122
OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI STOCKPILE KE PELABUHAN Studi Kasus: PT. Bara Tabang, Desa Gunung Sari, Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur SKRIPSI Oleh: Nisrina Amalia Dyah Utami NIM : 11160980000027 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI STOCKPILE

KE PELABUHAN

Studi Kasus: PT. Bara Tabang, Desa Gunung Sari, Kecamatan Tabang,

Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

SKRIPSI

Oleh:

Nisrina Amalia Dyah Utami

NIM : 11160980000027

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI

STOCKPILE KE PELABUHAN

Studi Kasus: PT. Bara Tabang, Desa Gunung Sari, Kecamatan

Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Pertambangan (S.T)

Oleh:

Nisrina Amalia Dyah Utami

NIM : 11160980000027

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 3: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …
Page 4: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …
Page 5: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …
Page 6: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir sebagai syarat kelulusan Sarjana

Teknik Pertambangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Laporan ini dapat disusun

tentunya dengan bantuan langsung maupun tidak langsung serta dukungan dari

beberapa pihak yang selama ini telah mendampingi penulis sehingga dapat

menyelesaikan laporan dan perkuliahan ini dengan baik. Untuk itu penulis ingin

memberikan ucapan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah mendukung,

yaitu:

1. Ayah, Bunda, Kakak dan Adik yang selalu memberikan dukungan moril

maupun materil kepada penulis serta terus memberikan motivasi untuk penulis

agar dapat berjuang dalam menyelesaikan laporan ini.

2. Bapak Dr. Ambran Hartono, M.Si selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga merupakan Pembimbing I

penulis.

3. Bapak Supriyadi, P.hD selaku Pembimbing II yang selalu memberikan

bantuan, support dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas

Akhir.

4. Bapak Ir. Mulyanto Soerjodibroto, P.hD dan Bapak Ir. Milawarma, M.Eng

Selaku Penguji I dan Penguji II yang telah memberikan masukan kepada

penulis dalam penyempurnaan Tugas Akhir.

5. Dr. Ir. S. Witoro Soelarno, P.E (IPM) selaku Direktur Independen PT. Bayan

Resources Tbk yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan tugas

akhir di PT. Bara Tabang.

6. Bapak Herwin, M.T. MAusIMM yang senantiasa membantu memberikan

arahan dan saran serta motivasi kepada penulis dalam pengerjaan Tugas

Akhir.

Page 7: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

v

7. Pak Sumartono dan Pak Herry Tonapa, selaku pembimbing lapangan Di PT.

Bara Tabang yang senantiasa membantu penulis dalam pengambilan data

8. Pak Danang Wiyana, Pak Kloyong, Pak Peter, Pak Okky, Kak Citra, Bu

Attira, Pak Yoga, Pak Ricky yang telah memberikan bantuan dan masukan

kepada penulis dalam melaksanakan tugas akhir di PT. Bara Tabang.

9. Kak Febby Valentine yang telah memberikan arahan dan bantuan kepada

penulis.

10. Novialdi Alviansyah, yang selalu sabar menemani dan senantiasa mendukung

penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir.

11. Bella Puspa rekan Tugas Akhir penulis, terimakasih untuk bantuan dan

kebaikannya.

12. Rima Camesi, Tasya Monica, Mikhail Ali Sidqi, Nazlia Rahma, Vinka Dwi

Kusuma, Erlan Wahyu, Amanda Jilan, Allbowaghis Di-gandra selaku sahabat

penulis yang selalu setia menemani saat suka dan duka.

13. Seluruh rekan-rekan Teknik Pertambangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Salam Tambang!

Dan seluruh sahabat, teman, dan kerabat yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-satu. Akhir kata, penulis turut mendoakan Tuhan Yang Maha Esa membalas

segala kebaikan segala pihak yang telah membantu penulis. Penulis berharap agar

Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 10 Januari 2019

Nisrina Amalia Dyah Utami

Page 8: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda

tangan di bawah ini:

Nama : Nisrina Amalia Dyah Utami

NIM : 11160980000027

Program Studi : Teknik Pertambangan

Fakultas : Sains dan Teknologi

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hak Bebas Royalti

Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang

berjudul:

Optimasi Operasi Alat Angkut Batubara Dari Stockpile Ke Pelabuhan Studi

Kasus: PT. Bara Tabang, Desa Gunung Sari, Kecamatan Tabang, Kabupaten

Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhak

menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data

(database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 10 Januari 2019

Nisrina Amalia Dyah Utami

Page 9: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Kurangnya metode untuk optimalisasi penggunaan alat angkut pada

kegiatan pengangkutan batubara, sehingga dilakukan perhitungan dengan Linear

Program untuk mengoptimalkan penggunaan alat angkut untuk mencapai biaya

minimum. Aplikasi Linear Program memberikan hasil setelah dilakukan estimasi.

Perhitungan jumlah alat angkut menggunakan Pemindahan Tanah Mekanis.

Sebagai hasilnya, diperoleh kombinasi jumlah penggunaan alat sesuai dengan

kapasitas masing-masing alat pada biaya minimum, yaitu DPRT Scania R580

kapasitas 332 m3 sebanyak 16 unit, SDT Volvo FH 16-610 kapasitas 200 m3

sebanyak 10 unit, dan SDT Scania R580 kapasitas 170 m3 sebanyak 10 unit.

Kata Kunci:

Hauler Truck, Produktivitas, Biaya Produksi, Linear Program

Page 10: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

viii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

A lack of method to estimate the optimum of the truck usage in coal hauling

activity, Then the Linear Programming has been applied. This application was

successful undertaken after the completion of the estimation. The calculation of

truck number using Earth Moving Technique. As a result, the combination of truck

size usage have been met at minimum cost, those truck usage are DPRT Scania

R580 Capacity 332 m3 16 unit, SDT Volvo FH 16-610 Capacity 200 m3 10 unit,

and SDT Scania R580 Capacity 170 m3 10 unit.

Key Words:

Hauler Truck, Productivity, Production Cost, Linear Program

Page 11: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..........................vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ....................................................................................... 2

1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4

BAB II TINJAUAN UMUM ................................................................................. 5

2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 5

2.1.1 Profil PT. Bara Tabang ................................................................... 5

2.1.2 Konsesi Kerja PT. Bara Tabang ..................................................... 6

2.1.3 Lokasi Kesampaian Daerah ............................................................ 7

2.1.4 Kondisi Geologi.............................................................................. 9

2.1.5 Potensi Cadangan dan Sumber Daya PT. Bara Tabang ............... 15

2.1.6 Kualitas Batubara ......................................................................... 16

2.1.7 Tahapan Penambangan PT. Bara Tabang ..................................... 16

2.2 Tinjauan Teori ......................................................................................... 23

2.2.1 Penggunaan Alat Angkut .............................................................. 23

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Alat..................................... 24

2.2.3 Waktu Kerja Operasi .................................................................... 29

2.2.4 Produktivitas Alat Angkut ............................................................ 29

2.2.5 Waktu Siklus atau Cycle Time ...................................................... 30

2.2.6 Biaya Produksi.............................................................................. 30

Page 12: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

x

2.2.7 Aplikasi Penggunaan Linear Programming Dalam Kegiatan

Operasi .......................................................................................... 34

2.2.8 Tafsir Ayat .................................................................................... 37

2.2.9 Implementasi Ayat Al-Qur’an Terhadap Produksi Pengangkutan

Batubara ........................................................................................ 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 40

3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 40

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 40

3.3 Sumber Data ............................................................................................ 41

3.4 Pengolahan Data ..................................................................................... 41

3.5 Tahapan Penelitian .................................................................................. 42

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 45

4.1 Kegiatan Penambangan ........................................................................ 45

4.2 Penggunaan Alat Angkut Pada Kegiatan Pengangkutan Batubara ...... 45

4.3 Analisis Kondisi Jalan Angkut ............................................................. 46

4.4 Analisis Grade Jalan ............................................................................ 46

4.5 Analisis Rolling Resistance ................................................................. 46

4.6 Analisis Grade resistance, Rimpull dan Coefficient Traction.............. 46

4.7 Waktu Operasi ..................................................................................... 47

4.8 Data Cycle Time .................................................................................. 47

4.9 Produktivitas Alat ................................................................................ 48

4.10 Perhitungan Biaya Produksi Alat Angkut ............................................ 50

4.10.1 Biaya Produksi DPRT Scania R580 kapasitas 332 m3 .............. 50

4.10.2 Biaya Produksi SDT Volvo FH-16 610 kapasitas 200 m3 ........ 54

4.10.3 Biaya Produksi SDT Scania R580 kapasitas 170 m3 ................. 59

4.11 Analisis Biaya Produksi Alat Angkut .................................................. 63

4.12 Simulasi Produksi Pengangkutan Batubara Berdasarkan Target

Produksi ............................................................................................... 65

4.13 Simulasi Kombinasi Jumlah Alat Angkut menggunakan Linear

Programming ........................................................................................ 67

4.14 Aplikasi penggunaan Software Simplex LP ........................................ 70

4.15 Implementasi Tafsir Ayat Terhadap Kegiatan Produksi ...................... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 80

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 80

5.2 Saran .................................................................................................... 81

DAFTAR REFERENSI ....................................................................................... 82

LAMPIRAN .......................................................................................................... 84

Page 13: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Konsesi PT. Bara Tabang ............................................................. 7

Gambar 2.2 Peta Lokasi Kesampaian Daerah .......................................................... 8

Gambar 2.3 Peta Lokasi Daerah PT. Bara Tabang .................................................. 9

Gambar 2.4 Peta Fisiografi Kalimantan ................................................................. 10

Gambar 2.5 Sketsa Fisiografi Cekungan Kutai ...................................................... 11

Gambar 2.6 Stratigrafi Formasi Balikpapan .......................................................... 14

Gambar 2.7 Urutan Kegiatan Pertambangan Batubara PT. Bara Tabang .............. 17

Gambar 2.8 Urutan Penambangan Batubara PT. Bara Tabang.............................. 18

Gambar 2.9 Metode Penambangan Dozer Push..................................................... 21

Gambar 2.10 Skema Penambangan Dengan Menggunakan Dozer Push............... 21

Gambar 2.11 Kemiringan Jalan ............................................................................. 25

Gambar 2.12 Skema Pengiriman Batubara ke Pelabuhan...................................... 36

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian ........................................................ 44

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Biaya Produksi berdasarkan Rp./ton dan Rp./jam

................................................................................................................................ 64

Gambar 4.2 Input Variabel..................................................................................... 70

Gambar 4.3 Penjumlahan Kapasitas Angkut Total ................................................ 71

Gambar 4.4 Fungsi Tujuan dengan Rumus Sumproduct ....................................... 72

Gambar 4.5 Tabel Solver ....................................................................................... 73

Gambar 4.6 Bagian Variabel yang akan dicari pada Solver Parameter ................. 74

Gambar 4.7 Add Constrain .................................................................................... 75

Gambar 4.8 Batasan Antara Total Kapasitas Produksi dan Target ........................ 75

Gambar 4.9 Pemilihan Metode Penyelesaian ........................................................ 76

Gambar 4.10 Hasil simulasi ................................................................................... 77

Page 14: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Koordinat IUP Eksploitasi PT. Bara Tabang ........................................... 6

Tabel 2.2 Sumber Daya Batubara PT. Bara Tabang .............................................. 15

Tabel 2.3 Kualitas Rata-Rata Batubara PT. Bara Tabang ..................................... 16

Tabel 2.4 Rincian Hauling Truck ........................................................................... 23

Tabel 2.5 Koefisien Tahanan Gelinding ................................................................ 26

Tabel 2.6 Koefisien Traksi ..................................................................................... 27

Tabel 4.1 Cycle Time Rata-Rata tanggal 24-30 Maret 2018 .................................. 47

Tabel 4.2 Perhitungan Biaya Operator DPRT Scania R580 kapasitas 332 m3 ...... 54

Tabel 4.3 Perhitungan Biaya Operator SDT Volvo FH 610 kapasitas 200 m3 ...... 58

Tabel 4.4 Nilai Biaya Produksi dalam Satuan Rp/jam .......................................... 63

Tabel 4.5 Nilai Biaya Produksi dalam Satuan Rp/ton ........................................... 63

Tabel 4.6 Simulasi Produksi Berdasarkan Target Produksi 1 Bulan ..................... 65

Tabel 4.7 Tabel Penentuan Variabel ...................................................................... 68

Tabel 4.8 Kemampuan Produksi Berdasarkan Jumlah Alat .................................. 69

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Kapasitas Angkut Menggunakan Software Simplex LP

................................................................................................................................ 77

Tabel 4.10 Hasil Optimasi Menggunakan Simplex LP .......................................... 78

Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Biaya Produksi 3 Alat Angkut ................................. 80

Page 15: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Cycle Time Alat Angkut ............................................................... 84

LAMPIRAN B Efisiensi Kerja Alat ...................................................................... 90

LAMPIRAN C Waktu Kerja Efektif PT. Bara Tabang ......................................... 93

LAMPIRAN D Bunga, Pajak Dan Asuransi .......................................................... 94

LAMPIRAN E Biaya Produksi Alat Angkut ......................................................... 96

LAMPIRAN F Spesifikasi Alat ............................................................................. 99

LAMPIRAN G Lebar Jalan Angkut Teoritis ....................................................... 102

LAMPIRAN H Perhitungan Jumlah Alat ............................................................ 103

LAMPIRAN I Peta Pengangkutan Batubara PT. Bara Tabang ........................... 105

LAMPIRAN J Rolling Resistance Alat Angkut .................................................. 106

Page 16: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan operasi merupakan salah satu alur dalam kegiatan

penambangan yang memiliki faktor penting dalam penjualan batubara.

Salah satu kegiatan operasi adalah pengangkutan batubara ke pelabuhan.

Pengangkutan dapat digunakan dengan menggunakan beberapa alat

mekanis, salah satunya dengan truk angkut. Sehingga produktivitas alat

perlu di analisis untuk mengetahui kinerja optimal yang dihasilkan alat

dalam memenuhi target dan menghasilkan keuntungan maksimum.

Penggunaan alat mempengaruhi biaya produksi batubara. Penetapan

biaya yakni biaya tetap dan biaya operasi menentukan harga penjualan

batubara. PT. Bara Tabang menggunakan 3 tipe alat angkut pada kegiatan

pengangkutan batubara ke pelabuhan. Pada penelitian ini ketiga alat tersebut

dikaji untuk mengetahui alat yang paling efisien untuk menghasilkan biaya

produksi minimum. Perhitungan efisiensi ini mempertimbangan beberapa

faktor diantaranya produktivitas alat, jumlah alat, dan kapasitas alat yang

dapat memberikan nilai paling efisien guna penekanan biaya produksi alat

angkut.

Keterbatasan metode analisis efisiensi biaya dalam pengoptimalan

penggunaan alat angkut untuk menghasilkan biaya produksi minimum

menyebabkan penulis melakukan penelitian analisis simulasi kombinasi

penggunaan alat angkut menggunakan Linear Program untuk

mengoptimalkan kegiatan produksi batubara dengan biaya produksi

minimum. Penelitian ini tidak mempertimbangkan capital investment,

hanya menentukan efisiensi dari segi cost, produktivitas dan jumlah alat.

Page 17: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2. Batasan Masalah

• Pengangkutan batubara ke Coal Handling Plant (CHP) Senyiur

dengan estimasi 69 km untuk semua lokasi pemuatan.

• Perhitungan menggunakan 3 alat angkut, yaitu DPRT Scania R580

332 m3, SDT Volvo FH16-610 200m3 dan SDT Scania R580 170 m3

• Pemuatan batubara menggunakan silo untuk 2 alat angkut (SDT

Scania R580 170 m3 dan SDT Volvo FH16-610 200m3) serta Wheel

Loader untuk alat angkut DPRT Scania R580 332 m3

• Perhitungan cycle tanggal 24-30 Maret 2018

• Trade in value yang ditetapkan untuk semua alat adalah 15%

• Densitas Crushed Coal sebesar 0.82 kg/m3 dan Densitas Raw Coal

sebesar 0.89 kg/m3. (diperoleh dari data Section Operation PT. Bara

Tabang, 2018)

• Nilai suku bunga yang ditetapkan adalah 10.65% (diperoleh dari

data Otoritas Jasa Keuangan, 2018)

• Nilai asuransi sebesar 2.35% (diperoleh dari data Otoritas Jasa

Keuangan, 2017).

• Pajak sebesar 10% (Pajak proporsional PPN)

• Harga BBM Rp. 8,340.53/liter (Data Operation Section PT. Bara

Tabang, 2018)

• Tidak memperhitungkan kegiatan pemuatan dan biaya pemuatan.

• Tidak mempertimbangkan Grade resistance, rimpull, koefisien

traksi

• Tidak mempertimbangkan capital investment

• Tidak mempertimbangkan kapasitas crusher

Page 18: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa produktivitas alat angkut?

2. Berapa biaya produksi pengangkutan batubara?

3. Alat apa yang yang optimal dari segi jenis dan jumlah alat sesuai dengan

kebutuhan produksi?

4. Apa implementasi ayat Al-Qur’an terhadap efisiensi biaya dan optimasi

penggunaan alat?

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui produktivitas alat angkut

2. Untuk mengetahui biaya produksi alat angkut

3. Untuk mengetahui penggunaan alat yang optimal dari segi jenis dan

jumlah alat.

4. Untuk mengetahui implementasi ayat Al-Qur’an terhadap efisiensi

biaya dan optimasi penggunaan alat

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin didapatkan dalam Tugas Akhir ini

sebagai berikut:

1. Adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan atau

referensi dalam menambah wawasan dalam bidang pertambangan.

2. Memberikan suatu masukan bagi perusahaan untuk optimasi

penggunaan alat dengan biaya produksi minimum dalam kegiatan

pengangkutan batubara.

