108
Antropologi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi , cari Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Daftar isi [sembunyikan ] 1 Pengertian 2 Sejarah o 2.1 Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an) o 2.2 Fase Kedua (tahun 1800- an) o 2.3 Fase Ketiga (awal abad ke-20) o 2.4 Fase Keempat (setelah tahun 1930-an) 3 Lihat pula 4 Pranala luar Pengertian Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia " atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara

NOTA Antropologi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NOTA Antropologi

AntropologiDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.

Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

Daftar isi

[sembunyikan] 1 Pengertian 2 Sejarah

o 2.1 Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an) o 2.2 Fase Kedua (tahun 1800-an) o 2.3 Fase Ketiga (awal abad ke-20) o 2.4 Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)

3 Lihat pula

4 Pranala luar

Pengertian

Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.

Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitan pada pendudukyang merupakan masyarakat tunggal.

Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:

William A. Haviland

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

Page 2: NOTA Antropologi

David Hunter

Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia. Koentjaraningrat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.

Sejarah

Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.

Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:

Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)

Manusia dan kebudayaannya, sebagai bahan kajian Antropologi.

Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.

Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

Fase Kedua (tahun 1800-an)

Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya

Page 3: NOTA Antropologi

Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

Fase Ketiga (awal abad ke-20)

Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.

Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)

Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.

Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.

Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

SosiologiDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Daftar isi

Page 4: NOTA Antropologi

[sembunyikan] 1 Pengertian 2 Definisi Sosiologi 3 Pokok bahasan sosiologi 4 Perkembangan sosiologi dari abad ke abad

o 4.1 Perkembangan pada abad pencerahan o 4.2 Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan o 4.3 Gejolak abad revolusi o 4.4 Kelahiran sosiologi modern

5 Referensi

6 Lihat pula

Pengertian

Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.

Potret Auguste Comte.

Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.

Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.

Tiga tahapan itu adalah :

Page 5: NOTA Antropologi

1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.

2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.

3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.

Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.oe

Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.

Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.

Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.

Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.

Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.

Definisi Sosiologi

Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli.

Pitirim Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

Roucek dan Warren

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.

William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.

J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers

Page 6: NOTA Antropologi

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

Max Weber

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi

Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.

Paul B. Horton

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

Soejono Sukamto

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

William Kornblum

Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.

Allan Jhonson

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

“Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum

Pokok bahasan sosiologi

Fakta sosial

Page 7: NOTA Antropologi

Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

Tindakan sosial

Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

Khayalan sosiologis

Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya.Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah troubles dan issues. Troubles adalah permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Issues merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah trouble. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan issue, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

Realitas sosial

Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Perkembangan sosiologi dari abad ke abad

Perkembangan pada abad pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.

Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.

Page 8: NOTA Antropologi

Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan

Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.

Gejolak abad revolusi

Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniawan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas

Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :

Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.

Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.

Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Kelahiran sosiologi modern

Page 9: NOTA Antropologi

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.

Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

KanibalismeDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Lukisan tentang kanibalisme di Brasil oleh Hans Staden

Kanibalisme merupakan sebuah fenomena di mana satu makhluk hidup makan makhluk sejenis lainnya. Misalkan anjing yang makan anjing atau manusia yang makan manusia. Kadang-kadang fenomena ini disebut anthropophagus (Bahasa Yunani anthrôpos, “manusia” dan phagein, "makan"). Secara etimologis kata “kanibal” merupakan kata pungutan dari Bahasa Belanda yang pada gilirannya memungut dari Bahasa Spanyol (entah lewat bahasa apa); “canibal” yang berarti orang dari Karibia. Di daerah ini oleh penj(el)ajah ditemukan fenomena ini.

Selain di Karibia, di Amerika hal ini pada zaman dahulu kala banyak terjadi pula, misalnya di antara suku Anasazi, Bangsa Maya dan Aztek. Selain itu di Asia-Pasifik, kanibalisme juga pernah ditemukan. Antara lain di antara suku Batak di Sumatra Utara, suku Dayak di Kalimantan, suku Asmat di Papua, beberapa suku lainnya di Papua Barat maupun Timur, Fiji dan daerah Melanesia lainnya. Di Papua Nugini di antara suku Fore, kanibalisme menimbulkan penyakit kuru.

Ada beberapa petunjuk bahwa kanibalisme secara ritual juga pernah muncul di pulau Jawa, Bali dan Sulawesi. Jadi secara praktis hampir di seluruh Indonesia.

Page 10: NOTA Antropologi

Pada zaman modern, kanibalisme secara insidentil pernah muncul di Amerika Serikat, pada kasus Ekspedisi Donner, Ukraina pada tahun 1930-an, di Leningrad pada Perang Dunia II dan di Andes ketika ada kecelakaan pesawat terbang pada tahun 1972. Kasus terakhir ini pernah dibuatkan film Alive pada tahun 1992.

Kasus-kasus di atas ini merupakan kasus insidentil dengan kata lain, fenomena ini muncul karena mereka yang terlibat kanibalisme kehabisan bahan makanan. Lain halnya dengan kematian putra jutawan Rockefeller di Irian Barat atau Papua pada tahun 1965 di antara suku Asmat dan kasus-kasus kelainan jiwa di seantero dunia yang dibahas di bawah ini.

Kasus-kasus kanibalisme

Selain kasus kanibalisme karena keadaan terpaksa, ada pula beberapa kasus yang terjadi karena pelakunya terkena pengaruh kelainan jiwa.

Beberapa nama:

Alfred Packer (Amerika) Ed Gein (Amerika) Jeffrey Dahmer (Amerika 1995) Fritz Haarmann (Jerman 1918 - 1924) Armin Meiwes (Jerman 2002) Sumanto (Indonesia 2003)

BudayaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Kebudayaan)Langsung ke: navigasi, cari

Lukisan musisi wanita Persia dari Istana Hasht-Behesht ("Istana 8 surga.")

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Page 11: NOTA Antropologi

Daftar isi[sembunyikan]

1 Pengertian kebudayan 2 Unsur-unsur 3 Wujud dan komponen

o 3.1 Wujud o 3.2 Komponen

4 Hubungan antara unsur-unsur kebudayaan o 4.1 Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi) o 4.2 Sistem mata pencaharian hidup o 4.3 Sistem kekerabatan dan organisasi sosial o 4.4 Bahasa o 4.5 Kesenian o 4.6 Sistem kepercayaan

4.6.1 Agama Samawi 4.6.2 Filosofi dan Agama dari Timur 4.6.3 Agama tradisional 4.6.4 "American Dream" 4.6.5 Pernikahan

o 4.7 Sistem ilmu dan pengetahuan 5 Perubahan sosial budaya 6 Penetrasi kebudayaan 7 Cara pandang terhadap kebudayaan

o 7.1 Kebudayaan sebagai peradaban o 7.2 Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum" o 7.3 Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi

8 Kebudayaan di antara masyarakat 9 Kebudayaan menurut wilayah 10 Referensi 11 Daftar pustaka 12 Lihat pula

13 Pranala luar

Pengertian kebudayan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Page 12: NOTA Antropologi

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Unsur-unsur

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: o alat-alat teknologio sistem ekonomio keluargao kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: o sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk

menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnyao organisasi ekonomio alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah

lembaga pendidikan utama)o organisasi kekuatan (politik)

Wujud dan komponen

Wujud

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

Gagasan (Wujud ideal)Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

Aktivitas (tindakan)Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

Page 13: NOTA Antropologi

Artefak (karya)Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Komponen

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:

Kebudayaan materialKebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

Kebudayaan nonmaterialKebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Hubungan antara unsur-unsur kebudayaan

Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:

Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)

Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.

Page 14: NOTA Antropologi

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.

Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:

alat-alat produktif senjata wadah alat-alat menyalakan api makanan pakaian tempat berlindung dan perumahan alat-alat transportasi

Sistem mata pencaharian hidup

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

berburu dan meramu beternak bercocok tanam di ladang menangkap ikan

Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat

Page 15: NOTA Antropologi

menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.

Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kesenian

Karya seni dari peradaban Mesir kuno.

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

Sistem kepercayaan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.

Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:

... sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.[1]

Page 16: NOTA Antropologi

Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi kesenian.

Agama Samawi

Agama Samawi atau agama Abrahamik meliputi Islam, Kristen (Protestan dan Katolik) dan Yahudi.

Agama Yahudi

Yahudi adalah salah satu agama yang —jika tidak disebut sebagai yang pertama— tercatat sebagai agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang. Nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi adalah bagian utama dari agama Ibrahim lainnya, seperti Kristen dan Islam.

Agama Kristen

Kristen adalah salah satu agama penting yang berhasil mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus.

Agama Islam

Agama Islam merupakan agama monotheime/atau monotheistik pertama dan tertua[rujukan?]. Agama lain merupakan modifikasi manusia dari agama islam[rujukan?]. kita bisa lihat dari perkembangan agama dari nabi-nabi terdahulu. ---> pendapat yang sangat subyektif dan tanpa dukungan fakta yang jelas

Agama Islam telah berhasil merubah cara pandang orang-orang eropa terhadap kebudayaan, seperti ilmu-ilmu fisika, matematika, biologi, kimia dan lain-lain[rujukan?] oleh para fislsuf barat yang kemudian hal itu diubah dan diakui oleh orang-orang eropa bahwa hal itu merupakan hasil karya orang eropa asli, Terutama oleh kalangan para filsafat.[rujukan?] Sementara itu, nilai dan norma agama Islam banyak mempengaruhi kebudayaan Timur Tengah dan Afrika Utara, dan juga sebagian wilayah Asia Tenggara.

Filosofi dan Agama dari Timur

Agni, dewa api agama Hindu

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Filosofi Timur dan Agama dari timur

Page 17: NOTA Antropologi

Filosopi dan Agama seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia. Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China dan menyebar disepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi.

Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam. Theravāda Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand.

Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia.

Konghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari China, mempengaruhi baik religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia.

Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China.

Agama tradisional

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama tradisional

Agama tradisional, atau terkadang disebut sebagai "agama nenek moyang", dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.

"American Dream"

American Dream, atau "mimpi orang Amerika" dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa memedulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik. [2]

Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah "kota di atas bukit" (atau city upon a hill"), "cahaya untuk negara-negara" ("a light unto the nations"),[3] yang memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya.

Pernikahan

Agama sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah; gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya. Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya.

Page 18: NOTA Antropologi

Sistem ilmu dan pengetahuan

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).

Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:

pengetahuan tentang alam pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia pengetahuan tentang ruang dan waktu

Perubahan sosial budaya

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perubahan sosial budaya

Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing.

Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial:

1. tekanan kerja dalam masyarakat2. keefektifan komunikasi3. perubahan lingkungan alam.[4]

Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.

Penetrasi kebudayaan

Page 19: NOTA Antropologi

Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

Penetrasi damai (penetration pasifique)Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia[rujukan?]. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

Penetrasi kekerasan (penetration violante)Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat[rujukan?].

Cara pandang terhadap kebudayaan

Kebudayaan sebagai peradaban

Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata dari "alam". Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.

Artefak tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (High Culture) oleh Edgar Degas.

Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang "elit" seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang "berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah "berkebudayaan".

Page 20: NOTA Antropologi

Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidak berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam," dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran "manusia alami" (human nature)

Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan tidak berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia. Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang alami" (natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.

Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama - masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.

Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"

Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme - seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria - mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam "sudut pandang umum". Pemikiran ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan antara "berkebudayaan" dengan "tidak berkebudayaan" atau kebudayaan "primitif."

Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.

Pada tahun 50-an, subkebudayaan - kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari kebudayaan induknya - mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan - perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja organisasi atau tempat bekerja.

Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi

Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.

