31
MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG JANTAN HASIL IN OVO FEEDING ASAM AMINO L-GLUTAMIN SKRIPSI Oleh: ARISMAN I111 13 503 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

i

MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG

JANTAN HASIL IN OVO FEEDING ASAM AMINO L-GLUTAMIN

SKRIPSI

Oleh:

ARISMAN

I111 13 503

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

ii

MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG

JANTAN HASIL IN OVO FEEDING ASAM AMINO L-GLUTAMIN

SKRIPSI

Oleh:

ARISMAN

I111 13 503

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 3: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Page 4: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Page 5: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Segala puja dan puji bagi Allah سبحانه وتعالى atas Rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tercurahkan

kepada junjungan Nabi Muhammad صلى الل عليه وسلم yang telah menjadi panutan

serta telah membawa ummat manusia dari lembah kehancuran menuju alam yang

terang benderang.

Terima kasih tak terhingga kepada bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira

Rahardja, M.Sc. selaku Pembimbing Utama dan kepada bapak Dr. Ir. Wempie

Pakiding, M.Sc. selaku Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, serta waktu

yang telah diluangkan untuk memberikan petunjuk dan menyumbangkan

pikirannya dalam membimbing penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai

selesainya skripsi ini.

Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih tiada tara

kepada Ayahanda (alm.) La Dollah dan Ibunda Ramasang yang telah melahirkan,

mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang begitu tulus

kepada penulis sampai saat ini dan senantiasa memanjatkan do’a dalam

kehidupannya untuk keberhasilan penulis, begitupula dengan saudara-saudari

penulis Sunarya (almh.), Sumiati, Suarni dan Suryana yang selalu mendoakan,

menyemangati dan memotivasi. Semoga Allah سبحانه وتعالى senantiasa

mengumpulkan kita dalam kebaikan dan ketaatan kepada-Nya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan dengan segala

keikhlasan dan kerendahan hati kepada:

Page 6: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

vi

1. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I,II dan III dan

seluruh Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada

penulis, dan Bapak Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin.

2. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku dosen penasehat

akademik yang telah banyak membantu dan membimbing selama

kuliah.

3. Ibu Drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.Si atas segala motivasi dan

kesediaannya untuk menjadi dosen penguji serta membantu dalam

pengadaan peralatan penelitian.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc, Ibu Prof. Rr. Sri Rachma A.B.,

M.Sc., P.hD dan Bapak Dr. Muhammad Ichsan A. Dagong, S.Pt., M.Si

selaku dosen penguji.

5. Kanda M. Rachman Hakim S.Pt., MP, Daryatmo, S.Pt., MP,

Muhammad Azhar S.Pt., M.Si., Urfiana Sara S.Pt., M.Si, yang telah

banyak membantu di Laboratorium Ilmu Ternak Unggas hingga

penelitian selesai.

6. Teman- teman satu tim penelitian Nur Astuti, Ikram Muing, Muhammad

Danial, S.Pt, Sulkifli, S.Pt, Muslimin, Makmur, Abdan Baso, Kurnia,

Nurul Mutmainnah, S.Pt dan Fitri Fadillah Handayani S.Pt.

7. Teman angkatan Larfa 013, teman Ant 014, Solandeven 011, Lion 010,

Flock Mentality 012 dan Rantai 015.

8. Lembaga tercinta Himaprotek-UH yang telah banyak memberi wadah

terhadap penulis untuk berproses dan belajar.

Page 7: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

vii

9. Teman-teman Poultry Crew atas segala bantuan dan dukungannya.

Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik serta saran pembaca sangat diharapkan

demi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Semoga makalah skripsi ini

dapat memberi manfaat bagi para pembaca terutama bagi penulis itu sendiri.

Aamiin Ya Robbal Aalamin.

Akhir Qalam Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Makassar, September 2017

Penulis

Page 8: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

viii

ABSTRAK

Arisman I111 13 503. Morfometri dan Histologis Usus Halus Ayam

Kampung Jantan Hasil In Ovo Feeding Asam Amino L-Glutamin.

Pembimbing : Djoni Prawira Rahardja dan Wempie Pakiding

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh in ovo feeding asam

amino L-Glutamin terhadap morfometri dan histologis usus halus ayam kampung

jantan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 ekor ayam kampung

jantan. Asam amino yang digunakan adalah asam amino L-glutamin yang di injeksi

pada hari ke-7 inkubasi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan menggunakan 3 ekor ayam setiap

perlakuan. Perlakuan ini terdiri dari, P0 tanpa injeksi (kontrol negatif); P1 injeksi

0,5 ml NaCl 0,9% (kontrol positif); P2 Injeksi 0,5 ml larutan 0,5 % glutamin dalam

