NIA HEMATOSCEZIA (Repaired).docx

Embed Size (px)

Citation preview

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN1. Nama: Tn. S2. Jenis kelamin: Laki-laki3. Umur: 55 tahun4. Alamat : Pondok Ungu Permai no.32 Bekasi5. Agama : Islam6. Pekerjaan: RSGS7. Status perkawinan: Menikah8. Masuk RS: 12 Maret 20129. No CM: 02.81.85

II. DATA DASAR1. ANAMNESIS(Autoanamnesis pada tanggal 26 Maret 2012)1.1. Keluhan utamaBAB cair sejak 3 minggu SMRS

1.2. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke IGD RSPAD dengan keluhan BAB cair sejak 3 minggu SMRS. Dengan frekuensi 6x/hari , volume gelas aqua , terdapat sedikit ampas, tidak terdapat lendir, terdapat darah berwarna merah segar kadang merah tua. Pasien juga mengaku sudah sejak 2 bulan yang lalu frekuensi BAB nya menjadi lebih sering yaitu 2-3x/hari, berbentuk seperti kotoran kambing, namun tidak disertai lendir maupun darah. Pasien sudah pergi berobat dan sudah diberi obat untuk menghentikan BAB cair dan berdarah tersebut, namun tidak ada perbaikan. Keluhan tersebut disertai dengan demam, demam timbul mendadak, terus menerus sepanjang hari namun suhu tidak diukur dan hanya turun jika diberi obat penurun panas.Pasien juga mengeluh badan lemas, mual namun tidak disertai muntah, mual disertai rasa panas dan terasa nyeri di bagian ulu hati. Keluhan mual dapat berkurang jika pasien makan, namun nafsu makan pasien juga berkurang. Biasanya pasien makan 3x1 piring nasi sehari, semenjak sakit pasien hanya makan 2-3 sendok makan setiap kali makan. Pasien mengaku mempunyai riwayat sakit magh sejak masih muda, keluhan tidak disertai batuk , pilek , sesak maupun nyeri dada. Pasien juga menyangkal adanya penyakit ambeian atau hemorroid. BAK pasien normal seperti biasa dalam jumlah maupun frekuensinya. Pasien mengatakan mempunyai penyakit kencing manis, sejak 1 tahun yang lalu rutin meminum obat, namun pasien lupa nama obatnya, pasien juga mengaku mempunyai penyakit darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu dan rutin meminum obat captopril 2x1. Pasien baru pertama kalinya menderita penyakit seperti ini, tidak ada riwayat anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien. Terdapat penurunan berat badan pasien dalam 2 bulan ini sebanyak 15Kg

1.3. Riwayat Penyakit Dahulu2 tahun yang lalu pasien pernah dinyatakan menderita penyakit darah tinggi dan sudah pernah diberikan obat Captopril, pasien rutin untuk control dan meminum obat darah tingginya. 1 tahun yang lalu yang lalu pasien pernah dinyatakan menderita penyakit diabetes mellitus dan rutin meminum obat namun pasien lupa nama obatnya.Riwayat sakit jantung: disangkalRiwayat sakit paru: disangkalRiwayat alergi: disangkal

1.4. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat Diabetes melitus: disangkalRiwayat Hipertensi: ( + ) ibu pasienRiwayat sakit jantung: disangkalRiwayat sakit ginjal: disangkalRiwayat sakit paru: disangkal

