Modul b.indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Modul b.indonesia

Citation preview

1

168

151

Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi

1. PengantarModul ini membicarakan penerapan bahasa Indonesia, baik secara umum maupun secara khusus. Pembicaraan secara umum meliputi berbagai bentuk pemakaian bahasa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari. Secara khusus, yang dibicarakan adalah bagaimana menuangkan gagasan dengan nalar yang baik ke dalam bentuk tulisan. Lebih khusus lagi adalah pengungkapan gagasan melalui tulisan yang bersifat ilmiah.

2. Tujuan Instruksional UmumDiharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia, mahasiswa memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif ini diwujudkan dengan kesetiaan berbahasa Indonesia; kebanggaan akan pentingnya bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan pengembang ilmu dan teknologi secara menyeluruh untuk meningkatkan kehidupan bangsa, negara, dan juga agama; kesadaran berbahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dengan perkataan lain, mata kuliah ini ditujukan mengarahkan mahasiswa pada kepribadian yang mengindonesia.

3. Tujuan Instruksional KhususDiharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia, mahasiswa mampu dan terampil menuangkan gagasan secara lisan maupun tertulis baik ilmiah maupun takilmiah dengan bahasa Indonesia yang mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Kegiatan Belajar I

Politik Bahasa Indonesia

1. Mengapa Kita Mempelajari Bahasa Indonesia?Mengapa bahasa Indonesia masih harus dijadikan mata kuliah dan dipelajari di semua jurusan atau program di seluruh fakultas di perguruan tinggi, padahal kini banyak di antara kita sudah belajar berbahasa Indonesia sejak lahir dan secara formal sejak di sekolah dasar, bahkan sejak di taman kanak-kanak? Alasannya tiada lain karena Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pasal 37 Ayat 2 mewajibkan perguruan tinggi menyelenggarakan beberapa mata kuliah pengembangan kepribadian yang lebih umum disingkat menjadi MPK. Satu di antara beberapa MPK adalah mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebelumnya, mata kuliah Bahasa Indonesia dan sejenisnya diwadahi dalam Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), lalu berkembang menjadi Mata Kuliah Umum (MKU), dan terakhir menjadi MPK.Mengapa pula undang-undang tersebut begitu? Landasan pemikirannya ada dua. Pertama adalah satu dari tiga butir Sumpah Pemuda 1928 menyatakan Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Kedua adalah Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36, yang menyatakan bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Hal itu dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.Dengan perkataan lain, latar belakang mengapa bahasa Indonesia masih harus kita pelajari secara formal sampai di perguruan tinggi adalah adanya dua kedudukan yang dimiliki bahasa Indonesia. Tentu saja, kedua kedudukan tersebut memiliki fungsinya masing-masing.

a. Bahasa NasionalDalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki tiga fungsi: (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing.Fungsi pertama mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Berdasarkan kebanggaan inilah, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan. Selain itu, rasa bangga memakai bahasa Indonesia dalam berbagai bidang harus selalu kita bina dan kita tingkatkan.Fungsi kedua mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia sebagaimana halnya lambang lain, yaitu bendera merah putih dan burung garuda mau takmau suka taksuka harus diakui menjadi bagian yang takdapat dipisahkan dengan bangsa Indonesia. Jadi, seandainya ada orang yang kurang atau bahkan tidak menghargai ketiga lambang identitas kita ini tentu sedikitnya kita akan merasa tersinggung dan rasa hormat kita kepada orang tersebut menjadi berkurang atau malah hilang. Karena itu, bahasa Indonesia dapat menunjukkan atau menghadirkan identitasnya hanya apabila masyarakat bahasa Indonesia membina dan mengembangkannya sesuai dengan keahlian dalam bidang masing-masing.Fungsi ketiga memberikan kewenangan kepada kita berkomunikasi dengan siapa pun memakai bahasa Indonesia apabila komunikator dan komunikan mengerti. Karena itu, kesalahpahaman dengan orang dari daerah lain bisa kita hindari kalau kita memakai bahasa Indonesia. Melalui fungsi ketiga ini pula kita bisa memahami budaya saudara kita di daerah lain.Fungsi keempat mengajak kita bersyukur kepada Tuhan karena kita telah memiliki bahasa nasional yang berasal dari bumi kita sendiri sehingga kita dapat bersatu dalam kebesaran Indonesia. Padahal, ketika dicanangkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia boleh dikatakan tidak memiliki penutur asli karena berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Jawa dan bahasa Sunda paling banyak penuturnya di antara bahasa-bahasa daerah yang ada di Nusantara ini. Jadi, berdasarkan jumlah penutur, yang pantas menjadi bahasa nasional sebenarnya kedua bahasa daerah itu. Apalah jadinya seandainya bahasa Jawa atau bahasa Sunda yang diangkat menjadi bahasa nasional. Mungkin saja terjadi perpecahan perang antarsuku, lalu muncul negara-negara kecil. Karena itu, tentu bukan soal jumlah penutur yang menjadi landasan para pemikir bangsa waktu itu. Mereka berpikiran jauh ke masa depan untuk kebesaran dan kejayaan bangsa; dan lahirlah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

b. Bahasa NegaraBahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara memiliki empat fungsi yang saling mengisi dengan ketiga fungsi bahasa nasional. Keempat fungsi bahasa negara adalah sebagai berikut: (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.Dalam fungsi pertama bahasa Indonesia wajib digunakan di dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan. Begitu juga dalam penulisan dokumen dan putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan. Hal tersebut berlaku juga bagi pidato kenegaraan.Fungsi kedua mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan menggunakan pengantar bahasa Indonesia. Lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi mau takmau dalam pelajaran atau mata kuliah apa pun pengantarnya adalah bahasa Indonesia. Namun, ada perkecualian. Bahasa daerah boleh (tidak harus) digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar sampai tahun ketiga.Fungsi ketiga mengajak kita menggunakan bahasa Indonesia untuk membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang. Dalam hal ini kita berusaha menjelaskan sesuatu, baik secara lisan maupun tertulis, dengan bahasa Indonesia agar orang yang kita tuju dapat dengan mudah memahami dan melaksanakan kegiatan pembangunan.Fungsi keempat mengingatkan kita yang berkecimpung dalam dunia ilmu. Tentu segala ilmu yang telah kita miliki akan makin berguna bagi orang lain jika kita sebarkan kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di seluruh pelosok Nusantara, atau bahkan jika memungkinkan kepada saudara kita di seluruh dunia. Penyebaran ilmu tersebut akan lebih efektif dan efisien jika menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa daerah atau bahasa asing.

c. Variasi Pemakaian BahasaVariasi pemakaian bahasa Indonesia pun merupakan landasan pemikiran diadakannya mata kuliah bahasa Indonesia sampai di perguruan tinggi. Kita dapat mengetahui perbedaan pemakaian bahasa Indonesia tatkala kita membaca koran nasional dan koran daerah, misalnya. Perbedaan itu dapat juga dibuktikan ketika kita pergi ke daerah lain, baik pilihan kata maupun intonasi, atau bahkan kalimatnya. Begitu pula ketika pergi ke pasar lalu ke kantor atau ke kampus, kita akan segera tahu adanya perbedaan pemakaian bahasa Indonesia. Contoh yang paling mudah untuk melihat perbedaan pemakaian ini adalah bahasa dalam SMS atau ceting (chatting) dan dalam makalah. Bahasa SMS takketat, bahkan bisa dan boleh semau kita, sedangkan bahasa makalah penuh dengan aturan yang harus kita taati.

d. Perkembangan BahasaBila dibandingkan dengan bahasa Inggris, Perancis, Arab, Belanda, Mandarin, Jepang atau bahasa asing lainnya, atau juga bahasa daerah, bahasa Indonesia relatif masih muda. Ia baru lahir pada akhir tahun 1928, yaitu melalui Sumpah Pemuda. Namun, perkembangannya begitu pesat. Hingga tahun 1988 berarti enam puluh tahun bahasa Indonesia sudah memiliki lebih dari 60.000 kata. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap kosakata dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Banyak kosakata daerah, terutama Jawa dan Sunda, masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa asing yang banyak diserap pada awalnya adalah bahasa Arab, lalu bahasa Belanda, dan kini bahasa Inggris.Hingga 1972 bahasa Indonesia dalam hal menyerap lebih berorientasi pada bahasa Belanda. Karena itu, banyak kosakata yang berasal dari bahasa Belanda, misalnya, tradisionil, formil, sistim. Namun, sejak 1972 bersamaan dengan lahirnya Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia dalam hal menyerap kosakata asing lebih berorientasi pada bahasa Inggris. Karena itu, kosakata yang berasal dari bahasa Belanda seperti ketiga contoh taklagi dianggap baku. Kosakata yang dianggap baku untuk ketiga kata tersebut adalah tradisional, formal, dan sistem.Pada akhir tahun 1990-an ketika yang memimpin Indonesia adalah Abdurrahman Wahid perkembangan kosakata bahasa Indonesia memperlihatkan gejala lain. Pada waktu itu muncul lagi kosakata yang berasal dari bahasa Arab yang sebelumnya hanya digunakan di lingkungan pesantren. Contohnya adalah kata-kata istigosah, akhwat, ikhwan.Perkembangan tidak hanya terjadi pada bidang kosakata, tetapi juga pada bidang lain seperti istilah atau ungkapan dan peribahasa. Hal tersebut bisa kita temukan dengan membaca Siti Nurbaya karya Marah Roesli dan Saman karya Ayu Utami, misalnya. Contoh lain dapat kita temukan dengan membaca koran tahun 1980-an dan koran tahun 2000-an. Tahun 1980-90an muncul ungkapan menurut petunjuk, demi pembangunan, dan sebagainya. Tahun 2000-an lebih sering muncul kata-kata reformasi, keos (chaos), dan sebagainya.Perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi pada ragam resmi. Dalam ragam takresmi pun terjadi perkembangan. Bahkan, perkembangan dalam ragam takresmi lebih pesat, namun juga lebih cepat menghilang. Misalnya, pada tahun 1980-an muncul kata asoy yang berarti asyik; tahun 1990-an muncul kata ni ye yang bertugas sebagai penegas kalimat; tahun 2003-an muncul kata lagi yang bertugas baru sebagai penegas seperti pada ungkapan PD (percaya diri) lagi atau abis lagi. Padahal arti lagi yang sebenarnya adalah kembali atau sedang. Tahun 2004 muncul gitu lo atau getho lho, dan semacamnya.Bidang makna pun mengalami perkembangan. Ada lima penyebab perkembangan makna, yaitu (1) peristiwa ketatabahasaan, (2) perubahan waktu, (3) perbedaan bahasa daerah, (4) perbedaan bidang khusus, (5) perubahan konotasi.

1) peristiwa ketatabahasaanSebuah kata, misalnya tangan, memiliki makna berbeda karena konteks kalimat berbeda.- Agus pulang dengan tangan hampa.- Dadang memiliki banyak tangan kanan.- Tangan Didi sakit karena jatuh.

2) perubahan waktumakna dahulu

makna sekarangbapak : orang tua laki-laki, ayah

sebutan terhadap semua orang laki-laki yang umurnya lebih tua atau kedudukannya lebih tinggicanggih: cerewet, bawel

pintar dan rumit, modernsaudara : orang yang lahir dari ibu dan bapak yang sama

sapaan bagi orang yang sama derajatnya, orang yang dianggap lahir dari lingkungan yang sama seperti sebangsa, seagama, sedaerah

3) perbedaan bahasa daerahKata atos dalam bahasa Sunda berarti sudah, sedangkan dalam bahasa Jawa berarti keras. Kata bujur dalam bahasa Sunda berarti pantat, sedangkan dalam bahasa Batak berarti terima kasih, dan dalam bahasa Indonesia berarti panjang.

4) perbedaan bidang khususDalam bidang kedokteran kata koma berarti sekarat, sedangkan dalam bidang bahasa berarti salah satu tanda baca untuk jeda. Kata operasi dalam bidang kedokteran berarti bedah, bedel, dalam bidang kemiliteran atau yang lain berarti tindakan, dan dalam bidang pendidikan berarti pelaksanaan rencana proses belajar mengajar yang telah dikembangkan secara rinci.

