59
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada kelompok kami, sehingga dapat menyelesaikan laporan Problem Based Learning sistem Kardiovaskular modul 2 skenario 1 tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amien ya robbal alamin. Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas wajib yang dilakukan selesai diskusi pleno. Pembuatan laporan ini pun bertujuan meringkas semua materi yang ada di modul 2 yang berkaitan dengan Sistem Kardiovaskular. Terimakasih kami ucapkan pada tutor kami dr. Bambang yang telah membantu kami dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi, mengumpulkan data dan menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami pada khususnya dan bagi pada pembaca pada umumnya. Laporan kami masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan untuk menambah kesempurnaan laporan kami.

Modul 2 Sesak Nafas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kardiovaskular

Citation preview

Page 1: Modul 2 Sesak Nafas

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya pada kelompok kami, sehingga dapat menyelesaikan laporan Problem Based

Learning sistem Kardiovaskular modul 2 skenario 1 tepat pada waktunya. Shalawat serta salam

tak lupa kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta pengikutnya hingga

akhir zaman. Amien ya robbal alamin.

Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas wajib yang dilakukan selesai diskusi

pleno. Pembuatan laporan ini pun bertujuan meringkas semua materi yang ada di modul 2 yang

berkaitan dengan Sistem Kardiovaskular.

Terimakasih kami ucapkan pada tutor kami dr. Bambang yang telah membantu kami

dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih juga kepada semua pihak yang telah

membantu kami dalam mencari informasi, mengumpulkan data dan menyelesaikan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami pada khususnya dan bagi pada

pembaca pada umumnya.

Laporan kami masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan untuk menambah kesempurnaan

laporan kami.

Jakarta, 11 October 2014

Kelompok 1

Page 2: Modul 2 Sesak Nafas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sesak nafas merupakan manifestasi dari beberapa penyakit jantung. Sesak tidak hanya

dapat terjadi akibat kelainan jantung tetapi beberapa penyakit pada kelainan paru juga dapat

menyebabkan sesak nafas. Sesak nafas yang terjadi pada kelainan jantung disebabkan karena

ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh jaringan tubuh secara

adekuat, akibat adanya gangguan dari structural dan fungsional jantung. Sehingga harus

dapat dibedakan mana sesak nafas yang terjadi akibat kelainan jantung dan mana yang

diakibatkan oleh kelainan paru.

1.2 Tujuan Tutorial

1. Tujuan Intruksional Umum

Memahami konsep-konsep dasar yang berhubungan dengan gejala sesak nafas dan

mampu menegakkan diagnosis beberapa pennyakit kardiovaskuler dengan sesak nafas

sebagai keluhan utama.

2. Tujuan Intruksional Khusus

1. Memahami perbedaan keluhan sesak nafas yang dijumpai pada penyakit

kardiovaskuler dan penyakit non kardiovaskuler

2. Memahami mekanisme timbulnya sesak nafas pada berbagai penyakit kardiovaskuler

3. Memahami faktor-faktor yang berperan dalam proses patologis yang terjadi di paru-

paru yang menimbulkan gejala sesak nafas

4. Memahami hal-hal yang berhubungan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada

penderita kardiovaskuler dengan keluhan sesak nafas

5. Memahami hubungan antara gejala sesak nafas dan gejala lainnya yang relevan

dengan diagnosis penyakit kardiovaskuler tertentu

6. Memnentukan jenis pemeriksaan dan prosedur diagnostic tertentu yang menunjang

diagnosis penyakit kardiovaskuler dengan gejala sesak nafas

7. Memahami prosedur tindakan dan terapi pada penderita dengan sesak nafas diruang

gawat adarurat akibat penyakit kardiovaskuler tertentu

Page 3: Modul 2 Sesak Nafas

8. Memahami kemungkinan komplikasi yang timbul dari penyakit kardiovaskuler

tertentu dengan keluhan sesak nafas

9. Memahami prognosis penyakit-penyakit kardiovaskuler tententu dengan keluhan

sesak nafas

.

1.3 7 langkah pemecahan masalah

1. Mengklarifikasi hal-hal yang belum diketahui dalam skenario

2. Mendefinisikan masalah

3. Menganalisa masalah

4. Membuat daftra penjelasan-penjelasan yang dapat diterima

5. Merumuskan tujuan pembelajaran

6. Mencari informasi tambahan diluar kelompok

7. Membuat laporan pada kelompok tentang apa pyang diperoleh sewaktu belajar mandiri.

1.4 Skenario 1

Seorang wanita umur 60 tahun mengeluh cepat lelah dan sesak napas sewaktu bergiat. Dia tidak

dapat melakukan kegiatan dirumah lebih lama tanpa sering beristirahat dengan kesukaran

bernapas. Pergelangan kaki membengkak pada siang hari dan berkurang pada malam hari. Pada

pemeriksaan dokter,ditemukan adanya pernapasan cepat,pada pemeriksaan auskultasi didengar

adanya bunyi krepitasi. Nadi regular dan tekanan darah sistemik dalam batas normal,tetapi

terdapat bendungan vena leher meskipun pada posisi tegak. Ictus cordis teraba dilinea axillaris

anterior kiri/ruang intercostal v. gambaran rontgen dada menunjukan CTR 0,69 dan terlihat

adanya pembuluh darah paru. Penderita diobati dengan digoxin dan diuretic sehingga keluhan

penderita berkurang.

1.5 Kata Sulit:

CTR (Cardio Thoracis Ratio) adalah cara pengukuran jantung dengan membandingkan

lebar jantung dan lebar dada pada foto toraks PA

Page 4: Modul 2 Sesak Nafas

Digoxin adalah glikosida yang didapat dari digitalis lanata,stimulan jantung

Diuretik adalah zat atau sifat yang meningkatkan sekresi urin

1.6 Kata atau Kalimat Kunci

Wanita umur 60 tahun

Cepat lelah dan sesak nafas waktu bergiat

Pergelangan kaki membengkak pada siang hari dan berkyrang pada malam hari

Ditemukan pernafasan cepat

Pada auskultasi: ada bunyi krepitasi

Terdapat Bendungan vena leher meskipun pada posisi tegak

Ictus cordis teraba

Gambaran Rontgen dada menunjukan CTR 0,69

Adanya bendungan pembuluh darah paru

1.7 Pertanyaan

1. Jelaskan Anatomi Jantung

2. Jelaskan Fisiologi Jantung

3. Jelaskan Definisi dan Klasifikasi gagal jantung

4. Jelaskan patomekanisme:

a. Sesak saat beraktifas dan berkurang saat istirahat

b. Kaki bengkak pada siang hari dan berkurang pada malam hari

5. Jelaskan alur diagnosis pada skenario tersebut

6. Jelaskan faktor-faktor yang berperan terhadap edema paru

7. Apa yang menyebabkan timbulnya krepitasi

8. Jelaskan obat-obat yang dikategorikan first line untuk gagal jantung dan prognosis dari

skenario tersebut

9. Apa yang menyebabkan tekanan vena jugular meningkat pada scenario?

10. Apa hubungan tekanan vena sentralis dengan isi sekuncup?

11. Jelaskan diferential diagnose dan working diagnose pada skenario

Page 5: Modul 2 Sesak Nafas

BAB II

PEMBAHASAN

Nama:Mustika Dinna Wikantari

NIM :2013730156

1. Jelaskan Anatomi Jantung

Jantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yag terletak antara kedua

paru- paru di bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri

garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih

sebesar kepalan tangan pemiliknya. 

Lapisan dinding jantung

1.Perikardium

Adalah kantong berdinding ganda yg dapat membesar dan mengecil, membungkus jantung dan

pembuluh drah besar, kantong ini melekat pada diafragma, sternum, dan pleura yang

membungkus paru-paru. Pericardium adalah kantung duduk di pusat dada dan dikelilingi

oleh lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam

2.Lapisan fibrosa luar

Pada perikardium tersusun dari serabut kolagen yg membentuk lapisan jaringan ikat rapat untuk

melindungi jantung

3.Lapisan serosa dalam terdiri atas:

a.Membran viseral (epikardium) ; menutup permukaan jantung

b.Membran parietal ; melapisi permukaan bagian dalam fibrosa pericardium

Page 6: Modul 2 Sesak Nafas

4.Rongga perikardia

Ruang potensial antara membran viseral dan parietal. Ruang ini mengandung cairan

perikardial yang disekresi lapisan serosa untuk melumasi membran dan mengurangi

friksi

 

Dinding jantung

a.Epikardium ;  tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas jaringan ikat.

b.Miokardium ; tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk memompa

darah.

c.Endokardium ; tersusun dari lapisan endotelial yang terletak di atas jaringan ikat. Lapisan ini

melapisi jantung, katup, dan menyambung  dengan lapisan endotelial yang melapisi pembuluh

darah yang memasuki dan meninggalkan jantung.

