Upload
rahmawahid12
View
284
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
MUMPS
I. DEFINISI
Penyakit gondongan atau dalam istilah kedokteran dikenal dengan parotitis
atau mumps adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
(Paramyxovirus) dan menyerang jaringan kelenjar dan saraf. Penyakit ini sering
menyerang anak-anak usia 5-10 tahun dengan gejala khas rasa nyeri dan bengkak
pada salah satu atau kedua kelenjar leher (parotis). Seorang anak akan
mendapatkan kekebalah tubuh terhadap virus Paramyxovirus dari ibunya sampai
usia 12-15 bulan saja. Itupun jika ibu pernah menderita gondongan atau
mendapatkan imunisasi sebelumnya.
Sebelum ditemukannya vaksin mumps pada tahun 1960-an, infeksi mumps
sangat sering dijumpai. Setelah itu, angka kejadian mumps menurun drastis.
1
II. ETIOLOGI
Penyebab dari mumps atau gondongan adalah virus 1, 2, 3, 4, 6. Virus ini
adalah anggota kelompok paramyxovirus yang juga mencakup parainfluenza,
campak, dan virus penyakit Newcastle. Hanya diketahui ada satu serotip. Biakan
manusia atau sel ginjal kera terutama digunakan untuk isolasi virus. Virus telah
diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi
lain. Virus ini ditemukan di air liur mulai sejak 6 hari sebelum timbulnya
pembengkakan sampai dengan 9 hari setelah pembengkakan. Tingkat penularan
gondongan paling tinggi pada periode 48 jam sebelum mulai pembengkakan.
Mumps merupakan virus RN rantai tunggal dan anggota dari family
Paramyxoviridae, genus Paramyxovirus. Virus mumps mempunyai 2 glokoprotein
yaitu hemaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein 1, 3, 6. Virus mumps
sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.
Klasifikasi :
Group : V (-) ssRNA
Ordo : Mononegavirales
Famili : Paramyxoviridae
Genus : Rabulavirus
Spesiaes : Mumps Virus
Virus gondongan ini mudah menyebar dari satu orang ke orang lain melalui
air liur yang terinfeksi. Seseorang dengan gangguan daya tahan tubuh dapat
mudah terinfeksi gondongan dengan menghirup droplet(percikan) dahak orang
yang terinfeksi yang keluar sewaktu bersin atau batuk. Mumps juga dapat
2
menyebar melalui pemakaian alat atau peralatan makan bersama. Masa
inkubasinya 14 – 25 hari (masa inkubasi adalah suatu periode sejak masuknya
virus ke tubuh sampai awal timbulnya gejala klinis)
Mumps atau gondongan paling sering menyerang anak usia 6 – 8 tahun.
Serangan mumps meski hanya satu sisi sekalipun akan menyebabkan yang
bersangkutan mempunyai imunitas (kekebalan) seumur hidup terhadap mumps.
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara
endemic atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang
berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah
zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.
Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit
ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu
untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium
dalam tubuh.
III. MORFOLOGI
Merupakan virus yang beramplop dan memiliki suatu nukleokapsid/kapsid.
Kapsid ditutupi oleh amplop. Berdiameter 150-300 nm dan panjang 1000-10000
nm. Permukaannya tertutupi oleh tonjolan-tonjolan yang terlihat menyerupai
paku-paku yang besar. Kapsidnya berfilamen dan memiliki panjang 600-1000 nm
dan lebar 18 nm.
3
IV. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Pneumonia pada anak merupakan infeksi yang serius dan banyak diderita
anak – anak di seluruh dunia yang secara fundamental berbeda dengan pneumonia
pada dewasa. Di Amerika dan Eropa yang merupakan negara maju angka kejadian
pneumonia masih tinggi, diperkirakan setiap tahunnya 30 – 45 kasus per 1000
anak pada umur kurang dari 5 tahun, 16-20 kasus per 1000 anak pada umur 5 – 9
tahun, 6 – 12 kasus per 1000 anak pada umur 9 tahun dan remaja
Bayi sampai umur 6-8 bulan tidak dapat terjangkit parotitis epidemika
karena dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan secara transplasental dari ibunya.