Kebudayaan di antara masyarakat

Page 21: NOTA Antropologi

Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender,

Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.

Monokulturalisme : Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.

Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.

Melting Pot : Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.

Multikulturalisme : Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.

Kebudayaan menurut wilayah

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kebudayaan menurut wilayah

Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, hubungan dan saling keterkaitan kebudayaan-kebudayaan di dunia saat ini sangat tinggi. Selain kemajuan teknologi dan informasi, hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, migrasi, dan agama.

Afrika

Beberapa kebudayaan di benua Afrika terbentuk melalui penjajahan Eropa, seperti kebudayaan Sub-Sahara. Sementara itu, wilayah Afrika Utara lebih banyak terpengaruh oleh kebudayaan Arab dan Islam.

Orang Hopi yang sedang menenun dengan alat tradisional di Amerika Serikat.

Page 22: NOTA Antropologi

Amerika

Kebudayaan di benua Amerika dipengaruhi oleh suku-suku Asli benua Amerika; orang-orang dari Afrika (terutama di Amerika Serikat), dan para imigran Eropa terutama Spanyol, Inggris, Perancis, Portugis, Jerman, dan Belanda.

Asia

Asia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap kebudayaan lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea, dan Vietnam. Dalam bidang agama, agama Budha dan Taoisme banyak mempengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan nilai Agama Islam juga turut mempengaruhi kebudayaan terutama di wilayah Asia Selatan dan tenggara.

Australia

Kebanyakan budaya di Australia masa kini berakar dari kebudayaan Eropa dan Amerika. Kebudayaan Eropa dan Amerika tersebut kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan lingkungan benua Australia, serta diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk asli benua Australia, Aborigin.

Eropa

Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan negara-negara yang pernah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal juga dengan sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan ini telah diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan banyaknya pengguna bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen, meskipun kepercayaan akan agama banyak mengalami kemunduran beberapa tahun ini.

Timur Tengah dan Afrika Utara

Kebudayaan didaerah Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini kebanyakan sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma agama Islam, meskipun tidak hanya agama Islam yang berkembang di daerah ini.

Referensi

1. ̂ Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought, p. 488.2. ̂ Boritt, Gabor S. Lincoln and the Economics of the American Dream, p. 1.3. ̂ Ronald Reagan. "Final Radio Address to the Nation".4. ̂ O'Neil, D. 2006. "Processes of Change".

Daftar pustaka

Arnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan. Third edition, 1882, available online. Retrieved: 2006-06-28.

Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legahkjkjl Identities. University of Michigan Press.

Boritt, Gabor S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream. University of Illinois Press. ISBN 978-0-252-06445-6.

Page 23: NOTA Antropologi

Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-29164-4

Cohen, Anthony P. 1985. The Symbolic Construction of Community. Routledge: New York, Dawkiins, R. 1982. The Extended Phenotype: The Long Reach of the Gene. Paperback ed., 1999.

Oxford Paperbacks. ISBN 978-0-19-288051-2 Forsberg, A. Definitions of culture CCSF Cultural Geography course notes. Retrieved: 2006-06-29. Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York. ISBN 978-0-465-

09719-7.

— 1957. "Ritual and Social Change: A Javanese Example", American Anthropologist, Vol. 59, No. 1. Goodall, J. 1986. The Chimpanzees of Gombe: Patterns of Behavior. Cambridge, MA: Belknap Press

of Harvard University Press. ISBN 978-0-674-11649-8 Hoult, T. F., ed. 1969. Dictionary of Modern Sociology. Totowa, New Jersey, United States:

Littlefield, Adams & Co. Jary, D. and J. Jary. 1991. The HarperCollins Dictionary of Sociology. New York: HarperCollins.

ISBN 0-06-271543-7 Keiser, R. Lincoln 1969. The Vice Lords: Warriors of the Streets. Holt, Rinehart, and Winston. ISBN

978-0-03-080361-1. Kroeber, A. L. and C. Kluckhohn, 1952. Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions.

Cambridge, MA: Peabody Museum Kim, Uichol (2001). "Culture, science and indigenous psychologies: An integrated analysis." In D.

Matsumoto (Ed.), Handbook of culture and psychology. Oxford: Oxford University Press Middleton, R. 1990. Studying Popular Music. Philadelphia: Open University Press. ISBN 978-0-335-

15275-9. Rhoads, Kelton. 2006. The Culture Variable in the Influence Equation. Tylor, E.B. 1974. Primitive culture: researches into the development of mythology, philosophy,

religion, art, and custom. New York: Gordon Press. First published in 1871. ISBN 978-0-87968-091-6 O'Neil, D. 2006. Cultural Anthropology Tutorials, Behavioral Sciences Department, Palomar College,

San Marco, California. Retrieved: 2006-07-10. Reagan, Ronald . "Final Radio Address to the Nation", January 14, 1989. Retrieved June 3, 2006. Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought. New Jersey

U.S., Sussex, U.K: Humanities Press. UNESCO. 2002. Universal Declaration on Cultural Diversity, issued on International Mother

Language Day, February 21, 2002. Retrieved: 2006-06-23. White, L. 1949. The Science of Culture: A study of man and civilization. New York: Farrar, Straus and

Giroux. Wilson, Edward O. (1998). Consilience: The Unity of Knowledge. Vintage: New York. ISBN 978-0-

679-76867-8. Wolfram, Stephen. 2002 A New Kind of Science. Wolfram Media, Inc. ISBN 978-1-57955-008-0

Lihat pula

Subkultur Interseksi Kebudayaan Indonesia Antropologi Sosiologi Agama Sosialisasi

Page 24: NOTA Antropologi

Pranala luar

Portal Budaya

(id) Situs Resmi Budaya dan Pariwisata (Budpar) Indonesia (id) Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok (id) Forum Budaya Pembebasan (en) Artikel tentang definisi budaya (en) Dictionary of the History of Ideas : "kultur" dan "peradaban" di zaman modern. (en) Negara dan kebudayaannya. (en) Global Culture Essay tentang globalisasi, migrasi dan pengaruhnya terhadap kebudayaan dunia (en) Pusat pembelajaran interkultural (en) What is Culture? - Washington State University (en) Define Culture - Definisi kultur. (en) Reflections on the Politics of Culture oleh Michael Parenti (id)Globalisasi dan Kebudayaan: Homogenitas, Keberagaman, Identitas, Kebebasan (id)Pembangunan Sebagai Persaingan Antar Budaya

Kesepakatan Moral Demi Kestabilan Dunia

KEHIDUPAN yang indah adalah kehidupan yang disulami oleh nilai-nilai akhlak, moral dan etika yang menjadi asas kepada apa jua aktiviti kehidupan dan pergaulan. Pengajaran dan penghayatan nilai-nilai yang mulia ini dalam kehidupan, sebenarnya menjamin kewujudan keamanan dan kestabilan dalam masyarakat manusia.

Sesungguhnya nilai-nilai moral diperoleh daripada ajaran agama dan ketuhanan. Manusia sebagai makhluk yang dijadikan Tuhan, mempunyai unsur ketuhanan dalam diri mereka dan lantaran itu akan sentiasa berpaling kepada agama dan kepada Tuhan walaupun hanya ketika di waktu ditimpa kesusahan dan kesempitan sahaja dan melupakan Tuhan apabila diulit kemewahan dan kesenangan.

Semua ajaran keagamaan menekankan peri pentingnya nilai-nilai ketuhanan, akhlak dan moral. Dalam Islam, nilai akhlak adalah nilai Samawi yang amat suci yang datang daripada Allah dan sebarang pencabulan merupakan penganiayaan terhadap hak-hak Allah oleh hamba-Nya.

Akhlak dalam Islam bersumberkan kepada wahyu dan ia mempunyai sifat-sifat kerohanian yang suci serta kekal abadi, ia mendatangkan kemurnian dan keharmonian bukan sahaja untuk diri sendiri, tetapi juga kepada orang lain. Akhlak Islam mencetuskan kesucian dan keikhlasan dalam kehidupan kerana pembentukan nilai-nilai diri berakar di dalam hati dan dibuktikan pada tingkah laku, sama ada ketika bersendirian mahupun berkumpulan.

Etika dan moral juga bertujuan membentuk tingkah laku individu yang baik, dan bagi seorang individu Muslim sewajarnya mereka menjadikan etika dan moral dinaungi oleh nilai-nilai akhlak Islam.

Page 25: NOTA Antropologi

Dalam dunia global ini yang melihat negara-negara Barat khususnya sebagai pencorak utama aktiviti kehidupan, manakala rata-rata umat Islam sebagai pemerhati dan pengguna, ini merupakan satu keadaan yang agak sulit untuk mencari kesepakatan nilai-nilai moral yang tulus dalam segenap kehidupan.

Mungkin juga terdapat segelintir masyarakat Islam dan bukan Islam berpandangan sebegini rupa. Sudah tentu negara-negara yang berkenaan yang merasakan mereka lebih bertamadun daripada negara lain inginkan mereka diiktiraf sebagai pencetus dan pembawa kemajuan atau sebagai pembela demokrasi (dan sebagainya) serta mahu orang lain mengikut cara dan corak mereka.

Manakala penolakan oleh orang lain dilihat sebagai penentangan terhadap mereka. Keinginan mereka ini dipermudahkan lagi oleh kepintaran dan penguasaan mereka dalam teknologi maklumat dan komunikasi tanpa batasan atas nama globalisasi. Satu proses yang dibina dan dicorakkan oleh mereka yang sudah tentu akan memberi keutamaan kepada sikap dan nilai moral mengikut tafsiran sendiri, juga dengan hasrat supaya tafsiran sempit mereka tentang nilai moral itu akan diterima oleh masyarakat global, maka ini juga satu lagi pengiktirafan ke atas mereka.

Jika dianalisis secara mendalam, Islam itu lebih mendahului negara Barat dari segi globalisasinya kerana Islam bukanlah sesuatu yang asing bagi dunia ini. Umat Islam walaupun di mana mereka berada tetap bersaudara.

Mereka mempunyai agama yang satu dan menyembah Tuhan yang satu. Mereka akan menuturkan kalimah assalamualaikum kepada sesama Muslim walaupun tidak mengenali sesama mereka dan kalimah ini dikongsi oleh sesiapa saja tanpa mengira negara asal mereka.

Konsep globalisasi ini mula diperkenalkan kepada tamadun kemanusiaan di dalam al-Quran sebagai mana menurut firman Allah surah al-Hujrat, ayat 13 bermaksud:

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenali. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenali.

Manakala globalisasi yang kita kenali hari ini adalah satu istilah yang baru tetapi mempunyai konotasi yang sama yang telah diguna pakai sejak awal lagi oleh dunia Islam. Perkataan globalisasi ini yang dicetuskan oleh mereka hanya selepa munculnya kemajuan dalam teknologi maklumat dan komunikasi, yang menjadikan dunia ini seolah-olah kecil sahaja akibat cepat dan mudahnya manusia berhubung sesama mereka.

Tetapi mengapa dunia kini baru melihat bahawa globalisasi ini seolah-olah sesuatu yang baru lahir? Bukannya serentak dengan lahirnya Islam di muka bumi lebih 1,400 tahun yang lalu? Sebenarnya inilah yang dikatakan kejayaan negara Barat dalam mencorakkan aktiviti kehidupan masyarakat dunia yang pada masa yang sama ingin melihat nilai moral dan pegangan hidup mereka mendominasi dunia.

Sememangnya inilah niat mereka pun, dan mereka berjaya kerana mereka mempunyai agenda tertentu. Tetapi apakah agenda umat Islam yang telah dilantik oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi ini untuk mengurus dan mentadbir dunia ini?

