Upload
others
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
iv
MOTTO
”Sometimes when you lose your way, you find yourself”
-Mandy Hale-
“One day, in the retrospect, the years of struggle will strike you as the most beautiful.”
-Sigmund Freud-
“A dream is just a dream. A goal is a dream with a plan and a deadline”
-Harvey Mackay-
“Berdoalah seakan-akan kerja tidak menolong, dan bekerjalah seakan-akan doa tidak
akan menolong”
-Pepatah Jerman-
“Bersyukurlah senantiasa dalam segala sesuatu”
-Kadek Yaheni-
v
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya ini kepada:
Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Kedua orang tua tercinta
I Ketut Mentik dan Ni Luh Witari
Saudara yang saya banggakan
Luh Sugiani
Komang Sarwidi
Ketut Arik Suryandika
dan
Kadek Dwi Artha Kusuma
Dan yang masih bertahan menyelesaikan akhir ini dan siap menghadapi awal yang
baru
Kadek Yah Eni
Serta
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
vii
Dukungan Sosial Keluarga terhadap Pemulihan Orang dengan Skizofrenia (ODS) di
Bali
Kadek Yah Eni
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
ABSTRAK
Proses pemulihan orang dengan skizofrenia (ODS) tidak terlepas dari peran keluarga. Keluarga
merupakan bagian yang penting dalam proses pengobatan ODS. Dukungan keluarga sangat
diperlukan oleh ODS dalam memotivasi selama perawatan dan pengobatan. Di sisi lain, terdapat
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh keluarga yang dapat menghambat pemulihan ODS,
seperti penelantaran, pengucilan dan pemasungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan dukungan sosial keluarga pada
orang dengan skizofrenia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara semi tersruktur,
wawancara kelompok dan observasi. Subyek penelitian ini adalah 32 responden yang
merupakan keluarga ODS dan 10 significant others yang merupakan ODS dan keluarga besar.
Data dianalisis dengan theoretical coding yang terdiri dari open, axial, dan selective coding.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga kepada ODS terdiri dari
dukungan pendampingan, dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan kelompok
atau persahabatan, dan dukungan informasi. Dukungan sosial keluarga memiliki pengaruh
kepada keluarga yang meliputi pekerjaan/ aktivitas, emosi dan sosial serta pengaruh terhadap
ODS meliputi kemandirian, keterampilan sosial, aktivitas dan emosi. Faktor-faktor yang dapat
mendukung keluarga dalam memberikan dukungan sosial kepada ODS dan berperan dalam
pemulihan ODS, antara lain strategi koping keluarga, motivasi, dan pengetahuan. Selain
dukungan keluarga, terdapat dua faktor utama dalam proses pemulihan ODS, yaitu peran
pengobatan dan peran sosial.
Kata kunci: Dukungan Sosial, peran pengobatan, peran sosial, keluarga, dan ODS.
viii
Family Social Support for People Recovering from Schizophrenia in Bali
Kadek Yah Eni
Department of Psychology, Faculty of Medicine, Udayana University
ABSTRACT
The recovery process of people from schizophrenia can not be separated from the role of the
family. The family is an important part of the people with schizophrenia treatment process.
Family support is indispensable for people with schizophrenia in motivating during care and
treatment. However, on the other hand there are actions was done by family that can inhibited
recovery from schizophrenia, such as neglected, excommunication, and isolation.
This study aims to identify and describe family social support in people with schizophrenia.
This research uses qualitative research method with phenomenology approach and data
collection technique through semi structured interview, group interview and observation on 32
respondents who are family of people with schizophrenia and 10 significant others who are
people with schizophrenia and extended family. Data were analyzed with theoretical coding
which consist of open, axial, and selective coding. The results of this study indicate that family
social support for people with schizophrenia consist of mentoring support, emotional support,
instrumental support, group or friendship support, and information support. Family social
support has an influence on the family that includes work / activity, emotion and social as well
as influence for people with schizophrenia including independence, social skills, activities and
emotions. Factors that can support families in providing social support for people with
schizophrenia and play a role in recovery of people with schizophrenia, including family coping
strategies, motivation, and knowledge. In addition to family support, there are two main factors
in the process of recovery of people with schizophrenia, namely the role of treatment and social.
