Upload
nijar-setiady
View
1.257
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Teknik Penyidikan
MODUL TEKNIK PEMERIKSAAN TERSANGKA DAN SAKSI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI 2009
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF
SPESIALIASI
PENYIDIK LANJUTAN
MODUL TEKNIK PEMERIKSAAN TERSANGKA DAN SAKSI
Oleh :
Bambang Semedi,
S.H (Widyaiswara Madya
Pada Pusdiklat Bea dan
Cukai)
MODUL TEKNIK PEMERIKSAAN TERSANGKA DAN SAKSI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI 2009
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF
SPESIALIASI
PENYIDIK LANJUTAN
MODUL TEKNIK PEMERIKSAAN TERSANGKA DAN SAKSI
Oleh :
Bambang Semedi,
S.H (Widyaiswara Madya
Pada Pusdiklat Bea dan
Cukai)
iDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN
iiDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KEPALA PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI …............. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ……………………………………...... v
PETA KONSEP MODUL ...…………………………………………………...... vi
TINDAK PIDANA KEPABEANAN DAN CUKAI UNTUK PENYIDIKAN
A. Pendahuluan…………………………………………………………........... 1
1. Deskripsi Singkat………………………………………………............. 1
2. Prasyarat Kompetensi…………………………………………............. 2
3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)……........... 2
4. Relevansi Modul…………………………………………………........... 3
B. Kegiatan Belajar ……………………………………………….................. 4
1. Kegiatan Belajar (KB) 1 ………………………………………............. 4
Ketentuan Tindak Pidana Kepabeanan, Ketentuan Kepabeanan
untuk Penyidik, dan Ketentuan Kepabeanan untuk Penghentian
Penyidikan
Indikator…………………………………………………………............. 4
a. Uraian, Contoh dan non contoh …………….……………............ 4
1). ketentuan tindak pidana kepabeanan................................... 4
2). ketentuan Kepabeanan untuk Penyidik ............................... 17
3). ketentuan Kepabeanan untuk penghentian penyidikan ....... 19
b. Latihan 1 ...…………………………………………………............ 20
c. Rangkuman…………………………………………………............ 20
d. Tes formatif 1....……………………………………………............ 21
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………......... 25
2. Kegiatan Belajar (KB) 2
Ketentuan Tindak Pidana Cukai, Ketentuan Cukai Untuk
Penyidik dan Ketentuan Cukai untuk Penghentian Penyidikan
Indikator ……………………………………………………………….. 26
a. Uraian dan contoh ………………………………………………... 26
1). Ketentuan Tindak Pidana Cukai, ........................................ 26
iiiDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN
2). Ketentuan Cukai untuk Penyidik, ......................................... 36
3). Ketentuan Cukai Untuk Penghentian Penyidikan ................ 37
b. Latihan 2 ......……………………………………………................ 38
c. Rangkuman………………………………………………............... 39
d. Tes Formatif 2 ...…………………………………………............... 40
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ………………………................ 46
PENUTUP…………………………………………………………….............. 47
TES SUMATIF …………………………………………………………........... 48
KUNCI JAWABAN (TES FORMATIF DAN TES SUMATIF) ….........……. 58
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………............. 60
LAMPIRAN (FORMULIR/BLANKO ADMINISTRASI PENYIDIKAN) ……... 62
iv DTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Krjadian Tindak Pidana ........................................ 62
Lampiran 2 Surat Pemberitahuan Penyidikan ........................................ 63
Lampiran 3 Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan ................... 64
Lampiran 4 Surat Ketetapan Tentang Penghentian Penyidikan ............. 65
Lampiran 5 Surat Panggilan ................................................................... 66
Lampiran 6 Surat Perintah Membawa Tersangka/saksi ......................... 68
Lampiran 7 Surat Perintah Tugas Penyidikan ........................................ 69
Lampiran 8 Berita Acara Membawa Tersangka/Saksi ............................ 70
Lampiran 9 Berita Acara Pengambilan Sumpah ..................................... 71
v DTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Bacalah dengan cermat dan teliti materi Modul ini, setelah selesai
membaca dan memahami materi pembelajaran, jawablah soal latihan dan
pahami rangkuman pembelajaran. Siswa atau peserta diklat merasa jawaban
soal latihan hasilnya belum mencapai enam puluh lima persen, agar membaca
dan memahami kembali modul ini utamanya yang belum dimengerti.
Dalam hal masih belum dapat dimengerti materi pembelajaran ini
tanyakan kepada pengajar, dan/atau kelompok belajar Anda.
Menjelang akhir pembelajaran kerjakan atau jawablah seluruh test
formatif, dan test sumatif, setelah selesai dikerjakan jawaban agar dicocokan
dengan kunci jawaban yang telah disediakan pada modul ini.
Bila berhasil menjawab dengan benar lebih dari enam puluh lima
persen, dinyatakan cukup berhasil, dalam hal ingin lebih baik lagi hasilnya agar
mengulangi membaca kembali bagian yang belum dipahami atau dimengerti.
vi DTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN
PETA KONSEP MODUL
TINDAK PIDANA
KEPABEANAN DAN CUKAI
Ketentuan Kepabeanan Untuk
Penghentian Penyidikan
Ketentuan Kepabeanan Untuk
Penyidik
Ketentuan Tindak Pidana Kepabeanan
Ketentuan Tindak Pidana Cukai
Ketentuan Cukai Untuk Penyidik
Ketentuan Cukai Untuk Penghentian
Penyidikan
1 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
PENDAHULUAN
MODUL TEKNIK PEMERIKSAAN
TERSANGKA DAN SAKSI
1. Deskripsi Singkat
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan serta Undang-undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai, maka terdapat
perubahan yang cukup signifikan atas pasal-pasal yang berkenaan dengan
sanksi pidana atas pelanggaran yang terjadi di bidang kepabeanan maupun
cukai. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam Undang Undang baru
nuansa penegakan hukum (Law Enforcement) semakin kuat. Hal tersebut
terlihat dengan adanya perluasan obyek pengenaan sanksi pidana dan lebih
terperincinya dalam mengakomodasi praktek praktek pelanggaran (Custom
Fraud) yang sering dihadapi oleh pejabat bea dan cukai.
Sebagai langkah antisipatif dan mendukung upaya penegakan hukum
sebagaimana diuraikan di atas, maka dipandang perlu untuk mempersiapkan
Sumber Daya Manusia sebagai pelaksananya berupa petugas penyidik
pegawai negeri sipil di Bea dan Cukai yang terampil, kreatif, dan professional
dalam bidang pekerjaanya.
A
2 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Sehubungan dengan hal tersebut di atas pada kesempatan ini, penulis
akan membahas materi tentang salah satu tahap yang penting dalam
pelaksanaan tugas penyidikan yaitu “Pemeriksaan Tersangka dan Saksi”.
Perlu diperhatikan bahwa tahap Pemeriksaan tersangka dan saksi ini sangat
menentukan dalam pemenuhan unsur-unsur tindak pidana yang
disangkakan, sehingga apabila ternyata unsur-unsur tindak pidananya tidak
terpenuhi (tidak cukup bukti) maka kemungkinan besar tersangka dapat lolos
dari jeratan hukum, bahkan tersangka dapat menuntut balik kepada penyidik
atau pajabat Bea dan Cukai bila dalam melaksanakan pemeriksaan
tersangka dan/atau saksi dirasa tidak sesuai dengan Undang-Undang yang
berlaku.
Bertolak dari hal-hal tersebut di atas, maka sangat penting bagi
penyidik untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang tehnik yang harus
dijalankan dalam pelaksanaan pemeriksaan tersangka dan saksi sehingga
diharapkan hasil pemeriksaan menjadi lebih optimal dan mendukung
pembuktian atas tindak pidana yang dipersangkakan.
2. Prasyarat Kompetensi
Sebelum mempelajari modul ini peserta diklat harus telah memiliki
kompetensi awal dan minimal kualifikasi sebagai berikut:
a. Memiliki kemampuan dasar kepabeanan dan cukai
b. Memiliki pengetahuan dasar sebagai penyidik
c. Memiliki pengetahuan dasar tentang KUHP dan KUHAP
d. Memiliki pangkat minimal Pengatur Muda Tk.I (Gol.II/b)
e. Memiliki pengetahuan sebagai Pemeriksa Bea dan Cukai
3. Standar Kompetensi(SK) dan Kompetensi Dasar(KD)
Standar Kompetensi (SK)
Setelah mengikuti pembelajaran Teknis pemeriksaan tersangka dan saksi
yang disampaikan dalam bentuk modul ini, siswa atau peserta didik
diharapkan lebih terampil dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan tersangka
dan saksi
3 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Kompetensi Dasar(KD)
Setelah mempelajari materi modul ini, siswa atau peserta didik diharapkan
mampu :
− melakukan pemeriksaan tersangka dan saksi.
− menjelaskan pengertian-pengertian yang digunakan dalam pemeriksaan
tersangka dan saksi.
− melaksanakan tugas sesuai ketentuan umum dalam pemeriksaan
tersangka dan saksi
− melaksanakan tugas sesuai persyaratan umum dalam pemeriksaan
tersangka dan saksi
− melaksanakan tugas sesuai tata cara pemeriksaan tersangka dan saksi
− melakukan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pemeriksaan
tersangka dan saksi
4. Relevansi Modul
Relevansi modul terhadap pelaksanaan penyidikan dan pelaksanaan
tugas PPNS Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan peserta Diklat Penyidik
Lanjutan adalah sebagai berikut:
1) Materi modul ini memberikan wawasan dan sudut pandang yang tepat
bagi PPNS Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap pelaksanaan
teknik pemeriksaan tersangka dan saksi yang berkaitan dengan tugas
penyidik
2) Materi modul ini dapat digunakan sebagai petunjuk agar PPNS Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan dasar
hukum teknik pemeriksaan tersangka dan saksi, pelaksanaan tugas
sesuai pengertian yang digunakan dalam teknik pemeriksaan, dan
pelaksanaan tugas pemeriksaan.
5. Petunjuk Pembelajaran
Bacalah dengan cermat dan teliti materi Modul ini, setelah selesai
membaca dan memahami materi pembelajaran, jawablah soal latihan dan
pahami rangkuman pembelajaran. Siswa atau peserta diklat merasa jawaban
4 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
soal latihan hasilnya belum mencapai enam puluh lima persen, agar
membaca dan memahami kembali modul ini utamanya yang belum
dimengerti. Masih belum dapat dimengerti materi pembelajaran ini tanyakan
kepada pengajar, dan/atau kelompok belajar Anda.
Menjelang akhir pembelajaran kerjakan atau jawablah seluruh test
formatif, dan test sumatif, setelah selesai dikerjakan jawaban agar dicocokan
dengan kunci jawaban yang telah disediakan pada modul ini.
Bila berhasil menjawab dengan benar lebih dari enam puluh lima
persen, dinyatakan cukup berhasil, dalam hal ingin lebih baik lagi hasilnya
agar mengulangi membaca kembali bagian yang belum dipahami atau
dimengerti.
5 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
KEGIATAN BELAJAR
1. Kegiatan Belajar (KB) 1
DASAR HUKUM TEKNIK PEMERIKSAAN TERSANGKA DAN SAKSI, DAN PENGERTIAN
YANG DIGUNAKAN DALAM TEKNIK PEMERIKSAAN
Indikator
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu,
melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan pemeriksaan tersangka dan
saksi, dan dapat menjelaskan pengertian-pengertian yang digunakan dalam
pemeriksaan tersangka dan saksi.
a. Uraian dan Contoh
1). Dasar Hukum Teknik Pemeriksaan Tersangka dan Saksi
Dasar hukum yang memberikan kewenangan PPNS DJBC melakukan
pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi adalah :
− Pasal 112 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan, Undang-undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan.
B
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu, melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan pemeriksaan tersangka dan saksi, dan dapat menjelaskan pengertian-pengertian yang digunakan dalam pemeriksaan tersangka dan saksi.
6 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu dilingkungan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai diberi wewenang khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana
di bidang kepabeanan.
