14
PELANGGAN INTERNAL DAN MENDENGARKAN PELANGGAN Tujuan instruksional: Setelah selesai pembahasan materi ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami bahwa focus kepada pelanggan eksternal dapat dicapai dengan memahami pelanggan internal. Di modul ini juga diberikan pemahaman konsep bagaimana mendengarkan pelanggan. Pendahuluan Banyak survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga atau perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa perusahaan yang memperhatikan keinginan dan kebutuhan pelanggannya dapat memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik dibandingan perusahaan lain. Kualitas pelayanan yang lebih baik inilah yang kemudian akan berkontribusi pada tingkat kepuasan pelanggan. Jadi, hubungan “fokus pada pelanggan - kualitas PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A. Judhie Setiawan, MSi CUSTOMER RETENTION MARKETING 1 MODUL 4 CUSTOMER RETENTION MARKETING 3 SKS

Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

Citation preview

Page 1: Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

PELANGGAN INTERNAL DAN MENDENGARKAN PELANGGAN

Tujuan instruksional: Setelah selesai pembahasan materi ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami bahwa focus kepada pelanggan eksternal dapat dicapai dengan memahami pelanggan internal. Di modul ini juga diberikan pemahaman konsep bagaimana mendengarkan pelanggan.

Pendahuluan

Banyak survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga atau perusahaan di Indonesia

menunjukkan bahwa perusahaan yang memperhatikan keinginan dan kebutuhan

pelanggannya dapat memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik dibandingan

perusahaan lain. Kualitas pelayanan yang lebih baik inilah yang kemudian akan

berkontribusi pada tingkat kepuasan pelanggan. Jadi, hubungan “fokus pada

pelanggan - kualitas pelayanan - tingkat kepuasan” merupakan rantai yang

memang sudah terbukti secara empiris.

Tidak mungkin terjadi “fokus pada pelanggan” tanpa didahului oleh “fokus pada

karyawan.” Oleh karena itu, jika kita bicara “fokus pada pelanggan” maka konteks

seharusnya adalah pada “pelanggan internal dan eksternal.” Dalam hal ini

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A. Judhie Setiawan, MSi

CUSTOMER RETENTION MARKETING 1

MODUL 4

CUSTOMER RETENTION MARKETING3 SKS

Dosen: A. Judhie Setiawan, MSi

Page 2: Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

terkadang perusahaan lupa. Ia terlalu banyak berkonsentrasi pada pelanggan

eksternal, kurang memperhatikan pelanggan internalnya.

Budaya membangun service culture pada pelanggan internal sudah seharusnya

menjadi tujuan perusahaan yang ingin customer focus. Membangun service culture

ini tidak cukup hanya melalui pelatihan-pelatihan singkat, apalagi yang dilakukan

sesaat menjelang adanya kontes kepuasan pelanggan.

Pada awalnya, pendekatan top down merupakan cara yang efektif dalam

membangun service culture ini. Artinya, kesadaran dan contoh teladan harus

datang dari pucuk pimpinan, disemaikan ke bawah dengan berbagai media

penyampaian. Membangun service culture ini harus dipandang sebagai sesuatu

yang stratejik sifatnya. Oleh karena itu, dorongan dari atas akan sangat efektif.

Baru setelah mulai berjalan, empowerment of employees menjadi tahap berikutnya.

Memberikan keleluasaan pada karyawan pada batas tertentu akan mendorong

karyawan berkreasi dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Dari dua

hal tersebut dapat disimpulkan bahwa membangun service culture bukanlah upaya

instan yang akan memberikan hasil instan pula. Ini yang penting disadari.

Service culture harus dibangun dalam tubuh perusahaan secara keseluruhan. Tidak

hanya pada frontliners. Banyak service provider yang mengira dengan melatih para

frontliners agar dapat memiliki budaya melayani, berarti tugasnya sudah selesai.

Padahal, para fronliners ini tidak mungkin dapat melakukan tugasnya dengan baik

tanpa adanya dukungan dari back office yang juga memiliki orientasi yang sama.

