Upload
pumdatin
View
656
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN
Oleh:PROF. DR. H. TJAHYA SUPRIATNA, SUPROF. DR. DRS. H. KHASAN EFFENDY,
M.PD
PROGRAM DOKTOR ILMU PEMERINTAHAN PASCASARJANA
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI Kementrian Dalam Negeri
INTERELASI AKTIVITAS, METODE, PENGETAHUAN
AKTIVITAS DAN GEJALA PEMERINTAHAN
METODE PENGETAHUAN PENGAMATAN, RASA DAN FAKTA EMPIRIK
ILMU PEMERINTAHA
N
ILMU PEMERINTAHAN
(SCIENCE)
Ilmu pengetahuan (science) bergerak ke dalam. Ke dalam ia menguji, mengoreksi, membaharui, dan mengembangkan diri sendiri sehingga terus menerus mampu berfungsi (Fred N. Kerlinger, Foundations of Behavioral Research, 1973, 67)
Ke luar ia merekam, mengindentifikasi, menggambarkan, menemukan dan menerangkan hubungan, (ikut) menguji pengetahuan lain dan meramalkan apa yang akan atau dapat terjadi.
ESENSI METODE
Metodologi berasal dari kata methodology (method + logos). Kata method (methodos, systematic course) berasal dari akar kata meta- (dunia di balik kenyataan, sepertimeta- dalam metafisika, after, beyond) dan hodos (jalan, cara).
Hodos itu bermacam-macam, persis seperti kunci atau alat. Setiap barang (baca: masalah) yang hendak di buka (baca: dipecahkan, diterangkan), memerlukan, dan mempunyai kunci sendiri (tertentu).Dalam Encyclopedia Britanniaca (1958), Metodologi di-refer sebagai scientific method dan didefinisikan sebagai “the procedure by which we again knowledge in empirical studies such as physics, chemistry, and physiology” yang gejala-gejalanya berulang-tetap sehingga dengan leluasa dapat diteliti melalui metodologi kuantitatif.
ESENSI METODE
Metodologi berasal dari kata methodology (method + logos). Kata method (methodos, systematic course) berasal dari akar kata meta- (dunia di balik kenyataan, sepertimeta- dalam metafisika, after, beyond) dan hodos (jalan, cara).
Hodos itu bermacam-macam, persis seperti kunci atau alat. Setiap barang (baca: masalah) yang hendak di buka (baca: dipecahkan, diterangkan), memerlukan, dan mempunyai kunci sendiri (tertentu).
Dalam Encyclopedia Britanniaca (1958), Metodologi di-refer sebagai scientific method dan didefinisikan sebagai “the procedure by which we again knowledge in empirical studies such as physics, chemistry, and physiology” yang gejala-gejalanya berulang-tetap sehingga dengan leluasa dapat diteliti melalui metodologi kuantitatif.
Metodologi Ilmu Pemerintahan menunjukan bahan baku body of knowledge yang disebut Ilmu Pemerintahan itu, dan bagaimana konstruksinya, sehingga ilmu yang bersangkutan tetap bertahan dan berfungsi internal dan eksternal dalam kondisi apapun.
PEMIKIRAN METODOLO
GI
1. Semula Metodologi Ilmu tidak diajarkan pada tingkat sarjana melainkan pada studi tingkat Master dan Doktor. Materi Metodologi Ilmu dimasukan di dalam Filsafat Ilmu sebagai salah satu cabang Filsafat dan diajarkan di beberapa fakultas pada tingkat sarjana.2. Pemikiran tentang Metodologi didorong
oleh kebutuhan akademik dalam rangka upaya memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu terlihat pada prosesi Kongres Ilmu Pengetahuan Nasionl Pertama yang berlangsung di Malang pada tanggal 3 – 9 Agustus 1958 dan diselenggarakan oleh Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia.3. Kongres menggelar dua diskusi panel
yaitu tentang (1) University and research dan (2) Scientific Manpower. Tidak lama sesudah itu baik Metodologi Ilmu, misalnya Metodologi Ilmu Politik di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta maupun Metodologi Penelitian, diajarkan di berbagai fakultas.