5) perubahan konotasiKata penyesuaian berarti penyamaan, tetapi agar orang lain tidak terkejut atau marah, kata itu dipakai untuk makna penaikan. Misalnya penaikan harga menjadi penyesuaian harga.Perkembangan lain dalam bahasa Indonesia adalah pergantian ejaan. Sejak 1972 bahasa Indonesia memakai sistem ejaan yang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yang dalam kenyataannya sampai sekarang belum diperhatikan penuh oleh masyarakat pemakainya. Karena itu, kesalahan pemakaian masih banyak terjadi. Misalnya, banyak orang masih kesulitan membedakan pemakaian huruf kecil dan huruf kapital; pemakaian singkatan nama diri, nama gelar, dan nama lembaga. Padahal, jika diperhatikan, pemakaian ejaan dapat juga membedakan makna.Perhatikan contoh kedua kalimat matematis ini! Perbedaan ada pada pemakaian tanda baca koma.Diketahui A = 4, berapa nilai B, C, D, dan E pada kedua pernyataan berikut?1) A = B, C, D, dan E.2) A = B, C, D dan E.

Contoh lain tentang pemakaian huruf kapital dan huruf kecil:- Kemarin ibu pergi dengan Ibu Neneng.- Orang Sumedang makan tahu sumedang.

Kesalahan lain yang sering dijumpai adalah pelafalan yang taksesuai dengan kaidah ejaan. Menurut EYD, setiap kata dilafalkan sesuai dengan hurufnya, kecuali untuk nama diri. Untuk nama diri, penulisan dan pengucapan merupakan hak otonomi pribadi. Misalnya, Deassy, Dessy, Desy, Desie, Desi, Deasie; Yenny, Yeny, Yenni, Yennie, Yenie, atau Yeni. Namun, masih banyak di antara kita yang buta huruf sehingga takdapat membedakan huruf c dan huruf k, dan huruf s; atau huruf t dengan huruf c, dalam beberapa kata yang berbeda. Karena kurang perhatian pada hal-hal sepele itu, banyak orang melafalkan secara taktepat kata-kata panitia, unit, pasca, aksesoris, lab (akronim dari laboratorium yang diucapkan leb) dan sebagainya.

e. Sikap dan Kesadaran BerbahasaKita memiliki politik bahasa nasional kekuatan politis (political will) untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pada sisi lain, justru banyak penyimpangan dari kekuatan pedoman itu sehingga timbul pertanyaan apakah berlaku hukum ''di situ ada aturan, di situ pula ada pelanggaran''. Penelusuran dua variabel ini memungkinkan kita untuk dapat mengantisipasi sikap kita terhadap kasus-kasus seperti itu secara proporsional. Lebih-lebih sebagai cendekiawan, kita memiliki peran strategis untuk menegakkan kebenaran politis dalam menjunjung martabat bahasa Indonesia, sekaligus mengangkat jatidiri bangsa.Politik bahasa nasional memberikan bobot kekuatan terhadap bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa daerah atau bahasa asing. Salah satu fungsi politik bahasa nasional adalah memberikan dasar dan arah bagi perencanaan dan pengembangan bahasa nasional sehingga dapat memberikan jawaban tentang fungsi dan kedudukan bahasa (nasional) dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Alih-alih kita tahu bahwa Sumpah Pemuda 1928 tidak hanya mengakui, tetapi juga menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dengan demikian, mendudukkan bahasa Indonesia dalam status yang tinggi tidaklah berlebihan, malah sudah sepantasnya. Kita ketahui bahwa bahasa Indonesia memiliki posisi penting dalam hubungannya dengan bahasa lain. Kita dituntut untuk memiliki perencanaan matang dan terarah dalam menghadapi perubahan dan perkembangan kebudayaan. Itulah yang dinamakan kemantapan dinamis.Pada pihak lain, banyak di antara kita yang kurang atau bahkan tidak memperhatikan posisi bahasa Indonesia. Dengan berbagai alasan, mereka banyak menyelipkan kata bahkan kalimat berbahasa asing, baik secara lisan maupun secara tertulis tanpa memperhatikan kemampuan berbahasa orang yang dituju. Jangan jauh-jauh, kita lihat saja orang-orang di sekitar kita, di kampus. Banyak dosen (padahal dia tidak fasih berbahasa asing) menggunakan kata atau istilah asing sehingga mahasiswa harus berpikir dua kali atau bahkan lebih. Si dosen tidak sadar bahwa bahasa Indonesia merupakan sarana pencerdas bangsa. Ada pula anggota DPR RI kala diwawancara mengatakan, Kami akan mensaport sepenuhnya. Disangkanya semua fonem [u] dalam bahasa Inggris diucapkan menjadi [a] sehingga support dukungan diucapkan saport. Kalau mau, kata itu diserap menjadi supor dan bentuk kata kerjanya menyupor. Contoh lain, kita berjalan-jalan ke toko di seantero Nusantara. Banyak di antara mereka menggunakan kata berbahasa asing (baca: Inggris!) misalnya cut price sehingga orang bisa menyangka bahwa itu nama orang Aceh seperti halnya Cut Nyak Dhien. Atau juga ada soft opening yang disangka semacam sop buntut dan ada escargot dibaca [s kaar g] yang disangka semacam es teler atau es campur.Alasan mereka berkisar pada hal-hal yang sebenarnya tidak tepat dijadikan alasan. Misalnya, bahasa Indonesia kaku, di dalam bahasa Indonesia kata asing itu tidak ada, atau bahasa Indonesia tidak menarik minat calon pembeli. Singkatnya, bahasa Indonesia tidak bergengsi tinggi. Karena itu, di klinik atau di puskesmas pun terbentang kain rentang bertuliskan Medical General Check Up Paket Hemat bukan Paket hemat periksa kesehatan menyeluruh. Sebabnya tiada lain yang cek-ap orang kaya, sedangkan yang periksa orang miskin.Jika kita telusuri, yang kaku bukan bahasa Indonesia, melainkan kita sebagai pemakainya. Bahasa Indonesia memiliki imbuhan untuk pengaya kata. Jadi, jika belum ada kata yang tepat, kita cari dalam kamus, kita ikuti prosedur pembentukan kata atau istilah baru. Jika bahasa Indonesia kurang bergengsi, kitalah yang bertanggung jawab menaikkan gengsinya karena kita pemilik sekaligus pemakainya.Sebenarnya, kalau kita sadari, banyak dukungan politis bagi pengindonesiaan kata dan istilah asing, antara lain, sebagai berikut:1. Sumpah Pemuda 1928;2. UUD 1945, Bab XV Pasal 36 tentang bahasa negara;3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 tentang penggunaan Ejaan yang Disempurnakan;4. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 tanggal 28 Oktober 1991 tentang pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam rangka pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa;5. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1/U/1992 tanggal 10 April 1992 tentang peningkatan usaha pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa; dan6. Surat Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia kepada Gubernur, Walikota, dan Bupati Nomor 434/1021/SJ tanggal 16 Maret 1995 tentang penertiban penggunaan istilah asing.

Sayangnya, keenam butir tersebut hanya dilirik dan ditaati selama empat tahun. Setelah pergantian menteri, keenam butir itu tidak diperhatikan lagi, baik oleh perseorangan, lembaga swasta, maupun lembaga pemerintah. Contoh kecil, hampir di pelbagai perguruan tinggi di seluruh Nusantara ada gedung yang dinamakan Student Centre atau Student Center. Mengapa tidak memakai Gedung Mahasiswa atau Pusat Mahasiswa atau yang lainnya karena penghuninya masyarakat bahasa Indonesia? Mengapa pula di jalan yang banyak dilalui angkutan kota terdapat rambu yang bertuliskan Slow Down? Apakah semua sopir atau tukang ojeg mengerti bahasa Inggris? Contoh lain, di pertokoan sangat marak pemakaian kata-kata asing, padahal pengunjungnya sangat sedikit yang mengerti bahasa asing secara baik.Pemakaian kata atau istilah asing tampaknya dipandang sebagai peningkat gengsi sosial. Padahal, kalau kita sadari bersama secara kompak, bahasa Indonesia pun bisa dipakai untuk menaikkan gengsi sosial. Misalnya, ketika kita masuk ke sebuah pusat perbelanjaan yang megah dan di sana kita lihat label-label barang dan nama-nama sudut toko memakai bahasa Indonesia, secara psikologis gengsi kita tetap sebagai orang kotaan, orang modern. Yang menurunkan atau menaikkan gengsi sosial kita dalam hal ini mungkin saja pakaian dan cara kita berpakaian atau juga perilaku kita secara menyeluruh.

2. PelatihanUcapkan kata-kata atau singkatan/akronim di bawah ini sesuai dengan abjad yang berlaku dalam bahasa Indonesia! Adakah perbedaan ucapan dan mengapa hal itu terjadi?

-AIDS/HIV -TransTV-TVRI-MetroTV-BandungTV -SCTV-ANTV -WHO-MTQ-HP-IM3-P3K -psikologi-unsur-unit-volume-pascasarjana-panitia -logistik -Indonesia (dalam lagu Indonesia Raya)-http://www.simkuring-dewek.com

Bedakan penulisan singkatan nama diri dan nama gelar pada nama di bawah ini!

Dede Surede Syarif Hidayat Sarjana Hukum

Bagaimana pendapat Anda tentang hal-hal berikut?

1. Tadi Ibu menemui Ibu Asep atau Tadi ibu pergi dengan Ibu Asep atau 2. Buku kamu ada di saya.3. Coba kasih buka itu pintu.4. Gue lagi cekak ne.5. Apa sech yang lo risaukan?6. Semua sudah pada pergi.

3. Tes Formatif1. Mengapa di perguruan tinggi ada mata kuliah pengembangan kepribadian seperti mata kuliah Bahasa Indonesia?2. Uraikan empat fungsi bahasa dalam kedudukannya sebagai bahasa negara dan bahasa nasional!3. Bedakan variasi pemakaian bahasa Indoensia ragam santai dan ragam ilmiah!4. Uraikan dengan contoh tiga macam variasi pemakaian bahasa Indonesia.5. Mengapa dalam bahasa Indonesia terjadi variasi pemakaian?6. Sejak kapan EYD diberlakukan dan mengapa berorientasi pada bahasa Inggris?7. Mengapa akhir tahun 1990-an banyak muncul kata baru dari bahasa Arab?8. Tulislah lima kosakata baru takbaku dan lima kosakata baku!9. Bagaimana sikap Anda terhadap dosen yang banyak menyelipkan kata asing padahal kata tersebut ada dalam bahasa Indonesia?10. Bagaimana pendapat Anda tentang bahasa Indonesia yang harus dijunjung seperti tercantum dalam Sumpah Pemuda?

Kegiatan Belajar II

Ejaan yang Disempurnakan I

Teks

BUNUH DIRI DIKALANGAN REMAJADari waktu ke waktu jumlah kasus bunuh diri terus bertambah. Tidak hanya dikalangan orang dewasa tetapi juga terjadi pada remaja bahkan anak-anak. Sebenarnya tidak seorangpun yang menginginkan seperti ini tetapi keinginan manusia sering kali diarahkan oleh banyak faktor yang terjadi diluar kendali kita sendiori sampai akhirnya seseorang tiba pada keyakinan bahwa bunuh diri justru adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalahnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan bagaimana menghindarinya.Ibu muda itu menjerit-jerit. Hanya dalam hitungan detik, dia lemas dan jatuh pingsan. Tetangga yang mendengar teriakannya berdatangan. Dalam rumah keluarga berada itu tersaji pemandangan yang sangat tragis. Sang ibu jatuh pingsan di bawah mayat abaknya yang sedang tergantung dengan lidah menjulur dan wajah membiru masih dengan seragam sekolah. Beritapun cepat menyebar. Anak kelas 3 SMP tewas bunuh diri. Apa yang sesungguhnya terjadi? Sangat irunis karena ternyata remaja ini nekat bunuh diri hanya karena kalah bersaing dengan saudaranya dalam hal rangking di sekolah. biasanya, dia rangking satu, tetapi belakangan rangkingnya turun. Dia jadi malu ujar ibunya kepada pers.Linda Utami, siswi kelas 2 SLTPN 12 Jakarta nekat mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri di kamar tidurnya. Warga jalan Nipah, Prapanca, Kebayoran baru ini, menurut orang tuanya malu karena sering diejek teman sekolahnya karena tidak naik kelas.Masih tragedi yang sama, seorang siswa kelas 6 SD bernama Aman, juga nekat mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri setelah sebelumnya meminum racun tikus. Namun untunglah nyawa Aman masih bisa diselamatkan. Dia nekat hampir mengakhiri hidupnya karena malu, orang tuanya tidak bisa memberikan dia uang Rp150.000 untuk ujian akhir dan biaya perpisahan sekolahnya. Lalu ada kasus Jonathan di Malang. Siswa SMA ini konon nekat mengakhiri hidupnya gara-gara putus cinta. Hal ini menunjukkan bunuh diri dikalangan remaja kini seolah menjadi trend.

