96
NOTA KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN Bab I Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006 BAB I PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR APBN TAHUN ANGGARAN 2006 PENDAHULUAN Kebijakan ekonomi makro 2006 merupakan satu

Embed Size (px)

Citation preview

NOTA KEUANGAN

DAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 14 TAHUN 2006

TENTANGPERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2005

TENTANGANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2006

REPUBLIK INDONESIA

i

DAFTAR ISI ..................................................................................................

DAFTAR TABEL ......................................................................................

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................

BAB I PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR APBN TAHUNANGGARAN 2006 .......................................................................

Pendahuluan ..............................................................................

Gambaran Umum Ekonomi Indonesia Tahun 2005..............................

Perkembangan Indikator Ekonomi Makro 2004-2005.........................

Pertumbuhan Ekonomi ...........................................................

Inflasi .................................................................................

Nilai Tukar Rupiah ................................................................

Suku Bunga SBI 3 Bulan .........................................................

Harga Minyak Internasional ......................................................

Neraca Pembayaran ...............................................................

BAB II ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA ...

Pendahuluan .............................................................................

Perkiraan Pendapatan Negara dan Hibah .....................................

Penerimaan Dalam Negeri ...................................................

Penerimaan Perpajakan ....................................................

Penerimaan PPh ........................................................

Penerimaan PPN dan PPnBM ...................................

Penerimaan PBB dan BPHTB ...................................

Penerimaan Cukai dan Pajak Lainnya .........................

Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional ..............

Penerimaan Negara Bukan Pajak .......................................

Hibah .................................................................................

Perkiraan Belanja Negara ...........................................................

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat .......................................

DAFTAR ISI

Halaman

i

iii

iv

1

1

2

5

5

10

12

14

16

17

21

21

25

26

26

27

29

30

31

32

33

36

37

38

Daftar Isi

ii

Halaman

Belanja Pemerintah Pusat menurut Jenis .................................

Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi ........................

Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi ..............................

Anggaran Belanja Ke Daerah ...........................................

Dana Perimbangan ...........................................................

Dana Bagi Hasil .........................................................

Dana Alokasi Umum ....................................................

Dana Alokasi Khusus ...................................................

Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian ............................

Dana Otonomi Khusus .................................................

Dana Penyesuaian .......................................................

Defisit Anggaran .......................................................................

Pembiayaan Anggaran .................................................................

LAMPIRAN :

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2006 tentangPerubahan atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2005 tentangAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran2006 ...........................................................................................

39

46

50

51

52

52

5455

55

55

56

57

58

63

Daftar Isi

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I.1 Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro, 2005 – 2006 ....................

Tabel I.2 Laju Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (y-0-y),2004-2006 ...................................................................................

Tabel I.3 Perkembangan Suku Bunga SBI dan Perbankan, 2001-2006 .............

Tabel I.4 Neraca Pembayaran Indonesia, 2005 – 2006 ...............................

Tabel II.1 Perkiraan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Tahun2006...........................................................................................

Tabel II.2 Perkiraan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah, Tahun 2006..........

Tabel II.3 Perkiraan Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat MenurutJenis, Tahun 2006.............................................................................

Tabel II.4 Perkiraan Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat MenurutOrganisasi, Tahun 2006 ...............................................................

Tabel II.5 Perkiraan Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat MenurutFungsi, Tahun 2006.........................................................................

Tabel II.6 Perkiraan Realisasi Anggaran Belanja Untuk Daerah, Tahun 2006.......

Tabel II.7 Perkiraan Realisasi Pembiayaan Anggaran, Tahun 2006 ................

5

9

1520

25

37

45

49

51

57

62

Daftar Tabel

iv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik I.1 Perkembangan Inflasi, 2005 - 2006 ...............................................

Grafik I.2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS dan REER,2004 - 2006 .....................................................................................

Grafik I.3 Perkembangan Harga Rata-rata Minyak Mentah di PasarInternasional, Desember 2004 - Mei 2006......................................

11

13

17

Daftar Grafik

1

Bab I Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006

BAB IPERKEMBANGAN ASUMSI DASARAPBN TAHUN ANGGARAN 2006

PENDAHULUAN

Kebijakan ekonomi makro 2006 merupakan satu bagian integral darikebijakan ekonomi jangka menengah tahun 2004 - 2009 yang mengarahkepada tiga strategi dasar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatIndonesia, yaitu pro-growth, pro-employment, dan pro-poor. Kinerjaekonomi Indonesia tahun 2006 sangat dipengaruhi oleh faktor-faktorinternal, yang meliputi kinerja perekonomian dan kebijakan-kebijakanyang diambil dalam tahun-tahun sebelumnya. Sebagai negara denganperekonomian terbuka, kinerja ekonomi Indonesia tahun 2006 ini jugatidak terlepas dari pengaruh-pengaruh eksternal, antara lain terjadinyaglobal imbalances seperti kenaikan harga minyak mentah dunia dankinerja ekonomi negara-negara mitra dagang utama Indonesia.

Kebijakan fiskal memiliki peran penting dalam mengelola perekonomianyang dapat dilihat dari kemampuan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (APBN) untuk menjalankan fungsi alokasi, distribusi, stabilisasidan stimulasi dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi danpeningkatan kesejahteraan rakyat. Namun peran kebijakan fiskal sendiritidak akan mencukupi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Peranyang lebih besar dari sektor swasta sebagai penggerak utama pertumbuhanekonomi yang berkelanjutan menjadi suatu keharusan. Ada dua pra-kondisi yang diperlukan untuk menggerakkan sektor swasta yaitu stabilitasekonomi yang terjaga dan iklim investasi yang kondusif, yang antara laintelah diupayakan oleh Pemerintah dengan regulasi kebijakan sektor riilmelalui Inpres No. 3 Tahun 2006. Iklim investasi yang kondusif dapatdiciptakan melalui koordinasi yang baik dan harmonis dari kebijakan fiskal,kebijakan moneter dan perbankan, serta kebijakan di sektor riil. Pemerintahterus berusaha melakukan perbaikan dalam rancangan, pelaksanaan, dankoordinasi kebijakan-kebijakan di berbagai bidang tersebut agarmomentum pertumbuhan ekonomi dapat terjaga dan terus terbangun.

Undang-undang Nomor 13 tahun 2005 tentang APBN Tahun 2006menetapkan bahwa penyusunan APBN 2006 didasarkan pada asumsi-asumsi pertumbuhan ekonomi 6,2 persen, tingkat inflasi 8,0 persen (y-o-y), rata-rata nilai tukar rupiah Rp9.900 per dolar Amerika Serikat, rata-rata suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan 9,5 persen, rata-

Kebijakan ekonomimakro 2006 merupakanbagian integral darikebijakan ekonomijangka menengah tahun2004 – 2009.

Kebijakan fiskal me-miliki peran untukmendorong pertum-buhan ekonomi danpeningkatan kesejah-teraan rakyat.

Sejak ditetapkannyaUU No. 13 Tahun 2005tentang APBN 2006telah terjadi berbagaiperubahan dan per-kembangan.

2

Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006Bab I

rata harga minyak mentah US$57 per barel, dan rata-rata volume liftingminyak mentah 1,05 juta barel per hari. Namun demikian, sejakditetapkannya undang-undang tersebut telah terjadi berbagai perubahandan perkembangan yang cukup berarti, baik yang bersumber dariperubahan faktor-faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhipokok-pokok kebijakan fiskal dan pelaksanaan APBN 2006.Berdasarkan perubahan dan perkembangan yang terjadi tersebut,Pemerintah mengajukan perubahan atas Undang-undang APBN 2006dengan tujuan agar keberlangsungan kebijakan fiskal dapat terjaga dansasaran pembangunan ekonomi 2006 dapat tercapai.

Dengan memperhatikan kondisi terkini, asumsi dasar ekonomi makro yangterdapat dalam APBN 2006 perlu disesuaikan dalam APBN Perubahan(APBN-P) tahun 2006 sehingga menjadi sebagai berikut : pertumbuhanekonomi 5,8 persen, inflasi 8,0 persen, rata-rata nilai tukar rupiah Rp9.300per dolar Amerika Serikat, rata-rata suku bunga SBI 3 bulan 12,0 persen,rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) US$64 per barel, danrata-rata lifting minyak 1,0 juta barel per hari. Perubahan asumsi dasarekonomi makro, khususnya asumsi harga minyak mentah akan membawaperubahan APBN secara signifikan, terutama terhadap besaran penerimaanminyak dan gas (migas), dana bagi hasil untuk daerah, dan subsidi bahanbakar minyak (BBM). Demikian pula dengan perubahan asumsi nilai tukarrupiah dan suku bunga yang akan berpengaruh terhadap besaranpengeluaran negara terutama pembayaran bunga surat utang negara.

Perubahan atas APBN 2006 juga dimaksudkan untuk mengakomodasikanpertambahan kebutuhan dana yang diperlukan untuk anggaran pendidikan,subsidi terhadap PT Perusahaan Listrik Negara akibat tidak dinaikkannyatarif dasar listrik (TDL), rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias, sertapenanganan bencana alam Yogyakarta dan Jawa Tengah serta beberapadaerah lainnya.

GAMBARAN UMUM EKONOMIINDONESIA TAHUN 2006

Memasuki tahun 2006, kinerja perekonomian Indonesia diwarnai olehdinamika berbagai perubahan baik yang menggembirakan maupun yangkurang menggembirakan. Salah satu aspek kinerja ekonomi yang cukupmenggembirakan adalah cukup terkendalinya stabilitas ekonomi yangmerupakan salah satu kondisi penting dalam upaya pemulihan kepercayaan

Perubahan atas APBN2006 juga dimaksuduntuk mengakomodasi-kan tambahan kebu-tuhan dana.

Memasuki tahun 2006kinerja ekonomi Indo-nesia cukup meng-gembirakan.

3

Bab I Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006

para pelaku pasar dan investor di Indonesia. Secara kumulatif, dalamperiode Januari – Oktober 2006, inflasi terkendali di tingkat 4,96 persen,lebih rendah dibandingkan inflasi kumulatif pada periode yang sama tahun2005 (15,65 persen). Selain itu, pada periode Januari – Oktober 2006rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika mencapai Rp9.177per US$, relatif lebih kuat dibandingkan dengan nilai tukar rupiah periodeyang sama tahun sebelumnya sebesar Rp9.705 per US$. Dalam kurunwaktu tersebut, nilai tukar rupiah bahkan pernah mencapai level terkuatsebesar Rp8.775/US$ pada akhir April 2006. Demikian pula dengan sukubunga SBI 3 bulan yang menunjukkan kecenderungan menurun sejak awaltahun 2006.

Sementara itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa EfekJakarta juga menunjukkan kenaikan yang cukup menggembirakan, dimanapada penutupan perdagangan pada akhir Oktober 2006 mencapai 1.583,lebih baik dibandingkan akhir tahun 2005 yang mencapai 1.162,63. Dipihak lain, data dari sisi penanaman modal riil, memperlihatkan bahwapersetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dalam periodeJanuari – Oktober 2006 mencapai nilai investasi sekitar Rp143,7 triliun,lebih besar dari persetujuan PMDN dalam periode yang sama tahunsebelumnya yang besarnya sekitar Rp44,6 triliun, atau meningkat sekitar222,2 persen.

Terkendalinya stabilitas ekonomi makro ini diiringi pula denganmeningkatnya posisi cadangan devisa dibandingkan dengan posisi tahunsebelumnya. Bila dalam tahun 2005 cadangan devisa mencapai US$34,7miliar, maka pada tahun 2006 cadangan devisa diperkirakan naik sebesarUS$4,8 miliar menjadi US$39,5 miliar, yang antara lain disebabkan olehmeningkatnya surplus neraca transaksi berjalan (current accounts) dalamtahun 2006 dibandingkan dengan perkiraan neraca transaksi berjalandalam APBN 2006 yang mengalami defisit sebesar US$1,66 miliar.

Walaupun dari aspek stabilitas perekonomian Indonesia tahun 2006memperlihatkan kinerja yang cukup menggembirakan, namun dari sisipertumbuhan ekonomi dan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat,kinerja perekonomian Indonesia dihadapkan pada kendala dan tantanganyang cukup berat. Pertumbuhan ekonomi dalam semester I tahun 2006tercatat hanya mencapai 5,0 persen, lebih rendah dari angka pertumbuhansemester I tahun 2005 sebesar 6,0 persen. Angka pertumbuhan yangrelatif rendah ini diiringi dengan jumlah pengangguran dan jumlah pendudukmiskin yang relatif masih cukup tinggi. Sampai akhir tahun 2006, jumlahpengangguran terbuka diperkirakan mencapai 11,4 juta orang (10,6 persen

IHSG dan persetujuanPMDN meningkat.

Dari sisi pertumbuhanekonomi dan upaya pe-ningkatan kesejah-teraan rakyat, ekonomiIndonesia dihadapkanpada kendala dantantangan yang cukupbesar.

4

Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006Bab I

dari total angkatan kerja) lebih tinggi dari jumlah pengangguran tahun 2005yang sebesar 10,9 juta (10,3 persen dari total angkatan kerja).Peningkatan jumlah pengangguran ini diperkirakan akan menambah jumlahpenduduk miskin yang tercatat sebesar 35,1 juta jiwa pada akhir tahun2005.

Relatif rendahnya angka pertumbuhan ini tidak terlepas dari pengaruhfaktor-faktor internal maupun eksternal yang berkembang dalam tahun inimaupun dalam tahun-tahun sebelumnya. Dari sisi internal, hal tersebutterutama disebabkan oleh terbatasnya Pembentukan Modal Tetap Bruto(PMTB) akibat belum terciptanya iklim investasi dan usaha yang kondusif,menurunnya aktivitas konsumsi masyarakat, serta terbatasnya ketersediaaninfrastruktur yang memadai. Rendahnya pertumbuhan ekonomi danmenurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat ini juga disebabkan olehberbagai musibah dan bencana alam, seperti merebaknya penyakit fluburung, gempa bumi dan banjir yang terjadi di berbagai daerah diIndonesia. Di lain pihak, faktor-faktor eksternal, seperti naiknya hargaminyak mentah dunia dan kenaikan Fed Rate telah memberikan tambahanpengaruh yang kurang menguntungkan bagi perekonomian domestik,antara lain meningkatkan tekanan inflasi sehingga mengurangi daya belidan konsumsi rumah tangga, dan sekaligus meningkatkan ongkos produksisektor usaha di dalam negeri.

Di tengah beratnya kendala dan tantangan yang dihadapi perekonomianIndonesia saat ini, masih ada peluang yang dapat dimanfaatkan untukmendorong pertumbuhan ekonomi. Dari sisi eksternal, pertumbuhanekonomi dan perdagangan dunia yang diperkirakan masih cukup kuat ditahun 2006, khususnya di negara-negara mitra dagang utama Indonesia,diharapkan mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisiekspor. Dari sisi internal, kebijakan pengendalian inflasi yang cukup efektifdalam enam bulan pertama tahun 2006 dapat diharapkan memberikansedikit ruang kepada otoritas moneter untuk menurunkan suku bungasecara bertahap, di tengah tekanan meningkatnya Fed Rate. Hal inisekaligus diharapkan dapat menjadi langkah awal pemulihan kepercayaanpasar bagi dunia usaha dan mendorong kembali daya beli masyarakatuntuk meningkatkan konsumsi.

Dalam kondisi dan situasi seperti yang digambarkan di atas, pemulihankepercayaan pelaku dunia usaha untuk kembali melakukan danmengembangkan investasi di dalam negeri merupakan suatu keharusanyang perlu diwujudkan. Salah satu langkah penting dalam upaya tersebutadalah mempercepat penyelesaian, penyempurnaan dan pelaksanaanpaket-paket kebijakan reformasi sektor riil seperti di bidang investasi,

Rendahnya angka per-tumbuhan dipengaruhifaktor internal daneksternal.

Masih ada peluanguntuk mendorong per-tumbuhan ekonomibaik dari sisi eksternalmaupun internal.

Perlu diwujudkan pemu-lihan kepercayaanpelaku dunia usaha.

5

Bab I Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006

perpajakan, bea cukai, perburuhan, dan perbaikan kinerja birokrasi,disamping pembangunan infrastruktur yang perlu segera direalisasikan.Untuk itu diperlukan suatu langkah kebersamaan dan koordinasi yangerat dan konsisten di kalangan otoritas fiskal dan moneter, pemerintahdaerah, kalangan dunia usaha, politisi, dan masyarakat pada umumnya.

PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMIMAKRO 2005-2006

Beberapa variabel ekonomi makro tahun 2006 yang digunakan sebagaiasumsi dasar penyusunan APBN 2006 adalah tingkat pertumbuhanekonomi, inflasi, rata-rata nilai tukar rupiah, rata-rata suku bunga SBI 3bulan, rata-rata harga dan volume lifting minyak mentah. Perkembanganindikator-indikator ekonomi makro tersebut dapat dilihat dalam Tabel I.1.

Pertumbuhan Ekonomi

Dalam tahun 2005, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapaisebesar 5,6 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan banyakkalangan dan lembaga-lembaga internasional sebelumnya. Meskipundemikian, angka pertumbuhan tersebut masih berada di bawah sasaranasumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN-P 2005 sebesar 6,0 persen.Lebih rendahnya angka realisasi laju pertumbuhan ekonomi dalam tahun2005 tersebut, terutama disebabkan oleh tekanan tingginya biaya produksiterkait dengan tingginya harga minyak dunia, naiknya ongkos angkut(freight), naiknya harga barang modal, serta bahan baku dan penolongyang sebagian harus diimpor. Selain itu, tingginya harga minyak dunia jugamenyebabkan Pemerintah memandang perlu untuk menaikkan harga BBMdomestik guna mengurangi beban pengeluaran APBN 2005 pada bulan

Laju pertumbuhanekonomi Indonesiamencapai 5,6 persendalam tahun 2005.

Tabel I.1 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro, 2005 - 2006

2005 2006 Indikator Realisasi APBN APBN-P

1 Pertumbuhan ekonomi (%) 5,6 6,2 5,8 2 Tingkat inflasi (%) 17,11 8,0 8,0 3 Rata-rata Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) 9.705 9.900 9.300 4 Suku bunga SBI-3 bulan (%) 9,09 9,5 12,0 5 Harga Minyak ICP (US$/Barel) 51,81 57,0 64 6 Lifting Minyak (Juta Barel/Hari) 0,999 1,050 1,000

6

Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006Bab I

Maret dan Oktober 2005. Hal ini, telah menyebabkan meningkatnyatekanan inflasi secara keseluruhan.

Meningkatnya inflasi tersebut selain telah menyebabkan penurunan dayabeli masyarakat juga mendorong kenaikan upah buruh yang harusditanggung sektor produksi. Pada sisi lain, depresiasi rupiah yang mulaiterjadi sejak akhir triwulan III hingga akhir tahun 2005 menjadi faktor lainyang mendorong meningkatnya inflasi. Sebagai reaksi naiknya tekananinflasi dan depresiasi rupiah tersebut, Bank Indonesia telah melakukankebijakan menaikkan suku bunga (BI Rate).

Dari sisi penggunaan, tekanan terhadap ekonomi makro di penghujungtahun 2005 tercermin pada terjadinya perlambatan di hampir semuakomponen permintaan agregat. Konsumsi rumah tangga melambat dari5,0 persen pada tahun 2004 menjadi 4,0 persen dalam tahun 2005 terkaitdengan melemahnya daya beli masyarakat. Sementara itu, investasi yangtelah menunjukkan pemulihan yang cukup berarti dalam tahun 2004 yangtumbuh sebesar 14,1 persen, mengalami perlambatan menjadi 9,9 persendalam tahun 2005.

Dari sisi sektoral, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tahun2005 ditandai dengan pertumbuhan positif pada hampir semua lapanganusaha. Pertumbuhan tinggi masih ditunjukkan oleh sektor-sektor non-tradable seperti pengangkutan dan komunikasi (13 persen), bangunan(7,4 persen), keuangan, real estat dan jasa perusahaan (6,8 persen), sertalistrik, gas, dan air bersih (6,3 persen). Sementara itu, kinerja sektor industrimanufaktur mengalami perlambatan dari 6,4 persen menjadi 4,6 persendisebabkan oleh menurunnya kegiatan subsektor industri migas yangtumbuh negatif sebesar 5,9 persen. Pada saat yang sama juga terjadiperlambatan pada subsektor industri non-migas dari 7,5 persen pada tahun2004 menjadi 5,9 persen disebabkan oleh meningkatnya ongkos produksiakibat penyesuaian harga BBM domestik serta tekanan stabilitas ekonomimakro pada paroh kedua tahun 2005.

Memasuki paroh pertama tahun 2006, laju pertumbuhan ekonomimencapai 5,0 persen, lebih rendah dibanding laju pertumbuhan ekonomiperiode yang sama tahun 2005. Dari sisi permintaan agregat, pengeluarankonsumsi yang masih memberikan kontribusi tertinggi dalam pembentukanPDB menunjukkan kecenderungan menurun khususnya dalam tiga triwulanterakhir. Penurunan ini disebabkan oleh besarnya tekanan inflasi yangmenyebabkan turunnya daya beli masyarakat sebagai dampak daripenyesuaian harga BBM dalam negeri pada bulan Oktober 2005 sertatingginya tingkat suku bunga domestik. Terkait dengan tingginya suku bunga

Tekanan pada stabilitasekonomi makro dipenghujung tahun 2005tercermin pada terja-dinya perlambatan dihampir semua kompo-nen permintaan agregat.

Pertumbuhan ekonomiIndonesia dalam tahun2005 ditandai denganpertumbuhan positifpada hampir semualapangan usaha.

Laju pertumbuhan eko-nomi pada semesterI2006 mencapai 5,0persen.

7

Bab I Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006

domestik, laju pertumbuhan kredit konsumsi dalam bulan Agustus 2006hanya mencapai sebesar 11,8 persen (y-o-y), lebih rendah dibandingperiode yang sama tahun sebelumnya sebesar 46,5 persen (y-o-y).Menurunnya tingkat konsumsi masyarakat tercermin pada menurunnyapenjualan mobil dan motor dalam tujuh bulan pertama tahun 2006 masing-masing sebesar 50,2 persen dan 25,5 persen dibanding periode yangsama tahun 2005. Di lain pihak, konsumsi pemerintah meningkat yangdisebabkan karena pembenahan pada sistem penganggaran baru yangmulai berlaku sejak tahun 2005 yang berdampak positif pada kelancaranproses pencairan anggaran pemerintah. Dalam semester I tahun 2006,konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 20,4 persen, lebih tinggi dari periodeyang sama tahun sebelumnya yakni tumbuh negatif sebesar 8,1 persen.Namun, tingginya konsumsi Pemerintah ini belum dapat meningkatkanpertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan.

Sementara itu, pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)mengalami penurunan yang cukup berarti dari semula 15,8 persen dalamsemester I tahun 2005 menjadi 1,1 persen dalam semester I tahun 2006.Perlambatan kinerja investasi (PMTB) tersebut juga tercermin padaperlambatan yang terjadi pada pertumbuhan kredit investasi. Kreditinvestasi dalam bulan Oktober 2006 hanya tumbuh sebesar 6,3 persen,jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2005 sebesar 17,9persen. Menurunnya tingkat PMTB disebabkan oleh belum terealisasinyaprogram percepatan pembangunan infrastruktur, meningkatnya suku bunga,dan tertundanya upaya perbaikan iklim investasi, meskipun kemajuan telahdicapai dalam bentuk peluncuran paket kebijakan reformasi di bidanginvestasi dan pembangunan infrastruktur. Pembenahan di sektor riil terutamayang berkaitan dengan perubahan kebijakan, regulasi seperti di bidanginvestasi, pajak, bea cukai, perburuhan, dan perbaikan kinerja birokrasimembutuhkan waktu cukup lama untuk menghasilkan dampak langsungdan segera. Upaya perbaikan tata pengelolaan publik (good publicgovernance) serta pemberantasan korupsi telah menyebabkan beberapaekses perlambatan pelaksanaan kebijakan di sektor publik. Denganmeningkatnya prinsip kehati-hatian dan munculnya kekhawatiran yang tinggiterhadap tindakan law enforcement, telah menyebabkan berbagaikelambatan dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaan anggaran.Kondisi ini menjadi salah satu penyebab menurunnya kegiatan investasiswasta baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Kinerja ekspor barang dan jasa dalam semester I tahun 2006 masih cukupmenjanjikan di tengah gejolak eksternal terkait dengan tingginya hargaminyak dunia. Laju pertumbuhan ekspor barang dan jasa dalam semester

PMTB pada semester Itahun 2006 mengalamipenurunan yang cukupberarti.

Kinerja ekspor barangdan jasa dalamsemester I tahun 2006masih cukup menjan-jikan.

8

Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006Bab I

I tahun 2006 mencapai sebesar 11,4 persen. Meskipun mengalamiperlambatan bila dibandingkan laju pertumbuhan periode yang sama tahunsebelumnya, ekspor barang dan jasa mencatat angka tertinggi dalam tigatriwulan terakhir. Pada sisi lain, seiring dengan perlambatan pada konsumsidan investasi riil, kinerja impor barang dan jasa juga mengalamiperlambatan. Laju pertumbuhan impor barang dan jasa dalam semester Itahun 2006 hanya sebesar 5,2 persen, lebih rendah dibandingkan lajupertumbuhan impor barang dan jasa periode yang sama tahun 2005sebesar 22,8 persen. Sementara itu, kecenderungan penguatan kinerjaekspor barang dan jasa dalam semester I tahun 2006 diperkirakan terusberlanjut dalam semester berikutnya guna menopang kinerja pertumbuhanekonomi secara keseluruhan dalam tahun 2006. Laju pertumbuhan eksporbarang dan jasa dalam tahun 2006 diperkirakan mencapai sebesar 9,4persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 8,6 persen.Seiring menurunnya investasi, impor barang dan jasa diperkirakan akanmenurun dari sekitar 12,3 persen dalam tahun 2005 menjadi 8,4 persendalam tahun 2006.

Dari sisi penawaran, dalam tahun 2006, seluruh sektor usaha diperkirakanmengalami pertumbuhan positif, kecuali subsektor industri pengolahanminyak dan gas yang dalam dua tahun terakhir mengalami pertumbuhannegatif terkait dengan menurunnya investasi untuk kegiatan eksplorasimigas. Walaupun hampir semua sektor mengalami pertumbuhan, namunhanya beberapa sektor yang diperkirakan akan mengalami peningkatanpertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan yangmelambat ini terkait dengan kecenderungan menurunnya kinerja subsektorpengangkutan akibat kebijakan penyesuaian harga BBM pada bulanMaret dan Oktober tahun 2005 yang lalu terutama pengangkutan lautdan udara serta jenis-jenis usaha terkait lainnya. Pada sisi lain, subsektorkomunikasi masih mencatat laju pertumbuhan yang cukup tinggi dalambeberapa triwulan terakhir dengan rata-rata sekitar 24 persen, dan sektorbangunan diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,4 persen.

Laju pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan mencapai sekitar 2,6persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahunsebelumnya sebesar 2,5 persen. Dengan iklim berusaha yang relatifkondusif serta harga produk pertanian yang cukup fleksibel diharapkandapat mendorong kinerja sektor pertanian dalam tahun 2006. Sampaidengan semester I tahun 2006, laju pertumbuhan sektor pertanian mencapaisebesar 3,9 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhanperiode yang sama tahun sebelumnya, sebesar 0,9 persen.

Dalam tahun 2006seluruh sektor usahadiperkirakan mengalamipertumbuhan positif,kecuali subsektor industripengolahan migas.

Laju pertumbuhan sektorpertanian diperkirakanlebih tinggi dari tahunsebelumnya.

9

Bab I Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006

Sementara itu, dalam tahun 2006, laju pertumbuhan sektor industripengolahan khususnya non migas diperkirakan dapat tumbuh sebesar 5,0persen, lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahunsebelumnya. Faktor pendorong meningkatnya sektor manufaktur inidiperkirakan bersumber dari meningkatnya pasar domestik bagi produklokal yang disebabkan oleh mulai meningkatnya daya beli masyarakatakibat menurunnya tekanan inflasi dan tingkat suku bunga pada parohkedua tahun 2006. Di sisi lain, meningkatnya permintaan untuk eksporpada semester I tahun 2006 diharapkan dapat berlanjut dalam periode-periode berikutnya sehingga dapat memacu kinerja sektor industripengolahan. Realisasi dan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2004 -2006 dapat dilihat dalam Tabel I.2.

Prospek ekonomi Indonesia dalam paroh kedua 2006 diperkirakan akanmembaik sejalan dengan berkurangnya tekanan inflasi yang jugadiharapkan akan diikuti dengan menurunnya suku bunga secara bertahap.

Sektor industri pengolah-an nonmigas diperkira-kan tumbuh 6,2 persen.

Produk Domestik Bruto 4,9 5,6 5,8

Menurut PenggunaanPengeluaran Konsumsi 4,9 4,4 4,7

Masyarakat 5,0 4,0 3,5Pemerintah 4,0 8,1 13,4

Pembentukan Modal Tetap Bruto 14,1 9,9 7,7Ekspor Barang dan Jasa 11,1 8,6 9,4Impor Barang dan Jasa 25,6 12,3 8,4

Menurut Lapangan UsahaPertanian 2,1 2,5 2,6Pertambangan dan Penggalian -4,9 1,6 2,0Industri Pengolahan 6,4 4,6 5,0

Migas -1,9 -5,3 -3,1Non migas 7,5 5,9 6,0

Listrik, gas, air bersih 4,2 6,5 6,3Bangunan 6,9 7,3 7,6Perdagangan, hotel, dan restoran 5,8 8,6 8,3Pengangkutan dan komunikasi 14,0 13,0 12,9Keuangan, persewaan, jasa perush. 7,9 7,1 6,3Jasa-jasa 5,4 5,2 5,6

Sumber: BPS, diolah

Tabel I.2

Laju Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (y-o-y), 2004 - 2006

(persen)

Uraian 2004 2005 2006

10

Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006Bab I

Selain itu stabilitas nilai tukar rupiah yang terkendali, kemajuan realisasipercepatan pembangunan infrastruktur dan pembenahan sektor riil, sertatambahan stimulasi yang berasal dari dana luncuran anggaran tahun 2005,juga diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2006. Darisisi eksternal, kinerja perekonomian global yang masih relatif cukup kuatdiharapkan akan memberikan peluang bagi perekonomian Indonesia.Dengan demikian, sasaran pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2006diperkirakan mencapai sekitar 5,8 persen, sedikit lebih rendah dibandingkansasaran yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar 6,2 persen.

Inflasi

Inflasi pada tahun 2006 diperkirakan cenderung menurun, setelahmengalami peningkatan pada tahun 2005 yang mencapai 17,11 persen(y-o-y). Tingginya inflasi pada tahun 2005 tersebut disebabkan olehpenyesuaian harga BBM dalam negeri pada bulan Maret dan Oktober2005. Pada bulan-bulan tersebut inflasi masing-masing mencapai 1,91persen pada bulan Maret dan 8,70 persen pada bulan Oktober 2005.Memasuki tahun 2006 harga beras mengalami peningkatan yangdisebabkan antara lain oleh meningkatnya harga pembelian beras (HPB)sebesar 28 persen. Hal tersebut juga diperkuat dengan meningkatnya hargabumbu-bumbuan, tarif telepon, dan air minum, yang telah menyebabkaninflasi pada bulan Januari 2006 mencapai 1,36 persen, atau inflasi y-o-ysebesar 17,03 persen.

Namun, seiring dengan datangnya musim panen di beberapa daerah padabulan Februari, Maret, dan April 2006, harga bahan makanan sepertiberas, bumbu-bumbuan, sayur-sayuran, daging dan telor ayam ras, sertalainnya mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya. Penurunanharga tersebut menyebabkan laju inflasi pada bulan Februari, Maret, Aprilrelatif rendah, masing-masing menjadi sebesar 0,58 persen, 0,03 persen,dan 0,05 persen, atau inflasi y-o-y masing-masing sebesar 17,92 persen,15,74 persen, dan 15,40 persen. Sementara itu, inflasi inti (core inflation)pada bulan Februari, Maret, dan April masing-masing mencapai 0,63persen, 0,26 persen, dan 0,32 persen.

Setelah tercatat mengalami peningkatan indeks harga yang cukup rendahdi bulan-bulan tersebut di atas, pada bulan Juni 2006, hampir semua indeksharga kelompok pengeluaran kecuali kelompok sandang, mengalamisedikit peningkatan sehingga inflasi pada bulan tersebut mencapai 0,45persen, atau inflasi y-o-y sebesar 15,53 persen. Beberapa kelompokbarang menunjukkan peningkatan indeks harga antara 0,1 persen sampaidengan 1,12 persen. Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok bahan

Sasaran pertumbuhanekonomi tahun 2006sekitar 5,8 persen.

