Upload
valentinus-ritto
View
245
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
1/44
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi
informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan
berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai
penyebearan dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat
informasi gejalagejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi
pola penyebaran batuan pada daerah tersebut.
Kegiatan pemetaan geologi yang dilakukan di daerah X
kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur, antara lain :
meneliti berbagai jenis batuan di daerah tersebut, mengukur singkapan,
struktur geologi yang ada dan menghitung sumberdaya batubara yang
ada pada daerah penelitian serta mempresentasikan hasil observasi yang
telah dilakukan.
Cekungan kutai merupakan salah satu cekungan yang terbesar di
indonesia terletak di timur pulau Kalimantan, Penyebaran cekungan ini
dibatasi oleh tinggian mangkaliat, diselatan di batasi oleh tinggian
paternoser dan pegunungan meratus, di timur di batasi oleh paparan
benua dan di barat di batasi oleh tinggian kucing. Pembentukan
endapanendapan di cekungan kutai berlangsung dari awal paleogen
hingga sekarang dan meliputi daerah yang sangat luas. Perkembangan
morfologi, penyebaran litologi secara vertikal dan horizontal, sangatbervariasi. Di cekungan kutai hal tersebut sangat mungkin terjadi,
dengan strtigrafi yang bervariasi dan banyak hadirnya batubara di
dalamnya. Dan pemetaan geologi merupakan salah satu bagian dari
kegiatan eksplorasi dari teknik geologi.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
2/44
2
1.2 Maksud dan TujuanMaksud dari Penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui kondisi geologi dan sumber daya batubarayang ada di daerah penelitian.
Sesuai permasalahan yang akan diteliti, tujuan pemetaan geologi dan
perhitungan sumber daya batubara yaitu:
1. Pembuatan peta geologi dan struktur geologi2. Mengetahui formasi geologi daerah penelitian.3. Pembuatan peta topografi4. Pembuatan peta pola aliran5. Pembuatan Cropline6. Perhitungan sumber daya batubara.
1.3 Daerah Lokasi PenelitianDaerah penelitian dilakukan di daerah x Provinsi Kalimantan
Timur. Dan mempunyai luasan sekitar 4km x 4km.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
3/44
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kenampakan
bentang alam dan proses pembentukannya. Didalamnya kita akan
mempelajari tentang macam-macam kanampakan bentang alam, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan tersebut. Secara garis besar
gaya pembentukan morfologi tersebut dibagi kedalam 2 jenis. Tenaga
endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi, dan pada umumnya
gaya inilah yang membangun bentuk morfologi dari permukaan bumi, dan
tenaga eksogen yang berasl dari luar permukaan bumi, yaitu aktifitas yang
terjadi diatas permukaan seperti pelapukan batuan, dan transformasi
material dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ilmu ini menjadi penting
untuk di pelajari mengingat, kegunaan dari aplikasi ilmu ini sendiri dalam
kehidupan seahari-hari, khususnya dalam kegiatan proyek infrastruktur.
Secara regional morfologi daerah telitian termasuk dalam cekungan
kutai (Nuay, 1985). cekungan kutai merupakan cekungan pengendapan
yang berbatasan dengan Tinggian Kuching di sebelah utara, cekungan
Melawai Ketunggau di senlah barat, dan Cekungan Barito di seblah
selatan. Menurut Supriatna dkk(1978), secara fisiografi Cekungan Kutai
bagian tengah dibagi menjadi tiga , yaitu zona dataran berawa pada bagian
barat, zona punggungan perbukitan pasda bagian tengah dan zona delta
mahakam pada bagian timur.
2.1.1 Dasar Pembagian Satuan Geomorfologi
Dalam menentukan satuan geomorfologi daerah telitian
menggunakan kasifikasi Van Zuidam (1983)yaitu berdasarkan :
1.Morfologi, yaitu aspek yang mempelajari relief secara umum yaitu :
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
4/44
4
a. aspek-aspek yang bersifat Merupakan pemerian suatu daerah,Misalnya perbukitan, Lembah, pegunungan dan daratan.
b.
Morfometri, merupakan suatu aspek-aspek yang bersifatkuantitatif dari suatu bentuk lahan seperti kemiringan lereng,
bentuk lereng, ketinggian, bentuk lahan dan relief.
2. Morfogenesa, studi mengenai geomorfologi yakni proses yang
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk lahan, mencakup:
a. Morfo-struktur aktif berupa tenaga endogen dan struktur geologiseperti: antiklin, sinklin, dan sesar.
b. Morfo-struktur pasif meliputi litologi dan proses pelapukanc. Morfo dinamik berupa tenaga eksogen yang berhubungan
dengan proses air, proses angin, proses sungai dan lainya.
2.1.2 Interval Kontur
Interval kontur adalah garis kontur yang satu dengan garis kontur
yang lainnya secara berurutan. Ada beberapa hal yang berpengaruh
.dalam penentuan interval kontur dari suatu peta topo grafi.
Rumus dari IK adalah :
Misalnya skala peta adalah 1 : 50.000 maka IK nya adalah 25 meter
2.1.3 Metode interpolasi
Merupakan suatu metode penentuan titik-titik yanag mempunyai
ketinggian tertentu berdasarkan yang telah diketahui dengan
menganggap bahwa semua titik-titik tersebut berada pada suatu bidang
beraturan. Tujuannya adalah untuk menentukan elavasi yang belum
diketahui nilainya, dengan menambahkan garis kontur dengan interval
kontur yang telah di tentukan dengan rumus :
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
5/44
5
Keterangan :
Tt : Titik Tertinggi
Ta : Titik dicariTr : Titik Terendah
Jarak : Jarak yang terdapat pada peta anatar elavasi tertinggi
dengan yang terendah (cm)
2.1.4 Satuan Morfologi
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan dari analisa pola garis
kontur dan perhitungan persen lereng pada peta geomorfologi di
beberapa lokasi sebenarnya sudah dapat ditentukan satuan
geomorfologinya, penentuan satuan geomorfologi secara kuantatif Van
Zuidam (1983), ditentukan dengan rumus
()
Dimana : A = Persen lereng
N = Banyak kontur yang memotong garis horizontal
IK = Interval kontur
Misalnya : N = 6
IK = 5
Jarak horizontal = 0.4 cm
Maka :
()
= 62.5 %
Jadi dari hasil perhitungan kami dapat mengklasifikasikan relief
kedalam satuannya masing-masing (dengan lebih jelasnya lihat pada
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
6/44
6
lampiran ).Selanjutnya hasil yang didapat kemudian dimasukan dalam
klasifikasi lereng menurut, R.A. Van Zuidam (1983) seperti tabel di
bawah ini
Tabel 2.1 Kelas Lereng Dengan Sifat-Sifat Proses dan Kondisi
Alamiah yang Kemungkinan Terjadi dan Usulan Warna Untuk Peta
Secara Umum ( MenurutVan Zuidam,1983)
2.1.5 Bentuk-Bentuk Morfologi.
Parameter bentang alam merupakan merupakan salah satu
informasi geologi yang sangat erat untuk landasan rekayasa teknik
seperti pembuatan jalur jalan raya, bendungan, pemukiman, dan lain
sebagainya. Hal ini menyangkut keadaan relief / situasi topografi,
kemudian detail lereng (morfologi) juga aspek-aspek lain seperti erosi,
No Kelas lereng SifatSifat dan kondisi alamiah Warna
1 0 2( 0 - 2 % )
Datar hingga hampir datarTidak ada proses denudasi yang berarti
Hijau
2 2 - 4
( 27 % )
Agak miring. Pergerakan massa tanah
perlahan dengan kecepatan yang berbeda,
erosi lembar, dan erosi alur. Rawn longsor
Hijau
Muda
3 4 - 8
( 715 % )
Miring. Hampir sama dengan diatas, tetapi
dengan besaran yang lebih tinggi.