2. PEMERIKSAAN FISIK2.1. Keadaan UmumKeadaan umum: tampak sakit sedangKesadaran : Compos mentisHabitus: PicnikusStatus giziBB: 70 kgTB: 160 cmIMT: 27,3 kg/m22.2. Tanda-tanda VitalTekanan darah: 140 / 90 mmHgNadi: 86x/menit, reguler, isi cukup, equalPernapasan : 20 x/menit, regulerSuhu : 37,8 oC2.3. Status Regional-sistemikKepala: normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah rontokKulit: kering dan kasar, tidak pucat, hiperpigmentasi (-)Mata:konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor 3mm/3mm, reflek cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+Telinga: normotia, simetris, serumen (-/-), liang lapang, nyeri ketok mastoid -/-.Hidung: septum deviasi (-), deformitas (-), sekret (-), concha hiperemi (-)Mulut: bibir kering, oral hygiene baik, lidah tremor, kotor (-), gigi karies (+), gusi tidak berdarah.Tenggorok : faring tidak hiperemis, arcus faring simetris, tonsil (T1-T1 tenang).Leher: JVP 5-2 cm, trakea di tengah, deviasi(-), kelenjar tiroid tidak teraba membesar, kelenjar getah bening tidak teraba membesar.ToraksParu :Inspeksi: bentuk normal, gerak kedua hemitoraks simetris pada saat statis dan dinamisPalpasi: fremitus taktil simetris pada kedua hemitoraksPerkusi: sonor pada seluruh lapang paruAuskultasi: suara napas vesikuler di kedua lapang paru, rhonki -/- wheezing -/-.Jantung :Inspeksi: ictus cordis tidak terlihatPalpasi: ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra, kuat angkatPerkusi: batas kanan : ICS IV linea sternalis dekstra; batas kiri ICS V 1 jari lateral linea midclavicula sinistra ; pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistraAuskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-).Abdomen:Inspeksi : cembung, caput medussae (-)Palpasi: supel, nyeri tekan (+), massa (-), hepar & lien tidak teraba membesar, Ballotement (-).Perkusi: timpani, shifting dullness (-) Auskultasi: bising usus (+) normalAnus dan Rectum : tidak tampak masa,tampak feses cair.RT : Tidak terdapat masa,darah merah tua ( + )Pasien mengeluh nyeri, tidak dilanjutkan.

Ekstremitas: akral hangat, edema - - pitting, CRT 10gr%3. Hipertensi grade II Non farmakologi: Diet target IMT 18,5 24,9/m2 Diet rendah garam (< 2 gram/hari) Olahraga secara teratur Minum obat secara teratur setiap hari Farmakologi: Captopril 2x25mg

4. DM tipe 2 terkontrol Non farmakologi: Kebutuhan kalori 1400kkal/hari Olahraga secara teratur Minum obat secara teratur setiap hari Farmakologi:- Metformin 3x250mg

VI. PROGNOSISQuo ad vitam: dubia ad bonamQuo ad functionam: dubia ad bonamQuo ad sanationam: dubia ad bonam

PEMBAHASAN

Keluhan utama pada Tn. S adalah BAB cair disertai darah berwarna merah segar atau merah tua. Di mana BAB disertai darah yang disebut sebagai hematochezia. Hematochezia diartikan sebagai darah segar atau berwarna merah maroon yang keluar melalui anus dan merupakan manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah. Namun, perdarahan dari saluran pencernaan bagian atas yang masif juga dapat menimbulkan hematochezia. Kemungkinan penyebab hematoschezia adalah divertikulosis, angiodisplasia, neoplasma, kelainan perianal,divertikulum Meckeli, infeksi dan non-infeksi kolitis, intususepsi. Dalam kebanyakan kasus pendarahan adalah sepele ringan, kecuali untuk divertikulosis, yang menyebabkan pendarahan yang cukup hebat. Diagnosis Hematochezia dapat ditegakan berdasarkan gejala-gejala tersebut seperti : buang air besar berupa darah merah segar sampai merah tua, demam bila penyebabnya infeksi usus, nyeri perut diatas umbilikus, bising usus menurun atau menghilang, berat badan dapat menurun, ada riwayat kontak dengan pasien lain,memakan makanan yang tidak biasanya, penggunaan terapi antibiotik. Dan dilakukan pemeriksaan penunjang seperti kolonoskopi,ileoskopi,foto abdomen 3 posisi, USG abdomen,colon in loop kontras ganda, CT scan abdomen. Pada pasien ini terdapat gejala-gejala sama seperti diatas dan sudah dilakukan kolonoskopi serta biopsi.Pada Tn.S terdapat anemia yang didapatkan melalui anamnesis badan terasa lemas dan pemeriksaan fisik yaitu konjungtiva pucat +/+ dengan pemeriksaan laboratorium yaitu Hb : 7.0 gr/dL dan Ht : 22%. Anemia normositik dan normokromik, disebabkan karena defisiensi eritropoiesis dan kecenderungan hemolitik, salah satu penyebabnya adalah kehilangan darah melalui saluran cerna dapat menyebabkan anemia. Faktor factor lain yang dapat menyebabkan anemia adalah defisiensi besi dan asam folat. Kekurangan besi dapat disebabkan oleh kehilangan darah dan absorpsi saluran cerna yang buruk oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan ketat dalam tanda- tanda vital dan pemeriksaan darah lengkap setiap 6jam untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik.

