85
PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA.Pbr, Nomor 558 K/Ag/2017) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: IRWAN HIDAYAT NIM: 11150440000009 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1441 H/2019 M

New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK

(Studi Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, Nomor 0027/Pdt.

G/2017/PTA.Pbr, Nomor 558 K/Ag/2017)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

IRWAN HIDAYAT

NIM: 11150440000009

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1441 H/2019 M

Page 2: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi
Page 3: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi
Page 4: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi
Page 5: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

v

ABSTRAK

Irwan Hidayat, NIM 11150440000009. Pembatalan Wasiat Orang Tua

Terhadap Anak (Studi Putusan Nomor 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr, Nomor 0027/Pdt.

G/2017/PTA. Pbr, dan Nomor 558 K/Ag/2017 ). Program Studi Hukum Keluarga

(Ahwal Syakhsiyyah), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2019 M. ( xiii + 71 halaman).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: a) Bagaimana pembatalan wasiat

orang tua terhadap anak menurut Hukum Islam dan Hukum yang berlaku di

Indonesia, b) Apa yang menjadi pertimbangan Pengadilan Agama dan Pengadilan

Tinggi Agama Pekanbaru yang menolak gugatan pembatalan wasiat orang tua

terhadap anak dan Hakim Kasasi yang mengabulkan pembatalan wasiat orang tua

terhadap anak. c) Dan bagaimana masing-masing putusan tersebut ditinjau dari

Hukum Islam dan peraturan yang berlaku di Indonesia

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan normatif doktiner

yaitu pendekatan yang menggunakan rumusan-rumusan berdasarkan Al-Quran, Hadits

dan peraturan yang berlaku di Indonesia kemudian dihubungkan dengan putusan

Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, Nomor 0027/Pdt.G/2017/PTA.Pbr dan Nomor 558

K/Ag/2017 lalu kemudian di analisis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: a) Para fuqaha berbeda pendapat

tentang pembatalan wasiat orang tua terhadap anak. Menurut Mazhab Syafi‟i wasiat

kepada ahli waris dibolehkan jika ada izin dari ahli waris lainnya. Apabila wasiat

telah terlanjur diberikan sedangkan ahli waris lain tidak setuju maka wasiat itu harus

dibatalkan. Sedangkan menurut kalangan Malikiyah, Al-Muzanni, dan Zahiriyah tidak

boleh wasiat kepada ahli waris, dengan demikian jika terjadi wasiat kepada ahli waris,

wasiat tersebut wajib untuk dibatalkan. Adapun menurut peraturan yang berlaku di

Indonesia pasal 195 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam, wasiat kepada ahli waris

dibolehkan jika ahli waris lain menyetujuinya. Namun jika terjadi wasiat kepada ahli

waris namun tidak ada persetujuan dari ahli waris lain maka wasiat tersebut harus

dibatalkan. b) Pengadilan Agama dan Pengadilan Agama Tinggi Pekanbaru menolak

gugatan pembatalan wasiat orang tua terhadap anak dengan pertimbangan bahwa

gugatan Penggugat obsur libel gugat prematur dan error in persona karena penggugat

bukanlah orang yang mempunyai hak dan berkepentingan (persona standi in judicio).

Kemudian MA yang mengabulkan gugatan Penggugat karena Para Pemohon Kasasi

atau Para Penggugat memiliki legal standing untuk membatalkan wasiat yang

mempunyai hak terhadap objek wasiat yang merupakan harta orang tua Para Pemohon

Kasasi atau Para Penggugat serta hak dalam memberikan persetujuan atau tidak

memberi persetujuan atas harta tersebut. c) Ditinjau dari Hukum Islam dan peraturan

yang berlaku di Indonesia, putusan pada Tingkat I dan Tingkat Banding, hakim keliru

dalam memutuskan kasus ini karena Penggugat memiliki legal standing dalam

membatalkan wasiat karena mempunyai hak dan kepentingan atas harta orang tua.

Kemudian di Tingkat Kasasi dilihat hakim sudah sesuai dalam memutuskan perkara

ini, hal tersebut sudah sesuai dengan ditetapkannya syariat (maqashid al-syariah)

yang dalam hal ini masuk dalam kategori hifdzu al mal (menjaga harta).

Kata Kunci : Pembatalan, Surat Wasiat, Anak

Pembimbing : Dr. Mesraini, S.H., M.Ag.

Daftar Pustaka : 1982 s.d 2018

Page 6: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan

kepada Tuhan semesta alam, Allah SWT. Sebuah kesyukuran yang mendalam atas

segala nikmat, ma‟unah, hidayah serta karunia Allah kepada kita semua khususnya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Judul

“Pembatalan Wasiat Orang Tua Kepada Anak (Studi Putusan (Studi Putusan Nomor

0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA Nomor 558 K/Ag/2017).

Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada baginda besar Nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya menuju jalan yang lurus dan yang

diridhoi oleh Allah SWT.

Penulis amat terharu, bersyukur dan gembira sekali, karena telah

menyelesaikan tugas akhir dalam jenjang pendidikan Srata Satu (SI) ini, sehingga bisa

memperoleh gelar Sarjana Hukum lulusan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis juga meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila

skripsi ini kurang berkenan bagi para pembaca, karena penulis menyadari bahwa

skripsi penulis jauh dari kata kesempurnaan.

Perlu diketahui bahwa selama penulis masih di bangku perkuliahan sampai

pada tahap akhir ini yakni penulisan skripsi, penulis mendapatkan banyak pendidikan,

arahan, bantuan, masukan, serta dukungan yang luar biasa dari para pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya

kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berikut para wakil

Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum.

3. Dr. Mesraini, S.H., M.Ag., dan Ahmad Chairul Hadi, M.A., selaku Ketua

Program Studi Hukum Keluarga dan Sekretaris Program Studi Hukum

Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum, atas jasa-jasa beliau berdualah yang

membuat penulis bersemangat untuk menjadi mahasiswa yang unggul dan

Page 7: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

vii

bermanfaat, selalu mendukung penulis di tengah-tengah kesibukannya serta

memotivasi penulis untuk secepatnya menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Dr. H. Ahmad Juaini Syukri, M.A., selaku Dosen Penasehat Akademik yang

tak kenal lelah membimbing penulis serta mendampingi penulis dengan

penuh keikhlasan dan kesabaran sampai pada tahap semester akhir di Fakultas

Syariah dan Hukum tercinta ini, khususnya pada penyelesaian skripsi penulis.

5. Dr. Mesraini, S.H., M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis, yang

selalu membimbing penulis dengan penuh kesabaran di tengah kesibukan

yang beliau hadapi, memberikan arahan serta masukan yang sangat positif

untuk perumusan dan penyusunan skripsi ini, sehingga merupakan suatu

kebanggaan tersendiri bagi penulis karena telah dibimbing oleh orang hebat

seperti beliau.

6. Kedua orang tua penulis, ayahku tercinta Nurjasri, dan ibuku tersayang

Rosnita, terima kasih atas kasih sayangmu yang tiada tara, pengertianmu yang

sangat membuatku bahagia, doa-doamu tiap malam, dukunganmu yang luar

biasa ketika Ananda sedang jatuh terpuruk, serta didikanmu selama ini,

sehingga karena kalian berdualah Ananda terinspirasi untuk menyelesaikan

skripsi ini.

7. Kepada kakak-kakaku tercinta Yoni Fasri, Febri Satria dan M. Ridwan yang

selalu menyemangati penulis dan mengingatkan penulis untuk menjadi

pribadi yang lebih baik kedepannya khususnya dukungan untuk pembuatan

skripsi ini.

8. Kepada para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah mendidik

penulis dan memberikan keilmuannya sehingga skripsi ini dapat tuntas.

9. Kepada Keluarga Besar Ayahku, dan Keluarga Besar ibuku, saudara-

saudaraku, pakde dan budeku, sepupu-sepuku yang sangat penulis cintai dan

penulis banggakan.

10. Kepada sahabat-sahabat Alumni MAN 2 Payakumbuh yang senantiasa

memberikan semangat kepada penulis.

11. Teman-teman KMM (Keluarga Mahasiswa Minangkabau) Ciputat khususnya

angkatan 2015, yang telah berbagi ilmu dan selalu ,mendoakan penulis

sehingga selesainya skripsi ini.

Page 8: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

viii

12. Teman-teman Pramuka UIN Jakarta Fatahillah-Nyimas Gandasar mulai dari

Angkatan Bacem (semangat pembinaannya), Angkatan Pasrah (kritis yang

luar biasa), Angkatan Batu (angkatan ini penulis merasakan manis dan

asamnya perjuangan di Pramuka UIN Jakarta) dan Angkatan 2014 sampai

angkatan pertama kali pembentukan Pramuka UIN Jakarta, Dewan

Kehormatan Pandega, Senioren dan kakak lainnya yang tidak dapat di

sebutkan satu persatu yang selalu memberikan masukan dan semangat dalam

membagi waktu antara organisasi dan kewajiban kuliah.

13. Kepada sahabat-sahabat terbaik penulis, Lutfi Zakaria, Ilham Ramdani (teman

seperjuangan paling jos dari awal kuliah sampai skripsi), Noufal, Rizki, Agus,

Dani, Imam (teman kosan terheboh), Azka, Wafi, Mukhlis, Iyef, Yoga, Rozak

(teman kosan beneran) Syahrul Ramdhani (Ayung), Nazim (kawan skripsian),

Ridwan, Mahmudin, Firhan (teman berantam dalam berdiskusi yang tidak

habisnya dan tidak pernah baper), Kindy, Ipong (teman angkatan yang luar

biasa dalam pengabdian kepada Racana) dan masih banyak lagi teman-teman

penulis yang tidak tercantum di sini akan tetapi tidak mengurangi rasa hormat

dan sayang penulis kepada mereka, terima kasih atas dukungan kalian selama

ini, kalian terbaik!

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas jasa-jasa mereka,

kebaikan mereka, dan melindungi mereka baik di dunia maupun di akhirat kelak,

aamiin! Semoga skripsi ini membawa berkah dan banyak manfaat bagi para pembaca

walaupun masih banyak kekurangan dan belum sempurna, karena kesempurnaan

hanya milik Allah SWT. Wallahu a‟lam bi al-Showab.

Jakarta, 10 November 2019

Irwan Hidayat

Page 9: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin dimana istilah Arab tersebut belum dapat

diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup penggunaannya masih terbatas.

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

H ha dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis bawah ص

D de dengan garis bawah ض

T te dengan garis bawah ط

Z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan „ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Qo ق

Page 10: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

x

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrop ˋ ء

Y Ya ي

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti bahasa Indonesia, memiliki vokal atau

monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal atau monoftong,

ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U Dammah

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u و

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

diimbangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

 a dengan topi di

atas

Î i dengan topi di

Page 11: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

xi

atas

Û u dengan topi di

atas

Kata sandang, dalam bahasa Arab dilambangkan dengan alif dan lam (ال),

dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah atau huruf

qomariyyah. Misalnya:

al-ijtihâd = الإجتهاد

al-rukhsah, bukan ar-rukhsah = الرخصة

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak berlaku

jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

.al-syuf‟ah tidak ditulis asy-syuf‟ah = الشفعة

Dalam penulisan ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat

contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbȗtah

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti dengan kata benda (isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

“t” (te) (lihat contoh 3).

No. Kata Arab Alih Aksara

syarî‟ah شريعة 1

al-syarî‟ah al-islâmiyyah الشريعة الإسلامية 2

muqâranat al-madzâhib مقارنة المذاىب 3

Untuk huruf kapital tidak dikenal dalam tulisan Arab. Tetapi dalam

transliterasi huruf ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diketahui bahwa jika nama diri didahului

oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal

nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh: البخاري = al-Bukhâri

tidak ditulis Al-Bukhâri.

Page 12: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

xii

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara

ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal. Berkaitan

dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara sendiri,

disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal dari bahasa

Arab, Misalnya: Nuruddin al- Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

Setiap kata, baik kata kerja (fi‟il) kata benda (isim) atau huruf (harf), ditulis

secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih akasara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan diatas:

No Kata Arab Alih Aksara

-al-darûrah tubîhu al الضرورة تبيح المحظورات 1

mahzûrât

al-iqtisâd al-islâmî الاقتصاد الإسلامي 2

usûl al-fiqh أصول الفقو 3

al-„asl fî al-asyya الأصل في الأشياء الإباحة 4 al-ibâhah

al-maslahah al-mursalah المصلحة المرسلة 5

Page 13: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................ 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5

D. Kajian (Review) Studi Terdahulu ....................................................... 6

E. Metode Penelitian ............................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 9

BAB II WASIAT DAN HIBAH MENURUT FIQH DAN PERUNDANG-

UNDANGAN DI INDONESIA

A. Wasiat

1. Pengertian Wasiat ........................................................................ 10

2. Dasar Hukum Wasiat ................................................................... 12

3. Rukun Wasiat dan Syarat-Syarat Wasiat ..................................... 14

4. Tata Cara Pelaksanaan Wasiat ..................................................... 18

5. Pembatalan Wasiat ...................................................................... 21

B. Hibah

1. Pengertian Hibah .......................................................................... 23

2. Dasar Hukum Hibah .................................................................... 25

3. Rukun Hibah ................................................................................ 27

4. Syarat-Syarat Hibah ..................................................................... 28

5. Penarikan Hibah ........................................................................... 31

Page 14: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

xiv

BAB III GAMBARAN PUTUSAN PEMBATALAN WASIAT ORANG

TUA TERHADAP ANAK NOMOR 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr,

NOMOR 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, dan NOMOR 558

K/AG/2017

A. Penetapan Nomor 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr

1. Posisi Kasus ................................................................................. 34

2. Putusan dan Pertimbangan Hakim ............................................... 39

B. Penetapan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr

1. Posisi Kasus ................................................................................. 42

2. Putusan dan Pertimbangan Hakim ............................................... 45

C. Penetapan Nomor 558 K/AG/2017

1. Posisi Kasus ................................................................................. 47

2. Putusan dan Pertimbangan Hakim ............................................... 48

BAB IV TINJAUAN HUKUM WASIAT ISLAM DI INDONESIA

TERHADAP PENETAPAN HAKIM DALAM PEMBATALAN

WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK

A. Analisis Putusan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama

Pekanbaru yang menolak Pembatalan Wasiat Orang Tua Terhadap

Anak ................................................................................................. 51

B. Analisis Kasasi Mahkamah Agung yang Mengabulkan Pembatalan

Wasiat Orang Tua Terhadap Anak .................................................. 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 66

B. Saran ................................................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 68

Page 15: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orang yang memiliki harta terkadang berkeinginan agar hartanya

kelak ia meninggal dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan yang

dibutuhkan orang lain dengan harta yang ia wasiatkan untuk orang lain.1 Di

dalam Islam wasiat adalah satu cara untuk memberikan harta benda kepada

orang yang akan diberikan wasiat. Wasiat sendiri juga merupakan hal yang

sangat penting supaya tidak terjadi sengketa antara ahli waris. Para ahli

hukum Islam mengemukakan bahwa wasiat adalah pemilikan yang

didasarkan pada orang yang menyatakan wasiat sudah meninggal dunia

dengan tujuan untuk jalan kebajikan tanpa mengharap imbalan.2 Wasiat

adalah pemberian seseorang kepada orang lain baik berupa barang, piutang

ataupun manfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat sesudah orang

yang berwasiat mati.3

Para fuqaha‟ Hanafiyah, Malikiyah, Syafi‟iyah dan Hanabilah secara

umum mengartikan wasiat sebagai hak mengalihkan memiliki secara

sukarela (tabarru‟) yang pelaksanaanya ditangguhkan setelah adanya

peristiwa kematian.4

Dengan demikian, wasiat merupakan pernyataan seseorang kepada

orang lain untuk memberikan hartanya, membebaskan utang atau

memberikan manfaat suatu barang miliknya setelah meninggal dunia.5

Inisiatif untuk berwasiat biasanya bersifat sepihak, artinya kehendak untuk

memberikan harta, membebaskan utang atau memberikan manfaat dari suatu

barang tersebut datang dari pihak pewasiat. Sejalan dengan pandangan ilmu

1 Oemarsalim, Dasar-dasar Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h.

82. 2 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media

Grup, 2008), h. 149. 3 M. Fahmi Al Amruzi, Rekonstrusi Wasiat Wajibah dalam Kompilasi Hukum Islam,

(Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2000), h. 124. 4 KH. Asyhari Abta dan Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidl, (Surabaya: Pustaka

Hikmah Perdana, 2005), h. 223. 5 Sayuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 104

Page 16: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

2

hukum, bahwa wasiat merupakan perbuatan hukum sepihak (merupakan

pernyataan sepihak), jadi dapat saja wasiat dilakukan tanpa dihadiri oleh

penerima wasiat, dan bahkan dapat saja dilakukan dalam bentuk tertulis.6

Oleh karenanya wasiat ini dapat digolongan pada akad yang bersifat

sepihak.

Motivasi pewasiat memberikan wasiat kepada seseorang

bermacam-macam, seperti berwasiat kepada orang yang telah banyak

berjasa kepadanya dan membantu usahanya selama pewasiat hidup

sementara orang tersebut bukanlah bagian dari keluarga yang memperoleh

bagian harta warisan. Dengan demikian faktor yang paling memotivasi

seseorang memberikan wasiat adalah faktor kemanusiaan, keikhlasan dan

ketulusan dari orang yang berwasiat.7

Namun demikian, dalam pelaksanaan adakalanya tidak berjalan

sesuai dengan harapan pewasiat. Seperti kasus yang terjadi di Pengadilan

Agama Pekanbaru Nomor: 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr. Di mana orang tua

yang bernama Prof. Dr. H. TR, M. Kes yang memiliki empat orang anak.

Sebelum wafatnya orang tua, dia membuat wasiat bahwa di memberikan

harta pada salah satu anaknya bernama Dr. dr. Hj. SAT kemudian Dr. IT

dengan alasan meneruskan usaha Yayasan Abdurrab yang meliputi Rumah

Sakit Abdurrab dan Universitas Abdurrab. ada dua orang anak yang

menggugat orang tuanya yang berkaitan dengan surat wasiat pada tanggal

08 Januari 2009. Penggugat satu dan dua merasa keberatan atas surat

wasiat tersebut karena melanggar pasal 195 ayat (1) dan pasal 195 ayat (3)

Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi wasiat dilakukan secara lisan di

hadapan dua orang saksi atau tertulis di hadapan dua orang saksi atau di

hadapan Notaris dan wasiat kepada ahli waris berlaku bila disetujui oleh

semua ahli waris. Pada tingkat pertama majelis hakim menolak gugatan

dari para penggugat di karenakan menurut majelis hakim bahwasannya

6 Suhrawardi K. Lubis, dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2009), h. 44. 7 Nurnazli, “Kontruksi Hukum Islam Tentang Pembatalan Dan Pencabutan Wasiat”,

Jurnal Ijtima‟iyya, Vol 9, No. 2 Agustus 2016, h. 78.

