81
Job Sheet MODUL PRAKTIKUM Akademi Keperawatan Harum Jakarta Akademi Keperawatan Harum Jakarta 296 TUJUAN Job Sheet: 06 ELIMINASI FEKAL DAN BAK PENGANTAR Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminisi terbagi dalam dua bagian utama yaitu: Eliminasi Pekal (buang air besar) dan Eliminasi Urine (buang air kecil). Setelah mempelajari modul ini peserta didik dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan kebutuhan eliminasi BAB dan BAK. Modul ini akan memberikan wawasan pada peserta didik tentang konsep kebutuhan eliminasi BAB dab BAK dan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan kebutuhan eliminasi BAB dan BAK serta mampu meningkatkan keterampilan dalam membantu klien dengan ganguan eliminasi. TUJUAN

Modul Pemeriksaan Fisik VI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

TUJUAN

J ob S he et : 0 6

ELIMINASI FEKAL DAN BAK

PENGANTAR

Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan

berperan penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia.

Eliminisi terbagi dalam dua bagian utama yaitu: Eliminasi Pekal (buang

air besar) dan Eliminasi Urine (buang air kecil).

Setelah mempelajari modul ini peserta didik dapat memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan masalah gangguan kebutuhan

eliminasi BAB dan BAK.

Modul ini akan memberikan wawasan pada peserta didik tentang

konsep kebutuhan eliminasi BAB dab BAK dan asuhan keperawatan

pada klien dengan masalah gangguan kebutuhan eliminasi BAB dan

BAK serta mampu meningkatkan keterampilan dalam membantu klien

dengan ganguan eliminasi.

TUJUAN

Page 2: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Memberikan gambaran tentang tindakan enema , BAB, dan kolostomy

sesuai dengan tujuan dan tata prosedur pelaksanaan.

BAHAN BACAAN

Eliminasi produk pencernaan yang teratur merupakan aspek yang

penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat

menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya,

karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor

pola dan kebiasaan eliminasi berfariasi diantara individu namun telah

terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar dan

karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya

insiden kanker kolesterol (Robinson dan Weigley,1989).

Untuk menangani masalah eliminasi perawat harus memahami

eliminasi normal dan faktor-faktor yang meningkatkan atau

menghambat eliminasi. Asuhan kaperawatan yang mendukung akan

menghormati privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan yang

dirancang untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus

meminimalkan rasa ketidaknyamanan.

Page 3: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Eliminasi adalah Proses pengeluaran sisi pembakaran melalui paru2,

ginjal, kulit dan ampas – ampas makanan melalui anus. Tujuannya

agar tubuh tidak terganggu dari keracunan oleh zat-zat & ampas

makanan yg tidak diperlukan oleh tubuh.

Anatomi Fisiologi colon

Colon:

1. Merupakan pipa lumen muskuler yang dilapisi membran mukosa.

2. Serat ototnya sekuler & longitudinal sehingga memungkinkan terjadi

kontraksi

3. Bentuknya berliku-liku/lekuk-lekuk karena otot longitudinal lebih

pendek dari panjang colon

Makanan yang sudah melewati usus halus : chyme akan sampai

direktum empat hari setelah ditelan. Jumlah chyme yg direabsorbsi ±

350 ml

Panjang colon

Orang dewasa ± 125 – 150 cm

Panjang rektum bervariasi sesuai dengan usia :

1. Bayi 2,5 – 3,8 cm

2. Todler 4 cm

3. Anak usia sekolah 10 cm

Page 4: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

4. Dewasa 10 - 15 CM

5. Makanan yg sudah melewati usus halus : chyme akan sampai

direktum empat hari setelah ditelan

6. Jumlah chyme yg direabsorbsi ± 350 ml

Fungsi colon

1. Absorbsi air dan nutrient

2. Proteksi / perlindungan dengan mensekresikan mukus yang akan

melindungi dinding usus dari trauma oleh faeces & aktifitas bakteri

3. Mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan cara

berkontraksi.

Gerak colon

a. Haustral shuffling : yaitu gerakan mencampur chyme untuk

membantu absorbsi air

b. Kontraksi haustral yaitu : gerakan untuk mendorong materi cairan

dan semi padat sepanjang colon.

c. Peristaltik yaitu gerakan berupa gelombang merupakan gerakan

maju menuju anus.

Page 5: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Eliminasi Alvi ( BAB )

Sistem yang berperan dalam eliminasi Alvi (BAB)

Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi

adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan

usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejenum, dan ileum

dengan panjang kurang lebih 6 m dengan diameter 2,5 cm.

Serta berfungsi absorbsi elektrolit Na+,CL,K+,mg,HCO3 dan

kalsium. Usus besar di mulai dari rektum, kolon hingga anus yang

memiliki panjang kurang lebih 1,5m atau 50-60 inci dengan diameter

6 cm.

Pada batas di antara usus besar dan ujung usus halus terdapat

katup ilcocaccal. Katup ini biasanya mencegah zat yang masuk ke

usus besar sebelum waktunya dan mencegah produk buangan

untuk kembali ke usus halus. Produk buangan yang memasuki usus

besar isinya berupa cairan. Setiap hari saluran anus menyerap

sekitar 800-1000 ml cairan. Penyerapan inilah yang menyebabkan

feses mempunyai bentuk dan setengah padat, feses ini lunak dan

cair. Kalau feses terlalu lama dalam usus besar, maka terlalu

banyak air yang di serap sehingga feses menjadi kering dan keras.

Page 6: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Kolon sigmoid mengandung feses yang sudah siap di buang dan di

teruskan kedalam rectum dalam rektum terdapat 3 lapisan jaringan

tranversal segitiga lapisan tersebut merupakan rektum menahan

feses untuk sementara dan setiap lipatan lapisan tersebut

mempunyai arteri dan vena.

Makanan yang di terima oleh usus halus dan lambung dalam bentuk

setengah padat atau dikenal dengan nama chyme, baik berupa air,

nutirien, maupun elektrolit kemudian akan diabsorsi. Usus

mensekresi mukus, kalium, bikarbonat dan enzim secara umum,

kolon sebagai tempat absorbsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi.

Proses perjalanan makanan dari mulut hingga sampai rektum

membutuhkan waktu selama 12 jam.

Proses perjalanan makanan khusus pada daerah kolon memiliki

beberapa gerakan diantaranya haustral suffing atau dikenal sebagai

garakan mencampur zat makanan dalam bentuk padat untuk

mengabsorpsi air kemudian diikuti dengan kontraksi haustral atau

gerakan mendorong zat makanan atau air pada daerah kolon dan

terakhir terjadi gerakan peristaltik yaitu gerakan maju ke anus.

Page 7: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Fisiologi Proses Buang Air Besar (DEFEKASI)

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut

buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk

defekasi yang terletak dimedula dan sumsum tulang belakang.

Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam

akan mengendor dan usus besar menguncup. Reflek defekesi

dirangsang untuk buang air besar, kemudian sfingter anus bagian

luar yang diawali oleh syaraf parasimpatis setiap waktu menguncup

atau mengendor selama defekasi berbagai otot lain membantu

proses itu seperti otot dinding perut, diafragma dan otot-otot dasar

pelvis.

Secara umum, terdapat 2 macam reflek yang membantu proses

defekasi yaitu, pertama, reflek defekasi interinsik yang mulai dari zat

sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi,

kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan

akhirnya feses sampai di anus.

Lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses

defekasi. Kedua, reflek defekasi parasimpatis adanya feses dalam

rektum yang merangsang saraf rectum ke spinal cord dan

merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke

rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi

sfingter interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna

berelaksasi.

Page 8: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

1. Reflek Defikasi Intrinsik

Feces masuk rektum Distensi Rektum Rangsangan Pleksus

Mesentrikus Terjadi peristaltik di Colon Acenden, Sigmoid,

Rektum Feces terdorong ke anus Spinter internal membuka,

spinter external relaksasi

2. Reflek Defekasi Parasimpatis

Feces Masuk Rektum Rangsangan Saraf rektum Dibawa ke

Spinal cord Kembali ke Colon Decenden, Sigmoid & rectum

Intensifkan Peristaltik, Relaksasi Sfingter Intrinsik, Intensifkan

Reflek Intrinsik Defikasi BAB Kontraksi Otot Abdominal

Tekanan Intra Abdominal Otot Levator Ani Kontraksi

Menggerakan Feces untuk milli kanal anal Defekasi Flkesi

otot femur : Tekanan abdominal Posisi jongkok : Tekanan pada

rectum

Pola Defikasi

1. Pola defikasi bersifat sangat individual, bervariasi mulai dari

beberapa kali sehari hingga 2- 3 kali perminggu.

2. Tergantung latihan dan kesesuaian seseorang. Jumlah feses

tergantung makanan yang dimakan, normal mengandung 75

persen air dan 25 persen materi padat konsistensi lunak dan

berbentuk.

Page 9: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

3. Berwarna coklat karena mengandung strekobilin dan urobilin

yang berasal dari bill dan faktor lain yg mempengaruhi warna

feces adalah bakteri

Faktor- faktor yg mempengaruhi proses defekasi

1. Diet

Diet Bulk (selulosa, serat) yang cukup diperlukan untuk memberikan

volume pada feces. Orang yang makan pada waktu yang sama

memilki respon fisiologis yang teratur terhadap peristaltik.

Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi

proses defekasi makanan yang memiliki kandungan serat tinggi

dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang di

konsumsi pun dapat mempengaruhinya.

2. Asupan Cairan

Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi

menjadi keras oleh karena proses absorbsi yang kurang sehingga

dapat mempengaruhi kesulitan proses defekasi.