Ruang Jantung

Terdapat 4 ruang jantung :

I. Atrium

1. Atrium kanan Terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima

darah dari seluruh jaringan kecuali paru – paru.

2. Atrium kiri terletak di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil

dari atrium kanan, tetapi dinding nya lebih tebal. Atrium kiri menampung

empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah teroksigenasi dari paru

paru.

Page 7: Modul 2 Sesak Nafas

II. Ventrikel

1.Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantun. Darah

meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan mengalir melewati

jarak yang pendek ke paru paru.

2.Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal dinding

nya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan. Darah meninggalkan ventrikel kiri

melalui aorta dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru paru.

Katup Jantung

1. Katup trikuspid (terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan)

a. Mempunyai 3 katup jaringan ikat fibrosa iregular yang melapisi

endokardium.

b. Bagian ujung daun melekat pada chordae tendineae (hearth string) yg

melekat pada otot papilaris.

c. Chordae tendinase berfungsi untuk mencegah terjadinya pembalikan daun

katup ke arah belakang menuju atrium.

Chordae tendinase

2. Katup Bikuspid (mitral)

a. Terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.

b. Katup ini melekat pada chordeae tendineae dan oto papilaris, fungsinya

sama dengan fungsi katup trikuspid.

3. Katup semilunar aorta dan pulmonar ; terletak di jalur keluar ventrikular jantung

sampai ke aorta dab trungkus pulmonar.

Page 8: Modul 2 Sesak Nafas

4. Katup semilunar berbentuk seperti bulan sabit, yang tepi konveksinya melekat

pada bagian pembuluh darah.

Page 9: Modul 2 Sesak Nafas

Nama :Syifa Ramadhani

NIM :2013730182

2.Jelaskan fisiologi jantung

Fisiologi Jantung

a. Fungsi utama jantung adalah untuk memompa darah, baik ke sirkulasi pulmonal

maupun ke sirkulasi perifer (sistemik).

b. Pada keadaan istirahat, jantung akan memompa 4-6 L darah/menit, dan dapat

meningkat 4-7 X lipat dari jumlah normal tersebut bila bekerja berat.

c. Jantung memiliki ruang-ruang yang masing-masing mempunyai fungsinya tersendiri

dalam proses sirkulasi (AD, VD, AS, dan VS).

d. Atrium dan Ventrikel dipisahkan oleh jaringan fibrosa (katup Atrioventricularis).

e. AD dan AS dipisahkan oleh sebuah sekat, septum interatriale, sedangkan VD dan VS

dipisahkan oleh sekat septum interventriculare.

f. Jantung memiliki 2 jenis katup, katup Atrioventricularis (katup tricuspidalis dan

katup mitralis) dan katup Semilunaris (katup Aortae dan katup A. Pulmonalis).

g. Otot-otot jantung hampir menyerupai otot lurik (otot rangka), tapi terdapat beberapa

perbedaan. Perbedaannya diantaranya adalah tidak bisa dikontrolnya sel-sel otot

jantung untuk berkontraksi sesuai keinginan atau kehendak manusia karena sistem

saraf yang mengatur sistem saraf pada sel jantung adalah sistem saraf otonom.

h. Otot-otot jantung bersifat sinsitium (satu untuk semua). Hal ini dikarenakan

terdapatnya diskus interkalatus yang menghubungkan satu sel otot jantung dengan sel

otot jantung yang lainnya, sehingga rangsangan (impuls) dapat menjalar ke sel-sel

otot jantung lainnya secara menyeluruh

i. Terdapat istilah preload dan afterload. Preload adalah beban renggang yang harus

ditanggung oleh ventrikel saat fase diatolik atau pada saat ventrikel terisi oleh darah

yang mengalir dari atrium. Afterload adalah beban kontraksi yang harus ditanggung

oleh ventrikel ketika terjadi pemompaan darah.

j. Terdapat mekanisme Frank-Starling. Yang dimaksud dengan mekanisme ini adalah

semakin banyak darah yang mengalir dari atrium ke dalam ventrikel, semakin

Page 10: Modul 2 Sesak Nafas

meregang otot-otot jantung, maka akan semakin besar pula kuat kontraksi, dan

semakin banyak darah yang akan dipompa oleh ventrikel jantung.

k. Siklus jantung terdiri atas periode kontraksi (sistolik) dan periode relaksasi

(diastolik), siklus diawali oleh pembentukan potensial aksi yang spontan di dalam

nodus SinoAtrialis.

l. Nodus SA(sinoatrial) akan meneruskan impuls ke nodus AV(atrioventrikular),

menuju berkas his kemudian ke serabut purkinje.

m. Jantung sendiri juga dapat persarafan dari dua jenis persarafan yang berbeda, yaitu

saraf simpatis dan saraf parasimpatis.

n. Kerja kedua jenis persarafan ini berbeda, saling bertolakbelakang satu sama lainnya.

o. Jantung memiliki pembuluh darah tersendiri yang disebut pembuluh darah koroner,

yang merupakan percabangan pertama dari sirkulasi sistemik.

Jantung adalah pompa ganda

Meskipun secara anatomis jantung adalah organ tunggal namun sisi kanan dan kiri jantung

berfungsi sebagai dua pompa terpisah. Jantung dibagi menjadi paruh kanan dan kiri serta

memiliki empat rongga, satu rongga atas dan satu rongga bawah di masing-masing paruh.

Rongga – rongga atas, atrium, menerima darah yang kembali ke jantung dan memindahkannya

ke rongga bawah, ventrikel, yang memompa darah dari jantung. Pembuluh yang mengembalikan

darah dari jaringan ke atrium adalah vena, dan yang membawa darah dari ventrikel ke jaringan

adalah arteri. Kedua paruh jantung dipisahkan oleh septum, suatu partisi berotot kontinyu yang

mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena

separuh kanan jantung menerima dan memompa darah miskin O2, sementara sisi kiri jantung

menerima dan memompa darah kaya O2.

SIKLUS JANTUNG

Setiap siklus jantung terdiri dari urutan peristiwa listrik dan mekanik yang saling terkait.

Gelombang rangsangan listrik tersebar dari nodus SA melalui sistem konduksi menuju

miokardium untuk merangsang kontraksi otot. Rangsangan listrik ini disebut sebagai

depolarisasi, dan diikuti pemulihan listrik kembali yang disebut repolarisasi. Respons

Page 11: Modul 2 Sesak Nafas

mekaniknya adalah sistolik (atau kontraksi otot) dan diastolik (atau relaksasi otot). Sistolik

merupakan sepertiga dari siklus jantung.

Aktivitas listrik sel yang dicatat secara grafik melalui elektroda intrasel memperlihatkan bentuk

khas, yang disebut potensial aksi. Aktivitas listrik dari semua sel miokardium secara keseluruhan

dapat dilihat dalam suatu elektrokardiogram. Gelombang pada elektrokardiogram mencerminkan

penyebaran rangsang listrik dan pemulihannya melalui miokardium ventrikel dan atrium. Makna

bentuk gelombang tersebut akan dibahas dalam bagian berikutnya.

SIRKUIT LENGKAP ALIRAN DARAH

Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui dua vena besar, vena

kava, satu mengembalikan darah dari level di atas jantung dan yang lain dari level di bawah

jantung. Tetes darah yang masuk ke atrium kanan telah kembali dari jaringan tubuh, di mana O2

telah diambil darinya dan CO2 ditambahkan ke dalamnya. Darah yang terdeoksigenasi parsial ini

mengalir dari atrium kanan ke dalam ventrikel kanan, yang memompanya keluar menuju arteri

pulmonalis, yang segera membentuk dua cabang, satu berjalan ke masing – masing dari kedua

paru. Karena itu, sisi kana jantung menerima darah dari sirkulasi sistemik dan memompanya ke

dalam sirkulasi paru.