Inflasi pada tahun 2006diperkirakan menurundibandingkan tahunsebelumnya.

Laju inflasi pada bulanFebruari, Maret, danApril relatif rendah.

Inflasi pada bulan Juni2006 mencapai 0,45persen atau inflasi y-o-ysekitar 15,53 persen.

11

Bab I Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006

makanan, dan terendah terjadi pada kelompok transport dan komunikasi.Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan cukup tajam antara lainadalah beras, daging ayam ras, cabe rawit, dan tarif kontrak rumah.Peningkatan indek harga, terutama untuk kelompok bahan makanankembali terjadi pada bulan Oktober 2006 hingga mencapai 2,17 persen.Perkembangan inflasi tahun 2005-2006 dapat dilihat pada Grafik I.1

Dengan perkembangan tersebut, inflasi kumulatif selama Januari – Oktober2006 sebesar 4,96 persen, lebih rendah dibandingkan inflasi kumulatifpada periode yang sama tahun 2005 (15,65 persen). Berdasarkankelompok pengeluaran, inflasi kumulatif selama Januari-Oktober 2006bersumber dari peningkatan indeks harga kelompok bahan makanan (8,81persen), pendidikan, rekreasi dan olah raga (8,02 persen), sandang (5,96persen), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (4,70 persen),kesehatan (4,33 persen), perumahan (3,76 persen), serta transpor,komunikasi dan jasa keuangan (1,12 persen). Dilihat dari komponennya,selama sepuluh bulan pertama tahun 2006 inflasi inti sebesar 5,02 persen,inflasi volatile foods sebesar 10,08 persen, dan inflasi administered pricessebesar 1,42 persen. Selama Januari - Oktober 2006, laju inflasi tertinggiterjadi pada bulan Januari sebesar 1,36 persen dan laju inflasi terendahterjadi pada bulan Maret sebesar 0,03 persen. Sementara itu dilihatmenurut daerah, inflasi tertinggi terjadi di kota Banjarmasin dan inflasiterendah terjadi di Sibolga. Penundaan rencana penyesuaian tarif dasarlistrik (TDL) diperkirakan akan mengurangi tekanan inflasi pada tahun2006. Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor yang perludiwaspadai yang diperkirakan berpotensi memberi tekanan inflasi padadua bulan mendatang, seperti masih tingginya harga minyak dunia danadanya tekanan musiman akibat meningkatnya permintaan barangkebutuhan pokok masyarakat terkait dengan Natal dan Tahun Baru.

Inflasi kumulatif selamaJanuari – Oktober 2006sekitar 4,96 persen.

Grafik I.1Perkembangan Inflasi Umum, Bahan Makanan dan Inflasi Inti,

2005 - 2006

-20

24

68

10

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Ags

tSe

pO

ktN

op Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Ags

tSe

pO

kt2005 2006

Sumber: Badan Pusat Statistik

m-t-m, %

0

5

10

15

20

y-o-y, %

Umum (y-o-y) Umum (m-t-m) Bahan Makanan

12

Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006Bab I

Dalam rangka pengendalian laju inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesiasenantiasa meningkatkan koordinasi dalam melakukan pemantauan danpengendalian inflasi, yang ditempuh melalui berbagai kebijakan, antara lainmenjaga kestabilan nilai tukar rupiah, menjaga kecukupan pasokan dankelancaran distribusi kebutuhan bahan pokok, menurunkan ekspektasimasyarakat terhadap inflasi, dan meminimalkan gejolak harga yang berasaldari kebijakan administered prices. Dengan mempertimbangkan realisasilaju inflasi sampai dengan bulan Oktober 2006, berbagai kebijakan yangdilakukan, dan perkiraan inflasi pada dua bulan ke depan, maka asumsilaju inflasi dalam APBN-P diperkirakan sama dengan APBN 2006 yaitusebesar 8 persen.

Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah yang pada awal tahun 2005 rata-rata sebesar Rp9.195/US$ cenderung melemah hingga bulan November 2005, bahkan pernahmencapai Rp10.345/US$ pada awal September 2005. Namun, seiringdengan meningkatnya aliran masuk investasi portofolio, rupiah kembalimenguat dari bulan sebelumnya, hingga mencapai rata-rata Rp9.841/US$pada bulan Desember 2005. Dengan perkembangan tersebut, selamatahun 2005 rata-rata nilai tukar rupiah mencapai Rp9.705/US$.

Memasuki tahun 2006, penguatan nilai tukar rupiah tersebut terus berlanjutdengan volatilitas yang menurun. Sampai dengan akhir Oktober 2006,rupiah menguat cukup signifikan, yaitu dari sekitar Rp9.841/US$ padaDesember tahun 2005, menjadi sekitar Rp9.170/US$ atau mengalamiapresiasi sekitar 6,8 persen. Dengan perkembangan tersebut selamaJanuari – Oktober 2006, rata-rata nilai tukar rupiah mencapai sebesarRp9.177 per US$, menguat dibandingkan dengan periode yang samatahun sebelumnya sebesar Rp9.705 per US$. Secara fundamental,penguatan rupiah tersebut didukung oleh membaiknya pasokan valas terkaitdengan surplus neraca pembayaran. Surplus neraca pembayaran didukungoleh terjadinya surplus, baik pada kinerja neraca transaksi berjalan maupunneraca modal. Surplus neraca berjalan terutama disebabkan olehrendahnya impor, dan surplus pada neraca modal terutama terkait denganmeningkatnya pemasukan modal langsung dan investasi portofolio di pasarsaham, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), serta Surat Utang Negara (SUN).Meskipun nilai tukar rupiah mengalami penguatan dibandingkan denganperiode yang sama tahun sebelumnya, namun masih terdapat beberapafaktor negatif yang perlu diwaspadai. Hal ini disebabkan karena sebagianbesar investasi yang masuk didominasi oleh investasi portofolio jangkapendek yang mempunyai potensi risiko terjadinya pembalikan (capital

Asumsi laju inflasisebesar 8,0 persendalam APBN 2006diperkirakan dapatdicapai.

Selama tahun 2005 rata-rata nilai tukar rupiahmencapai Rp9.705/US$.

Selama Januari –Oktober 2006 rata-ratanilai tukar rupiahmencapai Rp9.177/US$.

13

Bab I Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006

reversal). Selain itu, meningkatnya harga minyak mentah dunia jugaberpotensi meningkatnya kebutuhan valas. Dua hal di atas pada gilirannyadapat menekan nilai tukar rupiah.

Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia terusmelanjutkan kebijakan moneter yang tight bias, yang tercermin padamasih tingginya suku bunga Bank Indonesia. Kebijakan lainnya adalahmelakukan sterilisasi valas, pengelolaan risiko bank, pembatasan transaksirupiah dan pemberian kredit dalam valas oleh bank, serta memperkuatsistem monitoring transaksi devisa yang terintegrasi serta meningkatkankoordinasi antara Pemerintah dan Otoritas Moneter khususnya untukmemperkuat pasokan valas dan mengelola permintaan valas. Melaluikebijakan-kebijakan tersebut diharapkan transaksi valas yang bersifat fluktuatifakan berkurang dan sekaligus dapat memperkuat struktur valas domestik

Indeks nilai tukar rupiah secara riil (real effective exchange rate, REER)dengan tahun dasar tahun 2003 menunjukkan peningkatan, yaitu dari105,38 pada Desember 2005 menjadi 117,30 pada Oktober 2006.Demikian pula indeks nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (bilateralregional exchange rate, BRER) juga menunjukkan peningkatan dari 70,21pada Desember 2005 menjadi 78,57 pada Oktober 2006. PeningkatanBRER terhadap dolar Amerika juga terjadi pada mata uang bath Thailand,ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan won Korea. Diantara negara-negaratersebut, indeks nilai tukar riil won Korea terhadap dolar Amerikamerupakan yang tertinggi, disusul kemudian oleh nilai tukar rupiah. Hal inimengindikasikan bahwa daya saing Indonesia cenderung menurun dansedikit lebih rendah dibandingkan negara-negara kawasan regional kecualiKorea. Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikatdapat dilihat pada Grafik I.2

Kebijakan dalamrangka menjagastabilitas nilai tukarrupiah.

Daya saing Indonesiacenderung menurun dansedikit lebih rendahdibandingkan negara-negara sekawasan,kecuali Korea.

Grafik I.2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS dan

REER, 2004-2006

8.000

8.500

9.000

9.500

10.000

10.500

Jan04

Apr Jul Okt Jan05

Apr Jul Okt Jan06

Apr Jul Okt

Sumber : Bank Indonesia

55

65

75

8595

105

115

125

Nominal REER

14

Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006Bab I

Dengan memperhatikan realisasi Januari – Oktober 2006, dan perkiraandua bulan ke depan, maka dalam APBN-P tahun 2006 rata-rata nilaitukar rupiah diperkirakan mencapai sekitar Rp9.300/US$, lebih rendahdari perkiraan APBN sebesar Rp9.900/US$.

Suku Bunga SBI 3 Bulan

Dalam tahun 2005, rata-rata suku bunga SBI 3 bulan mencapai 9,09persen, lebih tinggi dari rata-rata tahun 2004 sebesar 7,39 persen. Hal inidisebabkan karena Bank Indonesia menempuh kebijakan moneter yangcenderung ketat terkait dengan masih tingginya ekses likuiditas di sektorperbankan, tingginya laju inflasi, melemahnya nilai tukar rupiah, danmeningkatnya suku bunga internasional. Kebijakan tersebut dilakukanmelalui peningkatan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) dari 8,25 persenpada bulan Juni menjadi 12,75 persen pada akhir tahun 2005. Seiringdengan meningkatnya suku bunga Bank Indonesia, suku bunga SBI 3bulan juga meningkat dari 8,05 persen pada bulan Juni menjadi 12,83persen pada Desember 2005.

Memasuki tahun 2006 (Januari dan Februari), suku bunga SBI 3 bulanmasih cukup tinggi yaitu 12,92 persen. Seiring dengan menurunnya inflasidan menguatnya nilai tukar rupiah maka sejak Mei 2006, Bank Indonesiasecara hati-hati dan terukur mulai menurunkan suku bunga BI Rate(cautious easing), sehingga pada bulan Oktober 2006 BI Rate mencapai10,75 persen, atau lebih rendah 200 basis points dibanding posisi padaakhir tahun 2005 sekitar 12,75 persen. Penurunan ini diikuti olehmenurunnya suku bunga SBI 3 bulan secara bertahap, yaitu dari 12,83persen pada akhir tahun 2005 menjadi 11,36 persen pada bulan Oktober2006. Dengan perkembangan tersebut, rata-rata suku bunga SBI 3 bulanselama Januari - Oktober 2006 mencapai 12,18 persen. Meskipun sukubunga SBI 3 bulan cenderung menurun dalam periode Januari - Oktober2006, namun masih lebih tinggi 382 basis points (bps) dibandingkanperiode yang sama tahun 2005 sebesar 8,36 persen. Pada bulan-bulanmendatang, suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan akan menurun seiringdengan menurunnya BI Rate dan laju inflasi (y-o-y), sehingga perkiraansuku bunga rata-rata SBI 3 bulan sebesar 12,0 persen dalam APBN-Ptahun 2006 optimis dapat dicapai atau bahkan bisa lebih rendah dari 12persen.Sama halnya dengan SBI 3 bulan, suku bunga SBI 1 bulan juga mengalamipenurunan, walaupun masih berada pada level yang cukup tinggi, yaitu dari12,75 persen pada akhir Januari 2006 menjadi 10,75 persen pada akhirOktober 2006. Penurunan suku bunga SBI ini juga direspon oleh turunnya

Dalam tahun 2005 rata-rata suku bunga SBI 3bulan mencapai 9,09persen.

Rata-rata suku bungaSBI 3 bulan Januari-Oktober 2006 mencapai12,18 persen.

15

Bab I Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006

suku bunga deposito pada semua tenor. Suku bunga deposito yang cenderungmeningkat sejak Juli 2005 hingga mencapai 12,01 persen pada Januari 2006,sejak bulan Februari 2006 mulai menunjukkan penurunan menjadi 11,85persen dan terus berlanjut hingga menjadi 10,01 persen pada Oktober 2006.Namun demikian, penurunan BI Rate dan suku bunga SBI tersebut masihditransmisikan secara terbatas ke suku bunga kredit dalam arti penurunansuku bunga kredit berlangsung lebih lambat daripada penurunan BI Ratedan SBI. Hal ini terlihat pada penurunan suku bunga kredit modal kerja(KMK) dari 16,32 persen pada Januari 2006 menjadi 15,62 persen padaOktober 2006. Demikian pula dengan suku bungan kredit investasi (KI),dalam periode yang sama juga mengalami penurunan dari 15,81 persenpada Januari 2006 menjadi 15,54 persen pada Oktober 2006. Sedangkansuku bunga kredit konsumsi (KK) dalam periode yang sama justrumenunjukkan peningkatan, yaitu dari 17,08 persen menjadi 17,85 persen.Perkembangan suku bunga SBI dan perbankan dapat dilihat pada TabelI.3

Deposito1 Bln 3 Bln KMK KI KK 1 Bulan

2001 Desember 17,62 17,60 15,66 19,19 17,90 19,85 16,072002 Desember 12,99 13,12 8,89 18,25 17,82 20,21 12,812003 Desember 8,31 10,16 4,65 15,07 15,68 18,69 6,622004 Desember 7,43 7,29 3,76 13,41 14,05 16,57 6,432005 Januari 7,42 7,30 5,21 13,40 13,98 16,32 6,46

Februari 7,43 7,27 5,20 13,37 13,87 16,23 6,46Maret 7,44 7,31 5,95 13,31 13,78 16,33 6,50April 7,70 7,51 6,21 13,31 13,74 16,23 6,58Mei 7,95 7,81 6,07 13,20 13,68 16,17 6,76Juni 8,25 8,05 6,95 13,36 13,65 16,04 6,98Juli 8,49 8,45 5,29 13,42 13,65 16,02 7,22Agustus 8,75 8,54 8,55 13,40 13,62 15,96 7,55September 10,00 9,25 6,92 14,51 14,47 16,27 9,16Oktober 11,00 12,09 7,79 15,18 14,92 16,33 10,43Nopember 12,25 12,6892 7,73 15,92 15,43 16,6 11,46Desember 12,75 12,83 9,44 16,23 15,66 16,83 11,98,

2006 Januari 12,75 12,91 9,32 16,32 15,81 17,08 12,01Februari 12,74 12,92 10,09 16,34 15,87 17,28 11,85Maret 12,73 12,73 10,28 16,35 15,90 17,52 11,61April 12,74 12,65 10,59 16,29 15,90 17,65 11,51Mei 12,50 12,15 10,35 16,25 15,89 17,77 11,45Juni 12,50 12,15 10,23 16,15 15,94 17,82 11,34Juli 12,25 12,15 10,95 16,14 15,91 17,87 11,09Agustus 11,75 11,36 11,00 16,05 15,85 17,83 10,80September 11,75 11,36 8,90 15,82 15,66 17,88 10,47Oktober 10,75 11,36 6,75 15,62 15,54 17,85 10,01

Sumber: Bank Indonesia

Tabel I.3Perkembangan Suku Bunga SBI dan Perbankan

2001-2006

Periode SBI PUAB Kredit

16

Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006Bab I

Dengan memperhatikan realisasi SBI 3 bulan dalam sepuluh bulan pertamatahun 2006 dan perkiraan dalam dua bulan kedepan, maka selama tahun2006 rata-rata suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan sekitar 12 persen,lebih tinggi dari perkiraan semula dalam APBN sebesar 9,5 persen.

Harga Minyak Internasional

Dalam tahun 2006, harga minyak mentah internasional diperkirakan masihakan berada pada level yang cukup tinggi. Beberapa faktor yangmempengaruhi kenaikan harga minyak adalah kondisi geopolitik yangmasih belum menentu di Irak, Nigeria, dan sengketa pengembanganteknologi nuklir oleh Iran. Konflik politik yang terjadi sampai saat ini diIrak telah menimbulkan gangguan terhadap pasokan minyak mentah darinegara tersebut. Pasokan minyak dari Nigeria juga mengalami gangguansebagai akibat serangan yang dilakukan oleh kelompok militan terhadapfasilitas minyak di negara tersebut. Penolakan Iran atas permintaan darinegara-negara barat khususnya Amerika Serikat untuk menghentikanprogram nuklirnya menimbulkan ketegangan politik internasional yangberujung kepada meningkatnya harga minyak mentah internasional. Disamping faktor ketidakstabilan geopolitik di atas, tingginya harga minyakmentah internasional juga didorong oleh tetap kuatnya kinerjaperekonomian Cina dan India yang menyebabkan tingginya permintaanminyak dari negara-negara tersebut. Meningkatnya harga minyak duniajuga disebabkan oleh kecemasan pasar atas menurunnya spare capacityproduksi minyak dunia, dan kekhawatiran akan terbatasnya pasokanminyak mentah internasional di masa depan. Dalam tahun 2006 permintaanminyak dunia diperkirakan meningkat sebesar 1,9 persen, lebih tinggi daripeningkatan permintaan yang terjadi selama tahun 2005 sebesar 1,7persen. Sementara itu dari sisi pasokan, dalam tahun 2006 diperkirakanmeningkat sebesar 800 ribu barel per hari (0,95 persen) dibandingkantahun 2005, dari 84,4 juta barel per hari menjadi 85,2 juta barel per hari,yang terutama bersumber dari produksi minyak di negara-negara bekasUni Soviet.

Harga rata-rata minyak mentah jenis Dated Brent di pasar internasionalpada periode Desember 2005 - Oktober 2006 mencapai US$63,33 perbarel atau meningkat US$12,89 per barel (24,58 persen) dibanding hargapada periode Desember 2004 – Oktober 2005 yang mencapai US$52,44per barel. Harga rata-rata minyak mentah basket OPEC pada periodeDesember 2005 - Oktober 2006 juga mengalami kenaikan dibandingperiode Desember 2004 – Oktober 2005, yaitu dari US$49,43 per barelmenjadi US$61,02 per barel (naik 23,44 persen).

Dalam tahun 2006harga minyak mentahinternasional diper-kirakan masih tinggi.

17

Bab I Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006

Sejalan dengan meningkatnya harga minyak mentah internasional tersebut,harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) dalam periode Desember 2005 - Oktober 2006 juga menunjukkankecenderungan peningkatan yang relatif tinggi. Realisasi harga rata-rataminyak mentah ICP dalam periode tersebut sebesar US$64,52 per barelatau meningkat US$12,79 per barel (24,73 persen) dibandingkan periodeDesember 2004 – Oktober 2005. Dengan memperhatikan perkembanganharga minyak yang terjadi di pasar internasional dalam periode Desember2005 - Oktober 2006, maka realisasi harga minyak mentah ICP dalamtahun 2006 diperkirakan mencapai US$64 per barel. Perkembangan hargarata-rata minyak mentah di pasar internasional dapat dilihat pada GrafikI.3.

Volume lifting minyak mentah Indonesia dalam APBN-P 2006diperkirakan mencapai 1,0 juta barel per hari atau sama dengan realisasitahun 2005, namun lebih rendah dibanding asumsi lifting dalam APBN2006 sebesar 1,05 juta barel per hari. Belum berkembangnya liftingminyak tersebut terkait dengan cukup tingginya natural declining ratesumur-sumur minyak di Indonesia yang sudah tua yang mencapai sekitar10 persen per tahun, sementara minyak dari sumur-sumur baru sepertiBlok Cepu dan Lapangan Jeruk masih belum dapat berproduksi secaraoptimal.

Neraca Pembayaran

Perkiraan membaiknya perekonomian dunia tahun 2006 dan terjaganyastabilitas ekonomi makro Indonesia berdampak terhadap kinerja neracapembayaran. Hal ini terlihat pada posisi cadangan devisa yangdiperkirakan meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bila

Harga minyak mentahIndonesia(ICP) cen-derung meningkat.

Dalam tahun 2006volume lifting ICP di-perkirakan sebesar1,0juta barel per hari.

Grafik I.3Perkembangan Harga Minyak Indonesia ICP,

Desember 2004 - Oktober 2006

30

40

50

60

70

80

Des

'04

Jan '05

Peb

Mrt

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Jan '06

Peb

Mrt

Apr

Mei

Jun

Jul

Agst

Sep

Okt

Sumber: ESDM, Bloomberg

US$

/barel

Dated Brent OPEC ICP

Pada tahun 2006cadangan devisa diper-kirakan meningkat.

18

Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006Bab I

dalam tahun 2005 cadangan devisa mencapai US$34.724 juta, makadalam APBN-P 2006 cadangan devisa diperkirakan naik sebesarUS$4.780 juta menjadi US$39.504 juta. Meningkatnya posisi cadangandevisa tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya ekspor terkaitdengan menguatnya permintaan dunia dan meningkatnya arus masuk modalasing.

Dalam APBN-P 2006, realisasi surplus neraca transaksi berjalan (currentaccounts) diperkirakan sebesar US$4.864 juta, yang berarti lebih tinggidibandingkan dengan perkiraan neraca transaksi berjalan di dalam APBN2006 yang mengalami defisit sebesar US$1.661 juta. Meningkatnyasurplus transaksi berjalan tersebut terutama bersumber dari meningkatnyasurplus neraca perdagangan yang lebih tinggi dibandingkan denganmeningkatnya defisit neraca jasa-jasa.

Realisasi surplus neraca perdagangan dalam APBN-P 2006 diperkirakanmencapai US$28.360 juta atau meningkat dari perkiraan dalam APBN2006 sebesar US$16.421 juta. Kenaikan tersebut terkait denganpeningkatan ekspor di satu sisi dan di sisi lain impor mengalami penurunan.Realisasi nilai ekspor diperkirakan mencapai US$96.134 juta, atau 9,98persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan APBN 2006. Meningkatnyaekspor tersebut antara lain bersumber dari ekspor nonmigas dan migassebagai akibat dari perkiraan lebih tingginya harga beberapa komoditasdan harga minyak di pasar internasional. Sementara itu, realisasi nilai impordiperkirakan mencapai US$67.774 juta atau lebih rendah 4,53 persendari perkiraan pada APBN 2006 sebesar US$70.987 juta. Nilai imporyang lebih rendah tersebut terutama didorong oleh menurunnya impormigas sebagai dampak dari kenaikan harga BBM yang dapat menahanlaju kebutuhan konsumsi BBM dalam negeri. Sedangkan penurunan impornonmigas diperkirakan karena adanya penurunan domestic demand.

Dari sisi neraca jasa-jasa, dampak Bom Bali II masih dirasakan di daerahtujuan wisata utama yang menyebabkan penerimaan devisa dari sektorpariwisata mengalami penurunan yang cukup signifikan. Di samping itu,cukup besarnya transfer ke luar negeri atas pendapatan investasi asingyang berasal dari PMA berdampak pada semakin besarnya defisit neracajasa-jasa secara keseluruhan. Realisasi neraca jasa-jasa dalam APBN-P2006 diperkirakan defisit sebesar US$23.496 juta atau lebih besardaripada defisit pada tahun 2005 yang mencapai sebesar US$21.982juta.

Dalam APBN-P 2006, realisasi neraca modal secara keseluruhandiperkirakan surplus sebesar US$3.255 juta dibandingkan dengan APBN

Dalam tahun 2006,realisasi surplus neracatransaksi berjalan(current accounts)diperkirakan lebihtinggi.

Realisasi surplus neracaperdagangan dalamtahun 2006 diper-kirakan meningkat.

Realisasi neraca jasa-jasa dalam tahun 2006diperkirakan defisit.

19

Bab I Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006

tahun 2006 yang mengalami defisit sekitar US$68 juta. Surplus tersebutjuga lebih baik dibandingkan dengan realisasi neraca modal tahunsebelumnya yang mengalami defisit sebesar US$3.064 juta. Membaiknyaposisi neraca modal tersebut terkait dengan membaiknya perkiraan realisasineraca modal sektor publik yang mengalami surplus sebesar US$836juta dibandingkan dengan APBN 2006 yang mengalami defisit sebesarUS$2.493 juta. Surplus neraca modal sektor publik tersebut disebabkankarena penerbitan obligasi pemerintah dalam valuta asing (global bond)pada bulan Maret 2006 dan tingginya pembelian surat utang negara (SUN)oleh investor luar negeri.

Realisasi neraca modal sektor swasta dalam APBN-P 2006 diperkirakanmencatat surplus sebesar US$2.419 juta, lebih tinggi dari realisasi tahun2005 yang mencatat defisit sebesar US$7.069 juta, namun lebih rendahapabila dibandingkan dengan perkiraan dalam APBN tahun 2006 sebesarUS$2.425 juta. Aliran masuk penanaman modal asing (PMA) diperkirakanlebih rendah dibandingkan dengan APBN 2006 antara lain karena belumkondusifnya iklim investasi di Indonesia. Dengan demikian, PMA dalamAPBN-P 2006 diperkirakan mengalami penurunan surplus menjadiUS$121 juta dibandingkan dengan APBN 2006 sebesar US$2.874 juta.Investasi jangka pendek (portfolio investment) diperkirakan masihsurplus sebesar US$1.110 juta, lebih baik dibandingkan dengan posisitahun 2005, meskipun tidak sebesar APBN 2006 yang mencapaiUS$2.449 juta. Sementara itu, investasi lainnya (neto) dalam APBN-P2006 diperkirakan mengalami surplus sebesar US$1.188 juta, lebih baikdibandingkan dengan APBN 2006 yang mengalami defisit sebesarUS$2.898 juta. Hal tersebut terutama disebabkan oleh berkurangnyakewajiban pembayaran luar negeri yang telah jatuh tempo. Ringkasanneraca pembayaran Indonesia tahun 2005, APBN dan APBN-P tahun2006 dapat dicermati pada Tabel I.4.

Dalam tahun 2006,realisasi neraca modalsecara keseluruhandiperkirakan surplus.

20

Perkembangan Asumsi Dasar APBN Tahun Anggaran 2006Bab I

Real. APBN APBN-P

A. 340 -1.661 4.864

22.322 16.421 28.360a. 86.178 87.408 96.134b. -63.856 -70.987 -67.774

-21.982 -18.082 -23.496

B. -3.064 -68 3.2554.005 -2.493 836

- 7.451 5.051 7.968a. Bantuan program dan lainnya 6.103 2.000 5.466b. Bantuan proyek dan lainnya 1.348 3.051 2.502

- -3.446 -7.544 -7.132

-7.069 2.425 2.419- 3.041 2.874 121- -588 2.449 1.110- -9.522 -2.898 1.188

C. -2.724 -1.729 8.119

D. 3.169 -368 1.534

E. 445 -2.907 9.653

F. -445 2.907 -9.653

1.596 7.617 -4.78034.724 27.107 39.504

0,1 -0,5 1,4

*) Tanda negatif berarti penambahan devisa dan tanda positif berarti pengurangan devisaSumber : Bank Indonesia, Depkeu (diolah)

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA, 2005- 2006(US$ juta)

PEMBIAYAAN

Perubahan cadangan devisa*)

Cadangan devisaTransaksi berjalan/PDB (%)

Lainnya, neto

TOTAL (A + B)

KESEIMBANGAN UMUM

NERACA MODAL Sektor Publik, neto

Penerimaan pinjaman dan bantuan

SELISIH YANG BELUM DIPERHITUNGKAN

Pelunasan pinjaman

Sektor Swasta, netoPenanaman modal langsung, netoInvestasi portfolio

Neraca PerdaganganEkspor, fobImpor, fob

Neraca Jasa-jasa, neto

Tabel I.4

I T E M 2005

TRANSAKSI BERJALAN

2006

21

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB II

ANGGARAN PENDAPATAN DANBELANJA NEGARA

PENDAHULUAN

Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2006 menghadapi tekanan yangcukup berat, oleh karena sejak ditetapkan dengan Undang-UndangNomor 13 Tahun 2005 tentang APBN Tahun Anggaran 2006, telah terjadiberbagai perubahan dan perkembangan yang cukup banyak pada faktor-faktor eksternal maupun internal yang berdampak signifikan pada berbagaiindikator ekonomi makro, dan berbagai sasaran pendapatan negara danhibah, belanja negara, defisit anggaran, serta kebutuhan dan sumber-sumber pembiayaan anggaran.

Dari sisi eksternal, faktor harga minyak dunia yang tinggi dan fluktuasinyamasih akan menimbulkan ketidakpastian pada pelaksanaan APBN tahun2006, oleh karena berpengaruh cukup signifikan pada penerimaan migas,perubahan subsidi BBM maupun subsidi listrik. Sementara itu,ketidakseimbangan global (global imbalances) diperkirakan akanmenurunkan aliran modal ke negara-negara berkembang dan emerging,sehingga kecenderungan larinya modal ke negara yang dianggap memilikirisiko lebih kecil (flight to quality) akan menyebabkan terjadinya aruskeluar modal jangka pendek dari negara-negara berkembang, termasukIndonesia. Faktor-faktor tersebut pada gilirannya dapat mempengaruhistabilitas moneter serta struktur dan ketahanan fiskal.

Dari sisi internal, perkembangan ekonomi Indonesia selama triwulan Idan triwulan II tahun 2006 menunjukkan perubahan yang cukup besarpada berbagai variabel ekonomi makro dibandingkan dengan perkiraanawal pada saat penyusunan asumsi APBN 2006. Perekonomian Indonesiadalam semester I tahun 2006 masih mengalami perlambatan akibatkenaikan harga BBM tahun 2005 dan berbagai faktor eksternal, namundiperkirakan secara bertahap akan kembali membaik pada semester IItahun 2006. Perbaikan tersebut didukung oleh membaiknya kegiataninvestasi, ekspor, dan pulihnya daya beli masyarakat. Kestabilan ekonomimakro terus dijaga baik, yang tercermin pada menurunnya volatilitas nilaitukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG), serta menurunnyalaju inflasi.

Pelaksanaan APBNTahun Anggaran 2006menghadapi tekananyang cukup berat.

Dari sisi eksternal,faktor harga minyakdunia yang tinggi danfluktuasinya masihakan menimbulkanketidakpastian padapelaksanaan APBNtahun 2006.

Dari sisi internal,perkembangan ekonomiIndonesia selamatriwulan I dan triwulanII tahun 2006 menunjuk-kan perubahan yangcukup besar pada ber-bagai variabel ekonomimakro.

22

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 diperkirakan mencapai 5,9 persen.Meskipun perkiraan tersebut lebih rendah dari proyeksi awal pada saatpenyusunan APBN 2006 sebesar 6,2 persen, namun masih lebih tinggidari laju pertumbuhan ekonomi tahun 2005 yang mencapai 5,6 persen.Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2006 tersebut akan dicapai denganupaya perbaikan investasi, peningkatan kinerja ekspor dan menguatnyadaya beli masyarakat. Namun, pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomitahun 2006 tersebut memerlukan kerja keras, mengingat masih terdapatfaktor-faktor risiko yang perlu diwaspadai.

Laju inflasi kumulatif yang selama periode Januari – Mei 2006 stabil danterkendali pada tingkat 2,41 persen, lebih rendah dari laju inflasi kumulatifpada periode yang sama tahun 2005 sebesar 3,76 persen.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah meskipun mengalami penguatan, terutamapada kuartal pertama akibat arus modal masuk yang cukup deras, namunvolatilitasnya masih cukup tinggi meskipun mulai mencapai suatu titikkestabilan baru pada semester II tahun 2006. Sejalan denganmeningkatnya kegiatan ekonomi, kebutuhan valuta asing untuk impor,khususnya impor bahan baku dan barang modal dalam semester II tahun2006 diperkirakan akan meningkat, sementara kegiatan ekspor masihdiperkirakan stabil atau bahkan menguat. Dengan perkembangan tersebut,dalam tahun 2006 rata-rata nilai tukar rupiah diperkirakan mencapai sekitarRp9.300/US$ atau lebih kuat bila dibanding dengan asumsi nilai tukarpada APBN 2006 sebesar rata-rata Rp9.900/US$. Seiring denganmenguatnya nilai tukar rupiah, laju inflasi akan dapat distabilkan padatingkat yang relatif rendah dibandingkan tahun sebelumnya, sehinggasasaran inflasi sebesar 8,0 persen dalam tahun 2006 diperkirakan akantetap dapat dicapai.