Cairan Eliminasi alvi yang sehat memerlukan asupan cairan 2000 –

3000 ml.

Page 10: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

3. Aktivitas

Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui

aktivitas tonus otot, abdomen, pelvis dan diafragma dapat

membantu kelancaran proses defekasi, sehingga proses gerakan

peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik dan

memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.

Aktivitas akan menstimulasi peristaltik sehingga akan memfasilitasi

pergerakan kimus disepanjang kolon.

4. Faktor Psikologis

5. Pengobatan

Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi seperti

penggunaan obat-obatan laksatif atau antasida yang terlalu kering.

6. Anestesi dan pembedahan (anestesi umum)

7. Kondisi Patologis

Cedera medula spinalis dan kepala dapat menurunkan stimulasi

defikasi

8. Posisi

Page 11: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

9. Usia

Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan

mengontrol proses defekasi yang berbeda pada bayi belum memiliki

kemampuan mengotrol secara penuh dalam buang air besar,

sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol

secara penuh, kemudian pada usia lanjut proses pengontrolan

tersebut mengalami penurunan.

10. Gaya hidup

Gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat

dilihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan

melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet maka

ketika seseorang tersebut buang air besar di tempat yang terbuka

atau tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulitan dalam

proses defekasi.

11. Penyakit

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi biasanya

penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem

pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.

12. Nyeri

Adanya nyeri dapat mempengarihi kemampuan/keinginan untuk

berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid dan episiotomy.

Page 12: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

13. Kerusakan motorik dan sensorik

Kerusakan pada sistem sensoris dan motorik dapat mempengaruhi

proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan

stimulasi sensoris dalam berdefekasi hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan

saraf lainnya.

No Keadaan Normal Abnormal Penyebab

1. Warna Bayi : Kuning Putih, hitam /

tar, atau

merah

Kurangnya kadar

empedu, perdarahan

saluran cerna bagian

atas, atau perdarahan

saluran cerna bagian

bawah.

Dewasa: coklat Pucat

berlemak

Malabsorpsi lemak.

2. Bau Khas fases dan

dipengaruhi oleh

makanan

Amis dan

perubahan

bau

Darah dan infeksi.

3. Konsistensi Lunak dan

berbentuk.

Cair Diare dan absorpsi

kurang.

4. Bentuk Sesuai diameter

rectum

Kecil,

bentuknya

seperti

Obstruksi dan peristaltik

yang cepat.

Page 13: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

pensil.

5. Konstituen Makanan yang

tidak dicerna,

bakteri yang

mati, lemak,

pigmen empedu,

mukosa usus,

air.

Darah, pus,

benda asing,

mukus, atau

cacing.

Internal bleeding, infeksi,

tertelan benda, iritasi,

atau inflamasi.

Meningkatkan kebiasaan defekasi secara rutin

Salah satu kebiasaan paling penting yang dapat perawat ajarkan

tentang kebiasaan defekasi ialah menetapkan waktu untuk melakukan

defekasi untuk memiliki kebiasaan defekasi yang teratur, seorang klien

harus mengetahui kapan keinginan untuk defekasi muncul secara

normal. Perawat menganjurkan klien untuk mulai menerapkan waktu

defekasi yang paling memungkinkan dalam sehari yang akan dijadikan

sebagai rutinitas, biasanya satu jam setelah makan, apabila klien harus

menjalani tirah baring atau membutuhkan bantuan dalam berjalan

perawat harus menawarkan sebuah pispot atau membantu klien

mencapai kamar mandi.

Meningkatkan defekasi normal

Untuk membantu klien berdefekasi secara normal dan tanpa rasa tidak

nyaman, sejumlah intervensi dapat menstimulasi refleks defekasi

mempengaruhi karakter feses atau meningkatkan peristaltik.

Page 14: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Posisi jongkok, perawat mungkin perlu membantu klien yang memiliki

kesulitan untuk mengambil posisi jongkok akibat kelemahan otot atau

masalah-masalah mobilitas. Toilet umum biasanya terlalu rendah untuk

mengambil posisi jongkok akibat menderita penyakit sendi atau

penyakit yang menyebabkan kehilangan masa otot. Klien dapat

membeli tempat duduk toilet yang dapat ditinggikan untuk digunakan di

rumah. Dengan tempat duduk seperti ini, klien tidak perlu melakukan

banyak upaya untuk berdiri atau duduk.

Mengatur posisi di atas pispot, klien yang menjalani tirah baring harus

menggunakan pispot untuk defekasi. Wanita menggunakan pispot

sebagai tempat untuk mengeluarkan urine dan feses, sementara pria

menggunakan pispot dapat sangat tidak nyaman. Perawat harus

membantu klien mengambil posisi yang nyaman.

Saat mengatur posisi klien penting mencegah agar otot tidak tegang

sehingga tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Klien tidak pernah

boleh dibiarkan duduk diatas pispot dan membiarkan tempat tidurnya

dalam posisi datar, kecuali jika restriksi aktivitas membuat tempat

tidurnya harus dalam posisi datar, apabila tempat tidur datar panggul

akan berada dalam posisi hiperekstensi. Saat membantu klien keatas

pispot, mungkin tempat tidur memang harus datar. Setelah klien berada

diatas pispot, perawat meninggikan kepala tempat tidur dengan sudut

30 derajat. Meninggikan klien dengan dengan sudut 90 derajat akan

membuat sulit pengaturan posisi.

Page 15: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Dalam posisi duduk, klien harus mengangkat tubuhnya dengan

menggunakan kekuatan lengannya sementara perawat meletakkan

pispot. Kebanyakan klien terlalu lemah untuk melakukan hal tersebut.

Klien yang baru menjalani bedah abdomen, takut kalau jahitannya

terkoyak akibat regangan yang mereka lakukan. Terlebih lagi, perawat

membuat klien beresiko mengalami cidera dengan berupaya

mengangkat klien keatas pispot.

Masalah-masalah Umum Pada Bowel Eliminasi

1. Konstipasi

Merupakan keadan individu yang mengalami atau resiko tinggi statis

untuk besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau

keras; keluarnya tinja terlalu kering dan keras. Terjadi ketika

pergerakan chyme dalam usus lambat, penyerapan cairan yg ber

kurang.

Tanda klinis :

a. Adanya feses yang keras

b. Defekasi yang kurang dari 3 kali seminggu

c. Menurunnya bising usus

d. Adanya keluhan dari rectum

Page 16: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

e. Nyeri saat mengejan dan defikasi

f. Adanya perasaan masih ada sisa feses

Kemungkinan penyebab :

a. Tidak teratur BAB/ pola BAB

b. Penggunaan laxatif

c. Psikologis stress :

1. Menghambat peristaltik

2. Kram abdominal

d. Diit yang tepat (rendah serat)

e. Meditasi/ pengobatan

f. Kurang exercise

g. Usia

h. Defek persarafan: kelemahan pelvis, imobilitas karena

cedera serebrospinalis, CVA,

i. Nyeri saat defekasi karena hemeroid

2. Fecal Impaction

Adalah masa feces yang keras, disebabkan oleh tertahannya feces

yang terlalu lama di colon.

Merupakan masa feses keras di lipatan rektum yang di akibatkan

oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan

penyebab konstipasi asupan kurang aktivitas kurang, diet rendah

serat, kelemahan tonus otot.

Page 17: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Penyebab :

1. Barium untuk rongent

2. Masuk cairan yang kurang

3. Diet

4. Kelemahan tonus otot

3. Diare

Adalah Pengeluaran feces dalam bentuk cair dan jumlah yang

meningkat

Merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering

mengalami pengeluaran feses dengan bentuk cair. Diare di sertai

kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.

Tanda klinis

a. Adanya pengeluaran feses cair

b. Frekuensi lebih dari 3 kali

c. Nyeri/kram abdomen

d. Bising usus meningkat

Page 18: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Kemungkinan penyebab

a. Mengabsorbsi atau inflamansi proses infeksi

b. Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme

c. Efek tindakan pembedahan usus

d. Efek penggunaan obat (antibiotika)

e. Stres psikologis

f. Kecemasan

g. Alergi makanan / cairan

h. Penyakit mal absorption

4. Flatulece

Adalah Pengeluaran gas dari traktus gastrointestinal

Penyebab :

- Aktivitas bakteri

- Udara yang ditelan

- Gas yang masuk dari aliran darah (usus)

N: 0,6 ltr gas diabsorpsi menuju kapiler usus

Page 19: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

5. Inkontinensia Alvi

Adalah Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran

feces dan gas melalui spingter ani akibat kerusakan fungsi sfingter

atau persyarafan di daerah anus. Feces mengandung sejumlah

enzim pencernaan dan bersifat asam sehingga dapat mengiritasi.

Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan

dari proses defekasi normal mengalami proses pengeluaran feses

tidak di sadari; yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk

mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter sehingga

mengakibatkan kerusakan pada sfingter.

Kemungkinan penyebab

a. Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembedahan,dll

b. Disfensi rektum berlebihan

c. Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis,dll

d. Kerusakan kognitif

e. Penyekit neuromuskuler

f. Trauma spinal cord

g. Tumor spfingter anus sxterna

Page 20: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Tanda dan gejala :

- Penguaran feses yang tidak di kehendaki

- Feces bersifat iritan

- Iritasi sekitar anus atau bokong

6. Kembung

Merupakan penuh udara dalam perut karena pengumpulan secara

berlebihan dalam lambung atau usus.