Page 19: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan Tugas Akhir adalah sebagai

berikut:

I. Bab I – Pendahuluan

Mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

II. Bab II – Tinjauan Teoritis

Bab ini berisi tentang profil perusahaan, lokasi dan kesampaian daerah,

keadaan geologi, cadangan dan kualitas batubara, dan tahapan kegiatan

penambangan serta. Selain itu pada bab ini terdapat landasan teori serta

tafsir ayat Al-Qur’an sebagai dasar penelitian.

III. Bab III – Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang metode penelitian Tugas Akhir, waktu dan lokasi

penelitian, sumber data, tahapan penelitian serta langkah dalam

penyelesaian masalah.

IV. Bab IV – Analisis dan Hasil Pembahasan

Bab ini berisi tentang perhitungan produktivitas alat angkut dan

perhitungan biaya produksi yaitu operating cost dan owning cost

masing-masing alat serta analisis hasil perhitungan dengan

menggunakan simulasi kombinasi penggunaan alat yang paling efisien

dan menghasilkan minimum cost.

V. Bab V – Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan

saran/rekomendasi penulis bagi perusahaan.

Page 20: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Profil PT. Bara Tabang

PT. Bara Tabang merupakan salah satu perusahaan pertambangan

batubara yang berada di Daerah Sungai Petung, Desa Gunung Sari,

Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan

Timur. PT. Bara Tabang sebelumnya telah memperoleh Ijin Lokasi Untuk

Usaha Pertambangan Batubara berdasarkan Keputusan Bupati Kutai

Kartanegara Nomor 47/DPN.K/IL-75/VII/2008 dan memperoleh Izin

Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi berdasarkan Keputusan

Bupati Kutai Kartanegara dengan Nomor : 540/070/IUP-OP/MB-

PBAT/V/2011 dengan luas area sebesar 3.015,56 Ha.

PT. Bara Tabang merupakan anak perusahaan PT. Bayan Resources

Tbk, dimana PT. Bayan Resources Tbk merupakan perusahaan yang telah

tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2008. PT. Bara

Tabang memiliki cadangan batubara sebesar 337.584.000 ton dengan

jumlah produksi 20 juta ton/tahun hingga tahun 2034. Nilai striping ratio

(SR) adalah 1 : 2,27. Terdapat 5 seam batubara di PT. Bara Tabang dengan

kalori batubara rata-rata 4.320 kcal/kg yang dieksploitasi dengan metode

shovel and truck dan dozer push. Proses pengangkutan batubara dari

Intermediate Crushing Facility (ICF) ke Coal Handling Plant (CHP)

Senyiur menggunakan truk dengan beberapa tipe, yaitu Dual Power Road

Train (DPRT) dan Single Power Road Train (SPRT) yakni truk trailer 4

vessel dengan masing-masing kapasitas 300 ton dan 220 ton, Side Door

Tipper (SDT) kapasitas 200 ton dan 150 ton, Semi Side Tipper (SST)

kapasitas 130 ton.

Page 21: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2. Konsesi Kerja PT. Bara Tabang

Lokasi pertambangan batubara PT. Bara Tabang berada di Daerah

Sungai Petung, Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi

Kalimantan Timur. Menurut (Data Studi Kelayakan PT. Bara Tabang,

2015) Luas konsesi kerja PT. Bara Tabang memiliki luas area 3.015,56 Ha.

PT. Bara Tabang memiliki batas koordinat daerah IUP seperti yang

tercantum dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Koordinat IUP Eksploitasi PT. Bara Tabang

Sumber : Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 540/070/IUP-OP/MB-

PBAT/V/2011 dalam Studi Kelayakan PT. Bara Tabang, 2015

Derajat (°) Menit (') Detik (") Derajat (°) Menit (') Detik (")

1 116 7 59.00 0 34 20.85

2 116 9 19.56 0 34 20.82

3 116 9 19.56 0 33 38.16

4 116 12 46.00 0 33 38.16

5 116 12 46.00 0 32 0.0

6 116 7 59.00 0 32 0.0

Bujur Timur (BT) Lintang Utara (LU)No.

Koordinat IUP Eksploitasi PT. Bara Tabang

Page 22: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.1. Peta Konsesi PT. Bara Tabang

Sumber: Data Geologi PT. Bara Tabang, 2018

Berdasarkan (Data Studi Kelayakan PT. Bara Tabang, 2015) Kabupaten

Kutai Kartanegara yang memiliki luas 27.263,10 km² dan luas perairan

kurang lebih 4.097 km². Secara administratif Kabupaten Kutai Kartanegara

terbagi menjadi 18 kecamatan. Lokasi penambangan PT. Bara Tabang

masuk ke dalam Kecamatan Tabang tepatnya di Daerah Sungai Petung.

2.1.3. Lokasi Kesampaian Daerah

Kesampaian daerah penyelidikan di PT. Bara Tabang di Daerah Sungai

Petung, Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara dicapai dengan

menggunakan kendaraan :

a. Melalui udara menggunakan pesawat dengan lama penerbangan 1,5

jam dari Jakarta menuju Balikpapan. Selanjutnya menggunakan

jalan darat dari Kota Balikpapan ke Tenggarong adalah ± 145 km

Page 23: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan selanjutnya ± 90 km dari Kota Tenggarong menuju Kota

Bangun dengan total lama waktu keseluruhan adalah ± 5 jam.

b. Kemudian dengan menggunakan speedboat melalui Sungai Belayan

selama ± 3 Jam (±180 km) hingga ke Desa Gunung Sari dan

dilanjutkan dengan kendaraan roda empat selama 30 menit ke daerah

penyelidikan.

c. Atau dari Kota Bangun dengan menggunakan speedboat melalui

Sungai Kedang Kepala selama ± 2 Jam (±100 km) hingga ke Desa

Senyiur dan dilanjutkan dengan kendaraan roda empat melewati

hauling road PT. Bara Tabang dengan jarak ± 69 km selama ± 1 jam

15 menit ke wilayah ijin lokasi pertambangan PT. Bara Tabang.

Peta lokasi kesampaian daerah dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Peta Lokasi Kesampaian Daerah

Sumber: Data Studi Kelayakan PT. Bara Tabang 2015

Page 24: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.3 Peta Lokasi Daerah PT. Bara Tabang

Sumber: Data Geologi PT. Bara Tabang, 2018

2.1.4. Kondisi Geologi

1) Geologi Regional

Cekungan Kutai mengandung endapan berumur Tersier dengan

ketebalan mencapai 14 km (Rose dan Hartono, 1971 op.cit. Mora dkk.,

2001 dalam Studi Kelayakan PT. Bara Tabang, 2015). Dimana

merupakan salah satu cekungan terbesar dan terdalam di Indonesia

bagian timur. Cekungan Kutai terletak di tepi bagian timur Paparan

Sunda, yang dihasilkan sebagai akibat dari gaya ekstensi di bagian

selatan Lempeng Eurasia (Howes, 1997 op.cit. Allen & Chambers, 1998

dalam Studi Kelayakan PT. Bara Tabang).

Page 25: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.4. Peta Fisiografi Kalimantan

Sumber: Data Geologi PT. Bara Tabang, 2018

Cekungan Kutai dibatasi di bagian utara oleh suatu daerah tinggian

batuan dasar yang terjadi pada Oligosen, yaitu Tinggian Mangkalihat

dan Sesar Sangkulirang yang memisahkannya dengan Cekungan

Tarakan. Di bagian timur daerah cekungan ini, terdapat Delta Mahakam

yang terbuka ke Selat Makassar. Di bagian barat, cekungan dibatasi oleh

Tinggian Kucing (Central Kalimantan Range) yang berumur Kapur

(Chambers dan Moss, 2000 dalam Studi Kelayakan PT. Bara Tabang

2015). Di bagian tenggara cekungan ini, terdapat Paparan Partenoster

yang dipisahkan oleh gugusan Gunung Meratus. Di bagian selatan

cekungan ini, dijumpai Cekungan Barito yang dipisahkan oleh Sesar

Adang. Dapat dilihat pada Gambar 2.5. berikut:

Page 26: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.5. Sketsa Fisiografi Cekungan Kutai

Sumber: Data Studi Kelayakan PT. Bara Tabang 2015

2) Stratigrafi Regional

Susunan stratigrafi zona Cekungan Kutai dengan batuan penyusunnya

yang berumur Eocene hingga Holocene atau dari urutan Tua dan Muda

(Studi Kelayakan PT. Bara Tabang, 2015) meliputi:

a. Formasi Haloq

Terdiri dari batupasir kuarsa, halus-kasar dengan sisipan

batulempung, serpih hitam, napal dan lanau. Umur formasi ini

adalah Eosen Tengah – Eosen Akhir. Formasi ini mempunyai

hubungan menjari dengan Anggota Batugamping (bioklastik)

Ritan, dan diatasnya ditutupi selaras oleh Formasi Batukelau.

Page 27: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Formasi Halo - Anggota Batugamping Ritan (Bioklastik)

Terdiri dari batugamping bioklastik yang berumur sama dengan

Formasi Haloq dan berhubungan menjari, keduanya terbentuk

pada lingkungan pengendapan laut dangkal, delta, atau lagoon

c. Formasi Batukelau

Terdiri dari shale, batulanau, batulumpur, dan batupasir halus –

kasar sebagai penyeling, perlapisan baik dan sebagai karbonan.

Umur Formasi Batukelau adalah Eosen Atas, dengan lingkungan

pengendapan laut dangkal, delta atau lagoon. Formasi Batukelau

memiliki kontak yang selaras dengan Formasi Batuayau yang

berada diatasnya.

d. Formasi Batuayau

Terdiri dari batupasir kuarsa halus – kasar, warna putih

kekuningan, silangsiur, berselang seling dengan batulanau dan

batulempung, pada bagian bawah dijumpai konglomerat dan

sisipan batubara, disebagian tempat Formasi Batuayau diterobos

oleh batuan intrusive andesit. Umur formasi diperkirakan Eosen

Atas - Oligosen Bawah dengan lingkungan pengendapan laut

dangkal dan delta.

e. Formasi Ujohbilang

Formasi ini terdiri dari batulumpur menyerpih berwarna cokelat

dan batulempung warna abu-abu menyerpih, batupasir kuarsa

sedang – kasar konglomeratan, putih kelabu, pemilahan baik.

Umur dari formasi ini Oligosen Bawah – Oligosen Tengah,

lingkungan pengendapan laut dangkal.

Page 28: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

f. Formasi Balikpapan

Perselingan antara batulempung lanauan abu-abu kecokelatan

dengan batupasir kuarsa butir halus – kasar dan sisipan tufa dan

batubara. Diperkirakan berumur Miosen Atas – Pliosen,

mempunyai hubungan tidak selaras dengan formasi batuan

diatasnya, dengan lingkungan pengendapan delta front – delta

plain.

Page 29: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.6. Stratigrafi Formasi Balikpapan

Sumber: Data Geologi PT. Bara Tabang

Page 30: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.5. Potensi Cadangan dan Sumber Daya PT. Bara Tabang

Perhitungan Sumber daya Batubara berdasarkan (metode SNI 1998 dalam

Studi Kelayakan PT. Bara Tabang 2015) didasarkan pada kondisi geologi

kompleks, pengelompokkan sumber daya dibagi sebagai berikut:

1. Sumber daya terukur (measured), setiap data informasi baik hasil

pemboran dan singkapan mempunyai radius pengaruh 0 – 500

meter.

2. Sumber daya terunjuk (indicated), setiap data informasi baik hasil

pemboran dan singkapan mempunyai radius pengaruh 500 – 1.000

meter.

3. Sumber daya terkira (inferred), setiap data informasi baik hasil

pemboran dan singkapan mempunyai radius pengaruh 1.000 – 1.500

meter.

Jumlah sumber daya di daerah penyelidikan pada tahun 2007 berdasarkan

perhitungan metode SNI 1998 adalah sebagai berikuy:

Tabel 2.2. Sumber Daya Batubara PT. Bara Tabang

Sumber: Studi Kelayakan PT. Bara Tabang 2015

Serta estimasi cadangan yang dihasilkan berdasarkan tingkat kepercayaan

cadangan terkira (probable reserve) dan cadangan terbukai (proven

reserve) pada tahun 2014 (Studi kelayakan PT. Bara Tabang, 2015)

menghasilkan cadangan terbukti sebagai berikut:

• Cadangan terbukti = 337.584.000 ton

Sumber Daya Jumlah

Terukur (measured ) 351.226.663 ton

Terunjuk (indicated ) 27.011.652 ton

Terkira (inferred ) 17.283.545 ton

Total 395.521.860 ton

Page 31: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.6. Kualitas Batubara

Kualitas rata-rata batubara yang dihasilkan dari analisis proksimat batubara

hasil pemboran (Laporan Eksplorasi PT. Bara Tabang tahun 2004 dalam

Studi Kelayakan PT. Bara Tabang, 2015) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Kualitas Rata-Rata Batubara PT. Bara Tabang

Sumber: Studi Kelayakan PT. Bara Tabang 2015

2.1.7. Tahapan Penambangan PT. Bara Tabang

Metode penambangan yang diterapkan pada penambangan batubara

PT. Bara Tabang adalah tambang terbuka dengan sistem Truck and Shovel

dikombinasikan dengan Dozer Push. Metode penimbunan yang dilakukan

adalah back filling, yaitu menimbun kembali pit yang telah selesai

ditambang.

Tahap operasi penambangan batubara mencakup beberapa kegiatan

meliputi pembersihan lahan (land clearing), pengelolaan lapisan tanah

pucuk (topsoil management), pengupasan dan penimbunan tanah penutup

(overburden removal), penambangan batubara (coal getting), pengangkutan

batubara (coal hauling) ke unit pengolahan dan ke Coal Handling Plant

(CHP) (Gambar 2.7).

Total Moisture

(ar)

Inherent

Moisture

(adb)

Ash

Content

(adb)

Volatile

Matter

(adb)

Fixed

Carbon

(adb)

Total

Sulphur

(adb)

Calorific

Value (adb)HGI

Relative

Density

35.30% 24.48% 3.26% 37.54% 34.72% 0.14% 4923 (kcl/kg) 56 1.3

Page 32: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.7. Urutan Kegiatan Pertambangan Batubara PT. Bara Tabang

Sumber: Data Operation Section PT. Bara Tabang, 2018

1) Tahap Pembersihan Lahan (land clearing).

Pembersihan lahan atau land clearing merupakan kegiatan pembersihan

pepohonan untuk membuka lahan pertambangan. Kegiatan dalam

pembersihan lahan meliputi pembabatan dan pembersihan semak

menggunakan Bulldozer Komatsu D85E serta penebangan pohon dan

pemotongan kayu menggunakan alat potong seperti parang, kapak dan

chain saw.

Page 33: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.8. Urutan Penambangan Batubara PT. Bara Tabang

Sumber: Data Studi Kelayakan PT. Bara Tabang 2015

2) Pengelolaan Tanah Pucuk (Top Soil Management)

Setelah kegiatan pembersihan lahan dari pepohonan dan semak,

selanjutnya dilakukan pengupasan lapisan tanah pucuk atau top soil. Top

soil adalah tanah yang mengandung unsur hara yang dapat menyuburkan

tanah. Operasi pengupasan lapisan tanah pucuk atau top soil dilakukan

secara khusus agar tidak tercampur dengan tanah atau batuan lain yang

tidak subur. Lapisan top soil didorong dan dikumpulkan pada lokasi

tertentu dengan Bulldozer Komatsu BD 85-SS, kemudian dimuat

menggunakan Excavator Hitachi ZX210 dan diangkut dump truck

Scania P360 yang akan membawa tanah pucuk ke lokasi penimbunan

lapisan top soil.

3) Pengupasan dan Penimbunan Tanah Penutup (Overburden)

Kegiatan penggalian lapisan tanah penutup terdiri dari pemberaian

(loosening), penggalian (digging), pemuatan (loading), pengangkutan

Page 34: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(hauling), dan penimbunan (dumping). Pemberaian bertujuan untuk

menghancurkan atau melepaskan batuan dari batuan induknya agar

produktivitas alat gali muatnya lebih tinggi. Material overburden yang

terdiri dari batu lempung, batu lanau dan batu pasir akan diberai dengan

cara penggaruan (ripping). Setelah diberai, lapisan tanah penutup

dikumpulkan di satu tempat dan dimuat Excavator Komatsu PC 2000

atau Hitachi EX2500 atau Liebherr R9250 ke dump truck Caterpillar

HD-777 untuk dibawa ke lokasi dumping overburden di dalam pit yang

telah ditambang (backfilling).

Pembuangan lapisan penutup atau dumping overburden di lokasi

tambang akan terbentuk lereng. Untuk mencegah keruntuhan lereng,

perlu membuat lereng yang mengikuti rekomendasi geoteknik (Data

Studi Kelayakan PT. Bara Tabang, 2014) yaitu :

• Tinggi tunggal = 10 meter

• Kemiringan tunggal = 60°

• Tinggi keseluruhan = 127 meter (tinggi maksimal)

• Kemiringan keseluruhan =35°.

• Lebar berm = 9 meter.

