41
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK) A. ANATOMI TELINGA Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral dari membran timpani. Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz. Telinga tengah. Telinga tengah terdiri dari: 1. Membran timpani. 2. Kavum timpani. 3. Prosesus mastoideus. 4. Tuba eustachius 1. Membran Timpani. Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari

Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

word

Citation preview

Page 1: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)

A. ANATOMI TELINGA

Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga

luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral dari membran timpani.

Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke arah

liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua

pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan

berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan berbagai tonjolan dan

cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan

menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz.

Telinga tengah. Telinga tengah terdiri dari:

1. Membran timpani.

2. Kavum timpani.

3. Prosesus mastoideus.

4. Tuba eustachius

1. Membran Timpani. Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan

memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak

membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya

dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 45o dari dataran sagital dan horizontal.

Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya ( none of ligt). Membran timpani

mempunyai tiga lapisan yaitu :

1. Stratum kutaneum ( lapisan epitel) berasal dari liang telinga.

2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.

Page 2: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

3. Stratum fibrosum ( lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum3.

Secara Anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :

1. Pars tensa

2. Pars flasida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars

tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :

a. Plika maleolaris anterior ( lipatan muka).

b. Plika maleolaris posterior ( lipatan belakang).

2. Kavum Timpani. Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal,

bentuknya bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter

transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding

lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posterior.

Atap kavum timpani. Dibentuk tegmen timpani, memisahkan telinga tengah dari fosa

kranial dan lobus temporalis dari otak. bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang

temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama.

Lantai kavum timpani. Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum

timpani dari bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum

timpani mudah merembet ke bulbus vena jugularis.

Dinding medial. Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini

juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam.

Dinding posterior. Dinding posterior dekat keatap, mempunyai satu saluran disebut

aditus, yang menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid melalui

epitimpanum. Dibelakang dinding posterior kavum timpani adalah fosa kranii posterior

dan sinus sigmoid.

Dinding anterior. Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri

dari lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang

tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani

Page 3: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

karotis superior dan inferior yang membawa serabut-serabut saraf simpatis kepleksus

timpanikus dan oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis interna1. Dinding

anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba eustachius.

Kavum timpani terdiri dari :

1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes).

2. Dua otot: otot tensor timpani ( muskulus tensor timpani) dan otot stapedius ( muskulus

stapedius)

3. Saraf korda timpani: Merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari

analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior. Korda timpani juga

mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan dengan kelenjar ludah

sublingual dan submandibula melalui ganglion ubmandibular. Korda timpani memberikan

serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior.

4. Saraf pleksus timpanikus: Berasal dari n. timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan

dengan nervus karotikotimpani yang berasal dari pleksus simpatetik disekitar arteri karotis

interna.

3. Prosesus Mastoideus. Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak

mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding

lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini.

Pneumatisasi prosesus mastoideus ini dapat dibagi atas :

1. Prosesus Mastoideus Kompakta ( sklerotik), diomana tidak ditemui sel-sel.

2. Prosesus Mastoideus Spongiosa, dimana terdapat sel-sel kecil saja.

3. Prosesus Mastoideus dengan pneumatisasi yang luas, dimana sel-sel disini besar

4. Tuba Eustachius. Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.

Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah,

Page 4: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba

terdiri dari 2 bagian yaitu :

1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu:

1. M. tensor veli palatini

2. M. elevator veli palatini

3. M. tensor timpani

4. M. salpingofaringeus

Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga

Telinga dalam terdiri dari organ kesimbangan dan organ pendengaran. Telinga dalam

terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin karena bentuknya yang kompleks.

Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya sudah sempurna dan hanya mengalami pembesaran

seiring dengan pertumbuhan tulang temporal. Telinga dalam terdiri dari dua bagian yaitu labirin

tulang dan labirin membranosa. Labirin tulang merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam

pars petrosa os temporalis ( ruang perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin

tulang terdiri dari vestibulum, kanalis semisirkularis dan kohlea. Vestibulum merupakan bagian

yang membesar dari labirin tulang dengan ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm.