NaCl 0,9%; P3 Injeksi 0,5 ml larutan 1 % glutamin dalam NaCl 0,9%; P4 Injeksi

0,5 ml larutan 1,5 % glutamin dalam NaCl 0,9%. Parameter yang diukur adalah

morfometri usus halus (berat dan panjang usus halus) dan histologis usus halus

(tinggi vili, lebar vili, kedalaman kripta dan luas permukaan vili). Hasil penelitian

in ovo feeding asam amino L-Glutamin menunjukkan bahwa berat usus halus tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan, panjang usus halus menunjukkan

perbedaan yang signifikan terutama pada persentase panjang duodenum terhadap

berat total usus halus, histologis (tinggi vili, lebar vili, luas permukaan vili dan

kedalaman kripta) menunjukkan perbedaan yang signifikan terutama pada

duodenum dan ileum

Kata Kunci : Ayam Kampung, In Ovo Feeding, L-Glutamin, Morfometri,

Histologis, Usus Halus

Page 9: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

ix

ABSTRACT

Arisman I111 13 503. Morphometry and Histological Small Intestine Of

Kampung Roosters Result Of In Ovo Feeding L-Glutamine. Supervisor : Djoni

Prawira Rahardja dan Wempie Pakiding

The research was conducted to evaluate the effect of in ovo feeding L-

glutamine on morphometric and histologic small intestine of kampung roosters.

The material used in this study was 15 kampung roosters. Amino acid used was L-

glutamine which was injected on the 7th day of incubation. This research used a

complete randomized design (CRD) with 5 treatments and 3 replications with 3

chickens each treatments: P0 without injection (negative control); P1 was 0,5 ml

of NaCl 0,9% (positive control); P2 was 0,5 ml solution of 0,5% glutamine in NaCl

0,9%; P3 was 0,5 ml solution of 1% glutamine in NaCl 0,9%; P4 was 0,5 ml

solution of 1,5% glutamine in NaCl 0,9%. Parameters measured were morphometry

of small intestine (weight and length of small intestine) and histologic of small

intestine (villus height, villus width, crypt depth and villus surface area). The result

of in ovo feeding of L-glutamine showed that weight of small intestine had no

significant affect, length of small intestine had significant affect mainly on

duodenum, histologic (villus height, villus width, villus surface area and crypt

depth) had significant affect mainly on duodenum and ileum.

Key Words : Kampung Roosters, In Ovo Feeding, L-Glutamine, Morphometry,

Histological, Small Intestine

Page 10: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................. viii

ABSTRACT ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv

PENDAHULUAN .................................................................................. 1

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4

Tinjauan Umum Ayam Kampung .................................................. 4 Perkembangan Embrio ................................................................... 7

Pemberian Nutrisi Tambahan pada Periode Inkubasi .................... 8 Metabolisme Asam Amino L-Glutamin ......................................... 11 Saluran Pencernaan Ayam Kampung ............................................. 15

METODE PENELITIAN ..................................................................... 18

Waktu dan Tempat ......................................................................... 18

Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 18 Rancangan Penelitian ..................................................................... 18 Prosedur Penelitian ........................................................................ 19 Parameter yang diukur ................................................................... 22 Analisa Data ................................................................................... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 25

Morfometri Usus Halus Ayam Kampung Jantan ........................... 25 a. Berat Usus Halus Ayam Kampung Jantan ....................... 25

Page 11: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

xi

b. Panjang Usus Halus .......................................................... 26 Histologis Usus Halus Ayam kampung Jantan .............................. 28

a. Tinggi Vili ......................................................................... 28 b. Lebar Vili.......................................................................... 30 c. Luas Permukaan Vili ........................................................ 31

d. Kedalaman Kripta ............................................................. 32

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 35

Kesimpulan .................................................................................... 35

Saran .............................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 36

LAMPIRAN ........................................................................................... 43

RIWAYAT HIDUP ............................................................................... 72

Page 12: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

xii

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Performa Ayam Kampung ............................................................... 5

2. Berat Total Usus Halus dan Persentase Berat Duodenum, Jejenum

dan Ileum dari Berat Total Usus Halus ...........................................

3. Panjang Total Usus Halus dan Persentase Panjang Duodenum,

Jejenum dan Ileum dari Panjang Total Usus Halus .........................

4. Histologis Usus Halus Ayam Kampung Jantan Hasil In Ovo

Feeding Asam Amino L-Glutamin ..................................................

5

25

27

28

Page 13: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

xiii

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Metabolisme L-Glutamin................................................................. 5

2. Histologis Usus Halus Ayam ...........................................................

3. Pengukuran Tinggi Vili, Lebar Vili dan Kedalaman Kripta............

12

16

23

Page 14: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Hasil Analisis Ragam Berat Usus Halus .........................................

2. Hasil Analisis Ragam Panjang Usus Halus .....................................

3. Hasil Analisis Ragam Tinggi Vili Usus Halus ................................

4. Hasil Analisis Ragam Lebar Vili .....................................................

5. Hasil Analisis Ragam Luas Permukaan Vili ...................................

6. Hasil Analisis Ragam Kedalaman Kripta ........................................

7. Gambar Vili Usus Halus Tanpa Injeksi (Kontrol Negatif) ..............

8. Gambar Vili Usus Halus Hasil Injeksi Larutan NaCl Fisiologis

0,9% tanpa L-Glutamin (Kontrol Positif) ........................................