4) Penambangan Batubara (Coal Getting)

Kegiatan penambangan batubara terdiri dari kegiatan pembersihan

batubara (coal cleaning), penggalian (coal digging), dan pemuatan

batubara (loading) diterapkan sebagai berikut :

a. Alat gali Excavator Komatsu PC 2000 atau Hitachi EX2500 atau

Liebherr R9250 melakukan penggalian lapisan tanah penutup

sampai dengan batas maksimal 5 cm di atas lapisan batubara bagian

atas (roof).

b. Selanjutnya dilakukan pembersihan (cleaning) bagian atas lapisan

batubara (roof) menggunakan.Excavator Komatsu PC 400

Page 35: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Penggalian batubara menggunakan Excavator Komatsu PC 2000

sampai dengan batas kurang lebih 5 cm dari lapisan batubara bagian

bawah (floor) agar tidak tercampur dengan lapisan pengotor

dibawahnya. Selanjutnya batubara dimuat ke Dump Truck

Caterpillar 777-D atau 785-D

Selanjutnya terdapat sistem penambangan metode Dozer Push. Sistem

ini hanya efektif untuk kemiringan batubara yang rendah atau relatif

datar. Metode ini mengkombinasikan sistem konvensional dengan

menggunakan kombinasi Excavator – Dump Truck dan penggalian

dengan Dozer Komatsu D375 dengan cara mendorong material

overburden langsung ke lokasi inpit dump.

Penambangan Strip Mining dilakukan dengan membagi ke dalam blok-

blok kecil, metode ini dimulai dengan pembongkaran overburden degan

menggunakan kombinasi Excavator dengan Dump Truck dan

ditempatkan pada daerah timbunan, hingga mencapai elevasi yang

memungkinkan untuk dilakukan penggalian dengan bulldozer. Apabila

bulldozer sudah tidak dapat lagi menggali karena keterbatasan daya gali

(Gambar 2.8.), maka penggalian diteruskan dengan menggunakan

kombinasi Excavator dengan Dump Truck. Batubara hasil tambang akan

dibawa ke ROM Stockpile atau ke Intermediate Crushing Facility (ICF)

Page 36: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.9. Metode Penambangan Dozer Push

Sumber: Data Studi Kelayakan PT. Bara Tabang 2015

Gambar 2.10. Skema Penambangan Dengan Menggunakan Dozer Push

Sumber: Data Studi Kelayakan PT. Bara Tabang 2015

Page 37: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5) Proses Pengolahan Batubara

Batubara hasil tambang atau Run of Mine (ROM) dengan ukuran dengan

top size 105 mm dibawa ke Intermediate Crushing Facilities (ICF)

sejauh ± 3 km. Batubara dari tambang diletakkan ke stockpile khusus

ROM dan dimasukkan ke dalam feeder hopper crusher menggunakan

Bulldozer Komatsu 375A dan Excavator Komatsu PC400. Batubara

dihancurkan hingga ukuran 50-80 mm. kemudian batubara yang telah

dihancurkan di screening dan dibawa oleh Belt Conveyor ke RC atau ke

Hopper atau ke Silo kapasitas 500 ton untuk dimasukkan ke dalam

hauling truck.

6) Pengangkutan Batubara (Coal Hauling)

Proses pengangkutan batubara menuju ke Coal Handling Plant (CHP)

Senyiur terbagi menjadi 3 bagian, yakni pengangkutan dari ROM

Stockpile 1 (Coal Pad 1), ROM Stockpile 2 (Coal Pad 2) dan

pengangkutan batubara dari Intermediate Crushing Facilities (ICF) ke

Coal Handling Plant (CHP) Senyiur atau Coal Handling Plant (CHP)

Gunung Sari. Untuk peta lokasi pengangkutan batubara terdapat pada

Lampiran I. Pengangkutan barubara menggunakan jasa kontraktor yakni

PT. Karunia Armada Indonesia (PT. KAI), PT. Mandiri Herindo

Adhiperkasa (PT. MHA) dan PT. Bis Industries. Ketiga kontraktor

menggunakan truk dengan kapasitas vessel yang bervariasi dengan

rincian sebagai berikut:

Page 38: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.4. Rincian Hauling Truck

Sumber: Data Section Operation PT. Bara Tabang, 2018

Batubara diangkut oleh hauling truck menuju Coal Handling Plant

(CHP). Untuk Coal Handling Plant (CHP) Gunung Sari berjarak ±24

km dan Coal Handling Plant (CHP) Senyiur berjarak ±70 km. Terdapat

area penimbangan batubara atau Weight Bridge, selanjutnya batubara di

tumpahkan ke Tipping untuk masukkan ke dalam Belt Conveyor menuju

stockpile akhir atau dimuat ke tongkang.

2.2. Tinjauan Teori

2.2.1. Penggunaan Alat Angkut

Kegiatan pengangkutan material dapat menggunakan berbagai tipe

alat angkut, seperti Truk, Belt conveyor, Cable Way atau Kapal. Hal ini

tentunya dipertimbangkan berdasarkan kondisi kerja lapangan. Pemilihan

kapasitas alat angkut disesuaikan dengan kapasitas produksi yang

ditetapkan dan pertimbangan teknis lainnya. Menurut (Yanto Indonesianto,

2005) untuk meningkatkan keuntungan pemilihan jenis dan tipe alat angkut

perlu mempertimbangkan beberapa faktor dimana dapat memberikan

kapasitas yang cukup besar, kecepatan cukup besar serta menghasilkan

ongkos yang rendah.

PRIME MOVER Scania R580LA 6X4 ESZ ±150 Ton 2 Vessel

PRIME MOVER Volvo FH 610 ±200 Ton 2 Vessel

DPRT Scania R580 ±310 Ton 4 Vessel

SPRT PowerTrans T1250 ±220 Ton 4 Vessel

PRIME MOVER Scania R580 ±130 Ton 2 Vessel

PRIME MOVER Scania R580 ±150 Ton 2 Vessel

PRIME MOVER Volvo FH 16 610 HP 6 x 4 ±200 Ton 2 Vessel

Lot

Vessel

PT. BIS Industries

PT. Mandiri Herindo

Adhiperkasa (MHA)

PT. Karunia Armada

Indonesia (KAI)

Company Type Manufacturer Model Unit Capacity ±

Page 39: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Alat

Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi produksi alat,

yaitu :

a) Kondisi Tempat Kerja

Kondisi tempat kerja di lapangan akan berpengaruh kepada pemilihan

alat yang akan digunakan untuk kegiatan operasi. Untuk itu perlu

dilakukan analisis lapangan mengenai infrastruktur jalan, material jalan,

kemiringan jalan, lokasi penempatan infrastruktur lainnya agar kegiatan

operasi berjalan lancer dengan penggunaan alat yang tepat serta

tercapainya efisiensi operasi dan keamanan kerja.

1. Lebar jalan angkut

Lebar jalan angkut dalam kegiatan operasi perlu diperhatikan untuk

kelancaran kegiatan produksi. Lebar jalan angkut perlu dihitung

agar kegiatan operasi berjalan optimal dan mengurangi resiko

keamanan. Menurut (Awang Suwandhi, 2004) Berikut perhitungan

jalan angkut minimum kendaraan:

𝐿𝑚𝑖𝑛 = 𝑛. 𝑊𝑡 + (𝑛 + 1)(0.5𝑊𝑡) .............................................. (2.1)

Keterangan:

Lmin = Lebar jalan minimum

n = Jumlah jalur

Wt = Lebar truk

Page 40: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Grade Jalan

Grade jalan atau kemiringan jalan adalah kondisi dimana posisi

jalan menanjak atau menurun pada jalan angkut tambang yang

dinyatakan dalam (%). Kemiringan jalan memiliki pengaruh dengan

kegiatan produksi karena dapat berpengaruh terhadap alat angkut.

Kemiringan jalan 10% pada jalanan menanjak atau menurun adalah

10 feet atau 10 meter kemiringan secara vertical terhadap 100 feet

atau 100 meter horizontal.

Gambar 2.11 Kemiringan Jalan

Sumber: Yanto Indonesianto, 2005. Buku Pemindahan Tanah Mekanis

3. Tahanan kemiringan (Grade Resistance)

Merupakan tahanan yang diberikan oleh alat pada saat kondisi jalan

mengalami kemiringan. Tahanan kemiringan dipengaruhi oleh besar

kemiringan dan berat total alat (Partanto, 1983). Sehingga dapat

dirumuskan sebagai berikut:

𝐺𝑅 = 𝑘 × 𝐺

Dimana:

GR = tahanan kemiringan

K = kemiringan jalan (%)

G = Berat total kendaraan (kg)

Page 41: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Tahanan Gelinding (Rolling Resistance)

Tahanan gelinding merupakan tahanan gaya terhadap kemampuan

alat untuk menahan gerakan roda pada permukaan tanah (Yanto

Indonesianto, 2005). Tahanan gelinding yang terjadi pada alat berat

disebabkan oleh ban yang dapat menimbulkan suatu gaya tahanan

yang menyebabkan alat dapat tergelincir apabila alat tidak mampu

menahan besarnya beban tanah. Tahanan gelinding dipengaruhi oleh

beberapa faktor (W. Hustrulid, 2013) diantaranya penetrasi ban,

gesekan pada bagian dalam, beban pada roda, tekanan dan ukuran

ban, serta kondisi permukaan jalan. Tahanan gelinding dapat diukur

dengan rumus berikut:

𝑊𝑟 = 𝜑𝑟 × 𝐺 ............................................................................. (2.2)

Dimana:

Wr = Rolling Resistance (kg)

μr = Koefisien rolling resistance

G = Berat Kendaraan (kg)

Tabel 2.5 Koefisien Tahanan Gelinding

Sumber: U. S. Department of Labor Mine Safety and Health Administration, 1999

Road Surface Equivalent grade (%)

Hard, smooth, stabilized roadway without

penetration under load, watered, maintained2

Firm, smooth surface flexing slightly under load

or undulating, maintained fairly regularly,

watered

3

Rutted dirt road, flexing under load, little

maintenance, no watering, 1 to 2 inch tire

penetration

5

Rutted dirt road, soft under travel, 4 to 5 inch

tire penetration7.5

Typical Value for Rolling Resistance, Given in Equivalent Grade

Page 42: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Tenaga Roda (Rimpull)

Rimpull merupakan besaran gaya kuat tarik mesin terhadap ban yang

menggerakan mesin pada permukaan jalan. Berikut rumus

perhitungan rimpull (Yanto Indonesianto, 2005):

RP =HP ×375 ×efisiensi

v ................................................................ (2.3)

Dimana:

RP = Rimpull (lbs)

HP = Horse Power/tenaga kuda

Efisiensi = Efisiensi kerja mesin (%)

𝑣 = Kecepatan (mph)

6. Koefisien Traksi (Coefficient Traction)

Koefisien traksi adalah kekuatan yang dapat digunakan untuk

daya tarik dibagi dengan berat pada roda gigi yang sedang berjalan,

atau dapat didefinisikan sebagai nilai kekuatan pada kendaraan

untuk menarik atau mendorong (Partanto, 1983). Kemampuan alat

dalam menarik atau mendorong alat dipengaruhi oleh berat

kendaraan pada roda penggerak dan koefisien gesek/koefisien traksi.

Tabel 2.6. Koefisien Traksi

Sumber: Partanto, 1983

Macam Jalan Ban Karet Crawler

Jalan Beton yang kasar dan kering 0,80 – 1,00 0,45

Lempung kering 0,50 – 0,70 0,90

Lempung basah 0,40 –0,50 0,70

Pasir basah yang bercampur kerikil 0,30 – 0,40 0,35

Pasir lepas dan kering 0,20 – 0,30 0,30

Page 43: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b) Ketersediaan alat

1. Mechanical Availability (MA)

Merupakan perhitungan untuk mengetahui ketersediaan alat dengan

memperhitungkan waktu yang hilang karena kerusakan atau

gangguan alat, seperti kerusakan mesin atau perawatan alat.

𝑀𝐴 =𝑊

𝑊+𝑅× 100% ................................................................... (2.2)

Dimana:

W = Working Hours atau waktu kerja alat

R = Repair Hours atau waktu perbaikan alat

2. Physical Availability (PA)

Merupakan perhitungan untuk mengetahui ketersediaan alat dengan

memperhitungkan waktu yang hilang disebabkan oleh banyak hal

selain kerusakan mekanikal. Contohnya seperti hujan, jalan licin,

breakdown, blasting, insiden dll.

𝑃𝐴 =𝑊+𝑆

𝑊+𝑅+𝑆× 100% ................................................................ (2.3)

Dimana:

W = Working Hours atau waktu kerja alat

R = Repair Hours atau waktu perbaikan alat

S = Standby Hours

3. Use of Availability (UA)

Merupakan perhitungan untuk mengetahui ketersediaan alat untuk

beroperasi dengan memperhitungkan waktu yang hilang akibat alat

standby.

Page 44: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

𝑈𝐴 =𝑊

𝑊+𝑆× 100% .................................................................... (2.4)

4. Effective Utilization (EU)

Merupakan perhitungan untuk mengetahui ketersediaan alat untuk

beroperasi dari waktu kerja alat yang dibandingkan dengan waktu

kerja, waktu perbaikan dan waktu standby alat (total jam kerja alat).

EU =W

W+R+S× 100% ................................................................ (2.5)

2.2.3. Waktu Kerja Operasi

Kegiatan operasi dalam mengangkut material ke lokasi yang dituju

memerlukan waktu. Waktu yang ditempuh dalam waktu operasi dapat

mempengaruhi hasil produksi material yang dihasilkan. Perlu dihitung

waktu kerja efektif dalam kegiatan produksi, dengan memperhatikan faktor

penghambat kegiatan kerja untuk mengetahui produksi optimal pada waktu

kerja operasi.

2.2.4. Produktivitas Alat Angkut

Produktivitas merupakan besaran produksi yang dilihat dari kinerja

alat mekanis sebagai parameter untuk memperoleh kinerja alat maksimum

sesuai dengan target yang diinginkan. Perhitungan produktivitas digunakan

untuk menghitung besaran produksi yang dapat diperoleh alat berdasarkan

kondisi kerja di lapangan. Menurut (Yanto Indonesianto, 2005) Berikut

perhitungan produktivitas alat:

𝑃𝑎 = 60

𝐶𝑇𝑎× 𝐾𝑡 × 𝐸𝑘 ............................................................................. (2.6)

Page 45: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dimana:

Pa = Produktivitas (ton/jam)

Kt = kapasitas vessel (ton atau m3)

CTa = Cycle time alat angkut (menit)

Ek = Efisiensi kerja (%)

2.2.5. Waktu Siklus atau Cycle Time

Cycle time merupakan siklus waktu yang ditempuh oleh alat angkut

dalam pemuatan (loading time), pengangkutan (hauling time), pembuangan

(dumping time), spotting time dan waktu kembali (return time)

𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 = 𝑆𝑇 + 𝐿𝑇 + 𝐻𝑇 + 𝐷𝑇 + 𝑅𝑇 ........................................... (2.7)

2.2.6. Biaya Produksi

Perhitungan biaya produksi diperlukan untuk mengetahui nilai

efisiensi alat dari segi pembiayaan, untuk mengetahui biaya yang

dikeluarkan oleh penggunaan alat dalam menunjang kegiatan produksi.

Pada dasarnya biaya produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

peralatan, pekerja, metode penambangan, lokasi, perawatan alat dan lain-

lain (Haryanto, D. 2010). Perhitungan biaya produksi terbagi menjadi

sebagai berikut:

a) Biaya Kepemilikan (Owning Cost)

Biaya kepemilikan merupakan biaya-biaya yang bersifat tetap yang

dikeluarkan dari segi perawatan dan perpajakan. Biaya kepemilikan

merupakan biaya tetap yang diperhitungkan meskipun alat sedang tidak

beroperasi. Biaya kepemilikan terdiri dari penyusutan, bunga, nilai sisa

atau trade in value, pajak dan asuransi.

Page 46: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Penyusutan/Depresiasi

Penyusutan atau depresiasi adalah biaya yang disisihkan

dalam periode per tahun untuk menggantikan pengurangan nilai alat.

Depresiasi dapat digunakan untuk keperluan pajak, pengukuran

penurunan nilai alat, dan sebagai penyisihan biaya untuk

penggantian pabrik. Dalam hal ini biaya penyusutan yang dimaksud

sesuai dengan umur alat. Berikut rumus depresiasi dengan metode

Straight Line:

𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 =(𝐶−𝐿)

𝑛 ................................................................... (2.8)

Dimana:

C = Harga alat

L = Taksiran Nilai Akhir (Salvage Value) Alat

n = Umur Alat

2. Nilai sisa atau Trade in Value

Resale or trade in value adalah nilai sisa dari alat dimana

apabila alat ingin dijual kembali.

3. Bunga, Pajak, dan Asuransi

Bunga (interest) merupakan tingkat bunga pinjaman dari

bank, yang mana tingkat bunga dasar adalah 10.65% (Otoritas Jasa

Keuangan, 2018). Pajak adalah nilai kewajiban yang akan

dibebankan pada perusahaan kepada pemerintah. Nilai pajak yang

ditetapkan adalah 10% (Pajak proporsional PPN) Sedangkan

asuransi adalah adalah premi yang harus ditambahkan dan

diperhitungkan untuk menjaga kemungkinan kecelakaan, kebakaran

dll. Nilai asuransi yang ditetapkan adalah 2.35% (Otoritas Jasa

Keuangan, 2017). Perhitungan bunga, pajak dan asuransi adalah

sebagai berikut:

Page 47: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎, 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘, 𝑎𝑠𝑢𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖 =𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟×𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛×𝑆𝑢𝑘𝑢 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 (𝑗𝑎𝑚) .............(2.9)

Dimana:

𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 1 −(𝑛−1)(1−𝑟)

2𝑛 ......................................................... (2.10)

Keterangan :

n = umur alat (jam)

r = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡

b) Biaya Operasi (Operating Cost)

Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan sesuai dengan

penggunaan dari suatu alat. Biaya operasi terdiri dari biaya ban, biaya

perbaikan ban, pemeliharaan dan perbaikan, bahan bakar, minyak

pelumas dan lemak pelumas (Haryanto, D. 2010).

