30
MIOPIA Definisi Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar sumbu optic yang jatuh pada mata tanpa akomodasi yang dibiaskan di depan retina. 1 Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah “nearsightedness”. 2 Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung. 3 Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina. Pada miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal ini dapat disebabkan

MIOPIA Katherine

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MIOPIA Katherine

Citation preview

MIOPIA

Definisi

Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar sumbu optic yang

jatuh pada mata tanpa akomodasi yang dibiaskan di depan retina. 1

Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya

adalah “nearsightedness”. 2

Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan

mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau

kelengkungan kornea yang terlalu cekung. 3

Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar

yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina. Pada

miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal

ini dapat disebabkan sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola

mata terlalu panjang. 3

Gambar 1 : Pembentukan fokus pada mata miopia

Kata miopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2, yang

mana terbentuk dari dua kata meyn yang berarti menutup, dan ops yang berarti mata.

Ini memang menyiratkan salah satu ciri – ciri penderita myopia yang suka

menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang baginya tampak kurang jelas,

karena dengan cara ini akan terbentuk debth of focus di dalam bola mata sehingga titik

fokus yang tadinya berada di depan retina, akan bergeser ke belakang mendekati

retina. Sebenarnya, miopia juga dapat dikatakan merupakan keadaan di mana panjang

fokus media refraksi lebih pendek dari sumbu orbita (mudahnya, panjang aksial bola

mata jika diukur dari kornea hingga makula lutea di retina).3,4

Epidemiologi

Miopia memiliki insiden 2,1% di Amerika Serikat dan peringkat ke tujuh yang

menyebabkan kebutaan, serta memiliki predileksi tinggi pada keturunan Cina,

Yahudi, dan Jepang. Angka kejadiannya lebih sering 2 kali lipat pada perempuan

dibanding laki-laki. 2

Menurut “National Eye Institute Study”, miopia merupakan penyebab kelima

tersering yang mengganggu penglihatan dan merupakan penyebab kebutaan ketujuh

di Amerika Serikat, sedangkan di Inggris merupakan penyebab kebutaan tersering .2

Terdapat insidens miopia yang tinggi pada tenaga profesional dan murid

sekolah, kurang lebih sekitar 20-22%.Prevalensi miopia berkurang pada populasi

mulai usia sekitar 45 tahun dengan persentase sekitar 20% pada usia 65 tahun,

prevalensi ini semakin berkurang menjadi sekitar 145 pada usia 70 tahun. 5,6

Beberapa literatur menyebutkan terdapat beberapa faktor resiko yang

berhubungan dengan prevalensi miopia. Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa

prevalensi miopia sedikit lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Prevalensi miopia juga meningkat pada populasi dengan tingkat penghasilan dan

pendidikan yang lebih tinggi. Miopia juga banyak terjadi pada pasien yang membaca

terlalu lama dan pekerjaan dengan penglihatan jarak dekat. 7

Etiologi

Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Pertengahan tahun 1900 SM,

para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa mata ( ahli kacamata ) percaya bahwa

miopia terjadi karena faktor herediter. Di antara peneliti-peneliti dan para professional

peduli mata, mereka mengatakan bahwa miopia sekarang telah menjadi sebuah

kombinasi genetik dan faktor lingkungan.

Ada 2 mekanisme dasar yang dipercaya menjadi penyebab myopia yaitu:

1.      Hilangnya bentuk mata ( juga diketahui sebagai hilangnya pola mata ), terjadi

ketika kualitas gambar dalam retina berkurang.

2.      Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika titik fokus cahaya berada di depan

atau di belakang retina

Myopia terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan

pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka

semakin besar kemungkinan mengalami miopi. Ini karena organ mata sedang

berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan, akibatnya para penderita

miopi umumnya merasa bayangan benda yang dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina

matanya, melainkan didepannya.

