114
i MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya) TESIS Untuk Memenuhi Sebagai Prasyarat Mencapai Derajat Magister Disusun Oleh: RELIANI S540209316 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN KELUARGA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN …/Model...MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi

Embed Size (px)

Citation preview

i

MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK

MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagai Prasyarat

Mencapai Derajat Magister

Disusun Oleh:

RELIANI

S540209316

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN KELUARGA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

ii

MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK

MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)

Disusun Oleh: Reliani

S540209316

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing: Pada Tanggal: 6 Agustus 2010

Dewan Pembimbing:

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I

Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp.PA (K) NIP. 194903171976091001

………………

…………

Pembimbing II Dr.Hermanu J.,M.Pd NIP. 195603031986031001

………………

…………

Mengetahui, Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. M.M, M.Kes, PAK NIP. 194803131976101001

iii

MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK

MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)

Disusun Oleh: Reliani

S540209316

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal : 06 Agustus 2010

Dewan Penguji:

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Prof. Bhisma Murti, dr. M.Sc, MPH., Ph.D NIP. 195510211994121001

..................................

Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M. Pd NIP. 196611081990032001

..................................

Anggota : Prof. Dr. Ambar Mudigdo. dr. Sp.PA (K) NIP. 194903171976091001

..................................

Anggota : Dr.Hermanu J.,M.Pd NIP. 195603031986031001

..................................

Mengetahui, Direktur PPS UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D

NIP. 195708201985031004

Surakarta,

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK

NIP. 194803131976101001

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Reliani

NIM : S540209316 Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa proposal tesis berjudul “MODEL

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN

KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya) ” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya

saya dalam proposal tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 6 Agustus 2010 Yang Membuat Pernyataan

(Reliani)

v

KATA PENGANTAR

Kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar.

Belajar dapat membawa perubahan dan perubahan itu pada pokoknya adalah

diperoleh kecakapan baru melalui suatu usaha. Dalam melakukan proses

pembelajaran dosen dapat memilih beberapa metode mengajar. Model

pembelajaran kontekstual disebut efektif jika dalam pelaksanaannya meliputi

tujuh tahapan kontekstual antara lain konstruktivisme, inquiry, questioning,

modelling, community learning, refleksi dan auntenthic assessment. Menurut

beberapa ahli metode contextual teaching and learning sangat bagus untuk

meningkatkan pemahaman dan membuat siswa secara aktif terlibat dalam proses

pembelajaran.

Penulisan tesis ini berjudul ” MODEL CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA

(Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)” ini bertujuan untuk

mengetahui efektifitas penerapan medel pembelajaran contextual teaching and

learning dan modul asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan pembelajaran

keperawatan jiwa.

Penulisan tesis ini memang masih jauh dari harapan, tetapi penulis

berharap tesis ini berguna sebagai sumber informasi pembaca, masyarakat pada

umumnya dan khususnya bagi peneliti selanjutnya. Penulis sadar bahwa dalam

penulisan tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan untuk itu

saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sejawat dan para pembaca

sangat penulis harapkan.

Surakarta, 6 Agustus 2010

Penulis

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya

sehingga penyusunan proposal penenlitian tesis yang berjudul “MODEL

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN

KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya) dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari semua pihak

yang terkait, proposal penelitian ini tidak dapat terwujud, untuk itu dengan segala

hormat perkenankan penulis menyampaiakan terima kasih pada:

1. Prof. Dr. H. Muh. Syamsulhadi, dr., Sp.Kj, selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta, yang telah member kesempatan kepada penulis untuk

menempuh pendidikan Pascasarjana (S2)

2. Prof. Drs. Suranto, MSC, PhD, selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Univeristas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk menyusun tesis ini.

3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., MM, M.Kes.,PAK selaku Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret.

4. Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesungguhan kepada

penulis selama proses penulisan tesis ini.

5. Dr. Hermanu J, M.Pd pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dengan penuh kesungguhan kepada penulis selama proses

penulisan tesis ini.

6. Dr. Hendro Riyanto, Sp.Kj selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk

melaksanakan penelitian.

7. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan demi

suksesnya program pendidikan yang penulis tempuh

vii

8. I Wayan Wikarmadana, SE suamiku tercinta yang selalu memberikan

dorongan baik secara materiil dan moral sehingga terselesaikan tesis ini.

9. Segenap Civitas Akademika Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surabayaatas kerjasamanya sehingga penulis mendapat

fasilitas dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian tesis ini

10. Para mahasiswa tercinta semester VI yang telah bersedia menjadi sampel

dalam penelitian ini

11. Semua pihak yang memotivasi sehingga penyusunan proposal ini

terselesaikan.

Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pengelola pendidikan,

mahasiswa dan para pembaca yang budiman, namun penulis juga menyadari

bahwa tesis ini masih perlu penyempurnaan, untuk itu perlu kritik dan saran demi

perbaikan tesis ini.

Akhirnya dengan tulus penulis berdoa semoga amal kebaikan semua pihak

mendapatkan pahala dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Surakarta, 6 Agustus 2010

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul ………………………………………………………………….. i LEMBER PERSETUJUAN …………………………………………………… ii LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….. iii LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………. iv KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. vi UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………………… viii DAFTAR ISI ………..…………………………………………….…………….. ix DAFTAR GAMBAR ……...…………………………………….……………… x DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xi DAFTAR DIAGRAM ………………………………………………………….. xii DAFTAR LAMPIRAN .……..………………………………….……………… xiii ABSTRAK ………………………………………………………………………. xiv BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ……………………..…………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ……………………..…………………………………. 5 C. Tujuan Penelitian …………………………..…………………………….. 6

1. Tujuan Umum …………………………………..…………………….. 6 2. Tujuan Khusus ………………………………………..…………......... 6

D. Manfaat Penelitian……….…………………………………..………….... 7 1. Manfaat Teoritis………………………………………………………. 7 2. Manfaat Praktis……………………………………………………….. 7

BAB II KAJIAN TEORITIK,KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 8 A. Kajian Teori………………………………………………………………. 8 1. Contextual teaching and learning……………………………………... 8 2. Konsep Pengembangan Modul………………………………………… 19 3. Mata Kuliah Keperawatan Jiwa……………………………………….. 24 B. Penelitian Yang Relevan…………………………………………………. 25 C. Kerangka Berpikir………………………………………………………... 27 D. Hipotesis………………………………………………………………….. 29

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………. 30 A. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………. 30 B. Pendekatan Penelitian ………………………………………………........ 30 C. Subyek Penelitian………………….……………………………………... 32 D. Sumber Data dan Sampling…………………………………………......... 33 E. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data …………………………….............. 33 F. Validitas Data……………………………………………………………. 35 G. Analsis Data……………………………………………………………… 36 H. Indikator Keberhasilan…………………………………………………… 38 I. Prosedur Penelitian……………………………………………………….. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………. 50 A. Lokasi Penelitian……………………………………………………......... 50 B. Pelaksanaan Siklus……………………………………………………….. 52

1. Pelaksanaan Siklus I………………………………………………… 53

ix

2. Pelaksanaan Siklus II……………………………………………….. 68 C. Hasil dan Pembahasan……………………………………………………. 79

1. Hasil Penelitian……………………………………………………….. 79 a. Penggunaan Model Contextual Teaching and Learning untuk

meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa……………........

80 b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk

meningkatkan Hasil Belajar Keperawatan Jiwa………………….

83 c. Penggunaan Model Contextual teaching and Learning untuk

meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa………………………..

85 2. Pembahasan…………………………………………………………... 86

a. Penggunaan Model Contextual Teaching and Learning untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa…........................

86

b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar Keperawatan Jiwa………………….

89

c. Penggunaan Model Contextual teaching and Learning untuk meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa………………………..

90

D. Keterbatasan……………………………………………………………… 92 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………………………. 93

A. Saran……………………………………………………………………… 93 B. Implikasi………………………………………………………………….. 94 C. Saran……………………………………………………………………… 94

Daftar Pustaka…………………………………………………………………... 95 Lampiran ………………………………………………………………………... 98

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian………………………………..…….. 27 Gambar 2 Langkah-langkah PTK……………... ………………….……… 32 Gambar 3 Kerangka Kerja Penerapan CTL……………………………….. 50 Gambar 4 Photo Pelaksanaan Penerapan CTL……………………………. 166

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran………..……..... 80 Tabel 2 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran

Contextual Teaching And Learning ……………... ………………….. 82

Tabel 3 Hasil Motivasi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran CTL…………… 83 Tabel 4 Hasil Ketuntasan Belajar Mahaisswa………………………………... 84 Tabel 5 Prestasi Belajar Mahasiswa pada Pembelajaran CTL……………….. 84 Tabel 6 Praktek Mahasiswa pada pembelajaran CTL………………………... 85

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran……..…….... 80 Diagram 2 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran

Contextual Teaching And Learning ……………... ……………..

82 Diagram 3 Hasil Motivasi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran

CTL………………………………................................................

83 Diagram 4 Hasil Ketuntasan Belajar Mahaisswa…………………………….. 84 Diagram 5 Prestasi Belajar Mahasiswa pada Pembelajaran CTL……………. 84 Diagram 6 Praktek Mahasiswa pada pembelajaran CTL…………………….. 85

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I………………….. 98 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaaran Siklus II………………... 102 Lampiran 3 Panduan Wawancara Respon Mahassiwa Sebelum Tindakan… 106 Lampiran 4 Panduan Wawancara Respon Mahassiwa Sesudah Tindakan…. 107 Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Dosen …………………………… 108 Lampiran 6 Lembar Aktivitas Mahasiswa …………………………………. 110 Lampiran 7 Instrumen Kuesioner ………………………………………….. 113 Lampiran 8 Garis-Garis Besar Program Pembelajaran ……………………. 116 Lampiran 9 Hasil Keterlaksanaan RPP …………………………………….. 124 Lampiran 10 Data Aktivitas Mahasiswa Dalam Pembelajaran CTL.………. 126 Lampiran 11 Analisis Ketuntasan Belajar …………………………………. 129 Lampiran 12 Tabel Pelaksanaan Praktek Asuhan Keperawatan Jiwa ……... 134 Lampiran 13 Tabel Hasil Tes Motivasi Post CTL …………………………. 137 Lampiran 14 Soal Pre Post Siklus …………………………………………. 141 Lampiran 15 Lembar Jawaban Ujian ………………………………………. 147 Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Tes ……………………………………... 148 Lampiran 17 Kisi-Kisi Tes Obyektif ………………………………………. 149 Lampiran 18 Tabel Induk Data …………………………………………….. 151 Lampiran 19 Analisis Butir Soal …………………………………………… 153 Lampiran 20 Analisis Daya Beda ………………………………………….. 158 Lampiran 21 Olah Data Analisis Daya Beda ………………………………. 160 Lampiran 22 Verifikasi Butir Soal …………………………………………. 163 Lampiran 23 Validitas Butir Soal ………………………………………….. 164 Lampiran 24 Gambar Kegiatan CTL ………………………………………. 169 Lampiran 25 Surat Permohonan Ijin Penelitian ……………………………. 170 Lampiran 26 Modul Asuhan Keperawatan Jiwa …………………………… 171

xiv

ABSTRAK

Reliani, S540209316, 2010. Model contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa Unutk meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa, Tesis Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Pasca Sarjana, , Universitas Sebelas Maret 2010. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui 1) penggunaan model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan pembelajaran, 2) penggunaan model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan hasil belajar dan 3) penggunaan model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan praktek keperawatan jiwa. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terdiri 2 siklus, subyek penelitian atau sampel penelitian adalah mahasiswa semester enam dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan wawancara tidak terstruktur, observasi, dan kuesioner kemudian data divalidasi dengan menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti dan triangulasi teori. Teknik analisis dengan menggunakan reduksi data, sajian data dan verifikasi. Pelaksanaan siklus I dan II meliputi meliputi tujuh komponen pembelajaran model Contextual Teaching And Learning yaitu komstruktivisme, inquiry, questioning, modelling, community learning, refleksi dan auntenthic assessment. Pada pelaksanaan siklus I masih ditemukan adanya kekurangan yang berupa pelaksanaan RPP oleh peneliti 87,5% sangat baik tetapi masih belum dilakukan secara sistematis pada tahap modelling, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran 2,5% sangat baik dan motivasi mahasiswa dalam kategori 100% tinggi. Hasil belajar siklus I didapatkan masih ada mahasiswa yang tidak tuntas belajarnya sedangkan yang tuntas sebesar 67,8% dan praktek asuhan keperawatan siklus I pada kategori sangat baik sebanyak 67,8% dan masih ada mahasiswa yang masih rendah nilai praktek keperawatan jiwa. Pada siklus II pelaksanaan RPP oleh dosen 100% sangat baik. Aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sangat baik 12,5%. Motivasi mahasiswa 100% tinggi. Hasil belajar pada siklus II 97,5% sangat baik. Sedangkan pelaksanaan praktek didapatkan hasil 90% sangat baik. Kesimpulan penelitian menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran keperawatan jiwa, prestasi belajar dan praktek keperawatan jiwa sehingga peneliti menyarankan perlunya penerapan pembelajaran contextual teaching and learning dalam perkuliahan. Kata kunci: contextual teaching and learning modul, kompetensi asuhan keperawatan

xv

ABSTRACT Reliani, S540209316, 2010. The Contextual model of Learning and Teaching Modules And Soul fatherly care Nursing Mental Enhance Learning, Thesis : The Master of the Family Medicine Department in Health Professions Education Program Postgraduate Program Sebelas Maret University of Surakarta.

The research aims to describe the effect of Contextual Teaching And Learning and teaching module Mental Nursing care in an effort to learning, learning achievement and competency of the soul of nursing care.

This research design was used in Class-Action Research (Classroom Action Research), which comprises two cycles, the subject of research or study samples are four-semester students with a sampling technique using total sampling. Collecting data using unstructured interviews and observation, and questionnaires and then validated by using triangulation of data sources, triangulation techniques and triangulation theory. Analysis techniques using data reduction, data and verification.

The research haved seven step in Contextual Teaching And Learning that were konstruktivisme, inquiry, questioning, modelling, community learning, refleksi dan auntenthic assessment. Teaching activity categories very good of 87,5%, Student activity for study categories in cycle I of 2,5% is very good and Motivation competency sycle I 100% better. Based the result of a cycle of learning and menthal health care nursing in cycle I categories as many as 67,8% improved competence was 67,8%. In the cycle I still not better so this research use one cycle again. In the cycle II teaching activity in categories very good of 100% student activity was 12,5%, And Motivation competency sycle II 100% better. Student result from this cycle II is 97,5% was very good, and improved competence in menthal health care nursing 90% was good. The above data show an increase in academic achievement, student result and improved competence.

Conclusion The study showed an increase in learning achievement and

competency of the soul of nursing care so that the researcher suggests the need for the application of contextual learning Teaching And Learning in lectures. Keywords: Contextual Teaching and Learning Modules, Competency of

nursing care

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Keperawatan Jiwa dideskripsikan sebagai mata kuliah yang

mempelajari dan mengkaji konsep asuhan keperawatan jiwa yang meliputi asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan, halusinasi,

waham, gangguan konsep diri: harga diri rendah, isolasi social: menarik diri.

Dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah ini umumnya dilakukan dengan

ceramah dan diskusi (metode clasikal), penugasan dan role play sehingga terkesan

monoton, kurang menarik dan membuat mahasiswa tidak mandiri dalam belajar.

Padahal Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi

oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi, standar kompetensi Keperawatan Jiwa

tidak hanya sekedar akumulasi dari sejumlah pengetahuan yang dihafal (aspek

kognitif) tetapi juga pengembangan sikap (aspek afektif) dan ketrampilan tertentu

yang tercermin dalam perilaku kehidupan (aspek psikomotor).

Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian evaluasi Program Studi S1

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya,

nilai Keperawatan Jiwa pada tahun 2008-2009 kurang dari 65% dari jumlah

mahasiswa yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM ≥ 65 %). Kenyataan ini

menunjukan bahwa masih rendahnya tingkat pemahaman mahasiswa terhadap

xvii

mata kuliah keperawatan jiwa khususnya pada pokok bahasan asuhan

keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi.