Di dalam paru, tetes darah tersebut kehilangan CO2 ekstra dan menyerap pasokan segar O2

sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis yang datang dari kedua paru.

Darah kaya O2 yang kembali ke atrium kiri ini selanjutnya mengalir ke dalam ventrikel kiri,

rongga pemompa yang mendorong darah ke seluruh sistem tubuh kecuali paru; jadi, sisi kiri

jantung menerima darah dari sirkulasi paru dan memompanya ke dalam sirkulasi sistemik. Satu

arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang –

cabang menjadi arteri-arteri besar yang mendarahi berbagai organ tubuh.

Berbeda dari sirkulasi paru, di mana semua darah mengalir ke paru, sirkulasi sistemik dapat

dipandang sebagai suatu rangkaian jalur sejajar. Sebagian dari darah yang dipompa oleh

ventrikel kiri mengalir ke otot, sebagian ke ginjal, sebagian ke otak, dan sebagainya. Karena itu,

keluaran ventrikel kiri terdistribusi sedemikian sehingga setiap bagian tubuh menerima darah

segar; darah arteri yang sama tidak mengalir dari organ ke organ. Karena itu, tetes darah yang

kita telusuri mengalir hanya ke satu organ sistemik. Sel-sel jaringan di dalam organ tersebut

Page 12: Modul 2 Sesak Nafas

menyerap O2 dari darah dan menggunakannya untuk mengoksidasi nutrient untuk menghasilkan

energi; dalam prosesnya, sel jaringan membentuk CO2 sebagai produk sisa yang ditambahkan ke

dalam darah. Tetesan darah, yang sekarang hilang kandungan O2 nya sebagian dan mengalami

peningkatan kandungan CO2, kembali ke sisi kanan jantung, yang kembali memompanya ke

paru. Satu sirkuit selesai sudah.

Page 13: Modul 2 Sesak Nafas

Nama :Arafani Putri Yaman

NIM :2011730123

3. Jelaskan Definisi dari Gagal Jantung serta Klasfikasi dari Gagal Jantung !

Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak

napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas yang disebabkan oleh kelainan struktur atau

fungsi jantung. Pada gagal jantung terjadi keadaan yang mana jantung tidak dapat

menghantarkan curah jantung yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.

Klasifikasi dari Gagal Jantung

Functional Capacity Objective Assessment

Class 1 : Pasien dengan penyakit jantung tetapi tanpa

mengakibatkan pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas

fisik biasa tidak menyebabkan kelelahan berlebihan,

palpitasi, dispnea, atau nyeri angina.

A. Tidak ada bukti objektif penyakit

kardiovaskular. Tidak ada gejala dan

tidak ada pembatasan dalam aktivitas

fisik biasa.

Class 2 : Pasien dengan penyakit jantung yang

mengakibatkan sedikit pembatasan aktivitas fisik.

Mereka merasa nyaman saat istirahat. Aktivitas fisik

biasa mengakibatkan kelelahan, palpitasi, dispnea,

atau nyeri angina

B. Bukti objektif penyakit

kardiovaskular minimal. Gejala ringan

dan sedikit pembatasan selama

aktivitas biasa. Nyaman saat istirahat.

Class 3 : Pasien dengan penyakit jantung yang

mengakibatkan keterbatasan ditandai aktivitas fisik.

Mereka merasa nyaman saat istirahat. Kurang dari

aktivitas biasa menyebabkan kelelahan, palpitasi,

dispnea, atau nyeri angina.

C. Bukti objektif penyakit

kardiovaskular cukup parah. Ditandai

keterbatasan dalam aktivitas karena

gejala, bahkan selama kurang biasa

kegiatan. Nyaman hanya saat istirahat.

Class 4 : Pasien dengan penyakit jantung yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk melakukan

aktivitas fisik tanpa ketidaknyamanan. Gejala gagal

jantung atau sindrom angina dapat hadir bahkan pada

D. Bukti objektif penyakit

kardiovaskular parah. Keterbatasan

parah. Pengalaman gejala bahkan

ketika beristirahat.

Page 14: Modul 2 Sesak Nafas

saat istirahat. Jika ada aktivitas fisik dilakukan,

ketidaknyamanan meningkat.

Sebagai Contoh :

1. Seorang pasien dengan minimal atau tanpa gejala tetapi gradien tekanan besar di katup

aorta atau obstruksi parah dari arteri koroner utama kiri diklasifikasikan: Fungsi

Kapasitas I, Penilaian Objektif D

2. Seorang pasien dengan sindrom angina parah namun angiografi arteri koroner normal

diklasifikasikan: Fungsional Kapasitas IV, Penilaian Objektif A

Tipe dari Gagal Jantung

A. Gagal Jantung Kiri

Aksi pompa jantung bergerak darah yang kaya oksigen karena perjalanan dari paru-paru

ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri, yang memompa ke seluruh tubuh. Persediaan kiri

ventrikel sebagian besar kekuasaan jantung memompa, sehingga lebih besar dari ruang lain dan

penting untuk fungsi normal. Dalam ventrikel kiri-sisi atau kiri (LV) gagal jantung, sisi kiri

jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa jumlah yang sama darah.

Ada dua jenis gagal jantung kiri sisi. Perawatan obat yang berbeda untuk dua jenis.

Kegagalan sistolik: Ventrikel kiri kehilangan kemampuan untuk berkontraksi secara

normal. Jantung tidak dapat memompa dengan kekuatan yang cukup untuk mendorong darah

yang cukup ke dalam sirkulasi.

Kegagalan Diastolik (juga disebut disfungsi diastolik): Ventrikel kiri kehilangan

kemampuan untuk bersantai normal (karena otot telah menjadi kaku). Jantung tidak dapat benar

mengisi dengan darah selama periode istirahat antara setiap denyut.

Page 15: Modul 2 Sesak Nafas

NAMA : VIRNI TIANA APRIELIA

NIM : 2013730186

4. A Jelaskan Patomekanisme dari Sesak saat beraktifitas!

Saat beraktifitas tubuh membutuhkan energi tambahan untuk tetap mempertahankan

keadaan homeostasis.Sel-sel di seluruh tubuh membutuhkan O2 dan secara cepat mengubahnya

menjadi ATP, oleh karena itu jantung bekerja ekstra untuk memompa darah.Pada penyakit

tertentu, kontraktilitas miokardium menurun. Isi sekuncup meningkat pada waktu latihan fisik

menyebabkan jantung tidak mampu mencapai curah yang diperlukan.Tubuh berusaha memenuhi

kebutuhan energi dengan meningkatkan ventilasi udara. Namun karena terdapat penimbunan

cairan di alveoli paru yang menyebabkan compliance paru terganggu sehingga pasien akan sesak

saat beraktifitas dan terdapat penimbunan cairan di intertitial alveoli karena adanya gangguan

pada jantung kiri pasien yang berdampak pada bendungan vaskularisasi paru-paru dan membuat

tekanan pulmonal menjadi meningkat, tekanan hidrostatik kapiler paru ikut meningkat sehingga

akan semakin menimbulkan rasa sesak

Page 16: Modul 2 Sesak Nafas

Nama:Mutiara Putri Camelia

NIM :2013730157

4. B. Jelaskan Patomekanisme dari Kaki bengkak pada siang hari & berkurang pada malam hari

a) Penyebab edema pada pergelangan kaki

Edema pergelangan kaki terjadi akibat gagal jantung.Gagal jantung mengakibatkan

pengaktifan sistem renin angiotensin-aldosteron (RAA). Mekanisme ini akan menaikkan

tahanan vaskuler sistemik tetapi menurunkan curah jantung. Terjadi peningkatan sekresi

renin di sel-sel juxtaglomerulus ginjal. Renin akan memecah angiotensinogen sirkulasi

untuk membentuk angiotensin I yang kemudian secara cepat dipecah oleh enzim konversi

angiotensin yang terikat pada sel endotel untuk membentuk angiotensin II, suatu

vasokontriktor yang kuat. Dengan meningkatnya angiotensin II, terjadi vasokontriksi

arteriol, tahanan perifer total meningkat, hal ini akan membantu mempertahankan

tekanan darah sistemik. Angiotensin II ini juga bekerja di korteks adrenalis untuk

meningkatkan sekresi hormon aldosteron. Hormon aldesteron ini memacu reabsorbsi

natrium-natrium dan air dari tubulus ginjal ke dalam sirkulasi dan membantu

meningkatkan volume intravaskuler.Hal itu menyebabkan terjadinya retensi air di nefro

ginjal. Akibatnya terjadi perpindahan cairan dari darah ke ruang intertisiel yang melebihi

jumlah pengambilan cairan ke dalam limfe maka akan terjadi edema pada daerah

dependen.

b) Penyebab edema bertambah pada siang dan berkurang pada malam hari

Edema bertambah pada siang hari dan berkurang pada malam hari disebabkan karena pada siang

hari aktivitas sehari-hari yang menggunakan kaki lebih banyak dan sering dilakukan dibanding

pada malam hari. Edema akan berkurang jika pasien dibiarkan berbaring.