Insiden tertinggi pada umur antara 5-9 tahun, kemudian diikuti antara umur 1-4
tahun, kemudian umur antara 10-14 tahun.
V. PATOFISIOLOGI
Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis, kelenjar sublingualis
dan kelenjar submaksilaris. Dapat terjadi orchitis unilateral dan menyerang 20-
30% dari laki-laki setelah pubertas. Sedangkan pada wanita dapat terajadi
sterilitas namun kasusnya sangat jarang. Kira-kira 40-50% infeksi oleh virus
mumps ini dapat menimbulkan gejala pada saluran pernafasan terutama pada anak
usia 5 tahun.
Gejala sisa yang permanen berupa paralysis, kejang, seperti halnya pada
kematian pada penderita mumps juga sangat jarang terjadi. Mumps yang terjadi
pada trisemester pertama kehamilan dapat meningkatkan terjadinya aborsi, namun
belum terbukti infeksi mumps dapat menyebabkan kecacatan pada janin.
Infeksi akut oleh virus mumps dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM
dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Pemeriksaan
serologis yang umum digunakan untuk mendiagnosa adanya infeksi mumps akut
atau yang baru saja terjadi adalah ELISA, tes HI dan CF. Virus dapat juga
diisolasi dari mukosa buccal, 7 hari sebelum dan 9 hari sesudah terjadi
pembesaran kelenjar ludah. Virus dapat juga diisolasi dari mukosa buccal, 7 hari
sebelum dan 9 hari sesudah terjadi pembesaran kelenjar ludah. Virus dapat juga
diisolasi dari air seni 6 hari sebelum dan 15 hari sesudah terjadi paortitis.
4
Virus masuk tubuh mungkin via hidung/mulut, proliferasi terjadi di
parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia dan selanjutnya virus
berdiam di jaringan kelenjar/saraf dan yang paling sering terkena ialah glandula
parotis. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva,
darah, air seni dan liquor. Mumps ialah suatu infeksi umum.
Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel
epitel tubuli seminiferous. Pada pancreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan
nekrosis jaringan.
VI. MANIFESTASI KLINIS
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami
keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit
(subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang
mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.
5
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan
rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan
berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :
1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam
(suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan
nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya
disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua
kelenjar mengalami pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur
mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula)
dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi
pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
Virus dapat diisolasi dari urine 6 hari sebelum dan 15 hari sesudah onset dan
dari ludah 6-7 hari sebelum terjadi parotitis hingga 9 hari sakit. Penularan
tertinggi dapat terjadi antara 2 hari sebelum hingga 4 hari setelah sakit. Infeksi
yang laten dapat menular.
Gejala klasik yang muncul dalam 24 jam adalah anak akan mengeluh sakit
telinga dan diperberat jika mengunyah makanan terutama makanan asam. Demam
akan turun dalam 1-6 hari, dimana suhu tubuh akan kembali normal sebelum
pembengkakan kelenjar hilang. Pembengkakan kelenjar menghilang dalam 3-7
hari. Pada anak laki-laki yang belum pubertas dapat juga muncul pembengkakan
testis pada minggu pertama atau kedua. Testis yang terserang terasa nyeri,
bengkak dan kulit sekitarnya berwarna merah. Komplikasi orchitis (peradangan
pada testis) lebih banyak ditemukan pada anak usia 15 s/d 29 tahun Jika
menyerang indung telur pada wanita dapat ditemukan keluhan nyeri perut bagian
bawah. Komplikasi dapat berupa infeksi otak (ensefalitis) dan ketulian namun
jarang.
6
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga,
namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga
meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan order untuk dilakukannya
pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum
(serologic) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation
antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing
antibodies (NT).
Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula
kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu
minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu.
