40
ISSN 2654-5500 Edisi 2 Vol. 1 Tahun 2019 BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT SUMATERA UTARA MODEL PENDAMPINGAN PASCA PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PEREMPUAN ElianaMainaria,M.Pd MODEL PEMBELAJARAN MATRIKULASI PERSIAPAN PAKET A PASCA KEAKSARAAN LANJUTAN Ir.SarwoEdy M.Pd MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C VOKASI (Rumpun TIK) IvoYani,DewiGustini,ArifinAmbarita,BerlianaSilalahi MODEL KEMITRAAN BIMBINGAN KONSELING DI PAUD EliTohonanTuaPane,M.Pd,EviYunita,S.Pd MODEL PELIBATAN KELUARGA PADA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KESETARAAN LenniArtaFSSinaga PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PAUD USIA 4-6 TAHUN DI PAUD KENANGA RAYA MEDAN Romi,S.Pd

MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

ISSN 2654-5500

Edisi 2 Vol. 1 Tahun 2019

BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT SUMATERA UTARA

MODEL PENDAMPINGAN PASCA PROGRAMPENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PEREMPUANEliana Mainaria, M.Pd

MODEL PEMBELAJARAN MATRIKULASI PERSIAPANPAKET A PASCA KEAKSARAAN LANJUTANIr. Sarwo Edy M.Pd

MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKANKESETARAAN PAKET C VOKASI(Rumpun TIK)Ivo Yani, Dewi Gustini, Arifin Ambarita, Berliana Silalahi

MODEL KEMITRAAN BIMBINGAN KONSELING DIPAUDEli Tohonan Tua Pane, M.Pd, Evi Yunita, S.Pd

MODEL PELIBATAN KELUARGA PADAPENYELENGGARAANPENDIDIKAN KESETARAANLenni Arta FS Sinaga

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARANINTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN KREATIVITASBELAJAR SISWA PAUD USIA 4-6 TAHUN DI PAUDKENANGA RAYA MEDANRomi, S.Pd

Page 2: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

Jurnal TelangkaiEdisi 2 Vol. 1 Tahun 2019

DiterbitkanOleh :

Penanggung JawabDr. Ulfa Maria,M.Pd

Pimpinan RedaksiDra. Samaria Pane,M.Pd

EditorProf. Dr. Yusnadi

Dr. Ulfa Maria,M.PdIr. Sarwo Edy,M.Pd

Eli Tohonan Tua Pane,M.Pd

SekretariatYanne Dian Samosir, S.PdMenda Apulina Sitepu, S.Pd

Desain GrafisEko Irawan, S.Kom

Muhammad Faqih, A.Md MM

Alamat Penerbitan/RedakturKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BALAI PENGEMBANGAN PENDIDKAN ANAK USIA DINI DANMASYARAKAT(BP-PAUD dan Dikmas) SUMATERA UTARAJl. Kenanga Raya No.64 Tanjung Sari - Medan 20132

Telp. 061-8213254Email : [email protected]

Website : http://pauddikmassumut.kemdikbud.go.id

DAFTAR ISI

MODEL PENDAMPINGAN PASCA PROGRAMPENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PEREMPUAN 1Eliana Mainaria, M.Pd

MODEL PEMBELAJARAN MATRIKULASI PERSIAPANPAKET A PASCA KEAKSARAAN LANJUTAN 18Ir. Sarwo Edy M.Pd

MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKANKESETARAAN PAKET C VOKASI(Rumpun TIK) 32Ivo Yani, Dewi Gustini, Arifin Ambarita, Berliana Silalahi

MODEL KEMITRAAN BIMBINGAN KONSELING DIPAUD 45Eli Tohonan Tua Pane, M.Pd, Evi Yunita, S.Pd

MODEL PELIBATAN KELUARGA PADAPENYELENGGARAANPENDIDIKAN KESETARAAN 55Lenni Arta FS Sinaga

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARANINTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN KREATIVITASBELAJAR SISWA PAUD USIA 4-6 TAHUN DI PAUDKENANGA RAYA MEDAN 65Romi, S.Pd

Page 3: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

KATA PENGANTARKepala BP-PAUD dan Dikmas Sumatera Utara

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa jurnalBP-PAUD dan Dikmas Sumatera Utara Edisi 2 Vol.1 Tahun 2019 telah dapat terselesaikansebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.

Jurnal Telangkai PAUD dan Dikmas Sumatera Utara Edisi 2 Vol.1 menuangkaninformasi seputar hasil-hasil pengembangan dan pengkajian model PAUD dan Dikmas yangtelah dilakukan tahun 2017 dan 2018. Hasil pengembangan dan pengkajian model ini dirasasangat penting diinformasikan kepada seluruh masyarakat yang dikemas dalam bentuk jurnalkarena pengembangan dan pengkajian model merupakan satu diantara kor bisnis BP-PAUDdan Dikmas Sumatera Utara dalam rangka peningkatan kualitas layanan pendidikan bagimasyarakat.

Untuk menghasilkan model-model pembelajaran yang berkualitas dan yang dibutuhkandimasyarakat untuk diterapkan, perlu pemikiran dan kecerdasan dari berbagai disiplin keilmuanyang dipoles tepat dan konsisten secara ilmiah, inovasi dan kreatifitas pada model-model yangdihasilnya inilah yang senantiasa selalu diharapkan kehadirannya tengah-tengah masyarakat.

Akhir kata, kepada semua pihak yang turut serta terlibat dalam pengembangan danpengkajian model PAUD dan Dikmas di BP-PAUD dan Dikmas Sumut hingga terbitnyaJurnal Telangkai ini, saya mengucapkan terima kasih dan khususnya kepada jajaran redaksiJurnal Telangkai BP-PAUD dan Dikmas Sumatera Utara. Semoga apa yang telah kita lakukanbermanfaat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

Medan, Juli 2019

Dr.Hj. Ulfa Maria,M.PdNIP. 196408031990032005

Page 4: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

Berdasarkan pendapat-pendapat masyarakatyang masih memarginalkan perempuan tersebut,pada tahun 2016 Balai Pengembangan PendidikanAnak Usia Dini Nonformal dan Informal RegionalI Medan mendedikasikan sebuah pendidikan bagiperempuan yang termarginalkan terutama dikawasan perkebunan, melalui sebuah programPendidikan Kecakapan Hidup Bagi PerempuanMarginal di Kawasan Perkebunan. Program initelah berhasil menyusun sebuah rangkaianpendidikan kecakapan bagi perempuan marginalyang mengangkat kecakapan personal, kecakapansosial, kecakapan akademik dan memaksimalkanpemanfaatan lidi sawit dalam peningkatankecakapan vocasional.

Rangkaian kegiatan tersebut telahmenghasilkan perempuan-perempuan yang maumeningkatkan aktualisasi diri, melalui kegiatanyang telah mereka lakukan. Banyak kemajuan yangtelah dicapai. Salah satunya adalah munculnyaproduk-produk hasil dari pemanfaatan lidi sawityang telah diolah menjadi berbagai keperluanrumah tangga yang harganya terjangkau danberdaya guna.

Pada tahun 2017 Balai Pengembangan AnakUsia Dini dan Pendidikan Masyarakat SumateraUtara, kembali melakukan identifikasipendahuluan, mengenai kelanjutan daripelaksanaan pendidikan kecakapan hidup yangtelah dilakukan. Kebutuhan apa yang menjadikelanjutan dari pendidikan yang telah dilakukan.Kegiatan ini telah difokuskan di 4 (empat)Kabupaten Kota, yang pada tahun sebelumnyatelah melaksanakan kegiatan pendidikan kecakapanhidup bagi perempuan (PKH-P). Daerah yangmenjadi sasaran adalah : Kabupaten Langkat,Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten SerdangBedagai dan Kotamadya Medan. Pemilihankeempat kabupaten/kota tersebut bukan tanpaalasan, selain karena di kab/kota tersebut telahmelaksanakan program PKH-P, kabupaten/kotatersebut juga dipilih karena memiliki potensi

sumber daya yang sangat mendukung dalampelaksanaan program yang akan dilakukan pascaPKH-P.

Dari hasil pengkajian dan evaluasipelaksanaan program PKH-P tahun 2016 dan hasilstudy eksplorasi yang telah dilakukan pada tahun2017, bahwa program PKH-P yang telahdilaksanakan memberikan dampak peningkatankemampuan/kompetensi perempuan yang meliputikecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapanakademik dan mampu memaksimalkan potensisumber daya alam sebagai peningkatan kecakapanvocasional. Namun kemampuan yang telah dimilikimasih pada tahap “tidak tahu” menjadi “tahu”,“tidak mampu” menjadi “mampu” atau seringdisebut istilah “tidak berdaya” menjadi “berdaya’.Selain keberhasilan dan capaian diatas, dari hasilstudi eksplorasi yang telah dilakukan, di dapatgambaran kondisi/permasalahan yang perlumendapat perhatian pascaprogram PKH-P, antaralain; 1).Program PKH-P yang dilaksanakan lebihmemfokuskan optimalisasi kecakapan vokasional,sementara kemampuan personal, sosial, danakademik belum optimal tercapai. 2).ProdukProgram PKH-P sebagai hasil peningkatankemampuan vokasional dalam pemanfaatansumber daya alam belum optimal menjadi sumberpendapatan/ekonomi karena masih minimnyapemasaran produk. Pemasaran Produk mengalamikendala diakibatkan oleh beberapa hal, yakni:kualitas produk yang belum maksimal, kemasanproduk, dan jaringan kemitraan baik permodalanmaupun pemasaran.

Maka pada tahun 2017 BP-PAUD danDikmas Sumatera Utara mengembangkan modelPendampingan Pascaprogram PKHP, denganmempertimbangkan salah satu pendekatan yangkini sering digunakan dalam mengoptimalkanpelaksanaan program yang telah dilakukan atausering diistilahkan “pascaprogram” adalahPendampingan. Pendampingan menunjukkankesejajaran, yang aktif justru yang didampingi

Model Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup PerempuanModel Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan

1 2

MODEL PENDAMPINGAN PASCA PROGRAMPENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PEREMPUAN

Eliana Mainaria,M.Pd

Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Mayarakat Sumatera UtaraJalan Kenanga Raya No.64 Tanjung Sari, Kota Medan

Abstrak

Model Pendampingan Pascaprogram PKH-P dilakukan melalui tahapan tentang, bagaimana penguatanpengetahuan/kemampuan yang meliputi 4 (empat) kecakapan yaitu kecakapan akademik, personal, sosial dankecakapan vokasional secara terstruktur dan optimal secara bersama. Bagaimana kemampuan vokasional yang sudahdimiliki dalam pemanfaatan sumber daya alam menjadi produk yang laku dipasarkan sehingga menjadi sumberpeningkatan kualitasi ekonomi baik secara perseorangan maupun berkelompok. Pendampingan diartikan sebagai suatuinteraksi secara terus menerus antara pendamping dengan anggota kelompok/masyarakat sehingga terjadi perubahankreatif yang diprakarsai oleh anggota kelompok/masyarakat yang sadar diri dan terdidik. Pendampingan yang dilakukanakan efektif apabila sesuai kondisi/tingkat perkembangan sasaran yang akan didampingi. Secara sederhana, tingkatperkembangan masyarakat dapat dikelompokan ke dalam 4 tahapan, yaitu: (1) tahap tidak mau melakukan dan tidakmampu melakukan, (2) tahap tidak mau melakukan tetapi mampu melakukan, (3) tahap mau melakukan tetapi tidakmampu melakukan, dan (4) tahap mau dan mampu melakukan. Pendampingan sosial berpusat pada empat fungsi;pemungkinaan (enabling), Penguatan (empowering), perlindungan (protecting), dan pendukungan (supporting).

Kata Kunci : Pendampingan, Pascaprogram, Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan

PENDAHULUANSampai saat ini masih ada masyarakat yang

berkeyakinan bahwa kemampuan kecerdasanperempuan lebih rendah daripada laki-laki,sehingga meminggirkan perempuan untukmemperoleh pendidikan. Dalam keluarga denganlatar belakang ekonomi yang tinggi sekalipun,kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagiperempuan masih terbatas, apalagi pada keluargadengan latar belakang ekonomi yang lebih rendah.

Masyarakat juga masih ada yangberkeyakinan bahwa perempuan dengan fisik yanglebih lemah dan pasif, tidak memungkinkan merekauntuk dapat memenuhi aktivitas sebanyak dansekuat laki-laki. Masyarakat berasumsi bahwapendidikan hanya dapat dicapai oleh orang-orangyang mau bergerak dengan mobilitas tinggi, yangmenghabiskan seluruh waktunya dengan membacabuku, melakukan eksperimen berjam-jam dilaboratorium, meneliti di lapangan, menulis danberdiskusi dalam sisa waktunya, dan jika ini

dilakukan oleh perempuan akan mengakibatkanmereka kehilangan identitas kewanitaannya karenatidak memiliki waktu untuk melakukan tugas-tugaskewanitaan rumah tangga dan keluarganya. Selainitu, fisik perempuan yang lemah yang digunakanuntuk mobilitas pendidikan seperti laki-laki akanmengakibatkan perubahan fisik yang tidak menariklagi bagi kaum laki-laki, dan ini merupakanpenyimpangan bagi citra perempuan.

Masyarakat memandang pendidikan seolah-oleh sebagai pekerjaan berat yang bersifat fisik danmemerlukan otot yang kuat untuk melakukannya.Disamping itu, perempuan dengan peran rumahtangga untuk mengasuh dan merawat anak, tidakperlu memperoleh pendidikan tinggi, melainkancukup hanya mampu membaca dan menulissekedar dapat mendidik anak-anak di awalkehidupannya. Masyarakat masih berkeyakinanbahwa pendidikan dan pengajaran bagi perempuantidak penting, bahkan ada yang mempertanyakanapakah perempuan perlu berpendidikan tinggi?

Page 5: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

informasi; (2) Mengolah informasi dan mengambilkeputusan; dan (3) Memecahkan masalah secarakreatif.

Kecakapan sosial atau kecakapan antarpribadi (inter-personal skill) meliputi kecakapanberkomunikasi dengan empati dan kecakapanbekerja-sama (collaboration skill). Padakecakapan komunikasi seperti empati, sikappenuh pengertian, dan seni berkomunikasi duaarah perlu ditekankan, karena berkomunikasibukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isidan sampainya pesan disertai dengan kesan baikyang akan menumbuhkan hubungan harmonis.

Kecakapan komunikasi sangat diperlukan,karena manusia berinteraksi dengan manusia lainmelalui komunikasi, baik secara lisan, tertulis,tergambar, maupun melalui kesan. Kecakapankomunikasi terdiri dari dua bagian, yaitu verbaldan non- verbal. Komunikasi verbal meliputikecakapan mendengarkan berbicara, danmembaca-menulis. Komunikasi non-verbalmeliputi pemahaman atas mimik, bahasa tubuh,dan tampilan atau peragaan. Dengan demikian,dalam kecakapan komunikasi tercakup kecakapanmendengarkan, berbicara, dan kecakapan menulispendapat/gagasan.

Sementara itu, dalam kecakapanbekerjasama tercakup kecakapan sebagai temankerja yang menyenangkan dan sebagai pemimpinyang berempati. Sebagai teman yangmenyenangkan, seseorang harus mampumembangun iklim yang kondusif dalambersosialisasi diantaranya menghargai orang lainsecara positif, membangun hubungan denganorang lain dan sikap terbuka. Dalamkepemimpinan tercakup aspek tanggungjawab,sosialisasi, teguh, berani, mampu mempengaruhidan mengarahkan orang lain.

Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapanyang diperlukan seseorang untuk menghadapiproblema bidang khusus seperti pekerjan/kegiatandan atau keadaan tertentu, yang terdiri atas

kecakapan akademik dan vokasional. Kecakapanakademik mencakup antara lain kecakapanmengidentifikasi variabel dan menjelaskanhubungannya dengan suatu fenomena tertentu,merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaiankejadian, serta merancang dan melaksanakanpenelitian untuk membuktikan suatu gagasan ataukeingintahuan.

Kecakapan vokasional terkait denganbidang pekerjaan atau kegiatan tertentu yangterdapat di masyarakat dan lebih memerlukanketerampilan motorik. Dalam kecakapanvokasional tercakup kecakapan vokasional dasaratau pravokasional yang meliputi kecakapanmenggunakan alat kerja, alat ukur, memilih bahan,merancang produk; dan kecakapan vokasionalpenunjang yang meliputi kecenderungan untukbertindak dan sikap kewirausahaan. Ini tidakberarti siswa SMP harus dibekali dengan jenis-jenis keterampilan kerja tetapi memberikesempatan mengembangkan wawasan kerja, etoskerja dan aktivitas produktif.

Perlu disadari, bahwa di dalam kehidupannyata, antara general life skill (GLS) denganspecific life skill (SLS), yaitu antara kecakapanmemahami diri, berpikir rasional, kecakapansosial, akademik, dengan kecakapan vokasionaltidak berfungsi secara terpisah-pisah, atau tidakterpisah secara ekslusif. Artinya, dalam kehidupannyata seluruh kecakapan tersebut salingmelengkapi, sehingga menyatu menjadi tindakanindividu yang melibatkan aspek fisik, mental,emosional, dan intelektual. Derajat kualitastindakan individu dalam banyak hal dipengaruhioleh derajat kualitas berbagai aspek pendukungtersebut.

PascaprogramPelaksanaan program yang telah dilakukan

sering diistilahkan “pascaprogram”. PascaprogramPKH-P adalah program PKH-P yang telahdiselenggarakan pada tahun 2016. Program PKH-P

Model Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup PerempuanModel Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan

3 4

sekaligus sebagai subjek utamanya, sedangkanpendampingan lebih bersifat membantu saja.Dengan demikian Pendampingan diartikan sebagaisuatu interaksi secara terus menerus antarapendamping dengan anggota kelompok/masyarakatsehingga terjadi perubahan kreatif yang diprakarsaioleh anggota kelompok/masyarakat yang sadar diridan terdidik.

TINJAUAN PUSTAKAPendidikan Kecakapan Hidup (PKH)

Istilah Kecakapan Hidup (life skills)diartikan sebagai kecakapan yang dimilikiseseorang untuk mau dan berani menghadapiproblema hidup dan penghidupan secara wajartanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktifdan kreatif mencari serta menemukan solusisehingga akhirnya mampu mengatasinya (DirjenPLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2003). Brolin(1989) menjelaskan bahwa, “Life skills constitute acontinuum of knowledge and aptitude that arenecessary for a person to function effectively andto avoid interruptions of employment experience”.Dengan demikian life skills dapat dinyatakansebagai kecakapan untuk hidup. Istilah hidup,tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentusaja (vocational job), namun ia harus memilikikemampuan dasar pendukungnya secarafungsional seperti : membaca, menulis,menghitung, merumuskan, dan memecahkanmasalah, mengelola sumber daya, bekerja dalamtim, terus belajar di tempat kerja, mempergunakanteknologi (Satori, 2002).

Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)lebih luas dari sekedar keterampilan bekerja,apalagi sekedar keterampilan manual.Pendidikan kecakapan hidup merupakankonsep pendidikan yang bertujuan untukmempersiapkan warga belajar agar memilikikeberanian dan kemauan menghadapi masalahhidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasatertekan kemudian secara kreatif menemukan

solusi serta mampu mengatasinya.Menurut Jecques Delor mengatakan

bahwa pada dasarnya program life skills iniberpegang pada empat pilar pembelajaran yaitusebagai berikut:1. Learning to know (belajar untuk memperoleh

pengetahuan).2. Learning to do (belajar untuk dapat

berbuat/bekerja).3. Learning to be (belajar untuk menjadi orang

yang berguna).4. Learning to live together (belajar untuk dapat

hidup bersama dengan orang lain).Pendidikan berorientasi kecakapan hidup

seyogyanya dilaksanakan untuk menanganimasalah-masalah spesifik atau khusus, makadalam penggunaannya untuk pembelajaran disekolah hendaknya selalu memperhatikankekhususan yang akan dikembangkan. Hal iniperlu diperhatikan karena akan berkaitan denganmasalah pengelompokkan kecakapan hidup. Salahsatu pengelompokan kecakapan hidupdikemukakan oleh Depdiknas, bahwa kecakapanhidup ada yang bersifat generik (generic lifeskills/ GLS) dan ada kecakapan hidup yangbersifat spesifik (spesific life skills/ SLS).

Kecakapan Hidup Generik adalahkecakapan yang harus dimiliki oleh setiapmanusia yang terdiri atas kecakapan personal(personal skill) dan kecakapan sosial (sosialskill). Kecakapan Personal mencakup kesadarandiri atau memahami diri atau potensi diri, sertakecakapan berpikir rasional. Kesadaran dirimerupakan penghayatan diri sebagai makhlukTuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat danwarga negara, serta menyadari dan mensyukurikelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligusmenjadikannya sebagai modal dalammeningkatkan dirinya sebagai individu yangbermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.Kecakapan berpikir rasional mencakupkecakapan: (1) Menggali dan menemukan

Page 6: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

meningkatkan keahlian mereka untuk mencaripekerjaan di luar wilayahnya.

3. Manajemen diri. Kelompok harus mampumemilih pemimpin mereka sendiri danmengatur kegiatan mereka sendiri, sepertimelaksanakan pertemuan-pertemuan, melaku-kan pencatatan dan pelaporan, mengoperasikantabungan dan kredit, resolusi konflik danmanajemen kepemilikan masyarakat. Padatahap awal, pendamping dari luar dapatmembantu mereka dalam mengembangkansebuah sistem. Kelompok kemudian dapatdiberi wewenang penuh untukmelaksanakan dan mengatur sistem tersebut.

4. Mobilisasi sumber. Merupakan sebuah metodeuntuk menghimpun sumber-sumber individualmelalui tabungan reguler dan sumbangansukarela dengan tujuan menciptakan modalsosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiaporang memiliki sumbernya sendiri yang, jikadihimpun, dapat meningkatkan kehidupansosial ekonomi secara substansial.Pengembangan sistem penghimpunan,pengalokasian dan penggunaan sumber perludilakukan secara cermat sehingga semuaanggota memiliki kesempatan yang sama. Halini dapat menjamin kepemilikan danpengelolaan secara berkelanjutan.

5. Pembangunan dan pengembangan jaringan.Pengorganisasian kelompok-kelompok swadayamasyarakat perlu disertai dengan peningkatankemampuan para anggotanya membangun danmempertahankan jaringan dengan berbagaisistem sosial di sekitarnya. Jaringan ini sangatpenting dalam menyediakan dan mengembang-kan berbagai akses terhadap sumber dankesempatan bagi peningkatan keberdayaanmasyarakat miskin.

Dalam kaitannya dengan masyarakat miskin,lima aspek pemberdayaan di atas dapat dilakukanmelalui lima strategi pemberdayaan yang dapatdisingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan,

Penguatan, Perlindungan, Penyokongan danPemeliharaan (Edi Suharto, 2005):1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim

yang memungkinkan potensi masyarakat miskinberkembang secara optimal. Pemberdayaanharus mampu membebaskan masyarakat miskindari sekat-sekat kultural dan struktural yangmenghambat.

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dankemampuan yang dimiliki masyarakat miskindalam memecahkan masalah dan memenuhikebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harusmampu menumbuh-kembangkan segenapkemampuan dan kepercayaan diri masyarakatmiskin yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutamakelompok-kelompok lemah agar tidak tertindasoleh kelompok kuat, menghindari terjadinyapersaingan yang tidak seimbang (apalagi tidaksehat) antara yang kuat dan lemah, danmencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuatterhadap kelompok lemah. Pemberdayaanharus diarahkan pada penghapusan segala jenisdiskriminasi dan dominasi yang tidakmenguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dandukungan agar masyarakat miskin mampumenjalankan peranan dan tugas-tugaskehidupannya. Pemberdayaan harus mampumenyokong masyarakat miskin agar tidakterjatuh ke dalam keadaan dan posisi yangsemakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yangkondusif agar tetap terjadi keseimbangandistribusi kekuasaan antara berbagai kelompokdalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampumenjamin keselarasan dan keseimbangan yangmemungkinkan setiap orang memperolehkesempatan berusaha.

Kebijakan Mengenai Pendidikan KecakapanHidup

Model Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup PerempuanModel Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan

5 6

yang telah dilaksanakan memberikan dampakpeningkatan kemampuan/kompetensi perempuanyang meliputi kecakapan personal, kecakapansosial, kecakapan akademik dan mampumemaksimalkan potensi sumber daya alam sebagaipeningkatan kecakapan vocasional. Namunkemampuan yang telah dimiliki masih pada tahap“tidak tahu” menjadi “tahu”, “tidak mampu”menjadi “mampu” atau sering disebut istilah “tidakberdaya” menjadi “berdaya’. Selain keberhasilandan capaian diatas, dari hasil studi eksplorasi yangtelah dilakukan, di dapat gambarankondisi/permasalahan yang perlu mendapatperhatian pascaprogram PKH-P, antara lain;1).Program PKH-P yang dilaksanakan lebihmemfokuskan optimalisasi kecakapan vokasional,sementara kemampuan personal, sosial, danakademik belum optimal tercapai. 2).ProdukProgram PKH-P sebagai hasil peningkatankemampuan vokasional dalam pemanfaatansumber daya alam belum optimal menjadi sumberpendapatan/ekonomi karena masih minimnyapemasaran produk. Pemasaran Produk mengalamikendala diakibatkan oleh beberapa hal, yakni:kualitas produk yang belum maksimal, kemasanproduk, dan jaringan kemitraan baik permodalanmaupun pemasaran. Untuk itu, salah satupendekatan yang kini sering digunakan dalammengoptimalkan pelaksanaan program yang telahdilakukan atau sering diistilahkan “pascaprogram”adalah Pendampingan.

PendampinganPendampingan menunjukkan kesejajaran,

yang aktif justru yang didampingi sekaligus sebagaisubjek utamanya, sedangkan pendampingan lebihbersifat membantu saja. Dengan demikianPendampingan diartikan sebagai suatu interaksisecara terus menerus antara pendamping dengananggota kelompok/masyarakat sehingga terjadiperubahan kreatif yang diprakarsai oleh anggotakelompok/masyarakat yang sadar diri dan terdidik.

Pendampingan yang dilakukan akan efektif apabilasesuai kondisi/tingkat perkembangan sasaran yangakan didampingi. Secara sederhana, tingkatperkembangan masyarakat dapat dikelompokan kedalam 4 tahapan, yaitu: (1) tahap tidak maumelakukan dan tidak mampu melakukan, (2) tahaptidak mau melakukan tetapi mampu melakukan, (3)tahap mau melakukan tetapi tidak mampumelakukan, dan (4) tahap mau dan mampumelakukan.Menurut Edi Suharto, 2005, Pendampingan sosialberpusat pada empat fungsi; pemungkinaan(enabling), Penguatan (empowering), perlindungan(protecting), dan pendukungan (supporting).Terdapat lima kegiatan penting yang dapatdilakukan dalam melakukan pendampingan sosial:1. Motivasi. Keluarga miskin dapat memahami

nilai kebersamaan, interaksi sosial dankekuasaan melalui pemahaman akan haknyasebagai warga negara dan anggota masyarakat.Rumah tangga miskin perlu didorong untukmembentuk kelompok yang merupakanmekanisme kelembagaan penting untukmengorganisir dan melaksanakan kegiatanpengembangan masyarakat di desa ataukelurahannya. Kelompok ini kemudiandimotivasi untuk terlibat dalam kegiatanpeningkatan pendapatan dengan menggunakansumber-sumber dan kemampuan-kemampuanmereka sendiri.

2. Peningkatan kesadaran dan pelatihankemampuan. Peningkatan kesadaran masyaraktdapat dicapai melalui pendidikan dasar,pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi.Sedangkan keterampilan-keterampilan vokasio-nal bisa dikembangkan melalui cara-carapartsipatif. Pengetahuan lokal yang biasanyadiperoleh melalui pengalaman dapatdikombinasikan dengan pengetahuan dari luar.Pelatihan semacam ini dapat membantumasyarakat miskin untuk menciptakanmatapencaharian sendiri atau membantu

Page 7: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

pengetahuan dan keterampilan yang harus dimilikibaik untuk bekerja pada suatu lembaga atau untukmengadakan kegiatan mandiri berupa wiraswastadan lain sebagainya.