Page 17: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

3

tidak ada ketentuan di dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam) untuk

membatalkan surat wasiat akibat adanya pihak yang merasa keberatan

dengan surat wasiat tersebut. Setelah adanya putusan pertama tersebut para

penggugat masih belum puas dengan putusan majelis hakim tingkat

pertama dan para penggugat melanjutkan upaya hukum ke tingkat banding

ke Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru Nomor: 0027/Pdt. G/2017/PTA.

Pbr. Di tingkat banding hakim menguatkan apa yang menjadi putusan

hakim di tingkat pertama yang mana menolak gugatan dari penggugat

dikarenakan menurut majelis hakim bahwasannya para penggugat bukan

orang yang berhak untuk mengajukan gugatan, karena diwakilkan oleh

kuasa hukum. Sedangkan ditingkat Kasasi Mahkamah Agung Nomor: 558

K/Ag/2017, Hakim Kasasi membatalkan putusan Hakim tingkat satu dan

dua bahwa secara materil surat wasiat yang dibuat oleh termohon kasasi

pada tanggal 08 Januari 2009 tidak sejalan dengan Hukum Islam. Di dalam

Kasus ini, penulis menemukan perbedaan putusan hakim PA dan PTA

Pekanbaru dengan Putusan Hakim Tingkat Kasasi. Oleh karena itu penulis

tertarik ingin mengkaji lebih dalam lagi apa yang menjadi pertimbangan

majelis hakim pada masing-masing pengadilan tersebut dan bagaimana

putusan majelis hakim pada masing-masing tingkatan tersebut ditinjau dari

hukum Islam dan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Kajian

tersebut akan penulis paparkan dalam bentuk skripsi dengan Judul:

“Pembatalan Wasiat Orang Tua Terhadap Anak (Studi Putusan Nomor.

0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr, Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, DAN

Nomor 558 K/AG/2017 )”

Page 18: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

4

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Bagaimana ketentuan surat wasiat orang tua terhadap anak

dalam perspektif Hukum Islam dan hukum positif yang berlaku

di Indonesia?

b. Apa dasar pertimbangan hakim tingkat pertama yang

menyetujui surat wasiat orang tua kepada anak dalam putusan

Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr.?

c. Apa dasar pertimbangan hakim tingkat banding yang

menguatkan putusan hakim tingkat pertama dalam penentuan

surat wasiat orang tua terhadap anak dalam putusan Nomor

0027/Pdt. G/2017/PTA?

d. Apa dasar pertimbangan hakim tingkat kasasi yang

membatalkan putusan hakim tingkat pertama dan tingkat

banding dalam penentuan surat wasiat orangtua terhadap anak

dari hasil putusan Nomor 558 K/Ag/2017?

e. Bagaimana putusan hakim pada masing-masing tingkat tersebut

ditinjau dari Hukum Islam dan Perundang-undangan di

Indonesia?

2. Batasan Masalah

Dalam skripsi ini penulis hanya membatasi dan berfokus

pada putusan Nomor. 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr, Nomor 0027/Pdt.

G/2017/PTA. Pbr, dan Nomor 558 K/AG/2017. Dan yang disoroti

dalam skripsi ini hanyalah persoalan pembatalan wasiat yang

diberikan oleh orang tua terhadap anak, bukan ahli waris lain.

Pembatalan itu pun dibatasi hanya wasiat yang berkaitan

peruntukkan harta saja, tidak materi wasiat lain.

Page 19: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

5

3. Perumusan masalah

a. Bagaimana ketentuan pembatalan wasiat orang tua terhadap

anak menurut Hukum Islam dan hukum yang berlaku di

Indonesia?

b. Apa yang menjadi pertimbangan Pengadilan Agama dan

Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru yang menolak gugatan

pembatalan wasiat orang tua terhadap anak dan Hakim Kasasi

yang mengabulkan pembatalan wasiat orang tua terhadap anak?

c. Bagaimana masing-masing putusan tersebut ditinjau dari

Hukum Islam dan peraturan yang berlaku di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui ketentuan pembatalan wasiat orang tua terhadap

anak menurut Hukum Islam dan hukum yang berlaku di Indonesia.

b. Untuk mengetahui pertimbangan Pengadilan Agama dan

Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru yang menolak gugatan

Pembatalan wasiat orang tua terhadap anak dan Hakim Kasasi

yang mengabulkan pembatalan wasiat orang tua terhadap anak

Untuk mengetahui perbandingan pertimbangan hakim tingkat

pertama sampai tingkat kasasi dalam hal penentuan surat wasiat

orangtua terhadap anak dan bagaimana masing-masing putusan

tersebut ditinjau dari Hukum Islam dan peraturan yang berlaku di

Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat , yaitu :

a. Memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan

dalam perkembangan ilmu hukum keluaga pada umumnya dan

konsep wasiat pada khususnya.

b. Menjadi rujukan bagi akademisi tentang bagaimana analisa

secara mendalam mengenai Wasiat.

Page 20: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

6

c. Selanjutnya menjadi bahan tambahan terhadap mahasiswa yang

akan melakukan penelitian berkaitan dengan wasiat.

D. Review Studi Terdahulu

Dari hasil penelusuran pada karya tulis ilmiah yang berkaitan

dengan Wasiat ternyata memiliki sejumlah bahasan yang berbeda. Baik itu

secara tematik serta objek kajian yang diteliti. Adapun kajian terdahulu

yang penulis temukan diantaranya.

“Pelaksanaan Wasiat Menurut KUHPerdata di Pengadilan Negeri

Makassar (Ditinjau Dari Kompilasi Hukum Islam yang ditulis oleh

Andriawan tahun 2013 di Makassar. Penulis membahas tentang

pelaksanaan surat wasiat dan fakto-faktor yang menghambat pelaksanaan

surat wasiat menurut KUHPerdata di Pengadilan Negeri Makassar serta

pandangan Kompilasi Hukum Islam tentang wasiat menurut KUHPerdata

“Kedudukan Surat Perjanjian Terhadap Pembagian Harta Waris

Wasiat di Pengadilan Negeri Yogyakarta (Studi Putusan Perkara Nomor:

128/PDT.G/2013/PN.YK. Pengadilan Negeri Yogyakarta)”, yang ditulis

oleh Angga Wijaya, tahun 2015 di Yogyakarta. Penulis membahas tentang

adanya wanprestasi yang lahir dari wasiat tentang harta waris dan

bertujuan untuk mengetahui kedudukan surat perjanjian kesepakatan yang

telah dibuat oleh para pihak yang berpakara atas harta waris wasiat.

“Jurnal Kontruksi Hukum Islam Tentang Pembatalan dan

Pencabutan Wasiat”, yang ditulis oleh Nurnasli. Dipublikasikan dalam

jurnal Ijtima‟iyya, vol 9, No. 2, Agustus 2019. Penulis membahas tentang

bagaimana seharusnya pembatalan dan pencabutan dari wasiat tersebuat

Dari ketiga karya tulis ilmiah di atas, ada perbedaan dengan skripsi

penulis. Yaitu penelitian ini lebih menganalisis terhadap perbandingan

pertimbangan hakim dalam hal pembatalan surat wasiat orang tua terhadap

anak pada putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, Nomor

0027Pdt.G/2017/PTA.Pbr dan Nomor 558 K/Ag/2017.

Page 21: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

7

E. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan terencana,

dilakukan dengan metode ilmiah bertujuan untuk mendapatkan data baru

guna membuktikan kebenaran atau ketidak benaran dari suatu gejala.8

Dalam membahas penelitian ini, diperlukan suatu metode untuk

memperoleh data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang

dibahas dan gambaran dari masalah tersebut secara jelas, tepat dan akurat,

dengan rincian sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif doktiner yaitu

pendekatan yang menggunakan rumusan-rumusan berdasarkan Al-

Quran, Hadits dan peraturan yang berlaku di Indonesia kemudian

dihubungkan dengan putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, Nomor

0027Pdt.G/2017/PTA.Pbr dan Nomor 558 K/Ag/2017 lalu kemudian

di analisis.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian

tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung mengunakan

analisis. Karena semua penelitian juga ada analisis.

3. Sumber Data

a. Data primer yaitu data yang berkaitan langsung dengan surat

wasiat orang tua terhadap anak yaitu putusan Nomor 0214/Pdt.

G/2017/PA.Pbr, Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, dan Nomor

558 K/AG/2017, Kompilasi Hukum Islam, KUHPerdata, dan

hukum yang berlaku di Indonesia.

b. Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku, jurnal,

artikel, peraturan Perundang-undangan, dan tulisan lain yang

berhubungan dengan permasalahan yang menjadi pokok dalam

bahasan dalam penelitian ini. Oleh karena itu pada umumnya data

8 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), h.

2.

Page 22: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

8

sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat dipergunakan

dengan segera, dan salah satu ciri dari data sekunder tidak terbatas

oleh waktu maupun tempat.9

4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan Studi Kepustakaan Penelusuran

Informasi dan data yang diperlukan dalam beberapa sumber.

Penyusunan dengan menggunakan studi kepustakaan dilakukan dengan

cara membaca, mempelajari serta menganalisis literatur atau buku-

buku dan sumber lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

5. Metode Analisa Data

Data yang telah didapatkan oleh penulis dari hasil studi

kepustakaan, kemudian diseleksi dan disusun, setelah itu penulis

melakukan klasifikasi data, yaitu usaha mengumpulkan data

berdasarkan kategori tertentu. Selanjutnya penulis melakukan

sistematisasi data yaitu kegiatan menyusun data yang saling

bergubungan dan merupakan satu kesatuan yang bukat dan terpadu

pada sub pokok bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.

Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan metode content

analysis (analisis isi) yaitu penelitian yang bersifat pembahasan

mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis, dalam hal ini adalah isi

salinan putusan Nomor 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr, Nomor 0027/Pdt.

G/2017/PTA. Pbr, dan Nomor 558 K/AG/2017.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada pedoman penulisan

skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang diterbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM)

Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2017.

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, Universitas

Indonesia, 1986), h. 11.

Page 23: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

9

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan, skripsi ini

dibagi atas lima bab yang saling berkaitan satu sama lain.

Bab Pertama, berisikan Pendahuluan yang berhubungan erat

dengan permasalahan yang akan dibahas yaitu: latar belakang masalah,

Identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sitematika penulisan.

Bab Kedua, menjelaskan tentang ketentuan wasiat dan hibah

Menurut fiqh dan Peraturan di Indonesia yang meliputi pengertian wasiat,

dasar hukum wasiat, rukun dan syarat wasiat, tata pelaksanaan wasiat, dan

pembatalan wasiat. kemudian pengertian hibah, dasar hukum hibah, rukun

dan syarat hibah, dan penarikan hibah.

Bab Ketiga, memberikan gambaran umum putusan dan

pertimbangan hukum hakim tingkat pertama sampai dengan tingkat kasasi

dalam hal Pembatalan wasiat orang tua kepada anaknya.

Bab Keempat, merupakan bab inti yaitu dalam skripsi ini, yaitu

menganalisis pertimbangan hukum tingkat pertama, tingkat dan tingkat

kasasi dalam hal pembatalan wasiat dari perspektif Hukum Islam dan

peraturan di Indonesia.

Bab Kelima, merupakan bab akhir dalam penelitian ini, yang

terdiri dari penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang bersifat

membangun bagi penyempurnaan penelitian ini.

Page 24: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

10

BAB II

WASIAT DAN HIBAH MENURUT FIQIH DAN PERATURAN

INDONESIA

A. Wasiat

1. Pengertian Wasiat

Secara bahasa wasiat mempunyai beberapa arti yaitu menjadikan,

menaruh kasih sayang, menyuruh dan menghubungkan sesuatu dengan

sesuatu yang lain.1 Wasiat diambil dari kata washshaitu al syaia, uushihi,

yang bermakna aushaituhu yaitu menyampaikan sesuatu.2 Secara

etimologi wasiat berarti pesan, nasehat, dan juga mensyari‟atkan.3 Wahbah

Zuhaili dalam bukunya Fiqih Islam Wa Adillatuhu menjelaskan wasiat

sebagai janji kepada orang lain untuk melaksanakan suatu pekerjaan

tertentu semasa hidupnya atau setelah meninggalnya, aushaitu lahu au

ilaih artinya aku memberikan pesan atau perintah untuknya. Berarti aku

menjadikan washi (pelaksana) yang akan menguasai orang setelahnya

(pihak penerima/mushaa „alaih).4

Secara terminologi wasiat diartikan sebagai penyerahan harta

benda atas kehendak sendiri dari seseorang kepada orang lain yang berlaku

setelah orang yang mewasiatkan harta tersebut meninggal dunia, baik itu

berbentuk harta benda maupun berbentuk kemanfaatan yang diberikan

oleh si pemberi.5

Mazhab Syafi‟i mengatakan bahwa wasiat adalah amal sedekah

dengan sesuatu kepada orang lain yang pantas yang disandarkan kepada

keadaan setelah orang yang memberikan meninggal dunia, baik cara

1 Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Hibah dan Wasiat di Indonesia, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2011) h. 83. 2 Suhrawardi K Lubis, dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, h. 44.

3 Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, (Jakarta:

Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat

Pendidikan Tinggi Islam, 2012), h. 43. 4 Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa adillatuhu, Jilid X, Penerjemah Abdul Hayyie Al-

Kattari dkk, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 154. 5 Badran Abu Al-Ainaini Badran, Ahkam Al-Wasaya wa al-Auqaf, (Iskandariah: Musasah

Syabab al-jammi‟ah, 1982), h. 6.

Page 25: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

11

memberikannya dengan cara memberitahu secara langsung maupun tidak.6

Menurut A. Hanafi, wasiat adalah pesan seseorang untuk

menyisihkan sebagian harta bendanya untuk orang yang ditentukan dan

pelaksanaannya terjadi setelah ia meninggal.7

Intruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum

Islam di Indonesia pasal 171 huruf f mengatur bahwa wasiat adalah

pemberian sesuatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga

yang berlaku setelah pewaris meninggal dunia. Ketentuan wasiat ini lebih

dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 194 sampai pada

pasal 209 yang mengatur secara keseluruhan prosedur tentang wasiat.

Sedangkan dalam Pasal 875 KUHPerdata disebutkan wasiat adalah

suatu akta yang berisi pernyataan seseorang tentang apa yang akan terjadi

setelah dia meninggal dunia dan olehnya dapat ditarik kembali.

Wasiat atau sering disebut testament dalam Perdata merupakan

pernyataan keinginan seseorang mengenai apa yang akan dilakukan

terhadap harta yang dia miliki setelah meninggal dunia.8 Suatu wasiat

(testament) harus dalam bentuk tertulis yang dibuat dengan akta di bawah

tangan maupun akta autentik. Akta ini berisi tentang pernyataan kehendak

seseorang sebagai tindakan hukum sepihak. Yang dimaksud tindakan

hukum sepihak adalah pernyataan itu berasal dari orang yang memberikan

wasiat itu. Dengan kata lain testament adalah mengenai pernyataan

seseorang kepada orang lain setelah pemberi wasiat meninggal dunia.

Jadi, wasiat baru mempunyai akibat hukum setelah orang yang pemberi

wasiat meninggal dunia.9

Hukum Islam mengatur tentang waris dan wasiat akan lebih jauh

dijelaskan bahwa:10

6

M. Zuhri, Fiqh Empat Mahzab, Jilid IV, (Semarang: Asy-Syifa, 1994), h. 485. 7 A. Hanafi , Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 37.

8 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 95.

9 Maman Suparman, Hukum Waris Perdata dalam Perspektif Islam,Adat dan BW ,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2015), h. 105.

10

A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2002), h. 416.

Page 26: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

12

a. Wasiat wajib keluarkan kepada orang penerima wasiat hanya 1/3

dari seluruh harta kekayaan dan tidak boleh lebih dari 1/3 harta.

b. Tidak seorang pun dapat membuat wasiat, dalam hal ini ahli waris

yang sah menurut Al-Qur‟an, dengan kata lain, kerabat-kerabat

dekat mempunyai hak atau bagian sebagaimana dijelaskan di

dalam Al-Qur‟an.dalm memberikan wasiat tidak boleh lebih dari

sepertiga harta. begitu pula seseorang tidak akan mendapatkan

warisan yang sah sebelum wasiat dilaksanakan terlebih dahulu

sebelum pembagian wasiat.

Di samping petunjuk yang jelas tentang pembagian kewarisan menurut

Al-Quran dan Sunnah. Wasiat masih berlaku sebanyak-sebanyaknya 1/3

harta bahkan harus dilaksanakan dengan rasa keadilan.11

2. Hukum Wasiat

Dalil yang menerangkan kebolehan dari wasiat terdapat dalam

firman Allah SWT di dalam surat An-Nisa‟ ayat 11 yaitu:

“Artinya: sesudah di penuhinya wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah

dibayar hutangnya”

Dan beberapa hadits yang menerangkan bahwa tentang wasiat, di

antaranya hadits riwayat Bukhori Nomor 2587 dan Muslim Nomor 1627

dari Ibnu Umar r.a bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

لت ين إلا ووصيتو مكتوبة عنده ما حق امرئ مسلم لو شيء يوصي فيو يبيت لي

“Artinya: tidak dibenarkan bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu

yang igin diwasiatkan sampai bermalam dua hari kecuali wasiatnya itu

sudah ditulis disampingnya”

11

A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), h. 416.

Page 27: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

13

Dari hadits di atas bahwasanya, yang sepatutnya dilakukan oleh

orang muslim untuk berhati-hati, seharusnya ia menulis wasiat dengan

sesegera mungkin dan disunnahkan untuk dikerjakan dalam keadaan sehat

wal‟afiat.12

Para ulama berbeda pendapat mengenai wasiat. Secara keseluruhan

pendapat tersebut dibagi atas 3, yaitu: 13

1. Pendapat pertama mengatakan bahwa, wasiat diwajibkan bagi

setiap orang yang meninggal untuk meninggalkan harta, baik

sedikit maupun banyak. Pendapat ini dinyatakan oleh Az-Zuhri dan

Abu Mijaz. Ibnu Hazm juga sependapat dengan dengan penyataan

dari Az-Zuhri dan Abu Mijaz. Riwayat lain dari Ibnu Umar,

Thalhah, Az-Zubair, Abdullah bin Abu Aufa, Thalhah bin

Mutharif, Thawus, serta Asy-Sya‟by menyatakan bahwa wasiat

adalah wajib. Dia berdalil dengan firman Allah SWT dalam Surat

Al-Baqarah ayat 180.