Dinding medial menghadap ke meatus akustikus internus dan ditembus oleh saraf. Pada dinding

medial terdapat dua cekungan yaitu spherical recessuntuk sakulus dan eliptical recess untuk

utrikulus. Di bawah eliptical recess terdapat lubang kecil akuaduktus vestibularis yang

menyalurkan duktus endolimfatikus ke fossa kranii posterior diluar duramater. Di belakang

spherical recess terdapat alur yang disebut vestibular crest. Pada ujung bawah alur ini terpisah

untuk mencakup recessus kohlearis yang membawa serabut saraf kohlea kebasis kohlea. Serabut

saraf untuk utrikulus, kanalis semisirkularis superior dan lateral menembus dinding tulang pada

Page 5: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

daerah yang berhubungan dengan N. Vestibularis pada fundus meatus akustikus internus. Di

dinding posterior vestibulum mengandung 5 lubang ke kanalis semisirkularis dan dinding

anterior ada lubang berbentuk elips ke skala vestibuli kohlea.

Ada tiga buah semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior dan lateral

yang terletak di atas dan di belakang vestibulum. Bentuknya seperti dua pertiga lingkaran dengan

panjang yang tidak sama tetapi dengan diameter yang hampir sama sekitar 0,8 mm. Pada salah

satu ujungnya masing-masing kanalis ini melebar disebut ampulla yang berisi epitel sensoris

vestibular dan terbuka ke vestibulum. Ampulla kanalis superior dan lateral letaknya bersebelahan

pada masing-masing ujung anterolateralnya, sedangkan ampulla kanalis posterior terletak

dibawah dekat lantai vestibulum. Ujung kanalis superior dan inferior yang tidak mempunyai

ampulla bertemu dan bersatu membentuk crus communis yang masuk vestibulum pada dinding

posterior bagian tengah. Ujung kanalis lateralis yang tidak memiliki ampulla masuk vestibulum

sedikit dibawah cruss communis. Kanalis lateralis kedua telinga terletak pada bidang yang

hampir sama yaitu bidang miring ke bawah dan belakang dengan sudut 30 derajat terhadap

bidang horizontal bila orang berdiri. Kanalis lainnya letaknya tegak lurus terhadap kanal ini

sehingga kanalis superior sisi telinga kiri letaknya hampir sejajar dengan posterior telinga kanan

demikian pula dengan kanalis posterior telinga kiri sejajar dengan kanalis superior teling kanan.

Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan panjang sekitar 35

mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala timpani dan skala

vestibuli berisi cairan perilimfa dengan konsentrasi K+4 mEq/l dan Na+139 mEq/l. Skala media

berada dibagian tengah, dibatasi oleh membran reissner, membran basilaris, lamina spiralis dan

dinding lateral, berisi cairan endolimfa dengan konsentrasi K+144 mEq/l dan Na+ 13 mEq/l.

Skala media mempunyai potensial positif (+ 80 mv) pada saat istirahat dan berkurang secara

perlahan dari basal ke apeks.

Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0.12 mm di bagian basal dan

melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti spiral. Beberapa komponen penting

pada organ corti adalah sel rambut dalam, sel rambut luar, sel penunjang Deiters, Hensen’s,

Claudiu’s, membran tektoria dan lamina retikularis. Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris, yang

terdiri dari 3 baris sel rambut luar yang terletak lateral terhadap terowongan yang terbentuk oleh

pilar-pilar Corti, dan sebaris sel rambut dalam yang terletak di medial terhadap terowongan. Sel

Page 6: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

rambut dalam yang berjumlah sekitar 3500 dan sel rambut luar dengan jumlah 12000 berperan

dalam merubah hantaran bunyi dalam bentuk energi mekanik menjadi energi listrik.

