Upload
vera-septia-nalurita
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
1/25
1
LAPORAN KASUS
Identitas :
Nama : Ny. E Umur : 25 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status Pernikahan : Menikah Nama Suami : Tn. D Alamat : kp. Ngantai Rt/Rw 14/04 ds. Lembah sari Cikalong Masuk RS : 23/11/2012 (17.30 wib) No CM : 554782Anamnesis :
Keluhan utama :Nyeri perut bagian bawah sejak 5 hari lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :Os mengaku hamil 2bulan, Sejak lima hari lalu pasien merasakan nyeri perut
bagian bawah yang hilang timbul. Tidak ada mual dan muntah. Pasien juga tidak
merasakan mules. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Darah atau flek tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :- Riwayat penyakit Jantung disangkal
- Riway
at penyakit DM disangkal
- Riwayat penyakit Hipertensi disangkal
- Riwayat Pembedahan disangkal
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
2/25
2
- Riwayat penyakit asma disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :Pasien mengaku ayah mengidap hipertensi, penyakit lain tidak ada.
Riwayat Perkawinankawin pertama, masih kawin, lama kawin 8 bulan
Riwayat pemeriksaan kehamilan 1x periksa kehamilan di puskesmas, USG di duga mola 1x kali periksa di dokterndungan ka, hasil USG di duga mola hidatidosa
dan langsung dirujuk ke RSUD Cianjur
Riwayat Haido Haid pertama 15 tahun, tidak teratur, baru 1 tahun terakhir teratur, tidak sakit.o HPHT : 27/10/2010
Riwayat AlergiPasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan
Pasien meiliki riwayat alergi udara dingin gatal dan kemerahan
Riwayat OperasiRiwayat operasi disangkal
Riwayat PersalinanIni kehamilan pertama
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum Kesadaran : Compos mentis
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
3/25
3
Keadaan Umum : Tampak sakit ringanTanda vital:
TD : 110/70 mmHgNadi : 84 x/menit Respirasi : 18 x/menit Suhu : 36.7 oC
Status Generalis Kepala : normocephal, rambut tidak mudah dicabut,distribusi merata.
o Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)pupil isokor, refleks pupil (+/+)
o Hidung : epistaksis (-), sekret (-), deviasi septum (-)o Mulut : mukosa bibir lembab, tonsil T1-T1, lidah kotor (-),
faring hiperemis (-)
Leher : Perbesaran KGB (-), perbesaran thyroid (-). Thorax :
o Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak Palpasi : iktus kordis tidak teraba Perkusi : batas jantung normal Auskultasi : suara I dan II reguler, gallop(-), murmur(-)
o Pulmo : Inspeksi : normochest, simetris saat inspirasi dan ekspirasi,retraksi
(-) Palpasi : vokal fremitus simetris normal Perkusi : sonor di kedua lapang paru, Auskultasi : vesikuler di kedua lapang paru, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : I : bentuk cembung P: tidak teraba masa, nyeri tekan (-)
Leopold I-IV tidak dilakukan.
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
4/25
4
P: Timpani A: Bising usus (+) normal
Ekstremitas :o Ekstremitas atas : Akral hangat , RCT< 2 detik, edema (-/-),
sianosis (-/-)
o Ekstremitas bawah : Akral hangat , RCT< 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)
Status ObsetriPemeriksaan abdomen
o Inspeksi : perut cembung, striae (-), bekas operasi (-), linea nigra (-)o Palpasi : tidak teraba adanya massa di abdomeno Pemeriksaan Leopold (I-IV) : tidak dilakukan
Diagnosis KerjaIbu : G1P0A0 umur 25 tahun hamil 9 minggu dengan mola hidatidosa
Prognosis
Ibu : dubia ad bonam
Rencana tindakanPemeriksaan lab
Infuse oksitosin drip 10 unit 20 tpm
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
5/25
5
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan lab 02-02-2011
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hb 14.0 11.7-15.5 gr/dl
Leukosit 8.9 3.6-11 ribu
Trombosit 241 150-440 ribu
Rh (+)
Masa perdarahan 2 1-3 menit
Masa pembekuan 4 4-6 menit
Beta HCG (+), 1/8 (-)
HbsAg (-)
Hasil USG- Tampak gambara honey comb- Adneksa kiri dan kanan normalKesan : molahidatidosa
Diagnosa ibu setelah pemeriksaan :G1P0A0 umur 25 tahun dengan molahidatidosa
Planning : dilatasi servix dan observasi
02-02-2011
IVP RL + Syntosinon 10U 20 tpm
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
6/25
6
Cytotex X 4x103-02-2011
IVP RL + syntosinon 10U 20 tpm Cytotex 4x1
04-02-2011keluar darah pervaginam dan mules
Synto dan Cytotex tetap diberikan
Kuretase 05-02-2011
Laporan pembedahan 05-02-2011
Sondelage uterus 10 cm, AF Dilakukan kuretase dengan sendok kuret didapat jaringan +/- 75 cc => PA