“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu

kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang

banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara

ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

2. Pendapat kedua mengatakan bahwa, wasiat wajib bagi kedua orang

tua dan kerabat yang tidak mewarisi dari orang yang meninggal

dunia. Pendapat ini dinyatakan oleh Masruq, Iyas, Qatadah, Ibnu

Jarir, Az-Zuhri.

12 Syaikh Dr. Mustafa Dieb al-Bigha, Fikih Sunnah Imam Syafi‟i, (Depok: Fathan Media

Prima, 2018), h. 190.

13

Syaikh Sulaiman bin Ahmad bin Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fiqih Sunnah, (Depok:

Senja Media Utama, 2017), h. 740-741.

Page 28: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

14

3. Pendapat ketiga yaitu pendapat dari dari empat imam dan pendapat

madzhab zaidiyah bahwa hukum wasiat berbeda-beda sesuai

dengan keadaan. Bisa wajib, sunnah, haram, makhruh, atau mubah.

3. Syarat-syarat dan Rukun Wasiat

Secara garis besar syarat-syarat wasiat tidak terlepas mengikuti rukun-

rukunnya sendiri. Adapun rukun-rukun dan syarat-syarat wasiat tersebut

adalah:14

a. Redaksi wasiat (sighat)

Untuk redaksi atau ucapan pemberian wasiat tidak ada yang khusus

dikarenakan ucapan bagaimanapun bisa sah dianggap pemberian hak

kepemilikan secara sukarela sesudah orang yang memberikan wasiat

wafat. Contoh ucapan pemberian wasiat “aku mewasiatkan barang ini

untuk si fulan”, dalam hal ini ucapan itu sudah dinyatakan adanya

unsur wasiat tanpa harus ada tambahan “setelah aku meninggal”.15

Ibnu Rusyd mengatakan bahwa wasiat dilaksanakan mengunakan

redaksi (sighat) yang jelas atau sharih dengan kata wasiat dapat

dilaksanakan dengan kata-kata yang samara (ghairu sharih). Ini dapat

ditempuh karena wasiat berbeda dengan hibah. Wasiat bisa dilakukan

secara tertulis dan tidak memerlukan jawaban (qabul) penerimaan

secara langsung.16

Para ulama berbeda pendapat tentang apakah penerimaan (qabul)

orang yang menerima wasiat adalah syarat sah atau tidak. Imam Malik

mengatakan bahwa penerimaan (qabul) wasiat merupakan syarat sah.

Imam Syafi‟i mengatakan bahwa qabul orang yang menerima wasiat

tidak merupakan syarat sah. Abu hanifah dan kedua muridnya, Abu

yusuf dan Hasan al-Syaibani memandang bahwa qabul dalam wasiat

harus ada. Alasan Abu Hanifah dan kedua muridnya adalah wasiat

14 Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqh Lima Mahzab “Ja‟fari, Hanafi, Maliki, Syafi‟i,

Hambali”, (Jakarta: Lentera, 2013), h. 504-511.

15

Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqh Lima Mahzab “Ja‟fari, Hanafi, Maliki, Syafi‟i,

Hambali”, (Jakarta: Lentera, 2013), h. 504-511.

16

Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Depok: Rajawali Pers, 2017), cet

ke III, h. 366.

Page 29: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

15

merupakan tindakan ikhtirariyah dan pernyataan menerima penting

adanya, seperti juga dengan traksaksi lain.17

Seperti yang dimaksud dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

dalam pasal 195 ayat (1), wasiat perlu dibuktikan secara autentik atau

jelas. Karena wasiat merupakan tindakan hukum yang membawa

kepada perpindahan hak satu orang kepada orang lain.

b. Pemberi wasiat

Tentang orang yang berwasiat para ulama sepakat bahwa orang

yang berwasiat adalah orang yang memiliki dengan kepemilikan yang

sah. Menurut Imam Malik wasiat orang bodoh dan anak kecil yang

mengerti dengan berbagai macam ibadah adalah sah. Abu Hanifah

mengatakan, wasiat anak kecil yang belum dewasa tidaklah sah.

Sedangkan menurut Syafi‟i yaitu sama dengan kedua pendapat

tersebut.18

Syarat-syarat pemberian wasiat dilihat dari kelayakan dalam

melakukan kebajikan, yaitu orang yang sudah dewasa, memiliki akal

atau tidak gila, merdeka, ikhtiyar, dan tidak dibatasi dengan kebodohan

atau kelalaian. Jika pemberi wasiat kurang kemampuannya seperti

anak kecil, gila, hamba sahaya, dipaksa atau dibatasi maka wasiatnya

tidak sah.19

Ada dua pengecualian dalam syarat orang pemberi wasiat yaitu:20

1. Wasiat anak kecil yang sudah bisa membedakan antara

yang baik dan yang buruk yang berkenaan dengan yang

khusus mengenai perlengkapannya dan penguburannya

selama batas-batas kebaikannya.

17 Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 366-367.

18

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 666.

19

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007), h. 472.

20

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 472.

Page 30: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

16

2. Wasiat orang yang terhalang terhadap hal kebajikan,

seperti orang yang mengajarkan Al-Qur‟an, membangun

masjid dan mendirikan rumah sakit.

Di dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa syarat-syarat

pemberian wasiat terdapat dalam buku II tentang Hukum Kewarisan

bab V pasal 194 yang menyatakan bahwa:

1. Orang yang telah berumur sekurang-kurang nya 21 tahun,

berakal sehat, dan tanpa adanya paksaan dalam memwasiatkan

sebagian harta bendanya kepada orang lain atau sebuah

lembaga.

2. Harta benda yang harus diwasiatkan haruslah harta benda milik

orang yang mewasiatkan.

3. Wasiat bisa dilaksanakan apabila pewasiat sudah meninggal

dunia.

c. Penerima wasiat

Mahzab empat sepakat bahwa tidak bolehnya wasiat untuk ahli

waris, kecuali jika disetujui oleh para ahli waris lainnya. Sedangkan

menurut mahzab Imamiyah mengatakan bahwa wasiat boleh dilakukan

kepada ahli waris maupun yang tidak ahli waris dan tidak bergantung

kepada persetujuan dari ahli waris lainnya sepanjang dari sepertiga

dari harta warisan. Kemudian Ahli Zahir dan Al-Muzani berpendapat

bahwa wasiat kepada ahli waris tidak dibolehkan walaupun di

setujui.21

Adapun syarat-syarat penerima wasiat adalah sebagai bukan ahli

waris penerima wasiat:

ى اصحاب المغازي أن رسول الله صلى الله عليو وسلم قال عام الفتح : لا وصية رو

رمذي وحسنو لوارث. رواه أحد واب و داود والت

21 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 668.

Page 31: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

17

“Diriwayatkan oleh al-maghazi bahwa Rasulullah saw telah bersabda

pada waktu penaklukan kota mekah tidak ada wasiat untuk ahli waris”

(HR Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi). Hadits tersebut dinilai

khabar ahad, tetapi para ulama sepakat dan diterima oleh orang

banyak.22

Namun mazhab Syafi‟i, Hanafiyah, dan Malikiyah

memperbolehkan untuk berwasiat kepada ahli waris dengan syarat

apabila ahli waris menyetujuinya. Dasarnya adalah يز الورثة لا وصية لوارث ارقطن –إلا أن ي أخرجو الد

“tidaklah sah wasiat kepada ahli waris, kecuali apabila ahli waris lain

membolehkannya.” (Riwayat al-Daruqutny)

Dalam Kompilasi Hukum Islam dikemukakan masalah ini, terdapat

dalam pasal 195 huruf (C) yang menjelaskan bahwa “Wasiat kepada

ahli waris hanya berlaku bila disetujui oleh semua ahli waris”.23

Dalam pasal ini dijelaskan bahwa wasiat kepada ahli waris harus

disetujui oleh ahli waris lainnya.

Sayid Sabiq juga mengemukakan pendapat tentang syarat orang

yang menerima wasiat. orang yang menerima wasiat tidak ahli waris

pewasiat, penerima wasiat hadir pada waktu yang telah ditentukan,

terakhir Sayid Sabiq mengemukakan penerima tidak melakukan

pembunuhan yang diharamkan kepada pewasiat.24

Kompilasi Hukum Islam juga menjelaskan juga orang yang

menerima wasiat ditunjuk secara tegas. Hal ini terdapat dalam pasal

196 berbunyi: “dalam wasiat baik secara tertulis maupun secara lisan

harus disebutkan dengan tegas dan jelas siapa-siapa atau lembaga apa

yang ditunjuk untuk menerima harta benda yang diwasiatkan.”

22

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007), h. 473.

23

Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Depok: Rajawali Pers, 2017), cet

ke III, h. 363.

24

Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 364.

Page 32: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

18

d. Barang yang diwasiatkan

Semua mahzab sepakat bahwa barang yang diwasiatkan harus bisa

dimiliki yang memiliki harga jual atau yang bisa digunakan. Tidak

sahnya mewasiatkan benda yang lazimnya tidak bisa dimiliki, seperti

serangga, minuman keras atau tidak dimiliki secara syar‟i.

Adapun untuk syarat dalam pemberian wasiat dalam bentuk barang

harus yang bernilai manfaat seperti tempat tinggal, hewan ternak, dan

hal lain yang bisa dimanfaatkan orang yang diwasiatkan oleh pewasiat.

Dan wasiat tidak sah apabila mewasiatkan yang bukan harta seperti air,

dan yang tidak bernilai bagi orang yang menerima wasiat yaitu khamar

bagi orang muslim. Wasiat sah apabila bernilai baik berupa barang

ataupun yang bisa dimanfaat.25

4. Tata Cara Pelaksanaan Wasiat

a. Batasan wasiat

Para ulama berbeda pendapat tentang masalah batasan wasiat ini.

Namun mayoritas ulama berpendapat bahwa sepetiga harta itu di

hitung dari semua harta yang di tinggalkan oleh pemberi wasiat. Imam

Malik Berpendapat bahwa sepertiga harta itu berasal dari harta yang di

ketahui oleh pemberi wasiat, bukan yang masih berkembang

sedangkan pemberi wasiat tidak mengetahui perkembangannya.26

Namun di dalam buku Musthafa Dib al-Bugha dan kawan

kawannya yang berjudul “Fikih Manhaji” yang mejelaskan bahwa, ada

3 batasan dalam berwasiat yaitu:27

1. Sebaiknya wasiat dan bahkan disunnahkan bagi orang yang

berwasiat untuk tidak mewasiatkan lebih dari 1/3 dari hartanya.

2. Harta wasiat dihitung semenjak kematian pewasiat, bukan

ketika berwasiat. Karena wasiat adalah penyerahan

25

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 475.

26

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 477.

27

Musthafa Dib al-Bugha,Dkk, Fikih Manhaji, (Yogyakarta: Darus Uswah, 2012), h.

874-875.

Page 33: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

19

kepemilikan setelah orang yang memberi wasiat meninggal

dunia.

3. Wasiat yang telah diberikan oleh pewasiat setelah melunasi

utangnya si mayit atau dalam tanggungannya. Sehingga apabila

pewasiat telah mewasiatkan 1/3 harta maka wasiat itu setelah

hutang dilunasi. Firman Allah Swt dalam surat An-Nisa ayat

11:

“Sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah

dibayar hutangnya. “

b. Wasiat kepada Ahli waris

Pada dasarnya wasiat diperuntukkan kepada selain ahli waris

karena tujuan dari wasiat adalah pendekatan diri kepada Allah Swt,

mendapatkan pahala dan apa yang telah dilakukan selama hidup.

Adapun ahli waris sudah ada bagian warisnya sendiri. Akan tetapi

banyak dari pewasiat yang mewasiatkan kepada ahli warisnya.

Menurut Mahzab Syafi‟i, berwasiat kepada ahli waris

diperbolehkan. Akan tetapi wasiat tidak bisa dilaksanakan kepada hak

ahli waris, tanpa persetujuan dari ahli waris lainnya sehingga

persetujuan bisa mewujudkan wasiat orang yang berwasiat. 28

c. Pencabutan wasiat

Semua mahzab sepakat bahwa wasiat bukanlah suatu keharusan

dari pihak pemberi wasiat maupun penerima wasiat. Karena itu,

pemberi wasiat boleh mencabut kembali wasiatnya, barang yang

berkenaan dengan barang, manfaat maupun kekuasaan. Pencabutan

wasiat ini bisa dilakukan dengan ucapan ataupun perbuatan, seperti

ucapan, aku batalkan wasiat ini, aku mencabutnya, aku merusaknya,

28

Musthafa Dib al-Bugha,Dkk, Fikih Manhaji, (Yogyakarta: Darus Uswah, 2012), h. 876.

Page 34: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

20

atau harta itu untuk ahli warisku.29

Dengan demikian juga pemberi

wasiat boleh mencabut semua dan sebagian dari hartanya.30

Sayid Sabiq mengatakan bahwa wasiat itu termasuk kepada

perjanjian yang dibolehkan oleh hukum namun dalam perjanjian itu

orang yang memberikan wasiat tersebut dapat mengubah wasiatnya

atau menarik kembali wasiat yang telah di berikan. Menurut mazhab

Hanafi adalah sikap mengingkari wasiat yang telah diakadkan atau

diberikan. Jika pencabutan wasiat dilakukan dengan ucapan, harusnya

dengan secara tegas dalam pencabutan ataupun pembatalan wasiat

yang dihadiri dengan saksi-saksi. Sedangkan wasiatyang dibatalkan

dengan perbuatan adalah melalui tulisan ataupun perbuatan-perbuatan

yang menujukkan penarikan kembali wasiat.31

Menurut Pasal 199 Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa ada

empat macam yaitu:

1. Pewasiat dapat mencabut wasiatnya selama calon penerima

wasiat belum menyatakan menyetujuinya atau sudah

menyatakan menyetujunya akan tetapi ditarik kembali.

2. Wasiat yang dibuat secara lisan dapat dicabut secara lisan

dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau dilakukan secara

tertulis dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau

berdasarkan akte notaris bila wasiat dibuat secara lisan.

3. Wasiat yang dibuat secara tertulis, hanya dapat dicabut dengan

cara tetulis dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau

berdasarkan akte notaris.

4. Wasiat yang dibuat dari akte notaris maka hanya dapat dicabut

berdasarkan akte notaris.

29

Muhammad Jawad Mugniyah, Figh Lima Mahzab “Ja‟fari, Hanafi, Maliki, Syafi‟i,

Hambali”, (Jakarta: Lentera, 2015), h. 552.

30

Musthafa Dib al-Bugha,Dkk, Fikih Manhaji, h. 877.

31

Nurmazli, Kontruksi Hukum Islam Tentang Pembatalan dan Pencabutan Wasiat,

Ijtima‟iyya, Vol. 9, Nomor 2, Agustus 2016, h. 93.

Page 35: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

21

5. Pembatalan wasiat

Wasiat dapat dibatalkan melalui proses pembatalan jika orang yang

memberi wasiat tidak cakap dalam tindakan hukum atau orang yang

diberikan wasiat tidak berhak atas barang yang diwasiatkan. wasiat juga

dapat batal apabila orang yang menerima wasiat tersebut terlebih dahulu

meninggal dunia dari pada orang yang memberi wasiat atau objek dari

wasiat tersebut musnah sebelum barang tersebut diterima oleh penerima

wasiat.32

Mayoritas ulama ulama fiqih menyatakan bahwa apabila wasiat telah

memenuhi rukun dan syaratnya maka wasiat dianggap sah dan harus di

laksanakan terhitung sejak wafatnya pemberi wasiat, namun mereka

sepakat bahwa akad tidak mengikat dan pemberi wasiat dapat

membatalkan wasiat tersebut selagi pemberi wasiat masih hidup, kapan

saja bisa dibatalkan seluruh wasiat maupun sebagian atau seluruh bagian,

dan pembatalan itu dapat dilakukan dalam keadaan sehat amaupun sakit.33

Umar Bin Khatab pernah mengatakan bahwa seseorang boleh

membatalkan atau mengubah dari isi wasiat tersebut. Diperbolehkannya

pembatalan wasiat kepada orang lain karena wasiat hanyalah pemberian

atau hadiah yang baru bisa dilaksanakan ketika orang yang memberikan

tersebut sudah meninggal dunia. Oleh sebab itu orang yang memberi

wasiat boleh saja membatalkan pemberian sebelum ia meninggal dunia.34

Pembatalan wasiat menurut ulama bersepakat bahwa boleh dilakukan

dengan ucapan yang jelas dan tindakan. Contoh ucapan yang jelas dari

pemberi wasiat adalah “saya batalkan wasiat yang telah saya berikan

kepada si fulan” atau pemberi wasiat mengatakan “harta ini untuk ahli

warisku” dengan menunjuk harta yang sebelum diwasiatkan kepada orang

yang diberikan wasiat. Ulama mazhab Maliki berpendirian bahwa

32

Nurmazli, Kontruksi Hukum Islam Tentang Pembatalan dan Pencabutan Wasiat,

Ijtima‟iyya, Vol. 9, Nomor 2, Agustus 2016, h. 90.

33

Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Dalam Perspektif

Islam, (Jakarta: Kencana Predana Media Grup, 2008), h. 76.

34

Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Dalam Perspektif

Islam, h. 77.

Page 36: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

22

melakukan tindakan hukum terhadap harta yang telah diberikan kepada

orang yang diwasiatkan harus bersifat menyeluruh seperti menjual harta

itu keseluruhannya atau menghibahkan kepada orang lain.35

Batalnya wasiat jika salah satu syarat dari wasiat tidak terpenuhi.

Wasiat juga batal jika terjadi hal-hal sebagai berikut:36

1. Jika seseorang yang berwasiat mengidap penyakit gila hingga

menimbulkan kematian;

2. Penerima wasiat meninggal dunia sebelum diberi wasiat;

3. Harta yang diwariskan hancur sebelum si penerima sempat

menerima hartanya.

