37
DAMPAK GADGET TERHADAP FUNGSI KELUARGA DI PULAU BELAKANG PADANG NASKAH PUBLIKASI Oleh: DODDY RUSMANA NIM: 110569201009 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

DAMPAK GADGET TERHADAP FUNGSI KELUARGA

DI PULAU BELAKANG PADANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

DODDY RUSMANA

NIM: 110569201009

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

Page 2: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

1

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut

di bawah ini :

Nama : Doddy Rusmana

NIM : 110569201009

Jurusan/Prodi : Sosiologi

Alamat : Jl. Hang Lekir Kp. Sumber Karya

Nomor Telp : 0896 9015 9592

Email : [email protected]

Judul Naskah : Dampak Gadget Terhadap Fungsi Keluarga

di Pulau Belakang Padang

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk

dapat diterbitkan.

Tanjungpinang, 5 Agustus 2016 Yang menyatakan,

Dosen Pembimbing I

Sri Wahyuni, M.Si NIDN. 1016047701

Dosen Pembimbing II

Emmy Solina, M.Si NIDN. 1020118401

Page 3: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

2

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Dampak Gadget Terhadap Fungsi Keluarga di Pulau Belakang

Padang”. Perubahan kebiasaan merupakan salah satu dari perubahan sosial yang memandang

penyimpangan cara hidup yang telah diterima, disebabkan oleh perubahan kondisi geografis,

kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi atau terjadinya penemuan baru dalam pola

kehidupan manusia, yang termasuk di dalamnya perkembangan teknologi. Fungsi keluarga

adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh

keluarga. Fungsi tersebut meliputi: fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih,

fungsi melindungi, fungsi ekonomi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi

pembinaan lingkungan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebiasaan dan nilai-nilai baru yang

dihasilkan oleh penggunaan gadget dan untuk mengidentifikasi penggunaan gadget akan

menimbulkan kebiasaan-kebiasaan baru atau tidak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

dampak gadget terhadap remaja yang dilihat dari fungsi keluarga di pulau Belakang Padang.

Jenis penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan, dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil

wawancara dengan remaja dan orang tua di pulau Belakang Padang.

Data yang dihasilkan adalah bahwa remaja di Pulau Belakang Padang yang memiliki

gadget sangat berpengaruh terhadap pola pemikiran dan kebiasan sehari-hari. Kemajuan

teknologi menciptakan nilai-nilai, norma, kebudayaan, gaya hidup dan ideologi baru bagi

remaja tersebut. Mereka menjadi malas untuk bersosialisasi, lunturnya budaya membaca, timbul

sikap apatis, menjadi remaja yang manja, dan juga perubahan pola interaksi sehingga tidak ada

bedanya antara masyarakat di pulau Belakang Padang dan masyarakat di kota. Ini merupakan

akibat dari adanya alat-alat konsumsi baru salah satunya adalah gadget.

Kata Kunci: Dampak Gadget, Remaja, Fungsi Keluarga.

Page 4: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

3

ABSTRACT

Research is called “Dampak Gadget Terhadap Fungsi Keluarga di Pulau Belakang

Padang”. A change of habits is one of the social changes which sees deviation way of life that

has been accepted, caused by a change of geographical, culture material, composition

population, ideology or the new invention in a pattern human life, belong is the development

technology. Function of families were a jobs or duties which should be done in or by the. These

functions include: function religious, social and cultural function, function love, function

protect, economic function, function reproduction, function socialization and education,

function guidance environment.

The purpose of this research is to know the habit and new values produced by the use of

gadgets and to identify the use of the gadget will inflict new habit or not. Research is aimed to

determine the impact of gadgets teenagers viewed from function family on Belakang Padang

island. Type of this research is field research or field research, with using a technique data

collection of interview, observation, and documentation. The results of interviews with youth

and parents on Belakang Padang island.

Data collected is that teenagers on Belakang Padang island that has gadgets would

influence the thinking patterns and daily habits. Technological progress created values, a norm,

culture, lifestyle, and new ideology for the teenagers. They are reluctant to socialize, their faded

the culture of reading, arising apathy, a teenager spoiled, and also change in the interaction

that it makes no difference between the community in Belakang Padang island and the people in

the city. This is a result of the new tools consumption, one of them is gadgets.

Keywords: The impact of Gadgets, Teenagers, Function Family.

Page 5: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

4

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan teknologi informasi saat ini

tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

masyarakat. Berbagai informasi yang

terjadi di berbagai belahan dunia kini telah

dapat langsung kita ketahui berkat

kemajuan teknologi. Kita mengenal kata

pepatah “dunia tak selebar daun kelor”,

sekarang pepatah itu selayaknya berganti

dunia saat ini selebar daun kelor, karena

cepatnya akses informasi di berbagai

belahan dunia membuat dunia ini seolah

semakin sempit dikarenakan kita dapat

melihat apa yang terjadi di Amerika

misalnya, meskipun kita berada di

Indonesia. Tentu kemajuan teknologi ini

menyebabkan perubahan yang begitu besar

pada kehidupan umat manusia dengan

segala peradaban dan kebudayaannya.

Perubahan ini juga memberikan dampak

yang begitu besar terhadap transformasi

nilai-nilai yang ada di masyarakat.

Perkembangan teknologi kini semakin

pesat dan berdampak besar terhadap tata

cara hidup manusia dari segi negatif

maupun dari segi positif terutama anak-

anak remaja. Hampir seluruh remaja

kecanduan teknologi seperti handphone

yang memiliki berbagai fitur memiliki

desain menarik agar pengguna dapat

mengakses apapun lewat handphone,

misalnya facebook, twitter, dan jejaring

sosial lainnya. Salah satu dampak

teknologi, yaitu perubahan pola pikir

seseorang bahkan perubahan sikap dan

karakter manusia.

Berdasarkan latar belakang diatas,

maka saya tertarik untuk lebih jauh

mengetahui tentang bagaimana dampak-

dampak yang dihasilkan perkembangan

teknologi tersebut dengan mengangkat

judul “DAMPAK GADGET

TERHADAP FUNGSI KELUARGA DI

PULAU BELAKANG PADANG”.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam penelitian ini peneliti membuat

rumusan masalah dengan tujuan untuk

dapat membantu menjelaskan permasalahan

yang akan diteliti.

Adapun rumusan masalah yang

diambil adalah “Bagaimana dampak

perkembangan gadget terhadap fungsi

keluarga? .”

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN 1. Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi kepada

para remaja dan masyarakat,

tentang dampak gadget

terhadap fungsi keluarga di

Pulau Belakang Padang.

b. Mengetahui cara

penanggulangan dari masalah

krisis budaya.

c. Memberikan gambaran kepada

masyarakat tentang dampak

gadget terhadap fungsi

keluarga.

Page 6: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

5

2. Adapun kegunaan penelitian, yaitu:

a. Secara Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat

menjadi referensi untuk

penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan dampak

gadget terhadap fungsi

keluarga.

b. Secara Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat

memberikan solusi pemecahan

masalah terhadap fenomena

dampak gadget terhadap fungsi

keluarga kepada masyarakat,

LSM, pemerintah dan keluarga.

D. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan peneliti

adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif

kualitatif adalah prosedur penelitian

berdasarkan data deskriptif, yaitu

berupa lisan atau kata tertulis dari

seseorang subjek yang telah diamati

dan memiliki karakteristik bahwa data

yang diberikan merupakan data asli

yang tidak diubah kebenarannya.

Dalam penelitian ini, peneliti akan

memperoleh data dari informan

(masyarakat Pulau Belakang Padang)

langsung sebagai subjek penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat

dimana peneliti akan melakukan

penelitian adalah di Pulau Belakang

Padang. Alasan penelitian ini

mengambil objek disini karena selama

ini belum pernah ada yang melakukan

penelitian terhadap permasalahan yang

sama pada lokasi penelitian ini. Pulau

Belakang Padang secara geografis

letaknya berdekatan dengan negara

tetangga yaitu Singapura dan Malaysia

sehingga perkembangan gadget yang

ada di tengah-tengah masyarakat Pulau

Belakang Padang sangat pesat

walaupun pulau tersebut berada agak

jauh dari kota Batam.

3. Jenis data

3.1 Data Primer

Data primer adalah data dalam

kajian ilmiah yang diambil

langsung dari informan penelitian.

Dalam penelitian ini data awal atau

primer diperoleh dari informan di

Pulau Belakang Padang. Dalam hal

ini peneliti memperoleh langsung

dari informan yang telah ditentukan

berupa opini secara individual

ataupun kelompok. Informan dalam

penelitian ini adalah remaja yang

duduk di bangku Sekolah

Menengah Atas dengan usia 15

sampai 18 tahun dan orangtua para

remaja tersebut.

3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang

diperoleh secara tidak langsung dari

narasumber atau objek penelitian.

Peneliti bertidak sebagai pemakai

data. Dalam penelitian ini peneliti

Page 7: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

6

memperoleh data sekunder dari

media elektronik berupa berita atau

artikel di internet, foto, jurnal dan

instansi yang diperlukan untuk

mendapatkan data, misalnya

Kecamatan Pulau Belakang Padang,

Kelurahan Pulau Belakang Padang.

4. Informan

Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan purposive sampling

dalam menentukan informan. Yang

berarti peneliti menentukan atau

memilih informan yang akan

diteliti berdasarkan tujuan

penelitian. Pemilihan informan

dilakukan berdasarkan penilaian

dan karakteristik yang diperoleh

data sesuai dengan maksud

penelitian. (Silalahi, 2010: 272).

5. Teknik dan Alat Pengumpulan data

Dalam melakukan penelitian, teknik

pengumpulan data merupakan bagian

yang paling penting untuk keberhasilan

sebuah penelitian. Hal ini dikarenakan

berkaitan bagaimana cara peneliti

mengumpulkan data baik primer

maupun sekunder, sumber informasi,

dan alat apa saja yang digunakan

peneliti untuk mengumpulkan data

yang diperlukan. Adapun

pelaksanaannya peneliti menggunakan

beberapa teknik sebagai berikut:

5.1 Observasi

Studi yang disengaja dan

dilakukan secara sistematis,

terencana, terarah, pada suatu

tujuan dengan mengamati dan

mencakup fenomena satu atau

sekelompok orang dalam kompleks

kehidupan sehari-hari. Misalnya

terkait dengan kebiasaan, sikap,

nilai-nilai, norma dan perilaku

subjek yang akan diteliti. Dengan

demikian hasil pengamatan dapat

dipertanggung jawabkan

kebenarannya.

Seorang peneliti bisa

melakukan pengumpulan data tanpa

harus melibatkan diri langsung

kedalam situasi dimana peristiwa

itu berlangsung, melainkan dengan

menggunakan media tertentu,

seperti elektronik. Terkadang suatu

situasi sosial tidak memungkinkan

untuk semua partisipasi, tetapi

memungkinkan untuk dilakukan

penelitian (Ahmadi, Rulam. tt:

106).

5.2 Wawancara

Wawancara merupakan teknik

pengumpulan data dengan

dilakukan melalui tatap muka

langsung antara peneliti dengan

subjek informan yang telah

ditentukan sebelumnya. Teknik

wawancara dapat dilakukan dengan

melalui tatap muka dan melalui

telepon. Alat lainnya yang bisa

menjadi pendukung penelitian

Page 8: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

7

adalah smartphone, recorder, dan

kamera.

5.3 Penelusuran Online

Dalam penelitian ini, peneliti

tidak hanya mengumpulkan data

dengan cara wawancara dan

observasi, akan tetapi peneliti juga

mengumpulkan data melalui media

elektronik berupa artikel-artikel di

internet yang berkaitan dengan

masalah penelitian yang dibutuhkan

oleh peneliti.

5.4 Dokumentasi

Dokumentasi adalah kumpulan

dari dokumen-dokumen yang dapat

memberikan keterangan atau bukti

yang berkaitan dengan proses

pengumpulan dan pengelolaan data

penelitian serta sebagai bukti bahwa

peneliti benar-benar melakukan

penelitian.

E. TEKNIK ANALISA DATA

Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik analisa data kualitatif.

Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat

mengenali subjek dan dapat merasakan apa

yang mereka alami dalam kehidupan sehari-

hari, peneliti berinteraksi secara langsung

dengan informan, mengenal secara dekat

dunia kehidupan mereka, mengamati dan

mengikuti alur kehidupan informan secara

apa adanya sehingga menghasilkan data

deskriptif yang menggambarkan suatu

gejala sosial tertentu.

