Oke Bangeeeeet

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    1/44

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangPemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi

    informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan

    berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai

    penyebearan dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat

    informasi gejalagejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi

    pola penyebaran batuan pada daerah tersebut.

    Kegiatan pemetaan geologi yang dilakukan di daerah X

    kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur, antara lain :

    meneliti berbagai jenis batuan di daerah tersebut, mengukur singkapan,

    struktur geologi yang ada dan menghitung sumberdaya batubara yang

    ada pada daerah penelitian serta mempresentasikan hasil observasi yang

    telah dilakukan.

    Cekungan kutai merupakan salah satu cekungan yang terbesar di

    indonesia terletak di timur pulau Kalimantan, Penyebaran cekungan ini

    dibatasi oleh tinggian mangkaliat, diselatan di batasi oleh tinggian

    paternoser dan pegunungan meratus, di timur di batasi oleh paparan

    benua dan di barat di batasi oleh tinggian kucing. Pembentukan

    endapanendapan di cekungan kutai berlangsung dari awal paleogen

    hingga sekarang dan meliputi daerah yang sangat luas. Perkembangan

    morfologi, penyebaran litologi secara vertikal dan horizontal, sangatbervariasi. Di cekungan kutai hal tersebut sangat mungkin terjadi,

    dengan strtigrafi yang bervariasi dan banyak hadirnya batubara di

    dalamnya. Dan pemetaan geologi merupakan salah satu bagian dari

    kegiatan eksplorasi dari teknik geologi.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    2/44

    2

    1.2 Maksud dan TujuanMaksud dari Penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Untuk mengetahui kondisi geologi dan sumber daya batubarayang ada di daerah penelitian.

    Sesuai permasalahan yang akan diteliti, tujuan pemetaan geologi dan

    perhitungan sumber daya batubara yaitu:

    1. Pembuatan peta geologi dan struktur geologi2. Mengetahui formasi geologi daerah penelitian.3. Pembuatan peta topografi4. Pembuatan peta pola aliran5. Pembuatan Cropline6. Perhitungan sumber daya batubara.

    1.3 Daerah Lokasi PenelitianDaerah penelitian dilakukan di daerah x Provinsi Kalimantan

    Timur. Dan mempunyai luasan sekitar 4km x 4km.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    3/44

    3

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1 Geomorfologi

    Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kenampakan

    bentang alam dan proses pembentukannya. Didalamnya kita akan

    mempelajari tentang macam-macam kanampakan bentang alam, dan

    faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan tersebut. Secara garis besar

    gaya pembentukan morfologi tersebut dibagi kedalam 2 jenis. Tenaga

    endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi, dan pada umumnya

    gaya inilah yang membangun bentuk morfologi dari permukaan bumi, dan

    tenaga eksogen yang berasl dari luar permukaan bumi, yaitu aktifitas yang

    terjadi diatas permukaan seperti pelapukan batuan, dan transformasi

    material dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ilmu ini menjadi penting

    untuk di pelajari mengingat, kegunaan dari aplikasi ilmu ini sendiri dalam

    kehidupan seahari-hari, khususnya dalam kegiatan proyek infrastruktur.

    Secara regional morfologi daerah telitian termasuk dalam cekungan

    kutai (Nuay, 1985). cekungan kutai merupakan cekungan pengendapan

    yang berbatasan dengan Tinggian Kuching di sebelah utara, cekungan

    Melawai Ketunggau di senlah barat, dan Cekungan Barito di seblah

    selatan. Menurut Supriatna dkk(1978), secara fisiografi Cekungan Kutai

    bagian tengah dibagi menjadi tiga , yaitu zona dataran berawa pada bagian

    barat, zona punggungan perbukitan pasda bagian tengah dan zona delta

    mahakam pada bagian timur.

    2.1.1 Dasar Pembagian Satuan Geomorfologi

    Dalam menentukan satuan geomorfologi daerah telitian

    menggunakan kasifikasi Van Zuidam (1983)yaitu berdasarkan :

    1.Morfologi, yaitu aspek yang mempelajari relief secara umum yaitu :

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    4/44

    4

    a. aspek-aspek yang bersifat Merupakan pemerian suatu daerah,Misalnya perbukitan, Lembah, pegunungan dan daratan.

    b.

    Morfometri, merupakan suatu aspek-aspek yang bersifatkuantitatif dari suatu bentuk lahan seperti kemiringan lereng,

    bentuk lereng, ketinggian, bentuk lahan dan relief.

    2. Morfogenesa, studi mengenai geomorfologi yakni proses yang

    mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk lahan, mencakup:

    a. Morfo-struktur aktif berupa tenaga endogen dan struktur geologiseperti: antiklin, sinklin, dan sesar.

    b. Morfo-struktur pasif meliputi litologi dan proses pelapukanc. Morfo dinamik berupa tenaga eksogen yang berhubungan

    dengan proses air, proses angin, proses sungai dan lainya.

    2.1.2 Interval Kontur

    Interval kontur adalah garis kontur yang satu dengan garis kontur

    yang lainnya secara berurutan. Ada beberapa hal yang berpengaruh

    .dalam penentuan interval kontur dari suatu peta topo grafi.

    Rumus dari IK adalah :

    Misalnya skala peta adalah 1 : 50.000 maka IK nya adalah 25 meter

    2.1.3 Metode interpolasi

    Merupakan suatu metode penentuan titik-titik yanag mempunyai

    ketinggian tertentu berdasarkan yang telah diketahui dengan

    menganggap bahwa semua titik-titik tersebut berada pada suatu bidang

    beraturan. Tujuannya adalah untuk menentukan elavasi yang belum

    diketahui nilainya, dengan menambahkan garis kontur dengan interval

    kontur yang telah di tentukan dengan rumus :

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    5/44

    5

    Keterangan :

    Tt : Titik Tertinggi

    Ta : Titik dicariTr : Titik Terendah

    Jarak : Jarak yang terdapat pada peta anatar elavasi tertinggi

    dengan yang terendah (cm)

    2.1.4 Satuan Morfologi

    Berdasarkan pengamatan di lapangan dan dari analisa pola garis

    kontur dan perhitungan persen lereng pada peta geomorfologi di

    beberapa lokasi sebenarnya sudah dapat ditentukan satuan

    geomorfologinya, penentuan satuan geomorfologi secara kuantatif Van

    Zuidam (1983), ditentukan dengan rumus

    ()

    Dimana : A = Persen lereng

    N = Banyak kontur yang memotong garis horizontal

    IK = Interval kontur

    Misalnya : N = 6

    IK = 5

    Jarak horizontal = 0.4 cm

    Maka :

    ()

    = 62.5 %

    Jadi dari hasil perhitungan kami dapat mengklasifikasikan relief

    kedalam satuannya masing-masing (dengan lebih jelasnya lihat pada

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    6/44

    6

    lampiran ).Selanjutnya hasil yang didapat kemudian dimasukan dalam

    klasifikasi lereng menurut, R.A. Van Zuidam (1983) seperti tabel di

    bawah ini

    Tabel 2.1 Kelas Lereng Dengan Sifat-Sifat Proses dan Kondisi

    Alamiah yang Kemungkinan Terjadi dan Usulan Warna Untuk Peta

    Secara Umum ( MenurutVan Zuidam,1983)

    2.1.5 Bentuk-Bentuk Morfologi.

    Parameter bentang alam merupakan merupakan salah satu

    informasi geologi yang sangat erat untuk landasan rekayasa teknik

    seperti pembuatan jalur jalan raya, bendungan, pemukiman, dan lain

    sebagainya. Hal ini menyangkut keadaan relief / situasi topografi,

    kemudian detail lereng (morfologi) juga aspek-aspek lain seperti erosi,

    No Kelas lereng SifatSifat dan kondisi alamiah Warna

    1 0 2( 0 - 2 % )

    Datar hingga hampir datarTidak ada proses denudasi yang berarti

    Hijau

    2 2 - 4

    ( 27 % )

    Agak miring. Pergerakan massa tanah

    perlahan dengan kecepatan yang berbeda,

    erosi lembar, dan erosi alur. Rawn longsor

    Hijau

    Muda

    3 4 - 8

    ( 715 % )

    Miring. Hampir sama dengan diatas, tetapi

    dengan besaran yang lebih tinggi.