Memang benar Islam tidak akan memaksa mana-mana negara atau individu untuk menerima Islam dan ajarannya. Tetapi apakah peranan masyarakat Islam bagi memastikan keamanan dan kestabilan dunia dapat dipelihara berpandukan nilai moral mereka yang sejagat itu.

Page 26: NOTA Antropologi

Kesepakatan nilai-nilai moral antara sesama masyarakat global berbilang bangsa dan kepercayaan bukannya sesuatu yang tidak boleh dicapai. Tetapi mengapa perbezaan ini yang mendasari kemunculan perpecahan dan persengketaan sesama mereka? Tuhan yang mencipta agama sudah tentu tidak mahu masyarakat yang beragama ini berpecah-belah disebabkan oleh perbezaan atau pertembungan nilai moral dan kepercayaan mereka.

Mencari kesepakatan dalam nilai moral kehidupan global kini lebih memerlukan kepada sikap toleransi dan keterbukaan seluruh umat manusia dan para pemimpin memainkan peranan yang amat penting. Sikap toleransi akan melihat kesanggupan semua pihak menerima dan mengiktiraf peranan mereka (walau sesempit mana pandangan mereka atau sekecil mana sumbangan mereka) sebagai satu keperluan yang amat penting.

Inilah yang diharapkan agar bangsa dan negara yang mendominasi itu tidak akan merasakan mereka ditentang dan ditolak, manakala bangsa yang lemah pula tidak menganggap diri mereka dihina, dijajah atau dicabuli kedudukan, hak dan pentingnya peranan mereka dalam memastikan kestabilan dunia tercapai.

olehKhairul Azhar Idris FellowInstitut Kefahaman Islam Malaysia

PEMUDA PEMUDI HARAPAN BANGSA (Petikan Khutbah Jumaat yang bertajuk)

Allah s.w.t berfirman di dalam Surah Al-Kahfi ayat 13 yang bermaksud : “Kami ceritakan kepadamu wahai Muhammad perihal Ashabul-Kahfi dengan benar, sesungguhnya mereka itu orang-orang muda yang beriman kepada tuhan mereka dan kami tambahi mereka dengan hidayah petunjuk”. Muslimin dan Muslimat yang di rahmati Allah, 

Setahun berlalu bererti bertambahlah bilangan kaum remaja muda mudi kita. Kaum belia adalah golongan yang terbesar jumlahnya di dalam masyarakat hari ini. Mereka adalah khazanah dan aset Agama, Keluarga, Masyarakat, Bangsa, dan Negara yang amat bermakna. Sekiranya baik mereka, maka baiklah Agama, Keluarga, Masyarakat, Bangsa, dan Negara. Jika rosak mereka, maka rosaklah Agama, Keluarga, Masyarakat, Bangsa, dan Negara. Apabila rosak golongan remaja maka buruklah padahnya. 

Kita masih di awal tahun baru, marilah kita semua khususnya anak-anak muda dan remaja, sama-sama berusaha memperbaiki diri serta memperbaharui sikap dan azam dengan betul-betul bersedia untuk menambahkan ilmu dan pengalaman dalam

Page 27: NOTA Antropologi

mengejar peluang-peluang kehidupan yang semakin mencabar ini, semoga kita semua beroleh kejayaan dan kecemerlangan hidup di dunia dan di akhirat nanti. Muslimin dan Muslimat yang di rahmati Allah,

 Sebagai Muslim dan sebagai belia yang baik, kita sepatutnya tidak terlupa untuk

mengimbas kembali, untuk mengenang kembali jasa-jasa dan sumbangan bakti orang lain terhadap kita, lebih-lebih lagi jasa dan khidmat bakti oleh kedua orang tua kita. Mereka adalah orang yang sanggup bersusah payah siang dan malam kerana memikul tugas dan tanggungjawab untuk membesarkan dan memberi pendidikan, sehingga kita dapat mengenali diri, iaitu bagaimana untuk menjadi orang yang taat dan patuh kepada perintah-perintah Allah dan gerun untuk melakukan sebarang larangan Allah. Semuanya itu atas tunjuk ajar mereka. Lantaran itu, kita selaku belia remaja sewajarnya membalas jasa-jasa yang telah diberi, terutama jasa-jasa yang dicurahkan oleh kedua-dua ibubapa kita yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia terlebih dahulu daripada kita, dengan memohon keampunan dan mendoakan kepada mereka agar berada dalam kesejahteraan, selamat di dunia dan dijauhkan daripada azab siksa di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud : “Apabila meninggal dunia seseorang manusia itu maka putuslah amalannya kecuali tiga perkara yang pahalanya tidak terputus iaitu : Sedekah jariah, ilmu yang diajarnya yang dapat dimanfaatkan dan anak soleh yang berdoa untuknya”. 

Bagi melahirkan generasi belia yang mampu memiliki ketahanan diri untuk hidup di zaman yang penuh ujian ini, adalah sangat memerlukan kepada usaha-usaha memupuk ilmu dan bimbingan akhlaq mulia yang berterusan, bermula diperingkat rumah, keluarga, sampailah ke peringkat sekolah dan masyarakat seluruhnya. Muslimin dan Muslimat yang di rahmati Allah,

 Hari ini, ketahanan anak-anak muda dan belia kita masih dipersoalkan kerana

sesetengahnya sudah lama tercemar apabila ramai dari kalangan mereka sering dikaitkan dengan penyalahgunaan dadah, suka berlumba haram, menghabiskan masa bermain permainan computer di kafe siber , suka merosakkan harta awam, merayau-rayau sehingga larut malam, bergaul bebas dan yang terakhir  ini terpengaruh dengan kumpulan Black Metal iaitu kumpulan pemuja Syaitan. Itulah gambaran-gambaran budaya buruk yang masih menghantui sebahagian besar dari kalangan remaja-remaja kita hari ini. 

Persoalannya, kemanakah perginya ibu bapa atau penjaga mereka? Adakah perbuatan berlumba haram sebegitu boleh dianggap sebagai suatu mainan biasa oleh ibu bapa? Bahayanya bukan sahaja terhadap remaja tersebut tetapi terhadap orang lain yang tidak berdosa juga. Sesungguhnya inilah penyakit yang dihidapi oleh remaja-remaja kita. Persoalan lain yang patut diambil ingatan oleh semua pihak iaitu adakah pelakuan buruk remaja sekarang menggambarkan sikap bapa atau penjaga itu sendiri yang dihinggapi suatu penyakit berbahaya iaitu “Penyakit Membiarkan Anak Remaja” sehingga ada sesetengah ibu bapa atau penjaga beranggapan tiada apa-apa berlaku bahkan bersetuju anak-anak mereka berkelakuan sedemikian semata-mata memberi peluang kepada mereka melepas geram di luar rumah sekalipun sikap itu boleh mengganggu gugat ketenteraman awam.

Page 28: NOTA Antropologi

 Penyakit remaja sebegini jika tidak di bendung sejak awal lagi akan merebak

kepada orang lain termasuk kepada ibu bapa atau penjaga itu sendiri, bahkan pihak berwajib juga akan turut terseret dan tercemar, seterusnya orang akan menganggap bahawa perangai sesetengah ibu bapa hari ini dua kali lima dengan perangai liar anak mereka. Muslimin dan Muslimat yang di rahmati Allah,

 Bagi mengelakkan anak belia kita daripada tersasar jauh ke lembah kehancuran

dan kemusnahan, marilah kita sama-sama memertabatkan diri dan keluarga khususnya para remaja kita yang dianggap sebagai aset negara dan penyambung warisan umat yang cemerlang. Sebenarnya, dibahu merekalah harapan Agama, Keluarga, Masyarakat, Bangsa, dan Negara. Diharapkan nanti dari kalangan merekalah akan lahir pemimpin-pemimpin dan pengikut-pengikut yang akan menentukan halatuju masyarakat dan Negara ke arah kehidupan yang lebih bahagia di dunia dan di akhirat, jika tidak, maka hancurlah dan musnahlah umat dan negara ini. 

Remaja mestilah tahu tanggungjawab terhadap Allah, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. Zaman remaja adalah satu zaman yang penuh pancaroba, sehingga Allah menjanjikan keselamatan dan kelepasan daripada huru hara kepanasan iaitu di payung di bawah teduhan Allah  di padang Mahsyar kelak, kepada pemuda-pemuda yang membesar di dalam keadaan istiqamah beribadat kepada Allah dan mampu bertahan didalam perjuangan melawan segala ujian dan rintangan. 

Hari ini untuk mencari belia remaja yang benar-benar beriman dan berakhlaq mulia amat susah dan sukar, sepertimana susah dan sukarnya mencari air di musim kemarau di tanah yang kering gersang, terutama diakhir-akhir ini lahir usaha-usaha pihak musuh Islam yang ingin menyesatkan golongan muda dengan hiburan-hiburan yang melalaikan, pencemaran budaya dan amalan-amalan sesat seperti nyanyian lagu-lagu yang menentang wujudnya Allah, menentang agama serta menjadikan syaitan sebagai tuhan mereka. Budaya yang menyesatkan ini amat cepat merebak dan menjalar kesekolah-sekolah termasuk sekolah-sekolah agama. Muslimin dan Muslimat yang di rahmati Allah,

 Oleh itu, semua pihak wajib bertanggungjawab dan turut merasa terpanggil

untuk membendung kemasukan unsur negatif daripa luar terutama filem-filem yang merosakkan remaja kita daripada terus merebak masuk ke tanahair umat islam. Pihak berwajib hendaklah membuat pemantauan dengan penguatkuasaan undang-undang yang sungguh-sungguh agar gejala buruk itu benar-benar dapat di kawal. 

Ibu Bapa pula, jangan biarkan anak-anak remaja mereka bergaul bebas tanpa kawalan, sebaliknya hendaklah bertegas dalam perkara Halal dan Haram. Manakala anggota masyarakat hendaklah sentiasa bekerjasama, tolong menolong dalam perkara kebaikan dan mencegah perkara-perkara kemungkaran.

Page 29: NOTA Antropologi

WATAK DAMAI DAN TOLENRANSI ISLAM DI NUSANTARA17 March 2009 Berikut adalah kertas kerja yang dihasilkan oleh oleh Timbalan Dekan Hal-Ehwal Pelajar, Fakulti Pengajian Islam Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor, Prof. Dr. Idris Zakaria (B.C.N) (D.J.N) dalam Seminar Ahlus Sunnah Wal Jama’ah anjuran YADIM dan YADMI pada 20-21 Feb 2009 di Hotel Pan Pacific KLIA.

WATAK DAMAI DAN TOLENRANSI ISLAM DI NUSANTARA

1. PENGENALAN

Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang tidak sukar untuk difahami berlaku sepanjang sejarah Islam. Tertegaknya Negara Islam di Madinah telah membuktikan yang agama Islam itu boleh muncul dan maju dalam Negara yang bukan 100% terdiri dari umat Islam. Orang-orang Yahudi pelbagai puak berada di dalam dan di sekeliling Madinah. Demikian juga Nasrani. Bukan tidak ada krisis, namum dengan kebijaksanaan, kehebatan

Page 30: NOTA Antropologi

Rasulullah s.a.w, kebaikan umat Islam serta pertolongan Tuhan, Madinah muncul menjadi negara Islam pertama di dunia. Dengan perjanjian-perjanjian, amalan toleransi dan contoh kehidupan yang baik, pelbagai bangsa, etnik dan suku kaum mampu hidup bersama. Kepimpinan Nabi Muhammad s.a.w diterima sebagai pemimpin dan orang-orang Islam yang berhijrah ke Madinah, boleh hidup bersama-sama dengan komuniti majmuk di situ.

