Neoplasma Ovarium Print Donie

Embed Size (px)

Citation preview

NEOPLASMA OVARIUMI. PENDAHULUANSel mempunyai dua tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Homeostasis antara proliferasi sel dan kematian sel yang terprogram (apoptosis) secara normal dipertahankan untuk menyediakan integritas jaringan dan organ.1Mutasi pada DNA sel menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma sehingga terdapat gangguan pada proses regulasi homeostasis sel. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma.1Jadi neoplasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Pada sel neoplasma terjadi perubahan sifat. Pertumbuhan tidak terkontrol yang seringnya terjadi dengan cepat itu dapat mengarah ke pertumbuhan jinak maupun ganas (kanker).1Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium berdasarkan histopatologinya bisa bersifat jinak atau ganas. Sembilan puluh persen tumor ovarium adalah jinak, walaupun hal ini bervariasi dengan umur. Kebanyakan tumor ovarium jinak bersifat kistik. Tumor ovarium jinak yang mempunyai komponen padat adalah fibromata, thecomata, dermoid, Brenner tumor. Tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok berdasarkan struktur anatomi dari mana tumor itu berasal yaitu tumor epitel ovarium, tumor germ sel, tumor sex cord stromal.1 Kanker ovarium ganas terdiri dari 90 95 % kanker epitel ovarium, dan selebihnya 5 10 % terdiri dari tumor germ sel dan tumor sex cord-stroma. 1II. EPIDEMIOLOGI2

Umumnya secara histologis hampir seluruh neoplasma ovarium berasal dari epithel, yaitu menempati sekitar 8590% dari seluruh neoplasma ovarium. Di Amerika Serikat dalam tahun 1998 dijumpai 25.400 kasus baru kanker ovarium dan lebih dari separuhnya mengalami kematian (sebanyak 14.500 orang). Juga dalam tahun yang sama dilaporkan bahwa kanker ovarium merupakan tumor ganas urutan kelima terbanyak di Amerika Serikat setelah karsinoma paru, usus besar, payudara, dan pankreas. 2

Berdasarkan laporan dari Badan Registrasi Kanker (BRK) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 yang diperoleh dari 13 laboratorium pusat patologik anatomik di seluruh indonesia menunjukkan bahwa frekuensi relatif kanker ovarium menempati urutan ke 4 diantara 10 tumor tersering menurut tumor primer yang terjadi pada pria dan wanita (4401 kasus) dan menempati urutan ke 6 tumor tersering menurut tumor primer yang terjadi pada wanita di jakarta (871 kasus)(BRK 2005). Selama rentan waktu lima tahun (2001-2005) terdapat 432 kasus kanker ginekologik di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo, dimana kanker ovarium menempati urutan ketiga sebanyak 23,45%.(Zuraidah E 2005). Sedangkan kejadian kanker ovarium di rumah sakit umum pusat nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta selama tahun 2002 sampai 2006 juga menunjukkan proporsi tertinggi diantara jenis kanker ginekologik, dan kematian yang diakibatkan oleh kanker ovarium juga menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu 34,1% dari 327 kasus kematian akibat kanker ginekologik yang terjadi tahun 2002 sampai 2006 (Surbakti E 2006).1Dari beberapa penelitian di Indonesia, seperti Kartodimejo di Yogyakarta tahun 1976 mendapatkan angka kejadian kanker ovarium sebesar 30,5% dari seluruh keganasan ginekologi, Gunawan di Surabaya tahun 1979 mendapatkan 7,4% dari tumor ginekologi, Danukusumo di Jakarta pada tahun 1990 mendapatkan kejadian kanker ovarium sebesar 13,8% dari seluruh keganasan ginekologi, dan Fadlan di Medan pada tahun 19811990 melaporkan sebesar 10,64% dari seluruh keganasan ginekologi. Angka kejadian kanker ovarium ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1Negara asal

Didapatkan angka kejadian karsinoma ovarium yang tinggi pada wanita di negara-negara industri dibandingkan dengan negara non-industri. Insiden karsinoma ovarium di beberapa negara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1 Angka Kejadian Karsinoma Ovarium Di Berbagai Negara1

Ras

Insiden kanker ovarium per 100.000 penduduk di kalangan kulit putih Amerika Serikat sebesar 14,2% sedangkan di kalangan populasi Afrika-Amerika hanya sebesar 9,3%.3 Juga Parker16 melaporkan insiden kanker ovarium di kalangan kulit putih Amerika sebesar 15,8%, di kalangan Indian-Amerika sebesar 17,5% dan di kalangan China-Amerika sebesar 9,3%. 1 Usia:

Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa insiden kanker ovarium pada populasi wanita berusia di atas 50 tahun sebesar 41,4 per 100.000 penduduk, sedangkan pada wanita yang lebih muda hanya 5,1 per 100.000 penduduk. Dari penelitian lain dilaporkan bahwa kanker ovarium dijumpai pada dekade delapan yaitu pada wanita usia 7579 tahun sebanyak 57 kasus per 100.000 wanita, sedangkan pada wanita yang berusia antara 4044 tahun hanya 16 kasus per 100.000 wanita. 1Dari penelitian Fadlan14 di Medan tahun 19811990 dilaporkan insiden KO terbanyak pada kelompok usia 4150 tahun, sedangkan Harahap di Jakarta tahun 1984 melaporkan insiden tertinggi KO terdapat pada kelompok usia 4070 tahun.

Tabel 2: Frekuensi Neoplasma Ovarium (berdasarkan klasifikasi WHO)1KelompokFrekuensi (%)

Epithelial stromal (common epithelial) tumors65

Germ cell tumors2025

Sex cordstromal tumors6

Lipid (lipoid) cell tumors8cm, kemungkinan besar lesi tersebut adalah neoplasma, kecuali jika pasien mengkonsumsi klomipen sitrat atau agen lain yang mempengaruhi ovulasi. Pasien dengan lesi yang diduga ganas (lebih dominan berbentuk solid, relative terfiksasi, atau sisi yang ireguler) harus dilakukan laparotomy, begitu pula pada pasien postmenopause dengan massa adneksa.Tanda malignansi pada pemeriksaan ultrasonografi yaitu massa pelvis adneksa dengan area yang kompleksitas, ekhogenik yang multiple dalam massa yang bersangkutan, dan densitas yang multiple pada septa ireguler. Tumor yang bilateral cenderung ganas. Ultrasonografi transvagina memberikan resolusi yang lebih baik dibandingkan ultrasonografi transabdominal untuk neoplasma adneksa. Gambaran gelombang Doppler berwarna dapat memperkuat spesifisitas ultrasonografi demi menemukan konsistensi pada malignansi.Foto thoraks radiologi penting dilakukan pemeriksaannya, karena tumor sel germina dapat bermetastasis ke paru-paru maupun mediastinum. CT scan atau MRI preoperative didokumentasikan untuk mengetahui limfadenopati retroperitoneal atau metastasis di hepar, akan tetapi, dikarenakan pasien ini membutuhkan pembedahan eksplorasi, pemeriksaan yang ekstensif dan membutuhkan banyak waktu tidak perlu dilakukan. Jika pasien postmenars memiliki lesi kista yang predominan berdiamater hingga 8 cm, pasien tersebut perlu diobservasi untuk diberikan kontrasepsi oral untuk dua siklus menstuasi.

3. Parasentesis

Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites, perlu diingat bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritoneal dengan kista dinding yang tertusuk.

4. Pembedahan

Laparoskopi

Untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari uterus, dari ovarium, atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor tersebut.

Pada neoplasma sel germinal, ukuran massa adneksa 2 cm atau lebih pada gadis premenars atau 8cm atau lebih pada pasien premenopause biasanya membutuhkan pembedahan eksplorasi. VIII. PENATALAKSANAAN2Neoplasma Ovarium Epitelial

Kemoterapi

Stadium Awal, resiko rendah

Guthrie dkk melakukan sebuah penelitian terhadap 656 pasien dengan stadium awal neoplasma ovarium epithelial. Tidak ada satu pun pasien dengan stadium Ia, yang tidak mendapat kemoterapi ataupun radioterapi meninggal karena penyakitnya itu.Oleh karena itu, terapi adjuvant tidak diperlukan. Angka ketahanan hidup dalam lima tahun pada pasien dengan stadium Ia 94% dan Ib 96%, terapi adjuvant tidak mempengaruhi angka ketahanan hidup pasien. Sehingga, tidak dibutuhkan kemoterapi adjuvant pada pasien dengan stadium ini.

