Author
elva-gabriella-depari
View
160
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nervus trigeminus
Referat Kecil
NERVUS TRIGEMINUS
oleh:
Mega Silfia ZulfiNIM. 0808121295
Pembimbing:
dr. AGUS TRI JOKO Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2014
NERVUS TRIGEMINUS
I. ANATOMI NERVUS TRIGEMINUS
Nervus trigeminus merupakan saraf cranial terbesar dan saraf campuran.
Nervus trigeminus mengandung baik serabut sensorik (porsio mayor) maupun
serabut motorik (porsio minor). Serabut-serabut sensoriknya menghantarkan
impuls nyeri, suhu, raba dan perasa propioseptik untuk wajah. Sedangkan serabut
motoriknya mempersarafi otot-otot penguyah (mastikasi).1,2,3
Gambar 1. Percabangan nervus trigeminus3
1
Nervus trigeminus dinamai saraf tiga serangkai sebab terdiri atas tiga
cabang (rami) utama yang menyatu pada ganglion Gasseri. Ketiga cabang tersebut
adalah :2
a. Cabang oftalmikus
Cabang oftalmikus melintasi sinus kavernosus dan memasuki orbita
melalui fissura orbitalis superior dimana terjadi percabangan menjadi nn.frontalis,
lakrimalis, dan nasosiliaris. N.frontalis terletak tepat di bawah atap orbita dan
terbagi menjadi n. supraorbitalis dan n.supratroklearis yang keluar dari orbita serta
mempersarafi kulit kepala bagian depan. N. lakrimalis terletak di sebelah lateral
dan mempersarafi kulit kelopak mata serta wajah. Selain itu saraf ini juga
membawa serabut parasimpatis sekretomotoris dari ganglion sfenopalatinum
menuju glandula lakrimalis. N.nasosiliaris menyilang n.optikus dan berjalan di
sepanjang dinding medial orbita untuk keluar di wajah sebagai n. Infratroklearis,
saraf ini memberi cabang n. etmoidalis menuju sinus etmoidalis dan n. siliaris
longus menuju mata yang membawa serabut sensoris dari kornea dan serabut
simpatis menuju m. dilator pupilae. Semua saraf dari cabang oftalmikus
merupakan saraf sensorik.2
Gambar 2. Cabang oftalmikus2
2
b. Cabang maksilaris
Cabang maksilaris meninggalkan rongga tengkorak melalui foramen
rotundum dan memasuki fosa pterigo palatinus. Terdapat ganglion sfenopalatinum
yang melekat dan membawa serabut parasimpatis menuju glandula lakrimalis
melalui hubungan dengan n. lakrimalis. Cabang-cabang n. maksilaris adalah nn.
palatina mayor dan minor menuju palatum durum dan molle, n.sfenopalatina
menuju kavum nasi dan kemudian melalui septum nasi menuju fosa insisivus
untuk mempersarafi palatum durum, n. dental posterior superior memasuki bagian
belakang maksila dan mempersarafi gigi. N. maksilaris meninggalkan fosa
sfenopalatina melalui fisura orbitalis inferior, berjalan ke dasar orbitalis dimana
terbentuk cabang nn. dental media dan anterior superior, dan menuju wajah
melalui foramen infraorbitalis sebagai n. infraorbitalis. Semua saraf dari cabang
maksilaris adalah saraf sensoris.2
Gambar 3. Cabang maksilaris2
3
c. Cabang mandibularis
Cabang mandibularis meninggalkan rongga tengkorak melalui foramen
ovale dan langsung terbagi menjadi beberapa cabang, yaitu n. alveolaris inferior
yang terutama merupakan saraf sensoris yang memasuki foramen mandibularis
untuk mempersarafi gigi sebelum masuk ke wajah sebagai n. mentalis. Saraf ini
memiliki satu cabang motoris, n.milohioideus yang mempersarafi m. milohioideus
dan bagian anterior m. digastrikus. N. lingualis terletak dekat mandibula tepat di
belakang molar ketiga dan berjalan ke depan untuk mempersarafi lidah. Saraf ini
bersatu dengan korda timpani yang membawa serabut perasa dari dua pertiga
anterior lidah dan serabut parasimpatis sekretomotoris menuju glandula salivarius
submandibularis dan sublingualis. Saraf ini bersinaps di ganglion submandibularis
yang melekat ke n. lingualis. N. aurikulotemporalis membawa serabut sensoris
menuju sisi kulit kepala. Selain itu saraf ini juga membawa serabut parasimpatis
sekretomotoris yang bersinaps di ganglion otikum menuju glandula parotis. N.
