26
iv MOTTO ”Sometimes when you lose your way, you find yourself” -Mandy Hale- “One day, in the retrospect, the years of struggle will strike you as the most beautiful.” -Sigmund Freud- “A dream is just a dream. A goal is a dream with a plan and a deadline” -Harvey Mackay- “Berdoalah seakan-akan kerja tidak menolong, dan bekerjalah seakan-akan doa tidak akan menolong” -Pepatah Jerman- “Bersyukurlah senantiasa dalam segala sesuatu” -Kadek Yaheni-

MOTTO - UNUD

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MOTTO - UNUD

iv

MOTTO

”Sometimes when you lose your way, you find yourself”

-Mandy Hale-

“One day, in the retrospect, the years of struggle will strike you as the most beautiful.”

-Sigmund Freud-

“A dream is just a dream. A goal is a dream with a plan and a deadline”

-Harvey Mackay-

“Berdoalah seakan-akan kerja tidak menolong, dan bekerjalah seakan-akan doa tidak

akan menolong”

-Pepatah Jerman-

“Bersyukurlah senantiasa dalam segala sesuatu”

-Kadek Yaheni-

Page 2: MOTTO - UNUD

v

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ini kepada:

Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Kedua orang tua tercinta

I Ketut Mentik dan Ni Luh Witari

Saudara yang saya banggakan

Luh Sugiani

Komang Sarwidi

Ketut Arik Suryandika

dan

Kadek Dwi Artha Kusuma

Dan yang masih bertahan menyelesaikan akhir ini dan siap menghadapi awal yang

baru

Kadek Yah Eni

Serta

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Page 3: MOTTO - UNUD
Page 4: MOTTO - UNUD

vii

Dukungan Sosial Keluarga terhadap Pemulihan Orang dengan Skizofrenia (ODS) di

Bali

Kadek Yah Eni

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

ABSTRAK

Proses pemulihan orang dengan skizofrenia (ODS) tidak terlepas dari peran keluarga. Keluarga

merupakan bagian yang penting dalam proses pengobatan ODS. Dukungan keluarga sangat

diperlukan oleh ODS dalam memotivasi selama perawatan dan pengobatan. Di sisi lain, terdapat

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh keluarga yang dapat menghambat pemulihan ODS,

seperti penelantaran, pengucilan dan pemasungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan dukungan sosial keluarga pada

orang dengan skizofrenia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara semi tersruktur,

wawancara kelompok dan observasi. Subyek penelitian ini adalah 32 responden yang

merupakan keluarga ODS dan 10 significant others yang merupakan ODS dan keluarga besar.

Data dianalisis dengan theoretical coding yang terdiri dari open, axial, dan selective coding.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga kepada ODS terdiri dari

dukungan pendampingan, dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan kelompok

atau persahabatan, dan dukungan informasi. Dukungan sosial keluarga memiliki pengaruh

kepada keluarga yang meliputi pekerjaan/ aktivitas, emosi dan sosial serta pengaruh terhadap

ODS meliputi kemandirian, keterampilan sosial, aktivitas dan emosi. Faktor-faktor yang dapat

mendukung keluarga dalam memberikan dukungan sosial kepada ODS dan berperan dalam

pemulihan ODS, antara lain strategi koping keluarga, motivasi, dan pengetahuan. Selain

dukungan keluarga, terdapat dua faktor utama dalam proses pemulihan ODS, yaitu peran

pengobatan dan peran sosial.

Kata kunci: Dukungan Sosial, peran pengobatan, peran sosial, keluarga, dan ODS.

Page 5: MOTTO - UNUD

viii

Family Social Support for People Recovering from Schizophrenia in Bali

Kadek Yah Eni

Department of Psychology, Faculty of Medicine, Udayana University

ABSTRACT

The recovery process of people from schizophrenia can not be separated from the role of the

family. The family is an important part of the people with schizophrenia treatment process.

Family support is indispensable for people with schizophrenia in motivating during care and

treatment. However, on the other hand there are actions was done by family that can inhibited

recovery from schizophrenia, such as neglected, excommunication, and isolation.

This study aims to identify and describe family social support in people with schizophrenia.