1. Biaya bahan bakar (fuel cost)

Perhitungan kebutuhan bahan bakar alat dapat menggunakan

rumus sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝐵𝑀 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝐵𝑀/𝑗𝑎𝑚 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐵𝐵𝑀/𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟 .............. (2.11)

2. Biaya pelumas/oli, gemuk dan penyaring (oil, grease, and filters)

Perhitungan kebutuhan pelumas, gemuk dan penyaring

sesuai dengan kebutuhan alat. Untuk perhitungan biaya pelumas,

gemuk dan penyaring yang digunakan adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑢𝑚𝑎𝑠 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑙𝑢𝑚𝑎𝑠 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑢𝑚𝑎𝑠 ....... (2.12)

Page 48: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Biaya ban (tire cost)

Biaya ban merupakan salah satu komponen biaya terbesar dalam

biaya operasi. Umur ban ditentukan dari beberapa faktor,

diantaranya faktor dari medan kerja alat. Berikut rumus perhitungan

biaya ban per jam:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐵𝑎𝑛

𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑛 (𝑗𝑎𝑚) ................. (2.13)

4. Biaya reparasi alat (repair cost)

Biaya reparasi alat dipengaruhi oleh kondisi kinerja alat dan

beberapa faktor lain diantaranya skill operator, pemeliharaan alat

dan lain-lain. Perhitungan biaya reparasi alat merupakan biaya rata-

rata perbaikan alat selama masa pakai alat. Perhitungan biaya

reparasi alat yang digunakan adalah:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖 =𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛×(𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛−ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑛)

𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑗𝑎𝑚) ................. (2.14)

5. Biaya khusus (special items)

Biaya khusus merupakan biaya tambahan untuk perbaikan yang

tidak termasuk dalam biaya reparasi alat karena ada parts yang

mudah aus atau rusak akibat intensitas penggunaan yang cukup

tinggi.

6. Biaya operator (operator wages)

Biaya atau upah operator dimasukkan dalam komponen biaya

operasi. Berikut rumus yang digunakan untuk perhitungan upah

operator:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 =𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 (𝑗𝑎𝑚) .................... (2.15)

Page 49: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.7. Aplikasi Penggunaan Linear Programming Dalam Kegiatan Operasi

a) Linear Programming

Linear programming merupakan suatu metode pemecahan

masalah pada penggunaan sumber daya terbatas untuk mendapatkan

hasil yang optimal dengan menggunakan mode matematika untuk

meminimalkan biaya atau memaksimalkan keuntungan. Menurut

Thomas S. Ferguson (https://www.math.ucla.edu/~tom/LP.pdf, diakses

pada 30 September 2018, pk. 13.18 WIB) Linear programming

merupakan suatu metode matematis penyelesaian masalah pada batasan

linear untuk memaksimalkan keuntungan atau meminimalkan dalam

bentuk fungsi linear.

b) Model Linear Programming

Suatu permasalahan yang akan dianalisis dibentuk menjadi

sebuah model matematis, dimana realita suatu problema dijadikan

fungsi matematik. Menurut (Siswanto, 2007) terdapat unsur utama

dalam Linear programming, yaitu:

1. Variabel keputusan

2. Fungsi tujuan

3. Fungsi kendala

Variabel keputusan adalah suatu penetapan problema untuk

mencapai suatu tujuan yang ingin dioptimalkan. Fungsi tujuan berarti

fungsi yang berisi pencapaian objektif terhadap sumber daya yang ada,

dimana dalam penelitian yang akan dilakukan penggunaan aplikasi

linear programming untuk meminimumkan biaya produksi alat angkut

dari batubara ke pelabuhan.

𝐹𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑇𝑢𝑗𝑢𝑎𝑛 (𝑍) = ∑ ∑ 𝐶𝑖𝑗𝑋𝑖𝑗𝑛𝑗

𝑚𝑖 ............................................ (2.16)

Page 50: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dimana :

Z = Nilai optimal yang dituju, minimal atau maksimal

Cij = kenaikan nilai Z jika ada penambahan kegiatan j

Xij = Jenis unit yang digunakan untuk kegiatan

Fungsi tujuan yang dimaksud dapat digunakan sebagai fungsi

tujuan maksimum atau fungsi tujuan minimum, namun dalam penelitian

ini fungsi tujuan yang dimaksud adalah tujuan minimum. Yaitu untuk

meminimumkan biaya produksi.

Sedangkan fungsi batasan adalah fungsi yang menjelaskan

keterbatasan pada sumber daya yang tersedia yang akan diperhitungkan

secara matematis. Fungsi batasan dalam penelitian ini yang dimaksud

adalah kapasitas maksimum alat angkut sesuai dengan jumlah aktual

yang ada di lapangan. Menurut (Eddy Herjanto, 2007) fungsi batasan

dirumuskan sebagai berikut:

∑ ∑ 𝑎𝑖𝑗 𝑋𝑗 ≤ 𝑏𝑖𝑛𝑗=1

𝑚𝑖=1 ................................................................... (2.17)

Xj ≥ 0 (j = 0, 1, 2 , 3,…,n)

Bi ≥ 0 (i = 0, 1, 2 , 3,…,n)

Dimana :

aij = Kebutuhan sumber daya untuk menghasilkan kegiatan

Xj = Jenis unit yang digunakan untuk kegiatan

Bi = Banyaknya sumber daya yang tersedia

Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini terletak pada

optimasi pendistribusian batubara yang akan diangkut oleh tiga tipe alat

angkut dengan kapasitas berbeda sesuai dengan jumlah alat yang

terdapat dilapangan untuk mencapai target produksi yang telah

Page 51: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ditetapkan. Gambar 2.12 berikut menjelaskan skema pengiriman

batubara dari stockpile ke pelabuhan, dimana batubara tersebut diangkut

tiga alat angkut dengan masing-masing kapasitas dan jumlah alat yang

berbeda serta memiliki biaya produksi masing-masing yang akan

dihitung (Xij). Untuk bagian sebelah kiri adalah sumber pengiriman

batubara (stockpile) yang kemudian didistribusikan dengan tiga tipe alat

angkut, serta bagian kanan adalah tujuan pengiriman batubara yaitu

pelabuhan.

Gambar 2.12 Skema Pengiriman Batubara ke Pelabuhan

Dalam menggunakan model Linear Programming untuk

pemecahan suatu masalah terdapat aspek-aspek yang perlu

dipertimbangkan, diantaranya :

1. Fungsi tujuan harus mencapai sebuah tujuan, yakni dalam

penelitian ini adalah untuk meminimumkan biaya

2. Kendala atau fungsi batasan harus dinyatakan dalam bentuk

persamaan

3. Variable tidak boleh negatif

4. Konstanta dalam persamaan tidak boleh negatif.

Page 52: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c) Aplikasi Linear Programming

Penggunaan Linear Programming dapat digunakan untuk

melakukan pengambilan keputusan dalam kegiatan pertambangan untuk

memberikan sebuah hasil optimal dalam kegiatan operasi, contohnya

untuk analisis plant, pengalokasian permasalahan transportasi dan

teknik pencampuran material sesuai kebutuhan pasar. Linear

programming dapat dilakukan dengan beberapa metode, namun pada

penelitian ini hanya dibatasi dengan menggunakan metode simpleks.

Metode simpleks adalah perhitungan suatu model matematis yang

dilakukan secara berulang-ulang (iterasi) untuk mendapatkan hasil

optimal. Aplikasi linear program dapat digunakan dengan software,

yaitu Simplex LP pada Microsoft Excel.

2.2.8. Tafsir Ayat

Ayat Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia dalam menjalani

kehidupan. Setiap ayat yang tertuang dalam Al-Qur’an memberikan pesan

tersendiri setiap manusia dalam bertindak. Beberapa Ayat yang akan

dibahas mengenai efisiensi dan produktivitas yaitu sebagai berikut:

1) Al- Isra’ – Ayat 26 (Efisiensi)

بى ر ق آت ذا ال ل و يل و ب ن الس اب ين و ك س م ال ه و ق ح

ا ير ذ ب ر ت ذ ب ت

Artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan

haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan

janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”

Page 53: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2) Al-Isra’ – Ayat 27 (Efisiensi)

ه ب ر ان ل ط ي ان الش ك ين و اط ي ان الش و خ انوا إ ين ك ر ذ ب م إن ال

ا فور ك

Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara

syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

3) At-Taubah – Ayat 105 (Produktivitas)

نون ورسوله عملكم الل فسيرى اعملوا وقل وستردون والمؤم

تعملون كنتم ب ما فينب ئكم والشهادة الغيب عال م إ لى

Artinya : “Dan Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya

serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan

dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang

nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.’”

Page 54: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.9. Implementasi Ayat Al-Qur’an Terhadap Produksi Pengangkutan

Batubara

Al-Qur’an sebagai pedoman dalam menjalani setiap langkah dalam

kehidupan manusia. Dalam hal ini termasuk juga dengan kegiatan produksi

batubara. Kegiatan produksi membutuhkan efisiensi yang tinggi untuk

mencapai keuntungan maksimum, dalam arti bahwa kegiatan produksi

harus memberikan ketercapaian target dalam menghasilkan barang atau jasa

dengan biaya minimum. Pada QS: Al-Isra’ ayat 26-27 dikatakan bahwa

“janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”

dimana pada ayat tersebut berarti dalam melaksanakan kegiatan operasi

produksi tidak diperbolehkan boros, dan Allah tidak menyukai perbuatan

boros. Apabila dalam kegiatan operasi produksi tidak mempertimbangkan

faktor-faktor yang meningkatkan efisiensi, tentunya akan memberikan

pemborosan biaya yang akan memberikan kerugian.

Kegiatan operasi produksi harus dilaksanakan secara optimal untuk

meraih produktivitas maksimal, dalam QS: At-Taubah ayat 105 dikatakan

bahwa “bekerjalah kamu” yang berarti kegiatan kerja/operasi harus

dilakukan secara optimal dan dilaksanakan sebaik-baiknya agar

memberikan output produksi yang optimal sehingga dapat menekan biaya

serta menghemat biaya-biaya tambahan yang dapat memberikan kerugian.

Page 55: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

40 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode Operation Research. Metode Operation Research merupakan suatu

metode penyelesaian untuk mendapatkan solusi dari kompleksitas suatu

permasalahan dengan model matematika (Hamdy, A. Taha, 2007). Metode

operation research adalah penelitian yang memberi solusi berupa aksi nyata

terhadap masalah dan memberikan cara yang paling sesuai untuk

memperbaiki suatu kondisi dan memberikan solusi optimal pada keadaan

tersebut.

Pada penelitian ini data aktual produktivitas dan biaya produksi alat

angkut dihitung untuk mengetahui produksi yang dapat dihasilkan.

Parameter pendukung yang dibutuhkan adalah cycle time alat angkut,

efisiensi kerja alat, kapasitas alat angkut, target produksi alat angkut,

kebutuhan konsumsi alat yang diperoleh dari data sekunder.

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui

biaya produksi alat angkut minimum serta optimasi penggunaan jumlah alat

angkut. Serta memberikan alternatif solusi untuk mengoptimalkan produksi

sesuai dengan data aktual yang ada dengan aplikasi software Simplex LP

dengan biaya produksi minimum.

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian Tugas Akhir dilaksanakan di Desa Gunung Sari,

Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan

Timur dan waktu penelitian berlangsung dari tanggal 21 Maret 2018 – 26

April 2018.

Page 56: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3. Sumber Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diambil dari hasil pengamatan

di lapangan. Data sekunder yang diperoleh penulis berasal dari arsip PT.

Bara Tabang dan beberapa referensi dari makalah, jurnal dan website resmi

yang berkaitan dengan penelitian ini. Berikut data-data yang dipergunakan

adalah:

1. Data jam kerja alat

2. Data efisiensi kerja alat

3. Data Cycle Time alat angkut yakni Double Power Road Train (DPRT)

Scania R580 320 m3, SDT Volvo FH-16 610 200 m3 dan Side Door

Tipper (SDT) Scania R580 170 m3 pada tanggal 24 Maret – 30 Maret

2018.

4. Data spesifikasi alat

5. Data kebutuhan konsumsi alat angkut

6. Data jumlah alat

3.4. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Perhitungan produktivitas masing-masing alat. Pada perhitungan ini

penulis menghitung nilai cycle time rata-rata Tanggal 24-30 Maret

2018 dari data aktual yang didapat dari hasil pengamatan di

lapangan serta data arsip PT. Bara Tabang kemudian menghitung

produktivitas alat angkut dengan mempertimbangkan cycle time,

kapasitas vessel dan efisiensi kerja alat.

2) Simulasi perhitungan biaya produksi, yaitu biaya kepemilikan dan

biaya operasi alat angkut. Meliputi biaya investasi alat, depresiasi,

bunga, asuransi, pajak, kebutuhan bahan bakar, kebutuhan oli dan

biaya pekerja.

Page 57: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3) Analisis perbandingan biaya produksi dari 3 alat angkut, kemudian

optimasi penggunaan alat angkut yang paling efisien sesuai dengan

jumlah alat yang terdapat di lapangan yang menghasilkan biaya

produksi minimum dengan menggunakan Simplex LP.

3.5. Tahapan Penelitian

Adapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

I. Studi Literatur

Merupakan pembelajaran materi mengenai produktivitas dan materi

pembiayaan operasional melalui literatur dari berbagai referensi yang

nantinya akan dicantumkan dalam dasar teori dalam penelitian ini.

II. Pengambilan data:

Pengambilan data yang dibutuhkan terdapat dua jenis, yaitu data

primer dan sekunder. Data primer diambil pada saat kegiatan

lapangan, yaitu cycle time tiga alat angkut serta waktu operasi. Serta

data sekunder didapat dari arsip perusahaan, makalah website resmi

dan beberapa jurnal ilmiah yang berkaitan dengan penelitian. Data

sekunder yang dibutuhkan adalah spesifikasi alat, efisiensi kerja alat,

data kebutuhan konsumsi alat angkut dan data arsip perusahaan.

III. Pengolahan Data

Pada tahap ini hasil perolehan data adalah sebagai berikut:

1) Perhitungan produktivitas alat angkut

2) Simulasi perhitungan biaya produksi alat angkut.

3) Simulasi jumlah alat berdasarkan target produksi

4) Analisis efisiensi penggunaan alat dengan membandingkan biaya

produksi 3 alat angkut serta simulasi kombinasi penggunaan jumlah

alat aktual untuk mencapai target produksi menggunakan Simplex LP.

Page 58: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

IV. Analisis Data

Data yang telah diproses kemudian dianalisis dengan menggunakan

simulasi kombinasi penggunaan alat angkut untuk mengetahui nilai

optimum dengan minimum cost menggunakan Simplex LP.

V. Kesimpulan dan Saran

Hasil analisis data menghasilkan kesimpulan dan memberikan

rekomendasi saran yang dapat menjadi masukan bagi perusahaan.

Page 59: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian

Ya

Pembahasan

Optimasi penggunaan alat angkut

untuk memaksimalkan produksi dari

segi jumlah alat dan kapasitas

Data Primer:

1. Cycle time alat angkut

2. Waktu Operasi

Tidak

tercapai

Menggunakan

simulasi

kombinasi

jumlah alat

sesuai aktual di

lapangan

Page 60: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Kegiatan Penambangan

Batubara hasil tambang diangkut ke beberapa lokasi, diantaranya

Intermediate Crushing Facilities (ICF) untuk pengecilan ukuran, Coal Pad 1

dan Coal Pad 2 untuk tempat penyimpanan batubara ROM (Run of mine).

Batubara hasil crushing diangkut menggunakan Silo untuk batubara di ICF dan

batubara Raw Coal di Coal Pad 1 dan 2 dimuat menggunakan Wheel Loader

Komatsu WL-600-O3P untuk batubara. Batubara hasil tambang diangkut

menuju pelabuhan. Jarak angkut ICF dan Coal Pad menuju Coal Handling Plant

(CHP) Senyiur sebesar 69 km. Untuk itu perlu dilakukan analisis mengenai

produktivitas alat angkut yang berkaitan dengan biaya produksi alat angkut

untuk menghasilkan biaya minimum dengan kondisi jarak angkut yang cukup

panjang.

4.2. Penggunaan Alat Angkut Pada Kegiatan Pengangkutan Batubara

Pengangkutan batubara PT. Bara Tabang menuju CHP Senyiur

menggunakan 7 jenis alat angkut. Namun pada penelitian ini observasi

dikhususkan pada 3 alat dengan tipe dan kapasitas truk yang berbeda-beda.

Jenis truk angkut yang digunakan dalam penelitian ini adalah truk Double

Power Road Train (DPRT) Scania R580 4 Vessel kapasitas 332 m3 yang

mengangkut batubara ROM, truk SDT Volvo FH-16 610 2 Vessel kapasitas 200

m3 dan truk SDT Scania R580 2 Vessel kapasitas 170 m3 yang mengangkut

batubara hasil crushing. Untuk peta pengangkutan terdapat pada lampiran.

Page 61: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3. Analisis Kondisi Jalan Angkut

Sesuai dengan perhitungan lebar jalan angkut menghasilkan lebar jalan

angkut minimum yang dapat digunakan pada Coal Hauling Road adalah 13.30

m (Lampiran F). Namun pada aktual di lapangan lebar jalan angkut minimum

adalah 16 m sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) Coal Hauling

Road Pada PT. Bara Tabang.

4.4. Analisis Grade Jalan

Grade jalan atau kemiringan jalan yang ditetapkan pada Coal Hauling

Road atau jalan angkut sesuai SOP PT. Bara Tabang adalah maksimum 3% pada

arah muatan dan 5% pada arah kosongan.

4.5. Analisis Rolling Resistance

Tahanan gelinding atau rolling resistance sebagaimana pada rumus

persamaan (2.2). Untuk masing-masing kendaraan akan dibahas pada lampiran

J sesuai dengan kondisi jalan angkut pada PT. Bara Tabang. Tahanan gelinding

pada alat berpengaruh terhadap cycle time. Semakin tinggi tahanan gelinding

alat maka semakin besar cycle time nya. Sehingga hasil perhitungan rolling

resistance yang dihasilkan adalah 12,450 kg untuk DPRT Scania R580

kapasitas 332 m3, 7,050 kg untuk SDT Volvo FH16 kapasitas 200 m3, dan 6,471

kg untuk SDT Scania R580 kapasitas 170 m3.

