16
PSIKOLOGI ABNORMAL Obsesif Kompulsif Oleh: Yasheive Sa’adi 09421160 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Obsesif Kompulsif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psikologi Abnormal tentang " Obsesif Kompulsif "

Citation preview

Page 1: Obsesif Kompulsif

PSIKOLOGI ABNORMAL

Obsesif Kompulsif

Oleh:

Yasheive Sa’adi

09421160

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

2010

Page 2: Obsesif Kompulsif

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala karunia yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, terutama kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan tugas yang berjudul “Obsesif Kompulsif”

Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis berharap hasilnya dapat bermanfaat

bagi penulis dan semua pembaca. Dan tugas ini dapat dijadikan bahan pengetahuan

terutama tentang pembelajaran seni rupa pada masa kanak-kanak. Tidak lupa penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dosen Psikologi Abnormal.

2. Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah memberikan masukan, saran

dan pendapat kepada penulis sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun tugas ini masih banyak

kekurangannya. Oleh karena itu penulis berharap kritik, dan saran yang bersifat

membangun dari siapapun untuk perbaikan.

Penulis

Page 3: Obsesif Kompulsif

DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................

Kata Pengantar....................................................................................................

Daftar Isi..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................

1.2 TUJUAN..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI.............................................................................................

2.2 EPIDEMIOLOGI.................................................................................

2.3 ETIOLOGI...........................................................................................

2.4 GEJALA KLINIS................................................................................

2.5 DIAGNOSIS........................................................................................

BAB III KESIMPULAN...................................................................................

Daftar Pustaka.....................................................................................................

Page 4: Obsesif Kompulsif

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1 LATAR BELAKANG

            Ganguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak

waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan.1 Gangguan ini

prevalensinya diperkirakan 2 – 3% dari populasi.1,2,3,4

            Gangguan obsesif – kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan

jiwa setelah fobia, gangguan penyalahgunaan zat dan gangguan depresi berat.3

Kebanyakan pasien dengan gangguan obsesif – kompulsif datang ke beberapa dokter

sebelum mereka ke psikiater dan umumnya 9 tahun mendapat terapi, baru kemudian

mendapat diagnosis yang benar.4 Hal ini menunjukkan bahwa dokter selain psikiater

penting untuk mendapat diagnosis yang benar.

 

1.2 TUJUAN

            Makalah yang berjudul “Gangguan Obsesif – Kompulsif” ini dibuat untuk

membahas etiologi, gejala klinis, diagnosis, serta prognosis dari penyakit ini. Dengan

itu dapat lebih baik untuk mendiagnosis penyakit ini dengan tepat.

Page 5: Obsesif Kompulsif

BAB 2

PEMBAHASAN

 

2.1 DEFINISI

            Obsesi adalah ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang

tidak dapat ditentang yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika,

yang disertai dengan kecemasan. Sedangkan kompulsi adalah kebutuhan yang patologis

untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan kecemasan.2

            Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak

waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress).1

 

2.2 EPIDEMIOLOGI

            Prevalensi dari gangguan obsesif – kompulsif pada populasi umum adalah 2 -

3%.1,2,3,4 Pada sepertiga pasien obsesif – kompulsif, onset gangguan ini adalah sekitar

usia 20 tahun, pada pria sekitar 19 tahun dan pada wanita sekitar 22 tahun.

Perbandingan yang sama dijumpai pada laki-laki dan perempuan dewasa, akan tetapi

remaja laki – laki lebih mudah terkena daripada remaja perempuan.2

2.3 ETIOLOGI

Faktor Biologis

            Banyak penelitian yang mendukung adanya hipotesis bahwa disregulasi

serotonin berpengaruh pada pembentukan gejala gangguan obsesif – kompulsif, tetapi

serotonin sebagai penyebab gangguan obsesif kompulsif masih belum jelas. Genetik

juga diduga berpengaruh untuk terjadinya gangguan obsesif – kompulsif dimana

ditemukan perbedaan yang bermakna antara kembar monozigot dan dizigot.2

 

Faktor Tingkah Laku

            Menurut  teori, obsesi adalah stimulus yang terkondisi. Sebuah stimulus yang

relatif netral diasosiasikan dengan rasa takut atau cemas melalui proses pengkondisian

responden yaitu dengan dihubungkan dengan peristiwa – peristiwa yang menimbulkan

rasa cemas atau tidak nyaman.

