41
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG KECEMASAN DAN AL-QURAN A. Pemahaman Umum tentang Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. 1 Dalam definisi lain, kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. 2 Menurut Bachtiar Lubis, kecemasan adalah penghayatan emosional yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan antisipasi malapetaka yang akan datang. Tingkatannya bervariasi dari perasaan cemas dan gelisah yang ringan sampai ketakutan yang amat berat. Dapat dibandingkan dengan perasaan takut dan terancam, tetapi seringkali tanpa adanya alasan atau penyebab yang sepadan. 3 Sementara itu, menurut Hanna Djumhana mendefinisikan kecemasan sebagai ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas muncul apabila seseorang berada dalam keadaan diduga akan merugikan dan mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu menghadapinya. Dengan demikian, rasa cemas sebenarnya suatu ketakutan yang diciptakan oleh diri sendiri, yang dapat ditandai dengan selalu merasa khawatir dan takut terhadap sesuatu yang belum terjadi. 4 1 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, terjm. Sari Narulita dan Miftakhul Jannah, (Jakarta : Gema Insani, Cet. I, 2005), hlm. 512 2 Dadang Hawari, Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, (Jakarta : FK UI, 2001), hlm. 19 3 Bachtiar Lubis, Pengantar Psikiatri Klinik, (Jakarta : Gaya Baru, 1993), hlm. 78 4 Hanna Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi dengan Islam : Menuju Psikologi Islami, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2001), hlm. 156

Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

BAB II

LANDASAN TEORITIS TENTANG KECEMASAN DAN AL-QURAN

A. Pemahaman Umum tentang Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan

kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan

dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh.1 Dalam

definisi lain, kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai

dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,

kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam

batas-batas normal.2

Menurut Bachtiar Lubis, kecemasan adalah penghayatan

emosional yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan antisipasi

malapetaka yang akan datang. Tingkatannya bervariasi dari perasaan

cemas dan gelisah yang ringan sampai ketakutan yang amat berat. Dapat

dibandingkan dengan perasaan takut dan terancam, tetapi seringkali tanpa

adanya alasan atau penyebab yang sepadan.3

Sementara itu, menurut Hanna Djumhana mendefinisikan

kecemasan sebagai ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi.

Perasaan cemas muncul apabila seseorang berada dalam keadaan diduga

akan merugikan dan mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu

menghadapinya. Dengan demikian, rasa cemas sebenarnya suatu

ketakutan yang diciptakan oleh diri sendiri, yang dapat ditandai dengan

selalu merasa khawatir dan takut terhadap sesuatu yang belum terjadi.4

1 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, terjm. Sari Narulita dan Miftakhul

Jannah, (Jakarta : Gema Insani, Cet. I, 2005), hlm. 512 2 Dadang Hawari, Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, (Jakarta : FK UI, 2001), hlm.

19 3 Bachtiar Lubis, Pengantar Psikiatri Klinik, (Jakarta : Gaya Baru, 1993), hlm. 78 4 Hanna Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi dengan Islam : Menuju Psikologi

Islami, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2001), hlm. 156

Page 2: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Kartini Kartono juga menjelaskan bahwa kecemasan adalah

semacam kegelisahan-kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang

tidak jelas yang difus atau baur, dan mempunyai ciri yang mengazab pada

seseorang, maka kalau merasa gamang khawatir terhadap sesuatu yang

jelas, seperti pada harimau atau orang gila mengamuk sehingga hal itu

disebut takut. Kata cemas sering diganti dengan kata takut5 dalam arti

khusus, yaitu takut akan hal yang objeknya kurang jelas. Akan tetapi,

dalam arti kejiwaan atau psikis, cemas mempunyai pengertian yang

berkaitan dengan penyakit dan gangguan kejiwaan atau keadaan perasaan

yang campur baur terutama dalam kondisi tertekan.6

Berkaitan dengan definisi di atas, dalam buku “Oxford Dictionary

of Psychology” menjelaskan bahwa anxiety is a state of uneasiness, a

companied by disphoria and somatic signs and symptom of tension,

focused on apphrehension of possible failure, misfortune, or danger,7

(kecemasan adalah suatu bentuk kegelisahan/kekhawatiran yang disertai

dengan gejala disforia,8 gejala somatik, dan ketegangan yang berfokus

pada ketakutan, atau adanya bahaya yang mengancam).

Ada definisi lain tentang kecemasan yang lebih difokuskan dalam

4 hal, yaitu :

1. Perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai

masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.

2. Suatu bentuk rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat ringan.

3. Kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap-luap.

4. Suatu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi penghindaran yang

dipelajari pada peristiwa adanya rangsang bersyarat (respon

5 Takut (fear : ketakutan, kekhawatiran) merupakan suatu reaksi emosional yang kuat,

mencakup perasaan yang subyektif penuh ketidaksenangan, agitasi, dan keinginan untuk melarikan diri atau bersembunyi. Ketakutan ini merupakan satu reaksi terhadap satu bahaya khusus yang tengah dihadapi. Dan beberapa istilah lain seperti fear, anxiety (kegelisahan, kekhawatiran), dan phobia/fobia, dipakai sebagai sinonim.

6 Kartini Kartono, Patologi Sosial 3 : Gangguan-gangguan Kejiwaan, (Jakarta : CV. Rajawali, Cet. III, 2003), hlm. 129

7 Andrew M. Colman, Oxford Dictionary of Psychology, (New York : Oxford University Press, 2003), hlm. 46

8 Disforia (dysphoria) adalah depresi yang disertai dengan kecemasan

Page 3: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

terkondisioner), biasanya pada peristiwa kejutan atau shock,9 subjek

binatang yang memperlihatkan tingkah laku yang membuktikan

adanya kecemasan, termasuk antara lain : terkencing-kencing,

terberak-berak, usaha kabur melarikan diri menjauhi aparat, dan lain-

lain.10

Berbeda dengan Spielberger yang memberikan pengertian tentang

kecemasan sebagai sebuah kondisi emosi yang tidak menyenangkan yang

dicirikan oleh perasaan-perasaan tegang, ketakutan dan kekhawatiran yang

subyektif, dan dipengaruhi oleh sistem syaraf otonom. Untuk lebih mudah

memahami tentang kecemasan, ia membedakan antara state dan trait

anxiety (kecemasan). Trait anxiety merupakan kecemasan yang tidak

langsung nampak didalam tingkah laku, tapi dapat dilihat dari frekuensi

dan intensitas keadaan kecemasan individu sepanjang waktu. State anxiety

merupakan kecemasan yang ditentukan oleh tingkat tekanan dari situasi

tertentu dan pengalaman-pengalaman individu tentang tekanan tersebut.11

State anxiety beragam dalam hal intensitas dan waktu, seperti : mengikuti

ujian, terbang, saat kencan pertama. Keadaan ini antara individu yang satu

dengan yang lain sangat berbeda reaksinya terhadap ketegangan.

Sedangkan anxiety menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman

yang disebut anxiety proneness (kecenderungan akan kecemasan).

Sehingga, keadaan ini dilihat sebagai bentuk kecemasan kronis. Sebagai

contohnya, seorang anak dengan sifat kecemasan yang kuat dan bereaksi

lebih sering dan intensitasnya lebih tinggi terhadap berbagai situasi.12

9 Shock (kejutan) diartikan : 1) Suatu depresi proses-proses fisiologis yang mendadak dan

sering fatal, disebabkan oleh suatu kecelakaan, peristiwa pembedahan, atau oleh suatu emosi yang kuat, 2) Kondisi yang diakibatkan oleh satu arus listrik kuat yang dialirkan lewat tubuh, 3) Suatu kondisi kegemparan depresi dalam satu syaraf atau di dalam urat syaraf tulang belakang, sebagai akibat luka-luka pada sistem syaraf.

10 J.P. Chaplin, Kamus Psikologi, terjm. Kartini Kartono, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet. VII, 2001), hlm. 32

11 Arief Wibisono, Hubungan Shalat dengan Kecemasan, (Jakarta : Studia, Cet. II, 1990), hlm. 22

12 Linda De Clerg, Tingkah Laku Abnormal : Dari Sudut Pandang Perkembangan, (Jakarta : PT. Grasindo, 1994), hlm. 48-49

Page 4: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Oleh karena itu, kecemasan (anxiety) menunjuk kepada keadaan

emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang meliputi

interpretasi yang subyektif dan rangsangan fisiologis (reaksi badan secara

fisiologis, misalnya bernafas lebih cepat, menjadi merah, jantung

berdebar-debar, dan berkeringat). Kecemasan atau ketakutan

dikonseptualisasikan sebagai reaksi emosional yang umum dan

nampaknya tidak berhubungan dengan keadaan atau stimulus tertentu.

Kecemasan juga merupakan wujud penjelmaan dari berbagai

proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang

sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan (stres)13

seperti perasaan (frustasi)14 dan pertentangan batin (konflik batin).15

Secara psikologis mengenai pemahaman terhadap masalah

kecemasan ini cukup beraneka ragam. Teori-teori tentang rasa cemas

banyak dikembangkan, karena rasa cemas telah dianggap sebagai

penyebab utama dari berbagai gangguan kejiwaan. Perasaan cemas

memiliki taraf yang berbeda-beda, mulai dari yang ringan sampai yang

paling berat atau dapat dikatakan pada batas kecemasan normal dan

abnormal.16

Tingkat kecemasan dalam batas-batas kenormalan merupakan

reaksi yang dapat dialami oleh siapapun, dan keadaan ini orang mudah

mengatasi atau mereduksi ketegangan yang dialami. Namun kecemasan

yang berlebihan (abnormal) akan menimbulkan gangguan dan

menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya. Selanjutnya, pada

kadar yang rendah, kecemasan membantu individu untuk bersiaga

mengambil langkah-langkah mencegah bahaya atau memperkecil dampak

bahaya tersebut. Kecemasan pada taraf tertentu dapat mendorong

13 Stress merupakan satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis 14 Frustasi (frustation) adalah satu keadaan ketegangan yang tidak menyenangkan,

dipenuhi kecemasan, dan aktivitas simpotesis yang semakin meninggi disebabkan oleh perintangan dan penghambatan

