24
1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PENYESUAIAN DIRI SOSIAL PADA REMAJA DISUSUN OLEH : NANIN RIZQI AMALIA MIRA ALIZA RACHMAWATI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PENYESUAIAN ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kondisi fisiknya, jika dia merasa ... menghindari

  • Upload
    vanphuc

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PENYESUAIAN DIRI

SOSIAL PADA REMAJA

DISUSUN OLEH :

NANIN RIZQI AMALIA

MIRA ALIZA RACHMAWATI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2007

2

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PENYESUAIAN DIRI

SOSIAL PADA REMAJA

DISUSUN OLEH :

NANIN RIZQI AMALIA

MIRA ALIZA RACHMAWATI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2007

3

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PENYESUAIAN DIRI SOSIAL

PADA REMAJA

Telah Disetujui Pada Tanggal

____________________

Dosen Pembimbing

( Mira Aliza Rachmawati S.Psi M.Psi )

4

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PENYESUAIAN DIRI SOSIAL

PADA REMAJA

Nanin Rizqi Amalia

Mira Aliza Rachmawati

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara body image dengan penyesuaian diri sosial pada remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara body image dengan penyesuaian diri sosial pada remaja. Semakin tinggi body imagenya maka akan semakin tinggi penyesuaian diri sosialnya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah body imagenya maka akan semakin rendah penyesuaian diri sosialnya.

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan berusia 17-22 tahun. Subjek yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Adapun skala yang digunakan pada variabel penyesuaian diri sosial ini di dibuat sendiri yang mengacu berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri sosial dari teori Hurlock (1978), sedangkan variabel body image menggunakan skala yang diadaptasi dan dimodifikasi dari penelitian Tresnasari (2001) berdasarkan teori Keaton, Cash dan Brown.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS 12 For Windows. Hasil analisis data dengan tekhnik korelasi Product Moment dari Karl Pearson menunjukkan nilai r = 0,496 p = 0.000 (p<0.01). Artinya, ada hubungan positif yang signifikan antara variabel body image dan penyesuaian diri sosial pada remaja, sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Kata kunci: Body Image, Penyesuaian Diri Sosial, Remaja

5

PENGANTAR

Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang

lain. Menurut Walgito (2001) dorongan atau motif sosial pada manusia,

mendorong manusia mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau

interaksi sehingga memungkinkan terjadi interaksi antara manusia satu dengan

manusia yang lain, Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu

mengatasi permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan norma yang

berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri

terhadap lingkungan sekitarnya.

Penyesuaian diri yang baik ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan

bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga remaja merasa puas

terhadap diri sendiri dan lingkungan (Willis, 2005). Penyesuaian diri yang baik

akan menjadi salah satu bekal penting karena akan membantu remaja pada saat

terjun dalam masyarakat luas. Meskipun demikian, tampaknya penyesuaian diri

yang baik bukanlah hal yang mudah (Hurlock, 1978)

Dalam masa remaja, seseorang mempersiapkan diri memasuki masa

dewasa. Pada masa remaja akhir, keadaan pribadi, sosial dan moral berada dalam

kondisi kritis atau critical period. Dalam periode akhir masa remaja ini individu

memiliki kepribadian tersendiri yang akan menjadi pegangan dalam alam

kedewasaan. Perkembangan pribadi, sosial, dan moral yang dimiliki remaja dalam

6

masa remaja awal dan yang dimantapkannya pada masa remaja akhir, banyak

mempengaruhinya bahkan mendasari dirinya memandang diri dan lingkungan

dalam masa-masa selanjutnya. (E.L. Kelly, dalam Mappiare, 1982)

