Panduan K3 Konstruksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ppi

Citation preview

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGORSUD DOKTER MOHAMAD SALEHJL. Mayjend Panjaitan No.65 Telp : (0335) 433478,433119,421118 Fax. (0335) 432702E-mail : [email protected] - 67219

KEPUTUSANDIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SALEH NOMOR :

TENTANGPEMBERLAKUAN BUKU PANDUAN ICRA (INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT)RENOVASI, KONSTRUKSI DAN PEMELIHARAAN BANGUNANRUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOH. SALEHDIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOH. SALEH

Menimbang: a.Bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moh. Saleh Kota Probolinggo merupakan Rumah Sakit Kelas B, Rumah Sakit Non Pendidikan dan Rumah Sakit Rujukan dipandang perlu adanya panduan sebagai petunjuk pelaksanaan Manajemen Resiko PPI di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moh. Saleh Kota Probolinggo;

b.Bahwa agar supaya panduan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal perlu diatur dalam keputusan Direktur.

Mengingat: 1.Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

2.Undang-Undang Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

3.Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

4.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

5.SK Menkes No 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan Fas Yankes Lainnya

6.SK Menkes No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang SPM RS

MEMUTUSKANMenetapkan:

Pertama:Pemberlakuan Buku Panduan ICRA (Infection Control Risk Assessment) Renovasi, konstruksi dan pemeliharaan bangunan Konstruksi sebagai petunjuk pelaksanaan kegiatan manajemen resiko PPI di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moh. Saleh Kota Probolinggo;

Kedua:Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan tanggal ditetapkan dan diadakan peninjauan kembali setelah 3 (tiga) tahun;

Ketiga:Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan kekurangan akan diadakan perbaikan dan perubahan sebagaimana mestinya ;

DITETAPKAN DI : PROBOLINGGO PADA TANGGAL :

DIREKTUR RSUD Dr. MOH. SALEH

Dr. BAMBANG AGUS SUWIGNYO, M.MKes Pembina Utama MudaNIP. 19600715 198802 1 003

TEMBUSAN :

Keputusan ini disampaikan kepada :Yth. : 1. Para Wakil Direktur2. Para Kepala Bidang / Bagian / Instalasi3. Para Ketua SMF4. Para Ketua KomiteRSUD Dr.Moh. Saleh Kota Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPekerjaan konstruksi bangunan merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan bahan bangunan, peralatan, tenaga kerja dan penerapan teknologi yang dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerja bahkan mengakibatkan kematian dan kerugian material, sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970.Kontruksi bangunan adalah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahapan yang dilakukan di tempat kerja. Diantara tahapan yang ada yaitu pekerjaan penggalian, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton, pekerjaan baja dan pembongkaran. Tahapan ini menghimpun bahan bangunan, tenaga kerja, proses kerja konstruksi dan kondisi tempat kerja mengandung potensi bahaya. Pekerjaan penggalian meliputi pemindahan tanah galian yang seringkali merupakan campuran antara tanah dan kerikil-kerikil besar. Penyebab kecelakaan pada pekerjaan galian yaitu pekerja terperangkap dan terkubur di dalam tanah galian akibat runtuhnya dinding galian, pekerjaan tertimpa dan luka akibat dari terjatuhnya material ke dalam galian, kondisi tidak aman dan tidak adanya akses keluar dari dalam galian apabila terjadi banjir secara mendadak. Pekerjaan beton merupakan pekerjaan pengecoran adukan beton untuk bagian-bagian bangunan yaitu balok, kolom, plat lantai maupun plat atap. Pada waktu pengecoran adukan/mortar beton umumnya pekerja pada posisi di ketinggian dari permukaan tanah atau lantai dari bahaya jatuh, terperosok kemudian penggunaan material-material adukan yaitu semen, kapur dan bahan mempercepat pengerasan adukan beton tidak boleh bersinggung dengan kulit pekerja atau sampai terhirup pernafasan.Pekerjaan baja merupakan pekerjaan pemasangan konstruksi baja/rangka baja. Bangunan konstruksi pada umumnya di buat di pabrik dan di pasang di proyek. Pada pekerjaan baja ada yang perlu diperhatikan adalah pekerja yang bekerja di ketinggian dari permukaan tanah atau lantai, dimana bahaya jatuh, terperosok, tertimpa material, kemudian pekerjaan pengelasan untuk sambungan-sambungan konstruksi baja. Alat yang digunakan untuk pekerjaan baja yaitu :

