek lain dalam jaminan utama(proyek/usaha yang dibiayai),telah diperoleh keyakinan ataskemampuan debitur/terjamin untuk mengembalikanhutangnya.

b. Agunan tambahan.

Agunan tambahan,seperti tanah/bangunan,kendaraan.

Page 102: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

96

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

POLA KREDIT

1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit modal kerja danatau investasi dengan plafond kredit sampai derngan 500juta (total eksposur) yang diberikan kepada usahamikro,kecil dan koperasi yang memiliki usaha produktifyang akan dimintakan penjaminan dari PerusahaanPenjamin.

2. Besarnya maksimal prosentase penjaminan atas kredit yangdisalurkan oleh BRI yang dapat dijamin oleh Penjaminyaitu sebesar 70 % dari Plafond Kredit.

3. Bagian dari jumlah kerugian BRI sebesar 30 % atau yangtidak diganti oleh Penjamin

4. Sumber dana KUR berasal sepenuhnya dari dana BRI.

1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit modal kerja danatau investasi dengan plafond kredit sampai derngan 500juta (total eksposur) yang diberikan kepada usahamikro,kecil dan koperasi yang memiliki usaha produktifyang akan dimintakan penjaminan dari PerusahaanPenjamin.

2. Besarnya maksimal prosentase penjaminan atas kredit yangdisalurkan oleh BRI yang dapat dijamin oleh Penjaminyaitu sebesar 70 % dari Plafond Kredit.

3. Bagian dari jumlah kerugian BRI sebesar 30 % atau yangtidak diganti oleh Penjamin

4. Sumber dana KUR berasal sepenuhnya dari dana BRI.

TERIMA KASIHTERIMA KASIH

Page 103: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

97

2. Materi Pelatihan Pemasaran 2.1. Pelatihan Pengolahan Gambar

Pelatihan Adobe Photoshop

CIFOR – APKJ

Rabu, 18 April 2012

Tujuan Pelatihan

Meningkatkan kemampuan dalam mengedit gambardengan menggunakan program Adobe Photoshop

Meningkatkan kemampuan dalam memperbaharuiinformasi dan gambar pada profil usaha pengrajin yangdipromosikan pada situs Javamebel

Menjadikan forum pelatihan sebagai media untuk berbagipengalaman dan pengetahuan antar peserta pelatihan

Meningkatkan kemampuan dalam mengedit gambardengan menggunakan program Adobe Photoshop

Meningkatkan kemampuan dalam memperbaharuiinformasi dan gambar pada profil usaha pengrajin yangdipromosikan pada situs Javamebel

Menjadikan forum pelatihan sebagai media untuk berbagipengalaman dan pengetahuan antar peserta pelatihan

Page 104: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

98

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Hasil yang diharapkan

Peserta dapat mengerjakan fungsi-fungsi dasar editinggambar

Peserta memiliki pemahaman yang cukup untukmengembangkan kemampuan editing gambar pada tahapanyang lebih tinggi secara mandiri

Peserta dapat meningkatkan kualitas gambar-gambar padaprofil pengrajin yang dipromosikan pada situs Javamebel

Peserta dapat mengerjakan fungsi-fungsi dasar editinggambar

Peserta memiliki pemahaman yang cukup untukmengembangkan kemampuan editing gambar pada tahapanyang lebih tinggi secara mandiri

Peserta dapat meningkatkan kualitas gambar-gambar padaprofil pengrajin yang dipromosikan pada situs Javamebel

Adobe Photoshop

Page 105: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

99

Sumber training http://www.adobe.com/designcenter-archive/video_workshop/?id=vid0187

Workspace

Tools Palette

Palette

DocumentWindow

Page 106: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

100

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Toolbox

Mengoperasikan tool dan palette

Navigator

Zoom

Hand

Eyedropper

Memilih warna

Navigator

Zoom

Hand

Eyedropper

Memilih warna

Page 107: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

101

Teknik-teknik dasar

Backup

Revert

Duplicate

Undo

History

Transformasi

Image size, Crop

Canvas

Canvas size, Rotate

Memilih format file

Backup

Revert

Duplicate

Undo

History

Transformasi

Image size, Crop

Canvas

Canvas size, Rotate

Memilih format file

Backup

Revert

File > Revert (F12)

Mengembalikan gambar padakeadaan semula denganmengabaikan semuaperubahan, termasuk notes

Berlaku pada gambar orisinil,bukan duplikatnya

Berlaku sebelum gambardisimpan

Revert

File > Revert (F12)

Mengembalikan gambar padakeadaan semula denganmengabaikan semuaperubahan, termasuk notes

Berlaku pada gambar orisinil,bukan duplikatnya

Berlaku sebelum gambardisimpan

Page 108: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

102

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Backup

Duplicate

Image > Duplicate…

Berfungsi membuat duplikatgambar

Memastikan gambar asli tidakberubah

File gambar asli dapat ditimpadengan menggunakanan:

File > Save as…

Simpan dengan nama file gambarasli

Duplicate

Image > Duplicate…

Berfungsi membuat duplikatgambar

Memastikan gambar asli tidakberubah

File gambar asli dapat ditimpadengan menggunakanan:

File > Save as…

Simpan dengan nama file gambarasli

Backup

Undo

Ctrl + Z

Membatalkan satu operasiterakhir

Lakukan “Redo” untukmenjalankan kembali operasiyang baru saja dibatalkan

Undo

Ctrl + Z

Membatalkan satu operasiterakhir

Lakukan “Redo” untukmenjalankan kembali operasiyang baru saja dibatalkan

Page 109: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

103

Backup

History

Membatalkan satu atau lebihoperasi terakhir

Lakukan “Redo” untukmenjalankan kembali satu ataulebih operasi yang baru sajadibatalkan

History

Membatalkan satu atau lebihoperasi terakhir

Lakukan “Redo” untukmenjalankan kembali satu ataulebih operasi yang baru sajadibatalkan

Transformasi: Image Size

Image Size Image > Image Size… (Alt +

Ctrl + I)

Ukuran pixel Pixel adalah bagian terkecil dari

sebuah gambar

Kapasitas informasi yangdisimpan bergantung pada modewarna yang dipilih (dalam satuanbit)

Ukuran dokumen Berorientasi pada ukuran cetak

Berhubungan dengan ukuranpixel yang diwujudkan dalamresolusi gambar

Image Size Image > Image Size… (Alt +

Ctrl + I)

Ukuran pixel Pixel adalah bagian terkecil dari

sebuah gambar

Kapasitas informasi yangdisimpan bergantung pada modewarna yang dipilih (dalam satuanbit)

Ukuran dokumen Berorientasi pada ukuran cetak

Berhubungan dengan ukuranpixel yang diwujudkan dalamresolusi gambar

Page 110: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

104

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Transformasi: Crop

Crop Lakukan “Selection” kemudian

Image > Crop

Atau gunakan “Crop Tool” (C)

Berfungsi mengambil bagiangambar yang dipilih saja danmenjadikan gambar denganukuran baru

Berguna untuk menghilangkanbagian gambar yang tidakdiperlukan

Crop bersifat beraturan dalambentuk persegi

Crop Lakukan “Selection” kemudian

Image > Crop

Atau gunakan “Crop Tool” (C)

Berfungsi mengambil bagiangambar yang dipilih saja danmenjadikan gambar denganukuran baru

Berguna untuk menghilangkanbagian gambar yang tidakdiperlukan

Crop bersifat beraturan dalambentuk persegi

Canvas: Size

Canvas Size Image > Canvas Size… (Alt +

Ctrl + C)

Mengatur ukuran canvas,sedangkan gambar ukurannyatetap

Perubahan ukuran canvas akanmerubah ukuran gambar dilayer background, tetapi tidakmerubah ukuran gambar dilayer yang lain

Pemilihan anchor akanmenentukan posisi perubahanukuran canvas

Canvas Size Image > Canvas Size… (Alt +

Ctrl + C)

Mengatur ukuran canvas,sedangkan gambar ukurannyatetap

Perubahan ukuran canvas akanmerubah ukuran gambar dilayer background, tetapi tidakmerubah ukuran gambar dilayer yang lain

Pemilihan anchor akanmenentukan posisi perubahanukuran canvas

Page 111: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

105

Canvas: Rotate

Memutar Canvas

Image > Rotate Canvas

Berfungsi memutar canvas dangambar yang terdapat padanya

Putaran dapat dilakukandengan membaliknya, memilihderajat yang sudah terdefinisiatau menentukan derajatsecara manual (Arbitary…)

Memutar Canvas

Image > Rotate Canvas

Berfungsi memutar canvas dangambar yang terdapat padanya

Putaran dapat dilakukandengan membaliknya, memilihderajat yang sudah terdefinisiatau menentukan derajatsecara manual (Arbitary…)

Bekerja dengan layer (bagian 1)

Menciptakan layer

Melalui Layer Palette

Menciptakan dari layer “background”

Duplicate

New layer

Melalui Placing

Menambahkan teks

Menghapus layer

Menggabungkan layer

Melakukan flattening

Menciptakan layer

Melalui Layer Palette

Menciptakan dari layer “background”

Duplicate

New layer

Melalui Placing

Menambahkan teks

Menghapus layer

Menggabungkan layer

Melakukan flattening

Page 112: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

106

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Menciptakan layer: dari background

Aktifkan Layer Palette,melalui:

Palette panel, pilih “Layers”,atau melalui

Window > Layers (F7)

Pada layer background,lakukan:

Right click

Pilih “Layer From Background”

Aktifkan Layer Palette,melalui:

Palette panel, pilih “Layers”,atau melalui

Window > Layers (F7)

Pada layer background,lakukan:

Right click

Pilih “Layer From Background”

Menciptakan layer: duplicate

Aktifkan Layer Palette,melalui:

Palette panel, pilih “Layers”,atau melalui

Window > Layers (F7)

Pada salah satu layer, lakukan:

Right click

Pilih “Duplicate Layer”

Aktifkan Layer Palette,melalui:

Palette panel, pilih “Layers”,atau melalui

Window > Layers (F7)

Pada salah satu layer, lakukan:

Right click

Pilih “Duplicate Layer”

Page 113: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

107

Menciptakan layer: New layer

Aktifkan Layer Palette,melalui:

Palette panel, pilih “Layers”,atau melalui

Window > Layers (F7)

Click icon “Create new layer”

Aktifkan Layer Palette,melalui:

Palette panel, pilih “Layers”,atau melalui

Window > Layers (F7)

Click icon “Create new layer”

Create new layer

Menciptakan layer: Place

File > Place

Pilih gambar yang akan dimasukkan ke dalam gambar saat ini

Pilih Move Tool (V)

Click “Place”

Page 114: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

108

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Menciptakan layer: Menggabungkan layer

Berfungsi menggabungkansatu atau lebih layer menjadisatu layer

Aktifkan Layer Palette,melalui: Palette panel, pilih “Layers”,

atau melalui

Window > Layers (F7)

Pilih layer yang diinginkan Tekan Shift + Click layer yang

diinginkan

Right-click

Pilih “Merge Layers”

Berfungsi menggabungkansatu atau lebih layer menjadisatu layer

Aktifkan Layer Palette,melalui: Palette panel, pilih “Layers”,

atau melalui

Window > Layers (F7)

Pilih layer yang diinginkan Tekan Shift + Click layer yang

diinginkan

Right-click

Pilih “Merge Layers”

1. Pilih layer

2. Pilih “Merge Layers”

Menciptakan layer: Menggabungkan layer

Berfungsi menggabungkanseluruh layer menjadi satulayer

Aktifkan Layer Palette,melalui: Palette panel, pilih “Layers”,

atau melalui

Window > Layers (F7)

Pilih layer yang diinginkan Tekan Shift + Click layer yang

diinginkan

Right-click

Pilih “Flatten Image”

Berfungsi menggabungkanseluruh layer menjadi satulayer

Aktifkan Layer Palette,melalui: Palette panel, pilih “Layers”,

atau melalui

Window > Layers (F7)

Pilih layer yang diinginkan Tekan Shift + Click layer yang

diinginkan

Right-click

Pilih “Flatten Image”

1. Right-click

2. Pilih “Flatten Image”

Page 115: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

109

Melakukan koreksi atau penyesuaian

Adjustment

Brightness/Contrast

Levels

Color Balance

Hue Saturation

Adjustment Layer

Melakukan adjustment yang bersifat non-destruktif

Adjustment

Brightness/Contrast

Levels

Color Balance

Hue Saturation

Adjustment Layer

Melakukan adjustment yang bersifat non-destruktif

Adjustment

Image > Adjustments

Berfungsi melakukanpenyesuaian terhadap warnadan gelap/terangnya gambar

Page 116: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

110

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Adjustment: Brightness/Contrast

Image > Adjustments >Brightness/Contrast

Berfungsi melakukanpenyesuaian terhadap:

Brightness: menentukantingkat gelap & terangnyawarna

Contrast: menentukan tingkatketegasan yang membedakanantara bagian gelap dan terang

Image > Adjustments >Brightness/Contrast

Berfungsi melakukanpenyesuaian terhadap:

Brightness: menentukantingkat gelap & terangnyawarna

Contrast: menentukan tingkatketegasan yang membedakanantara bagian gelap dan terang

Adjustment: Levels

Image > Adjustments >Levels

Berfungsi melakukanpenyesuaian gelap &terangnya gambar denganmelakukan pemetaan wilayahgelap & terang gambar saatini (Input Levels) terhadapwilayah gelap terang yangdikehendaki (Output Levels)

Levels bersifat selektif Wilayah gelap & terang dapat

dipilih sesuai keinginan

Image > Adjustments >Levels

Berfungsi melakukanpenyesuaian gelap &terangnya gambar denganmelakukan pemetaan wilayahgelap & terang gambar saatini (Input Levels) terhadapwilayah gelap terang yangdikehendaki (Output Levels)

Levels bersifat selektif Wilayah gelap & terang dapat

dipilih sesuai keinginan

Page 117: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

111

Adjustment: Color Balance

Image > Adjustments > ColorBalance

Berfungsi melakukanpenyesuaian warna yangmeliputi tiga tingkatan warna:

Cyan-Red

Magenta-Green

Yellow-Blue

Diterapkan pada Tone Balance

Menentukan wilayah gelap &terang (Shadows, Midtones &Highlights) di manakeseimbangan warna diterapkan

Image > Adjustments > ColorBalance

Berfungsi melakukanpenyesuaian warna yangmeliputi tiga tingkatan warna:

Cyan-Red

Magenta-Green

Yellow-Blue

Diterapkan pada Tone Balance

Menentukan wilayah gelap &terang (Shadows, Midtones &Highlights) di manakeseimbangan warna diterapkan

Adjustment: Hue Saturation

Image > Adjustments > HueSaturation

Berfungsi menyesuaikanwarna dengan mengatur:

Hue: wilayah warna

Saturation: kadar warna

Lightness: gelap & terangnyagambar

Penyesuaian dapatdiaplikasikan pada seluruhcolor channel maupunindividual color channel

Image > Adjustments > HueSaturation

Berfungsi menyesuaikanwarna dengan mengatur:

Hue: wilayah warna

Saturation: kadar warna

Lightness: gelap & terangnyagambar

Penyesuaian dapatdiaplikasikan pada seluruhcolor channel maupunindividual color channel

Page 118: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

112

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Melakukan irregular selection

Berfungsi melakukan penyeleksian area gambar dalambentuk yang tidak beraturan. Beberapa cara yang dapatdilakukan adalah:

Quick mask

Quick selection tool

Path

Berfungsi melakukan penyeleksian area gambar dalambentuk yang tidak beraturan. Beberapa cara yang dapatdilakukan adalah:

Quick mask

Quick selection tool

Path

Quick Mask

2. Aktifkan danatur brush

3. Tutup wilayah yang tidakdipilih denganmenggunakan brush

1. AktifkanQuick Mask

3. Tutup wilayah yang tidakdipilih denganmenggunakan brush

4. Non-aktifkan QuickMask untuk menampilkanhasil selection

Page 119: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

113

Quick Selection Tool

2. Tentukan ukuran brush1. Aktifkan quickselection tool

3. Tekan dan gerakkan quick selection tool mengikuti wilayah gambar yangakan dipilih. Tentukan ukuran brush sesuai dengan kebutuhan dan tentukanmode selection apakah menambah atau mengurangi pilihan.

Path (Langkah 1 - 4) 3. Tentukan Path (Jalur)pilihan titik demi titik sampaisemua bagian terpilih1. Create

New Path

2. Aktifkan Pen Tool

3. Tekan dan gerakkan quick selection tool mengikuti wilayah gambar yangakan dipilih. Tentukan ukuran brush sesuai dengan kebutuhan dan tentukanmode selection apakah menambah atau mengurangi pilihan.

4. Aktifkan ConvertPoint Tool untukmemperinci hasilselection

Page 120: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

114

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Path (Langkah 5 – 6)

6a. Rubah Pathmenjadi Selection

6b. TentukanSetelan Rendering

5. Gunakan Convert Point Tool untukmerubah garis lurus menjadi kurva dansebaliknya. Lalu lengkungkan path sesuaidengan kebutuhan.

Path (Hasil akhir)

7. Hasil Path Selection

Page 121: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

115

Bekerja dengan layer (bagian 2)

Layer Mask

Berfungsi untuk menutup wilayah gambar, sehingga wilayahtersebut menjadi transparan atau sebaliknya.

Hasil masking dapat dijadikan sebagai sebuah selection

Operasi Layer berlaku pada Layer selain Layer Background

Beberapa operasi pada Layer Mask

Melakukan selection

Melakukan image-composite

Memberikan efek khusus

Layer Mask

Berfungsi untuk menutup wilayah gambar, sehingga wilayahtersebut menjadi transparan atau sebaliknya.

Hasil masking dapat dijadikan sebagai sebuah selection

Operasi Layer berlaku pada Layer selain Layer Background

Beberapa operasi pada Layer Mask

Melakukan selection

Melakukan image-composite

Memberikan efek khusus

Layer Mask: melakukan selection

Layer > Layer Mask > RevealAll Menampilkan seluruh bagian

gambar

Pemilihan dilakukan denganmenggunakan brush danwarnanya disetel ke hitam

Tutup bagian yang tidakdiperlukan dengan mewarnaibagian tersebut menggunakanbrush

Atur ukuran brush sesuai dengankebutuhan

Batalkan tutupan denganmewarnainya menggunakan warnaputih

Layer > Layer Mask > RevealAll Menampilkan seluruh bagian

gambar

Pemilihan dilakukan denganmenggunakan brush danwarnanya disetel ke hitam

Tutup bagian yang tidakdiperlukan dengan mewarnaibagian tersebut menggunakanbrush

Atur ukuran brush sesuai dengankebutuhan

Batalkan tutupan denganmewarnainya menggunakan warnaputih

Page 122: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

116

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Layer Mask: melakukan selection

2. Tentukanukuran brush

1. Pilih Brush

3. Tentukanwarna brush

4. Tutup daerah yang tidak diperlukandengan menggunakan brush

Layer Mask: melakukan selection

5. Tentukan ukuran brush

6. Menentukan setelan selection

Page 123: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

117

Layer Mask: melakukan selection

7. Hasil akhir. Selection marquee muncul

Layer Mask

Proyek 1

Melakukan image-composite sederhana

Menggabungkan dua gambar di bawah ini.

Gunakan Layer Mask pada Baboon untuk menghilangkan latarbelakangnya

Page 124: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

118

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Bekerja dengan teks

Pemilihan font

Mode anti-alias

Warp text

Bekerja dengan teks

Font: type, style, size Anti Alias

Alignment

1. Aktifkan Text Tool

Alignment

Warna

Warp

Modeparagraf

Page 125: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

119

Bekerja dengan teks

Bekerja dengan teks: Drop Shadow

Page 126: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

120

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Bekerja dengan teks: Warp Text

Proyek 2

Bekerja dengan layer

Melakukan irregular selection

Menerapkan Smart Object

Memberikan special effect

Menyimpan dalam format yang optimal untuk website

Bekerja dengan layer

Melakukan irregular selection

Menerapkan Smart Object

Memberikan special effect

Menyimpan dalam format yang optimal untuk website

Page 127: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

121

Proyek 2

Memindahkan almari dari gambar 1 ke gambar 2

Menyimpan almari dalam smart object

Memberikan efek bayangan

Penutup

Hal yang telah dipelajari

Workspace sebagai tempat bekerja

Beberapa fungsi Toolbox

Cara melakukan beberapa penyesuaian warna dan tone

Cara melakukan penyeleksian bagian gambar secara beraturandan tidak beraturan

Cara memberikan efek-efek sederhana pada gambar

Smart Object

Peserta sudah dibekali kemampuan dasar untukmengeksplorasi Photoshop lebih jauh

Gunakan sumber-sumber dari internet untuk berlatih

Membeli buku photoshop bagi pemula dan menengah

Hal yang telah dipelajari

Workspace sebagai tempat bekerja

Beberapa fungsi Toolbox

Cara melakukan beberapa penyesuaian warna dan tone

Cara melakukan penyeleksian bagian gambar secara beraturandan tidak beraturan

Cara memberikan efek-efek sederhana pada gambar

Smart Object

Peserta sudah dibekali kemampuan dasar untukmengeksplorasi Photoshop lebih jauh

Gunakan sumber-sumber dari internet untuk berlatih

Membeli buku photoshop bagi pemula dan menengah

Page 128: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

122

Disusun oleh: Aris Darujo0811249223

[email protected]

PERSIAPAN PAMERAN PERDAGANGAN

INTERNASIONAL

Disusun Oleh : Aris Darujo 2

Topics Tujuan dari pameran perdagangan Menganalisa pameran perdagangan

sebelumnya Persiapan sebelum pameran perdagangan Saran saran dari praktek terbaik pameran

perdagangan Hal hal yang harus dilakukan pada saat

pameran perdagangan berlangsung Hal hal yang harus dilakukan setelah

pameran perdagangan Kesimpulan

2.2. Pelatihan Manajemen Pameran Perdagangan dan Pengetahuan Ekspor

a. Persiapan Pameran Perdagangan Internasioal

Page 129: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

123

Disusun Oleh : Aris Darujo 3

Tujuan dari pameran perdagangan Menambah kontak pembeli luar negeri Bertemu dan bertatap muka dengan buyer Mengawali diskusi dengan potensial buyer Memulai memprospek database yang kita

punya

Mengumpulkan informasi pasar mengenai: Kompetisi Harga Harapan dari pasar Trend pasar

Disusun Oleh : Aris Darujo 4

Menganalisa pameranperdagangan sebelumnya

Bagaimana waktu dulu kita memilih, men-desain dan mengatur booth?

Produk apa saja yang ditampilkan? Apa yang kita pelajari dari cara marketing

pesaing dan apa trendnya? Berapa banyak kontak buyer yang kita bisa

dapatkan? Bagaimana cara kita mem-follow up inquiry

dan apa hasilnya? Apa yang dapat kita lakukan agar lebih baik

untuk pameran mendatang?

Page 130: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

124

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Disusun Oleh : Aris Darujo 5

Persiapan sebelum pameranperdagangan (I)

Pilih pameran perdagangan yang tepat! Sesuai dengan industri yang kita geluti

Pesan dan pilih booth sejak dini Ketahui ukuran dan letak dari booth anda Rencanakan booth layout dan design Tentukan apa yang akan di pajang di booth Buat perencanaan detail untuk persiapan

pameran (set time line)

Disusun Oleh : Aris Darujo 6

Persiapan sebelum pameranperdagangan (II)

Persiapkan material sbb: Katalog Daftar harga Spesifikasi produk Terms and conditions of sale

Persiapkan contoh barang Pesan tiket dan akomodasi Latih staf marketing yang akan

menjaga di booth anda

Page 131: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

125

Disusun Oleh : Aris Darujo 7

Persiapan sebelum pameranperdagangan (III)

Buat daftar list dari prospek buyer Gunakan daftar pengunjung tahun lalu

Kirim undangan kepada prospek buyer untuk mengunjungi booth anda

Buat lembar isian pengunjung untukregistrasi prospek baru

Jika memungkinkan sewa native speakersebagai penterjemahuntuk membantu andadalam pameran perdagangan

Disusun Oleh : Aris Darujo 8

Persiapan sebelum pameranperdagangan (IV)

Membawa camera dan peralatankomunikasi

Pastikan semua sample dikirim tepat waktu Jangan lupa membawa pasport dan visa

yang masih berlaku

Page 132: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

126

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Disusun Oleh : Aris Darujo 9

Persiapan sebelum pameranperdagangan (V)

Pada saat pameran akan dimulai Sebarkan undangan kepada peserta

pameran lainnya Persiapkan material untuk di berikan

kepada pengunjung booth anda Tentukan apa yang akan diberikan dan

kepada siapa

Disusun Oleh : Aris Darujo 10

Saran saran dari praktek terbaik pameran perdagangan

(I) Jangan pamerkan terlalu banyak produk Fokus pada produk unggulan Pada saat kedatangan (on arrival), siapkan

staff anda untuk mengunjungi prospek danmemberikan undangan

Desain booth sedemikian rupa sehingga adaruangan khusus untuk meeting bisnis denganbuyer

Jika memungkinkan sediakan ruangan tertutuplengkap dengan meja dan kursi untuk meeting bisnis dengan buyer

Page 133: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

127

Disusun Oleh : Aris Darujo 11

Saran saran dari praktek terbaik pameran perdagangan

(II)

Pro – Aktif Ajak pengunjung ber-cakap cakap Ajukan pertanyaan sbb: (”Which of our

products look most interesting to you?”) Jangan membiarkan staff anda terlalu

banyak duduk duduk Jangan makan atau merokok di booth

Disusun Oleh : Aris Darujo 12

Aktivitas di pameran (I)

Jangan simpan atau pajang daftar harga ditempat terbuka sehingga dapat diambiloleh semua orang termasuk pesaing

Berikan daftar harga kepada calon buyer yang menunjukan keseriusan atau calonbuyer yang memang meminta daftar harga

Tanya calon buyer merujuk pada list pertanyaan yang telah disiapkan sehiggakita mengerti kebutuhan buyer

Isi “lembar isian pengunjung” pada saatmeeting atau secepatnya setelah meeting

Page 134: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

128

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Disusun Oleh : Aris Darujo 13

Aktivitas di pameran (II)

Tempelkan kartu nama calon buyer padalembar isian pengunjung

Tetap membuat catatan apa saja yang anda sudah berikan dan kepada siapa padasaat di pameran

Membuat janji pada calon buyer yang tidaksempat ditemui di booth

Diskusikan dan di-filing berapa banyakprospek buyer yang mengunjungi booth setiap akhir hari

Disusun Oleh : Aris Darujo 14

Aktivitas di pameran (III)

Penggunaan Camera Disarankan ambil foto pada saat kolega

kita sedang diskusi serius dengan prospekbuyer

Jika diperbolehkan ambil foto desain booth pesaing yang bagus sebagai bahan rujukanuntuk pameran berikutnya

Jika diperbolehkan ambil foto carapackagin produk dari peserta pameranlainnya

Jika diperbolehkan ambil foto produkproduk baru

Page 135: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

129

Disusun Oleh : Aris Darujo 15

Aktivitas di pameran (III)

Rencanakan waktu untuk melihat lihatbooth peserta yang lain dan kumpulkaninformasi yang penting Katalog, daftar harga

Disarankan untuk saling mengenaldengan tetangga sebelah booth

Disarankan mencari tahu sebanyakmungkin pameran lainnya, karateristikbuyer dan prospektiv pasar yang lain

Disusun Oleh : Aris Darujo 16

Aktivitas setelah pameran (I)

Perbaharui database prospek buyer merujuk pada lembar isian

Membuat urutan prioritas prospek buyer Secepatnya kirim email ucapan terimakasih

telah mengunjungi booth kita dan akanmem-follow up semua permintaan buyer secepatnya

Permintaan spesifik dari calon buyer harusdijawab secepatnya setelah mengirim email ucapan terimakasih

Page 136: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

130

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Disusun Oleh : Aris Darujo 17

Aktivitas setelah pameran (II) Urutkan database berdasarkan beberapa

kriteria di bawah ini: Tipe dari prospek buyer Produk yang diminati Teritori Tingkat ketertarikan

Kirim surat tersendiri kepada prospekbuyer yang sangat tertarik pada produkanda Tambahkan (attach di email) katalog dan photo

pada saat buyer mengunjungi booth anda

Disusun Oleh : Aris Darujo 18

Kesimpulan (I)

Gunakan prospek database pada setiapaktivitas marketing anda sehari hari

Gunakan database yang sekarang adauntuk mengundang buyer di pameranberikutnya Undang prospek buyer untuk pameran

berikutnya setidaknya 1 bulan sebelum pamerandi mulai

Page 137: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

131

Disusun Oleh : Aris Darujo 19

Kesimpulan (II)

Jangan mengharapkan sukses yang datangsecara tiba tiba (contoh mendapatkan order pada saat pameran)

Jangan mengharapkan semua prospek buyer membeli produk dari anda

Tidak semua dari sekian banyak prospekbuyer yang didapat di pameran yang akanbenar benar memberikan order

Tetap tekun dan semangat membangundatabase prospek buyer Setap pameran yang anda ikuti akan

menambah prospek buyer

Page 138: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

132

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Real Case Examples

Road to success!!

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Sample of a good booth (customize booth) (I)

b. Booth samples

Page 139: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

133

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Page 140: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

134

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Page 141: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

135

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Page 142: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

136

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Sample of good booth (II) (Standard booth)

Page 143: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

137

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Indonesia Solo Exhibition – Sharjah (UAE)

3 container order!

Page 144: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

138

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Sample of good booth (III) with private meeting room

Private Meeting Rooms

Page 145: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

139

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Sample of good booth for small booth (Small booth 3 x 3 m)

Mendapatkanorder danpelanggan dariPortugis!! Container ukuran 1x 20 kaki penuhdengan akimobil!!

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Sample of a bad booth

Page 146: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

140

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Kunjungi prospek buyer sebelum pameran di mulai

Page 147: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

141

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Kunjungi buyer anda setelah pameran selesai

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Page 148: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

142

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Created by Aris Darujo [email protected] / 0811249223

Page 149: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

143

© 2007 Aris Darujo All Rights Reserved

Page 1 / 11

BUKU KERJA PERSIAPAN PAMERAN

PERDAGANGAN

c. Trade Show Workbook

Page 150: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

144

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

© 2007 Aris Darujo All Rights Reserved

Page 2 / 11

Pameran Perdagangan:

Lokasi

Hari/Tanggal

Jam Pameran

Negara/Kota

Tempat

Industri

Kelompok produk utama

Jumlah peserta pameran

Alasan/Tujuan Pameran (urut sesuai tingkat kepentingan: 1- paling penting hingga 8-paling kurang penting)

Menjual produk/jasa

Mengembangkan dan mencari peluang penjualan

Memperkenalkan produk/jasa baru

Uji pasar/evaluasi

Mengidentifikasi pasar baru dan produk potensial

Mendukung agen/dealer lokal

Mendata agen/dealer baru untuk membawa produk

Mencari tahu tentang pesaing

Analisis Pameran Sebelumnya yang Pernah Dilakukan (Apa yang bisa kami tingkatkan untuk pameran perdagangan mendatang?)

Ruang Pameran

Page 151: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

145

© 2007 Aris Darujo All Rights Reserved

Page 3 / 11 Page 3 Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA

Penyelenggara Pameran

Kontak

Alamat

Kota – Negara Bagian

Telepon /Faks

E-mail

Luas Stand/Kios Pameran ________m X ________m = ________ m2

Nomor Stand/Kios Pameran

Lokasi

Sewa Stand/Kios Pameran

Jadwal Pembayaran:

RP

Jatuh tempo

Dibayar?

Kontrak

Diterima (tanggal)

Ditandatangani oleh

Diserahkan (tanggal)

Dikonfirmasi (tanggal)

Stand/Kios Pameran

Stand/Kios Standar Penyelenggara

Stand/Kios Tambahan

Transportasi Stand/Kios Pameran

Perusahaan Pengiriman

Kontak

Alamat

Kota – Negara Bagian

Telepon / Faks

E – mail

Tanggal Pengambilan

Tempat Pengambilan

# Krat/kotak

Ditandai seperti apa?

Page 152: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

146

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

© 2007 Aris Darujo All Rights Reserved

Page 4 / 11 Page 4 Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA

Perkiraan tanggal pengiriman

Tanggal pengiriman sebenarnya

Lokasi pengiriman

Biaya (RP)

Jatuh tempo pembayaran

Dilunasi?

Transportasi Stand/Kios Kembali

Tanggal pengepakan di tempat pameran

Tanggal harus kembali di kantor

Perusahaan Pengiriman

Kontak

Telepon / Faks

Konstruksi / Pekerja Stand/Kios (Gambar/cetak biru terlampir)

Perusahaan Pembuat

Kontak

Alamat

Kota – Negara Bagian

Telepon / Faks

E - mail

Tanggal kedatangan Stand/Kios

Lokasi kedatangan stand/kios

Biaya (RP)

Jatuh tempo pembayaran

Dilunasi?

Pengerjaan selesai tanggal

Standar Listrik (Disediakan oleh Penyelenggara)

Tambahan Listrik (Gambar terlampir)

Jumlah soket listrik

Lampu – Jumlah

Total biaya (KRP)

Furnitur Standar Stand/Kios (Disediakan oleh Penyelenggara)

Furnitur Tambahan Stand/Kios (Gambar terlampir)

Page 153: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

147

© 2007 Aris Darujo All Rights Reserved

Page 5 / 11 Page 5 Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA

Supplier

Kontak

Alamat

Kota – Negara Bagian

Telepon – Faks

Pesanan dikirim (tangal)

Barang yang dipesan (Daftar terlampir)

Meja ukuran persegi empat I

Meja ukuran persegi empat II

Meja bundar

Sofa

Kursi Jenis I

Kursi Jenis II

Lainnya (Rak, lemari,…)

Bunga

Keranjang bunga

Tanaman hijau

Layanan Telepon

Sudah dibuat ketentuan atau pengaturan? Tanggal

Nomor telepon yang diberikan

Nomor faks yang diberikan

Pasang pada

Dilepas pada

Bawa telepon sendiri?

Ya

Tidak

Desain Stand/Kios Sendiri

Dekorasi Tambahan (contoh, tanda, poster)

Desainer

Telepon / Faks

Biaya (RP)

Pembayaran (Tanggal)

Page 154: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

148

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

© 2007 Aris Darujo All Rights Reserved

Page 6 / 11 Page 6 Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA

Tenggat Desain

Fasilitas Standar (Disediakan oleh Penyelenggara)

Fasilitas Tambahan Sendiri (Gambar terlampir)

Total biaya (RP)

Layanan Lainnya

Kebersihan Stand/Kios

Keamanan

Lainnya

Staff

Manajemen:

Nama

Tanggal/Waktu Kedatangan

Hotel

Staf Stand/Kios

Nama

Tanggal/Waktu Kedatangan

Hotel

Nama

Tanggal/Waktu Kedatangan

Hotel

Iklan / Promosi Pameran

Pra – Pameran

Milis untuk menunjukkan daftar pengunjung pameran

Surat-surat ke milis perusahaan

Iklan di publikasi perdagangan

Iklan di publikasi pameran

Siaran pers ke publikasi perdagangan

Siaran pers ke ruang pers di pameran

Daftar di direktori pameran

Iklan di direktori pameran

Page 155: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

149

© 2007 Aris Darujo All Rights Reserved

Page 7 / 11 Page 7 Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA

Undangan yang diberikan oleh pameran

Telepon ke kontak tertentu yang sudah diseleksi

Selama Pameran

Literatur perusahaan

Literatur produk

Kartu nama

Sampel produk

Katalog

Pasca – Pameran

Milis tindak lanjut ke daftar pengunjung

Surat personal ke pengunjung stand/kios

Iklan di publikasi perdagangan

Siaran pers yang mengumumkan hasilnya

Barang-barang yang Dibawa ke Pameran

Literatur

Brosur

Jenis

Jumlah

Lembar Spek

Produk

Jumlah

Produk

Jumlah

Daftar Harga

Per tanggal

Jumlah

Formulir Pesanan

Jumlah

Alas Tulis

Jumlah

Bahan Cetakan Lainnya

Uraian

Jumlah

Page 156: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

150

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

© 2007 Aris Darujo All Rights Reserved

Page 8 / 11 Page 8 Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA

Uraian

Jumlah

Uraian

Jumlah

Uraian

Alat Bantu Pandang Dengar

Proyektor

Film

Slide

Mikrofon

Speaker

Komputer

Software/Program Komputer

Aksesoris Komputer

Televisi /VCR

Bawa Peralatan Sendiri

Dikirimkan tanggal

Perusahaan Pengiriman

Kontak

Telepon

Sewa Peralatan

Perusahaan Sewa

Kontak

Telepon

Dikirim ke stand/kios

Model

Nama

Telepon

Penjaga Stand

Interpreter

Nama

Telepon

Barang Lainnya

Page 157: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

151

© 2007 Aris Darujo All Rights Reserved

Page 9 / 11 Page 9 Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA

Kabel Gulung

Peralatan Pasang/Bongkar

Kopi, makanan, snak

Lainnya

Kegiatan Promosi, Pesta

Pesta / Resepsi

Tanggal

Jam

Lokasi

Restauran

# yang diundang (Daftar terlampir)

Undangan

Pengaturan ruang dan makanan

Kegiatan

Tanggal

Jam

Lokasi

Restauran

# diundang (Daftar terlampir)

Undangan

Pengaturan

Ruang

Kontak

Telepon

Makanan

Kontak

Telepon

Hiburan

Kontak

Telepon

Page 158: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

152

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

© 2007 Aris Darujo All Rights Reserved

Page 10 / 11 Page 10 Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA

Demonstrasi Produk / Sampel / Barang Display (Daftar semua produk yang akan dibawa ke pameran)

Barang Jumlah

Pengumpulan Nama Prospek

Database computer sudah dibuat

Kotak untuk kartu nama

Formulir database

Hadiah & Souvenir

Pin

Alas tulis dan kertas

Balpoin & pensil

Kalendar

Tas belanja

Lainnya (tulis)

Supplier

Kontak

Alamat

Pelatihan

Page 159: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

153

© 2007 Aris Darujo All Rights Reserved

Page 11 / 11 Page 11 Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA

Rapat Staf yang Diselenggarakan

Instruksi yang Diberikan

Page 160: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

154

Author: Aris Darujo

RENCANA KERJA PERSIAPAN PAMERAN

d. Rencana Kerja Persiapan Pameran

Page 161: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

155

Author: Aris Darujo

PERSIAPAN PAMERAN INTERNATIONAL DI LUAR NEGERI

I. BOOTH dan Akomodasi

Rencanakan booth identity, layout, dan design (Di desain agar ada

tempat untuk membicarakan bisnis, meja, kursi)

Tata cara display produk di booth diusahakan semenarik mungkin

Tata cahaya lampu

Membawa kain penutup booth

RENCANA TINDAK TINDAKAN Siapa? Kapan?

II. SAMPLE

Model dari sample yang akan dibawa (model terbaru dan yang terbaik)

Jumlah dari sample yang akan dibawa

Pengiriman sample: dibawa langsung atau dikirim melalui laut/udara?

Tata cara pengkode-an dari produk

Dimensi atau kubikasi dari: Master box dan Individual box. Informasi

dimensi dibuat di program excel sehingga mudah jika ada customer

ingin mengetahui total kubikasi dari order yang akan dipesan

Page 162: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

156

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Author: Aris Darujo

Sample Policy: apakah sample akan diberikan secara gratis atau buyer

harus membayar untuk mendapatkan sample. Tentukan siapa yang

harus menanggung biaya pengiriman

RENCANA TINDAK TINDAKAN Siapa? Kapan?

III. HARGA EKSPOR Disarankan agar mempunyai 3 macam jenis harga sebagai berikut:

Daftar harga

Daftar harga untuk buyer yang akan order pada saat

pameran berlangsung

Daftar harga,special, jika buyer order dalam jumlah yang

sangat besar

Dipersiapkan simulasi perhitugan harga dengan berbagai

macam tingkat discount untuk mengetahui profit margin

disetiap tingkat discount yang diberikan keapada buyer

RENCANA TINDAK TINDAKAN Siapa? Kapan?

Page 163: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

157

Author: Aris Darujo

IV. BROSUR Brosur harus mencakup informasi sebagai berikut:

Product description beserta spesifikasi dari setiap produk

Manufacturing time frame

Export Packaging

Port of loading

Contact person, complete address, phone, fax, email and website

Dimension and weight

Production capacity per month

Container load for 20” and 40”

Jika memungkinkan CD interaktif mengenai company profile

dipersiapakan untuk dibagikan kepada potential buyer

RENCANA TINDAK TINDAKAN Siapa? Kapan?

Page 164: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

158

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Author: Aris Darujo

V. SOUVENIR Membawa souvenir yang memudahkan calon buyer mengingat

perusahaan kita

RENCANA TINDAK TINDAKAN Siapa? Kapan?

VI. PENGETAHUAN EKSPOR Pengetahuan export minimal yang harus diketahui adalah:

a. Pengetahuan tentang mekanisme L/C (Checking L/C, macam – macam L/C, lama proses dari nego hingga uang cair)

b. Pengetahuan tentang mekanisme T/T (lama T/T dari pengiriman sampai cair, swift code, bank korespondent)

c. Pengetahuan tentang sea freight dan air freight (closing time, direct vessel, ETD, ETA, B/L, Airwaybil, charges

d. Cara perhitungan price FOB, CNF, CIF

RENCANA TINDAK TINDAKAN Siapa? Kapan?

Page 165: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

159

Author: Aris Darujo

VII. LEAD TIME TO SHIP Disarankan exportir harus benar – benar dapat memenuhi “on time delivery”. Untuk itu agar masalah lama proses produksi didiskusikan dengan supplier.

VIII. KONTAK AWAL DENGAN PROSPEKTIV BUYER

Melakukan kontak awal dengan calon buyer adalah sangat penting agar pada saat exhibition berlangsung exportir benar – benar dapat mempergunakan waktunya untuk bernegosiasi dengan buyer yang memang berniat untuk membeli bukan hanya sekedar melihat – lihat.

RENCANA TINDAK TINDAKAN Siapa? Kapan?

IX. PENGETAHUA PRODUK Seorang marketing export harus mengetahui dari a sampai z nya product yang akan dijual. Setidaknya keunggulan product yang akan dijual dibandingkan dengan produk sejenis.

RENCANA TINDAK TINDAKAN Siapa? Kapan?

Page 166: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

160

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Author: Aris Darujo

X. PERSIAPAN TOOLS UNTUK PAMERAN Buku purchase order Kamera Passport Visa Alat komunikasi Laptop dan portable printer Buku tamu yang berisi, nama perusahaan, contact persons,

phone, fax, email, kolom jenis usaha (distributor atau retailer), kolom yang berisi pesan mengenai produk mana yang disukai.

Kartu nama Brosur

RENCANA TINDAK

TINDAKAN Siapa? Kapan?

XI. YANG PERLU DILAKUKAN PADA SAAT PAMERAN Sapa calon buyer dengan pertanyaan ” Which of our product

look most interesting to you?” Jangan menyimpan price list secara sembarangan. Price list

hanya diberikan kepada calon buyer yang menyatakan minat Berikan pertanyaan – pertanyaan kepada calon buyer apa saja

yang mereka butuhkan dan apa yang mereka cari, sehingga kita akan memahami apa yang buyer perlukan. Jangan paksa buyer untuk melihat produk kita jika mereka tidak tertarik.

Minta calon buyer untuk mengisi buku tamu untuk nanti di follow up permintaan mereka pada sat kembali ke Indonesia.

Jangan lupa untuk menempelkan kartu nama calon buyer di buku tamu (Stand visitor record)

Buat janji dengan prospect yang tidak sempat untuk ditemui secepatnya. Minta no Hp yang dapat dihubungi.

Ambil photo setiap calon buyer yang kelihatannya serius akan membeli barang kita

Page 167: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

161

Author: Aris Darujo

Jika ada waktu luang, ambil photo booth peserta lain yang desainnya bagus untuk bahan rujukan pameran berikutnya

Jika diperbolehkan oleh peserta lain, ambil photo produk dan kemasan yang bagus untuk bahan rujukan pameran berikutnya

Rencanakan waktu untuk berkeliling ke booth peserta lain untuk mengambil katalog, price list, dan jika dimungkinkan sample.

RENCANA TINDAK TINDAKAN Siapa? Kapan?

XII. YANG PERLU DILAKUKAN SETELAH PAMERAN Meng-update database secepatnya dari buku tamu (Stand

Visitor Record) Menjawab semua inquiry dengan menggunakan skala prioritas Secepatnya kirim ucapan terimakasih telah tertarik dan

berkunjung ke booth kita pada saat pameran Memilah – milah database berdasarkan berbagai macam

kriteria sebagai berikut: - Tipe dari prospek - Produk yang disukai - Teritory - Tingkat keseriusan

RENCANA TINDAK TINDAKAN Siapa? Kapan?

Page 168: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

162

TRADE FAIR CONTACT

PT XXXX

IFFINA MARCH 11 – 14, 2010 JAKARTA - INDONESIA

Date :……………………… Recorded by :……………... A B C A very Important Attached name card here B important C less important Name of Company: Specification: Agent Importer Distributor Manufacturer Other Street/ P.O.Box : Postal Code : Telephone : Town: Telefax : Country: E-mail: Visitor: Mr. Mrs. Function: Remarks (e.g. products interested in, nature of interest, orders placed, delivery required ) : Follow-up required:

e. Trade fair booth visitor record

Page 169: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

163

1

Contoh term of order (back)

Pricing TermsAll prices quoted are FOB Port of Jakarta, Indonesia. Prices quoted are valid for 2 weeks. After 2 weeks prices may change without prior notice.

Terms of Paymenta. 30% deposit to start order, payment balance on copy against document. Original documents sent immediately upon receipt of funds.

b. Letter of Credit (L/C) at sight issued by prime bankSampling Policy

All customers requesting samples will be charged for both freight of samples and the samples.

Delivery TimeAt time of order we will send pro-forma and advise delivery time. Our delivery time depends greatly on time of year and number and type of items ordered. This can run from 14 to 30 days depending on the above-mentioned factors. Our counting of days starts on receipt of faxcopy of T/T or L/C.

f. Contoh term of order

Page 170: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

164

i

Implementasi Lacak Balak pada Rantai Penerimaan/Pembelian Bahan Baku Kayu

PELATIHAN PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR EKSPOR Kerjasama dengan

CENTER FOR INTERNATIONAL FORESTRY RESEARCH (CIFOR) BOGOR

Jepara, 27 – 29 Juli 2010

3. Materi Pelatihan Produk Hijau 3.1. Pelatihan Penelusuran Bahan Kayu untuk Pasar Ekspor

a. Implementasi COC pada Penerimaan Pembelian Bahan Baku

Page 171: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

165

ii

Daftar Isi

Halaman

DAFTAR ISI……………………………………………………........................................ i DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………............. i I. PENDAHULUAN………………………………………………………................. 1 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………............... 1 1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………………………............... 2 1.3 Metodologi Pembelajaran …………………………………………….................... 2 II. PENGELOLAAN SEDIAAN BAHAN BAKU KAYU…………………................. 5 2.1 Pemastian Jalur Pasokan Bahan Baku Kayu …………………………................ 5 2.2 Mekanisme Penerimaan Bahan Baku Kayu ………………………….................. 6 2.3 Pengelolaan Sediaan Bahan Baku Kayu ……………………………................... 8 III. PEMBINAAN PEMASOK BAHAN BAKU KAYU…………………….......... 10 3.1 Penilaian Pemasok ………………………………………………………................ 10 3.2 Program Pembinaan Pemasok ……………………………………….................... 10 DAFTAR ISTILAH / DEFINISI……………………………………………………............ 10 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………............. 10 PPIC dan TQM

Daftar Gambar

Halaman 1. Model Pengadaan Bahan Baku Kayu untuk Industri dari Berbagai Sumber ……………………………................................................ 5 2. Model Keterkaitan Pengendalian Rantai Pasokan ……………………............... 6 3. Sistem Penandaan Pada Kayu Bundar ………………………………….............. 7 4. Siklus Penyediaan Bahan Baku Kayu ………………………………………......... 9 5. Rantai Pasokan …………………………………………………………..…............ 11

Page 172: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

166

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Berbagai tekanan terhadap aktifitas pengadaan bahan baku kayu dari rantai pasokan hutan, seperti misalnya peraturan perundangan, tekanan dari pembeli ramah lingkungan, investor dan dan lainnya telah mempengaruhi keputusan suatu organisasi untuk mengadopsi manajemen rantai pasokan. Bagi beberapa perusahaan modern, pengelolaan rantai pasokan dijadikan sebagai isu penting karena dampak lingkungan yang besar acapkali ditimbulkan oleh pemasok atau justru menimbulkan biaya lingkungan yang besar. Bagi komoditas kehutanan, permasalahan penggunaan bahan kayu dari eksploitasi hutan, termasuk katagori masalah lingkungan, yang mengancam kelestarian hutan. Mengelola industri pengolah hasil hutan secara ramah lingkungan tidak terlalu sukar untuk dilakukan, tetapi ekploitasi dan pengusahaan hutan ramah lingkungan relatif sukar. Diperlukan pola pembinaan yang sangat intensif, terarah, dan spesifik untuk memastikan bahwa rantai terdepan komoditas kehutanan telah dikelola secara ramah lingkungan. Sebagai wujud jaminan penerapan sistem lacak balak di industri, maka komitmen awal adalah memastikan untuk menerima atau membeli bahan baku kayu yang tertelusur asal-usulnya. Penerapan mekanisme pemeriksaan bahan baku kayu yang diterima pada rantai penerimaan di industri, adalah langkah yang antisipatif untuk menjamin bahan baku yang mampu telusur sehingga dapat diketahui berasal dari sumber yang legal dan atau yang dikelola secara lestari. Mekanisme penerimaan atau pembelian bahan baku kayu yang menjamin kepastian asal sumber kayu, mencakup kegiatan perencanaan pembelian, komunikasi dengan pemasok, inspeksi ke sumber kayu, pengukuran dan pengujian kualitas produk yang akan dibeli, perlakuan peningkatan nilai mutu kayu, penyimpanan dan pengendalian distribusi bahan baku kayu ke line produksi. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari pembuatan dan pengembangan modul ini untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta : 1) Tentang mekanisme penerimaan dan pembelian bahan baku kayu di

Industri 2) Untuk untuk melakukan pengendalian bahan baku kayu, dari masuknya

kayu non legal atau non sertifikasi lacak balak. 3) Untuk melakukan pemeliharaan dan pengendalian produk kayu dari

bercampurnya bahan baku kayu

Page 173: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

167

2

1.3 Metodologi Pembelajaran Tipe Material Tujuan Buku Pegangan Peserta

Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang mekanisme pengelolaan dan pengendalian penerimaan bahan baku kayu, dari sumber pengelolaan hutan

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep dan penerapan pengelolaan penerimaan bahan baku kayu di industri, guna menjamin sumber pasokan legal atau tertelusur, dengan metode ceramah, tanya jawab,

Tipe Mater BAB II PENGELOLAAN SEDIAAN BAHAN BAKU KAYU

2.1 Pemastian Jalur Pasokan Bahan Baku Kayu Di dalam pasar bebas, akan tersedia berbagai macam pasokan bahan baku kayu, ada yang berasal dari produk pengusahaan hutan yang telah meraih sertiifikasi Pengelolaan Hutan Lestari, hingga sumber bahan baku yang tidak tertelusur asal usulnya. Dengan demikian sumber pasokan bahan baku perlu diidentifikasi dan dipastikan terlebih dahulu. Pengadaan bahan baku kayu bagi suatu unit usaha Industri pengolahan kayu dapat dari sumber : 1) Penerimaan/pembelian kayu dari perusahaan HPH (Hak Pengusahaan

Hutan) yang sekarang disebut IUPHHK (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu) atau perusahaan IPK (Ijin Pemanfaatan Kayu) milik sendiri satu perusahaan atau satu group usaha sektor kehutanan, atau perusahaan di luar group.

2) Penerimaan/pembelian kayu dari petani Hutan Rakyat (lahan hutan merupakan hak milik petani).

3) Penerimaan/pembelian kayu dari pemasok pedagang antara (broker) bahan baku kayu (dalam negeri atau dari importir)

4) Penerimaan/pembelian kayu dari industri pengolahan kayu lainnya. Pemastian jalur pasokan adalah upaya untuk meyakini bahwa suatu produk yang berasal dari pengelolaan hutan lestari dapat diidentifikasi dari produk keseluruhan yang beredar. Sistem pemastian jalur dilakukan dengan memeriksa rekaman, termasuk keabsahan dokumen informasi bahan baku yang dibeli dan bukti informasi fisik (label pada produk).

Page 174: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

168

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

3

Pada masa transisi di mana sistem pengelolaan hutan lestari belum dapat diterapkan secara luas, maka penilaian jalur pasokan menuju industri dapat diterima berdasarkan kelompok bahan baku dari sumber yang legal, sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Dengan demikian sumber bahan baku harus dipastikan sebagai berikut : 1) Berasal dari hutan yang telah mendapat sertifikasi pengelolaan hutan lestari

(sesuai skema FSC atau skema lain yang bersifat voluntary, atau skema Dephut yang bersifat mandatory)

2) Berasal dari sumber kayu yang legal, yang telah disertifikasi secara voluntary, misal dengan standard FSC (FSC Pure, FSC Recycled, FSC Controllwood, FSC Mixed) atau standard lainnya.

3) Berasal dari sumber bahan baku kayu legal sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku atau yang telah disertifikasi secara mandatory dengan menggunakan Standard Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), sesuai Peraturan Menteri Kehutanan No. P.38/Menhut-II/2009 dan Peraturan Direktur Jenderal BPK No. P.6/VI-Set/2009.

2.2 Mekanisme Penerimaan Bahan Baku Kayu Konsep lacak balak yang dapat diterapkan di industri diawali dengan pola pembelian bahan baku kayu yang dapat memenuhi prinsip asal bahan baku yang mampu telusur yaitu : 1) hanya membeli pada pemasok yang memiliki sertifikasi pengelolaan hutan

lestari, dan atau berasal dari kayu legal 2) proses pembelian memenuhi kaidah ramah lingkungan.

Page 175: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

169

4

Pola pembelian tersebut seharusnya telah mempertimbangkan aspek pengendalian rantai pasokan, yang mencakup aspek-aspek kegiatan yang harus diperhatikan keterkaitannya, yaitu : 1) Pengadaan bahan (procurement); 2) Pengolahan (processing) 3) Penyerahan (delivery).

Gambar 2. Model Keterkaitan Pengendalian Rantai Pasokan

Pengendalian penerimaan, sebagai upaya untuk menjamin bahwa bahan baku yang masuk dan akan diproses senantiasa memenuhi persyaratan. Mengendalikan pengunaan bahan baku kayu non legal, dan atau tidak mampu tertelusur asal usul sumber kayunya. Pengendalian penerimaan bukan hanya mengatur mekanisme pemeriksaan bahan, kondisi bahan masuk, tetapi juga menyangkut mekanisme pengadaan, transportasi, hingga penilikan terhadap personal yang terlibat di dalam aktifitas pengadaan tersebut. Beberapa industri meubel memulai prosesnya dari penerimaan bahan baku berupa kayu bundar, seperti industri yang mengolah tusam (pinus), sengon, akasia, dan jati di pulau Jawa sebagian besar menerima bahan baku dalam bentuk kayu bundar. Namun banyak juga industri furniture yang menerima bahan bakunya dalam bentuk kayu gergajian kering. Bahan baku yang dikirim ke industri, khususnya di industri meubel di pulau Jawa, umumnya melalui jalur darat, yakni menggunakan truk. Pengangkutan kayu harus dilengkapi dengan dokumen surat keterangan sahnya hasil hutan (skshh) sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu: 1) Permenhut Nomor P.55/Menhut-II/2006 sebagaimana telah diubah dengan

Permenhut Nomor P.63/Menhut-II/2006, Permenhut Nomor P.8/Menhut-II/2009, dan Permenhut Nomor P.45/Menhut-II/2009 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Negara.

2) Permenhut Nomor P.51/Menhut-II/2006 sebagaimana telah diubah dengan Permenhut Nomor P.62/Menhut-II/2006, dan Permenhut Nomor

Page 176: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

170

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

5

P.33/Menhut-II/2007 tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Hutan Hak.

Kayu yang diangkut tanpa dokumen skshh sesuai dengan peraturan di atas tidak akan dapat beredar di pasar komersial, kecuali kayu berstatus ilegal. Dokumen skshh memberikan jaminan legal terhadap jumlah, volume, dan spesies kayu yang diangkut. Dokumen tersebut juga dapat menelusuri asal muasal kayu bundar, melalui tahap evaluasi dokumen dalam Tata Usaha Kayu (TUK) yang terkait. Pabrik meubel dapat melakukan pemisahan antara kayu yang sudah tersertifikasi, dan yang belum tersertifikasi tapi berstatus legal. Selain dokumen skshh dan bukti sertifikasi kayu, pada fisik kayu saat penerimaan harus pula memiliki penandaan atau informasi label kayu sesuai dengan peraturan yang berlaku tersebut, seperti pada gambar berikut :

Gambar 3. Sistem Penandaan Pada Kayu Bundar

Selanjutnya industri meubel pada penerimaan kayu bundar melakukan pengujian dan pengelompokkan mutu ulang (regrading), dengan pertimbangan yaitu : 1) grade kayu yang tercantum di dalam invoice belum pasti sama dengan fisik

kayu yang diterima karena kerusakan selama pengiriman; 2) grade kayu belum tentu sesuai dengan peruntukan produksi. Hasil regrading menjadikan kayu menjadi beberapa kelas mutu, bahkan hingga menetapkan status reject (afkir). Kayu bundar afkir dapat dikembalikan kepada pemasok, atau tetap dimanfaatkan perusahaan untuk penggunaan lain. Sesuai standar FSC-STD-40-004, guna kepentingan pengendalian lacak balak, perusahaan harus mengadopsi dan menggunakan bahan baku berdasarkan kriteria FSC-murni, FSC-campuran, dan kayu klaim pengguna terakhir. Setiap kayu yang dikelompokkan ke dalam kelompok produk FSC harus berasal dari satu atau beberapa kategori berikut bahan kayu : 1) FSC-murni;

Page 177: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

171

6

2) FSC-campuran; 3) Pengakuan pengguna terakhir; 4) Pengakuan lain; 5) Terkendali (legal). Standar FSC mengatur mengenai penerimaan dan penyimpanan bahan sebagai berikut : 1) perusahaan harus memeriksa setiap bahan masuk apakah memiliki

sertifikat FSC atau tidak; 2) perusahaan harus memeriksa setiap bahan masuk yang dipasok oleh

pengguna terakhir yang membuat pernyataan menjamin bahwa bahan tersebut teridentifikasi lacak balaknya;

3) bahan dengan status FSC-murni harus jelas teridentifikasi dan/atau disimpan terpisah dari bahan dengan kategori lain;

4) bahan lain yang tidak jelas statusnya harus dipisah dari kelompok bahan tersebut.

2.3 Pengelolaan Sediaan Bahan Baku Kayu Sesuai aspek pengendalian penerimaan bahan baku, pengendalian proses pengolahan kayu, dan pengendalian penyerahan produk industri, dapat menjadi dasar Pembuatan sistem perencanaan pengadaan bahan baku kayu dan pengelolaan sediaan bahan baku kayu untuk mendukung industri. Perencanaan Pengadaan dan Sediaan Bahan baku kayu, mencakup ; 1) Pengaturan skedul kedatangan kapal atau angkutan darat kayu dari hutan

(sumbernya). 2) Pengaturan jumlah stock bahan baku pada logpond industri 3) Pengaturan jumlah stock pada logyard industri. 4) Perhitungan dan analisa bahan setengah jadi yang masih tersedia 5) Perhitungan dan analisa jumlah rendamen hasil produksi kayu

Page 178: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

172

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

7

Gambar 4. Siklus Penyediaan Bahan Baku Kayu

Siklus Pengadaan bahan baku kayu, dilakukan mulai dari identifikasi kebutuhan penyediaan bahan baku (jenis, spesifikasi dan harga), negosiasi skema penyediaan bahan baku, pengesahan kualifikasi pemasok, tender dan evaluasi, hingga kesepkatan kontrak. Hal terpenting di dalam siklus pengadaan ini sesuai penerapan sistem lacak balak untuk menjamin produk ramah lingkungan dengan menetapkan spesifikasi bahan baku kayu. Spesifikasi bahan baku kayu yang akan dibeli seharusnya memenuhi persyaratan : 1) Keamanan bagi pengguna dan lingkungan; 2) Diproduksi atau diekstrak tanpa merusak lingkungan; 3) Mengikuti prinsip mampu telusur pada rantai proses selanjutnya, atau jika

proses sebaliknya 4) Distribusi dari pemasok dengan cara ramah lingkungan.