Bacaan di atas terdiri atas empat paragraf. Marilah kita analisis satu paragraf untuk melihat kesalahan penggunaan EYD

Dari waktu ke waktu jumlah kasus bunuh diri terus bertambah. Tidak hanya dikalangan orang dewasa tetapi juga terjadi pada remaja bahkan anak-anak. Sebenarnya tidak seorangpun yang menginginkan seperti ini tetapi keinginan manusia sering kali diarahkan oleh banyak faktor yang terjadi diluar kendali kita sendiri sampai akhirnya seseorang tiba pada keyakinan bahwa bunuh diri justru adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalahnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan bagaimana menghindarinya.

Dalam paragraf di atas ada beberapa kesalahan penerapan EYD, yaitu penulisan kata dikalangan, seorangpun, dan diluar seharusnya dipisahkan, penulisan kata sering kali seharusnya digabungkan, dan sebelum kata tetapi seharusnya diberi tanda baca koma.

Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

TeksMENGGULUNG PABRIK EKSTASI

Inilah tahun keberhasilan polisi menghadapi sindikat narkotik dan obat-obatan berbahaya. Secara berturut-turut polisi menggerebek kilang ekstasi dan shabu-shabu berskala besar. Penggrebekan pertama terjadi pada bulan April tahun 2005 di sebuah pabrik pil godek di Jasinga, bogor, jawa barat. Hans philip, otak dibalik pabrik ini, ditembak mati saat mencoba kabur.Tujuh bulan kemudian, polisi kembali membongkar sebuah pabrik ekstasi dan shabu-shabu, kali ini di Cikande, Banten. Presiden susilo bambang yudhoyono menyebutnya the big fish. Polisi berhasil menangkap hidup-hidup pemilik pabrik, Beni Sudrajat. Turut ditangkap pula seorang warga Prancis dan Belanda serta lima warga negara republik rakyat cina yang menjadi pekerja di kilang tersebut.November 2005, giliran pabrik ekstasi di Batu dan Banyuwangi, Jawa Timur, yang digerebek. Kedua kilang diduga saling berkaitan dan dimiliki oleh orang yang sama.

Teks di atas tidak memperhatikan pemakaian huruf kapital dan huruf miring. Oleh sebab itu, perbaikilah teks di atas.

Penulisan KataTeksKomik adalah media komunikasi yang populer, tetapi yang paling sedikit di perbincangkan sebagai suatu gejala kebudayaan. Sejauh ini, jumlah kajian tentang komik di Indonesia sangat tidak seimbang di bandingkan popularitas atau pun usia keberadaan komik itu. Sejarah komik di Indonesia, melalui strip komik bersambung dimedia cetak, mencatat Put On karya Kho Wang Gie di surat kabar Sin Po sebagai komik Indonesia terawal pada 1931, sedangkan strip komik Mentjari Poetri Hidjaoe, karya Nasroen A.S., mengisi lembaran-lembaran mingguan Ratoe Timoer sejak 1939. Dengan kata lain, sejarah komik di Indonesia sudah terentang selama 70 tahun lebih. Namun, dalam kurun waktu itu, terlalu sedikit karya ilmiah yang mengkaji komik Indonesia. Diantara yang sedikit itu sangat menonjol Les Bandes Dessinees Indonesiennes, disertasi Marcel Bonneff yang selesai di tulis pada tahun 1972 untuk di uji di Prancis, dan terbit dalam bahasa Prancis pada tahun 1976. Disertasi tersebut baru di terjemahkan dan terbit sebagai buku pada 1998. Meski sejak tahun 80-an terdapat sejumlah kajian ilmiah, tetap belum sebanding dengan keberadaan komik Indonesia itu sebagai gejala kebudayaan.

Kesastraan Komik dan Wacana Indonesia (dengan perubahan)Seno Gumira Ajidarma

Teks di atas tidak memperhatikan penulisan kata depan dan awalan. Oleh sebab itu, perbaikilah teks di atas.

3. PelatihanTeks

KAMPUS SEBAGAI PUSAT BUDAYASaat membaca judul diatas, teman-teman mungkin bertanya mengapa kampus di sebut demikian. Bukankah yang sering disebut sebagai pusat budaya adalah kota-kota besar seperti jakarta, bandung, medan atau kota-kota besar lainnya yang dopenuhi oleh orang-orang dengan latar budaya yang berbeda? Tetapi ternyata tidak sebatas itu saja. Bila ditinjau kembali, pengertian pusat budaya adalah tempat berkumpul atau bertemunya banyak orang dengan latar budaya yang berbeda dalam jangka waktu yang lama. Pengertian tersebut mungkin telah menjawab pertanyaan mengapa kampus di sebut sebagai pusat budaya.Kampus adalah tempat mahasiswa belajar, berkreasi bahkan meraih mimpi. Dalam melakukan hal-hal tersebut mereka pasti punya caranya masing-masing dan cara yang mereka tunjukkan menggambarkan budaya mereka. Mungkin ada bahkan banyak mahasiswa yang cara belajarnya pasif dalam arti mereka datang ke kampus hanya untuk duduk dan mendengar apa yang di bicarakan oleh dosen, meskipun tidak sepenuhnya mereka mngerti. Namun sebaliknya banyak juga mahasiswa yang budaya belajarnya aktif. Setiap ada kesempatan, dia mencoba bertanya pada dosen tentang hal-hal yang tidak diketahuinya atau bila memungkinkan, mahasiswa dapat berdiskusi diluar jadwal kuliah/ Hal-hal demikian sangat sering kita lihat di dunia kampus. Budaya yang ditunjukkan setiap mahasiswa selalu berbeda.Memang wajar kampus di sebut sebagai pusat budaya. Yang mana mahasiswanya tidak terbatas berasal dari daerah Universitas itu berada. Bahkan universitas cendrawasih dan universitas syahkuala sebagai universitas paling timur dan barat Indonesia, mahasiswanya majemuk. Bila demikian kita dapat membayangkan kemajemukan budaya di universitas negeri yang ada di jawa yang selama ini menjadi pavorite anak muda Indonesia. Mereka berlomba-lomba untuk memperebutkan satu kursi saja. Saat mereka berkomunikasi satu sama lain, mereka dapat mengetahui asal daerah teman mereka dengan mengenali logat mereka. Contohnya adalah logat batak yang dikenal kasar. Logat inipun termasuk budaya. Saat masih SMA, mungkin kita di tempatkan orangtua di sekolah dekat rumah dengan alasan kenyamanan dan di anggap belum cukup dewasa untuk merantau. Beda halnya saat kita menjadi seorang mahasiswa. Kita dapat mencari universitas terbaik di Indonesia, yang kita suka. Otomatis kita juga harus rela berpisah dengan orangtua. Karena saat itulah kepribadian kita di bentuk. Di kampus kita dapat bertemu dengan teman-teman yang berbeda budayanya sehingga kita dapat saling memahami tanpa harus menjadi seperti budaya oranglain. Satu sama lain menunjukkan cirinya baik dalam berpakaian, berbicara, berpikir, dan berprilaku. Yang masing-masing menggambarkan budaya.

Perbaikilah pemakaian huruf kapital, huruf miring, dan penulisan kata pada teks di atas.

4. Tes Formatif

1. Kata berikut baku kecualiA. izinB. azasC. jenazahD. ijazah

2. Penggunaan huruf kapital yang benar terdapat pada kalimat .A. Kita harus berusaha menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.B. Pada Bulan Agustus ia akan berangkat ke Amerika.C. Di mana banyak terdapat Suku Jawa?D. Pegunungan yang membentang di dataran Sumatra itu bernama Bukit Barisan.

3. Pemakaian huruf miring atau garis bawah dibenarkan, kecuali untuk .A. nama orang atau nama instansi alau lembaga.B. menegaskan bagian kata, kata, atau kelompok kata.C. menuliskan kata nama-nama ilmiah.D. menuliskan nama buku dan majalah yang dikutip dalam karangan.

4. Penulisan gabungan kata berikut salah, kecuali .A. Kita harus pandai mendayagunakan segala yang kita milikiB. Atas perhatian Anda, kami sampaikan terima kasih.C. Tidak benar membebastugaskan pegawai tanpa alasan.D. Ada juga pengusaha non pribumi yang mau menjadi orang tua asuh.

5. Penulisan huruf kapital dalam kalimat berikut betul, kecuali .A. Badak di Pulau Sumatera semakin berkurang.B. Tegangan listrik di rumah kami 220 Volt.C. Sebagai orang timur kita menghormati adat-istiadat kita.D. Harga gula jawa lebih murah daripada gula pasir.

6. Penulisan nama majalah yang benar ialah Telah lama saya berlangganan Femina.Telah lama saya berlangganan Femina.Telah lama saya berlangganan FEMINA.Telah lama saya berlangganan FEMINA.

7. Penulisan singkatan yang benar ialah a.l. singkatan antara laina/n singkatan atas namas.d.a. singkatan sama dengan atasd.a singkatan dengan alamat

8. A. Mohon maaf lahir dan bathin.B. Mohon maap lahir dan bathin.C. Mohon maaf dlahir dan bathin.D. Mohon maaf lahir dan batin.

9. Penulisan yang benar menurut ejaan adalah.A. masyarakat, tidak syah, komplek

B. masyarakat, tidak sah, komplek

C. masyarakat, tidak sah, kompleks

D. masyarakat, tidak syah, kompleks.

Himpunan kata yang semua anggotanya benar ialah

A.advokat, propesi, bugenvil.

B.zaman, azan, hewan

C.metoda, dzikir, takzim

D.akuarium, asesori, boutiq

Kegiatan Belajar III

Ejaan yang Disempurnakan II

1. Pemakaian Tanda Baca

TeksPada umumnya, balita lebih dahulu dapat menyebut dan menirukan kata mama ketimbang papa. Kenyataan itulah nampaknya yang mengilhami salah seorang penggagas iklan untuk memperlihatkan kekecewaan seorang bapak saat balitanya tetap saja menyuarakan bunyi mama, sekalipun ia mencontohkan kata papa. Para orang tua, selanjutnya akan mengajari anak mereka nama-nama anggota badan, serta benda-benda yang dekat dengannya. Dalam perkembangan selanjutnya terutama orang tua terpelajar akan mengajari anak mereka membaca dan menulis selain tentu saja memberikan berbagai macam mainan.Nabila 2thn seorang anak balita yang beruntung, karena orang tuanya selain terpelajar juga tergolong orang yang berada, maka sejak dini ia dilatih dan dikenalkan dengan berbagai macam mainan dan gambar gambar binatang. Asliyana dan Huda, orang tua Nabila menyediakan seperangkat alat tulis, kertas buram dan spidol untuk corat-coret, menggambar dan menulis apa saja. Pikir orang tuanya, ketimbang mencorat-coret tembok rumahnya yang bagus lebih baik anaknya corat-coret kertas. Tetapi anak tetap saja anak, sekalipun Nabila selalu diawasi pengasuhnya, tetap saja tembok rumah yang bagus itu, dipenuhi oleh gambar dan coretan di sana sini.Bukan hanya Nabila. Kebanyakan balita biasanya tak akan melewatkan kesempatan menggambar, mencorat-coret kertas, buku, atau tembok rumah, manakala mendapat kesenpatan untuk itu. Selain memuaskan rasa penasarannya, dengan mencoret-coret, balita dapat mengekspresikan emosi dan pikirannya dan boleh jadi menyalurkan bakat dan minatnya. Dengan kesabaran dan ketelatenan orang tua, kebiasaan corat-coret seorang balita dapat menghantarkan menjadi seorang pelukis, jika kebetulan sang balita memang memiliki minat dan bakat ke arah itu. Corat-coret yang terarah juga dapat membiasakan anak untuk berkomunikasi, menyampaikan pesan dan ide, bukan melulu secara oral, melainkan melalui gambar atau lukisan.Menyampaikan ide secara tertulis, alias menulis, adalah sesuatu yang belum mentradisi di negeri kita, Indonesia tercinta. Sejatinya, bangsa indonesia lebih pandai bertutur ketimbang menulis. Kita bisa dibuat terkagum-kagum oleh kepandaian para mubaligh dalam berolah kata dan berolah suara saat menyampaikan ajaran-ajaran agama. Kita juga bisa terpada mendengar dan menyaksikan kepiawaian para pembawa acara atau presenter saat memandu atau membawakan suatu acara, baik pada siaran langsung maupun di layar kaca. Adapun para pengunjuk rasa, terutama pemimpin atau provokatornya, kepandaian mereka dalam mengolah kata, sekalipun terdengar kasar dan vulgar, tetap saja tidak bisa dianggap remeh