Pendidikan kecakapan hidup (life skills)dalam pemberdayaan perempuan kepala keluargadi Desa Pagerwangi Kecamatan LembangKabupaten Bandung Barat bertujuan memberikanseseorang bekal pengetahuan, keterampilan dankemampuan fungsional praktis serta perubahansikap untuk bekerja dan berusaha mandiri,membuka lapangan kerja dan lapangan usaha sertamemanfaatkan peluang yang dimilikinya sehinggadapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya.Apalagi mayoritas peserta pelatihan pada programpendidikan kecakapan hidup adalah mereka yangtamatan sekolah dasar serta termasuk dalamkategori perempuan kepala keluarga denganketegori keluarga miskin yang kurang mampu.

b. Model Pemberdayaan Perempuan MiskinBerbasis Pemanfaatan Sumberdaya PerdesaanUpaya Pengentasan Kemiskinan Di Perdesaanoleh Dr. Hastuti, M.Si dan Dyah Respati, SS,M.Si Universitas Negeri Jogjakarta tahun 2009,

Didapati prinsip, teori, konsep dan kaidahyang terkait dengan kajian pengembanganprogram PKH bagi Perempuan marjinal, sebagaiberikut; Perempuan miskin merupakankelompok marjinal yang mengalamiketidakberdayaan untuk dapat memanfaatkansumberdaya perdesaan guna meningkatkankesejahteraan mereka secara berkelanjutan.Keterbatasan sumber daya perdesaan seiringdengan semakin terbatasnya kesempatan kerja danpelayanan meliputi (kesehatan, ekonomi, sosial)sehingga hanya memusat pada daerah tertentumerupakan bencana yang melanda perdesaan.Dalam keterbatasan sumberdaya danketidakberdayaan perempuan tentu saja kelompokperempuan menjadi pihak yang harusdikorbankan dan tersingkir. Ketidakberdayaanperempuan miskin di perdesaan untuk akses dan

kontrol sumberdaya perdesaan lebih disebabkankarena keterbatasan yang dimiliki perempuanseperti rendahnya pendidikan dan keterampilanserta pengetahuan sehingga tidak mampumengembangkan inovasi pemanfaatansumberdaya yang ada disekitar mereka. Masalahyang perlu segera dipecahkan sebagai solusi untukmengawali pemberdayaan masyarakat diperdesaan adalah upaya membebaskanperempuan miskin dari belenggu kemiskinan.Keterbatasan untuk dapat mengakses pelayananekonomi, pendidikan, dan kesehatan menjadikankondisi masyarakat di perdesaan semakin terpurukdalam kemiskinan.

Pemberdayaan perempuan miskindilakukan dengan meningkatkan kemampuan danmelibatkan perempuan miskin untuk dapatberpartisipasi aktif dalam pemanfaatansumberdaya perdesaan. Berpartisipasi dalammengembangkan kegiatan produktif melaluipeningkatan keterampilan dan pengetahuan untukpemanfaatan sumberdaya perdesaan secaraoptimal dan berkelanjutan. Pemberdayaanperempuan miskin dalam penelitian ini dilakukanmelalui kelompok- kelompok yang difasilitasiketua yang diambil dari masyarakat setempatmelalui kesepakatan bersama.

c. Pendampingan Sosial Dalam PemberdayaanMasyarakat Miskin : Konsepsi dan StrategiOleh: Edi Suharto, PhD.

Pemberdayaan masyarakat dapatdidefinisikan sebagai tindakan sosial dimanapenduduk sebuah komunitas mengorganisasikandiri dalam membuat perencanaan dan tindakankolektif untuk memecahkan masalah sosial ataumemenuhi kebutuhan sosial sesuai dengankemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya.Dalam kenyataannya, seringkali proses ini tidakmuncul secara otomatis, melainkan tumbuh danberkembang berdasarkan interaksi masyarakatsetempat dengan pihak luar atau para pekerja sosialbaik yang bekerja berdasarkan dorongan karitatif

Model Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup PerempuanModel Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan

7 8

Dimulai dari tahun 2015 DirektoratPembinaan Pendidikan Keaksaraan danKesetaraan mengembangkan model pembelajarankeaksaraan yang komprehensif bukan hanyasekedar belajar membaca, menulis dan berhitung(calistung) akan tetapi dilakukan denganmenyediakan layanan pendidikan nonformalyakni Program Pendidikan Kecakapan HidupPerempuan . Program Pendidikan KecakapanHidup Perempuan ini diharapkan dapat menjadisalah satu solusi untuk mengatasi masalahrendahnya pengetahuan akibat minat baca yangkurang, rendahnya kreavitas, serta sulitnya aksesinformasi oleh masyarakat.

Program Pendidikan Kecakapan HidupPerempuan merupakan salah satu programDirektorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraandalam rangka mewujudkan masyarakat yangberpengetahuan, berketerampilan, maju, danmandiri melalui kegiatan membaca dan berhitungagar memiliki pemahaman yang luas. KeberadaanProgram Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuanakan memberikan perluasan akses informasikepada masyarakat, menumbuhkan danmembudayakan minat baca, mengembangkansikap positif, dan mengembangkan keterampilan.Hal ini juga sebagai wujud dalam menciptakanmasyarakat pembelajar sepanjang hayat.

Program Pendidikan Kecakapan HidupPerempuan ini menuntut tersedianya berbagaifasilitas pendukung dengan hadirnya prasarana dansarana yang dapat memotivasi setiap individu untukmelakukan aktivitas yang beraksara. Salah satuyang dilakukan adalah adanya linearitas antara isikoleksi dan lokasi gerai baca sehingga mendaulattiap gerai-gerai baca untuk memiliki keunikan dankekhasan tersendiri. Keunikan itu penting agarsebuah Program Pendidikan Kecakapan HidupPerempuan menjadi tempat bagi lahir dantumbuhnya simpul-simpul komunitas pembacabuku, sekaligus.

Upaya memberdayakan perempuan marginalmelalui PKH Perempuan dan GP3M dirancanguntuk mengenali, menggali, dan mengembangkanseoptimal mungkin potensi perempuan pada empataspek kecakapan penting yaitu (i) kecakapanpersonal, (ii) kecakapan sosial, (iii) kecakapanintelektual, dan (iv) kecakapan vokasional.Hasilyang diharapkan melalui pembelajaran ProgramPKH Perempuan adalah perubahan perilaku, yaitumeningkatnya pengetahuan, kerampilan, dan sikapdiri. Selanjutnya perempuan marjinal mampumenolong dirinya sendiri untuk lebih berdaya dankeluar dari kondisi kemarjinalannya menujukualitas kehidupan dan tingkat kesejahteraan hidupyang lebih tinggi.

Hasil Hasil Penelitiana. Pendidikan Kecakapan Hidup dalamPemberdayaan Perempuan Kepala Keluargauntuk Peningkatan Pendapatan danKemandirian Berwirausaha.

Penelitian ini merupakan studi kasus padaprogram perempuan yang menjadi kepala kelargadi Desa Pagerwangi Kecamatan lembangKabupaten bandung barat Provinsi Jawa Barat.Penelitian ini di tulis oleh Dadang YunusLutfiansyah. Teori yang mendasari pada penelitianini diantaranya : konsep pendidikan kecakapanhidup, konsep pemberdayaan perempuan, konseppendapatan, konsep kemandirian berwirausaha,konsep pendidikan luar sekolah.

Dalam penelitian ini di dapati bahwapengertian mengenai Pemberdayaan perempuankepala keluarga dalam program pendidikankecakapan hidup keterampilan diharapkan dapatmengatasi ketimpangan antara keadaan saat ini(prasejahtera, keterbatasan akses terhadap sumberdaya) dengan keadaan yang diharapkan di masamendatang (sejahtera dan terpenuhi kebutuhan).Bagi individu yang mengikuti program pendidikankecakapan hidup keterampilan diharapkan akandapat mengatasi kekurangan pengetahuan danketerampilan yang dimiliki dengan persyaratan

Page 8: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

Borg and Gall (dalam Sigiyono, 2011)menyatakan bahwa penelitian pengembanganadalah suatu proses yang digunakan untukmengembangkan dan memvalidai produk yangdigunakan dalam pendidikan dan pemebelajaran.Adapun analisis data hasil penelitianpengembangan dilakukan dengan menggunakanpendekatan deskriptif kualitatif. Subyek penelitianpada uji coba Model Pendampingan PascaprogramPKH-P adalah sebanyak 4 kelompok yaitu DusunVII Sesirah Desa Bukit Selamat Kec. Besitang Kab.Langkat, PKBM Cendana di Desa Ramunia KabDeliserdang, PKBM Bahari Kabupaten Sergai,serta PKBM Diras Kota Medan dengan jumlahpeserta belajar masing - masing kelompokberjumlah 15 orang (total 60 orang).

HASILDAN PEMBAHASANA.DATAHASIL STUDI EKSPLORASI

Hasil studi eksplorasi/identifikasi pendahuluanyang telah dilakukan oleh tim pengembang diempat kabupaen kota telah dirangkum dalam 7grafik utama, yang didalamnya memuat hasilpengamatan dan hasil wawancara yang telahdirangkum sebagai berikut :

a. Kebutuhan Pasar

Dari tabel diatas diketahui bahwa kebutuhanpasar atas hasil vocasional yang terbesar adalahberbenuk kerajinan tangan sebesar 40%, kemudiandalam bentuk makanan yang tahan lama sebesar30%, kain dan pakaian menempati kebutuhan pasar

berikutnya berjumlah 15 %, dalam bentuk aksesorisseperti bros, kep rambut, kalung dan cincin sebesar50%, dan lain-lain 5 %.

b. Pasar Hasil Karya

Hasil dari kegiatan vocasional yangdilakukan oleh perempuan yang tergabung dalampendidikan kecakapan hidup hasil identifikasitahun 2017, bahwa hasil keterampilan vocasional40 % masih dikonsumsi sendiri, 35 %nyadigunakan untuk kegiatan pameran, 15% terjual dipasar tradisional, 5 % dijual diswalayan dansupermarket.

c. Kesiapan Satuan Pendidikan

Kesiapan satuan pendidikan dalammelaksanakan kegiatan pendidikan kecakapanhidup dilihat dari legalitas lembaga dalammendapatkan pengakuan dari pemerintah berupaPenilaian Kinerja Lembaga dan AkreditasiLembaga. PKBM Bahari Kabupaten Sergei telahmendapatkan akreditasi tetapi belum mengikutipenilaian kinerja. PKBM Cendana Kabupaten DeliSerdang memiliki nilai akreditasi B, sedang

Model Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup PerempuanModel Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan

9 10

maupun perspektif profesional. Para pekerja sosialini berperan sebagai pendamping sosial.

Masyarakat miskin seringkali merupakankelompok yang tidak berdaya baik karenahambatan internal dari dalam dirinya maupuntekanan eksternal dari lingkungannya. Pendampingsosial kemudian hadir sebagai agen perubah yangturut terlibat membantu memecahkan persoalanyang dihadapi mereka. Pendampingan sosialdengan demikian dapat diartikan sebagai interaksidinamis antara kelompok miskin dan pekerja sosialuntuk secara bersama-sama menghadapi beragamtantangan seperti; (a) merancang programperbaikan kehidupan sosial ekonomi, (b)memobilisasi sumber daya setempat (c)memecahkan masalah sosial, (d) menciptakan ataumembuka akses bagi pemenuhan kebutuhan, dan(e) menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yangrelevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat.

Pendampingan sosial sangat menentukankerberhasilan program penanggulangankemiskinan. Mengacu pada Ife (1995), peranpendamping umumnya mencakup tiga peran utama,yaitu: fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat,dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskinyang didampinginya.1. Fasilitator.

Merupakan peran yang berkaitan denganpemberian motivasi, kesempatan, dan dukunganbagi masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitandengan peran ini antara lain menjadi model,melakukan mediasi dan negosiasi, memberidukungan, membangun konsensus bersama,serta melakukan pengorganisasian danpemanfaatan sumber.

2. Pendidik.Pendamping berperan aktif sebagai agen yangmemberi masukan positif dan direktifberdasarkan pengetahuan dan pengalamannyaserta bertukar gagasan dengan pengetahuan danpengalaman masyarakat yang didampinginya.Membangkitkan kesadaran masyarakat,

menyampaikan informasi, melakukan konfron-tasi, menyelenggarakan pelatihan bagimasyarakat adalah beberapa tugas yangberkaitan dengan peran pendidik.

3. Perwakilan masyarakat.Peran ini dilakukan dalam kaitannya denganinteraksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dandemi kepentingan masyarakat dampingannya.Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakanmedia, meningkatkan hubungan masyarakat,dan membangun jaringan kerja.

4. Peran-peran teknis.Mengacu pada aplikasi keterampilan yangbersifat praktis. Pendamping dituntut tidakhanya mampu menjadi 'manajer perubahan"yang mengorganisasi kelompok, melainkan pulamampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuaidengan berbagai keterampilan dasar, seperti;melakukan analisis sosial, mengelola dinamikakelompok, menjalin relasi, bernegosiasi,berkomunikasi, memberi konsultasi, danmencari serta mengatur sumber dana.Pendampingan sosial berpusat pada empatfungsi; pemungkinaan (enabling), Penguatan(empowering), perlindungan (protecting), danpendukungan (supporting).

METODEPengembangan Model Pendampingan

Pascaprogram PKH-P bertujuan untukmengembangkan potensi diri peserta didik secaraaktif dan optimal melalui keterampilan terstrukturyang bersertifikat kompetensi. Dalam rangkamencapai tujuan tersebut maka pengembanganprogram ini menggunakan metode Research &Development. Metode penelitian danpengembangan adalah metode penelitian yangdigunakan untuk menghasilkan produk tertentu,dan menguji keefektifan produk tersebut.

Page 9: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

Untuk pelaksanaan program yang akandilaksanakan berkutnya, ada 7 (tujuh) materi yangdisarankan, untuk dilaksanakan, yaitu :1.Meningkatkan penjualan melalui sistem jaringan2.Menjalin Kemitraan3.Meningkatkan kualitas produksi4.Pendapatan modal5.Pemasaran Produk6.Peningkatan kecakapan personal, akademik dansosial.7.Membuat kemasan produk lebih menarik.

B.HASILVALIDASI MODELKONSEPTUALValidasi model konseptual dilakukan dalam

dua tahapan yang pertama adalah pertemuan antaratim pengambang dengan narasumber yangdilakukan dalam FGD hasil ujicoba konseptual.Dalam kegiatan ini di lakukan perbaikan dariberbagai aspek mengenai draft model yang telahdisajikan. Perbaikan tersebut diantaranya adalah :1. Perbaikan dalam segi penulisan, masih banyak

terdapat penulisan tata bahasa yang kurangbaik, maka oleh akademisi yang berasal dariBalai Bahasa Sumatera Utara dilakukanperbaikan-perbaikan secara signifikan.

2. Memberikan sentuhan untuk konsep Literasidasar dalam pengembangan model ini,Peningkatan kemampuan literasi menjadi tolakukur penting dalam perkembangan suatuprogram yang ada.

3. Melakukan penilaan terhadap tiga kecakapanlainnya, tidak hanya kecakapan akademik,namun juga kecakapan personal, sosial danvocasional dari masing-masing peserta.

4. Melakukan ujicoba opesional di kelompok dankabupaten yang berbeda, agar hasil yangdidapati lebih bervariasi.

Tahapan kedua dilakukan melalui timakademisi dengan memperhatikan 6 unsur yangdimiliki Model Pendampingan PascaprogramPKHP melakukan uji kesesuaian sebagai berikut

Dalam tahapan 5 P, tahapan yang palingdiragukan agak sulit dilakukan adalah tahapanperlindungan, yaitu mengenai pendaftaran legalitasproduk, terutama legalitas produk makanan yangmempunyai prosedur tinggi dalam memperolehsertifikat Halal.

Model Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup PerempuanModel Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan

11 12

mengajukan akreditasi pada tahun 2017. PKBMBahari Kabupaten Deli Serdang yang baru berdiritahun 2015, belum mengikuti penilaian kinerja danakreditasi. PKBM Albarokah Kabupaten Langkattelah mengikuti penilaian kinerja, dan sedangmengajukan pengusulan penilaian akreditasi.PKBM Diras Kota Medan sedang mengajukanakreditasi tahun 2017, namun belum mengikutipenilaian kinerja.

d. Lembaga Mitra

Tim pelaksana telah melakukan identifikasikepada berbagai pihak yang akan melakukanpembinaan kepada lembaga kecil dalam bentukkemitraan. Pemerintah Kabupaten kota, dariberbagai unsur instansi mempunyai berbagaiprogram dalam membentuk kemitraan, memegang40%. Pihak perbankan dan Pihak swasta, masing-masing 20%. Pengusaha perseorangan 15% danlembaga asing lainnya 5 %.

e. Program PKH yang dilaksanakan

Selama tahun 2015-2016, beberapa satuanpendidikan di Kabupaten Kota telah melaksanakanprogram pendidikan kecakapan hidup. Dalampelaksanaanya kecakapan yang lebih optimaldilaksanakan hanyalah kecakapan vocasional,tanpa mempelajari dengan lebih lanjut kecakapanpersonal, sosial, dan akademik. Hal ini dilakukanoleh Kabupaten Deli Serdang, Serdang bedagai,dan Kota Medan. Keseimbangan dalam keempatkecakapan tersebut hanya dilaksanakan olehPKBM Al-Barokah kabupaten Langkat.

f. Program PKH impian

Pelaksanaan program pendidikan kecakapanhidup yang diinginkan oleh responden , 40 %berada dalam kelompok kecil. 25 % dalamkelompok besar, 25% ditambah denganmenggunakan modul. 10%nya lagi menggunakansistem jaringan.

g. Materi yang disarankan

Page 10: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

tes pada tahap ini di tampilkan pada tabel 4.6berikut ini.

Dari Tabel 4.7 diatas dapat dilihat hasil rata-rata pre test adalah 74.27 dan post test adalah89.16. Artinya, setelah mengikuti tahap 2 yakniTahap Penguatan Pengetahuan, Peserta Didikmengalami Peningkatan atau PenguatanPengetahuan baik Kemampuan Personal, Sosial,Akademik, dan Vokasional sebesar 14.89.

Nilai minimum dan maksimun saat pretestdan postest juga mengalami perubahan. Nilaiminimum pretest 43 dan saat postest menjadi 73,sementara nilai maksimum pretest 93 saat post test100.

Kurva normal hasil pretest dan postest saatujicoba operasional ada pada halaman berikut ini :

Selain menilai kecakapan akademik dalamtahap penguatan juga dilakukan penilaiankecakapan personal kepada masing masing peserta,komponen yang dinilai dalam kecakapan personaladalah : tanggungjawab, pencapaian sasaran kerja,kehadiran, sikap, kerjasama, kualitas hasil kerja,kemauan, Penunjukan minat terhadappembelajaran, memberi gagasan dan perduliterhadap teman satu kelompok. Hasil dari penilaiankecakapan personal sebelum dan sesudah kegiatandinilai dalam uji T, dengan menunjukkanpeningkatan yang signifikan. Hasil ini dapat dilihatdalam lampiran.

Demikian juga halnya dengan kemampuansosial, dilakukan penilaian sebelum dan sesudahdilaksanakan penguatan, unsur yang dinilai dalamkecakapan sosial adalah keberanian dalammengajukan pertanyaan, keberanian dalammenjawab pertanyaan, kemampuan bekerjasama,kemampuan memimpin diskusi, kemampuanmenghargai pendapat orang lain, kemampuanmenyelesaikan suatu masalah, kemauan mencatatmateri yang disajikan, mampu memeberi tanggapanterhadap masalah yang ada dan bisa berkomunikasi

Dari Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwakegiatan penguatan yang telah dilakukanmengalami banyak peningkatan, jumlah nilai yangdiperoleh saat pre test adalah 1063 mengalamipeningkatan 249 point ke angka 1312. Dan nilairata-rata untuk juga mengalami peningkatan dari70,87 menjadi 87.47 . Untuk nilai rata-rata jugamengalami peningkatan sebesar 16.6 angka darihasil rata-rata pre test adalah 70.8 dan post testadalah 87.5

Untuk lebih jelasnya akan terlihat pada bagan kurvadibawah ini :

Selain menilai kecakapan akademik dalamtahap penguatan juga dilakukan penilaiankecakapan personal kepada masing masing peserta,

komponen yang dinilai dalam kecakapan personaladalah : tanggungjawab, pencapaian sasaran kerja,kehadiran, sikap, kerjasama, kualitas hasil kerja,kemauan, Penunjukan minat terhadappembelajaran, memberi gagasan dan perduliterhadap teman satu kelompok. Hasil dari penilaiankecakapan personal sebelum dan sesudah kegiatandinilai dalam uji T, dengan menunjukkanpeningkatan yang signifikan. Hasil ini dapat dilihatdalam lampiran.

Demikian juga halnya dengan kemampuansosial, dilakukan penilaian sebelum dan sesudahdilaksanakan penguatan, unsur yang dinilai dalamkecakapan sosial adalah keberanian dalammengajukan pertanyaan, keberanian dalammenjawab pertanyaan, kemampuan bekerjasama,kemampuan memimpin diskusi, kemampuanmenghargai pendapat orang lain, kemampuanmenyelesaikan suatu masalah, kemauan mencatatmateri yang disajikan, mampu memeberi tanggapanterhadap masalah yang ada dan bisa berkomunikasidengan teman. Hasil penilaian kecakapan personaljuga telah dilakukan uji beda memali uji T danmenghasilkan kemajuan yang baik. Hal ini dapat dibaca pada lampiran bagian penguatan

Selain dilihat dari hasil kelompok,kemampuan vocasi masing-masing peserta jugadilihat dalam unsur : kemampuan menyiapkanbahan, kemampuan meyiapkan alat, hasil vocasi,kerapian dan kemampuan menghias. Hasilpenilaian kecakapan personal juga diuji sebelumdan sesudah kegiatan dan telah dilakukan uji beda.Kemampuan peserta dalam kecakapan vocasi jugamengalami peingkatan yang cukup baik.

C.HASILVALIDASI MODELOPERASIONAL

Pelaksanaan pada tahap II ini dimulai dariPre test pelaksanan kegiatan penguatan berupapembelajaran selama 60 JP sesuai dengan tabel 4.5dan diakhiri dengan post test. Hasil pre test dan post

Model Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup PerempuanModel Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan

13 14

Page 11: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

tahapan ini adalah terbentuknya jaringan kemitraandengan pihak-pihak terkait, yang mendukungdalam usaha baik permodalan maupun pemasaran.Terjadinya penyokongan terwujud dengan adanya“perjanjian kerjasama” atau MoU” dengan lembagakeuangan/perbankan dalam hal permodalan, jugaadanya “perjanjian kerjasama” atau MOU” denganMitra Usaha (Pengusaha) sebagai tempatpemasaran produk-produk yang dihasilkan.

Jaringan kemitraan yang telah di jalin olehkelompok Cendana antara lain adalah : Dinas UKMdan Koperasi Kab.Deliserdang dan DinasKebudayaan dan Pariwisata Kab.Deliserdangsebagai kelompok binaan pengembangan usahakreatif PKBM Cendana.

Jaringan kemitraan yang telah di jalin olehkelompok Mawar Gemilang dari PKBM Gemilangantara lain adalah : Toko kue Mawar di KabupatenDeli Serdang, Unit PKK Kabupaten Deli Serdangdan Dinas Koperasi/UMKM KabupatenDeliserdang sebagai kelompok binaan usaha jenisketerampilan Pastry

Jaringan kemitraan yang dibangun UntukKelompok Dira’s dari PKBM Dira’s yang berada diKotamadya Medan adalah dengan menjalinkerjasama dengan pihak supermarket dan galleryyang ada di sekitar kecamatan Amplas. Danmelakukan pensualn melalui sisten dalam jaringanmenggunakan media sosial.

3) Tahap PemeliharaanTahap pemeliharaan dilakukan harus

mampu menjamin keselarasan, keseimbangan,kesinambungan, serta pengembangan usaha yangtelah dilakukan. Manajemen dan pengembanganusaha yang akan dilakukan adalah pengembangankelompok usaha menjadi besar dan berkembang.

Dari kelompok Cendana, telah didata hasilusaha yang telah dillakukan dan dikembangkan.Sudah banyak produk yang berhasil dipasarkan,baik untuk skala kecil ataupun menengah.

Kelompok Cendana telah menciptakan lebih dari15 bentuk handycraft dari lidi. Hal saat ini sedangberjalan dilakukan adalah menambah jaringanusaha dan perekrutan anggota yang sedang dalamproses pelaksanaan.

Dari kelompok Mawar Gemilang, untuk saatini masih pada tahap pemasaran ditingkat skalakecil dan menengah. Kelompok Mawar Gemilangtelah menciptakan lebih dari 6 jenis roti yaitu RotiManis, Roti Isi Coklat, Roti Isi Kismis, Roti IsiSosis, Klarpertart dan Roti Pie Buah.

Kelompok Dira’s telah memiliki 6 jeniskreasi hijab dan aksesorisnya, pejualan masihdilakukan secara kecil-kecilan.

SIMPULANDari hasil pengembangan Model yang telah

dilaksanakan, maka diambil beberapa kesimpulansebagai berikut :1. Berdasarkan ujicoba yang telah dilakukan,

ternyata masih sangat perlu dilakukanpendampingan kepada pelaksanaan programPendidikan Kecakapan Hidup Perempuan dalamrangka memberikan penguatan mengenai 4kecakapan hidup, pemasaran hasil usaha danmenjalin kemitraan usaha.

2. Pendampingan dengan menggunakan pola limaP, yaitu pemungkinan, penguatan perlindungan,penyokongan dan pemeliharaan ternyata efektifdalam mengakomodir segala kebutuhankelompok belajar dalam rangka peningkatan 4kecakapan hidup yang ada.

3. Semua tahapan penting dilakukan dalampelaksanaan model pendampinganpascaprogram PKHP ini, setiap tahapan dapatdilakukan terpisah atau secara bersamaan.

4. Terjadi peningkatan baik dari segi sikap,akademik dan vocasi dari peserta didik yangmenjadi sasaran ujicoba pengembangan ModelPendampingan pascaprogram PKHP.

5. Model Pendampingan Pascaprogram PKHP

Model Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup PerempuanModel Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan

15 16

dengan teman. Hasil penilaian kecakapan personaljuga telah dilakukan uji beda memali uji T danmenghasilkan kemajuan yang baik. Hal ini dapat dibaca pada lampiran bagian penguatan

Selain dilihat dari hasil kelompok,kemampuan vocasi masing-masing peserta jugadilihat dalam unsur : kemampuan menyiapkanbahan, kemampuan meyiapkan alat, hasil vocasi,kerapian dan kemampuan menghias. Hasilpenilaian kecakapan personal juga diuji sebelumdan sesudah kegiatan dan telah dilakukan uji beda.Kemampuan peserta dalam kecakapan vocasi jugamengalami peingkatan yang cukup baik.

1) Tahap PerlindunganHasil pengolahan lidi kolaborasi daun

pandan yang dibuat oleh Kelompok Cendanamengalami peningkatan yang sangat signifikan,melalui hasil yang ada sudah ditingkatkan menjadiberbagai bentuk variasi yang lebih baik lagi.Kemasannya juga sudah dibuatkan dalam bentukkemasan satuan, dan lusinan.

Hasil pengolahan Pastry/Roti yang dibuatoleh Kelompok Mawar Gemilang mengalamipeningkatan yang sangat signifikan, melalui hasilyang ada sudah dipelajari dan dilatih makapembuatan pastry ditingkatkan menjadi berbagaibentuk variasi yang lebih baik lagi. Kemasannyajuga sudah dibuatkan dalam bentuk kotak danplastik satuan.

Keterampilan membuat/menjahit Jilbab yangdibuat oleh Kelompok Dira’s mengalamipeningkatan yang sangat signifikan, melalui hasilyang ada sudah ditingkatkan menjadi berbagaibentuk variasi yang lebih baik lagi. Kemasannyajuga sudah dibuatkan dalam bentuk kemasansatuan, dan lusinan.

Perlu diingat kegiatan perlindungan(protecting) adalah melindungi usaha. Usaha yangdilakukan pasca program PKH-P masuk dalamkategori usaha kecil, sehingga perlindungan yangdiberikan untuk terhindar dari eksploitasi,persaingan yang tidak seimbang, diskriminasi,dominasi. Bentuk perlindungan yang dilakukanberupa; usaha yang dilakukan memiliki legalitas(minimal pengakuan aparat desa setempat), produkyang dihasilkan terdaftar di sebagai unit kegiatanmikro di kecamatan stempat atau Dinas UKM danKoperasi Kabupaten Kota.