Page 6: Obsesif Kompulsif

            Kompulsi terjadi dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menyadari bahwa

perbuatan tertentu dapat mengurangi kecemasan akibat obsesif, orang tersebut

mengembangkan suatu strategi penghindaran aktif dalam bentuk kompulsi atau ritual

untuk mengendalikan kecemasan tersebut. Secara perlahan, karena efikasinya dalam

mengurangi kecemasan, strategi penghindaran ini menjadi suatu pola tetap dalam

kompulsi.2

 

Faktor Psikososial

            Menurut Sigmund Frued, gangguan obsesif – kompulsif bisa disebabkan karena

regresi dari fase anal dalam fase perkembangannya.2 Mekanisme pertahanan psikologis

mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi gangguan obsesif – kompulsi.

Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alas an timbulnya pikiran

berulang untuk menyakiti orang tersebut.5

 

2.4 GEJALA KLINIS

            Gejala pasien gangguan obsesif – kompulsif mungkin berubah sewaktu – waktu

tetapi gangguan ini mempunyai empat pola gejala yang paling sering ditemui, yaitu :

1. Kontaminasi

Obsesi akan kontaminasi biasanya diikuti oleh pembersihan atau kompulsi

menghindar dari objek yang dirasa terkontaminasi. Objek yang ditakuti biasanya

sulit untuk dihindari, misalnya feces, urine, debu, atau kuman.

2. Keraguan Patologis

Obsesi ini biasanya diikuti oleh kompulsi pemeriksaan berulang. Pasien

memiliki keraguan obsesif dan merasa selalu merasa bersalah tentang

melupakan sesuatu atau melakukan sesuatu.

3. Pemikiran yang Mengganggu

Obsesi ini biasanya meliputi pikiran berulang tentang tindakan agresif atau

seksual yang salah oleh pasien.

4. Simetri

Kebutuhan untuk simetri atau ketepatan akan menimbulkan kompulsi

kelambanan. Pasien membutuhkan waktu berjam – jam untuk menghabiskan

makanan atau bercukur.2

Page 7: Obsesif Kompulsif

Beberapa gejala yang berhubungan dengan gangguan obsesif – kompulsif adalah

sebagai berikut :3

OBSESI KOMPULSI

Perhatian terhadap kebersihan (kotoran,

kuman, kontaminasi)

Ritual mandi, mencuci dan

membersihkan yang berlebihan

Perhatian terhadap ketepatan Ritual mengatur posisi berulang – ulang

Perhatian terhadap peralatan rumah

tangga (piring, sendok)

Memeriksa berulang – ulang dan

membuat inventaris peralatan

Perhatian terhadap sekresi tubuh (ludah,

feces, urine)

Ritual menghindari kontak dengan sekret

tubuh, menghindari sentuhan

Obsesi religius Ritual keagamaan yang berlebihan

(berdoa sepanjang hari)

Obsesi seksual (nafsu terlarang atau

tindakan seksual yang agresif)

Ritual berhubungan seksual yang kaku

Obsesi terhadap kesehatan (sesuatu yang

buruk akan terjadi dan menimbulkan

kematian)

Rituall berulang (pemeriksaan tanda vital

berulang, diet yang terbatas, mencari

informasi tentang kesehatan dan

kematian

Onsesi ketakutan (menyakiti diri sendiri

atau orang lain)

Pemeriksaan pintu, kompor, gembok dan

rem darurat berulang – ulang

Pemikiran mengganggu tentang suara,

kata – kata atau musik

Menghitung, berbicara, menulis,

memainkan alat musik dengan suatu

ritual yang beragam

 

2.5 DIAGNOSIS

Pedoman diagnostik

            Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif atau tindakan

kompulsif, atau kedua – duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2

minggu berturut – turut.

