30
Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Laboratorium Anak dan Dewasa Agar dapat memantau keadaan kesehatan kita, perlu dilakukan tes laboratorium secara berkala - untuk informasi lebih lanjut. Tetapi kita bingung tentang hasil laboratorium yang telah kita lakukan, maka biasanya kita akan bertanya : apakah normal? apakah nilai lab. kita kurang atau terlalu tinggi? Maka perlu untuk mengetahui nilai normal dari pemeriksaan kesehatan yang telah kita lakukan, dan perlu dicatat bahwa setiap hasil pemeriksaan laboratorium perlu adanya konsultasi ke dokter ataupun petugas pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang hasil normal pemeriksaan laboratorium adalah bahwa setiap laboratorium menentukan nilai ‘normal’, yang ditunjukkan pada kolum ‘Nilai Rujukan’ atau ‘Nilai Normal’ pada laporan laboratorium. Nilai ini tergantung pada alat yang dipakai dan cara pemakaiannya. Tidak ada standar nilai rujukan. Jadi angka pada laporan kita harus dibandingkan dengan nilai rujukan pada laporan, bukan dengan nilai rujukan pada lembaran ini. Bahaslah hasil yang tidak normal dengan dokter. Tubuh manusia tidak seperti mesin, dengan unsur yang dapat diukur secara persis dengan hasil yang selalu sama. Hasil laboratorium

Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Laboratorium Anak Dan Dewasa

  • Upload
    gilang

  • View
    473

  • Download
    37

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nilai normal hasil pemeriksaan

Citation preview

Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Laboratorium Anak dan Dewasa

Agar dapat memantau keadaan kesehatan kita, perlu dilakukan tes laboratorium secara berkala - untuk informasi lebih lanjut. Tetapi kita bingung tentang hasil laboratorium yang telah kita lakukan, maka biasanya kita akan bertanya : apakah normal? apakah nilai lab. kita kurang atau terlalu tinggi?

Maka perlu untuk mengetahui nilai normal dari pemeriksaan kesehatan yang telah kita lakukan, dan perlu dicatat bahwa setiap hasil pemeriksaan laboratorium perlu adanya konsultasi ke dokter ataupun petugas pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lebih lanjut.

Beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang hasil normal pemeriksaan laboratorium adalah bahwa setiap laboratorium menentukan nilai normal, yang ditunjukkan pada kolum Nilai Rujukan atau Nilai Normal pada laporan laboratorium. Nilai ini tergantung pada alat yang dipakai dan cara pemakaiannya. Tidak ada standar nilai rujukan.

Jadi angka pada laporan kita harus dibandingkan dengan nilai rujukan pada laporan, bukan dengan nilai rujukan pada lembaran ini. Bahaslah hasil yang tidak normal dengan dokter.

Tubuh manusia tidak seperti mesin, dengan unsur yang dapat diukur secara persis dengan hasil yang selalu sama. Hasil laboratorium kita dapat berubah-ubah tergantung pada berbagai faktor, termasuk: jam berapa contoh darah atau cairan lain diambil; infeksi aktif; tahap infeksi HIV; dan makanan (untuk tes tertentu, contoh cairan harus diambil dengan perut kosong tidak ada yang dimakan selama beberapa jam). Kehamilan juga dapat mempengaruhi beberapa nilai. Oleh karena faktor ini,hasil lab yang di luar normal mungkin tidak menjadi masalah.

Pada tabel ini, terdapat tabel Paediatric normal ranges untuk hasil normal laboratorium pada anak dan adult normal ranges untuk hasil normal laboratorium pada anakDiagnosis dan Penatalaksanaan Pada SINDROM NEFROTIK

Dasar Kelainan : proteinuri yang massif karena membrana glomerulus porous (di ikuti hipoproteinemi, edema anasarka, hiperlipidemi)I.DIAGNOSISA. Keluhan pokok Bengkak seluruh tubuh di mulai dari kelopak mata, lalu dada, perut / asites, tungkai dan genitali. Bengkak demikian sudah berulang Urine keruhB.Tanda penting Edema anasarka / generalisata Sesak Anemi ringan Hipertensi ringanC.Pemeriksaan laboratorium Proteinuri massif (>3,5 g/24 jam) Hipoalbuminemi (250 mg%) Lipiduri Silinder dalam urine Fungsi ginjalD.Pemeriksaan khusus Esbach Elektrolit (Na, K, Cl) Biopsi ginjalII.KOMPLIKASI1. Hipoalbuminemi yang berat2. Hipokoagulasi / thrombosis3. Gagal ginjal akurat4. Infeksi5. Malnutrisi6. Hiperlipidemi7. Defisiensi vitamin DIII.PENATALAKSANAANA.Terapi umum1. istirahat Tirah baring sambil memakai stocking yang agak ketat2.Diet Diet protein tinggi tidak lagi di anjurkan , cukup 40-60 gr/ hari plus yang keluar Garam dan cairan dibatasi Kalori tinggi3.MedikamentosaObat pertama : Prednison, dosis 2 mg/kg BB/hari selama 2-4 minggu bila remisi lengkap, dilanjutkan berselang sehari 2 mg/kg BB/hari selama 1 bulan, lalu diturunkan bertahap sampai 4-6 bulan. Atau 60-80 mg/hari selama 2-4 mingguBila ada remisi lengkap dilanjutkan selama 4-6 bulan dengan intermitten Siklofospamid, dosis 0,5-3 mg/kg BB/hari selama 1-3 minggu Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitorObat alternative : Furosemide atau tiazid dosis rendah Antibiotik profilaksis dapat dipertimbangkan NSAIDsB.Terapi komplikasi -IV.PROGNOSISPerjalanannya hilang timbulMembaca Hasil Lab (darah+urine)

4 Untuk mengetahui kesehatan ginjal biasanya dilakukan dengan melakukan tes darah maupun tes urine. Biasanya hasil tes laboratorium dibaca oleh Dokter sebagai orang yang berkompeten untuk itu, tetapi tidak ada salahnya jika kita juga mengetahui informasi tentang hal tersebut.