Berdasarkan anamnesa pada Tn.S didapatkan riwayat menderita hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dan terkontrol dengan obat hipertensi dan riwayat DM tipe 2 yang juga terkontrol HIPERTENSI yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan perubahan struktur pada arteriol di seluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) dinding pembuluh darah. Organ sasaran utama keadaan ini adalah jantung, otak, ginjal dan mata. Oleh karena itu kepatuhan dalam meminum obat diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi, selain itu pasien juga perlu melakukan diet hingga mencapai berat badan ideal juga diet rendah garam dan olah raga teratur.

DM tipe 2 terkontrol DM tipe 2 disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa. Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis. Sel pankreas masih dapat mengkompensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemia, kadar glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi kelelahan sel pankreas, baru terjadi diabetes melitus klinis, yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang meningkat, memenuhi kriteria diagnosis diabetes melitus. Karena pada pasien ini tidak terkontrol maka harus diberikan tatalaksana untuk mencegah terjadinya komplikasi, yaitu Pilar penatalaksanaan DM :1. Edukasi2. Terapi gizi medis3. Latihan jasmani4. Intervensi farmakologisPengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama beberapa waktu ( 2 4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis berat, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan pada pasien, sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.

TINJAUAN PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

Perdarahan saluran cerna akut merupakan keadaan gawat darurat yang harus ditangani secara cepat dan tepat karena dapat menyebabkan kematian. Sementara perdarahan saluran cerna yang sifatnya kronik walaupun tidak terlihat nyata namun bila tidak ditangani juga sangat berbahaya. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi dimana saja pada traktus digestivus dari mulut sampai dengan anus. Darah dapat terlihat pada tinja atau muntahan atau dapat saja berupa perdarahan tersembunyi yang hanya dapat dilihat dengan pemeriksaan laboratorium. Perdarahan saluran cerna bagian bawah sebagian besar terjadi pada usia tua. Dahulu, kematian yang disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian bawah yang akut sangat tinggi. Hal ini terutama disebabkan oleh kesulitan untuk menemukan sumber pendarahan.5 Namun, seiring dengan kemajuan dan pembangunan di bidang teknologi medis, khususnya kolonoskopi dan angiografi, telah menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian bawah sebesar 5-10% selama dekade terakhir. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan kemampuan dalam mencari sumber pendarahan, dalam resusitasi dan juga perawatan medis yang lebih baik. Penyebab utama kehilangan darah dari saluran pencernaan bagian bawah yang akut adalah divertikulosis dan angiodisplasia.5 Sementara itu, penyebab utama perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik adalah keganasan dan penyakit di daerah perianal.5 Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik terjadi secara bertahap dan sebentar-sebentar, sehingga seringkali pasien tidak menyadarinya dan membutuhkan rawat inap di rumah sakit.5

BAB IITINJAUAN UMUM

II.1 DefinisiPerdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz.3 Hematochezia diartikan sebagai darah segar atau berwarna merah maroon yang keluar melalui anus dan merupakan manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah. Namun, perdarahan dari saluran pencernaan bagian atas yang masif juga dapat menimbulkan hematochezia.1,3Melena diartikan sebagai tinja berwarna hitam seperti ter, lengket, dengan bau yang khas. Melena timbul bila hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau hemokrom lain oleh bakteri setelah 14 jam.1,2 Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian atas atau usus halus, namun melena dapat pula berasal dari perdarahan kolon sebelah kanan dengan perlambatan mobilitas.2 Tidak semua kotoran hitam adalah melena karena bismuth, atau obat-obat yang mengandung besi ( obat penambah darah ) dapat pula menyebabkan feces menjadi hitam.1,3Darah Samar timbul bilamana ada perdarahan ringan namun tidak sampai merubah warna feces. Darah samar dapat diketahui dengan tes Guaiac.1,3 Darah yang bisa dideteksi oleh tes Guaiac minimal 5-10ml/hr, sementara saluran cerna secara normal sebenarnya kehilangan darah 0,5-1,5 ml/hari yang biasanya tidak terdeteksi dengan tes Guaiac.1