Kuning
Terang
4 8 16
( 1530 % )
Curam menengah. Banyak terjadi gerakan
tanah, erosi, dan longsoran yang bersifat
mendatar.
Jingga
5 1635
( 3070 % )
Curam. Proses denudasinya isentif, erosi
dan gerakan tanah sering terjadi.
Merah
Muda
6 35 55
( 70140 % )
Sangat Curam. Batuan umumnya mulai
tersingkap, denudasional sangat isentif,
sudah mulai menghasilkan endapan
rombakan ( Aluvial )
Merah
Tua
7 >55
( >140 % )
Curam extrim. Batuan tersingkap. Proses
denudasional sangat kuat. Rawan jatuhan
batu. Tanaman jarang tumbuh ( terbatas ).
Ungu
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
7/44
7
gerakan tanah, banjir, dan sebagainya. Parameter tersebut secara
keseluruhan akan memepunyai kaitan pengaruh satu sama lain terhadap
iklim / cuaca, pelapukan, erosi, hidrologi, tata guna lahan, dan lain-lain.Kemungkinan terjadi erosi pada permukaan tanah sangat tergantung
pada sudut lereng, sifat tanah, iklim, serta tutupan lahan.
a. Relief.Relief adalah bentuk ketidakselarasan secara vertikal dalam
ukuran besar maupun kecil dari permukaan bumi. Seperti bukit (hill),
lembah (valley), pegunungan (mountain), punggungan (ridges), dan
lain-lain yang kesemuanya itu dapat digambarkan kedalam peta
topografi.
Ada 3 (tiga) kelompok besar (orde) dari relief muka bumi menurut
(Salisbury, 1919) dan (vide bloom, 1979) yaitu :
1. Orde Pertama : Benua denagn paparan dan cekungan samudra.
2. Orde Kedua : Pegunungan, plateu, dan dataran
3. Orde Ketiga : Perbukitan, lembah dan gawir (scarp).
b. Stadia sungai.Stadia sungai dapat diartikan sebagai tingkat kedewasaan atau
umur suatu sungai itu sendiri, dalam hal ini ditentukan oleh
perbandingan daya erosi vertical dan horizontal pada suatu tempat.
Dari suatu sungai dengan cabang cabangnya akan mempunyai stadia
erosi yang berbeda-beda disetiap segmen secara longitudinal
c. MeanderMeander adalah aliran sungai yang berkelok kelok dan didapatkan
pada stadia dewasa. Macammacam meander :
1. Meander Normalkarena sedimentasi dibagian tengah sungai dan pengikisan sungai.
Hal inilah yang menyebabkan kelokankelokan tersebut.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
8/44
8
2. Meander lembahmeander yang terjadi apabila sungai itu semula sudah bermeander,
kemudian mengalami pengangkatan dan diimbangi pula denganpengikisan, maka meander tersebut tetap ada.
3. Meander pemerosotanmeander yang terjadi karena tebing sungai mengalami pemerosotan
dan hasil pemerosotan masuk kedalam sungai dan akhirnya
membelokkan arah aliran
Kemudian oleh Van Zuidam (1979) dibuat suatu klasifikasi tentang
relief, sehingga dapat membantu dalam memberikan beberapa batasan
dari orde muka bumi.
Tabel 2.2 Satuan Relief Dengan Sudut Lereng dan Beda Tinggi
Satuan Relief Sudut Lereng (%) Beda Tinggi (m)
1. Datar atau hampir datar.
2. Bergelombang / miring landai
3. Bergelombang / miring
4. Berbukit / miring sedang
5. berbukit-bukit / lembah-lembah /
miring terjal.6. Pegunungan.
7 Pegunungan / miring sangat terjal
1-2
3-7
8-13
14-20
21-55
56-140
>140
5
5-25
25-50
50-200
200-500
500-1000
>1000
2.1.6 Kompas
Kompas adalah alat untuk mengukur atau menentukan arah mata
angin yang beracuan dengan medan magnet bumi ( sudut utara ), yang
selalu ditunjukan dengan arah jarum kompas.(North South)
1. AzimuthPada kompas azimuth ( pembagian Lingkaran 360 ) selalu dibaca
jarun utara, dan kemudian diamati angka yang ditunjukannya.
Biasanya jarum utara dibedakan dengan jarum selatan dengan diberi
tanda putih dan merah pada ujung jarum kompas.
Untuk menyatakan arah, dibaca : N 320 E ( pembacaan selalu
melalui arah E ).
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
9/44
9
2. Strike dan DipJika kita melakukan dengan menggunakan kompas geologi, ada
istilah pengukuran strike ( perlapisan ), yang dimana bagian sisikompas ( umumnya bagian E ) ditempelkan pada bidang yang akan
diukur. Pada waktu kedudukan kompas horizontal ( dengan
mengukur kedudukan nivo mata sapi (level)), harga atau angka yang
ditunjukan jarum kompas adalah harga atau angka jurus atau arah.
Udara terletak ditengah . harga atau angka yang terbaca merupakan
besarnya kemiringan.
3. Penentuan arah DipDidalam penetuan arah dip yang harus diperhatikan adalah arah
utara derajat serta peletakan garis tegak lurus, karena jika salah
maka dip juga akan salah. Kemudian bidang W tegak lurus
terhadap strike ( nivo tabung level) Ada beberapa contoh
penentuan arah dip yaitu :
Gambar 2.1 contoh penentuan arah dip
GPS adalah alat untuk menentukan dan mengetahui letak geografis suatu daerah
terhadap garis Lintang dan garis bujur.
Gambar 2.2 Kompas Geologi
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
10/44
10
Gambar 2.3 Gps Garmin 12
Gambar 2.4 Palu Geologi
2.1.7 Pola Jenis Aliran Sungai
Pola pengaliran merupakan pola yang dibentuk oleha aliran air di
permukaan yang dipengaruhi factor geologi yaitu berupa litologi, control
struktur, dan kelerengan topografi maupun factor iklim yang
memungkinkan terdapatnya air dalam jumlah yang relatif besar. Faktor
litologi sangat mempengaruhi pembentukan suatu pola pengaliran, litolgi
yang memiliki resistensi yang rendah umumnya terbentuk pada pola
pengalirn yang kurang beraturan sebaliknya batuan yang memiliki
resistensi yang lebih tinggi menghasilkan pola aliaran yang tegas.
