74
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani dan kegiatan fisik yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian pelaku, selain itu olahraga adalah usaha mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmani dan rohani. Mengingat begitu sangat pentingnya kegiatan olahraga, maka pemerintah memasukkan kegiatan olahraga di sekolah mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi serta digariskan ke dalam ketetapan pemerintah. Struktur tubuh merupakan aspek fisik yang menentukan dalam pembinaan kemampuan olahraga. Hampir semua cabang olahraga yang menjadi faktor dan menentukan prestasi terletak dari struktur tubuh seorang atlet, akan tetapi stuktur tubuh seseorang biasanya dihubungkan dengan kemampuan fisik lainnya sebagaimana dikemukakan

digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/11/universitas negeri... · Web viewOrang yang mempunyai fisik yang tinggi dan besar rata-rata akan mempunyai kemampuan fisik seperti

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani dan kegiatan fisik yang

berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian pelaku, selain itu olahraga

adalah usaha mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina

kekuatan jasmani dan rohani. Mengingat begitu sangat pentingnya kegiatan

olahraga, maka pemerintah memasukkan kegiatan olahraga di sekolah mulai

taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi serta digariskan ke dalam

ketetapan pemerintah.

Struktur tubuh merupakan aspek fisik yang menentukan dalam

pembinaan kemampuan olahraga. Hampir semua cabang olahraga yang

menjadi faktor dan menentukan prestasi terletak dari struktur tubuh seorang

atlet, akan tetapi stuktur tubuh seseorang biasanya dihubungkan dengan

kemampuan fisik lainnya sebagaimana dikemukakan oleh para ahli di bawah

ini: M. Anwar Pasau (1988:81) sebagai berikut:

Orang yang mempunyai fisik yang tinggi dan besar rata-rata akan mempunyai kemampuan fisik seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan jantung dan paru-paru, daya tahan otot dan lain-lain, lebih baik dari orang yang bertubuh pendek.

1

2

Mohammad Sajoto (1998:3) “ Postur tubuh yang tinggi lebih baik

geraknya bila dibandingkan dengan postur tubuh yang pendek, hal ini

mempengaruhi aktivitas gerakan tubuh dalam melakukan gerakan olahraga”

Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, maka dapatlah

dikatakan bahwa struktur tubuh merupakan aspek fisik yang menentukan

prestasi dalam cabang olahraga.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan

pengaruh yang sangat besar terhadap pola kehidupan manusia, begitu pula

ilmu keolahragaan secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dan

diabaikan. Terlebih lagi didalam upaya-upaya untuk meningkatkan prestasi

olahraga khususnya dalam nomor atletik dimana setiap manusia dan individu

yang telah mempunyai kemampuan dilihat dari segi postur untuk dapat

dikembangkan. Perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang

olahraga dapat dibuktikan dengan adanya pemecahan rekor dari berbagai

cabang olahraga, apakah itu nomor lari, lompat, dan lempar baik di tingkat

daerah maupun di tingkat nasional dan internasional. Jika di bandingkan

prestasi Negara kita dengan Negara lain di cabang olahraga atletik maka

Negara kita jauh ketinggalan. Dengan melihat prestasi atlet-atlet kita yang

jauh ketinggalan dari atlet Negara lain khususnya pada cabang olahraga

atletik, maka hal tersebut dianggap sebagai suatu tantangan bagi pembina

olahraga di Indonesia.

3

Untuk itulah, maka semua cara mengajar dan melatih atau membina

cabang olahraga haruslah diselidiki sebaik mungkin terutama struktur tubuh

seseorang yang nantinya diharapkan berprestasi dan dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah, bukan secara terkaan atau perkiraan. Dalam dunia

olahraga khususnya atletik jarang sekali lagi terdengar atlet sulsel berprestasi

di cabang olahraga atletik sehingga semua hal tersebut merupakan masalah

bagi kita semua yang harus dipecahkan bersama dengan melalui suatu

penelitian yang lebih seksama dan mendetail. Dengan demikian kegunaan

olahraga semakin penting dalam kehidupan sehari-hari, baik olahraga itu di

lihat dari segi pendidikan, segi kejiwaan, fisiologis, dan hubungan sosial.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka yang paling

mendasar untuk di kembangkan adalah peningkatan kesehatan jasmani

khususnya stuktur tubuh untuk mencapai prestasi di cabang olahraga atletik

yang maksimal sesuai dengan program yang telah direncanakan. Oleh sebab

itu penulis sebagai calon pendidik, pembina khususnya sebagai calon guru

olahraga selalu dituntut untuk mencari faktor-faktor atau pendukung yang

dapat meningkatkan prestasi dalam cabang olahraga khususnya atletik.

Berdasarkan uraian diatas, maka didalam suasana kegiatan olahraga

yang semakin maju seharusnyalah setiap pembina olahraga ikut serta

memikirkan, mengupayakan dan melaksanakan segala daya upaya untuk

keberhasilan olahraga di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan.

4

Di dalam tulisan ini penulis ingin mengemukakan suatu pemikiran

dan suatu upaya penelitian tentang perbandingan struktur tubuh dan

kemampuan atletik antara siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone

dengan siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa, yang akan

dijadikan masalah dalam penulisan ini dan merupakan taraf permulaan untuk

mengebangkan dan memajukan olahraga khususnya atletik. Namun di

dalam olahraga diketahui bahwa yang paling menunjang prestasi adalah

faktor fisik dan sturktur tubuh. Sehingga keberhasilan seorang atlet untuk

mencapai prestasi di cabang olahraga atletik kemampuan fisik, struktur tubuh

yang didukung oleh pembinaan bagi atlet melalui latihan secara kontinyu dan

terorganisir dengan baik.

Setelah membicarakan unsur-unsur yang berpengaruh dalam cabang

olahraga atletik secara umum, maka selanjutnya dibicarakan dua bagian

yang akan menjadi fokus penelitian yakni struktur tubuh dan kemampuan

atletik yang akan dijadikan permasalahan dalam penulisan ini.

Struktur tubuh atau antropometrik adalah suatu teknik untuk

mengetahui ukuran bagian-bagian tubuh. Hasil pengukuran dari

antropometrik ini dapat memberikan gambaran atau perkiraan tentang

bentuk, besar, dan komposisi tubuh, baik dalam keadaan normal maupun

tidak, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Barry L. Johnson dkk

(1986: 181) yang menyatakan bahwa jenis tipe struktur tubuh:

5

a) Endomorphy is characterized by roundness of body parts with concentration in the center. This is the pear-shaped individual with a large abdomen, round head, short neck, narrow shoulders, fatty breats, short arms, wide hips, heavy buttocks, and short, heavy legs.

b) Measomorphy is evidenced by rugged musculature nad large bones. The mesomorph has prominent facial bones, a rather long but muscular arms and fore arms, broad cheast, hesvilly musled abdomen, low waist, narrow hips, muscular buttocks, and power ful legs.

c) Ectomorphy is characterized by small facial bones,along skinny neck, narrow chest, round sholders with winged scapulae,long slander arms, flat abdomen, in conspicuous buttocks, andlong, thin legs.

