1
FOKUS OTOMOTIF BACA BESOK! Tema: Hybrid yang Hijau dan Mahal Menurut Ktut, rata-rata tetangganya memiliki anjing dua hingga tiga ekor. Kondisi serupa juga dijumpai di Ban- jar Satria, Kelurahan Pendem, Kecama- tan Negara, Kabupaten Jembrana. Salah satu warga, Ni Ketut Murni, mengaku sudah memelihara anjing sejak lama. “Anjing saya yang dulu mati. Yang ini saya dapat dari saudara,” tuturnya. Anjing memang sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat Bali. Se- lain berfungsi sebagai penjaga rumah, anjing jenis tertentu juga menjadi salah satu bahan pembuatan sesajen (caru) dalam upacara keagamaan. Selain itu, sosok anjing juga dikenal dalam mitologi Hindu, Mahabharata. Pada penggalan kisahnya diceritakan, lima tokoh Pandawa melakukan per- jalanan terakhir ke puncak Himalaya. Sebelum sampai di puncak, satu per satu dari mereka meninggal dalam perjalanan. Hanya Yudistira yang ber- tahan hidup, didampingi seekor anjing yang setia. Sesampainya di puncak, Yudistira dijemput Dewa Indra dengan kereta kencananya untuk memasuki surga. Yudistira menolak masuk surga karena sang anjing tidak diizinkan ikut. Setelah bernegosiasi, akhirnya anjing yang setia itu diperbolehkan menyertai Yudistira masuk ke surga. “Kisah itu mengajarkan kepada kita untuk selalu menyayangi binatang,’’ ujar Ketua Parisada Hindu Dharma In- donesia, I Gusti Ngurah Sudiana. Ia menambahkan, kebersamaan an- jing dan penduduk Bali sudah terjadi sejak lama. Menurut Sudiana, Bali memiliki be- berapa jenis anjing lokal. Salah satunya jenis kintamani. Yang satu ini diakui dunia internasional sebagai salah satu ras anjing. Warga Bali meyakini anjing lokal bukan penyebab munculnya rabies. Identikasi melalui pemeriksaan labo- ratorium menunjukkan virus rabies itu berasal dari anjing asal Flores. Pengendalian rabies dengan meng- eliminasi anjing sempat menjadi dilema. Di satu sisi, masyarakat Bali sangat sayang pada anjing, tapi di sisi lain mereka harus mencegah penularan pe- nyakit mematikan itu. “Eliminasi boleh, asalkan dilakukan pada hewan-hewan yang sakit. Yang sehat jangan dibunuh karena mereka juga punya hak hidup,” ujar Sudiana. (Nik/N-3) JIKA ada penggolongan penya- kit dengan tingkat kematian tertinggi dalam waktu tercepat, barangkali rabies menduduki peringkat satu. Tingkat ke- matian yang ditimbulkannya nyaris 100%. Sejauh ini, di dunia, tercatat baru empat orang yang lolos dari maut setelah terkena ra- bies. ‘’Rabies bersifat fatal, selalu diakhiri dengan kematian bila tidak ditangani dan diobati dengan baik,’’ ujar Dirjen Pen- gendalian Penyakit dan Pe- nyehatan Lingkungan Tjandra Yoga Aditama dalam acara peringatan Hari Rabies Sedunia 2010 di Badung, Bali, Jumat (29/10). Penyakit ini ditularkan me- lalui gigitan hewan penular rabies (HPR), yakni anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Di Indonesia, 98% kasus ra- bies ditularkan akibat gigitan anjing dan 2% adalah akibat gigitan kucing dan kera. Perjalanan penyakit dimu- lai dari gigitan HPR. Virus yang terkandung da- lam ludah HPR menempel pada luka, kemudi- an menyusuri serabut-serabut saraf menuju otak. Di otak, virus memperban- yak diri dan kembali menyebar ke seluruh