In addition to family support, there are two main factors in the process of recovery of people
with schizophrenia, namely the role of treatment and social role.
Key words: Social support, treatment role, social role, family and people with schizophrenia.
ix
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur saya ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat,
anugerah, dan kasih setia-Nya penelitian skripsi yang berjudul “Dukungan Sosial Keluarga
terhadap Orang dengan Skizofrenia (ODS) di Bali” ini dapa diselesaikan dengan baik. Untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya, antara lain kepada:
1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa karena berkat restu dan anugerah-Nya
skripsi ini dapat selesai dengan maksimal dan sesuai dengan waktu yang diharapkan.
2. Bapak Prof. Dr. dr. Putu Astawa, SpOT (K). M. Ke, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
3. Ibu Dra. Adijanti Marheni, M.Si., selaku ketua Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana serta pembimbing akademik yang tidak pernah lelah
mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi ini yang tiada henti memberikan ilmu,
bimbingan, dan dukungan kepada peneliti, serta selalu bersedia mendengarkan keluh kesah
sejak peneliti duduk di semester satu. Terimakasih atas masukan-masukan dan semangat
yang diberikan selama peneliti menjalani perkuliahan hingga akhirnya dapat menyelesaikan
tugas akhir dengan maksimal.
4. Bapak Yohanes K. Herdiyanto, S.Psi., M.A. selaku pembimbing proposal, pembimbing
studi kasus, pembimbing skripsi, sebagai sosok yang selalu bersedia membagikan ilmu dan
membimbing peneliti, sebagai sosok yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah
peneliti, serta memberikan semangat dan dukungan tiada henti kepada peneliti. Terimakasih
atas waktu, tenaga, dan nasehat yang diberikan sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi
dengan baik.
x
1. Ibu Dra. Adijanti Marheni, M.Si., Bapak David Hizkia Tobing, S.Psi, M.A, dan Ibu Ni Made
Ari Wilani, S.Psi, M.Psi, Psikolog selaku tim penguji yang telah bersedia membagikan ilmu
serta meluangkan waktu dan tenaga dalam membantu saya merampungkan skripsi ini
menjadi lebih baik.
2. Seluruh dosen Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang sangat berjasa
memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, semangat, dan bimbingan kepada peneliti.
3. Seluruh staff dan pegawai Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Kepada Ibu
Lis, Pak Agus, dan Bu Tut yang selalu mengerahkan tenaganya untuk membantu segala
kebutuhan akademik maupun non-akademik peneliti.
4. Orangtua dan saudara yang tersayang yang selalu memberikan doa dan semangat,
mengajarkan untuk optimis, serta membuat peneliti menjadi pribadi yang lebih dewasa.
5. Orangtua dan eman-teman di LKSA Widhya Asih yang selalu mendukung dari segala aspek.
6. Mr. Glyn Withers, Mrs. Nanette Withers, Mr. Doug Flatman, dan Ibu Kusaka Masami yang
selalu mendukung dan membantu biaya studi peneliti hingga menyelesaikan perkuliahan di
Program Studi Psikologi Universitas Udayana.
7. Sahabat saya di kampus, Dayu Gangga, Osin, Dayu Wiwid, Karni, Henny, Sathya, Tugus
Yoga, dan SGD 4, yang selalu menjadi tempat peneliti untuk berkeluh kesah dan membuat
suasana hati peneliti menjadi lebih baik.
xi
Peneliti memohon maaf untuk mereka yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, peneliti menyadari
bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempura sehingga saran dan kritik membangun sangat
diharapkan untuk dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi kepada pembaca.
