Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN SEBELUM DAN SESUDAH
TRANSFUSI DARAH PADA PASIEN ANEMIA
DI RSUD DR. M. ZEIN. PAINAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tinggi
program Diploma III Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang
Oleh:
SUCI PARA SISKA
1613453029
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
PADANG
2019
i
ii
iii
KATA PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Maka apabila kamu selesai ( dari suatu urusan )
Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh suatu ( urusan )
Yang lain, dan hanya kepada ALLAH kamu berharap.”
( Q.S Al-insyirah : 6-8 )
Dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan
orang lain
Karena hidup hanyalah sekali
Ingat hanya pada Allah apapun dan dan dimanapun kita
berada
Kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon
Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillahirobbil’alamin...
Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa
berpikir, berilmu, beriman dan bersabar menjalani kehidupan ini. Semoga
keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita
besarku.
Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih,
menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku
untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan
Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku
semangat, doa dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan
yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan
yang ada didepanku. Ayah (Syarial), Ibu (Hastuti ), terimalah bukti
kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua
pengorbananmu, dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas
mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang
separuh nyawa hingga segalanya. Maafkan anakmu Ayah, Ibu masih saja
ananda menyusahkanmu.
Dalam setiap langkah aku berusaha mewujudkan harapan-harapan
yang kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’ Insyaallah
atas dukungan doa dan restu semua itu akan terjawab dimasa penuh
kehangatan nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan terimakasihku
kepada:
iv
Kepada Kakak ku tercinta Sardia Nofi Amd.Kep yang telah
menjadi orang tua kedua aku selama proses perkuliahan dari awal sampai
akhir, awalnya aku sempat merasakan kecewa karena aku tidak di terima di
PTN yang aku inginkan serta cita-cita yang aku dambakan dari dahulu,
dan kakak q menyuruh aku kuliah di PTS serta bertanggung jawab atas
uang kuliah ku dari awal sampai akhir. Semoga Allah membalas segala
kebaikan mu kak, aku berjanji pada diri ku sendiri InsyaAllah tidak akan
mengecewakan kakak ketika Allah mengizinkan aku sukses nanti, aku
tidak tau harus membalas jasa kakak dengan apa, kakak berani
mengorbankan materi untuk adek-adek mu kak, kau tidak pernah
memikirkan untuk menabung kan uang dari hasil jerih payahmu. Engkau
selalu memikirkan kebahagiaan keluarga kita kak. Sungguh kau kakak
terbaik bagi adek-adekmu.
Terimah kasih untuk kakak kedua ku Nofrika yang telah
menasehati ku selama menjalani pendidikan 3 tahun ini. Dia yang selalu
mengingatkan untuk terus semangat dalam menjalani perkuliahan, tidak
mengikuti gaya orang, yang selalu mengingatkan untuk hidup berhemat
dan sederhana, karena dia sadar kalau kuliah disini akan banyak
mengeluarkan uang, dan dia juga yang terus bertanya-tanya dalam
perihal kesehatan dan mengontrol keuangan ku dan untuk adek ku ketrin
aldama semangat untuk sekolah jangan jadi anak yang nakal serta
barbakti kepada kedua orang tua.
Terima Kasih Kepada sahabat-sahabat ku yang dari zaman putih
abu-abu yang sampai sekarang masih bersama, walaupun kadang jarang
jumpa karena kesibukkan masing-masing. Tapi percayalah kita sibuk
karena cita-cita kita masing-masing, semoga Allah memudahkan jalan
bagi kita untuk mewujudkan apa yang kita impikan selama ini,terimah
kasih ku kepada waktu yang sempat memperkenalkan kita dengan sebuah
istilah persahabatan,semangat buat sahabat aku terutama untuk yang
pejuang D III( Jasmi ramah,utari rahma,riza oktaviani)Semoga kita
bisa wisuda bareng tahun ini.
Terima kasih juga kepada Sahabat-sahabat aku pejuang D III TLM
(Riza oktaviani, utari rahma nora,abdul azisman,)semangat untuk
kita semuanya dalam menghadapi tantangan dunia kerja.
Terima kasih kepada Ibu dosen pembimbing Chairani, S.SiT
M.Biomed yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing kami
dalam menyelesaikan KTI ini dari awal sampai akhir yang telah
mensumbangsihkan ilmu dan pemikiran nya kepada kami sehingga kami
mampu membuat sebuah karya tulis.Dan terimah kasih juga kepada bapak
v
Dr. Almurdi, DMM, M. kes yang telah menjadi penguji yang baik
dalam dalam pemberian kritikan dan saran, sehingga dapat menambah
wawasan ananda dalam membuat sebuah karya tulis ini.
Banyak kata yang tak bisa terucap, banyak orang yang tak
tersebutkan namanya, maafkan aku yang masih banyak kekurangan di diri
ini, akupun tak ahli dalam merangkai kata,tapi percayalah, setiap orang
yang hadir di hidupku akan selalu punya tempat dihatiku dan teringat di
kepalaku.
Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku, kerendahan hati
serta diri menjabat tangan meminta beribu- ribu maaf tercurah. Karya
tulis ilmiah ini ku persembahkan.
Your’re are the best all.
By : Suci Para Siska. Amd Kes
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Suci Para Siska
Tempat tanggal lahir : Padang Lawas, 01 Februari 1998
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status Perkawinan : Belum Nikah
Alamat :Padang Lawas, Kenagarian Amping Parak,
Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.
No.Telp/Handphone : 085271251214
SD N 16 PADANG LAWAS 2004-2010
MTSN SURANTIH 2010-2013
SMA N 2 SUTERA 2013-2016
D III Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang 2016-2019
1. 2018, PBL di Puskesmas Surantih, Pesisir Selatan
2. 2019, PBL di Poltekes Kemenkes Jakarta III
3. 2019, PBL di Stikes Ahmad Yani Cimahi
4. 2019, PBL di UNIMUS (Universitas Muhammadiyah Semarang)
5. 2019, PBL di STIKes Wira Medika PPNI Bali
6. 2019, Praktek Kerja Lapangan di RSUD M. Zein Painan.
7. 2019, PMPKL di Kecamatan Guguk VIII Koto,Kabupaten Lima Puluh
Kota
Judul KTI : Gambaran Kadar Hemoglobin Sebelum Dan Sesudah Transfusi
Darah Pada Pasien Anemia Di RSUD Dr. M. Zein Painan
DATA PRIBADI
PENDIDIKAN FORMAL
PENGALAMAN AKADEMIS
vii
ABSTRACT
Hemoglobin is the main component of red blood cells, the iron content in
hemoglobin makes blood red. Hemoglobin has two important transport functions
in the human body, namely the transport of oxygen to tissues and the collection of
carbon dioxide. One of the causes associated with hemoglobin levels is anemia.
Anemia is a condition when blood that does not have healthy red blood cells or
hemoglobin levels that measure the body's cells will not get enough oxygen so
that symptoms of anemia arise such as fatigue. This research was conducted at the
RSUD dr. M. Zein Painan. Thursday, February - May 2019. This type of research
is describe the levels of hemoglobin before and after blood transfusion in anemia
patient, The population in this study were all anemic patient who came to the
RSUD Dr. M. Zein Painan. many samples in this study were 30 samples taken
randomly. while the sample in this study were anemic patients who received a
blood transfusion, consisting of 24 people with female sex (80%) and 6 people
with male sex (20%), the average hemoglobin level of female patients before
transfusion 6.7 g / dl and after transfusion 8.4 g / dl while the mean hemoglobin
level of male patients before transfusion was 5.4 g / dl and after transfusion 8.1 g /
dl. Data is presented in table form based on gender. Hemoglobin level
examination in anemic patients using a hematology analyzer is included as the
gold standard in establishing a diagnosis of hematological examination including
determination of blood hemoglobin level.
Keywords: Hemoglobin Levels, Blood Transfusion, Anemia.
viii
ABSTRAK
Hemoglobin merupakan komponen utama dari sel darah merah,
kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna
merah. Hemoglobin mempunyai dua fungsi pengangkutan penting dalam tubuh
manusia, yakni pengangkutan oksigen ke jaringan dan pengambilan
karbondioksida. Salah satu penyebab yang berhubungan dengan kadar
hemoglobin adalah anemia. Anemia suatu kondisi ketika darah yang tidak
memiliki sel darah merah sehat atau kadar Hb yang ukuran sel-sel tubuh tidak
akan mendapatkan oksigen yang cukup sehingga timbul gejala anemia seperti
kelelahan. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. M. Zein Painan Februari- Mei
2019 jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu menggambarkan kadar Hb
sebelum dan sesudah transfusi darah pada pasien anemia, Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien anemia yang datang ke RSUD Dr. M. Zein
Painan, Banyak sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel yang
diambil secara acak. sedangkan sampel pada penelitian ini adalah pasien anemia
yang mendapatkan transfusi darah, terdiri dari 24 orang dengan jenis kelamin
perempuan (80%) dan 6 orang dengan jenis kelamin laki-laki (20%), rata-rata
kadar hemoglobin pasien perempuan sebelum transfusi 6,7g/dl dan setelah
transfusi 8,4 g/dl sedangkan rata-rata kadar hemoglobin pasien laki-laki sebelum
transfusi adalah 5,4 g/dl dan setelah transfusi 8,1 g/dl. Data disajikan dalam
bentuk tabel berdasarkan jenis kelamin. Pemeriksaan kadar hemoglobin pada
pasien anemia menggunakan alat Hematologi analyzer termasuk sebagai gold
standar dalam menegakkan diagnosis pemeriksaan hematologi termasuk
penetapan kadar hemoglobin Darah.