BAB III. PEMBINAAN PEMASOK BAHAN BAKU KAYU

3.1 Penilaian Pemasok Penilaian pemasok bahan baku kayu mencakup seleksi dan evaluasi perusahaan bahan baku kayu. Seleksi berkaitan dengan jaminan kompetensi pemasok dan legalitas kayu yang dipasok Setelah pemasok dinyatakan memenuhi syarat sebagai pemasok, maka dalam rentang waktu pengiriman, pemasok seharusnya dievaluasi kinerjanya.

Page 179: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

173

8

Penilaian atau evaluasi pemasok dapat dilakukan sebagai berikut : 1) penilaian dokumen dan rekaman kayu yang dipasok 2) pemeriksaan dan pengujian fisik kayu saat penerimaan 3) pemeriksaan sistem lacak balak yang diterapkan oleh pemasok. Dokumen dan rekaman yang diperiksa berkaitan dengan sistem lacak balak, dapat berupa hasil pemeriksaan pihak ketiga, rekomendasi pengguna lain, atau pemeriksaan sendiri. Sertifikat dan label bahan baku dari hutan lestari, atau label fisik tata usaha kayu, termasuk rekaman yang dipergunakan sebagai pertimbangan. Pemeriksaan dan pengujian bahan dapat saja dilakukan oleh personal pemasok secara mandiri, diuji oleh perusahaan pembeli, atau menggunakan jasa pihak ketiga yang independen. Pemeriksaan terhadap pemasok dikonsentrasikan kepada : 1) Manajemen Pengelolaan Rantai Pasokan 2) Kelengkapan administrasi dan informasi fisik dari bahan baku kayu yang

dipasok. 3) Dampak lingkungan yang pernah terjadi dari proses pengadaan, eksploitasi

atau produksi, dan penyerahan produk

3.2 Program Pembinaan Pemasok Dalam siklus pengadaan program pembinaan pemasok yang terkait dengan kebutuhan perusahaan, harus memperhatikan kontrak yang disepakati. Namun dalam sistem lacak balak ini, Setiap spesifikasi yang belum dapat memenuhi persyaratan standard FSC-STD-40-04 (1), seharusnya mutlak tidak bisa menjami pemasok. Atau pada saat memasok bahan, terbukti telah memasok produk non legal, maka sesuai aturan pemerintah atau persyaratan FSC harus diputuskan sangsi pemutusan hubungan. Di dalam rantai pasokan program pembinaan pemasok dilakukan oleh pihak pembeli, misalnya pemasok dari pengusahaan hutan harus dibina oleh pihak industri tentang persyaratan pelanggan yang menghendaki produk lacak balak. Begitu pula pihak industri pengolah hasil hutan, dapat saja mendapat pembinaan dari pembeli distributor atau eksportirnya. Dalam rantai pasokan, proporsi margin umumnya semakin ke hilir akan semakin besar, sehingga harus dapat mengalokasikan dana untuk pembinaan.

Page 180: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

174

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

9

Sistem pembinaan ini dapat dikembangkan dengan dua pendekatan yakni : 1) insentif pembeli, yakni pembeli memberikan harga lebih tinggi terhadap

produk lacak balak yang sesuai spesifikasi; 2) bimbingan teknis, pembeli memberikan bimbingan secara cuma-cuma

kepada pemasok agar produknya memenuhi kriteria mampu telusur. Secara praktis pemberian insentif memang lebih disenangi oleh pemasok, akan tetapi diperlukan pengawasan ekstra guna menjamin tidak ada kegiatan pemalsuan produk. Penggunaan sertifikat jaminan, baik berupa second party maupun third party menjadi wajib. Model bimbingan teknis sedikit sekali perusahaan melakukan, karena dianggap hanya merepotkan. Salah satu cara yang tampak sebagai win-win solution adalah kesepakatan kontrak jangka panjang, dengan persyaratan pemasok harus memperhatikan aspek legalitas sumber bahan kayu atau telah memerima sertifikat hutan lestari.. Bimbingan teknis umumnya dilakukan untuk komoditas yang dibudidayakan, di mana pihak pembeli ingin mendapat kepastian dari para pemasok mengenai status ramah lingkungan produknya. Pembeli tentu saja tak bersedia kehilangan sumber pasokan yang telah dibinanya sehingga dilakukanlah kontrak pembelian jangka panjang. Kedua pendekatan ini dapat pula dijalankan bersama, misalnya menggunakan kontrak jangka panjang dan insentif harga, namun pertimbangan matang harus dilakukan agar tidak membebani biaya produksi akibat kenaikan harga bahan baku.

Page 181: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

175

10

Konsepsi pembinaan pemasok oleh pelanggan ini telah sukses dilakukan untuk pengelolaan mutu produk, namun sebagian besar hanya terbatas pada 2-3 rantai saja. Pada kasus produk mampu telusur ke sumbernya, pada kenyataannya pembinaan tak cukup hanya 2-3 rantai.

Daftar Istilah / Definisi skshh : surat keterangan sahnya hasil hutan adalah dokumen-dokumen yang merupakan bukti legalitas hasil hutan pada setiap segmen kegiatan dalam penatausahaan hasil hutan. TUK adalah Tata Usaha Kayu yang mencerminkan tata urutan dokumentasi kayu. Regrading adalah Mengelompokkan ulang kayu menurut mutu Kayu Reject adalah Kayu dengan kelas mutu terjelek. Biasanya diperoleh dari proses regarding. Sertifikat adalah Surat atau dokumen tanda bukti lulus atau telah mengikuti/melakukan sesuatu, misalnya sertifikat ISO. Kontraktor adalah Pihak yang melakukan pekerjaan pemborongan berdasarkan kontrak kerja yang telah disepakati dengan pemilik pekerjaan. Pemasok adalah Pihak yang menyediakan bahan baku atau bahan pendukung untuk industri berdasarkan kontrak kerja yang telah disepakati dengan pihak industri sebagai pelanggan.

Daftar Pustaka Dennis, Pascal. 1997. Quality, Safety, and Environment : Synergy in the 21st

Century. ASQC Quality Press, Wisconsin. Foster, C. and B. Morton. 2001. Environmental Supply-chain Management: one size doesn’t fit all. The Environmentalist: 5 pp. 16-18. Marshall, R. 2001. Sustainable Development – from theory towards practice.

The Environmentalist: 4 pp. 20-22. Uren, S. 1999. Environmental Supply Chain Management. Environmental

Assessment. Volume 7. Issue 1 pp. 14-16. Rampersad, H.K. 2001. Total Quality Management. An executive guide to

continuous improvement. Springer -Verlag, Berlin. FCS-STD-40-004 (Version 1.0). 2004. FSC chain of custody standard for

companies supplying and manufacturing FSC-certified products. FSC International Standard.

FCS-STD-40-005 (Version 1.0). 2004. FSC standard for non FSC-certified controlled wood. FSC International Standard.

Page 182: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

176

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

11

FCS-STD-40-201 (Version 1.0). 2004. FSC on-product labeling requirements. FSC International Standard.

FCS-STD-30-010 (Version 1.0). 2004. FSC standard for forest management enterprises supplying non FSC-certified controlled wood. FSC International Standard.

Page 183: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

177

i

Implementasi Lacak Balak Pada Rantai Pengiriman/Penjualan Produk

PELATIHAN PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR EKSPOR Kerjasama dengan

CENTER FOR INTERNATIONAL FORESTRY RESEARCH (CIFOR) BOGOR

Jepara, 27 – 29 Juli 2010

b. Implementasi COC pada Penjualan

Page 184: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

178

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

ii

Daftar Isi

Halaman I. PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………… 1 1.2 Maksud dan Tujuan ……………………………………………………… 1 1.3 Metodologi Pembelajaran ………………………………………………. 2 II. TINJAUAN PERSYARATAN PELANGGAN…………………………. 2 2.1 Lacak Balak Pada Evaluasi Permintaan Penawaran ………………… 3 2.2 Lacak Balak Pada Tinjauan Kontrak …………………………….......... 6 III. Penerapan Lacak Balak Pada Kegiatan Pemasaran ………......... 8 3.1 Perencanaan Stuffing …………………………………………………… 8 3.2 Proses Stuffing ………………………………………………………….. 9 3.3 Proses Shipment ………………………………………………………… 12 3.4 Pemantauan Peredaran Barang ……………………………………..... 13 3.5 Penanganan Purna Jual ………………………………………………. . 13 3.6 Evaluasi Kepuasan Pelanggan ………………………………………… 14 DAFTAR ISTILAH / DEFINISI………………………………………………... 15 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 15

Daftar Tabel

Halaman 1. Beberapa hal umum yang menjadi pertimbangan dalam evaluasi quotation, dihubungkan dengan lacak balak . ……………… 5 2. Fihak-Fihak Yang Dilibatkan Di Dalam Tinjauan Kontrak …….. ……. 8 3. Permasalahan Lacak Balak Pada Perencanaan Stuffing ……………. 9 4. Kasus Lacak Balak Pada Pemantauan Barang Beredar ………………….. 14

Daftar Gambar

Halaman 1. Contoh Lembar Permohonan Penawaran …………………………….. ……. 3 2. Buku Evaluasi Permintaan Penawaran ………………………………………. 4 3. Contoh Sales Contract …………………………………………………………. 7 4. Proses Partial Shipment, Komposisi Tidak Tetap …………………………… 9 5. Ilustrasi Hasil Pre Shipment Inspection ………………………………………. 11 6. Loading Ke Palka, Untuk Antar Pulau Nusantara ……………………………….. 12

Page 185: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

179

1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pemuatan barang (stuffing) disusun sesuai dengan jadwal pemenuhan order yang telah dibuat sebelumnya. Pemuatan barang dapat dilakukan walaupun jumlah volume produksi belum dipenuhi sepenuhnya sepanjang mendapat persetujuan dari pelanggan. Pemuatan bertahap (partial shipment) umum dilakukan apabila kontrak pembelian dibuat dalam jangka panjang. Namun demikian, umumnya pembeli menghendaki pemuatan setelah seluruh pesanan siap. Evaluasi kesiapan penyediaan barang yang akan dikirim dilakukan melalui pemeriksaan sejumlah dokumen. Data yang tersedia pada dokumen diverifikasi kebenarannya melalui pemeriksaan fisik di gudang barang jadi. Hasil pengecekan tersebut menjadi dasar proses persiapan pengiriman. Rencana pemuatan dapat dibuat dua hari sebelumnya, di mana kekurangan produk yang akan dimuat masih dalam tahap pengerjaan akhir. Akurasi data harus benar-benar dijamin kebenarannya sehingga proses pemuatan dapat dilakukan dengan pasti. Secara fisik, bagian gudang memisahkan barang yang akan dikirim diareal dekat pintu gudang. Sistem penggudangan yang baik akan menerapkan prinsip First in First out (FIFO) untuk meringankan biaya transportasi bahan. Areal pemuatan dibuat tersendiri sehingga memudahkan proses pengerjaannya. Pengecekan akhir umum dilakukan untuk keperluan pemuatan. Dokumen pengeluaran barang (delivery order), berita acara pengeluaran barang (release order), dokumen pengangkutan, dokumen lain yang berkaitan dengan pengiriman barang telah dapat dipersiapkan oleh administrasi penjualan. Untuk kegiatan eksport, perusahaan sudah dapat menghubungi Lembaga Inspeksi Cargo untuk memperoleh berita acara ekspedisi dan segel pada peti kemas.

1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Pelatihan ini untuk memberikan pengetahuan kepada peserta yaitu : 1) Tentang konsep CoC pada penjualan dan pengiriman produk; 2) Untuk melaksanakan pengendalian fisik CoC pada penyerahan dan

pengiriman produk 3) Untuk melaksanakan pengendalian dokumen CoC pada penyerahan dan

pengiriman produk.

Page 186: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

180

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2

1.3. Metodologi Pembelajaran

Tipe Material Tujuan

Buku Pegangan Peserta

Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang konsep CoC pada penjualan dan penyerahan produk kepada Pelanggan

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep dan penerapan CoC pada penjualan dan penyerahan produk kepada pelanggan

BAB II. TINJAUAN PERSYARATAN PELANGGAN Produksi Meubel dapat dikelompokkan menjadi dua pendekatan yaitu berdasarkan pesanan (job order) dan produksi Masal (mass production) Produksi berdasarkan pesanan adalah kegiatan produksi di mana volume, mutu, dan rancangan (disain) produk yang dibuat berdasarkan kepada permintaan pembeli. Sementara itu produksi massal dilaksanakan tanpa terlebih dahulu memperoleh permintaan pembelian, sehingga rancangan, volume, dan mutu dibuat atas prakarsa produsen. Produksi berdasarkan pesanan umumnya melalui tahap kegiatan yang disebut dengan Tinjauan Kontrak (Contract Review). Adapun produksi massal harus didukung oleh riset pasar yang memadai, guna membaca keinginan pasar serta proses penelitian dan pengembangan produk yang inovatif. Kedua pendekatan produksi tersebut akan memberikan pola yang berbeda di dalam mengidentifikasikan proses lacak balak. Proses lacak balak pada produksi berdasarkan pesanan terjadi pada tahap Tinjauan Kontrak. Proses lacak balak pada produksi massal diidentifikasikan saat melakukan penelitian pasar. Dalam prakteknya suatu industri dapat melakukan bauran produksi (Production Mix) dengan mengadopsi kedua pendekatan tersebut. Pameran (Exhibition) merupakan media yang cukup efektif di dalam menemukan titik awal komunikasi dengan calon pelanggan. Dalam pameran berbagai informasi mengenai produk dan kemampuan produksi ditampilkan kepada masyarakat luas. Komunikasi langsung antara calon pembeli dengan produsen umumnya cukup efektif di mana keinginan dan harapan calon pembeli dapat diakomodir. Komunikasi tersebut mungkin sudah berlanjut ke tahap pemesanan, tahap pemesanan contoh, atau bahkan mungkin baru tahap perkenalan. Beberapa produsen menggunakan media iklan, baik melalui media cetak ataupun media audio visual. Media lain yang saat ini banyak dipilih adalah dengan membuka situs website, di mana informasi lebih banyak mengenai produk, kemampuan produksi, dan profil perusahaan dapat ditampilkan. Bagi perusahaan yang memiliki hubungan komunikasi yang baik dengan sesama produsen, mereka akan lebih percaya diri untuk bergabung ke dalam suatu sistem pemasaran bersama yang umumnya dipayungi suatu organisasi. Di Indonesia cukup banyak Asosiasi yang menampung minat kelompok

Page 187: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

181

3

produsen Meubel, misalnya Asosiasi Meubel dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO) atau Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas). Dokumentasi yang dapat dipergunakan untuk menjadi pintu masuk interaksi produsen dan calon pelanggan umumnya adalah buku tamu (guess book) atau kumpulan kartu nama. Pintu masuk tersebut penting untuk dapat mengenali keinginan konsumen, termasuk penggunaan bahan baku yang memenuhi kriteria Lacak Balak.

2.1. Lacak Balak Pada Evaluasi Permintaan Penawaran Proses identifikasi terhadap lacak balak bahan baku mulai dipertimbangkan saat sebuah perusahaan menerima permohonan penawaran (Quotation) sebagaima contoh Gambar berikut,

Gambar 1. Contoh Lembar Permohonan Penawaran Manakala membaca permintaan penawaran (quotation), pihak pabrik yang diwakili oleh Bagian Pemasaran, dengan seksama harus mempelajari apakah persyaratan yang dikirimkan oleh calon pembeli tersebut dapat dipenuhi atau tidak. Quotation tersebut dapat diperiksa menggunakan daftar periksa sebagaimana form berikut,

Page 188: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

182

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4

Gambar 2. Buku Evaluasi Permintaan Penawaran Apabila beberapa persyaratan pembeli dalam quotation tidak dapat dipenuhi oleh produsen, maka Bagian Pemasaran umumnya diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan. Melalui konsultansi dengan pimpinan perusahaan, bagian pemasaran dapat melakukan beberapa alternatif : 1) Menyatakan ketidak-mampuan memenuhi persyaratan dan mengajukan

pilihan rancangan kepada calon pelanggan; 2) Melakukan pencarian alternatif sub kontrak produksi atau pembelian produk

yang sesuai kepada pihak ketiga; 3) Melakukan investasi untuk pemenuhan persyaratan calon pelanggan. Sebagai ilustrasi, Tabel 1 tersebut menyajikan beberapa hal yang umum menjadi pertimbangan dalam evaluasi permintaan pembeli (quotation). Suratsurat jawaban harus disimpan dalam file, sebaiknya dikelompokkan ke dalam surat pemasaran, walaupun perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan calon pelanggan tersebut. Calon pelanggan yang sudah mengirimkan permintaan penawaran (Quotation) dapat dikelompokkan ke dalam Daftar Calon Pelanggan Potensial. Pembubuhan tanggal komunikasi sudah diperlukan dalam pendaftaran calon pelanggan potensial tersebut.

Page 189: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

183

5

Tabel 1. Beberapa hal umum yang menjadi pertimbangan dalam evaluasi quotation, dihubungkan dengan lacak balak.

Page 190: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

184

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

6

Tabel 1. Lanjutan

2.2. Lacak Balak Pada Tinjauan Kontrak Setelah mengajukan jawaban kepada calon pelanggan, calon pelanggan mungkin akan meneruskan kepada kontrak. Kadangkala ada calon pembeli yang mengajukan permintaan contoh (sample) dan kasus ini akan dibahas dalam Bab terpisah. Dokumen yang umum diperoleh dari calon pelanggan adalah Sales Contract, sangat berbeda dengan kontrak yang umumnya dikenal di Indonesia. Sales Contract sangat sederhana sebagaimana Gambar 3.

Page 191: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

185

7

Gambar 3. Contoh Sales Contract Bagian pemasaran kemudian melakukan evaluasi (tinjauan) terhadap Sales Contract tersebut dengan memperhatikan kemampuan internal perusahaan. Informasi lebih detil mengenai kemampuan produksi diperoleh dengan berbicara kepada bagian produksi. Di dalam sistem manajemen yang baik, tinjauan kontrak sebaiknya melibatkan sejumlah pihak sebagaimana Tabel 2.

Page 192: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

186

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

8

Tabel 2. Fihak-Fihak Yang Dilibatkan Di Dalam Tinjauan Kontrak

Aspek yang dievaluasi di dalam tinjauan kontrak tidak terbatas, tergantung kepentingan dari masing-masing perusahaan. Secara umum agenda yang tercantum di dalam Tabel 2 dapat dibahas pada tinjauan kontrak. Hasil tinjauan kontrak dapat menyimpulkan beberapa kemungkinan, namun umumnya tidak lagi mementahkan kontrak karena telah dibahas pada penawaran. Apabila terjadi perubahan mendasar, di mana pembeli tidak konsisten terhadap penawaran sebelumnya, maka dapat diajukan perubahan atau amandemen kontrak. Perubahan tersebut penting untuk disepakati sebelum proses perencanaan produksi dilaksanakan. Permasalahan utama yang harus menjadi perhatian adalah tatawaktu pemenuhan order, berkaitan dengan total pemenuhan persyaratan lacak balak. Pada partial shipment, mungkin pemenuhan persyaratan lacak balak tidak dapat dipenuhi proporsinya, namun secara kumulatif proporsi tersebut akan terpenuhi. Beberapa pembeli mungkin masih dapat menerima pemenuhan proporsi lacak balak secara bertahap sesuai partial shipment. Beberapa importir dapat memahami pemenuhan proporsi lacak balak secara bertahap, di mana setiap shipment-nya akan bervariasi dengan pertimbangan kondisi : 1) akan melakukan pembauran (mixed) dengan produk yang sama yang

dipesan dari pemasok lain; 2) akan melakukan penimbunan karena pemasaran baru dilakukan beberapa

bulan kemudian. Interpretasi mengenai partial shipment harus diperjelas sejelas mungkin, apakah menyangkut volume, mutu, ataukah juga persyaratan lain. Dokumentasi untuk proses tinjauan kontrak tidak harus menggunakan Form khusus. Notulen rapat dapat dipergunakan sebagai bukti bahwa tinjauan kontrak telah dilakukan.

BAB III.

PENERAPAN LACAK BALAK DI PEMASARAN 3.1. Perencanaan Stuffing Bagian pemasaran atau bagian umum sebelumnya telah menginformasikan penggunaan alat angkut kepada perusahaan ekspedisi, termasuk pengadaan

Page 193: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

187

9

peti kemas. Alat angkut sudah datang terlebih dahulu sehingga proses pemuatan tidak berlangsung lama. Proses persiapan pemuatan (stuffing) yang bertalian dengan pemenuhan lacak balak disajikan pada Tabel 3. Permasalahan lacak balak sangat penting diperhatikan apabila proses shipment dilakukan secara partial dan komposisi kayu yang terlacak boleh dikirim secara partial dengan proporsi yang tidak konstan. Pemuatan tidak konstan secara partial tersebut disatu sisi akan memberikan kemudahan bagi produsen untuk memilih bahan baku.

Tabel 3. Permasalahan Lacak Balak Pada Perencanaan Stuffing

Gambar 4. Proses Partial Shipment, Komposisi Tidak Tetap

3.2. Proses Stuffing Stuffing adalah kegiatan pemuatan produk yang siap jual ke wahana (vessel) angkutan. Istilah stuffing umum digunakan untuk proses pemuatan produk ke truk, kontainer, atau kendaraan pengirim lainnya. Istilah lain dari stuffing adalah loading. Stuffing dilakukan menggunakan alat angkut handlift, forklift, atau dengan tenaga manusia. Proses muat harus mendapat perhatian penting dan dilakukan dengan seksama karena beberapa alasan : 1) tidak terjadi kekeliruan akan barang yang dimuat; 2) tidak terjadi kerusakan fisik barang yang dimuat selama pemuatan;

Page 194: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

188

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

10

3) penataan ruang muat agar efisien penggunaannya; Kekeliruan akan barang yang dimuat dievaluasi melalui kebenaran dokumen data gudang produksi dengan fisik barang yang dimuat. Kekeliruan tersebut dapat terjadi dalam hal jumlah, mutu, maupun spesifikasi jenis barang. Pemuatan hendaknya dicatat oleh petugas yang bukan personal muat sehingga konsentrasi pengawasan menjadi optimal. Kerusakan selama pemuatan dapat terjadi karena pengoperasian peralatan angkut/angkat atau tenaga kerja yang ceroboh. Operator forklift haruslah orang yang berkualifikasi dan terlatih, tidak boleh dilakukan oleh petugas yang bukan kewenangannya. Ada baiknya menempatkan personal yang memiliki fisik cukup baik untuk mengerjakan pekerjaan stuffing. Tempat penyimpanan sementara atau tepatnya area sementara di bibir gudang harus terlindung dari cuaca. Pabrik yang baik akan menyediakan kanopi untuk area stuffing. Bagi pabrik yang tidak memiliki area stuffing, sebaiknya menyediakan naungan atau terpal saat melakukan stuffing, baik cuaca cerah maupun hujan. Perlu diketauhi bahwa pada beberapa kasus, kapal muatan tidak dapat mentoleransi pemunduran waktu stuffing. Perusahaan hendaknya tidak membedakan perlakuan stuffing untuk tujuan ekspor dengan lokal. Pada era ekonomi bebas saat ini, banyak pembeli dalam negeri bertindak sebagai brooker untuk produk eksport. Mutu produk harus tetap dijaga hingga sampai ke tangan konsumen. Optimalisasi pemanfaatan ruang kontainer harus sudah diperhitungkan sejak merencanakan pemuatan. Optimasi tersebut dilakukan dengan pertimbangan : 1) seluruh ruang hendaknya terisi dengan produk, minimisasi biaya tonase; 2) memperkecil ruang gerak produk agar tidak bergerak saat pengiriman. Sebagai catatan, upaya memenuhi ruang kontainer hanya dapat dilakukan apabila destination port sama dan sudah ada kesepakatan dengan pembeli.

Page 195: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

189

11

Gambar 5. Ilustrasi Hasil Pre Shipment Inspection

Proses penyegelan dilakukan setelah kontainer diisi penuh, dilakukan oleh perusahaan surveyor yang mendapat kewenangan dari pemerintah. Perusahaan surveyor atau lembaga inspeksi biasanya hanya mengeluarkan Laporan Inspeksi dan Memasang Segel pada produk yang akan diekspor. Produk yang akan dijual dalam negeri tidak diperlukan segel dan inspeksi dari pihak ketiga, kecuali atas permintaan pembeli dan disepakati oleh perusahaan. Permasalahan lacak balak saat pemuatan pada prinsipnya tidak nyata secara fisik, kecuali pertukaran atau pemalsuan dokumen. Secara prosedural, perusahaan inspeksi yang akan mengeluarkan sertifikat inspeksi harus melakukan pemeriksaan secara teliti terhadap kebenaran barang yang akan dikemas. Lembaga tersebut harus mengambil 10% sample untuk diperiksa kebenaran produk yang dikirim, dihitung jumlah komponen dan volume isi setiap kemasan luar (karton). Namun bila lembaga inspeksi juga diberikan kewenangan oleh pembeli untuk memeriksa produk sebelum dikirim, khususnya terhadap kebenaran komposisi antara kayu yang terlacak-balak dengan tidak, maka persoalan konsistensi harus menjadi perhatian produsen. Ilustrasi praktek manipulasi pada Gambar 5. dapat menjadi bahan pelajaran. Petugas inspeksi tidak diperkenankan untuk menerbitkan sertifikat pada partai keseluruhan apabila hasil sampling (pengambilkan contoh) produk sebagaimana ilustrasi Gambar 5. Praktek sebagaimana Gambar 5 acapkali dilakukan oleh produsen untuk meminimisasikan penggunaan bahan baku yang bersertifikat guna menekan biaya produksi. Resiko praktek manipulasi

Page 196: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

190

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

12

tersebut sangat besar dan merugikan perusahaan di masa kini dan masa datang.

3.3. Proses Shipment Pemuatan ke kapal atau shipment sebenarnya dapat dilakukan langsung dari pabrik menggunakan Crane/Link Belt dari dermaga milik sendiri. Namun demikian jarang sekali perusahaan meubel yang memilki dermaga muat/jetty, mengingat meubel umumnya dikirim dalam peti-peti kemas. Pelabuhan peti kemas hanya dimiliki oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia pada beberapa kota pelabuhan ekspor seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar, dan Medan. Pada prakteknya saat ini produk meubel harus melalui transportasi darat sebelum mencapai pelabuhan ekspor tersebut. Pemuatan produk ke kapal untuk penjualan dalam negeri dilakukan hanya untuk produk antar pulau, umumnya tidak menggunakan jasa kontainer. Produk dikemas dalam peti atau palet-palet kayu dengan jumlah kubikasi terbatas. Transportasi darat lebih disukai sehingga pada jalur Sumatera-Jawa- Bali masih umum menggunakan transportasi truk dan ferry.

Gambar 6. Loading Ke Palka, Untuk Antar Pulau Nusantara

Permasalahan lacak balak pada proses loading hanya terpusat pada kelengkapan dokumen pengapalan. Data yang tertulis pada bukti pengiriman barang, berita acara inspeksi kargo (pre shipment inspection), bill of lading, dan

Page 197: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

191

13

dokumen ekspor lain harus sama. Hampir tidak mungkin ada percampuran fisik lagi yang dapat merubah komposisi produk pada saat loading. 3.4. Pemantauan Peredaran Barang Produk yang dijual ke luar negeri umumnya sudah sukar untuk dipantau peredarannya, apalagi penjualan umum dilakukan dalam bentuk Franco Fabric (FF) dan Free on board (FOB). Penjualan dengan pola Cost and Freight (CNF) dan Const-Insurance-Freight (CIF) saja tidak mampu melakukan pemantauan peredaran barang. Diperlukan dokumen pengalihan wewenang dan tanggung jawab kepada pihak pembeli (buyer) biasanya dicantumkan di dalam contract.

Produk yang dijual dalam negeri dapat dipantau peredarannya dapat pula tidak. Apabila perusahaan memiliki unit pemasaran sendiri atau bahkan gerai (outlet) sendiri, maka perusahaan dapat memantau peredaran produk hingga ke tangan pengguna (Customer). Namun bila penjualan hanya dapat dikendalikan hingga tingkat distributor, maka diperlukan dokumen pelimpahan wewenang kepada distributor tersebut. Pelimpahan hak dan wewenang dari produsen kepada distributor memiliki untung dan rugi yakni : Keuntungan : hal-hal yang berhubungan dengan tuntutan pengguna akhir

dapat dipindahkan kepada distributor; Kerugian : - margin keuntungan berbagi dengan distributor; - ada kemungkinan kehilangan aksistensi merek dagang. Khusus bagi produsen yang menjalani kerja sama pemasaran, di mana distributor membeli kepada produsen tanpa disertai merek dagang, maka harus memperkuat sistem administrasi pencatatan produknya. Selain itu, kontrak jual beli (Sales Contract) dengan distributor harus ditegaskan mengenai persyaratan penggunaan kayu yang bersertifikat dengan tidak bersertifikat. Distributor dapat saja membeli produk dengan kualifikasi memenuhi lacak balak, tetapi kemudian melakukan modifikasi rancangan dengan menggunakan bahan yang tidak bersertifikat. Upaya pencampuran tersebut biasa dilakukan untuk memungkinkan distributor menjual semua produk yang dibelinya dari beberapa sumber, baik yang sumber kayunya jelas maupun tidak. Beberapa kasus lacak balak yang harus diperhatikan pada pemantauan barang yang beredar disajikan pada Tabel 4.

3.5. Penanganan Purna Jual Hampir tidak ada sistem penjualan meubel yang menggunakan layanan purna jual, kecuali beberapa hal yang menyangkut konstruksi dan perakitan produk. Penjualan meubel dengan sistem bongkar pasang (knock down) menggunakan layanan purna jual tetapi pada jangka waktu yang sangat terbatas.

Page 198: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

192

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

14

Tabel 4. Kasus Lacak Balak Pada Pemantauan Barang Beredar

3.6. Evaluasi Kepuasan Pelanggan Evaluasi dilakukan kepada pelanggan mengenai produk yang dijual, baik menyangkut kepuasan maupun ketidak-puasan. Metoda evaluasi pelanggan dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Evaluasi aktif adalah upaya mengetahui kepuasan dan ketidak-puasan pelanggan di mana secara aktif perusahaan melakukan evaluasi. Evaluasi pasif adalah evaluasi yang dilakukan hanya menunggu masukan dari pelanggan. Evaluasi aktif dapat dilakukan dengan beberapa metoda sebagai berikut : 1) perusahaan membagikan kuisoner evaluasi kepuasan dan ketidakpuasan

pelanggan secara periodik, misalnya 6 bulan atau 12 bulan sekali kepada pelanggan;

2) menyebarkan angket disertakan dengan program promosi berhadian, misalnya dengan membuat kuis;

3) menyediakan kotak keluhan; 4) menyediakan layanan telpon gratis (tool free); 5) menyediakan guess book pada websites; 6) membagikan kuisoner saat pameran. Evaluasi pasif dilakukan dengan hanya menunggu keluhan dari pelanggan atau penghargaan dari pihak luar. Saat ini bahkan penghargaan dari pihak luar dapat diperoleh dengan cara membayar.

Page 199: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

193

15

DAFTAR ISTILAH/DEFINISI Contract Review adalah proses pemeriksaan terhadap persyaratan kontrak disesuaikan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi Pameran (Exibition) adalah proses memperkenalkan produk kepada masyarakat agar mereka tertarik Permohonan Penawaran (Quotation) adalah surat yang diterbitkan oleh pembeli kepada penjual berisi permintaan untuk diberikan penawaran terhadap suatu produk Stuffing adalah proses pemuatan produk ke dalam kontainer atau alat angkut untuk dikirim ke luar pabrik Franco Fabric (FF) adalah penjualan hingga pintu keluar pabrik Free On Board (FOB) adalah penjualan hingga muat di kapal, dengan demikian biaya kontainer dan transportasi darat sebelum muat ke kapal menjadi tanggungan penjual Cost and Freight (CNF) adalah penjualan hingga pelabuhan ekspor, di mana biaya pengangkutan dari pabrik pembuat hingga pelabuhan tujuan pembeli menjadi tanggungan produsen Const-Insurance-Freight adalah penjualan hingga pelabuhan ekspor, di mana semua biaya pengangkutan ditanggung produsen serta produknyapun diasuransikan selama perjalanan.

DAFTAR PUSTAKA Indonesia Cleaner Industrial Production Program (ICIP). 1998. Kajian Produksi

Bersih Pada Industri Kayu Lapis. Jakarta. Marshall, R. 2001. Sustainable Development – from theory towards practice.

The Environmentalist: 4 pp. 20-22. Uren, S. 1999. Environmental Supply Chain Management. Environmental

Assessment. Volume 7. Issue 1 pp. 14-16. SGS Forestry, 1996. Forest Certification in Practice. International Training

Course, Sweden. Hermawan.1996. Perencanaan, Pengendalian Produksi dan Sediaan Pada

Industri Kayu. Makalah Pelatihan Manajer Industri Kayu. UGMFOCUS QE.

Page 200: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

194

i

Implementasi Lacak Balak pada Rantai Kegiatan

Produksi dan Penanganan Bahan Dalam Proses

PELATIHAN PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR EKSPOR Kerjasama dengan

CENTER FOR INTERNATIONAL FORESTRY RESEARCH (CIFOR) BOGOR

Jepara, 27 – 29 Juli 2010

c. Implementasi COC pada proses produks

Page 201: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

195

ii

Daftar Isi

Halaman I. PENDAHULUAN ……………………………………………………....... 1 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………........... 1 1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………………........... 2 1.3 Metodologi Pembelajaran ………………………………………............. 2 II. PERANCANGAN PRODUK…………………………………………...... 2 2.1 Perancangan Skala Laboratorium / Studio …………………................ 3 2.2 Tahap Prototipe ……………………….…….......................................... 6 2.3. Tahap Uji Produksi Komersial …………………………………….......... 12 III. PERENCANAAN PRODUKSI………………………………………....... 15 3.1 Perencanaan Dalam Manufaktur ……………………………………….. 15 3.2 Perencanaan Produksi ………………………………..…………………. 16 IV. PRODUKSI DAN PENANGANAN BAHAN DALAM PROSES……... 19 4.1 Persiapan Bahan ……………………………………………………........ 19 4.2 Pengawetan Kayu ………………………………………………….......... 22 4.3 Pengeringan ………………………………………………………............ 23 4.4 Pembahanan ………………………………………………………........... 25 4.5 Pembuatan Komponen …………………………………………............. 28 4.6 Persiapan perakitan ………………………………………………........... 36 4.7 Perakitan …………………………………………………………….......... 38 4.8 Pengerjaan Akhir …………………………………………………............ 40 V. PENGEPAKAN ………………………………………………………....... 44 5.1 Regrading ……………………………………………………………......... 44 5.2 Repairing …………………………………………………………….......... 44 5.3 Pengepakan ………………………………………………………............. 44 DAFTAR ISTILAH / DEFINISI………………………………………………..... 45 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 46

Daftar Tabel

Halaman 1. Fungsi-fungsi Tim Design Pada Industri Furniture …………..…………......... 3 2. Pertimbangan Dalam Perancangan Produk ……………..…………............... 4 3. Alternatif pemilihan bahan komposit ……………………….…………............. 7 4. Hasil Analisis Komponen Produk BB1 …………………………………........... 11 5. Penggunaan Sortimen Komersial Untuk Komponen …….………….............. 11 6. Pendugaan Pemenuhan Lacak Balak ……………………..………….............. 12 7. Unit Proses Yang Diperlukan Untuk Produksi Produk BB1 ………..….. ....... 12 8. Studi Waktu Terhadap Salah Satu Unit Proses Pada Rantai Proses Produksi ………………………………..…………………………………. 13 9. Contoh Studi Waktu Yang Dipergunakan Untuk Menghitung Waktu Proses Produk BB1, Komponen A ………….………………………….. 13

Page 202: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

196

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

iii

10. Contoh rencana pemenuhan order Periode …………………….……………... 16 11. Tipe Peramalan Berdasarkan Kegunaan ………………………….…………… 17 12. Contoh Permintaan Kursi Pada Tahun 2005 ……………………….…………. 17 13. Contoh Rencana Produksi ………………………………………………………. 18 14. Permasalahan Lacak Balak Pada Persiapan Bahan Baku ……..……………. 20 15. Permasalahan Lacak Balak Pada Proses Pemotongan Panjang ……………. 25 16. Persoalan Lacak Balak Pada Mesin Pembentuk ………………………………. 34 17. Permasalahan Lacak Balak Pada Proses Pembubutan ………………………. 35

Daftar Gambar

Halaman 1. Perancangan Laboratorium …………………….……………………….............. 5 2. Contoh Pemolaan Komponen Produk …………………….…………................ 6 3. Pembuatan Pola Produk ……………………………………..………….............. 7 4. Pemotongan Bahan Sesuai Pola ……………………………………….............. 8 5. Mengerjakan Bahan Perkakas ………………………………………….............. 9 6. Proses Perakitan …………………………………………………………….......... 10 7. Log Breaking ………………………………………………….……………………. 20 8. Band Saw …………………………………………………………………………… 21 9. Wood Stacking Dan Penandaan ………………………..……………………….. 22 10. Ketel Uap Untuk Pembangkit Kukus …………………………………………….. 24 11. Chamber Pada Mesin Kiln Dryer …………………………..……………............. 24 12. Proses Pengetaman Kayu ………………………………….……………............. 26 13. Mesin Ketam Samping ……………………………………………………............ 27 14. Alat Penyambung Bilah Kayu Secara Manual ………………………................ 30 15. Rotary Clamper Dan Block Clamp ………………………………………............ 31 16. Bekerja dengan Jig Saw …………………………………………………............. 31 17. Pergerakan Router …………………………………………………………........... 32 18. Mesin Moulder 6 Spindel …………………………………………………............. 33 19. Mesin CNC Router …………………………………………………………........... 33 20. Proses Pembubutan ………………………………………………………............ 35 21. Bor Untuk Pembentuk ……………………………………………………............. 36 22. Beberapa Penyambungan Yang Dipahat …..……………………….................. 37 23. Sambungan Ekor Burung Dan Beberapa Sambungan Lain ………................. 38 24. Proses Perakitan ………………………………………………………….............. 39 25. Mesin Perakit Kotak ………………………………………………………............. 39 26. Merakit Bagian Bukan Kayu ……………………………………………............... 40 27. Wide Belt Sander …………………………………………………………............. 41 28. Sanding dengan Alat Bantu ……………………………………………............... 41 29. Pewarnaan Kayu …………………………………………………………............. 42 30. Pengampelasan Manual ………………………………………………................ 43 31. Proses Penyalutan (Coating) ……………………………………………............ 43 32. Pengepakan Produk Meubel Bongkar-Pasang ….…………………................ 44

Page 203: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

197

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pada industri furniture skala besar yang orientasi produknya untuk kepentingan digunakan masyarakat luas (mass poduct), memerlukan model design/ rancangan dan kualitas yang dapat memenuhi keinginan mayarakat secara keseluruhan. Tujuan perancangan dan penetapan standard kualitas adalah agar produk tersebut memiliki daur hidup produk (life cycle time produk) yang panjang, sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap penjualan produk tersebut. Bagi industri furniture skala kecil–menengah, sebagian besar orientasi produknya masih mengikuti keinginan pelanggannya. Biasanya industri design dan kualitas produk sudah ditetapkan pelanggan prospektifnya, sehingga peran perusahaan hanya menjadi pelaksana kegiatan produk saja (tailor made). Namun dalam upaya untuk tetap memberikan hubungan saling menguntungkan dengan pelanggannya, upaya untuk mengembangkan design dan kualitas bagi industri sangat bermanfaat. Bahkan ada juga industri skala kecil justru item produk yang dipasarkan hanya berdasarkan pengembangan design, dengan produksi terbatas, namun memberikan nilai penjualan yang kompetitif. Pada industri furniture yang komposisi produknya didominasi bahan kayu, maka untuk design/perancangan produknya, dapat memperhatikan aspek kualitas kayu (keawetan, kekuatan, ketampakan, dan lain-lain) serta nilai estetis dari jenis-jenis kayu yang didesign. Aspek yang tak kalah penting adalah memastikan asal-usul bahan kayu yang akan dibuat menjadi produk furniture, karena sangat mendukung kebenaran informasi jenis dan kualitas kayu yang akan diolah. Rancangan produk dan atau persyaratan permintaan pelanggan, dapat menjadi acuan perencanaan produksi dan rencana pemenuhan kebutuhan bahan kayu yang akan di produksi. Sehingga dengan perencanaan yang terukur, maka pengadaan kebutuhan kayu yang berkualitas dapat efisien disediakan. Peran perencanaan produksi dan pengendalian sediaan bahan (Production Planning and Inventory Control), akan dapat menjadi panduan kegiatan proses produksi, dan pengendalian sediaan bahan baku (raw material), dan bahan setengah jadi (bahan komponen produk). Kegiatan proses produksi pada industri furniture secara umum, dimulai dari kegiatan pengadaan bahan baku, kegiatan proses produksi komponen bahan (kayu dan non kayu), kegiatan perakitan komponen bahan, finishing produk (pewarnaan, pemasangan asesories, dan pengemasan produk).

Page 204: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

198

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2

1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Implementasi CoC pada Rantai kegiatan produksi dan penanganan Bahan dalam proses, Untuk memberikan pemahaman dan ketrampilan kepada peserta yaitu : 1) Untuk memperhatikan aspek rancangan/design produk. 2) Untuk mampu menerapkan pengendalian sediaan bahan kayu, dan

perencanaan produksi Furniture. 3) Tentang mekanisme proses produksi Furniture, dengan panduan produksi

yang konsisten dan terukur. 4) Tentang pengendalian aliran bahan kayu dalam proses produksi.

1.3 Metodologi Pembelajaran Tipe Material Tujuan Buku Pegangan Peserta

Memberikan dasar pemahaman kepada peserta mengenai mekanisme Implementasi CoC pada rantai kegiatan produksi dan penanganan bahan dalam proses

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan Implementasi CoC pada rantai kegiatan produksi dan penanganan bahan dalam proses, dari mulai design produk, perencanaan sediaan bahan, kegiatan produksi hingga penanganan produk, dengan metode ceramah, tanya jawab, simulasi dan studi kasus

Tipe Mater

BAB II PERANCANGAN PRODUK

Perancangan adalah tahap penting dalam produksi meubel karena akan mempengaruhi pola produksi komersial yang muaranya pada biaya produksi. Ruang lingkup perancangan sangat luas, proses ini tidak hanya dilakukan pada system produksi mass product saja tetapi juga job order/tailor made. Perbedaan prinsipnya adalah pada mass product, produsen dapat mengklaim bentuk rancangannya. Sementara pada job order, bentuk rancangan menjadi hak pembeli atau buyer. Ruang lingkup perancangan di dalam system manufaktur terdiri dari tiga tahap : 1) Tahap laboratorium atau studio; 2) Tahap prototype atau bangsal percontohan (pilot plant); 3) Tahap komersial.

Page 205: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

199

3

Perancangan dalam kegiatan manufaktur sebaiknya melalui keseluruhan tahap sebagaimana di atas, kecuali job order di mana tahap studio dilakukan oleh pihak buyer atau pembeli. Fungsi perancangan pada beberapa perusahaan skala besar diletakkan di bawah Litbang (Research and Development), namun pada perusahaan secara umum fungsi ini diletakkan di bawah produksi. Bahkan adapula perusahaan yang meletakkan fungsi perancangan di bawah Perencanaan Produksi. Pekerjaan fungsi perencanaan sangat luas, mulai dari sekedar membuat gambar rancangan, memilih bahan yang sesuai, pemilihan bentuk, kombinasi warna, kekuatan produk, hingga rancang bangun proses. Tabel 1 menjabarkan fungsi-fungsi dalam perancangan di pabrik. Perancangan produk adalah aktifitas perancangan yang berhubungan dengan tampilan produk seperti bentuk, warna, ukuran, dan atribut lain yang berhubungan dengan produk. Perancangan proses adalah aktifitas perancangan yang berhubungan dengan cara pembuatan serta peralatan yang dipergunakan. Perancangan biaya adalah perancangan yang berhubungan dengan proses produksi komersial dan efisiensi penggunaan bahan. Pertimbangan lacak balak dalam perancangan dilakukan mulai dari perancangan produk, khususnya pada pemilihan bahan, hingga perancangan proses. Tabel 1. Fungsi-fungsi Tim Design Pada Industri Furniture

2.1. Perancangan Skala Laboratorium / Studio Perancangan laboratorium atau studio dilakukan oleh perusahaan yang menjual produk berikut rancangannya. Perancangan tersebut dilakukan dengan memperoleh masukan sebagaimana Tabel 1. Proses perancangan itu

Page 206: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

200

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4

sendiri tidak dapat dideskripsikan karena sangat bergantung pada kekuatan imaginatif para designer, namun demikian beberapa hal pada Tabel 2 dapat dijadikan pertimbangan.

Tabel 2. Pertimbangan Dalam Perancangan Produk Aspek Pertimbangan Pertimbangan lacak

balak Bentuk

1. seni, menggunakan hasil riset pasar dan sesuai dengan perspektif perancang;

2. ukuran, menggunakan hasil riset pasar, sesuai dengan fungsi, atau perspektif perancang

3. warna, sama dengan proses artistik namun harus mempertimbangkan bahan yang digunakan;

4. perakitan, mempertimbangkan apakah produk akan dirakit fixed atau knock down

Ukuran dan bentuk menjadi dasar pertimbangan, terutama apabila menggunakan bahan kayu komposit.

Perakitan dipertimbangkan bila menggunakan pin-pin atau pasak-pasak kayu

Bahan

1. kayu, menggunakan kayu padat-baik sudah berbentuk maupun belum, kayu lapis, kayu partikel, atau papan serat;

2. non kayu, menggunakan bahan bukan kayu dalam rancangan seperti bambu, batu, keramik, resin, dan lain-lain;

3. perekat, pertimbangan perekat yang baik buat kesehatan dan perekat komersial lain;

4. asesoris, bahan tambahan yang diperlukan baik atas permintaan pembeli maupun ide perancang. Pertimbangkan pula aspek keamanannya

5. pelapis, yakni bahan finishing dengan berbagai sifat keamanan produknya

Bahan kayu menjadi pertimbangan perhitungan porsi pemenuhan persyaratan lacak balak

Kemasan

1. bentuk, menyangkut artistik dan disain fungsinya;

2. bahan, mulai dari kemasan primer, kemasan luar, hingga peti dan pallet. Persyaratan bahan kayu kemasan yang dipergunakan.

Perhatikan dalam kontak apakah bahan kayu kemasan termasuk dipertimbangkan dalam proporsi pemenuhan persyaratan lacak balak

Teknik pembahanan

1. pengaturan pembahanan secara optimal dengan meminimisasi scraps;

2. pengaturan bahan yang menggunakan proses komposit

3. menduga kehilangan bahan menjadi wastes

Teknik pembahanan sangat berhubungan erat dengan pemenuhan persyaratan lacak balak

Konstruksi

1. kekuatan bahan pada penggunaan, umumnya menyangkut pemilihan kelas kuat kayu, ukuran komponen, dan penggunaan bahan pembantu

2. keawetan bahan menyangkut pemilihan kelas awet kayu dan penggunaan bahan pengawet

Kayu kelas awet dan kelas kuat I dan II umumnya adalah kayu rimba yang merupakan obyek langsung persyaratan lacak balak.

Page 207: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

201

5

Gambar 1. Perancangan Laboratorium Perancangan umumnya hanya mempertimbangkan aspek seni (art design), bahan (material design), peruntukan (functional design). Pada perancangan bahan (material design) harus sudah melibatkan kemungkinan pemaduan bahan (composite) yang mempertimbangkan sumber-sumber bahan baku kayu. Pertimbangan pemenuhan persyaratan lacak balak harus sudah dilakukan pada perancangan. Perancangan laboratorium dilakukan terutama untuk penggunaan bahan-bahan tambahan seperti perekat, dempul, kemasan, cat, pelapis, dan lain-lain. Perancangan laboratorium digunakan sebagai pelengkap perancangan produk secara keseluruhan. Sebagai contoh perancangan laboratorium disajikan pada kasus pada Gambar 1. Perancangan studio menggunakan hasil perancangan laboratorium sebagai salah satu masukan dalam perancangan akhir. Perancangan produk dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan gambar konvensional ataupun menggunakan program komputer AUTOCAD. Hasil rancangan dilengkapi dengan pola, rencana perakitan, ukuran potongan bahkan sebaiknya hingga petunjuk perakitannya. Pemilihan mesin yang diperlukan boleh pula diinformasikan agar bagian perencanaan produksi dapat membuat rencana lebih akurat. Salah satu bentuk contoh keluaran rancangan studio disajikan pada Gambar 2. Contoh Pemolaan Komponen Produk

Page 208: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

202

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

6

Gambar 2. Contoh pemolaan komponen produk 2.2. Tahap Prototipe Pembuatan prototipe perlu dilakukan baik diminta calon pelanggan sebagai contoh maupun tidak. Pada tahap ini dapat diketahui dengan pasti tingkat kerumitan pengerjaan produk. Selain itu, uji coba pada prototipe sangat baik untuk menduga kebutuhan akan bahan baku.

2.2.1. Membuat Pola Pembuatan pola dilakukan dengan menggambar komponen pada ukuran 1:1, bisa menggunakan kertas kalkir atau dapat langsung di gambar di atas bahan. Pembuatan gambar di atas bahan memungkinkan untuk memilih bahan baku yang sesuai dengan jumlah sediaan yang dimiliki. Contoh pembuatan pola dari produk yang dirancang pada Gambar 3.

Bila tidak tersedia bahan yang cukup ukurannya, baik panjang-lebar-tinggi, maka dapat digunakan produk komposit. Pada saat perancangan menggunakan produk komposit, penting untuk menghitung proporsi kayu terlacak dengan tidak terlacak agar persyaratan lacak balak tetap terpenuhi. Beberapa kemungkinan bahan yang dapat dipergunakan sebagai Tabel 3. Pergunakanlah bahan sebaik mungkin dengan menggunakan pola tersebut di atas agar jumlah scrap yang terbentuk sesedikit mungkin. Disarankan untuk membuat simulasi pola dengan terlebih dahulu menggunakan template agar tidak bekerja berulang-ulang.

Page 209: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

203

7

Gambar 3. Pembuatan Pola Produk

Tabel 3. Alternatif pemilihan bahan komposit

Komponen

Bahan Alternatif

Alasan

Aspek Lacak Balak

Komponen tebal >10 cm, untuk kaki meja, gagang, dan lain-lain

1. Laminating Block, balok ra-kitan dari poto-ngan kayu dan dikempa

2. Glue Laminated Timber (GLT)

3. Rotan

Secara komersial tidak menguntung-kan menjual sawn timber kering dengan ketebalan >10 cm sehingga sukar diperoleh di pasaran.

Perhatikan pencampuran antara kayu yang detected dengan undectected, hitung komposisi kubikasi kayu yang dirakit. Pada La-minating block, pemeriksaan dila- kukan pada potongan lintang

Komponen lebar >20 cm, untuk badan sisi, papan alas, dan lainlain

1. Papan butt joint seperti bahan CLC pada Block board;

2. Papan laminated jointing;

3. Panel kayu (kayu lapis, partickle board dan block board);

4. Panel kayu serat (fiber board);

5. Bahan lain, anyaman bamboo atau rotan

Sukar menemukan papan kering ko-mersial dengan uku-ran lebar >20 cm.

Perhatikan pencampuran pada laminasi, mudah dilihat kombinasinya, kecuali bila meng-gunakan bilah yang sudah disambung jari (finger jointed). Pendugaan perbandingan de-tected dan undetected lacak balak harus dapat dihitung.

Page 210: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

204

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

8

Komponen panjang >100 meter, untuk rangka

1. Laminating Block, dirakit dari finger jointed;

2. Rotan

Tidak efisien menggunakan kayu ukuran panjang atau apabila menggunakan bahan baku kayu pinus karena jumlah mata kayu yang terlalu banyak

Finger jointed mudah diamati perpaduan kayunya, namun jumlah bilah yang dirakit bisa sangat banyak. Perhitungan proporsi harus dihitung teliti

2.2.2. Memotong bentuk Bentuk yang telah digambarkan di atas pola, dipotong menggunakan jig saw sebagaimana disajikan pada Gambar 4, lalu bagian kasar diampelas. Hal terpenting di dalam proses pemotongan tersebut dalam sistem lacak balak bukanlah kerapihan bentuknya, tetapi berapa proporsi baru antara balak terlacak dengan tidak terlacak pada komponen potongan yang baru.

Gambar 4. Pemotongan Bahan Sesuai Pola

Diperlukan penandaan yang sangat teliti apabila ingin mengetahui secara akurat jumlah bahan terlacak (certified wood) yang terbuang atau terpakai. Disarankan menggunakan prinsip sederhana dalam menduga jumlah bahan certified dengan membuat faktor pengali proporsional. Apabila bahan rakitan awal diketahui memiliki volume A m3 dengan proporsi komponer certified:uncertified dalam rakitannya 6:4, maka asumsikan saja tidak terjadi perubahan komposisi 6:4 tersebut.

2.2.3. Mengerjakan Bahan Potongan bawah (B) dibuat dari kayu ukuran ¾ inci. Sisi-sisinya dibuat miring dengan menggunakan router, table saw, atau ketam lalu ampelas hingga

Page 211: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

205

9

halus. Lubang-lubang dibuat untuk memasukkan skrup pada bagian sisi. Bagian sisi bawah (A) dibentuk miring sebagaimana Gambar 5.

Gambar 5. Mengerjakan Bahan Perkakas

2.2.4. Merakit dan Pengerjaan Akhir Komponen yang telah dikerjakan dirakit menggunakan lem pada setiap sisinya, lalu diperkuat dengan skrup sebagaimana Gambar 6. Beberapa bagian yang tampak terbuka, misalnya celah dan lubang bekas kepala skrup, dapat ditutup menggunakan dempul, lalu diwarnai dan difinishing. Tidak banyak kasus lacak balak yang ditemukan pada proses perakitan dan pengerjaan akhir. Beberapa rancangan ada yang menggunakan pasak (pin) kayu sebagai penyambung dan penguat atau penyumbat (plug) dari kayu untuk lubang-lubang skrup. Namun demikian, penggunaan pasak dan sumbat tersebut jumlahnya relatif sedikit dan tidak merubah banyak proporsi kayu. Permasalahan lingkungan acapkali mengemuka dikarenakan penggunaan bahan-bahan pewarna atau cat. Produk mainan anak sudah melarang penggunaan bahan resin melamin dan poliuretan sebagai coating, tetapi harus menggunakan resin nitrosellulosa (NC). Alat-alat perkantoran untuk keperluan interior tidak direkomendasikan menggunakan pelapis melamin (melamine sealer) karena emisi Volatile Organic Compound (VOC) yang mengiritasi mata hingga beberapa minggu.

Page 212: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

206

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

10

Gambar 6. Proses Perakitan

2.2.5. Menghitung Penggunaan Bahan Setiap bahan yang dipergunakan didaftar dan direkapitulasi perhitungan akhirnya untuk mengetahui proporsi bahan certified dan uncertified. Selain itu, daftar terakhir bahan juga dapat dipergunakan untuk menduga Sortimen kayu yang digunakan dan efisiensi penggunaannya. Sebagai contoh akan digunakan kasus rancangan produk buaian bayi di atas. Daftar potongan komponen yang dipergunakan pada produk buaian bayi (BB1) di atas telah didaftar sebagai berikut : Komponen A = sisi samping, ukuran potongan ¾” x 6” x 20” atau 1.905 cm x 15.24 cm x 50.80 cm = 2 pcsIC dan TQM Komponen B = alas, ukuran potongan ¾” x 10” x 21.5” atau 1.905 cm x 64.516 cm x 54.61 cm = 1 pcs Komponen C = bagian sisi kepala, ukuran potongan ¾” x 6,75” x 8,75” atau 1.905 cm x 17.145 cm x 22.22 cm = 1 pcs Komponen D = bagian sisi kaki, ukuran potongan ¾” x 7.75” x 9” atau 1.905 cm x 19.685 cm x 22.86 cm = 1 pcs Komponen E = bagian kaki, ukuran potongan ¾” x 4” x 17” 1.905 cm x 10.16 cm x 43.18 cm Hasil analisis komponen selanjutnya disajikan pada Tabel 4. Selanjutnya bahan yang dipergunakan harus diprediksikan berdasarkan Sortimen komersial yang tersedia di pasar. Sortimen di pasar harus dibeli dalam ukuran standar, tidak mungkin hanya dipesan seukuran produk. Apabila dihitung sebagai Sortimen standar, maka pemilihan bahan dapat disajikan pada Tabel 5 berikut.

Page 213: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

207

11

Tabel 4. Hasil Analisis Komponen Produk BB1

Tabel 5. Penggunaan Sortimen Komersial Untuk Komponen

Optimasi penggunaan bahan tentu menjadi bagian dari proses perencanaan produksi sehingga hasil pada Tabel 5 masih dapat diperbaiki. Apabila kondisi penyediaan sertifikasi hutan lestari dapat diprediksikan, maka pada kasus di atas perhitungan lacak balak dapat diilustrasikan sebagaimana Tabel 6 Apabila rancangan mempersyaratkan sertifikasi lacak balak, maka harus diperoleh bahan blockboard yang telah bersertifikat atau dilakukan penggantian dengan bahan kayu solid. Perhitungan bahan pembantu lainnya pada kasus di atas sangat mudah dilakukan dengan memperhatikan standar-standar penggunaannya. Penggunaan paku dapat dihitung dari gambar perakitan produk. Konsumsi perekat dihitung menggunakan standar berat labur antara 35-40 gram/ft2

bidang rekat, dan penggunaan cat per luas permukaan yang dicat.

Page 214: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

208

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

12

Tabel 6. Pendugaan Pemenuhan Lacak Balak

2.3. Tahap Uji Produksi Komersial 2.3.1. Studi Gerak dan Waktu Kecepatan produksi per unit sangat ditentukan oleh kecepatan produksi komponen. Data produksi tersebut hanya dapat diperoleh melalui uji coba pembuatan produk dalam skala pabrik. Beberapa kendala dalam produksi skala pabrik akan dapat dikenali, sehingga mudah untuk perbaikannya. Salah satu alat yang dapat dipergunakan adalah kajian gerak dan waktu (time and motion study). Tahapan proses yang akan dilalui saat memproduksi suatu produk terlebih dahulu ditetapkan berdasarkan hasil uji coba saat pembuatan prototype. Pada kasus sebagaimana pembuatan produk BB1 di atas, unit proses yang dilalui disajikan pada Tabel 7. Setiap tahapan proses dilakukan pemeriksaan waktu pengerjaannya dengan menggunakan pencatat waktu (stop watch). Pencatatan tersebut dilakukan bersamaan dengan uji coba pembuatan produk pada skala pabrik. Pencatatan tersebut penting mengingat perusahaan mungkin tidak hanya mengerjakan satu jenis pekerjaan saja, tetapi produksi beberapa order sekaligus. Tabel 8 memberikan contoh bagaimana studi waktu dilakukan terhadap salah satu unit proses pada rantai proses produksi contoh kasus BB1.

Tabel 7. Unit Proses Yang Diperlukan Untuk Produksi Produk BB1

Page 215: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

209

13

Tabel 8. Studi Waktu Terhadap Salah Satu Unit Proses Pada Rantai Proses Produksi

Tabel 9. Contoh Studi Waktu Yang Dipergunakan Untuk Menghitung Waktu

Proses Produk BB1, Komponen A

2.3.2. Analisa Biaya Setelah uji coba produksi pada skala komersial pabrik, maka proses selanjutnya adalah menghitung biaya produksi dari unit produk yang diteliti. Penghitungan biaya dilakukan dengan membagi komponen biaya sebagai berikut :

Page 216: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

210

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

14

A. Biaya Produksi A1. Biaya Peubah (Variabel Costs) Adalah biaya yang dipengaruhi oleh jumlah unit produksi, termasuk di dalamnya komponen biaya semi variabel, seperti di antaranya: a. Biaya bahan baku b. Biaya bahan pembantu c. Biaya listrik dan tenaga uap; d. Supplies pabrik e. Tenaga kerja langsung. A2. Biaya Tetap (Fixed Cost) Adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produksi, tetapi yang langsung dipergunakan oleh aktifitas produksi: a. Tenaga kerja tak langsung di produksi b. Reparasi dan pemeliharaan pabrik c. Transportasi dalam pabrik d. Asuransi pabrik e. Administrasi dan umum pabrik f. Penyusutan mesin pabrik. B. Biaya Non Produksi B1. Administrasi Umum dan Perkantoran a. Gaji, Tunjangan, dan Jaminan b. Alat Tulis Kantor c. Telfon, Fax, Internet, dan Konverensi; d. Listrik Kantor; e. Operasional Kendaraan; f. Sumbangan dan entertainment; g. Keselamatan dan Kesehatan Kerja; h. Asuransi Sarana Perkantoran i. Tunjangan Hari Raya j. Legal k. Amortisasi B2. Biaya Pemasaran a. Gaji, Tunjangan, dan Jaminan b. Administrasi Pemasaran c. Biaya Ekspor d. Perjalanan Dinas e. Biaya promosi dan komisi penjualan

Page 217: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

211

15

B3. Biaya Administrasi Keuangan a. Gaji, Tunjangan, dan Jaminan b. Administrasi Keuangan c. Biaya Akuntan d. Administrasi Bank e. Pajak Jumlah biaya bagian A akan menghasilkan Harga Pokok Produksi, dengan perhitungan: A1 + A2 Harga Pokok Produksi Per Unit = Jumlah Produksi Jumlah biaya bagian A+B akan menghasilkan Harga Pokok Penjualan, dengan perhitungan: A + B Harga Pokok Penjualan Per Unit = Jumlah Penjualan Perlu diperhatikan bahwa jumlah unit terjual belum tentu sama dengan jumlah unit produksi karena ada kemungkinan penurunan grade atau rusak.