Pendapat tersebut di atas dapat diartikan secara bebas yang

menyatakan sebagai berikut:

a) Endomorphy: tubuh berbentuk bulat dan lunak, perut besar, leher besar

dan pendek, rongga dada lebar dan tebal. Lengan pendek, pantat

besar, gelar-gelar otot tidak terlihat.

b) Mesomorphy: tubuh berbentuk persegi, otot keras dan kuat. Tulang-

tulang besar tertutup otot yang tebal. Rongga dada lebih besar dari

perut, pundak lebar.

c) Ectomorphy: tubuh langsing, lemah dan bentuk tubuh kecil. Tulang-

tulang kecil, otot tipis, kepala besar, muka kecil pucat, leher ramping,

tulang selangkah menonjol. Panjang lengan, panjang tungkai, tidak

berotot, perut datar, pantat tepos dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas struktur tubuh yang dimaksud dalam

penelitian ini meliputi keadaan tubuh seseorang seperti tinggi badan, berat

6

badan, lingkar dada, panjang lengan dan panjang tungkai yang merupakan

bagian yang akan penulis ukur sekaligus membandingkannya dengan

melibatkan kemampuan atletik seseorang. Adapun masalah yang timbul

terhadap struktur tubuh siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone

menurut pengamatan peneliti bahwa siswa sekolah tersebut melakukan

aktivitas fisik yang rutin yakni berjalan kaki kesekolah dan membantu orang

tua ataupun keluarga bekerja di sawah ataupun di kebun (pekerja kasar)

setelah pulang dari sekolah sehingga menurut peneliti kemungkinan besar

kemampuan atletiknya juga akan baik. Sedangkan masalah pada siswa SMA

YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa aktivitas fisik yang dilakukan siswa

kurang karena kebanyakan dari mereka berangkat dan pulang sekolah

dengan mempergunakan sepeda motor ataupun dijemput oleh orang tua atau

keluarganya dan jarang sekali membantu orang tua di sawah ataupun di

kebun sehingga kemungkinan besar kemampuan atletik dari mereka kurang

baik. Berdasarkan kedua hal tersebut terjadi pertentangan aktivitas fisik yang

biasa dilakukan antara ke dua siswa dari sekolah yang berbeda sehingga

patut diduga ada perbedaan baik struktur tubuh maupun kemampuan atletik.

Namun untuk membuktikannya haruslah melalui suatu penelitian yang

sifatnya ilmiah bukan dengan suatu terkaan atau perkiraan.

Sehingga latar belakang yang dapat disimpulkan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah membandingkan struktur tubuh dan kemampuan atletik

7

antara siswa sekolah yang satu dengan siswa sekolah lainnya yang mana

kalau dilihat dari segi jenis kelamin dan umur relatif sama namun aktifitas fisik

keseharian dan keadaan daerah yang berbeda. Hal inilah yang melatar

belakangi penulis untuk melakukan suatu penelitian dengan “ Judul

Perbandingan Struktur Tubuh dan Kemampuan Atletik antara Siswa SMA

Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dengan Siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan pada latar belakang, maka masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan struktur tubuh antara siswa SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa.

2. Apakah ada perbedaan kemampuan atletik antara siswa SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

8

1. Ada tidaknya perbedaan struktur tubuh antara siswa SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa.

2. Ada tidaknya perbedaan kemampuan atletik antara siswa SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil akhir dari penelitaian ini diharapkan dapat memberikan

informasi berupa manfaat tentang hubungan variabel penelitian, selain itu

penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi kepada siswa, guru olahraga serta orang

tua siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dan siswa SMA

YAPIP Sunguminasa Kabupaten Gowa, tentang struktur tubuh dan

kemampuan atletik.

2. Sebagai sumbangan yang berarti bagi perkembangan olahraga

terutama dalam upaya meningkatkan IPTEK olahraga khususnya

struktur tubuh dan kemampuan atletik.

3. Bagi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Nasional, dapat

melengkapi sarana dan prasarana penunjang dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani dan keseharan di sekolah – sekolah

9

untuk meningkatkan aktivitas fisik siswa yang ada hubungannya dengan

perbaikan struktur tubuh dan kemampuan atletik siswa.

4. Penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan guna penelitian

selanjutnya pada permasalahn dan variabel yang lebih luas.

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS

Dalam bab ini akan dikembangkan tinjauan pustaka, kerangka

berpikir dan hipotesis penelitian. Dalam suatu penelitian ini, sebagai konsep

utama adalah tinjauan pustaka, kerangka berpikir adalah kemampuan

menyusun atau bernalar berdasarkan teori yang ada. Sedangkan rumusan

hipotesis adalah merumuskan dengan atau jawaban sementara berdasarkan

tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya.

A. Kajian Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kerangka acuan teori pada landasan

permasalahan yang akan diteliti. Dengan demikian bagian ini membahas

tentang konsep yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti.

1. Arti Struktur Tubuh

Struktur tubuh tiap individu berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Struktur tubuh yang dimiliki oleh seseorang mempengaruhi setiap aktifitas

atau pekerjaannya termasuk dalam hal ini melakukan aktifitas olahraga.

Orang yang mempunyai struktur tubuh yang baik, akan dapat melakukan

olahraga dengan baik pula sebaliknya orang yang memiliki struktur tubuh

yang kurang baik, maka akan sulit melakukan olahraga dengan baik pula.

10

11

Struktur tubuh yang dimiliki oleh seseorang biasanya dihubungkan

dengan kemampuan atau kekuatan fisik yang dimilikinya. Dengan demikian

struktur tubuh merupakan salah satu faktor penentu dalam keterampilan atau

kemampuan gerak seseorang. Makin baik struktur tubuh seseorang tiap

individu makin baik pula tingkat kemampuan geraknya. Sejauh yang di kenal

dan di catat dalam sejarah alat ukur yang digunakan untuk mengukur struktur

tubuh merupakan bentuk teks yang pertama digunakan dalam perumbuhan

fisik, yakni pengukuran antropometrik.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Harvison Clarke (1971:97)

sebagai berikut: “Antropometri is the oldest type of the recoded history. The

concept of the ideal proportion Veried over periods of the time”.

Diterjemahkan secara bebas yaitu: Antropometrik adalah model atau type

tertua (paling awal) dalam rekaman sejarah. Konsep tentang proporsi ideal

bervariasi pada tiap masa”. Namun pada preriode 1650-1750 penerapan

pengukuran antropometrik sudah mulai dilaksanakan sebagai alat

pengukuran dalam penelitian ilmu pengetahuan biologis manusia dengan

batas sempit sebagaimana mengsistematiskan tubuh manusia maka

antropometrik terjadi suatu materi untuk suatu studi yang serius karena

mengahasilkan beberapa penelitian yang mendetail untuk dapat dijadikan

dasar atau landasan dalam penelitian. Aspek pertumbuhan pada manusia

cenderung tergantung pada perubahan struktur tubuh, umumnya termasuk

12

aspek-aspek kedewasaannya. Sebagai contoh, kekuasaan dan daya tahan

otot berkorelasi tinggi tetapi kedua potensi tubuh berbeda-beda secara

drastis. Sebagaimana Harrison Clarke (1957) yang diterjemahkan oleh Andi

Rizal (1989:17) mengemukakan bahwa: “korelasi antara kekuatan dan daya

tahan adalah 0,90 jika semua individu (absolute) dianggap konstan. Ada

korelasi sebesar 0,40 bila mana beban itu merupakan proporsi kekuatan baru

setiap otot individu.”

Selanjutnya Y. Matsuura dalam M. Anwar Pasau (1986:7)

mengemukakan bahwa pertumbuhan fisik dalam hal ini struktur tubuh dapat

digolongkan dalam tiga yaitu:

a. Ukuran panjang tubuh (Length wise Growth) meliputi: tinggi badan, tinggi dudukan, panmjang tungkai, panjang lengan, panjang kaki, jari-jari dan leher.

b. Ukuran besar tubuh (Broadth Wise Growth) meliputi: lingkar kepala, lingkar dada, lingkar paha, lingkar lengan, lingkar leher, lingkar perut, lingkar panggul dan besarnya jari-jari.

c. Berat badan (Amounth growth)”

Klasifikasi diatas khususnya berlaku untuk menilai perkembangan

fisik dari segi perkembangan yang dapat dinilai dengan hal-hal seperti

berikut: Growth development potensi tubuh dan fungsi organ-organ tubuh.

Hal ini akan berhubungan dengan kemampuan fisik yang meliputi kekutan

(strength), kecepatan (speed), daya ledak (power), daya tahan (endurance),

kelincahan (agility), keseimbangan (balance), kelentukan (flexibility) keahlian

(skill), ketepatan (accurancy).