15 Dwi Sunar Prasetyono, Kiat Mengatasi Cemas dan Depresi, (Yogyakarta: Tugu Publisher, Cet. 1, 2005), hlm. 11

16 Hanna Djumhana Bastaman, op.cit., hlm. 156

Page 5: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

meningkatnya performa.17 Oleh sebab itu, kecemasan seperti itu disebut

gangguan kecemasan (anxiety disorder).18

Bangunan cemas berbeda dengan kecemasan normal dalam hal

intensitas, durasi, dan dampaknya bagi individu. Kekhawatiran/

kecemasan dianggap sebagai suatu hal yang patologis apabila tidak bisa

lagi dihentikan atau dikontrol oleh individu tersebut. Gangguan cemas

digolongkan ke dalam gangguan "neurosis"19 bersama gangguan

somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan gangguan

distimik.22 Gangguan neurosis adalah gangguan mental, yang mana

gangguan utamanya muncul dalam symptom atau sekumpulan symptom

yang mengganggu individu dan dianggapnya sebagai sesuatu yang asing

dan tidak dapat diterima (ego dystonic).23

Menurut Kartini Kartono, kecemasan dikategorikan dalam

gangguan alam perasaan. Pada kondisi tersebut, dimana kecemasan

memiliki sifat yang tidak jelas dan difus, yang digolongkan dalam bentuk

stemming24 atau suasana hati.25 Sedangkan menurut Freud, kecemasan

atau ketakutan memiliki nilai tinggi yaitu untuk memperingatkan orang

akan datangnya bahaya; sebagai isyarat bagi das ich, bahwa apabila tidak

17 Fitri Fauziyah dan Julianti Widuri, Psikologi Abnormal Klinis Dewasa, (Jakarta, UII-

Press, 2005), hlm. 73-74 18 Anxiety Disorder (gangguan kecemasan) merupakan sebuah karakter/ciri kecemasan-

destress emosional yang disebabkan oleh perasaan yang mudah terluka, keprihatinan atau ketakutan. Lihat pada Camille Wortman, Elizabeth Loftus dan Charles Weaver, psychology (New York : Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd., cet IX, 2004), hlm. 503

19 Neurosis juga diartikan penyakit mental yang lunak, dicirikan dengan tanda-tanda wawasan yang tidak lengkap tentang sifat-sifat kesukarannya, memiliki konflik, reaksi kecemasan, dan terkadang disertai dengan fobia, gangguan pencernaan, dan tingkah laku obsesif-kompulsif

20 Gangguan Somatoform adalah kelompok gangguan yang meliputi symptom fisik (misalnya nyeri, mual, dan pening) dimana tidak dapat ditemukan penjelasan secara medis

21 Gangguan disosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya perubahan perasaan individu tentang identitas memori, atau kesadarannya.

22 Dysthymia atau dismitik adalah kemurungan (kepatahan semangat, kesedihan) dalam suasana hati atau kondisi jiwa.

23 Fitri Fausiah dan Julianti Widury, op.cit, hlm. 74-75. 24 Stemming adalah kondisi perasaan yang berkesinambungan, tercirikan dengan selalu

muncul perasan-perasaan senang atau tidak senang yang difus (difus : tidak jelas, baur, menyebar kemana-mana) sifatnya.

25 Kartini Kartono, loc.cit.

Page 6: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

dilakukan tindakan-tindakan yang tepat, maka bahaya (ketegangan) akan

meningkat. Sehingga das ich tidak mampu mengontrol (terkalahkan).26

Dari berbagai pengertian tentang kecemasan di atas, dapat

disimpulkan bahwa kecemasan adalah sebuah gangguan pada alam

perasaan dalam wujud kegelisahan-kekhawatiran yang berlebihan, di mana

tidak memiliki kejelasan terhadap obyek yang rasional dan kondisinya

mengarah kepada hal-hal yang belum tentu akan terjadi.

2. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan disebabkan karena adanya insting27 manusia untuk

mencari kesempurnaan hidup dan tidak mempunyai kemampuan untuk

membaca dunia dan mengetahui misteri kehidupan. Kondisi ini yang

menyebabkan orang cemas dan orang yang bersangkutan tidak berhasil

menemukan makna dalam hidupnya.28

Menurut Karn Horney berpendapat tentang sebab terjadinya cemas

ada tiga macam, yaitu :

a. Tidak adanya kehangatan dalam keluarga dan adanya perasaan diri

yang dibenci, tidak disayangi dan dimusuhi/disaingi.

b. Berbagai bentuk perlakuan yang diterapkan dalam keluarga, misalnya

sikap orang tua yang otoriter, keras, ketidakadilan, pengingkaran janji,

kurang menghargai satu sama lain, dan suasana keluarga yang penuh

dengan pertentangan dan permusuhan.

c. Lingkungan yang penuh dengan pertentangan dan kontradiksi, yakni

adanya faktor yang menyebabkan tekanan perasaan dan frustasi,

penipuan, pengkhianatan, kedengkian, dan sebagainya.29

Kecemasan seringkali merampas kenikmatan dan kenyamanan

hidupnya, serta membuat mereka selalu gelisah dan tidak bisa tidur lelap

26 Sumardi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cet.

XI 2002), hlm. 139 27 Insting (instinct) atau naluri ini ditujukan pada kecenderungan pembawaan atau

warisan yang menjadi motivasi di balik segala pikiran dan perbuatan. 28 M. Munandar Sulaeman, Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar, (Bandung : PT Retika

Aditama, 1998), hlm. 80 29 Zakiyah Daradjat, Kebahagiaan, (Bandung : CV Ruhama, 1993), hlm. 26

Page 7: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

sepanjang malam. Ada beberapa hal yang selalu menyebabkan situasi

tersebut terjadi di antaranya :

a. Lemahnya keimanan dan kepercayaan terhadap Allah Swt.

b. Kurangnya tawakkal mereka terhadap Allah Swt.

c. Terlalu sering memikirkan kejayaan masa depannya dan apa yang

akan terjadi kelak dengan pola pikir dan cara pandang yang negatif

terhadap dunia dan seisinya.

d. Rendahnya permohonan mereka tentang tujuan dari penciptaan

mereka.

e. Selalu tergantung pada diri sendiri dan sesama manusia lain dalam

urusan di dunia, sehingga lupa menggantungkan hidupnya kepada

Allah Swt.

f. Mudah dipengaruhi oleh hawa nafsu ketamakan, keserakahan, ambisi,

keegoisan yang berlebihan.

g. Meyakini bahwa keberhasilan berada di tangan manusia sendiri atau

ditentukan oleh usahanya sendiri.30

Akan tetapi, sesungguhnya manusia tidak dilahirkan dengan penuh

ketakutan ataupun kecemasan. Pada dasarnya ketakutan dan kecemasan

hadir karena adanya luapan emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya

hadir karena adanya faktor lingkungan yang menyertainya, misalnya

sekolah, keluarga, dan sosial (pekerjaan dan budaya masyarakat).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyebab hadirnya

kecemasan sebagai berikut :

1. Rumah yang penuh dengan pertengkaran ataupun kesalahpahaman,

serta adanya ketidakpedulian di antara anggota keluarga, sehingga

menimbulkan kesenjangan/ketidakharmonisan dalam keluarga.

2. Lingkungan yang memfokuskan pada persaingan untuk

memperebutkan materi ataupun maraknya permusuhan demi kejayaan

30 Abdul Aziz Al Husain, Jangan Cemas Menghadapi Masa Depan, (Jakarta: Qisthi

Press, 2004), hlm. 22

Page 8: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

hidup dan juga ambisi yang kuat sehingga membutakan hati nurani dan

akhlak yang kejam.

3. Kurangnya pendidikan atau pengetahuan spiritual.31

Berbeda dengan pendapat Lawrence tentang penyebab kecemasan.

Menurutnya, kecemasan timbul dari konflik dan frustasi. Kecemasan tidak

akan pernah muncul kalau seseorang telah terdorong oleh hal-hal yang

menyenangkan. Sementara, kecemasan adalah sebuah bentuk ketakutan,

alasan orang frustasi, karena kecemasan sering dijadikan sebagai pelarian

diri. Sedangkan kecemasan yang disebabkan oleh konflik, hal itu muncul

karena manusia modern tidak mampu menghadapi peradaban zaman yang

masih diselimuti oleh persengketaan, sehingga menimbulkan ancaman

terhadap semua populasi.32

Selain berbagai macam faktor di atas, ada faktor pencetus dari

timbulnya kecemasan pada diri seseorang. Sebagaimana yang dijelaskan

oleh Kartini Kartono bahwa kecemasan atau gangguan kecemasan

dipengaruhi oleh faktor psikis dan struktur kepribadiannya. Gangguan-

gangguan psikis seperti neurosa kecemasan dapat didasarkan atas

temperamennya. Temperamen33 adalah konstitusi psikis yang erat berpadu

dengan konstitusi jasmaniah, yang kurang lebih konstan sifatnya, berupa :

primaritas, sekunderitas, kepekaan terhadap warna, emosional, aktivitas,

ekspansivitas, sentimentalitas, dan lain-lain. Semua unsur ini tidak dapat

diubah dan dididik, tidak dapat dipengaruhi, sehingga sifatnya relatif

konstan atau tetap.

Selanjutnya faktor tentang struktur kepribadian, hal ini disesuaikan

dengan tipe-tipe kepribadian yang dimiliki. Pada struktur kepribadian

31 Mustir bin Said Az-Zahrani, op.cit., hlm. 511 32 Lawrence I. O'kelly, Introduction to Psychopathology, (New York : Prentice-Hall Inc.,

1949), hlm. 77 33 Temperamin merupakan sinonim dari temper (kemarahan, sifat, watak, tabiat) yang

diartikan sebagai disposisi reaktif seseorang. Dengan kata lain, temperamen adalah konstitusi kejiwaan, sedangkan dalam teori Kretschmer, temperamen lebih khusus diartikan sebagai bagian daripada kejiwaan yang agaknya dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi terhadap aspek jasmaniah. Oleh karena itu, dapat mempengaruhi kualitas kejiwaan seseorang, yakni suasana hati dan tempo psikis. Lihat pada Sumadi Suryabrata, op.cit., hlm. 20-21

Page 9: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

orang yang memiliki kecemasan dapat dikategorikan dari tipe sintimentil34

yang banyak memunculkan gejala-gejala cemas, depresif,35 melankoli,36

dan psikhasteni.37 Selain tipe-tipe tersebut, ada juga tipe-tipe kepribadian

lain yang mempengaruhi karakter pada diri seseorang sesuai dengan

struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian juga merupakan faktor

warisan psikis karena sifatnya bisa genetis dan sekaligus psikis. Genetis

karena merupakan konstitusi psikis yang diwarisi dan erat kaitannya

dengan konstitusi fisik/jasmaninya (memiliki faktor keturunan). Psikis

sifatnya, hal ini diperoleh dari pengalaman-pengalaman individu sebagai

peristiwa yang traumatis, yang memunculkan berbagai bentuk gangguan.38

3. Jenis dan Ciri-ciri Kecemasan

Sigmund Freud membedakan jenis-jenis kecemasan kedalam tiga

kategori, yaitu :

a. Kecemasan objektif (objective anxiety), yaitu reaksi ego terhadap

bahaya dari luar, keadaan ini merupakan ketakutan yang realistis

b. Kecemasan neurotic (neurotic anxiety), yaitu takut akan akibat yang

tidak enak, yang diduga atas hukuman karena mengekspresikan impuls

id.39 Kecemasan ini muncul karena pengamatan bahawa dari

naluriah.40 Kecemasan ini dibagi dalam 3 macam, yaitu : 1) kecemasan

yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, 2) rasa takut

34 Sentimentil (dari dasar kata sentiment) diartikan ; 1) satu disposisi untuk berbuat

dengan satu cara tertentu terhadap orang lain atau terhadap satu objek, 2) satu kompleks atau satu kombinasi naluri, yang membangun satu kecondongan dengan atau kondisi termotivasi yang tegar dan terus menetap, 3) satu pengumbaran yang sangat berlebihan dalam emosi.