Pembatalan wasiat menurut KHI pasal 197, yaitu:

(1) wasiat dapat dibatalkan berdasarkan putusan dari hakim

yang sudah berkekuatan hukum tetap, apabila:

a. Pewasiat dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh

atau menganiaya berat kepada pewasiat.

b. Penerima wasiat di persalahkan secara memfitnah telah

mengajukan pengaduan, bahwa pewasiat telah melakukan suatu

kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun pencara atau

hukuman yang berat.

c. Penerima wasiat dipersalahkan dengan kekerasan ancaman atau

ancaman mencegah pewasiat untuk membuat atau mencabut atau

mengubah wasiat untuk kepentingan calon penerima wasiat.

d. Penerima wasiat dipersalahkan telah menggelapkan atau merusak

atau memalsukan surat wasiat dari pewasiat.

(2) wasiat menjadi batal apabila yang menerima yang ditunjuk

untuk menerima wasiat itu:

a. Penerima wasiat tidak mengetahui adanya wasiat tersebut sampai

ia meninggal dunia sebelum meninggalnya pewasiat.

35

Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Dalam Perspektif

Islam, h. 77.

36

Syaikh Sulaiman bin Ahmad bin Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fiqih Sunnah, (Depok:

Senja Media Utama, 2017), h. 743.

Page 37: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

23

b. Penerima wasiat mengetahui adanya wasiat itu, akan tetapi ia

menolak untuk menerima wasiat tersebut.

c. Penerima wasiat mengetahui adanya wasiat tersebut, namun ia

tidak pernah menyatakan untuk menerima atau menolak untuk

menerima wasiat tersebut.

d. Barang yang di wasiatkan musnah.

B. Hibah

1. Pengertian Hibah

Hibah merupakan salah satu cara memberikan harta kepada orang lain

semasa hidup di atas dunia. Hibah sendiri adalah memberikan harta

kepada orang lain dengan tidak mengharapkan imbalan balik atau jasa dari

orang lain. Hibah sendiri berasal dari bahasa arab yaitu al-hibah yang

artinya pemberian seseorang saat dia masih hidup kepada orang lain tanpa

imbalan baik berupa harta ataupun yang bukan harta yang diberikan

kepada orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

menyatakan bahwa pemberian (dengan sukarela) dengan mengalihkan hak

atas sesuatu kepada orang lain.37

Dengan demikian hibah adalah

pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan

semasa hidup dan sehat kepada orang lain. Menurut Imam Al-Nawawi r.a

menjelaskan bahwa hibah sebagai pemberian cuma-cuma dengan

pernyataan dari orang pemberi hibah.38

Sedangkan menurut istilah didefenisikan bahwa hibah disyariatkan

bertujuan untuk saling menguatkan ikatan lahir batin antara sesama

manusia itu sendiri. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhori adalah saling memberi hadiah lah kamu maka kamu saling

mencintai. Di dalam Al-Qur‟an banyak yang meyuruh untuk saling

memberi satu sama lain salah satu antaranya adalah surah Al-Munafiqun

(63) : 10

37

http://kbbi.web.id/hibah.html, diakses tanggal 7 Juli 2019.

38

http://almanhaj.or.id/6422-hibah-dalam-perspektif-fikih.html, diakses tanggal 18 Juli 2019.

Page 38: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

24

Artinya:

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan

kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara

kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku,mengapa Engkau tidak

menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang

menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang

saleh”39

Di dalam kompilasi Hukum Islam (KHI) hibah terdapat dalam

pasal 171 huruf g. Hibah adalah pemberian suatu benda secara suka rela

dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup

untuk dimiliki. Ketentuan tentang hibah terdapat dalam pasal 210 sampai

pada 214 yang mengatur keseluruhan prosedur tentang hibah.

Hibah dalam KUHPerdata diatur dalam buku III pasal 1666-1693.

Sedangkan untuk pengertian hibah terdapat dalam pasal 1666 yang

berbunyi: “Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di

waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik

kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah

yang menerima penyerahan itu”.40

Dengan demikian adanya kerelaan dalam melakukan perbuatan

hukum tanpa ada paksaan dari pihak lain merupakan unsur yang harus ada

dalam hibah, dengan kata lain hibah haruslah bersifat sukarela tanpa ada

imbalan apapun.41

Dari uraian di atas, hibah merupakan suatu proses

hukum perpindahan hak milik atau pemberian harta kepada orang lain

dengan memberikan dengan Cuma-Cuma tanpa ada imbalan yang diminta

kepada orang yang dihibahkan semasa hidupnya dan boleh untuk dijual,

39

Usep Saipullah, Pemikiran Hukum Islam Tentang Hibah dalam KHI, Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2015, h. 18-20.

40

Dewi Sartika Utami, Akibat Hukum Pemberian Hibah yang Melebihi Batas Legitime

Portie (Analisis Kasus Putusan Pengadilan Negeri Nomor 109/PDT.G/2009/PN. MTR), Jurnal

IUS, Vol IV, Nomor 2, Agustus 2015, h. 97-98.

41 Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Hibah dan Wasiat di Indonesia, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2011), h. 92.

Page 39: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

25

dipinjamkan, atau di hadiahkan kembali kepada orang lain. Hibah yang

biasanya diberikan kepada ahli waris adalah untuk pemberian modal

kepada ahli waris yang belum mampu.42

Karena dalam pemberian hibah

orang tua kepada anak bisa dikatakan warisan. di dalam Kompilasi Hukum

Islam pasal 211 dijelaskan bahwa “hibah orang tua kepada anaknya bisa

diperhitungankan sebagai warisan”.43

2. Hukum Hibah

Hibah itu dianjurkan bagi orang yang ingin memberikan hibah,

karena hibah sendiri adalah perbuatan yang baik. Sesuai dengan firman

Allah dalam surat Al-Imran (5) ayat 134:

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu

lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan

mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang

berbuat kebajikan.”

Sesuai dengan firman Allah tersebut nabi Muhammad saw telah

mencontohkan dengan akhlak yang baik dan dermawan kepada umat

manusia. Sedangkan setiap orang yang menerima hibah hukumnya

berbeda sesuai dengan perbedaan situasi kondisi orang yang menerima

hibah. 44

Allah SWT. telah mensyariatkan hibah sebagai perjinakan hati dan

meneguhkan kecintaan sesama manusia. Dalam suatu hadits disebutkan

bahwa dari riwayat Abu Hurairah r.a Rasulullah berkata: ت هادوا تاب وا

“saling memberi hadiahlah, maka kalian saling mencintai”

42 Syiah Khosyi‟ah, Wakaf & Hibah, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2010), h. 239-240.

43

Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 211. 44

Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-„Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita, (Jakarta:

Akbarmedia, 2009), cetakan ke 2, h. 470.

Page 40: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

26

Dari hadits di atas pun bahwa Rasulullah Saw sendiri menerima

hadiah dan membalasnya. Dan Rasulluah Saw menyerukan untuk

menerima hadiah dan menganjurkannya.45

Pada dasarnya memberikan sesuatu adalah hal yang sangat baik

dan sangat dianjurkan. Hukum untuk memberikan sesuatu kepada orang

lain pada umumnya adalah mubah, boleh memberikan barang atau harta

kepada orang lain dengan cuma-cuma tanpa meminta imbalan. Hibah

menjadi haram apabila barang atau harta yang dihibahkan diambil

kembali. Jika seseorang telah melakukan hibah maka harta yang

dihibahkan menjadi milik orang yang menerima hibah tersebut. Dia antara

masalah yang terkenal ini dibolehkannya i‟tishar (menarik kembali) suatu

pemberian. Namun para ulama berbeda pendapat tentang hal ini:46

1. Malik dan Jumhur Ulama Madinah berpendapat bahwa seorang

bapak berhak menarik kembali barang yang telah dia berikan

kepada anaknya, selama anaknya belum menikah atau belum

memiliki utang atau secara garis besar belum terkena hak orang

lain. Dan seorang ibu juga berhak menarik kembali pemberiannya

jika bapaknya masih hidup. Telah diriwayatkan suatu pendapat

bahwa dari Imam Malik bahwa seorang ibu tidak boleh menarik

kembali pemberiannya.

2. Ahmad dan Ahli Zhahir berpendapat bahwa tidak dibolehkan bagi

orang seorang pun menarik kembali pemberiannya.

3. Abu Hanifah berpendapat siapa saja dibolehkan menarik kembali

pemberiannya

Dari semuanya itu sepakat bahwa hibah yang tujuannya sebagai

sedekah kepada orang lain tidak seorang pun dibolehkan menarik kembali

pemberiannya kecuali pemberian orang tua kepada anaknya, ini juga

dijelaskan didalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 212 menjelaskan

45 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi aksara, 2004), h. 436.

46

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 663.

Page 41: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

27

hibah tidak dapat dicabut atau ditarik kembali kecuali hibah orang tua

kepada anaknya.47

3. Rukun Hibah

Dalam hibah ada aturan atau rukun hibah yang harus ada dalam

pelaksanaan hibah antara lain, yaitu:48

a. Orang yang menghibahkan (Wahib)

Para ulama sepakat bahwa pemberi hibah dibolehkan hibahnya

jika orang yang menghibahkan barang yang akan dihibahkan dengan

kepemilikan yang sah, yaitu dalam keadaan sehat dan dalam keadaan

menguasai sepenuhnya. Para ulama berbeda pendapat ketika dalam

keadaan sakit, idiot dan pailit. Tentang orang yang sakit:49

1. Jumhur mengatakan bahwa hibah pada sepertiga hartanya

karena disamakan dengan wasiat maksudnya, hibah yang

sempurna dengan terpenuhi syarat-syaratnya.

2. Sekelompok ulama dari kalangan salaf dan sekelompok ahli

zhahir mengatakan bahwa hibahnya dikeluarkan dari harta

pokoknya jika dia meninggal dunia dan tidak ada perselisihan

diantara mereka bahwa jika dia sehat dari sakitnya maka

hibahnya sah.

Adapun orang yang bodoh ataupun pailit tidak ada

perbedaan antara para ulama yang menyatakan adanya

pembatasan terhadap mereka bahwa hibah mereka tidak

berlaku.50

Untuk masalah orang yang menghibahkan ini sekurang-

kurangnya berumur 21 tahun, dalam memberikan hibah tidak

adanya paksaan dalam menghibahkan, dalam menghibahkan

47

H. Abdul Manan, M Fauzan, Pokok-pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan

Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002) h. 119.

48

http://www.kompasiana.com/amp/www.alfaderahukum.com/hibah-ditinjau-dari-

kompilasi-hukum-islam-edisi-1_562f1eebe8afbd0e149ec425, diakses tanggal 20 Juli 2019

49

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 652-653. 50 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 653.

Page 42: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

28

harta yang boleh dihibahkan adalah 1/3 harta kepada orang lain

atau suatu lembaga.

b. Adanya orang yang menerima hibah (Mawhublah)

Orang yang menerima hibah haruslah nyata pada saat

dihibahkan barang kepadanya. Dalam hal lain pemberian hibah

kepada bayi yang masih dalam kandungan tidaklah sah.

c. Adanya barang yang dihibahkan

Dalam pemberian hibah kepada orang lain haruslah hak

milik dari orang yang akan memberikan hibah dan bukan punya

orang lain pada saat menghibahkan barang tersebut kepada orang

lain.

d. Adanya ijab dan kabul

Ijab dan kabul haruslah ada dalam setiap apa yang harus di

lakukan. Dengan adanya pernyataan dari orang yang

menghibahkan dan pernyataan menerima dari yang menerima

hibah maka sahlah penghibahan barang yang di hibahkan. Contoh

pelafadzan ijab dan kabul seperti “saya berikan barang atau harta

kepada engkau” dan dijawab “ya, saya terima”. Dalam pengucapan

ini harus di dasarkan kesepakatan. Menurut fuqaha adanya ijab

harus di ikuti oleh kabul. Namun menurut Imam Abu Hanifah,

dalam hibah cukup dengan kata hijab saja, tanpa harus di ikuti oleh

kabul.51

4. Syarat Hibah

Tentang syarat-syarat hibah. Hibah mengharuskan adanya pihak

pemberi hibah, penerima hibah dan sesuatu yang dihibahkan:52

a. Syarat-syarat Pemberi Hibah

1. Pemberi hibah haruslah yang memiliki barang hibah atau orang

yang memberi hibah haruslah punya pemberi hibah, karena

51 Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Hibah dan Wasiat di Indonesia, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2011), h. 80.

52

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi aksara, 2004), h.437-438.

Page 43: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

29

kalau bukan milik orang pemberi hibah tidak bisa dihibahkan

ke orang lain.

2. Pemberi hibah bukanlah orang yang dibatasi haknya dalam

meberikan hibah kepada orang lain.

3. Pemberi hibah haruslah sudah dewasa dalam memberikan

hibah kepada orang lain.

4. Pemberi hibah bukanlah orang yang dipaksa dalam

memberikan hibah, karena hibah sendiri adalah pemberian

yang cuma-cuma kepada orang lain dan akad dari hibah sendiri

mensyaratkan untuk keridhaan.

b. Syarat-syarat Penerima Hibah

Haruslah hadir pada saat pemberian hibah pada saat

pemberian hibah, apabila orang penerima hibah tidak ada atau di

perkirakan ada, misalkan janin yang masih dalam kandungan,

maka hibah tidaklah sah.

Penerima hibah yang hadir pada saat menerim hibah itu di

anggap sah dan ketika penerima hibah itu masih kecil haruslah

diwakilkan oleh orang tuanya atau walinya, pendidiknya atau

pemelihara dari anak kecil tersebut.

c. Syarat-syarat Barang yang dihibahkan53

1. Barang yang dihibahkan haruslah ada wujudnya pada saat

dihibahkan

2. Barang yang dihibahkan tersebut haruslah bernilai dan bisa

dimanfaatkan oleh orang yang menerima hibah

3. Barang-barang yang dihibahkan haruslah yang bisa dimiliki

zatnya oleh orang yang menerima hibah. Bahwa barang harus

bisa dimiliki, diterima peredarannya dan pemilikannya bisa

berpindah tangan. Tidaklah sah suatu hibah apabila

menghibahkan air yang ada di sungai, ikan yang ada di lautan,

53 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 438.

Page 44: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

30

burung-burung di udara, masjid-masjid, ataupun majelis-

majelis ilmu.

4. Hibah yang diberikan kepada orang yang menerima bukanlah

berhubungan dengan tempat milik pemberi hibah secara tetap,

seperti menghibahkan tanaman pohon, bangunan tanpa

tanahnya, akan tetapi barang yang dihibahkan itu harus wajib

dipisahkan dari pemilik orang yang dihibahkan dan diserahkan

kepada penerima orang yang menerima hibah hingga hinga

menjadi milik yang utuh untuk orang yang menrima hibah

5. Dalam menghibahkan sesuatu kepada orang harus lah

berbentuk khusus bukan yang milik orang umum, sebab

kepemilikan tidaklah sah kecuali apabila ditentukan seperti

halnya suatu jaminan. Imam Malik, Syafi‟i, Ahmad, dan Abu

Tsaur berpendapat bahwa tidak ada syarat tersebut. Mereka

berkata bahwa “sesungguhnya hibah yang sah apabila untuk

orang umum yang tidak bisa dibagi-bagi”. Sedangkan kalangan

mazhab Maliki berpendapat bahwa membolehkan hibah

sesuatu yang tidak sah dijual seperti unta liar, bukan sebelum

tampak hasilnya atau barang hasil rampasan perang.

Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dijelaskan bahwa

ada beberapa syarat pelaksanaan hibah yaitu:54

a. Semua orang boleh memberikan dan menerima hibah kecuali

mereka yang oleh undang-undang dinyatakan tidak mampu dalam

memberi dan menerima hibah. Anak-anak juga tidak boleh dalam

menghibahkan sesuatu kecuali dalam melaksanakan hibah kecuali

dalam hal tertentu KUHPerdata dalam bab tujuh dari buku satu.55

b. Suatu hibah dilakukan dengan suatu akta notaris yang aslinya

disimpan oleh notaris.56

54 http://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt51e582b1ad14c/prosedur-hibah-tanah-

dan-bangunan-kepada-keluarga/, diakses tanggal 23 Juli 2019.

55 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Bab 7 Buku 1 pasal 1677

56

Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1682

Page 45: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

31

c. Suatu hibah mengikat orang yang menghibahkan dengan suatu kata

yang tegas dan dapat di terima oleh orang yang menerima hibah.57

d. Penghibahan kepada orang yang belum dewasa yang berada di

bawah umur penghibahan atas orang tuanya. Hibah kepada anak-

anak di bawah umur yang masih atas perwalian orangtuanya harus

diterima oelh wali atau pengampunya yang telah diberi kuasa oleh

pengadilan.58

Di Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa syarat-syarat hibah

adalah sebagai berikut:

a. Orang yang menghibahkan haruslah orang yang sudah berakal

sehat dan tidak gila dalam memberikan hibahkan barang atau harta

kepada orang lain dan tanpa paksaan dalam menghibahkan, harta

yang dihibahkan haruslah 1/3 harta kepada orang lain atau kepada

suatu lembaga.59

b. Harta yang dihibah haruslah harta hak dari orang yang

menghibahkan barang atau harta.60

5. Penarikan Hibah

Penarikan kembali hibah yang diberikan kepada orang lain adalah

suatu hal yang tidak halal atau haram untuk dilaksanakan dan tidak

dianjurkan dalam menarik kembali hibah yang sudah diberikan kepada

orang lain, sekalipun hibah yang diberikan itu kepada saudara ataupun

suami-isteri, kecuali hibah orang tua kepada anaknya.

Adapun masalah menarik kembali hibah yang diberikan kepada

orang lain, para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan boleh

menarik kembali hibah yang diberikan ke orang lain namun ada yang

mengatakan bahwa tidak boleh menarik hibah yang diberikan kepada

orang lain. ulama mazhab Maliki hibah yang sudah diberikan tidak boleh

57 Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1683

58

Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1685

59 Kompilasi Hukum Islam Pasal 210 ayat (1)

60

Kompilasi Hukum Islam Pasal 210 ayat (2)

Page 46: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

32

lagi di ambil, karena hibah merupakan sebuah akad yang sudah tetap.

Ulama mazhab Syafi'i menerangkan bahwa, apabila Hibah telah dinilai

sempurna dengan adanya penerimaan dengan seizin pemberi Hibah, atau

pihak pemberi Hibah telah menyerahkan barang yang diberikan, maka

Hibah yang demikian ini telah berlangsung sempurna, artinya tidak dapat

ditarik kembali hibah yang sudah di berikan kepada orang lain. Ulama

mazhab Hambali menegaskan, orang yang memberikan Hibah

diperbolehkan mencabut pemberiannya sebelum pemberian itu diterima.61

Dipernyataan para ulama mahzab tersebut banyak yang tidak

membolehkan untuk mengambil kembali hibah yang sudah diberikan

kepada orang lain.

