13
MODUL PERKULIAHAN Genius Loci Modul Standar Mata Kuliah Perancangan Arsitektur 4 Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik, Perencanaan dan Desain Arsitektur 03 Primi Artiningrum, Ir. M.Arch Abstract Kompetensi Genius Loci membahas tentang ‘Jiwa Tempat’ atau Spirit of Place. Arsitektur tidak terlepas dari tempat yang bermula dari ruang. Manusia menempati ‘ruang’ (Space), ruang-ruang dimana terjadi kehidupan akan berubah menjadi ‘tempat’ (Place). Setelah mempelajari Materi ini, mahasiswa mampu: •Menjelaskan Pengertian Genius Loci •Membedakan Pengertian Space dan Place •Mengidentifikasi Karakter Tempat

Modul Genius Loci

Embed Size (px)

DESCRIPTION

genius loci

Citation preview

Page 1: Modul Genius Loci

MODUL PERKULIAHAN

Genius Loci

Modul Standar Mata Kuliah Perancangan Arsitektur 4

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Fakultas Teknik, Perencanaan dan Desain

Arsitektur

03 Primi Artiningrum, Ir. M.Arch

Abstract Kompetensi

Genius Loci membahas tentang ‘Jiwa Tempat’ atau Spirit of Place. Arsitektur tidak terlepas dari tempat yang bermula dari ruang. Manusia menempati ‘ruang’ (Space), ruang-ruang dimana terjadi kehidupan akan berubah menjadi ‘tempat’ (Place).

Setelah mempelajari Materi ini, mahasiswa mampu: •Menjelaskan Pengertian Genius Loci •Membedakan Pengertian Space dan Place •Mengidentifikasi Karakter Tempat

Page 2: Modul Genius Loci

2012 2 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini mengaburkan batas ruang dan

waktu. Infromasi dari berbagai penjuru bumi tersebar dengan cepat dan mudah. Dunia

menjadi sangat global. Dampak dari kondisi ini berpengaruh terhadap berbagai aspek

kehidupan, termasuk cara manusia berkehidupan, cara manusia beraktifitas, dan pada

akhirnya bermuara pada pembentukan wadah-wadah aktifitas dan kehidupan manusia,

ruang-ruang tempat manusia berkegiatan (Spaces) dan berpengaruh pula pada wajah

tempat (Palces).

Rumput di halaman tetangga lebih hijau dari pada rumput di halaman sendiri. Peribahasa

tua itu merupakan metafora dari sifat manusia yang sering memandang milik orang lain lebih

indah dari milik kita sendiri, sehingga kita menginginkan apa yang dimiliki oleh orang lain.

Gejala ini juga melanda kegiatan manusia dalam berarsitektur, terutama mereka yang

tinggal di kota-kota besar, sangat cepat dalam mengadopsi hal-hal yang berasal dari luar

negeri, yang sering kali kurang sesuai atau bahkan bertentangan dengan kondisi lingkungan

baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang juga menjadi pusat

segala kegiatan perekonomian sangat cepat berubah wajah, dan pada akhirnya terseok-

seok menanggung konsekuensinya. Bencana banjir yang merendam hampir separuh kota

Jakarta adalah salah satu beban yang harus ditanggung kota Jakarta. Namun demikian, hal

tersebut tidak juga menghentikan arus pembangunan yang semakin memadatkan kapasitas

kota dan juga meluas ke kota-kota di tepian Jakarta. Sayangnya pembangunan tersebut

tidak mengindahkan nilai-nilai local dan daya dukung lahan setempat. Berapa banyak

pengembang yang menawarkan hunian bergaya Eropa, Amerika, bahkan memberikan

nama-nama yang berbau Barat, dan sangat laku keras. Eropa dan Amerika adalah benua

yang letaknya di belahan bumi yang berbeda dengan Indonesia, tentunya juga beriklim

berbeda dengan Indonesia. Akibatnya hunian-hunian Eropa tersebut menjadi mahal karena

harus melawan iklim Indonesia dan dampak jangka panjangnya adalah terjadinya kerusakan

lingkungan.

Page 3: Modul Genius Loci

2012 3 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

Foto di download dari: seadanya-semaugue.blogspot.com

Pada foto di atas terlihat perubahan wajah kota Jakarta dalam 40 tahun terakhir.

Page 4: Modul Genius Loci

2012 4 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

Lalu bagaimana seharusnya kita berarsitektur?