Post kuret
Bila mual-muntah cedantron 2x4 Amoxycylin XV 3x1 Asam mefenamat XV 3x1 Metil ergo XV 3x1 Infus Kn 3b 1500 ml, asering 500 dalam 24 jam Observasi TTV
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
7/25
7
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya kehamilan normal berakhir dengan lahirnya bayi yang cukup
bulan dan sempurna secara fisik. Tetapi kenyataannya tidak selalu demikian, sebagian
kehamilan mengalami kegagalan, tergantung pada tahap dan jenis gangguan yang
terjadi. Kehamilan tersebut dapat berakhir dengan abortus, kehamilan ektopik,
prematuritas, kematian janin dalam rahim atau bayi lahir dengan cacat bawaan. Salah
satu bentuk kegagalan kehamilan yang berkembang tidak normal yaitu mola
hidatidosa, kehamilan ini tidak disertai janin namun hanya berupa gelembung-
gelembung seperti buah anggur berasal dari vili korialis dengan sel-sel trofoblasnya.1,2
Lima belas sampai dua puluh persen penderita mola hidatidosa dapat berubah
menjadi ganas dan dikenal dengan tumor trofoblas gestasional. Jadi yang dimaksud
dengan penyakit trofoblas gestasional adalah mola hidatidosa yang jinak dan tumor
trofoblas gestasional yang ganas. Penyakit trofoblas adalah suatu istilah umum yang
digunakan bagi sekumpulan penyakit yang ditandai dengan adanya proliferasi
berlebihan dari sel-sel trofoblas. Penyakit ini dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan
asalnya, yaitu:
1. Penyakit trofoblas gestasional yang berasal dari jaringan trofoblas kehamilan2. Penyakit trofoblas non gestasional yang berasal dari jaringan embrional
Penyakit trofoblas gestasional adalah sekumpulan penyakit yang berkaitan denganvili korialis, terutama sel trofoblasnya dan berasal dari suatu kehamilan, terdiri dari
mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial yang bersifat jinak dan mola
invasif, koriokarsinoma, placental site trophoblastic tumor yang bersifat ganas.1.2.3
Hingga saat ini penyakit trofoblas gestasional masih merupakan masalah obstetri
yang cukup serius, karena menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.
Morbiditas yang dapat timbul dari penyakit ini umumnya karena penyulit yang
menyertainya, seperti perdarahan, preeklamsi berat dan tiroktosikosis dan bila terlambat
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
8/25
8
ditangani dapat menyebabkan kematian. Selain itu bila koriokarsinoma atau mola
invasif terjadi pada pasien usia muda yang masih memerlukan fungsi reproduksi, upaya
pengobatannya dapat menyebabkan pasien tersebut kehilangan fungsi reproduksinya
karena tindakan histerektomi. Hal ini berarti PTG selain merupakan masalah karena
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi angka mortalitas dan morbiditas ibu, juga
menjadi masalah bagi kesehatan reproduksi. Dengan demikian diperlukan upaya yang
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan untuk menurunkan insidensi penyakit ini,
mulai dari upaya prevensi, deteksi dini dan pengobatan yang rasional, termasuk
registrasi dan pemantauan kasus yang cermat.
Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada golongan sosio ekonomi rendah. Di
Amerika Serikat berdasarkan penelitian pada terminasi kehamilan elektif, mola kurang
lebih 1 dari 120 kehamilan. Di Indonesia dilaporkan kasus mola 1 dari 100 kehamilan,
Meksiko 1 dari 200 kehamilan, 1 dari 500 kehamilan di Paraguay.
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
9/25
9
BAB II
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Mola hidatidosa suatu istilah umum untuk dua bentuk yang berbeda yaitu mola
hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial. Merupakan suatu kegagalan reproduksi
yang secara histopatologis merupakan hiperplasia jaringan trofoblas yang sebagian atau
seluruh jaringan ikat vilinya menunjukan degenerasi hidropik. Persamaan keduanya
adalah gambaran hidropik pada sebagian atau seluruh vili korialis dan adanya
hyperplasia trofoblas. Perbedaannya, pada mola hidatidosa komplit tidak didapatkan
janin, sedangkan pada mola hidatidosa parsial terdapat janin yang cenderung mati
secara dini. Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar,
tidak ditemukan embrio dan hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan
hidropik. Keadaan ini disebut sebagai mola hidatidosa komplit (complete mole/true
mole/complete mole). Bila diantara gelembung mola ditemukan embrio disebut mola
hidatidosa parsialis (transtitional mole/incomplete mole).
