Upload
dekita-diatmika
View
87
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Morbus hansen
Citation preview
PEMBIMBING:DR. I.G.K .DARMADA, SP.KK
Morbus Hansen
Oleh:I Kadek Ita Diatmika
(1002005172)
Definisi
Infeksi kronis Disebabkan oleh Mycobacterium leprae (M. leprae) Terutama menyerang :
Kulit Saraf tepi Mukosa saluran napas atas Sistem retikuloendotelial Mata, Tulang
Yg tdk terkena : SSP
Etiologi
Mycobacterium leprae Bakteri berbentuk batang Basil Tahan Asam Gram positif Pjg 1 – 8 μ, ø 0,2 – 0,5 μ Obligat intraseluler Pertumbuhan baik pada
suhu < 37° C Waktu pembelahan 12 –
14 hari Masa inkubasi: 6 bulan
sampai 40 tahun/lebih
Epidemiologi
Sebagian besar daerah tropis dan subtropis
Awal : Afrika & Asia Tengah DuniaMengenai segala usia : bayi – lansia
15 – 25 th >>♂ : ♀= 2 : 1Periode penularan sangat lama: 3 – 5 thPrevalensi :
Th 1990 : 7 / 10,000 Th 2000 : 1 / 10,000
PATOGENESIS
PERKEMBANGAN PENYAKIT KUSTA BERGANTUNG PD KERENTANAN SESEORANG
RESPON TUBUH TERGANTUNG PD SISTEM IMUNITAS SELULAR (SIS)
SIS TINGGI → TUBERKULOIDSIS RENDAH → LEPROMATOSA
PATOGENESIS
• M. Leprae merupakan parasit obligat intraseluler yg terutama tdpt pd sel makrofag disekitar pembuluh darah superfisial pd dermis atau sel Schwann di jaringan saraf.Bila kuman M. leprae masuk ke dlm tubuh,maka tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag yg berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear dan histiosit untuk memfagositosisnya. Kemampuan unt memfagositosis tergantung pd sistem imunitas tubuh
PATOGENESIS
Sel Schwann merupakan sel target unt pertumbuhan M. leprae. Bila terjadi gangguan imunitas tubuh didalam sel Schwann, kuman dapat bermigrasi dan beraktivasi. Akibatnya aktivitas regenerasi saraf berkurang, terjadi kerusakan saraf yg progressiv.
M. Leprae
(dlm
droplet infeksius)
Masuk mll
saluran pernapasan atas / droplet
mengenai kulit yg terbuka
Fagositosis oleh Sel Schwann
& makrofag
Sist. Imunita
s Seluler (SIS)
yg baik
Pbtkn granuloma nekrosis kaseosa
kerusakan saraf kulit
Kerusakan saraf tdk bermyelin (sensoris
& autonom) anastesia, anhidrosis
Kerusakan saraf motorik bermyelin
atrofi otot
SIS buruk humoral
>>
Basil ditangkap oleh histiosit (makrofag)
multiplikasi di dlm makrofag
menyebar ke jaringan lain mll
darah, limfe/cairan
jaringan
PAUSIBASILER(PB)
MULTIBASILER(MB)
Klasifikasi
Klasifikasi Madrid: Indeterminate, Tuberculoid, Borderline, Lepromatous
Klasifikasi Ridley-Jopling: TT(stabil), BT, BB, BL, LL(stabil)
Klasifikasi WHO: PB (I, TT, sebagian besar BT, BTA negatif) dan MB (BB, BL, LL, sebagian BT, B dan L, BTA positif)
TIPE TT TIPE BT TIPE BB TIPE BL TIPE LL
Makula/ Plakat Hipopigmentasi
Mirip TT Campuran tipe TT & LL
Menyerupai tipe LL tetapi masih ada kulit normal
Lesi plakat
Lesi sangat banyakSimetris,
Batas tidak tegas
Permukaan halus
Mengkilat
Batas tegas Paling tidak stabilBentuk dan ukuran lesi bervariasi, simetris, plakat
Jumlah soliter/ beberapa
