Pancoast Tumour

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

Kanker telah menjadi penyebab salah satu kematian utama di seluruh dunia. Tingkat kejadian dan beban kanker semakin besar. Secara global, kematian akibat kanker melebihi jumlah penderita AIDS, malaria, dan tuberculosis. Di Negara maju seperti Amerika Serikat kanker menduduki peringkat ke-2 penyebab kematian di bawah penyakit jantung. Sedangkan di Indonesia sendiri kanker telah menjadi penyebab kematian ke-7 tersering menurut data Departemen Kesehatan. World Cancer Report bahkan telah mengatakan bahwa kanker akan menjadi penyebab kematian utama di dunia. Melihat perkembangan kanker yang begitu pesat, kita harus mewaspadai kanker dan memberikan perhatian lebih padanya. Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang kesehatan yang begitu pesatnya, kita dapat lebih banyak berbuat dalam mencegah ataupun mengetahui secara dini keberadaan kanker tersebut. Salah satu metode untuk mendiagnosa kanker paru adalah dengan pemeriksaan radiologis. Dengan gejala, posisi, dan imejing yang cukup khas makan kita dapat mengenali lebih baik tumor tersebut melalui pembahasan yang akan dilakukan berikutnya. Dalam sekian banyak jenis kanker paru, terdapat satu jenis tumor yang memiliki spesifitas yang cukup yakni Tumor Pancoast. Dengan posisi yang spesifik pada apex paru, tumor Pancoast memiliki tanda-tanda khas berupa destruksi iga, juga dapat menimbulkan gejala-gejala lain seperti TOS (Thorakal Outlet Syndrome). Sindrom Horner juga dapat terlihat pada penderita tumor1

Pancoast. Gejala-gejala yang umumnya terdapat pada penderita kanker paru seperti batuk kronis, nyeri, jarang sekali terdapat pada penderita tumor Pancoast sehingga diagnosa klinis tumor Pancoast sering kali menuju ke aras kelainan neurologis atau muskuloskeletal sebelum melihat gambaran radiologis. Oleh karena itu gambaran radiologis memegang peranan penting pada konfirmasi diagnosa penyakit ini.

2

BAB II PANCOAST TUMOR

TUMOR PRIMER MALIGNATumor primer adalah tumor yang tumbuh pada suatu daerah anatomis tubuh dimana tempat tersebut merupakan awal mula pertumbuhan tumor itu dan mulai menghasilkan masa kanker. Pembagian-pembagian tumor paru secara garis besar dibagi atas: 1. Tumor maligna Antara lain Karsinoma (small cell carcinoma, karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, dan large cell carcinoma), tumor karsinoid, karsinoma sistik adenoid, tumor mukoepidermoid, dan lain-lain 2. Tumor jinak Antara lain hamartoma, kista paru, angioma, dan lain-lain 3. Tumor metastasis Keganasan di tempat lain dapat bermetastasis ke paru-paru, baik secara hematogen, ataupun limfogen Karsinoma adalah jenis terbanyak dalam tumor paru primer maligna. Angka kematian dari penyakit ini adalah 35000 per tahunnya di Inggris dan Wales. Paling sering menyerang pria. Pada wanita karsinoma paru ini menempati urutan ke-4 setelah kanker payudara, kolon dan kulit, tetapi insidennya terus meningkat.

3

Pembagian karsinoma paru berdasarkan patologinya dengan persentasenya masing-masing: Tipe Karsinoma sel skuamosa Adenokarsinoma (termasuk bronkioalveolar) Small cell (oat cell) Large cell % 50 20 20 10

Semua tipe di atas lebih sering didapatkan pada perokok, terutama karsinoma sel skuamosa dan small cell. Mayoritas karsinoma muncul di perifer paru, distal dari pembagian bronkus segmental, dan menyebar secara sentripetal. Lesi-lesi yang tetap berada di perifer mempunyai prognosis yang lebih baik. Tomografi tidak dapat membedakan jinak atau ganasnya lesi. Pemeriksaan ini berguna untuk membedakan kavitas atau kalsifikasi, dan yang terutama adalah memastikan keterlibatan kelenjar-kelenjar di hilus dan mediastinum. CT scan lebih akurat dalam menentukan keterlibatan mediastinum. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan mediastinum yang tidak normal, belum tentu inoperable, karena pembesaran kelenjar bisa diakibatkan oleh berbagai perubahan. Dalam hal ini perlu dilakukan mediastinoskopi, tetapi pemeriksaan ini hanya menjangkau daerah-daerah tertentu. Jika dilakukan pemeriksaan CT scan, adrenal biasanya juga diperiksa karena merupakan tempat metastasis tersering. Diagnosis karsinoma paru biasanya dimulai dari gambaran radiologi dada yang abnormal meskipun pada sebagian kecil kasus, gambaran foto thorax masih normal setelah diagnosis ditegakkan dengan bronkoskopi atau pemeriksaan lain.