Kelainan yang sudah dikenal sejak abad keenam ini telah mengalami berbagai
perkembangan, baik dalam pengertian teori, istilah, klasifikasi, maupun cara
penanggulangannya. Namun, masih banyak aspek yang belum terungkap secara jelas
ataupun kontroversial, seperti perbedaan insidensi secara geografis, etiologi,
patogenesis dan faktor resiko.
Walaupun sebagian besar penderita mola hidatidosa dapat sembuh spontan, namunbila diagnosis dan pengelolaannya terlambat, penderita dapat meninggal karena
perdarahan, infeksi maupun akibat tumor trofoblas gestasional pasca mola hidatidosa.
Ada kalanya pada sediaan abortus atau plasenta aterm, ditemukan beberapa bagian
yang mengalami degenerasi hidropik. Keadaan semacam ini tidak dimasukan ke dalam
mola hidatidosa, tetapi disebut sub molaire. Baru setelah diadakan penelitian sitogenik
pada tahun 1970-an oleh antara lain Kajii, Vassilokos, Szulman dan lain-lain, dicapai
kesepakatan bahwa mola hidatidosa itu terdiri dari dua jenis
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
10/25
10
1. Mola hidatidosa komplit (MHK)2. Mola hidatidosa parsialis (MHP)
FAKTOR RESIKO
MH dapat terjadi pada semua wanita dalam masa reproduksi, pasien termuda yang
pernah dilaporkan berusia 12 tahun (Bobrow) dan tertua 57 tahun (A Pearson). Di
RSHS yang termuda 15 tahun dan yang tertua 53 tahun.6
Di samping umur, faktor gizi juga dianggap berpengaruh terhadap kejadian MH.
Acosta Sison, menganggap bahwa MH adalah suatu kehamilan patologis, sedangkan
faktor yang menyebabkan ovum patologis ini adalah defisiensi protein kualitas tinggi
(highclass protein). Acosta Sison mengaitkan dengan kenyataan bahwa di Asia banyak
sekali ditemukan MH, yang penduduknya sebagian termasuk golongan sosioekonomi
rendah yang kurang mengkonsumsi protein.
Reynold mengatakan bahwa, bila wanita hamil, terutama antara hari ke-13 dan ke-
21, mengalami asam folat dan histidine akan mengalami gangguan pembentukan
thymidine, yang merupakan bagian penting dari DNA. Akibat kekurangan gizi ini akan
menyebabkan kematioan embrio dan gangguan angiogenesis, yang pada gilirannya akan
mengalami perubahan hidropik.
WHO Scientific Group, 1983 berkesimpulan bahwa selain usia dan gizi, riwayat
obstetri juga mempunyai pengaruh terhadap kejadian MH dan kehamilan kembar tetapi
multiparitas tidak merupakan faktor resiko.
Laporan dari Amerika Serikat (1970 1977) mengatakan bahwa insidensi MH
pada kulit hitam hanya setengahnya dari wanita kulit lainnya. Menurut Teoh, di
Singapura, insidensi MH pada wanita Euroasian, dua kali lebih tinggi dari China,Melayu dan India. Di Indonesia yang terdiri dari berpuluh-puluh etnis, sampai sekarang
belum ada yang melaporkan adanya perbedaan insidensi antar suku bangsa. Yang ada
hanya laporan dari pusat pendidikan.
Faktor resiko lain yang mendapat perhatian adalah genetik. Hasil penelitian Kajii
et al dan Lawler et al, menunjuakn bahwa pada kasus MH lebih banyak ditemukan
kelainan Balance translocation dibandingkan dengan populasi normal (4,6% dan 0,6%).
Ada kemungkinan pada wanita dengan kelainan sitogenetik seperti ini, lebih banyak
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
11/25
11
mengalami gangguan proses meosis berupa nondysjunction, sehingga lebih banyak
terjadi ovum yang kosong atau yang intinya tidak aktif.
MOLAHIDATIDOSA KOMPLIT (MHK)
Merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya
mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai anggur hingga sama sekali tidak
ditemukan unsur janin. Secara mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa
vaskularisasi disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas.
Kadang kadang pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23 X dan 23 Y
(dispermi) sehingga terjadi 46 X atau 46 Y. Disini MHK bersifat heterozigot, tetapi
tetap androgenetik dan bisa terjadi, walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar
dizigotik yang terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi MHK.