9. Gambar Vili Usus Halus Hasil Injeksi 0,5 ml larutan 0,5% L-

Glutamin dalam NaCl fisiologis ......................................................

10. Gambar Vili Usus Halus Hasil Injeksi 0,5 ml larutan 1% L-

Glutamin dalam NaCl fisiologis ......................................................

11. Gambar Vili Usus Halus Hasil Injeksi 0,5 ml larutan 1.5% L-

Glutamin dalam NaCl fisiologis ......................................................

12. Dokumentasi Kegiatan Penelitian....................................................

43

47

51

55

59

62

66

67

68

69

70

71

Page 15: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

1

PENDAHULUAN

Perkembangan industri perunggasan merupakan usaha yang berkontribusi

dalam pembangunan peternakan. Usaha peternakan ayam kampung merupakan

salah satu usaha yang berkontribusi dalam penyediaan daging dan telur. Peranan

ayam kampung dalam penyediaan daging dan telur cukup tinggi di kalangan

masyarakat pedesaan. Telur dan daging ayam kampung merupakan sumber protein

hewani yang mengandung asam amino esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh

dan berperan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

Ayam kampung memiliki daya adaptasi tinggi, mampu menyesuaikan diri

dengan kondisi lingkungan, perubahan iklim dan cuaca setempat. Selain itu, ayam

kampung juga memiliki tingkat daya tahan terhadap penyakit dan potensi ekonomi

yang tidak kalah dibandingkan dengan ayam ras komersil. Performa ayam rendah

dengan karakteristik pertumbuhan yang lambat dibandingkan strain ayam ras

komersil dilaporkan sebagai kekurangan ayam kampung.

Potensi ayam kampung dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan

gizi dan peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat. Dalam pengembangan

usaha peternakan ayam kampung kendala yang terjadi adalah rendahnya

produktifitas dikarenakan lambatnya pertumbuhan (Zakaria, 2004). Pertumbuhan

ayam dapat dipengaruhi oleh efisiensi pakan. Ayam yang memiliki pertumbuhan

cepat efisiensi pakannya akan lebih baik dari pada ternak yang pertumbuhannya

lambat (Nurjamsiah, 1994; Rahmanto, 2012). Hal ini dipengaruhi oleh proses

pencernaan pakan yang berkaitan dengan kondisi histologis dan kemungkinan

terdapat perbedaaan histologis pada organ pencernaan.

Page 16: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

2

Salah satu hal yang dapat diperhatikan untuk meningkatkan produktifitas

ayam kampung yaitu pada saat penetasan atau memperhatikan ketika masih dalam

tahap pembentukan embrio di dalam telur. Pemberian nutrisi tambahan pada

periode inkubasi melalui teknik in ovo kedalam telur dilaporkan dapat

meningkatkan pertumbuhan embrio dan daya serap usus serta menigkatkan

performa ayam setelah menetas (Al-Shamery dan Al-Shuhaib, 2015). Teknik in ovo

juga berfungsi untuk mengatasi kendala pada pertumbuhan awal selama fase

embrio dan pertumbuhan setelah menetas pada unggas (Uni dan Ferket, 2003).

Protein dilaporkan sebagai nutrisi yang paling tepat untuk memaksimalkan

pertumbuhan ayam selama maupun setelah periode inkubasi dengan menggunakan

teknik In ovo (Grodzik dkk., 2013). Salah satu zat nutrisi yang dapat digunakan

untuk teknik in ovo adalah asam amino glutamin (Gln). Asam amino glutamin (Gln)

berperan sebagai sumber energi bagi pembelahan sel dan beberapa jalur

metabolisme, mengatur metabolisme nutrisi, ekspresi gen dan sintesis protein dan

merangsang respon imun (Shafey dkk., 2013). Glutamin juga berperan dalam

integritas dan fungsi usus (Liu dkk., 2002), membantu pencernaan dan penyerapan

nutrisi (Xiao-ying dkk., 2010).

Proses pembentukan organ pada fase embrional melalui dua tahap yaitu

hiperplasi dan hipertropi. Tahap awal hiperplasi dimulai dengan proliferase sel.

Jumlah sel yang terbentuk pada tahap tersebut akan menjadi salah satu faktor

penting dari seluruh aktifitas dan morfologi organ terutama untuk organ saluran

pencernaan.

Kemampuan usus dalam memanfaatkan nutrisi ditentukan oleh

perkembangan organ saluran pencernaan. Perkembangan organ saluran pencernaan

Page 17: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

3

terutama usus berkorelasi dengan tingkat pertumbuhan tubuh. Peningkatan

pertumbuhan ayam menunjukkan perkembangan cepat dari organ pencernaan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukanlah penelitian mengenai morfometri dan

histologis usus halus ayam kampung hasil in ovo feeding asam amino L-Glutamin.