Hasil dari kelompok juga telah disosialisakan keberbagai tempat, misalnya :1. Kegiatan Pameran Dinas UKM dan Pariwisata

melalui media sosial yakni ;www.deliserdangmall.com

2. Kegiatan Pameran pada Hari AksaraInternasional (HAI) Tahun 2017 KabupatenDeliserdang

3. Tempat-tempat pariwisata kab.Deliserdangmelalui Dinas Kebudayaan dan PariwisataKab.Deliserdang

4. Kegiatan Pameran dinas pendidikan KotaMedan

5. Pameran Dinas Perindustrian6. Kegiatan mandiri yang dilakukan oleh pihak

PKBM

2) Tahap PenyokonganPenyokongan (supporting) adalah

memberikan bimbingan dan dukungan sehinggausaha yang dilakukan optimal dan berkembang.Kegiatan penyokongan yang diberikan pada

Page 12: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

MODEL PEMBELAJARANMATRIKULASI PERSIAPAN PAKET APASCA KEAKSARAAN LANJUTAN

Ir. Sarwo Edy M.PdBP-PAUD dan Dikmas Sumatera Utara

Jln. Kenanga Raya No:64 Tanjung Sari.Medan, Sumatera Utara

Model Matrikulasi Paket A bertujuan untuk mengatasi permasalahan kemampuan literasi dan penguatanberketerampilan/berkarya pasca pembelajaran keaksaraan lanjutan agar benar-benar siap melanjut kejenjangpendidikan kesetaraan (Paket A) kelas 4 dan mampu mengembangkan ekonomi dan peran sosial dilingkungannya.Model belajar simulasi berdurasi selama 60 jam @ 60 menit yang terbagi dalam 2 kegiatan yakni 1) perawatan literasi(PL) selama 42 jam (2 jam x 21 pertemuan) untuk materi dan submaterinya dominan berisikan literasi sain tentangPaket A, literasi digital, literasi finansial, 2) studi objek literasi (SOL) selama 18 jam (6 jam x 3 kegiatan) untukpemantapan kemampuan literasi dalam kaitan pengembangan wirausaha/karya. Pada tahap uji konseptual yangdilakukan dibulan juli s.d September 2018 pada kejar Mandiri yang diselenggarakan PKBM Cendana dikecamatanPantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Subjek pengkajian pada 1 kejar komunitas pasca keaksaraan lanjutan yangberjumlah 15 peserta didik. Pengumpulan data mengunakan instrumen observasi, tes tertulis dan studi dokumentasidan dianalisis secara kuantitatip. Hasil akhir penyelenggaraan program diperoleh total nilai 267 dari nilai maksimal400, dengan nilai rata-ratanya 37,75 dengan klasifikasi baik. Selanjutnya hasil penilaian literasi diawal dengan rata-rata71,67 dan penilaian akhir dengan rata-rata 87,00 dengan peningkatan nilai sebanyak rata-rata 15,33. Setelah dilakukananalisis dengan uji t metode wilcoxon dengan aplikasi SPSS didapat hasil penerapan matrikulasi dalammempersiapkan peserta didik untuk masuk ke Paket A kelas 4 efektif untuk diterapkan.Pada uji oprasional dibulanSeptember s.d Nopember 2018 dengan subjek pengkajian pada 3 kejar yakni kejar Kartini (SKB Sibolangit), kejarCahaya (PKBMCahaya) dan kejar Mawar (PKBMDaarul Ishlah) dengan masing-masing peserta didik 15 orang, hasilpengkajian untuk validasi ulang naskah terhadap 11 respoden mendapat nilai rata-rata 98,73 dengan klasifikasi baiksekali. Selanjutnya untuk kesesuaian standar penyelenggaraan model yang diajukan kepada 9 orang respondenmendapat nilai rata-rata 75, 27 dengan klasifikasi penilaian baik sekali. Selain itu untuk uji efektifitas literasi diketigakelompok belajar (Kartini, Cahaya dan Mawar dinyata efektip.Hanya saja pada sisi target nilai tes minimal 70 pada tespembelajaran dari 45 peserta didik ada 5 peserta didik tidak mampu mencapainya. Hasil analisis secara keseluruhan,model dapat diterapkan secara massal sesuai karakteristik masyarakatnya.

Kata kunci : Matrikulasi, Paket A, paska keaksaraan lanjutan

PENDAHULUANPendidikan keaksaraan lanjutan berdasarkan

peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaannomor 42 tahun 2015 dijelaskan dibagi menjadidua jenis program yakni Pendidikan keaksaraanusaha mandiri (KUM) dan Pendidikanmultikeaksaraan (PM). Kedua jenis Pendidikankeaksaraan tersebut kesamaan terletak padapengembangan kemampuan peserta didik agarmampu mengatasi persoalan yang terjadi dalamkehidupannya dengan cara peningkatankemampuan literasinya. Sedangkan perbedaannya,pada pendidikan keaksaraan usaha mandiripenyelenggaraan program menekankan pada

pengenalan kemampuan berwirausaha danpendidikan multikeaksaraan penyelenggaraanprogram menekankan pada peningkatan keragamankeberaksaraan dalam segala aspek kehidupan.

Berdasarkan grand desain DirektoratPendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan (Diktara),kelanjutan dari program keaksaraan lanjutan, wargamasyarakatnya diharapkan melanjutkan ataumemasuki program kesetaraan Paket A dengandasar surat keterangan melek aksara lanjutan(SUKMA-L). Walaupun penyerahan SUKMA-Lini masih kontradiksi, namun secara aklamasisatuan pendidikan nonformal (SPNF) dan DinasPendidikan sepakat tetap memberikan SUKMA-L

Model Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan LanjutanModel Pendampingan Pascaprogram Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan

17 18

bisa dipergunakan untuk semua jenis vocasiyang ada. Model ini telah diujicobakan untuktiga vocasi yang bebeda, yaitu Lidi sawit,Pembuatan Hijab dan Pembuatan Pastry.

SARANBerdasarkan kesimpulan yang telah

dirumuskan, maka saran tim pengembang adalah:1. Saran Pemanfaatan Model Pendampingan

Pascaprogram PKHP ini telah diujicobakan, danternyata mendapatkan respon yang positf dariberbagai pihak, maka saran pemanfaatannyaadalah :a. Menerapkan model ini secara bertahap baik

wilayah perkotaan ataupun pedesaan, dariberbagai jenis vocasi yang berbeda.

b. Model ini masih perlu desiminasi tingkatlanjut, perlu penyempurnaan dalam berbagaiaspek, hal ini dapat dilihat dari penerapanmodel di skala yang berbeda. Banyakvariable yang mungkin terlewatkan karenaketerbatasa-keterbatasan yang ada.

2. Saran Lanjutan Pengembangan Model bagipihak yang menggunakan model ini, tahappemeliharaan tidak terbatas waktu, tahappemeliharaan akan terus berlanjut selamakelompok masih ada.

DAFTAR PUSTAKAAnonimus. 2005. Peraturan Pemerintah No. 19

Tahun 2005 Tentang Standar NasionalPendidikan. Jakarta : Kemdikbud2003.Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Agus, Wibowo, Pendidikan Kewirausahaan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Anwar, 2006 . Pendidikan Kecakapan Hidup(Life Skill Education) Konsep danAplikasi, Bandung: Alfabeta.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Sekolah Life SkillsPendidikan, Konsep dan Aplikasinya.Jakarta : Aneka Ilmu

Bambang Rustanto. 2010. MembangunOrganisasi Dalam PemberdayaanMasyarakat Miskin. Bandung: STKSPress.

Edi Suharto. 2005. Membangun MasyarakatMemberdayakan Rakyat. Bandung :Refika Aditama.

Du Bois Brenda. 1992. Sosial Work anEmpowering Profession. New York : AlanBacott.

Nurhayati Eti. 2001. Psikologi Perempuan.Jakarta : Pustaka Belajar.

Sutisna. 1993.Administrasi Pendidikan : DasarTeoritis Untuk Praktek Profesional.Bandung : Angkasa.

Umar Tirtarahardja dan La Solo.2005.PengantarPendidikan.Jakarta: Rineka Cipta.Yuki, Gary. (1989). Leadership InOrganization (second edition). NewJersey : Prentice Hall.

Page 13: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

berakhirnya program keaksaraan lanjutan diketahuidata/informasi yang diberikan oleh respon secarakeseluruhan sudah mencukupi. Selanjutnya dariuraian jawaban yang diberikan oleh respondendidapati berbagai temuan yang dapat dijadikandasar dalam rencana pengembangan model pascapendidikan keaksaraan lanjutan. Temuan hasilstudi ekplorasi dari sisi keberlanjutan kelompok,untuk kelompok keaksaraan lanjutan yangdiselenggarakan tahun 2015 s.d 216 masihditemukan dan tetap melakukan kegiatankewirausahaan namun jumlah anggotanya sudahberkurang. Sedangkan untuk 2017 secarakeseluruhan masih utuh kelompoknya terutamapada program multikeaksaraan. Dari temuan ini,untuk menyatukan masyarakat yang tidak terlibattersebut perlu dibentuk wadah khusus bagi alumnipaska keaksaraan lanjutan agar seluruh alumninyadapat berperan dan memudahkan untuk melakukanpembinaan dan penguatan kelompok tersebut.

Bila dilihat dari kompetensi literasi masyara‐kat alumni pasca keaksaraan lanjutan baik, jawabandari pengelola program dan alumninya menyatakansecara jelas masih perlu diasah ulang terutama da‐lam materi literasi digital untuk kepentingan ke‐berlanjutan usaha keterampilan/karya yang sedangdijalankan. Selain materi literasi digital tentunyamasih perlu didukung dengan literasi lainnya seper‐ti berhitung terutama hitungan keuangan dan me‐nulis brosur atau leaplet yang dibutuhkan dalampemasaran produk keterampilan/ jasa berkarya.Kelemahan dari sisi literasi ini dapat saja disebab‐kan pada saat mengikuti program keaksaraan lanju‐tan yang waktunya selama 3 bulan, wargamasyarakat alumni keaksaraan lanjutan lebih fokuspada pembelajaran keterampilan/karya dan kurangfokus untuk pembelajaran literasinya. Kekuranganfokus pembelajaran dari sisi literasi ini, oleh alumnibaru terlihat ketika akan memasarkan produksi

(program KUM) atau jasa (program Multikeaksa‐raan). Kondisi merupakan permasalahan yang san‐gat perlu ditangani sesegera mungkin agarkelompok tersebut dapat berjalan kondusip baikdari sisi jumlah, kemampuan literasinya dan mema‐sarkan produk atau jasa karyanya.

Untuk sasaran pengembangan program pascakeaksaraan lanjutan, temuan dilapangan dari setiaplembaga PKBM yang dijadikan titik kumpul studieksplorasi seluruhnya telah menyelenggarakanprogram keaksaraan lanjutan. Kelompokpembelajaran keaksaraan lanjutan ini,keberadaannya juga diketahui oleh aparatpemerintahan setempat dan tokoh masyarakat.Hanya saja dari pengamatan para aparatpemerintahan dan tokoh masyarakat, kelompok-kelompok belajar khususnya yang diikuti ibu-ibuitu belum dikoordinir secara baik sehingga adadiantara ibu-ibu yang ikut belajar tidak memilikikegiatan lanjutan padahal mereka punyaketerampilan. Temuan lainnya dari sisi rencanaprogram kelanjutan setelah pembelajarankeaksaraan lanjutan berakhir, baik dari sisipengelola, tokoh masyarakat dan alumni memberirespon postip. Artinya program itu sangatdiperlukan untuk mengatasi permasalan kelompokalumni keaksaraan lanjutan yang dibinanya.Sedangkan dari sisi aparat pemerintahan setempatrencana program tersebut ditanggapan secara baik-baik saja dengan harapan PKBM penyelenggaraprogram tersebut mengkoordinasikan dengan pihakpemerintahan setempat karena melibatkanmasyarakatnya. Harapan besar dari pemerintahansetempat, kegiatan yang melibatkan masyarakatdiharapkan dapat menambah pendapatandikeluarga pesertanya. Dari penjelasan dan datahasil studi eksplorasi sedikitnya ada 4 permalahanyang ditemukan yakni:

kepada seluruh masyarakat yang tergabung dalamkelompok belajar pendidikan keaksaraan lanjutan.Namun secara standar kelulusan, sebenarnyamasih banyak peserta didiknya yang belum layakmenerimanya. Antara diberikan atau tidakdiberikan SUKMA-L ini, merupakan irisandilemma yang sama-sama memiliki sisi positif dannegatif. Apapun alasan penyerahan SUKMA-Lkepada masyarakat pasca pendidikan keaksaraanlanjutan, merupakan tantangan sekaligus peluanguntuk mengatasinya.

Kendala kompetensi literasi masih menjadipersoalan utama dalam menentukan kelas tepatpada program paket A yang layak bagi masyarakatpasca keaksaraan lanjutan. Kondisi yang ada saatini, masyarakat pasca keaksaraan lanjutan belummemenuhi standar kelulusan keaksaraan lanjutanyang dipastikan mampu duduk pada Paket A kelas4. Kalaupun dipaksakan tetap duduk dikelas 4dengan dasar telah memenuhi secara administrasi,proses pembelajarannya akan mengalami berbagaikendala terutama pada literasi Calistungnya.Penyebabnya karena saat belajar diprogramKeaksaraan lanjutan, mereka lebih fokus/tertarikpada pembelajaran pengenalan wirausaha (KUM)atau berkarya (PM) dibandingkan pembelajaranliterasi Calistungnya. Padahal kemampuan literasisangat dibutuhkan dalam pengembangan usaha danatau keberlanjutan berkarya.

Bagi masyarakat pasca keaksaraan lanjutan,pentingnya SUKMA-L diberikan kepadanya secaraadministrasi selain dapat dijadikan sebagai syaratuntuk memasuki pendidikan kesetaraan (Paket A),SUKMA-L yang memiliki nomor seri tersebut,dapat digunakan sebagai sumber data calon pesertapaket A yang peluang untuk merubah angka indekpembangunan manusia (IPM) dikabupaten/kotayang diukur berdasarkan masyarakat usia 25 tahun

keatas. Besaran angka IPM ini dihitungberdasarkan angka lama sekolah (ALS)/ ExpectedYears of Schooling (EYS) yang selama ini hanyadiubah berdasarkan angka harapan sekolah mulaidari anak usia 7 tahun. Ini artinya bila dalam waktu3 tahun kedepannya bila seluruh masyarakat pascakeaksaraan lanjutan yang sudah memenuhi standarliterasinya dan layak duduk dikelas 4, maka secaraotomatis memiliki pendidikan selama 6 tahun.

Berdasarkan permasalahan kompentesi literasidan grand desain pendidikan keaksaraan yang telahdiuraikan dibagian atas, pembelajaran matrikulasipersiapan paket A pasca keaksaraan lanjutanmerupakan solusi yang perlu diterapkan. Padapembelajaran matrikulasi tersebut, pencapaianstandar kompetensi keaksaraan lanjutan merupakantarget dari pembelajaran. Untuk mengantisipasikejenuhan pembelajaran, digunakan teknikpembelajaran simulasi. Teknik simulasi inidigunakan dalam mengatasi masalah literasi yangdiistilahkan dengan perawatan literasi (PL) danpemasalahan pengembangan diri diatasi denganstudi objek literasi (SOL). Pada perawatan literasikegiatan meliputi peningkatan berbagai literasiyakni aksara, berhitung, digital, finansial, sains danbudaya. Sedangkan SOL kegiatan meliputipembelajaran langsung pada lokasi berwirausahaatau berkarya. Melalui penyelenggaraanpembelajaran matrikulasi persiapan paket A pascakeaksaraan lanjutan ini, diharapkan dapatmengatasi permasalahan IPM di Indonesia yangselama ini terjadi.

STUDI EKSPLORASIStudi eksplorasi yang dilakukan pada 3

kabupaten/kota yakni Kota Tinggi, Kota Binjai dankabupaten Deli Serdang dalam rangka mengetahuikeberadaan dan kondisi masyarakat setelah

Model Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan LanjutanModel Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan Lanjutan

19 20

Page 14: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

mampu meningkatkan kemampuan calitung danpemasaran produk/karya sebelum diajukan menjadipeserta didik di Paket A untuk kelas 4 yangdinamakan program matrikulasi.

TINJAUAN PUSTAKAHakekat Pendidikan Keaksaraan Lanjutan

Pendidikan keaksaraan lanjutan merupakanlayanan bagi lulusan pendidikan keaksaraan dasarsupaya kompetensi keberaksaraannya semakinberkembang dan lestari. Pada peraturan MenteriPendidikan dan Kebudayaan nomor 42 tahun 2015dijelaskan bahwa, pendidikan keaksaraan lanjutandibagi menjadi dua jenis program yakniPendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri danPendidikan Multikeaksaraan. Pada pendidikankeaksaraan usaha mandiri penyelenggaraanprogram menekankan pada peningkatankeberaksaraan (membaca, menulis, berhitung)melalui pembelajaran keterampil usaha yang dapatmeningkatkan produktivitas perorangan maupunkelompok secara mandiri bagi peserta didik yangtelah mengikuti dan/atau mencapai kompetensikeaksaraan. Sementara itu, untuk pendidikanmultikeaksaraan penyelenggaraan programmenekankan pada peningkatan keragamankeberaksaraan dalam segala aspek kehidupan.Dengan kata lain, pada program pendidikanmultikeaksaraan tidak sekadar mendidikmasyarakat mampu membaca, menulis, danberhitung, juga untuk mengembangkankemampuan peserta didik agar mampu mengatasipersoalan yang terjadi dalam kehidupannya.

Proses pembelajaran pada pendidikankeaksaraan lanjutan diselenggarakan secarainteraktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,dan dapat memotivasi peserta didik dalammembentuk sikap, mengembangkan pengetahuandan meningkatkan keterampilan. Program

pendidikan keaksaraan lanjutan diselenggarakandengan alokasi waktu paling sedikit 86 (delapanpuluh enam) jam. Pada pendidikan keaksaraanlanjutan peserta didiknya didominasi olehmasyarakat usia dewasa, oleh karena itu dalampembelajaran sering menggunakan teori belajarhumanime. Dalam teori belajar humanisme belajardianggap berhasil jika peserta didik memahamilingkungannya dan dirinya sendiri. Ada banyakteori yang dapat diterapkan pada prosespembelajaran, salah satu teori yang tepat diterapkanadalah teori humanistik. Teori belajar humanistikyaitu proses memanusiakan manusia, dimanaseorang individu diharapkan dapatmengaktualisasikan diri artinya manusia dapatmenggali kemampuannya sendiri untuk diterapkandalam lingkungan. Proses belajar humanistikmemusatkan perhatian kepada diri peserta didiksehingga menitik beratkan kepada kebebasanindividu. Teori humanistik menekankan kognitifdan afektif mempengaruhi proses. Kognitif adalahaspek penguasaan ilmu pengetahuan sedangkanafektif adalah aspek sikap yang keduanya perludikembangkan dalam membangun individu.

Hal yang penting lagi pada prosespembelajaran humanisme harus adanya motivasiyang diberikan agar peserta didik dapat terusmenjalani pembelajaran dengan baik. Motivasidapat berasal dari dalam yaitu berasal dari dirisendiri, maupun fasilitator. Humanistik tertuju padamasalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dandan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yangmereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Pada pelaksanaannyalebih mengutamakan peserta didik dalam belajarmandiri atau menentukan belajar mandiri sertaadanya kebebasan bergerak atau peserta didik aktfi,sedangkan fasilitator memberimotivasi serta arahandalam belajar, berfungsi juga sebagai pengawas

1. Sekitar 50% masyarakat paska keaksaraanlanjutan yang memiliki keterampilan/karyabelum/tidak melibatkan diri dalam kegiatankelompok setelah berakhirnya pembelajarandikarenakan faktor kebutuhan keluarga danwaktu yang tidak sesuai dengan dirinyakhususnya program KUM.

2. Seluruh kelompok masyarakat paskakeaksaraan lanjutan, masih mengalami kendaladalam menggunakan kemampuan literasinyaterutama Calistung sehingga mengalamikendala dalam melakukan pengembangankelompoknya dan dijadikan kelompok belajarPaket A.

3. Kegiatan kelompok yang sudah berlangsung 1-2tahun, belum mampu meningatkan pendapatandikeluarga masyarakat pasca keaksaraanlanjutan dan baru sebatas tambahan keuanganyang tidak tetap karena tidak mampumemasarkan produk dan karyanya.

4. Belum adanya program/kegiatan yang ditujukanbagi masyarakat pasca keaksaraan lanjutan baikdari Dinas Pendidikan cq Pendidikan nonformalatau instansi yang membina pemerintahansetempat ataupun pihak non pemerintah.

Dari 4 masalah diatas yang menjadi prioritasmasalah ada pada angka 2 dan angka 3 yakni tidakdidaftarkan menjadi kelompok Paket A disebabkankemampuan literasi Calistungnya masing lemahdan kelompok tidak berkembang karena tidakmampu memasarkannya. Untuk lebih jelasnyaanalisa penyebab prioritas masalah tersebut dapatdilihat pada tabel dibawah ini; Berdasarkan tabel 1 diatas, penyebab masalah

tidak melanjutnya alumni keaksaraan lanjutan keprogram Paket A kelas 4 dan tidak berkembangnyausaha kelompok, sumber masalah berada padakompetensi diri para alumni keaksaraan lanjutan.Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan dalambentuk penelitian dan pengembangan model yang

Model Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan LanjutanModel Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan Lanjutan

21 22

Page 15: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

media penyebaran informasi, komunitas jugabermanfaat sebagai media untuk menjalinrelasi/hubungan antar sesama anggotakomunitas yang memiliki hobi atau pun berasaldari bidang yang sama.

• Saling bantu/dukung–karena berasal dari bidangyang sama, komunitas dapat dijadikan sebagaimedia untuk kegiatan saling bantu antar sesamaanggota komunitas atau pun ke luar anggotakomunitas.Saat ini perkembangan penyelenggaraan

kelompok-kelompok belajar program pendidikankeaksaraan lanjutan baik keaksaraan usaha mandiri(KUM) dan pendidikan multikeaksaraan (PM)sudah cukup banyak tersebar dimasyarakat. Hasildari penyelenggaraan program keaksaraan lanjutanini, memunculkan kelompok masyarakat alumnipendidikan keaksaraan lanjutan baik alumniprogram KUM maupun PM. Bagi alumni KUMdiharapkan berkiprah pada pengenalan usahanyadan alumni PM diharapkan eksis dengan karyayang dimilikinya. Kondisi masyarakat alumnikeaksaraan lanjutan ini masih sangat rentan akankegagalan dalam mengatasi persoalan diri dankeluarganya diera saat ini. Untuk itu perlu dibentuksuatu komunitas pasca keaksaraan lanjutan.Komunitas ini diharapkan bisa mengikutiperkembangan zaman, maka komunitas pascakeaksaraan lanjutan dituntut harus mapan dalampenguasaan enam literasi. Pada prinsipnya sudahdibelajarkan tentang enam literasi namun perludiasah terus kemampuan enam literasi dankompetensinya. Untuk mempermudah prosespembelajaran komunitas pasca keaksaraan lanjutanini akan dibelajarkan dengan pemberian materiyang disesuaikan keterampilan pilihan mereka.Belajar sesuai materi yang diinginkan diperkuatdengan pendalaman enam literasi diharapkanpeserta didik mampu bersaing baik keterampilan

maupun berkarya dalam mengikuti perkembanganzaman.

Pada pembelajaran disuatu komunitas,dianggap berhasil jika peserta didik memahamilingkungannya dan dirinya sendiri. Ada banyakteori yang dapat diterapkan pada prosespembelajaran, salah satu teori yang tepat diterapkanadalah teori humanistik. Teori belajar humanistikyaitu proses memanusiakan manusia, dimanaseorang individu diharapkan dapatmengaktualisasikan diri artinya manusia dapatmenggali kemampuannya sendiri untuk diterapkandalam lingkungan. Proses belajar humanistikmemusatkan perhatian kepada diri peserta didiksehingga menitikberatkan kepada kebebasanindividu. Teori humanistik menekankan kognitifdan afektif memengaruhi proses. Kognitif adalahaspek penguasaan ilmu pengetahuan sedangkanafektif adalah aspek sikap yang keduanya perludikembangkan dalam membangun individu.

Hal yang penting lagi pada prosespembelajaran humanisme harus adanya motivasiyang diberikan agar peserta didik dapat terusmenjalani pembelajaran dengan baik. Motivasidapat berasal dari dalam yaitu berasal dari dirisendiri, maupun fasilitator. Humanistik tertuju padamasalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dandan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yangmereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Pada pelaksanaannyalebih mengutamakan peserta didik dalam belajarmandiri atau menentukan belajar mandiri sertaadanya kebebasan bergerak atau peserta didik aktif,sedangkan fasilitator memberimotivasi serta arahandalam belajar, berfungsi juga sebagai pengawasdalam kegiatan belajar mengajar. Seorangfasilitator diharapkan memiliki rasa humor, adil,menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan

dalam kegiatan belajar mengajar. Seorangfasilitator diharapkan memiliki rasa humor, adil,menarik, lebih demokratis, mampu berhubungandengan peserta didik dengan mudah dan wajar.Ruang belajar lebih terbuka dan mampumenyesuaikan pada perubahan.

Literasi Keaksaraan LanjutanSecara umum, literasi adalah kemampuan

individu di dalam mengolah serta memahamiinformasi pada saat menulis ataupun membaca.Kata literasi ini juga merujuk pada keterampilanbahasa yang lainnya yang meliputi pengetahuanbahasa tulis serta lisan yang sebenarnyamembutuhkan serangkaian pengetahuan tentangspirit, kultural dan kemampuan kognitif. Daripengertian tersebut saja sudah bisa kita lihat bahwaliterasi memiliki makna yang kompleks, namunyang menjadi dasar utama dalam pengembanganmakna literasi lebih luas adalah kemampuan bacatulis seseorang.

Literasi memang hanya tampak berkaitandengan kegiatan membaca dan menulis saja.Namun sekarang sudah berbeda, karena literasijuga mencakup pengetahuan seseorangberkomunikasi di dalam masyarakat, sehinggatidak heran bila kemudian gerakan literasi mulaidigalakkan. Literasi ini begitu penting di dalamkehidupan manusia apalagi manusia-manusia yanghidup di zaman yang diwarnai kecanggihanteknologi saat ini. Literasi ini sangat diperlukandalam segala lini kehidupan manusia karenakemampuan literasi ini bisa menjadi kunci manusiauntuk berproses menjadi manusia yang lebihberpengetahuan dan berperadaban. Istilah literasisudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luastetapi tetap merujuk pada kemampuan ataukompetensi dasar literasi yakni kemampuanmembaca serta menulis. Intinya, hal yang paling

penting dari istilah literasi adalah bebas buta aksarasupaya bisa memahami semua konsep secarafungsional, sedangkan cara untuk mendapatkankemampuan literasi ini adalah dengan melaluipendidikan. Sejauh ini, terdapat 6 macam literasi,antara lain: 1) Literasi aksara (membaca danmenulis), 2) Literasi berhitung,3) Literasi sains,4)Literasi financial, 5) Literasi digital, 6) Literasibudaya.

Di era perkembangan zaman sekaranginformasi sangat mudah didapat melalui internet.Untuk itu masyarakat pendidikan keaksaraanlanjutan perlu diasah terus kemampuan enamliterasi dan kompetensinya melalui programpembelajaran yang didesain khusus agar nantinyamampu mengikuti perkembangan zaman saat ini.Untuk mendukung masyarakat keaksaraan lanjutanberketerampilan/berkarya agar lebih ditekankanpada literasi finansial dan literasi digitalnya denganmaksud mereka nantinya bisa mengelola keuangankeluarganya sendiri dan mengelola keuanganusaha. Sedangkan penguasaan literasi digitaldiharapkan mereka mampu mencari informasibagaimana mengelola dan memasarkan hasilketerampilan/karyanya.

Komunitas Pasca Keaksaraan LanjutanMenurut Paul B. Horton dan Chaster L. Hunt,

komunitas merupakan kumpulan manusia yangmemiliki kesadaran akan keanggotaannya dansaling berinteraksi satu sama lainnya. Pembentukankomunitas juga memiliki beberapa manfaat kepadapara anggotanya, diantaranya adalah sebagaiberikut :• Media penyebaran informasi–manfaat yang

pertama adalah sebagai media penyebaraninformasi. Di komunitas, setiap anggota yangtergabung dapat saling bertukar informasi (baikmembagikan atau pun menerima).

• Terbentuk jalinan/hubungan–selain sebagai

Model Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan LanjutanModel Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan Lanjutan

23 24

Page 16: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

Pembelajaran matrikulasi persiapan PaketA berdurasi selama 60 jam @ 60 menit yangterbagi dalam 2 kegiatan yakni 1) perawatanliterasi (PL) selama 42 jam (2 jam x 21 pertemuan)untuk materi dan submaterinya dominan berisikanliterasi sain tentang Paket A, literasi digital, literasifinansial, 2) studi objek literasi (SOL) selama 18jam (6 jam x 3 kegiatan) untuk pemantapankemampuan literasi dalam kaitan pengembanganwirausaha atau karya peserta didiknya.

