27
Modul Pelatihan MODUL MI-5 PENGELOLAAN SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH DI DAERAH TANGGAP DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT alam situasi bencana dengan semua keterbatasan pasti banyak limbah yang tidak terurai dengan baik, sehingga sangat dikawatirkan akan mengganggu kesehatan para warga korban bencana tersebut. Limbah dimaksud bisa berasal dari pusat dapur, kamar mandi, cucian, dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman- kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan D

MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul Pelatihan MODUL MI-5 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN SSAARRAANNAA

PPEEMMBBUUAANNGGAANN AAIIRR LLIIMMBBAAHH

DDII DDAAEERRAAHH TTAANNGGGGAAPP DDAARRUURRAATT

I. DESKRIPSI SINGKAT

alam situasi bencana dengan semua keterbatasan pasti banyak limbah yang tidak

terurai dengan baik, sehingga sangat dikawatirkan akan mengganggu kesehatan para warga

korban bencana tersebut. Limbah dimaksud bisa berasal dari pusat dapur, kamar mandi, cucian, dan

kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau

sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat.

Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar

untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia

tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan

D

Page 2: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

2

penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan

lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk

mengurangi pencemaran.

Ada metode yang bisa diterapkan dalam merencanakan pengolahan limbah yaitu dengan:

• Membuat saluran air kotor

• Membuat bak peresapan

• Membuat tempat pembuangan sampah sementara

Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memerhatikan ketentuan sebagai berikut:

1) Tidak mencemari sumber air minum yang ada di

daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah

maupun air di bawah permukaan tanah. 2) Tidak mengotori permukaan tanah.

3) Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.

4) Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga

lain. 5) Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

6) Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.

7) Jarak minimal sumber air dengan bak resapan 10 meter.

Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda

terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak

pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan

minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur,

agar lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan

Page 3: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

3

sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan

khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk

membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,

suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar

mampu mengelola Sarana pembuangan air limbah di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah

kerjanya

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar

dapat:

1. Menjelaskan dampak air limbah yang tidak

dikelola dengan baik

2. Menyediakan sarana SPAL di daerah tanggap

darurat

3. Memelihara sarana SPAL di daerah tanggap darurat

4. Menyediakan Instalasi Pengolahan air limbah di daerah tanggap darurat

Page 4: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

4

III. POKOK BAHASAN

A. Pengantar Dampak Air Limbah.

B. Penyediaan SPAL di Daerah Tanggap Darurat

C. Pemeliharaan SPAL di Daerah Tanggap Darurat

D. Pengadaan Ipal di Daerah Tanggap Darurat

IV. PROSES PEMBELAJARAN

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara

efektif, maka perlu disusun langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1: Peyiapan Proses pembelajaran

1. Kegiatan Fasilitator

Kegiatan bina suasana dikelas

a. Memperkenalkan diri

b. Menggali pendapat pembelajar (curah

pendapat) tentang apa yang dimaksud dengan pengelolaan sarana pembuang kotoran

manusia di daerah tanggap darurat

c. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan

tujuan pembelajaran tentang pengelolaan

sarana pembuanga kotoran manusia di daerah tanggap darurat

Page 5: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

5

2. Kegiatan Peserta

a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang

diperlukan

b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator

c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting

Langkah 2: Review pokok bahasan

1. Kegiatan Fasilitator

a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan 1 sampai dengan 4 secara garis besar

dalam waktu yang singkat

b. Memberikan kesempatan kepada pembelajar

untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas

c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta

2. Kegiatan Peserta

a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-

hal yang dianggap penting

b. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan

c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator

Langkah 3: Pendalaman pokok bahasan di kaitkan dengan situasi tanggap darurat

1. Kegiatan Fasilitator

a. Meminta kelas dibagi menjadi 4 kelompok untuk mendiskusikan pokok bahasan sbagai berikut :

Page 6: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

6

Kelompok 1: Identifikasi jenis-jenis SPAL

yang sesui denga situasi kondisi di daerah tanggap daurat,

Kelompok 2: Penyediaan SPAL yag sesuai

dengan situasi dan kondisi di daerah

tanggap darurat

Kelompok 3: Pemeliharaan SPAL di daerah

tanggap darurat

Kelompok 4: Penyediaan IPAL yag sesuai

dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat

b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua,

sekretaris dan penyaji.

c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.

d. Memberikan bimbingan pada proses diskusi.

2. Kegiatan Peserta

a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih

ketua, sekretaris dan penyaji.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-

hal yang kurang jelas pada fasilitator.

c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok

bahasan/ sub pokok bahasan yang ditugaskan dan menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.