Denpasar, Juni 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. iii
HALAMAN MOTO ............................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................................... vii
ABSTRACT ...................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ...................................................................................................... 8
C. Signifikansi dan Keunikan Penelitian ..................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian................................................................................................... 11
E. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 11
1. Manfaat Teoretis……………………………………………………………….11
2. Manfaat Praktis…………………………………………………………………12
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................................. 13
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 13
1. Definisi Gangguan Jiwa ……………………………………………………... 13
a. Definisi Skizofrenia…………………………………………………………14
b. Jenis-jenis Skizofrenia …………………………………………………….. 14
c. Simtom-sumtom Utama Skizofrenia ………………………………………. 16
d. Terapi Skizofrenia …………………………………………………………..19
xiii
e. Gangguan Jiwa di Bali ………………………………………………………22
2. Dukungan Sosial Keluarga …………………………………………………….26
a. Definisi Dukungan Sosial …………………………………………………...26
b. Bentuk Dukungan Sosial…………………………………………………….28
c. Faktor yang Memengaruhi Seseorang Mendapatkan Dukungan Sosial ….....34
d. Sumber Dukungan Sosial…………………………………………………... 35
e. Dampak Dukungan Sosial…………………………………………………...36
B. Perspektif Teoretis ................................................................................................ 36
C. Pertanyaan Utama Penelitian ................................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................... 40
A. Tipe Penelitian....................................................................................................... 40
B. Unit Analisis .......................................................................................................... 41
C. Responden dan Tempat Penelitian ........................................................................ 42
D. Teknik Penggalian Data ........................................................................................ 45
E. Teknik Pengorganisasian Data .............................................................................. 47
F. Teknik Analisis Data.............................................................................................. 47
G. Kredibilitas Penelitian……………………………………………………………50
H. Isu Etik ………….………………………………………………………………..51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 54
A. Orientasi Kancah ................................................................................................... 54
B. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................................... 57
1. Karakteristik Responden .................................................................................. 57
2. Pengumpulan Data ........................................................................................... 61
C. Pengorganisasian Data........................................................................................... 63
D. Hasil penelitian ...................................................................................................... 64
E. Pembahasan ………………………………………………………………………87
F. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………………… 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 110
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 110
xiv
B. Saran .................................................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 114
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 119
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Dukungan sosial keluarga terhadap ODS di Bali ........................................... 38
Gambar 2. Dukungan sosial keluarga pada ODS ............................................................. 66
Gambar 3. Pengobatan terhadap ODS yang dilakukan oleh keluarga ............................. 80
Gambar 4. Peran sosial dalam proses pemulihan ODS .................................................... 84
Gambar 5. Bagan utama hasil penelitian ....................................................................... 108
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Responden ....................................................................................... 58
Tabel 2. Karakteristik Significant Others………………………………………………….59
Tabel 3. Pelaksanaan Wawancara Semi Terstruktur dan Observasi ................................... 62
Tabel 4. Pelaksanaan Wawancara Kelompok …………………………………………….63
Tabel 5. Pengorganisasian data ………………………………………………………….. 64
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Glosarium ..................................................................................................... 119
Lampiran 2. Informed Consent Responden dan Guideline Pertanyaan Wawancara ......... 121
Lampiran 3. Pelaksanaan Wawancara dan Observasi dengan Responden……………….124
Lampiran 4. Kode Verbatim dan Fieldnote………………………………………………128
Lampiran 5. Catatan Lapangan Responden MK ............................................................... 130
Lampiran 6. Verbatim Responden MK ............................................................................. 141
Lampiran 7. Buku Koding ................................................................................................. 153
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Terdapat empat aspek kesehatan yaitu
kesehatan fisik, kesehatan mental (jiwa), kesehatan sosial, dan kesehatan dari segi ekonomi.
Pertama, kesehatan fisik ini terwujud jika seseorang tidak merasa dan tidak mengeluh sakit atau
tak adanya keluhan, serta memang objektif tidak terlihat sakit. Seseorang juga disebut sehat
secara fisik jika seluruh organ tubuh berperan normal atau tidak mengalami masalah. Kedua,
kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yaitu pikiran, emosional, serta spiritual.
Ketiga, kesehatan sosial yang merupakan suatu kondisi ketika seseorang dapat terkait
dengan orang lain atau grup lain dengan baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan seterusnya, dan saling toleran serta
menghormati. Keempat, kesehatan dari segi ekonomi tampak apabila seseorang (dewasa)
produktif, dengan kata lain memiliki aktivitas yang membuahkan suatu hal yang bisa
menyokong hidup dirinya sendiri atau keluarganya dengan finansial (Undang-Undang No. 23
tahun 1992 tentang pokok-pokok kesehatan). Kesehatan jiwa adalah kondisi seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU No. 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa). Seseorang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan
yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang
2
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi
sebagai manusia disebut sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) (UU No. 18 Tahun 2014
tentang Kesehatan Jiwa).