Satu lagi peritiwa sejarah yang wajar disebut ialah kehidupan yang penuh dengan toleransi yang wujud di bawah kerajaan Islam di Sepanyol. Apabila orang-orang Islam memerintah Sepanyol, terutamanya di bawah Abdul Rahman ketiga, Cordova (Qurtubah) menjadi sebuah kota yang maju. Dilaporkan terdapat lebih kurang 600 buah masjid, berpuluh hospital, sekolah dan perpustakaan. Orang-orang Islam mengamalkan kehidupan Islam yang baik. Mereka mengajar orang-orang Kristian cara menenun kain, cara membuat air wangi malah menulis dan membaca. Bahasa Arab berkembang menjadi bahasa persuratan dan sains. Istilah-istilah seperti Algebra

Page 31: NOTA Antropologi

dan Almanac dicipta berasaskan bahasa Arab justeru ilmu-ilmu seperti hisab, astronomi dan ilmu alam diasas dan dikembangkan oleh orang-orang Islam. Semua bangsa dan agama mengamalkan kehidupan yang harmoni. Sarjana-sarjana Yahudi dan Islam sama-sama bekerja untuk memajukan ilmu pengetahuan.

Bertolak dari contoh dua peristiwa bersejarah itu, mari kita berangkat untuk melihat suasana di Nusantara pula iaitu wilayah kehidupan harian kita. Nusantara ini adalah sebuah wilayah yang didiami oleh aneka bangsa dan suku kaum, menganut pelbagai kepercayaan dan mengamalkan tradisi budaya yang berlainan. Namun mereka hidup aman, urusan perniagaan berjalan lancar, kebudayaan dan tradisi hidup terpelihara tanpa peperangan besar. Unsur-unsur ini telah menguasai kehidupan sosio-politik dan di alam Melayu. Hanya bangsa-bangsa Barat sahaja seperti yang dibuktikan oleh sejarah, telah memperkenalkan peperangan dan penjajahan. Kertas kerja ini berhasrat membahas beberapa prinsip dan amalan umat Islam di alam Melayu ini yang bersifat damai dan toleran hingga tidak wujud peperangan agama

Page 32: NOTA Antropologi

sebaliknya berjaya menarik ramai orang dari pelbagai kaum memeluk agama ini.

Sesungguhnya agama Islam aliran Sunni telah mewarnai dan membentuk jatidiri orang-orang Melayu di Nusantara ini hingga menjadikan mereka orang Muslim, Mukmin dan Muhsin. Dalam sejarah dan budaya Tamadun Melayu, Islam adalah paksi utama kekuatan yang dengannya tersebar watak dan jatidiri Melayu Islam ini keseluruhan pelusuk Asia Tenggara yang terkenal dengan nama Alam Melayu. Bahasa, budaya dan Islam ini telah terbukti memperkukuhkan bangsa ini dari dahulu hingga kini. Para ulama di Alam Melayu dari etnik Aceh, Minang, Jawa, Sunda, Banjar, Bugis, Melanau, Meranau, Sulu dan lain-lain menamakan diri mereka orang Jawi (Melayu) berbangsa Jawi (Melayu) dari Tanah Jawi (Alam Melayu) dan menyampaikan Islam dalam bahasa Jawi (Melayu) dengan tulisan Jawi (Melayu). Seluruh Alam Melayu dikenali sebagai Tanah Jawi (Melayu) kerana kebanyakan penduduknya beragama Islam, berbahasa Melayu sebagai bahasa komunikasi meluas dan mengamalkan adat resam serta budaya

Page 33: NOTA Antropologi

yang berpaksikan Islam. ( Hashim Hj Musa. 2004. 109-110)

Inilah kedinamikan konsep Melayu yang merupakan entiti budaya (cultural entity) dan dengan itu dapat menerima sebagai Melayu daripada keturunan India, Arab, Parsi, Pakistan, Afrika, China, Thai dan lain-lain asalkan mereka itu berbahasa Melayu, beragama Islam dan berbudaya Melayu (iaitu halus budi bahasa dan pekerti, hormat tetamu, sederhana, tidak agresif, bermuafakat dan mengutamakan kelompok dan menghormati orang tua). Sifat-sifat inilah yang memberi makna dan mendefinisikan bangsa yang bernama Melayu hingga membuahkan Tamadun Melayu bertaraf dunia bermula di Zaman Melaka (kurun ke – 15), Aceh (kurun ke – 16 dan 17) seluruh Pulau Jawa, Riau dan lain-lain bahagian di Alam Melayu ini. Sifat ini juga pernah disebut oleh Syeikh Ahmad al-Fathani dalam bukunya Faridatul Faraid yang ditulis pada 1895M dan diterbitkan di Makkah :

“Alhamdulillah. Ada maruah pada jenis Melayu terlebih banyak dari setengan-setengah jenis

Page 34: NOTA Antropologi

lainnya. Dengan dalil bahawa mereka memuliakan orang-orang dagang yang baik-baik, yang datang ke negeri mereka terutama sekali pedagang bangsa Arab. Mereka tidak mengharapkan sebarang balas jasa, dan jika mereka tidak dibalas dengan syukur sekali pun. Bangsa Melayu tidak banyak tipu daya, tiada pula kelakuan mereka suka menghilangkan air muka dengan meminta-minta. Bersalahan/ berlainan/ berbeza dengan jenis bangsa-bangsa lainnya” (Hj. Wan Mohd Shaghir Abdullah. 1992. 56)

Berikut adalah analisa watak-watak tersebut yang terbentuk hasil “pengharmonian” antara ajaran Islam dengan norma-norma terpuji unsur tempatan :-

(i) Watak Damai dan Toleransi

Terlepas daripada membicarakan persoalan Islam dalam sejarah dan kebudayaan Melayu yang sudah dibicarakan oleh sarjana-sarjana tempatan dan luar negara, maka penulis merasakan tidak perlu lagi mengulangi perkara-perkara yang sudah rasmi diterima. Apa yang wajar dihubungkan dengan hal

Page 35: NOTA Antropologi

berkenaan ialah melihat kedalaman citra ketibaan Islam tersebut hingga dapat memaut hati-nurani bangsa Melayu di Nusantara. Inilah yang penting diperhatikan hingga ia berjaya pula mewarnai kesenian dan kebudayaan bangsa Nusantara ini. Apakah citra tersebut? Prof. Dr. Azyumardi Azra seorang sarjana sejarah dan pemikiran Islam Indonesia kontemporari dalam bukunya Renaisans Islam Asia Tenggara (1999) menyebut :

“salah satu sumber optimisme kalangan pengamat luar tentang ‘Kebangkitan Islam’ di Asia Tenggara pada umumnya didasarkan pada pengamatan mereka tentang “watak” atau “karakteristik” Islam di kawasan ini. Mereka melihat Islam di Asia Tenggara mempunyai watak atau karakteristik yang khas, yang berbeza dengan watak Islam di kawasan lain. Khususnya di Timur Tengah. Karakteristik terpenting di Asia Tenggara itu, misalnya, watak yang lebih damai, ramah dan toleran”. (XV)

Menurut kajian Prof. Azra, ada juga kalangan orientalis yang mengakui hakikat wujudnya damai dan toleransi ini. Di antaranya, kata beliau ialah

Page 36: NOTA Antropologi

Thomas W. Arnorld dalam bukunya The Preaching of Islam (1950) lalu menyimpulkan bahawa;

Watak Islam seperti itu diakui banyak pengamat atau “orientasi” di masa lalu. Di antaranya, Thomas W. Arnorld, dengan buku klasiknya, The Preaching of Islam (1950) yang menyimpulkan bahawa penyebaran dan perkembangan historis Islam di Asia Tenggara berlangsung secara damai; dalam istilah Arnorld disebut penetration pacifigure. Penyebaran Islam secara damai di Asia Tenggara berbeda ekspansi Islam di banyak Wilayah Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika yang oleh sumber-sumber Islam di Timur Tengah disebut fath (atau futuh), yakni pembebasan yang sering melibatkan kekuatan militer. Meskipun futuh di kawasan-kawasan yang disebutkan terakhir ini tidak selamanya berupa pemaksaan penduduk setempat untuk memeluk Islam, akhirnya wilayah-wilayah ini mengalami Arabisasi yang lebih intens. Sebaliknya penyebaran Islam di Asia Tenggara tidak pernah disebut sebagai futuh yang disertai kehadiran militer Muslim dari luar. Hasilnya, Asia Tenggara sering disebut sebagai wilayah Muslim yang the least Arabicized – paling

Page 37: NOTA Antropologi

kurang mengalami “Arabisasi” (1999.XV)

Penting dicatat kata beliau, penyebaran Islam di Asia Tenggara yang damai seperti itu, pada gilirannya memunculkan konsekuensi: bahawa Islam di Asia Tenggara lebih “lunak” lebih “jinak” atau bahkan sangat “akomodatif” vis a vis kepercayaan, praktik keagamaan, dan tradisi lokal. Sebab itulah, Islam di Asia Tenggara dipandang oleh sebahagian pengamat Barat sebagai bersifat “sinkretik”, tidak murni dan, kerana itu “lebih jelek” atau “kurang murni” dibandingkan Islam di wilayah-wilayah lain, khususnya di Timur Tengah. (Ibid)

Orang-orang Melayu (Islam) di Malaysia contohnya dari awal lagi telah mengamalkan sikap toleransi tersebut. Suatu hal yang sangat penting perkara ini ialah pembentukkan perlembagaan negara 1957. Di situ telah wujud hakikat tolak ansur dan persefahaman antara kaum yang menjadi landasan kepada pembentukkan sebuah negara yang bersatu padu. Syarat-syarat yang longgar mengenai kerakyatan telah diberi kepada orang-orang bukan Melayu iaitu Cina dan India

Page 38: NOTA Antropologi

dan orang-orang Melayu pula telah mendapat kedudukan istimewa mengikut perlembagaan sejajar dengan hakikat mereka adalah tuan negara ini. Dengan itu wujudlah apa yang dikatakan perjanjian murni antara UMNO yang mewakili orang-orang Melayu di satu pihak dengan MCA (Cina) dan MIC (India) yang mewakili orang-orang bukan Melayu di satu pihak yang lain. Tolak ansur dan kelonggaran dalam soal pemberian kerakyatan tersebut merupakan suatu keuntungan yang besar kepada orang-orang bukan Melayu kerana dalam tempoh setahun selepas negara merdeka 31 Ogos 1957 seramai kira-kira 800,000 orang bukan Melayu telah diterima menjadi warga negara, walhal mereka tidak tahu dan tidak fasih bahasa Melayu dan adat-budaya Melayu

(ii) Deklarasi hidup bersaudara

Teks Sejarah Melayu iaitu suatu teks klasik bangsa Melayu menggambarkanMelaka adalah sebuah negeri perdagangan dan sebuah pelabuhan entrepot yang terkemuka di dunia. Inilah punca utama ekonomi bagi Melaka. Melaka menjadi pusat tumpuan saudagar dan

Page 39: NOTA Antropologi

pedagang-pedagang asing termasuk dari Timur Tengah. Sejarah Melayu dalam hal ini mengungkapkan:

“ Maka segala dagang atas angin dan bawah sekaliannya datang ke Melaka; terlalu ramai bandar Melaka pada zaman itu. Maka oleh segala orang Arab dinamainya Malakat ertinya perhimpunan segala datang kerana banyak jenis dagangan ada di sana (edisi Shellabear 1977; 61)

Tergambar dengan jelas di sini kekuatan Islam dalam kontek Solidaritassosial. Semua orang bersaudara (al-Hujurat, 49) : ayat 10: Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara kerana itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. Semua bangsa dari serata negara telah berhimpun dan berniaga di Melaka. Solidaritas sosial itu menjadi pemangkin kemajuan Melaka.