Secara makroskopis MHK mempunyai gambaran yang khas, yaitu berbentuk kista
atau gelembung-gelembung dengan ukuran antara beberapa mm sampai 2-3cm,
berdinding tipis, kenyal, berwarna putih jernih, berisi cairan seperti cairan asites atau
edema. Kalau ukurannya kecil, tampak seperti kumpulan telur katak, tetapi kalau besar
tampak seperti serangkaian buah anggur yang bertangkai. Oleh karena itu MHK disebut
juga kehamilan anggur. Tangkai tersebut melekat pada endometerium. Umumnya
seluruh endometerium dikenai, bila tangkainya putus terjadilah perdarahan. Kadang-
kadang gelembung-gelembung tersebut diliputi oleh darah merah atau coklat tua yang
sudah mengering. Sebelum ditemukan USG, MHK dapat mencapai ukuran besar sekali
dengan jumlah gelembung melebihi 2.000 cc.
PatogenesisBanyak teori yang telah dilontarkan tentang patogenesis MHK ini, antara lain teori
hertig dan teori park.
Hertig et al menganggap bahwa pada MH terjadi insufisiensi peredaran darah akibat
matinya embrio pada minggu ke 3 5 (missed abortion), sehinggga terjadi penimbunan
cairan dalam jaringan mesenkhim vili dan terbentukah kista kista yang makin lama
makin besar, sampai akhirnya terbentuklah gelembung mola, sedangkan proliferasi
trofoblas merupakan akibat dari tekanan vili yang oedemateus tadi.1
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
12/25
12
Sebaliknya, Park mengatakan bahwa yang primer adalah adanya jaringan trofoblas
yang abnormal, baik berupa hiperplasi, displasi, maupun neoplasi. Bentuk yang
abnormal ini disertai pula dengan fungsi yang abnormal. Keadaan ini menekan
pembuluh darah, yang akhirnya menyebabkan kematian embrio.
Teori yang sekarang dianut adalah teori sitogenetik. Secara sitogenetik
umumnya kehamilan MHK terjadi karena sebuah ovum yang tidak berinti (kosong)
atau yang intinya tidak berfungsi, dibuahi oleh sperma yang mengandung haploid 23
X, terjadilah hasil konsepsi dengan kromosom 23 X, yang kemudian mengadakan
duplikasi menjadi 46 XX. Jadi umumnya MHK bersifat homozigot, wanita dan
berasal dari bapak (androgenetik) 80% dari semua kasus mola komplit. Jadi tidak
ada unsur ibu sehingga disebut Diploid Androgenetik
Teori Diploid Androgenetik (modifikasi dari buku Novaks Gynecology)
endoreduplikasi
Homozigot
Heterozigot
Nonviable
Ovum
Kosong46 XX23 X
Ovum
Kosong46 XX
23 X
23 X
Ovum
Koson46 XY
23 Y
23 X
46 YY
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
13/25
13
Seperti diketahui, kehamilan yang sempurna harus terdiri dari unsur ibu yang akan
membentuk bagian embrional (anak) dan unsur ayah yang diperlukan untuk membentuk
bagian ekstraembrional (plasenta, air ketuban, dll) secara seimbang. Karena tidak ada
unsur ibu, pada MHK tidak ada bagian embrional (janin). Yang ada hanya bagian
ekstraembrional yang patologis berupa vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik
seperti anggur.
Mengapa ada ovum kosong? Hal ini bisa terjadi karena gangguan pada proses
miosis, yang seharusnya diploid 46 XX pecah menjadi 2 haploid 23 X, terjadi peristiwa
yang disebut nondysjunction, dimana hasil pemecahannya adalah 0 dan 46 XX. Pada
MHK ovum inilah yang dibuahi. Gangguan proses miosis ini, antara lain terjadi pada
kelainan struktural kromosom, berupa balance translocation.
MHK dapat terjadi pula akibat pembuahan ovum kosong oleh 2 sperma sekaligus
(dispermi). Bisa oleh dua haploid 23X, atau satu haploid 23 X dan atau haploid 23Y.