Tulisan: Mustafid Amna- dengan perubahan

Perbaikilah teks di atas dengan memperhatikan pemakaian tanda baca yang tepat

TeksManusia memahami realitas melalui berbagai cara. Salah satu cara adalah menggunakan sesuatu untuk mewakili realitas tersebut. Sesuatu tersebut berfungsi sebagai representasi dan mediator. Dengan demikian, misalnya, masa lalu orang sunda sangat mungkin dimediasi oleh lutung kasarung, sangkuriang, mundinglaya, amanat ti Galunggung dsb. Narasi tersebut membawa masa lampau (past tense) untuk masa kini (present tense).Saya masih ingat ketika seorang peserta KIBS pada tahun 2001 di Bandung mempersoalkan penggunaan bahasa sunda dalam kongres tersebut. Ia mengusulkan kepada forum untuk menggunakan bahasa sunda sebagai pengantar dalam konferensi internasional itu. Panitia rupanya sulit menerima saran tersebut dengan pertimbangan banyak peserta, tidak saja dari luar negeri tapi juga dalam negeri, yang tidak paham bahasa Sunda dengan baik. Padahal, mereka ingin agar konferensi tersebut dapat diikuti oleh halayak yang lebih luas.Pengusul tentu sedikit kecewa karena baginya penggunaan bahasa Sunda dapat meningkatkan, atau setidaknya, nanjeurkeun bahasa Sunda dalam forum yang bergengsi tersebut. Dengan kata lain, pemakaian bahasa Sunda, seperti yang dibayngkan oleh si penanya tersebut berurusan dengan representasi budaya yang musti dimumule.Bahasa dalam ilustrasi di atas menjadi bagian penting dari sebuah representasi. Keadliluhungan orang Sunda diwakili oleh cara orang Sunda menggunakan bahasanya. Realitas rumit ( kebudayaan adiluhung dengan mudah ditampilkan dalam representasi-representasi yang singkat (bahasa). Padahal keadiluhungan budaya tidak begitu saja tertampilkan oleh bahasa yang dipakai. Peserta kongres disamping saya berbisik, bukankah mereka yang ngadaweung di Pengkolan Braga sore-sore juga memakai bahasa Sunda?Selain bahasa Sunda perilaku, seni rupa, seni tari, dan gejala sosial budaya lainnya sudah barang tentu dapat tampil sebagai representasi pula. Representasi (representation) menurut The New Shorter Oxford English Dictionary adalah The doctrine that a perceived object is a representation of the real external object (1993: 2553). Objek yang dapat dipersepsi merupakan sebuah perwakilan dari objek eksternal yang nyata. Konsep representasi dalam khasanah kepustakaan semiotik mendapat penekanan yang lebih jauh. Pembicaraan tentang representasi dikemas dalam konsep teknis tanda (signs).

Semi Diutak-Atik-dengan perubahan Tommy Christomy

Perbaikilah teks di atas dengan memperhatikan penerapan EYD.

2. Tes Formatif

1. Tulislah lima contoh pemakaian tanda titik!2. Tulislah lima contoh pemakaian tanda koma!3. Tulislah dua contoh pemakaian tanda titik koma!4. Tulislah empat contoh pemakaian tanda titik dua!5. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda hubung!6. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda pisah!7. Tulislah dua contoh pemakaian tanda elipsis!8. Tulislah empat contoh pemakaian tanda kurung!9. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda petik ganda!10. Tulislah dua contoh pemakaian tanda petik tunggal!

1. Penulisan lambang bilangan yang benar terdapat pada kalimat A.Tujuh belas pemeras berhasil ditangkap.

B.17 pemeras berhasil ditangkap

C.sebanyak 17 pemeras berhasil ditangkap

D.tujuh belas (17) pemeras berhasil ditangkap.

2. Penggunaan tanda baca yang benar dalam kalimat ini ialah A.Kata Momon, Mahasiswa sekarang kreatif

B.Kata Momon, Mahasiswa sekarang kreatif.

C.Kata Momon: Mahasiswa sekarang kreatif

D.Kata Momon: Mahasiswa sekarang kreatif.

3. Kami berbicara seluruh rakyat.a/n an. a.n.a/n.

4. Mungkin akan meletus pada tahun 2099. Perang Dunia ke-III Perang Dunia ke-3 Perang Dunia ke III Perang Dunia ke 3

5. Pembimbing saya adalah.Dr. Rifai M. Si.Dr Rifai Msi. Dr. Rifai, M.Si. Dr. Rifai, M Si.

6. Mereka mengharapkan sumbangan berupa A. makanan, pakaian, dan obat-obatan.B. makanan, pakaian dan obat-obatan. C. makanan pakaian dan obat-obatan.D. makanan pakaian, dan obat-obatan.

7. Penulisan kata bilangan yang benar terdapat pada kalimat .A. 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.B. Kami memerlukan 10 (sepuluh) buah bus pegawai.C. Dua ratus lima puluh orang tamu diundang dalam pertemuan itu.D. Anna menonton drama itu sampai tiga kali.

8. Penggunaan tanda koma yang benar terdapat dalam kalimat .A. Dia lupa akan janjinya, karena sibukB. Semua siswa yang lulus ujian, mendaftarkan namanya pada panitiaC. Kita memerlukan meja, kursi, dan lemari.D. Saya tahu, bahwa soal itu penting.

9.Pemakaian tanda baca yang taktepat terdapat dalam kalimat A. Mengenai sakitnya itu, katanya, harus dikonsultasikan pada dokter.B. Dokter sibuk memeriksa pasien; sementara suster menyiapkan alat suntik.C. Seorang penderita AIDS meninggal di RS. Hasan Sadikin, Bandung.D. Ingatlah, Jang, kata Ida kepada adiknya, jangan jajan sembarangan!

10. Pemakaian tanda titik yang tepat terdapat dalam kalimat A. Moh.Yogie. SM adalah mantan Gubernur Jawa Barat.B. Buku Teori Ekonomi Makro dikarang oleh Drs. Linus Suryadi d.k.k.C. Bukti-bukti penyimpangan itu ditulis pada hlm. 34 buku karya Hade Lakuna.D. Yang terhormat Bapak Robert. K Sembiring, kami persilakan.

Kegiatan Belajar IV

Bahasa Baku

1 Ragam BahasaRagam bahasa yang paling berkaitan dengan situasi adalah ragam fungsional. Artinya ragam bahasa yang didasarkan pada fungsi. Menurut Martin Joos, ragam fungsional ini terbagai ke dalam lima jenis, yaitu (1) beku, (2) resmi, (3) usaha, (4) santai, (5) akrab.Ragam beku adalah bahasa yang tidak dapat diubah karena sudah membeku. Ragam ini terdapat dalam dokumen-dokumen resmi kenegaraan seperti teks Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, atau buku-buku suci.Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi seperti upacara-upacara kenegaraan atau pernikahan, ceramah, seminar, pendidikan, kantor pemerintah (dan juga swasta). Bahasa yang digunakan dalam buku pelajaran dan makalah bisa dimasukkan pada ragam ini.Ragam usaha adaah bahasa yang digunakan dalam dunia usaha. Dunia usaha memerlukan konsumen atau mitra sebanyak-banyaknya. Karena itu, di dalam ragam ini bahasa yang digunakan bisa bermacam-macam, bisa santai, bisa juga resmi, atau pun akrab. Perhatikan saja bahasa yang digunakan dalam iklan.Ragam santai adalah bahasa yang digunakan dalam suatu kelompok dalam situasi santai. Misalnya kelompok arisan, teman sebaya, teman sehobi, keluarga.Ragam akrab adalah bahasa yang digunakan karena keakraban dan bisa juga santai. Ragam ini digunakan juga dalam suatu kelompok, tetapi ada kemungkinan tidak dimengerti atau tidak digunakan oleh kelompok lain. Misalnya kelompok remaja, kelompok suatu geng, atau kelompok lain. Bahasa yang digunakan dalam SMS, misalnya, bisa digolongkan ke sini.Kegiatan tulis-menulis dan belajar-mengajar di perguruan tinggi berada dalam situasi resmi. Karena itu, bahasa yang digunakan pun harus ragam bahasa resmi. Dalam ragam resmi, bahasa yang digunakan adalah bahasa baku yang sesuai dengan kedudukan dan fungsinya.

2 Ciri Bahasa Baku Menurut pakar bahasa Indonesia, Anton M. Moeliono, ada dua ciri bahasa baku: mantap dan cendekia. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis berupa kaidah yang tetap. Kemantapan dinamis dapat diartikan adanya keterbukaan untuk perubahan bersistem, baik dalam bidang kosakata dan peristilahan maupun ragam dan gaya dalam bidang kalimat dan makna.Untuk mencapai kemantapan, perlu diusahakan penyusunan aturan (kodifikasi) bahasa yang menyangkut dua aspek: (1) bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaiannya dan (2) bahasa menurut strukturnya sebagai sistem komunikasi.Aspek pertama akan menghasilkan sejumlah ragam dan gaya bahasa. Perbedaan ragam dan gaya tampak salam pemakaian bahasa lisan (ujaran) dan bahasa tulisan. Masing-masing akan mengembangkan variasi menurut pemakaian dalam berbagai situasi dan tujuan. Misalnya, dalam pergaulan keluarga dan sahabat; administrasi pemerintahan, peradilan, pengajaran, seminar, diskusi, dan ilmu pengetahuan.Aspek kedua akan menghasilkan tata bahasa dan kosakata baku. Pada umumnya yang dianggap baku adalah ujaran dan juga tulisan yang dipakai oleh golongan masyarakat yang memiliki pengaruh besar seperti pejabat pemerintah, guru, dosen, ilmuwan, mahasiswa, rohaniwan, wartawan, kolumnis, penyair, novelis, artis, dan selebritis. Pengaruh ini terbukti, misalnya, ketika zaman Soeharto. Presiden Soeharto memiliki ciri khas bahasa (idiolek). Dia sering menggunakan kata daripada walaupun tidak tepat pemakaiannya. Akibatnya, hampir seluruh pejabat dan juga masyarakat terpengaruh oleh Soeharto.Ciri lain yang dimiliki bahasa baku adalah kecendekiaan. Bahasa Indonesia harus mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit dalam berbagai bidang ilmu, teknologi, dan hubungan antarmanusia tanpa menghilangkan kodrat kepribadiannya.Proses pencendekiaan ini amat penting untuk menampung aspirasi generasi muda yang menuntut taraf kemajuan yang lebih tinggi dan ingin mencari pengalaman hidup sebagai akibat perkenalannya dengan kebudayaan lain. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kehidupan modern harus dapat dicapai lewat bahasa Indonesia. Orang yang ragu-ragu terhadap kemampuan bahasa Indonesia biasanya menggunakan bahasa Inggris.Contoh baik yang dapat kita tiru adalah bangsa Jepang. Mereka telah berhasil mencendekiakan bahasa Jepang sambil mempertahankan tata aksaranya (kanji, hiragana, dan katakana) dan tingkat bahasanya seperti bahasa Jawa dan Sunda, bahasa Jepang mengenal undak usuk bahasa. Mereka menyalurkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern melalui penerjemahan besar-besar. Hasilnya? Kini bangsa Jepang menjadi bangsa modern.Bangsa Indonesia pun sebetulnya bisa seperti bangsa Jepang jika pencendekiaan bahasa segera dilakukan. Pencendekiaan bahasa takharus berarti pembaratan (baca: penginggrisan) bahasa seperti banyak dilakukan oleh sebagian besar saudara kita. Banyak di antara kita takmau susah-susah membuka-buka kamus bahasa Indonesia. Mereka langsung membaratkan bahasa Indonesia. Mereka mengabaikan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