II.2 EpidemiologiPenyebab utama perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah diverticulosis, malformasi arteri vena (AVM), dan kolitis iskemik.1 Dari keseluruhan perdarahan saluran cerna, 20%nya adalah perdarahan saluran cerna bagian bawah , dan biasanya tidak lebih berat dari perdarahan saluran cerna bagian atas. Perdarahan SCBB ini biasanya terjadi pada orang tua berusia antara 63-77 tahun.1 Sebanyak 80% biasanya berhenti secara spontan.1 Dalam dekade terakhir , kasus perdarahan saluran cerna meningkat secara signifikan. Mortalitas akibat perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah 3,6 %, sementara tingkat mortalitas akibat perdarahan saluran cerna bagian atas adalah 3,57%.3Pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang dirawat di rumah sakit memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi, yaitu sebanyak 23% dibandingkan pasien yang rawat jalan, hanya sebesar 3.6%.1 II.3 Klasifikasia. Perdarahan akutPasien pasien yang mengalami perdarahan berat dan kontinyu harus dirawat di rumah sakit. Penting untuk diingat bahwa pada 10-15% kasus yang pada awalnya bermanifestasi sebagai perdarahan saluran cerna bagian bawah ternyata memiliki sumber perdarahan di saluran cerna bagian atas.1 Petunjuk kemungkinan terjadinya perdarahan saluran cerna bagian atas yang diawali dengan hematochezia adalah ketidakstabilan hemodinamik ( hipotensi, takikardi,perubahan posisi mengakibatkan perubahan pada tekanan darah)2, melena, dan riwayat perdarahan saluran cerna bagian atas.1 Pemasangan NGT membantu menegakkan diagnosa perdarahan saluran cerna bagian atas pada pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah yang berat.1

b. Outlet-type bleedingYang dimaksud outlet-type bleeding adalah terlihat darah selama atau sesudah defekasi pada kertas toilet atau handuk, tapi tanpa gejala ataupun faktor resiko khusus untuk ca colorectal.1 Pasien outlet-type bleeding yang berusia muda, lebih dianjurkan menggunakan fleksibel sigmoidoskopi dibandingkan kolonoskopi.c. Perdarahan kronik-intermittenManifestasi klinis pada pasien ini adalah tes Guaiac positif, atau anemia atau keduanya. Biasanya terjadi pada pasien-pasien rawat jalan yang tidak menyadari terjadinya perdarahan saluran cerna bagian bawah namun mengalami anemia kronis. Walaupun begitu jika anemi yang timbul sudah berat dan terdapat gejala-gejala kardiopulmoner maka pasien tersebut harus dirawat inap untuk monitoring, evaluasi dan tata laksana lebih lanjut. Pada pasien-pasien ini harus dievaluasi dengan kolonoskopi. Berdasarkan studi, sekitar 25-41% dari pasien ini ditemukan kelainan pada endoskopi saluran cerna bagian atasnya. Jadi, bila dengan kolonoskopi tidak ditemukan sumber perdarahan maka sebaiknya dilakukan endoskopi. 1

II.4 EtiologiPenyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah :a. Perdarahan divertikel kolonDivertikel adalah kantong yang terjadi karena penonjolan kearah luar usus melalui lapisan otot . Proses terbentuknya divertikel berhubungan dengan kebiasaan makan pasien. Pasien dengan divertikel mempunyai kebiasaan makan makanan yang tidak atau kurang berserat, akibatnya tinja yang terbentuk keras dan volumenya kecil, sehingga kolon harus berkontraksi lebih keras untuk menggiring tinja keluar, maka sering timbul tekanan tinggi dalam kolon biasanya di bagian bawah. Tekanan yang besar ini dapat menekan celah lemah pada dinding usus. Paling sering divertikel ditemukan di bagian sigmoid . Kelainan ini lebih sering ditemukan usia lebih dari 50 tahun. Pasien dengan divertikel yang cukup banyak disebut divertikulosis. Bila divertikel ini meradang disebut divertikulitis. Penonjolan ini besarnya berkisar antara beberapa milimeter sampai dua cm. Leher divertikel dan pintunya biasanya sempit. Kadang-kadang di dalamnya terbentuk fecolith.

Keluhan dan tandanya dapat berupa keluhan mulai dari yang ringan seperti mual, nyeri pada perut kiri bawah, sembelit dan diare oleh karena gangguan pengerasan usus sampai keluhan berat seperti pecahnya usus, abses dan perdarahan.Pecahnya usus ditandai dengan perut yang menjadi tegang dan terasa nyeri. Abses ditandai dengan adanya massa di perut kiri bawah yang sangat nyeri disertai keluhan sembelit, demam dan keadaan umum penderita buruk. Perdarahan baru nyata setelah keluar perdarahan saat penderita BAB, dan mungkin terjadi anemia. Pada penderita usia lanjut, dapat terjadi perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan syok dan tidak jarang memerlukan transfusi darah.b. AngiodisplasiaAngiodisplasia (vascularectasis) diklasifikasikan sebagai penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah secara bertahap atau kronis. Lima puluh empat persen dari angiodisplasia kronis menyebabkan perdarahan di dalam usus. Angiodisplasia adalah lesi degeneratif yang berkaitan dengan penuaan. Dua pertiga pasien dengan angiodisplasia berusia di atas 70 tahun. Patogenesis angiodisplasia tidak diketahui,mungkin disebabkan oleh parsial , obstruksi intermiten,mulai dari vena-vena submukosa sampai terjadinya dilatasi, sehingga hubungan arteriovenosa didirikan. Angiodisplasia didiagnosis dengan menggunakan kolonoskopi dan angiography. 5