    Kuning

    Terang

    4 8 16

    ( 1530 % )

    Curam menengah. Banyak terjadi gerakan

    tanah, erosi, dan longsoran yang bersifat

    mendatar.

    Jingga

    5 1635

    ( 3070 % )

    Curam. Proses denudasinya isentif, erosi

    dan gerakan tanah sering terjadi.

    Merah

    Muda

    6 35 55

    ( 70140 % )

    Sangat Curam. Batuan umumnya mulai

    tersingkap, denudasional sangat isentif,

    sudah mulai menghasilkan endapan

    rombakan ( Aluvial )

    Merah

    Tua

    7 >55

    ( >140 % )

    Curam extrim. Batuan tersingkap. Proses

    denudasional sangat kuat. Rawan jatuhan

    batu. Tanaman jarang tumbuh ( terbatas ).

    Ungu

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    7/44

    7

    gerakan tanah, banjir, dan sebagainya. Parameter tersebut secara

    keseluruhan akan memepunyai kaitan pengaruh satu sama lain terhadap

    iklim / cuaca, pelapukan, erosi, hidrologi, tata guna lahan, dan lain-lain.Kemungkinan terjadi erosi pada permukaan tanah sangat tergantung

    pada sudut lereng, sifat tanah, iklim, serta tutupan lahan.

    a. Relief.Relief adalah bentuk ketidakselarasan secara vertikal dalam

    ukuran besar maupun kecil dari permukaan bumi. Seperti bukit (hill),

    lembah (valley), pegunungan (mountain), punggungan (ridges), dan

    lain-lain yang kesemuanya itu dapat digambarkan kedalam peta

    topografi.

    Ada 3 (tiga) kelompok besar (orde) dari relief muka bumi menurut

    (Salisbury, 1919) dan (vide bloom, 1979) yaitu :

    1. Orde Pertama : Benua denagn paparan dan cekungan samudra.

    2. Orde Kedua : Pegunungan, plateu, dan dataran

    3. Orde Ketiga : Perbukitan, lembah dan gawir (scarp).

    b. Stadia sungai.Stadia sungai dapat diartikan sebagai tingkat kedewasaan atau

    umur suatu sungai itu sendiri, dalam hal ini ditentukan oleh

    perbandingan daya erosi vertical dan horizontal pada suatu tempat.

    Dari suatu sungai dengan cabang cabangnya akan mempunyai stadia

    erosi yang berbeda-beda disetiap segmen secara longitudinal

    c. MeanderMeander adalah aliran sungai yang berkelok kelok dan didapatkan

    pada stadia dewasa. Macammacam meander :

    1. Meander Normalkarena sedimentasi dibagian tengah sungai dan pengikisan sungai.

    Hal inilah yang menyebabkan kelokankelokan tersebut.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    8/44

    8

    2. Meander lembahmeander yang terjadi apabila sungai itu semula sudah bermeander,

    kemudian mengalami pengangkatan dan diimbangi pula denganpengikisan, maka meander tersebut tetap ada.

    3. Meander pemerosotanmeander yang terjadi karena tebing sungai mengalami pemerosotan

    dan hasil pemerosotan masuk kedalam sungai dan akhirnya

    membelokkan arah aliran

    Kemudian oleh Van Zuidam (1979) dibuat suatu klasifikasi tentang

    relief, sehingga dapat membantu dalam memberikan beberapa batasan

    dari orde muka bumi.

    Tabel 2.2 Satuan Relief Dengan Sudut Lereng dan Beda Tinggi

    Satuan Relief Sudut Lereng (%) Beda Tinggi (m)

    1. Datar atau hampir datar.

    2. Bergelombang / miring landai

    3. Bergelombang / miring

    4. Berbukit / miring sedang

    5. berbukit-bukit / lembah-lembah /

    miring terjal.6. Pegunungan.

    7 Pegunungan / miring sangat terjal

    1-2

    3-7

    8-13

    14-20

    21-55

    56-140

    >140

    5

    5-25

    25-50

    50-200

    200-500

    500-1000

    >1000

    2.1.6 Kompas

    Kompas adalah alat untuk mengukur atau menentukan arah mata

    angin yang beracuan dengan medan magnet bumi ( sudut utara ), yang

    selalu ditunjukan dengan arah jarum kompas.(North South)

    1. AzimuthPada kompas azimuth ( pembagian Lingkaran 360 ) selalu dibaca

    jarun utara, dan kemudian diamati angka yang ditunjukannya.

    Biasanya jarum utara dibedakan dengan jarum selatan dengan diberi

    tanda putih dan merah pada ujung jarum kompas.

    Untuk menyatakan arah, dibaca : N 320 E ( pembacaan selalu

    melalui arah E ).

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    9/44

    9

    2. Strike dan DipJika kita melakukan dengan menggunakan kompas geologi, ada

    istilah pengukuran strike ( perlapisan ), yang dimana bagian sisikompas ( umumnya bagian E ) ditempelkan pada bidang yang akan

    diukur. Pada waktu kedudukan kompas horizontal ( dengan

    mengukur kedudukan nivo mata sapi (level)), harga atau angka yang

    ditunjukan jarum kompas adalah harga atau angka jurus atau arah.

    Udara terletak ditengah . harga atau angka yang terbaca merupakan

    besarnya kemiringan.

    3. Penentuan arah DipDidalam penetuan arah dip yang harus diperhatikan adalah arah

    utara derajat serta peletakan garis tegak lurus, karena jika salah

    maka dip juga akan salah. Kemudian bidang W tegak lurus

    terhadap strike ( nivo tabung level) Ada beberapa contoh

    penentuan arah dip yaitu :

    Gambar 2.1 contoh penentuan arah dip

    GPS adalah alat untuk menentukan dan mengetahui letak geografis suatu daerah

    terhadap garis Lintang dan garis bujur.

    Gambar 2.2 Kompas Geologi

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    10/44

    10

    Gambar 2.3 Gps Garmin 12

    Gambar 2.4 Palu Geologi

    2.1.7 Pola Jenis Aliran Sungai

    Pola pengaliran merupakan pola yang dibentuk oleha aliran air di

    permukaan yang dipengaruhi factor geologi yaitu berupa litologi, control

    struktur, dan kelerengan topografi maupun factor iklim yang

    memungkinkan terdapatnya air dalam jumlah yang relatif besar. Faktor

    litologi sangat mempengaruhi pembentukan suatu pola pengaliran, litolgi

    yang memiliki resistensi yang rendah umumnya terbentuk pada pola

    pengalirn yang kurang beraturan sebaliknya batuan yang memiliki

    resistensi yang lebih tinggi menghasilkan pola aliaran yang tegas.