Selanjutnya, dengan menguatnya nilai tukar rupiah dan menurunnya lajuinflasi tersebut, maka suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan akan cenderungmenurun hingga mencapai sekitar 10,75 persen pada akhir 2006. Denganperkembangan tersebut, selama tahun 2006, rata-rata suku bunga SBI 3bulan diperkirakan mencapai sekitar 12,0 persen, lebih tinggi dari perkiraansemula dalam asumsi APBN 2006 sebesar 9,5 persen.

Perubahan pada berbagai indikator ekonomi makro dalam tahun 2006tersebut di atas, akan sangat mempengaruhi besaran APBN secarakeseluruhan. Di samping itu, dalam tahun 2006 juga terjadi perubahankebijakan dalam menghadapi tantangan-tantangan yang harus diantisipasioleh Pemerintah dalam waktu singkat. Oleh karena itu, dalam rangkamengamankan pelaksanaan APBN 2006 perlu dilakukan penyesuaian

Pertumbuhan ekonomitahun 2006 diperkira-kan lebih tinggi daripertumbuhan ekonomitahun 2005.

Suku bunga SBI 3 bulandiperkirakan akanmenurun, seiringdengan menguatnya nilaitukar rupiah danmenurunnya laju inflasi.

23

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

atas sasaran-sasaran pendapatan negara dan hibah, belanja negara, defisitanggaran, serta kebutuhan dan sumber-sumber pembiayaan anggaran,agar menjadi lebih realistis dan mampu mendukung pencapaian sasaran-sasaran pembangunan ekonomi tahun 2006.

Anggaran pendapatan negara dan hibah dalam tahun 2006 diperkirakanlebih tinggi dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN. Sementara itu,pada saat yang sama, volume anggaran belanja negara diperkirakan jugaakan membengkak, terutama sebagai akibat dari meningkatnya belanjapemerintah pusat. Berbagai perkembangan tersebut akan memberikanimplikasi pada meningkatnya defisit anggaran yang diperkirakan menjadisekitar 1,3 persen terhadap PDB.

Untuk mengendalikan defisit, dan memenuhi kebutuhan pembiayaan yanglebih besar tersebut, maka dalam tahun 2006 telah dan akan diambillangkah-langkah kebijakan penyesuaian di sisi pendapatan, belanja, danpembiayaan. Di bidang pendapatan negara, akan dilakukan langkah-langkah penyempurnaan administrasi perpajakan, yang meliputi antara lainintensifikasi dan ekstenfikasi pajak, disertai dengan kegiatan penagihanaktif dan penegakan hukum, serta pemberantasan penyelundupan, pitacukai palsu dan rokok tanpa pita cukai. Selain dari langkah-langkahadministrasi perpajakan tersebut, dalam tahun 2006 juga telah dan akandiambil langkah-langkah kebijakan perpajakan, yang meliputi antara lainkebijakan peningkatan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) sebesar 10persen, kebijakan penyesuaian harga jual eceran (HJE) rokok sebesar10 persen pada bulan April 2006, serta kebijakan pemberian berbagaifasilitas perpajakan.

Dengan langkah-langkah administratif dan kebijakan perpajakansebagaimana diuraikan di atas, maka sasaran penerimaan pajak dalamnegeri dalam APBN tahun 2006 secara nominal diperkirakan dapat dicapaiatau bahkan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, rasio penerimaan pajakdalam negeri terhadap PDB (tax ratio) akan diupayakan sesuai dengansasaran semula dalam APBN 2006 (sebesar 13,1 persen dari PDB).Namun, akibat terjadinya kenaikan angka nominal PDB, maka tax ratiomenjadi lebih rendah. Untuk mempertahankan tax ratio yang tetap berartidiperlukan peningkatan penerimaan pajak secara nominal. Sementara itu,penerimaan pajak perdagangan internasional (bea masuk), diperkirakanakan menurun sebagai akibat adanya penurunan tarif dan nilai impor kenabea masuk (dutiable import) dalam rangka pelaksanaan perjanjianperdagangan antarnegara. Di bidang penerimaan negara bukan pajak(PNBP), penerimaan migas diperkirakan akan lebih tinggi, selaindisebabkan oleh meningkatnya rata-rata harga minyak Indonesia dari

Anggaran pendapatannegara dan hibahdalam tahun 2006diperkirakan lebihtinggi dari sasaranyang ditetapkan dalamAPBN.

L a n g k a h - l a n g k a hkebijakan penyesuaiandi sisi pendapatan,belanja, dan pembiaya-an untuk mengendali-kan defisit anggaran.

Kebijakan di bidangpendapatan negara.

24

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

asumsi semula US$57,0 per barel menjadi US$64,0 per barel, juga karenaPT Pertamina akan memenuhi seluruh sisa kewajiban penyetoranpenerimaan migas tahun 2005.

Pada sisi lain, anggaran belanja pemerintah pusat diperkirakan akanmeningkat, berkaitan dengan meningkatnya beban pembayaran bungautang dalam negeri akibat naiknya suku bunga SBI 3 bulan dari perkiraansemula 9,5 persen menjadi 12,0 persen, dan bertambahnya beban subsidiakibat lebih tingginya harga minyak mentah. Di lain pihak, menguatnyanilai tukar rupiah akan berpengaruh pada lebih rendahnya bebanpembayaran bunga utang luar negeri, serta belanja yang bersumber daripinjaman proyek. Di samping itu, perubahan anggaran belanja pemerintahpusat dalam tahun 2006 juga dipengaruhi oleh pelaksanaan dan perubahankebijakan, baik yang ditempuh dalam rangka pengelolaan APBN maupunkarena faktor-faktor di luar APBN. Kebijakan-kebijakan tersebut antaralain meliputi: (i) penambahan anggaran pendidikan, sebagai tindak lanjutatas putusan Mahkamah Konstitusi; (ii) pembatalan rencana kenaikantarif dasar listrik; (iii) ditampungnya tambahan belanja dari luncuran DIPA2005; (iv) penyediaan alokasi anggaran untuk rehabilitasi dan rekonstruksiDIY dan Jawa Tengah pasca bencana gempa bumi; (v) tambahan anggaransubsidi langsung tunai akibat meningkatnya jumlah penduduk miskin; (vi)tambahan bunga utang sebagai dampak dari kebijakan pengelolaan suratutang negara, dan penyelesaian SU-002 dan SU-004 antara Pemerintahdan Bank Indonesia; serta (vii) tambahan belanja dari revisi DIPA pinjamandan hibah luar negeri. Sementara itu, pada alokasi belanja untuk daerah,perubahan terjadi pada alokasi dana bagi hasil (DBH), sejalan denganperubahan target penerimaan yang dibagihasilkan, serta adanya usulantambahan dana otonomi khusus untuk pembangunan infrastruktur bagiProvinsi Papua.

Peningkatan defisit anggaran menjadi sekitar 1,3 persen terhadap PDBtersebut akan diupayakan pembiayaannya dari sumber-sumber dalamnegeri antara lain berupa: (i) penggunaan sebagian dana dari saldo rekeningpemerintah; (ii) penambahan penerbitan SUN neto; serta (iii) pemanfaatansumber pembiayaan luar negeri, baik dari pinjaman program (programloan) maupun pinjaman proyek (project loan) secara selektif. Denganlangkah-langkah kebijakan yang terpadu di berbagai lini tersebut, makaPemerintah berkeyakinan pengelolaan APBN 2006 dan keuangan negarapada umumnya akan tetap dapat dilakukan secara aman dan terkendalisesuai dengan arah kebijakan fiskal yang ditetapkan dalam APBN 2006.

Secara lebih rinci, besaran perkiraan realisasi dari masing-masingkomponen APBN 2006 sebagaimana tercantum dalam Undang-undang

Kebijakan di bidangbelanja negara.

Kebijakan di bidangpembiayaan anggaran.

25

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Nomor 13 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraTahun Anggaran 2006 akan mengalami perubahan menjadi sebagaimanadisusun dan dituangkan dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2006tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2005 tentangAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006.Gambaran selengkapnya tentang perkiraan realisasi APBN 2006 dapatdiikuti dalam Tabel II.1.

PERKIRAAN PENDAPATAN NEGARADAN HIBAH

Perubahan kondisi ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi yangmelambat, nilai tukar rupiah yang cenderung menguat, suku bunga SBI 3bulan yang meningkat, harga minyak mentah Indonesia yang lebih tinggi,dan lifting minyak yang menurun, serta langkah-langkah kebijakan dan

A. Pendapatan Negara dan Hibah 625.237,0 20,6 659.115,2 105,4 21,1 I. Penerimaan Dalam Negeri 621.605,4 20,4 654.882,3 105,4 21,0

1. Penerimaan Perpajakan 416.313,2 13,7 425.053,1 102,1 13,6 a. Pajak Dalam Negeri 399.321,7 13,1 410.226,4 102,7 13,2 b. Pajak Perdagangan Internasional 16.991,5 0,6 14.826,7 87,3 0,5

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 205.292,3 6,8 229.829,3 112,0 7,4 a. Penerimaan SDA 151.641,6 5,0 165.694,9 109,3 5,3 b. Bagian Laba BUMN 23.278,0 0,8 22.322,5 95,9 0,7 c. PNBP Lainnya 30.372,7 1,0 41.811,9 137,7 1,3

II. Hibah 3.631,6 0,1 4.232,9 116,6 0,1 B. Belanja Negara 647.667,8 21,3 699.099,1 107,9 22,4

I. Belanja Pemerintah Pusat 427.598,3 14,1 478.249,3 111,8 15,3 1. Belanja Pegawai 79.896,1 2,6 79.075,3 99,0 2,5 2. Belanja Barang 55.180,9 1,8 55.991,8 101,5 1,8 3. Belanja Modal 62.952,2 2,1 69.779,7 110,8 2,2 4. Pembayaran Bunga Utang 76.629,0 2,5 82.494,7 107,7 2,6 5. Subsidi 79.510,4 2,6 107.627,6 135,4 3,5 6. Belanja Hibah - - - - - 7. Bantuan Sosial 36.930,5 1,2 41.018,2 111,1 1,3 8. Belanja Lainnya 36.499,1 1,2 42.262,1 115,8 1,4

II. Belanja Ke Daerah 220.069,5 7,2 220.849,8 100,4 7,1 1. Dana Perimbangan 216.592,4 7,1 216.797,7 100,1 7,0 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 3.477,1 0,1 4.052,1 116,5 0,1

C. Keseimbangan Primer 54.198,2 1,8 42.510,7 78,4 1,4 D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (22.430,8) (0,7) (39.983,9) 178,3 (1,3) E. Pembiayaan (I + II) 22.430,8 0,7 39.983,9 178,3 1,3

I. Pembiayaan Dalam Negeri 50.913,0 1,7 55.257,7 108,5 1,8 1. Perbankan dalam negeri 23.026,7 0,8 17.906,5 77,8 0,6 2. Non-perbankan dalam negeri 27.886,3 0,9 37.351,2 133,9 1,2

II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (28.482,2) (0,9) (15.273,8) 53,6 (0,5) 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 35.112,4 1,2 37.550,4 106,9 1,2 2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN (63.594,6) (2,1) (52.824,2) 83,1 (1,7)

1) Perbedaan satu angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan.

% thd PDB APBN-P APBN % thd

PDB Uraian

Tabel II.1

% thdAPBN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, TAHUN 20061)

(miliar rupiah)

26

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

administrasi yang ditempuh dalam tahun 2006, memberikan dampak yangcukup signifikan terhadap sasaran pendapatan negara dan hibah tahun 2006.

Realisasi anggaran pendapatan negara dan hibah hingga akhir tahun 2006diperkirakan mencapai Rp659.115,2 miliar (21,1 persen terhadap PDB),yang berarti naik sebesar Rp33.878,2 miliar atau 5,4 persen dari sasaranyang semula ditetapkan dalam APBN sebesar Rp625.237,0 miliar (20,6persen terhadap PDB). Perkiraan realisasi pendapatan negara dan hibahtahun 2006 tersebut, apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun2005 sebesar Rp495.224,4 miliar (18,1 persen terhadap PDB), berartimengalami peningkatan sebesar Rp163.890,8 miliar atau 33,1 persen.Lebih tingginya perkiraan realisasi pendapatan negara dan hibah tahun2006 tersebut terutama bersumber dari meningkatnya perkiraan realisasipenerimaan dalam negeri dibandingkan dengan sasaran yang ditetapkandalam APBN 2006.

PENERIMAAN DALAM NEGERI

Realisasi penerimaan dalam negeri tahun 2006 diperkirakan mencapaiRp654.882,3 miliar atau 21,0 persen terhadap PDB. Jumlah ini berartimengalami peningkatan Rp33.276,9 miliar atau 5,4 persen dari sasaranpenerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesarRp621.605,4 miliar (20,4 persen terhadap PDB). Apabila dibandingkandengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp493.919,6 miliar (18,1persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasi penerimaan dalam negeritahun 2006 tersebut menunjukkan peningkatan sebesar Rp160.962,8 miliaratau 31,1 persen. Lebih tingginya perkiraan realisasi penerimaan dalamnegeri tahun 2006 tersebut disebabkan oleh lebih tingginya perkiraanrealisasi penerimaan perpajakan, terutama yang bersumber daripenerimaan Pajak Penghasilan nonmigas, Pajak Pertambahan Nilai danPajak Penjualan atas Barang Mewah , Pajak Bumi dan Bangunan, cukai,serta pajak/pungutan ekspor, dan lebih tingginya perkiraan realisasipenerimaan negara bukan pajak (PNBP) SDA migas dan PNBP lainnya.

PENERIMAAN PERPAJAKAN

Perkiraan realisasi penerimaan perpajakan mempunyai peranan yangsangat penting dalam memperkuat kapasitas fiskal dalam pembiayaananggaran negara. Hal ini terutama karena (i) penerimaan perpajakanmerupakan penyumbang terbesar penerimaan dalam negeri, yaitu 64,5persen, sedangkan sisanya sebesar 35,5 persen disumbang oleh PNBP,dan (ii) penerimaan perpajakan relatif lebih stabil dibandingkan dengan

Penerimaan dalamnegeri diperkirakanlebih tinggi dari sasaranyang ditetapkan dalamAPBN 2006.

Penerimaan perpajakanmerupakan penyum-bang terbesar pene-rimaan dalam negeri.

Pendapatan negara danhibah diperkirakanmelampaui sasaranyang ditetapkan dalamAPBN 2006.

27

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

PNBP yang cenderung berfluktuasi tergantung kepada faktor-faktoreksternal, seperti harga minyak mentah dan nilai tukar.

Realisasi penerimaan perpajakan dalam tahun 2006 diperkirakan mencapaiRp425.053,1 miliar atau 13,6 persen terhadap PDB. Jumlah ini, secaranominal lebih tinggi Rp8.739,9 miliar atau 2,1 persen bila dibandingkandengan sasaran penerimaan perpajakan yang ditetapkan dalam APBN2006 sebesar Rp416.313,2 miliar (13,7 persen terhadap PDB). Namun,apabila dilihat rasionya terhadap PDB, perkiraan realisasi penerimaanperpajakan tersebut justru menunjukkan penurunan. Hal ini terutama karenaperkiraan PDB nominal dalam perkiraan realisasi tahun 2006 jauh lebihtinggi dibandingkan dengan perkiraan awal PDB nominal yang diasumsikandalam APBN 2006, meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi riil tahun2006 diperkirakan justru lebih rendah (dari 6,2 persen menjadi 5,8persen). Apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan perpajakantahun 2005 sebesar Rp347.031,2 miliar (12,7 persen terhadap PDB),maka perkiraan realisasi penerimaan perpajakan tahun 2006 tersebutmenunjukkan peningkatan sebesar Rp78.021,9 miliar atau 22,5 persen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkiraan realisasi penerimaanperpajakan dalam tahun 2006 tersebut diantaranya adalah: (i)perkembangan berbagai variabel ekonomi makro; (ii) berbagai kebijakanperpajakan yang telah dilakukan, seperti kenaikan PTKP, kenaikan HJErokok, dan pemberian fasilitas perpajakan; serta (iii) langkah-langkahadministrasi perpajakan yang telah dan akan dilakukan, seperti intensifikasidan ekstensifikasi, modernisasi organisasi, serta penagihan aktif.

Perkiraan penerimaan perpajakan tersebut terdiri dari pajak dalam negeriRp410.226,4 miliar atau 13,2 persen terhadap PDB, dan pajakperdagangan internasional Rp14.826,7 miliar atau 0,5 persen dari PDB.Penerimaan pajak dalam negeri tersebut terdiri dari PPh, PPN danPPnBM, PBB, BPHTB, cukai, dan pajak lainnya, sedangkan pajakperdagangan internasional terdiri dari bea masuk dan pajak ekspor.

Penerimaan PPh

Pajak Penghasilan (PPh) hingga saat ini merupakan penyumbang terbesarbagi penerimaan perpajakan. Dalam tahun 2006, realisasi penerimaanPPh diperkirakan mencapai Rp213.698,0 miliar atau 6,9 persen terhadapPDB. Jumlah ini, secara nominal mengalami peningkatan sebesarRp2.984,4 miliar atau 1,4 persen bila dibandingkan dengan sasaranpenerimaan PPh yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesarRp210.713,6 miliar (6,9 persen terhadap PDB). Apabila dibandingkan

Penerimaan perpajakandiperkirakan lebih tinggidari sasaran yangditetapkan dalam APBN2006.

Faktor-faktor yangmempengaruhi per-kiraan realisasi pene-rimaan perpajakantahun 2006.

Penerimaan PajakPenghasilan diper-kirakan lebih tinggi darisasaran yang ditetapkandalam APBN 2006.

28

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

dengan realisasi penerimaan PPh tahun 2005 yang mencapai Rp175.541,2miliar (6,4 persen terhadap PDB), maka perkiraan penerimaan PPh tahun2006 tersebut menunjukkan peningkatan Rp38.156,8 miliar atau 21,7 persen.

Lebih tingginya perkiraan realisasi penerimaan PPh dalam tahun 2006tersebut terutama disebabkan oleh lebih tingginya realisasi penerimaanPPh nonmigas yang diperkirakan mencapai Rp175.012,0 miliar atau 5,6persen terhadap PDB. Jumlah ini, berarti meningkat sebesar Rp1.814,5miliar atau 1,0 persen bila dibandingkan dengan sasaran penerimaan PPhnonmigas yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp173.197,5 miliar(5,7 persen terhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasinyadalam tahun 2005 sebesar Rp140.398,0 miliar (5,1 persen terhadap PDB),maka perkiraan realisasi penerimaan PPh nonmigas tahun 2006 tersebutlebih tinggi Rp34.614,0 miliar atau 24,7 persen.

Lebih tingginya perkiraan realisasi penerimaan PPh nonmigas tahun 2006tersebut terutama dipengaruhi oleh langkah-langkah administrasiperpajakan yang telah diambil selama tahun 2006, antara lain berupa: (i)langkah-langkah ekstensifikasi perpajakan; (ii) langkah-langkahintensifikasi pemungutan pajak; (iii) penyempurnaan sistem teknologiinformasi; (iv) penyempurnaan manajemen pemeriksaan pajak; (v)peningkatan penyidikan dan penagihan; serta (vi) penyempurnaanefektivitas dan efisiensi organisasi. Faktor lain yang juga mempengaruhirealisasi penerimaan PPh tahun 2006 tersebut adalah penundaanpelaksanaan amandemen UU PPh dalam tahun 2006, yang meniadakanpotensi kehilangan (potential loss) akibat penurunan tarif danpenyederhanaan lapisan tarif PPh yang semula telah diperhitungkan padasaat penyusunan APBN 2006. Di sisi lain, kebijakan di bidang PPh nonmigas lebih diarahkan untuk memberikan stimulus fiskal sehingga berpotensimengurangi penerimaan PPh nonmigas seperti kenaikan PTKP sebesar10 persen per 1 Januari 2006.

Sementara itu, realisasi penerimaan PPh migas diperkirakan mencapaiRp38.686,0 miliar atau 1,2 persen dari PDB. Jumlah ini, berarti hampirsama dengan sasaran penerimaan PPh migas yang ditetapkan dalam APBN2006 sebesar Rp37.516,1 miliar (1,2 persen terhadap PDB). Namun,apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan PPh migas tahun 2005sebesar Rp35.143,2 miliar atau 1,3 persen terhadap PDB, maka perkiraanpenerimaan PPh migas tersebut lebih tinggi Rp3.542,8 miliar atau 10,1persen. Perkiraan realisasi penerimaan PPh migas tersebut sangatdipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, diantaranya: (i) lebih rendahnyaperkiraan lifting minyak mentah Indonesia dibandingkan dengan asumsiyang ditetapkan dalam APBN 2006, yaitu dari 1,050 MBCD menjadi

Penerimaan PPhnonmigas lebih tinggidari sasaran yangditetapkan dalam APBN2006.

Kebijakan-kebijakan dibidang PPh non migas.

Penerimaan PPh migashampir sama darisasaran yang ditetapkandalam APBN 2006.

29

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

1,000 MBCD; (ii) perkiraan menguatnya nilai tukar rupiah dibandingkandengan asumsi yang ditetapkan dalam APBN 2006, yaitu dari Rp9.900/US$ menjadi Rp9.300/US$; dan (iii) lebih tingginya perkiraan hargaminyak mentah Indonesia (ICP) dibandingkan dengan asumsinya, yaitudari US$ 57,0 per barel menjadi US$ 64,0 per barel.

Penerimaan PPN dan PPnBM

Dalam tahun 2006, realisasi penerimaan PPN dan PPnBM diperkirakanmencapai Rp132.876,1 miliar atau 4,3 persen terhadap PDB. Jumlah ini,berarti secara nominal meningkat sebesar Rp4.568,5 miliar atau 3,6persen bila dibandingkan dengan sasaran penerimaan PPN dan PPnBMyang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp128.307,6 miliar (4,2persen terhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaanPPN dan PPnBM tahun 2005 yang mencapai Rp101.295,8 miliar (3,7persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasi penerimaan PPN danPPnBM tahun 2006 tersebut berarti lebih tinggi Rp31.580,3 miliar atau31,2 persen.

Lebih tingginya perkiraan realisasi penerimaan PPN dan PPnBM tahun2006 tersebut, terutama didukung oleh langkah-langkah penyempurnaanadministrasi perpajakan, seperti antara lain: (i) penyidikan dan penagihanPPN yang tertunda; (ii) penghitungan kembali atas pajak masukan yangtidak dapat dikreditkan; serta (iii) peningkatan pelayanan kepada wajibpajak. Langkah-langkah administratif perpajakan tersebut dapatmengkompensasi timbulnya potensi kehilangan (potential loss) penerimaanPPN dan PPnBM, akibat dari berbagai kebijakan stimulus fiskal yangdikeluarkan oleh Pemerintah sepanjang tahun 2006 seperti: (i) tidakdikenakannya PPN atas barang-barang hasil pertanian, perkebunan,kehutanan, peternakan, penangkapan dan hasil budidaya perikanan; (ii)tidak dikenakannya PPN atas jasa angkutan umum di darat dan di air;(iii) pemberian fasilitas PPN dibebaskan atas barang kena pajak (BKP)tertentu yang bersifat strategis, yang diperlukan untuk penanganan bencanaalam nasional; serta (iv) PPN dan PPnBM yang dipungut dapat dimintakankembali (restitusi) dalam rangka proyek pembangunan pulau Bintan danpulau Karimun. Di samping itu, perkiraan realisasi PPN dan PPnBM jugadipengaruhi oleh penundaan pelaksanaan amandemen UU PPN danPPnBM dalam tahun 2006, yang meniadakan potensi kehilangan (potentialloss) akibat pemberian fasilitas dan penegasan obyek PPN dan PPnBMyang semula telah diperhitungkan pada saat penyusunan APBN 2006.

Penerimaan PPN danPPnBM diperkirakanlebih tinggi dari sasaranyang ditetapkan dalamAPBN 2006.

Langkah kebijakan danadministrasi di bidangPPN dan PPnBM.

30

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

Penerimaan PBB dan BPHTB

Realisasi penerimaan PBB dan bea perolehan atas tanah dan bangunan(BPHTB) dalam tahun 2006 diperkirakan mencapai Rp22.540,0 miliar(0,7 persen terhadap PDB). Jumlah ini, berarti Rp1.532,0 miliar atau 7,3persen lebih tinggi dari sasaran penerimaan PBB dan BPHTB yangditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp21.008,0 miliar (0,7 persenterhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan PBBdan BPHTB dalam tahun 2005 sebesar Rp19.648,6 miliar (0,7 persenterhadap PDB), maka jumlah tersebut mengalami kenaikan Rp2.891,3miliar atau 14,7 persen.

Dari jumlah tersebut, realisasi penerimaan PBB dalam tahun 2006diperkirakan mencapai Rp18.153,8 miliar (0,6 persen terhadap PDB),yang berarti naik Rp2.425,9 miliar atau 15,4 persen dari sasaranpenerimaan PBB yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp15.727,9miliar (0,5 persen terhadap PDB). Perkiraan realisasi penerimaan PBBtahun 2006 tersebut, apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun2005 sebesar Rp16.216,7 miliar (0,6 persen terhadap PDB), berartimengalami peningkatan Rp1.937,1 miliar atau 11,9 persen. Kenaikantersebut terutama bersumber dari peningkatan penerimaan PBB sektorpertambangan yang merupakan penyumbang terbesar penerimaan PBB.Di samping itu, perkiraan realisasi penerimaan PBB tersebut jugadipengaruhi oleh langkah-langkah penyempurnaan terhadap sistem danadministrasi PBB, seperti program canvasing secara berkesinambungandan sistematis yang didukung oleh bank data dan smart mapping dataPBB, peningkatan efektivitas dan efisiensi pemungutan PBB, sertapeningkatan kualitas pelayanan kepada WP melalui peningkatan kinerjapelayanan satu tempat.

Sementara itu, realisasi penerimaan BPHTB dalam tahun 2006diperkirakan mencapai Rp4.386,2 miliar (0,1 persen terhadap PDB).Jumlah tersebut, berarti Rp893,9 miliar atau 16,9 persen lebih rendahdari sasaran penerimaan BPHTB yang ditetapkan dalam APBN 2006sebesar Rp5.280,1 miliar (0,2 persen terhadap PDB). Namun, apabiladibandingkan dengan realisasi penerimaan BPHTB tahun 2005 sebesarRp3.431,9 miliar (0,1 persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasipenerimaan BPHTB tahun 2006 tersebut menunjukkan peningkatansebesar Rp954,3 miliar atau 27,8 persen. Faktor utama yangmempengaruhi perkiraan realisasi penerimaan BPHTB tahun 2006tersebut, diantaranya adalah perkembangan jumlah transaksi jual beli tanahdan bangunan yang dalam tahun 2006 diperkirakan lebih rendah bila

Penerimaan PBBdiperkirakan lebih tinggidari sasaran yangditetapkan dalam APBN2006.

Penerimaan BPHTBdiperkirakan lebihrendah dari sasaranyang ditetapkan dalamAPBN 2006.

Penerimaan PBB danBPHTB diperkirakanlebih tinggi dari sasaranyang ditetapkan dalamAPBN 2006.

31

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

dibandingkan dengan transaksi yang sama dalam tahun sebelumnya.Perkiraan realisasi penerimaan BPHTB tahun 2006 tersebut akandiupayakan dicapai melalui langkah-langkah peningkatan efektivitas danefisiensi pemungutan BPHTB, antara lain dengan memperbaiki koordinasiantarinstansi yang menangani penerimaan BPHTB, seperti BadanPertanahan Nasional (BPN), PPAT/Notaris, dan pemerintah kabupaten/kota.

Penerimaan Cukai dan Pajak Lainnya

Dalam tahun 2006 penerimaan cukai diperkirakan mencapai Rp38.522,6miliar atau 1,2 persen terhadap PDB. Jumlah ini, berarti lebih tinggiRp2.002,9 miliar atau 5,5 persen bila dibandingkan dengan sasaranpenerimaan cukai yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp36.519,7miliar (1,2 persen terhadap PDB). Apabila dibandingkan denganrealisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp33.256,2 miliar (1,2 persenterhadap PDB), maka perkiraan realisasi penerimaan cukai tahun 2006tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp5.266,4 miliar atau 15,8 persen.Lebih tingginya perkiraan realisasi penerimaan cukai dalam tahun 2006tersebut antara lain dipengaruhi oleh kebijakan kenaikan harga jual eceran(HJE) produk tembakau sebagaimana tertuang dalam Peraturan MenteriKeuangan (PMK) Nomor 16/PMK.04/2006 tentang Kenaikan HargaJual Dasar Hasil Tembakau yang diberlakukan pada bulan April 2006. Disamping itu, peningkatan penerimaan cukai tersebut juga didukung olehberbagai langkah administratif yang telah dilaksanakan sejak tahunsebelumnya, yang dilakukan antara lain melalui: (i) peningkatan operasiintelijen; (ii) pelaksanaan operasi pasar; (iii) peningkatan audit di bidangcukai; (iv) personalisasi pita cukai; serta (v) pembaruan danpenyempurnaan design dan security pita cukai.

Selanjutnya, realisasi penerimaan pajak lainnya, yang sebagian besarberasal dari bea meterai, dalam tahun 2006 diperkirakan mencapaiRp2.589,7 miliar, atau 0,1 persen terhadap PDB. Jumlah ini berartiRp183,1 miliar atau 6,6 persen lebih rendah dari sasaran penerimaanpajak lainnya yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp2.772,8miliar (0,1 persen terhadap PDB). Namun demikian, apabila dibandingkandengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp2.050,3 miliar (0,1persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasi penerimaan pajak lainnyatahun 2006 tersebut berarti mengalami peningkatan sebesar Rp539,4miliar atau 26,3 persen. Perkiraan realisasi penerimaan pajak lainnya tahun2006 tersebut selain dipengaruhi oleh jumlah transaksi yang menggunakanbea meterai juga dipengaruhi oleh upaya pengawasan yang terus-menerusdilakukan terhadap peredaran meterai palsu.

Penerimaan pajaklainnya diperkirakanlebih rendah darisasaran yang ditetapkandalam APBN 2006.

Penerimaan cukaidiperkirakan lebihtinggi dari sasaran yangditetapkan dalam APBN2006.

32

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional

Pajak perdagangan internasional terdiri dari bea masuk dan pajak/pungutanekspor. Bea masuk merupakan pungutan negara yang dikenakan atasbarang-barang yang masuk ke wilayah pabean Indonesia, sedangkanpajak/pungutan ekspor merupakan pungutan negara yang dikenakan atasbarang-barang tertentu yang diekspor. Karakteristik pajak perdaganganinternasional hampir sama dengan cukai, yang lebih dititikberatkan padafungsi regulasi daripada pengumpulan pendapatan (revenue collection).Khusus untuk pajak perdagangan internasional lebih ditekankan padaupaya untuk memfasilitasi perdagangan antarnegara dan perlindungankonsumen dalam negeri. Dalam tahun 2006, realisasi penerimaan pajakperdagangan internasional diperkirakan mencapai Rp14.826,7 miliar atau0,5 persen terhadap PDB. Jumlah ini berarti lebih rendah Rp2.164,8 miliaratau 12,7 persen dari sasaran penerimaan pajak perdagangan internasionalyang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp16.991,5 miliar (0,6persen terhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalamtahun 2005 sebesar Rp15.230,1 miliar, maka perkiraan realisasi pajakperdagangan internasional dalam tahun 2006 tersebut menunjukkanpenurunan sebesar Rp412,4 miliar atau 2,7 persen. Lebih rendahnyaperkiraan realisasi penerimaan pajak perdagangan internasional dalamtahun 2006 tersebut, terutama disebabkan oleh tidak tercapainya sasaranpenerimaan bea masuk, sedangkan penerimaan pajak/pungutan eksporjustru melampaui sasaran yang ditetapkan dalam APBN.

Dalam tahun 2006, realisasi penerimaan bea masuk diperkirakan mencapaiRp13.583,0 miliar (0,4 persen terhadap PDB), lebih rendah Rp2.989,6miliar atau 18,0 persen dari sasaran penerimaan bea masuk yang ditetapkandalam APBN 2006 sebesar Rp16.572,6 miliar. Apabila dibandingkandengan realisasi penerimaan bea masuk tahun sebelumnya sebesarRp14.920,9 miliar (0,5 persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasipenerimaan bea masuk tahun 2006 tersebut menunjukkan penurunansebesar Rp1.337,9 miliar, atau 9,0 persen. Lebih rendahnya perkiraanrealisasi penerimaan bea masuk tahun 2006 tersebut, terutama disebabkanoleh adanya penurunan nilai impor kena bea masuk sebagai akibatterjadinya berbagai kesepakatan perdagangan antarnegara dan pemberianberbagai fasilitas kepabeanan.