Page 17: Modul 2 Sesak Nafas

Nama : Mundri Nur Afsari

NIM : 2013730155

5. Jelaskan alur diagnosis pada scenario tersebut !

I.   Anamnesa

Yang perlu diungkap dalam wawancara yaitu :

Keluhan utama : menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan klien

sehingga ia perlu pertolongan. Keluhan tersebut antara lain : sesak nafas, batuk lendir

atau darah, nyeri dada, pingsan, berdebar-debar, cepat lelah dll.

Riwayat penyakit sekarang : menanyakan tentang perjalanan tentang timbul keluhan

sehingga klien meminta pertolongan. Misalnya : sejak kapan keluhan dirasakan, berapa

lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan,

dimana pertama kali keluhan timbul, apa yang sedang dilakukan ketika keluhan ini

terjadi, keadan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha untuk

mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidakkah usaha

tersebut, dll.

Riwayat penyakit terdahulu : menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah

dialami sebelumnya. Misalnya : apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan

penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dsb.

Riwayat keluarga : menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,

serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga

ditanyakan.

Riwayat pekerjaan :  menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya.

Riwayat geografi : menanyakan lingkungan tempat tinggalnya.

Riwayat allergi : menanyakan kemungkinan adanya alergi terhadap cuaca, makanan,

debu dan obat.

Kebiasaan social : menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, misalnya minum alcohol

atau obat tertentu.

Kebiasaan merokok : menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah berapa lama,

berapa batang perhari dan jenis rokok.

Page 18: Modul 2 Sesak Nafas

Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, maka data biography juga merupakan data yang

perlu diketahui, yaitu : Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku dan agama yang

dianut oleh pasien.(6,9,10)

II.   Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler

Pemeriksaan kepala dan leher

a. Raut muka

a) Bentuk mukan: bulat, lonjong dll

b) Ekspresi tampak sesak, gelisah, kesakitan

c) Tes syaraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa nervus

V, VII

b. Bibir

a) Biru (sianosis) pada penyakit jantung bawaan TF, TGA, dll

b) Pucat (anemia)

c. Mata

a) Konjungtiva :

b) Sklera

c) Kornea

d) Eksopthalmus

e) Gerakan bola mata

f) Reflek kornea

g) Funduscopy

d. Tekanan Vena Jugularis (Jugular Venous Pressure)

Penderita dalam posisi berbaring setengah duduk, kemudian diperhatikan :

a) Denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba, tetapi bisa dilihat.

Akan tampak gelombang a (kontraksi atrium), gelombang c (awal kontraksi

ventrikel-katup tricuspid menutup), gelombang v ( pengisian atrium-katup

tricuspid masih menutup).

b) Pengembungan Vena, normal setinggi manubrium sterni.

c) Bila lebih tinggi daripada itu maka berarti tekanan hidrostatik atrium kanan

meningkat, misalnya pada gagal jantung kanan.

Page 19: Modul 2 Sesak Nafas

Pengukuran desakan vena sentralis memberi penjelasan faal jantung kanan. Dapat

dilakukan dengan cara memakai vena jugularis eksterna sebagai manometer. Untuk

menentukan vena cava superior di atrium kanan dapat dipakai patokan angulus

ludovici (di manubrium sterni) yan jaraknya kurang lebih 5 cm (R) dari atrium kanan.

Bila permukaan titik kolaps vena jugularis berada 5 cm di bawah garis horizontal

yang melalui angulus ludovici maka tekanan vena jugularis sama dengan R-5 cm.

Sedang bila 3 cm di atas garis horizontal maka R+3 cm. Normalnya pada posisi

pasien 45 derajat titik kolaps berada 4-5 cm diatas garis horizontal.

e. Arteri karotis

a) Palpasi :

Berdenyut keras seperti berdansa (pada insufisiensi katup aorta)

Paling tepat untuk memeriksa sirkulasi pada henti jantung

Perlu dibandingkan kiri dan kanan, untuk mengetahui adanya penyempitan

pembuluh darah di daerah itu.

b) Auskultasi

Bising (bruit) pada penyempitan arteri karotis, penyempitan katup aorta.

Pemeriksaan fisik jantung

Atrium Kanan

Paling jauh disisi kanan (2 cm disebelah kanan tepi sternum, setinggi sendi kosto sternalis

ke 3 – 6).

Ventrikel kanan

Menempati sebagian besar dari proyeksi jantung pada permukaan dada.Batas bawah adalah

garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke 6 dengan apeks jantung.

Ventrikel Kiri

Tak begitu tampak dari depan. Daerah tepi kiri atas 1,5 cm merupakan daerah ventrikel kiri

jantung merupakan garis yang menghubungkan apeks jantung dengan sendi kosto sternalis

ke 2 sebelah kiri.

Atrium kiri

Letaknya paling posterior, tak terlihat dari depan kecuali sebagian kecil saja yang terletak

di belakang kostosternalis kiri ke 2.

a) Inspeksi (periksa pandang)

Page 20: Modul 2 Sesak Nafas

Menentukan :

Bentuk precordium

Normal kedua belah dada simetris

Bila cekung / cembung sesisi berarti ada penyakit jantung / paru sesisi

Cekung

Pada perikarditis menahun, fibrosis / atelektasis paru, skoliosis, kifoskoliosis,

akibat beban yang menekan dinding dada (pemahat, tukang kayu, dll.)

Cembung atau menonjol

Pada pembesaran jantung, efusi perikard, efusi fleura, tumor paru, tumor

mediastinum, skoliosis, atau kifoskoliosis.Penonjolan akibat efusi fleura/ perikard

merupakan penonjolan daerah intern kostalis.Penonjolan akibat kelainan jantung

menahun / bawaan merupakan penonjolan iga.

Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada

penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil.Hipertropi

dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.

Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam dapat mengakibatkan paru-paru

menutupi jantung, sehingga pungtum maksimumnya menghilang,  suatu variasi

yang khususnya ditemukan pada penderita emfisema paru. Oleh kerena itu

menghilangnya pungtum maksimum pada inspirasi tidak berarti bahwa jantung

tidak bergerak bebas.

Denyut pada apeks jantung

Pada umumnya denyut jantung tampak didaerah apeks.Pemeriksaan dilakukan sambil

penderita berbaring atau duduk dengan sedikit membungkuk. Normal dewasa :

terletak di ruang sela iga ke 4 kiri 2 – 3 cm dari garis mid klavikularis. Daerah yang

berdenyut seluas kuku ibu jari. Normal anak : terletak diruang sela iga ke 4 kiri. Bila

denyut berada di belakang tulang iga payudara besar, dinding toraks tebal, emfisema,

efusi perikard maka denyut terseebut tak tampak.

Denyut apeks tergeser ke samping kiri pada keadaan patologis, misalnya : penyakit

jantung, skoliosis/kifoskoliosis, efusi fleura, pneumothorak, tumor mediastinum,

abdomen membuncit (asites, hamil, dll.)

Denyut nadi pada dada

Page 21: Modul 2 Sesak Nafas

Timbul denyutan di sela iga 2 kanan aneurisme aorta.

Timbul denyutan di sela iga 2 kiri :dilatasi arteri pulmonalis (PDA, aneurisme a.

pulmonalis), aneurisme aorta desenden.

Retraksi (tarikan kedalam) di prekordium seirama dengan systole pada perikarditis

adesiva, insufisiensi tricuspid/aorta.