    Kondisi iklim sangat berpengaruh sekali dalam genesa pola pengaliran,

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    11/44

    11

    semakin tinggi curah hujan makan semakin banyak air yang ada,

    kegiatan air akan teratur dalam lembah- lembah pengaliran.

    2.1.8 Macam-Macam Pola Aliran2.1.8.1 Dendritik

    Seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur

    dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan

    yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada

    batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan

    beku dan batuan kristalin yang homogen. Pola aliran ini tidak

    teratur, biasanya terdapat di dataran atau daerahh pentai dan di

    jumpai di daerah plato.

    Gambar 2.5 Pola Aliran Dendritik

    2.1.8.2 ParalelAnak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar,

    bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau

    langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang

    terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang

    saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    12/44

    12

    Gambar 2.6. Pola Aliran Pararel

    2.1.8.3 RadialSungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik.

    Berkembang pada vulkan atau dome.

    Pola aliran radial dibedakan menjadi dua, yaitu :

    a. Radial SentrifugalPola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya

    meninggalkan titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat

    di daerah vulkan atau puncak yang berbentuk kerucut. Pola

    Aliran Radial Sentrifugal : arah aliran menjauhi/meninggalkan

    titik pusat.

    Gambar 2.7 Pola Aliran Radial Sentrifugal

    Cekunga

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    13/44

    13

    b. Radial SentripetalPola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya

    menuju ke titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat didaerah ledokan/basin atau aliran sungai yang masuk ke danau.

    Pola Aliran Radial Sentripetal : arah aliran menuju ke titik pusat.

    Gambar 2.8. Pola Aliran Radial Sentripetal

    2.1.8.4 TrellisPercabangan anak sungai dan sungai utama hampir

    tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar.

    Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit dengan

    litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.

    Biasa terdapat di pegunungan lipatan.

    Gambar 2.9 Pola Aliran Trellis

    Cekunga

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    14/44

    14

    2.1.8.5. Angular

    Sungai utama melingkar dengan anak sungai yang

    membentuk sudut hampir tegak lurus. Berkembang di domestadium dewasa (pegunungan tua) dengan batuan yang berseling

    antara lunak dan keras.

    Gambar 2.10 Pola Aliran Angular

    2.1.8.6 RectangularPola aliran ini merupakan pola aliran berbentuk sudut

    siku-siku atau hampir siku-siku dan terdapat di daerah patahan

    atau pada batuan yang tingkat kekerasannya berbeda.

    Gambar 2.11 Pola Aliran Rectangular

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    15/44

    15

    2.1.9 Macam-Macam Arah Aliran Sungai

    Berdasarkan arah aliran yang dilaluinya, sungai dibedakan sebagai

    berikut:

    1. Sungai KonsekuenAdalah sungai yang memeiliki arah aliran yang sesuai dengan

    kemiringan batuan daerah yang dilewatinya.

    2. Sungai SubsekuenAdalah sungai yang alirannya tegak lurus pada sungai konsekuen

    dan bermuara pada sungai konsekuen, Adalah sungai yang mengalirmengikuti arah strike batuan atau arah jurus perlapisan batuan pada

    daerah dengan batuan yang kurang resisten, atau sungai yang mengalir

    mengikuti kekar kekar dan sesar pada daerah dengan batuan yang

    kristalin. misalnya sungai opak di Yogyakarta

    3. Sungai ObsekuenAdalah sungai yang mengalirnya berlawanan dengan arah

    kemiringan lapisan batuan daerah tersebut dan merupakan anak sungai

    subsekuen. Merupakan sungai yang arah alirannya berlawanan arah

    dengan arah kemiringan perlapisan batuan, dan juga berlawanan arah

    dengan arah sungai konsekuen. Sungai obsekuen umumnya hanya

    pendek dengan gradien sungai yang curam, umumnya berupa anak

    sungai yang mengalir melewati tebing gunung yang curam atau

    escarpments.

    2.1.10 Pelapukan dan Erosi

    Daerah penelitian seperti halnya daerah lain di Indonesia yang

    beriklim tropis mempunyai kelembaban dan mempunyai curah hujan

    yang cukup tinggi, hal ini menyebabkan proses pelapukan dan erosi

    sangat intensif.

    a. Pelapukan

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    16/44

    16

    Proses pelapukan didaerah telitian meliputi pelapukan fisika dan

    kimia, dan biologi yang dapat diterangkan sebagai berikut :

    Pelapukan fisika didaerah telitian ditunjukan dengan adanya batuanyang retak-retak, proses tersebut terjadi karena adanya temperatur

    yang cukup tinggi sehingga terjadi pemuaian dan pengkerutan yang

    menyebabkan batuan menjadi pecah.

    Proses pelapukan biologi terjadi akibat adanya aktifitas manusia

    misalnya dalam membuat tempat pemukiman, jalan raya yang

    biasanya memotong tebing-tebing sehingga mempercepat proses

    pelapukan.

    b. ErosiProses erosi merupakan pecahnya material-material pembentuk

    batuan induk atau batuan asal secara alami, erosi pada daerah

    penelitian disebabkan oleh air, stadia erosi yang berkembang didaerah

    penelitan Maluhu dan sekitarnya dapat dianalisa melalui kenampakan

    dilapangan seperti lembah sungai, bentuk alur sungai, dataran alluvial,

    kelerengan topografi, jenis dan pola pengaliran sungai. Proses erosi

    dan pengendapan sekitar aliran sungai, dengan stadia erosi muda

    menjelang dewasa menempati sebagian besar daerah telitian yaitu

    pada daerah kaki bukit dicirikan dengan lembah sungai yang

    berbentuk U dan dibeberapa tempat ada yang berbentuk V,

    daerah telitian memiliki lereng miring landai, curam menengah

    hingga curam, hal tersebut menandakan erosi vertical lebih

    berpengaruh dari pada erosi horizontal.

    2.1.11 Stadia ErosiPada daerah telitian stadia erosi dapat dilihat dari beberapa gejala

    yang nampak dari bentuk lahannya yaitu dari unsur bentuk-bentuk lahan

    yang berkelok-kelok, lembah sungai yang relatif lebar, pola ini

    berkembang pada satuan bentuk lahan perbukitan dengan bentuk lembah

    U.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    17/44

    17

    Berdasarkan aspek diatas maka dapat disimpulkan bahwa stadia

    geomorfologi daerah telitian adalah stadia dewasa menjelang tua.

    Tingkatan pada stadia sungai yaitu :1. Sungai stadia muda

    Sungai stadia muda dicirikan dengan gradient sungai yang besar, arus

    sungai deras, lembah berbentuk V, erosi vertical lebih besar dari

    pada erosi horizontal, dijumpai adanya air terjun, kadang-kadang

    dijumpai danau pada aliran sungai.

    2. Sungai stadia dewasaSungai stadia dewaasa dicirikan dengan gradient sungai sedang, aliran

    sungai jalannya berkelok-kelok, sudah tidak dijumpai adannya air

    terjun atau danau disepanjang aliran sungai, erosi vertical sudah

    diimbangi dengan erosi horizontal, lembahnya sudah agak tumpul

    atau berbentuk U.

    3. Sungai stadia tuaSungai stadia tua dicirikan dengan lembahnya lebar sekali, erosi

    horizontal lebig kuat dari pada erosi vertical, sudah tidak dijumpai

    meander-meander lagi, didapatkan pulau-pulau tapal kuda,

    alirannya hamper tidak mengalir lagi.