Page 18: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

4

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Ayam Kampung

Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah

memasyarakat dan telah tersebar diseluruh pelosok nusantara. Sejarah ayam

kampung berasal dari ayam liar yang telah didomestikasi dan tinggal di lingkungan

masyarakat, dikenal dengan istilah ayam buras (singkatandari“ayambukanras”).

Keturunan ayam yang telah jinak kemudian dikawinkan oleh manusia untuk

menemukan potensi ayam kampung baik sebagai pedaging, petelur maupun sebagai

dwiguna (pedaging dan petelur) (Rahayu dkk., 2011).

Kemampuan biologi seekor induk ayam kampung untuk memproduksi telur

dan mengasuh anak selama satu tahun yang dipelihara dengan cara dibiarkan

berkeliaran memperlihatkan performa sebagai berikut: bertelur 10 – 15 butir perlu

waktu ± 20 hari, mengerami telur perlu waktu ± 21 hari, mengasuh anak perlu waktu

131 hari (± 4 bulan). Dengan demikian, 1 tahun 3 kali produksi. Lebih lanjut

dinyatakan produksi telur 15 butir, dieramkan dengan induk 10 butir, daya tetas

80% jadi menghasilkan anak 8 ekor, daya hidup sampai dengan disapih 50%

menghasilkan ayam 4 ekor. Jadi dalam satu tahun dihasilkan ayam 12 ekor.

(Biyatmoko, 2003).

Mahardika dkk. (2013) mengemukakan rendahnya produktivitas ayam

kampung disebabkan oleh pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, jumlah

pakan yang diberikan tidak mencukupi dan pemberian pakan yang belum mengacu

kepada kaidah ilmu nutrisi yaitu belum memperhitungkan kebutuhan zat-zat

makanan untuk berbagai tingkat produksi. Zakaria (2004) untuk meningkatkan

Page 19: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

5

populasi, produksi, produktifitas, dan efisiensi usaha ayam kampung, pemeliharaan

perlu ditingkatkan dari tradisional kearah agribisnis.

Ayam kampung dinilai memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan

strain-strain ayam komersil (ayam ras petelur atau pedaging) antara lain: mampu

bertahan dan berkembang biak dengan kualitas pakan yang rendah, serta lebih tahan

terhadap penyakit dan perubahan cuaca (Abidin, 2002). Kelebihan ayam kampung

yang sering dilaporkan yaitu memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik

(Nataamijaya, 2009). Performa yang rendah merupakan masalah utama dari ayam

kampung. Aspek performa yang dilaporkan mengalami permasalahan oleh peneliti

terdahulu yaitu berat badan pertambahan, berat badan, konversi pakan (Kususiyah,

2011; Aryanti dkk., 2013). Gambaran umum dari performa ayam kampung dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Performa Ayam Kampung

Umur Performa

KP (g/e) BB (g/e) PBB (g/e) FCR

DOC a 25,75

Minggu I b 34,81 52 23 0,67

Minggu II b 76,72 77 25 1,45

Minggu III b 123,64 144 67 1,64

Minggu IV b 142,86 197 53 1,93

Minggu V b 195,35 248 51 2,53

Minggu VI b 233,54 309 61 2,81

Minggu VII b 274,72 576 136 1,99

Minggu VIII b 307,69 712 136 2,04

DOC-12 Minggu a 3392 728 702.25 4,63

Keterangan. KP : konsumsi pakan, BB : berat badan, PBB : pertambahan berat

badan, FCR : Feed Conversion Ratio (konversi pakan), a : Kususiyah (2011), b :

Aryanti dkk. (2013).

Pertumbuhan adalah perubahan dalam unit terkecil sel yang mengalami

pertambahan jumlah (hiperplasi) dan dengan pertumbuhan ukuran (hipertropi).

Pertumbuhan tubuh secara keseluruhan dinyatakan dengan pengukuran

pertambahan berat badan. Peningkatan berat badan dapat diketahui dengan cara

Page 20: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

6

menimbang secara berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan

biasanya mulai perlahan-lahan kemudian berlangsung lebih cepat dan akhirnya

perlahan-lahan lagi atau berhenti sama sekali (Anggorodi, 1990).

Metode budidaya ayam ras komersil telah diterapkan pada ayam kampung.

Namun, hasil yang diperoleh belum memberikan perubahan performa secara

signifikan. Bale-Therik dkk. (2012) melakukan sistem pemeliharaan intensif.

Sedangkan Kususiyah (2011) memberikan pakan dengan level protein tinggi.

Genetik yang beragam dilaporkan sebagai penyebab performa ayam kampung yang

kurang baik (Tamzil dkk., 2015). Perkawinan silang merupakan metode

peningkatan mutu genetik ayam kampung yang telah dilaporkan. Namun, hasil

yang diperoleh masih bervariasi (Sudaryati dkk., 2013). Selain itu, persilangan juga

tidak direkomendasikan karena persilangan akan menyebabkan penurunan

kemampuan adaptasi dan daya tahan terhadap penyakit serta tidak

direkomendasikan terutama ditinjau dari segi konservasi keanekaragaman genetik

(Adebambo dkk., 2011). Salah satu hal yang dapat diperhatikan untuk mendapatkan

performa yang baik yaitu pada saat penetasan atau memperhatikan ketika masih

dalam tahap pembentukan embrio didalam telur.