Penyidik karena kewajibannya berwenang :
• menerima laporan atau keterangan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana di bidang kepabeanan;
• memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
• meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan dengan tindak
pidana di bidang kepabeanan;
• melakukan penangkapan dan penahanan terhadap orang yang
disangka melakukan tindak pidana di bidang kepabeanan;
• meminta keterangan dan bukti dari orang yang sangka melakukan
tindak pidana di bidang kepabeanan;
• memotret dan/atau merekam melalui media audiovisual terhadap
orang, barang, sarana pengangkut, atau apa saja yang dapat
dijadikan bukti adanya tindak pidana di bidang Kepabeanan;
• memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkan menurut
undang-undang ini dan pembukuan lainnya yang terkait;
• mengambil sidik jari orang;
• menggeledah rumah tinggal, pakaian, atau badan;
• menggeledah tempat atau sarana pengangkut dan memeriksa barang
yang terdapat di dalamnya apabila dicurigai adanya tindak pidana di
bidang kepabeanan;
• menyita benda-benda yang diduga keras merupakan barang yang
dapat dijadikan sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana di
bidang kepabeanan;
• memberikan tanda pengaman dan mengamankan apa saja yang
dapat dijadikan sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana di
bidang kepabeanan;
7 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
• mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara tindak pidana di bidang kepabeanan;
• menyuruh berhenti orang yang disangka melakukan tindak pidana di
bidang kepabeanan serta memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
• menghentikan penyidikan;
• melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang kepabeanan menurut hukum yang
bertanggung jawab.
- Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.
- Pasal 63 Undang-undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai
Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di lingkungan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai diberi wewenang khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana
di bidang Cukai.
Penyidik karena kewajibannya berwenang :
• menerima laporan atau keterangan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana di bidang cukai;
• memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
• meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan dengan tindak
pidana di bidang cukai;
• melakukan penangkapan dan penahanan terhadap orang yang
disangka melakukan tindak pidana di bidang cukai;
• meminta keterangan dan bukti dari orang yang sangka melakukan
tindak pidana di bidang cukai;
• memotret dan/atau merekam melalui media audiovisual terhadap
orang, barang, sarana pengangkut, atau apa saja yang dapat
dijadikan bukti adanya tindak pidana di bidang Cukai;
8 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
• memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkan menurut
undang-undang ini dan pembukuan lainnya yang terkait;
• mengambil sidik jari orang;
• menggeledah rumah tinggal, pakaian, atau badan;
• menggeledah tempat atau sarana pengangkut dan memeriksa barang
yang terdapat di dalamnya apabila dicurigai adanya tindak pidana di
bidang Cukai;
• menyita benda-benda yang diduga keras merupakan barang yang
dapat dijadikan sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana di
bidang Cukai;
• memberikan tanda pengaman dan mengamankan apa saja yang
dapat dijadikan sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana di
bidang Cukai;
• mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara tindak pidana di bidang Cukai;
• menyuruh berhenti orang yang disangka melakukan tindak pidana di
bidang kepabeanan serta memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
• menghentikan penyidikan;
• melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang Cukai menurut hukum yang bertanggung
jawab.
− Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.
− Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Kep-57/BC/1997
tanggal 2 Juni 1997 tentang Proses Penyidikan Tindak Pidana di Bidang
Kepabeanan dan Cukai
− KUHAP, pasal-pasal yang berkaitan dalam pemeriksaan antara lain :
• Pasal Pasal 6 (2) b; 7 (2) mengenai wewenang PPNS;
• Pasal 117(1)mengenai larangan menggunakan kekerasan/ tekanan
• Penuntut Umum ketika mulai melakukan pemeriksaan;
• Pasal 111 (2) mengenai tertangkap tangan;
9 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
• Pasal 65; 116 (3), 116 (4) mengenai pengajuan pertanyaan kepada
tersangka apakah akan mengajukan saksi/seseorang yang punya
keahlian khusus yang dapat menguntungkan baginya, catat pada
Berita Acara Pemeriksaan, penyidik wajib memanggil dan memeriksa
saksi tersebut;
• Pasal 53, 150 mengenai permintaan bantuan seorang ahli/juru
bahasa, yang bersangkutan turut tandatangan Berita Acara
Pemeriksaan;
• Pasal 113 mengenai perlakukan setelah 2 X dipanggil berturut-turut
tidak datang diperiksa di rumah/tempat kediaman;
• Pasal 75 KUHAP mengenai pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
jo.(Keputusan Menteri Kehakiman No. M.04.PW.0707 Tahun 1984);
Pemeriksaan kembali setelah Berkas Perkara dari Jaksa Penuntut
Umum (Pasal 110 (2), dan (3) KUHAP; maksimum 14 hari kembali ke
Jaksa Penuntut Umum; Pasal 110 (4); Pasal 138 (2) KUHAP)
• Dalam hal PPNS DJBC telah mulai melakukan pemeriksaan tindak
pidana yang terjadi, maka PPNS harus memberitahukan hal itu
kepada Penuntut umum atau Jaksa.
• Sebelum memulai pemeriksaan,maka PPNS wajib menanyakan
tersangka terlebih dahulu apakah akan mengajukan saksi atau
seorang yang memiliki keahlian khusus yang dapat menguntungkan
nya. Bila tersangka akan mengajukan saksi seperti itu, maka hal
tersebut dicatat dalam Berita Acara Pemeriksaan, dan selanjutnya
PPNS wajib memanggil dan memeriksa saksi tersebut.
• Bila PPNS menerima kembali Berkas Perkara dari Penuntut Umum,
karena dinyatakan belum lengkap, maka PPNS yang bersangkutan
wajib segera mengadakan pemeriksaan tambahan (penyidikan
tambahan) dengan cara-cara yang sama seperti pada waktu
melakukan pemeriksaan sebelumnya, untuk melengkapi Berkas
Perkara tersebut sesuai dengan petunjuk Penuntut Umum.
• Pasal 116 (2) mengenai pemeriksaan saksi diperiksa sendiri, bisa
dikonfrontasi;
• Pasal 120 (1) mengenai permintaan pendapat ahli;
10 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
• Pasal 120 (2) mengenai sumpah/janji atas keterangan ahli, ahli
mengangkat sumpah/mengucapkan janji di hadapan penyidik, kecuali
bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan/jabatan yang
mewajibkan menyimpan rahasia, dapat menolak untuk memberikan
keterangan yang diminta;
• Pasal 50 mengenai hak tersangka segera mendapat pemeriksaan
dan ke Jaksa Penuntut Umum;
• Pasal 51 pemberitahuan kepada tersangka tentang apa yang
disangkakan;
• Pasal 52 mengenai hak tersangka untuk memberi keterangan secara
bebas kepada penyidik;
• Pasal 72 KUHAP mengenai hak tersangka memintah turunan Berita
Acara Pemeriksaan atas dirinya;
• Pasal 116 (3); (4); Pasal 65 mengenai ha tersangka untuk meminta
saksi, seorang ahli;
• Pasal 122 KUHAP mengenai pemeriksaan yang harus dilakukan oleh
penyidik dalam waktu 1 (satu) hari (1 X 24 Jam) setelah Surat
Perintah Penahanan dijalankan dalam hal tersangka ditahan.
2). Pengertian Yang Digunakan Dalam Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan keterangan,
kejelasan dan keidentikan tersangka dan atau saksi dan atau barang
bukti maupun tentang unsur-unsur tindak pidana yang telah terjadi,
sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti
dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan ke dalam
Berita Acara Pemeriksaan.
Pemeriksa adalah pejabat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan sebagai penyidik.
Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
Saksi adalah orang yang dapat memberi keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana
11 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri
Saksi Ahli adalah orang yang dapat memberi keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana
yang ia ketahui berdasar keahlian khusus yang dimiliki.
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebutkan
alasan dari pengetahuannya itu.
Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki keahlian khusus yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan
Dua orang saksi adalah dua warga dari lingkungan yangbersangkutan.
Alasan yang patut dan wajar, yang dimaksud dengan alasan patut dan
wajar adalah keadaan jasmani dan rohani yang sedemikian rupa
sehingga seseorang tidak akan mungkin dapat memenuhi panggilan;
keadaan tidak mampu/lingkungan/kondisigeografi yang sedemikian rupa
sehingga seseorang tidak mungkin dapat memenuhi panggilan.
Bukti permulaan yang cukup adalah bukti yang berupa keterangan dan
data yang terkandung didalam 2 (dua) diantara laporan kejadian,
keterangan saksi termasuk saksi ahli, dan barang bukti yang setelah
disimpulkan menunjukan telah terjadi tindak pidana kepabeanan dan
cukai dan bahwa orang yang ditangkap adalah pelakunya.
Satu hari adalah 24 (dua puluh empat) jam.
Penyidik adalah pejabat tertentu di lingkungan DJBC yang telah diangkat
sebagai penyidik pegawai negei sipil (PPNS) oleh Menteri Kehakiman
untuk melakukan penyidikan tindak pidana.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik untuk mencari dan
mengumpulkan bukti nyang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana dibidang kepabeanan dan cukai yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya, dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam KUHAP
Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
12 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
b. Latihan 1
1). Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan?
2). Siapakah yang disebut dengan saksi?
3). Siapakah yang dimaksud dengan saksi ahli?
4). Apakah yang dimaksud dengan keterangan ahli?
5). Jelaskan pengertian penyelidikan!
c. Rangkuman
Pemeriksaan adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan keterangan,
kejelasan dan keidentikan tersangka dan atau saksi dan atau barang bukti
maupun tentang unsur-unsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga
kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti dalam tindak pidana
tersebut menjadi jelas dan dituangkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan
d. Tes formatif 1
Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam modul ini. Jawablah
pertanyaan-pertanyaan secara spontan, artinya pada waktu Anda menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diperkenankan melihat ke modul dan kunci
jawaban, tetapi jawablah menurut apa yang ada dalam pikiran Anda.
1. Seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana adalah
a. Terdakwa
b. Tersangka
c. Terpidana
d. Saksi
2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil DJBC memberitahukan dimulainya penyidikan
atas suatu tindak pidana di bidang Kepabeanan dan cukai kepada
a. Atasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
13 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
b. Kepala Kantor Bea dan Cukai di mana Penyidik Pegawai Negeri Sipil
tersebut bertugas
c. Penuntut Umum
d. Penyidik POLRI
3. Penyidik Pegawai Negeri Sipil DJBC diangkat oleh
a. Menteri Kehakiman atas usul Kapolri
b. Menter Kehakiman atas usul Kejaksaan Agung
c. Menteri Kehakimaan atas usul MenKeu
d. Menteri Kehakiman atas rekomendasi MenKeu
4. Sesuai bunyi pasal 3 Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1996 tentang
Penyidikan di bidang Kepabeanan dan Cukai maka barang siapa ( selain
PPNS DJBC ) yang menyaksikan atau yang menerima laporan tindak pidana
di bidang kepabeanan dan Cukai wajib melaporkan kepada
a. Semua anggota POLRI
b. Pejabat Bea dan Cukai
c. PPNS DJBC
d. Penuntut Umum
5. Bukti permulaan yang cukup adalah bukti yang berupa keterangan dan data
yang terkandung didalam
a. 2 (dua) diantara laporan kejadian, hasil analisis intelijen, dan barang bukti
b. 1 ( satu ) diantara laporan kejadian, keterangan saksi termasuk saksi ahli,
dan barang bukti
c. 2 (dua) diantara laporan kejadian, keterangan saksi termasuk saksi ahli,
dan barang bukti
d. 2 (dua) diantara laporan kejadian, pengakuan tersangka dan barang bukti
6. Bila PPNS menerima kembali Berkas Perkara dari Penuntut Umum, karena
dinyatakan belum lengkap, maka PPNS yang bersangkutan
a. wajib segera mengadakan pemeriksaan tambahan (penyidikan tambahan)
sesuai petunjuk Penuntut Umum.
b. wajib segera mengadakan penyelidikan kembali sesuai dengan petunjuk
14 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Penuntut Umum.
c. wajib segera melimpahkan wewenang penyidikan kepada penyidik POLRI
d. wajib memberikan penjelasan tambahan kepada Penuntut Umum
mengenai hasil pemeriksaan sebelumnya.