Sementara itu, realisasi penerimaan pajak/pungutan ekspor dalam tahun2006 diperkirakan mencapai Rp1.243,7 miliar, yang berarti lebih tinggisebesar Rp824,8 miliar atau 196,9 persen dari sasaran penerimaan pajak/pungutan ekspor yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp418,9

Penerimaan bea masukdiperkirakan lebihrendah dari sasaranyang ditetapkan dalamAPBN 2006.

Penerimaan pajak/pungutan ekspor diper-kirakan lebih tinggi darisasaran yang ditetap-kan dalam APBN 2006.

Penerimaan pajakperdaganan inter-nasional diperkirakanlebih rendah darisasaran yang ditetapkandalam APBN 2006.

33

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

miliar. Apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan pajak/pungutanekspor tahun sebelumnya sebesar Rp318,2 miliar, maka perkiraan realisasipenerimaan pajak/pungutan ekspor tahun 2006 tersebut mengalamipeningkatan sebesar Rp925,5 miliar atau 290,9 persen. Lebih tingginyaperkiraan realisasi penerimaan pajak/pungutan ekspor tahun 2006 tersebutterutama disebabkan oleh adanya penambahan komoditi yang kena pajak/pungutan ekspor, yaitu komoditi pertambangan batubara sejak awal tahun2006, yang semula belum diperhitungkan dalam penyusunan APBN 2006.

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dalam tahun 2006diperkirakan mencapai Rp229.829,3 miliar atau 7,4 persen terhadap PDB.Jumlah tersebut, apabila dibandingkan dengan sasaran PNBP yangditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp205.292,3 miliar, berarti lebihtinggi sebesar Rp24.537,0 miliar atau 12,0 persen. Demikian pula, apabiladibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp146.888,4miliar, maka perkiraan realisasi PNBP tahun 2006 tersebut berartimengalami peningkatan sebesar Rp82.940,9 miliar atau 56,5 persen.Lebih tingginya perkiraan realisasi PNBP tahun 2006 tersebut, terutamadisebabkan oleh lebih tingginya perkiraan realisasi PNBP yang berasaldari sumber daya alam (SDA) baik minyak bumi dan gas alam (migas)maupun nonmigas, dan PNBP lainnya, sedangkan penerimaan dari bagianpemerintah atas laba BUMN diperkirakan lebih rendah dari sasaran yangditetapkan dalam APBN 2006.

Realisasi penerimaan SDA dalam tahun 2006 diperkirakan mencapaiRp165.694,9 miliar atau 5,3 persen terhadap PDB. Jumlah tersebut, berartimeningkat sebesar Rp14.053,3 miliar atau 9,3 persen dari sasaranpenerimaan SDA yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesarRp151.641,6 miliar. Demikian pula, apabila dibandingkan denganrealisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp110.467,3 miliar, makaperkiraan realisasi penerimaan SDA tahun 2006 meningkat sebesarRp55.227,6 miliar atau 50,0 persen. Lebih tingginya perkiraan realisasipenerimaan SDA tahun 2006 tersebut, terutama disebabkan oleh lebih tingginyaperkiraan penerimaan SDA minyak bumi, dan penerimaan SDA kehutanan.

Penerimaan SDA minyak bumi dan gas alam (migas) hingga akhir tahun2006 diperkirakan mencapai Rp159.788,5 miliar atau 5,1 persen terhadapPDB. Jumlah ini berarti mengalami kenaikan Rp13.554,2 miliar atau 9,3persen bila dibandingkan dengan sasaran penerimaan SDA migas yangditetapkan APBN 2006 sebesar Rp146.234,3 miliar.

Realisasi PNBP tahun2006 diperkirakan lebihtinggi dari sasaranAPBN.

Realisasi penerimaanSDA tahun 2006diperkirakan lebih tinggidari sasaran APBN.

Realisasi penerimaanSDA migas tahun 2006diperkirakan lebih tinggidari sasaran APBN.

34

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

Dari jumlah tersebut, penerimaan SDA minyak bumi dalam tahun 2006diperkirakan mencapai Rp122.963,8 miliar atau 3,9 persen dari PDB.Jumlah ini, secara nominal mengalami peningkatan Rp12.826,0 miliar atau11,6 persen dari sasaran penerimaan SDA minyak bumi yang ditetapkandalam APBN 2006 sebesar Rp110.137,7 miliar. Apabila dibandingkandengan realisasinya dalam tahun sebelumnya sebesar Rp72.822,3 miliar,maka perkiraan realisasi penerimaan SDA minyak bumi tahun 2006tersebut, berarti meningkat Rp50.141,5 miliar atau 68,9 persen. Lebihtingginya perkiraan penerimaan SDA minyak bumi tahun 2006 tersebut,selain berkaitan dengan tingginya harga minyak mentah di pasarinternasional, juga diharapkan berasal dari pembayaran tunggakan PTPertamina (Persero) kepada Pemerintah atas kewajiban penyetoranpenerimaan migas dalam tahun 2005 yang tertunda sebesar Rp13.623,9miliar.

Dalam periode yang sama, realisasi penerimaan SDA gas alam diperkirakanmencapai Rp36.824,7 miliar atau 1,2 persen terhadap PDB. Jumlah ini,secara nominal mengalami kenaikan Rp728,2 miliar atau 2,0 persen darisasaran yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp36.096,6 miliar.Lebih tingginya perkiraan realisasi penerimaan SDA gas alam dalam tahun2006 tersebut, antara lain dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak di pasarinternasional yaitu dari US$57 per barel dalam APBN 2006 menjadiUS$64 per barel dalam perkiraan realisasi tahun 2006. Namun demikian,apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahunsebelumnya sebesar Rp30.939,8 miliar, maka perkiraan realisasi penerimaanSDA gas alam tahun 2006 tersebut mengalami kenaikan Rp5.885,0 miliaratau 19,0 persen.

Sementara itu, realisasi penerimaan SDA pertambangan umum dalam tahun2006 diperkirakan mencapai Rp3.482,2 miliar, lebih tinggi sebesarRp489,1 miliar bila dibandingkan dengan sasaran yang ditetapkan dalamAPBN 2006 sebesar Rp2.993,2 miliar. Perkiraan realisasi penerimaanSDA pertambangan umum ini, meliputi penerimaan iuran tetap (landrent)Rp62,8 miliar, dan iuran eksploitasi (royalty) Rp3.419,5 miliar. Apabiladibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp3.190,5miliar, maka perkiraan realisasi penerimaan SDA pertambangan umumtahun 2006 tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp291,8 miliar atau9,1 persen. Lebih tingginya perkiraan realisasi penerimaan SDApertambangan umum tahun 2006 ini terutama berkaitan dengan langkahkebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan permudahan perijinan danmeningkatnya produksi batu bara.

Realisasi penerimaanSDA gas alam tahun2006 diperkirakan lebihrendah dari sasaranAPBN.

Realisasi penerimaanSDA pertambanganumum tahun 2006diperkirakan samadengan sasaran APBN.

Realisasi penerimaanSDA minyak bumi tahun2006 diperkirakan lebihtinggi dari sasaranAPBN.

35

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Di sisi lain, realisasi penerimaan SDA kehutanan hingga akhir tahun 2006diperkirakan mencapai Rp2.010,0 miliar atau 0,1 persen terhadap PDB.Jumlah ini, secara nominal mengalami peningkatan Rp10,0 miliar atau 0,5persen dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesarRp2.000,0 miliar. Lebih tingginya perkiraan realisasi penerimaan SDAkehutanan tahun 2006 tersebut, antara lain berkaitan dengan adanyapembayaran tunggakan (carry over) tahun 2005 sebesar Rp133,3 miliar,terdiri dari penerimaan provisi sumber daya hutan (PSDH) Rp33,8 miliar,dan dana reboisasi (DR) Rp99,5 miliar, sebagai akibat dari upayapemerintah dalam melaksanakan kebijakan intensifikasi penagihan kepadapihak ketiga. Sementara itu, lebih tingginya perkiraan realisasi penerimaaniuran hak pengusahaan hutan (IHPH) berkaitan dengan setoran pungutandari penerbitan izin pemanfaatan kayu (IPK) oleh Pemerintah Daerah.Namun demikian, apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam periodeyang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3.249,4 miliar, maka perkiraanrealisasi SDA kehutanan tahun 2006 tersebut mengalami penurunanRp1.239,4 miliar atau 38,1 persen. Lebih rendahnya perkiraan realisasipenerimaan SDA kehutanan tahun 2006 tersebut, terutama berkaitandengan kebijakan soft landing jangka pendek yang berdampak padapenurunan kuota produksi kayu.

Adapun penerimaan SDA perikanan sampai akhir tahun 2006 diperkirakanmencapai Rp414,1 miliar, yang berarti sama dengan sasaran SDAperikanan yang ditetapkan APBN 2006. Namun, apabila dibandingkandengan realisasinya dalam tahun sebelumnya sebesar Rp265,4 miliar, makaperkiraan realisasi penerimaan SDA perikanan tahun 2006 tersebut mengalamikenaikan Rp148,8 miliar atau 56,1 persen.

Sementara itu, realisasi penerimaan bagian pemerintah atas laba BadanUsaha Milik Negara (BUMN) dalam tahun 2006 diperkirakan mencapaiRp22.322,5 miliar atau 0,7 persen terhadap PDB. Perkiraan realisasipenerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN tahun 2006 tersebut berartilebih rendah sebesar Rp955,5 miliar atau 4,1 persen bila dibandingkandengan sasaran penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN yangditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp23.278,0 miliar.

Lebih rendahnya perkiraan realisasi penerimaan bagian pemerintah ataslaba BUMN tahun 2006 tersebut dipengaruhi terutama oleh lebihrendahnya perkiraan penarikan dividen PT Pertamina. Dalam APBN2006, PT Pertamina semula diharapkan memberikan kontribusi terhadapPNBP berupa dividen sebesar Rp15.530,8 miliar, terdiri dari dividen murniatas laba tahun 2005 sebesar Rp3.252,8 miliar, dan dividen interim darikegiatan public service obligation (PSO) penyediaan dan distribusi BBM

Realisasi penerimaanbagian Pemerintah ataslaba BUMN tahun 2006diperkirakan lebihrendah dari sasaranAPBN.

Realisasi penerimaanSDA perikanan tahun2006 diperkirakan lebihrendah dari sasaranAPBN.

Realisasi penerimaanSDA kehutanan tahun2006 diperkirakan lebihtinggi dari sasaranAPBN.

36

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

bersubsidi tahun buku 2006 sebesar Rp12.278,0 miliar. Dengan berbagaipertimbangan, PT Pertamina diperkirakan memberikan sumbangan kepadaPNBP berupa dividen sebesar Rp11.951,0 miliar, yang terdiri dari dividenmurni atas laba tahun 2005 sebesar Rp8.228,0 miliar, dan sisa dividenatas laba tahun 2004 sebesar Rp3.723,0 miliar. Perkiraan penarikan dividendari PT Pertamina sebesar Rp11.951,0 miliar tersebut berarti Rp3.579,8miliar lebih rendah dari sasaran dividen PT Pertamina yang ditetapkandalam APBN 2006 sebesar Rp15.530,8 miliar. Sementara itu, divideninterim PT Pertamina tahun buku 2006 yang semula ditetapkan sebesarRp12.278,0 miliar tidak lagi diperhitungkan dalam perkiraan realisasi tahun2006. Di sisi lain, penerimaan dividen di luar PT Pertamina hingga akhirtahun 2006 diperkirakan Rp1.101,8 miliar lebih tinggi dari sasaran yangditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp7.747,2 miliar. Selain itu, perkiraanrealisasi penerimaan dividen dalam tahun 2006 juga menampung kelebihansurplus Bank Indonesia setelah dikurangi 10 persen sebagai cadangan umumuntuk memenuhi rasio modal terhadap total kewajiban moneter BI sebesarRp1.522,5 miliar.

Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) lainnya, yang sebagian besarberasal dari PNBP kementerian/lembaga hingga akhir tahun 2006diperkirakan mencapai Rp41.811,9 miliar atau 1,3 persen terhadap PDB.Perkiraan realisasi PNBP lainnya tahun 2006 tersebut berarti menunjukkanpeningkatan Rp11.439,2 miliar atau 37,7 persen bila dibandingkan dengansasaran PNBP lainnya yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesarRp30.372,7 miliar. Peningkatan ini terutama berkaitan dengan adanyabeberapa tambahan penerimaan negara bukan pajak yang dalam APBN2006 belum dianggarkan, yaitu antara lain: (i) penerimaan keuntungandari kegiatan usaha minyak bumi akibat selisih nilai Domestic MarketObligation (DMO) atau perhitungan prorata BBM Rp7.573,8 miliar;(ii) penerimaan hasil lelang penggunaan pita frekuensi radio 2.1 GHz(generasi ketiga) Rp1.007,2 miliar yang dikelola oleh Direktorat JenderalPos dan Telekomunikasi; (iii) penerimaan lelang aset bank dalam likuidasi(BDL) Rp450,9 miliar; dan (iv) pagu penggunaan kembali PNBPkementerian/lembaga tahun anggaran 2005 yang belum dilaksanakan dandiluncurkan ke tahun anggaran 2006 Rp1.741,9 miliar.

HIBAH

Sementara itu, realisasi penerimaan hibah hingga akhir tahun 2006diperkirakan mencapai Rp4.232,9 miliar atau mengalami peningkatansebesar Rp601,3 miliar bila dibandingkan dengan sasaran penerimaanhibah yang dianggarkan dalam APBN 2006 sebesar Rp3.631,6 miliar.

Realisasi PNBP lainnyatahun 2006 diper-kirakan lebih tinggidari sasaran APBN2006.

37

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Lebih besarnya perkiraan realisasi penerimaan hibah tahun 2006 tersebutterutama disebabkan oleh adanya luncuran beberapa proyek yang dibiayaidari hibah luar negeri yang belum sempat dilaksanakan pada tahun anggaran2005. Selain itu, peningkatan penerimaan hibah tahun 2006 tersebut jugadisebabkan oleh adanya beberapa revisi DIPA kementerian/lembaga,terkait dengan rencana penerimaan hibah yang akan dicairkan pada tahun2006. Perkiraan realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2006 dapatdiikuti dalam Tabel II.2.

PERKIRAAN BELANJA NEGARA

Di bidang belanja negara, pelaksanaan APBN 2006 juga memerlukanpenyesuaian yang cukup signifikan, terutama karena diperlukannyaberbagai tambahan anggaran yang semula belum tertampung dalamUndang-Undang Nomor 13 Tahun 2005 tentang APBN Tahun Anggaran2006. Peningkatan anggaran belanja negara tahun 2006 tersebut, selaindisebabkan oleh dampak perubahan berbagai indikator ekonomi makrodari yang semula diasumsikan dalam APBN 2006, juga disebabkan olehadanya langkah-langkah kebijakan penyesuaian yang diambil pemerintah.

Realisasi hibah tahun2006 diperkirakan lebihtinggi dari sasaranAPBN.

I. Penerimaan Dalam Negeri 621.605,4 20,4 654.882,3 105,4 21,0 1. Penerimaan Perpajakan 416.313,2 13,7 425.053,1 102,1 13,6

a. Pajak Dalam Negeri 399.321,7 13,1 410.226,4 102,7 13,2 i. Pajak penghasilan 210.713,6 6,9 213.698,0 101,4 6,9

1. Migas 37.516,1 1,2 38.686,0 103,1 1,2 2. Non Migas 173.197,5 5,7 175.012,0 101,0 5,6

ii. Pajak pertambahan nilai 128.307,6 4,2 132.876,1 103,6 4,3 iii. Pajak bumi dan bangunan 15.727,9 0,5 18.153,8 115,4 0,6 iv. BPHTB 5.280,1 0,2 4.386,2 83,1 0,1 v. Cukai 36.519,7 1,2 38.522,6 105,5 1,2

vi. Pajak lainnya 2.772,8 0,1 2.589,7 93,4 0,1 b. Pajak Perdagangan Internasional 16.991,5 0,6 14.826,7 87,3 0,5

i. Bea masuk 16.572,6 0,5 13.583,0 82,0 0,4 ii. Pajak/pungutan ekspor 418,9 0,0 1.243,7 296,9 0,0

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 205.292,3 6,8 229.829,3 112,0 7,4 a. Penerimaan SDA 151.641,6 5,0 165.694,9 109,3 5,3

i. Migas 146.234,3 4,8 159.788,5 109,3 5,1 - Minyak bumi 110.137,7 3,6 122.963,8 111,6 3,9 - Gas alam 36.096,6 1,2 36.824,7 102,0 1,2

ii. Non Migas 5.407,3 0,2 5.906,4 109,2 0,2 - Pertambangan umum 2.993,2 0,1 3.482,2 116,3 0,1 - Kehutanan 2.000,0 0,1 2.010,0 100,5 0,1 - Perikanan 414,1 0,0 414,1 100,0 0,0

b. Bagian Laba BUMN 23.278,0 0,8 22.322,5 95,9 0,7 c. PNBP Lainnya 30.372,7 1,0 41.811,9 137,7 1,3

II. Hibah 3.631,6 0,1 4.232,9 116,6 0,1

625.237,0 20,6 659.115,2 105,4 21,1

1) Perbedaan satu angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan.

J u m l a h

Tabel II.2

% thdAPBN

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, TAHUN 20061)

(miliar rupiah)

Uraian APBN % thd PDB

% thd PDB APBN-P

Pelaksanaan APBN2006 memerlukan pe-nyesuaian yang cukupsignifikan terkait peru-bahan indikator ekono-mi makro dan langkah-langkah kebijakan.

38

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

Penyesuaian kebijakan tersebut dilakukan dalam rangka mengendalikanstabilitas perekonomian, memberikan stimulus fiskal, serta memenuhiamanat Undang-Undang Dasar 1945. Kondisi tersebut pada akhirnyaberimbas kepada peningkatan anggaran belanja pemerintah pusat danbelanja ke daerah.

Langkah-langkah kebijakan yang telah dan akan dilaksanakan dalam tahun2006, yang mengakibatkan diperlukannya tambahan anggaran belanjapemerintah pusat dari yang direncanakan dalam APBN tersebut,disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut. Pertama, pembatalan rencanakenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang berpengaruh pada kenaikananggaran subsidi listrik dalam tahun 2006. Kedua, komitmen pemerintahdan DPR pada tahun 2005 untuk meluncurkan anggaran dan kegiatankementerian/lembaga yang tidak terserap pada tahun 2005 ke tahun 2006.Ketiga, komitmen pemerintah untuk menambah anggaran pendidikanuntuk memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945. Keempat, upayaPemerintah untuk membantu menanggulangi dampak bencana alam yangterjadi di beberapa daerah. Kelima, diperlukannya tambahan alokasi danasubsidi langsung tunai (SLT), berkaitan dengan bertambahnya jumlahpenduduk miskin yang harus diberikan SLT sesuai hasil inventarisasi(survei) Badan Pusat Statistik. Keenam, kebijakan pengelolaan utangseperti debt switching, debt buy back, dan penyelesaian SU-002 danSU-004 sesuai kesepakatan antara Bank Indonesia dan Pemerintah.

Dengan memperhitungkan berbagai perubahan tersebut di atas, baik padabelanja pemerintah pusat maupun belanja untuk daerah, maka dalam tahun2006 jumlah anggaran belanja negara ditetapkan sebesar Rp699.099,1miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp51,431,3 miliaratau 7,9 persen dari pagu anggaran belanja negara yang semula ditetapkandalam APBN 2006 sebesar Rp647.667,8 miliar. Peningkatan anggaranbelanja negara tersebut, berasal dari peningkatan anggaran belanja pemerintahpusat Rp 50.651,0 miliar (111,8 persen), dan belanja ke daerah sebesarRp780,3 miliar (0,4 persen).

ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT

Berdasarkan perkiraan realisasi belanja pemerintah pusat pada semesterI tahun 2006 dan memperhitungkan perkembangan berbagai aspek yangdapat mempengaruhi pelaksanaan anggaran belanja pemerintah pusatdalam semester II tahun 2006, maka dalam keseluruhan tahun 2006anggaran belanja pemerintah pusat ditetapkan sebesar Rp478.249,3 miliaratau meningkat Rp50.651,0 miliar (11,8 persen) dari pagu belanjapemerintah pusat yang ditetapkan dalam APBN 2006. Lebih tingginya

Anggaran belanja pe-merintah pusat dalamtahun 2006 diperkira-kan lebih tinggi 11,8persen dari pagu ang-garannya dalam APBN2006.

39

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

perkiraan realisasi anggaran belanja pemerintah pusat tahun 2006 tersebutdipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama, faktor-faktor yang berkaitandengan langkah-langkah kebijakan yang diambil pemerintah sepertiluncuran anggaran untuk kegiatan kementerian/lembaga tahun 2005,tambahan anggaran pendidikan untuk mengakomodasi keputusanMahkamah Konstitusi, tambahan anggaran subsidi akibat kebijakanpembatalan penyesuaian tarif dasar listrik (TDL), pembayaran bungautang, serta bantuan pendanaan untuk daerah yang terkena bencana.Namun demikian, di sisi lain anggaran kementerian/lembaga yang tertuangdalam DIPA 2006 diperkirakan secara alamiah belum dapat terserapsepenuhnya. Kedua, faktor perubahan perkiraan realisasi beberapa asumsiekonomi makro dalam tahun 2006, seperti harga minyak mentahIndonesia, nilai tukar rupiah, dan suku bunga SBI-3 bulan.

Apabila dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja pemerintah pusattahun 2005 sebesar Rp361.155,2 miliar, maka perkiraan realisasi anggaranbelanja pemerintah pusat tahun 2006 tersebut mengalami peningkatanRp117.094,1 miliar atau 32,4 persen. Peningkatan ini terutama berkaitandengan peningkatan anggaran pada pos-pos belanja kementerian/lembaga,pembayaran bunga utang, dan pendanaan untuk daerah yang terkenabencana.

Sesuai dengan format dalam APBN tahun 2006, alokasi anggaran belanjapemerintah pusat dirinci dalam 3 (tiga) klasifikasi, yaitu alokasi menurutjenis belanja, organisasi, dan fungsi.

BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT JENIS

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005 tentang APBNTahun Anggaran 2006, anggaran belanja pemerintah pusat menurutjenisnya terdiri dari belanja pegawai Rp79.896,1 miliar, belanja barangRp55.180,9 miliar, belanja modal Rp62.952,2 miliar, pembayaran bungautang Rp76.629,0 miliar, subsidi Rp79.510,4 miliar, bantuan sosialRp36.930,5 miliar, dan belanja lainnya Rp36.499,1 miliar. Sementaraitu, belanja hibah tidak dianggarkan dalam APBN 2006.

Perkiraan realisasi belanja pegawai dalam tahun 2006 ditetapkanRp79.075,3 miliar, yang berarti Rp820,8 miliar atau 1,0 persen lebihrendah dari pagu anggaran belanja pegawai yang dianggarkan dalamAPBN 2006. Lebih rendahnya perkiraan realisasi belanja pegawai tahun2006 tersebut terutama berkaitan dengan lebih rendahnya perkiraanrealisasi belanja honorarium, vakasi, dan lain-lain. Sementara itu, realisasianggaran gaji dan tunjangan diperkirakan mengalami sedikit peningkatan,

Perkiraan realisasibelanja pegawai dalamtahun 2006 naik 45,7persen dari realisasianggaran tahun 2005dalam rangka mening-katkan kesejahteraanpegawai dalam tahun2006.

40

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

sedangkan realisasi kontribusi sosial diperkirakan sama dengan paguanggaran yang ditetapkan dalam APBN 2006. Peningkatan perkiraanrealisasi gaji dan tunjangan terutama terkait dengan kebijakan untukmemberikan tambahan tunjangan umum bagi pegawai negeri sipil yangpenghasilannya belum mencapai minimal Rp1,0 juta/bulan. Namundemikian, apabila dibandingkan dengan realisasi belanja pegawai tahun2005 sebesar Rp54.254,2 miliar, maka belanja pegawai tahun 2006tersebut menunjukkan peningkatan Rp24.821,1 miliar atau 45,7 persen.Peningkatan anggaran belanja pegawai tahun 2006 tersebut terutamadisebabkan oleh adanya berbagai kebijakan baru untuk memperbaikipenghasilan dan kesejahteraan pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri,dan para pensiunan yang dilakukan dalam tahun 2006. Upaya peningkatanpenghasilan dan kesejahteraan pegawai dalam tahun 2006 tersebut antaralain diberikan dalam bentuk kenaikan gaji pokok dan pensiun pokoksebesar 15,0 persen, pemberian tunjangan umum bagi para pegawai yangtidak menjabat sehingga penghasilan pegawai golongan terendah menjadiminimal Rp1,0 juta/bulan, kenaikan tunjangan fungsional bagi pegawaiyang memegang jabatan fungsional, kenaikan tunjangan struktural bagipara pejabat eselon III, IV, dan V, serta kenaikan uang makan/lauk paukbagi anggota TNI dan Polri.

Sementara itu, perkiraan realisasi belanja barang dalam tahun 2006ditetapkan Rp55.991,8 miliar, yang berarti Rp810,9 miliar atau 1,5 persenlebih tinggi dari pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN 2006. Lebihtingginya belanja barang dalam tahun 2006 tersebut terutama karenalebih tingginya perkiraan realisasi belanja jasa dalam DIPA 2006. Darijumlah belanja barang tahun 2006 tersebut, realisasi belanja barang untukkegiatan operasional ditetapkan sebesar Rp31.569,3 miliar, yang berarti1,1 persen lebih rendah dari pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN2006. Sementara itu, realisasi belanja jasa ditetapkan sebesar Rp18.370,3miliar, atau Rp829,5 miliar (4,7 persen) lebih tinggi dari pagu anggaranyang ditetapkan dalam APBN 2006. Lebih tingginya perkiraan realisasibelanja jasa tahun 2006 tersebut terutama berkaitan dengan luncurananggaran belanja jasa dari DIPA 2005. Sementara itu, perkiraan realisasibelanja pemeliharaan dan belanja perjalanan masing-masing ditetapkanRp2.801,2 miliar dan Rp1.692,6 miliar, yang berarti tidak mengalamiperubahan dari pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN 2006. Apabiladibandingkan dengan realisasi belanja barang dalam tahun 2005 sebesarRp29.171,7 miliar, maka perkiraan realisasi belanja barang dalam tahun2006 tersebut secara keseluruhan mengalami peningkatan Rp26.820,1miliar atau 91,9 persen. Peningkatan anggaran belanja barang tahun 2006ini tidak terlepas dari perkembangan jumlah dan jenis kegiatan yang

Perkiraan realisasibelanja barang dalamtahun 2006 diperki-rakan lebih rendah 1,5persen dari paguanggarannya dalamAPBN 2006.

41

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

membutuhkan dukungan pembiayaan operasional dan pemeliharaan,seperti adanya reorganisasi dan pemekaran satuan kerja baru, lebihbaiknya kemampuan daya serap anggaran kementerian/lembaga dalamtahun 2006 dibandingkan dengan kemampuannya dalam tahun 2005, sertapengaruh inflasi dalam pembelian barang dan jasa.

Di lain pihak, perkiraan realisasi anggaran belanja modal dalam tahun2006 ditetapkan sebesar Rp69.779,7 miliar, yang berarti Rp6.827,5 miliaratau 10,8 persen lebih tinggi dari pagu anggaran yang ditetapkan dalamAPBN 2006. Peningkatan alokasi anggaran belanja modal dalam tahun2006 tersebut terutama disebabkan oleh adanya luncuran anggaran dariDIPA tahun 2005, serta adanya tambahan anggaran pendidikan untukmendukung peningkatkan akses dan kualitas pendidikan, gunamengakomodasikan putusan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan amanahUndang-Undang Dasar 1945. Di sisi lain, anggaran belanja modal yangbersumber dari Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) diperkirakanmenurun, terutama terkait dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadapdolar Amerika Serikat, dan kemampuan penyerapannya secara alamiah.

Selanjutnya, apabila dibandingkan dengan realisasi belanja modal tahun2005 yang mencapai Rp32.888,8 miliar, maka realisasi anggaran belanjamodal tahun 2006 tersebut diperkirakan mengalami peningkatanRp36.890,9 miliar atau 112,2 persen. Peningkatan alokasi anggaranbelanja modal dalam tahun 2006 tersebut, terutama berkaitan denganperkiraan lebih baiknya daya serap anggaran kementerian/lembaga dalamtahun 2006, serta adanya anggaran dan kegiatan dalam DIPA 2005 yangdiluncurkan ke tahun 2006. Peningkatan alokasi anggaran belanja modaltahun 2006 tersebut diharapkan dapat mendukung percepatanpembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Perkiraan realisasi pembayaran bunga utang, hingga akhir tahun 2006ditetapkan sebesar Rp82.494,7 miliar, yang berarti Rp5.865,7 miliar atau7,7 persen lebih tinggi dari pagu anggaran bunga utang yang ditetapkandalam APBN 2006. Peningkatan beban pembayaran bunga utang tahun2006 tersebut terutama bersumber dari pembayaran bunga utang dalamnegeri, walaupun pada saat yang sama beban bunga utang luar negeridiperkirakan justru mengalami penurunan. Sementara itu, apabiladibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp65.199,6miliar, perkiraan realisasi pembayaran bunga utang dalam tahun 2006tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp17.295,1 miliar atau 26,5persen. Peningkatan ini terutama bersumber dari lebih tingginya perkiraanrealisasi pembayaran bunga utang dalam negeri, antara lain karena naiknya

Perkiraan realisasibelanja modal dalamtahun 2006 diperkirakanlebih tinggi 10,8 persendari pagu anggarannyadalam APBN 2006terutama disebabkanadanya luncurananggaran dari DIPA2005 dan tambahananggaran pendidikan.

Perkiraan realisasipembayaran bungautang dalam APBN 2006diperkira-kan naik 7,7persen dari paguanggarannya dalamAPBN 2006.

42

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

suku bunga SBI-3 bulan, adanya kebijakan pengelolaan utang, danpenyelesaian SU-002 dan SU-004.

Perkiraan realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri dalam tahun2006 ditetapkan sebesar Rp58.154,8 miliar, yang berarti menunjukkanpeningkatan sebesar Rp9.544,2 miliar atau 19,6 persen bila dibandingkandengan pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesarRp48.610,6 miliar. Sementara itu, apabila dibandingkan dengan realisasinyadalam tahun 2005, maka perkiraan realisasi pembayaran bunga utang dalamnegeri tahun 2006 tersebut menunjukkan peningkatan Rp15.154,8 miliar atausekitar 35,2 persen. Hal ini selain disebabkan oleh lebih tingginya perkiraansuku bunga SBI-3 bulan (dari 9,5 persen menjadi 12,0 persen), jugadiakibatkan oleh adanya program debt switching yang dilakukan dalamtahun 2006, tambahan penerbitan SUN, serta konsekuensi penyelesaianSU-002 dan SU-004 antara Pemerintah dengan Bank Indonesia.

Sementara itu, beban pembayaran bunga utang luar negeri dalam tahun2006 diperkirakan sebesar Rp24.339,9 miliar atau 13,1 persen lebihrendah dari pagu anggaran bunga utang luar negeri yang ditetapkan dalamAPBN 2006. Lebih rendahnya perkiraan beban pembayaran bunga utangluar negeri tahun 2006 tersebut terutama disebabkan oleh menguatnyanilai tukar rupiah. Sebaliknya, apabila perkiraan realisasi pembayaranbunga utang luar negeri tahun 2006 tersebut dibandingkan denganrealisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp22.199,6 miliar, berartimenunjukkan peningkatan Rp2.140,3 miliar atau sekitar 9,6 persen. Halini terjadi karena perhitungan bunga pada tahun 2005 memperhitungkanadanya moratorium utang.

Dalam tahun 2006, beban anggaran subsidi ditetapkan sebesarRp107.627,6 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesarRp28.117,2 miliar, atau 35,4 persen bila dibandingkan dengan paguanggaran subsidi yang ditetapkan dalam APBN 2006. Peningkatan bebananggaran subsidi dalam tahun 2006 tersebut terutama disebabkan olehnaiknya beban subsidi listrik sebagai konsekuensi dari kebijakanpembatalan rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL), serta meningkatnyabeban subsidi BBM antara lain berkaitan dengan lebih tingginya perkiraanharga minyak mentah Indonesia. Sementara itu, apabila dibandingkandengan realisasi pengeluaran subsidi dalam tahun 2005 sebesarRp120.765,3 miliar, maka perkiraan beban anggaran subsidi tahun 2006tersebut mengalami penurunan sebesar Rp13.137,8 miliar atau 10,9persen, yang disebabkan terutama oleh lebih rendahnya beban subsidi BBM.