Gangguan jiwa menurut Lisa dan Sutrisna (2013) terdiri dari gangguan mental organik
(delirium, demensia, dan amnesia), gangguan psikotik (skizofrenia), retardasi mental, dan
gangguan neurotik (ansietas fobik, panik, cemas menyeluruh, neurosis depresi, obsesi
kompulsif, penyesuaian, disosiatif dan somatoform). Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa
yang ditandai oleh terganggunya kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk.
Gejala yang menyertai gangguan ini antara lain berupa halusinasi, ilusi, waham, gangguan
proses pikir, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh, misalnya agresivitas atau katatonik.
Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu contoh psikosis adalah
skizofrenia (Riskesdas, 2017). Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders 4th Edition (DSM IV-TR), skizofrenia adalah gangguan kejiwaan terberat dan kronis,
ODS memiliki gangguan dalam memproses pikirannya sehingga timbul halusinasi, delusi,
pikiran yang tidak jelas dan tingkah laku atau bicara yang tidak wajar.
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah tahun 2015, penduduk Bali terhitung
4.056.300 jiwa pada tahun 2013 dengan sebaran jumlah penduduk adalah 268.000 jiwa di
kabupaten Jembrana, Tabanan 430.600 jiwa, Badung 589.000 jiwa, Gianyar 486.000 jiwa,
Klungkung 173.900 jiwa, Bangli 220.000 jiwa, Karangasem 404.300 jiwa, Buleleng 638.300
jiwa dan Denpasar 846.200 jiwa (BAPPEDA, 2015). Prevalensi ODGJ berat seperti skizofrenia
di Bali yang menduduki peringkat ketiga di Indonesia dengan prevalensi mencapai 2,3 per 1000
penduduk atau sekitar 9.329 jiwa. Kabupaten dengan wilayah gangguan jiwa berat terbanyak
terdapat di kabupaten Bangli, yaitu 6,5 per 1000 penduduk atau berjumlah 1.430 jiwa. Wilayah
3
Bali dengan angka gangguan jiwa berat terendah adalah Kota Denpasar dengan 1,0 per 1000
penduduk atau berjumlah 846 jiwa (Riskesdas, 2013).
Berbagai macam penanganan dilakukan terhadap orang dengan skizofrenia (ODS)
diantaranya terapi somatik (medikamentosa) yaitu penggunaan obat-obatan yang disebut dengan
antipsikotik, terapi psikososial, dan perawatan di rumah sakit (hospitalization). Penanganan
gangguan jiwa khususnya skizofrenia di Bali masih berbasis budaya, seperti penelitian yang
diungkapkan oleh Ginting et al. (2016) yang menyatakan bahwa beberapa subjek mengatakan
penanganan yang dilakukan oleh keluarga adalah kombinasi antara penanganan medis dan non
medis. Cara-caranya seperti melukat (pembersihan diri dalam agama Hindu) atau tirta yatra
(perjalanan suci) yang dikombinasikan dengan pengobatan medis seperti dibawa ke rumah sakit,
mengonsumsi obat, dan perhatian dari anggota keluarga dapat mempercepat proses
kesembuhan. Kumbara (2017) juga menyatakan bahwa orang Bali umumnya akan meminta
pertolongan kepada seorang dukun atau balian untuk memperoleh penjelasan mengenai sebab-
sebab sakit dan sekaligus cara-cara mengatasinya. Selain meminta bantuan kepada seorang
dukuh atau balian, keluarga akan mengajak yang bersangkutan untuk melakukan ritual melukat
yang memiliki fungsi dan makna simbolik yang mengarah pada upaya pembersihan jiwa-raga
ODGJ dalam rangka mencapai atau mengembalikan keseimbangan jiwa yang terganggu.