7. Sesuai Pasal 63 Undang-undang Nomor 39 tahun 2007, di bawah ini yang
tidak termasuk wewenang PPNS DJBC adalah
a. menerima laporan atau keterangan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana di bidang cukai;
b. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
c. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan dengan tindak pidana
di bidang cukai;
d. melakukan pencekalan, menyatakan/ memberlakukan tahanan rumah
serta melakukan penangkapan terhadap orang yang disangka melakukan
tindak pidana di bidang cukai;
8. Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam
a. Undang – Undang No.17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan
b. Undang – Undang No.39 Tahun 2007 tentang Cukai
c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
d. Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1996
9. Saksi Ahli adalah orang yang dapat memberi keterangan guna kepentingan
a. penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang
ia ketahui berdasar keahlian khusus yang dimiliki.
b. Penyidikan dan penyelidikan tentang suatu perkara pidana yang ia ketahui
berdasar keahlian khusus yang dimiliki
c. Penyelidikan dan penindakan di bidang Kepabeanan dan Cukai berdasar
keahlian khusus yang dimiliki.
d. Penyidikan dan penuntutan suatu perkara pidana yang ia ketahui
berdasar keahlian khusus yang dimiliki
15 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
10. Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki keahlian khusus yang diperlukan untuk
a. Proses penuntutan oleh Penuntut Umum
b. membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan
c. membuat terang tentang dugaan terjadinya tindak pidana di bidang
Kepabeanan dan Cukai ( penyelidikan )
d. pemeriksaan khusus di persidangan
11. Sesuai pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan
Tindak Pidana di bidang Kepabeanan dan Cukai maka Penyidikan hanya
dapat dilakukan setelah ada surat perintah penyidikan dari
a. Penyidik POLRI
b. Penuntut Umum
c. atasan penyidik
d. Kepala Kantor Bea dan Cukai dimana PPNS tersebut bertugas
12. Kewajiban yang harus dilakukan oleh Penyidik kepada Penuntut Umum
mengenai proses penyidikan yang dilakukan adalah
a. memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikan
b. memberitahukan dimulainya penyidikan dan penghentian penyidikan
c. memberitahukan dimulainya penyidikan dan penghentian penyidikan serta
menyampaikan tembusan kepada penyidik POLRI
d. memberitahukan dimulainya penyidikan, menyampaikan hasil penyidikan
dan memberitahukan penghentian penyidikan
13. Untuk kepentingan penerimaan Negara penyidikan terhadap tindak pidana di
bidang Kepabeanan dan Cukai dapat dihentikan oleh
a. Jaksa Agung atas permintaan Menteri Kehakiman
b. Jaksa Agung atas Permintaan MenKeu
c. Atasan PPNS DJBC atas permintaan Dirjen Bea dan Cukai
d. Jaksa Agung atas permintaan Kapolri
16 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
14. Tembusan tentang pemberitahuan dimulainya penyidikan, penyampaian
hasil pemeriksaan dan pemberitahuan penghentian penyidikan disampaikan
oleh penyidik ( PPNS DJBC ) kepada
a. Atasan PPNS DJBC
b. Kepala Kantor Bea dan Cukai dimana PPNS tersebut bertugas
c. Penyidik POLRI
d. Penuntut Umum
15. Berikut ini yang tidak termasuk hak tersangka dalam proses hokum yang
sedang dijalaninya adalah
a. segera mendapat pemeriksaan dan segera diajukan ke Jaksa Penuntut
Umum
b. segera mendapat putusan dari Hakim dengan alasan apapun
c. menerima pemberitahuan tentang apa yang disangkakan
d. memberi keterangan secara bebas kepada penyidik;
17 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang
modul ini. Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah
dipelajari mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka
disarankan mengulangi materi.
18 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
2. Kegiatan Belajar (KB) 2
TAHAPAN PEMERIKSAAN, PELAKSANAAN PEMERIKSAAN, TEKNIK PEMERIKSAAN, DAN
EVALUASI
Indikator
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu melaksanakan :
1) ketentuan umum dalam pemeriksaan tersangka dan saksi
2) persyaratan umum dalam pemeriksaan tersangka dan saksi
3) tata cara pemeriksaan tersangka dan saksi
4) hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pemeriksaan tersangka dan
saksi
a. Uraian dan Contoh
1. Tahapan Pemeriksaan
Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap tersangka/saksi/ahli
diperlukan persiapan-persiapan antara lain :
− Menunjuk petugas yang akan melakukan pemeriksaan
Petugas yang akan memeriksa sedapat mungkin yang memenuhi
persyaratan sebagai pemeriksa yang baik antara lain :
• Mempunyai kewenangan melakukan pemeriksaan dan membuat
Berita Acara Pemeriksaan
• Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Hukum Pidana,
Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Kepabenanan dan Cukai,
dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
perkara yang sedang diperiksa
• Mempunyai pengetahuan yang cukup dan mahir melaksanakan
fungsi teknik profesi Bea dan Cukai, dan mempunyai kemahiran
tentang taktik dan teknik pemeriksaan.
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu melaksanakan : 1) ketentuan umum dalam pemeriksaan tersangka dan saksi 2) persyaratan umum dalam pemeriksaan tersangka dan saksi 3) tata cara pemeriksaan tersangka dan saksi 4) hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pemeriksaan tersangka dan saksi
19 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
• Mempunyai pengetahuan dan menguasai kasus tindak pidana
dengan baik berdasarkan laporan,laporan hasil penyelidikan,
Berita Acara Pemeriksaan, informasi dan data lainnya yang
mendukung.
• Memiliki kepribadian :
∼ percaya pada diri sendiri
∼ mampu menghadapi orang lain
∼ tidak mudah dipengaruhi dan tidak mudah berprasangka.
∼ sabar, dapat mengendalikan diri.
∼ mampu menilai secara tepat, bertindak cepat dan obyektif
dalam menilai sikap dan gerakan tersangka atau saksi ketika
menjawab pertanyaan pada saat pemeriksaan.
∼ tekun, ulet dan mampu mengembangkan inisiatif.
Sebaiknya membentuk suatu tim pemeriksa sesuai dengan kualitas
tindak pidana yang sedang ditangani, atau kualitas tersangka/saksi
yang akan diperiksa. Syarat-syarat tersangka dan saksi yang akan
diperiksa adalah sebagai berikut :
• Sehat jasmani dan rokhani.
• Bebas dari rasa takut.
• Dipanggil dengan Surat Panggilan yang sah, kecuali bagi
tersangka yang ditangkap dan ditahan.
− Menentukan tempat pemeriksaan, agar suatu pemeriksaan dapat
berjalan dengan baik, maka tempat pemeriksaan juga harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
ditentukan oleh penyidik.
dapat dirumah, tempat kediaman yang bersangkutan setelah 2 (dua)
kali dipanggil secara berturut-turut tidak datang.
Ditetapkan secara khusus sebagai tempat pemeriksaan, dan harus
layak untuk dijadikan tempat pemeriksaan.
Tidak menimbulkan kesan menakutkan atau menyeramkan.
Terang dan bersih, serta tidak ada hal-hal yang dapat mengalihkan
perhatian yang diperiksa.
Menjamin keamanan.
20 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Tenang.
Memiliki tempat bagi Penasehat Hukum
− Menentukan Sarana Pemeriksaan, Dalam melakukan pemeriksaan
terdapat beberapa sarana yang perlu dipersiapkan, yaitu:
Meja dan kursi sesuai kebutuhan
Mesin tulis atau komputer.
Alat-alat tulis
Tape Recorder dan alat-alat elektronika sebagai alat bantu
pemeriksaan.
Kelengkapan administrasi lain yang berhubungan dengan penyidikan.
− Saat Mulai Pemeriksaan
sesegera mungkin
setelah perintah penangkapan
setelah perintah penahanan, maksimum penahanan 1 X 24 jam
(Pasal 122 KUHAP)
dimulainya pemeriksaan suatu tindak pidana diberitahukan kepada
Jaksa Penuntut Umum (Pasal 109 (1) KUHAP)
− Mempelajari kasus tindak pidana yang sedang ditangani.
− Menyusun dan merumuskan daftar pertanyaan yang akan diajukan untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan 7 (tujuh) Kah atau (Si A Di De
Men Ba Bi).
− Menentukan urutan tersangka atau saksi yang akan diperiksa
berdasarkan kadar keterlibatan atau pengetahuannya tentang tindak
pidana yang bersangkutan.
− Meneliti Surat Panggilan dan mengecek identitas atau Surat Perintah
Penangkapan dan Surat Perintah Penahanan bagi tersangka yang
ditahan.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
Dalam pelaksanaan pemeriksaan hal-hal yang dilakukan oleh
penyidik antara lain sebagai berikut :
− Pendekatan
21 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Untuk mengetahui sifat, watak, tingkat kecerdasan
Dapat diminta bantuan ahli,antara lain juru bahasa, juru bahasa
isyarat, dll.
− Penampilan Pemeriksa.
Berusaha untuk menggali kebenaran dalam penegakan hukum
Berpakaian rapi dan sopan serta bersifat baik (correct)
Duduk bersikap dengan baik
Perlakuan orang yang diperiksa secara wajar dan pandanglah dia
sebagai manusia dengan sifat dan harkat kemanusiannya.
− Cara melakukan pemeriksaan.
Penelitian identitas orang yang diperiksa
Menyatakan kesehatan dan kesediaan untuk diperiksa
Hindari pertanyaan yang dapat menimbulkan perdebatan, emosional
Hindari dipengaruhi
Hindari pertanyaan yang menunjuk pada tindak pidana yang terjadi
Perhatikan norma kesopanan, kesusilaan
Penjelasan yang bersangkutan kurang benar, bimbing agar
memberikan gambaran yang jelas jalannya tindak pidana secara
lengkap, sistematis dan berurutan
Keterangan tidak benar, jangan dicela melainkan diingatkan agar
memberikan keterangan yang benar
Pemeriksaan tidak dihadiri oleh orang yang tidak berkepentingan
Bangkitkan rasa simpatik
Mudah dimengerti
Untuk menyakinkan, ulangi pertanyaan
Keterangan tidak bersifat hafalan atau tidak benar
Sabar, tekun, untuk keterangan yang berbelit-belit
Disuruh mengenali barang bukti kembali dan keterangan supaya
dimuat dalam Berita Acara Pemeriksaan
Wajib segera dihentikan (Pasal 109 (2) KUHAP), apabila:
∼ Tidak terdapat cukup bukti
∼ Peristiwa tersebut bukan Tindak Pidana
∼ Dihentikan demi hukum
Penghentian demi hukum, apabila:
22 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
∼ Tersangka meninggal dunia, kecuali undang-undang menentukan
lain
∼ Penuntutan tindak pidana tersebut telah kadaluarsa
∼ Tindak pidana tersebut telah diputuskan dengan putusan hakim
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
− Pemeriksaan tersangka
Segera dilakukan pemeriksaan
Tersangka ditahan, waktu 1 X 24 jam setelah surat perintah
penahanan harus mulai diperiksa
Beritahukan haknya untuk didampingi bantuan hukum
Kepada tersangka ditanyakan apa perlu saksi ahli, bila ada dicatat
pada Berita Acara Pemeriksaan dan penyidik memanggil, memeriksa
saksi tsb.
Ungkap peranan tersangka dalam tindak pidana (Pasal 55, 56
KUHAP)
Berbelit-belit walaupun sudah diingatkan :
∼ Pertanyaan diajukan langsung kepada masalah
∼ Bangkitkan emosinya
Tersangka mungkir:
∼ Perlihatkan fakta dan bukti yang ada
∼ Tunjukkan kontradiksi dari setiap ketidakbenaran keterangan
tersebut
∼ Adakan konfrontasi
Pemeriksaan tersangka perlu diperhatikan:
∼ Latar belakang kehidupan sehari-hari
∼ Apakah ia seorang residivis
∼ Perhatikan faktor apa yang menyebabkan ia tidak mau
memberikan keterangan
− Pemeriksaan Saksi
Tanyakan apa ada hubungan keluarga atau hubungan kerja
Tidak diambil sumpah, kecuali ada cukup alasan diduga ia tidak akan
hadir dalam pemeriksaan di pengadilan
Diperiksa tersendiri, boleh dikonfrontir
23 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
− Pemeriksaan Saksi Ahli
Meminta bantuan saksi ahli
Dapat dengan tertulis atau dipanggil dengan surat panggilan
Menyangkut sumpah/mengucapkan janji dihadapan penyidik, kecuali
karena harkat dan martabat, pekerjaan/jabatan yang mewajibkan ia
menyimpan rahasia dapat menolak memberikan keterangan yang
diminta
Buat Berita Acara Pemeriksaan saksi ahli.
3. Teknik Pemeriksaan
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi dikenal
adanya beberapa teknik dikenal adanya beberapa teknik pemeriksaan, yaitu
wawancara, interview, interogasi, konfrontasi, elisitasi, kelima cara ini
digunakan atau disesuaikan dengan karakter orang yang diperiksa. Untuk
mengetahui karakter orang yang akan diperiksa digunakan cara pendekatan
atau berbicara secara santai tanpa menyinggung masalah pelanggaran yang
dilakukan, biasanya digunakan menanyakan keluarga, hobi, current issue,
atau cerita film, sandiwara, atau acara tayangan televisi. Dari pembicaraan
ini pemeriksa harus sudah dapat menentukan menggunakan teknis
pemeriksaan yang mana akan digunakan, atau dalam hal saat pelaksanaan
pemeriksaan, yang diperiksa merubah sikap dan cara menjawab
pertanyaan, untuk itu pemeriksa harus myesuaikan dengan teknis
pemeriksaan yang lebih tepat demikian seterusnya sampai didapat target
hasil pemeriksaannya.