Kondisi iklim sangat berpengaruh sekali dalam genesa pola pengaliran,
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
11/44
11
semakin tinggi curah hujan makan semakin banyak air yang ada,
kegiatan air akan teratur dalam lembah- lembah pengaliran.
2.1.8 Macam-Macam Pola Aliran2.1.8.1 Dendritik
Seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur
dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan
yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada
batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan
beku dan batuan kristalin yang homogen. Pola aliran ini tidak
teratur, biasanya terdapat di dataran atau daerahh pentai dan di
jumpai di daerah plato.
Gambar 2.5 Pola Aliran Dendritik
2.1.8.2 ParalelAnak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar,
bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau
langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang
terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang
saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
12/44
12
Gambar 2.6. Pola Aliran Pararel
2.1.8.3 RadialSungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik.
Berkembang pada vulkan atau dome.
Pola aliran radial dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Radial SentrifugalPola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya
meninggalkan titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat
di daerah vulkan atau puncak yang berbentuk kerucut. Pola
Aliran Radial Sentrifugal : arah aliran menjauhi/meninggalkan
titik pusat.
Gambar 2.7 Pola Aliran Radial Sentrifugal
Cekunga
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
13/44
13
b. Radial SentripetalPola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya
menuju ke titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat didaerah ledokan/basin atau aliran sungai yang masuk ke danau.
Pola Aliran Radial Sentripetal : arah aliran menuju ke titik pusat.
Gambar 2.8. Pola Aliran Radial Sentripetal
2.1.8.4 TrellisPercabangan anak sungai dan sungai utama hampir
tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar.
Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit dengan
litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.
Biasa terdapat di pegunungan lipatan.
Gambar 2.9 Pola Aliran Trellis
Cekunga
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
14/44
14
2.1.8.5. Angular
Sungai utama melingkar dengan anak sungai yang
membentuk sudut hampir tegak lurus. Berkembang di domestadium dewasa (pegunungan tua) dengan batuan yang berseling
antara lunak dan keras.
Gambar 2.10 Pola Aliran Angular
2.1.8.6 RectangularPola aliran ini merupakan pola aliran berbentuk sudut
siku-siku atau hampir siku-siku dan terdapat di daerah patahan
atau pada batuan yang tingkat kekerasannya berbeda.
Gambar 2.11 Pola Aliran Rectangular
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
15/44
15
2.1.9 Macam-Macam Arah Aliran Sungai
Berdasarkan arah aliran yang dilaluinya, sungai dibedakan sebagai
berikut:
1. Sungai KonsekuenAdalah sungai yang memeiliki arah aliran yang sesuai dengan
kemiringan batuan daerah yang dilewatinya.
2. Sungai SubsekuenAdalah sungai yang alirannya tegak lurus pada sungai konsekuen
dan bermuara pada sungai konsekuen, Adalah sungai yang mengalirmengikuti arah strike batuan atau arah jurus perlapisan batuan pada
daerah dengan batuan yang kurang resisten, atau sungai yang mengalir
mengikuti kekar kekar dan sesar pada daerah dengan batuan yang
kristalin. misalnya sungai opak di Yogyakarta
3. Sungai ObsekuenAdalah sungai yang mengalirnya berlawanan dengan arah
kemiringan lapisan batuan daerah tersebut dan merupakan anak sungai
subsekuen. Merupakan sungai yang arah alirannya berlawanan arah
dengan arah kemiringan perlapisan batuan, dan juga berlawanan arah
dengan arah sungai konsekuen. Sungai obsekuen umumnya hanya
pendek dengan gradien sungai yang curam, umumnya berupa anak
sungai yang mengalir melewati tebing gunung yang curam atau
escarpments.
2.1.10 Pelapukan dan Erosi
Daerah penelitian seperti halnya daerah lain di Indonesia yang
beriklim tropis mempunyai kelembaban dan mempunyai curah hujan
yang cukup tinggi, hal ini menyebabkan proses pelapukan dan erosi
sangat intensif.
a. Pelapukan
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
16/44
16
Proses pelapukan didaerah telitian meliputi pelapukan fisika dan
kimia, dan biologi yang dapat diterangkan sebagai berikut :
Pelapukan fisika didaerah telitian ditunjukan dengan adanya batuanyang retak-retak, proses tersebut terjadi karena adanya temperatur
yang cukup tinggi sehingga terjadi pemuaian dan pengkerutan yang
menyebabkan batuan menjadi pecah.
Proses pelapukan biologi terjadi akibat adanya aktifitas manusia
misalnya dalam membuat tempat pemukiman, jalan raya yang
biasanya memotong tebing-tebing sehingga mempercepat proses
pelapukan.
b. ErosiProses erosi merupakan pecahnya material-material pembentuk
batuan induk atau batuan asal secara alami, erosi pada daerah
penelitian disebabkan oleh air, stadia erosi yang berkembang didaerah
penelitan Maluhu dan sekitarnya dapat dianalisa melalui kenampakan
dilapangan seperti lembah sungai, bentuk alur sungai, dataran alluvial,
kelerengan topografi, jenis dan pola pengaliran sungai. Proses erosi
dan pengendapan sekitar aliran sungai, dengan stadia erosi muda
menjelang dewasa menempati sebagian besar daerah telitian yaitu
pada daerah kaki bukit dicirikan dengan lembah sungai yang
berbentuk U dan dibeberapa tempat ada yang berbentuk V,
daerah telitian memiliki lereng miring landai, curam menengah
hingga curam, hal tersebut menandakan erosi vertical lebih
berpengaruh dari pada erosi horizontal.
2.1.11 Stadia ErosiPada daerah telitian stadia erosi dapat dilihat dari beberapa gejala
yang nampak dari bentuk lahannya yaitu dari unsur bentuk-bentuk lahan
yang berkelok-kelok, lembah sungai yang relatif lebar, pola ini
berkembang pada satuan bentuk lahan perbukitan dengan bentuk lembah
U.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
17/44
17
Berdasarkan aspek diatas maka dapat disimpulkan bahwa stadia
geomorfologi daerah telitian adalah stadia dewasa menjelang tua.
Tingkatan pada stadia sungai yaitu :1. Sungai stadia muda
Sungai stadia muda dicirikan dengan gradient sungai yang besar, arus
sungai deras, lembah berbentuk V, erosi vertical lebih besar dari
pada erosi horizontal, dijumpai adanya air terjun, kadang-kadang
dijumpai danau pada aliran sungai.
2. Sungai stadia dewasaSungai stadia dewaasa dicirikan dengan gradient sungai sedang, aliran
sungai jalannya berkelok-kelok, sudah tidak dijumpai adannya air
terjun atau danau disepanjang aliran sungai, erosi vertical sudah
diimbangi dengan erosi horizontal, lembahnya sudah agak tumpul
atau berbentuk U.
3. Sungai stadia tuaSungai stadia tua dicirikan dengan lembahnya lebar sekali, erosi
horizontal lebig kuat dari pada erosi vertical, sudah tidak dijumpai
meander-meander lagi, didapatkan pulau-pulau tapal kuda,
alirannya hamper tidak mengalir lagi.