Pada bagian pertama ini akan dibahas yang berhubungan dengan ginjal terlebih dahulu.. Informasi ini diperoleh melalui situs The Indonesia Diatram Kidney Foundation dan beberapa sumber lain:Jika kita menguji melalui tes darah ada tes :1. Ureum (Blood Urea Nitrogen)Protein diserap tubuh melalui makanan seperti telur, ikan dan daging, sisanya yang tidak terserap merupakan sampah yang disebut ureum yang mengandung nitrogen. Apabila ginjal bekerja dengan baik, ureum tersebut akan dibuang bersama urin, namun apabila ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik ureum akan tinggal di dalam darah.Untuk itu BUN tes dilakukan untuk mengukur kadar ureum dalam darah dan mengetahui performa ginjal dalam melaksanakan tugasnya membersihkan darah. Hasil Normal : angka 5 s/d 25 mg/dl2. Kreatininadalah sampah dari sisa sisa metabolisme yang dilakukan oleh aktivitas otot. Sama dengan ureum, kreatinin akan menumpuk dalam darah apabila ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya untuk menyaring serta membuangnya bersama urin. Hasil Normal: 0.5 s/d 1.5 mg/dl untuk pria dewasa0.5 s/d 1.3 mg/dl untuk wanita dewasa3. Glumerolus Filtration RateGFRmerupakan cara terbaik untuk mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dalam menjalankan tugasnya. Dari penghitungan GFR dapat diketahui pada stadium berapa kerusakan ginjal seseorang. Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung GFR adalah hasil serum kreatinin, usia dan berat badan.Rumusnya bisa dihitung dengan 2 cara yaitu:Nilai ini dihitung dengan rumus Cockcroft-Gault atau MDRD (modification of diet in renal disease) sebagai berikut :

(140-Umur) x Berat BadanCockcroft-Gault : Klirens Kreatinin = ------------------------------- x (0,85, jika wanita) (ml/menit) 72 x Kreatinin Serum

MDRD : Laju Filtrasi Glomerulus = 186 x (Kreatinin Serum) -1,154 x (Umur) -0,203 x (0,742 jika wanita) x (1,210, jika kulit hitam)(kedua rumus ini dari www.kidney.org)Nilai GFR kurang dari 60 ml/menit/1,73m2, maka penyakit ginjal dapat ditegakkan.Pada 2002, National Kidney Foundation AS menerbitkan pedoman pengobatan yang menetapkan lima stadium chronic kidney disease (CKD) berdasarkan ukuran GFR yang menurun. Pedoman tersebut mengusulkan tindakan yang berbeda untuk masing-masing stadium penyakit ginjal. Risiko CKD meningkat. GFR 90 atau lebih dianggap normal. Bahkan dengan GFR normal, kita mungkin berisiko lebih tinggi terhadap CKD bila kita diabetes, mempunyai tekanan darah yang tinggi, atau keluarga kita mempunyai riwayat penyakit ginjal. Semakin tua kita, semakin tinggi risiko. Orang berusia di atas 65 tahun dua kali lipat lebih mungkin mengembangkan CKD dibandingkan orang berusia di antara 45 dan 65 tahun. Orang Amerika keturunan Afrika lebih berisiko mengembangkan CKD. Stadium 1: Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan CKD dan mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Stadium 2: Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan lain. Stadium 3: Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya bekerja dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini. Stadium 4: Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk komplikasi CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita akan membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok. Stadium 5: Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau pencangkokan ginjal..

Jika Kita menggunakan Tes Urine, maka:1. Urine hemoglobin (Heme)adalah tes untuk melihat adanya darah dalam urin. Dalam kondisi normal darah tidak ditemukan dalam urin. Apabila ditemukan darah dalam urin bisa menandakan adanya kerusakan pada ginjal atau saluran kencing. Kadangkala aktivitas jogging, infeksi kandung kemih, perokok berat dapat menyebabkan timbulya darah pada urin.2. Creatine clearencemerupakan tes untuk melihat kecepatan dari ginjal untuk membuang kreatin dalam darah. Untuk melakukan uji ini dibutuhkan urin 24 jam. Pemeriksaan urin ini juga akan dibarengin dengan pemeriksaan darah untuk membandingkan jumlah kreatinin yang diproduksi dan yang dibuang.3. Albuminadalah sejenis protein yang dapat diukur dalam urin. Test albumin adalah tes untuk mengukur jumlah protein yang berhasil lewat dari ginjal dan keluar bersama urin. Pada ginjal yang sehat protein tidak dapat lolos melewati ginjal karena protein merupakan molekul yang ukurannya terlalu besar untuk dapat melewati pembuluh pembuluh darah di ginjal. Artinya apabila ditemukan protein dalam urin menandakan adanya kerusakan pada ginjal.4. Microalbuminuria

adalah tes yang dapat mendeteksi adanya kandungan protein dalam jumlah yang sangat kecil yang tetrdapat dalam urin. Tes ini dilakukan karena menurut studi yang dilakukan pada penderita diabetes menunjukkan bahwa meskipun adaya kerusakan ginjal sudah mulai muncul terkadang sulit menemukan adanya protein dalam urin dengan menggunakan alat khusus bernama disptick. Bagi penderita diabetes pemeriksaaan microalbuminaria seyogyanya dilakukan sekurang - kurangnya sekali setahun

Membaca hasil lab urin Warna urin

Nilai normal: kekuningan jernihDalam keadaan normal, warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Perubahan warna urin dapat terjadi karena beberapa hal.Hitam: baru mengkonsumsi tablet besi (ferri sulfat), sedang minum obat parkinson (levodopa), methemoglobunuria.Biru: mengkonsumsi obat antidepresi (amitriptilin), antibiotik saluran kemih (nitrofurantoin), atau karena infeksi Pseudomonas pada saluran kemih.Coklat: gangguan fungsi ginjal, mengkonsumsi antibiotik (sulfonamid atau metronidazol), dan konsumsi obat parkinson (levodopa).Kuning gelap (seperti teh): hepatitis fase akut, ikterus obstruktif, kelebihan vitamin B2 / riboflavin, antibiotika (nitrofurantoin dan kuinakrin).Oranye-merah: dehidrasi sedang, demam, konsumsi antikoagulan oral, trauma ginjal, konsumsi deferoksamin mesilat, rifampisin, sulfasalazin, laksatif (fenolftalein).Hijau: infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, konsumsi vitamin tertentu.Bening (tidak berwarna sama sekali): terlalu banyak minum, sedang minum obat diuretik, minum alkohol, atau diabetes insipidus.Seperti susu (disebut juga chyluria): filariasis atau tumor jaringan limfatik.