Dengan diterapkannya pembelajaranmatrikulasi persiapan Paket A ini, diharapkanseluruh masyarakat pasca keaksaraan lanjutan akanaktif kembali. Keaktifan ini merupakan peluangbesar untuk dapat mencapai standart minimalkompetensi keaksaraan lanjutan agar dapatmelanjutkan kependidikan kesetaraan. Disisi laindengan kompetensi yang dimilikinya dapatdimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomikeluarganya. Inilah satu diantara sumbangan duniapendidikan keaksaraan dalam penanggulangankemiskinan masyarakat Indonesia dan peningkatanangka indek pembangunan manusia. Polapembelajaran pada matrikulasi pasca keaksaraanlanjutan dapat digambarkan sebagai berikut:

Metode Penelitian dan PengembanganRancangan penelitian dan pengembangan

model pembelajaran matrikulasi persiapan paket Apasca keaksaraan lanjutan menggunakan metodepenelitian eksperimen (experimental research). Adadua kali penerapan metode eksprimen rancangan

ujicoba model yang digunakan pada penelitianpengembangan yang dimaksud. Pada pada ujicobakesatu, rancangan digunakan berupa prates-postestkelompok tunggal (the one group pratest posttes)yakni untuk menguji keampuhan dari produk yangdihasilkan. Walaupun dalam tahap uji coba telahada evaluasi (pengukuran), tetapi pengukurantersebut masih dalam rangka pengembangan modeldan tidak ada kelompok pembanding. Selanjutnyapada ujicoba kedua tetap menggunakan rancanganyang sama berupa prates-postest kelompok tunggal(the one group pratest posttes) dengan jumlahkelompoknya diperbanyak untuk mengetahuitingkat efektifitas dari model yang dihasilkan.Selanjutnya Analisis data dilakukan dengan teknisanalisis deskriptif.

HASILDAN PEMBAHASANDeskripsi Data

Pada penelitian dan pengembangan modelMatrikulasi persiapan paket A dilakukan dalam 2tahapan yang disebut uji penerapan konseptual danoprasional. Instrumen tes yang diajukan sebanyak20 butir pertanyaan dengan rincian pertanyaan yangberkaitan dengan paket A ada 7 butir, yangberkaitan dengan digital 7 butir, sedangkan yangberkaitan dengan finansial ada 6 butir. Hasil yangdiperoleh pada uji penerapan adalah sebagaiberikut:

Tabel 2Data hasil pembelajaran uji konseptual dikejar PKBM Cendana

Ket: S = sains, D= digital, F= finansial

dengan peserta didik dengan mudah dan wajar.Ruang belajar lebih terbuka dan mampumenyesuaikan pada perubahan.

Kemitraan Dalam Berketerampilan danBerkarya

Kemitraan merupakan upaya yang melibatkanberbagai sektor, kelompok masyarakat, lembagapemerintah maupun bukan pemerintah, untukbekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersamaberdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing, dengan demikian untuk membangunkemitraan harus memenuhi beberapa persyaratanyaitu persamaan perhatian, saling percaya dansaling menghormati, harus saling menyadaripentingnya kemitraan, harus ada kesepakatan misi,visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijakpada landasan yang sama, kesediaan untukberkorban.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaankemitraan secara lebih kongkrit yaitumeningkatkan pendapataan usaha kecil danmasyarakat dan meningkatkan perolehan nilaitambah bagi pelaku kemitraan. Dengan demikiankemitraan dalam berketerampilan dan berkaryasangat diperlukan oleh komunitas pasca keaksaraanlanjutan dengan harapan memperoleh kesempatanyang seluas-luasnya dalam memperoleh bimbingandan kemampuan teknis produksi dan ataumanajemen, perolehan, penguasaan, danpeningkatan teknologi yang digunakan, sertapembiayaan.

PENGEMBANGANMODELKarakteristik Model

Model Matrikulasi Persiapan PaketAPascaKeaksaraan Lanjutan yang selama ini belum ada,merupakan program pembelajaran yang ditujukanbagi masyarakat pasca keaksaraan lanjutan.

Pembelajaran bersifat mengatasi permasalahankemampuan literasi dan penguatan kelompokdalam berketerampilan atau berkarya yang sudahterbentuk sejak akhir pembelajaran di Pendidikankeaksaraan lanjutan. Pembelajaran yang bertujuanuntuk mempersiapkan masyarakat pascakeaksaraan lanjutan, agar memiliki kompetensiliterasi yang memadai setelah mendapatpembelajaran tatap muka perawatan literasi danstudi objek literasi. Dengan kompentensi yangmemadai tersebut, diharapkan mereka siapmelanjut kejenjang Pendidikan kesetaraan (PaketA) kelas 4 dan mampu mengembangkan ekonomidan peran sosial dilingkungannya.

Istilah perawatan literasi padapembelajaran matrikulasi persiapan Paket A,cakupan materi dan submaterinya lebihdikhususkan pada literasi sain yang berkaitandengan program Paket A, literasi digital dan literasifinansial yang selama ini masih menjadipermasalahan utama bagi masyarakat pascakeaksaraan lanjutan. Bila saat ini lebih dari 50%masyarakat pasca keaksaraan lanjutan sudah tidaklagi bergabung pada kegiatan kelompok setelahselesai pembelajaran, dengan adanya pembelajaranmatrikulasi persiapan Paket A, mereka dapatbergabung kembali. Untuk mengembalikannyadibentuk kelompok belajar (Kejar). Kejar yangmemiliki struktur kepengurusan yang dimaksud,tidak ditetapkan jumlahnya anggotanya, tetapi padasatuan pendidikan nonformal (PKBM/SKB) hanyadiperkenankan dibentuk 1 Kejar. Pada Kejar inilahdiisi dengan kegiatan pembelajaran dengan strategitatap muka melalui teknik permainan simulasitematik berdasarkan materi pada bahan simulasidan dilengkapi dengan studi objek literasi sesuaidengan kebutuhannya.

Model Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan LanjutanModel Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan Lanjutan

25 26

Page 17: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

Ket: S = sains, D= digital, F= finansialDari data didapat efektivitas uji penerapan

oprasional model di PKBM Cahaya melalui analisa uji t-test dengan dependent sampel (one group pre test danpost test menggunakan aplikasi SPSS versi 16.0 modelwilcoxon dihasilkan data sebagai berikut :

Dari hipotesa diketahui bahwa Ho:

Penggunaan model Matrikulasi persiapan paket A

tidak efektif dalam meningkatkan literasi peserta

didik pasca keaksaraan lanjutan dan Hasil analisis

diperoleh t hit -1,075 < t.s 0,05, sehingga Ho

ditolak. Dengan demikian simpulan didapat bahwa

model matrikulasi persiapan Paket A efektip untuk

meningkatkan literasi peserta didik pasca

keaksaraan lanjutan.

Ket: S = sains, D= digital, F= finansialDari data didapat efektivitas uji penerapan

oprasional model di PKBM Daarul Ishlah melaluianalisa uji t-test dengan dependent sampel (one grouppre test dan post test menggunakan aplikasi SPSS versi16.0 model wilcoxon dihasilkan data sebagai berikut :

Dari hipotesa diketahui bahwa Ho:

Penggunaan model Matrikulasi persiapan paket A

tidak efektif dalam meningkatkan literasi peserta

didik pasca keaksaraan lanjutan dan Hasil analisis

diperoleh t hit -5,808 < t.s 0,05, sehingga Ho

ditolak. Dengan demikian simpulan didapat bahwa

model matrikulasi persiapan Paket A efektip untuk

meningkatkan literasi peserta didik pasca

keaksaraan lanjutan.

Dari data didapat efektivitas uji penerapankonseptual model melalui analisa uji t-test dengandependent sampel (one group pre test dan post testmenggunakan aplikasi SPSS versi 16.0 model wilcoxondihasilkan data sebagai berikut :

Dari hipotesa diketahui bahwa Ho:Penggunaan model Matrikulasi persiapan paket Atidak efektif dalam meningkatkan literasi pesertadidik pasca keaksaraan lanjutan dan Hasil analisisdiperoleh skor t hit 0,000 < t.s 0,05, sehingga Hoditolak. Dengan demikian simpulan didapat bahwamodel matrikulasi persiapan Paket A efektip untukmeningkatkan literasi peserta didik pascakeaksaraan lanjutan.

Ket: S = sains, D= digital, F= finansialDari data didapat efektivitas uji penerapan

oprasional model di SKB Sibolangit melalui analisa ujit-test dengan dependent sampel (one group pre test danpost test menggunakan aplikasi SPSS versi 16.0 modelwilcoxon dihasilkan data sebagai berikut :

Dari hipotesa diketahui bahwa Ho:Penggunaan model Matrikulasi persiapan paket Atidak efektif dalam meningkatkan literasi pesertadidik pasca keaksaraan lanjutan dan Hasil analisisdiperoleh t hit -9,656 < t.s 0,05, sehingga Hoditolak. Dengan demikian simpulan didapat bahwamodel matrikulasi persiapan Paket A efektip untukmeningkatkan literasi peserta didik pascakeaksaraan lanjutan.

Model Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan LanjutanModel Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan Lanjutan

27 28

Page 18: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

pemahaman peserta baik dari pengetahuan dandaya serap saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hasil ujicoba standar penyelenggaraanmodel yang telah dilakukan memberikan penilaian75,27dengan kriteria baik sekali, hal ini berartipenyelenggaraan model juga sudah layakdigunakan dalam rangkaian penyelenggaraanmodel kedepannya. Hasil uji efektivitas penerapanmodel menunjukkan bahwa terjadi kenaikan nilaiuntuk 3 lembaga yang dijadikan sasaran ujicoba,ternyata peserta didik pada model matrikulasipersiapan paket A pasca keaksaraan lanjutan sudahmampu dan siap masuk paket A kelas 4. Hal initentunya didukung motivasi belajar peserta baikuntuk meningkatkan pengetahuan dan daya serapsaat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Secara umum dalam uji penerapankonseptual dan operasional pengembangan modelmatrikulasi persiapan paket A pasca keaksaraanlanjutan sudah memenuhi standar pengembanganmodel dan efektif untuk diselenggarakan. Disisilain dari analisis efektivitas model dalam rangkapeningkatan kompetensi literasi khusus literasi sain(Paket A), Literasi digital (Pemanfaatan HP) danliterasi financial (Kewirausahaan) di 4 lokasihasilnya efektip. Hal ini sesuai dengan analisisyang dilakukan berdasarkan data hasil penilaianawal dan penilaian akhir secara tes tertulis. Dengandemikian dari hasil analisis tersebut, daripersyaratan model nilai akhir peserta didik minimalmendapat nilia 70, ada 5 orang dari 45 orang yangtidak mampu mendapat standar minimal nilaitersebut.

KesimpulanPenyelenggaraan pendidikan keaksaraan

lanjutan dalam implementasinya harusmemperhatikan pencapaian standar kompetensikelulusannya. Capaian standar kompetensi yang

bersifat literasi, sering terabaikan dengan fokuscapaian keterampilan (KUM) atau karya(Multikeaksaraan). Padahal hakekat pendidikankeaksaraan lanjutan bertujuan melestarikan literasiagar dapat dimanfaatkan dalam pengembanganketerampilan atau karya yang dikuasainya. Disisilain dengan sering terabaikannya capaian literasitersebut, mengakibatkan grand desain pendidikankeaksaraan lanjutan sebagai penyumbang IPMmenjadi terhalang.

Tidak ada program lain diantara pascakeaksaraan lanjutan dengan pendidikan kesetaraanpaket A yang dapat menghubungkan standarkompetensi peserta didiknya kecuali denganpembelajaran matrikulasi. Denganmenyelenggarakan kegiatan pembelajaranmatrikulasi sangat dimungkinkan standartkompentensi lulusan program keaksaraan lanjutanakan tercapai sebagaimana yang ditetapkan. Hal initelah terbukti dari 4 lokasi uji penerapan didapatsimpulan; 1) Standar penyelenggaraan programdapat terpenuhi sesuai yang ditetapkan, 2) Produknaskah model baik fisik dan isi sudah memenuhikesesuaian dengan kebutuhan dilapangan, 3) Prosespenyelenggaraan model dapat diterapkan secarakeseluruhan, 4) Peserta didik mampu mencapaikompetensi literasi yang ditetapkan dan siap untukmenduduki kelas 4 diprogram paket A.REKOMENDASI

Pembelajaran matrikulasi merupakanpenghubung gagal pencapaian standar kompetensipeserta didik pasca keaksaraan lanjutan memasukipendidikan kesetaraan paket A dikelas 4. Melaluipenerapan model pembelajaran simulasi dengankategori materi perawatan literasi dan studi objekliterasi, kompetensi peserta didik akan layak dudukdiprogram kesetaraan kelas 4 sembarimengembangkan usaha atau karya yang telahdirintis sebelumnya. Untuk itu model ini sangat

PembahasanDari uji validasi draf naskah penerapan

konseptual didapat nilai 99,125 dengan kriteriabaik sekali. Dengan kriteria baik sekali tersebutmemberikan informasi bahwa naskah secara fisiksudah tidak perlu diperbaiki lagi dan layak untuk ujiberikutnya. Untuk uji standar penyelenggaraanmodel yang telah dilakukan mendapat penilaian33,375 dengan kriteria baik, hal ini berartipenyelenggaraan model juga sudah sesuaipenerapannya. Hasil uji efektivitas penerapankonseptual model menunjukkan bahwa modelmatrikulasi efektip dalam meningkatkan literasipeserta didiknya. Kenaikan nilai rata-rata sebesar15,33 dari tes awal 1.075 dan tes akhir yaitu 1.305.memberikan informasi bahwa peserta didik yangdiikut sertakan dalam pembelajaran di modelmatrikulasi persiapan paket A sangat berpeluangmampu dan siap masuk Paket A kelas 4. Hal initentunya didukung dengan pemahaman pesertabaik dari pengetahuan dan daya serap saatmengikuti kegiatan pembelajaran. Namun dari nilaimasing-masing materi diketahui ada peserta didikyang mengalami penurunan pada materi sainsdengan rata-rata 29.33 menjadi 28.33 penurunannilai 1, seperti Evi Maharani, Legiyati, RespiSiregar, Poniem, Rismawati, Surtini, Khatijah.Untuk materi digital pada Poniem dan Wari. Hasilperhitungan nilai tes peserta didik sebanyak 15orang didapat nilai tes awal 1.075, nilai tes akhir1.305. Bila dilihat dari nilai rata-rata tes awal1.075/15 = 71.67, nilai rata-rata tes akhir 1.305/15= 87. Dengan demikian terjadi kenaikan nilaisebesar 15.33, ini berarti penggunaan modelmatrikulasi dengan teknik simulasi dapatmeningkatkan kemampuan literasi peserta didiknya

Secara umum dalam ujicoba konseptualpengembangan model matrikulasi persiapan paketA pasca keaksaraan lanjutan sudah memenuhi

standar pengembangan model dan efektif untukdiselenggarakan. Namun demikian ujicobakonseptual ini baru sebatas kelompok kecil (1kejar) baik uji visual naskah maupun ujipenyelenggaraan naskah. Walaupun secara visualmodel sudah dinyatakan sangat baik dan uji standarpenyelenggaraannya model dinyatakan baik dandiukur efektif, namun model yang disusun masihperlu dilanjutkan untuk uji penerapan oprasionalberikutnya dengan karakteristik dan lokasi yangberbeda dengan sebelumnya. Bila pada ujikonseptual diawal berlangsung pada masyarakatpertanian, maka untuk uji oprasionalnya diterapkanpada masyarakat pasca keaksaraan lanjutan dengankarakteristik masyarakat nelayan, pengununganataupun pada masyarakat tepi perkotaan bahkan diperkotaan itu sendiri.

Selanjutnya pada uji oprasional untuk validasidraf naskah yang diselenggarakan pada 3 kejar rata-rata memberikan nilai 99,125 dengan kriteria baiksekali. Dengan kriteria baik sekali tersebutmemberikan informasi bahwa naskah secara fisiksudah tidak perlu diperbaiki lagi dan layak sebagaiproduk pengembangan model. Hasil uji standarpenyelenggaraan model yang telah dilakukanmemberikan penilaian 33,375 dengan kriteria baik,hal ini berarti penyelenggaraan juga sudahdianggap layak sebagai hasil pengembanganmodel. Untuk uji efektivitas dengan modelwilcoxon penerapan model menunjukkan bahwamodel Matrikulasi efektip dalam meningkatkanliterasi peserta didiknya. Kenaikan nilai sebesar15,33 dari tes awal 1.075 dan tes akhir yaitu 1.305.memberikan informasi bahwa peserta didik yangdiikut sertakan dalam pembelajaran di modelmatrikulasi persiapan paket A pasca keaksaraanlanjutan sangat berpeluang mampu dan siap masukPaket A kelas 4. Hal ini tentunya didukung dengan

Model Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan LanjutanModel Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan Lanjutan

29 30

Page 19: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C VOKASI(Rumpun TIK)

Ivo YaniDewi GustiniArifin AmbaritaBerliana Silalahi

Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Sumatera UtaraJalan Kenanga Raya No.64 Tanjung Sari, Kota Medan.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan unit analisis adalah peserta didik Pendidikan Kesetaraan Paket CTingkatan V Derajat Kompetensi Mahir 1 Setara Kelas X SMA/MA. Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulanmelalui observasi. Temuan penting penelitian ini adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik Paket Cuntuk menjadikan peserta didik menguasai vokasi komputer. Faktor yang mendorong peserta didik untuk menguasaiketerampilan komputer yakni keinginan mengembangkan diri sesuai kebutuhan DUDI dan mendayagunakaninfrastruktur TIK. Upaya yang dapat dilakukan penyelenggara Paket C adalah menyediakan komputer dan seluruhperangkatnya untuk memfasilitasi pembelajaran komputer atau membina kemitraan dengan LKP program komputer.Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis vokasi komputer sangat tepat diberikan pada peserta didik Paket C diPKBM Cendana karena sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan DUDI terhadap TIK.

Kata kunci : pembelajaran, vokasi,TIK

PENDAHULUANPendidikan memiliki peranan yang sangat

strategis dalam meningkatkan mutu sumber dayamanusia (SDM). Berkaitan dengan hal tersebut,Pemerintah terus mengupayakan peningkatanpembangunan dibidang pendidikan. Kenyataannya,sampai saat ini masih terdapat warga masyarakatyang tidak dapat mengenyam pendidikan melaluijalur sekolah. Faktor-faktor penyebabnya antaralain faktor ekonomi, geografi, dan sosial. Faktorekonomi di antaranya kemiskinan, ketiadaan waktudigunakan untuk belajar karena bekerja/tenagakerja Indonesia (TKI), ketiadaan biaya bersekolah.Faktor geografi, di antaranya adalah tidak adasekolah yang dekat dan tidak tersedia transportasi.Selanjutnya, faktor sosial, antara lain usiamelampaui batas usia sekolah, sudah menikah ataupunya anak, dipenjara, drop out (DO) atau

dikeluarkan dari sekolah, tidak cocok dengansistem persekolahan, dan tidak boleh sekolah.

Pendidikan Kesetaraan merupakan suatubentuk realisasi dari Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional (UUSPN) pasal 13 ayat (1)yang menyatakan bahwa salah satu jalurpendidikan adalah pendidikan nonformal (PNF).Hal ini didukung oleh pasal 26 ayat (3) tentangsalah satu lingkup PNF yaitu pendidikankesetaraan. Pendidikan Kesetaraan adalahpendidikan umum pada jalur PNF yangberlangsung di luar sistem persekolahan dandilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang,terdiri dari program Paket A setara SD/MI, Paket Bsetara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA.Program ini ditujukan bagi peserta didik yangkarena berbagai faktor tidak dapat mengikutipendidikan di bangku sekolah, putus sekolah, putus

tepat diterapkan bagi masyarakat pasca keaksaraanlanjutan yang gagal mencapai kompetensi literasiuntuk memasuki program paket A. Dengandemikian bagi yang mengikuti hingga akhirpembelajaran di Paket A, maka 3 tahun kedepan,masyarakat tersebut akan tergolong berpendidikanselama 6 tahun lamanya.

DAFTAR PUSTAKAAnnonimus.2016. Naskah Akademik Pendidikan

Multikeaksaraan, Jakarta: DirektoratPembinaan Pendidikan Keaksaraan dankesetaraan.

Annonimus.2017. Panduan Penyelenggaraan danPembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan,Jakarta: Direktorat Pembinaan PendidikanKeaksaraan dan kesetaraan.

Annonimus.2017. Pedoman Penilaian Pembela‐jaran dan Sertifikasi Pendidikan Multikeak‐saraan, Jakarta: Direktorat PembinaanPendidikan Keaksaraan dan kesetaraan.

Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 TentangGerakan Nasional Perecepatan PenuntasanWajib Belajar Pendidikan Dasar SembilanTahun Dan Pemberantasan Tuna Aksara.

Kusmiadi, Ade. 2007. Model PengelolaanPembelajaran Pasca Keaksaraan melaluiPenguatan Pendidikan Kecakapan HidupBagi Upaya Keberdayaan PerempuanPedesaan (studi pemberdayaan perempuanpedesaan di Kampung Cibago KecamatanCisalak Kab Subang) Disertasi Doktor padaPasca Sarjana UPI Bandung; tidak diterbitkan.

Peraturan Bersama Menteri Negara PemberdayaanPerempuan, Menteri Dalam Negeri DanMenteri Pendidikan Nasional, No.17/Men.PP/Dep. II/VII/2005, Nomor: 28ATAHUN 2005, No 1/PB/2005 TentangPercepatan Pemberantasan Buta AksaraPerempuan.

Permendiknas Nomor 35 Tahun 2006 tentangPetunjuk Teknis Pelaksanaan GerakanNasional Percepatan Penuntasan Wajib BelajarPendidikan Dasar Sembilan Tahun danPenuntasan Buta Aksara.

Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia, Nomor 42 Tahun 2015.

tentang Penyelenggaraan PendidikanKeaksaraan Lanjutan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia, Nomor 02 Tahun 2016.tentang Petunjuk Teknis PengembanganModel PAUD dan Dikmas.

Rifai, A. 2005. Pendekatan MembangunMasyarakat dalam Percepatan Desa TuntasButa Aksara. Makalah Disajikan DalamRangka Sosialisasi Gerakan Percepatan DesaTuntas Buta Aksara, Dinas Pendidikan JawaTengah.

Taqiyuddin. 2005. Pendidikan Untuk Semua.Bandung; Mulia Press.

Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)Model Pembelajaran Matrikulasi Persiapan Paket A Pasca Keaksaraan Lanjutan

31 32

Page 20: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

tetapi juga pengakuan terhadap kompetensiketerampilan yang dibuktikan dengan sertifikat.Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagaistudi yang mengarah pada peningkatan efisiensidan efektivitas layanan dan pengembangan, sebagaikonsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Salahsatu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasitersebut adalah Pengembangan ProgramPenyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket CVokasi (Rumpun TIK).

Program pendidikan kesetaraandiselenggaraan oleh satuan pendidikan nonformal(SPNF) yang terdiri atas lembaga kursus, lembagapelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajarmasyarakat (PKBM), dan majelis taklim, sertasatuan pendidikan yang sejenis (UUSPN pasal 26ayat 4). Pada umumnya program Paket C yangdiselenggarakan oleh PKBM belum memilikiperalatan komputer yang memadai. Untukmemfasilitasi pembelajaran komputer, PKBMdapat bermitra dengan Lembaga Kursus danPelatihan (LKP) program komputer.

Dari hasil identifikasi penyelenggaraanprogram, diperoleh data calon peserta didikTingkatan V Derajat Kompetensi Mahir 1 setarakelas X SMA/MA, pendidik dan tenagakependidikan yang bersumber dari penyelenggaraPaket C PKBM Cendana Kecamatan Pantai LabuKabupaten Deli Serdang. Oleh karenaketidaktersediaan sarana dan prasarana vokasi,maka PKBM Cendana bekerjasama dengan mitravokasi yang berasal dari LKP DiponegoroKecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdangdengan jenis kompetensi komputer, sesuai denganpilihan calon peserta didik. Adapun alasanpemilihan jenis vokasi didasarkan pada potensiwilayah Deli Serdang yang memiliki banyakindustri. Selain itu, wilayah Kecamatan PantaiLabu dekat dengan Bandar Udara Kualanamu, danterdapat Badan Usaha Milik Desa yangmembutuhkan tenaga komputer.

Berdasarkan kondisi yang ada, pada tahunanggaran 2016 BP-PAUD dan Dikmas Sumatera

Utara mengembangkan Model PenyelenggaraanPendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (RumpunTIK). Salah satu tahapan dalam pengembanganmodel/program adalah mengujicobakan ataumengimplementasikan rancangan pengembanganmodel/program. Untuk mengetahui kelayakanmodel tersebut maka dilakukan penelitian.Penelitian tersebut, menghasilkan berbagaimasukan dan perbaikan sebagai data-data yangsangat dibutuhkan dalam penyusunan masterModel Penyelenggaraan Pendidikan KesetaraanPaket C Vokasi (Rumpun TIK).

Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang permasalahan di

atas, maka rumusan permasalahan penelitiandalam pengembangan model ini adalah: bagaimanamenyelenggarakan program Pendidikan KesetaraanPaket C Vokasi (Rumpun TIK)?

Tujuan dan Kontribusi PenelitianBerdasarkan permasalahan penelitian di atas,

maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian iniantara lain: 1) Menemukan pola/strategi penyeleng‐garaan Pendidikan Kesetaraan Paket C Tingkatan VDerajat Kompetensi Mahir 1 setara kelas XSMA/MA; 2) Menemukan pola/strategi penye‐lenggaraan pembelajaran vokasi bagi peserta didikPendidikan Kesetaraan Paket C Tingkatan V Dera‐jat Kompetensi Mahir 1 setara kelas X SMA/MA;3) Mensinergikan pendidikan akademik dan vokasi.

Penelitian ini diharapkan memberikankontribusi baik secara teoritis maupun secarapraktis. Secara teoritis, Model PenyelenggaraanPendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (RumpunTIK) bermanfaat untuk menambah ilmupengetahuan, terutama tentang pendidikankesetaraan dan vokasi. Secara praktis, program inibermanfaat sebagai: 1) masukan bagi pengelolapendidikan kesetaraan dalam menyelenggarakanPaket C; 2) bahan/acuan dalam mensinergikanpembelajaran vokasi bagi peserta didik Paket C; 3)masukan kepada Direktorat Pembinaan Pendidikan

lanjut, usia produktif yang ingin meningkatkanpengetahuan dan kecakapan hidupnya, sertamasyarakat lain yang memerlukan layanan khususdalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagaidampak dari peningkatan taraf hidup,perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Pusat Data Statistik Pendidikan(PDSP) Kementerian Pendidikan dan KebudayaanTahun 2012, jumlah penduduk Indonesia yangputus sekolah tingkat SMA sebanyak 47.709 orang(1,16%) sedangkan tingkat SMK sebanyak 124.729orang (3,34%). Di sisi lain, masyarakat yang sudahterlayani pada PNF melalui pendidikan kesetaraanPaket C sebanyak 256.262 orang dengan jumlahkelompok sebanyak 6.995 rombongan belajar. Darijumlah tersebut, yang mengikuti ujian nasionalsebanyak 167.824 dan yang lulus berjumlah122.127 orang. Sementara itu, ketersediaanpendidik 38.506 orang dan pengelola 14.763 orang.Dari data tersebut dapat kita maknai bahwapendidikan kesetaraan Paket C sangat dibutuhkanmasyarakat dan menjadi jalan keluar ataspermasalahan putus sekolah.

Sejak tanggal 4 Februari 2015, pembinaanprogram Pendidikan Kesetaraan diserahkan dariDirektorat Jenderal Pendidikan Dasar danDirektorat Jenderal Pendidikan Menengah kepadaDirektorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini danPendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas).Untuk merespon kebijakan tersebut, BP-PAUD danDikmas Sumatera Utara berupaya meningkatkanlayanan pendidikan kesetaraan melaluipengembangan program yang dapat memfasilitasipembelajaran sesuai dengan karakteristik programdan karakteristik peserta didik agar mencapaikesetaraan. Salah satu layanan pendidikankesetaraan adalah Program Paket C.