4.6. Analisis Grade resistance, Rimpull dan Coefficient Traction

Analisis rimpull dan coefficient traction tidak diperhitungkan dan

dijadikan sebagai batasan masalah, karena rute pengangkutan batubara yang

sama sehingga perhitungan tidak perlu dipertimbangkan secara signifikan serta

tidak mempengaruhi perhitungan produktivitas alat angkut

Page 62: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.7. Waktu Operasi

Shift kerja yang diterapkan dalam jam operasional adalah 2 shift kerja,

yaitu shift pagi dan shift malam selama 12 jam untuk setiap shift. Dalam satu

shift kerja terdapat beberapa waktu penghambat, diantaranya waktu pergantian

shift, waktu makan dan istirahat, waktu pemeriksaan harian alat hingga waktu

safety talk sehingga akan mempengaruhi produktivitas dan waktu kerja.

Perhitungan jam efektif kerja untuk Coal Hauling pada PT. Bara Tabang tidak

mempertimbangkan curah hujan, hal ini dikarenakan pengangkutan batubara

dapat dilakukan dalam kondisi cuaca panas dan hujan atau all weather. Waktu

kerja efektif berdasarkan hasil pengamatan adalah 15.67 jam/hari. Untuk

penjelasan lebih detail terdapat pada Lampiran C.

4.8. Data Cycle Time

Pengambilan data cycle time diperoleh dari arsip data PT. Bara Tabang.

Perhitungan cycle time menggunakan 4 unit sebagai acuan pengolahan data.

Tabel perhitungan cycle time secara lengkap terdapat pada lampiran. Berikut

perhitungan cycle time rata-rata tanggal 24-30 Maret 2018:

Tabel 4.1 Cycle Time Rata-Rata tanggal 24-30 Maret 2018

Tipe Alat

130.62 5.3 5.9 130.1 308.48

371.12

132.8 4.24 7.88 136.2 322.36

Return

Time Total

DPRT Scania R580 4

Vessel

SDT Scania R580 2

Vessel 85x2 m³

SDT Volvo FH-16 610

2 Vessel 200 m³

26.38

29.18

25.8

21.64

12.06

10.76

151.68 11.94 12.96 146.52

Queuing

Time

Loading

Time

Hauling

Time

Queuing

Time

Tipping

Time

Page 63: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.9. Produktivitas Alat

Alat angkut yang digunakan adalah Double Power Road Train (DPRT)

Scania R580 kapasitas 332 m3, truk SDT Volvo FH-16 610 kapasitas 200 m3

dan truk SDT Scania R580 kapasitas 170 m3 berikut perhitungan produktivitas

masing-masing alat.

a) Produktivitas DPRT Scania R580 kapasitas 320 m3

Lokasi pemuatan atau loading point DPRT Scania R580 kapasitas 320

m3 terletak pada Coal Pad 1, dimana pada lokasi tersebut batubara yang

dimuat adalah batubara hasil tambang atau Run Of Mine (ROM).

Sehingga perhitungan produktivitas DPRT Scania R580 kapasitas 332

m3 adalah sebagai berikut:

Cycle time = 371.12 menit

Kt = 332 m3

PA (%) = 73 %

UA (%) = 58%

Densitas batubara = 0.89 kg/m3

Sehingga, 𝑃𝑎 = 60

371.12× (332) × 73% × 58% × 0.89 𝑘𝑔/𝑚3

Pa = 20.1 ton/jam

b) Produktivitas SDT Volvo FH-16 610 kapasitas 200 m3

Pemuatan batubara menggunakan Silo yang berlokasi di ICF, dimana

batubara yang dimuat adalah batubara hasil crushing. Sehingga

perhitungan produktivitas SDT Volvo FH-16 610 kapasitas 200 m3

adalah sebagai berikut:

Cycle time = 322.36 menit

Kt = 200 m3

PA (%) = 96%

UA (%) = 78%

Page 64: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Densitas batubara = 0.82 kg/m3

Sehingga, 𝑃𝑎 = 60

322.36× (200) × 96% × 78% × 0.82 𝑘𝑔/𝑚3

Pa = 23.0 ton/jam

c) Produktivitas SDT Scania R580 kapasitas 170 m3

Pemuatan batubara ke alat angkut SDT Scania R580 kapasitas 170 m3

menggunakan Silo yang berlokasi di ICF, dimana batubara yang dimuat

adalah batubara hasil crushing. Sehingga perhitungan produktivitas

SDT Scania R580 kapasitas 170 m3 adalah sebagai berikut:

Cycle time = 308.48 menit

Kt = 170 m3

PA (%) = 79%

UA (%) = 81%

Densitas batubara = 0.82 kg/m3

Sehingga, 𝑃𝑎 = 60

308.48× (170) × 79% × 81% × 0.82 𝑘𝑔/𝑚3

Pa = 17,4 ton/jam

Page 65: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.10. Perhitungan Biaya Produksi Alat Angkut

Perhitungan biaya produksi meliputi perhitungan biaya kepemilikian

atau owning cost dan biaya operasi atau operating cost. Berikut perhitungan

biaya kepemilikan dan biaya operasi ketiga alat angkut:

4.10.1. Biaya Produksi DPRT Scania R580 kapasitas 332 m3

A. Biaya Kepemilikan (Owning Cost)

1) Depresiasi

Harga alat angkut DPRT Scania R580 kapasitas 332 m3 Rp.

7,450,000,000.00 dan diketahui harga ban total adalah Rp. 536,180,000.00

serta nilai sisa alat atau trade in value sebesar 15%. Umur depresiasi alat

yang diperhitungkan 16,000 jam. Perhitungan depresiasi menggunakan

metode Straight Line seperti sebagai berikut:

𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 =(7,450,000,000 − 536,180,000 − (15% × 7,450,000,000)

16,000

Sehingga nilai depresiasi adalah Rp. 364,500.00

2) Bunga, pajak dan asuransi

Suku bunga rata-rata hingga bulan April 2018 adalah 10.65%. Pajak PPN

10% dan nilai asuransi yang tentukan adalah 2.35% menurut data Ototitas

Jasa Keuangan tahun 2017. Adapun perhitungan nilai faktor yang

mempertimbangkan depresiasi dan nilai sisa alat sebesar F=0.8077 (terdapat

pada lampiran), serta penggunaan alat dalam satu tahun adalah 8760 jam.

Sehingga perhitungan bunga, pajak dan asuransi adalah sebagai berikut:

= Rp. 157,987.73

Bunga, Pajak dan Asuransi = 0.8077 x IDR 7,450,000,000 x 23%

8760

Page 66: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Biaya Operasi (Operational Cost)

1) Kebutuhan bahan bakar

Bahan bakar yang digunakan adalah Solar B-10 Pertamina dengan

kebutuhan rata-rata bulan Maret 2018 adalah 41 liter/jam. Untuk harga

bahan bakar adalah Rp. 8,340.53 berdasarkan data Section Operation PT.

Bara Tabang 2018. Sehingga kebutuhan bahan bakar per-jam adalah:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 = 41 × Rp. 8,340.53

= Rp. 341,961.73

2) Kebutuhan oli

a. Oli Mesin/Engine Oil

Perhitungan kebutuhan engine oil berdasarkan jumlah penggunaan

engine oil dibagi dengan interval waktu penggantian oli, yaitu

kebutuhan oli dalam satu tank adalah 48 liter dan durasi penggantian oli

250 jam dengan harga engine oil adalah Rp. 27,751.20/liter. Sehingga

biaya konsumsi engine oil adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑖 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =45

250× 𝑅𝑝. 27,751.20

= Rp. 5,328.23/jam

b. Oli Transmisi/Transmission Oil

Kapasitas oli transmisi unit adalah 17.5 liter dengan waktu penggantian

500 jam dan harga oli transmisi adalah Rp. 31,435.41/liter. Sehingga

biaya konsumsi oli transmisi adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑖 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =17.5

500× 𝑅𝑝. 31,435.41

= Rp. 1,100.24/jam

Page 67: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Final Drive Oil dan Differential Oil

Kapasitas Final Drive Oil dan Differential Oil unit adalah 30 liter

dengan waktu penggunaan 1000 jam dan harga Final Drive Oil dan

Differential Oil adalah Rp. 31,435.41/liter. Sehingga biaya konsumsi

Final Drive Oil dan Differential Oil adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 per − jam =30

1000× 𝑅𝑝. 31,435.41

= Rp. 9,480.06/jam

d. Oli Hidraulik/Hydraulic Oil

Kapasitas oli hidraulik unit adalah 220 liter dengan waktu penggantian

6000 jam dan harga oli hidraulik adalah Rp. 28,708.13/liter. Sehingga

biaya konsumsi oli hidraulik adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑖 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑢𝑙𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =220

6000× 𝑅𝑝. 28,708.13

= Rp. 1,052.63/jam

e. Penggemuk/Grease

Penggunaan penggemuk/grease adalah 5 kg dengan waktu penggantian

168 jam dan harga penggemuk/grease adalah Rp. 112,370.84/kg.

Sehingga biaya konsumsi penggemuk/grease adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑔𝑟𝑒𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =5

168× 𝑅𝑝. 112,370.84

= Rp. 3,344.37/jam

Page 68: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

f. Coolant Oil

Pengunaan Coolant Oil atau oli pendingin adalah 30 liter dengan waktu

penggantian adalah 6000 jam. Harga Coolant Oil adalah Rp.

43,474.84/liter. Sehingga biaya konsumsi Coolant Oil adalah sebagai

berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐶𝑜𝑜𝑙𝑎𝑛𝑡 𝑂𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =30

6000× 𝑅𝑝. 43,474.84

= Rp. 217.37/jam

3) Umur ban/Tire Lifetime

Kebutuhan ban Scania R580 dengan empat vessel kapasitas 332 m3

membutuhkan 98 ban. Sehingga total harga ban Rp. 536,180,000.00. Umur

ban aktual adalah 4000 jam. Sehingga biaya ban adalah sebagai berikut

𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑏𝑎𝑛 =𝑅𝑝. 536,180,000.00

4000= Rp. 134,045.00/jam

4) Reparasi alat

Ongkos reparasi alat adalah Rp. 350,000.00 per jam. Biaya reparasi alat

sudah termasuk dengan biaya mekanik dan parts yang dibutuhkan saat

reparasi.

5) Biaya operator

Perhitungan biaya operator dihitung berdasarkan jumlah besar gaji yang

kemudian dibagi dengan jumlah hari kerja x jam kerja per-hari.

Page 69: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.2 Perhitungan Biaya Operator DPRT Scania R580 kapasitas 332 m3

Sehingga upah operator selama 1 bulan dalam satuan Rp/jam adalah

sebagai berikut:

𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =𝑅𝑝. 13,000,000.00

(30 × 12)= 𝑅𝑝. 36,111.11

4.10.2. Biaya Produksi SDT Volvo FH-16 610 kapasitas 200 m3

A. Biaya Kepemilikan (Owning Cost)

1) Depresiasi

Harga alat angkut Volvo FH-16 610 Rp.4,980,000,000.00 dan diketahui

harga total ban adalah Rp. 316,200,000.00. Adapun nilai sisa alat 15%.

Umur depresiasi alat adalah 16.000 jam. Perhitungan depresiasi

menggunakan metode Straight Line seperti sebagai berikut:

𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 =(4,980,000,000 − 316,200,000 − (15% × 4,980,000,000)

16.000

Sehingga nilai depresiasi adalah Rp. 244,800.00

2) Bunga, pajak dan asuransi

Suku bunga rata-rata hingga bulan April 2018 adalah 10.65%. Untuk pajak

yang dihitung adalah PPN 10% dan nilai asuransi yang tentukan adalah

2.35% menurut data Ototitas Jasa Keuangan tahun 2017. Adapun

perhitungan nilai faktor yang mempertimbangkan depresiasi dan nilai sisa

alat sebesar F=0.8077 (terdapat pada lampiran), serta annual use atau

penggunaan alat dalam satu tahun adalah 8,760 jam. Sehingga perhitungan

bunga, pajak dan asuransi adalah sebagai berikut:

Biaya 1 bulan Waktu Kerja Jam Harga

Driver 30 hari 12 jam 360 IDR 13,000,000.00

Page 70: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

= Rp. 105,607.91

B. Biaya Operasi (Operational Cost)

1) Kebutuhan bahan bakar

Kebutuhan bahan bakar rata-rata SDT Volvo FH16 Kapasitas 200 m3 pada

bulan Maret 2018 adalah 47.68 liter/jam. Bahan bakar yang digunakan

adalah Solar B-10 Pertamina dengan harga bahan bakar adalah Rp. 8,340.53

(Data Section Operation PT. Bara Tabang 2018). Sehingga kebutuhan bahan

bakar per-jam adalah:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 = 47.68 × Rp. 8,340.53

= Rp. 397,676.53

2) Kebutuhan oli

a. Oli Mesin/Engine Oil

Perhitungan kebutuhan engine oil berdasarkan jumlah penggunaan

engine oil dibagi dengan interval waktu penggantian oli, yaitu

kebutuhan oli dalam satu tank adalah 45 liter dan durasi penggantian oli

500 jam dengan harga engine oil adalah Rp. 45,678.90/liter. Sehingga

biaya konsumsi engine oil adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑖 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =45

250× 𝑅𝑝. 45,678.90

= Rp. 4,111.10/jam

b. Oli Transmisi/Transmission Oil

Kapasitas oli transmisi unit adalah 18 liter dengan waktu penggantian

2000 jam dan harga oli transmisi adalah Rp. 187,053/liter. Sehingga

biaya konsumsi oli transmisi adalah sebagai berikut:

Bunga, Pajak dan Asuransi = 0.807 x IDR 4,980,000,000 x 23%

8760

Page 71: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑖 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =18

2000× 𝑅𝑝. 187,053

= Rp. 1,683.48/jam

c. Final Drive Oil dan Differential Oil

Kapasitas Final Drive Oil dan Differential Oil unit adalah 104 liter

dengan waktu penggunaan 2000 jam dan harga Final Drive Oil dan

Differential Oil adalah Rp. 189,601.15/liter. Sehingga biaya konsumsi

Final Drive Oil dan Differential Oil adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 per − jam =104

2000× 𝑅𝑝. 189,601.15

= Rp. 9,859.26/jam

d. Oli Hidraulik/Hydraulic Oil

Kapasitas oli hidraulik unit adalah 85 liter dengan waktu penggantian

2000 jam dan harga oli hidraulik adalah Rp. 20,915.00/liter. Sehingga

biaya konsumsi oli hidraulik adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑖 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑢𝑙𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =85

2000× 𝑅𝑝. 20,915

= Rp. 888.89/jam

e. Penggemuk/Grease

Penggunaan penggemuk/grease perhari adalah 0.86 kg dengan waktu

penggantian 140 jam dan harga penggemuk/grease adalah Rp.

36,222.22 /liter. Sehingga biaya konsumsi penggemuk/grease adalah

sebagai berikut:

Page 72: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑔𝑟𝑒𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =0.86

140× 𝑅𝑝. 36,222.22

= Rp. 1,552.38/jam

3) Umur ban/Tire Lifetime

Kebutuhan ban Volvo FH-16 dengan dua vessel kapasitas 200 m3

membutuhkan 54 ban dengan total harga ban Rp. 316,200,000.00. Umur

ban aktual adalah 1512 jam. Sehingga biaya ban adalah sebagai berikut

𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑏𝑎𝑛 =𝑅𝑝.316,200,000.00

1512= Rp. 209,096.73/jam

4) Reparasi alat

Ongkos reparasi alat adalah Rp. 194,000.00 per jam. Biaya reparasi alat

sudah termasuk dengan biaya mekanik dan parts yang dibutuhkan saat

reparasi.

5) Biaya operator

Perhitungan biaya operator diestimasikan berdasarkan 3 bagian: yaitu basic,

lembur dan insentif. Perhitungan Gaji berdasarkan basic mengacu pada

UMR Kutai Kartanegara yaitu Rp. 2,715,750.00 dengan durasi kerja selama

7 jam. Untuk perhitungan upah lembur mengacu pada peraturan Undang-

Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 78 ayat (2), (4)

dan pasal 85 serta Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004 mengenai

waktu dan upah kerja. Perhitungan upah lembur adalah sebagai berikut:

• Hari Kerja yang ditetapkan adalah 30 hari

• Waktu kerja yang digunakan adalah 12 jam (1 shift), terhitung 7 jam kerja

operasional dan 5 jam lembur.

Jam ke – 1 pada waktu lembur = 1 × 1.5 ×1

173× 𝑅𝑝. 2,715,750.00

Jam – 2, 3, 4, dst. pada waktu lembur = 2 × 1/173 × 𝑅𝑝. 2,715,750.00

Page 73: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

• Untuk hari libur pada 1 bulan kerja terdapat 2 hari ke-7 dalam satu minggu

dan 2 tanggal merah. Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut:

Hari ke-7 = 2 hari × 33 jam kerja × 1/173 × Rp. 2,715,750.00

Tanggal Merah = 2 hari × 33 jam kerja × 1/173 × Rp. 2,715,750.00

• Sehingga total overtime adalah 379 jam.

Untuk perhitungan insentif didasarkan pada Hoursmeter atau jam kerja alat.