Berat jenisNilai normal: 1.003 s/d 1.030 g/mLNilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, antara lain umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi antara 1.002 sampai 1.006.Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026.Abnormalitas:Berat jenis urin yang lebih dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal, infeksi saluran kemih, kelebihan hormon antidiuretik, demam, diabetes melitus, diare / dehidrasi.Berat jenis urin yang kurang dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal berat, diabetes insipidus, atau konsumsi antibiotika (aminoglikosida).

pHNilai normal: 5.0-6.0 (urin pagi), 4.5-8.0 (urin sewaktu)pH lebih basa: habis muntah-muntah, infeksi atau batu saluran kemih, dan penurunan fungsi ginjal. Dari faktor obat-obatan: natrium bikarbonat, dan amfoterisin B.pH lebih asam: diet tinggi protein atau diet tanpa kalori, diabetes melitus, asidosis tuberkulosis ginjal, dan fenilketonuria. Dari faktor obat-obatan: diazoksid dan vitamin C.

GlukosaNilai normal: negatifDi Indonesia, glukosa urin biasanya diuji secara semikuantitatif dengan uji reduktor (Benedict).

Pemeriksaan Benedict ini sebenarnya ditujukan untuk mendeteksi adanya glukosa, asam homogentisat, dan substansi reduktor lainnya (misalnya vitamin C) dalam urin; sesuai dengan mekanisme reaksi yaitu reduksi tembaga sulfat. Asam homogentisat bisa ada dalam urin dalam jumlah besar pada individu dengan gangguan metabolisme asam amino alkohol (fenilalanin dan tirosin). Karena faktor ini pemeriksaan glukosuria di negara maju telah diganti dengan Clinistix.Glukosa urin positif tidak selalu berarti diabetes melitus, walaupun memang penyakit ini yang paling sering memberi hasil positif pada uji glukosa urin. Makna lain yang mungkin:-Penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefritis tubular, sindroma Fanconi).-Penyakit hepar dan keracunan logam berat.-Faktor farmakologis (indometasin, isoniazid, asam nikotinat, diuretik tiazid, karbamazepin).-Nutrisi parenteral total yang berlebihan (hiperalimentasi) dengan infus glukosa.

ProteinNilai normal: negatif (uji semikuantitatif), 0.03-0.15 mg/24 jam (uji kuantitatif)Protein dapat diuji dengan asam sulfosalisilat 20%, asam sulfat 6%, atau dengan reagen strip. Pemeriksaan dengan reagen strip lebih banyak digunakan saat ini. Untuk anak-anak di bawah 10 tahun nilai kuantitatif normal protein dalam urin sedikit lebih rendah daripada dewasa, yaitu

Hasil abnormal (positif) dalam uji proteinuria dapat berarti:Masalah nonginjal (gagal jantung kongestif, asites, infeksi bakteri, keracunan).Keganasan (leukemia dan keganasan tulang yang bermetastasis).Proteinuria sementara (pada dehidrasi, diet tinggi protein, stres, demam, post-pendarahan). Penyakit ginjal (lupus, infeksi saluran kemih, nekrosis tubular ginjal).Pada anak-anak sering karena sindroma nefrotik atau penyakit bawaan (ginjal polikistik). Faktor farmakologis (amfoterisin B, semua aminoglikosida, fenilbutazon, sulfonamid).

Keton Nilai normal: negatifUji ketonuria dimaksudkan untuk mendeteksi adanya produk sampingan penguraian karbohidrat dalam urin. Ketonuria dulu diperiksa dengan metode Rothera, dan sekarang digunakan dipstik. Hasil positif dapat ditemukan pada ketoasidosis diabetik, alkoholisme, diet tinggi lemak, penyakit glikogen, dan konsumsi obat-obatan tertentu (levodopa dan obat-obat anestetik).

Urobilinogen Nilai normal: 0.1-1 Ehrlich U/dL (dipstik), atau positif s/d pengenceran 1/20 (Wallace-Diamond) Urobilinogen klasik diperiksa dengan uji pengenceran Wallace-Diamond. Cara ini sudah banyak digantikan oleh uji dipstik modern yang bersifat kualitatif.Urobilinogenuria dapat disebabkan olehPenyakit hepar dan empedu (hepatitis akut, sirosis, kolangitis)Infeksi tertentu (malaria, mononukleosis)Polisitemia vera ataupun anemiaKeracunan timah hitamTidak ada urobilinogen sama sekali dalam urin bermakna ada obstruksi komplit pada saluran empedu (kolelitiasis atau karsinoma pankreas). Dari faktor farmakologis: kloramfenikol dan vitamin C menyebabkan urobilinogen urin berkurang.

Bilirubin Nilai normal: negatif, maksimal 0.34 mol/L. Bilirubinuria dapat disebabkan oleh:Penyakit hepar (sirosis, hepatitis alkoholik), termasuk efek hepatotoksisitas.Infeksi atau sepsis.Keganasan (terutama hepatoma dan karsinoma saluran empedu).Nitrit Nilai normal: negatif (kurang dari 0.1 mg/dL, atau kurang dari 100.000 mikroorganisme/mL) Nitrit urin digunakan untuk skrining infeksi saluran kemih.Eritrosit Nilai normal: 0-3 sel per lapang pandang besar Eritrosit dalam urin yang berlebihan (mikrohematuria) dapat ditemukan pada urin wanita menstruasi dan perlukaan pada saluran kemih; baik oleh batu, infeksi, faktor trauma, maupun karena kebocoran glomerulus.Leukosit Nilai normal: 2-4 sel per lapang pandang besar Leukosit yang berlebihan dalam urin (piuria) biasanya menandakan adanya infeksi saluran kemih atau kondisi inflamasi lainnya, misalnya penolakan transplantasi ginjal. Sel epitel Nilai normal: sekitar 10 sel per lapang pandang besar, berbentuk skuamosa. Sel epitel yang lebih daripada jumlah normal berkaitan dengan infeksi saluran kemih dan glomerulonefritis. Sedangkan bentuk sel epitel abnormal dikaitkan dengan keganasan setempat.Cast / inklusiNilai normal: ditemukan cast hialin dalam jumlah sedang, tanpa adanya inklusi. Cast merupakan kumpulan sel-sel yang dikelilingi suatu membran. Biasanya cast selain hialin (misalnya cast eritrosit atau cast leukosit) menunjukkan kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis kronik). Inklusi sitomegalik menunjukkan infeksi sitomegalovirus (CMV) atau campak.Kristal Nilai normal: ditemukan kristal dalam jumlah kecil Kristal yang ditemukan dalam urin tergantung pada pH urin yang diperiksa. Pada urin asam dapat ditemukan kristal asam urat. Pada urin netral ditemukan kristal kalsium oksalat. Pada urin basa mungkin terlihat kristal kalsium karbonat dan kalsium fosfat. Ada juga sejumlah kristal yang dalam keadaan normal tidak ada; antara lain kristal tirosin, sistin, kolesterol, dan bilirubin.Bakteri, jamur, dan parasitNilai normal bakteri: negatif. Kecuali untuk urin midstream: Nilai normal jamur dan parasit: negatif Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih mungkin ditemukan dalam urinalisa, antara lain E.coli, Proteus vulgaris, Neisseria gonorrhoea dan Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan parasit yang mungkin ditemukan dalam urin adalah Schistosoma haematobium dan mikrofilaria spesies tertentu.Referensi Chernecky CC & Berger BJ. Laboratory Tests and Diagnostic Procedure. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2008. Kasper DL et.al (eds). Harrisons Principles of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill, 2007. (hnz)

