Mola Hidatidosa Lapkas

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    1/25

    1

    LAPORAN KASUS

    Identitas :

    Nama : Ny. E Umur : 25 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status Pernikahan : Menikah Nama Suami : Tn. D Alamat : kp. Ngantai Rt/Rw 14/04 ds. Lembah sari Cikalong Masuk RS : 23/11/2012 (17.30 wib) No CM : 554782Anamnesis :

    Keluhan utama :Nyeri perut bagian bawah sejak 5 hari lalu

    Riwayat Penyakit Sekarang :Os mengaku hamil 2bulan, Sejak lima hari lalu pasien merasakan nyeri perut

    bagian bawah yang hilang timbul. Tidak ada mual dan muntah. Pasien juga tidak

    merasakan mules. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Darah atau flek tidak ada.

    Riwayat Penyakit Dahulu :- Riwayat penyakit Jantung disangkal

    - Riway

    at penyakit DM disangkal

    - Riwayat penyakit Hipertensi disangkal

    - Riwayat Pembedahan disangkal

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    2/25

    2

    - Riwayat penyakit asma disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga :Pasien mengaku ayah mengidap hipertensi, penyakit lain tidak ada.

    Riwayat Perkawinankawin pertama, masih kawin, lama kawin 8 bulan

    Riwayat pemeriksaan kehamilan 1x periksa kehamilan di puskesmas, USG di duga mola 1x kali periksa di dokterndungan ka, hasil USG di duga mola hidatidosa

    dan langsung dirujuk ke RSUD Cianjur

    Riwayat Haido Haid pertama 15 tahun, tidak teratur, baru 1 tahun terakhir teratur, tidak sakit.o HPHT : 27/10/2010

    Riwayat AlergiPasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan

    Pasien meiliki riwayat alergi udara dingin gatal dan kemerahan

    Riwayat OperasiRiwayat operasi disangkal

    Riwayat PersalinanIni kehamilan pertama

    Pemeriksaan Fisik

    Keadaan umum Kesadaran : Compos mentis

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    3/25

    3

    Keadaan Umum : Tampak sakit ringanTanda vital:

    TD : 110/70 mmHgNadi : 84 x/menit Respirasi : 18 x/menit Suhu : 36.7 oC

    Status Generalis Kepala : normocephal, rambut tidak mudah dicabut,distribusi merata.

    o Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)pupil isokor, refleks pupil (+/+)

    o Hidung : epistaksis (-), sekret (-), deviasi septum (-)o Mulut : mukosa bibir lembab, tonsil T1-T1, lidah kotor (-),

    faring hiperemis (-)

    Leher : Perbesaran KGB (-), perbesaran thyroid (-). Thorax :

    o Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak Palpasi : iktus kordis tidak teraba Perkusi : batas jantung normal Auskultasi : suara I dan II reguler, gallop(-), murmur(-)

    o Pulmo : Inspeksi : normochest, simetris saat inspirasi dan ekspirasi,retraksi

    (-) Palpasi : vokal fremitus simetris normal Perkusi : sonor di kedua lapang paru, Auskultasi : vesikuler di kedua lapang paru, ronki (-/-), wheezing (-/-)

    Abdomen : I : bentuk cembung P: tidak teraba masa, nyeri tekan (-)

    Leopold I-IV tidak dilakukan.

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    4/25

    4

    P: Timpani A: Bising usus (+) normal

    Ekstremitas :o Ekstremitas atas : Akral hangat , RCT< 2 detik, edema (-/-),

    sianosis (-/-)

    o Ekstremitas bawah : Akral hangat , RCT< 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)

    Status ObsetriPemeriksaan abdomen

    o Inspeksi : perut cembung, striae (-), bekas operasi (-), linea nigra (-)o Palpasi : tidak teraba adanya massa di abdomeno Pemeriksaan Leopold (I-IV) : tidak dilakukan

    Diagnosis KerjaIbu : G1P0A0 umur 25 tahun hamil 9 minggu dengan mola hidatidosa

    Prognosis

    Ibu : dubia ad bonam

    Rencana tindakanPemeriksaan lab

    Infuse oksitosin drip 10 unit 20 tpm

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    5/25

    5

    Hasil Laboratorium

    Pemeriksaan lab 02-02-2011

    Pemeriksaan Hasil Nilai normal

    Hb 14.0 11.7-15.5 gr/dl

    Leukosit 8.9 3.6-11 ribu

    Trombosit 241 150-440 ribu

    Rh (+)

    Masa perdarahan 2 1-3 menit

    Masa pembekuan 4 4-6 menit

    Beta HCG (+), 1/8 (-)

    HbsAg (-)

    Hasil USG- Tampak gambara honey comb- Adneksa kiri dan kanan normalKesan : molahidatidosa