    2.2 Stratigrafi RegionalMenurut Supriatna dkk(1978), secara regional Stratigrafi daerah

    telitian merupakan bagian dari cekungan kutai.

    Cekungan Kutai terbentuk sejak kala Eosen dalam fase

    pengendapan lingkungan parallis.sedimen-sedimen tersier yang

    diendafkan yang berbeda-beda sehingga banyak di temukan formasi-

    formasi dengan cirri litologi yang berbeda satu dengan

    lainnya,keseluruhan lapisan sedimen memmperliahatkan siklus genag

    laut ( transgresi-regresi )seperti hal cekungan lain di Indonesia bagian

    barat.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    18/44

    18

    Urutan regresi di cekungan kutai mengandung lapisan-lapisan

    klastik deltaic sehingga paralik yang banyak mengandung lapisan

    batubara,merupakan komplek delta yang terdiri siklus endapan delta initerlihat jelas di cekungan kutai dari eosin sampai tersier muda tersebar

    dari barat ke timur. Di tandai oleh pengendapan pengendapan pamaluan,

    formasi bebuluh ( Miosen bawah-Miosen tengah ),formasi pulau

    baling,formasi Balikpapan ( Miosen tengah ), formasi kampong baru (

    Miosen atas-pliosen ). Endapan delta Mahakam merupakan endapan

    kwarter,berdasarkan Sufriatna dkk ( 1978 ),susunan formasi penyusun

    stratigrafi cekungan kutai dari yang berumur dari muda ke tua.

    Formasi batuan tertua yang tersingkap pada Peta Geologi lembar

    Samarinda adalah Formasi Pamaluan yang terdiri Batupasir kuarsa

    dengan sisipan batulempung, serpih batugamping dan batulanau berlapis

    sangat baik. Batupasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu

    kehitaman- kecoklatan, berbutir halus sedang, terpilah baik, butiran

    membulat-membulat tanggung, padat, karbonan dan gampingan.

    Setempat dijumpai struktur sedimen silang-siur dan perlapisan sejajar.

    Tebal lapisan antara 1-2 m. Batulempung tebal rata-rata 45 cm, serpih,

    kelabu kecoklatan-kelabu tua, padat, tebal sisipan antara 10-20 cm.

    Batugamping, kelabu, pejal, berbutir sedang- kasar, setempat berlapis

    dan mengandung foraminifera besar. Batulanau kelabu tua- kehitaman.

    Formasi Pemaluan merupakan batuan paling bawah yang tersingkap di

    lembar ini dan bagian atas formasi ini berhubungan menjemari dengan

    Formasi Bebuluh .Tebal Formasi lebih kurang 2000 m.

    Sedangkan formasi Bebuluh terdiri dari batugamping dengan

    sisipan batulempung dengan sedikit napal, berumur Miosen Tengah

    bagian akhir kemudian secara selaras terendapkan Formasi Warukin

    berumur Miosen Tengah akhir yang terdiri dari perselingan batugamping

    dan batulempung dengan sisipan batubara. Bersamaan dengan ini

    terendapkan Formasi Pulaubalang (Tmbb) dan ditindih secara selars

    Formasi Balikpapan (Tmbb) Formasi Pulaubalang terdiri dari

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    19/44

    19

    perselingan batupasir kwarsa batupasir dan batu lempung dengan sisipan

    batubara diduga berumur Miosen Tengah. Sedangkan formasi

    Balikpapan terdiri atas perselingan batupasir kwarsa batulempunglanauan dan serpih dengan sisipan napal batugamping dan batubara,

    yang diduga berumur Miosen Tengah bagian akhir Miosen Akhir bagian

    awal kemudian diatasnya terendapkan secara tidak selaras Formasi

    Kampung Baru (Tpkb) terdiri dari batulempung, batupasir,kwarsa,

    batulanau, bersisipan dengan batubara, napal batugamping dan lignit.

    Tebal batubara dan lignit kurang dari 3 m berumur Mio Pliosen

    Pleistosen Awal. Diatas dari Formasi Kampung Baru diendapkan

    Alluvial (Qa) yang berumur resesn, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir,

    lempung dan Lumpur sebagian endapan sungai, rawa, pantai dan delta.

    Secara ringkas formasi batuan yang berada Peta Geologi regional

    Lembar Samarinda (S. Supriatna, dkk, 1976),dapat diurutkan dari yang

    tertua sampai termuda adalah sebagai berikut.

    1. Formasi Pamaluan (Tomp)2. Formasi Babulu (Tmbl)3. Formasi Pulaubalang (Tmpb)4. Formasi Balikpapan (Tmbp)5. Formasi Kampung Baru (Tpkb)6. Aluvium (Qa)

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    20/44

    20

    Gambar 2.12. Korelasi Satuan Batuan Geologi Regional Lembar

    Samarinda (S.Supr iatna dkk, 1976)

    Selanjutnya uraian litologi dan stratigrafi dari masing-masing formasi

    tersebut dapat dilihat pada uraian berikut :

    Formasi Pamaluan(Tomp)Secara tak selaras diendapkan di atas Formasi Kuaro. Berumur Oligosen

    sampai Miosen Awal. Bagian atas terdiri dari perselingan batupasir, pasir

    serpihan dan napal, dan sisipan batubara. Lingkungan pengendapan neritik

    sampai laut dangkal (litoral). Bagian bawah terdiri dari perselingan batupasir

    kuarsa dengan sisipan batulanau, batulumpur, kadang dengan sisipan serpih

    bagian bawah, dan sisipan batubara, Lingkungan endapan neritik. Ketebalan

    formasi ini mencapai 1000 meter.

    Formasi Bebulu (Tmbl)Batugamping dengan sisipan batulempung lanauan dan sedikit napal. Fosil

    yang dijumpai antara lain : Lepydocyclina ephippioides JONES &

    CHAPMAN, Lepydocyclina sp., Operculina sp., Operculinella,

    Miogypsnoides, Cycloclypeus, yang menunjukkan umur Miosen Awal,

    (Purnamaningsih, 1978) dan terendapkan di lingkungan laut dangkal.

    Qa

    Tpkb

    Tmbp

    Tmpb

    Tmb

    Tomp

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    21/44

    21

    Ketebalannya mencapai 1900 m. Lokasi tipe di daerah Bebulu, Kalimantan

    Timur Formasi ini menindih selaras Formasi Pamaluan.

    Formasi Pulaubalang (Tmpb)Perselingan batupasir kuarsa, batupasir dan batulempung dengan sisipan

    batubara, mengandung fosil Cycloclypeus sp., Lepidocyclina sp.,

    Miogypsina, Miogypsinoides dan Flusculinella bontangensis, yang

    menunjukkan umur Miosen Tengah (Purnamaningsih, 1978), terendapkan di

    lingkungan sublitoral dangkal. Tebal formasi ini sekitar 900 m. Formasi

    Pulaubalang menindih selaras Formasi Pamaluan dan ditindih secara selaras

    Formasi Balikpapan. Lokasi tipe terdapat di Pulaubalang, Teluk Balikpapan.

    Berumur Miosen Tengah. Terdiri atas perselingan batulempung, batupasir

    kuarsa, greywake, dengan sisipan batugamping, tufa dan batubara.