KIDNEY FUNCTION FAMILYKlasifikasi ini untuk mengetahui tingkat kebersihan dari darah dengan mengukur kadar produk sisa metabolisme yang disaring oleh ginjal sehat. Ketiga tes tersebut meliputi :

1. Blood Urea Nitrogen (BUN)Protein diserap tubuh melalui makanan seperti telur, ikan dan daging, sisanya yang tidak terserap merupakan sampah yang disebut ureum yang mengandung nitrogen. Apabila ginjal bekerja dengan baik, ureum tersebut akan dibuang bersama urin, namun apabila ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik ureum akan tinggal di dalam darah.Untuk itu BUN tes dilakukan untuk mengukur kadar ureum dalam darah dan mengetahui performa ginjal dalam melaksanakan tugasnya membersihkan darah. Bagi penderita gagal ginjal terminal yang sedang dalam treatment dialysis, BUN tes berguna untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari treatment dialysisi yang dilakukan. Seseorang dikatakan apabila angka BUN nya berada pada angka 5 s/d 25 mg/dl.

2. CreatininKreatinin

adalah sampah dari sisa sisa metabolisme yang dilakukan oleh aktivitas otot. Sama dengan ureum, kreatinin akan menumpuk dalam darah apabila ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya untuk menyaring serta membuangnya bersama urin.Seseorang dikatakan apabila angka BUN nya berada pada angka :0.5 s/d 1.5 mg/dl untuk pria dewasa0.5 s/d 1.3 mg/dl untuk wanita dewasa

Glumerolus Filtration RateGFR merupakan cara terbaik untuk mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dalam menjalankan tugasnya. Dari penghitungan GFR dapat diketahui pada stadium berapa kerusakan ginjal seseorang. Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung GFR adalah hasil serum kreatinin, usia dan berat badan.

ANEMIA FAMILYPada klasisfikasi ini, tes yang diperlukan adalah :

HemoglobinHemoglobin adalah komponen dari sel darah merah yang membawa oksigen dari paru paru ke seluruh bagian tubuh.

HematocritHematocrit adalah untuk mengukur persentase sel darah merah yang diproduksi oleh tubuh.Baik Hemoglobin maupun Hematocrit sangat vital bagi tubuh karena keduanya mengindikasikan adanya Anemia atau kurangnya sel darah merah pembawa oksigen dalam tubuh. Sesorang yang menderita anemia akan merasakan cepat lelah dan lemas pada tubuhnya dan apabila tidak di tangani akan merusak hati.Seseorang dikatakan normal apabila range Hemoglobinnya berada pada angka :

14 s/d 18 g/dl untuk pria12 s/d 16 g/dl untuk wanita

Sedangkan angka normal untuk Hematocrit apa bila hasil lab menunjukkan :

40 % s/d 50 % untuk pria36% s/d 44% untuk wanita

F erritin dan Trasferrin Saturation (TSAT)Besi (iron) eleman dasar yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk sel darah merah. Untuk membentuk sel darah merah yang baru tubuh kita menyerap besi dari makanan yang kita asup, namun sebagian besar sumber besi didapat adalah dari sel sel darah merah itu sendiri yang telah lama dan rusak.Apabila seseorang menderita anemia berarti dia kekurangan sel darah merah dan kekurangan elemen dasar untuk membentuk sel darah merah yang baru.Ferritin mengukur jumlah besi yang ada dalam tubuh, sedangkan TSAT untuk mengukur berapa banyak dari jumlah besi yang tersimpan dapat digunakan untuk membentuk sel darah merah baru. Apabila kadar Ferritin dan TSAT pasien rendah, dokter akan meresepkan suplemen besi sehingga pasien mempunyai cukup elemen dasar untuk membentuk sel darah merah.

ELECTROLYTE FAMILYElektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel partikel bermuatan listrik.4 macam tes elektrolit yang penting bagi penderita gagal ginjal adalah : Kalsium Fosfor Kalium (potassium) Natrium (Sodium)

Kalsium adalah elektrolit yang dibutuhkan untuk bekerjanya otot dan kesehatan tulang. Kalsium diserap dari produk susu, kalsium suplemen dan sayur sayuran. Tulang dan gigi merupakan tempat penyimpanan hampir seluruh kalsium yang ada dalam tubuh.

Terlalu banyak kalsium di dalam darah atau Hypercalcemia dapat menyebabkan mual dan muntah, hilang nafsu makan, sakit perut, sulit berpikir, lemas, pusing, bahkan dapat menyebabkan serangan jantung. Sebaliknya kekurangan kalsium atau Hypocalcemia dapat menyebabkan depresi, perasaan kebas, keram pada otot, atau merasa bingung. Apabila tidak di obati, hypocalcemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan tulang.

Fosfat adalah elektrolit yang sangat vital untuk energi yang digunakan oleh tubuh. Fosfat banyak ditemukan di hampir setiap makanan yang diasup oleh tubuh. Seperti juga kalsium, fosfat juga disimpan di tulang dan gigi. Apabila ginjal tidak bekerja sebagaimana mestinya kadar Fosfat akan meningkat.Terlalu banyak fosfat dalam darah atau Hyperphosphatemia meyebabkan gatal gatal dan dapat merusak tulang. Sebaliknya kekurangan fosfat atau Hypophophatemia dapat menyebabkan melemahnya otot dan koma , namun hal ini sangat jarang terjadi.