bukalis membawa serabut sensoris dari wajah. Terdapat cabang-cabang
muskularis menuju otot-otot pengunyah diantaranya n. temporalis profunda yang
mempersarafi m. temporalis. Maka saraf dari cabang mandibularis memiliki saraf
sensoris dan motoris.2
Gambar 4. Cabang mandibularis2
4
II. PATOFISIOLOGI NERVUS TRIGEMINUS
Nervus trigeminus bisa mengalami berbagai gangguan yang melibatkan
ganglion gasseri sampai cabang-cabang tepinya. Defisit sensorik yang terdapat
pada ketiga kawasan cabang nervus trigeminus merupakan manifestasi gangguan
pada ganglion gasseri. Defisit sensorik yang terbatas pada kawasan salah satu
cabang nervus trigeminus tentunya timbul akibat gangguan cabang yang
bersangkutan, kecuali pada keadaan post herpes yaitu suatu infeksi virus yang
merusak sebagian dari ganglion gasseri.1
Gejala defisit sensorik di wajah
Anestesia atau hipestesia pada kawasan cabang oftalmikus jarang timbul
secara tersendiri, kecuali sebagai gejala akibat infeksi virus herpes. Anestesia di
kawasan cabang oftalmikus hampir selalu merupakan gejala bagian dari sindroma
yang terdiri dari gejala defisit saraf-saraf kranial yang lain seperti akulomotorius,
trokhlearis, abdusens dan cabang maksilaris. Yang dikenal dengan sindroma apeks
os petrosum, sinus kavernosus, fisura orbitalis superior dan apeks orbitalis.1
Anestesia pada kawasan cabang maksilaris dapat timbul secara tersendiri
jika proses patologiknya berupa tumor di os maksila yang merusak pangkal
cabang maksilaris. Pada umumnya anestesia pada kawasan cabang maksilaris
merupakan gejala bagian dari sindroma-sindroma tersebut diatas.1
Anestesia pada kawasan cabang mandibularis jarang terkait pada anestesia
cabang oftalmikus dan maksilaris, karena cabang mandibularis ini sudah
memisahkan diri dari kedua cabang yang lainnya saat meninggalkan ganglion
gasseri. Tumor nasofaring bisa menimbulkan anestesia diwilayah cabang
mandibularis ipsilateral saja. Tetapi tidak jarang bahwa tumor nasofaring
mengakibatkan anestesia pada seluruh wilayah nervus trigeminus secara
unilateral.1
Gangguan yang mengenai nervus trigeminus
Neuralgia trigeminalis
Neuralgia trigeminalis ditandai dengan nyeri hebat dan tajam (tertusuk-
tusuk) yang paroksismal pada distribusi satu atau lebih cabang nervus trigeminus.
5
Nyeri dapat ditimbulkan dengan menyentuh wajah pada salah satu atau beberapa
area sensitif (trigger zone). Jenis stimulus khas yang mencetuskan nyeri antara
lain mencuci muka, bercukur, dan menyikat gigi. Kondisi ini juga dikenal dengan
istilah Perancis kuno, tic douloureux (yang kurang tepat, karena setiap gerakan
kedutan pada wajah yang dapat timbul merupakan respon refleks terhadap nyeri,
bukan tic sebenarnya). Pemeriksaan neurologis tidak ada kelainan secara khusus,
tidak ada defisit sensorik pada wajah.3,4
Patofisiologi kondisi ini masih belum dipahami seluruhnya. Gardner
(1959) dan kemudian Janetta (1982) menjelaskan neuralgia trigeminus sebagai
akibat kompresi radiks trigeminalis oleh pembuluh darah, biasanya arteri superior
serebeli, yang melingkar mengelilingi bagian proksimal radiks yang tidak
bermielin segera setelah keluar dari pons. Hipotesis ini didukung oleh observasi
bahwa keadaan bebas nyeri dapat dicapai hingga pada 80% pasien dengan
tindakan pembedahan saraf yang dikenal dengan dekompresi mikrovaskular, yaitu
lengkung vaskular dibuka dan diseksi bebas dari saraf, dan spons kecil yang
terbuat dari bahan sintetis dimasukkan diantara kedua struktur ini untuk menjaga
agar kedua struktur terpisah.3
Nyeri dapat berkurang secara bermakna, atau bahkan hilang, pada 80-90%
kasus yang hanya diterapi dengan terapi medikamentosa, baik dengan
karbamazepin dengan gabapentin, yang akhir-akhir ini sering digunakan untuk
tujuan ini. Tindakan pembedahan saraf diindikasikan hanya jika tidak responsif
terhadap pengobatan. Pilihan terapi pembedahan saraf antara lain adalah
dekompresi mikrovaskular dan termokoagulasi perkutaneus selektif pada serabut
nosiseptif nervus trigeminus.3