Kata Kunci: Kadar Hemoglobin, Transfusi Darah, Anemia
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadiran Allah SWT, Karena atas rahmat dan ridho-Nya jua
lah maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah . Ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan program studi D. III Teknologi Laboratorium
Medik dan memperoleh gelar Ahli Madya analis kesehatan . Dalam Karya ini
penulis meneliti tentang “Gambaran Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah
Transfusi Darah Pada Pasien Anemia Di RSUD Dr. M. Zein Painan”
Penulis menyadari sepenuh nya bahwa masih banyak terdapat kekurangan
dan kelemahan, baik dari teknik penulisan maupun materi. Hal ini karena
keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan
datang.
Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan, saran keterangan dan data-data baik secara tertulis maupun
secara lisan. Maka pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp.M, Biomed, selaku Ketua STIKes Perintis
Padang.
2. Ibu Endang Suriani, SKM, M, Kes. Selaku Ketua Program Studi D III
Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang.
3. Ibu Chairani, M. Biomed. sebagai pembimbing yang telah meluangkan
waktunya dan kesempatan untuk memberi petunjuk, pengarahan dan tenaga
dalam memberikan bimbingan, sumbangan pikiran dan saran sampai
selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
x
4. Dr. Almurdi DMM, M, Kes sebagai penguji yang telah meluangkan
waktunya dan kesempatannya untuk memberi kritik dan saran pada Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh Staf Dosen yang telah banyak memberikan bimbingan selama
penulis mengikuti pendidikan di STIKes Perintis Padang.
6. Terima kasih penulis ucapkan kepada keluarga terutama Ayah dan Ibu yang
telah bersabar memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa
tulus selama ini.
Semoga Allah S.W.T melimpahkan berkah kepada kita semua.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
dan kritikan yang sifatnya membangun demi penyempurnaan Karya Tulis
Ilmiah. Wasalamu’alaikum Wr. Wb.
Padang, Juli 2019
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii
KATA PERSEMBAHAN ................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
ABSTRACK....................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.2 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................. 3
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1 Defenisi Transfusi Darah ...................................................................... 4
2.2 Sejarah Transfusi Darah ....................................................................... 6
2.3 Indikasi Transfusi Darah....................................................................... 7
2.4 Pemeriksaan Yang Dilakukan Pada Donor Darah ................................ 7
2.5 Fakta Tentang Kebutuhan Transfusi ................................................... 10
2.6 Komponen Darah Yang Ditransfusikan............................................... 11
2.7 Dasar-Dasar Pemberian Transfusi Darah ............................................ 13
2.8 Indikasi Transfusi Darah...................................................................... 13
2.9 Kontra Indikasi Transfusi Darah ......................................................... 14
2.10 Defenisi Anemia ................................................................................ 15
2.1.1 Jenis Anemia Dan Temuan Laboratorium ................................. 15
2.1.2 Etiologi ..................................................................................... 17
2.1.3 Manifestasi klinis ....................................................................... 17
2.1.4 Komplikasi Penyakit Akibat Anemia ....................................... 18
2.1.5 Faktor Resiko ............................................................................ 18
2.1.6 Prognosis ................................................................................... 19
xii
2.11 Hemoglobin ............................................................................................. 20
2.11.1 Defenisi Hemoglobin ............................................................... 20
2.11.2 Kadar Hemoglobin .................................................................. 20
2.11.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin .................... 21
2.11.4 Fungsi Hemoglobin ................................................................. 22
2.11.5 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin ................................ 22
2.12 Metode Konvensional ........................................................................ 23
2.13 Sumber Kesalahan Pemeriksaan Kadar Hb ....................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 25
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 25
3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................................. 25
3.3 Populasi Dan Sampel ........................................................................... 25
3.3.1 Populasi Sampel ......................................................................... 25
3.3.2 Sampel Penelitian ....................................................................... 25
3.4 Persiapan Alat Dan Bahan ................................................................... 25
3.4.1 Persiapan Alat ............................................................................. 25
3.4.2 Persiapan Bahan .......................................................................... 25
3.4.3 Spesimen ...................................................................................... 25
3.5 Langkah Kerja .................................................................................... 25
3.5.1 Pengambilan Darah Vena ............................................................ 25
3.6 Analisa Data ........................................................................................ 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 27
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 27
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 28
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 31
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 31
5.2 Saran .................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin .............................. 27
Tabel 4.2 Hasil Rata-rata Kadar Hemoglobin darah sebelum dan
sesudah transfusi berdasarkan jenis kelamin .................................... 27
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Surat Izin Pengambilan Data Dari STIKes ..................................... 34
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Pengambilan Data ................. 35
Lampiran 3. Hasil Rekapitulasi Data Penelitian ................................................. 37
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari
seseorang donor (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang,
akibat pendarahan, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan daya
tahan tubuh terhadap infeksi (Setyati, 2010).
Manusia memiliki sistim transportasi yang handal yaitu darah, darah
manusia memiliki sifat-sifat yang unik yang disebabkan oleh faktor genetik
selama ribuan tahun, sifat-sifat unik tersebut tidak dapat dilihat dan dibedakan
oleh kasat mata setiap tahun. Berjuta-juta kehidupan manusia dibumi
terselamatkan oleh kegiatan transfusi darah. Agar didapatkan hasil transfusi
darah yang optimal maka harus ada penyediaan darah harus aman dan
diperlukan suatu alur kerja yang berkesinambungan sehingga dapat
menunjang pengobatan pemerintah ( Zainuddin, 2014).
Tingginya angka kematian akibat kekurangan darah masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu bukti kejadian diatas tercermin
dalam angka kematian ibu melahirkan yang sebagian besar akibat pendarahan,
masih menjadi masalah besar didunia kesehatan terutama di Indonesia. Darah
adalah suatu cairan yang kental dan berwarna merah.
Kedua sifat utama ini yang membedakan darah dari cairan tubuh yang
lain kekentalan ini disebabkan oleh banyak nya macam berat molekul , dari
yang kecil hingga yang besar seperti protein. Transfusi pada hakikatnya adalah
pemberian darah atau komponen darah dari suatu individu (donor) ke individu
lain (resipien). Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti,
kehilangan darah dalam jumlah besar yang disebabkan oleh trauma, operasi,
syok, dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah (Syafrizal
fahmy, 2014).
Dimana darah berguna sebagai penyelamat nyawa dan meningkatkan
derajat kesehatan indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah yang lain
dalam mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang
2
bermakna.
Anemia adalah suatu kondisi ketika darah yang tidak memiliki sel darah
merah sehat atau kadar hemoglobin yang cukup. Hemoglobin merupakan
bagian utama dari sel darah merah dan mengikat oksigen, seseorang memiliki
jumlah sel darah merah di bawah batas normal atau kadar hemoglobin rendah,
sel-sel tubuh tidak akan mendapat oksigen yang cukup, sehingga timbul gejala
anemia berupa kelelahan (Edmundson, A. 2013).
Darah sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Karena darah
mempunyai fungsi seperti memberikan kebutuhan akan oksigen, dan
melakukan pembersihan sisa metabolisme. Sebagai alat transportasi makanan,
sebagai alat penyeimbang pada tubuh. Donor darah sudah pasti berkaitan
dengan tranfusi darah, seseorang yang memerlukan tranfusi darah sudah pasti
dalam kondisi secara kesehatannya yang mengancam kehidupannya, dan donor
darah merupakan satu-satunya cara agar tersedia darah untuk di transfusi
(Purwanto, 2014).
Di Indonesia donor darah masih belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan akan ketersediaan darah, karena menurut WHO (Word Health
Oganization) idealnya ketersedian darah adalah 2% dari jumlah penduduk
Indonesia saat ini memerlukan 4,6 juta kantong darah, namun PMI hanya
mendapatkan kurang dari 0,5% kebutuhan itu pada tahun 2005 (Winarsih,
2013).
Kebutuhan darah yang selalu meningkat membuat membuat PMI yang
selalu mencari cara agar masyarakat tertarik dalam mendonorkan darah nya
tersebut, kebanyakan pendonor darah berasal dari kalangan mahasiswa yang
ingin berpartisipasi dalam hal tersebut (Purwanto, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran kadar hemoglobin darah pada pasien anemia
sebelum dan sesudah transfusi Darah?
1.3 Batasan Masalah
1. Pemeriksaan ini hanya melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin pada
pasien anemia sebelum dan sesudah transfusi Darah.
3
2. Penelitian ini hanya melakukan pemeriksaan pada pasien anemia.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar hemoglobin sebelum dan sesudah
transfusi darah pada pasien anemia di RSUD Dr. M. Zein Painan
1.4.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui kadar hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi
darah pada pasien anemia berdasarkan jenis kelamin
2. Untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin sebelum dan sesudah
transfusi darah pada pasien anemia.
1.5 Manfaat Penelitian.
1. Memberikan informasi tentang pengaruh transfusi darah terhadap kadar
hemoglobin.
2. Memberikan pengetahuan tentang pencegahan penurunan hemoglobin pada
pendonor darah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transfusi Darah
Pelayanan darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan
darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak
untuk tujuan komersial (Pasal 86 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan ). Sedangkan pelayanan transfusi darah merupakan upaya
pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan , pengerahan dan pelestarian
pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian darah, dan tindakan medis
pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan (Dian A.P, 2014).