35 Depresive (depresif) : kondisi neurotic sementara, diperkuat dengan hilangnya beberapa kemampuan yang parah sifatnya, dan ditandai dengan kecemasan, depresi, serta menurunnya harga diri.

36 Psychastenia (psikhasteni) : satu tipe neurosa yang dicirikan dengan tanda-tanda reaksi kecemasan, obsesi, dan ide fixed (ide-ide kaku, mati)

37 Melancholy (melankoli) : satu keadaan jiwa atau suasana hati yang dicirikan dengan kesedihan, hilangnya minat terhadap pengejaran sesuatu, dan sangat rendahnya reaktivitas terhadap perangsangan.

38 Kartini Kartono, op.cit., hlm. 31-34 39 Id (das ich) : (teori psikoanalisis) yaitu bagian jiwa atau psyche, yang menjadi tempat

kedudukan dari libido. Id tidak berhubungan dengan dunia luar, tapi berkontak dengan tubuh. Id dikuasai oleh prinsip kesenangan, dan berusaha memaksa ego, yang dikuasai oleh prinsip realitas, dalam mengabulkan keinginannya tanpa melihat konsekuensinya.

40 Arif Wibisono, op.cit., hlm. 24

Page 10: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

yang irasional, dan 3) rasa takut seperti gugup, gagap, dan

sebagainya.41

c. Kecemasan moral (moral anxiety), yaitu dialami ego sebagai rasa

bersalah atau malu, dianggap sebagai takut akan hukuman karena

melakukan perbuatan yang melanggar kode moral.42

Jenis-jenis kecemasan lain yang sifatnya lebih berat (kronis) dapat

dimunculkan dalam beberapa bentuk gangguan-gangguan jiwa, di

antaranya :

a. Phobia (fobia)

Fobia berasal dari bahasa Yunani phobos yang berarti objek

atau situasi yang ditakuti. Fobia adalah ketakutan irasional yang

menimbulkan upaya menghindar (secara sadar) dari objek, aktivitas,

atau situasi yang ditakuti.43 Penyebab fobia adalah pernah mengalami

ketakutan hebat, yang disertai rasa malu dan bersalah, serta ada

penekanan diri yang tidak disadari. Fobia dapat digolongkan dalam 2

jenis, yaitu fobia spesifik dan sosial.44

Fobia spesifik adalah ketakutan yang tidak diinginkan karena

kehadiran atau antisipasi terhadap objek dan situasi yang spesifik.

Bentuk-bentuk fobia ini, di antaranya :

1) Tipe fobia terhadap binatang (200 fobia), seperti : tikus, anjing,

kucing, dan lain-lain

2) Tipe lingkungan alam, seperti takut ketinggian, kilat, air

3) Tipe fobia terhadap darah, suntikan, atau luka

4) Tipe situasional, seperti : keramaian, berada di pesawat, lift,

tempat tertutup, dan lain-lain

5) Tipe-tipe lain (misalnya ketakutan terhadap kostum-kostum

tertentu pada anak-anak).

41 Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, Bandung : Pustaka Setia, 1997), hlm. 145-146 42 Sumardi Suryabrata, op.cit., hlm. 139 43 Fitri Fausiah dan Julianti Widuri, op.cit., hlm. 76 44 Kartini Kartono, op.cit., hlm. 136

Page 11: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Sedangkan fobia sosial merupakan ketakutan yang tidak

rasional dan menetap, biasanya berhubungan dengan orang lain.

Cirinya, individu menghindari situasi yang membuatnya merasa

dikritik, ditertawakan atau dipermalukan. Tipe ini sulit dibedakan dan

sifatnya bisa umum atau spesifik, sesuai dengan situasi yang ditakuti.45

b. Gangguan panik (panic disorder)

Ciri pada gangguan ini yaitu terjadinya serangan panik (panic

attack) yang spontan dan tidak terduga. Symptom yang muncul pada

gangguan panik, yakni : sulit bernafas, jantung berdebar-debar, rasa

sakit di dada, pusing/pening, derealisasi,46 berkeringat dingin, gemetar,

kekhawatiran yang intens, takut mati/menjadi gila, dan terkadang juga

muncul depersonalisasi.47 Hal lain yang terdiagnosa akibat serangan

panik pernah melakukan usaha bunuh diri. Gangguan panik ini

termasuk kecemasan yang berlebihan.48

c. Gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder)

Generalized anxiety disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang

berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai symptom

somatic, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan

sosial atau pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stres yang

nyata padanya.49 Gejala gangguan ini yaitu :

1) Ketegangan motorik, seperti gemetar, tegang, letih, nyeri otot,

mudah kaget, tidak tenang/santai, tinitus, dan lain-lain

2) Hiperaktifitas saraf autonom, seperti keringat berlebihan, jantung

berdebar-debar, mulut kering, pusing, mual, kesemutan, rasa

dingin, pucat, denyut nadi dan nafas cepat, dan lain-lain.

45 Fitri Fausiah dan Julianti Widuri, op.cit., hlm. 76-78 46 Derealisasi adalah perasaan subjektif bahwa lingkungan menjadi aneh dan tidak nyata,

perasaan rumah menjadi kehitam-hitaman warnanya karena habis terbakar. 47 Depersonalisasi yaitu perasaan subyektif bahwa dirinya tidak nyata, aneh, atau tidak

dikenali, misalnya tangan menjadi lebih panjang, wajah menjadi aneh bentuknya sehingga tidak dikenal.

48 Fitri Fausiah dan Julianti Widuri, op.cit., hlm. 84-86 49 Ibid., hlm. 89

Page 12: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

3) Rasa khawatir berlebihan, seperti cemas, khawatir, gelisah,

gangguan pola pikir (bingung), takut terhadap segala hal, dan lain-

lain

4) Kewaspadaan berlebihan, seperti sukar konsentrasi, curiga, sukar

tidur, merasa ngeri, cepat tersinggung, kurang sabar, dan lain-lain.

d. Gangguan obsesif – kompulsif

Obsesi adalah suatu bentuk kecemasan yang didominasi oleh

pikiran yang terpaku (persistence) dan berulang kali muncul

(recurrent). Sedangkan kompulsi adalah perbuatan yang dilakukan

berulang-ulang sebagai konsekuensi dari pikiran yang bercorak

obsesif.50

Jadi gangguan obsesif – kompulsif adalah gangguan cemas, di

mana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang mantap

dan tidak terkontrol, adanya paksaan untuk melakukan tindakan-

tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga berakibat stres dan

mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.51 Secara klinis

kriteria diagnostik gangguan ini, yaitu :

1) Obsesi

Gagasan atau ide, pikiran, bayangan atau impuls, yang

terpaku dan berulang-ulang, serta bersifat ego – distonik, yaitu

tidak dihayati berdasarkan kemauan sendiri, tetapi sebagai pikiran

yang mendesak kedalam kesadaran dan tidak ada usaha untuk

menghiraukannya.52

2) Kompulsif, seperti :

- Mengikuti kebersihan dan keteraturan secara terus menerus

hingga berjam-jam waktunya

- Mengindari objek tertentu

- Memeriksa berulang-ulang perilaku yang ditampilkan

50 Dadang Hawari, op.cit., hlm. 67-76 51 Fitri Fausiah dan Julianti Widuri, op.cit., hlm. 92-93 52 Dadang Hawari, op.cit., hlm. 92-93

Page 13: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

- Menampilkan kegiatan-kegiatan praktis, misalnya menghitung

berulang-ulang, mencuci tangan berulang-ulang yang tidak

dapat dikendalikan, atau makan secara pelan-pelan sekali

dengan penuh kehati-hatian.53

Cemas yang mengganggu dan membahayakan hidup terdapat

beberapa tanda dan gejala yang harus diketahui sejak dini oleh individu

yang mengalaminya. Gejala dan tanda-tanda kecemasan tersebut,

difungsikan sebagai bentuk pemahaman mengenai ciri-ciri kecemasan.

Secara umum reaksi kecemasan kebanyakan berbentuk psikoneurosis, di

mana terjadi di antara individu-individu yang memiliki kecerdasan rata-

rata. Menurut Ross, serangkaian symptom (gejala) muncul dari kesalahan

dalam penyesuaian diri terhadap stress dan tekanan-tekanan hidup.

Gejala-gejala tersebut seiring dengan reaksi emosi yang positif.

Kecemasan menyeluruh (diffuse anxiety) merupakan symptom utama,

reaksinya berupa ketakutan, firasat buruk, takut mati, rasa tidak aman

(nyaman), dan kebahagiaan yang berlebihan. Sebagian besar individu yang

terjangkit mengalami kelelahan, gangguan sistem pencernaan

(metabolisme), dan hilangnya semangat (depresi). Dan sekitar 25 sampai

50% orang bisa mengalami penyakit jantung, ketidakstabilan emosi, rasa

rendah diri, sedih dan kepala pusing. Selain itu, bisa juga mengalami

kebimbangan (ragu-ragu), ketidaktoleranan, cenderung ingin bunuh diri,

panik, gangguan pola pikir, ketakutan dan gamang. Sebagian besar orang

mengalami kecemasan yang sifatnya kronis, biasanya akan kehilangan

daya minat dan sulit berkonsentrasi atau berfikir. Setiap individu memiliki

pengalaman yang berbeda-beda tentang kecemasan yang dialaminya. Hal

ini dipengaruhi oleh kondisi atau situasi yang menyebabkan stress dalam

kehidupannya.54

Sesuai dengan simptom-simptom yang terjadi di atas, dapat

diperoleh gambaran tentang ciri-ciri kecemasan yang didasarkan dari

53 Fitri Fausiah, loc.cit. 54 James D. Page, Abnormal Psychology, (New York : Tata McGraw-Hill Publishing

Company Ltd., 1978), hlm. 122

Page 14: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

gejala klinis kecemasan, yaitu melalui keluhan-keluhan yang sering

dialami oleh individu yang terkena gangguan kecemasan di antaranya :

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung

b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut

c. Takut sendirian, takut keramaian, dan banyak orang

d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan

e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat

f. Keluhan-keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

tinnitus, berdebar-debar, sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan

perkemahan, sakit kepala, dan lain-lain.55

4. Tipe Kepribadian Pencemas

Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang

bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang

dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stressor

tersebut, ada juga yang menunjukkan gejala kecemasan, yang ditandai

dengan corak atau tipe kepribadian pencemas, antara lain :

a. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu, dan bimbang

b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam

panggung)

d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

e. Tidak mudah mengalah

f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang, gelisah

g. Sering mengeluh sesuatu (keluhan somatic), khawatir berlebihan

terhadap suatu penyakit

h. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah (dramatisir)

i. Adanya keraguan dan bimbang dalam mengambil sikap dan keputusan

j. Mengulang kata-kata yang telah diucapkan (gugup)

k. Adanya perasaan histeris, dan tidak mudah mengendalikan emosi.