This research uses qualitative research method with phenomenology approach and data

collection technique through semi structured interview, group interview and observation on 32

respondents who are family of people with schizophrenia and 10 significant others who are

people with schizophrenia and extended family. Data were analyzed with theoretical coding

which consist of open, axial, and selective coding. The results of this study indicate that family

social support for people with schizophrenia consist of mentoring support, emotional support,

instrumental support, group or friendship support, and information support. Family social

support has an influence on the family that includes work / activity, emotion and social as well

as influence for people with schizophrenia including independence, social skills, activities and

emotions. Factors that can support families in providing social support for people with

schizophrenia and play a role in recovery of people with schizophrenia, including family coping

strategies, motivation, and knowledge. In addition to family support, there are two main factors

in the process of recovery of people with schizophrenia, namely the role of treatment and social.

In addition to family support, there are two main factors in the process of recovery of people

with schizophrenia, namely the role of treatment and social role.

Key words: Social support, treatment role, social role, family and people with schizophrenia.

Page 6: MOTTO - UNUD

ix

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur saya ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat,

anugerah, dan kasih setia-Nya penelitian skripsi yang berjudul “Dukungan Sosial Keluarga

terhadap Orang dengan Skizofrenia (ODS) di Bali” ini dapa diselesaikan dengan baik. Untuk

itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya, antara lain kepada:

1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa karena berkat restu dan anugerah-Nya

skripsi ini dapat selesai dengan maksimal dan sesuai dengan waktu yang diharapkan.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Putu Astawa, SpOT (K). M. Ke, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana.

3. Ibu Dra. Adijanti Marheni, M.Si., selaku ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana serta pembimbing akademik yang tidak pernah lelah

mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi ini yang tiada henti memberikan ilmu,

bimbingan, dan dukungan kepada peneliti, serta selalu bersedia mendengarkan keluh kesah

sejak peneliti duduk di semester satu. Terimakasih atas masukan-masukan dan semangat

yang diberikan selama peneliti menjalani perkuliahan hingga akhirnya dapat menyelesaikan

tugas akhir dengan maksimal.

4. Bapak Yohanes K. Herdiyanto, S.Psi., M.A. selaku pembimbing proposal, pembimbing

studi kasus, pembimbing skripsi, sebagai sosok yang selalu bersedia membagikan ilmu dan

membimbing peneliti, sebagai sosok yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah

peneliti, serta memberikan semangat dan dukungan tiada henti kepada peneliti. Terimakasih

atas waktu, tenaga, dan nasehat yang diberikan sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi

dengan baik.

Page 7: MOTTO - UNUD

x

1. Ibu Dra. Adijanti Marheni, M.Si., Bapak David Hizkia Tobing, S.Psi, M.A, dan Ibu Ni Made

Ari Wilani, S.Psi, M.Psi, Psikolog selaku tim penguji yang telah bersedia membagikan ilmu

serta meluangkan waktu dan tenaga dalam membantu saya merampungkan skripsi ini

menjadi lebih baik.

2. Seluruh dosen Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang sangat berjasa

memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, semangat, dan bimbingan kepada peneliti.

3. Seluruh staff dan pegawai Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Kepada Ibu

Lis, Pak Agus, dan Bu Tut yang selalu mengerahkan tenaganya untuk membantu segala

kebutuhan akademik maupun non-akademik peneliti.

4. Orangtua dan saudara yang tersayang yang selalu memberikan doa dan semangat,

mengajarkan untuk optimis, serta membuat peneliti menjadi pribadi yang lebih dewasa.

5. Orangtua dan eman-teman di LKSA Widhya Asih yang selalu mendukung dari segala aspek.

6. Mr. Glyn Withers, Mrs. Nanette Withers, Mr. Doug Flatman, dan Ibu Kusaka Masami yang

selalu mendukung dan membantu biaya studi peneliti hingga menyelesaikan perkuliahan di

Program Studi Psikologi Universitas Udayana.

7. Sahabat saya di kampus, Dayu Gangga, Osin, Dayu Wiwid, Karni, Henny, Sathya, Tugus

Yoga, dan SGD 4, yang selalu menjadi tempat peneliti untuk berkeluh kesah dan membuat

suasana hati peneliti menjadi lebih baik.

Page 8: MOTTO - UNUD

xi

Peneliti memohon maaf untuk mereka yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, peneliti menyadari

bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempura sehingga saran dan kritik membangun sangat

diharapkan untuk dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan inspirasi kepada pembaca.