Aturan umum yang berlaku adalah menerima hal-hal yang normal dan
menyangsikan hal-hal yang tidak normal. Pertanyaan-pertanyaan yang
sifatnya melengkapi diajukan untuk menyelidiki, menguji dan mengecek
jawabannya.
Tersangka tidak boleh diberitahu hal-hal yang diketahui oleh
interviewer sebaliknya ajukan pertanyaan untuk mengetahui apakah ia
memberikan jawaban yang benar ataukah tidak. Kebohongan yang dapat
dibuktikan penting artinya. Mengapa tersangka berbohong? Karena ia
menyembunyikan sesuatu.
24 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Misalnya, seorang tersangka sedang di-interview. Sebelum dilakukan
penahanan, tersangka diketahui telah melakukan pertemuan dengan
tersangka X pada tempat dan waktu yang diketahui.
Jangan memberitahu hal ini kepada tersangka misalnya dengan
mengatakan: Anda diketahui telah melakukan pertemuan dengan X di
(tempat tertentu) pada (tangga! tertentu), mengapa?
Tetapi:
Apakah anda kenal dengan X? (sebagai jawabannya tersangka
mungkin saja akan berbohong)! Katakan dimana dan kapan anda
menemuinya pada bulan-bulan terakhir ini (sebagai jawabannya, tersangka
mungkin mengakui atau mengingkari bahwa ia melakukan pertemuan
dengan X). Di mana anda pada (tanggal tertentu)? Pernahkan anda pergi ke
(tempat tertentu)?
Jika tersangka mengakui telah melakukan pertemuan tersebut, isi
pertemuan bisa ditanyakan. Jika ia berbohong atau tidak menyebutkan
pertemuan yang dimaksud, interviewer langsung memberitahu tersangka
bahwa petugas sudah mengetahui bahwa ia melakukan pertemuan tersebut,
jika interviever menganggap saatnya sudah tepat. Saat yang tepat tersebut
adalah pada akhir-akhir interview jika petugas ingin mengetahui
kebohongan-kebohongan lain, atau pada permulaan interview jika petugas
ingin agar tersangka menyadari bahwa interviewer mengetahui lebih banyak
dari yang ia duga. Hal ini akan membuat tersangka ragu-ragu karena ia tidak
akan mengetahui seberapa banyak sebenarnya yang diketahui oleh
interviewer.
Walaupun demikian, tidak perlu memberitahukan tersangka bahwa ia
telah diamati, karena terdakwa akan mengambil kesimpulan-yang keliru
tentu saja-bahwa seseorang, mungkin X telah memberitahukan hal tersebut
kepada petugas atau seseorang telah memberikan pengakuan yang
rnemberatkannya.
Tetapi harus dingat bahwa teknik-teknik seperti ini bukan suatu
rekomendasi dan bisa jadi hal ini tidak disenangi oleh hakim. Teknik-teknik
tersebut mungkin saja tidak akan berhasil atau malah merugikan petugas
25 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
karena tersangka akan memilih untuk diam, atau menolak untuk bekerja
sama. Beberapa teknik akan membuat hubungan dengan tersangka menjadi
lebih baik.
Tidak semua teknik pemeriksaan dapat digunakan dalam proses
pemeriksaan. Penggunaan teknik pemeriksaan penerapannya disesuaikan
dengan posisi orang yang akan diperiksa, situasi, dan kondisi psikologis
bagaimana masing-masing teknik pemeriksaan digunakan.
a. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik memeriksa, biasanya
digunakan tidak dalam rangka penyidikan tindak pidana, dengan cara
mengajukan pertanyaan yang jawabannya panjang dan bersifat luas.
Cara mengajukan pertanyaan kepada seseorang tentang hubungannya
atau keterkaitan dengan adanya pelanggaran. Wawancara yang
dimaksudkan di dalam modul ini berkaitan dengan segala hal tentang
tindakan menanyakan seseorang.
Tujuan wawancara ini digunakan untuk dapat diketahuinya apakah
terjadi atau tidaknya tindak pelanggaran kepabeanan dan cukai. Teknik
pemeriksaan dengan menggunakan teknik wawancara dapat digunakan
untuk mengetahui karakter tersangka dan saksi sebelum dilakukan
pemeriksaan, apakah karakternya suka memberi jawaban yang luas
atau panjang, apakah jawaban pendek atau singkat, apakah
jawabannya berbelit-belit, suka menyangkal, dan lain-lain. Gunanya
wawancara ini agar penyidik atau pemeriksa dalam rangka melakukan
tindakan menanyakan seseorang menggunakan cara yang tepat.
b. Interview
Interview dan interogasi yang efektif dan berhasil memerlukan
keahlian khusus yang didapat melalui latihan dan pengalaman. Seorang
petugas yang melakukan interview (interviewer) harus membangun
hubungan yang baik dengan tersangka yang diwawancarai
(interviewee). Interview harus dilakukan dengan menilai karakter para
tersangka agar didapatkan pola hubungan yang paling baik, yaitu tidak
boleh terlalu keras atau terlalu bersahabat. Interviewer harus
26 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
mendapatkan kepercayaan dari tersangka dan tidak boleh
mengelabuinya atau memberikan alasan-alasan palsu.
Interview dan interogasi kedua-duanya berarti menanyakan
seseorang tentang keterlibatannya dalam suatu pelanggaran.
Seseorang tersebut bisa seorang tersangka atau seorang saksi.
Kata-kata "interview" dan "interogasi" di dalam modul ini berkaitan
dengan segala hal tentang tindakan menanyakan seseorang. "Interview"
adalah istilah sopan dari proses mengajukan pertanyaan kepada
seseorang, sementara "interogasi" adalah istilah yang lebih keras.
Penggunaan teknik interview selalu dibatasi oleh ketentuan negara
masing-masing.
Tujuan Interview. Seorang interviewer harus memiliki tujuan-
tujuan yang ingin dicapai dari setiap interview yang ia lakukan dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan tujuan
tersebut.
Tujuan-tujuan tersebut adalah:
mengetahui keterlibatan tersangka dalam pelanggaran-
pelanggaran yang dicurigai dengan cara mendapatkan
pengakuan dari tersangka atau mengeluarkannya dari daftar
orang yang dicurigai;
mengetahui kebohongan yang dapat dibuktikan (provable lies);
memberikan kesempatan kepada tersangka untuk membela diri;
menentukan posisi seorang tersangka diantara tersangka-
tersangka lainnya;
menenentukan hubungan seorang tersangka dengan tersangka-
tersangka lainnya dan peran mereka pada pada pelanggaran-
pelanggaran yang dicurigai itu;
mengetahui aset tersangka yang merupakan hasil kejahatan yang
pada gilirannya nanti merupakan aset yang akan disita;
menentukan fakta-fakta lain yang harus dibuktikan sebelum
mengajukan dugaan telah terjadi suatu pelanggaran;
mendapatkan fakta-fakta lain yang belum diketahui oleh
interviewer, misalnya tersangka dan pelanggaran lainnya.
27 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
mendapatkan latar belakang tersangka, pekerjaan, gaya hidup,
orang tua, teman atau koleganya, dsb.
Sebelum melakukan interview, interviewer harus membuat
persiapan-persiapan yang dibutuhkan agar dapat diraih tujuan-tujuan
yang diiginkan secara efektif dan efisien. Setiap interview harus
direncanakan dan dipersiapkan sesuai dengan tujuan tersebut.
Tidak semua interview dapat diantisipasi sebelumnya, oleh sebab
itu, seorang interviewer harus mendapatkan sebanyak mungkin
informasi tentang latar belakang tersangka.
Para penyidik harus memiliki pengetahuan yang rinci tentang
toleransi dan batasan yang diperkenankan oleh hukum yang berlaku.
Khususnya akan terdapat pembatasan-pembatasan atau prosedur
formal tertentu berkaitan dengan hal-hal di bawah ini:
interview dengan menggunakan bahasa asing serta bagaimana
menggunakan penterjemah
interview terhadap orang yang masih muda
interview yang dilakukan di malam hari
kesejahteraan interviewee, termasuk makanan dan obat-obatan
hak bagi hadirnya seorang pengacara
kewajiban memberikan peringatan kepada interviewee; hak
interviewee untuk diam
prinsip tidak memberatkan (non-incrimination)
penggunaan peraiatan: buku catatan, mesin ketik, tape recorder
lamanya sebuah interview tanpa istirahat
tidak diperkenankan menggunakan ancaman atau pancingan.
Semua bukti atau pengakuan yang didapatkan dengan cara-cara
seperti itu tidak bisa digunakan sebagai bukti yang sah.
Interviewer harus selalu melakukan perencanaan dalam setiap
interview-nya, seberapapun sederhananya kasus yang ada. la harus
menyiapkan diri terhadap segala kemungkinan jawaban yang diberikan
oleh interviewee.
Petugas penyidik harus menyiapkan
struktur interview
strategi dan taktik yang akan digunakan
28 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Struktur interview
Komponen-komponen utama dari sebuah interview;
Pembukaan:
mendapatkan informasi dari interviewee tentang:
∼ nama
∼ alamat
∼ pekerjaan
status interviewee: tersangka atau saksi
alasan dilakukan interview
tanggung jawab interviewee menurut undang-undang
latar belakang, lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan serta
tangung jawabnya
Inti :
mengajukan pertanyaan sesuai dengan rencana dengan
menggunakan strategi atau taktik yang ditentukan
mengajukan pertanyaan yang mendalam tentang segala aspek
dari pelanggaran yang dicurigai, teman dan kolega, peran, hal-hal
yang diketahui, posisi dalam hirarki, upah atau gaji
biasanya pertanyaan diajukan secara kronologis
Kesimpulan:
laporan singkat tentang informasi yang didapatkan
implikasi dari informasi tersebut
menghapus hal-hal yang meragukan
menindaklanjuti/melaksanakan poin-poin utama
Teknik dan Gaya
Sebelum menggunakan metode dan gaya di bawah ini, pastikan
terlebih dahulu bahwa metode dan gaya tersebut diperkenankan oleh
undang-undang. Pada saat melakukan sebuah interogasi,
penanya/interogator sebelumnya harus sudah memiliki pengetahuan
tentang teknik-teknik interogasi. Pertanyaan-pertanyaan harus diajukan
29 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
secara hati-hati untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sebuah
pertanyaan yang baik harus singkat dan tidak mendua.
Tipe-tipe pertanyaan
Terdapat beberapa tipe pertanyaan yang dapat digunakan dalam
sebuah interogasi, misalnya:
pertanyaan yang diperluas
pertanyaan untuk melakukan klarifikasi
pertanyaan yang mengarahkan
pertanyaan berganda
pertanyaan hipotesis
Setiap tipe pertanyaan tersebut memiliki keuntungan dan kerugiannya
masing-masing, yaitu
Pertanyaan yang diperluas
Keuntungan : Menyelidiki dan mengundang penjelasan lebih
jauh
Kerugian : Memakan waktu jika menginginkan fakta-fakta
tertentu
Pertanyaan untuk mengklarifikasi
Keuntungan : Memeriksa pengertian interviewee
Pertanyaan yang terarah
Keuntungan : Memberikan arahan kepada interviewer bisa
digunakan untuk menyimpulkan
Kerugian : Memberikan kemungkinan jawaban kepada
interviewee
Pertanyaan berganda
Keuntungan : Mengurangi waktu jika tersangka memberikan
jawaban yang singkat
Kerugian : Membingungkan,tidak pasti apakah pertanyaan
telah terjawab
Pertanyaan hipotesis
Keuntungan : Memancing diskusi
Kerugian : Tidak ada nilai hukumnya
30 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Setiap petugas harus memahami akibat-akibat yang mungkin timbul dari
tiap tipe pertanyaan di atas. Strategi yang digunakan harus
mempertimbangkan pilihan tipe pertanyaan yang kemungkinannya
paling efektif digunakan pada saat itu.
Petugas/interviewer harus telah dilatih secara menyeluruh dan memiliki
pengetahuan yang cukup tentang batasan-batasan yang ditetapkan
hukum dan undang-undang berkaitan dengan interview atau interogasi.
Penyidik harus menggunakan teknik yang disetujui atau diperkenankan
oleh undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Beberapa teknik pendekatan di bawah ini dapat dipergunakan dalam
melakukan interogasi. Petugas penyidik harus mengetahui akibat-akibat
yang mungkin terjadi dari tiap-tiap teknik dan memilih teknik-teknlk yang
tepat serta sah menurut hukum:
"pendekatan langsung"
"file dan catatan"
"kami tahu semuanya"
"kegagalan"
"cepat (rapid-fire)"
"teknik interview terpisah"
"harga diri dan ego"
"diam"
"mengubah suasana"
"emosional"
"mundur-maju"
"Pendekatan langsung"
Digunakan apabila perlawanan dari tersangka hanya sedikit atau tidak
ada perlawanan sama sekali. Sederhana dan membutuhkan waktu yang
sedikit
"File dan catatan"
Petugas penyelidik menyiapkan catatan yang memuat semua informasi
yang ada tentang permasalahan yang terkait.