RAMBU-RAMBU MEMPELAJARI METODOLOGI PEMERINTAHAN
1. Teknis, tiadanya buku pelajaran,2. Metodologis, kurangnya kejelasan perbedaan
antara Metodologi Ilmu dengan Metodologi Penelitian,
3. Taksonomik, tentang letak disiplin ini di dalam sistem ilmu pengetahuan,
4. Metodik-didaktik, cara dan teknik pembelajaran,5. Materiil, tentang sumber dan pengkajian materi
Metodologi Pemerintahan itu sendiri, dan6. Kelangkaan tenaga Akademik. Untuk mengatasi
sebagian kesukaran di atas dilakukan pengkajian tentang Metodologi Ilmu Pemerintahan.
SUBSTANTIF PEMERINTAHAN
1. Pemerintahan adalah gejala sosial, artinya terjadi di dalam hubungan antar anggota masyarakat, baik individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, maupun antar individu dengan kelompok. Gejala ini terdapat pada suatu saat di dalam sebuah masyarakat. Di sana seseorang atau suatu kelompok (sebut saja X) dalam proses atau interaksi sosial terlihat dominan terhadap orang atau kelompok lain (sebut saja Y).
2. Jika ditelusuri dari sudut Sosiologi, seperti dilakukan Max Weber, “The Three Types of Legitimate Rule,” dalam Amitai Etzioni (ed.), Complex Organization (1961) maupun dalam The Web of Government (1961), ternyata didominasi itu bersumber pada beberapa hal :
a) Waktu, misalnya dominasi orang yang lebih tua terhadap orang lain,
b) Lokasi, misalnya dominasi daerah yang kondisinya lebih baik dari daerah lainnya,
c) Tradisi, misalnya kesetiaan orang terhadap kelompok yang ditaklukannya, baik dengan menggunakan kekuatan atau paksaan maupun melalui rekayasa,
d) Penaklukan, misalnya dominasi kelompok penakluk terhadap kelompok yang ditaklukannya, baik dengan menggunakan kekuatan atau paksaan maupun melalui rekayasa,
e) Penyelesaian suatu konflik melalui proses win-lose atau lose-win,
f) Perlombaan atau persaingan, dang) Kesepakatan, misalnya kekuasaan tertentu yang oleh
sekelompok orang, berdasarkan pertimbangan tertentu, diserahkan kepda orang lain sebagai jalan, cara atau alatuntuk mencapai tujuan atau kepentingan bersama dan tertentu pula.
3. Dalam bahasa Inggris, pemerintahan disebut government (Latin gubernare, Greek kybernan, artinya to steer, mengemudi-kan atau mengendalikan), sehingga semula, lambang pemerintahan itu berbentuk kemudi kapal.
4. Gejala PemerintahanPada analisis di atas, X disebut pemerintah (P) dan Y yang diperintah (YD). Hubungan antara P dengan YD memuat kegiatan yang disebut pemerintahan atau peristiwa yang disebut peristiwa pemerintahan. Peristiwa pemerintahan ada yang sekali lalu dan ada yang berulang. Peristiwa pemerintahan yang sekali lalu menjadi sasaran kajian ilmiah guna membangun seni pemerintahan.Peristiwa pemerintahan dapat dipelajari dengan menggunakan metodologi research dan hasil-hasilnya dapat diajarkan, diterapkan dan diwariskan. Hal ini dibahas kelak namun untuk sementara dikatakan, pengkajian terhadap peristiwa pemerintahan yang berulang-ulang atau gejala-gejala pemerintahan itulah sumber bahan konstruksi Ilmu Pemerintahan.
PERKEMBANGAN ILMU PEMERINTAHAN1. Perkembangan Paradigmatik Ilmu Pemerintahan
setiap kegiatan pengkajian ilmiah mempunyai sasaran. Setiap sasaran dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda dan dengan menggunakan alat yang berlainan. Mislnya, pandangan terhadap sebuah rumah bercat putih berbeda dibanding dengan menggunakan kacamata hitam berbeda dengan pandangan dengan kacamata biru. Pengkajian terhadap sasaran yang sama (objek materiil) jika dilihat dari sudut yang berbeda (objek formal) dengan alat yang berbeda,memberikan hasil yang berbeda pula. Karena itu, pengkajian terhadap objek (sasaran) yang sama dapat menghasilkan disiplin yang berlainan. Dari sudut mana dan dengan cara apa peristiwa (gejala) pemerintahan itu dipandang guna menghasilkan Ilmu Pemerintahan, akan dibicarakan kemudian.Sebagai disiplin yang berdiri sendiri, Ilmu Pemerintahan (Bestuursweten) adalah ilmu yang baru. Perkembangannya melalui sudut pandang dan cara menurut ilmu yang ada di masa itu sehingga objek itu menjadi ruang lingkup dan dipelajari sebagai materi atau bagian integral disiplin lain seperti Ilmu Hukum, Ilmu Politik, Sosiologi, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Administrasi.