    Formasi Balikpapan (Tmbp)Perselingan batupasir kuarsa, batulempung lanauan dan serpih sisipan

    dengan napal, batugamping dan batubara. Batugamping mengandung fosil

    Flusculinella borneoensis Tan, Miogypsina, Lepidocylina sp, dan

    Cycloclypeus annulatus, yang menunjukkan umur Miosen Tengah bagian

    atas, (Purnamaningsih, 1978). Lingkungan pengendapan litoral laut dangkal.

    Ketebalan 800 m. Lokasi tipe di Teluk Balikpapan, Pantai Kalimantan

    Timur.

    Diendapkan secara selaras di atas formasi Pulobalang yang disusun

    lempung, batupasir, lanau dan batubara yang diendapkan dalam lingkungan

    pinggir laut sampai delta. Umurnya berkisar Miosen Tengah sampai Miosen

    Atas.

    Formasi Kampungbaru (Tpkb)Batulempung pasiran, batupasir kuarsa, batulanau, sisipan batubara, napal,

    batugamping dan lignit. Tebal sisipan batubara dan lignit kurang dari 3 m.

    Bagian bawah ditandai oleh lapisan batubara. Batugamping mengandung

    fosil : Miogypsina sp., Lepidocyclina sp., Amonia Yabei dan Pseudorotalia

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    22/44

    22

    cattiliformis, berumur Miosen Akhir-Pliosen. Formasi Kampungbaru

    diendapkan di lingkungan delta dan laut dangkal, tebal formasi ini 700-800

    m. Lokasi tipenya terdapat di Kampungbaru, timur Sanga-sanga, Samarinda.Formasi ini terletak tidak selaras diatas Formasi Balikpapan.

    Aluvium (Qa)Kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur sebagai endapan sungai, rawa,

    pantai dan delta. Tersebar di sepanjang pantai timur Tanah Grogot, Teluk

    Adang dan Teluk Balikpapan.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    23/44

    23

    Gambar 2.13 Stratigrafi Regional Cekungan Kutai Kalimantan Timur

    (Supriatna dan Rustandi 1986). Daerah Telitian Merupakan Formasi

    Balikpapan (Mengacu Pada Peta Geologi Lembar Samarinda Skala 1 :

    250.000 P3G Bandung)

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    24/44

    24

    2.3. Geologi Struktur

    Secara fisiografi daerah penyelidikan, terletak di dalam Zona

    Cekungan Kutai, pada masa Miosen tengah dalam cekungan kutai, sub-Cekungan Mahakam banyak berbentuk batuan sedimen, dalam

    lingkungan laut dalam, laut dangkal, laguna, delta, banyak terbentuk

    lapisan batu bara dalam berbagai ketebalan, karakteristik dan kualitas,

    bersama-sama dengan batuan sedimen pembawa batu bara ( coal

    bearing formation ). Di daerah ini lapisan pembawa batu bara berupa

    lapisan batu lanau

    Pola arah sebaran batuan pembawa batubara, perkembanganya

    sangat di pengaruhi oleh struktur geologi regional dan tektoniknya.

    Struktur geologi dan tektonik yang berkembang di sekitar daerah

    penyelidikan adalah berupa perlipatan dengan kelurusan berarah

    timurlaut-barat daya Supriatna dkk (1978 ).

    2.3.1 Struktur Geologi Regional Kalimantan Timur

    Struktur geologi yang berkembang di dalam cekungan kutai

    adalah lipatan dan sesar, batuaan tua seperti formasi pamaluan ,formasi

    pulau baaing dan formasi bebuluh umunya terlipat cukup kuat dengan

    kemiringan sekitar 40 derajat, tetapi ada juga yang mencapai 75

    derajat,sedangkan batuaan yang berumur lebih muda seperti formasi

    Balikpapan dan formasi kampong baru pada umumnya terlipat

    lemah,namun di beberapa tempat dekat zona sesar ada yang terlipat

    kuat,proses pembentukan lipatan di cekungan kutai terdapat dalam dua

    versi ,yaitu:

    1. Menurut ott,1987 menyatakan bahwa pola struktur pada cekungankutai disebabkan oleh adanya proses gelincirn (gravity sliding)

    pada batuan yang mempunyai kelenturan tinggi akibat adanya

    pengangkatan tinggian kuching selama jaman tersier.

    2. Menurut Mc.Clay ,2000, menyatakan bahwa struktur di daerahdatran cekungan kutai merupakan hasil dari tektonik delta , yaiu

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    25/44

    25

    gabungan dari sedimentasi yang cepat dan gaya tektonik.akibat

    penumpukan terjadi pelengseran lateral yang mengakibatkan lipatan

    dan sesar- sesar turun serta kemudian mengalami reaktivasi menjadisesar naik akibat gaya

    2.3.1.1 Hukum VPola penyebaran singkapan batuan dipengaruhi oleh kemiringan

    lapisan batuan topografi daerah. Hubungan antara kemiringan lapisan

    batuan dan topografi daerah dirumuskan dengan Hukum V. Ada

    beberapa macam pola penyebaran singkapan :

    - Bidang horizontalPola penyebaran singkapan seluruhnya mengikuti pola garis kontur. Pola

    singkapan membentuk V dengan ujung ke arah hulu.

    - Bidang miring ke arah huluPola penyebaran singkapan membentuk V dengan ujung ke arah hulu.

    Makin besar kemiringan bidang, pola V makin membuka.

    - Bidang vertikalPola penyebaran singkapan tidak membentuk V melainkan garis lurus

    yang sejajar dengan jurus lapisan memotong lembah.

    - Bidang miring ke arah hilir

    1. Kemiringan bidang lebih besar dari pada gradien lembahPola penyebnaran singkapan membentuk V dengan ujung ke

    arah hilir

    2. Kemiringan bidang sama dengan gradien lembahPola penyebaran singkpan tidak memotong lembah dan tidak

    membentuk V

    3. Kemiringan bidang lebih kecil dari pada gradien lembah

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    26/44

    26

    Pola penyebaran singkapan membentuk V dengan ujung ke arah hulu

    Lapisan horizontal Lapisan miring ke hulu

    Lapisan vertikal Lapisan miring ke hilir

    Kemiringan lapisan dan miring ke hilir dengan

    dasar lembah sama sudut lebih kecil dari pada gradien

    lembah

    Sumber : Laporan Pratikum Geologi Struktur Fakultas Teknik Unikarta 2008

    Gambar 2.14. Pola Singkapan Dalam Hukum V

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    27/44

    27

    2.3.1.2 Lipatan (Fold)

    Liptan adalah penekukan pada batuan baik dalam batuan beku,

    sedimen, maupun metamorf. Bila penentuan membentuk busur, lipatan

    disebut antiklin (aniform). Lipatan yang membentuk palung disebut sinklin

    (synform). Beberapa terminologi pada lipatan

    - Hinge, yaitu pelengkungan maksimum dari suatu lipatan- Crest, bagian paling tinggi suatu lipatan- Trough, bagian paling rendah dari suatu lipatan- Hinge line, garis yang menghubungkan hinge beberapa lapisan. Axis

    sinonim dengan hinge jadi axial line sama dengan hinge line

    - Axial plane, bidang yang menghubungkan semua hinge- Crestal line, garis yang menghubungkan puncak / crest beberapa lapisan.- Crestal plane, bidang yang melalui semua crest- Trough line, garis yang menghubungakan bagian yang paling rendah dari

    beberapa lapisan

    - Trough plane, bidang yang melalui semua trough

    c dan c : crest ab dan bc : sayap

    a dan a : hinge de : axis : hinge line

    AP : axial plane (bidang tegak def : axial plane

    lurus gambar)

    t dan t : trough

    Sumber : Laporan Pratikum Geologi Struktur Fakultas Teknik Unikarta 2008

    Gambar 2.15. Bagian Pada Lipatan

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    28/44

    28

    Macam-macam lipatan yaitu sebagai berikut :