BAB III PERENCANAAN PRODUKSI

3.1. Perencanaan Dalam Manufaktur Perencanaan dalam manufaktur dilaksanakan setelah memperoleh masukan dari rencana pemenuhan order yang dibuat oleh bagian pemasaran. Sejumlah order dari kontrak yang telah disepakati disusun dalam format khusus sesuai dengan target pengiriman (Estimated Time Delivery-ETD), bahkan ada perusahaan yang telah berani mencantumkan Estimated Time Arrival (ETA). Perencanaan dalam manufaktur dilakukan secara menyeluruh dengan menyusun jadwal : 1) Rencana produksi; 2) Rencana pengadaan bahan; 3) Rencana pemeliharaan mesin dan fasilitas pabrik; 4) Rencana pengaturan sumberdaya tenaga kerja. Rencana produksi adalah dasar perhitungan untuk rencana-rencana berikutnya. Keluaran dari aktifitas ini adalah bentuk perencanaan fisik, berupa perhitungan volume, tingkat mutu, dan efisiensi. Perencanaan produksi diteruskan dengan penentuan anggaran (budgeting) untuk memperoleh gambaran biaya keseluruhan untuk aktifitas produksi tersebut. Secara umum proses perencanaan manufaktur disajikan pada Gambar 7.

Page 218: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

212

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

16

Data yang diperlukan pada perencanaan produksi cukup banyak di antaranya : 1) Rencana pemenuhan order; 2) Kapasitas mesin yang tersedia; 3) Tingkat pencapaian mutu yang diinginkan; 4) Standar satuan kerja per unit proses; 5) Posisi sediaan, baik sediaan bahan baku maupun sediaan produk jadi. Khusus untuk perencanaan produksi yang dikaitkan dengan lacak balak, perencanaan produksi harus dihubungkan dengan informasi tambahan mengenai ketersediaan bahan baku maupun sediaan produk jadi yang telah bersertifikat. Perencanaan produksi pada industri meubel melibatkan keahlian production mix yang baik agar dapat memanfaatkan sisa-sisa potongan kayu yang tersedia. Industri meubel banyak sekali menghasilkan scrap, beberapa di antaranya memiliki ukuran cukup besar. Beberapa perusahaan terbiasa menyimpan sisa-sisa potongan produksi menjadi bahan sediaan, walaupun nilai ekonomis bahan sediaan tersebut sudah dimasukkan ke dalam produk sebelumnya. Production mix yang memadukan sejumlah bahan baku dalam sediaan, harus menyediakan wahana yang dapat dipergunakan untuk memantau klasifikasi bahan, khususnya uncertified dan certified, walaupun sebenarnya prinsip terbaru lacak balak yang dikeluarkan oleh FSC meringankan penggunaan bahan baku limbah. Tabel 10. Contoh rencana pemenuhan order

3.2. Perencanaan Produksi Perencanaan produksi dilakukan untuk menerjemahkan rencana pemenuhan order yang sudah disusun oleh Bagian Pemasaran. Perencanaan produksi disusun umumnya dalam format harian sehingga memudahkan pengawasan pencapaiannya. Penyusunan perencanaan produksi harus mempertimbangkan posisi sediaan, sehingga rencana kerja yang dibuat harus benar-benar real dan sediaan dapat digerakkan. Sediaan yang umumnya tidak terekam di dalam pangkalan data bagian pemasaran adalah Persediaan Dalam Proses (PDP) sehingga tidak diperhitungkan dalam penyusunan rencana pemenuhan order. Perlu dilakukan consensus di dalam suatu perusahaan mengenai konversi PDP, agar basis perhitungannya sama. Panduan umum yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Page 219: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

213

17

1) Apabila bahan baku kayu dimulai dari kayu gergajian basah, maka semua bahan dalam proses yang belum dikeringkan dikonversikan sebagai Green Sawn Timber (GST) atau Kayu Gesek;

2) Semua bahan dalam proses yang belum mengalami perubahan bentuk fisik dan sudah kering, di mana dimensi panjang-lebar-tebal masih jelas batasnya, maka dikonversikan sebagai Dried Sawn Timber (DST) atau Kayu Gergajian Kering;

3) Semua bahan dalam proses yang telah menjadi komponen dan siap dirakit, maka dalam perhitungannya dikonversikan sebagai produk rakitan jadi.

Proses konversi tersebut sangat diperlukan saat perusahaan akan menduga berapa rendemen produksi. PDP diperoleh dari suatu kegiatan yang disebut stock op name, sehingga jumlah dan besarannya tercatat hanya pada satu satuan waktu, yakni pada saat dilakukan penilaian. Keberadaan PDP dapat membantu penentuan jadwal pemenuhan order di mana tahap produksi menjadi lebih pendek, dengan demikian maka produktifitas pada periode waktu tersebut dapat meningkat. Informasi lain yang diperlukan pada proses perencanaan produksi adalah kapasitas produksi. Kapasitas produksi suatu perusahaan pada produksi meubel akan berbeda-beda bergantung pada model rancangan produk yang dibuat. Apabila model rumit, maka kapasitas produksi dapat menurun dibandingkan pengerjaan model yang sederhana. Metoda paling konvensional menentukan kapasitas produksi suatu perusahaan adalah dengan menemukan ”bottle neck” produksi. Besar kapasitas unit proses yang menjadi ”bottle neck” adalah cerminan kapasitas produksi operasi. Peramalan produksi dilakukan dengan berbagai macam pendekatan, sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa macam tipe peramalan yang biasa dipergunakan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Tipe Peramalan Berdasarkan Kegunaan

Data produksi tahun sebelumnya dapat saja dijadikan sebagai dasar perhitungan, apalagi bila permintaan tetap konstan tetapi mempunyai variasi cukup banyak, maka boleh menggunakan peramalan konstan. Sebagai contoh misalnya disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Contoh Permintaan Kursi Pada Tahun 2005

Page 220: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

214

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

18

Metoda sederhana penyusunan rencana produksi dilakukan oleh industri dengan menggunakan data dari rencana pemenuhan order. Cara ini dipergunakan hampir seluruh industri perkayuan, terutama pola produksi job order. Pendekatan yang dipergunakan adalah plotting produksi sebagaimana disajikan pada Tabel 13. Rencana produksi disusun harian mengikuti jadwal pemenuhan order. Dalam satu hari dilakukan bauran produksi, terdiri dari beberapa model, sepanjang komponen yang dipergunakan sama. Tabel 13. Contoh Rencana Produksi

Setiap perusahaan, menggunakan data perancangan sebagaimana bab sebelumnya, memiliki standar kemampuan produksi per satuan waktu. kemampuan produksi tersebut dapat dihitung dalam satuan per jam atau dapat pula per hari. Kolom paling kanan pada Tabel 13 harus tidak boleh lebih besar dari kapasitas produksi perusahaan per harinya. Selanjutnya perhatikan jumlah produksi (Rencana Produksi) pada baris paling bawah, tidak sama dengan jumlah order (Rencana Shipment = RS) dari masing-masing buyer. Perhitungan jumlah harian produksi dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah produk rusak yang tidak dapat terjual. Apabila dibandingkan maka: Rencana Shipment Grade terjual = x 100%

Rencana Produksi

Page 221: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

215

19

BAB IV

PRODUKSI DAN PENANGANAN BAHAN DALAM PROSES

Kegiatan produksi untuk industri meubel sangatlah banyak variasinya, bergantung pada bentuk rancangan yang dibuat. Tidak ada keseragaman bentuk karena di dalamnya terkandung unsur seni yang sangat tak terukur. Penggunaan bahan meubel bahkan tidak hanya terbatas pada kayu dan rotan, tetapi meluas menggunakan berbagai bahan alam dan sintetik. Di Indonesia pernah dilakukan pengelompokan antara industri meubel dan komponen oleh Masyarakat Perhutanan Indonesia yakni : 1) Indonesian Sawn Timber and Woodworking Industry (ISA/ISWA), yakni

mengelompokkan semua industri primer kayu mulai dari menggergaji kayu sampai dengan membuat komponen, tetapi belum dirakit. Industri yang memproduksi kayu gergajian (Sawn Timber), Smooth Two Sides (S2S), Smooth Four Sides (S4S), Profile, Dowell, Laminating Board, Laminating Block, dan beberapa produk lainnya;

2) Asosiasi Meubel dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO), yakni mengelompokkan semua industri pengolahan kayu yang merakit komponen menjadi bentuk produk yang memiliki fungsi sebagai perlengkapan rumah tangga atau hiasan, baik dikerjakan hingga selesai maupun setengah jadi.

Pada prakteknya saat ini, pengelompokkan tersebut tidak lagi menjadi bagian yang harus kaku. Industri Meubel di Indonesia saat ini telah mengerjakan bahan mulai dari penggergajian kayu hingga perakitan produk. Industri meubel tertentu melakukan ekspansi ke industri wood working atau sebaliknya banyak sekali industri wood working yang menambah unit perakitan meubel.

4.1. Persiapan Bahan

4.1.1. Penggergajian Kayu Sebaiknya, kayu bundar digergaji menurut pengelompokkannya, sehingga kayu yang telah bersertifikat tidak tercampur dengan yang belum. Pemisahan tersebut tidak harus dilakukan dalam bentuk pemisahan fisik unit mesin, dapat juga menggunakan tata waktu atau pergiliran produksi. Kayu yang memiliki ukuran besar, umumnya berdiameter lebih dari 40 cm, disarankan dibelah terlebih dahulu menggunakan log breaker. Selain memudahkan penanganan pada proses selanjutnya, penggunaan log breaker juga untuk meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi porsi sebetan (slab). Gambar 7 memperlihatkan proses log breaking.

Page 222: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

216

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

20

Gambar 7. Log Breaking

Penggalan dari log breaking, dibelah (digesek) menggunakan gergaji pita (Band Saw) menjadi sortimen papan atau balok. Ukuran papan dan balok sangat beragam sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pasar komersial umumnya menyediakan papan ukuran tebal 2-3 cm dengan lebar 20-25 cm, sementara balok tersedia ukuran 10x5 cm, 5 x5 cm, atau 5x10 cm. Istilah pasar, khususnya pasar dalam negeri, mengenal istilah reng, yakni balok ukuran kecil dapat mencapai 2x3 cm. Perusahaan yang melakukan pembelahan kayu untuk keperluan sendiri, umumnya tidak mempermasalahkan lebar standar guna mengefisienkan penggunaan sebetan (slab). Sejumlah besar perusahaan menerapkan ketentuan borongan pada proses penggesekan kayu, mengingat pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan fisik yang besar. Pekerjaan borongan pada penggesekan kayu beresiko tinggi di antaranya adalah : 1) Tidak memperdulikan keselamatan kerja; 2) Tidak memperdulikan mutu; 3) Tidak mempedulikan pemisahan antara bahan baku bersertifikat dan tidak. Kayu pinus atau tusam memiliki kulit kayu sangat tebal, dapat mencapai 1 cm untuk diameter kayu 30-40 cm, sehingga bila tidak cermat saat pengupasan akan menyebabkan recovery rates jatuh. Tabel 14 menyajikan permasalahan lacak balak penting pada proses persiapan bahan baku. Tabel 14. Permasalahan Lacak Balak Pada Persiapan Bahan Baku No

Satuan Operasi

Permasalahan Lacak-balak

Alternatif Penyelesaian

1. Log Breaking

- Kehilangan tanda-tanda fisik, untuk lacak balak apabila menggunakan sensor fisik pada kayu;

- Bercampur antara yang terlacak dan tidak terlacak

- catat ulang tanda fisik pada form sebelum kayu dibelah;

- pemisahan kayu

bersertifikat dan tidak, dengan penjadwalan produksi

Page 223: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

217

21

2. Saw Milling

Penggesekan yang tidak terkendali karena mengejar target;

disediakan petugas khusus yang melakukan penandaan dan pemisahaan

3. Stick Racking

Mencukupkan jumlah bilah yangdisusun dengan bahan yang bukan bersertifikasi.

boleh dicampur tetapi diberi tanda, sebaiknya mengelompok pada salah satu sisi palet;

Gambar 8. Band Saw

4.1.2. Penyusunan Bilah Setelah dibelah menjadi papan atau balok, kayu umumnya langsung disusun dalam suatu palet, berbentuk tumpukan. Bila menggunakan stick (bilah penyangga), maka kayu disusun berlapis-lapis dan dibuat berlawanan arah setelah dipisahkan dengan stick. Apabila tidak menggunakan stick, maka sortimen disusun saling berlawanan arah setiap lapisnya. Keperluan menyusun kayu dalam bentuk susunan tertentu dimaksudkan untuk beberapa tujuan berikut : 1) melancarkan sirkulasi saat pengeringan; 2) mengoptimalkan kapasitas Kiln Dryer; 3) memudahkan pengelompokan grading kayu; 4) menyeragamkan kekeringan kayu; 5) memudahkan transportasi.

Page 224: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

218

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

22

Gambar 9. Wood Stacking Dan Penandaan

4.1.3. Regrading Kayu Gergajian (Sawn Timber) Bagi perusahaan yang tidak melakukan pembelahan kayu sendiri, yakni membeli kayu gergajian, maka proses penyusunan dilakukan terhadap kayu yang telah di-regrade saat penerimaan. Bagi perusahaan yang membelah kayu sendiri, regrading umum dilakukan setelah proses pengeringan. Kegiatan regrading kayu dilakukan sama tujuannya dengan regrading kayu bundar. Berbagai alasan seperti keragaman grade, kemungkinan kerusakan selama perjalan, atau hal lain yang dapat menyebabkan grade berbeda antara invoice grade dengan physical grade.

Proses regrading harus dilakukan dengan tetap memperhatikan dokumen bahan masuk, khususnya kemungkinan pencampuran antara kayu yang memiliki lacak-balak dengan yang tidak. Hendaknya tidak memaksakan pencampuran status lacak balak hanya untuk tujuan pemenuhan target volume produksi.

4.2. Pengawetan Kayu Beberapa kayu bahan meubel, khususnya kayu dengan kelas awet sangat rendah seperti kayu karet (Hevea brasiliensis), umumnya diawetkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Proses pengawetan adalah memasukkan bahan kimia pengawet ke dalam kayu. Salah satu bahan kimia yang sangat poluler adalah larutan asam borax. Proses pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai metoda seperti misalnya perendaman, pengecatan, hingga proses vacum. Proses pengawetan Vacum adalah memasukkan sortimen ke dalam tangki vacum, lalu mengalirkan larutan pengawet yang dihisap dari satu sisi ke sisi berikutnya. Dengan tekanan tinggi, larutan pengawet dipaksa penetrasi ke dalam pori-pori kayu. Proses vacum dinilai paling efektif dibanding metoda lainnya. Produsen umumnya mengoptimalkan penggunaan ruang dalam tangki vakum, sehingga berbagai sortimen dimasukkan. Problem penting yang harus

Page 225: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

219

23

diperhatikan adalah adanya kemungkinan pencampuran sortimen yang terlacak balak dengan sortimen yang tidak terlacak balak di dalam tangki vacum. Disarankan proses vacum sebaiknya dilakukan per batch dengan partai kayu sesuai dengan penandaan, tidak memaksakan pencampuran dengan bahan lain. Apabila kapasitas kurang, hendaknya melakukan pemilihan terhadap kayu terlacak walaupun dari susunan palet berbeda.

4.3. Pengeringan 4.3.1. Pengeringan Udara (Air Dry) Kapasitas pengeringan dapat ditingkatkan dengan terlebih dahulu melakukan pengeringan secara alami menggunakan sinar matahari. Proses ini dapat membantu penurunan kadar air hingga 16% secara teoritik, namun demikian kadar air 18-20% sudah sangat membantu beban pengeringan Kilang. Sortimen yang telah disusun tersebut dibiarkan di udara terbuka sehingga terjadi proses pengeringan secara alami selama sekitar 6-10 hari. Namun bila perusahaan mengerjakan kayu pinus, sengon, atau karet disarankan untuk tidak melakukan pengeringan udara lebih dari tiga hari karena akan cepat terserang blue/black stain ( Aspergillus niger) dan bubuk kayu. Karena tidak ada pergerakan bahan berarti, maka peluang kontaminasi atau bercampurnya kayu pada proses ini hampir tidak mungkin. Walaupun demikian, disarankan tetap menyediakan areal khusus yang memungkinkan pemisahan dan penandaan tumpukan kayu. Proses pengeringan udara bukan rantai proses wajib dalam pengolahan kayu, tetapi pilihan yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Apabila kapasitas Kiln Dryer memadai, maka proses ini boleh dilangkahi.

4.3.2. Pengeringan Kilang Pengeringan kilang dilakukan dengan mengunakan mesin pengering yang disebut kilang atau Kiln Dryer. Kilang memperoleh sumber panas dari berbagai sumber, ada yang menggunakan kukus (steam), udara panas dari pembakaran minyak atau kayu bakar, atau elemen pemanas listrik. Penggunaan kukus yang dibangkitkan dari ketel uap sangat populer karena lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dengan hasil pengeringan yang seragam. Gambar 12 memperlihatkan ketel uap skala kecil yang dapat dipergunakan sebagai pembangkit uap. Kayu disusun di dalam ruang pengering kilang yang populer disebut dengan Chamber. Chamber memiliki alat kelengkapan seperti pemanas (heater), kipas pemanas (heating fan), pengatur sirkulasi udara (damper), sensor panas (thermocouple), perangkat transportasi (lorry dan hoist). Chamber berukuran besar, mulai dari 10 m3 hingga 75 m3, maksudnya dapattmenampung jumlah tumpukan kayu antara 10-75 m3, tergantung rancangannya.

Page 226: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

220

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

24

Gambar 10. Ketel Uap Untuk Pembangkit Kukus Pengeringan di dalam chamber sebaiknya menampung kayu dengan penandaan seragam atau dalam palet yang memiliki tanda sama guna menghindari pencampuran. Selain itu, keseragaman spesies yang dikeringkan juga menjadi penentu laju proses pengeringan. Bahkan secara teoritik, kadar air awal kayu yang dikeringkan sebaiknya seragam agar pengeringan kayu merata dalam suatu chamber.

Gambar 11. Chamber Pada Mesin Kiln Dryer

Pada praktek pengeringan kayu, perusahaan acapkali mengoptimalkan penggunaan ruang pengering dengan memasukkan kayu sebanyak-banyaknya. Perlu diperhatikan kemungkinan pencampuran antara kayu yang terlacak balak dengan yang tidak terlacak balak. Proses pencampuran tersebut tidak dilarang sepanjang penandaan pada palet cukup memadai dan mudah dipisahkan setelah pengeringan. Kadar air kayu yang dihasilkan dari proses pengeringan umumnya berkisar antara 10-12%, namun demikian beberapa species kayu dapat mengalami penurunan kadar air hingga 8%. Setelah keluar kilang, penyerapan uap air dari udara dapat berlangsung menuju keseimbangan baru bahkan mencapai 14%.

Page 227: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

221

25

4.4. Pembahanan 4.4.1. Pemotongan Panjang (Cross Cutting) Pemotongan panjang adalah tahap awal pembahanan, di mana sortimen yang akan dipergunakan dipotong sesuai panjang yang diinginkan komponen. Pemotongan panjang dilakukan untuk membuang bagian ujung kayu pada arah panjang yang tidak rata, lalu membagi panjang menjadi beberapa ukuran komponen secara optimal. Mesin pemotong yang umum dipergunakan adalah Cross cut, baik yang digerakkan vertikal maupun horisontal (arm saw). Kayu ukuran reng mungkin dapat dipotong menggunakan Arm Saw, namun kayu ukuran balok umumnya menggunakan Cross Cut vertikal. Permasalahan keamanan lacak balak pada unit proses pemotongan panjang dapat terjadi sebagaimana kasus Tabel 15.

Tabel 15. Permasalahan Lacak Balak Pada Proses Pemotongan Panjang

Perlu diperhatikan agar melakukan pemisahan dengan seksama antara potongan kayu yang masih memiliki ukuran ekonomis dengan yang tidak. Penyimpanan potongan bilah yang tidak ekonomis (scrap) hanya akan menambah timbunan sampah dengan berbagai kerugian seperti misalnya peluang kebakaran, menghabiskan ruang, dan mempersulit pengendalian produksi. Pada proses pemotongan panjang dihasilkan serbuk gergaji cukup banyak yang menjadi bagian perhitungan di dalam penentuan recovery. Apabila memungkinkan, hendaknya dipasang host untuk exhaust fan debu gergaji guna memberikan kenyamanan kerja bagi karyawan. Mesin Cross Cut termasuk mesin pembahanan yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali. Proses sesudahnya masih mungkin kembali lagi ke mesin ini untuk diproses sehingga pengoperasiannya mungkin cukup sibuk. Arm saw termasuk mesin yang sangat tinggi frekwensi penggunaannya dalam proyek ini.

Page 228: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

222

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

26

4.4.2. Pengetaman (Planing) Setiap komponen memerlukan persyaratan ketebalan kayu tertentu, sehingga ukuran sortimen harus ditipiskan dengan menggunakan pengetam. Apabila ketebalan tatal yang ingin dibuang sangat besar, dapat dipilih Double Side Planner, yakni ketam dengan dua sisi mata pisau. Ketam yang hanya memiliki satu mata pisau disebut dengan Single Side Planner, dan banyak dipergunakan pada industri meubel skala kecil. Prinsip kerja ketam adalah menatal satu permukaan, biasanya sisi lebar dari sortimen, pada arah memanjang serat. Bahan yang semula dimasukkan memiliki ketebalan tertentu akan keluar mesin dengan ketebalan yang diharapkan. Proses pengetaman disajikan pada Gambar 12. Selain untuk menipiskan ukuran sortimen, ketam juga dipergunakan untuk meratakan permukaan kayu yang bergelombang. Permukaan bergelombang terjadi karena proses penggesekan, pengeringan, atau bahkan dari produk rakitan (composites). Ciri bahwa produk sudah diketam dapat dilihat pada bagian sisi lebarnya yang bersih seperti baru dikupas. Proses pengetaman pada industri meubel diperlukan untuk mengolah sortimen dan juga kayu rakitan. Dengan demikian proses ini dilalui oleh sedikitnya dua aktifitas, sehingga peluang pencampuran bahan dapat terjadi. Namun demikian pemisahan fisik sangat mudah dilakukan berdasarkan ukuran lebar dari sortimen yang dikerjakan serta dari kenampakan sambungan di permukaan.

Gambar 12. Proses Pengetaman Kayu

Pengetaman dapat pula dilakukan pada bagian sisi tebal, menggunakan mesin yang disebut Thicknesser. Mesin ketam samping ini memiliki pisau tunggal dan umumnya dalam posisi terbuka atau dapat tampak langsung. Kayu yang diketam umumnya hanya sorrtimen tunggal, bukan rakitan karena meja kerjanya dirancang sedemikian rupa untuk kayu dengan lebar terbatas. Gambar 13 berikut adalah contoh Thicknesser. Bagi industri yang perputaran kayu dalam prosesnya cepat, penandaan wajib dilakukan terhadap produk yang telah diketam. Lakukan pemisahan dengan

Page 229: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

223

27

palet yang berbeda, baik antar sortimen, antar tahap pengerjaan, juga antar jenis kayu yang telah terlacak-balak dengan tidak terlacak balak. Perlu menjadi perhatian bagi tenaga kerja karena proses pengetaman berpotensi untuk menimbulkan gangguan kebisingan dan debu. Pekerja sebaiknya menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sumbat telinga (Ear plug), kacamata plastik, dan masker kain. Jangan menarik bahan tersangkut di dalam mesin dengan jari tangan, tetapi harus menggunakan kayu atau alat pendorong.

Gambar 13. Mesin Ketam Samping

4.4.3. Perajangan (Ripping) Perajangan dilakukan untuk memperoleh komponen dengan lebar tertentu dari sortimen yang diolah. Perajangan dapat dimaksudkan untuk membagi papan menjadi beberapa ukuran atau dapat pula ditujukan untuk menghilangkan sisi lebar sortimen yang tidak rata. Produk limbah dari perajangan berupa bilah kayu memanjang namun lebarnya relatif kecil mungkin kurang dari 3 cm. Sortimen berukuran lebar tertentu, antara 15 sampai 30 cm, dirajang menjadi komponen dengan lebar seragam antara 4-10 cm. Apabila sortimen yang dikerjakan lebar dan ingin menghasilkan banyak bilah, maka dipergunakan mesin pejarang dengan banyak pisau atau disebut Multi Gang Ripsaw (Multirip). Namun bila hanya merajang satu potongan bilah, maka dapat menggunakan Single Gang Ripsaw (Singlerip) atau gergaji meja biasa (Table saw). Permasalahan lacak balak proses perajangan lebih berpeluang terjadi pencampuran bahan pada outfeed atau keluaran proses. Beberapa alternatif untuk mengatasi persoalan lacak balak pada proses perajangan adalah : 1) menyediakan petugas khusus yang menata secara cepat bilah yang keluar

dari proses perajangan, sehingga kayu dari sortimen terlacak dapat dipisahkan dengan yang tidak;

2) mengatur sedemikian rupa agar perajangan dilakukan bertahap, artinya ada pemisahan batch antara kayu dari sortimen terlacak dengan yang tidak terlacak;

Page 230: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

224

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

28

3) apabila memiliki jumlah mesin perajang yang banyak, boleh pula melakukan pemisahan lini produksi, yakni perajangan kayu terlacak balak dipisahkan mesinnya dengan kayu belum terlacak.

4.5. Pembuatan Komponen 4.5.1. Penyambungan (Jointing) Proses penyambungan pada prinsipnya adalah memadukan beberapa bilah kayu pada arah memanjang agar diperoleh panjang yang sesuai dengan keinginan. Penyambungan kayu dilakukan untuk beberapa alasan berikut : 1) Keterbatasan sumberdaya alam kayu, terutama spesies tertentu yang dinilai

langka, memerlukan pemikiran khusus agar tetap dapat ditampilkan pada produk;

2) Kayu tertentu seperti tusam atau pinus, memiliki mata kayu dengan jarak yang berdekatan, sehingga harus dibuang;

3) Tujuan dekoratif, yakni menghasilkan motif yang diinginkan; 4) Efisiensi penggunaan sumberdaya alam kayu. Proses dan jenis-jenis sambungan banyak macam ragamnya, namur untuk pembuatan komponen paling populer dipergunakan dua macam yakni : 1) sambungan puntung (butt joint); 2) sambungan jari (finger joint). Namun demikian, sambungan puntung umumnya harus dikombinasikan dengan pelapisan (laminating), sehingga tidak dapat berdiri sendiri sebagai sambungan panjang. Proses penyambungan jari lebih populer untuk menghasilkan panjang kayu tertentu. Perlu diketahui bahwa sambungan tunggal memanjang tidak dapat dipergunakan sebagai bahan yang memenuhi persyaratan konstruksi. Apabila akan dipergunakan sebagai bahan untuk kekokohan konstruksi, sambungan tunggal memanjang harus dipadukan dengan pelapisan. Kekuatan penyambungan sangat bergantung pada perekat yang dipergunakan. Tahapan penyambungan yang standar dan telah tersusun dalam mesin penyambung di antaranya adalah : 1) pemotongan sisi panjang, agar permukaan rata pada potongan

melintangnya. Pada sambungan puntung pisau potong hanya gergaji biasa, tetapi pada sambungan jari mesin potong dirancang khusus agar potongan berbentuk jeruji;

2) pencampuran perekat pada mixer apabila menggunakan resin (urea formaldehida atau fenol formaldehida). Pencampuran tidak diperlukan bila menggunakan perekat Poli Vinil Asetat (PVAc) atau dikenal dengan perekat warna susu;

3) aplikasi perekat menggunakan aplicator, namun beberapa perusahaan menggunakan kuas secara manual;

Page 231: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

225

29

4) pengempaan dingin dan pengempaan panas; 5) mesin potong produk sambungan yang dapat diatur untuk kepanjangan

tertentu,

Persoalan lacak-balak paling krusial terjadi pada proses penyambungan, di mana berbagai sortimen dapat disambung tanpa dapat dilacak dengan mudah. Karena tingkat kesukaran yang tinggi untuk menelusuri kayu pada saat produk rakitan sudah terbentuk, maka disarankan melakukan hal-hal berikut : 1) Proses penyambungan harus dilakukan malalui pemisahan batch, artinya

suatu batch hanya untuk kayu terlacak tidak boleh dicampur dengan kayu yang belum jelas asal-usulnya;

2) Bila memungkinkan, lakukan pemisahan mesin antara kayu terlacak dengan yang belum;

3) Siapkan palet untuk pemisahan terhadap produk sambungan; 4) Gunakan identifikasi catatan dan label pada kayu, baik bahan masuk yang

akan disambung maupun produk sambungannya. Beberapa perusahaan tidak memiliki mesin penyambung sendiri, tetapi menggunakan jasa perusahaan lain atau justru membeli produk yang sudah disambung. Identifikasi produk sambungan yang dibeli dari pihak ketiga harus dapat diperoleh dari dokumen pembelian.

4.5.2. Pelapisan (Laminating) Pelapisan atau laminating dipergunakan untuk proses penyambungan bilah pada sisi lebar dan sisi tebal. Dua produk utama yang dikenal dari proses pelapisan adalah : 1) papan laminasi (laminating board); dan 2) balok laminasi (laminating block). Sesuai dengan namanya maka kedua produk tersebut berhubungan dengan fungsinya sebagai papan atau balok. Papan laminasi dari proses pembentukannya dapat dikategorikan menjadi tiga macam yakni : 1) papan laminasi bilah utuh, yakni papan laminasi yang dibuat dari bilah kayu

utuh disambung dengan perekat pada sisi samping arah memanjang; 2) papan laminasi bilah sambungan, yakni papan laminasi yang dibuat dari

bilah kayu hasil sambung jari; 3) papan sambung puntung. Papan laminasi bilah utuh umumnya disambung dengan posisi lengkung papan yang dibuat berlawanan setiap bilahnya, sehingga papan sambungan seperti ini tidak seragam ketebalannya. Penyambunganpun umumnya dilakukan secara manual dengan mesin Clamper sebagaimana disajikan pada Gambar 14. Produk papan laminasi seperti ini umumnya harus menjalani proses pengetaman kembali sebagaimana telah dibahas sebelumnya.

Page 232: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

226

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

30

Gambar 14. Alat Penyambung Bilah Kayu Secara Manual

Papan laminasi bilah sambungan memiliki ketebalan relatif seragam, disambung menggunakan mesin Composser atau High Frequency Press. Walaupun demikian, dapat saja disambung menggunakan mesin sambung manual. Produk papan laminasi bilah sambungan dapat dipergunakan langsung sebagai bahan komponen atau kalaupun tidak rata hanya perlu menjalani proses pengampelasan saja. Papan sambung puntung dirakit menggunakan mesin khusus yang disebut butt jointer atau kadang disebut Core Lumber Core Composser. Papan jenis ini tidak dapat dipergunakan langsung, tetapi harus dilapis salah satu bagian permukaannya dengan bahan lebih utuh, misalnya panel kayu. Karena sambungan terjadi baik secara tebal maupun potongan lintang memanjang, maka kekuatan papan menjadi lemah mengingat tidak ada ikatan seperti sambungan jari. Balok laminasi adalah balok yang dibentuk dari bahan-bahan sambungan (jointing), disusun sedemikian rupa menjadi ketebalan yang diinginkan. Pada balok laminasi, produsen dapat menempatkan kayu kurang indah berada di bagian dalam, sementara bagian luarnya dipasang kayu sambungan. Perakitan juga dilakukan dengan menggunakan perekat. Secara internasional tidak ada ketentuan jumlah bilah yang boleh disambung dalam proses laminasi, demikian pula jenis species atau jumlah perekat yang dipakai. Persyaratan sambungan dan laminasi lebih ditekankan kepada kemampuannya terhadap uji perekatan atau keteguhan rekat (bonding strength) dan delaminasi. Karena ketidak-jelasan ketentuan penyambungan dan pelapisan tersebut, maka perusahaan harus membuat penertiban tersendiri terhadap pemilihan jenis kayu yang dirakit, khususnya menyangkut beberapa hal berikut : 1) keindahan dan keseragaman susunan; 2) kekuatan rakitan; 3) ketertelusuran kayu dalam lacak balak.

Page 233: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

227

31

Guna menghindari pencampuran antar bahan yang terlacak-balak dan tidak, maka prinsip pemisahan sebagaimana proses penyambungan harus diperhatikan.

Gambar 15. Rotary Clamper Dan Block Clamp

4.5.3. Pembentukan dua dimensi (Jig Sawing dan Router) Pembentukan dua dimensi dilakukan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu dari lebar papan. Bahan baku yang masuk dapat berasal dari papan hasil pengetaman ataupun papan laminasi. Bentuk tidak beraturan yang akan dibuat tentu saja sesuai dengan rancangan.

Gambar 16. Bekerja dengan Jig Saw

Bentuk yang akan dibuat harus sudah dibuat cetakannya (mal) dengan menggunakan kayu lapis ukuran tipis 2-3 mm atau akrilik bila ingin tembus pandang. Mal tersebut telah diketahui luasannya, baik secara kotor (sesuai

Page 234: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

228

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

32

bahan) maupun sesuai bentuk. Pengetahuan luasan diperlukan untuk kemudahan mengukur komposisi kubikasi kayu terlacak-balak dengan tidak. Pembentukan menggunakan mesin Jig Saw dilakukan dengan meletakkan mal pada bagian atas bahan yang dipotong. Diperlukan ketrampilan yang cukup untuk bekerja dengan Jig Saw, sebagaimana disajikan pada Gambar 18. Gerakan memotong harus berjalan menyusuri pinggiran mal, dan tidak terburu-buru. Peletakan mal untuk pembentukan menggunakan router ada dua cara, bergantung kepada jenis mesin. Pada router gantung, di mana router bit berada menggantung di atas meja kerja, maka mal diletakkan di bawah bahan yang akan dibentuk. Sementara pada router duduk, di mana router bit berada di permukaan meja kerja, maka mal justru diletakkan di atas bahan. Pergerakan router bit disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Pergerakan Router

Perhatian penting lacak-balak pada proses pembentukan dua dimensi adalah perubahan komposisi bahan yang dipakai akibat pembentukan. Agar konsentrasi bahan yang terlacak-balak lebih besar proporsi penggunaannya, maka di dalam perakitan harus diusahakan berada dalam areal yang terpakai. Namun bila keseluruhan bahan rakitan adalah bahan terlacak, maka proses pembentukan dua dimensi tersebut tidak mempengaruhi komposisi.

4.5.4. Pembentukan tiga dimensi (Moulding dan CNC Router) Komponen meubel ada yang menghendaki bentuk khusus pada lebih dari dua sisi panjang dan lebar, tetapi juga sisi tebal. Bentuk tiga dimensi tersebut dikerjakan dengan mesin pembentuk (moulder) dan Computer Numerical Control Router (CNC Router). Mesin moulder banyak dipergunakan di industri meubel hingga skala kecil, tetapi CNC Router hanya dipakai oleh pabrik skala besar. Prinsip Moulder sebenarnya sama dengan router hanya saja jumlah bits atau mata pisau yang dipergunakan lebih dari satu serta digerakkan lebih dari satu spindle. Jumlah spindle menunjukkan tingkat kehalusan produk yang akan dibuat. Semakin banyak jumlah spindle maka hasil pembentukannya akan semakin halus. Komponen yang dikerjakan oleh mesin Moulder adalah bentuk bilah, baik ukuran balok maupun reng atau papan dengan lebar sangat terbatas (kurang dari 10 cm). Ukuran lebar terbatas tersebut disesuaikan dengan meja kerja

Page 235: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

229

33

mesin Moulder. Bentuk moulder bergantung pada bentuk mata pisau (bits) yang dipergunakan. Apabila bentuknya cekung, maka moulder akan menghasilkan produk yang dinamakan Dowell, yakni bilah kayu panjang berbentuk bundar. Contoh mesin moulder disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18. Mesin Moulder 6 Spindel

Mesin CNC Router adalah mesin pembentuk dengan banyak mata pisau yang dapat diatur dengan berbagai sudut potong. Pengaturan dapat dilakukan dengan memasukkan contoh mal ke dalam program komputer sehingga pisau akan menyusun formasi sebagaimana diinginkan. Setelah seluruh posisi siap, maka bahan yang diletakkan di meja kerja akan dikerjakan sendiri oleh sejumlah alat potong atau router bits yang tersedia. Mestipun posisi bits pada CNC fleksibel, namun jangan dibayangkan semudah tangan pemahat yang dapat berpindah dengan kebebasan sepenuhnya. Tangan CNC Router tetap memiliki keterbatasan pergerakan, sesuai dengan sumbu X-Y-Z, dengan berbagai kemiringan sudut. CNC Router jugaIdilengkapi dengan sapu pembersih setiap pergerakan sehingga sisa potongan tidak mengganggu pemotongan berikutnya. Contoh ilustrasi pergerakan CNC Router disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19. Mesin CNC Router

Page 236: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

230

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

34

Permasalahan lacak balak pada mesin pembentuk tiga dimensi sama dengan persoalan pada mesin pembentuk dua dimensi sebagaimana disajikan pada Tabel 14 Penandaan sangat diperlukan untuk dapat mengatur kembali komposisi antara sumber kayu terlacak dengan yang tidak terlacak. Sebagian besar praktisi merasa enggan untuk mempermasalahkan perubahan komposisi antara komponen awal dengan komponen bentukan. Namun bentuk ekstrim dari komponen meubel dalam jumlah banyak akan sangat mempengaruhi status ketertelusuran produk. Hasil penetapan yang dilakukan oleh bagian pengembangan saat melakukan perancangan produk sangat penting, karena setelah diterjemahkan oleh Bagian Perencanaan Produksi, akan mudah diterapkan pada bagian produksi. Rancangan dapat dihitung dengan mudah menggunakan program paket sederhana pada komputer meja produksi.

Tabel 16. Persoalan Lacak Balak Pada Mesin Pembentuk

4.5.5. Pembubutan (Turning) Pembubutan adalah bagian dari proses pembuatan komponen, khususnya bentuk dengan pola dasar simetri tiga dimensi. Bentuk awal bahannya tidak harus bundar, namun untuk efisiensi dan kemudahan kerja umumnya dipilih bentuk bundar. Proses bubut umumnya menggunakan bahan yang sangat banyak terbuang. Menghitung volume sisa produk bubutan akan sangat sukar, tetapi dapat menggunakan proporsi pengurangan berat. Prinsip pembubutan adalah dengan membentuk kayu menggunakan pahat dalam kondisi kayu tersebut diputar pada poros memanjang. Pahat digerakkan sesuai keinginan rancangan, baik secara manual oleh tangan ahli ataupun

Page 237: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

231

35

secara komputer menggunakan mal. Ilustrasi proses pembubutan disajikan sebagai berikut.

Gambar 20. Proses Pembubutan

Perhatian yang harus diberikan mengenai lacak-balak pada proses pembubutan adalah perubahan proporsi jumlah bahan antara yang memiliki lacak balak dengan yang tidak. Permasalahan lacak balak yang perlu mendapat perhatian apabila ada pekerjaan pembubutan disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Permasalahan Lacak Balak Pada Proses Pembubutan

4.5.6. Pengukiran (Carving) Proses pengukiran dilakukan pada meubel dengan rancangan klasik, etnik, atau atas permintaan khusus. Tidak ada proses standar karena secara keseluruhan diserahkan pada keahlian personal. Mesin peniru yang dapat menggantikan fungsi ahli ukir adalah mesin ukir laser namun meninggalkan bekas yang harus ditutup dengan pengecatan. Permasalahan lacak balak pada proses pengukiran adalah pengurangan proporsi yang apabila cukup besar dapat dihitung menggunakan prinsip

Page 238: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

232

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

36

pengurangan berat. Namun bila ukiran sangat kecil, boleh saja diabaikan pada perhitungan akhir proporsi antara kayu terlacak dengan yang tidak terlacak balaknya.

4.6. Persiapan Perakitan 4.6.1. Pelubangan (Drilling) Beberapa komponen yang akan dirakit umumnya dibuat lubang untuk memasukkan skrup, baut atau pasak kayu. Bila dihitung dengan teliti pasti ditemukan jumlah bahan yang terbuang sebesar ukuran drilling bits atau mata bor, namun jumlah tersebut umumnya diabaikan pada perhitungan lacak balak. Perlu diperhatikan ada beberapa rancangan yang menggunakan bor untuk membentuk komponen, misalnya pembuatan roda mobil-mobilan pada mainan anak. Diameter cakram pemotong yang diletakkan pada mata bor dapat memcapai 5 cm. Peruntukan bor untuk pembuatan komponen harus diperhitungkan karena menjadi bagian dari obyek lacak balak.

Gambar 21. Bor Untuk Pembentuk

Perhitungan komposisi bahan yang terlacak-balak dan tidak terlacak pada komponen yang dibuat dari bor cutter, sama prinsipnya dengan komponen yang dibuat dua dimensi. Namun bila sukar untuk diidentifikasi, maka proporsinya dapat mengikuti komposis awal bahan sebelum dibentuk. 4.6.2. Pemahatan (Hollow Chessel) Pemahatan pada industri meubel umumnya dilakukan sebagai persiapan bagi komponen yang akan dirakit. Prinsip umumnya adalah pengaturan bagian pengunci dan bagian penguat dari komponen yang dirakit. Beberapa contoh bentuk paduan perakitan dapat dilihat pada Gambar 22.

Page 239: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

233

37

Gambar 22. Beberapa Penyambungan Yang Dipahat

Permasalahan lacak balak menjadi rumit apabila komponen yang akan dirakit berbeda sumber kayunya, terutama menyangkut komposisi terlacak dengan tidak terlacak balaknya. Bentuk sambungan harus ditetapkan dengan teliti, lalu dilakukan perhitungan terhadap komponen yang dibentuk. Komponen penguat (lidah) akan mengalami penurunan jumlah dalam hal volume karena jumlah yang terbuang lebih besar. Komponen pengunci (celah) mengalami penurunan jumlah dalam hal volume yang terbuang lebih kecil karena hanya lubang. Namun perhitungan jumlah yang terbuang akan sama apabila penyambungan dilakukan lebih dari satu sisi, di mana di sisi lain komponen menjadi penguat sementara di sisi lainnya menjadi pengunci, seperti misalnya rancangan parquet flooring.

4.6.3. Pembuatan Sambungan Ekor-Burung Sambungan ekor burung tidak dibuat menggunakan mesin pahat, tetapi menggunakan mesin moulder spindle tunggal (Single Spindle Moulder). Sambungan model ekor burung banyak dipakai pada perakitan laci meja dan kotak. Perubahan komposisi bahan mudah dihitung karena pola pemotongan sangat teratur. Tidak dibutuhkan posisi bahan kayu yang terlacak balaknya pada komponen karena perhitungan dapat langsung dirujuk kepada komposisi terakhir bahan tersebut sebelum dirakit.

Page 240: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

234

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

38

Gambar 23. Sambungan Ekor Burung Dan Beberapa

Sambungan Lain

4.7. Perakitan 4.7.1. Perakitan Bentuk Semua komponen pada akhirnya akan dirakit menjadi meubel. Ada dua kemungkinan proses yang dilakukan pada perakitan : 1) Perakitan dilakukan tetap (fixed) sampai pengerjaan akhir (finishing) atau

meubel utuh 2) Perakitan sementara (fitting) untuk meubel model bongkar-pasang (knock

down). Pada proses perakitan, semua komponen digabung menjadi satu dari seluruh sumber, baik yang terlacak balaknya maupun yang tidak terlacak. Permasalahan lacak balak pada perakitan dapat diselesaikan dengan sistem pencatatan yang baik, mengingat seluruh tahapan sebelumnya telah dilakukan pencatatan. Gambar 23 memberikan contoh proses perakitan.

Page 241: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

235

39

Gambar 24. Proses Perakitan

Pada proses perakitan acapkali masih ada bahan kayu yang ditambah, misalnya pasak (pin) dari kayu untuk pengganti paku dan sumbat (plug) yang digunakan untuk menutup lubang kepala sekrup. Penggunaan pasak (pin) dan sumbat apabila tampak banyak boleh saja dikalkulasi untuk menentukan kontribusinya terhadap bahan kayu terlacak atau tidak terlacak balaknya. Perakitan dapat pula menggunakan peralatan khusus untuk merakit, tetapi terbatas pada bentuk tertentu. Mesin perakit kotak terdiri dari alat press sebagaimana disajikan pada Gambar 25.

Gambar 25. Mesin Perakit Kotak

Langkah penting yang harus dilakukan pada perakitan adalah sebagai berikut : 1) Rekap catatan semua komponen yang dirakit; 2) Hitung volume bahan yang dirakit keseluruhan berdasarkan penjumlahan

komponen; 3) Lakukan perhitungan komposisi bahan yang terlacak-balak; 4) Catat komposisi paling akhir dari penggunaan bahan.

Page 242: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

236

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

40

4.7.2. Perakitan Komponen Selain Kayu Bagi beberapa rancangan meubel atau kerajinan yang menggunakan bahan tambahan selain kayu pada prinsipnya tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. Permasalahan perhitungan akan terjadi apabila untuk keperluan menempelkan atau menyatukan bahan bukan kayu tersebut diperlukan bidang yang harus mengurangi bagian kayu. Bahan yang dipasang pada bingkai terpahat, atau celah khusus, sudah barang tentu mengurangi porsi bagian kayu.

Gambar 26. Merakit Bagian Bukan Kayu

4.7.3. Pendempulan Pendempulan dilakukan untuk menutup celah-celah pada rakitan yang tampak terbuka. Celah tersebut dapat disebabkan oleh proses penyambungan yang tidak sempurna, retak bahan kayu, mata kayu, serangan organisme perusak kayu, atau sebab fisik lain. Dempul yang dipergunakan bermacam-macam, di antaranya dempul berbahan lilin, berbahan dasar kapur, serta serbuk pengisi. Dempul biasanya dipergunakan dalam jumlah sangat sedikit, kecuali dempul lilin yang memang khusus dipergunakan untuk menutup bagian ekstrim terbuka. Tidak ada permasalahan lacak balak pada proses pendempulan karena tidak ada penambahan dan pengurangan kayu pada proses ini.

4.8. Pengerjaan Akhir 4.8.1. Pengampelasan Pengampelasan adalah proses penghalusan permukaan,dapat dilakukan dengan tangan secara manual, menggunakan bantuan alat genggam, pengampelas pita (belt), hingga menggunakan mesin pengampelas ukuran lebar atau disebut Wide belt sander.

Page 243: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

237

41

Gambar 27. Wide Belt Sander

Wide belt sander dipergunakan untuk mengampelas bahan dengan maksud menghaluskan dan menipiskan, sehingga fungsinya ganda. Pada produk lebar seperti misalnya alas meja (table top), wide belt sander digunakan pada finishing, namun pada sejumlah besar produk meubel, mesin ini hanya untuk mempersiapkan komponen. Pengurangan kayu pada wide belt sander mudah dikalkulasi yakni dengan menghitung tebal bahan sebelum diampelas dibandingkan dengan bahan setelah diampelas. Pengampelasan menggunakan alat bantu dilakukan juga pada komponen kecil seperti misalnya contoh pada Gambar 28. Pengampelasan menggunakan alat bantu umumnya tidak diperhitungkan pada lacak balak karena nilai konversinya sangat kecil. Pengampelasan menggunakan tangan umumnya dilakukan pada saat menghaluskan produk rakitan jadi. Kegiatan pengampelasan tersebut dilakukan dua kali, yakni sebelum dicat dan setelah dilapis sanding sealer. Proses pengampelasan juga tidak menimbulkan masalah pada lacak balak.

Gambar 28. Sanding dengan Alat Bantu

Page 244: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

238

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

42

4.8.2. Pewarnaan (Staining) Salah satu daya tarik yang dimiliki produk meubel kayu adalah tata warna. Meubel kayu dapat diberikan berbagai macam warna dasar melalui proses yang disebut pewarnaan (staining). Proses pewarnaan dilakukan dengan menggunakan kuas, kain perca, atau disemprot menggunakan sprayer. Permasalahan lacak balak yang diakibatkan oleh pewarnaan kayu adalah kehilangan inisial dan penandaan bahan karena tertutup pewarna. Namun demikian apabila sistem pencatatan pada proses sebelumnya telah baik, maka penghilangan identitas tersebut tidak mengganggu proses berikutnya.

4.8.3. Sanding Sealer Sanding sealer adalah semacam bahan bubuk dalam cairan, biasanya bubuk kayu, tempurung kelapa, atau bahan butiran tertentu yang dilaburkan pada permukaan bahan yang akan dicat. Sanding sealer digunakan untuk menutup pori-pori kayu sebelum proses penyalutan (coating) dilakukan. Produk dilapis dengan menggunakan kuas atau semprot (spray) hingga merata ke seluruh permukaannya. Setelah disemprot, produk tersebut dibiarkan mengering di udara hingga pori-pori kayu tertutup rapat.

Gambar 29. Pewarnaan Kayu

Produk yang telah kering diampelas secara manual oleh pekerja hingga merata dengan kertas ampelas yang memiliki grid sangat halus, mungkin mencapai 400-600. Proses pengampelasan produk secara manual disajikan pada Gambar 30. Proses manual ini tidak mempengaruhi komposisi bahan baku yang digunakan, sehingga tidak berpengaruh pada lacak balak.

Page 245: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

239

43

Gambar 30. Pengampelasan Manual

4.8.4. Penyalutan (Coating) Integrasi Implementasi CoC dengan PPIC dan TQM Akhir dari proses pengerjaan akhir dari produksi meubel adalah prnyalutan (coating) yakni dengan menyemprotkan cairan penyalut. Cairan penyalut yang dipergunakan bermacam-macam tergantung kepada permintaan pembeli di antaranya berbahan Nitro Cellulose (NC), melamin (melamic), Poly Urethane (PU), dan Ultraviolet Sealer. Tidak ada permasalahan lacak balak pada tahap ini, namur permasalahan lingkungan menjadi perhatian penting. Pabrik meubel besar umumnya menyediakan sarana pengecatan yang dilengkapi Hood dan exhaust fan guna mengendalikan fogging bahan kimia berbahaya. Beberapa sistem pengecatan pabrik besar juga dilengkapi dengan konveyor untuk memindahkan produk yang telah dicat agar tidak tersentuh oleh tangan.

Gambar 31. Proses Penyalutan (Coating)

4.8.5. Pemasangan Assesories Beberapa produk meubel dilengkapi dengan assesoris seperti engsel, gagang, kunci, dan lain-lain. Assesoris tersebut dipasang setelah produk dicat rapi.

Page 246: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

240

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

44

Tidak ada lagi permasalahan lacak balak pada tahap ini karena komposisi assesories tidak dimasukkan ke dalam perhitungan lacak balak.

BAB V. PENGEPAKAN

5.1. Regrading Penilaian ulang terhadap mutu produk meubel umum dilakukan sebagai pengecekan akhir dari kondisi utuh produk. Pemeriksaan mutu dapat dilakukan secara visual hingga melalui pengujian konstruksi. Hasil dari proses pengujian akhir mutu produk meubel tidak akan mempengaruhi sistem lacak balak.

5.2. Repairing Beberapa perusahaan terpaksa harus melakukan penyempurnaan terhadap produk yang belum memenuhi syarat pada tahap regrading. Perbaikan umumnya hanya dilakukan sedikit-sedikit dan tidak merubah rancangan secara nyata. Namun apabila perbaikan tersebut merubah rancangan dalam jumlah besar, maka produk harus kembali melalui proses finishing ulang. Permasalahan lacak balak akan timbul bila proses perbaikannya dilakukan dengan mengubah rancangan, di mana komposisi kayu harus dihitung ulang.

Gambar 32. Pengepakan Produk Meubel Bongkar-Pasang

5.3. Pengepakan Produk yang telah jadi kemudian dipak dengan berbagai cara pengepakan serta menggunakan bahan kemasan yang dapat melindungi produk. Bahan pengepak yang dipakai mulai dari plastik, styro foam lembaran, hingga karton yang dirancang khusus. Tidak ada pengaruh dari pengepakan terhadap komposisi lacak balak bahan baku yang dipergunakan, namun demikian lebih ditekankan kepada perlindungan mutu. Gambar 32 memberikan contoh pengepakan.

Page 247: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

241

45

DAFTAR ISTILAH / DEFINISI

Mass Product adalah Produk yang dibuat secara missal untuk dijual secara luas Job Order adalah produk yang hanya diproduksi berdasarkan pesanan life cycle time produk adalah masa yang menunjukkan daur hidup lakunya produk di pasaran komersial Raw Material adalah Bahan dasar atau bahan baku yang digunakan untuk memproduksi barang Pilot Plant adalah skala bangsal percontohan atau prototipe suatu produk yang memiliki spesifikasi sama dengan produk aslinya. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar nasional yang diterapkan di Indonesia untuk seluruh produk barang Jig Saw adalah peralatan yang digunakan untuk memotong sesuai bentuk yang diinginkan Router adalah peralatan yang digunakan untuk membentuk sisi kayu Table Saw adalah gergaji yang memiliki meja untuk tempat memotong Komponen Biaya adalah satuan-satuan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sebuah barang. Estimated Time Arrival (ETA) adalah dugaan waktu tibanya kiriman ke tempat tujuan Green Sawn Timber adalah kayu gergajian yang belum dikeringkan Bottle Neck adalah titik di mana terjadi sendatan, sehingga produksi terhambat ASMINDO (Asosiasi Meubel dan Kerajinan Indonesia) adalah organisasi perusahaan yang bergerak di bidang produksi mebel dan kerajinan Invoice Grade adalah jenjang mutu sebagaimana dicantumkan dalam surat pengantar penjualan Physical grade adalah jenjang mutu sebagaimana bukti yang terlihat secara fisik.

Page 248: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

242

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

46

DAFTAR PUSTAKA Budianto, A.D. 1999. Mesin Tangan Industri Kayu. PIKA, Semarang. Hammond. J.J, E.T. Donnelly, W.F. Harrod, N.A. Rayner. 1961. Woodworking

Technology. McKnight and McKnight Publishing Company, Bloomington.

Hermawan.1996. Perencanaan, Pengendalian Produksi dan Sediaan Pada Industri Kayu. Makalah Pelatihan Manajer Industri Kayu. UGM-FOCUS QE.

Indonesia Cleaner Industrial Production Program (ICIP). 1998. Kajian Produksi Bersih Pada Industri Kayu Lapis. Jakarta.

Capotosto, R. 1975. Complete Book of Woodworking. Grand Book Record & Tape Co., LTD., Taipei.

Haven, G (Ed.). 1995. The Familiy Handyman : Toys, Games, and Furniture. Reader’s Digest, Montreal.

Nurendah, Y. 1998. Kajian Pemanfaatan Limbah Kayu Melalui Teknologi Bebas Limbah di PT Internasional Timber Corporation Indonesia. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.

Page 249: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

243

i

Interpretasi Persyaratan CoC Untuk Inspeksi Telusur Fisik Aliran Bahan

PELATIHAN PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR EKSPOR Kerjasama dengan

CENTER FOR INTERNATIONAL FORESTRY RESEARCH (CIFOR) BOGOR

Jepara, 27 – 29 Juli 2010

d. Persyaratan lacak balak penelusuran fisik aliran barang

Page 250: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

244

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

ii

Daftar Isi

Halaman I. PENDAHULUAN…………………………………………………………............. 1 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………............ 1 1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………………………............ 2 1.3 Metodologi Pembelajaran ……………………………………………................. 2 II. INSPEKSI FISIK PRODUK BERBAHAN KAYU…………….…………........... 2 2.1 Identifikasi Area Penelusuran Fisik …………………………………….............. 2 2.2 Lacak Fisik Persiapan Bahan Baku Kayu ……………………………............... 3 2.3 Lacak Fisik Pada Pengeringan …………………………………..……............... 4 III. LACAK FISIK PADA AREA AKTIVITAS PRODUKSI………….……............. 5 3.1 Lacak Fisik Penyambungan Pada Pembahanan …………………................... 5 3.2 Lacak Fisik Pembuatan Komponen ………………………………….................. 6 3.3 Lacak Fisik Pada Perakitan ……………………………………….……............... 9 3.4 Lacak Fisik pada Pengepakan ………………………………………................... 10 3.5 Peralatan Lacak Fisik ……………………………………………..……................ 10 DAFTAR ISTILAH / DEFINISI……………………………………………………........... 11 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………........... 12

Daftar Tabel

Halaman 1. Kondisi Umum Unit Proses Pada Produksi Mebel yang Perlu Dilakukan Sampling Untuk Telusur Fisik …………………….................... 9 2. Status Terakhir Komposisi Produk Mainan Kayu Bentuk Ikan ……….............. 10 3. Instrumen Untuk Lacak Balak ……………………………………………............. 11

Daftar Gambar

Halaman 1. Perbedaan Fisik Dari Warna dan Serta …………………………………............. 4 2. Mengenali Perbedaan Kelembaban dari Warna …………………….................. 5 3. Menduga Komposisi Sambungan Pada Finger Jointing ……………................. 6 4. Contoh Menghitung Komposisi Lacak Balak pada Produk Bentukan Dua Dimensi …………………………………………............................................ 7 5. Produk Tiga Dimesi …………………………………………………………........... 8 6. Menduga Komposisi Akhir Bahan Baku Kayu Pada Rakitan …………............. 9

Page 251: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

245

1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada industri furniture/meubel yang menggunakan bahan baku kayu sebagai komponen utama, menggunakan beberapa unit proses dan kondisi yang diduga berat perlu dilakukan sampling telusur fisik, guna memastikan bahan atau produk tersebut tidak terjadi percampuran antara produk bahan kayu bersertifikat dengan yang bahan kayu non sertifikat.

Pekerjaan telusur fisik terhadap bahan atau produk kayu, dilakukan untuk menemukan bukti obyektif pengaturan komposisi kayu terlacak dan tidak terlacak pada suatu unit produksi. Pekerjaan tersebut merupakan bagian dari aktifitas audit yang harus dilaksanakan, sebagai bentuk verifikasi, baik oleh internal auditor maupun oleh eksternal auditor.

Pekerjaan telusur fisik tentu saja memerlukan pengetahuan yang cukup mengenai sistem produksi, agar proses pemeriksaan lebih efektif. Dalam prakteknya, tidak semua tahapan harus diperiksa secara fisik, tetapi dipilih sesuai dengan pencampuran bahan baku yang dilakukan. Namun demikian, bagi pihak yang ingin melakukan penilaian pada keseluruhan tahap tidak dibatasi.

Lacak fisik pada area penerimaan bahan baku kayu, guna memastikan kesesuaian antara dokumen yang mengikuti kayu dengan informasi fisik yang melekat pada bahan baku kayu. Kegiatan inspeksi lacak fisik pada area ini memerlukan pengetahuan dan kompetensi khusus, ketika asal kayu terdiri dari banyak sumber pemasok, dan juga kayu yang dipasok terdiri berbagai jenis kayu.

Pada saat dalam proses pembahanan kegiatan lacak fisik juga akan semakin rumit, ketika industri furniture menghasil banyak item produk, yang memadu komposisi jenis kayu dan atau terdiri bahan yang komposit. Penanganan kelompok item yang tidak teridentifikasi pasti, karena mengikuti persyaratan pelanggan yang selalu berubah, dapat menyebabkan kerumitan lacak fisik kayu pada kegiatan pembahanan.