2. Pada tahap kedua, gejala pemerintahan dipelajari oleh disiplin ilmu pengetahuan yang ada sehingga terbentuklah spesialisasi disiplin yang bersangkutan. Mislnya, tatkala sosiologi mempelajari gejala pemerintahan, lahirlah disiplin baru yaitu Sosiologi Pemerintahan. Sosiologi Pemerintahan merupakan spesialisasi sosiologi. Dalam hubungan ini terdapat sejumlah disiplin yang berspesialisasi di bidang pemerintahan :a. Politik Pemerintahanb. Administrasi/ Manajemen Pemerintahanc. Hukum Tata Pemerintahand. Sosiologi Pemerintahan/Publike. Ekonomi Pemerintahan/Publikf. Teknologi Pemerintahang. Filsafat Pemerintahanh. Etika Pemerintahani. Psikologi Pemerintahanj. Sejarah Pemerintahank. Ekologi Pemerintahanl. Budaya Pemerintahan
m. Geografi Pemerintahan
n. Hukum Adat Pemerintahano. Kepemimpinan Pemerintahanp. Komunikasi Pemerintahanq. Bahasa Pemerintahanr. Seni Pemerintahans. Metodologi Pemerintahant. Perbandingan Pemerintahanu. Perilaku Pemerintahanv. Pembangunan Pemerintahan
3. Pada tahap ketiga, terbentuk kelompok pengetahuan (body of knowledge) yang dikonstruksikan dan konsep-konsep sumbangan disiplin tersebut di atas, terutama konsep-konsep ideografik. Maka lahirlah disiplin yang disebut Ilmu Pemerintahan Ekletis. Ilmu Pemerintahan pada tahap awal seperti Bestuurskunde, bersifat ideografik-ekletis. Inilah ilmu pemerintahan generasi pertama.
4. Pada tahap keempat, lahirlah Ilmu Pemerintahan yang mandiri yang dikenal sebagai Bestuurswetenschap. Ilmu Pemerintahan generasi kedua di dukung oleh metodologi (Metodologi Ilmu Pemerintahan) yang berhasil mengidentifikasi sasaran formal baru (khusus) di antara sejumlah objek formal lainnya yang gejalanya memiliki keajegan yang cukup untuk dianalisis (sedikit banyak bersifat nomotetik).
5. Dari analisis itu lahir konsep-konsep sebagai bahan bagi penyusunan teori yang pada gilirannya bisa digunakan sebagai alat eksplanasi dan prediksi, dua diantara sejumlah fungsi pengetahuan untuk dapat disebut sebagai disiplin yang mandiri (baca juga Soewargono, “Jati Diri Ilmu Pemerintahan,”dalam Jurnal Ilmu Pemerintah-an, Nomor Perkenalan 1995 h.24-56).
SOSIAL
a. Sosiologib. Antropologic. Psikologid. Ekonomie. Politikf. Geografig. Komunikasi h. Hukumi. Ilmu j. Ilmu
sejenisnya
FILSAFAT
HUMANIORA
a. Bahasa dan Sastra
b. Kebudayaanc. Keseniand. Filsafate. Agamaf. Ilmu
sejenisnya
ILMU EKSAKTA
a. Fisikab. Biologic. Kimiad. Astronomie. Matemati
ka
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU
POLITIK(Indung)
Pemerintahan
(Saudara Kandung) – ilmu
Otonomi
ADM PUBLIKADM. NEGARA(Saudara Kandung)
INTEGRAL >< SEPARATED
RELEVANSI SOSIAL
RELEVANSI INTELEKTUA
L
PERPISAHAN ILMU
SOSIALISM
FILSAFAT
HUMANIORAILMU EKSAKTA
POLITIKADM.
PUBLIKADM.