c. Arteriovenous Malformation1AVM dilaporkan sebagai sumber perdarahan saluran cerna bagian bawah pada 3-40% pasien. AVMs biasanya kelainan kongenital dan ditemukan di usus pada 1-2% dari spesimen autopsi. AVMs adalah suatu kelainan pada mukosa dan submukosa pembuluh darah memiliki komunikasi langsung antara arteri dan vena tanpa campur tangan kapiler. Lebih dari setengahnya berlokasi di kolon kanan, dan 47% persen pasien mengalami hematochezia yang tanpa nyeri serupa dengan perdarahan yang disebabkan oleh penyakit divertikular, dapat pula muncul berupa perdarahan yang kronik dan intermitten. Faktor resikonya adalah orang tua, berusia lebih dari 60 tahun, lokasi di sisi kanan kolon , dan pada pasien yang memiliki penyakit gagal ginjal kronis dan stenosis aorta. Pemeriksaan terbaik untuk AVMs adalah angiography.

d. Kolitis Kolitis merupakan istilah yang menunjukkan adanya proses peradangan atau inflamasi pada kolon. Kolitis sering diawali dengan infeksi, toksin, produk bakteri, yang terjadi pada individu yang rentan . Pelepasan bahan toksin menimbulkan reaksi inflamasi yang menyebabkan perubahan mukosa dan dinding. Kolitis dibagi 2, yaitu kolitis ulseratif non spesifik dan kolitis Crohn. Kolitis ulseratif berlangsung lama dan disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Tanda dan gejala klinis yang penting adalah nyeri abdomen, diare dan perdarahan rektum.6 Diagnosis banding antara lain : kolitis infeksi, IBS, divertikulitis, enteritis radiasi, dan kanker kolon. Walaupun tidak ada tes darah yang spesifik untuk kolitis iskemik, namun biasanya terdapat kenaikan l eukosit, amilase, kreatin fosfokinase dan serum laktat. Foto rontgen polos biasanya tidak ditemukan sesuatu yang khas, meskipun tanda edema submukosa dan pneumatosis dapat dilihat biasanya pada pasien dengan penyakit lanjut.Diagnosa dengan CT scan mungkin memperlihatkan penebalan segmental kolon yang terkena. Evaluasi endoskopi dengan sigmoidoskopi atau kolonoskopi dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada pasien yang tidak jelas diagnosanya dan tidak memperlihatkan tanda-tanda peritonitis atau perforasi.5

e. Penyakit perianalContohnya adalah hemoroid dan fissura ani, biasanya menimbulkan perdarahan dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan feces. Polip dan karsinoma kadang menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang disebabkan oleh hemoroid, oleh karena itu pada perdarahan yang diduga dari hemoroid perlu dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan polip dan karsinoma kolon. Pemeriksaan dilakukan menggunakan anoskopi dan kolonoskopi. Kelainan perianal diterapi dengan obat (suppositoria, pelumas, hydroxitison) tetapi sering kambuh sehingga skleroterapi / koagulasi, ligasi, atau intervensi bedah dapat dipertimbangkan.5

f. Neoplasia kolonBaik tumor ganas dan jinak di usus bisa mirip divertikulosis, dan kebanyakan terjadi pada usia tua. Neoplasma jarang menyebabkan perdarahan masif. Perdarahan bisa berupa sebentar-sebentar, atau kebanyakan kasus adalah perdarahan tersembunyi ( occult blood). Dulu, diagnosis dibuat menggunakan barium enema, namun kini dengan menggunakan kolonoskopi dan biopsi diagnosa dapat langsung dilakukan. Pengelolaan tumor saluran cerna bagian bawah adalah dengan eksisi, baik dibantu oleh endoskopi atau melalui operasi.5