2.2 Stratigrafi RegionalMenurut Supriatna dkk(1978), secara regional Stratigrafi daerah
telitian merupakan bagian dari cekungan kutai.
Cekungan Kutai terbentuk sejak kala Eosen dalam fase
pengendapan lingkungan parallis.sedimen-sedimen tersier yang
diendafkan yang berbeda-beda sehingga banyak di temukan formasi-
formasi dengan cirri litologi yang berbeda satu dengan
lainnya,keseluruhan lapisan sedimen memmperliahatkan siklus genag
laut ( transgresi-regresi )seperti hal cekungan lain di Indonesia bagian
barat.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
18/44
18
Urutan regresi di cekungan kutai mengandung lapisan-lapisan
klastik deltaic sehingga paralik yang banyak mengandung lapisan
batubara,merupakan komplek delta yang terdiri siklus endapan delta initerlihat jelas di cekungan kutai dari eosin sampai tersier muda tersebar
dari barat ke timur. Di tandai oleh pengendapan pengendapan pamaluan,
formasi bebuluh ( Miosen bawah-Miosen tengah ),formasi pulau
baling,formasi Balikpapan ( Miosen tengah ), formasi kampong baru (
Miosen atas-pliosen ). Endapan delta Mahakam merupakan endapan
kwarter,berdasarkan Sufriatna dkk ( 1978 ),susunan formasi penyusun
stratigrafi cekungan kutai dari yang berumur dari muda ke tua.
Formasi batuan tertua yang tersingkap pada Peta Geologi lembar
Samarinda adalah Formasi Pamaluan yang terdiri Batupasir kuarsa
dengan sisipan batulempung, serpih batugamping dan batulanau berlapis
sangat baik. Batupasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu
kehitaman- kecoklatan, berbutir halus sedang, terpilah baik, butiran
membulat-membulat tanggung, padat, karbonan dan gampingan.
Setempat dijumpai struktur sedimen silang-siur dan perlapisan sejajar.
Tebal lapisan antara 1-2 m. Batulempung tebal rata-rata 45 cm, serpih,
kelabu kecoklatan-kelabu tua, padat, tebal sisipan antara 10-20 cm.
Batugamping, kelabu, pejal, berbutir sedang- kasar, setempat berlapis
dan mengandung foraminifera besar. Batulanau kelabu tua- kehitaman.
Formasi Pemaluan merupakan batuan paling bawah yang tersingkap di
lembar ini dan bagian atas formasi ini berhubungan menjemari dengan
Formasi Bebuluh .Tebal Formasi lebih kurang 2000 m.
Sedangkan formasi Bebuluh terdiri dari batugamping dengan
sisipan batulempung dengan sedikit napal, berumur Miosen Tengah
bagian akhir kemudian secara selaras terendapkan Formasi Warukin
berumur Miosen Tengah akhir yang terdiri dari perselingan batugamping
dan batulempung dengan sisipan batubara. Bersamaan dengan ini
terendapkan Formasi Pulaubalang (Tmbb) dan ditindih secara selars
Formasi Balikpapan (Tmbb) Formasi Pulaubalang terdiri dari
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
19/44
19
perselingan batupasir kwarsa batupasir dan batu lempung dengan sisipan
batubara diduga berumur Miosen Tengah. Sedangkan formasi
Balikpapan terdiri atas perselingan batupasir kwarsa batulempunglanauan dan serpih dengan sisipan napal batugamping dan batubara,
yang diduga berumur Miosen Tengah bagian akhir Miosen Akhir bagian
awal kemudian diatasnya terendapkan secara tidak selaras Formasi
Kampung Baru (Tpkb) terdiri dari batulempung, batupasir,kwarsa,
batulanau, bersisipan dengan batubara, napal batugamping dan lignit.
Tebal batubara dan lignit kurang dari 3 m berumur Mio Pliosen
Pleistosen Awal. Diatas dari Formasi Kampung Baru diendapkan
Alluvial (Qa) yang berumur resesn, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir,
lempung dan Lumpur sebagian endapan sungai, rawa, pantai dan delta.
Secara ringkas formasi batuan yang berada Peta Geologi regional
Lembar Samarinda (S. Supriatna, dkk, 1976),dapat diurutkan dari yang
tertua sampai termuda adalah sebagai berikut.
1. Formasi Pamaluan (Tomp)2. Formasi Babulu (Tmbl)3. Formasi Pulaubalang (Tmpb)4. Formasi Balikpapan (Tmbp)5. Formasi Kampung Baru (Tpkb)6. Aluvium (Qa)
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
20/44
20
Gambar 2.12. Korelasi Satuan Batuan Geologi Regional Lembar
Samarinda (S.Supr iatna dkk, 1976)
Selanjutnya uraian litologi dan stratigrafi dari masing-masing formasi
tersebut dapat dilihat pada uraian berikut :
Formasi Pamaluan(Tomp)Secara tak selaras diendapkan di atas Formasi Kuaro. Berumur Oligosen
sampai Miosen Awal. Bagian atas terdiri dari perselingan batupasir, pasir
serpihan dan napal, dan sisipan batubara. Lingkungan pengendapan neritik
sampai laut dangkal (litoral). Bagian bawah terdiri dari perselingan batupasir
kuarsa dengan sisipan batulanau, batulumpur, kadang dengan sisipan serpih
bagian bawah, dan sisipan batubara, Lingkungan endapan neritik. Ketebalan
formasi ini mencapai 1000 meter.
Formasi Bebulu (Tmbl)Batugamping dengan sisipan batulempung lanauan dan sedikit napal. Fosil
yang dijumpai antara lain : Lepydocyclina ephippioides JONES &
CHAPMAN, Lepydocyclina sp., Operculina sp., Operculinella,
Miogypsnoides, Cycloclypeus, yang menunjukkan umur Miosen Awal,
(Purnamaningsih, 1978) dan terendapkan di lingkungan laut dangkal.
Qa
Tpkb
Tmbp
Tmpb
Tmb
Tomp
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
21/44
21
Ketebalannya mencapai 1900 m. Lokasi tipe di daerah Bebulu, Kalimantan
Timur Formasi ini menindih selaras Formasi Pamaluan.
Formasi Pulaubalang (Tmpb)Perselingan batupasir kuarsa, batupasir dan batulempung dengan sisipan
batubara, mengandung fosil Cycloclypeus sp., Lepidocyclina sp.,
Miogypsina, Miogypsinoides dan Flusculinella bontangensis, yang
menunjukkan umur Miosen Tengah (Purnamaningsih, 1978), terendapkan di
lingkungan sublitoral dangkal. Tebal formasi ini sekitar 900 m. Formasi
Pulaubalang menindih selaras Formasi Pamaluan dan ditindih secara selaras
Formasi Balikpapan. Lokasi tipe terdapat di Pulaubalang, Teluk Balikpapan.
Berumur Miosen Tengah. Terdiri atas perselingan batulempung, batupasir
kuarsa, greywake, dengan sisipan batugamping, tufa dan batubara.