Langkah 4: Penyajian dan pembahasan hasil

pendalaman pokok bahasan dikaitkan dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat

1. Kegiatan Fasilitator

a. Meminta masing-masing kelompok mempresen-

tasikan hasil duskusi

Page 7: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

7

b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)

c. Memberikan masukan khususnya dikaitkan

dalam situasi dan kondisi di daerah tanggap

darurat

d. Merangkum hasil diskusi

2. Kegiatan Peserta

a. Mengikuti proses penyajian kelas

b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator

c. Bersama fasilitator merangkum hasil presentasi

masing – masing pokok bahasan yang dikaitka dalam situasi dan kondisi di daerah tanggap

darurat yang telah dibuat oleh tiap kelompok

Langkah 5: Simulasi pada situasi taggap

darurat (buatan)

1. Kegiatan Fasilitator

a. Meminta kelas dibagi menjadi 3 kelompok untuk mensimulasikan pokok bahasan : (1) Identifikasi

jenis SPAL dan IPAL yang sesuai dengan situasi

dan kondisi di daerah tanggap darurat, (2) Penyediaan SPAL dan IPAL yang sesuai dengan

situasi dan kondisi di daerah yanggap darurat

Catatan : setiap kelompok mensimulasikan dalam situasi dan kondisi di daerah yanggap darurat yang berbeda

b. Meminta masing-masing kelompok yang sedang

tidak bersimulasi menjadi observer

c. Memberikan bimbingan pada proses simulasi.

2. Kegiatan Peserta

a. Membentuk kelompok simulasi

Page 8: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

8

b. Melakukan simulasi secara bergantian sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap

darurat yang berbeda

c. Kelompok yang sedang tidak bersimulasi menjadi observer untuk mengobservasi

kelompok yang sedang melakukan simulasi dan mencatat hal-hal yang sudah baik dan yang

masih memerlukan perbaikan

d. Mengemukakan hasil observasi untuk perbaikan

dan pengkayaan

Langkah 6: Rangkuman dan evaluasi hasil

belajar

1. Kegiatan Fasilitator

a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan

5 pertanyaan sesuai topik pokok bahasan

b. Memperjelas jawaban peserta terhadap

masing – masing pertanyaan

c. Bersama peserta merangkum hasil proses

hasil pembelajaran pegelolaan sarana

pembuangan air limbah (SPAL) dan IPAL di daerah tanggap darurat

2. Kegiatan Peserta

a. Menjawab pertanyaan yang diajukan

fasilitator.

d. Bersama fasilitator merangkum hasil proses

pembelajaran pegelolaan sarana

pembuangan air limbah (SPAL) dan IPAL di daerah tanggap darurat

Page 9: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

9

V. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN I

PENGANTAR DAMPAK AIR LIMBAH

ir limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit

yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media

pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta schitosomiasis. Selain

sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu

sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit.

Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman

penyakit air limbah juga dapat mengandung bahan-

bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang

mudah terbakar. Keadaan demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah.

Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam

air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya

kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah.

Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan

terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkem-

A

Page 10: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

10

bangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air

dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di

dalam air limbah tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan

kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses

penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah menjadi terhambat. Sebagai akibat

selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk

diuraikan. Selain bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kehidupan di dalam air, maka kehidupan

di dalam air juga dapat terganggu.

Dalam situasi bencana dengan semua keterbatasan

pasti banyak limbah yang tidak terurai dengan baik, sehingga sangat dikawatirkan akan mengganggu

kesehatan para warga korban bencana tersebut.

Prinsip pengelolaan Limbah adalah sebagai berikut:

1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah

maupun air di bawah permukaan tanah. 2. Tidak mengotori permukaan tanah.

3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.

4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga

lain. 5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.

7. Jarak minimal dari sumber air dengan bak resapan

10 meter.

Page 11: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

11

POKOK BAHASAN II

PENYEDIAAN SPAL DI DAERAH TANGGAP DARURAT

POKOK BAHASAN 1

ntuk penyediaan SPAL di daerah bencana

sebaiknya harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Biasanya dalam situasi

bencana air limbah dihasilkan dari air limbah sisa kamar mandi, air cucian dan air sisa kegiatan di

tempat penyediaan konsumsi untuk para korban

bencana.

1. SPAL untuk air bekas mandi dan cucian

a. URAIAN SINGKAT Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke

bak kontrol dan langsung kesumur resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang

keluar dari bak resapan sudah bebas dari pencemaran.

b. BAHAN 1) Besi beton ½-25 cm

2) Batu bata 3) Kerikil

4) Semen

5) Pasir

c. PERALATAN 1) Gergaji

2) Cetok

U

Page 12: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

12

3) Cangkul 4) Skop

5) Parang

6) Ember 7) Besi runcing

8) Meteran

d. PEMBUATAN Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata,

campuran semen dan pasir. Bak kontrol dibuat

terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama terjadi

pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, dan akan terjadi suatu pengendapan kotoran.