Seperti magnet, kalsium dan fosfat saling tarik menarik satu sama lain karena Kadar kalsium dalam darah juga ditentukan oleh fosfat. Apabila Ginjal berfungsi dengan baik maka kelebihan fosfat dalam darah dapat dibuang, namun Jika ginjal gagal berfungsi, maka kadar fosfat dalam darah akan meningkat dan menyebabkan kadar kalsium dalam darah menurun. Hal ini menyebabkan semakin banyak kalsium yang diambil dari tulang untuk mengkompensasi kadar fosfat yang tinggi sehingga tulang menjadi rapuh.

Kalium adalah elektrolit yang penting bagi bekerjanya otot dan sistem saraf, termasuk sistem saraf otonom yang merupakan pengendali detak jantung dan fungsi otak. Ginjal yang sehat berfungsi untuk mengontrol level kalium dalam tubuh dengan menyesuaikan jumlah asupan kalium yang masuk dan yang dibuang.Terlalu banyak kalium dalam darah atau Hyperkalemie akan menyebabkan kelemahan fungsi otot dan terkena serangan jantung. Sebaliknya terlalu sedikit kalium dalam tubuh atau Hypokalemie dapat menyebabkan kelemahan fungsi otot, kelelahan (fatique), ritmus jantung abnormal yang dapat berakibat serangan jantung. Kalium banyak ditemukan pada makan maupun buah buahan seperti jeruk, pisang, daging dan alpukat.

Natrium adalah elektrolit yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan cairan dan air dalam tubuh. Apabila tidak seimbang akan menyebabkan otot tidak bekerja sebagaimana mestinya. Selain itu darah akan terlalu pekat ataupun terlalu encer karena mengandaung terlalu banyak atau kekurangan air.

Garam adalah salah satu bentuk natrium yang sering kita dengar. Ginjal yang sehat akan membuang kelebihan natrium ke dalam urin. Oleh sebab itu penting sekali bagi penderita gagal ginjal untuk menjaga asupan garam ke dalam tubuh.Kelebihan natrium dalam darah atau Hypernatremia menyebabkan sering merasa haus, sakit kepala dan naiknya tekanan darah serta membengkaknya jaringan akibat terlalu banyak cairan yang disebut edema. Sebaliknya terlalu sedikit natrium atau hyponatremia akan menyebabkan pecahnya sel darah merah, turunnya tekanan darah, merasa lemah, keram otot, sakit kepala, muntah muntah bahkan koma.

URINE TEST FAMILYSeperti namanya pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan urin sebagai sampel. Tes ini biasanya dilakukan pada penderita gagal ginjal kronis. Sedangkan pada penderita gagal ginjal terminal tidak dilakukan (pasien GGT biasanya tidak lagi atau hanya memproduksi urin dalam jumlah yang sedikit). Beberapa jenis pemeriksaan pada kategori ini adalah : Urine hemoglobin Creatine clearence Urine albumin Microalbuminaria

Urine hemoglobin (Heme)adalah tes untuk melihat adanya darah dalam urin. Dalam kondisi normal darah tidak ditemukan dalam urin. Apabila ditemukan darah dalam urin bisa menandakan adanya kerusakan pada ginjal atau saluran kencing. Kadangkala aktivitas jogging, infeksi kandung kemih, perokok berat dapat menyebabkan timbulya darah pada urin.

Creatine clearencemerupakan tes untuk melihat kecepatan dari ginjal untuk membuang kreatin dalam darah. Untuk melakukan uji ini dibutuhkan urin 24 jam. Pemeriksaan urin ini juga akan dibarengin dengan pemeriksaan darah untuk membandingkan jumlah kreatinin yang diproduksi dan yang dibuang.

Albuminadalah sejenis protein yang dapat diukur dalam urin. Test albumin adalah tes untuk mengukur jumlah protein yang berhasil lewat dari ginjal dan keluar bersama urin. Pada ginjal yang sehat protein tidak dapat lolos melewati ginjal karena protein merupakan molekul yang ukurannya terlalu besar untuk dapat melewati pembuluh pembuluh darah di ginjal. Artinya apabila ditemukan protein dalam urin menandakan adanya kerusakan pada ginjal.

Microalbuminuriaadalah tes yang dapat mendeteksi adanya kandungan protein dalam jumlah yang sangat kecil yang tetrdapat dalam urin. Tes ini dilakukan karena menurut studi yang dilakukan pada penderita diabetes menunjukkan bahwa meskipun adaya kerusakan ginjal sudah mulai muncul terkadang sulit menemukan adanya protein dalam urin dengan menggunakan alat khusus bernama disptick. Bagi penderita diabetes pemeriksaaan microalbuminaria seyogyanya dilakukan sekurang - kurangnya sekali setahun

SINDROM NEFROTIKMuhammad Sjaifullah Noer, Ninik SoemyarsoBATASAN Sindrom nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta sembab. Yang dimaksud proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun hingga kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang dijumpai pula hipertensi, hematuri, bahkan kadang-kadang azotemia.1ETIOLOGISecara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :1. Sindrom nefrotik primer, faktor etiologinya tidak diketahui. Dikatakan sindrom nefrotik primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab lain. Golongan ini paling sering dijumpai pada anak. Termasuk dalam sindrom nefrotik primer adalah sindrom nefrotik kongenital, yaitu salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak itu lahir atau usia di bawah 1 tahun.Kelainan histopatologik glomerulus pada sindrom nefrotik primer dikelompokkan menurut rekomendasi dari ISKDC (International Study of Kidney Disease in Children). Kelainan glomerulus ini sebagian besar ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskop cahaya, dan apabila diperlukan, disempurnakan dengan pemeriksaan mikroskop elektron dan imunofluoresensi. Tabel di bawah ini menggambarkan klasifikasi histopatologik sindrom nefrotik pada anak berdasarkan istilah dan terminologi menurut rekomendasi ISKDC (International Study of Kidney Diseases in Children, 1970) serta Habib dan Kleinknecht (1971).2

Tabel 1. Klasifikasi kelainan glomerulus pada sindrom nefrotik primer3

Kelainan minimal (KM) Glomerulosklerosis (GS) Glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS) Glomerulosklerosis fokal global (GSFG) Glomerulonefritis proliferatif mesangial difus (GNPMD) Glomerulonefritis proliferatif mesangial difus eksudatif Glomerulonefritis kresentik (GNK) Glomerulonefritis membrano-proliferatif (GNMP) GNMP tipe I dengan deposit subendotelial GNMP tipe II dengan deposit intramembran GNMP tipe III dengan deposit transmembran/subepitelial Glomerulopati membranosa (GM) Glomerulonefritis kronik lanjut (GNKL)

Sumber : Wila Wirya IG, 2002. Sindrom nefrotik. In: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO, editors. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI pp. 381-426.