Formasi Balikpapan (Tmbp)Perselingan batupasir kuarsa, batulempung lanauan dan serpih sisipan
dengan napal, batugamping dan batubara. Batugamping mengandung fosil
Flusculinella borneoensis Tan, Miogypsina, Lepidocylina sp, dan
Cycloclypeus annulatus, yang menunjukkan umur Miosen Tengah bagian
atas, (Purnamaningsih, 1978). Lingkungan pengendapan litoral laut dangkal.
Ketebalan 800 m. Lokasi tipe di Teluk Balikpapan, Pantai Kalimantan
Timur.
Diendapkan secara selaras di atas formasi Pulobalang yang disusun
lempung, batupasir, lanau dan batubara yang diendapkan dalam lingkungan
pinggir laut sampai delta. Umurnya berkisar Miosen Tengah sampai Miosen
Atas.
Formasi Kampungbaru (Tpkb)Batulempung pasiran, batupasir kuarsa, batulanau, sisipan batubara, napal,
batugamping dan lignit. Tebal sisipan batubara dan lignit kurang dari 3 m.
Bagian bawah ditandai oleh lapisan batubara. Batugamping mengandung
fosil : Miogypsina sp., Lepidocyclina sp., Amonia Yabei dan Pseudorotalia
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
22/44
22
cattiliformis, berumur Miosen Akhir-Pliosen. Formasi Kampungbaru
diendapkan di lingkungan delta dan laut dangkal, tebal formasi ini 700-800
m. Lokasi tipenya terdapat di Kampungbaru, timur Sanga-sanga, Samarinda.Formasi ini terletak tidak selaras diatas Formasi Balikpapan.
Aluvium (Qa)Kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur sebagai endapan sungai, rawa,
pantai dan delta. Tersebar di sepanjang pantai timur Tanah Grogot, Teluk
Adang dan Teluk Balikpapan.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
23/44
23
Gambar 2.13 Stratigrafi Regional Cekungan Kutai Kalimantan Timur
(Supriatna dan Rustandi 1986). Daerah Telitian Merupakan Formasi
Balikpapan (Mengacu Pada Peta Geologi Lembar Samarinda Skala 1 :
250.000 P3G Bandung)
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
24/44
24
2.3. Geologi Struktur
Secara fisiografi daerah penyelidikan, terletak di dalam Zona
Cekungan Kutai, pada masa Miosen tengah dalam cekungan kutai, sub-Cekungan Mahakam banyak berbentuk batuan sedimen, dalam
lingkungan laut dalam, laut dangkal, laguna, delta, banyak terbentuk
lapisan batu bara dalam berbagai ketebalan, karakteristik dan kualitas,
bersama-sama dengan batuan sedimen pembawa batu bara ( coal
bearing formation ). Di daerah ini lapisan pembawa batu bara berupa
lapisan batu lanau
Pola arah sebaran batuan pembawa batubara, perkembanganya
sangat di pengaruhi oleh struktur geologi regional dan tektoniknya.
Struktur geologi dan tektonik yang berkembang di sekitar daerah
penyelidikan adalah berupa perlipatan dengan kelurusan berarah
timurlaut-barat daya Supriatna dkk (1978 ).
2.3.1 Struktur Geologi Regional Kalimantan Timur
Struktur geologi yang berkembang di dalam cekungan kutai
adalah lipatan dan sesar, batuaan tua seperti formasi pamaluan ,formasi
pulau baaing dan formasi bebuluh umunya terlipat cukup kuat dengan
kemiringan sekitar 40 derajat, tetapi ada juga yang mencapai 75
derajat,sedangkan batuaan yang berumur lebih muda seperti formasi
Balikpapan dan formasi kampong baru pada umumnya terlipat
lemah,namun di beberapa tempat dekat zona sesar ada yang terlipat
kuat,proses pembentukan lipatan di cekungan kutai terdapat dalam dua
versi ,yaitu:
1. Menurut ott,1987 menyatakan bahwa pola struktur pada cekungankutai disebabkan oleh adanya proses gelincirn (gravity sliding)
pada batuan yang mempunyai kelenturan tinggi akibat adanya
pengangkatan tinggian kuching selama jaman tersier.
2. Menurut Mc.Clay ,2000, menyatakan bahwa struktur di daerahdatran cekungan kutai merupakan hasil dari tektonik delta , yaiu
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
25/44
25
gabungan dari sedimentasi yang cepat dan gaya tektonik.akibat
penumpukan terjadi pelengseran lateral yang mengakibatkan lipatan
dan sesar- sesar turun serta kemudian mengalami reaktivasi menjadisesar naik akibat gaya
2.3.1.1 Hukum VPola penyebaran singkapan batuan dipengaruhi oleh kemiringan
lapisan batuan topografi daerah. Hubungan antara kemiringan lapisan
batuan dan topografi daerah dirumuskan dengan Hukum V. Ada
beberapa macam pola penyebaran singkapan :
- Bidang horizontalPola penyebaran singkapan seluruhnya mengikuti pola garis kontur. Pola
singkapan membentuk V dengan ujung ke arah hulu.
- Bidang miring ke arah huluPola penyebaran singkapan membentuk V dengan ujung ke arah hulu.
Makin besar kemiringan bidang, pola V makin membuka.
- Bidang vertikalPola penyebaran singkapan tidak membentuk V melainkan garis lurus
yang sejajar dengan jurus lapisan memotong lembah.