Stadium awal, resiko tinggi

Pasien dengan neoplasma ini yang beresikoa tinggi, seperti diferensiasi yang lebih buruk atau terdapat sel yang mengalami keganasan yang ditemukan pada cairan ascites atau hasil bilasan peritoneum, terapi tambahan merupakan sebuah indikasi untuk diberikan. Sebagian besar pemeriksa merekomendasikan pemberian kemoterapi pada pasien ini.

Pemberian kemoterapi pada pasien dengan stadium awal beresiko tinggii ni dapat diberikan agen tunggal atau multiagen. Meskipun demikian, resiko terjadinya leukemia oleh agen alkilasi dan platinum membuat pemberian terapi adjuvant beresiko mskipun didapatkan keuntungan yang signifikan jika diberikan.

Dikarenakan cisplatin, carboplatin, cyclophosphamide, dan paclitaxel (Taxol) merupakan agen tunggal melawan neoplasma ovarium epithelial, obat ini diberikan dalam kombinasi yang beragam. Terdapat ebberapa macam seperti cisplatin atau cyclophosphamide (PC) atau keduanya digunakan untuk pengobatan pasien dengan stadium I.Rekomendasi pemberian terapi berdasarkan:

Pasien dengan stadium rendah, resiko tinggi stadium I neoplasma ovarium epithelial harus diberikan kemoterapi adjuvant. Jenisnya bergantung pada status dan kesehatan menyeluruh pasien tersebut.

Pengobatan dengan kemoterapi carboplatin dan paclitaxel selama tiga hingga enam siklus. Sedangkan agen tunggal pemberian jangka pendek diberikan carboplatin atau paclitaxel, sebaiknya diberikan pada wanita usia tua.

Stadium Lanjut Neoplasma Ovarium epithelial

Kemoterapi multiagen sistemik meruakan standar pengobatan untuk neoplasma ovarium epithelial metastase. Setelah pengenalan cisplatin diberikan pada akhir pertengahan tahun 1970an, kombinasi berbahan dasar platinum menjadi regimen pemberian yang paling sering digunakan.

Pada pengobatan penyakit dengan stadium yang lebih lanjut, pengggabungan paclitaxel kedalam regimen kemoterapi. Pada sebuah percobaan klinis retrospektif, direkomendasikan penggunaan paclitaxel.Kemoterapi neoadjuvant

Beberapa penulis berkeyakinan bahwa pasien dengan stadium III dan IV suboptimal, kemoterapi dapat diberikan sebagai pengganti pembedahan debulking. Dua atau tiga siklus kemoterapi yang diberikan sebelum pembedahan sitoreduktif akan sangat membantu pada pasien dengan asites yang massif. Kemoterapi yang direkomendasikan pada pasien neoplasma ovarium epithelial stadium lanjut:Kombinasi kemoterapi dengan cisplatin dan paclitaxel intraperitoneal atau carboplatin dan paclitaxel intravena merupakan pengobatan terpilih bagi pasien stadium lanjut. Kelebihan maupun kekurangan pemberian melalui intravena maupun intraperitoneal perlu disampaikan kepada pasien terlebih dahulu. Dosisdan jadwal yang direkomendasikan untuk pemberian kemoterapi intraperitoneal adalah paclitaxel 135 mg/m2 melalui intravena pada hari pertama, diikuti cisplatin 50-100 mg/m2 secara intraperitoneal pada hari ke dua, diikuti paclitaxel 60 mg/m2 secara intraperitonela pada hari ke delapan.,setiap tiga minggu untuk 6 siklus, sesuai yang ditoleransi. Untuk pemberian intravena, dosis dan jadwal yang direkomendasikan yaitu carboplatin (dosis awal AUC= 5-6) atau paclitaxel (175 mg/m2 ) setiap 3 minggu untuk 6-8 siklus. Bagi pasien yang tidak mampu menerima (intoleransi) kemoterapi kombinasi, diberikan terapi tunggal, diberikan secara intravena carboplatin (AUC= 5-6) atau paclitaxel 175 mg/m2. Bagi pasien yang memiliki hipersensitivitas terhadap paclitaxel atau carboplatin, desensitisai lainnya dapat dilakukan, atau obat aktif lainnya sebagai alternative (seperti docetaxel, liposomal doxorubicin, topotecan, etoposide). Etoposide dapat diberikan per oral. Tabel 9: Kombinasi Kemoterapi pada kanker Ovarium epithelial Stadium Lanjut: Regimen yang Direkomendasikan