Dalam perkembangan sosial, pandangan remaja terhadap masyarakat dan

kehidupan bersama dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya

pribadi, citra diri dan rasa percaya diri. Hal ini terlihat pada banyaknya kasus yang

terjadi, diantaranya banyak remaja yang mengalami krisis kepercayaan diri, baik

dalam diri sendiri maupun lingkungan masyarakat. Percaya diri sebenarnya

merupakan keberhasilan dari pengamatan "harga diri" yang dimiliki secara

bertahap dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Masa remaja

merupakan suatu proses yang terus berkembang, proses penyesuaian diri pun

terjadi secara terus-menerus dan berkesinambungan. Proses penyesuaian diri dapat

dikatakan berhasil bila seseorang dapat memenuhi tuntutan lingkungan, dan

diterima oleh orang-orang di sekitar sebagai bagian dari masyarakat. Bila seorang

remaja merasa gagal menyesuaikan diri dan merasa ditolak oleh lingkungan, maka

akan menjadi regresif atau mengalami kemunduran. Lalu secara tidak sadar akan

menjadi kekanak-kanakan (Suryanto, 2003).

Kasus yang mengungkap penyesuaian diri sosial didapat dari hasil

wawancara berikut yang dilakukan oleh peneliti pada dua orang responden,

berdasarkan wawancara didapatkan informasi bahwa subyek pertama yaitu

seorang mahasiswi tehnik industri berinisial S berusia 21 tahun. S mengaku sulit

menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan teman-teman kost karena S lebih

senang menyendiri di kamar. S merasa tidak percaya diri dengan keadaan dirinya

7

yang terlalu gemuk sehingga S menghindari aktivitas-aktivitas yang berhubungan

dengan orang banyak. S merasa teman-teman tidak menyukai dirinya karena

keadaan fisik tersebut. S lebih senang menghabiskan waktu dengan membaca

buku dan melihat televisi daripada bergabung dengan teman-teman lain.

Subyek kedua yaitu seorang mahasiswa berinisial E berusia 19 tahun. E

adalah seorang mahasiswa baru di Universitas Islam Indonesia. E mengaku tidak

dapat menyesuaikan diri dengan teman-teman baru di kampus, bila teman-

temannya diam E merasa susah mengajaknya berbicara karena E merasa

canggung dan E merasa dirinya adalah seorang yang pendiam dan pemalu, E

merasa tidak mempunyai banyak teman karena sifat pendiamnya tersebut. E lebih

senang bermain game sendiri di kamar daripada bergaul bersama teman-teman

kampusnya.

Kasus tidak adanya penyesuaian diri sosial pada remaja juga dialami oleh

seorang mahasiswa baru bernama Lita yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan kampus barunya di Bandung, Sewaktu SLTA Lita bersekolah di luar

Bandung. Lita merasa kehilangan teman – teman SMA, merasa tidak betah, tidak

punya teman. Sampai – sampai dia ingin keluar kuliah karena dia kuliah di

Universitas tersebut juga atas keinginan orang tuanya bukan keinginan sendiri.

(http://www.PikiranRakyatCyberMedia.com 20/09/05).

Kasus–kasus tersebut terlihat sebagai wujud dari tidak adanya penyesuaian

diri sosial. Maslow (Partosuwido, 1993) berpendapat bahwa salah satu ciri dari

penyesuaian diri sosial yang baik adalah kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi tingkat kebutuhan yang sifatnya hirarkis dengan unsur sebagai

8

berikut: fisiologis, rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan akan rasa harga

diri. Kegagalan dalam penyesuaian diri dapat menimbulkan sikap yang apatis.

Menurut Freud yang diungkapkan oleh Prawiro Harjo (Muntaha, 2003) kegagalan

penyesuaian diri dapat dilihat dari tanda-tanda kecemasan tinggi, rasa rendah diri,

depresi, ketergantungan pada orang lain dan tanda-tanda psikomatis lainnya.