Noy dan Sklan, (2001) melaporkan dalam penelitiannya bahwa masa

inkubasi yang lebih lama dari 21 hari pada proses penetasan menyebabkan

rendahnya kadar glikogen pada anak ayam. Pada masa ini banyak embrio yang

menggunakan glikogen sebagai energi untuk menetas. Oleh sebab itu, anak ayam

itu harus membentuk glikogen melalui proses gluconeogenesis dari protein tubuh

untuk mendukung termogulasi post-hatch dan daya tahan tubuh. Hal ini

berlangsung sampai anak ayam tersebut dapat asupan makanan dan memanfaatkan

Page 21: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

7

nutrien dari makanan tersebut. Setelah ayam menetas, terjadi perubahan

penggunaan pemanfaatan energi dari tubuh menjadi pemanfaatan energi melalui

makanan yang tercerna pada saluran pencernaan.

Cadangan glikogen mulai disimpan kembali pada saat anak ayam yang baru

menetas mendapatkan makanan dan oksigen serta dapat menggunakan lemak yang

tersimpan dalam yolk sac secara maksimal (Rosebrough dkk., 1978). Kurangnya

jumlah glikogen dan albumin akan memaksa embrio untuk menggunakan protein

otot dalam jumlah besar. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan

embrio pada periode akhir inkubasi dan anak ayam yang baru menetas (Uni dkk.,

2005).

Uni dan Ferket (2003) melaporkan bahwa menyuntikkan nutrisi tambahan

pada periode inkubasi menyebabkan embrio tersebut secara alami mengkonsumsi

nutrien tersebut sebelum menetas. Penambahan nutrisi pada masa pertumbuhan

embrio dengan teknologi in ovo dapat meningkatkan status nutrisi pada saat

penetasan, sehingga dapat menghasilkan beberapa keuntungan. Keuntungan yang

dimaksud yaitu efisiensi yang tinggi dalam pemanfaatan nutrisi makanan,

menurunkan kematian pada periode post hatch, serta meningkatkan respon imun

pada saluran pencernaan dan meningkatkan pertumbuhan otot terutama otot daging

pada bagian dada.

Perkembangan Embrio

Berbeda dengan mamalia, embrio ayam bergantung pada nutrisi yang

disediakan oleh induknya dalam telur. Transfer nutrisi dari induk ke embrio selesai

sebelum diletakkan. Dengan demikian telur mengandung semua dari nutrisi yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio. Satu-satunya bahan

Page 22: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

8

ditukar ke lingkungan adalah air (uap), oksigen dan karbon dioksida. Nutrisi yang

tersimpan dalam telur yaitu kuning (32% lemak, 17% protein, 1% karbohidrat dan

50% air) dan albumin ( 87% air dan 11% protein) (Foye, 2005).

Perkembangan embrional dimulai setelah terjadi pembuahan atau

pembentukan zigot. Sekitar lima jam setelah ovulasi dan telur berada dalam

isthmus, dan terjadi pembelahan sel pertama (cleavage). Pembelahan selanjutnya

terjadi sekitar 20 menit kemudian. Setelah itu, telur meninggalkan istmush satu jam

kemudian dan berlangsung perkembangan embrional dengan membentuk 16 sel.

Setelah sekitar 4 jam berada di uterus, telah terbentuk 256 sel sebagai blastoderm.

Proses penetasan tidak terlepas dari perkembangan embrio yang tumbuh di dalam

telur yang telah mengalami fertilisasi (Asmawati, 2014).

Embrio yang berkembang dibantu oleh kantung kuning telur, amnion, dan

alantois. Dinding kantung kuning telur dapat menghasilkan enzim yang berfungsi

mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi

sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi sebagai pembawa oksigen ke embrio,

menyerap zat asam dari embrio, mengambil sisa-sisa pencernaan yang terdapat

dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta membantu mencerna

albumin. Keempat membrane ini masing-masing merupakan satu lembaran sel

(Reece dan Mitchell, 2004).

Pemberian Nutrisi Tambahan pada Periode Inkubasi

Pemberian nutrisi tambahan pada periode inkubasi dengan teknik in ovo

merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan

perkembangan embrio pada periode inkubasi. Berbagai jenis nutrisi seperti

karbohidrat, asam amino, asam lemak, dan vitamin telah banyak digunakan untuk

Page 23: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

9

memaksimalkan potensi pertumbuhan terutama pada ayam ras pedaging, petelur

dan kalkun. Penambahan nutrisi tambahan pada periode inkubasi dilakukan untuk

memaksimalkan aktifitas organogenesis embrio (Salmanzadeh, 2012).