Lacak fisik pada kegiatan perakitan, juga sangat dipengaruhi dari komposisi bahan/komponen kayu yang diperlukan. Secara matematis mungkin dapat diperhitungkan jumlah komponen bahan yang dapat diperlukan dalam sebuah design produk. Namun kegiatan lacak fisik akan semakin sulit, ketika sebuah design produk furniture berorientasi etnik atau futuristik, cenderung tidak semetris kebutuhan komponen bahannya. Sehinggan pada kegiatan inspeksi lacak fisik memerlukan pemahaman yang cukup dengan design produk, yang membutuhkan komposisi komponen kayu yang tidak matematis.

Pada kegiatan lacak fisik pada sebuah produk jadi sudah semakin mudah, jika komposisi komponen kayunya terukur pada saat design, kelompok item komponen sudah terindentifikasi, dan potensi pencampuran bahan pada perakitan telah dikendalikan dalam rantai proses aliran komponen. Kegiatan lacak fisik pada produk furniture, tinggal memastikan kesesuaian informasi label produk CoC, dengan komposisi bahan kayu yang diperhitungkan pada sebuah design produk. Secara sederhana inspeksi fisik pada produk ini tinggal memastikan prosen komposisi bahan sertifikasi lebih dari 70% adalah bagian dari komponen produk.

Secara umum untuk unit proses produksi bahan kayu yang dinilai tidak mengalami perakitan, menjadi tidak relevan untuk melakukan pemeriksaan khusus terhadap fisik produk. Pemeriksaan fisik tersebut meliputi pengukuran komposisi menggunakan scale loup dan pengenalan jenis kayu.

Page 252: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

246

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2

1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Pelatihan ini adalah :

1) Untuk memberikan pengetahuan kepada peserta tentang konsep secara umum untuk mengidentifikasi area-area aktivitas yang diperlukan kegiatan lacak fisik.

2) Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta untuk dapat melakukan inspeksi atau lacak fisik bahan baku kayu yang akan digunakan dalam produk furniture.

3) Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta untuk dapat melakukan inspeksi atau lacak fisik pada komponen-komponen bahan yang akan digunakan dalam proses perakitan produk.

4) Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta untuk untuk dapat melakukan inspeksi atau lacak fisik pada produk, guna memastikan informasi komposisi bahan kayu pada produk, telah memenuhi persyatan standard lacak balak FSC, sebelum dikirim kepada pelanggan

1.3. Metodologi Pembelajaran Tipe Material Tujuan Buku Pegangan Peserta

Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang konsep untuk mengindentifikasi area aktivitas yang memerlukan lacak fisik pada industri furniture, termasuk cara inspeksi pada setiap tahap proses produksi industri Furniture.

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep dan penerapan untuk melakukan identfikasi dan inspeksi lacak fisik bahan/produk kayu, dengan metode ceramah, diskusi, simulasi dan studi kasus.

Tipe Mater

BAB II. INSPEKSI FISIK PRODUK BERBAHAN KAYU 2.1. Identifikasi Area Penelusuran Fisik Produk Rakitan adalah produk yang dibentuk dari dua atau lebih potongan kayu padat, dirakit bersama-sama untuk membentuk produk yang lain. Contohnya termasuk mebel, lemari, alat musik, kayu lapis, kayu berlapis, blockboard. Produk ini dapat mengandung komponen produk chip dan serat.

Produk samping adalah produk dari semua pengolahan primer atau sekunder atau setelahnya, seperti misalnya setelah penggergajian. Produk seperti ini dapat dihasilkan dari pembuatan papan panel, struktur bangunan, kertas dan lain lain. Produk tersebut dapat termasuk potongan diluar cetakan, serbuk gergaji, potongan halus atau papan kayu.

Produk samping pada lacak balak digolongkan dalam Kategori B, bahan netral. Serpihan gergajian kecuali produk samping penggergajian (slab atau sebetan) tidak tercakup dalam kategori ini. Perbedaan antara produk sampingan dan produk antara memerlukan perhatian yang hati-hati dalam pabrik pengolahan terintegrasi, misalnya jika suatu pabrik perabot mengolah kayu bulat dan menghasilkan perabot pada di satu lokasi, maka sama dengan "Kayu dan serat kayu daur ulang yang belum digunakan"

Page 253: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

247

3

Pada industri furniture yang berbahan baku kayu atau sebagian besar komponen produknya berbahan kayu, maka kegiatan identifikasi area aktivitas yang berpotensi terjadinya pencampuran bahan kayu sertifikasi dan non sertifikasi sangat perlu dilakukan. Mengingat banyak faktor yang dapat mempengaruhi sebuah aktivitas produksi untuk menghasilkan produk sertifikasi lacak balak. Karena bisa saja terjadi perbedaan area yang memerlukan inspeksi lacak balak, walaupun sama-sama industri furnirture dan sama-sama tipikal produknya. Namun secara umum area/lokasi aktivitas kegiatan industri furniture yang perlu diperhatikan dalam kegiatan lacak fisik pada Tabel 1. berikut.

Tabel 1. Kondisi umum unit proses pada produksi meubel yang perlu dilakukan

sampling untuk telusur fisik No. Unit Proses Kondisi Sampling 1. Penerimaan Kayu

(termasuk penyimpanan kayu)

Tidak beraturan, tercampur antara kayu yang bersertifikat dan tidak

Sampling minimal 5% secara acak untuk menghitung komposisi kayu yang bersertifikat dan tidak

2. Pengeringan Kayu

- -

3. Pembahanan, khususnya Laminating

Perakitan beberapa bilah kayu karena : 1. tampak beda spesies 2. beda sumber palet

Sampling minimal 5% produk laminasi, periksa menggunakan Calipper

4. Pembentukan komponen, khususnya Jigsaw dan Bubut

Terjadi pengurangan komposisi karena : 1. menggunakan bahan

laminasi; 2. beda sumber bahan

Sampling minimal 5% produk komponen, periksa menggunakan scale loup atau micrometer

5. Perakitan Komponen, menjadi produk akhir

Terjadi penggabungan beberapa komponen karena kondisi : 1. menggunakan bahan laminasi

dan bentukan; 2. beda sumber bahan

Sampling minimal 5% produk rakitan jadi, periksa menggunakan alat ukur yang sesuai

2.2. Lacak Fisik Persiapan Bahan Baku Kayu 2.2.1. Lacak Fisik Penerimaan Kayu Lacak fisik pada persiapan bahan baku dilakukan untuk memastikan bahwa komposisi kayu yang diterima sesuai dengan kebutuhan industri. Proses lacak fisik dapat disatukan dengan Regrading, yakni pemeriksaan ulang grade kayu pada saat masuk ke dalam pabrik.

Secara acak, grader mengambil contoh beberapa potong kayu untuk dilihat secara fisik tanda-tandanya. Tanda tersebut disesuaikan dengan skshh dan dokumen sertifikasi lainnya. Apabila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan dokumen, maka kayu tersebut dinyatakan sebagai Uncontrolled atau tidak terkendali. Prinsip pemeriksaan ini menggunakan konsep uji petik.

Berdasarkan standar FSC-STD-40-004 (version 1.0) yang diterbitkan FSC 1 Oktober 2004 Part 2: Wood sourcing, guna kepentingan pengendalian lacak balak, perusahaan harus mengadopsi dan menggunakan bahan baku berdasarkan kriteria FSC-murni,

Page 254: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

248

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4

FSC-campuran, dan kayu klaim pengguna terakhir. Namun apabila ditemukan ketidak-sesuaian yang menuju kepada usaha penipuan, maka diberikan label tidak terkendali.

2.2.2. Lacak Fisik Penyusunan Bilah Pada penyusunan bilah sebelum masuk proses Kiln Dryer, acapkali dilakukan pencampuran dalam satu palet hanya untuk memenuhi jumlah tumpukan minimum. Pencampuran dapat dikenali dari beberapa ciri berikut :

1) warna dan kenampakan serat kayu yang berbeda;

2) species kayu berbeda;

3) kadar air awal kayu berbeda.

Apabila menemukan tanda-tanda sebagaimana tersebut di atas, maka perlu dilakukan pengambilan contoh terhadap tumpukan kayu untuk diperiksa fisiknya. Pemeriksaan fisik sudah tentu diikuti dengan pemeriksaan dokumen.

Beberapa perusahaan melakukan pembelian bahan baku dalam bentuk kayu gergajian sehingga komposisi bahan tersebut dapat saja memiliki kategori sebagai FSC Campuran. Dalam kasus FSC Campuran, perlu dilakukan pengembilan contoh untuk memastikan bahwa komposisi kayu terlacak dan tidak terlacaknya sesuai dengan dokumen penerimaan barang.

Gambar 1. Perbedaan fisik dari warna dan serat 2.3. Lacak Fisik Pada Pengeringan Lacak fisik pada proses pengeringan dapat dilakukan dengan mengevaluasi kelengkapan dokumen dari kayu yang dikeringkan. Lacak fisik hanya dilakukan untuk keperluan pendataan volume, kadar air, dan informasi produksi lainnya

Page 255: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

249

5

Penggunaan alat Moisture Content (MC) Tester direkomendasikan untuk mengetahui kadar air bahan, terutama apabila tampak fisik bahan berbeda dalam satu partai. Perbedaan spesies kayu atau bahkan perbedaan varietas dapat menyebabkan perbedaan tingkat kekeringan, akibat sifat fisika-kimia yang berbeda. Perbedaan spesies menjadi indikati telah terjadi pencampuran antara balak terlacak dengan tidak terlacak.

Kayu lunak sangat mudah dikeringkan sehingga apabila ditemukan dalam tumpukan kayu keras dengan mudah dapat dikenali dari kadar airnya. Spesies meranti masih lebih mudah dikeringkan daripada kayu keruing atau akasia.

Gambar 2. Mengenali perbedaan kelembaban dari warna

III. LACAK FISIK PADA AREA AKTIVITAS PRODUKSI

3.1. Lacak Fisik Penyambungan Pada Pembahanan Proses penyambungan berpeluang besar menimbulkan pencampuran antara bahan yang telah bersertifikat dengan bahan yang belum bersertifikat. Bahkan penyambungan dapat dijadikan sebagai media untuk menghasilkan produk dengan memanfaatkan produk sisa. Penyambungan paling umum dilakukan pada pembahanan komponen meubel adalah finger jointing.

Pemeriksaan terhadap fisik hasil penyambungan wajib dilakukan karena proses finger jointing umumnya dilakukan dengan sangat cepat sehingga feeding bahan dilakukan secara acak. Tanda fisik pada bahan yang diproses melalui finger jointing pasti hilang karena bilah dipotong kedua sisinya sebelum dibentuk jari (finger). Satu-satunya teknik pelacakan adalah melalui dokumen dan sedikit informasi jenis kayu.

Pilih secara acak bilah-bilah yang telah disambung jari (finger joint), lakukan pengamatan terhadap bilah yang dibentuk dari beberapa species yang berbeda. Perbedaan warna, serat, dan kadar air sambungan dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk memisahkan bilah-bilah yang disambung. Perhitungan komposisi sederhana dapat dilakukan dengan membuat garis bagi lurus pada jari sambungan.

Page 256: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

250

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

6

Gambar 3. Menduga komposisi sambungan pada finger jointing Komposisi dihitung sebagaimana contoh berikut :

Produksi = 1 m3 Sample = 5% x 1 m3 = 0.05 m3 Volume Bilah = 5 cm x 1.2 cm x 50 cm = 0.0003 m3 Bilah Sample = 0.05 m3/0.0003 m3 = 167 Jumlah bilah yang dicurigai (dari sambungan) = 56 bilah Komposisi sambungan berbeda (dari bilah) = 0.02 m3 Persen bahan kayu uncontrolled = (0.02/0.05)x100% = 40% 3.2. Lacak Fisik Pembuatan Komponen 3.2.1. Pembentukan Dua Dimensi Menggunakan Jig Saw Pembentukan dua dimensi dilakukan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu dari lebar papan. Papan untuk bentuk dalam bidang lebih lebar dari 20 cm umumnya dibuat dari produk laminasi atau sambungan. Apabila produksi menggunakan berbagai macam sumber kayu, yakni ada dari kelompok kayu tak terkendali, maka asumsi dasar yang harus dipakai adalah panel rakitan terdiri dari beberapa sumber kayu.

Komposisi kayu terlacak dengan kayu tidak terlacak perpeluang menjadi berubah setelah proses pembentukan komponen menggunakan jigsaw. Apabila bagian kayu yang terbuang adalah bagian kayu tak terlacak pada sambungan, maka persen kayu terlacak menjadi lebih besar pada produk, demikian pula sebaliknya.

Pelacakan fisik dilakukan terhadap komponen hasil pembentukan menggunakan mal luasan. Mal luasan panel sebelum dipotong dibandingkan dengan mal luasan panel setelah dipotong. Karena tebal produk sama, maka perbandingan perubahan luasan tersebut dapat digunakan sebagai persen komposisi sumber kayu.

Sebagai ilustrasi menghitung perubahan komposisi bentuk dua dimensi disajikan pada Gambar 4. Perhatikanlah bahwa papan tersebut dibuat dari rakitan tiga bilah papan yang berbeda, di mana satu bilahnya diketahui non certified.

Page 257: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

251

7

Gambar 4. Contoh menghitung komposisi lacak balak pada produk bentukan dua

dimensi Komposisi dihitung sebagai berikut : Volume awal bahan rakitan = 0.00864 m3 Luas mal = 72 cm x 48 cm = 3456 cm2 Volume kayu mal = 3456 cm2 x 2 cm = 6912 cm3 = 0.00691 m3 Luas produk Trapesium GFED = (72+40)/2 x 32 = 1824 cm2 Empat persegi GDCH = 72 x 8 = 576 cm2 Empatpersegi ABCH = 72 x 16 = 1152 cm2 Jumlah keseluruhan = 3552 cm2 Volume kayu produk = 3552 cm x 2 cm = 7104 cm3 = 0.00710 cm3 Pada gambar tampak bahwa empatpersegi ABCH adalah kepingan kayu yang tidak bersertifikat, volumenya Unsertified = 1152 cm x 2 cm = 2304 cm3 = 0.00230 cm3

Page 258: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

252

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

8

Maka sisanya adalah kayu bersertifikat (terlacak) Sertified = 0.00710 cm3 – 0.00230 cm3 = 0.004796 cm3. Dengan demikian komposisi akhir kayu terlacak atau tersertifikasi adalah = 0.004796/0.00710 x 100% = 67.55% Persentase kayu terlacak turun dari persen awalnya 67.67%. 3.2.2. Lacak Fisik Pembentukan Tiga Dimensi Pembubutan adalah bagian dari proses pembuatan komponen, khususnya bentuk dengan pola dasar simetri tiga dimensi. Bentuk awal bahannya tidak harus bundar, namun untuk efisiensi dan kemudahan kerja umumnya dipilih bentuk bundar. Proses bubut umumnya menggunakan bahan yang sangat banyak terbuang. Menghitung volume sisa produk bubutan akan sangat sukar, tetapi dapat menggunakan proporsi pengurangan berat.

Telusur fisik terhadap perubahan komposisi bahan yang dipergunakan pada proses pembuatan komponen tiga dimensi perlu dilakukan apabila asal bahan baku yang diolah adalah kayu komposit atau balok laminasi. Namun apabila bentuk bubutan atau ukiran tersebut simetri, maka tidak perlu dihitung ulang perubahan komposisi kayunya.

Gambar berikut dapat mengilustrasikan kesulitan menghitung proporsi kayu terlacak (certified) dan tidak terlacak (uncertified).

Gambar 5. Produk tiga dimensi

Untuk menduga proporsi bahan baku terlacak digunakan proporsi berat, karena pengukuran dimensi sukar dilaksanakan. Proporsi berat produk adalah 1.1 kg/3.2 kg = 34.38% Proporsi volume produk adalah 34.38% x 0.006 m3 = 0.002 m3.

Page 259: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

253

9

Proporsi uncertified berdasarkan luasan = 9/30 kotak x 100% = 30% Volume dugaan bagi uncertified wood = 30% x 0.002 m3 = 0.0006 m3 Volume dugaan certified wood = 0.002 m3 – 0.0006 m3 = 0.0014 m3 Proporsi certified wood = (0.0014/0.002) x 100% = 70%, lebih besar daripada proporsi awal yang hanya 50%.

3.3. Lacak Fisik Pada Perakitan Telusur fisik pada proses perakitan dilakukan dengan memeriksa jumlah komponen yang akan disatukan menjadi bentuk produk. Masing-masing kategori bahan pada komponen telah terlacak pada sistem penandaan sehingga mudah untuk mengetahui komposisi akhir dari produk rakitan. Sebagai ilustrasi dapat diperlihatkan rakitan produk berikut:

Gambar 6. Menduga komposisi akhir bahan baku kayu pada rakitan

Perhitungan komposisi bahan tersertifikasi atau terlacak dengan yang tidak terlacak dicontohkan pada Tabel 2.

Page 260: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

254

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

10

Tabel 2. Status terakhir komposisi bahan pada setiap komponen produk mainan kayu bentuk ikan

Dari contoh sederhana tersebut di atas tampak bahwa komposisi kayu certified hanya 57.51%.

3.4. Lacak Fisik pada Pengepakan Telusur fisik pada proses pengepakan dapat dilihat langsung pada label bahan kemasan. Penandaan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah dipersyaratkan oleh pembeli atau lembaga sertifikasi. Peluang bertambah dan berkurangnya komposisi kayu bersertifikat tidak mungkin terjadi lagi selama proses pengerjaan akhir ataupun pengepakan.

Penelusuran fisik dilakukan pada saat pemuatan dengan memperhatikan jumlah kotak karton yang bertanda dan tidak bertanda certified. Karton yang tidak memiliki tanda certified tidak dicampurkan dengan karton bertanda certified saat pemuatan.

3.5. Peralatan Lacak Fisik

Lacak fisik dilakukan untuk memperoleh data fisik yang dapat dikalkulasi langsung untuk pengambilan keputusan. Karena data yang dibutuhkan adalah kuantitatif, maka instrumen yang dipergunakan harus dapat menampilkan data kuantitatif. Sebagian besar data yang diperoleh adalah besaran panjang, sehingga dipergunakan alat ukur panjang. Hanya perubahan bentuk pada proses ukir dan bubut yang diperiksa perubahannya menggunakan alat ukur berat.

Page 261: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

255

11

Instrumen lain yang dibutuhkan untuk menjadi alat pemeriksaan awal adalah MC tester, yakni pengukur kelembaban. Alat MC Tester digunakan untuk memeriksa sambungan dua bilah kayu yang dicurigai dari sumber yang berbeda. Selain itu penggunaan Scale Loup untuk mengenali serat kayu juga bermanfaat menduga produk kayu rakitan dari berbagai jenis species kayu. Tabel 3. menyajikan beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk lacak fisik.

Tabel 3. Instrumen untuk lacak fisik

Peralatan lain yang akan sangat membantu dalam perhitungan adalah kalkulator serta beberapa mal dari kertas bergaris skala 1 cm.

Daftar Istilah/ Definisi Poses Kiln Dryer adalah pengeringan kayu menggunakan pengering kilang

Lacak fisik adalah pemeriksaan secara fisik yang dilakukan terhadap komposisi kayu terlacak dan tidak terlacak

Feeding adalah pengumpanan bahan masuk ke dalam mesin untuk diproses

Komposisi adalah menampilkan proporsi

Pembubutan adalah bagian dari proses pembuatan komponen menggunakan prinsip gerusan pada bahan yang berputar, khususnya bentuk dengan pola dasar simetri tiga dimensi

Scale Loup adalah peralatan optic yang dipergunakan untuk memperbesar bidang penglihatan dan diberi skala

Mikrometer skrup adalah peralatan ukur dimensi pada rentang ukur mm sampai cm dengan tingkat ketelitian 1/100 mm

Page 262: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

256

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

12

Daftar Pustaka Indonesia Cleaner Industrial Production Program (ICIP). 1998. Kajian Produksi Bersih

Pada Industri Kayu Lapis. Jakarta.

Hermawan.1996. Perencanaan, Pengendalian Produksi dan Sediaan Pada Industri Kayu. Makalah Pelatihan Manajer Industri Kayu. UGM-FOCUS QE.

FCS-STD-40-201 (Version 1.0). 2004. FSC on-product labeling requirements. FSC International Standard.

FCS-STD-40-005 (Version 1.0). 2004. FSC standard for non FSC-certified controlled wood. FSC International Standard.

Page 263: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

257

Pemahaman Sistem Lacak Balak atau Chain of Custody (CoC) pada Industri Perkayuan

Dipersiapkan oleh:Deden Rochmanudin

Dikembangkan Berdasarkan Modul Pelatihan dari :

IFC Advisory Services in IndonesiaProgram Kayu Berkelanjutan

Jepara, 27 Juli 2010

e. Pemahaman Sistem lacak Balak atau Chain of Custody (CoC)

Page 264: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

258

Bab IPendahuluan

1.1 Latar BelakangStandar Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) atau Sertifikasi Ecolabel dalam sistem pengelolaan hutan mulai diterapkan sebagai tuntutan pasar internasional sejak tahun 2000 sebagai tindak lanjut dari kesepakatan sidang ITTO (International Tropical Timber Organization) ke-8 di Bali, tahun 1990. Dalam pertemuan tersebut ITTO menyepakati untuk memasyarakatkan sistem pengelolaan hutan lestari (Sustainable Forest Management/SFM) melalui pemberian sertifikat ekolabel kepada perusahaan yang memproduksi maupun mengolah hasil hutan yang bersifat ramah lingkungan yang dimulai tahun 2000.

Sebagai akibat dari kegiatan kampanye “produk hijau” dari berbagai pihak, maka para kelompok pembeli produk kayu (buyers group) di berbagai negara maju, seperti di Amerika Serikat, Uni Eropa (Inggris, Belgia, Jerman, Belanda) dan Jepang sejak tahun 1998 sudah mulai memasukkan syarat produk hijau (ecolabel) untuk produk kayu yang akan diperdagangkan di pasar mereka. Tekanan melalui mekanisme pasar ini agaknya cukup efektif sehingga para pelaku produsen hasil hutan kayu, terutama yang membidik pasar-pasar tersebut mau tidak mau harus mulai menerapkan sistem pengelolaan hutan produksi lestari.

Sedangkan dari dimensi produk yang dihasilkan, para pembeli menghendaki adanya jaminan bahwa asal usul bahan baku produk kayu dibelinya adalah berasal dari hutan yang dikelola secara lestari. Penelusuran bahan baku produk kayu tersebut lazim disebut dengan Chain of Custody (CoC) atau disebut sertifikasi produk lacak balak. Penerapan sistem sertifikasi produk lacak balak ini merupakan suatu sistem yang menjamin kemamputelusuran hasil hutan yang ditelusur dari konsumen akhir, distributor produk, industri kayu, hingga ke unit pengelolaan hutan produksi yang dikelola secara lestari.

Page 265: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

259

Kegiatan sertifikasi lacak balak atau CoC merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang bersifat independen yang berhak mengeluarkan pernyataan resmi bahwa hasil hutan yang diproduksi oleh suatu unit manajemen usaha kehutanan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari. Unit manajemen sebagai pemohon sertifikasi lacak balak, bisa pemerintah, pengusaha pengelolaan hutan yang memproduksi hasil hutan berupa kayu, pengusaha industri pengolahan hasil hutan kayu, pihak pedagang distributor kayu (agen/retail) atau pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

Lembaga sertifikasi yang berhak memberikan pengakuan sistem lacak balak merupakan lembaga yang telah mendapat akreditasi dari Dewan Pemangku hutan dunia, atau Forest Stewardship Council (FSC).

Skema FSC mengatur pernyataan (klaim) sertifikasi produk secara proporsional, berdasarkan sumber bahan baku yang berasal dari hutan yang dikelola secara lestari (certified resources) dan sumber bahan baku kayu yang berasal dari sumber yang tidak lestari (uncertified resources).

Berdasarkan proporsi pernyataan (klaim) sertifikasi tersebut, publikasi produk kayu yang telah dikelola dengan sistem lacak balak tersebut diperbolehkan oleh FSC untuk mencantumkan initial label produk ramah lingkungan (ekolabel). Informasi pada label akan menunjukan prosentasi bahan baku yang berasal dari kayu lestari (Certified resources) dan bahan kayu tidak lestari (uncertified resources).

1.2 Maksud dan TujuanMaksud dari pengembangan dan penyampaian Modul Pelatihan ini adalah :1. Untuk memberikan pengetahuan tentang masalah perdagangan produk

kayu CoC (ekolabel), dan kondisi pengelolaan hutan di Indonesia.2. Untuk memberikan pengetahuan tentang tuntutan pembeli terhadap

produk lacak balak dari industri perkayuan.3. Untuk memberikan pengetahuan tentang sertifikasi produk lacak balak

dan pernyataan/informasi untuk klaim produk sertifikasi CoC (Ekolabel)

Page 266: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

260

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

1.3 Metodologi Pembelajaran

Tipe Material Tujuan

Buku Pegangan Peserta Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang standard sistem lacak Balak

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan masalah perdagangan produk CoC, pemahaman sistem lacak balak pada pengusahaan atau di industri kayu, dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Page 267: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

261

Bab IIPemahaman Sistem Lacak Balak

2.1. Tuntutan Sertifikasi Produk Lacak Balak

Bisnis industri dan perdagangan produk berbahan baku kayu telah mengalami tekanan tuntutan secara eksternal dari perdagangan pasar dan menghadapi tekanan internal dari kondisi sumber bahan baku kayu.

Pada kondisi internal sumber daya hutan di Indonesia, kayu sebagai sumber bahan baku produk perkayuan ketersediaan pasokannya saat ini masih sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan industri perkayuan yang membutuhkan berbagai bentuk produk hasil hutan kayu.

Kondisi sumber daya hutan alam di Indonesia saat sekarang (2009) diperhitungkan tinggal lebih kurang 38.000.000 Ha, dari total luas kawasan hutan 140.000.000 Ha. Kondisi ini mendorong kebijakan pemerintah untuk semakin mengurangi jumlah potensi hutan yang boleh ditebang (soft landing), sehingga secara langsung mengurangi sumber bahan baku industri.

Dari tahun 2004 s/d 2008 jumlah suplai bahan baku kayu resmi dari hutan alam cenderung akan mengalami penurunan, sementara suplai bahan baku kayu dari hutan tanaman serta sumber ijin lainnya yang sah cenderung mengalami kenaikan, seperti diperlihatkan dalam pada tabel di bawah ini, yaitu ;

No Tahun

Sumber Produksi Bahan Baku Kayu Bulat (Log)Jumlah

(m3)Hutan Alam (m3) Hutan Tanaman (m3) Ijin Lainnya

Yg Sah (m3)RKT IPK PERHUTANI HTI

1 2 3 4 5 6 7 81 2004 3,510,752 1,631,885 924,632 7,329,028 153,640 13,549,9372 2005 5,720,525 3,614,347 757,993 12,818,199 1,311,584 24,222,6483 2006 5,586,722 3,434,181 337,797 11,451,149 982,195 21,792,0444 2007 6,437,685 3,063,607 48,034 20,614,209 1,328,050 31,491,5855 2008*) 4,610,077 2,764,015 96,954 22,321,885 2,191,511 31,984,442

Page 268: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

262

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Keterangan : *) Data terakhir diambil dari sistem online realisasi Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) Tahun 2008 per tanggal 7 April 2009

(RKT : Rencana Kerja Tahunan; IPK : Ijin Pemanfaatan Kayu; PERHUTANI : Perhutani; HTI : Hutan Tanaman Industri)

Sumber: Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan – Kementrian Kehutanan RI

Walaupun jika digabungkan antara pemenuhan kebutuhan sumber bahan baku kayu dari hutan alam dan sumber dari hutan tanaman serta dari sumber ijin lainnya yang sah, dari rata-rata kebutuhan kayu sebesar 24.608.131 m3 (tahun 2004 s/d tahun 2008), untuk seluruh industri hasil hutan kayu, maka jika diasumsikan rendemen produk rata-rata 50%, seharusnya dibutuhkan suplai bahan baku kayu untuk industri minimal rata-rata 49.216.262 juta m3.

Kondisi tersebut menjadi pilihan yang sangat sulit bagi industri yang tidak memiliki sumber bahan baku yang pasti atau dari pengelolaan hutan sendiri, maka akan menerima kayu dari sumber tidak legal (illegal logging), atau berhenti berproduksi.

Saat ini dari total industri kayu primer, sudah lebih dari 60% industri kayu yang berhenti berproduksi karena kekurangan bahan baku kayu, dan banyak industri yang mendapat pinalti penutupan dari pemerintah karena terbukti menerima bahan baku kayu dari sumber yang tidak legal.

Tuntutan ekternal saat ini terhadap kebutuhan produk berbahan baku kayu, seperti produk kayu lapis, furniture dan lain-lain, tidak saja terbatas kepada tuntutan jaminan mutu produk dan harga yang bersaing, namun sebagian besar pembeli lebih memperhatikan kepada jaminan produk yang ramah lingkungan.

Tuntutan produk ramah lingkungan terkait dengan adanya tekanan beberapa pihak, diantaranya yaitu :1. adanya Kesepakatan antar negara (konvensi global), misalnya produk

yang memenuhi persyaratan ITTO, Konvensi perubahan iklim (Protokol Kyoto), konvensi species dilindungi (Konvensi CITES), dll.

2. adanya tuntutan standard produk dari negara pengimport/pembeli produk, seperti standard JAS – Green Konyohu (Jepang), standard

Page 269: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

263

CE marking (negara Uni Eropa), UU Konstruksi Swedia, peraturan perdagangan kayu Amerika Serikat (Lacey Act), dll.

3. adanya tekanan dari kelompok pembeli peduli lingkungan (Buyers group atau Green Consumer), mencakup perhatian kepada standar sistem pengelolaan hutan lestari dan produk lacak balak, seperti standard FSC (SFM dan CoC), Helsinski process, Kiriteria dan indikator ITTO.

4. adanya tuntutan penerapan proses ramah lingkungan (sesuai standard ISO 14001:2004) dan adanya tuntutan produk ramah lingkungan (sesuai standard ekolabel ISO 14021:20020).

Tekanan dari beberapa buyers group yang menguasai perdagangan kayu di Eropa dan Amerika, diantaranya seperti berikut :

No Nama Kelompok Buyer Negara Jumlah Anggota1 1995+Group Inggris 872 Hart Voor Hout Belanda 113 Club 1997 Belgia 794 Gruppe 98 Austria 265 Gruppe 98 Jerman 316 WWF Wood Group Swis 107 Certified Forest Product Council Amerika Utara 149 perusahaan

500 individual Beberapa dealer/distributor besar di Amerika Serikat, yang meminta persyaratan jaminan produk kayunya yang dibeli ramah lingkungan, seperti pada tabel di bawah ini.

DealersSales US$

(Billion)Certification Requested Deadlines

Home Depot 36.8 COC FSC Akhir 2002Lowis 16 COC FSC Plus Tidak ditentukanMenard 4.6 Third Party (TP) Akhir 2003Home Base 1.77 No Endangered Woods Akhir 200284 Lumber 1.5 ISO 14001, SFI, CSA, TP Akhir 2002Wickes 1 TP Certifiaction Akhir 2001

Page 270: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

264

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Untuk menjaga kelestarian sumber bahan baku dan mencegah penggunaan bahan baku kayu ilegal, pemerintah melalui Kementerian Kehutanan, secara intensif telah mendorong perusahaan pengelolaan hutan untuk menerapkan sistem pengelolaan hutan lestari, dan menerapkan sistem lacak balak (Chain of custody), sesuai skema pemerintah yang bersifat wajib (mandatory) dan tertuang dalam Kepmenhut No. P.38/2009, tentang standar dan pedoman penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin atau pada hutan hak, maupun skema lembaga independen yang bersifat sukarela (voluntary) seperti skema Lembaga ekolabel Indonesia (LEI), dan atau skema sertifikasi Forest stewardship Council (FSC).

Adanya tekanan eksternal dan kondisi internal tersebut dapat menjadi tantangan masalah bagi industri perkayuan, namun sekaligus peluang yang dapat diraih, jika industri dapat mengelola sistem manajemennya secara efisien, dan memiliki sumber bahan baku yang legal, yaitu dengan menerapkan sistem manajemen mutu yang terintegrasi dengan sistem lacak balak.

2.2. Pemahaman Sistem Lacak BalakSistem Lacak balak atau Chain of Custody adalah standard atau persyaratan yang mengatur rantai aliran penggunaan bahan baku kayu yang dapat ditelusur kembali dari output produknya, menuju sumber asal-usul kayu tersebut (lokasi tegakan hutannya).

Sesuai standard FSC yang dikembangkan oleh BM-Trada, Sistim Lacak balak adalah suatu sistem yang mengatur rangkaian yang tidak terputus (unbroken path), mulai dari produk yang diambil dari hutan yang telah dikelola secara lestari, sampai dengan digunakan oleh konsumen, termasuk seluruh tahapan pada saat transportasi, distribusi dan proses pengolahannya.

Sesuai pengertian Pedoman LEI 88, Sistem Lacak Balak adalah sistem yang menjamin akuntabilitas dan kebenaran fisik sampel, data dan catatan mengenai hasil hutan, apabila dilakukan proses pelacakan secara runtut.

Page 271: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

265

Akuntabilitas sendiri diartikan sebagai informasi yang terpercaya mengenai asal usul kayu dari pengelolaan hutan lestari.

Terhadap standar pengelolaan hutan lestari (sustainable forest management) dan standard sistem lacak balak (Chain of Custody), telah banyak skema yang dikembangkan oleh berbagai negara dan organisasi non pemerintahan. Namun yang sangat dikenal dalam skema perdagangan yaitu standard sistem Lacak Balak (Chain of Custody), yang telah ditetapkan oleh Lembaga FSC.

Forest Stewardship Council (FSC) atau disebut Dewan Pemangku Hutan Dunia, merupakan lembaga non pemerintah yang telah berdiri sejak tahun 1983. FSC sebagai lembaga dunia, yang anggotanya terdiri dari perwakilan lembaga kehutanan negara dan lembaga non pemerintah (NGO), seperti WWF, Green Peace, organisasi bisnis perkayuan seperti ITTO, ITTA, dll.

Berdasarkan dukungan anggotanya, lembaga ini secara khusus mengembangkan prinsip dan kriteria pengelolaan hutan lestari, dengan skema sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan sertifikasi produk mampu telusur (produk lacak balak) dari pengelolaan hutan lestari.

Untuk dapat meraih sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan produk lacak balak (chain of custody), bagi organisasi/perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan hutan dan atau industri pengolahan produk perkayuan, seharusnya memenuhi prinsip dan kriteria pengelolaan hutan lestari dan kriteria indikator sistem lacak Balak FSC ini.

2.3 Sertifikasi Sistem Lacak Balak Dalam sertifikasi sistem Lacak Balak (CoC), terdapat 2 komponen sistem yang perlu dipenuhi terhadap produk hasil hutan kayu, yaitu :1. Sistem pergerakan produk hasil hutan, adalah merupakan sistem

konfigurasi hasil hutan, simpul pergerakan, pelaksana, mutasi bentuk dan jumlah hasil hutan, perangkat pengenal, pencatat dan dokumen yang menyertai pergerakan hasil hutan.

2. Sistem assesment adalah merupakan sistem penelusuran hasil hutan yang merupakan konfigurasi kriteria dan indikator penilaian, asesor pelaksana,

Page 272: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

266

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

lembaga sertifikasi, metodologi, prosedur dan teknik, yang digunakan untuk merunut perjalanan hasil hutan.

Setelah pengelolaan hutan mendapat sertifikasi pengelolaan hutan lestari sesuai pemenuhan persyaratan kriteria dan indikator pengelolaan hutan lestari tersebut, maka untuk mendapatkan sertifikasi produk ekolabel, pada industri perkayuan atau distributor produk kayu harus memenuhi kriteria indikator sistem lacak balak.

Perusahaan atau industri yang telah mendapat sertifikasi lacak balak, berhak menyatakan dan mempublikasikan diri sebagai organisasi yang telah diakui oleh FSC, telah menerapkan sistem lacak balak, dan produknya berhak menempelkan label produk CoC. Publikasi tersebut dapat dalam laporan resmi, keterangan pers, iklan, brosur dan selebaran media lainnya. Klaim tersebut harus melalui badan sertifikasi yang telah diakreditasi/diakui FSC untuk mengeluarkan sertifikat.

Beberapa lembaga sertifikasi di Indonesia yang telah diakreditasi oleh FSC dan dapat mengeluarkan sertifikasi CoC, diantaranya adalah :1. SGS (manual yang dikembangkan adalah SGS Qualifor)2. SMARTWOOD (manual yang dikembangkannya adalah CoC guidelines)3. BM TRADA (manual yang dikembangkannya adalah Trada Track CoC

Certification)4. SILVA FOREST FONDATION (manual yang dikembangkannya

adalah Standard for CoC Guidelines)5. PT MUTUAGUNG LESTARI (manual yang dikembangkannya adalah

MAL Sylvace Program)

Perkembangan organisasi/perusahaan yang telah mendapat sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan sistem lacak balak (s/d tahun 2008) dimana Jumlah kawasan pengelolaan hutan yang telah disertifikasi FSC, diseluruh dunia seluas 92.887.557 Ha, dengan rincian berdasarkan jumlah unit manajemen pengelolaan hutan dan jumlah negara, sebagai berikut :

Page 273: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

267

1. Jumlah unit pengelolaan yang meraih sertifikasi hutan lestari dan CoC rantai hutan dari FSC sebanyak 907 unit, yang mencakup sebanyak 78 negara.

2. Jumlah sertifikat CoC yang telah dikeluarkan FSC pada unit industri dan agen dagang produk kayu sebanyak 7.873 sertifikat pada 84 negara.

Di indonesia jumlah kawasan hutan yang telah disertifikasi SFM seluas 702.762 Ha, atau sebanyak 6 unit pengelolaan hutan, dan jumlah sertifikat CoC yang telah diterbitikan FSC untuk industri di Indonesia sebanyak 48 sertifikat (data s/d tahun 2008).

Page 274: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

268

Bab IIISertifikasi Sistem Lacak Balak (CoC)

3.1 Penyataan Klaim Produk Lacak BalakSetiap perusahaan atau unit pengelolaan hutan yang telah mendapat sertifikasi pengelolaan hutan lestari dari Forest Stewardship Council (FSC), maka produk kayunya berhak untuk mendapat sertifikasi sistem lacak Balak.

Kemudian untuk industri kayu yang bahan baku kayunya seluruhnya atau sebagian berasal dari hutan yang telah mendapat sertifikasi pengelolaan hutan lestari dapat membuat pernyataan klaim secara proporsional, untuk mendapat sertifikasi lacak balak terhadap produknya.

Peryataan klaim prosentasi sertifikasi produk, menunjukan proporsi antara produk yang bahan baku kayunya telah disertifikasi (certified resources) dan bahan baku kayu tidak bersertifikat (uncertified resources).

Untuk sumber bahan baku kayu yang dapat disertifikasi dibedakan sesuai katagori yaitu :1. Katagori A, yaitu Bahan baku kayu berasal dari hutan yang telah dikelola

secara lestari (mendapat sertifikat hutan lestari). Seperti pengusahaan hutan alam, pengusahaan hutan tanaman, dan pengusahaan hutan berbasis masyarakat (dalam kawasan hutan). Katagori tersebut yaitu ; kayu termasuk serpihnya, Chip atau serat yang berasal dari hutan yang telah disertifikasi pengelolaan hutan lestari. Atau produk antara dari hasil penggergajian.

2. Katagori B (netral), yaitu bahan baku kayu yang tidak berasal dari hutan dikelola secara lestari, namun dipastikan bukan berasal dari kawasan hutan katagori C (uncertified Resources). Katagori ini seperti kayu daur ulang yang belum digunakan, Serat kayu, kayu hasil sampingan industri, serat tanaman bukan kayu (seperti kapas, kain lap, rami, jerami, ampas tebu) kayu yang hanyut dibawa arus, dan kayu dari limbah bekas bangunan

Page 275: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

269

3. Katagori C (uncertified resources), Bahan baku kayu yang sumbernya tidak dapat disertifikasi Lacak Balak. Sesuai persyaratan FSC sumber bahan baku katagori ini yaitu :a. Kayu yang dipanen secara tidak sah, katagori ini menyangkut legalitas

sumber pemanenan kayu atau sumber asal-usul kayu yang tidak memenuhi peraturan pemerintah, termasuk kepatuhan terhadap kewajiban pajak pemungutan sumber daya hutan.

b. Kayu dari pohon yang dimodifikasi secara genetik, Katagori ini termasuk bahan baku kayu yang berasal dari tegakan yang berasal dari benih hasil rekayasa genetis.

c. Kayu dari area Terdapat Pelanggaran Hak tradisional, katagori ini menyangkut adanya hukum adat atau hak sipil yang jelas, dari pihak orang-orang pribumi atau lembaga sosial masyarakat, yang menguasai akses kawasan hutan sebagai sumber bahan baku kayu.

d. Kayu dari hutan yang bernilai konsevasi tinggi (HCVFs), kayu yang berasal dari kawasan ekosistem hutan yang sesuai kriteria panduan FSC, dinyatakan sebagai kawasan hutan bernilai konservasi tinggi (habitat, flora, fauna, dan nilai tradisional). Atau dalam ketentuan pemerintah nasional dinyatakan sebagai kawasan hutan lindung, taman nasional, kawasan konservasi, taman buru, dll.

4. Katagori D, sebagai bahan bukan kayu lainnya diabaikan untuk kepentingan klaim sertifikasi. Bahan seperti itu meliputi besi, plastik, pengisi mineral dan pencerah, dll.

Pilihan untuk menyatakan/klaim produk telah disertifikasi sesuai skema FSC ini yaitu :Pilihan 1 : Merek dagang FSC TIDAK digunakan pada item kayu padat satuan, hanya memasang label informasi persentase produk kayu certified dan non certified pada item kayu padat satuan. Pilihan ini dianjurkan setelah mendapat persetujuan dari badan sertifikasi untuk menjamin pencampuran produk secara tidak sah.

Pilihan 2 : Hanya mencantumkan Nomor sertifikat Lacak balak, yang diberikan oleh badan sertifikasi, pada setiap hasil produk, namun tanpa merek dagang FSC

Page 276: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

270

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Pilihan 3 : Merek dagang FSC, dengan penjelasan lengkap dari bahan baku, dan sumber bahan baku serta persentase kayu bersertifikat yang digunakan di dalam proses pabrikasi, dapat digunakan pada label di produk.

3.2 Proporsi Pernyataan Klaim SertifikasiProporsi pernyataan klaim sertifikasi produk lacak balak, dapat mengikuti ketentuan proporsi bentuk atau kelompok produknya yaitu :1. Kelompok Kayu Padat2. Kelompok produk Serat atau chip3. Kelompok produk rakitan

Untuk sekelompok produk kayu padat, yang diproduksi industri atau dipasarkan pada rantai pedagang antara, meliputi produk :1. Hasil dari lokasi log yard atau logpond pengusahaan hutan2. Hasil produk industri kayu olahan (sawn timber atau moulding)3. Produk kayu olahan dalam rantai pengelolaan pedagang antara untuk

bahan baku industri.

Pernyataan kayu padat sebagai produk lacak balak, dari hasil lokasi logyard atau logpond dari pengelolaan hutan lestari harus 100% berasal dari hutan yang mendapat sertifikat (sumber kayu Katagori A)

Pernyataan klaim produk lacak balak dari kayu padat yang berasal dari hasil pengolahan dan atau produk dalam rantai pengelolaan pedagang antara, proporsi kayu lestari (certified resources) minimal 71%, terhadap bahan baku kayu tidak mendapat sertifikasi 29% (uncertified resources).

Untuk produk berasal dari bahan baku Serat, partikel, atau chip kayu (partikel board dan MDF), dapat menyatakan klaim sertifikasi lacak balak menggunakan logo, nama, dan inisial FSC.

Pernyataan klaim dari Komponen Dan Produk Serat Dan Chip, harus memenuhi prosentasi yaitu :

a. Sedikitnya 30% tentang serat dari hutan harus FSC-CERTIFIED danb. Sedikitnya 17.5% tentang total serat harus FSC-CERTIFIED.

Page 277: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

271

Untuk produk komponen kayu rakitan, yang terdiri dari bahan kayu padat, blackboard, kayu lapis dan moulding, maka Logo, merek dagang, initial FSC dapat digunakan pada produk dan label kayu, jika ”Sedikitnya 70% dari volume kayu yang digunakan dalam pembuatan produk mendapat sertifikasi FSC (Kategori bahan A), dan 30% sisanya katagori B

Untuk Produk Rakitan Yang Mengandung Gabungan Komponen Solid, Chip dan serat, aturan pernyataan klaim sertifikasi lacak balaknya tersedia dua alternatif pilihan klaim yaitu :

Pilihan 1: Merek dagang FSC dapat digunakan jika kombinasi dari semua komponen kayu padat dan serat atau chip baru mengandung sedikitnya 70%, (berdasarkan volume atau berat), termasuk katagori A, dan sisanya 30% masuk katagori B, atau D misalnya meja dibuat terdiri dari kayu lapis, kayu padat, dan particle board. Pilihan 2: Merek dagang FSC dapat digunakan, aturan kayu padat menggunakan proporsi penjumlahan komponen kayu padat. Ditambah aturan produk chip dan serat, menggunakan penjumlahan komponen chip dan serat.

Proporsi dari campuran pilihan 2 tersebut yaitu :17.5% Kayu FSC-CERTIFIED + 50% kayu netral + 32,5% daur ulang17.5% Kayu FSC-CERTIFIED + 82.5% kayu netral/daur ulang30% kayu FSC-CERTIFIED + 70% kayu dari hutan tidak bersertifikat

Perhitungan 1 ton komponen bahan kayu yang mencakup base klaim 70% dikombinasikan dengan 1 ton bahan kayu terdiri base klaim 80%, dan 1 ton bahan dengan base klaim 90%, untuk menghasilkan 3 ton produk. 3 (tiga) ton produk akhir tersebut mencakup klaim sebagai berikut :(70 + 80+ 90) dibagi dengan 3 = ‘‘sedikitnya 80% kayu yang digunakan dalam proses pabrikasi berasal dari hutan yang telah disertifikasi FSC‘’.

Kasus lebih rumit dapat dilakukan perhitungan persentase berdasarkan sumber bahan baku, jika masing-masing bahan kayu terpisah oleh kombinasi

Page 278: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

272

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

dalam suatu proses pabrikasi. Sebagai contoh, campuran berikut digunakan untuk membuat satu kelompok produk membutuhkan atau menggunakan:

a. 1 ton chip mengandung 40% klaim bahan bersertifikat, b. 2 ton komponen kayu serbuk/partikel, mengandung 90% klaim bahan

bersertifikatc. 3 ton komponen kayu padat, mengandung 80% klaim bahan bersertfikatd. 0.5 ton komponen kayu, mengandung bahan tidak bersertifikat.

Sehingga komposisi bahan produk tersebut, dapat menyatakan klaim dengan perhitungan sebagai berikut :( 1 X 40 + 2 X 90 + 3 X 80 + 0.5 X 0) : (1 + 2 + 3 + 0.5) = 460 : 6.5= 70.77%. (klaim kayu bersertifikat), memenuhi batas minimal 70% komponen kayu bersertifikat.

3.3 Pelabelan Produk Lacak BalakProduk yang telah mendapat pengakuan sertifikasi lacak balak, berhak mencantumkan informasi produk lacak balak, dengan mencantumkan label pada produk, pada bahan pembungkus/kemasan, pada etiket produk dan lain-lain,

Informasi Label seharusnya menunjukan logo FSC dengan menginformasikan kandungan kayu yang bersetifikat FSC (Kategori A), dan kandungan kayu tidak bersertifikat (katagori B dan atau D).

Penulisan informasi prosentasi produk sama besar dengan huruf ‘FSC’ dari logo. Bentuk informasi produk yang dicantumkan pada label, seperti pada contoh berikut :

Label untuk suatu produk rakitan(misal Furniture, Kayu Lapis, Blockboard)

Label untuk suatu produk Chip/Serat(misal kertas, partikel board, MDF)

71% Minimal

19% Minimal

Page 279: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

273

Label harus memasukan pernyataan deskriptif untuk menjelaskan arti logo FSC dan untuk mengecualikan tanggung jawab untuk atribut lain dari produk, sesuai aturan berikut : 1. Untuk produk kayu solid, dengan tidak ada bahan netral, harus 100%

berasal dari hutan yang telah mendapat sertifikat pengelolaan hutan lestari sesuai ketentuan FSC, pada label dapat tidak menyatakan informasi proporsi 100%.

2. ”Minimal 70% kayu yang digunakan dalam pembuatan produk ini berasal dari hutan yang telah mendapat sertifikat pengelolaan hutan lestari sesuai ketentuan FSC.

3. ”Minimal 30% serat yang digunakan dalam proses pabrikasi serat/chip berasal dari hutan yang telah mendapat sertifikat pengelolaan hutan lestari sesuai ketentuan FSC.

4. “Minimal 17.5% serat yang digunakan dalam proses pabrikasi serat/chip ini berasal dari hutan yang telah mendapat sertifikat pengelolaan hutan lestari sesuai ketentuan FSC, dan 82.5% merupakan kertas bekas pakai yang didaur ulang “

Dari perusahaan yang telah menerapkan sistem lacak balak atau telah meraih sertifikasi lacak balak, telah meraih manfaat secara internal dari penerapan manajemen perusahaan dan manfaat eksternal dari pengakuan pelanggan.

Manfaat penerapan dan sertifikasi sistem lacak balak secara internal yaitu :1. Menyediakan sistem efisiensi pemanfaatan bahan baku kayu, dari sumber

hutan lestari.2. Mendorong efisiensi bahan dari pemanfaatan bahan sumber daur ulang

atau produk samping, yang diakui sertifikasi.3. Menyediakan sistem mampu telusur bahan, yang dapat digunakan untuk

menelusur sumber kesalahan dalam proses produksi. 4. Perusahaan semakin peduli terhadap kelompok sumber bahan baku yang

bisa dimanfaatkan.

Manfaat secara eksternal yang dapat diraih perusahaan yaitu :1. Sistem ini sebagai perangkat yang menghubungkan konsumen akhir

dengan pengelola sumberdaya hutan.

Page 280: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

274

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2. Sertifikasi Lacak Balak menjadi salah satu perangkat kompetitif bagi konsumen atau pasar yang menuntut produk Ekolabel.

3. Bagi Manajemen Perusahaan dapat memperoleh informasi stok dan arus perjalanan kayu (flow) secara terus menerus di setiap simpul pergerakan kayu (dari rantai hutan – industri – sampai konsumen kayu).

Page 281: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

275

Istilah dan Definisi

Produk Rakitan, adalah Produk yang dibentuk dari dua atau lebih potongan kayu padat, dirakit bersama-sama untuk membentuk produk lainnya.

Produk samping, Produk dari hasil pengolahan sekunder atau setelahnya.Panjang batch, adalah Panjang waktu yang diperlukan untuk suatu proses

produksi atau suatu bagian dari suatu proses produksi berkelanjutan (misalnya 30 hari).

Produk serat/chip, adalah Semua produk yang menggunakan bahan kayu yang telah dipotong atau dihancurkan.

Kumpulan produk, adalah item kayu padat satuan atau produk seperti batang kayu, kayu gergajian, papan, moulding, komponen, yang disimpan atau dibungkus atau dijual atau dipertunjukkan bersama dalam suatu kotak, peti tampilan, pekarangan, atau gudang penyimpanan.

Kayu Hanyutan, adalah bahan Kayu yang telah hanyut di air tanpa disengaja, tidak termasuk kayu bulat yang sengaja dirakitkan, dimilirkan atau diangkut melalui air.

Hutan Bernilai Konservasi Tinggi adalah hutan yang memiliki satu atau lebih atribut untuk menjamin kelstarian ekosistem.

Post-Consumer (kayu produk ulang) : Bahan kayu, serat, chip dari limbah Domestik, rumah tangga atau kantor, seperti barang sisa bangunan, sisa mebel yang telah digunakan.

Produk Antara Penggergajian (co-products): Produk sebagai hasil pengolahan batang kayu utama, termasuk offcuts, papan, serbuk gergaji dan potongan gergajian, dalam proses lanjutan masih bisa digunakan dalam suatu lokasi pabrik.

Produk kayu padat: potongan kayu Padat tunggal, seperti suatu batang kayu, [balok/berkas cahaya], papan, sendok kaku/kayu.

Pohon Penjarangan: Pohon yang ditebang sebelum masa panen akhir, untuk tujuan mensitmulir pertumbuhan pohon/tegakan sisanya

Kayu Hutan Kota (pohon taman): kayu atau Pohon dari lingkungan kota, mencakup kayu dari tepi jalan, kayu dari taman dan pohon kebun (Arboricultural).

Page 282: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

276

Daftar Pustaka

Marshall, R. 2001. Sustainable Development – from theory towards practice. The Environmentalist: 4 pp. 20-22.

Hammond. J.J, E.T. Donnelly, W.F. Harrod, N.A. Rayner. 1961. Woodworking Technology. McKnight and McKnight Publishing Company, Bloomington.

Upton, C. and Stephen Bass. 1995. The Forest Certification Handbook. Earthscan Publication Ltd., Upsala.

FCS-STD-40-004 (Version 1.0). 2004. FSC chain of custody standard for companies supplying and manufacturing FSC-certified products. FSC International Standard.

FCS-STD-40-005 (Version 1.0). 2004. FSC standard for non FSC-certified controlled wood. FSC International Standard.

FCS-STD-40-201 (Version 1.0). 2004. FSC on-product labeling requirements. FSC International Standard.

FCS-STD-30-010 (Version 1.0). 2004. FSC standard for forest management enterprises supplying non FSC-certified controlled wood. FSC International Standard.

Hermawan.1996. Perencanaan, Pengendalian Produksi dan Sediaan Pada Industri Kayu. Makalah Pelatihan Manajer Industri Kayu. UGM-FOCUS QE.

Page 283: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

277

Lampiran :

Daftar Perusahaan di Indonesia yang telah meraih Sertifikasi Lacak Balak

No Nama Perusahaan Alamat Produk Sertifikasi

1 PT Allure Indonesia Kawasan Industri Candi Blok 1 No. 2A-2BJl Gatot Subroto, Semarang

The manufacture of garden furniture from certified teak logs

SGS-COC-0778

2 Aurora Group JI Tegelsari 6 Weru-Cirebon Garden furniture, Flooring, Profile mouldings

TT-COC-1651

3 PD Sinar Agung PD Sinar Agung, JL Manis Raya No 30, Km 8.5, Kawasan Industri Manis, Tangerang,Indonesia.

Laminated timber products

SGS-COC-1358

4 PT Alam Inrotama JL. Raya Jetis Km 43, Desa Jetis Mojokerto

Manufacture of metal framed garden furniture using 100% certified

SGS-COC-1166

5 PT Arona Binasajati In Jl. Narogong KM 16.5, Cileungsi Bogor, West Java

Furniture (tables and chairs

TT-COC-1883

6 PT Bangkit Jaya Semesta

Jalan Telesonic Km 8, Kadujaya No.109, Tangerang

Market umbrella and gazebo (tent).

SGS-COC-0457

7 PT Cemerlang Selaras Wood Working

Jl. Industrial Raya IV Blok AF No. 18 Desa Bundar Cikupa (km 8) Tangerang

FSC-pure doors, components and moulding products

SGS-COC-0581

8 PT Cipta Kreasi Wood Industry

Jl. Raya Kosambi Cimahi KM 4, Desa Cimahi Karawang, Jawa Barat, 41371

Furniture - outdoor / garden Table, chairs, furniture accessories 1000

SW-COC-1145

9 PT Erna Djuliawati - COC

Lyman Wing, Wisma 46 Kav. 1, Jl. Jendral Sudirman

Plywood SW-COC-1622

10 PT Falak Jaya Furnitama

Jalan Industri III, Block AF no 88, Jatake - Tangerang

The manufacture of garden furniture from sawn timber

SGS-COC-0375

11 PT Inatai Golden Furniture Industries

Kawasan Berikat NusantaraJl Raya Cakung Cilincing No. 12/KBNJakarta Utara 14140

The manufacture of wooden furniture from certified sawn timber

SGS-COC-0770

12 PT Innovasi Artistika PT Innovasi Artistica : World Trade Center L-16 Jalan Jend Sudirman Kav 31; Jakarta 12920

Garden furniture / Indoor furniture

SGS-COC-1414

13 PT International Furniture Industries

Kawasan Berikat Nusantara Cakung Jl. Madura 7, Blok D-14 Jakarta Utara, 14140

Furniture - outdoor / garden Tables,Chairs, Umbrella 1200

SW-COC-1010

14 PT Intertrend Utama JL. Industri no.28, Buduran Sidoarjo 61252

Furniture-outdoor/garden

SW-COC-310

Page 284: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

278

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

No Nama Perusahaan Alamat Produk Sertifikasi

15 PT Intracawood Manufacturing

Jl Terusan Lembang D-53, Jakarta Pusat 10310

4 x 8 feet Plywood, LVL and general housing components including assembled doors and cabinets. A minimum percentage, at least 70

SCS-COC-00433

16 PT Kutai Timber Indonesia

Head Office Jakarta, Summitmas II Floor 8, Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62, Jakarta Selatan 12190

Plywood and Door Blanks

TT-COC-2009

17 PT Panca Eka Bina Plywood Industry

Desa Merempan, Kecamatan Siamk, Riau, Indonesia

Plywood TT-COC-1745

18 PT Pelita Mulia Pratama

Jl. Ancol Barat II No.5 Jakarta 14430

Furniture SW-COC-1061

19 PT Pensilindo JL. Peta No. 223, Bandung, 40233

Colored and lead pencils SW-COC-289

20 PT Ragil Adiperkasa Ds. Wonorejo, Jl. Solo-Purwodadi Km 7.2, Gondang Rejo, Karanganyar (PO.Box 380) Solo

Furniture - outdoor / garden 480

SW-COC-407

21 PT Rimba Mutiara Kusuma

Palmanusa Adhi Kencana JL. Indutri Raya III Blok AB no. 06 Jatake Industrial Estate Tangerang

Garden furniture from certified teak logs

SGS-COC-0771

22 PT Rimbawood Arsilestari

Jln Raya Cikande, Rangkasbitung Km 6.5, Serang, Jawa Barat, Indonesia 42178

Indoor and Outdoor Furniture

TT-COC-1724

23 PT Sentosa Hasta Reksa

Padalarang Raya Street Nr. 273 Bandung 40553, West Java

Handles SW-COC-682

24 PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk

Mega Kuningan Jakarta 12950 Indonesia

“The Manufacture and Sale of FSC Certified Plywood and Secondary Process Products.Plywood - FSC Mixed Secondary process products: Paper-Amino Coating-PAC FSC MixedFilm Faced Panels FSC Mixed Film Faced Plywood FSC Mixed”

TT-COC-2187

25 PT Tjipta Rimba Djaja

Jl. Kol. Yos Sudarso KM. 7.5, Tanjung Mulia – Medan, Medan 20241, Indonesia

Plywood TT-COC-2010

26 PT Trimitra Mebelindo

Jln. Raya Rangkas Cikande Km 4 Kawasan Industri Buditexindo, Desa Junti, Serang 42177

Garden furniture Eucalyptus

SGS-COC-1457

Page 285: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

279

No Nama Perusahaan Alamat Produk Sertifikasi

27 PT Uniseraya Jalan Dr. Sutoma, No. 62, Pekanbaru 28141 Riau

Garden furniture and doors containing, manufacture of components and moulding products containing 100% FSC certified material

SGS-COC-0767

28 PT. Kayu Lapis Indonesia

Industrial Estate MM 2100 Industrial 3, Kav. B5 Cibitung Bekasi 17520 Indonesia

The Manufacture and Sale of FSC Certified Doors, Door Frames and Mouldings

TT-COC-2188

29 PT. Tri Dinamika Makmur

Jl Agarindo No 2 Km 6 Desa Sukamantri Kecamatan Pasar Kemis, Tangerang 15560

Manufacture of photograph frames, shelves and shelving kits and finished wooden products

SGS-COC-0883

Page 286: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

280

f. Prinsip Pengendalian Mampu Telusur

Prinsip Pengendalian ProdukMampu Telusur

Dipersiapkan oleh:Deden Rochmanudin

Dikembangkan Berdasarkan Modul Pelatihan dari :

IFC Advisory Services in IndonesiaProgram Kayu Berkelanjutan

Jepara, 27 Juli 2010

Page 287: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

281

Bab IPendahuluan

1.1 Latar BelakangJaminan produk mampu telusur (product traceability), merupakan produk yang dapat menunjukan bukti keterkaitan produk dengan asal-usul bahan atau sumber input dari kegiatan produksinya, baik secara proses maupun bukti secara fisik. Bukti mampu telusur secara proses dapat berupa informasi proses pengolahan dan transportasi produknya yang dapat ditelusuri kembali sesuai simpul-simpul aliran proses dan transportasinya. Dan bukti secara fisik suatu produk berupa informasi yang melekat pada produk, yang keterkaitannya dapat ditelusuri dengan informasi pada proses dan transportasinya.