Denyut vena

Vena didada dan punggung tak tampak denyutannya.Yang kelihatan berdenyut hanya

vena jugularis interna dan eksterna.

b) Palpasi (periksa raba)        

Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan dilakukan

perabaan diatas iktus kordis (apical impulse) Lokasi point of masksimal impulse ,

normal terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis

midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan

gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular, sedang pada

bentuk dada yang lebih pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral. Pada keadaan

normal lebar iktus kordis yang teraba adalah 1-2 cm2.

Urutan palpasi

Teliti denyutan dan getaran (thrill) di prekordium

Teliti pergerakan trakea

Denyut Apeks

Normal di sela iga ke 5 (2-3 cm medial garis mid klavikularis). Bisa tak teraba oleh

karena kegemukan, dinding thoraks tebal, emfisema,dll.

Meningkat bila curah jantung besar misalnya pada insufisiensi aorta / mitral

Sedikit meningkat pada hipertensi dan stenosis aorta.

Getaran (thrill)

Bising jantung yang keras (derajat IV/6 atau lebih) akan teraba sebagai getaran pada

palpasi.

Lokasi di sela iga 2 kiri sternum, misalnya pada pulmonal stenosis.

Lokasi di sela iga 4 kiri sternum misalnya pada Ventrikular Septal Depect.

Lokasi di sela-sela iga 2 kanan sternum (basis) misalnya pada Aortik stenosis

Page 22: Modul 2 Sesak Nafas

Lokasi di apeks -  diastole : pada Mitral Stenosis, sistol : Mitral Insufisiensi.

Getaran tersebut lebih mudah diraba bila penderita membungkuk kedepan, dengan

napas ditahan waktu ekspirasi, kecuali getaran MS yang lebih mudah teraba bila

penderita berbaring pada sisi kiri.

c) Perkusi (periksa ketuk)

Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV

pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari

untuk menentukan gambaran besarnya jantung.Pada kardiomegali, batas pekak jantung

melebar kekiri dan ke kanan.Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser

ke lateral-bawah.Pinggang jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada

garis parasternal kiri.

d) Auskultasi (periksa bunyi)

Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat vibrasi

(getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan kejadian

hemodinamik darah dalam jantung.

Alat yang digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chespiece.

Macam-macam ches piece yaitu bowel type dengan membran, digunakan terutama untuk

mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk

mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah.

Beberapa aspek bunyi yang perlu diperhatikan :

1) Nada berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran.

2) Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan ampitudo gelombang suara.

3) Kualitas bunyi dihubungkan dengan timbre yaitu jumlah nada dasar dengan

bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen bunyi

yang terdengar. Selain bunyi jantung pada auskultasi dapat juga terdengar bunyi

akibat kejadian hemodemanik darah yang dikenal sebagai desiran atau bising

jantung.

Bunyi jantung dibangkitkan oleh katup :

Mitral : paling jelas terdengar di apeks

Page 23: Modul 2 Sesak Nafas

Trikuspid : di sternum dekat sendi sternum sela iga 5 kanan

Aorta : pada sendi antara sternum sela iga 2 kanan / apeks

Pulmonal : pada sela iga 2 kiri dekat tepi sternum

Bunyi jantung  :

BJ 1 : ditimbulkan oleh penutupan katup mitral dan tricuspid

BJ 2 : ditimbulkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonal

Normal BJ 1 lebih keras dari BJ 2, tetapi BJ 1 nadanya rendah sedang BJ 2

nadanya tinggi.

Page 24: Modul 2 Sesak Nafas

Nama : Shila Rubianti

Nim : 2013730179

6. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya edema paru!

Edema paru adalah akumulasi cairan di paru yang terjadi secara mendadak. Ini dapat

disebabkan oleh tekanan intravaskuler yang tinggi (edema paru kardiak) atau karena peningkatan

permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) yang mengakibatkan terjadinya

ekstravasasi cairan secara cepat.

Mekanisme

Terdapat dua mekanisme terjadinya edema paru:

Membran kapiler alveoli

Edema paru terjadi jika terdapat perpindahan cairan dari darah ke ruang intertisial atau alveoli

yang melebihi jumlah pengembalian cairan ke dalam pembuluh darah aliran cairan ke system

pembuluh limfe. Dalam keadaan normal terjadi pertukaran cairan, koloid dan solute dari

pembuluh darah ke ruang intertisial.

System limfatik

Sedangkan pada sistem pembuluh ini di persiapkan untuk menerima larutan, koloid dan cairan

balik dari pembuluh darah akibat tekanan yang lebih negatif di daerah intertisial menyebabkan

cairan akan meningkat jumlahnya di tempat ini ketika kemampuan memompa dari saluran

limfatik tersebut berlebihan. Bila kapasitas dari saluran limfe terlampaui dalam hal jumlah cairan

maka akan terjadi edema.

Klasifikasi

Klasifikasi edema paru berdasarkan mekanisme pencetus:

Page 25: Modul 2 Sesak Nafas

Peningkatan tekanan vena pulmonalis. Edema paru akan terjadi hanya apabila tekanan kapiler

pulmonal meningkat sampai melebihi tekanan osmotik koloid plasma yang biasanya berkisar

28mmHg pada manusia. Sedangkan nilai normal dari tekanan vena pulmonalis adalah 8-12

mmHg yang merupakan batas aman dari terjadinya edema paru tersebut.

Penurunan tekanan onkotik plasma. Hipoalbuminemia saja tidak menimbulkan edema paru,

diperlukan juga peningkatan tekanan kapiler paru. Peningkatan yang sedikit saaja pada

hipoalbuminemia akan menimbulkan edema paru. Hipoalbuminemia menyebabkan perubahan

konduktivitas cairan rongga interstitial, sehingga cairan dapat berpindah dengan lebih mudah

diantara sistem kapiler dan limfatik.

Peningkatan negativitas dari tekanan intertisial. Edema paru dapat terjadi akibat perpindahan

yang cepat dari udara pleural. Keadaan yang sering menjadi etiologi adalah : (1). Perpindahan

yang cepat pada pengobatan pneumotoraks dengan tekanan negative yang besar. Ini disebut

‘edema paru re’ekspansi’. (2). Tekanan negatif pleura yang besar akibat obstruksi jalan nafas

akut dan peningkatan volume ekspirasi akhir (misalnya pada asma bronkial)

Gangguan permeabilitas membran kapiler alveoli. Keadaan ini merupakan akibat langsung dari

kerusakan pembatas antara kapiler dan alveolar

Page 26: Modul 2 Sesak Nafas

Nama: Sari Azzahro Said

NIM :2013730176

7.Jelaskan apa yang menyebabkan timbulnya bunyi krepitasi!

Jawaban :

Pada keadaan normal selalu terdapat sisa darah di rongga ventrikel pada akhir diastol.

Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung, maka pada akhir sistol terdapat sisa

darah yang lebih banyak dari keadaan normal. Begitupun seterusnya sehingga terjadi

penumpukan sisa darah pada ventrikel kiri, hal ini menyebabkan tekanan akhir diastol menjadi

lebih tinggi. Dengan berjalannya waktu, maka pada suatu saat akan timbul bendungan didaerah

atrium kiri yang diikuti dengan peningkatan tekanan darah di vena pulmonalis dan dipembuluh

kapiler pulmo. Karena ventrikel kanan yang masih sehat terus memompa darah sesuai dengan

darah yang masuk ke atrium kanan, maka dalam waktu yang tidak lama tekanan hidrostatik di

kapiler paru-paru akan menjadi tinggi melampaui batas normal dan terjadilah transudasi cairan

dari pembuluh darah ke kapiler paru-paru.

Pada saat tekanan di arteri pulmonalis dan arteri bronchialis meninggi terjadi pula

transudasi di jaringan intersisial bronkus. Jaringan tersebut akan menjadi edema dan mengurangi

besarnya lumen bronkus sehingga aliran udara terganggu. Pada keadaan ini, suara pernafasan

menjadi berbunyi pada saat ekspirasi, terdengar bunyi bising ekspirasi berupa krepitasi dan fase

ekspirasi menjadi lebih panjang.

Page 27: Modul 2 Sesak Nafas

Nama : Ibnu Fajar Sidik

NIM :2013730148

8. jelaskan obat-obat yang dikategorikan first line untuk gagal jantung dan jelaskan prognosis

dari scenario diatas!