1. Perancah kerja2. Tower crane3. Mesin las4. Alat bor, dllPekerjaan pembongkaran atau demolition adalah pekerjaan yang dilakukan dalam rangka penghancuran bangunan, sebagian bangunan yang mempengaruhi seluruh integritas struktur melalui metode perencanaan dan pengendalian serta prosedurnya. Pada pekerjaan pembongkaran yang perlu mendapat perhatian adalah bahaya runtuh bangunan, tertimpa, terperosok kemudian pekerjaan pada ketinggian. Dari uraian di atas, maka pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan yang mengandung potensi bahaya dan dalam memberi perlindungan keselamatan kerja kepada para pekerja, maka diperlukan persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja sesuai dengan Permenaker No. I/Men/1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi bangunan dan Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerha No.176/Men/1986 dan Menteri Pekerjaan Umum No. 104/kpts/1986 tentang K3 tempat kegiatan konstruksi bangunan

1.2 Definisia. K3 Konstruksi adalah aktivitas kesehatan dan keselamatan kerja yang berhubungan dengan seluruh tahapan yang dilakukan pada pekerjaan konstruksi bangunan yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerjab. Sarana bangunan adalah peralatan yang digunakan selama proses konstruksi dan terpasang pada gedung tempat kerja.c. Perancah bangunan adalah bangunan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunand. Kontraktor adalah pelaksana pekerjaan konstruksie. Tahapan pekerjaan konstruksi bangunan yang menggunakan bahan-bahan semen, pasir, batu belah, batang besi ulir dllf. Pekerjaan konstruksi bajaTahapan pekerjaan konstruksi bangunan yang menggunakan bahan-bahan konstruksi baja, rangka, baut mur, penjelasan baja.g. Pekerjaan penggalian yaitu tahapan pekerjaan konstruksi bangunan pada tanah, pekerjaan tanah, seperti galian, sumuran , parit dan timbunanh. Pekerjaan pondasi yaitu tahapan pekerjaan konstruksi bangunan untuk membuat bagian-bagian struktur yang memikul beban struktur untuk sampai ke tanah i. ICRA (Infection Control Construction Risk Assessment) adalah penilaian resiko yang digunakan untuk menilai pekerjaan konstruksi dan renovasi bangunan

BAB IIRUANG LINGKUP K3 KONSTRUKSIDAN SARANA BANGUNAN

2.1 Ruang Lingkup Pekerjaan K3 konstruksi bangunan, meliputi :a. Aspek K3 pekerjaan penggalianb. Aspek K3 pekerjaan pondasic. Aspek K3 pekerjaan konstruksi betond. Aspek K3 pekerjaan konstruksi bajae. Aspek K3 pekerjaan pembongkaran

2.2 Ruang Lingkup K3 Sarana Bangunan, meliputi :a. Aspek K3 perancah bangunanb. Aspek K3 pekerjaan plumbingc. Aspek K3 peralatan bangunan

2.3Ruang Lingkup Penilaian Resiko Dalam Rangka Pengendalian Infeksi Untuk Pekerjaan Konstruksi dan Renovasi (ICRA)

BAB IIITATA LAKSANA

Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja pada tempat proyek atau konstruksi, maka para pelaksana konstruksi wajib melaksanakan syarat-syarat teknis kesehatan dan keselamatan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu :

3.1. Tata Laksana Pekerjaan K3 Konstruksi Bangunan 3.1.1 Tata Laksana Aspek K3 pekerjaan penggalian3.1.1.1 Ketentuan UmumSebelum penggalian pada setiap tempat dimulai, stabilitas tanah harus di uji terlebih dahulu oleh tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus3.1.1. 2 Sebelum pekerjaan penggalian di mulai para pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) yang dipersyaratkan yaitu safety shoes, helmet, safety glass.3.1.1.3Sebelum pekerjaan dimulai pada setiap tempat galian, maka pemberia kerja harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu atas segala instalasi di bawah tanah seperti saluran pembuangan, pipa gas, pipa air dan konduktor listrik yang dapat menimbulkan bahaya selama pekerjaan berlangsung.3.1.1.4Apabila perlu untuk mencegah terjadinya kecelakaan, maka sebelum penggalian di mulai gas, air, listrik dan prasarana umum lainnya harus dimatikan atau diputuskan alirannya terlebih dahulu.3.1.1.5Apabila pipa bawah tanah, konduktor dan sebagainya tidak dapat dipindahkan atau diputuskan alirannya, maka benda tersebut harus di pagari, di tarik ke atas atau di lindungi3.1.1.6 Apabila diperlukan untuk mencegah bahaya, tanah harus dibersihkan dari pohon-pohon, batu-batu besar dan rintangan-rintangan lainnya sebelum penggalian di mulai.3.1.1.7Lokasi penggalian harus diperiksa secara teliti :a). Setelah pekerjaan terputus yang melebihi satu hari lamanyab) Setelah runtuhan/longsoran tanah yang tidak terdugac) Setelah ada kerusakan yang berarti pada konstruksi penyanggad) Setelah hujan lebat3.1.1.8Jalan keluar masuk yang aman harus disediakan di setiap tempat dimana orang bekerja di tempat galian3.1.1.9 Dilarang bekerja di atas tanah yang lepas apabila kemiringannya terlalu terjal untuk mendapatkan tempat berpijak yang aman.3.1.110Apabila tanah tidak menjamin tempat berpijak yang aman, harus disediakan konstruksi penyangga yang cukup.3.1.1.11 Tanpa konstruksi penyangga yang cukup di larang menggali tanah di bagian bawah3.1.1.12 Sejauh mungkin diusahakan agar galian-galian bebas dari air. 3.1.2 Tata Laksana Aspek K3 Pekerjaan Pondasi3.1.2.1Sebelum pekerjaan pondasi di mulai para pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) yang dipersyaratkan yaitu safety shoes, helmet, safety glass.3.1.2.2Mesin pemancang harus di tumpu oleh dasar yang kuat seperti balok kayu yang berat, bantalan beton atau pondasi penguat lainnya3.1.2.3Bila diperlukan untuk mencegah bahaya, mesin pemancang harus diberi tali atau rantai secukupnya3.1.2.4Mesin pemancang tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik3.1.2.5Bila 2 buah mesin pemancang digunakan pada satu tempat, maka jarak antara mesin-mesin tersebut tidak boleh kurang dari panjang kakinya yang terpanjang.3.1.2.6Fasilitas untuk mencapai lantai kerja (paltform) dan roda penggerak (pulley) pada ujung atas harus berupa tangga yang memenuhi persyaratan.3.1.2.7Lantai kerja dan tempat kerja operatornya harus terlindungi dari cuaca3.1.2.8Kerekan pada mesin pancang harus sesuai dengan persyaratan3.1.2.9Bila pemancangan harus dilakukan miring, maka :a). Harus dibri pengimbangan yang sesuaib)Instrumen yang memiringkan harus dilindungi terhadap kemungkinan tergelincir3.1.2.10Saluran uap atau udara harus terbuat dari pipa baja atau semacamnya3.1.2.11Sambungan pipa (hose) uap atau udara untuk palu pancang harus terikat kuat pada palu pancang untuk menghindari gerakan menyabet bila sambungan putus. 3.1.2.12 Pipa uap atau udara untuk palu pancang harus terikat kuat pada palu pancang untuk menghindari gerakan menyabet bila sambungan putus.3.1.2.13Roda penggerak pada mesin pancang harus di beri pengaman untuk mencegah seseorang terjerembab ke dalamnya3.1.2.14Tindakan pencegahan yang cukup harus diambil dengan memasang sanggurdi atau cara lain, hal ini dimaksudkan untuk mencegah tali keluar dari pulley atau dari roda kerekan3.1.2.15 Tindakan pencegahan harus diambil untuk mencegah alat pemukul pancang (hammer) meleset dari sasarannya yaitu tiang pancang3.1.2.16 Bila perlu, tiang-tiang pancang yang panjang dan turap baja yang berat harus diamankan supaya tidak jatuh.