    - Lipatan asimetri- Overturned fold- Recumbent fold- Vertical isoclinal fold- Inclined isoclinal fold- Recumbent isoclinal fold- Chevron fold- Box fold- Fan fold- Kink banda- Monoclin

    Menurut supriana dkk,1994 anktiklinorium samarinda terdiri dari lipatan

    yang berarah timur laut-barat daya dengan sayap di bagian tenggara lebih

    curam. Antiklinoriumini dicirikan oleh antiklin yang pada umumnya asimetris

    dan terlipat kuat serta di pisahkan oleh sinklin landai dan lebar, dimana jejak

    sumbunya mencapai 20-50 km sepanjang jurus berbentuk lurus hingga

    melengkung.struktur antiklinorium berubah secara gradasi dari timur kebarat

    sedikit hingga tanpa pengangkatan sampai pada lipatan komploks/jalur sesar

    naik dengan pengangkatan dan erosi di bagian barat.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    29/44

    29

    Gambar 2.16 Struktur Geologi Regional Kalimantan Timur Dengan Struktur

    Geologi Khas Berupa Antiklinorium Samarinda (Supr iatna, 1974) DaerahTelitian Berada Pada Zona Antiklinorium Tersebut.

    117

    15

    117

    30

    117

    00

    116

    45

    116

    30

    0 30

    S

    0 45

    S

    0 15

    S

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    30/44

    30

    Gambar 2.17 Cekungan yang Terbentuk Pada Jaman Tersier Dibagi Menjadi

    Empat Cekungan Yaitu Cekungan Kutai, Cekungan Barito, Cekungan Malawi,

    dan Cekungan Tarakan (Mc. Clay, 2000). Daerah Telitian Terendapkan di

    Dalam Cekungan Kutai.

    0o

    2oS

    4oS

    110o 112

    o 114

    o116

    o 118

    o

    4oN

    6oN

    2oN

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    31/44

    31

    A A

    Gambar 2.18 Foto Udara Daerah Samarinda dan Sekitarnya dan

    Penampang Melintang Sayatan A-A Pada Antiklinorium Samarinda /

    Mahakam Fold Belt (Mc Clay, 2000).

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    32/44

    32

    2.4. Sumberdaya dan Cadangan Batubara

    Sumberdaya batubara (Coal Resource)adalah bagian dari endapan batubara

    yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumberdaya batubara ini dibagi dalam kelas

    kelas sumberdaya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara

    kualitatif oleh kondisi geologi dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi.

    Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian

    kelayakan dan dinyatakan layak. Sedangkan cadangan batubara (Coal Reserve)

    adalah bagian dari sumberdaya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran serta

    kualitasnya yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang.

    Secara umum cadangan dapat dinyatakan dalam volume atau dalam tonnase.

    Jumlah cadangan dalam mineral bijih (logam) umumnya dinyatakan dalam tonnase,

    demikian juga dengan batubara. Sedangkan jumlah cadangan logam emas

    dinyatakan dalam troy-ons, serta bahan galian golongan C umumnya dinyatakan

    dalam meter kubik. Pada dasarnya sumberdaya dan cadangan dibedakan oleh jenis

    data pendukungnya.

    Jika hanya didukung oleh data dan informasi geologi, maka endapan tersebut

    dikelompokkan kedalam sumberdaya (resource). Sesuai dengan tingkat ketelitian

    data dan informasi geologi terhadap sebaran endapan bahan galian tersebut, maka

    potensi dikelompokkan lagi menjadi potensi hipotetik (hypothetical), tereka

    (inferred), terunjuk (indicated) dan terukur (measured). Sedangkan jika sudah

    memasukkan unsur unsur kajian ekonomi, perencanaan tambang, pengolahan,

    analisis lingkungan dan lain lain maka jumlah endapan yang diperoleh

    dikelompokkan kedalam cadangan (reserve). Sama dengan sumberdaya maka

    berdasarkan tingkat ketelitian data maka cadangan dikelompokkan lagi menjadiprobabledanproven, jika disetarakanprobablesetara dengan indicateddanproven

    setara dengan measured.

    Adapun kalsifikasi sumberdaya dan cadangan adalah sebagai berikut :

    a. Sumberdaya batubara hipotetik (Hypothetical Coal Resource)Sumberdaya batubara tereka adalah jumlah batubara didaerah penyelidikan atau

    bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang

    memenuhi syarat syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survey

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    33/44

    33

    tinjau.

    b. Sumberdaya batubara tereka (Inferred Coal Resource)Sumberdaya batubara tereka adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau

    bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memnuhi

    syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospek.

    c. Sumberdaya batubara terunjuk (Indicated Coal Resource)Sumberdaya batubara terunjuk adalah jumlah batubara didaerah penyelidikan

    atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang

    memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.

    d. Sumberdaya batubara terukur (Measured Coal Resource)Sumberdaya batubara terukur adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan

    atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang

    memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap ekplorasi rinci.

    e. Cadangan batubara tereka (Probable Coal Reserve)Cadangan batubara terkira adalah sumberdaya batubara terunjuk dan sebagian

    sumberdaya terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang

    terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak.

    f. Cadangan batubara terbukti (Proved Coal Reserve).Cadangan batubara terbukti adalah sumberdaya batubara terukur berdasarkan

    kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil

    kajiannya dinyatkan layak.

    2.4.1. Dasar Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

    Adapun dasar klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara mengacu padaSNI (Standar Nasional Indonesia, 1997) yaitu didasarkan pada tingkat keyakinan

    geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek,

    yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.

    a. Aspek keyakinan geologiJika hanya didukung oleh data dan informasi geologi, maka endapan tersebut

    dikelompokkan kedalam potensi (Resource). Sesuai dengan tingkat ketelitian data

    dan informasi geologi terhadap sebaran endapan bahan galian tersebut, maka potensi

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    34/44

    34

    dikelompokkan lagi menjadi potensi hipotetik, tereka, terunjuk, dan terukur.

    Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumberdaya terukur harus

    mempunyai tingkat keyakinan geologi yang lebih besar dibanding dengan

    sumberdaya terunjuk, begitu pula sumberdaya terunnjuk harus mempunyai tingkat

    keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya tereka, serta

    sumberdaya tereka harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibanding

    sumberdaya hipotetik. Sumberdaya terukur dan terunjuk dapat ditingkatkan menjadi

    cadangan terkira dan terbukti apabila telah memenuhi kriteria layak. Tingkat

    keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik informasi

    (singkapan, lubang bor dll).

    Adapun persyaratan yang berhubungan dengan aspek geologi berdasarkan

    persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas

    sumberdayanya adalah jarak pengaruh/jarak dimana kemenerusan dimensi dan

    kualitas masih dapat terjadi dengan tingkat keyakinan tertentu yang disesuaikan

    dengan kondisi geologi daerah penyelidikan. Titik informasi dapat berupa

    singkapan, parit uji, sumur uji, dan titik pengeboran dangkal ataupun pengeboran

    dalam. Penentuan titik informasi disesuaikan dengan penyebaran batubara dan jarak

    pengaruh.