Sindrom nefrotik primer yang banyak menyerang anak biasanya berupa sindrom nefrotik tipe kelainan minimal. Pada dewasa prevalensi sindrom nefrotik tipe kelainan minimal jauh lebih sedikit dibandingkan pada anak-anak.4Di Indonesia gambaran histopatologik sindrom nefrotik primer agak berbeda dengan data-data di luar negeri. Wila Wirya 5 menemukan hanya 44.2% tipe kelainan minimal dari 364 anak dengan sindrom nefrotik primer yang dibiopsi, sedangkan Noer 6 di Surabaya mendapatkan 39.7% tipe kelainan minimal dari 401 anak dengan sindrom nefrotik primer yang dibiopsi.2. Sindrom nefrotik sekunder, timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti misalnya efek samping obat. Penyebab yang sering dijumpai adalah :a. Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis, sindrom Alport, miksedema.b. Infeksi : hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis, streptokokus, AIDS.c. Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid, racun serangga, bisa ular.d. Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch-Schnlein, sarkoidosis.e. Neoplasma : tumor paru, penyakit Hodgkin, tumor gastrointestinal.PATOFISIOLOGIProteinuria (albuminuria) masif merupakan penyebab utama terjadinya sindrom nefrotik, namun penyebab terjadinya proteinuria belum diketahui benar. Salah satu teori yang dapat menjelaskan adalah hilangnya muatan negatif yang biasanya terdapat di sepanjang endotel kapiler glomerulus dan membran basal. Hilangnya muatan negatif tersebut menyebabkan albumin yang bermuatan negatif tertarik keluar menembus sawar kapiler glomerulus. Hipoalbuminemia merupakan akibat utama dari proteinuria yang hebat. Sembab muncul akibat rendahnya kadar albumin serum yang menyebabkan turunnya tekanan onkotik plasma dengan konsekuensi terjadi ekstravasasi cairan plasma ke ruang interstitial.7Hiperlipidemia muncul akibat penurunan tekanan onkotik, disertai pula oleh penurunan aktivitas degradasi lemak karena hilangnya -glikoprotein sebagai perangsang lipase. Apabila kadar albumin serum kembali normal, baik secara spontan ataupun dengan pemberian infus albumin, maka umumnya kadar lipid kembali normal.8Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik koloid plasma intravaskuler. Keadaan ini menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan menembus dinding kapiler dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial yang menyebabkan edema. Penurunan volume plasma atau volume sirkulasi efektif merupakan stimulasi timbulnya retensi air dan natrium renal. Retensi natrium dan air ini timbul sebagai usaha kompensasi tubuh untuk menjaga agar volume dan tekanan intravaskuler tetap normal. Retensi cairan selanjutnya mengakibatkan pengenceran plasma dan dengan demikian menurunkan tekanan onkotik plasma yang pada akhirnya mempercepat ekstravasasi cairan ke ruang interstitial.Berkurangnya volume intravaskuler merangsang sekresi renin yang memicu rentetan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron dengan akibat retensi natrium dan air, sehingga produksi urine menjadi berkurang, pekat dan kadar natrium rendah. Hipotesis ini dikenal dengan teori underfill.3 Dalam teori ini dijelaskan bahwa peningkatan kadar renin plasma dan aldosteron adalah sekunder karena hipovolemia. Tetapi ternyata tidak semua penderita sindrom nefrotik menunjukkan fenomena tersebut. Beberapa penderita sindrom nefrotik justru memperlihatkan peningkatan volume plasma dan penurunan aktivitas renin plasma dan kadar aldosteron, sehingga timbullah konsep baru yang disebut teori overfill. Menurut teori ini retensi renal natrium dan air terjadi karena mekanisme intrarenal primer dan tidak tergantung pada stimulasi sistemik perifer. Retensi natrium renal primer mengakibatkan ekspansi volume plasma dan cairan ekstraseluler. Pembentukan edema terjadi sebagai akibat overfilling cairan ke dalam kompartemen interstitial. Teori overfill ini dapat menerangkan volume plasma yang meningkat dengan kadar renin plasma dan aldosteron rendah sebagai akibat hipervolemia.Pembentukan sembab pada sindrom nefrotik merupakan suatu proses yang dinamik dan mungkin saja kedua proses underfill dan overfill berlangsung bersamaan atau pada waktu berlainan pada individu yang sama, karena patogenesis penyakit glomerulus mungkin merupakan suatu kombinasi rangsangan yang lebih dari satu.3GEJALA KLINIS Apapun tipe sindrom nefrotik, manifestasi klinik utama adalah sembab, yang tampak pada sekitar 95% anak dengan sindrom nefrotik. Seringkali sembab timbul secara lambat sehingga keluarga mengira sang anak bertambah gemuk. Pada fase awal sembab sering bersifat intermiten; biasanya awalnya tampak pada daerah-daerah yang mempunyai resistensi jaringan yang rendah (misal, daerah periorbita, skrotum atau labia). Akhirnya sembab menjadi menyeluruh dan masif (anasarka).9Sembab berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai sembab muka pada pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian menjadi bengkak pada ekstremitas bawah pada siang harinya. Bengkak bersifat lunak, meninggalkan bekas bila ditekan (pitting edema). Pada penderita dengan sembab hebat, kulit menjadi lebih tipis dan mengalami oozing. Sembab biasanya tampak lebih hebat pada pasien SNKM dibandingkan pasien-pasien GSFS atau GNMP. Hal tersebut disebabkan karena proteinuria dan hipoproteinemia lebih hebat pada pasien SNKM.9Gangguan gastrointestinal sering timbul dalam perjalanan penyakit sindrom nefrotik. Diare sering dialami pasien dengan sembab masif yang disebabkan sembab mukosa usus. Hepatomegali disebabkan sintesis albumin yang meningkat, atau edema atau keduanya. Pada beberapa pasien, nyeri perut yang kadang-kadang berat, dapat terjadi pada sindrom nefrotik yang sedang kambuh karena sembab dinding perut atau pembengkakan hati. Nafsu makan menurun karena edema. Anoreksia dan terbuangnya protein mengakibatkan malnutrisi berat terutama pada pasien sindrom nefrotik resisten-steroid. Asites berat dapat menimbulkan hernia umbilikalis dan prolaps ani.9Oleh karena adanya distensi abdomen baik disertai efusi pleura atau tidak, maka pernapasan sering terganggu, bahkan kadang-kadang menjadi gawat. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian infus albumin dan diuretik.9Anak sering mengalami gangguan psikososial, seperti halnya pada penyakit berat dan kronik umumnya yang merupakan stres nonspesifik terhadap anak yang sedang berkembang dan keluarganya. Kecemasan dan merasa bersalah merupakan respons emosional, tidak saja pada orang tua pasien, namun juga dialami oleh anak sendiri. Kecemasan orang tua serta perawatan yang terlalu sering dan lama menyebabkan perkembangan dunia sosial anak menjadi terganggu.9 Manifestasi klinik yang paling sering dijumpai adalah sembab, didapatkan pada 95% penderita. Sembab paling parah biasanya dijumpai pada sindrom nefrotik tipe kelainan minimal (SNKM). Bila ringan, sembab biasanya terbatas pada daerah yang mempunyai resistensi jaringan yang rendah, misal daerah periorbita, skrotum, labia. Sembab bersifat menyeluruh, dependen dan pitting. Asites umum dijumpai, dan sering menjadi anasarka. Anak-anak dengan asites akan mengalami restriksi pernafasan, dengan kompensasi berupa tachypnea. Akibat sembab kulit, anak tampak lebih pucat.Hipertensi dapat dijumpai pada semua tipe sindrom nefrotik. Penelitian International Study of Kidney Disease in Children (SKDC) menunjukkan 30% pasien SNKM mempunyai tekanan sistolik dan diastolik lebih dari 90th persentil umur.2Tanda utama sindrom nefrotik adalah proteinuria yang masif yaitu > 40 mg/m2/jam atau > 50 mg/kg/24 jam; biasanya berkisar antara 1-10 gram per hari. Pasien SNKM biasanya mengeluarkan protein yang lebih besar dari pasien-pasien dengan tipe yang lain.9Hipoalbuminemia merupakan tanda utama kedua. Kadar albumin serum < 2.5 g/dL. Hiperlipidemia merupakan gejala umum pada sindrom nefrotik, dan umumnya, berkorelasi terbalik dengan kadar albumin serum. Kadar kolesterol LDL dan VLDL meningkat, sedangkan kadar kolesterol HDL menurun. Kadar lipid tetap tinggi sampai 1-3 bulan setelah remisi sempurna dari proteinuria.Hematuria mikroskopik kadang-kadang terlihat pada sindrom nefrotik, namun tidak dapat dijadikan petanda untuk membedakan berbagai tipe sindrom nefrotik.1,5Fungsi ginjal tetap normal pada sebagian besar pasien pada saat awal penyakit. Penurunan fungsi ginjal yang tercermin dari peningkatan kreatinin serum biasanya terjadi pada sindrom nefrotik dari tipe histologik yang bukan SNKM.Tidak perlu dilakukan pencitraan secara rutin pada pasien sindrom nefrotik. Pada pemeriksaan foto toraks, tidak jarang ditemukan adanya efusi pleura dan hal tersebut berkorelasi secara langsung dengan derajat sembab dan secara tidak langsung dengan kadar albumin serum. Sering pula terlihat gambaran asites. USG ginjal sering terlihat normal meskipun kadang-kadang dijumpai pembesaran ringan dari kedua ginjal dengan ekogenisitas yang normal.CARA PEMERIKSAANDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.I. AnamnesisKeluhan yang sering ditemukan adalah bengkak di ke dua kelopak mata, perut, tungkai, atau seluruh tubuh dan dapat disertai jumlah urin yang berkurang. Keluhan lain juga dapat ditemukan seperti urin berwarna kemerahan.II. Pemeriksaan fisisPada pemeriksaan fisik sindrom nefrotik dapat ditemukan edema di kedua kelopak mata, tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum/labia. Kadang-kadang ditemukan hipertensi. III. Pemeriksaan penunjangPada urinalisis ditemukan proteinuria masif (3+ sampai 4+), dapat disertai hematuria. Pada pemeriksaan darah didapatkan hipoalbuminemia (< 2,5 g/dl), hiperkolesterolemia, dan laju endap darah yang meningkat, rasio albumin/globulin terbalik. Kadar ureum dan kreatinin umumnya normal kecuali ada penurunan fungsi ginjal.DIAGNOSIS BANDING1. Sembab non-renal : gagal jantung kongestif, gangguan nutrisi, edema hepatal, edema Quincke.2. Glomerulonefritis akut3. Lupus sistemik eritematosus.Penyulit1. Shock akibat sepsis, emboli atau hipovolemia2. Thrombosis akibat hiperkoagulabilitas3. Infeksi4. Hambatan pertumbuhan5. Gagal ginjal akut atau kronik6. Efek samping steroid, misalnya sindrom Cushing, hipertensi, osteoporosis, gangguan emosi dan perilaku.PENATALAKSANAANBila diagnosis sindrom nefrotik telah ditegakkan, sebaiknya janganlah tergesa-gesa memulai terapi kortikosteroid, karena remisi spontan dapat terjadi pada 5-10% kasus. Steroid dimulai apabila gejala menetap atau memburuk dalam waktu 10-14 hari. Untuk menggambarkan respons terapi terhadap steroid pada anak dengan sindrom nefrotik digunakan istilah-istilah seperti tercantum pada tabel 2 berikut : Tabel 2. Istilah yang menggambarkan respons terapi steroid pada anak dengan sindrom nefrotik