Berdasarkan riwayat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas yang disandarkan

kepada Nabi Muhammad Saw, Rasulullah Saw bersabda: ل لرجل أن ي عطي عطية أو ي هب ىبة ف ي رجع فيها إلا الوالد فيما ي عطي ولده، وم لا ثل ي

الذي ي عطي العطية، ث ي رجع فيها كمثل الكلب يأكل فإذا شبع قاء، ث عاد في ق يئو

“Tidak halal seseorang menarik kembali pemberiannya, kecuali

pemberian ayah kepada anaknya, jika ayah menghibahkan sesuatu kepada

cucunya sampai garis ke bawah boleh ditarik kembali”.62

Hadits tersebut sangat jelas sekali menunjukkan bahwa menarik

kembali hibah adalah sebuah keharaman jika ditarik kembali hibah yang

diberikan, kecuali hibah orang tua kepada anaknya.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga menjelaskan masalah

keharaman tentang pencabutan hibah ini. Pasal yang menjelaskan tentang

pelarangan untuk menarik kembali hibah ini terdapat dalam pasal 213

61 Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Madzhab IV,(Semarang: As-Syifa‟, 1994), h. 215.

62 Abd. Somad, Hukum Islam “Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia”,

(Jakarta : Prenada Media Group, 2010), h. 362.

Page 47: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

33

yang berbunyi:63

“hibah tidak dapat ditarik kembali kecuali hibah yang

diberikan orang tua kepada anaknya.”

Mengenai alasan-alasan pembatalan hibah diatur dalam Pasal 1688

BW, yang menyebutkan bahwa suatu hibah tidak dapat ditarik kembali

maupun dihapuskan karenanya64

, kecuali dalam hal-hal sebagai berikut:65

a. Dalam pengibahan tersebut syarat-syaratnya tidak dipenuhi pada

saat menghibahkan barang atau harta yang diberikan kepada orang

lain.

b. Penerima hibah jika ketahuan dalam melakukan kesalahan yang

tidak bisa diterima oleh orang yang menghibahkan barang tersebut

atau membantu melakukan kejahatan dengan tujuan mengambil

nyawa orang yang memberikan hibah atau dengan kejahatan yang

menganggu keselamatan dari orang yang menghibahkan tersebut.

c. Orang yang memberikan hibah kepada orang lain namun orang

yang memberikan hibah ini dalam keadaan jatuh miskin akan tetapi

orang yang menerima hibah ini menolak untuk diberikan hibah

oleh orang yang memberikan hibah kepadanya. Jika ia menolak

memberikan tunjangan nafkah kepada si penghibah, setelah orang

ini jatuh dalam kemiskinan.

63 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 213

64

Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1688

65

Soedharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga, “Perspektif Hukum Perdata

Barat/BW, Hukum Islam, dan Hukum Adat”, (Jakarta : Sinar Grafika, 2004), h. 92.

Page 48: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

34

BAB III

GAMBARAN PUTUSAN PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA

TERHADAP ANAK NOMOR 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr, NOMOR 0027/Pdt.

G/2017/PTA. Pbr, DAN NOMOR 558 K/AG/2017

A. Penetapan Nomor 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr

1. Posisi Kasus

Perkara putusan ini adalah pembatalan hibah yang dikumulasi1

wasiat, perkara ini adalah permohonan pembatalan hibah antara penggugat

dan tergugat yang di identitasnya sebagai berikut:

Penggugat.

Penggugat pertama bernama Dr. dr. Hj. DT, berumur 48 tahun,

Agama Islam, pekerjaan Dewan Pengawas Rumah Sakit Ibu dan Anak,

kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal di Jln. Diponorogo No. 47, RT

001/ RW 003, Kelurahan Cinta Raja, Kecamatan Sail, Kota Pekanbaru,

Provinsi Riau.

Penggugat kedua bernama dr. IT, Sp.P, umur 44 tahun, beragama

Islam pekerjaan Dokter, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal di

Kel. Asam Kubang, kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Provinsi

Sumatera Utara, yang memberikan kuasa kepada H. Arbakmis Lamid, SH.

MH dan Nurhasmi, SH. Advokat, yang beralamat Jln. Keliling/Gunung

Gayo, Nomor 5 RT 04/RW 08, Kelurahan Tangkerang Timur, Kecamatan

Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal

20 Januari 2017.2

Tergugat

Tergugat pertama bernama Prof. Dr. H. TR, M. Kes. Yang berumur

74 tahun, beragama Islam, tempat tinggal di Jln. Sisingamangaraja Nomor

1 Kumulasi gugatan atau samenvoeging van vordering merupakan pengabungan bebrapa

tuntutan hukum kedalam satu gugatan. Lihat M. Yahya Harahab, Hukum Acara Perdata, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2008), h. 102. 2 Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, h. 1.

Page 49: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

35

93 RT 02/RW 06, Kelurahan Rintis, Kecamatan Limapuluh Kota, Kota

Pekanbaru.

Tergugat kedua Bernama Dr. dr. Hj. SAT, yang berumur 46 tahun,

beragama Islam, tempat tinggal di Jln. Sisingamangaraja Nomor 93 RT

02/RW 06, Kelurahan Rintis, Kecamatan Limapuluh Kota, Kota

Pekanbaru.

Tergugat ketiga, bernama Dr. IT, berumur 41 tahun, beragama

Islam, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Kewarganegaraan

Indonesia, tempat tinggal di Jln. Merak Villa Bunga Raya, Blok D No. 17,

RT 02/RW 07, Kel. Tengkareng Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Kota

pekanbaru, yang diberikan kuasa kepada H. Armalis Ramaini, SH,

Zulkifli, SH, dan Hendra Baharius, SH, MH, adalah Advokat beralamat di

Jln. Sisingamangaraja No. 71, Hotel BI Kota Pekanbaru. Berdasarkan

surat Kuasa Khusus tanggal 17 Februari 2017.

Perkara ini sesuai dengan yang didaftarkan pada kepaniteraan

Pengadilan Agama Pekanbaru tertera pada Nomor

0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr.3

Sebelumnya penggugat pertama dan kedua pernah mengajukan

gugatan ke Pengadilan Agama Pekanbaru dengan nomor pekara

1596/Pdt.G/2016/PA.Pbr tanggal 12 januari 2017 yang menolak gugatan

dari penggugat dan menghukum penggugat tiga ratus enam belas ribu

rupiah. Dalam hal ini penggugat yang masih banyak kekurangan dalam

sidang pertama yang diajukan oleh penggugat. Kemudian pada gugatan

yang sebelumnya sudah disempurnakan, maka penggugat mengajukan

kembali gugatan baru kembali untuk mendapatkan apa yang sudah

diperkarakan.

Pengadilan Agama sesuai dengan Undang-Undang Republik

Indonesia nomor 50 tahun 2009 tentang perubahan kedua Undang-Undang

Republik Indonesia nomor 7 tahun 1989 yang mempunyai tugas atnomor 7

tahun 1989 yang mempunyai tugas atnomor 7 tahun 1989. Pasal 49 ayat

3 Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, h. 2.

Page 50: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

36

(1) yang mempunyai tugas dan berwenang memeriksa, memutuskan dan

menyelesaikan perkara tingkat pertama antara orang-orang yang beragama

Islam yaitu:

a. Perkawinan

b. Kewarisan

c. Wasiat

d. Hibah

e. Wakaf

f. Shadaqah

g. Ekonomi Syari‟ah4

Penggugat I,II dan Tergugat II,III adalah anak laki-laki dan

perempuan dari Tergugat I yang masih berhubungan baik antara orang

tua dan anak sampai saat ini, sebagaimana layaknya keluarga muslim

lainnya yang harmonis, melayu khususnya.

Pada tanggal 8 Januari 2009, penggugat I mengeluarkan atau

menerbitkan surat wasiat kepada tergugat II tanpa sepengetahuan dari

Penggugat I dan II yang isi suratnya adalah sebagai berikut

SURAT WASIAT

Pada Hari ini, Kamis tanggal 8 Januari 2009 saya yang bertanda

tangan dibawah ini:

Nama : Prof. Dr. H. TR

Umur : 67 Tahun

Alamat : Jl. Pattimura No. I Pekanbaru

Dengan ini membuat wasiat kepada anak kandung saya Dr. Hj.

ST untuk meneruskan usaha Yayasan Abdurrab yang meliputi Rumah

Sakit Abdurrab dab Universitas Abdurrab.

Oleh karena itu saya hibahkan harta benda milik saya dengan

ultimatum tidak dapat dijual, dipindah tangankan atau dibalik namakan

kepada pihak lain dan hanya dibangun atau digunakan untuk

kepentingan sosial sebagai berikut:

4 https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4c4042b91308/peradilan-agama/

Page 51: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

37

Tanah berikut gedung universitas di Jl. Riau Ujung No. 73 Pekanbaru

(SER.HM No. 22271)

a. Tanah berikut gedung rumah sakit Yayasan Abdurrab, yang

terletak di Jl. Jend. Sudirman No. 410 Pekanbaru. (SER.HGB No.

77, SER.HGB No. 878, SER. HM No. 17, SER.HGB No. 137,

SER. HM No. 301, SKGR No. 63/592.2.KSJ/01)

b. Tanah berikut bangunan yang terletak dibelakang kamous

Universitas Abdurrab (Gg. Ikhlas). (SER. HM. No. 1048, 2

SKGR). Yang merupakan pengembangan kampus Universitas

Abdurrab.

c. Tanah kosong yang terletak di Jl. Bakti yang diperuntukkan untuk

pengembangan Universitas Abdurrab dan Rumah Sakit Pendidikan

Universitas Abdurrab (SER. HM No. 1137, SER. HM No. 971,

Akta Notaris 38/LG/2007)

d. Tanah berikut bangunan yang terletak di Jl. Angsana Pekanbaru

(SER. HM No. 385)

e. Tanah berikut bangunan yang terletak di Jl. KH. Ahmad Dahlan

No. 137 Pekanbaru (SER. HM No. 808, SER. HM No.n 632)

f. Tanah berikut bangunan gedung yang terletak di Jl. Pattimura No.

01 Pekanbaru (SER. HM No. 189)

g. Sebidang tanah seluas 135 M2 dan sebuah rumah diatasnya yang

terletak di Jl. Gempol AsriX No. 2 Bandung.

h. Tanah kosong yang terletak di Jl. Ababil Sukajadi Pekanbaru

(SER. HM No. 46).

i. Sebidang tanah kosong yang terletak di Jl. Pemudi Tampan

pekanbaru (SKGR No. 330/PYK/05/08).

j. Tanah yang terletak di Desa Rimbo Panjang (SER. HM 3190, SER.

HM 3191).

k. Tiga bidang tanah yang terletak di Desa Muara Fajar Rumbai

(SER. HM No. 1768, SER. HM No. 1769, SER. HM No. 1770).

Page 52: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

38

Demikian surat wasiat ini saya buatkan dengan akal dan pikiran

sehat untuk digunakan bilamana perlu.

Pekanbaru, 08 Januari 2009

Yang menerima wasiat yang memberi wasiat

Dr. Hj. ST Prof. Dr. H. TR

Setelah surat itu diterima oleh penggugat, penggugat

mempelajari surat yang dari tergugat I kepada penggugat II tanggal 08

Januari 2009 yang berisikan dua poin yaitu:5

a. Persoalan pertama adalah amanah untuk meneruskan usaha dari

usaha Yayasan Abdurrab

b. Hibah yang diberikan oleh tergugat I kepada tergugat II yang

berjumlah 12 item.

Berdasarkan dua poin di atas penggugat menganggap bukanlah

sebuah wasiat karena dalam hal ini wasiat tidak berlaku langsung,

namun hal ini berlaku langsung, sedangkan wasiat berlaku ketika orang

yang memberikan wasiat sudah meninggal dunia, kemudian wasiat

yang diberikan oleh penggugat melebihi dari 1/3 harta.

Dalam hal ini penggugat menganggap tergugat I keliru dalam

melakukan tindakan atau perbuatan yang tidak adil kepada Penggugat I

dan II yang harta tersebut diberikan kepada seorang anaknya saja yaitu

tergugat II yang sudah berjalan lebih kurang selama 8 tahun, artinya

objek harta lebih banyak di kuasai oleh tergugat II dengan beralasan

untuk kepentingan sosial sesuai dengan tujuan dari Tergugat I.

Surat tanggal 08 Januari 2009 yang dibuat oleh tergugat I tidak

sesuai dengan peraturan yang ada dan dibuat di bawah tangan, tidak ada

saksi dan tidak adanya persetujuan dari ahli waris. Hal ini tidak sesuai

dengan Pasal 195 Ayat (1) dan Ayat (3) Kompilasi Hukum Islam yang

5 Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, h. 5.

Page 53: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

39

melanggar aturan yang ada. Oleh karenanya surat tanggal 08 Januari

2009 harus dibatalkan atau dinyatakan tidak sah atau sekurang-

kurangnya dinyatakan tidak berkekuatan hukum tetap. 6

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, penggugat merasa

kehidupan keluarganya tidak mungkin rukun lagi dengan tergugat.

Penggugat memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Pekanbaru dan

Majelis Hakim yang menyidangkan gugatan penggugat dengan putusan

sebagai berikut:7

a. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat I dan II

b. Membatalkan surat yang dibuat oleh tergugat I yang ditujukan

kepada tergugat II tanggal 08 Januari 2009 atau dinyatakan tidak

sah dan tidak berharga atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak

berkekuatan hukum.

c. Menghukum Tergugat I, II, III untuk mentaati isi putusan ini

d. Menghukum Tergugat I, II untuk membayar biaya perkara yang

timbul

Secara teknis, pemeriksaan perkara dilanjutkan melalui tahapan

Mediasi antara Penggugat dengan Tergugat. Setelah melalui tahap itu,

dalam sidang berikutnya yaitu tahap Pemeriksaan.

Setelah Majelis Hakim melakukan sidang setempat atas objek

sengketa masing-masing, di sidang berikutnya antara Penggugat

dengan Tergugat masing-masing mengajukan kesimpulan yang pada

pokoknya bertahan dengan dalil-dalilnya semula.

2. Putusan dan Pertimbangan Hakim

Pada amar putusannya majelis hakim menetapkan 2 penetapan,

yakni :8

a. Menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima (Niet

Ontvankelijke Verklaard)

b. Membebankan biaya perkara tersebut kepada para penggugat

6 Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, h. 10.

7 Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, h. 8. 8 Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, h. 12.

Page 54: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

40

Dari amar putusan yang telah dideskripsikan di atas majelis

hakim telah memanggil antara Penggugat dan Tergugat untuk bisa

hadir di persidangan sebagaimana yang dimaksud sesuai dengan pasal

55 Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 dan pasal 26 ayat (1)

Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975, panggilan kepada

Penggugat dan tergugat telah disampaikan secara resmi dan patut.

Pada saat hari persidangan telah ditentukan penggugat dan

tergugat hadir dengan kuasa hukumya di Persidangan, kemudian

majelis menjelaskan tentang mediasi sesuai dengan Perma No. 1

Tahun 20169 dan para pihak menandatangan Pernyataan mediasi

dengan mediator yang telah ditunjuk oleh Ketua Majelis Hakim.

Pada saat dilaksanakannya mediasi antara Penggugat dan

Tergugat tidak dapat menghasilkan kesepakatan damai, maka perkara

ini dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan.10

Berdasarkan ketentuan

pasal 49 ayat (1) huruf b dan ayat (3) Undang-Undang nomor 7 tahun

1989 sebagaimana telah diubah dengan Undag-undang nomor 3 tahun

2006 dan perubahan kedua Undang-undang nomor 50 tahun 2009,

pemeriksaan perkara sengketa hibah adalah kewenangan dari Peradilan

Agama.11

Majelis Hakim berargumen bahwa berdasarkan Kompilasi

Hukum Islam Pasal 210 ayat (1) orang yang telah berumur sekurang-

kurangnya 21 tahun, berakal sehat tanpa adanya paksaan dapat

menghibahkan sebanyak-banyaknya 1/3 hartanya kepada orang lain

atau sebuah lembaga yang disaksikan oleh dua orang saksi, kemudian

pada pasal 211 Kompilasi Hukum islam bahwasannya hibah orang tua

kepada anaknya dapat diperhitungkan sebagai harta warisan.

Gugatan penggugat tentang pembatalan surat hibah yang dibuat

oleh orang tua Penggugat pertama yang diberikan kepada beberapa

saudara kandung penggugat tanpa sepengetahuan dari penggugat.

9 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016

10 Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, h. 9.

11 Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, h. 10.

Page 55: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

41

Majelis Hakim dalam hal ini memperjelas sengketa hibah perlu

merujuk kepada undang-undang yang secara luas tentang rukun hibah

dan orang yang berhak mendapatkan hibah, pasal 685 Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah (KHES)12

rukun hibah yang terdiri dari,

yakni Pemberi Hibah (wahib), Penerima Hibah (mauhublah), benda

yang dihibahkan (mauhubbin), pernyataan ((Iqrar), penyerahan

(Qabd). Juga pada pasal 712 KHES, Penghibah dapat menarik

kembali harta hibahnya setelah penyerahan dilaksanakan dengan

syarat penerima menyetujuinya, pada pasal 173, apabila orang yang

memberikan hibah dapat menarik kembali barang yang telah

dihibahkan, atau tanpa keputusan pengadilan, maka wahib ditetapkan

sebagai perampas barang lain dan apabila barang tersebut rusak atau

hilang maka ia harus menganti kerugiannya.

Hakim dalam hal ini juga berpendapat bahwa, dalam gugatan

penggugat bukanlah orang yang berhak membatalkan hibah tersebut

karena penggugat tidak termasuk kepada kategori rukun hibah.

Sehingga secara yuridis penggugat bukanlah orang yang Pesona Standi

In Judicio terhadap surat hibah tersebut, karena yang berhak

membatalkan hibah adalah orang yang memberikan hibah kepada

orang lain atau penerima hibah jika hibahnya ditarik kembali tanpa

persetujuan penerima hibah.13

Selanjutnya hakim memberikan landasan merujuk kepada

firman Allah dalam Surat Al-Isra‟ ayat 23:

12

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal 685 13

Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, h. 10.