Berdasarkan data dari bagian profesi Program Studi S1 Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya bahwa

pencapaian kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada mahasiswa yang praktik

profesi Ners tahun ajaran 2009-2010 hanya mencapai 62% dari jumlah mahasiswa

yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM ≥ 65 %). Berdasarkan laporan

pembimbing klinik kepada bagian profesi bahwa sebagian besar mahasiswa

kesulitan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien

dengan halusinasi. Hal ini disebabkan karena pasien dengan halusinasi yang

dirawat di Rumah Sakit rata-rata masuk tahap keempat diman pasien dikuasai oelh

halusinasinya sehingga cenderung mengalami gangguan konsep diri, menarik diri,

asyik dengan dunianya sendiri. Sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan

jiwa diperlukan teknik khusus berkomunikasi dengan penderita.

Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan, dengan teknik pembelajaran

seperti yang diterapkan selama ini pada mata kuliah keperawatan jiwa, untuk

mencapai tujuan pembelajaran berupa mahasiswa mampu mencapai kompetensi

sampai tahap psikomotor akan sulit dilaksanakan. Untuk dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang berupa kognitif, afektif dan psikomotor maka diperlukan

pembelajaran yang mengaitkan teori dengan dunia nyata. Salah satu pendekatan

pembelajaran yang ditawarkan untuk diteliti adalah melalui pendekatan

kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL).

xviii

Secara umum pendekatan kontekstual (CTL) merupakan suatu cara belajar

yang membantu dosen mengkaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata mahasiswa dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran

efektifitas, yakni kontruktivisme (Contructivisme), bertanya (Questioning),

menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan

(Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdikbud 2002).

Sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan

mahasiswa melakukan dan mengalami bukan menerima transfer pengetahuan dari

dosen.

Menurut Piaget, pengajaran yang baik harus melibatkan anak dengan

situasi – situasi dimana anak itu mandiri, melakukan eksperimen, yaitu mencoba

segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda – tanda dan

symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabanya, mencocokan

apa yang ia temukan pada saat yang lain (Ibrahim dan Nur, 2000).Seperti halnya

Piaget, Vygotsky, dalam Ibrahim dan Nur (2000), bahwa perkembangan

intelektual anak terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman

menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang

dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu interaksi social dengan teman

lain dalam kelompok – klelompoknya dapat memacu terbentuknya ide – ide baru

dan memperkaya perkembangan intelektual siswa

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual membutuhkan

media pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemauan mahasiswa

xix

sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya (Arief Sidharta, 2006).

Modul merupakan salah satu bentuk media pembelajaran yang berupa media

cetak. Dalam modul asuhan keperawatan jiwa berisi strategi pengorganisasian

materi pembelajaran yang terdiri dari squancing yang mengacu pada pembuatan

urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya

untuk menunjukan kepada mahasiswa keterkaiatan atara fakta, konsep, prosedur

dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Adapun manfaat modul

asuhan keperawatan jiwa yaitu membantu mahasiswa menyiapkan belajar

mandiri, memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara

maksimal, memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan

kesempatan belajar pada mahassiwa dan dapat memonitor kegiatan belajar

mahasiswa. Selama ini pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa di Program Studi

S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya

hanya memanfaatkan media cetak yang bersumber pada buku jika metodenya

ceramah dan pada ranah kognitif dan afektif, sedang ranah psikomotor dengan

role play.

Sesuai dengan Visi dan Misi Rumah Sakit Jiwa Menur selain sebagai

pelayanan kesehatan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan Kesehatan Jiwa maka

Keberadaan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sebagai media nyata proses

pembelajaran sudah selayaknya dimanfaatkan oleh cititas akademik khususnya

bidang kesehatan sebagai media pembelajaran seperti Prodi S1 Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Keuntungan lain

yang di dapat dari pembelajaran di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya karena

xx

jumlah pasien gangguan jiwa yang rawat inap rata-rata selama 3 bulan terakhir

terhitung Bulan November 2009 sampai dengan bulan Januari 2010 sebanyak 200

orang dengan masalah keperawatan yang komplek meliputi: 68% pasien gangguan

jiwa mengalami perubahan sensori persepsi: halusinasi, 15% mengalami perilaku

kekerasan, 7 % mengalami gangguan konsep diri: HDR, 5 % mengalami

gangguan proses piker: waham dan 5 % gangguan keperawatan lainnya.

Keuntungan lain menggunakan Rumah Sakit Jiwa Menur sebagai media

pembelajaran adalah asuhan keperawatan jiwa dan pendokumentasian proses

keperawatan jiwa telah dijalankan perawat dengan baik sehingga dapat digunakan

sebagai role model bagi mahasiswa dalam menerapkan pembelajaran asuhan

keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Melalui pengembangan

perangkat pembelajaran ini diharapkan kegiatan perkuliahan lebih terarah dan

sistematik sehingga pembelajaran akan lebih optimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu peneliti untuk melakukan

penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual dengan modul di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

sebagai media pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan

halusinasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

penelitian inia adalah:

xxi

1. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning

dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran

Keperawatan Jiwa?

2. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning

dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar

mahasiswa?

3. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning

dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan praktek

Keperawatan Jiwa?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui model Contextual Teaching And Learning dan Modul Asuhan

Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa

2. Tujuan Khusus

1. Untuk menjelaskan bahwa penggunaan pembelajaran model Contextual

Teaching and Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat

meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa.

2. Untuk menjelaskan bahwa penggunaan pembelajaran model Contextual

Teaching and Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat

meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

xxii

3. Menjalaskan penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and

Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan

praktek Keperawatan Jiwa.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber

informasi tentang kegunaan dan fungsi pembelajaran model Contextual

Teaching And Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa untuk

meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Mahasiswa, hasil penelitian ini akan membantu mengoptimalkan

pemahaman pembelajaran Keperawatan Jiwa

2. Bagi Dosen sejawat, selain memberi pengalaman di dalam melakukan

penelitian tindakan kelas, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

masukan didalam mengembangkan model pembelajaran Asuhan

Keperawatan Jiwa.

3. Bagi Pendidikan, hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan

sumbangan yang baik dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran di

pendidikan

xxiii

BAB II

KAJIAN TEORITIK, PENELITIAN YANG RELEVAN,

KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Comtextual Teaching And Learning

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and

Learning

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan isi mata pelajaran

dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara

pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan nyata (Blanchard, 2001).

CTL terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan

dengan mengacu pada masalah – masalah dunia nyata atau masalah otentik yang

berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga,

warga Negara, mahasiswa, dan tenaga kerja (University of Washington, 2001).

Menurut Piaget, pengajaran yang baik harus melibatkan anak dengan

situasi – situasi dimana anak itu mandiri, melakukan eksperimen, yaitu mencoba

segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda – tanda dan

symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabanya, mencocokan

apa yang ia temukan pada saat yang lain (Ibrahim dan Nur, 2000).

Seperti halnya Piaget, Vygotsky, dalam Ibrahim dan Nur (2000), bahwa

perkembangan intelektual anak terjadi pada saat individu berhadapan dengan

xxiv

pengalaman menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang

dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu interaksi social dengan teman

lain dalam kelompok – klelompoknya dapat memacu terbentuknya ide – ide baru

dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Dari pengertian di atas maka karakteristrik pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual adalah (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3)

menyenangkan, tidak membosankan; (4) belajar dengan gairah; (5) pembelajaran

terintegerasi; (6) menggunakan berbagai sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing

dengan teman; (9) siswa kritis guru kreatif; (10) dinding kelas dan lorong-lorong

penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain;

(11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan

hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain (Depdiknas 2001).

Dalam menerapkan pembelajaran kontekstual dosen harus melaksanakan

beberapa hal berikut ini:

1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh mahasiswa

2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup mahsiswa memalui proses

penkajian secara seksama

3) Mempeajari lingkungan sekolah mahsiswa, selanjutnya memilih dan

mengkaitkan konsep yang akan dibahas dalam proses CTL

4) Merancang pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang akan

dipelajari dengan mempertimbangkan pegalaman yang dimiliki mahasiswa

dan lingkungan kehidupan mereka.

xxv

5) Melaksanakan pembelajaran dengan selalu mendorong mahasiswa untuk

mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang teah

dimiliki mahasiswa

6) Melakukan penilaian terhadap pemahaman mahasiswa.

b. Teori – Teori yang Mendukung Pembelajaran dengan Pendekatan

Kontekstual

Teori – teori belajar yang mendasari CTL anatara lain sebagai berikut ini:

1. Konstuctivitisme berbasis pengetahuan (Knowledge – based constructivism)

Baik instruksi lansgsung maupun kegiatan konstruktivitas dapat sesuai dan

efektif di dalam pencapaian tujuan belajar siswa

2. Pembelajaran berbasis usaha/teori pertumbuhan kecerdasan (effort-

based/incremental Theory of Intellegence), peningkatan usaha seseorang

untuk menghasilkan peningkatan kemampuan. Teori berlawanan dengan

gagasan bahwa kecerdasan seseorang tidak dapat diubah.

3. Sosialisasi (Socialization), anak – anak mempelajari standar, nilai – nilai, dan

pengetahuan kemasyarakatan dengan mengajukan pertanyaan dan menerima

tatangan untuk menemukan solusi yang tidak segera terlihat. Belajar adalah

suatu proses social, oleh karenanya factor social dan budaya perlu

diperhatikan selama perencanaan pembelajaran.

4. Pembelajaran situasi (Situasional learning), pengetahuan dan belajar

dikondisikan dalam fisik tertentu dan konteks social

xxvi

5. Pembelajaran distribusi (Distributed Learning), pengetahuan mungkin di

berbagai bidang sebagai pendistribusian dan penyebaran individu, orang lain,

dan berbagai benda dan bukan semata – mata sebagai suatu kekayaan

individual.

c. Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Untuk melaksanakan pembelajaran CTL, dapat diterapkan dalam

kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun

keadaannya perlu langkah-langkah pendekatan konstektual berikut ini:

1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan ketrampilan barunya

2. Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topic

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4. Menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)

5. Menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran

6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan

7. Melakukan penilaian otentik dengan berbagai cara

Tujuh prinsip CTL dan penerapannya yang adaptasi dari buku Pendekatan

Kontekstual (Depdiknas, 2002) adalah sebagai beriku:

1. Konstruktivisme (constructivism)

Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi)

pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit

xxvii

demi sedikit , yang hasilnya diperluas melalui konsteks yang terbatas (sempit) dan

tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

mengkonstruksi pengetahuan itu dan makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu

yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu

memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan

pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivitas adalah ide

bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi

kompleks ke suatu lain, dan apabila dikehendai, informasi itu menjadi milik

mereka sendiri.

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses

‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran,

siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam

proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses pebelajaran tersebut

dengan:

a. Menjadikan pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa

b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan

c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar

Aplikasi komponen konsktruktivisme dalam penerapan penelitian ini

adalah:

xxviii

a. Mahasiswa membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi)

mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.

b. Menyusun langkah kegiatan sebelum menerapkan langsung asuhan

keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja

kelompok.

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dosen

harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,

apapun materi yang diajarkannya. Siklus inquiry:

a. Observasi (Observation)

b. Bertanya (Questioning)

c. Mengajukan dugaan (Hipothesis)

d. Pengumpulan data (data gathering)

e. Penyimpulan (Conclusion)

Dalam Penelitian ini kegiatan inquiry yang akan diaplikasikan dalam

pembelajaran CTL adalah:

1. Mahasiswa melakukan observasi/pengkajian pasien dengan halusinasi sesuai

dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa

2. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian

3. Mahasiswa menganalisis data pengkajian

4. Mahasiswa menentukan core problem

xxix

5. Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan

6. Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan

7. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan untuk

mengetahui keberhasilan tindakan

3. Bertanya (Questioning)

Dalam suatu pembelajaran yang produktif, kegiatan bertany berguna

untuk: Menggali informasi, mengecek pemahaman mahasiswa, membangkitkan

respon mahasiswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan mahasiswa,

mengetahui hal – hal yang sudah diketahui mahasiswa, memfokuskan perhatian

mahasiswa pada sesuatu yang dikehendaki dosen, membangkitkan lebih banyak

pertanyaan dari siswa, dan untuk mnyegarkan kembali pengetahuan mahasiswa.

Questioning dapat diterapkan dalam semua aktivitas belajar misalnya saat

diskusi, belajar kelompok, ketika menemui kesulitan, ketiak melakukan

pengamatan antar mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, anatar mahasiswa dengan

orang lain.

Penerapan komponen Questioning pada penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa bertanya kepada teman dalam satu kelompok

2. Mahasiswa bertanya kepada kelompok lain saat presentasi hasil kegiatan

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang mahasiswa baru saja

mempelajari mengenai pengkajian pada pasien sizophrenia, ia bertanya pada

xxx

temanya “bagaimana cara melakukannya? Tolong bantuin, aku!” lalu temanya

yang sudah biasa, menunjukan cara melakukan pengkajian pada pasien

sizophrenia. Maka, dua mahasiswa atersebut sudah membentuk masyarakat-

belajar (learning community)

Dalam kelas CTL dosen disarankan selalu melaksanakan pembelajaran

dalam kelompok-kelompok belajar. mahasiswa dibagi menjadi kelompok-

kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang

tahu memberitahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat,

yang mempunyai gagasaan segera, memberi usul, dst.

Masyarakat-belajar bias terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.

“seorang guru yang mengajari siswanya”bukan contoh masyarakat belajar karena

komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya dating dari guru kea rah

siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang dating dari arah

siswa. Dalam masyarakat belajar dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam

komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan

masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan

sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

Metode pembelajaran dengan teknik Learning community sangat

membantu pembelajaran di kelas. Praktiknya dalam pembelajaran terwujud

dalam:

a. Pembentukan kelompok kecil

b. Pembentukan kelompok besar

xxxi

c. Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani,

pengurus organisasi, dsb)

d. Bekerja dengan kelas sederajat

e. Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya

f. Bekerja dengan masyarakat

Aplikasi pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dalam

penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok

b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau informasi

yang disampaikan oleh teman atau dosen

5. Pemodelan (Modelling)

Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu. Atau dosen memberi

contoh sebelum mahasiswa memperagakan sendiri. Dalam pendekatan CTL dosen

bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan mahasiswa.

Model juga dapat mendatangkan dari luar misalnya seorang ahli.

Perawat di Rumah Sakit Jiwa Mneur telah melaksakan Asuhan

keperawatan jiwa dan pendokumentasian proses keperawatan jiwa dengan baik

sehingga dapat digunakan sebagai model bagi mahasiswa dalam menerapkan

pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi.

Aplikasi pemodelan pada penelitian ini adalah:

a. Dosen memperagakan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien

dengan halusinasi setelah itu mahasiswa bersama kelompok melakukan

asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dosen

xxxii

b. Mahasiswa melakukan apa yang diperintahkan oleh dosen

c. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok

6. Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir

ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.

Pebelajaran mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur

pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan

sebelumnya. Reflesi juga dapat diartikan sebagai respon terhadap kejadian,

aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

Dosen membantu mahasiswa membuat hubungan-hubungan antar

pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan

begitu mahasiswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang

apa yang baru dipelajarinya. Kunci dari itu semua adalah, bagaiman pengetahuan

itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan

bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan

waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi selama pembelajaran berlangsung.

Realisasinya dalam penelitian ini berupa:

a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.

b. Catatan atau jurnal di buku siswa

c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu

d. Diskusi

e. Hasil karya

7. Penilaian otentik (Authentic Assessment)

xxxiii

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar mahasiswa. Gambaran

perkembangan belajar mahasiswa perlu diketahui oleh dosen agar bisa

memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila

data yang dikumpulkan dosen mengidentifikasikan bahwa mahasiswa mengalami

kemacetan dalam belajar maka dosen segera bisa mengambil tindakan yang tepat

agar mahasiswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang

kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka

assessment tidak dilakukan di akhir periode (semester).Pembelajaran seperti pada

kegiatan evaluasi belajar tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi

(tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajarn.

Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang

dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan mahasiswa pada

saat melakukan proses pembelajaran.