Nutrisi yang ditambahkan dengan teknik in ovo diyakini akan dimanfaatkan

oleh embrio. Menjelang tahap akhir penetasan, embrio yang sedang diinkubasi

mengunakan cadangan energinya untuk membantu proses penetasan (Christensen

dkk., 2001). Meskipun glukosa dapat disintesis dari lemak dan protein, glukosa juga

dihasilkan dari protein melalui proses glukoneogenesis atau glikolisis, cadangan

glikogen berkurang selama kuartal terakhir inkubasi karena oksigen terbatas (John

dkk., 1987). Oleh karena itu salah satu solusi untuk membantu embrio selama

proses inkubasi adalah memberikan nutrisi tambahan melalui in vo.

Kegiatan menyuntikkan nutrisi tambahan ke dalam telur dengan sasarannya

yaitu langsung ke embrio dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dengan

meningkatkan sirkulasi IGF dan glikogen cadangan serta meningkatkan penyerapan

nutrisi pada usus, meningkatkan aktivitas enzim usus, membantu dalam proses

penetasan serta meningkatkan pertumbuhan (Foye dkk., 2007). In ovo juga

berfungsi untuk mengatasi kendala pada pertumbuhan awal selama fase embrio dan

pertumbuhan setalah menetas pada unggas (Uni dan Ferket, 2003). Ohta dan Kidd,

(2001) melaporkan bahwa injeksi asam amino pada ayam broiler dapat

meningkatkan pertumbuhan embrio dan daya tetas.

Konsentrasi larutan yang diinjeksikan pada telur menjadi salah satu penentu

keberhasilan metode in ovo. Larutan tersebut, harus memiliki osmolaritas dan pH

yang sesuai dengan lingkungan embrio. Peneliti terdahulu umumnya menggunakan

penambahan saline 0,9% pada seyawa in ovo feeding tanpa menentukan osmolaritas

Page 24: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

10

dan pH larutan (Shafey dkk., 2013). Konsentrasi terbaik yang dilaporkan peneliti

terdahulu sangatlah bervariasi. 0,7 g/100 ml saline 0,9% pada kalkun (Keralapurath

dkk., 2010), 1 g/100 ml saline 0,9% pada broiler (Shafey dkk., 2012),

Waktu injeksi dan target deposisi pada telur dengan teknik in ovo yang

dilaporkan sangat bervariasi. Al-Daraji dan Salih, (2012) melakukan injeksi hari

ke-0 inkubasi dengan target kantung udara. El-Azeem dkk. (2014) melakukan

injeksi hari ke-14 inkubasi dengan target amnion. Hasil penilitian Al-Shamery dan

Al-Shuhaib, (2015) menunjukkan bahwa penambahan nutrisi dengan teknik in ovo

yang dilakukan pada akhir periode inkubasi tidak dapat menstimulasi hiperplasi sel.

Pada periode tersebut, penambahan nutrisi dengan teknik in ovo hanya berfungsi

untuk meningkatkan ketersedian energi untuk aktifitas penetasan, pematangan sel,

dan cadangan energi setelah menetas.

Aktifitas hiperplasi tertinggi pada minggu ke-1 sampai ke-2 periode

inkubasi (Stockdale, 1992). Oleh karena itu, panambahan nutrisi melalui teknik in

ovo dengan tujuan menstimulasi aktifitas hiperplasi sel otot sebaiknya dilakukan

pada periode tersebut. Injeksi pada hari ke-7 merupakan periode inkubasi dengan

target albumin. Pada waktu tersebut, aktifitas absorsi substansi protein albumen

mulai meningkat (Baggott, 2001). Injeksi dengan target albumen lebih efektif

terhadap absorsi nutrisi dengan resiko kerusakan kantong embrio yang rendah

(Bhanja dan Mandal, 2005).

Foye dkk. (2006) juga melaporkan bahwa dengan melakukan penambahan

asam amino kedalam telur selama proses inkubasi dapat meningkatkan berat badan

ayam kalkun. Dalam penilitian Azhar (2016) melaporkan bahwa in ovo

mengunakan asam amino L-Arginine meningkatakan performa ayam kampung

Page 25: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

11

pascatetas seperti peningkatan berat tetas, pertumbuhan berat badan, pertumbahan

dan penurunan konversi pakan.

Metabolisme Asam Amino L-Glutamin

Asam amino adalah unit dasar dari struktur protein. Semua asam amino

mempunyai sekurang-kurangnya satu gugusan amino (-NH2) pada posisi alfa dari

rantai karbon dan satu gugusan karboksil (-COOH). Fungsi asam amino sebagai

komponen struktur tubuh yang merupakan bagian dari enzim, sebagai prekursor

regulasi metabolit dan berperan dalam proses fisiologis. Asam amino diperlukan

untuk sintesis protein jaringan tubuh dan telur (Suprijatna dkk., 2005).

L-Glutamin merupakan asam amino alifatik bersifat polar tidak bermuatan,

merupakan amida dari asam glutamate, bersifat mudah larut dalam air karena

mempunyai gugus ekstra-NH2 yang bersifat polar. Glutamin diketahui menjadi

asam amino yang paling banyak keberadaannya pada cairan intraseluller. Glutamin

mempunyai dua grup ammonia, satu dari prekursornya yaitu glutamat dan yang

lainnya berasal dari ammonia bebas pada aliran darah (Antonio dkk., 1999).