Permukaan lesi kering, rambut hilang anastesi
Penebalan saraf perifer, claw hand, mutilasi
Gangguan saraf lebih ringan tetapi lebih banyak terkena
Lesi Satelit +
Lesi Satelit (+)Punched Out Lession (+)
Punched out Lession (+)Keratitis & Madarosis tidak lengkap
Madarosis -> (Facies Leonina)Keratitis (+)Ginekomastia (+)
Klasifikasi WHO
PB MB
1. Lesi kulit (makula datar, papul yang meninggi, nodus)
2. Kerusakan saraf
- 1-5 lesi- Hipopigmenta
si / eritema- Distribusi
tidak simetris- Hilangnya
sensasi yang jelas
- Hanya satu cabang saraf
- >5 lesi- Distribusi
lebih simetris- Hilangnya
sensasi kurang jelas
- Banyak cabang saraf
SPEKTRUM
Ridley &
JoplingT T B T B B B L L L
MADRIDIndeterm
inateTuberculoid
Border
lineLepromatous
WHO
( 1988 )
Paucy Bacillar
Leprosy
Multi Bacillar
Leprosy
Klasifikasi
• Gejala klinis pada MH memiliki spektrum yang sangat luas
• Kulit: Lesi awal : bercak hipopigmentasi soliter + anestesi
ringan→ berkembang sesuai tipe MH• Saraf tepi: – Terjadi akibat reaksi inflamasi / infiltrasi M leprae
dalam jumlah besar– GK : dysthesia(suhu→sentuhan halus→sentuhan
dalam),pembesaran saraf,kelemahan otot,atrofi otot
Gejala klinis
Gejala Klinis
TIPE INDETERMINATE Makula
hipopigmentasi, batas tegas
Rasa raba normal/ sedikit terganggu
Keringat, pertumbuhan rambut normal
Lokasi: wajah, punggung, ekstensor lengan
Polar Tuberkuloid (TT) Plaque
erythema(scaling),batas tegas,central clearing(saucer like)
Lesi soliter, asimetris,hypesthesia, anhidrotik
Imunitas baik→sembuh spontan
BTA: hampir selalu negatif
Tes Lepromin: positif kuat
RIDLEY DAN JOPLING
BORDERLINE TUBERCULOID (BT)
• Plaque & papul batas tegas,scaling (-),erythema minimal,tdk terlalu meninggi,+/- lesi satelit
• Soliter/multiple asimetris• Hypestesia, pembesaran,• abses saraf tdk lbh dr 2 • BTA:(-)/+1• Tes Lepromin : positif lemah
RIDLEY DAN JOPLING
MID BORDERLINE (BB)Plaque anular, batas tegas
pd interior, tdk tegas pd exterior (dimorphic), ada lesi satelit
Bentuk plg tdk stabilBeberapa(dpt dihitung) dan
asimetrisSaraf bs membesar&nyeri ,
hypestesia sedangBTA : agak banyak (kulit)Tes lepromin: biasanya negatif
RIDLEY DAN JOPLING
BORDERLINE LEPROMATOUS LEPROSY (BL)
• Imunitas tdk mampu menahan proliferasi tp destruksi jaringan masih terjadi
• Lesi banyak, simetris, berupa makula,papul,plaque
• Hypesthesia minimalsaraf membesar dan nyeri (simetris)
• BTA : banyak • Tes lepromin : (-)
RIDLEY DAN JOPLING
LEPROMATOUS LEPROSY (LL) Lesi multipel, difus, simetris
berupa makula berukuran kecil dan berbatas tdk tegas, infiltrat Fase lanjut didapatkan makula kasar, menebal, dan mengkilat, Hiphestesia (-), keringat (+), penebalan saraf (-)
Kerontokan pada alis (mulai 1/3 luar), bulu mata(madarosis), infiltrasi difuse pd wajah, saddle nose→facies leonina
BTA: banyak (hidung dan kulit) Tes Lepromin (-)
RIDLEY DAN JOPLING
Tuberkuloid (TT) – lesi
bergerigi, wrn merah muda superfisial,
meninggi & tepi bergranula
halus,bag tengah anstesi tu thd
sentuhan & suhu.