13

M. Anwar Pasau (1986:79) memperkuat kembali pendapat tersebut

dengan menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan dapat dinilai

dari tiga aspek penelitian yaitu:

a. Pertumbuhan fisik dinilai dari ukuran panjang dan tinggi, misalnya: tinggi badan, tinggi duduk, panjang lengan, panjang tungkai, panjang jari-jari dan lain-lain.

b. Pertumbuhan fisik dalam ukuran besar seperti: lingkar dada, lingkar paha, lingkar lengan, lingkar pinggang, dan lain-lain.

c. Dalam perkembangan fisik meliputi potensi dan fungsi organ-organ tubuh seperti: kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, daya tahan, dan lain-lain.

2. Arti Kemampuan Atletik

Kemampuan atletik yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi

kecepatan lari 100 meter, lompat jauh, dan tolak peluru yang dianggap dapat

mewakili kemampuan atletik seseorang.

Kecepatan yang biasa juga disebut dengan speed ialah suatu

kemampuan reaksi yang ditandai dengan pertukaran antara kontraksi dan

relaksasinya otot dalam waktu singkat. Kecepatan bukan hanya berarti

menggerakkan suluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula terbatas

menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya.

Menurut Oxendine (1968) yang dikutip oleh Harsono bahwa yang

dimaksud dengan kecepatan adalah:

“Kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara

berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan

14

untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”.

(harsono, 1988,hal.216)

a. Pengertian Kecepatan Lari

Pemahaman tentang kecepatan lari membicarakan bagaimana

kecepatan bergerak kedepan dengan secepat-cepatnya sampai memasuki

finish atau waktu yang ditentukan. Tes kecepatan yang ada, biasanya hanya

mengukur kecepatan berlari lurus kedepan dan lari hilir mudik dengan jarak

tempuh biasanya antara 10 sampai 60 yard atau jarak yang hanya di tempuh

dengan waktu tempuh antara 4 sampai 8 detik.

Sebagaimana pendapat dari beberapa peneliti seperti:

1. Dish (1973), Fleishmen (1964), Jackson (1971) yang dikutip oleh

Mochamad Sajoto bahwa:

“Lari cepat atau sprint 20 yard cukup reliable untuk mengukur

kemampuan fisik “(Mochamad Sajoto, 1988, hal.75)

2. Jackson dan Baumgartner (1969) berpendapat yang dikutip oleh

Mochamad Sajoto bahwa:

“Sprint pada jarak 40 dan 50 yard lebih reable untuk mengetes

kecepatan”. (Mochamad Sajoto, 1988, hal.75)

Dari berbagai pendapat di atas, Nampak mempunyai persamaan

yaitu mengambil standar jarak tempuh antara 10 sampai 60 yard untuk

15

mengetes kecepatan gerak kaki. Jedi kecepatan lari adalah waktu yang

digunakan untuk menumpuh jarak tertentu dengan lari kedepan secepat-

cepatnya pada lintasan masing-masing yang telah disediakan. Di dalam lari

100 meter untuk start dan mengubah kecepatan itu memerlukan lebih banyak

energi dari pada mempertahankan suatu kecepatan tertentu. Oleh karena itu

lari efisien adalah menjaga keseimbangan badan agar kecepatan lari

maksimal dapat dipertahankan sampai mencapai garis finish dalam waktu

yang singkat.

b. Pengertian Lompat Jauh

Lompat jauh adalah suatu urutan dari gerakan yang tidak terputus-

putus yang merupakan satu kesatuan gerakan, yaitu awalan lari, tolakan atau

bertumpu, melayang di udara dan mendarat dimana awalan yang dilakukan

mempengaruhi hasil jauhnya suatu lompatan. Demikian juga halnya dengan

tolakan, melayang di udara dan mendarat. Dengan demikian dapat dipahami

bahwa prestasi dalam lompat jauh banyak hal yang saling mempengaruhi

antara satu gerakan dengan gerakan lainnya seperti di bawah ini:

a. Awalan lari

b. Tolakan atau tumpuan (take of)

c. Saat melayang di udara

d. Saat mendarat.

16

a. Awalan Lari

Pelompat itu sebenarnya lari dengan kecepatan dan bertolak, bahwa

lompatan itu akan berhasil apabila larinya cepat yang kemudian diikuti oleh

tolakan yang tepat dan kuat pada balok tolakan. Maka dari itu, bagi pelompat

yang ingin mencapai hasil yang baik dalam lompatannya, dituntut suatu

awalan yang cepat dengan langkah-langkah yang konstan, supaya dapat

bertolak pada balok tolakan dengan tepat, sehingga peralihan lari awalan

yang tepat kepada tolakan yang kuat itu tidak merupakan suatu kesukaran

atau hambatan. Ini adalah sangat sukar bagi pelompat yang belum terlatih

dengan baik, dimana sangat diminta ketekunan dan kesabaran dalam latihan

bagi para calon pelompat jauh yang baik.

b. Tolakan atau tumpuan

Tolakan adalah peralihan yang sangat cepat antara lari awalan dan

melayang, dmana tolakan itu tidak dapat dipisahkan dari awalan dan

melayang. Pada saat yang cepat ini, berpindahan keadaan dari lari ke

melayang. Supaya dapat melayang lebih jauh, selain karena kecepatan

awalan, dibutuhkan tambahan kekuatan dari tolakan yang dengan daya

lompat dari tungkai dan kaki, juga dengan ayunan dari lengan dan tungkai

ayunan.

17

c. Saat melayang

Setelah pelompat menolak pada balok tolakan maka melayanglah

pelompat itu. Saat melayang ini dapat dibedakan gaya dari pelompat yang

satu dengan yang lain, dengan membedakan sikap dan gerakan yang

dilakukan pelompat tersebut pada waktu melayang, misalnya sikap jongkok,

schenepper (menggantung) dan sikap jalan di udara.

Gerakan saat melayang ini terutama untuk mendapatkan

keseimbangan dalam melayang lebih tinggi dengan mengangkat

punggungnya kemuka atas, untuk mendapatkan tambahan jarak lompat.

Selain dari pada itu, pelompat yang mempunyai tinggi badan lebih

mempunyai keuntungan karena letak titik berat badan yang lebih tinggi itu,

memberikan kesempatan untuk melayang lebiih tinggi dari pada pelompat

yang tidak begitu tinggi letak titik berat badannya. Dengan demikian maka

beruntunglah pelompat-pelompat yang mempunyai tinggi badan untuk

dikembangkan demi mencapai suatu prestasi dalam cabang olahraga

khususnya lompat jauh.

d. Saat mendarat

Saat mendarat pelompat jauh berusaha mengayunkan tungkainya

sejauh-jauhnya kedepan, supaya dapat mendarat lebih jauh di bak lompat

dengan usaha jangan sampai jatuh ke belakang.

18

Hanya pelompat yang kuat otot-otot perutnya dan panjang

tungkainyalah yang akan lebih berhasil dalam mendarat sebagai akhir dari

suatu lompat.

c. Pengertian Tolak Peluru

Tujuan utama dalam nomor tolakan adalah menolak dengan jarak

sejauh-jaunya. Untuk menunjang pencapaian tolakan sejauh-jauhnya harus

diperhatikan dan diaplikasikan hukum-hukum fisika (biomekanika dan

mekanika) yaitu sudut 45 derajat atau dengan kata lain arah tolakan

berbentuk parabola. Dalam nomor tolakan dilakukan dalam keadaan posisi

tubuh diam atau menggunakan awalan gerak (tanpa awalan atau dengan

awalan).

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori-teori yang dikembangkan maka konsep kerangka

pikir sebagai dasar pemikiran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini,

sebagai berikut:

1. Jika struktur tubuh baik (ideal atau normal) maka kemampuan atletik siswa

juga akan baik.

2. Jika struktur tubuh tidak baik (tidak ideal atau tidak normal) maka

kemampuan atletik siswa juga akan kurang baik.