Flatus adalah udara yang berlebihan karena terlalu banyaknya

udara dalam intestinal

Penyebab :

- Konstipasi

- Penggunaan obat- obat barbiturat (anxietas, penurunan aktifitas

intestinal)

- Konsumsi makan yg menghasilkan gas

- Efek anestesi

7. Hemorroid

Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus

sebagai akibat peningkatan tekanan daerah anus yang dapat di

sebabkan karena kontipasi perenggangan saat defekasi.

Page 21: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

HUKNAH

Konsep Dasar Enema

Secara umum Enema atau huknah adalah tindakan yang digunakan

untuk memasukkan suatu larutan atau cairan kedalam rectum dan

colon sigmoid. Enema atau huknah diberikan tujuannya adalah untuk

meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltik dan juga

sebagai alat transportasi obat-obatan yang menimbulkan efek lokal

pada mukosa rectum. (Perry,Potter.2005:1768).

Huknah/ Enema adalah memasukkan suatu larutan ke dalam rectum

dan kolon sigmoid. Alasan utama enema ialah untuk meningkatkan

defekasi dengan menstimulasi peristaltik. Volume cairan, yang

dimasukkan, memecah masa feses, merenggangkan dinding rectum,

dan mengawali reflek defekasi. Enema juga diberikan sebagai alat

transportasi obat-obatan yang menimbulkan efek lokal pada mukosa

rektum.

Enema paling sering digunakan untuk menghilangkan konstipasi untuk

sementara. Indikasi lain antara lain : membuang feses yang mengalami

impaksi, mengosongkan usus sebelum menjalani pemeriksaan

diagnostik, pembedahan atau melahirkan, dan memulai program bowel

training.

Page 22: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Macam dan Tujuan Enema atau huknah

Enema dapat diklasifikasikan kedalam 4 golongan menurut cara

kerjanya diantaranya :

1. Cleansing (membersihkan)

2. Carminative (untuk mengobati flatulence)

3. Retensi (menahan)

4. Mengembalikan aliran.

1. Cleansing Enema

Merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan rektum dan

atau dengan meregangkan intestinal dengan memasuki volume

cairan. Enema Pembersih sebelum dilakukan tindakan operasi atau

pemeriksaan diagnostik - menstimulasi peristaltik dan mendistensi

usus dengan cairan yang dimasukkan

Ada 2 cleansing enema yaitu :

a. Huknah rendah (LOW ENEMA)

Adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan

hangat ke dalam kolon dessendens melalui anus dengan

menggunakan kanula rektal. Kanul masuk 10-15 cm ke dalam

rektal dengan ketinggian irigator 50 cm dengan posisi sims kiri.

Page 23: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Low enema (huknah rendah) diberikan hanya untuk membersihkan

rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500ml larutan diberikan pada

orang dewasa, klien dipertahankan pada posisi sims / miring kekiri

selama pemberian.

Tujuan huknah rendah diberikan adalah :

1. Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi,

colonoscopy

2. Merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air

besar karena kesulitan untuk defekasi (obstipasi konstipasi)

3. Tindakan pengobatan/pemeriksaan diagnostik

4. Memberi rasa nyaman

Indikasi :

1. Pasien yang obstipasi

2. Pasien yang akan di operasi

3. Persiapan tindakan diagnostika misalnya (Pemeriksaan radiologi)

4. Pasien dengan melena (tinja yang hitam akibat pendarahan

gastrointestinal)

Page 24: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

b. Huknah tinggi

Adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan

hangat ke dalam kolon assendens melalui anus dengan

menggunakan kanula rekti. Kanul masuk 15-20 cm ke dalam rektal

dengan ketinggian irigator 30 cm dengan posisi sims kanan.

High enema (huknah tinggi) diberikan untuk membersihkan kolon

sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 750-1000ml larutan

untuk orang dewasa, dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri

ke posisi dorsal recumbent dan kemudian ke posisi lateral kanan

selama pemberian ini cairan dapat turun ke usus besar. Cairan

diberikan pada tekanan yang tinggi dari pada low enema. Oleh

karena itu, wadah dari larutan digantung lebih tinggi. Cleansing

enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5-10 menit.

Tujuan huknah tinggi diberikan untuk :

1. Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi

fekal

2. Membantu defaksi yang normal sebagai bagian dari program

latihan defakasi (bowel training program)

3. Tindakan pengobatan/pemeriksaan diagnostik

4. Merangsang peristaltik usus

Page 25: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

2. Huknah Gliserin/Enema Karminatif (perangsang flatus)

Memasukkan cairan melalui anus ke dalam kolon sigmoid dengan

menggunakan spuit gliserin bertujuan untuk melunakkan fases dan

merangsang buang air besar serta mendistensi usus sehigga

merangsang peristaltik sebagai tindakan pengobatan.

3. Retention Enema

Retention enema (feces yang tertahan atau sembelit), dimasukkan oil

(pelumas) kedalam rektum dan kolon sigmoid, Minyak bekerja

melunakkan feces dan melumasi rektum Enema Aliran balik/ harris

flush/irigasi kolon digunakan untuk mengeluarkan flatus dan

merangsang peristaltik, pelumas tersebut tertahan untuk waktu yang

lama (1-3 jam). Ia bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal,

yang akhirnya memudahkan jalannya fases sehingga memfasilitasi

pengeluaran feces. Enema Terapeutik menghantar nutrien atau obat-

obatan (kortikosteroid, antibiotik)

4. Carninative Enema

Carminative enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus.

Larutan dimasukkan kedalam rektum untuk mengeluarkan gas

dimana ia meregangkan peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan

60-180ml. Contoh enema carminative ialah larutan GMW, yang

mengandung 30ml magnesium, 60ml gliserin, dan 90ml air.

Page 26: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

5. Enema bilas Harris

Enema Bilas Harris (Enema arus balik), kadang kadang mengarah

pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus. Ini

adalah pemasukan cairan yang berulang ke dalam rektur dan

pengaliran cairan dari rektum. Pertama-tama larutan (100-200ml

untuk orang dewasa) dimasukkan ke rektum dan kolon sigmoid klien,

kemudian wadah larutan direndahkan sehingga cairan turun kembali

keluar melalui rectal tube ke dalam wadah. Pertukaran aliran cairan

ke dalam dan keluar ini berulang 5-6 kali, sampai (perut) kembung

hilang dan rasa tidak nyaman berkurang atau hilang. Banyak macam

larutan yang digunakan untuk enema. Larutan khusus mungkin

diminta oleh dokter.

Panduan pemberian enema

1. Sebelum memberikan enema apakah dibutuhkan program dokter,

pada beberapa institusi merupakan program dokter, tapi pada

institusi lain merupakan kebijaksanaan perawat

2. Suhu air 40 - 43 °C, kecuali ditetapkan lain, suhu yang tinggi dapat

mencederai mukosa usus sedangkan membuat klien tidak nyaman

dan dapat memicu spasme otot sfingter

3. Tekanan aliran larutan ditentukan oleh :

a. Tinggi wadah larutan

b. Ukuran slang

c. Viskositas cairan

d. Resistensi rektum

Page 27: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

4. Waktu yg dibutuhkan untuk memberikan enema sangat tergantung

pada jumlah cairan yang dimasukkan dan toleransi klien

Macam-macam larutan enema

1. Larutan hipertonik

a. 90 - 120ml (natrium fosfat)

b. Menarik air kedalam kolon

c. Reaksi 5- 10 menit

d. Efek merugikan : retensi natrium

2. Hipotonik

a. 500- 1000 ml (air kran)

b. Mendistensi kolon, menstimulasi peristaltik, dan melunakkan feces

c. Reaksi 15- 20 menit

d. Efek merugikan: Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, intoksikasi

air

3. Isotonik

a. 500- 1000 ml normal salin (9 ml NaCl dengan 1000 ml air)

b. Mendistensi kolon, menstimulasi peristaltik dan melunakkan feces

c. Reaksi 15- 20 menit

d. Efek merugikan: Retensi natrium

Page 28: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

4 Buih sabun

a. 500 – 1000 ml (3-5 ml sabun dg 1000 ml air)

b. Mendistensi kolon, mengiritasi mukosa, mendistensi kolon

c. Reaksi 10 – 15 menit

d. Efek merugikan : mengiritasi dan dapat merusak mukosa

5. Minyak (minyak mineral, minyak zaitun, minyak biji kapas)

a. 90 – 120 ml

b. Reaksi 30 – 60 menit

Indikasi

1. Konstipasi

a. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur

b. Penggunaan laxative yang berlebihan

c. Peningkatan stress psikologis

d. Impaksi fases

e. Kebiasaan buang air besar yang teratur

f. Konstipasi

g. Persiapan pre operasi

h. Untuk tindakan diagnostik misalnya pemeriksaan radiologi.

i. Pasien dengan melana

Page 29: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Kontra Indikasi

1. Pasien dengan diverticulis, ulcerative colitis, crhon’s disease

2. Post operasi

3. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, hemoroid,

tumor rectum dan kolon

4. Dampak Pemberian Huknah :

1. Dampak positif

a. Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang

tindakan operasi seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy

b. Sebagai jalan alternatif pemberian obat

c. Menghilangkan distensi usus

d. Memudahkan proses defakasi

e. Meningkatkan mekanika tubuh

2. Dampak negatif

a. Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar mukosa

usus dan jika larutan terlalu dingin yang diberikan akan

menyebabkan kram abdomen

b. Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan mampu

menahan larutan enema (perry,peterson,potter.2005)

Page 30: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Beberapa perbedaan dalam tindakan cleansing enema :

No Perbedaan Huknah rendah Huknah tinggi

1. Tindakan Tindakan

memasukkan cairan

hangat dari rectum

kedalam kolon

desenden

Tindakan

memasukkan

cairan hangat dari

rectum

dimasukkan

kedalam kolon

asenden

2.