Kegiatan pelayanan darah sudah dirintis sejak masa perjuangan revolusi
oleh Palang Merah Indonesia (PMI). Kemudian melalui peraturan pemerintah
Nomor 18 Tahun 1980, ditetapkan bahwa pengelolaan dan pelaksanaan
transfusi darah ditugaskan kepada PMI atau instansi yang ditetapkan oleh
menteri Kesehatan.Peraturan ini kemudian diganti dengan peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang pelayanan Darah. Menurut
Peraturan Pemerintah tersebut, tepatnya pada pasal 3 disebutkan
bahwa”Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
mengatur, membina dan mengawasi pelayanan darah dalam rangka
melindungi masyarakat “. Kemudian pada tahun 2014, dikeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 83 yang mengatur mengenai Unit Transfusi Darah,
Bank Darah Rumah Sakit dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah (Dian A. P,
2014).
Pelayanan penyediaan darah di Indonesia dilaksanakan oleh Unit
Transfusi Darah (UTD). UTD merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah, pendidikan, dan
pendistribusian darah. UTD hanya diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah teknis atau unit pelayanan di rumah sakit milik pemerintah. UTD
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah juga dapat berbentuk lembaga
5
teknis daerah, unit pelaksana teknis daerah , atau unit pelayanan dirumah
sakit milik pemerintah daerah (Teguh, 2014).
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) adalah suatu unit pelayanan di
rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi
yang aman, berkualitas, dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung
pelayanan kesehatan dirumah sakit. BDRS melaksanakan penerimaan dan
penyimpanan darah dari UTD, melakukan uji silang serasi, menyerahkan
darah ke pasien melacak reaksi transfusi dan mengembalikan darah yang
tidak layak ke UTD. Setiap Rumah Sakit diwajibkan memiliki BDRS dan
menjadi persyaratan akreditasi rumah sakit, namun pada tahun 2014 terdata
baru 432 rumah sakit yang memiliki bank darah. Sistem distribusi tertutup
dengan rantai dingin juga belum berjalan disemua BDRS karena kurangnya
sumber daya manusia dan persediaan darah di rumah sakit , sehingga
keluarga pasien masih ikut terlibat dalam penyerahan darah (Dian A. P, 2014).
Untuk menjaga kualitas darah, kegiatan penyampaian darah dari UTD
ke rumah sakit melalui BDRS hingga diterima pasien harus dengan sistim
distribusi tertutup dan sistim rantai dingin. Sistim distribusi tertutup
merupakan sistim pendistribusian darah. Yang harus dilakukan oleh.
Penyimpanan produk darah dan komponennya yang sesuai rentang suhu
optimal selama penyimpanan dan transportasi sangat menentukan
kelangsungan hidup sel darah merah yang terdapat pada kantong darah.
Penyimpanan pada suhu yang tidak optimal dapat menyebabkan sel darah
mati, meningkatnya berbagai kandungan zat kimia yang tidak diinginkan
serta dapat meningkatkan resiko berkembangbiaknya mikroorganisme. Hal
tersebut berpotensi untuk terjadinya reaksi transfusi seperti febris, infeksi,
bahkan sepsis ( Teguh, 2014).
Proses transfusi darah harus memenuhi persyaratan yaitu aman bagi
penyumbang darah, dan bersifat pengobatan bagi resipien, transfusi darah
bertujuan memelihara dan mempertahankan kesehatan donor, memelihara
keadaan biologis darah, atau komponen-komponen yang bermanfaat untuk
memelihara komponen darah yang benar pada peredaran darah, (stabilitas
6
peredaran darah) mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah,
meningkatkan oksigen jaringan, memperbaiki fungsi hemostatis, tindakan
terapi kasus tersebut (PMI, 2007).
Tidak semua orang dapat menjadi donor, supaya transfusi tidak
membahayakan donor dan juga melindungi resipien dengan menjamin bahwa
darah yang didonorkan adalah darah yang sehat, maka darah donor harus
diseleksi, seperti tidak menderita penyakit HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan
orang yang tidak beresiko karena seks bebas (Hutomo, 2011).
2.2 Sejarah Transfusi Darah
Transfusi darah adalah penginjeksian darah dari seseorang (yang di
sebut donor) ke dalam sistem perdarahan darah seseorang yang lain (yang di
sebut resipien). Transfusi darah tidak pernah terjadi kecuali setelah
ditemukan adanya sirkulasi darah sirkulasi darah yang tidak pernah berhenti
dalam tubuh ( Abdul, 2007).
Tahun 1665 Dr. Richard Lower ahli anatomi dari inggris berhasil
mentransfusikan darah seekor anjing pada anjing yang lain. Dua tahun
kemudian Jean Baptiste Denis seorang dokter. filsuf dan astronom dari
perancis berusaha melakukan transfusi darah pertama kali pada manusia.
Beliau mentransfusikan darah seekor anak kambing ke dalam tubuh
pasiennya yang berusia 15 tahun. Hasilnya adalah bencana yaitu kematian
anak tersebut dan dia sendiri dikenai tuduhan pembunuhan . Sejak saat itu
terjadi stagnasi panjang dalam bidang transfusi darah terapan (Fikih, 2007).
Sekitar 150 tahun kemudian, tepatnya tahun 1818 Dr. James Blundell
dari Rumah sakit St, Thomas and Guy berhasil melakukan transfusi darah
dari manusia ke manusia untuk pertama kali Beliau berhasil melakukannya
setelah menemukan alat transfusi darah secara lansung dan mengingatkan
bahwa hanya darah manusia yang dapat di transfusikan ke manusia. Akan
tetapi alat yang di ciptakan oleh Dr. Lower itu baru bisa di gunakan secara
umum tahun 1901. Tepat pada tahun itu, Karl Landsteiner ilmuan dari Wina
berhasil menemukan jenis-jenis darah. Menurut temuan ini, jika jenis darah
yang di transfusikan tidak cocok maka terjadi penggumpalan sel darah merah,
7
yang akan berlanjut pada kerusakan masing-masing darah tersebut (Abdul,
2007).
2.3 Indikasi Transfusi darah
Indikasi transfusi darah secara rasional adalah pemilihan bahan
transfusi yang tepat, jumlah sesuai dengan kebutuhan, pada saat yang tepat
dengan cara yang benar, tepat klien dan waspada efek samping yang terjadi.
Sehubungan dengan hal tersebut petugas kesehatan yang mempunyai
kewenangan pemberian transfusi darah perlu memahami tentang transfusi
darah, antara lain berbagai komponen darah, manfaat masing2 komponen,
sirkulasi peredaran darah stabilitas dan umur berbagai komponen darah dalam
tubuh serta adanya indikasi transfusi itu sendiri.
Ada 5 indikasi transfusi darah adalah sebagai berikut:
1. Kehilangan darah akut, bila 20-30% total volume darah hilang dan
perdarahan terus terjadi
2. Anemia berat
3. Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi
darah dan sebagai tambahan faktor pembekuan karena komponen darah
spesifik tidak ada.
4. Transfusi tukar pada neonatus dengan icterus berat
(http://www.ichrc.org/106-transfusi darah)
2.4 Pemeriksaan Yang Dilakukan pada Darah Donor Sebelum di Berikan
Kepada Pasien
1. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
Pemeriksaan golongan darah juga dilakukan oleh resipien sebelum
menerima transfusi darah dari pendonor.
2. Prinsip Pemeriksaan Golongan Darah
Antigen yang terdapat dipermukaan sel eritrosit direaksikan
dengan antibodi Antisera A dan B yang terdapat dalam plasma atau serum
dan jika antigen bertemu dengan antibodi spesifik maka akan terjadi reaksi
antigen-antibodi dengan timbulnya aglutinasi eritrosit.
8
3. Tujuan
Menentukan aglutinogen yang terdapat dalam sel eritrosit
penderita.
4. Metode
Slide Aglutinasi, Antigen terdapat pada permukaan eritrosit,
sedangkan antibodi terdapat pada serum/plasma.
5. Jenis-Jenis Golongan Darah
1. Golongan darah A : Golongan darah A mempunyai antigen A dan
antibodi B
2. Golongan darah B: Mempunyai Antigen B dan Antibodi A.
3. Golongan darah AB: Mempunyai antigen A dan antigen B, tetapi tidak
mempunyai antibodi A dan antibodi B.
4. Golongan Darah O: Mempunyai antibodi A dan antibodi B, tetapi tidak
mempunyai antigen A dan antigen B.
Jenis Golongan darah yang berkaitan dengan rhesus.
Orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah
dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
Orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah
dari orang dengan golongan darah B-negatif atau O-negatif
1. Orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah A-B-O apapun dan disebut resipien
universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak
dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
2. Orang dengan golongn darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya
kepada orang dengan golongan darah A-B-O apapun dan disebut
donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif
hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif (Alrasyid, 2010).
9
Penularan infeksi tertentu misalnya HIV, Virus Hepatitis (HBV),
Virus hepatitis C (HCV) Dan sifilis, malaria, Toxoplasmosis, dari donor
kepada resipien merupakan salah satu jalur ideal dari transfusi darah.