    Diagnosa ibu setelah pemeriksaan :G1P0A0 umur 25 tahun dengan molahidatidosa

    Planning : dilatasi servix dan observasi

    02-02-2011

    IVP RL + Syntosinon 10U 20 tpm

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    6/25

    6

    Cytotex X 4x103-02-2011

    IVP RL + syntosinon 10U 20 tpm Cytotex 4x1

    04-02-2011keluar darah pervaginam dan mules

    Synto dan Cytotex tetap diberikan

    Kuretase 05-02-2011

    Laporan pembedahan 05-02-2011

    Sondelage uterus 10 cm, AF Dilakukan kuretase dengan sendok kuret didapat jaringan +/- 75 cc => PA

    Post kuret

    Bila mual-muntah cedantron 2x4 Amoxycylin XV 3x1 Asam mefenamat XV 3x1 Metil ergo XV 3x1 Infus Kn 3b 1500 ml, asering 500 dalam 24 jam Observasi TTV

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    7/25

    7

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pada umumnya kehamilan normal berakhir dengan lahirnya bayi yang cukup

    bulan dan sempurna secara fisik. Tetapi kenyataannya tidak selalu demikian, sebagian

    kehamilan mengalami kegagalan, tergantung pada tahap dan jenis gangguan yang

    terjadi. Kehamilan tersebut dapat berakhir dengan abortus, kehamilan ektopik,

    prematuritas, kematian janin dalam rahim atau bayi lahir dengan cacat bawaan. Salah

    satu bentuk kegagalan kehamilan yang berkembang tidak normal yaitu mola

    hidatidosa, kehamilan ini tidak disertai janin namun hanya berupa gelembung-

    gelembung seperti buah anggur berasal dari vili korialis dengan sel-sel trofoblasnya.1,2

    Lima belas sampai dua puluh persen penderita mola hidatidosa dapat berubah

    menjadi ganas dan dikenal dengan tumor trofoblas gestasional. Jadi yang dimaksud

    dengan penyakit trofoblas gestasional adalah mola hidatidosa yang jinak dan tumor

    trofoblas gestasional yang ganas. Penyakit trofoblas adalah suatu istilah umum yang

    digunakan bagi sekumpulan penyakit yang ditandai dengan adanya proliferasi

    berlebihan dari sel-sel trofoblas. Penyakit ini dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan

    asalnya, yaitu:

    1. Penyakit trofoblas gestasional yang berasal dari jaringan trofoblas kehamilan2. Penyakit trofoblas non gestasional yang berasal dari jaringan embrional

    Penyakit trofoblas gestasional adalah sekumpulan penyakit yang berkaitan denganvili korialis, terutama sel trofoblasnya dan berasal dari suatu kehamilan, terdiri dari

    mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial yang bersifat jinak dan mola

    invasif, koriokarsinoma, placental site trophoblastic tumor yang bersifat ganas.1.2.3

    Hingga saat ini penyakit trofoblas gestasional masih merupakan masalah obstetri

    yang cukup serius, karena menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.

    Morbiditas yang dapat timbul dari penyakit ini umumnya karena penyulit yang

    menyertainya, seperti perdarahan, preeklamsi berat dan tiroktosikosis dan bila terlambat

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    8/25

    8

    ditangani dapat menyebabkan kematian. Selain itu bila koriokarsinoma atau mola

    invasif terjadi pada pasien usia muda yang masih memerlukan fungsi reproduksi, upaya

    pengobatannya dapat menyebabkan pasien tersebut kehilangan fungsi reproduksinya

    karena tindakan histerektomi. Hal ini berarti PTG selain merupakan masalah karena

    memberikan kontribusi yang cukup besar bagi angka mortalitas dan morbiditas ibu, juga

    menjadi masalah bagi kesehatan reproduksi. Dengan demikian diperlukan upaya yang

    menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan untuk menurunkan insidensi penyakit ini,

    mulai dari upaya prevensi, deteksi dini dan pengobatan yang rasional, termasuk

    registrasi dan pemantauan kasus yang cermat.

    Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada golongan sosio ekonomi rendah. Di

    Amerika Serikat berdasarkan penelitian pada terminasi kehamilan elektif, mola kurang

    lebih 1 dari 120 kehamilan. Di Indonesia dilaporkan kasus mola 1 dari 100 kehamilan,

    Meksiko 1 dari 200 kehamilan, 1 dari 500 kehamilan di Paraguay.