Denpasar, Juni 2017

Penulis

Page 9: MOTTO - UNUD

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. iii

HALAMAN MOTO ............................................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi

ABSTRAK ......................................................................................................................... vii

ABSTRACT ...................................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Fokus Penelitian ...................................................................................................... 8

C. Signifikansi dan Keunikan Penelitian ..................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian................................................................................................... 11

E. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 11

1. Manfaat Teoretis……………………………………………………………….11

2. Manfaat Praktis…………………………………………………………………12

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................................. 13

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 13

1. Definisi Gangguan Jiwa ……………………………………………………... 13

a. Definisi Skizofrenia…………………………………………………………14

b. Jenis-jenis Skizofrenia …………………………………………………….. 14

c. Simtom-sumtom Utama Skizofrenia ………………………………………. 16

d. Terapi Skizofrenia …………………………………………………………..19

Page 10: MOTTO - UNUD

xiii

e. Gangguan Jiwa di Bali ………………………………………………………22

2. Dukungan Sosial Keluarga …………………………………………………….26

a. Definisi Dukungan Sosial …………………………………………………...26

b. Bentuk Dukungan Sosial…………………………………………………….28

c. Faktor yang Memengaruhi Seseorang Mendapatkan Dukungan Sosial ….....34

d. Sumber Dukungan Sosial…………………………………………………... 35

e. Dampak Dukungan Sosial…………………………………………………...36

B. Perspektif Teoretis ................................................................................................ 36

C. Pertanyaan Utama Penelitian ................................................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................... 40

A. Tipe Penelitian....................................................................................................... 40

B. Unit Analisis .......................................................................................................... 41

C. Responden dan Tempat Penelitian ........................................................................ 42

D. Teknik Penggalian Data ........................................................................................ 45

E. Teknik Pengorganisasian Data .............................................................................. 47

F. Teknik Analisis Data.............................................................................................. 47

G. Kredibilitas Penelitian……………………………………………………………50

H. Isu Etik ………….………………………………………………………………..51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 54

A. Orientasi Kancah ................................................................................................... 54

B. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................................... 57

1. Karakteristik Responden .................................................................................. 57

2. Pengumpulan Data ........................................................................................... 61

C. Pengorganisasian Data........................................................................................... 63

D. Hasil penelitian ...................................................................................................... 64

E. Pembahasan ………………………………………………………………………87

F. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………………… 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 110

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 110

Page 11: MOTTO - UNUD

xiv

B. Saran .................................................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 114

LAMPIRAN ..................................................................................................................... 119

Page 12: MOTTO - UNUD

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Dukungan sosial keluarga terhadap ODS di Bali ........................................... 38

Gambar 2. Dukungan sosial keluarga pada ODS ............................................................. 66

Gambar 3. Pengobatan terhadap ODS yang dilakukan oleh keluarga ............................. 80

Gambar 4. Peran sosial dalam proses pemulihan ODS .................................................... 84

Gambar 5. Bagan utama hasil penelitian ....................................................................... 108

Page 13: MOTTO - UNUD

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Responden ....................................................................................... 58

Tabel 2. Karakteristik Significant Others………………………………………………….59

Tabel 3. Pelaksanaan Wawancara Semi Terstruktur dan Observasi ................................... 62

Tabel 4. Pelaksanaan Wawancara Kelompok …………………………………………….63

Tabel 5. Pengorganisasian data ………………………………………………………….. 64

Page 14: MOTTO - UNUD

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Glosarium ..................................................................................................... 119

Lampiran 2. Informed Consent Responden dan Guideline Pertanyaan Wawancara ......... 121

Lampiran 3. Pelaksanaan Wawancara dan Observasi dengan Responden……………….124

Lampiran 4. Kode Verbatim dan Fieldnote………………………………………………128

Lampiran 5. Catatan Lapangan Responden MK ............................................................... 130

Lampiran 6. Verbatim Responden MK ............................................................................. 141

Lampiran 7. Buku Koding ................................................................................................. 153

Page 15: MOTTO - UNUD

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Terdapat empat aspek kesehatan yaitu

kesehatan fisik, kesehatan mental (jiwa), kesehatan sosial, dan kesehatan dari segi ekonomi.

Pertama, kesehatan fisik ini terwujud jika seseorang tidak merasa dan tidak mengeluh sakit atau

tak adanya keluhan, serta memang objektif tidak terlihat sakit. Seseorang juga disebut sehat

secara fisik jika seluruh organ tubuh berperan normal atau tidak mengalami masalah. Kedua,

kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yaitu pikiran, emosional, serta spiritual.