Page 56: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

42

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu

bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara

keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam

pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan

kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”

Berdasarkan firman tersebut mengajarkan bahwa sebagai

seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tua, berbuat baik

kepadanya dan berupaya membuat orang tua selalu bahagia selagi

orang tua masih hidup, karenanya kita bisa tumbuh dan bisa

mengembangkan potensi yang ada, semua itu adalah jerih payah dari

orang tua kepada anaknya. dengan demikian dalam gugatan penggugat

mengenai harta orang tua yang dibagikan secara tidak adil kepada

anak-anaknya, hal itu sangat tergantung orang tua yang masih

mempunyai hak yang penuh terhadap hartanya, dan keadilan orang tua

tidak terbaca oleh anak-anaknya, untuk menuntut harta orang tua untuk

dibagi secara adil, penggugat masih dikategorikan gugat premature,

karena penggugat belum mempunyai status ahli waris selagi orang tua

masih hidup.14

Kemudian dari fakta-fakta di dalam persidangan dan juga

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, majelis hakim

berijtihad bahwa gugatan penggugat mengandung Obscur Libel gugat

premature dan juga error in persona karena penggugat bukanlah orang

yang mempunyai hak dan kepentingan, sehingga gugatan pembatalan

surat hibah yang diajukan oleh penggugat tidak dapat diterima.

B. Penetapan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr

1. Posisi Kasus

Perkara ini adalah perkara lanjutan dari pekara nomor 0214/Pdt.

G/2017/PA.Pbr yakni perkara pembatalan hibah yang dikomulasi

14

Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr, h. 11.

Page 57: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

43

wasiat Pada tahab ini para pihak mengajukan upaya hukum lanjutan

yaitu upaya hukum banding dengan didentitats sebagai berikut:

Pembanding pertama bernama Dr. dr. Hj. DT, berumur 48

tahun, Agama Islam, pekerjaan Dewan Pengawas Rumah Sakit Ibu dan

Anak, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal di Jln. Diponorogo

No. 47, RT 001/ RW 003, Kelurahan Cinta Raja, Kecamatan Sail, Kota

Pekanbaru, Provinsi Riau.

Pembanding kedua bernama dr. IT, Sp.P, umur 44 tahun,

beragama Islam pekerjaan Dokter, kewarganegaraan Indonesia, tempat

tinggal di Kel. Asam Kubang, kecamatan Medan Selayang, Kota

Medan, Provinsi Sumatera Utara, yang memberikan kuasa kepada H.

Arbakmis Lamid, SH. MH dan Nurhasmi, SH. Advokat, yang

beralamat Jln. Keliling/Gunung Gayo, Nomor 5 RT 04/RW 08,

Kelurahan Tangkerang Timur, Kecamatan Tenayan Raya, Kota

Pekanbaru, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Januari 2017.15

Terbanding pertama bernama Prof. Dr. H. TR, M. Kes. Yang

berumur 74 tahun, beragama Islam, tempat tinggal di Jln.

Sisingamangaraja Nomor 93 RT 02/RW 06, Kelurahan Rintis,

Kecamatan Limapuluh Kota, Kota Pekanbaru.

Terbanding kedua Bernama Dr. dr. Hj. SAT, yang berumur 46

tahun, beragama islam, tempat tinggal di Jln. Sisingamangaraja Nomor

93 RT 02/RW 06, Kelurahan Rintis, Kecamatan Limapuluh Kota, Kota

Pekanbaru.

Tergugat III, bernama Dr. IT, berumur 41 tahun, beragama

Islam, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Kewarganegaraan

Indonesia, tempat tinggal di Jln. Merak Villa Bunga Raya, Blok D No.

17, RT 02/RW 07, Kel. Tengkareng Labuai, Kecamatan Bukit Raya,

Kota pekanbaru, yang diberikan kuasa kepada H. Armalis Ramaini,

SH, Zulkifli, SH, dan Hendra Baharius, SH, MH, adalah Advokat

15

Putusan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, h. 1.

Page 58: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

44

beralamat di Jln. Sisingamangaraja No. 71, Hotel BI Kota Pekanbaru.

Berdasarkan surat Kuasa Khusus tanggal 17 Februari 2017.16

Pada perkara ini para pihak terlihat belum merasa puas dengan

putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama , sehingga pihak yang merasa

keberatan atas putusan tersebut kemudian mengajukan upaya hukum

lanjutan untuk mencari keadilan.

Upaya hukum pertama yang ditempuh adalah upaya hukum

banding. Yang dimaksud dengan upaya hukum banding adalah upaya

hukum yang dilakukan oleh salah satu pihak yang berperkara terhadap

putusan hakim karena menganggap putusan tersebut kurang benar atau

kurang adil.17

Mengutip uraian sebagaimana termuat dalam putusan yang

dijatuhkan oleh Pengadilan Agama Pekanbaru Nomor 0214/Pdt.

G/2017/PA.Pbr yang amarnya berbunyi :

a. Menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima (Niet

Ontvankelijke Verkland)

b. Menghukum penggugat untuk membayar semua biaya yang tibul

dalam perkara ini hingga saat ini dihitung sebesar Rp. 466.000,-

(Empat ratus enam puluh enam ribu rupiah)

Dari permohonan banding pemohon yang dibuat oleh Penitera

Pengadilan Agama Pekanbaru Nomor 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr pada

tanggal 24 Maret 2017, tentang pernyataan banding penggugat yang

telah diberitahukan kepada pihak terbanding pada tanggal 27 Maret

2017.18

Bahwa berdasarkan surat tanda terima dari Panitera Pengadilan

Agama Pekanbaru pada tanggal 06 April 2017, pembanding telah

menyerahkan berkas banding, kemudian pada tanggal 07 April 2017,

telah disampaikan kepada terbanding.

16

Putusan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, h. 1. 17

Bambang, Sugeng, dab Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata dan Contoh

Dokumen Litigasi Perkara Perdata, (Jakarta:Pradana Media 2013), h. 92 18

Putusan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, h. 2

Page 59: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

45

Pada tanggal 12 April 2017 bahwa terbanding telah

menyerahkan kontra yang berisi penjelasan banding, kemudian pada

tanggal 13 April 2017 disampaikan pula kontra yang berisi penjelasan

banding kepada pembanding.

Selanjutnya pada tanggal 06 April 2017 pemberitahuan

pemeriksaan berkas perkara banding kepada kuasa pembanding , akan

tetapi kedua belah pihak tidak ada yang mengunakan haknya untuk

memeriksa berkas perkara sesuai surat keterangan wakil panitera.19

2. Amar Putusan dan Pertimbangan Hakim

Pada amar putusannya, Majelis Hakim menetapkan, pertama

menerima permohonan banding pembanding, kedua menguatkan

putusan Pengadilan Agama Pekanbaru Nomor 0214/Pdt. G/2017/PA

pada tanggal 20 Maret 2017, dan ketiga, membebankan kepada

pembanding untuk membayar biaya perkara.20

Majelis Hakim menimbang penetapan di atas bahwa,

pembanding dalam hal ini adalah Pengguat Pertama dan Kedua dalam

pemeriksaan judex factie tingkat pertama, sesuai dengan pasal 6

Undang-undang nomor 20 tahun 1947 tentang peradilan ulangan di

Jawa dan Madura jo pasal 61 Undang-undang nomor 7 tahun 1989

tentang peradilan agama yang sudah di ubah dengan Undang-undang

nomor 3 tahun 2006 dan perubahan kedua Undang-undang nomor 50

tahun 2009, maka pembanding mempunyai hak untuk mengajukan

permohonan banding. Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru sebagai

pemeriksa di tingkat banding dan memberikan putusan yang benar dan

adil, oleh karena itu Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru memeriksa

ulang pokok perkara ditingkat pertama.21

Pada tanggal 20 Maret 2017, pembanding mengajukan banding

dengan putusan yang diucapkan, maka Majelis Hakim tingkat banding,

permohonan banding dari terbanding telah sesuai dengan aturan yang

19

Putusan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, h. 6. 20

Putusan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, h. 6. 21

Putusan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, h. 3.

Page 60: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

46

berlaku dalam melakukan upaya hukum banding sesuai dengan waktu

yang telah ditetapkan, secara formal permohonan banding harus dapat

dinyatakan diterima.22

Kemudian Majelis Hakim tingkat banding mempelajari berkas

pekara yang terdiri dari surat gugatan para penggugat, berita acara

sidang hakim tingkat pertama, bukti-bukti lain yang berhubungan

dengan perkara, saksi-saksi yang dijaukan oleh para pihak yang

berperkara, dalam hal ini Majelis Hakim tingkat banding dapat

menyetujui putusan hakim tingkat pertama yang sudah tepat dan benar

dalam menerpakan hukum dan hakim tingkat pertama mengambil alih

dan mengeluarkan pendapatnya sendiri.

Majelis Hakim tingkat banding mengeluarkan pendapat bahwa

dalam buku II Mahkamah Agung Republik Indonesia, Dirjen Badan

Pengadilan Agama mendefenisikan:

a. Hibah adalah perbuatan hukum seseorang untuk mengalihkan harta

benda miliknya kepada orang lain atas dasar berbuat baik

b. Hibah menurut syara‟ adalah pemberian harta milik seseorang

kepada orang lain di waktu dia hidup tanpa adanya imbalan.

c. Hibah dalam Kompilasi Hukum Islam (Instruksi Presiden Nomor 1

tahun 1991) adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan

tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup

untuk dimiliki.

d. Hibah menurut Asaf A. A Fyzee adalah penyerahan langsung dan

tidak bersyarat tanpa pemberian alasan.23

Memahami surat wasiat yang berisikan hibah dari tergugat 1

kepada anak kandungnya tergugat II tanggal 08 Januari 2009 yang

menyatakan “oleh karena itu kepada yang bersangkutan saya hibahkan

harta benda milik saya dengan ultimatum tidak dapat dijual, dipindah

22

Putusan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, h. 3. 23 Putusan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, h. 7.

Page 61: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

47

tangankan atau dibaliknamakan kepada pihak lain dan hanya dibangun

atau digunakan untuk kepentingan sosial.

Memahami bunyi kalimat Hibah tersebut Majelis Hakim

Tingkat Banding berpendapat bahwa surat wasiat yang berisikan Hibah

dalam perkara a quo bukanlah hibah, akan tetapi adalah penyerahan

manajemen untuk meneruskan usaha yayasan Abdurrab yang meliputi

rumah sakit Abdurrab, dan Universitas Abdurrab dan harta lainnya

yang disebutkan dalam surat wasiat pada tanggal 08 Januari 2009 dan

untuk selanjutnya tidak harus dibatalkan.24

Bila memperhatikan isi wasiat yang dan tatacara yang dilakukan

oleh tergugat pertama dan kedua tidak seperti wasiat dan hibah

sebagaimana yang telah diatur dalam Hukum Islam. Wasiat sendiri

berlaku ketika pewasiat sendiri sudah meninggal. Dan untuk hibah

tidak membatasi ruang gerak yang menerima hibah.

Majelis Hakim tingkat banding sebagai pemeriksa tingkat

banding belum memerisa pokok perkara akan tetapi masih dalam

pemeriksaan formilnya, apakah orang yang mengajukan tersebut

memiliki legal standing atau berkompeten, dari hal tersebut Majelis

Hakim tingkat banding berpendapat bahwa pembanding bukanlah

orang yang mempunyai hak dan berkepentingan, oleh karenanya

gugatan pembatalan hibah yang diajukan melalui kuasa hukumnya

tidak dapat diterima dan putusan tersebut dapat dikuatkan.

C. Penetapan Nomor 558 K/AG/2017

1. Posisi Kasus

Pada tahap ini Dr. dr. Hj DT dan dr. IT, Sp.P sebagai

penggugat I dan II pada tingkat banding berkedudukan sebagai

pembanding kemudian mengajukan upaya hukum berikutnya yaitu

upaya hukum Kasasi ke Mahkamah Agung yang mana saat ini Kedua

Penggugat berkedudukan sebagai Pemohon Kasasi, sedangkan Prof.

24

Putusan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr, h. 8.

Page 62: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

48

Dr. H. TR, M.Kes, Dr. dr. Hj SAT dan Dr. IT sebagai tergugat I, II,

dan III pada Tingkat Banding berkedudukan sebagai Terbanding pada

tahap ini sebagai Termohon Kasasi.25

Pada perkara ini, para pihak yang masih merasa belum puas

dengan putusan Majelis Hakim Tingkat Banding sehingga pihak yang

keberatan atas hal ini mengajukan upaya hukum lanjutan untuk

mencari keadilan. Upaya hukum tersebut yang ditempuh adalah upaya

hukum kasasi. Upaya hukum Kasasi tersebut adalah upaya hukum

yang dilakukan terhadap lembaga peradilan terakhir yakni Mahkamah

Agung.26

2. Amar Putusan dan Pertimbangan Hakim

Pada amar putusannya, Majelis Hakim menetapkan, pertama

mengabulkan gugatan Para penggugat. Kedua, membatalkan hibah

wasiat Tergugat Pertama kepada Tergugat Kedua. Ketiga, menyatakan

bahwa surat yang dibuat oleh Tergugat Pertama kepada Tergugat

Kedua tidak sah dan tidak mengikat, kemudian majelis membebankan

kepada Termohon Kasasi untuk membayar biaya perkara semua

tingkat peradilan.27

Sebagaimana penjelasan penetapan yang di atas bahwa Hakim

Kasasi telaah membaca memori kasasi dan putusan judex facti

mengeluarkan pendapat sendiri. Alasan yang disampaikan pada saat

banding dapat dibenarkan, karena Pengadilan Tinggi Agama

Pekanbaru yang menguatkan putusan dari Pengadilan Agama

Pekanbaru adalah salah dan keliru dalam menerapkan hukum. Bahwa

surat wasiat yang dibuat oleh Prof. Dr. H. TR, M.Kes sebagai

termohon kasasi atau Tergugat pertama, pada tanggal 8 Januari 2009

yang di tandatangani oleh pemberi wasiat itu sendiri bersama dengan

25

Putusan Nomor 558 K/AG/2017, h. 1. 26

Rasito, Panduan Belajar Hukum Acara Perdata, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015). 27

Putusan Nomor 558 K/AG/2017, h. 13.

Page 63: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

49

penerima wasiat anaknya Dr. dr. Hj SAT sebagai Termohon Kasasi

dan Tergugat II di bawah tangan adalah batal demi hukum, karena

tidak memenuhi syarat sahnya wasiat menurut Hukum Islam di

Indonesia pada Pasal 194 dan Pasal 195 Kompilasi Hukum Islam,

yaitu:28

a. Pasal 194 berbunyi

1. Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun,

berakal sehat dan tanpa adanya paksaan dapat mewasiatkan

sebagaian harta bendanya kepada orang lain atau lembaga.

2. Harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari

pewasiat.

3. Pemilikan terhadap harta benda seperti dimaksud dalam ayat

(1) pasal ini baru dapat dilaksanakan sesudah pewasiat

meninggal dunia.

b. Pasal 195 berbunyi

1. Wasiat dilakukan secara lisan di hadapan dua orang saksi, atau

tertulis di hadapan dua orang saksi, atau di hadapan Notaris.

2. Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya sepertiga

dari harta warisan kecuali apabila semua ahli waris menyetujui.

3. Wasiat kepada ahli waris hanya berlaku bila disetujui oleh

semua ahli waris.

4. Pernyataan persetujuan pada ayat (2) dan (3) pasal ini dibuat

secara lisan di hadapan dua orang saksi, atau tertulis di hadapan

dua orang saksi, atau di hadapan Notaris.

Secara materil surat wasiat yang dibuat oleh termohon kasasi

atau Tergugat Pertama tidak sejalan dengan Hukum Islam. Dalam

pandangan Hukum Islam kekayaan orang tua ada tiga fungsi yaitu

untuk kepentingan nafkah keluarga, untuk kepentingan keluarga dan

yang terakhir adalah kepentingan anak yang ditinggal ketika yang

28

Putusan Nomor 558 K/AG/2017, h. 11.

Page 64: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

50

bersangkutan meninggal dunia. Firman Allah Swt dalam sura An-Nisa

ayat 9:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,

yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab

itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka

mengucapkan Perkataan yang benar.”

Berdasarkan diatas para Pemohon Kasasi sebagai anak

kandung pewasiat dan sebagai saudara kandung penerima wasiat

memiliki legal standing untuk membatalkan wasiat in casu, karena

memiliki hak untuk mendapatkan objek yang diwasiatkan yang

merupakan harta dari orang tua serta hak untuk memberi persetujuan

atau tidak memberi memberi persetujuan dalam wasiat ini.29

29

Putusan Nomor 558 K/AG/2017, h. 12.

Page 65: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

51

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERATURAN DI INDONESIA

TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM PEMBATALAN WASIAT

ORANG TUA TERHADAP ANAK

A. Analisis Putusan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama

Pekanbaru yang menolak Pembatalan Wasiat Orang Tua Terhadap

Anak

Setelah peneliti mengetahui kasus dalam perkara Nomor 0214/Pdt.

G/2017/PA.Pbr, Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr dapat dipahami

bahwa masalah yang disengketakan antara pihak Penggugat dan Tergugat

ialah mengenai sengketa pembatalan wasiat yang diberikan orang tua

kepada anaknya (Tergugat I). Berdasarkan peraturan Pasal 49 huruf c

Undang-undang No. 3 Tahun 2006, perkara ini adalah kewenangan absolut

Pengadilan Agama. 1

Berkaitan dengan pertimbangan hakim dalam putusan ini, menurut

peneliti, Majelis Hakim telah menggali nilai-nilai hukum dan keadilan

yang hidup di masyarakat, sebagaimana dalam ketentuan tentang

kekuasaan kehakiman terbaru yaitu UU No. 48 Tahun 2009 Pasal 5 ayat

(1). Memang dalam memutus perkara, hakim harus merujuk pada undang-

undang yang berlaku. Tetapi dalam hal tuntutan keadilan, hakim bukanlah

corong pada undang-undang. Tetapi Hakim wajib menafsirkan dan

menemukan hukum demi memutuskan suatu perkara dengan adil.2

Dalam kasus yang seperti ini seorang hakim yang menjadi ulul

amri dan mewakili Negara yang memiliki kewenangan untuk berijtihad

1 A. Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia: Gemuruh Politik Hukum (Hk. Islam,

Hk Barat, dan Hk. Adat) dalam Rentang Sejarah Bersama Pasang Surut Lembaga Peradillan

Agama Hingga Lahirnya Peradilan Syariat Aceh, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010),

cetakan ke 2, h. 25. 2 Jonaedi Effendi, Rekonstruksi Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Berbasis Nilai-Nilai

Hukum dan Rasa Keadilan Yang Hidup Dalam Masyarakat, (Depok: Prenadamedia Group, 2018),

Ed. 1, Cet. 1, h. 233.