B. FISIOLOGI PENDENGARAN

Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran adalah membran tektoria,

sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur penting tersebut sangat berperan dalam

proses mendengar. Pada bagian apikal sel rambut sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat

antara satu bundel dengan bundel lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik akan terjadi

gerakan yang kaku bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia terdapat rantai pengikat yang

menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan stereosilia yang lebih rendah, sehingga pada saat

terjadi defleksi gabungan stereosilia akan mendorong gabungan-gabungan yang lain, sehingga

akan menimbulkan regangan pada rantai yang menghubungkan stereosilia tersebut.Keadaan

tersebut akan mengakibatkan terbukanya kanal ion pada membran sel, maka terjadilah

depolarisasi. Gerakan yang berlawanan arah akan mengakibatkan regangan pada rantai tersebut

berkurang dan kanal ion akan menutup. Terdapat perbedaan potensial antara intra sel, perilimfa

dan endolimfa yang menunjang terjadinya proses tersebut. Potensial listrik koklea disebut koklea

mikrofonik, berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang berfungsi sebagai pembangkit

pembesaran gelombang energi akustik dan sepenuhnya diproduksi oleh selrambut luar). Pola

pergeseran membran basilaris membentuk gelombang berjalan dengan amplitudo maksimum

yang berbeda sesuai dengan besar frekuensi stimulus yang diterima. Gerak gelombang membran

basilaris yang timbul oleh bunyi berfrekuensi tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum

pada bagian basal koklea, sedangkan stimulus berfrekuensi rendah (125kHz) mempunyai

pergeseran maksimum lebih kearah apeks. Gelombang yang timbul oleh bunyi berfrekuensi

sangat tinggi tidak dapat mencapai bagian apeks, sedangkan bunyi berfrekuensi sangat rendah

dapat melalui bagian basal maupun bagian apeks membran basilaris. Sel rambut luar dapat

meningkatkan atau mempertajam puncak gelombang berjalan dengan meningkatkan gerakan

membrane basilaris pada frekuensi tertentu. Keadaan ini disebut sebagai cochlear amplifier.

Skema proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh telinga

luar, lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ketelinga tengah melalui

rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran tersebut melalui daya ungkit

tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.

Energi getar yang telah diamplifikasikan akan diteruskan ke telinga dalam dan di proyeksikan

Page 7: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

pada membran basilaris, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan

membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya

defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,

sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi

pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran.

C. INTENSITAS BUNYI = DESIBEL (dB)

Cakupan tekanan suara yang dapat diterima oleh telinga normal sangat luas sehingga sulit

untuk mengetahui angkanya. Dekat ambang dengar, bunyi mempunyai tekanan sebesar kira-kira

2/10.000 dyne/cm2. Tekanan ini harus dikalikan 10 juta kali untuk dapat menyebabkan rasa

nyeri di telinga. Skala desibel (dB) dipakai agar angka-angka dalam cakupan frekuensi itu dapat

diikuti. Hal ini dilakukan dengan memilih satu titik tertentu pada skala penekanan sebagai dasar,

dan menyatakan titik-titik lain pada skala sebagai rasio dari dasar ini, mengambil angka

logaritma dari rasio ini, kemudian angka logaritma tersebut dikalikan 20 (Bashiruddin, 2002).

Tidak akan ada artinya membicarakan desibel bila titik awalnya tidak ditentukan. Suatu

bunyi dengan tekanan tertentu dapat mempunyai beberapa nilai desibel, tergantung dari tekanan

mana yang dipilih sebagai angka nol untuk titik awal pada skala. Pada prakteknya, ada 3 titik

awal yang sering dipakai pada skala desibel. Pertama yakni 0.0002 dyne/cm , yang dipilih karena

dulu angka ini dianggap sebagai tekanan suara yang sesuai dengan pendengaran yang terbaik

manusia. Titik awal lain adalah ambang rata-rata pendengaran normal. Yang terakhir, 1 dyne/cm2

(1 mikrobar) sering dipakai sebagai tekanan pembanding, terutama untuk kalibrasi mikrofon.

Skala dengan titik awal 0.0002 dyne/cm2disebut skala tingkat tekanan suara (Sound Pressure

Level= SPL). Jadi 60 dB SPL berarti tekanan 60 dB diatas 0.0002 dyne/cm2. Skala berdasarkan

ambang pendengaran rata-rata normal disebut skala tingkat ambangdengar (Hearing Treshold

Level) atau skala ambang dengar (Hearing Level= HL). Jadi 60 dBHL berarti tekanan 60 desibel

diatas ambang tekanan standar pembanding yang sesuai dengan pendengaran normal rata-rata

frekuensi ini.

Perbedaan penting antara kedua skala ini adalah skala SPL berdasarkan suatu titik

awal fisika (0.0002 dyne/cm2), sedangkan skala HL berdasarkan titik awal ukuran psikologik

atau perilaku, yakni pendengaran normal rata-rata.