Satu hal yang rasanya perlu dicermati oleh para service provider saat ini, sebagai

contoh industri telekomunikasi, yaitu: adanya pola outsource karyawan, terutama

karyawan yang menjadi garda terdepan perusahaan. Dengan pola ini, di satu sisi

memang perusahaan dapat mencapai efisiensi yang diinginkan, namun di sisi lain

ada risikonya. Karyawan ousource ini belum tentu dapat menghayati nilai-nilai

perusahaan, apalagi memahami secara utuh service culture yang dibangun oleh

perusahaan. Akibatnya, service delivery-nya belum tentu optimal, atau dengan kata

lain, belum mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan. Inilah yang terkadang

merupakan salah satu sebab dari timbulnya over promise-under delivery.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A. Judhie Setiawan, MSi

CUSTOMER RETENTION MARKETING 2

Page 3: Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

Membangun service culture perlu didukung dengan pola reward dan punishment

yang jelas dan memadai. Menuntut karyawan memiliki budaya melayani tanpa

adanya penghargaan yang baik, tidak akan efektif. Karyawan hanya akan menjadi

mediocre, melayani seadanya dan secukupnya, karena memang kurang

termotivasi. Customer focus bukanlah suatu retorika, yang hanya dicanangkan

untuk mencapai tujuan sesaat. Customer focus sesungguhnya adalah nadi suatu

perusahaan, yang denyutnya harus terasa terus selama perusahaan hidup dan

berkembang.

Konsep Pelanggan Internal

Biasanya perusahaan memfokuskan layanan pelanggan secara eksternal. Jutaan

rupiah dialokasikan untuk kepentingan ini dengan harapan akan berhasil merayu

dan mempertahankan pelanggan. Sementara itu, hanya sedikit perhatian yang

diberikan pada layanan pelanggan secara internal. Padahal, layanan pelanggan

secara internal yang buruk berpengaruh pada kepuasan pelanggan.

Menurut Craig Harrison dalam Turning Customer Service Inside Out! How

Poor Internal Customer Service: Negatively Impacts External Customers, yang

penting justru mulai dari perusahaan Anda. Cepat atau lambat riak-riak efeknya

akan sampai ke pelanggan Anda.

Agar layanan kepada pelanggan berjalan dengan baik, pastikan komitmen

Perusahaan / Organisasi pada layanan pelanggan secara internal sesuai dengan

fokus perusahaan pada perhatian pelanggan eksternal.

Ketika berpikir tentang layanan pelanggan kita berpikir tentang karyawan

yang melayani pelanggan di konter atau telepon. Tapi, sebenarnya layanan

pelanggan terjadi juga dalam perusahaan dengan jenis usaha lain. Seberapa baik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A. Judhie Setiawan, MSi

CUSTOMER RETENTION MARKETING 3

Page 4: Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

karyawan Anda melayani pelanggan internal: divisi lain, manajemen, vendor, dan

konsultan?

Menurut Harrison layanan pelanggan secara internal mengacu pada layanan

yang mengarah pada bagian lain dalam perusahaan Anda. Itu juga tercermin pada

tingkat tanggapan, mutu, komunikasi, tim kerja, dan moral.

• Mutu pelayanan yang diberikan kepada pelanggan eksternal sering kali

ditentukan oleh mutu pelayanan yang saling diberikan pelanggan internal,

yaitu para karyawan, satu sama lain.

• Perusahaan diharapkan menciptakan filosofi ‘pelanggan internal’, yaitu

dengan cara setiap orang memahami bahwa mereka memiliki pelanggan

dan mendorong partisipasi karyawan dalam melakukan perbaikan

pelayanan.

• Konsep kepedulian pelanggan akan lebih dipahami apabila setiap orang di

seluruh organisasi menyadari bahwa mereka mempunyai pelanggan. Mutu

pelayanan yang ‘dipasok’ ke karyawan dalam organisasi seringkali

menentukan seberapa baik pelanggan luar dilayani (Gambar di halaman

berikut).

• Jika organisasi ingin memperbaiki mutu pelayanannya, mereka perlu

membuang perilaku ‘mereka dan kami’ yang sering dilakukan, baik oleh

manajemen maupun karyawan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan filosofi

pelayanan organisasi perlu memahami pentingnya pelanggan internal,

perlunya berbagi informasi yang lebih besar, serta tanggap terhadap

permasalahan yang dihadapi oleh karyawan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A. Judhie Setiawan, MSi

CUSTOMER RETENTION MARKETING 4

Page 5: Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

Mutu Pelayanan Internal

Mutu PelayananEksternal

PelangganYang puas

Pertahanan danLoyalitas

pelanggan

• Idealnya, dalam setiap organisasi, masing-masing departemen melakukan

survei tentang seberapa baik mereka telah memenuhi kebutuhan pelanggan

internal. Selanjutnya, melakukan tindakan untuk memperbaiki mutu

pelayanan yang diberikan.

Hubungan antara kepedulian terhadap pelanggan internal, eksternal dan

loyalitas pelanggan

Pemahaman Tentang Kebutuhan Pelanggan Internal

• Memahami kebutuhan pelanggan internal merupakan langkah penting

dalam upaya memperbaiki mutu pelayanan internal dalam rangka

menumbuhkan komitmen karyawan.