Tujuan

Mengosongkan usus

sebagai persiapan

tindakan operasi,

colonoscopy

Membantu

mengeluarkan

fases akibat

konstipasi atau

impaksi fekal

3. Kanul enema

Kanula Recti

Kanula usus

4. Posisi

Posisi sims miring

kekiri

Posisi sim’s miring

ke kanan

5. Jumlah cairan

hangat yang

diberikan untuk

dewasa

500 ml

750-1000ml

Page 31: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

6. Tinggi irrigator ± 30 cm dari tempat

tidur

± 30-45 cm dari

tempat tidur

Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, berdasar usia

dan jumlahh cairan yang bisa disimpan :

No Usia Jumlah Larutan

1. Bayi 150 – 250 ml

2. Toddler atau

preschool

250 – 350 ml

3. Anak usia

sekolah

300 – 250 ml

4. Remaja

500 – 750 ml

5. Deawasa 750 – 1000 ml

Page 32: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Pemberian enema aliran balik

1. Jumlah larutan sebanyak 100- 200 ml (pada orang dewasa) dimasukkan

kedalam rektum dan kolon sigmoid

2. Wadah larutan direndahkan sehingga aliran cairan kembali keluar

melalui slang rektal dan masuk kedalam wadah, mengakibatkan flatus

tertarik keluar bersama keluarnya cairan

3. Proses aliran masuk dan aliran keluar diulang sebanyak 5- 6 kali untuk

menstimulasi peristaltik dan mengeluarkan flatus

4. Larutan dapat diganti beberapa kali selama prosedur jika larutan

tersebut kental dan berisi feses

Evaluasi.

1. Menetapkan waktu yang teratur untuk defakasi.

2. Berpartisipasi dalam program latihan yang teratur.

3. Memakan makanan sesuai dengan diet yang ditentukan.

4. BAB dengan nyaman dan lancar.

5. Minum ± 2000ml cairan / hari.

6. Tidak terjadi defakasi pada saat dilakukan tindakan operasi.

7. Sukses pada pemeriksaan diagnostic radiologi.

Page 33: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Dokumentasi

a. Catat tindakan yang dilakukan dan hasil pada lembar catatan klien

b. Catat respon klien

c. Catat jumlah fases yang keluar

d. Catat warna serta konsistensi dari fases yang keluar setelah melakukan

tindakan

e. Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang

melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

Diversi Usus

Penyakit tertentu menyebabkan kondisi–kondisi yang mencegah

pengeluaran fases secara normal dari rectum. Hal ini menimbulkan suatu

kebutuhan untuk membentuk suatu lubang (stoma) buatan yang permanen/

sementara. Lubang yang dibuat melalui upaya bedah (ustomi) paling sering

dibentuk di ileum (ileustumi) atau dikolon (kolostomi). Ujung usus kemudian

ditarik kesebuah lubang didinding abdomen untuk membentuk stoma.

Bergantung pada tipe prosedur bedah yang dilakukan.

Page 34: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Jenis stoma yang dibentuk ada dua yakni klien tidak akan memiliki control

terhadap materi fases yang keluar dari stoma (istomi inkontinen) atau klien

memiliki kontrol terhadap pengeluaran fases (ostomi kontinen). Untuk

ostomi inkontinen, stoma ditutupi dengan sebuah kantung (dilekatkan) atau

apa yang klien sebut sebagai “sebuah kantung” untuk mengumpulkan

materi fases.

Ostomi inkontinen adalah sebuah ileostomi merupakan jalan pintas

keluarnya fases sehingga fases tidak melalui seluruh bagian usus besar.

Akibatnya fases keluar lebih sering dan cair juga terjadi pada kolostomi di

kolon asenden. Lokasi kolostomi ditentukan oleh masalah medis dan

kondisi umum klien.

Terdapat 3 jenis bentuk kolostomi :

1. Loop Colostomy biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis

yang nantinya kolostomi tersebut akan ditutup. Jenis kolostomi ini

biasanya mempunyai stoma yang berukuran besar, dibentuk dikolon

transversal dan bersifat sementara.

2. End Colostomy terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung

proksimal usus dengan bagian distal saluran GL dapat dibuang atau

dijahit tertutup (disebut kantung Hartmann) dan dibiarkan didalam

rongga abdomen.

Page 35: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Pada banyak klien, end colostomy merupakan hasil terapi bedah pada

kanker kolorektal. Pada kasus tersebut, rectum juga mungkin dibuang.

Klien yang menderita divertikulitis dan ditangani melalui upaya bedah

sering kali menjalani end colostomy yang bersifat sementara.

3. Tidak seperti loop colostomy, usus dipotong melalui pembedahan

kedalam bentuk double barrel colostomy dan kedua ujungnya ditarik

keatas abdomen. Duble barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang

berbeda. stoma proksimal ynag berfungsi dan stoma distal yang tidak

berfungsi.

Ostomi yang sering mengeluarkan fases cair (mis ileostomi) menciptkan

suatu tantangan dalam perawatannya.

Ostomi kontinen ini juga disebut diversi kontinen atau reservoar

kontinen. Pada sebuah prosedur yang disebut ilenoal pull-trough, kolon

diangkat dan ileum dianastomosis atau disambungkan ke sfingter anus

yang utuh (Corman,1989;Dalton-loehner dan Connor,1989) tidak setiap

klien yang menjalani kolektomi merupakan kandidak yang dilakukan

prosedur ini untuk menentukan kriteria pilihan, dibutuhkan koordinasi

yang baik antara klien dan ahli bedah.

Ileostomi kontinen kock adalah tipe ostomi kontinen lain yang baru

(Rolstad dan Hoyman,1992). Pada prosedur ini reservoar atau kantung

internal dibentuk dari potongan usus halus klien.

Page 36: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Bagian kantung ditarik keluar abdomen klien sebagai sebuah stoma

internal. Tidak seperti stoma ostomi lainnya, stoma eksternal dari ileostomi

kontinenkock biasanya terletak sangat rendah pada abdomen klien.

Biasanya dibawah garis celana dalam klien. Pada bagian ujung kantung

internal terdapat tonjolan katup satu arah yang memungkinkan pencapaian

kontinensia. Katup ini hanya memungkinkan isi fases keluar dari kantung

jika kateter eksterna ditempatkan kedalam stoma secara intermiten karena

kantung fases yang dikeluarkan dari kantung kock jika di intubasi dengan

kateter, tidak seperti individu lain yang menggunakan ostomi.

Perawatan Pasien Ileostomi

Ileostomi adalah bukaan buatan permanent pada ileum, seperti pada

kolostomi, bukaan atau stoma berada dipermukaan dinding abdomen.

Drainese dari ileum berbentuk cair dan mengandung enzim pencernaan.

Perawatan pasien ileostomi mempunyai beberapa kesamaan dengan

perawatan pasien kolostomi. Perawatan pasien dengan ileostomi baru

dilakukan oleh perawat yang berpengalaman. Perawatan rutin dapat

dilakukan oleh asisten keperawatan. Drainese/keluaran bersifat sangat

iritatif pada kulit, sehingga perawatan kulit disekitar stoma sangatlah

diperlukan. Kesesuaian ukuran cincin ileostomi merupakan hal yang

penting agar tidak terjadi kebocoran.

Page 37: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Proses Keperawatan (Pengkajian)

1. Pola Defikasi

Frekwensi dan waktu defekasi klien sehari-hari, apakah berubah dari

pola biasanya, apakah klien mengetahui faktor yg mempengaruhi

2. Pola prilaku

Penggunaan enema, laxatif, cairan, dan metode lainnya untuk

mempertahankan defekasi normal. Rutinitas apa yang klien lakukan

untuk mempertahankan pola defekasi normal (mis: segelas juice

lemon hangat ketika sarapan pagi)

2. Diet Makanan

Apa yang klien percaya diet dapat mempengaruhi defekasi

3. Asupan cairan

Jenis cairan dan berapa banyak jumlah cairan yg dikonsumsi setiap

hari (air putih 6 gelas atau kopi berapa cangkir)

4. Olahraga

Olahraga harian apa yg biasa dilakukan oleh klien

5. Pengobatan

Apakah klien mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi

saluran Gastrointesinal (mis: zat besi, antasid, analgesik narkotik)

Page 38: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

6. Penyakit atau pembedahan

Terkait apakah klien pernah mengalami pembedahan atau penyakit

yang mempengaruhi saluran usus (apakah ada ostomi)

Pemeriksaan fisik( observasi, palpasi, perkusi, auskultasi)

a. Distensi abdomen

Distensi akan tampak sebagai suatu tonjolan abdomen secara

menyeluruh dengan kulit tampak kencang dan tegang. Pada saat

dipalpasi, abdomen terasa keras.

b. Bising usus

Auskultasi keempat kuadran abdomen selama 5-15 detik untuk

menentukan derajat aktivitas atau frekuensi bising usus.

c. Kaji area perianal dan anus

Inspeksi adanya kelainan warna, inflamasi, jaringan parut, lesi,

fisura, fistula atau hemoroid.

d. Kaji adanya nyeri abdomen dan nyeri rektal.

e. Kaji konsistensi dan warna feces :

1. Tentukan kapan klien BAB terakhir kali dan kaji jumlah, warna

dan konsistensi feces, adanya distensi abdomen

2. Apakah klien memiliki kontrol sfingter yang baik

3. Apakah klien dapat menggunakan toilet atau pispot di tempat

tidur

Page 39: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Perencanaan

Pemberian enema dapat didelegasikan, akan tetapi tanggung jawab ada

ditangan perawat. Perawat harus menginterpretasikan ketidakmampuan

memasukkan ujung alat enema (kanul) dan ketidakmampuan klien

menahan cairan enema yang masuk.