g. Divertikulum Meckel7Divertikulum Meckel adalah suatu kelainan bawaan, yang merupakan suatu kantung (divertikula) yang menonjol dari dinding usus halus. Divertikula bisa mengandung jaringan lambung maupun jaringan pankreas. Divertikulum meckel adalah suatu sisa dari struktur perkembangan yang tidak diserap seluruhnya pada masa perkembangan janin. Penyebab yang pasti dari tidak diserapnya sisa struktur tersebut tidak diketahui. Sekitar 2% dari jumlah penduduk memiliki divertikulum meckel, tetapi hanya sebagian kecil yang menunjukkan gejala. Divertikulum meckel biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kantungnya dapat melepaskan asam dan menyebabkan ulkus, sehingga terjadi perdarahan melalui rektum yang tidak disertai nyeri. Tinja biasanya berwarna keunguan atau kehitaman. Pada remaja dan orang dewasa, divertikulum lebih cenderung menyebabkan penyumbatan usus, sehingga timbul nyeri kram dan muntah. Bisa terjadi peradangan mendadak pada divertikulum yang disebut divertikulitis akut. peradangan ini menyebabkan nyeri perut yang hebat, seringkali disertai muntah. Jika tidak menimbulkan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan khusus. Jika terjadi perdarahan, maka dilakukan pengangkatan divertikulum disertai pengangkatan jaringan usus di sekitarnya yang telah mengalami kerusakan.Jika tidak ditemukan kerusakan pada jaringan usus di sekitarnya, maka yang dibuang hanya divertikulumnya. Untuk memperbaiki anemia, mungkin perlu diberikan zat besi tambahan. Jika terjadi perdarahan yang hebat, mungkin perlu dilakukan transfusi darah.

II.4 Manifestasi KlinisPerdarahan akut :a.Sinkop : takikardia, kepala pusing,melayangb.Syok : - tekanan darah turun (sistolik< 90 mmHg atau turun > 30 mmHg dari semula) - takikardi, nadi cepat (> 100x/mnt) denyut kecil, lemah atau tidak teraba.c. muka (kulit, mukosa) pucatd. akral dingin e.berkurangnya pembentukan air kemih.f. berkurangnya aliran darah ke otak (bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan syok)

Perdarahan Kronik:Akibat kehilangan darah kronik: a. anemia def.Feb. palpitasic. lemasd. sesak napase. anoreksiaf. insomnia.

II.5 DiagnosaTentukan penyebab atau lokasi perdarahan, dilakukan setelah status hemodinamik stabil ( pada perdarahan akut )1a. Anamnesis : tanyakan volume perdarahan, berapa kali mengalami perdarahan , juga penting ditanyakan kepada pasien mengenai riwayat penyakit terdahulu, apakah pasien menderita tukak peptik,penyakit hati kronik, kelainan saluran cerna bawah (hemorroid,kolitis, ca). Penting pula mengetahui riwayat penyakit sekarang , beberapa petunjuk misalnya jika pasien mengaku:11) Feses terbungkus darah, biasanya menandakan perdarahan akibat hemoroid.2) Darah bercampur dengan feses, menandakan sumber perdarahan yang lebih proksimal.3) Diare berdarah, terdapat tenesmus ani, biasanya merupakan gejala Irritable Bowel Disease (IBD).4) Diare berdarah, demam dan nyeri abdomen ,biasanya adalah pasien dengan kolitis5) Jika terdapat nyeri saat defekasi biasanya adalah hemoroid atau fissura anal.6) Jika feses berubah ukurannya menjadi bentuk panjang seperti pensil disertai penurunan berat badan biasanya adalah pasien kanker kolon.7) Perdarahan yang terjadi tanpa disertai nyeri biasanya terjadi pada pasien penyakit divertikular , AVM, atau proctitisTanyakan pula apakah terdapat sesak, nyeri dada, lightheadedness, dan kelemahan.1

b. Pemeriksaan fisik1) cek tanda vital : a.Kesadaranb.Tekanan darah : hipotensi orthostatik timbul pada kehilangan 15% volume darah.1 Bila penderita syok tek. sistolik < 90 mmHg dan nadi > 100x/mnt,berkeringat dingin, muka pucat, akral dingin maka kehilangan darah sekitar 40%.c. Nadid.Pernafasane. Suhu 2) Mata : ada tidaknya anemis3) Turgor kulit menurun4) Ekstremitas : akral dingin, ujung-ujung jari sianotik5)Auskultasi Jantung : irama cepat atau lambat6)Abdomen : teraba massa atau tidak, ukuran hepar, splenomegali.1auskultasi : peristaltik usus menurun atau tidak7) Colok dubur : darah (+/-), palpasi massa (+/-), identifikasi feses, dan lakukan tes Guaiac.1 c. Pemeriksaan laboratorium :11) darah : cito dan pemeriksaan darah lengkap . Selanjutnya perlu dicek Hb dan Ht tiap 6 jam2) Elektrolit3) BUN / serum creatinin4) Liver Function Test5) Faktor pembekuan : Prothrombin Time (PT): activated Partial Thrombin Time (aPTT)