31 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Tersangka mungkin akan sama sekali menolak untuk bekerja
sama.
"Kami tahu semuanya"
Petugas penyelidik harus benar-benar sudah menguasai semua
informasi yang ada mengenai tersangka. Pertanyaan akan diajukan
berdasarkan data yang sudah diketahui.
Dengan menggunakan beberapa data tertentu secara hati-hati,
tersangka mungkin akan berkesimpulan petugas sudah mengetahui
semuanya.
"Kegagalan"
Petugas akan menyebutkan fakta-fakta dengan cara yang keras, logis
dan persuasif. Dengan demikian tersangka akan mengakhiri
perlawanannya dan memberikan informasi tambahan.
Petugas harus mewaspadai tersangka, kelemahan psikologis tersangka,
kelemahan moralnya.
"Cepat (Rapid-fire)"
Penyidik mengajukan serangkaian pertanyaan satu persatu. Karena
waktu untuk menjawab tiap pertanyaan sedikit, tersangka mungkin akan
memberikan jawaban yang saling bertentangan. Petugas harus
menanyakan lagi inkonsistensi tersebut. Tersangka biasanyakan
berbicara lebih bebas ketika ia membela diri. Semua orang senang jika
orang-orang mendengarkan. Jika tersangka frustrasi dengan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, ia mungkin akan
mengungkapkan lebih banyak lagi informasi.
"Interviev terpisah"
Dua orang penyidik memeriksa tersangka secara terpisah, penyidik
tersebut menunjukkan sifat yang sangat bertolak belakang.
Tersangka biasanya akan memberikan lebih banyak informasi kepada
salah seorang penyidik.
32 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
"Harga diri dan ego"
Tersangka akan memberikan reaksi membela diri jika kelemahannya
ditunjukkan. Tersangka akan membela dirinya dan menyalahkan orang
lain. Memuji tersangka yang diremehkan oleh sesama rekannya akan
memancing tersangka memberikan informasi tertentu untuk
mendapatkan pujian.
"Diam"
Digunakan pada tipe tersangka yang gugup atau tersangka yang yakin.
Pemeriksa tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap mata
tersangka.
Apabila tersangka melengos, berarti kepercayaan diri tersangka hilang
atau menjadi gelisah. Tersangka biasanya akan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Penyidik tidak akan berbicara sebelum siap.
Setelah itu pemeriksa secara acuh tak acuh mengajukan pertanyaan.
Tersangka akan menjawab setiap pertanyaan agar mengubah suasana
diam yang tidak nyaman itu.
"Mengubah suasana"
Lepaskan tersangka dari suasana interogasi. Pilih suasana tertentu di
mana kontrol masih bisa dijaga.
"Emosional”
Apabila tersangka seseorang yang dewasa atau malu-malu, petugas
akan mempengaruhi emosinya dengan Ketakutan, Ketamakan, Balas
dendam, Kebencian, dsb.
uMaju-mundur"
Minta tersangka menceritakan kisahnya dari awal sampai akhir.
Kemudian, minta ia menceritakannya lagi secara terbalik, perhatikan
jika ada indikasi inkonsistensi penyidik menciptakan suasana yang
menyedihkan.
Kenali dan pelajari reaksi tersangka.
33 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Penting bagi petugas penyidik untuk mengenali dan mengeksploitasi
pesan dan tanda dari interviewee yang didapat melalui sinyal-sinyal
verbal dan non-verbal.
Tanda-tanda itu dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu:
Gejala fisik
Gejala-gejala fisik akibat stres yang dapat membantu interviewer
mengenal interviewee-nya. Misalnya, berkeringat, mulut kering,
menjiiat bibir, gemetar, permintaan untuk pergi ke toilet, dsb.
Memang tidak berarti setiap kali interviewee meminta izin ke
belakang atau mulutnya kering atau pucat ketika ditanyakan suatu
pertanyaan merupakan bukti bahwa tersangka tersebut berbohong,
tetapi gejala-gejala ini adalah hal yang harus diperhatikan.
Perilaku yang tidak biasa (displacement activity)
Istilah ini digunakan untuk menunjukkan perilaku yang tidak
relevan, tidak tepat atau aneh yang biasa tampak pada manusia
jika ia frustrasi atau berada dalam suasana konflik. Misalnya: kaki
gemetar, memain-mainkan benda-benda yang ada, gelisah atau
merokok yang berlebihan. Interviewee mungkin akan menghindari
mata petugas, melihat ke arah langit-langit atau menatap benda
yang ada atau mencoba untuk tidak memberikan perhatian.
Memang beberapa orang mampu untuk mengendalikan air
mukanya, tetapi seorang interviewer yang baik akan mampu
melihat ekspresi menyimpang yang khas yang menandakan bahwa
interviewee sedang berbohong.
Berbohong-Pilihan kata-kata yang digunakan
Kadangkala orang yang berbohong bisa diketahui dari pilihan kata-
kata yang digunakannya.
Jenisnya ada beberapa, yang paling penting adalah:
∼ penekanan yang berlebihan
34 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
"saya bersumpah atas nama anak saya", "demi Tuhan saya
bersumpah"
∼ menantang
"anda bilang anda bisa membuktikannya, jadi buktikan saja" "jika
saya dianggap terlibat silakan tuntut saya, kita buktikan nanti di
pengadilan"
∼ mengelak
"saya tidak ingat" "itu tidak ada hubungannya" "mungkin ya, mungkin
tidak"
∼ mencoba menarik simpati atau kepercayaan penanya
"anda kan kenal saya, jika saya memang melakukannya saya pasti
mengaku" "anda kan kenal saya, saya tidak akan menyusahkan
anda"
∼ memberikan jawaban singkat atas pertanyaan yang kritis
"saya tidak melakukannya" "pelakunya bukan saya" "mengapa saya
yang ditanya?"
∼ menolak atau bicara atau memberikan argumen
"saya tidak tahu apa yang sedang anda bicarakan" "saya tidak perlu
mendengarkan ini semua"
Teknik pemeriksaan dengan menggunakan teknik Interview harus
dilakukan dengan menilai karakter para tersangka agar didapatkan pola
hubungan yang paling baik, yaitu tidak boleh terlalu keras atau terlalu
bersahabat. Interviewer harus mendapatkan kepercayaan dari
tersangka dan tidak boleh mengelabuinya atau memberikan alasan-
alasan palsu.
Teknik Interview ini digunakan oleh penyidik atau pemeriksa
dalam rangka untuk dapat mengetahui keterlibatan tersangka dalam
pelanggaran-pelanggaran yang dicurigai dengan cara mendapatkan
pengakuan dari tersangka tindakan menanyakan seseorang
menggunakan cara menanyakan seseorang secara sopan dari proses
mengajukan pertanyaan kepada seseorang.
35 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
c. Interogasi
Interogasi adalah salah satu teknik memeriksa tersangka atau
saksi dalam rangka penyidikan tindak pidana dengan cara mengajukan
pertanyaan yang jawabannya pendek dan bersifat mempersempit fokus
pemeriksaan. Cara mengajukan pertanyaan kepada seseorang tentang
keterlibatannya dalam suatu pelanggaran dengan cara lebih keras. Kata-
kata "interview" dan "interogasi" di dalam modul ini berkaitan dengan
segala hal tentang tindakan menanyakan seseorang.
Harus diingat bahwa istilah "interogasi" dan interigator telah
berkembang menjadi cara yang berhubungan dengan paksaan dan
tekanan sehingga bisa jadi di pengadilan nanti seseorang akan menarik
kembali hasil interogasi atau interviewnya. Teknis pemeriksaannya dan
pelaksanaan pemeriksaan caranya sama dengan cara yang dilakukan
dalam interview. Perbedaannya hanya terletak pada cara memberikan
pertanyaan untuk interview dilakukan lebih halus atau lebih sopan unsur
pemaksaan tidak kelihatan, sedangkan interogasi cara memberikan
pertanyaan adalah kasar dan kelihatan unsur pemaksaannya.
Teknik Interogasi digunakan untuk menanyakan kepada tersangka
atau saksi yang memberikan jawaban atas pertanyaan penyidik ada hal-
hal yang tidak mau terungkap, atau ada yang dirahasiakan yang dapat
menghambat jalannya proses penyidikan.
d. Konfrontasi
Konfrontasi adalah segala hal yang berkaitan dengan kegiatan
dalam rangka penyidik atau pemeriksa melakukan pemeriksaan
tersangka dan saksi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada
seseorang, karena adanya hasil pemeriksaan yang terdapat
pertentangan/ketidak cocokan keterangan.
Terdapat pertentangan/ketidak cocokan keterangan ini dapat
terjadi karena jawaban/ keterangan, karena perbedaan tempat kejadian,
karena perbedaan waktu terjadinya tindak pidana, dan karena suatu
perbuatan pelanggaran hukum.
Perbedaan jawaban/keterangan dapat dilakukan konfrontasi
dilakukan pertemuan di tempat pemeriksaan yang disediakan oleh
36 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
pemeriksa/penyidik dengan cara memberikan pertanyaan langsung
kepada yang diperiksa. Perbedaan tempat kejadian dapat dilakukan
pemeriksaan dilapangan dengan cara digambar atau di buatkan flowchart
yang ditandatangani para pihak dan pemeriksa/penyidik.
Perbedaan waktu terjadinya tindak pidana dilakukan pemeriksaan
dilapangan dengan cara mencocokan situasi saat itu dengan waktu dan
kegiatan disekitar tempat kejadian yang berjalan secara rutin (misalnya
pada pukul 7.00 WIB di ruang tunggu keberangkatan Bandara Juanda,
terdapat kantin, kapan kantin tersebut buka setiap hari, lalu tanyakan
pada saat itu apakah kantin sudah buka dan melayani pembeli, apakah
melihat orang atau penjual saat itu, menggunakan baju warnah apakah
saat itu lalu dikroscek dilapangan, dan seterusnya).
Pemeriksaan konfrotasi dilakukan karena terdapat pertentangan/
ketidakcocokan keterangan, memberi pertanyaan yang jawabannya/
keterangannya diharapkan benar atau paling mendekati kebenaran, cara
memberikan pertanyaan langsung, tidak langsung, hasil konfrontasi
supaya dituangkan dalam Berita Acara Konfrontasi.
Teknik konfrontasi digunakan untuk memeriksa tersangka atau
saksi yang jawabannya terdapat hasil pemeriksaan yang
pertentangan/ketidakcocokan keterangan
e. Elisitasi
Suatu cara bertanya atau mengajukan pertanyaan yang
disampaikan kepada orang, tetapi orang yang ditanya tersebut tidak
merasa atau tidak menyadari bahwa dirinya sedang ditanya, hasil dari
teknis pemeriksaan ini didapat data atau keterangan yang benar dan
sejujurnya. Teknis pertanyaan dengan elisitasi ini dapat digunakan dalam
melakukan wawancara, interview, interogasi, konfrontasi, dan dalam
pelaksanaan penangkapan terhadap tersangka. Cara menggunakan
teknis elisitasi ini harus berhati-hati jangan sampai melemahkan hasil
pemeriksaan, jika ada Hakim atau Jaksa Penuntut Umum yang
berpendapat harus kebenaran materiel, maka alat bukti ini menjadi
lemah.
Contoh :
37 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Kegiatan penyidikan yang dilakukan oleh PPNS yang berasal dari
informasi atau pengembangan pemeriksaan tersangka dan saksi bahwa
tersangka menyimpan barang bukti yang datanya hanya tempat
tinggalnya, dan nama tersangka (misalnya, Sdr. Wisnu, penyidik belum
dapat mengetahui wajah identitas fisiknya). Penyidik melakukan tahapan
penyidikan sesuai ketentuan yang berlaku, penyidik, memasuki rumah
tinggal dengan melihat foto atau gambar yang terpasang di dinding.
Penyidik berkata kepada tuan rumah, “sekarang Sdr. WISNU rambutnya
gondrong”, secara spontan tuan rumah menjawab, bukan foto yang di
dinding itu tetapi foto yang di meja rias itu. Dari informasi ini penyidik
sedah mengetahui wajah atau identitas fisiknya.