Faktor resiko

a. Riwayat keluarga miopia

Genetik berperan dalam variasi biologis pada pertumbuhan bola mata, dengan

faktor resiko;

Jika kedua orang tua miopi prevalensi terjadinya miopi pada anaknya sekitar

20 %

Jika salah satu dari orang tua menderita miopi maka prevalensi anaknya

menderita miopi sekitar 10%.

Jika salah satu orang tua tidak ada menderita miopi, prevalensi miopi pada

anak sekitar 5 %. 8

b. Myopia yang terdeteksi dengan noncycloplegic retinoscopy pada saat bayi

merupakan salah satu faktor resiko terjadinya miopia pada masa kanak-kanak.

c. Ras/etnis : Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan miopia yang lebih

besar (70% – 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% – 40%). Paling

kecil adalah Afrika (10% – 20%).

d. Perilaku : Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat memperbesar

resiko miopia. Demikian juga kebiasaan membaca dengan penerangan yang

kurang memadai.

e. Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya miopia seperti alergi,

gangguan endokrin, kekurangan makanan, herediter, kerja dekat yang berlebihan

dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan vitamin). Namun

mekanisme pasti dari faktor resiko ini masih belum diketahui secara pasti.

Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar

sejajar yang masuk ke dalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita

miopia tanpa koreksi melihat ke objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan

mencapai retina sehingga bayangan menjadi kabur. Ada dua penyebab yaitu : daya

refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang.

Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah

bayangan jatuh di depan retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab

dari miopia aksial adalah perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat

secara kongenital pada waktu awal kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila

karena peningkatan kurvatura kornea atau lensa, kelainan ini disebut miopia

kurvatura.

Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan :

Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.

Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan

tekanan yang dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat

dari posisi tubuh yang membungkuk.

Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi

yang berlebihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi progresifitas miopia antara lain :

Usia, makin muda usia anak semakin besar pertumbuhan anatomis bola

matanya.

Penyakit pada mata.

Kerja dekat.

Intensitas cahaya.

Posisi tubuh.

Klasifikasi

Miopia dibagi berdasarkan beberapa karakteristik sebagai berikut :

a. Berdasarkan jenis kelainan :

Miopia aksial

Bertambah panjangnya

diameter anteroposterior bola

mata dari normal. Pada orang

dewasa panjang axial bola

mata 22,2-22,6 mm.

Perubahan diameter

anteroposterior bola mata 1

mm akan menimbulkan

perubahan refraksi sebesar 3

dioptri. 2

Miopia kurvatura

Kurvatura dari kornea

bertambah kelengkungannya,

misal pada keratoconus,

kelainan kongenital. Kenaikan

kelengkungan lensa bisa juga

menyebabkan miopia

kurvatura, misal pada stadium

intumesen dari katarak.

Perubahan kelengkungan kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan

refraksi sebesar 6 dioptri. 2

Perubahan indeks bias media refraksi

Peningkatan indeks bias media refraksi terjadi pada penderita diabetes

mellitus. 2

b. Berdasarkan penyebab myopia. 2

Jenis Miopia Karakteristik

Miopia refraktif Miopia yang terjadi akibat bertambahnya indeks bias media

penglihatan, seperti pada katarak.

Miopia aksial Miopia yang terjadi akibat panjangnya sumbu bola mata,

dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

c. Menurut perjalanan penyakitnya, 2 miopia di bagi atas :

Jenis Miopia Karakteristik

Miopia stasioner Miopia yang menetap setelah dewasa.

Miopia progresif Miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat

bertambah panjangnya bola mata.

Miopia maligna Keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat

mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.

d. Berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk mengkoreksinya. 2

Derajat Miopia Karakteristik

Miopia ringan Lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri

Miopia sedang Lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.

Miopia berat lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita miopia kategori ini

rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut

terbuka.

e. Berdasarkan umur :

Jenis miopia Karakteristik

Juvenile-Onset

Myopia (JOM)

JOM didefinisikan sebagai miopia dengan onset antara 7-16

tahun yang disebabkan terutama oleh karena pertumbuhan

sumbu aksial dari bola mata yang fisiologis.