55 Dadang Hawari, op.cit., hlm. 66-67

Page 15: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak selamanya

mengeluh hal-hal yang sifatnya somatic, tetapi sifatnya sering juga disertai

dengan keluhan-keluhan somatic (fisik) dan juga adanya tumpang tindih

dengan ciri-ciri kepribadian yang depresif, atau batasannya tidak begitu

jelas.56

5. Kecemasan yang Ditinjau dari Segi Usia

Kecemasan dilihat dari sudut pandang perkembangan, berarti

memaparkan dalam segi usia, yakni berawal dari anak-anak, remaja, dan

dewasa.

a. Kecemasan pada usia anak-anak

Kecemasan yang terjadi pada anak-anak cenderung pada

permasalahan yang berhubungan dengan hambatan-hambatan yang

dialami, seperti berteman, penyesuaian sosial, tingkah laku, dan dunia

akademis. Kecemasan yang terjadi pada anak-anak bersifat normal dan

abnormal. Kecemasan abnormal pada anak-anak akan beresiko

terhadap sifat tersisih secara sosial, isolatif, penarikan diri, pemalu,

dan kesepian. Permasalahan yang menimbulkan kecemasan pada anak-

anak bervariasi dan berubah sesuai dengan usianya. Misalnya, anak

usia 5-8 tahun cenderung cemas terhadap bencana yang menimpa

orang yang dekat dengannya; usia 9-12 tahun mengalami kesulitan dan

kesusahan dalam belajar, sedih saat berpisah, dan menarik diri; dan

usia 13-16 tahun cenderung mengeluh secara somatic khususnya pada

saat sekolah.

Kecemasan yang sering terjadi atau dialami anak-anak yaitu

takut apabila berpisah dengan orang yang dekat dengannya seperti

ayah, ibu, dan keluarga dekatnya. Anak yang memiliki pribadi

pencemas sangat berpengaruh pada perkembangan selanjutnya saat di

usia remaja dan dewasa.57

b. Kecemasan pada usia remaja

56 Dadang Hawari, op.cit., hlm. 65-66 57 Linda De Clerg, op.cit., hlm. 55-60

Page 16: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Hurlock mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa

transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Transisi ini akan

menimbulkan berbagai macam perubahan, baik pada aspek fisik,

seksual, emosional, religius, moral, sosial, maupun intelektual. Oleh

karena itu, tidak mengherankan jika saat ini banyak terjadi goncangan-

goncangan, sehingga sering disebut sebagai masa yang penuh badai

dan topan (storm and stress). Persoalan-persoalan yang harus dihadapi

oleh remaja, Cole menyebutkan bahwa problem-problem yang

dihadapi remaja yaitu : problem penyesuaian diri, kesehatan dan

pertumbuhan, rasa cemas, malu, tertekan, rendah diri, problem status

sosial, problem seks, agama dan moralitas, problem mengenai sekolah

dan memilih pekerjaan.

Menurut Zakiah Daradjat, problem-problem yang dihadapi

oleh remaja di Indonesia adalah : problem memilih pekerjaan dan

kesempatan belajar, problem sekolah, problem kesehatan, problem

seks, problem keuangan, problem persiapan untuk berkeluarga,

problem pribadi, problem perkembangan pribadi dan sosial, problem

agama dan akhlak, dan problem kehidupan masyarakat.

Problem-problem yang dihadapi remaja di atas dapat

menimbulkan kecemasan. Jersild menyatakan bahwa kecemasan pada

remaja bisa disebabkan oleh adanya konflik-konflik didalam dirinya

sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Misalnya :

adanya ketakutan untuk berbicara, ketegangan saat menghadapi ujian,

adanya perasaan bersalah, gagalnya meraih prestasi, kesulitan memilih

pekerjaan, dan sebagainya.

Menurut Harlock hal-hal yang dicemaskan oleh remaja

dipengaruhi oleh lingkungannya. Jika masyarakat di sekitarnya sangat

menekankan popularitas atau prestasi akademis, maka akan timbul

Page 17: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

kecemasan pada diri remaja, apabila tidak mampu memenuhi harapan

tersebut.58

c. Kecemasan pada orang dewasa

Kecemasan pada orang dewasa ditandai dengan ketakutan

(fobia) yang sederhana. Orang dewasa yang mengalami kecemasan

dapat disebabkan oleh pengalaman yang muncul saat masih anak-anak.

Namun yang membedakan kecemasan pada orang dewasa dengan

anak-anak adalah pada orang dewasa kecemasannya bersifat

menyeluruh. Kecemasan tersebut ditandai dengan ketakutan yang

berlebihan dan tidak realistis. Selain itu, kecemasan dapat

memunculkan perubahan sikap yang cenderung mengisolasi diri dan

melakukan pertahanan diri secara berlebihan. Kecemasan pada orang

dewasa biasanya disebabkan oleh faktor stres akibat lingkungan,

misalnya : kematian orang tua, terlalu khawatir terhadap orang tua,

stres yang muncul dari masalah-masalah pribadi, dan lain-lain.59

B. Pemahaman Umum tentang Al-Quran

1. Pengertian Al-Quran

Secara etimologi, lafadz al-Quran berasal dari bahasa Arab, yaitu

akar kata dari qara'a, yang berarti membaca. Al-Quran adalah isim

masdar yang diartikan sebagai isim maf'ul, yaitu maqru' berarti yang

dibaca. Pendapat lain menyatakan bahwa lafadz al-Quran yang berasal

dari akar kata qara'a tersebut, juga memiliki arti al-jamu' yaitu

mengumpulkan dan menghimpun. Jadi lafadz qur'an dan qira'ah berarti

menghimpun dan mengumpulkan sebagai huruf-huruf dan kata-kata yang

satu dengan yang lainnya. Sementara itu Schwally dan Weelhousen dalam

58 Subandi, Hubungan antara Tingkat Religiusitas dengan Kecemasan pada Remaja,

dalam Laporan Penelitian Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta tahun 1988, hlm. 12-14 59 Linda De Clerg, op.cit., hlm. 75

Page 18: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

kitab Dairah al-Ma'arif menulis bahwa lafadz al-Quran berasal dari

bahasa Hebrew, yakni dari kata Keryani, yang berarti yang dibacakan.60

Terdapat perbedaan pandangan di kalangan para ulama berkaitan

dengan asal mula lafadz (word) al-Quran. Pendapat pertama bahwa

penulisan lafadz al-Quran dibubuhi dengan huruf Hamzah (mahmuz).

Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa lafadz tersebut tidak

dibubuhi dengan huruf Hamzah (ghairu mahmuz). Mengenai pendapat

yang terakhir ini akan diuraikan beberapa argumen dari para ulama, di

antaranya :

a. Menurut As-Syafi'i, lafadz al-Quran bukanlah musytaq (tidak terambil

dari akar kata apapun) dan bukan pula mahmuz (tidak dibubuhi dengan

huruf Hamzah di tengahnya). Dengan kata lain, lafadz al-Quran itu

adalah ismu jamid ghairu mahmuz, yaitu suatu isism yang berkaitan

dengan nama yang khusus diberikan al-Quran, sama halnya dengan

nama Taurat dan Injil. Jadi, menurut As-Syafi'i, lafadz tersebut bukan

berasal dari akar kata qara'a, yang berarti membaca sebagaimana

disebutkan di atas. Sebab –menurutnya- kalau al-Quran diambil dari

akar kata qara'a, maka semua yang dibaca tentu dapat dinamakan al-

Quran.

b. Menurut Al-Asy'ari dan pengikutnya, lafadz al-Quran tidak berhamzah

dan merupakan pecahan (musytaq) dari akar kata qara'a, yang berarti

menggabungkan. Dalam hal ini, ia mencontohkan kalimat qarana asy-

syai'u bi asy-syai'i, yaitu menggabungkan sesuatu dengan yang lain.

Dengan demikian kitab itu dinamakan al-Quran, karena surah-surah

dan ayat-ayat al-Quran tersebut dihimpun dan digabungkan dalam satu

mushaf.

c. Menurut Al-Farra', lafadz al-Quran tidak berhamzah dan merupakan

pecahan (musytaq) dari kata qara'in (jamak dari kata qarinah), yang

berarti kaitan, indikator, petunjuk. Hal ini disebabkan sebagaian ayat-

60 M. Noor Ichwan, Memasuki Dunia Al-Quran, (Semarang : Lubuk Karya, 2001), hlm.

33-34

Page 19: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

ayat al-Quran serupa dengan ayat lain. Maka seolah-olah sebagian

ayat-ayatnya merupakan indikator (petunjuk) dari apa yang dimaksud

oleh ayat-ayat yang lainnya.61

Sedangkan pendapat lain yang menyatakan bahwa lafadz al-Quran

dengan tambahan huruf Hamzah (mahmuz), di antaranya :

a. Menurut Az-Zajjaj, bahwa lafadz al-Quran ditulis dengan huruf

Hamzah (mahmuz) di tengahnya dan mengikuti wazan fu'lan.

Menurutnya, lafadz tersebut diambil dari akar kata al-qaru', yang

berarti al-jam'u yaitu penghimpunan. Disebut al-Quran, karena di

dalamnya memuat kumpulan intisari dari kitab-kitab terdahulu.

Sementara Ibn Katsir berpendapat bahwa disebut al-Quran karena di

dalamnya memuat kisah-kisah, amar ma'ruf nahi munkar, perjanjian,

ancaman, ayat-ayat dan surah-surah. Lebih lanjut ia menyatakan

bahwa lafadz al-Quran adalah bentuk masdar seperti kata ghufran dan

kufran.

b. Menurut Al-Lihyani, bahwa lafadz al-Quran ditulis dengan huruf

Hamzah (mahmuz) di tengahnya dan mengikuti wazan ghufran. Lafadz

al-Quran merupakan pecahan (musytaq) dari akar kata qara'a, yang

berarti tala (membaca). Menurutnya, lafadz al-Quran adalah isim

masdar dengan arti isim maf'ul, yaitu al-maqru' berarti yang dibaca.62

Menurut Dr. Subhi Sholeh, menyimpulkan pendapatan dari

beberapa argumen mengenai asal mula lafadz al-Quran bahwa lafadz

al-Quran yakni berasal dari masdar dan muradlif dengan lafadz

qira'ah. Demikian juga pendapat tersebut sesuai dengan kaidah

pemecahan kata (isytiqaq) dalam bahasa Arab.63 Hal ini sebagaimana

disesuaikan dengan surah Al'-Qiyamah/75 : 17-18:

هآنقرو هعما جنليإن ع.هآنقر بعفات اهأن18-17 : 75\القيامة . ( فإذا قر(

61 Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur'an, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1993), hlm. 2 62 Jalaludin As-Suyuti, Lubabun Nuquli fii Asbabin Nuzuul, terj. A. Mustofa, (Semarang :

CV. Asy Syifa', 1993), hlm. 1-2 63 M. Noor Ichwan, op.cit., hlm. 37

Page 20: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Artinya : "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (ayat-ayat al-Quran itu di dalam dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu". (Q.S. Al-Qiyamah [75] : 17-18)

Menurut beberapa orientalis seperti G. Bergstaesser berpendapat,

bahwa bahasa Armia, Abessynia dan Persia memiliki pengaruhnya

terhadap perbendaharaan bahasa Arab, karena bahasa tersebut adalah

bahasa yang berasal dari bangsa yang berdekatan dengan bangsa Arab dan

mereka juga sebagai bangsa yang maju kebudayaannya beberapa abad

sebelum lahirnya Islam.