Prof. Mohd Yusof Hashim dalam The Malay Sultanate of Malacca ada menyatakan:“If has often been remarked that the Islam made a

Page 40: NOTA Antropologi

great cultural and intellectual impact on the indigenous population who became Muslim. Basically, the concept that “All Muslim are brothers” became the principle for the solidarity of Muslim society whether its members were local muslims or Muslims from Arabia, Persia and Southern India”. (1992,231)

Keadaan aman yang sama juga berlaku di kawasan-kawasan lain di Asia Tenggara. Para pedagang boleh berurus-niaga dengan tenang. Tidak ada peperangan. Bangsa Barat sahaja yang menjadi bangsa yang memperkenalkan perang dan jajah sambil melakukan banyak kesalahan sosio-politik hingga menggangu – gugat keamanan yang di rantau ini. Dengan lain perkataan bangsa Barat lah yang memperkenalkan “budaya jahat” di Nusantara ini. Deklarasi hidup bersaudara ini berjaya menyumbang kepada suasana damai dirantau ini. Bangsa Arab lagi faham hal ini, namun latar sejarah, mazhab dan amalan agama dan lain-lain yang berlainan serta lain-lain kepentingan, mereka kelihatan gagal mempraktikkan deklarasi samawi ini. Maka tidak hairanlah mereka kalah berdepan dengan negara-

Page 41: NOTA Antropologi

negara kecil Israel.

(iii) World-view (pandangan dunia global) kehidupan dunia dan tuntutan spiritual

Satu lagi fahaman Islam yang berjaya memikat hati nurani bangsa Melayuialah falsafah hidupnya yang menekankan hubungan intim dunia-akhirat. Faham Animisma mengarah manusia Melayu membentuk hubungan dengan fenomena alam hingga mereka sendiri tertakluk di dalamnya. Faham ini tidak memiliki sebarang kekuatan moral dan intelek. Pengaruh Hindu-Buddha pula membawa manusia manusia Melayu kepada pengaruh kerohanian dan nilai-nilai akhlak yang mengandungi unsur-unsur ritualistik melampau dan tidak memberi panduan yang cukup bagi menguasai dunia praktikal. Kedua-dua fahaman dan kepercayaan ini kemudiannya kalah apabila berhadapan dengan peradaban Islam yang lebih komprehensif mengadun sekaligus tuntutan agama dan keduniaan. Inilah yang membentuk kekuatan justeru keserasiannya dengan kehendak asli manusia. Dalam perspektif Islam, tuntutan hidup

Page 42: NOTA Antropologi

duniawi dan ukhrawi tercantum satu dan sepadu. Di sini manusia Melayu mendapat paradigma baru berbanding dengan tradisi sebelumnya.

Al-Quran meletakkan dasar cantuman hidup duniawi dan ukhrawi ini. Banyak sekali kenyataan tentang hal ini, umpamanya:

“Apabila selesai sembahyang (Jumaat) maka bertebaranlah kamu di bumi dan carilah dari keutamaan Allah (Yakni carilah harta untuk hidup).

(al-Jumucah: 10)

“Dan tuntutlah atau carilah apa-apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan akhirat) dan janganlah kamu lupakan bahagianmu (kenikmatan) duniawi.....(al-Qasas: 77)

Dasar kehidupan “dua-dunia” tidak terpisah ini telah diamalkan oleh junjungan besar Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat baginda, seterusnya dituruti oleh pemimpin-pemimpin dan umat Islam yang memahami falsafah ini. Dan

Page 43: NOTA Antropologi

inilah citra Islami yang dengan mudah diterima oleh bangsa Melayu di Nusantara ini. Justeru itulah sebenarnya tuntutan fitrah semulajadi manusia. Manusia Melayu senang dengan adanya ajaran berkepentingan dua dunia ini.

(iv) Islam dan Tradisi Intelektual

Seperti yang disentuh di perkara III di atas bahawa tradisi Animisma hanyamembentuk hubungan manusia dengan alam benda hingga mereka tertakluk di dalamnya. Sementara pengaruh Hindu-Buddha pula membawa manusia Melayu ke alam kerohanian dan mistik, mengenepikan kepentingan dunia. Kedua-duanya tidak membina dan menjana kekuatan intelektual. Peradaban Islam datang dan membawa ajaran yang fitrah sifatnya dan komprehensif untuk kepentingan dunia dan akhirat. Ini juga telah dinyatakan di atas. Namun pelengkap dan panjana semua itu datang dari ilmu dan intelek. Islam membawa obor ini ke seluruh dunia. Manusia muslim diajar hidup dan maju melalui dasar ilmu dan intelek. Inilah kekuatan

Page 44: NOTA Antropologi

yang besar yang telah berjaya merubah bangsa Arab dari situasi Jahiliyyah kepada kejayaan. Berkenaan dengan ilmu dan intelek di Nusantara ini, Prof. Syed Muhammad Naguib Al-Attas menegaskan:

“Islam membawa semangat rasionalisma dan intelektualisma bukan sahaja di kalangan istana dan kraton, malah sampai juga dengan lebih merebak di kalangan rakyat jelata. Hal yang demikian ini dapat kita gambarkan dari banyaknya dan berkesannya risalah-risalah perihal falsafah dan metafizika yang khusus ditulis bagi keperluan umum. Sungguhpun cerita dongeng dan hikayat-hikayat Roman dan sebagainya masih tetap digemari di kalangan raja dan bangsawan, namun mereka ternampak giat merubah sikap terhadap penilaian sastera: jikalau dahulu mereka asyik menggemari renungan foya dongengan khayal, kini mereka giat mengajarkan penulisan dan pentafsiran ilmu-ilmu sejarah dan tasawuf serta falsafah Islam, justeru kerana tugas perhargaan dan penilaian sastera kini tiada lagi terletak dalam genggaman mereka, akan tetapi dipengaruhi oleh penulis-penulis bijak-pandai dan

Page 45: NOTA Antropologi

penterjemah-penterjemah handal yang menghasilkan karya-karya ini bukan bagi satu golongan kecil tertentu, malah sesungguhnya bagi keperluan meninggikan adab dan susila serta kesedaran orang ramai terhadap kemuliaan insan dan keagungan Tuhan menerusi Islam. Kita dapati banyak risalah dan kitab-kitab mengenai falsafah dan metafizika yang mengemukakan teori-teori atau faham dan kenyataan-kenyataan yang berdasarkan ilmu-ilmu pengetahuan dan pengenalan berkenaan dengan antologi, kosmologi dan psikologi sebagaimana terdapat dalam tulisan-tulisan ahli-ahli Falsafah Islam kenamaan, serta juga ahli-ahli falsafah dan ilmu kalam dari golongan muktalimin dan Ahli Mantiq, dan seterusnya dari ilmu kalam dari golongan seperti Plotinus, Aristotle dan Plato” (1972. 20-21)

Apa yang diungkapkan oleh Prof. Naquib di atas adalah senario perubahanyang berlaku dalam alam Melayu dahulu; dan ini sudah diakui sejarah. Sejarah lama kata beliau lagi tidak memberi nilai di atas. “tiada apa yang akan kita perolehi dari sejarah kuno dan sejarah purbakala melainkan nilai-nilai kebiadaban, nilai

Page 46: NOTA Antropologi

kesusilaan kolot yang antirasional dan nilai-nilai memperkukuhkan fahaman dan pandangan estatik – yang semuanya akan bertentangan dengan nilai-nilai moden (1977.57). Mungkin soal Falsafah Yunani itu boleh dibahaskan lagi. Tetapi hal ini tidak difokuskan di sini. Apa yang perlu difahami ialah tradisi ilmu ini telah dapat mendamaikan fikiran masyarakat. Dalam hal mengatur dan menguruskan kehidupan umat Melayu di Nusantara ini, mazhab syafi’i menyusun kerangka hubungan manusia-manusia, manusia-Tuhan dan manusia-alam. Fiqh al-Syafi’i berorientasikan ilmu telah berjaya meletak dasar dan menentukan ciri-ciri budaya, falsafah dan Tamadun Melayu Islam di rantau ini. Hukum-hukum Islam telah dijalankan di Melaka, Kedah, Acheh dan lain-lain daerah atau negeri tanpa ada pertelingkahan hingga membawa kepada pembunuhan atas nama mazhab seperti yang sering terjadi di beberapa buah negara Islam di Timur Tengah termasuk juga Pakistan hingga ke hari ini.

(v) Faham Ahli-Sunnah Wal Jamaah

Satu lagi faktor pemangkin kepada keamanan di

Page 47: NOTA Antropologi

rantau ini ialah pendekatan faham Sunni (Sunah) yang bersifat sederhana. Walaupun ada pengaruh-pengaruh Saidina Ali dan Syiah seperti yang tergambar dalam beberapa hasil persuratan Melayu pada peringkat awal sejarah Islam di sini umpamanya beberapa hikayat tentang Saidini Ali, Fatimah dan keturunan dengan pelbagai unsur kehebatannya juga kitab-kitab agama ulamak Melayu dahulu seperti Badrut – Tamam Wan Nujumus Sawaqib, Haqiqatul-Azhar Wa Rayahin, al-Fatawa al-Fataniyah oleh Syeikh Wan Ahmad bin Muhammad Zain bin Mustafa al-Fatani, Nasihat Ahlil Wafa ‘ala Wasiyatil Mustafa oleh Syeikh Ahmad bin Muhammad Yunus Lingga, Kasyful Ghummah, Warduz Zawahir, Fathul Manan, Jam’u al-Fawaid, Furu’ al-Masail oleh Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani, Bidayatul Hidayah oleh Syeikh Muhd Zain bin Faqih Jalaluddin al-Asyi (Acheh), Fathul Makkah, Nurul Anwar dan sebagainya oleh Syeikh cUtsman bin Syihabuddin al-Funtiani (Pontianak) dan lain-lain lagi. (Hj. Wan Muhammad Shaghir Abdullah. K.Kerja. 1996). Namun apabila aliran fikiran sunni menapak, maka pengaruh Syiah semakin malap dan tinggal menjadi warisan persuratan.