3.1.3 Tata Laksana Aspek K3 Pekerjaan Beton3.1.3.1 Sebelum pekerjaan beton di mulai para pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) yang dipersyaratkan yaitu safety shoes, helmet, safety glass.

3.1.3.2Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas lainnya harus didasarkan pada gambar rencana :a). Mencakup spesifikasi besi baja dan beton serta bahan-bahan lain yang dipakai, termasuk cara-cara teknis yang aman untuk penempatan dan pengerjaanb) Menunjukkan tipe, kekeuatan dan pengaturan bagian yang menumpu gaya muatanc) Dilengkapi dengan perhitungan kekuatan atap dan struktur berat lainnya yang dibuat dengan bahan-bahan prefabricated.3.1.3.3 Selama pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai kemajuan pembangunan, termasuk data yang mempengaruhi kekuatan beton menurut waktunya.3.1.3.4 Para pekerja yang mengerjakan pekerjaan beton harus :a) Memakai baju kerja yang pas, sarung tangan, helm, kaca mata pengaman dan sepatu yang cocok, bila perlu untuk mencegah bahaya dipakai alat pelindung pernafasan (respirator) b)Badan harus tertutupcsebanyak mungkinc)Mencegah semen dan beton bersentuhan kulitd)Sering dicuci dan diberi salep yang sesuai pada bagian tubuh yang terbuka3.1.3.5 Bila pekerjaan menggunakan semen, kapur dan bahan-bahan lain yang berdebu atau menggunakan mesin penghancur atau penghalus yang digunakan pada tempat yang tertutup :a) Ruangan harus berventilasi yang cukupb)Tindakan pencegahan harus diambil untuk mencegah debu-debu berterbangan3.1.3.6 Beton tidak boleh mengandung material yang dapat mempengaruhi keadaannya, melemahkan atau merusakkan besi.3.1.3.7Selama pengeceron papan acuan dan penumpunya harus dicegah terhadap kerusakan.3.1.3.8Bila beton mulai mengeras, maka harus dilindungi terhadap arus air yang mengalirkan bahan-bahan kimia dan getaran3.1.3.9Tidak boleh meletakkan beban di atas beton yang sedang mengeras

3.1.4 Tata Laksana Aspek K3 Pekerjaan Konstruksi Baja3.1.4.1Sebelum pekerjaan konstruksi baja di mulai para pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) yang dipersyaratkan yaitu safety shoes, helmet, safety glass.