Klien yang beresiko dalam eliminasi

1. Cairan dan serat dalam diet yang tidak cukup

2. Kurang berolah raga

3. Menggunakan obat-obat untuk konstipasi

4. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas

Page 40: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

1. Membantu klien menggunakan pispot

Menolong membuang air besar dengan menggunakan pispot

merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien

yang tidak mampu buang air besar secara sendiri dikamar kecil

dengan cara menggunakan pispot (penampung) untuk buang air

besar ditempat tidur, dengna tujuan memenuhi kebutuhan eliminasi

alvi (BAB).

a. Persiapan alat-alat

1. Pispot yang bersih dan tutupnya

2. Tissue toilet dan botol cebok berisi air

3. Baskom berisi air, sabun, waslap dan handuk

4. Penyegar aerosol (pilihan)

5. Perlengkapan untuk mengumpulkan spesiment k/p

6. Sarung tangan disposable

7. Pengalas

8. Selimut mandi

9. Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Page 41: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

b. Pelaksanaan

1. Jelaskan kepada pasien apa yg akan dilakukan, mengapa hal

tersebut dilakukan dan diskusikan bagaimana pasien bisa

bekerjasama

2. Cuci tangan dan pasang sarung tangan dan observasi

prosedur pengendalian infeksi yang sesuai

3. Berikan privasi pasien

4. Pasang selimut mandi, buka pakaian bagian bawah, pasang

penghalas

5. Pasng pispot untuk pasien yang dapat mengangkat bokong

minta pasien memfleksikan lutut dan mengalihkan BB pd

punggung dan tumit dan kemudian menaikkan bokong dengan

menahan telapak tangan.

6. Bagi klien yang tidak dapat mengangkat bokong:

7. Bantu klien ke posisi miring, tempatkan pispot pd bokong,

gulingkan bokong klien dengan tenang ke atas pispot

8. Tinggikan kepala tempat tidur ke posisi semi fowler, jika klien

tidak mampu tempatkan sebuah bantak kecil dibawah

punggung atau bantu pasien ke posisi nyaman lainnya

9. Naikkan pagar tempat tidur pastikan bel/ lampu panggil dapat

berfungsi, tinggalkan pasien dalam keadaan aman

Page 42: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

10. Setelah pasien selesai bersihkan dengan menyiram air dan

keringkan dengan tisu kloset, kemudian miringkan pasien

bersihkan bokong dan area anal dengan tisu, sabuni dan lap

yang bersih dengan air kemudian keringkan

11. Mengangkat pispot:

12. Atur posisi tempat tidur dan klien ke posisi semula, angkat

pispot dengan cara yang sama dengan meletakkan, pegang

pispot dengan satu tangan dan tutup, tempatkan diatas kursi

13. Tawarkan kepada pasien untuk mencuci tangan dan

keringkan

14. Membuka selimut mandi, dan angin-anginkan di rak handuk

15. Membuka gordyn / scherem, alat-alat dirapihkan dan perawat

mencuci tangan

16. Mendokumentasikan pada catatan perawatan

Page 43: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

2. Enema

adalah tindakan memasukkan larutan kedalam rektum dan kolon

sigmoid

Fungsi adalah mengeluarkan feces dan atau flatus

Persiapan alat-alat :

1. Bantalan disposible / penghalas

2. Selimut mandi

3. Pispot atau commode

4. Sarung tangan disposible

5. Pelumas larut air

6. Handuk

7. Alat-alat untuk BAB (kalau pasien tidak bisa ke toilet)

8. Pada enema volume besar siapkan irigator lengkap dengan slang

dan kanulnya serta klem larutan, jumlah dan suhu yang tepat,

tiang infus

9. Pada enema volume kecil : wadah larutan enema kemasan

dengan ujung slang yang sudah dilumasi

Pelaksanaan

1. Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan,

alasan/ tujuan dan apa yang akan dirasakan pasien.

2. Mencuci tangan, pasang sarung tangan bersih dan observasi

prosedur pengendalian infeksi yang tepat.

3. Berikan privasi pasien

Page 44: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

4. Atur posisi pasien lateral kiri, dengan tungkai difleksikan dan pasang

penghalas.

5. Beri pelumas pada kanul rektal sepanjang 5 cm dan alirkan sedikit

cairan untuk mengeluarkan udara dan klem

6. Masukkan slang rectal :

a. Untuk klien dalam posisi lateral kiri, angkat bagian atas bokong

untuk memastikan visualisasi anus yang baik.

b. Masukkan slang secara halus (perlahan-lahan) kedalam rektum,

arahkan slang menuju umbilikus mengikuti kountur normal rektum

sepanjang 7-10 cm

c. Apabila ditemukan adanya tahanan di sfingter interna, minta klien

untuk menarik nafas dalam, kemudian masukkan sejumlah kecil

larutan untuk merelaksasi sfingter anal internal.

d. Jangan pernah memaksa slang untuk masuk apabila tahanan

tetap ada, tarik slang, dan laporkan pada perawat yg

bertanggung jawab.

7. Masukkan larutan enema ecara perlahan-lahan :

a. Tinggikan wadah larutan, dan buka klem untuk membiarkan

larutan mengalir.

b. Tekan wadah yang lentur dengan menggunakan tangan.

c. Selama pemberian enema tingkat rendah, pegang atau gantung

wadah larutan tidak lebih tinggi dari 30 cm diatas rektum dan

untuk enema tinggi tinggi gantung wadah setinggi 45 cm diatas

rektum karena cairan dimasukkan lebih jauh untuk membersihkan

seluruh usus.

Page 45: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

d. Berikan cairan secara perlahan-lahan, apabila klien merasa

penuh ataun nyeri klem sekitar 30 detik dan kemudian buka klem

untuk untuk melanjutkan.

e. Apabila menggunakan wadah plastik komersial, gulung wadah

tersebut keatas pada saat cairan dimasukkan untuk mencegah

larutan terisap kedalam wadah tersebut.

f. Setelah semua larutan dimasukkan atau jika klien tidak dapat

menahan dan merasa sangat ingin defikasi / BAB tutup klem dan

lepaskan slang rektal dari anus

8. Dorong klien untuk menahan enema :

a. Minta klien untuk tetap berbaring

b. Minta klien menahan larutan selama waktu yg sesuai (5-10

menit) untuk enema pembersih, 30 menit untuk enema retensi.

9. Bantu klien untuk defikasi sesuai dengan kebutuhan pasien di

commode atau toilet bagi pasien yang tidak mampu untuk menahan

langsung diberikan pispot untuk bab

10. Rapihkan alat-alat perawat cuci tangan

11. Dokumentasikan hasil enema pada catatan perawatan (tipe larutan,

lama, jumlah, warna dan konsistensi cairan yang kembali dan

redanya distensi abdomen.

Page 46: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Enema glycerin

Adalah memasukkan cairan melalui anus kedalam kolon sigmoid

dengan menggunakan spuit glicerin

Tujuan :

1. Sebagai tujuan pengobatan

2. Merangsang buang air besar

3. Melunakkan

Persiapan alat-alat

1. Selimut mandi atau kain penutup

2. Perlak dan penghalas

3. Spuit glicerin, bengkok

4. Glicerin dalam tempatnya yang direndam dalam air panas

5. Mangkok kecil

6. Pispot dan alat untuk cebok (botol cebok tissue closet, baskom 2

buah berisi air, waslap 2 buah, sabun

7. Handuk

8. sampiran

Page 47: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Prosedur pelaksanaan

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

2. Pasang sampiran

3. Pasang selimut mandi dan tarik selimut tidur

4. Lepas pakaian bagian Bawah

5. Atur posisi pasien :

a. Dewasa – miring kekiri dengan lutut kanan fleksi

b. Bayi dan anak – rekumbent dorsal dibawahnya diberi pispot

6. Pasang penghalas dan perlaknya

7.Teteskan glicerin pada punggung tangan untuk memeriksa

kehangatan, kemudian tuangkan ke mangkok kecil.

8. Isi spuit glicerin 10 – 20 ml dan keluarkan udara, letakkan bengkok

diantara kedua paha

9. Setelah pasien berada pada posisi miring, mendorong bokong keatas

sambil memasukkan spuit glicerin perlahan-lahan hingga ke rektum.

10. Masukkan spuit glicerin 7 – 10 cm o/ orang dewasa, 2,5 – 3,75 cm

untuk bayi.

11. Masukkan glicerin perlahan-lahan sambil menganjurkan pasien tarik

nafas panjang dan dalam.

12. Cabut spuit dan letakkan dalam bengkok.

13. Bantu pasien bab :

a. Bantu pasien ke toilet untuk pasien yang bisa ke toilet

b. Untuk pasien yang lemah dan tirah baring, pasang pispot

Page 48: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

14. Angkat pispot,bersihkan daerah perianal :

a. Bersihkan dengan tissue

b. Ambil waslap dan bersihkan dengan air sabun

c. Bilas dengan air bersih

d. Keringkan dengan handuk

15. Bantu pasien mengenakan pakaian bawah

16. Tarik alas dan perlak

17. Ganti selimut mandi dengan selimut tidur

18. Buka sampiran

19. Rapikan alat-alat dan perawat cuci tangan

20. Dokumentasikan

Page 49: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Menyiapkan fases untuk bahan pemerikasaan

Menyiapkan fases untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang

dilakukan untuk mengambil fases untuk bahan pmerikasaan, yaitu

pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan)

Pemeriksaan fases lengkap merupakan pemeriksaan fases yang terdiri

atas pemeriksaan warna, bau, konstostensi, lendir, darah, dll.