Page 48: NOTA Antropologi

Muhammad Uthman el-Muhammady , Felo IKIM dalam kertas kerjanya “Islam Sebagai Benteng Peradaban Melayu-Cabaran Masa Hadapan” antara lain tentang aliran sunni beliau menyebut :-

Kedatangan Islam membawa kebenaran dalam rupa huraian tentang pandangan hidup dan aqidah Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah dan juga epistemologinya, sama ada dalam bentuk Usuluddin ataupun bentuk metafisika; kaedah pemusatan diri dan masyarakat atas kebenaran berlaku dalam rupa ibadat, amalan rohaniah, akhlaq dan juga hukum yang dijalankan dalam hidup, baik hidup perseorangan dan juga hidup kolektiviti. “Geometry” inilah yang menjadi paksi bagi masalah budaya dan beradaban ini. Selepas ini baharulah kita mampu melihat bagaiman Islamnya dan utuhnya aspek-aspek lain dalam perbincangan tentang budaya dan peradaban kita: dengan hidup sosialnya, adat istiadatnya, seni budaya dan nilai-nilainya, hidup perekonomiannya dan ilmiahnya, sampailah kepada artifak-artifak dan pakaian serta perhiasan, termasuk perhiasan rumah; tidak syak lagi aspek-aspek yang lain itu ada mempunyai ciri-ciri keIslamannya secara

Page 49: NOTA Antropologi

berlebih kurang. (h.5)

Apa yang ingin ditekankan di sini ialah dengan berlakunya proses Islamisasi rantau ini, maka timbullah Tamadun Islam Sunni dengan ciri-cirinya yang jelas. Manifestasi kelainan-kelainan dalam kepercayaan dan amalan serta kebiasaan kehidupan dalam rantau ini memang ada, tetapi kerangkanya bagi kehidupan dari doktrin dan keadah amalannya serta nilai-nilainya, itu semua adalah Islam Sunni. Manifestasi kelainan daripadanya adalah aspek-aspek pinggiran dalam budaya dalam tamadun ini, yang perlu diperbetulkan secara bijaksana dan hikmah serta aman damai, sesuai dengan perkembangan Islam yang berlaku dalam rantau ini sendiri. (h.5)

Seterusnya beliau pinta pertahankan aliran sunni:Pegangan dan amalan Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah inilah yang perlu dipertahankan dalam menghadapi pemikiran klasik yang menyeleweng seperti Mu’tazilah, Jabariyah, Qadariah, Murjiah, Syiah dan Khawarij serta Batiniyah yang sesat yang menyelinap masuk dibawah nama tariqah-

Page 50: NOTA Antropologi

tariqah yang menyeleweng. Penyelewengan klasik itu perlu diketahui dan dimengerti supaya umat tidak terperusuk ke dalamnya. (h.6)

Mengapakah faham sunni dianggap damai dan sederhana sementara aliranSyiah dan lain-lain didakwa ekstrem? Walaupun doktrin aliran-aliran ini tidak banyak perbezaan, tetapi sedikit perbezaan yang ada cukup membezakan mereka malah memberikan implikasi yang berlainan. Faham Sunni lebih sederhana dan halus perbicaraannya sementara Syiah lebih redikal justeru ada norma-norma politik di dalamnya. Contoh yang boleh ditunjukkan di sini ialah sikap mereka terhadap para sahabat Rasullullah s.a.w yang disifatkan sebagai murtad. Semua sahabat Rasulullah s.a.w adalah perosak agama. Kebenaran yang ada selepas Rasulullah s.a.w hanyalah ada pada Saidina Ali bin Abu Talib dan beberapa orang sahabat sahaja seperti al-Miqdad bin al-Aswad, cAmmar bin Yasir, Abu Dzar al-Ghaffari dan Salman al-Farisi. Inilah sahaja orang-orang yang boleh dipercayai. Orang lain dari aliran ini boleh diperangi justeru mereka perosak agama. Angin perseteruan ini

Page 51: NOTA Antropologi

berpanjangan hingga kini. Syiah sangat radikal dalam mempertahankan doktrin mereka. Mereka sedia mati syahid (menurut tafsiran mereka) demi menjaga dan mengembangkan ajaran mereka. Aliran ini tidak sesuai dengan tabii damai orang-orang Melayu dirantau ini.

Dari segi sejarah, dalam konteks Indonesia umpamanya H.Aboebakar dalam bukunya Sejarah Al-Quran menerangkan bahawa amal ibadat golongan Syiah ini serta keyakinannya meluas hingga ke Pakistan dan India tetapi setelah keluar dari Parsi (Iran) ia sudah banyak bercampur dengan ahli Sunnah, hingga sukar membezakan kembali antara kedua keyakinan ini. Aliran ini (turut sama ke Nusantara) dengan kedatangan agama Islam ke Indonesia melalui India. Hingga kini masih kelihatan kesan-kesannya. Perhubungan dunia antara Indonesia dengan negara-negara Islam, istimewanya dengan Makkah dan Mesir, menyebabkan perlahan-perlahan bekas-bekas (kesan) kenyakinan Syiah itu lenyap dari masyarakat kaum Muslimin Indonesia, tetapi beberapa kejadian seperti upacara merayakan hari sepuluh Muharram atau Asyura iaitu perayaan

Page 52: NOTA Antropologi

memperingati hari keguguran kedua anak Saidina Ali, iaitu Hasan dan Husin, masih terdapat dibeberapa tempat di Indonesia. Perayaan tabut Hasan Husin baru sahaja terhapus dibeberapa daerah di Sumetara pada waktu akhir-akhir ini (h.aboebakar. 1973. Sejarah al-Quran.252) di Malaysia juga ada sambutan ini tetapi ia lebih bersifat budaya semasa yang tidak diikat dengan kepercayaan dan doktrin Syiah.

Petikan - petikan dari akhbar tahun 1996 dibawah adalah bukti bahawa pemerintah-pemerintah Malaysia dan Indonesia menyedari bahaya Syiah dan mengambil tindakan terhadapnya:(a). Utusan Malaysia 3.3.1996

Tajuk “Strategi melumpuhkan Al-Arqam Bendung Fahaman Syiah”

a. Pusat Islam melalui Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Dr. Abdul Hamid Othman mencadangkan kepada kerajaan supaya strategi yang berjaya melumpuhkan pergerakan Al-Arqam digunakan untuk membendung penyebaran fahaman Syiah di Malaysia.

Page 53: NOTA Antropologi

b. Para pemimpin Syiah mengajar pengikut mereka menjadi fanatik, dengan kepercayaan bahawa pengikut Syiah yang terkorban kerana berpegang kepada fahaman mereka (Syiah) dianggap mati syahid.

c. Sudah diketahui umum bahawa akan timbul masalah apabila adanya pengikut fahaman Syiah.

d. Negara-negara seperti Bahrain, Lebanon dan Pakistan telah berlaku kes ekstrem yang melibatkan pengikut Syiah, termasuk pembunuhan saudara Islam di dalam masjid.

e. Oleh itu fahaman Syiah perlu dibendung segera kerana selain mengancam keselamatan negara, ia juga boleh memecahbelahkan umat Islam.

(b). Berita Harian 5.3.1996

Tajuk “Memantapkan Wadah Islam Serantau”

a. Ketua Pengarah Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Kementerian Agama Indonesia,

Page 54: NOTA Antropologi

Drs. Ahmad Gozali, telah ditemubual oleh Berita Harian sempena mesyuarat ke-6 Menteri-menteri Agama MABIMS. Beliau menyatakan bahawa perkembangan fahaman Syiah memang harus dihalang, kerana prinsip ajarannya dalam banyak hal tidak cocok dan menyimpang daripada pegangan Sunni serta boleh merosakkan Akidah.

b. Rakyat Indonesia adalah pengikut Sunni, tertentu saja dan usaha-usaha untuk memasukkan fahaman Syiah ke sini, tetapi jangan khuatir sebab kepercayaan dan pegangan masyarakat pada ajaran sunni masih kuat. Namum begitu kita tetap berwaspada.

(c). Berita Harian 29.10.1996

a. Ijtimak ulama Semalaysia ke-8 yang berlangsung selama empat hari di Kuala Lumpur mengambil keputusan bahawa masyarakat Islam di sini hanya menerima mazhab Ahli-Sunnah wal-Jamaah sahaja sebagai aqidah dan amalan.

b. Mazhab sunni ini diterima sebagai ajaran yang stabil dan harmoni dalam kepelbagaian etnik di

Page 55: NOTA Antropologi

sini.

c. Mazhab lain jika dibiarkan akan menjadi faktor perpecahan dan konflik antara anggota ummah.

d. Budaya Syi’ah meniupkan sifat radikal pada umat dan negara yang tidak menerima ajarannya. Ini telah terbukti di negara-negara yang ada penganut Syi’ah.

Demikian sekadar contoh sikap dan tindakan pihak pemerintah terhadap Syiah sejak tahun 90an dahulu dan ia berterusan hingga ke hari ini.

(vi) Persamaan Manusia

Manusia walau apa bangsa atau di manapun mereka hidup, sentiasa berdoa agar mereka dapat hidup aman dan bahagia. Untuk itu, jika ada hal-hal yang boleh menimbulkan ketegangan terutama sekali ketegangan kaum, ia akan cuba dihapuskan. Tetapi “masalah dalaman” sesuatu bangsa didapati lebih sukar untuk diubati. Contohnya perbalahan tentang kelas dan tingkatan masyarakat atau kasta seperti yang berlaku dalam komuniti Hindu hingga

Page 56: NOTA Antropologi

kini didapati sulit untuk ditiadakan. Ia telah menimbulkan banyak bala dari nikmat. Persoalan kasta ini sangat diambilkira dalam hampir setiap acara kehidupan. Pembunuhan, pergaduhan dan lain-lain kezaliman sering berlaku terutamanya di India hingga ke hari ini.

Orang-orang Hindu yang datang dan bermastautin di alam Melayu ini dapat merasa sendiri kehidupan harmoni masyarakat tanpa disekat oleh apa-apa kasta yang menyiksa. Islam mengamalkan ajaran sama-rata. Ini berpunca dari asal kejadian manusia lagi iaitu ciptaan manusia dari air (al-Furqan. 25:54), dari tanah (al-Anbiya’ 21:30), dari pati tanah (al-Mukminun 23:12) dari Tin yang liat dan sebati (al-Safat 37:11) dari tanah yang panas dan berbau (al-Hijr 15:28), dari tanah yang keras seperti tembikar (al-Rahman 55:14), dari tanah bumi (al-Najm 53:32) dan menjadikan bentuk rupa manusia (al-Hijr 15:29). Semua manusia bermula dari Adam a.s. manusia pertama ciptaan tuhan. Kesamarataan ini juga menyangkut lain-lain perkara seperti sama rata di harapan keadilan. Syariat Islam tidak mengamalkan diskriminasi sosial. Semua orang Islam tanpa mengira pangkat

Page 57: NOTA Antropologi

dan kedudukan, sama statusnya di hadapan undang-undang. Rasulullah s.a.w. sendiri telah meletakkan asas undang-undang ini bahawa jika anaknya sendiri Fatimah membuat kesalahan, ia pasti menerima hukuman. Ini bermakna undang-undang Syariat itu memberi jaminan sosial yang saksama. Asas ini, setidak-tidaknya dari sudut dasar, telah dapat melegakan ramai orang yang berurus-niaga atau bermastautin di nusantara ini. Bangsa lain umpamanya kaum Hindu dapat melihat citra sama-taraf ini di alam Melayu. Di India hal perbezaan kasta ini masih lagi mempengaruhi pola budaya dan tingkahlaku masyarakat dan banyak membawa akibat negatif. Islam menolak kasta atau diskriminasi status sesama manusia. Hiduo masyarakat lebih tenang dan tenteram.

(vii) Agama Masyarakat

Faktor kelemahan agama Hindu sendiri telah menyebabkan orang Melayu Nusantara dahulu beralih kepada Islam. Kebanyakan ahli sejarah bersetuju bahawa kebanyakan penduduk kepulauan Melayu mengekalkan asas-asas

Page 58: NOTA Antropologi

kebudayaan mereka sendiri. Hinduisma telah dan masih sering menjadi kebudayaan kelas atasan, tetapi tidak menjadi benar-benar kebudayaan ramai. Hinduisma pada asasnya adalah agama aristokrat yang tidak dimaksudkan untuk massa (Aminuddin Mohd. Yusuf, 1974 sukses 25-30). Keadaan ini, menjadikan wujudnya jurang dan kelainan antara golongan atasan dengan rakyat bawahan. Kesannya pelbagai unsur budaya juga berlainan. Golongan atasan dengan dengan citra atasannya, sementara rakyat awam mengamalkan gaya hidup dan budayanya. Islam membawa tabii dan watak yang berlainan. Ia adalah agama semua lapisan masyarakat dari Raja-raja dan elite atasan hingga kepada petani dan nelayan di kampung. Citra harmoni ini telah menghapuskan jurang antara lapisan-lapisan masyarakat itu. Wujud kerjasama dan ikatan budaya antara rakyat dengan raja yang memerintah. Inilah yang berkekalan hingga kini. Kemudian beberapa kewajipan dalam agama tambah mengeratkan lagi hubungan tersebut seperti sembahyang jemaah dan kewajipan zakat.