Dari keseluruhan beban anggaran subsidi tahun 2006 tersebut, bebansubsidi BBM (yang disalurkan melalui PT Pertamina) hingga akhir tahun

Realisasi pembayaransubsidi dalam tahun2006 diperkirakan naik35,4 persen dari paguanggarannya dalamtahun 2006 disebabkanoleh kenaikan bebansubsidi BBM dansubsidi listrik.

43

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

2006 ditetapkan sebesar Rp64.212,1 miliar, atau mengalami peningkatansebesar Rp9.936,0 miliar atau 18,3 persen dari pagu anggaran subsidiBBM yang ditetapkan dalam APBN 2006. Peningkatan beban subsidiBBM tahun 2006 tersebut selain berkaitan dengan meningkatnya perkiraanharga minyak mentah Indonesia dari US$57 per barel pada saatpenyusunan APBN 2006 menjadi US$64 per barel pada perkiraan realisasitahun 2006, juga berkenaan dengan perubahan pola perhitungan subsidiBBM, dari sistem neto, yaitu dengan memperhitungkan penerimaan yangberasal dari selisih minyak mentah prorata (prorata adjustment) sebagaifaktor pengurang subsidi BBM pada saat penetapan APBN 2006, menjadisistem bruto, yaitu dengan tidak memperhitungkan penerimaan dari selisihminyak mentah prorata (yang diperhitungkan pada PNBP lainnya) dalamperhitungan perkiraan realisasi tahun 2006. Apabila dibandingkan denganrealisasi subsidi BBM tahun 2005 sebesar Rp104.777,0 miliar, makaperkiraan beban anggaran subsidi BBM tahun 2006 tersebut lebih rendahsebesar Rp40.564,9 miliar atau sekitar 38,7 persen. Hal ini selain dipengaruhioleh perkiraan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AmerikaSerikat, juga berkaitan dengan perkiraan menurunnya volume konsumsiBBM yang disubsidi, sehubungan dengan berkurangnya jenis BBM yangdisubsidi.Sementara itu, subsidi listrik yang disalurkan melalui PT. PLN dalam APBN-P 2006 diperkirakan sebesar Rp31.246,0 miliar, yang berarti mengalamipeningkatan sebesar Rp16.246,0 miliar atau 108,3 persen bila dibandingkandengan pagu alokasi subsidi listrik yang dianggarkan dalam APBN 2006sebesar Rp17.000,0 miliar (termasuk Rp2.000,0 miliar yang ditampung padapos cadangan umum). Peningkatan tersebut terutama disebabkandibatalkannya rencana kenaikan TDL yang diasumsikan dalam APBN 2006.

Sementara itu, anggaran subsidi pangan (yang disalurkan melalui PerumBulog) dalam rangka membiayai program beras untuk rakyat miskin (Raskin)dan anggaran biaya perawatan beras dalam APBN-P tahun 2006direncanakan sebesar Rp5.965,2 miliar atau mengalami kenaikan sebesarRp395,0 miliar (7,1 persen) bila dibandingkan dengan pagu alokasi subsidipangan yang dianggarkan dalam APBN 2006 sebesar Rp5.570,2 miliar.

Selanjutnya, beban anggaran subsidi pupuk (yang disalurkan melalui beberapaBUMN produsen pupuk) dalam APBN-P tahun 2006 ditetapkan sebesarRp4.182,0 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp1.177,6miliar. Peningkatan alokasi anggaran tersebut digunakan untuk pengadaancadangan beras pemerintah (CBP), sekitar 92,4 ribu ton untuk menggantikanCBP yang telah digunakan atau 39,2 persen bila dibandingkan dengan subsidipupuk yang dibebankan dalam APBN 2006 yang berjumlah Rp3.004,4 miliar.Lebih tingginya beban anggaran subsidi pupuk dari pagunya dalam APBN2006 tersebut, terutama berkaitan dengan perubahan skim subsidi khususnya

44

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

urea, dari subsidi harga gas sebagai bahan baku pupuk menjadi subsidi hargaoutput.

Sementara itu, beban anggaran subsidi benih (yang disalurkan melalui PTSang Hyang Seri, PT Pertani dan UPT Departemen Kelautan danPerikanan) dalam tahun 2006 ditetapkan mengalami perubahan dari yangdianggarkan dalam APBN 2006, yaitu sebesar Rp185,0 miliar, menjadiRp255,0 miliar dalam APBN-P 2006, atau mengalami kenaikan sebesarRp70,0 miliar (60,9 persen).

Sedangkan beban anggaran subsidi/bantuan untuk beberapa BUMN yangmendapat penugasan pelayanan publik (public service obligation/PSO)dalam APBN-P 2006, mengalami kenaikan sebesar Rp380,0 Miliar (43,9persen) dari yang ditetapkan dalam APBN 2006. Peningkatan tersebutterutama disebabkan oleh (i) rencana peningkatan volume layanan, terutamauntuk PT KAI dan PT PELNI, dan (ii) adanya alokasi untuk beberapaBUMN yang dalam APBN 2006 tidak dialokasikan PSO. Anggaran bantuanPSO dalam APBN-P tahun 2006 tersebut dialokasikan masing-masing untukPT Kereta Api sebesar Rp450,0 Miliar, PT Posindo sebesar Rp115,0 miliar,PT Pelni sebesar Rp650,0, PT ASDP sebesar Rp7,5 Miliar, Perum Damrisebesar Rp1,5 Miliar, Perum Perumnas sebesar Rp10,0 Miliar, Perum JasaTirta I sebesar Rp4,0 Miliar, dan Perum Jasa Tirta II sebesar Rp7,0 Miliar.

Di sisi lain, sebagai akibat dari lebih tingginya suku bunga SBI-3 bulan,sesuai dari yang diasumsikan dalam APBN 2006 sebesar rata-rata 9,5 persenmenjadi rata-rata 12,0 persen, maka beban anggaran subsidi bunga kreditprogram (yang disalurkan melalui lembaga keuangan milik negara danswasta) dalam APBN-P 2006 ditetapkan sebesar Rp522,2 Miliar. Jumlahini, berarti mengalami penurunan sebesar Rp87,4 miliar, atau 16,3 persendari pagu anggaran subsidi kredit program yang ditetapkan dalam APBN2006 sebesar Rp609,7 miliar.

Selanjutnya, alokasi anggaran bantuan sosial dalam tahun 2006 ditetapkansebesar Rp41.018,2 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesarRp4.087,7 miliar atau 11,1 persen dari pagu anggaran bantuan sosial yangditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp36.930,5 miliar. Peningkatanalokasi anggaran bantuan sosial tahun 2006 tersebut terutama berkaitandengan adanya rencana tambahan anggaran untuk penanggulangan bencanaalam sebesar Rp2.400,0 miliar. Sementara itu, alokasi anggaran belanjauntuk bantuan sosial yang disalurkan melalui kementerian/lembaga dalamkeseluruhan tahun 2006 diperkirakan mengalami peningkatan sebesarRp17.336,7 miliar (83,4 persen) dari pagu alokasinya dalam APBN 2006sebesar Rp36.930,5 miliar menjadi Rp38.118,2 miliar, terutama berkaitandengan adanya luncuran dari DIPA 2005. Apabila dibandingkan denganrealisasi bantuan sosial tahun 2005 yang mencapai Rp24.903,5 miliar,maka perkiraan anggaran bantuan sosial tahun 2006 tersebut berarti lebih

Realisasi anggaranbantuan sosial diper-kirakan lebih tinggi daripagu anggarannya da-lam APBN 2006 terkaitrencana Pemerintahuntuk menambahanggaran penanggu-langan bencana alam.

45

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

tinggi sebesar Rp16.114,7 miliar atau 64,7 persen. Peningkatan anggaranbantuan sosial tahun 2006 yang cukup tinggi ini, selain disebabkan olehlebih tingginya alokasi untuk bantuan sosial bidang kesehatan danpendidikan, juga berkaitan dengan lebih baiknya daya serap belanjakementerian/lembaga dalam tahun 2006.

Akhirnya, alokasi anggaran belanja lain-lain dalam tahun 2006 mencapaiRp42.262,1 miliar, yang berarti meningkat Rp5.763,0 miliar atau 15,8persen dari pagu anggaran belanja lain-lain yang ditetapkan dalam APBN2006 sebesar Rp36.499,1 miliar. Alokasi anggaran belanja lain-lain dalamtahun 2006 tersebut, berarti mengalami peningkatan sebesar Rp8.290,0miliar atau 24,4 persen dari realisasinya dalam tahun 2005 sebesarRp33.972,1 miliar. Peningkatan alokasi anggaran belanja lain-lain dalamtahun 2006 tersebut diantaranya diperlukan guna menampung tambahananggaran untuk: (i) revisi DIPA yang bersumber dari Pinjaman dan HibahLuar Negeri; (ii) subsidi langsung tunai; (iii) rehabilitasi dan rekonstruksiDIY dan Jawa Tengah; serta (iv) kekurangan pembayaran subsidi listrikdan subsidi pupuk tahun 2005. Namun demikian, pada sisi lain alokasidana cadangan umum untuk mengantisipasi ketidaksesuaian asumsiekonomi makro dan pelaksanaan dari langkah-langkah kebijakan denganperencanaannya (policy measures) dalam APBN 2006 diperkirakanmengalami penurunan, dalam rangka mengendalikan defisit anggaran dalamtahun 2006. Selanjutnya dalam Tabel II.3 dapat dilihat perkiraan realisasianggaran belanja pemerintah pusat menurut jenis dalam tahun 2006.

Realisasi belanja lain-lain dalam tahun 2006diperkirakan lebihtinggi dari paguanggarannya dalamtahun 2006.

1. Belanja Pegawai 79.896,1 2,6 79.075,3 99,0 2,5 2. Belanja Barang 55.180,9 1,8 55.991,8 101,5 1,8 3. Belanja Modal 62.952,2 2,1 69.779,7 110,8 2,2 4. Pembayaran Bunga Utang 76.629,0 2,5 82.494,7 107,7 2,6

i. Utang Dalam Negeri 48.610,6 1,6 58.154,8 119,6 1,9 ii. Utang Luar Negeri 28.018,4 0,9 24.339,9 86,9 0,8

5. Subsidi 79.510,4 2,6 107.627,6 135,4 3,5 i. Perusahaan Negara 79.435,7 2,6 107.552,9 135,4 3,4

a. Lembaga Keuangan 535,0 0,0 447,6 83,7 0,0 b. Lembaga Non Keuangan 78.900,7 2,6 107.105,3 135,7 3,4

ii. Perusahaan Swasta 74,7 0,0 74,7 100,0 0,0 6. Belanja Hibah - - - - - 7. Bantuan Sosial 36.930,5 1,2 41.018,2 111,1 1,3

i. Penanggulangan Bencana 500,0 0,0 2.900,0 580,0 0,1 ii. Bantuan yang diberikan oleh K/L 36.430,5 1,2 38.118,2 104,6 1,2

8. Belanja Lainnya 36.499,1 1,2 42.262,1 115,8 1,4 427.598,3 14,1 478.249,3 111,8 15,3

1) Perbedaan satu angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan.

J u m l a h

Tabel II.3

% thdAPBN

ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT JENIS, TAHUN 20061)

(miliar rupiah)

Uraian APBN % thd PDB

% thd PDB APBN-P

46

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

BELANJA PEMERINTAH PUSATMENURUT ORGANISASI

Berdasarkan pengelola bagian anggarannya (BA), alokasi anggaran belanjapemerintah pusat terdiri dari: (i) alokasi anggaran pada bagian anggarankementerian/lembaga (K/L) sebesar Rp204.236,7 miliar, dan (ii) alokasianggaran pada bagian anggaran pembiayaan dan perhitungan (APP)Rp223.361,6 miliar. Dalam APBN-P tahun 2006 realisasinya masing-masing alokasi anggaran tersebut ditetapkan sebesar Rp214.377,6 miliardan Rp263.871,7 miliar.

Dari total alokasi anggaran pada bagian anggaran K/L tahun 2006 tersebut,terdapat 4 (empat) bagian angaran K/L yang perkiraan realisasianggarannya secara persentase terhadap alokasinya dalam APBN 2006relatif cukup tinggi. Keempat bagian anggaran K/L tersebut adalah BadanStandarisasi Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD dan Nias (BRR NAD-Nias),dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang masing-masingrealisasinya diperkirakan mencapai 164,8 persen, 150,0 persen, 127,5persen, dan 128,0 persen dari pagunya dalam APBN 2006. Lebihtingginya perkiraan realisasi bagian anggaran K/L dalam tahun 2006tersebut antara lain disebabkan oleh adanya (i) realisasi anggaran dankegiatan dalam DIPA 2005 yang diluncurkan ke tahun 2006; (ii) revisiDIPA PHLN tahun 2006; (iii) tambahan pagu penggunaan PNBP sesuaitarget penerimaannya; dan (iv) penambahan alokasi anggaran pendidikan.

Dari beberapa kementerian/lembaga yang pagu anggarannya secaranominal relatif besar dapat dijelaskan sebagai berikut. Anggaran belanjaDepartemen Pendidikan Nasional dalam tahun 2006 ditetapkan sebesarRp40.125,2 miliar, yang berarti meningkat Rp3.369,4 miliar atau 9,2 persendari pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN 2006. Perubahananggaran tersebut berkaitan dengan : (i) perkiraan tidak terserapnya secaraalamiah dalam DIPA 2006, (ii) adanya tambahan anggaran untukpendidikan sekitar Rp3.500,0 miliar, di luar tambahan anggaran pendidikanmelalui Departemen Agama sekitar Rp1.000,0 miliar guna memenuhiamanat Undang-Undang Dasar 1945, dan (iii) adanya realisasi DIPAluncuran tahun 2005.

Dalam tahun 2006, anggaran Departemen Pertahanan ditetapkan sebesarRp27.484,1 miliar, atau turun Rp745,1 miliar (2,6 persen) dari pagualokasi anggaran yang ditetapkan dalam dalam APBN 2006. Penurunanini terutama disebabkan oleh perkiraan tidak maksimalnya penyerapan

Realisasi bagianAnggaran K/L yangdiperkirakan relatifcukup tinggi.

Realisasi anggaranDepartemen Pen-didikan Nasionaldalam tahun 2006diperkirakan naik daripagu anggarannyadalam APBN 2006diantaranya disebab-kan oleh tambahananggaran pendidikan.

47

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

anggaran Departemen Pertahanan yang tertuang dalam DIPA 2006,termasuk karena menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AmerikaSerikat.

Selanjutnya, alokasi anggaran belanja Departemen Pekerjaan Umum dalamtahun 2006 ditetapkan sebesar Rp21.299,7 miliar, yang berarti mengalamipeningkatan sebesar Rp3.285,9 miliar atau 18,2 persen dari pagu anggaranyang ditetapkan dalam APBN 2006. Perubahan alokasi anggaran inibersumber dari: (i) perkiraan tidak terserapnya secara alamiah (termasukoleh menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat)keseluruhan anggaran Departemen Pekerjaan Umum dalam DIPA 2006;(ii) adanya realisasi DIPA luncuran tahun 2005; (iii) revisi DIPA PHLN2006; dan (iv) tambahan alokasi untuk kegiatan yang mendesak.

Sementara itu, alokasi anggaran belanja untuk Kepolisian Negara RepublikIndonesia dalam APBN-P tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp16.618,3miliar, yang berarti menurun sebesar Rp160,0 miliar atau 1,0 persen daripagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN 2006. Perubahan anggaranini terutama disebabkan dari perkiraan kemampuan penyerapan secaraalamiah (termasuk oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap dolarAmerika Serikat) keseluruhan anggaran Kepolisian Negara RepublikIndonesia dalam DIPA 2006.

Dalam perkiraan realisasi tahun 2006, alokasi anggaran untuk DepartemenKesehatan ditetapkan sebesar Rp14.291,4 miliar, yang berarti naikRp767,8 miliar atau 5,7 persen dari pagu alokasi anggaran yang ditetapkandalam APBN 2006. Perubahan alokasi anggaran tersebut terutamadisebabkan antara lain oleh: (i) kemampuan penyerapan alamiah anggaranDepartemen Kesehatan dalam DIPA 2006, (ii) adanya realisasi DIPAluncuran 2005, dan (iii) adanya tambahan anggaran untuk kegiatan yangbersifat mendesak

Sementara itu, alokasi anggaran Departemen Agama dalam pelaksanaantahun 2006 mengalami perubahan menjadi Rp10.901,7 miliar, yang berartinaik sebesar Rp1.180,7 miliar atau 12,1 persen dari pagu alokasi anggaranyang ditetapkan dalam APBN 2006. Perubahan alokasi anggaran ini antaralain bersumber dari: (i) tambahan anggaran pendidikan Rp1.000,0 miliar(di luar yang dialokasikan untuk tambahan di Departemen PendidikanNasional sebesar Rp3.500,0 miliar); (ii) perkiraan tidak terserapnya secaraalamiah keseluruhan anggaran Departemen Agama dalam DIPA 2006;(iii) adanya realisasi DIPA luncuran tahun 2005, dan (iv) ditampungnyaindirect cost Badan Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH).

Realisasi anggaranDepartemen Agamadalam tahun 2006diperkirakan naik daripagu ang-garannyadalam APBN 2006disebabkan antara lainadanya tambahananggaran pendidikan.

48

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

Selain perubahan alokasi anggaran pada beberapa kementerian/lembagatersebut di atas, dalam perkiraan realisasi tahun 2006 alokasi anggaranpada kementerian/lembaga lainnya juga mengalami perubahan. Perubahanperkiraan alokasi anggaran pada kementerian/lembaga tersebut selainberkaitan dengan adanya realisasi DIPA luncuran tahun 2005, padaumumnya juga dipengaruhi oleh perkiraan tidak terserapnya secara alamiahanggaran kementerian/lembaga dalam DIPA 2006, serta adanya revisiDIPA PHLN 2006.

Sementara itu, alokasi anggaran pada bagian anggaran pembiayaan danperhitungan dalam tahun 2006 sebesar Rp263.871,7 miliar, terdiri dari(i) BA 61 - cicilan dan bunga utang sebesar Rp82.555,2 miliar atau 107,5persen dari pagu alokasi anggaran yang ditetapkan dalam APBN 2006;(ii) BA 62 - subsidi dan transfer lainnya sebesar Rp138.809,4 miliar atau121,1 persen dari pagu alokasi anggaran yang ditetapkan dalam APBN2006; dan (iii) BA 69 - belanja lain-lain sebesar Rp42.507,1 miliar atau133,2 persen dari pagu alokasi anggaran yang ditetapkan dalam APBN2006.

Lebih tingginya perkiraan realisasi BA 61 dari pagu alokasi anggaran yangditetapkan dalam APBN 2006 tersebut, antara lain berasal dari peningkatanbeban anggaran pembayaran bunga utang dalam negeri, khususnya terkaitdengan perkiraan lebih tingginya tingkat suku bunga SBI 3 bulan, dantambahan beban bunga akibat tambahan penerbitan SUN. Sedangkanlebih tingginya perkiraan realisasi BA 62 dari pagu alokasi anggaran yangditetapkan dalam APBN 2006 tersebut, terutama berasal dari kenaikanbeban anggaran subsidi listrik dan subsidi BBM. Selanjutnya, lebihtingginya perkiraan realisasi BA 69 dari pagu alokasi anggaran yangditetapkan dalam APBN 2006 tersebut, antara lain bersumber dari adanyatambahan anggaran untuk: (i) program Subsidi Langsung Tunai (SLT);sebagai akibat bertambahnya jumlah keluarga miskin yang menerimabantuan; (ii) pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi DIY dan Jateng akibatbencana gempa bumi yang terjadi pada akhir Mei 2006; serta (iii)kekurangan pembayaran subsidi listrik dan pupuk tahun 2005. Selanjutnyadalam Tabel II.4 dapat dilihat perkiraan realisasi anggaran belanjapemerintah pusat menurut klasifikasi organisasi dalam tahun 2006.

Realisasi BagianAnggaran Pembiayaandan Perhitungandiperkirakan lebih tinggidari pagu anggarannyadalam APBN 2006.

49

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

1 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 146,6 161,4 110,1 0,0 2 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 1.183,0 1.184,5 100,1 0,04 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 614,8 658,7 107,2 0,0

5 MAHKAMAH AGUNG 2.182,2 2.047,3 93,8 0,16 KEJAKSAAN AGUNG 1.506,4 1.512,4 100,4 0,07 KEPRESIDENAN / SEKRETARIAT NEGARA 1.370,2 761,2 55,6 0,08 WAKIL PRESIDEN 217,9 222,9 102,3 0,0

10 DEPARTEMEN DALAM NEGERI 1.174,6 1.446,5 123,1 0,011 DEPARTEMEN LUAR NEGERI 4.747,1 4.096,3 86,3 0,112 DEPARTEMEN PERTAHANAN 28.229,2 27.484,1 97,4 0,9

13 DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM 3.376,9 3.511,5 104,0 0,115 DEPARTEMEN KEUANGAN 6.617,9 6.301,8 95,2 0,218 DEPARTEMEN PERTANIAN 6.285,1 5.916,2 94,1 0,219 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN 1.044,7 1.247,0 119,4 0,0

20 DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 5.382,4 5.394,8 100,2 0,222 DEPARTEMEN PERHUBUNGAN 8.452,3 8.881,0 105,1 0,323 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 36.755,9 40.125,3 109,2 1,3

24 DEPARTEMEN KESEHATAN 13.523,6 14.291,4 105,7 0,525 DEPARTEMEN AGAMA 9.720,9 10.901,7 112,1 0,326 DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 2.163,7 2.253,6 104,2 0,127 DEPARTEMEN SOSIAL 2.255,6 2.344,3 103,9 0,1

29 DEPARTEMEN KEHUTANAN 1.797,9 1.829,3 101,7 0,132 DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2.646,6 2.836,7 107,2 0,133 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 18.013,8 21.299,7 118,2 0,734 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN 88,7 88,6 99,9 0,0

35 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN 104,7 96,3 91,9 0,036 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT 76,5 117,7 153,8 0,040 DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 626,7 656,5 104,7 0,0

41 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA 204,5 198,8 97,2 0,042 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 276,5 432,3 156,3 0,043 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 401,0 363,5 90,6 0,044 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH 938,6 1.006,7 107,3 0,0

47 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN 132,3 135,6 102,5 0,048 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA 209,9 195,9 93,3 0,050 BADAN INTELIJEN NEGARA 899,0 978,5 108,8 0,0

51 LEMBAGA SANDI NEGARA 638,5 698,5 109,4 0,052 DEWAN KETAHANAN NASIONAL 25,8 30,8 119,4 0,054 BADAN PUSAT STATISTIK 950,8 969,8 102,0 0,055 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS 243,5 242,9 99,7 0,0

56 BADAN PERTANAHAN NASIONAL 1.603,9 1.592,9 99,3 0,157 PERPUSTAKAAN NASIONAL 133,8 144,5 108,0 0,059 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI / DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 2.061,5 1.447,0 70,2 0,0

60 KEPOLISIAN NEGARA 16.778,2 16.618,3 99,0 0,563 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN 337,2 327,0 97,0 0,064 LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL 59,1 79,1 133,9 0,065 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 282,4 282,4 100,0 0,0

66 BADAN NARKOTIKA NASIONAL 246,7 244,5 99,1 0,067 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 564,6 491,2 87,0 0,068 BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL 689,3 667,8 96,9 0,0

74 KOMISI NASIONAL HAK AZASI MANUSIA 49,3 43,8 88,8 0,075 BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA 536,5 533,9 99,5 0,076 KOMISI PEMILIHAN UMUM 692,3 669,7 96,7 0,077 MAHKAMAH KONSTITUSI 218,1 232,8 106,7 0,0

78 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN 78,0 74,0 94,9 0,079 LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 454,1 681,0 150,0 0,080 BADAN TENAGA NUKLIR 252,5 253,4 100,3 0,0

81 BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 367,5 397,4 108,2 0,082 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL 166,3 172,8 104,0 0,083 BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL 158,5 162,9 102,8 0,084 BADAN STANDARISASI NASIONAL 40,1 66,1 164,8 0,0

85 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NASIONAL 53,5 252,5 472,0 0,086 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 148,3 148,9 100,4 0,087 ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 86,7 81,4 93,9 0,0

88 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 236,7 237,3 100,3 0,089 BADAN PENGAWAS KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 476,4 475,1 99,7 0,090 DEPARTEMEN PERDAGANGAN 1.259,5 1.386,9 110,1 0,091 KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT 413,8 407,1 98,4 0,0

92 KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA 486,0 502,1 103,3 0,093 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 222,2 284,4 128,0 0,094 BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD DAN NIAS 9.617,6 12.264,3 127,5 0,4

95 DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) 192,8 186,2 96,6 0,0100 KOMISI YUDISIAL RI 47,0 47,0 100,0 0,0103 BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGANAN BENCANA - -

204.236,7 214.377,6 105,0 6,9

0 061 CICILAN DAN BUNGA UTANG 76.779,0 82.555,2 107,5 2,662 SUBSIDI DAN TRANSFER LAINNYA 114.659,3 138.809,4 121,1 4,569 BELANJA LAIN-LAIN 31.923,4 42.507,1 133,2 1,4

0 0223.361,6 263.871,7 118,1 8,5

#DIV/0!427.598,3 478.249,3 111,8 15,3

1) Perbedaan satu angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan.

% thd PDB

BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT ORGANISASI, TAHUN 2006 1)

Tabel II.4

JUMLAHJUMLAH BAGIAN PEMBIAYAAN DAN PERHITUNGAN

KODE KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAGIAN PEMBIAYAAN DAN PERHITUNGAN

JUMLAH KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

(miliar rupiah)

% thd APBN

APBN 2006(UU No.13/2005)

APBN-P(UU No. 14/2006

50

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

BELANJA PEMERINTAHPUSAT MENURUT FUNGSI

Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat menurut fungsi merupakankompilasi dari program-program yang dilaksanakan kementerian/lembagaserta Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara.

Dari keseluruhan anggaran belanja pemerintah pusat menurut fungsi dalamtahun 2006, alokasi anggaran belanja dalam fungsi pelayanan umumdiperkirakan mencapai Rp303.674,4 miliar atau 63,5 persen darikeseluruhan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dalam APBN 2006.Alokasi anggaran belanja dalam fungsi pelayanan umum dalam tahun 2006tersebut berarti menunjukkan peningkatan sebesar Rp40.253,4 miliar atausekitar 15,3 persen dari pagu alokasi anggaran pada fungsi yang samadalam APBN 2006. Perkiraan lebih tingginya alokasi anggaran belanjapada fungsi tersebut dalam perkiraan realisasi APBN 2006 terutamaberkaitan dengan peningkatan alokasi anggaran beberapa program dalamfungsi pelayanan umum yang merupakan tugas Menteri Keuangan sebagaiBendahara Umum Negara. Program-program tersebut antara lain meliputiprogram pembayaran bunga utang, serta program subsidi dan transferlainnya, yang dalam perkiraan realisasi tahun 2006 mengalami peningkatandari pagunya dalam APBN-nya, sebagai akibat dari perubahan asumsiekonomi makro, serta perubahan kebijakan dalam pelaksanan APBN2006.

Selain dari fungsi pelayanan umum yang alokasi anggarannya mengalamipeningkatan, di lain pihak, juga terdapat fungsi-fungsi lain yangdilaksanakan oleh kementerian/lembaga dalam rangka menjalankanprogram-program pemerintah, yang mengalami perubahan alokasianggaran cukup signifikan pada perkiraan realisasi tahun 2006. Fungsi-fungsi tersebut, antara lain meliputi fungsi pertahanan yang alokasianggarannya dalam tahun 2006 berubah menjadi Rp28.855,8 miliar, yangberarti naik sebesar Rp578,2 miliar atau 2,0 persen dari alokasianggarannya yang ditetapkan dalam APBN 2006. Perubahan alokasianggaran tersebut terutama berkaitan dengan perkiraan turunnya alokasianggaran pada program-program yang dilaksanakan di DepartemenPertahanan.

Sementara itu, alokasi anggaran pada fungsi ekonomi dalam tahun 2006menjadi Rp44.741,6 miliar, yang berarti mengalami kenaikan sebesarRp5.097,8 miliar dari pagu anggaran yang dialokasikan dalam APBN2006 sebesar Rp39.643,8 miliar.

Realisasi anggaranpada fungsi pelayananumum diperkirakanmengalami pening-katan dari alokasianggaran pada fungsiyang sama dalamAPBN 2006

51

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Di sisi lain, alokasi anggaran belanja pada fungsi pendidikan dalam tahun2006 ditetapkan sebesar Rp48.954,7 miliar, atau naik sebesar Rp5.667,3miliar (13,1 persen) dari alokasi anggarannya yang ditetapkan dalamAPBN 2006. Perubahan alokasi anggaran tersebut terutama berkaitandengan adanya tambahan anggaran pendidikan untuk DepartemenPendidikan Nasional dan Departemen Agama sebesar Rp4.500,0 miliar,dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas penyelenggaraan pendidikandalam tahun 2006 seperti diamanatkan oleh UUD 1945. Untuk melihatperkiraan realisasi alokasi anggaran belanja pemerintah pusat menurutfungsi dalam tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel II.5.

ANGGARAN BELANJA KE DAERAH

Dalam tahun 2006, realisasi anggaran belanja ke daerah diperkirakanmencapai Rp220.849,8 miliar (7,1 persen terhadap PDB), lebih tinggiRp780,3 miliar atau 0,4 persen dari pagu alokasi yang ditetapkan dalamAPBN 2006 sebesar Rp220.069,5 miliar (7,2 persen terhadap PDB).Lebih tingginya perkiraan realisasi anggaran belanja ke daerah tersebutterutama berkaitan dengan lebih tingginya perkiraan realisasi danaperimbangan, khususnya dana bagi hasil perpajakan. Demikian pulaapabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesarRp150.463,9 miliar (5,5 persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasianggaran belanja ke daerah tersebut lebih tinggi Rp70.385,9 miliar atau46,8 persen. Perkiraan realisasi anggaran belanja ke daerah tersebut terdiridari perkiraan realisasi dana perimbangan 98,2 persen, serta dana otonomikhusus dan penyesuaian 1,8 persen.

Realisasi alokasianggaran belanja padafungsi pendidikan tahun2006 diperkirakan akanmeningkat dari paguanggarannya dalamAPBN 2006.

Realisasi Belanja keDaerah dalam tahun2006 diperkirakan lebihtinggi daripada reali-sasinya dalam tahun2005 dan pagunyadalam APBN 2006.

KODE FUNGSI APBN % thd PDB APBN-P %thd APBN

%thd PDB

01 Pelayanan Umum 263.421,0 8,66 303.674,4 115,3 9,74 02 Pertahanan 28.277,6 0,93 28.855,8 102,0 0,93 03 Ketertiban dan Keamanan 25.294,2 0,83 25.191,0 99,6 0,81 04 Ekonomi 39.643,8 1,30 44.741,6 112,9 1,43 05 Lingkungan Hidup 4.477,2 0,15 3.148,5 70,3 0,10

06 Perumahan dan Fasilitas Umum 6.049,3 0,20 5.425,6 89,7 0,17 07 Kesehatan 12.730,3 0,42 13.578,3 106,7 0,44 08 Pariwisata dan Budaya 1.025,0 0,03 941,0 91,8 0,03 09 Agama 1.104,0 0,04 1.365,5 123,7 0,04 10 Pendidikan 43.287,4 1,42 48.954,7 113,1 1,57 11 Perlindungan Sosial Lainnya 2.288,7 0,08 2.372,9 103,7 0,08

427.598,3 14,06 478.249,3 111,8 15,3

1) Perbedaan satu angka di belakang koma dalam angka penjumlahan karena pembulatan

Tabel II.5

JUMLAH

(miliar rupiah)ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT FUNGSI, TAHUN 2006 1)

52

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

DANA PERIMBANGAN

Realisasi dana perimbangan, yang terdiri dari dana bagi hasil (DBH), danaalokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK) dalam tahun 2006diperkirakan mencapai Rp216.797,7 miliar (7,0 persen terhadap PDB).Jumlah ini lebih tinggi Rp205,3 miliar atau 0,1 persen dari pagu alokasidana perimbangan yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesarRp216.592,4 miliar (7,1 persen terhadap PDB). Lebih tingginya perkiraanrealisasi dana perimbangan tahun 2006 tersebut terutama disebabkan olehlebih tingginya perkiraan realisasi DBH. Demikian pula, apabiladibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp143.221,3miliar (5,2 persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasi danaperimbangan dalam tahun 2006 tersebut lebih tinggi sebesar Rp73.576,4miliar atau 51,4 persen. Perkiraan realisasi dana perimbangan tersebutterdiri dari perkiraan realisasi DBH 27,5 persen, DAU 67,2 persen, danDAK 5,3 persen.