Ketiga, kesehatan sosial yang merupakan suatu kondisi ketika seseorang dapat terkait

dengan orang lain atau grup lain dengan baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau

kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan seterusnya, dan saling toleran serta

menghormati. Keempat, kesehatan dari segi ekonomi tampak apabila seseorang (dewasa)

produktif, dengan kata lain memiliki aktivitas yang membuahkan suatu hal yang bisa

menyokong hidup dirinya sendiri atau keluarganya dengan finansial (Undang-Undang No. 23

tahun 1992 tentang pokok-pokok kesehatan). Kesehatan jiwa adalah kondisi seorang individu

dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut

menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU No. 18 Tahun 2014 tentang

Kesehatan Jiwa). Seseorang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan

yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang

Page 16: MOTTO - UNUD

2

bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi

sebagai manusia disebut sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) (UU No. 18 Tahun 2014

tentang Kesehatan Jiwa).

Gangguan jiwa menurut Lisa dan Sutrisna (2013) terdiri dari gangguan mental organik

(delirium, demensia, dan amnesia), gangguan psikotik (skizofrenia), retardasi mental, dan

gangguan neurotik (ansietas fobik, panik, cemas menyeluruh, neurosis depresi, obsesi

kompulsif, penyesuaian, disosiatif dan somatoform). Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa

yang ditandai oleh terganggunya kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk.

Gejala yang menyertai gangguan ini antara lain berupa halusinasi, ilusi, waham, gangguan

proses pikir, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh, misalnya agresivitas atau katatonik.

Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu contoh psikosis adalah

skizofrenia (Riskesdas, 2017). Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders 4th Edition (DSM IV-TR), skizofrenia adalah gangguan kejiwaan terberat dan kronis,

ODS memiliki gangguan dalam memproses pikirannya sehingga timbul halusinasi, delusi,

pikiran yang tidak jelas dan tingkah laku atau bicara yang tidak wajar.

Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah tahun 2015, penduduk Bali terhitung

4.056.300 jiwa pada tahun 2013 dengan sebaran jumlah penduduk adalah 268.000 jiwa di

kabupaten Jembrana, Tabanan 430.600 jiwa, Badung 589.000 jiwa, Gianyar 486.000 jiwa,

Klungkung 173.900 jiwa, Bangli 220.000 jiwa, Karangasem 404.300 jiwa, Buleleng 638.300

jiwa dan Denpasar 846.200 jiwa (BAPPEDA, 2015). Prevalensi ODGJ berat seperti skizofrenia

di Bali yang menduduki peringkat ketiga di Indonesia dengan prevalensi mencapai 2,3 per 1000

penduduk atau sekitar 9.329 jiwa. Kabupaten dengan wilayah gangguan jiwa berat terbanyak

terdapat di kabupaten Bangli, yaitu 6,5 per 1000 penduduk atau berjumlah 1.430 jiwa. Wilayah

Page 17: MOTTO - UNUD

3

Bali dengan angka gangguan jiwa berat terendah adalah Kota Denpasar dengan 1,0 per 1000

penduduk atau berjumlah 846 jiwa (Riskesdas, 2013).

Berbagai macam penanganan dilakukan terhadap orang dengan skizofrenia (ODS)

diantaranya terapi somatik (medikamentosa) yaitu penggunaan obat-obatan yang disebut dengan

antipsikotik, terapi psikososial, dan perawatan di rumah sakit (hospitalization). Penanganan

gangguan jiwa khususnya skizofrenia di Bali masih berbasis budaya, seperti penelitian yang

diungkapkan oleh Ginting et al. (2016) yang menyatakan bahwa beberapa subjek mengatakan

penanganan yang dilakukan oleh keluarga adalah kombinasi antara penanganan medis dan non

medis. Cara-caranya seperti melukat (pembersihan diri dalam agama Hindu) atau tirta yatra

(perjalanan suci) yang dikombinasikan dengan pengobatan medis seperti dibawa ke rumah sakit,

mengonsumsi obat, dan perhatian dari anggota keluarga dapat mempercepat proses

kesembuhan. Kumbara (2017) juga menyatakan bahwa orang Bali umumnya akan meminta

pertolongan kepada seorang dukun atau balian untuk memperoleh penjelasan mengenai sebab-

sebab sakit dan sekaligus cara-cara mengatasinya. Selain meminta bantuan kepada seorang

dukuh atau balian, keluarga akan mengajak yang bersangkutan untuk melakukan ritual melukat

yang memiliki fungsi dan makna simbolik yang mengarah pada upaya pembersihan jiwa-raga

ODGJ dalam rangka mencapai atau mengembalikan keseimbangan jiwa yang terganggu.