Pemeriksaan fases kultur merupakan pemerikasaan fases melalui biakan

dengan cara toucher.

Alat :

1. Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup.

2. Etiket khusus.

3. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil fases.

Prosedur kerja.

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil fases melalui lidi kapas yang

telah dikeluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk membersihkan daerah

anus.

4. Asupan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan.

5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.

Page 50: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

6. Cuci tangan.

Tindakan Huknah

Tindakan yang digunakan untuk memasukkan suatu larutan atau cairan ke

dalam rectum dan colon sigmoid.

Pemberian melalui slang rectal dengan wadah enema pada enema rendah

dan enema tinggi.

Persiapan alat

1. Wadah enema (huknah)

2. Volume larutan hangat :

a. Dewasa : 700 - 1000ml, dengan suhu 40,5 - 43ºC

b. Anak – anak

c. Bayi : 150 - 250ml

d. Usia bermain (toddler) : 250 - 350ml

e. Usia sekolah : 300 - 500ml

f. Remaja : 500-700

Page 51: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Catatan : Suhu cairan yang digunakan untuk anak-anak adalah

37,7ºC,sedang untuk dewasa dihangatkan 40,5-43ºC

3. Slang rectal dengann ujung bulat :

a. Dewasa : No.22-30 G French(fr)

b. Anak – anak : No.12-18 fr

4. Slang menghubungkan slang rectal ke wadah (slang irrigator)

5. Klem pengatur pada slang

6. Termometer air untuk mengukur suhu larutan

7. Pelumas lautan dalam air

8. Perlak pengalas

9. Selimut mandi

10. Kertas toilet

11. Pispot

12. Baskom, waslap dan handuk, serta sabun

13. Sarung tangan sekali pakai

14. Tiang intravena

15. Cuping

Page 52: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

16. Desinfektan

Persiapan alat pada enema bilas harris (enema arus balik)

1. Wadah enema

2. Slang enema dan klem

3. Pelumas

4. Tutup Troli

5. Perlak

6. Tisu toilet

7. Larutan : 500ml ledeng dengan suhu 105C

8. Sarung tangan sekali pakai

Persiapan pasien

1. Mengucapkan salam terapiutik

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan pad aklien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan

tindakan yang akan dilaksanakan

4. Membuat kontak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

5. Selama komunikansi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta

tidak mengancam

6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klasifikasi

7. Memperlihatkan kesabaran, punuh empati, sopan, dan perhatian serat

respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan

8. Pasien disiapkan dlam posisi yang sesuai

Page 53: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Persiapan lingkungan

1. Ruangan terutup

2. Pastikan semua jendela atau pintu dakam keadaan tertutup agar privasi

terjaga.

3. Pasang sekat atau sampiran

4. Gunakan selimut untuk melindungi daerah privasi pasien

Prosedur pelaksanaan

Penatalaksanaan cleansing enema yang terdiri dari low enema (huknah

rendah) dan high enema (huknah tinggi), diantaranya :

1. Jelaskan prosedur kepada klien.

Mengurangi ansietas klien dan meningkatkan kerja sama prosedur.

2. Tutup ruangan / tirai.

Memberikan privasi pada klien.

3. Bantu klien untuk pada posisi miring ke kiri (lateral kiri) untuk huknah

rendah dan miring ke kanan untuk huknah tinggi dengan lutut kanan

fleksi.

Persiapan alat untuk huknah gliserin

1. Selimut mandi atau kain penutup

Page 54: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

2. Perlak atau pengalas

3. Spuit gliserin

4. Bengkok

5. Gliserin dalam tempatnya yang direndam air panas

6. Mangkok kecil

7. Pispot

8. Sampiran

9. Tisu

10. Waslap 2 buah

11. Baskom 2 buah

12. Handuk serta sabun

Pemeberian melalui kemasan sekali pakai ( enema retensi minyak )

1. Batang dengan ujung slang rectal

2. Sarung tangan sekali pakai

3. Pelumas larut dalam air

4. Perlak pengalas

5. Selimut mandi

6. Kertas Toilet

7. Pispot

8. Baskom

9. Waslap dan handuk, serta sabun

Page 55: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Biasanya ditempatkan pada posisi rekumben dorsal. Posisikan klien

dengan sedikit control sfingter pada pispot.

Memungkinkan larutan enema mengalir kebawah dengan bantuan gravitasi

sepanjang lengkung natural kolon sigmoid rectum, sehingga memperbaiki

retensi larutan (klien dengan control sfingter buruk tidak akan mampu

menahan larutan enema).

4. Letakkan perlak pengalas dibawah pantat klien

Agar linen tempat tidur tidak basah

5. Selimut butuh dan ekstrimitas bawah klien dengan selimut mandi,

biarkan hanya anal yang kelihatan.

Mencegah pemajanan bagian tubuh yang tidak perlu dan mengurangi

rasa malu klien.

6. Susun wadah enema, hubungkan slang, klem, dan selang rectal.

Slang rectal harus cukup kecil untuk diameter anus klien, tetapi cukup

besar untuk mencegah kebocoran disekitar slang.

7. Tutup klem pengatur

Mencegah kehilangan larutan awal saat ditambah ke wadah

8. Tambahkan larutan hangat kedalam wadah. Hangatkan air seperti

layaknya mengalir dari kran. Letakkan wadah salin normal dalam

baskom kedalam baskom air panas sebelum menuangkan salin normal

Page 56: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

dalam baskom kedalam wadah enema. Periksa suhu larutan dengan

thermometer air atau dengan meneteskan sedikit larutan diatas

pergelangan tangan sebelah dalam.

Air panas dapat membakar mukosa usus sedangkan air dingin dapat

menyebabkan karam abdomen dan sulit menahan air.

9. Bilas wadah, isis dengan larutan, lepaskan klem, dan biarkan larutan

keluar sampai tak ada udara. Tempatkan dekat dengan unit tempat tidur

untuk memenuhi slang. Klem kembali slang.

Membuang udara dari dalam slang dan mencegah kehilangan cairan.

10. Letakkan pispot dekat dengan tempat tidur.

Agar mudah untuk diambil bila klien tidak mampu menahan enema.

11. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.

Mengurangi transmisi mikro organisme

12. Beri pelumas 3-4 cm pada ujung slang rectal dengan pelumas jeli.

Memungkinkan insersi halus slang tanpa resiko iritasi atau trauma pada

mukosa rectal

13. Alirkan sebagian kecil cairan keluar, sepanjang slang rectal untuk

mengeluarkan udara dalam slang. Kemudian tutup kembali klem.

Page 57: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

14. Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak anus. Instrusikan

klien untuk rileks dengan menghembuskan nafas pada perlahan melalui

mulut.

Dengan mengembuskan napas, relaksasi sfingter anus eksternal akan

meningkat.

15. Masukkan ujung slang rectal secara perlahan dengan mengarahkanny

ke umbilicus klien. Panjang insersi beragam ; 7,4-10 cm untuk orang

dewasa, 5-7,5 cm untuk anak-anak, dan 2,5-3,25 cm untuk bayi. Tarik

slang dengan segera, jika ditemukan obstruksi.

Insersia hati-hati mencegah trauma pada mukosa rectal akibat

penusukan slang secara tidak sengaja pada dinding. Insersi yang

melebihi batas dapat menyebabkan perforasi usus.

16. Terus pegang slang sampai pengisian cairan berakhir.

Kontraksi otot dapat menyebabkan ekspultasi rectal.

17. Buka klem pengatur dan biarkan larutan masuk dengan perlahan

dengan wadah pada setinngi pinggul klien.

Penginfusan cepat dapat merangsang evakuasi dini, sebelum volume

yang cukup dapat diinfuskan.

18. Naikkan wadah secara perlahan sampai pada ketinggian diatas anus

(30-45 cm untuk ketinggian enema tinggi, 30 cm untuk enema rendah,

Page 58: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

dan 7,5 cm untuk bayi). Waktu pengaliran sesuai dengan pemberian

volume larutan (missal,1 liter dalam 10 menit).

Memungkinkan penginfusan perlahan terus-menerus, sebelum volume

yang cukup diinfuskan. Jika wadah dinaikkan terlalu tinggi, tetesan

infuse akan cepat dan memungkinkan akan nyeri akibat detensi kolon.

19. Rendahkan wadah atau klem slang selama 30 detik, kemudian alirkan

kembali secara lebih lambat jika klien mengeluh kram.

Penghentian sementara penginfusan adalah untk mencegah kram.

Kram dapat menghambat klien menaahan semua cairan.

20. Klem slang setelah semua larutan dialirkan.

Mencegah masuknya udara kedalalm rectum.

21. Letakkan lapisan tisu toilet disekitar slang pada anus dan dengan

perlahan tarik slang.

Memberikan kenyamanan pada klien dan kebersihan.

22. Jelaskan pada klien bahwa prasaan distensi adalah normal. Minta klien

untuk menahan larutan selama mungkin saat berbaring ditempat tidur

(untuk bayi atau anak kaci, dengan perlahan pegang kedua sisi pantat

selama beberapa menit).

Larutan akan mendesak usus. Lamanya retensi beragam dengan tipe

enema dan kemampuan klien untuk mengontruksi sfingter ani. Makin

Page 59: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

ditahan, perangsangan peristaltic dan defakasi akan lebih efektif (bayi

dan anak-anak mempunyai control sfingter yang buruk).

