2
  Majalah Ke dokteran R espirasi Vol . 2. No. 1 Januari 2 011  26 Terapi Bedah pada Penderita dengan  Persistent Hemoptysis Tutik Kusmiati*, Laksmi Wulandari** * PPDS I IP Paru FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya. ** Staf Bag/SMF IP Paru FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabay a. Pendahuluan  Hemoptysis  adalah batuk dengan sputum yang mengandung darah yang berasal d ari paru atau  percaban gan bronkus. 7,11  Berdasarkan volume darah yang hilang, hemoeptysis diklasifikasikan menjadi dua yaitu massive hemoptysis dan non massive hemoptysis. Massive hemoeptysis merupakan suatu keadaan emergensi di bidang kedokteran, dimana pasien mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya aspiksia dan kematian. 8 Tidak ada klasifikasi yang jelas mengenai definisi hemoptysis berdasar lamanya waktu hemoptysis  berlangs ung. Sehingga pada kejadian dengan hemoptysis yang menetap dalam jangka lama akan disebut sebagai persistent hemoptysis . Terdapat banyak kelainan dasar yang dapat menyebabkan hemoptysis, mulai dari penyakit saluran napas (bronkitis, bronkiektasis, karsinoma  bronkogenik), penyakit yang menge nai parenkim  paru (TB, abses paru, pneumoni , mycetoma -  fungus ball , Good’s pasture sindrome) dan penyakit  pembul uh darah (emboli paru, mitral stenosi s, gagal  jantung kiri, vascular malformation). Di seluruh dunia, TB merupakan penyebab hemoptysis yang  paling umum. Di negara-ne gara industri, sepe rti USA, penyebab paling umum adalah bronkitis,  bronkiektasis dan karsinom a bronkogenik. Kurang lebih 15-30% kasus hemoptysis tidak diketahui  penye babnya dan disebut sebagai idiopatic hemoptysis. 6,7,11 Terapi hemoptysis tergantung pada  penye bab dan jumlah darah yang hilang. 8  Adapun tujuan utama dari terapi hemoptysis adalah mencegah tersumbatnya saluran pernapasan oleh  bekuan darah, menceg ah kemungkina n penyebaran infeksi dan menghentikan perdarahan. 10  Sedangkan tujuan sekundernya adalah menentukan sumber  perdarah an dan penyakit dasar yang mendasariny a.. Tata laksana hemoptysis meliputi: resusitasi dan terapi suportif, terapi invasif spesifik, pembedahan dan konservatif. 2 Berikut ini kami sampaikan laporan kasus seorang wanita muda dengan TB lama yang mengalami hemoptysis yang menetap. Pengobatan dengan OAT telah diberikan, namun hemoptysis tidak mereda. Evaluasi lebih lanjut dengan CT Scan menunjukkan adanya fungus ball dalam suatu kavitas paru. Terapi anti jamur yang diberikan kemudian juga tidak menolong. Sehingga akhirnya diputuskan untuk melakukan terapi pembedahan untuk mengatasi g ejala  persistent  hemoptysis nya Kasus Seorang mahasiswi Akbid yang berusia 20 tahun, suku jawa, beragama islam, berdomisili di Blitar. Pe nde ri ta data ng ke po li paru RSU Dr. Soetomo dengan keluhan batuk darah yang tidak kunjung reda sejak 1 tahun yang lalu. Dengan hasil CT Scan toraks suatu fungus ball yang berada didalam kavitas paru parakardial kiri. Penderita MRS untuk rencana operasi dan penatalaksanaan lebih lanjut, di ruang paru wanita kelas I pada tanggal 26 desember 2005 s.d 18 januari 2006.  Riwayat penyakit sekarang Penderita datang dengan keluhan batuk darah sejak 1 tahun yang lalu, mulai hanya berupa bercak sampai setengah sendok makan. Warna merah segar dan selalu keluar setiap kali batuk, tidak bercampur makanan, disertai rasa panas ditenggorokan saat  batuk darah. Penderita pernah minum OAT selama 10 bulan dari dokter spesialis penyakit dalam sejak 1 tahun yang lalu. Tetapi keluhan masih tetap. Tidak didapatkan riwayat kontak TB pada keluarga pende rita. Pemeriksaan fisik Penderita dengan berat badan 70kg dan tinggi  badan 161cm dengan kesadaran composmentis , tensi 110/70, nadi 80x/m, respiratory rate 18x/m dan tempe ratur axila 36,7 o  C. Pada pemeriksaan kepala dan leher tidak didapatkan adanya anemia, ikterus, sianosis maupun sesak. Tidak ditemukan adanya  pembe saran kelenjar getah bening dan p eningka tan  jvp. Pada pemeriksaan toraks, jantung S1,S2 tunggal, tidak didapatkan murmur, gallop maupun ekstra sistol, pemeriksaan paru, inspeksi didapatkan

MKR Vol2 No 1 - 4 Abs -2.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • Majalah Kedokteran Respirasi Vol. 2. No. 1 Januari 2011 26

    Terapi Bedah pada Penderita dengan Persistent Hemoptysis

    Tutik Kusmiati*, Laksmi Wulandari**

    * PPDS I IP Paru FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya. ** Staf Bag/SMF IP Paru FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya.