C. Hipotesis

19

Berdasarkan pada teori-teori dan kerangka pikir di atas, maka

hipotesis penelitian ini dikemukakan, sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang signifikan struktur tubuh antara siswa SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP Sungguminasa

Kabupaten Gowa.

2. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan atletik antara siswa SMA

Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa.

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1992:54) mengatakan bahwa: “variabel

merupakan objek atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (1985:48), bahwa: “variabel secara

sederhana dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejolak dan peristiwa yang

dapat diukur secara kuantitatif”.

Adapun variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini terdiri

atas:

1. Struktur Tubuh yang meliputi:

a. Tinggi Badan

b. Lingkar Dada

c. Berat Badan

d. Panjang Lengan

e. Panjang Tungkai

2. Kemampuan Atletik yang meliputi:

a. Lari sprint 100 meter

b. Lompat jauh

c. Tolak peluru

20

21

2. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian atau gambaran

yang digunakan peneliti guna mencapai tujuan penelitian yang telah

dirumuskan. Berdasarkan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui

perbandingan struktur tubuh dan kemampuan atletik antara siswa SMA

Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dan siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa, maka digunakan model pendekatan

pengumpulan data (one Spot).

Untuk mencapai tujuan penelitian yang dirumuskan dan dapat di

pertanggungjawabkan kebenarannya, maka dilaksanakan pengumpulan data

di lapangan, melakukan tes komponen struktur tubuh dan kemampuan atletik.

Untuk lebih jelasnya desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Ket: X1 =Struktur Tubuh SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone

X2 =Struktur Tubuh SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa

Y1 =Kemampuan Atletik SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone

Y2 =Kemampuan Atletik SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa

X1 ≠ X2

Y1 ≠ Y2

22

B. Definisi Operasional Variabel

Agar lebih terarah pelaksanaan latihan maupun pengumpulan data

penelitian maka perlu diberi bantuan atau defenisi operasional tiap variable

yang terlibat.

1. Struktur Tubuh adalah unsur-unsur bagian tubuh yang tersusun terdiri

dari tinggi badan, berat badan, lingkar dada, panjang lengan, dan panjang

tungkai. Struktur tubuh ini menurut M. Anwar Pasau adalah dapat dinilai

dari tiga aspek penelitian, Yaitu:

a. Length Wise Growth: Pertumbuhan dinilai dari ukuran panjangtubuh dan

bagian-bagian tubuh seperti; tinggi badan, panjang tungkai, panjang

lengan

b. Broad Wise Growth: Pertumbuhan dinilai dari ukuran besar lengan,

paha, dan lingkar lengan

c. Amouth Growth: Berat badan.

2. Kemampuan Atletik

Kemampuan atletik adalah kemampuan berlari, melompat, dan

menolak sesuai dengan kecabangan masing-masing.

Atletik merupakan induk dari segala cabang olahraga karena segala

cabang olahraga pada dasarnya menggunakan gerak dasar yang terdapat di

dalam cabang olahraga atletik contohnya pada permainan sepakbola, bola

volley, bola basket, dan lain-lain. Kesemua cabang olahraga tersebut bila

23

dimainkan menggunakan gerak dasar atletik. Sesuai dengan apa yang di

kemukakan oleh Yoyo Bahagia dkk (2000: 2) sebagai berikut:

Gerak-gerak dasar yang terkandung di dalam atletik sudah dilakukan sejak adanya peradaban manusia di permukaan bumi ini. Bahkan gerak itu secara tidak disadari sudah dilakukan sejak manusia dilahirkan yang secara bertahap berkembang sejalan dengan tingkat perkembangan dan kematangan biologis, mulai dari gerak yang sangat sederhana sampai kepada tingkat gerak yang kompleks.

Berdasarkan pendapat tersebut dapatlah dikatakan bahwa atletik

merupakan olahraga tertua dibandingkan dengan cabang olahraga lainnya

karena atletik terdiri dari jalan, lari, lompat, dan lempar yang menyerupai

gerak dasar manusia yang setiap saat dilakukan. Dengan demikian dapatlah

dikatakan bahwa kemampan atletik adalah kemampuan dasar seseorang

dalam melakukan aktivitas yang tercakup di dalam cabang olahraga atletik

yakni kemampuan jalan, lari, lompat dan lempar sesuai dengan aturan

masing-masing cabang dan jarak tertentu.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Setiap penelitian tentunya selalu menggunakan objek untuk diteliti

atau di istilakan dengan populasi. Populasi adalah keseluruhan dari individu

yang di jadikan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini yakni

menyangkut sebagian karakteristik yang dimiliki siswa SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone dan siswa SMA YAPIP Sungguminasa

24

Kabupaten Gowa seperti struktur tubuh dan kemampuan atletik. Alasan

memilih siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dan SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa sebagai populasi dalam penelitian ini

didasarkan dari beberapa pertimbangan:

a. Mengingat aktifitas keseharian siswa SMA Negeri 3 Watampone

Kabupaten Bone sebagian besar berangkat kesekolah dengan berjalan

kaki sedangkan siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa di

atas rata-rata menggunakan sepeda motor.

b. Mengingat siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone setelah

pulang sekolah sebagian besar berangkat ke sawah membantu orang

tua mereka karena rata-rata orang tua siswa adalah petani sedangkan

siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa sebagian besar

dari mereka orang tuanya adalah pegawai jadi setelah pulang sekolah

mereka beristirahat sehingga aktivitas kesehariannya berbeda dengan

siswa yang ada di Kabupaten Bone.

c. Mengingat siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone

mempunyai sarana dan prasarana olahraga yang memadai. Sedangkan

siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa sarana

olahraganya kurang memadai.

25

Suatu penelitian harus memiliki karakteristik yang sama atau hampir

sama. Olehnya itu yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah SMA

Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone yang terdiri terdiri dari 6 kelas dengan

jumlah siswa sebanyak 235 siswa yakni siswa putri 165 orang, siswa putra 70

orang. Sedangkan siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa Yang

terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 325 siswa yakni siswa putri

222 orang, siswa putera 103 orang.

2. Sampel

Penelitian ilmiah tidak selamanya mutlak harus meneliti jumlah

keseluruhan objek yang ada (populasi), melainkan dapat pula mengambil

sebagian dari populasi yang disebut dengan sampel. Alasan dari

penggunaan sample adalah keterbatasan waktu, tenaga dan banyaknya

populasi. Dengan demikian sampel yang digunakan adalah siswa putera

SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dan siswa putera SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa dengan jumlah masing-masing 40 orang

yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini.

Agar sampel dalam penelitian ini representative artinya dapat

mewakili populasi, maka prosedur pengambilan sampel dilakukan teknik

random sampeling (acak) memilih masing-masing 40 siswa putera untuk

dijadikan sebagai sampel. Cara yang digunakan adalah undian yaitu semua

siswa putera di daftar dan diundi.

26

D. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai salah satu prosedur penelitian ini untuk menentukan

sebagaimana memperoleh data mengenai variabel yang diteliti, maka

dipergunakan instrument penelitian yakni tes dan pengukuran. Sebelum

pengumpulan data dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan persiapan seperti

susunan panitia pelaksana tes. Untuk mempermudah dalam koordinasi,

pengawasan, pengendalian demi lancarnya pelaksanaan tes dan

pengukuran, maka perlu dibentuk penitia pelaksana. Susunan panitia

pelaksana tes terdiri dari mahasiswa FIK UNM yang telah lulus mata kuliah

tes dan pengukuran. Sehingga di dalam pelaksanaan tes pengukuran

dilapangan tidak mengalami kesulitan.

Susunan panitia pelaksanaan tes sebagai berikut:

Pelindung/ penasehat : Yasriuddin S.Pd, M.Pd

Penanggung jawab : Andi Khemal Akbar

Pelaksanaan : Ansar

Efri Judika

Akbar Yusuf

Hafiz Efendi

1. Struktur Tubuh dengan menggunakan pengukuran antropometrik.Sebelum melakukan tes terlebih dahulu dipersiapkan alat dan

perlengkapan, sebab hal ini turut menentukan nilai kebenaran data yang di

27

peroleh. Disamping itu kuwalitas pada alat-alat perlu diperiksa. Alat dan

perlengkapan yang dipersiapkan dalam pengukuran struktur tubuh ini adalah

sebagai berikut:

1) Meteran dinding (stadiometer)/ meteran plastik.