Akibatnya bisa terjadi 46 XX atau 46 XY, karena pada pembuahan dengan dispermi
tidak terjadi endoreduplikasi. Kromosom 46 XX hasil reduplikasi dan 46 XX hasil
pembuahan dispermi, walaupun tampak sama, namun sesungguhnya berbeda, karena
yang pertama berasal dari satu sperma (homozigot) sedangkan yang kedua berasal dari
dua sperma (heterozigot). Ada yang menganggap bahwa 46XX heterozigot mempunyai
potensi keganasan lebih besar. Pembuahan dispermi dengan dua haploid 23 Y (46 YY)
dianggap tidak pernah bisa terjadi (nonviable)
Gambaran Klinis
MHK adalah suatu kehamilan, walaupun bentuknya patologis. Oleh karena itu, pada
bulan-bulan pertama, tanda-tandanya tidak berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu
dimulai dengan amenorea, mual dan muntah. Ada beberapa laporan yang mengatakanbahwa MHK, lebih sering terjadi hiperemesis, dan keluhannya lebih hebat dari
kehamilan biasa. Kemudian perkembangannya mulai berbeda. Pada kehamilan biasa
pembesaran uterus terdai melalui dua fase, yaitu fase aktif, sebagia akibat pengaruh
hormonal, dan fase pasif, akibat hasil pembesaran kehamilan. Pada MHK tidak
demikian, vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik, berkembang dengan cepat
mengisi kavum uteri. Akibatnya uterus ikut membesar pula, sehingga ukuran uterus
lebih besar dari tuanya kehamilan atau lamanya amenorea.
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
14/25
14
Pada kehamilan biasa, segmen bawah rahim (SBR baru terbentuk pada kehamilan
yang sudah besar (semester tiga). Pada MHK, karena pengisian kavum uteri oleh
gelembung mola berlangsung cepat, maka pembentukan SBR, sudah terjadi pada
kehamilan yang lebih muda (24 minggu). Kemudian karena kehamilan ini abnormal
badan akan berusaha untuk mengeluarkannya, terjadilah perdarahan pervaginam.
Bedanya dengan abortus biasa adalah pada abortus biasa besarnya uterus sama dengan
lamanya amenorea. Perdarahan pada MHK dapat berupa bercak bercak sedikit
intermiten atau sekaligus banyak, sehingga dapat menyebabkan syok hipovolemik.
Adakalanya perdarahan disertai dengan gelembung mola sehingga mempermudah
diagnosis.
Di samping uterus yang lebih besar, pada MHK ditemukan peningkatan kadar hCG
(human choriogonadotrophin). Pada kehamilan biasa kadarnya naik terus sampai usia
kehamilan 60-80 hari, kemudian turun lagi setelah mencapai umur 85 hari. Pada MHK
seluruh kavum uteri diisi oleh jaringan trofoblas. Oleh karena itu, berbeda dengan
kehamilan biasa, pada MHK tidak ada penurunan kadar hCG. Selama ada pertumbuhan
trofoblas atau sebelum gelembung mola keluar atau dikeluarkan, hCG akan terus
meningkat, sampai bisa mencapai di atas 5.000.000 mIU/ml.
Sudah lama diketahui bahwa MHK kadang-kadang ditemukan perubahan pada
kelenjar tiroid, baik anatomis maupun fungsional. Walaupun ada peningkatan kadar
plasma tiroksin, tetapi gejala klinik yang ditimbulkan tidak selalu disertai dengan
tiroktosikosis.
Pada kehamilan normal, plasenta membentuk Thyroid Stimulating Peptide yang
disebut Human Chorionic Thyrotropin (hCT). Pada trimester pertama, T4 meningkat
antara 7 12 ng/100 ml, sedangkan T3 peningkatannya tidak terlalu banyak. Karena
pengaruh estrogen, terjadi peningkatan kadar TBG sehingga tidak terjadi tirotoksikosis.
Pada mola hidatidosa terjadi perubahan kadar hormon tiroid. Kadar T4 dalam serum
biasanya melebihi 12 ng/100 ml, tetapi TBG sendiri rendah, akibatnya T4 dan T3 bebas
lebih tinggi. Karena itu pada mola terjadi tirotoksikosis.
Pada mola, kadar hCG (human chorionic gonadotropin) dalam darah sangat tinggi
yang dan ini mempunyai efek stimulasi terhadap tiroid. Pada kehamilan biasa puncak
hCG biasanya tidak melebihi 100.000 mUI/ml yang tercapai antara minggu 8-12 dan
kemudian menurun kembali dan bertahan sekitar 10.000-20.000 mIU/ml sampai waktu
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
15/25
15
melahirkan. Pada mola hidatidosa kadar hCG, sebagian besar diatas 300.000mIU/ml
bahkan dapat mencapai kadar diatas 12.000.000 mIU/ml. Berbagai penelitian
menunjukkan adanya korelasi positif antar kadar hCG dan tingginya fungsi tiroid.
Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa terjadinya hiperfungsi tiroid terjadi
akibat adanya stimulator yang dibentuk dalam jaringan trofoblas. Hershman
menyebutnya sebagai molar
thyrotropin. Yang masih kontroversial adalah substansi zat tersebut. Yang jelas
ada korelasi positif antara tingginya kadar hCG dengan meningkatnya kadar T3 dan
T4. Setelah jaringan mola dievakuasi, kadar hCG akan menurun secara drastis. Hali
ini diikuti dengan turunnya T4 dan T3 sampai kembali ke kadar normal.
Sehubungan dengan fenomena ini banyak pakar yang menganggap bahwa
stimulator itu adalah hCG sendiri. Molar thyrotropin secara imunologis berbeda dari
TSH, hCT dan ATS
Adanya Aktivitas Stimulasi Tiroid (AST) dari hCG serta ciri-ciri stimulatornya
telah dibuktikan melalui penelitian invitro maupun in vivo. Dikatakan bahwa
struktur dan reseptor hCG dan TSH adalah homolog, sedangkan derajat AST-nya
dipengaruhi metabolisme hCG sendiri. Yang lebih poten adalah hCG varian yang
kehilangan gugusan beta CTP-nya yang merupakan hasil proses deglikosiasi atau
desialisasi.
Hasil penelitian di atas dapat menerangkan mengapa pada kehamilan biasa tidak
terjadi tirotoksikosis. Pada kehamilan biasa kadar hCG yang rendah akan
meningkatkan sedikit T4 dan menekan TSH, tetapi tidak cukup untuk menyebabkan
tirotoksikosis.
Diagnosis tiroktosikosis pada MHK dipersulit karena sering disertai adanya
penyuli-penyulit, seperti preeklamsi, payah jantung, emboli paru dan anemia yangmasing-masing dapat memberikan gejala seperti tiroktosikosis
Untuk membantu masalah ini Sri Hartini Kariadi (1992) mengajukan rumus
fungsi diskriminan diagnosa tirotoksikosis pada mola hidatidosa sebagai berikut:
1. D = - 8,376128 + 0,52505870 FU0,01926897 NadiFU = fundus uteri dalam minggu
Nadi = dalam kali/menit
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
16/25
16
Bila D< 0 atau kalau D hasilnya negatif, berapapun nilai angkanya menunjukkan
tirotoksikosis. Derajat ketepatannya 87,5%
2. D = +35529280,4749675 FU + 0,003115562 Nadi + 0,01638073 KholKhol = Kholesterol darah dalam mg%
Bila D< 0 atau kalau hasilnya negatif, berapapun nilai angkanya, menunjukkan
tirotoksikosis. Derajat ketepatan 90,63%
Dapat pula digunakan indeks Wayne.
Dasar Diagnosis
Kita harus memikirkan adanya MHK bila ditemukan hal-hal seperti di bawah
ini:
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
17/25
17
1. AnamnesisWanita mengeluh :
a. terlambat haid (amenorea)b. adanya perdarahan pervaginamc. perut merasa lebih besar dari lamanya amenoread. walaupun perut besar, tidak merasa adanya pergerakan anake. hipertensi pada usia muda kehamilanf. hiperemesis
2. Klinis GinekologiPada pemeriksaaan ditemukan
a. uterus lebih besar dari tuanya kehamilanb. tidak ditemukan tanda pasti kehamilan, seperti detak jantung anak,
balotemen atau gerakan anak.
3. LaboratoriumKadar B-hCG lebih tinggi dari normal
4. USGTampak gambaran snowstorm intrauterin,
Diagnosis pasti ditentukan oleh hasil pemeriksaan patologi anatomi.
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
18/25
18
Gambar 3 : Gambaran vesikuler dari jaringan Mola Hidatidosa
Pada pemeriksaan Histopatologis kedua jenis mola juga gambarannya berbeda
Gambar 4 :Mola hidatidosa komplit
Pada gambar diatas tampak proliferasi pada kedua lapisan sel-sel trofoblas
Terapi
Terdiri dari 4 tahap, yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum2. Evakuasi jaringan3. Profilaksis4. Follow upPerbaikan Keadaan Umum
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
19/25
19
Sebelum dilakukan tindakan evakuasi jaringan mola, keadaan umum penderita
harus distabilkan dahulu. Tergantung pada bentuk penyulitnya, kepada penderita
harus diberikan :
1. Tranfusi darah, untuk mengatasi syok hipovolemik2. antihipertensi/konvulsi, seperti pada terapi Th/preeklamsi/eklamsia3. Obat anti tiroid, bekerja sama dengan penyakit dalam
Evakuasi Jaringan
Karena MHK itu adalah suatu bentuk kehamilan yang patologis yang disertai
dengan penyulit, pada prinsipnya gelembung harus dievakuasi secepat mungkin
Ada 2 cara yaitu :
a. Kuret vakumSetelah sebagian besar jaringan dikeluarkan dengan vakum, sisanya
dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret hanya dilakukan satu kali.