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    9/25

    9

    BAB II

    DEFINISI DAN KLASIFIKASI

    Mola hidatidosa suatu istilah umum untuk dua bentuk yang berbeda yaitu mola

    hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial. Merupakan suatu kegagalan reproduksi

    yang secara histopatologis merupakan hiperplasia jaringan trofoblas yang sebagian atau

    seluruh jaringan ikat vilinya menunjukan degenerasi hidropik. Persamaan keduanya

    adalah gambaran hidropik pada sebagian atau seluruh vili korialis dan adanya

    hyperplasia trofoblas. Perbedaannya, pada mola hidatidosa komplit tidak didapatkan

    janin, sedangkan pada mola hidatidosa parsial terdapat janin yang cenderung mati

    secara dini. Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar,

    tidak ditemukan embrio dan hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan

    hidropik. Keadaan ini disebut sebagai mola hidatidosa komplit (complete mole/true

    mole/complete mole). Bila diantara gelembung mola ditemukan embrio disebut mola

    hidatidosa parsialis (transtitional mole/incomplete mole).

    Kelainan yang sudah dikenal sejak abad keenam ini telah mengalami berbagai

    perkembangan, baik dalam pengertian teori, istilah, klasifikasi, maupun cara

    penanggulangannya. Namun, masih banyak aspek yang belum terungkap secara jelas

    ataupun kontroversial, seperti perbedaan insidensi secara geografis, etiologi,

    patogenesis dan faktor resiko.

    Walaupun sebagian besar penderita mola hidatidosa dapat sembuh spontan, namunbila diagnosis dan pengelolaannya terlambat, penderita dapat meninggal karena

    perdarahan, infeksi maupun akibat tumor trofoblas gestasional pasca mola hidatidosa.

    Ada kalanya pada sediaan abortus atau plasenta aterm, ditemukan beberapa bagian

    yang mengalami degenerasi hidropik. Keadaan semacam ini tidak dimasukan ke dalam

    mola hidatidosa, tetapi disebut sub molaire. Baru setelah diadakan penelitian sitogenik

    pada tahun 1970-an oleh antara lain Kajii, Vassilokos, Szulman dan lain-lain, dicapai

    kesepakatan bahwa mola hidatidosa itu terdiri dari dua jenis

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    10/25

    10

    1. Mola hidatidosa komplit (MHK)2. Mola hidatidosa parsialis (MHP)

    FAKTOR RESIKO

    MH dapat terjadi pada semua wanita dalam masa reproduksi, pasien termuda yang

    pernah dilaporkan berusia 12 tahun (Bobrow) dan tertua 57 tahun (A Pearson). Di

    RSHS yang termuda 15 tahun dan yang tertua 53 tahun.6

    Di samping umur, faktor gizi juga dianggap berpengaruh terhadap kejadian MH.

    Acosta Sison, menganggap bahwa MH adalah suatu kehamilan patologis, sedangkan

    faktor yang menyebabkan ovum patologis ini adalah defisiensi protein kualitas tinggi

    (highclass protein). Acosta Sison mengaitkan dengan kenyataan bahwa di Asia banyak

    sekali ditemukan MH, yang penduduknya sebagian termasuk golongan sosioekonomi

    rendah yang kurang mengkonsumsi protein.

    Reynold mengatakan bahwa, bila wanita hamil, terutama antara hari ke-13 dan ke-

    21, mengalami asam folat dan histidine akan mengalami gangguan pembentukan

    thymidine, yang merupakan bagian penting dari DNA. Akibat kekurangan gizi ini akan

    menyebabkan kematioan embrio dan gangguan angiogenesis, yang pada gilirannya akan

    mengalami perubahan hidropik.

    WHO Scientific Group, 1983 berkesimpulan bahwa selain usia dan gizi, riwayat

    obstetri juga mempunyai pengaruh terhadap kejadian MH dan kehamilan kembar tetapi

    multiparitas tidak merupakan faktor resiko.

    Laporan dari Amerika Serikat (1970 1977) mengatakan bahwa insidensi MH

    pada kulit hitam hanya setengahnya dari wanita kulit lainnya. Menurut Teoh, di

    Singapura, insidensi MH pada wanita Euroasian, dua kali lebih tinggi dari China,Melayu dan India. Di Indonesia yang terdiri dari berpuluh-puluh etnis, sampai sekarang

    belum ada yang melaporkan adanya perbedaan insidensi antar suku bangsa. Yang ada

    hanya laporan dari pusat pendidikan.

    Faktor resiko lain yang mendapat perhatian adalah genetik. Hasil penelitian Kajii

    et al dan Lawler et al, menunjuakn bahwa pada kasus MH lebih banyak ditemukan

    kelainan Balance translocation dibandingkan dengan populasi normal (4,6% dan 0,6%).

    Ada kemungkinan pada wanita dengan kelainan sitogenetik seperti ini, lebih banyak

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    11/25

    11

    mengalami gangguan proses meosis berupa nondysjunction, sehingga lebih banyak

    terjadi ovum yang kosong atau yang intinya tidak aktif.

    MOLAHIDATIDOSA KOMPLIT (MHK)

    Merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya

    mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai anggur hingga sama sekali tidak

    ditemukan unsur janin. Secara mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa

    vaskularisasi disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas.