Setiap jenis atau kelompok produk, bagi produsennya dapat berbeda tujuan untuk menginformasikan kemamputelusuran produknya. Pada industri makanan dan obat-obatan, informasi produk mampu telusur berguna untuk memastikan kapan produk tersebut diproduksi, dan untuk menjamin makanan tersebut tidak melewati masa kadaluwarsa atau aman untuk dikonsumsi. Untuk produk non makanan informasi mampu telusur produk, umumnya berguna untuk memastikan kapan produk tersebut diproduksi atau ingin menunjukan produk tersebut lebih baru dari produk lainnya.

Khusus produk berbahan baku kayu, sesuai prinsip sistem lacak balak ini, informasi kemamputelusuran produk bertujuan untuk menjamin produk yang diproduksi berasal dari sumber kayu dari hutan yang dikelola secara lestari (bersertifikat), dan atau berasal dari sumber yang diakui oleh peraturan pemerintah (sumber yang legal).

Pada rantai aliran bahan kayu dari sumber lokasi pohon atau lokasi tebang, kemungkinan besar masih mudah dan mau diterapkan perusahaan pengelolaan hutan, dengan mengikuti format informasi sesuai

Page 288: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

282

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

peraturan tata usaha kayu (TUK). Namun setelah bahan kayu sampai di industri, jarang sekali produsen kayu yang memperhatikan informasi asal usul sumber bahan baku kayunya.

Upaya mengembangkan dan menerapkan sistem mampu telusur asal-usul bahan baku kayu di industri, dapat mencakup penggunaan perangkat sistem informasi proses dan informasi fisik, mencakup penggunaan perangkat sistem label, dan identifikasi barcode.

1.2. Maksud dan TujuanMaksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Pelatihan ini adalah Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta:1. tentang simpul-simpul pergerakan kayu pada kegiatan pengelolaan hutan

yang dapat menjamin asal usul log/batang kayu mampu telusur.2. tentang simpul-simpul pergerakan bahan kayu pada kegiatan Industri

Furniture, yang dapat menjamin sumber bahan mampu telusur.3. untuk dapat mengaplikasikan perangkat mampu telusur, dan menerapkan

penataan proses produksi untuk menjamin sumber bahan mampu telusur.

1.3 Metodologi Pembelajaran

Tipe Material TujuanBuku Pegangan Peserta Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang

konsep pergerakan bahan kayu yang mampu telusur, hingga ke sumbernya.

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep dan penerapan kepada peserta tentang prinsip mampu telusur aliran bahan produk kayu, dengan metode ceramah diskusi, dan simulasi.

Page 289: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

283

Bab IIProduk Mampu Telusur Pada Rantai Hutan

2.1 Prinsip Mampu Telusur Pada Pengelolaan HutanPrinsip mampu telusur pada kegiatan pengelolaan hutan, menyangkut Informasi asal-usul sumber bahan baku kayu (pohon asal), dari produk berbahan baku kayu. Penerapan ini umumnya untuk keperluan pemenuhan persyaratan tata usaha kayu (TUK) dari pemerintah, guna memastikan kebenaran kayu yang dimanfaatkan sesuai rencana penebangan yang di usulkan, dan untuk keperluan pemungutan pajak sumber dayanya. Namun dalam prakteknya informasi tata usaha kayu yang dipersyaratkan pemerintah tersebut jarang dilaksanakan secara konsisten.

Pada rantai aliran bahan kayu dari sumber lokasi pohon atau lokasi tebang, kemungkinan besar masih mudah dan mau diterapkan perusahaan pengelolaan hutan, sesuai peraturan tata usaha kayu, namun setelah bahan kayu sampai di industri, jarang sekali produsen kayu memperhatikan informasi asal usul sumber bahan baku kayunya.

Sesuai prinsip lacak balak, prinsip mampu telusur seharusnya tersedia data/informasi ketertelusuran pada setiap rantai aliran bahan kayu, yang mengalami perubahan bentuk, ukuran dan atau mengalami pencampuran dari input proses lainnya.

Pada Kegiatan pengelolaan hutan (hutan tanaman atau hutan alam) peluang terjadinya perubahan bentuk, ukuran dan pencampuran, terjadi pada kegiatan yang mencakup aktivitas sebagai berikut :1. Penebangan pohon dan pembagian batang (Felling).2. Penyaradan batang ke lokasi Tempat Pengumpulan kayu di hutan (Tpn)3. Pemotongan pembersihan batang (bucking)

Page 290: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

284

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4. Pengangkutan Kayu dari Tpn ke Tempat Penimbunan Kayu Antara (Tpk antara)

5. Pengangkutan Kayu dari (Tpk antara) ke Logpond atau Tpk Akhir.

Namun dari aktivitas tersebut sebagai sumber informasi awal, yang menunjukan posisi atau lokasi asal-usul tegakan pohon/kayu yang akan ditebang, adalah berasal dari kegiatan penataan areal/blok penebangan dan kegiatan inventarisasi tegakan sebelum penebangan (cruising).

Pada areal pengelolaan hutan, dilakukan kegiatan kompartemenisasi yang menata areal pengelolaan hutan menjadi blok-blok atau unit terkecil (biasa disebut petak) areal pengelolaan hutan. Setelah dilaksanakan penataan areal, kemudian dilakukan inventarisasi potensi tegakan yang tumbuh atau yang ditanam (cruising) pada kompartemen areal tersebut.

Kegiatan inventarisasi dilakukan sebelum penebangan untuk mendapatkan data informasi jumlah dan jenis potensi tegakan/pohon yang tersedia pada areal yang sudah ditata. Pada kegiatan inventarisasi tegakan (cruising) tersebut, kegiatan pengambilan data informasi pohon mencakup aktivitas :1. Identifikasi Nama Jenis Pohon 2. Pengukuran diameter Pohon3. Pengukuran Tinggi Pohon4. Pengukuran Posisi Pohon

Hasil pengambilan informasi pohon tersebut sesuai aturan legal pemerintah saat ini (KEMENHUT), biasanya direkam datanya kedalam Laporan Hasil Cruising (LHC), dan dibuat peta distribusi pohon (peta pohon) yang menunjukan posisi pohon tersebut pada lokasi petak inventarisasinya.

Sementara pada fisik pohonnya di tempelkan label informasi pohon tersebut, yang mencakup informasi :1. Nama Jenis pohon

Page 291: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

285

2. Nomor pohon3. Nomor petak4. Tinggi pohon5. Diameter pohon

Pemasangan label pada pohon ini, biasanya terdiri dari 2 (dua) bagian, dimana pada saat penebangan pohon, satu bagian label informasi tetap ditempelkan pada tunggak (sisa tebangan), dan satu bagian label ditempel pada batang yang ditebang.

Sesuai aturan pemerintah label pohon yang ditebang digunakan sebagai bukti informasi untuk disesuaikan dengan Data Rekaman Hasil Cruising (LHC) yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pada perusahaan yang telah menerapkan sistem lacak balak, biasa membuat informasi tidak hanya mengikuti peraturan pemerintah akan tetapi pelabelan juga dimaksudkan untuk penunjang identifikasi kedalam sistem pengendalian bahan baku tertentu yang ditetapkan perusahaan.

Gambar 1. Contoh Cruising Informasi dengan Barcode

Page 292: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

286

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Identifikasi nomor pohon yang spesifik, sesuai prinsip mampu telusur posisi pohon, dipetakan dengan sistem Global positioning system (koodinat satelit). Informasi initial kayu ditempelkan pada pohon/tegakan, kemudian datanya dimasukan kedalam sistem komputer penyimpan data guna memberikan jaminan tegakan/pohon tersebut mampu telusur ketika sudah ditebang, atau pada rantai penjualan.

2.2 Informasi Mampu telusur Pergerakan Kayu Di HutanSetelah informasi lokasi suatu tegakan pohon/kayu tercatat, maka pada kegiatan pengelolaan hutan, informasi asal lokasi pohon/kayu tersebut harus selalu tertelusur, dari mulai penebangan sampai kayu diterima di Tpk Akhir (logpond atau Logyard).

Pada kegiatan penebangan untuk menjamin kemampu telusuran pohon/tegakan yang ditebang, seharusnya setiap pohon yang telah ditebang, dicatat informasi label pada pohon (yang dibuat saat cruising), kedalam data rekaman hasil tebangan. Kemudian jika pada satu pohon, dibagi lagi menjadi beberapa bagian batang/log, maka informasi sesuai label cruising setiap potongan batang, menjadi kode tambahan, nomor identifikasi pohon atau nomor barcode yang sama.

Pada fisik hasil penebangan, ditempelkan kembali informasi label pohon yang dibuat saat inventarisasi kegiatan, yaitu : 1) Bagian label 1 (satu), yang bertulis tunggak, ditempelkan kembali pada tunggak pohon yang ditebang. 2) Bagian label 2 (dua) yang bertulis batang, ditempelkan pada batang /log yang telah ditebang.

Jika batang tersebut terjadi pembagian batang (potongan lebih dari satu), maka Pada fisik setiap potongan batang di tempelkan label informasi batang/log sesuai informasi pada label bagian 2, dengan membuat label tambahan, dan memberikan tambahan pada setiap potongan batang.

Page 293: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

287

Label Pada Tunggak

Nomor Petak : H 78

Nomor Pohon : 78-01987

Jenis Pohon : Akasia Mangium

Diameter / Tinggi 120 Cm / 56 cm

Label Pada Batang

Nomor Petak : H 78

Nomor Pohon : 78-01987

Jenis Pohon : Akasia Mangium

Diameter / Tinggi 120 Cm / 56 cm

Label Pada Batang

Nomor Petak : H 78

Nomor Pohon : 78-01987

Jenis Pohon : Akasia Mangium

Diameter / Tinggi 120 Cm/56 cm

Label Pada Potongan ke -1

Nomor Petak : H 78

Nomor Pohon : 78-01987 – 1/3

Jenis Pohon : Akasia Mangium

Diameter / Tinggi 120 Cm / 56 cm

Label Pada Potongan Ke -2

Nomor Petak : H 78

Nomor Pohon : 78-01987 – 2/3

Jenis Pohon : Akasia Mangium

Diameter /Tinggi 120 Cm / 56 cm

Label Pada potongan ke - 3

Nomor Petak : H 78

Nomor Pohon : 78-01987 – 3/3

Jenis Pohon : Akasia Mangium

Diameter /Tinggi 120 Cm / 56 cm

Contoh informasi label pada pohon dan batang/log seperti pada gambar di bawah ini :

Setelah Pembagian batang, misalnya menjadi 3 potongan

Label Hasil Cruising Label Setelah Tebang

Page 294: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

288

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Setelah batang hasil penebangan dimasukan ke dalam buku ukur, hasil pengukuran batang dan pengujian (scaling dan grading). Kemudian setiap batang kayu ditarik (disarad) dengan traktor, atau kumpulan batang di kumpulkan ke Tpn dengan bucket tracktor.

Pada area Tempat pengumpulan kayu di hutan ini, biasa juga dilakukan pemotongan dan pembersihan kayu, sesuai grade mutu kayu.

Kemudian batang atau log kayu diangkut ke lokasi Tempat Penimbunan kayu (Tpk) antara atau langsung ke Tempat Penimbunan (Tpk) akhir. Kegiatan pengangkutan kayu dari lokasi Tpn – ke Tpk antara – ke Tpk Akhir, biasa menggunakan moda transportasi darat (truck atau logging truck).

Untuk menjamin informasi mampu telusur pada kegiatan pengangkutan bahan baku log, menggunakan informasi dari data/rekaman yang mengikuti perjalanan kayu dan informasi pada fisik kayu, yaitu :1. Buku Laporan Arus mutasi dan Stock batang/log di Tpn2. Bon trip angkutan kayu (Tpn – Tpk antara, dan Tpk antara – Tpk akhir)3. Buku Laporan arus mutasi dan Stock Log di Tpk antara4. Buku laporan arus mutasi kayu dan stock log di Tpk akhir (logpond atau

logyard).

Dalam rantai aliran informasi pergerakan kayu dari Tpn – Tpk antara – dan Tpk akhir, seharusnya secara administrasi dapat menunjukan keterkaitan data hubungan, antara jumlah input, jumlah stock, dan jumlah output kayu pada setiap simpul tersebut.

Secara prinsip arus masuk kayu dari suatu tempat (origin) ke tempat berikutnya (destination) merupakan penambahan stock di tempat tujuan dan merupakan pengurangan (negatif) stock di tempat asal. Sehingga (sisa) stock di suatu tempat baik ditempat origin maupun di tempat tujuan pada setiap akhir periode waktu berjalan tertentu (= S(t)), harus dapat dihitung sebagai volume sisa pada saat akhir periode yang lalu (=

Page 295: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

289

S(t-1)), ditambah dengan penambahan netto di dalam periode waktu berjalan (= Q(t)).

Menggunakan lambang matematik, prinsip tersebut dapat ditulis sebagai:

S(t) = S(t-1) + Q(t)

Secara fisik juga dapat ditunjukkan kesesuaian antara informasi pada label batang/log dengan buku laporan arus mutasi batang dan stock. Misalnya jika pada buku laporan arus mutasi dan stock batang di Tpn, menunjukan jumlah dan jenis kayu tertentu, maka ketika diperiksa pada label batang/kayu, ada kesesuaian informasi.

2.3 Informasi Mampu Telusur Kayu Ke IndustriPelepasan produk kayu dari rantai hutan sesuai peraturan pemerintah harus memenuhi persyaratan pemerintah, menyangkut bukti pemanfaatan kayu, untuk kepentingan pajak sumber daya hutan.

Sehingga sebelum produk kayu dikirim ke industri harus memenuhi persyaratan informasi produk, yang mencakup :1. Daftar Hasil Hutan2. Laporan Hasil Produksi (LHP)3. Bukti kesesuaian antara LHP dengan Laporan LHC4. Laporan Mutasi Kayu Bulat (LMKB)5. Daftar Angkutan kayu Bulat (DKB)6. Daftar untuk ijin angkutan pengapalan (Bill of loading)

Pergerakan produk kayu dari rantai hutan ke industri untuk tujuan 1)Penyediaan bahan baku kayu kepada industri sendiri, 2)Penjualan Kepada pedagang antara, atau 3)langsung dijual kepada industri pengolahan kayu.

Prinsip mampu telusur non skema sertifikasi FSC (sumber kayu legal), dapat berdasarkan bukti informasi rekaman data produksi kayu dari

Page 296: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

290

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

hutan. Pihak pemerintah (cq. Dinas kehutanan), akan mengeluarkan Dokumen Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH). Sesuai nomor registrasi SKSHH, sebagai bukti menjamin legalnya kayu dari rantai hutan untuk dikirim ke lokasi industri.

Guna memastikan produk kayu mampu telusur, sebelum dilakukan pengiriman, kayu harus disesuaikan informasi Daftar Hasil Hutan (DHH), yang menjadi lampiran SKSHH, dengan bukti fisik pada label kayu yang akan di kirim, mencakup :1. Nomor Batang pada log2. Jenis kayu 3. Nomor petak asal kayu4. Volume batang/log (panjang dan diameter)

Sesuai skema sertifikasi FSC untuk menunjukan bukti mampu telusur produk kayu dari rantai hutan, pada dokumen kayu di informasikan bukti nomor sertifikasi pengelolaan hutan lestari, yang didapat dari lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi FSC. Namun sesuai prinsip FSC, perusahaan tetap harus mengikuti peraturan tata usaha kayu yang telah ditetapkan pemerintah.

Page 297: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

291

Bab IIIPenerapan Mampu Telusur Bahan Di Industri

3.1 Prinsip Mampu Telusur Bahan Baku Kayu Di Industri Batang atau log yang diterima di pintu industri, seharusnya mendapat pengesahan atau persetujuan dari Petugas Pengukur dan Penguji Kayu Bulat (P3KB) dari Dinas kehutanan, dimana industri pengolahan/industri kayu tersebut berada.

Pemeriksaan tersebut untuk menjamin keabsahan kayu berasal dari sumber yang legal, biasanya dilakukan sampling pengujian dan pengukuran, untuk memastikan jumlah volume kayu telah melewati batas toleransi ketidaksesuaian (maksimal 5%), dengan informasi volume dokumen yang ada pada DHH. Dan secara sampling pemeriksaan kebenaran jenis, namun harus semua jenis yang diidentifikasi sesuai dengan Daftar Hasil Hutan, yang menyertai dokumen kayu bulat.

Untuk industri yang tidak menerima langsung kayu bulat, seperti industri furniture, block board, moulding, dll, yang menerima kayu olahan, biasanya untuk memastikan status legal kayu olahan, hanya berdasarkan informasi SKSHH Kayu Olahan, dan Daftar Kayu Olahan (DKO).

Pada penerimaan kayu olahan di industri, tidak dilakukan pemeriksaan dari petugas kehutanan, biasanya hanya melaporkan kepada pos terdekat Dinas Kehutanan, guna memastikan masih berlakunya SKSHH yang dikeluarkan.

Untuk sumber bahan kayu, berasal dari industri pengolahan kayu primer yang telah mendapat sertifikat lacak balak FSC, disamping dokumen SKSHH kayu olahan, seharusnya diinformasikan nomor sertifikat lacak balak industri primernya, termasuk label informasi klaim bahan baku kayu bersertifikat (FSC murni atau FSC campuran).

Page 298: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

292

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Prinsip mampu telusur pergerakan kayu pada industri, tergantung jenis industri dan tipe produk, yang menentukan lokasi-lokasi titik kritis terjadinya perubahan bentuk, ukuran dan peluang pencampuran bahan kayu.

3.2 Penerapan mampu Telusur Pada Industri.Pada industri pengolahan kayu yang telah menerapkan sistem lacak balak biasanya, setelah hasil penerimaan kayu dianggap sah di pintu industri, biasa dilakukan kembali inventarisasi kayu bulat, di logyard atau di logpond industri. Inventarisasi dengan mengidentifikasi kembali informasi rekaman data kayu yang diterima yaitu dari :1. Daftar Hasil Hutan (DHH)2. Dokumen Bill of loading (informasi nomor batang, nomor shipment/

pengapalan atau nomor partai rakit), dan Nomor SKSHH.3. Nomor sertifikat penngelolaan hutan lestari dan atau nomor sertfikat

lacak balak dari perusahaan pemasok kayunya.

Petugas perusahaan dapat menambahkan kembali label identifikasi fisik kayu untuk produk kayu yang dinyatakan berasal dari hutan yang dapat disertifikasi, katagori A skema FSC (certified wood), atau batang log yang bukan berasal dari sumber yang belum disertififikasi, atau katagori B, kayu netral (controlled wood).

Hasil identifikasi ulang di pintu pabrik, pada semua fisik kayu diberikan label tambahan, yang terdiri dari :1. Informasi kayu katagori A (kayu bersertifikasi), label pada log warna Biru2. Informasi kayu katagori B (netral), label pada log warna Kuning3. Informasi kayu sesuai dokumen Tata Usaha Kayu (label putih)

Informasi pada label log/batang sebaiknya menginformasikan :1. Jenis pohon2. Nomor batang/kode identifikasi tambahan dari industri3. Volume Kayu

Page 299: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

293

Label ditempel tambahan pada fisik kayu sebaiknya terbuat dari bahan, yang kuat, dan terdiri dari 3 (tiga) bagian informasi yang sama.

Pada saat identifikasi ulang tersebut dilakukan pemasangan label (terdiri 3 bagian). Apabila saat identifikasi informasi pada label langsung dimasukan ke dalam buku ukur (thally sheet) identifikasi, satu bagian label di sobek, untuk dibawa kebagian pengolahan data.

Sesuai hasil identifikasi ulang tersebut/bukti sobekan label, bagian administrasi pengolahan data menyimpan dan mengolah datanya menjadi informasi pada komputer yaitu :1. Jenis pohon 2. Kode identifikasi tambahan/nomor batang, akan langsung menunjukan

asal sumber kayu (nama perusahaan HPH/HTI, atau nama perusahaan penjual kayu, Nomor petak cruising, dan nomor SKSHH tiap shipment)

3. Volume kayu, yang sudah memperhitungkan kebutuhan nomor mesin yang dapat mengolah).

Untuk industri yang menerima bahan baku kayu berupa kayu olahan, seharusnya mengidentifikasi ulang bahan baku kayu,yaitu berdasarkan:1. Nomor Surat Keterangan Hasil Hutan (SKSHH) kayu olahan, 2. Daftar Kayu Olahan (DKO)3. Nomor bon trip angkutan kayu dari truk yang mengantar4. Nomor bundel kayu, sesuai ukuran sortimennya.

Hasil identfikasi ulang ini sebaiknya pada setiap bundel/pallet kayu yang memiliki asal usul sumbernya yang sama, diberi label ulang. Pelabelan dilakukan pada saat penerimaan kayu, dengan informasi pada label mencakup :1. Jenis Kayu atau item sortimen 2. Nomor SKSHH atau nomor palletnya (jika ada)3. Tanggal trip penerimaan kayu, dan nomor bon trip nya

Page 300: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

294

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Penerapan sistem mampu telusur pada industri tergantung adanya titik-titik kritis sesuai dengan jenis industri dan tipe produk yang dihasilkan. Contoh titik kritis sebagai simpul proses pada industri plywood (pembuatan kayu lapis) secara umum pada lokasi aktivitas, yaitu:1. Administrasi penerimaan dan penyimpanan log2. Pembagian Batang 3. Transportasi potongan log ke lokasi rotary (conveyor atau loader)4. Pembuatan veneer (rotary felling)5. Penggulungan Veneer F/B dan penyerahan ke Dryer (reeling atau

unreeling)6. Pengiriman Veneer Core ke drayer7. Penyiapan dan perbaikan bahan veneer (Core builder, setting F/B, dan

composer)8. Perlakuan setelah perakitan/assembly produk, di cold press atau hotpress.9. Perlakuan setelah inspeksi akhir (pemisahan produk, penandaan dan

pengepakan).

Contoh Titik kritis dari simpul proses produksi pada industri Furniture secara umum, yaitu:1. Administrasi penerimaan dan penyimpanan bahan kayu (log atau papan/

balok), atau sortimen khusus dari pemasok.2. Kegiatan pembahanan (pemotongan, pembelahan, perakitan untuk bahan

sambung/fingerjoint).3. Perakitan/assembly dalam proses memerlukan bahan, kayu selain

disiapkan dari pembahan.4. Perakitan dari bahan setengah jadi (material in process)5. Perakitan akhir produk6. Perlakuan setelah inspeksi akhir (pemisahan produk, penandaan dan

pengepakan).

Penerapan sistem lacak balak dari setiap titik kritis pada tahapan proses tersebut diatur, yaitu :1. Mekanisme prosedur atau instruksi kerja, untuk menjamin

mampu telusur

Page 301: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

295

2. Kodefikasi rekaman data /pelaporan antar simpul proses tersebut, yang menjamin keterkaitan data (kohort)

3. Adanya penandaan pada fisik bahan kayu (kode produk, kode batch, warna, dll).

4. Penataan lay out aliran bahan kayu, dengan separasi untuk menjamin tidak tercampurnya bahan baku kayu antar line proses, dalam rantai telusur produk.

3.3 Penerapan Sistem Label/Kartu Aliran BahanPenerapan sistem kartu atau label aliran bahan, banyak model yang bisa diterapkan industri, untuk menjamin mampu telusur aliran bahan dan status produk. Namun Setiap sistem mempunyai aturan penggunaan dan metode penerapan tertentu. Jika kita menerapkannya dengan baik, sistem itu akan sesuai dapat mencapai sasaran yang diinginkan

Penerapan sistem kartu telusur aliran bahan, biasa menggunakan Sistem kartu ”kanban”(istilah jepang artinya sistem kartu tarik dan dorong). Sistem ini lazim digunakan dalam rantai aliran bahan produksi perakitan. Jenis-jenis kanban, yaitu :1. Kanban Produksi 2. Kanban Proses3. Kanban Isyarat / material4. Kanban Pindahan5. Kanban Pabrik6. Kanban Pemasok

Kanban produksi digunakan untuk jalur pemasangan dan di jalur lainnya di mana waktu setup mendekati nol dan produksi dilakukan satu demi satu. Untuk penerapan pada sistem conveyor aliran bahan/produk, kartu diletakkan di depan benda kerja.

Kanban isyarat (signal kanban,) digunakan untuk produksi dengan sistem lot seperti proses pembahanan, proses penghalusan (planner dan sanding). Dengan menaruh kanban isyarat pada posisi tertentu (yaitu tepat pada

Page 302: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

296

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

tingkat stock minimum atau reorder point) di tempat penyimpanan, pengaturan pemanuhan kembali persediaan dapat dilakukan.

Dengan mencantumkan ukuran lot produksi di dalamnya, kanban isyarat akan berfungsi seperti kanban produksi karena memberikan semacam instruksi bagi operator. Dalam hal ini sebuah kanban isyarat mewakili setumpuk kanban produksi yang dikumpulkan menjadi satu. Cara ini tentu lebih praktis, karena kita tidak perlu menggunakan banyak kanban produksi. Kanban isyarat sangat tepat untuk mengendalikan minimum/maximum stock barang-barang produksi, cukup dengan satu kartu.

Kanban meterial untuk produksi pembahanan, dimana operator pembelahan menyampaikan kepada operator pemotongan lembar kayu agar bersiap. Produksi barang sesuai kanban kemudian dilakukan sesuai dengan urutan, sampai kanban pada setiap perator tersebut mengalami perputaran kembali.

Secara lebih terinci misalnya bagaimana kanban material digunakan untuk mendapatkan bahan kayu berupa lembar sortimen bahan terpotong. Ketika kedua kanban isyarat dan kanban material sampai pos kanban, operasi pemotongan dimulai dan langsung diikuti oleh operasi pemeriksaan hasil, proses ini dapat menghindari proses pemotongan bahan terlalu awal, atau terlambat dari aliran bahan.

Setiap orang yang terlibat dalam operasi kanban harus memahami dan melatih penerapan aturan dasarnya. Aturan dasar penerapan sistem kanban ini mencakup :1. Operator proses hilir (penerima) harus mengambil komponen dari proses

yang lebih hulu sesuai yang tercantum dalam kartu/kanban (kanban pindahan).

2. Operator produksi hanya memproduksi komponen sesuai informasi pada kanban (kanban produksi).

3. Jika tidak ada kartu kanban, tidak ada produksi atau pengiriman material/barang.

Page 303: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

297

4. Kartu kanban harus selalu dilekatkan pada komponen bahan atau kotak bahan/kontainer, kecuali pada masa sementara, yaitu saat produksi atau pengiriman sedang dipersiapkan.

5. Operator proses produksi harus mampu meyakinkan bahwa hasil produksi mereka 100% sempurna, sesuai standar sebelum dimasukkan ke dalam kontainer.

6. Jika ada cacat produksi, jalur harus berhenti dan upaya penanggulangan dilakukan.

7. Jumlah kanban harus dikurangi perlahan-lahan agar kaitan antar proses makin menjadi erat, sehingga pemborosan dari waktu aliran bahan/produk dapat semakin dikurangi.

3.4 Pengendalian Proses ProduksiPengendalian proses produksi untuk menjamin aliran bahan atau produk mampu telusur, dapat dilakukan dengan alternatif :1. Penetapan langkah proses produksi mengikuti peta proses/lay out aliran

bahan.2. Penataan dan pemisahan line proses aliran bahan/produk bersertifikat

dengan bahan/produk non sertifikasi.

Peta proses aliran bahan dipergunakan sebagai panduan setiap pelaksana operasi untuk menunjukkan perpindahan atau aliran bahan atau produk, termasuk mekanisme komunikasi tertulis antara kegiatan/bagian saling terkait.

Penerapan panduan peta proses ini dapat mengikuti skedul produksi atau sesuai rencana batch produksi, meliputi kelompok produk FSC Murni, Produk Campuran dan atau produk dari bahan dikendalikan (legal), atau bahan dari daur ulang.

Dalam proses pelaksanaan panduan peta proses ini, harus selalu dipantau periode waktu produksi, dari setiap kelompok produk, seharusnya dievaluasi untuk mendapatkan perhitungan periode waktu yang efisien untuk menjamin suatu proses mampu telusur.

Page 304: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

298

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Penerapan sistem separasi proses, berdasarkan titik-titik kritis dari setiap rantai proses, dapat dipisahkan line proses antara kelompok bahan/produk sertifikat FSC dan yang non sertifikat.

Penerapan separasi proses aliran bahan/produk ini seharusnya mempertimbangkan :1. Jumlah kapasitas produksi untuk setiap kelompok produk sertikasi FSC

dan non FSC.2. Ketersediaan sarana peralatan produksi.3. Kondisi tata ruang dan peletakan lay out proses yang sudah tersedia.

Jika diperhitungkan feasible diterapkan, penerapan sistem separasi ini sangat menjamin kemamputelusuran aliran bahan kayu/produk, sehingga efektif untuk menerapkan sistem lacak balak.

Page 305: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

299

Daftar Istilah / Definisi

Cruising adalah Penelusuran terhadap potensi sumberdaya secara langsung di lapangan dengan menggunakan sample.

Barcode adalah kode produksi yang terdiri dari tanda garis dan angka.Petak/Blok adalah Satuan terkecil dalam wilayah pengelolaan hutan.

Page 306: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

300

Daftar Pustaka

Indonesia Cleaner Industrial Production Program (ICIP). 1998. Kajian Produksi Bersih Pada Industri Kayu Lapis. Jakarta.

Uren, S. 1999. Environmental Supply Chain Management. Environmental Assessment. Volume 7. Issue 1 pp. 14-16.

Rampersad, H.K. 2001. Total Quality Management. An executive guide to continuous improvement. Springer -Verlag, Berlin.

Biegel, J.E. 1992. Production Control : a quantitative approach (Edisi Bahasa Indonesia). Akademika Pressindo, Jakarta.

Page 307: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

301

g. Pemahaman Standard Sistem CoC Skema FSC

Penerapan Sistem Lacak BalakPada Industri Perkayuan

Dipersiapkan oleh:Deden Rochmanudin

Dikembangkan Berdasarkan Modul Pelatihan dari :

IFC Advisory Services in IndonesiaProgram Kayu Berkelanjutan

Jepara, 27 Juli 2010

Page 308: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

302

Bab IPendahuluan

1.1 Latar BelakangForest Stewarship Council (FSC) atau Dewan Pemangku Hutan Dunia sebagai organisasi yang berperan dalam mengembangkan skema dan prinsip pengelolaan hutan lestari, termasuk didalamnya skema sistem lacak balak (chain of Custody). Lembaga ini secara terus-menerus mengembangkan dan meningkatkan kesesuaian konsepnya, sesuai kondisi dan penerapan yang efektif di lapangan.

Sistem Lacak Balak (Chain of Custody) sebagai salah satu perangkat dari upaya menjaga kelestarian hutan, dengan memastikan semua produk kayu yang dihasilkan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari. Sistem lacak balak ini diterapkan guna menjamin bahwa hasil produk kayu yang dihasilkan dari kegiatan pengelolaan hutan, dan atau dari industri perkayuan dapat ditelusuri asal usul bahan baku kayunya.

Sistem Lacak balak ini merupakan konsep manajemen pengelolaan aliran kayu yang harus memenuhi prinsip mampu telusur hingga ke lokasi dimana tegakan pohon dari kayu yang dihasilkan tumbuh. Konsep manajemen aliran kayu ini berisi seperangkat kriteria dan indikator yang harus dipenuhi oleh suatu unit manajemen yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan produk kayu.

Menyangkut kriteria titik kritis terjadinya pencampuran, secara spesifik tergantung dari proses atau aktivitas dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan produk kayu, baik pada rantai pengelolaan hutan maupun dalam kegiatan industri. Kriteria terjadinya pencampuran kayu, merupakan lokasi yang harus dikendalikan untuk menjamin aliran produk kayu yang mampu telusur.

Page 309: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

303

Proses pembuktian produk mampu telusur, dengan dibuktikan adanya aturan penandaan (tagging system) yang menunjukan hubungan keterkaitan secara fisik dari rantai aliran produk kayu. Bukti keterkaitan secara fisik tersebut, seharusnya pula didukung oleh bukti objektif secara administrasi. Dokumen administrasi ini lazim disebut sistem tata usaha kayu (TUK), yang dapat menunjukkan bukti keterkaitan data yang mampu ditelusuri (kohort data).

1.2 Maksud dan TujuanMaksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Penerapan sistem lacak balak pada Industri perkayuan ini adalah :1. Untuk memberikan pengetahuan kepada peserta tentang rute atau rantai

aliran kayu, dari sumber tegakan kayu di hutan, hingga produk berbahan baku kayu diterima pengguna terakhir.

2. Untuk memberikan pengetahuan kepada peserta tentang metode melakukan pelacakan dan menerapkan kriteria sistem lacak balak pada pengusahaan hutan, sebagai rantai sumber bahan baku di industri.

3. Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta tentang cara mengembangkan dan menerapkan kriteria sistem lacak balak di industri perkayuan, khususnya industri Furniture.

1.3 Metodologi Pembelajaran

Tipe Material TujuanBuku Pegangan Peserta

Memberikan dasar pemahaman dan ketrampilan kepada peserta tentang penerapan sistem lacak balak sesuai skema FSC.

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep lacak balak pada pengusahaan hutan dan aplikasinya pada industri Kayu dengan metode ceramah, tanya jawab dan simulasi.

Page 310: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

304

Bab IIPenerapan Sistem Lacak Balak

2.1 Produk Hasil Hutan Kayu Penerapan sistem lacak balak (chain of custody), merupakan sistem yang mempersyaratkan kepada suatu organisasi (perusahaan atau industri) yang mengelola hasil hutan kayu, untuk dimanfaatkan atau diolah menjadi produk yang dapat diperjualbelikan.

Berdasarkan sumber pengelolaannya, asal tegakan/pohon sebagai bahan baku kayu dapat dikelompokkan menjadi :1. Produk kayu rimba (dari pengelolaan hutan alam).2. Produk kayu tanaman (dari pengelolaan hutan tanaman).3. Produk hasil pengelolaan hutan tanaman rakyat atau hutan hak.

Sedangkan berdasarkan kelompok penggunaannya, bahan baku Kayu dikelompokan kedalam : 1. Kayu pertukangan.2. Kayu Industri.3. Kayu untuk energi.

Dalam penerapan sistem lacak balak, diperlukan pengetahuan untuk mengenali asal-usul jenis kayu, untuk dapat melakukan penelusuran sumber asal usul kayu, secara umum sering dikelompokan sumber kayu dari hutan alam (kayu rimba) dan sumber kayu dari hutan tanaman.

Produk kayu rimba dapat dikatagorikan sebagai produk yang dihasilkan dari pengelolaan hasil tegakan pohon yang berasal dari alam (bukan tanaman). Produk kayu rimba ini seperti jenis keluarga Meranti (Shorea sp), Keruing (Dipterocarpus sp), Damar (Agathis sp), dll.

Dalam pengelolaan hutan tanaman untuk tujuan pengolahannya dapat dibedakan :

Page 311: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

305

1. HTI pulp dan kayu serat, untuk menyediakan bahan baku pulp dan serat, 2. HTI kayu pertukangan, orientasi hasil untuk kayu bahan perkakas seperti,

untuk bahan bangunan, furniture dan alat rumah lainnya.

Produk kayu tanaman merupakan hasil kayu yang berasal dari pengelolaan hutan tanaman, baik dari konsesi pengelolaan hutan tanaman, atau tanaman dari masyarakat (hutan rakyat dan hutan hak)). Produk kayu tanaman ini seperti, Jati (Tectona grandis), Mahoni (Switenia mahagony), Akasia (Acacia sp), Cemara (Pinus sp), Sengon (Albizia falcataria), dll.

2.2 Pemanfaatan Produk Hasil Hutan KayuDalam sistem lacak balak produk hasil hutan kayu yang akan disertifikasi harus mampu dibuktikan asal-usul kayunya. Produk hasil hutan berupa kayu umumnya diperoleh dari sistem pengelolaan hutan di areal hutan produksi yang dikelola oleh sebuah unit manajemen pemegang ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA), pemegang ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), pemegang ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE), pemegang ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat (IUPHHK-HTR) dan pemegang ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Kemasyarakatan (IUPHHK-HKm).

Hasil hutan kayu ini dapat pula dihasilkan dari hasil hutan kayu yang diperoleh dari ijin-ijin penebangan kayu yang lain yang bersifat pemanfaatan hasil hutan dari kegiatan konversi hutan alam ke areal penggunaan lain (APL), seperti untuk perkebunan, pemukiman transmigrasi serta kegiatan pertanian.

Pada kegiatan pengelolaan hutan tersebut, sebelum kayu ditebang atau dimanfaatkan didahului dengan kegiatan penataan areal kerja untuk menentukan batas-batas serta nomor blok dan petak tebang.

Page 312: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

306

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Setelah penataan areal, dilakukan inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) sering disebut dengan Cruising. Kegiatan ini bertujuan untuk pemberian nomor pohon dan notasi individu pohon lainnya (jenis, diameter, tinggi) serta pengajuan ijin tebang tahunan kepada institusi pemerintah (Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan daerah).

Data atau informasi tegakan pohon hasil cruising sebagai sumber informasi kayu yang akan ditebang, dalam sistem lacak balak merupakan informasi yang menjadi acuan dalam pergerakan kayu mulai dari kegiatan penebangan, penarikan (penyaradan), pengangkutan kayu sampai di logpond atau TPK (tempat penumpukan kayu) akhir.

Umumnya produk kayu rimba dalam bentuk logs (kayu bulat), maka proses lacak balak harus diperlakukan terhadap setiap individu pohon dan/atau batang. Hal ini penting perlu diperhatikan selama pergerakan logs adalah mengenai mutasi tempat dan perubahan ukuran, yang menjamin saling keterkaitan data dan fisik.

2.3. Kriteria dan Indikator Sistem Lacak BalakSistem lacak balak (chain of custody), merupakan proses untuk menerapkan sistem pengelolaan hutan secara lestari yang dilanjutkan dengan penerapan sistem pengelolaan atau pengolahan produk hasil hutan kayu di industri dan pada rantai perdagangan kayu.

Penerapan sistem pengelolaan hutan lestari harus mengacu kepada prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan hutan lestari yang diacu atau dipersyaratkan pihak terkait (pemerintah, pelanggan, dan organisasi terkait). Kemudian dilanjutkan penerapan kriteria dan indikator sistem lacak balak yang diacu atau mempersyaratkan.

Prinsip, Kriteria dan indikator pengelolaan hutan lestari dan sistem lacak balak telah banyak dikembangkan oleh pihak inisiator, baik oleh

Page 313: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

307

pemerintah yang bersifat wajib (mandatory) maupun oleh organisasi non pemerintah yang bersifat sukarela (voluntary).

Hampir di setiap negara penghasil kayu, inisiator kerjasama regional antar pemerintah telah mengeluarkan kriteria dan indikator pengelolaan hutan lestari.

Namun prinsip kriteria dan indikator yang telah diakui oleh banyak negara dan organisasi non pemerintah serta terkait dengan skema perdagangan kayu yang diakui secara internasional adalah prinsip kriteria dan indikator pengelolaan hutan sesuai dengan standar dari Forest Stewardship Council (FSC), yaitu standard FSC-STD-01-001 (2000), Forest Stewarship Council Principles and Criteria for Sustainable forest Management.

Prinsip, kriteria dan Indikator pengelolaan hutan lestari sesuai standard FSC tersebut, mencakup 10 (sepuluh) prinsip pengelolaan hutan lestari, yaitu :Prinsip 1 : Kepatuhan Kepada Peraturan dan Standard FSC (6 kriteria)Prinsip 2 : Hak dan tanggungjawab Penggunaan lahan dan Kepastian Kawasan (3 kriteria)Prinsip 3 : Hak-hak masyarakat adat (4 kriteria)Prinsip 4 : Hubungan Masyarakat dan Hak pekerja (5 kriteria)Prinsip 5 : Keuntungan Dari Nilai Hutan (6 kriteria)Prinsip 6 : Dampak Lingkungan (10 kriteria)Prinsip 7 : Perencanaan Pengelolaan Hutan (4 kriteria)Prinsip 8 : Pemantauan dan Penilaian (5 kriteria)Prinsip 9 : Pemeliharaan Hutan Memiliki Nilai Konservasi Tinggi (4 kriteria)Prinsip 10 : Pengembangan Hutan tanaman (4 kriteria)

Setelah perusahaan pengelolaan hutan meraih sertifikasi pengelolaan hutan lestari sesuai prinsip, kriteria dan indikator tersebut untuk

Page 314: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

308

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

sertifikasi lacak balak, produk kayu dari hasil pengelolaan hutan juga harus memenuhi standar sistem lacak balak dengan skema dari FSC. Standard Sistem Lacak Balak dalam skema sertifikasi Forest Stewarship Council sesuai standar FSC-STD-40-004 (versi 1) : Standard Lacak Balak FSC untuk perusahaan dan industri pemasok produk bersertifikat FSC (FSC Chain of custody standard for companies supplying and manufacturing FSC – certified products), terdiri dari persyaratan, sebagai berikut :

Bagian 1 : Persyaratan Sistem Mutu1. Tanggung jawab.2. Lingkup sistem lacak balak.3. Prosedur terdokumentasi.4. Rekaman dan laporan.5. Pelatihan.

Bagian 2 : Sumber Kayu1. Spesifikasi input.2. Pernyataan jaminan bahan kayu dari sumbernya oleh perusahaan umum.3. Pernyataan jaminan bahan baku kayu pada pengguna akhir oleh

perusahaan pengumpul atau pedagang.4. Penerimaan dan penyimpanan bahan baku Kayu.

Bagian 3 : Pengendalian Produksi dan RekamanPengumpulan informasi dan rekaman.

Bagian 4 : Persyaratan Untuk Pelabelan1. Eligibility untuk produk yang menggunakan merek dagang FSC.2. Persyaratan untuk label FSC.3. Pemeliharaan rata-rata pergantian bahan FSC pada kelompok produk.4. Perhitungan kredit/penerimaan produk FSC.5. Pengesahan pada label produk.

Page 315: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

309

Bagian 5 : Dokumentasi Pengapalan, Penjualan dan Penagihan,1. Invoices penjualan.2. Dokumentasi penjualan.3. Rekaman penjualan.

Page 316: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

310

Bab IIIPenerapan Standar Sistem Lacak Balak FSC

3.1 Simpul Pergerakan Hasil Hutan KayuPergerakan hasil hutan kayu baik dalam kegiatan pengelolaan hutan maupun dalam kegiatan di industri pengolahan hasil hutan, memungkinkan terjadinya mutasi bentuk, jumlah, ukuran, kualitas, tanda, dan penampilannya. Lokasi dimana terjadi mutasi dan perubahan bentuk hasil hutan kayu, disebut simpul pergerakan.

Pada Penerapan sistem lacak balak, simpul pergerakan bahan baku kayu pada umumnya dibagi menjadi beberapa rute, antara lain:

Simpul 0 : simpul-simpul di dalam hutan yang dimulai dari blok tebangan sampai dengan titik penjualan di rute hutan, biasa di Logpond/logyard atau Tpk akhir, disebut juga rute 0Simpul I : simpul-simpul yang berada pada rentang jarak dari areal hutan ke pembeli pertama atau industri penerima dan pengolah hasil hutan hulu (industri primer), disebut juga rute 1Simpul II : simpul-simpul di dalam rantai atau tahap proses pengolahan hasil hutan kayu di industri, hingga menjadi produk kayu, disebut juga rute II Simpul III : simpul-simpul yang berada pada rentang jarak antara industri, transportasi produk hingga ke pembeli akhir, atau antara pedagang antara dari industri ke pemakai akhir, disebut juga rute III.

Dalam sistem penilaian lacak balak ini dapat digunakan prinsip penilaian satu langkah ke belakang (one step backward), artinya dalam sistem ini hanya menilai apakah sumber hasil hutan pada satu simpul sebelumnya telah tersertifikasi dan memenuhi aturan sistem lacak balak.

Page 317: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

311

Prinsip one step backward sebagai langkah agar rantai perjalanan hasil hutan kayu tersebut tidak pernah putus. Oleh karena itu dalam penetapan simpul harus jelas, berdasar dokumen yang menjelaskan status dari simpul ke simpul berikutnya pada rute perjalanan hasil hutan.

3.2 Penerapan Sistem Lacak Balak Pada Simpul HutanSecara prinsip apabila sebuah unit manajemen pengelolaan hutan telah memenuhi prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan hutan lestari, atau telah meraih sertifikasi pengelolaan hutan lestari sesuai standard FSC tersebut, maka seharusnya produk pada simpul hutan tersebut telah memenuhi sistem lacak balak.

Pada kegiatan pengusahaan hutan (hutan alam, tanaman), proses aktivitas yang dapat menjadi titik kritis simpul pergerakan kayu pada simpul ini, yaitu :1. Kegiatan inventarisasi tegakan pohon (cruising), penandaan potensi

pohon yang akan ditebang.2. Kegiatan penebangan dan pembagian batang atau log pada petak tebang.3. Kegiatan penyaradan (pemindahan) potongan kayu dari petak tebang ke

lokasi Tpn hutan (tempat pengumpulan kayu di dalam hutan).4. Kegiatan pengangkutan kayu (hauling) dari Tpn hutan ke Tpk (antara),

dan pengangkutan sampai ke Tpk penjualan log (sales point), sering disebut Logyard (di darat) atau logpond (di sungai/laut).

Penerapan sistem lacak balak pada kegiatan survei potensi pohon yang akan ditebang (cruising), merupakan proses yang diatur dalam prosedur kerja untuk inventarisasi tegakan potensi pohon yang akan ditebang. Didalam prosedur biasanya diatur mekanisme :1. Identifikasi jenis pohon, posisi pohon (nama petak dan koordinat pada

petak), dan pengukuran diameter atau tinggi pohon.2. Metode perhitungan volume potensi tegakan.3. Metode penandaan/label pohon tebang (nomor pohon, jenis, nomor

petak), dan penempatan label pada pohon.

Page 318: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

312

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4. Administrasi pencatatan hasil inventarisasi tegakan pohon (tally sheet) data cruising.

Hasil inventarisasi pohon yang akan ditebang, biasa termasuk pohon potensi selanjutnya (pohon inti), dan pohon yang dilindungi. Hasil ini direkapitulasi ke dalam Laporan Hasil Cruising (LHC) dan peta distribusi pohon, sebagai dasar penerbitan ijin pohon yang dibolehkan untuk ditebang (pohon legal).

Hasil penetapan informasi pada pohon/tegakan dari hasil cruising tersebut menjadi acuan informasi sistem lacak balak kegiatan pemanfaatan kayu pada simpul hutan, yaitu :1. Penebangan pohon/tegakan yang telah diinventarisasi sebagai pohon yang

boleh ditebang.2. Pembagian batang pohon yang telah ditebang.3. Penyaradan atau penarikan kayu dari tempat tebangan ke lokasi

pengumpulan kayu di hutan (Tpn).4. Pengangkutan kayu (hauling) dari Tpn hutan ke Tpk (antara).

Pengangkutan kayu (hauling) dari Tpk (antara) ke Tpk penjualan (sales point).

Kesesuaian data/informasi hasil laporan hasil crusing (LHC) dengan laporan Hasil Produksi/Penebangan (LHP) kayu dan kesesuaian dengan fisik kayunya, merupakan pemenuhan sistem lacak balak pada Simpul 0.

Penerapan sistem lacak balak pada kegiatan pengangkutan kayu dari Tpk Penjualan ke lokasi industri (Simpul 1), dapat dilaksanakan dengan menetapkan prosedur atau instruksi kerja yang mengatur mekanisme :1. Kegiatan perakitan (pengelompokan kayu) untuk ditarik melalui sungai

menuju pabrik.2. Kegiatan pengakutan melalui darat dari Tpk penjualan menuju pabrik.3. Perjalanan kayu yang mengharuskan adanya persingahan sementara

(logpond antara atau logyard antara), menimbulkan konsekwensi perubahan persyaratan dokumen yang menyertai kayu.

Page 319: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

313

4. Mekanisme jika ada, batang/log yang jatuh/hilang selama pengankutan, tersedia informasi pengurangan kayu sehingga tidak ada penukaran fisik batang dari informasi yang sebenarnya.

5. Penerimaan kayu di Tpk Industri atau logpond industri, tersedia informasi penerimaan kayu (dokumen bill of loading, SKSHH, dokumen pengangkutan dari otoritas terkait).

Kesesuaian Data Laporan Mutasi pada Tpk penjualan (Nomor LHP, Daftar Angkutan Kayu, dan dokumen SKSHH), dengan Laporan penerimaan kayu di Tpk Industri menunjukan, produk kayu mampu telusur (atau Lacak Balak) pada simpul 1 ini.

Secara keseluruhan dari penerapan sistem lacak balak pada kegiatan pengelolaan hutan ini, disamping penerapan sesuai panduan prosedur atau Instruksi kerja yang ditetapkan perusahaan, juga pada setiap proses yang dilalui harus disediakan tenaga yang mempersyaratkan kompetensi khusus atau adanya penyediaan pelatihan.

Pada kegiatan pengelolaan hutan, biasanya tenaga kerja yang mempersyaratkan kompetensi khusus dan tenaga tersebut mempunyai nomor registrasi yang disyahkan oleh Dinas Kehutanan setempat terdapat pada tenaga pengenal jenis pohon/kayu, tenaga pengukur kayu (scaller), tenaga penguji kayu bulat (gradder), dan tenaga administrasi produksi kayu.

Untuk mendukung sistem lacak balak ini diperlukan bukti kompetensi tenaga-tenaga tersebut, yaitu :1. Program Pelatihan dan bukti pelaksanaan pelatihan.2. Bukti sertifikat pelatihan.3. Bukti surat ijin melaksanakan pengukuran dan pengujian yang

dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

Page 320: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

314

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

3.3 Penerapan Lacak Balak Pada Simpul Industri Simpul pergerakan kayu di industri tergantung dari tipe industri dan kelompok produk yang dihasilkan. Secara spesifik simpul pergerakan pada industri ini dipertimbangkan dari proses kegiatan industri yang dapat mengakibatkan atau berpotensi terjadinya pencampuran bahan kayu dari sumber asal (input proses) yang berbeda.

Penerapan sistem lacak balak pada rute ini harus dapat dipenuhi beberapa prinsip utama sesuai tahapan sebagai berikut:1. Jaminan bahwa bahan baku kayu dipasok dari perusahaan atau unit

manajemen yang dikelola secara lestari, dapat dibuktikan dengan adanya sertifikat ekolabel pengelolaan hutan lestari.

2. Diterapkannya mekanisme pengendalian secara sistematis terhadap pergerakan bahan kayu selama dalam proses pengolahan sampai barang jadi atau setengah jadi dari kemungkinan terjadinya mutasi.

3. Pelabelan terhadap produk olahan sebagai jaminan kepada konsumen bahwa produk yang diterima adalah berasal dari hutan yang dikelola lestari.

Penerapan sistem lacak balak pada simpul ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan berjalannya mekanisme yang runut, rasional dan dapat dipertanggung jawabkan meliputi proses : 1. Aliran pergerakan hasil hutan kayu dari lokasi logpond/TPK ke pabrik.2. Aliran bahan baku kayu selama proses pengolahan dalam pabrik.3. Aliran bahan baku kayu setengah jadi, yang disimpan di dalam gudang

pabrik (warehouse), atau mendapat perlakuan oleh pihak eksternal pabrik.

Penerapan sistem lacak balak sesuai standar FSC tersebut pada setiap tipe industri, seharusnya diawali dengan menetapkan persyaratan sistem mutunya, yaitu :1. Manajemen puncak organisasi atau perusahaan industri harus menunjuk

seorang Wakil Manajemen untuk bertanggung jawab memenuhi persyaratan standar sistem lacak balak ini (Ref FSC B1.K1.1).

Page 321: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

315

2. Wakil manajemen seharusnya memastikan seluruh personal kunci pekerja dan subkontraktor yang terkait dengan penerapan sistem, telah memahami persyaratan standar FSC tersebut (Ref FSC B1.K1.2).

3. Perusahaan harus memelihara sistem pengendalian produksi untuk kelompok produk FSC, seperti rencana, realisasi dan pengendalian produksi khusus kelompok produk FSC (Ref FSC B1.K2.1).

4. Jika industri juga memproduksi kelompok produk sumber bahan baku non FSC, maka harus ditetapkan lingkup tipe produk untuk sertifikasi FSC, termasuk menjaga kemutakhiran informasi produknya (Ref FSC B1.K2.2, 2.3).

5. Mengindentifikasi input sumber kayu yang masuk ke industri, yaitu input sumber dari bahan baku kayu FSC murni (100%), input sumber bahan baku kayu campuran, dan input sumber bahan baku kayu dari sumber daur ulang (Ref FSC B1.K2.4).

6. Menetapkan sistem dokumentasi yang mengatur dan menjamin penerapan standar sistem lacak balak ini secara tertulis, mencakup kebijakan tertulis, prosedur, dan instruksi kerja (Ref FSC B1.K2.5 dan B1.K3.1)

7. Mengatur sistem dokumentasi yang ditulis harus mencakup identifikasi personal atau bagian yang terlibat dalam penerapan sistem lacak balak ini (Ref FSC B1.K3.2).

8. Mengatur sistem pengendalian rekaman dan pelaporan, mencakup kelengkapan, ketepatan, dan kemutakhiran rekaman yang terkait dengan penerapan sistem lacak balak (Ref FSC B1.K4.1).

9. Mengatur masa simpan rekaman dan pelaporan minimal dalam rentang waktu lima (5) tahun (Ref FSC B1.K4.2).

10. Menyediakan mekanisme persyaratan pelaksanaan pelatihan, kepada pekerja/personal yang terkait dengan penerapan standard ini, termasuk memelihara rekaman terkait kegiatan pelatihan (Ref FSC B1.K5.1, 5.2, 5.3).

Setelah ditetapkan sistem mutu penerapan sistem lacak balak ini, sesuai standard FSC, perlu mengidentifikasi sumber bahan baku yang menjadi input dalam proses produksi. Identifikasi sumber bahan baku mencakup spesifikasi input bahan baku, yaitu :

Page 322: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

316

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

1. Perusahaan harus menetapkan dan mengelompokan tipe bahan baku, meliputi kelompok kayu, serat kayu/chipwood, dan jenis bahan lain (Ref FSC B2.K6.1).

2. Input bahan baku kayu yang digunakan industri dapat dikelompokan sumber bahan kayu dari FSC Murni, FSC Campuran, bahan yang diklaim pengguna akhir, bentuk klaim lain, bahan kayu yang terkendali atau bahan kayu dari sumber legal (Ref FSC B2.K6.2).

3. Jika dari kelompok yang telah ditetapkan tersebut, tidak dapat diidentifikasi sebaiknya dinyatakan saja sebagai input bahan baku yang tidak dikendalikan, dan seharusnya dipisahkan sebagai bahan baku untuk sistem lacak balak (Ref FSC B2.K6.3).

4. Bahan baku yang dibeli dari sumber yang bersertifikat FSC, seharusnya diatur persyaratan pembeliannya (Ref FSC B2.K6.4), yaitu :a. Perusahaan pemasok seharusnya perusahaan yang telah mendapat

sertifikasi dari lembaga sertifikasi yang diakreditasi. b. Bahan baku yang dibeli mencakup bahan FSC murni dan bahan

campuran.c. Bahan baku yang dipasok seharusnya memenuhi lingkup sertifikat

perusahaan pemasok atau sertifikasi pengelolaan hutan lestari.d. Dokumen-dokumen untuk pengangkutan, dan penagihan dari transaksi

pembelian bahan baku bersertifikat, seharusnya mencantumkan nomor sertifikat FSC yang diterima perusahaan.

5. Perusahaan seharusnya menetapkan spesifikasi persyaratan pembelian, sesuai spesifikasi bahan baku yang diatur dalam definisi standar ini (pada halaman tambahan standar) dan mengatur bahan baku yang dibeli telah memenuhi persyaratan dokumentasi pengangkutan, sesuai persyaratan legal dari pihak pemerintah (Ref FSC B2.K6.5).

6. Bahan baku yang dibeli dari sumber kayu dari hutan yang baru ditebang (wood virgin) atau non sertifikasi FSC, seharusnya telah memenuhi sesuai standard FSC-STD-40-005 “Persyaratan perusahaan untuk Penggunaan kayu yang dikendalikan”. Dan seharusnya tersedia mekanisme atau prosedur untuk mengatur input sumber kayu non FSC (Ref FSC B2.K6.6, K6.7).

Page 323: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

317

7. Input Bahan baku yang dibeli atau didapat dari produk samping (co product), yang di dapat dari proses utama, seperti serbuk kayu, potongan sisi, dll. Seharusnya telah memenuhi aturan FS-STD-40-005 “Persyaratan perusahaan untuk Penggunaan kayu yang dikendalikan” (Ref FSC B2.K6.8).

8. Jika input bahan baku yang diterima/dibeli terdiri berbagai bahan, maka untuk bahan proses produksi dan penjualan produk, seharusnya dikelompokan, sesuai standard FSC B2.K6.2, termasuk yang tidak dikendalikan (Ref FSC B2.K7.1)

9. Perusahaan harus menetapkan prosedur/instruksi kerja, untuk mengatur pengumpulan dan penyimpanan bahan yang diklaim sumber bersertifikat (Ref FSC B2.K7.2)

10. Semua produk yang berasal dari sumber FSC certified, jika seluruh input bahan kayu tidak bisa diklasifikasikan sebagai sumber FSC murni dan campuran, maka semua bahan dinyatakan sebagai FSC campuran saja (Ref FSC B2.K7.3)

11. Jika input bahan tidak bisa diidentifikasi sebagai bahan kayu yang terkendali, maka harus diklasifikasikan sebagai bahan katagori lain (Ref FSC B2.K7.3)

Penerapan sistem lacak balak dalam pada Simpul 3, merupakan penerapan sistem lacak balak dari hasil produk jadi atau setengah jadi dari industri, proses pengangkutan, pedagang antara hingga sampai ke konsumen/pengguna akhir. Lacak balak pada simpul ini adalah produk yang telah dihasilkan oleh unit manajemen industri yang telah menerapkan sistem lacak balak produk.

Perusahaan industri atau sebagai perusahaan dagang yang menjual produknya kepada konsumen/pengguna akhir, harus mampu menunjukan kesesuaian produknya dengan standar lacak balak ini dan memenuhi persyaratan yang diakui oleh badan sertifikasi lacak balak (Ref FSC B2.K8.1, 8.2). Persyaratan khusus dari standard lacak balak ini seharusnya diterapkan jika ada katagori bahan meminta persyaratan khusus dalam proses pengolahannya (Ref FSC B2.K8.3).

Page 324: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

318

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Penerimaan dan penyimpanan bahan baku kayu seharusnya telah memenuhi mekanisme, yaitu :1. Pemeriksaan pada saat kedatangan bahan baku kayu (bahan FSC murni

atau campuran), menyangkut kelengkapan atau kebenaran dokumen pengapalan dan nomor sertifikat pengelolaan hutan lestari, validitas datanya termasuk pemeriksaan bahan baku kayu dari sumber yang dikendalikan (Ref FSC B2.K9.1, 9.2, 9.3).

2. Untuk bahan baku kayu yang berasal dari FSC murni seharusnya diidentifikasi status penyimpanannya dan dipisahkan penyimpanannya dari sumber bahan baku kayu lain selama dipenyimpanan (Ref FSC B2.K9.4).

3. Jika sebagian bahan baku kayu ada yang tidak bisa diindentifikasi, maka bahan tersebut dinyatakan sebagai bahan katagori lain, dan dipisahkan penyimpanannya dari kelompok bahan FSC (Ref FSC B2.K9.5).

Penerapan sistem lacak balak pada kegiatan produksi industri pengolahan hasil hutan kayu, perusahaan harus mengumpulkan dan mengendalikan rekaman kegiatan produksi, yang mencakup :1. Rekaman pengendalian bahan/produk kayu secara kuantitas (volume atau

berat) kelompok produk FSC murni, campuran, klaim pengguna akhir, klaim produk lain, berdasarkan data bulanan yaitu (Ref FSC B3.K10.1):a. Penerimaan bahan sebagai stock untuk produksi.b. Penggunaan bahan kelompok produk untuk proses di industri.c. Penjualan produk disertifikasi FSC (murni atau campuran) atau FSC

bahan daur ulang.2. Perusahaan sebaiknya mengurangi periode waktu produksi sampai kurang

dari bulanan, untuk permintaan produk yang terbatas atau tidak tetap (Ref FSC B3.K10.2).