(viii) Tasawwuf dan Kedamaian

Page 59: NOTA Antropologi

Amalan Tasawwuf juga turut menyumbang ke arah budaya damai itu. Sarjana sastera Melayu dari Rusia Vladimir I Braginsky yang pernah menjadi guru besar sastera Melayu di Universiti Negeri Lomonosou di Moskwa, dalam pendahuluan bukunya Tasawwuf dan Sastera Melayu berpendapat bahawa mubaligh-mubaligh sufi dengan tabiat sufi itu telah berjaya mengembangkan Islam secara damai di Nusantara ini. Kita ikuti pendapatnya:

“Sejak akhir abad ke 14 terutama sekali abad ke 16-17 tasawwuf selalu memainkan peranan yang sangat penting dalam sejarah, agama dan budaya di kawasan Melayu-Indonesia yang maha luas. Cukup dikatakan, bahawa justeru bentuk sufi ternyata bentuk yang paling sesuai dengan mentalitas rakyat-rakyat di dunia kepulauan itu, bagi tersebar khasnya Islam di kalangan mereka. Semangat toleransi yang menjadi kelaziman dalam tasawwuf mazhab Ibn Arabi yang agung itu, serta juga kecekapan dan kefasihan mubaligh-mubaligh sufi yang tahu jalan-jalan menuju hati, baik para intelektual dan aristokrat yang terpelajar mahupun

Page 60: NOTA Antropologi

rakyat jelata, sangat memperindah bagi masuknya agama Islam dalam semua serata masyarakat”. (1993,XI)

Peranan para sufi sangatlah besar dalam hal dakwah ini. Pengembara-pengembara sufi sejak akhir abad ke 12 lagi telah semakin ramai berada di Nusantara. Mereka berjaya mengislamkan ramai orang Melayu Nusantara dengan mengambil pendekatan sosial yang harmoni iaitu menekankan kesesuaian Islam dengan keadaan masyarakat setempat. Banyak tariqat berkembang di seluruh Nusantara. Abu Hassan Sham merakamkan:

Tariqat Naqsyabandiah adalah satu dari organisasi tariqat yang tersebar di rantau ini. Mengikut Syed Muhamad Naquib al-Attas selain dari tariqat Naqsyabandiah ini, ada lapan tariqat lagi yang terbesar di Malaya. Tariqat-tariqat itu ialah Kadariyyah, Rafaiyyah, Syadiliyyah, Distiyyah, Syatariyyah, Ahmadiyyah, Tijaniyyah dan Alawiyyah. Sebenarnya dari 9 organisasi tariqat ini banyak lagi organisasi yang lain. Ia bermula dengan 14 jenis tariqat kemudian berpecah lagi kepada 163 jadi jika dicampur dengan 14 yang

Page 61: NOTA Antropologi

asal, organisasi (order) tariqat berjumlah 177 tetapi yang masih kekal hingga ke hari ini berjumlah 76 jenis tariqat sahaja”. (1980,75)

Walaupun tariqat yang masih kekal menurut Abu Hassan Sham hanyalah 12 jenis sahaja, tetapi perkara yang penting disebutkan ialah kesan tindakan mereka itu yang bersifat damai, toleransi dan harmoni, bukan berkonfrantasi yang berhubungan dengan kekuatan militer.

(ix) Perlindungan terhadap kaum minoriti

Negara-negara di nusantara ini mempunyai satu masalah yang kronoik iaitu kaum minoriti yang berasal di sini atau yang datang dari luar dan menetap di daerah ini. Dua bangsa utama yang jelas bertaburan di sini ialah Cina dan India. Mereka membawa agama, tradisi, bahasa dan budaya mereka sendiri. Unsur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dibawa itu tidak dipaksa supaya mereka meninggalkannya. Mereka bebas mengamalkannya malah bebas membina rumah-rumah ibadat mereka sendiri asalkan menurut peraturan. Orang Cina dan India bebas hidup dan

Page 62: NOTA Antropologi

menikmati kesenangan justeru Islam iktiraf unsur-unsur asing, sama seperti sikap Islam terhadap kaum Yahudi dan Nasrani di Madinah tadi. Kesannya ialah mereka selesa hidup di Nusantara dan ramai orang Cina yang ditanya, tidak mahu pulang ke negeri Cina lagi. Demikian juga orang-orang India.

2. AMALAN AWAL TOLERANSI

Di awal kertas ini ada dijelaskan tentang masyarakat Madinah. Madinah yang sebelumnya terkenal dengan nama “Yasrib” adalah sebuah kota yang didiami oleh sebahagian besarnya orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang Arab. Juga terdapat beberapa suku kaum atau kabilah. “Yasrib” tidak pernah aman. Apabila Islam memerintah, mereka memberi kepercayaan kepada kepimpinan Nabi Muhammad s.a.w untuk memimpin, atau menerima Islam sebagai peneraju Yasrib. Kemunculan Islam dan kepimpinan Rasulullah s.a.w itu telah mempamerkan sikap sebenar Islam iaitu memimpin, meneraju seterusnya memberikan keamanan untuk Yahudi, Nasrani dan kaum Muslimin. Hal ini telah

Page 63: NOTA Antropologi

diketahui umum. Rasulullah s.a.w telah membuktikan tabii damai, harmoni serta toleransi Islam kepada pelbagai suku kaum. Perjanjian-perjanjian yang menguntungkan semua kaum dan kabilah telah diadakan. Akhirnya kaum muslimin yang minoriti tetapi berkuasa, boleh hidup bersama dengan kaum dan kabilah yang berbeza dengan mereka. Rasulullah s.a.w juga dilaporkan sebagai berkata :-

“Bahawa barangsiapa melakukan kezaliman terhadap mereka yang bukan Islam maka dia akan mendapat tentangan Nabi di hari kemudian”.

Khalifah Abu Bakar al-Siddiq telah meneruskan dasar-dasar toleran, yakni melanjutkan apa yang pernah dibuat oleh Rasulullah s.a.w. Ketika diutuskan panglimanya Usamah bin Zaid ke medan perang, khalifah mengatakan: “Saya amanahkan kepada kamu agar jangan menipu membohongi orang, jangan berkhidmat dan jangan berbuat serong. Jangan membalas dendam. Jangan bertindak kejam dan menyiksa. Jangan memusnahkan badan orang yang telah mati. Jangan membunuh wanita. Jangan menebang

Page 64: NOTA Antropologi

pokok-pokok dan merosakkan tanaman. Jangan menyembelih binatang ternakan kecuali bila perlu kerana kehabisan makanan. Jangan mengusik orang yang sedang beribadat dalam gereja-gereja dan biara. Jangan kamu ganggu gereja dan biara mereka dan biarkanlah mereka beribadat dalam rumah-rumah mereka. (Umar Hasyim – 1979,181).

Khalifah Umar al-Khattab pula pernah membuat perjanjian dengan orang-orang Elia. Antara isi perjanjian itu ialah :-

“ Inilah janji aman yang diberikan oleh hamba Allah Umar Amirul Mukminin kepada penduduk Elia. Ia memberi keamanan di atas diri dan harta mereka serta gereja-gereja mereka dan palang-palangnya. Bahawa yang sakit dan yang sihat dan seluruh penduduknya atau pemeluk agamanya, bahawa gereja-gereja mereka tidak boleh diduduki, tidak boleh diruntuh, bahkan tidak boleh dikurangkan sesuatu pun pada gereja itu, tidak isi-isinya, tidak sedikit pun harta-harta kepunyaan mereka diambil, mereka tidak boleh dipaksa dalam urusan agama dan tidak boleh disakiti. Bahawa Elia tidak boleh didiami oleh seorang pun dari

Page 65: NOTA Antropologi

kaum Yahudi”. (Muhammad Hamidullah. 1969. 379-380).

Amalan Rasulullah s.a.w dan para sahabat di atas adalah contoh atau bukti sejarah bahawa Islam bukan agama ganas dan sukakan keganasan. Orang-orang bukan Islam hingga kini di serata negera Timur Tengah umpamanya hidup dan mencari makan sama seperti orang-orang Islam. Sebaliknya orang-orang Islam di beberapa negara Eropah, di India, Burma dan sebagainya sering ditindas dan dizalimi. Rumah orang-orang Islam sering dibaling batu, botol atau bom api seperti yang kerap berlaku di United Kingdom. Tetapi orang Islam di alam Melayu tidak bertindak ganas seperti merosakkan tempat-tempat ibadat dan budaya non-muslim. Candi Borobodor umpamanya tidak dibom atau dimusnahkan. Tempat ibadat Hindu di Batu Cave, Selangor, Malaysia terus dijaga. Gereja-gereja Kristian bercambah di sana sini. Dan yang paling besar sekali ialah orang-orang Islam tidak mengganas membakar segala kilang atau industri bukan Islam. Bahkan mereka semacam “direlakan” untuk bebas berniaga dan mengumpul harta!

Page 66: NOTA Antropologi

Mengapakah kita bercakap dan berbicara tentang kedamaian dan toleransi ini di sini buat masa ini? Banyak jawapan yang dapat diberikan namun perkara asasnya ialah tabii agama ini sendiri adalah untuk ‘selamat’ dan ‘aman’. Islam tidak mengajar umatnya malah dengan umat lain untuk berperang dan berbunuhan, Al-Qur’an banyak sekali menegaskan persoalan ini contohnya surah al-Nisa (4):135), surah al-Ma’idah (5):28), surah al-Taghabun (64):14), al-Furqan (25):63) dan banyak lagi.

3. KESIMPULAN

Kedamaian memainkan peranan yang cukup besar dalam kontek perkembangan dan amalan Islam. Sesuatu yang berkesan sukar untuk tumbuh dan maju dalam keadaan yang tertekan. Demikianlah perkembangan Islam. Nusantara telah dan sedang menikmati keadaan damai itu. Kerja kita sekarang ialah bagaimana kita dapat mengekalkan citra damai dan toleransi ini, agar Islam akan terus kekal, terus berkembang maju dan dapat diterima

Page 67: NOTA Antropologi

oleh pelbagai etnik tanpa konflik atau peperangan. Sudah tentu fahaman-fahaman Syiah, Wahabi dan lain-lain yang berunsur ganas, tidak toleran dan ekstrem tidak boleh dibenarkan berkembang di Alam Melayu ini.

BACAAN & RUJUKAN

1. Prof. Dr. Azyumardi Azra. 1999. Renaisans Islam Asia Tenggara.Bandung. P.T. Remaja Rosdakarya.

2. Shellabbear W.G.1977. Sejarah Melayu. K.Lumpur. Fajar Bakti.

3. Prof. Yusoff Hashim. 1992. The Malay Sultanate of Malacca. K.Lumpur. Dewan Bahasa dan Pustaka.

4. Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib Al-Attas. 1972. ISLAM Dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu. K.Lumpur. U.K.M, Bangi, Selangor.

Page 68: NOTA Antropologi

5. Ustaz Muhammad cUthman el-Muhammady (k.kerja) “ Islam Sebagai Benteng Peradaban Melayu – Cabaran Masa Hadapan” di Seminar Peradaban Melayu 1-3 Mac 1997 anjuran bersama Jabatan Persuratan Melayu U.K.M dan Berita Harian (M) Berhad.