4

PANCOAST TUMORI. Definisi Pancoast Tumor adalah tumor primer pada paru yang menduduki posisi apex pada salah satu paru, kiri atau kanan. Disebut juga sebagai tumor paru sulcus superior, ditemukan oleh Henry Pancoast seorang radiolog pada tahun 1932. Tumor Pancoast berasal dari batas atas paru. Tumor tersebut akan membentuk jaringan abnormal di apex paru yang akan lebih nyata menginvasi dinding dada serta struktur di sekitarnya, dibandingkan dengan struktur paru itu sendiri. Karsinoma di sulcus superior paru akan menyebabkan Pancoast Syndrome yang ditandai dengan nyeri pada daerah bahu dan menjalar sepanjang persarafan saraf Ulna pada lengan, atrofi lengan, sindroma Horner, serta kompresi pada pembuluh darah yang dapat disertai dengan edem. Tumor Pancoast akan menginvasi struktur di sekitarnya seperti : jaringan limfe, plexus brachialis, nervus intercostalis serta iga itu sendiri, serta saraf simpatis yang keluar di daerah sekita tumor. Pancoast Tumor sebagian sebagian besar oleh NSLC dengan variasi oleh squamous cell carcinoma dan adenocarcinoma. SLC hanya sedikit sekali dijumpai pada tumor ini (3-5%). II. Etiologi Faktor resiko tumor pancoast sama dengan penyebab kanker paru pada umumnya seperti merokok, paparan asap, asbes serta bahan-bahan kimia ataupun industri lainnya.

5

III. Frekuensi Tumor Pancoast lebih jarang dijumpai dibandingkan kanker paru lainnya. Pada kasus-kasus terakhir, kemunculan tumor Pancoast bervariasi dari 1 3% dari seluruh kanker paru. Masalah utama pada tumor Pancoast adalah keterlambatan dalam diagnosis. Kanker pada apex paru tidak dapat digambarkan pada radiografi dada awal dan pada saat pasien menunjukkan gejala, tumor telah hamper selalu menginvasi struktur sekitarnya. Selain itu, gejala yang dihasilkan oleh gangguan dapat meniru bermacam-macam gangguan neurologis atau musculoskeletal, sehingga menunda diagnosa. IV. Patofisiologi Massa di sulkus superior adalah perluasan dari tumor paru-paru, yang sebagian besar terletak di luar paru-paru dan melibatkan dinding dada, saraf, batang bawah pleksus brakialis, rantai simpatis, ganglion stellata, rusuk, dan tulang. Kebanyakan dari tumor Pancoast adalah squamous cell carcinoma atau adenocarcinoma. Hanya 3 5% yang merupakan small cell carcinoma. Karsinoma sell skuamous terjadi lebih sering, walaupun tipe sel yang besar dan tidak terdiferensiasi juga sering. Adenocarcinoma kadang-kadang ditemukan di lokasi ini dan dapat pula merupakan metastasis. Keterlibatan dari nervus phrenicus atau nervus laringeus rekurens atau obstruksi vena cava superior tidak mewakili gambara tumor Pancoast klasik. V. Gejala Gejala-gejala yang dihasilkan tumor Pancoast menyerupai penyakitpenyakit neurogenik dan mukuloskeletal sehingga tidak jarang penyakit ini diobati sebagai penyakit musculoskeletal seperti bursitis. Gejala awal yang biasa dijumpai adalah nyeri lokal pada daerah bahu atau daerah skapula yang dekat dengan vertebra. Penjalaran sakit kemudian dapat berlanjut sepanjang persarafan nervus Ulnaris meliputai lengan sebelah dalam, siku, sampai ke jari kelingking dan jari manis (C8). Sakit yang dirasakan6

berlansung terus menerus dan biasanya memerlukan narkotika untuk meringankan nyeri. Penderita sering harus menopang sikut yang sakit dengan tangan yang sehat untuk mengurangi penekanan pada bahu dan lengan atas. Jika tumor telah mengenai saraf simpatis dan ganglion stelata maka dapat menyebabkan sindroma Horner dan anhidrosis pada muka ipsilateral. Sindrom Horner ditandai dengan :

kelopak mata terkulai (ptosis), tidak adanya keringat (anhidrosis), tenggelamnya bola mata (enophthalmos), dan kontraksi pupil mata (miosis)