Perbandingan ideal antara jumlah penduduk dengan jumlah psikiater atau ahli kedokteran

jiwa belum ditemukan, namun data menunjukkan bahwa jumlah dokter jiwa atau ahli

kedokteran jiwa yang terdapat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli berjumlah 10 orang dan dokter

umum berjumlah 23 orang, hal ini menunjukkan bahwa terjadi ketidakseimbangan antara

jumlah dokter jiwa dan dokter umum di RSJ Bangli. Berdasarkan laporan kinerja RSJ Bangli,

diketahui bahwa pada tahun 2015 dari bulan Januari hingga Desember, jumlah ODGJ yang

Page 18: MOTTO - UNUD

4

mendapat pelayanan rehabilitasi mental yaitu 9.921 orang dan jumlah kunjungan sebanyak

36.898 kali (laporan kinerja RSJ provinsi Bangli, 2016). Selain itu, provinsi Bali hingga saat ini

masih kekurangan sekitar 395 psikiater atau ahli kedokteran jiwa jika dilihat dari perbandingan

dengan jumlah penduduk pulau Dewata yang mencapai 4,2 juta jiwa. Total psikiater di Tanah

Air sekitar 715 orang, sedangkan jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 245 juta jiwa. Hal

ini menunjukkan bahwa terdapat ketidakseimbangan antara jumlah psikiater dengan jumlah

penduduk di Indonesia, khususnya jumlah penduduk di Provinsi Bali (Hanati, 2017).

Proses pemulihan ODS juga tidak terlepas dari peran keluarga. Dukungan keluarga sangat

diperlukan dalam memotivasi ODS selama perawatan dan pengobatan. Keluarga merupakan

sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit)

anggota keluarga (Yosep, 2007). Keluarga sangat berperan penting bagi ODS, seperti yang

dijelaskan didalam penelitian yang dilakukan oleh Madriffa’i (2015) yang menyatakan bahwa

peran keluarga merupakan satu-satunya hal yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya

kekambuhan pada ODS. Peran keluarga yang dapat dilakukan untuk mengurangi kekambuhan

pada ODS adalah ikut berperan dalam perawatan aftercare di puskesmas integrasi/RSJ terdekat

seperti kunjungan berobat, mengambil obat, pengawasan minum obat, terapi keluarga dan

bekerjasama dengan petugas kesehatan terkait peran sebagai case manager terhadap ODS.

Selain itu, alasan utama pentingnya keluarga dalam perawatan gangguan jiwa khususnya

gangguan jiwa berat (skizofrenia) adalah, pertama, keluarga merupakan lingkup yang paling

banyak berhubungan dengan ODS. Kedua, keluarga (dianggap) paling mengetahui kondisi

ODS. Ketiga, gangguan jiwa yang timbul pada ODS mungkin disebabkan adanya cara asuh

yang kurang sesuai. Keempat, ODS yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali ke

masyarakat, khususnya dalam lingkungan keluarga. Kelima, keluarga merupakan pemberi

Page 19: MOTTO - UNUD

5

perawatan utama dalam mencapai pemenuhan kebutuhan dasar dan mengoptimalkan

ketenangan jiwa bagi ODS. Keenam, ODS mungkin memerlukan terapi yang cukup lama,

sehingga pengertian dan kerjasama keluarga sangat penting artinya dalam pengobatan

(Nurdiana, 2007).

Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Fhitrishia (2008) mengenai pentingnya peran

serta keluarga dalam perawatan ODS yang dapat dipandang dari berbagai aspek. Pertama,

keluarga merupakan tempat individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkunganya,

dan merupakan lembaga pertama yang memberikan pendidikan utama bagi individu untuk

belajar, mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. Individu dapat menguji coba

perilakunya di dalam keluarga, sehingga umpan balik yang diberikan oleh keluarga dapat

membantu individu dalam mempersiapkan diri untuk berperan dalam lingkungan masyarakat.