Teknik pemeriksaan dengan menggunakan cara elisitasi ini dapat
diterapkan kepada tersangka dan saksi, yang diperkirakan tidak jujur,
atau yang tidak kooperatif dalam rangka pemeriksaan yang dilakukan
penyidik.
f. Pemeriksaan Menggunakan Cara Teori Tulang Ikan (Fish Bone)
Setelah dilakukan persiapan, tersangka atau saksi hadir
pelaksanaan pemeriksaan mulai dilakukan, yang harus diperhatikan
dalam melakukan pemeriksaan sebagai berikut.
− Pendekatan
Memudahkan atau melancarkan jalannya pemeriksaan, sebaiknya
diadakan pendekatan terlebih dahulu terhadap tersangka atau saksi,
untuk mengetahui sifat, watak, dan kecerdasannya.
− Penampilan Pemeriksa
Tampilkan diri sebagai orang yang berusaha menggali kebenaran
dalam rangka penegakan hukum.
Hindari penampilan yang menimbulkan kesan bahwa pemeriksa
akan melakukan pemaksaan atau tekanan
Berpakaian rapi dan sopan
Duduklah dengan sikap yang baik pada waktu berhadapan
dengan orang yang diperiksa.
Perlakukan orang yang diperiksa secara wajar dan pandanglah
mereka sebagai manusia dengan sifat dan harkat martabatnya
38 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
sebagai manusia.
− Penelitian identitas orang yang akan diperiksa
Teliti lebih dahulu identitas orang yang akan diperiksa agar tidak
terjadi kekeliruan tentang orang
Penelitian identitas dilakukan dengan mengecek tanda pengenal
yang bersangkutan (KTP, SIM, Paspor, atau tanda pengenal lain)
− Menanyakan keadaan kesehatan tersangka atau saksi atau saksi ahli,
dengan kesediaannya untuk diperiksa serta akan memberikan
keterangan yang benar.
− Pemeriksaan tersangka atau saksi atau saksi ahli pada prinsipnya
tidak dihadiri oleh orang yang tidak berkepentingan.
− Ajukan pertanyaan untuk menggali jawaban yang terformulasikan
dalam 7 KAH (Si A Di De Men Ba Bi).
− Tersangka atau saksi, agar diminta untuk mengenali kembali barang
bukti yang didapatkan, dan keterangannya agar dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan.
− Setiap keterangan tersangka atau saksi atau saksi ahli wajib ditulis
secara teliti dan lengkap dalam Berita Acara Pemeriksaan, sehingga
dapat memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang sedang diperiksa.
− Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan
tersangka antara lain sebagai berikut :
Sebelum memulai pemeriksaan wajib diberitahukan haknya untuk
mendapat bantuan hukum.
Tanyakan kepadanya apakah akan mengajukan saksi atau
seseorang yang memiliki keahlian khusus yang
menguntungannya. Bila ada, maka hal tersebut dicatat dalam
Berita Acara Pemeriksaan, dan PPNS wajib memanggil dan
memeriksa saksi tersebut.
Usahakan untuk mengetahui peranan tersangka dalam tindak
pidana yang bersangkutan.
Ingatkan kepada tersangka bila ia memberikan jawaban yang
berbelit-belit.
− Dalam hal, bila tidak diindahkan maka gunakan teknik-teknik sebagai
39 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
berikut:
Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat langsung kepada
pokok masalah (pertanyaan yang tertutup)
Ajukan pertanyaan sambil membangkitkan emosinya.
Ajukan pertanyaan untuk menguji kebenaran tersangka.
− Dalam hal tersangka mangkir, maka lakukan hal-hal sebagai berikut.
Perlihatkan fakta-fakta atau bukti yang ada.
Tunjukan kontradiksi dari setiap ketidakbenaran keterangan
tersebut.
Adakan konfrontasi.
− Pemeriksaan saksi.
Tanyakan apakah ada hubungan keluarga atau hubungan kerja
dengan tersangka
Saksi diperiksa tidak diambil sumpah, kecuali terdapat alasan
untuk menduga bahwa yang bersangkutan tidak dapat hadir
dalam pemeriksaan di sidang pengadilan.
Saksi diperiksa secara tersendiri, tetapi boleh dipertemukan satu
dengan yang lainnya, agar mereka memberikan keterangan yang
sebenarnya.
− Pemeriksaan Saksi Ahli
Permintaan pendapat saksi ahli dapat diajukan secara tertulis
atau memanggilnya dengan Surat Panggilan yang sah guna
didengar keterangannya.
Keterangan saksi ahli diberikan di atas sumpah atau janji
dihadapan PPNS, bahwa ia akan memberikan keterangan
menurut pengetahuannya dengan sebaik-baiknya, kecuali jika
harkat dan martabat pekerjaan atau jabatannya mewajibkannya
untuk menyimpan rahasia, maka dalam kondisi seperti itu saksi
ahli dapat menolak untuk memberikan keterangan.
Keterangan Saksi Ahli dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Saksi Ahli.
− Pada waktu melakukan pemeriksaan terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh petugas pemeriksa.
Hindarkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan
40 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
situasi perdebatan yang tidak perlu, maupun pembicaraan yang
bersifat emosional.
Hindarkan jangan sampai dipengaruhi oleh tersangka atau saksi.
Agar memperhatikan norma-norma kesopanan dan kesusilaan,
terutama bila orang yang diperiksa seorang wanita.
Bila tersangka atau saksi mengalami kesulitan dalam menjawab
pertanyaan, maka perlu dibantu atau dibimbing, sehingga dapat
diperoleh gambaran yang jelas tentang seseorang, keadaan, dan
jalannya tindak pidana secara lengkap, sistematis, dan berurutan.
Bila orang yang diperiksa memberikan keterangan yang tidak
benar, jangan dicela melainkan diingatkan agar memberi
keterangan yang benar.
Hendaknya dibangkitkan rasa simpatik dan dicegah jangan
sampai menimbulkan sikap yang bertentangan.
pertanyaan-pertanyaan harus singkat, padat, dan jelas sehingga
mudah dimengerti oleh tersangka atau saksi.
Jangan memberikan kesempatan kepada orang yang diperiksa
untuk memberikan jawaban yang bersifat khayalan atau
keterangan yang tidak benar.
Pasal-pasal dalam Undang-Undang Kepabeanan dan Cukai yang
seringkali disangkakan pada proses pemeriksaan walaupun tools dan
tekniknya bermacam-macam, meliputi :
Tindak Pidana Kepabeanan terdiri dari :
− Penyelundupan di bidang impor (Pasal 102);
− Penyelundupan di bidang ekspor (Pasal 102A);
− Penyelundupan yang mengakibatkan terganggunya sendi-sendi
perekonomian Negara (Pasal 102B);
− Penyelundupan yang dilakukan oleh pejabat dan aparat penegak
hukum (Pasal 102C);:
− Pemalsuan pemberitahuan pabean dan pemilikan barang impor
hasil penyelundupan (Pasal 103);
− Hacking di bidang kepabeanan (Pasal 103A);
41 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
− Mengangkut barang selundupan, pemusnahan catatan, penyediaan
blanko faktur perusahaan asing (Pasal 104);
− Perusakan segel (Pasal 105);
− Pelanggaran yang dilakukan PPJK (Pasal 107);
− Pidana oleh badan hukum (Pasal 108).
Tindak Pidana Cukai terdiri dari :
− Pengelakan pungutan cukai (Pasal 50);
− Pengeluaran BKC secara ilegal (Pasal 52);
− Penggunaan buku persediaan palsu (Pasal 53);
− Perdagangan BKC ilegal (Pasal 54);
− Pemalsuan Pita Cukai (Pasal 55a);
− Perdagangan Pita Cukai palsu (Pasal 55b);
− Perdagangan Pita Cukai bekas (Pasal 55c);,
− Perdagangan BKC hasil tindak pidana cukai (Pasal 56);
− Perusakan segel atau tanda pengaman (Pasal 57);
− Penyalahgunaan Pita Cukai (Pasal 58);,
− Hacking di bidang Cukai (Pasal 58A)
− Terhadap Badan Hukum (Pasal 61).
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi setiap
tahapan atau target yang sudah terkonstruksi pada benak pemeriksa pada
waktu diajukan pertanyaan kepada yang diperiksa menggunakan formulasi
dengan 7 (tujuh) pertanyaan yang dikenal 7 KAH atau disingkat si-a-di-de-
men-ba-bi atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan 5W 1H. Pertanyaan
yang diajukan kepada tersangka dan saksi untuk menggali jawaban yang
terformulasi kan dalam 7 KAH adalah siapakah, apakah, dimanakah,
dengan siapakah, mengapakah, bagaimanakah, bilamanakah.
Pertanyaan ini disusun sedemikian rupa sehingga bentuk kalimatnya
merupakan kalimat sempurna, yaitu minimal berbentuk pokok kalimat, anak
kalimat, dan keterangan, atau berupa subyek, obyek, dan keterangan. Cara
mengajukan pertanyaan sebagaimana tersebut diatas dikenal juga dengan
unsur 5 W dan 1 H, Pertanyaan dengan menggunakan 5W dan 1H atau
7kah diuraikan sebagai berikut :
42 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
− Apa Yang Terjadi ? (What ?) 1. Apakah ..... (A)2
− Kapan Terjadi ? (When ?) 2. Bilamana .... (Bi)7
− Dimana Terjadi ? (Where ?) 3. Dimanakah .... (Di)3
− Mengapa Terjadi ? (Why ?) 4. Mengapakah .... (Men)5
− Siapa yang Melakukan (Who?) 5. Siapakah .... (Si)1
− Bagaimana Terjadi ? (How ?) 6. Bagaimanakah .... (Ba)6
7. Dengan Siapakah .... (De)4
Pemeriksaan yang dilakukan dengan pertanyaan 7 KAH tidak akan
berhasil optimal hasil pemeriksaannnya tanpa dilakukan dengan cara
sistematis menggunakan cara teori tulang ikan (Fish Bones). Cara teori
tulang ikan ini dimaksudkan pertanyaan pemeriksa disampaikan kepada
yang diperiksa suatu topik atau target dari pertanyaan tersebut bila belum
didapat tetap dilanjutkan pertanyaan, jawaban pertanyaan hasilnya sedikit
tapi bermakna, pertanyaan dilanjutkan lagi dengan topik dari jawaban
pertanyaan yang hasilnya sedikit tersebut sampai dengan ditemukan
jawaban yang ada kaitannya dengan tindak pidana. Pertanyaan dilanjutkan
kepada topik lain yang caranya seperti tersebut diatas.Tahapan
pemeriksaan ini diulang terus sampai dengan pemeriksa telah menganggap
cukup hasil pemeriksaannya.
Contoh:
Modus operandi ada penumpang pesawat terbang SIA 243 membawa
barang dari Polonia-Medan tujuan Jerman melalui Singapore tanpa
pemberitahuan pabean kepada Petugas Bea danCukai di Bandara Polonia.
Jumlah barang tiga koper dengan berat barang tiga ratus kgs,jenis barang
emas batangan. (contoh ini hanya penggalan pertanyaan, untuk teknis
pemeriksaan menggunakan teori tulang ikan misalnya tulang a).
(1). Siapakah yang berangkat ke Singapore dengan pesawat GIA GA.235
pada hari ini Senin tanggal 30 Maret 2009 melalui Bandara Soekarno
Hatta? ……………………………………………………………………..
Jawab …………………………………………………………...............
Saya (tersangka) ………………………………………………
(2). Apakah Saudara ke Singapore tersebut membawa barang dagangan ?
Jawab …………………………………………………………………...
43 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Ya, saya membawa 3 (tiga) koper berisi 300 (tiga ratus) kgs emas
murni dalam bentuk batangan.…
(3). Dimanakah Saudara ,menurunkan 3 (tiga) koper berisi emas batangan
tersebut ? ………………………………………………………………..
Jawab ………………………………………………………………….
Koper saya turunkan diruang tunggu terminal 2 keberangkatan
Garuda Indonesia.…………………………………………….
(4). Dengan siapa sajakah Saudara berangkat menuju Singapore melalui
Bandara Soekarno–Hatta tanggal 30 Maret 2009 ? ……………………
Jawab …………………………………………………………………...
Saya berangkat sendiri.………………………………………….
(5). Mengapa Saudara membawa 3 (tiga) koper berisi 300 (tiga ratus) kgs
emas murni dalam bentuk batangan ke Singapore ? …………………
Jawab ..……………………………………………..………………...
Saya akan menjual 300 (tiga ratus) batang emas tersebut ke
pedagang emas yang ada di Singapore……………………….