Obat-obat yang dikategorikan fist line untuk gagal ginjal yaitu Diuretika, Angiotensin

Converting Enzyme Inhibitors, beta-blocker, Angiotensin receptor blocker, dan aldosterone

receptor antagonist.

a. Diuretika

Merupakan obat utama untuk mengatasi gagal jantung akut yang disertai

kelebihan (overload) cairan yang bermanifestasi sebagai kongesti paru atau edema

perifer. Pengguanaan diuretic dengan cepat menghilangkan sesak nafas dan

meningkatkan kemampuan melakukan aktifitas fisik. Diuretic mengurangi retensi air dan

garam sehingga mengurangi volume cairan ekstrasel, alair balik vena, dan tekanan

pengisian ventrikel (preload). Sehingga edema perifer dan kongesti paru akan

berkurang/hilang, sedangkan curah jantung tidak berkurang.

Penggunaan diuretic tidak mengurangi mortalitas pada gagal jantung (kecuali

spironolakton) maka diuretic harus selalu diberikan dalam kombinasi dengan penghambat

ACE. Penurunan curah jantung akibat deplesi cairan akan meningkatkan aktivitas

neurohormonal yang akan memacu progresi gagal jantung makak diuretic tidak boleh

diberikan pada gagal jantung yang asimptomatik maupun yang tidak ada overload cairan.

Diuretic tiazid : pada pengobatan gagal jantung tidak pernah diberikan sendiri

( karena efek diuresisnya lemah) tetapi dalam kombinasi dengan diuretic kuat (efek

sinergistik: natriuresisnya melebihi jumlah dari efek masing-masing komponennya) .

Diuretic hemat kalium : triamteren, amilorid. Merupakan diuretic lemah, sehingga

tidak efektif mnegurangi volume. Oabt-oabt ini digunakan untuk mengutrangi

pengeluaran K dan Mg oleh ginjal atau memperkuat respon diuresis terhadap obat lain.

b. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors

Page 28: Modul 2 Sesak Nafas

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACE Inhibitor), adalah kelompok

obat-obatan yang digunakan terutama dalam pengobatan hipertensi dan gagal jantung.

ACE Inhibitor ini sangat diindikasikan untuk pengobatan gagal jantung pada berbagai

tingkat keparahan, termasuk disfungsi ventrikel kiri asimtomatik.

Terapi penghambatan ACE harus dimulai dengan dosis rendah (misalnya 6,25 mg

kaptropil atau 5 mg lisonopril, mengingat beberapa pasien mengalami penurunan

tekanan darah yang tiba-tiba, terutama jika volume darah terdeplesi biasanya keadaan

hipotensi yang berlebihan dapat dipulihkan dengan penambahan volume intravascular,

walaupun ini berlawanan dengan efek yang diinginkan pada pasien gagal jantung

simtomatik. Dosis ACE Inhibitor biasanya ditingkatkan berangsur-angsur selama

beberapa hari untuk pasien rawat inap atau selama beberapa minggu untuk pasien rawat

jalan disertai pemantauan tekanan darah, elektrolit serum dan kadar keratin serumnya.

c. beta-blocker

Obat-obat Beta blocker, juga dikenal sebagai beta-adrenergic blocking agents,

adalah obat-obat yang menghambat norepinephrine dan epinephrine (adrenaline) agar

tidak berikatan dengan reseptor-reseptor beta. Ada tiga tipe reseptor beta dan masing-

masing mengontrol beberapa fungsi berdasarkan pada lokasi mereka dalam tubuh.

Beta-1 receptors ditemukan di jantung, otak, mata, neuron adrenergik perifer, dan

ginjal; Reseptor β1 merupakan reseptor yang bertanggung jawab untuk

menstimulasi produksi katekolamin yang akan menstimulasi produksi renin.

Dengan berkurangnya produksi renin, maka cardiac output akan berkurang yang

disertai dengan turunnya tekanan darah.

Beta-2 receptors ditemukan dalam paru, saluran pencernaan, hati, rahim (uterus),

pembuluh darah, dan otot rangka;

Beta-3 receptors dapat ditemukan pada sel-sel lemak.

Beta blockers terutama menghambat reseptor-reseptor Beta-1 dan Beta-2. Dengan

menghambat efek dari norepinephrine dan epinephrine, beta blockers mengurangi

denyut jantung; mengurangi tekanan darah dengan memperlebar pembuluh-pembuluh

darah; dan mungkin menyempitkan jalan-jalan udara dengan menstimulasi otot-otot

yang mengelilingi jalan-jalan udara untuk berkontraksi.

Page 29: Modul 2 Sesak Nafas

Beta blockers diindikasikan untuk merawat:

irama jantung yang abnormal,

tekanan darah tinggi,

gagal jantung,

angina (nyeri dada),

tremor,

pheochromocytoma, dan

pencegahan migrain-migrain.

Beta blockers juga mampu mencegah lebih jauh serangan jantung dan kematian

setelah serangan jantung. Obat ini juga diindikasikan untuk pengobatan-pengobatan

lain termasuk perawatan hyperthyroidism, akathisia (kegelisahan atau

ketidakmampuan untuk duduk dengan tenang), dan ketakutan. Beberapa beta blockers

mengurangi produksi dari aqueous humor dalam mata dan oleh karenanya digunakan

untuk mengurangi tekanan dalam mata yang disebabkan oleh glaukoma.

d. Angiotensin receptor blocker

Losartan merupakan salah satu contoh dari golongan antagonis reseptor

angiotensin II. Golongan ini merupakan golongan baru yang bekerja pada sistem renin-

angiotensin. Angiotensin adalah hormon peptida yang berasal dari protein

angiotensinogen. Sistem angiotensin melibatkan reaksi yang dikatalisis oleh enzim ACE

(Angiotensin-converting enzyme). Sistem renin-angiotensin di ginjal berperan dalam

filtasi glomerulus.

Angiotensin II memicu proses fisiologis yang menyebabkan kenaikan tekanan

darah arteri dan fungsi renal sehingga terlibat dalam patofisiologi berbagai penyakit

seperti hipertensi, hipertrofi jantung, gagal jantung, dan penyakit renal diabetik. Contoh

obat kategori sartan yang lain yaitu kandesartan, valsartan, dll.

e. aldosterone receptor antagonist

salah satu ciri utama gagal jantung adalah aktivasi sistem renin-angiotensin-

aldosteron yang nyata disertai peningkatan konsentrasi aldosterone dalam plasma

sebanyak 20 kali kadar normal. Jika hanya digunakan spironolakton, efek diuretic sangat

lemah pada pasien gagal jantung. Namun, selain untuk retensi garam aldosterone

Page 30: Modul 2 Sesak Nafas

mempunyai berbagai efek biologis dan diperkirakan untuk pengantagonisan aldosterone

itu sendiri dapat bermanfaan bagi pasien gagal jantung.

Peran potensial aldosterone pada patofisiologi Gagal Jantung

Mekanisme Efek patofisiologi

Peningkatan retensi natrium dan air Edema, peningkatan tekanan pengisian

jantung mendadak

Kehilangan kalium dan magnesium Aritmogenesis dan resiko kematian jantung

Penurunan ambilan norepinefrin

miokardial

Potensiasi efek norepenefrin-remodeling

miokardial dan aritmogenesis

Penurunan sensitivitas baroreseptor Penurunan aktivitas parasimpatik dan

resiko kematian jantung mendadak

Fibrosis miokardial, proliferasi fibroblast Remodeling dan disfungsi ventrikel

Perubahan ekspresi saluran natrium Peningkatan eksitabilitas dan daya

kontraksi miosit jantung

Selain itu ada pada scenario pengguanaan obat digoxin yang digunakan untu terapi gagal

jantung. Efeknnya pada pengobatan gagal jantung :

Inotropik positif

inotropik negatif (mengurangi frekuensi denyut ventrikel pada tkikardi atau

fibrilasi atrium)

mengurangi aktifitas saraf simpatis

Prognosis dari scenario (gagal jantung)

a. Pada sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi pada hari/ minggu-minggu

pertama pasca lahir, misalnya sindrom hipoplasia jantung kiri, atresia aorta, koarktasio

aorta atau anomali total drainase vena pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka,

terapi medikmentosa saja sulit memberikan hasil, tindakan invasif diperlukan segera

setelah pasien stabil. Kegagalan untuk melakukan operasi pada golongan pasien ini

hampir selalu akan berakhir dengan kematian.