Dalam penelitian Tejo (1996) menyebutkan bahwa penyesuaian diri sosial

dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kepribadian, jenis kelamin,

inteligensi, pola asuh dan konsep diri. Konsep diri terbagi menjadi beberapa

bagian. Pembagian konsep diri tersebut dikemukakan oleh Stuart and Sundeen

(1991), yang terdiri dari body mage (gambaran diri), ideal diri, harga diri, peran

dan identitas diri. Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara

sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,

bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara

berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart

and Sundeen, 1991 dalam Kelliat, 1992). Tingkat body image pada individu

digambarkan oleh seberapa jauh individu merasa puas terhadap bagian – bagian

tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan. Gambaran seseorang mengenai

kondisi fisiknya, jika dia merasa bahwa keadaan fisiknya tidak sesuai dengan

konsep idealnya, maka dia akan merasa dirinya memiliki kekurangan pada fisik

atau penampilannya, meskipun mungkin bagi orang lain dia sudah dianggap

menarik secara fisik. Seringkali keadaan yang demikian membuat seseorang tidak

dapat menerima fisiknya seperti apa adanya sehingga dirinya menjadi rendah diri.

9

Body image merupakan gambaran yang dimiliki dalam pikiran tentang

ukuran, keadaan atau kondisi dan bentuk tubuh. Perubahan fisik yang dialami

remaja bisa mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Sebagian remaja ingin

menghindari situasi atau orang tertentu karena merasa begitu rendah diri atau

malu. Semua perubahan ini ada saatnya remaja tidak merasa yakin terhadap diri

sendiri (kurang percaya diri) merasa gemuk, besar, kurus yang membuatnya

merasa malu seakan semua orang di dunia memperhatikan ketidaksempurnaanya.

Setitik jerawat bisa tampak sebesar bola dan membuat remaja ingin menggali

lubang dan bersembunyi didalamnya. Hal ini mungkin menyebabkan sulit bergaul

dan menyesuaikan diri dengan orang lain.

Keadaan fisik merupakan hal yang penting dalam suksesnya pergaulan.

Remaja sangat peka terhadap keadaan tubuh yang tidak sesuai dengan gambaran

masyarakat tentang tubuh ideal (Centi, 1993). Remaja mempunyai perhatian yang

sangat besar terhadap penampilan diri (Monks dkk, 1991) apabila ada bagian

tubuh atau seluruh tubuh dinilai tidak baik (tidak sesuai dengan gambaran ideal)

maka cenderung akan mempengaruhi proses sosialisasinya. Bila remaja mengerti

bahwa tubuhnya memenuhi persyaratan maka hal ini berakibat positif terhadap

penilaian diri remaja. Sedangkan bila ada penyimpangan–penyimpangan maka

timbullah masalah – masalah yang berhubungan dengan perilaku diri dan sikap

sosial remaja. Remaja percaya bahwa kondisi fisik akan membuat diterima atau

ditolak oleh lingkungan sosial

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berasumsi bahwa body image atau

gambaran diri mempengaruhi penyesuaian diri sosial pada remaja. Oleh karena itu

10

pertanyaan penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan positif antara body image

dan penyesuaian diri sosial pada remaja?”.

.

Hipotesis

Ada hubungan positif antara body image dengan penyesuaian diri sosial

pada remaja. Semakin tinggi body imagenya maka akan semakin tinggi

penyesuaian diri sosialnya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah body

imagenya maka akan semakin rendah penyesuaian diri sosialnya

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan

perempuan yang berusia 17 sampai 22 tahun

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan skala sebagai alat ukur pengumpulan data.

Penggunaan skala diharapkan dapat merefleksikan keadaan subjek yang

sebenarnya. Peneliti menggunakan skala penyesuaian diri sosial yang dibuat

sendiri berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri sosial dari teori Hurlock (1987)

dan skala body image yang di modifikasi dari alat ukur body image yang

digunakan oleh Tresnasari (2001) berdasarkan teori Keaton, Cash and Brown.

Skala penyesuaian diri sosial dibuat sendiri berdasarkan teori Hurlock

(1978) yang mengemukakan empat kriteria untuk menentukan sejauhmana

penyesuaian diri individu secara sosial, sebagai berikut :

11

a. Penampilan nyata

Bila perilaku individu yang dinilai dengan standar kelompoknya dianggap

memenuhi harapan kelompoknya maka ia akan diterima oleh kelompoknya.