Upah yang dibayarkan untuk 1 jam operasi alat adalah Rp. 9,000.00 dimana

1 shift adalah 12 jam. Sehingga dalam satu bulan insentif Hoursmeter adalah

28 hari kerja × 12 jam = 330 jam. Sehingga perhitungan upah operator

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Perhitungan Biaya Operator SDT Volvo FH 610 kapasitas 200 m3

Sehingga upah operator selama 1 bulan dalam satuan Rp/jam adalah

sebagai berikut:

𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =𝑅𝑝. 11,689,283

(30 × 12)= 𝑅𝑝. 32,470.23

Jam Harga Jumah

Basic - - IDR 2,715,750

Overtime 379 15,697.98IDR IDR 5,949,533

Hoursmeter 336 IDR 9,000.00 IDR 3,024,000

IDR 11,689,283TOTAL

PERHITUNGAN GAJI OPERATOR

Page 74: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.10.3. Biaya Produksi SDT Scania R580 kapasitas 170 m3

A. Biaya Kepemilikan (Owning Cost)

1) Depresiasi

Harga alat angkut SDT Scania R580 Rp.4,500,000,000.00 dan diketahui

nilai sisa alat atau trade in value sebesar 15%, serta harga total ban adalah

Rp. 288,152,000.00. Umur depresiasi alat yang diperhitungkan 16,000 jam.

Perhitungan depresiasi menggunakan metode Straight Line seperti sebagai

berikut:

𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 =(4,500,000,000 − 288,152,000 − (15% × 4,500,000,000)

16,000

Sehingga nilai depresiasi adalah Rp. 221,053.00

2) Bunga, pajak dan asuransi

Suku bunga rata-rata hingga bulan April 2018 adalah 10.65%. Pajak yang

dihitung adalah PPN 10% dan nilai asuransi yang tentukan adalah 2.35%

menurut data Ototitas Jasa Keuangan tahun 2017. Nilai faktor sebesar

F=0.8077 (terdapat pada lampiran), serta annual use atau penggunaan alat

dalam satu tahun adalah 8,760 jam. Sehingga perhitungan bunga, pajak dan

asuransi adalah sebagai berikut:

= Rp. 95,428.83

Bunga, Pajak dan Asuransi = 0.8077 x IDR 4,500,000,000 x 23%

8760

Page 75: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Biaya Operasi (Operational Cost)

1) Kebutuhan bahan bakar

Kebutuhan bahan bakar rata-rata bulan Maret 2018 adalah 35.4 liter/jam.

Bahan bakar yang digunakan adalah Solar Pertamina tipe B10 dengan harga

adalah Rp. 8,340.53 (Data Section Operation PT. Bara Tabang 2018).

Kebutuhan bahan bakar SDT Scania R580 Kapasitas 170 m3 per-jam

adalah:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 = 35.4 × Rp. 8,340.53

= Rp. 294,948.69

2) Kebutuhan oli

a. Oli Mesin/Engine Oil

Perhitungan kebutuhan engine oil berdasarkan jumlah penggunaan

engine oil dibagi dengan interval waktu penggantian oli, yaitu

kebutuhan oli dalam satu tank adalah 44 liter dan durasi penggantian oli

250 jam dengan harga engine oil adalah Rp. 21,800.00/liter. Sehingga

biaya konsumsi engine oil adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑖 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =44

250× 𝑅𝑝. 21,800

= Rp. 3,836.80/jam

b. Oli Transmisi/Transmission Oil

Kapasitas oli transmisi unit adalah 18 liter dengan waktu penggantian

250 jam dan harga oli transmisi adalah Rp. 20,598.09/liter. Sehingga

biaya konsumsi oli transmisi adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑖 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =18

250× 𝑅𝑝. 20,598.09

= Rp. 1,483.06/jam

Page 76: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Final Drive Oil dan Differential Oil

Kapasitas Final Drive Oil dan Differential Oil unit adalah 14 liter

dengan waktu penggunaan 1000 jam dan harga Final Drive Oil dan

Differential Oil adalah Rp. 23,000/liter. Sehingga biaya konsumsi Final

Drive Oil dan Differential Oil adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 per − jam =14

1000× 𝑅𝑝. 23,000

= Rp. 322.00/jam

d. Oli Hidraulik/Hydraulic Oil

Kapasitas oli hidraulik unit adalah 220 liter dengan waktu penggantian

6000 jam dan harga oli hidraulik adalah Rp. 16,300/liter. Sehingga biaya

konsumsi oli hidraulik adalah sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑖 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑢𝑙𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =220

6000× 𝑅𝑝. 16,300

= Rp. 597.67/jam

e. Penggemuk/Grease

Penggunaan penggemuk/grease perhari adalah 5 kg dengan waktu

penggantian 72 jam dan harga penggemuk/grease adalah Rp.

49,045.00/liter. Sehingga biaya konsumsi penggemuk/grease adalah

sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑔𝑟𝑒𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =5

72× 𝑅𝑝. 49,045

= Rp. 3,405.90/jam

Page 77: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3) Umur ban/Tire Lifetime

Kebutuhan ban Scania R580 dengan dua vessel kapasitas 170 m3

membutuhkan 54 ban dengan total harga ban Rp. 288,152,000.00. Umur

ban aktual adalah 1,563 jam. Sehingga biaya ban adalah sebagai berikut

𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑏𝑎𝑛 =𝑅𝑝.288,152,000.00

1563= Rp. 184,417.28/jam

4) Reparasi alat

Biaya reparasi alat adalah Rp. 302,858.59 per jam. Biaya reparasi alat sudah

termasuk dengan biaya mekanik dan parts yang dibutuhkan saat reparasi.

5) Biaya operator

Biaya Operator SDT Scania R580 kapasitas 170 m3 sebesar Rp.

11,000,000.00 dan jumlah hari kerja sebanyak 30 hari dan jumlah jam kerja

dalam 1 shift adalah 10 jam.

Sehingga upah operator selama 1 bulan dalam satuan Rp/jam adalah sebagai

berikut:

𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟 − 𝑗𝑎𝑚 =𝑅𝑝. 11,000,000.00

(30 × 12)= 𝑅𝑝. 30,555.56

Page 78: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.11. Analisis Biaya Produksi Alat Angkut

Perhitungan biaya produksi masing-masing alat angkut diperhitungkan

dalam satuan Rp./jam/unit, hasil total perhitungan masing-masing alat yang

telah dijabarkan pada sub-bab sebelumnya terdapat pada tabel dibawah berikut.

Tabel 4.4. Nilai Biaya Produksi dalam Satuan Rp/jam

Tipe Alat Biaya Produksi (Rp/jam)

DPRT Scania R580 332 m³ IDR 1,387,669.98

SDT Volvo FH 16 610 200 m³ IDR 1,201,746.51

SDT Scania R580 170 m³ IDR 1,088,430.95

Selanjutnya biaya produksi dikonversikan menjadi satuan rupiah per-

jam dengan membagi biaya produksi dengan produktivitas alat. Sehingga akan

menghasilkan biaya produksi dalam satuan Rp/ton sebagai berikut:

Tabel 4.5. Nilai Biaya Produksi dalam Satuan Rp/ton

Tipe Alat Biaya Produksi (Rp/ton)

DPRT Scania R580 332 m³ IDR 68,952.01

SDT Volvo FH 16 610 200 m³ IDR 52,299.68

SDT Scania R580 170 m³ IDR 62,543.86

Dalam tabel 4.5. tersebut diatas dapat dilihat bahwa DPRT Scania R580

kapasitas 332 m3 memiliki biaya produksi terbesar dalam satuan Rp/jam dan

SDT Scania R580 kapasitas 170 m3 memiliki biaya produksi terendah dalam

satuan Rp/jam. Namun setelah dikonversikan, biaya produksi dalam satuan

Rp/ton menjadi variatif, dimana bila diurutkan dari biaya yang tertinggi ke

rendah menjadi DPRT Scania R580 kapasitas 332 m3, SDT Scania R580

kapasitas 170 m3, dan SDT Volvo FH 16-610 kapasitas 200 m3. Hal ini

dikarenakan pada saat pengkonversian satuan Rp/jam menjadi Rp/ton, biaya

Page 79: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

produksi dibagi dengan produktivitas alat, yang mana pada perhitungan

produktivitas alat DPRT Scania R580 kapasitas 332 m3 memberikan nilai

produktivitas yang kurang optimal apabila dilihat lebih lanjut pada ketersediaan

alat DPRT Scania R580 kapasitas 332 m3, sehingga menghasilkan biaya

produksi lebih besar dibanding SDT Volvo FH16-610 kapasitas 200 m3 dan

SDT Scania R580 kapasitas 170 m3. Sehingga biaya produksi SDT Volvo FH

16-610 kapasitas 200 m3 menjadi paling kecil dibandingkan DPRT Scania

R580 kapasitas 332 m3 dan SDT Scania R580 kapasitas 170 m3. Berikut

penjelasan dengan menggunakan Grafik 6.1.

IDR 0

IDR 10,000

IDR 20,000

IDR 30,000

IDR 40,000

IDR 50,000

IDR 60,000

IDR 70,000

IDR 80,000

IDR 0

IDR 200,000

IDR 400,000

IDR 600,000

IDR 800,000

IDR 1,000,000

IDR 1,200,000

IDR 1,400,000

IDR 1,600,000

DPRT Scania R580 332 m³ SDT Volvo FH 16 610 200 m³ SDT Scania R580 170 m³

Perbandingan Biaya Produksi/jam Vs Biaya

Produksi/ton

Biaya Operasional (Rp/jam) Biaya Operasional (Rp/ton)

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Biaya Produksi berdasarkan Rp./ton dan

Rp./jam

Sehingga apabila dikaji lebih jauh lagi dalam sisi pembiayaan, SDT

Volvo FH16 610 kapasitas 200 m3 memiliki nilai yang efisien dibanding DPRT

Scania R580 kapasitas 332 m3 dan SDT Scania R580 170 m3. Efisien yang

Page 80: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dimaksud adalah dapat memberikan biaya produksi yang rendah, meskipun

kapasitas angkut tidak terlalu besar namun dapat mengangkut batubara secara

efisien dengan biaya produksi yang lebih rendah meskipun nilai siklus waktu

termasuk lama, yaitu 322.36 menit.

4.12. Simulasi Produksi Pengangkutan Batubara Berdasarkan Target Produksi

Dengan menggunakan perhitungan produktivitas alat angkut sesuai

dengan perhitungan data aktual, kemudian dilakukan simulasi produksi dengan

menggunakan target produksi 1 bulan. Target produksi 1 bulan yang ditetapkan

adalah 350,000 ton. Untuk menghitung total biaya produksi dilakukan

perhitungan dengan mengalikan biaya produksi dengan estimasi jumlah

produksi per-bulan. Selain itu, untuk melihat perbandingan lebih lanjut, dapat

dihitung jumlah alat yang digunakan masing-masing tipe truk dengan estimasi

target produksi 1 bulan yang telah ditetapkan dengan cara estimasi target

produksi 1 bulan dibagi dengan perkalian antara waktu kerja efektif alat, jumlah

hari dalam sebulan dan produktivitas alat. Sehingga dapat dijelaskan pada Tabel

4.6. dibawah berikut:

Tabel 4.6. Simulasi Produksi Berdasarkan Target Produksi 1 Bulan

DPRT Scania R580 332 m³ SDT Volvo FH 16 610 200 m³ SDT Scania R580 170 m³

Waktu kerja efektif/hari

(jam)15.67 15.67 15.67

Jumlah hari 31 31 31

Cycle time (jam) 6.19 5.37 5.14

Produktivitas (ton/jam) 20 23 17

Biaya Produksi (Rp/ton) IDR 68,952.01 IDR 52,299.68 IDR 62,543.86

Jumlah alat 36 31 41

Total Biaya

Operasional (bulan)IDR 24,133,202,149.92 IDR 18,304,887,730.74 IDR 21,890,350,789.11

Page 81: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari Tabel 4.6. diatas dapat disimpulkan bahwa SDT Volvo FH16-610

Kapasitas 200 m3 menghasilkan biaya produksi lebih rendah dibanding kedua

alat lainnya. Adapun jumlah alat yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan

produksi lebih kecil dibanding kedua alat lainnya, yaitu hanya membutuhkan

31 unit alat. Dalam praktiknya, ketersediaan satu tipe alat untuk memenuhi

target produksi tidak memungkinkan karena keterbatasan jumlah alat di

lapangan. Oleh karena itu perlu dilakukan studi lanjut tentang penggunaan

kombinasi penggunaan alat dengan tipe alat yang berbeda. Selain itu, hal ini

bertentangan dengan teori dimana seharusnya alat yang menghasilkan biaya

produksi dan jumlah alat rendah adalah alat DPRT Scania R580 kapasitas 332

m3 yakni alat kapasitas besar. Ini disebabkan oleh efisiensi kerja DPRT Scania

R580 332 m3 rendah dan cycle time alat yang terlalu besar sehingga

menghasilkan produktivitas alat kurang optimal dibanding kedua alat lainnya.

Pada Tabel 4.6. tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan alat yang

digunakan masing-masing alat adalah 36 untuk DPRT Scania R580 kapasitas

332 m3, 31 Untuk SDT Volvo FH16-610 kapasitas 200 m3, dan 41 untuk SDT

Scania R580 Kapasitas 170 m3. Sedangkan aktual di lapangan jumlah masing-

masing alat adalah 21 unit untuk DPRT Scania R580 kapasitas 332 m3, 10

Untuk SDT Volvo FH16-610 kapasitas 200 m3, dan 10 untuk SDT Scania R580

Kapasitas 170 m3.

Sehingga dengan keterbatasan alat angkut di lapangan perlu dilakukan

simulasi kombinasi penggunaan jumlah alat menggunakan Linear

Programming berdasarkan jumlah alat angkut yang tersedia agar menghasilkan

biaya produksi minimum dan mencapai target produksi yang telah ditentukan.

Page 82: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.13. Simulasi Kombinasi Jumlah Alat Angkut menggunakan Linear

Programming

Setelah melakukan perhitungan biaya produksi masing-masing alat

angkut dan melakukan simulasi jumlah alat yang dibutuhkan berdasarkan

jumlah target produksi untuk masing-masing alat, selanjutnya dilakukan

simulasi kombinasi penggunaan jumlah alat untuk memberikan uji lebih lanjut

optimasi biaya yang dapat dihasilkan dengan opsi lain. Simulasi kombinasi

jumlah alat mempertimbangkan beberapa parameter penentu dalam pemilihan

kombinasi jumlah alat. Parameter yang akan dipertimbangkan diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Jumlah alat

b. Kapasitas alat

c. Efisiensi biaya

d. Efektivitas produksi

Perhitungan ini menggunakan software Simplex LP yang terdapat pada

Microsoft Excel. Software ini menggunakan perhitungan Linear Programming

sebagai alternatif pemecahan masalah dari pengalokasian sumber daya yang

terbatas. Dimana pemecahan masalah yang dibutuhkan adalah pencarian

alternatif solusi penggunaan kombinasi alat angkut optimal sesuai dengan

keterbatasan jumlah alat untuk mencapai target produksi dengan biaya produksi

minimum.

Dalam simulasi ini menggunakan target produksi sebesar 350,000

ton/bulan dan alat yang menjadi variabel dalam perhitungan ini adalah 3 alat

dengan kapasitas yang berbeda, yaitu 332 m3, 200 m3 dan 170 m3.

Terdapat beberapa langkah yang dilakukan pada penentuan alternatif

penyelesaian masalah. Pertama menentukan variabel. Variabel ditentukan pada

tabel seperti berikut:

Page 83: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.7. Tabel Penentuan Variabel

Langkah kedua menentukan fungsi tujuan, dimana perhitungan yang

akan dilakukan adalah untuk mengetahui kapasitas produksi masing-masing

alat sesuai dengan biaya minimum untuk mengangkut batubara ke pelabuhan.

Fungsi tujuan dinyatakan dengan persamaan yang menyertakan biaya produksi

masing-masing alat serta jumlah tonase yang diangkut. Biaya produksi masing-

masing alat telah tercantum pada Tabel 4.5.

Fungsi Tujuan (Minimum) :

Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 .................................................................................................................. (4.1)

Dimana :

C = Biaya angkut batubara dari stockpile ke pelabuhan

X = Jumlah tonase batubara yang diangkut dari stockpile ke pelabuhan

Ketiga, menentukan fungsi kendala dalam bentuk persamaan. Fungsi

kendala yang terdapat dalam kasus ini adalah kemampuan produksi alat

terhadap keterdapatan jumlah alat aktual di lapangan. Pada perhitungan

optimasi ini fungsi kendala hanya dibatasi pada kemampuan produksi alat

terhadap jumlah alat aktual dan tidak memperhitungkan kapasitas crusher pada

CHP Senyiur, hal ini dikarenakan jumlah tonase yang diangkut diasumsikan

lebih kecil daripada kapasitas crusher. Sehingga tidak masuk pada perhitungan

fungsi kendala pada Linear Program. Kemampuan produksi alat terhadap

keterdapatan jumlah alat dihitung dengan mengkalkulasikan produktivitas alat,

jumlah alat, efiesiensi waktu kerja, serta jumlah hari dalam 1 bulan. Sehingga

kemampuan produksi/bulan masing-masing tipe alat adalah sebagai berikut:

Alat A Alat B Alat C

Stockpile X11 X12 X13

Page 84: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.8. Kemampuan produksi berdasarkan jumlah alat

Sehingga penulisan kendala dalam bentuk persamaan adalah sebagai

berikut:

• Kapasitas (Fungsi Batasan)

X1 ≤ 205,327 .......................................................................................... (4.2)

X2 ≤ 111,635 .......................................................................................... (4.3)

X3 ≤ 84,548 ............................................................................................ (4.4)

Dimana

X1 0, X2 0, X3 0 .......................................................................... (4.5)

• Target Produksi

X11 + X12 + X13 = 350,000 ................................................................. (4.6)

X1 yang dimaksud adalah alat angkut DPRT Scania R580 Kapasitas 332

m3, X2 adalah SDT Volvo FH 16-610 kapasitas 200 m3, dan X3 yang dimaksud

adalah SDT Scania R580 kapasitas 170 m3.