Menurut Miles, (Huberman dalam

Purwoko Tjuytjup:2013), model analisis

dibagi menjadi tiga prosedur. Untuk

meminimalisir kesalahan yang mungkin

terjadi berkaitan dengan pemilihan

informan, maka peneliti menggunakan

teknik:

1. Reduksi data: Proses pemilihan

data kasar dan mentah yang

berlangsung secara terus menerus

selama penelitian berlangsung

melalui tahap menelusuri tema

penelitian.

2. Penyajian data: Dilakukan dengan

cara penyampaian informasi

berdasarkan data yang telah

dimiliki dan dihimpun melalui

informan sebagai subjek penelitian.

3. Verifikasi data: Peneliti ingin

melihat kebenaran hasil analisis

masalah penelitian untuk kemudian

dapat melahirkan kesimpulan.

II. KONSEP TEORI

A. Perubahan Sosial Menurut Himes dan Moore (dalam

Soelaiman, 1998), perubahan sosial

mempunyai tiga dimensi, yaitu: dimensi

struktural, kultural dan interaksional.

Pertama, dimensi struktural mengacu pada

perubahan-perubahan dalam bentuk struktur

masyarakat, menyangkut perubahan dalam

peranan, munculnya peranan baru,

perubahan dalam struktur kelas bertambah

dan berkurangnya kadar peranan;

menyangkut aspek perilaku dan kekuasaan;

Page 9: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

8

adanya peningkatan atau penurunan

sejumlah peranan atau pengategorian

peranan; terjadinya pergeseran dari wadah

atau kategori peranan; terjadinya modifikasi

saluran komunikasi antara peranan-peranan

atau kategori peranan; dan terjadinya

perubahan dari sejumlah tipe dan daya guna

fungsi sebagai akibat dari struktur.

B. Perkembangan Gadget

Pada awalnya gadget atau yang

dulunya dikenal dengan sebutan handphone

berfungsi untuk memudahkan setiap

individu melakukan komunikasi ke individu

lain tanpa harus bertatap muka secara

langsung. Namun seiring pesatnya

perkembangan teknologi, perkembangan

gadget terus pesat. Tepatnya pada tahun

2010 gadget mulai masuk di Indonesia yang

menawarkan segala fasilitas dan kelebihan

yang dimilikinya. Misalnya dari segi

komunikasi, kalau zaman dahulu manusia

biasa berkomunikasi lewat batin atau

kelebihan yang dikarunia oleh Tuhan

kepada orang yang dikehendaki. Seiring

dengan berkembangnya pengetahuan

manusia memilih berkomunikasi lewat

tulisan yang dikirimkan lewat pos dan di

era milenium ini, manusia pun memilih

berkomunikasi lewat handphone karena

cara ini dinilai lebih praktis daripada alat-

alat komunikasi yang ada sebelumnya. Kita

bisa berkomunikasi tanpa terikat tempat

karena kalau kita berkomunikasi lewat

Gadget kita lebih praktis dan efisien, baik

dari segi pemakaian ataupun dari segi cara

kita membawa alat komunikasi tersebut.

C. Remaja

Remaja berasal dari kata latin

adolensence yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Istilah

andolensence mempunyai arti yang lebih

luas lagi yang mencakup kematangan

mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock,

1992). Remaja sebenarnya tidak

mempunyai tempat yang jelas karena tidak

termasuk golongan anak tetapi tidak juga

golongan dewasa atau tua. Seperti yang

dikemukakan oleh Calon (dalam Monks,

dkk 1994) bahwa masa remaja

menunjukkan dengan sangat jelas sifat

transisi atau peralihan karena remaja belum

memperoleh status dewasa dan tidak lagi

memiliki status anak. Selain itu juga pada

masa ini seorang remaja masih sangat labil

dan mudah terpengaruh oleh siapapun.

Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004:

53) masa remaja adalah peralihan dari masa

anak dengan masa dewasa yang mengalami

perkembangan semua aspek fungsi untuk

memasuki masa dewasa. Masa remaja

berlangsung antara umur 12 tahun sampai

dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun

sampai dengan 22 tahun bagi pria.

D. Fungsi Keluarga Keluarga adalah merupakan

kelompok primer yang terpenting dalam

masyarakat. Secara historis keluarga

terbentuk paling tidak dari satuan yang

merupakan organisasi terbatas, dan

Page 10: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

9

mempunyai ukuran yang minimum,

terutama pihak-pihak yang pada awalnya

mengadakan suatu ikatan. Pada dasarnya

keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok

yakni fungsi yang sulit dirubah dan

digantikan oleh orang lain.

III. GAMBARAN UMUM

A. Gambaran umum Pulau

Belakang Padang

Belakang Padang merupakan

kecamatan pertama dan tertua dalam jajaran

pemerintah Kota Batam, sekaligus sebagai

Ibu Kota Kecamatan Batam pada saat

pemerintahan Kabupaten Kepulauan Riau

pada tahun 1983, historis tersebut hampir

saja dilupakan akibat pesatnya

pembangunan Kota Batam dalam kesiapan

menghadapi era globalisasi. Belakang

Padang salah satu dari 12 (dua belas)

Kecamatan (Peraturan Daerah Kota Batam

Nomor 2 tahun 2005 tentang Pemekaran.

1. Perekonomian Rakyat/Pasar

Kecamatan Belakang Padang Dilihat dari pergerakan

perekonomian di wilayah Kecamatan

Belakang Padang, sebagian besar berada di

Pulau Belakang Padang (pusat

pasar/perekonomian), sehingga bagi

masyarakat yang berada di pulau-pulau di

luar Pulau Belakang Padang harus menuju

pasar yang berada di Pulau Belakang

Padang tersebut. Sementara itu pasokan

barang-barang secara keseluruhan berasal

dari Pulau Batam yang disalurkan melalui

transportasi laut berupa kapal dan boat

pancung.

B. Sosial Budaya

Dari segi sosial budaya, budaya

yang dianggap asli kebudayaan pulau

Belakang Padang adalah kebudayaan

Melayu Riau, seperti layaknya daerah di

provinsi Kepulauan Riau lainnya. Hanya

saat ini telah tergeser perkembangannya

oleh kebudayaan yang datang dari luar,

terutama adanya para pendatang dari luar

negeri. Untuk membendung pengaruh

kebudayaan luar yang semakin kuat, maka

kebudayaan sendiri khususnya kebudayaan

Melayu Kepulauan Riau akan terus

dikembangkan di pulau Belakang Padang

sehingga walaupun banyaknya masuk

kebudayaan dari luar namun budaya aslinya

tidak hilang.

1. Kependudukan Pulau Belakang Padang merupakan

salah satu kecamatan yang termasuk dalam

Kota Batam. Dimana Pulau Belakang

Padang ini memiliki penduduk yang cukup

padat. Pada masyarakat Pulau Belakang

Padang terdapat bermacam-macam suku

bangsa yang terdiri dari Suku Melayu, Suku

Jawa, Suku Batak, Suku Bugis, etnis

tionghoa dan Suku Flores.

2. Mata Pencaharian Adapun mata pencaharian

mayoritas penduduk di Pulau Belakang

Padang ini bermata pencaharian di sektor

transportasi laut, namun ada juga sebagian

masyarakat yang bekerja sebagai karyawan

Page 11: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

10

perusahaan swasta, lalu ada juga sebagian

yang berwirausaha dan pegawai negeri sipil

baik itu berprofesi sebagai guru,

TNI/POLRI. Seperti yang kita ketahui

bahwa Pulau Belakang Padang ialah pulau

yang memiliki beberapa Perusahaan

Industri di sekitar pulau tersebut. Salah

satunya adalah perusahaan kilang minyak

yang terdapat di Pulau Sambu yang

posisinya tepat berada di seberang Pulau

Belakang Padang. Tidak dapat dipungkiri

bahwa di Pulau Belakang Padang banyak

juga terdapat pendatang dari luar kota yang

bertempat tinggal di Pulau Belakang

Padang dan bekerja sebagai karyawan

swasta di Perusahaan Swasta pada daerah

Pulau Belakang Padang tersebut.

3. Pendidikan Pada Kecamatan Belakang Padang

adapun sarana dan prasarana pendidikan

yang tercatat pada laporan bulan Desember

tahun 2013 yaitu jumlah Sekolah Dasar

(SD) sebanyak 16 sekolah dan jumlah

murid sebanyak 2.429 murid dengan guru

atau pengajar sebanyak 186 guru. Lalu

untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

(SMP) atau Mts sebanyak 8 sekolah dan

jumlah murid sebanyak 942 murid dengan

guru atau pengajar sebanyak 93 guru.

Selain itu di Kecamatan Pulau Belakang

Padang juga terdapat Sekolah Menengah

Atas (SMA) sebanyak 4 dan jumlah murid

sebanyak 674 dengan guru atau pengajar

sebanyak 56 guru.

IV. DAMPAK GADGET

TERHADAP FUNGSI

KELUARGA DI PULAU

BELAKANG PADANG Pada bab ini, peneliti berusaha

menjelaskan dan menggambarkan sisi

kehidupan dan dampak gadget terhadap

fungsi keluarga di Pulau Belakang Padang.

Keluarga adalah merupakan kelompok

primer yang terpenting dalam masyarakat.

Secara historis keluarga terbentuk paling

tidak dari satuan yang merupakan

organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran

yang minimum, terutama pihak-pihak yang

pada awalnya mengadakan suatu ikatan.

Anak-anak atau remaja yang

menggunakan gadget yang dimaksudkan

dalam penelitian ini adalah anak laki-laki

dan anak perempuan yang berumur 15

hingga umur 18 tahun sebagai batasannya,

berprofesi sebagai siswa atau siswi di

bangku pendidikan sekolah di Pulau

Belakang Padang.

A. Gambaran Umum Informan Pada gambaran umum informan

ini, peneliti memberikan informasi tentang

data-data identitas informan secara umum.

Adapun data identitas diri dari 10 anak dan

orangtua yang dijadikan informan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Informan Nicky Andriani

Nicky adalah remaja yang

berumur 17 tahun. Nicky dan

keluarganya beralamat tempat

tinggal di Kp. Bugis Batu Gajah,

Page 12: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

11

Belakang Padang. Pada saat ini

Nicky masih berstatus pelajar di

SMAN 2 Batam.

2. Informan Habidi Setiawan

Habidi berusia 17 tahun. Dia

dan keluarganya beralamat tempat

tinggal di Kp. Tanjung (Pelantar 4).

Pada saat ini Habidi masih berstatus

pelajar di SMAN 2 Batam. Habidi

merupakan anak pertama dari dua

bersaudara. Ia mengaku mempunyai

gadget pada saat duduk di bangku

sekolah kelas 1 SMA.

3. Informan Destina Elfadila

Destina berusia 15 tahun, ia dan

keluarganya bertempat tinggal di

Kebun Tempang, Belakang Padang.

Pada saat ini destina masih

berstatus pelajar di bangku sekolah

menengah atas.

4. Informan Abdul Cartam

Abdul berusia 18 tahun, ia dan

keluarganya beralamat di Kp.

Tanjung, Belakang Padang.

5. Informan Rezki Nugraha

Rezki berusia 17 tahun, ia dan

keluarganya beralamat di Kp.

Tanjung, Belakang Padang. Saat ini

Rezki masih berstatus seorang

pelajar dan duduk di bangku

sekolah menengah atas.

6. Informan Delfira Dwi Sari

Delfira berusia 16 tahun, ia dan

keluarganya bertempat tingggal di

Kp. Jawa, Belakang Padang. Saat

ini Delfira masih berstatus pelajar

di bangku sekolah menengah atas.

7. Informan Taniya Astrioka

Taniya berusia 16 tahun, ia dan

keluarganya beralamat di Kp. Bugis

Batu Gajah, Belakang Padang. Saat

ini Taniya masih berstatus pelajar

di SMAN 2 Batam.

8. Informan Novia Sucianti

Novia berusia 17 tahun, ia dan

keluarganya bertempat tinggal di

Kp. Jawa, Belakang Padang. Saat

ini Novia masih berstatus seorang

pelajar di sekolah menengah atas.

9. Informan Luthna Adella Azmi

Adella adalah remaja yang

berumur 17 tahun, ia dan

keluarganya bertempat tinggal di

Kp. Jawa, Belakang Padang. Saat

ini ia masih berstatus pelajar di

bangku sekolah menengah atas.

10. Informan Andre M. Riyanto

Andre berusia 17 tahun, ia dan

keluarganya bertempat tinggal di

Kp. Jawa, Belakang Padang. Saat

ini ia masih berstatus pelajar di

SMAN 2 Batam. Andre merupakan

anak tunggal.

11. Informan Jumariah

Jumariah adalah orangtua dari

informan Nicky Andriani. Ia

berumur 46 tahun. Suaminya yang

bernama Anwar bin Ahmad bekerja

di perusahaan yang terletak di

negara Singapura.