Demikian pula dalam pandangan Krenkow dan Blachere, bahwa

bangsa Arab telah memakai beberapa kata yang berasal dari bahasa Armi,

Suryani dan Hebrow. Di antara kata-kata asing tersebut adalah kitabun,

furqanun, qayyumun, dan juga lafadz qara'a berasal dari bahasa Armia

yang mempunyai arti membaca. Sedang lafadz qara'a semula dipakai oleh

bangsa Arab untuk arti binatang yang mandul.

Pengertian al-Quran secara terminologi banyak dikemukakan oleh

para ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik disiplin ilmu bahasa, ilmu

kalam, ushul fiqh, dan sebagainya dengan redaksi yang berbeda-beda.

Perbedaan ini disebabkan al-Quran mempunyai kekhususan-kekhususan,

sehingga penekanan dari masing-masing ulama ketika mendefinisikan al-

Quran berdasarkan kapasitas keilmuan yang dimiliki, dengan tujuan

mencari keunikan al-Quran tersebut.

Menurut Subkhi Shaleh dalam bukunya Mabahits fi 'Ulum Al-

Quran mengartikan al-Quran yang disepakati oleh kalangan ahli bahasa

ahli kalam, ahli fiqh, ushul fiqh, sebagai berikut :

القرأن هو الكالم املعجز املرتل على النيب صلى اهللا عليه وسـلم املكتـوب يف

. املصاحف املنقول عنه بالتواتر املتعبد بتالوته

Page 21: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Artinya : "Al-Quran adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah".64

Selanjutnya Muhammad Ali Al-Shabuny mendefinisikan al-Quran

sebagai firman Allah berupa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi dan

Rasul terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril Al-Amin yang ditulis

dan dinukil kepada kita dengan mutawatir dimulai dari surat Al-Fatihah

dan diakhiri dengan surat An-Nas bagi yang membacanya merupakan

ibadah.65

Berbagai tinjauan tentang pengertian al-Quran, baik secara

etimologis dan terminologis lebih menekankan adanya al-Quran sebagai

kalam Allah yang berstatus wahyu, di mana diturunkan kepada Nabi

Muhammad, dan bagi yang membacanya adalah ibadah. Hal ini dijelaskan

oleh Al-Qothan sebagaimana yang dinukil oleh M. Noor Ichwan

menyatakan bahwa membaca al-Quran yang bernilai ibadah memiliki dua

kategori : pertama, harus dibaca pada waktu shalat. Dalam hadits yang

diriwayatkan oleh Bukhari menguatkan pendapat tersebut bahwa tidak

(syah) shalat seseorang yang tidak membaca al-Quran surat Al-Fatihah;

dan yang kedua, tentang pahala membaca al-Quran tidak sama dengan

membaca selain al-Quran. Imam Al-Tirmidzi dan Ibn Mas'ud menyatakan

sebuah hadits, Rasulullah bersabda :

"Barangsiapa membaca satu huruf dari al-Quran (kitab Allah), ia

mendapat kebaikan berlipat sepuluh. Aku tidak berkata bahwa alif

lam mim sama dengan satu huruf; tetapi alif satu huruf, lam satu

huruf, dan mim satu huruf". (HR. Tirmidzi)

sekiranya dari definisi al-Quran, jika dilihat dari segi redaksinya,

maka tidak akan mampu diperoleh sebuah pengertian al-Quran secara

komprehensif. Apabila al-Quran dipahami hanya sebagai pengertian kalam

Allah (mukjizat). Hal ini dapat dipandang dari sudut keistimewaan al-

64 Masjfuk Zuhdi, op.cit., hlm. 1-3 65 Jalaludin As-Suyuti, op.cit., hlm. 3

Page 22: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Quran saja. Namun, apabila al-Quran hendak dirumuskan lebih luas, maka

dapat dilihat dari sifat-sifatnya yaitu apa yang dinyatakan oleh Al-

Qothan.66

Jadi, dapat diperoleh suatu pemahaman tentang apa yang disebut

al-Quran, bahwa al-Quran adalah kalam Allah Swt yang merupakan

mukjizat, yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw

yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir, serta

membacanya adalah ibadah.

2. Sejarah dan Tujuan Diturunkannya Al-Quran

a. Sejarah turunnya Al-Quran

Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa

ayat dari sebuah surat. Menruut sebagian para ulama ahli tarikh,

permulaan wahyu al-Quran diturunkan ialah pada hari tanggal ke-17

bulan Ramadhan tahun 4 Fiel, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus

tahun 610 M. Nabi Muhammad saat menerima wahyu dari Allah

sedang berusia 40 tahun, 6 bulan dan 8 hari (tahun Qamariyah/Bulan)

atau 39 tahun, 3 bulan dan 8 hari (tahun Syamsiyah/Matahari)

Allah telah menurunkan kitab al-Quran kepada Nabi

Muhammad Saw melalui perantaraan Malaikat Jibril (Ruh Al-Amin)

dengan bertahap dari seayat, dua ayat dan tempo-tempo sampai

sepuluh ayat. Kadang-kadang ayat al-Quran diturunkan hanya tiga

perkataan, dan terkadang turun hanya setengah ayat. Demikian

seterusnya, menurut kepentingan sebagaimana yang Allah kehendaki.

Selanjutnya dengan Nabi Muhammad Saw sendiri dalam

menerima ayat-ayat itu setahap demi setahap untuk dihafalkan,

misalnya Malaikat Jibril menyampaikannya kepada Nabi sampai 25

ayat, maka beliau menerima dan menghafalnya lima ayat demi lima

ayat.

66 M. Noor Ichwan, op.cit., hlm. 41

Page 23: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Diturunkannya al-Quran berangsur-angsur bukan merupakan

sesuatu hal yang tidak ada gunanya, tetapi persoalan tersebut memiliki

kebijaksanaan dari Allah.67 Sebagaimana Allah telah berfirman :

وقال الذين كفروا لولا نزل عليه القرآن جملة واحدة كذلك لنثبت بـه

)32: الفرقان . (فؤادك ورتلناه ترتيلا

Artinya : "Berkata orang-orang kafir : mengapa al-Quran, tidak diturunkan sekaligus saja? Begitulah keadaannya, supaya kami tetapkan hatimu (hai Muhammad Saw) dengan al-Quran itu, dan kami bacakan kepadamu dengan lurus dan perlahan-lahan". (Q.S. Al-Furqan [19] : 32)68

Dan Allah juga menegaskan dalam firman-Nya yang lain

dinyatakan :

)106: اإلسراء . (ناه لتقرأه على الناس على مكث ونزلناه تنزيلاوقرآنا فرق

Artinya : "Dan al-Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian". (Q.S. Al-Isra' [15] : 106)69

Dari kedua surat di atas menegaskan al-Quran diturunkan

berangsur-angsur adalah mengandung hikmah atau kepentingan

tersendiri. Di antara hikmah yang diperoleh, yaitu :

1) Untuk meneguhkan hati Nabi dalam melakukan tugas sucinya yang

banyak menghadapi tantangan dan hambatan

2) Mempermudah hafalan dan pemahamannya

3) Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan pertahapan dalam

penepatan hukum

67 Moenawar Kholil, Al-Quran dari Masa ke Masa, (Solo : CV. Ramadhani, Cet. VI,

1985), hlm. 2-3 68 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya : Mahkota, 1989), hlm. 564 69 Ibid., hlm. 440

Page 24: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

4) Sebagai bukti yang pasti bahwa al-Quranul Karim diturunkan dari

sisi Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji

5) Sebagai tantangan dan mukjizat.70

Para ulama membagi sejarah turunnya al-Quran dalam dua

periode, yakni periode sebelum hijrah dan sesudah hijrah. Ayat-ayat

yang turun pada periode pertama disebut ayat-ayat Makkiyah, dan

periode kedua (sesudah hijrah) disebut ayat-ayat Madaniyyah. Tetapi

untuk penjelasan tentang sejarah turunnya al-Quran ini akan terbagi

dalam tiga periode.

Periode Pertama

Pada awal turunnya wahyu pertama Nabi Muhammad Saw

belum menjadi Rasul, tetapi beliau merupakan seorang Nabi yang

tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Pada fase

turunnya wahyu yang kedua beliau ditugaskan untuk menyampaikan

wahyu yang diterima. Kandungan wahyu berkisar dalam tiga hal.

Pertama, pendidikan bagi Rasulullah Saw dalam bentuk

kepribadiannya. Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai

sifat dan af'al Allah. Dan yang ketiga, keterangan mengenai pandangan

hidup masyarakat Jahiliyah ketika itu.

Selanjutnya dalam wahyu yang ketiga terdapat bimbingan

untuk Rasulullah Saw : Wahai orang yang berselimut, bangkitlah,

shalatlah di malam hari kecuali sedikit darinya, yaitu separuh malam,

kurang sedikit dari itu atau lebih, dan bacalah al-Quran dengan tartil

(Q.S. 73 : 1-4). Perintah ini disebabkan karena sesungguhnya kami

akan menurunkan kepadamu wahyu yang sangat berat (Q.S. 73 : 5).

Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah

menimbulkan beberapa reaksi di kalangan orang Arab saat itu. Reaksi-

reaksi tersebut yaitu :

70 Manna' Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran, terj. Mudzakir Az, (Jakarta : PT.

Pustaka Litera Antar Nusa, Cet. VI, 2001), hlm. 157-174

Page 25: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

1) Golongan kecil mereka menerima dengan baik ajaran-ajaran al-

Quran

2) Sebagian besar menolak ajaran al-Quran, karena kebodohan dan

keteguhan mereka mempertahankan adat istiadat, serta tradisi

nenek moyang

3) Dakwah al-Quran mulai menyebar melampui perbatasan Makkah

menuju daerah sekitarnya.

Periode Kedua

Periode kedua dari sejarah turunnya al-Quran berlangsung

selama 8-9 tahun, di mana terjadi pertarungan antara gerakan Islam

dan Jahiliah. Munculnya persengketaan ini dimulai dari adanya fitnah,

intimidasi dan penganiayaan yang mengakibatkan para penganut ajaran

al-Quran terpaksa berhijrah ke Habsyah, hingga akhirnya –termasuk

Rasulullah Saw- berhijrah ke Madinah.71

Pada masa tersebut, ayat-ayat al-Quran di satu pihak silih

berganti menerangkan kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan

kondisi dakwah ketika itu. Hal itu dijelaskan dalam Q.S. 16 : 125

bahwa dalam berdakwah yang baik harus mencakup tiga metode yaitu

hikmah, mau'idzhah dan jidal.72

Di lain pihak, ayat-ayat ancaman dan kecaman pedas mengalir

pada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran, seperti : "Bila

mereka berpaling maka katakanlah wahai Muhammad : Aku pertakuti

kamu sekalian dengan siksaan, seperti siksaan yang menimpa kaum Ad

dan Tsamud" (Q.S. 41 : 13).