Perbandingan ideal antara jumlah penduduk dengan jumlah psikiater atau ahli kedokteran
jiwa belum ditemukan, namun data menunjukkan bahwa jumlah dokter jiwa atau ahli
kedokteran jiwa yang terdapat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli berjumlah 10 orang dan dokter
umum berjumlah 23 orang, hal ini menunjukkan bahwa terjadi ketidakseimbangan antara
jumlah dokter jiwa dan dokter umum di RSJ Bangli. Berdasarkan laporan kinerja RSJ Bangli,
diketahui bahwa pada tahun 2015 dari bulan Januari hingga Desember, jumlah ODGJ yang
4
mendapat pelayanan rehabilitasi mental yaitu 9.921 orang dan jumlah kunjungan sebanyak
36.898 kali (laporan kinerja RSJ provinsi Bangli, 2016). Selain itu, provinsi Bali hingga saat ini
masih kekurangan sekitar 395 psikiater atau ahli kedokteran jiwa jika dilihat dari perbandingan
dengan jumlah penduduk pulau Dewata yang mencapai 4,2 juta jiwa. Total psikiater di Tanah
Air sekitar 715 orang, sedangkan jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 245 juta jiwa. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat ketidakseimbangan antara jumlah psikiater dengan jumlah
penduduk di Indonesia, khususnya jumlah penduduk di Provinsi Bali (Hanati, 2017).
Proses pemulihan ODS juga tidak terlepas dari peran keluarga. Dukungan keluarga sangat
diperlukan dalam memotivasi ODS selama perawatan dan pengobatan. Keluarga merupakan
sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit)
anggota keluarga (Yosep, 2007). Keluarga sangat berperan penting bagi ODS, seperti yang
dijelaskan didalam penelitian yang dilakukan oleh Madriffa’i (2015) yang menyatakan bahwa
peran keluarga merupakan satu-satunya hal yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya
kekambuhan pada ODS. Peran keluarga yang dapat dilakukan untuk mengurangi kekambuhan
pada ODS adalah ikut berperan dalam perawatan aftercare di puskesmas integrasi/RSJ terdekat
seperti kunjungan berobat, mengambil obat, pengawasan minum obat, terapi keluarga dan
bekerjasama dengan petugas kesehatan terkait peran sebagai case manager terhadap ODS.
Selain itu, alasan utama pentingnya keluarga dalam perawatan gangguan jiwa khususnya
gangguan jiwa berat (skizofrenia) adalah, pertama, keluarga merupakan lingkup yang paling
banyak berhubungan dengan ODS. Kedua, keluarga (dianggap) paling mengetahui kondisi
ODS. Ketiga, gangguan jiwa yang timbul pada ODS mungkin disebabkan adanya cara asuh
yang kurang sesuai. Keempat, ODS yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali ke
masyarakat, khususnya dalam lingkungan keluarga. Kelima, keluarga merupakan pemberi
5
perawatan utama dalam mencapai pemenuhan kebutuhan dasar dan mengoptimalkan
ketenangan jiwa bagi ODS. Keenam, ODS mungkin memerlukan terapi yang cukup lama,
sehingga pengertian dan kerjasama keluarga sangat penting artinya dalam pengobatan
(Nurdiana, 2007).
Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Fhitrishia (2008) mengenai pentingnya peran
serta keluarga dalam perawatan ODS yang dapat dipandang dari berbagai aspek. Pertama,
keluarga merupakan tempat individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkunganya,
dan merupakan lembaga pertama yang memberikan pendidikan utama bagi individu untuk
belajar, mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. Individu dapat menguji coba
perilakunya di dalam keluarga, sehingga umpan balik yang diberikan oleh keluarga dapat
membantu individu dalam mempersiapkan diri untuk berperan dalam lingkungan masyarakat.
Kedua, keluarga dipandang sebagai suatu sistem, sehingga apabila terjadi sesuatu pada salah
satu anggota, maka akan mempengaruhi seluruh sistem. Salah satu faktor yang dapat
menghambat pemulihan ODS adalah kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan terhadap
anggota keluarga yang mengalami skizofrenia. Penyebab kurangnya peran serta keluarga adalah
keluarga yang tidak tahu cara menangani ODS di rumah. Keluarga jarang mengikuti proses
keperawatan ODS karena jarang mengunjungi ODS di rumah sakit, dan tim kesehatan di rumah
sakit juga jarang melibatkan keluarga dalam proses perawatan ODS (Nurdiana, 2007).
Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Medis RSJ Bangli, I Dewa Gede Basudewa,
menjelaskan bahwa perawatan yang diberikan pada ODS paling lama 6 (enam) bulan karena
tidak memungkinkan bila dirawat seumur hidup. Hal yang lebih penting yaitu proses
penyembuhan ODS lebih banyak ditentukan oleh perhatian dan kasih sayang keluarga dalam
menangani ODS di rumah. Berdasarkan data yang diperoleh, 58% ODS sembuh tanpa obat dan
6
32% sembuh dan membaik dengan obat (Parama, 2017). Hasil ini menunjukkan bahwa keluarga
berperan penting dalam perawatan ODS tidak hanya selama pengobatan namun juga berperan
pasca pengobatan di rumah sakit. Pasca pengobatan, keluarga merupakan faktor utama yang
memengaruhi keadaan ODS selanjutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2014)
menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif antara dukungan keluarga dengan tingkat
kekambuhan pasien skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta yang
menunjukkan bahwa semakin baik dukungan keluarga, maka semakin menurun tingkat
kekambuhan pasien skizofrenia, begitu pula sebaliknya.
Di sisi lain, terdapat tindakan-tindakan yang dilakukan oleh keluarga yang dapat
menghambat pemulihan ODS, seperti data yang ditunjukkan oleh Riskesdas (2013) bahwa
sebanyak 1.655 Rumah Tangga dengan skizofrenia masih melakukan metode pemasungan.
Metode pemasungan yang dilakukan bukan hanya metode tradisional yang umum diketahui
masyarakat seperti menggunakan kayu atau rantai pada kaki, namun termasuk pula tindakan
pengekangan lain yang membatasi gerak, pengisolasian, dan termasuk mengurung dan
penelantaran. Proporsi Rumah Tangga yang melakukan pemasungan sebesar 14,3 persen dan
terbanyak terdapat di rumah tangga pedesaan (Idaiani, Yunita, Prihatini, & Indrawati, 2013).
Tindakan pemasungan yang dilakukan oleh pihak keluarga merupakan suatu upaya
penanganan gangguan jiwa, setelah segala upaya pengobatan medis dilakukan (Lestari &
Wardhani, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Mundakir (2015) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pemasungan pada ODGJ, antara lain ketidaktahuan
pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, gangguan jiwa yang tidak kunjung sembuh, tidak
adanya biaya pengobatan, dan tujuan pemasungan adalah untuk mengamankan ODGJ agar tidak
7
terjadi tindakan kekerasan. Tindak kekerasan yang menjadi kekhawatiran keluarga seperti berita
yang termuat di Tribunnews berikut:
Ni Kadek Anggia Pranitasari (5), terbaring lemah di bed IRD RSUD Klungkung, Bali, Kamis
(15/2/2017). Gadis asal Banjar Losan, Desa Takmung Banjarangkan, Klungkung tersebut harus
mendapat perawatan di rumah sakit, karena menjadi korban pelemparan batu oleh warga yang
mengalami gangguan jiwa. Pelaku pelemparan diketahui beranama Ni Komang Bawak (65), asal
Banjar Pegatepan Gelgel. Warga di seputaran kota Semarapura sering melihatnya berkeliaran di
seputaran jalan Kenyeri dan jalan Rama, Semarapura.Bahkan, warga kerap melihat Bawak duduk
dan melempar kerikil di sekitar perempatan Galiran (Sucitra, 2017).
ODGJ berinisial NMS (25) asal banjar Cagaan, Pejeng Kangin, Tampak Siring, Gianyar
diamankan personil Satpol PP dan Petugas Pemadam Kebakaran, Selasa (6/6). Ia diamankan
akibat sering mengamuk dan suka menyanyi malam hari dan cukup meresahkan masyarakat
sekitar. NMS langsung digiring ke RSJ Bangli. Ia sudah mengalami gangguan jiwa sejak SMP,
dan beberapa hari ini diduga penyakitnya sedang kambuh (Ari, 2017).
Kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat terhadap deteksi dini dan penanganan
pasca pengobatan di rumah sakit jiwa menyebabkan ODS tidak memperoleh penanganan
dengan baik (Lestari & Wardhani, 2014). Bagus Utomo, pendiri Komunitas Peduli Skizofrenia
(KPSI) mengemukakan bahwa terdapat potensi pencegahan skizofrenia jika keluarga atau
orang terdekat ODS dapat mendeteksi secara dini gejala-gejala yang mengarah pada
penyakit mental ini. Deteksi dini di Indonesia terlambat karena pengetahuan tentang
gangguan jiwa belum merata (Farouk & Nodia, 2017). Berdasarkan pemaparan sebelumnya,
maka peneliti ingin mengetahui bagaimana dukungan sosial keluarga terhadap ODS. Penelitian
ini sangat penting dilakukan guna memberikan gambaran mengenai pentingnya dukungan sosial
keluarga terhadap ODS dan diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat
khususnya keluarga serta lingkungan sosial ODS tersebut, sehingga mendukung proses
pemulihan terhadap ODS.
A. Fokus Penelitian
8
Berdasarkan pemaparan latar belakang, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
berfokus pada penggalian data terkait dukungan sosial keluarga pada orang dengan skizofrenia
(ODS) di Bali.
B. Signifikansi dan Keunikan Penelitian
Penelitian yang mengungkapkan dukungan sosial, keluarga dan ODS sudah banyak
dilakukan. Metode yang digunakan pun tidak hanya dengan metode kualitatif saja, namun juga
dilakukan dengan metode kuantitatif. Penelitian yang membahas mengenai dukungan sosial
keluarga terhadap pemulihan ODS masih jarang dilakukan, terutama penelitian yang
dilaksanakan di Bali. Adapun penelitian terkait yang peneliti temukan adalah sebagai berikut:
1. Kristanto (2014) dalam penelitiannya yang berjudul bentuk dukungan sosial keluarga
terhadap remaja pengguna narkoba. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan studi kasus dengan metode pengambilan sampel yakni purposive sampling.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kurangnya dukungan sosial diberikan oleh
keluarga terhadap remaja pengguna narkoba serta dukungan yang dominan adalah dukungan
berupa nasehat.
2. Hartanto (2014) dalam skripsinya yang berfokus pada gambaran sikap dan dukungan
keluarga terhadap penderita gangguan jiwa di Kecamatan Kartasura. Metode penelitian
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 5 sampel
dengan kriteria keluarga dari penderita gangguan jiwa. Analisis data menggunakan model
miles dan huberman. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa pertama,
9
sikap keluarga secara kognitif terhadap penderita gangguan jiwa adalah sebagian besar baik.
Kedua, sikap keluarga secara afektif terhadap penderita gangguan jiwa adalah sebagian
besar baik. Ketiga, sikap keluarga secara kecenderungan untuk bertindak terhadap penderita
gangguan jiwa adalah baik. Keempat, dukungan keluarga yang diberikan yaitu terdiri dari
dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional.
Kelima, sikap dan dukungan keluarga terhadap penderita gangguan jiwa di wilayah
Kecamatan Kartasura adalah baik.
3. Minarni (2014) dalam skripsinya yang berjudul dukungan keluarga terhadap perilaku
minum obat pada pasien skizofrenia yang sedang rawat jalan. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan tipe penlitian studi kasus. Informan dalam penelitian ini berjumlah
empat orang yang merupakan keluarga yang berbeda dari dua penderita skizofrenia. Hasil
penelitian dianalisa dengan cara mengorganisasi data, melakukan koding, melakukan
intepretasi lalu membuat kategorisasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk dukungan
keluarga terhadap penderita tidak hanya terbatas pada perilaku minum obat, namun juga
dalam keseharian penderita. Dukungan keluarga yang diberikan dalam perilaku minum obat
seperti menyiapkan obat setiap hari, keluarga juga meminumkan atau memberikan obat
kepada penderita, mengupayakan agar penderita dapat teratur minum obat supaya tidak
terjadi relaps, selalu mengantar penderita dan tidak pernah membiarkan penderita pergi
sendirian.