DANA BAGI HASIL

Dalam tahun 2006, realisasi DBH diperkirakan mencapai Rp59.563,7miliar (1,9 persen terhadap PDB). Jumlah tersebut lebih tinggi Rp205,3miliar atau 0,3 persen dari alokasi DBH yang ditetapkan dalam APBN2006 sebesar Rp59.358,4 miliar (2,0 persen terhadap PDB). Lebihtingginya perkiraan realisasi DBH tahun 2006 tersebut terutama disebabkanoleh lebih tingginya perkiraan realisasi DBH perpajakan, khususnyaperkiraan realisasi DBH PBB. Demikian pula, bila dibandingkan denganrealisasi DBH (tidak termasuk DAK-DR) dalam tahun 2005 yangmencapai Rp49.692,3 miliar (1,8 persen terhadap PDB), perkiraan realisasiDBH tahun 2006 tersebut lebih tinggi Rp9.871,4 miliar atau 19,9 persen.Perkiraan realisasi DBH tersebut terdiri dari DBH perpajakan 46,5 persen,dan DBH SDA 53,5 persen.

Realisasi DBH perpajakan dalam tahun 2006 diperkirakan mencapaiRp27.676,4 miliar, atau secara nominal naik Rp1.438,2 miliar (5,5 persen)dari pagu DBH perpajakan yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesarRp26.238,3 miliar. Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun2005 sebesar Rp23.709,6 miliar, maka perkiraan realisasi DBHperpajakan tahun 2006 tersebut meningkat Rp3.966,8 miliar atau 16,7persen, yang disebabkan terutama oleh lebih tingginya perkiraan realisasipenerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Dari perkiraan realisasi DBH perpajakan tahun 2006 tersebut, realisasiDBH pajak penghasilan (PPh) dalam tahun 2006 diperkirakan mencapai

Realisasi Dana Perim-bangan diperkira-kanakan lebih tinggi darisasarannya dalam APBN2006.

Realisasi DBH di-perkirakan lebih tinggidari sasarannya dalamAPBN 2006.

Realisasi DBH perpa-jakan dalam tahun 2006diperkirakan lebih tinggidari pagunya dalamAPBN.

53

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Rp6.065,9 miliar, atau naik Rp64,9 miliar (1,1 persen) dari alokasi DBHPPh yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp6.001,0 miliar. Jumlahtersebut, berarti lebih tinggi Rp626,3 miliar atau 11,5 persen apabiladibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp5.439,6miliar. Sementara itu, realisasi DBH PBB dalam tahun 2006 diperkirakanmencapai Rp17.224,3 miliar, yang berarti naik Rp2.267,1 miliar atau 15,2persen dari alokasi DBH PBB yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesarRp14.957,2 miliar. Perkiraan realisasi DBH PBB tahun 2006 tersebutberarti meningkat Rp2.288,6 miliar atau 15,3 persen apabila dibandingkandengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp14.935,7 miliar.Sementara itu, realisasi DBH BPHTB dalam tahun 2006 diperkirakanmencapai Rp4.386,2 miliar, yang berarti turun Rp893,9 miliar atau 16,9persen dari pagu alokasi DBH BPHTB yang ditetapkan dalam APBN2006 sebesar Rp5.280,1 miliar. Namun demikian, apabila dibandingkandengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp3.334,2 miliar, makaperkiraan realisasi DBH BPHTB tahun 2006 tersebut lebih tinggiRp1.052,0 miliar atau 31,6 persen. Perkiraan realisasi masing-masing DBHperpajakan tersebut pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kinerjapenerimaan yang berasal dari masing-masing komponen perpajakan yangdibagihasilkan ke daerah.

Sementara itu, realisasi DBH SDA dalam tahun 2006, diperkirakanmencapai Rp31.887,3 miliar, atau turun sebesar Rp1.232,9 miliar (3,7persen) dari alokasi DBH SDA yang ditetapkan dalam APBN 2006sebesar Rp33.120,1 miliar. Lebih rendahnya perkiraan realisasi DBHSDA tahun 2006 tersebut terutama disebabkan oleh turunnya perkiraanrealisasi penerimaan yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam.Namun demikian, apabila dibandingkan dengan realisasi DBH SDA (tidaktermasuk DAK-DR) dalam tahun 2005 sebesar Rp25.982,7 miliar, makaperkiraan realisasi DBH SDA dalam tahun 2006 tersebut lebih tinggisebesar Rp5.904,6 miliar atau 22,7 persen.

Dari jumlah tersebut, realisasi DBH minyak bumi diperkirakan mencapaiRp15.941,6 miliar, yang berarti turun Rp794,2 miliar (4,8 persen) daripagu alokasi DBH minyak bumi yang ditetapkan dalam APBN 2006sebesar Rp16.735,8 miliar. Namun demikian, apabila dibandingkandengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesar Rp12.551,7 miliar, makaperkiraan realisasi DBH minyak bumi tahun 2006 tersebut lebih tinggiRp3.389,8 miliar atau 27,0 persen. Demikian pula, realisasi DBH gasbumi dalam tahun 2006 diperkirakan mencapai Rp11.825,8 miliar, atauturun Rp674,4 miliar (5,4 persen) dari pagu alokasi DBH gas bumi yangditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp12.500,2 miliar. Namun

Realisasi DBH SDAdiperkirakan akan lebihrendah dari sasarannyadalam APBN 2006.

Realisasi DBH SDAminyak dan gas bumidiperkirakan akan lebihrendah dari sasarannyadalam APBN 2006.

54

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

demikian, apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2005sebesar Rp10.081,5 miliar, maka perkiraan realisasi DBH gas bumitersebut lebih tinggi sebesar Rp1.744,2 miliar atau 17,3 persen.

Selanjutnya, realisasi DBH pertambangan umum dalam tahun 2006diperkirakan mencapai Rp2.785,8 miliar atau lebih tinggi Rp391,3 miliar(16,3 persen) dari pagunya dalam APBN 2006 sebesar Rp2.394,5 miliar.Demikian pula, apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun2005 sebesar Rp2.584,2 miliar, maka perkiraan realisasi DBHpertambangan umum tahun 2006 tersebut lebih tinggi Rp201,6 miliar atau7,8 persen. Sementara itu, realisasi DBH kehutanan, termasuk DBH danareboisasi yang semula merupakan komponen DAK, dalam tahun 2006diperkirakan mencapai Rp1.002,9 miliar, atau turun sebesar Rp155,4miliar atau 13,4 persen dari pagu alokasi DBH kehutanan yang ditetapkandalam APBN 2006 sebesar Rp1.158,3 miliar. Jumlah tersebut, apabiladibandingkan dengan realisasi DBH kehutanan (tidak termasuk DAK-DR) dalam tahun 2005 sebesar Rp547,1 miliar, berarti lebih tinggi sebesarRp455,8 miliar atau 83,3 persen. Sementara itu, realisasi DBH perikanandalam tahun 2006 diperkirakan mencapai Rp331,3 miliar, yang berartisama dengan pagunya yang ditetapkan dalam APBN 2006. Namundemikian, apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2005sebesar Rp218,1 miliar, maka perkiraan realisasi DBH perikanan tahun2006 tersebut lebih tinggi Rp113,1 miliar atau 51,9 persen dari realisasiDBH perikanan dalam tahun 2005 sebesar Rp218,1 miliar. Perkembanganrealisasi masing-masing DBH SDA tersebut sangat dipengaruhi oleh kinerjapenerimaan yang berasal dari masing-masing komponen SDA yangdibagihasilkan ke daerah.

DANA ALOKASI UMUM

Pengalokasian dana alokasi umum (DAU) tahun 2006 didasarkan padaPeraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2005 tentang Dana Alokasi UmumDaerah Provinsi Kabupaten/Kota Tahun 2006. Mengacu kepadaketentuan tersebut, realisasi DAU dalam tahun 2006 diperkirakan tidakmengalami perubahan atau sama dengan pagu yang ditetapkan dalamAPBN 2006 diperkirakan sebesar Rp145.664,2 miliar (4,7 persenterhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun2005 sebesar Rp88.765,4 miliar (3,3 persen terhadap PDB), alokasiDAU dalam tahun 2006 tersebut lebih tinggi Rp56.898,6 miliar atau 64,1persen. Penyaluran DAU tersebut, sebagaimana diatur dalam Surat Edaran(SE) Direktur Jenderal Anggaran Nomor 9 Tahun 2002, dilakukan setiapbulan sebesar seperduabelas.

Perkiraan realisasiDBH pertambanganumum, kehutanan, danperikanan dalam tahun2006.

Realisasi DAU diperki-rakan sama dengan sa-sarannya dalam APBN2006.

55

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

DANA ALOKASI KHUSUS

Realisasi dana alokasi khusus (DAK) dalam tahun 2006 diperkirakantidak mengalami perubahan atau sama dengan pagu alokasi DAK yangditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp11.569,8 miliar (0,4 persenterhadap PDB). Namun demikian, apabila dibandingkan dengan realisasiDAK dalam tahun 2005 sebesar Rp4.763,6 miliar, maka perkiraan realisasiDAK tahun 2006 tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp6.806,2miliar atau 142,9 persen. Dana tersebut dialokasikan masing-masing untuk:(i) bidang pendidikan Rp2.919,5 miliar (25,2 persen); (ii) bidang kesehatanRp2.406,8 miliar (20,8 persen); (iii) bidang infrastruktur Rp3.811,4 miliar(32,9 persen), (iv) bidang prasarana pemerintahan daerah Rp448,7 miliar(3,9 persen), (v) bidang kelautan dan perikanan sebesar Rp775,7 miliar(6,7 persen), (vi) bidang pertanian sebesar Rp1.094,9 miliar (9,5 persen),serta (vii) bidang lingkungan hidup sebesar Rp112,9 miliar (1,0 persen).

DANA OTONOMI KHUSUS DAN PENYESUAIAN

Dalam tahun 2006, realisasi dana otonomi khusus dan penyesuaiandiperkirakan mencapai Rp4.052,1 miliar (0,1 persen terhadap PDB), ataumeningkat Rp575,0 miliar (16,5 persen) dari pagu alokasi dana otonomikhusus dan penyesuaian yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesarRp3.477,1 miliar (0,1 persen terhadap PDB). Lebih tingginya perkiraanrealisasi dana otonomi khusus dan penyesuaian tahun 2006 tersebutterutama disebabkan oleh lebih tingginya perkiraan realisasi dana otonomikhusus, sedangkan realisasi dana penyesuaian diperkirakan tidakmengalami perubahan dari pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN2006. Apabila dibandingkan dengan realisasi dana otonomi khusus danpenyesuaian dalam tahun 2005 sebesar Rp7.242,6 miliar (0,3 persenterhadap PDB), perkiraan realisasi dana otonomi khusus dan penyesuaiandalam tahun 2006 tersebut lebih rendah Rp3.190,5 miliar atau 44,1 persen.

DANA OTONOMI KHUSUS

Realisasi dana otonomi khusus dalam tahun 2006 diperkirakan mencapaiRp3.488,3 miliar, atau naik Rp575,0 miliar (19,7 persen) dari pagu alokasidana otonomi khusus yang ditetapkan dalam APBN sebesar Rp2.913,3miliar. Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2005 sebesarRp1.775,3 miliar, perkiraan realisasi dana otonomi khusus tahun 2006tersebut berarti mengalami peningkatan sebesar Rp1.713,0 miliar atau96,5 persen. Lebih tingginya perkiraan realisasi dana otonomi khusus tahun2006 tersebut antara lain karena adanya tambahan dana otonomi khusus

Realisasi DAK dalamtahun 2006 diperkirakansama dengan APBN.

Realisasi Dana Otsusdan Penyesuaian dalamtahun 2006 diperkirakanlebih tinggi.

56

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

bagi pembangunan infrastruktur Provinsi Papua. Dengan demikian, dalamtahun 2006 perkiraan realisasi dana otonomi khusus terdiri dari perkiraanrealisasi dana otonomi khusus murni dan dana tambahan otonomi khususuntuk pembangunan infrastruktur bagi Provinsi Papua.

Dalam tahun 2006, realisasi dana otonomi khusus murni diperkirakanmencapai Rp2.913,3 miliar, yang berarti sama dengan pagu alokasi danaotonomi khusus yang ditetapkan dalam APBN atau setara dengan 2 persendari alokasi DAU 2006. Mengacu pada UU Nomor 21 Tahun 2001tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, penggunaan dana otonomikhusus tersebut terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan, dankesehatan. Mekanisme penyaluran dana otonomi khusus tersebut diaturdalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 47 Tahun 2002, yangmenetapkan penyaluran dana otonomi khusus dilakukan setiap triwulan.Perkiraan realisasi dana otonomi khusus murni tahun 2006 tersebut lebihtinggi Rp1.138,0 miliar atau 64,1 persen bila dibandingkan dengan realisasidana otonomi khusus dalam tahun 2005 sebesar Rp1.775,3 miliar.

Selanjutnya, sebagaimana diamanatkan Pasal 34 ayat (3) huruf f UUNomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua,Pemerintah dalam tahun 2006, berdasarkan usulan Pemerintah ProvinsiPapua, mengusulkan pengalokasian dana tambahan otonomi khusus untukpembangunan infrastruktur sebesar Rp575,0 miliar, yang direncanakanpenggunaannya untuk pembangunan prasarana jalan dan perhubungan.

DANA PENYESUAIAN

Realisasi dana penyesuaian dalam tahun 2006 diperkirakan sama denganpagu alokasi dana penyesuaian yang ditetapkan dalam APBN sebesarRp563,8 miliar. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan realisasinyadalam tahun 2005 sebesar Rp5.467,3 miliar, maka perkiraan realisasi danapenyesuaian tahun 2006 tersebut berarti lebih rendah sebesar Rp4.903,5miliar atau 89,7 persen. Jumlah ini terdiri dari dana penyesuaian murniRp300,7 miliar, dan dana penyesuaian kebijakan (ad-hoc) Rp263,2 miliar.

Dalam tahun 2006, dana penyesuaian murni disediakan untuk menutupkekurangan DAU yang diterima oleh beberapa daerah agar dana yangditerimanya (DAU ditambah dana penyesuaian murni) minimal samadengan DAU plus dana penyesuaian murni tahun sebelumnya (holdharmless). Sementara itu, dana penyesuaian kebijakan (ad-hoc) diberikanuntuk membantu keuangan daerah tertentu dalam rangka mempercepatproses penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

Realisasi dana otsusmurni dalam tahun 2006diperkirakan samadengan pagunya dalamAPBN.

Realisasi dana penye-suaian dalam tahun2006 diperkirakan samadengan pagunya dalamAPBN.

57

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Perubahan anggaran belanja ke daerah tahun 2006 dapat diikuti dalamTabel II.6

DEFISIT ANGGARAN

Berdasarkan pada perkiraan realisasi pendapatan negara dan hibah sebesarRp659.115,2 miliar, dan perkiraan realisasi belanja negara sebesarRp699.099,1 miliar, maka dalam tahun 2006 defisit anggaran diperkirakanmencapai Rp39.983,9 miliar (1,3 persen terhadap PDB), berarti naiksebesar Rp17.553,1 miliar atau 78,3 persen dari sasaran defisit anggaranyang ditetapkan semula dalam APBN 2006 sebesar Rp22.430,8 miliar(0,7 persen terhadap PDB). Peningkatan defisit anggaran dalam tahun2006 tersebut terjadi terutama karena bertambahnya beban belanja negara,antara lain sebagai akibat adanya luncuran DIPA tahun 2005, naiknyabeban subsidi BBM berkenaan dengan perubahan asumsi harga minyakdan subsidi listrik akibat pembatalan kenaikan TDL, serta diperlukannyatambahan dana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi DIY dan Jawa Tengahpasca bencana gempa bumi, serta bantuan langsung tunai (BLT).Selanjutnya, apabila dibandingkan dengan realisasi defisit anggaran tahun2005 sebesar Rp14.408,1 miliar (0,5 persen terhadap PDB), makaperkiraan realisasi defisit anggaran tahun 2006 tersebut mengalamipeningkatan Rp25.575,8 miliar atau 177,5 persen.

Realisasi defisit angga-ran diperkirakan lebihtinggi dari APBN 2006.

I. Dana Perimbangan 216.592,4 7,1 216.797,7 100,1 7,0 a. Dana Bagi Hasil 59.358,4 2,0 59.563,7 100,3 1,9

1. Pajak 26.238,3 0,9 27.676,4 105,5 0,9 i. Pajak Penghasilan 6.001,0 0,2 6.065,9 101,1 0,2 ii. Pajak Bumi dan Bangunan 14.957,2 0,5 17.224,3 115,2 0,6 iii. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5.280,1 0,2 4.386,2 83,1 0,1

2. Sumber Daya Alam 33.120,1 1,1 31.887,3 96,3 1,0 i. Minyak Bumi 16.735,79 0,55 15.941,55 95,3 0,5 ii. Gas Alam 12.500,17 0,41 11.825,77 94,6 0,4 iii. Pertambangan Umum 2.394,5 0,1 2.785,8 116,3 0,1 iv. Kehutanan 1.158,3 0,0 1.002,9 86,6 0,0 v. Perikanan 331,3 0,0 331,3 100,0 0,0

b. Dana Alokasi Umum 145.664,2 4,8 145.664,2 100,0 4,7

c. Dana Alokasi Khusus 11.569,8 0,4 11.569,8 100,0 0,4

II. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 3.477,1 0,1 4.052,1 116,5 0,1 a. Dana Otonomi Khusus 2.913,3 0,1 3.488,3 119,7 0,1 b. Dana Penyesuaian 563,8 0,0 563,8 100,0 0,0

220.069,5 7,2 220.849,8 100,4 7,1

1) Perbedaan satu angka di belakang koma adalah karena penjumlahan.

J u m l a h

Uraian

(miliar rupiah)

Tabel II. 6PERKIRAAN REALISASI ANGGARAN BELANJA KE DAERAH, TAHUN 2006

% thdPDBAPBN-P % thd

APBNAPBN % thdPDB

1)

58

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

PEMBIAYAAN ANGGARAN

Untuk memenuhi kebutuhan defisit anggaran yang meningkat sebagaimanadiuraikan di atas, dalam tahun 2006 pembiayaan anggaran diperkirakanmencapai Rp39.983,9 miliar (1,3 persen terhadap PDB), atau meningkatRp17.553,1 miliar (78,3 persen) apabila dibandingkan dengan sasaranpembiayaan anggaran yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesarRp22.430,8 miliar (0,7 persen terhadap PDB). Sementara itu, apabiladibandingkan dengan realisasi pembiayaan anggaran dalam tahun 2005yang mencapai Rp11.121,1 miliar (0,4 persen terhadap PDB), makaperkiraan realisasi pembiayaan anggaran tahun 2006 tersebut mengalamipeningkatan sebesar Rp28.862,8 miliar atau 259,5 persen. Perkiraanrealisasi pembiayaan anggaran tahun 2006 tersebut terdiri dari pembiayaandalam negeri sebesar Rp55.257,7 miliar (1,8 persen terhadap PDB), danpembiayaan luar negeri (neto) sebesar negatif Rp15.273,8 miliar (0,5persen terhadap PDB).

Perkiraan realisasi pembiayaan dalam negeri tahun 2006 tersebut berartimengalami peningkatan sebesar Rp4.344,7 miliar atau 8,5 persen apabiladibandingkan dengan sasaran pembiayaan dalam negeri yang ditetapkandalam APBN 2006 sebesar Rp50.913,0 miliar (1,7 persen terhadapPDB). Pembiayaan dalam negeri tahun 2006 tersebut berasal dari sumberpembiayaan perbankan dalam negeri 32,4 persen, dan sumber pembiayaannonperbankan dalam negeri 67,6 persen. Apabila dibandingkan denganperkiraan realisasi pembiayaan dalam negeri tahun 2005 yang mencapaiRp21.393,2 miliar (0,8 persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasipembiayaan dalam negeri tahun 2006 berarti 158,3 persen lebih tinggi.

Dalam tahun 2006, realisasi pembiayaan perbankan dalam negeridiperkirakan mencapai Rp17.906,5 miliar (0,6 persen terhadap PDB),atau turun 22,2 persen dari sasaran pembiayaan perbankan dalam negeriyang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp23.026,7 miliar (0,8persen terhadap PDB). Perkiraan realisasi pembiayaan perbankan dalamnegeri tahun 2006 tersebut berasal dari penggunaan sebagian saldorekening pemerintah di sektor perbankan, seperti rekening dana investasi,rekening penjaminan, dana cadangan anggaran pembangunan (CAP), sertapenggunaan sebagian dana eks moratorium pokok utang luar negeri tahun2005 khusus untuk melanjutkan rehabilitasi dan rekonstruksi NAD danNias. Apabila dibandingkan dengan realisasi pembiayaan perbankan dalamnegeri tahun 2005 yang mencapai negatif Rp2.550,0 miliar (0,1 persenterhadap PDB), maka perkiraan realisasi pembiayaan perbankan dalamnegeri dalam tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp20.456,5miliar.

Realisasi pembiayaananggaran diperkirakanlebih tinggi dari sasaranyang ditetapkan dalamAPBN 2006.

Realisasi pembiayaandalam negeri diper-kirakan lebih tinggi darisasaran yang ditetapkandalam APBN 2006.

Realisasi pembiayaanperbankan dalamnegeri diperkirakanlebih rendah darisasaran yang ditetapkandalam APBN 2006.

59

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Sementara itu, realisasi pembiayaan nonperbankan dalam negeri tahun 2006diperkirakan mencapai Rp37.351,2 miliar atau (1,2 persen terhadap PDB)yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp9.464,9 miliar atau 33,9persen dari sasaran pembiayaan nonperbankan dalam negeri yangdianggarkan dalam APBN 2006 sebesar Rp27.886,3 miliar (0,9 persenterhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasi pembiayaannonperbankan dalam negeri tahun 2005 yang mencapai Rp23.943,2 miliar(0,9 persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasi pembiayaannonperbankan dalam negeri dalam tahun 2006 berarti mengalamipeningkatan sebesar Rp13.408,0 miliar atau 56,0 persen.

Pembiayaan nonperbankan dalam negeri tersebut bersumber daripenerimaan privatisasi, penjualan aset program restrukturisasi perbankan,penerbitan surat utang negara (neto), dan penyertaan modal negara.Penerimaan dari hasil privatisasi BUMN dalam tahun 2006 diperkirakanmencapai Rp1.000,0 miliar atau sama dengan yang ditetapkan dalamAPBN 2006 sebesar Rp1.000,0 miliar. Apabila dibandingkan denganrealisasi penerimaan privatisasi tahun 2005 yang nihil, maka perkiraanrealisasi penerimaan privatisasi tahun 2006 tersebut diperkirakan naikRp1.000,0 miliar.

Dalam periode yang sama, realisasi penerimaan yang berasal dari hasilpenjualan aset program restrukturisasi perbankan diperkirakan mencapaiRp2.579,5 miliar (0,1 persen terhadap PDB), atau Rp229,5 miliar lebihtinggi dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar Rp2.350,0miliar (0,1 persen terhadap PDB). Jumlah tersebut berasal dari hasilpengelolaan aset oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), yangdilakukan secara optimal untuk memperoleh hasil dan harga yang terbaiksesuai dengan kondisi pasar. Apabila dibandingkan dengan realisasipenerimaan dari hasil penjualan aset program restrukturisasi perbankantahun sebelumnya sebesar Rp6.563,5 miliar (0,2 persen terhadap PDB),maka perkiraan realisasi penerimaan dari hasil penjualan aset programrestrukturisasi perbankan tahun 2006 tersebut mengalami penurunansebesar Rp3.984,0 miliar atau 60,7 persen. Lebih rendahnya perkiraanrealisasi penerimaan dari hasil penjualan aset program restrukturisasiperbankan antara lain disebabkan oleh semakin berkurangnya jumlah dannilai aset yang dikelola oleh PT PPA.

Sementara itu, pembiayaan yang bersumber dari surat utang negara (SUN)neto dalam tahun 2006 diperkirakan mencapai Rp35.771,7 miliar (1,1persen terhadap PDB), yang berarti mengalami peningkatan sebesarRp10.885,4 miliar atau 43,7 persen dari sasaran pembiayaan SUN netoyang dianggarkan dalam APBN 2006 sebesar Rp24.886,3 miliar (0,8

Realisasi pembiayaannonperbankan dalamnegeri diperkirakanlebih tinggi dari sasaranyang ditetapkan dalamAPBN 2006.

Realisasi privatisasiBUMN diperkirakansama dengan yangditetapkan dalam APBN2006.

Realisasi penjualan asetprogram restrukturisasiperbankan diperkira-kan lebih tinggi darisasaran yang ditetapkandalam APBN 2006.

Realisasi penerbitanSUN neto diperkirakanlebih tinggi dari sasaranyang ditetapkan dalamAPBN 2006.

60

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

persen terhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasi SUN netodalam tahun 2005 sebesar Rp22.574,7 miliar (0,8 persen terhadap PDB),maka perkiraan realisasi SUN neto tahun 2006 mengalami peningkatansebesar Rp13.197,0 miliar atau 58,5 persen.

Untuk memenuhi sasaran penerbitan SUN neto tahun 2006 yang lebihbesar tersebut, Pemerintah akan berusaha untuk tetap mengurangi risikofiskal dan keuangan, diantaranya dengan tetap mengutamakan kebijakanpenerbitan obligasi dalam negeri dengan tenor jatuh tempo yang lebihpanjang, serta tetap melanjutkan program debt switching yang bertujuanuntuk memperpanjang profil jatuh tempo, mengurangi risiko tingkat bunga,meningkatkan likuiditas SUN di pasar sekunder, serta meningkatkankepercayaan pasar dan daya tarik SUN. Selain itu, pada saat iniPemerintah juga sedang mempersiapkan penerbitan SUN ritel yangbertujuan untuk memperluas basis investor domestik. SUN ritel inimemberikan kupon yang lebih rendah dibandingkan dengan SUNreguler, sehingga dapat meringankan beban bunga utang dalam negeri.Kebijakan lain yang sangat penting adalah penciptaan pasar sekunder SUNyang aktif dan likuid, yang akan dilakukan melalui perluasan basis investordengan mengembangkan produk dan memperluas pasar, menciptakanproses penetapan harga SUN yang wajar, membuat kalender penerbitanSUN secara teratur agar lebih memberikan kepastian bagi pelaku pasar,menerbitkan obligasi standar (benchmark bonds) untuk mendukungbenchmark yield curve-nya, meningkatkan efisiensi dan kepercayaandari clearing and settlement system, serta mendorong terciptanya pasarpendukung seperti REPO market, swap market dan future market.

Komponen lain dari pembiayaan nonperbankan dalam negeri adalahPenyertaan Modal Negara (PMN). Dalam tahun 2006, penyertaan modalnegara diperkirakan mencapai Rp2.000,0 miliar (0,1 persen terhadapPDB), atau Rp1.650,0 miliar lebih tinggi dari alokasi PMN yangdianggarkan dalam APBN 2006 sebesar Rp350,0 miliar. Lebih tingginyaperkiraan realisasi PMN ini berkaitan dengan adanya kebijakan untukmenyelamatkan BUMN bermasalah, serta pemberian dukungan bagipercepatan pembangunan infrastruktur dalam rangka public privatepartnership (PPP). Apabila dibandingkan dengan realisasi penyertaanmodal negara dalam tahun 2005 sebesar Rp5.195,0 miliar (0,2 persenterhadap PDB), maka realisasi penyertaan modal negara dalam tahun 2006tersebut diperkirakan mengalami penurunan sebesar Rp3.195,0 miliar atau61,5 persen.

Realisasi PenyertaanModal Negara (PMN)diperkirakan lebih tinggidari sasaran yangditetapkan dalam APBN2006.

61

Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Selanjutnya, mengingat sumber pembiayaan dalam negeri belum dapatsepenuhnya memenuhi kebutuhan pembiayaan bagi APBN, maka sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari luar negeri juga masih tetapdibutuhkan. Dalam tahun 2006, realisasi pembiayaan luar negeri netodiperkirakan mencapai negatif Rp15.273,8 miliar (0,5 persen terhadap PDB).Jumlah tersebut berarti mengalami peningkatan sebesar Rp13.208,4 miliaratau 46,4 persen dari sasaran pembiayaan luar negeri neto yang dianggarkandalam APBN 2006 sebesar negatif Rp28.482,2 miliar (0,9 persen terhadapPDB). Lebih tingginya perkiraan realisasi pembiayaan luar negeri neto tahun2006 tersebut selain diakibatkan oleh lebih tingginya perkiraan realisasipenarikan pinjaman luar negeri, juga disebabkan oleh lebih rendahnya perkiraanrealisasi pembayaran cicilan pokok utang luar negeri. Apabila dibandingkandengan realisasi pembiayaan luar negeri neto tahun 2005 sebesar negatifRp10.272,0 miliar (0,4 persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasipembiayaan luar negeri neto tahun 2006 tersebut diperkirakan mengalamipenurunan sebesar Rp5.001,8 miliar atau 48,7 persen.

Dalam tahun 2006, penarikan pinjaman luar negeri diperkirakan mencapaiRp37.550,4 miliar (1,2 persen terhadap PDB), yang berarti Rp2.438,0miliar atau 6,9 persen lebih tinggi dari sasaran penarikan pinjaman luarnegeri yang dianggarkan dalam APBN 2006 sebesar Rp35.112,4 miliar(1,2 persen terhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasipenarikan pinjaman luar negeri tahun 2005 yang mencapai Rp26.840,4miliar (1,0 persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasi penarikanpinjaman luar negeri tahun 2006 tersebut mengalami peningkatanRp10.709,9 miliar atau 39,9 persen.

Lebih tingginya perkiraan realisasi penarikan pinjaman luar negeri tahun2006 tersebut terutama disebabkan oleh lebih tingginya perkiraan realisasipinjaman program, yaitu dari US$1.000,0 juta dalam APBN 2006 menjadiUS$1.300,0 juta. Perkiraan realisasi pinjaman program tersebut berasaldari ADB sebesar US$600,0 juta, Bank Dunia US$600,0 juta, dancofinancing dari Jepang US$100,0 juta. Apabila dibandingkan denganrealisasi penarikan pinjaman program dalam tahun 2005 yang mencapaiRp12.264,7 miliar (0,4 persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasipenarikan pinjaman program tahun 2006 tersebut diperkirakan relatif samadengan tahun sebelumnya. Di samping itu, perkiraan realisasi penarikanpinjaman luar negeri tahun 2006 tersebut juga disebabkan oleh lebihtingginya perkiraan realisasi penarikan pinjaman proyek diperkirakanmengalami peningkatan dari Rp25.212,4 miliar (0,8 persen terhadap PDB)dalam APBN 2006, menjadi Rp25.475,3 miliar (0,8 persen terhadapPDB). Apabila dibandingkan dengan realisasi penarikan pinjaman proyek

Realisasi penarikanpinjaman luar negeridiperkirakan lebih tinggidari sasaran yangditetapkan dalam APBN2006.

Realisasi pembiayaanluar negeri neto diperki-rakan lebih tinggi darisasaran yang ditetapkandalam APBN 2006.

Realisasi pinjamanprogram dan pinjamanproyek diperkirakanlebih tinggi dari sasaranyang ditetapkan dalamAPBN 2006.

62

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraBab II

dalam tahun 2005 yang mencapai Rp14.575,6 miliar (0,5 persen terhadapPDB), maka perkiraan realisasi penarikan pinjaman proyek dalam tahun2006 tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp10.899,7 miliar atau74,8 persen. Lebih tingginya perkiraan realisasi pencairan pinjaman proyektersebut, selain diakibatkan oleh adanya luncuran pinjaman luar negeritahun 2005 ke tahun 2006, juga disebabkan oleh adanya revisi DIPApinjaman luar negeri 2006 yang semula belum ditampung dalam APBN2006.