    Tabel 2.3. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

    Tahap

    Eksplorasi

    Status

    Hasil Kajian

    Survey

    TinjauProspeksi

    Eksplorasi

    Pendahuluan

    Eksplorasi

    Detail

    Belum Layak SumberdayaHipotetik

    Sumberdaya

    Tereka SumberdayaTerunjuk

    SumberdayaTerukur

    Layak Cadangan Terkira

    Cadangan

    Terbukti

    K

    E

    L

    A

    Y

    A

    K

    A

    NKEYAKINAN GEOLOGISumber: Amandemen I

    Standar Nasional Indonesia, 1998

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    35/44

    35

    Table 2.4. Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi

    Kondisi

    Geologi

    KriteriaSumberdaya

    Hipotetik Tereka Terunjuk Terukur

    SederhanaJarak Titik

    Informasi (m)

    Tidak

    Terbatas1000 < X 1500 500 < X 1000 X 500

    ModeratJarak Titik

    Informasi (m)

    Tidak

    Terbatas500 < X 1000 250 < X 500 X 250

    KomplekJarak Titik

    Informasi (m)

    Tidak

    Terbatas200 < X 400 100 < X 200 X 100

    Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesai. 1998.

    a.

    Aspek Kelayakan EkonomiAdapun persyaratan yang berhubungan dengan aspek ekonomi adalah

    batubara jenis energi rendah (Brown Coal) menunjukkan kandungan panas yang

    relatif lebih rendah dibandingkan dengan batubara jenis energi tinggi (Hard Coal).

    Karena pada hakikatnya kandungan panas merupakan parameter utama kualitas

    batubara, persyaratan batas minimal ketebalan batubara yang dapat ditambang dan

    batas maksimal lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat ditambang

    untuk batubara jenis energi rendah dan batubara jenis energi tinggi akan

    menunjukkan angka yang berbeda.

    Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang dan ketebalan

    maksimal lapisan pengotor atau Dirt Parting yang tidak dapat dipisahkan pada

    saat ditambang yang menyebabkan kualitas batubaranya menurun karena kandungan

    abunya meningkat, merupakan unsur yang terkait dengan aspek ekonomi dan perlu

    diperhatikan dalam menggolongkan sumberdaya batubara.

    Tabel 2.5. Persyaratan Kuantitatif Ketebalan Lapisan Batubara dan Lapisan

    Pengotor

    Ketebalan (m)

    Tingkat Batubara

    Batubara Energi

    Rendah

    Batubara Energi

    Tinggi

    Lapisan Batubara Minimal (m) 1 0,4

    Lapisan Pengotor (m) 0,3 0,3

    Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    36/44

    36

    2.4.2. Persyaratan Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan BatubaraPerlu diingat bahwa perhitungan sumberdaya dan cadangan batubara

    menghasilkan suatu taksiran. Model sumberdaya maupun cadangan yang disusun

    adalah pendekatan dari realitas berdasarkan data/informasi yang dimiliki dan masih

    mengandung ketidakpastian. Adapun persayaratan dalam perhitungan sumberdaya

    dan cadangan batubara adalah sebagaiberikut:

    a. Suatu taksiran sumberdaya/cadangan harus mencerminkan secara tepat kondisigeologi dan karakteristik/sifat dari seam batubara.

    b. Taksiran yang baik harus didasarkan pada data aktual yang diolah/diperlukansecara objektif. Keputusan dipakai atau tidaknya suatu data dalam penaksiran

    harus diambil dengan pedoman yang jelas dan konsisten, tidak boleh ada

    pembobotan data yang berbeda dan harus dilakukan dengan dasar yang kuat.

    c. Metode penaksiran yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat diujiulang atau diverifikasi. Tahap pertama setelah penaksiran sumberdaya selesai

    adalah memeriksa atau mengecek taksiran kualitas blok. Hal ini dilakukan

    dengan menggunakan data pengeboran yang ada disekitarnya.

    Apabila penambangan dimulai, taksiran kadar dari model sumberdaya/cadangan

    harus dicek ulang dengan kualitas atau tonase hasil penambangan yang

    sesungguhnya.

    2.4.3. Metode Perhitungan Sumberdaya Batubara

    Perhitungan sumberdaya dalam penelitian kali ini akan menggunakan

    Metode Poligon metode ini umumnya dilakukan didaerah yang mempunyai

    kemiringan lapisan yang landai serta mempunyai ketebalan yang relative seragam.Pada umumnya metode polygon, cadangan batubara dihitung pada daerah pengaruh

    (area of influence / AIO ) yang berbentuk polygon.(Gambar 2.11)

    Daerah pengaruh tersebut dapat berupa singkapan,tes pit ,dan titik bor,daerah

    tersebut diperoleh dengan cara :

    a. Setiap titik pengaruh mempunyai batasan berbentuk polygon,dimanasetiap sisi adalah tegak lurus terhadap garis penghubung,hasil dari

    pembagian jarak yang sama antara 2 data titik.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    37/44

    37

    b. Setiap daerah pengaruh diasumsikan sebagai poligon yang mempunyaiharga ketebalan dan grade yang sama yang dimiliki titik tersebut.

    c. Perhitungan cadangan merupakan hasil penjumlahan cadangan darisetiap polygon.

    Pada metode poligon, cadangan dihitung setiap poligon dimana volume setiap

    poligon merupakan hasil perkalian antara luas daerah pengaruh dengan

    ketebalannya.

    Dalam perhitungan cadangan khususnya di Indonesia kita harus benar

    benar memperhatikan kondisi geologi daerah yang dimaksud serta jarak antara titik

    bor, karena hal tersebut akan sangat mempengaruhi keakuratan/hasil perhitungan

    yang dihasilkan. Untuk cadangan terukur (Measured Resource) apabila hanya ada

    satu lubang bor atau singkapan maka jarak pengaruhnya adalah 400 meter dari

    singkapan batubara atau lubang bor. Sedangkan kalau ada singkapan dan lubang bor

    atau lebih dari satu lubang bor dengan jarak maksimum 400 meter, maka jarak

    pengaruhnya adalah jarak kedua lubang bor atau singkapan tersebut, dengan

    catatan sebagai berikut:

    - Jika ada sesar maka jarak pengaruhnya hanya sampai sesar.- Jika kemiringan lapisan batubara lebih dari 300, maka jarak pengaruhnya

    menjadi 250 meter, atau dalamketebalan lapisan batubara tersebut merata maka

    jarak pengaruhnya boleh 400 meter searah lapisan batubara.

    Sedangkan untuk rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :

    Tonnase batubara = A x B x C

    Keterangan :

    A = Bobot ketebalan ratarata batubara dalam inci, feet, cm atau meter.B = Berat batubara persatuan volume yang sesuai metric ton.

    C = Area batubara dalam are atau hektar.

    Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan

    sumberdaya batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda

    beda maka perhitungan dilakukan secara terpisah.

    1. Kemiringan 00100Perhitungan tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    38/44

    38

    tonnase.

    Tonnase = Tebal Batubara x Berat jenis Batubara x Area batubara

    2. Kemiringan 100300Untuk kemiringan 100 300 tonase batubara harus dibagi dengan nilai

    cosinus kemiringan lapisan batubara.