Kekhasan pendidikan kesetaraan adalahpenguatan (reinforcement) kreativitas danproduktivitas peserta didik melalui pembelajaranakademik dan kecakapan hidup. Strukturkurikulum pendidikan kesetaraan dimaksudkanuntuk mencapai standar kompetensi lulusan (SKL)

dengan orientasi pengembangan olahkarya untukmencapai keterampilan fungsional yang menjadikekhasannya. Di dalam Permendiknas RI No. 14tahun 2007 dinyatakan bahwa kekhasan lulusanPaket C adalah memiliki keterampilanberwirausaha. Oleh karena itu, DirektoratPembinaan Pendidikan Keaksaraan dan KesetaraanDitjen PAUD dan Dikmas memberi peluang yangseluas-luasnya pada satuan pendidikan untukmenyelenggarakan layanan Program PendidikanKesetaraan Paket C Vokasi. Program ini ditujukanuntuk memberikan layanan pendidikan menengahyang terintegrasi dengan keterampilan yangterstruktur sehingga lulusannya memilikikompetensi sebagai bekal untuk berusaha secaramandiri atau bekerja pada orang lain.

Tuntutan dunia industri untuk selalumenggunakan teknologi informasi dan komunikasi(TIK) dengan standar Computer LiterateCertification (CLC) sangat tinggi, baik secarakualitas maupun kuantitas. Untuk itu perludisiapkan SDM yang berkompeten sesuaikebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI)melalui proses pembelajaran yang berkelanjutandan sistematis, terstruktur, terprogram dan terukur,yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.Dalam rangka menyiapkan bangsa Indonesia untukmemasuki tatanan masyarakat informasi dunia,diperlukan pengembangan SDM yang diharapkandapat mengembangkan dan mendayagunakaninfrastruktur TIK.

Hasil identifikasi penyelenggaraan programyang dilakukan oleh tim pengembang model diProvinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa padaumumnya pelaksanaan program Paket C masihberorientasi pada pencapaian tujuan belajarakademik, terutama untuk memeroleh ijazah saja.Adapun keterampilan peserta didik yang diberikanselama mengikuti program Paket C belum menjadipenguatan sehingga terkesan hanya sebagaipelengkap karena tidak disertai sertifikatkompetensi. Agar peserta didik Paket C dapatberdayadiri, tentunya tidak hanya diperlukan ijazah

Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)

33 34

Page 21: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

dimanfaatkan untuk bekerja atau menciptakanlapangan kerja sesuai dengan sumberdaya yangada di wilayahnya sehingga taraf hidup masyarakatsemakin meningkat.

Kecakapan vokasi (vocasional skill) dankecakapan akademik (academic skill) termasuk kedalam kecakapan hidup spesifik. Kecakapanakademik terkait dengan bidang pekerjaan yanglebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektualsedangkan kecakapan vokasi terkait dengan bidangpekerjaan yang lebih memerlukan keterampilanmotorik. Kelebihan pendidikan vokasi antara lain,peserta didik secara langsung dapatmengembangkan keahliannya disesuaikan dengankebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akandihadapinya, seperti kecakapandalambidangpekerjaan tertentu, kecakapan menciptakan ataumembuat produk, dan berwirausaha.

Pembelajaran vokasi dalam pengembangan iniadalah proses interaksi antara peserta didik denganinstruktur pada suatu lingkungan belajar tertentuuntuk menjadikan peserta didik menguasaiketerampilan terstruktur jenis kompetensikomputer dan dibuktikan dengan sertifikatkomputer sebagai suplemen untuk memasuki duniakerja.

Teknologi Informasi dan KomunikasiPeningkatan pendayagunaan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK) dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sudahmerupakan tuntutan kita bersama, baik pemerintah,dunia usaha, maupun masyarakat, terutama bagidaerah yang berkawasan industri. Tuntutan tersebutberkembang dalam rangka mempersiapkanterwujudnya tatanan masyarakat informasiIndonesia sebagai bagian dari masyarakatinformasi dunia. Tuntutan dunia industri yangselalu menggunakan TIK (information andcommunication technology-ICT) dengan standarComputer Literate Certification (CLC) menuntutDepartemen Pendidikan Nasional (sekarangKementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

khususnya Direktorat Pembinaan Kursus danKelembagaan beserta Konsorsium Komputer untukmembuat dan memiliki standar kurikulum yangmengacu pada kebutuhan DUDI.

Tujuan pembelajaran komputer adalahmempersiapkan, mengembangkan SDM danpendayagunaan insfrastruktur informasi dankomunikasi, agar terampil sebagai operatorAplikasi Komputer dalam rangka memenuhikebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Tujuantersebut dituangkan dalam SKL komputer.Keberadaan SKL merupakan sinergi yang kuatdalam membangun masyarakat informasi Indonesiayang mumpuni dan mampu bersaing di duniaglobal, sehingga akan mampu membangunmasyarakat IT yang berbudi dan berbudaya tinggisesuai dengan harkat dan martabat bangsa. Untukmengukur keberhasilan proses pembelajaran setiappeserta didik sebelum mereka siap terjun kemasyarakat dan atau dunia kerja, maka sangatdiperlukan uji kompetensi yang pada akhirnya akanmengakui kompetensi setiap SDM dalam bentukCLC.

Pengertian Pendidikan Kesetaraan Paket CVokasi

Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi adalahbentuk layanan pendidikan menengah yang setaradengan Sekolah Menengah Atas (SMA)/MadrasahAliyah (MA), yang berada pada jalur PNF, dengandilengkapi keterampilan terstruktur dan dibuktikandengan sertifikat kompetensi. Program PendidikanKesetaraan Paket C Vokasi diselenggarakan olehSPNF, yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat(PKBM), LKP, dan Sanggar Kegiatan Belajar(SKB). Diharapkan setelah menyelesaikan PaketC, selain melanjutkan pendidikan lulusannyamemiliki bekal untuk berusaha secara mandiri ataubekerja pada orang lain. Untuk itu, perlu adanyaupaya dengan memfasilitasi pembelajaransedemikian hingga peserta didik tidak hanyamencapai kesetaraan akademik, tetapi jugamenguasai keahlian terapan tertentu (kecakapan

Keaksaraan dan Kesetaraan dalam rangkadiversifikasi pembelajaran Program Paket C..

TINJAUAN PUSTAKAPengertian Pendidikan Kesetaraan Paket C

Pendidikan nonformal (PNF) berfungsisebagai pengganti, penambah, dan pelengkappendidikan formal dalam mendukung pendidikansepanjang hayat (long life education). PNF jugaberfungsi untuk mengembangkan potensi pesertadidik dengan penekanan pada penguasaanpengetahuan, keterampilan fungsional, danpengembangan sikap serta kepribadian profesional.Pelaksanaan jalur PNF dapat menggantikan jalurpendidikan formal dalam perluasan aksespendidikan dasar dan menengah terutama bagipeserta didik yang tidak berkesempatan mengikutipendidikan formal. Dengan demikian, PNF dapatdihargai setara dengan hasil program pendidikanformal setelah melalui proses penilaian penyetaraanoleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah ataupemerintah daerah dengan mengacu pada StandarNasional Pendidikan UU Sisdiknas N0. 20 tahun2003 pasal 26 ayat 1, 2, dan 6.

Pendidikan Kesetaraan Paket C adalahpendidikan umum pada jalur PNF yang berlangsungdi luar sistem persekolahan dan dilaksanakan secaraterstruktur dan berjenjang yang setara SMA/MA.Program ini ditujukan bagi peserta didik yangkarena berbagai faktor tidak dapat mengikutipendidikan di bangku sekolah, putus sekolah, putuslanjut, usia produktif yang ingin meningkatkanpengetahuan dan kecakapan hidupnya, sertamasyarakat lain yang memerlukan layanan khususdalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagaidampak dari peningkatan taraf hidup, perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk itu, perlu adanya upaya-upaya yangmemberi progress pada pendidikan kesetaraandengan memfasilitasi pembelajaran sesuai dengankarakteristik program dan karakteristik peserta didikagar mencapai kesetaraan. Kekhasan pendidikankesetaraan adalah penguatan (reinforcement)

kreativitas dan produktivitas peserta didik melaluipembelajaran akademik dan kecakapan hidup.Pemilihan pendidikan kecakapan hidup disesuaikandengan kebutuhan peserta didik dan peluang kerjayang ada di daerah masing-masing.

Meskipun Pendidikan Kesetaraan di bawahpembinaan pendidikan masyarakat yang notabenePNF namun penyelenggaraannya bersifat formal,fleksibelitasnya terletak pada prosespembelajarannya.

Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan ProgramPaket C dalam pengembangan ini difokuskan padaproses interaksi antara peserta didik Tingkatan VDerajat Kompetensi Mahir 1 Setara kelas XSMA/MA dengan pendidik dan sumber belajar padasuatu lingkungan belajar tertentu untuk menjadikanpeserta didik menguasai ilmu pengetahuan programPaket C.

Pengertian VokasiSituasi ekonomi masyarakat yang tidak

menentu dewasa ini menuntut program PNF daninformal yang bersifat praktis dan aplikatif.Tuntutan tersebut kiranya tidak boleh diabaikanbegitu saja mengingat perkembangan kebutuhanmasyarakat sekarang yang begitu beragam dan cepatberubah. Pada umumnya ketiadaan dana dankebutuhan mencari nafkah untuk hidup sehari-harimerupakan penyebab utamanya. Oleh karena itupenyelenggaraan program Paket C akan lebihbermanfaat jika diintegrasikan dengan vokasi.

Vokasi adalah penguasaan keahlian terapantertentu (kecakapan hidup) sehingga seseorangmempunyai keahlian siap pakai atau bisa mandiridan bekerja. Kecakapan vokasi yang dibelajarkandisesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehinggamereka mampu menciptakan produk/jasa atau karyalain yang bernilai ekonomi tinggi, bersifat unikdengan menggali dan mengembangkan potensi yangmemiliki keunggulan komparatif dan keunggulankompetitif berbasis kearifan lokal. Dengandemikian, warga masyarakat dapat belajar danberlatih menguasai keterampilan yang bisa

Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)

35 36

Page 22: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

kelas sebagai daya serap klasikal. Hasilpenghitungan tersebut diinterpretasikanberdasarkan kategori berikut:

≥ 90 : Sangat Baik75 – 89 : Baik60– 74 : Cukup Baik45 – 59 : Kurang Baik

< 45 : Tidak Baik

HASILDAN PEMBAHASANDeskripsi Model

Penyelenggaraan program PembelajaranPendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi memuatkomponen-komponen yang mengacu pada delapanstandar nasional pendidikan. Kompetensi lulusanprogram Paket C mengacu pada standar yangtertuang di dalam Permendikbud No. 54 Tahun2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai berikut.

SKL Komputer merupakan cerminan dariStandar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia(SKKNI) yang selanjutnya diperinci secara detaildalam sebuah Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK) di bidang ICT (Komputer). Format SKLmencakup unit kompetensi atau standar kompetensi(SK) yang membutuhkan kompetensi dasar (KD)yang diharapkan dalam proses pembelajaran. SKL

Komputer Program Microsoft Word adalah sebagaiberikut.

Model Penyelenggaraan Pendidikan KesetaraanPaket C Vokasi (Rumpun TIK) adalah layananpendidikan pada jalur PNF yang setara denganSMA/MA dilengkapi dengan keterampilanterstruktur bersertifikat komputer. Kelompoksasaran pada pengembangan model ini adalahpeserta didik Paket C Tingkatan V DerajatKompetensi Mahir 1 (setara kelas X SMA/MA).Pemilihan kelompok sasaran ini disesuaikandengan kemampuan komputer peserta didik PaketC. Pada umumnya peserta didik Paket C belumpernah mengoperasikan komputer sehingga harus

hidup) sehingga seseorang mempunyai keahliansiap pakai atau bisa mandiri dan bekerja.Kecakapan vokasi yang dibelajarkan disesuaikandengan kebutuhan masyarakat sehingga merekamampu menciptakan produk/jasa atau karya lainyang bernilai ekonomi tinggi, bersifat unik denganmenggali dan mengembangkan potensi yangmemiliki keunggulan komparatif dan keunggulankompetitif berbasis kearifan lokal.

Pembelajaran akademik dilaksanakan di PusatKegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Di PKBMpeserta didik mempelajari berbagai mata pelajaransesuai dengan struktur kurikulum Paket C jurusanIPS. Sedangkan pembelajaran vokasi yaitu TIKdengan jenis kompetensi komputer programmicrosoft word dilaksanakan di LKP. Pembelajaranakademik dilaksanakan secara tatap muka, tutorial,mandiri, atau kombinasi ketiganya secaraproporsional, yakni untuk pembelajaran tatap mukaminimal 20%, tutorial minimal 30%, dan mandirimaksimal 50%. Sedangkan pembelajaran vokasidilaksanakan secara tatap muka dan tutorial.

Untuk mengetahui daya serap peserta didikterhadap materi pelajaran yang diterimanya,dilakukan penilaian, yang terdiri dari ulanganharian, ulangan tengah semester, dan ujiansemester. Pengakuan terhadap hasil belajarakademik dibuktikan dengan rapor dari PKBM,sedangkan pengakuan hasil belajar vokasidibuktikan dengan sertifikat komputer dari LKP.

METODE & PENDEKATANJenis Penelitian

Untuk memeroleh pengembangan yangsubstantif, digunakan pendekatan kualitatif denganjenis penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatifsangat mengandalkan pengumpulan data empirisdan analisis terhadap informasi yangterdokumentasi secara sistematis. Sedangkanpenelitian deskriptif dirancang untukmendeskripsikan secara sistematis suatu situasiatau area yang diminati secara faktual dan akurat.Penelitian deskriptif diarahkan untuk mendapatkan

informasi mengenai gejala yang diamati padawaktu penelitian dilakukan. Penelitian deskriptifbertujuan mendeskripsikan variabel dengan apaadanya dalam suatu situasi ketika penelitian itudilaksanakan. Penelitian ini tidak diarahkan untukmenguji hipotesis, tim pengembang membuathubungan antara variabel yang dilibatkan dalampenelitian, dan melakukan pengukuran terperinciterhadap variabel penelitian.

Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah peserta didik

Pendidikan Kesetaraan Paket C Tingkatan VDerajat Kompetensi Mahir 1 Setara kelas XSMA/MA di provinsi Sumatera Utara yang terdiridari Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten DeliSerdang, dan Kabupaten Serdang Bedagai.Sedangkan sampel dipilih pada saat studi eksplorasimelalui penemuan dan penjajakan denganmenggunakan teknik sampling bertujuan(purposive sampling).

Kriteria sampel adalah warga masyarakat:1) lulusan Paket B atau SMP/MTs atau sederajat;2) prioritas bagi drop out SMA/MA atau sederajat;3) tidak sedang menempuh pendidikan formal;4) belum bekerja;5) berusia 16 s.d 47 tahun.

Data yang diperoleh dianaisis dengan caramembandingkan hasil penilaian pembelajarandengan nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal).Selain itu juga mengkaji temuan-temuan selamakegiatan ujicoba berlangsung yang telah dicatatpada instrumen ujicoba. Berbagai data/informasiyang ditemukan melalui ujicoba ini dianalisisdengan metode induktif, artinya berbagaidata/informasi mula-mula dianalis dari yangkhusus menuju ke yang umum. Analisis ini dapatdiartikan pula menganalisis data/informasi dariyang kecil menuju ke yang besar. Setiap temuanakan dimaknai sehingga benar-benar berarti. Untukmengetahui tingkat efektivitas program dilakukandengan analisa deskriptif kualitatif.

Data yang dikumpul dianalisis menggunakanstatistik sederhana dengan menentukan rata-rata

Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)

37 38

Page 23: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

tatap muka minimal 20%, tutorial minimal 30%,dan mandiri maksimal 50%.

Pembelajaran vokasi dilaksanakan 2 haridalam seminggu di LKP dengan kegiatan tatapmuka dan tutorial. Pembelajaran berlangsungselama 2 bulan dengan jumlah pertemuan 6 jampelajaran perminggu @ 45 menit. Suasana belajarharus aman, nyaman, dan menarik. Bahan ajarakademik menggunakan buku paket ProgramPaket C Derajat Kompetensi Mahir 1 setara kelas XSMA/MA, sedangkan untuk vokasi bersumber dariLKP dengan perbandingan 1:1. Penggunaan mediadan aneka sumber belajar, termasuk pemanfaatanlingkungan, dilakukan dengan baik.

Pada pertengahan semester dilakukan ujiantengah semester, baik untuk pembelajaranakademik maupun pembelajaran vokasi. Nilai ujianTIK diserahkan oleh pengelola LKP ke PengelolaPKBM sebagai nilai mata pelajaran TIK. Di akhirsemester dilakukan ujian semester; hasilpembelajaran di PKBM dibuktikan dengan rapor,sedangkan di LKP dibuktikan dengan sertifikat.

Peserta didik program Paket C Tingkatan VDerajat Kompetensi Mahir 1 setara kelas XSMA/MA adalah warga masyarakat dengan kriteriaberikut:1. Lulusan Paket B atau SMP/MTs atau sederajat

yang dibuktikan dengan ijazah;2. Drop out SMA/MA atau sederajat;3. Tidak sedang menempuh pendidikan formal;4. Berusia 16 s.d. 47 tahun;5. Prioritas belum bekerja.

Kewajiban peserta didik antara lain:1. Mengikuti setiap kegiatan belajar akademik dan

vokasi sampai selesai;2. Menandatangani kontrak belajar;3. Bersedia mengikuti peraturan yang ditetapkan.

Hak peserta didik antara lain:1. Mendapat pembelajaran dan bimbingan;2. Menerima bahan ajar.

Pendidik pada program Paket C disebut tutor,sedangkan pada program vokasi disebut instruktur.Pendidik bertugas merencanakan, melaksanakanproses pembelajaran, dan menilai hasilpembelajaran, serta melakukan pembimbingankepada peserta didik. Tenaga kependidikan, baikpada program Paket C maupun pada programvokasi disebut pengelola. Pengelola bertugasmelaksanakan manajemen, administrasi,pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknisuntuk menunjang proses pendidikan pada satuanpendidikan.

Untuk melaksanakan program Paket CVokasi, penyelenggara Paket C harus merekrutpendidik yang terdiri dari tutor akademik (bidangstudi), dan mitra vokasi yang bersumber dari LKPterdekat sesuai vokasi yang dipilih. Rekrutmen inidapat dilakukan oleh penyelenggara melaluikegiatan sosialisasi dan identifikasi.

Kriteria pendidik program Paket C Vokasiadalah sebagai berikut:1. Pendidikan Tutor minimal S1, sedangkan

instruktur minimal SLTA ditambah sertifikatkomputer;

2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuaidengan mata pelajaran yang diampunya;

3. Memahami metode pembelajaran orangdewasa.

Kewajiban pendidik:1. Menyusun program pembelajaran dan pelatihan

beserta bahan ajar sesuai dengan mata pelajaranyang diampunya;

2. Mengimplementasikan pembelajaran tatapmuka, tutorial, dan mandiri;

3. Memotivasi peserta didik untuk meningkatkanpengetahuan dan keterampilan;

4. Melaksanakan evaluasi terhadap daya serappeserta didik.

Hak pendidik:1. Mendapatkan insentif sesuai dengan tugasnya2. Meningkatkan/mengembangkan

pengetahuannya.

diawali dari program Microsoft Word denganstruktur berikut.

Struktur kurikulum Paket C Vokasimerupakan pola susunan mata pelajaran dan bebanbelajar yang harus ditempuh oleh peserta didikdalam kegiatan pembelajaran, meliputi matapelajaran dan bobot satuan kredit kompetensi(SKK). SKK merupakan penghargaan terhadappencapaian kompetensi sebagai hasil belajarpeserta didik dalam menguasai suatu matapelajaran. SKK diperhitungkan untuk setiap matapelajaran yang terdapat dalam struktur kurikulum.Satu SKK dihitung berdasarkan pertimbanganmuatan SK dan KD tiap mata pelajaran. Satu SKKadalah satu satuan kompetensi yang dicapai melaluipembelajaran 1 jam tatap muka atau 2 jam tutorialatau 3 jam mandiri, atau kombinasi secaraproporsional dari ketiganya. Satu jam tatap mukayang dimaksud adalah satu jam pembelajaran yaitu45 menit.

Struktur kurikulum Paket C terdiri atasberbagai mata pelajaran untuk mengembangkankemampuan olahhati, olahpikir, olahrasa, olahragadan olahkarya, termasuk muatan lokal.Pengembangan kemampuan-kemampuan tersebutbermuara pada pengembangan kemampuanpengetahuan, dan keterampilan yang siap pakaiserta sikap mental pembaharuan untukmengembangkan kepribadian profesional. Strukturkurikulum dimaksudkan untuk mencapai SKLdengan orientasi pengembangan olahkarya untukmencapai keterampilan fungsional yang menjadi

kekhasan program Paket C, yaitu memilikiketerampilan berwirausaha.

Struktur kurikulum pembelajaran Paket CVokasi terdiri dari mata pelajaran akademik danmata pelajaran vokasi. Adapun mata pelajaranakademik adalah mata pelajaran jurusan IPSsebagai berikut.

Sebelum melaksanakan pembelajaran, tutor

terlebih dahulu menyusun perencanaanpembelajaran yang meliputi: kalender pendidikan,program tahunan, program semester, silabus, danrencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).Penyusunan rencana pembelajaran mengacu padaPermendiknas no. 14 tahun 2007 tentang StandarIsi Pendidikan Kesetaraan, khususnya untukprogram Paket C. Silabus TIK disusun olehinstruktur kursus yang mengacu pada KurikulumBerbasis Kompetensi (KBK) yang diterbitkan olehDirektorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan.

Pengorganisasian pembelajaran terdiri dari:pemilihan metode yang tepat dan bervariasi,pemilihan media dan sumber belajar yang ada dilingkungan, dan pemilihan teknik dan alat penilaiansesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan.Sedangkan pelaksanaan pembelajaran merupakandari RPP sesuai dengan Permendikbud Nomor 3Tahun 2008 tentang Standar Proses PendidikanKesetaraan. Pembelajaran dilaksanakan sesuaidengan jadwal yang telah disepakati antara tutordengan peserta didik. Pembelajaran akademikdilaksanakan 3 hari dalam seminggu dengan pola

Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)

39 40

Page 24: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

memiliki minimal 10 unit komputer besertaperangkat-perangkatnya dan akses internet danhotspot.

Untuk menjamin terpenuhinya hak dankebutuhan peserta didik, serta kesinambunganpelaksanaan program dilakukan pengelolaanprogram dengan prinsip partisipatoris, danmenerapkan manajemen berbasis masyarakat.Peran PKBM: (1) Merekrut peserta didik, pendidik,dan mitra vokasi; (2) Melaksanakan pembelajaranakademik sesuai dengan tingkatan akademikpeserta didik; (3) Mengoordinir penyelenggaraanprogram, meliputi jadwal pembelajaran danpenilaian; dan (4) menginput penilaian matapelajaran TIK dari LKP. Sedangkan peran LKP: (1)Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran;(2) Melaksanakan pembelajaran vokasi; (3)Melaksanakan penilaian; dan (4) Menyerahkanhasil penilaian kepada pengelola PKBM.

Pembiayaan dalam model ini meliputi: (1)Biaya investasi, operasional, dan personal dapatdiperoleh dari pemerintah, pemerintah daerah,yayasan, partisipasi masyarakat dan/atau pihak lainyang tidak mengikat. Biaya operasional digunakanuntuk pembelajaran mata pelajaran normatif danadaptif, (2) Biaya keterampilan terstruktur meliputibiaya pembelajaran vokasi dan biaya ujikompetensi. Untuk pembelajaran akademikdibutuhkan biaya sebesar Rp 1.700.000,00 perpeserta didik, sedangkan untuk pembelajaranvokasi dan uji kompetensi dibutuhkan biayasebesar Rp 1.500.000,00 per peserta didik.

Untuk mengukur pencapaian hasil belajarpeserta didik dilakukan penilaian. Penilaianpendidikan merupakan proses pengumpulan danpengolahan informasi yang mencakup ulanganharian, ulangan tengah semester, ulangan akhirsemester, dan ujian tingkat kompetensi (kenaikankelas) atau uji kompetensi. Pendekatan penilaianyang digunakan adalah penilaian acuan kriteria(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaiankompetensi yang didasarkan pada kriteriaketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan

kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukanoleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkantingkat kemampuan rata-rata peserta didik,kompleksitas kompetensi, serta kemampuansumber daya pendukung meliputi warga satuanpendidikan, sarana dan prasarana dalammenyelenggarakan program.

Penentuan nilai rapor ditetapkan denganrumus:

Keterangan: N = Nilai mata pelajaranNH = Nilai Harian

NTS = Nilai Tengah SemesterNS = Nilai semester

Jika N < KKM, berarti belum tuntasJika N ≥ KKM, berarti telah mencapai ketuntasan

Hasil pendidikan terakhir yang telahdicapai, dibuktikan dengan dokumen resmi yaiturapor dan sertifikat komputer.

Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)

41 42

Tenaga kependidikan atau biasa disebutpengelola dalam pelaksanaan program ini adalahsekelompok orang yang memiliki kemauan dankemampuan untuk mengelola program. Unsuryang terlibat dapat bersumber dari SPNF, sepertiPusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), LKP,dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yangmemenuhi kriteria berikut.1. Pendidikan minimal SLTA/sederajat;2. Mau dan mampu menerapkan program

pembelajaran;3. Sehat jasmani dan rohani;4. Memiliki kesediaan untuk melayani

masyarakat;5. Memiliki kompetensi berbagai keterampilan

khususnya berkaitan dengan ProgramPendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi;

6. Bersedia untuk memberikan sejumlah aksesdalam Program Pendidikan Kesetaraan Paket CVokasi.

Kewajiban pengelola1. Menyiapkan seluruh aspek kebutuhan dalam

penyelenggaraan pembelajaran.2. Menata jalannya proses penyelenggaraan

program3. Memelihara sarana dan prasarana selama

berlangsungnya proses penyelenggaraanprogram

4. Menginventarisasi segala hal yang menyangkutpenyelenggaraan

5. Menjalin kerjasama dengan LKP dalampenyelenggaraan vokasi.

Hak pengelola:1. Mendapat insentif sesuai dengan tugasnya2. Memberikan masukan terhadap proses jalannya

program.

Untuk melaksanakan pembelajaran vokasi,SPNF bekerjasama dengan mitra vokasi. Mitravokasi adalah satuan pendidikan LKP yang

menyelenggarakan pembelajaran vokasi secaraterstruktur. Kriteria mitra vokasi adalah:1. Memiliki nomor induk lembaga kursus

(NILEK);2. Memiliki ijin operasional3. Memiliki akte notaris4. Memiliki Instruktur yang berkompeten;5. Memiliki sarana dan prasana yang memadai;6. Memiliki ruang teori dan ruang praktik7. Memiliki papan nama program

Untuk mendukung penyelenggaraankegiatan pembelajaran dibutuhkan sarana danprasarana. Pengadaan sarana dan prasarana baik diPKBM maupun di LKP perlu disesuaikan denganjumlah peserta didik, kondisi sosial, budaya, danjenis layanan, sebagai berikut:

1. Memiliki ruangan belajar (di LKP terpisahruang teori dan praktik), ruang kantor, dankamar mandi/jamban. Tempat belajar TIKberada dalam ruang kelas yang memilikijaringan telepon kabel dan terdapat BasedTransporder Station (BTS).

2. Memiliki papan nama kegiatan3. Memiliki meja dan kursi sesuai dengan

kebutuhan peserta didik.4. Memiliki fasilitas penerangan dan air bersih.5. Memiliki bahan ajar setiap mata pelajaran

dengan perbandingan 1:1. Bahan ajar akademikyang digunakan adalah modul Paket C Mahir 1,sedangkan untuk TIK digunakan bahan ajaryang disesuaikan dengan materi TIK.

6. Memiliki buku administrasi terdiri dari :a. Administrasi umum, yang terdiri dari buku

induk peserta didik, buku daftar hadir pesertadidik, pendidik dan pengelola.

b. Administrasi keuangan, meliputi buku kas,buku pengeluaran dan penerimaan uang.

c. Administrasi pembelajaran, yaitu jadwalkegiatan belajar, buku program tahunan,program semester, silabus, RPP, agendapembelajaran, dan daftar nilai.

7. Untuk praktik komputer, LKP dipersyaratkan

Page 25: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

karakteristik yang sama, yakni daerah yangmembutuhkan tenaga komputer.

SaranBerdasarkan hasil penelitian dan

simpulannya, maka beberapa yang perludisarankan, yaitu:1. Bagi satuan pendidikan yang tidak memiliki

sarana dan prasarana komputer, dapat membinakemitraan dengan dengan Lembaga Kursus danPelatihan (LKP) dan membuat akad kerja samasehingga masing-masing pihak memahami tugasdan tanggung jawab masing-masing.