Page 8: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

Tanda desibel pada angka gangguan pendengaran suatu audiometer mengikuti skala

ambang dengar (HL). Titik nol pada angka gangguan frekuensi tertentu adalah sebenarnya,

tingkat suara yang sesuai dengan rata-rata ambang dengar tersebut, seperti yang ditetapkan oleh

American National Standard Institute (ANSI).

D. PENGERTIAN OMSK DAN JENISNYA

Otitis media ialah peradangan sebagian atu selutuh mukosa tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Secara mudah otitis media terbagi atas 2 golongan dan masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis yaitu:

Otitis media supuratif: Otitis media akut (OMA) dan Otitis media supuratif kronik (OMSK)

Otitis media non-supuratif: Otitis media serosa akut (barotraumas = aerotitis) dan Otitis media serosa kronik

Otitis media spesifik: Otitis media tuberkulosa, Otitis media sifilitika, dan Otitis media adhesive

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik mukosa telinga tengah dan

kavum mastoid dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya cairan dari liang

telinga (otore)lebih dari dua bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. OMSK dapat dibagi

atas 2 tipe yaitu:

1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala

klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Secara klinis penyakit

tubotimpani terbagi atas:

1.1. Penyakit aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan

infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk

melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen.

1.2. Penyakit tidak aktif

Page 9: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

` Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah

yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti

vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih

sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana

bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe

yaitu : a. Kongenital

b. Didapat.

Pada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis media kronik dengan perforasi marginal.

teori itu adalah:

1. Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi kedalam kavum timpani dan disini ia

membentuk kolesteatom ( migration teori menurut Hartmann); epitel yang masuk menjadi

nekrotis, terangkat keatas.

2. Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan menjadi kolesteatom.

3. Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena infeksi (metaplasia teori

menurut Wendt).

4. Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida ( attic retraction cholesteatom).

1. Perforasi sentral

Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,

kadang-kadang sub total

2. Perforasi marginal

Page 10: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.

Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir

postero-superior berhubungan dengan kolesteatom

3. Perforasi atik

Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma

OMSK BENIGNA OMSK MALIGNA

Proses peradangan terbatas pada mukosa Proses peradangan tidak terbatas pada mukosa

Proses peradangan tidak mengenai tulang Proses peradangan mengenai tulang

Perforasi membran timpani tipe sentral Perforasi membran timpani paling sering tipe

marginal dan atik. Kadang-kadang tipe subtotal

(sentral) dengan kolesteatoma.

Jarang terjadi komplikasi yang berbahaya Sering terjadi komplikasi yang berbahaya

Kolesteatoma tidak ada Kolesteatoma ada

E. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi kondisi sosial, ekonomi, suku,

tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan prevalensi

OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data

yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia. Otitis media supuratif

kronik dianggap sebagai salah satu penyebab tuli yang terbanyak, terutama di negara-negara

berkembang, dengan prevalensi antara 1-46%. Di Indonesia antara 2,10-5,20%, Korea 3,33%

dan Madras India 2,25%. Prevalensi tertinggi didapat pada penduduk Aborigin di Australia dan

bangsa Indian di Amerika Utara.

F. ETIOLOGI

Page 11: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

Penyebab OMSK antara lain:

1. Lingkungan : Hubungan penderita OMSK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden OMSK yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.

2. Genetik

3. Otitis media sebelumnya.

4. Infeksi : Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.

5. Infeksi saluran nafas atas : Pada anak, semakin sering terkena infeksi saluran napas, makin tinggi resiko terkena OMA yang bila penanganannya dan terapinya terlambat dan tidak adekuat dapat berlanjut menjadi OMSK.

6. Autoimun

7. Alergi : Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius : Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal. Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK:

· Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.

· Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.

· Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel.

Page 12: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

· Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis majemuk, antara lain:

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.

a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.

b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

2. Perforasi membran timpani yang menetap.

3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada telinga tengah.

4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.

5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.

6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

G. PATOGENESIS

Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan dari OMA dengan perforasi membrane timpani yang sudah terjadi lebih dari 2 bulan. Berdasarkan perubahan mukosa tengah maka terdapat 5 stadium terjadinya Otitis Media Akut (OMA) yang bila berlangsung terus-menerus selama 2 bulan dapat menjadi Otitis Media Supuratif Akut (OMSK).