Penyebab tersering neuralgia trigeminus simtomatik adalah sklerosis
multiple 2,4% dari seluruh pasien yang mengalami neuralgia trigeminalis, di
antara pasien tersebut 14% mengalami gangguan bilateral.3
Sindroma gradenigo
Sindroma gradinego terdiri dari nyeri di distribusi nervus oftalmikus
disertai kelumpuhan nervus abdusens ipisilateral.3 Diagnosis banding : gangguan
dengan nyeri wajah tanpa disertai oleh lesi trigeminal3
6
Neuralgia charlin
Neuralgia charlin terdiri dari nyeri di kantus interna okuli dan pangkal
hidung yang disertai dengan peningkatan lakrimasi. Gangguan ini dianggap akibat
iritasi ganglion siliare.3
Cluster headache
Cluster headache juga dikenal sebagai sindrom bing-horton atau
eritroprosopalgia. Gangguan ini ditandai dengan serangan nyeri singkat yang
terutama terjadi pada malam hari, termasuk pada saat tidur (berbeda dengan
neuralgia trigeminalis). Serangan ini disertai oleh eritema fasial, lakrimasi, sekresi
hidung yang cair, dan juga seringkali oleh sindrom horner. Faktor provokatif yang
khas antara lain ketinggian, konsumsi alkohol, dan konsumsi nitrogliserin (gliseril
trinitrat). Serangan terjadi secara berulang dalam suatu periode (cluster) yang
khasnya berlangsung selama seminggu atau lebih, dipisahkan oleh interval bebas
sakit kepala setidaknya selama dua minggu. Namun, hingga saat ini belum ada
konsensus mengenai patofisiologi kelainan ini. Terapinya berupa empirik, dengan
oksigen, triptan, dan obat-obat lain.3
III. PEMERIKSAAN NERVUS TRIGEMINUS
Pemeriksaan nervus trigeminus terdiri dari :5
1. Pemeriksaan cabang sensorik
Cabang sensorik nervus trigeminus diperiksa dengan meminta pasien
menutup matanya dan memberikan respons kalau ia merasakan sedang
disentuh. Sepotong kasa disentuhkan ke satu sisi dahi dan kemudian pada
posisi yang sama di sisi lainnya. Tes ini kemudian dilakukan di pipi, dan
kemudian di rahang, untuk memeriksa ketiga cabang saraf nervus
trigeminus. Pasien juga ditanya apakah satu sisi terasa sama atau berbeda
dengan sisi lainnya. Prosedur ini kemudian diulangi dengan memakai
peniti tajam, dengan berganti-ganti diantara kedua sisi.5
7
Gambar 5. Pemeriksaan cabang sensorik5
2. Pemeriksaan cabang motorik
Cabang motorik nervus trigeminus diperiksa dengan menyuruh pasien
mengatupkan giginya, sementara muskulus maseter dan temporalis
dipalpasi bilateral. Kelemahan unilateral akan menyebabkan rahang
menyimpang ke sisi lesi.5
Gambar 6. Pemeriksaan cabang motorik5
3. Pemeriksaan refleks kornea
Refleks kornea tergantung pada fungsi nervus kranialis V dan VII. Untuk
memeriksa refleks kornea, pemeriksa memakai kapas lidi dengan ujung
kapas telah ditarik menjadi benang tipis sepanjang kira-kira ½ inci.
Pemeriksa kemudian menstabilkan kepala pasien dengan meletakkan
tangannya di alis mata dan kepala pasien. Pasien diminta untuk melihat ke
sisi kanan ketika ujung kapas didekatkan dari sisi kiri untuk menyentuh
kornea kiri dengan perlahan-lahan. Respon normalnya adalah penutupan
kelopak mata bilateral secara refleks, yang terjadi segera. Pemeriksaan ini
8
diulangi pada sisi lainnya dengan mengganti arah. Respon pada kedua sisi
dibandingkan. Cabang sensorik untuk refleks kornea adalah cabang
oftalmikus dan cabang motoriknya dihantarkan melalui nervus fasialis.
Dalam memeriksa refleks kornea adalah penting untuk menyentuh kornea,
bukan bulu mata atau konjungtiva yang akan memberikan hasil yang tidak
tepat.5
Gambar 7. Pemeriksaan refleks kornea
9
Daftar Pustaka
1. Mardjono S. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2000; 150-160.
2. Faiz O, Muffat D. At a glance anatomi. Jakarta: EGC. 2004; 124-125.
3. Baehr, Frotscher. Duus Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy, Fisiology, Sign, Simptom. Edisi 4. New York: Mc-Graw Hill companies. 2005; 160-67.
4. Ropper, Brown. Adams and Victor’s Principles of Neurology. Edisi 8. New
York: Mc-Graw Hill companies. 2005.
5. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC. 1995; 364-365.
10