    Kadang kadang pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23 X dan 23 Y

    (dispermi) sehingga terjadi 46 X atau 46 Y. Disini MHK bersifat heterozigot, tetapi

    tetap androgenetik dan bisa terjadi, walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar

    dizigotik yang terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi MHK.

    Secara makroskopis MHK mempunyai gambaran yang khas, yaitu berbentuk kista

    atau gelembung-gelembung dengan ukuran antara beberapa mm sampai 2-3cm,

    berdinding tipis, kenyal, berwarna putih jernih, berisi cairan seperti cairan asites atau

    edema. Kalau ukurannya kecil, tampak seperti kumpulan telur katak, tetapi kalau besar

    tampak seperti serangkaian buah anggur yang bertangkai. Oleh karena itu MHK disebut

    juga kehamilan anggur. Tangkai tersebut melekat pada endometerium. Umumnya

    seluruh endometerium dikenai, bila tangkainya putus terjadilah perdarahan. Kadang-

    kadang gelembung-gelembung tersebut diliputi oleh darah merah atau coklat tua yang

    sudah mengering. Sebelum ditemukan USG, MHK dapat mencapai ukuran besar sekali

    dengan jumlah gelembung melebihi 2.000 cc.

    PatogenesisBanyak teori yang telah dilontarkan tentang patogenesis MHK ini, antara lain teori

    hertig dan teori park.

    Hertig et al menganggap bahwa pada MH terjadi insufisiensi peredaran darah akibat

    matinya embrio pada minggu ke 3 5 (missed abortion), sehinggga terjadi penimbunan

    cairan dalam jaringan mesenkhim vili dan terbentukah kista kista yang makin lama

    makin besar, sampai akhirnya terbentuklah gelembung mola, sedangkan proliferasi

    trofoblas merupakan akibat dari tekanan vili yang oedemateus tadi.1

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    12/25

    12

    Sebaliknya, Park mengatakan bahwa yang primer adalah adanya jaringan trofoblas

    yang abnormal, baik berupa hiperplasi, displasi, maupun neoplasi. Bentuk yang

    abnormal ini disertai pula dengan fungsi yang abnormal. Keadaan ini menekan

    pembuluh darah, yang akhirnya menyebabkan kematian embrio.

    Teori yang sekarang dianut adalah teori sitogenetik. Secara sitogenetik

    umumnya kehamilan MHK terjadi karena sebuah ovum yang tidak berinti (kosong)

    atau yang intinya tidak berfungsi, dibuahi oleh sperma yang mengandung haploid 23

    X, terjadilah hasil konsepsi dengan kromosom 23 X, yang kemudian mengadakan

    duplikasi menjadi 46 XX. Jadi umumnya MHK bersifat homozigot, wanita dan

    berasal dari bapak (androgenetik) 80% dari semua kasus mola komplit. Jadi tidak

    ada unsur ibu sehingga disebut Diploid Androgenetik

    Teori Diploid Androgenetik (modifikasi dari buku Novaks Gynecology)

    endoreduplikasi

    Homozigot

    Heterozigot

    Nonviable

    Ovum

    Kosong46 XX23 X

    Ovum

    Kosong46 XX

    23 X

    23 X

    Ovum

    Koson46 XY

    23 Y

    23 X

    46 YY

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    13/25

    13

    Seperti diketahui, kehamilan yang sempurna harus terdiri dari unsur ibu yang akan

    membentuk bagian embrional (anak) dan unsur ayah yang diperlukan untuk membentuk

    bagian ekstraembrional (plasenta, air ketuban, dll) secara seimbang. Karena tidak ada

    unsur ibu, pada MHK tidak ada bagian embrional (janin). Yang ada hanya bagian

    ekstraembrional yang patologis berupa vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik

    seperti anggur.

    Mengapa ada ovum kosong? Hal ini bisa terjadi karena gangguan pada proses

    miosis, yang seharusnya diploid 46 XX pecah menjadi 2 haploid 23 X, terjadi peristiwa

    yang disebut nondysjunction, dimana hasil pemecahannya adalah 0 dan 46 XX. Pada

    MHK ovum inilah yang dibuahi. Gangguan proses miosis ini, antara lain terjadi pada

    kelainan struktural kromosom, berupa balance translocation.

    MHK dapat terjadi pula akibat pembuahan ovum kosong oleh 2 sperma sekaligus

    (dispermi). Bisa oleh dua haploid 23X, atau satu haploid 23 X dan atau haploid 23Y.