- Bidang miring ke arah hilir
1. Kemiringan bidang lebih besar dari pada gradien lembahPola penyebnaran singkapan membentuk V dengan ujung ke
arah hilir
2. Kemiringan bidang sama dengan gradien lembahPola penyebaran singkpan tidak memotong lembah dan tidak
membentuk V
3. Kemiringan bidang lebih kecil dari pada gradien lembah
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
26/44
26
Pola penyebaran singkapan membentuk V dengan ujung ke arah hulu
Lapisan horizontal Lapisan miring ke hulu
Lapisan vertikal Lapisan miring ke hilir
Kemiringan lapisan dan miring ke hilir dengan
dasar lembah sama sudut lebih kecil dari pada gradien
lembah
Sumber : Laporan Pratikum Geologi Struktur Fakultas Teknik Unikarta 2008
Gambar 2.14. Pola Singkapan Dalam Hukum V
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
27/44
27
2.3.1.2 Lipatan (Fold)
Liptan adalah penekukan pada batuan baik dalam batuan beku,
sedimen, maupun metamorf. Bila penentuan membentuk busur, lipatan
disebut antiklin (aniform). Lipatan yang membentuk palung disebut sinklin
(synform). Beberapa terminologi pada lipatan
- Hinge, yaitu pelengkungan maksimum dari suatu lipatan- Crest, bagian paling tinggi suatu lipatan- Trough, bagian paling rendah dari suatu lipatan- Hinge line, garis yang menghubungkan hinge beberapa lapisan. Axis
sinonim dengan hinge jadi axial line sama dengan hinge line
- Axial plane, bidang yang menghubungkan semua hinge- Crestal line, garis yang menghubungkan puncak / crest beberapa lapisan.- Crestal plane, bidang yang melalui semua crest- Trough line, garis yang menghubungakan bagian yang paling rendah dari
beberapa lapisan
- Trough plane, bidang yang melalui semua trough
c dan c : crest ab dan bc : sayap
a dan a : hinge de : axis : hinge line
AP : axial plane (bidang tegak def : axial plane
lurus gambar)
t dan t : trough
Sumber : Laporan Pratikum Geologi Struktur Fakultas Teknik Unikarta 2008
Gambar 2.15. Bagian Pada Lipatan
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
28/44
28
Macam-macam lipatan yaitu sebagai berikut :
- Lipatan asimetri- Overturned fold- Recumbent fold- Vertical isoclinal fold- Inclined isoclinal fold- Recumbent isoclinal fold- Chevron fold- Box fold- Fan fold- Kink banda- Monoclin
Menurut supriana dkk,1994 anktiklinorium samarinda terdiri dari lipatan
yang berarah timur laut-barat daya dengan sayap di bagian tenggara lebih
curam. Antiklinoriumini dicirikan oleh antiklin yang pada umumnya asimetris
dan terlipat kuat serta di pisahkan oleh sinklin landai dan lebar, dimana jejak
sumbunya mencapai 20-50 km sepanjang jurus berbentuk lurus hingga
melengkung.struktur antiklinorium berubah secara gradasi dari timur kebarat
sedikit hingga tanpa pengangkatan sampai pada lipatan komploks/jalur sesar
naik dengan pengangkatan dan erosi di bagian barat.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
29/44
29
Gambar 2.16 Struktur Geologi Regional Kalimantan Timur Dengan Struktur
Geologi Khas Berupa Antiklinorium Samarinda (Supr iatna, 1974) DaerahTelitian Berada Pada Zona Antiklinorium Tersebut.
117
15
117
30
117
00
116
45
116
30
0 30
S
0 45
S
0 15
S
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
30/44
30
Gambar 2.17 Cekungan yang Terbentuk Pada Jaman Tersier Dibagi Menjadi
Empat Cekungan Yaitu Cekungan Kutai, Cekungan Barito, Cekungan Malawi,
dan Cekungan Tarakan (Mc. Clay, 2000). Daerah Telitian Terendapkan di
Dalam Cekungan Kutai.
0o
2oS
4oS
110o 112
o 114
o116
o 118
o
4oN
6oN
2oN
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
31/44
31
A A
Gambar 2.18 Foto Udara Daerah Samarinda dan Sekitarnya dan
Penampang Melintang Sayatan A-A Pada Antiklinorium Samarinda /
Mahakam Fold Belt (Mc Clay, 2000).
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
32/44
32
2.4. Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Sumberdaya batubara (Coal Resource)adalah bagian dari endapan batubara
yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumberdaya batubara ini dibagi dalam kelas
kelas sumberdaya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara
kualitatif oleh kondisi geologi dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi.
Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian
kelayakan dan dinyatakan layak. Sedangkan cadangan batubara (Coal Reserve)
adalah bagian dari sumberdaya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran serta
kualitasnya yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang.
Secara umum cadangan dapat dinyatakan dalam volume atau dalam tonnase.
Jumlah cadangan dalam mineral bijih (logam) umumnya dinyatakan dalam tonnase,
demikian juga dengan batubara. Sedangkan jumlah cadangan logam emas
dinyatakan dalam troy-ons, serta bahan galian golongan C umumnya dinyatakan
dalam meter kubik. Pada dasarnya sumberdaya dan cadangan dibedakan oleh jenis
data pendukungnya.
Jika hanya didukung oleh data dan informasi geologi, maka endapan tersebut
dikelompokkan kedalam sumberdaya (resource). Sesuai dengan tingkat ketelitian
data dan informasi geologi terhadap sebaran endapan bahan galian tersebut, maka
potensi dikelompokkan lagi menjadi potensi hipotetik (hypothetical), tereka
(inferred), terunjuk (indicated) dan terukur (measured). Sedangkan jika sudah
memasukkan unsur unsur kajian ekonomi, perencanaan tambang, pengolahan,
analisis lingkungan dan lain lain maka jumlah endapan yang diperoleh
dikelompokkan kedalam cadangan (reserve). Sama dengan sumberdaya maka
berdasarkan tingkat ketelitian data maka cadangan dikelompokkan lagi menjadiprobabledanproven, jika disetarakanprobablesetara dengan indicateddanproven
setara dengan measured.
Adapun kalsifikasi sumberdaya dan cadangan adalah sebagai berikut :
a. Sumberdaya batubara hipotetik (Hypothetical Coal Resource)Sumberdaya batubara tereka adalah jumlah batubara didaerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survey
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
33/44
33
tinjau.
b. Sumberdaya batubara tereka (Inferred Coal Resource)Sumberdaya batubara tereka adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memnuhi
syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospek.
c. Sumberdaya batubara terunjuk (Indicated Coal Resource)Sumberdaya batubara terunjuk adalah jumlah batubara didaerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
d. Sumberdaya batubara terukur (Measured Coal Resource)Sumberdaya batubara terukur adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap ekplorasi rinci.
e. Cadangan batubara tereka (Probable Coal Reserve)Cadangan batubara terkira adalah sumberdaya batubara terunjuk dan sebagian
sumberdaya terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang
terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak.
f. Cadangan batubara terbukti (Proved Coal Reserve).Cadangan batubara terbukti adalah sumberdaya batubara terukur berdasarkan
kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil
kajiannya dinyatkan layak.
2.4.1. Dasar Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Adapun dasar klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara mengacu padaSNI (Standar Nasional Indonesia, 1997) yaitu didasarkan pada tingkat keyakinan
geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek,
yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.
a. Aspek keyakinan geologiJika hanya didukung oleh data dan informasi geologi, maka endapan tersebut
dikelompokkan kedalam potensi (Resource). Sesuai dengan tingkat ketelitian data
dan informasi geologi terhadap sebaran endapan bahan galian tersebut, maka potensi
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
34/44
34
dikelompokkan lagi menjadi potensi hipotetik, tereka, terunjuk, dan terukur.
Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumberdaya terukur harus
mempunyai tingkat keyakinan geologi yang lebih besar dibanding dengan
sumberdaya terunjuk, begitu pula sumberdaya terunnjuk harus mempunyai tingkat
keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya tereka, serta
sumberdaya tereka harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibanding
sumberdaya hipotetik. Sumberdaya terukur dan terunjuk dapat ditingkatkan menjadi
cadangan terkira dan terbukti apabila telah memenuhi kriteria layak. Tingkat
keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik informasi
(singkapan, lubang bor dll).
Adapun persyaratan yang berhubungan dengan aspek geologi berdasarkan
persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas
sumberdayanya adalah jarak pengaruh/jarak dimana kemenerusan dimensi dan
kualitas masih dapat terjadi dengan tingkat keyakinan tertentu yang disesuaikan
dengan kondisi geologi daerah penyelidikan. Titik informasi dapat berupa
singkapan, parit uji, sumur uji, dan titik pengeboran dangkal ataupun pengeboran
dalam. Penentuan titik informasi disesuaikan dengan penyebaran batubara dan jarak
pengaruh.