VIII. DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada
pemeirksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit
gondong (Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah
dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah.
Pembengkakan dari kelenjar liur dan demam dapat disebabkan juga oleh
tonsillitis atau penyumbatan kelenjar liur.Virus lain juga dapat menyerang
kelenjar parotis, menyebabkan gejala menyerupai mumps.
IX. KOMPLIKASI
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.
Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat
menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika
infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau
pengobatan yang kurang dini :
1. Orkitis ; kondisi ini menimbulkan peradangan pada salah satu atau kedua
testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang
7
terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan
(sterilitas).
2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri
perut yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
3. Ensefalitis. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami enserfalitis
cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti
ketulian atau kelumpuhan otot wajah. Infeksi virus, seperti mumps, dapat
menyebabkan peradangan pada otak (ensefalitis). Ensefalitis dapat
menimbulkan gangguan saraf yang dapat mengancam jiwa. Meskipun dapat
berakibat fatal, kondisi ini sangat jarang ditemukan.
4. Meningitis. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan
sembuh total. Meningitis adalah infeksi dan peradangan dari membran
pembungkus dan cairan yang mengelilingi otak dan spinal cord (syaraf tulang
belakang). Hal ini dapat terjadi apabila virus mumps masuk kedalam
pembuluh darah dan menyebar ke susunan syaraf pusat. Sama dengan
ensefalitis, meningitis juga sangat jarang ditemukan.
5. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama.
Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan
menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
6. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang
kental dalam jumlah yang banyak
7. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.
8. Peradangan dari Ovarium. Gejalanya adalah nyeri pada perut bagian bawah
pada wanita .Kelainan ini tidak mempengaruhi tingkat kesuburan.
9. Penurunan pendengaran. Pada beberapa kasus, gondongan dapat menyebabkan
penurunan pendengaran, biasanya berlangsung permanen (tidak bisa sembuh)
dan dapat mengenai satu atau kedua telinga.
10. Keguguran. Terkena gondongan saat kehamilan, terutama trisemester awal
dapat menimbulkan keguguran.
X. PENATALAKSANAAN
8
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat
selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat
pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan
sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki
resiko terjadinya sindroma Reye (Pengaruh aspirin pada anak-anak).
Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita
menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan
melakukan kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut. Sedangkan
penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis),
dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui
infus.
Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent
gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus
itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga pengobatan hanya
berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan
sendirinya.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam "self limiting disease"
(penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan
sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya
nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.
Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru
untuk mencuci pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya.
Kemungkinan besar hanya agar anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu
jika main keluar dengan wajah belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut
istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses kesembuhan.
Penderita yang mengalami serangan virus pada organ pancreas
(pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan
cairan melalui infus.
Pemberian imunomodulator belum terdapat laporan penelitian yang
menunjukkan efektifitasnya. Karena penyakit ini disebabkan oleh virus,
pemberian antibiotik tidak diperlukan. Sebagaimana infeksi virus, imunitas akan
9
menghilangkan virus yang ada dalam tubuh, namun hal ini memerlukan waktu.
Biasanya, anak dan orang dewasa akan sembuh sempurna dalam waktu 2 minggu.
Waktu dan istirahat merupakan pengobatan yang terbaik untuk infeksi virus
mumps. Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh dokter untuk mempercepat
penyembuhan.
Hal – hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan tidak
nyaman serta menjaga agar orang lain tidak tertular adalah :
Istirahat di tempat tidur sampai demam hilang
Hindari kontak dengan orang lain dan anak kecil untuk mencegah
penyebaran.
Seseorang dengan infeksi gondongan paling mudah menulari orang lain
pada 5 hari pertama setelah timbulnya keluhan dan gejala
Minum asetaminofen (panadol, tynelol, dll) atau obat anti inflamasi non-
steroid lain seperti ibuprofen (proris, advil, dll) untuk mengurangi
keluhan. Aspirin tidak boleh digunakan pada anak – anak karena dapat
menimbulkan sindrom Reye yang dapat berakibat fatal.