Karakteristic authentic assessment adalah:

a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung. Astinya

penilaian untuk mendapatkan informasi secara utuh harus dilakukan secara

komprehensi dan dilakukan pada saat-saat yang tepat selama dan setelah siswa

belajar. Dengan kata lain pengukuran harus dilakukan di sepanjang proses

belajar yang dijalani siswa (Ibrahim, 2005).

b. Bisa digunakan formatif atau sumatif. Pengukuran bukan hanya pada tes

sumatif saja akan tetapi pada setiap proses belajar.

c. Yang diukur ketrampilan dan performance, bukan pengetahuan kognitif saja.

xxxiv

d. Berkesinambungan, artinya assessment dilakukan secara berkelanjutan, baik

belajar produk, ketrampilan dan sikap.

e. Terintegrasi. Dalam assessment otentik diperlukan tugas assessment yang

harus diselesaiakan siswa termasuk mencakup di dalam kesehatian siswa.

f. Dapat digunakan sebagai umpan balik. Hal-hal yang bisa digunakan dasar

menilai prestasi siswa, berupa: proyek atau kegiatan dan laporanya, kuis, PR,

karya siswa presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, journal,

hasil tes tulis, atau karya tulis

Intinya, dengan authentic assessment pertanyaan yang akan di jawab

adalah”Apahkah siswa belajar”, bukan “apa yang sudah diketahui?” jadi, siswa

dinilai kemmapuannya dengan berbagai cara tidak hanya dari hasil ulangan teori

Aplikasi authentic assessment dalam penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa

b. Mahasisa membuat laporan hasil kegiatan penerapan asuhan keperawatan jiwa

2. Konsep Pengembangan Modul

a. Pengertian dan Pentingnya Modul

Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang

memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran

mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi

pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada

pebelajar keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung

dalam materi pembelajaran.

xxxv

Untuk merancang materi pembelajaran, terdapat lima kategori kapabilitas

yang dapat dipelajari oleh pebelajar, yaitu informasi verbal, keterampilan

intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Strategi

pengorganisasian materi pembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses berpikir,

yaitu pembentukan konsep, intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip.

Strategi-strategi tersebut memegang peranan sangat penting dalam

mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat siswa lebih tertarik dalam

belajar, siswa otomatis belajar bertolak dari prerequisites, dan dapat

meningkatkan hasil belajar. Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar siswa

berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagi-bagi bahan

pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang masing-masing bagian

meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Bagian-bagian materi pembelajaran

tersebut disebut modul.

Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik di luar

maupun di dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB).

SBB telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula,

seperti Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan

(Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, 1990). Masing-masing bentuk tersebut

menggunakan perencanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda, yang pada

pokoknya masing-masing mempunyai tujuan yang sama, yaitu:

1) memperpendek waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai tugas

pelajaran tersebut;

xxxvi

2) menyediakan waktu sebanyak yang diperlukan oleh siswa dalam batas-batas

yang dimungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Bermodul

Pelaksanaan pembelajaran bermodul memiliki perencanaan kegiatan

sebagai berikut.

1) Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebelum

pembelajaran.

2) Penerapan modul dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi model

pembelajaran kooperatif konstruktivistik.

3) Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes sumatif dan

tugastugas latihan yang terstruktur .

4) Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan dengan

feeddback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran unit materi

ajar berikutnya.

5) Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai materi

ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan dan sumatif, dipertimbangkan

sebagai hasil diagnosis untuk menyelenggarakan program remidial pada siswa

di luar jam pembelajaran.

b. Ciri – Ciri Modul

Ciri-ciri modul adalah sebagai berikut.

1) Didahului oleh pernyataan sasaran belajar

xxxvii

2) Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menggiring partisipasi

siswa secara aktif.

3) Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan.

4) Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran.

5) Memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa

6) Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.

Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul

adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran

yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.

2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul

yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka

belum berhasil.

3) Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya.

4) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester

5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut

jenjang akademik.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diyakini bahwa pembelajaran

bermodul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep

ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar mereka dapat ditingkatkan

seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hasil penelitian

terdahulu (Richard Duschl, 1993) menyatakan bahwa pembelajaran modul dalam

pembelajaran konsep yang menyangkut kesetimbangan kimia dapat mengubah

xxxviii

miskonsepsi siswa menuju konsep ilmiah. Di lain pihak, Santyasa, dkk (1999)

menyatakan bahwa penerapan modul dapat mengubah miskonsepsi siswa menjadi

konsepsi ilmiah dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Model Pengembangan Modul

Model pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang

dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem

pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu

yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang

jelas, dan memenuhi criteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Ada

lima kriteria dalam pengembangan modul, yaitu:

1) membantu siswa menyiapkan belajar mandiri,

2) memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara

maksimal,

3) memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan

belajar kepada siswa,

4) dapat memomitor kegiatan belajar siswa,

5) dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi balikan tingkat kemajuan

belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan tersebut, pengembangan modul harus mengikuti

langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut adalah:

1) analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi dan sumber belajar,

2) analisis karakteristik pebelajar,

xxxix

3) menetapkan sasaran dan isi pembelajaran,

4) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran,

5) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran,

6) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran.

3. Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Keperawatan jiwa merupakan bagian dari kelompok ilmu keperawatan

klinik. Fokus mata kuliah ini adalah pada pencapaian kompetensi asuhan

keperawatan jiwa yang meliputi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan

perilaku kekerasan, halusinasi, waham, isolasi social menarik diri dan harga diri

rendah.

Keperawatan jiwa merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki

mahasiswa keperawatan. Sesuai dengan pengertian kompetensi yaitu “….a

knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which

became part of his or her being to exent he or she can satisfactorily perform

particular cognitive, affective, and psychomotor behaviour”. Kompetensi adalah

suatu pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki

oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai

perilaku kognitif, afektif dan psikomotormya.McAshan dalam Mulyasa (2005)

Dengan demikian kompetensi keperawatan jiwa harus didukung oleh

pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dengan pokok bahasan dalam Garis-Garis

Besar Program Pemebelajaran Keperawatan Jiwa Program Studi S1 Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya

xl

Dalam penelitian ini materi yang menjadi objek penelitian adalah asuhan

keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Materi ini memberikan

pengalaman pada mahasiswa untuk memiliki kemampuan dalam berpikir ilmiah

melalui ketrampilan proses. Hal ini dapat digariskan dalam rencana

pembelajaran, bahwa materi ini memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk

memberikan asuha keperawatan jiwa dengan sub pokok pembahasan: pengkajian,

menetapkan diagnosa keperawatan pasien halusinsi, menentukan tindakan

keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan kepada keluarga, mengevaluasi

kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien halusinasi dan

mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan halusinasi

Materi ini menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami

konsep dan implementasi pada pasien. Ketrampilan proses ini meliputi

ketrampilan mengamati, mengajukan hipotesis, berkomunkasi terapeutik secara

baik dan benar, selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja,

mengajukan pertanyaan, memilah informasi factual yang relevan untuk menguji

gagasan – gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.

B. Penelitian yang relevan

Untuk menujukan keterkaitan penggunaan pendekatan kontekstual (CTL)

dan modul sebagai upaya optimalisasi pembelajaran keperawatan jiwa, kiranya

dapat dikemukakan hasil penelitian yaitu:

Hasil penelitian Astuti (2004) yang berjudul Peningkatan

Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual

xli

Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang. Hasil

penelitian ini adalah pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat

meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi dan adanya perubahan

tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat

dibuktikan dari hasil rata-rata tes siklus I yang mencapai 63,77 dan hasil siklus II

dan silus II sebesar 74,23. Adanya peningkatan dengan presentase rata-rata 80%.

Berdasarkan hasil nontes juga mengalami perubahan tingkah laku, seperti

kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian siswa dalam menerima

pembelajaran.

Hasil penelitian Eko priyono (2009). Peningkatan Kualitas pembelajaran

dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) di Kebun Binatang

Surabaya sebagai Media Paktikum Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi

Hewan 2. Hasil peneltian menunjukan bahwa penggunaan CTL pada praktikum

Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi Hewan 2 mampu meningkatkan hasil

belajar mahasiswa dengan ketuntasan belajar 89% dari jumlah mahasiswa

mencapai nilai hasil belajar tuntas (MKK = 68)

Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia VCD Terhadap

Pencapaian Kompetensi Belajar Sejarah (Studi Eksperimen di SMA Negeri I

Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran 2006/2007). Dari

hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Terdapat perbedaan kompetensi

belajar Sejarah antara yang belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Bermedia VCD dan bermedia Gambar. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Bermedia VCD menghasilkan kompetensi belajar Sejarah yang lebih baik

xlii

dibandingkan dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bermedia Gambar,

Terdapat perbedaan kompetensi belajar Sejarah siswa antara yang mempunyai

minat belajar tinggi dan rendah. Siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik

kompetensi belajar Sejarahnya dibandingkan siswa dengan minat belajar rendah,

C. Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL

TINDAKAN

KONDISI AKHIR

Dosen/Peneliti: - Metode clasikal - Media: slide,

video, role play

Mahasiswa yang diteliti: - Hasil belajar

rendah - Kompetensi

rendah Menggunakan: 1. Pendekatan

kontektual (CTL) - Construktivisme - Inquiry - Questioning - Modelling - Community

Learning - Autenthic

assessmnet 2. Modul Asuhan

Keperawatan Jiwa

- Motivasi belajar meningkat

- Hasil belajar meningkat

- Kompetensi asuhan keperawatan jiwa meningkat

SIKLUS I Penerapan pendekatan pembelajaran kontektual (CTL) dan modul asuhan keperawatan Jiwa secara berkelompok

SIKLUS II Penerapan pendekatan pembelajaran kontektual (CTL) dan modul asuhan keperawatan Jiwa secara berkelompok

SIKLUS BERIKUTNYA

xliii

Gambar 1 Kerangka Pikir Pendekatan Contekstual Teaching and Learning dan Modul Asuhan keperawatan Jiwa

Berdasarkan gambar diatas dijelaskan bahwa kondisi awal pembelajaran

pada mata kuliah Keperawatan Jiwa di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya selama ini masih

cenderung ke pembelajaran klasical yaitu pembelajaran yang berupa transfer ilmu

dari dosen kepada mahasiswa (teacher centered) dan diskusi dari materi yang

telah disampaikan. Pola seperti ini membuat mahasiswa tidak punya inisiatif

untuk tahu lebih banyak dari materi yang disampaikan dan cenderung mudah lupa.

Selain itu fenomena yang kita jumpai yaitu mahasiswa hanya dating, duduk, diam

dan dengar. Sehingga mahasiswa cenderung bosan dan mudah mengantuk. Media

pembelajaran yang ada cenderung berupa slide, video dan role play untuk

demonstrasi asuhan keperawatan jiwa yang disampaikan.

Sudah saatnya mahasiswa mulai mandiri dalam proses belajar, sehingga

mahasiswa diharapkan akan membangun sendiri pemahaman mereka. Untuk

mewujudkan hal tersebut tidak terkepas dari pemilihan pendekatan pembelajaran

yang tepat. Pendekatan pembelajaran memegang peran penting dalam pencapaian

prestasi belajar yang optimal. Kita sebagai dosen sudah mengetahui bahwa banyak

sekali pendekatan pembelajaran yang dpat diterapkan dalam proses pembelajaran,

diantaranya adalah pendekatan kontekstual (CTL). Pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual mengandung tujuh komponen yaitu konstruktivisme,

inquiry, questioning, modeling, community learning dan autenthic assessment.

Dalam pembelajaran kontekstual dengan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa,

xliv

mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dalam menemukan konsep – konsep yang

dibangun dari fakta yang mereka dapatkan, untuk kemudian dengan konsep itu

mahassiwa dapat menarik kesimpulan dan dapat menghubungkan antara konsep

yang didapat tersebut dengan pengetahuan sebelumnya. Siswa akan mengalami

sendiri proses pembelajaran, mengamati, dan mendapatkan manfaatnya sehingga

apa yang akan didapatkan itu tidak akan mudah terlupakan. Oleh karena itu

dengan pemberian pendekatan tersebut, mahasiswa dapat meningkatkan

kemampuannya sehingga diharapkan pembelajaran akan optimal yang ditandai

dengan peningkatan motivasi belajar, peningkatan kompetensi dan peningkatan

hasil belajar.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, selanjutnya dapat

disusun hipotesis tindakan sebagai petunjuk arah bagi penelitian sebagai berikut:\

1. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan

Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa

2. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan

Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa

3. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan

Jiwa dapat meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa

xlv

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Pebruari sampai dengan bulan Juli

2010.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya di Jalan Sutorejo No. 59

Surabaya dan RS Jiwa Menur Surabaya.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran. Sesuai orientasinya, jenis

penelitian ini memiliki kelebihan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan

kualitas proses dan hasil belajar.

Menurut Susilo H (2009) penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah

penelitian reflekstif yang dilaksanakan secara siklis (berdaur) oleh pendidik atau

calon pendidik di dalam kelas. Dikatakan demikian karena proses PTK dimulai

dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi untuk memecahkan

masalah dan mencobakan hal – hal baru demi peningkatan kualitas pembelajaran.

Desain PTK mengacu pada model Kemmis dalam Susilo H (2009) Penelitian

xlvi

Tindakan Kelas diartikan sebagai sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri

yang dilakukan oleh partisipan dalam kependidikan dengan maksud untuk

meningkatkan kemantapan rasionalitas dari: 1) praktik – praktik sosial maupun

pendidikan, 2) pemahaman terhadap praktik – praktik tersebut, dan 3) situasi

pelaksanaan praktik – praktik pembelajaran.

Menurut Susilo (2009) penelitian tindakan kelas ada beberapa tujuan yang

dapat dicapai antara lain:

1. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran di kelas

2. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional pendidik kepada peserta

disik dalam konteks pembelajaran di kelas

3. Mendapatkan pengalaman tentang ketrampilan praktik dalam proses

pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru

4. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan pendidik dalam melaksanakan

proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan actual

yang dihadapi sehari – hari.

Bila digabungkan definisi di atas, maka diperoleh suatu batasan penelitian

tindakan kelas sebagai sebuah proses ivestigasi terkendali yang berdaur ulang atau

siklus dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan

perbaikan – perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi, kompetensi atau

situasi kependidikan.

Proses siklus aktivitas dalam penelitian tindakan kelas menurut Kemmis

dan Mc. Taggart dalam Susilo (2009) adalah sebagai berikut:

xlvii

Gambar 2: Langkah – Langkah Penelitian Tindakan Kelas

C. Subyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian adalah mahasiswa semester VI Program Studi S1

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya

Planning

SIKLUS I

Observed

Replan

SIKLUS II

Observed

SIKLUS BERIKUTNYA

Action

Action

Reflection

Reflection

xlviii

tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 40 orang, terdiri dari 14 mahasiswa

putra dan 26 mahasiswa putri.

2. Kedudukan Peneliti dalam Pembelajaran

Peneliti adalah dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa, sehingga dalam

penelitian tidakan kelas, peneliti berperan sebagai pemberi tindakan,

sedangkan sebagai observer, evaluator, dan sebagai reflektor adalah teman

sejawat atau pakar dalam bidang pendidikan. Namun dalam menjaga

obyektifitas penilaian, maka peneliti akan berkolaborasi dengan teman sejawat

dan perawat yang ditunjuk menjadi pembimbing klinik RS Jiwa Menur

Surabaya.

D. Sumber Data Dan Sampling

Dalam penelitian tindakan kelas ini data diperoleh dari beberapa sumber antara lain:

1. Mahasiswa sebagai subyek penelitian

2. Nara sumber berasal dari dosen tim pengajar Keperawatan Jiwa atau teman sejawat

sebagai peer dan seorang expert yaitu Ketua Program Studi S1 Keperawatan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai informan kunci

tentang gambaran Program Studi S1 Keperawatan.

E. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah:

a. Wawancara

xlix

Wawancara ini dilakukan terhadap subyek penelitian yang mengetahui

kondisi awal proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas. Bentuk

pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara adalah semi terstruktur dan

pertanyaan terbuka (open ended question). Bentuk pertanyaan terbuka ini dipilih

didasarkan fenomena di lapangan bahwa informasi yang digali bersifat mendalam

sesuai dengan sudut pandang informan sehingga informan memiliki kebebasan

dalam memberikan informasi. Sedangkan semi terstruktur dipilih untuk

mengantisipasi informasi yang diberikan informan melebar dari fokus penelitian.