Penampilan nyata ini dapat dilihat contohnya yang diungkapkan oleh Hurlock

(1980), bahwa sebagian besar remaja mengetahui bila mereka memakai model

pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan

baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Demikian pula bila

anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obat terlarang atau rokok, maka

remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri

akibatnya.

b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok

Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok,

baik teman sebaya maupun dengan orang dewasa dianggap mampu menyesuaikan

diri dengan baik. Salah satu perilaku yang dapat mewakili yaitu tidak mudah

merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal. (Hurlock,

1980)

c. Sikap sosial

Individu menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan terhadap orang lain,

bersikap baik dalam menjalankan perannya serta ikut berpartisipasi dalam

kehidupan sosial. Sikap sosial ini dapat juga ditandai dengan adanya perilaku

bertanggung jawab, tidak mudah menyerah dan tidak menunjukkan sikap yang

agresif (Hurlock, 1980)

d. Kepuasan pribadi

12

Penyesuaian diri secara sosial dapat dikatakan baik jika individu merasa puas

terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi

sosial. Kepuasan pribadi ini dapat juga ditunjukkan dengan adanya perilaku tidak

mencari perhatian dengan menunjukkan kemunduran perilaku ke tingkat

sebelumnya, tidak menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi,

proyeksi, dan berkhayal (Hurlock, 1980)

Metode Analisis Data

Sejalan dengan hipotesis dan tujuan penelitian ini yaitu mencari

korelasi atau hubungan maka data yang diperoleh dilakukan uji syarat yaitu uji

normalitas dan uji linieritas selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan

tehnik korelasi Product Moment dan untuk perhitungan selanjutnya digunakan

program komputer statistic atau program SPSS 12.0 for windows.

HASIL PENELITIAN

Gambaran singkat mengenai data penelitian secara umum yang berisikan

fungsi-fungsi statistik dasar dari masing-masing variabel dapat dilihat secara

lengkap pada tabel

Tabel Deskripsi Data Penelitian

Hipotetik Empirik Variabel Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SD

Penyesuaian Diri Sosial

92 23 57,5 11,5 87 52 69,93 7,429

Body Image 224 56 140 28 212 105 162,85 17,144

13

Berdasarkan deskripsi data penelitian pada tabel diatas dapat diketahui

bahwa mean empirik pada variabel penyesuaian diri sosial sebesar 69,93 dan

mean hipotetik sebesar 57,5. Mean empirik variabel penyesuaian diri sosial lebih

besar daripada mean hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam

penelitian ini mempunyai penyesuaian diri sosial yang tinggi.

Begitu juga mean empirik untuk variabel body image lebih besar daripada

mean hipotetiknya yaitu sebesar 162,85 dan mean hipotetik sebesar 140. Hal ini

berarti subjek memiliki body image yang tinggi.

a. Skala Penyesuaian Diri Sosial

Kategori dari variabel penyesuaian diri sosial berdasar pada skor total

yang telah diperoleh subjek pada skala penyesuaian diri sosial. Skala ini terdiri

dari 23 aitem, setiap aitem diberi skor minimal 1 dan skor maksimal 4. Rentang

minimal-maksimalnya adalah 23 (23x1) sampai dengan 92 (23x4), sehingga luas

jarak sebarannya adalah 92-23=69. Dengan demikian setiap satuan deviasi

standarnya (s ) bernilai sebesar 11,5, serta rata-rata hipotetik (µ) sebesar 57,5.

berdasarkan pada pembagian kategori menjadi 5 bagian, maka rumus kategori

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7 Kriteria Kategori penyesuaian diri sosial

Kategori Nilai Sangat Tinggi X> µ +1,8 d

Tinggi µ +0,6 d <X= µ +1,8 d Sedang µ -0,6 d < X = µ + 0,6 d Rendah µ -1,8 d = X = µ - 0,6 d