3.1.4.2Di upayakan agar keselamatan dari para pekerja konstruksi baja di jamin cara-cara yang layak dengan penyediaan dan pemakaian :a) Tanggab) Gangc) Peralatan kerja tetapd) Pelataran kerja (platform) baik pengangkut, kursi pengawas dan alat-alat lain yang digantung pada alat pengangkute)Jala (jaring) pengaman penahan orang jatuh atau pelataran3.1.4.3Bangunan konstruksi baja tidak boleh dikerjakan sewaktu ada angin kencang atau dalam keadaan licin3.1.4.4Jika diperlukan untuk mencegah bahaya, bagian-bagian konstruksi baja harus dilengkapi dengan peralatan untuk perancah gantung, tali pengaman atau sabuk pengaman dan cara-cara pengaman yang lain3.1.4.5Bagian-bagian konstruksi baja yang harus dipasang pada tempat sangat tinggi, agar di sahakan supaya perakitannya dilakukan di atas tanah.3.1.4.6Sewaktu bagian konstruksi baja sedang dididirikan, daerah yang di bawah tempat kerja tersebut harus dijaga atau dipagari3.1.4.7 Peralatan yang memadai dan cocok (memenuhi syarat) harus dipakai untuk menaikkan/menurunkan bagian-bagian konstruksi baja.3.1.4.8Bagian-bagian konstruksi baja tidak boleh ditarik dengan paksa sewaktu diangkat, jika dilakukan maka dapat menimbulkan bahaya3.2 Tata Laksana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana Bangunan3.2.1 Tata Laksana Aspek K3 Perancah Bangunana.Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan secara aman di ketinggianb. Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh :- Pengawas yang ahli dan bertanggung jawab- Orang-orang yang ahlic. Perancah harus di hitung dengan faktor pengaman (factor safety) sebesar 4 kali beban maksimald.Perancah harus di beri tangga pengaman untuk tempat berjalan dan lain-lain fasilitas yang aman.e.Perancah harus cukup diberi penguat (braced)f.Perancah yang tidak bebas harus dikaitkan ke bangunan dengan sistem jepit yang kuat dengan jarak tertentu.g.Perancah tidak boleh terlalu tinggi di atas angker yang tertinggi, karena dapat membahayakan kestabilan dan kekuatannyah.Pemeriksaan dan pemeliharaan perancah :1. Setiap bentuk perancah harus diperiksa sebelumnya oleh orang yang berwenang untuk meyakinkan :a. Dalam kondisi yang stabilb. Bahan yang dipakai tidak rusakc. Cukup baik untuk digunakan, dand. Sudah diberi pengaman2.Setiap bagian dari perancah harus diperiksa sebelum dipasang3. Perancah tidak boleh sebagian dibuka dan ditinggal terbuka, kecuali kalau hal ini tetap menjamin keselamatani.Penggunaan perancah :1.Kejutan gaya yang besar tidak boleh dibebankan kepada perancah2.Bila perlu untuk mencegah bahaya, muatan yang diangkat naik dikendalikan dengan tali yang dikaitkan ke muatan, untuk mencegah muatan beradu dengan perancah3.Distribusi gaya muatan untuk perancah harus merata, untuk mencegah bahaya dan menjaga keseimbangan4.Dalam penggunaan perancah harus dijaga bahwa beban atau gaya muatan tidak boleh melebihi kapasitas yang ditentukan (over loaded)5.Perancah tidak boleh dipakai untuk menyimpan bahan-bahan kecuali bahan yang segera dipakai6.Tenaga kerja tidak boleh bekerja di dekat bangunan perancah sewaktu angin kencang.7.Untuk menjaga kerusakan, bahan-bahan perancah harus dipasang dengan hati-hatij.Pelataran tempat kerja perancah (platform) :1.Semua perancah dimana tenaga kerja berada harus dilengkapi dengan platform untuk bekerja2.Bagian-bagian dari peralatan untuk bekerja tidak boleh di tunjang oleh batu bata, pipa-pipa bahan bongkaran, atau bahan-bahan lain yang tidak semestinya.3.Pelataran tempat bekerja tidak boleh digunakan sebelum betul-betul selesai dan diberi pengaman yang baik4.Pelataran harus paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 cm dari sisi dinding bangunan5.Pelataran harus cukup lebar dan kuat sesuai dengan pemakaian, pada setiap bagian harus tidak terhalang dan minimal selebar 60 cm.6.Setiap pelataran tempat bekerja di atas 2 m dari tanah, harus dipasang papan yang rapat.

3.2.2 Tata Laksana Aspek K3 Pekerjaan Plumbing Pekerjaan plumbing merupakan pekerjaan yang terkait dengan pendistribusian air Saat pendistribusian air ke tempat-tempat yang dikehendaki sebaiknya dengan menggunakan tekanan yang cukup Setiap instalasi plumbing yang digunakan harus memiliki pengesahan penggunaan instalasi Setiap instalasi plumbing harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian sesuai dengan ketentuan.