Page 13: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

12

12. Informan A Tjae

A Tjae adalah orangtua dari

informan Habidi Setiawan. Ia

berumur 59 tahun. A Tjae bekerja

sehari-hari di perusahaan galangan

kapal yang terletak di kota Batam.

13. Informan Mas Dewi Efrida

Mas Dewi Efrida adalah

orangtua dari informan Destina

Elfadila. Ia berumur 36 tahun. Mas

Dewi Efrida berprofesi sebagai ibu

rumah tangga.

14. Informan Toni

Toni adalah orangtua dari

informan Abdul Cartam. Ia

berumur 44 tahun.

15. Informan Fauziah

Fauziah adalah orangtua dari

informan Rezki Nugraha. Ia

berumur 48 tahun. Fauziah

berprofesi sebagai ibu rumah

tangga.

16. Informan Bambang Sunaryo

Bambang Sunaryo adalah

orangtua dari informan Delfira Dwi

Sari. Ia berumur 54 tahun.

17. Informan Nilawaty

Nilawaty adalah orangtua dari

informan Taniya Astrioka. Ia

berumur 45 tahun.

18. Informan Suprapto

Suprapto adalah orangtua dari

informan Novia Sucianti. Ia

berumur 45 tahun.

19. Informan Gustina Chandra

Gustina Chandra adalah

orangtua dari informan Luthna

Adella Azmi. Ia berumur 42 tahun.

20. Informan Juli Riyanto

Juli Riyanto adalah orangtua

dari informan Andre M. Riyanto. Ia

berumur 42 tahun.

B. Dampak Gadget Terhadap

Fungsi Keluarga di Pulau

Belakang Padang

Dari hasil wawancara dan

pengumpulan data dengan melakukan

observasi terhadap 10 informan penelitian,

peneliti menemukan berbagai macam

jawaban dan alasan dari semua informan

yang dilihat dari perkembangan gadget, dan

fungsi-fungsi dalam keluarga khususnya

pada masyarakat Pulau Belakang Padang.

1. Perkembangan Gadget Perkembangan gadget dalam penelitian

ini adalah melihat bagaimana

perkembangan teknologi khususnya

handphone atau gadget yang terjadi di

tengah-tengah masyarakat Pulau Belakang

Padang, yaitu berkaitan dengan apa, kapan,

siapa, mengapa dan bagaimana dan siapa

saja yang menggunakan teknologi tersebut.

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 10

informan, peneliti memperoleh beberapa

jawaban dari setiap informan dalam

menggunakan maupun mendapatkan gadget

tersebut.

a. Alasan dan Tujuan Penggunaan

Gadget

Page 14: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

13

Pertama, berkaitan dengan alasan dan

tujuan setiap informan. Dalam penelitian

ini, peneliti menemukan dua alasan kenapa

anak-anak tersebut menggunakan gadget.

Adapun alasannya adalah gadget dianggap

sebagai suatu kebutuhan, artinya gadget

tidak dapat dipisahkan dari kehidupan para

remaja tersebut. Mereka mengaku dengan

adanya gadget tersebut, lebih memudahkan

mereka untuk berkomunikasi dengan orang

lain. Lalu gadget juga memudahkan mereka

dalam hal pendidikan. Anak-anak tersebut

kerap menggunakan gadget mereka saat

mengerjakan tugas-tugas dari sekolah

dengan mencari sumber-sumber informasi

atau referensi dari internet. Artinya dengan

mereka menggunakan gadget, dalam proses

belajar dianggap oleh anak-anak tersebut

lebih efisian karena informasi yang bisa

mereka dapatkan tidak terbatas. Hal

tersebut didukung dengan pernyataan

informan sebagai berikut:

“Adek pakai iphone nih untuk belajar bang. Misalnya ada tugas-tugas sekolah gitu, kalau tak ada bukunya adek cari aja di google. Kalau ada pekerjaan rumah atau PR yang tak adek ngerti, adek sering belajar dari internet biar dapat mengerjakan PR nya bang.” (Wawancara: Nicky Andriani, 17th. 18 Mei 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh salah

satu informan lainnya sebagai berikut:

“Aku pakai gadget nih supaya gampang kalau ngerjain tugas dari sekolah bang. Apalagi kalau gak ada bukunya bang, ya aku cari aja dari internet. Lebih gampang dan mudah

sih kalau menurut aku bang.” (Wawancara: Habidi Setiawan, 17th, 18 Mei 2015) Lalu begitu pula dengan informan

lainnya, mereka mengatakan hal yang

sama sebagai berikut:

“Untuk belajar bang, soalnya tugas di sekolah kan banyak terus buku yang tersedia gak semuanya ada bang. Jadi adek belajar atau cari materinya dari internet bang. Lebih gampang gitu bang, he..he...” (Wawancara: Destina Elfadila, 17th, 20 Mei 2015)

“Aku pakai untuk cari materi kalau lagi ada tugas-tugas dari sekolah bang. Soalnya kadang aku gak ada buku tugasnya bang, jadinya aku browsing dari internet aja biar lebih mudah bang.” (Wawancara: Abdul Cartam, 18th, 21 Mei 2015)

Hal senada juga dikatakan oleh

informan lainnya sebagai berikut:

“Buat siapkan tugas dari sekolah bang. Lebih enak dan mudah kalo pake gadget. Materi apa aja ada di internet bang. Jadi kalo ada tugas-tugas yang gak ngerti, adek sama teman-teman nyarinya di internet bang. He..he..he.” (Wawancara: Rezki Nugraha, 17th, 24 Mei 2015)

Lalu serupa dengan pernyataan

diatas, orangtua dari beberapa informan

remaja mengatakan kepada peneliti

sebagai berikut:

“iya ibuk kasi die pakai gadget supaya belajarnya makin semangat, makin pinter juge terus biar gampang komunikasinya. Jadi lebih mudah dari sebelumnya.”

Page 15: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

14

(Wawancara: Jumariah, 46th, 18 Mei 2015)

“ibuk izinkan dia pakai gadget biar semangat belajarnya bertambah, jadi ada motivasinya dalam belajar. Dan juga harapan ibuk, dengan dia menggunakan gadget tersebut, dia terbantu dan dimudahkan khususnya dalam pendidikan dan komunikasinya.” (Wawancara: Mas Dewi Efrida, 36th, 20 Mei 2015) “Alasannya saya izinkan dia pakai handphone atau gadget tersebut, supaya makin giat belajarnya, semakin termotivasi. Jadi dia bisa gunakan gadget itu untuk menambah wawasan dan ilmunya.” (Wawancara: Toni, 44th, 21 Mei 2015)

“Ibuk setuju aje die pakai gadget tuh, asalkan belajarnya makin rajin, nilainya juga tak boleh turun.” (Wawancara: Fauziah, 48th, 24 Mei 2015)

Dari keterangan informan diatas, dapat

dilihat bahwa anak-anak tersebut memilih

untuk mempunyai dan menggunakan gadget

karena semenjak adanya gadget mereka

merasa lebih dimudahkan dalam mencari

dan mendapatkan informasi-informasi

berkaitan dengan materi-materi tugas yang

diberikan oleh sekolahnya masing-masing.

Hal ini dikarenakan kurangnya buku yang

dimiliki oleh pihak sekolah ataupun anak-

anak tersebut.

Adapun media sosial yang

dimaksud yaitu, bbm, twitter, line,

path, instagram maupun whatsapp.

Anak-anak tersebut mengaku

banyak menghabiskan waktu

dengan berkomunikasi lewat sosial

media yang tadi disebutkan. Seperti

halnya yang diungkapkan oleh

salah satu informan sebagai berikut:

“Selain untuk belajar biasanya adek pakai gadget ini untuk medsos gitu bang. Hampir semua media sosial adek main bang, line, path, ig gitu bang. He..he.. biar jadi anak kekinian bang, hahahaha..” (Wawancara: Delfira Dwi Sari, 16th, 23 Mei 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh

salah satu informan lainnya sebagai berikut:

“Biasanya kalo di sekolah waktu lagi jam istirahat, adek pakai buat bbm, nge-line terus cek-cek ig gitu bang. Di rumah juga sama sih bang, banyakan di kamar ngautis gitu bang. Hahahahaha...” (Wawancara: Taniya Astrioka, 16th, 25 Mei 2015)

Begitu juga dengan informan lainnya,

ia mengatakan hal serupa dengan informan-

informan sebelumnya sebagai berikut:

“Selain buat belajar ya buat ngautis bang, misalnya bbm-an sama pacar, cek-cek instagram, atau path gitu bang. Di sekolah kalo jam istirahat ngautis. Pulang sekolah juga sama bang, langsung masuk kamar ngautis deh hahahaha..” (Wawancara: Novia Sucianti, 17th, 27 Mei 2015)

Dari keterangan beberapa informan

diatas, dapat dipahami bahwa selain gadget

digunakan untuk membantu anak-anak

tersebut dalam proses belajar, namun

gadget juga mereka gunakan untuk media

sosial juga. Ngautis yang dimaksudkan oleh

Page 16: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

15

informan diatas adalah mereka manfaatkan

dan menghabiskan waktu untuk

berkomunikasi dengan teman-temannya

melalu media sosial blackberry messanger,

line, path, ataupun whatsapp. Tidak sedikit

pula dari mereka mengakui dengan

semenjak mereka menggunakan gadget

tersebut mereka sedikit menjadi individu

yang masa bodoh dan waktu mereka banyak

dihabiskan di depan layar gadget. Hal

tersebut seperti yang disampaikan oleh

salah seorang informan pada penelitian ini:

“Adek lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget bang, kadang di rumah pernah gak keluar seharian di kamar aja ngautis di medos bang. Kalo gak bbm-an, line atau main path bang.” (Wawancara: Delfira Dwi Sari, 16th, 23 Mei 2015)

Pendidikan merupakan kebutuhan

yang paling terpenting dalam kehidupan

manusia di dunia selain dari kebutuhan

sandang dan pangan. Sebagai salah satu

kebutuhan yang sangat mendasar bagi

manusia, maka bagaimanapun cara harus

tetap diusahakan agar dapat mendapatkan

pendidikan yang layak. Pendidikan

merupakan landasan utama guna

mewujudkan segala keinginan dan cita-cita

yang ingin dicapai. (Tjutjup Purwoko,

2013:20)

2. Fungsi-Fungsi Keluarga Menurut Bailon dan Maglaya (2008:63)

mendefinisikan keluarga adalah dua atau

individu yang hidup di dalam satu rumah

tangga karena adanya hubungan darah,

perkawinan atau adopsi. Mereka saling

berinteraksi satu dengan yang lainnya,

mempunyai peran masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu

budaya.

Dalam hal ini fungsi-fungsi keluarga

yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah peneliti ingin mengetahui lebih jauh

bagaimana peran dan fungsi sebuah

keluarga dalam melindungi anggota

keluarganya dalam rangka refleksi dampak

dari dari pengaruh gadget tersebut. Pada

dasarnya keluarga mempunyai fungsi-

fungsi pokok yakni fungsi yang sulit

dirubah dan digantikan oleh orang lain.

Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain:

a. Fungsi Keagamaan

Menurut Emile Durkheim agama adalah

suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas

kepercayaan dan praktik yang berhubungan

dengan hal yang suci.

Dengan memperkenalkan dan mengajak

anak dan anggota keluarga yang lain dalam

kehidupan beragama. Ini bertujuan untuk

membangun insan yang agamis yang

bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.

Fungsi keagamaan yang dimaksudkan

peneliti dalam penelitian ini adalah peneliti

ingin mengamati bagaimana keluarga

memperkenalkan dan menanamkan nilai-

nilai agama bahwasanya ada kekuatan lain

yang mengatur kehidupan ini dan ada

kehidupan setelah di dunia ini.