2) Timbangan

3) Meteran baja

4) Alat tulis menulis dan formulir tes

Adapun item tes dalam pelaksanaan penelitian mengenai struktur

tubuh tersebut adalah:

a. Pengukuran tinggi badan (Body Height)

Tujuan: untuk mengetahui tinggi badan seseorang yang diukur jarak

vertikal dari lantai ke ujung kepala.

Alat : Stadio meter atau pita pengukur yang diletakkan dengan kuat

secara vertikal di dinding, dengan tingkat ketelitian 0,1 cm, Mistar

segi tiga siku-siku dan Lantai yang rata.

Petugas: Pengukur (yang mengukur) dan pencatat skor

Pengukuran : Testee berdiri tegak tanpa alas kaki,tumit, pantan, dan

bahu menekan pada stadiometer atau pita pengukur, Kedua tumit

sejajar dan tumit tidak terangkat dengan kedua lengan tergantung

bebas di samping badan, Pandangan lurus ke depan sambil menarik

napas panjang-panjang dan berdiri tegak, apabila pengukuran

28

menggunakan stadiometer, turunkan flatformnya sehingga dapat

menyentuh bagian atas kepala. Apabila menggunakan pita pengukur,

letakkan segi tiga siku-siku tegak lurus pada pita pengukur di atas

kepala, kemudian turunkan ke bawah sehingga menyentuh bagian

atas kepala

Penilaian: Catatlah tinggi badan dalam posisi berdiri tersebut dengan

ketelitian mendekati 0,1 cm.

b. Pengukuran berat badan (Body Weight)

Tujuan: Untuk mengetahui berat badan seseorang

Alat: Timbangan berat badan, blanko/kertas, dan pensil/pulpen

Petugas: Pengukur (yang mengukur) dan pencatat skor

Pengukuran: Berdiri diatas timbangan berat badan, pandangan lurus

kedepan.

Penilaian: Berat badan dicatat sesuai dengan hasil yang tertera pada

jarum skala alat timbangan berat badan sampai ukuran ons dengan

tingkat ketelitian 0,1 kg.

c. Pengukuran lingkar dada (Chest Girth)

Tujuan: Untuk mengetahui lingkar dada seseorang

Alat: Meteran, blanko/kertas, pensil/pulpen

Petugas: Pengukur (yang mengukur) dan pencatat skor

29

Pengkuran: Peserta tes berdiri tegak, kedua kaki rapat. Kedua lengan

disamping dada dan tidak menempel pada bahu. Pria menghadap

pengukur (testor) wanita membelakangi pengukur yang diukur

lingkaran dada tepat pada putting susu bagi pria dan peserta tes

harus rileks.

Penilaian: Lingkar dada dicatat sesuai dengan hasil yang tertera

pada alat pengukur dalam satuan panjang centimeter dengan

bilangan desimal 1 angka dibelakang koma.

d. Panjang Lengan (Length of arm)

Tujuan: Untuk mengetahui panjang lengan seseorang

Alat: Meteran, blanko/kertas, pensil/pulpen

Petugas: Pengukur (yang mengukur) dan pencatat skor

Pengkuran: Peserta berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan

lurus di samping badan. Yang di ukur mulai dari processus acromialis

scapulae (persis di atas sendi bahu) sampai ujung jari tengah

Penilaian: Panjang lengan dicatat sesuai dengan hasil yang tertera

pada alat pengukur dalam satuan (cm) dengan bilangan decimal 1

angka di belakang koma.

e. Panjang Tungkai

Tujuan: Untuk mengetahui panjang tungkai seseorang

Alat: Meteran, blanko/kertas, pensil/pulpen

30

Petugas: pengukur (yang mengukur) dan pencatat skor

Pengkuran: Peserta tes berdiri tegak, kedua kaki rapat, yang diukur

mulai dari lantai / telapak kaki sampai trochantor mayor (tulang yang

menonjol pada persendian paha dan panggul, dapat diraba di bagian

atas dari tulang paha yang bergerak).

Penilaian: Panjang tungkai dicatat sesuai dengan hasil yang tertera

pada alat pengukur dalam satuan panjang centimeter dengan

bilangan desimal 1 angka dibelakang koma.

2. Kamampuan Atletik

Alat dan perlengkapan yang dipersiapkan dalam pengukuran

kemampuan atletik adalah sebagai berikut:

1) Meteran panjangnya 100 Meter

2) Stopwatch

3) Bak lompat jauh

4) Kapur

5) Peluru untuk tolak peluru

1. Lari 100 Meter

Petunjuk pelaksana tes

Siswa yang dites berdiri pada garis star untuk siap melakukan lari

secepat-cepatnya sampai ke garis finish.

31

Kecepatan lari 100 meter yang dinilai adalah waktu yamg digunakan

dalam menempuh jarak tersebut. Satuan waktu yang digunakan

adalah detik

2. Lompat Jauh

Petunjuk pelaksanaan tes

Lompat jauh dengan awalan ini yang dinilai adalah lompatan yang

terjauh dari testee selama tiga kali kesempatan melompat

Satuan ukuran lompat jauh yang digunakan adalah meter.

3. Tolak Peluru

Petunjuk pelaksanaan tes

Tolak peluru dengan mengunakan awalan ini yang dinilai adalah

tolakan yang terjauh dari testee selama tiga kali kesempatan tolakan.

Satuan ukuran tolak peluru yang digunakan adalah meter.

E. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik

deskriptif maupun infrensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian.

Adapun gambaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Analisis data secara deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran

umum tentang data yang meliputi rata-rata, standar deviasi, nilai minimum,

dan nilai maksimum.

32

2. Analisis secara infrensial digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis

penelitian dengan menggunakan uji korelasi dan regresi.

Jadi keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada

umumnya menggunakan analisis komputer pada program SPSS dengan taraf

signifikan 95% atau a= 0,05.

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan antara struktur tubuh

dan kemampuan atletik SMA negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dengan

SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa. Hasil analisis kedua data

masing-masing sekolah tersebut dalam penelitian ini akan dijelaskan secara

terperinci pada bahasan berikut:

A. Penyajian Hasil Analisis Data

Data hasil tes dan pengukuran Struktur Tubuh dan Kemampuan

Atletik siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dan siswa SMA

YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa yang terdiri dari delapan item tes

yaitu lima untuk struktur tubuh yakni tinggi badan, berat badan, lingkar

dada,panjang lengan dan panjang tungkai dan tiga untuk kemampuan atletik

yakni lari 100 meter, lompat jauh dan tolak peluru. Data struktur tubuh dan

kemampuan atletik merupakan total nilai yang diperoleh dari setiap item tes,

sehingga data mentah yang diperoleh perlu diubah ke dalam bentuk data t-

Score, karena kelima item tes struktur tubuh dan ketiga item tes kemampuan

atletik memiliki satuan ukuran yang berbeda. Dengan demikian data

penelitian ini terdiri dari data asli dan data dalam bentuk t-score. Analisis

secara deskriptif dilakukan terhadap data asli setiap item dan data t-score.