Selain itu, turun juga ayat-ayat yang mengandung argumentasi

mengenai keesaan Tuhan dan kepastian hari kiamat yang didasarkan

tanda-tanda yang dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari.

Periode Ketiga

71 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung : Mizan, Cet. XVII, 1998), hlm.

34-36 72 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 387

Page 26: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Pada masa periode ketiga ini, dakwah al-Quran telah dapat

mewujudkan suatu prestasi besar karena penganut-penganutnya telah

hidup bebas melaksanakan ajaran agama di Yatsrib (Al-Madinah Al-

Munawwarah). Periode ini berlangsung 10 tahun, berbagai macam

persoalan muncul, seperti : prinsip kebahagiaan yang diterapkan, sikap

orang-orang munafik, ahl-kitab, orang-orang kafir. Semuanya

diterangkan dalam al-Quran dengan cara yang berbeda-beda.

Semua ayat yang diturunkan memberikan bimbingan kepada

kaum muslimin menuju jalan yang diridhoi Allah, mendorong mereka

untuk berjihad, dan mendidik akhlak sesuai dengan situasi dan kondisi.

Ayat yang diturunkan tidak hanya ditujukan untuk orang mukmin,

tetapi juga bagi mereka yang jauh dari jalan Allah SWT seperti orang

munafik, ahl-kitab, dan orang musyrik. Ayat-ayat tersebut ingin

mengajak mereka kembali ke jalan Allah SWT (benar). Hal ini

sebagaimana dalam firman Allah SWT yang ditujukan untuk ahl-kitab

: "Katakanlah (Muhammad) : wahai ahli kitab (golongan Yahudi dan

Nasrani), marilah kita menuju ke satu kata sepakat di antara kita yaitu

kita tidak menyembah kecuali Allah; mempersekutukan-Nya dengan

sesuatu apapun, tidak pula mengangkat sebagai dari kita Tuhan yang

bukan Allah. "Maka bila mereka berpaling katakanlah : "saksikanlah

bahwa kami adalah orang-orang muslim" (Q.S. 3 : 64).73

Sedangkan cara-cara turunnya al-Quran yang didasarkan atas

dalil ayat al-Quran dan riwayat hadits, para ulama tafsir menjelaskan

ada 3 tahapan yaitu :

1) Al-Quran di Lauh Mahfudz

Saat al-Quran di Lauh Mahfudz, tidak dapat diketahui

bagaimana keadaannya, kecuali Allah SWT yang tahu sebab al-

Quran berada di alam ghaib. Dalam hal ini Allah SWT berfirman

dalam Q.S. Al-Buruj : 20-22

73 M. Quraish Shihab, "Membumikan Al-Quran", op.cit., hlm. 37-39

Page 27: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

. في لـوح محفـوظ . بل هو قرآن مجيد .والله من ورائهم محيط

)22-20:الربوج (

Artinya : "Padahal Allah SWT mengepung mereka dari belakang mereka (seseorang tidak akan lepas dari kekuasaan-Nya). Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Quran yang mulia, yang tersimpan di Lauf Mahfudz".

Ayat di atas secara umum menunjukkan adanya Lauh

Mahfudz yang merekam segala qadha dan takdir Allah SWT,

segala sesuatu yang sudah atau telah terjadi dan yang akan terjadi

di alam semesta ini. Hakekat Lauf Mahfudz tidak ada yang tahu

kecuali oleh seorang Nabi yang diperlihatkan Allah SWT

kepadanya.

2) Al-Quran dari Lauh Mahfudz diturunkan ke langit bumi

Diturunkan al-Quran ke langit bumi di malam yang penuh

berkah disebut malam lailatul qadar (al-Qadar) dalam bulan suci

Ramadhan. Sebagaimana Allah SWT berfirman :

)1: القدر . (إنا أنزلناه في ليلة القدر

Artinya : "Sesungguhnya telah kami turunkan pada malam Al-Qadar (lailatul qadar)". (Q.S. Al-Qadar : 1)

3) Al-Quran diturunkan dari Bait Al-'Izzah kepada Nabi Muhammad

Saw secara berangsung-angsur

Tahap ketiga diturunkannya al-Quran adalah dari langit

bumi (Bait Al-'Izzah) sebagai tahap akhir kepada Nabi Saw dengan

perantara Malaikat Jibril selama kurang lebih 23 tahun.74 Firman

Allah SWT dalam Q.S. Asy-Syu'ara : 192-194 :

74 Jalaludin Al-Suyuti, op.cit., hlm. 41-45

Page 28: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

المنيالع بزيل رنلت هإنو. الأمني وحل به الرزن . كون منلت لى قلبكع

ذرينن194-192: الشعراء . (الم(

Artinya : "Sesungguhnya al-Quran oleh Tuhan Semesta Alam, diturunkan oleh Ruh Al-Amin (Malaikat Jibril) ke dalam hati engkau ya Muhammad Saw, supaya kamu memberi peringatan". (Q.S. Asy-Syu'ara : 192-194)

Selanjutnya sebab diturunkannya al-Quran, yaitu untuk

meninggikan derajat kemanusiaan bangsa manusia yang nilai-nilai

perikemanusiaannya lemah, dan menghapuskan kepercayaam manusia

yang telah sesat, serta bentuk perbuatan mereka yang jahat.

Jadi hakekatnya, ayat-ayat diturunkan yaitu untuk segenap

bangsa manusia, baik yang hidup pada masa itu, maupun yang hidup di

kemudiannya dan seterusnya.75

b. Tujuan turunnya al-Quran

Dalam sejarah turunnya al-Quran menyatakan secara esensial

bahwa al-Quran adalah kitab petunjuk. Ini sesuai dengan penegasan al-

Quran : Petunjuk bagi manusia, keterangan mengenai petunjuk serta

pemisah antara yang hak dan yang bathil". (Q.S. 2 : 185).

Al-Quran sebagai petunjuk memiliki garis-garis besar yaitu :

1) Memperbaiki kepercayaan dan meluruskan I'tiqad (akidah/

keyakinan)

2) Melapangkan akhlak, mensucikan dan membersihkan budi pekerti

3) Menetapkan segala rupa hukum yang dihayati pergaulan hidup

masyarakat Bani Insan dalam dunia.76

Pada dasarnya Allah SWT menurunkan kalam-Nya tidak untuk

mencelakakan hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

75 Moenawar Khalil, op.cit., hlm. 8-9 76 T.M. Hasbi Asy Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, (Jakarta : PT.

Bulan Bintang, Cet. XII, 1990), hlm. 134-135

Page 29: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

"Tidaklah Kami (Allah) menurunkan al-Quran kepada engkau (Muhammad) supaya engkau menjadi celaka. Melainkan untuk menjadi peringatan bagi orang yang takut. Diturunkan dari ayat yang menjadikan bumi dan langit yang tinggi". (Q.S. Thaahaa [20] : 1-4)77

Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak akan menjadikan celaka

atas diturunkannya al-Quran. Namun, hal ini ditegaskan sebagai

peringatan bagi orang yang takut kepada Allah SWT. Baginya akan

mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat apabila ia dijadikannya

sebagai pedoman hidup.

Dengan demikian, dapat diambil suatu kesimpulan mengenai

tujuan pokok diturunkannya al-Quran. Ada tiga tujuan pokok antara

lain :

1) Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia

yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan, serta

kepastian akan adanya hari pembalasan.

2) Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan

norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh

manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif

3) Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan

dasar-dasar hukum yang harus diikuti manusia dalam hubungan

antara Tuhan dan sesamanya demi mencapai kebahagiaan dunia

dan akhirat.78

3. Isi Kandungan dan Fungsi Al-Quran Isi ajaran al-Quran pada hakekatnya mengandung lima prinsip,

sebab tujuan pokok diturunkannya al-Quran kepada Nabi Muhammad

pada prinsipnya menyampaikan lima hal sebagai berikut :

a. Tauhid (doktrin tentang kepercayaan Ketuhanan Yang Maha Esa)

Al-Quran diturunkan untuk meluruskan ajaran yang telah

menyimpang dari Tuhan, dan sekaligus membimbing umat manusia ke

77 Moenawar Khalil, op.cit., hlm. 91 78 M. Quraish Shihab, op.cit., hlm. 40

Page 30: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

jalan lurus yang diridhai Tuhan. Oleh karena itu Nabi Muhammad

yang mendapatkan mukjizat berupa al-Quran tersebut sebagai

penyempurna dari ajaran-ajaran yang dibawakan oleh Nabi

sebelumnya untuk mengakui akan keesaan Allah SWT.

b. Janji dan ancaman

Sebagaimana dalam al-Quran surat Al-Taubah : 67-68

menjelaskan bahwa Allah SWT menjanjikan pada setiap orang yang

beriman dan mengikuti semua petunjuk-Nya akan mendapatkan

kebahagiaan hidupnya di dunia maupun di akhirat, dan akan dijadikan

khalifah di muka bumi. Sebaliknya Allah SWT memberikan ancaman

kepada siapa saja yang ingkar kepada-Nya dan memusuhi Rasul-Nya,

serta melanggar perintah dan larangan-Nya, akan mendapatkan

kesengsaraan di dunia dan akhirat.

c. Ibadah

Tujuan utama manusia hidup adalah beribadah kepada Allah

SWT (perhatikan surat Adz-Dzariyat : 56) ibadat tersebut meliputi

semua aktifitas manusia dengan niat yang baik dan dilakukan semata-

mata untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Nilai ibadah manusia berfungsi sebagai manifestasi ungkapan

rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang

diberikan untuk hamba-hamba-Nya. Selain itu, sebagai realisasi dan

konsekuensi manusia atas kepercayaan terhadap Allah SWT.

d. Jalan dan cara mencapai kebahagiaan

Sikap manusia ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan

akhirat. Oleh karena itu, Allah SWT dalam al-Quran memberikan

petunjuk-petunjuk-Nya bahwa manusia harus menempuh jalan yang

lurus yaitu dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi larangan-

Nya.

e. Cerita-cerita/sejarah umat manusia sebelum Nabi Muhammad Saw

Di dalam al-Quran terdapat cerita-cerita tentang para Nabi atau

Rasul beserta umatnya masing-masing. Hal itu diungkapkan dalam al-

Page 31: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Quran dengan tujuan agar dijadikan pelajaran bagi manusia sekarang

tentang balasan orang yang taat kepada Allah SWT.79

Di sisi lain, al-Quran juga mencakup dimensi keilmuwan. Al-

Quran adalah sumber segala pelajaran dan pengetahuan. Karena hampir

seperdelapan isinya berupa perintah untuk orang-orang mukmin agar

mempelajari alam semesta, berfikir, menggunakan akal sebaik-baiknya

dan untuk menjadikan kegiatan ilmiah sebagai bagian yang tak terpisahkan

dari umat manusia.80

Sedangkan mengenai fungsi dari al-Quran yang terpenting yaitu :

a. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad untuk membuktikan bahwa ia

adalah Nabi dan Rasul, dan al-Quran adalah firman Tuhan, bukan

ucapan Nabi Muhammad.

b. Sebagai sumber segala macam aturan tentang hukum, sosial-ekonomi,

kebudayaan, pendidikan, moral dan sebagainya yang dijadikan sebagai

jalan hidup bagi seluruh umat manusia dalam menyelesaikan segala

persoalannya.

c. Sebagai pengukuh/penguat yang mengukuhi dan menguatkan

kebenaran adanya kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, serta

kebenaran adanya para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad.

d. Sebagai penyempurna ajaran-ajaran yang terdahulu sebelum al-Quran

diturunkan kepada Nabi Muhammad.81

4. Metode dan Etika Membaca Al-Quran

Membaca al-Quran terdiri dari dua kata yaitu "membaca" dan "al-

Quran". Membaca adalah melihat serta memahami isi apa yang tertulis

yaitu dengan melisankan atau hanya dengan hati.82 A. Halim Mahmud

mendefiniskan membaca adalah materi pertama dalam dustur (undang-

79 Masjfuk Zuhdi, op.cit., hlm. 18-19 80 M. Noor Ichwan, op.cit., hlm. 37 81 Masjfuk Zuhdi, op.cit., hlm. 22-23 82 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, Edisi I, 1994),

hlm. 72

Page 32: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

undang sistem ajaran) Islam yang sarat dengan makna, bimbingan dan

pengarahan.83

Jadi, pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa membaca

adalah suatu upaya untuk dapat memahami makna apa yang tertulis baik

secara lisan maupun dalam hati.