Sangat Rendah X< µ - 1,8 d Keterangan: µ= mean hipotetik, d = setiap satuan standar deviasi

14

Tabel 8 Kategorisasi penyesuaian diri sosial

Kategori Skor Jumlah Prosentase Sangat Tinggi X > 78,2 13 13 %

Tinggi 64,4 < X = 78,2 67 67 % Sedang 50,6 < X = 64,4 20 20% Rendah 36,8 = X = 50,6 - -

Sangat rendah X< 36,8 - - TOTAL 100 100 %

Melihat tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa subjek yang termasuk

kategori sangat tinggi sebanyak 13 subjek (13 %), kategori tinggi sebanyak 61

subjek (61%), kategori sedang sebanyak 20 subjek (20 %) dan tidak ada

seorangpun yang masuk dalam kategori rendah maupun sangat rendah (0%).

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa subjek mempunyai penyesuaian diri

sosial yang berada pada kategori tinggi 67%.

b. Skala Body Image

Kategori dari variabel body image berdasar pada skor total yang telah

diperoleh subjek pada skala body image. Skala ini terdiri dari 56 aitem, setiap

aitem diberi skor minimal 1 dan skor maksimal 4. Rentang minimal-maksimalnya

adalah 56 (56x1) sampai dengan 224 (56x4), sehingga luas jarak sebarannya

adalah 224-56=168. Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya (s )

bernilai sebesar 28, serta rata-rata hipotetik (µ) sebesar 140. Berdasarkan pada

pembagian kategori menjadi 5 bagian, maka rumus kategori dapat dilihat pada

tabel berikut.

15

Tabel 9 Kriteria Kategori Body Image

Kategori Nilai Sangat Tinggi X> µ +1,8 d

Tinggi µ +0,6 d <X= µ +1,8 d Sedang µ -0,6 d < X = µ + 0,6 d Rendah µ -1,8 d = X = µ - 0,6 d

Sangat Rendah X< µ - 1,8 d Keterangan: µ= mean hipotetik, d = setiap satuan standar deviasi

Tabel 10 Kategorisasi penyesuaian diri sosial

Kategori Skor Jumlah Prosentase Sangat Tinggi X > 190,4 5 5%

Tinggi 156,8 <X= 190,4 63 63% Sedang 123,2 < X = 156,8 31 31% Rendah 89,6 = X = 123,2 1 1%

Sangat rendah X < 89,6 - - TOTAL 100 100%

Melihat tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa subjek yang termasuk

kategori sangat tinggi sebanyak 5 subjek (5 %), kategori tinggi sebanyak 63

subjek (63%), kategori sedang sebanyak 31 subjek (31 %), kategori rendah

sebanyak 1 subjek (1%) dan sangat rendah 0 subyek (0%). Berdasarkan tabel

dapat disimpulkan bahwa subjek mempunyai body image yang berada pada

kategori tinggi 63%

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan

antara body image dan penyesuaian diri sosial pada remaja. Adanya hubungan

antara kedua variabel, ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar = 0,496

dengan p = 0,000 (p<0,01). Hubungan antara kedua variabel ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi body image seseorang maka akan semakin tinggi pula

16

penyesuaian diri sosialnya dan sebaliknya semaki rendah body image seseorang

maka akan semakin rendah pula penyesuaian diri sosialnya. Jadi hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

Berdasarkan penelitian ini kategorisasi body image dapat diketahui bahwa

subjek yang berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 5 subjek (5 %),

kategori tinggi sebanyak 63 subjek (63%), kategori sedang sebanyak 31 subjek

(31 %), kategori rendah sebanyak 1 subjek (1%). Berdasarkan kategorisasi

tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar subjek mempunyai body image

yang berada pada kategori tinggi yaitu 63%.

Sementara itu kategorisasi untuk penyesuaian diri sosial dapat diketahui

bahwa subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 13 subjek (13 %),

kategori tinggi sebanyak 61 subjek (61%), kategori sedang sebanyak 20 subjek

(20 %). Berdasarkan kategorisasi tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar

subjek mempunyai penyesuaian diri sosial yang berada pada kategori tinggi

67%, karena jumlah subjek yang berada pada rentang skor 64,4-78,2 paling

banyak, jika dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang skor lain.

Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa body

image mempunyai peranan dalam penyesuaian diri sosial pada remaja.

Penyesuaian diri sosial yang baik akan menjadi salah satu bekal penting karena

akan membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Hasil penelitian

ini juga menunjukkan bahwa remaja yang menilai dirinya baik maka akan dapat

menyesuaikan diri dengan baik tanpa mengalami hambatan. Hal ini didukung oleh

pendapat Partosuwido (1993) bahwa remaja yang memiliki konsep diri yang

17

tinggi maka penyesuaian dirinya akan tinggi pula begitu juga sebaliknya, remaja

yang memiliki konsep diri rendah maka penyesuaian dirinya juga akan rendah.

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahu

individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, dalam Kelliat

1992). Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi

dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman

dan objek, tujuan serta keinginan. Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan

pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya

dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang

dirinya. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian salah satunya yaitu

body image (Kelliat, 1992). Hal ini juga diungkapkan Fuhrmann (1990) yang

menyatakan salah satu komponen pentingnya dalam konsep diri yaitu body image

mempunyai pengaruh terhadap penyesuaian diri sosial pada remaja.

Selanjutnya Hurlock (1973) berpendapat remaja mengetahui bahwa

penampilan fisik yang menarik dapat meningkatkan penerimaan sosial baik dari

teman-teman sejenis atau dari teman-teman lawan jenisnya dan dapat

menimbulkan kesan pertama yang baik. Pengertian ini dapat membantu remaja

mengatasi masalah-masalah sosial yang dihadapi dengan baik, termasuk salah

satunya adalah upaya untuk menyesuaikan diri secara sosial. Penerimaan sosial

yang baik dari teman-teman sejenis, membantu remaja dalam membentuk

penyesuaian diri sosial yang lebih baik.

Menurut Hurlock (1973) remaja menyadari bahwa merupakan hal yang

menyenangkan memiliki fisik yang menarik dan tubuh yang ideal. Hal ini dapat

18

mempertinggi kesempatan mereka dalam penerimaan sosial. Perkembangan fisik

yang dialami remaja menyebabkan remaja memiliki citra terhadap fisiknya atau

yang disebut dengan body image. Body image ini sifatnya subjektif, tiap remaja

memiliki ukuran ideal yang berbeda mengenai keadaan fisik yang bisa

menimbulkan rasa puas terhadap dirinya.

Body image berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang

diri sendiri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya.

Pandangan yang realistik terhadap diri, menerima dan mengukur bagian tubuh

akan memberi rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan

harga diri (Keliat, 1992). Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor dari penyesuaian

diri sosial yang telah disimpulkan oleh Tejo (1996) faktor-faktor tersebut yaitu

kepribadian, jenis kelamin, intelligensi, pola asuh dan konsep diri. Kepribadian

terdiri dari sifat-sifat psikologis stabil dan khas. Sifat-sifat ini ikut menentukan

dan membedakan bagaimana perilaku individu yang satu dengan individu yang

lain dalam berhubungan dengan lingkungan sosial.

Seorang remaja dikatakan mempunyai body image yang tinggi bila remaja

tersebut merasa puas dan dapat menerima keadaan fisiknya, sedangkan seorang

remaja dikatakan memiliki body image yang rendah bila remaja tersebut merasa

tidak puas dengan kondisi fisiknya. Remaja yang melihat keadaan fisiknya positif

maka hal ini akan memberikan kepuasan pada dirinya dan dia akan

mengembangkan konsep diri yang sehat (Hurlock,1973). Body image merupakan

evaluasi dan persepsi diri terhadap keadaan fisik. Jika seorang remaja mempunyai

body image yang tinggi maka akan merasa percaya diri dan dapat melakukan

19

penyesuaian diri yang baik karena tidak ada hambatan dalam diri remaja tersebut.