Bab ini akan membahas tentang Genius Loci atau Jiwa Tempat atau Spirit of the Place.

Arsitektur tidak terlepas dari tempat yang bermula dari ruang. Manusia menempati ‘ruang’

(Space), ruang-ruang dimana terjadi kehidupan akan berubah menjadi ‘tempat’ (Place).

Setiap tempat berbeda dengan tempat lainnya. Kegiatan manusia dalam berkehidupan

dalam sebuah tempat membentuk karakter, identitas, sehingga dapat dikatakan setiap

tempat memiliki keunikan, memiliki jiwa. Interaksi antara manusia dengan tempat hidupnya

memberikan pengaruh timbal balik terhadap karakter tempat tersebut, sehingga tempat itu

menjadi bermakna (meaningful Place). Pembahasan tentang Jiwa Tempat atau Spirit of

Place mencakup pembahasan tentang Pengertian Jiwa Tempat, Perbedaan Ruang (Space)

dan Tempat (Place), Tempat yang bermakna (Meaningful Place), dan Kearifan Lokal.

Pengertian-pengertian

Pengertian Genius Loci

Pengertian Space (Ruang) dan Place (Tempat)

Sejak bertahun-tahun yang lalu, konsep tentang ‘Ruang’ (=Space) sudah merupakan issue

dalam diskusi-diskusi filosofis dan ilmu alam. Dalam bukunya yang berjudul Space in

Architecture, Van de Ven, mengajak kita untuk mengkaji ulang konsep tradisional tentang

ruang dalam arsitektur yang merupakan komposisi dari dinding, lantai, jendela dan langit-

langit. Secara umum Pengertian tentang Ruang dapat dilihat melalui pandangan Timur

yang antara lain dikemukakan oleh ahli Filsafat Cina Lao Tzu dan melalui pandangan Barat

yang dikemukakan oleh beberapa ahli Filsafat Barat seperti Plato dan Aristoteles, sebagai

berikut:

Menurut Lao Tzu.

Ruang adalah “kekosongan” yang ada di sekitar kita maupun di sekitar obyek atau benda.

Ruang yang terkandung di dalam adalah lebih hakiki ketimbang materialnya, yakni massa.

Ada tiga tahapan hirarki ruang :

1. pertama, ruang sebagai hasil dari perangkaian secara tektonik;

2. kedua, ruang yang dilingkup bentuk stereotomik dan;

Page 5: Modul Genius Loci

2012 5 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

3. ketiga, ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan antara di dalam dan di

luar.

Menurut Plato

Ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan teraba, menjadi teraba karena memiliki

karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato mengatakan : kini, segala

sesuatunya harus berwadaq, kasat mata, dan teraba; namun tak ada sesuatupun yang

dapat kasat mata tanpa adanya api, tak ada sesuatupun yang dapat teraba bila tak

bermassa, dan tak ada sesuatupun yang dapat bermassa tanpa adanya unsur tanah. Maka

Tuhanpun menciptakan dunia dari api dan tanah …. Meletakan air dan udara diantara api

dan tanah dan membuatnya sebanding antara yang satu dengan lainnya, sehingga udara

terhadap air sebanding dengan air terhadap tanah; demikian ia membuat dunia ini sebagai

kesatuan yang kasat mata dan teraba. (Cornelis van d Ven, 1995).

Menurut Aristoteles

Ruang adalah sebagai tempat (topos), tempat (topos) sebagai suatu dimana, atau sesuatu

place of belonging, yang menjadi lokasi yang tepat dimana setiap elemen fisik cenderung

berada. Aristoteles mengatakan : “wadaq-wadaq semata bergerak ke atas dan kebawah

menuju tempatnya yang tetap” dan ‟setiap hal berada di suatu tempat yakni dalam sebuah

tempat‟. „Suatu tempat, atau ruang, tidak dapat memiliki suatu wadaq”. (Cornelis van d Ven,

1995).

Dari pengertian-pengertian filosofis tersebut dapat disimpulkan bahwa Konsep Ruang

mencakup elemen-elemen ‘nyata/tangible’ dan ‘tidak nyata’. Menurut Lao Tzu, ruang tidak

memerlukan pembatas yang jelas/tegas, tetapi lebih mengandalkan ‘rasa’ atau ‘perasaan’.