33

34

Sedangkan analisis secara infrensial untuk menguji hipotesis penelitian

hanya dilakukan terhadap data t-score, serta analisis normalitas data juga

dilakukan terhadap data t-score. Pada tahap awal analisis data, peneliti

akan memberikan gambaran secara umum tentang data struktur tubuh dan

kemampuan atletik siswa dari kedua tempat penelitian yang berbeda yakni

SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dan SMA YAPIP Sungguminasa

Kabupaten Gowa. Adapun gambaran umum statistik yang akan dijelaskan

terdiri atas; jumlah total nilai, rata-rata, standart deviasi, variance, range, data

maksimum dan minimum. Untuk menjelaskan semua gambaran umum data

penelitian, maka akan dilakukan analisis statistik deskriptif yang akan di

jelaskan secara terperinci sebagai berikut:

1. A. Analisis Deskriptif

Pada analisis deskriptif akan dijelaskan secara terperinci tentang

data hasil tes dan pengukuran di lapangan yang meliputi struktur tubuh dan

kemampuan atletik siswa dari ke dua sekolah yakni SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone dan SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten

Gowa. Data struktur tubuh yang diperoleh meliputi; tinggi badan, berat badan,

lingkar dada, panjang lengan, dan panjang tungkai. Sedangkan kemampuan

atletik yang diperoleh meliputi; lari sprint 100 meter, lompat jauh dan tolak

peluru. Semua data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran

35

dikelompokkan menjadi dua yakni struktur tubuh dan kemampuan atletik.

Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini;

Tabel 1. a. analisis deskriptif data mentah

Nilai Statistik N Total Rataan Sd Min. Max. RangeTb. SMA 3 40 2018.00 50.45 9.89 28.00 70.00 42.00Tb. SMA YAPIP 40 1991.00 49.76 10.07 27.00 69.00 42.00Bb. SMA 3 40 2040.00 51.00 10.18 34.00 70.00 36.00Bb. SMA YAPIP 40 1969.00 49.23 47.00 33.00 69.00 36.00Ld. SMA 3 40 1952.00 48.80 10.34 33.00 67.00 34.00Ld. SMA YAPIP 40 2030.00 50.75 52.00 30.00 68.00 38.00Pl. SMA 3 40 2033.00 50.83 10.28 37.00 74.00 37.00Pl. SMA YAPIP 40 1981.00 49.53 50.00 33.00 72.00 39.00Pt. SMA 3 40 2063.00 51.58 9.94 34.00 70.00 36.00Pt. SMA YAPIP 40 1953.00 48.93 10.00 21.00 68.00 47.00L 100M. SMA 3 40 2003.00 50.08 9.87 35.00 71.00 36.00L 100M. SMA YAPIP 40 1767.00 44.18 11.05 30.00 66.00 36.00Lj. SMA 3 40 2156.00 53.90 10.01 31.00 74.00 43.00Lj. SMA YAPIP 40 1691.00 42.28 10.48 18.00 61.00 43.00Tp. SMA 3 40 2091.00 52.28 10.27 34.00 71.00 37.00Tp. SMA YAPIP 40 2089.00 52.23 9.95 34.00 76.00 42.00

Keterangan :

Tb = Tinggi badan

Bb = Berat badan

Ld = Lingkar dada

Pl = Panjang lengan

Pt = Panjang tungkai

L100M = lari 100 meter

Lj = Lompat jauh

Tp = tolak peluru

36

Berdasarkan tabel 1a tersebut di atas merupakan gambaran data

mentah struktur tubuh dan kemampuan atletik dari kedua sekolah yang

mejadi obyek penelitian. Sehinnga dapatlah dikemukakan sebagai berikut :

a. Tinggi badan siswa SMA negeri 3 Watampone dan SMA YAPIP

Sungguminasa berturut-turut nilai rata-rata 50.45 dan 49.77, data

minimal 28.00 dan 27.00,data maksimal 70.00 dan 69.00, range

42.00 dan 42.00 artinya bahwa tinggi badan SMA Negeri 3

Watampone lebih baik dibandingkan dengan SMA YAPIP

Sungguminasa.

b. Berat badan siswa SMA negeri 3 Watampone dan SMA YAPIP

Sungguminasa berturut-turut nilai rata-rata 51.00 dan 49.23, data

minimal 34.00 dan 33.00,data maksimal 70.00 dan 69.00, range

36.00 dan 36.00 artinya bahwa berat badan SMA Negeri 3

Watampone lebih baik dibandingkan dengan SMA YAPIP

Sungguminasa.

c. Lingkar dada siswa SMA negeri 3 Watampone dan SMA YAPIP

Sungguminasa berturut-turut nilai rata-rata 48.80 dan 50.75, data

minimal 33.00 dan 30.00,data maksimal 67.00 dan 68.00, range

34.00 dan 38.00 artinya bahwa linkar dada SMA YAPIP

Sungguminasa lebih baik dibandingkan dengan SMA Negeri 3

Watampone.

37

d. Panjang lengan siswa SMA negeri 3 Watampone dan SMA YAPIP

Sungguminasa berturut-turut nilai rata-rata 50.83 dan 49.53, data

minimal 37.00 dan 33.00,data maksimal 74.00 dan 72.00, range .00

dan 37.00 artinya bahwa panjang lengan SMA Negeri 3 Watampone

lebih baik dibandingkan dengan SMA YAPIP Sungguminasa.

e. Panjang tungkai siswa SMA negeri 3 Watampone dan SMA YAPIP

Sungguminasa berturut-turut nilai rata-rata 51.58 dan 48.93, data

minimal 34.00 dan 21.00,data maksimal 70.00 dan 68.00, range

36.00 dan 47.00 artinya bahwa panjang tungkai SMA Negeri 3

Watampone lebih baik dibandingkan dengan SMA YAPIP

Sungguminasa.

f. Kecepatan lari 100 meter siswa SMA negeri 3 Watampone dan SMA

YAPIP Sungguminasa berturut-turut nilai rata-rata 50.08 dan 44.17,

data minimal 35.00 dan 30.00,data maksimal 71.00 dan 66.00, range

36.00 dan 36.00 artinya bahwa kecepatan lari 100 meter SMA Negeri

3 Watampone lebih baik dibandingkan dengan SMA YAPIP

Sungguminasa.

g. Lompat jauh siswa SMA negeri 3 Watampone dan SMA YAPIP

Sungguminasa berturut-turut nilai rata-rata 53.90 dan 42.23, data

minimal 31.00 dan 18.00,data maksimal 74.00 dan 61.00, range

43.00 dan 43.00 artinya bahwa lompat jauh SMA Negeri 3

38

Watampone lebih baik dibandingkan dengan SMA YAPIP

Sungguminasa.

h. Tolak peluru siswa SMA negeri 3 Watampone dan SMA YAPIP

Sungguminasa berturut-turut nilai rata-rata 52.28 dan 52.23, data

minimal 34.00 dan 34.00,data maksimal 71.00 dan 76.00, range

37.00 dan 42.00 artinya bahwa tolak peluru SMA Negeri 3

Watampone lebih baik dibandingkan dengan SMA YAPIP

Sungguminasa.

1. B .Deskriftif Data t - score

Data struktur tubuh dan kemampuan atletik siswa SMA Negeri 3

Watampone dan SMA YAPIP Sungguminasa dalam bentuk data t-score yang

merupakan total nilai yang diperoleh dari lima item tes untuk struktur tubuh

yakni tinggi badan, berat badan, lingkar dada, panjang lengan, dan panjang

tungkai dan kemampuan atletik total nilai yang diperoleh dari tiga item tes

yakni lari 100 meter, lompat jauh dan tolak peluru.

Tabel 1.b. data analisis deskriptif t - score

Nilai Statistik N Total Rataan Sd Varian Min. Max. RangeStruk. Tb SMA Neg.3 Bone

40 10102.00 252.55 35.87 1286.36 183.00 329.00 146.00

Struk. Tb SMA YAPIP Sumigo

40 9928.00 248.20 33.59 1128.06 184.00 312.00 128.00

Kemp. Atl SMA Neg. 3

40 6250.00 156.25 16.69 278.40 118.00 189.00 71.00

39

BoneKemp. Atl SMA YAPIP Sumigo

40 5547.00 138.68 17.17 294.94 107.00 190.00 83.00

Berdasarkan tabel 1b tersebut di atas yang merupakan gambaran

data t-score Struktur Tubuh dan Kemampuan Atletik dari masing-masing

siswa sekolah yang ditempati melakukan penelitian yakni SMA Neg.3

Watampone Kabupaten Bone dan SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten

Gowa adalah sebagai berikut :

a. SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone diperoleh nilai yakni,

1) Struktur Tubuh nilai rata-rata 252.55, standart deviasi 35.87,data

minimum 183.00, maksimum 329.00 dan range 146.00.