RemisiKambuhKambuh tidak seringKambuh seringResponsif-steroidDependen-steroidResisten-steroidResponder lambatNonresponder awalNonresponder lambatProteinuria negatif atau seangin, atau proteinuria < 4 mg/m2/jam selama 3 hari berturut-turut.Proteinuria 2 + atau proteinuria > 40 mg/m2/jam selama 3 hari berturut-turut, dimana sebelumnya pernah mengalami remisi.Kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan, atau < 4 kali dalam periode 12 bulan.Kambuh 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons awal, atau 4 kali kambuh pada setiap periode 12 bulan.Remisi tercapai hanya dengan terapi steroid saja.Terjadi 2 kali kambuh berturut-turut selama masa tapering terapi steroid, atau dalam waktu 14 hari setelah terapi steroid dihentikan.Gagal mencapai remisi meskipun telah diberikan terapi prednison 60 mg/m2/hari selama 4 minggu.Remisi terjadi setelah 4 minggu terapi prednison 60 mg/m2/hari tanpa tambahan terapi lain.Resisten-steroid sejak terapi awal.Resisten-steroid terjadi pada pasien yang sebelumnya responsif-steroid.

PROTOKOL PENGOBATAN International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) menganjurkan untuk memulai dengan pemberian prednison oral (induksi) sebesar 60 mg/m2/hari dengan dosis maksimal 80 mg/hari selama 4 minggu, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan sebesar 40 mg/m2/hari secara selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu, lalu setelah itu pengobatan dihentikan.10A. Sindrom nefrotik serangan pertama1. Perbaiki keadaan umum penderita : a. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak. Rujukan ke bagian gizi diperlukan untuk pengaturan diet terutama pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal. b. Tingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan transfusi plasma atau albumin konsentrat. c. Berantas infeksi. d. Lakukan work-up untuk diagnostik dan untuk mencari komplikasi. e. Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada edema anasarka. Diuretik diberikan bila ada edema anasarka atau mengganggu aktivitas. Jika ada hipertensi, dapat ditambahkan obat antihipertensi.2. Terapi prednison sebaiknya baru diberikan selambat-lambatnya 14 hari setelah diagnosis sindrom nefrotik ditegakkan untuk memastikan apakah penderita mengalami remisi spontan atau tidak. Bila dalam waktu 14 hari terjadi remisi spontan, prednison tidak perlu diberikan, tetapi bila dalam waktu 14 hari atau kurang terjadi pemburukan keadaan, segera berikan prednison tanpa menunggu waktu 14 hari.B. Sindrom nefrotik kambuh (relapse) 1. Berikan prednison sesuai protokol relapse, segera setelah diagnosis relapse ditegakkan. 2. Perbaiki keadaan umum penderita.a. Sindrom nefrotik kambuh tidak seringAdalah sindrom nefrotik yang kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan atau < 4 kali dalam masa 12 bulan. 1. InduksiPrednison dengan dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80 mg/hari, diberikan dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu. 2. RumatanSetelah 3 minggu, prednison dengan dosis 40 mg/m2/48 jam, diberikan selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu, prednison dihentikan.b. Sindrom nefrotik kambuh sering adalah sindrom nefrotik yang kambuh > 2 kali dalam masa 6 bulan atau > 4 kali dalam masa 12 bulan. 1. InduksiPrednison dengan dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80 mg/hari, diberikan dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu. 2. RumatanSetelah 3 minggu, prednison dengan dosis 60 mg/m2/48 jam, diberikan selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu, dosis prednison diturunkan menjadi 40 mg/m2/48 jam diberikan selama 1 minggu, kemudian 30 mg/m2/48 jam selama 1 minggu, kemudian 20 mg/m2/48 jam selama 1 minggu, akhirnya 10 mg/m2/48 jam selama 6 minggu, kemudian prednison dihentikan.Pada saat prednison mulai diberikan selang sehari, siklofosfamid oral 2-3 mg/kg/hari diberikan setiap pagi hari selama 8 minggu. Setelah 8 minggu siklofosfamid dihentikan. Indikasi untuk merujuk ke dokter spesialis nefrologi anak adalah bila pasien tidak respons terhadap pengobatan awal, relapse frekuen, terdapat komplikasi, terdapat indikasi kontra steroid, atau untuk biopsi ginjal.PROGNOSISPrognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut :1. Menderita untuk pertamakalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun.2. Disertai oleh hipertensi.3. Disertai hematuria.4. Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder.5. Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal.Pada umumnya sebagian besar (+ 80%) sindrom nefrotik primer memberi respons yang baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% di antaranya akan relapse berulang dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi dengan pengobatan steroid.Definisi:AnasarkaAnasarka, atau edema anasarka, adalah pembengkakan umum pada tubuh, yang merupakan gejala pada orang yang sakit parah.Istilah yang mungkin terkait dengan Anasarka : Glomerulonefritis Akut Edema Makula Edema Dependen Reumatoid Artritis ArtritisCara Diagnosis Sindroma Nefrotik dan Diagnosa Banding dari Sindroma Nefrotik

Sindroma Nefrotik merupakan salah satu kumpulan gejala sebagai manifestasi penyakit glomerulus ginjal yang ditandai dengan proteinuria masif,disertai hipoalbuminemia, dan edema anasarka. Juga bisa di jumpai hiperlipidemia, lipiduria, dan hiperkoagulabilitas.

CARA DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

I. Anamnesis

Keluhan yang sering ditemukan adalah bengkak di ke dua kelopak mata, perut, tungkai, atau seluruh tubuh dan dapat disertai jumlah urin yang berkurang. Keluhan lain juga dapat ditemukan seperti urin berwarna kemerahan.

II. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik sindrom nefrotik dapat ditemukan edema di kedua kelopak mata, tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum/labia. Kadang-kadang ditemukan hipertensi.

III. Pemeriksaan penunjang

Pada urinalisis ditemukan proteinuria masif (3+ sampai 4+), dapat disertai hematuria. Pada pemeriksaan darah didapatkan hipoalbuminemia (< 2,5 g/dl), hiperkolesterolemia, dan laju endap darah yang meningkat, rasio albumin/globulin terbalik. Kadar ureum dan kreatinin umumnya normal kecuali ada penurunan fungsi ginjal.

DIAGNOSIS BANDING

1. Edema / Sembab non-renal : gagal jantung kongestif, gangguan nutrisi, edema hepatal, edema Quincke.

2. Glomerulonefritis akut

3. Lupus sistemik eritematosus