Kekosongan adalah sesuatu yang intangible (tidak dapat dilihat ataupun diraba, namun

dapat dirasakan) tetapi Kekosongan dapat menjadi sesuatu yang tangible (nyata) melalui

bantuan ‘materi/massa’ atau pembatas. Ruang dapat terbentuk melalui banyak cara, seperti

perbedaan ketinggian lantai, perbedaan warna dan bahan, dll. Sedangkan Plato memahami

ruang sebagai salah satu dari 4 konstituen pembentuk ‘dunia’ yaitu: tanah (earth), udara

(air), api (fire) dan air (water). Dengan demikian Ruang dipandang sebagai udara, karena

objek yang nyata berbeda dalam karakter dari semua benda lain di dunia. Sementara

Aristoteles memperkenalkan Konsep Ruang sebagai ‘tempat’ mengacu kepada satu bagian

kecil permukaan bumi yang dapat diidentifikasi dengan sebuah nama atau sebagai sebuah

urutan benda materi secara umum.

Page 6: Modul Genius Loci

2012 6 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

Dalam papernya yang berjudul ‘Kita Memproduksi Ruang’, Kemas Ridwan, menguraikan

pemikiran yang radikal dari Henri Levebfre, seorang pemikir Perancis yang berhaluan

Hegelian-Marxist.1 Dalam bukunya yang berjudul ‘La Production de l’espace’ (1974), yang

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Donald Nicholson-Smith dengan

judul The Production of Space (1991),2 Henri Lefebvre mengungkapkan bahwa ‘space is

socially produced’ sementara itu ‘we are spatially produced’. Menurut Beliau, kita

menciptakan ruang menurut cara kita bertinggal dalam kehidupan sosial kita (lived space),

yang mana dalam realitas kehidupan tersebut kita bersinggungan dengan aspek material

fisik dari ruang yang tercerap oleh indera kita (perceived space) dan aspek-aspek non-

material (mental) dari ruang yang terkonsepsi dalam benak kita (conceived space).

Kalau sebelumnya Arsitektur lebih banyak berbicara tentang bagaimana kita mengkonstruksi

ruang (construction of space) yang berhubungan dengan aspek fisik dan juga konsepsi

filosofis dari ruang, maka Levebfre mengambil pendekatan yang lain yang sangat esensial

yaitu dengan mempertanyakan bagaimana aspek fisik dan filosofis dari ruang yang

dikonstruksikan tersebut dapat bermakna bila tidak ada makhluk sosial di dalamnya.

Dari berbagai pengertian dan definisi tentang ruang dan tempat di atas dapat disimpulkan

bahwa ruang-ruang yang awalnya merupakan elemen abstrak akan menjadi tempat (place)

setelah di dalamnya muncul elemen-elemen nyata/fisik (pembatas spt dinding, lantai/tanah,

mungkin juga langit-langit) dan kemudian menjadi bermakna apabila terjadi kehidupan yang

mencakup segala aspeknya, yaitu aspek social.

Meaningful Place (Keunikan Tempat)

Dalam blognya, Ilya Fadjar Maharika, seorang dosen Arsitektur di Universitas Islam

Indonesia, 2009, mengupas pemaknaan ‘Genius Loci’ sebagai berikut:

Padanan kata Genius Loci dalam bahasa Indonesia adalah Kearifan Lokal. Makna kata

Genius berkaitan dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Ketika manusia

masih hidup dalam pemahaman mitologis, dipercayai bahwa setiap tempat memiliki jin

1 Lefebvre lahir tahun 1901 dan meninggal tahun 1991. Dia merupakan sosok pemikir berhaluan kiri yang anti-Stalin. 2 Kerumitan teori Lefebvre juga bukan hanya dari isinya saja, tapi dari kesulitan bahasanya yang pada awalnya ditulis dalam bahasa Perancis.

Page 7: Modul Genius Loci

2012 7 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

penunggu yaitu : Genius. Seiring dengan perkembangan pemahaman manusia dalam

melihat relasi atau hubungan antara alam dan manusia secara lebih seimbang, makna

genius berkembang menjadi lebih kepada karakter penandaan elemen alam tertentu.

Sedangkan dalam pengertian yang lebih ‘universal’ kata ‘genius’ mengingatkan kita kepada

pemaknaan tentang kepintaran dan kemampuan. Genius sering diberikan sebagai julukan

bagi seseorang yang sangat pintar.