Di lain pihak, realisasi pembayaran cicilan pokok utang luar negeri dalamtahun 2006 diperkirakan mencapai Rp52.824,2 miliar (1,7 persenterhadap PDB) lebih rendah Rp10.770,4 miliar atau 16,9 persen daripagu alokasi cicilan pokok utang luar negeri yang dianggarkan dalamAPBN 2006 sebesar Rp63.594,6 miliar (2,1 persen terhadap PDB).Lebih rendahnya perkiraan realisasi beban pembayaran cicilan pokokutang luar negeri tahun 2006 tersebut terutama disebabkan oleh adanyapenyesuaian asumsi nilai tukar antarmata uang asing yang dijadikan dasarperhitungan untuk melakukan konversi pembayaran cicilan pokok utangluar negeri. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan realisasipembayaran cicilan pokok utang luar negeri tahun 2005 sebesarRp37.112,4 miliar (1,4 persen terhadap PDB), maka perkiraan realisasipembayaran cicilan pokok utang luar negeri dalam tahun 2006 tersebutberarti mengalami peningkatan Rp15.711,8 miliar atau sekitar 42,3 persen.Hal ini antara lain disebabkan oleh sudah diperhitungkannya pembayarankembali atas penundaan pembayaraan pokok dan bunga sebagai akibatdari diterimanya debt moratorium dari negara-negara anggota Paris Clubawal tahun 2005 yang lalu. Perkiraan realisasi pembiayaan anggaran tahun2006 dapat diikuti dalam Tabel II.7.

APBN % thd PDB APBN-P % thd

APBN% thd PDB

A. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 50.913,0 1,7 55.257,7 108,5 1,8I. Perbankan Dalam Negeri 23.026,7 0,8 17.906,5 77,8 0,6II. Non-Perbankan Dalam Negeri 27.886,3 0,9 37.351,2 133,9 1,2

1. Privatisasi (neto) 1.000,0 0,0 1.000,0 100,0 0,02. Penj.Aset Prog.Restr.Perbankan 2.350,0 0,1 2.579,5 109,8 0,13. Surat Utang Negara (Neto) 24.886,3 0,8 35.771,7 143,7 1,14. Penyertaan Modal Negara -350,0 0,0 -2.000,0 571,4 -0,1

B. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI, (Bersih) -28.482,2 -0,9 -15.273,8 53,6 -0,5I. Pinjaman Luar Negeri (Bruto) 35.112,4 1,2 37.550,4 106,9 1,2

1. Pinjaman Program 9.900,0 0,3 12.075,1 122,0 0,42. Pinjaman Proyek 25.212,4 0,8 25.475,3 101,0 0,8

II. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN -63.594,6 -2,1 -52.824,2 83,1 -1,7

22.430,8 0,7 39.983,9 178,3 1,3

1) Perbedaan satu angka di belakang koma adalah karena pembulatan.

J u m l a h

Tabel II.7PERKIRAAN REALISASI PEMBIAYAAN ANGGARAN, TAHUN 2006 1)

(miliar rupiah)

URAIAN

ffie\Srt']Po

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

LINDANG.UNDANG REPUBLIK INDONES IA

NOMOR 14 TAHI.IN 2006

TENTANG :.PERUBAHAN ATAS IJNDANG.UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2OO5

TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHI.IN ANGGARAN 2006

JAKARTA, OKTOBER2OO6

P R E S I O E NR E P I . I B L I K I N D O N I S I A

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2OO5

TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Menimbang: a.

TAHUN ANGGARAN 2006

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

bahwa Anggaran Pendapatan dan l3elanja Negara disusundalam rangka mewujudkan perekunomian nasional yangberdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsipkebersaman, berkeadilan, berkelanjutan, wawasanlingkungan, dan kemandirian, gurta mencapai Indonesiayang aman dan damai, adil tlan demokratis, sertameningkatkan kesejahteraan ralryat;

bahwa sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 13Tahun 2005 tentang Anggaran Pcndapatan dan BelanjaNegara Tahun Anggaran 2006, telah terjadi berbagaiperkembangan dan perubahan keadaan yang sangatmendasar yang berdampak sigrifikan pada berbagaiindikator ekonomi yang berpengaruh pada Pokok-pokokKebijakan Fiskal dan Pelaksanaari APBN 2006 sehinggadiperlukan adanya perubahan perkiraan atas APBN 2O06;

bahwa dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN2006, perlu segera dilakukan Periyesuaian atas berbagaisasaran pendapatan negara; belanja negara, defisitanggaran, serta kebutuhan dan sumber-sumber pembiayaananggaran, agar menjadi lebih realistis dan mampumendukung pencapaian sasaran'-sasaran pembangunanekonomi tahun 2006 dan jangka rnenengah, baik dalamrangka penyediaan lapangan kerja baru mauPunpengurangan jumlah penduduk miskin secara bertahapsesuai dengan program pembangunan nasional;

bahwa pembahasan Rancangan Undang-Undang APBNPerubahan dilakukan Dewan Penrakilan Ralryat bersamaPemerintah dengan memperhatikan pertimbangan DewanPerwakilan Daerah sesuai dengan Surat Keputusan DPDNomor 27|DPDl2OO6 tanggal 13 Juli 2O06;

b .

c .

\ .d.

e. bahwa

e.

P R E S I D E NR E P T . I B L I K I N D O N T S I A

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a, b, c, dan d, perlu menetapkan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dari BelanjaNegara Tahun Anggaran 2006;

Pasal 1 ayat (3), Pasal 5 ayat (1), Pasal 2Q ayat (2) dan ayat(4), Pasal23, Pasal31 ayat (4), dan Pasal34 Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 :entang Surat UtangNegara (Lembaran Negara Republik Inconesia Tahun 2002Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor a2361;

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4286);

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BadanUsaha Milik Negara (Lembaran Negara Repubiik IndonesiaTahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor a2971;

Undang-Undang Nomor 2Q Tahun 2UO3 tentang SistemPendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4301);

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LernbaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355).

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2OA4 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 53,Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomora389);Undang-Undang Nomor'15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor66, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4400);

Mengingat : 1.

2 .

3 .

a

5 .

6.

7 .

8 .

9 Undan6-Unde'n6

. P R E S I D E NR E P T . ' B L I K I N D O N S S i A

- 3 -

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2Oe4 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor lO4, TambJhanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 442L);

lJndang:Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesraTahun 2OO4 Nomor L25, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor a$Tl

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2OO4 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemenntah pusat danPemerintahan Daerah (Lembaran Negara }lepublik IndonesiaTahun 2OA4 Nomor 126, Tambahan .embaran NesaraRepublik Indonesia Nomor aa38);

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005 tentang AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Tahun angg-aran*-ZOOO(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor457].).

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

. MEMUTUSI{AN:Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-

UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2OO5 TENTANG ANGGAMNPENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN2006.

Pasal I

Mengubah beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor13 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara Tahun Anggaran 20A6 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 457 L| sebagai berikut:

9 .

10 .

1 1I r .

12 ,

l.

l. Ketenruan

1 .

P R E S I D E NR E P I . I B L I K I N O O N : 5 I A

. 4 -

Ketentuan Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat (5) diubah,sehingga keseluruhan Pasal2 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2

(1) Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran2006 diperoleh dari sumber-sumber:a. Penerimaan perpajakan;b. Penerimaan negara bukan pajak; danc. Penerimaan hibah.

(2) Penerimaan perpajakan sebagarmana dimaksudpada ayat (1) huruf a diperkirakan sebesarRp425.053.080.000.000,00 {empat ratus dua puluh limatriliun Iima puluh tigg. miliar delapan puluh juta rupiah).

(3) Penerimaan negara bukan pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1) hurufb diperkirakan sebesarRp229,829.268.281.000,00 (dua ratus dua puluhsembilan triliun delapan ratus dua puluh sembilan miliardua ratus ena:n puluh delapan juta dua ratus delapanpuluh satu ribu rupiah).

(4) Penerimaan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c diperkirakan sebesar Rp4,232.907.854.000,00(empat triliun dua ratus tiga puluh dua miliar sembilanratus tujuh juta delapan ratus lima puluh empat riburupiah),

{5) Jumlah Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah TahunAnggaran 2006 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)sampai dengan ayat (4) diperkirakan sebesarRp659.115,256.135.000,00 (enam ratus lima puiuhsembilan triliun seratus lima belas miliar dua ratus limapuluh enam juta seratus tiga puluh lima ribu rupiah).

Ketentuan Pasal 3 ayat (1) sampai dengan ayat (4) diubah,sehingga keseluruhan Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3

(1) Penerimaan perpajakan sebagaimara dimaksud dalamPasal 2 ayat'(1) huruf a terdiri dari:a. Pajak dalam negeri; danb. Pajak perdagangan internasional,

2 .

( 2 ) P e n e r i m a a n . . .

P R E S I D ; NR E P I . . I B L I K I N D O N E S I A

- 5 -

(2) Penerimaan pajak dalam negeri sebag'aimana dimaksud

pada "yuflrl

huruf a diperkirakan . .seb.gsarirpa 1 0.226.SfiO.OOO.O00,o0 (empat ratfs sepuluh triliun

dua ratus dua puluh enam miliar Ega ratus delapan

puluh juta rupiah).

(3) Penerimaan pajak perdagangan internasional

sebagaimana aimat suO- pada ayat (1) , - huruf b

dipeiicirakan sebesar Rp14-826'700'000'000'00 (empat

belas triliun delapan ratus dua puluh :nam miliar tujuh

ratus juta ruPiah).

(4) Rincian penerimaan perpajakan Tahun Anggaran 2006

sebagaimatla dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)

tercantum dalam penjelasan ayat ini'

3. Ketentuan Pasal 4 ayat(1) sampai dengan a{?t (5J diubah'

sehingga keseluruhan Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 4

(1) Penerimaan negara bukan P?jtk sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat {1) huruf b terdiri dari:

a. Penerimaan sumber daYa alam;

b. Bagian p"*"ti"i"ft "i*t

laba badan usaha milik

negara; danc. Penerimaarl negara bukan Pajak lainnya'

(2) Penerimaan sumber daya alam sebagaimana dimaksud

pada ayat (iI huruf a diperi<irakan sebesar

irp165'694.4ig'ooo.ooo,oo (seratus enam puluh lima

triliun enam t"t"" sembilan puluh emPat miliar delapan

ratus tujuh puluh sembilan juta rupiat')'

(3) Bagian pemerintah atas laba badan u'saha milik negara

sebagaimana dimaksud pada "y1!

(-11^ ̂ truruf b

diperkirakan ""uiu"t

Rp22322'500'000'000'00 (dua

puluh dua trililn $g" t"t"" dua puluh dua miliar lima

iatus juta ruPiah).

(4) Penerimaan negara bukal P{ak lainn-V3 sebagaimana

dimaksud p;i; ayat (1) huruf c diperkirakan sebesar

Rp41.8i f 'Aeg.iei'O00,OO (empat piiluh . lttut tril iun

delapan'"*..'.u"i"._*iti*.a"6panre'tusdelapanpuluh-"*Uif"" jut" arr. ratus delapan puluh satu ribu rupiah)'

( 5 ) R i n c i a n . . '

4 .

P R E S I D E NR E P T . J B L I K I N D O N E S I A

- 6 -

(5) llncian penerimaan negara bukan pajak Tahun Anggaran2006 sebagaimana dimaksud pada ayat (21 sampaidengan ayat (4) tercantum dalam peqjelasan ayat ini.

Ketentuan Pasal 5 ayat (1) sampai dengan ayat (4) diubah,sehingga keseluruhan Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:

pasal S

(i) Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2006 terdiridari:

a. Anggaran belanja Bemerintah pusat; danb. Anggaran belanja ke daerah.

(2) Anggaran belanja pemerintah pusat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a dilrcrkirakan sebesarRp478.249,290.655.000,00 (empat rrtus tujuh puluhdelapan triliun dua ratus empat puh:h sembilan miliardua ratus sembilan puluh juta enam ratus lima puluhlima ribu rupiah).

(3) Anggaran belanja ke daerah sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b diperkirakan sebesarRp220.849.845.400.000,00 (dua ratus dua puluh triliundelapan ratus empat puluh sembilan miliar delapan ratusempat puluh lima juta empat ratus ribu rupiah).

(4) Jumlah Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2006sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dan ayat (3)diperkirakan sebesar Rp699.099. 136.055.000,00 (enamratus sembilan puluh sembilan triliun sembilan puluhsembilan miliar seratus tiga puluh enasr juta lima puluhlima ribu rupiah).

Ketentuan Pas'al 6 ayat (1) sampai dengan ayat (4) diubah,sehingga keseluruhan Pasal 6 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 6

(1) Anggaran belanja pemerintah p rsat sebagaimanadimaksud dalam Pasai 5 ayat (1) hur-rf a dikelompokkanatas:

5 ,

a. Belania

[ , .

RE''JLTFSIf,SU*r'o

- 7 -

a. Belanja pemerintah pusat menurut organisasiTbagrananggaran;

b. Belanja pemerintah pusat menurut fungsi; danc. Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja.

(2) Belanja pemerintah pusat menurut organisasi/bagrananggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf adiperkirakan sebesar Rp478.249.290.655.000,00 {empatratus tujuh puluh delapan triliun dua iatus empat puluhsembilan miliar dua ratus sembilan puluh juta enamratus lima puluh lima ribu rupiah).

{3) Belanja pemerintah pusat menu!..It fungsi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b dip:rkirakan sebesarRp478.249.290.655.000,00 (empat rarus rujuh puluhdelapan triliun dua ratus empat pulun sembilan miliardua ratus sembilan puluh juta enam ratus lima puluhlima ribu rupiah).

(a) Belar{a pemerintair pusat menurut jenis telanja sebagaimanadimakzud pada ayat (l) huruf c d'cerkirakan sebesarRp478.249,290.655.000,00 (empat rstus tujuh puluhdelapan triliun dua ratus empat puluh sembilan miliardua ratus sembilan puluh juta enam ratus lima puluhlima ribu rupiah).

6. Ketentuan Pasal 9 ayat l2l dan ayat (3) diubah, sehinggakeseluruhan Pasal 9 berbunyi sebagai beririut:

Pasal 9

{1) Anggaran belanja ke daerah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 ayat (1) huruf b terdiri dari:a, Dana perimbangan; danb, Dana otonomi khusus dan penyesua an.

{2) Dana perimbangan sebagaimana dime;sud pada ayat (1}huruf d diperkirakan sebesar Rp2 16.7 )T .725.400.000,00{dua ratus enam belas triliun tujuh ratss sembilan puluhtujuh miliar tujuh ratus dua puluh lima juta empat ratusribu rupiah).

(3) Dana otonomi khusus dan penyesuaian sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b diperkirakan sebesarRp4.052.120.000.000,00 (empat trili'i: lima puluh duamiliar seratus dua puluh juta rupiah).

T . K e t e n t u a n . , .

7.

P N E S i D E NREPL'BLIK INDONESI I \

. 8 -

Ketentuan Pasal 10 ayat (2) sampai dengan ayat {4} diubah,sehingga keselun*ran Pasal 10 berbunyi scbagai berikut:

Pasal 10

(1) Dana perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9ayat (1) huruf a terdiri dari:a. Dana.bagi hasil;b. Dana alokasi umum; danc. Dana alokasi khusus.

(2) Dana bagi hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a diperkirakan sebesar Rp59 563.725.400,000,00(lima puiuh sembilan triiiun iima ratus enam puluh tigamiliar hrjuh ratus dga puluh lima jufir empat ratus riburupiah).

(3) Dana alokasi umum sebagairnana. dimaksudpada ayat (l) huruf b diperkirakan sebesarRp145.664.200,000,00O,00 (seratus empat puluh limatriliun enam ratus enam puluh empat miiiar dua ratusjuta rupiah).

(4) Dana alokasi ktrusus sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf c diperkirakan sebesarRp11.569.800.000.000,00 (sebelas triliun lima ratusenarn puluh sembilan miliar delapan rtrtus juta rupiah).

(5) Pembagian lebih lanjut dana perirr,bangan dilakukansesuai dengan ketentuan dalam Unciang-Undang Nomor33 Tatrun 2004 tentqng Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Ketentuan Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2) diubah, se[inggakeseluruhan Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11

(1) Dana otonomi khusus dan penyesuaian sebagaimanadimaksud'ddl'€im Pasal g ayat (U hurut'b terdiri dari:a, Dana otonomi khusus; danb. Dana penyesuaian.

(2) Dana otonoini khusus sebagaimana cimaksud pada ayat(1) huruf a direncar.akan sebesarRp3. 488. 2841. 000. OOO, OO (tiga triliun. e mpat ratus delapanpuluh delapbn miliar dua rahrs delapan puluh empat jutarupiah).

(3)Dana . . .

REpuJLTFSIFSS*rt,o

- 9 -

(3) Dana-penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (l)huruf b direncanakan sebesar RpS63.$b.OOO,OOO,OO(lima ratus gnam pgluh tiga miliar delapan ratus tigapuluh enam juta rupiah).

9. Ketentuan Pasal 12 ayat {1} dan ayat (2) diubah, sehinggakeseluruhan Pasal 12 berbunyi sebagai birit

"t,Pasal 12

(1) Jumlah Anggaran pendapatan Negara dan Hibah TahunAnggaran 2006 sebesar Rp6S9.115.256.135.000,00(enam rafus lima puluh sembilan tnliun serafus limabelas miliar dua ratus lima puluh enam juta seratus tigapuiuh lima ribu rupiah) sebagaimana dimaksud dalamlasal 2 ayat (5), lebih kecil dari jumlah Anggaran BelanjaNegara Tahun Anggaran 2006 sebesarRp699.099. 136.055.000,00 {enam ratus sembilan puluhsembilan triliun sembilan puluh sembrlan miliar siratustiga puluh enarn juta lima puluh lima ribu rupiah)sebagaimana dimaksud dalam pasal5 ayat (4), sehinggadalarn Tahun Anggaran 2006 dipekirakin terdapatO"l"-tt Anggaran sebesar Rp39.983.829.920.000,00 (iigapuluh sembilan triliun sembilan raflrs delapan puluh tigamiliar delapan ratus tujuh puluh sembilarjuta sembilanratus dua puluh ribu rupiah), yang akan dibiayai dariPembiayaan Defisit Anggaran Tahun Anggaran 2006.

(2) Pembiayaan Defisit Anggaran Tahun Anggaran 2006sebagaimana dimaksud pada ayqt il) diperoleh darisumber-sumber:

a. Pembiayaan dalam negeri sebesarRp55.257.682.348,000,0O (lima puluh lima triliun duaratus lima puluh tujuh miliar enxm ratus delapanpuluh dua juta tiga rahrs empat puluh delapan riburupiah); dan

b. Pembiayaan luar negeri (neto) sebesar negatifRp15.273.8O2.425.OOO,00 (lima belas triliun dua ratustujuh pulqh tiga miliar delapan rarus dua juta empatratus dua puluh delapan ribu rupiah).

(3) Rincian Pembiayaan Defisit Anggaran Tahun Anggaran2006 sebagaimana dimaksud pada eyat (2) tercantumdalam penjelasan ayat ini.

P a s a l I I . . .

. F R E S I D E NREFTJBLIK INDONISIA

- 1 0 -

Pasal II

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-Undang ini c.engan penempatannyadalam Lembaran Negara Republik Indor esia.

Disahkan di Jakarrapada tanggal 9 Oktober 2006PRESIDEN REPUBLII." INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 9 Oktober 2006MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,t

,rd

HAMID AWALUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHI,N 2006 NOMOR 84

Salinan sesuai dengan aslinyaDEPUTI MENTERI SEKRETARIS NEiABA

BIDANG PERUNDAI{G-UNDANGAI{,

P R E S I O E NR E P I . I B L I K I N D O N S S I A

PENJEI,ASAN

A T A S

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESII,

NOMOR 14 TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG.UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2OO5

TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJF NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2006

U M U M

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahr'.n Anggaran 2006sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005,mengacu pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalatn Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, ::erpedoman padaRencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006, Kerangk,t Ekonomi Makro,serta Pokok-pokok Kebijakan Fiskal tahun 2006. Se.ak ditetapkannyaUndang-Undang Nomor i3 tatun 2005 tentang Anggaran'Pendapatan danBelanji Negari Tahun Anggaran 2006, telah terjad perubahan danperkembangan yang cukup banyak pada faktor-faktor internal dan

eksternal yang berdampak signifikan pada berbagai 'ndikator ekonomi

makro, yang berpengaruh pada pelaksanaan APBN tahur, 2006' Karena itu,

dalam t."gL" *"t gu*ankan pelaksanaan APBN tahun 2006, perlu

dilakukan penyesuaian atas sasaran-sasaran pendalatan negara dan

hibah, belanja-negara, defisit anggaran, serta kebutuhan dan sumber-

sumber pe*tiayaan anggaran, agar menjadi lebih realistis dan mampu

mendukung pencapaian sasaran-sasaran pembangunan ekonomi tahun

2006,

Dari sisi eksternal, faktor harga minyak dunia yang tinggi dan fluktuasinya

masih akan menimbulkan teliaaryisdan pada pelaksanaan APBN tahun

2006, oleh karena berpengaruh cu-kup signilikan pada oenerimaan migas,

perubahan subsidi 'gnl;

maupun suusidi listrik. sementara itu,

Leddakseimbqnga$ global lglibat imbalance$ diperkirakan akan

menurunkan ailran rnoa* ke negara-negara berkemb rng dan emerg4,

sehingga kecenderungan larinya moa* ke negara yang-dianggap memiiiki

resikJiebih keci| (ftigtt b Etalitg)akan meny!b*b.k* tegadinya arus keluar

modal jangka p"niel dari negaia-negara berkembang, iermasuk Indonesia'

Faktor-fal;tor tersebut padJ. gilirarinya {apat memp.rngaruhi stabilitas

moneter serta struktur dan ketahanan fiskal.

Dari

P R E S I D E NR g P I . I B L I K I N D O N t r S I A

- 2 -

Dari sisi internal, perkembangan ekonomi Indonesia selama triwulan I dan

triwulan II tahun 2006 menunjukkan perubahan yang cukup besar pada -

berbagai vaiiabel ekonomi makro dibandingkan dengan perkiraan awal pada

saat penyusunan asumsi APBN 2006. Perekonomiar. Indonesia dalam

semester I tahun 2006 masih mengaiami perlambatar akibat kenaikan '

harga BBM tahun 2005 dan berbagai faktor eksternal, namun diperkirakan

"""*. bertatrap akan kembali membaik pada semesner II tahun 2006.

Perbaikan tersebut didukung oleh membaiknya kegiatan investasi, ekspor,

dan pulihnya daya beli masyarakat. Kestabilan ekonomi makro terus dijaga

baik, yang'terceimin pada menurunnya volatilitas nila tukar rupiah dan

indeki harga saham gabungan (IHSG), serta menurunny6t laju inflasi.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 diperkirakan mencepai 5,8 (lima koma

detapan) persen. Meskipun perkiraan'tersebut lebih rendah dari proyeksi

awal pada saat penyuiunan APBN 2006 sebesat 6,2 (enam koma dua)

persen, namun masih lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi tahun

ZOOS yung mencapai 5,6 (lima koma enam) persen. Laju perturn-bu.fan

ekonomi lahun ZbOO tersebut akan dicapai dengarr upaya perbaikan

investasi, peningkatan kinerja ekspor dan menguatnya daya beli

masyarakat. Namun, pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi tahun

2006 tersebut memerlukan kerja keras, mengingat ma.;ih terdapat faktor-

faktor risiko yang perlu diwaspadai.

Laju inflasi kumulatif yang selama periode Januari - "I'lni 2006 stabil dan

teikendali pada tingkitZ,AZ (dua koma delapan puluh rujuh) persen, lebih

rendah aaii ta.lu iiflasi kumulatif pada periode yang sama tahun 2005

sebesar 4,28 (empat koma dua puluh delapan) persen,

Di sisi lain, nilai tukar rupiah meskipun mengalami penguatan, terutamapada kuartal pertama akiUat arus modal masuk yang c:kup deras, natll

volatilitasnya masih cukup tinggi meskipun mulai m:ncapai suatu titik

kestabilan -baru

pada uem"it"t tfiatrun 2006. Sejaian dcngan meningkatnya

kegiatan ekonomi, kebutuhan valuta asing untuk im1'" r,^khususnya impor

bahan baku dan barang modal datam sembster II tahun 2006 diperkirakan

akan meningkat, seme;tara kegiatan ekspor masih dipe rkirakan stabil atau

bahkan mengUat. Dengan perkembangan tersebut, dalam tahun 2006 rata-

rata nitai tukar rupiai diierkirakan inencapai sekitar Rp9.300/Ul$ ::1Ylebih kuat bila dibanding dengan asumsi nilai tuka: pada APBN 2006

sebesar rata-rata Rpg.gOOlUS$. Seiring dengan. m.en$ratnya -nilai tuIT

rupiah, Iaju inflasi akan dapat distabilkan pada tingka.'.yang relatif rendah

dibandingian tahun sebelurnnya, sehingga sasaran inflasi sebesar 8,0

(delapan Lo*" nol) persen dalam tahun 2006 diperkira!..an akan tetap dapatdicapai.

SelanjutnYa . '

REP'Sifrsl35U*tt'o- 3 -

le]anjutnya, dengan menguatnya nilai tukar rupiah dan menurunnya lajuinflasi tersebut, maka suku bunga sBI 3 (tiga) bulan diperkirakan akancenderung menurun hingga mencapai sekitar 10,75 (sepuluh koma tujuhpuluh lima) persen pada akhir 2006. Dengan perkembangan tersebut,selama tahun 2006, rata-rata suku bunga SBI 3 (tiga) bulan diperkirakanmencapai sekitar 12,0 (dua belas koma nol) persen, lebih tinggi dariperkiraan semula dalam asumsi APBN 2006 sebesar 9,5 (sembilan komalima) persen.

Perkembangan berbagai indikator ekonomi makro tersebut telahmemberikan pengaruh yang sangat signilikan terhadap pelaksanaan APBNTahun Anggaran 2006. Sehubungan dengan itu, maka terhadap AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006 perlu dilakukanberbagai penyesuaian, agar lebih realistis dan sejalan dengan perubahandan perkembangan yang terjadi,

Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran 2006diperkirakan berubah menjadi sebesar Rp659.1 15.256.135,000,00 (enamratus lima puluh sembilan triliun seratus lima belas miliar dua ratus limapuluh enarn juta seratus tiga puluh lima ribu rupiah). Perkiraanpendapatan negara dan hibah tersebut didasarkan oleh adanyaperkembangan beberapa variabel asr.lmsi dasar ekonorn' makro, terutamaharga minyak mentah dan nilai tukar yang ditetapkan dalam APBN TahunAnggaran 2006, Pendapatan dalam negeri yang bersumbe:' dari penerimaanperpaj akan diperkirakan akan mencapai Rp425. 053. 080. 000. 000, 00 (empatratus dua puluh lima triliun lima puluh tiga miliar delapan puluh jutarupiah). Penerimaan negara bukan pajak diperkirakan akan mencapaiRp229.829.268.28i.000,00 (dua ratus dua puluh sembila.n triliun delapanratus dua puluh sembilan miliar dua ratus enam puluh delapan juta duaratus delapan puluh satu ribu rupiah). Faktor-faktor yaug mempengaruhiperkiraan penerimaan perpajakan dalam tahun 2OO6 antra lain mencakup:(t/ perkembangan beberapa indikator ekonomi makro yarg berubah cukupsignifikan dari perkiraan semula terutama nilai tukar rupiah terhadap dolarAmerika Serikat dan harga minyak; (i4 langkah-largkah kebijakanperpajakan yang diambil dalam rangka menciptakan suatu sistemperpajakan yang sehat dan kompetitif dengan tujuan me,rdorong investasi;dan (iii/ langkah-langkah administrasi yang terus menerus dilakukan dalamupaya perbaikan sistem dan prosedur perpajakan, cukai, dan kepabeanan.Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimarn negara bukanpajak antara lain berkaitan dengan lebih tingginya perkiraan harga rata-rata minyak mentah Indone.sia (lCP) dalam tahun 2Ct06 dibandingkandengan asumsi yang digunakan dalam perhitungan APBN Tahun Anggaran2006. Sementara itu, penerimaan yang bersumber dari l-ibah diperkirakanmencapai Rp4.232.907.854.000,00 (empat tril iun dua ratus tiga puluh duamiliar sembilan ratus tujuh juta delapan ratus lima iruluh empat riburupiah).

Sebagairnana

, P R E S I D E NR E P I . } B L I K I N D O N E S I A

- 4 -

Sebagaimana halnya dengan pendapatan negara dan hibah, anggaranbelanja negara diperkirakan berubah menjadi Rp699.01t9. 136.055.000,00(enam ratus sembilan puluh sembilan triliun sembilan puluh sembilanmiliar seratus tiga puluh enam juta lima puluh lima ribu rupiah). Alokasianggaran belanja pemerintah pusat diperkirakan akan mencapaiRp478.249.290.655.000,00 {empat ratus tujuh puluh delapan triliun duaratus empat puluh sembilan miliar dua ratus sembilan puluh juta enamratus lima puluh lima ribu rupiah). Alokasi belanja ke de,erah diperkirakanakan mencapai Rp220.849.845.400.000,00 (dua ratus dua puluh triliundelapan ratus empat puluh sembilan miliar delapan ratus empat puluh limajuta empat ratus ribu rupiah). Lebih tingginya perkiraan belanja pemerintahpusat terutama berkaitan dengan kenaikan pembayaran bunga utang dalamnegeri akibat lebih tingginya perkiraan suku bunga SBI yang digunakandalam perhitungan APBN Tahun Anggaran 2006, dan lebrh tingginya bebansubsidi bahan bakar minyak sebagai akibat lebih tingginl'a perkiraan hargaminyak mentah internasionai, Sementara itu, lebih ti:gginya perkiraananggaran belanja ke daerah, berkaitan dengan lebih tingginya perkiraanrealisasi dana bagi hasil, khususnya dana bagi hasil perpajakan yangmengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya target penerimaanperpajakan yang dibagihasilkan, serta dialokasikannya dana tambahanotonomi khusus pembangunan infrastruktur bagi provinsi Papua.