Page 31: Modul 2 Sesak Nafas

b. Pada gagal jantung akibat penyakit jantung bawaan (PJB) yang kurang berat,

pendekatan awal adalah dengan terapi medis adekuat, bila ini terlihat menolong maka

dapat diteruskan sambil menunggu saat yang bik untuk koreksi bedah.

c. Pada pasien penyakit jantung rematik yang berat yang disertai gagal jantung, obat-obat

gagal jantung terus diberikan sementara pasien memperoleh profilaksis sekunder,

pengobatan dengan profilaksis sekunder mungkin dapat memperbaiki keadaan jantung.

Page 32: Modul 2 Sesak Nafas

Nama :Anugrah Abdurrohman

NIM :2013730125

9. Apa yang menyebabkan tekanan vena jugularis meningkat pada skenario?

Gangguan fungsi pompa ventrikel

Curah jantung kanan menurun dan tekanan akhir sistole ventrikel kanan meningkat

Bendungan pada vena-vena sistemik, tekanan vena kava meningkatHambatan arus balik vena

Bendungan sistemik

Gagal jantung kanan dapat pula terjadi karena gangguan atau hambatan pada daya pompa

ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa didahului oleh jantung kiri. Dengan

menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan dan volum akhir diastole ventrikel kanan

akan meningkat dan ini menjadi beban atrium kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan

pada waktu diastole, dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan dalam atrium kanan. Tekanan

dalam atrium kanan yang meninggi akan menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dalam

vena kava superior dan inferior ke dalam jantung sehingga mengakibatkan kenaikan dan adanya

bendungan pada vena -vena sistemik tersebut (bendungan pada vena jugularis dan bendungan

dalam hepar) dengan segala akibatnya (tekanan vena jugularis yang meninggi dan hepatomegali).

Bila keadaan ini terus berlanjut, maka terjadi bendungan sistemik yang lebih berat dengan akibat

timbulnya edema tumit atau tungkai bawah dan asites.

Page 33: Modul 2 Sesak Nafas

Nama :Shandy Seta Dwitama

NIM :2013730177

10.Apa hubungan antara tekanan vena sentral (central venous pressure) dengan penyakit pada

scenario!

Central Venous Pressure (CVP)

Tekanan vena yang diukur di atrium kanan, dilakukan dengan menyisipkan keteter lewat vena

mediana cubiti menuju vena cava superior.1

Tekanan vena sentral (CVP) adalah tekanan yang diukur dalam pembuluh darah pusat dekat di

cardio. Hal ini menunjukkan berarti tekanan atrium dextra dan sering digunakan sebagai

perkiraan ventrikel kanan preload. CVP tidak mengukur volume darah secara langsung. Pada

kenyataannya nilai CVP ditentukan oleh tekanan darah vena di vena cava dan dengan fungsi

jantung yang tepat, dan oleh karena itu bukan hanya dipengaruhi oleh volume intravaskular dan

aliran balik vena, tetapi juga oleh nada vena dan tekanan, bersama dengan fungsi jantung yang

tepat dan kepatuhan miokard.

Underfilling atau overdistensi dari sistem pengumpulan vena dapat diakui oleh pengukuran CVP

sebelum tanda-tanda klinis telah menjadi jelas. Dalam keadaan normal peningkatan hasil aliran

balik vena dalam curah jantung bertambah, tanpa perubahan yang signifikan dalam CVP. Namun

dengan fungsi ventrikel yang buruk, atau sirkulasi paru terhambat, tekanan atrium kanan

meningkat, sehingga menyebabkan kenaikan hasil saat CVP diukur. Demikian pula, meskipun

ada kemungkinan untuk pasien dengan hipovolemia menunjukkan CVP dalam batas normal

karena venoconstriction, kehilangan volume darah atau vasodilatasi luas akan mengakibatkan

berkurangnya aliran balik vena dan penurunan tekanan atrium kanan dan CVP.

Pada pasien normal tekanan atrium kanan diukur dengan CVP berarti mirip dengan rata-rata

tekanan atrium sinistra (LAP/ left atrium pressure). Pada akhir diastole tekanan atrium sinistra

diasumsikan sama ventrikel sinistra akhir tekanan diastolik (LVEDP/ left ventricle end diastolic

pressure), yang pada gilirannya dianggap menggambarkan akhir ventrikel sinistra volume

Page 34: Modul 2 Sesak Nafas

diastolik (LVEDV). Dengan demikian, pada pasien normal, CVP diasumsikan menjadi cerminan

preload ventrikel sinistra. Namun, pada pasien dengan penyakit jantung atau paru ventrikel

kanan dan kiri dapat berfungsi secara independen. Dalam kasus ini ventrikel sinistra preload

harus diperkirakan dengan mengukur kapiler paru 'wedge' tekanan, menggunakan kateter arteri

pulmonalis (PAC), karena ini adalah panduan yang lebih baik untuk aliran balik vena ke sisi

sinistra cardio dibandingkan CVP. PAC juga dapat terhubung ke komputer untuk menghitung

curah jantung (cardio) menggunakan teknik termodilasi dan manajemen panduan pasien lebih

lanjut.

PAC karena itu kadang-kadang digunakan untuk mengukur tekanan atrium sinistra pada pasien

dengan penyakit yang tepat sisi katup signifikan, gagal jantung kanan atau penyakit paru-paru

sebagaian CVP mungkin tidak dapat diandalkan dalam memprediksi tekanan atrium sinistra

dalam kasus ini.

Waktu Pengukuran CVP

a. Pasien dengan hipotensi yang tidak menanggapi manajemen klinis dasar.

b. Melanjutkan hipovolemia sekunder untuk perpindahan cairan besar atau rugi.

c. Pasien yang membutuhkan infus inotropik.

Cara Mengukur CVP

CVP dapat diukur secara manual menggunakan manometer (Diagram 1) atau elektronik

menggunakan transducer (Diagram 4). Dalam kedua kasus CVP harus 'memusatkan perhatian'

pada tingkat atrium dexta. Hal ini biasanya diambil sebagai tingkat ruang intercostal ke-4 di garis

mid-aksila saat pasien berbaring telentang. Setiap pengukuran CVP harus diambil pada posisi ini

nol sama. Tren pengukuran serial CVP jauh lebih informatif daripada pembacaan tunggal.

Namun, jika CVP diukur pada tingkat yang berbeda setiap kali maka ini membuat tren dalam

pengukuran akurat.

1. Menggunakan manometer

3-way tap digunakan untuk menghubungkan manometer untuk set infus di satu sisi, dan,

melalui perpanjangan tabung diisi dengan cairan intravena, untuk pasien di sisi lain (Gambar

Page 35: Modul 2 Sesak Nafas

1). Hal ini penting untuk memastikan bahwa tidak ada gelembung udara di tabung, untuk

menghindari pemberian embolus pesawat ke pasien. Anda juga harus memeriksa bahwa

tabung CVP kateter tidak tertekuk atau diblokir, bahwa cairan intravena dapat dengan mudah

memerah dan darah yang dapat dengan mudah disedot dari garis. 3-way tap kemudian

berbalik sehingga terbuka untuk tas cairan dan manometer tetapi tertutup untuk pasien,

memungkinkan kolom manometer untuk mengisi dengan cairan (Gambar 2). Hal ini penting,

agar tidak memenuhi bahkan sampai melimpahi manometer, sehingga mencegah kapas bung

di ujung manometer dari basah. Setelah manometer telah diisi cukup, 3-way tap dihidupkan

kembali, sehingga terbuka untuk pasien dan manometer, namun tertutup untuk kantong

cairan (Gambar 3). Tingkat cairan dalam kolom manometer akan jatuh ke tingkat CVP, nilai

yang dapat dibaca pada skala manometer yang ditandai dalam sentimeter, sehingga

memberikan nilai untuk CVP dalam cm air (cmH2O). Tingkat cairan akan terus naik dan

turun sedikit dengan respirasi dan membaca rata-rata harus dicatat.

2. Menggunakan transduser

Transduser tetap pada tingkat atrium dextra dan terhubung ke CVP kateter pasien melalui

cairan yang terisi pada ekstensi tabung. Perawatan serupa harus diambil untuk menghindari

gelembung dan Kinks, dll seperti yang disebutkan di atas. Transduser ini kemudian

'memusatkan perhatian' tekanan atmosfer dengan memutar nya 3-way tap sehingga terbuka

untuk transduser dan ruang udara, tetapi tertutup bagi pasien. The 3-way tap kemudian

berbalik sehingga sekarang ditutup ke kamar udara dan terbuka antara pasien dan transduser.