Untuk mengurangi resiko ini, kita harus melakukan beberapa skrining
terhadap darah yang terkumpul dari donor tentang faktor-faktor resiko
yang dimulai dari riwayat medis sampai beberapa tes spesifik. Tujuan
utama skrining atau uji saring adalah untuk mencegah agar darah yang
dikumpul dapat bebas dari infeksi dengan cara periksa sebelum darah
tersebut di transfusikan kepada resipien dengan beberapa tes tertentu. Uji
yang dilakukan sebelum transfusi darah adalah
1. Tes HbsAg
2. Tes Anti HIV
3. Tes Sipilis VDRL (HTA Indonesia, 2013).
1. Uji Crossmatching
Uji cocok serasi antara darah donor dengan darah resipien
1. Tujuan: Untuk mengetahui ada tidaknya antibodi baik antibodi
komplek (tipe IgM) maupun antibodi inkompleks (tipe IgG) yang
terdapat didalam serum pasien maupun di dalam serum atau plasma
donor
2. Reaksi yang terjadi apabila darah donor tidak cocok dengan darah
pasien
1. Demam
Dapat terjadi karena antibodi resipien bereaksi dengan leukosit
donor insiden terjadi 1-3% dari episode transfusi
2. Reaksi alergi
Gambaran klinis urtikaria pada kasus berat dapat terjadi dispnea,
Udema fasial dan kaku
3. Kontaminasi Bakteri
Kontaminasi bakteri dapat terjadi waktu pengambilan darah donor,
karena darah terlalu lama dalam suhu kamar atau tusukan ke dalam
10
labu darah. Gejala berupa panas tinggi, nyeri kepala, menggigil,
muntah, sakit perut, diare, syok, segera hentikan transfusi
4. Reaksi Anafilatik.
Reaksinya terjadi dengan cepat hanya beberapa menit setelah
transfusi dimulai gejala dan tanda reaksi anafilatik biasanya adalah
angiodema, muka merah (flushing), urtikaria, gawat pernapasan,
hipotensi dan renjatan.
5. Cedera paru akut
Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang mengandung
antibodi yang melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru
biasanya timbul dalam 1-4 jam sejak awal transfusi.
6. Purpura pasca transfusi
Merupakan komplikasi yang jarang tetapi potensial membahayakan
pada transfusi sel darah merah/trombosit (Rochmi ardiningsih,
2010)
2.5 Fakta Tentang Kebutuhan Darah untuk Transfusi.
Keputusan melakukan transfusi harus selalu berdasarkan penilaian tepat
dari segi klinis penyakit dan hasil pemeriksaan laboratorium. Seseorang
membutuhkan darah bila sel komponen darahnya tidak mencukupi untuk
menjalankan fungsinya secara normal. Sel darah merah indikatornya adalah
kadar hemoglobin (Hb). Indikasi transfusi secara umum adalah bila kadar Hb
menunjukkan kurang dari 7 g/dl (Hb normal pada pria adalah 13-18 g/dl
sedangkan pada perempuan adalah 12-16 g/dl).
Faktor penting dalam pemberian transfusi darah adalah sebagai berikut.
1. Sebelum Transfusi.
Dokter harus menentukan jenis serta jumlah kantong darah yang akan
di berikan. Oleh karena itu pasien harus menjalani pemeriksaan
laboratorium darah lengkap terlebih dahulu, untuk mengetahui kadar Hb.
Dokter dapat menentukan secara pasti apakah pasien menderita anemia
atau tidak berdasarkan keadaan klinis klien serta pemeriksaan darah.
Selain itu juga harus menentukan jenis transfusi, Misalnya pasien dengan
11
kadar trombosit yang sangat rendah jenis transfusi yang akan dipilih
adalah transfusi trombosit. Selain itu pendonor juga ditimbang berat
badannya karena menentukan jumlah darah yang akan diberikan. Dokter
juga perlu menetapkan target kadar Hb yang ingin dicapai setelah
transfusi. Hal tersebut disebabkan karena selisih antara target kadar Hb
dengan Hb sebelum di transfusi berbanding lurus dengan jumlah darah
yang akan di transfusi.
2. Selama Transfusi.
Dalam pemberian transfusi harus diberikan secara bertahap,
sedikit demi sedikit, karena dapat menyebabkan gagal jantung akibat
beban kerja jantung yang bertambah secara mendadak.
3. Golongan darah dan rhesus
Golongan darah dan rhesus harus sama antara pendonor dan
resipien. Manusia mempunyai tipe-tipe antigenic tertentu dikategorikan
sebagai golongan darah atau tipe. Golongan darah terdiri dari A, B, AB,
dan O. Seseorang memiliki antibodi terhadap plasma dari golongan darah
yang lain. Seseorang dengan golongan darah A tidak dapat menerima
golongan darah B dan sebaliknya Golongan darah O akan disertai antibodi
terhadap Adan B, sedangkan golongan darah AB tidak akan menyebabkan
timbulnya antibodi terhadap golongan darah lain. Rhesus ada dua jenis
yaitu Rhesus positif dan Rhesus negative. Orang Indonesia kebanyakan
rhesus positif (+). Darah donor yang tidak cocok dengan darah resipien
(penerima) maka dapat terjadi reaksi yang dapat membahayakan pasien.
2.6 Komponen Darah yang di Transfusikan .
1. Darah Lengkap (Whole Blood)
Whole blood atau darah lengkap pada transfusi adalah darah yang
di ambil dari donor menggunakan container atau kantong darah dengan
antikoagulan yang steril dan bebas pyrogen. Whole blood merupakan
sumber komponen darah yang utama (Anonim, 2002). Whole blood
diambil dari pendonor 450-500 ml darah yang tidak mengalami
12
pengolahan. Komposisi whole blood adalah eritrosit, plasma, leukosit,
trombosit (Hutomo, 2011).
Darah yang diambil langsung dari donor yang disebut Whole blood
bercampur dengan antikoagulan yang tersedia di kantong darah. Darah
lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, trombosit dan faktor
pembekuan labil (V,VIII), satu unit kantong darah lengkap berisi 450 ml
darah dan 63 ml antikoagulan di Indonesia 1 kantong darah lengkap berisi
250 ml darah dengan 37 Antikoagulan, ada juga yang 1 unit kantong berisi
350 ml darah dengan antikoagulan. Suhu disimpan pada 2-4 0C Satu unit
darah (250-450 ml) dengan antikoagulan sebanyak 15 ml/ 100 ml darah
(sudoyono, 2009)
Masa penyimpanan whole blood ada dua yaitu darah segar (fresh
blood) darah yang disimpan (stored blood), yaitu darah yang sudah
disimpan lebih dari 6 jam. Darah dapat disimpan maksimal sampai dengan
35 hari. Darah yang disimpan tersebut mengandung trombosit dan sebagai
faktor pembekuan sudah menurun jumlahnya (Bakta, 2006)
2. Sel Darah Merah (Packed Red Cell)
Packed Red Cell (PRC) adalah suatu konsentrat eritrosit yang
berasal dari sentrifugasi whole blood, disimpan selama 42 hari dalam
larutan tambahan sebanyak 100 ml yang berisi salin, adenin, glukosa,
dengan atau tanpa manitol untuk mengurangi hemolisis eritrosit (Anindita,
2011).
3. Darah Merah Cuci (Washed Erythrocyte)
Volume 260 ml; Hct 0,57 L/L; Leukosit ‹1×108 ; plasma ‹0,2 ml.
Transfusi masif pada neonatus sampai usia ‹1 tahun transfusi intrauterin
penderita dengan anti IgA atau defisiensi IgA dengan riwayat alergi
transfusi berat, riwayat reaksi transfusi berat yang tidak membaik dengan
pemberian premedikasi. Defisiensi IgA yang belum pernah mendapat
transfusi komponen darah (eritrosit, plasma, trombosit).
Defisiensi IgA yang tidak pernah mengalami reaksi alergi terhadap
komponen darah sebelumnya, belum diketahui mempunyai antibodi anti
13
IgA tidak pernah mengalami reaksi transfusi berat terhadap eritrosit.
(Aritonang, 2016).
4. Trombosit
Trombosit dibuat dari konsentrat whole blood (Buffy Coat), Dan
diberikan pada pasien dengan perdarahan karena trombositopenia. Produk
trombosit harus disimpan dalam kondisi spesifik untuk menjamin
penyembuhan dan fungsi optimal setelah tranfusi. Umur dan fungsi
trombosit optimal pada penyimpanan di suhu ruangan 20-24 oC (Cahyadi,
2011).
5. Plasma Beku (Fresh Frozen Plasma).
Fresh Frozen Plasma (FFP) adalah plasma segar yang dibekukan
dalam waktu 8 jam dan disimpan pada suhu minimal -200C dapat bertahan
satu tahun, yang berisi semua faktor koagulasi kecuali trombosit. FFP di
berikan untuk mengatasi kekurangan faktor koagulasi yang masih belum
jelas dan defisiensi anti-thrombin III FFP berisi plasma, semua faktor
pembekuan stabil dan labil, komplemen dari protein plasma. Volume
sekitar 200-250 ml. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikkan masing-
masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Dosis
inisial adalah 10-15 ml/kg. (Harlinda, 2006).
2.7 Dasar-Dasar Pemberian Transfusi Darah
Dasar- dasar pemberian transfusi darah secara rasional adalah
pemilihan bahan transfusi yang tepat, jumlah sesuai dengan kebutuhan, pada
saat yang tepat dan dengan benar, tepat pasien dan waspada efek samping
yang terjadi. Sehubungan dengan hal tersebut petugas kesehatan yang
mempunyai kewenangan pemberian transfusi darah perlu memahami tentang
transfusi darah antara lain berbagai komponen darah, manfaat masing-
masing komponen, sirkulasi peredaran darah, stabilitas dan umur berbagai
komponen darah dalam tubuh serta adanya indikasi transfusi itu sendiri.