II.6 Pemeriksaan Penunjanga. KolonoskopiKolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi lebih baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%. Sebuah kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari striktur. 1.Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 1,3% pada pasien.1 Komplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostic Merupakan pemeriksaan terbaik untuk perdarahan saluran cerna bagian bawah, bisa untuk diagnostik maupun terapeutik. Akurasi untuk diagnosa dengan kolonoskopi adalah 48% -90%.1 Terlihatnya darah segar pada ileum terminalis mengindikasikan sumber perdarahan bukan berasal dari kolon.1b. Urgent ColonoscopyAdalah tindakan kolonoskopi yang dilakukan dalam 24 jam setelah episode perdarahan. Pada pasien ini dilakukan persiapan awal yang minim dengan air atau gliserin enema. Baru-baru ini digunakan polietilen glikol . Penyakit yang paling sering ditemukan oleh kolonoskopi mendesak adalah colitis iskemik transien .Urgent colonoscopy dianggap aman dan berguna untuk pemeriksaan pada perdarahan saluran cerna bagian bawah akut dan hemostasis.9

c. Flexible SigmiodoskopiFlexible sigmoidoscopi dapat menjangkau 65 cm ke dalam lumen kolon dan dapat mencapai bagian proksimal dari kolon kiri.1 Dapat digunakan tanpa sedatif dan dengan persiapan enema yang minimal. Lima puluh persen dari kanker kolon dapat terdeteksi dengan menggunakan alat ini. Flexible sigmoidoscopi tidak dianjurkan digunakan untuk indikasi terapeutik polipektomi, kauterisasi dan semacamnya; kecuali pada keadaan khusus, seperti pada ileorektal anastomosis. Flexible sigmoidoscopi setiap 5 tahun dimulai pada umur 50 tahun merupakan metode yang direkomendasikan untuk screening seseorang yang asimptomatik yang berada pada tingkatan risiko menengah untuk menderita kanker kolon. Sebuah polip adenomatous yang ditemukan pada flexible sigmoidoscopi merupakan indikasi untuk dilakukannya kolonoskopi, karena meskipun kecil ( 100x/ mnt infus koloid atau NaCl 0.9%untuk mengetahui jml kehilangan darah, penderita tidur terlentang ukur nadi / tek. darah lalu penderita didudukkan dan bila nadi naik > 10x/ mnt & tek. Darah sistolis turun > 10 mmHg maka kehilangan darah adalah sekitar 20%.8 b. Pernafasan : O2 2-4 ltr/menit

2. Ambil contoh darah (cross matched blood untuk transfusi)

3. Periksa hemoglobin,hematokrit,trombosit,leukosit (Hb kurang sesuai dengan jumlah perdarahan pada tahap akut oleh krn belum terjadi hemodilusi, perlu waktu minimal 8 jam) Pemberian transfusi segera pada :8- penderita syok- perdarahan terus-menerus- gejala-gejala angina pectoris- hematokrit < 20%- Pasien resiko tinggi : orang tua, CHD, Sirosis hepatis diberikan transfusi PRC sampai Hematokrit > 30 %- Koagulopati dan t rombositopenia harus dikoreksi segera. Trombosit harus dipertahankan diatas 50.000/ml dan kagulopati harus dikoreksi dengan vitamin K atau dengan fresh frozen plasma. Vitamin K harus diberikan oral kecuali pada pasien sirosis atau obstruksi bilier, yang mana pada pasien ini diberikan secara subkutan. Status hemodinamik merupakan indikator yang lebih baik untuk pemberian darah daripada Hb. Transfusi diberikan sampai hemodinamik stabil atau Hematokrit 25 30%

4.Medikamentosa :Paerdarahan akut : Transamin 3x1 kaps: Vit K 3x1 tab Beberapa perdarahan dapat diobati secara medikamentosa: 3Hemoroid, fissura ani, dan ulkus rekti diobati dengan bulk-forming agent, sitz baths dan menghindari mengedan. Kombinasi estrogen-progesteron dapat mengurangi perdarahan pada pasien angiodisplasia , dan IBD biasanya memberi respon terhadap obat-obatan anti inflamasi.

5. Observasi dan monitoring terus tanda-tanda vital: observasi tanda-tanda hemodinamik yaitu tekanan darah, nadi, pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110 mmHg, pernafasan cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 39 derajat Celcius, kulit dingin pucat atau cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal berkurang, menyebabkan urine berkurang.