Tabel 2.3. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan
Tahap
Eksplorasi
Status
Hasil Kajian
Survey
TinjauProspeksi
Eksplorasi
Pendahuluan
Eksplorasi
Detail
Belum Layak SumberdayaHipotetik
Sumberdaya
Tereka SumberdayaTerunjuk
SumberdayaTerukur
Layak Cadangan Terkira
Cadangan
Terbukti
K
E
L
A
Y
A
K
A
NKEYAKINAN GEOLOGISumber: Amandemen I
Standar Nasional Indonesia, 1998
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
35/44
35
Table 2.4. Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi
Kondisi
Geologi
KriteriaSumberdaya
Hipotetik Tereka Terunjuk Terukur
SederhanaJarak Titik
Informasi (m)
Tidak
Terbatas1000 < X 1500 500 < X 1000 X 500
ModeratJarak Titik
Informasi (m)
Tidak
Terbatas500 < X 1000 250 < X 500 X 250
KomplekJarak Titik
Informasi (m)
Tidak
Terbatas200 < X 400 100 < X 200 X 100
Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesai. 1998.
a.
Aspek Kelayakan EkonomiAdapun persyaratan yang berhubungan dengan aspek ekonomi adalah
batubara jenis energi rendah (Brown Coal) menunjukkan kandungan panas yang
relatif lebih rendah dibandingkan dengan batubara jenis energi tinggi (Hard Coal).
Karena pada hakikatnya kandungan panas merupakan parameter utama kualitas
batubara, persyaratan batas minimal ketebalan batubara yang dapat ditambang dan
batas maksimal lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat ditambang
untuk batubara jenis energi rendah dan batubara jenis energi tinggi akan
menunjukkan angka yang berbeda.
Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang dan ketebalan
maksimal lapisan pengotor atau Dirt Parting yang tidak dapat dipisahkan pada
saat ditambang yang menyebabkan kualitas batubaranya menurun karena kandungan
abunya meningkat, merupakan unsur yang terkait dengan aspek ekonomi dan perlu
diperhatikan dalam menggolongkan sumberdaya batubara.
Tabel 2.5. Persyaratan Kuantitatif Ketebalan Lapisan Batubara dan Lapisan
Pengotor
Ketebalan (m)
Tingkat Batubara
Batubara Energi
Rendah
Batubara Energi
Tinggi
Lapisan Batubara Minimal (m) 1 0,4
Lapisan Pengotor (m) 0,3 0,3
Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
36/44
36
2.4.2. Persyaratan Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan BatubaraPerlu diingat bahwa perhitungan sumberdaya dan cadangan batubara
menghasilkan suatu taksiran. Model sumberdaya maupun cadangan yang disusun
adalah pendekatan dari realitas berdasarkan data/informasi yang dimiliki dan masih
mengandung ketidakpastian. Adapun persayaratan dalam perhitungan sumberdaya
dan cadangan batubara adalah sebagaiberikut:
a. Suatu taksiran sumberdaya/cadangan harus mencerminkan secara tepat kondisigeologi dan karakteristik/sifat dari seam batubara.
b. Taksiran yang baik harus didasarkan pada data aktual yang diolah/diperlukansecara objektif. Keputusan dipakai atau tidaknya suatu data dalam penaksiran
harus diambil dengan pedoman yang jelas dan konsisten, tidak boleh ada
pembobotan data yang berbeda dan harus dilakukan dengan dasar yang kuat.
c. Metode penaksiran yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat diujiulang atau diverifikasi. Tahap pertama setelah penaksiran sumberdaya selesai
adalah memeriksa atau mengecek taksiran kualitas blok. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan data pengeboran yang ada disekitarnya.
Apabila penambangan dimulai, taksiran kadar dari model sumberdaya/cadangan
harus dicek ulang dengan kualitas atau tonase hasil penambangan yang
sesungguhnya.
2.4.3. Metode Perhitungan Sumberdaya Batubara
Perhitungan sumberdaya dalam penelitian kali ini akan menggunakan
Metode Poligon metode ini umumnya dilakukan didaerah yang mempunyai
kemiringan lapisan yang landai serta mempunyai ketebalan yang relative seragam.Pada umumnya metode polygon, cadangan batubara dihitung pada daerah pengaruh
(area of influence / AIO ) yang berbentuk polygon.(Gambar 2.11)
Daerah pengaruh tersebut dapat berupa singkapan,tes pit ,dan titik bor,daerah
tersebut diperoleh dengan cara :
a. Setiap titik pengaruh mempunyai batasan berbentuk polygon,dimanasetiap sisi adalah tegak lurus terhadap garis penghubung,hasil dari
pembagian jarak yang sama antara 2 data titik.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
37/44
37
b. Setiap daerah pengaruh diasumsikan sebagai poligon yang mempunyaiharga ketebalan dan grade yang sama yang dimiliki titik tersebut.
c. Perhitungan cadangan merupakan hasil penjumlahan cadangan darisetiap polygon.
Pada metode poligon, cadangan dihitung setiap poligon dimana volume setiap
poligon merupakan hasil perkalian antara luas daerah pengaruh dengan
ketebalannya.
Dalam perhitungan cadangan khususnya di Indonesia kita harus benar
benar memperhatikan kondisi geologi daerah yang dimaksud serta jarak antara titik
bor, karena hal tersebut akan sangat mempengaruhi keakuratan/hasil perhitungan
yang dihasilkan. Untuk cadangan terukur (Measured Resource) apabila hanya ada
satu lubang bor atau singkapan maka jarak pengaruhnya adalah 400 meter dari
singkapan batubara atau lubang bor. Sedangkan kalau ada singkapan dan lubang bor
atau lebih dari satu lubang bor dengan jarak maksimum 400 meter, maka jarak
pengaruhnya adalah jarak kedua lubang bor atau singkapan tersebut, dengan
catatan sebagai berikut:
- Jika ada sesar maka jarak pengaruhnya hanya sampai sesar.- Jika kemiringan lapisan batubara lebih dari 300, maka jarak pengaruhnya
menjadi 250 meter, atau dalamketebalan lapisan batubara tersebut merata maka
jarak pengaruhnya boleh 400 meter searah lapisan batubara.
Sedangkan untuk rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :
Tonnase batubara = A x B x C
Keterangan :
A = Bobot ketebalan ratarata batubara dalam inci, feet, cm atau meter.B = Berat batubara persatuan volume yang sesuai metric ton.
C = Area batubara dalam are atau hektar.
Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan
sumberdaya batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda
beda maka perhitungan dilakukan secara terpisah.
1. Kemiringan 00100Perhitungan tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
38/44
38
tonnase.
Tonnase = Tebal Batubara x Berat jenis Batubara x Area batubara
2. Kemiringan 100300Untuk kemiringan 100 300 tonase batubara harus dibagi dengan nilai
cosinus kemiringan lapisan batubara.