Esophoria, astigmatisma, prematuritas, riwayat keluarga dan

kerja berlebihan yang menggunakan penglihatan dekat

merupakan faktor-faktor risiko yang dilaporkan oleh berbagai

penelitian. Pada wanita, peningkatan prevalensi miopia terbesar

terjadi pada usia 9-10 tahun, sementara pada laki-laki terjadi

pada usia 11-12 tahun.

Semakin dini onset dari miopia, semakin besar progresi dari

miopianya. Miopia yang mulai terjadi pada usia 16 tahun

biasanya lebih ringan dan lebih jarang ditemukan. Progresi dari

miopia biasanya berhenti pada usia remaja ( ♂pada usia 16

tahun, ♀ pada usia 15 tahun)

Adult-Onset

Myopia (AOM)

AOM dimulai pada usia 20 tahun.

a. Youth-onset myopia miopia yang terjadi pada usia kurang

dari 20 tahun

b. Early adult onset myopia miopia yang terjadi pada usia

20 sampai 40 tahun

c. Late adult onset myopia myopia yang terjadi setelah usia

40 tahun

Kerja mata yang berlebihan pada penglihatan dekat merupakan

faktor risiko dari perkembangan miopia.

f. Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologik yang timbul pada mata

maka miopia dapat dibagi dalam:

Miopia simpleks

Pada miopia simplek biasanya tidak disertai kelainan patologik fundus akan

tetapi dapat disertai kelainan fundus ringan. Kelainan fundus yang ringan ini

dapat berupa kresen miopia (myopiaic crecent) yang ringan yang berkembang

sangat lambat. Biasanya tidak terdapat perubahan organik. Tajam penglihatan

dengan koreksi yang sesui dapat mencapai normal. Berat kelainan refraktif

yang biasanya kurang dari -5D atau -6D. Keadaan ini dapat juga disebut

sebagai miopia fisiologik. 6

Gejala obyektif miopia simpleks:

- Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang

relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.

- Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat

disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar papil

syaraf optik. 6

Miopia patologik: miopia patologik disebut juga miopia degeneratif, miopia

maligna atau miopia progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur

dan terjadi sejak lahir. Tanda-tanda miopia maligna, adalah adanya

progresifitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan oftalmoskopik.

Pada anak-anak diagnosis ini sudah dapat dibuat jika terdapat peningkatan

beratnya miopia dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refraktif yang

terdapat pada miopia patologik biasanya melebihi -6 D. 6

Gejala obyektif Miopia patologik:

- Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks

- Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-

kelainan pada:

1. Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau

degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang

mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan

kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia. 6

2. Papil saraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil

terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen

miopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil

dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak

teratur. 6

3. Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

perdarahan subretina pada daerah makula. 6

4. Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer. 6

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan

retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih

jelas dan disebut sebagai fundus tigroid. 6

g. Klasifikasi miopia secara klinis adalah :

Simpel miopia: adalah miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata yang

terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalina yang terlalu

tinggi. 6

Nokturnal myopia: adalah miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi

sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang

bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada. Miopia ini dipercaya

penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan

lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi

miopia. 6

Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap

mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot – otot siliar yang

memegang lensa kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan miopia palsu,

karena memang sifat miopia ini hanya sementara sampai kekejangan

akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru – buru

memberikan lensa koreksi. 6

Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological, atau progressive

myopia. Biasanya merupakan miopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya

juga di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Miopia jenis ini

bertambah buruk dari waktu ke waktu. 6

Induced (acquired) myopia: merupakan miopia yang diakibatkan oleh

pemakaian obat – obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis

pada nukleus lensa, dan sebagainya. 6

Patofisiologi Miopia

Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada miopia patologi masih belum

diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit

ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan

rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam

pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera

berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu

pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang

menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesis terhadap

elongasi berlebihan pada miopia.1,2,3

a. Menurut tahanan sklera

Mesadermal

Abnormalitas mesodermal sklera secara kualitas maupun kuantitas dapat

mengakibatkan elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre dapat

membuktikan hal ini, dimana pembuangan sebahagian masenkhim sklera dari

perkembangan ayam menyebabkan ektasia daerah ini, karena perubahan

tekanan dinding okular. Dalam keadaan normal sklera posterior merupakan

jaringan terakhir yang berkembang. Keterlambatan pertumbuhan strategis ini

menyebabkan kongenital ektasia pada area ini. Sklera normal terdiri dari pita

luas padat dari bundle serat kolagen, hal ini terintegrasi baik, terjalin bebas,

ukuran bervariasi tergantung pada lokasinya. Bundle serat terkecil terlihat

menuju sklera bagian dalam dan pada zona ora equatorial. Bidang sklera

anterior merupakan area crosectional yang kurang dapat diperluas perunitnya

dari pada bidang lain. Pada test bidang ini ditekan sampai 7,5 g/mm2.

Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas terendah dari stress

ekstensi pada sklera posterior ditemukan 4 x dari pada bidang anterior dan

equator. Pada batas lebih tinggi sklera posterior kirakira 2 x lebih diperluas.

Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan

dengan hilangnya luasnya bundle serat sudut jala yang terlihat pada sklera

posterior. Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada kulit pasien

dengan Ehlers-Danlos yang merupakan penyakit kalogen sistematik yang

berhubungan dengan miopia.1

Ektodermal – Mesodermal

Vogt awalnya memperluasnya konsep bahwa miopia adalah hasil ketidak

harmonisan pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan retina yang

berlebihan dengan bersamaan ketinggian perkembangan baik koroid maupun

sklera menghasilkan peregangan pasif jaringan. Meski alasan Vogt pada

umumnya tidak dapat diterima, telah diteliti ulang dalam hubungannya

dengan miopia bahwa pertumbuhan koroid dan pembentukan sklera dibawah

pengaruh epitel pigmen retina. Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel

pigmen abnormal menginduksi pembentukan koroid dan sklera subnormal.

Hal ini yang mungkin menimbulkan defek ektodermal – mesodermal umum

pada segmen posterior terutama zona oraequatorial atau satu yang terlokalisir

pada daerah tertentu dari pole posterior mata, dimana dapat dilihat pada

miopia patologik (tipe stafiloma posterior).1

b. Meningkatnya suatu kekuatan yang luas

Tekanan intraokular basal

Contoh klasik miopia sekunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat

pada glaucoma juvenil dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar

pada peningkatan pemanjangan sumbu bola mata.1

Susunan peningkatan tekanan

Secara anatomis dan fisiologis sklera memberikan berbagai respon terhadap

induksi deformasi. Secara konstan sklera mengalami perubahan pada stress.

Kedipan kelopak mata yang sederhana dapat meningkatkan tekanan

intraokular 10 mmHg, sama juga seperti konvergensi kuat dan pandangan ke

lateral. Pada valsava manuver dapat meningkatkan tekanan intraokular 60

mmHg.Juga pada penutupan paksa kelopak mata meningkat sampai 70 mmHg

-110 mmHg. Gosokan paksa pada mata merupakan kebiasaan jelek yang

sangat sering diantara mata miopia, sehingga dapat meningkatkan tekanan

intraokular.1

Gambaran Klinik Miopia

Sebahagian kasus-kasus miopia dapat diketahui dengan adanya kelainan pada

jarak pandang. Pada tingkat ringan, kelainan baru dapat diketahui bila penderita telah

diperiksa.

Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita

miopia hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan

penglihatan kabur bila melihat objek jauh.

Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari

miopianya dapat disembuhkan.

Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk

mendapatkan efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.