23. Bereskan wadah enema dan sleng pada tempat yang telah disediakan

atau cuci secara menyeluruh dengan air hangat dan sabun bila akan

digunakan ulang.

Mengontrol transmisi mikro organisme.

24. Lepaskan sarung tangan dengan cara menariknya hingga terbalik dan

taruh ke dalam wadah yang telah disediakan.

Posisi jongkok normal meningkatkan defakasi.

25. Bantu klien ke kamar mandi atau mengatur posisi pispot.

Posisi jongkok normal meningkatkan defakasi.

26. Observasi feses dan larutan (peringatkan klien agar jaringan menyiram

toilet sebelum perawat menginspeksi).

Jika enema diinstruksikan ”sampai bersih”, penting untuk

mengobservasi isi larutan yang dikeluarkan.

27. Bantu klien sesuai kebutuhan untuk mencuci area anal dengan air

hangat dan sabun.

Isi fases dapat mengiritasi kulit. Kebersihan meningkatkan

kenyamanan klien.

Page 60: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

28. Cuci tangan anda catat hasil enema pada catatan perawat.

Penatalaksanaan huknah gliserin :

1. Jelaskan tujuan dan proseedur pelaksaan.

2. Pasang sampiran.

3. Pasang selimut mandi dan tarik selimut tidur.

4. Lepas pakaian bagian bawah.

5. Atur posisi pasien :

a. Dewasa : miring kekiri dengan lutut kanan fleksi

b. Bayi dan anak : rekumben dorsal dibawahnya diberi pispot

6. Pasang alat dan perlaknya.

7. Teteskan gliserin pada punggung tangan untuk memeriksa kehangatan

kemudian tuangkan mangkok kecil.

8. Isi spuit gliserin 10 – 20 cc dan keluarkan udara.

9. Setelah pasien berada pada posisi miring, tangan kiri dan kanan

mendorong pantat ke atas sambil memasukkan spuit perlahan-lahan

hingga rectum.

10. Masukkan spuit gliserin 7-10 cm untuk orang dewasa dan 5-7,5 cm

untuk anak serta 2,5-3,75 cm untuk bayi.

11. Masukkan gliserin perlahan-lahan sambil menganjurkan pasien untuk

menarik napas panjang dan dalam.

12. Cabut spuit dan letakkan dalam bengkok.

Page 61: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

13. Bantu pasien BAB :

a. Bantu pasien ke toilet untuk pasien yang bisa ke toilet

b. Untuk pasien dengan keadaan umum yang lemah dengan tirah

baring, pasang pispot

14. Ambil pispot

15. Bersihkan daerah perianal pada pasien yang buang air besar pada

pispot :

a. Bersihkan dengan tisu

b. Ambil waslap dan bersihkan dengan air sabun pada daerah

perianal

c. Bilas dengan air bersih

d. Keringkan dengan handuk

16. Tarik alas dan perlak.

17. Ganti selimut mandi dan selimut tidur.

18. Bantu pasien mengenakan pakaian bawah.

19. Buka sampiran .

20. Rapikan alat kemudian cuci tangan.

Page 62: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

21. Dokumentasikan warna dan konsistensi fases, adanya distensi

abdomen.

Penatalaksanaan enema dengan unit sekali pakai (enema retensi

minyak).

1. Ikuti langkah 1 sampai 5 ”slang rectal dengan wadah enema”.

2. Letakkan pispot dekat tempat tidur.

Agar mudah untuk diambil bila klien tidak mampu menahan enema

3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.

Mengurangi transmisi mikroorganisme

4. Kenakan sarung tangan sekali pakai.

Menurunkan transmisi mikroorganisme dari feses

5. Lepaskan kap plastik dari ujung rectal. Meskipun ujung sudah

berpelumas, jeli tambahan dapat diberikan sesuai kebutuhan.

Pelumas memudahkan insersi slang rectal tanpa menyebabkan iritasi

atau trauma pada rectal

6. Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak anus. Instruksikan

klien untuk rileks dengan menghembuskan napas pada perlahan

melalui mulut.

Page 63: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Dengan mengembuskan napas, relaksasi sfingter anus eksternal akan

meningkat

7. Masukan ujung botol secara perlahan kedalam rectum. Masuknya

sejauh 7,5 – 9 cm untuk orang dewasa (anak-anak dan bayi biasanya

tidak mendapat enema hipertonik perkemasan).

Insersi perlahan mencegah trauma pada mukosa rectal

8. Peras botol sampai semua larutan telah masuk rectum dan kolon.

(kebanyakan botol mengandung kurang lebih 250ml larutan).

Larutan hipertonik memrlukan hanya sedikit volume untuk merangsang

defekasi

9. Ikuti langkah 20 sampai 27 ”slang rectal dengan wadah enema

sebelumnya”

Penatalaksanaan Enema bilas harris (enema arus balik)

1. Jelaskan tujuan dan prosedur kepada klien.

2. Pasang sampiran.

3. Tuanglah larutan kedalam wadah plastik dan tutupi wadah tersebut.

Bawa Troli kesisi tempat tidur.

4. Letakkan perlak dibwah pasien.

5. Tempatkan pelumas diatas tisu. Oleskan pelumas tersebut pada ujung

slang enema.

6. Alirkan sedikit air didalam slang untuk mengeluarkan udara.

7. Pakai sarung tangan.

Page 64: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

8. Masukkan slang ke dalam rectum sepanjang 10 cm.

9. Lakukan bilas harris sebagai berikut untuk mempengaruhi peristaltik :

a. Buka klem, naikkan kaleng irigasi setinggi 30 – 45 cm diatas panggul

pasien alirkan 200 ml cairan di atas rectum.

b. Turunkan kaleng irigasi sekitar 30 cm dibawah tempat tidur dan biarkan air

mengalir keluar dari rectum ke dalam kaleng.

10. Lanjutkan prosedur gas keluar. Jika semua cairan telah kembali ke luar,

klem slang tersebut dan amgkat.

11. Angkat penutup tempat tidut.

12. Kembalikan troli ke ruang peralatan. Buang isi kaleng, bersihkan

peralatan pada enema biasa. Lepas sarung tangan dan buang dengan

benar.

13. Dokumentasikan waktu adanya distensi abdomen dan reaksi pasien.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

1. Penggunaan enema yang tidak benar dapat menyebabkan

terganggunyakeseimbangan elektrolit tubuh.

2. Pemberian enema berulang dapat membuat perlakuan pada jaringan

kolon.

3. Tindakan enema tidak dapat diberikan selagi adanya nyeri perut yang

belum dikethui penyebabnya.

Page 65: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

4. Peristaltik usus dapat menyebabkan peradangan apendiks hingga

pecahnya apendiks.

Melakukan Perawatan Stoma Rutin (Colostomy)

Alat dan Bahan :

1. Kantong Colostomy

2. Bak instumen, terdiri atas :

a. Pinset anatomi

b. Pinset cirugis

c. Kom kecil

d. Gunting

e. Kapas

f. Kasa steril

g. NaCl

h. Zink salp bila diperlukan

i. Sarung tangan

j. Bengkok

k. Perlak

l. Kantong plastic dan tempat sampah

Prosedur Pelaksanaan :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

Page 66: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

2. Dekatkan alat kedekat pasien.

3. Pasang tirai atau sketsel untuk menjaga privasi pasien.

4. Ganti selimut tempat tidur dengan selimut mandi.

5. Mengatur posisi pasien ( supinasi ).

6. Pasang perlak disisi kanan atau kiri sesuai letak stoma.

7. Letakkan bengkok didekat klien.

8. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.

9. Mengobservasi produksi stoma ( warna dan konsistensinya ).

10. Membuka kantong kolostomy perlahan dengan menggunakan pinset

dan tangan kiri menekan kulit pasien. Buang kantong kolostomi pada

kantong plastik yang sudah tersedia.

11. Membersihkan dengan perlahan daerah disekitar stoma dengan tisu

toilet menggunakan NaCl atau air hangat, hindari terjadinya

pendarahan.

12. Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan kasa steril.

13. observasi stoma dan kulit disekitar stoma.

14. Memberikan salep jika terjadi iritasi pada kulit sekitar stoma.

15. Mengukur kantong stoma dan membuat kantong kolostomy sesuai

ukuran stoma.

16. masukkan stoma melalui lobang kantong kolostomy.

17. Lepas dan buang sarung tangan dengan tepat.

Page 67: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

18. Ganti selimut mandi dengan selimut tempat tidur buat pasien merasa

nyaman

19. Bereskan peralatan.

20. Cuci tangan

21. dokumentasikan

Perawatan Pasien Ileostomi

Ileostomi adalah bukaan buatan permanent pada ileum, seperti pada

kolostomi, bukaan atau stoma berada dipermukaan dinding abdomen.

Drainese dari ileum berbentuk cair dan mengandung enzim

pencernaan.

Perawatan Rutin Ileostomi (Pasien berada ditempat tidur)

1. Lakukan semua tindakan awal prosedur.

2. Ingatlah untuk mencuci tangan anda, mengidentifikasi pasien dan

memberi privasi.

3. Siapkan peralatan yang diperlukan :

a. Baskom berisi air hangat

b. Perlak

c. Selimut mandi

d. Bedpan

e. Sarung tangan sekali pakai

Page 68: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

f. Appliance (kantong) baru dan sabuk

g. Klem kantong

h. Peralut yang diserapkan & pipet

i. Bola kapas

j. Deodoran

k. Zat pembersih

l. Cincin karaya

m. Kasa segi empat 4×4

n. Tisu toilet

o. Handuk kertas

4. Pasang penghalang tempat tidur untuk keselamatan. Tinggikan

kepala tempat tidur danbantu pasien untuk miring kearah anda.