organ, juga melalui jalur saraf. Saat virus sampai di otak, gejala mulai tampak. Biasanya diawali dengan demam, nyeri kepala, sulit menelan, kemudian keluar ludah berlebih (hipersa- livasi), takut air, peka terhadap angin, suara, dan cahaya, diak- hiri kematian. Meski tingkat kematiannya tinggi, kefatalan itu sebenarnya bisa dicegah dengan cara meng- hambat perjalanan virus sampai di otak. Untuk pertolongan pertama, cuci luka baru dengan sabun/deterjen menggunakan air mengalir selama 10–15 me- nit, kemudian beri desinfektan atau antiseptik. ‘’Virus pada luka mudah mati oleh deterjen,’’ imbuh Tjandra. Langkah itu perlu dilanjutkan dengan berobat ke puskesmas atau RS. Petugas kesehatan akan mengevaluasi perlu tidaknya pemberian vaksin antirabies (VAR). VAR diberikan bila hasil evaluasi menunjukkan anjing yang menggigit adalah anjing rabies. VAR berfungsi mem- bunuh virus sebelum sampai ke otak. Untuk kasus luka yang lebih serius, digunakan serum antirabies (SAR). Di Indonesia, rabies pada hewan sudah ditemukan sejak 1884. Kasus rabies pada ma- nusia pertama kali ditemukan pada 1894 di Jawa Barat. Saat ini rabies endemis di 24 propinsi dengan kasus rabies pada ma- nusia tertinggi adalah Provinsi Bali, Sumatra Utara, Maluku, dan NTT. Adapun sembilan provinsi masih dinyatakan bebas rabies yaitu Bangka Be- litung, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogya- karta, Jawa Timur, NTB, Papua, dan Papua Barat. Data di Asia menyebutkan, rabies menyebabkan 20 ribu-30 ribu kematian per tahun, China rata-rata 2.500 kematian per tahun, Vietnam 9.000 kematian per tahun, Filipina 200–300 ke- matian per tahun, dan Indonesia selama 4 tahun terakhir rata-rata 143 kematian per tahun. Pada 2010, pengendalian rabies di Indonesia antara lain dilakukan dengan penyediaan VAR, pelatihan bagi petugas kesehatan di 24 provinsi, dan penyuluhan. Untuk Bali, upaya yang telah dilakukan yaitu membentuk 43 rabies center, pelatihan bagi petu- gas kesehatan puskesmas dan RS di seluruh kabupaten/kota, penyediaan VAR manusia oleh pemerintah pusat dan WHO sebanyak 27.484 vial, pemprov sebanyak 77.876 vial, pemkab/ pemkot sebanyak 46.510 vial, serta penyuluhan. (Nik/N-1) RABU, 10 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | 29 Nusantara peringatan Hari Rabies Sedunia di Desa Ungasan, Kuta, Bali, Jumat (29/10/09). enanggulangan wabah rabies di Bali. HARI RABIES: Warga menunggu antrean vaksin bagi anjing peliharaannya saat vaksinasi antirabies secara massal pada puncak peringatan Hari Rabies Sedunia di Desa Ungasan, Kuta, Bali, Jumat (29/10). Pemprov Bali mencatat hingga Oktober 2010, sebanyak 261.972 ekor anjing telah divaksinasi. ANJING PELIHARAAN Warga bersantai dengan anjing peliharaan mereka di Pantai Kuta, Bali, Jumat (9/4). Dinas Peternakan Provinsi Bali terus mengintensifkan kegiatan vaksinasi terhadap anjing piaraan masyarakat sebagai salah satu upaya mengatasi meluasnya rabies. TERJANGKIT RABIES: Petugas dari Dinas Peternakan Kota Denpasar membawa anjing hasil perburuan yang terinfeksi rabies. RSAMA Anjing Gila Penebar Maut ra hingga Penjaga Rumah ANTARA/NYOMAN BUDHIANA ANTARA/NYOMAN BUDHIANA ANTARA/NYOMAN BUDHIANA MI/ SUSANTO