Indeterminate (I) – lesi makula
hipopigmentasi/kemerahan dg batas
yg tidak jelas. Anastesi kurang
jelas (hipoestesia terutama thd rgs
suhu)
Borderline Tuberkuloid (BT) – lesi dg
tepi lebih bergerigi/granular, ada lesi satelit,
anas tesi jelas thd suhu,
sentuhan/nyeri
Klinis Pausibasiler (PB)
Boerderline (BB) – lesi
“punched out”dg daerah tengah yg
anastesi
Boerderline Lepromatosa (BL) – tampak beberapa lesi khas borderline, plak
eritem anular, makula/papul eritem yg tersebar luas, pd
lesi y,ang besar bagian sentarl bbrp ada yang anastesi
Klinis Multibasiler (MB)
Klinis Multibasiler (MB)
Lepra Lepromatosa (LL) – Penyakit lepra lanjut dg
infiltrasi yg bergabung menjadi nodus-nodus di
daerah alis, cuping hidung, dagu maupin kedua cuping
telinga (Facies Leonina)
Lepra Lepromatosa (LL) – gambaran makula, plak
eritem yang nyata, distribusi simetris.
DIAGNOSIS
Bila ditemukan salah satu/lebih tanda kardinal sbb. :
1.Lesi kulit hipopigmentasi / kemerahan dengan kehilangan sensasi yang jelas
2.Adanya kerterlibatan saraf perifer yang ditandai dengan pembesaran/penebalan saraf perifer yg disertai dg kehilangan sensasi
3.BTA (+) pada hapusan serum kulit
Bila (-) Observasi 3 – 6 bln
Tanda 5A : Akromia (lesi hipopigmentasi/kemerahan) Anastesi (kehilangan sensasi) Anhidrosis (kulit kering/xerosis) Alopesia (kerotokan alis mata - madarosis) Atrofi (massa otot mengecil)
Pemeriksaan Pasien
Anamnesis: keluhan pasien, riwayat kontak dengan penderita, latar belakang keluarga
Inspeksi: perhatikan semua kelainan kulit di seluruh tubuh (makula, nodul, jaringan parut, kulit keriput, penebalan kulit, kehilangan rambut)
Palpasi: Kelainan kulit: nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada tangan dan kakiKelainan saraf: N. Aurikularis magnus, N. Ulnaris, N. peroneus (kiri/kanan, membesar/tidak, regular/iregular, keras/kenyal, nyeri tekan/tidak)
Pemeriksaan Pasien
Tes fungsi saraf: Tes Sensoris
(Rasa suhu, rasa raba, dan rasa nyeri) Pemeriksaan motoris
Voluntary Muscle Test/VMT (n. auricularis magnus, n. ulnaris, n. radialis, n. medianus, n. peroneus, dan n. tibialis posterior)
Pemeriksaan fungsi saraf otonom Kerokan kulit BTA Indeks bakteri (IB)
Pemeriksaan Pasien
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan bakteriologikMelakukan kerokan kulit dari bagian tubuh yang padat basil ( kulit cuping telinga dan lesi kulit yang aktif) dan dilakukan pewarnaan BTA (ZIEHL NEELSEN)
Pemeriksaan histopatologikDiperlukan pada kusta indeterminate. Sediaan diambil dari biopsi lesi kulit yg segar dan dpt dilakukan pemeriksaan antigen PGL-1, antigen LAM, sel-sel limfosit, sel makrofag, dan pemeriksaan sitokin (IL-1, IL-2, INF-Gamma, dan TNF)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan serologis- didasarkan atas terbentuknya