    Akibatnya bisa terjadi 46 XX atau 46 XY, karena pada pembuahan dengan dispermi

    tidak terjadi endoreduplikasi. Kromosom 46 XX hasil reduplikasi dan 46 XX hasil

    pembuahan dispermi, walaupun tampak sama, namun sesungguhnya berbeda, karena

    yang pertama berasal dari satu sperma (homozigot) sedangkan yang kedua berasal dari

    dua sperma (heterozigot). Ada yang menganggap bahwa 46XX heterozigot mempunyai

    potensi keganasan lebih besar. Pembuahan dispermi dengan dua haploid 23 Y (46 YY)

    dianggap tidak pernah bisa terjadi (nonviable)

    Gambaran Klinis

    MHK adalah suatu kehamilan, walaupun bentuknya patologis. Oleh karena itu, pada

    bulan-bulan pertama, tanda-tandanya tidak berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu

    dimulai dengan amenorea, mual dan muntah. Ada beberapa laporan yang mengatakanbahwa MHK, lebih sering terjadi hiperemesis, dan keluhannya lebih hebat dari

    kehamilan biasa. Kemudian perkembangannya mulai berbeda. Pada kehamilan biasa

    pembesaran uterus terdai melalui dua fase, yaitu fase aktif, sebagia akibat pengaruh

    hormonal, dan fase pasif, akibat hasil pembesaran kehamilan. Pada MHK tidak

    demikian, vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik, berkembang dengan cepat

    mengisi kavum uteri. Akibatnya uterus ikut membesar pula, sehingga ukuran uterus

    lebih besar dari tuanya kehamilan atau lamanya amenorea.

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    14/25

    14

    Pada kehamilan biasa, segmen bawah rahim (SBR baru terbentuk pada kehamilan

    yang sudah besar (semester tiga). Pada MHK, karena pengisian kavum uteri oleh

    gelembung mola berlangsung cepat, maka pembentukan SBR, sudah terjadi pada

    kehamilan yang lebih muda (24 minggu). Kemudian karena kehamilan ini abnormal

    badan akan berusaha untuk mengeluarkannya, terjadilah perdarahan pervaginam.

    Bedanya dengan abortus biasa adalah pada abortus biasa besarnya uterus sama dengan

    lamanya amenorea. Perdarahan pada MHK dapat berupa bercak bercak sedikit

    intermiten atau sekaligus banyak, sehingga dapat menyebabkan syok hipovolemik.

    Adakalanya perdarahan disertai dengan gelembung mola sehingga mempermudah

    diagnosis.

    Di samping uterus yang lebih besar, pada MHK ditemukan peningkatan kadar hCG

    (human choriogonadotrophin). Pada kehamilan biasa kadarnya naik terus sampai usia

    kehamilan 60-80 hari, kemudian turun lagi setelah mencapai umur 85 hari. Pada MHK

    seluruh kavum uteri diisi oleh jaringan trofoblas. Oleh karena itu, berbeda dengan

    kehamilan biasa, pada MHK tidak ada penurunan kadar hCG. Selama ada pertumbuhan

    trofoblas atau sebelum gelembung mola keluar atau dikeluarkan, hCG akan terus

    meningkat, sampai bisa mencapai di atas 5.000.000 mIU/ml.

    Sudah lama diketahui bahwa MHK kadang-kadang ditemukan perubahan pada

    kelenjar tiroid, baik anatomis maupun fungsional. Walaupun ada peningkatan kadar

    plasma tiroksin, tetapi gejala klinik yang ditimbulkan tidak selalu disertai dengan

    tiroktosikosis.

    Pada kehamilan normal, plasenta membentuk Thyroid Stimulating Peptide yang

    disebut Human Chorionic Thyrotropin (hCT). Pada trimester pertama, T4 meningkat

    antara 7 12 ng/100 ml, sedangkan T3 peningkatannya tidak terlalu banyak. Karena

    pengaruh estrogen, terjadi peningkatan kadar TBG sehingga tidak terjadi tirotoksikosis.

    Pada mola hidatidosa terjadi perubahan kadar hormon tiroid. Kadar T4 dalam serum

    biasanya melebihi 12 ng/100 ml, tetapi TBG sendiri rendah, akibatnya T4 dan T3 bebas

    lebih tinggi. Karena itu pada mola terjadi tirotoksikosis.

    Pada mola, kadar hCG (human chorionic gonadotropin) dalam darah sangat tinggi

    yang dan ini mempunyai efek stimulasi terhadap tiroid. Pada kehamilan biasa puncak

    hCG biasanya tidak melebihi 100.000 mUI/ml yang tercapai antara minggu 8-12 dan

    kemudian menurun kembali dan bertahan sekitar 10.000-20.000 mIU/ml sampai waktu

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    15/25

    15

    melahirkan. Pada mola hidatidosa kadar hCG, sebagian besar diatas 300.000mIU/ml

    bahkan dapat mencapai kadar diatas 12.000.000 mIU/ml. Berbagai penelitian

    menunjukkan adanya korelasi positif antar kadar hCG dan tingginya fungsi tiroid.

    Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa terjadinya hiperfungsi tiroid terjadi

    akibat adanya stimulator yang dibentuk dalam jaringan trofoblas. Hershman

    menyebutnya sebagai molar

    thyrotropin. Yang masih kontroversial adalah substansi zat tersebut. Yang jelas

    ada korelasi positif antara tingginya kadar hCG dengan meningkatnya kadar T3 dan

    T4. Setelah jaringan mola dievakuasi, kadar hCG akan menurun secara drastis. Hali

    ini diikuti dengan turunnya T4 dan T3 sampai kembali ke kadar normal.

    Sehubungan dengan fenomena ini banyak pakar yang menganggap bahwa

    stimulator itu adalah hCG sendiri. Molar thyrotropin secara imunologis berbeda dari

    TSH, hCT dan ATS

    Adanya Aktivitas Stimulasi Tiroid (AST) dari hCG serta ciri-ciri stimulatornya

    telah dibuktikan melalui penelitian invitro maupun in vivo. Dikatakan bahwa

    struktur dan reseptor hCG dan TSH adalah homolog, sedangkan derajat AST-nya

    dipengaruhi metabolisme hCG sendiri. Yang lebih poten adalah hCG varian yang

    kehilangan gugusan beta CTP-nya yang merupakan hasil proses deglikosiasi atau

    desialisasi.

    Hasil penelitian di atas dapat menerangkan mengapa pada kehamilan biasa tidak

    terjadi tirotoksikosis. Pada kehamilan biasa kadar hCG yang rendah akan

    meningkatkan sedikit T4 dan menekan TSH, tetapi tidak cukup untuk menyebabkan

    tirotoksikosis.

    Diagnosis tiroktosikosis pada MHK dipersulit karena sering disertai adanya

    penyuli-penyulit, seperti preeklamsi, payah jantung, emboli paru dan anemia yangmasing-masing dapat memberikan gejala seperti tiroktosikosis

    Untuk membantu masalah ini Sri Hartini Kariadi (1992) mengajukan rumus

    fungsi diskriminan diagnosa tirotoksikosis pada mola hidatidosa sebagai berikut:

    1. D = - 8,376128 + 0,52505870 FU0,01926897 NadiFU = fundus uteri dalam minggu

    Nadi = dalam kali/menit

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    16/25

    16

    Bila D< 0 atau kalau D hasilnya negatif, berapapun nilai angkanya menunjukkan

    tirotoksikosis. Derajat ketepatannya 87,5%

    2. D = +35529280,4749675 FU + 0,003115562 Nadi + 0,01638073 KholKhol = Kholesterol darah dalam mg%

    Bila D< 0 atau kalau hasilnya negatif, berapapun nilai angkanya, menunjukkan

    tirotoksikosis. Derajat ketepatan 90,63%

    Dapat pula digunakan indeks Wayne.

    Dasar Diagnosis

    Kita harus memikirkan adanya MHK bila ditemukan hal-hal seperti di bawah

    ini:

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    17/25

    17

    1. AnamnesisWanita mengeluh :

    a. terlambat haid (amenorea)b. adanya perdarahan pervaginamc. perut merasa lebih besar dari lamanya amenoread. walaupun perut besar, tidak merasa adanya pergerakan anake. hipertensi pada usia muda kehamilanf. hiperemesis

    2. Klinis GinekologiPada pemeriksaaan ditemukan

    a. uterus lebih besar dari tuanya kehamilanb. tidak ditemukan tanda pasti kehamilan, seperti detak jantung anak,

    balotemen atau gerakan anak.

    3. LaboratoriumKadar B-hCG lebih tinggi dari normal

    4. USGTampak gambaran snowstorm intrauterin,

    Diagnosis pasti ditentukan oleh hasil pemeriksaan patologi anatomi.

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    18/25

    18

    Gambar 3 : Gambaran vesikuler dari jaringan Mola Hidatidosa

    Pada pemeriksaan Histopatologis kedua jenis mola juga gambarannya berbeda

    Gambar 4 :Mola hidatidosa komplit

    Pada gambar diatas tampak proliferasi pada kedua lapisan sel-sel trofoblas

    Terapi

    Terdiri dari 4 tahap, yaitu :

    1. Perbaikan keadaan umum2. Evakuasi jaringan3. Profilaksis4. Follow upPerbaikan Keadaan Umum

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    19/25

    19

    Sebelum dilakukan tindakan evakuasi jaringan mola, keadaan umum penderita

    harus distabilkan dahulu. Tergantung pada bentuk penyulitnya, kepada penderita

    harus diberikan :

    1. Tranfusi darah, untuk mengatasi syok hipovolemik2. antihipertensi/konvulsi, seperti pada terapi Th/preeklamsi/eklamsia3. Obat anti tiroid, bekerja sama dengan penyakit dalam

    Evakuasi Jaringan

    Karena MHK itu adalah suatu bentuk kehamilan yang patologis yang disertai

    dengan penyulit, pada prinsipnya gelembung harus dievakuasi secepat mungkin

    Ada 2 cara yaitu :

    a. Kuret vakumSetelah sebagian besar jaringan dikeluarkan dengan vakum, sisanya

    dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret hanya dilakukan satu kali.