Kedua, keluarga dipandang sebagai suatu sistem, sehingga apabila terjadi sesuatu pada salah

satu anggota, maka akan mempengaruhi seluruh sistem. Salah satu faktor yang dapat

menghambat pemulihan ODS adalah kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan terhadap

anggota keluarga yang mengalami skizofrenia. Penyebab kurangnya peran serta keluarga adalah

keluarga yang tidak tahu cara menangani ODS di rumah. Keluarga jarang mengikuti proses

keperawatan ODS karena jarang mengunjungi ODS di rumah sakit, dan tim kesehatan di rumah

sakit juga jarang melibatkan keluarga dalam proses perawatan ODS (Nurdiana, 2007).

Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Medis RSJ Bangli, I Dewa Gede Basudewa,

menjelaskan bahwa perawatan yang diberikan pada ODS paling lama 6 (enam) bulan karena

tidak memungkinkan bila dirawat seumur hidup. Hal yang lebih penting yaitu proses

penyembuhan ODS lebih banyak ditentukan oleh perhatian dan kasih sayang keluarga dalam

menangani ODS di rumah. Berdasarkan data yang diperoleh, 58% ODS sembuh tanpa obat dan

Page 20: MOTTO - UNUD

6

32% sembuh dan membaik dengan obat (Parama, 2017). Hasil ini menunjukkan bahwa keluarga

berperan penting dalam perawatan ODS tidak hanya selama pengobatan namun juga berperan

pasca pengobatan di rumah sakit. Pasca pengobatan, keluarga merupakan faktor utama yang

memengaruhi keadaan ODS selanjutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2014)

menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif antara dukungan keluarga dengan tingkat

kekambuhan pasien skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta yang

menunjukkan bahwa semakin baik dukungan keluarga, maka semakin menurun tingkat

kekambuhan pasien skizofrenia, begitu pula sebaliknya.

Di sisi lain, terdapat tindakan-tindakan yang dilakukan oleh keluarga yang dapat

menghambat pemulihan ODS, seperti data yang ditunjukkan oleh Riskesdas (2013) bahwa

sebanyak 1.655 Rumah Tangga dengan skizofrenia masih melakukan metode pemasungan.

Metode pemasungan yang dilakukan bukan hanya metode tradisional yang umum diketahui

masyarakat seperti menggunakan kayu atau rantai pada kaki, namun termasuk pula tindakan

pengekangan lain yang membatasi gerak, pengisolasian, dan termasuk mengurung dan

penelantaran. Proporsi Rumah Tangga yang melakukan pemasungan sebesar 14,3 persen dan

terbanyak terdapat di rumah tangga pedesaan (Idaiani, Yunita, Prihatini, & Indrawati, 2013).

Tindakan pemasungan yang dilakukan oleh pihak keluarga merupakan suatu upaya

penanganan gangguan jiwa, setelah segala upaya pengobatan medis dilakukan (Lestari &

Wardhani, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Mundakir (2015) menyebutkan bahwa

terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pemasungan pada ODGJ, antara lain ketidaktahuan

pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, gangguan jiwa yang tidak kunjung sembuh, tidak

adanya biaya pengobatan, dan tujuan pemasungan adalah untuk mengamankan ODGJ agar tidak

Page 21: MOTTO - UNUD

7

terjadi tindakan kekerasan. Tindak kekerasan yang menjadi kekhawatiran keluarga seperti berita

yang termuat di Tribunnews berikut:

Ni Kadek Anggia Pranitasari (5), terbaring lemah di bed IRD RSUD Klungkung, Bali, Kamis

(15/2/2017). Gadis asal Banjar Losan, Desa Takmung Banjarangkan, Klungkung tersebut harus

mendapat perawatan di rumah sakit, karena menjadi korban pelemparan batu oleh warga yang

mengalami gangguan jiwa. Pelaku pelemparan diketahui beranama Ni Komang Bawak (65), asal

Banjar Pegatepan Gelgel. Warga di seputaran kota Semarapura sering melihatnya berkeliaran di

seputaran jalan Kenyeri dan jalan Rama, Semarapura.Bahkan, warga kerap melihat Bawak duduk

dan melempar kerikil di sekitar perempatan Galiran (Sucitra, 2017).

ODGJ berinisial NMS (25) asal banjar Cagaan, Pejeng Kangin, Tampak Siring, Gianyar

diamankan personil Satpol PP dan Petugas Pemadam Kebakaran, Selasa (6/6). Ia diamankan

akibat sering mengamuk dan suka menyanyi malam hari dan cukup meresahkan masyarakat

sekitar. NMS langsung digiring ke RSJ Bangli. Ia sudah mengalami gangguan jiwa sejak SMP,

dan beberapa hari ini diduga penyakitnya sedang kambuh (Ari, 2017).

Kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat terhadap deteksi dini dan penanganan

pasca pengobatan di rumah sakit jiwa menyebabkan ODS tidak memperoleh penanganan

dengan baik (Lestari & Wardhani, 2014). Bagus Utomo, pendiri Komunitas Peduli Skizofrenia

(KPSI) mengemukakan bahwa terdapat potensi pencegahan skizofrenia jika keluarga atau

orang terdekat ODS dapat mendeteksi secara dini gejala-gejala yang mengarah pada

penyakit mental ini. Deteksi dini di Indonesia terlambat karena pengetahuan tentang

gangguan jiwa belum merata (Farouk & Nodia, 2017). Berdasarkan pemaparan sebelumnya,

maka peneliti ingin mengetahui bagaimana dukungan sosial keluarga terhadap ODS. Penelitian

ini sangat penting dilakukan guna memberikan gambaran mengenai pentingnya dukungan sosial

keluarga terhadap ODS dan diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat

khususnya keluarga serta lingkungan sosial ODS tersebut, sehingga mendukung proses

pemulihan terhadap ODS.

A. Fokus Penelitian

Page 22: MOTTO - UNUD

8

Berdasarkan pemaparan latar belakang, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

berfokus pada penggalian data terkait dukungan sosial keluarga pada orang dengan skizofrenia

(ODS) di Bali.

B. Signifikansi dan Keunikan Penelitian

Penelitian yang mengungkapkan dukungan sosial, keluarga dan ODS sudah banyak

dilakukan. Metode yang digunakan pun tidak hanya dengan metode kualitatif saja, namun juga

dilakukan dengan metode kuantitatif. Penelitian yang membahas mengenai dukungan sosial

keluarga terhadap pemulihan ODS masih jarang dilakukan, terutama penelitian yang

dilaksanakan di Bali. Adapun penelitian terkait yang peneliti temukan adalah sebagai berikut:

1. Kristanto (2014) dalam penelitiannya yang berjudul bentuk dukungan sosial keluarga

terhadap remaja pengguna narkoba. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan studi kasus dengan metode pengambilan sampel yakni purposive sampling.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kurangnya dukungan sosial diberikan oleh

keluarga terhadap remaja pengguna narkoba serta dukungan yang dominan adalah dukungan

berupa nasehat.

2. Hartanto (2014) dalam skripsinya yang berfokus pada gambaran sikap dan dukungan

keluarga terhadap penderita gangguan jiwa di Kecamatan Kartasura. Metode penelitian

menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 5 sampel

dengan kriteria keluarga dari penderita gangguan jiwa. Analisis data menggunakan model

miles dan huberman. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa pertama,

Page 23: MOTTO - UNUD

9

sikap keluarga secara kognitif terhadap penderita gangguan jiwa adalah sebagian besar baik.

Kedua, sikap keluarga secara afektif terhadap penderita gangguan jiwa adalah sebagian

besar baik. Ketiga, sikap keluarga secara kecenderungan untuk bertindak terhadap penderita

gangguan jiwa adalah baik. Keempat, dukungan keluarga yang diberikan yaitu terdiri dari

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional.

Kelima, sikap dan dukungan keluarga terhadap penderita gangguan jiwa di wilayah

Kecamatan Kartasura adalah baik.

3. Minarni (2014) dalam skripsinya yang berjudul dukungan keluarga terhadap perilaku

minum obat pada pasien skizofrenia yang sedang rawat jalan. Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dengan tipe penlitian studi kasus. Informan dalam penelitian ini berjumlah

empat orang yang merupakan keluarga yang berbeda dari dua penderita skizofrenia. Hasil

penelitian dianalisa dengan cara mengorganisasi data, melakukan koding, melakukan

intepretasi lalu membuat kategorisasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk dukungan

keluarga terhadap penderita tidak hanya terbatas pada perilaku minum obat, namun juga

dalam keseharian penderita. Dukungan keluarga yang diberikan dalam perilaku minum obat

seperti menyiapkan obat setiap hari, keluarga juga meminumkan atau memberikan obat

kepada penderita, mengupayakan agar penderita dapat teratur minum obat supaya tidak

terjadi relaps, selalu mengantar penderita dan tidak pernah membiarkan penderita pergi

sendirian.