1.       Stadium oklusi tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba yaitu gambaran retraksi membrane timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini susah dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

2.       Stadium hiperemis (pre-supuratif)

Page 13: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat.

3.       Stadium supuratif

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging) kea rah liang telinga luar. Pada stadium ini pasien tampak sangat sakit,, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan pus di kavum tidak berkurang maka terjadi ischemia akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan sub-mukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani tampak sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di tempat ini akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan insisi membran timpani  (miringitomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membrane timpani akan rupture dan pus keluar ke liang telinga luar.

4.       Stadium perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya diberikan antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan pus mengalir keluar dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anaknya yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tertidur nyenyak.

5.       Stadium resolusi

Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik.

H. GEJALA KLINIS

1.  Telinga Berair (Otorrhoe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan

Page 14: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan Pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.

3. Otalgia (Nyeri Telinga)

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna:

1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)

4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

I. PEMERIKSAAN KLINIS

Page 15: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai berikut :

Pemeriksaan Audiometri. Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati

tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung

besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas. Derajat ketulian nilai

ambang pendengaran

1. Normal : -10 dB sampai 26 Db

2. Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

3. Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

4. Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

5. Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

6. Tuli total : lebih dari 90 dB.

Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :

1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50 dB

apabila disertai perforasi.

3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih utuh

menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran

tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

Pemeriksaan Radiologi.

1. Proyeksi Schuller. Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan

atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan

tegmen3.

2. Proyeksi Mayer atau Owen. Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan

tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah

kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.

Page 16: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

3. Proyeksi Stenver. Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih

jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.

Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan

adanya pembesaran akibat.

4. Proyeksi Chause III. Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat

memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat

menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.

Bakteriologi. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,

Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie,

H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli,

Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.

1. Bakteri spesifik. Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang

( kurang dari 1% menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh

infeksi paru yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media

tuberkulosa dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang

tidak dipateurisasi.

2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob. Bakteri aerob yang sering dijumpai

adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokus aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang

sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa adalah ceftazidime dan ciprofloksasin, dan

resisten pada penisilin, sefalosporin dan makrolid. Sedangkan Proteus mirabilis sensitif

untuk antibiotik kecuali makrolid. Stafilokokus aureus resisten terhadap sulfonamid dan

trimethoprim dan sensitif untuk sefalosforin generasi I dan gentamisin

I. KOMPLIKASI

Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.

A. Komplikasi ditelinga tengah :

Page 17: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

1. Perforasi persisten

2. Erosi tulang pendengaran

3. Paralisis nervus fasial

B. Komplikasi telinga dalam

1. Fistel labirin

2. Labirinitis supuratif

3. Tuli saraf ( sensorineural)

C. Komplikasi ekstradural

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Petrositis

D. Komplikasi ke susunan saraf pusat

1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hindrosefalus otitis

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam lintasan:

1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

2. Menembus selaput otak.

3. Masuk kejaringan otak.

K. PENATALAKSANAAN

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat

dibagi atas : 1. Konservatif

Page 18: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

2. Operasi

OMSK BENIGNA TENANG : Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan

dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi,

dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila

fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,

timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

OMSK BENIGNA AKTIF. Prinsip pengobatan OMSK adalah:

1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.

2. Pemberian antibiotika : – topikal antibiotik ( antimikroba) dan sistemik.

Pemberian antibiotik topikal. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan

sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret

berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan

kortikosteroid. Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai

telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan

lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan

berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistesni.

Bubuk telinga yang digunakan seperti:

a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

b. Terramycin.

c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang dikombinasi

dengan pembersihan telinga. Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik

adalah:

Page 19: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

1. Polimiksin B atau polimiksin E: Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif,

Pseudomonas, E. Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B.

fragilis Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.

2. Neomisin: Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus

aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan

telinga.