Pembacaan CVP terus menerus, diukur dalam mmHg daripada cmH2O, dapat diperoleh.

(Gambar 4)2 

Page 36: Modul 2 Sesak Nafas

 

GAMBAR 1 GAMBAR 2

GAMBAR 3

GAMBAR 4

Page 37: Modul 2 Sesak Nafas

Nama :Shella Ardhita

NIM :2013730178

11. Jelaskan diferential diagnose dan working diagnose pada skenario

Gagal Jantung Kongesif

Gagal jantung kongesif adalah gangguan multisistem yang terjadi apabila jantung tidak lagi

mampu menyemprotkan darah yang mengalir ke dalamnya melalui sistem vena. Gagal jantung

kongesif mungkin mengenai sisi kiri atau kanan jantung atau seluruh rongga jantung.

Gambaran klinis

Manifestasi tersering gagal ventrikel kiri adalah dispnea atau perasaan kehabisan napas. Hal ini

terutama disebabka n oleh penurunan compliance paru akibat edema dan kongesti paru dan oleh

peningkatan aktivitas reseptor regang otonom di dalam paru. Dispnea palig jelas sewaktu

aktivitas fisik. Dispnea juga jelas sata berbaring karena meningkatnya jumlah darah vena yang

kembali ke toraks dari ekstremitas bawah dank arena pada posisi ini diafragma terangkat.

Manifestasi lain gagal ventrikel kiri adalah kelelahan otot, pembesaran jantung, takikardi, bunyi

jantung ketiga (S3), dan ronki halus di basal paru, karena aliran udara melewati alveolus yang

edemantosa.

Gagal jantung kanan paling sering disebabkan oleh gagal jantung kiri. Konsekuensi utamanya

adalah bendungan vena sistemik dan edema jaringan lunak. Kongesti vena sistemik secara klinis

tampak sebagai distensi vena leher. Edema menyebabkan penambahan berat dan biasanya lebih

jelas di bagian dependen tubuh, seperti kaki dan tungkai bawah.

Gagal Jantung Akut

Heart failure (HF) atau gagal jantung (GJ) adalah suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari

oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh jaringan tubuh secara adekuat,

akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung. Gagal jantung akut didefinisikan

Page 38: Modul 2 Sesak Nafas

sebagai serangan cepat/rapid onset atau adanya perubahan mendadak gejala gagal jantung.

Pasien dengan gagal jantung harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Gejala gagal jantung : sesak napas saat istirahat atau aktivitas, lelah, letih, pembengkakan

pergelangan kaki.

Gejala khas gagal jantung : takikardi, takipnu, rales pada paru, efusi pleura, peningkatan

tekanan vena jugular, edema perifer, hepatomegali.

Bukti objektif abnormalitas struktur dan fungsi jantung saat istirahat : kardiomegali,

bunyi jantung tiga, bising jantung, abnormalitas pada echocardiografi, peningkatan

konsentrasi natriuretic peptide.

Gejala akut dapat bervariasi, perburukan dapat terjadi dalam hitungan hari ataupun minggu

(misalnya sesak napas yang berat atau edema) tapi beberapa berkembang dalam hitungan jam

sampai menit (misalnya yang berhubungan dengan infark miokard akut).

Disfungsi jantung dapat berhubungan dengan iskemia jantung, irama jantung yang abnormal,

disfungsi katup jantung, penyakit perikard, peninggian dari tekanan pengisian ventrikel atau

peninggian dari tahanan sirkulasi sistemik.

Penyakit Katup Trikuspid

Regurgitasi tricuspid adalah keadaan kembalinya sebagian darah ke atrium kanan pada saat

sistolik. Keadaan ini dapat terjadi primer akibat kelainan organik katup, ataupun sekunder karena

hipertensi pulmonal, perubahan fungsi maupun geometri ventrikel berupa dilatasi ventrikel

kanan maupun annulus trikuspid. Pada regurgitasi trikuspid baik organik maupun sekunder, akan

terjadi kenaikan tekanan akhir diastolik pada atrium dan ventrikel kanan. Tekanan atrium kanan

akan meningkat mendekati tekanan ventrikel kanan sesuai dengan kenaikan tekanan ventrikel

kanan, yaitu sesuai dengan kenaikan derajat regurgitasi trikuspid.

Manifestasi Klinis

Rasio perempuan terhadap pria adalah 2 : 1, dengan rata-rata umur 40 tahun. Oleh karena sering

bersamaan dengan stenosis mitral, maka gejala stenosis mitra biasanya lebih dominan. Riwayat

Page 39: Modul 2 Sesak Nafas

sesak napas pada latihan yang progresif, mudah lelh dan juga batuk darah. Bila keadaan lebih

berat timbul keluhan bengkak tungkai, perut membesar, maka kelelahan/fatig dan anoreksia

merupakan keluhan yang mencolok.

Pada inspeksi selalu terlihat adanya gambaran penurunan berat badan,sianosis dan ikterus.

Biasanya selalu dijumpai pelebaran vena jugularis. Pada auskultasi dapat terdengar S3 dari

ventrikel kanan yang terdengar lebih keras saat inspirasi. Adanya kardiomegaliyang mencolok

akibat perbesaran ventrikel kanan. Kadang-kadang akibat tingginya tekanan ventrikel kanan

yang akna berlangsung lama dapat terjadi klasifikasi pada annulus trikuspidalis.

Kor Pulmonal Kronik

Kor Pulmonal adalah hipertrofi/dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal yang

disebabkan penyakit parenkim paru atau pembuluh darah paru yang tidak berhubungan dengan

kelainan jantung kiri. Kor pulmonal akut adalah peregangan akibat hipertensi pulmonal akut,

sering disebabkan oleh emboli paru masif, sedangkan kor pulmonalis kronik adalah hipertrofi

dan dillatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal yang berhubungan dengan penyakit paru

obstruksi kronik (PPOK).

Penyakit paru kronis akan mengakibatkan :

1. Berkulangnya “vaskuler bed” paru, dapat disebabkan oleh semakin terdesaknya

pembuluh darah oleh paru yang mengembang atau kerusakan paru

2. Asidosis dan hiperkapnia

3. Hipoksia alveolar yang akan merangsang vasokonstriksi pembuluh paru

4. Polisitemia dan hiperviskositas darah

Keempat kelainan ini akan menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal. Dalam jangka panjang

akan mengakibatkan hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan dan kemudian akan berlanjut menjadi

gagal jantung kanan. Gagal jantung kanan ditegakan dengan pemeriksaan klinis, biasanya

dnegan adanya peningkatan vena jugularis, hepatomegali, asites maupun edema tungkai.

Page 40: Modul 2 Sesak Nafas

DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, Philip I., Jeremy P.T. Ward. 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskular.

Jakarta: Erlangga Medical Series. Halaman 100-101.

Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: FK UI. Halaman

1098-1103

Harli, Isman. 2004. A Compilation of Pathogenesis & Pathophysiology. Malaysia:

Hospital UniversitiSains Malaysia. Halaman 47-55

Siregar, Tagor Gumanti Muda. 1998. Buku Ajar Kardiologi, Hipertensi Esensial. Jakarta:

FK UI. Halaman 198

Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:

Erlangga Medical Series. Halaman 112-137

Sanusi, Harsinen. 2007. Ilmu Diagnostik Fisik Interna. Makassar: Aesculapius. Halaman

49-50

Buku ajar ‘ilmu penyakit dalam’, jilid III. Edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.2006

Gilman, Alfred Goodman. Dasar Farmakologi Terapi edisi 10 volume 2. 2003. Jakarta :

EGC

Gray, Huon H., Dawkins,Keith D. Lecture Notes Kardiologi edisi keempat. 2003.

Jakarta : Erlangga

Sherwood.2013.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi 6.Jakarta:EGC

Wilson.2014. Patofisiologi.Jakarta:EGC

Page 41: Modul 2 Sesak Nafas

Newman, Dorland W. A.2012.Kamus Saku Kedokteran Dorland.Jakarta:EGC

http://www.anaesthesia.hku.hk/LearNet/measure.htm (Departement of Anaesthesiology, The

University of Hong Kong)