Sedangkan kata ‘Loci’ berarti tempat atau lokal. Kata Genius yang disandingkan dengan

kata Loci, menjadi bermakna lebih sempit = local bukan universal, menjadi sesuatu yang

khas pada suatu tempat tertentu. Local Genuine berarti keunikan local, keotentikan suatu

lokalitas tertentu. (perhatikan kata genius – genuine yang mirip dalam tulisan dan

pengucapan tetapi mempunyai makna yang berbeda meskipun mungkin berasal dari akar

kata yang sama : gen – genus). Unik adalah kondisi ketiadaan entitas yang sama atau

hampir sama. Dalam konteks keunikan ini maka kita dapat mengenali identitas suatu

tempat, membedakannya dengan tempat yang lain.

(disarikan dari: http://maharika.staff.uii.ac.id/2009/02/local-genius-genius-loci-local-genuine/)

Foto: mrwallpaper.com

Page 8: Modul Genius Loci

2012 8 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

Foto : sole-jole.org

Kedua gambar di atas adalah foto wajah kota dari Negara yang berbeda, namun keduanya

memiliki wajah yang serupa. Sulit mengenali secara visual nama kedua tempat dalam

gambar di atas. Gambar atas adalah Singapore sedangkan gambar bawah adalah Chicago.

Kemiripan keduanya merupakan karakter/ciri kota-kota metropolitan, yang juga menjadi

wajah kota Jakarta. Namun demikian tetap dibutuhkan hal-hal khusus yang berbeda antara

satu kota dengan kota yang lain, yang memberikan karakter khusus bagi setiap kota/tempat,

yang tidak ada di tempat yang lain.

Seperti telah dipaparkan di atas bahwa terbentuknya sebuah tempat merupakan kombinasi

menyeluruh antara elemen-elemen fisik pembentuk ruang dan elemen-elemen non fisik

yang merupakan aktivitas manusia dan interaksi sosial yang terjadi di dalamnya. Elemen-

elemen non fisik tersebut yang kemudian membentuk ‘ruh’ atau ‘jiwa’ pada sebuah tempat.

Namun justru elemen non fisik inilah yang sering dilupakan ketika sebuah tempat tidak lagi

dapat menahan arus perubahan, yang biasanya lebih difokuskan kepada perubahan fisik.

Contoh Kasus

Page 9: Modul Genius Loci

2012 9 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

Segitiga Senen, Jakarta Pusat

Kedua gambar di atas adalah gambar/foto daerah Segitiga Senen di Jakarta Pusat yang

sudah ada sejak zaman Belanda. Melihat dari gaya bangunannya, wilayah ini merupakan

wilayah pecinan, atau perkampungan Cina. Sampai dengan awal tahun 1980an,

perkampungan Cina di sini masih dihuni oleh orang-orang Cina beserta keluarganya,

dengan membawa adat-istiadat Cina. Pada tahun 1970an, masih banyak penduduk bertenis

Cina yang duduk-duduk di depan rumahnya sambil menjaga took yang kebanyakan adalah

toko-toko obat tradisional Cina. Namun semakin lama kondisi perkampungan menjadi

semakin kumuh, dan memperburuk wajah kota. Pada tahun 1980an pemerintah

meremajakan wilayah tersebut dengan membangun kawasan mixed use yang terdiri dari

Mall, Hotel dan Ruko.

Page 10: Modul Genius Loci

2012 10 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

Gambar berikutnya adalah foto setelah peremajaan. Satu-satunya bangunan lama yang

dipertahankan adalah bangunan yang dalam foto berfungsi sebagai restoran Pizza Hut, dan

pada foto sebelumnya terlihat memiliki atap kerucut pada ke dua menaranya.

Mungkin untuk mengingat kembali sejarah kampong pecinan di daerah tersebut, bentuk ruko

yang dirancang di kawasan tersebut merupakan versi modern rumah-rumah Cina seperti

terlihat pada Foto hitam-putih di atas. Namun karena peremajaan lebih focus kepada

peremajaan fisik, perubahan yang terjadi tidak hanya berpengaruh pada fisik bangunan

tetapi juga terhadap jiwa kawasan. Kawasan tersebut seperti kehilangan ruh/nyawanya.