3. Kloramfenikol: Obat ini bersifat bakterisid

Pemberian antibiotik sistemik. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan

harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan

faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi

2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat,

makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan

kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian

dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah:

Pseudomonas                  : Aminoglikosida ± karbenisilin

P. mirabilis                      : Ampisilin atau sefalosforin

P. morganii, P. vulgaris   : Aminoglikosida ± Karbenisilin

Klebsiella                         : Sefalosforin atau aminoglikosida

E. coli                               : Ampisilin atau sefalosforin

S. Aureus                          : penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

Streptokokus                   : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

B. fragilis                          : Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III

Page 20: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu

OMSK MALIGNA. Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan

konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum

dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya

dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada beberapa jenis

pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis

kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:

1.Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)

2.Mastoidektomi radikal

3.Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4.Miringoplasti

5.Timpanoplasti

6.Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran

timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran

yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Page 21: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

CONTOH KASUS OMSK

. IDENTITAS

Nama : Ny. H

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia

Alamat : Jln. Serawi putting RT. 02 No. 387 Binuang

Tanggal MRS : 25 Juni 2006

II. ANAMNESA

Keluhan Utama : Sakit pada telinga kiri

Riwayat Penyakit sekarang :

Sekitar 3 bulan SMRS pasien mengeluh sakit pada telinga kirinya dan berdenging.

Kemudian pasien juga mengeluh ada keluar cairan berwarna putih jernih, encer, tidak

terlalu banyak, tidak berbau, dan tidak bercampur darah, pada telinga sebelah kiri. Pasien

juga mengeluh sakit kepala sebelah kiri dan dibelakang telinga. Kurang lebih 1 bulan

SMRS pasien mengeluh cairan keluar lagi dari telinga kiri, agak kental, berwarna

kekuningan, tidak berbau, dan tidak bercampur darah. Pasien ada berobat ke Puskesmas

Page 22: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

dan diberi obat, cairan pada telinga dirasa berkurang tetapi sakit pada telinga kiri dan sakit

kepala sebelah kiri masih tetap ada. Pasien juga panas hingga menggigil. Pasien mengeluh

pendengaran telinga kiri berkurang.

Pasien memiliki kebiasaan mengorek-ngorek telinga dengan rumput. Sekitar 1

minggu SMRS pasien sulit berbicara dan kadang kurang dapat dimengerti bila

berkomunikasi dengan keluarga. Pasien bila berbicara terdengar tidak jelas. Pasien ada

muntah 3x dalam satu hari ini, muntah berupa makanan dan minuman yang konsumsi,

pasien makan dan minum kurang.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status present

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda vital :

TD : 120/80 mmHg N : 80x/mnt RR : 20x/mnt T : 37oC

Status lokalis

A. Telinga

Auricula Kanan Kiri

Bentuk dan ukuran N N

Page 23: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

Tragus pain - +

Hematom - -

Canalis Auditorium eksterna

Serumen - -

Otorrhoe - -

Furunkel - -

Edema - -

Hiperemi - -

Sekret - Purulen

Membran timpani Kanan KiriRetraksi - -Bulging - -Perforasi - +, sentralConus of light + -

Tes pendengaranRinne + -Weber Lateralisasi ke kiriSwabach Sama

dengan pemeriksa

memanjang

B. Hidung

LuarBentuk N NInflamasi - -Nyeri tekan - +

Page 24: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

Deformitas + -

Rhinoskopi ant.Vestibulum nasi N NDasar cavum nasiBentuk N NMukosa hiperemi - -Meatus nasi med.Mukosa hiperemi - -Sekret - -Konka nasi med. N NMeatus nasi inf.Mukosa hiperemi + -Edema + -Konka nasi inf.Edema + -Mukosa hiperemi + -Septum nasiDeviasi - -Benda asing - -Perdarahan - -Transluminasi Tidak dilakukan

C. Tenggorokan

Bibir : Mukosa bibir basahMulut : Mukosa mulut basah, bau mulut (+)Gigi : Tidak ada kariesLidah : Tidak ada ulcusUvula : Bentuk normal, hipertemi (-), edema (-),

membran normalPalatum mole : Ulkus (-), hiperemi (+)Arcus anterior Kanan KiriHiperemi (+) (+)Edema (-) (-)Arcus posteriorHiperemi (+) (+)Edema (-) (-)Tonsila palatinaBesar To ToWarna N NEdema (-) (-)Detritus (+) (+)Membran (-) (-)