Ada 5 indikasi umum tranfusi darah adalah sebagai berikut :
1. Kehilangan darah akut, bila 20-30% total volume darah hilang dan
perdarahan masih terus terjadi
14
2. Anemia berat.
3. Syok septik ( jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi
darah dan sebagai tambahan dari pemberian antibiotik )
4. Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan,
karena komponen darah spesifik yang lain tidak ada.
5. Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat
(http://www.ichrc.org/106-transfusi-darah).
2.8 Indikasi Transfusi Darah.
Whole blood harus dicadangkan untuk pendarahan medis atau bedah
yang parah, misalnya selama perdarahan saluran makanan yang cepat atau
pada trauma mayor saat diperlukan pemulihan daya angkut oksigen, volume,
dan faktor pembekuan. Bahkan pada syok hemoragik, kombinasi sel darah
merah dan larutan kristaloid atau koloid biasanya efektif, pada keadaan
darurat, pergantian volume secara cepat biasanya mendahului penggantian
sel darah merah dan cairan resusitasi bebas sel harus digunakan apabila jenis
darah resipien sedang ditentukan, bila defisit sel darah merah kritis, di
indikasikan pemberian sel darah merah tipe O atau untuk spesifik tipe yang
tidak dicocokkan terlebih dahulu. Darah lengkap berguna untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah dan volume plasma dalam waktu yang
bersamaan, misalnya pada pendarahan aktif dengan kehilangan darah lebih
dari 25-30% volume darah total (Sudoyo, 2009).
2.9 Kontra Indikasi Pada Transfusi Darah
Darah lengkap sebaiknya tidak di berikan pada pasien dengan anemia
kronik yang normovolemik atau yang bertujuan meningkatkan sel darah
merah. Satu unit darah lengkap 250 ml pada orang dewasa meningkatkan Hb
sekitar 0.1-1 g/dl. Darah lengkap 8 ml/kg pada anak anak akan meningkatkan
Hb sekitar 1 g/dl. Pemberian darah lengkap sebaiknya melalui filter darah
dengan kecepatan tetesan tergantung keadaan klinis pasien. Namun setiap
unitnya sebaiknya diberikan dalam 4 jam ( Sudoyo, 2009).
Spesimen atau bahan pemeriksaan kadar hemoglobin adalah darah
lengkap (whole blood) yang diperoleh dari darah vena maupun darah kapiler.
15
Darah lengkap yaitu darah yang sama bentuk atau kondisinya seperti ketika
beredar dalam aliran darah (Riswanto, 2013).
Antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) merupakan
antikoagulan yang baik dan sering di gunakan untuk berbagai macam
pemeriksaan hematologi. Digunakan dalam bentuk garam Na2EDTA atau
K2EDTA. K2EDTA lebih banyak digunakan karena daya larut dalam air kira-
kira 15 kali lebih besar dari Na2EDTA. EDTA dalam bentuk kering dengan
pemakaian 1-1,5 mg EDTA/ml sedang dalam bentuk larutan EDTA 10 %
pemakaiannya 0,1 ml/ml darah. Garam-garam EDTA mengubah ion kalsium
dari darah menjadi bentuk yang bukan ion. Tiap 1 miligram EDTA
menghindarkan membekunya 1 mililiter darah (Gandasoebrata, 2011).
2.10 Defenisi Anemia
Anemia adalah dimana kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup
sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan
tubuh. Anemia adalah suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin lebih
rendah dari biasanya kondisi ini mencerminkan kurangnya jumlah normal
eritrosit dalam sirkulasi. Akibatnya, jumlah oksigen yang dikirim ke
jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukanlah penyakit yang spesifik
namun merupakan tanda kelainan mendasar, Klasifikasi anemia makrositik
ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah Hb tiap sel juga
bertambah.
Ada banyak bentuk anemia, masing masing dengan penyebabnya
sendiri. Anemia bisa bersifat sementara atau jangka panjang. Dan bisa
berkisar dari ringan dan berat. Tingkat normal hemoglobin umumnya
berbeda pada pria dan wanita. Bagi pria, kadar hemoglobin biasanya di
definisikan sebagai tingkat lebih dari 13,5 gram/100 ml, dan pada wanita
sebagai hemoglobin lebih dari 12,0 gram/100 ml.
Anemia pada pasien tertentu di sebabkan oleh kerusakan atau oleh
produksi eritrosit yang tidak memadai berdasarkan faktor kemampuan
sumsum untuk merespon eritrosit yang menurun ( yang di buktikan dengan
peningkatan jumlah retikulosit dalam darah yang beredar. Tingkat di mana
16
eritrosit muda berkembang biak di sumsung tulang (seperti yang diamati
pada biopsi sumsum tulang), serta ada tidaknya hasil akhir dari kerusakan
eritrosit dalam sirkulasi (misalnya, peningkatan kadar Bilirubin, penurunan
tingkat hemoglobin.
2.1.1 Jenis Anemia dan Temuan laboratorium
1. Anemia defisiensi kekurangan Fe.
penurunan retikulosit, zat besi, fertin, kejenuhan besi, MCV (mean
corpuscular volume); TIBC (total iron-binding capacity) meningkat
2. Kekurangan vitamin B12 (Megaloblastic)
Penurunan tingkat vitamin B12; peningkatan MCV (mean
corpuscular volume)
3. Kekurangan folat (megaloblastik)
Penurunan tingkat folat; peningkatan MCV (mean corpuscular volume).
Penurunan produksi eritropoietin (misalnya, dari disfungsi ginjal)
Penurunan kadar eritropoietin; MCV (mean corpuscular volume);
normal dan mean corpuscular hemoglobin; tingkat kreatinin meningkat
(kemungkinan)
4. Kekurangan folat (megaloblastik)
Penurunan tingkat folat; peningkatan MCV (mean corpuscular volume).
Penurunan produksi eritropoietin (misalnya, dari disfungsi ginjal)
Penurunan kadar eritropoietin; MCV (mean corpuscular volume); normal
dan mean corpuscular hemoglobin; tingkat kreatinin meningkat
(kemungkinan)
5. Kanker/ radang
MCV normal; normal atau menurun tinkat eritropoietin; peningkatan
saturasi besi, tingkat feritin; penurunan besi.
6. Pendarahan
Akibat kehilangan sel darah merah berlebih
7. Perdarahan saluran gastrointestinal, epistaksis (mimisan), trauma,
peningkatan kadar retikulosit; Hgb dan Hct normal jika di ukur segera
setelahnya pendarahan dari saluran genitourinari(misalnya, menorrhagia).
17
Pendarahan di mulai, namun tingkat menurun setelahnya; MCV normal
awalnya tapi kemudian menurun; penurunan kadar feritin dan zat besi
(belakangan).
8. Hemolitik
Kondisi di mana hancurnya sel darah merah (erirosit) lebih cepat di
bandingkan pembentukannya.
9. Perubahan eritropoiesis (anemia sel sabit, talasemia, hemoglobinopati
lainnya)
Penurunan MCV; sel darah merah yang terfragmentasi; peningkatan
tingkat retikulosit
10. Hipersplenisme (hemolisis)
Peningkatan MCV
11. Anemia yang di sebabkan obat
Meningkatnya kadar sferosit
12. Anemia autoimun
Meningkatnya kadar sferosit
13. Mekanisme jantung terkait katup jantung
Sel darah merah Terfragmentasi (Sugeng jitowiyono, 2018).
2.1.2 Etiologi
Pada dasarnya, hanya tiga penyebab Anemia yang ada: kehilangan
darah, Peningkatan kerusakan sel darah merah (hemolisis), dan penurunan
produksi sel darah merah. Masing-masing penyebab ini mencakup sejumlah
kelainan yang membutuhkan terapi spesifik dan tepat. Etiologi genetik
meliputi:
a. Hemoglobinopati
b. Thalassaemia
c. Kelainan enzim pada jalur glikolitik
d. Cacat sitos keleton sel darah merah
e. Anemia persalinan kongenital
f. Penyakit Rh null
g. Xerocytosis herediter
18
h. Abetalipoproteinemia
i. Anemia fanconi
2.1.3 Manifestasi Klinis
Selain tingkat keparahan anemia itu sendiri, ada beberapa faktor
mempengaruhi perkembangan gejala yang berhubungan dengan anemia.
Faktor tersebut antara lain kecepatan anemia, kronisitas anemia, kebutuhan
metabolik pasien, gangguan fisik (misalnya penyakit jantung atau paru),
serta gambaran umum dari kondisi yang menyebabkan anemia.
Secara umum, semakin cepat anemia berkembang, semakin parah
gejalanya. Orang yang biasanya sangat aktif atau memiliki tuntutan
signifikan terhadap kehidupan mereka cenderung memiliki gejala yang lebih
tinggi dari pada orang yang lebih banyak duduk. Beberapa anemia di
perparah oleh berbagai kelainan lain yang tidak diakibatkan oleh anemia
namun secara inheren dikaitkan dengan penyakit tertentu.