2) Kemampuan Atletik nilai rata-rata 156.25, standart deviasi 16.67,data

minimum 118.00,maksimum 189.00 dan range 71.00.

b. SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa diperoleh nilai

yakni,

1) Struktur Tubuh nilai rata-rata 248.20, standart deviasi 33.58,data

minimum 184.00, maksimum 312.00 dan range 128.00.

2) Kemampuan Atletik nilai rata-rata 138.68, standart deviasi 17.17,data

minimum 107.00, maksimum 190.00 dan range 83.00.

40

2. Uji persyaratan analisis

Analisis data untuk kepentingan uji hipotesis digunakan data t-score

struktur tubuh dan kemampuan atletik kedua sekolah yang akan

dibandingkan. Sebelum data dianalisis dengan statistik parametrik, terlebih

dahulu dilakukan pengujian tentang distribusi normal dan homogenitas

varians dari kedua kelompok data yang akan dibandingkan.

a. Uji Normalitas

Langkah selanjutnya adalah menganalisis apakah semua data

penelitian ini berdistribusi normal dan dari varians yang homogen. Uji

normalitas dan homogenitas merupakan prasyarat untuk dapat menggunakan

statistik parametrik. Oleh sebab itu, peneliti menguji semua data

menggunakan uji Kolmogrov Smirnov, dan pengolahan data menggunakan

program SPSS. Namun peneliti hanya mengacu pada hasil uji normalitas

Kolmogrov Smirnov. Adapun hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel

2 berikut:

Tabel 2. Rangkuman hasil uji normalitas data.

Sekolah variabel Nilai statistik Sig. KetSMA Negeri 3 Watampone Kabupaten

Bone

struktur tubuh .708 .697 Normal

kemampuan atletik .698 .715 Normal

SMA YAPIP Sungguminasa

Kabupaten Gowa

struktur tubuh

1.066 .206 Normal

kemampuan atletik

.505 .961 Normal

41

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan hasil pengujian normalitas

data dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov sebagai berikut :

a. SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone

1) Data Struktur Tubuh diperoleh nilai Kolmogrov Smirnov hitung (K-S

Z) .708 > .697,maka dapat dikatakan bahwa struktur tubuh siswa

SMA Negeri 3 Watampone mengikuti sebaran normal atau

berdistribusi normal.

2) Data Kemampuan Atletik diperoleh nilai Kolmogrov Smirnov hitung

(K-S Z) .698 < .715, maka dapat dikatakan bahwa struktur tubuh

siswa SMA Negeri 3 Watampone mengikuti sebaran normal atau

berdistribusi normal.

b. SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa

1) Data Struktur Tubuh diperoleh nilai Kolmogrov Smirnov hitung (K-S

Z) 1.066 > .206,maka dapat dikatakan bahwa struktur tubuh siswa

SMA YAPIP Sungguminasa mengikuti sebaran normal atau

berdistribusi normal.

2) Data Kemampuan Atletik diperoleh nilai Kolmogrov Smirnov hitung

(K-S Z) .505 < .961,maka dapat dikatakan bahwa struktur tubuh

siswa SMA YAPIP Sungguminasa mengikuti sebaran normal atau

berdistribusi normal.

42

Hasil semua data penelitian ini menunjukkan nilai Sig. yang diperoleh

lebih besar dari 0,05, sehingga semua dapat dikatakan mengikuti sebaran

normal atau data berdistribusi normal. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa semua data yakni struktur tubuh dan kemampuan atletik SMA Negeri

3 Watampone Kabupaten Bone maupun SMA YAPIP Sungguminasa

Kabupaten Gowa dapat dikatakan normal. Sehingga peneliti dapat

menggunakan uji statistik parametrik dalam menguji hipotesis yang telah

diajukan dalam bab. sebelumnya.

b. Uji Homogenitas

Setelah uji normalitas selesai peneliti melanjutkan untuk melakukan

uji homogenitas yang merupakan syarat dalam menggunakan statistik

infrensial. Untuk melihat homogenitas data penelitian ini menggunakan uji

Levene test. Untuk melihat hasil statistik uji Levene tersebut dapat dilihat

pada tabel 3 berikut;

Tabel 3. Rangkuman hasil uji homogenitas

Kelompok Varians F0 P Ket

Struk. Tb SMA

Neg. 3 Bone1286.36 0.896 0.614 Homogen

Kemp. Atl SMA

Neg. 3 Bone278.397 1.705 0.261 Homogen

Struk. Tb SMA 1128.062 0.957 0.579 Homogen

43

YAPIP Sumigo

Kemp. Atl SMA

YAPIP Sumigo294.943 0.335 0.981 Homogen

Berdasarkan hasil uji homogenitas pada tabel di atas, menunjukkan

bahwa data struktur tubuh diperoleh nilai F hitung 0.896 (P > 0,05) dan

kemampuan atletik diperoleh nilai F hitung 1.705 (P > 0,05) untuk SMA

Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone sedangkan SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa diperoleh nilai F hitung 0.957 (P > 0,05)

untuk struktur tubuh dan kemampuan atletik diperoleh nilai F hitung 0.335 (P

> 0,05) Sehingga dalam hal ini dapat dikatakan bahwa data struktur tubuh

dan kemampuan atletik baik SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone

maupun SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa diperoleh dari

populasi yang mempunyai varians yang sama.

3. Uji beda rata-rata struktur tubuh dan kemampuan atletik antara

siswa SMA Negeri 3 Watampone kab. Bone dengan SMA YAPIP

Sungguminasa Kab. Gowa.

Untuk kepentingan pengujian hipotesis, maka dilakukan uji beda rata-

rata antara kelompok penelitian yaitu perbandingan struktur tubuh dan

kemampuan atletik antara siswa SMA Negeri 3 Watampone dengan SMA

YAPIP Kab. Gowa. Teknik uji statistic yang digunakan adalah uji t (t-tes).

Rangkuman hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 4. Berikut ini :

44

Tabel 4. Rangkuman hasil uji beda struktur tubuh dan kemampuan atletik.

Kelompok N Mean Beda mean to p Keterangan

Struktur tubuh

SMA 3 Wtp

Struktur tubuh

SMA YAPIP

40

40

252.5500

248.2000 4.35

44.535

46.737

0.00

0

0.00

0

Signifikan

Signifikan

Kemp. Atl SMA

Neg. 3 Wtp

Kemp. Atl SMA

YAPIP Sumigo

40

40

156.2500

138.6750 17.575

59.227

51.069

0.00

0

0.00

0

Signifikan

Signifikan

Berdasarkan tabel 4 di atas terlihat bahwa hasil perhitungan

perbandingan struktur tubuh dan kemampuan atletik dengan menggunakan

uji t tidak berpasangan. Struktur tubuh untuk siswa SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone diperoleh nilai thitung (to) 44.535 (P < 0.05) dan

nilai Fhitung diperoleh 0.831. Sedangkan untuk struktur tubuh siswa SMA

YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa diperoleh nilai t hitung (to) 46.737 (P <

0.05) dan nilai F hitung 1.295, berarti ada perbedaan yang signifikan antara

struktur tubuh siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone Dengan

siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa. Kemudian kemampuan

atletik siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone diperoleh nilai thitung

(to) 59..227 (P < 0.05) dan nilai Fhitung diperoleh 0.739. Sedangkan untuk

kemampuan atletik siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa

45

diperoleh nilai thitung (to) 51.069 (P < 0.05) dan nilai Fhitung 0.628, berarti ada

perbedaan yang signifikan antara kemapuan atletik siswa SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP Sungguminasa

Kabupaten Gowa.

4. Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini akan diuji atau

dibuktikan kebenarannya melalui data empiris yang diperoleh dilapangan

melalui tes dan pengukuran struktur tubuh dan kemampuan atletik,

selanjutnya data tersebut dianalisis dengan statistik.

Hipotesis pertama : Ada perbedaan yang signifikan antara struktur tubuh

siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone

dengan siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten

Gowa.

Hipotesis statistik yang akan diuji adalah:

H0 : µ1 - µ2 = 0

H1 : µ1 - µ2 ≠ 0

Sehingga dalam bentuk kalimat dapat diartikan bahwa :

H0 : tidak ada perbedaan yang signifikan antara struktur tubuh siswa SMA

Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa.

46

H1 : ada perbedaan yang signifikan antara struktur tubuh siswa SMA Negeri

3 Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP Sungguminasa

Kabupaten Gowa.

Kriteria pengambilan keputusan adalah

Jika nilai probabilitas lebih besar atau sama dengan α 0,05 atau (P >

0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada perbedaan

signifikan.

Jika nilai probabilitas lebih kecil atau sama dengan α 0,05 atau (P <

0,05), maka H0 dierima dan H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan

yang signifikan.

Dengan demikian, berdasarkan pada hasil rangkuman uji – t pada

tabel 4 di atas menunjukkan bahwa nilai thitung = 44.535 dan 46.737 (P >

0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada perbedaan yang signifikan

antara struktur tubuh siswa SMA Negeri 3 Watampone dengan struktur tubuh

siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa. Dalam hal ini struktur

tubuh siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone lebih baik

dibandingkan dengan struktur tubuh siswa SMA YAPIP Sungguminasa

Kabupaten Gowa.

Hipotesis kedua : Ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan atletik

siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dengan

siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa.

47

Hipotesis statistik yang akan diuji adalah:

H0 : µ1 - µ2 = 0

H1 : µ1 - µ2 ≠ 0

Sehingga dalam bentuk kalimat dapat diartikan bahwa :

H0 : tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan atletik siswa

SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa.

H1 : ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan atletik siswa SMA

Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa.

Kriteria pengambilan keputusan adalah

Jika nilai probabilitas lebih besar atau sama dengan α 0,05 atau (P >

0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada perbedaan

signifikan.

Jika nilai probabilitas lebih kecil atau sama dengan α 0,05 atau (P <

0,05), maka H0 dierima dan H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan

yang signifikan.

Dengan demekian, berdasarkan pada hasil rangkuman uji – t pada

tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t hitung = 59.227 dan 51.069 (P > 0,05).

Maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada perbedaan yang signifikan

antara kemampuan atletik siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone

48

dengan kemampuan atletik siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten

Gowa. Dalam hal ini kemampuan atletik siswa SMA Negeri 3 Watampone

Kabupaten Bone lebih baik dibandingkan dengan kemampuan atletik siswa

SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa.

B. PEMBAHASAN

Untuk mengambil kesimpulan penelitian yang sesuai dengan tujuan

penelitian, maka hasil analisis data perlu dibahas sesuai dengan teori-teori

yang mendasarinya.

Hasil pengujian hipotesis penellitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan struktur tubuh dan kemampuan atletik siswa SMA

Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dan siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa. Sesuai dengan kajian teori dan

pengamatan peneliti, bahwa lingkungan juga mempunyai peran penting

selain genyang merupakan faktor utama. Struktur tubuh dan kemampuan

atletik dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan internal diantaranya

gizi, status ekonomi, aktivitas keseharian, pola hidup, pendidikan orang tua

dan peranan sekolah dalam meningkatkan struktur tubuh dan kemampuan

atletik siswanya. Fenomena pola hidup setiap daerah mempengaruhi struktur

tubuh dan kemampuan atletik seseorang, lingkungan yang mengharuskan

tubuh untuk bergerak lebih banyak sehingga dapat mempengaruhi struktur

tubuh seseorang. Dalam penelitian ini berdasarkan pengamatan peneliti

49

siswa SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone mayoritas dari kalangan

status ekonomi secara rata-rata menengah kebawah, para siswa lebih

banyak mempergunakan aktivitas fisik dalam aktivitas kesehariannya,

contohnya ketika berangkat ke sekolah banyak dari mereka yang

menggunakan sepeda dan berjalan kaki dari pada naik motor atau mobil. hal

ini lebih mengharuskan tubuh untuk terus lebih berkembang fenomena

tersebutlah juga sebagai penunjang struktur tubuh dan kemampuan atletik.

Secara geografis SMA Negeri 3 Watampone yang terletak Kabupaten Bone

dimana kabupaten tersebut kebanyakan dataran tinggi dari pada dataran

rendah sedangkan di SMA YAPIP Sungguminasa yang berada di kabupaten

Gowa sebaliknya lebih banyak daratan rendah dibanding daratan tinggi.

Selain letak geografis sarana dan prasarana olahraga SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone lebih memadai dibandingkan dengan SMA

YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa. sehingga SMA Negeri 3 struktur

tubuh dan kemampuan atletik lebih baik karena ditunjang oleh sarana dan

prasarana yang cukup memadai dan pola hidup sebagai lingkungan

pembentuk aktivitas gerak pada siswa.

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian tentang perbandingan antara struktur tubuh dan

kemampuan atletik SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dengan SMA

YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang signifikan antara struktur tubuh siswa SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP Sungguminasa

Kabupaten Gowa. Dalam hal ini sturktur tubuh siswa SMA Negeri 3

Watampone Kabupaten Bone lebih baik dibandingkan dengan siswa SMA

YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa.

2. Ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan atletik siswa SMA

Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone dengan siswa SMA YAPIP

Sungguminasa Kabupaten Gowa. Dalam hal ini kemampuan atletik siswa

SMA Negeri 3 Watampone Kabupaten Bone lebih baik dibandingkan

dengan siswa SMA YAPIP Sungguminasa Kabupaten Gowa.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan peneliti di atas maka, dapat

disarankan sebagai berikut:

50

51

1. Kepada guru pendidikan jasmani untuk dapat berupaya meningkatkan

hasil belajar pendidikan jasmani dan disarankan untuk dapat berupaya

meningkatkan sturktur tubuh dan kemampuan atletik siswanya melalui

pendidikan jasmani di sekolah.

2. Sebagai landasan pada penelitian lanjutan kepada rekan-rekan dan

pemerhati pendidikan jasmani di sekolah menengah atas untuk meneliti

dengan akupan yang lebih luas dengan melibatkan lebih banyak variabel

yang dapat menjadi unsur peningkatan struktur tubuh dan kemampuan

atletik siswa sekolah menengah tingkat atas.

3. Penambahan khasanah bidang ilmu pendidikan jasmani tentang

peningkatan pertumbuhan struktur tubuh dan kemampuan atletik siswa

sekolah menengah atas.

52

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Renika Cipta, Jakarta.

Bahagia Yoyo, dkk. 2000. Atletik. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III

F.G.E. Rorimpandey, 1960. Lari, Lompat, dan Lempar. PT. Pembangunan

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Penerbit Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pengembangan Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Johnson L Barry dkk, 1986. Practical Measurements For Evaluation In Physical Aducation. Macmillan Publishing Company. New York. USA.

Muhadir. 2005. Atletik. Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4) Batch II UniversitasNegeri Makassar.

Pasau, Anwar,M, 1986., Petumbuhan dan Perkembangan Fisik, Bagian I. FPOK, IKIP Ujungpandang.

----------------------, 1988. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik, FPOK IKIP Ujung Pandang.

Sajoto, Mochamad, 1988., Pembinaan Kondisi Fisik dalam Bidang Olahraga. Depdikbud Dirjen Dikti, Jakarta.

Sudjana, Nana. 1988. Metode Statistik. Penerbit Tarsito, Bandung.

Wirjasantoso, Ratal. 1984. Supervisi Pendidikan Olahraga. Universitas Indonesia,

52