3. Fungsi Bahasa BakuAda empat fungsi bahasa baku: pemersatu, penanda kepribadian, penambah wibawa, dan kerangka acuan.Fungsi pertama telah membuktikan bangsa Indonesia dapat bersatu dan mengatasi kedaerahan. Karena bahasa merupakan wahana dan pengungkap kebudayaan nasional, fungsi pemersatu dapat ditingkatkan lagi dengan mengintensifkan usaha berlakunya bahasa baku yang adab yang menjadi salah satu ciri manusia Indonesia modern.Fungsi kedua yang dijalankan oleh bahasa baku dan adab akan tampak jika di dalam pergaulan dengan bangsa lain, orang Indonesia membedakan dirinya dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Kalau fungsi ini sudah dilaksanakan secara luas, bahasa Indonesia dapat dianggap melaksanakan perannya yang penting sebagai bahasa nasional yang baku. Sayangnya, masih banyak di antara kita baru taram-taram bisa sedikit berbahasa Inggris, ucapan atau tulisannya sudah keinggris-inggrisan.Fungsi ketiga menduduki tempat tinggi pada skala tata nilai dalam masyarakat bahasa. Gengsi yang lekat pada bahasa Indoneia baku karena dipakai oleh kalangan masyarakat berpengaruh (pressure group) menambahkan wibawa pada setiap orang yang dapat menguasai bahasa itu dengan mahir. Fungsi ini juga terlaksana jika bahasa Indonesia dapat dipautkan dengan hasil teknologi modern dan unsur kebudayaan baru. Misalnya, kata-kata Indonesia yang dicantumkan kepada pranata, lembaga, bangunan, jalan , atau yang lainnya, warga masyarakat secara psikologis akan mengidentikkan bahasa Indonesia dengan masyarakat dan kehidupan modern dan maju. Karena itu, misalnya, takperlu lagi supermarket, student centre, mall, for sale, rent, break event point, shareholder, bookkeeper, kit sebab sudah ada pasar utama, pusat mahasiswa, pasar besar, dijual, sewa, titik impas, penyaham, pembuku, lengkapan.Fungsi keempat merupakan ukuran tentang tepat atau taktepat pemakaian bahasa dalam situasi tertentu. Fungsi ini akan terpenuhi jika pembinaan terus diupayakan seperti dalam bidang surat-menyurat resmi, bentuk surat putusan, risalah, laporan, undangan iklan, pengumuman, sambutan, ceramah, dan pidato.

Perhatikan contoh-contoh berikut:Kata Baku

Kata Takbakuabsurd

absuragresif

agresipakhir

ahiraksesoris

asesorisaktif

aktipaktivitas

aktifitasakuarium

aquariumambulans

ambulanceanalisis

analisaatau

atawaazan

adzanbalans

balanbaru

anyarbatin

bathinbelum

belonbicara - berbicara

ngomongcina

chinadahulu

baheuladengan

sama, amadoa

doaefektif

epektipekstensi

ekstensionfakta

pakta fasih

pasihFebruari

Pebruarifotokopi

photo copyfrekuensi

frekwensigerejawi

gerejanihakekat

hakikathipotesis

hipotesaidentifikasi

identipikasiilmuwan

ilmiawaninformal

informilizin

ijinjadwal

jadualjumat

jumatkaidah

kaedahkalkulasi - mengalkulasi

mengkalkulasikata - berkata

bilangkategori - mengategorikan

mengkatagorikan - mengkategorikankhawatir

kuatirkomersil - mengomersilkan

mengkomersilkan mengkomersialkan mengkomersialisasikankomparatif

komparatipkompleks

komplekkomplemen

komflemenkomputer

computerkomunikasi - mengomunikasikan

mengkomunikasikankonduite

konditekonferensi

konperensikonsekuen

konsekwenkonstekstual

kontextualkonsumsi - mengonsumsi

mengkonsumsikontrak - dikontrakkan

dikontrakankontrak - mengontrakkan

mengontrakan - mengkontrakkankritik

keritikkritik - mengkritik

mengeritikkualitas

kwalitaskuantitas

kwantitaskuitansi

kwitansikultus - mengultuskan

mengkultuskanlegal - melegalkan

melegalisasi, melegalisirmokal - melokalkan

melokalisasi - melokalisirlembap

lembabmengapa

kenapametode

metodamodern

moderennarasumber

nara sumbernasihat

nasehatnikah - dinikahkan

ditikahkannonaktif

non aktifnonblok

non blokNovember

Nopemberoperasi

oprasipaham

fahampasien

pasenpasif

pasippengaruh - memengaruhi

mempengaruhipengeboman

pemboman perancis

prancispercaya - memercayai

mempercayaiperkosa - memerkosa

memperkosapesona - memesona

mempesonaproblem

problimproyek

projek rapi

rapihreformasi

repormasirido

ridho, ridlorohaniwan

rohaniawanSabtu

Saptusah - mengesahkan

mensahkan mengesyahkan - mensyahkansalih

solehsastra

sasterasejahtera - menyejahterakan

mensejahterakanseks

sek, sexseksi

siesemifinal

semi finalsertifikat

sertipikatservis

service, serfissesi

sessisilakan

silahkansintesis

sintesasistem

sistimstaf

staffstandar

standardstandardisasi

standarisasisubjek

subyeksukses - menyukseskan

mensukseskantaksi

taxitampak

nampaktampak - ditampakkan

dinampakkantampak - menampakkan

menampakanteknik

tehnikteladan

tauladantelepon

telefontelur

telortelusuri - menelusuri

selusur, menyelusuritemu - bertemu

ketemutemu - ditemukan

diketemukanteoretis

tioritis, teoritisteori

tioriterampil

trampilterap - diterapkan

ditrapkanterap - menerapkan

mentrapkantertawa

ketawatertawa - ditertawakan

diketawakantim

teamtradisional

tradisioniltrotoar

trotoirtunjuk - menunjukkan

menunjukanvaksinasi

faksinasiwudu

wudhu, wudluzaman

jaman

4. PelatihanCari dan bedakan 10 kata baku dan takbaku dalam kamus!

5. Tes Formatif

1. Tulislah lima ragam fungsional bahasa!2. Uraikan dua ciri bahasa baku!3. Jelaskan empat fungsi bahasa baku!4. Bagaimana sikap Anda apabila melihat papan nama gedung berbahasa asing?5. Bagaimana sikap Anda ketika berhadapan dengan orang yang bahasa Indonesianya jelek?6. Tulislah lima kata baku dan takbaku bahasa Indonesia!7. Tulislah lima kata baku dan takbaku serapan dari bahasa asing!8. Mengapa jika ada istilah baru dalam bahasa Indonesia perlu diberi penjelasan dalam bahasa Inggris?9. Jelaskan tiga kelompok masyarakat yang berpengaruh dalam pemakaian bahasa!10. Mengapa bahasa dalam makalah harus bahasa baku?

Kegiatan Belajar V

Pengayaan Kosakata

1. ImbuhanBahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata dalam bahasa Indonesia bisa ditempeli dengan bentuk lain, yaitu imbuhan. Karena sifatnya itulah, imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Dengan demikian, sudah selayaknyalah, sebagai pemakainya, kita memiliki pengetahuan mengenai hal ini.Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan, akhiran, dan gabungan awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dalam ilmu bahasa. Awalan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia terdiri atas me(N), be(R), di, pe(N), pe(R), te(R), ke, dan se, sedangkan sisipan terdiri atas el, em, dan er; akhiran terdiri atas kan, i, dan an; konfiks terdiri atas semua gabungan awalan dengan akhiran. Awalan dan akhiran masih sangat produktif digunakan, sedangkan sisipan sudah tidak atau kurang produktif. Walaupun demikian, semua imbuhan termasuk sisipan di dalamnya, apabila diperlukan, masih dapat kita manfaatkan, misalnya, dalam penciptaan kosakata baru atau dalam penerjemahan atau penyepadanan istilah asing.

1.1 Awalan me (N)Proses pengimbuhan dengan awalan me(N) terhadap bentuk dasar dapat mengakibatkan munculnya bunyi sengau (bunyi hidung) dapat pula tidak. Hal tersebut bergantung pada bentuk dasar yang dilekati awalan tersebut. Bunyi awal bentuk dasar dapat luluh, dapat pula tidak. Ini pun bergantung pada bentuk dasar yang dilekati awalan. Untuk memperjelas hal tersebut, perhatikan contoh berikut.me(N) + buat membuatme(N) + pakaimemakaime(N) + fotokopimemfotokopime(N) + dengarmendengarme(N) + tatarmenatarme(N) + jabatmenjabatme(N) + colokmencolokme(N) + suruhmenyuruhme(N) + gantimenggantime(N) + kikismengikisme(N) + hadapmenghadapme(N) + undangmengundangme(N) + muatmemuatme(N) + nilaimenilaime(N)+ lepasmelepasme(N)+ rusakmerusak

Apabila bentuk dasar yang dilekati hanya berupa satu suku kata, me(N) berubah menjadi menge, misalnya, dalam contoh di bawah.me(N) + capmengecapme(N) + pakmengepakme(N) + tikmengetik

Namun demikian, perlu kita perhatikan jika bentuk dasar tersebut ditempeli atau dilekati awalan di, bentuk yang ditempelinya tidak mengalami perubahan. Kita lihat contohnya:di + capdicapdi + pakdipakdi + tikditik

Berdasarkan contohcontoh yang sudah kita kenal dengan baik, dapat kita simpulkan bahwa untuk membentuk kata secara benar, kita harus mengetahui bentuk dasarnnya. Kini giliran Anda untuk berpendapat. Tepat atau taktepatkah bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimatkalimat di bawah ini. Jika menurut Anda tepat, coba Anda kemukakan alasannya. Begitu pula halnya jika taktepat, coba Anda kemukakan alasannya.

1. Mereka menterjemahkan buku berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia 2. Kewajiban kita bersama untuk mensukseskan program yang dicanangkan pemerintah kalau memang kita merasa sebagai warga yang baik.3. Betulkah kita sudah menyintai bahasa Indonesia?4. Tugas yang sedang kita laksanakan kaitmengkait dengan tugas orang lain.5. Kita harus mulai menterapkan Gerakan Disiplin Nasional pada diri kita masingmasing.6. Sebagai umat beragama kita patut selalu mensyukuri segala sesuatu yang kita peroleh dan kita nikmati.7. Sebagai pegawai yang baik, sepatutnyalah kita mentaati segala peraturan yang berlaku.8. Jika dipandang perlu, kita bisa merubah sistem kerja agar mencapai hasil yang optimal.9. Kami sudah mencoba mengkomunikasikan gagasan itu kepada seluruh karyawan, tetapi hasilnya belum kami ketahui.10. Beliau selalu memparkir mobilnya di samping kantor.11. Mengapa kita tidak mencoba mempopulerkan istilah yang ada dalam bahasa Indonesia?12. Dengan adanya Gerakan Disiplin Nasional, diharapkan tidak ada lagi pejabat yang mengkomersialkan jabatannya.13. Tiga orang yang memerkosa tersebut kini sedang diadili.14. Bahasa asing dan bahasa daerah banyak mempengaruhi bahasa Indonesia.15. TVRI Stasiun Bandung sering mentayangkan acara wayang golek.16. Pemerintah kini mensinyalir adanya gerakan yang mencoba mengadudombakan kita.17. Usaha koperasi tersebut, antara lain, ditujukan untuk menyejahterakan anggota.18. Kami sudah mempercayakan kegiatan ini kepada seluruh anggota panitia.19. Setiap hari dia selalu menyemir sepatu suaminya hingga mengilat seperti sepatu baru.20. PT Abadi Nanjaya memproduksi bahan keperluan rumah tangga.

1.2 Awalan be(R)Awalan be(R) memiliki tiga variasi, yaitu ber, be, dan bel. Variasi tersebut muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya, misalnya, dalam contoh berikut. be(R) + usahaberusaha be(R) + diskusiberdiskusi be(R) + korbanberkorban be(R) + rencanaberencana be(R) + kerjabekerja be(R) + sertabeserta be(R) + ajarbelajar

Kata beruang sebagai kata dasar berarti sejenis binatang, sedangkan sebagai kata berimbuhan, yang terdiri atas ber dan uang memiliki arti mempunyai uang atau bisa juga berarti memiliki ruang. Kata tersebut akan menjadi jelas artinya jika terdapat dalam konteks kalimat, konteks situasi, atau konteks tempat dan waktu. Begitu pula halnya dengan kata berevolusi yang terdiri atas ber dan evolusi atau ber dan revolusi.Berdasarkan contohcontoh yang dikemukakan, bagaimana pendapat Anda mengenai bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat di bawah ini.