3. Perusahaan seharusnya mengidentifikasi rata-rata penggatian bahan atau produk kayu dalam periode yang ditetapkan. Rata-rata pergantian diperhitungkan dari mulai tanggal mulai produksi, hingga tanggal claim ditetapkan (Ref FSC B3.K10.3).

4. Untuk setiap kelompok produk, perusahaan seharusnya menghasilkan rekaman rata-rata penggantian yang menggunakan bahan FSC, dari kelompok produk tersebut (Ref FSC B3.K10.4).

Page 325: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

319

5. Jika memungkinkan perusahaan seharusnya menetapkan nomor spesifik produksi atau nomor batch produk, untuk mengindentifikasi produk dalam kelompok produknya (Ref FSC B3.K10.5).

6. Untuk setiap kelompok produk seharusnya secara spesifik ditetapkan periode klaimnya sampai 12 bulan kalender. Kemudian perusahaan mengurangi periode waktu produksi sampai kurang dari bulanan, untuk permintaan produk yang terbatas atau tidak tetap (Ref FSC B3.K10.6, 10.7).

Untuk memenuhi persyaratan pelabelan, perusahaan harus menetapkan mekanisme (FSC B4.K11.1, 11.2) sebagai berikut :1. Produk dapat menggunakan merek dagang FSC apabila :

a. Telah memenuhi persyaratan standard FSC bagian 1 s/d 3. b. Produk termasuk dalam kelompok produk FSC yang direncanakan.

2. Pemenuhan persyaratan standar pada bagian 4 dan 5 dari standar tersebut, juga merupakan pemenuhan persyaratan pelabelan, sesuai standar FSC-STD-40-201 tentang persyaratan pelabelan produk.

Pengaturan persyaratan pelabelan ini, sesuai diatur pada persyaratan standar FSC-STD-40-004 (V1) ini, diatur dengan klausul B4.12.1 /sd 15.3, yang telah dibahas secara umum pada modul 1. Sistem pelabelan ini secara khusus diatur sesuai standar FSC-STD-40-201 tentang persyaratan pelabelan produk.

Untuk mengendalikan sistem lacak balak setelah produk siap dipasarkan, maka sesuai standar FSC ini diatur : 1. Semua invoice dari kelompok produk FSC yang dipasarkan seharusnya

menyediakan informasi (Ref FSC B5.16.1), yaitu :a. Nama dan alamat pembeli.b. Tanggal waktu invoice dikeluarkan.c. Deskripsi produk kelompok FSC yang dipasarkan.d. Jumlah produk yang dijual.e. Nomor sertifikat lacak balak yang dikeluarkan badan sertifikasi.

Page 326: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

320

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

f. Referensi batch produk atau dokumen pengapalan/delivery yang terkait, yang membuktikan terkait dengan bukti penerimaan produk sampai dipelanggan.

2. Produk yang akan dipasarkan atau telah dipasarkan, harus memenuhi persyaratan (Ref FSC B5.16.2 s/d 16.3): a. Kode nomor registrasi invoice menunjukan keterkaitan (dapat ditelusur)

dengan nomor sertifikat CoC. b. Ketika terjadi perbedaan antara nomor sertifikat yang ada pada invoice,

dengan nomor sertifikat CoC, seharusnya keterkaitan keduanya dapat dijelaskan dengan sistem kodifikasi.

c. Keterkaitan nomor tersebut harus jelas pada invoice, untuk kelompok produk FSC atau tidak ada terkait dengan produk non FSC.

3. Invoice yang dikeluarkan pada saat transaksi pemasaran, seharusnya menyatakan/ menginformasikan (Ref FSC B5.16.3 s/d 16.7), yaitu :a. Invoice Produk FSC-murni.b. Invoice produk dari bahan kayu, berdasarkan klaim sistem rentang batas

(FSC threshod System).c. Invoice produk bahan kayu, berdasarkan klaim sistem kredit (FSC-

credit system).

Untuk pelaksanaan pengiriman produk kepada pelanggan (shipment/delivery), seharusnya memenuhi ketentuan. Jika produk FSC diangkut atau dikirim secara terpisah, maka harus disediakan dokumen angkutannya, yang mencakup informasi:1. Nama dan alamat Pembeli.2. Tanggal waktu invoice dikeluarkan.3. Deskripsi produk kelompok FSC yang dipasarkan.4. Jumlah produk yang diangkut atau dikirim kepelanggan.5. Referensi invoice penjualan, dari produk yang diangkut, dapat dibuktikan

keterkaitan antara invoice dari produk yang dikirim, dengan dokumen angkutan/pengapalan.

Dokumen angkutan yang dikeluarkan untuk pengiriman produk sertifikasi FSC, harus mengandung informasi :1. Nomor registrasi sertifikat sistem lacak balak yang dikeluarkan.

Page 327: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

321

2. Pernyataan kebenaran klaim harus sesuai proporsi bahan baku kayu, yang dikeluarkan.

Sesuai rekaman data penjualan produk sertifikasi FSC, perusahaan harus menyediakan rekaman semua pembeli, input kelompok produk (batch) yang dipasarkan, volume bahan kayu yang menjadi produk untuk dipasarkan (murni, campuran dan bahan daur ulang/recycled), rekaman harus tersedia pada saat ada permintaan produk yang sertifikasi FSC.

Page 328: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

322

Daftar Istilah / Definisi

Anisotropis adalah Suatu benda (Kayu) yang mempunyai sifat yang berbeda pada ke tiga arah (arah Longitudinal, arah Tangensial dan arah Radial)

Bowing (Membusur) adalah Melengkungnya papan Kayu Pada arah memanjang Serat.

Cacat Pengeringan adalah Kerusakan Kayu yang terjadi pada kayu sebagai akibat dari hasil Proses Pengeringan yang bisa menurunkan Kekuatan, Keawetan, dan Nilai dari Kayu.

Cupping (Memangkuk) adalah Melengkungnya pada arah Lebarnya. Higroskopis adalah Sifat suatu benda (Kayu) yang bisa Menyerap dan

Melepaskan air (uap air) sebagai akibat dari perubahan Suhu dan Kelembaban Udara disekitarnya.

Honey Comb (Pecah Dalam) adalah Pecah yang terjadi pada bagian dalam Kayu yang tidak terlihat dari luar.

Kadar Air Kayu adalah banyaknya air yang terkandung dalam Kayu.Kadar air Kesetimbangan Kayu (EMC) adalah Kondisi dimana kayu tidak

lagi melepaskan Kandungan airnya dan dapat menyesuaikan dirinya dengan kondisi udara dan temperature disekitarnya.

Kelembaban Relatif (RH) adalah merupakan presentase Jumlah Uap Air terhadap Jumlah Uap Air Maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada kondisi yang sama (Ruang dan Suhu).

Penyusutan adalah Berkurangnya dimensi sebagai akibat dari Proses Pengeringan.

Retak adalah sedikit terpisahnya serat kayu pada arah memanjang tetapi tidak menembus permukaan kayu.

Titik Jenuh Serat (TJS/FSP) adalah kondisi dimana air bebas didalam rongga sel telah kosong, sedangkan di dinding sel telah jenuh dengan air terikat.

Twisting (Memuntir) adalah melengkungnya kayu ke arah diagonal.

Page 329: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

323

Daftar Pustaka

FSC-STD-01-001 Forest Stewardship Council Principles and Criteria of Forest Stewardship (2000).

FSC-STD-40-201 FSC standard for on-product labeling, Forest Stewardship Council Principles and Criteria of Forest Stewardship (2001).

ISO standard 14021 Environmental labels and declarations – self-declared environmental claims (type II environmental labelling)

Ginoga, B. 1997. Beberapa Sifat Kayu Mangium (Acacia mangium Willd) pada beberapa tingkat umur. Buletin Penelitian Hasil Hutan, Pusat Penelitian Hasil hutan, Bogor.

Haygreen, John G., Bowyer, Jim L. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar (Diterjemahkan Oleh Dr. Ir. Sutjipto A. Hadikusumo). Gajah Mada University Press.

PT. Musi Hutan Persada, 2004. Pembangunan Hutan Tanaman Acacia mangium Pengalaman di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan.

Oey Djoen Seng, 1990. Berat Jenis Dari Jenis-jenis Kayu Indonesi dan Pengertian Beratnya Kayu Untuk Keperluan Praktek (Diterjemahkan oleh Ir. Soewarsono P.H.). Pusat Penelitian Dan pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Haven, G (Ed.). 1995. The Familiy Handyman : Toys, Games, and Furniture. Reader’s Digest, Montreal.

Budianto, A.D. 1999. Mesin Tangan Industri Kayu. PIKA, Semarang.Marshall, R. 2001. Sustainable Development – from theory towards practice.

The Capotosto, R. 1975. Complete Book of Woodworking. Grand Book

Record & Tape Co., LTD., Taipei.

Page 330: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

324

Pemahaman Prinsip Mutu

Dipersiapkan oleh:Deden Rochmanudin

Dikembangkan Berdasarkan Modul Pelatihan dari :

IFC Advisory Services in IndonesiaProgram Kayu Berkelanjutan

Jepara, 27 Juli 2010

h. Penerapan Prinsip Manajemen Mutu

Page 331: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

325

I. Pendahuluan

1.1. Latar BelakangPrinsip Manajemen Mutu diterapkan menjadi dasar bagi penerapan sistem manajemen mutu, menjadi dasar bagi top manajemen dalam mengarahkan organisasi menuju peningkatan kinerja mutu perusahaan dan memfasilitasi keberhasilan perubahan budaya manajemen.

Dalam membangun dan mengembangkan sistem manajemen mutu organisasi/perusahaan harus memahami 8 (delapan) prinsip manajemen mutu, untuk dapat diaplikasikan dan diterapkan dalam pengelolaan masing-masing proses dan pengelolaan organisasi secara keseluruhan.

Bagi top manajemen (pimpinan puncak) perusahaan, prinsip manajemen mutu dapat menjadi landasan mengambil keputusan dalam organisasi dan juga dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengarahkan organisasinya menuju peningkatan kinerja yang berkesinambungan.

Penerapan prinsip manajemen mutu dalam organisasi akan memberikan dampak yang signifikan dalam membentuk budaya organisasi yang berorientasi kepada pelanggan (pihak berkepentingan) dan peningkatan berkesinambungan.

Pada organisasi perusahaan atau industri pengolahan kayu, penerapan prinsip manajemen mutu ini sangat berguna sekali untuk menuntun dan melandasi perusahaan dalam meningkatkan kinerja mutu proses /kegiatan perusahan, dan kinerja mutu produk yang meningkat berkesinambungan.

Beberapa pengalaman pada industri kayu, khususnya pada industri Furniture penerapan prinsip manajemen mutu dapat mendorong meraih manfaat peningkatan efektivitas dan efisiensi bahan dan biaya produksi.

Page 332: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

326

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Uraian manfaat dan penerapan terhadap delapan prinsip manajemen mutu akan dijelaskan pada masing-masing pokok bahasan prinsip manajemen tersebut.

1.2. Maksud dan TujuanMaksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Prinsip Manajemen Mutu ini adalah agar peserta memiliki pengetahuan dan memiliki kepedulian, yaitu :1. terhadap prinsip penerapan manajemen mutu.2. dapat menerapkan prinsip manajemen mutu pada kegiatan industri,

khususnya dalam mengelola pemanfaatan bahan baku agar lebih efisien.3. meraih manfaat dari penerapan prinsip manajemen mutu ini untuk

meningkatkan efisiensi dan efekstivitas dari kegiatan industri.

1.3. Metodologi Pembelajaran

Tipe Material TujuanBuku Pegangan Peserta Memberikan dasar pemahaman kepada peserta

pelatihan tentang prinsip penerapan manajemen mutu.

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep delapan prinsip manajemen mutu, dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Page 333: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

327

Bab II. Penerapan Prinsip Manajemen Mutu

8 Prinsip Manajemen Mutu1. Fokus Pada Pelanggan2. Kepemimpinan3. Keterlibatan Karyawan4. Pendekatan Proses5. Pendekatan Sistem Pada Manajemen6. Peningkatan Berkesinambungan7. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta8. Hubungan Yang Saling Menguntungkan Dengan Pemasok

Penerapan delapan prinsip manajemen mutu dalam organisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda. Untuk menentukan bagaimana organisasi menerapkannya akan sangat bergantung dari sifat alamiah organisasi itu sendiri dan tujuan-tujuan spesifik yang ingin diperoleh organisasi.

Penerapan prinsip manajemen mutu ini tidak hanya akan memberikan keuntungan bagi organisasi yang menerapkannya tapi lebih luas lagi bagi konsumen, pemilik, karyawan, pemasok, komunitas lokal dan masyarakat umum yang secara langsung ataupun tidak berkait dengan organisasi yang bersangkutan.

2.1. Fokus Kepada Pelanggan

Prinsip 1 : Fokus Pada PelangganOrganisasi (perusahaan) seharusnya :- Bergantung pada pelanggan- Memahami kebutuhan pelanggan- Memenuhi persyaratan pelanggan- Berusaha melampaui harapan pelanggan

Page 334: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

328

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

”Organisasi bergantung pada pelanggannya dengan demikian maka organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan saat ini dan di masa mendatang serta harus memenuhi persyaratan pelanggan dan berusaha melampaui harapan pelanggan”.

Manfaat penerapan fokus kepada pelanggan :1. Meningkatkan penghasilan dan pangsa pasar melalui tanggapan yang

cepat dan fleksibel terhadap peluang pasar.2. Meningkatkan efektifitas dalam penggunaan sumberdaya organisasi untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan.3. Meningkatkan loyalitas pelanggan menuju bisnis berkelanjutan (repeat

business).

Penerapan “Fokus pada pelanggan” dilakukan dengan :1. Melakukan riset dan memahami kebutuhan dan harapan pelanggan.2. Menjamin tujuan organisasi sejalan dengan kebutuhan dan harapan

pelanggan.3. Mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan dalam organisasi.4. Mengukur kepuasan pelanggan dan melakukan tindakan terhadap hasil-

hasil.5. Mengelola hubungan dengan pelanggan secara sistematis.6. Menjamin pendekatan yang seimbang antara kepuasan pelanggan dan

pihak berkepentingan lainnya (seperti : pemilik, karyawan, pemasok, penyandang dana, komunitas lokal, dan masyarakat umum).

Gambar 1. Bagan Alir Produsen - Konsumen

Page 335: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

329

2.2. Kepemimpinan

Prinsip 2 - KepemimpinanPemimpin memiliki peran- Menetapkan maksud dan arah organisasi- Menciptakan dan memelihara lingkungan yang kondusif untuk mencapai tujuan

”Pemimpin menetapkan kesatuan maksud dan arah organisasi. Pemimpin harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal sehingga karyawan dapat terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan organisasi”.

Manfaat penerapan prinsip kepemimpinan :1. Karyawan akan memahami dan termotivasi menuju tujuan dan sasaran

organisasi.2. Mengevaluasi, menyelaraskan dan menerapkan aktivitas-aktivitas dengan

cara yang sama (unified).3. Meminimisasi masalah komunikasi (miscommunication) antar berbagai

jenjang dalam organisasi.

Gambar 2. Organisasi Untuk Memenuhi Kepuasan Pelanggan

Page 336: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

330

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

4. Penerapan “Kepemimpinan” dilakukan dengan :a. Mempertimbangkan kebutuhan seluruh pihak berkepentingan

termasuk pemilik, karyawan, pemasok, penyandang dana, komunitas lokal, dan masyarakat umum.

b. Menetapkan visi organisasi yang jelas dimasa mendatang.c. Menetapkan tujuan dan sasaran. d. Menciptakan dan menjaga nilai bersama, kejujuran, etika yang menjadi

panutan bagi seluruh jenjang dalam organisasi.e. Membangun kepercayaan dan menghilangkan ketakutan.f. Menyediakan sumberdaya yang diperlukan, pelatihan, dan kebebasan

untuk melakukan aktivitas secara bertanggungjawab.g. Memberikan inspirasi, keberanian dan memahami kontribusi setiap

karyawan.

Top manajemen organisasi harus menciptakan lingkungan dimana karyawan akan terlibat secara penuh dan sistem manjamen mutu dioperasikan secara efektif melalui sikap kepemimpinan dan tindakan nyata yang dilakukannya.

Adapun peran top management dalam sistem manajemen mutu adalah sebagai berikut :1. Menetapkan dan memelihara kebijakan dan tujuan mutu organisasi;2. Mempromosikan Kebijakan dan tujuan mutu kepada seluruh organisasi

untuk meningkatkan kesadaran, motivasi dan keterlibatan;3. Menjamin fokus pada persyaratan pelanggan dalam organisasi;4. Menjamin proses-proses diterapkan untuk dapat memenuhi persyaratan

pelanggan dan pihak-pihak berkepentingan lainnya serta menjamin pencapaian tujuan mutu;

5. Menjamin sistem manajemen mutu ditetapkan, diterapkan dan dipelihara secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan mutu;

6. Menjamin ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan;7. Meninjau sistem manajemen mutu secara periodik;8. Menentukan tindakan yang diperlukan berkenaan dengan pencapaian

kebijakan dan tujuan mutu;9. Menentukan tindakan bagi peningkatan sistem manajemen mutu.

Page 337: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

331

Peran top manajemen yang diuraikan diatas didasarkan atas prinsip manajemen mutu, yaitu :

Quality happens through people, NOT by the system itself***

People create satisfied customers, NOT by he product itself

2.3. Keterlibatan Karyawan

Prinsip 3 - Keterlibatan KaryawanKeterlibatan Karyawan adalah :- Esensi aset sebuah organisasi- Kemampuan kayawan dapat digunakan untuk manfaat organisasi

“Karyawan pada semua jenjang adalah penting (esensi) bagi sebuah organisasi dan keterlibatan karyawan secara penuh memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk memberikan manfaat bagi organisasi ”

Manfaat prinsip keterlibatan karyawan :1. Memberikan motivasi, komitmen, dan keterlibatan karyawan dalam

organisasi.2. Meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam melampaui tujuan organisasi.3. Karyawan dapat mempertanggungjawabkan kinerja mereka sendiri.4. Karyawan berkeinginan untuk berpartisipasi dan memberikan kontribusi

dalam peningkatan berkesinambungan.

Penerapan ”Keterlibatan karyawan” dilakukan dengan :1. Karyawan memahami pentingnya peran dan kontribusi mereka dalam

organisasi.2. Karyawan mengidentifikasi pembatas bagi kinerja mereka.

Page 338: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

332

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

3. Karyawan memahami masalah yang dihadapi dan bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.

4. Karyawan mengevaluasi kinerjanya berdasarkan tujuan dan sasaran masing-masing personal.

5. Karyawan secara aktif mencari peluang untuk meningkatkan kompetensi, pengetahuan, dan pengalaman mereka.

6. Karyawan membagi pengetahuan dan pengalaman mereka.7. Karyawan mendiskusikan masalah-masalah secara terbuka.

Tahapan keterlibatan peran karyawan dalam organisasi seperti pada box berikut :

Program Pendidikan

Pengembangan Pengetahuan

Pengembangan Pemikiran

Terciptanya Budaya Mutu

Motivasi Internal

Kesadaran akan kebutuhan untuk berkembang

Perubahan paradigma

(Melaksanakan pelatihan secara efektif )

Paradigma baru

(Meningkat Kemampuan Personal)

Page 339: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

333

2.4. Pendekatan Proses

Prinsip 4 - Pendekatan Proses - Mengelola aktivitas dan sumberdaya terkait sebagai sebuah proses- Mencapai hasil yang lebih efisien

”Sebuah hasil yang diinginkan dapat dicapai lebih efisien jika aktivitas-aktivitas dan sumberdaya terkait dikelola sebagai sebuah proses “

Manfaat penerapan pendekatan proses :1. Mencapai biaya rendah dan waktu siklus lebih cepat melalui penggunaan

sumberdaya yang efektif.2. Meningkatkan dan memberikan hasil yang konsisten dan dapat

diperkirakan.3. Memfokuskan dan memprioritaskan peluang-peluang peningkatan.

Penerapan ”Pendekatan Proses” dilakukan dengan cara :1. Menentukan aktivitas yang diperlukan secara sistematis untuk

memperoleh hasil yang diinginkan.2. Menetapkan tanggungjawab dan pertanggungjawaban yang jelas untuk

mengelola aktivitas-aktivitas.3. Melakukan analisa dan mengukur kapabilitas aktivitas-aktivitas kunci.4. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas kunci yang saling beririsan antara

fungsi-fungsi dalam organisasi.5. Memfokuskan faktor-faktor yang akan meningkatkan aktivitas-aktivitas

kunci dalam organisasi, seperti : sumberdaya, metode, dan material.6. Melakukan evaluasi terhadap resiko, konsekuensi dan dampak aktivitas-

aktivitas yang dilakukan kepada pelanggan, pemasok, dan pihak berkepentingan lainnya.

Page 340: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

334

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

PROSEDURCara yang spesifik untuk melaksanakan sebuah aktivitas dan proses, baik tertulis atau tidak

PROSESNilai tambah bagi pelangganKesatuan aktivitas yang ber-interaksi dan ber-interrelasiTransformasi input menjadi output

INPUT

Sumberdaya, data/informasi

PRODUKHasil dari Proses

PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN(sebelum, selama dan setelah proses)

EFEKTIFITAS PROSESKemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan

EFISIENSI PROSESHasil yang dicapai vs sumberdaya yang digunakan

Output

Gambar 3. Prosedur Input – Output dalam Pendekatan Proses

Page 341: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

335

2.5. Pendekatan Sistem Manajemen

Prinsip 5 - Pendekatan Sistem Pada ManajemenMengidentifikasi, memahami dan mengelola proses-proses yang saling berhubungan sebagai sebuah sistem

“Mengidentifikasi, memahami, dan mengelola proses-proses yang saling berhubungan sebagai sebuah sistem yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien“

Manfaat penerapan pendekatan proses :1. Akan memberikan pencapaian terbaik terhadap hasil yang diinginkan

dengan mengintegrasikan dan keterkaitan (kerjasama) proses-proses.2. Mampu memfokuskan usaha pada proses-proses kunci.3. Memberikan keyakinan pada pihak yang berkepentingan sebagai

organisasi yang konsisten, efektif dan efisien.

Penerapan ”Pendekatan sistem pada manajemen” dilakukan dengan :1. Menata struktur sistem dengan cara yang paling efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan organisasi.2. Memahami kesalingbergantungan antara proses-proses dalam sistem.3. Pendekatan yang terstruktur yang memberikan harmonisasi dan intergrasi

proses-proses. 4. Memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap peran dan

tanggungjawab yang sesuai untuk mencapai tujuan umum dan dengan demikian mengurangi hambatan lintas fungsional.

5. Memahami kapabilitas organisasi dan menetapkan pembatas sumberdaya sebelum melakukan tindakan.

6. Menetapkan target dan menentukan bagaimana mengoperasikan aktivitas yang spesifik dalam sebuah sistem.

7. Meningkatkan sistem secara berkesinambungan melalui pengukuran dan evaluasi.

Page 342: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

336

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2.6 Peningkatan Berkesinambungan

Prinsip 6 - Peningkatan Berkesinambungan- Diperuntukan bagi kesuluruhan kinerja organisasi- Menjadi tujuan tetap organisasi

“Peningkatan berkesinambungan pada keseluruhan kinerja organisasi harus menjadi tujuan tetap (permanen) organisasi“

Manfaat penerapan prinsip perbaikan berkesinambungan :1. Memberikan manfaat bagi kenerja organisasi melalui peningkatan

kemampuan (capabilities).2. Meningkatkan aktivitas-aktivitas secara bersamaan pada semua jenjang

dengan stratergi organisasi yang tajam.3. Memberikan fleksibilitas untuk berreaksi secara cepat dalam menangkap

peluang.

Penerapan “Peningkatan berkesinambungan” dilakukan dengan cara :1. Menggunakan pendekatan pada keseluruhan organisasi yang konsisten

terhadap peningkatan berkesinambungan bagi kinerja organisasi.2. Menyediakan pelatihan bagi karyawan sebagai metode dan alat untuk

peningkatan berkesinambungan.3. Membuat peningkatan berkesinambungan pada produk, proses, dan

sistem sebagai sebuah tujuan bagi setiap individu dalam organisasi.4. Menetapkan sasaran untuk memandu dan memberikan pedoman bagi

peningkatan berkesinambungan.5. Menghargai dan mengakui adanya peningkatan.

Peningkatan berkesinambungan merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi proses yang lebih tinggi melalui pemantauan dan pengukuran kinerja dan melakukan tindakan yang sesuai berdasarkan hasil pemantauan dan pengukuran tersebut.

Page 343: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

337

Penggambaran umum bagi peningkatan berkesinambungan tersebut adalah dengan menggunakan sebuah siklus yang dikembangkan untuk pertama kalinya oleh Dr. Walter A. Shewhart dan dilanjutkan serta dipopulerkan oleh Dr. Edward Deming, yaitu siklus P-D-C-A atau siklus Deming.

Dalam manajemen umum kita telah lama mengenal istilah 8 (delapan) langkah dan 7 (tujuh) alat untuk melakukan peningkatan yang berkesinambungan.

Sistem manajemen mutu, Quality management system elements - Guidelines for quality improvement, telah pula menjelaskan metodologi bagi proyek-proyek atau aktivitas-aktivitas peningkatan mutu, yaitu terdiri dari :1. Keterlibatan seluruh organisasi ; 2. Berinisiatif (memulai) proyek-proyek atau aktivitas peningkatan mutu ;3. Menyelidiki penyebab yang mungkin ;4. Menetapkan hubungan sebab-akibat ;

Gambar 4. Siklus Deming

ActBagaimana melakukan

peningkatan berikutnya ?

Plan- Apa yang akan

dilakukan?- Bagaimana

melakukannya?

CheckApa yang terjadi ?

Periksa sesuai rencana !

DoLakukan apa yang

direncanakan!

Page 344: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

338

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

5. Melakukan tindakan koreksi atau pencegahan ;6. Memastikan (konfirmasi) peningkatan ;7. Pertahankan keuntungan-keuntungan yang diperoleh ;8. Lanjutkan peningkatan.

Sedangkan alat bantu atau teknik yang diberikan sistem manajemen mutu untuk menganalisa data dan situasi dalam proyek/aktivitas peningkatan mutu, yaitu :1. Untuk Pengumpulan Data : formulir pengumpulan data 2. Untuk Data Numerik : Peta Kontrol, Histogram, Diagram Pareto,

Diagram tebar. 3. Untuk Data Non-Numerik : Diagram Afinitas, Benchmarking,

Sumbang-Saran (Brainstorming), Diagram Sebab-Akibat, Diagram Alir (Flowchart), Diagram Pohon.

Saat ini sistem manajemen mutu yang merupakan panduan bagi peningkatan kinerja juga memberikan panduan/metode dasar dalam melaksanakan peningkatan berkesinambungan, yaitu :1. Pengembangan proyek (breakthrough projects), biasanya dengan

melakukan redesain proses dan dilaksanakan oleh tim lintas fungsional. Langkah yang dilakukan adalah :a. Bertahap (small-step ongoing) definisikan tujuan secara jelas;b. Tetapkan metode (outline) proyek yang akan dilakukan;c. Analisa proses yang ada dan peluang untuk perubahan;d. Definisikan dan rencanakan peningkatan proses;e. Verifikasi dan validasi proses peningkatan;f. Evaluasi peningkatan yang dicapai, termasuk hal-hal yang dapat

dijadikan pelajaran bagi peningkatan berikutnya.2. Bertahap (small-step continual improvement), melaksanakan aktivitas

peningkatan secara bertahap terhadap proses-proses yang ada dan dilakukan oleh personal dalam departemen itu sendiri. Dalam peningkatan bertahap yang harus diperhatikan adalah :a. Ide terbaik biasanya berasal dari karyawan dan merupakan partisipasi

kelompok kerja.

Page 345: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

339

b. Karyawan yang terlibat diberi kewenangan, bantuan teknis maupaun sumberdaya yang diperlukan untuk melakukan peningkatan.

c. Lakukan pengendalian dan pahami efek perubahan yang terjadi.

Secara umum hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan aktivitas peningkatan berkesinambungan, meliputi :1. Alasan untuk melakukan peningkatan; identifikasi masalah dalam proses

dan area yang akan ditingkatkan.2. Situasi saat ini; evaluasi efektifitas dan efisiensi proses yang ada, pilih

masalah yang spesifik, dan tetapkan tujuan peningkatan.3. Analisa; identifikasi dan verifikasi akar penyebab masalah.4. Identifikasi solusi yang mungkin; gali berbagai solusi alternatif, pilih

solusi terbaik untuk diterapkan.5. Evaluasi efek yang timbul; pastikan solusi dapat dilaksanakan dan tujuan

peningkatan terpenuhi, tanpa menimbulkan efek yang berlebihan.6. Terapkan dan standarkan solusi baru; proses lama digantikan dengan

proses baru yang telah ditingkatkan untuk mencegah masalah terulang kembali.

7. Evaluasi efektifitas dan efisiensi proses yang telah ditingkatkan; pertimbangkan untuk menerapkan solusi tersebut pada proses lain yang sesuai dalam organisasi.

Untuk menfasilitasi keterlibatan dan kesadaran karyawan dalam aktivitas peningkatan tersebut, maka manajemen harus mempertimbangkan :1. Pembentukan kelompok (group) kecil dan memilih pemimpinnya.

Pemimpin dapat dipilih dari anggota group itu sendiri.2. Pemberian keleluasaan kepada karyawan untuk mengendalikan dan

memperbaiki tempat kerja mereka.3. Pengembangan pengetahuan, pengalaman, dan keahlian karyawan sebagai

bagian dari aktivitas manajemen mutu organisasi.

Page 346: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

340

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2.7. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta - 7Keputusan berdasarkan analisa data dan informasi

“ Keputusan yang efektif didasarkan pada analisa data dan informasi “Manfaat penerapan prinsip keputusan berdasarkan fakta : Pengambilan keputusan berdasarkan informasi :1. Meningkatkan kemampuan untuk mendemonstrasikan efektifitas

keputusan yang lalu dengan menunjukkan rekaman/catatan yang faktual.2. Meningkatkan kemampuan untuk meninjau, menghadapi keraguan dan

perubahan pendapat dan keputusan.

Penerapan “Pengambilan keputusan berdasarkan fakta” dilakukan dengan cara:1. Menjamin data dan informasi akurat dan dapat diandalkan,2. Menjadikan data dapat diakses oleh personal yang membutuhkannya,3. Melakukan analisa data dan informasi menggunakan metode yang valid,4. Membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan pada

analisa yang faktual dengan menggunakan pengalaman dan intuisi yang berimbang.

Konsep manajemen berdasarkan fakta (management by fact) merupakan konsep yang digunakan oleh para pengambil keputusan untuk menentukan tindakan apa yang harus dilakukan atau diambil dalam mengatasi setiap permasalahan.

Konsep ini memberikan panduan untuk mengurangi resiko dalam mengambil keputusan berdasarkan opini semata (management by ”opinion”), dengan melakukan pengumpulan data hasil pengukuran dan melakukan analisa terhadap data yang relevan sehingga memberikan informasi yang akurat sebagai dasar pengambilan keputusan/tindakan.

Page 347: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

341

2.8. Hubungan Saling Menguntungkan Dengan Pemasok

Prinsip 8 - Hubungan Yang Saling Menguntungkan Dengan Pemasok- Organisasi dan pemasoknya saling tergantung dan membutuhkan- Meningkatkan kemampuan untuk menciptakan nilai

”Organisasi dan pemasoknya saling bergantung dan sebuah hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan keduanya dalam menciptakan nilai”

Manfaat Penerapan prinsip hubungan saling menguntungkan:1. Meningkatkan kemampuan untuk menciptakan nilai bagi kedua belah

pihak,

Fakta

Pengukuran

Data

Analisa

Informasi

TIDAKKeputusan ?

YA

Tindakan

Hasil untuk mencapai tujuan

Gambar 5. Proses Pendekatan Berdasarkan Fakta

Page 348: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

342

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2. Kerjasama dalam memberikan tanggapan yang fleksibel dan cepat terhadap perubahan pasar atau kebutuhan dan harapan pelanggan,

3. Mengoptimalkan biaya dan penggunaan sumberdaya.

Penerapan “Hubungan yang saling mengguntungkan dengan pemasok” dilakukan dengan cara :1. Menentukan hubungan yang memberikan keuntungan jangka pendek

dan pertimbangan jangka panjang yang berimbang, 2. Mengumpulkan (pooling) keahlian dan sumberdaya yang dimiliki bersama

rekan kerja,3. Mengidentifikasi dan memilih pemasok-pemasok kunci,4. Menjalin komunikasi yang terbuka dan jelas,5. Membagi informasi dan rencana dimasa mendatang,6. Menetapkan aktivitas pengembangan dan peningkatan bersama-sama,7. Memberikan inspirasi, mendorong dan menghargai peningkatan dan

pencapaian yang dilakukan oleh pemasok.

Membangun hubungan kemitraan (partnership) yang strategis dan saling menguntungan harus didasarkan pada saling percaya dan komunikasi yang terbuka.

PEMASOK ORGANISASI PELANGGAN

FeedbackFeedbackFeedback

Gambar 6. Rantai Hubungan Pemasok – Pelanggan

Page 349: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

343

Manfaat yang dapat diraih dari penerapan 8 (delapan) prinsip mutu yaitu:1. Perusahaan lebih memperhatikan persyaratan pelanggan (pembeli)

sehingga dapat membina hubungan bisnis yang lebih baik.2. Penerapan sistem manajemen yang dilandasi peran kepemimpinan

mutu, dan keterlibatan ide/pemikiran semua karyawan untuk selalu meningkatkan disain, kualitas produk dan kinerja perusahaan secara berkelanjutan.

3. Setiap keputusan manajemen untuk menghasilkan produk selalu dilandasi hasil perhitungan dan analisis terhadap fakta ril yang dihadapi perusahaan.

4. Setiap pelaksanaan proses manajemen selalu memperhatikan unsur manajemen P-D-C-A (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan tindakan perbaikan).

5. Perusahaan dapat selalu membina hubungan menguntungkan dengan pemasok bahan baku, sehingga dapat menjamin kontinuitas pasokan bahan baku (khususnya kayu).

Page 350: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

344

Daftar Istilah / Definisi

Produk adalah hasil dari sekumpulan kegiatan yang saling terkait atau saling interaksi yang mengubah masukan menjadi keluaran

Mutu adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik (3.5.1) yang inheren dalam memenuhi persyaratan

Persyaratan adalah kebutuhan atau harapan yang dinyatakan oleh pelanggan atau pihak yang berkepentingan.

kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan tentang derajat telah dipenuhinya persyaratan pelanggan

sistem manajemen mutu adalah sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu

kebijakan mutu adalah maksud dan arahan secara menyeluruh sebuah organisasi yang terkait dengan mutu seperti yang dinyatakan secara resmi oleh pimpinan puncak

Page 351: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

345

Daftar Pustaka

Standard SNI 19-9001: 2000 – Sistem manajemen Mutu – Persyaratan, Jakarta tahun 2000, Badan Standardisasi Nasional - Indonesia

Standard SNI 19-9000 : 2001 Sistem Manajemen Mutu – Dasar-dasar dan Kosakata, Jakarta tahun 2001, Badan Standardisasi Nasional - Indonesia

Standard SNI 19-9004 : 2002 Sistem manajemen mutu -Panduan untuk perbaikan kinerja, Jakarta tahun 2002, Badan Standardisasi Nasional - Indonesia

FSC – STD – 40 – 004 (version 1) FSC Chain of Custody Standard For Companies Supplying and Manufacturing – Certified Produck, 1 st October 2004

Page 352: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

346

Penerapan Sistem Penandaan dan Penataan Lay OutAliran Bahan dalam Industri Furniture

Dipersiapkan oleh:Deden Rochmanudin

Dikembangkan Berdasarkan Modul Pelatihan dari :

IFC Advisory Services in IndonesiaProgram Kayu Berkelanjutan

Jepara, 27 Juli 2010

i. Penerapan sistem penandaan dan aliran bahan

Page 353: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

347

Bab I. Pendahuluan

1.1. Latar BelakangProduktifitas industri pengolahan kayu dapat ditunjang oleh aliran unsur bahan baku yang bergerak melalui fasilitas produksi (mesin) dengan efisien. Dengan memperlancar aliran bahan baku maka akan memangkas biaya produksi. Pabrik meubel tidak hanya lebih dari sekedar kumpulan mesin-mesin, akan tetapi merupakan kumpulan proses produksi mulai dari penerimaan barang bahan baku atau barang penunjang produksi lainnya, pembuatan komponen, perakitan, pengerjaan akhir sampai dengan pengiriman. Masalah aliran (lay out) keseluruhan muncul dari kebutuhan untuk memindahkan unsur produksi (bahan, komponen, orang) dari permulaan proses (penerimaan) sampai akhir (pengiriman) sepanjang lintasan yang paling efisien.

Konsep aliran sepanjang industri pengolahan kayu paling baik dapat digambarkan dengan mempertimbangkan bahwa tiap unsur yang memasuki bangunan/pabrik mengalir sepanjang bangunan/pabrik, mengikuti lintasan yang telah ditetapkan baik direncanakan maupun tidak sampai batas akhir proses. Apabila setiap unsur tidak memiliki lintasannya sendiri sepanjang fasilitas produksi, komposisi dari beberapa aliran mandiri menjadi pola aliran keseluruhan dalam perusahaan. Dengan menggambarkan lintasan tersebut sebagai seutas benang, maka komposisi aliran yang dihasilkan mungkin akan menunjukkan :1. Lintasan yang simpang-siur, menunjukkan kurangnya perencanan

aliran barang;2. Pengelompokkan lintasan aliran yang rapi dan teratur dengan berbagai

kepadatan, melalui beberapa fasilitas dengan lancar dengan pola aliran total memuncak pada suatu lintasan menuju wilayah pengiriman menunjukkan akhir dari aliran internal.

Pertimbangan lain yang harus diperhatikan pada perancangan aliran adalah beberapa hal berikut :1. Membutuhkan mesin-mesin atau peralatan yang sama;

Page 354: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

348

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2. Membutuhkan proses yang sama;3. Membutuhkan operasi yang sama;4. Mengikuti urutan operasi;5. Memiliki waktu operasi yang sama;6. Memiliki bentuk, ukuran, kegunaan atau rancangan yang sama;7. Menuntut derajat mutu yang sama;8. Terbuat dari bahan yang serupa atau sama.

1.2. Maksud dan TujuanMaksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Pelatihan ini adalah:1. Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta tentang

prinsip penataan infrastruktur aliran bahan pada industri.2. Untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta untuk

metode untuk merencanakan dan mengendalikan pola aliran bahan lacak balak.

3. Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta untuk melakukan analisa perhitungan waktu terhadap aliran bahan

1.3. Metodologi Pembelajaran

Tipe Material TujuanBuku Pegangan Peserta Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang

konsep penataaan infrastruktur, mengatur aliran, dan penandaan aliran bahan lacak balak.

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep dan penerapan penataan dan pengendalian aliran bahan, dengan metode ceramah dan diskusi.

Page 355: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

349

Bab IIManajemen Aliran Bahan

2.1. Pola Aliran BahanPola aliran secara umum dikelompokkan menjadi beberapa model seperti: 1) aliran lurus; 2) aliran seperti ular atau zig-zag; 3) aliran bentuk U; 4) aliran Melingkar; dan 5) aliran bersudut ganjil. Pada proses perancangan aliran, beberapa patokan yang perlu dijadikan pertimbangan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertimbangan dalam penataan aliran bahanNo Patokan1 Aliran barang optimum

2 Aliran runtut-dari penerimaan sampai pengiriman

3 Aliran lurus (jika mungkin)4 Aliran antar kegiatan, minimum

5 Perhitungan tata letak proses, produk, atau tata letak kelompok6 Jarak minimum pemindahan barang antar operasi atau kegiatan7 Barang berat dipindahkan sependek mungkin8 Aliran pegawai optimum dengan mempertimbangkan :

a. jumlah pegawaib. kekerapan perjalanan/gerakanc. ruang yang dibutuhkan

9 Minimisasi aliran balik10 Lintas produksi jika mungkin

11 Operasi-operasi digabung untuk menghilangkan (meminimumkan) pemindahan;

12 Minimisasi pemindahan ulang

13 Pemrosesan digabung dengan pemindahan

14 Minimisasi bahan dalam wilayah kerja15 Bahan berada pada tempat pemakaiannya

Page 356: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

350

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

No Patokan16 Bahan disebar pada operasi dalam lokasi yang tepat, untuk diambil operator

berikutnya17 Minimisasi jarak jalan kaki operator

18 Sesuai dengan bangunan (yang ada atau yang diusulkan):a. konsfigurasi (bentuk);b. kendala-panjang, matra, letak tiang, jarak, dan sebagainya

19 Ganga. lurusb. dari penerimaan ke penerimaan;c. Jumlah minimum;d. Lebar optimum

20 Kegiatan yang berkaitan, dalam kedekatan satu sama lain yang tepat

21 Penyediaan bagi :a. Gudang/penyimpanan barang setengah jadib. Aliran bahan buangan

22 Keluwesan terhadap :a. Penurunan atau kenaikan produksib. Produk baruc. Proses barud. Penambahan departemen

23 Tersedia untuk perluasan yang telah direncanakan dengan tepat

24 Kaitan yang tepat dengan tapaka. Orientasib. Topografic. Perluasan-pabrik, parkir, dan struktur tambahan

25 Hubungan yang tepat antara pengiriman dan penerimaan dengan : a. aliran dalam pabrikb. fasilitas transportasi luar-yang ada dan usulan

Page 357: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

351

No Patokan26 Kegiatan dengan tuntutan lokasi yang khusus ditempatkan pada titik yang

tepata. operasi produksib. pelayanan produksic. pelayanan pegawaid. pelayanan administrasi

27 Kebutuhan penyeliaan yang ditentukan pertimbangan yang tepata. ukuran departemenb. bentukc. lokasi

28 Segi pengendalian produksi yang mudah dilaksanakan

29 Segi pengendalian mutu yang mudah dilaksanakan

30 Pertimbangan yang diberikan pada peluang untuk berlantai banyaka. sekarangb. masa datang

31 Tidak timbul gangguan kesehatan atau keselamatan

Pola garis lurus dapat digunakan jika proses produksi pendek, relatif sederhana, dan hanya mengandung sedikit komponen atau beberapa peralatan produksi. Proses produksi S2S, S4S, Moulding, Dowell, dan industri wood working secara umum memenuhi kriteria garis lurus. Pola zig-zag atau seperti ular diterapkan apabila ketersediaan ruangan terbatas tetapi proses produksinya lurus dan panjang. Pola seperti ini tidak cocok bagi produksi Profile dan Dowell karena bahan baku dan produknya panjang, namun bisa dipakai untuk pembuatan komponen laci.

Pola U dapat diterapkan jika diharapkan produk jadinya mengakhiri proses pada tempat yang relatif sama dengan awal proses, karena keadaan fasilitas transportasi diluar, pemakaian mesin yang sama, atau untuk memperpendek aliran. Pabrik pembuatan meubel yang dicat dapat menggunakan pola ini namun diadakan pemisahan ruang secara

Page 358: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

352

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

permanen untuk pengerjaan akhir (finishing) agar produk tidak terganggu oleh debu proses.

Pola melingkar dapat diterapkan hanya jika diharapkan barang atau produk kembali ke tempat waktu memulai, misalnya pada kasus : 1) bak cetak penuangan; 2) penerimaan dan pengiriman terletak pada satu tempat yang sama; 3) menggunakan mesin dengan rangkaian yang sama untuk kedua kalinya.

Pola bersudut ganjil, polanya tak tentu tetapi sangat sering ditemui. Alasan penggunaannya adalah : 1)memperpendek lintasan antar kelompok kerja dari area yang berdekatan; 2) jika menggunakan pemindahan mekanis; 3) jika keterbatasan ruangan tidak memungkinkan pola lain; 4) jika lokasi permanen dari fasilitas menuntut pola sedemikian rupa.

2.2. Merancang Pola AliranPerancangan pola aliran bagi industri meubel sangat penting karena keragaman jenis produk memberikan beragam pola aliran pada persiapan komponennya. Pergerakan, pencampuran, pemisahan komponen kayu apabila dikaitkan dengan persyaratan lacak balak menjadi sangat dinamis dan sukar teridentifikasi. Semakin kecil komponen semakin rumit identifikasinya.

Prosedur yang harus menjadi dasar pertimbangan didalam merancang aliran bahan adalah sebagai berikut :1. Identifikasi dan tinjau semua unsur yang mengalir melalui fasilitas seperti:

bahan buangan dan sisa; tenaga kerja; peralatan; informasi (termasuk label dan kertas kerja);

2. Kumpulkan semua data yang diperlukan tentang beberapa unsur : urutan produksi bagi bahan; rata-rata buangan dan sisa; volume dan letaknya;

3. Gerakan pekerja yang diperhitungkan akan bergerak disekitar fasilitas. Mencakup jumlah pegawai dan lokasi pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya yakni : a) penggunaan peralatan produksi; b) pengendalian

Page 359: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

353

produksi dan mutu; c) ruang serta rak perkakas; d) perawatan; e) ruang ganti pakaian; f) toilet; g) kantin; dan h) fasilitas pelayanan umum lainnya;

4. Data teknik tentang peralatan yang bergerak selama pengolahan bahan (terutama untuk peralatan pengolahan selain alat pemindah barang;

5. Pengaliran informasi dan kebutuhan pemindahan dalam hal : a) sistem komunikasi; b) urutan perjalanan kertas kerja; c) peralatan pemneri tanda; d) stasiun komputer jarak jauh; e) alat pengirim data pengendalian produksi;

6. Tinjau patokan perencanaan;7. Tinjau faktor-faktor yang berkaitan dengan aliran seperti misalnya :

• karakteristik bahan• kebutuhan pemindahan bahan• pemindahan barang pendahuluan• gerakan perpindahan pegawai• urutan pemrosesan dan urutan operasi yang dibutuhkan• cara memproduksi• lokasi penerimaan dan pengiriman• lokasi bahan baku, barang setengah jadi, dan produk jadi• gang : jenis, lokasi dan lebarnya• lokasi kegiatan tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu• kebutuhan penyeliaan• pengendalian produksi dan kebutuhan pengendalian mutu• keluwesan• kemampuan perluasan• kendala bangunan – yang ada atau potensial• topografi tapak.

8. Pertimbangkan beberapa peluang susunan mengikuti produk, komponen, atau bagian lainnya;

9. Tinjau teknik analisis yang sesuai dan pergunakanlah.10. Buat sketsa beberapa pola aliran potensial.11. Tinjau kembali dan evaluasi pola aliran.12. Perbaiki atau perhalus sketsa.

Page 360: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

354

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2.3. Analisa Aliran BahanBagi pabrik meubel yang telah berjalan, analisis terhadap pola aliran bahan perlu dilakukan. Teknik analisis yang dapat digunakan ada dua, yakni teknik konvensional dan teknik kuantitatif. Teknik konvensional seringkali membutuhkan rincian pekerjaan yang banyak untuk membuat catatan perpindahan pada seluruh proses dengan teliti. Sumber data yang diperlukan disajikan pada Tabel 2.

Ada beberapa teknik yang umum digunakan dalam merencanakan aliran, beberapa diantaranya khusus digunakan dalam tata letak pabrik, lainnya digunakan dalam tahap pemindahan bahan dan teknik tata cara kerja. Tabel 2 menyajikan perbandingan beberapa teknik yang dipergunakan pada analisa aliran bahan.

Tabel 2. Sumberdata Untuk Aliran Bahan

Sifat perpindahan (gerakan)

Sumber data dasar

Jadwal Bahan LintasanTata Letak

Urutan pekerjaan/ perpindahan

Rencana gambar

Penjual Pelanggan

Jangkauan √ √ √ √ √Sumber/Tujuan

√ √ √ √ √

Kekerapan √ √ √ √ √Kecepatan/laju √ √ √Jumlah Perpindahan

√ √ √

Daerah/bidang lingkupan

√ √ √

Alur √ √Lokasi √ √ √Pengerjaan dalam pengangkutan

√ √ √

Pembatas fisik √ √

Sumber data tambahan adalah : matra, pengangkut, peta, gambar/denah bangunan, dan prosedur pengendalian/pengawasan

Page 361: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

355

Bab IIIPenataan Lay Out Aliran Bahan

3.1. Peta RakitanPeta rakitan adalah gambaran grafis dari urut-urutan aliran komponen dan rakitan bagian kedalam rakitan suatu produk. Peta rakitan menunjukkan cara yang mudah dipahami tentang :komponen-komponen yang membentuk produk.bagaimana komponen-komponen bergabung bersama.komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian.aliran komponen ke dalam sebuah rakitan.keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian.gambaran menyeluruh dari proses rakitan.urutan waktu komponen bergabung bersama.suatu gambaran awal dari pola aliran bahan.

Contoh peta rakitan disajikan pada Gambar 1.

BAB III

PENATAAN LAY OUT ALIRAN BAHAN

3.1. Peta Rakitan

Peta rakitan adalah gambaran grafis dari urut-urutan aliran komponen dan rakitan bagian kedalam rakitan suatu produk. Peta rakitan menunjukkan cara yang mudah dipahami tentang :

1. komponen-komponen yang membentuk produk.

2. bagaimana komponen-komponen bergabung bersama.

3. komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian.

4. aliran komponen ke dalam sebuah rakitan.

5. keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian.

6. gambaran menyeluruh dari proses rakitan.

7. urutan waktu komponen bergabung bersama.

8. suatu gambaran awal dari pola aliran bahan.

Contoh peta rakitan disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Rakitan Pembuatan Kursi Jok Busa

1

3

4

2

S SA-1

S ambung papan alas

Bubut balok untuk kaki

S andaranSA-1 A-1

Tangan kursi logam

5

6

Jahit sarung kulit jok

Gunting busaA-2

Gambar 1. Diagram Rakitan Pembuatan Kursi Jok Busa

Page 362: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

356

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

3.2. Peta Proses OperasiTeknik ini digunakan untuk melihat operasi mandiri dari tiap komponen atau rakitan. Peta operasi memperluas peta rakitan dengan menambahkan setiap operasi ke dalam gambaran grafis dari pola aliran pertama yang telah dikembangkan. Contoh peta proses disajikan pada Gambar berikut :

3.2. Peta Proses Operasi

Teknik ini digunakan untuk melihat operasi mandiri dari tiap komponen atau rakitan. Peta operasi memperluas peta rakitan dengan menambahkan setiap operasi ke dalam gambaran grafis dari pola aliran pertama yang telah dikembangkan. Contoh peta proses disajikan pada Gambar berikut :

Gambar 2. Prinsip penggambaran peta proses operasi

Peta proses Operasi adalah salah satu teknik yang paling berguna dalam perencanaan produksi. Beberapa keuntungan dan kegunaan dari peta proses operasi adalah :

1. mengkombinasikan lintasan produksi dan peta rakitan sehingga memberikan informasi yang lebih lengkap;

2. menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen;

3. menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen;

4. menunjukkan urutan fabrikasi dan rakitan dari tiap komponen;

5. menunjukkan kerumitan relatif dari fabrikasi tiap komponen;

6. menunjukkan hubungan antar komponen;

7. menunjukkan panjang relatif dari lintasan fabrikasi dan ruang yang dibutuhkannya;

8. menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses;

9. menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah rakitan bagian;

10. membedakan antara komponen yang dibuat dan dibeli;

11. membantu perencanaan tempat kerja mandiri;

Bahan

Sub

-rak

itan

atau

ko

mpo

nen

yang

ber

hubu

ngan

de

ngan

su

b ra

kita

n ko

mpo

nen

lain

Bahan/barang pembelian

Sub R

akitan a

tau k

om

ponen

yang b

erg

abung d

engan

kom

ponen u

tam

a

Bahan/barang yang sedang dikerjakan

Bahan/barang pembelian

Bahan/barang yang sedang dikerjakan

Bahan/barang yang sedang dikerjakan

Bahan/barang pembelian

Ko

mp

on

en

den

gan

pen

gerj

aan

terb

an

yak

ARAH BAHAN MEMASUKI PROSES

LA

NG

KA

H P

RO

SE

S S

ES

UA

I U

RU

TA

N P

EK

ER

JA

AN

Gambar 2. Prinsip penggambaran peta proses operasi

Peta proses Operasi adalah salah satu teknik yang paling berguna dalam perencanaan produksi. Beberapa keuntungan dan kegunaan dari peta proses operasi adalah :1. mengkombinasikan lintasan produksi dan peta rakitan sehingga

memberikan informasi yang lebih lengkap;2. menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen;3. menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen;

Page 363: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

357

4. menunjukkan urutan fabrikasi dan rakitan dari tiap komponen;5. menunjukkan kerumitan relatif dari fabrikasi tiap komponen;6. menunjukkan hubungan antar komponen;7. menunjukkan panjang relatif dari lintasan fabrikasi dan ruang yang

dibutuhkannya;8. menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses;9. menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah rakitan bagian;10. membedakan antara komponen yang dibuat dan dibeli;11. membantu perencanaan tempat kerja mandiri;12. menunjukkan jumlah pekerja yang dibutuhkan;13. menunjukkan secara relatif konsentrasi mesin, peralatan, dan pekerja;14. menunjukkan sifat pola aliran bahan;15. menunjukkan sifat masalah penanganan bahan;16. menunjukkan kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam aliran

produksi;17. mencatat proses pembuatan untuk diperlihatkan pada yang lain.

3.3 Menata Lay Out Analisa Aliran BahanAliran bahan dapat pula disusun dengan menggambarkan letak mesin dalam areal pabrik sebagaimana disajikan pada Gambar berikut.

12. menunjukkan jumlah pekerja yang dibutuhkan;

13. menunjukkan secara relatif konsentrasi mesin, peralatan, dan pekerja;

14. menunjukkan sifat pola aliran bahan;

15. menunjukkan sifat masalah penanganan bahan;

16. menunjukkan kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam aliran produksi;

17. mencatat proses pembuatan untuk diperlihatkan pada yang lain.

3.3 Menata Lay Out Analisa Aliran Bahan

Aliran bahan dapat pula disusun dengan menggambarkan letak mesin dalam areal pabrik sebagaimana disajikan pada Gambar berikut.

Gambar 3. Tata Letak Pabrik Woodworking

Table Saw

Cross Cutting

Thicknesser

Double Planer

Rotary ClamperWide belt Sander

Moulder

D/E Tenoner

Packing

Gambar 3. Tata Letak Pabrik Woodworking

Page 364: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

358

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Bab IVAnalisa Aliran Bahan

4.1. Beban Pemindahan BahanBeban bahan dapat dihitung dengan menggunakan ukuran tenaga yang digunakan untuk pemindahan barang. Pemindahan barang tersebut memerlukan tenaga yang dinamakan energi. Semakin jauh jarak pemindahan dan semakin besar volume beban yang dipindahkan, dengan sendirinya membutuhkan tenaga atau energi yang semakin besar. Prinsip pemindahan bahan dalam kegiatan produksi adalah menggunakan tenaga sekecil-kecilnya. Contoh perhitungan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Contoh Pendataan Beban Dan Jarak Perpindahan Bahan Pada Kasus Pabrik Woodworking Pada Gambar 3

NoBahan Bergerak Dari Menuju Ke

Mesin/Proses Segmen Mesin/Proses Segmen1 Bahan baku i1j1 Cross cut i2j1/i3j2 20 0.28 2 (max) 0.562 Cross cut i2j1/i3j2 Double Planer i4j3 8 0.11 1.5 0.173 Cross cut i2j1/i3j2 Thicknesser i5j1 10 0.14 2 0.284 Thicknesser i5j1 Moulder i6j7 9 0.13 5 0.655 Double Planer i4j3 Table Saw i5j5 6 0.08 1.5 0.126 Table Saw i5j5 Rotary Clamper i3j5 5 0.07 1 0.077 Rotary Clamper i3j5 W.B. Sander i4j7 5 0.07 1.5 0.118 W.B.Sander i4j7 D/E Tenoner i3j9 4 0.05 1 0.059 Moulder i6j7 D/E Tenoner i3j9 6 0.08 2.5 0.2010 D/E Tenoner i3j9 Packing i1j6 9 0.13 0.5 0.07

TOTAL 2.28

1. dihitung dari rata-rata berat jenis kayu 0.52. beban x jarak

Untuk menemukan tata letak optimum, maka harus disimulasikan jarak antar mesin dengan mencoba-coba memindahkan mesin-mesin tersebut, lalu dihitung ulang seperti tabel di atas. Apabila total energi bisa lebih rendah dari contoh 2.28 tersebut, maka tata letak tersebut

Page 365: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

359

lebih baik. Tata letak dan pergerakan bahan yang optimum adalah yang mengeluarkan energi paling minimum.

4.2 Metoda Jalur KritisLamanya perjalan bahan baku didalam proses pengolahan menjadi produk jadi dapat digunakan untuk menganalisa efektifitas aliran bahan. Jalur kritis adalah istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan jalur terpanjang yang harus dilalui oleh suatu bahan menjadi produk. Sebagai ilustrasi disajikan proses sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.

Untuk dapat menentukan jalur kritis, Gambar 4 harus dijabarkan sesuai dengan waktu penyelesaiannya sebagaimana disajikan Tabel 4.

Kejadian waktu tercepat adalah waktu tercepat di mana suatu kejadian dapat terjadi. Kejadian tersebut adalah jalur yang terpanjang dari awal sampai akhir. Untuk mendapatkan kejadian dengan waktu tercepat atau yang singkat, kita mencari waktu tercepat maksimum dari semua kejadian yang sebelumnya ditambah lamanya kegiatan antaranya.

Gambar 4. Contoh Penggambaran Jalur Jaringan Kerja

Untuk dapat menentukan jalur kritis, Gambar 4 harus dijabarkan sesuai dengan waktu penyelesaiannya sebagaimana disajikan Tabel 4.

Tabel 4. Contoh Penguraian Kegiatan Dan Waktu Penyelesaian, Pembuatan Kursi

Kegiatan (Activity) Kejadian (Event)Kode Aktifitas Awal Akhir

Lama (menit)

A Penggergajian papan 1 2 20B Laminasi papan 2 6 43K Pembentukan dudukan 6 9 23C Pengukiran tangan 1 3 90D Pemasangan busa tangan 1 3 30E Profil kaki 1 4 33F Pemasangan ujung karet 4 7 21G Pengetaman Sandaran 1 5 37H Pembentukan Sandaran 5 8 45I Pemasangan Sandaran 1 8 22J Pemasangan Tangan 3 6 22L Penguatan Sandaran 8 10 22M Pasang busa sandaran 10 11 22N Gabung atas dan bawah 9 11 86O Pengampelasan 11 12 21P Pengecatan 12 13 63

Total Waktu 600

Kejadian waktu tercepat adalah waktu tercepat di mana suatu kejadian dapat terjadi. Kejadian tersebut adalah jalur yang terpanjang dari awal sampai akhir. Untuk mendapatkan kejadian dengan waktu tercepat atau yang singkat, kita mencari waktu tercepat maksimum dari semua kejadian yang sebelumnya ditambah lamanya kegiatan antaranya.

1

2

3

4

6

9

7

5

8 10 11 12 13

A

C

E

B

J

F

K

N

I

GH

L M O PD

Gambar 4. Contoh Penggambaran Jalur Jaringan Kerja

Page 366: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

360

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Jalur kritis didefinisikan sebagai jalur terpanjang melalui jaringan kerja. Semua kejadian pada jalur kritis mempunyai waktu tercepat sama dengan waktu terlambatnya. Dalam Gambar 4 kejadian-kejadian ini adalah 1, 3, 6, 9, 12 dan 13. Kegiatan-kegiatan yang memberikan waktu tercepat dan paling lambat adalah kejadian-kejadian kritis dan termasuk jalur kritis. Kejadian tersebut adalah D, J, K, N, O dan P ditandai garis rangkap.