NEGARA
ILMUPEMERINTAH
AN
PETA ILMU PEMERINTAHAN
FILSAFAT
ILMU
TEORI
GENERALISASI
(Basic Concept)
KONSEP
FAKTA
BUKTI, DATA
KONSTRUKSI ILMU
1. ILMUIlmu Adalah susunan pengetahuan yang teratur tentang pokok-pokok permasalahan atau subyek tertentu yang diperoleh melalui metode tertentu dengan tujuan memperoleh kebenaran tentang sesuatu yang obyektif.
Menurut Moh. Hatta:Ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum Kausal baik dalam suatu golongan yang sama tabiatnya maupun menurut bangunannya dari dalam.
UNISCO (United Nation an Education Science and Cultural organization)Science is Sum on Coordinated knowledge related to a determined subject. Keseluruhan pengetahuan yang teratur tentang suatu pokok permasalahan tertentu.
2. SYARAT-SYARAT
a. Objek atau bidang kajian b. Metode – cara ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan yang benar dan objektif c. Pengertian atau konsep-konsep tersendiri
sesuai dengan karakteristik dan lingkup permasalahan.
3. Karakteristik Ilmu
d. Rasionale. Logis f. Objektifg. Terbuka h. Universal i. Sistematis
4. FUNGSI ILMUMembantu manusia dalam mencapai tujuan kedepannya dan memberi penerangan kehidupan
ILMU PEMERINTAH
AN
Institusi
Ranah Ilmu-ilmu pemerintahan dalam bidang kajian normatif dan faktual untuk membangun bentuk.
Paradigma yg mantap( ontologi, etistendogi, dan aksiologi)Diterima para Ilmuwan
SCIENCEOTONOMI
STUDIES
PENDEKATAN ILMU PEMERINTAHAN
Berkembang
Anomali
Eksistensi Ilmu
EKSISTENSI ILMU
PEMERINTAHAN
PARADIGMA
ANGGAPAN DASAR
PRAPOSISI OBYEK
KONSEP FORMAL
TEORI ILMU PEMERINTAHA
N
TEORI ILMU PEMERINTAHAN
governance
government
Residu
DeskresiP. Emenssion
Desentralisasi
Disaster
TANTANGAN ILMU PEMERINTAHAN
Masalah keterbukaan, yaitu kesediaan menerima kritik
Tantangan untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis
Penelitian ilmu
pemerintahan dihadapkan
maslalah pendanaan dan teknis
Dominan paradigm
a behavioroismelaw
an positivist
ik
ANOMALI BERKEMBANG
SAINS EMPIRIKAL
Ada pun Sains Empirikal (normal science) sebagaimana disebut oleh Thomas Khun yang kini berlaku, diturunkan dari cara berpikir sensual (indrawi), melalui Proses Pengindaran, agar dapat menangkap wujud-wujud konkrit dari jagat raya (yang disebut realita itu).
Letak masalah, suatu masalah besar dan esensial dari apa yang kita sebut Sains Empirikal itu. Untuk memahami hal ini kita kembali ke jalan pikiran kant bahwa jagat raya yang sebenarnya adalah noumena, yang kita tidak tahu tentang itu (tidak akan tahu sampai kapan pun) sedangkan yang tampak kepada kita adalah phenomena (bukan jagat raya sebenarnya dan bersifat menipu).
Science
ILMU PEMERINTAHAN
OntologiApa hakekat?
Epistomologi
Bagaimana?
Existensi
ilmu
AxiologiNilai guna
OntologiHakekat, ada
Konstruksi Religi
Ada kehidupan setelah mati
Ada perbedaan pria dan wanita
Konstruksi Sosial
EpistomologiTeori Pengetahuan
Relasi objektivitas dengan Fenomena Sosial
Relasi objektivitas dengan Fenomena Alam
Konstruksi Pemerintahan
Ada rakyat Wilayah
Pengakuan (nilai,norma,hukum)
Axiologi
Bernilai
Bebas Bernilai
Aktivitas kehidupan
Otonomi Ilmu
Titik singgungPolitik dengan Pemerintahan
Politik
Politik kekuasaan
Alat
Pemerintahan
Pelaksana kekuasaan (courcion)
Gejala Sosial Pemerintahan
HISTORIS><KONTEKTUAL
ILMU PEMERINTAHAN
Pada masa Romawi kuno,Pemerintahan yang tidak pernah berhenti pada tataran spekulatif.
Pada masa Abad Pertengahan , Pemerintahan yang terkait erat dengan masalah keagamaan.