Dibuat juga sumur resapan yang terbuat dari

susunan batu bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil

dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur resapan minimum 10 m agar supaya

jangan mencemarinya. Pembuatan dapat

dilihat pada gambar 1 dan 2 di bawah ini.

Gambar 1. Bak Saluran Bekas Mandi dan

Cuci

Page 13: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

13

Gambar 2. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci.

Saluran air bekas mandi dan cuci :

A : Kamar mandi dan cuci

B : Bak kontrol

C : Bak resapan

e. PENGGUNAAN

1) Untuk membuang air cucian

2) Untuk membuang air bekas mandi

3) Untuk membuang air kotor/bekas lainnya.

Page 14: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

14

f. KEUNTUNGAN

Pembuatannya mudah, bahan-bahan ada

disekitar kita dan konstruksinya sederhana.

g. KERUGIAN

Pembuangan air kotor ini juga tergantung dari

struktur lapisan tanah. Tanah yang liat pada

musim kemarau akan bongkah-bongkah hal ini

mungkin berpengaruh pada sumber air bersih.

Untuk mengatasi hal ini agar jaraknya perlu

lebih diperpanjang lagi.

Catatan lain-lain :

Secara rutin perlu dikontrol apakah ada yang

rusak atau tidak.

2. SPAL untuk air bekas dari dapur

a. URAIAN SINGKAT

Air cucian dialirkan melalui saluran ke sebuah

lubang resapan.

b. BAHAN

1. Batu bata

2. Semen

Page 15: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

15

3. Bambu

4. Pasir

5. Kerikil

6. Batu kali

c. PERALATAN

1. Cetok

2. Gergaji

3. Cangkul

4. Parang

5. Slop

6. Ember

d. PEMBUATAN

Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan

lebar, panjang dan tinggi 1 m atau disesuaikan

dengan tempat dan kebutuhan. Di buat saluran

dari batu bata, pasir, semen atau pakai bis.

Kalau saluran terbuka bisa ditutup dengan

bambu, kayu atau seng. Bak resapan diisi

dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik

kalau bak resapan ditutup dengan

kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan

dapat diberi saluran udara dari pralon. Cara

Page 16: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

16

pembuatannya dapat dilihat pada gambar 1 di

bawah ini.

Gambar 1. Bak Saluran

Page 17: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

17

Gambar 2. Galian Bak Resapan Dapur.

e. PENGGUNAAN

Untuk membuang air limbah rumah tangga

seperti air bekas cucian dan masak.

f. KEUNTUNGAN

Mudah dibuat dan bahannya dapat dari bahan-

bahan bekas.

h. KERUGIAN

Kalau tutupnya kurang rapat, baunya akan

tersebar sehingga mengganggu lingkungan.

Page 18: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

18

POKOK BAHASAN III

PEMELIHARAAN SPAL DI DAERAH TANGGAP DARURAT

PAL DI DAERA

Dalam melakukan kegiatan pemeliharaan SPAL ini

hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Saluran setiap hari perlu dibersihkan dengan

memakai sapu, atau alat lain.

2. Jangan membuang benda-benda padat seperti

batu kerikil, kertas, kain,plastik dan barang-

barang lainnya

3. Semua resapan perlu sering dikontrol, agar

bagian-bagian yeng tersumbat dibersihkan.

4. Jangan memasukkan buangan berupa benda

padat seperti kertas, kain, plastik.dsb

Page 19: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

19

POKOK BAHASAN IV

PENYEDIAAN IPAL DI DAERAH TANGGAP DARURAT

H TANGGAP DARURAT

Sebaiknya di daerah bencana tetap dibuatkan IPAL,

walaupun secara sederhana. Hal ini dilakukan agar

saluran air yang sudah dibuat tidak akan terjadi

genangan dan tidak menimbulkan pencemaran lebih

lanjut.

1. IPAL Permanent

a. Uraian Singkat

Air limbah rumah tangga dialirkan melalui

saluran, terus masuk ke bak air limbah.

Dengan bertambahnya air limbah setelah

penuh akan mengalir melalui saluran ke

peresapan. Air limbah sudah tidak begitu

berbahaya lagi, maka dapat dipelihara ikan lele

karena ikan ini kuat terhadap air seperti ini.

Hasil dari ikan lele dapat untuk menambah

penghasilan keluarga.