(6). Bagaimanakah cara Saudara menurunkan 3 (tiga) koper berisi 300
(tiga ratus) kgs emas murni dalam bentuk batangan dari kendaraan,
membawa, dan mengangkat sampai masuk ke ruang tunggu
keberangkatan pesawat GIA dengan nomor penerbangan GA.325 ke
Singapore pada tanggal 30 Maret 2009 di Soekarno-Hatta? ……………
Jawab …………………………………………………………………...
3 (tiga) koper berisi 300 (tiga ratus) kgs emas murni dalam bentuk
batang saya turunkan sendiri dari mobil lalu saya panggil porter
bandara untuk membantu membawa barang tersebut masuk ke
ruang check–in ……………………………………….………….
(7). Bilamanakah 3 (tiga) koper berisi 300 (tiga ratus) kgs emas murni
dalam bentuk batangan yang Saudara bawa masuk ke dalam ruang
tunggu keberangkatan tersebut Saudara laporkan kepada petugas Bea
dan Cukai yang bertugas di di Bandara Soekarno-Hatta? ……...………
Jawab …………………………………………………………………...
Saya laporkan pada waktu saya diberi formulir isian saat berada di
dalam pesawat terbang yang berangkat menuju Singapore dengan
mengisi customs declaration.…………………………………...
44 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Dengan mempelajari contoh yang dibuat dengan
pertanyaan yang sederhana ini, inti dari hasil pemeriksaan pertama
berupa perbuatan melawan hukum tidak memberitahukan
pemberitahuan pabean kepada petugas Bea dan Cukai yang bertugas
di Bandara Soekarno-Hatta, kedua masih perlu diungkap bersama
siapa tersangka membawa/menurunkan barang seberat 300 kgs
sampai ke dalam terminal ruang tunggu keberangkatan pesawat dan
mengapa tidak dimasukan ke bagasi, ketiga masih perlu diungkap
berangkat menuju bandara menggunakan kendaraan apa, milik siapa,
bagaimana setelah barang diturunkan ke terminal lalu bagaimana
kendaraan dan emas batangan, apakah tidak takut hilang.
Terhadap pengembangan pemeriksaan yang masih perlu
diungkap butir kedua (dilakukan dari awal tulang ikan yang baru,
misalnya disebut tulang b) dan ketiga (dilakukan dari awal tulang ikan
yang baru, missal disebut tulang e)
45 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
4). Evaluasi
− Proses
Tahap inventarisasi
Tahap inventarisasi ini dilakukan dengan cara mencocokan hasil
pemeriksaan tersangka dan saksi dengan, administrasi penyidikan,
dalam hal sudah lengkap dan benar selanjutnya dilakukan seleksi isi
materi hasil infentarisasi tersebut.
Tahap Seleksi
Tahap seleksi ini dilakukan dengan cara dibaca hasil pemeriksaan
tersangka dan saksi, lebih baik dan sistematis bila dibacanya
dilakukan berdasarkan nama yang diperiksa dan membuat catatan
tentang keterkaitan, hubungan, dan posisi yang diperiksa, dalam hal
tidak ada hubungannya atau ada hubunganya tetapi alat bukti
dan/atau barang bukti kurang dari 3 (tiga), hasil pemeriksaan
tersebut tidak dipergunakan dalam pemberkasan, maupun tidak
sebagai dasar resume pemberkasan.
Tahap Pengkajian
Tahap kajian ini dilakukan dengan cara membaca catatan tentang
keterkaitan, hubungan, dan posisi yang diperiksa, dengan memilih
yang lebih banyak keterkaitannya yang dipergunakan dalam tindak
lanjut penyidikan dan pemberkasan. Cara ini digunakan untuk
menentukan saksi siapa yang akan menjadi saksi yang erat
kaitannya dengan tindak pidana, saksi ini dikenal dengan istilah
saksi primadona. Disamping menentukan saksi primadona cara ini
digunakan juga untuk mempersempit jumlah saksi yang diperiksa,
karena saksi bukan jumlah nya banyak tetapi saksi adalah sesuai
bukti yang cukup dan erat kaitannya dengan tindak pidana.
− Gambaran/Konstruksi Perbuatan Tindak Pidana
Bahwa benar tindak pidana telah terjadi
Siapa saksinya yang menguntungkan maupun yang merugikan
Peranan dari masing-masing tersangka yang terlibat
Barang/benda yang menjadi alat bukti
− Resume
Pemberkasan
46 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Penyerahan berkas perkara
Laporan untuk penghentian penyidikan
Tindak pidana lain diluar PPNS, misalnya benda cagar budaya
dikoordinasikan dengan instansi lain seperti Jaksa Penuntut Umum,
dan Polri
b. Latihan 2
1). Siapa saja yang dapat diperiksa ?
2). Ada berapa macam teknik pemeriksaan ? Sebut dan jelaskan ?
3). Apa persyaratan bagi seorang yang akan diperiksa ?
4). Sebutkan 3 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan ?
5). Sebutkan persyaratan untuk tempat pemeriksaan yang baik !
c. Rangkuman
1. Pemeriksaan untuk keperluan penyidikan dapat dilakukan terhadap
tersangka dan saksi atau saksi ahli. Dimana agar suatu pemeriksaan
dapat berjalan baik, maka perlu diperhatikan persyaratan yang berkaitan
dengan kualitas pemeriksa yang akan melakukan pemeriksaan,
persyaratan orang yang akan diperiksa, dan tempat untuk melakukan
pemeriksaan.
2. Terdapat 3 (tiga) teknik pemeriksaan yaitu interview, interogasi, dan
konfrontasi. Dan agar pemeriksaan dapat berjalan secara efektif maka
perlu diperhatikan langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan secara
lebih teliti.
d. Tes Formatif 2
1. Yang tidak termasuk tahapan dari suatu pemeriksaan adalah
a. Persiapan
b. Pemeriksaan
c. Rekonstruksi
d. Evaluasi
47 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
2. Syarat tempat pemeriksaan harus memenuhi syarat antara lainkecuali
a. Ditentukan oleh penyidik
b. Tenang
c. Memiliki tempat bagi penasehat hukum
d. Ditentukan oleh tersangka
3. Berikut ini adalah teknik pemeriksaan kecuali
a. Wawancara
b. Elisitasi
c. Eliminasi
d. Konfrontasi
4. Teknik pemeriksaan dengan cara bertanya atau mengajukan pertanyaan yang
disampaikan kepada orang, tetapi orang yang ditanya tidak merasa dan sadar
bahwa dirinya sedang ditanya yaitu:
a. Wawancara
b. Konfrontasi
c. Interview
d. Elisitasi
5. Dibawah ini yang bukan tipe pertanyaan dalam sebuah interogasi adalah
a. Pertanyaan yang dipersempit
b. Pertanyaan berganda
c. Pertanyaan hipotesis
d. Pertanyaan mengarahkan
6. Tujuan interview adalah
a. Mengetahui provable lies
b. Memberikan kesempatan tersangka membela diri
c. Jawaban a dan b salah
d. Jawaban a dan b benar
7. Syarat tersangka dan saksi yang akan diperiksa yaitu
48 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
a. Bebas dari rasa takut
b. Dipanggil dengan surat panggilan yang sah
c. Jawaban a dan b salah
d. Jawaban a dan b benar
8. Pemeriksaan wajib segera dihentikan menurut (pasal 109 (2) KUHAP) kecuali
a. Tersangka sakit
b. Tidak terdapat cukup bukti
c. Peristiwa bukan tindak pidana
d. Penuntutan tindak pidana kadaluarsa
9. Orang yang melakukan interview disebut
a. Interviewee
b. Interviewer
c. Interviewman
d. Interviewing
10. Yang bukan komponen utama dari sebuah interview yaitu
a. Pembukaan
b. Inti
c. Penutup
d. Kesimpulan
11.Pertanyaan yang memiliki keuntungan menyelidiki dan mengundang
penjelasan lebih lanjut yaitu:
a. Pertanyaan yang diperluas
b. Pertanyaan berganda
c. Pertanyaan hipotesis
d. Pertanyaan yang mengarahkan
12. Pertanyaan yang memiliki keuntungan memancing diskusi yaitu
a. Pertanyaan yang diperluas
b. Pertanyaan beerganda
c. Pertanyaan hipotesis
49 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
d. Pertanyaan yang mengarahkan
13.Teknik memeriksa tersangka atau saksi dalam rangka penyidikan dengan
cara mengajukan pertanyaan yang jawabannya pendek dan mempersempit
fokus pemeriksaan yaitu
a. Wawancara
b. Interogasi
c. Konfrontasi
d. Elisitasi
14.Yang tidak termasuk dalam teknik pendekatan dalam melakukan interogasi
yaitu
a. Pendekatan langsung
b. File dan catatan
c. Kegagalan
d. Interview bersama
15.Yang dimaksud rapid-fire dalam teknik pendekatan dalam melakukan
interogasi adalah
a. Pendekatan langsung
b. Kegagalan
c. Cepat
d. File dan catatan
50 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang
modul ini. Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus
untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah
dipelajari mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka
disarankan mengulangi materi.
51 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
PENUTUP
Semoga tulisan ini berguna dalam proses pembelajaran tentang Teknik
Pemeriksaan Tersangka dan Saksi. Tulisan ini sebagai langkah awal untuk
memahami dan menguasai teknik–teknik penyidikan yang kelak pasti berguna
di dunia kerja. Akhirnya penulis memohon maaf atas kesalahan dalam
penulisan tugas ini dan semoga dapat disempurnakan pada tugas yang akan
datang. Semoga bermanfaat. Amin.
52 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
TEST SUMATIF
1) Soal Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang paling benar dan tepat, dengan cara memberikan tanda
lingkaran pada huruf a, b, c, d untuk tiap nomor pada soal dibawa ini. Soal ini
bobot nilai nya jumlah 30% untuk tiga puluh soal yang dapat Saudara
kerjakan dan jawabnya benar.
(contoh: 1. a b d ).
1 Berikut ini adalah beberapa kemungkinan mengenai saat dimulainya
pemeriksaan adalah kecuali ...........
a. sesegera mungkin
b. setelah perintah penangkapan
c. setelah perintah penahanan, maksimum penahanan 2 X 24 jam
Pasal 122 KUHAP)
d. dimulainya pemeriksaan suatu tindak pidana diberitahukan kepada Jaksa
Penuntut Umum (Pasal 109 (1) KUHAP)
2 kegiatan / proses pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi wajib segera
dihentikan (Pasal 109 (2) KUHAP), dalam hal – hal berikut ini, kecuali ……….
a. Tersangka atau saksi melarikan diri
b. Tidak terdapat cukup bukti
c. Peristiwa tersebut bukan Tindak Pidana
d. Dihentikan demi hukum
3 Penghentian demi hukum, merupakan penghentian kegiatan pemeriksaan
terhadap tersangka aau saksi dalam hal
a. Tersangka sedang dalam keadaan sakit
b. Tersangka melarikan diri ke luar Negeri
c
53 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
c. Tindak pidana tersebut telah diputuskan dengan putusan hakim yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
d. Saksi atau tersangka hanya bersikap diam atau menyatakan tidak mau
diperiksa
4 Apabila seorang tersangka telah ditahan, maka terhadap tersangka tersebut
harus dilakukan pemeriksaan setelah
a. Waktu 4 X 24 jam setelah dilakukan penahanan
b. waktu 1 X 24 jam setelah surat perintah penahanan
c. waktu 2 X 24 jam setelah dilakukan penahanan
d. waktu 2 X 24 jam setelah surat perintah penahanan
5 Dalam tahap evaluasi terhadap suatu hasil pemeriksaan, maka urutan kegiatan
yang benar adalah
a. Tahap infentarisasi – tahap pengkajian – tahap pemberkasan
b. Tahap infentarisasi – tahap pemberkasan – tahap pengkajian
c. Tahap infentarisasi – tahap pengkajian – tahap seleksi
d. Tahap infentarisasi – tahap seleksi – tahap pengkajian
6 Dalam tahap/ kegiatan evaluasi terhadap hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, maka dilakukan pencocokan hasil pemeriksaan tersangka dan
saksi dengan, administrasi penyidikan, apakah sudah lengkap dan benar atau
belum. Kegiatan ini merupakan
a. Tahap seleksi
b. Tahap pemberkasan
c. Tahap infentarisasi
d. Tahap pengkajian
7 Salah satu teknik dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka atau
saksi adalah dengan wawancara. Tujuan dari kegiatan wawancara adalah
a. Untuk mengetahui posisi tersangka dalam suatu tindak pidana
b. Untuk mengetahu keterkaitan antara suatu kejadian dengan kejadian
yang lain yang masih dalam satu kasus
c. untuk dapat diketahuinya apakah terjadi atau tidaknya tindak pelanggaran
54 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
kepabeanan dan cukai,
d. untuk memastikan apakah saksi tersebut merupakan saksi primadona
8 Interview harus dilakukan dengan menilai karakter para tersangka agar
didapatkan pola hubungan yang paling baik, yaitu dengan dara sebagai
berikut, kecuali…….