Terapi Hormonal

Belum ada bukti bahwa cukup dengan terapi hormonal saja dapat dijadikan terapi yang sesuai pada neoplasma ovarium yang ganas. Penggunaan agen progestasional pada pengobatan berulang karsinoma endometrioid diferensiasi luas didukung data terbaru. Seluruh pasien pada penelitian tersebut . Percobaan dengan tamoxifen yang dikombinasikan dengan multiagen kemoterapi memberikan hasil yang memperbaiki penyakit tersebut.Imunoterapi

Terjadi hasil yang memuaskan dalam penggunaan imunoterapi terhadap kanker ovarium. Sitokin telah digunakan secara intensif dalam terapi lini kedua, dan aktivitas interferon-, interferon-, dan interleukin-2 telah didemonstrasikan. Pada percobaan terakhir dengan interferon- ditambah dengan kombinasi kemoterapi cisplatin yang dibandingkan dengan kemoterapi saja, pasien yang menerima interveron- memiliki masa bebas progresifitas penyakit yang lebih panjang.PembedahanPembedahan Sitoreduktif

Tujuan utama pembedahan sitoreduktif adalah untuk mengangkat kanker utama dan jika memungkinkan keseluruhan metastasisnya. Jika reseksi keseluruhan metastasisnya tidak memungkinkan, harapan dilakukannya untuk mengurangi bebab tumor dengan mengangkat tumor tersebut agar membuat pasien menjadi optimal.

Omentektomi

Kanker ovarium epithelial stadium lanjut biasanya menempati hingga omentum., yang dikenal sebagai bentuk omental cake. Pada kasus tersebut, penyakit bisa menempel erat pada peritoneum parietal abdomen anterior, sehingga menyebabkan sulit untukmembuat jalan masuk ke kavum abdomen. Sehingga perlu membebaskan jalan masuk tersebut dengan melakukan pemotongan pada beberapa tempat dan pengangkatan.

Gambar 8 : Pemisahan omentum dari gaster dan kolon tranversus

Tumor Sel GerminalPengobatan primer bagi pasien stadium awal disgerminoma adalah dengan pembedahan, termasuk mengangkat lesi primer dan penentuan stadium pembedahan yang tepat, atau diberian raioterapi pada pasien dengan metastasis. Karena penyakit ini kebanyakan mengenai gadis dan wanita muda,penanganan khusus harus diberikan demi menjaga kesuburan dan penggunaan kemoterapi sesuai dengan kebutuhan.

Radioterapi

Disgerminoma sangat sensitive terhadap radioterapi, dosisnya 2.500 hingga 3.500 cGY yang dapat bersifat kuratif, meskipun metastasis telah mengakar. Hilangnya kesuburan, merupakan masalh utama terapi dengan menggunakan radiasi, sehingga jarang digunakan sebagai terapi lini pertama.Kemoterapi

Banyak keberhasilan dari kemoterapi yang telah dilaporkan dalam mengontrol metastasis disgerminoma dengan ko=emoterapi sistemik, dan perlu disadari sebagai pilihan terapi demi menjaga kesuburan.

Pembedahan

Operasi minimal pdaa disgerminoma ovarium yaitu oophorectomy unilateral. Jika ada keinginan ingin mempertahankan kesuburan, ovarium kontralateral, tuba fallopi, dan uterus harus tetap dibiarkan, meskipun terdapat metastasis, karena tumor tersebut sensitif terhadap kemoterapi. Pada pasien yang sudah tidak ingin mempertahankan kesuburannya lagi, dapat dilakukan histerektomi abdominal total dan salpingo-oophorektomi bilateral, pada pasien stadium lanjut. Neoplasma Sex cord-stromaKemoterapiTidak ada bukti bahwa dengan kemoterapi adjuvant akan mencegah berulangnya tumor sel granulosa. Lesi metastasisnya dan rekurensi penyakit terobati dengan berbagai macam obat antineoplastic.

Radioterapi

Belum ada bukti yang mendukung radioterapi adjuvant pada tumor sel granulosa, meskipun radiasi mencegah rekurensi pada pelvis.

Pembedahan

Dikarenakan tumor sel granulosa yang bilateral hanya sekitar 2% dari keseluruhan pasien yang terjangkit penyakit ini, salpingo-oophorektomi unilateral merupakan terapi yang sesuai untuk terapi tumor stadium Ia pada anak-anak atau wanita masa reproduktif.