Penderita miopia biasanya suka membaca, sebab mudah melakukannya tanpa

usaha akomodasi.

Diagnosis Miopia

Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan cara refraksi subjektif dan objektif,

setelah diperiksa adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organik.

Cara Subyektif

Cara subyektif ini penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di periksa.

Pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk

memperbaiki tajam penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai tajam

penglihatan terbaik. Alat yang digunakan adalah kartu Snellen, bingkai percobaan dan

sebuah set lensa coba.

Tehnik pemeriksaan :

1. Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter (minimal 5

meter), jika kurang dari 5 meter akan terjadi akomodasi.

2. Pada mata dipasang bingkai percobaan/trial frame dan satu mata ditutup

dengan occlude, didahului dengan mata kanan.

3. Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan diteruskan

sampai huruf terkecil yang masih dapat terbaca.

4. Lensa sferis negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam

penglihatan menjadi lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan

hingga dapat terbaca huruf pada baris terbawah.

5. Sampai terbaca basis 6/6.

6. Jika ditambah lensa sferis masih tidak bisa, kemungkinan pasien mempunyai

astigmatisma. Dilakukan Fogging Test.

7. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.

Cara Obyektif

Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah

atau kurangnya kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat tertentu

yaitu retinoskop. Cara objektif ini dinilai keadaan refraksi mata dengan cara

mengamati gerakan bayangan cahaya dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh

retina. Pada saat pemeriksaan retinoskop tanpa sikloplegik (untuk melumpuhkan

akomodasi), pasien harus menatap jauh. Mata kiri diperiksa dengan mata kiri, mata

kanan dengan mata kanan dan jangan terlalu jauh arahnya dengan poros visual mata.

Jarak pemeriksaan biasanya ½ meter dan dipakai sinar yang sejajar atau sedikit

divergen berkas cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak di pupil

bergerak searah dengan gerakan retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus tambah

sampai tampak hampir diam atau hampir terbalik arahnya. Keadaan ini dikatakan

point of reversal (POR), sebaliknya bila terbalik tambahkan lensa minus sampai diam.

Nilai refraksi sama dengan nilai POR dikurangi dengan ekivalen dioptri untuk jarak

tersebut, misalnya untuk jarak ½ meter dikurangi 2 dioptri.

Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif  biasanya dilakukan pada setiap

pasien. Cara ini sering dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak

kooperatif, cukup dengan pemeriksaan objektif. Untuk yang tidak terbiasa,

pemeriksaan subjektif saja pada umumnya bisa dilakukan.

-

Penatalaksanaan Miopia

Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata

difokuskan tepat di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :

Cara optik

1. Kacamata (Lensa Konkaf)

Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa

konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan

menyebar. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila

bola mata terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan

meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan

mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan demikian fokus

bayangan dapat dimundurkan ke arah retina. 1,2,6

2. Lensa kontak

Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea.

Lensa ini tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang

antara lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah

menghilangkan hampir semua pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea,

penyebabnya adalah air mata mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan

kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari

susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan

penting. 1,2,6

Cara operasi pada kornea

Ada beberapa cara, yaitu :

1. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea

perifer sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar

yang masuk ke mata menjadi lebih dekat ke retina.

2. Laser photorefractive keratektomy (PRK)

Prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada

pusat kornea. Dari kumpulan hasil penelitian menunjukan 48-92% pasien

mencapai visus 6/6 (20/20) setelah dilakukan photorefractive keratectomy. 1-

1.5 dari koreksi tajam penglihatan yang terbaik didapatkan hasil kurang dari

0.4-2.9 % dari pasien. PRK bagus untuk miopi -2 sampai -6 dioptri.

3. Laser in-situ Keratomileusis (LASIK)

Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari

kornea anterior diangkat. Setelah Flap diangkat, jaringan midstroma secara

langsung diablasi dengan tembakan sinar excimer laser , akhirnya kornea

menjadi flat. Sekarang teknik ini digunakan pada kelainan miopi yang lebih

dari - 12 dioptri.9

Kriteria pasien untuk LASIK

Umur lebih dari 20 tahun.