2. Kepada satuan pendidikan, baik penyelenggaraPaket C maupun LKP diharapkan dapatmemfasilitasi peserta didik untuk uji kompetensidengan cara mendaftarkan peserta didik ketempat uji kompetensi terdekat sesuai jenisvokasi yang diikuti peserta didik Paket C.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tentangSistem Pendidikan Nasional. Jakarta :CV.Madya Duta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007.Permendiknas No. 14 tentang . Standar IsiPendidikan Kesetaraan. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Permendiknas No. 3 tentang . Standar ProsesPendidikan Kesetaraan. Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013.Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentangStandar Kompetensi Lulusan PendidikanDasar dan Menengah. Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013.Permendikbud No. 66 tentang StandarPenilaian Pendidikan. Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014.Permendikbud No. 104 tentang PenilaianHasil Belajar Oleh Pendidik PadaPendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015.Peraturan Pemerintah No. 13 tentangPerubahan Kedua Atas PP No. 19 TentangStandar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif danR&D). Bandung : Alfabeta.

Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)Model Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi (Rumpun TIK)

43 44

Pengamatan terhadap penyelenggaraanprogram dapat dilihat pada tabel berikut.

Keterangan

Pembahasan Hasil PenelitianHasil penyelenggaraan program

menunjukkan bahwa secara keseluruhankomponen-komponen penyelenggaraan programmencapai hasil yang sangat baik. Sedangkan untuk

hasil pembelajaran akademik dapat dilihat padatabel berikut:

Berdasarkan data pada tabel di atas terlihatbahwa seluruh peserta didik dapat mencapaiketuntasan untuk mata pelajaran PendidikanAgama, Pendidikan Kewarganegaraan, Sejarah,Geografi, Sosiologi, Seni Budaya, PendidikanJasmani Olah Raga dan Kesehatan, serta TIK.Sedangkan mata pelajaran Bahasa Indonesia,Bahasa Inggris, Matematika masih ada yang belumtuntas.

Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dari20 peserta didik terdapat 19 orang (95%) yangmencapai KKM, sementara 1 orang (5%) belum

mencapai KKM. Untuk mata pelajaran BahasaInggris, 11 orang (55%) mencapai KKM dan 9orang (45%) belum mencapai KKM. Pada matapelajaran Matematika, 14 orang (70%) mencapaiKKM dan 6 orang (30%) tidak mencapai KKM.Mata pelajaran Ekonomi, terdapat 19 orang (95%)yang mencapai KKM, sementara 1 orang (5%)belum mencapai KKM. Secara keseluruhan, nilairata-rata mata pelajaran yang belum mencapaiKKM hanya Bahasa Indonesia yaitu 68,25sedangkan nilai KKM adalah 70.

Berdasarkan tabel nilai ujian tengahsemester diketahui bahwa jumlah seluruh nilai rata-rata peserta didik adalah 1526,42 sehingga dayaserap klasikal dari 20 peserta didik adalah = 76,32.Khusus untuk mata pelajaran TIK, jumlah nilairata-rata peserta didik adalah 1587 sehingga dayaserap = 79,35 dengan KKM 70 dinyatakan tuntas.

SimpulanModel Pendidikan Kesetaraan Paket C

Vokasi (Rumpun TIK) menjadi potensi strategisbagi perluasan akses layanan PendidikanKesetaraan karena dapat memberikan pelayananpendidikan kepada anak bangsa dan masyarakatdalam mempersiapkan generasi yang siap untukmelanjutkan pendidikan atau memasuki duniakerja.

Model Pendidikan Kesetaraan Paket CVokasi (Rumpun TIK) memiliki beberapakekuatan/ keunggulan antara lain dapat memenuhikebutuhan masyarakat yang tidak dapat mengikutipendidikan SMA/MA pada jalur pendidikanformal. Selain itu memberi bekal keterampilankomputer pada peserta didik dalam menyiapkandiri memasuki dunia kerja.Dari hasil pengembangan, model ini mendapatrespon yang positif dari pengelola, masyarakat,pendidik dan akademisi yang terlibat dalampengembangan model ini sehingga diharapkanhasil pengembangan ini dapat disosialisasikan dandisebarluaskan khususnya di daerah yang memiliki

Page 26: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

BK di Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD) dilaksanakan untuk memfasilitasipertumbuhan dan perkembangan intelektual,emosional, maupun spritual anak secaraoptimal. Guru dan orang tua memegangperanan penting dalam BK ini sehingga perludan harus memahami serta memiliki kecakapandalam pelaksanaannya. Kegiatan BK di PAUDdiarahkan agar anak dapat bersosialisasidengan teman-temannya yang baru ketika padasaat awal masuk sekolah. Dalam pelaksanaanBK, Satuan PAUD memerlukan kerjasamadengan lembaga yang bergerak dalamperlindungan anak begitu juga dengan pihakkepolisian, rumah sakit, dan lembaga bantuanhukum jika anak mengalami kekerasan seksualmaupun kekerasan dalam bentuk lainnya.Satuan PAUD dapat juga bermitra denganlembaga psikologi dan lembagapengembangan bakat minat dalammemfasilitasi dan mengarahkan potensi yangada pada anak. Melalui jaringan yangterbangun ini Satuan PAUD dan orangtua akanmengetahui apa yang harus dilakukan dalammengatasi bakat minat dan permasalahan anak.

Layanan bimbingan konseling pada anakusia dini ini sangat berbeda dengan konselingpada anak remaja atau dewasa. Pada konselinganak remaja maupun dewasa pemecahanmasalah serta tanggung jawab terhadap pilihanada pada tangan konseling itu sendiri, namunpada anak usia dini yang masih dibawah usiapendidikan dasar yakni 0-6 tahun prosesberpikir secara logis atau nalar masih belumterbentuk. Selain itu, usia ini masih merupakanusia bermain sehingga rasa tanggung jawabnya

masih dalam proses pembentukan. Dengandemikian, guru atau konselor masih memegangperanan penting dalam memecahkan masalah.Karakteristik kemitraan bimbingan konselingdi PAUD menerapkan prinsip sebagai berikut :(1) Lakukan dengan hati; (2) Hargai setiapindividu anak; (3) Jaga kerahasiaan; (4)Kerjasama yang baik dengan orang tua anak;(5) Bermitra dalam mengatasi permasalahananak.

TINJAUAN PUSTAKAKonsep Dan Bentuk Kemitraan Bk DiPAUD

Menurut Syaodih & Agustin (2011:1.6)menyatakan bahwa “bimbingan dan konselinguntuk anak usia dini diartikan sebagai upayabantuan yang dilakukan guru/ pendampingterhadap anak usia dini agar anak dapat tumbuhdan berkembang secara optimal serta mampumengatasi permasalah-permasalahan yangdihadapinya”.

Kemitraan merupakan bentuk kerjasamayang melibatkan peran individu maupunkelompok untuk mencapai tujuan tertentu yangmelibatkan sikap perilaku, nilai, sertadiwujudkan melalui teknik tertentu dan BKatau Bimbingan Konseling adalah prosespemberian bantuan yang dilakukan seorangguru atau konselor yang memiliki pribadi yangbaik dan pendidikan yang memadai kepadaseseorang atau beberapa orang individu anakusia dini agar orang yang dibimbing dapatmengembangkan kemampuan dirinya sendiridan mandiri. Kemitraan Bimbingan Konselingdi PAUD adalah bentuk kerjasama antarasatuan PAUD dengan lembaga Peduli Anak

MODEL KEMITRAAN BIMBINGAN KONSELING DI PAUD

Eli Tohonan Tua Pane,M.Pd.Evi Yunita, S.Pd

BP-PAUD dan Dikmas Sumatera UtaraJln. Kenanga Raya No:64 Tanjung Sari.Medan, Sumatera Utara

AbstrakKemitraan merupakan bentuk kerjasama yang melibatkan peran individu maupun kelompok untuk mencapai tujuantertentu yang melibatkan sikap perilaku, nilai, serta diwujudkan melalui teknik tertentu dan Bimbingan Konseling (BK)adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan seorang guru atau konselor yang memiliki pribadi yang baik danpendidikan yang memadai kepada seseorang atau beberapa orang individu anak usia dini agar orang yang dibimbingdapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri. Program Kemitraan BK di PAUD ini secara umumbertujuan untuk menjalin kerjasama dan keselarasan pembinaan anak usia dini di satuan PAUD dengan orangtua danlembaga peduli anak sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai panduan bagi guru dan tenaga kependidikan PAUDdalam membangun kemitraaan strategis untuk menangani permasalahan anak serta mengembangkan potensi yangdimiliki anak agar mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan dapatdiperoleh beberapa hal sebagai berikut : (1) Model Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUD sangat dibutuhkankarena banyak perilaku bermasalah muncul pada anak usia dini akan berlanjut ketika menuju dewasa (2) Bimbingandan konseling di PAUD diperuntukkan tidak hanya bagi anak yang bermasalah tetapi juga bagi anak yang tidakbermasalah. (3) Dengan adanya Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUD maka perkembangan dan pertumbuhananak akan tercapai secara maksimal dan terwujudnya satuan PAUD yang ramah anak; (4) Kemitraan BimbinganKonseling yang terbangun antara lembaga PAUD dengan P2TP2A, Biro Konsultasi Psikologi, Puskesmas akanmembantu lembaga PAUD dan orangtua membantu memahami dan menghadapi anak usia dini dan permasalahannya;(5) Melalui Kemitraan Bimbingan Konseling kerjasama yang selama ini terjalin hanya melalui bahasa, telahditingkatkan menjadi perjanjian kerjasama dalam bentuk nota kesepakatan (MOU) antara lembaga; dan (6) MelaluiKemitraan Bimbingan Konseling guru dan orangtua yang ada di Lembaga PAUD memperoleh pengetahuanbagaimana membangun komunikasi antara guru – orangtua, guru - anak, orangtua – anak.

Kata kunci : Kemitraan, Bimbingan Konseling, PAUD.

PENDAHULUAN

Anak Usia Dini (AUD) adalah individuyang sedang berada dalam proses berkembangyaitu berkembang kearah kematangan ataukemandirian. Untuk mencapai kematangantersebut individu memerlukan pelayananbimbingan dan konseling karena mereka masihkurang memiliki pemahaman dan wawasantentang diri dan lingkungannya, jugapengalaman dalam menentukan arahkehidupannya.

Bimbingan Konseling (BK) diadopsi daribahasa Inggris “Guidance and Counseling”yaitu merupakan suatu proses pemberianbantuan kepada individu yang dilakukan secaraberkesinambungan agar individu tersebutdapat memahami dirinya sehingga dia dapatsanggup mengarahkan dirinya dan dapatbertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutandan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,masyarakat dan kehidupan pada umumnya(Natawidjaja,1987).

Model Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUDModel Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUD

45 46

Page 27: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

pemahaman anak usia dini; (2) Pelaksanaanbimbingan terintegrasi dengan pembelajaran;(3) Pelaksanaan bimbingan dilakukan dalamsuasana bermain; (4) Adanya keterlibatanteman sebaya; (5) Adanya keterlibatan orangtua; (6) Ruang lingkup layanan berupa layananpengumpulan data, layanan informasi, layanankonseling, layanan penempatan, dan layananevaluasi tindak lanjut.

Fungsi Penyelenggaraan Bimbingan danKonseling di PAUD

Ada 4 fungsi PenyelenggaraanBimbingan dan Konseling di PAUD yaitu: (1)Fungsi Pemahaman, usaha bimbingan dankonseling yang dilakukan guru untukmenghasilkan pemahaman yang menyeluruhtentang aspek-aspek sebagai berikut : (a)Pemahaman diri anak didik terutama olehorang tua dan anak; (b) Hambatan atau masalahyang dihadapi anak; (c) Lingkungan anak yangmencakup keluarga dan tempat belajar; (d)Cara-cara penyesuaian dan pengembangandiri; (2) Fungsi Pencegahan, Bimbingan dankonseling dilakukan untuk menghasilkantercegahnya anak dari berbagai permasalahanyang dapat mengganggu, menghambat ataupunmenimbulkan kesulitan dalam prosesperkembangan; (3) Fungsi Perbaikan, usahabimbingan dan konseling menghasilkanperbaikan atau terpecahnya permasalahan yangdihadapi anak usia dini; (4) FungsiPemeliharaan dan Pengembangan, Usahabimbingan dan konseling menghasilkanterpeliharanya dan berkembangnya berbagaipotensi, bakat dan minat anak dalam rangka

perkembangan dirinya secara mantap danberkelanjutan.

KemitraanKemitraan adalah suatu kerja sama

formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untukmencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.Kemitraan yang bisa dilakukan didalam satuanPAUD sangat beragam, misalkan kemitraanterhadap orang tua siswa, instansi kesehatan,organisasi profesi, dan dinas terkait.

Membangun Kemitraan BK di PAUDdilakukan dengan Puskesmas/Dokter,Psikolog, Kepolisian, Lembaga PerlindunganAnak (LPA) seperti P2TP2A, dan LembagaBantuan Hukum (LBH) seperti gambar berikutini.

Adapun peran kemitraan BK di PAUDadalah sebagai berikut: (1) Puskesmas/Dokter,Kemitraan dengan puskesmas dilaksanakanuntuk memberi layanan dalam masalahkesehatan bagi anak usia dini, atau ketika adaanak usia dini mengalami kekerasan seksual,

(LPA) yang melibatkan peran individu maupunkelompok dalam memberikan bantuan kepadaanak usia dini dalam menghadapi ataumencegah terjadinya masalah serta membantuanak dalam mengembangkan bakat minat.POMG atau Persatuan Orangtua, Murid, danGuru merupakan wadah berkumpul danberdiskusi para orang tua atau wali pesertadidik dan guru PAUD dalam memberikandukungan pemikiran, tenaga, dan partisipasidalam berbagai bentuk agar anak dapatberkembang optimal.

Tujuan Kemitraan Bimbingan Konseling diPAUD

Program Kemitraan BK di PAUD inisecara umum bertujuan untuk menjalinkerjasama dan keselarasan pembinaan anakusia dini di satuan PAUD dengan orangtua danlembaga peduli anak sedangkan tujuankhususnya adalah sebagai panduan bagi gurudan tenaga kependidikan PAUD dalammembangun kemitraaan strategis untukmenangani permasalahan anak sertamengembangkan potensi yang dimiliki anakagar mencapai tingkat perkembangan yangoptimal.

Prinsip Kemitraan BK di PAUDLayanan bimbingan konseling pada anak

usia dini ini sangat berbeda dengan konselingpada anak remaja atau dewasa. Pada konselinganak remaja maupun dewasa pemecahanmasalah serta tanggung jawab terhadap pilihanada pada tangan konseli (orang yang menerimakonseling) itu sendiri, namun pada anak usia

dini yang masih dibawah usia pendidikan dasaryakni usia 0-6 tahun proses berpikir secaralogis atau nalar masih belum terbentuk. Selainitu, usia ini masih merupakan usia bermainsehingga rasa tanggung jawabnya masih dalamproses pembentukan. Dengan demikian, guruatau konselor masih memegang perananpenting dalam memecahkan masalah. Prinsipkemitraan bimbingan konseling di PAUD yaitu(1) Kesamaan Hak, Kesejajaran, dan SalingMenghargai dimana kemitraan antara satuanPAUD, orangtua, dan lembaga Peduli Anak(LPA) dapat terjalin dengan baik dan harmonisapabila semua unsur yang terlibat memilikikesamaan hak, kesejajaran, dan salingmenghargai sesuai dengan peran dan fungsimasing-masing: (2) Berorientasi PemecahanMasalah dimana semua yang terlibat dalamprogram kemitraan bimbingan konseling fokuspada pemecahan masalah anak dan tidakmenambah masalah: (3) Pengarusutamaan(Mainstream) Anak dimana mengedepankanpeluang dan kesempatan partisipasi kepadaanak serta menghargai dan memihak padakepentingan terbaik anak; dan (4) Saling Asah,Asih dan Asuh dimana prinsip saling asah, asihdan asuh dapat mewujudkan kerjasama yangbaik dalam menangani permasalahan anak danmeningkatkan bakat minat anak.

Ciri Penyelenggaraan Kemitraan BK diPAUD

Dalam Penyelenggaraan KemitraanBimbingan Konseling di PAUD dilaksanakansebagai berikut ini: (1) Proses bimbingan dankonseling harus sesuai dengan pola pikir dan

Model Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUDModel Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUD

47 48

Page 28: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

Tingkat kepercayaaan. Melihat tingkatkepercaya orangtua terhadap lembaga PAUDketika telah melakukan Kemitraan BimbinganKonseling. Dalam Kemitraan BimbinganKonseling lembaga PAUD menjalin kerjasamadengan lembaga yang memiliki perhatianterhadap anak, dalam hal ini untuk melihattingkat kepercayaan guru terhadap kemampuandalam menangani anak, mengenal anak danmelakukan konseling kepada orangtua. b)Tingkat kerjasama. Melihat tingkat kerjasamaorangtua dengan pihak sekolah dalammengikuti kegiatan di lembaga PAUD. c)Tingkat pengetahuan. Melihat tingkatpengetahuan orangtua mengenai memahamitumbuh kembang anak. Apa yang menjadi hakanak dan apa yang harus dilakukan ketika anakmengalami kekerasan baik fisik maupunverbal. Melihat tingkat pengetahuan gurumengenai pengarsipan kasus anak, tumbuhkembang anak, mengadakan bimbingankonseling dengan orangtua, dan bakat minatanak. Dari data yang dikumpulkan maka :

1. Angket OrangtuaPernyataan yang disajikan dengan

memberikan pilihan jawaban dengan nilai 4,3,2,dan 1. Sehingga jika dibagi menjadi 3 kategoripenilaian yaitu rendah, sedang dan tinggi makapada kategori rendah skornya adalah dari 0sampai dengan 1,3. Sedangkan untung kategorisedang dari 1,3 sampai dengan 2,6 dan untukkategori tinggi mulai dari 2,6 sampai 4. Daritiga variabel angket yang disebarkan kepadaorangtua maka diperoleh data sebagai berikut :

Dari grafik diatas dapat kita lihat hasil angketkepercayaan per item pernyataan besertakategori penilaiannya.

1. Saya merasa lebih tenang setelah bertemudengan guru untuk membicarakan masalahanak saya. (tinggi)

2. Anak saya lebih berani memperlihatkanhasil kerjanya di sekolah kepada kami.(tinggi)

3. Saya dapat menerima segala kondisi anaksaya pada saat ini. (tinggi)

4. Saya ingin anak saya memiliki kepintaranlebih dari pada anak lain. (tinggi)

5. Ketika tiba di sekolah anak saya langsungbermain dengan teman-temannya. (tinggi)

6. Anak saya menuntut sesuatu yang diluarkemampuan saya. (sedang)

7. Guru mengajak membahas masalah anaksecara bersama. (tinggi)

8. Saat menghadapi masalah anak di sekolahsaya merasa malu. (sedang)

9. Sekolah memberi kesempatan kepada anakuntuk melakukan kegiatan yang sesuaidengan bakat minat anak. (tinggi)

Untuk variabel kerjasama orang tua dapatdilihat dari grafik dibawah ini :

puskesmas dapat menjadi pusat rujukan; (2)Psikolog untuk memberi layanan psikologiyang berhubungan dengan masalah emosionalatau tumbuh kembang anak. Jika ada anak yangmengalami kekerasan seksual maka psikologakan memberi pendampingan secara psikologimembangun kembali rasa percaya diri anak;(3) Kepolisian memberi layanan untuk anakbagaimana anak dapat menjaga keamanandirinya; (4) Lembaga pemerhati anak, lembagaini memberi pendampingan ketika anakmengalami kekerasan baik di rumah maupun dilingkungan sekolah. Pendampingan diberikanketika melapor ke polisi dan rumah sakit untukmendapatkan visum (bila diperlukan). Ditingkat Kabupaten/Kota ada P2TP2A; dan (5)Lembaga Bantuan Hukum (LBH), memberibantuan hukum ketika Anak Berhadapandengan Hukum (ABH) atau anak mengalamikekerasan baik di rumah maupun di sekolaholeh lembaga bantuan hukum. Kegiatanbantuan hukum ini bisa bekerjasama denganP2TP2A.

METODE

Kemitraan Bimbingan Konseling diPAUD dilaksanakan dalam kegiatanpembelajaran sebagai berikut: (1)Mengidentifikasi permasalahan dan bakatminat anak; (2) Melatih kemampuan adaptasibelajar anak sejak awal; (3) Meningkatkankemampuan komunikasi verbal; (3)Mengenalkan anak pada lingkungan duniasekitar, seperti orang, benda, tumbuhan, danhewan; dan (4) Memberikan dasar-dasar

pembelajaran berikutnya, seperti mengingat,membaca, menulis, dan berhitung sederhana.

Kemitraan bimbingan konseling diPAUD dilaksanakan secara terpadu denganenam aspek perkembangan anak usia dini.Perlu ada kerjasama terpadu antara gurusebagai konselor dan orang tua peserta didikagar tujuan yang diharapkan dapat tercapaisecara optimal.

Adapun materi pembelajaran dalamKemitraan Bimbingan Konseling di PAUDdilakukan seperti pada Tabel berikut ini.

Tabel 1. Pembelajaran Kemitraan Bimbingan

HASILDAN PEMBAHASAN

Pengumpulan data yang dilakukanmelalui instrumen ujicoba denganmenggunakan angket orang tua dan angketguru untuk mengukur tiga aspek yaitu : a)

Model Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUDModel Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUD

49 50

Page 29: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

pada kategori rendah skornya adalah dari 0samai dengan 1,3. Sedangkan untung kategorisedang dari 1,3 sampai dengan 2,6 dan untukkategori tinggi mulai dari 2,6 sampai 4.

Dari tiga variabel angket yang disebarkankepada guru maka diperoleh data sebagaiberikut :

Dari grafik diatas dapat kita lihat hasil angketkepercayaan per item pernyataan besertakategori penilaiannya.

1. Saya membuat catatan yang rapi mengenaisemua informasi anak didik saya. (tinggi)

2. Orang tua murid menuntut sesuatu yangdiluar kemampuan saya. (sedang)

3. Setiap anak diberi kesempatan untukmengembangkan bakat minatnya disekolah.(tinggi)

4. Saya kurang mampu memahami perasaananak didik. (sedang)

5. Saya member kesempatan semua anakuntuk bertanya pada saat kegiatan belajar.(tinggi)

6. Saya member waktu kepada anak didikuntuk berbicara tentang apa yang merekarasakan sebelum memulai pelajaran.(tinggi)

Untuk variabel kerjasama guru dapat dilihatdari grafik dibawah ini :

Dari grafik diatas dapat kita lihat hasil angketkerja sama per item pernyataan besertakategori penilaiannya.

1. Saya merasa terganggu ketika mengajar adaanak-anak yang bertengkar, namun sayatidak menanggapinya. (sedang)

2. Saya mengalami kesulitan ketikamembicarakan masalah anak kepada orangtua. (sedang)

3. Orang tua murid mempunyai waktu ketikapihak sekolah meminta datang ketika adapertemuan disekolah. (tinggi)

4. Pihak sekolah megajak guru-guru untukmembahas masalah anak denganmengundang lembaga pemerhati anak.(tinggi)

5. Saya ingin apa yang diajarkan disekolahdapat diterapkan orang tua juga di rumah.(tinggi)

6. Orang tua tidak mempunyai waktu ketikadiundang datang kesekolah. (sedang)

7. Orang tua memberi izin jika anaknyadiikutkan dalam kegiatan disekolah. (tinggi)

8. Pada saat menghadapi masalah anak sayadan orang tua murid membicarakannyasampai tuntas. (tinggi)

9. Orang tua menyerahkan semua persoalananak disekolah kepada guru. (sedang)

10. Sekolah membuat jadwal pertemuan orangtua untuk membahas masalah anak denganpuskesmas, psikolog, kepolisian ataulembaga pemerhati anak. (tinggi)

11. Semua informasi tentang anak didik akandiinformasikan ke orang tua. (tinggi)

Dari grafik diatas dapat kita lihat hasil angketkerja sama per item pernyataan besertakategori penilaiannya.1. Saat menghadapi permasalahan anak, saya

dan guru membicarakannya sampai selesai.(tinggi)

2. 2.Permasalahan anak saya disekolahmenurut saya semuanya urusan guru.(tinggi)

3. Setiap ada pertemuan orang tua di sekolahsaya menunggu informasi dari orangtuamurid lain. (tinggi)

4. Pertemuan orangtua yang diadakan pihaksekolah bermanfaat untuk lebih memahamitumbuh kembang anak. (tinggi)

5. Saya memberi izin anak jika mengikutikegiatan di sekolah. (tinggi)

6. Guru disekolah tidak peduli dengan masalahyang sering di alami anak saya. (tinggi)

7. Sekolah anak saya jarang mengadakanpertemuan untuk membahas permasalahananak. (tinggi)

8. Saya sering dipanggil pihak sekolahberhubungan dengan masalah anak saya.(tinggi)

9. Sekolah jarang menginformasikan masalahanak ke orangtua. (tinggi).

Untuk variable kerjasama orang tua dapatdilihat dari grafik dibawah ini :

Dari grafik diatas dapat kita lihat hasilpengetahuan sama per item pernyataan besertakategori penilaiannya.

1. Saya kurang mengerti mengenai tumbuhkembang anak saya. (tinggi)

2. Saya mengetahui bakat minat anak sayasetelah masuk di sekolah. (sedang)

3. Informasi yang diberikan ketika pertemuanorangtua memberi pengetahuan bagaimanasaya mendidik anak dirumah. (tinggi)

4. Saya bingung menghadapi anak saya dirumah dan disekolah. (sedang)

5. Setiap anak di beri kesempatan untukmelakukan kegiatan bermain. (tinggi)

6. Anak saya memahami cara menjagakeselamatan dirinya. (tinggi)

Dari tiga angket yang disebarkan kepadaorangtua yaitu angket tentang kepercayaan,kerja sama dan pengeahuan orang tuayangberjumlah 24 item pernyataan, diperoleh hanya2 item pernyataan yang hasilnya berada padakategori sedang. Artinya setelah diadakanbimbingan konseling maka kepercayaan, kerjasama dan pengetahuan orang tua mejadi tinggi.

2. Angket GuruPernyataan yang disajikan dengan memberikanpilihan jawaban dengan nilai 4,3,2 ,dan 1.Sehingga jika dibagi menjadi 3 kategoripenilaian yaitu rendah, sedang dan tinggi maka

Model Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUDModel Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUD

51 52

Page 30: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

memahami dan menghadapi anak usia dini dan per‐masalahannya; dan (5) Melalui Kemitraan Bimbin‐gan Konseling kerjasama yang selama ini terjalinhanya melalui bahasa, telah ditingkatkan menjadiperjanjian kerjasama dalam bentuk nota kesepa‐katan (MOU) antara lembaga; (6) Melalui Kemi‐traan Bimbingan Konseling guru dan orangtuayang ada di Lembaga PAUD memperoleh penge‐tahuan bagaimana membangun komunikasi antaraguru – orang tua, guru - anak, orangtua – anak.

REKOMENDASI

Dari penelitian ini akan direkomendasikanbeberapa hal sebagai berikut: (1) KemitraanBimbingan Konseling di PAUD yang sudah terjalindengan baik agar lebih ditingkatkan untuk menda‐patkan hasil yang lebih maksimal; (2) Orangtuaagar diajarkan tehnik bimbingan konseling se‐hingga dapat melakukannya di rumah ketika meng‐hadapi permasalahan pada anak ataupun padakeluarganya.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2003).Undang-Undang Republik Indonesia No. 20Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV.Madya Duta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.(2014).Permendikbud RI No. 137 Tahun 2014tentang Standar Nasional Pendidikan AnakUsia Dini. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.(2014).Permendikbud RI No. 146 Tahun 2014tentang Kurikulum Pendidikan Anak UsiaDini tahun 2013. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2015).Permendikbud RI No. 160 Tahun 2015tentang Pemberlakuan Kurikulum 2013 dan2006. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional.(2015).Peraturan Pemerintah No. 13Tentang Perubahan Kedua Atas PPNo. 19 Tahun 2005 Tentang StandarNasional Pendidikan. Jakarta.

Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas.(2016).Pedoman PengembanganModel PAUD dan Dikmas. Jakarta.

Erman Amti, Prayitno. (1997). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta

Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005tentang Program Peningkatan Kese‐jahteraaan dan Perlindungan Anak

Syaodih, Ernawulan & Agustin, Mubiar.2011. Bimbingan Konseling untukAnak Usia Dini : Materi PokokPAUD4406/Modul 1-9. Jakarta: Uni‐versitas Terbuka.