Faring

Page 25: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

Hiperemi (-) (-)Edema (-) (-)Reflek muntah (+) (+)Membran (-) (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

- Laboratorium : Darah rutin tanggal 25 Juni 2006

Hb : 11,2 g/dl

Eritrosit : 3,71.106/mmk

Leukosit : 9,63.103/mmk

Hct : 33,6%

Trombosit : 649.000/mmk

Neutropil : 68,6%

Lymphosit : 20,6%

Monosit : 7,0%

Eosinofil : 3,3%

Basofil : 0,5%

- Foto rontgen: Foto Mastoid posisi Schuller tanggal 26 Juni 2006

Mastoiditis kronis

Page 26: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

V. DIAGNOSIS BANDING

1. Otitis media supurativa kronis

2. Otits media akut

VI. DIAGNOSIS KERJA

Otitis media supuratif kronis

VII. PENATALAKSANAAN

- IVFD RL : D5% (1:1) 24 tts/mnt

- Cefotaxim inj 2 x 1 gram

- Metamizole 3 x 1 amp

- Otopain tetes telinga 3 x III gtt

PEMBAHASAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan keradangan atau infeksi kronis

yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani, ditandai dengan

perforasi membran timpani, sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang,

pasien didiagnosis menderita OMSK. Berdasarkan anamnesa, pasien mengeluhkan

keluarnya cairan dari telinga kiri yang kumat-kumatan, dimana sekret awalnya berwarna

putih, encer dan tidak berbau, kemudian menjadi agak kental, kekuningan, dan berbau.

Page 27: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala dan nyeri pada telinga kiri, namun tidak rasa

berputar. Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada telinga kiri menurun, dimana dari

pemeriksaan tes pendengaran dengan garputala didapatkan tuli konduksi.

Penurunan pendengaran pada pasien OMSK tergantung dari derajat kerusakan

tulang-tulang pendengaran yang terjadi. Biasanya dijumpai tuli konduktif, namun dapat

pula terjadi tuli persepsi yaitu bila telah terjadi invasi ke labirin, atau tuli campuran.

Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena

daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi sampai dengan efektif

ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db yang

menandakan bahwa rantai tulang pendengaran masih baik.

Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta

keutuhan dan mobilitas sistim pengantaran suara ke telinga tengah. Pada pasien ini dari

hasil pemeriksaan didapatkan perforasi sentral pada membran timpani.

Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi penumbuhan epitel skuamosa ke

dalam telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan tengah ini ke daerah atik

mengakibatkan pembentukan kantong dan kolesteatom. Pembentukan kolesteatom ini

akan menekan tulang-tulang di sekitarnya sehingga mengakibatkan terjadinya destruksi

tulang, yang ditandai dengan sekret yang kental dan berbau.

Dari pemeriksaan penunjang X-ray yaitu foto mastoid posisi Schuller didapatkan

gambaran mastoiditis kronis. Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan

langsung melalui aditus ad antrum. Oleh karena itu, infeksi kronis telinga tengah yang

berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid yang dikenal dengan

Page 28: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)

istilah mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi

OMSK.

Prinsip pengobatan pasien OMSK benigna aktif adalah membersihkan liang

telinga dan kavum timpani serta pemberian antibiotika, baik topikal maupun sistemik.

Pasien diterapi secara konservatif. Pada stadium aktif dapat diberikan antibiotik, cuci

telinga dengan larutan H2O2 3%, dan dengan obat tetes telinga. Pemberian antibiotik

topikal pada telinga dengan sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu adalah tidak

efektif.

Edukasi tak kalah penting untuk mencegah penyakit ini aktif kembali. Pada pasien

dengan OMSK benigna tenang tidak memerlukan pengobatan. Pasien diingatkan untuk

tidak mengorek telinga, menjaga agar air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang

berenang, dan segera berobat bila menderita ISPA. Bila fasilitas memungkinkan

sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah

infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

Pasien OMSK dengan mastoiditis kronis dapat dilakukan mastoidektomi. Tujuan

mastoidektomi adalah menghentikan infeksi secara permanen, mencegah terjadinya

komplikasi, dan sejauh mungkin mempertahankan fungsi pendengaran.

Page 29: Otitis Media Supuratif Kronik (Omsk)