3.2.3Tata Laksana Aspek K3 Peralatan Bangunan3.2.3.1 Tata Laksana Aspek K3 Lift Barang dan Lift Orang Mesin dan konstruksinya harus memenuhi Standar Nasional Indonesia yang berlaku. Apabila lift akan bergerak, rem membuka dengan tenaga magnet listrik dan harus dapat memberhentikan mesin secara otomatis pada saat arus listrik putus. Mesin harus dilengkapi dengan rem yang bekerja dengan tenaga pegas. Bangunan kamar mesin harus kuat, bebas air dan dibuat dari bahan tahan api sekurang-kurangnya 1 (satu) jam. Luas kamar mesin harus sekurang-kurangnya 1,5 (satu koma lima) kali dari luas ruang luncur dan tinggi sekurang-kurangnya 2,2 (dua koma dua) meter kecuali Untuk lift perumahan atau rumah tinggal. Kamar mesin harus mempunyai penerangan dan ventilasi yang cukup sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kamar mesin harus dilengkapi jalan masuk dengan membuka arah ke luar dan dapat dikunci serta tahan api sekurang-kurangnya 1 (satu) jam serta mempunyai ukuran pintu sekurang-kurangnya lebar 0,7 (nol koma tujuh) meter dan tinggi 2 (dua) meter. Mesin, alat pengendali kerja dan peti hubung bagi listrik harus dipasang dalam kamar mesin. Setiap kamar mesin harus dilengkapi dengan alat pemadam api ringan jenis kering dengan kapasitas sekurang-kurangnya 5 (lima) kg. Tali baja penarik bobot imbang dan governor harus kuat, luwes, tidak boleh terdapat sambungan dan semua utas tali seragam dari satu sumber yang sama. Tali baja harus mempunyai angka faktor keamanan untuk kecepatan lift sebagai berikut: a. 20 (dua puluh) meter per menit sampai dengan 59 (lima puluh sembilan) meter per menit sekurang-kurangnya 8 (delapan) kali kapasitas angkut yang diijinkan. b. 59 (lima puluh sembilan) meter per menit sampai dengan 90 (sembilan puluh) meter per menit sekurang-kurangnya 9,5 (sembilan koma lima) kali kapasitas angkut yang diijinkan. c. 105 (seratus lima) meter per menit sampai dengan 180(seratus delapan puluh) meter per menit sekurang-kurangnya 10,5 (sepuluh koma lima) kali kapasitas angkut yang diijinkan. d. 210 (dua ratus sepuluh) meter per menit sampai dengan 300 (tiga ratus) meter per menit sekurang-kurangnya 11,5 (sebelas koma lima) kali kapasitas angkut yang diijinkan. e. 300 (tiga ratus) meter per menit atau lebih sekurang-kurangnya 12 (dua belas) kali kapasitas angkut yang diijinkan. Garis tengah tali baja penarik kereta dan bobot imbang harus sekurang-kurangnya10 (sepuluh) mm, kecuali untuk lift pelayan. Tali penarik kereta dan bobot imbang tidak boleh digunakan rantai. Lift tarikan gulung harus menggunakan sekurang-kurangnya 2 (dua) tali baja penarik, dan lift tarikan gesek sekurang-kurangnya 3 (tiga) tali baja kecuali untuk lift pelayan. Selain peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), kereta lift harus dilengkapi dengan: a. Ventilasi dan penerangan sekurang-kurangnya 2 (dua) buah lampu yang dihubungkan parallel dan memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja; b. Tombol tekan atau saklar atau peralatan yang sejenis di atas atap kereta untuk penerangan, menghentikan atau menjalankan lift; c. Lampu penerangan darurat; d. Panel operasi yang memuat: 1) Nama pembuat atau merk dagang kecuali jika diatur sendiri; 2) Kapasitas beban maksimal dalam satuan kg atau orang; 3) Rambu dilarang merokok dan petunjuk lainnya bagi pemakai; 4) Indikasi beban lebih dengan tulisan dan signal visual; 5) Tombol pintu buka dan pintu tutup; 6) Tombol permintaan lantai pemberhentian. 7) Tombol bel alarm dan tanda bahaya. 8) Intercom komunikasi dua arah. e. Penerangan buatan di bawah lantai kereta, kecuali telah tersedia penerangan pada lekuk dasar ruang luncur. f. Petunjuk posisi kereta pada lantai tertentu.

3.2.3.2 Tata Laksana Aspek K3 Instalasi Listrik Instalasi listrik harus memenuhi PUIL, 2000

3.2.3.3 Tata Laksana Aspek K3 Instalasi Penyalur Petir Susunan sarana penyalur petir terdiri dari penerima, penghantar penurunan, elektroda bumi termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan satu kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan menyalurkan ke bumi Sebelum instalasi penyalur petir dipasang, maka harus mengajukan permohonan pengesahan ke dinas tenaga kerja Kota Surabaya Pemasangan instalasi penyalur petir di tempat kerja harus dilaksanakan oleh instalatir yang telah memiliki surat izin operasi Melakukan pengujian instalasi ke pengawas ketenagakerjaan