Penanganan kanker ovarium berdasarkan tingkatan penyakitnya, tipe sel berdasarkan histologist, dan usia pasien serta kondisi lainnya. Tipe sel secara histology dan luasnya penyakit ini berdasarkan biopsy yang dilakukan oleh ginekolog onkologis saat pembedahan yang ditentukan oleh ahli patologi yang menganalisa dengan mikroskop.Tabel 11: Stadium pada Neoplasma OvariumStadiumKeterangan

ITumor terbatas pada ovarium

IA Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.

IB Tumor terbatas pada dua ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.

IC Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan salah satu faktor yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.

IITumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis

IIA Tumor meluas ke uterus dan/atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.

IIB Tumor meluas ke jaringan/organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.

IIC Perluasan di pelvis (IIA atu IIB) dengan sel tumor di cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.

IIITumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor pada rongga peritoneum di luar pelvis dengan/atau metastasis kelenjar getah bening regional.

IIIA Metastasis mikroskopik di luar pelvis.

IIIB Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi 2 cm.

IIIC Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi > 2 cm dan/atau metastasis ke kelenjar getah bening.

IVMetastasis jauh (di luar rongga peritoneum).

IX. PROGNOSIS2Prognosis pasien neoplasma ovarium epithelial bergantung pada beberapa variable klinis. Analisis ketahanan hidup merupakan variable prognosis yang paling sering digunakan. Termasuk stadium pasien, pasien yang usianya lebih muda dibandingkan dengan usia 50 tahun memiliki angka ketahanan hidup selama 5 tahun sekitar 40%, dibandingkan pasien dengan usia lebih dari 50 tahun sekitar 15%.

Pada pasien dengan stadium dini seperti stadium Ia (seperti pada disgerminoma unilateral berkapsul, neoplasma sel germinal), dengan hanya oophorektomi unilateral memiliki hasil angka ketahanan hidup selama 5 tahun lebih besar dari 95%. Pada masa lalu, pasien stadium lanjut dengan pembedahan yang diikuti dengan iradiasi menghasilkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun 63% hingga 83%. Dengan penggunaan kombinasi kemoterapi VBP, BEP, atau EC, hasl yang dilaporkan 85% hingga 90% pada pasien kelompok yang sama.

Tumor sel granulosa (neoplasma sex-cord) memiliki riwayat pemanjangan yang alami dan khas pada relaps yang lambat, yang memberi gambaran secara biologi tingkat rendah. Sebagai contoh, rata-rata angka ketahanan hidup selama 10 tahun dilaporkan 90%, dengan angka ketahanan hidup rata-rata hingga 20 tahun menurun sekitar 75%.Sebagian besar tipe histologi memiliki prognosis yang sama, namun pasien dengan diferensiasi difus yang buruk atau jenis sarkomatoid cenderung lebih buruk.

DAFTAR PUSTAKA1. Sahil MF. Penatalaksanaan Kanker Ovarium Pada Wanita Usia Muda Dengan Mempertahankan Fungsi Reproduksi. [Online] 19 Juli 2007. Available from http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007_m_fauzie_sahil.pdf. Accessed December 21, 2012.2. Berek JS. Berek & Novak's Gynecology. 14th Edition. Massachusetts: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.3. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, Wallach EE. The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics. 3rd Edition. Massachusetts: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

4. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman KD, Cunningham FG. Williams Gynecology. New York: McGraw-Hill; 2008.5. Jasonni VM, Amadori A, Gentile G, Alesi L. Potential Role of Growth Factors in Ovarian Cancer. [Serial Online] Front Biosci.1996 Dec 1;1 [internet]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/915926. Accessed February 5, 2013.Gambar 1: Insidensi Kanker Ovarium berdasarkan usia. (Sumber Nagy K. The Side Effects Of Managed Care On The Drug Industry. J Nati Cancer Inst 1995;87:1280, dengan izin)2

Grafik 3: AS Whitemore: Karakteristik personal yang berhubungan dengan resiko invasiv neoplasma Ovarium Epitelial pada wanita di Amerika Serikat. 15, Januari 71:558:565, (1993)5

Gambar 4 Organ reproduksi wanita potongan melintang4

Gambar 6: Skema patofisiologi terjadinya neoplasma ovarium4

Tabel 10: Kombinasi kemoterapi pada Tumor Sel Germinal pada Ovarium, tampak regimen dan obat serta dosis beserta jadwal pemberiannya (secara intravena)

Gambar 9: Angka ketahanan hidup pasien dengan kanker ovarium epitelial2

4