Antibodi pada tubuh sesorang yg terinfeksi M. Leprae
- Terbatas pada kusta tipe lepromatosa- Jenis yg banyak dipakai: Uji MLPA, uji
ELISA, pemeriksaan PCR
Diagnosis Banding
DermatofitosisGatal, lesi berbatas tegas, polimorfi, eczema marginatum
Tinea vesikolorMakula hipopigmentasi
Pitiriasis roseaHerald patch (medallion), distribusi pohon cemara
Terapi
Regimen pengobatan MDT (Multi Drug Therapy) sesuai rekomendasi WHO (1998):
PB 1 Lesi Rifampisin Ofloksasin Minosiklin
Dewasa (50-70 kg)
600 mg Single Dose
400 mg Single Dose
100 mg Single Dose
Anak (10-14 tahun)
300 mg Single Dose
200 mg Single Dose
50 mg Single Dose
Anak (<10 tahun)
300 mg Single Dose
25 mg Single Dose
ROM tidak direkomendasikan bagi ibu hamil dan anak-anak < 5 tahun
Terapi
PB 2-5 Lesi : Diselesaikan dalam 6-9 bulan
5-9 tahun 10-14 tahun
>15 tahun Ket.
Rifampisin
300 mg/bulan
450 mg/bulan
600 mg/bulan
Minum depan
petugas
DDS
25 mg/hari 50 mg/hari 100 mg/hari
Minum depan
petugas
25 mg/hari 50 mg/hari 100 mg/hari
Minum di rumah
Terapi
MB lesi lebih dari 5 : Diselesaikan dalam 12-18 bulan
5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun Ket.
Rifampisin300 mg/bulan 450 mg/bulan 600 mg/bulan
Minum depan petugas
DDS
25 mg/hari 50 mg/hari 100 mg/hariMinum depan
petugas
25 mg/hari 50 mg/hari 100 mg/hariMinum di
rumah
Clofazimin
100 mg/ bulan 150 mg/bulan 300
mg/bulan Minum depan petugas
50 mg 2x/minggu 50 mg/ 2 hari 50 mg/hari Minum di
rumah
Reaksi Morbus Hansen
1.Reaksi Tipe I ( Reaksi reversal/reaksi upgrading) Dsr patogenesis & patofisiologi Reaksi
Hipersensitivitas Tipe 4 (Tipe Lambat) pasien tipe borderline karena meningkatnya
kekebalan sistem selular secara cepat Gejala klinis: perubahan lesi kulit, neuritis,
dan/atau gangguan keadaan umum. MH lepromatosa gamb.klinis menjadi ke arah
tuberkuloid = Upgrading Reversal Reaction. MH tuberkuloid gamb.klinis menjadi ke arah
lepromatosa = Downgrading Reversal Reaction jarang.
Dpt tjd pd semua tipe lepra terutama grup borderline krn ketidakstabilan imunologi.
2. Reaksi tipe II (reaksi eritema nodosum leprosum) Dsr patogenesis & patofisiologi Reaksi
Hipersensitivitas Tipe 3 (Kompleks Imun) Pada pasien tipe MB Reaksi humoral dimana banyak basil kusta
mati & hancur menjadi antigen Reaksi kompleks imun mengendap dikulit
berbentuk nodul (eritema nodosum leprosum), mata (iridosiklitis), sendi (artritis), dan saraf (neuritis)
Tidak ada perubahan tipe.
Reaksi Morbus Hansen
Penatalaksanaan Reaksi Morbus Hansen
Prednison : 30 – 80 mg / hr & dilakukan tappering off 5mg dg interval 2 minggu
MDT tetap harus diberikan Reaksi Ringan :
- Immobilisasi- Istirahat
Reaksi Berat rawat inap
TERIMA KASIH