1. Kita harus bercermin pada perjuangan mereka agar kita dapat bekerja dengan sungguhsungguh.2. Selain berjualan pupuk, mereka juga berternak ayam dan kelinci.3. Boleh saja kita beda pendapat, tetapi tekadnya demi kepentingan kita bersama.4. Berdasar kesepakatan bersama dalam rapat, beliau diangkat menjadi pemimpin perusahaan.5. Saya kerja sebagai pegawai negeri sudah cukup lama.6. Hampir semua instansi pemerintah di wilayah Jawa Barat langganan koran Pikiran Rakyat.7. Air sungai yang beriak itu kini sudah bewarna hitam.8. Putra Bupati sudah tunangan minggu lalu.9. Saya datang ke sini sama beberapa orang rekan sekantor.10. Pergi ke kantor, setiap hari saya jalan kaki saja.11. Penonton, sampai jumpa lagi minggu depan dalam acara yang sama.12. Anaknya senang berpetualang ke rimba belantara.13. Anak saya masih bersekolah di sebuah akademi.14. Banyak karyawan yang belum berumah tangga sampai sekarang.15. Sebagai warga yang baik, kita harus tanggung jawab atas ketertiban lingkungan sendiri.16. Sudah tiga bulan saya tidak bertemu dengan sahabat.17. Tetangga saya bersuamikan orang Amerika.18. Setelah diamati secara saksama, ternyata kegiatan tersebut tidak berdampak negatif.19. Kertas di atas meja beterbangan karena tertiup angin.20. Kami tidak berkeberatan jika Saudara ikut bergabung dengan kami dalam usaha patungan ini.

Dalam keseharian kini sering digunakan kata berterima atau keberterimaan. Dalam hal ini awalan ber sejajar dengan awalan di. Jadi, berterima sama dengan diterima, misalnya, dalam kalimat Usulan yang disampaikan kepada Bapak Gubernur sudah berterima. Kata berterima dan keberterimaan merupakan padanan acceptable dan acceptability dalam bahasa Inggris. Imbuhan ber dalam kata tersebut beranalogi pada peribahasa yang sudah dikenal, yaitu gayung bersambut, kata berjawab yang berarti gayung disambut, kata dijawab.

1.3 Awalan te(R)Awalan te(R) memiliki variasi ter, te, dan tel. Ketiga variasi tersebut muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya. Layak diingat bahwa awalan ini memiliki tiga macam arti dalam pemakaiannya. Pertama, artinya sama dengan paling. Kedua, menyatakan arti tidak sengaja. Ketiga, menyatakan arti sudah di Misalnya dalam contoh di bawah ini.

te(R) + dengarterdengar te(R) + pandaiterpandai te(R) + rasa terasa te(R) + kerjakan tekerjakan te(R) + perdaya teperdaya te(R) + percaya tepercaya

Berdasarkan uraian di atas, bergantung pada tautan kalimat, pemakai bahasa Indonesia dapat menggunakan bentuk demikian:

Saya terpercaya pada Anda daripada pada orang lain untuk menyelesaikan proyek ini. Saya tepercaya oleh majikan untuk menyelesaikan proyek ini secepatnya.

Bentuk pertama mengartikan paling percaya, sedangkan bentuk kedua mengartikan dipercaya. Bagaimana pendapat Anda mengenai bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat di bawah?

1. Pasien itu tidur terlentang di tempat tidur.2. Tas Bapak tertinggal di rumah.3. Anakanak telantar harus kita santuni.4. Hal itu sudah telanjur saya katakan.5. Indonesia itu terentang dari Sabang sampai Merauke.

Selanjutnya, cobalah Anda menggunakan awalan tersebut dalam kata lain dan kalimat lain yang sesuai dengan tautannya.

1.4 Awalan pe(N) dan pe(R)Awalan pe(N) dan pe(R) merupakan pembentuk kata benda. Kata benda yang dibentuk dengan pe(N) berkaitan dengan kata kerja yang berawalan me(N). Kata benda yang dibentuk dengan pe(R) berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R). Awalan pe(N) memiliki variasi pe, pem, pen, peny, peng, dan penge. Variasi tersebut muncul bergantung pada bentuk dasar yang dilekati pe(N). Kita lihat contoh berikut:

pe(N) + rusakperusak pe(N) + lakupelaku pe(N) + beripemberi pe(N) + pasokpemasok pe(N) + daftarpendaftar pe(N) + telitipenyusun pe(N) + jual penjual pe(N) + caripencari pe(N) + suluhpenyuluh pe(N) + gunapengguna pe(N) + kirimpengirim pe(N) + cappengecap pe(N) + laspengelas pe(N) + tikpengetik

Dalam kesaharian sering dijumpai bentuk pengrajin yang berarti orang yang pekerjaannya membuat kerajinan. Bila kita bandingkan dengan kata pe(N) + rusak menjadi perusak yang berarti orang yang membuat kerusakan, bentuk pengrajin merupakan bentuk yang tidak tepat. Kita ingat saja bahwa kedua kata tersebut, rajin dan rusak, merupakan kata sifat. Karena itu, bentuk tersebut harus dikembalikan pada bentuk yang tepat dan sesuai dengan kaidah, yaitu perajin.Awalan pe(R) memiliki variasi bentuk pe, per, dan pel. Variasi tersebut muncul sesuai denngan bentuk dasar yang dilekati awalan pe(R). Kita lihat contoh berikut:

pe(R) + dagangpedagang pe(R) + kerjapekerja pe(R) + tapapertapa pe(R) + ajarpelajar

Katakata sebelah kanan berkaitan dengan awalan ber yang dilekati dengan kata dasar dagang, kerja, tapa, dan ajar. Jadi, katakata tersebut berkaitan dengan kata berdagang, bekerja, bertapa, dan belajar.Selain katakata itu, kita sering melihat katakata lain seperti pesuruh dan penyuruh. Kata pesuruh dibentuk dari pe(R) + suruh, sedangkan penyuruh dibentuk dari pe(N) + suruh. Pesuruh berarti yang disuruh dan penyuruh berarti yang menyuruh. Beranalogi pada kedua kata tersebut kini muncul katakata lain yang sepola dengan pesuruh dan penyuruh, misalnya, kata petatar dan penatar, pesuluh dan penyuluh.Dalam bahasa Indonesia sekarang muncul pula bentuk kata yang sepola dengan kedua kata di atas, tetapi artinya berlainan. Misalnya, pegolf, pecatur, perenang, pesenam, dan petenis. Awalan pe pada katakata tersebut berarti pelaku olah raga golf, catur, renang, senam, dan tenis. Selain itu, muncul juga bentuk lain seperti pemerhati yang memperhatikan, pemersatu yang mempersatukan dan pemerkaya yang memperkaya. Bentukbentuk itu merupakan bentuk baru dalam bahasa Indonesia. Katakata yang termasuk kata benda itu berkaitan dengan kata kerja yang berawalan memper atau memper + kan.Kini mari kita mencoba menaruh perhatian pada pemakaian bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat berikut:1. Pertamina akan mendatangkan alat pembor minyak dari Amerika Serikat.2. Generasi muda sekarang merupakan pewaris Angkatan 45.3. Sebagai pengelola administrasi, dia begitu cekatan.4. Betulkah bangsa Indonesia sebagai pengkonsumsi barang buatan Jepang.5. Siapa pun pemitnahnya, harus dihukum.6. Mereka merupakan pemrakarsa pembangunan gedung ini.7. Setiap peubah dalam penyusunan harus dapat diuji.8. Orang yang memfotokopi bisa disebut pengopi.9. Dapatkah Anda membedakan siapa petembak dan siapa penembak?10. Orang yang memberikan atau memiliki saham suatu perusahaan bisa disebut penyaham perusahaan.

1.5 Konfiks pe(N)an dan pe(R)an

Kata benda yang dibentuk dengan pe(N)an menunjukkan proses yang berkaitan dengan kata kerja yang berimbuhan me(N), me(N)kan, atau me(N)i. Kata benda yang dibentuk dengan pe(R)an ini menunjukkan hal atau masalah yang berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R). Kita perhatikan contoh berikut: pe(N) + rusak + anperusakan pe(N) + lepas + anpelepasan pe(N) + tatar + anpenataran pe(N) + sah + anpengesahan pe(N) + tik + anpengetikan pe(R) + kerja + anpekerjaan pe(N) + ajar + anpelajaran

Selain katakata yang dicontohkan, kita sering menemukan katakata yang tidak sesuai dengan kaidah di atas seperti pengrumahan, pengrusakan, pengluasan, penyucian (kain), penglepasan, penyoblosan, dan pensuksesan. Katakata yang tidak sesuai dengan kaidah ini harus dikembalikan pada bentuk yang tepat (Bagaimana bentuk yang tepat dari katakata di atas menurut Saudara?).Bagaimana bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat di bawah ini menurut Anda?

1. Pemain Indonesia berhasil menjadi juara perorangan dalam turnamen itu.2. Bumi Serpong Damai merupakan daerah pemukiman baru di Jawa Barat.3. Pasien itu mengalami pendarahan pada bagian kepalanya.4. Pendokumentasian suratsurat berharga perlu mendapat perhatian.5. Pentayangan kesenian daerah ditingkatkan oleh TVRI Bandung.6. Di sekolahsekolah kini tidak digunakan lagi pemeringkatan untuk mengetahui murid terpandai atau terbodoh di kelasnya.7. Pengletakan batu pertama gedung itu sudah dilakukan.8. Selain ada angkutan kota, ada juga angkutan pedesaan.9. Ambruknya jembatan itu di luar perhitungan kontraktor.10. Kami memperoleh pengarahan dari Bapak Gubernur.11. Penakwaan umat Islam kepada Alloh Swt. merupakan hal utama yang harus dikemukakan oleh khotib kepada mustaminya.12. Perluasan dan pelebaran jalan raya di kota Bandung dan juga di kota lain mengalami banyak hambatan.13. Persentase peningkatan fosfat tersedia tanah dengan tanaman jagung perlakuan 2.57 x 10 adalah ....14. Setiap HUT RI diadakan pelombaan maraton di kecamatan.15. Salah satu cara yang ditempuh oleh pasukan itu adalah melaksanakan perlucutan senjata.

1.6 Akhiran an dan Konfiks keanKata benda dapat dibentuk dengan bentuk dasar dan akhiran an atau konfiks kean. Kata benda yang mengandung akhiran an umumnya menyatakan hasil, sedangkan kata benda yang mengandung konfiks kean umumnya menyatakan hal. Untuk memperjelas uraian di atas, kita perhatikan contoh berikut:Dia mengirimkan sumbangan sepekan lalu, tetapi kiriman itu belum kami terima.Sebulan setelah dia mengarang artikel, karangannya itu dikirimkan ke sebuah media massa.Kata benda yang mengandung kean diturunkan langsung dari bentuk dasarnya seperti contoh berikut:a. Beliau hadir untuk meresmikan penggunaan gedung baru. b. Kehadiran beliau di sana disambut dengan berbagai kesenian tradisional.

a. Mereka terlambat menyerahkan tugasnya. b. Keterlambatan itu menyebabkan mereka mendapatkan nilai jelek.

Isilah rumpang kalimat berikut dengan kata benda yang mengandung akhiran an atau konfiks kean.

1. Sejak lama ia dididik orang tuanya. ... yang diberikan orang tuanya itu menyebabkan dia menjadi orang besar.2. Mereka membantu kami sepekan lalu. ... itu sangat bermanfaat bagi kami.3. Masyarakat di pulau terpencil itu masih terbelakang. ... itu menyebabkan taraf hidup mereka masih rendah. Anak itu sangat pandai di kelasnya. Karena ... itu, dia memperoleh beasiswa dari

pemerintah.5. Usaha yang ditempuhnya selalu gagal. Akan tetapi, dia tidak pernah putus asa akibat ...nya itu.

1.7 Kata Kerja Bentuk me(N)kan dan me(N)Akhiran kan dan i pada kata kerja dalam kalimat berfungsi menghadirkan objek kalimat. Beberapa kata kerja baru dapat digunakan dalam kalimat setelah diberi akhiran kan atau i. Mari kita lihat contoh untuk memperjelas uraian.