    Kuretase berikutnya harus ada indikasi.

    b. HisterektomiApa bila usia dan paritas sudah mencukupi sehingga wanita tidak lagi

    memerlukan kehamilan, mungkin histerektomi lebih menjadi pilihan. Usia 4o

    tahun keatas mejadi pilihan karena pada usia iru frekwensi penyakit trofoblastik

    ganas meningkat. 37% dari wanita berusia 40 tahun keatas mengalami tumor

    protoblastik gestasional.

    Profilaksis

    Ada dua cara :

    1.

    histerektomi totalis2. kemoterapi diberikan bila menolak atau tidak bisa dilakukan HT, atau wanita

    muda dengan hasil PA yang mencurigakan.

    Caranya :

    1. MTX 20 mg/hari, IM, Asam folat 10 mg 3dd1 dan cursil 35mg 2dd1, selama 5hari berturut-turut.

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    20/25

    20

    Profiklaksis dengan tablet MTX, dianggap tidak bemanfaat. Asam folat adalah

    antidote dari MTX, cursil sebagai hepatoprotektor

    2. Actinomycin D 1 flacon sehari, selama 5 hari berturut-turut. Tidak perlu antidoteataupun hepatoprotektor

    Follow Up

    Seperti diketahui, 15-20% dari penderita pasca MHK bisa mengalami

    transformasi keganasan menjadi TTG. Menurut hertig, keganasan bisa dalam waktu

    satu minggu sampai tiga tahun pasca evakuasi.

    Tujuan dari follow up ada dua :

    1. untuk melihat apakah proses involusi berjalan secara normal. Baik anatomis,laboratoris maupun fungsional, seperti involusi uterus, turunnya kadar -hCG

    dan kembalinya fungsi haid.

    2. Untuk menentukan adanya transformasi keganasan terutama pada tingkat yangsangat dini.

    Dalam tiga bulan pertama pasca evakuasi, penderita diminta datang untuk

    kontrol setiap 2 minggu. Kemudian, dalam tiga bulan berikutnya, setiap satu bulan,

    selanjutnya enam bulan terakhir, kontrol tiap dua bulan.

    Prognosis

    Setelah dilakukan evakuasi jaringan mola secara lengkap, sebagian besar

    penderita MHK akan sehat kembali, kecuali 15 20% yang mungkin akan

    mengalami keganasan (TTG).

    Umumnya yang menjadi ganas adalah mereka yang termasuk golongan resiko

    tinggi, seperti :1. umur diatas 35 tahun2. besar uterus di atas 20 minggu3. kadar -hCG di atas 105mIU/ml4. gambaran PA yang mencurigakan

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    21/25

    21

    MOLA HIDATIDOSA PARSIALIS

    MHP harus dipisahkan dari MHK, karena keduanya terdapat perbedaan yang

    mendasar, baik dilihat dari segi patogenesisnya (sitogenetik), klinis, prognosis, maupun

    gambaran PA-nya.

    sebagian dari vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik sehingga unsur

    Pada MHP hanya janin selalu ada. Perkembangan janin akan tergantung kepada luasnya

    plasenta yang mengalami degenerasi, tetapi janin biasanya tidak dapat bertahan lama

    dan akan mati dalam rahim, walaupun dalam kepustakaan ada yang melaporkan tentang

    kasus MHP yang janinnya hidup sampai aterm.1

    Secara epidemiologi klinis, MHP tidak sejelas MHK, kita tidak mengetahui

    dengan tepat berapa insidensinya, apa yang menjadi faktor resikonya dan bagaimana

    penyebaran penyakitnya.

    Patogenesis

    Secara sitogenetik MHP terjadi karena ovum normal dari ibu (23 X) dibuahi

    secara dispermi. Bisa oleh dua haploid 23 X, satu haploid 23 X san satu haploid 23Y

    atau dua haploid 2 Y. Hasil konsepsi bisa berupa 69 XXX, 69 XXY, 69 XYY.

    Kromosom 69 YYY tidak pernah ditemukan. Jadi MHP mempunyai satu haploid

    ibu dan dua haploid ayah sehingga disebut Diandro Triploid. Karena disini ada

    unsur ibu, ditemukan bayi. Tetapi komposisi unsur ibu dan unsur ayah tidak

    seimbang, satu berbanding dua. Unsur ayah yang tidak normal itu menyebabkan

    pembentukan plasenta yang tidak wajar, yang merupakan gabungan dari vili korialis

    yang normal dan yang mengalami degenerasi hidropik. Oleh karena itu fungsinya

    pun tidak bisa penuh sehingga janin tidak bisa bertahan sampai besar. Biasanya

    kematian terjadi sangat dini.