3.3. Tata Laksana Penilaian Resiko Dalam Rangka Pengendalian Infeksi Untuk Pekerjaan Konstruksi dan Renovasi (ICRA)3.3.1 Langkah 1Gunakan tabel berikut , identifikasi type aktifitas konstruksi (Tipe A D)Tipe AAktivitas Inspeksi dan Non InvasiveTermasuk : Penggantian genteng sampai seluas 50 square feet Pengecetan Memasang wall paper, membenarkan aliran listrik, membenarkan saluran air, dan aktivitas yang tidak menimbulkan debu

Tipe BSkala kecil, aktivitas singkat dan debu minimalTermasuk : Instalasi telepon dan pemasangan kabel computer Acces to chase space Memecah tembok atau atap dimana debu bisa dikendalikan

Tipe CPekerjaan yang menimbulkan debu sedang hingga tinggi atau memerlukan pemindahan benda-benda yang ada di gedung, termasuk : Menyemen dinding Mengganti lantai, genteng Konstruksi dinding baru Membenahi listrik di atas atap Mengerjakan pemasangan kebel mayor Aktifitas yang tidak mungkin diselesaikan dalam satu kali ganti jaga (7 jam)

Tipe DMajor demolition and Construction projectsTermasuk : Aktifitas yang membutuhkan waktu lebih dari satu kali jaga Mengganti system kabel secara lengkap Konstruksi baru

3.3.2 Langkah 2Gunakan tabel berikut, identifikasi kelompok risiko pasien yang akan terkena dampak, jika lebih dari satu kelompok risiko akan terkena dampak, pilih kelompok yang lebih tinggi.Pengendalian Infeksi Penilaian Risiko (Lingkaran Satu)

Rendah Medium Menengah-tinggi Tinggi

Daerah kantor Lainnya: Semua daerah perawatan pasien (kecuali dinyatakan dalam media ke daerah-daerah berisiko tinggi atau tinggi) Lainnya: Ruang Gawat Darurat Radiologi / MRI Buruh & Pengiriman Pembibitan Pediatri Kedokteran Nuklir Penerimaan / Unit Discharge Fisioterapi (daerah tangki) Makan Fasilitas Laboratorium (spesimen) Prosedur Khusus Lainnya: Pasien Transplantasi Kamar operasi PACU Area Pengolahan Steril Semua ICU Katerisasi jantung / Angiography di Area Fungsi paru Unit dialisis Area Endoskopi Area Farmasi Campuran Unit Onkologi Lainnya:

3.3.3 Langkah 3Cocokkan :Kelompok risiko pasien (rendah, sedang, tinggi, paling tinggi) dengan rencana Tipe Konstruksi (A, B, C, D) pada matrix berikut untuk menemukan kelas precaution (I, II, III, atau IV) atau level aktifitas pengendalian infeksi yang diminta. Kelas I IV atau colour-code precautions akan dijelaskan pada halaman selanjutnya.IC Matrix-Class of Precautions : Construction Project by Patient RiskPatien Risk GroupType AType BType CType D

Low Risk GroupIIIIIIII/IV

Medium Risk GroupIIIIIIIV

High Risk GroupIIIIII/IVIV

Highest Risk GroupIIIII/IVIII/IVIV

Catatan :Perlu adanya persetujuan dari tim penilai bila konstruksi dan level risiko berada di kelas III atau kelas IV, diperlukan prosedur pengendalian.Penjelasan dari ketentuan Infection Control Precaustions berdasarkan dari jenis kelas adalah sebagai berikut :Selama proses konstruksi dan setelah proses konstruksi selesaiKelas I1. Minimalkan debu dari konstruksi yang dikerjakan2. Segera ganti atap jika letaknya sudah tidak sesuai

Kelas II1. Cegah infeksi karena udara berdebu2. Basahi permukaan kerja dengan air untuk mengendalikan debu saat membongkar gedung3. Kunci pintu-pintu yang tidak digunakan dengan duct tape4. Halangi dan tutup ventilasi udara5. Letakkan keset debu di pintu masuk dan keluar area kerja6. Pindahkan atau jauhkan system HVAC dari area kerja1, Bersihkan permukaan kerja dengan desinfektan2. Tutup limbah konstruksi sebelum diangkut dalam wadah yang tertutup rapat3. Pel basah dan atau vakum dengan HEPA filter sebelum meninggalkan area kerja4. Pindahkan system HVAC dari area kerja