Adapun pengertian al-Quran secara etimologi adalah bacaan atau

yang dibaca. Sedangkan secara terminologi diartikan sebagai kalam Allah

Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dengan menggunakan

bahasa Arab melalui Malaikat Jibril bagi yang membacanya merupakan

ibadah.

Oleh karena itu, dari pengertian membaca al-Quran dapat dipahami

bahwa yang dimaksud membaca al-Quran adalah suatu upaya untuk dapat

mengerti apa yang diturunkan Allah SWT sebagai wahyu yang diberikan

kepada Nabi Muhammad Saw, dalam pemaknaan sehari-hari membaca al-

Quran dapat disebut juga dengan tilawah yang artinya membaca beberapa

ayat (al-Quran).84

Mengenai cara atau metode dalam membaca al-Quran dapat

dipahami sebagaimana umat Islam membacanya dari zaman Rasulullah

hingga sekarang. Akan tetapi dapat dianjurkan supaya membaca al-Quran

dengan menggunakan nada qiraat yang sesuai dengan qiraat bahasa

Arab.85 Kemudian dapat juga dengan cara membaca al-Quran dengan

suara yang indah atau merdu, yang biasa disebut dengan tilawah al-Quran.

Dengan tujuan agar bacaan (tilawah) mempunyai pengaruh bagi pembaca

dan pendengar dalam memahami makna-makna al-Quran, sehingga

mampu menangkap rahasia kemukjizatannya dengan penuh kekhusyukan

dan rendah diri, serta pengucapan lafadz-lafadznya menjadi baik dan benar

(tartil).86 Membaca al-Quran dengan tartil yaitu membaca perlahan-lahan

83 Abdul Halim Mahmud, Tadarus Kehidupan di Bulan Al-Quran, (Yogyakarta : Mandiri

Pustaka Hikmah, 2000), hlm. 11 84 Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Solo : CV. Ramadhani, 1985), hlm. 94 85 Muhammad Kamil Hasan Al-Mahami, Al-Mausu'ah Al-Qura'aniyyah, terj. Ahmad

Fawaid Syadzili, (Jakarta : PT. Kharisma Ilmu, 2004), hlm. 34 86 Manna' Khalil Al-Khattan, op.cit., hlm. 264-265

Page 33: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

sesuai dengan maknanya dan hukum atau aturan bacaannya. Sebagaimana

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Muzzammil : 4 :

)4: املزمل . (و زد عليه ورتل القرآن ترتيلاأ

Artinya : "Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan".87

Oleh karena itu, agar lebih mudah dalam pemahaman membaca al-

Quran diperlukan teknik-teknik tertentu, sehingga dalam proses

pembacanya lebih memiliki pengaruh dan dapat mendalami makna yang

tersirat. Selain itu juga, ada sebuah kenikmatan batin apabila dalam

membaca al-Quran memenuhi adab dan etika di bawah ini, antara lain

meliputi :

a. Etika lahiriyah :

1) Dengan penuh rasa hormat, kita duduk menghadap kiblat dan

dalam keadaan berwudlu (suci)

2) Disunatkan membaca al-Quran di tempat-tempat seperti rumah,

mushalla, dan masjid

3) Disunatkan dengan duduk menghadap kiblat, dan membacanya

dengan khusyuk (tenang/lembut)88

4) Al-Quran hendaklah berada di tempat tinggi, bukan di sembarang

tempat

5) Berusaha menangislah ketika membaca al-Quran, meskipun

dengan berpura-pura menangis

6) Membaca al-Quran dengan penuh rasa takut kepada Allah dan

penuh dengan kesedihan, dengan maksud agar dapat memahami

artinya sehingga dapat menyentuh perasaan (qalb)

7) Tidak diperbolehkan membaca al-Quran dengan kehendak sendiri,

seperti memotong-motong bagian surat, membuat aturan bacaan

87 Yusuf Qardhawi, (Berinteraksi dengan Al-Qur'an) Kaifa Nata'amalu ma'a Al-Qur'ani

Al-Azhim, terj. Abdul Hayyie Al-Kattani, (Jakarta : Gama Insani Press, 1999), hlm. 231 88 Maimunah Hasan, Al-Quran dan Pengobatan Jiwa, (Yogyakarta : Bintang Cemerlang,

Cet. II, 2001), hlm. 139

Page 34: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

sendiri, sambil makan, atau dengan mondar-mandir (tidak

konsentrasi).89

b. Etika batiniyah :

1) Agungkanlah al-Quran sebagai perkataan yang paling tinggi, sebab

yang dibaca adalah kitab Allah

2) Masukkan ke dalam hati keagungan Allah Swt dan kebesaran-Nya,

sama seperti kalam-Nya

3) Jauhkan diri dari segala kebimbangan dan keraguan

4) Merenungkan makna setiap ayat dan bacaan dengan penuh

kenikmatan

5) Tanamkan dalam hati yang penuh kesan terhadap ayat-ayat al-

Quran yang lebih mendalam

6) Memperluas, memperlembut perasaan dan membersihkan jiwa

7) Menjadikan al-Quran sebagai pedoman dan mengamalkan isi

kandungannya.90

Sedangkan adab dalam membaca al-Quran, antara lain :

1) Setelah bersuci dengan cara berwudlu, kemudian disunahkan

membuka bacaan al-Quran dengan istiadzah (ta'awudz)91 dan

dilanjutkan dengan membaca basmalah92 terlebih dahulu ketika hendak

memulai membaca al-Quran

2) Membaca al-Quran dengan tadabbur yaitu merenungkan makna

kandungannya, tafahhum yaitu memahami isinya, tafakkur, yaitu

memikirkan makna setiap kata, kalimat dan setiap ayat yang dibaca,

baik yang mengandung perintah dan larangan, dengan disertai

keinginan yang kuat untuk menerimanya

3) Hendaklah membaca al-Quran dengan suara merdu dan indah, karena

dengan suara yang indah dapat menggerakkan hati dan

menggoncangkan kalbu

89 Muhammad Kamil Hasan Al-Mahami, op.cit., hlm. 35-36 90 Maimunah Hasan, op.cit., hlm. 138 91 Bacaan isti'adzah yaitu lafadz yang berbunyi 'audzubillahi minasysyaithanir rajiim

dengan tujuan memohon perlindungan Allah dari godaan syetan. 92 Bacaan basmalah yaitu suatu kalimah yang dibaca bismillahi ar-Rahmani ar-Rahiimi

Page 35: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

4) Tiap-tiap selesai membaca al-Quran, hendaknya diakhiri dengan

bacaan :

صدق اهللا العظيم وبلغ رسوله احلبيب الكرمي وحنن علـى ذالـك مـن

.الشاهدين والشاكرين واحلمد هللا رب العاملني

Artinya : "Maha benar Allah yang Maha Agung. Dan telah menyampaikan Rasul-Nya yang tercinta lagi mulia. Dan kami termasuk orang-orang yang menjadi saksi dan bersyukur terhadap hal demikian itu. Dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.93

5) Setelah selesai disarankan agar berdoa kepada Allah

6) Dalam membaca al-Quran lebih diutamakan secara berjamaah, tetapi

juga boleh dibaca sendiri.94

5. Perintah dan Keutamaan dalam Membaca Al-Quran

Landasan utama tentang diperintahkan untuk membaca al-Quran

berasal dari kata iqra' yang artinya bacalah. Merupakan kata pertama dari

penerimaan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw. Kata ini penting bagi

orang yang belum pernah membaca sama sekali. Pengertiannya al-Quran,

bahkan bagi orang yang tidak bisa membacanya sama sekali. Pengertian

iqra' yang memiliki maksud memerintahkan seseorang untuk membaca

kitab (al-Quran). Hal ini tidak ditujukan hanya kepada Nabi Muhammad

Saw saja, tetapi juga untuk umat manusia sepanjang sejarah kemanusiaan,

karena realisasi perintah tersebut merupakan kunci pembuka jalan hidup

dunia dan akhirat.95 Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al-Alaq : 1-

5 sebagai perintah membaca al-Quran.

93 Sirajuddin S.A., 24 Tuntunan Membaca Al-Quran dengan Tartil, (Jakarta : PT. Mizan

Publika, Cet. III, 2006), hlm. 140-142 94 Imam Nawawi, Adab Belajar, Mengajar, Membaca, menghafal Al-Quran, (Jakarta :

Lintas Pustaka Publisher, 2004), hlm. 87 95 M. Quraish Shihab, op.cit., hlm. 167

Page 36: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

لقالذي خ كبم رأ باسلق . اقرع ان منسالإن لقخ . مالأكر كبرأ والذي . اقر

)5-1: العلق . (علم الإنسان ما لم يعلم. علم بالقلم

Artinya : "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Q.S. Al-Alaq : 1-5)96

Sedangkan keutamaan bagi orang yang membaca al-Quran yakni

akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, karena ia merupakan amal

yang sangat mulia dan memberikan rahmat serta manfaat bagi yang

melakukan. Selain itu, membaca al-Quran dapat memberi cahaya ke dalam

hati manusia sehingga menjadi terang benderang.97 Dalam hal ini,

Rasulullah menyatakan tentang kelebihan martabat dan keutamaan

membaca al-Quran yang artinya "Perumpamaan orang mukmin yang

membaca al-Quran adalah seperti buah utrujjah yang baunya harum dan

rasa enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca al-Quran

seperti buah kurma tidak berbau dan manis rasanya. Perumpamaan orang

munafik yang membaca al-Quran ibarat sekuntum bunga berbau harum

dan pahit rasanya. Dan orang munafik yang tidak membaca al-Quran

adalah seperti buah hanzhalah yang tidak berbau dan pahit rasanya.98

Merupakan orang yang memiliki derajat tinggi ibadahnya di sisi

Allah, di mana hanya ditujukan bagi yang selalu membaca al-Quran

sebagai kitab Allah Azza wa Jalla. Karena di setiap huruf ataupun ayat-

ayatnya merupakan satu kebajikan dan akan berlipat ganda pahalanya.