Lengan dapat menjadi lemah dan atrofi serta timbul parasthesia. Dapat dijumpai pula hilangnya refleks triceps. Bila tumor mejalar sampai ke kanalis spinalis, maka dapat menyebabkan kompresi pada korda spinalis yang dapat menyerupai gejala-gejala pada tumor korda spinalis dan penyakit pada diskus servikalis. Kemiripan gejala dengan sindrom saluran keluar toraks (Thoracic Outlet Syndrome) dan penyakit diskus servikalis sering dijumpai pada awal masa gejala klinis. Paraplegi dapat terjadi apabila tumor telah berkembang sampai ke foramen intervertebra. Sindrom paraneoplastic dapat dijumpai pula, namun jarang, pada pasien. Kelainan metabolic pada pasien adalah hasil sekresi endokrin dari tumor itu sendiri. Manifestasinya dapat berupa Cushing Syndrome, sekresi berlebih hormone antidiuretik, hiperkalsemia, miopati, kelainan darah, dan hipertropik osteoarthropati. Gejala-gejala umum kanker paru seperti batuk, dispnea, hemoptisis, dan nyeri dada tidak umum dijumpai pada penderita tumor Pancoast. Dijumpainya gejala-gejala ini sering kali menunjukan bahwa penyakit sudah dalam tahap lanjut. Juga jarang dijumpai tetapi dapat dijumpai pada beberapa kasus, yakni7

adanya penekanan pada nervus laringeus rekuren yang menghasilkan suara serak serta sindrom superior vena cava yang dapat menyebabkan edem pada muka, cianosis, dan dilatasi vena di leher serta muka. VI. Diagnosis Sangat jarang sekali, pemeriksaan sitologi pada sputum pasien dapat membantu. Pada awalnya, tumor Pancoast didiagnosa secara histologis menggunakan hasil dari biopsi transthoracic needle. Diagnosa melalu bronchoscope tidak terlalu membantu karena sebagian besar dari tumor ini terletak perifer. Teropong yang fleksibel lebih membantu dibandingkan dengan yang kaku dalam mendapatkan aspirasi bronkoskopi dan ambilan specimen biopsi. Pemeriksaan hati, tulang, dan otak dilakukan untuk menentukan keberadaan dari ada tidaknya metastasis. Walaupun lebih dari 90% pasien dapat didiagnosa dengan tepat berdasarkan klinis dan penemuan radiologis , biopsy dari itumor untuk pemeriksaan patologi dapat dilakukan melalu insisi supraclavicula. Hasil dari biopsy jarum melalui supraclavicula atau segitiga posterior juga berhasil memastikan diagnosa dan menggambarkan tipe sell sebelum pengobatan. Walaupun diagnose klinis relatif sederhana, biopsy jaringa masih perlu dilakukan. VII. Staging Staging ditentukan oleh lokasi lesi dan metastasis tersebut. CT dan MRI jaringan otak disarankan untuk dilakukan karena tidak jarang terjadi metastasis ke otak dan diagnosis dari adanya lesi di otak penting dalam menentukan staging tumor. Staging tumor juga bisa didapatkan dari biopsi nodus limfatikus di leher yang teraba, atau dapat juga dilakukan mediastinoskopi. Pemeriksaan tulang dan hati juga dilakukan untuk menentukan penyebaran tumor. PET (Positron Emission Tomography) juga dapat dilakukan dalam membantu indentifikasi nodus limfatikus yang terkena dan seberapa jauh penyebaran dari kanker.

8

Tumor Pancoast sejati biasanya T3, yang menggambarkan perluasan tumor melalui pleura visceral ke dalam pleura parietalis dan dinding dada. Tumor Pancoast diklasifikasikan sebagai T4 ketika menginvasi mediastinum, menginvasi serviks, atau keduanya telah terjadi. Metastasiss perifer merupakan sinyal prognosis buruk, dan operasi merupakan kontraindikasi dalam kasus tersebut. Mediastinoskopi digunakan dalam staging untuk melukiskan metastase ke kelenjar getah bening mediastinum. Mediastinoskopi serviks diindikasikan untuk lesi pada paru kanan; suatu prosedur Chamberlain (mediastinoskopi kiri interpasial) diindikasikan untuk lesi pada paru kiri. Umumnya, mediastinoskopi dilakukan jika kelenjar getah bening terlihat lebih besar dari 1 cm pada CT scan karena keakuratan hasil CT scan untuk memprediksi keterlibatan metastasis pada kelenjar getah bening yang membesar hanya 70%. Sebaliknya, jika CT scan tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening, pasien dianggap dapat dioperasi. Jika nodul dalam mediastinum terbukti positif, maka prognosisnya buruk. Pengecualian terhadap aturan ini adalah lesi lobus atas dengan nodul positif pada sisi kanan trakea saja. Jika terdapat pada ruas ini, penyebaran dianggap lokal, dan tumor tersebut masih dapat dioperasi. 5 year survival rate (%) Stage IA IB IIA IIB IIB IIIA IIIB IV TNM T1N0M0 T2N0M0 T1N1M0 T2N1M0 T3N0M0 T3N1M0 T1-2-3N2M0 T4N0-1-2M0 T1-2-3-4N3M0 TN-M1 Clinical Stage 61 38 34 24 22 9 13 7 3 1 Surgical-PA Stage 67 57 55 39 38 25 23