Kelas III1. Pindahkan atau jauhkan system HVAC dari area kerja untuk mencegah kontaminasi sistem duktusPasang penghalang debu seperti sheetrock, plywood, plastic, untuk menutup area kerja dengan area non kerja sebelum melakukan konstruksi2. Pasang penghalang debu seperti sheetrock, plywood, plastic, untuk menutup area kerja dengan area non kerja sebelum melakukan konstruksi3. Jaga tekanan udara negative dalam area kerja dengan menggunakan HEPA4. Tutup limbah konstruksi sebelum diangkut dalam wadah yang tertutup rapat5. Tutup troli angkutan dengan rapat1. Jangan pindahkan penghalang debu dari area kerja sampai ada petugas yang berwenang melakukan inspeksi2. Pindahkan material dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan debu terkait konstruksi3. Vacuum area kerja dengan HEPA filter4. Pel basah area kerja dengan desinfektan5. Pindahkan system HVAC dari area kerja

Kelas IV1. Jauhkan system HVAC dari area kerja untuk mencegah kontaminasi system duktus2. Pasang penghalang debu seperti sheetrock, plywood, plastic, untuk menutup area kerja dengan area non kerja sebelum melakukan konstruksi3. Jaga tekanan udara negative dalam area kerja dengan menggunakan HEPA4. Tutup lubang-lubang, saluran, pipa, celah dengan benar5. Bangun anteroom dan minta semua personil melewati anteroom sehingga mereka bisa di vakum menggunakan HEPA sebelum meninggalkan area kerja atau mereka dapat memakai baju atau kain kertas yang menutupi yang dapat diganti setiap mereka meninggalkan area kerja6. Semua personil yang memasuki area kerja diminta menggunakan pelindung sepatu.Pelindung sepatu harus diganti setiap pekerja keluar area kerja7. Jangan pindahkan penghalang debu dari area kerja sampai proses konstruksi di inspeksi oleh Tim 1. Pindahkan material dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan debu terkait konstruksi.2. Tutup limbah konstruksi sebelum diangkut dalam wadah yang tertutup3. Tutup troly angkutan dengan rapat4. Vacuum area kerja dengan HEPA filter5. Pel basah area dengan desinfektan6. Pindahkan system HVAC dari area kerja

3.3.4 Langkah 4Identifikasi area sekitar proses konstruksi, acces potensial dampakUnit di bawahUnit di atasSamping KiriSamping KananBelakangDepan

Kelompok RisikoKelompok RisikoKelompok RisikoKelompok RisikoKelompok RisikoKelompok Risiko

3.3.5 Langkah 5Identifikasi ruang khusus, contoh ruang pasien, ruang medikasi dll

3.3.6 Langkah 6Identifikasi isu terkait : ventilasi, saluran air, listrik seandainya ada gangguan

3.3.7 Langkah 7Indentifikasi penghalang debu apa yang digunakan (Contoh penghalang tembok), apakah diperlukan HEPA Filter ?3.3.8 Langkah 8Pertimbangkan potensial risiko kerusakan air. Apakah ada risiko terkait struktur bangunan (contoh : tembok, atap, plafon)

3.3.9 Langkah 9Jam kerja : Bisakan konstruksi dilakukan diluar jam perawatan pasien ?

3.3.10 Langkah 10Apakah plan membutuhkan rungan isolasi atau aliran udara negative

3.3.11 Langkah 11Apakah plan membutuhkan tempat cuci tangan (hanwashing sinks)

3.3.12 Langkah 12Apakah staf pengendalian infeksi setuju dengan jumlah minimal tempat cuci tangan untuk proses ini.

3.3.13 Langkah 13Apakah staf pengendalian infeksi setuju dengan plan kebersihan ruangan ?

3.3.14 Langkah 14Plan untuk membicarakan isu berikut terkait proses, contoh alur lalu lintas, housekeeping, menghilangkan kotoran atau debu (bagaimana dan kapan)

BAB IVDOKUMENTASI

Dokumentasi panduan K3 Konstruksi yaitu :1. Penilaian Resiko Dalam Rangka Pengendalian Infeksi Untuk Pekerjaan Konstruksi dan Renovasi (ICRA)

117