Semua hasil wawancara direkam dan hasil rekaman ditranskripsikan dalam suatu

deskripsi tekstual. Alat pengumpulan data adalah pedoman wawancara.

b. Observasi (Pengamatan)

Observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh

dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk

siklus – siklus, selama proses pembelajaran pendekatan kontekstual (CTL). Alat

pengumpulan datanya berupa pedoman observasi dan ceklist:

- Aktivitas dosen

- Partisipasi mahasiswa dalam CTL

- Penggunaan modul Asuhan Keperawatan Jiwa untuk mencapai kompetensi

asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi

c. Kuisioner

Instrumen ini untuk mengukur kecenderungan sikap peserta didik terhadap

pembelajaran yang diikutinya yaitu pendekatan kontekstual (CTL) dan modul

asuhan keperawatan jiwa yang digunakan untuk memperoleh informasi. Hal ini

l

untuk mengetahui respon atau mtivasi belajar mahsiswa terhadap pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual. Alat pengumpulan datanya adalah angket atau

kuesioner tentang tanggapan mahasiswa tentang pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual dengan inquiry dan modul asuhan keperawatan jiwa.

d. Diskusi antar dosen dan observer tentang refleksi siklus PTK.

Tes tulis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar asuhan keperawatan

jiwa pada pasien dengan halusinasi pada akhir tindakan kelas berupa post test.

Alat pengumpulan datanya adalah butir soal test.

F. Validitas Data

Untuk memperoleh data yang valid, maka dalam penelitian ini digunakan

teknik triangulasi (Triangulation). Ada empat macam teknik triangulasi yaitu:

1. Triangulasi data

Triangulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan data tentang

permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang berbeda.

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan

metode yang berbeda, seperti disinkronkan dengan hasil observasi atau

dokumen yang ada.

3. Triangulasi peneliti

Triangulasi peneliti dilakukan dengan mencari relevan penelitian sebelumnya

dengan metode yang sama dengan tujuan mengaktifkan mahasiswa dalam

proses belajar.

li

4. Triangulasi teori dalam Modul

Triangulasi teori dalam modul dilakukan dengan menyesuaikan standar

kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi.

Untuk menjaga validitas, peneliti melakukan diskusi dengan teman

sejawat (peer) dan tim ahli (expert) yang diupayakan memperhatikan hal – hal

sebagai berikut:

1. Observer akan mengamati secara keseluruhan peristiwa yang terjadi di kelas

2. Tujuan, batas waktu dan rambu – rambu observasi jelas

3. Hasil observasi tercatat di checklist dalam instrument secara obyektif (Susilo

dkk, 2009)

G. Analisis Data

Dalam PTK, sesuai dengan ciri dan karakteristik serta bentuk hipotesis

PTK, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang

dilakukan pendidik dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta

didik. Dengan demikian, analissi data dalam PTK bias dilakukan dengan analisis

diskriptif. Analsis diskriptif kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan

proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan pendidik hasil dari

berdasarkan hasil observasi, wawancara dan refleksi. Sedangkan analisis diskriptif

komparatif digunakan untuk membandingkan nilai tes antar siklus maupun

dengan indicator kerja (Wina Sanjaya, 2009).

Aktifitas dalam analisis data yaitu pengumpulan data, sajian data, reduksi

data dan penarikan kesimpulan / verifikasi.

lii

b. Pengumpulan data

Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data

yang meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data

dilakukan selama data yang diperlukan belum memadai dalam pengambilan

keputusan.

c. Sajian data

Sebagai proses analisis data yang berintikan pengkajian dengan cara

mengorganisasi informasi secara sistemik untuk mempermudah penelitian dalam

menggabungkan dan merangkai keterikatan antar data dalam menyusun

penggambaran proses dan fenomena yang diteliti.

d. Reduksi data

Merupakan proses seleksi, memfokuskan, penyederhanaan dan abtraksi

data. Proses ini berlangsung terus – menerus selama pengumpulan data sampai

laporan akhir disusun. Pada waktu pengumpulan data berlangsung peneliti

membuat ringkasan dari catatan yang diperoleh di lapangan, membuat kode,

memusatkan tema, menentukan batas permasalahan dan menulis memo.

e. Penarikan kesimpulan / verifikasi

Merupakan kegiatan melakukan penarikan kesimpulan dari keadaan yang

belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang memiliki

landassan yang kuat dari proses analissi terhadap fenomena yang ada dan

mendiskusikan permasalahan dengan pihak – pihak yang terkait sampai diperoleh

kesepakan kesimpulan.

liii

Proses analisis dan interpretasi data dalam PTK diarahkan untuk

mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan

pertanyaan peneliti.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan kondisi akhir yang diharapkan peneliti

pada penelitian tindakan kelas yang didasarkan pada pengalaman yang lalu.

Adapun indicator keberhasilan pada penelitian ini meliputi:

1. Indikator keberhasilan pembelajaran keperawatan jiwa

Pembelajaran keperawatan jiwa dikatakan berhasil dengan indicator

pencapaian nilai kategori baik dan sangat baik pada pelaksanaan RPP oleh

dosen, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dan motivasi mahasiswa

selama pembelajaran.

Indikator keberhasilan pelaksanaan RPP dan aktivitas mahasiswa:

≥ 80% = sangat baik

70-79 % = baik

60-69 % = cukup

≤ 59 % = kurang

2. Indikator keberhasilan hasil belajar

Bersumber pada hasil yang diperoleh dari pre siklus dan test siklus yang

mencerminkan pemahaman mahasiswa pada konsep yang dipelajari

diharapkan adanya peningkatan pemahaman sesuai nilai yang diperoleh

masing – masing mahasiswa. Minimal 75% dari jumlah mahasiswa mencapai

liv

nila hasil belajar tuntas (MKK = 66), sesuai dengan pedoman kurikulum

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun

2009/2010.

3. Indikator keberhasilan praktek keperawatan jiwa

Minimal 75% dari jumlah mahasiswa mencapai nila hasil belajar tuntas (MKK

= 66), sesuai dengan pedoman kurikulum Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surabaya tahun 2009/2010.

I. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan

Kelas yang terdiri dari 2 siklus:

b. Persiapan

Pada tahap persiapan ini peneliti menghadap kepada Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya untuk minta ijin rencana

penelitian yang menggunakan sampel mahasiswa kemudian dilanjutkan

dengan minta ijin ke Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur. Selanjutnya peneliti

mengadakan kolaborasi dan pertemuan dengan teman sejawat (observer)

untuk menyamakan persepsi tentang tujuan, karakteristik, langkah – langka

penelitian tindakan kelas ini.

c. Deskripsi awal

Dalam tahap ini peneliti bersama teman sejawat (observer) melakukan

observasi terhadap proses belajar mengajar Asuhan Keperawatan Jiwa yang

masih berupa clasikal di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu

lv

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebelum dilakukan

penelitian tindakan kelas. Setelah proses belajar mengajar secara clasikal

mahasiswa diberi test secara tertulis mengenai materi yang disampaiakan dan

dilihat hasilnya. Hasil awal pengamatan tersebut maka akan digunakan

peneliti sebagai refleksi dalam rangka perencanaan tindakan perbaikan sesuai

kerangka berpikir dan prosedur penelitian.

Kegiatan Siklus I

a. Planning (Perencanaan)

Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran asuhan

keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Rencana kegiatan yang akan

dilakukan adalah menyusun rencana pembelajaran, membuat dan menyiapkan

instrumen penelitian berupa lembar observasi, wawancara, modul asuhan

keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi, membentuk kelompok,

menyiapkan perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan pedoman penskoran,

menyiapkan lembar jawaban, menyusun format catatan hasil refleksi untuk

mendokumentasikan temuan hasil refleksi dan menyiapkan format penilaian hasil

belajar

b. Acting (Pelaksanaan)

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah

dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah

pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi dengan

pendekatan kontekstual (CTL). Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar

mengajar, yaitu apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.

lvi

Pada tahap apersepsi, mahasiswa dikondisikan untuk siap mengikuti

proses pembelajaran. Dosen memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai

tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh mahasiswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran.

Langkah – langkah dalam pembelajaran kontekstual pada penelitian ini

Adalah:

1. Konsktruktivisme

a. Mahasiswa membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi)

mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.

b. Menyusun langkah kegiatan sebelum menerapkan langsung asuhan

keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja

kelompok

2. Inquiry

a. Mahasiswa melakukan observasi/pengkajian pasien dengan halusinasi

sesuai dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuha

Keperawatan Jiwa

b. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian

c. Mahasiswa menganalisis data pengkajian

d. Mahasiswa menentukan core problem

e. Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan

f. Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan

g. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan

untuk mengetahui keberhasilan tindakan

lvii

3. Questioning

a. Mahasiswa bertanya kepada teman dalam satu kelompok

b. Mahasiswa bertanya kepada kelompok lain saat presentasi hasil kegiatan

4. Modelling

a. Dosen memperagakan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien

dengan halusinasi setelah itu mahasiswa bersama kelompok melakukan

asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dose

b. Mahasiswa melakukan apa yang diperintahkan oleh dosen

5. Community Learning

a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok

b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau informasi

yang disampaikan oleh teman atau dosen

6. Refleksi

a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.

b. Catatan atau jurnal di buku siswa

c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu

d. Diskusi

e. Hasil karya

7. Auntenthi Assessment

a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa

b. Mahasisa membuat laporan hasil kegiatan penerapan asuhan keperawatan

jiwa

lviii

d. Observing (Observasi)

Observasi adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku mahasiswa selama

penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh

teman sejawat yaitu tim dosen keperawatan jiwa. Kegiatan yang dilaksanakan

pada fase ini adalah melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan

aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dengan menerapkan instrument

observasi yang telah disusun dalam tahap perencanaan yang meliputi:

1. Observasi terhadap dosen sebagai pelaksana pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual (CTL).

2. Observasi terhadap mahasiswa selama proses pembelajaran brlangsung yang

berupa kerjasama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas,

keaktifan dan keseriusan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, dan

sikap/ tanggapan mahasiswa terhadap teknik pembelajaran. Setelah kegiatan

pembelajaran selesai, guru membagikan kuisioner kepada siswa untuk

mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap pembelajaran yang

baru saja dilakukan.

e. Refleksi

1. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengumpulkan hasil tes

dan non tes siklus I dengan tujuan mengetahui hasil atau dampak

pelaksanaan tindakan, kemudian dianalisis untuk mengetahui kelemahan

dan kekurangan serta hal-hal yang sudah baik dalam penerapan

pembelajaran kontekstual komponen inquiry.

lix

2. Dosen menentukan kesimpulan sementara dari hasil analisis. Masalah-

masalah pada siklus I dicari pemecahan dan diperbaiki pada siklus

selanjutnya, sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan

ditingkatkan untuk kesempurnaan hasil.

Kesimpulan tersebut dapat direfleksikan dari penguasaan dosen terhadap

penerapan pembelajaran kontekstual komponen inquiry. Jika dalam refleksi

ternyata penerapan pembelajaran ini sudah sesuai langkah – langkahnya berarti

dosen telah melakukan komponen inquiry dengan benar. Namun jika yang

ditargetkan belum tercapai kemungkinan masalah yang muncul adalah partisipasi

mahasiswa dalam proses pembelajaran pada setiap kegiatan.

Adanya masalah yang berkaitan dengan partisipasi mahasiswa dalam

pembelajaran tersebut tentunya sangat mempengaruhi hasil proses pembelajaran.

Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya perlu adanya

penyempurnaan tindakan pembelajaran. Penyempurnaan tersebut akan dilakukan

pada kegiatan siklus II.

Kegiatan Siklus II

Siklus II dilaksanakan setelah mempelajari hasil refleksi pada siklus I.

Tahap siklus II sama dengan siklus. Siklus II bertujuan untuk memperbaiki

kekurangan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dan meningkatkan

pelaksanaan tindakan apabila hasil yang dicapai sudah memenuhi harapan.

Adapun rencana kegiatan siklus II dapat didiskripsikan sebagai berikut:

a. Planning (Perencanaan)

lx

1. Pada tahap ini dipersiapkan rencana pembelajaran yang telah diperbaiki

dan disempurnakan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi tahap siklus I

diperbaiki.

2. Dosen juga menyiapkan soal tes dan nontes untuk siklus II

3. Dosen mengkoordinasikan kembali dengan teman sejawat.

4. Dosen menyiapkan modul pembelajaran.

5. Pembentukan kelompok sesuai dengan siklus I

b. Acting (Tindakan)

1. Dosen memulai kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

sesuai dengan langkah – langkah yang telah ada.

2. Dosen menjelaskan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pelaksanaan

asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi pada siklus I.

Kemudian siswa diberi bimbingan dan arahan agar dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan pada siklus II akan menjadi lebih baik.

3. Kegiatan dalam siklus II adalah apersepsi, proses pembelajaran, dan

evaluasi. Pada tahap apersepsi, mahasiswa dikondisikan untuk siap

mengikuti proses pembelajaran. Dosen memberikan penjelasan kepada

siswa mengenai tujuan, manfaat yang akan diperoleh mahasiswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran, dan memotivasi siswa untuk semakin

lebih baik dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan

halusinasi.

4. Langkah – langkah dalam pembelajaran kontekstual pada penelitian ini

adalah:

lxi

a. Konsktruktivisme

1. Mahasiswa membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi)

mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.

2. Menyusun langkah kegiatan sebelum menerapkan langsung asuhan

keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat

kerja kelompok

b. Inquiry

1. Mahasiswa melakukan observasi/pengkajian pasien dengan halusinasi

sesuai dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuhan

Keperawatan Jiwa

2. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian

3. Mahasiswa menganalisis data pengkajian

4. Mahasiswa menentukan core problem

5. Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan

6. Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan

7. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan

untuk mengetahui keberhasilan tindakan

c. Questioning

1. Mahasiswa bertanya kepada teman dalam satu kelompok

2. Mahasiswa bertanya kepada kelompok lain saat presentasi hasil

kegiatan

d. Modelling

lxii

1. Dosen memperagakan cara melakukan asuhan keperawatan pada

pasien dengan halusinasi setelah itu mahasiswa bersama kelompok

melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dose

2. Mahasiswa melakukan apa yang diperintahkan oleh dosen

e. Community Learning

1. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok

2. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau

informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen

f. Refleksi

1. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.

2. Catatan atau jurnal di buku siswa

3. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu

4. Diskusi

5. Hasil karya

g. Auntenthi Assessment

1. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa

2. Mahasisa membuat laporan hasil kegiatan penerapan asuhan

keperawatan jiwa

3. Jika ada pertanyaan yang tidak dapat dijawab kelompok maka dosen

memberikan bantuan secara jelas.

4. Dosen meminta kelompok untuk mencatat hasil presentasi yang berupa

masukan dan tanya jawab sekaligus penjelsan dosen.

lxiii

5. Hasil pendokumentasian mahasiswa tersebut dinilai oleh dosen sampai

dimana kemampuan mahasiswa mempraktikan asuhan keperawatan

jiwa

c. Observing (Pengamatan)

Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini adalah melaksanakan observasi

terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas mahasiswa selama pembelajaran

dengan menerapkan instrument observasi yang telah disusun dalam tahap

perencanaan yang meliputi:

1. Observasi terhadap dosen sebagai pelaksana pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual (CTL) komponen imquiry.

2. Observasi terhadap mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

berupa kerjasama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas,

keaktifan dan keseriusan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, dan

sikap/tanggapan mahasiswa terhadap teknik pembelajaran. Setelah kegiatan

pembelajaran selesai, guru membagikan kuisioner kepada siswa untuk

mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap pembelajaran yang

baru saja dilakukan.

d. Reflecting

1. Dosen sebagai peneliti mengolah dan mengalisis data yang telah diperoleh

dari kegiatan siklus II dan menyimpulkan hasil kegiatan.

lxiv

Gambar 3. Kerangka Kerja Penerapan CTL

Studi Pendahuluan: 1. Interview

2. Observasi PBM

Penrencanaan 1 Pelaksanaan 1 Observasi 1 Refleksi 1

1. Membuat RPP 2. Menyusun lembar

observasi kegiatan dosen,

3. Menyusun lembar observasi mahasiswa

4. Membuat modul 5. Membentuk

kelompok, 6. menyiapkan

perangkat tes 7. menyiapkan

lembar jawaban, 8. menyusun format

catatan hasil refleksi

9. Format penilaian hsl belajar

Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran

1. Observasi terhadap dosen sebagai pelaksana pembelajaran

2. Penggunaan Modul

3. Observasi hasil analisa kegiatan mahasiswa

Data dan proses hasil tindakan 1

Berhasil Kesimpulan

Belum berhasil Siklus Berikutnya

lxv

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan dari tiap – tiap

siklus yang meliputi: hasil wawancara mahasiswa sebelum dilakukan tindakan,

hasil observasi mahasiswa dan dosen saat KBM, motivasi mahasiswa mengikuti

PBM, prestasi belajar dan hasil pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa.

A. Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya didirikan atas dasar SK Gubernur Jawa

Timur pada tahun 1976 di Jalan Menur No. 5 Surabaya. Rumah Sakit Jiwa Menur

memiliki tenaga medis yaitu dokter spesialis jiwa sebanyak 7 orang, 5 dokter

umum dan 15 dokter spesialis lainnya, tenaga perawat lulusan S1 sebanyak 8

orng, lulusan D3 57 orang, tenaga pekarya 50 orang. Rumah Sakit Jiwa Menur

memiliki 8 Poli yaitu Poli Jiwa, Poli Jiwa Anak (Day Care), Poli Umum, Poli

THT, Poli Interna, Poli Jantung, Poli Paru-Paru dan Poli Gigi, Instalasi Gawat

Darurat (IGD), terdapat 6 ruang rawat inap khusus penderita gangguan jiwa yaitu

Ruang Wijaya Kususma, Ruang Anggrek, Ruang Mitra, Ruang Flamboyan,

Ruang Kenari, Ruang Gelatik.

Ruanng Wijaya Kusuma khusus untuk rawat inap penderita gangguang

jiwa akut. Yang butuh perawatan intensif. Semua penderita gangguan jiwa yang

dari Poli Jiwa maupun IGD harus dirawat di Ruang Wijaya Kusuma. Ruang ini

memiliki kapasitas perawatan sejumlah 56 bed dan ada 6 bed untuk pelaksanaan

lxvi

terapi ECT. Setelah status mental stabil penderita di pindah ke ruang perawatan

lainnya.

Ruang Anggrek merupakan Ruang VIP yang memiliki kapasitas

perawatan 32 bed, 15 bed untuk perawatan kelas satu dan 17 untuk perawatan

kelas dua. Ruang Mitra merupakan ruang perawatan khusus penderita yang

mengalami kecanduan NAPZA (Narkotika dan Penyalahgunaaan Zat Adiktif) dan

untuk perawatan penderita gangguan jiwa akibat penyalahgunaan NAPZA.

Kapasitas perawatan sebanyak 55 bed. Ruang Flamboyan merupakan ruang rawat

inap penderita gangguan jiwa khusus wanita. Kapasistas perawatan 56 bed. Ruang

Kenari dan Ruang Gelatik merupakan ruang rawat inap khusus penderita

gangguan jiwa laki-laki. Kapasitas masing-masing ruang adalah 56 bed.

Rumah Sakit Jiwa Menur juga memiliki fasilitas yang mendukung

penyembuhan secara social penderita gangguan jiwa yaitu ruang khusus terapi

kerja, terapi musik, terapi olahraga, dilengakapi dengan taman – taman yang ada

Gazebonya untuk pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok. Sistem Asuhan medis

dan Asuhan Keperawatan Jiwa telah dijalankan sesuai dengan protap Rumah Sakit

Jiwa Menur. Letak Rumah Sakit Jiwa Menur 2km dari Universitas

Muhammadiyah Surabaya sehingga jarak tempuh mahasiswa dalam melakukan

pembelajaran di Rumah Sakit tidak jauh.

Sebagai Rumah Sakit Pendidikan Kesehatan Jiwa, Rumah Sakit Jiwa

Menur melalui Diklat Rumah Sakit dan bersama Bagian-bagian lainnya berusaha

meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien dan di bidang pendidikan dengan

lxvii

pengadaan audit internal dan ISO Rumah Sakit, memberikan kesempatan bagi

tenaga medis dan non medis untuk tugas belajar dan lain-lainya.

B. Pelaksanaan Siklus

1. Siklus 1

Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-1 dimulai pada tanggal 20 April 2010 selama

4 hari dengan satu kali pertemuan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Materi: Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi (Pengkajian,

menentukan core problem, intervensi, implementasi, evaluasi dan

dokumentasi).

b. Media yang digunakan dalam penelitian tindkakan:

1) Modul Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi

2) Lembar kegiatan mahasiswa

3) Pasien gangguan jiwa dengan halusinasi

c. Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian tindakan:

1) Standar Operasional Prosedur (SOP) Asuhan Keperawatan Jiwa yang ada

di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya supaya asuhan keperawatan jiwa

yang dilakukan selama pembelajaran sesuai dengan SOP rumah sakit.

2) Kertas HVS untuk mencatat hasil diskusi dan temuan mahasiswa selama

pembelajaran

3) LCD dan laptop untuk presentasi hasil pembelajaran

4) Bolpoin sebagai alat untuk mencatat kegiatan mahasiswa

d. Pelaksanaan Siklus kegiatan meliputi:

lxviii

1) Perencanaan

Perencanaan tindakan pembelajaran merupakan langkah

operasional awal dari Penelitian Tindakan Kelas yang disusun mengacu

kepada hipotesis tindakan, yaitu Model Contextual Teaching And Learning

dengan Modul asuhan Keperawatan Jiwa efektif digunakan untuk

meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa, hasil belajar dan

meningkatkan kompetensi praktek Keperawatan Jiwa. Sebelum

pelaksanaan ada beberapa hal yang terkait perencanaan tindakan yang

dilakukan peneliti antara lain:

1. Peneliti menentukan kelas sebagai subyek penelitian yang dipilih yaitu

semester VI Program Studi S1 Keperawatan

2. Peneliti melakukan pre test dan wawancara tentang pembelajaran

klasikal yang selama ini telah dilaksanakan kepada 4 mahasiswa,

sampel sebanyak 1 mahasiswa setiap kelompok dan diambil secara

acak.Hal ini dilakukan sebagai studi pendahuluan sebelum tindakan

dilakukan Pada saat wawancara pertanyaan yang disampaikan peneliti

menanyakan 4 pertanyaan kepada mahasiswa yang terdiri dari:

bagaimana pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh dosen?,

Bagaimana menurut pendapat anda tentang cara dosen mengajar,

menerangkan dan menjelaskan materi? Apakah anda memahami materi

tersebut setelah dosen menerangkan dan menjelaskan materi tersebut?

“pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya berupa ceramah,

diskusi dan penugasan secara kelompok dan hasil penugasan tersebut

dipresentasikan di kelas. Sehingga sering saya merasa cepat bosen

lxix

dan mengantuk. Dosen team keperawatan jiwa dalam mengajar ada

yang menjenuhkan karena ekspresi menerangkanya datar-datar tanpa

ada lelucunya sesekali. Karena cepat bosan mendengarkan ceramah

jadi materi yang disampaikan banyak yang tidak dimengerti dan malas

untuk bertanya.saya kira perlu pembelajaran yang baru yang tidak

membikin mahasiswa cepat bosan”(mahasiswa wakil kelompok 1)

“Pembelajaran dengan ceramah ataupun diskusi terkadang saya tidak

ada bayangan dengan apa yang dijelaskan. Sehingga kalau kita

belajar sulit untuk dipahami. Dalam pembelajaran dosen sesekali

menyelingi dengan hal yang lucu supaya mahasiswa tidak jenuh dan

mengantuk” (mahasiswa wakil kelompok 2)

“Saya sering merasa mengantuk kalau dosen mulai memberikan

materi. Palagi kalau diskusi sering sekali ada kesempatan teman yang

duduk dibelakang ngobrol tidak memperhatikan teman yang sedang

presentasi sehingga kalau saya duduk di belakang merasa terganggu

akhirnya saya ikut-ikutan ngobrol/ngrumpi” (mahasiswa wakil

kelompok 3)

“terkadang pembelajaran dengan ceramah menyenangkan kadang

menjenuhkan, tergantung dosen jiwanya siapa yang mengajar dan

materinya. Klo dosen banyak memberikan contoh-contoh pengalaman

dosen tersebut saat membimbing d Rumah Sakit Jiwa menyenagkan

kita ada gambaran tetapi alangkah lebih baik kalau kita sesekali

diajak pembelajaran di Rumah Sakit biar saya mendapat pengalaman

langsung”. (mahasiswa wakil kelompok 4)

lxx

Dari hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa perlu penerapan

model pembelajaran baru yang dapat membuat mahasiswa aktif dalam

pembelajaran.

3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran Asuhan keperawatan

Jiwa, menyusun lembar observasi kegiatan KBM, kegiatan mahasiswa,

lembar kuesioner motivasi mahasiswa dan respon mahasiswa terhadap

perangkat pembelajaran, perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan

pedoman penskoran, menyusun lembar jawaban, format catatan hasil

refleksi untuk mendokumentasikan temuan hasil refleksi

4. Menyiapkan modul Asuhan Keperawatan Jiwa

5. Membagi kelompok menjadi 4 kelompok dengan beranggotakan setiap

kelompok 10 orang dengan jadwal pelaksanaan yang berbeda.

6. Peneliti melakukan sosialisasi dan penyamaan persepsi dengan

observer tentang penelitian tindakan kelas penerapan model

contextual teaching and learning di Rumah Sakit Jiwa menur,

sosialisasi RPP serta sosialisasi cara pengisian lembar observasi RPP

dan lembar partisipasi mahasiswa. Peneliti juga menjelaskan materi

yang akan digunakan pada siklus ke-1, secara keseluruhan sesuai

dengan standar kompetensi dasar yang tercantum pada table berikut:

Standar Kompetensi: Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan pemahaman asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi, melakukan dan mengkomunikasikan penelitian dibidang keperawatan jiwa Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien

lxxi

dengan halusinasi Indikator: Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menyebutkan pengertian halusinasi 2. Menyebutkan penyebab halusinasi 3. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi 4. Menyebutkan dan mempraktekan asuhan keperawatan jiwa pada

pasien dengan halusinasi yang berupa: - Melakukan Pengkajian - Melakukan Analsis masalah - Menentukan Core problem - Membuat intervensi keperawatan - Melakukan implementasi keperawatan - Melakukan evaluasi tindakan - Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan

4) Acting (Pelaksanaan)

Dalam tahap pelaksanaan tindakan penelitian ini, peneliti bertindak

sebagai dosen pengajar dan diobservasi oleh seorang observer (teman sejawat)

pada setiap pembelajaran dengan langkah – langkah pelaksanaan sebagai berikut:

1. Pendahuluan

a) Dosen mengumpulkan mahasiswa pada ruang pembelajaran mahasiswa

perawat di ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur.

b) Dosen mengecek kehadiran mahasiswa

c) Dosen memberikan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai mahasiswa dimana setelah pembelajaran mahasiswa

diharapkan mampu mengaplikasikan materi yang ada pada modul asuhan

keperawatan jiwa kepada pasien gangguan jiwa dengan halusinasi secara

langsung dan mandiri.

d) Dosen melakukan apersepsi untuk mengurangi ketegangan dan

memotivasi untuk tidak takut berhadapan langsung dengan pasien

lxxii

gangguan jiwa. Dosen memberikan trik agar terhindar dari perilaku

kekerasan pasien jika sewaktu-waktu selama interaksi dengan pasien,

halusinasi pasien kambuh yaitu berhadapan dengan pasien dengan

pembatas meja 1 meter, jika terdapat tanda-tanda kekambuhan jangan

mendekati pasien sendiri tanpa petugas kesehatan dan segera melapor.

e) Dosen menjelaskan kepada mahasiswa indikator keberhasilan yang harus

dicapai dalam pembelajaran yaitu mahasiswa mampu menjelaskan dan

melakukan asuhan keperawatan jiwa.

f) Dosen mengeksplorasi pengetahuan awal mahasiswa melalui pertanyaan:

“apa saja tanda dan gejala pasien mengalami halusinasi?

g) Dosen menyiapkan pasien gangguan jiwa dengan halusinasi sebanyak 10

pasien yang kooperatif yang dibantu oleh perawat ruangan.

2. Kegiatan inti

1) Konsktruktivisme

Mahasiswa berdiskusi dengan teman dalam satu kelompok

difasilitasi dosen membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi)

mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. Pada fase ini

mahasiswa berdiskusi mengenai materi asuhan keperawatan jiwa pada

pasien halusinasi pada modul. Mahasiswa diberikan kesempatan 15 menit

untuk mempelajari isi modul kemudian dilanjutkan diskusi tentang materi

yang tidak dipahami mahasiswa. Hal ini dilakukan supaya dalam

pembelajaran langsung ke pasien mahasiswa dapat mengaplikasikan.

lxxiii

Selanjutnya mahasiswa menyusun langkah kegiatan yang akan

dilakukan saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien langsung

dengan panduan modul asuhan keperawatan jiwa sebelum menerapkan

langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi

masalah saat kerja kelompok. Antisipasi masalah yang didiskusikan adalah

apabila saat melakukan asuhan keperawatan jiwa ada pasien yang mau

meninggalkan tempat sebelum waktunya maka mahasiswa menanyakan

pada pasien kenapa mau meninggalkan tempat sebelum waktu kontrak

yang disepakati habis kemudian memotivasi pasien untuk tetap

berpartisipasi pada pembelajaran.

2) Inquiry

a. Mahasiswa bertemu dengan pasien dan membina hubungan saling

percaya dengan melakukan salam terapeutik, memperkenalkan diri,

menanyakan nama pasien, menjelaskan tujuan interaksi dengan pasien

yaitu membantu menyelesaikan masalah pasien, membantu pasien

mengenal halusinasi, membantu pasien mengotrol halusinasi,

selanjutnya mahasiswa menjelaskan kontrak waktu interaksi dengan

pasien bahwa interaksi dengan pasien akan dilakukan selama 45 menit

istirahat 30 menit selanjutnya mahasiswa akan interaksi lagi dengan

pasien untuk melanjutkan asuhan keperawatan. .

b. Setelah terbina hubungan saling percaya, salah satu mahasiswa

melakukan pengkajian, sesuai dengan langkah – langkah pengkajian

lxxiv

pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa sedangkan teman lainya

memperhatikan. Adanya perpanjangan waktu pada saat pengkajian ini.

c. Mahasiswa berdiskusi merumuskan masalah keperawatan yang muncul

dari hasil pengkajian dan menentukan masalah utama (core problem)

yang selanjutnya digunakan untuk menentukan intervensi yang tepat

sesuai core problem

d. Mahasiswa menganalisis data pengkajian dan core problem yang telah

ditentukan.

e. Mahasiswa menentukan intervensi keperawatan jiwa pasien halusinasi

yang meliputi: mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi,

memanfaatkan obat secara teratur.

f. Mahasiswa mengimplementasikan intervensi yang telah dibuat.

Intervensi berupa Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dan intervensi

pada keluarga pasien yang ada pada modul asuhan keperawatan jiwa

tidak dapat diimplementasikan mahasiswa karena keluarga tidak hadir.

g. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan

untuk mengetahui keberhasilan tindakan. Evaluasi yang dilaksanakan

berupa evaluasi sumatif yaitu dilakukan langsung setelah mahasiswa

memberikan intervensi dan evaluasi formatif yang dilakukan

mahasiswa setelah semua intervensi diberikan ke pasien

3) Questioning

Dalam proses pembeajaran terjadi diskusi antar teman dalam satu

kelompok. Mulai dari pengkajian ada mahasiswa yang lupa cara menggali

lxxv

ada tidaknya halusinasi pada pasien. Di sini teman yang tahu memberitahu

yaitu dikaji mengenai jenis halusinasinya, isi, waktu, frekuensi kejadian

halusinasi dan respon pasien terhapa halusinasi. Karena ada mahasiswa

yang sudah mampu menjelaskan ke temanya maka dosen hanya

membenarkan dari apa yang dikatakan mahasiswa

Saat mahasiswa ada yang salah dalam mengidentifikasi

pengalaman yang tidak mengenakan di masa lalu pasien maka ada teman

dalam satu kelompok yang membenarkan. Pada pembelajaran ini

mahasiswa diberikan kesempatan untuk saling membantu apabila ada

temannya yang salah atau lupa melakukan langkang-lang asuhan

keperawatan jiwa

4) Modelling

Sebelum mahasiswa melakukan sendiri asuhan keperawatan

(Pengkajian, merumuskan masalah, intervensi, implementasi dan

evaluasi), dosen mencontohkan cara melakukan asuhan keperawatan pada

pasien dengan halusinasi.