Ruko yang pada awalnya benar-benar merupakan tempat tinggal pemiliknya (lantai atas

tempat tinggal dan lantai bawah tempat usaha), Ruko setelah peremajaan sepenuhnya

berfungsi sebagai toko atau kantor. Akibatnya kehidupan di kawasan tersebut yang pada

awalnya berlangsung 24 jam, saat ini hanya berlangsung pada siang hari saja. Interaksi

sosial penghuni yang memberi nyawa pada kawasan tidak lagi terjadi. Pada akhirnya

kawasan ini menjadi kawasan yang kurang hidup bila tidak ingin dikatakan mati.

Pulau Bali

Page 11: Modul Genius Loci

2012 11 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

Foto: dok. Pribadi

Melihat Foto tersebut di atas, pasti semua orang langsung dapat mengenali di mana lokasi

tempat dalam foto tersebut. Foto tersebut berada di Bali di desa Panglipuran yang

merupakan salah satu desa yang dipreservasi oleh pemerintah. Meskipun beberapa pihak

mengkritik pemasangan paving block (elemen modern) pada desa tersebut, namun

‘karakter’ Bali masih sangat terasa. Selain bentuk bangunan yang masih dipertahankan

mengikuti kaidah-kaidah arsitektur tradisional Bali, desa tersebut juga masih dihuni oleh

masyarakat setempat. Upaya pemerintah untuk tetap mempertahankan tradisi, dan masih

banyaknya masyarakat Bali yang menjalani kehidupan mengikuti adat dan kepercayaan

leluhur, cukup kuat menahan arus modernisasi yang cenderung menghilangkan Genius Loci

suatu tempat.

Filosofi hidup masyarakat Bali yang masih memandang keselarasan dengan alam akan

memberikan keselamatan dalam kehidupannya merupakan cara pembentukan karakter

tempat yang sangat kuat. Dari mulai mengenali lahan dan kondisi alam sekitarnya, hingga

aturan detail yang semuanya tercantum dalam asta kosala kosali, membantu manusia untuk

hidup dengan menghargai alam, dan pada akhirnya justru menjaga keseimbangan hidup

Page 12: Modul Genius Loci

2012 12 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

manusia dengan alam, menjaga alam dari kerusakan tangan-tangan manusia, dan

mencapai kehidupan yang berkelanjutan. Inilah yang dimaksud dengan kearifan local.

Kesimpulan

Tempat atau tapak adalah factor paling utama yang harus dikenali secara mendalam oleh

para arsitek sebagai perancang ruang sebagai wadah kegiatan berkehidupan manusia.

Pengenalan/identifikasi karakter suatu tempat bukan hanya mencakup elemen-elemen fisik,

tetapi juga elemen-elemen non fisik yang menyangkut factor sosial dan budaya masyarakat

di lingkungan sekitar tapak. Kedua hal tersebut yang akan membantu arsitek dalam

penciptaan dan pembentukan suatu tempat agar selalu terjaga keberlanjutannya. Bangunan

baru yang dirancang harus dapat menjadi bagian yang menyatu dengan tapak dan

lingkungan, agar jiwa tempat tetap terpelihara, dan keunikannya tetap terjaga.

Daftar Pustaka

Cornelis van de Ven, 1995., Space in Architecture. The evolution of a new idea in the theory

and history of the modern movements, Van Gorcum Assen, the Netherlands

Kurniawan, Kemas Ridwan., 2009, Kita Memproduksi Ruang, Makalah dalam buku LILIN

LESTARI 72 Tahun Ir. Siti Utamini Departemen Arsitektur FTUI

Lefebvre, Henri, The Production of Space –translated by Donald Nicholson-Smith (Oxford

UK: Blackwell, 1991).

Nes, Akkelies., 2012, Between Heaven & Earth Christian Norberg-Schulz's Contribution to

the Phenomenology of Place & Architecture, Environmental Architectural Phenomenology

Newsletter.

Norberg-Schulz, Christian., 1980, Genius Loci: Towards a Phenomenology of Architecture,

New York, Rizzoli International Publications Inc.

Weinheimer III, John F., 1997, A Place of Our Own, Thesis for Master of Architecture,

Virginia Polytechnic Institute & State University, Virginia

Page 13: Modul Genius Loci

2012 13 Perancangan Arsitektur 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Primi Artiningrum, M.Arch. http://www.mercubuana.ac.id

http://www.biblioteca.dpa.polimi.it/interni/lectures/03-van%20de%20ven.htm

http://maharika.staff.uii.ac.id/2009/02/local-genius-genius-loci-local-genuine/