1. Beliau sedang mengajar di kelas.2. Beliau sedang mengajarkan bahasa Indonesia.3. Beliau mengajari kami bahasa Indonesia di kelas.4. Atasan kami menugasi kami mengikuti penyuluhan ini.5. Atasan kami menugaskan pembuatan naskah pidato kepada sekretaris.6. Pemerintah menganugerahi rakyat Jawa Barat tanda kehormatan.7. Pemerintah menganugerahkan tanda kehormatan kepada rakyat Jawa Barat.8. Kami membeli bukubuku baru untuk perpustakaan.9. Kami membelikan mereka buku baru untuk perpustakaan.10. Setiap 28 Oktober kami memperingati hari Sumpah Pemuda.

Berdasarkan contohcontoh di atas, bagaimana pendapat Anda tentang bentuk kata yang dimiringkan dalam kalimat di bawah.

1. Kami belum tahu siapa yang akan menggantikan ongkos perjalanan kami.2. Saya belum dapat memberitahukan Anda tentang kabar itu.3. Mereka menemui kesulitan dalam mendata para korban musibah itu.4. Persib memenangkan pertandingan itu semalam.5. Camat membawahi lurah atau kepala desa.6. Mereka mempertinggikan benteng pertahanan di perbatasan.7. Setelah berdoa, kami mempersilahkan duduk kepada hadirin.8. Dokter itu memperingatkan pasiennya agar tidak banyak bergerak.9. Para petani menanami kebunnya dengan sayursayuran.10. Beberapa negara Eropa menanamkan modalnya di Indonesia.

1.8 Awalan keAwalan ke berfungsi membentuk kata benda dan kata bilangan, baik bilangan tingkat maupun bilangan yang menyatakan kumpulan. Kata benda yang dibentuk dengan awalan ke sangat terbatas, yaitu hanya pada kata tua, kasih, hendak yang menjadi ketua, kekasih, dan kehendak. Penentuan apakah awalan ke sebagai pembentuk kata bilangan tingkat atau kata bilangan yang menyatakan umpulan harus dilihat dalam hubungan kalimat. Misalnya kalimat berikut:

a. Tim kami berhasil menduduki peringkat ketiga dalam MTQ tingkat Jawa Barat.b. Ketiga penyuluh itu ternyata teman kami waktu di SMA.

Dalam percakapan seharihari, awalan ke sering mengganti awalan ter sebagai bentuk pasif. Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa daerah atau dialek tertentu. Dalam situasi resmi, hal ini harus dihindari. Kita perhatikan contoh berikut.

- Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu ketabrak mobil.Seharusnya:- Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu tertabrak mobil.Bagaimana pendapat Anda mengenal bentuk kata yang dimiringkan dalam kalimatkalimat berikut:

1. Kami ketemu dengan Bapak Bupati Bandung di sini kemarin.2. Sejak tadi orang itu menyanyi diselingi ketawa.3. Meja tulis itu tidak keangkat oleh tiga orang.4. Buku saya kebawa teman saya kemarin.

1.9 Akhiran LainSelain akhiran asli bahasa Indonesia kan, i, dan an, terdapat pula beberapa akhiran yang berasal dari bahasa asing, misalnya, wan, man, dan wati dari bahasa Sanskerta; akhiran i, wi, dan iah dari bahasa Arab. Akhiran wan dan wati produktif, sedangkan akhiran man tidak demikian. Akhiran wi lebih produktif daripada akhiran i dan iah. Akhiran wi tidak hanya terdapat dalam bentukan bahasa asalnya, tetapi juga terdapat dalam bentukan dengan bentuk dasar bahasa Indonesia. Perhatikan beberapa contoh kata berikut.- karyawankaryawati- olahragawanolahragawati- budimanseniman- manusiawisurgawi- badanibadaniah

Bagaimana pendapat Anda mengenai bentuk kata berikut ?- ilmiawan- rohaniawan- gerejani

BEBERAPA CONTOH BENTUK KATA YANG SALAH DAN YANG BENAR Salahmemparkirmenterjemahkanmentafsirkanmensukseskanmemitnahmenyolokmenyintaimengontrakanmembandingmengundurmemberitahubersertabewarna

Benarmemarkirmenerjemahkanmenafsirkanmenyukseskanmemfitnahmencolokmencintaimengontrakkanmembandingkanmengundurkanmemberi tahubesertaberwarna

SalahbekerjasamaberterimakasihdikatadipensiunterlantarterlanjurpengrusakanpengletakanpenglepasanpengrajinnampakdibandingdiselusuriBenarbekerja samaberterima kasihdikatakandipensiunkantelantartelanjurperusakanpeletakanpelepasanperajintampakdibandingkan denganditelusuri

1.10 Prosedur Pengayaan KosakataPerhatikan tabel di bawah, kemudian lihat kata dasar. Setelah itu, beri tanda + di bawah setiap imbuhan jika gramatikal, dan tanda jika takgramatikal. Langkah berikutnya adalah cobalah membuat mencari padanannya dalam bahasa Inggris atau cobalah membuat kalimat bahasa Indonesia dengan kata yang sudah diberi tanda + tadi.

Kata Dasar Imbuhan

me(N)-me-ime-kanmemper-memper-kanmemper-iawak

hitung

hukum

gigi

siap

darah

politik

hubung

buku

bibit

bentang

luas

panjang

singkat

jiwa

mati

hidup

sosial

besar

anak

Bila sudah berhasil dengan imbuhan tersebut, cobalah dengan imbuhan lain. Lalu, coba pula kata-kata lain yang jarang digunakan, tetapi ada di dalam kamus bahasa Indonesia. Cari pula kata dari bahasa daerah yang Anda kenal! Kemudian, Anda perhatikan bahasan peristilahan dan bahasan pilihan kata pada modul berikut.

Catatan: Pengayaan ini bisa juga dilakukan dengan cara berbeda, yaitu senerai (daftar) kata dasar ke samping dan senerai imbuhan ke bawah.

2. Pelatihan

Temukan sepuluh kata baru dan terapkan dalam kalimat!

Kegiatan Belajar VI

Pilihan Kata (Diksi)

1. Aspek KataBahasa terjadi dari katakata. Katakata ini membentuk kelompok kata, kalimat, dan wacana berdasarkan kaidah bahasa yanng bersangkutan. Pemahaman terhadap suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap katakata dan kaidah yang terdapat dalam bahasa tersebut. Menggunakan bahasa pada hakikatnya adalah memakai katakata dan kaidah yanng berlaku dalam bahasa itu. Dengan demikian, agar dapat berbahasa dengan baik, benar, dan cermat, kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah yang terdapat di dalamnya. Hal ini berlaku bagi semua bahasa, termasuk di dalamnya bahasa Indonesia.Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan sesuatu yang dapat diinderai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk. Apabila ada seseorang berteriak Banjir!, dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita mengetahui arti kata tersebut. Karena itu, pikiran kita akan menyatakan ada gerakan air deras, besar, dan meluas secara tibatiba. Jadi, yang dimaksud bentuk adalah kata semacam kata banjir, sedangkan makna adalah reaksi yang timbul dalam pikiran kita. Reaksi tersebut tentu akan berbedabeda pada setiap orang. Hal ini bergantung pada tingkat pemahaman setiap orang akan bentuk dan makna suatu kata.Untuk memahami kata, kita harus mengetahui bentuk dan makna kata itu sekaligus. Pemahaman terhadap salah satu aspek saja tidak menjamin pemahaman terhadap kata. Seseorang yang mengetahui bentuk atau rupa suatu benda belum tentu mengetahui maknanya. Demikian pula halnya,seseorang yang mengetahui makna saja belum tentu mengetahui bentuk atau rupa benda itu. Jadi, pemahaman terhadap bentuk dan makna kata merupakan syarat bagi pemahaman kita terhadap kata.

2. Penggunaan KataSebagaimana dikemukakan, untuk dapat berbahasa dengan baik, benar, dan cermat, kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa yang kita gunakan. Misalnya, kita menggunakan bahasa Indonesia, maka yang harus kita perhatikan adalah kata dan kaidah bahasa Indonesia; kita menggunakan bahasa Sunda, maka yang harus kita perhatikan adalah kata dan kaidah bahasa Sunda, bukan bahasa lain.Dalam penggunaan kata, yang terdiri atas bentuk dan makna, kita harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide atau gagasan. Berdasarkan hal tersebut, untuk menyatakan gagasan atau ide, kita memerlukan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan; kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.

3. Ketepatan Pilihan KataBahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau ide pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Pendengar atau pembaca akan dapat menerima gagasan atau ide yang disampaikan pembicara atau penulis apabila pilihan kata yang mengandung gagasan dimaksud tepat. Pilihan kata yang tidak tepat dari pembicara atau penulis dapat mengakibatkan gagasan atau ide yang disampaikannya tidak dapat diterima dengan baik oleh pendengar atau pembaca. Karena itu, kita perlu memperhatikan halhal berikut:1. kata yang bermakna denotatif dan konotatif;2. kata yang bermakna sama dan hampir sama;3. kata umum dan kata khusus;4. kata yang mengalami perubahan makna;5. kata dengan ejaan yang mirip;6. kata ciptaan sendiri;7. kata ungkapan atau idiom;8. kata yang singkat dan taksingkat.

3.1 Kata Bermakna Denotatif dan Bermakna AsosiatifMakna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan konsep dengan kenyataan. Makna ini merupakan makna yang lugas, makna apa adanya. Makna ini bukan makna kiasan atau perumpamaan. Sebaliknya, makna asosiatif atau konotatif muncul akibat asosiasi perasaan atau pengalaman kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Makna asosiatif dapat muncul di samping makna denotatif suatu kata.Dalam bahasa tulisan ragam ilmiah dan formal yang harus kita gunakan adalah katakata denotatif agar keobjektifan bisa tercapai dan mudah dipahami tanpa adanya asosiasi. Hal ini perlu diperhatikan karena apabila terdapat kata asosiatif, pemahaman pembaca atau pendengar sangat subjektif dan berlainan. Kita bandingkan kata perempuan dan pandai dalam kalimat:- Perempuan itu ibu saya.- Ah, dasar perempuan.

Saudara saya termasuk orang pandai dalam memotivasi orang lain untuk berpikir positif.Karena keyakinannya, barang yang hilang itu ditanyakan kepada orang pandai di Garut.

3.2 Kata BersinonimKata bersinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Banyak kata bersinonim yang berdenotasi sama, tetapi konotasinya berbeda. Akibatnya, katakata yang bersinonim itu dalam pemakainnya tidak sepenuhnya dapat saling menggantikan. Katakata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, mampus, dan berpulang memiliki makna denotasi yang sama, yaitu nyawa lepas dari raga, tetapi makna konotasinya berbeda. Relakah Saudara jika orang yang sangat Saudara hormati dan Saudara cintai dikatakan Dia telah mampus kemarin, sebaliknya binatang yang menjijikkan, misalnya, Binatang itu telah wafat dengan sukses.Dengan contoh tadi jelaslah bagi kita bahwa setiap kata memiliki kekhususan dalam pemakaiannya walaupun katakata yang digunakan memiliki makna denotasi yang sama. Bagaimana pula Anda membedakan pemakaian kata mengandung, hamil, bunting, dan kecelakaan?Adakah perbedaan nuansa makna jenazah, mayat, bangkai? Kata apa yang harus Anda katakan jika ada dua ekor domba mati lima menit yang lalu. Domba A mati disembelih dan domba B mati keracunan. Tegakah Anda menyebut jasad orang yang sudah lima hari bergelimpangan karena dilanda gelombang tsunami dengan kata bangkai? Tentu tidak karena kita beradab dan memiliki rasa bahasa.

3.3 Kata Bermakna Umum dan Bermakna KhususDalam bahasa seharihari kita sering mendengar atau membaca kata yang bermakna kabur akibat kandungan maknanya terlalu luas. Kata seperti itu sering mengganggu kelancaran dalam berkomunikasi. Karena itu, agar komunikasi berlangsung dengan baik, kita harus dengan cermat menggunakan kata yang bermakna umum dan bermakna khusus secara tepat. Jika tidak, komunikasi terhambat dan kesalahpahaman mungkin muncul. Akibat lebih jauh, timbul huruhara atau malapetaka.Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus. Kata bermakna umum dapat menjadi kata bermakna khusus jika dibatasi. Kata bermakna umum digunakan dalam mengungkapkan gagasan yanng bersifat umum, sedangkan kata bermakna khusus digunakan untuk menyatakan gagasan yang bersifat khusus atau terbatas.

a. Dia memiliki kendaraan.b. Dia memiliki mobil.c. Dia memiliki sedan.