Pada tahap pengkajian mencontohkan hal – hal yang perlu dikaji

pada pasien halusinasi yang meliputi:

a. Jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif

dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien,

sedangkan data subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan

wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui

isi halusinasi pasien.

lxxvi

b. Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian

tentang jenis halusinasi

c. Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya

halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah

pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi

terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi

terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu.

Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu

terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan

munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan

halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi

dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya

halusinasi.

d. Respons halusinasi

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu

muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan

atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan

kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat

juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

Dosen memberikan contoh cara menentukan diagnosis keperawatan

yaitu: Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif

lxxvii

dan obyektif yang ditemukan pada pasien misalnya: Gangguan sensori

persepsi: halusinasi ……(jenis halusinasi)

Setelanjutnya dosen memcontohkan langsung melakukan

intervensi pada pasien halusinasi yaitu: Membantu pasien mengenali

halusinasi. Untuk membantu pasien mengenali halusinasi,

perawat/mahasiswa dapat melakukannya dengan cara berdiskusi

dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu

terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang

menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi

muncul. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu

pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat/mahasiswa dapat

melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan

halusinasi.

e. Setelah memiliki gambaran tentang cara melakukan asuhan

keperawatan, mahasiswa bersama kelompok melakukan asuhan

keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dosen

5) Community Learning

a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok saat

melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien. Diskusi

penyampaian pendapat ini terutama pada penentuan core problem dan

implementasi keperawatan. Berdasarkan data hasil pengkajian maka

data yang menonjol adalah menagarah pada perubahan persepsi sensori

lxxviii

halusinasi. Di sini terjadi perdebatan antar mahasiswa mengenai

implementasi untuk halusinasi.

b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau

informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen

6) Refleksi

a. Mahasiswa melakukan pendokumentasian hasil asuhan keperawatan

jiwa yang dilakukan pada format pendokumentasian untuk persiapan

presentasi seminar.

b. Mahasiswa memberikan kesan dan saran mengenai pembelajaran hari

itu. Dari 4 kelompok diambil 4 mahasiswa secara acak kemudian

disuruh untuk memberikan kesan dan saran tentang pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

“Saya senang dengan pembelajaran langsung ke pasien. Saya bisa

langsung menerapkan ilmu saya dan menemukan pengalaman baru

yang di teori tidak ada. Terutama pengalaman cara berkomunikasi

dengan pasien jiwa. Ternyata berkomunikasi dengan pasien jiwa lebih

sulit dibandingkan dengan orang normal jadi disini saya harus

berkreatif dalam berkomunikasi. Saya harapkan pembelajaran seperti

ini tidak hanya sekali atau saat praktek profesi saja. Benar-benar

menyenangkan” (mahasiswa wakil kelompok 1).

“Awalnya saya takut berkomunikasi dengan pasien jiwa tetapi

ternyata menyenangkan belajar langsung dengan berhadapan dengan

lxxix

pasien jiwa. Bersama teman-teman satu kelompok kita saling

berdiskusi dan saling mengingatkan bila saat melakukan asuhan

keperawatan ada yang kelupaan. Banyak pengalaman yang saya

peroleh dibangding hanya dengan ceramah dan diskusi di kelas”

(mahasiswa wakil kelompok 2)

“Senang sekali belajar langsung ke pasien. Klo di kelas dengan

ceramah dan diskusi saja sulit untuk dipahami materi yang

disampaikan. Dengan pembelajaran seperti ini mudah paham dan

membuat kita dapat mengaplikasikan ilmu kita ke pasien langsung”

(mahasiswa wakil kelompok 3)

“Terus diadakan pembelajaran seperti ini ya Bu…, sangat

menyenangkan dan kita mendapatkan pengalaman yang banyak

dengan belajar langsung ke pasien, terima kasih bu…”

c. Mahasiswa melakukan diskusi bersama kelompok lain saat presentasi

laporan kegiatan yang telah didokumentasikan. Diskusi ini dilakukan

dengan cara salah satu hasil dokumentasi asuhan keperawatan jiwa tiap

kelompok dipresentasikan pada seminar yang dihadiri oleh seluruh

mahassiwa, mahasiswa dari institusi lain yang saat itu praktek,

pembimbing klinik, dosen sejawat dan peneliti. Pada saat seminar

terjadi diskusi dan banyak masukan yang diberikan untuk perbaikan

hasil seminar.

lxxx

7) Auntenthic Assessment

a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa

dalam kegiatan seminar kemudian dapat masukan, tanggapan, dan

perttanyaan dari mahasiswa kelompok laian, dosen, pembimbing klinik

dan mahasiswa isntitusi lain.

b. Hasil karya yang berupa laporan kegiatan asuhan keperawatan yang

telah dipresentasikan dalam seminar tiap kelompok dan direvisi

dikumpulkan kepada dosen.

3. Penutup

Bersama - sama dengan mahasiswa menyimpulkan pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Hasil kesimpulanya berdasarkan pendapat mahasiswa bahwa

mereka masih kesulitan dalam melakukan pengkajian hal ini dikarenakan

mahasiswa merasa kebingungan cara menanyakan item-item yang ada dalam

pengkajian. Mahasiswa berharap dapat kesempatan untuk mencoba lagi.

Pada tahap penutupan ini dosen memberikan umpan balik positif pada

mahasiswa yang mampu melaksanakan tindakan dan memberikan arahan bila

mahasiswa yang belum mampu melaksanakan untuk pembelajaran selanjutnya

dimotivasi untuk lebih mendalami materi pembelajaran asuhan keperawatan jiwa

pada pasien halusinasi pada silabus. Setelah dirasa selesai kegiatan pembelajaran

dosen memberikan salam penutup pada mahasiswa dan mengucapkan terima kasih

kepada pasien yang telah ikut berpartisipasi.

c. Observasi

lxxxi

Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini adalah melaksanakan

observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas mahasiswa selama

pembelajaran dengan menerapkan instrument observasi yang telah disusun

dalam tahap perencanaan. Berdasarkan hasil pengamatan observer bahwa

keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen pada pembelajaran

CTL pada 4 kelompok mempunyai nilai rata-rata keberhasilan 87,4 % berarti

keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat

baik. Sedangkan hasil pengamatan observer mengenai aktivitas mahasiswa

dalam pembelajaran 2,5% sangat baik, 12,5% baik dan 65% cukup dan 20 %

kurang. Sedangkan pengamatan observer terhadap motivasi mahasiswa dalam

mengikuti pembelajaran didapatkan hasil 100% tinggi motivasinya.

Observer juga menyampaikan hasil ketuntasan belajar mahasiswa pada

siklus I sebesar 95 %, dan 2% tidak tuntas. Sedangkan pelaksanaan praktek

didapatkan hasil pengamatan 27,5% sangat baik, 40% baik, 20% cukup, 12,5%

kurang.

a. Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan hasil

observasi. Selanjutnya data hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi.

Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan observer dan dosen. Proses ini

dilakukan untuk melihat keberhasilan maupun kelemahan pada proses

pembelajaran pada siklus I.

Refleksi dapat dilakukan setelah melakukan observasi atau setelah

melakukan analisis hasil wawancara. Dengan melihat pada siklus I hal-hal yang

lxxxii

baik dimantapkan pada siklus II, kemudian juga terdapat kekurangan pada siklus I

akan diperbaiki pada siklus II. Berdasarkan laporan observer kepada dosen bahwa

dalam pelaksanaan RPP dosen masih kurang sistematis dalam fase modelling.

Dosen dalam memberikan contoh melakukan pengkajian genogram dosen lupa

menanyakan kepada pasien. Dosen tidak menjelaskan pengertian dari pengkajian

status mental salah satu contoh: mutisme, logorrhea sehingga saat dosen

memberikan contoh cara mengkaji masi ada mahasiswa yang bertanya kepada

teman sebelahnya. Selain kurang sistematis, pelaksanaan RPP tidak sesuai waktu

yang telah ditetapkan yaitu 45 menit tetapi 60 menit.

Berdasarkan hasil pengamatan observer yang disampaikan ke dosen bahwa

pada siklus I ditemukan kecurangan 2 mahasiswa saat mengerjakan test siklus I

nomor responden telah dicatat observer pada lembar catatan observer. Masih ada

hasil nilai belajar yang kurang, masih ada mahasiswa yang tidak tuntas belajarnya,

aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran CTL juga masih ada yang kurang, dan

masih ada yang pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa masih kurang.

Dengan melihat pada siklus I hal-hal yang baik dimantapkan pada siklus II,

kemudian juga terdapat kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.

2. Siklus II

Pada siklus II membahas dan memperbaiki dari kekurangan dan kesalahan

yang dilakukan pada siklus I dan memantapkan hal-hal yang baik di siklus I. Pada

siklus I masih didapatkan kekurangan yang berupa:

lxxxiii

a. Pelaksanaan RPP masih ada pelaksanaan yang kurang sistematis. Selain itu

waktu pelaksanaan tidak sesuai yaitu yang awalnya 45 menit menjadi 60 menit

b. Aktivitas mahasiswa, masih didapatkan hasil pengamatan pada siklus I

mahasiswa yang belum berperan aktif secara optimal

c. Hasil belajar masih didapatkan ketuntasan belajar mahasiswa kurang dari

65%. Dan masih terdapat kecurangan mahasiswa saat mengerjakan test siklus

I.

d. Pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa masih ada yang kurang optimal.

Pelaksanaan Tindakan Siklus II dimulai pada tanggal 27 April 2010 selama 4

hari dengan satu kali pertemuan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Materi: Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi (Pengkajian,

menentukan core problem, intervensi, implementasi, evaluasi dan

dokumentasi).

2. Media yang digunakan dalam penelitian tindkakan:

a. Modul Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi

b. Lembar kegiatan mahasiswa

c. Pasien gangguan jiwa dengan halusinasi

3. Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian tindakan:

a. Standar Operasional Prosedur (SOP) Asuhan Keperawatan Jiwa yang ada

di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya supaya asuhan keperawatan jiwa

yang dilakukan selama pembelajaran sesuai dengan SOP rumah sakit.

b. Kertas HVS untuk mencatat hasil diskusi dan temuan mahasiswa selama

pembelajaran

lxxxiv

c. LCD dan laptop untuk presentasi hasil pembelajaran

d. Bolpoin sebagai alat untuk mencatat kegiatan mahasiswa

4. Pelaksanaan Siklus kegiatan meliputi:

a. Perencanaan

Perencanaan tindakan pembelajaran merupakan langkah

operasional awal dari Penelitian Tindakan Kelas yang disusun mengacu

kepada hipotesis tindakan, yaitu Model Contextual Teaching And Learning

dengan Modul asuhan Keperawatan Jiwa efektif digunakan untuk

meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa, hasil belajar dan

meningkatkan kompetensi praktek Keperawatan Jiwa. Sebelum

pelaksanaan ada beberapa hal yang terkait perencanaan tindakan yang

dilakukan peneliti antara lain:

1. Peneliti menentukan kelas sebagai subyek penelitian yang dipilih yaitu

semester VI Program Studi S1 Keperawatan

2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran Asuhan keperawatan

Jiwa, menyusun lembar observasi kegiatan KBM, kegiatan mahasiswa,

lembar kuesioner motivasi mahasiswa dan respon mahasiswa terhadap

perangkat pembelajaran, perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan

pedoman penskoran, menyusun lembar jawaban, format catatan hasil

refleksi untuk mendokumentasikan temuan hasil refleksi

3. Menyiapkan modul Asuhan Keperawatan Jiwa

4. Membagi kelompok menjadi 4 kelompok dengan beranggotakan setiap

kelompok 10 orang dengan jadwal pelaksanaan yang berbeda.

lxxxv

5. Peneliti melakukan sosialisasi dan penyamaan persepsi dengan

observer tentang penelitian tindakan kelas penerapan model

contextual teaching and learning di Rumah Sakit Jiwa menur,

sosialisasi RPP serta sosialisasi cara pengisian lembar observasi RPP

dan lembar partisipasi mahasiswa. Peneliti juga menjelaskan materi

yang akan digunakan pada siklus ke-1, secara keseluruhan sesuai

dengan standar kompetensi dasar yang tercantum pada table berikut:

Standar Kompetensi: Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan pemahaman asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi, melakukan dan mengkomunikasikan penelitian dibidang keperawatan jiwa Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi Indikator: Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu : b. Menyebutkan pengertian halusinasi c. Menyebutkan penyebab halusinasi d. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi e. Menyebutkan dan mempraktekan asuhan keperawatan jiwa pada

pasien dengan halusinasi yang berupa: - Melakukan Pengkajian - Melakukan Analsis masalah - Menentukan Core problem - Membuat intervensi keperawatan - Melakukan implementasi keperawatan - Melakukan evaluasi tindakan - Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan

a. Acting (Pelaksanaan)

Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-2 pada tanggal 27 April 2010, dengan

materi Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi. Model

pembelajaran yang dilaksanakan adalah model contextual teaching and learning.

lxxxvi

Dalam tahap pelaksanaan tindakan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai dosen

pengajar dan diobservasi oleh seorang observer pada setiap pembelajaran dengan

langkah – langkah pelaksanaan sebagai berikut:

1. Pendahuluan

a) Dosen memberikan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai mahasiswa dimana setelah pembelajaran mahasiswa

diharapkan mampu mengaplikasikan materi yang ada pada modul asuhan

keperawatan jiwa kepada pasien gangguang jiwa secara langsung dan

mandiri

b) Dosen mengecek kehadiran mahasiswa

c) Dosen melakukan apersepsi

d) Dosen memotivasi mahasiswa yang pada siklus ke-1 kurang aktif dalam

aktivitas pembelajaran model contextual teaching and learning dengan

cara memberikan pertanyaan mengenai asuhan keperawatan jiwa pada

pasien dengan halusinasi. Dosen juga menanyakan kesulitan yang dihadapi

mahasiswa sebelumnya pada siklus I.

e) Dosen menyiapkan pasien gangguan jiwa dengan halusinasi sebanyak 10

pasien yang kooperatif yang dibantu oleh perawat ruangan.

2. Kegiatan inti

a. Construkktivisme

Mahasiswa berdiskusi dengan teman dalam satu kelompok

difasilitasi dosen membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi)

mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. Pada fase ini

lxxxvii

mahasiswa berdiskusi mengenai materi asuhan keperawatan jiwa pada

pasien halusinasi pada modul dan menanyakan materi yang tidak dipahami

pada modul. Selanjutnya mahasiswa menyusun langkah kegiatan yang

akan dilakukan saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien

langsung dengan panduan modul asuhan keperawatan jiwa sebelum

menerapkan langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi dan cara

antisipasi masalah saat kerja kelompok. Antisipasi masalah yang

didiskusikan adalah apabila saat melakukan asuhan keperawatan jiwa ada

pasien yang mau meninggalkan tempat sebelum waktunya maka

mahasiswa menanyakan pada pasien kenapa mau meninggalkan tempat

sebelum waktu kontrak yang disepakati habis kemudian memotivasi

pasien untuk tetap berpartisipasi pada pembelajaran. Sebagai antisipasi

masalah pada siklus I yang berupa Terapi Aktivitas Kelompok dan

intervensi pada keluarga maka mahassiwa telah menyiapkan rencana

kegiatan TAK dan intervensi keluarga dengan panduan dosen.