Page 17: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

16

1. Nilai Agama

Menurut pengakuan dari 10 informan

yang dijadikan sampel pada penelitian ini,

didapati bahwa sebagian besar informan

mengaku bahwa orangtuanya mengajarkan

mereka tentang hal-hal yang diajarkan oleh

agama dan melarang apa yg dilarang oleh

agama. Salah satunya adalah diajarkan

untuk sholat, mengaji, berpuasa dan

melakukan hal-hal baik yang dianjurkan

oleh agama. Senada dengan hal ini, salah

seorang informan mengatakan kepada

peneliti sebagai berikut:

“iya orangtua mengajarkan sholat, terus berpuasa, terus ngaji terus yang baik-baik lah pokoknya bang. Disuruh juga harus saling menghormati, tegur sapa gitu bang.” (Wawancara: Nicky Andriani, 17th, 18 Mei 2015)

Hal serupa juga diungkapkan oleh

beberapa informan lainnya kepada peneliti

sebagai berikut:

“ayah sama ibu adek suruh sholat jangan ditinggal bang, terus disuruh jangan melawan orangtua, puasanya jangan ditinggal, harus hormat sama yang lebih tua, gitu katanya bang.” (Wawancara: Rezki Nugraha, 17th, 24 Mei 2015)

“paling ya disuruh sholat bang, ngaji,

puasa terus gak boleh melawan sama orangtua bang. Yang baik semua bang diajarin sama orangtua.hehehe..” (Wawancara: Abdul Cartam, 18th, 21 Mei 2015)

“semua yang baik pkoknya bang. Sholatnya diingetin terus jangan tinggal, buat hal-hal yang positif, hormat sama orangtua jangan melawan. Gak boleh ngomong

jorok.” (Wawancara: Novia Sucianti, 17th, 27 Mei 2015)

“orangtua selalu ingatin jangan

nakal-nakal bang. Kalau bisa sholatnya jangan tinggal terus jangan suka ditunda-tunda, hormat sama yang lebih tua bang.” (Wawancara: Habidi Setiawan, 17th, 18 Mei 2015)

“iya diajarkan yang baik-baik bang misalnya jangan melawan sama orang tua, harus sopan santun kalau ngomong, terus sholat bang.” (Wawancara: Andre M. Riyanto, 17th, 21 Mei 2015)

Hal serupa juga dikatakan informan

lainnya kepada peneliti sebagai berikut:

“orangtua adek selalu ngajarkan yang baik-baik bang, misalnya sopan sama yang lebih tua, hormat sama orangtua, ibadahnya jangan tinggal, pokoknya gitu-gitulah bang.” (Wawancara: Destina Elfadila, 17th, 20 Mei 2015)

“kalo orangtua adek selalu ngajarin misalnya hormat sama orang yg lebih tua, tegur sapa, jangan melawan orangtua, ibadahnya harus rajin, gitu bang.” (Wawancara: Delfira Dwi Sari, 16th, 23 Mei 2015)

Senada dengan pernyataan diatas,

beberapa orangtua dari informan remaja

tersebut mengatakan kepada peneliti

sebagai berikut:

“saya selaku orangtuanya

menanamkan nilai-nilai agama, baik itu yang dianjurkan oleh agama maupun yang tidak diperbolehkan agama. Misalnya tentang sholat lima waktu, harus pandai membaca Alqur’an dan nilai-nilai yang

Page 18: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

17

lainnya.” (Wawancara: Toni, 44th, 21 Mei 2015)

“ibuk selalu mengajarkan same anak ibuk apa saja yang dibolehkan dan tidak diperbolehkan oleh agame, misalnya sholat lima waktu itu wajib hukumnya, harus selalu patuh terhadap orangtua, teladani sifat-sifat nabi dan jauhi segala larangannye.” (Wawancara: Fauziah, 48th, 24 Mei 2015)

“ye kalau ibuk pasti selalu ngajarkan same anak-anak ibuk yang baik-baik, misalnye tak boleh melawan sama orangtue, rajin ibadah, terus hormat same yang lebih tue.” (Wawancara: Jumariah, 46th, 18 Mei 2015)

“yang pastinya saya selalu ajarkan kepada anak-anak saya tentang nilai-nilai kebaikan yang diajarkan agama.” (Wawancara: A Tjae, 59th, 18 Mei 2015)

“saya selalu tanamkan dari kecil ke anak-anak saya tentang nilai agama. Misalnya adab terhadap orangtua, teman dan guru. Terus tentang ibadahnya juga.” (Wawancara: Mas Dewi Efrida, 36th, 20 Mei 2015)

Serupa dengan pernyataan diatas,

beberapa orangtua dari para informan

mengatakan hal yang sama kepada peneliti

sebagai berikut:

“saya selalu mengajarkan kepada anak-anak saya apa yang diajarkan di agama itulah yang saya ajarkan ke anak-anak. Mulai dari bersikap, sopan santun sampai ibadahnya.” (Wawancara: Bambang Sunaryo, 54th, 23 Mei 2015)

“ibuk ajarkan nilai-nilai agama sama anak ibuk. Misalnya harus pandai mengaji, rajin sholatnya, terus

hormat sama orangtuanya dan jangan melawan.” (Wawancara: Nilawaty, 45th, 25 Mei 2015)

“iya pastinya setiap orangtua selalu mengajarkan nilai-nilai agama ke anak-anaknya, termasuk saya juga dari kecil anak-anak selalu saya ajarkan hal-hal yang baik. Misalnya sopan santun, hormat dengan orangtua.” (Wawancara: Suprapto, 40th, 27 Mei 2015)

“iya dari kecil ibuk udah ajarkan ke anak ibuk tentang hal positif dan baik, supaya anak ini saat dia tumbuh dewasa udah tertanam nilai-nilai positif di dalam dirinya. Misalnya tentang ibadahnya, sikapnya, dan sopan santun.” (Wawancara: Gustina Chandra, 42th, 29 Mei 2015)

“pastilah semua orangtua mengajarkan anaknya nilai-nilai agama dari kecil, saya pribadi juga tanamkan nilai agama sama anak saya sejak kecil. Menurut saya itu sangat perlu dan wajib hukumnya, misalnya cara dia bersikap, sopan santunnya, etikanya dan juga ibadahnya.” (Wawancara: Juli Riyanto, 42th, 21 Mei 2015)

Dari pernyataan informan diatas dapat

disimpulkan bahwa setiap orangtua dari

informan selalu mengajarkan nilai-nilai

agama kepada anaknya baik itu yang

berkaitan dengan yang dianjurkan oleh

agama maupun yang dilarang oleh agama.

Page 19: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

18

2. Tergantinya Peran Orang tua Dalam

Proses Pembelajaran Nilai Agama

Berikut ini pengakuan dari informan

yang mengaku semenjak dirinya

menggunakan gadget, tidak jarang ia selalu

menggunakan gadget dalam memperoleh

informasi-informasi yang berkaitan dengan

nilai-nilai agama yang sudah ditanamkan

oleh orang tuanya. Yang pada awalnya ia

mengaji ataupun belajar tentang ilmu

agama melalui media cetak yaitu buku-

buku agama dan Al-Quran beralih menjadi

menggunakan media gadget. Hal ini

dikarenakan tersedianya fitur-fitur yang

terdapat pada gadget tersebut. Hasil

wawancaranya sebagai berikut:

“iya semenjak pakai gadget sekarang udah gak susah-susah lagi harus baca atau belajar dari buku agama bang. soalnya kan di gadget juga udah ada aplikasi agama dan lengkap juga. He..he” (Wawancara: Novia Sucianti, 17th, 27 Mei 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh

informan lainnya kepada peneliti sebagai

berikut:

“iya kalau dulu kan kalau mau ngaji ataupun baca-baca tentang ilmu agama gitu cuman dari buku aja bang, sekarang lumayan sering baca tentang ilmu agama dari aplikasi di gadget. Ngaji juga sama bang, bisa ngaji tapi dengan media alquran nya dari aplikasi di gadget.” (Wawancara: Rezki Nugraha, 17th, 24 Mei 2015)

“bedanya sih kalo kan bang ngaji tuh secara langsung gitu kan bang, kalau sekarang kan dimana aja kita bisa

ngaji asal ada aplikasinya bang, jadi tak harus bawa Al Quran kemana-mana.” (Wawancara: Nicky Andriani, 17th, 18 Mei 2015)

“sekarang jadi lebih enak dan gampang bang, gak perlu lagi susah-susah kayak dulu, sekarang aplikasi tentang agama banyak di gadget jadi lebih mudah kalo mau baca-baca gitu bang.” (Wawancara: Habidi Setiawan, 17th, 18 Mei 2015)

Serupa dengan pernyataan diatas,

orangtua dari beberapa informan diatas

mengatakan kepada peneliti sebagai

berikut:

“iya semenjak anak saya menggunakan gadget, saya rasa cara dia mendapatkan informasi sudah lebih mudah. Contohnya saja sebelum menggunakan gadget, saya selalu memberikan pemahaman-pemahaman tentang agama melalui buku agama dan dilakukan secara lisan, namun sekarang dengan aplikasi yang ada di gadget anak tersebut mudah untuk mengakses informasi-informasi tentang agama tanpa harus dilakukan secara lisan.” (Wawancara: Suprapto, 40th, 27 Mei 2015)

“menurut ibuk ada perbedaan sebelum dan sesudah anak ibuk pakai gadget. Kalau dulu kan penyampaian khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai agame disampaikan secara langsung atau buku. Sekarang jauh lebih mudah lah. Anak ibuk tak perlu hanya dari buku saja atau dari orangtuanye saja dalam mendapatkan ilmu namun dengan gadget, mereka sudah lebih mudah dalam mendapatkan ilmu-ilmu tentang agama. Kan ada banyak aplikasi yang terdapat di gadget kan.” (Wawancara: Fauziah, 48 th, 24 Mei 2015)

Page 20: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

19

“sejauh ini kalau saya liat semenjak adanya gadget itu, mereka jadi bisa lebih mudah belajar agamanya. Mereka juga bisa cari sendiri informasi-informasi di internet.” (Wawancara: A Tjae, 59th, 18 Mei 2015)

“menurut ibuk adelah beda die dulu same yang sekarang. Kalau dulu kan ape-ape mesti dari buku belajar agamanye. Sekarang kan lebih canggih, tak hanya dari buku aje, dari gadget tuh dia bise belajar tentang agame juge.” (Wawancara: Jumariah, 46th, 18 Mei 2015)

Dari keterangan semua informan diatas,

bila dikaitkan antara fungsi keagamaan

dengan pengaruh yang dihasilkan oleh

gadget, dapat dilihat bagaimana pergeseran

media dalam proses pembelajaran nilai-nilai

agama. Yang awalnya setiap remaja

menggunakan media buku sebagai sumber

memperoleh informasi namun dengan

kemajuan teknologi saat ini kemudian

tergantikan dengan media gadget yang

menawarkan semua fitur yang dibutuhkan

remaja tersebut. Di sisi lain, pengadopsian

nilai-nilai keagamaan dari media internet

tanpa pengawasan dari orang tuanya juga

bisa berdampak buruk terhadap remaja itu

sendiri. Karena belum tentu setiap

informasi yang diterima melalui media

internet sepenuhnya benar semua, untuk itu

diperlukan pengawasan dari orang tua.

b. Fungsi Sosial Budaya Emile Durkheim melihat perubahan

sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor

ekologis dan demografis. Yang berubah

kehidupan masyarakat dari kondisi

tradisional yang diikat solidaritas mekanik,

ke dalam kondisi masyarakat modern yang

diikat oleh solidaritas organik.

Di dalam sebuah keluarga, fungsi sosial

budaya dapat dilakukan dengan membina

sosialisasi pada anak, membentuk norma-

norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak, dan meneruskan nilai-

nilai budaya keluarga.