Tabel 4. Contoh Penguraian Kegiatan Dan Waktu Penyelesaian, Pembuatan Kursi

Kegiatan (Activity) Kejadian (Event)Lama (menit)

Kode Aktifitas Awal Akhir

A Penggergajian papan 1 2 20B Laminasi papan 2 6 43K Pembentukan dudukan 6 9 23C Pengukiran tangan 1 3 90D Pemasangan busa tangan 1 3 30E Profil kaki 1 4 33F Pemasangan ujung karet 4 7 21G Pengetaman Sandaran 1 5 37H Pembentukan Sandaran 5 8 45I Pemasangan Sandaran 1 8 22J Pemasangan Tangan 3 6 22L Penguatan Sandaran 8 10 22M Pasang busa sandaran 10 11 22N Gabung atas dan bawah 9 11 86O Pengampelasan 11 12 21P Pengecatan 12 13 63

Total Waktu 600

Page 367: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

361

4.3 Teknik AntrianBanyak model yang berbeda tentang system aliran barang mencakup beberapa factor yang ditandai dengan suatu sebaran peubah acak, salah satunya adalah Teori Antrian. Teori antrian mengacu kepada pengamatan matematis dan fisik dari suatu kelompok masalah yang ditandai beberapa ciri : 1) ada masukan dari satuan yang memasuki sistem; 2) satuan yang bergerak melewati sistem adalah diskrit; 3) satuan yang mulai membutuhkan pelayanan disusun dengan satu cara dan menerima pelayanan menurut susunan tadi; 4) mekanisme yang ada yang mengatur kapan satu satuan layanan dapat terlayani; 5) paling tidak satu dari dua mekanisme, kedatangan atau pelayanan, tidak ditentukan seluruhnya, tetapi dapat diperhitungkan pada satu jenis sistem probabilistik. Analisa kapasitas produksi dilakukan untuk membandingkan secara kuantitatif kapasitas produksi operasional dengan kapasitas terpasang suatu mesin kayu olahan. Sebagai ilustrasi adalah PT. Komponen Woodworking (KaWe) sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Data hasil produksi, kapasitas mesin dan faktor konversi pada PT. KaWeNo Mesin Utama Jumlah

UnitKapasitas

Total (m3/jam)

Hasil Produksi (m3/jam)

Faktor Konversi (% Logbased)

1 Log (eqivalent Log) 2,15002 Saw Mill 4 6,0000 2,0000 68.003 Kiln Dryer 6 2,0000 1,5968 63,254 Planner 1 2,7500 1,2016 50,505 Rip Saw 1 2,2300 2,1420 38,006 CLC Composser 1 1,7900 2,0234 36,006 D-End Tenoner 1 4,2500 1,9110 34,00

Dengan agregasi data produksi tersebut maka aliran produk diasumsikan sebagai antrian saluran tunggal, digambarkan sebagai berikut

Page 368: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

362

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Tabel 6. Hasil perhitungan beberapa tolok ukur dalam model antrian mesin PT KaWeNo Mesin

UtamaRata-rata Jumlah Bahan mengantri

Lq =

Faktor Penggunaan Mesin

p =

Rata-rata bahan diolah pada mesin

L =

Status

1 Saw Mill 0,2001 m3/jam 0,3584 0,5585 m3/jam Idle2 Kiln Dryer -1.001,0010 m3/jam 1,0000 1,001 m3/jam -3 Planner 0,8040 m3/jam 0,5807 1,3847 m3/jam Idle4 Rip Saw 0,6296 m3/jam 0,5388 1,1684 m3/jam Idle5 Composser -7,2763 m3/jam 1,1969 -6,0795 m3/jam Bottle

neck6 D-End

Tenoner0,4326 m3/jam 0,4761 0,9087 m3/jam Idle

Catatan : Iddle = menganggur; bottle neck = tersumbat

Kapasitas CLC Composser = 10.174,7368 m3Konversi ke Produk Akhir CLC = 10.174,7368 m3 x (34,00/36,00) = 9.609,4737 m3

Teknik antrian dapat memberikan pola aliran bahan dan penumpukan yang terjadi di beberapa unit kerja. Diperlukan ruang antar mesin atau antar unit proses guna menampung bahan-bahan yang menunggu untuk diproses. Teknik antrian juga dipergunakan untuk menduga penambahan unit mesin agar tidak terjadi bottle neck atau penyumbatan.

Dengan agregasi data produksi tersebut maka aliran produk diasumsikan sebagai antrian saluran tunggal, digambarkan sebagai berikut

Gambar 5. Laju kedatangan bahan dan laju pelayanan mesin produksi utama dalam teknik antrian PT KaWe

Tabel 6. Hasil perhitungan beberapa tolok ukur dalam model antrian mesin

PT KaWe

No Mesin Utama

Rata-rata Jumlah Bahan mengantri

Lq =

Faktor Penggunaan

Mesin

p =

Rata-rata bahan diolah pada mesin

L =

Status

1 Saw Mill 0,2001 m3/jam 0,3584 0,5585 m3/jam Idle2 Kiln Dryer -1.001,0010 m3/jam 1,0000 1,001 m3/jam -3 Planner 0,8040 m3/jam 0,5807 1,3847 m3/jam Idle4 Rip Saw 0,6296 m3/jam 0,5388 1,1684 m3/jam Idle5 Composser -7,2763 m3/jam 1,1969 -6,0795 m3/jam Bottle neck6 D-End Tenoner 0,4326 m3/jam 0,4761 0,9087 m3/jam Idle

Catatan : Iddle = menganggur; bottle neck = tersumbat

Kapasitas CLC Composser = 10.174,7368 m3Konversi ke Produk Akhir CLC = 10.174,7368 m3 x (34,00/36,00)

= 9.609,4737 m3

Teknik antrian dapat memberikan pola aliran bahan dan penumpukan yang terjadi di beberapa unit kerja. Diperlukan ruang antar mesin atau antar unit proses guna menampung bahan-bahan yang menunggu untuk diproses. Teknik antrian juga dipergunakan untuk menduga penambahan unit mesin agar tidak terjadi bottle neck atau penyumbatan.

λ2

µ(µ-λ) λ

µλ

(µ - λ)

S aw Mill 2,000 m3/jam

(µ )

Kiln Dryer 2,000 m3/jam

(µ )

Planner 2,7500 m3/jam

(µ )

R ip S aw 2,2300 m3/jam

(µ )

Composser 1,7900

m3/jam (µ )

2,1500 m3/jam

(λ)

2,0000 m3/jam

(λ)

1,5968 m3/jam

(λ)

1,2016 m3/jam

(λ)

2,1420 m3/jam

(λ)

D-End Tenoner

4,2500

m3/jam (µ )

2,0234 m3/jam

(λ)

Gambar 5. Laju kedatangan bahan dan laju pelayanan mesin produksi utama dalam teknik antrian PT KaWe

l2

m(m-l) lm

l(m - l)

Page 369: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

363

Bab VSistem Penandaan

Komunikasi informasi sangat penting di dalam penerapan sistem lacak balak, karena menunjukkan perjalanan kayu. Peta prosedur adalah teknik yang dapat dipergunakan untuk menunjukkan perpindahan atau aliran komunikasi lisan atau komunikasi tertulis antara kegiatan, departemen, dan manusia untuk menunjukkan aliran barang yang diikat oleh komunikasi tersebut. Peta prosedur menggunakan konvensi sebagaimana Gambar 6.

BAB V

SISTEM PENANDAAN

Komunikasi informasi sangat penting di dalam penerapan sistem lacak balak, karena menunjukkan perjalanan kayu. Peta prosedur adalah teknik yang dapat dipergunakan untuk menunjukkan perpindahan atau aliran komunikasi lisan atau komunikasi tertulis antara kegiatan, departemen, dan manusia untuk menunjukkan aliran barang yang diikat oleh komunikasi tersebut. Peta prosedur menggunakan konvensi sebagaimana Gambar 6.

Gambar 6. Lambang-lambang untuk peta prosedur/informasi

Garis menunjukkan perpindahan dokumen (formulir) komunikasi tertulis. Garis yang tersendiri harus digunakan untuk tiap lembar kertas sejauh dapat dilakukan

Garis bergelombang adalah komunikasi lisan

Garis terputus-putus menunjukkan perpindahan produk, peti kemas, atau peralatanLingkaran (besar) menunjukkan Pengambilan tindakan, dan harus lebih besar dari lambang lain jika merupakan lambang yang kuat

S egitiga besar (dengan segitiga kecil di dalamnya) menunjukkan Penyimpanan Produk

Kotak (besar) menunjukkan pemeriksaan

LS M R RBendera (dengan singkatan bermakna di dalamnya) dihubungkan dengan lambang tindakan besar yang menunjukkan asal dokumen (formulir) pada saat itu

S egitiga kecil menunjukkan Arsip Kertas-kerja

S egitiga (kecil dan penuh) menunjukkan Pembuangan atau Pemusnahan Kerta-kerja

Gambar 6. Lambang-lambang untuk peta prosedur/informasi

Page 370: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

364

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Pembentukan peta prosedur dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. siapkan formulir sebagaimana Gambar 7

Gambar 7. Peta Informasi

Pembentukan peta prosedur dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. siapkan formulir sebagaimana Gambar 7

Gambar 7. Peta Informasi

2. baris mendatar menunjukkan langkah-langkah dalam prosedur. Biasanya hanya ada satu lambang yang menonjol dalam satu baris, kecuali jika kegiatan dilakukan secara bersamaan pada beberapa tempat, atau jika lambang-lambang bersifat menjelaskan;

Page 371: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

365

2. baris mendatar menunjukkan langkah-langkah dalam prosedur. Biasanya hanya ada satu lambang yang menonjol dalam satu baris, kecuali jika kegiatan dilakukan secara bersamaan pada beberapa tempat, atau jika lambang-lambang bersifat menjelaskan;

3. kolom tegak menunjukkan tempat pelaksanaan, kegiatan, lokasi, manusia, departemen. Lambang-lambang pada sebuah kolom menunjukkan kegiatan yang dilakukan manusia, departemen, dan seterusnya;

4. arah aliran selalu berada di atas dan di bawah lambang, dan umumnya dari sisi kiri ke sisi kanan peta;

5. jumlah garis yang meninggalkan lambang pada bagian bawah harus selalu sama dengan jumlah garis yang memasuki lambang di atas, kecuali untuk komunikasi lisan;

6. setiap baris ditunjukkan dengan kode, yang diterangkan dalam uraian di bawah peta;

7. lambang-lambang rutin Pengarsipan dan pembuangan dokumen lebih kecil daripada lambang kuat pengambilan tindakan. Sebagai suatu aturan umum, lambang kecil tidak perlu diperkuat dengan catatan dalam peta.

8. Kode yang ada di sepanjang lambang akan menunjukkan pengarsipan dokumen atau pembuangannya;

9. suatu jalur pengganti dapat diperlihatkan dengan garis serupa dengan garis yang digunakan dalam alur biasa, dengan petunjuk untuk alur pengganti tadi;

10. komentar atau catatan dapat dibuat di sebelah kiri peta jika diinginkan sehingga tujuan dari langkah-langkah menjadi lebih jelas. Catatan ini dibuat sejelas mungkin dan diletakkan pada baris mendatar yang sama dengan langkah yang diterangkannya. Catatan ini diletakkan di sebelah kiri baris pada ruangan yang telah ditentukan.

Untuk keperluan lacak balak, peta prosedur dapat dilengkapi keterangan dengan persentase posisi terakhir bahan baku kayu yang masih terlacak-balaknya. Persentase tersebut dapat dicantumkan pada segitiga arsip dokumen. Dengan demikian dapat terlihat peredaran kayu terlacak dan tidak terlacak.

Page 372: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

366

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Daftar Istilah

Moulding adalah proses pencetakan benda berrbentuk tiga dimensi. Dalam pengolahan kayu, moulding adalah pencetakan bentuk kayu tiga dimensi menggunakan prinsip penyerutan dengan pisau potong berputar.

Dowell adalah produk moulding berbentuk bundar memanjangIndustri wood working adalah industri yang mengolah kayu menjadi

komponen peralatan berbagai bentuk, tidak ada perubahan kimia yang penting dari kayu, dan umumnya produk belum dirakit menjadi barang kebutuhan sehari-hari

Fabrikasi adalah proses pengerjaan suatu bahan menjadi produk yang melibatkan mesin dan orang-orang

Page 373: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

367

Daftar Pustaka

Hermawan.1996. Perencanaan, Pengendalian Produksi dan Sediaan Pada Industri Kayu. Makalah Pelatihan Manajer Industri Kayu. UGM-FOCUS QE.

Indonesia Cleaner Industrial Production Program (ICIP). 1998. Kajian Produksi Bersih Pada Industri Kayu Lapis. Jakarta.

FCS-STD-40-201 (Version 1.0). 2004. FSC on-product labeling requirements. FSC International Standard.

Biegel, J.E. 1992. Production Control : a quantitative approach (Edisi Bahasa Indonesia). Akademika Pressindo, Jakarta.

Page 374: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

368

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC)

UNTUK PASAR EKSPOR - JEPARA 27-29

JULI 2010

Ir. Stepi Hakim, MEMD

PT. Penta Sumberdaya Nusantara (Forestry Specialist)

EC – Indonesia FLEGT SP (Component Leader forTrade & Industry)

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Materi Ajar hari ke - 3: Persyaratan Lacak Balak untuk inspeksi bukti Rekaman

Penerapan Pengadaan Label

Inspeksi Dokumen

Persyaratan Dokumentasi CoC untuk FSC

Teknis Audit Internal Sistem Lacak Balak Teknis Audit

Pengembangan Rencana Pengrajin untuk implementasi CoC

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Persyaratan Lacak Balak untuk inspeksi bukti RekamanPenerapan Pengadaan Label

Inspeksi Dokumen

Persyaratan Dokumentasi CoC untuk FSC

Teknis Audit Internal Sistem Lacak Balak Teknis Audit

Pengembangan Rencana Pengrajin untuk implementasi CoC

j. Penelusuran bahan baku CoC untuk pasar ekspor

Page 375: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

369

Pengantar Apa itu Lacak Balak (Chain of Custody)?

Rantai aliran barang dari bahan baku, proses produksi, sampaidengan barang jadi yang berasal dari hutan sampai denganpemakai (consumer) dimana tiap tahap proses dari pemindahan,pembuatan dan pengerjaan serta penyimpanan mampuditelusuri dengan jelas.

Persyaratan CoC meliputi 5 hal, yaitu: kualitas system sumber bahan baku pengawasan (kontrol) produksi dan penyimpanan rekaman Label dan produk FSC Dokumentasi

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Apa itu Lacak Balak (Chain of Custody)? Rantai aliran barang dari bahan baku, proses produksi, sampai

dengan barang jadi yang berasal dari hutan sampai denganpemakai (consumer) dimana tiap tahap proses dari pemindahan,pembuatan dan pengerjaan serta penyimpanan mampuditelusuri dengan jelas.

Persyaratan CoC meliputi 5 hal, yaitu: kualitas system sumber bahan baku pengawasan (kontrol) produksi dan penyimpanan rekaman Label dan produk FSC Dokumentasi

Label & Pembuatan Kode RekamanContoh:

Label pada pengelolaan hutan

Label pada proses di Industri

Label dan Merek dagang FSC (FSC trademark) (FSC-STD-50-001(V1.1) Final Version) Perusahaan yang boleh menggunakan label FSC haruslah memiliki sertifikat

resmi melalui CoC atau gabungan antara sertifikat managemen hutan denganCoC yang hanya dikeluarkan oleh FSC. Label FSC hanya diperkenankanuntuk kelompok produk yang terdaftar.

Tidak diperkenankan modifikasi label, bila tidak bisa dipasang pada produkmaka pengaturan pemasangan perlu persetujuan lembaga sertifikasi FSC

Label FSC tidak boleh dipasang pada produk bersama dengan logo, nama atauidentitas lain dari skema penilaian kesesuaian managemen, misalnya tidakserta merta dengan persyaratan ISO

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Contoh:

Label pada pengelolaan hutan

Label pada proses di Industri

Label dan Merek dagang FSC (FSC trademark) (FSC-STD-50-001(V1.1) Final Version) Perusahaan yang boleh menggunakan label FSC haruslah memiliki sertifikat

resmi melalui CoC atau gabungan antara sertifikat managemen hutan denganCoC yang hanya dikeluarkan oleh FSC. Label FSC hanya diperkenankanuntuk kelompok produk yang terdaftar.

Tidak diperkenankan modifikasi label, bila tidak bisa dipasang pada produkmaka pengaturan pemasangan perlu persetujuan lembaga sertifikasi FSC

Label FSC tidak boleh dipasang pada produk bersama dengan logo, nama atauidentitas lain dari skema penilaian kesesuaian managemen, misalnya tidakserta merta dengan persyaratan ISO

Page 376: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

370

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Lanjutan… Label FSC tidak serta merta meningkatkan pengakuan mengenai

kelestarian hutan dari sumber kayu yang digunakan Label harus dipasang pada produk tersertifikasi yang dijual atau pada

kartu barang, label, striker, dan lainnya. Label harus tampak mudah terlihat Pabrik yang bahan bakunya bukan dari hutan bersertifikat FSC,

maka industri tersebut belum dapat menggunakan logo COC-FSC pada produknya (get a certificate COC-FSC, but not uselogo COC-FSC on product). Sertifikat yang diperoleh adalahsertifikat implementasi sistem dan standar COC FSC

Umumnya buyer sudah setuju karena buyer tidakmempermasalahkan “logo on product” atau “logo off product”,yang penting buyer melihat pabrik memiliki Sertifikat COCFSC, maka buyer sudah setuju. Apabila pabrik telah mempunyaikayu bersertifikat FSC, dengan melalui sekali kunjunganverifikasi.

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Label FSC tidak serta merta meningkatkan pengakuan mengenaikelestarian hutan dari sumber kayu yang digunakan

Label harus dipasang pada produk tersertifikasi yang dijual atau padakartu barang, label, striker, dan lainnya.

Label harus tampak mudah terlihat Pabrik yang bahan bakunya bukan dari hutan bersertifikat FSC,

maka industri tersebut belum dapat menggunakan logo COC-FSC pada produknya (get a certificate COC-FSC, but not uselogo COC-FSC on product). Sertifikat yang diperoleh adalahsertifikat implementasi sistem dan standar COC FSC

Umumnya buyer sudah setuju karena buyer tidakmempermasalahkan “logo on product” atau “logo off product”,yang penting buyer melihat pabrik memiliki Sertifikat COCFSC, maka buyer sudah setuju. Apabila pabrik telah mempunyaikayu bersertifikat FSC, dengan melalui sekali kunjunganverifikasi.

Kategori Pemberian label FSC (pada

produk) Pilihan 1: Pure (murni) 100% artinya pabrik menggunakan 100%

bahan baku yang berasal dari hutan yang telah bersertifikat FSC

Pilihan 2 :Mixed (campuran) artinya kombinasi bahan baku(material) dari kayu bersertifikat dengan label FSC, FSCControlled Wood, dan atau dari serat/kayu daur ulang (recycledfiber). Proporsi produk untuk label FSC Mixed dapat dihitung dengan

menggunakan “Credit System” atau “Threshold system”. Namun sejak1 January 2008, perusahaan dianjurkan menggunakan “Credit System”untuk FSC Mixed group produk.

Pilihan 3 :Recycled = penggunaan bahan baku yang berasal darikayu daur ulang (kayu bekas penggunaan lain)

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Pilihan 1: Pure (murni) 100% artinya pabrik menggunakan 100%bahan baku yang berasal dari hutan yang telah bersertifikat FSC

Pilihan 2 :Mixed (campuran) artinya kombinasi bahan baku(material) dari kayu bersertifikat dengan label FSC, FSCControlled Wood, dan atau dari serat/kayu daur ulang (recycledfiber). Proporsi produk untuk label FSC Mixed dapat dihitung dengan

menggunakan “Credit System” atau “Threshold system”. Namun sejak1 January 2008, perusahaan dianjurkan menggunakan “Credit System”untuk FSC Mixed group produk.

Pilihan 3 :Recycled = penggunaan bahan baku yang berasal darikayu daur ulang (kayu bekas penggunaan lain)

Page 377: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

371

Lanjutan.. Credit System:

material dari FSC sertifikat harus lebih besar 10% ( misal = A%) makayang boleh dilabel FSC Mixed adalah A%

Perhitungan menggunakan faktor konversi yang didasarkan pada volumesetelah proses pengolahan bahan baku.

Diharapkan input material dari bahan FSC sertifikat secara kredit (angsur)meningkat.

“Threshold System” (tidak berlaku setelah 1 January 2008), pilihannya:a) Material FSC sertifikat minimal 70% 100% produknya dapat diberi

label FSC Mixedb) Material FSC sertifikat minimal 10%, campuran FSC sertifikat dan

material yang telah digunakan/claim oleh konsumen lebih dari 70%

100% produknya dapat diberi label FSC Mixedc) Material yang telah digunakan/claim oleh konsumen lebih dari 90%

100% produknya dapat diberi label FSC Mixed

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Credit System: material dari FSC sertifikat harus lebih besar 10% ( misal = A%) maka

yang boleh dilabel FSC Mixed adalah A% Perhitungan menggunakan faktor konversi yang didasarkan pada volume

setelah proses pengolahan bahan baku. Diharapkan input material dari bahan FSC sertifikat secara kredit (angsur)

meningkat.

“Threshold System” (tidak berlaku setelah 1 January 2008), pilihannya:a) Material FSC sertifikat minimal 70% 100% produknya dapat diberi

label FSC Mixedb) Material FSC sertifikat minimal 10%, campuran FSC sertifikat dan

material yang telah digunakan/claim oleh konsumen lebih dari 70%

100% produknya dapat diberi label FSC Mixedc) Material yang telah digunakan/claim oleh konsumen lebih dari 90%

100% produknya dapat diberi label FSC Mixed

Contoh hitungan threshold

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Page 378: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

372

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Kategori Label FSC Perancangan Label FSC:

Logo FSC Pengakuan hak cipta Judul label (berdasarkan produk) CoC yang benar (atau gabungan sertifikat managemen hutan dan CoC yang

diterbitkan oleh FSC) Pengakuan standar menurut jenis label Alamat website FSC

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Perancangan Label FSC: Logo FSC Pengakuan hak cipta Judul label (berdasarkan produk) CoC yang benar (atau gabungan sertifikat managemen hutan dan CoC yang

diterbitkan oleh FSC) Pengakuan standar menurut jenis label Alamat website FSC

Contoh Label

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Page 379: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

373

FSC-STD-50-001 (V1.1) Final Version

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

PERSYARATAN DOKUMENTASI

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 380: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

374

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Persyaratan Dokumentasi

Dokumentasi CoC – FSC Manfaat sistem dokumentasi Syarat dokumentasi CoC - FSC

Struktur Sistem Dokumentasi Pengembangan dokumen CoC mengacu pada hierarki

dokumentasi sistem managemen mutu yang diterapkan olehperusahaan

Dokumentasi CoC – FSC Manfaat sistem dokumentasi Syarat dokumentasi CoC - FSC

Struktur Sistem Dokumentasi Pengembangan dokumen CoC mengacu pada hierarki

dokumentasi sistem managemen mutu yang diterapkan olehperusahaan

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Dokumentasi dalam Perdagangan

Kayu Dokumen Untuk Transaksi Perdagangan

Dokumen Pendahuluan: dokumen yang belum ditandatanganinya suatu kontrak beli(Letter of Offer, Letter of Intent, or Sale Confirmation)

Dokumen Pokok: kontrak jual beli itu sendiri (namun dalam konteks Internationaltrade – jarang terjadi) misalnya: Export Sales Agreement or Export Sales Contract

Dokumen lain yang sering digunakan: 1) Dokumen Letter of Credit (L/C); 2)Dokumen Transportasi; and 3) Invoice

L/C: Jaminan Pembayaran Bersyarat (surat yang diterbitkan oleh Bank ataspermintaan importer, ditunjukan kepada Bank lain di negera eksportir(advising/negotiating bank)

L/C untuk kepentingan pihak eksportir dimana eksportir diberi hak untuk menarikwesel-wesel atas importir yang bersangkutan sebesar jumlah uang yang disebutkandalam surat tersebut

Invoice: dokumen yang mengandung informasi transaksi perdagangan, mencakupinformasi deskripsi barang, jumlah buaya yang ditarik, persyaratan asuransi, danpenyelesaian segala bea masuk.

Contoh Invoice: commercial invoice, proforma invoice, certified invoice, danconsulaire invoice

Dokumen Untuk Transaksi Perdagangan Dokumen Pendahuluan: dokumen yang belum ditandatanganinya suatu kontrak beli

(Letter of Offer, Letter of Intent, or Sale Confirmation) Dokumen Pokok: kontrak jual beli itu sendiri (namun dalam konteks International

trade – jarang terjadi) misalnya: Export Sales Agreement or Export Sales Contract Dokumen lain yang sering digunakan: 1) Dokumen Letter of Credit (L/C); 2)

Dokumen Transportasi; and 3) Invoice L/C: Jaminan Pembayaran Bersyarat (surat yang diterbitkan oleh Bank atas

permintaan importer, ditunjukan kepada Bank lain di negera eksportir(advising/negotiating bank)

L/C untuk kepentingan pihak eksportir dimana eksportir diberi hak untuk menarikwesel-wesel atas importir yang bersangkutan sebesar jumlah uang yang disebutkandalam surat tersebut

Invoice: dokumen yang mengandung informasi transaksi perdagangan, mencakupinformasi deskripsi barang, jumlah buaya yang ditarik, persyaratan asuransi, danpenyelesaian segala bea masuk.

Contoh Invoice: commercial invoice, proforma invoice, certified invoice, danconsulaire invoice

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 381: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

375

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 382: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

376

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Lanjutan…

Dokumen Transportasi: Bill of Lading : tanda terima penyerahan barang yang dikeluarkan oleh perusahaan

pelayaran sebagai tanda bukti pemilikan atas barang yang telah dimuat di atas kapal laut,oleh eksportir untuk diserahkan kepada importir

Good Receipt: Dokumen ini diterbitkan dan ditandatangani oleh Pengangkut barang.Sebagai bukti tanda terima barang dari pihak yang mengangkut barang

Mate`s Receipt: Dokumen sebagai keterangan yang diterbitkan oleh perusahaan pelayarandan ditandatangani oleh Kapten Kapal. Dokumen ini menyatakan bahwa barang denganspesifikasinya telah dimuat dalam kapal. Sebagai dasar pemberian anotasi on board atas billof landing

Air Waybill: Dokumen pengangkutan dilakukan lewat udara dan merupakan kontrakpengangkutan barang antara shipper dengan carrier (maskapai penerbangan) dari BandarUdara ke tempat Tujuan.

Road/Railway transport document: Dokumen transportasi darat/kereta api yangdikeluarkan oleh Perusahaan Angkutan Darat atau Kereta Api jika barang lewatdarat/kereta api

Dokumen Transportasi: Bill of Lading : tanda terima penyerahan barang yang dikeluarkan oleh perusahaan

pelayaran sebagai tanda bukti pemilikan atas barang yang telah dimuat di atas kapal laut,oleh eksportir untuk diserahkan kepada importir

Good Receipt: Dokumen ini diterbitkan dan ditandatangani oleh Pengangkut barang.Sebagai bukti tanda terima barang dari pihak yang mengangkut barang

Mate`s Receipt: Dokumen sebagai keterangan yang diterbitkan oleh perusahaan pelayarandan ditandatangani oleh Kapten Kapal. Dokumen ini menyatakan bahwa barang denganspesifikasinya telah dimuat dalam kapal. Sebagai dasar pemberian anotasi on board atas billof landing

Air Waybill: Dokumen pengangkutan dilakukan lewat udara dan merupakan kontrakpengangkutan barang antara shipper dengan carrier (maskapai penerbangan) dari BandarUdara ke tempat Tujuan.

Road/Railway transport document: Dokumen transportasi darat/kereta api yangdikeluarkan oleh Perusahaan Angkutan Darat atau Kereta Api jika barang lewatdarat/kereta api

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 383: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

377

Lanjutan… Kaitan Dokumen-dokumen lain dengan CoC

Upaya pemenuhan peraturan dalam transaksi perdagangan, apabila produkkayu diperjualbelikan, sehingga dapat mendukung validitas sertifikasi CoC

Informasi status barang harus jelas terhadap barang yang dikirim dandiperjualbelikan serta telah bersertifikat CoC agar lebih meyakinkan pembelidan pihak terkait

Perusahaan harus mampu memilah dokumen-dokumen mana saja yangrelevan dan terkait dengan implementasi CoC. Selain deskripsi barang, dalamdokumen yang akan menyertai barang tersebut harus pula dicantumkancuplikan nomor sertifikat CoC yang diterima lengkap dengan masaberlakunya.

Kaitan Dokumen-dokumen lain dengan CoC Upaya pemenuhan peraturan dalam transaksi perdagangan, apabila produk

kayu diperjualbelikan, sehingga dapat mendukung validitas sertifikasi CoC

Informasi status barang harus jelas terhadap barang yang dikirim dandiperjualbelikan serta telah bersertifikat CoC agar lebih meyakinkan pembelidan pihak terkait

Perusahaan harus mampu memilah dokumen-dokumen mana saja yangrelevan dan terkait dengan implementasi CoC. Selain deskripsi barang, dalamdokumen yang akan menyertai barang tersebut harus pula dicantumkancuplikan nomor sertifikat CoC yang diterima lengkap dengan masaberlakunya.

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Interpretasi Standar Mengenai

Rekaman

FSC-STD-40-004: Standar FSC untuk Lacak Balak bagiperusahaan pemasok dan pengolah produk bersertifikat FSC

FSC-STD-40-005: Standar FSC untuk KayuTerkendali bukanSertifikasi FSC

FSC-STD-40-201: Persyaratan FSC pada pelabelan produk(diperbaharui dengan FSC-STD-50-001 (V1.1) Final Version)

FSC-STD-40-004: Standar FSC untuk Lacak Balak bagiperusahaan pemasok dan pengolah produk bersertifikat FSC

FSC-STD-40-005: Standar FSC untuk KayuTerkendali bukanSertifikasi FSC

FSC-STD-40-201: Persyaratan FSC pada pelabelan produk(diperbaharui dengan FSC-STD-50-001 (V1.1) Final Version)

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 384: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

378

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

FSC-STD-40-004

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

FSC-STD-40-005

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 385: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

379

Rekaman Identifikasi Penelusuran Proses: dimulai dari identifikasi bahan baku yang akan digunakan,

identifikasi pada pengeringan kayu, identifikasi prosespembahanan, identifikasi proses pembuatan komponen, identifikasiperakitan, identifikasi finishing, pengemasan hingga penelusuranproduk jadi.

Apabila memakai label, maka harus memenuhi syarat sbb: Label mudah lepas dan tidak permanen untuk produk penandaan produk

dalam proses Label harus permanen dan tidak mudah lepas untuk penandaan akhir

Menggunakan cat/pewarna pada proses yang tidak menggunakan label

Proses: dimulai dari identifikasi bahan baku yang akan digunakan,identifikasi pada pengeringan kayu, identifikasi prosespembahanan, identifikasi proses pembuatan komponen, identifikasiperakitan, identifikasi finishing, pengemasan hingga penelusuranproduk jadi.

Apabila memakai label, maka harus memenuhi syarat sbb: Label mudah lepas dan tidak permanen untuk produk penandaan produk

dalam proses Label harus permanen dan tidak mudah lepas untuk penandaan akhir

Menggunakan cat/pewarna pada proses yang tidak menggunakan label

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

RFID SYSTEM FOR LABELING

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 386: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

380

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

AUDIT INTERNAL LACAK BALAK

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Audit Internal Sistem Lacak Balak Teknis dan Pelaksanaan

Jenis, Kategori danTahapan Audit Pemahaman terhadap Jenis Audit (berdasarkan tujuan, pelaksana Audit, dan

model Audit sistem management)

Pemahaman terhadap mekanisme Audit standard produk lacak balak

Mekanisme Pelaksanaan Audit Internal

Persiapan Audit (Pre-Audit)

Pelaksanaan Audit (audit process)

TahapTindak Lanjut dan Pelaporan (pasca audit)

Teknis dan Pelaksanaan Jenis, Kategori danTahapan Audit

Pemahaman terhadap Jenis Audit (berdasarkan tujuan, pelaksana Audit, danmodel Audit sistem management)

Pemahaman terhadap mekanisme Audit standard produk lacak balak

Mekanisme Pelaksanaan Audit Internal

Persiapan Audit (Pre-Audit)

Pelaksanaan Audit (audit process)

TahapTindak Lanjut dan Pelaporan (pasca audit)

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 387: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

381

Persiapan Audit Pada tahap persiapan audit perlu dilakukan koordinasi antara

anggota tim auditor, yg dipimpin oleh ketua tim auditor, dankoordinasi dengan pihak auditee menyangkut kesepakatan tatawaktu yang telah dibuat.

Saat koordinasi, perlu disiapkan perangkat check list audit sesuaipersyaratan standar FSC dan peraturan pemerintah yang terkaitCoC

Disiapkan juga perangkat audit Daftar Temuan Audit danPermintaan TIndakan Perbaikan, sering disebut Form PermintaanTindakan Koreksi (Corrective Action Request/CAR)

Pada tahap persiapan audit perlu dilakukan koordinasi antaraanggota tim auditor, yg dipimpin oleh ketua tim auditor, dankoordinasi dengan pihak auditee menyangkut kesepakatan tatawaktu yang telah dibuat.

Saat koordinasi, perlu disiapkan perangkat check list audit sesuaipersyaratan standar FSC dan peraturan pemerintah yang terkaitCoC

Disiapkan juga perangkat audit Daftar Temuan Audit danPermintaan TIndakan Perbaikan, sering disebut Form PermintaanTindakan Koreksi (Corrective Action Request/CAR)

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Proses Pelaksanaan Audit

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 388: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

382

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 389: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

383

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 390: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

384

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Tindak Lanjut Pelaporan Audit: mencari peluang perbaikan, sehingga setiap temuan diharap dapat

memberikan rekomendasi perbaikan yang realistis dan terukur, untukmemenuhi penyimpangan yang terjadi.

Sehingga fungsi auditor adalah tidak hanya sampai menemukan temuanpenyimpangan, tetapi lebih penting adalah memberikan rekomendasiperbaikan dan berperan memonitor dan memastikan temuan tersebut telahdiperbaiki

Pasca Audit, tugas auditor untuk monitoring terhadap rekomendasi tindakanperbaikan yang telah disepakati, sesuai rntang waktu yang dijanjikan olehauditee.

Status Close - perbaikan terpenuhi Status Open - perbaikan belum terpenuhi – diskusikan dengan manejemen

puncak perusahaan

Tindak Lanjut Pelaporan Audit: mencari peluang perbaikan, sehingga setiap temuan diharap dapat

memberikan rekomendasi perbaikan yang realistis dan terukur, untukmemenuhi penyimpangan yang terjadi.

Sehingga fungsi auditor adalah tidak hanya sampai menemukan temuanpenyimpangan, tetapi lebih penting adalah memberikan rekomendasiperbaikan dan berperan memonitor dan memastikan temuan tersebut telahdiperbaiki

Pasca Audit, tugas auditor untuk monitoring terhadap rekomendasi tindakanperbaikan yang telah disepakati, sesuai rntang waktu yang dijanjikan olehauditee.

Status Close - perbaikan terpenuhi Status Open - perbaikan belum terpenuhi – diskusikan dengan manejemen

puncak perusahaan

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 391: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

385

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Page 392: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

386

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

RENCANA TINDAK LANJUT

IMPLEMENTASI CoC PADA PENGRAJIN

Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk PasarEkspor 2010

Page 393: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

387

Apa yang harus dipersiapkan? Pelajari proses penilaian sertifikasi (dan mencakup apa saja yang akan di

nilai) Untuk FSC CoC, proses penilaian terdiri dari:

Kualitas manajemen (adanya pelatihan dan staff yang ditunjuk sebagai tanggung jawabpelaksanaan CoC system, adanya system dan procedur yang berkaitan dengan standar,serta pemeliharaan terhadap dokumen-dokumen rekaman)

Lingkup dari sistem CoC yang terdiri dari: Kelompok produk FSC (identifikasikan produk mana yang akan disertifikasi)

Sumber bahan baku (spesifikasi tipe input dan mampu validasi suppliernya) Penerimaan dan Penyimpanan bahan baku (identifikasi dan pemisahan input) Kontrol volume (mampu ditelusuri balance dari bahan baku dan limbah pengolahan

untuk memastikan terhadap barang yang disertifikasi)

Penjualan dan Pengiriman barang. (Identifikasi barang yang di jual dengan labelFSC)

Penggunaan Merk Dagang FSC untuk produk dan promosi barang

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Pelajari proses penilaian sertifikasi (dan mencakup apa saja yang akan dinilai) Untuk FSC CoC, proses penilaian terdiri dari:

Kualitas manajemen (adanya pelatihan dan staff yang ditunjuk sebagai tanggung jawabpelaksanaan CoC system, adanya system dan procedur yang berkaitan dengan standar,serta pemeliharaan terhadap dokumen-dokumen rekaman)

Lingkup dari sistem CoC yang terdiri dari: Kelompok produk FSC (identifikasikan produk mana yang akan disertifikasi)

Sumber bahan baku (spesifikasi tipe input dan mampu validasi suppliernya) Penerimaan dan Penyimpanan bahan baku (identifikasi dan pemisahan input) Kontrol volume (mampu ditelusuri balance dari bahan baku dan limbah pengolahan

untuk memastikan terhadap barang yang disertifikasi)

Penjualan dan Pengiriman barang. (Identifikasi barang yang di jual dengan labelFSC)

Penggunaan Merk Dagang FSC untuk produk dan promosi barang

Lanjutan… Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum perencanaan penilaian:

Tentukan terlebih dahulu produk dan sistem mana yang inginingin digunakan untuk diklaim sebagai sertifikasi FSC

Tunjuk staf yang bertanggung jawab terhadap sistem kontrolCoC

Telah tersedia secara lengkap sistem penyimpanan dokumen(jika belum sebaiknya dibuat)

Buat rencana pelatihan dan lakukan pelatihan terhadap staf-stafyang bertanggung jawab terhadap CoC

Apabila ada pengerjaan/pengolahan yang terkait CoC dilakukanoleh orang luar (outsourcing), maka sebaiknya data dandokumen tersebut tersedia untuk siap di review oleh tim audit.

PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAREKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010

Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum perencanaan penilaian: Tentukan terlebih dahulu produk dan sistem mana yang ingin

ingin digunakan untuk diklaim sebagai sertifikasi FSC Tunjuk staf yang bertanggung jawab terhadap sistem kontrol

CoC Telah tersedia secara lengkap sistem penyimpanan dokumen

(jika belum sebaiknya dibuat) Buat rencana pelatihan dan lakukan pelatihan terhadap staf-staf

yang bertanggung jawab terhadap CoC Apabila ada pengerjaan/pengolahan yang terkait CoC dilakukan

oleh orang luar (outsourcing), maka sebaiknya data dandokumen tersebut tersedia untuk siap di review oleh tim audit.

Page 394: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

388

4. Materi Pelatihan Mutu, Desain dan Pengembangan Usaha 4.1. Pelatihan Standar Mutu Desain Mebel

a. Kualitas Produk Mebel

Kualitas Produk Mebel

AGUS SUNARYO SH. MBA,Sc. Design & furniture construction

DESAIN MEBEL DILIHAT DARI

SISTEM PRODUKSINYA

JENIS JOB ORDER JENIS SERIAL

Page 395: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

389

PRINSIP-PRINSIP UMUM DESAIN

DESAIN MEBEL SERIALDESAIN MEBEL SERIAL

PRINSIP-PRINSIP MANUFAKTURING

Page 396: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

390

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

PRINSIP - PRINSIP

UMUM DESAIN

DATA ERGONOMI SIKAP DUDUK

TITIK ERGONOMI

Page 397: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

391

Ergonomi

Tinggi dan kedalaman dudukan

KEDALAMAN DUDUKAN KETINGGIAN DUDUKAN

Page 398: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

392

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

ASPEK KONSTRUKSI

GOLDEN SECTION

Page 399: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

393

Page 400: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

394

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Page 401: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

395

Page 402: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

396

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Page 403: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

397

DESAIN MEBEL SERIAL

DITETAPKAN BERDASARKAN

PASAR

STRATEGI PEMASARAN

AKTIF

STRATEGI PEMASARAN

PASIF

MENCERMATI SWOT-KEMAMPUAN

-KELEMAHAN

-KESEMPATAN

-ANCAMAN

MENGOLAH

WANTS & NEEDS

PASAR / KONSUMEN

PRODUK MEBEL

MENERIMA ORDER

GAMBAR DESAIN

DARI BUYER

PRODUK MEBEL

MENCERMATI SWOT-KEMAMPUAN

-KELEMAHAN

-KESEMPATAN

-ANCAMAN

TAKTIK PEMASARAN

Page 404: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

398

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

S.P.AS.P.A S.P.PS.P.P

KEMAMPUANKEMAMPUAN

MENDISAINMENDISAIN

■■ ØØ

ELEMEN KOMPETISI PEMASARANELEMEN KOMPETISI PEMASARAN

PENGENDALIANPENGENDALIAN

MUTUMUTU ■■ ■■

MEKANISASIMEKANISASI

PENGOLAHANPENGOLAHAN ■■ ■■

FIBRE SATURTION POINT – FSP

( T i t i k j e n u h s e r a t )=25-30%

Page 405: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

399

SUSUT SELAMA PERMESINAN

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

DESAIN & kONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 406: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

400

b. Pelatihan konstruksi kayu

PELATIHAN KONSTRUKSIPELATIHAN KONSTRUKSIKAYUKAYU

PELATIHANPELATIHANKONSTRUKSI KAYUKONSTRUKSI KAYU

Oleh :Oleh :

Agus Sunaryo SH. MBA. MSc

PENGGOLONGAN KAYUPENGGOLONGAN KAYU

Page 407: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

401

SEL KAYU DAUN JARUMSEL KAYU DAUN JARUM

SEL KAYU DAUN LEBARSEL KAYU DAUN LEBAR

Page 408: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

402

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Aspek yang berhubunganAspek yang berhubungandengan kekuatan konstruksidengan kekuatan konstruksi

□□ Berat jenis kayuBerat jenis kayu□□ Kadar air kayuKadar air kayu□□ Kembang susut kayuKembang susut kayu□□ Pemilihan konstruksiPemilihan konstruksi

□□ Berat jenis kayuBerat jenis kayu□□ Kadar air kayuKadar air kayu□□ Kembang susut kayuKembang susut kayu□□ Pemilihan konstruksiPemilihan konstruksi

Tabel kelasAwet

Tabel kelasKuat

Page 409: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

403

Page 410: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

404

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

1. BERAT JENIS KAYU1. BERAT JENIS KAYU●● Berat jenis,Berat jenis, didapatdidapat dari hasil bagi antaradari hasil bagi antara beratberat

kayukayu kering tanurkering tanur (MC 0%)(MC 0%) dengandengan volume kayuvolume kayutersebut.tersebut.

●● Berat jenisBerat jenis semakin tinggisemakin tinggi, kayu semakin, kayu semakin awetawet;;serta memilikiserta memiliki kelas kuatkelas kuat yang baikyang baik..

●●Tetapi, Berat jenis yg. semakin tinggiTetapi, Berat jenis yg. semakin tinggi,,

”” semakin sulit pengeringannyasemakin sulit pengeringannya dandansemakin sulit pula pengerjaanyasemakin sulit pula pengerjaanya ””

●● Berat jenis,Berat jenis, didapatdidapat dari hasil bagi antaradari hasil bagi antara beratberatkayukayu kering tanurkering tanur (MC 0%)(MC 0%) dengandengan volume kayuvolume kayutersebut.tersebut.

●● Berat jenisBerat jenis semakin tinggisemakin tinggi, kayu semakin, kayu semakin awetawet;;serta memilikiserta memiliki kelas kuatkelas kuat yang baikyang baik..

●●Tetapi, Berat jenis yg. semakin tinggiTetapi, Berat jenis yg. semakin tinggi,,

”” semakin sulit pengeringannyasemakin sulit pengeringannya dandansemakin sulit pula pengerjaanyasemakin sulit pula pengerjaanya ””

Page 411: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

405

2. KADAR AIR KAYU2. KADAR AIR KAYU

•• KAYU MEMILIKI SIFAT HIGROSKOPISKAYU MEMILIKI SIFAT HIGROSKOPIS

•• RUMUS MENENTUKAN KADAR AIR KAYURUMUS MENENTUKAN KADAR AIR KAYUMoisture content :Moisture content :

(Berat kayu basah)(Berat kayu basah) –– (berat kayu kering tanur )(berat kayu kering tanur )________________________________________________________________ x 100%x 100%

(Berat kayu kering tanur )(Berat kayu kering tanur )

•• KAYU MEMILIKI SIFAT HIGROSKOPISKAYU MEMILIKI SIFAT HIGROSKOPIS

•• RUMUS MENENTUKAN KADAR AIR KAYURUMUS MENENTUKAN KADAR AIR KAYUMoisture content :Moisture content :

(Berat kayu basah)(Berat kayu basah) –– (berat kayu kering tanur )(berat kayu kering tanur )________________________________________________________________ x 100%x 100%

(Berat kayu kering tanur )(Berat kayu kering tanur )

•• Cara pengukuran kadarCara pengukuran kadar airair

Page 412: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

406

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

•• Kayu bersifat higroskopisKayu bersifat higroskopis

•• Bersifat higroskopis, berarti kayu membuangBersifat higroskopis, berarti kayu membuangdan menyerap air mengikuti kelembaban dandan menyerap air mengikuti kelembaban dansuhu lingkungannya.suhu lingkungannya.

FIBRE SATURTION POINTFIBRE SATURTION POINT –– FSPFSP(( T i t i k j e n u h s e r a t )=T i t i k j e n u h s e r a t )=2525--30%30%

Page 413: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

407

PEMBULUH KAYU

SEL PEMBULUH KAYU

Page 414: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

408

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

•• EQUILIBRIUM MOISTURE CONTENTEQUILIBRIUM MOISTURE CONTENT

Page 415: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

409

•• TABLE THERMO HYGROGRAPHTABLE THERMO HYGROGRAPH

EQUILIBRIUM MOISTURE CONTENTEQUILIBRIUM MOISTURE CONTENTKOTA DI USA & INDONESIAKOTA DI USA & INDONESIA

TOWNTOWN EMCEMC%%

JanuJanuaryary

JulyJuly

New YorkNew York 1010 77 1313

MadisonMadison 88 66 1010

KOTAKOTA EMCEMC%%

JanuJanuariari

JuliJuli

JakartaJakarta 1313 1414 1212

SemarangSemarang 1313 1515 1212MadisonMadison 88 66 1010

New OrleansNew Orleans 1313 12,512,5 13,513,5

SanSan FranciscoFrancisco 1212 1010 1313

BostonBoston 1010 1313 77

Salt Lake CitySalt Lake City 55 77 44

SemarangSemarang 1313 1515 1212

BandungBandung 1414 1616 1313

SurabayaSurabaya 1313 1414 1212

JogyakartaJogyakarta 1414 1616 1313

MalangMalang 1414 1616 1313

Page 416: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

410

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

3. KEMBANG SUSUT KAYU3. KEMBANG SUSUT KAYU

Papan 1.Papan 1.Kayu susut ke arah lebar danKayu susut ke arah lebar danMembentuk cuping.Membentuk cuping.

Papan 2.Papan 2.Susut lebih sedikit dan stabil.Susut lebih sedikit dan stabil.

Papan 3.Papan 3.Terletak pada daerah terasTerletak pada daerah terasyang padat dan stabil.yang padat dan stabil.

Papan 4.Papan 4.Terletak diperempatan log,Terletak diperempatan log,gelang tahun membentukgelang tahun membentukdiagonal, susut diamondingdiagonal, susut diamonding

Papan 1.Papan 1.Kayu susut ke arah lebar danKayu susut ke arah lebar danMembentuk cuping.Membentuk cuping.

Papan 2.Papan 2.Susut lebih sedikit dan stabil.Susut lebih sedikit dan stabil.

Papan 3.Papan 3.Terletak pada daerah terasTerletak pada daerah terasyang padat dan stabil.yang padat dan stabil.

Papan 4.Papan 4.Terletak diperempatan log,Terletak diperempatan log,gelang tahun membentukgelang tahun membentukdiagonal, susut diamondingdiagonal, susut diamonding

PermukaanPermukaan kayu Tangensialkayu Tangensial

BUSUR GELANGTAHUN REBAH

AGUS SUNARYO,SH.MBA.Sc.BERORIENTASI GELANG TAHUN

Page 417: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

411

•• PAPAN TANGENSIALPAPAN TANGENSIALFlat sawnFlat sawn

PenyusutanPenyusutan sesearaharah dgndgn..lingkaran tumbuh.lingkaran tumbuh.

Besar penyusutan 10%Besar penyusutan 10%berkisar 4,3 %berkisar 4,3 % -- 14 %14 %

Agus SunaryoAgus Sunaryo SH. MBA, ScSH. MBA, Sc Pengeringan KayuPengeringan Kayu

PenyusutanPenyusutan sesearaharah dgndgn..lingkaran tumbuh.lingkaran tumbuh.

Besar penyusutan 10%Besar penyusutan 10%berkisar 4,3 %berkisar 4,3 % -- 14 %14 %

Agus SunaryoAgus Sunaryo SH. MBA, ScSH. MBA, Sc Pengeringan KayuPengeringan Kayu

KADAR AIR DAN PENYUSUTAN

SUSUT RETAK

ARAH SUSUTTANGENSIAL

ARAH SUSUTRADIAL

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 418: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

412

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

•• PAPAN RADIALPAPAN RADIALQuarter sawnQuarter sawn

Penyusutan searahPenyusutan searahdengan jaridengan jari--jari kayu.jari kayu.

Atau memotongAtau memotongsumbu batang.sumbu batang.

Besar penyusutanBesar penyusutan 5%5%berkisarberkisar 2,1%2,1% -- 8,5%8,5%

Penyusutan searahPenyusutan searahdengan jaridengan jari--jari kayu.jari kayu.

Atau memotongAtau memotongsumbu batang.sumbu batang.

Besar penyusutanBesar penyusutan 5%5%berkisarberkisar 2,1%2,1% -- 8,5%8,5%

Arah penyusutan

Permukaan KayuPermukaan KayuRadialRadial

BUSUR GELANGTAHUN TEGAK

Berorientasi pada arah ruji-ruji AGUS SUNARYO SH.MBA,Sc

Page 419: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

413

Pola serat tangensial dan radial

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

SUSUT SELAMA PERMESINANSUSUT SELAMA PERMESINAN

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 420: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

414

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

•• PAPANPAPAN SEMI RADIALSEMI RADIAL((Semi quarter sawn )Semi quarter sawn )

Arah penyusutan

Biasanya hasil dari penggergajian log kecil yang dibagi 4 melaluiBiasanya hasil dari penggergajian log kecil yang dibagi 4 melaluisumbu batang.sumbu batang.

Penyusutannya mempunyai 2 dimensi yang berbeda, sehinggaPenyusutannya mempunyai 2 dimensi yang berbeda, sehinggasusutnya membentuk jajaran genjang.susutnya membentuk jajaran genjang.

Agus Sunaryo SH. MBA, ScAgus Sunaryo SH. MBA, Sc Pengeringan KayuPengeringan Kayu

•• Tabel kembang susut kayuTabel kembang susut kayu ::

Douglas firDouglas fir(Pseudotsuga taxifolia)(Pseudotsuga taxifolia) 0, 510, 51 0,30,3 5,05,0 7,87,8 13,013,0

O a kO a k ( European )( European )(Quercus pedunculata)(Quercus pedunculata) 0, 650, 65 0,40,4 0,40,4 8,88,8 13,013,0

Jenis kayuJenis kayu BeratBeratjenisjenis

Penyusutan Maksimum ( % )Penyusutan Maksimum ( % )L RL R TT Vol.Vol.

O a kO a k ( European )( European )(Quercus pedunculata)(Quercus pedunculata) 0, 650, 65 0,40,4 0,40,4 8,88,8 13,013,0

English walnutEnglish walnut( Juglans regia )( Juglans regia ) 0, 640, 64 0,50,5 0,540,54 7,57,5 13,913,9

T e a kT e a k( Tectona grandis )( Tectona grandis ) 0, 630, 63 0,60,6 3,03,0 5,85,8 9,49,4

Mahogany (American)Mahogany (American)((Swietenia mahagoni )Swietenia mahagoni ) 0, 550, 55 0,30,3 3,23,2 5,15,1 8,98,9

G a b o nG a b o n((Aucoumea klaineana)Aucoumea klaineana) 0, 310, 31 0,20,2 4,14,1 6,66,6 10,910,9

Page 421: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

415

•• CARA MENGHITUNGCARA MENGHITUNGKEMBANG SUSUT KAYUKEMBANG SUSUT KAYU

Seberapa besar penyusutan papan mahoni apa bilaSeberapa besar penyusutan papan mahoni apa bilalebar awallebar awal 100 mm100 mm, dengan kadar air, dengan kadar air 20%20% dikeringdikeringkan menjadikan menjadi 10%,10%, pola serat papan bidang utamapola serat papan bidang utamaadalahadalah tangensialtangensial dari gelangdari gelang--gelang tahun ?gelang tahun ?

Jawab :Jawab :Tabel susut : 5,1 % Beda MC : 10 %Tabel susut : 5,1 % Beda MC : 10 %Lebar awal : 100mm FSP : 30 %Lebar awal : 100mm FSP : 30 %

Besar penyusutan = 5,1 % x 100 xBesar penyusutan = 5,1 % x 100 x 10 %10 %30 %30 %

= 0,051 x 100 x= 0,051 x 100 x 0,100,100,300,30

= 1, 7 mm.= 1, 7 mm.

Agus Sunaryo SH. MBA, ScAgus Sunaryo SH. MBA, Sc Pengeringan KayuPengeringan Kayu

Seberapa besar penyusutan papan mahoni apa bilaSeberapa besar penyusutan papan mahoni apa bilalebar awallebar awal 100 mm100 mm, dengan kadar air, dengan kadar air 20%20% dikeringdikeringkan menjadikan menjadi 10%,10%, pola serat papan bidang utamapola serat papan bidang utamaadalahadalah tangensialtangensial dari gelangdari gelang--gelang tahun ?gelang tahun ?

4. PEMILIHAN KONSTRUKSI4. PEMILIHAN KONSTRUKSI

a.Konstruksi kursi

b.Konstruksi Almari

c.Konstruksi meja

a.Konstruksi kursi

b.Konstruksi Almari

c.Konstruksi meja

Page 422: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

416

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

STANDARD ANTHROPOMETRIC

DESIGN DAN KONSTRUKSI AGUS SUNARYO,SH.MBA,Sc

STANDARD UKURAN ANTRHOPOMETRIC UNTUK MEBEL

DESIGN DAN KONSTRUKSI AGUS SUNARYO,SH.MBA,Sc

Page 423: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

417

SITUASI SESEORANG SEDANG DUDUK ATAU MENULIS DI MEJA

DESIGN DAN KONSTRUKSI AGUS SUNARYO,SH.MBA,Sc

Standing heights table chair easy chair table top heightsStanding heights table chair easy chair table top heights(factor 0.25) (0.234) (factor 0.41)(factor 0.25) (0.234) (factor 0.41)

1.60 0.401.60 0.40 0.3570.357 0.6550.655

1.701.70 0.4250.425 0.40 0.700.40 0.70

1.801.80 0.450.45 0.420.42 0.740.74

Seat heightsSeat heights

1.60 0.401.60 0.40 0.3570.357 0.6550.655

1.701.70 0.4250.425 0.40 0.700.40 0.70

1.801.80 0.450.45 0.420.42 0.740.74

Page 424: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

418

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 425: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

419

Bentwood E

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Ladder back FLadder back F

Page 426: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

420

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Contemporary G

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

PEMBUATAN KURSIPEMBUATAN KURSI

PENETAPAN POLA GELANG TAHUN PADAPENETAPAN POLA GELANG TAHUN PADAKAKIKAKI--KAKI KURSI.KAKI KURSI.

KONSTRUKSI KAKI DENGAN BINGKAIKONSTRUKSI KAKI DENGAN BINGKAISAMPINGSAMPING

KONSTRUKSI SRAMPAT ATAU STRETCHERKONSTRUKSI SRAMPAT ATAU STRETCHER KONSTRUKSI FRAME DUDUKAN SANDARANKONSTRUKSI FRAME DUDUKAN SANDARAN

BELAKANGBELAKANG

PENETAPAN POLA GELANG TAHUN PADAPENETAPAN POLA GELANG TAHUN PADAKAKIKAKI--KAKI KURSI.KAKI KURSI.

KONSTRUKSI KAKI DENGAN BINGKAIKONSTRUKSI KAKI DENGAN BINGKAISAMPINGSAMPING

KONSTRUKSI SRAMPAT ATAU STRETCHERKONSTRUKSI SRAMPAT ATAU STRETCHER KONSTRUKSI FRAME DUDUKAN SANDARANKONSTRUKSI FRAME DUDUKAN SANDARAN

BELAKANGBELAKANG

Page 427: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

421

DESAIN & kONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 428: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

422

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 429: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

423

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 430: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

424

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 431: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

425

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 432: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

426

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 433: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

427

KEKUATAN UNGKITAN PADAKEKUATAN UNGKITAN PADABINGKAI SAMPING KURSIBINGKAI SAMPING KURSI

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 434: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

428

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 435: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

429

Page 436: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

430

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Page 437: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

431

Hasil Test pembebananHasil Test pembebanan

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

2092093254

54

5 5 kg

555

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 438: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

432

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 439: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

433

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 440: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

434

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

RIGIDITAS ALMARI

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 441: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

435

TERBUKA, RIGIT DENGANTONGGAK DAN AMBANG

TERBUKA, RIGIT DENGAN LANTAI PLAT

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

a b ca b c

Page 442: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

436

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Prinsip upayaRigiditas pada konstruksi Almari

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 443: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

437

Prinsip upaya

Rigiditas pada

konstruksi Almari

Rigiditas pada top Almari

PENGOKOHAN PADA TOP ALMARI

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 444: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

438

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

PENGGUNAAN KERANGKA PIRAMIDAPENGGUNAAN KERANGKAPIRAMIDA PADA TOP ALMARI

Pengokohan atau rigiditas

almari masih bisa

Dipertahankan baik

Page 445: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

439

Konstruksi peluncur laci yang yang biasaDigunakan namun perlu dilakukan penyempurnaan

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 446: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

440

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Sering dipakai untuk mebel kantor

Page 447: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

441

KONSTRUKSI DOVE TAIL PADA DRAWERSECARA MANUAL DAN MASINAL

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

KONSTRUKSI DOVETAIL RANGKAPSECARA LANGSUNG DENGAN ROUTER

KONSTRUKSI SUDUT PANEL DAN CASE

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 448: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

442

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

DENGAN ROUTER BIT BISA MEMBUAT ALURMAUPUN DOVETAIL DENGAN RAPIH

Pengantar

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 449: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

443

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 450: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

444

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 451: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

445

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 452: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

446

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 453: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

447

2

4 1

3

4 1

Page 454: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

448

c. Sifat kayu yang berpengaruh pada proses mesin

OLEH :AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

SIFAT KAYU YANGBERPENGARUH PADA

PROSES MESINOLEH :OLEH :

AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

• Pola permukaan serat• Kadar air dan penyusutan kayu

• Arah serat tumbuh kayu• Kekerasan Kayu• Cacat-cacat kayu

Sifat kayu yang berhubungan denganproses permesinan

• Pola permukaan serat• Kadar air dan penyusutan kayu

• Arah serat tumbuh kayu• Kekerasan Kayu• Cacat-cacat kayu

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 455: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

449

1 . POLA PERMUKAANSERAT

• POLA PERMUKAAN RADIAL

• POLA PERMUKAAN TANGENSIAL

• POLA PERMUKAAN RADIAL

• POLA PERMUKAAN TANGENSIAL

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Permukaan kayu Tangensial

BUSUR GELANGTAHUN REBAH

AGUS SUNARYO,SH.MBA.Sc.BERORIENTASI GELANG TAHUN

Page 456: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

450

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Permukaan Kayu Radial

BUSUR GELANGTAHUN TEGAK

Berorientasi pada arah ruji-ruji AGUS SUNARYO SH.MBA,Sc

Pola serat tangensial dan radial

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 457: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

451

2. KADAR AIR DAN PENYUSUTAN

SUSUT RETAK

ARAH SUSUTTANGENSIAL

ARAH SUSUTRADIAL

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

SUSUT SELAMA PERMESINAN

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 458: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

452

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

PENANGANANPERGERAKAN SUSUT KAYU

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

3. ARAH SERAT TUMBUH KAYU

ARAH ALATMELAWAN SERAT

Page 459: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

453

ALAT MENAKLUKKAN SERAT

ARAH ALAT

ARAH ALAT ATAU PISAU

Page 460: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

454

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

ARAH ALAT ATAU PISAU

MENAKLUKKANSERAT TUMBUH

SALAH BETUL

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

ARAH PISAU MELAWAN SERAT

ARAH DORONGANMELAWANARAH SERAT

MELAWAN ARAH SERAT

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 461: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

455

ARAH PISAU MENAKLUKKANARAH SERAT TUMBUH KAYU

ARAH DORONGAN

ARAH DORONGANMENAKLUKKAN SERAT

SERAT LURUS

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

4. KEKERASAN KAYU

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

Page 462: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

456

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

5. CACAT KAYU

RETAK SUSUT

PECAHGELANG

KULITSISIP

PECAHGELANG

HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc

MENGGERGAJI BELAH

Page 463: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

457

ARAH MEMBELAH KAYU

Page 464: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

458

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

MESIN PANEL SAW JET

BENTUK-BENTUK GIGI GERGAJI

MATA GERGAJI BELAH MATA GERGAJI POTONG

Page 465: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

459

PENGARUH SEMBULAN

EFEK SEMBULAN GERGAJI

EFEK SEMBULAN

Page 466: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

460

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

SUDUT PEMOTONGAN

PASANGAN UNTUK GIGIBELAH

Page 467: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

461

HASIL ALUR TIAP GIGI

GERGAJI GIGI KOMBINASI

Page 468: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

462

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

PEMBATASAN TATAL

PUNGGUNG PEMBATASTATAL

Page 469: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

463

TURUN SEDIKIT DARI PUNCAK GIGI

MEMOTONG ARAH SERAT

Page 470: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

464

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

MEMBENTUK SUDUTMIRING

SUDUT

GIGI UNTUK POTONG

Page 471: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

465

HASIL POTONGAN KASAR

HASIL POTONGAN KASAR

Page 472: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

466

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

JENIS BELAH ATAU POTONG

GIGI SERONG SELANG - SELING

Page 473: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

467

HASIL POTONGAN HALUS

HASIL POTONGAN KASAR

Page 474: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

468

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

MEMOTONG PANEL PARTIKEL

BERMACAM PANEL BAHANMEBEL

Page 475: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

469

BAIK UNTUK ENGINEERINGWOOD

GIGI JARANG UNTUK BAHANLUNAK

Page 476: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

470

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

GIGI SEDIKIT DAN GIGIBANYAK

PENGARUH JUMLAH GIGI

Page 477: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

471

KAYU LUNAK & KERASBERBEDA JUMLAH GIGI

PLANER THICKNESSER PRESISI

Page 478: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

472

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

PRINSIP KERJA PLANER

BEKERJA DENGAN MESIN KETAMPERATA DGN. BENDA KERJA TIPIS

Page 479: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

473

POSISI DAN SIKAP TANGAN UNTUKMENGETAM LIS YANG TIPIS

KETAM & MOULDING BERGIGISEDIKIT TETAPI KUAT

Page 480: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

474

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

PERHITUNGAN

KUALITAS

CUTTER MARK

PERHITUNGAN

KUALITAS

CUTTER MARK

Page 481: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

475

CONTOH●Kecepatan dorong (V) : 7 m / menit

●Putaran poros (n / rpm ) : 6000 rpm

●Jumlah pisau (Z) : 3 buah

●Langkah / Pitch mark (Sz) :

7 x 1000= 0,38 mm

6000 x 3

RUMUS : V x 1000Sz =

N x Z

●Kecepatan dorong (V) : 7 m / menit

●Putaran poros (n / rpm ) : 6000 rpm

●Jumlah pisau (Z) : 3 buah

●Langkah / Pitch mark (Sz) :

7 x 1000= 0,38 mm

6000 x 3

RUMUS : V x 1000Sz =

N x Z

Page 482: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

476

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Page 483: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

477

PEMILIHAN PISAU MOULDING

Page 484: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

478

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

PISAU MIRING COCOK UNTUKMDF & ENGINEERING WOOD

Page 485: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

479

KECEPATAN MAKSIMUM

MESIN BUBUT KAYUYANG MUDAH PENANGANANNYA

Page 486: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

480

4.2. Pelatihan mengukir dan desain untuk perempuan

a. Pelatihan kewirausahaan mengukir Dept SDM APKJ

PENGALAMAN KERJA* Desain interior etnik PT. TIANG LIMA Malang.