  Gejala – gejala obsesif harus mencakup hal – hal berikut :

-         Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.

Page 8: Obsesif Kompulsif

-         Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun

ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

-         Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang

memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau

anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas).

-         Gagasan , bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan

yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).

Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi.

Penderita gangguan obsesif – kompulsif sering kali juga menunjukkan gejala depresi

dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran –

pikiran obsesif selama episode depresinya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal

tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel

dengan perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka

diagnosis diutamakan dari gejala – gejala yang timbul terlebih dahulu.

Diagnosis gangguan obsesif – kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada

gangguan depresif pada saat gejala obsesif – kompulsif tersebut timbul. Bila dari

keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai

diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala

yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.

Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom

Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi

tersebut.

  

F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan

Pedoman Diagnostik

-         Keadaan ini dapat berupa : gagasan, bayangan pikiran atau impulls (dorongan

perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien).

-         Meskipun isi pikiran tersebut berbeda – beda, umumnya hampir selalu

menyebabkan penderitaan (distress).

F42.1 Predominan Tindakan Kompulsi

Pedoman Diagnostik

Page 9: Obsesif Kompulsif

-         Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan : kebersihan (khususnya

mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi

yang dianggap berpotensi bahaya tidak terjadi atau masalah kerapihan dan

keteraturan.

Hal tersebut dilatar belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam

dirinya atau bersumber dari dirinya dan tindakan ritual tersebut meriupakan

ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari bahaya tersebut.

-         Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita waktu sampai beberapa jam dalam

sehari dan kadang – kadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil

keputusan dan kelambanan.

 

F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif

Pedoman Diagnostik

-         Kebanyakan dari penderita – penderita obsesif – kompulsif memperlihatkan

pikiran serta tindakan kompulsif.

Diagnosis ini digunakan bilamana kedua hal tersebut sama – sama menonjol,

yang umumnya memang demikian.

-         Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya dinyatakan dalam

diagnosis F42.0 atau F42.1. Hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda

terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsif terhadap terapi

perilaku.

 

 Terapi Tingkah Laku

            Baku emas terapi tingkah laku untuk gangguan obsesif – kompulsif meliputi

paparan dan pencegahan ritual. Pada terapi ini pasien dipaparkan dengan stimuli yang

memprovokasi obsesinya misalnya dengan menyentuh objek yang terkontaminasi dan

juga pasien ditahan untuk tidak kompulsi misalnya menunda mencuci tangan.

            Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang obsesinya

kemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang membuat cemas sampai yang

paling membuat cemas. Dengan melakukan paparan berulang terhadap stimulus

diharapkan akan menghasilkan kecemasan yang minimal karena adanya habituasi.4 

Page 10: Obsesif Kompulsif

BAB 3

KESIMPULAN

 

             Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak

waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress).

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau

kedua – duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut –

turut.

            Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan

obsesif – kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkah

laku. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik,

adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik.

Page 11: Obsesif Kompulsif

DAFTAR PUSTAKA

 

1. Diagnostic and statistical manual of mental disorder, 4th ed. DSM-IV

Washington DC : American Psychiatry Association, 1994.

2. Saddock BJ, Saddock VA. Obsessive-Compulsive Disorder. Dalam : Kaplan &

Sadock’s Synopsis of Psychiatry, ninth ed. Lippincott Williams & Wilkins,

Philadelphia, 2003. h 616-23.

3. Khouzan HR. Obsessive compulsive disordes : what to do if you recognize

baffling behaviour. Postgard Med 1999; 106(7): 133-41.

4. Jenike MA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004; 350 : 259-65

5. Elkin GD. Obsessive compulsive disorder. Dalam : Introduction to Clinical

Psychiatry. 1st ed. Appleton & Lange, USA, 1999. h 95-8

6. Gangguan obsesif – kompulsif. Dalam : Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa;

rujukan ringkas dari PPDGJ – III. Maslim R, penyunting. Jakarta; 2003.76

7. http://bayuaslilow.multiply.com/journal/item/3.