1. Nilai-Nilai Budaya di Rumah

Menurut pengakuan dari 10 informan

yang dijadikan sampel pada penelitian ini,

peneliti menemui bahwa sebagian besar

informan mengaku bahwa orangtuanya

menerapkan beberapa aturan-aturan yang

berlaku baik di dalam maupun di luar

rumah. Senada dengan hal ini, salah

seorang informan mengatakan kepada

peneliti sebagai berikut:

“iya bang, di rumah orangtua mengatur jam belajar misalnya dari jam 18.30 sampai jam 20.00 bang, terus pada saat malam minggu orangtua membuat aturan jam plg, makan bersama keluarga, terus mengucapkan salam sebelum keluar rumah dan mencium tangannya. Kaya gitu bang” (Wawancara: Abdul Cartam, 18th, 21 Mei 2015)

Hal serupa juga diungkapkan

informan lainnya kepada peneliti, sebagai

berikut:

“iya bang di rumah ada aturan-aturan yang dibuat sama orangtua, misalnya jam belajarnya dari jam sekian sampai jam sekian terus jam main sama teman, malam minggu juga bang, terus makan sama

Page 21: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

20

keluarga.” (Wawancara: Taniya Astrioka, 16th, 25 Mei 2015)

Senada dengan pernyatan diatas, salah

satu orangtua dari informan diatas

mengatakan kepada peneliti sebagai

berikut:

“kalau untuk di keluarga saya ya khususnya di rumah, itu biasanya kami melakukan makan bersama, terus harus sopan dengan yang lebih tua, tidak boleh melawan orangtua. Intinya semua yang sekiranya baik untuk dilakukan di rumah.” (Wawancara: Nilawaty, 45th, 25 Mei 2015)

“iya kalau di rumah ada aturan jam belajar anak-anak saya, terus jam malam minggunya. Dan juga di rumah kami juga ada kebiasaan makan bersama.” (Wawancara: Toni, 44th, 21 Mei 2015)

Lalu ada juga pengakuan dari beberapa

informan yang mengatakan bahwa

orangtuanya tidak membuat aturan yang

mengatur jam belajar maupun jam saat di

luar rumah. Berikut hasil wawancaranya:

“tidak bang, kita sendiri yang mengatur jam belajarnya. Orangtua tidak ada buat aturannya. Malam minggu juga tidak dibatasin pulang jam berapa bang.” (Wawancara: Destina Elfadila, 17th, 20 Mei 2015)

“tidak ada bang, orangtua cuma blg harus pandai bagi waktu antara belajar sama bermain bang. Kalau jam keluar dan pulang malam minggu juga tidak ada bang.” (Wawancara: Habidi Setiawan, 17th, 18 Mei 2015)

Namun dari hasil wawancara dan

pengamatan di lapangan, peneliti

menemukan bahwa hampir seluruh

informan mengaku bahwa tidak ada aturan

di rumah yang dibuat oleh orangtuanya

dalam penggunaan gadget. Artinya bahwa

orangtua tidak membuat suatu aturan yang

mengatur penggunaan gadget kepada anak-

anaknya. Hasil wawancaranya sebagai

berikut:

“tidak ada bang, orangtua tak pernah buat aturan tentang pakai gadget harus gimana-gimana gitu bang.” (Wawancara: Abdul Cartam, 18th, 21 Mei 2015)

Hal serupa juga diungkapkan oleh

informan lainnya, sebagai berikut:

“orangtua tak ada kasi buat aturan gitu bang, tak ada buat aturan misalnya jam belajar harus tak boleh pakai gadget gitu bang. Kata orang rumah selagi tak disalahgunakan ya boleh aja bang main terus.” (Wawancara: Nicky Andriani, 18 Mei 2015)

“tak ada bang, orangtua tak ada buat aturan atau batasan penggunaan gadget sama adek. Paling cuman diingetin aja biar tak disalahgunakan gadgetnya bang.” (Wawancara: Rezki Nugraha, 17th, 24 Mei 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh

orangtua dari informan di atas kepada

peneliti sebagai berikut:

Page 22: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

21

“kalau untuk larangan penggunaan gadget pasti ada, misalnya gadget digunakan untuk hal-hal yang positif, jangan buka yang negatif-negatif. Tapi kalau untuk batasan penggunaan gadget misalnya pengaturan jam pemakaian gadget tak ade.” (Wawancara: Jumariah, 46th, 18 Mei 2015)

“saya selalu ingatkan sama anak saya supaya gadget digunakan sebaik mungkin dan untuk hal-hal positif. Kalau untuk batasan waktu penggunaan gadget sih tidak ada ya.” (Wawancara: Toni, 44th, 21 Mei 2015)

“ibuk pasti selalu ingatkan same anak ibuk biar pandai-pandai pakai gadget tuh, gunakan untuk yang baik-baik aje jangan yang tidak-tidak. Karna ibuk percayakan ke anak ibuk, makanye ibuk tak ade buat aturan jam pemakaian gadget tuh.” (Wawancara: Fauziah, 48th, 24 Mei 2015)

Sebagaimana dijelaskan oleh Singgih D.

Gunarsa bahwa “Hubungan antar pribadi

dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh

orangtua (ayah dan ibu) dalam pandangan

dan arah pendidikan yang akan

mewujudkan suasana keluarga. Masing-

masing pribadi diharapkan tahu peranannya

didalam keluarganya dan memerankan

dengan baik agar keluarga menjadi wadah yang

memungkinan perkembangan secara wajar”.

(Singgih, 1995: 83).

2. Tergantikannya Waktu Bersama

Keluarga

Fakta di lapangan membuktikan bahwa

sebagian besar orangtua dari informan

tersebut tidak membuat aturan yang

berkaitan dengan batasan dari remaja-

remaja tersebut dalam menggunakan

gadget. Artinya bahwa orangtua terkesan

tidak acuh. Anak-anaknya dibiarkan dengan

bebas kapapun mengoperasikan gadgetnya.

Hasilnya adalah sering kali para remaja

tersebut menunda pekerjaan atau kebiasaan

yang harusnya dilakukan bersama yang

pada akhirnya waktu bersama keluarga

tergantikan seiring penggunaan gadget oleh

remaja tersebut.

Hal serupa diungkapkan oleh informan

sebagai berikut:

“iya jadi jarang sekarang bang, masih tetap ada makan sama-sama gitu bang tapi udah tidak sesering dulu bang. Banyak nunda-nundanya adek. Ha..ha..ha.” (Wawancara: Taniya Astrioka, 16th, 25 Mei 2015)

“jarang bang, sekali-sekali aja sekarang kalau makan sama-sama keluarga bang.” (Wawancara: Rezki Nugraha, 17th, 24 Mei 2015) “sedikit berkurang sih bang sekarang. Kadang kalau disuruh makan gitu adek banyaknya bilang nanti-nanti gitu bang. Nanti kalau orang rumah udah selesai makan baru adek makan.” (Wawancara: Nicky Andriani, 18 Mei 2015)

“jarang juga bang, masih ada makan sama-sama gitu tapi tak terlalu seringlah bang. kadang-kadang aja bang itupun kalau sempat.” (Wawancara: Habidi Setiawan, 17th, 18 Mei 2015)

“udah mulai berkurang sih bang kalau menurut adek ya, kalaupun makan sama-sama gitu bang, kadang

Page 23: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

22

tak fokus makannya soalnya bawa gadget juga gitu, jadi sambil makan main gadget bang. sibuk sama dunia sendiri lebih tepatnya bang.” (Wawancara: Destina Elfadila, 17th, 20 Mei 2015)

Senada dengan hal tersebut, orangtua

dari informan diatas mengatakan kepada

peneliti sebagai berikut:

“menurut ibuk pribadi jadi berkurang waktu kebersamaan dengan anak, khususnya waktu makan bersame keluarge. Terus biasanya dia kalau lagi makan bersama gadgetnya selalu dibawa di samping atau diletakkan di samping piring makannya. Jadi lebih banyak sibuk dengan dunianya pas lagi makan same-same.” (Wawancara: Jumariah, 46th, 18 Mei 2015)

“kalau menurut ibuk berkuranglah, kadang die kalau dipanggil makan, jawabnye nanti tunggu sebentar. Jadi sering telat makan same-same.” (Wawancara: Nilawaty, 45th, 25 Mei 2015)

“jarang juge lah sekarang, kalau sempat aje baru makan same-same. Kadang kan tau sendiri, budak-budak nih kalau dah begantung ke gadget susah nak lepas. Kite panggil banyak nanti ke nanti aje.” (Wawancara: Fauziah, 48th, 24 Mei 2015)

“masih sering juga makan bersama gitu. Tapi kadang kalau lagi makan jadi kurang ngobrolnya, soalnya anak sibuk dengan gadget dia walaupun lagi makan sama-sama gitu.” (Wawancara: Mas Dewi Efrida, 36th, 20 Mei 2015)

“kalau untuk makan sama anak-anak masih lumayan sering, tapi memang tidak kayak dulu. Kadang anak

sekarang kalau dipanggil makan sama-sama dia bilang nanti terus. Nanti orang semuanya udah selesai makan baru dia makan sendiri.” (Wawancara: A Tjae, 59th, 18 Mei 2015)

Memang benar kita harus menyesuaikan

dengan perkembangan zaman. Apalagi

dengan sifat gadget yang mobile

memberikan pengaruh kepada para

pengguna untuk selalu membawa gadget

kemana saja namun itu semua harus

diimbangi dengan kontrol, apabila tidak

adanya kontrol dari orang terdekatnya

dalam hal ini adalah orangtuanya. Maka

remaja tersebut akan kebablasan dalam

menggunakan gadget.

c. Fungsi Cinta Kasih Kasih sayang adalah suatu sikap paling

menghormati dan mengasihi semua ciptaan

Tuhan baik makhluk hidup maupun benda

mati seperti menyayangi diri sendiri

berlandaskan hati nurani yang luhur. Kasih

sayang dalam keluarga adalah suatu kesatu

dan pergaulan paling awal. Sebagai satu

kesatuan merupakan gabungan dari

beberapa orang yang ditandai oleh

hubungan genelogis dan psikologis yang

saling ketegantungan dengan

karakteristiknya yang berbeda. Jadi

keluarga menggambarkan ikatan atau

hubungan di antara anggota keluarganya

yang diikat dengan berbagai sistem nilai.

1. Komunikasi Anak dan Orangtua Berdasarkan dari hasil wawancara yang

peneliti lakukan di lapangan, menurut

Page 24: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

23

pengakuan dari 10 informan yang dijadikan

sampel pada penelitian ini, peneliti

menemui bahwa komunikasi antara

informan dengan orangrtuanya sangat

sering terjadi khususnya pada saat sebelum

mereka memiliki gadget tersebut. Berikut

pengakuan dari informan:

“sangat sering bang, di rumah biasanya plg sekolah gitu sambil makan ngobrol sama mama, cerita-cerita masalah sekolah bang. Curhat lah pokoknya bang. Hehehe..” (Wawancara: Luthna Adella Azmi, 17th, 29 Mei 2015)

Senada dengan hal tersebut, informan

lainnya mengungkapkan hal yang sama

dengan informan diatas. Berikut

pernyataanya:

“sering banget bang, apa-apa pasti ceritanya ke ibu. Kadang bisa berjam-jam ngobrol sama ibu bang. Kadang sambil nonton cerita-cerita sama ibu, sambil makan, gitu bang.” (Wawancara: Novia Sucianti, 17th, 27 Mei 2015)

“iya lumayan sering bang. Kadang pas makan pulang sekolah di rumah ngobrol-ngobrol sama mamak. Kalau mamak lagi tak ada kerja ya ngobrol gitu bang. Tapi tak semuanya dicerita ke mamak bang. Hehehe..” (Wawancara: Abdul Cartam, 18th, 21 Mei 2015)

2. Tergantikannya Media Komunikasi

Anak dan Orangtua

Sejatinya komunikasi dilakukan dengan

cara tiap individu bertemu tatap muka dan

dilakukan secara langsung. Namun

kemajuan teknologi merubah konsep

tersebut, komunikasi tidaklah harus

dilakukan dengan tatap muka langsung.

Yakni dengan menggunakan gadget kita

bisa melakukan komunikasi tanpa batas

dimanapun dan kapanpun. Sesuai dengan

pengakuan dari beberapa informan sebagai

berikut:

“iya kalau dulu mau ngomong sama orangtua kan biasanya langsung aja gitu ngomong langsung bang. terus kalau curhat gitu sekarang kan udah enak bang, bisa lewat sms atau bbm gitu” (Wawancara: Novia Sucianti, 17th, 27 Mei 2015)

“sekarang lebih sering komunikasinya itu lewat gadget misalnya lagi di luar rumah bang, telat pulangnya pasti adek kabarin sama orang rumah lewat bbm atau telpon.” (Wawancara: Habidi Setiawan, 17th, 18 Mei 2015)

“lumayan sering komunikasinya lewat bbm atau whatsapp bang. kalau lagi tidak di rumah atau lagi main di rumah teman. Curhat kadang-kadang sih bang lewat gadget.” (Wawancara: Nicky Andriani, 18 Mei 2015)

Berdasarkan dari pernyataan diatas

dapat kita lihat bahwa dengan

berkembangnya teknologi konsep

komunikasi menjadi lebih fleksibel dan

mobile. Kalau dahulu komunikasi

mengharuskan setiap individu bertemu dan

bertatap muka, namun saat ini komunikasi

bisa dilakukan tanpa harus bertatap muka.

Artinya seseorang dapat melakukan

Page 25: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

24

komunikasi kapanpun dan dimanapun ia

berada dengan individu lain tanpa harus

bertemu secara langsung.