Tukan ukir kayu , tukang graji ukir canshow.* Owner UD.GAJAH SUNGGING CARVING Tahun 2007* Direktur CV . IFC akhir Tahun 2011PENGALAMAN ORGANISASI* Ketua bid. Pemasaran dan hubungan luar OCI Mulyoharjo , Jepara* Ketua Departemen SDM APKJ* Ketua Desain Program dan Inovasi DEWINDIF Mulyoharjo , Jepara

PHYLOSOPY HIDUP“Think Big, Small Step, Take Action”

PENGALAMAN KERJA* Desain interior etnik PT. TIANG LIMA Malang.

Tukan ukir kayu , tukang graji ukir canshow.* Owner UD.GAJAH SUNGGING CARVING Tahun 2007* Direktur CV . IFC akhir Tahun 2011PENGALAMAN ORGANISASI* Ketua bid. Pemasaran dan hubungan luar OCI Mulyoharjo , Jepara* Ketua Departemen SDM APKJ* Ketua Desain Program dan Inovasi DEWINDIF Mulyoharjo , Jepara

PHYLOSOPY HIDUP“Think Big, Small Step, Take Action”Legiman Arya

Jl.Centra Patung no : 04Centra industri ukir patung

MulyoharjoJepara

Telp. 0291 4295558HP. 081228715798

Page 487: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

481

PENDAHULUAN( metode permainan genggam jari /partisipan maju kenalan)

Kesempatan seorang pengukir kayu saat ini masih terbuka sangat luas, terutama untukproduk-produk ukiran pada mebel ,relliefe,patung dan lainnya ,terbukti masih banyak dicari tenaga ukir kayu dan bangkitnya kembali kegiatan usaha permebelan dan usahaukiran di Jepara baik untuk pasar di dalam negeri maupun luar negeri dan masih tetaptingginya pesanan produk ukiran ,terbukti order yang masuk ke Jepara masih banyak.

Walaupun seorang pengukir memiliki pekerjaan yang banyak, kemampuan yang handal, adabaiknya meluangkan waktu pada kegiatan kewirausahaan , berkelompok dan berfikirprestasi , karena pada jangka panjang dapat mengarahkannya lebih mapan.

Beberapa pengukir berkelompok akan memiliki kesamaan –kesamaan menentukan sesuatu,baik visi, misi , harga, pasar dan yang lain .Kegiatan itu bisa membuat mereka lebih mampubertahan ditengah persaingan baik lokal , nasional maupun internasional, mudah di aksesdan mudah mendapatkan akses fasilitas baik pemerintah maupun lembaga terkait lainnyauntuk meningkatkan kesejahteraannya .

Berkomunitas dalam lingkup lokal,nasional bahkan internasional akan mengarahkanseorang pengukir berfikir prestasi serta mendapat akses menuju sukses yang lebih luas.

Kesempatan seorang pengukir kayu saat ini masih terbuka sangat luas, terutama untukproduk-produk ukiran pada mebel ,relliefe,patung dan lainnya ,terbukti masih banyak dicari tenaga ukir kayu dan bangkitnya kembali kegiatan usaha permebelan dan usahaukiran di Jepara baik untuk pasar di dalam negeri maupun luar negeri dan masih tetaptingginya pesanan produk ukiran ,terbukti order yang masuk ke Jepara masih banyak.

Walaupun seorang pengukir memiliki pekerjaan yang banyak, kemampuan yang handal, adabaiknya meluangkan waktu pada kegiatan kewirausahaan , berkelompok dan berfikirprestasi , karena pada jangka panjang dapat mengarahkannya lebih mapan.

Beberapa pengukir berkelompok akan memiliki kesamaan –kesamaan menentukan sesuatu,baik visi, misi , harga, pasar dan yang lain .Kegiatan itu bisa membuat mereka lebih mampubertahan ditengah persaingan baik lokal , nasional maupun internasional, mudah di aksesdan mudah mendapatkan akses fasilitas baik pemerintah maupun lembaga terkait lainnyauntuk meningkatkan kesejahteraannya .

Berkomunitas dalam lingkup lokal,nasional bahkan internasional akan mengarahkanseorang pengukir berfikir prestasi serta mendapat akses menuju sukses yang lebih luas.

Seorang pengukir dan yang lain jika mampu berfikir dan berbuat prestasi sertabekerja sambil menyisihkan waktu untuk kegiatan peningkatan karier kerja untukjangka panjang yang baik akan mendapat peluang sukses lebih banyak.

BERFIKIR PRESTASI :1. Menyaingi , menyamai, mengatasi atau melebihi hasil karya orang lain yang lebih baik.2. Menyaingi, memenuhi atau melebihi ukuran hasil karya sendiri.3. Melakukan sesuatu yang khas , lain dari yang lain secara kreatif dan inovatif.4. Giat bersibuk diri dengan upaya-upaya mencapai karier diri jangka panjang.

BERFIKIR DAN BERBUAT PRESTASI

BERBUAT PRESTASI :1. Bertanggung jawab secara pribadi atas segala perbuatanya ( catat-

lakukan / lakukan-catat ) evaluasi.2. Mengambil resiko sedang atau wajar dan diperhitungkan.3. Menggunakan umpan balik pengalaman diri atau orang lain.4. Melakukan segala sesuatu secara kreatif dan inovatif.

BERBUAT PRESTASI :1. Bertanggung jawab secara pribadi atas segala perbuatanya ( catat-

lakukan / lakukan-catat ) evaluasi.2. Mengambil resiko sedang atau wajar dan diperhitungkan.3. Menggunakan umpan balik pengalaman diri atau orang lain.4. Melakukan segala sesuatu secara kreatif dan inovatif.HAMBATAN:Etos kerja lemah, tidak disiplin / kurang disiplin , sikap mental negatif.LINGKUNGAN – KEBIASAAN – BUDAYA.1. LINGKUNGAN –keluarga / masyarakat yang AMTENAR / priyayi cenderung

feodal.2. KEBIASAAN-Merasa puas dengan hasil yang belum optimal, rajin tetapi

kurang produktif3. BUDAYA- makan tak makan asal kumpul , alon-alon kelakon ,bapak nenek

saya begitu dll.

Page 488: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

482

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Order

BUYERAsosiasi / koperasi

klp.ukir 4

UKM / Pengrajin

klp.ukir 3klp.ukir 2Kelp.ukir 1

Dampak Positif yang diharapkan dengan adanya pengukir berfikir prestasi dalamwadah kelompok pengukir binaan asosiasi antara lain :1. Membangun kebersamaan dengan standar prosedure yang sama.2. Terbentuknya sikap untuk berwirausaha yang mandiri, yang memiliki skill dan

kemampuan dengan pola pikir dan tingkah laku seperti orang yang berprestasi.3. Mengurangi persaingan tidak sehat antar sesama , karena disatukan dalam wadah

kelompok binaan,untuk saling mendorong maju.4. Mampu menetapkan tujuan jangka pendek , menengah dan jangka panjang.5. Memiliki sikap niat sungguh-sungguh, disiplin, jujur dan terbuka, partisipasi aktif

mengikuti secara penuh.6. Bagi Perusahaan yang memiliki hubungan kerja dengan kelompok pengukir itu

beban bisa berkurang karena tidak lagi mengurusi produksi, bisa lebih fokusuntuk mencari buyer dan order sebanyak-banyaknya.

7. Taraf hidup pengukir meningkat dan sistem kerja yang seimbang.8. Hubungan saling menguntungkan dan profesional .

1. Membangun kebersamaan dengan standar prosedure yang sama.2. Terbentuknya sikap untuk berwirausaha yang mandiri, yang memiliki skill dan

kemampuan dengan pola pikir dan tingkah laku seperti orang yang berprestasi.3. Mengurangi persaingan tidak sehat antar sesama , karena disatukan dalam wadah

kelompok binaan,untuk saling mendorong maju.4. Mampu menetapkan tujuan jangka pendek , menengah dan jangka panjang.5. Memiliki sikap niat sungguh-sungguh, disiplin, jujur dan terbuka, partisipasi aktif

mengikuti secara penuh.6. Bagi Perusahaan yang memiliki hubungan kerja dengan kelompok pengukir itu

beban bisa berkurang karena tidak lagi mengurusi produksi, bisa lebih fokusuntuk mencari buyer dan order sebanyak-banyaknya.

7. Taraf hidup pengukir meningkat dan sistem kerja yang seimbang.8. Hubungan saling menguntungkan dan profesional .

Page 489: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

483

Page 490: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

484

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Menunggang badai….alon-alon asal

kelakon mbokne…..!!!!

Iyo..pakne, kapan bisa cepatsukses jika begini

terus…….berfikir prestasipakne……….! Bisa cepat

suksese….. sepedahe di jual,,,,, naik bis wae pakne…..!!!!!!!

Page 491: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

485

b. Pengenalan teori mengukir

PENGENALAN TEORI MENGUKIR BAGIPENGENALAN TEORI MENGUKIR BAGI

PEREMPUAN JEPARAPEREMPUAN JEPARA

Oleh : SutrisnoJepara, 29 Februari 2012

PENGENALAN ALATPENGENALAN ALAT

ALAT POKOK1. Satu set pahat ukir2. Palu dari kayu3. Batu asah

ALAT BANTU1. Meje kursi2. Sikat atau kwas3. Janka4. Gergaji5. Alat tulis dan lain-lain

ALAT POKOK1. Satu set pahat ukir2. Palu dari kayu3. Batu asah

ALAT BANTU1. Meje kursi2. Sikat atau kwas3. Janka4. Gergaji5. Alat tulis dan lain-lain

Page 492: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

486

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

PAHAT UKIRPAHAT UKIR

1. Penilat sebanyak 10 buah

2. Penguku sebanyak 20 buah

3. Kol sebanyak sebanyak 4 buah

1. Penilat sebanyak 10 buah

2. Penguku sebanyak 20 buah

3. Kol sebanyak sebanyak 4 buah

4. Pahat coret

5. Pahat pengot

6. Pahat bengkok

7. Pahat salur

4. Pahat coret

5. Pahat pengot

6. Pahat bengkok

7. Pahat salur

Page 493: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

487

PALU KAYUPALU KAYUPalu atau ganden terbuat dari kayu :

a. Kayu Sawob. Kayu Jambu Batuc. Kayu Cemarad. Kayu Asame. Kayu lain yang mempunyai serat ulet dan keras

Berat palu 0,5 kg sampai 2,5 kg.Konstruksi tangkai palu :

1. Dengan tangkai tembus2. Dengan tangkai menggunakan pen biasa.

Contoh palu dengan tangkai menggunakan pen biasa

Palu atau ganden terbuat dari kayu :a. Kayu Sawob. Kayu Jambu Batuc. Kayu Cemarad. Kayu Asame. Kayu lain yang mempunyai serat ulet dan keras

Berat palu 0,5 kg sampai 2,5 kg.Konstruksi tangkai palu :

1. Dengan tangkai tembus2. Dengan tangkai menggunakan pen biasa.

Contoh palu dengan tangkai menggunakan pen biasa

BATU ASAHBATU ASAHBatu asah yang dibutuhkan bagi pengukir minimal 2 buah :1. Batu asah dengan permukaan halus.

Batu asah yang berasal dari batu bukit atau gunung yang digunakan untukmenajamkan mata pahat.Diusahakan batu asah halus salah satu sisi tetap rata karena mengingat jenis pahatyang bervariasi bentuk matanya.

2. Batu asah dengan permukaan kasar.Batu asah ini buatan pabrik berguna untuk memperbaiki mata pahat yang rusak.

Batu asah yang dibutuhkan bagi pengukir minimal 2 buah :1. Batu asah dengan permukaan halus.

Batu asah yang berasal dari batu bukit atau gunung yang digunakan untukmenajamkan mata pahat.Diusahakan batu asah halus salah satu sisi tetap rata karena mengingat jenis pahatyang bervariasi bentuk matanya.

2. Batu asah dengan permukaan kasar.Batu asah ini buatan pabrik berguna untuk memperbaiki mata pahat yang rusak.

Page 494: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

488

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

ALAT BANTUALAT BANTU1. Meje kursi2. Sikat atau kwas3. Janka4. Gergaji5. Meteran atau penggaris6. Alat tulis dan lain-lain

Alat-alat bantu di atas bisa dipakai atau ditambah sesuai kebutuhan.Sebagai contoh: adalah meja dan kursi. Sebagian orang tidak memerlukan mejadan kursi dalam mengukir, karena langsung duduk ditanah dengan beralaskantikar.Melihat fenomena di Jepara sebagian besar pengukir Jepara menggunakan mejadan kursi karena budaya, bahkan seperti menjadi alat pokok yang harusdipenuhi dalam mengukir.Contoh lain adalah mal/pola : untuk menghemat waktu bisa di foto copy tetapitidak memnghemat beaya untuk produk masal.Kusus produk spesial foto copy lebih hemat beaya dan waktu.

1. Meje kursi2. Sikat atau kwas3. Janka4. Gergaji5. Meteran atau penggaris6. Alat tulis dan lain-lain

Alat-alat bantu di atas bisa dipakai atau ditambah sesuai kebutuhan.Sebagai contoh: adalah meja dan kursi. Sebagian orang tidak memerlukan mejadan kursi dalam mengukir, karena langsung duduk ditanah dengan beralaskantikar.Melihat fenomena di Jepara sebagian besar pengukir Jepara menggunakan mejadan kursi karena budaya, bahkan seperti menjadi alat pokok yang harusdipenuhi dalam mengukir.Contoh lain adalah mal/pola : untuk menghemat waktu bisa di foto copy tetapitidak memnghemat beaya untuk produk masal.Kusus produk spesial foto copy lebih hemat beaya dan waktu.

TEKNIK MENGUKIR KAYUTEKNIK MENGUKIR KAYUTEKNIK MEMEGANG PAHAT

Page 495: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

489

TEKNIK MEMGANG PALU

Salah satu contoh memegang palu

TEKNIK MEMGANG PALU

Salah satu contoh memegang palu

TEKNIK DORONG ( NYUSUK : BHS JAWA )TEKNIK DORONG ( NYUSUK : BHS JAWA )

Teknik ini dilakukan dengan cara hanya memegang pahat tanpa memegang palu,teknik ini timbul karena proses atau tahapan mengaharuskan perlakuan kusus, biasanyadilakukan pada proses menghaluskan. Teknik ini dapat dilakukan hanya dengan menekandan mendorong pahat dengan satu atau dua tangan. Yang perlu diperhatikan adalahtingkat keamanan terhadap tangan kita, karena pada bagian teknik ini biasanya parapengukir sering mendapat kejutan, tangan terluka apalagi bagi para pengukir pemula.Kecendurungan untuk melakukan teknik ini karena dorongan rasa bukan logika.

Page 496: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

490

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

TAHAPTAHAP--TAHAP MENGUKIRTAHAP MENGUKIR1. Nggetaki/Ngracap : membuat garis-garis gambar sesuai pola dengan cara dipahat baik

garis lurus atau lengkung di samping itu menyesuaikan besarkecilnya jika garis yang dibuat tersebut berupa garis lengkung.

2. Malesi/Nyaweni : menyerongkan garis yang telah diukir supaya lebih jelas.3. Dasari : membuat dasaran pada salah satu tempat bagian ukiran harus yang

diturunkan.4. Nggrabahi/Mbukaki : membentuk ukiran pada tahap awal secara sederhana menurut

tinggi rendahnya suatu bentuk ukiran. Dari empat tahap ini seringdisebut mbladoki. Hal ini disebabkan sudah sering tidak dilakukansecara berurutan tetapi secara acak menyesuaikan dengan keadaanukiran yang sedang dikerjakan bahkan kadang-kadang bagipengukir-pengukir yang sudah terampil pola gambar yang sudah adapun tidak menjadi patokan utama atau tidak diikuti secarakeseluruhan. Pola garis lengkung yang seharusnya menggunakanpahat penguku malah menggunakan pahat penyilat

5. Mecahi : menghias dengan cara member garis-garis pada daun atau batang

ukiran yang member kesan seperti serat sehingga menambah

lebih artistic dan dinamis daripada bentuk sebelumnya.

1. Nggetaki/Ngracap : membuat garis-garis gambar sesuai pola dengan cara dipahat baikgaris lurus atau lengkung di samping itu menyesuaikan besarkecilnya jika garis yang dibuat tersebut berupa garis lengkung.

2. Malesi/Nyaweni : menyerongkan garis yang telah diukir supaya lebih jelas.3. Dasari : membuat dasaran pada salah satu tempat bagian ukiran harus yang

diturunkan.4. Nggrabahi/Mbukaki : membentuk ukiran pada tahap awal secara sederhana menurut

tinggi rendahnya suatu bentuk ukiran. Dari empat tahap ini seringdisebut mbladoki. Hal ini disebabkan sudah sering tidak dilakukansecara berurutan tetapi secara acak menyesuaikan dengan keadaanukiran yang sedang dikerjakan bahkan kadang-kadang bagipengukir-pengukir yang sudah terampil pola gambar yang sudah adapun tidak menjadi patokan utama atau tidak diikuti secarakeseluruhan. Pola garis lengkung yang seharusnya menggunakanpahat penguku malah menggunakan pahat penyilat

5. Mecahi : menghias dengan cara member garis-garis pada daun atau batang

ukiran yang member kesan seperti serat sehingga menambah

lebih artistic dan dinamis daripada bentuk sebelumnya.

LanjutanLanjutan

Ada 2 macam bentuk pecahan :

1.Pecahan cawen atau cekung

2.Pecahan timbul atau cembung

6. Menghaluskan : membentuk ukiran yang sesungguhnya sambil memeriksa bentuk bentuk yangkurang baik, sehingga menjadi ukiran yang halus dan indah.

7. Matut : yakni menyempurnakan seluet pada bentuk pilin, daun maupun bentuk-bentukelemen yang lain.

Tahap mBladoki

Ada 2 macam bentuk pecahan :

1.Pecahan cawen atau cekung

2.Pecahan timbul atau cembung

6. Menghaluskan : membentuk ukiran yang sesungguhnya sambil memeriksa bentuk bentuk yangkurang baik, sehingga menjadi ukiran yang halus dan indah.

7. Matut : yakni menyempurnakan seluet pada bentuk pilin, daun maupun bentuk-bentukelemen yang lain.

Tahap mBladoki

Page 497: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

491

SELAMAT MENCOBA & SUKSESSELAMAT MENCOBA & SUKSES

MATUR NUWUN

Page 498: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

492

c. Pentingnya mengetahui hitungan kubikasi dalam dunia mebel

Oleh :

Sulthon, S.Sn

Log

Balok

Log

Balok

Page 499: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

493

Papan

Kayu DL, 10,13

Kayu OP, 16,19

Kayu OD, 22, 25, 28

Ugd/A3 30, 31, 32-39

A4 40, 41, 42-49

A5...

Kayu DL, 10,13

Kayu OP, 16,19

Kayu OD, 22, 25, 28

Ugd/A3 30, 31, 32-39

A4 40, 41, 42-49

A5...

Page 500: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

494

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Untuk mengetahui besaran kebutuhan kayudalam membuat suatu produk

Untuk mengetahui penentuan harga jualproduk

Untuk mengetahui jenis kayu/kriteria yangharus dibeli

Untuk mengetahui besaran kebutuhan kayudalam membuat suatu produk

Untuk mengetahui penentuan harga jualproduk

Untuk mengetahui jenis kayu/kriteria yangharus dibeli

Panjang x Lebar x Tinggi = CBM

100x100x100cm = 1.000.000cm atau 1 CBM

Panjang x Lebar x Tinggi = CBM

100x100x100cm = 1.000.000cm atau 1 CBM

Page 501: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

495

100x50x3cm

Page 502: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

496

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Daun 120x60x2.5cm x1 = 18000

Kaki 4x4x72.5cm x4 = 4640

Sunduk Panjang 104x12x2.5 x2 = 6240

Sunduk Pendek 44x12x2.5 x2 = 2640

Total 31520 cm x 20 = Rp. 630.400

Daun 120x60x2.5cm x1 = 18000

Kaki 4x4x72.5cm x4 = 4640

Sunduk Panjang 104x12x2.5 x2 = 6240

Sunduk Pendek 44x12x2.5 x2 = 2640

Total 31520 cm x 20 = Rp. 630.400

Page 503: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

497

Page 504: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

498

d. Ada apa dengan ornamen?

ADA APA

DENGAN

ORNAMEN ??

SUTRISNO

01 Maret 2012

PERBEDAAN MOTIF DAN RAGAM HIAS

Motif adalah dasar untuk menghias ornamen. Motif berbentuk

alami, prinsip dasrnya mengambil dari bentuk dari bentuk

lingkungan sekitar atau dari alam. Contohnya : bentuk-bentuk

flora dan fauna.

Ragam hias adalah sebuah corak yang memiliki karateristik

sehingga mempunyai ciri khas dari setiap perwujudannya.

Karateristik yang ada sangat menonjol karena merupakan

bentuk yang tidak dapat dihilangkan karena merupakan

bentuk-bentuk yang membedakan antara ragam hias yang satu

dengan yang lainnya.

Motif adalah dasar untuk menghias ornamen. Motif berbentuk

alami, prinsip dasrnya mengambil dari bentuk dari bentuk

lingkungan sekitar atau dari alam. Contohnya : bentuk-bentuk

flora dan fauna.

Ragam hias adalah sebuah corak yang memiliki karateristik

sehingga mempunyai ciri khas dari setiap perwujudannya.

Karateristik yang ada sangat menonjol karena merupakan

bentuk yang tidak dapat dihilangkan karena merupakan

bentuk-bentuk yang membedakan antara ragam hias yang satu

dengan yang lainnya.

Page 505: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

499

BEBERAPA CONTOH RAGAM HIAS

Page 506: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

500

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Page 507: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

501

Page 508: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

502

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Page 509: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

503

e. Seni budaya dan pariwisata di lingkungan Jepara

SENI BUDAYA DAN PARIWISATA

DI LINGKUNGAN JEPARA

Ragam seni dan budaya

Kain tradisional jepara

Rumah adat

Ukir kayu jepara

Batik jepara

Anyaman

Kain tradisional jepara

Rumah adat

Ukir kayu jepara

Batik jepara

Anyaman

Page 510: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

504

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Kain tradisional Jepara(Kain Troso)KAIN TROSO

Jepara kain tradisionalnya adalah “Lurek Troso” yangterkenal di daerah luar jawa, bali, Kalimantan. Kaintroso merupakan corak yang unik dan lembut. Biasdipakai dalam acara resmi maupun santai.

(gambar)

KAIN TROSO

Jepara kain tradisionalnya adalah “Lurek Troso” yangterkenal di daerah luar jawa, bali, Kalimantan. Kaintroso merupakan corak yang unik dan lembut. Biasdipakai dalam acara resmi maupun santai.

(gambar)

Rumah adat JeparaRUMAH ADAT JEPARA

Rumah adat jepara pada masa orde baru model rumahtelah berubah bentuk adat yang asli telah hilangditekan zaman.

(gambar)

Model rumah joglo yang berukir khas jeparamerupakan ciri unik yang kita miliki dan sangatberbeda dengan daerah lain. Ukiran pada dindingrumah maupun tiangnya

RUMAH ADAT JEPARA

Rumah adat jepara pada masa orde baru model rumahtelah berubah bentuk adat yang asli telah hilangditekan zaman.

(gambar)

Model rumah joglo yang berukir khas jeparamerupakan ciri unik yang kita miliki dan sangatberbeda dengan daerah lain. Ukiran pada dindingrumah maupun tiangnya

Page 511: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

505

Ukir kayu khas Jepara UKIR KAYU KHAS JEPARA

Apresiasi terhadap keunikan motif khas seni ukir.Apresiasi adalah bentuk kesadaran terhadap nilai-nilaiseni dan budaya. Untuk mengapresiasikan motif hiaspada karya seni ukir kita harus mengetehui keunikanmotif hias tersebut, salah satu cara untuk mengetahuikeunikan motif ukir adalah melakukan suatupengamatan.

(gambar)

UKIR KAYU KHAS JEPARA

Apresiasi terhadap keunikan motif khas seni ukir.Apresiasi adalah bentuk kesadaran terhadap nilai-nilaiseni dan budaya. Untuk mengapresiasikan motif hiaspada karya seni ukir kita harus mengetehui keunikanmotif hias tersebut, salah satu cara untuk mengetahuikeunikan motif ukir adalah melakukan suatupengamatan.

(gambar)

Batik tradisional Jepara BATIK JEPARA

Membatik adalah menggambarkan pada kain atau kertasdengan lilin atau malam. Dengan membatik diperlukankesabaran, ketelitian dan ketekunan agar kualitas batikyang dihasilkan benar-benar baik. Pada zaman dahulu,kain yang dibatik jarik tetapi sekarang teknik batik sudahdigunakan untuk membuat baju, celana, dan batik lainnya

Ada dua batik di Indonesia

Batik trasional

Batik modern

(gambar)

BATIK JEPARA

Membatik adalah menggambarkan pada kain atau kertasdengan lilin atau malam. Dengan membatik diperlukankesabaran, ketelitian dan ketekunan agar kualitas batikyang dihasilkan benar-benar baik. Pada zaman dahulu,kain yang dibatik jarik tetapi sekarang teknik batik sudahdigunakan untuk membuat baju, celana, dan batik lainnya

Ada dua batik di Indonesia

Batik trasional

Batik modern

(gambar)

Page 512: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

506

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Anyaman Rotan,bambu dan

pandan ANYAMAN ROTAN, BAMBU, DAUN PANDAN

Anyaman merupakan kerajinan tangan yang di buat dengan mengatur bilah bambu,daunpandan, banbu dengan cara menumbapng tindihkan dan menyilangkan. Kerajinananyaman memiliki fungsi sebagai benda pakai dan benda hias

Sebagai benda pakai misalnya: Keranjang,Tas,Tikar,Dll

Sebagai benda hias misalnya: hiasan dinding,lampu penyekat ruangan, dll

Bahan-bahan anyamanBahan alamYang terdapat dialam yang belum diolah berasal dari tumbuh-tumbuhan.Ex. Daun kelapa,mendong,bamboo,pandan,rotan

Bahan buatanBahan yang sengaja di buat dari hasil industry.Ex.kertas,plastic,benang,

ANYAMAN ROTAN, BAMBU, DAUN PANDAN

Anyaman merupakan kerajinan tangan yang di buat dengan mengatur bilah bambu,daunpandan, banbu dengan cara menumbapng tindihkan dan menyilangkan. Kerajinananyaman memiliki fungsi sebagai benda pakai dan benda hias

Sebagai benda pakai misalnya: Keranjang,Tas,Tikar,Dll

Sebagai benda hias misalnya: hiasan dinding,lampu penyekat ruangan, dll

Bahan-bahan anyamanBahan alamYang terdapat dialam yang belum diolah berasal dari tumbuh-tumbuhan.Ex. Daun kelapa,mendong,bamboo,pandan,rotan

Bahan buatanBahan yang sengaja di buat dari hasil industry.Ex.kertas,plastic,benang,

Page 513: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

507

4.3. Pelatihan finishing dan pengembangan usaha bagi perempuan

a. APKJ modul tentang teknik mengamplas dan finishing politur

Cara mengamplas dan finishing politurBy: Drs. Suharto

Furniture FinishingProses finishing adalah pekerjaan tahap akhir dari suatu proses pembuatan produk mebel. Pada saat ini proses finishing lebih dikenal sebagai proses aplikasi cat. Hal yang sangat wajar karena saat ini sebagian besar proses finishing dilakukan dan dikerjakan dengan menggunakan cat (coating) sebagai bahan finishing. Sebenarnya furniture finishing mempunyai cakupan yang lebih luas. Ada banyak proses finishing untuk mebel yang dikerjakan dengan menggunakan bahan-bahan selain cat, dan ada banyak proses-proses pekerjaan lain yang bukan merupakan pengecatan tetapi juga merupakan proses finishing. Proses finishing untuk mebel bisa berupa: pengamplasan, pengecatan, pemolesan, penggosokan dan pengerjaan–pengerjaan yang lain yang diperlukan.

Bagaimana proses finishing dikerjakan sangat tergantung pada penampilan akhir dan kualitas finishing yang diinginkan. Beberapa produk mebel menghendaki suatu finishing yang kompleks yang akan membutuhkan pelapisan bahan finishing yang berulang kali dengan bahan-bahan finishing khusus dan bahkan membutuhkan alat-alat khusus untuk aplikasinya. Sedangkan produk-produk mebel yang lain cukup dengan finishing yang “simple”, hanya membutuhkan lapisan bahan finishing yang tipis dan dapat diaplikasikan dengan cara yang sederhana atau bahkan ada produk mebel

Page 514: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

508

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

yang cukup diamplas atau dipolish saja tanpa menggunakan bahan finishing sama sekali.Finishing merupakan proses yang akan membentuk penampilan dari suatu produk mebel. Finishing dapat membuat suatu mebel menjadi kelihatan bersih, halus, rata seperti barang yang baru, finishing dapat juga membuat suatu mebel kelihatan kotor, antik, kuno seperti barang yang sudah berusia ratusan tahun, finishing dapat membuat permukaan mebel menjadi rata atau permukaan mebel menjadi tidak rata, bertekstur, dan retak-retak, finishing dapat dibuat dengan lapisan film yang tipis sekali atau lapisan film yang tebal sekali. Jadi finishing mempunyai variasi yang sangat banyak, dari yang paling sederhana dengan alat-alat dan bahan-bahan yang sederhana sampai dengan yang paling kompleks yang membutuhkaan alat-alat dan bahan-bahan finishing yang khusus. Demikian juga dengan bahan-bahan finishing terdiri dari banyak jenis dan macamnya mulai dari yang bahan-bahan yang murah sampai bahan-bahan yang mahal yang membutuhkan alat-alat khusus untuk aplikasinya.

Wood finishingWood finishing adalah proses pengecatan pada kayu atau produk olahan kayu. Wood finishing merupakan istilah yang sangat dekat dengan furniture finishing. Seringkali saat kita menyebutkan istilah wood finishing yang tergambar di dalam otak kita adalah furniture finishing dan sebaliknya. Hal yang sangat masuk akal karena dari dulu saat manusia mengenal mebel sampai sekarang, kayu merupakan bahan baku utama untuk membuat meubel. High end furniture yang membutuhkan finishing yang bagus dan membutuhkan sentuhan seni hampir semuanya dibuat dari kayu atau produk olahannya. Meskipun saat ini telah banyak juga produk mebel yang dibuat dari bahan baku selain kayu misalnya seperti rotan, plastik, logam atau bahkan resin, tetapi pengetahuan dan keahlian finishing untuk kayu masih merupakan dasar utama yang sangat penting untuk bisa menguasai dan mendalami furniture finishing.

Sebenarnya ada juga proses yang merupakan wood finishing yang bukan furniture finishing karena kayu banyak juga dipakai untuk bahan baku membuat produk-produk selain furniture product, seperti flooring parquet, wall panelling, decking, dan lain-lainnya. Proses finishing untuk kayu untuk

Page 515: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

509

produk-produk tersebut secara teknik sangat mirip dengan dengan prinsip-prinsip untuk proses finishing meubel yang terbuat dari kayu, kecuali bahwa untuk furniture finishing selain kemampuan yang menyangkut teknik juga dibutuhkan sentuhan seni. Yang harus selalu diingat adalah bahwa kayu merupakan produk alam yang sangat unik, maka pengetahuan mengenai jenis-jenis kayu dan sifat-sifatnya merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari wood finishing dan juga furniture finishing.

Fungsi yang harus dipenuhi oleh furniture finishingFinishing pada mebel harus dapat memenuhi 2 fungsi, yaitu fungsi keindahan dan fungsi perlindungan. Yang dimaksud dengan fungsi keindahan adalah bahwa suatu finishing harus dapat membuat suatu produk mebel menjadi indah dan menarik bagi orang yang mau memakainya, sedangkan yang dimaksud dengan fungsi perlindungan adalah bahwa suatu finishing yang dari suatu produk mebel harus dapat memberikan perlindungan sehingga mebel tersebut dapat menjalankan fungsinya sebagai perlengkapan dalam suatu rumah atau ruangan.

Fungsi perlindungan dari finishingPada jaman dulu saat pertama kali orang mengenal finishing untuk furniture, fungsi utamanya adalah untuk bisa memberikan perlindungan sehingga produk mebel tersebut dapat bisa digunakan lebih lama. Sampai sekarang tentu saja furniture finishing masih tetap diharapkan untuk dapat memberikan perlindungan yang cukup. Furniture finishing harus cukup kuat sehingga produk furniture itu dapat menjalankan fungsinya sebagai alat-alat untuk rumah tangga. Kekuatan yang diharapkan oleh suatu produk furniture sangat tergantung dari kegunaan dari produk tersebut. Misalnya suatu finishing untuk

Page 516: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

510

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

produk outdoor furniture diharapkan dapat tahan terhadap cuaca udara luar seperti: panas, dingin, hujan. Finishing untuk indoor furniture seperti: bed room set harus bisa membuat produk meubel itu dapat dibersihkan dengan mudah dan bisa digunakan tanpa mengotori pakaian atau benda yang diletakkan diatasnya.

Suatu finishing untuk kitchen cabinet atau dinning set harus cukup kuat dan mudah dibersihkan kalau kena kotoran seperti saus kecap, minyak atau makanan-makanan yang lain. Finishing untuk suatu kids furniture atau toys tentu saja harus aman dan bebas racun sehingga tidak mengganggu kesehatan anak-anak yang memakainya.

Fungsi keindahan dari finishingPada perkembangan berikutnya ternyata finishing juga berfungsi untuk memberikan keindahan pada suatu produk mebel. Semakin berkembangnya dan maju suatu peradaban maka kebutuhan terhadap nilai keindahan dan seni ini menjadi semakin penting. Suatu produk mebel sekarang ini tidak hanya dilihat dari fungsinya saja, tetapi semakin lama semakin dibutuhkan untuk dapat memenuhi selera dari pemakainya. Fungsi estetika dari finishing ini pada saat ini menjadi semakin diperlukan bagi suatu produk furniture. Pada saat ini dimana teknologi dan informasi mengenai pembuatan mebel sudah menyebar dan dikuasai oleh sebagian besar pelaku industri mebel, maka fungsi suatu produk mebel hampir sudah dapat dipenuhi oleh semua produk mebel yang ditawarkan ke pasar. Pada kondisi ini maka kunci untuk menarik pembeli adalah dengan memberikan design dan model yang bisa menarik dan cocok dengan selera para pembeli.

Karena itulah maka saat ini telah berkembang berbagai macam model dan desain produk meubel seperti: model klasik, model antic, model kontemporer, model minimalis dan lain-lain. Untuk melengkapi desain mebel tersebut maka suatu produk mebel membutuhkan suatu penampilan finishing yang sesuai dengan model-model tersebut. Seiring dengan hal tersebut berkembang pula berbagai macam model finishing menyesuaikan dengan perkembangan model mebel tersebut misalnya finishing gaya antik, finishing gaya klasik, simple finish, natural finish, dan lain-lainnya. Sebagai

Page 517: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

511

departemen terakhir dalam proses pembuatan meubel maka proses finishing harus bisa menyesuaikan dengan model meubel yang sudah ada untuk bisa menghasilkan suatu produk mebel yang menarik dan disukai oleh banyak orang yang akan membelinya.

Salah satu jenis finishing yang ada adalah finishing politur dengan menggunakan bahan dasar selak. Bagaimana cara mengamplas yang efektif dan efisien namun mendapatkan kwalitas yang baik dan bagaimana pula langkah- langkah dalam aplikasi finishing polituragar mendapatkan hasil akhir politur yang baik?

Inilah yang akan kita bahas bersama!

Untuk memudahkan dalam memahami akan saya bagi dalam dua bahasan, yaitu;1. Pengamplasan yang baik dan benar2. Langkah kerja finishing politur

PengamplasanPengampalasan atau penghalusan permukaan media kerja merupakan salah satu bagaian dari proses sanding yang memiliki peranan sangat penting dalam proses finishing. Sehingga hal ini merupakan suatu pekerjaan yang perlu mendapat perhatian kusus dalam dunia industri meubel dan handy craf. Fungsi pengamplasan atau penghalusanpermukaan media kerja yaitu pondasi pada tahapan finishing yang dapat menentukan keindahan dan kekuatan pada hasil finishing.

Page 518: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

512

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Untuk mendapatkan hasil amplasan yang baik dan benar perlu diperhatikan beberapa hal dibawa ini:1. Karakter permukaan kayu2. Jenis Produk meubel dan handy craf3. Macam- macamjenis mesin amplas dan penggunaannya4. Ukuran ketajamam atau tekstur kertas amplas5. Cara mengamplas yang benar.

Karakter permukaan kayusebelum menghaluskan permukaan bidang kerja perlu kita perhatikan bahan dasar yang digunakan, apakah jenis kayunya? Jati, mahogani, mindi, durian atau bahkan meh dan lain sebagainya. Bagaimana tingkat kekeringan kayu tersebut? Masing-masing memiliki sifat yang berbeda yang disebabkan struktur dan serat yang dimiliki. Hal ini berpengaruh pada hasil ketaman, terutama pada tingkat kehalusan permukaan setelah diketam atau diplaner. Selain hal ini juga dipengaruhi oleh faktor tingkat kekeringan. Kayu yang baik untuk dibuat produk meubel dan handy craf adalah kayu yang hanya mengandung kadar air sekitar 6% sampai dengan 10%. Pada satu sisi memiliki keunggulan tidak terlalu besar mengalami perubahan pada cuaca yang berbeda, sehingga tidak mudah pecah dan disisi lain memudahkan dalam proses penghalusan permukaan. Baik penghalusan dengan ketam maupun peningkatan kehalusan melalui pengamplasan.

Page 519: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

513

Pada tahapan penghalusan permukaan dengan ketam atau planer ternyata belum mampu medapatkan tingkat kehalusan yang dapat langsung di finishing, masih meninggalkan bulu sisa-sisa ketaman yang tak mampu dipangkas oleh ketajaman pisau ketam, sehingga perlu diamplas. Menggunakan amplas yang bagaimana untukmemangkas bulu sisa ketaman dan meningkatkan kehalusan permukaan kayu tersebut? Hal ini kita sesuaikan dengan sifat kayu dan grit atau tingkat ketajaman kertas amplas yang ada.

Jenis meubel dan handy crafselain kayu sebagai bahan dasar pembuatan meuble dan handy craf yang harus kita perhatikan, jenis meubel dan handy craf juga perlu kita perhatikan. Dalam hal ini meubel dan handy craf dibedakan menjadi dua yaitu: meubel dan handy craf yang memiliki ukiran atau

Page 520: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

514

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

meubel dan handy craf yang tanpa menggunakan ukiran. Bentuk permukaan ada yang cekung, cembung maupun datar. Masing masing karakter yang dimiliki perlu adanya perlakuan yang berbeda dari masing masing karakter yang dimiliki. Dengan memahami keadaan ini kita dapat menentukan penggunaan amplas yang tepat dan teknik pengamplasan atau penghalusan permukaan secara efektif dan efisien.

Macam-macam jenis mesin amplas dan penggunaannya.Di bawah ini merupakan beberapa contoh mesin amplas, masing- memiliki fungsi menghaluskan permukaan kayu. Dalam pemakaiannya tentu disesuaikan dengan bidang yang hendak diamplas, ada yang fungsinya untuk menghaluskan bidang datar dan ada yang digunakan untuk menghaluskan didang lengkung, bahkan ada yang fungsinya untuk menghaluskan bagian libang, semisal lobang yang terdapat pada ukiran krawangan.

UkuranKetajaman atau tekstur AmplasBahan amplas yang digunakan ada dua jenis yaitu amplas yang menggunakan media kertas, bahan yang digunakan silikon carbide pada umumnya digunakan untuk mengamplas besi dan menggunakan media kain, terbuat dari partikel batu granit. Kedua jenis amplas ini memiliki tingkat ketajaman

Page 521: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

515

yang berbeda, yatu mulai dari amplas yang paling kasar hingga amplas paling halus.Pada kertas amplas terdapat nomor, nah nomor tersebut berkisar dari angka 1 sampai 3000, yang menandakan tingkat kehalusan dari amplas tersebut, cara membacanya angka 1 merupakan amplas kasar, dan amplas 3000 merupakan amplas super halus.

Namun pada realita di lapangan, jenis angka yang beredar biasanya dimulai dari angka 100 sampai 1000, akan sangat jarang sebuah toko mensuply stock amplas dengan tingkat kehalusan yang berurutan, biasanya sebuah toko bangunan atau toko cat akan memiliki stock amplas dengan kelipatan 100, 200, 300, 400, 600, 800, 1000, 1500 ini adalah contoh ukuran amplas besi yang banyak dijual dipasaran.

Untuk amplas kayu, cara membaca ukurannya tidak jauh berbeda. Tingkat kehalusan yang banyak dijual dipasaran untuk amplas kayu biasaya adalah 40, 60, 80, 100, 150, 220, 300, 400, dan 500. Ukuran amplas nomor 40 sangat kasar, dan ukuran amplas nomor 500 halus.

Cara Mengamplas yang BenarTahapan yang harus dijalankan untuk mendapatkan hasil amplasan yang baik , efektif dan efisien adalah sebagai berikut:

Page 522: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

516

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

• Kontrol produk yang akan diamplasKontrol produk yang hendak diamplas, baik itu konstruksinya, sisa-siasa lem yang tak sempurna, jenis kayu dan keadaan kadar air yang terkandung, intensitas kehalusan hasil ketaman maupun ukiran serya jenis kayunya. Hal ini untuk menentukan jenis amplas, ukuran ketajaman amplas dan alat yang hendak digunakan. Gunakan bahan amlpas dan alat sesuai dengan kondisi bidang yang dikerjakan.

• Pilih bagian yaang harus diamplas terlebih dahuluPemilihan bagian bidang yang hendak diamplas berdasarkan posisi.Tahap awal amplaslah bagian bawah atau bidang yang berada pada bagian yang tidaak mudah terlihat, seperti bagian bawah serampat kursi , laci dan lainnya.

Lanjutkan pada bidang bidang berukir apabila bidang amplas memiliki ukiran.Perhatikan dan dahulukan bagian yang rumit baru kemudian bagian yang lebih mudah.

Tahap akhir bagian yang paling mudah terlihat secara langsung. Hal ini agar tidak ada yang ketinggalan dalam proses pengamplasan.

• Pilih alat dan bahan amplas sesuai tahapan dan karakter produk yang hendak diamplas

•Kebijakan memilih alat dan ukuran ketajaman amplas juga menentukan hasil akhir dari proses pengamplasan, baik dari sisi kwantity atau jumlah hasil dan kwality atau tingkat kehalusan permukaan.

• Gunakan teknik yang benar dalam mengamplasCara mengamplas yang benar yaitu menggerakkan amlpas searah dengan pola serat kayu, dengan kata lain tidak melintang. Mengamplas secara melintang akan meninggalkan goresan yang dapat merusak keindahan permukaan bidang kerja, terutama setelah difinishing goresan tersebut akan kelihatan semakin jelas.

Page 523: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

517

Gunakan amplas yang memiliki tingkat ketajaman atau tektur yang paling kasar sesuai dengan tingkat kehalusan hasil ketaman dan bertahap gunakan tekstur amplas yang lebih halus. Hal ini bisa terjadi menggunakan kertas amplas dengan ukuran atau grit 2000, yaitu ukuran amplas yang paling halus. Namun ini disesuaikan kondisi bidang yang diamplas dan juga jenis finishing yang dilakukan.

Pada bidang berukir, perhatikan bentuk ukiran, amplaslah searah dengan pola ukiran. Lakukan secara teliti dan hati-hati, jangan sampai merubah karakteristik ukiran, semisal; bentuk yang runcing atau tajam diupayakan supaya tetap tajam , bentuk yang cembung atau cekung juga jangan sampai berubah menjadi datar.

Pada bidang datar bisa menggunakan mesin amplas yang memiliki permukaan datar, baik itu model setrika atau silinder, hal ini dapat mempercepat kerjaan. Gerakan mesin amplas searah serat kayu dengan menekan mesin amplas sesuai dengan kapasitas mesin. Jangan pernah memaksakan mesin amplas diluar kapasitasnya, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada mesin dan mengakibatkan keborosan bahan amplas.

Gunakan gerenda pada bidang cekung maupun cembung secara hati-hati, sesuaikan ukuran amplasnya dengan kehalusan sisa ketaman, jangan sampai mengalami ofer sanding atau meninggalkan goresan yang dapat mengganggu keindahan.

Gunakan kaca jernih ukuran ketebalan 2mm untuk memangkas sisa ketaman yang sulit dipangkas dengan amplas. Dalam menghaluskan sisa ketaman dengan kaca usahakan secara hati-hati, sehingga tidak merusak permukaan kayu.

Kontrol kembali pekerjaan yang sudah diselesaikan secara seksama, amplas ulang bagian yang belum teramplas maupun sudah teramplas namun belum mampu memenuhi standart yang diharapkan hingga mampu memenuhi standart yang ditentukan tersebut.

Page 524: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

518

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Catatan:1. Simpanlah amplas pada tempat yang kering dan tidah lembab agar terjaga

kwalitas ketajaman dan tidak mudah rusak.2. Gunakan masker saat bekarja demi kesehatan dan keselamatan kerja.

a. Debu sisa pengamplasan, terutama adanya unsur obat yang digunakan untuk melindungi kayu dari serangan hama yang terbuat dari bahan kimia dapat mengakibatkan sakit paru-paru

b. Lebih fatal dapat mengakibatkan flek paru-paru pada bayi.

Page 525: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

519

b. Teknik finishing polistur

TEKNIK FINISHING

POLISTUR

By Drs Suharto

Sekilas tentang polistur

• Penggunaan polistur dimulai th 1630 di India.

• Bahan berasal dari selak (shelac) sejenis insek,

kutu lak yang bernama laccifer kerr.

• Hasil finishing polistur lebih indah dibanding

finishing kuna lainnya, seperti penggunaan air

hati pohon pisang yang dicampur dg minyak

tembakau dan pinang.

• Pengerjaan finishing polistur tidak sulit.

• Penggunaan polistur dimulai th 1630 di India.

• Bahan berasal dari selak (shelac) sejenis insek,

kutu lak yang bernama laccifer kerr.

• Hasil finishing polistur lebih indah dibanding

finishing kuna lainnya, seperti penggunaan air

hati pohon pisang yang dicampur dg minyak

tembakau dan pinang.

• Pengerjaan finishing polistur tidak sulit.

Page 526: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

520

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Manfaat Polistur

• Disamping melapisi dan mengkilapkanpermukaan kayu, juga memperindah danmempertajam pola serat kayu.

• Mengurangi reaksi kayu terhadap suhu dankelembaban sekitarnya.

• Mampu memberikan keindahan warna yangtercipta.

• Melindungi kayu dari serangan cendana/jamur dan terhindar dari pelapukan .

• Disamping melapisi dan mengkilapkanpermukaan kayu, juga memperindah danmempertajam pola serat kayu.

• Mengurangi reaksi kayu terhadap suhu dankelembaban sekitarnya.

• Mampu memberikan keindahan warna yangtercipta.

• Melindungi kayu dari serangan cendana/jamur dan terhindar dari pelapukan .

Bahan Polistur

Page 527: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

521

• Selak / shelac / sirlak terbuat dari sekresi kutu lak

(Laccifer Kerr) yg hidupnya parasitis pada tumbuhan

tertentu.

• Hasil sekresi tersebut dikeluarkan di sekeliling badan

kutu sebagai proteksi .

• Berasal dari India dan dikembangkan di Yogyakarta dan

Probolinggo yang dibudidayakan pada pohon kesambi

(schleisbera oleosa merr) dan akasia (accasia villosa

wild) sera serta ploso (butea monosperma) dan widara

(zizyphus jujuba lam).

• Selak diproduksi di Probolinggo, dari seedlak dihasil-kal

serlak kuning, dari pencucian selak kuning ber-bentuk

serpihan dan selak putih berbentuk batangan.

1.Selak/ Sirlak

• Selak / shelac / sirlak terbuat dari sekresi kutu lak

(Laccifer Kerr) yg hidupnya parasitis pada tumbuhan

tertentu.

• Hasil sekresi tersebut dikeluarkan di sekeliling badan

kutu sebagai proteksi .

• Berasal dari India dan dikembangkan di Yogyakarta dan

Probolinggo yang dibudidayakan pada pohon kesambi

(schleisbera oleosa merr) dan akasia (accasia villosa

wild) sera serta ploso (butea monosperma) dan widara

(zizyphus jujuba lam).

• Selak diproduksi di Probolinggo, dari seedlak dihasil-kal

serlak kuning, dari pencucian selak kuning ber-bentuk

serpihan dan selak putih berbentuk batangan.

2.Spiritus

• Berfungsi sebagai pelarut selak, berwarna biru.

• Warna biru, tergolong ethil alkhohol (ethanol), takdapat dimakan (edible).

• Spiritus yg baik hanya mengandung air 0,5%.

• Spiritus biru untuk melarutkan selak kuning.

• Alkohol putih tanpa dibirukan untuk melarutkanselak putih.

• Spiritus terbuat dari tetes tebu.

• Berfungsi sebagai pelarut selak, berwarna biru.

• Warna biru, tergolong ethil alkhohol (ethanol), takdapat dimakan (edible).

• Spiritus yg baik hanya mengandung air 0,5%.

• Spiritus biru untuk melarutkan selak kuning.

• Alkohol putih tanpa dibirukan untuk melarutkanselak putih.

• Spiritus terbuat dari tetes tebu.

Page 528: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

522

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Cara pemilihan spiritus yang baik

••OrganoleptikOrganoleptik

•• InstrumentikInstrumentik

••OrganoleptikOrganoleptik

•• InstrumentikInstrumentik

Organoleptik

• Ambil dua mangkok kecil, masing – masing isi

spiritus yang berbeda merek, atau pada salah

satu mangkok tambahkan air 10%.

• Masukkan kedua jari secara bersamaan, lalu

usapkan cedua jari pada lengan kiri secara

bersamaan.

• Pada salah satu yang cepat mengalami

penguapan, maka itulah yang terbaik.

• Ambil dua mangkok kecil, masing – masing isi

spiritus yang berbeda merek, atau pada salah

satu mangkok tambahkan air 10%.

• Masukkan kedua jari secara bersamaan, lalu

usapkan cedua jari pada lengan kiri secara

bersamaan.

• Pada salah satu yang cepat mengalami

penguapan, maka itulah yang terbaik.

Page 529: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

523

instrumentik

• Menggunakan instrumen pengukur alkohol ygdisebut alkohol meter.

• Alkohol meter akan menunjukkan prosentasekadar alkohol spiritus yang kita ukur.

• Lebih tepat menggunakan instrumen berat jenisdan cocokan dg tabel kelompok alkohol.

• Akan kita temukan berat jenis atauspesifikgrafity- nya adalah 0,791 kg/l

• Berat jenis yg tinggi tidak baik, karenapenguapannya lambat, hasil polistur kuranggilap / mengkilat.

• Menggunakan instrumen pengukur alkohol ygdisebut alkohol meter.

• Alkohol meter akan menunjukkan prosentasekadar alkohol spiritus yang kita ukur.

• Lebih tepat menggunakan instrumen berat jenisdan cocokan dg tabel kelompok alkohol.

• Akan kita temukan berat jenis atauspesifikgrafity- nya adalah 0,791 kg/l

• Berat jenis yg tinggi tidak baik, karenapenguapannya lambat, hasil polistur kuranggilap / mengkilat.

3. Pewarna Polistur

• Pewarna larut dalam air

– Naptul

– Teres (pewarna makanan)

– Tepung pigmen (Jelaga untuk warna hitam, okeruntuk warna kuning kecoklatan, daocu untuk warnamerah maron

• Pewarna larut dalam non air

– Pewarna larut minyak / solvent, misalnya tepung catdg berbagai waarna.

– Migrosir yg berwarna merah

– Malachite yg berwarna hijau

– Bahan dyerstuff berbahan aniline

• Pewarna larut dalam air

– Naptul

– Teres (pewarna makanan)

– Tepung pigmen (Jelaga untuk warna hitam, okeruntuk warna kuning kecoklatan, daocu untuk warnamerah maron

• Pewarna larut dalam non air

– Pewarna larut minyak / solvent, misalnya tepung catdg berbagai waarna.

– Migrosir yg berwarna merah

– Malachite yg berwarna hijau

– Bahan dyerstuff berbahan aniline

Page 530: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

524

Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Wood Filler dan Parapin

• Wood filler merupakan bahan yang berfungsi

menutup pori- pori pada permukaan kayu.

• Gunakan wood filler yang larut dalam air atau

biasa disebut Water base

Parapin atau biasa disebut lilin.

Untuk membuat dempul dapat direbus hingga

cair, lalu tambahkan oker sesuai warna kayu.

Juga bisa di tambah pewarna yang sesuai.

• Wood filler merupakan bahan yang berfungsi

menutup pori- pori pada permukaan kayu.

• Gunakan wood filler yang larut dalam air atau

biasa disebut Water base

Parapin atau biasa disebut lilin.

Untuk membuat dempul dapat direbus hingga

cair, lalu tambahkan oker sesuai warna kayu.

Juga bisa di tambah pewarna yang sesuai.

4. Perlengkapan polistur

• Kuas

– Pilih kuas yang berbulu halus.

– Tidak meninggalkan bekas

– Kuas yg baik, ujung bulunya bercabang dua atautiga.

• Kaos perca

– Terbuat dari bahan katun / kapas

– Dengan penyerapan yang baik kaos tidak terlalusering mencelup.

• Kuas

– Pilih kuas yang berbulu halus.

– Tidak meninggalkan bekas

– Kuas yg baik, ujung bulunya bercabang dua atautiga.

• Kaos perca

– Terbuat dari bahan katun / kapas

– Dengan penyerapan yang baik kaos tidak terlalusering mencelup.

Page 531: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo

525

SISTEM POLISTUR NATURAL BENING• PENGISIAN PORI- PORI

Gunakan Wood filler jenis water base

Amplas dg no. 80= 180 15 menit setelah

amplas halus

• PELAPISAN PENDASARAN I

Pelapisan dengan polistur,gunakan kuas/ kaos.

Amplas dg 120=200 20 menit

amplas dengan cara basah/kering

• PELAPISAN AKHIR / TOP COAT

Pelapisan dengan polistur sangat cair, gunakan kaos/ kain perca

(pop/ bal) hingga gilap

• PENGISIAN PORI- PORI

Gunakan Wood filler jenis water base

Amplas dg no. 80= 180 15 menit setelah

amplas halus

• PELAPISAN PENDASARAN I

Pelapisan dengan polistur,gunakan kuas/ kaos.

Amplas dg 120=200 20 menit

amplas dengan cara basah/kering

• PELAPISAN AKHIR / TOP COAT

Pelapisan dengan polistur sangat cair, gunakan kaos/ kain perca

(pop/ bal) hingga gilap

Selamat mencoba!!

MATURNUWUNMATURNUWUN

Selamat mencoba!!

Page 532: Panduan Pelatihan Pengrajin Mebel

FRK - IFJ

Penelitian riset aksi (action research) rantai nilai mebel (Furniture Value Chain Project - FVC) 2008-2013, yang didanai oleh Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) mencakup rangkaian refleksi, perencanaan, tindakan dan pemantauan yang dilakukan berulang. Pelatihan merupakan bagian dari "Tindakan" dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan pengrajin, khususnya yang terkait dengan produksi, pengorganisasian bisnis, dan pemasaran.

Tema pelatihan ditentukan secara partisipatif dengan melibatkan pengrajin. Setelah mengikuti pelatihan mereka melihat bisnis mebel dengan pola pikir yang lebih progresif. Bekal pemahaman dan pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam bisnis dan ditularkan kepada sesama pengrajin. Panduan pelatihan ini disusun berdasarkan kumpulan materi pelatihan yang diselenggarakan oleh proyek FVC yang dilakukan oleh CIFOR, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Balitbanghut) Kementerian Kehutanan, dan Fakultas Kehutanan Instititut Pertanian Bogor (IPB). Panduan ini dapat dijadikan rujukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka pengembangan kapasitas pengrajin mebel di Indonesia. Panduan ini terdiri dari empat bagian yaitu manajemen dan organisasi, pemasaran, produk hijau, serta mutu dan desain mebel.

cifor.org/furniture

cifor.org blog.cifor.org

Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR)CIFOR memajukan kesejahteraan manusia, konservasi lingkungan dan kesetaraan melalui penelitian yang membantu membentuk kebijakan dan praktik kehutanan di negara berkembang. CIFOR adalah anggota Konsorsium CGIAR. Kantor pusat kami berada di Bogor, Indonesia, dengan kantor wilayah di Asia, Afrika dan Amerika Selatan.

Penelitian ini dilaksanakan oleh CIFOR sebagai bagian dari Program Penelitian CGIAR pada Hutan, Pohon dan Wanatani (CRP-FTA). Program kolaboratif ini bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan hutan, wanatani, dan sumber daya genetis pohon yang mencakup lanskap dari hutan sampai ke lahan budidaya. CIFOR memimpin CRP-FTA melalui kemitraan dengan Bioversity International, CIRAD, International Center for Tropical Agriculture dan World Agroforestry Centre.