2.1.4 Komplikasi Penyakit Akibat Anemia.
Apabila tidak di obati, Anemia dapat menyebabkan banyak masalah
kesehatan, seperti:
a. Kelelahan berat. Bila anemia cukup parah, seseorang mungkin merasa
sangat lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari-hari
b. Komplikasi kehamilan. Wanita hamil dengan anemia defisiensi folat
mungkin lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran
prematur.
c. Masalah jantung. Anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau
ireguler (aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus
memompa lebih banyak darah untuk mengimbangi kekurangan oksigen
dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan jantung membesar atau gagal
jantung.
d. Kematian. Beberapa anemia turunan, seperti anemia sel sabit, bisa
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak
darah dengan cepat mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa
berakibat fatal.
19
2.1.5 Faktor Resiko
Faktor-faktor ini menempatkan seseorang pada peningkatan resiko
anemia:
a. Diet. Memiliki diet yang secara konsisten rendah zat besi, vitamin B-12
dan folat meningkatkan resiko anemia
b. Gangguan usus. Memiliki kelainan usus yang mempengaruhi penyerapan
nutrisi di usus kecil, seperti penyakit Crohn dan penyakit celiac,
membuat seseorang beresiko mengalami anemia.
c. Haid. Secara umum, wanita yang belum mengalami menopause memiliki
resiko anemia kekurangan zat besi lebih tinggi di banding pria dan wanita
pasca menopause. Hal ini karena menstruasi menyebabkan hilangnya sel
darah merah.
d. Kehamilan. Wanita hamil yang tidak mengonsumsi multivitamin dengan
asam folat beresiko mengalami anemia.
e. Kondisi kronis. Kanker, gagal ginjal, atau kondisi kronis lainnya,
meningkatkan resiko anemia.
f. Riwayat keluarga. Jika keluarga anda memiliki riwayat anemia
bawaan, seperti anemia sel sabit, Anda juga beresiko tinggi terkena
penyakit anemia.
g. Faktor lainnya. Riwayat infeksi tertentu, penyakit darah dan gangguan
autoimun, alkoholisme, paparan bahan kimia beracun, dan penggunaan
beberapa obat dapat mempengaruhi produksi sel darah merah dan
menyebabkan anemia.
h. Usia. Orang yang berusia di atas 65 tahun beresiko tinggi mengalami
anemia.
2.1.6 Prognosis
Anemia umumnya memiliki prognosis yang sangat baik dan
mungkin dapat disembuhkan dalam banyak kasus. Prognosis keseluruhan
tergantung pada penyebab anemia, tingkat keparahannya, dan kesehatan
keseluruhan pasien.
20
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui:
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12-14 g/dl).
b. Kadar Ht menurun ( normal 37%-41% ).
c. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik).
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi.
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong di ganti lemak ( pada
anemia aplastik)
2.11 Hemoglobin
2.11.1 Defenisi Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein utama dalam tubuh manusia yang
berfungsi sebagai pengangkut oksigen ke jaringan dan media transport
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru, pengangkutan oksigen
berdasarkan atas interaksi kimia antara molekul oksigen dan heme, suatu
cincin tetrapirol porfirin yang mengandung besi, komponen heme dalam
darah berguna untuk memberi warnah merah pada darah, kandungan zat
besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah bewarna merah
(Tarwoto, 2008).
Hemoglobin merupakan komponen utama dari sel darah merah
berupa Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat
darah bewarna merah, salah satu penyakit yang berhubungan dengan kadar
hemoglobin adalah anemia (Chen-Bin 2012). Hemoglobin mempunyai
dua fungsi pengangkutan penting dalam tubuh manusia, yakni
pengangkutan oksigen ke jaringan dan pengangkutan karbondioksida dan
proton dari jaringan perifer ke organ respirasi
2.11.2 Kadar Hemoglobin
Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram
setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100% (Evelyn, 2009).
Kadar hemoglobin pada anak 6 bulan - 6 tahun 11,0 gr/dl, anak 6 -14
tahun 12,0 gr/dl, pria dewasa 13,0 gr/dl, wanita dewasa 12,0 gr/dl dan
pada ibu hamil 11,0 gr/dl. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin juga dapat
21
dipengaruhi oleh peralatan pemeriksaan yang dipergunakan.Batas
hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin
bervariasi diantara setiap suku bangsa (WHO dalam Arisman, 2004).
Faktor penting dalam pemberian transfusi darah menurut Depkes RI 2008
adapun guna hemoglobin antara lain:
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam
jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru- paru kemudian di bawah ke seluruh
jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk dibuang. Untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah
yang disebut anemia (Widayanti, 2008).
2.11.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah:
1. Kecukupan besi dalam tubuh.
Menurut Parakasi 2006, besi dibutuhkan untuk produksi
hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan
terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan
hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikro nutrient esensial
dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi menghantar oksigen
dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk diekskresikan ke dalam udara
pernapasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistim enzim
pernapasan seperti enzim sitokrom oksidase, katalase, peroksidase besi
berperan dalam sintetis hemoglobin dalam sel darah merah dan
myoglobin dalam sel otot kandungan, 0,004% berat tubuh (60-70%)
terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai feritin di dalam hati,
hemosiderin didalam limfa dan sumsum tulang (Zaryanis, 2006).
22
2. Metabolisme besi dalam tubuh
Menurut Wira Kusuma (2004), besi yang terdapat dalam tubuh
orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di
dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 gram)
myoglobin (150 mg), phorypirin hati limpa dan sumsum tulang.
2.11.4 Fungsi Hemoglobin
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru
ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari
seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan
sebagai resevoir oksigen menerima, menyimpan dan melepas oksigen di
dalam sel-sel otot (Zaryanis, 2006).
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam jaringan-
jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh tubuh
jaringan-jaringan tubuh untuk digunakan untuk bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
2.11.5 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
1. Metode Otomatis.
Hematology Analyzer adalah alat yang dipergunakan secara
invitro untuk melakukan pemeriksaan hematologi secara otomatis,
menggunakan reagen maupun cleaning sesuai dengan manual book.
Analisis semua data akan di tampilkan di IPU (Information Prosseing
Unit). Dengan kapasitas analisa 80 spesimen jam (Sysmex Manual Book).
Pemeriksaan Hematology Analyzer termasuk sebagai gold
standar dalam menegakkan diagnosis pemeriksaan hematologi termasuk
penetapan kadar hemoglobin. Ada beberapa metode pengukuran yang
digunakan pada alat Hematology Analyzer, yaitu: Electrical Impedance,
Fotometri, Flowcytometry, dan Histogram. Hemoglobin diukur melalui
metode fotometri dan non cyanide SLS- Hb method. Sodium Lauryl Sulfate
(SLS) adalah surfaktan anionic yang bersifat hidrofobik dan berikatan
sangat kuat dengan protein. Terdapat 4 tahap reaksi non cyanide SLS-Hb
23
method, setelah sel darah merah mengalami lisis. Absorpsi SLS pada
membran sel darah merah menghasilkan perubahan struktur protein. Tahap
kedua adalah perubahan konformasi molekul globin. Tahap ketiga,
perubahan hemoglobin dari Fe2-
menjadi Fe3-
yang diindikasi perubahan
molekul globin pada tahap sebelumnya. Tahap terakhir adalah terjadinya
ikatan antara gugus hidrofil dari SLS dengan Fe3+
membentuk kompleks
yang stabil (Sysmex Manual Book).
Alat hematology analyzer memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya efisiensi dalam waktu dan volume sampel. Hasil yang
dikeluarkan oleh alat hematology analyzer sudah melalui quality control
yang dilakukan oleh Intern laboratorium. Kekurangan hematology
analyzer: antara lain perawatan, suhu ruangan, harus dilakukan kontrol
secara berkala (Aritonang, 2016).
2.12 Metode Konvensional
1. Metode Sahli
Metode sahli didasarkan pada pembentukan warna dengan
menggunakan HCl 0.1 N sebagai pereaksi. Hemoglobin dalam darah
akan bereaksi dengan HCl membentuk hematin asam dengan warna
coklat tua. HCl tidak mampu bereaksi dengan semua fraksi hemoglobin
seperti methemoglobin, sulfhemoglobin dan karboksihemoglobin.
Penyimpangan pemeriksaan sahli mencapai 15% sampai 30%
Prinsip kerja: Darah yang ditambahkan asam lemah (HCl 0,1 N),
maka hemoglobin akan dirubah menjadi hematin asam yang berwarna
coklat tua. Warna yang terbentuk diencerkan menggunakan aquadest
sampai warna yang terjadi sama dengan warna standar (Gilang Nugraha,
2018)
2. Metode Sianmed hemoglobin
Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin
(hemoglobin sianida) dalam larutan yang berisi kalium ferrisianida dan
kalium sianida, Absorbansi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau
filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah
24
hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin
menjadi sianmed hemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena
itu tidak ikut diukur.
Prinsip kerja: Hemoglobin akan diubah oleh kalium ferisianida
(K3Fe( CN)6) menjadi methemoglobin yang kemudian diubah menjadi
hemoglobin sianida ( HiCN) oleh kalium sianida (KCN).
2.13 Sumber Kesalahan Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
1. Tahap Pra Analitik atau tahap persiapan awal, dimana tahap ini sangat
menentukan kualitas sampel yang nantinya akan dihasilkan dan
mempengaruhi proses kerja berikutnya. Tahap pra analitik meliputi:
a. Kondisi pasien. Sebelum pengambilan spesimen form permintaan
laboratorium diperiksa. Identitas pasien pasien harus ditulis dengan
benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis dan
sebagainya) disertai diagnosis atau keterangan klinis. Identitas harus
ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil
spesimen.
b. Teknik atau cara pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar
sesuai Standar Operating Procedure (SOP) yang ada.
c. Spesimen yang akan diperiksa volume mencakupi, kondisi baik tidak
lisis, segar atau tidak kadarluarsa, tidak berubah warna, tidak berubah
bentuk, pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat, ditampung
dalam wadah yang memenuhi syarat dan identitas sesuai dengan data
pasien.