Memiliki refraksi yang stabil,minimal 1 tahun.

Motivasi pasien

Tidak ada kelainan kornea dan ketebalan kornea yang tipis

merupakan kontraindikasi absolut LASIK.

Keuntungan LASIK

- Minimimal atau tidak ada rasa nyeri post operatif

- Kembalinya penglihatan lebih cepat dibanding PRK.

- Tidak ada resiko perforasi saat operassi dan ruptur bola mata

karena trauma setelah operasi,

- Tidak ada gejala sisa kabur karena penyembuhan epitel.

- Baik untuk koreksi miopi yang lebih dari -12 dioptri.

Kekurangan LASIK

- LASIK jauh lebih mahal

- Membutuhkan skill operasi para ahli mata.

- Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti

flap putus saat operasi, dislokasi flap postoperatif, astigmat

irreguler.

Pengontrolan myopia

Kebanyakan anak-anak miopia hanya dengan miopia tingkat rendah hingga

menengah, tapi beberapa akan tumbuh secara progresif menjadi miopia tinggi.

Faktor resiko terjadinya hal tersebut antara lain faktor etnik, refraksi orangtua,

dan tingkat progresi miopia. Pada anak-anak tersebut, intervensi harus

diperhitungkan.

Pengontrolan miopia antara lain dengan:

-        Zat Sikloplegik

Berdasarkan laporan penelitian, pemberian harian atropin dan

cyclopentolate mengurangi tingkat progresi miopia pada anak-anak. Meskipun

demikian, hal ini tidak sebanding dengan ketidaknyamanan, toksisitas dan resiko

yang berkaitan dengan sikloplegia kronis. Selain itu, penambahan lensa plus

ukuran tinggi (contoh: 2,50 D) diperlukan untuk melihat dekat karena inaktivasi

otot silier. Meskipun progresi melambat selama terapi, efek jangka panjang tidak

lebih dari 1-2 D.

-        Lensa plus untuk melihat dekat

Efektivitas pemakaian lensa bifokus untuk mengontrol miopia pada anak-

anak masih kontroversial, beberapa penelitian tidak menunjukkan reduksi

progresi miopia yang bermakna namun ada juga penelitian yang menemukan

bahwa pemakaian lensa bifokus dapat mengontrol miopia. Ukuran adisi dekat

yang efektif masih diperdebatkan.

-        Lensa Kontak Rigid

Lensa kontak Rigid gas-permeable (RGP) dilaporkan efektif memperlambat

tingkat progresi miopia pada anak-anak. Pengontrolan miopia diyakini

disebabkan karena perataan kornea. Selama 3 tahun pemberian lensa kontak,

ruang vitreus masih lanjut memanjang, hingga kontrol miopia dengan RGP tidak

mengurangi resiko berkembangnya sekuele miopia segmen posterior. Bila

pemakaian lensa kontak dihentikan muncul efek rebound seperti curamnya

kembali korenea (resteepening of the cornea)

- Orthokeratology

Adalah fitting terprogram dengan sejumlah seri lensa kontak selama

periode beberapa minggu hingga beberapa bulan, guna meratakan kornea dan

mengurangi miopia. Kebanyakan pengurangan ini terjadi dalam 4-6 bulan.

Namun, perubahan kelainan refraksi menuju keadaan awal terjadi bila pasien

berhenti memakai lensa kontak. Mekanisme pasti pemakaian RGP untuk tujuan

ini masih belum jelas.

-        Bila membaca atau melakukan kerja jarak dekat secara intensif, istirahatlah

tiap 30 menit. Selama istirahat, berdirilah dan memandang ke luar jendela.

-        Bila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku.

-        Pencahayaan yang cukup untuk membaca.