Gunakan kompres dingin untuk mengurangi nyeri akibat pembengkakan
kelenjar
Gunakan penahan untuk mengurangi nyeri akibat pembengkakan testis
Hindari makanan yang harus banyak dikunyah.
Makanlah makanan yang lembek atau berkuah seperti sup, kentang
rebus, atau bubur gandum
Hindari makanan yang asam seperti lemon atau buah – buahan, karena
dapat meransang pengeluaran liur.
Banyak minum air
Hal yang paling penting adalah perhatikan adanya tanda – tanda komplikasi.
Pada anak laki, awasi apabila terdapat demam dengan pembengkakan testis. Pada
anak perempuan, nyeri pada perut dapat merupakan tanda – tanda keterlibatan
ovarium. Nyeri perut pada anak laki dan perempuan bisa merupakan tanda
pankreatitis.
XI. PENCEGAHAN
10
Pencegahan adalah solusi terbaik supaya terhindar dari penyakit ini. Cara
pencegahan terbaik untuk parotitis adalah dengan imunisasi MMR (mumps,
measles, rubella) yang merupakan bagian dari jadwal imunisasi rutin rekomendasi
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2011. Vaksin ini merupakan kombinasi
dengan vaksin measles (campak) dan rubella (campak Jerman). Diberikan
sebanyak 2 kali, yaitu diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan dan kemudian
usia 5-6 tahun.
Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang
belum menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek
panas atau gejala lainnya. Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung
kadar Iodium, dapat mengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan.
Imunisasi MMR digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1967. Advisory
Committee on Immunization Practices (ACIP) menganjurkan penggunaannya
untuk anak, masa remaja, remaja, dan dewasa. Pada saat itu, masyarakat
menganggap pencegahan penyakit gondok bukan merupakan prioritas utama
dalam pencegahan kesehatan masyarakat dan dinyatakan ACIP imunisasi MMR
adalah merupakan program kesehatan masyarakat yang kurang efektivitasnya.
Namun, pada tahun 1972, ACIP mengeluarkan rekomendasi yang kuat untuk
menunjukkan bahwa imunisasi MMR merupakan program yang sangat penting.
Saat itu ACIP merekomendasikan vaksinasi rutin untuk semua anak-anak berusia
12 tahun atau lebih.
Pada tahun 1980, telah dinyatakan sebagai rekomendasi kuat untuk
vaksinasi pada anak-anak, remaja dan dewasa yang rentan. Setelah itu vaksinasi
MMR semakin komprehensif dan rekomendasi pengundangan undang-undang
pada negara bagian sehingga memerlukan vaksinasi tersebut harus dianjurkan
pada saat anak masuk sekolah. Namun, selama 1986 dan 1987, wabah besar
terjadi di antara kelompok kohort underimmunized atau orang yang lahir selama
1967-1977, sehingga terjadi perubahan puncak angka kejadian dari usia 5-9 tahun
bergeser pada usia 10-19 tahun. Dalam tahun 1989, direkomendasikan ACIP
pemberian vaksin campak dan MMR pada anak-anak berusia 4-6 tahun pada saat
masuk ke taman kanak-kanak atau kelas satu. Selama tahun 1988-1998 menurun
11
di antara semua kelompok umur. Pada tahun 1989-1990, wabah besar terjadi di
kalangan siswa di dasar dan sekolah menengah, sebagian besar siswa di sekolah
tersebut telah divaksinasi, menyatakan bahwa kegagalan vaksinasi. . Pada tahun
1991, wabah lain terjadi di sebuah sekolah menengah di mana sebagian besar
siswa yang telah divaksinasi, kejadian ini juga banyak dikaitkan dengan utama
kegagalan vaksinasi.