Glutamin merupakan asam amino non essensial dimana dapat berubah fungsi

menjadi essensial pada kasus-kasus peradangan tertentu (Newsholme, 2001). Samli

dkk. (2007) melaporkan bahwa glutamin merupakan asam amino yang penting

dalam pemanfaatan sebagai sumber energi untuk perkembangan sistem pernapasan

gastrointestinal dan merangsang proliferasi sel usus, yang menuntun pada

peningkatan sumber penyerapan mukosa gastrointestinal dan menyebabkan akses

nutrisi.

Page 26: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

12

L-Glutamin berperan penting sebagai prekursor untuk peptida dan sintesis

protein, sintesis asam amino, purin dan primidin, asam nukleat dan sintesis

nukleotida serta menyediakan sumber karbon untuk oksidasi dalam beberapa sel.

Namun, produk langsung dari metabolisme glutamin pada sebagian besar sel adalah

L-glutamat yang dihasilkan oleh aksi glutaminase (Gambar 1) (Newsholme dkk.,

2003).

Gambar 1. Metabolisme L-Glutamin (Newsholme dkk., 2003)

Marchini dkk. (1999) mengemukakan efek dari glutamin yaitu memberikan

efek nutrisi sederhana dengan cara menyediakan energi untuk mukosa saluran

pencernaan, meningkatkan sintesa DNA. Glutamin merupakan donor nitrogen

untuk sintesa purin dan pirimidin yang merupakan building blocks dari asam

nukleat yang diperlukan dalam jumlah besar selama proses replikasi sel,

meningkatkan sistem imunitas saluran pencernaan. Glutamin berperan sebagai

bahan bakar utama limfosit dan makrofag, meningkatkan aliran darah saluran

pencernaan.

Penelitian Bartell dan Batal (2007) diketahui bahwa pemberian glutamin

sebesar 1% dapat meningkatkan penggunaan dan absorbsi nutrien karena dapat

Page 27: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

13

meningkatkan tinggi vili sehingga mempunyai area yang lebih banyak dalam

penggunaan nutrien. Ketika diberikan glutamin sebanyak 4% terjadi penurunan

performa yaitu menurunnya konsumsi pakan dan bobot badan, yang diketahui

sebagai indikasi dari efek toksik dari dosis glutamin yang diberikan tersebut.

L-Glutamin merupakan bahan bakar utama untuk perkembangan sel-sel

secara cepat seperti pada enterosit saluran pencernaan dan limfosit aktif

(Newsholme dan Calder, 2002). Pada penelitian Allee dkk. (2005), diketahui bahwa

pemberian suplementasi glutamin pada anak ayam sebanyak 1% pada pakan setelah

menetas dapat meningkatkan performa pertumbuhan, menurunkan angka kematian

dan mempunyai perkembangan intestinal yang lebih baik serta mempunyai respons

imun yang lebih tinggi.

L-Glutamin dapat mempercepat sintesis protein melalui deaminasi dan

transminasi yang dapat mencegah hewan kekurangan nutrisi (Boza dkk., 2001).

Selain dapat mensintesis protein, glutamin juga berperan dalam integritas dan

fungsi usus (Liu dkk., 2002), membantu pencernaan dan penyerapan nutrisi (Xiao-

ying dkk., 2010), sebagai sumber energi untuk pematangan sel mukosa (Maiorka

dkk., 2000), dan sebagai sistem kekebalan pada usus terhadap serangan bakteri

(Belmonte dkk., 2007). Hasil penelitian Samli dkk., (2007), yang melaporkan

glutamin adalah asam amino yang pemanfaatannya sebagai sumber energi untuk

perkembangan saluran pencernaan dan merangsang proliferasi sel usus, yang

menyebabkan peningkatan daya serap mukosa gastrointestinal dan penyaluran

nutrisi.

Produksi glukosa dari nutrien non-karbohidrat diketahui sebagai

glukoneogenesis. Glutamin adalah salah satu substrat non karbohidrat yang paling

Page 28: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

14

efisien karena dapat digunakan sebagai energi. Pada beberapa sel sekitar 30% dari

degradasi glutamin dapat di konversikan menjadi laktat dan karbondioksida, dan

2% lagi dapat digunakan untuk makromolekul. Pemanfaatan glutamin dapat

meningkat ketika glukosa menurun, bahkan pada beberapa kondisi sel-sel dapat

bertahan dan tumbuh pada keadaan glukosa rendah dengan penambahan glutamin

yang cukup. Glutamin dapat di metabolisme pada siklus urea, jalur sintesis protein

dan siklus krebs untuk energi serta produksi dari sitrat, laktat dan glukosa (Antonio,

1999).