4. Wijayanti (2010) dalam skripsinya yang berjudul hubungan dukungan sosial keluarga

dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia di RSK Puri Nirmala Yogyakarta. Penelitian

ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan jenis descriptive analytic

correlational dengan pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga pada pasien skizofrenia yang

Page 24: MOTTO - UNUD

10

dirawat inap di RSK Puri Nirmala sebagian besar berada pada kategori sedang dengan

presentase mencapai 43,2 %. Frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia yang dirawat inap

di RSK Puri Nirmala sebagian besar berada pada kategori kadang/jarang dengan presentase

mencapai 54,1 %. Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan frekuensi

kekambuhan pada pasien skizofrenia yang dirawat inap di RSK Puri Nirmala adalah

signifikan dengan r = -0,378 dan nilai p = 0.017.

5. Amelia dan Anwar (2013) dalam penelitiannya yang berjudul relaps pada pasien skizofrenia.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan

data berupa wawancara semi terstruktur. Adapun subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga

orang yaitu pasien skizofrenia yang dirawat di rumah sakit jiwa dan pernah dinyatakan

sembuh kemudian mengalami relaps dan harus kembali menjalani rawat inap di rumah sakit

jiwa yang sama. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

triangulasi sumber. Hasil yang didapat dari penelitian ini bahwa terdapat beberapa hal yang

menjadi peyebab relaps pada pasien skizofrenia yaitu faktor ekonomi, ketidakpatuhan pasien

pada pengobatan, mendapat perlakuan kasar dan pertengkaran yang terus menerus dengan

saudara kandung, konflik yang berkepanjangan dengan istri, dan emosi (marah) yang

diekspresikan secara berlebihan oleh keluarga.

Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti belum menemukan penelitian terkait dukungan

sosial keluarga terhadap pemulihan ODS di Bali, namun penelitian yang dilakukan oleh Minarni

(2014) memiliki kemiripan dengan penelitian ini, karena sama-sama mengungkap dukungan

yang diberikan oleh keluarga terhadap ODS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, pendekatan yang sama dilakukan

oleh Hartanto (2014). Lokasi penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang

disebutkan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di Bali, sedangkan penelitian-penelitian

Page 25: MOTTO - UNUD

11

tersebut dilakukan di luar Bali. Berdasarkan referensi dan penjelasan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Peneliti benar-

benar melakukan penelitian yang belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya.

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana pokok masalah yang dirumuskan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

“untuk mengetahui dan mendeskripsikan dukungan sosial keluarga pada orang dengan

skizofrenia.”

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa wawasan ilmiah terhadap

pengembangan studi psikologi klinis khususnya mengenai bentuk dukungan sosial yang

dibutuhkan oleh orang dengan skizofrenia, psikologi sosial terkait dukungan sosial

terhadap ODS, psikologi perkembangan keluarga terkait peran keluarga terhadap

pemulihan ODS.

b. Penelitian ini dapat juga dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan kajian

yang berkaitan dengan kesehatan seperti psikiatri dan keperawatan, khususnya terkait

peran keluarga dengan memberikan dukungan sosial terhadap pemulihan ODS.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orang dengan skizofrenia (ODS), memberikan kesadaran bahwa obat, keluarga dan

sosial memiliki peran besar dalam mendukung proses pemulihan dari skizofrenia.

Page 26: MOTTO - UNUD

12

b. Bagi keluarga ODS, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat

dengan menjadi masukan mengenai pentingnya peran keluarga dalam memberikan

dukungan sosial yang tepat dalam proses pemulihan bagi ODS.

c. Bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi mengenai pentingnya peran dukungan sosial terhadap ODS. Sehingga

masyarakat dapat membantu ODS dalam bersosialisasi dan beradaptasi dengan

lingkungannya, serta dapat mengurangi diskriminasi terhadap ODS.

d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar teori bagi

pengembangan penelitian selanjutnya dalam mempelajari bentuk dukungan sosial dan

peran keluarga terhadap ODS.

e. Bagi lembaga yang menangani pendampingan orang dengan

skizofrenia, seperti KPSI, para tenaga medis, dan praktisi yang bekerja untuk

penanganan ODS. Penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai pola penanganan

dan strategi dukungan keluarga yang tepat guna memperlancar proses pemulihan ODS.