-        Batasi waktu bila menonton televisi dan video game. Duduk 5-6 kaki dari

televisi.

-        Jenis-jenis intervensi lain seperti pemakaian vitamin, bedah sklera, obat

penurun tekanan bola mata, teknik relaksasi mata, akupunktur. Namun,

efektivitasnya belum teruji dalam penelitian.

Komplikasi

a. Ablasio retina

Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0D – (- 4,75)D sekitar 1/6662.

Sedangkan pada (- 5) D – (-9,75) D resiko meningkat menjadi 1/1335. Lebih dari (-

10) D resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan faktor resiko pada

miopia rendah tiga kali sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali.

b. Vitreal Liquefaction dan Detachment

Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan

2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-lahan,

namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Hal ini berhubungan

dengan hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat

bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan

vitreus sehingga kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan beresiko

untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada

miopia tinggi terjadi karena luasnya volume yang harus diisi akibat memanjangnya

bola mata.

c. Miopic makulopaty

Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah

kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapang pandang

berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa menyebabkan

kurangnya lapangan pandang. Miopia vaskular koroid/degenerasi makular miopik

juga merupakan konsekuensi dari degenerasi makular normal, dan ini disebabkan oleh

pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah sentral retina.

d. Glaukoma

Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia

sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi

dikarenakan stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat

penyambung pada trabekula.

e. Skotoma

Komplikasi timbul pada miopia derajat tinggi. Jika terjadi bercak atrofi retina

maka akan timbul skotoma (sering timbul jika daerah makula terkena dan daerah

penglihatan sentral menghilang). Vitreus yang telah mengalami degenerasi dan

mencair berkumpul di muscae volicantes sehingga menimbulkan bayangan lebar

diretina sangat menggangu pasien dan menimbulkan kegelisahan. Bayangan tersebut

cenderung berkembang secara perlahan dan selama itu pasien tidak pernah

menggunakan indera penglihatannya dengan nyaman sampai akhirnya tidak ada

fungsi penglihatan yang tersisa atau sampai terjadi lesi makula berat atau ablasio

retina

Prognosis Miopia

Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik bila

penderita miopia memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan.

Bila progresif miopia prognosisnya buruk terutama bila di sertai oleh perubahan

koroid dan vitreus, sedangkan pada miopia maligna prognosisnya sangat jelek.2,4,5,6

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Asbury. Optik dan Refraksi dalam Oftalmologi Umum. Brahm P

(Alih Bahasa). Diana S (Editor Edisi Bahasa Indonesia). Ed. 17. Jakarta: EGC.

2009. Hal: 1-18, 382-398.

2. Myopia. Available at: http://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-vision-

problems/glossary-of-eye-and-vision-conditions/myopia. Accessd: 13th April

2014

3. Sidarta I. Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi Penglihatan Warna dalam

Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Jakarta. 2005.

hal: 64-83.

4. Sidarta I. Pemeriksaan Tajam Penglihatan dalam Dasar-Teknik Pemeriksaan

Dalam Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Jakarta. 2009. Hal: 10-44.

5. Roberts J, Rowland M. Refraction status and motility defects of persons 4-74

years. Vital Health Stat 1978; 206:1-124.

6. David A. OPTOMETRIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINE CARE OF

THE PATIENT WITH MYOPIA. American Optometric Association. August

9, 1997

7. Baldwin WR. A review of statistical studies of relations between myopia and

ethnic, behavioral, and physiological characteristics. Am J Optom Physiol Opt

1981; 58:516-27.

8. Zadnik K, Satariano WA, Mutti DO, et al. The effect of parental history of

myopia on children's eye size. JAMA 1994; 271:1323-7.

9. LASIK (Laser In-Situ Keratomileusis) for Nearsightedness. Available at:

http://www.webmd.com/eye-health/laser-in-situ-keratomileusis-lasik-for-

nearsightedness. Accessed: 13th April 2014