Pada masa Renaissance, Adanya gerakan sekularisasi dalam artian pemisahan pembahasan masalah keagamaan dan kenegaraan.
Pada masa klasik, Pemerintahan yang berupa disiplin keilmuan yang obyektif, sistematis, rasioanal, dan metodis.
Pada masa Modern Prusia Ilmu Pemerintahan dengan nama
Kameralwissenshaft, yang bersifat sentralistik, paternalistik, berfaham ekonomi merkantilisme.
Amerika Ilmu Pemerintahan Kameralisme. Latar
belakang sosial budaya politik pada masa itu diwarnai oleh penerimaan faham demokrasi dalam kehidupan kenegaraan.
Inggris Ilmu Pemerintahan yang mengacu pada ilmu
klasik dan humanities yang bersifat generalis, maka pejabat sering diklarifikasikan sebagai professional amateurs.
Belanda Ilmu Pemerintahan yang mirip dengan
Kameralisme Jerman hal ini diciptakan Program Indologie yang dilakukan oleh gabungan dari 3 fakultas leiden, yaitu fakultas hukum, sastera, dan fakultas filsafat. Ilmu pemerintahan yang dikembangkan lebih pragmatis.
ILMU PEMERINTAHAN
Bestuurswetenschap(Ilmu pemerintahan)
bestuurswetenschappen(Ilmu-ilmu
pemerintahan)
Bestuurs-kunde(Ilmu pemerintahan
terapan)
Indonesia Ilmu Pemerintahan yang masih
dipengaruhi oleh pemikiran kepercayaan mistis, agama, seni dan teknik.
PERKEMBANGAN ILMU PEMERINTAHAN SCHOLTEN (1981)
Ilmupemerintah
an
KLASIK
MODERN
KonstruksiPraktis
KonstruksiEmpirikal
pengalaman Institusi Akal sehat
Pengalaman
Institusi Akal sehat Inter face Politik Hukum Sosiologi ekonomi
Ilmupemerintah
an
KEMENDAGRI
Otonomi etic :Semua unsur pemerintahan adalah unsur dalam negeri
Value :Difernsiasi dan
spesialisasi
Otonomi daerah
(sebagian besar urusan berdasar dari
lembaga negara )
Garis liniD’as sain dan
Das sal
Membangun misi
Bhineka Tunggal Ika
Pelaksanaan berbagai
unsur
Kebijakan inter institusional
antara Kementrian dan lembaga lain : Pusat, daerah
dan desa
Isu-isu pentingPerkembangan
ilmu
Perkembangan akademik menjadi ruh bagi eksistensi
ilmu
Sistem pendidikan memberi gambaran tentang transfer of
knowledge.......
Figur-figur ilmuan memberi warna bagi ilmu dan program
studi
Kondisi dan situasi menjadi perubahan paradigma
DOKTRIN ASOKA
“Barangsiapa merendahkan agama lain dan memuji agamanya sendiri, (berarti) merendahkan agamanya sendiri”.
Dalam kitab Sutasoma, Empu Tantular mengemas ajaran itu dalam seloka yang sebagian berbunyi “Bhineka Tungga Ika”, lengkapnya “Bhineka Tunggal Ika, Tanhana Dharma Mangrva” artinya berbeda-beda tetapi satu jua, tahan karena benar serta satunya cipta, rasa, karsa, kata dan karya berdasarkan kebenaran yang tunggal.
Pertama Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dalam bidang keilmuan atau praktek melalui riset pemerintahan hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan teruji.
Kedua Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni di dalam bidang pemerintahan melalui pendekatan inter, multi dan transdisipliner.Ketiga Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset pemerintahan dan pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional.
KUALIFIKASI DOKTOR ILMU PEMERINTAHA
N
PENELITIAN PEMERINTAHAN
PROF. DR. DRS. H. KHASAN EFFENDY, M.Pd
DIMENSI DAN PRINSIP-PRINSIP PENELITIAN
Dimensi dan prinsip-
prinsip penelitian
judul
Latar belakang
Maksud dan tujuan
Sistematika dan etika penelitian
(- harvard dan arabia)(- running dan put
not)
Maksud dan tujuan
MASALAH
GENERALIS
HASIL PENELITIAN : MENUNTUT KEBERANIAN BERLAWANAN ATAU
MENYERANG OTORITA POLITIK DAN AGAMA YANG BERLAKU (COPERNICUS 1473 – 1543.