2. Tahap Analitik adalah tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan. Tahap analitik perlu memperhatikan
reagen, alat, metode pemeriksaan, pencampuran sampel, dan proses
pemeriksaan.
3. Tahap pasca Analitik atau tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan
untuk meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar-
benar valid atau benar (Budiwiyono, 2002).
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu untuk mengetahui Gambaran
Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Transfusi Darah Pada Pasien
Anemia di RSUD Dr. M. Zein Painan.
3.2 Waktu dan Tempat penelitan
Penelitian ini telah dilakukan di RSUD Dr. M. Zein Painan Pada bulan
Februari sampai dengan Mei 2019.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien anemia yang datang ke
RSUD Dr. M. Zein Painan.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah pasien anemia yang melakukan transfusi darah yang
diambil secara acak sebanyak 30 orang, Yang diambil dari bulan Februari
sampai dengan Mei 2019.
3.4 Persiapan Penelitian
3.4.1 Persiapan Alat
Sysmex XS 500 i, Rak Sampel, Torniquet, Vakutainer
3.4.2 Persiapan Bahan
Kapas alkohol 70%, Spuit, kapas kering, tabung EDTA
3.4.3 Spesimen.
Darah Vena
3.5 Langkah Kerja
3.5.1 Pengambilan Darah Vena
Dibersihkan daerah dibawah lipatan siku dengan alcohol Jika memakai
vena dalam fossa cubiti, pasanglah ikatan pembendung pada lengan atas dan
diminta pasien mengepal dan membuka tangannya berkali-kali agar vena
jelas terlihat. Pembendungan vena tidak perlu dengan ikatan erat-erat,
bahkan sebaiknya hanya cukup erat untuk memperlihatkan dan agak
26
menonjolkan vena, tegangkanlah kulit diatas vena itu dengan jari-jari tangan
kiri supaya vena tidak dapat bergerak, ditusuk kulit dengan jarum dan
semprit dalam tangan kanan sampai ujung jarum masuk kedalam lumen
vena, lepaskan atau renggangkan pembendungan dan pelahan-lahan tarik
pengisap spuit sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat, lepaskan
pembendungan jika masih terpasang, diletakkan kapas di atas jarum dan
cabutlah semprit dan jarum itu, diminta kepada pasien yang darahnya di
ambil supaya tempat tusukan itu ditekan selama beberapa menit dengan
kapas tadi, angkatlah jarum dari semprit dan alirkanlah (jangan semprotkan)
darah dimasukkan kedalam wadah atau tabung yang tersedia melalui
dinding tabung (Gandasoebrata, 2011).
3.6 Pengolahan Dan Analisa Data
Hemoglobin pasien sebelum dan sesudah transfusi dengan mencari
persentase banyak jumlah laki-laki dan perempuan.
Rata-rata kadar hemoglobin sebelum transfusi
π =Total kadar hemoglobin sebelum transfusi
Jumlah sampel
π=Total kadar hemoglobin sesudah transfusi
Jumlah sampel
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan Uraian diatas dapat disimpulkan kadar Hemoglobin pasien
sebelum dan sesudah transfusi darah pada pasien anemia, penelitian ini
dilakukan di RSUD Dr. M. Zein painan pada bulan Februari-Mei 2019, yang
mana sampel yang diambil sebanyak 30 sampel, pengambilan sampel ini
dilakukan secara acak. Terdiri dari 24 orang perempuan dan 6 orang laki-laki
dari berbagai usia.
Tabel 4.1 distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
NO Jenis
Kelamin
frekuensi Persentase (%)
1 Laki-Laki 6 20
2 Perempuan 24 80
Total 100
Dari tabel diatas, persentase laki-laki dan perempuan yang melakukan
transfusi darah, pada pasien laki-laki didapatkan sebanyak 20% kasus anemia
sedangkan pada pasien dengan jenis kelamin perempuan didapatkan sebanyak
80% kasus anemia, jadi pada kasus anemia ini lebih dominan pasien
perempuan dibandingkan laki-laki. Karena pada pasien perempuan rata-rata
dengan kasus perdarahan dan pasca operasi.
Tabel 4.2 Rata-rata kadar hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi
berdasarkan jenis kelamin
No Jenis
Kelamin
Kadar Hemoglobin pada pasien
Sebelum transfusi Sesudah
transfusi
1 Laki-Laki 5,4 g/dl 8,1 g/dl
2 Perempuan 6,7 g/dl 8,4 g/dl
Berdasarkan tabel diatas jumlah kadar hemoglobin pada pasien laki-laki
sebelum transfusi 5,4 g/dl sedangkan setelah transfusi kadar hemoglobin
28
pasien laki-laki 8,1 g/dl masih di bawah batas normal kadar hemoglobin pada
pasien laki-laki. Sedangkan pada perempuan kadar hemoglobin sebelum
transfusi 6,7 g/dl setelah transfusi kadar hemoglobin menjadi 8,4 g/dl. Rata-
rata kenaikan kadar Hb yaitu 0,5-1 g/dl tergantung kadar Hb pasien sebelum
dilakukan transfusi darah dan juga tergantung berat badan pasien dan
penyakit anemia yg diderita pasien, setelah transfusi kadar Hb diperiksa
kembali minimal 12 jam setelah transfusi darah hal ini juga belum
sebanding dengan normal kadar hemoglobin pada pasien anemia.
4.2 Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa yang
banyak melakukan transfusi darah adalah perempuan, salah satu penyebabnya
ialah karena pendarahan yang hebat saat melahirkan. Sedangkan yang sedikit
melakukan transfusi darah adalah laki-laki, pada pasien laki-laki yang
membutuhkan transfusi darah bisa disebabkan karena kecelakaan yang fatal.
Penambahan jumlah darah pada pasien anemia tergantung dari tingkat kadar
Hb pasien, Pemberian darah dilakukan secara bertahap Pasien wajib transfusi
dengan kadar Hb dibawah 8 g/dl (PMI, 2007).
Kenaikan kadar Hb pada pasien transfusi tidak terlalu cepat
meningkatnya karena dipengaruhi oleh zat besi, dan tergantung usia. Usia
remaja apabila ditransfusi lebih cepat meningkat kadar Hb nya dibandingkan
dengan lanjut usia. Kenaikan kadar Hb juga dipengaruhi oleh banyaknya
cairan yang masuk pada tubuh pasien dan bisa juga disebabkan oleh penyakit
pasien. Sehingga menyebabkan kadar Hb tidak mencapai kadar normal, pada
pasien transfusi kadar Hb juga dipengaruhi oleh masa hidup eritrosit atau
lisisnya darah yang akan di transfusikan sehingga kadar Hb setelah
ditansfusikan tidak mencapai batas normal.
Anemia terjadi karena berbagai penyebab yang berbeda di setiap
wilayah atau negara. Terdapat enam faktor yang sering menyebabkan
kejadian anemia. Pertama adalah rendahnya asupan zat besi dan zat gizi
lainnnya, yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi makanan sumber zat
besi. Zat gizi yang menyebabkan terjadinya anemia adalah kekurangan
29
Vitamin A, Vitamin C, asam folat, ribovlavin, dan vitamin B12, kedua
penyerapan zat besi yang rendah, disebabkan komponen penghambat di
dalam makanan seperti filtrat. Rendahnya zat besi pada bahan makanan nabati
menyebabkan zat besi tidak dapat diserap dan digunakan oleh tubuh.
Anemia dapat disebabkan oleh faktor defisiensi atau kekurangan
bahan-bahan yang berasal dari luar. yaitu dari makanan, yang diperlukan
untuk sintesis komponen SDM. Anemia defisiensi pada dasarnya dapat
diobati dan dicegah dengan sempurna, asal saja penyebabnya diketahui
dengan tepat. Penyebab anemia yang ketiga ialah kehilangan SDM yang baik
dan sehat, gejala anemia karena defisiensi zat besi bergantung pada kecepatan
terjadinya anemia pada diri seseorang. Gejalanya dapat berkaitan dengan
kecepatan penurunan kadar hemoglobin, karena penurunan kadar hemoglobin
memengaruhi kapasitas membawa oksigen, maka setiap aktivitas fisik pada
anemia defisiensi zat besi akan menimbulkan sesak nafas yang sudah dibuat
dalam jumlah yang cukup. Kehilangan tersebut umumnya terjadi karena
perdarahan, baik perdarahan besar maupun perdarahan kecil (Sadikin, 2014)
Pada seorang yang menderita anemia, Kelelahan tersebut terjadi
dengan cepat dan masa pemulihannya lebih lama orang tersebut akan
merasakan keluhan subjektif dalam bentuk cepat lelah dan sering merasa
letih. Kinerja jasmani seseorang yang menderita anemia akan menurun dan
keadaan ini akan mengganggu kegiatannya sehari-hari dalam melaksanakan
pekerjaan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa produktifitas tenaga kerja
berkurang dengan jelas bila menderita anemia. Pekerjaan yang memerlukan
prestasi jasmani tidak dapat dilakukan dengan hasil yang memuaskan
(Sadikin, 2014).