Page 66: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

52

sesuai dengan nash serta dengan mempertimbangkan implikasinya

terhadap keadaan sosial masyarakat dan keluarga.3

Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya mengenai tata cara

pembagian Wasiat dan penyelesaiannya, semua telah diatur berdasarkan

ketentuan Hukum Islam dan perundang-undang yang berlaku di Indonesia.

Dalam Hukum Islam sudah disebutkan bahwa rukun dan syarat wasiat itu

adalah sebagi berikut:

1. Pemberi wasiat

Syarat-syarat bagi orang yang memberikan wasiat adalah

kelayakan dalam melakukan kebajikan yaitu orang yang memiliki

kemampuan yang didasari pada akal, kedewasaan, kemerdekaan,

berusaha dan tidak dibatasi oleh kebodohan atau kelalaian.

Semua mazhab sepakat bahwa wasiat orang gila dan wasiat

anak kecil yang belum mumayyiz tidak lah sah. Namun ada perbedaan

pendapat, menurut Imam Malik wasiat orang bodoh dan anak kecil

yang mengerti dengan berbagai macam ibadah adalah sah. Abu

Hanifah mengatakan, wasiat anak kecil yang belum dewasa tidaklah

sah. mazhab Syafi‟i mengatakan bahwa wasiat orang yang hilang

kesadarannya adalah tidak sah, tetapi wasiat orang yang mabuk adalah

sah.4

Muhammad Jawad Mughniyah, mengemukakan bahwa di

kalangan mazhab Imamiyah mengatakan bahwa orang yang idiot tidak

boleh berwasiat dalam soal kebendaan atau hartanya, tetapi boleh

berwasiat yang tidak berhubungan dengan kebendaan atau harta.5

Kemudian Para Fuqaha yaitu Hanafiyah, Malikiyah, Syafi‟iyah

dan Hanabilah secara umum mengatakan bahwa wasiat sebagai hak

mengalihkan harta yang dimiliki secara sukarela (tabarru‟) yang

3 Achmad Arief Budiman, “Penemuan Hukum dalam Putusan Mahkamah Agung dan

Relevansinya bagi Pengembangan Hukum Islam di Indonesia”, Pemikiran Hukum Islam, XXIV, 1

(April, 2014), h. 6. 4 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 666.

5 Muhammad Jawad Mughniyah, Al Fiqhu al Mazahibi al Khamsah, Terjemahan Afif

Muhammad, (Basrie Press, 1994), h. 240.

Page 67: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

53

pelaksanaanya setelah adanya peristiwa kematian atau orang yang

memberikan wasiat sudah meninggal dunia.6

Sedangkan di Kompilasi Hukum Islam yang senada dengan

Hukum Islam yang dijelaskan pada pasal 194 disebutkan bahwa:

a. Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun dan

berakal sehat, dan tanpa adanya paksaan ketika mewasiatkan

sebagian harta bendanya kepada orang lain atau suatu lembaga.

b. Harta benda yang diwasiatkan adalah harta benda dari pewasiat.

c. Wasiat dapat dilaksanakan sesudah pewasiat meninggal dunia.

Lalu pada putusan Nomor 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr dan

Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr yang menolak gugatan pembatalan

wasiat orang tua terhadap anak. Secara keseluruhan persyaratan yang

disebutkan di atas sudah terpenuhi, namun ada satu persyaratan yang

tidak dilaksanakan yaitu orang yang memberikan wasiat belum

meninggal dunia. Dalam kasus ini peneliti menilai bahwa tidak sah

wasiat tersebut karena orang yang memberikan wasiat belum

meninggal dunia namun wasiat ini sudah jalan selama 8 tahun.

Sedangkan pada Hukum Islam dan KHI menjelaskan bahwa, wasiat

dapat dilaksanakan atau sahnya wasiat apabila orang yang memberikan

wasiat sudah meninggal dunia.

2. Penerima wasiat

Para Ulama Mazhab dalam hal ini sepakat bahwa tidak bolehnya

wasiat untuk ahli waris, kecuali jika disetujui oleh para ahli waris lainnya.7

Alasan dari empat Mahzab ini adalah hadits riwayat Ahmad dan Tirmidzi:8

و فلا وصية لوارث إن الله قد أعطى كل ذي حق حق

6 KH. Asyhari Abta dan Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidl, (Surabaya:

Pustaka Hikmah Perdana, 2005), h. 223. 7 Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqh Lima Mahzab “Ja‟fari, Hanafi, Maliki, Syafi‟i,

Hambali”, (Jakarta: Lentera, 2013), h. 507. 8 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007), h. 473-474.

Page 68: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

54

“Sesungguhnya Allah telah memberikan setiap hak akan haknya,

maka tidak ada wasiat untuk ahli waris”.

Hadits yang diriwayatkan Daruqutni:

يز الورثة ارقطن –لا وصية لوارث إلا أن ي أخرجو الد

“Tidak boleh berwasiat untuk ahli waris, kecuali jika dikehendaki

oleh ahli waris lainnya”.9

Kalangan Malikiyah, Al-Muzanni dan Zahiriyah menyatakan

bahwa larangan berwasiat tidak menjadi gugur dengan adanya izin dari

ahli waris lainnya. Menurut kalangan ini, larangan seperti itu termasuk

kepada hak Allah yang tidak bisa gugur dengan kerelaan hati dari

manusia dalam hal ini ahli waris. Ahli waris tidak berhak dalam untuk

membenarkan sesuatu yang dilarang oleh Allah. Seandainya ahli waris

menyetujuinya juga maka statusnya bukan lagi wasiat tetapi adalah

hibah dari pihak ahli waris itu sendiri, yang harus memenuhi ketentuan

dari hibah tersebut sebagaimana lazimnya.10

Syiah Imamiyah dan sebagian dari Syiah Zaidiyah berpendapat,

boleh hukumnya berwasiat kepada ahli waris tanpa ada persetujuan

dari ahli waris lainnya dalam batas sepertiga harta.11

Alasan Mereka

adalah Surat Al-Baqarah ayat 180 yang sudah dinasakhkan oleh ayat

waris.

9 http://www.rumahfiqih.com/t.php?id=335, diakses tanggal 26 November 2019

10 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, h. 381-

382, lihat juga Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr,

1997), h. 7478. 11

Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu, h. 7477.

Page 69: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

55

“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu

kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang

banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara

ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”

Namun mereka menolak pendapat mayoritas ulama yang

mengatakan bahwa ayat tersebut sudah dinasakhkan oleh Surat An-

Nisa ayat 11-14:

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang

ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak.

jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat

seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat

yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri

memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak

mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri

memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah

dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-

hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang

tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi

mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang

saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari

kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara

seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang

sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau

sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada

ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at

yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Penyantun.”

Page 70: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

56

Memberi mudharat kepada waris itu ialah tindakan-tindakan

seperti:

1) Mewasiatkan lebih dari sepertiga harta pusaka.

2) Berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan. Sekalipun

kurang dari sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga

tidak diperbolehkan.12

Pada pasal 195 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam menjelaskan

bahwa wasiat kepada ahli waris hanya berlaku bila disetujui oleh

semua ahli waris. 13

Hakim dalam putusan Nomor 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr dan

Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. menurut peneliti kurang tepat dalam

memutuskan perkara ini karena mengabaikan dari aspek yuridis yaitu

karena tidak menerapkan dari pasal 195 ayat (3) Kompilasi Hukum

Islam yang menjelaskan bahwa berwasiat kepada ahli waris haruslah

ada persetujuan dari ahli waris lainnya.

3. Redaksi wasiat (Sighat)

Ibnu Rusyd mengatakan bahwa wasiat dilaksanakan

mengunakan redaksi (sighat) yang jelas atau sharih dengan kata wasiat

dapat dilaksanakan dengan kata-kata yang samara (ghairu sharih). Ini

dapat ditempuh karena wasiat berbeda dengan hibah. Wasiat bisa

dilakukan secara tertulis dan tidak memerlukan jawaban (qabul)

penerimaan secara langsung.14

Para ulama berbeda pendapat tentang apakah penerimaan

(qabul) orang yang menerima wasiat adalah syarat sah atau tidak.

Imam Malik mengatakan bahwa penerimaan (qabul) wasiat merupakan

syarat sah. Imam Syafi‟i mengatakan bahwa qabul orang yang

12

Aplikasi Al-Qur‟an Word 13

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: CV Nuansa Aulia,

2017), h. 57. 14

Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Depok: Rajawali Pers, 2017), cet

ke III, h. 366.

Page 71: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

57

menerima wasiat tidak merupakan syarat sah. Abu hanifah dan kedua

muridnya, Abu yusuf dan Hasan al-Syaibani memandang bahwa qabul

dalam wasiat harus ada. Alasan Abu hanifah dan kedua muridnya

adalah wasiat merupakan tindakan ikhtirariyah dan pernyataan

menerima penting adanya, seperti juga dengan traksaksi lain.15

Bila dikaitkan dengan Pasal 195 ayat (1) Kompilasi Hukum

Islam yang menjelaskan bahwa wasiat dilakukan secara lisan di

hadapan dua orang saksi, atau tertulis di hadapan dua orang saksi, atau

di hadapan Notaris.

Namun peneliti melihat bahwa syarat yang berkaitan dengan

redaksi ini tidak sesuai dengan pendapat fuqaha‟ dan Kompilasi

Hukum Islam yang sudah dijelaskan, karena secara persyaratan pun

sudah tidak sesuai. Dalam membuat wasiat harus ada dua orang saksi

atau dihadapan notaris secara lisan maupun tulisan. Sedangkan dalam

perkara Nomor 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr dan Nomor 0027/Pdt.

G/2017/PTA wasiat tersebut tidak disaksikan oleh 2 orang saksi dan

tidak juga dibuat dihadapan notaris.

4. Barang yang Diwasiatkan

Semua mahzab sepakat bahwa barang yang diwasiatkan harus

bisa dimiliki dan memiliki harga jual atau yang bisa digunakan. Tidak

sahnya mewasiatkan benda yang lazimnya tidak bisa dimiliki, seperti

serangga, minuman keras atau tidak dimiliki secara syar‟i.

Namun barang atau harta yang diwasiatkan tidak boleh lebih

dari sepertiga harta. Jika melebihi sepertiga harta warisan, semua

mahzab sepakat bahwa hal itu harus ada izin dari ahli waris. Sekiranya

diizinkan maka wasiat itu di perbolehkan lebih dari sepertiga harta,

kalau tidak ada izin dari ahli waris maka wasiat itu batal.16

Tapi jika

sebagian ada yang menyetujui namun sebagian lagi menolak maka

15

Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 366-367. 16

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana

Premadia Group, 2018), h. 170.

Page 72: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

58

yang dikeluarkan adalah sepertiga harta, dan izin dari ahli waris adalah

orang yang sudah baligh, sehat dan rasyid. 17

Imam Malik berpendapat bahwa wasiat maksimal boleh

dikeluarkan adalah sepertiga harta yang dimiliki. Abu Hanifah

mengatakan, wasiat boleh keseluruhan dari harta. Imam Syafi‟i dan

Imam Ahmad mempunyai dua pendapat, namun Imam Syafi‟i

mengatakan tidak boleh melebihi dari sepertiga harta.18

Senada dengan apa yang sudah dijelaskan oleh para Ulama

Mazhab, pasal 195 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam menjelaskan

bahwa Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya sepertiga dari

harta warisan kecuali apabila semua ahli waris menyetujui.19

Maksudnya, wasiat hanya boleh sepertiga harta, kalau wasiat lebih dari

sepertiga harta harus ada persetujuan dari ahli waris.

Dari keseluruhan yang di uraikan diatas peneliti melihat bahwa

Hakim PA dan PTA Pekanbaru yang memutuskan perkara tidak

sejalan dengan Hukum Islam dan peraturan yang berlaku di Indonesia.

Dilihat dari semua rukun dan syarat wasiat tersebut Hakim PA dan

PTA belum sesuai dengan Hukum Islam dan peraturan di Indonesia

dalam memutuskan perkara pembatalan wasiat orang tua terhadap anak

dan juga tidak melihat asas keadilan yang melanggar dari semua aspek

yang ada yaitu melanggar ketentuan dari pasal 194 dan 195 Kompilasi

Hukum Islam.

Kalau dari kasus ini hakim lebih cenderung membahas tentang

hibah dan tidak menyorot dari kasus wasiatnya. Secara rukun dan

syarat hibah hampir sama dengan wasiat, adanya pemberi hibah,

penerima hibah, barang yang dihibahkan dan redaksi hibah.

17

Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqh Lima Mahzab “Ja‟fari, Hanafi, Maliki, Syafi‟i,

Hambali”, (Jakarta: Lentera, 2013), h. 513. 18

Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqh Lima Mahzab “Ja‟fari, Hanafi, Maliki, Syafi‟i,

Hambali, h. 513. 19

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: CV Nuansa Aulia,

2017), h. 57

Page 73: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

59

Pemberi hibah disini menurut para ulama sepakat bahwa orang

yang menghibahkan adalah yang memiliki dari barang tersebut, bukan

orang yang dibatasi haknya, pemberi adalah orang yang baliq dan tidak

adanya keterpaksaan dalam pemberian hibah.20

Para Fuqaha

berpendapat bahwa orang yang memberikan hibah kepada orang lain

dibenarkan memberikan sepertiga hartanya. Mayoritas ulama

membolehkan semua harta yang dimiliki kepada orang lain. Namun

Muhammad Ibnu Hasan dan sebagian kalangan Hanafi mengatakan

tidak sah menghibahkan semua harta meskipun tujuan kebaikan

Kemudian orang menerima hibah, para ulama sepakat bahwa

harus hadir pada saat pemberian hibah. Tapi kalau orang yang

menerima hibah masih kecil atau gila harus diambil oleh walinya. Abu

Hanifah, Syafi‟i dan ats-Tsauri mengatakan penerimaan langsung

hibah adalah syarat sah dari hibah tersebut.21

Kemudian barang yang diwasiatkan harus ada wujud, benda

tersebut ada harga nilainya, dan bisa dimiliki zatnya. Terakhir adalah

redaksi hibah. Ijab dan kabul haruslah ada dalam setiap apa yang harus

dilakukan. Dengan adanya pernyataan dari orang yang menghibahkan

dan pernyataan menerima dari yang menerima hibah maka sahlah

penghibahan barang yang di hibahkan. Contoh pelafadzan ijab dan

kabul seperti “saya berikan barang atau harta kepada engkau” dan

dijawab “ya, saya terima”. Dalam pengucapan ini harus di dasarkan

kesepakatan. Menurut fuqaha adanya ijab harus di ikuti oleh kabul.

Namun menurut Imam Abu Hanifah, dalam hibah cukup dengan kata

hijab saja, tanpa harus diikuti oleh kabul.22

Dalam hal ini apa yang sudah dijelaskan dari rukun dan syarat

hibah sejalan dengan pasal 210 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam yang

menjelaskan bahwa orang yang mewasiatkan telah berumur 21 tahun,

20

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi aksara, 2004), h. 438 21

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h-438 22

Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Hibah dan Wasiat di Indonesia, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2011), h. 80

Page 74: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

60

berakal sehat, tanpa ada paksaan dan tidak melebihi dari sepertiga

harta dan harus di saksikan dua orang saksi.

Perkara Nomor 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr dan Nomor

0027/Pdt. G/2017/PTA dalam pertimbangannya mengatakan untuk

masalah pasal 210 ayat (1) dan juga mengutip pasal 211 yang

mengatakan hibah orang tua kepada anaknya dapat diperhitungkan

sebagai warisan. Kemudian mengutip pasal 685 Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah (KHES). Setelahnya Hakim PA Pekanbaru

menyimpulkan bahwa penggugat dalam hal ini mengandung Obcur

Libel atau gugat prematur23

dan juga error in persona karena

penggugat bukanlah orang yang mempunyai hak dan kepentingan.

Kemudian Hakim PTA pekanbaru menguatkan putusan tersebut

dengan mempunyai putusan sendiri melihat dari Buku II Mahkamah

Agung Republik Indonesia yang berisikan tentang hibah. Hakim PTA

menyimpulkan bahwa Pembanding atau Penggugat bukanlah orang

yang mempunyai hak dan berkepentingan dalam membatalkan surat

wasiat yang berisikan hibah tersebut.

Menurut analisa peneliti dalam perkara Nomor 0214/Pdt.

G/2017/PA.Pbr dan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. dikatakan benar

dalam menerapkan hukum karena melihat dari faktor hukum yang

disebutkan. Kemudian orang yang berhak dalam mencabut hibah

tersebut adalah orang yang memberi hibah. Dan hibah orang tua

kepada anak bisa dikatakan warisan.

Namun pekara Nomor 0214/Pdt. G/2017/PA.Pbr dan Nomor

0027/Pdt. G/2017/PTA dalam hal ini tidak sejalan dengan Hukum

Islam dan Peraturan yang berlaku di Indonesia. Dalam batasan atau

ukuran menghibahkan harta atau barang kepada orang lain adalah tidak

boleh lebih dari sepetiga harta yang dimiliki. Kemudian juga KHI pun

23

Yang dimaksud dengan gugat prematur adalah gugatan yang diajukan terlalu dini,

karena batas waktu yang telah ditentukan belum sampai atau belum terpenuhi. Lebih lanjut lihat:

http://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5d9c586817f1f/arti-gugatan-prematur/, diakses tanggal

26 November 2019

Page 75: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

61

menjelasaskan harus ada dua orang saksi dalam pemberian hibah ini.

Namun dalam hibah tidak ada orang saksi dalam pemberian hibah.

Dengan demikian, berdasarkan uraian-uraian yang sudah

peneliti paparkan bahwa dalam perkara Nomor 0214/Pdt.

G/2017/PA.Pbr dan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA belum tepat dalam

memutuskan perkara karena tidak sesuai dengan Hukum Islam dan

Peraturan yang berlaku di Indonesia juga tidak melihat dari asas

keadilan dalam memutuskan perkara ini. Karenanya hakim yang

berkesimpulan bahwa Penggugat bukanlah orang yang mempunyai hak

dan kepentingan menurut peneliti adalah kurang tepat, bahwa

Penggugat dalam hal ini adalah anak kandung dari Tergugat 1 yang

sangat sah untuk bisa membatalkan surat wasiat yang berisikan hibah,

karena wasiat kepada ahli waris boleh dilakukan apabila ahli waris lain

menyetujuinya.