Suyadi. (2009). Bimbingan Konselinguntuk PAUD, Diva Press.

Sulitryarini. (2014). Dasar-DasarKonseling. Jakarta Prestasi Pustaka

Untuk variable pengetahuan guru dapatdilihat dari grafik dibawah ini :

Dari grafik diatas dapat kita lihat hasil angketpengetahuan per item pernyataan besertakategori penilaiannya.

1. Informasi tentang tumbuh kembang anakyang diberikan oleh lembaga pemerhatianak mempermudah saya memahami anak.(tinggi)

2. Anak didik yang mandiri akan mudahmenerima pelajaran. (tinggi)

3. Saya lebih mudah menerangkan kesehatanreproduksi kepada anak setelah memperolehinformasi dari pihak puskesmas. (tinggi)

4. Saya menjadi lebih memahami anak danpermasalahannya setelah pertemuan denganlembaga pemerhati anak. (tinggi)

5. Saya mengajarkan anak bagaimana caramenjaga keamanan diri baik disekolahmaupun di rumah. (tinggi)

6. Masalah anak usia dini semakin sayapahami setelah melalui penjelasan psikolog.(tinggi)

7. Saya menerapkan ilmu bimbingankonseling dalam mendidik anak diluarkelas. (sedang)

Dari tiga angket yang disebarkan kepadaguru yaitu angket tentang kepercayaan, kerjasama dan pengeahuan yang berjumlah 24 item

pernyataan, diperoleh hanya 7 item pernyataanyang hasilnya berada pada kategori sedang.Artinya setelah diadakan bimbingan konselingmaka kepercayaan, kerja sama danpengetahuan guru menjadi tinggi.

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang dilakukandengan melihat hasil pengembangan dan pem‐bahasan/ analisis Model Kemitraan BimbinganKonseling di PAUD maka dapat disimpulkansebagai berikut : (1) Model KemitraanBimbingan Konseling di PAUD sangat dibu‐tuhkan karena banyak perilaku bermasalahmuncul pada anak usia dini dan akan berlanjutketika dewasa yang disebabkan oleh masa diwaktu kecil sehingga anak PAUD memerlukanlayanan BK untuk mencapai suatuperkembangan optimal; (2) Bimbingan dankonseling di PAUD diperuntukkan tidak hanyabagi anak yang bermasalah tetapi juga bagianak yang tidak bermasalah. Bagi anak yangbermasalah dilakukan tindakan kuratifsedangkan bagi anak yang tidak bermasalahdilakukan tindakan preventif sehinggapermasalahan anak dapat diantisipasi sedinimungkin; (3) Dengan adanya KemitraanBimbingan Konseling di PAUD makaperkembangan dan pertumbuhan anak akantercapai secara maksimal dan terwujudnyasatuan PAUD yang ramah anak; (4) KemitraanBimbingan Konseling yang terbangun antaralembaga PAUD dengan P2TP2A, Biro Konsul‐tasi Psikologi, Puskesmas akan membantu lem‐baga PAUD dan orangtua membantu

Model Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUDModel Kemitraan Bimbingan Konseling di PAUD

53 54

Page 31: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

sebagai panduan bagi keluarga, satuanpendidikan penyelenggara program kesetaraanuntuk menyelenggarakan program pelibatankeluarga serta pemangku kepentingan lainnya.

Sasaran;Sasaran pengguna model adalah Satuan

Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan(PKBM),Komite satuan pendidikan, Keluarga/orang tua peserta program kesetaraan, Dinaspendidikan Kabupaten/kota dan mitrapendidikan keluarga

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKABERPIKIRTeori Morisson;Morisson menguraikan keterlibatan orang tuasebagai suatu proses yangmana orangtuamenggunakan segala kemampuannya untukmereka sendiri, anak-anaknya, dan programyang dijalankan anak itu sendiri.

Teori Greenberg;Menurut teori Greenberg keterlibatan orangtuadi sekolah akan meringankan guru dalammembina kepercayaan diri anak, mengurangimasalah disiplin murid dan meningkatkanmotivasi anak. Para guru yang menganggaporangtua sebagai pasangan atau rekan kerjayang penting dalam pendidikan anak akansemakin menghargai dan terbuka terhadapkesediaan kerjasama dengan orangtua.Teori chattermole dan robinsonMenurut teori ini hubungan antara guru danorang tua terjadi karena terjalin komunikasiyang baik. Bentuk Pelibatan Orang Tua diSekolah dan Rumah; Epstein mengungkapkanterdapat enam bentuk kemitraan dengan orangtua yaitu: parenting, komunikasi, volunteer,

melibatkan orang tua dalam pembelajaran anakdi rumah, pengambilan keputusan, dankolaborasi dengan kelompok masyarakat(Coleman, 2013: 25-27).Manfaat Pelibatan Orang tuaa. Manfaat bagi satuan pendidikan;

Pihak satuan pendidikan dalam hal ini timpengajar akan memperoleh informasi khusustentang anak dari orang tua yang dapatmemudahkan mereka dalammenyelenggarakan pembelajaran.

b. Manfaat bagi orang tuaInformasi berharga tentang anak jugadidapatkan orang tua dalam pelibatannya disekolah. Orang tua menjadi tahu bagaiamanaperkembangan anaknya di satuanpendidikan, cara anak berinteraksi denganorang lain, cara dan model guru dalammemberikan pembelajaran sehinggapembelajaran dapat kembali diteruskan dirumahManfaat lain yang dapat diperoleh orang tuaadalah meningkatkan kreativitas orang tua.Keterlibatan orang tua di sekolah akanmenstimulasi kreativitas yang dimiliki untukmendukung keterampilan anak yang muncul,baik ketika di rumah atau di masyarakat.(Coleman, 2013: 75)

c. Manfaat bagi anakSinergi antara hubungan sekolah dengankeluarga khususnya orang tua, memberikandampak positif bagi perkembangan anak.

Kerangka Berpikir;Model pelibatan keluarga padapenyelenggaraan pendidikan kesetaraanbertujuan untuk meningkatkan partisipasi

Model Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan KesetaraanModel Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan

55 56

MODEL PELIBATAN KELUARGA PADA PENYELENGGARAANPENDIDIKAN KESETARAAN

Lenni Arta FS Sinaga

Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Mayarakat Sumatera UtaraJalan Kenanga Raya No.64 Tanjung Sari, Kota Medan

Penelitian bertujuan untuk mengembangkan dan mengujicobakan model pelibatan keluarga pada penyelenggaraanpendididikan kesetaraan. Pendekatan yang dilakukan adalah penelitian pengembangan (Research and Development)melalui empat tahapan utama yaitu: 1. Studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi riil dan kebutuhan implementasipelibatan keluarga; 2.Validasi model dengan melibatkan pakar, dinas pendidikan,masyarakat, akademisi dan direktoratpembinaan keluarga; 3.Ujicoba konseptual untuk menerapkan model pada sasaran terbatas di Pusat Kegiatan BelajarMasyarakat (PKBM) yaitu PKBM Bahari Kab Serdang Bedagai) 4. Ujicoba operasional pada sasaran yang lebih luas(PKBMAl Habib Kab Serdang Bedagai, PKBMGenerasi Amanah dan PKBMKaryaMuda Kab,Deli Serdang).Hasildari analisis uji keefektifan model dengan menggunakan t-test sampel diperoleh informasi bahwa semua variablememiliki nilai perubahan signifikansi (2 tailed) yaitu 0.000 (dibawah 0.05). Hasil tersebut berarti bahwa terdapatpengaruh yang signifikan model terhadap keterlibatan orang tua setelah diterapkan model. Selanjutnya berdasarkananalisis uji keterlaksanaan dan kepraktisan maka terbukti model sangat terlaksana dan sangat praktis, Berdasarkananalisis uji kemenarikan terbukti bahwa model sangat menarik untuk diterapkan. Kesimpulan dari penelitian adalahModel Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Program Kesetaraan dapat meningkatkan partisipasi orang tua dandukungan orang tua untuk implementasi pendidikan keluarga baik di rumah maupun di PKBM, meningkatkankomunikasi yang efektif antara wali kelas dengan orang tua di PKBM.Tanggapan pengelola PKBM sebagai penggunamodel menyatakan bahwa model sangat penting diterapkan, sangat bermanfaat digunakan, sangat praktis dilaksanakan,sangat menarik karena merupakan hal yang baru.Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi orang tua dalam bingkaipengembangan Model Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Program Kesetaraan adalah komitmen pimpinan,dukungan pendidik dan pengelola, dukungan orang tua di rumah dan di PKBM, peran orang tua pada kelas orang tua,peran orang tua pada kelas inspirasi serta sarana komunikasi (paguyuban orang tua).Kata kunci : Pelibatan keluarga, penyelenggaran pendidikan kesetaraan

PENDAHULUANLatar Belakang

Keterlibatan keluarga di satuanpendidikan sangat penting karena selainmemberikan pengaruh yang signifikanterhadap pengembangan karakter dan budayaliterasi juga memperbaiki pandangan orang tuaterhadap satuan pendidikan, meningkatkankepuasan terhadap guru dan mempererathubungan dengan anak bahkan untuk satuanpendidikan sendiri dapat memperbaiki iklimsatuan pendidikan, meningkatkan kualitassatuan pendidikan dan mengurangi masalahkedisiplinan.

Pelibatan keluarga sebagai salah satuupaya membangun ekosistem pendidikansesuai visi Kementerian Pendidikan danKebudayaan diharapkan dapat dilaksanakandengan baik dan bermakna. Peraturan MenteriPendidikan dan kebudayaan RepublikIndonesia Nomor 30 Tahun 2017 dan PetunjukTeknis No. 127 tahun 2017 telah jelas dan tegasdiundangkan sebagai payung hukum pelibatankeluarga pada penyelenggaraan pendidikan.Khusus pada lampiran 6 mengatur secarakhusus tentang Pelibatan Keluarga padaPenyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan.

Untuk mempermudah implementasikebijakan tersebut maka dibutuhkan model

Page 32: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

Teknik dan Instrumen Pengumpulan DataPada kegiatan ujicoba yang diterapkan adalahmodel dan perangkat pendukung model. Untukmengumpulkan hasil penerapan dilakukanpendokumentasian, Observasi, wawancara danpengisian angket dan kuesioner.Variabel penelitian/Faktor Determinan Modelpelibatan keluarga dikembangkan berdasarkankerangka berpikir, kemudian menguji modelhubungan antara variabel sebagai hasil proseskemitraan orang tua di PKBM. Variabel yangterlibat dalam penelitian ini terdiri kebijakanserta komitmen pimpinan, dukungan pendidikdan pengelola, dukungan orang tua di PKBM,dukungan orang tua di rumah, kelas orang tua,kelas inspirasi serta evaluasi yangberkelanjutan. Data yang dikumpulkan sesuaidengan variabel/ spesifikasi model yangditurunkan kedalam indikator yang terukur.Teknik Analisis Data UjicobaUji keefektifan menggunakan analisis t-tes;Ujiketerlaksanaan atau kepraktisan menggunakananalisis rata-rata (mean) dan persentase; Ujikemenarikan menggunakan analisis rata-ratadan persentase; Untuk pengolahan dan analisisdata menggunakan aplikasi software spssstastis 22

HASILDAN PEMBAHASANHasil kegiatan penelitian dan

pengembangan secara umum diuraikan atastiga komponen pokok yaitu :hasil studieksplorasi; hasil validasi ahli dan praktisi, danhasil uji coba lapangan.

Hasil Studi EksplorasiStudi Pendahuluan dilaksanakan di Kab.

Deli Serdang dan Kab. Serdang Bedagai.Ditemukan beberapa permasalahan baik dari

sisi lembaga sebagai penyelenggara programkesetaraan baik dari orang tua yaitu: PihakPKBM (ketua, guru) belum menjadikanpelibatan keluarga di PKBM sebagai salah satuprogram lembaga karena kurangnyapemahaman dan tidak adanya pendampinganprogram dari pemerintah. Pertemuan orang tuadengan pihak satuan pendidikan hanyadidukung oleh beberapa orang tua saja dansifatnya hanya silaturahmi, tidak membahasmengenai program peningkatan perkembangananak. Kelas orang tua, Kelas inspirasi, PentasKelas Akhir tahun belum berjalan dan belummelibatkan orang tua Hasil Validasi ModelKonseptualKegiatan validasi Model memperolehmasukan, perbaikan, penyempurnaan dariberbagai pihak yaitu keluarga/masyarakatsebagai praktisi program, narasumber yangmerupakan pakar/ahli di bidang pendidikankeluarga serta tim akademisi dari perguruantinggi yang memiliki sejumlah keahlian baikdari pengembangan substansi programkesiapan untuk ujicoba model.

Hasil Uji Coba LapanganKegiatan ujicoba lapangan telahmemberikan hasil yaitu:1. Dilakukan sosialisasi program pelibatan

keluarga pada 4 PKBM sasaran tentangkebijakan pelibatan keluargan padapendidikan, peran, bentuk dan wujudpelibatan keluarga baik di PKBM, di rumahdan di Masyarakat

2. Pihak PKBM dan Orang tua menyusunRencana Aksi Program Pelibatan Keluargayang memuat kegiatan pelibatan keluarga diPKBM selama setahun

3. Pihak PKBM memfasilitasi pembentukan

Model Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan KesetaraanModel Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan

57 58

keluarga di PKBM, kelurga dan masyarakatdalam rangka penguatan karakter dan budayaliterasi anak. Fokus pengembangan Modeldibagi atas tiga tahapan yaitu perencanaan,pelaksanaan dan keluarga. Perencanaan meliputikegiatan sosialisasi/orientasi program,menyusun Rencana Aksi Program Pelibatanserta penyiapan sarana prasarana, sedangkanpada pelaksanaan difokuskan terwujudnyaempat kegiatan minimal sebagai berikut:

1. Pelibatan Orang tua pada Hari PertamaMasuk Sekolah dan pertemuan wali kelasdengan orang tua;

2. Partisipasi orang tua pada Kelas orang tuabaik sebagai peserta maupun sebagainarasumber;

3. Partisipasi orang tua pada Kelas Inspirasi baiksebagai peserta maupun sebagai narasumber;

4. Partisipasi orang tua pada pelaksanaan PentasKelas Akhir Tahun;

Sedangkan keluaran/output yang diharapkanadalah terwujudnya Perubahan sikap, tata nilaidan perilaku di PKBM, keluarga danmasyarakat.

Bagan 1. Strategi Pelaksanaan Pelibatan Keluarga pada

Penyelenggaraan Program Kesetaraan

METODOLOGILokasi dan Waktu;

Penelitian dan Pengembangan Modeldilakukan selama 10 Bulan (Feb sd Nov 2018),Ujicoba konseptual model dilakukan padaPKBM Bahari Kab Serdang Bedagai sedangkanUjicoba operasional pada sasaran yang lebih luasyaitu di PKBM Al Habib Kab Serdang Bedagai,PKBM Generasi Amanah dan PKBM KaryaMuda Kab, Deli Serdang. Yang menjadi sasaranadalah pihak PKBM (ketua/kepala, guru), orangtua, peserta didik.

MetodePengembangan model dilakukan melalui

pendekatan penelitian dan pengembangan(Research and Development) dengan tahapanutama yaitu:1. Studi Pendahuluan, untuk mengkaji kondisi dan

permasalahan kelompok sasaran, memastikanprogram, sasaran yang tepat sesuai realitaskebutuhan pengembangan. Studi Literatur untukmengumpulkan, menggali dan menemukanberbagai peraturan perundang-undangan,kebijakan serta teori dan hasil penelitian yangdapat digunakan untuk mempertajam sertamembangun konstruksi model konseptual.

2. Penyusunan Draft Model; dilakukan setelah topikditetapkan secara final dan memiliki tim teknisyang relevan dengan topik yang dikembangkan.

3. Validasi Model Konseptual yaitu Melakukanvalidasi teoritis konseptual kepada para ahli(Praktisi dan Akademisi) serta Melakukan ujikelayakan program kepada para ahli dan birokratterkait.

4. Ujicoba Model Konseptual dan Ujicoba ModelOperasional.

Page 33: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

setelah ujicoba5. Terdapat peningkatan manfaat kelas orang

tua;6. Terdapat peningkatan manfaat kelas

inspirasi7. Terdapat peningkatan kenyamanan belajar8. Terdapat peningkatan tindak lanjut

pelibatan keluarga di rumah

Selanjutnya untuk mengetahui keefektifanmodel, maka dilakukan uji t test sampelberpasangan. Hasilnya digambarkan pada tabel2

Tabel 2

T test Sample berpasangan

Dari hasil analisis keefektifan model denganmenggunakan t test sampel berpasangan seba‐gaimana digambarkan pada tabel 2 diperolehinformasi bahwa semua variable memiliki nilaiperubahan signifikansi (2 tailed) yaitu 0.000(dibawah 0.05) yang berarti seluruh variablemengalami perubahan yang signifikan setelahdiberikan perlakuan.

Uji Keterlaksanaan dan Kepraktisan;Uji keterlaksanaan atau kepraktisan meng‐

gunakan analisis rata-rata (mean) dan persen‐tase.Uji Keterlaksanaan Model;Pada ujicoba operasional dimaksudkan untukmelihat kelayakan penguasaan Modelpelibatan Keluarga pada penyelenggaraankesetaraan yang telah dikembangkan,oleh parapengelola untuk digunakan dalampenyelenggaraan pelibatan Orang tua diPKBM. Hasil pengamatan keterlaksanaanpenyelenggaran Model pelibatan Keluargapada penyelenggaraan kesetaraan dapatdilaporkan sebagai berikut :

Tabel 3Pengamatan Keterlaksanaan Ujicoba Model PelibatanKeluarga pada Penyelenggaraan Program Kesetaraan

Model Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan KesetaraanModel Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan

59 60

paguyuban kelas (kumpulan orang tua untuksatu kelas)

4. Paguyuban kelas merencanakan programpelibatan keluarga

5. Pelaksanaan pertemuan rutin orang tuadengan wali kelas untuk diskusiperkembangan peserta kesetaraan

6. Pelaksanaan kelas orang tua dengan materi:pengasuhan yang positif, mendampingianak di era digital, Deteksi Dinipenyalahgunaan Narkoba, Implementasidukungan keluarga di rumah

7. Pelaksanaan kelas inpirasi denganmelibatkan orang tua sebagai narasumber,untuk memberikan inspirasi/motivasi bagipeserta didik

8. Pelaksanaan pentas kelas akhir tahun danapresiasi kepada peserta didik dan keluarga

Uji Keefektifan ModelUjicoba dilakukan pada kelompok sasarandengan Rancangan ujicoba tes awal dan tesakhir. Gambaran ujicoba sebagai berikut :

Instrumen / Angket diberikan untuk dijawaboleh 40 orang responden (pengelola, pendidik,peserta didik di 4 PKBM yang berbeda(PKBM Generasi Amanah, PKBM Al Habib,PKBM Karya Muda) sebelum (pre) dan setelah(post) pelaksanaan ujicoba. Untuk mengujikeefektifan model digunakan analisis t-tessampel berpasangan. Hasil t-tes padakelompok (pre dan post) akan lebih baikapabila menunjukkan perbedaan yangsignifikan.

Dari hasil analisis t-tes sampel berpasangandengan menggunakan software SPSS untukstatistic versi 22 maka diperoleh hasilsebagaimana dideskripsikan pada tabel 1

Dari hasil statistik pada tabel 1 diketahuibahwa :1. Terdapat peningkatan komitmen pimpinan/

ketua PKBM setelah ujicoba Model;2. Terdapat peningkatan Dukungan Wali kelas

setelah ujicoba;3. Terdapat peningkatan Dukungan orang tua

di PKBM setelah ujicoba;4. Terdapat peningkatan dukungan wali kelas

Page 34: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

keluarga serta menjadi teladan bagi anak;e. Evaluasiberkelanjutan,seluruhpermasalahan

akan dianalisis dan selanjutnya disampaikankepada paguyuban orang tua untukditindaklanjuti pada kelas orang tua ataupunkelas inspirasi.

Tingkat kepraktisan model dianalisis daritahap penerapan model kemitraan orang tuayaitu: Penetapan kebijakan/komitmen pimpinanyang konsisten: rata rata nilai 3,4 (praktis),adanya dukungan pendidik/tenagakependidikan di dalam menerapkan modelpelibatan keluarga. Keterlibatan orang tua diPKBM yaitu kesediaan orang tua untukbekerjasama serta partisipasi/kehadiran yangkonsisten pada setiap kegiatan kemitraan mulaidari hari pertama sekolah, kelas orang tua, kelasinspirasi dan pentas kelas akhir tahun skor rata-rata 3,2 (praktis). Dukungan orang tua di rumahyaitu menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik dirumah sesuai tertulis pada kartu dukungankeluarga serta menjadi teladan bagi anak; 3,3(praktis). Evaluasi berkelanjutan skor:3,2(praktis). Hal tersebut berarti bahwa modelpraktis diterapkan.

Uji kemenarikan model dianalisis darijawaban responden dari angket yang disebarkankepada 40 orang responden. Uji kemenarikandianalisis dengan rata-rata dan persentasediperoleh hasil bahwa rata-rata 32 orang (80%)menjawab menarik, 8 orang (10%) menjawabcukup menarik. Hasil analisis berarti bahwamodel menarik, hal tersebut dikarenakan bahwamodel pelibatan keluarga pada penyelenggaraanprogram kesetaraan sebagai saranaimplementasi pelibatan keluarga yangmuaranya adalah karakter dan budaya literasi

peserta didik merupakan model yang baru,belum pernah ada di PKBM lain.Ketika melakukan wawancara secara langsungdengan orang tua, orang tua bercerita bahwasangat beruntung adanya model pelibatanorang tua. Melalui kegiatan sosialisasipelibatan orang tua, pembentukan paguyuban,penjelasan pentingnya dukungan orang tua dirumah dan di PKBM bahkan adanya kelasorang tua, kelas inspirasi maka hati orang tuasemakin terketuk, terbuka. Orang tua berjanjiakan semakin memberi dukungan kepadaanak.

Orang tua merasa lebih mengenalpendidik, tidak takut datang untukberkomunikasi dengan pihak PKBM. Orangtua bercerita sebelum ada model merekajarang berkomunikasi dengan pihak PKBMkhususnya dengan wali kelas, kecuali ketikaada dipanggil oleh pihak PKBM. Namunsetelah ada model, melalui paguyuban orangtua dapat berkomunikasi sesuai kebutuhanorang tua.

Respon peserta didik ketika ditanya secaralangsung mengenai tanggapan mereka tentangmanfaat dan kemenarikan model, peserta didikmenyampaikan mereka sangat bersyukurkarena semakin dekat dengan orang tua.Respon pihak PKBM model ini membantupihak PKBM untuk mengatasi permasalahanyang ada di PKBM khususnya masalahkehadiran peserta didik.Dari pembahasan yang telah diuraikan dapatdisimpulkan bahwa model Pelibatan keluargapada penyelenggaraan program kesetaraanterbukti efektif, mudah dilaksanakan, praktisdan menarik bagi PKBM, orang tua bahkanpeserta didik sehingga perlu disebarluaskanlagi ke PKBM yang lain.

Model Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan KesetaraanModel Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan

61 62

Keterangan : ST=sangat terlaksana T=terlaksana

KT=kurang terlaksana TT=tidak

Pada tabel 3 digambarkan bahwa Modelpelibatan Keluarga pada penyelenggaraankesetaraan didukung dengan kebijakan kepalasekolah sangat terlaksana 100 %, keterlibatanorang tua sangat terlaksana 80 % tidakterlaksana 20 %, dukungan orang tua sangatterlaksana 80 % tidak terlaksana 20 %,evaluasi berkelanjutan di PKBM sangatterlaksana 100%.

Uji Kepraktisan Model;Kepraktisan Model pelibatan Keluarga

pada penyelenggaraan kesetaraan dianalisisdari respon/jawaban sebanyak 10 orang(pendidik/pengelola) yang ada di PKBMmelalui angket yang diberikan. Kepraktisanmodel merupakan bagian aspek efektivitasyang dikaji yang meliputi intensitas, efisiensi,sistemik, praktis dan produktif.Penjelasan aspek efektifitas yang dikaji adalah:1. Intensitas, yaitu model dibuat sesuai

kebutuhan peserta didik (membutuhkandukungan) dan menekankan kepadakenyamanan anak untuk belajar,kenyamanan belajar merupakan salah satufaktor penentu keberhasilan belajar;

2. Efisiensi, yaitu model sesuai dengan tujuanpembelajaran / pendidikan di PKBM yaitumembimbing, mendidik anak menjadi anakyang berkarakter dan berprestasi;

3. Sistemik, model dibuat bersistem dengankontinyuitas kemitraan / dukungan orangtua;

4. Praktis, model tidak memerlukan persiapanrumit karena menyesuaikan pada proses

pembelajaran di PKBM;5. Produktif, model menghasilkan luaran

dukungan belajar bagi peserta dan sekaliguskemitraan orang tua dan PKBM.

Dari uji efektivitas terbukti bahwa modelpelibatan keluarga pada penyelenggaraanprogram kesetaraan Efektif dalam arti tujuanyang diharapkan dalam model dapat tercapai.Faktor keberhasilan dalam pelaksanaan/penyelenggaraan pelibatan keluarga padapenyelenggaraan program kesetaraan inikarena adanya konsep utama yang jelas danharus dimengerti oleh para pelaksana dilapangan yang dituangkan dalam bukupanduan praktis apli katif dengan tidakmengganggu kegiatan utama lapangan,implementasi yang dilakukan oleh parapengelola dan pelaksana (guru/guru /walikelas) tidak menyimpang dari job deskripsipekerjaan para pelaksana sehari hari, semuamampu disinergikan dengan penyesuaianprogram dan fasilitasi lokasi serta saranaprasarana.

Aspek dimensi atau faktor penentukeberhasilan model dengan mudahdiidentifikasi. Spesifikasi model yaitu:a. Adanya kebijakan/komitmen pimpinan

PKBM yang konsisten dan terimplementasi;b. Dukungan pendidik/tenaga pendidik di

dalam menerapkan model Pelibatankeluarga pada penyelenggaraan kesetaraan

c. Keterlibatan orang tua di PKBM yaitukesediaan orang tua untuk bekerjasamaserta partisipasi/kehadiran yang konsistenpada setiap kegiatan

d. Dukungan orang tua di rumah yaitumenerapkan kebiasaan-kebiasaan baik dirumah sesuai tertulis pada kartu dukungan

Page 35: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

DAFTAR PUSTAKA

Arsmden, G. C., McCauley, E., Greenberg,M.T., Burke, P. M., dan Mitchell, J.R.(1990). Parent and peer attachment inearly adolescent depression. Journal ofAbnormal Child Psychology, 18 (6), 683-697

Cattermole, Juleen; Robinson, Norman,( 1 9 8 5 ) , E ff e c t i v eH om e / S c h o o lCommunication--From the Parents'Perspective. Phi Delta Kappan, v67 n1p48-50 diakses Maret 2017

Coleman, M. (2013). Empowering Family-Teacher Partnership BuildingConnections within Diverse Communities.Los Angeles: Sage Publication,Oktavian,Arul, 2 diakses Maret 2017

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga,2016. Petunjuk Teknis Kemitraan SekolahMenengah Pertama (SMP) denganKeluarga dan Masyarakat. Jakarta :Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Epstein, J. L., et al. 2009. School, family, andcommunity partnerships: diakses dariwww.partnershipschools.org tanggal 30Maret 2016

Epstein et al., 2002. Parent involvement leadsto improved educational performance

Morrison, G. S. (1988). Education anddevelopment of infants, todlers andpreschoolers. USA: Scott, Foresman andCompany diakses April 2016

Patrikakou, E. N. 2008. The Power of ParentInvolvement: Evidence, Ideas, and Toolsfor Student Success . Diakses padatanggal 12 Juni 2017

Sugiyono, 2017. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif dan R & D, Jakarta,Alfabeta

Rahminur Diadha, 2015. Keterlibatan OrangTua dalam Pendidikan Anak Usia Dini diTaman Kanak-Kanak.Edusentris, JurnalIlmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2No. 1 diakses Maret 2017

Model Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan KesetaraanModel Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan

63 64

RekomendasiModel Pelibatan Keluarga pada

Penyelenggaraan Program Kesetaraanmemenuhi kriteria kualitas model, sudahdilakukan validasi melalui diskusi terfokusdengan tim akademisi, praktisi, dinaspendidikan sebayak 3 kali yaitu sebelumujicoba konseptual, setelah ujicobakonseptual, dan setelah ujicoba operasional.Memiliki nilai kepraktisan yang tinggiberdasarkan hasil analisis rata-rata danpersentase, dan telah terbukti efektifmeningkatkan dukungan, perhatian Pimpinan,Pendidik serta orang tua.