4. Wijayanti (2010) dalam skripsinya yang berjudul hubungan dukungan sosial keluarga
dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia di RSK Puri Nirmala Yogyakarta. Penelitian
ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan jenis descriptive analytic
correlational dengan pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga pada pasien skizofrenia yang
10
dirawat inap di RSK Puri Nirmala sebagian besar berada pada kategori sedang dengan
presentase mencapai 43,2 %. Frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia yang dirawat inap
di RSK Puri Nirmala sebagian besar berada pada kategori kadang/jarang dengan presentase
mencapai 54,1 %. Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan frekuensi
kekambuhan pada pasien skizofrenia yang dirawat inap di RSK Puri Nirmala adalah
signifikan dengan r = -0,378 dan nilai p = 0.017.
5. Amelia dan Anwar (2013) dalam penelitiannya yang berjudul relaps pada pasien skizofrenia.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan
data berupa wawancara semi terstruktur. Adapun subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga
orang yaitu pasien skizofrenia yang dirawat di rumah sakit jiwa dan pernah dinyatakan
sembuh kemudian mengalami relaps dan harus kembali menjalani rawat inap di rumah sakit
jiwa yang sama. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
triangulasi sumber. Hasil yang didapat dari penelitian ini bahwa terdapat beberapa hal yang
menjadi peyebab relaps pada pasien skizofrenia yaitu faktor ekonomi, ketidakpatuhan pasien
pada pengobatan, mendapat perlakuan kasar dan pertengkaran yang terus menerus dengan
saudara kandung, konflik yang berkepanjangan dengan istri, dan emosi (marah) yang
diekspresikan secara berlebihan oleh keluarga.
Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti belum menemukan penelitian terkait dukungan
sosial keluarga terhadap pemulihan ODS di Bali, namun penelitian yang dilakukan oleh Minarni
(2014) memiliki kemiripan dengan penelitian ini, karena sama-sama mengungkap dukungan
yang diberikan oleh keluarga terhadap ODS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, pendekatan yang sama dilakukan
oleh Hartanto (2014). Lokasi penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang
disebutkan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di Bali, sedangkan penelitian-penelitian
11
tersebut dilakukan di luar Bali. Berdasarkan referensi dan penjelasan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Peneliti benar-
benar melakukan penelitian yang belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya.
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana pokok masalah yang dirumuskan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
“untuk mengetahui dan mendeskripsikan dukungan sosial keluarga pada orang dengan
skizofrenia.”
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa wawasan ilmiah terhadap
pengembangan studi psikologi klinis khususnya mengenai bentuk dukungan sosial yang
dibutuhkan oleh orang dengan skizofrenia, psikologi sosial terkait dukungan sosial
terhadap ODS, psikologi perkembangan keluarga terkait peran keluarga terhadap
pemulihan ODS.
b. Penelitian ini dapat juga dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan kajian
yang berkaitan dengan kesehatan seperti psikiatri dan keperawatan, khususnya terkait
peran keluarga dengan memberikan dukungan sosial terhadap pemulihan ODS.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi orang dengan skizofrenia (ODS), memberikan kesadaran bahwa obat, keluarga dan
sosial memiliki peran besar dalam mendukung proses pemulihan dari skizofrenia.
12
b. Bagi keluarga ODS, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
dengan menjadi masukan mengenai pentingnya peran keluarga dalam memberikan
dukungan sosial yang tepat dalam proses pemulihan bagi ODS.
c. Bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi mengenai pentingnya peran dukungan sosial terhadap ODS. Sehingga
masyarakat dapat membantu ODS dalam bersosialisasi dan beradaptasi dengan
lingkungannya, serta dapat mengurangi diskriminasi terhadap ODS.
d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar teori bagi
pengembangan penelitian selanjutnya dalam mempelajari bentuk dukungan sosial dan
peran keluarga terhadap ODS.
e. Bagi lembaga yang menangani pendampingan orang dengan
skizofrenia, seperti KPSI, para tenaga medis, dan praktisi yang bekerja untuk
penanganan ODS. Penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai pola penanganan
dan strategi dukungan keluarga yang tepat guna memperlancar proses pemulihan ODS.