Kuretase berikutnya harus ada indikasi.
b. HisterektomiApa bila usia dan paritas sudah mencukupi sehingga wanita tidak lagi
memerlukan kehamilan, mungkin histerektomi lebih menjadi pilihan. Usia 4o
tahun keatas mejadi pilihan karena pada usia iru frekwensi penyakit trofoblastik
ganas meningkat. 37% dari wanita berusia 40 tahun keatas mengalami tumor
protoblastik gestasional.
Profilaksis
Ada dua cara :
1.
histerektomi totalis2. kemoterapi diberikan bila menolak atau tidak bisa dilakukan HT, atau wanita
muda dengan hasil PA yang mencurigakan.
Caranya :
1. MTX 20 mg/hari, IM, Asam folat 10 mg 3dd1 dan cursil 35mg 2dd1, selama 5hari berturut-turut.
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
20/25
20
Profiklaksis dengan tablet MTX, dianggap tidak bemanfaat. Asam folat adalah
antidote dari MTX, cursil sebagai hepatoprotektor
2. Actinomycin D 1 flacon sehari, selama 5 hari berturut-turut. Tidak perlu antidoteataupun hepatoprotektor
Follow Up
Seperti diketahui, 15-20% dari penderita pasca MHK bisa mengalami
transformasi keganasan menjadi TTG. Menurut hertig, keganasan bisa dalam waktu
satu minggu sampai tiga tahun pasca evakuasi.
Tujuan dari follow up ada dua :
1. untuk melihat apakah proses involusi berjalan secara normal. Baik anatomis,laboratoris maupun fungsional, seperti involusi uterus, turunnya kadar -hCG
dan kembalinya fungsi haid.
2. Untuk menentukan adanya transformasi keganasan terutama pada tingkat yangsangat dini.
Dalam tiga bulan pertama pasca evakuasi, penderita diminta datang untuk
kontrol setiap 2 minggu. Kemudian, dalam tiga bulan berikutnya, setiap satu bulan,
selanjutnya enam bulan terakhir, kontrol tiap dua bulan.
Prognosis
Setelah dilakukan evakuasi jaringan mola secara lengkap, sebagian besar
penderita MHK akan sehat kembali, kecuali 15 20% yang mungkin akan
mengalami keganasan (TTG).
Umumnya yang menjadi ganas adalah mereka yang termasuk golongan resiko
tinggi, seperti :1. umur diatas 35 tahun2. besar uterus di atas 20 minggu3. kadar -hCG di atas 105mIU/ml4. gambaran PA yang mencurigakan
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
21/25
21
MOLA HIDATIDOSA PARSIALIS
MHP harus dipisahkan dari MHK, karena keduanya terdapat perbedaan yang
mendasar, baik dilihat dari segi patogenesisnya (sitogenetik), klinis, prognosis, maupun
gambaran PA-nya.
sebagian dari vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik sehingga unsur
Pada MHP hanya janin selalu ada. Perkembangan janin akan tergantung kepada luasnya
plasenta yang mengalami degenerasi, tetapi janin biasanya tidak dapat bertahan lama
dan akan mati dalam rahim, walaupun dalam kepustakaan ada yang melaporkan tentang
kasus MHP yang janinnya hidup sampai aterm.1
Secara epidemiologi klinis, MHP tidak sejelas MHK, kita tidak mengetahui
dengan tepat berapa insidensinya, apa yang menjadi faktor resikonya dan bagaimana
penyebaran penyakitnya.
Patogenesis
Secara sitogenetik MHP terjadi karena ovum normal dari ibu (23 X) dibuahi
secara dispermi. Bisa oleh dua haploid 23 X, satu haploid 23 X san satu haploid 23Y
atau dua haploid 2 Y. Hasil konsepsi bisa berupa 69 XXX, 69 XXY, 69 XYY.
Kromosom 69 YYY tidak pernah ditemukan. Jadi MHP mempunyai satu haploid
ibu dan dua haploid ayah sehingga disebut Diandro Triploid. Karena disini ada
unsur ibu, ditemukan bayi. Tetapi komposisi unsur ibu dan unsur ayah tidak
seimbang, satu berbanding dua. Unsur ayah yang tidak normal itu menyebabkan
pembentukan plasenta yang tidak wajar, yang merupakan gabungan dari vili korialis
yang normal dan yang mengalami degenerasi hidropik. Oleh karena itu fungsinya
pun tidak bisa penuh sehingga janin tidak bisa bertahan sampai besar. Biasanya
kematian terjadi sangat dini.