Page 20: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

20

b. Bahan

1) Bak ½ bis 2) Batu bata

3) Pasir 4) Semen

5) Batu koral

6) Pralon leher angsa

c. Peralatan

1) Gergaji

2) Cetok

3) Cangkul

4) Parang

5) Besi runcing/linggis

6) Ember

7) Skop

8) Meteran

d. Pembuatan

Saluran air limbah bisa dibuat dari pasangan

bak bis yang dibagi 2 (tengahan) atau dapat

juga dari pasangan batu bata dengan

pasangan semen dan pasir. Kemudian dibuat

bak penampung air limbah dan bak peresapan

yang diisi batu bata dan koral. Batas antara

bak air limbah dan bak peresapan diberi

saluran.

Pada bagian atas diberi tutup yang dapat

dibuat dari bambu. Saluran antara tempat

Page 21: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

21

pencucian ke bak air limbah sebaiknya agak

ada kemiringan, sehingga air akan lancar

mengalir. Untuk pembuatannya dapat dilihat

pada Gambar 1 dan 2 berikut ini.

Gambar 1. Bak Penampung Air Bekas

Page 22: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

22

Gambar 2. Saluran Air Bekas ke Bak

e. Penggunaan

1) Untuk membuang air limbah cucian

2) Untuk membuang air kotoran lainnya

f. Keuntungan

Mudah membuatnya, sederhana dan bahan-

bahan mudah didapat. Selain itu ada hasil

untuk menambah penghasilan keluarga yaitu

ikan lele.

g. Kerugian

Kadang-kadang baunya masih terasa sehingga

dapat mengganggu lingkungan sekitarnya.

Catatan lain-lain :

Pengontrolan perlu dilakukan setiap waktu.

Page 23: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

23

2. IPAL Semi Permanent

a. Uraian Singkat

Air limbah dialirkan melalui saluran ke drum

dan air dalam drum akan disaring dengan

koral/ijuk ke luar, dan kemudian meresap ke

dalam tanah.

b. Bahan

1) Drum

2) Koral

3) Kayu

4) Ijuk

5) Pipa PVC

c. Peralatan

1) Palu

2) Besi runcing/linggis

3) Cangkul

4) Parang

5) Gergaji

d. Pembuatan

Drum dilubangi dengan garis tengah 1 cm,

jarak antara lubang 10 cm. Pembuatan lubang

di luar dapur dengan ukuran panjang, lebar

dan dalam masing-masing 110 cm. Di dasar

lubang diberi koral/ijuk setebal 20 cm dan

Page 24: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

24

drum dimasukkan ke dalam lobang tersebut.

Sela-sela drum diselingi dengan koral/ijuk.

Kemudian dibuat saluran air limbah ukuran ½

bis, atau dari pasangan batu bata. Drum

ditutup dengan kayu/bambu atau kalau ingin

lebih tahan lama dicor dengan campuran

semen dan pasir yang diberi penguat besi.

Untuk pembuatannya dapat dilihat pada

Gambar 1,2,3, dan 4 di bawah ini.

Gambar 1. Drum yang Dilubangi

Page 25: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

25

Gambar 2. Pembuatan Lubang

Gambar 3. Drum di dalam Lubang Bangunan

Page 26: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

26

Gambar 4. Tutup Bak Penampung

e. Penggunaan

1) Untuk membuang air limbah rumah tangga

seperti cucian, air masak dsb

2) Untuk membuang air kotoran lainnya

f. Keuntungan

Mudah dibuat dengan bahan yang tidak mahal

dan merupakan pemanfaatan bahan-bahan

bekas.

g. Kerugian

Air yang meresap akan mempengaruhi air

tanah di sekitarnya apabila struktur tanah

merupakan tanah liat yang berbongkah-

bongkah pada waktu musim kemarau, serta

jaraknya kurang diperhatikan dengan sumur

bersih (terlalu dekat)

Page 27: MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

27

Catatan lain-lain :

Setiap kali perlu diperiksa apa ada yang rusak

atau tidak.

Pemeliharaan IPAL

Untuk menjaga agar IPAL tetap berfungsi dengan

baik, dalam melakukan kegiatan pemeliharaan

IPAL ini hendaknya memperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

1) Perlu setiap hari dibersihkan terutama pada

saluran yang terbuka dan pada bak kontrol 2) Jangan memasukkan buangan berupa benda

padat seperti kertas, kain, plastik.dsb.

VI. REFERENSI

Departemen Kesehatan RI (1984) Teknologi Desa, Departemen Kesehatan, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (1990) Pedoman Penggunaan Dan Pemeliharaan Serana Penyediaan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Departemen Kesehatan, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum RI (2000). Pembuatan Saluran Bekas Mandi dan Cuci. Jakarta : Direktorat Perummahan, Ditjen

Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Hisyam (1975) Pembuangan Air Kotor, Lembaga Penyelidikan Masalah

Bangunan, Bandung.