Kelebihan dari pertimbangan hakim dalam perkara ini yaitu

hakim mampu memberikan pendapat hukum berdasarkan Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal 685 tentang rukun hibah dan

juga di Tingkat Banding mengunakan argumen mengunakan buku II

Mahkamah Agung yang menjelaskan tentang hibah. Yang berarti

Hakim Tersebut memberikan terobosan baru dalam perkembangan

kasus ini.

Tapi di balik itu, kekurangan dari pertimbangan hakim tersebut

ialah kurang mempertimbangkan dalam memutuskan perkara tersebut

yang membuat hak anak lainnya terambil yang tidak sesuai dengan

Kompilasi Hukum Islam, KUHPerdata, dan para ulama umumnya

tidak sepakat dalam pemberian wasiat kepada anak dan juga tidak

sesuai dengan asas keadilan yang diputuskan oleh hakim dalam

perkara ini.

Page 76: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

62

B. Analisis Putusan Kasasi Mahkamah Agung yang Mengabulkan

Pembatalan Wasiat Orang Tua Terhadap Anak

Pada amar putusan Kasasi Nomor 558 K/AG/2017, Majelis Hakim

menetapkan, pertama mengabulkan gugatan Para penggugat. Kedua,

membatalkan hibah wasiat Tergugat Pertama kepada Tergugat Kedua.

Ketiga, menyatakan bahwa surat yang dibuat oleh Tergugat Pertama

kepada Tergugat Kedua tidak sah dan tidak mengikat, kemudian majelis

membebankan kepada Termohon Kasasi untuk membayar biaya perkara

semua tingkat peradilan.24

Pada bab dan penjelasan sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa

Hakim Kasasi dalam hal memutuskan kasus ini, kalau dilihat dari aspek

rukun dan syarat wasiat yaitu:

1. Pemberi Wasiat

2. Penerima Wasiat

3. Redaksi Wasiat

4. Barang atau Harta yang diwasiatkan

Peneliti menilai bahwa Hakim Kasasi dalam hal ini sudah tepat

dalam memutuskan kasus ini karena sudah sesuai dengan Hukum Islam

dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Hakim Kasasi menilai bahwa

putusan Hakim PA dan PTA Pekanbaru keliru dalam memutuskan perkara

karena tidak sesuai dengan Pasal 194 dan Pasal 195 Kompilasi Hukum

Islam 25

Kemudian pada pasal 1320 tentang perjanjian unsur ke empat

disebutkan disana adalah suatu kehalalan.26

Kehalalan di sini adalah

perjanjian yang tidak disepakati dari pihak lain. Juga pada pasal 1365

KUHPerdata27

tentang perbuatan melawan hukum. Yang dimaksud dengan

perbuatan melawan hukum adalah setiap orang yang mengakibatkan

24

Putusan Nomor 558 K/AG/2017, h. 13 25

Putusan Nomor 558 K/AG/2017, h. 11. 26

Burgelijk Wetboek, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT Balai

Pustaka,2014), h. 339. 27

Burgelijk Wetboek, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h. 346.

Page 77: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

63

kerugian pada orang lain, mewajibkan orang lain menganti kerugian.28

Tergugat dalam hal ini melawan dari hukum ini sendiri.

Kemudian Hakim Kasasi juga mengambil dalil dari putusan Ketua

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor KMA/032/SK/IV/2006

tentang pemberlakuan buku II pedoman pelaksanaan tugas dan

administrasi pengadilan, huruf B angka 2 pedoman khusus huruf c, wasiat

dan hibah angka 3 dan huruf c yang menjelaskan bahwa dalam hal terjadi

sengketa wasiat dan hibah baik yang disebabkan oleh karena wasiat dan

hibah yang tidak memenuhi syarat suatu perikatan atau melanggar

Undang-undang, maka Pengadilan Agama atau Mahkamah Syar‟iyah

dapat mendomani beberapa petunjuk yang diuraikan pada pedoman ini.

Huruf c menjelaskan bahwa ahli waris atau pihak yang berkepentingan

dapat mengajukan gugatan pembatalan wasiat dan hibah, bila wasiat dan

hibah melebihi dari sepertiga bagian dari harta benda pemberi wasiat atau

pemberi hibah.29

Secara materil surat wasiat yang dibuat oleh Termohon Kasasi atau

Tergugat Pertama tidak sejalan dengan Hukum Islam dalam Pandangan

Hukum Islam. Kekayaan orang tua ada tiga fungsi yaitu untuk kepentingan

nafkah keluarga, untuk kepentingan keluarga dan yang terakhir adalah

kepentingan anak yang ditinggal ketika yang bersangkutan meninggal

dunia.

Argumen terakhir dari mejelis hakim terdapat dalam Firman Allah

Swt dalam surat An-Nisa ayat 9:

` 28

Sedyo Prayogo, Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum

dalam Perjanjian, Jurnal Pembaharuan Hukum, Volume III No. 2, Mei-Agustus 2016, h. 281. 29

Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor

KMA/032/SK/IV/2006 tentang pemberlakuan buku II, Angka 3 Huruf c

Page 78: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

64

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah

mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

Perkataan yang benar.”

Menurut peneliti sudah sangat tepat ketika seorang Hakim

menjadikan Al-Qur‟an sebagai dasar hukum. Karena dengan begitu, jati

diri dari hukum Islam menjadi lebih kokoh dan kuat, bukan

mengesampingkan syariah dan membungkusnya dengan konsep-konsep

keadilan yang diciptakan oleh manusia, tidak ada jaminan akan benar-

benar adil. Tetapi apabila kita memaksa syariah sebagai sumber hukum,

tentu tidak mungkin jika Tuhan sengaja menurunkan hukum hanya untuk

menghardik manusia, dan sebagai seorang muslim sudah sangat wajar

apabila menganggap apa yang Allah swt. tetapkan, maka itulah sesuatu

yang terbaik bagi hamba-Nya.

Kekurangan dari pertimbangan Hakim dalam perkara Nomor 558

K/Ag/2017 adalah cara hakim dalam memutuskan perkara ini terlalu

tekstual sehingga berkesan bahwa hukum wasiat itu bersifat status dan

stagnan.

Tetapi kelebihan dari pertimbangan hakim dalam perkara ini

adalah memegang teguh sumber-sumber hukum dengan dalil yang kuat

dengan melihat asas keadilan yang telah diputuskan. Namun menurut

penulis disinilah faktor seorang Hakim dalam memutuskan suatu perkara

yang seadil-adilnya.

Peneliti menilai dari putusan Nomor 558 K/Ag/2017 yang

menerima putusan tersebut dan membatalkan seluruh harta yang diberikan

kepada Tergugat II adalah sudah tepat dan sudah menjalankan doktrin

keadilan yang memutuskan perkara berdasarkan Hukum Islam dan hukum

yang berlaku di Indonesia yaitu pasal 194 yaitu ayat (1) bahwa “Orang

yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun, berakal sehat dan tanpa

adanya paksaan dapat mewasiatkan sebagaian harta bendanya kepada

Page 79: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

65

orang lain atau lembaga”. Selanjutnya dalam pasal 194 ayat (3) diatur

bahwa “pemilikan terhadap harta benda seperti dimaksud dalam ayat (1)

pasal ini baru dapat dilaksanakan sesudah pewasiat meninggal dunia”.

Sedangkan pada pasal 195 yaitu ayat (1)-(4) dijelaskan bahwa wasiat

dilakukan secara lisan dihadapan dua orang saksi, atau tertulis di hadapan

dua orang saksi, atau di hadapan Notaris. Wasiat hanya diperbolehkan

sebanyak-banyaknya sepertiga dari harta warisan kecuali apabila semua

ahli waris menyetujui, wasiat kepada ahli waris hanya berlaku bila

disetujui oleh semua ahli waris. Pernyataan persetujuan pada ayat (2) dan

(3) pasal ini dibuat secara lisan dihadapan dua orang saksi, atau tertulis di

hadapan dua orang saksi, atau dihadapan notaris dalam Kompilasi Hukum

Islam. Juga KUHPerdata pada pasal 1320 tentang kehalalan dan 1360

tentang melawan hukum, juga Hakim Tingkat Kasasi melihat dari

Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor

KMA/032/SK/IV/2006 tentang pemberlakuan buku II.

Selain itu, putusan Hakim Kasasi Nomor 558 K/Ag/2017 tersebut

sudah sesuai dengan ditetapkannya syariat (maqashid al-syariah) yang

dalam hal ini masuk dalam kategori hifdzu al mall (menjaga harta) yaitu

sesuatu yang menjadi penopang keluarga, kesejahteraan keluarga dan

kebahagian keluarga, karena harta orang tua adalah untuk kepentingan

nafkah keluarga, untuk kepentingan keluarga dan yang terakhir adalah

kepentingan anak yang ditinggal ketika yang bersangkutan meninggal

dunia. Dengan demikian peneliti berkesimpulan bahwa putusan Hakim

Kasasi Nomor 558 K/Ag/2017 telah sesuai dengan Hukum Islam dan

peraturan di Indonesia.

Page 80: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian diatas yang telah peneliti paparkan

sebelumnya, penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan, yaitu

sebagai berikut:

1. Para fuqaha berbeda pendapat tentang pembatalan wasiat orang tua

terhadap anak. Menurut Mazhab Syafi‟i wasiat kepada ahli waris

dibolehkan jika ada izin dari ahli waris lainnya. Apabila wasiat telah

terlanjur diberikan sedangkan ahli waris lain tidak setuju maka wasiat

itu harus dibatalkan. Sedangkan menurut kalangan Malikiyah, Al-

Muzanni, dan zahiriyah tidak boleh wasiat kepada ahli waris, dengan

demikian jika terjadi wasiat kepada ahli waris, wasiat tersebut wajib

untuk dibatalkan. Adapun menurut peraturan yang berlaku di

Indonesia pasal 195 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam, wasiat kepada

ahli waris dibolehkan jika ahli waris lain menyetujuinya. Namun jika

terjadi wasiat kepada ahli waris namun tidak ada persetujuan dari ahli

waris lain maka wasiat tersebut harus dibatalkan.

2. Pengadilan Agama Pekanbaru yang menolak gugatan pembatalan

wasiat orang tua terhadap anak dengan pertimbangan bahwa gugatan

Penggugat obsur libel gugat prematur dan error in persona karena

penggugat bukanlah orang yang mempunyai hak dan kepentingan,

sedangkan Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru juga menolak dan

menguatkan putusan Hakim Pengadilan Agama Pekanbaru

berpendapat hal yang sama yaitu Pembanding bukanlah orang yang

mempunyai hak dan berkepentingan (persona standi in judicio).

Kemudian MA yang mengabulkan gugatan Penggugat karena Para

Pemohon Kasasi atau Para Penggugat memiliki legal standing untuk

membatalkan wasiat yang mempunyai hak terhadap objek wasiat yang

merupakan harta orang tua Para Pemohon Kasasi atau Para Penggugat

Page 81: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

67

serta hak dalam memberikan persetujuan atau tidak memberi

persetujuan atas harta tersebut.

3. Masing-masing putusan tersebut ditinjau dari Hukum Islam dan

peraturan yang berlaku di Indonesia, pada Tingkat I dan Tingkat

Banding kalau dilihat dari rukun dan syarat wasiat, hakim keliru dalam

memutuskan kasus ini karena Penggugat memiliki legal standing

dalam membatalkan wasiat karena mempunyai hak dan kepentingan

atas harta orang tua. Kemudian di Tingkat Kasasi dilihat dari rukun

dan syarat wasiat hakim sudah sesuai dalam memutuskan perkara ini,

hal tersebut juga sesuai dengan ditetapkannya syariat (maqashid al-

syariah) yang dalam hal ini masuk dalam kategori hifdzu al mal

(menjaga harta).

B. Saran

Berdasarkan penelitian, pembahasan dan kesimpulan, Maka

penulis perlu untuk memberikan saran-saran sebagai bahan pertimbangan

di kemudian hari. Saran ini penulis tujukan kepada seluruh Hakim yang

berada di bawah naungan Mahkamah Agung agar senantiasa memberikan

rasa keadilan dalam setiap putusan-putusannya karena jika keadilan tidak

terwujud bisa menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum

khususnya di Indonesia.

Page 82: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

68

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abta ,KH. Asyhari dan Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu waris Al-Faraidl,

Surabaya: Pustaka Hikmah Perdana, 2005.

Alam, Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Dalam

Perspektif Islam, Jakarta: Kencana Predana Media Grup, 2008.

Amruzi, M. Fahmi Al, Rekonstrusi Wasiat Wajibah Dalam Kompilasi

Hukum Islam, Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2000.

Anshori, Abdul Ghofur, Filsafat Hukum Hibah dan Wasiat di Indonesia,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011.

Aulia, Redaksi Nuansa, Kompilasi Hukum Islam, Bandung: CV Nuansa

Aulia, 2017.

Badran, Badran Abu Al-Ainaini, Ahkam Al-Wasaya wa al-Auqaf,

Iskandariah: Musasah Syabab al-jammi‟ah, 1982.

al-Bugha, Mustafa Dieb, Fikih Sunnah Imam Syafi‟i, Depok: Fathan

Media Prima, 2018.

al-Bugha, Musthafa Dib,Dkk, Fikih Manhaji, Yogyakarta: Darus Uswah,

2012.

Djalil, A. Basiq , Peradilan Agama di Indonesia: Gemuruh Politik Hukum

(Hk. Islam, Hk Barat, dan Hk. Adat) dalam Rentang Sejarah

Bersama Pasang Surut Lembaga Peradillan Agama Hingga

Lahirnya Peradilan Syariat Aceh, Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2010.

Doi, A. Rahman I., Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah),

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Effendi, Jonaedi, Rekonstruksi Dasar Pertimbangan Hukum Hakim

Berbasis Nilai-Nilai Hukum dan Rasa Keadilan Yang Hidup

dalam Masyarakat, Depok: Prenadamedia Group, 2018.

Al-Faifi, Syaihk Sulaiman bin Ahmad bin Yahya, Ringkasan Fiqih

Sunnah, Depok: Senja Media Utama, 2017.

Page 83: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

69

Hanafi, A. , Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1970.

Harahab, M. Yahya, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Al-Jaziri, Abdurrahman, Fiqh Empat Madzhab IV. Semarang: As-Syifa‟,

1994.

Khosyi‟ah, Syiah, Wakaf & Hibah, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2010.

Lubis, Suhrawardi K., dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata di Indonesia, Jakarta:

Prenada Media Grup, 2008.

Manan, Abdul, M Fauzan, Pokok-pokok Hukum Perdata Wewenang

Peradilan Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Mugniyah, Muhammad Jawad, Figh Lima Mahzab “Ja‟fari, Hanafi,

Maliki, Syafi‟i, Hambali”, Jakarta: Lentera, 2013.

Oemarsalim, Dasar-dasar Hukum Waris di Indonesia, Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2006.

Rasito, Panduan Belajar Hukum Acara Perdata, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2015.

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Rofiq, Ahmad, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Depok: Rajawali Pers,

2017.

Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi aksara, 2004.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas

Indonesia, 1986.

Soimin, Soedharyo, Hukum Orang dan Keluarga, “Perspektif Hukum

Perdata Barat/BW, Hukum Islam, dan Hukum Adat”, Jakarta :

Sinar Grafika, 2004.

Somad, Abd., Hukum Islam “Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum

Indonesia”, Jakarta : Prenada Media Group, 2010.

Sugeng, Bambang dan Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata dan

Contoh Dokumen Litigasi Perkara Perdata, Jakarta:Pradana

Media 2013.

Page 84: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

70

Suparman, Eman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam,Adat

dan BW, Bandung: PT Refika Aditama, 2013.

Suparman, Eman, Inti Sari Hukum Waris Indonesia, Bandung, CV Mandar

Maju, 1991.

Suparman, Maman , Hukum Waris Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2015.

Suhrawardi K., dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, Jakarta:

Sinar Grafika, 2009.

Thalib, Sayuti, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar

Grafika, 2000.

Tono, Sidik, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta

Peninggalan, Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan

Tinggi Islam, 2012.

Al-„Utsaimin, Syaikh Muhammad Bin Shalih, Shahih Fiqih Wanita,

Jakarta: Akbarmedia, 2009.

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar

Grafika, 1991.

Wetboek, Tim Burgelijk, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta:

PT Balai Pustaka, 2014.

Zein, Satria Effendi M., Problematika Hukum Keluarga Islam

Kontemporer, Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2010.

Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa adillatuhu, Penerjemah Abdul Hayyie

Al-Kattari dkk, , Jakarta: Gema Insani, 2011.

Zuhri, M., Fiqh Empat Mahzab, Jilid IV, Semarang: Asy-Syifa, 1994.

Jurnal dan Artikel

Budiman, Achmad Arief, “Penemuan Hukum Dalam Putusan Mahkamah

Agung dan Relevansinya Bagi Pengembangan Hukum Islam di

Indonesia”, Pemikiran Hukum Islam, XXIV, 1 April, 2014

Nurnazli, Kontruksi Hukum Islam Tentang Pembatalan Dan Pencabutan

Wasiat, Jurnal Ijtima‟iyya, Vol 9, No. 2 Agustus 2016

Page 85: New PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50245... · 2020. 2. 12. · PEMBATALAN WASIAT ORANG TUA TERHADAP ANAK (Studi

71

Prayogo, Sedyo, Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan Perbuatan

Melawan Hukum dalam Perjanjian, Jurnal Pembaharuan Hukum,

Volume III No. 2, Mei-Agustus 2016

Saipullah, Usep, Pemikiran Hukum Islam Tentang Hibah dalam KHI,

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UIN

Sunan Gunung Djati Bandung 2015

Utami, Dewi Sartika, Akibat Hukum Pemberian Hibah yang Melebihi

Batas Legitime Portie (Analisis Kasus Putusan Pengadilan

Negeri Nomor 109/PDT.G/2009/PN. MTR), Jurnal IUS, Vol IV,

Nomor 2, Agustus 2015

Internet

http://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt51e582b1ad14c/prosedur-

hibah-tanah-dan-bangunan-kepada-keluarga/

http://www.kompasiana.com/amp/www.alfaderahukum.com/hibah-

ditinjau-dari-kompilasi-hukum-islam-edisi

1_562f1eebe8afbd0e149ec425

http://kbbi.web.id/hibah.html

http://almanhaj.or.id/6422-hibah-dalam-perspektif-fikih.html

http://www.rumahfiqih.com/t.php?id=335

Undang-undang

Inpres No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam.

Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016

Putusan

Putusan Nomor 0214/Pdt.G/2017/PA.Pbr

Putusan Nomor 0027/Pdt. G/2017/PTA. Pbr

Putusan Nomor 558 K/AG/2017