    3. Kemiringan >300Untuk kemiringan >300 tonase batubara dikali dengan nilai cosinus

    kemiringan lapisan batubara.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    39/44

    39

    BAB III

    METODEOLOGI PENELITIAN DAN RENCANA KERJA

    3.1 Metode Penelitian

    Dalam melakukan penelitian ini kami menggunakan beberapan

    tahapan metode penelitian yang antara lain (gambar 3.1) seperti pada

    gambar: 3.1di bawah ini:

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    40/44

    40

    Akuisi Data

    - Menggunakan Software Autocad 2007, MapInfo, Global Mapper- Penentuanseambatubara- Penentuan arah penyebaran seam batubara- Perhitungan sumberdaya tereka dengan Metode SNI

    Hasil

    1. Peta Geologi dan Struktur Geologi2. Peta Topografi3. Peta Pola Aliran4. Perhitungan Sumberdaya Tereka5. Dll

    Judul

    PEMETAAN GEOLOGI DAN PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUBARA PADA DAERAH X DANSEKITARNYA

    KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

    KALIMANTAN TIMUR

    Masalah

    Perhitungan sumberdaya tereka berdasarkan metode yang sesuai dengan

    standar SNI

    Pengambilan Data

    Primer

    Data hasil pemetaan berupa :Kedudukan

    singkapan.Urutan lapisan batuan.Ketebalan

    lapisan batuan.Kondisi Morfologi Daerah

    Penelitian.

    Sekunder

    - Peta Topografi dari Citra Satelit- Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Tenggarong

    dan Samarinda dari BAKOSURTANAL- Peta Geologi Regional Lembar Samarinda dari

    BAKOSURTANAL

    Studi Literatur

    Mengumpulkan materi mengenai Crop lineBatubara dan sumberdaya tereka berdasarkan metode SNI serta

    materi lain yang mendukung.

    Pengolahan

    Data

    Persiapan

    Pengambilan

    Pengolahan Data

    - Pemasukan Data Lapangan MenggunakanMicrosoft Word dan Microsoft Exel

    -

    Pembuatan Peta-Peta Dengan Sftware Autocad2007, Mapinfo, Global Mapper, Dll

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    41/44

    41

    3.1.1 Tahap Persiapan

    Pada tahap ini beberapa penunjang yang sangat di perlukan adalah peta rupa

    bumi skala 1: 10.000, peralatan pemetaan, dan yang sangat penting adalah studi

    pustaka mengenai penelitian yang terdahulu, dapat berasal dari peta geologi

    regional para ahli geologi maupun laporan pemetaan geologi dari peneliti

    sebelumnya. Setelah melakukan studi pustaka dan orentasi lapangan maka diadakan

    perencanaan lintasan

    3.1.2 Tahap penelitian dan Pengambilan Data LapanganSetelah perencanaan lintasan yang matang maka di lakukan penelitian

    lapangan dengan menggunakan peralatan yang sudah di siapkan pada saat

    persiapan. Pengambilan data dapat berupa pengukuran kedudukan dan

    kemiringan perlapisan batuan, deskripsi batuan, pengambilan foto, dan

    pengambilan sampel batuan.

    3.1.3 Tahap Pemasukan Data dan Pengolahan DataData lapangan dapat di bagi menjadi dua yaitu data lapangan yang

    masih kasar dan masih di olah lagi di base camp dan kemudian setelah di

    perbaiki data tersebut di masukkan ke data induk dengan tingkat keakuratan

    yang dapat dipertanggung jawabkan.

    Sedangkan pada tahap pengolahan data dan penyusunan laporan di

    pergunakan peralatan-peralatan, seperti :

    1. Kertas gambar2. Alat tulis3. Mesin hitung (calculator)4. Komputer dengan program-program pendukung seperti

    - Microsoft Excel- Microsoft Word- Map Source- Mapinfo- Global Mapper- Fotoshop

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    42/44

    42

    3.1.4 Tahap Penyusunan LaporanTahap ini merupakan hasil akhir dari penelitian yang telah di

    laksanakan di lapangan. Penulisan laporan ini berdasarkan pada data-data

    yang didapat dari lapangan serta data-data yang di peroleh kemudian di

    tuangkan kedalam peta untuk daerah penelitian dianataranya :

    1. Peta Lintasan dan Lokasi Pengamatan2. Peta Geologi3. Peta Geomorfologi4. Peta Pola Aliran5. Peta croupline

    3.1 Waktu Kegiatan Penelitian

    Penyelidikan lapangan dilaksanakan pada bulan Januari Februari

    2012/2013, didalam melakukan penyelidikan lapangan meliputi pengukuran

    singkapan dan pendiskripsian batuan.

    Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Kerja Penyelidikan Lapangan

    NO JENIS

    KEGIATAN

    WAKTU PELAKSANAAN

    TAHUN 2013

    JANUARI FEBRUARI MARET

    MINGGU KE MINGGU KE MINGGU KE

    I II III IV I II III IV I II III IV

    1 PERSIAPAN

    2PENGAMBILAN

    DATA

    3PENGOLAHAN

    DATA

    4PEMBUATAN

    LAPORAN

    5PERSENTASE

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    43/44

    43

    BAB IV

    PENUTUP

    Di dalam melakukan survey geologi permukaan khususnya pemetaan geologi

    segala persiapan baik perlengkapan dan data- data penunjang sangat berperan

    penting guna mengumpulkan data-data yang akurat, sehingga dapat dilakukan

    perhitungan sumber daya batubara yang ada di daerah telitian dan penggambarannya

    secara aktual.

    Demikian proposal Tugas Akhir ini saya ajukan, sebagai bahanpertimbangan guna mewujudkan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang berkualitas

    dan mampu bersaing dalam dunia pertambangan dimasa yang akan datang, atas

    perhatian dan kesediaan memberi kesempatan melakukan penelitian Tugas Akhir

    ( TA ) saya ucapkan terima kasih.

  • 7/22/2019 Oke Bangeeeeet

    44/44

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 1999, Panduan Praktikum Geomorfologi, Lab. Geomorfologi Fakultas

    Teknik Geologi Pertambangan, Universitas Kutai Kartanegara, Tenggarong.

    Abdurachman, A., dan Undang Kurnia. 1983. Pengaruh pupuk dan soil conditioner

    terhadap pertumbuhan tanaman jambu mede. Pembrit. Penel. Tanah dan

    Pupuk 1: 1-5.

    Abdurachman, A., dan Sutono. 2002. Teknologi pengendalian erosi lahan

    berlereng. hlm. 103-145 dalam Abdurachman, A., Mappaona, dan ArsilSaleh (Eds.) Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju Pertanian

    Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Tanah dan Agroklimat. Bogor.

    Buku Catatan Lapangan Kuliah Lapangan geologi Karang Sambung, Jurusan

    Teknik Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta, 1999.

    Hutton,A. and Jones, B 1995, Short Course on Coal Exploration,Man power

    Development Centre for mines,Bandung.

    Ir. Joniansyah, Petunjuk Praktikum Geomorfologi Fakultas teknik GeologiUnikarta, (1999) Haryanto, Yudi. 2005. Powerpoint: Estimasi Resource dan

    Reserve Batubara. Geoservices, Ltd. Surabaya.

    King, Hobart. Coal: What Is Coal and How Does It Form?.

    Diakses pada 12 September 2012.

    Supriatna dkk Stratigrafi Regional Daerah Telitian 1978

    Suroso Sastro Prawijo Pedoman Praktikum Geomorfologi UPN veteran

    Yogyakarta (1977).

    Van Zuidam R.A. (1983) Guide to Geomorfic Areal Photografic Interpretation and

    Mapping