Teori Diandro Triploid
Homozigot
Ovum
normal69 XXX
23 X
23 X
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
22/25
22
Heterozigot
Nonviable
Gejala-Gejala
Berbeda dengan MHK, pada MHP sama sekali tidak ditemukan gejala maupun
tanda-tanda yang khas. Keluhannya pada permulaan sama seperti kehamilan biasa.
Kalau ada perdarahan sering dianggap seperti abortus biasa. Jarang sekali ditemukan
MHP dengan besar uterus yang melebihi tuanya kehamilan. Biasanya sama atau
lebih kecil. Dalam hal terakhir disebutDying Mole.Gambaran USG tidak selalu khas, tapi menurut Fine C. Et al., MHP dapat
didiagnosis bila ditemukan hal-hal sebagai berikut. Pada jaringan plasenta tampak
gambaran yang menyerupai kista-kista kecil disertaipeningkatan diameter transversa
dari kantong janin.
Kadar -hCG juga meninggi, tetapi biasanya tidak setinggi MHK. Hal ini
mungkin disebabkan pada MHP masih ditemukan vili korialis normal. Kadar yang
tidak terlalu tinggi ini tidak menyebabkan rangsangan pada ovarium. Pada MHP
Ovum
Kosong
Ovum
Koson
69 XXY
69 XYY
23 Y
23 Y
23 X
23 Y
69 YY
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
23/25
23
jarang sekali ditemukan kista lutein. Di samping itu, MHP jarang sekali disertai
penyulit seperti PEB, tiroktosikosis atau emboli paru.
Diagnosis
Dengan tidak ditemukannya tanda-tanda yang khas, maka sulit untuk membuat
diagnosis kerja, kecuali pada kehamilan yang cukup besar, yang diagnosisnya dapat
ditentukan oleh hasil USG, dimana kita akan melihat gambaran vesikuler yang khas
di samping kantong janin, dengan atau tanpa janin.
Biasanya diagnosis dibuat secara tidak sengaja, setelah dilakukan tindakan dan
diperkuat dengan hasil pemeriksaan PA, dimana ditemukan gambaran khas sebagai
berikut.
1. vili korialis dari berbagai ukuran dengan degenerasi hidropk, kavitasi, danhiperplasia trofoblas
2. scalloping yang berlebihan dari vili3. inklusi stroma trofoblas yang menonjol4. ditemukan jaringan embrionik atau janin
Gambar 5 Mola parsialis
Pada mola parsialis tampak selapis sel -sel trofoblas
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
24/25
24
Prognosis
Dibandingkan dengan MHK, prognosis MHP jauh lebih baik. Hal itu disebabkan
oleh tidak adanya penyulit dan derajat keganasannya rendah (4%). Walupun
demikian, dalam kepustakaan ditemukan laporan tentang kasus MHP yang disertai
metastase ke tempat lain. Penderita pasca-MHP harus difollow up sama ketatnya
seperti MHK.
8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas
25/25
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF et al. Williams Obstetrics, 21th ed. Philadelphia :Appleton and Lange, 2006 : 931-937.
2. Mochtar Rustam, Sinopsis Obsetri Edisi.2.Jakarta, EGC, 1998: Hlm:238-240.3. Chrisdiono M, Prosedur tetap Obsetri dan Ginekologi, Jakarta, EGC, 2004, hal
90-93.
4. Hydatidiform Mole;http://emedicine.medscape.com/article/2546575. Ross S. Berkowitz, Molar Pregnancy. N Engl J Med 360;16 nejm.org, 2009.6. Kariadi SH.Identifikasi Penduga Potensial untuk Diagnosis Tiroktosikosis Pada
Penderita Mola Hidatidosa. Disertasi UNPAD 1992
7. Martaadisoebrata D. Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit TrofoblasGestasional. Jakarta : EGC, 2005 ; 742
8. Katherine Hughes, Thyrotoxicosis complicating a molar pregnancy,http://www.endocrine-abstracts.org/ea/0013/ea0013p327.htm
http://emedicine.medscape.com/article/254657http://emedicine.medscape.com/article/254657http://emedicine.medscape.com/article/254657http://www.endocrine-abstracts.org/ea/0013/ea0013p327.htmhttp://www.endocrine-abstracts.org/ea/0013/ea0013p327.htmhttp://www.endocrine-abstracts.org/ea/0013/ea0013p327.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/254657