• Ada berbagai metode untuk mengetahui kebutuhan pelanggan internal,

termasuk misalnya melakukan survei perilaku, menyelenggarakan

lokakarya, membentuk kelompok pengarah, dan mendorong para pelopor

pelayanan.

Perbaikan Proses Kerja

• Ada suatu pemahaman yang berkembang bahwa agar organisasi bisa

menjadi lebih tanggap terhadap pelanggan, proses kerjanya harus menjadi

ramping dan langsung.

• Banyak perusahaan melakukan perbaikan proses atau melakukan

reorganisasi proses bisnisnya untuk membantu agar mereka menjadi lebih

fokus pada pelanggan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A. Judhie Setiawan, MSi

CUSTOMER RETENTION MARKETING 5

Page 6: Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

• Suatu proses merupakan suatu rangkaian aktivitas yang menghasilkan

suatu keluaran (output) bagi pelanggan (internal atau eksternal).

• Perbaikan proses kerja telah menjadi metode yang mampu memberikan

fleksibilitas yang lebih banyak, pelayanan yang lebih terfokus pada

pelanggan, serta menghilangkan berbagai hambatan yang ada pada setiap

departemen.

• Tim perbaikan pelayanan dapat menggunakan beragam teknik untuk

mengidentifikasi penyebab masalah dan mengimplementasikan perbaikan

yang diperlukan.

Pemasok, Aliansi, dan Rekanan

• Dorongan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi para

pelanggan sering kali mengubah hubungan organisasi dengan para

pemasoknya. Para pemasok merupakan bagian penting dalam program

mutu pelayanan. Oleh karena itu, sangat bermanfaat melibatkan mereka

dalam perencanaan perbaikan pelayanan.

• Cara tersebut akan membuat para pemasok sadar terhadap program

kepedulian pada pelanggan yang dilakukan oleh organisasi/perusahaan

sehingga mereka mengetahui standar produk serta mutu pelayanan yang

juga harus mereka laksanakan.

• Sebagaimana halnya organisasi yang menjalin kerja sama dan aliansi,

masing-masing pihak harus memahami kebutuhan pihak lainnya, serta

menyamakan nilai-nilai yang ditawarkan.

Standar dan Piagam

• Faktor penting dalam konsistensi penyampaian pelayanan adalah

penetapan standar pelayanan.

• Seluruh standar pelayanan harus realistis, dapat dicapai dan diukur. Para

karyawan harus dilibatkan dalam menetapkan standar pelayanan yang akan

menjadi dasar dari pekerjaan yang akan mereka laksanakan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A. Judhie Setiawan, MSi

CUSTOMER RETENTION MARKETING 6

Page 7: Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

• Standar yang ‘keras’ dan standar yang ‘lunak’ harus ditetapkan. Standar

yang ‘keras’ dapat dihitung, misalnya memproses 95% aplikasi dalam waktu

24 jam. Standar yang ‘lunak’ merupakan standar kualitatif, misalnya sikap

ramah dan sopan kepada para pelanggan. Standar bisa juga ditetapkan

berdasarkan standar lokal maupun nasional.

Kepedulian Karyawan

• Kepedulian pada karyawan sangat penting dalam menciptakan lingkungan

yang sesuai untuk karyawan, agar mereka peduli pada para pelanggannya.

• Lingkungan tempat para karyawan bekerja juga mempengaruhi mutu

pelayanan yang diberikan kepada para pelanggan. Jika karyawan bekerja

dalam lingkungan yang ‘dingin’ dan buruk di mana informasi tidak tersedia,

atau peralatan kerja di bawah standar, maka pemberian pelayanan dapat

terpengaruh.

Mendengarkan Pelanggan

Langkah awal yang penting dalam mengembangkan berbagai bentuk pelayanan

adalah mendapatkan umpan balik dari pelanggan. Organisasi (perusahaan) perlu

mendengarkan suara pelanggan bila ingin mendapatkan pelanggan baru dan

mempertahankan pelanggan yang telah ada.

Sebaik apapun kinerja perusahaan dalam upaya untuk memuaskan

pelanggannya, masih akan ada saja berbagai keluhan pelanggan. Menangani

pelanggan adalah kesempatan kedua yang diberikan oleh pelanggan, jika

kesempatan pertama gagal memenuhi harapan mereka.

Di samping itu, keluhan pelanggan, juga merupakan masukan yang amat

penting untuk melakukan improvement terhadap proses dan sistem pelayanan

kepada pelanggan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A. Judhie Setiawan, MSi

CUSTOMER RETENTION MARKETING 7

Page 8: Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

Pemantauan terhadap Complaint dan Pujian Pelanggan

Hanya sebagian kecil pelanggan yang bersedia menyampaikan keluhan. Begitu

juga dalam hal memberikan pujian. Itulah sebabnya, pengukuran terhadap keluhan

dan pujian sering kali tidak tepat.