3. Kemiringan >300Untuk kemiringan >300 tonase batubara dikali dengan nilai cosinus
kemiringan lapisan batubara.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
39/44
39
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN DAN RENCANA KERJA
3.1 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini kami menggunakan beberapan
tahapan metode penelitian yang antara lain (gambar 3.1) seperti pada
gambar: 3.1di bawah ini:
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
40/44
40
Akuisi Data
- Menggunakan Software Autocad 2007, MapInfo, Global Mapper- Penentuanseambatubara- Penentuan arah penyebaran seam batubara- Perhitungan sumberdaya tereka dengan Metode SNI
Hasil
1. Peta Geologi dan Struktur Geologi2. Peta Topografi3. Peta Pola Aliran4. Perhitungan Sumberdaya Tereka5. Dll
Judul
PEMETAAN GEOLOGI DAN PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUBARA PADA DAERAH X DANSEKITARNYA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
KALIMANTAN TIMUR
Masalah
Perhitungan sumberdaya tereka berdasarkan metode yang sesuai dengan
standar SNI
Pengambilan Data
Primer
Data hasil pemetaan berupa :Kedudukan
singkapan.Urutan lapisan batuan.Ketebalan
lapisan batuan.Kondisi Morfologi Daerah
Penelitian.
Sekunder
- Peta Topografi dari Citra Satelit- Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Tenggarong
dan Samarinda dari BAKOSURTANAL- Peta Geologi Regional Lembar Samarinda dari
BAKOSURTANAL
Studi Literatur
Mengumpulkan materi mengenai Crop lineBatubara dan sumberdaya tereka berdasarkan metode SNI serta
materi lain yang mendukung.
Pengolahan
Data
Persiapan
Pengambilan
Pengolahan Data
- Pemasukan Data Lapangan MenggunakanMicrosoft Word dan Microsoft Exel
-
Pembuatan Peta-Peta Dengan Sftware Autocad2007, Mapinfo, Global Mapper, Dll
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
41/44
41
3.1.1 Tahap Persiapan
Pada tahap ini beberapa penunjang yang sangat di perlukan adalah peta rupa
bumi skala 1: 10.000, peralatan pemetaan, dan yang sangat penting adalah studi
pustaka mengenai penelitian yang terdahulu, dapat berasal dari peta geologi
regional para ahli geologi maupun laporan pemetaan geologi dari peneliti
sebelumnya. Setelah melakukan studi pustaka dan orentasi lapangan maka diadakan
perencanaan lintasan
3.1.2 Tahap penelitian dan Pengambilan Data LapanganSetelah perencanaan lintasan yang matang maka di lakukan penelitian
lapangan dengan menggunakan peralatan yang sudah di siapkan pada saat
persiapan. Pengambilan data dapat berupa pengukuran kedudukan dan
kemiringan perlapisan batuan, deskripsi batuan, pengambilan foto, dan
pengambilan sampel batuan.
3.1.3 Tahap Pemasukan Data dan Pengolahan DataData lapangan dapat di bagi menjadi dua yaitu data lapangan yang
masih kasar dan masih di olah lagi di base camp dan kemudian setelah di
perbaiki data tersebut di masukkan ke data induk dengan tingkat keakuratan
yang dapat dipertanggung jawabkan.
Sedangkan pada tahap pengolahan data dan penyusunan laporan di
pergunakan peralatan-peralatan, seperti :
1. Kertas gambar2. Alat tulis3. Mesin hitung (calculator)4. Komputer dengan program-program pendukung seperti
- Microsoft Excel- Microsoft Word- Map Source- Mapinfo- Global Mapper- Fotoshop
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
42/44
42
3.1.4 Tahap Penyusunan LaporanTahap ini merupakan hasil akhir dari penelitian yang telah di
laksanakan di lapangan. Penulisan laporan ini berdasarkan pada data-data
yang didapat dari lapangan serta data-data yang di peroleh kemudian di
tuangkan kedalam peta untuk daerah penelitian dianataranya :
1. Peta Lintasan dan Lokasi Pengamatan2. Peta Geologi3. Peta Geomorfologi4. Peta Pola Aliran5. Peta croupline
3.1 Waktu Kegiatan Penelitian
Penyelidikan lapangan dilaksanakan pada bulan Januari Februari
2012/2013, didalam melakukan penyelidikan lapangan meliputi pengukuran
singkapan dan pendiskripsian batuan.
Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Kerja Penyelidikan Lapangan
NO JENIS
KEGIATAN
WAKTU PELAKSANAAN
TAHUN 2013
JANUARI FEBRUARI MARET
MINGGU KE MINGGU KE MINGGU KE
I II III IV I II III IV I II III IV
1 PERSIAPAN
2PENGAMBILAN
DATA
3PENGOLAHAN
DATA
4PEMBUATAN
LAPORAN
5PERSENTASE
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
43/44
43
BAB IV
PENUTUP
Di dalam melakukan survey geologi permukaan khususnya pemetaan geologi
segala persiapan baik perlengkapan dan data- data penunjang sangat berperan
penting guna mengumpulkan data-data yang akurat, sehingga dapat dilakukan
perhitungan sumber daya batubara yang ada di daerah telitian dan penggambarannya
secara aktual.
Demikian proposal Tugas Akhir ini saya ajukan, sebagai bahanpertimbangan guna mewujudkan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang berkualitas
dan mampu bersaing dalam dunia pertambangan dimasa yang akan datang, atas
perhatian dan kesediaan memberi kesempatan melakukan penelitian Tugas Akhir
( TA ) saya ucapkan terima kasih.
7/22/2019 Oke Bangeeeeet
44/44
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1999, Panduan Praktikum Geomorfologi, Lab. Geomorfologi Fakultas
Teknik Geologi Pertambangan, Universitas Kutai Kartanegara, Tenggarong.
Abdurachman, A., dan Undang Kurnia. 1983. Pengaruh pupuk dan soil conditioner
terhadap pertumbuhan tanaman jambu mede. Pembrit. Penel. Tanah dan
Pupuk 1: 1-5.
Abdurachman, A., dan Sutono. 2002. Teknologi pengendalian erosi lahan
berlereng. hlm. 103-145 dalam Abdurachman, A., Mappaona, dan ArsilSaleh (Eds.) Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju Pertanian
Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Buku Catatan Lapangan Kuliah Lapangan geologi Karang Sambung, Jurusan
Teknik Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta, 1999.
Hutton,A. and Jones, B 1995, Short Course on Coal Exploration,Man power
Development Centre for mines,Bandung.
Ir. Joniansyah, Petunjuk Praktikum Geomorfologi Fakultas teknik GeologiUnikarta, (1999) Haryanto, Yudi. 2005. Powerpoint: Estimasi Resource dan
Reserve Batubara. Geoservices, Ltd. Surabaya.
King, Hobart. Coal: What Is Coal and How Does It Form?.
Diakses pada 12 September 2012.
Supriatna dkk Stratigrafi Regional Daerah Telitian 1978
Suroso Sastro Prawijo Pedoman Praktikum Geomorfologi UPN veteran
Yogyakarta (1977).
Van Zuidam R.A. (1983) Guide to Geomorfic Areal Photografic Interpretation and
Mapping