Variabel tidak boleh negatif sehingga perlu dicantumkan seperti pada

persamaan (4.5). Total kemampuan produksi pengangkutan batubara adalah

614,868 ton. Untuk itu perlu dilakukan kalkulasi menggunakan software

Simplex LP untuk mengetahui produksi optimal yang dapat dihasilkan oleh

semua alat yang tersedia dengan target 350,000 ton dengan biaya optimum.

Tipe AlatProduktivitas

(ton/jam)Jumlah alat

Produksi/bulan

(ton)

DPRT Scania R580 332 m³ 20.1 21 205,327

SDT Volvo FH 16 610 200 m³ 23.0 10 111,635

SDT Scania R580 170 m³ 17.4 10 84,548

41 401,510TOTAL

Page 85: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.14. Aplikasi penggunaan Software Simplex LP

Sebelum melaksanakan simulasi dengan software, perlu diketahui

fungsi matematis, yaitu variabel, Batasan dan fungsi tujuan seperti yang telah

dibahas sebelumnya. Setelah itu penggunaan aplikasi dapat dimulai dengan

membuka Microsoft Excel, berikut tahapan aplikasi software Simplex LP.

1. Masukkan parameter-parameter untuk perhitungan simulasi seperti biaya

produksi masing-masing alat, membuat tabel kapasitas alat, masukkan

Batasan, perumusan total kapasitas angkut alat, dan target operasi seperti

dibawah berikut.

Gambar 4.2. Input Variabel

Untuk alat A, B, C yang dimaksud diatas adalah alat A yang dimaksud

adalah alat angkut DPRT Scania R580 Kapasitas 332 m3, alat B adalah SDT

Volvo FH 16-610 kapasitas 200 m3, dan alat C yang dimaksud adalah SDT

Scania R580 kapasitas 170 m3.

Page 86: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya perumusan total batubara yang diangkut berdasarkan masing

tipe alat dengan menggunakan rumus “SUM” pada kolom E12

Gambar 4.3 Penjumlahan Kapasitas Angkut Total

Page 87: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Fungsi tujuan yang ingin diketahui adalah Biaya produksi optimum atau

kolom D14. Dimana pada Simplex LP fungsi tujuan harus dalam rumus,

karena fungsi tujuan yang ingin dihitung merupakan hasil kalkulasi antara

variabel-variabel. Sehingga dimasukkan rumus =SUMPRODUCT.

Parameter yang akan dikalkulasikan adalah biaya produksi dan kapasitas

alat seperti dibawah berikut

Gambar 4.4. Fungsi Tujuan Dengan Rumus Sumproduct

Page 88: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Kemudian masuk ke Menu Data, pilih “Solver”. Sehingga akan muncul

tabel seperti dibawah ini

Gambar 4.5. Tabel Solver

Set Objective yang dimaksud adalah fungsi tujuan yang ingin

dioptimalkan, dalam hal ini adalah biaya produksi optimum, yaitu kolom

D14.

Page 89: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Kemudian dalam pemecahan solusi yang dilakukan pada penelitian ini

adalah biaya minimum, sehingga pilih tab “min”.

5. Kemudian masukkan masing-masing tipe alat, pada “By Changing Variable

Cells”, yaitu kolom B10 hingga D10

Gambar 4.6. Bagian Variabel yang akan dicari pada Solver Parameter

Page 90: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Selanjutnya masukkan Batasan atau constrain, klik “add” kemudian akan

muncul box add constrain, lalu masukkan kolom variabel yang akan

dibatasi, isi Cell Reference dengan memasukkan kolom B10, pilih tanda

“≤” dan pada Constrain masukkan kolom B12 yang merupakan Batasan

untuk alat A. kemudian klik “add”. Masukkan semua variabel yang akan

dibatasi.

Gambar 4.7. Add Constrain

7. Setelah memasukkan semua Batasan, selanjutnya masukkan fungsi

tujuannya, yaitu jumlah total kapasitas angkut masing-masing alat yang

dimaksimalkan terhadap target produksi yang telah ditetapkan. Seperti

dibawah berikut

Gambar 4.8. Batasan antara total kapasitas produksi dan target

Page 91: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Kemudian klik OK. Setelah itu centang “Make Unconstrained Variables

non-negative”, pilih metode yang digunakan yaitu Simplex LP.

Gambar 4.9. Pemilihan metode penyelesaian

Page 92: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9. Klik Solve. Kemudian akan muncul tampilan seperti dibawah berikut.

Gambar 4.10. Hasil simulasi

10. Klik OK. Kemudian hasil dari running software Simplex LP adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.9. Hasil perhitungan kapasitas angkut menggunakan Software Simplex LP

A B C TOTAL TARGET

Kapasitas produksi (ton) 153,817 111,635 84,548 350,000 350,000

Page 93: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Setelah melakukan perhitungan menggunakan software, hasil optimasi

dapat dilihat dari tabel diatas. Untuk mengetahui jumlah alat yang dibutuhkan

adalah sebagai berikut:

Jumlah alat =Tonase

Produktivitas×Efektif waktu kerja×jumlah hari ...................................... (4.7)

Untuk perhitungan lebih lengkap terdapat pada lampiran. Jumlah alat

yang dibutuhkan dari hasil perhitungan menggunakan software Simplex LP

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10. Hasil optimasi menggunakan Simplex LP

ALATKapasitas produksi

(ton)Jumlah alat

A 153,817 16

B 111,635 10

C 84,548 10

TOTAL 350,000 36

TARGET 350,000 -

TOTAL BIAYA IDR 21,732,420,107 -

Sehingga dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penggunaan alat paling

optimal menggunakan alat B dan C, yaitu SDT Volvo FH 16-610 kapasitas 200

m3 dan SDT Scania R580 170 m3. Meskipun SDT Scania R580 170 m3 memiliki

kapasitas yang lebih kecil dibanding alat A atau DPRT Scania R580 332 m3,

tetapi penggunaan SDT Scania R580 170 m3 akan lebih efektif karena performa

alat SDT Scania R580 170 m3 lebih baik dibandingkan DPRT Scania R580 332

m3 sehingga menghasilkan nilai produktivitas yang lebih baik. Adapun biaya

produksi yang dihasilkan dari simulasi kombinasi alat ini adalah Rp.

21,732,420,107.00. sehingga biaya produksi/ton nya adalah Rp. 62,092.63/ton

Page 94: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan jumlah alat optimal yang digunakan adalah 36 unit dari 41 unit aktual

di lapangan.

Meskipun biaya yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan biaya

produksi apabila menggunakan simulasi penggunaan 1 alat SDT Volvo FH 16-

610 seperti pada Tabel 4.6. yaitu Rp. 18,304,887,730.74. namun biaya produksi

yang dihasilkan memberikan nilai optimal pada manajemen alat angkut sesuai

yang terdapat di lapangan pada waktu penelitian. Namun dalam aplikasinya di

lapangan, kondisi optimum ini dapat berubah bila ada penggunaan alat lain atau

penambahan jumlah alat aktual di lapangan yang dapat mempengaruhi

perhitungan simulasi kombinasi penggunaan alat.

4.15. Implementasi Tafsir Ayat Terhadap Kegiatan Produksi

Penggunaan aplikasi Software Simplex LP sebagai alternatif solusi

dalam penggunaan alat angkut untuk ketercapaian target produksi merupakan

salah satu penerapan ayat-ayat Al-Qur’an, seperti pada QS: Al-Isra’ Ayat 26-

27, dan QS: At-Taubah Ayat 105 mengenai efisiensi dan produktivitas.

Penerapan kombinasi penggunaan alat berdasarkan ketersediaan alat

dilapangan dapat dimaksimalkan oleh software Simplex LP untuk mendapatkan

biaya produksi minimum.

Page 95: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

80 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa produktivitas alat yang

dihasilkan dari masing-masing alat adalah sebagai berikut:

• DPRT Scania R580 4 Vessel 332 m3 = 20.1 ton/jam

• SDT Volvo FH 16-610 2 Vessel 200 m3 = 23.0 ton/jam

• SDT Scania R580 2 Vessel 170 m3 = 17.4 ton/jam

Adapun estimasi biaya produksi alat angkut pada PT. Bara Tabang

adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Biaya Produksi 3 Alat Angkut

Tipe Alat Biaya Produksi (Rp/ton)

DPRT Scania R580 332 m³ IDR 68,952.01

SDT Volvo FH 16 610 200 m³ IDR 52,299.68

SDT Scania R580 170 m³ IDR 62,543.86

Hasil estimasi kebutuhan jumlah alat untuk pencapaian produksi

350,000/bulan pada masing-masing alat menghasilkan DPRT Scania R580

kapasitas 332 m3 membutuhkan 36 unit untuk mencapai target produksi, SDT

Volvo FH 16-610 kapasitas 200 m3 membutuhkan 31 unit untuk mencapai

target produksi dan SDT Scania R580 2 Vessel 170 m3 membutuhkan 41 unit

untuk mencapai target produksi dengan biaya produksi terendah yang

dihasilkan oleh SDT Volvo FH 16-610 2 Vessel 200 m3 sebesar Rp.

18,304,887,730.74

Hasil simulasi Linear Program pada kombinasi penggunaan 3 alat

angkut sesuai dengan ketersediaan alat aktual di lapangan sebanyak 41 unit

untuk mencapai produksi 350,000/bulan menggunakan software Simplex LP

menghasilkan penggunaan alat yang dibutuhkan hanya 36 unit untuk mencapai

target produksi 350,000 ton. dengan jumlah masing-masing alat 16 untuk

Page 96: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DPRT Scania R580 kapasitas 332 m3, 10 unit SDT Volvo FH 16-610 kapasitas

200 m3, dan 10 unit untuk SDT Scania R580 kapasitas 170 m3.

Adapun biaya produksi yang dihasilkan dari simulasi kombinasi alat

ini adalah Rp. 21,732,420,107. dimana biaya produksi dapat memberikan nilai

minimum dengan penggunaan alat secara optimal sesuai dengan alat yang

terdapat di lapangan dan pemanfaatan penggunaan alat secara maksimal, dan

menekan penggunaan alat yang dapat memberikan dampak pada biaya

produksi.

Pengunaan software Simplex LP dapat memberikan hasil simulasi yang

optimal sehingga dapat memberikan biaya minimum pada aplikasi penggunaan

alat angkut pada kegiatan pengangkutan batubara. Aplikasi software Simplex

LP telah menerapkan aspek-aspek yang telah tertuang pada QS: Al- Isra’ Ayat

26-27 dan QS: At-taubah Ayat 105 mengenai produktivitas dan efisiensi,

dimana pencapaian target operasi dapat dicapai dan menghasilkan efisiensi

biaya minimum dan penggunaan alat secara optimal.

5.2. Saran

Optimasi penggunaan alat angkut untuk kegiatan pengangkutan

batubara dengan software Simplex LP dapat digunakan sebagai alternatif solusi

untuk menghasilkan biaya produksi minimum.

Page 97: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR REFERENSI

Ashari, Taofik. 2015. Penentuan Harga Jual, Efektivitas dan Efisiensi Produksi

Serta Pemasaran Produk Polyalumunium Chloride (PAC) Pada CV. MLS

Engineering Kab. Mojokerto dalam Perspektif Islam. Mojokerto: UIN

Surabaya. http://digilib.uinsby.ac.id/3123/10/Ringkasan.pdf, 30 September

2018 pk. 07.48 WIB

Amarullah, Lutfi. 2007. Studi Estimasi Biaya Pemindahan Tanah Penutup Pada

Pit B1 South Proyek Birang Tahun 2007. Jakarta: Universitas Trisakti

Awang Suwandhi. 2004. Perencanaan Jalan Tambang. Diklat Perencanaan

Tambang Terbuka. UNISBA: Bandung.

Brechbeil, R.L, et al. 1999. Haul Road Inspection Handbook. United States: U. S.

Department of Labor

Caterpillar. 2017. “Caterpillar Handbook” 47th Edition.

Faisal, R., Kresno., P.W.A., Dwi. 2015. Kajian Teknis Produksi Alat Muat Dan

Alat Angkut Untuk Memenuhi Target Produksi 780.000 Ton/Bulan Di Pt

Semen Padang Indarung Sumatera Barat. Yogyakarta: Program Studi

Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Ferguson, Thomas S. 2004. Linear Programming, A Concise Introduction. Los

Angeles: University of California.

(https://www.math.ucla.edu/~tom/LP.pdf, diakses pada 30 September

2018, pk. 13.18 WIB)

Hartman H. 1987. Introductory Mining Enginering. The University of Alabama.

Tuscaloska Alabama.

Haryanto, D. 2010. Evaluasi Ekonomi Proyek Mineral. Jogjakarta: UPN Jogjakarta

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia

Indonesianto, Yanto. 2005. Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta: Jurusan

Teknik Pertambangan, UPN "Veteran" Jogjakarta

Komatsu. 2009. Specifications & Application Handbook 30th Edition.

Otoritas Jasa Keuangan, 2018. Suku Bunga Dasar Kredit Februari 2018.

https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Suku-Bunga-Dasar.aspx

Otoritas Jasa Keuangan, 2017. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

6/SEOJK.05/2017 Tentang Penetapan Tarif Premi Atau Kontribusi Pada

Page 98: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lini Usaha Asuransi Harta Benda Dan Asuransi Kendaraan Bermotor

Tahun 2017.

Prodjosumarto, Partanto. 1983. Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung :

Departemen Tambang, ITB.

PT. Bara Tabang. 2016. Kajian Kapasitas Dan Tingkat Pelayanan (Los) Pada

Jalan Angkut Batubara PT. Bara Tabang Untuk Rencana Hauling 23 Juta

Ton Batubara. Kalimantan Timur: PT. Bara Tabang

PT. Bara Tabang. 2017. Kajian Traffic Management Jalan Angkut Batubara PT.

Bara Tabang. Kalimantan Timur: PT Bara Tabang

PT. Bara Tabang. 2015. Studi Kelayakan Rencana Kegiatan Peningkatan Produksi

Pertambangan Batubara. Kalimantan Timur: PT. Bara Tabang

Siswanto. 2007. Operations Research, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga

Taha, Hamdy A. 2007. Operations Research, An Introduction 8th Edition. New

Jersey: Pearson Education. Inc.

W. Hustrulid, M. Kuchta And R. Martin. 2013. Open Pit Mine Planning & Design

3rd Edition. New York: Taylor & Francis Group, LLC

Yusuf, Maulana. Dkk. Kajian Perbandingan Produktivitas Hopper dan Alat Angkut

Untuk Mengatasi Masalah Antrian Alat Angkut Dan Meningkatkan

Produktivitas Hopper TLS 3 Banko Barat PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk.

Palembang: Universitas Sriwijaya

Page 99: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

84

LAMPIRAN A

CYCLE TIME ALAT ANGKUT

DPRT SCANIA R580 KAPASITAS 332 m3

Queuing

(Min)

Loading

(Min)

Hauling

(Min)

Queuing

(Min)

Tipping

(Min)

Return

(Min) Total

103 23 127 19 10 188 470

24 19 141 15 16 102 317

14 28 205 84 16 137 484

3 19 136 98 16 155 427

12 20 131 4 11 134 312

15 31 189 1 9 147 392

22 32 141 2 12 95 304

21 20 157 2 14 151 365

39 15 130 21 11 130 346

19 30 132 1 14 97 293

46 32 126 6 7 108 325

3 20 157 1 8 228 417

42 26 98 32 10 102 310

102 21 115 1 9 152 400

53 54 156 10 7 129 409

23 15 161 3 8 207 417

15 15 136 2 9 149 326

4 16 135 2 7 136 300

9 10 191 9 14 135 368

30 29 147 1 9 161 377

123 13 161 2 12 104 415

15 34 153 1 18 101 322

33 25 139 4 21 113 335

33 27 181 6 13 141 401

9 27 129 18 6 148 337

24 6 128 1 13 111 283

6 21 237 11 11 299 585

19 14 174 20 9 121 357

Page 100: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

85

9 11 176 3 11 205 415

61 32 173 6 11 263 546

4 16 158 2 9 204 393

5 28 158 12 9 124 336

1 21 147 2 9 152 332

9 14 145 17 19 164 368

15 18 177 5 68 136 419

9 16 140 16 11 172 364

48 15 175 14 14 109 375

11 14 144 20 12 154 355

10 14 141 6 8 112 291

75 19 126 8 9 174 411

2 22 186 9 21 116 356

2 25 138 1 14 149 329

2 20 121 12 13 96 264

4 19 151 3 21 193 391

29 20 128 5 9 179 370

15 26 189 9 20 124 383

8 25 146 25 18 136 358

56 23 145 29 6 118 377

55 30 154 5 7 136 387

28 12 153 11 9 129 342

Page 101: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

86

CYCLE TIME ALAT ANGKUT

SDT VOLVO FH 16-610 KAPASITAS 200 m3

Queuing

(Min)

Loading

(Min)

Hauling

(Min)

Queuing

(Min)

Tipping

(Min)