Dosis dari vaksin MMR diberikan sebelum anak sekolah yaitu:
Dosis pertama antara usia 12 s/d 15 bulan
Dosis kedua antara usia 4 s/d 6 tahun
Bila imunisasi terlambat atau tidak sesuai jadwal di atas maka dapat
diberikan catch-up immunization imunisasi MMR 2x dengan jarak minimal 28
hari dari pemberian dosis pertama Dosis tunggal vaksin MMR dianggap tidak
cukup untuk memberikan perlindungan sewaktu terjadi wabah. Karena
rekomendasi pemberian dosis kedua baru dimulai pada akhir tahun 1990an, maka
banyak yang lahir sebelum tahun tersebut belum mendapat vaksin MMR kedua
dan harus segera dilakukan vaksinasi.
Dosis vaksinasi mumps yang diberikan adalah 0,5 ml vaksin MMR
diberikan secara S.C (subcutaneous). Penelitian membuktikan vaksin MMR dapat
meningkatkan antibodi selama lebih dari 25 tahun pada lebih dari 95% orang yang
mendapat vaksin sebanyak satu kali.
Sebagai orang dewasa, anda tidak memerlukan vaksin MMR jika :
Anda pernah mengalami ke-3 penyakit ini
Anda telah mendapat dosis kedua MMR atau MMR satu kali ditambah
vaksin campak satu kali
Anda yang sudah mendapat satu dosis MMR dan tidak berisiko tinggi
terpapar campak
Sebagai orang dewasa, anda memerlukan vaksin MMR jika tidak termasuk
kriteria di atas. Anda juga memerlukan satu dosis vaksinasi campak tambahan jika
anda tidak termasuk :
Anda seorang mahasiswa, siswa pertukaran pelajar, atau pelajar diatas
tingkat SMU.
12
Anda bekerja di rumah sakit, atau di fasilitas kesehatan lain.
Anda sering berpergian keluar negeri,atau anda penumpang kapal laut.
Anda wanita dalam usia subur.
Vaksin tidak boleh diberikan pada :
Wanita hamil atau berencana hamil dalam 4 minggu mendatang.
Orang yang memiliki riwayat reaksi alergi berat terhadap gelatin atau
antibiotik neomisin.
Orang dengan imunokompromais berat, kecuali apabila
dipertimbangkan manfaatnya melebihi risiko yang akan dihadapi.
Jika anda memiliki riwayat kanker, gangguan darah, atau penyakit lain
yang mempengaruhi daya tahan tubuh, bicarakan dengan dokter anda
sebelum mendapatkan vaksin.
XII. PROGNOSIS
Prognosis umumnya bonam, namun tergantung dari faktor penderita.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Retno Asih S., dkk. Pneumonia. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak XXXVI, Kapita
Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI. Surabaya: FK Unair RSU Dr. Soetomo.
2006; h. 3-20.
2. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK- UNHAS. Pneumonia. Dalam: Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Makassar: SMF Anak RS. DR. Wahidin
Sudirohusodo. 2013; h. 33-6.
3. Bambang Supriyanto. Infeksi Respiatorik Bawah Akut pada Anak. Dalam: Sari
Pediatri, Vol. 8, No. 2. Jakarta: Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan
Anak FKUI-RSCM. 2006; h. 101-3.
4. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit,
Edisi 6. Jakarta: EGC. 2012; h.804.
5. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi.
Pneumonia Balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2010; h.1.
6. Sjahriar Rasad. Pneumonia. Dalam: Radiologi Diagnostik, Ed. 2. Jakarta:
Departemen Radiologi FK –UI. 2010; h. 401-2.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Modul Tatalaksana Standar Pneumonia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2012; Hal. 2, 10.
8. Daeng M Faqih, dkk. Pneumonia dan Bronkopneumonia. Dalam: Panduan
praktik Klinik bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi I.
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia. 2013; h.272-5.
9. MedStuff. Pneumonia pada Anak. [online]. 11 November 2008 [cited 17 April
2015]; Avaible from: URL: www.medicinestuffs.com/2008/11/pneumonia-
pada-anak.html?m=1
14