C. Hubungan antara Membaca Al-Quran dengan Kecemasan

96 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran : Tafsir Maudhu'i Atas Berbagai Persoalan

Ummat, (Bandung : Mizan, 1996), hlm. 102 97 Maimunah Hasan, op.cit., hlm. 128-131 98 Imam Nawawi, op.cit., hlm. 19

Page 37: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Al-Quran adalah kitab Allah yang penuh petunjuk atau pedoman hidup

bagi umat manusia, khususnya bagi mereka yang beriman, merupakan konsep

dasar dalam program dan prospek perluasan nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya. Al-Quran menuangkan segenap aspek yang dibutuhkan manusia,

baik yang berkenaan dengan masalah dunia maupun akhirat. Al-Quran sebagai

kitab atau wahyu terakhir yang merupakan penyempurna terhadap kitab-kitab

sebelumnya, karena al-Quran memiliki kemukjizatan dalam hal apapun.99

Al-Quran adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di kala

senang maupun sedih. Karena membacanya merupakan amal ibadah yang

termulia dan pahala Allah sebagai balasannya. Selain itu, apabila ditelusuri

lebih seksama al-Quran memiliki nilai kesembuhan yang menjadi obat dan

penawar bagi orang yang hatinya gelisah atau cemas.100

Cemas atau kecemasan merupakan ketakutan yang belum tentu terjadi.

Perasaan cemas biasanya muncul di saat keadaan yang diduga akan merugikan

dan dirasakan seolah-olah mengancam jiwa, sehingga menyebabkan adanya

ketidakberdayaan dalam menghadapinya.101

Melihat dari definisi kecemasan di atas, merupakan kondisi realitas

yang banyak terjadi di saat ini sebagai abad kecemasan. Karena manusia

sekarang telah dihadapkan dengan berbagai polemik kehidupan yang semakin

menantang. Oleh karena itu, secara psikologis mereka merasa terbebani oleh

berbagai macam kebutuhan hidup, sehingga pola atau gaya hidupnya lebih

mengedepankan nafsunya. Kesenjangan batin mulai bergejolak dan timbul

keluhan-keluhan fisik atau somatik (psikosomatis) yang tak lain adalah

kecemasan.

Nampak jelas apa yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa salah satu

dari sekian bentuk terapi dapat dijadikan solusinya dalam mengulangi

persoalan psikis adalah membaca al-Quran

99 Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Quran : Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum

dalam Al-Quran, (Jakarta : PT. Permadani, 2005), hlm. 183-187 100 Maimunah Hasan, loc.cit. 101 Lihat definisi kecemasan tersebutdari Hanna Djumhanna Bastaman, op.cit., hlm. 156

Page 38: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Di lihat dari strukturnya, susunan al-Quran terdiri atas 114 surat yang

tertuang dalam 30 juz dan terdiri dari beberapa ayat yang memiliki sandi

(makna) tertentu. Maka, apabila dibaca akan mengeluarkan energi-energi atau

kekuatan yang dahsyat. Sebagaimana dinyatakan oleh Fazlur Rahman

mengenai al-Quran yang telah diturunkan sebelumnya hingga sekarang

mengandung unsur-unsur (moment) psikologis yang dalam dan sangat kuat,

serta memiliki sifat-sifat seperti ledakan vulkanis yang singkat tapi kuat.102

Demikian halnya dengan Dadang Hawari dalam menelaah sebuah

sudut pandang psikoterapi keagamaan telah menjelaskan bahwa ayat-ayat al-

Quran telah mengandung tuntunan dalam kehidupan di dunia bagi manusia

sehingga bebas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan lain-lain.103

Kecemasan dapat diminimalisir dengan membaca al-Quran melalui

kemukjizatannya. Pengaruh secara psikologis ditimbulkan ini karena dalam

proses membaca al-Quran tersebut mempunyai aspek-aspek penting bagi

psikis seseorang, diantaranya yaitu :

a. Aspek Meditasi

Meditasi104 dapat mengurangi kecemasan, karena di dalamnya

mencakup ketenangan pikiran, tubuh yang rileks, sehingga mampu

menghasilkan energi positif pada fungsi fisiologis dan psikologis.

Membaca al-Quran merupakan meditasi yang memiliki mukjizat

secara fisik dan psikis, karena ia mampu menghadirkan kekhusukan

transcendental secara langsung atau daya konsentrasi spiritual antara

hamba dengan Tuhannya, di mana saat membaca ada hubungan yang

menyatu yaitu : tubuh, hati dan jiwa dengan Sang Pencipta yang

menghasilkan dampak relaksasi sehingga bebas dari rasa cemas atau

102 Fazlur Rahman, Islam, (Bandung : Pustaka, Cet. IV, 2000), hlm. 31 103 Dadang Hawari, Al-Quran : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental,

(Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), hlm. 68 104 Meditasi berarti kesadaran mutlak, artinya kemampuan konsentrasi dalam menjelajahi

batin untuk merefleksikan identitas riil antara mental dan emosional, lihat pada R.N.L. O'riodan, Seni Penyembuhan Alami : Rahasia Penyembuhan Melalui Energi Ilahi, terjm. Sulaiman Al-Kumayi, (Jakarta : PT. Gugus Press, 2002), hlm. 109

Page 39: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

gelisah karena ini ada pengaruh yang ditimbulkan dari ayat-ayat yang

dibaca.105

b. Aspek Komunikasi

Dalam proses membaca al-Quran tersiratkan satu sarana yaitu

aspek komunikasi. Membaca al-Quran dapat disebut sebagai dzikrullah.106

Karena dzikir (membaca al-Quran) mencakup sistem komunikasi untuk

mendekatkan diri kepada Allah. Menurut Arifin Ilham berdzikir melalui

membaca al-Quran memiliki daya penyebutan dan ingatan pada Tuhan,

secara terus menerus dilakukan dengan khidmat (khusyuk) akan

membiasakan hati senantiasa dekat dan akrab dengannya. Sehingga

menciptakan hubungan cinta dan keyakinan antara hamba dengan

Tuhannya. Jadi, secara psikologis akibat membaca al-Quran (mengingat

Allah) dalam alam kesadaran akan berkembang penghayatan akan

kehadiran Tuhan dalam jiwanya sehingga bebas dari rasa cemas dan

gelisah.107

c. Aspek Spiritual

Al-Quran sesuai dengan dasar katanya yang diartikan sebagai

sesuatu yang dibaca (membaca) atau dalam istilahnya di sebut dengan

kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan bagi yang

membacanya adalah ibadah.

Membaca al-Quran dinilai sebagai amal ibadah dan juga mencakup

aspek spiritualitas karena mampu menciptakan kemakrifatan (mengenal)

105 Ahmad Yani, Meditasi Qurani Menggapai Ketenangan Jiwa yang Islami dalam

Menangani Kecemasan, Email : [email protected]., hlm. 3 106 Dzikir secara umum merupakan perbuatan mengingat Allah dan keagungan-Nya, yang

hampir meliputi semua bentuk ibadah dan perbuatan baik, seperti tasbih, tahmid, shalat dan membaca al-Quran, berdoa. Sedang dalam arti khusus, dzikir adalah menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya dengan memenuhi tata tertib, metode, rukun dan syaratnya.

107 Hanna Djumhana Bastaman, op.cit., hlm. 158-161

Page 40: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

dan dekat pada Allah Swt. Sehingga dapat menambah keimanan dan

ketaqwaan yang dijadikan bukti kedekatannya kepada Allah Swt.108

Selain itu, dengan membaca dan mengkaji al-Quran yang berfungsi

sebagai hudan (petunjuk) akan dijadikan sebagai pedoman hidup dunia

dan akhirat. Oleh sebab itu, ada unsur kepasrahan jiwa dan raga hanya

kepada-Nya. Maka ia mampu mengontrol diri sehingga tidak ada keraguan

atau kecemasan.109

d. Aspek Auto-Sugesti

Bacaan yang diucapkan saat membaca al-Quran memberi efek

auto-sugesti.110 Karena al-Quran memiliki kata-kata atau ayat, bahasa,

nada dan langgam, serta kandungan makna yang singkat dan padat. Hal

itu, mempunyai pengaruh energi positif yang bersifat preventif

(pencegahan) dan protektif (perlindungan) terhadap jiwa (psikis), sebab al-

Quran memiliki daya pengobatan dan penyembuh bagi segala penyakit

(psikologis).111

Selain ayat itu, ayat-ayat al-Quran saat dibaca dan sekaligus

mendengar, akan terasa di telinga bahwa ada keunikan dalam irama dan

ritmenya. Karena al-Quran mempunyai intonasi, bunyi, dan susunan

bahasa yang sangat indah dan merdu sebagaimana telah dinyatakan oleh

cendekiawan Inggris Marmoduke Frickthall dalam "The Meaning of

Glorious Quran" bahwa al-Quran mempunyai simfoni yang tidak ada

bandingnya, setiap nada-nadanya dapat menggerakkan hati manusia untuk

menangis dan bersuka cita.112

108 Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam : Penerapan Metode

Sufistik, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2002), hlm. 300-301 109 Ibid., hlm. 423 110 Auto-sugesti disebut juga dengan self suggestion (sugesti diri). Self : diri atau

penghayatan tubuh, kesadaran individu mengenai identitasnya, kesinambungan, usaha dan gambaran/kesan bayangannya. Sugesti (suggestion) : komunikasi lisan dalam bentuk perangsang yang menyebabkan suatu keadaan sugestibilitas, yakni keadaan terbuka lebih terbuka untuk menerima sugesti.

111 Hamdani Bakran A, op.cit., hlm. 412-413 112 Umar Shihab, op.cit., hlm. 189. Lihat penjelasan lain dari Quraish Shihab, Mukjizat

Al-Quran : Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib, (Bandung : Mizan, Cet. IV, 1998), hlm. 118-119

Page 41: Nunung bab II - Perpustakaan UIN Walisongo Semaranglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · somatoform,20 gangguan disosiatif,21 gangguan seksual, dan

Uraian di atas merupakan sebuah ketepatan yang menyatakan

bahwa al-Quran mempunyai kekuatan yang luar biasa. Karena

kemukjizatan dari ayat-ayat/kata-kata, bahasa, nada ataupun makna yang

terkandung dapat menghasilkan suara atau bunyi yang ditimbulkan saat

membaca al-Quran memiliki pengaruh secara fisiologis dan psikologis. Di

mana secara psikologis mampu merangsang akal dan menyentuh rasa,

sehingga mampu mengurangi kecemasan manusia.

D. Hipotesis

Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan bahwa ada

perbedaan perubahan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol,

di mana setelah diadakan eksperimen. Dalam penelitian ini diprediksikan

bahwa kelompok eksperimen mengalami perubahan yang lebih besar

dibanding dengan kelompok kontrol. Sehingga dari perbedaan perubahan

tersebut dapat diprediksikan bahwa membaca al-Quran dapat menurunkan

kecemasan.