OTOMOTIF - ftp.unpad.ac.id fileFOKUS OTOMOTIF BACA BESOK! Tema: Hybrid yang Hijau dan Mahal Menurut Ktut, rata-rata tetangganya memiliki anjing dua hingga tiga ekor. Kondisi serupa

Embed Size (px)

Citation preview

FOKUSOTOMOTIF

BACA BESOK!Tema:

Hybrid yang Hijau dan Mahal

Menurut Ktut, rata-rata tetangganya memiliki anjing dua hingga tiga ekor.

Kondisi serupa juga dijumpai di Ban-jar Satria, Kelurahan Pendem, Kecama-tan Negara, Kabupaten Jembrana. Salah satu warga, Ni Ketut Murni, mengaku sudah memelihara anjing sejak lama. “Anjing saya yang dulu mati. Yang ini saya dapat dari saudara,” tuturnya.

Anjing memang sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat Bali. Se-lain berfungsi sebagai penjaga rumah, anjing jenis tertentu juga menjadi salah satu bahan pembuatan sesajen (caru) dalam upacara keagamaan.

Selain itu, sosok anjing juga dikenal dalam mitologi Hindu, Mahabharata. Pada penggalan kisahnya diceritakan, lima tokoh Pandawa melakukan per-jalanan terakhir ke puncak Himalaya.

Sebelum sampai di puncak, satu per satu dari mereka meninggal dalam perjalanan. Hanya Yudistira yang ber-tahan hidup, didampingi seekor anjing yang setia.

Sesampainya di puncak, Yudistira dijemput Dewa Indra dengan kereta kencananya untuk memasuki surga. Yudistira menolak masuk surga karena sang anjing tidak diizinkan ikut. Setelah bernegosiasi, akhirnya anjing yang setia itu diperbolehkan menyertai Yudistira masuk ke surga.

“Kisah itu mengajarkan kepada kita untuk selalu menyayangi binatang,’’ ujar Ketua Parisada Hindu Dharma In-donesia, I Gusti Ngurah Sudiana.

Ia menambahkan, kebersamaan an-jing dan penduduk Bali sudah terjadi sejak lama.

Menurut Sudiana, Bali memiliki be-berapa jenis anjing lokal. Salah satunya jenis kintamani. Yang satu ini diakui dunia internasional sebagai salah satu ras anjing.

Warga Bali meyakini anjing lokal bukan penyebab munculnya rabies. Identifi kasi melalui pemeriksaan labo-ratorium menunjukkan virus rabies itu berasal dari anjing asal Flores.

Pengendalian rabies dengan meng-eliminasi anjing sempat menjadi dilema. Di satu sisi, masyarakat Bali sangat sayang pada anjing, tapi di sisi lain mereka harus mencegah penularan pe-nyakit mematikan itu. “Eliminasi boleh, asalkan dilakukan pada hewan-hewan yang sakit. Yang sehat jangan dibunuh karena mereka juga punya hak hidup,” ujar Sudiana. (Nik/N-3)

JIKA ada penggolongan penya-kit dengan tingkat kematian tertinggi dalam waktu tercepat, barangkali rabies menduduki peringkat satu. Tingkat ke-matian yang ditimbulkannya nyaris 100%.

Sejauh ini, di dunia, tercatat baru empat orang yang lolos dari maut setelah terkena ra-bies.

‘’Rabies bersifat fatal, selalu diakhiri dengan kematian bila tidak ditangani dan diobati dengan baik,’’ ujar Dirjen Pen-gendalian Penyakit dan Pe-nyehatan Lingkungan Tjandra Yoga Aditama dalam acara peringatan Hari Rabies Sedunia 2010 di Badung, B a l i , J u m a t (29/10).

Penyakit ini ditularkan me-lalui gigitan hewan penular rabies (HPR), yakni anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Di Indonesia, 98% kasus ra-bies ditularkan akibat gigitan anjing dan 2% adalah akibat gigitan kucing dan kera.

P e r j a l a n a n penyakit dimu-lai dari gigitan HPR. Virus yang terkandung da-lam ludah HPR menempel pada luka, kemudi-an menyusuri serabut-serabut saraf menuju otak. Di otak, virus memperban-yak diri dan kembali menyebar ke seluruh organ, juga melalui jalur saraf.