3. Intensitas Komunikasi Semakin

Berkurang

Berdasarkan fakta di lapangan yang

dijumpai oleh peneliti, semenjak anak-anak

tersebut telah memiliki gadget, intensitas

komunikasi dengan orangtuanya semakin

berkurang. Meskipun kemajuan teknologi

memudahkan seseorang berkomunikasi

jarak jauh antara individu satu dengan

individu yang lainnya. Namun kemajuan

teknologi tersebut nyatanya mempengaruhi

tingkat komunikasi antara anak terhadap

orangtua yang semakin hari semakin jarang

dilakukan khususnya melalui tatap muka

secara langsung. Senada dengan hal

tersebut, salah satu informan mengatakan

kepada peneliti sebagai berikut:

“iya jadi berkurang sih bang. Soalnya kebanyakan di kamar bang mainin gadget. Ya paling kalau mau makan atau mandi baru adek keluar kamar bang kalau sekarang.” (Wawancara: Delfira Dwi Sari, 16th, 23 Mei 2015)

Hal serupa juga diakui oleh

informan lainnya kepada peneliti, berikut

pengakuan mereka:

“iya jadi jarang sekarang bang, dulukan tak ada gadget tak sibuk sana sini di sosmed bang, kalau sekarang kan sibuk ngautis. Curhat pun udah tak kayak dulu bang. Udah jarang sekarang.” (Wawancara: Luthna Adella Azmi, 17th, 29 Mei 2015)

“menurut aku jadi lumayan berkurang juga bang. Soalnya sibuk dengan dunia sendiri bang, main game di gadget bang sama sosmed.” (Wawancara: Andre M. Riyanto, 17th, 21 Mei 2015)

Senada dengan hal tersebut, orangtua

dari beberapa informan diatas mengatakan

kepada peneliti sebagai berikut:

“kalau untuk komunikasi kasi ya jadi berkurang, mungkin karena dia (anak saya) terlalu asik di dalam kamarnya mainin gadget.” (Wawancara: Gustina Chandra, 42th, 29 Mei 2015)

“jadi berkurang iya semenjak menggunakan gadget itu. Dia jadi lebih sering menghabiskan waktu di kamarnya. Jadi jarang keluar kamar dia. Kalaupun di luar kamar dia lebih sering baring sambil mainin gadgetnya.” (Wawancara: Juli Riyanto, 42th, 21 Mei 2015)

Berdasarkan dari hasil wawancara di

atas dengan informan, maka peneliti dapat

menggambarkan bahwa tidak ada yang

salah dengan kemajuan teknologi tersebut

apabila orangtua dapat mencermati dan

memberikan aturan-aturan dalam

penggunaan gadget tersebut. intensitas

penggunaan gadget meningkat seiring

dengan berkurangnya interaksi dan

komunikasi yang terjadi di dalam keluarga.

Hal ini dapat kita lihat dari hasil wawancara

diatas sebelum dan sesudah anak-anak

tesebut memiliki gadget. Kebiasaan-

kebiasaan yang dulunya sangat dijunjung

Page 26: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

25

tinggi di dalam keluarga, semakin kesini

semakin terkikis. Hasilnya adalah timbul

nilai-nilai dan kebiasaan baru terhadap para

remaja tersebut.

d. Fungsi Melindungi

Fungsi melindungi di dalam keluarga

adalah bertujuan untuk melindungi anak

dari tindakan-tindakan yang tidak baik,

sehingga keluarga merasa terlindungi dan

merasa aman. Dalam penelitian ini yang

dimaksudkan fungsi melindungi oleh

peneliti adalah peneliti ingin mengamati

bagaimana bentuk-bentuk perlindungan

yang dilakukan oleh orangtua terhadap

anak-anaknya baik itu untuk melindungi

anak dari tindakan-tindakan yang tidak

baik, maupun perlindungan yang dilakukan

oleh keluarga dalam memproteksi

bahayanya dampak modernisasi yang

ditandai dengan kemajuan IPTEK

khususnya terhadap anak-anak.

1. Aturan-aturan di Keluarga Menurut pengakuan dari 10 informan

yang dijadikan sampel pada penelitian ini,

peneliti menemui bahwa sebagian besar

informan mengaku bahwa orangtuanya

menerapkan beberapa aturan-aturan dan

terdapat sanksi bila melanggarnya. Berikut

pengakuan dari beberapa informan kepada

peneliti:

“iya ada bang, misalnya hari minggu pagi harus gotong-royong di rumah, ngemas rumah, nyapu rumah dan lain-lain bang. Lalu selalu diingatkan agar mengenal waktu

kalau main gadget bang.” (Wawancara: Destina Elfadila, 17th, 20 Mei 2015)

Senada dengan pernyataan dari informan

diatas, informan lainnya juga mengatakan

hal yang sama sebagai berikut:

“banyak bang aturan di rumah, tidak bisa adek sebutin semuanya. Salah satu contohnya jam main di luar rumah bang. Kalau adek langgar dimarahin atau diusir dari rumah bang. Hahaha..” (Wawancara: Novia Sucianti, 17th, 27 Mei 2015)

“tidak boleh tidur terlalu malam, tidak melawan orang tua bang.” (Wawancara: Taniya Astrioka, 16th, 25 Mei 2015)

“salah satunya cara menghargai dan menghormati orang tua, tidak boleh ngomong kotor. Gitu aja bang.” (Wawancara: Habidi Setiawan, 17th, 18 Mei 2015)

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat

kita lihat bahwasanya setiap keluarga

memiliki nilai-nilai dan aturannya di dalam

keluarga atau di rumah. Walaupun ada

perbedaan nilai dan aturan di dalam setiap

keluarga, namun semua aturan tersebut

bersifat positif dan konstruktif.

2. Kesepakatan Bersama Berdasarkan dari hasil wawancara yang

peneliti lakukan di lapangan, peneliti

menjumpai bahwa setiap aturan yang dibuat

merupakan kesepakatan bersama. Artinya

setiap aturan yang ada di dalam keluarga

sudah diketahui dan disetujui oleh anggota-

anggota keluarga lainnya. Hal ini

Page 27: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

26

diungkapkan oleh salah satu informan

kepada peneliti sebagai berikut:

“iya bang. Semua orang rumah udah tau aturannya dan setuju semua bang.” (Wawancara: Habidi Setiawan, 17th, 18 Mei 2015)

Begitu juga halnya dengan informan

lainnya, mereka juga mengatakan hal

serupa dengan peneliti sebagai berikut:

“iya bang semua aturan di rumah udah disetujuin sama semua anggota keluarga bang. Jadi kalau ada yang melanggar dapat hukuman atau sanksi.” (Wawancara: Andre M. Riyanto, 17th, 21 Mei 2015)

“iya bang atas kesepakatan bersama di keluarga adek. Kalau ada yang bandel langgar ya dihukum bang.” (Wawancara: Luthna Adella Azmi, 17th, 29 Mei 2015)

“iya atas persetujuan bersama bang, biasanya kalau ada yang melanggar aturan di rumah, dipanggil sama orangtua terus ditanya baik-baik dulu gitu baru dinasehatin bang.” (Wawancara: Taniya Astrioka, 16th, 25 Mei 2015)

Senada dengan pernyataan beberapa

informan diatas, orang tua dari informan

juga mengatakan hal yang sama kepada

peneliti sebagai berikut:

“aturan yang dibuat di rumah itu dari kesepakatan bersama. Jadi anggota keluarga yang ada di rumah wajib mengikuti aturan-aturan yang sudah disetujui bersama.” (Wawancara: A Tjae, 59th, 18 Mei 2015)

“iya aturan yang berlaku di rumah dibuat secara bersama-sama dan atas kesepakatan bersama. Jadi tidak ada alasan lagi nanti kalau ada yang tidak mematuhi aturan yang sudah dibuat bersama.” (Wawancara: Juli Riyanto, 42th, 21 Mei 2015)

“iya atas kesepakatan bersama aturan yang dibuat untuk anak-anak.” (Wawancara: Gustina Chandra, 42th, 29 Mei 2015)

“iye atas kesepakatan bersame. Ayah die dan ibuk buat aturan di rumah pasti atas persetujuan bersame. Jadi aturan yang dah dibuat tuh harus diikuti anak-anak.” (Wawancara: Nilawaty, 45th, 25 Mei 2015)

3. Gadget dijadikan Media Kontrol

Terhadap Remaja

Berdasarkan dari hasil wawancara yang

peneliti lakukan, peneliti menemukan

bahwa semenjak berkembangnya teknologi,

orangtua mereka lebih mudah dan fleksibel

dalam mengontrol kegiatan-kegiatan

khususnya yang berada di luar rumah.

Berikut pengakuan dari informan kepada

peneliti:

“dulu sebelumnya pakai gadget kalau lagi mau main keluar rumah terus pulangnya telat paling cuman disms atau di telpon aja bang, kalau sekarang lebih seringnya diingatin lewat bbm atau whatsapp bang.” (Wawancara: Nicky Andriani, 18 Mei 2015)

“biasanya sih sekarang orang rumah ngontrolnya lewat sosmed bang, kalau adek tak balas atau lama balasnya baru orang rumah telfon bang. misalnya chat lewat bbm gitu

Page 28: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

27

bang.” (Wawancara: Abdul Cartam, 18th, 21 Mei 2015)

“kalau sekarang seringnya lewat sosmed bang, misalnya bbm. Jadi kalau adek di luar rumah, orang rumah suka nanyain lagi dimana, terus sama siapa, terus ingetin jangan pulang telat.” (Wawancara: Novia Sucianti, 17th, 27 Mei 2015)

“iya lebih gampang sih bang orang tua ngontrolnya, soalnya tiap saat kalau lagi di luar mereka kadang telpon atau chat bbm. Kadang kalau pulang telat mereka nanyain gitu bang.” (Wawancara: Delfira Dwi Sari, 16th, 23 Mei 2015)

Begitu juga halnya dengan informan

lainnya, juga mengatakan hal serupa dengan

peneliti sebagai berikut:

“semenjak pakai gadget orangtua ngontrolnya sering lewat gadget bang, misalnya kalau lagi malam minggu di luar itu hampir tiap detik chat nasehatin yang baik-baik. Terus diingetin kalau pulangnya agak telat.” (Wawancara: Taniya Astrioka, 16th, 25 Mei 2015)

Senada dengan hal tersebut, orangtua

dari informan diatas mengatakan kepada

peneliti sebagai berikut:

“iya sekarang ibu lebih gampang ngontrol si nicky, sebelumnya ibu kontrol dia cuman lewat sms atau telpon tapi sekarang bisa lewat bbm atau whatsapp. Sering juga ibu sama orangtua teman-teman anak ibu tuh saling tanya atau cerita gitu. Untuk memastikan aja betul apa tidak yang dia bilang ke ibu. Jadi mudah juga ibu ngontrolnya kalau dia pulang telat atau ada izin kemana gitu.”

(Wawancara: Jumariah, 46th, 18 Mei 2015)

“kalau dulu ya seringnya ngontrol dia misalnya sebelum pergi kemana-kemana dinasehatin dulu, kalau pulangnya telat saya telp. Sekarang ya lebih seringnya ngontrol lewat media sosial, jadi tiap saat saya bisa tanyakan sama dia misalnya lagi dimana, terus sama siapa aja. Sering juga tanya-tanya sama orangtua teman anak ibuk, cari tau betul apa tidak apa yang anak ibuk bilang ke ibuk. Gitu.” (Wawancara: Nilawaty, 45th, 25 Mei 2015)

“iya semenjak ada bbm ini, saya ngontrol anak saya jadi lebih mudah, kalau dulu waktu dia belum pakai gadget kan cuman ingatin dia dari rumah, kalau sekarang tiap saat saya bisa kontrol dia, entah itu telfon ataupun bbm.” (Wawancara: Toni, 44th, 21 Mei 2015)

“alhamdulillah lah sekarang jauh lebih mudah saya ngontrolnya terus komunikasinya juga.” (Wawancara: Suprapto, 40th, 27 Mei 2015)

“lebih gampang lah sekarang ngontrol dia. Contohnya kalau dia pulangnya telat atau main tapi belum pulang-pulang ke rumah, pasti saya komunikasikan lewat bbm, kalau tak ada respon langsung saya telpon anak saya.” (Wawancara: Bambang Sunaryo, 54th, 23 Mei 2015)

Berdasarkan dari penjelasan dari

beberapa informan diatas, dapat dilihat

pergeseran-pergeseran kebiasaan dalam

mengontrol kegiatan para remaja tersebut

oleh orangtuanya. Yang pada awalnya

hanya dengan nasehat secara langsung,

menggunakan telp, lalu kemudian kontrol

Page 29: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

28

dilakukan melalui gadget dengan

menggunakan aplikasi-aplikasi sosial media

yang terdapat di gadget tersebut.

e. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa

sosialisasi adalah suatu proses yang

menempatkan anggota masyarakat yang

baru mempelajari norma-norma dan nilai-

nilai masyarakat di tempat dia menjadi

anggota masyarakat.

Fungsi sosialisasi dan pendidikan dalam

keluarga adalah merupakan fungsi dalam

keluarga yang dilakukan dengan cara

mendidik anak sesuai dengan tingkat

perkembangannya, menyekolahkan anak.