Dalam kaitan dengan anggaran pendidikan dalam tahun 20A6, MahkamahKonstitusi telah menetapkan dalam keputusan MK No.026/PUU-III/2005,tanggal 22 Maret 2A06, bahwa Undang-Undang APBN 2006 sepanjangmengenai anggaran pendidikan dalam APBN 2006 sebesar 9,1 persensebagai batas tertinggi adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar1945. Hal ini berarti, bahwa Undang-Undang APBN 2006 tetap mengikatsecara hukum dan dapat dilaksanakan sebagai dasar hukum pelaksanaanAPBN berdasarkan Undang-Undang, dengan kewajiban bagi Pemerintah danDPR untuk mengalokasikan kelebihan dana yang akan diperoleh dari hasilpenghematan belanja negara dan atau hasil peningkatan pendapatan padaanggaran pendidikan dalam APBN Perubahan 2006. MenindaklanjutiKeputusan Mahkamah Konstitusi tersebut, dalam APBI*I Perubahan 2046,Pemerintah dan DPR berupaya secara maksimal untuk melaksanakankeputusan Mahkamah Konstitusi tersebut, Dari hasil perubahan besaranAPBN tahun 2006, baik di

'sisi pendapatan, belanj€" negara, maupun

pembiayaan anggaran, malta secara keseluruhan anggaran belanjapemerintah pusat mengalami kenaikan Rp50.650.99i).655,000,00 (limapuluh triliun enarn ratus lima puluh miliar sembilan ralus sembilan puluhjuta enarn ratus lima puluh lima ribu rupiah), yakni dariRp427.598.300.000.000,00 (empat ratus dua puluh tujuh triliun lima ratussembilan puluh delapan miliar tiga ratus juta rupiah dalam APBN 2006

menjadi

R E P T . I B L I K I N D O N ! S I A

- 5 -

menjadi Rp478,249.290.655.000,00 (empat ratus tqjuh puluh delapantriliun dua ratus empat puluh sembilan miliar dua ratus sembilan puluhjuta enam ratus lima puluh lima ribu rupiah) dalam APBN Perubahan 2006.Kenaikan belanja pemerintah pusat tersebut dialokasikan, antara lainuntuk: fJ/ subsidi sebesar Rp28.117,150,900.000,00 (dua puluh delapantriliun seratus tduh belas miliar seratus lima puluh juta sembilan ratusribu rupiah), terutama agar tidak terjadi kenaikan harga BBM dan tarifdasar listrik yang dapat menimbulkan gejolak di perekonomian danrnasyarakat, (2) bunga utang sebesar Rp5.865,653. 165.0C0,00 (lima triliundelapan ratus enam puluh lima miliar enarn ratus lima puluh tiga jutaseratus enam puluh lima ribu rupiah), guna memenuhi }:ewajiban kepadapihak ketiga yang menjadi tanggung jawab pemerintah, 3/ bencana alamRp2.400.000.000.000,00 (dua triliun empat ratus milia.: rupiah), untukmembantu daerah dan masyarakat yagrg terkena musibah bencana dalamtahun 2006, (4/ subsidi langsung tunai Rp1.819.800.000,000,00 (satutriliun delapan ratus sembilan belas miliar delapan rarus juta rupiah),untuk membantu masyarakat miskin yang terkena dampak kenaikan hargaBBM, f,5i dana rehabilitasi dan rekonstruksi Daerah Istiinewa Yoryakartadan provinsi Jawa Tengah sebesar Rp2.700.000.000.00),00 (dua triliuntujuh rafus miliar rupiah), darr (6). tambahan pendanaan untuk BadanRehabilitasi , dan Rekonstruksi NAD dan Nias sebesarRp1.053.043.655.000,00 {satu r,riliun lima pr-rl:h tiga miliar empat ptrluhtiga juta enarn ratus lima puluh lima ribu rupiah).Di.luar alokasi tambahan belanja yang bersifat mendesak dan tidak dapatdialihkan tersebut, terdapat dana sekitar Rp8.695.342.935.000,00 {deiapantriliun enam ratus sembilan puluh lima miliar tiga ratus empat puluh duajuta sembilan ratus tiga puluh lima ribu rupiah), yangRp4.500,000.000.000,00 (empat triliun lima ratus miliar rupiah) (sekitar 52persen) diantaranya diprioritaskan untuk menambah angiSaran pendidikan.Tambahan anggaran pendidikan tersebut untuk meningkatkan akses dankualitas penditsikan sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar Tahun1945. Namun, mengingat kemampuan keuangan negara Jtang terbatas dantanggung jawab negara untuk memenuhi kewajiban-kevrajiban mendesak]tang tidak dapat a*rindarkan sebagaimana diuraikan di atas, maka padatatrun 2006 peningkatan anggaran pendidikan belum capat sepenuhnyamemenuhi amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Bahwa Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dalam Pasal 31 ayat (4) secarategas menyatakan tentang kewajiban negafa mcmprioritaskan anggaranpendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari APBN dan APBDuntuk mernenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikrur nasional. Olehkarena pendidikan merupakan hal yang sangat serius drur strategis sebabnasib mada depan bangsa Indonesia tergantung pala sumber dayamanusia, maka dipandang pqrlu dalam Undang-Undang APBN Perubahan

2fO6 diberikan

ffi"-ruE$;xg$r

P R E S i D E NR E P I J B L I K I N D O N g S t A

- 6 -

2006 diberikan kriteria anggaran pendidikan nasional tersebut. Kriteriaanggaran pendidikan tersebut antara lain meliputi anggaran unrukpeningkatan mutu pendidikan nasional, menjamin akses warga miskinuntuk mempencleh pendidikan sehingga tidak ada alasan lagi warga negaraserta masyarakat miskin dan terlantar tidak menoapat pendidikan,rehabilitasi gedung sekolah/diniyah/madrasah, tsanawiyah/aliyah yangrusak dan hancur, biaya program wajib belajar sembilan tahun, pendidikankeahlian, pendidikan khusus dan kejuruan, mengangkat guru bantu danhonorer, guna mencapai tujuan pendidikan dalam rangka meningkatkankeimanan dan ketaqwaa$ serta rnensejahterakan para pendidik. selain itu,anggaran pendidikan tersebut tidak termasuk anggaran untuk gaji gurudan dosen, pendidikan kedinasan, sebab anggaran pendidikan melaluibelanja ke daerah (DAU dan DAK). Pelaksanaan anggaran pendidikantersebut melalui Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agamadengan dilakukan secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien, &gtrsetiap warga negara Indonesia dapat memaptau pelaksanaannya.

Meskipun te{adi perubahan pada hampir semua asurasi dasar ekonomimakro, yang pada gilirannya berpengaruh pula pada

'besaran-besaran

APBN, namun upaya-upaya untuk menyehatkar APBN melaluipengendalian defisit anggaran terus dilakukan. Berdasarkan pada perkiiaanAnggaran Pendapatan Negara dan Hibah, dan perkiraar Anggaran BelanjaNegara, maka Defisit Anggaran dalam Tahun Anggaran 2006 diperkirakanakan berubah menjadi sebesar Rp39.983.879.920.0t)0,00 (tiga puluhsembilan triliun sembilan ratus delapan puluh tiga miliar delapan ratustujuh puluh sembilan juta sembilan ratus dua puluh nbu rupiah). DefisitAnggaran tersebut akan dibiayai melalui sumber-sumber pembiayaan dalamnegeri sebesar Rp55,257.682.348,000,00 (Iima puluh lima triliun dua ratuslima puluh tt4iuh miliar enam ratus delapan puluh dua juta tiga ratusempat puluh delapan ribu rupiah), dan pembiayaan luar negeri neto sebesarnegatif Rp15.273,802.428.000,00 (lima belas triliun dus ratus tujuh puluhtiga miliar delapan ratus dua juta empat ratus dua puluh delapan riburupiah).

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal2T Undang-Undarrg Nomor 17 Tahun2003 tentang Keuangan Negara juncto Pasal 16 Undang-Undang Nomor 13Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TahunAnggaran 2006, maka perubalran atas Anggaran pendapatan dan BelanjaNegara Tahun Anggaran 2006 perlu diatur dengan Undrar:g-Undang.

II. PASf.L DEMI PASAL . , .

, P R E S I D E NR E P U S L I K I N D O N I S I A

- 7 -

I. PASAL DEMI PASAL

Pasal IAngka !.

Pasal 2Ayat {1)

Cukup jelas.

AYat {2)Penerimaan perpajakan semula ditetapkan sebesarRp416,313.160.000.000,00 {empat ratus enam belastriliun tiga ratus tiga belas miliar seratus enam puluhjuta rupiah).

Ayat (3)Penerimaan negara bukan pajak semula ditetapkansebesar Rp205.292.276.L62.OO0,00 idua ratus limatriliun dua ratus sembilan puluh dua miliar dua ratustujuh puluh enam juta seratus enarr. puluh dua riburupiah).

Ayat {4}Penerimaan hibah semula dite"npkan sebesarRp3.631.590.000.000,00 (tiga triliun enarn ratus tigapuluh satu miliar lima ratus sembilan puluh jutarupiah).

Ayat (5)Jumlah Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah TahunAnggaran 2006 semula ditetapkan sebesarRp625.237.026.162.000,00 (enam ratr.s dua puluh limatriliun dua ratus tiga puluh hljuh .niliar dua puluhenam juta serattrs enam puiuh dua ribu rupiah)'

Angka 2Pasai 3

Ayat {1)Cukup jelas.

Ayat (2)Penerimaan pajak dalam negeri st:mul& ditetapkansebesar Rp399.32 I .660. 000.000,00 (tiga ratus sembilanpuluh sem.bilan triliun tiga ratus dua puluh satu miliarenam ratus enam puluh juta rupiah).

Ayat (3) . .

.,..'4.8>\',,.t'lf,l r irrn' . 1 \4 t I x l?

Nft-'\i4\\'q;^ .l[ .$rlt{r( :AW"DiY{gsP R E S T D E N

R E P T . I B L I K I N D O N E S I A

- 8 -

nJaL tu ,

P-enerimaan pajak perdagangan internasienal semuladitetapkan sebesar nptO.Sdt.S0O.r00.000,00 G;;belas triliun sembilan ritus sembilan puluh rut" [i]i",lima rafr,rs juta rupiahi.

Ayat (a)Penerimaan perpajakan semirla ditetapkanRp416.313.160,000.000,00 (empat ratus enam belastriliun tiga ratus tiga belas mililr se:atus enarn puluhi:9^ _ rupiah) berubah n enjadi ,"b".",Rp425.053.080.000.000,00 (empat,atus dua puluhlima triliun lima puluh tiga'miliar d:lapan p"Uf, jutarupiah).

Rincian Penerimaan perpajakan Tahun Anggaran 2006 adalahsebagai berikut:

.Iealr pcaodnaaa

& qFfdabDrrge8f

aUlQjakpenghastm@r)

{dalam rupiahf

Senuls MeaJarll

411l i FftminyEktrumidan gasatayu g2.S16,090.000.00C O0411111PHrmh)akhud

4llf12pFhgsalan

af lf2 FFhnorqigFs

4lU2l pFhFasal2t

4uu2FFhfrsalz2urimps 4.U8,7OO.m0.0OC0O4lll23PFhFasal22iryq

4lll24FSttksal2g

399IElr.6€Oqnm lo

[email protected] 00

13.78r.730.000.00. 00

[email protected]

[email protected] 00

?.706.400.000.0ric 00

16.416.600.m0.00c.m

l&91ffm.000.00c.00

41O"ZZ63EO.mo,o0o,00

2 i 3.6t.980.000.000.00

38.685.980.000.000,00

13.3:t4..650,000.000,00

25.351.330,000.000.@

175.012.000.m0.000.00

28.00r.900.000.000,00

4.362.900.000.000,00

15.405J00.000.000,00

19.48r.300.000.000,00

mfir0o.0m.mo,00

68.6s8.200.000.000,00

l 1.0s5,400,000,000,00

25.6!2.900.000.000,00

4.386300.m0.000,00

38.522600.000.000,00

[email protected],00

14.S25.?OO,Om.O@,oo

l3.583.OOO.OOO.OOO,m

r.243.700.000.000,00

A n g k a 3 . . ,

4l I 128 Fthfoaldefdiat ba FeF 2S,t€[email protected]: OOalPnajakpa@nbdrannld drlp{alcpagualm

esbrargm.,'*ahFa{dari:ftE[t0' [email protected],,00 132.87arc0.000.0@,004ll3&iakbusidElt-'€'lna1c€ts) l5.22,[email protected] re.lsg.8OO.OOO.OO0,O04lf4Beapc!debmhak&stflah.lg'lbd,gr,al

FGIIIqafl5kd4@rorlei

4u6hd4dauqiatctdx{E

Afi&perOryugrahecrrtuala12l kd4@rbcanaslc4 122 Rodsp@ p{aklFurgu6 drycr

4lll25 Fft esal25/29oarglnbadi 2.29&SOO$O.0OC 0O41lf26Ffthsel2s/29bede 6grOg.U/O.mO.00('O04Ul?Ehhsat26 r0.38&900.000.0d,m

[email protected]@o0c,00

36519,700.000.09.,00

2?n Em.m.mr,0o

16.99lsmomlxD,po

l6.s/2.m).000.00c,00

41E.900.000,09.30

Angka 3

Pasal 4

r n L 5 I U C l \

R E P T J B L I K I N D O N E S I A

Ayat (1)

Cuicup jelas,Ayat (2)

Penerimaan sumber daya alam se,nula ditetapkansebesar Rp 15 1.64 1.605.700.000,00 (seratus lima puluhsatu triliun enam ratus empat puluh .ratu miliar enamratus lima juta tujuh ratus ribu rupiah).

Ayat (3)Penerimaan bagran pemerintah atas li;ba badan usahamilik negara , semula ditetapkan sebesarRp23.278.000,000.000,00 (dua puluh tiga triliun duaratus tujuh putuh delapan miliar rupia r).

Ayat (4)Penerimaan negara bukan pajak lainnya semuladitetapkan sebesar Rp30.372.670.462.000,00 (tigapuluh triliun tiga ratus tduh puiuh dua miliar enamratus tujuh puluh juta empat ratus :nam puluh duaribu rupiah).

Ayat (5)

Penerimaan negara bukan pajak semula ditetapkansebesar Rp205.292,276.162.AA0,00 idua ratus limatriliun dua ratus sembilan puluh dua miliar dua ratushijuh puluh enam juta seratus enar puluh dua riburupiah) berubah menjaJi sebesarRp229.829,268.281.000,00 (dua raius dua puluhsembilan triliun delapan ratus dua puluh sembilanmiliar dua ratus enam puluh delapan juta dua ratusdelapan puluh satu ribu rupiah).

Rincian Penerimaan Negara2006 adalah seblgai berikut:

rleab Peaerirnaar

a Pcuerimaan sumber daya alan

421 I Pendapatan minya}( buni

421 IX I Pcndapatan minyak bumi

4212 Pendepatsn gas alam

4212f 1 Pendaghtan gas alam

Bukan Pajak Tahun Anggarart

(dalam ntPiah)

SeauLa MeaJadi

151.641.605.700, )00 r65.694.879.000.000

110,137.?10.000. )00 122.963.750.000.000

I 10. r37.710.000. )oo 122.963.750.000.000

36.096.5E0,000.)00 36.824.740,000.000

36.096,580,000 000 36.824,740,000.000

42lS PrnrlaD€tan . .

P R E S I D E NR E P L I B L I K I N D O N I S I A

l 0 -

4213Pcndepataaprrtambanganumun 2.999.169.?00.000421311 Pcodapataniurantctap 52,3!S.g0(r.000421312 Pendaparanroyaltibatubara 2.9gS.gSg.90C.0O0

42lr$ Pcndapetankebutanaa 2.O0O.OOO.OOO.00O42141 Pendapatandaaareboisasi 1.104.241.000.00042142 Peodspatsn plovisi sumbet

8E9.189.700,000

6.569.300.000

4 t4. 146.00,r.000

414.146.000.000

23,278.000.00r.000

23,278.000.000.000

30.372.670,462.000

3.937,977.248.OOO

l.E32.50.+.000

7.054.69i.000

r.905.234.65J.000

1s5.000.000

450.li 7.000

1.065.9r6.000

25.037.6i4,offi

t. r98,0( 7.000

31.749.2r 9.000

9,46r.805.000

18.890.953.000

3.482.243.000.000

62.774.000.000

3,419.469.000.000

2.010.000.000.000

1.512.841.000.000

462.426,000.000

34.733.000.000

414.146.000.000

4r4.146.000.000

22.322.500.000.000

22.322,500.000.000

41.811,889.28 t.000

4.59r.729.239.OOO

2,285.056.000

7.587.523.000

2.106.642.037.000

2.458.550.2 I 3.000

i55.000.000

t4.746.424.OAO

429.339.000

1.333.647.000

27.592.498.000

460.9?r.000

1.087.05r.000

25.032.482.000

r.011.994.000

27.845.332.000

9,500.5r9.000

t6.004.288.000

daya hutan

42143 pendapatan iuran bakpengusahaer b[tan

42 15 Pc[dapatan perilcanen

42151 I Peudapatan perihanan

b. Begian pcncrintah atas laba BUMN

422f Bagian pcmsrintab &tas laba BUMN

c. Penerimaan negara bukan pqiak laipya

423 I I Petrdapatas peajualan basilproduksi/sitaan

423lll Pcndapatan penjualsn hasilpcrtardan, kehutanan, danpcrkeburan

423 I 12 Pendapatar penjualsn hasilpeteruatran dan perikanan

423 I 13 Pendapatan penjualan ttasiltal]lbang

r+23 1 14 Pendapatan penjualan hasilsitaanl ra.Epasan dan lrartapenioggalan 2.002.556.614.000

4231 15 Pendapatan penjualan obat-obatan dan hasil farmasiIainnya

423 I 16 Pendapatan penjualan iafor-masi, penerbitan, fil'n, survey,peEretaan, dan hasil cstakanlainnya t4.742.7n.AOO

4231 17 Penjualan dokumen-dokuqenpelelangan 400.2p0.000

tl29l19 Pendapatatpcrrjualanlainnya 1.OO0,7F.B,OO0

42312 Pccdspat&penjualanas€t 2?,7il,?e4.OOO

423 121 Pendapatsn pcojualan ruaah,gcdung, banguna$, dan tanatt

423 122 Pcndapatan pcnjualan kcndaraanberuotor

423123 Pcndapatan pcnjualan scwa belirt23 129 Penda:pata[ pcnjualsn aEet lain-

nya yang berlcbib/rusekldihapuskan

42313 Pcndapataa eewa

423 l3 I P€odepeten scwa rumah dinae/rumab ncgcri

423 132 Pendaiatan Bslve gcdung,baagunan, daa gudang

f23199 PandaDatari. . .

R E P T j B L I K I N D O N E S I A

- 1 l -

423 133 Pendapatalt sewa benda-beuda. bergerak 1.705.881.000

' 423139 Pendapatansewabenda-bendatak bergerak lainnya 1.690.630.000

42314 Pendapatanjasal 7.398.246.715.000

423141 Pendapatan rumah sakit daniJrstensi kesehatan lainnya 145.888.935.000

423 142 Peqdapatan teEpat hjburen/taaan/BuseuE dan Puogutsrusaha pariwisata alallt (PUPA) 17'195.555O00

423143 Pendapatan surat keterangan,visa, paspor, SIM, STNK, danBPKB 3.281.050.395.000

423144 Pendapatan hak dan perijinan 2.226.A70.742.000

423 145 Pendapatan sensor/karantitrs,pengawasan/penetiksaan 4 1.9I5.915.t00

423146 Pendapatan jasa ter;aga,pekerjaan, informasi, pelatihan,teknologi, pendapatan BPN,pendapatar DJBC (iasa pekcr-jaan dari cukai) 1.396'398.730.000

423147 Pendapatan jasa l(antorUrusan Agarua 63.690.000' )00

423 I48 Pendapatan jasa bandar udara,kepelabuhanan, dan kenavigasran 226. 036'443. J00

423149 Pendapatan jasa I lainnya

42315 Pendapatan jasa iI

423151 Pendapatan jasa leEbagakeuangan fasa giro)

423 152 Pendapatan jasa penyeleog-garaan telekomunikasi

423153 Pendapatan iuran lelang untukfahir miskin

423I55 Pendapatan biaya pena€iharp aj al<-pajak negsta dengansurat paksa

423157 Pcndapatan bca lelang

423 158 Pendapatan biaya pengurusappiutang dan l,elaog negsrs

423159 Pendapaten jasa U lainnya

423 16 Pcndapatan bukan pajak dari luar neteri

423161 Peadapatan dati peaberiansurat pcrjelasan RcpublikIndonesia

423 162 Pendapatan dari jasa p€ng$rusandokumen konsuler

42321 Pendapahn kejalrsaan dan peradilan

42321 I Pendagratan le€alisasi t Bdatangan

423212 Pendapatar pcngesahan surat dibawah tangan

L291.539.534.J00

72.642.562.')OO

550.000.0c3.J00

5.469.068.000

2.750.5s6.J00

19.609.840 000

88.478.000.000

552.589.508 000

166.199.438 000

28.324.438 000

r37.875.OO0 000

24.374.2t3 000

1.026.947 000

240.349 000

1.324.698.000

1.015.827.000

7 .929.967.65LOA0

243.086. r 10.000

r8.207.150.000

2.298.453.837.000

3.429.932.998.000

50.274.533.000

r.518,624.81s.000

65.809.680.000

305.201.594.000

376.934.000

1.469.646.474.040

72.693.782.QOo

628.4 r 8.000.000

5.469.068.000

2.750.ss5.000

25.934.510.000

82.080.0r0.000

652.300.549.000

349.326.436.000

56.648.876.000

292.677.564.000

24.374.293.000

1.026.947.000

240 349.000

423213 Pcndapato

R E P T . I B L I K I N D O N I S I A

- 1 2 -

4232 I 3 Pendapatan uang B{a (teges)dan upah pada panitera badanpengadilan (peradiian)

4232 14 Pcndapatan hasfl denda/tilangdan scbagainya

423215 Pecdapatan ongkos perkara

423219 Pendapatan kdaksaan danperadilan lainnya

42331 Pendapatanpcndidikan

4233 I I Pendapaan uang peDdidikan

4233 12 Pendapatan uant ujian Easuk,kenaikan tingkat, dan akhirpendidikan

4233 I 3 Uang ujian untuk meqialankanpralrtik

4233 I 9 Pendapatan pendidikan lainnya

Pendapatan lain-lain

42341 Pcndapatan dari pcnerimaan kembalibelanja tahun anggaran berjalan

423411 Penerinaan keabali belanjapegawai pusat

423412 Penef,iEaan keobali belaaiapcnsrun

4234 l3 PeneriEraan kembali belanjalainnya rupiati mumi

42342 Pendapatan dari pcnerimaan kcmbalibelanja tahun anggaran yang latu

423421 Peneriaaan kernbali beianjapegav/ai pusat

423422 Perl'eng;aan kembali belaniapan$un

423423 Penerimaan kemba.U belsrlalainnya rupiah murni

423424 PsneriEaan keabali belargalain pinjaman luar negeri

423425 Peneri:naan kembali bclanjalain hibalr

4232[4 Pendapatanpelunaeanpiutang

423441 PendapataspelunEsanpiutqng non-bendabara

423442 Pendapatan pelunasanganti rugi atas keruganyang didcrita ol?h negara(masuk TP/TGR) bendabara

42347 Pendapatan lain-lain

rt234? I Penerimaan kcmbali pcrsckot/uant muka gaji

423472 Pcnerirraan denda ketef,.laa-bEtsn penyelesaien pekorjaan

. peEerinteh

502.548.000

15.199.850.000

6.20s.120,000

l .199.479.000

4.031.276.645.000

3,332.697. 1 09.000

24.363,316.000

4.032.80L.000

670.183.421,000

13.463.545.55s.000

2.000.981.025.000

648.366.000

2,000. r50.859,000

31.E00.000

150.000.000

7.389.414.628.000

7.377.990.000.000

I 1.424.62t .000

.+.073.149.90: .000

2.213.85(.000

1.t}59,38S.O00

s02.548.000

15.199.850.000

6.205.120.000

t. r99.479.000

4.592,803.339.000

4.496.756.844.O0A

2 r . I 54. 1 75.000

r 3.800.000

74.878.520.000

22.798.604.0t9.000

2.094.295.000

2.052.84s,000

20.000.000

2r.450.000

3.744,354,975,000

740.534,000

5.400.000

3.743.595.241.000

l 1.800.000

2.000.000

7.389.539.968.000

7.377.980.000.000

I 1.559.968.000

1 r .662.6 r4.781.000

2.222.850.000

r.576.42 r .000

4234?5 Pendapatm

P R E S I D E NR E P T , I B L I K I N D O N T S I A

- 1 3 -

423475 Pendapatan denda pelanggatandi bidang pasar modal 6.000.000'000

423477 Pendapatan regristrasi dokter

{23479 Pendapatananggararlain-lain 4.063.476.667.000 l1-634.815'510.000

Angka 4

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat 12)Anggaran belanja pemerintah pusat semula ditetapkansebesar Rp427.598.300.000.000,00 {empat ratus duapuluh tujuh triliun.lima ratus sembilan puluh delapanmiliar tiga ratus juta rupiah).

Ayat (3)

Anggaran belanja ke daerah semula ditetapkan sebesarRp220.069,516.140.000,00 (dua ratus dua puluh tril iunenarn puluh sembilan miliar lima ratus enam belas juta

seratus empat pr'rluh ribu rupiah)'

Ayat (4)

Jumlah anggaran belanja negara scmuia ditetapkansebesar Rp647 .667,816. 140.000,0O (enam ratus empatputuh t j;h triliun enam ratus enam puluh tduh miliar

delapan iatus enam belas juta seratus empat puluh ribu

rupiah).

Angka 5

Pasal 6

9.000.000.000

r5.000.000,000

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Belanja pemerintah pusat menurut organisasi/bagiananggaran - semula ditetapkan sebesar

np112.5s4..300.000.000,00 (empat 'atus dua puluh

tujuhtr i l iunl imaratussembilanpuluhdelapanmil iartiga rafus juta rupiah).

Ayat (3)

Belanja pemerintah pusat fir€nurtrt fungsi semula

ditetapkan sebesar Rp427'598.300'( 0O'0O0,OO (empat

ratus.duapuluhtujuh-tril iunlimaratussembilanpuluhdelapan miliar tiga rahrs juta rupiah)'

Ayat (4)

*r",,Jif;'l$5f *==,o- t 4 -

AYat (4)

Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja semuladitetapkan sebesar Rp427,598.300.000.000,00 {empatratus dua puluh tujuh triliun lima ratus sembilan puluhdeiapan miliar tiga ratus juta rupiah).

Angka 6

Pasal 9

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)

Dana perimbangan semuia ditetapkan sebesarRp216.592.396.140.000,00 (dua ratus enam belastriliun lima ratus sembilan puluh dua miliar tiga ratussembilan puluh enarn juta seratus empat puluh riburupiah).

Ayat (3)Dana otonomi khusus dan perryesuaian semuladitetapkan sebesar Rp3.477.120.000,000,00 (tiga triliunempat ratus tujuh puluh tujuh miliar seratus dua puluhjuta rupiah).

1oAyat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Dana bagi hasil semula ditetapkan sebesarRp59.358.396, 140.000,00 {lima puh.rh sembilan triliuntiga ratus lima puluh delapan miliar tiga ratus sEmbilanpuluh enam juta seratus empat puluir ribu rupiah)'

Ayat (3)Dana alokasi umum semula ditetapkan sebesarRp145.664"200.000.000,00 (seratus empat puluh limatriiiun enarn ratus enam puluh empat miliar dua ratusjuta rupiah).

Ayat (4)Dana alokasi khusus semula aitetapkan sebesarRp1i,569.800.000.000,00 (sebelas triliun lima ratusenam puluh sembilan miliar delapan ratus juta rupiah).

Angka 7

Pasal

AYat (5)

. P R E S I D E NR E P T . I B L I K I N D O N ! 5 I A

Ayat (5)Cukup jelas.

Angka 8

Pasal I 1

Ayat (1)' Cukup jelas.

Ayat (2)

Dana otonomi khusus sebesar Rp3.a88.284.000,000,00{tiga triliun empat ratus delapan puluh delapan miliardua ratus delapan puluh empat juta. rupiah) terdiri atas:

" I. Alokasi dana' otonomi khusus sesuai dengan' ketentuan yang digariskan dalam Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khususbagi Provinsi Papua, untuk pembiayaanpeningkatan pendidikan dan kesehatan, yang

' jumiahnya setara dengan 2 (dua) persen dari pagu

berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak tahun2002.

Penyaluran dilakukan oleh Menteri Keuangan

t",ffi .:,l'ffI?il J#t,'?HH f,ffiT,ii sJ'lllll;40 persen, dan triwulan IV sebesar 15 persen,

Mekanisme penyaluran ke kabupaten/kota

oleh tim teknis yang dibentuk Pemerintah,

bagi provinsi Papua, yang terutama ditujukanuntuk pembiayaan pembangunan infrastruktur,

: Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi ProvinsiPapua Pasal 34 ayat (3) huruf f sebesarRp575,000.000.000,00 (lima ratus tujuh puluh limamiliar rupiah).

Ayqt (3)

Dana penyesuaian dialokasikan kepa'ia daerah tertentu; yang menerima DAU lebih kecil dari tahun anggaran

sebelumnya, yang besarnya dis:suaikan dengankemampuan dan perekonomian negara.

Angka 9

P R E S I D E NR E P I , ' B L I K I N D O N E S I A

Angka 9

Pasal 12

Ayat (1)

Jumlah Anggaran Pendapatan Negara. dan Hibah TahunAnggaran 2A06 semula ditetapkan sebesarRp625.237.026.162.000,00 {enarn ratus dua puluh iimatriliun dua ratus tiga puluh tujui. miliar dua puluh

ixH"lff ;"f,H:'ila#'}L1li:':l,:fi?#' j:#:*Rp647.667.816.140.000,00 (enam nrtus empat puluhtujuh triliun enam ratus enam p'rluh tujuh miliardelapan ratus enam belas juta seratuJ empat puluh riburupiah), dan Delisit Anggaran Tahun Anggaran 2006

' semula ditetapkan sebesar Rp22.43Q.789.978.000,00(dua puluh dua triliun empat ratus tiga puluh miliartujuh ratus delapan puluh sembilan j uta sembilan ratustujuh puluh delapan ribu rupiah).

3"'iill *-ffril- ;#$ $trffi ,' i3i^'"fi i,ii iTitriliun empat ratus tiga puluh rriliar tujuh ratusdelapan puluh sembilan juta sembilan ratus tujuhpuluh delapan ribu rupiah) menjadi sebesarRp39.983.879.920.A0O.00 (tiga puluh sembilan triliunsembilan ratus delapan puluh tiga rriliar delapan ratustujuh puluh sembilan juta sembilarr ratus dua puluhribu rupiah).

Rincian Defisit Anggaran Tahun Anggaran 2006 adalahsebagai berikut:

{dalam ruplahf

Meqladi

659. I 15.256. 135.000,00699.099. r 36.055.000,00-39.983,879,920.000,00

Ayat (2)

a. Pembiayaan dalam negeri semula ditetapkan sebesarRp50.912.989.978.000,00 (lime puluh triliunsembilan ratus dua belas mili u sembilan ratusdelapan puluh sembilan juta sernbilan ratus tujuhpuluh delapan ribu rupiah);

t 6 -

Uralan

Fendapaffi Negara dan tlfuahBelanja NegaraDclisit Anggaran

$emula

625.237 .026. 162. 000,00647.667 .8t6.t40.000,00- 22.430,7 89.97E. 000,00

b. Pembiayaan . .

P R E S I D E NR E P I . I B L I K I N D O N T S I A

- t 7 -

b. Pembiayaan luar negeri bersih semula ditetapkansebesar negatif Rp28. 482.200. 000. 000, 00 (dua puluhdelapan triliun empat ratus delapan puluh dua miliardua ratus juta rupiah).

Ayat (3)

Pembiayaan Defisit Anggaran semula ditetapkan sebesarRp22.43O.789,978.0OA,00 (dua puluir dua triliun empatratus tiga puluh miliar tujuh ratus delapan puluhsembilan juta sembilan ratus tduh culuh delapan riburupiah) berubah menSadi sebesarRp39.983.879.92O.OOO,00 (tiga puluh sembilan tril iunsembilan ratus delapan puluh tiga miliar delapan ratustujuh puluh sembilan juta sembilan ratus dua puluhribu rupiah)

Rincian Pembiayaan Defisit Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara Tahun Anggaran 2006 adalah sebagai berikut:

{dalam rupiahf

Semula Menjadl

50.912.989.978.000,00 55.257,682.348.000,0023.926.6F,9.y78.W,ffi 17.906.500.000,000,00

27.886.320.000.000,00 37.351.i82.348.000,00r.000.000.000.000,0c i.000.000,000.000,00r.000.000.000.000,00 .1i33:ffiffiffi:ffi

2.350.000.000.000,00 2.579.500.000.000,0024.885.320.000.000,00 35.771.682.348.000,00

[email protected]@,00 -2.000.000.000.000,00-350.000.000.0@,00

Jenls Pemblayaan

l. Fernbrqraan Dalam N%ert

a Fe*anlcndahmnegeri

b. Non perbanl<an dalam negeri

i kivatisasineto- Fenerinuan prlatlsasi- Fenyertaan rnodai negara (PMN)

ii knjualan asetprogramrestru]@risasi perbanliart

iii Surat utarg negara (neto)

iv. D:kungan infastnrktur/PMN.PMNBUMN- hkungan hnEstulaur

2. Fernbiayaan Luar N€eri (neto)

a Rnarikan pinjaman luar negeri(bruto)- Pinjarrnn program- Pinjarnanprqek

b. Funbala:an cicilan pol<ol'<utangluarnryEri

-28.482.200.000.000,00

-2.000.000.000.000,00

- l 5.27 3.802,428.000,00

35.r12.430.000.000,00 37.550.387.572.000,009.900.000,000.000,00 12.075.100.000.000,00

25.212.430,000.000,00 25.475.2W.572.W,00

- 63.594.630,000.000,00 -s2.824. I 90.000.000,00

Untuk pembiayaan perbankan dalam negeri sebagaimanadimaksud angka t huruf a berasal dari r,:kening Pemerintahdi Bank Indonesia, seperti rekening da:a investasi (RDI),rekening penjaminan, dan rekening pemerintah lainnya.

Dalarn

P R E S I D E NR E P T . I B L I K I N D O N T S I A

- 1 8 .

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TahunAnggaran 2006 target privatisasi masih menggunakan konsepgross. Penyertaan modal negara dalam Anggaran PendaPatandan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006 dibiayai dari hasilprivatisasi.

Pasal II

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4653