    Teori Diandro Triploid

    Homozigot

    Ovum

    normal69 XXX

    23 X

    23 X

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    22/25

    22

    Heterozigot

    Nonviable

    Gejala-Gejala

    Berbeda dengan MHK, pada MHP sama sekali tidak ditemukan gejala maupun

    tanda-tanda yang khas. Keluhannya pada permulaan sama seperti kehamilan biasa.

    Kalau ada perdarahan sering dianggap seperti abortus biasa. Jarang sekali ditemukan

    MHP dengan besar uterus yang melebihi tuanya kehamilan. Biasanya sama atau

    lebih kecil. Dalam hal terakhir disebutDying Mole.Gambaran USG tidak selalu khas, tapi menurut Fine C. Et al., MHP dapat

    didiagnosis bila ditemukan hal-hal sebagai berikut. Pada jaringan plasenta tampak

    gambaran yang menyerupai kista-kista kecil disertaipeningkatan diameter transversa

    dari kantong janin.

    Kadar -hCG juga meninggi, tetapi biasanya tidak setinggi MHK. Hal ini

    mungkin disebabkan pada MHP masih ditemukan vili korialis normal. Kadar yang

    tidak terlalu tinggi ini tidak menyebabkan rangsangan pada ovarium. Pada MHP

    Ovum

    Kosong

    Ovum

    Koson

    69 XXY

    69 XYY

    23 Y

    23 Y

    23 X

    23 Y

    69 YY

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    23/25

    23

    jarang sekali ditemukan kista lutein. Di samping itu, MHP jarang sekali disertai

    penyulit seperti PEB, tiroktosikosis atau emboli paru.

    Diagnosis

    Dengan tidak ditemukannya tanda-tanda yang khas, maka sulit untuk membuat

    diagnosis kerja, kecuali pada kehamilan yang cukup besar, yang diagnosisnya dapat

    ditentukan oleh hasil USG, dimana kita akan melihat gambaran vesikuler yang khas

    di samping kantong janin, dengan atau tanpa janin.

    Biasanya diagnosis dibuat secara tidak sengaja, setelah dilakukan tindakan dan

    diperkuat dengan hasil pemeriksaan PA, dimana ditemukan gambaran khas sebagai

    berikut.

    1. vili korialis dari berbagai ukuran dengan degenerasi hidropk, kavitasi, danhiperplasia trofoblas

    2. scalloping yang berlebihan dari vili3. inklusi stroma trofoblas yang menonjol4. ditemukan jaringan embrionik atau janin

    Gambar 5 Mola parsialis

    Pada mola parsialis tampak selapis sel -sel trofoblas

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    24/25

    24

    Prognosis

    Dibandingkan dengan MHK, prognosis MHP jauh lebih baik. Hal itu disebabkan

    oleh tidak adanya penyulit dan derajat keganasannya rendah (4%). Walupun

    demikian, dalam kepustakaan ditemukan laporan tentang kasus MHP yang disertai

    metastase ke tempat lain. Penderita pasca-MHP harus difollow up sama ketatnya

    seperti MHK.

  • 8/12/2019 Mola Hidatidosa Lapkas

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Cunningham FG, Gant NF et al. Williams Obstetrics, 21th ed. Philadelphia :Appleton and Lange, 2006 : 931-937.

    2. Mochtar Rustam, Sinopsis Obsetri Edisi.2.Jakarta, EGC, 1998: Hlm:238-240.3. Chrisdiono M, Prosedur tetap Obsetri dan Ginekologi, Jakarta, EGC, 2004, hal

    90-93.

    4. Hydatidiform Mole;http://emedicine.medscape.com/article/2546575. Ross S. Berkowitz, Molar Pregnancy. N Engl J Med 360;16 nejm.org, 2009.6. Kariadi SH.Identifikasi Penduga Potensial untuk Diagnosis Tiroktosikosis Pada

    Penderita Mola Hidatidosa. Disertasi UNPAD 1992

    7. Martaadisoebrata D. Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit TrofoblasGestasional. Jakarta : EGC, 2005 ; 742

    8. Katherine Hughes, Thyrotoxicosis complicating a molar pregnancy,http://www.endocrine-abstracts.org/ea/0013/ea0013p327.htm

    http://emedicine.medscape.com/article/254657http://emedicine.medscape.com/article/254657http://emedicine.medscape.com/article/254657http://www.endocrine-abstracts.org/ea/0013/ea0013p327.htmhttp://www.endocrine-abstracts.org/ea/0013/ea0013p327.htmhttp://www.endocrine-abstracts.org/ea/0013/ea0013p327.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/254657