Sosialisasi dalam keluarga juga dilakukan

untuk mempersiapkan anak menjadi

anggota masyarakat yang baik. Dalam

penelitian ini yang dimaksudkan fungsi

sosialisasi dan pendidikan oleh peneliti

adalah peneliti ingin mengamati dan

mengetahui bagaimana orang tua sebagai

lingkungan terdekat anak mempersiapkan

anak untuk menjadi anggota masyarakat

yang baik, misalnya berkaitan dengan

norma-norma sosial di lingkungan keluarga.

1. Sosialisasi Dalam Keluarga Berdasarkan dari hasil wawancara yang

peneliti lakukan, peneliti menemukan

bahwa semenjak berkembangnya teknologi

proses sosialisasi di dalam keluarga para

remaja tidaklah hanya sebatas interaksi

antar anggota keluarga secara langsung,

namun seiring majunya teknologi

sosialisasi di dalam keluarga para remaja

tersebut terkadang dilakukan melalui gadget

mereka. Misalnya para remaja tersebut

berkomunikasi dengan saudara kandungnya

yang berada satu atap rumah namun beda

kamar, terkadang mereka selalu

menggunakan bbm sebagai media

komunikasinya. Berikut pengakuan

beberapa informan kepada peneliti:

“lumayan sering juga misalnya kalau lagi di rumah gitu komunikasinya lewat bbm atau sosmed lainnya dengan saudara kandung. Abisnya malas juga keluar kamar bang, kalau dari bbm kan enak gak harus keluar kamar gitu tapi bisa komunikasi.” (Wawancara: Nicky Andriani, 18 Mei 2015)

Begitu juga halnya dengan informan

lainnya, juga mengatakan hal serupa dengan

peneliti sebagai berikut:

“kalau lagi malas keluar kamar sering bang chat gitu walaupun satu rumah. Kadang minta tolong ambilkan sesuatu gitu lewat chat bbm aja.” (Wawancara: Destina Elfadila, 17th, 20 Mei 2015)

“jadi keseringan sekarang apa-apa gitu pasti lewat chat bang.” (Wawancara: Novia Sucianti, 17th, 27 Mei 2015)

“jadi sering di kamar juga sih bang, berkurang jadinya kalau untuk interaksi secara langsung gitu bang.” (Wawancara: Luthna Adella Azmi, 17th, 29 Mei 2015)

Dari pernyataan beberapa informan

diatas dapat kita lihat bahwa dengan gadget

Page 30: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

29

para remaja tersebut melakukan interaksi

tidak lagi secara tatap muka akan tetapi

walaupun mereka berada satu rumah yang

sama namun interaksi terjadi melalui media

komunikasi elektronik. Memang di satu sisi

lebih efisien dan sangat membantu para

remaja tersebut, namun di sisi lain para

remaja tersebut cenderung jarang

bersosialisasi di rumahnya. Hal inilah yang

harus diperhatikan oleh setiap remaja agar

mereka tidak terbuai dengan kemudahan-

kemudahan yang diberikan oleh gadget

tersebut.

2. Remaja Cenderung Jarang

Bersosialisasi di Rumah Dari 10 informan yang dijadikan sampel

pada penelitian ini, sebagian besar mengaku

di lingkungan keluarganya ditanamkan

nilai-nilai yang baik untuk perkembangan

kepribadian anak tersebut. Namun

penggunaan gadget tanpa adanya batasan

mengakibatkan para remaja tersebut jarang

bersosialisasi dikarenakan banyak

menghabiskan waktu di depan layar

gadgetnya. Berikut pengakuan beberapa

informan kepada peneliti:

“iya suka ngurung diri di kamar seharian. Biasanya sih sibuk dengan sosial media yang adek mainin, terus sibuk ngegame online juga di gadget bang. jadinya jarang keluar kamar, paling keluar kamar cuman untuk makan terus mandi.” (Wawancara: Nicky Andriani, 18 Mei 2015)

Hal senada juga diucapkan oleh

informan lainnya kepada peneliti. Berikut

pengakuannya:

“jadi jarang juga ngobrol-ngobrol sama orang rumah bang, banyak habisin waktu di kamar atau di rumah dengan nge-game atau gak mainin sosial media bang.” (Wawancara: Abdul Cartam, 18th, 21 Mei 2015)

“lumayan jarang sih sekarang kalau untuk ngobrol atau cerita-cerita gitu sama orang rumah bang soalnya sibuk dengan gadget di kamar seharian. Jadi agak jarang keluar kamar kalau di rumah.” (Wawancara: Rezki Nugraha, 17th, 24 Mei 2015)

Serupa dengan pernyataan dari informan

diatas, orangtua para informan tersebut

mengatakan kepada peneliti sebagai

berikut:

“iya jadi jarang keluar kamar die, asik bekurung terus di kamar. Keluar kamar pun kalau nak mandi, atau makan atau main ke rumah kawan die.” (Wawancara: Jumariah, 46th, 18 Mei 2015)

“menrut saya sih jadi sedikit agak pemalas, kebanyakan menghabiskan waktu di kamar juga. Keluar kamar kalau mau nonton tv, makan atau mandi.” (Wawancara: Toni, 44th, 21 Mei 2015)

“kalau ibuk liat lebih banyak di kamar die sekarang. Asik ngurung diri terus. Sibuk dengan gadget dia lah tuh.” (Wawancara: Fauziah, 24 Mei 2015)

Page 31: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

30

Dari pernyataan beberapa informan

diatas dapat digambarkan bahwa

penggunaan gadget yang terlalu berlebihan

tanpa adanya batasan-batasan

mengakibatkan remaja tersebut menjadi

individu yang cenderung jarang

bersosialisasi. Pada akhirnya terbentuk

sikap apatis terhadap lingkungan sekitar.

3. Tergantikannya Buku Bacaan

dengan Gadget dan Prilaku

Konsumtif Berkaitan dengan penggunaan gadget

khususnya dalam proses belajar di rumah,

beberapa informan mengaku bahwa tidak

jarang dari mereka selalu menggunakan

gadget dalam mendapatkan informasi yang

mereka perlukan ketimbang mencari buku-

buku yang dibutuhkan para remaja tersebut

dalam proses belajar di rumah. Berikut

pengakuan dari informan tersebut kepada

peneliti:

“iya lumayan jarang beli buku-buku pelajaran sekolah. Selain terbatas bukunya terus lebih enak carinya di internet bang. lebih cepat dan mudah dapatnya daripada dari buku kan harus dibaca dulu isi bukunya bang” (Wawancara: Destina Elfadila, 17th, 20 Mei 2015)

“jarang juga sih bang baca-baca buku gitu di perpustakaan sekolah. Ribet soalnya bang mesti dibaca dulu semuanya baru dapat jawabannya. Kadang juga di perpustakaan bukunya tak lengkap bang.” (Wawancara: Nicky Andriani, 17th, 18 Mei 2015)

“biasanya cari materi-materi pelajaran di internet bang, tapi

kadang beli buku juga buat pegangan bang. kalau ke perpustakaan jarang juga sih bang soalnya bukunya kurang lengkap. Lebih gampang nyari materinya di internet bang.” (Wawancara: Habidi Setiawan, 17th, 18 Mei 2015)

“kalau belajar seringnya sih nyari bahannya dari internet bang, buat tugas juga gitu bang. buku sih ada bang. cuman seringnya lewat internet nyari bahannya. Lebih mudah gitu bang, tak ribet kayak harus dibaca buku dulu baru dapat jawabannya.” (Wawancara: Taniya Astrioka, 16th, 25 Mei 2015)

Serupa dengan pernyataan diatas, salah

satu informan mengatakan hal yang sama

kepada peneliti sebagai berikut:

“kalau buku pelajaran jarang juga dibaca soalnya ribet harus dibaca semua kalau ada tugas-tugas sekolah bang. seringnya cari bahan pelajaran dari internet atau aplikasi edukasi gitu di gadget.” (Wawancara: Rezki Nugraha, 17th, 24 Mei 2015)

Senada dengan hal tersebut, beberapa

orangtua dari informan diatas mengatakan

kepada peneliti sebagai berikut:

“kalau sekarang ya dia kalau tidak ada buku pelajaran belajarnya ya dari gadget itu. Cari bahan belajar atau tugas dari sekolah misalnya.” (Wawancara: Mas Dewi Efrida, 36th, 20 Mei 2015)

“dia lebih banyak cari materi dan bahannya lewat internet dalam gadgetnya. Tiap buat PR selalu dibantu gadgetnya itu untuk cari jawaban atau materinya. Dari buku juga dia gunakan, tapi lebih banyak belajar dari internet katanya lengkap

Page 32: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

31

materinya dan mudah juga untuk didapatkan materinya.” (Wawancara: Fauziah, 48th, 24 Mei 2015)

Dari pernyataan diatas dari beberpa

informan, peneliti berkesimpulan bahwa

dengan adanya gadget anak-anak tersebut

sadar atau tidak sadar menjadi individu

yang sangat manja. Karena mereka selalu

mendapatkan informasi dengan cara mudah

dan sangat instan. Remaja tersebut sudah

terbiasa dengan kemudahan-kemudahan

yang diberikan oleh gadget sehingga

mereka tidak terbiasa untuk bersusah-susah

dahulu. Ditambah lagi dengan lunturnya

budaya membaca oleh remaja itu sendiri.

f. Fungsi Pembinaan Lingkungan Fungsi pembinaan lingkungan adalah

menciptakan kehidupan yang harmonis

dengan lingkungan masyarakat sekitar dan

alam. Sebagai sentral dan sekaligus anggota

masyarakat, keluarga mempunyai inter-

relasi dengan masyarakat di luarnya.

Sehingga setiap individu dalam suatu

keluarga berusaha untuk membawa citra

keluarga di dalam masyarakat. Hubungan

antar keluarga yang baik berarti merupakan

hubungan masyarakat yang baik pula. Dan

keluarga sebagai suatu unit, setiap

anggotanya, dapat merupakan wakil dari

keluarga tersebut dalam kehidupan sosial.

1. Kegiatan di Lingkungan Sekitar Dari 10 informan yang peneliti temui di

lapangan, peneliti menemukan informasi

dari informan mayoritas dari mereka

mengaku bahwa mereka lumayan sering

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar

atau di masyarakat. Hal ini dibuktikan

dengan pengakuan dari informan yang

mengatakan bahwa mereka sering

mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di

masyarakat misalnya gotong-royong dan

berbaur dengan teman sebaya maupun

dengan yang lebih tua. Berikut penuturan

dari informan kepada peneliti:

“iya sering bang, misalnya tiap hari minggu gotong royong sama warga-warga disini. Bersihkan halaman sekitar bang.” (Wawancara: Abdul Cartam, 18th, 21 Mei 2015)

“sering bang. kayak gotong-royong gitu dan lain-lain bang.” (Wawancara: Taniya Astrioka, 16th, 25 Mei 2015)

“iya bang sering, disini biasanya setiap hari minggu gitu gotong-royong warganya bang. Terus berbaur sama warga disini bang, tua muda ngumpul bang.” (Wawancara: Rezki Nugraha, 17th, 24 Mei 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh

informan lainnya kepada peneliti sebagai

berikut:

“iya bang kadang-kadang, gotong royong terus main volly sama warga disini bang kalau sore-sore gitu bang.” (Wawancara: Delfira Dwi Sari, 16th, 23 Mei 2015)

“iya sering. Biasanya ikut gotong royong sama warga disini bang, hari minggu pagi biasanya bang. Terus main bola sama warga disini kalau sorenya bang.” (Wawancara: Habidi Setiawan, 17th, 18 Mei 2015)

Page 33: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

32

Dari penjelasan diatas dari informan

kepada peneliti, dapat disimpulkan

bahwasanya mayoritas informan adalah

individu yang aktif di dalam lingkungan

sekitarnya. Hal tersebut dibuktikan dengan

intensitas mereka dalam mengikuti

kegiatan-kegiatan yang rutin dilaksanakan

di masyarakat setempat, misalnya gotong-

royong, bermain volly ataupun aktivitas

olahraga lainnya.

2. Berkurangnya Partisipasi di

Lingkungan Sekitar Informan mengaku bahwa mereka

beberapa waktu terakhir ini mengalami

penurunan intesitas khususnya berkaitan

dengan partisipasi di dalam masyarakat.