Return

(Min) Total

14 7 113 0 4 98 236

40 16 134 0 5 92 287

4 16 122 4 8 158 312

13 10 135 1 4 107 270

1 10 139 10 7 102 269

37 4 123 1 7 157 329

10 10 167 16 6 84 293

47 9 123 2 6 96 283

16 10 153 1 6 125 311

8 21 200 1 7 131 368

18 18 116 6 5 99 262

24 36 114 1 5 113 293

2 4 117 6 5 136 270

4 6 132 1 5 122 270

24 6 116 10 10 107 273

20 5 122 5 7 52 211

11 7 117 9 5 125 274

46 9 117 6 11 109 298

79 21 125 4 6 102 337

24 10 128 1 6 110 279

2 5 132 1 6 170 316

16 10 121 2 6 69 224

57 34 118 1 6 131 347

19 7 141 8 8 101 284

41 6 188 8 5 164 412

20 10 144 1 5 154 334

98 10 133 16 5 154 416

30 5 126 8 4 117 290

40 9 133 1 6 178 367

17 5 123 28 7 139 319

17 4 123 31 5 149 329

1 6 152 4 6 166 335

Page 102: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

87

9 4 145 11 4 105 278

3 11 123 4 4 110 255

34 3 131 2 9 154 333

45 7 130 13 7 92 294

64 6 130 1 6 121 328

36 7 135 11 5 119 313

6 12 133 1 6 291 449

22 7 119 1 5 99 253

47 22 120 1 6 206 402

21 7 109 11 4 132 284

55 21 119 3 7 104 309

40 39 118 1 5 124 327

49 8 121 1 6 190 375

17 7 135 1 5 122 287

4 7 121 1 5 184 322

9 9 135 5 6 113 277

16 9 128 1 6 208 368

13 6 132 2 5 114 272

Page 103: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

88

CYCLE TIME ALAT ANGKUT

SDT SCANIA R580 KAPASITAS 170 m3

Queuing

(Min)

Loading

(Min)

Hauling

(Min)

Queuing

(Min)

Tipping

(Min)

Return

(Min) Total

46 17 135 0 8 113 319

27 19 135 0 7 100 288

22 17 133 0 7 90 269

20 9 146 1 7 120 303

25 22 135 1 12 197 392

24 11 175 33 76 123 442

3 10 179 7 6 131 336

122 5 131 1 5 180 444

24 11 138 1 7 145 326

51 14 123 1 5 154 348

5 67 52 10 6 156 296

15 11 116 18 7 113 280

35 21 124 1 6 150 337

15 11 113 4 7 145 295

1 19 137 1 6 127 291

3 8 135 1 5 133 285

10 15 138 9 7 128 307

1 6 134 1 5 205 352

53 8 131 7 5 116 320

13 6 135 1 5 126 286

11 8 131 3 9 170 332

1 7 119 10 6 159 302

68 6 128 2 8 120 332

30 9 135 8 7 120 309

4 3 136 1 6 161 311

8 5 135 5 11 145 309

16 7 154 5 5 139 326

28 6 145 1 6 110 296

36 9 137 12 5 114 313

27 7 146 3 5 172 360

38 11 128 1 5 166 349

21 8 131 1 9 116 286

Page 104: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

89

45 8 122 15 5 203 398

30 9 124 1 7 96 267

26 10 127 1 5 119 288

22 7 124 5 5 172 335

31 7 135 8 7 146 334

33 9 122 6 4 108 282

22 9 121 1 5 115 273

53 23 116 0 6 103 301

63 14 135 1 6 223 442

36 12 139 4 6 75 272

149 9 132 1 8 147 446

13 8 134 5 6 100 266

6 4 130 1 8 107 256

30 22 135 4 9 124 324

44 10 150 1 9 110 324

20 13 131 6 6 170 346

26 18 128 1 5 114 292

7 18 165 1 6 134 331

Page 105: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

90

LAMPIRAN B

EFISIENSI KERJA ALAT

BULAN MARET 2018

DPRT SCANIA R580 KAPASITAS 332 m3

UNIT MA PA UA

1 69.2% 70.1% 53.8%

2 69.5% 70.7% 47.6%

3 69.1% 70.4% 71.2%

4 66.7% 67.5% 70.8%

5 79.4% 80.2% 69.0%

6 67.6% 68.3% 69.4%

7 69.9% 70.8% 71.5%

8 73.3% 74.0% 41.7%

9 90.0% 91.0% 14.3%

10 70.9% 71.6% 71.3%

Page 106: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

91

EFISIENSI KERJA ALAT

BULAN MARET 2018

SDT VOLVO FH 16-610 KAPASITAS 200 m3

UNIT MA PA UA

1 95.4% 96.1% 83%

2 96.4% 97.0% 82%

3 97.3% 97.9% 75%

4 96.3% 97.1% 77%

5 94.1% 95.4% 76%

6 96.6% 97.3% 78%

7 96.7% 97.4% 77%

8 95.7% 96.8% 74%

9 96.8% 97.4% 80%

10 95.7% 96.5% 81%

Page 107: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

92

EFISIENSI KERJA ALAT

BULAN MARET 2018

SDT SCANIA R580 KAPASITAS 170 m3

UNIT MA PA UA

1 83% 86% 79%

2 85% 88% 77%

3 71% 75% 85%

4 82% 85% 80%

5 70% 75% 81%

6 91% 92% 82%

7 85% 87% 80%

8 89% 91% 84%

9 81% 84% 83%

10 55% 60% 80%

Page 108: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

93

LAMPIRAN C

WAKTU KERJA EFEKTIF PT. BARA TABANG

Maret 2018

Total hari hari 31.0

Waktu kerja total jam 744.00

JAM OPERASI

Jumlah Shift No. 2.00

Jam kerja per Shift jam 12

WAKTU HAMBATAN

Pergantian shift kerja (15 menit) jam 15.50

Isi bahan bakar (20 menit) jam 20.67

Istirahat dan Makan (1 jam / shift) jam 62.00

Safety talk (15 menit / shift) jam 15.50

Pre-start check mesin (15 menit / 2 shift) jam 15.50

Shalat Jum'at (1 jam / minggu) jam 5.00

Kerusakan mesin (4 jam / 2 shift) jam 124.00

Total waktu hambatan jam 258.17

Waktu kerja Efektif jam 485.83

Waktu kerja efektif per-hari jam 15.67

Waktu kerja efektif per-shift jam 7.84

Page 109: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

94

LAMPIRAN D

BUNGA, PAJAK DAN ASURANSI

1. Perhitungan Faktor DPRT SCANIA R580 KAPASITAS 332 m3

Depresiasi alat = 2 tahun

Harga alat = Rp. 7.450.000.000

Nilai sisa = 15%

𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 1 −(𝑛 − 1)(1 − 𝑟)

2𝑛

Keterangan :

n = umur alat (jam)

r = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡

sehingga, 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 1 −(2−1)(1−0.15)

4 = 0.8077

2. Perhitungan Faktor SDT VOLVO FH 16-610 KAPASITAS 200 m3

Depresiasi alat = 2 tahun

Harga alat = Rp. 4.980.000.000

Nilai sisa = 15%

𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 1 −(𝑛 − 1)(1 − 𝑟)

2𝑛

Keterangan :

n = umur alat (jam)

r = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡

sehingga, 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 1 −(2−1)(1−0.15)

4 = 0.8077

Page 110: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

95

3. Perhitungan Faktor SDT SCANIA R580 KAPASITAS 170 m3

Depresiasi alat = 2 tahun

Harga alat = Rp. 4.500.000.000

Nilai sisa = 15%

𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 1 −(𝑛 − 1)(1 − 𝑟)

2𝑛

Keterangan :

n = umur alat (jam)

r = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡

sehingga, 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 1 −(2−1)(1−0.15)

4 = 0.8077

Page 111: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

96

LAMPIRAN E

BIAYA PRODUKSI ALAT ANGKUT

DPRT SCANIA R580 KAPASITAS 332 m3

= SCANIA R580 DPRT 332 m³

= IDR 7,450,000,000.00

= IDR 500,492,000.00

Front = 14 pcs

Rear = 76 pcs +

Total tire = 90 pcs

Trade-in value or resale value = 15% IDR 1,117,500,000.00

Net Depreciation value = IDR 5,832,008,000.00

= IDR 5,832,008,000 IDR 364,500.50

16,000

Depreciation period (n) = 2 Years

Trade-in value rate (r) = 0.15

Factor = 0.8076875

Annual rates = 23.0%

Approximate annual use = 8760 hours

Interest, insurance, taxes = 0.8077 x 7,450,000,000 x 0.237 IDR 157,987.73

8760

Total owning cost IDR 522,488.23

Fuel consumption = 41 L/Hrs IDR 341,961.73

Fuel rate = 8,340.53IDR /Liters

Engine oil = 0.19 L/Hrs IDR 27,751.20 /Liter IDR 5,328.23

Transmition oil = 0.04 L/Hrs IDR 31,435.41 /Liter IDR 1,100.24

Grease = 0.03 kg/hrs IDR 112,370.84 /kg IDR 3,344.37

Diferential oil, Final Drive Oil = 0.03 L/Hrs IDR 31,435.41 /Liter IDR 943.06

Hidraulic oil = 0.04 L/Hrs IDR 28,708.13 /Liter IDR 1,052.63

Coolant oil = 0.01 L/Hrs IDR 43,474.84 /Liter IDR 217.37

Tires

= IDR 500,492,000.00 IDR 125,123.00

4000

= IDR 350,000.00 /hours IDR 350,000.00

Operator's hourly wage = 36,111.11IDR /hours IDR 36,111.11

Total Operating cost = IDR 865,181.75

Total O&O Cost/hour = IDR 1,387,669.98

Operating cost

Depreciation

Repair cost

Tires price

Estimated life (hours)

Estimated Owning & Operating Cost

Machine & model

Delivered Price

Less Tire price

Owning cost

Page 112: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

97

BIAYA PRODUKSI

SDT VOLVO FH 16-610 KAPASITAS 200 m3

= SDT VOLVO FH 16 610 2 Vessel 200 m³

= IDR 4,980,000,000.00

= IDR 316,200,000.00

Front = 10 pcs

Rear = 44 pcs +

Total tire = 54 pcs

Trade-in value or resale value = 15% IDR 747,000,000.00

Net Depreciation value = IDR 3,916,800,000.00

= IDR 3,916,800,000 IDR 244,800.00

16,000

Depreciation period (n) = 2 Years

Trade-in value rate (r) = 0.15

Factor = 0.8076875

Annual rates = 23.0%

Approximate annual use = 8760 hours

= 0.8077 x 4,980,000,000 x 0.23 IDR 105,607.91

8760

Total owning cost IDR 350,407.91

Fuel consumption = 47.68 L/Hrs IDR 397,676.53

Fuel rate = 8,340.53IDR /Liters

Engine oil = 0.09 L/Hrs IDR 45,678.90 /Liter IDR 4,111.10

Transmition oil = 0.01 L/Hrs IDR 187,053.25 /Liter IDR 1,683.48

Grease = 0.04 kg/hrs IDR 36,222.22 /kg IDR 1,552.38

Diferential oil, Final Drive Oil = 0.05 L/Hrs IDR 189,601.15 /Liter IDR 9,859.26

Hidraulic oil = 0.04 L/Hrs IDR 20,915.00 /Liter IDR 888.89

Tires

Tires price = IDR 316,200,000.00 IDR 209,096.73

Estimated life (hours) 1,512.22

= IDR 194,000.00 /hours IDR 194,000.00

Operator's hourly wage = 32,470.23IDR /hours IDR 32,470.23

Total Operating cost = IDR 851,338.60

Total O&O Cost/Hour = IDR 1,201,746.51

Estimated Owning & Operating Cost

Machine & model

Delivered Price

Less Tire price

Repair cost

Owning cost

Depreciation

Interest, insurance, taxes

Operating cost

Page 113: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

98

BIAYA PRODUKSI

SDT SCANIA R580 KAPASITAS 170 m3

= SCANIA R580 SDT 170 m³

= IDR 4,500,000,000.00

= IDR 288,152,000.00

Front = 10 pcs

Rear = 44 pcs +

Total tire = 54 pcs

Trade-in value or resale value = 15% IDR 675,000,000.00

Net Depreciation value = IDR 3,536,848,000.00

IDR 3,536,848,000 IDR 221,053.00

16,000

Depreciation period (n) = 2 Years

Trade-in value rate (r) = 0.15

Factor = 0.8076875

Annual rates = 23.0%

Approximate annual use = 8760 hours

= 0.8077 x 4,500,000,000 x 0.23 IDR 95,428.83

8760

Total owning cost IDR 316,481.83

Fuel consumption = 35.4 L/Hrs IDR 294,948.69

Fuel rate = 8,340.53IDR /Liters

Engine oil = 0.18 L/Hrs IDR 21,800.00 /Liter IDR 3,836.80

Transmition oil = 0.07 L/Hrs IDR 20,598.09 /Liter IDR 1,483.06

Grease = 0.07 kg/hrs IDR 49,045.00 /kg IDR 3,405.90

Diferential oil, Final Drive Oil = 0.01 L/Hrs IDR 23,000.00 /Liter IDR 322.00

Hidraulic oil = 0.04 L/Hrs IDR 16,300.00 /Liter IDR 597.67

Tires

Tires price = IDR 288,152,000.00 IDR 184,417.28

Estimated life (hours) 1563

= IDR 252,382.15 /hours IDR 252,382.15

Operator's hourly wage = 30,555.56IDR /hours IDR 30,555.56

Total Operating cost = IDR 771,949.12

Total O&O Cost/Hour = IDR 1,088,430.95

Estimated Owning & Operating Cost

Machine & model

Delivered Price

Less Tire price

Repair cost

Owning cost

Depreciation

Interest, insurance, taxes

Operating cost

Page 114: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

99

LAMPIRAN F

SPESIFIKASI ALAT

1. DPRT SCANIA R580 KAPASITAS 332 m3

Kapasitas Vessel Horse Power = 580

V1 = 60 m³ Jumlah Ban = 90

V2 = 72 m³ Panjang = 57.835 m

V3 = 100 m³ Lebar = 3.79 m

V4 = 100 m³ Tinggi = 4.209 m

Fuel Consumption = 41 L/hr Ban = Bridgestone 12.00xR24 L317

Bridgestone 325/95 R24

Page 115: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

100

2. SDT VOLVO FH 16-610 KAPASITAS 200 m3

Kapasitas Vessel Panjang = 40.289 m

V1 = 85 m³ Lebar = 3.546 m

V2 = 115 m³ Tinggi = 4.676 m

Horse Power = 610 Ban = Tire 12.00R24 | Advance GL909A

Jumlah Ban = 54 Tire 12.00R24 | Hengli DR930

Fuel Consumption = 47.68 L/hr

Page 116: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

101

3. SDT SCANIA R580 KAPASITAS 170 m3

Kapasitas Vessel Panjang = 38.627 m

V1 = 85 m³ Lebar = 3.546 m

V2 = 85 m³ Tinggi = 4.654 m

Horse Power = 580 Ban = Bridgestone 12.00xR24 L317

Jumlah Ban = 54 Bridgestone 12.00xR24 M840

Fuel Consumption = 35.4 L/hr

Page 117: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

102

LAMPIRAN G

LEBAR JALAN ANGKUT TEORITIS

𝐿𝑚𝑖𝑛 = 𝑛. 𝑊𝑡 + (𝑛 + 1)(0.5𝑊𝑡)

Keterangan:

Lmin = Lebar jalan minimum

n = Jumlah jalur

Wt = Lebar truk

Diketahui:

Wt DPRT Scania R580 Kapasitas 200 m3 = 3.799 m

Jumlah jalur = 2

Sehingga, Lebar jalan angkut minimum = 13.30 m

Page 118: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

103

LAMPIRAN H

PERHITUNGAN JUMLAH ALAT

HASIL SIMULASI LINEAR PROGRAM MENGGUNAKAN SIMPLEX LP

Jumlah alat =Tonase

Produktivitas × Efektif waktu kerja × jumlah hari

1. DPRT Scania R580 Kapasitas 332 m3

Diketahui:

Tonase yang diangkut = 153,817 ton

Waktu Kerja Efektif/hari = 15.67 jam/hari

Produktivitas = 20.1 ton/jam

Jumlah hari = 31 hari

Sehingga,

Jumlah alat =153,817

20.1×15.67×31 = 15.73 ~ 16 unit

2. SDT Volvo FH16-610 Kapasitas 200 m3

Diketahui:

Tonase yang diangkut = 111,635 ton

Produktivitas = 23.0 ton/jam

Waktu Kerja Efektif/hari = 15.67 jam/hari

Jumlah hari = 31 hari

Page 119: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

104

Jumlah alat =111,635

23×15.67×31 = 10 unit

3. SDT Scania R580 Kapasitas 170 m3

Diketahui:

Tonase yang diangkut = 84,548 ton

Produktivitas = 17.4 ton/jam

Waktu Kerja Efektif/hari = 15.67 jam/hari

Jumlah hari = 31 hari

Jumlah alat =84,548

17.4×15.67×31 = 10 unit

Page 120: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

105

105

LAMPIRAN I

PETA PENGANGKUTAN BATUBARA PT. BARA TABANG

Sumber: Kajian Traffic Management PT. Bara Tabang. 2017

Page 121: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

106

LAMPIRAN J

ROLLING RESISTANCE ALAT ANGKUT

𝑊𝑟 = 𝜑𝑟 × 𝐺

Dimana:

Wr = Rolling Resistance (kg)

μr = Koefisien rolling resistance

G = Berat Kendaraan (kg)

Diketahui:

Koefisien rolling resistance adalah 3% mengacu pada Koefisien Tahanan

Gelinding U. S. Department of Labor Mine Safety and Health Administration,

1999

1. DPRT Scania R580 Kapasitas 332 m3

μr = 3 %

G = 415,000 kg

Sehingga,

Wr = 3% x 415,000 = 12,450 kg

2. SDT Volvo FH16 Kapasitas 200 m3

μr = 3 %

G = 235,000 kg

Page 122: OPTIMASI OPERASI ALAT ANGKUT BATUBARA DARI …

107

Sehingga,

Wr = 3% x 235,000 = 7,050 kg

3. SDT Scania R580 Kapasitas 170 m3

μr = 3 %

G = 215,700 kg

Sehingga,

Wr = 3% x 215,700 = 6,471 kg