5. Ganti selimut tempat tidur dengan selimut mandi.

6. Letakkan perlak dibawah pasien.

7. Pakai sarung tangan sekali pakai

8. Letakkan bedpan diatas perlak dibelakang pasien.

9. Letakkan ujung kantong ileostomi didalam bedpan. Buka klem dan

biarkan keluar. Catat jumlah dan karakter drainase.

10. Bersihkan ujung kantong drainase dengan tisu toilet dan keluarkan

isinya. Letakkan tisu didalam bedpan, tutupi bedpan.

11. Lepaskan sabuk dari kantongnya dan lepaskan dari tubuh

pasien.taruh diatas handuk kertas

12. Dengan pipet, teteskan sedikit pelarut disekitar cincin kantong.

Pelarut ini akan melonggarkannya sehingga dapat dilepas. Tunggu

beberapa detik jangan paksakan melepas kantong tsb.

13. Tutup stoms dengan kasa :

a. Inspeksi kulit disekitar stoma dengan cermat

Page 69: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

b. Jika daerah tersebut mengalami iritasi atau luka tutupi pasien dengan

selimut mandi, pasang penghalang tempat tidur dan turunkan tempat

tidur

c. Lepas sarung tangan dan buang dengan tepat

d. Cuci tangan anda

e. Laporkan pada perawat untuk meminta instruksi.

14. Dengan hati –hati bersihkan dearah sekitar stoma dengan bola

kapas. Gunakan larutan pembersih yang direkomendasikan,

keringkan dengan perlahan.

15. Angkat kasa dari stoma dan letakkan diatas handuk kertas.

16. jika kantong yang digunakan memakai cincin karaya, basahi cincin

tersebut, biarkan menjadi lengket dan pasang pada stoma. Jika

kantong tersebut mengunakan strip perekat berlapis kertas disekitar

bukaan stoma, lepaskan bagian kertasnya dan pasang disekeliling

stoma.

17. Klem kantong tersebut, tambahkan deodoran dan pasang cincinnya

18. Atur letak sabuk mengelilingi tubuh pasien dan sambungkan dengan

kantongnya.

19. Ambil bedpan yang tertutup dan letakkan diatas kursi diatas handuk

kertas

20. Angkat perlak dan letakkan diatas bedpan :

a. Periksa sprei bagian bawah untuk memastikan bahwa bagian

tersebut dalam keadaan kering

b. Ganti jika perlu

21. Ganti selimut mandi dengan selimut tempat tidur

22. Kumpulkan peralatan yang kotor dan bedpan :

a. Bawa keruang peralatan

Page 70: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

b. Buang sesuai ketentuan yang berlaku

c. Jika sabuk dan kantongnya dapat digunakan kmbali, cuci dan

biarkan mongering.

23. Kosongkan, cuci dan keringkan bedpan, kembali kekamar pasien.

24. Lepas dan buang sarung tangan dengan tepat.

25. Lakukan semua tindakan penyelesaian prosedur. Ingatlah untuk

mencuci tangan anda, melaporkan penyelesaian tugas, dan

mendokumentasikan tanggal, waktu, perawatan ileostomi, karakter

dan jumlah drainase yang keluar dan raeksi pasien.

PERAWATAN RUTIN ILEOSTOMI (di kamar mandi)

1. Lakukan semua tindakan awal prosedur

2. Ingatlah untuk mencuci tangan anda, mengidentifikasi pasien, dan

memberi privasi.

3. Siapkan peralatan yang diperlukan :

a. Sarung tangan sekali pakai

b. Kantong (appliance) baru dan sabuk pengikatnya

c. Selimut mandi

d. Klem kantong

e. Bola kapas

f. Pelarut dan pipet

Page 71: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

g. Deodoran

h. Zat pembersih

i. Cincin karaya

j. Kasa segi empat 4 x 4

k. Handuk kertas

4. Bawa peralatan ke kamar mandi pasien

5. Bantu pasien memakai sandal dan mantel mandinya

6. Bantu pasien ke kamar mandi. Posisikan ke toilet

7. Letakkan selimut mandi di atas kaki pasien. Naikkan baju dan gulung

sampai ke pinggang, buka kantongnya. Beritahu pasien untuk

membuka kakinya.

8. Pakai sarung tangan. Buka kantong ileostomi, arahkan ke toilet

9. Dengan pipet teteskan sedikit pelarut disekitar cincin karaya untuk

melonggarkan dari kulit. Jangan menekan kulit untuk melepaskan

cincin

10. Tutupi stoma dengan spons kasa untuk mengumpulkan drainase.

11. Bersihkan daerah sekitar stoma dengan bola kapas serta air hangat

dan sabun atau zat pembersih (jika daerah kulit luka, tanyakan padad

perawat tentang instrusinya). Tepuk-tepuk hinnga kering daerah

tersebut

12. Angkat kasa dari stoma dan letakkan pada handuk kertas

13. Jika kantong yang digunakan memakai cincin karaya, biarkan cincin

tersebut menjadi lengket dan tempelkan pada stoma. Jika kantong

memakai strip adesif bertutup kertas, lepaskan kertas tersebut dan

tempelkan disekeliling stoma.

14. Klem kantong tersebut dan pasang pada cincinnya

15. Lepas dan buang sarung tangan dengan benar

Page 72: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

16. Atur sabuk pengikat yang bersih disekeliling tubuh pasien dan

sambungkan dengan kantongnya

17. Angkat selimut mandi dan bantu pasien untuk mencuci tangan dan

kembali ke tempat tidur.

18. Bersihkan kamar mandi pasien. Cuci sabuk pengikat dan peralatan

jika dapat digunakan kembali, dan biarkan sampai kering

19. Lakukan semua tindakan penyelesaian prosedur. Ingatlah untuk

mencuci tangan anda, melaporkan penyelesaian tugas, dan

mendokumentasikan tanggal, waktu perawatan ileostomi, tipe dan

jumlah drainase yang keluar, dan reaksi pasien.

Page 73: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

TUGAS

1. Fungsi colon untuk.................

1. Absorbsi air dan nutrient

2. Proteksi/perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan

melindungi dinding usus dari trauma oleh feces dan aktifitas bakteri

3. Mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan cara

berkontraksi

4. Menyimpan makanan

2. Faktor yang mempengaruhi defekasi adalah..................

1. Diit

2. Cairan

3. Aktivitas

Page 74: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

4. Factor psikologis

3. Masalah-masalah yang mempengaruhi defekasi....................

1. Konstipasi

2. Fecal impaction

3. Diare

4. kembung

4. Klien yang beresiko dalam eliminasi...........

1. Konsumsi makanan yang mengandung banyak serat

2. Kurang olahraga

3. Banyak minum air putih

4. Konsumsi makanan yang banyak mengandung gas

5. Suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan

perubahan2 lingkungan internal dan external unutk mempertahankan

keadaan kesejahteraannya disebut…………………

1. Sakit.

2. Sejahtera.

3. Homeostasis

4. Sehat.

Page 75: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

6. Karakteristik sehat( WHO ) menurut Edelman dan Mendle

adalah………..

1. Memperhatikan manusia sebagai sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lengkungan internal dan

external.

3. Penghargaan terhadap petinganya peran individu dalam hidup.

4. Menghargai manusia sebagai mahluk sosial.

7. Sehat sebagai totalitas dari seluruh proses kehidupan manusia termasuk

memandang sakit sebagai sebuah proses menurut………………….

a. Newman

b. Abraham Maslow

c. W.H.O

d. Florence

e. Calista Roy

8. 8. Yang termasuk lingkungan eksternal adalah...................

1. Variabel lingkungan fisik

2. Variabel lingkungan psikologis

3. Hubungan social dan ekonomi

4. Proses penyakit.

9. 9. Lingkungan internal terdiri dari berbagai factor.....................

1. Psikologis.

2. Dimensi intelektual dan spiritual.

3. Proses penyakit

4. Sosial ekonomi

Page 76: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

KRITERIA KEBERHASILAN

10. 10. Prilaku sehat yang positif dapat berupa............

1. Imunisasi.

2. Pola tidur yang sehat.

3. Olah raga yang adekwat

4. Nutrisi yang adekwat.

Kunci Jawaban : 1. A 2. B 3. D 4. A 5. E 6. D 7. E 8. D 9.D 10. B

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

100%Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

NILAI

Page 77: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

TOPIK DISKUSI

Diskusikan dengan kelompok Anda hal-hal berikut:

Coba lakukan macam-macam cara enema sesuai dengan materi yang

telah dijelaskan diawal.

”Selamat Berdiskusi”

Page 78: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

laporan hasil 1. Tuliskan hasil praktikum macam-macam cara enema yang telah

didemonstrasikan

Page 79: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

REFLEKSI DIRI

1. Kendala apa saja yang ditemukan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................

2. Bagian yang paling berkesan selama melakukan kegiatan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................

3. Apa yang dapat Anda kembangkan setelah menyelesaiakan job sheet ini. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................

Page 80: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz.2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. ECG:Jakarta

Iqbal Mubarak, Wahit. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:EGC

Kusyati,eni.2006, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC

Perry,potter.2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC

Perry,Peterson,Potter. 2005. Keterampilan dan Prosedur Dasar. Eds 5 jakarta : EGC

Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. Hlm 1502-1533.

Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal : 87

Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan.

Shone, N. (1995). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80

Page 81: Modul Pemeriksaan Fisik VI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

296

Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm : 123-136.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63

Tarwoto.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.