SCIENCE : INTEGRITAS,
KAYA IMAJINASI, LUANG WAKTU,
DAN SABAR
SUMBER MASALAH
FENOMENA SOSIAL
PERUBAHAN TEKNOLOGI
PERUBAHAN ILMU DAN TEKNOLOGI
PENGALAMAN AKADEMIK
KONSULTASIFENOMENA PENDIDIKAN
ENDEMIC PENELITI
AN
LOCUS
FOCUS
MODUS
RESULT
BOBOT MASALAH
MASALAH TERJAWAB SECARA EFEKTIF DAN RELEVAN DALAM PENELITIAN
BERARTI DAN BERNILAI PENTING SUATU YANG BARU VISIBLE (MEMUNGKINKAN) PIJAKAN (KONSEP-PROPOSISI-TEORI-SMALL-
MIDLE –GRAND THEORY)
FUNGSI PEMERINTAHAN
PelayananPembahasanPemberdayaanKetentraman manusia
KEBUTUHAN
MANUSIA
FisiologiRasa AmanCinta / RasaManusiaPenghargaanAktualisasi diri
PENELITIANPEMERINTAHAN
FENOMENA DAN GEJALA
PEMERINTAHAN
REALITADAN
OBJEKTIVITAS
METODE
METODE
KUALITATIFData TeoriNalar
KUANTITATIF DeskritKontinum (Orninal, Interval dan Rasio)
KUAN DAN KUAL PendahuluanProsesSistemik
Kualitatif data yang berhubungan dengan kategorisasi karakteristik yang dalam bentuk ordinal dan rangking
Kuantitatif data yang berupa angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran
Data deskrit data hasil perhitungan yang dikonsepsikan dalam bilangan
Data kontinum merupakan hasil pengukuran yang dikonsepsikan dengan jumlah nilai sampai dengan tak terhingga
Kuantitatif
Deskrit
Kontinum
InternalOrdinal Rasio pengukuran
perhitungan
Angka
MASALAH-MASALAH
PEMERINTAHAN
FOKUS
LOKUS
• KINERJA• KEBIJAKAN• ORGANISASI• BIROKRASI• KOORDINASI
• DESA• KECAMATAN• PROVINSI• KABUPATEN• PUSAT
Efisiensi digunakan untuk mengukur proses, efektifitas guna mengukur keberhasilan mencapai tujuan, dan kualitas untuk mengukur sinerji keduanya bersama-sama. Suatu satuan kerja per satuan waktu disebut efisien, jika dengan input tertentu dapat dicapai hasil (layanan) semaksimal mungkin, atau suatu hasil tertentu dapat dicapai dengan input seminimal mungkin.
ALAT UKUR
MODEL ANALISIS
ANALTIK SINTETIK
DEDUKSI A Priori
INDUKSI A Posteriori
Keterangan : Gambar di atas menunjukkan bahwa cara berpikir deduktif menghasilkan
pengetahuan analitik, sedangkan cara berpikir induktif menghasilkan pengetahuan sintetik.
CARA BERPIKIR DEDUKTIF
Cara berpikir deduktif dimulai dengan PREMIS, yang “benar dengan sendirinya”, dan dari padanya dideduksi sampai pada pengetahuan khusus yang diperlukan. Ini yang disebut cara berpikir “a priori” yang sudah benar dari sejak semula.
CARA BERPIKIR INDUKTIF
Cara berpikir induktif dimulai dari data dan fakta atau realita, kemudian dirangkum sebagai kesimpulan. Ini yang disebut cara berpikir “a posteriori”.
Cara berpikir deduktif, sebagaimana dipertahankan oleh Descartes, sehubungan dedukasi matematis yang kaku akhirnya ditinggalkan, sedangkan cara berpikir induktif yang “Luwes” seperti diketengahkan oleh Francis Bacon, mendapat pasaran yang luas. Dan cara berpikir sensual induktif sebagai berikut :
CARA BERPIKIR SENSUAL INDUKTIF
NON SENSUAL Rationalism Transendentalism
FITRAH
SENSUAL(indrawi)
Empiricism Positivism WAHYU
SAINS EMPIRIKAL
(“Normal Science”)
METODOLOGIPENELITIAN
ProsesPengindar
an