Anemia karena perdarahan kecil dan menahun ini, apapun yang
menjadi penyebab perdarahan, selalu mempunyai gambaran mikroskopis
yang sama. Sel darah merah lebih kecil dari biasa dan lebih pucat. Gambaran
ini sama dengan yang ditemukan pada anemia karena defisiensi besi. Pada
kenyataannya, memang terjadi kekurangan besi pada anemia karena
perdarahan kecil dan menahun ini. Karena itu, pemeriksaan mikroskopis serta
30
pengukuran parameter fisik dari SDM saja seperti volume SDM rata-rata dan
konsentrasi hemoglobin SDM rata-rata tidak dapat mengungkapkan penyebab
dari kekurangan besi, bahkan sekalipun dibantu dengan pengukuran
konsentrasi besi dalam serum.
Kadar hemoglobin naik terjadi akibat reaksi tubuh saat kadar oksigen
turun. Tubuh berusaha untuk segera memasok oksigen lewat Hb. Hal ini juga
dipengaruhi beberapa kondisi kesehatan seperti PPOK (Penyakit paru
abstruksi kronis dan penyakit jantung bawaan yang bisa menurunkan kadar
oksigen dan menyebabkan kadar hb tinggi.
Komposisi eritrosit terdiri dari plasma, protein, Albumin, Glubumin,
fibrinogen serta 0,9% mineral, oksigen, enzim antigen dan bahan organik
lainnya. Darah secara invitro atau diluar tubuh seperti dalam kantong darah
tidak ada keseimbangan antara produksi dan destruksi. Melainkan hanya ada
destruksi tanpa ada produksi sehingga proses pengancuran terjadi lebih cepat.
Dengan demikian tujuan penyimpanan darah secara invitro dengan proses
yang khusus adalah untuk memperlambat proses penghancuran sel darah.
Oleh karena itu, Penyimpanan darah donor, diperiksa terlebih dahulu pada
suhu lemari pendingin/refrigerator. Tempatkan darah pada bag holder dengan
suhu 4oC dan disimpan selama 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, 4 minggu, dan
5 minggu selain itu untuk memperlambat perubahan yang terjadi selama
penyimpanan, ditambahkan antikoagulan Citrat Phosphat Dextrosa Adenin
(CPDA) yang dapat mencegah terjadinya pembekuan darah dan
mempertahankan kadar Adenosin Triphosphat (ATP) (Tadjuddin Naid, 2012)
Penjaminan mutu pada darah donor merupakan fungsi kritis dari
produksi komponen darah dan merupakan bukti bahwa komponen darah
memenuhi spesifikasi. Namun demikian, Pengawasan mutu (Quality
Control=QC) biasanya dilaksanakan terhadap komponen darah final dan
seringkali masalah akan teridentifikasi setelah terjadi (PMI, 2007).
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Gambaran Kadar Hemoglobin Sebelum dan
Sesudah Transfusi Darah terdapat 30 sampel pasien anemia yang dilakukan
di laboratorium RSUD Dr. M Zein Painan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kadar hemoglobin pasien sebelum transfusi rata-rata pada jenis kelamin
laki-laki didapatkan hasil 5,4 g/dl sedangkan sesudah transfusi 8,1 g/dl,
sedangkan kadar hemoglobin pasien sebelum transfusi rata-rata pada jenis
kelamin perempuan didapatkan rata-rata hasil sebelum transfusi 6,7 g/dl
sedangkan hasil rata-rata setelah transfusi 8,4 g/dl.
2. Gambaran kadar hemoglobin pada pasien anemia sebelum dan sesudah
transfusi tidak menunjukkan hasil yang jauh berbeda karena kadar
hemoglobin masih berada dibawah nilai rujukan.
5.2 Saran
1. Sebelum pemberian transfusi darah memperhatikan suhu penyimpanan
kantong darah karena akan mempengaruhi kadar hemoglobin.
2. Pada penelitian selanjutnya dapat mencari hubungan lama penyimpanan
kantong darah dengan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah transfusi
darah.
32
DAFTAR PUSTAKA
Abdul. 2007. Sejarah Transfusi Darah. Penerbit: Universitas Muhamadiyah
Semarang.
Alrasyid, 2010. Golongan Darah Sistem ABO. Penerbit: Universitas Hasanuddin
Anindita, 2011. Darah Yang di Transfusikan. Penerbit: Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran
Ardiningsih, rochmi. 2010. Infeksi Karena Ketidakcocokan Darah Transfusi.
Penerbit: Biokimia darah.
Aritonang, 2016. Metode Otomatis Alat. Penerbit : PT Endo Indonesia. Semarang.
Bakta. 2006. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta; EGC.
Budiwiyono, 2002. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin. Penerbit:Hematologi Darah.
Cahyadi, 2011. Palang Merah Indonesia. Lintang: Jakarta.
Dian, 2014. Packed Red Cell . Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas
Yogyakarta.
Edmundson, A. 2013. Penyebab Anemia. Penerbit:Widya Medika
Fikih, 2007. Sejarah Transfusi Darah. Penerbit: Palang Merah Indonesia
Gandasoebrata, 2011. Penuntun Laboratorium Klinik. Penerbit Dian rakyat:
Jakarta Timur
Harlinda, 2006. Komponen Darah Yang ditransfusikan. Penerbit:Biokimia Darah
Hutomo, 2011. Jenis Transfusi Darah. Penerbit: Universitas Muhamadiyah
Semarang.
Jitowiyono, sugeng. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hematologi.
Penerbit: Pustaka Baru Press
Naid, Tadjuddin. 2012. Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Jumlah Eritrosit
Darah Donor. Penerbit: Fakultas Farmasi Universitas Hassanudin.
PMI, 2007. Kadar Nilai Hemoglobin Pasien Sebelum dan Sesudah Transfusi.
Penerbit : Departemen Ilmu Kesehatan.
Purwanto, 2014. Patologi Klinik, Penerbit : Fakultas Kedokteran, yogyakarta
33
Riswanto, Muhammad 2013 . Biokimia Darah. Penerbit :Widya Medika Jakarta
Sadikin, 2014. Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus: Stikes Bali
Safrizal fahmi, 2014. Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia. Penerbit:
FMIPA Universitas Mulawarman
Setyawati, 2010. Pengertian Transfusi Darah. Penerbit: Universitas
Muhamadiyah Semarang.
Sudoyono, 2009. Akibat Anemia dan Komplikasinya. Penerbit: Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta
Supandiman, 2007. Palang Merah Indonesia. Penerbit : Pustaka Baru Press
Tarwoto, 2008. Buku Panduan Hematologi. Penerbit: Pustaka Baru Press
Teguh, 2014. Patologi Klinik, Penerbit : Fakultas Kedokteran, yogyakarta
Widayanti, 2008. Buku Panduan Hematologi. Penerbit: Universitas
Muhamadiyah Semarang, Semarang.
Winarsih, 2013. Patologi Klinik, Penerbit :Fakultas Kedokteran, yogyakarta
WHO dalam Arisman. 2004. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin.
Penerbit:Hematologi Darah.
Zainuddin , 2014. Kadar Hemoglobin Pendonor Sebelum dan Sesudah Transfusi
Darah. Penerbit: Universitas Mulawarman
Zaryanis, 2006. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hb. Penerbit:Fakultas
Kedokteran UI
34
Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Dari Stikes.
35
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
36
37
Lampiran 3 Hasil penelitian Gambaran kadar hemoglobin sebelum dan
Sesudah Transfusi Darah Pada Pasien Anemia.
NO Kode
Sampel
Jenis
Kelamin
Kadar Hb
Sebelum
Transfusi
(g/dl)
Jenis darah
dan jmlh
darah
Transfusi
(Kantong)
Kadar Hb
Setelah
Transfusi
(g/dl)
PRC WB
1 ID Pr 6,3 4 10,1
2 AS Pr 7,3 1 8,6
3 YL Pr 4,9 2 6,9
4 PW Pr 7,4 3 10,3
5 MD Pr 6,9 1 7,2
6 JS Pr 6,5 3 9,6
7 ES Pr 6,4 1 7,5
8 NL Pr 7,6 2 7,7
9 RS Pr 7,1 1 8,0
10 DR Pr 6,9 1 7,5
11 SS Pr 7,6 1 7,8
12 GD Pr 6,2 3 9,3
13 SD Pr 6,2 1 7,5
14 UI Pr 7,6 2 8,4
15 ES Pr 7,2 4 11,4
16 MD Pr 5,5 1 6,7
17 MS Pr 7,6 1 7,8
18 SM Pr 6,9 5 11,8
19 AS Pr 6,3 1 7,3
20 NR Pr 6,5 2 7,0
21 FL Pr 6,5 2 8,9
22 DA Pr 5,6 3 8,4
23 LM Pr 7,1 1 8,9
24 SM Pr 6,0 1 7,0
25 MD Lk 6,6 4 10,6
26 IL Lk 4,3 3 7,8
27 SD Lk 6,6 1 7,4
28 AI Lk 6,0 1 7,9
29 1D Lk 3,1 7 9,0
30 SD Lk 5,6 1 5,8
JUMLAH 191,7 g/dl 36 K 28 K 250,1 g/dl
RATA 6,3 g/dl 1,2 K 0,9 K 8,3 g/dl
38
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian
Pengambilan Sampel Pasien
Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Sebelum transfusi
39
Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Setelah Transfusi
Pembacaan Hasil Kadar Hemoglobin