6. Braginsky, Uladimir I, 1993. Tasawwuf dan Sastera Melayu: Kajian dan Teks-teks, Jakarta. RUL.

7. Abu Hassan Sham. 1980. “Tariqat Naqsyabandiah dan Peranannya Dalam Kerajaan Melayu Riau Sehingga Awal Abad Kedua Puluh” dalam Prof. Khoo. Kay Kim et. al. (sidang Pengarag) Tamadun ISLAM di Malaysia, Kuala Lumpur, Persatuan Sejarah Malaysia.

8. Aminuddin Mohd. Yusuf. 1974. “Kemasukan Kebudayaan Hindu Kepulauan Melayu” Sukses Bil. 2, h.25-30. Majalah Bahasa dan Sastera, Studi Kelab Bahasa dan Sastera U.K.M. Lembah Pantai, K.L

9. Hj. Wan Muhammad Shaghir Abdullah. Kertas

Page 69: NOTA Antropologi

Kerja 21 Julai 1996. “Pengaruh Pemikiran Saidina Ali Di Alam Melayu” Satu Analisis Berdasarkan karya-karya Melayu” Anjuran Infotaiment Enterprise. PORIM Bangi, Selangor.

10. Hj. Wan Muhammad Shaghir Abdullah. 1992. Syeikh Ahmad Al- Fathani, Ahli Fikir Islam dan Dunia Melayu. K.L. Khazanah Fathaniyah.

11. Hashim Hj. Musa. 2004. Pemerkasaan Tamadun Melayu Malaysia Menghadapi Globalisasi Barat. K.L Universiti Malaya.

12. H. Aboebakar . 1973. Sejarah al-Quran. K.L. Pustaka Antara.

13. Umar Hasyim. 1979. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam. Jakarta; P.T. Bina Ilmu.

14. Muhd Hamidullah. 1969. al-Wathiq as Siyasah. Beirut, Dar. Irshad.

Page 70: NOTA Antropologi

MaluDari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.

Lompat ke: pandu arah, gelintar

Malu adalah satu perasaan negetif yang timbul dalam diri seseorang akibat daripada kesedaran diri mengenai perlakuan tidak senonoh yang dilakukan oleh dirinya sendiri.

Setiap orang yang normal mempunyai perasaan malu. Tetapi setiap masyarakat mempunyai pandangan yang berbeza mengenai malu. Sehubungan itu, pendapat mengenai apa yang dimaksudkan malu, apa yang mendatangkan malu serta tindakan yang harus untuk mengatasi perasaan malu berbeza-beza dari satu masyarakat ke satu masyarakat yang lain. Ini adalah kerana dalam konsep malu dan segan ini sebenarnya terkandung satu sisitem nilai dan kepercayaan sesebuah masyarakat itu.

Malu dalam masyarakat Melayu mempunyai 3 lapis pengertian, iaitu:

Malu Sebagai Perasaan Malu Sebagai Tanda Harga Diri Malu Sebagai Fungsi Kawalan Sosial

Maka, Esei ini akan membincangkan konsep malu dalam Masyarakat Melayu daripada ketiga-tiga pengertian ini.

Isi kandungan

[sorok] 1 Malu Sebagai Perasaan 2 Malu Sebagai Tanda Harga Diri 3 Malu Sebagai Fungsi Kawalan Sosial 4 Kesimpulan 5 Lihat Juga 6 Nota Kaki

7 Senarai Rujukan

Malu Sebagai Perasaan

Page 71: NOTA Antropologi

Malu sebagai perasaan merujuk kepada istilah “rasa malu”. Istilah-istilah Melayu yang merujuk kepada pekara ini termausklah, “berasa aib”, “rasa segan” dan juga “segan silu”. Orang yang menunjukkan perasaan malu, akan diperikan sebagai “malu-malu” dan “takut-takut”.

Secara umumnya, malu merupakan perasaan rendah diri ataupun berasa segan silu terhadap kekurangan yang ada pada diri sendiri apabila dibandingkan dengan orang lain. Kekurangan ini boleh diertikan sebagai kebodohan, kejahilan, tidak sertimpal, tidak seperti, mahupun tidak setaraf. Individu yang mengalami perasaan begini selalunya menganggap dirinya lebih kecil dan hina daripada orang lain yang dianggapnya mempunyai serba kelebihan pula.

Malu merupakan sesuatu yang berpunca. Berdasarkan puncanya malu boleh dibahagikan kepada tiga jenis seperti di bawah:

malu-malu bahasa segan aib

Malu-malu bahasa merujuk kepada perasaan malu yang berpunca daripada perasaan hormat. Perasaan malu-malu bahasa timbul apabila seseorang itu berhadapan dengan orang yang dihormati. Perasaan malu ini agak serdeharna dan tidak sampai boleh menyakiti hati seseorang.

Segan merujuk kepada perasaan malu yang timbul daripada perbuatan janggal. Perasaan segan timbul, apabila seseorang tidak biasa melakukan perkerjaan tertentu sehingga timbul keadaan yang janggal. Biasanya ia timbul apabila seseorang “baru” dalam pekerjaan tertentu. Misalnya seseorang akan berasa segan untuk bertutur kepada orang yang tidak dikenali, lebih-lebih lagi jika beliau jarang untuk berbuat demikian. Perasaan segan walupun tidak menyenagkan hati seseorang tetapi tidaklah ia sampai menyakit hati.

Aib merujuk kepada perasaan malu yang berpunca daripada perbuatan yang jahat. Perasaan aib merupakan malu yang kuat. Biasanya ia timbul apabila seseorang menyedari dirinya telah melakukan dosa dan perbuatannya itu telah terbongkar dan diketahui umum. Perasaan aib ini sangat berkait dengan penghinaan. Orang yang berasa aib mungkin akan melakukan tindakan yang estrim seperti membunuh diri.

Malu Sebagai Tanda Harga Diri

Dari segi kehidupan bermasyarakat, perasaan malu itu berkaitan dengan maruah, harga diri dan air mukanya seseorang. Orang yang beroleh malu bermaksud bahawa maruah, harga diri dan air mukanya telah tercemar. Dalam keadaan ini, kedudukan sosialnya telah terjejas dan menjadi rendah. Ketercemaran ini berpunca daripda perlakuannya sendiri dan juga oleh tekanan sosial.

Malu dianggap sebagai tanda harga diri kerana dikatakan seseorang itu dapat merasai maruah dan harga dirinya apabila beliau mempunyai perasaan malu. Sehubungan itu, malu merupakan sesuatu yang sihat bagi

Page 72: NOTA Antropologi

orang yang bermaruah kerana perasaan ini sebenarnya dapat mendorong seseorang untuk menjaga maruah dan harga diri.

Bagi mereka yang tidak mempunyai perasaan malu, mereka lazimnya dianggap orang yang tidak tahu harga diri. Pemerian untuk mereka ini ialah “Tidak tahu malu” dan “muka tebal”. Orang yang tidak tahu malu biasanya merupakan kejian orang ramai dalam masyarakat Melayu.

Perasaan malu sebagaimana yang dikaitkan dengan maruah, dan harga diri amat penting dipupuk kepada anggota-anggota masyarakat. Dengan memberi kesedaran mengenai perasaan malu yang ada pada diri seseorang itu boleh menjadi penghalang atau benteng yang penting bagi anggota masyarakat agar tidak melakukan sesuatu yang dianggap menyeleweng. Daripada itu malu boleh dikaitkan dengan fungsi kawalan sosial seperti apa yang akan dibincangkan di bawah:

Malu Sebagai Fungsi Kawalan Sosial

Masyarakat Melayu menyedari bahawa malu merupakan satu fungsi kawalan sosial dengan adanya perpatah yang berbunyi:

Kerana malu tahu menilai batas

Malu merupakan satu perasaan negetif yang timbul daripada kesedaran diri seseorang mengenai perlakuan yang tidak senonoh. Daripada itu, seseorang akan mengelakan diri daripada perlakuan yang buruk bagi mengelakkan diri daripada beroleh malu. Dari segi ini, malu sememangnya boleh mengawal tingkah laku seseorang dan dengan itu memainkan fungsi kawalan sosial.

Masyarakat Melayu yang hidup secara berkeluarga juga menguatkan lagi fungsi malu sebagai kawalan sosial. Dalam masyarakat Melayu seseorang itu bukan sahaja akan menanggung malu daripada perbuatannya sendiri malah akan menanggung malu daripada perbuatan ahli keluarganya. Ini adalah kerana keluaraga Melayu yang mempunyai perasaan kekitaan terhadap keluarganya sendiri dan juga kerana masyarakat Melayu menganggap bahawa seseorang itu terikat kepada keluarganya. Misalnya, seorang anak akan menyebabkan ibu bapa mereka malu sekiranya ia telah melakukan sesuatu yang jahat seperti mencuri. Dalam peribahasa Melayu, tindakan anak ini diperikan sebagai “menconteng arang di muka ibu bapa”.

Bagi mengelakkan diri mereka menanggung malu seseorang itu akan cuba mengawal ahli keluarga mereka supaya tidak melakukan perbuatan yang buruk. Di sini, sekali lagi kita boleh lihat bahawa malu telah memainkan satu fungsi kawalan sosial

Kesedaran mengenai malu sebagai fungsi kawalan sosial juga boleh dilihat dari segi manipulasi konsep malu dalam puisi Melayu lama. Di sini, konsep malu telah digunakan untuk menasihati orang ramai supaya berkelakuan baik. Contohnya[1]:

Page 73: NOTA Antropologi

Buah ganja makan dikikir

Dibawa orang dari hulu

Barang Kerja hendak difikir

Supaya Jangan mendapat malu

Dan satu lagi contoh[2]:

Tingkah laku tidak kelulu

Perkataan kasar keluar selalu

Tidak memikirkan aib dan malu

Bencilah orang hilir dan hulu

Puisi-puisi Melayu Lama di atas telah menasihatkan orang ramai supaya mengingatkan perasaan malu supaya mereka berkelakuan baik. Di sini kita boleh lihat bahawa adanya satu kesedaran mengenai malu sebagai satu fungsi kawalan sosial dalam masyarkat Melayu.

Kesimpulan

Malu satu emosi yang negetif bagi orang keseorangan. Tetapi ia merupakan aspek yang positif dalam kehidupan bermasyarakat, kerana perasaan malu dapat mengawal orang keseorangan supaya tidak menyeleweng daripada norma masyarakat dan sekaligus dapat membentuk satu suasana sosial yang lebih harmoni. Oleh itu sikap “tahu malu” seharusnya dipupuk dalam masyarakat kita.

Lihat Juga

Penghinaan Maruah Diri

Nota Kaki

1. Nukilan daripada koleksi pantun Melayu, lihat Kumpulan Pantun Melayu, Dewan Bahasa dan Pustaka, 1984, hlm 137.

2.Raja Ali Haji, Syair Nasihat(Penghujung Thamarat al-Muhimmah) dlm Puisi-puisi Raja Ali Haji, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1994, hlm 291.

Page 74: NOTA Antropologi

Senarai Rujukan

Kamus Dewan.1994. Ed Ketiga. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka

Kumpulan Pantun Melayu. 1984. Zainal Abidin Bakar(pngr). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Mohamed Mansor Abdullah.1993.Konsep Malu dan Segan Orang Melayu. Dlm. Psikologi Melayu. Abdul Halim Othman (pngr). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Puisi-puisi Raja Haji Ali. 1993. Abu Hassan Sham(pngr). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Shame .Dlm Wikipedia The Free Encyclopedia (Ensiklopedia Internet). http//en.wikipedia.org/wiki/shame. 27/5/05.