Kata sedan dirasakan lebih khusus daripada kata mobil. Kata mobil lebih khusus daripada kata kendaraan. Demikian pula halnya dalam kata beruntun ini binatang, binatang peliharaan, kucing.

3.4 Kata yang Mengalami Perubahan Makna

Sejarah perkembangan manusia dapat memengaruhi sejarah perkembangan makna kata. Dalam bahasa Indonesia, juga dalam bahasa lain, terdapat kata yang mengalami penyempitan makna, peluasan makna, perubahan makna.Kata sarjana dan pendeta merupakan contoh kata yang mengalami penyempitan makna. Kata sarjana semula digunakan untuk menyebut semua cendekiawan. Kini kata tersebut hanya digunakan untuk cendekiawan yang telah menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi. Kata pendeta semula memiliki arti orang yang berilmu, kini hanya digunakan untuk menyebut guru/pemimpin agama Kristen.Kata berlayar, bapak, ibu, saudara, dan putraputri merupakan contoh kata yang mengalami peluasan makna. Kata berlayar semula digunakan dengan makna bergerak di laut menggunakan perahu layar. Kini maknanya menjadi luas, yaitu bepergian di atas laut, baik memakai perahu layar maupun memakai alat transportasi lain. Kata bapak, ibu, dan saudara semula hanya digunakan dalam hubungan kekerabatan. Kini ketiga kata tersebut digunakan juga untuk menyebut atau menyapa orang lain yang bukan keluarga, bukan kerabat. Begitu pula halnya kata putraputri. Semula kata ini hanya digunakan untuk menyebut anak raja. Kini anak siapa pun berhak dan boleh disebut putraputri.Kata wanita dirasakan lebih baik daripada perempuan. Karena itu, muncul darma wanita. Akan tetapi, kita kenal pula kata wanita panggilan. , kata ini, dilihat dari segi bahasa merupakan lawan kata perempuan murahan. Bagaiman pendapat Anda?

A. Faktor LainDemi ketepatan pilihan kata, kita pun harus berhatihati menggunakan katakata yang berejaan mirip seperti kata bahwa, bawa, dan bawah; gaji dan gajih; sangsi dan sanksi. Kita pun harus berhatihati menggunakan ungkapan tertentu seperti bercerita tentang, bukan menceritakan tentang; sesuai dengan, bukan sesuai; bergantung pada atau tergantung pada, bukan tergantung atau tergantung dari (bandingkan dengan depend on dan hang on dalam bahasa Inggris)Demi ketepatan pilihan kata, sebaiknya kita memilih kata atau ungkapan yang lebih singkat. Misalnya, kita pilih membetulkan dan kita hindari membuat betul; kita pilih menginformasikan dan kita hindari memberikan informasi. Bagaimana dengan katakata peka dan pekak; khas dan kas; kotak dan kota?

B. Kesesuaian Pilihan KataKesesuaian pilihan kata berkaitan dengan pertimbangan pengungkapan gagasan atau ide dengan memperhatikan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca. Dalam pembicaraan yang bersifat resmi atau formal, kita harus menggunakan katakata baku. Sebaliknya, dalam pembicaraan takresmi atau santai, kita tidak dituntut berbicara atau menulis dengan menggunakan katakata baku untuk menjaga keakraban.Faktor kepada siapa kita berbicara atau kita menulis harus diperhatikan agar katakata yang kita gunakan dapat dipahami mereka. Pada saat kita berbicara dengan masyarakat awam, sebaiknya kita gunakan katakata umum (populer); jangan kita gunakan katakata yang bersifat ilmiah. Tujuan kita berbicara atau menulis tentu untuk dimengerti oleh orang lain. Jadi, kalau kita gunakan katakata ilmiah, sedangkan yang kita ajak bicara tidak mengerti, tentu yang kita sampaikan tidak ada gunanya, percuma. Sebaliknya, jika kita berbicara dengan golongan intelektual, pejabat, atau para ahli di bidang tertentu, sebaiknya kita mengggunakan katakata yang lebih akrab dengan mereka atau katakata ilmiah. Layak diingat bahwa yang termasuk katakata ilmiah bukan hanya katakata yang berasal dari bahasa asing. Dalam bahasa Indonesia pun banyak sekali katakata ilmiah. Agar kesesuaian pilihan kata dapat kita capai, dalam berbicara atau menulis kita perlu memperhatikan halhal berikut:Dalam situasi resmi, kita gunakan katakata baku;Dalam situasi umum, kita gunakan katakata umum;Dalam situasi khusus, kita gunakan katakata khusus;Katakata yang bersifat ilmiah tidak harus berbahasa asing;Bahasa lisan berbeda dengan bahasa tulisan;Hindari pemakaian katakata, ungkapan, atau basabasi yang sudah usang.

3.5 Kata Baku dan TakbakuKata baku adalah kata yang tidak bercirikan bahasa daerah atau bahasa asing. Baik dalam penulisan maupun dalam pengucapannya harus bercirikan bahasa Indonesia. Dengan perkataan lain, kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah mengenai kata dalam bahasa Indonesia. Perhatikan lagi modul IV. Kita perhatikan beberapa contoh berikut yang mengandung perbedaan lisan atau tulisan.

Kata Baku Kata Takbaku pikir, pahamfikir, fahamnasihatnasihatijazahijasahjadwaljadualkualitas, kuantitas, kuitansikwalitas, kwantitas, kwitansikarierkarirpasienpasenimbauhimbauutang, isaphutang, hisapberikasih duludulunya hakikathakekatlewatliwat mengapakenapa senangsenengasasazas energienerji hipotesishipotesakategorikatagori sistemsistimmetodemetodatekniktehniktimteamseksisiesubunitsub unit pascapanenpasca panenantarbagianantar bagiansemifinalsemi finalasusilaa susilacaturbidangcatur bidangekabahasaeka bahasamonoloyalitasmono loyalitassupranaturalsupra naturalekstrakurikulerekstra kurikulerkontrarevolusikontra revolusiantikomunisanti komunispurnajualpurna jualultramodernultra modernsupersoniksuper sonikperibahasaperi bahasasepak bolasepakbolaterima kasihterimakasihtata usahatatausaha kerja samakerjasamaberi tahukanberitahukan

3.6 Kata Ilmiah dan Kata PopulerKata ilmiah adalah kata yang biasa digunakan di lingkungan ilmuwan dan dunia pendidikan umumnya. Kata populer adalah kata yang biasa digunakan di kalangan masyarakat umum. Namun, pendapat itu tidak terlalu ketat. Kita lihat beberapa contoh.Kata IlmiahKata Populerdampakakibat, kendala, hambatan, halanganformasisusunanfrustasikecewapasienorang sakitvolumeisikomasekarat

Dalam pembicaraan di depan umum, sebaiknya kita menggunakan katakata populer agar apa yang kita kemukakan dapat dipahami dengan baik dan mudah. Tahukah Anda apa arti kata argumen, solusi, filial, final, kontradiksi, komitmen?

3.7 Kata Percakapan dan Kata/Ungkapan Usang

Kata percakapan biasanya digunakan dalam bahasa lisan. Katakata ini umumnya memiliki kaidah sendiri yang berbeda dengan katakata yang digunakan dalam tulisan. Katakata percakapan, di antaranya, memiliki ciri kedaerahan (dialek), tidak ajeg menggunakan kaidah bentukan kata dan sering menyingkat kata. Beberapa contoh dapat dikemukakan di sini, misalnya, nggak, belom, tau, ngerti, dapet, sikon, gini, gitu, sech, ne, getho lho.Katakata percakapan sebaiknya dihindarkan dalam tulisan atau pembicaraan resmi karena dapat mengganggu keresmian atau keilmuan. Karena itu, berhatihatilah menggunakan kata percakapan ini.Ungkapan atau idiom merupakan bentuk bahasa yang memiliki pola tertentu dan makna tertentu pula. Ungkapan seperti makan garam, makan hati, panjang tangan memiliki arti sendiri yang jauh dari arti kata denotasinya. Ungkapan yang masih dipahami oleh umum dapat digunakan untuk menghidupkan suasana pembicaraan atau tulisan. Akan tetapi, ungkapan yang sudah usang tidak lagi mempunyai kekuatan bahkan justru kalau masih dipakai bisa membosankan dan melemahkan pembicaraan atau tulisan kita.

4. Tes Formatif

Perbaiki katakata yang dicetak miring berikut ini sehingga menjadi kata yang baku!

1. Setiap bulan karyawan pemerintah dapat pembagian beras.2. Kita hendaknya menterapkan ilmu yang kita peroleh itu untuk mensejahterakan masyarakat.3. Bikin betul pagar yang roboh itu.4. Marilah kita menyanyi Indonesia Raya.5. Walaupun berulang kali dilakukan, latihan itu tidak bermanfaat.6. Kehidupan penduduk desa di Jawa Barat umumnya bertani.7. Bukan warna ini yang dipilihnya, tetapi warna hijau.8. Kita sebaiknya selalu mentaati peraturan lalu lintas.9. Kecuali alasan itu, perlu dipertimbangkan pula alasan lain.10. Sementara menunggu saya, para pesuluh membacabaca makalah.11. Berhubung kekurangan biaya, pembuatan jalan itu diundur.12. Kami tidak tahu kalau pertemuan itu dilaksanakan hari ini.13. Bersama ini kami beritahukan bahwa kiriman Saudara sudah kami terima.14. Surat itu sudah dikirimkan oleh kami minggu lalu.15. Masingmasing pesuluh diberikan kesempatan untuk bertanya.16. Baik saya dan dia sebagai teman selalu saling membantu.17. Apakah sudah tersedia dana bagi membangun gedung itu?18. Saya datang ke sini sama temanteman.19. Sepatutnyalah kita mensukseskan program yang dicanangkan itu.20. Atas perhatiannya, diucapkan beriburibu terimakasih.21. Mereka tidak berhasil menemui barang yang hilang itu.22. Siapa pimpinan rombongan ini?23.Kini dia menjadi sekertaris pribadi.24. Tugas yang diberikan merupakan tugas perorangan.25. Pasukan perdamaian mempertinggikan benteng pertahanan.Kegiatan Belajar VII

Pembentukan Istilah

1. Definisi Istilah

Bahasa yang digunakan wartawan, baik dalam media massa cetak maupun media massa elektronik dinamakan bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik ini merupakan salah satu ragam bahasa yang memiliki sifatsifat khas, seperti singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik (Rosihan Anwar, 1979:1).Sejalan dengan era globalisasi yang salah satunya ditandai oleh adanya kontak bahasa, saat ini bahasa Indonesia (termasuk juga dalam hal ini ragam bahasa jurnalistik) mengalami perkembangan pesat. Perkembangan tersebut bisa kita lihat dari kemunculan kosakata dan istilah yang sebelumnya tidak atau belum dikenal dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini, peranan media massa (baik media massa cetak maupun elektronik) tidak bisa diabaikan karena media massa tersebut juga memiliki andil dalam mewujudkan suatu masyarakat bahasa. Media massa yang menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, secara taklangsung menunjang terciptanya masyarakat bahasa yang baik. Sebaliknya, media massa yang menggunakan bahasa yang buruk (banyak membuat kesalahan berbahasa) bisa menimbulkan dampak yang buruk pula pada sikap berbahasa masyarakat. Hal ini disebabkan masyarakat yang masih awam akan bahasa bisa saja beranggapan bahwa bahasa yang disajikan dalam media massa tersebut merupakan bahasa yang benar sehingga berkecenderungan untuk menirunya. Oleh karena itu, bahasa dalam media massa sudah seharusnya mengikuti kaidah tata bahasa, baik dalam hal tata kalimat, tata bentuk kata, maupun kosakata.Sehubungan dengan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa, masalah yang timbul akhirakhir ini salah satunya adalah seringnya digunakan istilah asing (terutama istilah yang berasal dari bahasa Inggris) dalam media massa. Penggunaan istilah asing secara berlebihan dalam media massa, bukan saja akan mempersulit pembaca dalam memahami isi atau informasi yang