SimpulanDari analisis data dan pembahasan ujicobaModel, dapat diambil beberapa kesimpulansebagai berikut :1. Berdasarkan analisis uji keefektifan model

dengan menggunakan t-test sampelberpasangan diperoleh hasil yang sig‐nifikan;

2. Berdasarkan analisis uji keterlaksanaan dankepraktisan maka terbukti model terlaksanadan praktis;

3. Berdasarkan analisis uji kemenarikan ter‐bukti bahwa model menarik untuk diterap‐kan;

4. Model Pelibatan Keluarga padaPenyelenggaraan Program Kesetaraanmeningkatkan partisipasi orang tua padapendidikan peserta didik;

5. Model Pelibatan Keluarga padaPenyelenggaraan Program KesetaraanMeningkatkan dukungan orang tua untukimplementasi pendidikan keluarga baik dirumah maupun di PKBM;

6. Tanggapan pengelola PKBM sebagai

pengguna : sangat penting diterapkan, sangatbermanfaat digunakan, sangat praktis dilak‐sanakan, sangat menarik karena merupakanhal yang baru;

SaranBerdasarkan kesimpulan yang telah

dirumuskan maka saran tim pengembangadalah:1. Saran Pemanfaatan;Model kemitraan orang tua terbukti efektif,terlaksana, praktis dilakukan berdasarkan hasilkerjasama pada kegiatan ujicoba operasionalmaka saran pemanfatan adalah:

a. Menerapkan model ini secara luas baikpada wilayah kota besar maupun kabupatendengan bekerjasama dengan instansi/pihakterkait;

b. Capaian Model Pelibatan Keluarga padaPenyelenggaraan Program Kesetaraanbersifat terminal destination, artinya modelini masih perlu langkah pengembangan danpengujian lain

c. Diseminasi Lanjut;Diseminasi Lanjutan Diseminasidiperlukan, karena model ini masih perludikembangkan terutama penyempurnaanbuku panduan dan penerapan model diskala yang berbeda. Beberapa variablemungkin terabaikan, terlewatkan,terlupakan, tidak terpikirkan karena segalaketerbatasan. Tentu dengan penyesuaiandan penyempurnaan buku panduan danperangkat model yang ada.

Page 36: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

dekatannya adalah pada kuantitas dan keragamanjawaban. Menurut Jawwad (Kemendikbud, 2011:28) kreativitas adalah kemampuan berpikir untukmeraih hasil-hasil yang variatif dan baru, sertamemungkinkan untuk diaplikasikan, baik dalambidang keilmuan, keolahragaan, kesusastraan,maupun bidang kehidupan lain yang melimpah.Lawrence (Suratno, 2003: 24) menyatakankreativitas merupakan ide atau pikiran manusiayang bersifat inovatif, berdaya guna, dan dapat di‐mengerti, sehingga hasil pikiran anak yang barumerupakan bentuk kreativitas dari individu anak.Yuliani (2005: 134) meyakini bahwa kreativitasyang ditunjukkan anak merupakan bentukkreativitas yang original dengan frekuensi kemu‐nculannya seolah tanpa terkendali.Adi Supriyenti(2013: 16-17) bahwa Kreativitas anak usia diniadalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejaklahir dan merupakan kemampuan untuk meng‐hasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak bi‐asa, dan sangat fleksibel dalam merespon danmengembangkan pemikiran dan aktivitas.Berdasarkan diatas bahwa kreativitas alami seo‐rang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunyayang besar dengan pemikiran yang asli,tidak bi‐asa dan sangat fleksibel sehingga perlu dikenda‐likan oleh guru untuk mengarahkanperkembangan kreativitasnya. Berdasarkan be‐berapa permasalahan yang teridentifikasi peneli‐tian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Kreativitas siswa dalam menggambar padapelajaran menggambar tema binatangmenunjukkan rendahnya kreatifitas siswadalam mengapresiasikan idenya untukmenggambar

2. Media pembelajaran yang tersedia dan seringdigunakan di PAUD Kenanga Raya berupabuku Gambar, APE Balok dan Dongeng yanghanya bersifat satu arah saja

3. Adanya sarana dan prasarana yang memadaiuntuk pembelajaran PAUD diantaranyakomputer dan LCD tetapi penggunaannyabelum maksimal.

Utami Munandar (1992: 51) bahwa Indika‐tor keberhasilan dalam penelitian ini adalahmeningkatnya kreativitas anak melalui ak‐tivitas menggambar ditandai dengan ke‐mampuan anak yang menunjukkankelancaran / fluency, keluwesan/flexibility.keaslian/originality, dan elaborasi/elabora‐tion. Kriteria keberhasilan dalam penelitianini adalah apabila 75% dari jumlah anakyang diteliti mendapat nilai dengan kriteriakreativitas tinggi. Forcier (2008), meny‐atakan bahwa penggunaan komputer sebagaimedia pembelajaran dapat membantu siswadalam belajar, membantu guru dalam men‐gajar, dan sebagai administrator untuk mem‐anajemen secara efisien dan efektif prosespembelajaran sehingga dapat dilihat sebagaialat media yang produktif. Untuk mengap‐likasikan media interaktif ke dalam kom‐puter diperlukan aplikasi Flash, menurut(Wahana Komputer, 2012 : 2) bahwa AdobeFlash CS6 merupakan versi terbaru dariversi sebelumnya, adobe flash CS5. Programini memiliki banyak fungsi, seperti pembu‐atan animasi objek, membuat persentasi, an‐imasi iklan, game, pendukung animasihalaman web, hingga dapatdigunakan untukpembuatan film animasi.

Rumusan masalah penelitian ini“Apakah media pembelajaran interaktiftema Binatang pada siswa PAUD Usia 4-6Tahun di PAUD Kenanga Raya yangdikembangkan layak dan efektif digunakansebagai media pembelajaran?. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengembangkanMedia Pembelajaran Interaktif dalammeningkatkan kreativitas belajar siswalayak dan efektif.

II. MetodePenelitian ini dilaksanakan di PAUD

Kenanga Raya Medan. Penelitian terdiri dari2 orang ahli desain pembelajaran, 2 orangahli materi, 2 orang ahli perangkat lunak,dan pengguna produk yaitu siswa PAUD

Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Paud Usia 4-6 Tahun di PAUD Kenanga Raya MedanPengembangan Media Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Paud Usia 4-6 Tahun di PAUD Kenanga Raya Medan

65 66

PENGEMBANGANMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIFDALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PAUD USIA 4-6 TAHUN

DI PAUD KENANGA RAYAMEDANRomi, S.Pd

BP-PAUD DAN DIKMAS SUMUT

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Media pembelajaran interaktif tema Binatang padasiswa PAUD Usia 4-6 Tahun di PAUD Kenanga Raya yang dikembangkan layak digunakan sebagai mediapembelajaran baik, (2) Efektivitas penggunaan media pembelajaran interaktif tema Binatang pada siswa PAUD Usia 4-6 Tahun di PAUD Kenanga Raya yang dikembangkan efektif digunakan untuk meningkatkan kreativitas belajarmenggambar siswa.Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian model pengembangan Borg & Gall ((Research & Development)) yangdipadukan dengan Model pembelajaran ASSURE. Analisis dari penelitian ini adalah angket kebutuhan bagi guru dansiswa, kelayakan media pembelajaran interaktif yaitu penilaian oleh ahli (validator) dengan menggunakan angket ujivaliditas ahli media dan ahli materi, hasil kreativitas belajar siswa, dan penilaian oleh anak pada uji coba satu-satu, ujicoba kelompok kecil dan uji coba operasional dengan hasil sangat baik. Dari hasil penelitian validator menyatakandalam kategori sangat layak sebesar 91.4% dari ahli media, 90.6% dari ahli materi dan 87.9% dari ahli desainpmbelajaran. Namun ada revisi dari ahli media dan ahli materi berupa penambahan menu petunjuk penggunaan danpengurangan beberapa materi yang ada dan pada revisi suara yang terdapat di media pembelajaran interaktif . Responsiswa PAUD dapat dilihat dari rekapitulasi hasil kreativitas belajar siswa. Serta hasil kreativitas belajar menggambar daripenggunaan media interaktif meningkat dan rata-rata nilai kelas eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan kelaskontrol. Simpulan dalam penelitian ini adalah media pembelajaran interaktif yang dikembangkan penelitian layakdigunakan sebagai media pembelajaran tema binatang untuk kelas siswa PAUD dan Media pembelajaran interaktifyang digunakan efektif dalam meningkatkan hasil belajar tema binatang pada siswa PAUD.Bagi PAUD Kenanga Rayahendaknya penerapan media pembelajaran interaktif tema Binatang pada siswa PAUD Usia 4-6 Tahun pada matapelajaran tema binatang memerlukan kesiapan siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan media baru secaramandiri sehingga siswa belajar sesuai dengan karakternya masing-masing sehingga dapat belajar maksimal dan dapatmemperoleh hasil belajar maksimal pula. Latihan yang dikerjakan siswa memberikan feedback bagi siswa untukmengetahui sejauhmana keterserapan materi pelajaran yang diperoleh. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjuttentang pengembangan media pembelajaran interaktif dalam meningkatkan kreativitas belajar tema binatang denganmenggunakan sampel (sekolah PAUD) yang lebih besar.

Keyword : Media Pembelajaran Interaktif,Model pembelajaran ASSURE, Kreativitas Belajar Siswa

I. PendahuluanPAUD merupakan usia yang efektif un‐

tuk mengembangkan berbagai potensi yangdimiliki anak. Salah satu potensi yang bisadikembangkan pada anak usia dini adalahkreativitas. Kreativitas merupakan salah satupotensi yang dimiliki anak yang perlu dikem‐bangkan sejak usia dini. Setiap anak memilikibakat kreativitas dan ditinjau dari segi pen‐didikan. Bakat kreatif anak dapat dikem‐bangkan dan karena itu perlu dipupuk sejakdini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupukmaka bakat tersebut tidak akan berkembang,bahkan menjadi bakat yang terpendam yangtidak dapat diwujudkan. Melalui proses pem‐belajaran dengan kegiatan yang menyenangkan

bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharap‐kan dapat merangsang dan memupuk kreativi‐tas anak sesuai dengan potensi yangdimilikinya untuk mengembangkan diri sejakusia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dike‐mukakan oleh Mulyasa (2005: 164) prosespembelajaran pada hakekatnya untuk mengem‐bangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik,melalui berbagai interaksi dan pengalaman be‐lajar. Munandar (2002: 33) kreativitas adalahkemampuan untuk membuat kombinasi baruberdasarkan data, informasi atau unsur-unsuryang ada. Kreativitas juga diartikan dengan ke‐mampuan yang berdasarkan data atau infor‐masi yang menemukan banyak kemungkinanjawaban terhadap suatu masalah, dimana pen‐

Page 37: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

siswa PAUD Usia 4-6 Tahun yangdikembangkan yaitu berbentuk FILEpembelajaran. Setelah produk awal mediapembelajaran disusun, tahap selanjutnyavalidasi produk menggunakan serangkaian ujicoba dan revisi yang sudah dilaksanakan, makamedia pembelajaran interaktif tema Binatangpada siswa PAUD Usia 4-6 Tahun sudahmenyandang status valid. Uji cobadilaksanakan melalui beberapa tahapan yaituTahapan uji coba produk dilakukan sebagaiberikut : (1) validasi oleh ahli desainpembelajaran, (2) validasi oleh ahli materiTema Binatang, (3) validasi oleh ahli MediaPembelajaran, (4) melakukan analisis hasilvalidasi ahli materi dan ahli desainpembelajaran dan ahli Media Pembelajaran, (5)revisi I, (6) evaluasi perorangan/satu-satu, (7)analisis hasil evaluasi perorangan/satu-satu, (8)revisi II, (9) evaluasi kelompok kecil, (10)analisis hasil evaluasi kelompok kecil, (11)revisi III, (12) uji coba lapangan, (13) analisishasil evaluasi uji coba lapangan, (14) revisi IV,(15) produk akhir.

Dari hasil penelitian validatormenyatakan dalam kategori sangat layaksebesar 91,4% dari ahli media, 90,6% dari ahlimateri dan 87,9% dari ahli desainpembelajaran. Pada tahap evaluasi hasilkreativitas belajar siswa PAUD pada ujicobaperorangan mencapai 81,7%, sedangkanujicoba pada kelompok kecil mencapai 91,0%dan ujicoba lapangan (kelompok besar)mencapai 89,2%. Hasil uji Normalitasdiperoleh besar Lhitung 0,10 < Ltabel 0,140 padataraf signifikansi 5% berarti hasil kreativitasbelajar siswa yang dibelajarkan dengan mediapembelajaran powerpoint berdistribusi normal.Sedangkan uji Homogenitas diperoleh besarFhitung0,41< Ftabel 1,69 pada taraf signifikansi 5%berarti hasil kreativiats belajar siswa yangdibelajarkan dengan media pembelajaraninteraktif tema binatang dan hasil kreativitasbelajar siswa yang dibelajarkan dengan mediapembelajaran powerpoint tema binatang adalah

homogen. Hasil pengujian Hipotesis denganmenggunakan uji t diperoleh nilai thitung 2,01>ttabel 1,69 berarti ada perbedaan yang signifikandan berarti antara hasil kreativitas belajar siswayang diajarkan dengan menggunakan mediapembelajaran interaktif tema Binatang padasiswa PAUD Usia 4-6 Tahun dengan rata-ratahasil kreativitas belajar siswa yang diajarkandengan menggunakan media pembelajaranpowerpoint tema binatang dapat diterima danteruji kebenarannya. Berdasarkan hasilpenelitian diperoleh simpulan produk yangdikembangakan layak dan efektif digunakansebagai media pembelajaran tema binatanguntuk kelas siswa PAUD.

Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Terhadapmedia pembelajaran interaktif tema Binatangpada siswa PAUD Usia 4-6 Tahun oleh AhliMateri Pelajaran

Gambar 4.1Diagram Batang Perolehan SkorEmpiris Media pembelajaran interaktif temaBinatang pada siswa PAUD Usia 4-6 Tahun

Oleh Ahli Materi

Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Terhadapmedia pembelajaran interaktif tema Binatangpada siswa PAUD Usia 4-6 Tahun oleh AhliDesain Pembelajaran

Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Paud Usia 4-6 Tahun di PAUD Kenanga Raya MedanPengembangan Media Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Paud Usia 4-6 Tahun di PAUD Kenanga Raya Medan

67 68

Kenanga Raya di damping Guru yang terdiridari 3 orang siswa untuk uji coba satu-satu, 9orang siswa untuk uji coba kelompok kecil dan40 orang untuk uji coba kelompok besar.Penelitian ini menggunakan prosedurpenelitian model pengembangan Borg & Gall((Research & Development)) yang dipadukandengan Model pembelajaran ASSURE.Prosedur pengembangan yang akan ditempuhuntuk menghasilkan produk mediapembelajaran elearning dibagi 6 tahap, yaitu:(1) melakukan penelitian pendahuluan; (2)pembuatan desain software; (3) pengumpulanbahan; (4) membuat dan memproduksi mediapembelajaran e-learning; (5) review atau ujilapangan dalam rangka evaluatif dan revisiproduk, evaluasi formatif terus berlangsungselama proses pengembangan mulai dari tahapanalisis, desain, produksi maupunimplementasi sampai diperoleh hasil yangsesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan;dan (6) uji keefektifan produk.Instrumen yang digunakan dalam penelitian iniadalah (1) lembar angket untuk ahli materi, (2)lembar angket untuk ahli desain pembelajaran,dan (3) lembar angket untuk ahli media(perangkat lunak), (4) lembar angketpengamatan penilaian kreativitas belajar untukguru kepada siswa.

Pada analisis dalam penelitian ini menggu‐nakan teknik analisis kuantitatif. Sebelum di‐lakukan uji hipotesis, sebelumnya dilakukanuji persyaratan yaitu uji normalitas dan uji ho‐mogenitas.Uji normalitas dilakukan untukmengetahui apakah skor variabel yang ditelitiberasal dari populasi yang berdistribusi normaldengan menggunakan uji Liliefors sedangkanuntuk menguji homogeitas data, digunakan ujikesamaan dua varians dengan menggunakanUji Fisher. Untuk melihat kelayakan mediapembelajaran interaktif dalam meningkatkankreativitas belajar siswa PAUD maka di‐lakukan uji hipotesis dengan uji t.

III. Hasil dan PembahasanHasil penelitian sesuai dengan tahapan

penelitian dan pengembangan diawali denganpengumpulan informasi yang menjadipedoman bagi peneliti untuk melakukananalisis kebutuhan dalam kegiatanpembelajaran dan untuk menyusun konsepmedia pembelajaran dengan meninjau StandarKompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)sehingga diperoleh satu materi pelajarantentang Tema Binatang.Kemudian tahap keduamelakukan perencanaan meliputi menentukantujuan pembuatan media pembelajaraninteraktif tema Binatang pada siswa PAUDUsia 4-6 Tahun. Tahap ketiga yaitu penyusunanmeliputi membuat story board, penyusunanmateri,dan menyusun kisi-kisi instrument dantahap keempat yaitu pengembangan draftproduk meliputi pembuatan animasi, video,dan gambar, selanjutnya pembuatan media danpenulisan isi materi didalam mediapembelajaran yang akan digunakan.Bersumber pada hasil angket analisiskebutuhan yang disebarkan kepada guru dansiswa, didapatkan kesimpulan bahwa 100%guru dan siswa menyatakan belum mengenalmedia pembelajaran interaktif tema Binatangpada siswa PAUD Usia 4-6 Tahun dan 0% gurudan siswa menyatakan telah mengenal mediatersebut. Kemudian 100% guru dan siswamenyatakan tidak menggunakan mediapembelajaran interaktif tema Binatang padasiswa PAUD Usia 4-6 Tahun dalam prosespembelajaran dan hanya 0% guru dan siswayang menyatakan tidak. Selain itu, 100% gurudan siswa menyatakan memerlukan mediapembelajaran interaktif tema Binatang padasiswa PAUD Usia 4-6 Tahun pada prosespembelajaran dan 0% guru dan siswamenyatakan tidak. Tindakan berikutnya adalahmendesain dan mengembangkan mediapembelajaran interaktif tema Binatang padasiswa PAUD Usia 4-6 Tahun dengan memakaiprogram Adobe flash. Produksi awal dari mediapembelajaran interaktif tema Binatang pada

Page 38: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

Gambar 4.5 Diagram Batang Perolehan SkorEmpiris Penilaian Guru Terhadap Siswa

Peningkatan Hasil Kreativitas Belajar Anak YangMenggunakan Media Pembelajaran Interaktif

Tema Binatang Pada Siswa PAUD Usia 4-6 tahunoleh Kelompok Kecil

Persentase Rata-rata Hasil Penilaian GuruTerhadap Siswa Peningkatan Hasil KreativitasBelajar Anak Menggunakan MediaPembelajaran Interaktif Tema Binatang diPAUD Kenanga Raya Usia 4-6 Tahun oleh ujilapangan (Kelompok Besar)

Persentase rata-rata hasil penilaian guruterhadap siswa peningkatan hasil kreativitas belajaranak menggunakan media pembelajaran interaktiftema binatang di PAUD Kenanga Raya pada ujicoba lapangan (kelompok besar) yang dilakukanpada 40 orang siswa PAUD KENANGA RAYAdapat dilihat pada Gambar 4.6 sebagai berikut :

Gambar 4.6 Diagram Batang Perolehan SkorEmpiris Penilaian Guru Terhadap Siswa

Peningkatan Hasil Kreativitas Belajar AnakMenggunakan Media Pembelajaran Interaktif

Tema Binatang di PAUD Kenanga Raya Usia 4-6Tahun dengan Uji Lapangan (Kelompok Besar)

Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Skor HasilKreativitas Belajar Siswa dengan

Menggunakan Media Pembelajaran Interaktif

Tema Binatang Pada Siswa PAUD Usia 4-6Tahun

Berdasarkan Tabel 4.29 dapat dijelaskanbahwa persentase skor hasil kreativitas belajarsiswa PAUD yang dibelajarkan denganmenggunakan media pembelajaran interaktifberada pada skor rata-rata sebanyak 9 responden(22,50%), di bawah skor rata-rata sebanyak 12responden (30,00%), dan di atas rata-rata sebanyak8 responden (20,00%). Selanjutnya dapatdigambarkan secara histogram distribusi frekuensiskor hasil kreativitas belajar siswa PAUD yangdibelajarkan dengan menggunakan mediapembelajaran interaktif seperti Gambar 4.7 sebagaiberikut :

Gambar 4.7. Histogram Skor Hasil KreativitasBelajar Siswa dengan Menggunakan Media

pembelajaran interaktif tema Binatang pada siswaPAUD Usia 4-6 Tahun

Tabel 4.30. Distribusi Frekuensi Skor HasilKreativitas Belajar Siswa PAUD Cendana I

Yang Dibelajarkan Dengan MediaPembelajaran Powerpoint

Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Paud Usia 4-6 Tahun di PAUD Kenanga Raya MedanPengembangan Media Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Paud Usia 4-6 Tahun di PAUD Kenanga Raya Medan

69 70

Gambar 4.2 Diagram Batang Perolehan SkorEmpiris Media pembelajaran interaktif temaBinatang pada siswa PAUD Usia 4-6 Tahun

Oleh Ahli Desain Pembelajaran

Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Terhadapmedia pembelajaran interaktif tema Binatangpada siswa PAUD Usia 4-6 Tahun oleh AhliMedia Pembelajaran

Gambar 4.3 Diagram Batang Perolehan SkorEmpiris Media pembelajaran interaktif temaBinatang pada siswa PAUD Usia 4-6 Tahun

Oleh Ahli Media Pembelajaran

Persentase Rata-rata Hasil Penilaian TerhadapPeningkatan Hasil Kreativitas Belajar AnakMenggunakan Media Pembelajaran InteraktifTema Binatang pada siswa PAUD Usia 4-6Tahun Melalui Perorangan

Persentase rata-rata hasil penilaianpeningkatan hasil kreativitas belajar Anak melalui

media pembelajaran interaktif tema Binatang padauji coba perorangan yang dilakukan guru pada 3orang siswa PAUD KENANGA RAYA dapatdilihat pada Gambar 4.4 sebagai berikut :

Gambar 4.4 Diagram Batang Perolehan SkorEmpiris Peningkatan Hasil Kreativitas Belajar

Anak Menggunakan Media PembelajaranInteraktif Tema Binatang Media pembelajaran

interaktif pada siswa PAUD Usia 4-6 Tahun OlehPerorangan

Persentase Rata-rata Hasil Penilaian GuruTerhadap Siswa Peningkatan Hasil KreativitasBelajar Anak Menggunakan MediaPembelajaran Interaktif Tema Binatang padasiswa PAUD Usia 4-6 di PAUD KENANGARAYA oleh Kelompok Kecil

Persentase rata-rata hasil penilaian guruterhadap siswa peningkatan hasil kreativitasbelajar anak yang menggunakan mediapembelajaran interaktif tema binatang pada siswaPAUD Usia 4-6 tahun di PAUD KENANGA RAYApada uji coba kelompok kecil yang dilakukan pada9 orang dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut :

Page 39: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis

tema binatang menjadi lebih meningkat.3. Berdasarkan kreativitas siswa yang lebih

baik disarankan kepada guru-guru untukmembuat dan menggunakan mediapembelajaran interaktif tema Binatang padasiswa PAUD Usia 4-6 Tahun pada prosespembelajaran sesuai dengan tuntutankurikulum.

4. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjuttentang pengembangan media pembelajaraninteraktif dalam meningkatkan hasilkreativitas belajar tema binatang denganmenggunakan sampel (LembagaPAUD/TK/KB) yang lebih besar.

VI.Daftar Pustaka

Direktorat Pembina PK-LK. (2011).Instrument Kreativitas dan TaskCommitment Anak Berbakat Istimewa.Jakarta: Kemendikbud

Enco Mulyasa.(2005).Implementasi Kurikulum2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Forcier, Richard C. & Descy, Don E. (2008) .The Computer as an Educational Tool.New Jersey : Pearson Education, Inc

Supriyenti. A, (2016).Meningkatkan kreatifitasseni rupa anak melalui Kegiatan mencetakdengan bahan alam Di PAUD AISYIYAHLANSANO Pesisir selatan. Jurnal Spek‐trum PLS.Vol 3 No.4 Hal. 16-17

Suratno. (1990). Pengembangan KreativiatsAnak Usia Dini. Jakarta : DepartemenPendidikan Nasional

Utami Munandar. (1992). MengembangkanBakat dan Kreativitas Anak Sekolah.Jakarta: PT. Gramedia

Utami Munandar (2002). PengembanganKreativitas Anak Berbakat. Jakarta:Rineka Cipta

Wahana Komputer., (2012).,ShortCourceAdobe Flash CS6. Yogyakarta :Andi

Yuliani,N.S. & Bambang S. (2005). MenuPembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta :Yayasan Citra Pendidikan Indonesia.

Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Paud Usia 4-6 Tahun di PAUD Kenanga Raya MedanPengembangan Media Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Paud Usia 4-6 Tahun di PAUD Kenanga Raya Medan

71 72

Berdasarkan Tabel 4.33 dapat dijelaskanbahwa persentase skor hasil kreativitas belajarsiswa PAUD Cendana I yang dibelajarkan denganmedia pembelajaran powerpoint berada pada skorrata-rata sebanyak 9 responden (22,50%), di bawahskor rata-rata sebanyak 6 responden (15,00%), dandi atas rata-rata sebanyak 8 responden (20,00%).Selanjutnya dapat digambarkan secara histogramdistribusi frekuensi skor hasil kreativitas belajarsiswa Paud Cendana I yang dibelajarkan denganmedia pembelajaran powerpoint tema binatangseperti gambar 4.8 adalah :

Gambar 4.8. Histogram Skor Hasil KreativitasBelajar Siswa PAUD Cendana I dengan Media

Pembelajaran Powerpoint Tema Binatang

Tabel 4.31. Rangkuman Hasil PerhitunganNormalitas Data

Pada Tabel 4.34 di atas diperolehbahwa data hasil kreativitas belajar siswa yangdibelajarkan dengan media pembelajaraninteraktif tema Binatang pada siswa PAUDUsia 4-6 Tahun berdistribusi normal. Hal inidiketahui dari besar Lhitung< Ltabel pada tarafsignifikansi 5%, yakni (0,10< 0,140). Datahasil kreativitas belajar siswa yangdibelajarkan dengan media pembelajaranpowerpoint berdistribusi normal. Hal ini

diketahui dari besar Lhitung< Ltabel pada tarafsignifikansi 5%, yakni (0,09<0,140).

IV. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian diperoleh

simpulan bahwa: (1)Media pembelajaraninteraktif yang dikembangkan penelitian layakdigunakan sebagai media pembelajaran temabinatang untuk kelas siswa PAUD. Hal inidikarenakan media pembelajaran interaktifdapat meningkatkan kreativitas siswa anak usiadini untuk belajar mandiri dalam memahamimateri pelajaran tema binatang. (2) Mediapembelajaran interaktif yang digunakan efektifdalam meningkatkan kreativitas belajar temabinatang pada siswa PAUD. Hal ini terlihat darihasil belajar kelas dengan model pembelajaraninteraktif lebih tinggi dibandingkan hasilbelajar kelas dengan model pembelajaranpowerpoint.

V. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang telahdiuraikan pada kesimpulan serta implikasi hasilpenelitian, berikut ini diajukan beberapa saranyaitu:

1. Mengingat selama ini proses pembelajaranmasih menggunakan media pembelajaranbuku teks, APE Binatang, Buku Gambar,Buku Dongeng Binatang dan mediapembelajaran powerpoint maka disarankanagar menggunakan media pembelajaraninteraktif tema Binatang pada siswa PAUDUsia 4-6 Tahun pada mata pelajaran temabinatang digunakan oleh guru dalampembelajaran sehingga dapat memberikanfeedback (umpan balik) yang lebih baik bagisiswa.

2. Dengan menggunakan media pembelajaraninteraktif tema Binatang pada siswa PAUDUsia 4-6 Tahun pembelajaran siswa lebihtermotivasi disarankan untuk belajarmandiri secara maksimal agar hasil belajar

Page 40: MODELPEMBELAJARANMATRIKULASIPERSIAPAN ...pauddikmassumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/... · Komunikasi verbal meliputi kecakapan mendengarkan berbicara, dan membaca-menulis