Pasien dengan perdarahan SCBB akutPertimbangkan perdarahan SCBAPasang NGT+/- upper endoscopyUpper endoscopyEvaluasi dan resusitasiTangani sebagai perdrahan SCBAArteriographyKolonoskopiSumber teridentifikasiHasil pemeriksaan (-)Perdarahan berhentiEndoskopi kapsulTerapi sesuai kebutuhan

Perdarahan ringan-sedang perdarahan berat

Tidak

Ya

Intensitas PerdarahanGambaran klinisInfus IV / transfusiTujuan akhir

Perdarahan Ringan Denyut nadi dan Hb normal- Mempertahankan akses intravena sampai diagnosis jelas- memasatikan tersedia darah

Perdarahan SedangDenyut nadi istirahat > 100x/mnt dan`/ atau Hb < 10g/dl menggan tikan cairan meminta 4 unit preparat PRCMempertahankan Hb> 9 g/dl

Perdarahan HebatKolaps dan atau syok tek. Sistolik < 100 mmHg denyut nadi >100x/mnt gantikan cairan dengan cepat pastikan tersedia darah lakukan transfusi menurut pengkajian klinis dan kadar HB/Ht mempertahankan vol urin > 0,5 ml/kgBB/jam mempertahankan tek sistolik >100 mmHg mempertahankan Hb > 9 g/dl

6. Terapi BedahPada beberapa diagnostik , seperti divertikulum Meckel atau keganasan , bedah merupakan pendekatan utama setelah keadaan pasien stabil.

Tanda-tanda vitalResusitasiTes darahGolongan darah dan crossmatchtanda kehilangan cairan/

Kolonoskopi segera atau scintigrafi eritrosit + angiografiEndoskopi elektifInfus NaClPRC dan factor lain jika dibutuhkanhemodinamik tidak stabilperdarahan berkurang

Perdarahan aktif berkurang

Perdarahan aktif,dicurigai di SCBBKemungkinan perda-lokasi perdarahanRahan di SCBAtak teridentifikasi

-Endoskopi SCBA-OMD follow through-EnteroskopiEndoskopi SCBA segera

Normal

Lokasi perdarahan Ditemukan

Kauterisasi elektrik , injeksi zat sklerotik, angiografi embolisasiPerdarahan berulang

Suplemen zat besi

perdarahan cukup banyak,perlu transfusi darah

Pertimbangan:AngiografiEnteroskopi operasiKolektomi pasialBEDAH

IV.KESIMPULAN

Hematoschezia adalah perdarahan saluran cerna bagian bawah yang berwarna merah segar atau merah marun, dan pendarahan ini terletak di bawah ligamentum Treitz ke anus. Kemungkinan penyebab hematoschezia adalah divertikulosis, angiodisplasia, neoplasma, kelainan perianal,divertikulum Meckeli, infeksi dan non-infeksi kolitis, intususepsi. Dalam kebanyakan kasus pendarahan adalah kasus ringan, kecuali untuk divertikulosis, yang menyebabkan pendarahan yang cukup hebat. Diagnosis dan terapi hematoschezia bisa sebagian besar dilakukan melalui endoskopi, hanya sebagian kecil bagian memerlukan intervensi bedah untuk diagnosis. Untuk kasus hematochezia yang akut, diperlukan penatalaksanaan yang tepat karena perdarahan yang masif beresiko kematian, diperlukan pantauan terus terhadap tanda-tanda vital pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Greenberger,Norton.Blumberg,Richard.Burakoff,Robert: Current Diagnosis and Treatment Gastroenterology,Hepatology,&Endoscopy. McGraw-Hill,Lange.2009 : 343-351.

2. Kasper,Dennis.Braunwald,Eugene.Hauser,Stephen, et al.Harrisons Principles of Internal Medicine, 16th edition.McGraw Hill: 235-238.

3. Sudoyo,Aru.Setiyohadi,Bambang.Idrus,Alwi.et al.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4.Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta 2006 : 289-297.

4. Syamsi,Rusi Muhaimin.WHO: Penggunaan Klinis Darah.EGC,Jakarta 2004:161.

5. Wandono,Hadi. Acta Med Indonesia Vol 39 .October - December 2007

6. Malueka,Rusdi Ghazali: Radiologi Diagnostik.Pustaka Cendekia Press,Yogyakarta:2006.7. http:// www.kalbe.co.id

8. http://www.akademik.unsri.ac.id

35