Senada dengan pernyataan ini, salah satu

informan mengatakan kepada peneliti

sebagai berikut:

“iya jadi agak malas gitu sih bang sekarang, paling ya hari minggu gitu tetap bersih-bersih di rumah tapi Cuma sebentar terus lanjut tidur lagi bang soalnya tidur telat malamnya bang.” (Wawancara: Luthna Adella Azmi, 17th, 29 Mei 2015)

Hal senada juga diakui oleh informan

lainnya kepada peneliti:

“iya bang sekarang jarang, malah kadang tidak pernah bang. malamnya itu aku begadang bang, main ngautis game online sampai telat tidurnya bang. jadi mau bangun pagi berat rasanya.” (Wawancara: Abdul Cartam, 18th, 21 Mei 2015)

Senada dengan hal tersebut, orangtua

dari beberapa informan mengatakan kepada

peneliti sebagai berikut:

“iya jadi malas-malasan sekarang, hari minggu bangunnya sering telat, kadang susah dibangunin pagi.” (Wawancara: Gustina Chandra, 42th, 29 Mei 2015)

“dia sering telat bangun pas hari minggu, begadang terus jadi tidurnya telat. Jadi malas-malasan juga. Kalaupun lagi gotong royong gitu, itu gadget tidak lepas dari tangannya, dibawa terus kemana-mana. Makanya jadi kurang interaksi sama warga sekitar dan berkurang partisipasinya kalau ada kegiatan warga disini.” (Wawancara: Toni, 44th, 21 Mei 2015)

Dari pernyataan diatas peneliti dapat

menyimpulkan bahwa keberadaan gadget di

tengah-tengah kehidupan remaja tersebut

telah membawa perubahan terhadap

kebiasaan-kebiasaan dari remaja tersebut.

Perlahan-lahan remaja tersebut menjadi

malas berpartisipasi dengan lingkungan

sekitar dan memprioritaskan dunia maya

yang ada di gadget mereka. Kebiasaan tidur

malam yang telat sudah menjadi bagian dari

kehidupan para remaja tersebut semenjak

memiliki barang teknologi canggih tersebut.

Hasilnya adalah mereka menjadi individu

yang memiliki waktu beristirahat yang

kurang dan menjadi individu yang pemalas.

Perkembangan globalisasi pada akhirnya

akan membawa dua wacana besar, yaitu

adanya delokalisasi dan lokalisasi, inovasi

dan teknologi informasi (Lie, 2004).

Page 34: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

33

Pertama, delokalisasi dan lokalisasi.

Transformasi budaya lokal dalam segala

aspek sebagai interaksi dengan budaya

asing dan adopsi unsur-unsur bidaya asing

menjadi bagian budaya lokal. Proses ini

nantinya akan menyebabkan apa yang

diseut ecumene culture, terjadinya

penyebaran budaya secara sepihak. Kedua,

perkembangan inovasi dan teknologi

informasi. Wujudnya dapat dilihat dengan

semakin cepatnya perkembangan teknologi

informasi yang hampir dirasakan di semua

tempat. Hal inilah yang sebenarnya

berkontribusi pada cepatnya arus

penyebaran budaya (terutama budaya barat)

dalam setiap aspek kehidupan manusia di

dunia.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan Pada dasarnya manusia sebagai

pengguna teknologi haruslah mampu

memanfaatkan teknologi yang ada saat ini,

maupun perkembangan tersebut

selanjutnya. Adaptasi manusia dengan

teknologi baru yang telah berkembang

wajib untuk dilakukan melalui pendidikan.

Hal ini dilakukan agar generasi penerus

tidak tertinggal dalam hal teknologi baru.

Dengan begitu, teknologi dan pendidikan

mampu berkembang bersama seiring

dengan adanya generasi baru sebagai

penerus generasi lama. Beberapa cara

adaptasi tersebut dapat diwujudkan dalam

bentuk pelatihan maupun pendidikan, baik

itu di sekolah, lingkungan masyarakat

maupun di lingkungan keluarga. Pendidikan

merupakan kebutuhan yang paling

terpenting dalam kehidupan manusia di

dunia selain dari kebutuhan sandang dan

pangan. Sebagai salah satu kebutuhan yang

sangat mendasar bagi manusia, maka

bagaimanapun cara harus tetap diusahakan

agar dapat mendapatkan pendidikan yang

layak. Pendidikan merupakan landasan

utama guna mewujudkan segala keinginan

dan cita-cita yang ingin dicapai. (Tjutjup

Purwoko, 2013:20)

Perubahan perilaku yang bersifat

negatif dari masyarakat termasuk di

dalamnya adalah remaja sebagai dampak

dari pembangunan dapat dilihat antara lain

dengan gaya hidup glamour, pergaulan

bebas, hedonistik, penggunaan gadget

semuanya diekspresikan sesuai dengan

tingkat intelektualitas dan kelas sosialnya

masing-masing. Remaja misalnya, yang

merupakan bagian dari masyarakat adalah

komunitas yang paling rentan dalam

menerima perubahan-perubahan tersebut.

karena pada masa itu adalah masa

memasuki fase pencarian jati diri. Dalam

pencarian jati dirinya mereka

mengekspresikannya dengan berbagai cara

dan gaya, selalu ingin tampil beda dan

menarik demi perhatian orang lain. Dalam

fase ini jika tidak diimbangi dengan

kokohnya benteng moral, termasuk di

dalamnya nilai-nilai yang sudah ditanamkan

oleh keluarganya, sudah pasti bisa diduga

arah jalan kehidupannya. Akibatnya para

Page 35: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

34

remaja tersebut tumbuh dan berkembang

menjadi remaja yang sangat manja,

menjadi remaja yang memiliki sifat

pemalas, lunturnya budaya membaca

buku, menjadi individu yang apatis atau

masa bodoh dan menjadi remaja

konsumtif.

Demikian halnya, bahwa peran dan

tanggungjawab semua komponen bangsa

dibutuhkan sebagai perwujudan kepedulian

dan tidakan pencegahan terhadap semua ini.

Keluarga sebagai lingkungan masyarakat

terkecil merupakan modal dasar bagi

orangtua untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan moral termasuk dalam

melakukan pengawasan terhadap anak-

anaknya dalam hal ini yang berkaitan

dengan penggunaan teknologi dalam

menghadapi masa (perkembangan dan

pertumbuhan) remaja dan perubahan-

perubahan yang terjadi di lingkungannya

dengan harapan anak-anak tersebut tumbuh

menjadi individu yang memegang teguh

nilai-nilai yang sudah ditanamkan sejak

kecil dari lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat yang kelak berguna bagi dirinya

sendiri maupun orang lain.

B. Saran Teknologi informasi dan komunikasi

berbasis internet menjadi alat untuk

memenuhi kebutuhan psikologis manusia

dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Agar penggunaan gadget lebih optimal dan

dijalankan dengan baik dan benar, dalam

hal ini peneliti memberikan saran dan

masukan kepada remaja itu sendiri, orang

tua, guru dan pemerintah agar dampak

negatif dari gadget tersebut dapat

diminimalisir sebagai berikut:

1. Orang tua sebagai lingkungan

terdekat dari remaja tersebut

hendaklah mempertimbangkan

terlebih dahulu pemakaian gadget

dalam pendidikan, khususnya

untuk anak-anak tersebut yang

masih harus dalam pengawasan

ketika sedang melakukan

pembelajaran dengan gadget.

Analisis untung dan rugi

pemakaian dari teknologi tersebut.

2. Tidak menjadikan gadget sebagai

media atau sarana satu-satunya

dalam pembelajaran, tetapi masih

tetap membeli buku buku cetak,

sehingga budaya membaca tidak

memudar di dalam diri remaja

tersebut.

3. Pihak-pihak pengajar baik orang

tua maupun guru, memberikan

pengajaran-pengajaran etika dalam

menggunakan gadget khususnya

media sosial yang sekarang ini

sedang nge-trend di kalangan

remaja agar dapat dipergunakan

secara optimal tanpa

menghilangkan etika.

4. Untuk mencegah kecanduan orang

tua perlu membuat kesepakatan

dengan anak soal waktu

penggunaan gadget. Sehingga pada

Page 36: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

35

usia yang lebih besar, diharapkan

anak sudah dapat lebih mampu

mengatur waktu dengan baik.

5. Pemerintah sebagai pengendali

sistem-sistem informasi

seharusnya lebih peka dan

menyaring apa-apa saja yang dapat

diakses oleh pelajar dan seluruh

rakyat indonesia di dunia maya.

Selebihnya, kementrian yang

berkompeten dalam hal ini juga

bisa menyebarkan filter berupa

program software untuk menekan

dampak buruk teknologi yang

dihasilkan gadget tersebut. Perlu

adanya dukungan dari orang tua,

tokoh budaya hingga kalangan

agamawan, untuk

mensosialisasikan tentang saran,

manfaat dan sisi positif negatif dari

gadget tersebut. Hal yang harus

diingat bersama bahwa dengan

teknologi yang sederhana asal

dimanfaatkan dengan maksimal,

maka teknologi itu akan

menghasilkan kualitas yang

optimal pula. Juga tidak lupa

jangan terlalu berlebihan dalam

penggunaan gadget agar kita tidak

kecanduan dengan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA Abercrombie, Nicholas, dkk., 2010, Kamus

Sosiologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Kesehatan RI. (2007). Komunikasi Efektif Buku Bantu Bidan Siaga. Jakarta: Depkes RI.

Gunarsa, Singgih, D. 1995. Psikologi

Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Khairudin, H. 2008. Sosiologi Keluarga.

Yogyakarta: LIBERTY YOGYAKARTA.

Koentjaraningrat. 1993. Metode-Metode

Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Martono, Nanang. 2012. SOSIOLOGI

PERUBAHAN SOSIAL Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers..

Rianse, Usman., M.S. Abdi. 2012.

METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL DAN EKONOMI (Teori dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.

Ritzer, George. 2002. Sosiologi Ilmu

Berparadigma Ganda. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2004.

Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Setiadi, 2006. Konsep dan Proses

Keperawatan Keluarga Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sulaeman, M.Munandar. 2012. Ilmu

Budaya Dasar Pengantar Ke Arah Ilmu Sosial Budaya Dasar/ISBD/Social Culture. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sunanto, Kamanto. 2004. Pengantar

Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu

Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Page 37: Oleh: DODDY RUSMANA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

36

Soekanto Soejono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Soelaiman, Munandar. 1998. Dinamika

Masyarakat Transisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi

Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2011, Pedoman Teknik Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi Serta Ujian Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Wulansari, C.Dewi. 2009. Sosiologi Konsep

dan Teori. Bandung: PT Refika Aditama.

JURNAL DAN SKRIPSI ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA

SUNGAI DANAI, (Studi Tentang Makna Pendidikan Bagi Masyarakat Desa Sungai Danai), Kasmawati, Skripsi, 2014-Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

ANALISIS SOSIOLOGI TERHADAP

INOVASI TEKNOLOGI, Chairil N. Siregar, Jurnal Sosioteknologi, 2006-Institut Teknologi Bandung.

DAMPAK SOSIAL-EKONOMI

MASUKNYA PENGARUH INTERNET DALAM KEHIDUPAN REMAJA DI PEDESAAN, Putri Ekasari, Jurnal Sosiologi Pedesaan, 2012-IPB.

Hubungan Kenakalan Remaja Dengan

Fungsi Sosial Keluarga, (Studi Kasus di Kauman Yogyakarta), Saripuddin M, Skripsi, 2009-Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Pengaruh Penggunaan Handphone

Terhadap Pola Pemikiran Remaja di Era Globalisasi, (Studi Kasus Terhadap 15 Remaja Pedukuhan II

Dukuh Kilung, Desa Kranggan, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo), Fajrin Nesy Aryani, Skripsi, 2013-Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Peran Ganda Wanita Pedagang (Studi

Kasus Pedagang Pakaian Dipasar Sentral Kec. Wajo Kota Makasar), Jalil, ST. Fatimah, Skripsi, 2012-Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin.

Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak, (Studi Kasus Masyarakat Desa Berakit Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan), Susilawati Mely, Skripsi, 2012-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Persepsi Remaja dan Orang tua Terhadap

Penggunaan Facebook, Nirmala Diina, Jurnal Fakultas Psikologi, 2013-Universitas Surabaya.

TINDAKAN SOSIAL ANAK PENJUAL

KORAN PADA MALAM HARI DI TANJUNGPINANG, Dedi Anggriawan, Skripsi, 2015-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

REFERENSI ONLINE https://golddluffy.wordpress.com/2009/10/2

5/rumusan-masalah-menurut-para-pakar/

https://visitbelakangpadang.wordpress.com/ http://enimasrokhatin.student.unej.ac.id/?p=

25 http://digilib.uin-suka.ac.id http://ormitamedia.com/perkembangan-

gadget-di-indonesia.html maharanidhea21.wordpress.com tinifeehily.wordpress.com www.digilib.uin-suka.ac.id www.id.m.wikipedia.org/wiki/agama www.id.wikipedia.org/wiki/umur www.repository.unhas.ac.id