Glukosa yang berlebih akan disimpan dalam bentuk glikogen hati dan otot

sebagai cadangan energi dengan bantuan insulin (Bottje dkk., 2010; Chen dkk.,

2013). Hasil penelitian Dong dkk. (2013) menunjukkan bahwa peningkatan level

glikogen otot akhir periode inkubasi akan diikuti dengan peningkatan massa otot

setelah menetas.

Asam amino glutamin (Gln) berperan sebagai sumber energi bagi

pembelahan sel dan beberapa jalur metabolisme, mengatur metabolisme nutrisi,

ekspresi gen dan sintesis protein dan merangsang respon imun (Shafey dkk., 2013).

Kandungan asam amino glutamin didalam telur ayam ras yaitu sebesar 1,05%

(Heny, 2002). Glutamin memiliki banyak fungsi, maka dari itu penting untuk

memastikan jumlah glutamin dalam telur dapat mencukupi kebutuhan embrio pada

masa inkubasi dan setalah masa inkubasi untuk mengetahui perkembangan dan

kemampuan usus halus dalam menyerap zat nutrisi yang akan berdampak pada

performa ayam kampung.

Page 29: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

15

Saluran Pencernaan Ayam Kampung

Kebutuhan nutrisi ayam yang digunakan setelah penetasan berasal dari yolk

sac. Setelah penetasan anak ayam mengkonsumsi yolk sac untuk daya tahan tubuh

dan perkembangan organ pencernaan. Sistem pencernaan merupakan sistem yang

terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ pelengkap yang berperan dalam

proses pencernaan bahan pakan yang dapat diserap oleh dinding saluran

pencernaan. Pada ternak unggas mempunyai saluran pencernaan yang sederhana,

yaitu terdiri dari rongga mulut, esophagus, tembolok, proventriculus, gizzard, usus

halus, caeca, usus besar, dan kloaka (Abun, 2007 ; Hamzah, 2013).

Rahmanto (2012) menyatakan histologis usus halus ayam broiler dan ayam

kampung memiliki perbedaan. Vili-vili pada usus halus ayam broiler memiliki

jumlah yang lebih banyak dan ukurannya lebih panjang dibandingkan vili-vili usus

halus pada ayam kampung. Tingkat efisiensi pakan ayam broiler lebih tinggi

daripada tingkat efisiensi pakan ayam kampung.

Denbow (2000) mengemukakan proses pencernaan kimiawi berlangsung

pada usus halus. Suprijatna dkk. (2008) Usus halus merupakan organ utama tempat

berlangsungnya pencernaan dan absorbsi produk pencernaan dan mempunyai

peranan penting dalam transfer nutrisi. Alfiansyah (2011) Usus halus merupakan

saluran berkelok-kelok yang memiliki banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-

jonjot usus. Rahayu dkk. (2011) mengemukakan bahwa pada ayam dewasa, panjang

usus halus sekitar 62 inci atau 1,5 meter.

Kemampuan pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan dapat

dipengaruhi oleh luas permukaan epithel usus, jumlah lipatan-lipatannya, dan

banyaknya villi dan mikrovilli yang memperluas bidang penyerapan (Austic dan

Page 30: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

16

Nesheim, 1990 ; Ibrahim 2008) dan dipengaruhi juga oleh tinggi dan luas

permukaan villi, duodenum, jejunum, dan ileum (Sugito, dkk., 2007 ; Ibrahim

2008). Usus halus broiler yang bertubuh berat adalah lebih panjang dan lebih luas

bidang absorpsinya dibanding dengan usus halus unggas yang bertubuh lebih ringan

(Yamauchi, dkk., 1991; Ibrahim, 2008).

Gambar 2. Histologis Usus Halus Ayam (Sakiyo, 2007)

Vili ini berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh

terhadap proses penyerapan makanan (Alfiansyah, 2011). Perkembangan vili-vili

usus pada ayam broiler berkaitan dengan fungsi dari usus dan pertumbuhan dari

ayam tersebut (Sun, 2004). Vili merupakan tempat penyerapan zat zat gizi, semakin

lebar vili semakin banyak zat zat makanan yang akan diserap pada akhirnya dapat

berdampak pada pertumbuhan organ organ tubuh, karkas yang meningkat

(Asmawati, 2014). Peningkatan tinggi vili pada usus halus ayam pedaging berkaitan

erat dengan peningkatan fungsi pencernaan dan fungsi penyerapan karena

meluasnya area absorpsi serta merupakan suatu ekspresi lancarnya sistem

transportasi nutrisi keseluruh tubuh (Awad dkk., 2008). Salah satu parameter yang

Keterangan :

a = Tinggi vili

b = Lebar Apikal Vili

c = Lebar Basal Vili

d = Kedalaman Kripta

Page 31: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS HALUS AYAM KAMPUNG …

17

dapat digunakan untuk mengukur kualitas pertumbuhan adalah struktur morfologis

usus. Tinggi vili dan kedalaman kripta pada semua bagian usus halus secara umum

meningkat seiring dengan bertambahnya umur ayam (Ningtias, 2013).