1) Inquiry

a. Mahasiswa bertemu dengan pasien dan membina hubungan saling

percaya dengan melakukan salam terapeutik, memperkenalkan diri,

menanyakan nama pasien, menjelaskan tujuan interaksi dengan pasien

yaitu membantu menyelesaikan masalah pasien, membantu pasien

mengenal halusinasi, membantu pasien mengotrol halusinasi,

lxxxviii

selanjutnya mahasiswa menjelaskan kontrak waktu interaksi dengan

pasien bahwa interaksi dengan pasien akan dilakukan selama 45 menit

istirahat 30 menit selanjutnya mahasiswa akan interaksi lagi dengan

pasien untuk melanjutkan asuhan keperawatan. .

b. Setelah terbina hubungan saling percaya, salah satu mahasiswa

melakukan pengkajian, sesuai dengan langkah – langkah pengkajian

pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa sedangkan teman lainya

memperhatikan. Adanya perpanjangan waktu pada saat pengkajian ini.

c. Mahasiswa berdiskusi merumuskan masalah keperawatan yang muncul

dari hasil pengkajian dan menentukan masalah utama (core problem)

yang selanjutnya digunakan untuk menentukan intervensi yang tepat

sesuai core problem.

d. Mahasiswa menganalisis data pengkajian dan core problem yang telah

ditentukan.

e. Mahasiswa menentukan intervensi keperawatan jiwa pasien halusinasi

yang meliputi: mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi,

memanfaatkan obat secara teratur, megikutsertakan pasien pada

kegiatan TAK dan intervensi pada keluarga yang berupa penyuluhan

tentang “Cara merawat pasien halusinasi di rumah”

f. Mahasiswa mengimplementasikan intervensi yang telah dibuat.

g. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan

untuk mengetahui keberhasilan tindakan. Evaluasi yang dilaksanakan

berupa evaluasi sumatif yaitu dilakukan langsung setelah mahasiswa

lxxxix

memberikan intervensi dan evaluasi formatif yang dilakukan

mahasiswa setelah semua intervensi diberikan ke pasien. Hasil evaluasi

menunjukan bahwa intervensi telah terlaksana semua.

2) Questioning

Dalam proses pembelajaran terjadi diskusi antar teman dalam satu

kelompok. Pada saat kegiatan penyuluhan keluarga banyak pertanyaan dari

keluarga mengenai penyakit anggota keluarganya yang dirawat.

Mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan tersebut kemudian moderator

pada kegiatan penyuluhamn tersebut sebelum penyuluhan ditutup

memberikan kesempatan pada dosen selaku narasumber untuk

memberikan masukan atas pertanyaan dari keluarga pasien. Pada

pembelajaran ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk saling membantu

apabila ada temannya yang salah atau lupa melakukan langkang-lang

asuhan keperawatan jiwa

3) Modelling

Sebelum mahasiswa melakukan sendiri asuhan keperawatan

(Pengkajian, merumuskan masalah, intervensi, implementasi dan

evaluasi), dosen mencontohkan cara melakukan asuhan keperawatan pada

pasien dengan halusinasi.

Pada tahap pengkajian mencontohkan hal – hal yang perlu dikaji

pada pasien halusinasi yang meliputi:

a. Jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif

dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien,

xc

sedangkan data subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan

wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui

isi halusinasi pasien.

b. Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian

tentang jenis halusinasi

c. Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya

halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah

pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi

terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi

terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu.

Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu

terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan

munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan

halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi

dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya

halusinasi.

d. Respons halusinasi

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu

muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan

atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan

kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat

juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

xci

Dosen memberikan contoh cara menentukan diagnosis keperawatan

yaitu: Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif

dan obyektif yang ditemukan pada pasien misalnya: Gangguan sensori

persepsi: halusinasi ……(jenis halusinasi)

Setelanjutnya dosen memcontohkan langsung melakukan

intervensi pada pasien halusinasi yaitu: Membantu pasien mengenali

halusinasi. Untuk membantu pasien mengenali halusinasi,

perawat/mahasiswa dapat melakukannya dengan cara berdiskusi

dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu

terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang

menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi

muncul. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu

pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat/mahasiswa dapat

melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan

halusinasi.

Pada awal kegiatan TAK, tugas leader dilakukan dosen setelah

dirasa mahasiswa ada gambaran mengenai kehgiatan TAK kemudian

diteruskan oleh mahasiswa yang ditunjuk menjadi leader. Pada saat

penyuluhan dosen membuka acara dan memperkenalkan diri agar

mahasiswa tidak tegang dan takut menghadapi keluarga pasien.

e. Setelah memiliki gambaran tentang cara melakukan asuhan

keperawatan, mahasiswa bersama kelompok melakukan asuhan

keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dosen.

xcii

4) Community Learning

a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok saat

melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien. Saat kegiatan

TAK dan penyuluhan kepada keluarga mahasiswa telah menjalankan

tugasnya masing-masing secara tepat. Saling mengingatkan apabila

ada teman yang salah atau lupa.

b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau

informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen

5) Refleksi

a. Setelah kegiatan TAK dan penyuluhan selesai terdapat evaluasi kedua

kegaiatan tersebut. Disini mahasiswa saling mengoreksi kekurangan

tugas yang dilakukan oleh temanya.

b. Mahasiswa melakukan pendokumentasian hasil asuhan keperawatan

jiwa yang dilakukan pada format pendokumentasian untuk persiapan

presentasi seminar.

c. Mahasiswa melakukan diskusi bersama kelompok lain saat presentasi

laporan kegiatan yang telah didokumentasikan. Diskusi ini dilakukan

dengan cara salah satu hasil dokumentasi asuhan keperawatan jiwa tiap

kelompok dipresentasikan pada seminar yang dihadiri oleh seluruh

mahassiwa, mahasiswa dari institusi lain yang saat itu praktek,

pembimbing klinik, dosen sejawat dan peneliti. Pada saat seminar

terjadi diskusi dan banyak masukan yang diberikan untuk perbaikan

hasil seminar.

xciii

6) Auntenthic Assessment

a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa

dalam kegiatan seminar kemudian dapat masukan, tanggapan, dan

perttanyaan dari mahasiswa kelompok laian, dosen, pembimbing klinik

dan mahasiswa isntitusi lain.

b. Hasil karya yang berupa laporan kegiatan asuhan keperawatan yang

telah dipresentasikan dalam seminar tiap kelompok dan direvisi

dikumpulkan kepada dosen.

4. Penutup

Bersama - sama dengan mahasiswa menyimpulkan pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Hasil kesimpulanya berdasarkan pendapat mahasiswa bahwa

mahasiswa lebih baik dalam melakukan pembelajaran asuhan keperawatan jiwa.

Kekurangan yang mereka lakukan pada siklus I telah mereka perbaiki di siklus II.

Mereka juga lebih persiapan sebelum ke pasien

Pada tahap penutupan ini dosen memberikan umpan balik positif pada

mahasiswa yang mampu melaksanakan tindakan. Setelah dirasa selesai kegiatan

pembelajaran dosen memberikan salam penutup pada mahasiswa dan

mengucapkan terima kasih kepada pasien yang telah ikut berpartisipasi.

c. Observasi

Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini adalah melaksanakan

observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas mahasiswa selama

xciv

pembelajaran dengan menerapkan instrument observasi yang telah disusun

dalam tahap perencanaan. Berdasarkan hasil pengamatan observer bahwa

keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen pada pembelajaran

CTL pada 4 kelompok mempunyai nilai rata-rata keberhasilan 100 % berarti

keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat

baik. Sedangkan hasil pengamatan observer mengenai aktivitas mahasiswa

dalam pembelajaran 12,5% sangat baik, 52,5% baik dan 37,5% cukup dan 0%

kurang. Sedangkan pengamatan observer terhadap motivasi mahasiswa dalam

mengikuti pembelajaran didapatkan hasil 100% tinggi motivasinya.

Observer juga menyampaikan hasil ketuntasan belajar mahasiswa pada

siklus I sebesar 97,5 %, dan 2,5% tidak tuntas. Sedangkan pelaksanaan praktek

didapatkan hasil pengamatan 90% sangat baik, 10% baik, 0% cukup, 0%

kurang.

b. Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan hasil

observasi. Selanjutnya data hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi.

Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan observer dan dosen. Proses ini

dilakukan untuk melihat keberhasilan maupun kelemahan pada proses

pembelajaran pada siklus I.

Refleksi dapat dilakukan setelah melakukan observasi atau setelah

melakukan analisis hasil wawancara. Dengan melihat pada siklus I hal-hal yang

baik dimantapkan pada siklus II, kemudian juga terdapat kekurangan pada siklus I

akan diperbaiki pada siklus selanjutnya. Berdasarkan laporan observer kepada

xcv

dosen bahwa dalam pelaksanaan RPP dosen sudah sangat baik. Sudah sistematis

dan tepat waktu.

Berdasarkan hasil pengamatan observer yang disampaikan ke dosen bahwa

pada siklus II sudah tidak lagi ditemukan kecurangan mahasiswa saat

mengerjakan test siklus II. Masih ada hasil nilai belajar yang kurang, masih ada

mahasiswa yang tidak tuntas belajarnya tetapi jumlahnya telah berkurang

dibangdingkan siklus I, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran CTL tidak ada

yang kurang dan pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa 90% sangat baik.

Dengan melihat pada siklus II dibandingkan dengan siklus I telah mengalami

banyak peningkatan sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

C. Hasil dan Pembahasasan

1. Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti,

serta hasil wawancara dengan mahasiswa yang meliputi perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi didapatkan hasil sebagai berikut:

Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I peneliti terlebih dahulu

melakukan tindakan pra siklus diantaranya tes pra siklus. Instrumen yang

digunakan adalah soal tulis pilihan ganda. Tes tulis sejulah 20 soal dengan alokasi

waktu 40 menit. Setelah mahasiswa mengerjakan soal dilanjutkan dengan koreksi

bersama, jawaban mahasiswa ditukar dengan mahasiswa lainnya. Adapun

penskoran tiap jawaban benar dinilai 1 dan salah nol kemudian hasil dikalikan 5,

setelah selesai hasil tersebut dimasukan ke dalam instruemn penelitian. Hasil yang

xcvi

diperoleh dari nilai pra siklus digunakan untuk mengetahui salah satu

perkembangan hasil belajar mahasiswa.

Kepada Ketua Program studi dan urusan akademik, peneliti

menginformasikan tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan CL pada

semester VI untuk mata kuliah Keperawatan Jiwa dan mohon dorongan agar

pembelajaran berjalan lancar. Peneliti juga menyampaikan secara lisan

pendekatan, metode dan teknik pembelajaran CTL yang akan dilaksanakan.

Dalam setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan

dan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal dilakukan dengan

apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran dan komponen CTL. Pada akhir

pembelajaran dilakukan refleksi dan penilaian auntenthic yang berupa tes.

Setelah pelaksanaan tindakan yang berlangsung dalam dua siklus hasil

penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning Untuk

Meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa

Penggunaan CTL untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa

dapat dinilai terhadap komponen pelaksanaan CTL yang meliputi:

a. Observasi Rencana Proses Pembelajaran

Tabel 1. Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran NO ASPEK YANG DIAMATI Penilaian Siklus

Siklus I Siklus II

PENDAHULUAN kel 1

kel 2

kel 3

kel 4 kel 1 kel 2 kel 3 kel 4

1 Menggali kemampuan awal mahasiswa 4 4 4 4 4 4 4 4

2 Menjelaskan Tujuan dan manfaat 4 4 4 4 4 4 4 4

xcvii

pembelajaran

3 Menyebutkan indikator pencapaian pembelajaran 4 4 4 4 4 4 4 4

4 Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung 4 4 4 4 4 4 4 4

5 Menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran CTL 4 4 4 4 4 4 4 4

KEGIATAN INTI

1 Membentuk mahasiswa dalam 4 kelompok 4 4 4 4 4 4 4 4

2 Dosen memberikan contoh cara melakukan askep 4 4 4 4 4 4 4 4

3 Dosen memandu kelompok saat melakukan 3 3 4 4 4 4 4 4

komponen inquiry

4 Dosen memandu kelompok saat melakukan 3 4 3 4 4 4 4 4

komponen questioning

5 Dosen memandu kelompok saat melakukan 4 4 4 4 4 4 4 4

komponen modelling

6 Dosen memandu kelompok saat melakukan 3 3 4 3 4 4 4 4

komponen community learning

7 Dosen memandu kelompok saat melakukan 4 4 3 4 4 4 4 4

komponen autenthic assessmnet

PENUTUP

1 Membimbing mahasiswa membuat rangkuman 4 4 4 4 4 4 4 4

dan laporan

2 Melakukan evaluasi 4 4 4 4 4 4 4 4

3 Melakukan refleksi pada akhir petemuan 4 4 4 4 4 4 4 4

Jumlah rata-rata 58 58 58 59 60 60 60 60

Jumlah dalam persen 96,7 96,7 96,7 98,3 100,0 100,0 100,0 100,0

Rata-rata persentase siklus 87,4 100,0

80

85

90

95

1 00

SIKLUS I SIKLUS II

Diagram 1: Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran

xcviii

Dari table dan diagram menunjukan keberhasilan proses pembelajaran

yang dilakukan dosen pada pembelajaran model contextual teaching and learning

dan modul asuhan keperawatan jiwa pada 4 kelompok mempunyai nilai rata-rata

keberhasilan pada siklus I sebesar 87,4 %. berarti keberhasilan proses

pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat baik dan siklus II rata-

rata keberhasilan 100 %. berarti keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan

dosen dalam kategori sangat baik.

2) Observasi Aktivitas Mahasiswa

Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran Model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa

No Tingkat aktivitas Siklus I Siklus II 1 Sangat Baik 1 (2,5 %) 5 (12,5 %) 2 Baik 5 (12,5 %) 21 (52,5 %) 3 Cukup 26 (65 %) 15 (37,5 %) 4 Kurang 8 (20%) 0 (0 %)

Jumlah 40 (100%) 40 (100%)

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

Siklus I Siklus II

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Diagram 2: Hasil Observasi Aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran Model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa

Berdasarkan hasil tabel dan diagram di atas menunjukan bahwa aktivitas

mahasiswa dalam pembelajaran pada siklus I sebesar 2,5 % sangat baik, 12,5 %

baik, 65% cukup, kurang 20% dan siklus II menunjukan bahwa aktivitas

xcix

mahasiswa dalam pembelajaran 12,5 % sangat baik, 52,5 % aktivitas baik, 37,5 %

cukup dan 0 % kurang.

1) Hasil Motivasi Mhahasiswa terhadap Pembelajaran CTL Tabel 3. Motivasi mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya No Tingkat Motivasi Siklus I Siklus II 1 Tinggi 40 (100%) 40 (100) 2 Sedang 0 0 3 Rendah 0 0

Jumlah 40 (100%) 40 (100%) Rata-rata nilai motivasi 95,3% 95,3%

0%

1 0%

20%

30%

40%

SIKLUS I SIKLUS II

TINGGI

SEDANG

RENDAH

Diagram 3 Motivasi mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya

Berdasarkan tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa sebelum

dilakukan metode pembelajaran CTL pada siklus I dan siklus II 100%

motivasinya tinggi dengan nilai rata-rata motivasi 95,3%

2. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk

meningkatkan hasil belajar keperawatan jiwa

c

Indicator yang menjadi penilaian penggunaaan model contextual teaching

and learning yaitu hasil ketuntasan belajar mahasiswa adalah hasil ketuntasan

belajar mahasiswa. Berikut adalah data hasil ketuntasan belajar mahassiwa

1) Hasil Ketuntasan Belajar mahasiswa

Tabel 4. Ketuntasan belajar mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya

Ketuntasan Pre

Siklus % Post

Siklus I % Post

Siklus II

%

Tuntas 7 17,5 % 27 67,8 % 39 97,5

Tidak Tuntas

33 82,5 % 13 32,5 % 1 2,5

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

1 00,00%

PRE SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

tuntas

Tidak Tuntas

Diagram 4. Ketuntasan belajar mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya

Dari tabel di atas menunjukan bahwa ketuntasan belajar mahasiswa pre

siklus 32,5%, tidak tuntas 67,5% pada siklus I ketuntasan belajar 95%, tidak

tuntas 5% dan siklus II ketuntasan belajar 97,5% dan tidak tuntas 2,5% . Adapun

hasil prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 5. Prestasi belajar mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di

Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya No Range nilai Pre CTL % Nilai

Siklus I % Nilai

Siklus II %

ci

1 ≥ 80 4 10% 14 35% 24 60% 2 70-79 3 7,5% 10 25% 11 27,5% 3 66-69 0 0% 3 7,5% 4 10% 4 60-65 13 32,5% 10 25% 0 0% 5 55-59 5 12,5% 2 5% 0 0% 6 45-54 11 27,5% 1 2,5% 1 2,5% 7 ≤ 44 4 10% 0 0% 0 0% Jumlah 40 100% 40 100% 40 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan metode

pembelajaran CTL sebagian besar mahasiswa (82,5% atau 33 mahasiswa)

memiliki nilai di bawah KKM. Setelah dilakukan metode pembelajaran CTL

terjadi peningkatan prestasi mahasiswa, hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi

sikus I mahasiswa yang memiliki nilai di bawah KKM menurun menjadi (37,5%

atau 13 mahasiswa). Pembelajaran CTL pada siklus II mahasiswa yang memiliki

nilai di bawah KKM 2,5% atau hanya 1 mahasiswa yang mendapat nilai di bawah

KKM, 97,5 % mendapatkan nilai di atas KKM.