Remaja tersebut dapat mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi di

lingkungannya. Remaja yang memiliki body image yang rendah yaitu remaja yang

merasa kurang puas dengan keadaan fisiknya dan tidak bisa menerima keadaan

fisiknya, remaja tersebut merasa tidak mendapat respon menyenangkan dari

lingkungan sekitarnya dan canggung untuk melakukan interaksi dengan orang

lain, maka remaja tersebut akan merasa ragu-ragu dalam melakukan penyesuaian

diri sosial dan mengembangkan sikap-sikap negatif. Seperti yang diungkapkan

dalam penelitian Putriana (2004) yaitu bahwa orang-orang yang menunjukkan

body image positif maka akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi sedangkan

orang-orang yang menunjukkan body image negatif maka akan memiliki

kepercayaan diri yang rendah pula. Demikian dapat dikatakan bahwa orang-orang

yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi cenderung lebih bisa menerima diri

sendiri termasuk kepuasan terhadap bagian-bagian tubuh dan keseluruhan tubuh,

tidak menampilkan dirinya sebagai pribadi yang lemah dan pribadi yang tidak bisa

melakukan apa-apa dan remaja tersebut akan berani memasuki lingkungannya

yang baru dengan mengembangkan sikap diri yang yakin akan dirinya dan akan

mampu melakukan penyesuaian diri sosial dengan baik

Pada penelitian tentang hubungan body image dan penyesuaian diri sosial

ini masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya yaitu peneliti tidak

memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian diri sosial seperti

kepribadian, jenis kelamin, inteligensi dan pola asuh sehingga kurang bisa

memberikan gambaran akan hal-hal lain yang bisa mempengaruhi penyesuaian

20

diri sosial selain body image. Selain itu aitem pada masing – masing aspek

penyesuaian diri sosial dan aspek body image tidak sama jumlahnya sehingga

masih harus di sempurnakan. Diharapkan penelitian ini dapat memberi implikasi

secara teoritis yaitu menambah khasanah ilmu psikologi terutama mengenai

informasi tentang penyesuaian diri sosial dan aspek-aspeknya sehubungan dengan

body image.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat

signifikan antara body image dan penyesuaian diri sosial pada remaja. Hubungan

antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa semakin baik body image seseorang

maka akan semakin baik pula penyesuaian diri sosialnya dan sebaliknya semakin

buruk body image seseorang maka akan semakin buruk pula penyesuaian diri

sosialnya.

SARAN

1. Bagi Subjek Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara body

image dan penyesuaian diri sosial pada remaja. Subjek mempunyai body image

yang berada pada kategori tinggi yaitu 63% dan untuk penyesuaian diri sosial

yaitu subjek termasuk dalam kategori tinggi 67%. Subjek yang memiliki body

image dan penyesuaian diri sosial yang tinggi hendaknya tetap mempertahankan

body image positifnya dan kemampuan penyesuaian diri sosialnya.

21

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a) Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama,

disarankan untuk mempertimbangkan variable-variabel lain yang

berhubungan dengan penyesuaian diri sosial pada remaja, sehingga dapat

ditentukan faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi penyesuaian diri

sosial.

b) Peneliti selanjutnya bila ingin meneliti tema yang sama, disarankan untuk

meneliti pada subjek yang lain, sehingga dapat diketahui bila ada

perbedaan dengan hasil penelitian peneliti.

c) Perbaikan alat ukur penyesuaian diri sosial dan body image. Peneliti

selanjutnya disarankan untuk lebih memperhatikan aitem-aitem yang

sesuai untuk mengungkap aspek-aspek dari kedua variabel tersebut

d) Peneliti selanjutnya bila ingin meneliti tema yang sama disarankan untuk

menambah dengan melakukan penelitian dengan metode kualitatif dan

menggunakan metode analisis yang lebih mendetail

22

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Edisi ke 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burns, R.B. 1979. The Self Concept. London: Longman group limited.