a. tidak boleh terlalu keras atau terlalu bersahabat
b. Interviewer harus mendapatkan kepercayaan dari tersangka
c. tidak boleh mengelabuinya atau memberikan alasan-alasan palsu
d. dengan mengedepankan pada pertanyaan yang langsung menjurus pada
pokok permasalahan yang sedang terjadi
9 Para penyidik harus memiliki pengetahuan yang rinci tentang toleransi dan
batasan yang diperkenankan oleh hukum yang berlaku. Khususnya akan
terdapat pembatasan-pembatasan atau prosedur formal tertentu berkaitan
dengan hal-hal di bawah ini, kecuali .......
a. interview terhadap orang yang masih muda
b. kesejahteraan interviewee, termasuk makanan dan obat-obatan
c. interview terhadap kasus tindak pidana di bidang terorisme
d. hak bagi hadirnya seorang pengacara
10 Terdapat beberapa tipe pertanyaan yang dapat digunakan dalam sebuah
interogasi, tipe pertanyaan yang digunakan dalam kegiatan interogasi adalah
a. pertanyaan yang diperluas, pertanyaan untuk melakukan klarifikasi,
pertanyaan yang mengarahkan
b. pertanyaan yang diperluas, pertanyaan untuk melakukan klarifikasi,
pertanyaan yang menjebak tingkat kejujuran tersangka
c. pertanyaan yang diperluas, ,pertanyaan retoris, pertanyaan berganda
d. pertanyaan hipotesis, pertanyaan yang diperluas, pertanyaan yang
dipersempit
11 kerugian yang didapatkan apabila seorang penyidik mengguanakan tipe
pertanyaan hipotesis dalam sebuah interogasi adalah
a. Memakan waktu jika menginginkan fakta-fakta tertentu
b. Memberikan kemungkinan jawaban kepada interviewee
55 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
c. Tidak ada nilai hukumnya
d. Membingungkan, tidak pasti apakah pertanyaan telah terjawab
12 Dua orang penyidik memeriksa tersangka secara terpisah, penyidik tersebut
menunjukkan sifat yang sangat bertolak belakang dan tersangka biasanya
akan memberikan lebih banyak informasi kepada salah seorang penyidik.
Hal itu merupakan salah satu teknik pendekatan dalam melakukan interogasi
yang disebut dengan .......
a. "pendekatan langsung"
b. "kami tahu semuanya"
c. "kegagalan"
d. "teknik interview terpisah"
13 Penting bagi petugas penyidik untuk mengenali dan mengeksploitasi pesan
dan tanda dari interviewee yang didapat melalui sinyal-sinyal verbal dan non-
verbal. Tanda-tanda itu dapat digolongkan menjadi tiga kategori ......
a. Gejala fisik, Perilaku yang tidak biasa (displacement activity),Berbohong-
Pilihan kata-kata yang digunakan-
b. Gejala fisik, Perilaku yang tidak biasa (displacement activity), diam saat
ditanya oleh penyidik
c. Gejala fisik, Berbohong-Pilihan kata-kata yang digunakan, dim saat
ditanya oleh penyidik
d. Perilaku yang tidak biasa (displacement activity), diam saat ditanya oleh
penyidik, Berbohong-Pilihan kata-kata yang digunakan
14 Tanda – tanda bahwa tersangka telah berbohong pada saat menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh penyidik adalah, kecuali......
a. penekanan yang berlebihan
b. diam
c. menantang
d. mengelak
15 Kegiatan konfrontasi dilakukan dalam hal terdapat hasil pemeriksaan yang
terdapat pertentangan/ketidak cocokan keterangan. Terdapat pertentangan/
56 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
ketidak cocokan keterangan tersebut dapat terjadi karena hall berikut,
kecuali…..
a. perbedaan tempat kejadian
b. karena kesalahan metode yang digunakan oleh penyidik
c. perbedaan waktu terjadinya tindak pidana
d. karena suatu perbuatan pelanggaran hukum
16. Saksi Ahli adalah orang yang dapat memberi keterangan guna kepentingan…
a. penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang
ia ketahui berdasar keahlian khusus yang dimiliki
b. Penyidikan dan penyelidikan tentang suatu perkara pidana yang ia
ketahui berdasar keahlian khusus yang dimiliki
c. Penyelidikan dan penindakan di bidang Kepabeanan dan Cukai berdasar
keahlian khusus yang dimiliki.
d. Penyidikan dan penuntutan suatu perkara pidana yang ia ketahui
berdasar keahlian khusus yang dimiliki
17. Suatu cara bertanya atau mengajukan pertanyaan yang disampaikan kepada
orang, tetapi orang yang ditanya tersebut tidak merasa atau tidak menyadari
bahwa dirinya sedang ditanya…
a. Interogasi
b. Elisitasi
c. Konfrontasi
d. Konfirmasi
18.Sesuai bunyi pasal 3 Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1996 tentang
Penyidikan di bidang Kepabeanan dan Cukai maka barang siapa ( selain
PPNS DJBC ) yang menyaksikan atau yang menerima laporan tindak pidana
di bidang kepabeanan dan Cukai wajib melaporkan kepada
a. Semua anggota POLRI
b. Pejabat Bea dan Cukai
c. PPNS DJBC
d. Penuntut Umum
57 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
19.Bukti permulaan yang cukup adalah bukti yang berupa keterangan dan data
yang terkandung didalam
a. 2 (dua) diantara laporan kejadian, hasil analisis intelijen, dan barang bukti
b. 1 ( satu ) diantara laporan kejadian, keterangan saksi termasuk saksi ahli,
dan barang bukti
c. 2 (dua) diantara laporan kejadian, keterangan saksi termasuk saksi ahli,
dan barang bukti
d. 2 (dua) diantara laporan kejadian, pengakuan tersangka dan barang bukti
20.Kewajiban yang harus dilakukan oleh Penyidik kepada Penuntut Umum
mengenai proses penyidikan yang dilakukan adalah
a. memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikan
b. memberitahukan dimulainya penyidikan dan penghentian penyidikan
c. memberitahukan dimulainya penyidikan dan penghentian penyidikan
serta menyampaikan tembusan kepada penyidik POLRI
d. memberitahukan dimulainya penyidikan, menyampaikan hasil penyidikan
dan memberitahukan penghentian penyidikan
21.Penyidik Pegawai Negeri Sipil DJBC memberitahukan dimulainya penyidikan
atas suatu tindak pidana di bidang Kepabeanan dan cukai kepada
a. Atasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
b. Kepala Kantor Bea dan Cukai di mana Penyidik Pegawai Negeri Sipil
tersebut bertugas
c. Penuntut Umum
d. Penyidik POLRI
22.salah satu teknik memeriksa tersangka atau saksi dalam rangka penyidikan
tindak pidana dengan cara mengajukan pertanyaan yang jawabannya pendek
dan bersifat mempersempit fokus pemeriksaan disebut…
a. Interogasi
b. Wawancara
c. Konfrontasi
d. Elisitasi
58 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
23.Tahapan evaluasi yang dilakukan dengan cara membaca catatan tentang
keterkaitan, hubungan, dan posisi yang diperiksa, dengan memilih yang lebih
banyak keterkaitannya yang dipergunakan dalam tindak lanjut penyidikan dan
pemberkasan yang nantinya digunakan untuk menentukan saksi siapa yang
akan menjadi saksi yang erat kaitannya dengan tindak pidana disebut
tahapan….
a. Infentarisasi
b. Seleksi
c. Pengkajian
d. Semua salah
24.Sarana utama yang perlu dipersiapkan dalam melakukan pemeriksaan antara
lain, kecuali..
a. alat-alat tulis
b. meja dan kursi
c. tape recorder
d. konsumsi
25.Tahap infentarisasi-tahap seleksi-tahap pengkajian merupakan suatu tahapan
dari ....
a. tahap evaluasi
b. tahap pemeriksaan
c. tahap persiapan
d. tahap penutup
2) Soal Pilihan Benar dan Salah
Pilihlah jawaban yang menurut Saudara adalah yang paling benar dan tepat,
dengan cara memberikan tanda lingkaran pada huruf B (bila jawaban yang
dipilih adalah yang benar), dan S (bila jawaban yang dipilih adalah yang
Salah) untuk tiap nomor pada soal dibawa ini:
(contoh: 1. B, )
S
59 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
1.
2
3.
4
5
6
7.
8
.
B
B
B
B
B
B
B
B
-
-
-
-
-
-
-
-
S
S
S
S
S
S
S
S
Dalam keadaan perlu dan mendesak, penggeledahan
terhadap rumah dapat dilakukan tanpa surat Izin
Penggeledahan dari Ketua Pengadilan setempat.
Setelah dilakukan penggeledahan maksimal 2 hari setelah
penggeledahan harus dibuat Berita Acara.
Penggeledahan Rumah diluar Wilayah Penyidik, tidak harus
diketahui oleh Ketua Pengadilan Negeri setempat dan
didampingi Penyidik setempat.
Berita Acara Penggeledahan dan turunannya tidak harus
disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah / tempat
yang bersangkutan.
Benda yang dapat disita meliputi Benda atau tagihan
tersangka/terdakwa yang seluruhnya atau sebagian diduga
diperoleh/sebagai hasil tindak pidana.
Benda yang dapat disita meliputi Benda yang dipergunakan
tidak secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau
untuk mempersiapkannya.
Kita meminta dengan baik orang yang bersangkutan untuk
ikut dengan kita untuk diadakan pemeriksaan badan.
Pemeriksaan dilakukan minimal oleh satu orang, tidak di
tempat umum demi menjaga nama baik orang yang
bersangkutan.
Pelaksanaan Pemeriksaan Badan di tempat tertutup, yaitu
tempat yang dapat dikunci dari dalam dan tidak bisa dilihat
dari luar serta memungkinkan kita untuk melakukan
penggeledahan.
60 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
9
10
B
B
-
-
S
S
Dalam hal orang tersebut tidak mau/tidak bekerjasama maka
kita serahkan ke Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea
dan Cukai pada Kantor Wilayah yang mengawasi Kantor Bea
dan Cukai tempat saya bertugas.
Untuk penyidikan lebih lanjut, apabila hasilnya tidak terdapat
barang bukti/ pelanggaran maka orang yang bersangkutan
dipersilahkan melanjutkan perjalanan.
61 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
KUNCI JAWABAN
(Tes formatif dan Tes sumatif)
1. Kunci Jawaban Untuk Soal Pilihan Ganda Tes Formatif 1
1.b 2.c 3.c 4.c 5.c 6.a 7.d 8.c 9.a 10.b
11.c 12.d 13.b 14.c 15.b
2. Kunci Jawaban Untuk Soal Pilihan Ganda Tes Formatif 2
1.c 2.d 3.c 4.d 5.a 6.d 7.d 8.a 9.b 10.c
11.a 12.c 13.b 14.d 15.c
3. Kunci Jawaban Untuk Soal Pilihan Ganda Tes sumatif
1.c 2.a 3.c 4.b 5.d 6.c 7.d 8.d 9.c 10.a
11.c 12.d 13.a 14.b 15.b 16.a 17.b 18.c 19.c 20.a
21.c 22.a 23.c 24.d 25.
4. Kunci Jawaban Untuk Soal Pilihan Benar dan Salah
1.B 2. B 3. S 4. S 5. B 6. S 7. S 8. B 9. S 10. B
62 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3613).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3613).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 1996 tanggal 23
Agustus 1996 Tentang Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Kepabeanan dan Cukai (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3651).
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 92/KMK.05/1997
tanggal tentang Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Kepabeanan Dan Cukai.
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M. 01. PW. 07. 03
Tahun 1982 Tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP.
63 DTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANDTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTANJUTAN
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M. 01. PW. 07 .03 Tahun 1982 Tentang Pendoman Pelaksanaan KUHAP.
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M. 14. PW.
07. 03 Tahun 1983 tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP.
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.04. PW. 07.03
Tahun 1984 Tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan Republik
Indonesia Nomor Kep–57/BC/1997 Tentang Proses Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Kepabeanan dan Cukai.
Prodjodikoro, Wiryono, 1989. Asas–Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung
: PT Eresco, Kansil, C.S.T. 1993. Pengantar Hukum Indonesia. Jilid II, , Jakarta : PT. Balai
Pustaka. Bahan Ajar Untuk PPNS DJBC, Pusdiklat Reserse Polri Megamendung
Angkatan I PPNS DJBC Tahun 1989 .