    Pendahuluan

    Hemoptysis adalah batuk dengan sputum yang mengandung darah yang berasal dari paru atau percabangan bronkus.7,11 Berdasarkan volume darah yang hilang, hemoeptysis diklasifikasikan menjadi dua yaitu massive hemoptysis dan non massive hemoptysis. Massive hemoeptysis merupakan suatu keadaan emergensi di bidang kedokteran, dimana pasien mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya aspiksia dan kematian.8 Tidak ada klasifikasi yang jelas mengenai definisi hemoptysis berdasar lamanya waktu hemoptysis berlangsung. Sehingga pada kejadian dengan hemoptysis yang menetap dalam jangka lama akan disebut sebagai persistent hemoptysis.

    Terdapat banyak kelainan dasar yang dapat menyebabkan hemoptysis, mulai dari penyakit saluran napas (bronkitis, bronkiektasis, karsinoma bronkogenik), penyakit yang mengenai parenkim paru (TB, abses paru, pneumoni, mycetoma - fungus ball, Goods pasture sindrome) dan penyakit pembuluh darah (emboli paru, mitral stenosis, gagal jantung kiri, vascular malformation). Di seluruh dunia, TB merupakan penyebab hemoptysis yang paling umum. Di negara-negara industri, seperti USA, penyebab paling umum adalah bronkitis, bronkiektasis dan karsinoma bronkogenik. Kurang lebih 15-30% kasus hemoptysis tidak diketahui penyebabnya dan disebut sebagai idiopatic hemoptysis. 6,7,11

    Terapi hemoptysis tergantung pada penyebab dan jumlah darah yang hilang.8 Adapun tujuan utama dari terapi hemoptysis adalah mencegah tersumbatnya saluran pernapasan oleh bekuan darah, mencegah kemungkinan penyebaran infeksi dan menghentikan perdarahan.10 Sedangkan tujuan sekundernya adalah menentukan sumber perdarahan dan penyakit dasar yang mendasarinya.. Tata laksana hemoptysis meliputi: resusitasi dan terapi suportif, terapi invasif spesifik, pembedahan dan konservatif.2

    Berikut ini kami sampaikan laporan kasus seorang wanita muda dengan TB lama yang mengalami hemoptysis yang menetap. Pengobatan

    dengan OAT telah diberikan, namun hemoptysis tidak mereda. Evaluasi lebih lanjut dengan CT Scan menunjukkan adanya fungus ball dalam suatu kavitas paru. Terapi anti jamur yang diberikan kemudian juga tidak menolong. Sehingga akhirnya diputuskan untuk melakukan terapi pembedahan untuk mengatasi gejala persistent hemoptysisnya

    Kasus

    Seorang mahasiswi Akbid yang berusia 20 tahun, suku jawa, beragama islam, berdomisili di Blitar. Penderita datang ke poli paru RSU Dr. Soetomo dengan keluhan batuk darah yang tidak kunjung reda sejak 1 tahun yang lalu. Dengan hasil CT Scan toraks suatu fungus ball yang berada didalam kavitas paru parakardial kiri. Penderita MRS untuk rencana operasi dan penatalaksanaan lebih lanjut, di ruang paru wanita kelas I pada tanggal 26 desember 2005 s.d 18 januari 2006.

    Riwayat penyakit sekarang

    Penderita datang dengan keluhan batuk darah sejak 1 tahun yang lalu, mulai hanya berupa bercak sampai setengah sendok makan. Warna merah segar dan selalu keluar setiap kali batuk, tidak bercampur makanan, disertai rasa panas ditenggorokan saat batuk darah.

    Penderita pernah minum OAT selama 10 bulan dari dokter spesialis penyakit dalam sejak 1 tahun yang lalu. Tetapi keluhan masih tetap. Tidak didapatkan riwayat kontak TB pada keluarga penderita.

    Pemeriksaan fisik

    Penderita dengan berat badan 70kg dan tinggi badan 161cm dengan kesadaran composmentis, tensi 110/70, nadi 80x/m, respiratory rate 18x/m dan temperatur axila 36,7o C.

    Pada pemeriksaan kepala dan leher tidak didapatkan adanya anemia, ikterus, sianosis maupun sesak. Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening dan peningkatan jvp.

    Pada pemeriksaan toraks, jantung S1,S2 tunggal, tidak didapatkan murmur, gallop maupun ekstra sistol, pemeriksaan paru, inspeksi didapatkan