Centi, P.J. 1993. Mengapa Rendah Diri?. (Terjemahan oleh Hardjona, A.M)Yogyakarta: Percetakan Kanisus.

Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: P.T. Grafindo Persada

Eysenck, H.J.dkk. 1972. Encyclopedia of psychology 2. New York: Harder & Harder

Fitriyati.1996. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Hambatan Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa. Intisari Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Harrocks, E.J. 1951. Psychology Of Adolescene Behavior And Development. Boston: Houghton Mifflin Company.

Hurlock, E. 1973. Adolescent Development . New York: Mc Grow Hill Book

Company.

__________1978. Perkembangan Anak. Jilid 1. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

__________1987. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan ( terjemahan ). Jakarta: Erlangga

. Keliat, B.A. 1994. Gangguan Konsep Diri. Penerbit buku Kedokteran. EGC.

Jakarta.

Lightstone, Judy. 2002. Body Image. www.Edrefferel.com

Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

McCabe, Marita P. & Ricciardelli,lina A, 2003. Body image and Strategies to Lose weight and Increase muscle among Boys and Girls. Journal of health psychology. 22, 39-46.

Muntaha, M. 2003. Tingkat Depresi Narapidana Ditinjau dari Harga Diri dan

Dukungan Sosial. Skripsi (tidak di terbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Mu’tadin, Z. Spsi.,MSi. Penyesuaian Diri Remaja. http ://www.e-psikologi.com, 04/09/02.

Monks, dkk. 1984. Psikologi Perkembangan (Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

23

Putriana, Y.A. 2004. Hubungan Citra Diri Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja

Putri SMU 3 Jambi. Naskah Publikasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Partosuwido, Sr. 1993. Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam Kaitannya Dengan Persepsi Diri, Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi. No.1, Hal. 32-34.

Rini, J. 2004. Mencemaskan Penampilan. http ://www.e-psikologi.com, 11/06/04

Risveni, N. 2006. Perbedaan Penyesuaian Sosial Pada Mahasiswa Baru Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Naskah Publikasi (tidak di terbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Schneiders. 1964. Personal Adjustment And Mental Hygiene. New York: Holt Rinehart dan Winston.

Suryanto, W.Dr.. 2003. Memupuk Rasa Pede Sejak Kecil. http ://www.IntisariOnThe Net.com, 21/03/03.

Suryaningrum, M. 2004. Hubungan antara Penyesuaian diri dengan Kesepian pada Mahasiswa Baru. Intisari Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Tresnasari, T. 2001. Hubungan Citra Raga dan Minat Membeli Kosmetik Pemutih Pada Remaja Putri. Skripsi (tidak di terbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Thornberg, D. Hersel. 1982. Development In Adolescene. California: Brooks/cole Publishing Company.

Tejo, Rosalia. 1996. Persepsi Kegemukan Diri dengan Penyesuaian Sosial Remaja.Sripsi ( tidak diterbitkan ). Fakultas Psikologi UGM.

Terry, J. Deborah & Carey, J.Craig dkk. 2001. Employee Adjustment to An Organizational Merger : An Intergroup Perspective. Journal of personality and social psychology, 27, 267-280

Tyas,R.A.2005. Sekolahku Sekolah Baru. http://www.PikiranRakyatCyberMedia.com 20/09/05.

Umami, Ida dan Panuju, Panut. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Walgito. 2001. Psikologi Sosial : Suatu Pengantar (Edisi ke-2, Cetakan ke-3) Jogjakarta : Andi.

Willis, S. Sofyan, DR,M.Pd. 2005. Remaja dan Masalahnya. Bandung: CV. Alfabeta.

24

IDENTITAS PENULIS

Nama : Nanin Rizqi Amalia

No Mahasiswa :03320156

Alamat Kost :Jakal Km.13,5 Gg. Flamboyan No.45 ‘rumah tulip’

Yogyakarta

Alamat Rmh :jl. Hayam wuruk II/8 Pekalongan 51113

Tlp :081391777757