Saat virus sampai di otak, gejala mulai tampak. Biasanya diawali dengan demam, nyeri kepala, sulit menelan, kemudian keluar ludah berlebih (hipersa-livasi), takut air, peka terhadap angin, suara, dan cahaya, diak-hiri kematian.

Meski tingkat kematiannya tinggi, kefatalan itu sebenarnya bisa dicegah dengan cara meng-hambat perjalanan virus sampai di otak. Untuk pertolongan pertama, cuci luka baru dengan sabun/deterjen menggunakan air mengalir selama 10–15 me-nit, kemudian beri desinfektan atau antiseptik. ‘’Virus pada luka mudah mati oleh deterjen,’’ imbuh Tjandra.

Langkah itu perlu dilanjutkan dengan berobat ke puskesmas atau RS. Petugas kesehatan akan mengevaluasi perlu tidaknya pemberian vaksin antirabies (VAR). VAR diberikan bila hasil

evaluasi menunjukkan anjing yang menggigit adalah anjing rabies. VAR berfungsi mem-bunuh virus sebelum sampai ke otak. Untuk kasus luka yang lebih serius, digunakan serum antirabies (SAR).

Di Indonesia, rabies pada hewan sudah ditemukan sejak 1884. Kasus rabies pada ma-nusia pertama kali ditemukan pada 1894 di Jawa Barat. Saat ini rabies endemis di 24 propinsi dengan kasus rabies pada ma-nusia tertinggi adalah Provinsi Bali, Sumatra Utara, Maluku, dan NTT. Adapun sembilan provinsi masih dinyatakan bebas rabies yaitu Bangka Be-

litung, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogya-karta, Jawa Timur, NTB, Papua, dan Papua Barat.

Data di Asia menyebutkan, rabies menyebabkan 20 ribu-30 ribu kematian per tahun, China rata-rata 2.500 kematian per tahun, Vietnam 9.000 kematian per tahun, Filipina 200–300 ke-matian per tahun, dan Indonesia selama 4 tahun terakhir rata-rata 143 kematian per tahun.

Pada 2010, pengendalian rabies di Indonesia antara lain dilakukan dengan penyediaan VAR, pelatihan bagi petugas kesehatan di 24 provinsi, dan penyuluhan.

Untuk Bali, upaya yang telah dilakukan yaitu membentuk 43 rabies center, pelatihan bagi petu-gas kesehatan puskesmas dan RS di seluruh kabupaten/kota, penyediaan VAR manusia oleh pemerintah pusat dan WHO sebanyak 27.484 vial, pemprov sebanyak 77.876 vial, pemkab/pemkot sebanyak 46.510 vial, serta penyuluhan. (Nik/N-1)

RABU, 10 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | 29 Nusantara

peringatan Hari Rabies Sedunia di Desa Ungasan, Kuta, Bali, Jumat (29/10/09). enanggulangan wabah rabies di Bali.

HARI RABIES: Warga menunggu antrean vaksin bagi anjing peliharaannya saat vaksinasi antirabies secara massal pada puncak peringatan Hari Rabies Sedunia di Desa Ungasan, Kuta, Bali, Jumat (29/10). Pemprov Bali mencatat hingga Oktober 2010, sebanyak 261.972 ekor anjing telah divaksinasi.

ANJING PELIHARAAN Warga bersantai dengan anjing peliharaan mereka di Pantai Kuta, Bali, Jumat (9/4). Dinas Peternakan Provinsi Bali terus mengintensifkan kegiatan vaksinasi terhadap anjing piaraan masyarakat sebagai salah satu upaya mengatasi meluasnya rabies.

TERJANGKIT RABIES: Petugas dari Dinas Peternakan Kota Denpasar membawa anjing hasil perburuan yang terinfeksi rabies.

RSAMA Anjing GilaPenebar Maut

ra hingga Penjaga Rumah

ANTARA/NYOMAN BUDHIANA ANTARA/NYOMAN BUDHIANA

ANTARA/NYOMAN BUDHIANA

MI/ SUSANTO