Persepsi pelanggan terhadap organisasi (perusahaan) didasari pada

pengalamannya ketika berinteraksi/berhubungan dengan karyawan lini depan

perusahaan. Di mata pelanggan, karyawan tersebut mewakili perusahaan. Apa pun

keluhan pelanggan, umumnya ditujukan kepada mereka

Seorang pelanggan yang mengajukan keluhan sebenarnya sedang

memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk melakukan sesuatu dengan

baik.

Metode untuk Mendengarkan Pelanggan

Ada dua metode utama yang dapat digunakan untuk mendengarkan pelanggan dan

mendapatkan umpan balik dari pelanggan, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif:

1. Kuantitatif

Fakta (data),

Survey melalui telpon,

Kuesioner yang diisi secara mandiri,

Survey melalui surat,

Ghost shopper/mistery guest,

Survey melalui pihak ketiga,

Survey on-line.

2. Kualitatif

Opini/pendapat pelanggan,

Kelompok pelanggan pengguna (komunitas pelanggan),

Wawancara tatap muka (customer gathering),

Video,

Telepon bebas pulsa,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A. Judhie Setiawan, MSi

CUSTOMER RETENTION MARKETING 8

Page 9: Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

Forum diskusi on-line.

Metode kualitatif memberikan umpan balik dari pelanggan terhadap hal-hal

dan opini yang tersembunyi serta memberikan peluang bagi organisasi untuk

menggali perasaan dan kebiasaan pelanggan secara mendalam.

Metode kuantitatif membuat organisasi mampu menghitung opini

pelanggan. Perlu bertindak hati-hati untuk memilih metodologi yang sesuai.

Langkah terbaik adalah mengkombinasikan keragaman dari masing-masing

teknik tersebut.

Penanganan Keluhan (Complaint) Pelanggan

1. Menangani secara tatap muka

Usahakan tetap tenang (be calm down),

Perlu diingat, bahwa keluhan dan kekecewaan pelanggan ditujukan

kepada organisasi (perusahaan),

Dengarkan keluhan pelanggan dengan rasa simpati dan usahakan

untuk mempertahankan kontak mata (supaya pelanggan tidak

merasa diabaikan),

Fleksibel dan jangan menyalahkan orang lain. Menyalahkan orang

lain berakibat kita dianggap melempar tanggung jawab oleh

pelanggan,

Bertanggung jawab terhadap situasi yang terjadi,

Tawarkan kepada pelanggan jalan keluar bagi masalahnya,

Usahakan jangan berkata “Ini merupakan kebijakan perusahaan”

sebagai alasan untuk tidak merespon pelanggan.

2. Menangani melalui telpon

Mudahkan pelanggan dengan akses nomor telepon bebas pulsa,

Usahakan untuk memesan nomor telepon yang mudah diingat,

Buat kebijakan penanganan keluhan pelanggan melalui telepon

untuk memastikan bahwa panggilan telepon dari pelanggan segera

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A. Judhie Setiawan, MSi

CUSTOMER RETENTION MARKETING 9

Page 10: Modul Memberikan Pelayanan Kepada Pelanggan

diangkat dan ditangani secara efisien waktu,

Berikan pelatihan kepada karyawan Call Center dengan ‘be positive’

dan ‘friendly’,

Sebaiknya selalu dimulai dengan menyebutkan nama bagi karyawan

Call Center.

3. Menangani melalui surat (konvensional dan e-mail)

Gunakan bahasa yang efektif dan sederhana/simple (langsung pada

sasaran),

Berikan penjelasan mengenai apa yang salah dan apa sebabnya,

Berikan permintaan maaf (apology),

Berikan keyakinan bahwa di masa dating hal yang sama tidak akan

terulang lagi.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menangani keluhan

pelanggan, sebagai berikut:

Jangan berargumentasi dengan pelanggan. The customer is always

right – even when he/she is wrong.

Berikan solusi sebanyak mungkin di tahap awal.

Investasi dalam bentuk pelatihan (training) bagi karyawan lini depan.

Karyawan lini depan di samping mempunyai keahlian teknis juga harus

memiliki keahlian interpersonal.

Pastikan organisasi (perusahaan) telah mengalokasikan sumber daya

yang cukup dalam melayani pelanggan.

Secara formal, catatlah penanganan keluhan pelanggan yang berakhir

dengan kepuasan pelanggan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A. Judhie Setiawan, MSi

CUSTOMER RETENTION MARKETING 10