3 Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk

meningkatkan praktek Keperawata Jiwa

Tabel 6 Praktek mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya

No Praktek siklus I siklus II 1 Sangat Baik 11 (27,5%) 36 (90%) 2 Baik 16 (40%) 4 (10%) 3 Cukup 8 (20%) 0 4 Kurang 5 (12,5) 0

Jumlah 40 (100%) 40 100%)

cii

0%

20%

40%

60%

80%

1 00%

SIKLUS I SIKLUS II

SANGAT BAIK

BAIK

CUKUP

KURANG

Diagram 6 Praktek mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya

Dari table dan diagram diatas menunjukan bahwa pelaksanaan praktek

asuhan keperawatan jiwa pada siklus I sangat baik 27,5%, baik 40%, cukup 20%

dan kurang 12,5% dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sangat baik

90% dan baik sebesar 10%

2. Pembahasan

a. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning Untuk

Meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa

Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan CTL dan modul Asuhan

Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan pembelajaran dinilai dari pelaksanaan

rencana proses pembelajaran, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran CTL dan

motivasi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran.

Penggunaan CTL dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat

meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa. Berdasarkan hasil pelaksanaan

ciii

rencana proses pembelajaran nilai rata-rata keberhasilan pada siklus I sebesar

87,4% dan siklus II rata-rata keberhasilan 100 %. berarti keberhasilan proses

pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat baik. Sedangkan

aktivitas mahasiswa pada siklus I sebesar 2,5 % sangat baik dan siklus II 12,5 %

dan motivasi mahasiswa dalam pembelajaran siklus I dan siklus II 100% tinggi.

Hasil ini sejalan dengan hakikat pembelajaran CTL yang menyatakan

bahwa pemanfaatan pembelajaran CTL menciptakan ruang kelas yang pesertanya

aktif bukan hanya pengamatan yang pasif dan bertanggung jawab terhadap

belajarnya. Pendekatan CTL lebih memberikan keleluasaan kepada mahasiswa

untuk belajar bersama teman melalui kerja kelompok, diskusi dan saling

mengoreksi (Depdiknas, 2002).

Berbeda dengan pembelajaran secara klasikal dimana pembelajaran yang

berpusat pada dosen, hasilnya mahasiswa kurang aktif dalam proses pembelajaran,

mahasiswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh dosen dan dengan

pembelajaran ini membuat mahasiswa kurang berinisiatif untuk mencari bahan

pembelajaran lain selain dari apa yang disampiakan dosen yang berupa power

point. Mengingat program pendidikan Ners yang diharapkan memiliki

kompetensi yang professional untuk mampu menganalisis dan kritis dalam

menangani pasien.

Pada kenyataanya perlu adanya pembelajaran yang bersifat kontekstual

dimana proses pembelajaran CTL dapat dijelaskan pada 7 komponen CTL. Dalam

pembelajaran CTL tidak hanya aspek hafalan tetapi model CTL lebih menekankan

pada keterlibatan siswa secara aktif. Baik sikap maupun mentalnya dengan

civ

bimbingan dosen. Bimbingan tersebut secara bertahap dan berurutan disesuaikan

dengan silabus pembelajaran. Keberhasilan penerapan model CTL dalam

menemukan konsep baru merupakan salah satu kebanggaan bagi siswa sehingga

mendorong siswa untuk memperoleh preastasi belajar yang optimal. Peran guru

dalam menerapkan CTL memberikan kesempatan secara luas kepada mahasiswa

untuk mengembangkan potensi yag dimiliki secara optimal dengan kondisi

pembelajaran yang menyenangkan. dosen sebagai pengelola pembelajaran perlu

mempertimbangkan kesesuaian model yang akan diterapkan dengan materi

pembelajaran yang akan disampaikan. dosen hendaknya memiliki kemammpuan

dalam memilih model yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pembelajaran

agar memberikan hasil yang optimal. Salah satu model yang dapat membantu

menumbuhkan berpikir kritis, analitis, dan kreatif adalah model CTL (Slave,

2000; Nur, 2000; Trianto, 2002)

Dalam teori konstruktivisme terdapat prinsip yang penting bahwa dosen

atau pendidik tidak hanya memberikan pengetahuan saja, namun mahasiswa juga

harus membangun sendiri pengetahuan didalam dirinya dan peran dosen adalah

sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dalam proses ini dosen memberikan

kesempatan pada mahasiswa agar menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri

dan mendidik mahasiswa agar menjadi sadar dengan menggunakan strategi

mereka sendiri untuk belajar, sehingga dosen dapat memberikan pemahaman yang

lebih tinggi (Nur, 2002).

Dari hasil penelitian berupa tabel diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran CTL yang dilakukan selama tindakan pada setiap siklus dapat

cv

memacu aktivitas dan motivasi mahasiswa untuk menemukan dan menerapkan ide

mereka sendiri dalam suatu kelompok (masyarakat belajar). Penilaian ini tidak

hanya dilakuka pada akhir pebelajaran tetapi selama proses pembelajaran terhadap

aktivitas dan motivasi mahasiswa. Sehingga tidak salah kalau masyarakat belajar

ini merupakan aktivitas mahasiswa yang menonjol pada proses belajar. Sejalan

dengan teori konstruktivisme bahwa dalam suatu kelompok mahasiswa akan

terlibat dalam dialog yang baik dengan sesame teman maupun dengan Dosen

(Nur, 2000). Hal ini juga sejalan dengan model pembelajaran yang diterapkan

yaotu kooperatif. Pada pembelajaran ini mahasiswa dihadapkan pada proses

berpikir teman sebaya melalui interasi dengan teman, pasien dan perawat. Selama

pembelajaran mahasiswa belajar secara berkelompok untuk saling membantu

memecahkan masalah, identifikasi dan mengkaitkan teori halusinasi pada modul

asuhan keperawatan jiwa dengan kenyataan langsung pada pasien dengan

lhalusinasi.

b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk

meningkatkan hasil belajar keperawatan jiwa

Penggunaan CTL untuk meningkatkan hasil belajar keperawatan jiwa

dapat dilihat dari hasil belajar mahasiswa dan ketuntasan belajarnya. Berdasarkan

hasil penelitian dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar mahasiswa pre siklus

sebesar 17,5%, siklus I sebesar 67,8% dan siklus II sebesar 97,5% . Sebagian

cvi

besar hasil belajarnya mahasiswa memuaskan dengan CTL dibandingkan dengan

pembelajaran klasikal.

Setiap mahasiswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika

proporsi jawaban benar mahasiswa ≥ 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas

belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85%

mahasiswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud, 1996).

Dari 40 mahasiswa ada 1 mahasiswa hasil belajar pra siklus, siklus I dan

siklus II tidak tuntas belajarnya. Jika dikaji secara keseluruhan ketidaktuntasan itu

tidak hanya pada mata kuliah keperawatan jiwa tetapi juga mata kuliah yang lain.

Berdasarkan hasil psikotest pada awal mahasiswa masuk menunjukan bahwa

kemmapuan intelektualnya dibawah 90. Menurut Teori Binnet (1984) bahwa

seseorang yang memiliki kemampuan intelektual kurang dari 90 maka dalam

pembelajaran individu tersebut hanya mampu menyelesaiakan permasalahan yang

bersifat konkrit sedangkan untuk menganalisis mendalam dia tidak akan mampu.

Pada akhir pembelajaran selalu dilakukan refleksi yang bermanfaat pada

mahasiswa dalam merenungkan kembali kegiatan yang dilakukan dan hasil yang

diperoleh. Hasil refleksi diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan pada mata

kuliah keinginnan untuk berpikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan

jiwa.

c. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk

meningkatkan praktek Keperawata Jiwa

cvii

Hasil Penggunaan CTL untuk meningkatkan praktek Keperawatan jiwa

dapat dilihat bahwa siklus I sebesar 27,5% sangat baik dan siklus II sebesar 90%

sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa berhasil mengaplikasikan

asuhan keperawatan jiwa pada pasein dengan halusinasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Paget, Vigotsky dalam Ibrahim dan Nur

(2000), percaya bahwa perkembangan intelektual anak terjadi pada saat individu

berhadapan dengan pengalaman menantang ketika mereka berusaha untuk

memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu

interaksi social dengan teman lain dalam kelompok-kelompoknya dapat memacu

terbentuknya ide-ide baru dan memperkaya perkembangan intektual siswa.

Selain mahasiswa terlibat secara mendalam selama proses pembelajaran

berlangsung, dosen harus mengkaitkan materi pengajaran yang diajarkan dengan

mengajak mahasiswa belajar sukses dengan kehidupan nyata. Selain itu

mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan

menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dalam pembelajaran CTL pada komponen pemodelan saat pembelajaran

dosen memberikan contoh cara melakukan pengkajian mulai dari identitas,

keadaan umum pasien, status mental serta pengobatan pasien. Selai itu juga dosen

juga memberi contoh cara menentukan masalah pengkajian yang didapat

kemudian menentukan core problem dan intervensi keperawatan. Selanjutnya

dosen juga mencontohkan cara mengimplementasikan intervensi yang telah dibuat

serta mengevaluasi dan medokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan jiwa

yang telah dilakukan.

cviii

Proses pembelajaran dengan model CTL dilakukan secara mandiri atas

bimbingan penuh guru dan teman-temannya dengan berbagai aktivitas secara

mandiri secara individual maupun kelompok, misalnya: bertanya, bertindak,

mencari penyelesaian masalah, membuat dugaan dan mengambil kesimpulan.

Peran guru adalah memberikan bimbingan, memotivasi siswa dan memberikan

dukungan kepada siswa dan ikut membantu siswa dalam pemecahan masalah jika

dalam proses pembelajaran menemukan kesulitan

Dapat disimpulkan bahwa CTL dapat meningkatkan kemampuan

mahasiswa dalam mempraktekan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan

halusinasi.

D. Keterbatasan

1. Pembelajaran CTL dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dilaksanakan

langsung kepada pasien gangguan jiwa yang membutuhkan waktu lama dalam

pelaksanaanya asuhan keperawatan jiwa (Pengkajian, penentuan masalah, core

problem, intervensi, implementasi dan evaluasi) sehingga pasien merasa jenuh

dengan kegiatan ini.

2. Pelaksanaan dokumentasi kegiatan praktek Asuhan Keperawatan Jiwa

mengalami kesulitan. Peneliti tidak diijinkan memotret yang menunjukan

cix

wajah langsung dari pasien.Sehingga pendokumentasian dari arah samping

kegiatan praktek.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

cx

1. Penggunaan CTL dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan

pembelajaran Keperawatan Jiwa, hal ini terbukti dari hasil Keterlaksanaan

RPP oleh dosen, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dan Motivasi

mahasiswa yang meningkat pada setiap siklus. Pada siklus I hasil

keterlaksanaan RPP oleh dosen sebesar 87,5%, aktivitas mahasiswa selama

pembelajaran sebesar 2,5% sangat baik dan motivasi mahasiswa sebesar

100% tinggi. Pada siklus II hasil keterlaksanaan RPP oleh dosen sebesar 100

%, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sebesar 12,5% dan motivasi

mahasiswa sebesar 100% tinggi

2. Penggunaan CTL dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan

hasil belajar mahasiswa, hal ini terbukti pada hasil ketuntasan belajar

mahasiswa pada siklus I sebesar 67,8% dengan nilai diatas 65 Sebanyak 13

Mahasiswa.Sedangkan pada siklus II hasil ketuntasan belajar mahasiswa

sebesar 97,5% dengan nilai diatas 65 sebanyak 32.

3. Penggunaan CTL dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan

praktek Keperawatan Jiwa, hal ini terbukti dari hasil nilai praktek

Keperawatan Jiwa pada siklus I 27,5% sangat baik dan siklus II 90% sangat

baik.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil temuan dan hasil penelitian tindakan kelas dengan

penerapan CTL untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa pada

mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Jiwa dapat diimplikasikan pada:

1. Mahasiswa

cxi

Model CTL dapat meningkatkan pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa

dengan indikator peningkatan keterlaksanaan RPP, aktivitas mahasiswa

selama pembelajaran dan peningkatan motivasi mahasiswa terhadap

pembelajaran sehingga dapat dilaksanakan pada kompetensi lainnya. Model

CTL dapat meningatkan hasil belajar mahasiswa dan dapat meingkatkan

praktek Keperawatan Jiwa.

2. Dosen

Dosen membimbing siswa secara aktif, membantu mahasiswa dalam prosedur

pembelajaran, menelaah materi dan permasalaha, kemampuan yang diperlukan

adalah pemahamanan guru memahami kecakapan dan kejelian mahasiswa

dalam belajar baik secara individu maupun kelompok sehingga kebersamaan

dalam menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang.

C. SARAN

1. Agar proses pembelajaran dengan menerapkan model CTL dapat dilaksanakan

dengan baik dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka perlu diperhatikan:

dosen memberikan penjelasan prosedur pembelajaran dengan model CTL

secara efektif dan sejels-jelasnya sepada mahasiswa, sehingga proses

pembelajaran lebih terarah dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan.

2. Aplikasi model CTL dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

dosen membimbing mahasiswa secara aktif, membantu mahasiswa dalam

prosedur pembelajaran, menelaah materi dan permasalahan, kemampuan yang

diperlukan adalah pemahamanan dosen memahami kecakapan dan kejelian

cxii

mahasiwa dalam belajar baik secara individu maupun kelompok sehingga

kebersamaan dalam menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang.

3. CTL berdasarkan kajian teoritik dan empiric sesuai untuk perkuliahan

mahasiswa, sehingga disarankan untuk penerapan pola pembelajaran ini pada

pokok bahasan lain

cxiii

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Astuti, dwi. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan

Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Blanchard, A. 2001. Contextual Teaching and Learninf. B.E.S.T. USA Depdiknas, 2002. Pendekatan Kontekstual.Jakarta: Depdiknas Eko priyono. 2009. Peningkatan Kualitas pembelajaran dengan pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL) di Kebun Binatang Surabaya sebagai Media Paktikum Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi Hewan 2.

Harnawatiaj. Ilmu Keperawatan Jiwa. harnawatiaj.wordpress.com. Tanggal 23 januari 2009. pukul 15.15

Irman Somantri. Perencanaan (1). irmanthea.blogspot.com. Tanggal 24 Januari 2009. Pukul 16.18 Nunuk Suryani, 2007. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia

VCD Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Sejarah (Studi Eksperimen di SMA Negeri I Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran 2006/200).

Potter and Perry. 2005, Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses, Praktik, vol 1

edisi 4, alih bahasa asih yasmin, Jakarta: EGC Sidharta, Arif. 2006. Media Pembelajaran Depdiknas Dierjen. PMPTK PPPG

IPA. Susili Herawati. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Solo: Bavumedia Sutopo, H.B. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi 2 Universitas Sebelas

Maret Press. TIM. Kesehatan Jiwa di Indonesia. fmpkj-samarinda.blogspot.com. Tanggal 24

Januari 2009. Pukul 16.03

cxiv

University of Washington (college of Education). 2001. Trainning for Indonesian Education Team in CTL. Seatle: Washington USA.

___________________________. 2009. Buku Pedoman Kurikurum akademik

Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Yenichrist Under Keperawatan. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan

Keluarga. yenibeth.wordpress.com. Tanggal 24 Januari 2009. Jam 16.30 _______________________________,Masalah-masalah Kesehatan Jiwa

athearobiansyah.blogspot.com.Tanggal 23 januari 2009. pukul 15.00

_______________________________,Standart Praktek Keperawatan Jiwa. moveamura.wordpress.com. Tanggal 23 Januari 2009. Pukul 15.18