Upload
katherine-rinova
View
78
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MIOPIA Katherine
Citation preview
MIOPIA
Definisi
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar sumbu optic yang
jatuh pada mata tanpa akomodasi yang dibiaskan di depan retina. 1
Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya
adalah “nearsightedness”. 2
Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan
mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau
kelengkungan kornea yang terlalu cekung. 3
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar
yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina. Pada
miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal
ini dapat disebabkan sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola
mata terlalu panjang. 3
Gambar 1 : Pembentukan fokus pada mata miopia
Kata miopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2, yang
mana terbentuk dari dua kata meyn yang berarti menutup, dan ops yang berarti mata.
Ini memang menyiratkan salah satu ciri – ciri penderita myopia yang suka
menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang baginya tampak kurang jelas,
karena dengan cara ini akan terbentuk debth of focus di dalam bola mata sehingga titik
fokus yang tadinya berada di depan retina, akan bergeser ke belakang mendekati
retina. Sebenarnya, miopia juga dapat dikatakan merupakan keadaan di mana panjang
fokus media refraksi lebih pendek dari sumbu orbita (mudahnya, panjang aksial bola
mata jika diukur dari kornea hingga makula lutea di retina).3,4
Epidemiologi
Miopia memiliki insiden 2,1% di Amerika Serikat dan peringkat ke tujuh yang
menyebabkan kebutaan, serta memiliki predileksi tinggi pada keturunan Cina,
Yahudi, dan Jepang. Angka kejadiannya lebih sering 2 kali lipat pada perempuan
dibanding laki-laki. 2
Menurut “National Eye Institute Study”, miopia merupakan penyebab kelima
tersering yang mengganggu penglihatan dan merupakan penyebab kebutaan ketujuh
di Amerika Serikat, sedangkan di Inggris merupakan penyebab kebutaan tersering .2
Terdapat insidens miopia yang tinggi pada tenaga profesional dan murid
sekolah, kurang lebih sekitar 20-22%.Prevalensi miopia berkurang pada populasi
mulai usia sekitar 45 tahun dengan persentase sekitar 20% pada usia 65 tahun,
prevalensi ini semakin berkurang menjadi sekitar 145 pada usia 70 tahun. 5,6
Beberapa literatur menyebutkan terdapat beberapa faktor resiko yang
berhubungan dengan prevalensi miopia. Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa
prevalensi miopia sedikit lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Prevalensi miopia juga meningkat pada populasi dengan tingkat penghasilan dan
pendidikan yang lebih tinggi. Miopia juga banyak terjadi pada pasien yang membaca
terlalu lama dan pekerjaan dengan penglihatan jarak dekat. 7
Etiologi
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Pertengahan tahun 1900 SM,
para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa mata ( ahli kacamata ) percaya bahwa
miopia terjadi karena faktor herediter. Di antara peneliti-peneliti dan para professional
peduli mata, mereka mengatakan bahwa miopia sekarang telah menjadi sebuah
kombinasi genetik dan faktor lingkungan.
Ada 2 mekanisme dasar yang dipercaya menjadi penyebab myopia yaitu:
1. Hilangnya bentuk mata ( juga diketahui sebagai hilangnya pola mata ), terjadi
ketika kualitas gambar dalam retina berkurang.
2. Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika titik fokus cahaya berada di depan
atau di belakang retina
Myopia terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan
pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka
semakin besar kemungkinan mengalami miopi. Ini karena organ mata sedang
berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan, akibatnya para penderita
miopi umumnya merasa bayangan benda yang dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina
matanya, melainkan didepannya.
Faktor resiko
a. Riwayat keluarga miopia
Genetik berperan dalam variasi biologis pada pertumbuhan bola mata, dengan
faktor resiko;
Jika kedua orang tua miopi prevalensi terjadinya miopi pada anaknya sekitar
20 %
Jika salah satu dari orang tua menderita miopi maka prevalensi anaknya
menderita miopi sekitar 10%.
Jika salah satu orang tua tidak ada menderita miopi, prevalensi miopi pada
anak sekitar 5 %. 8
b. Myopia yang terdeteksi dengan noncycloplegic retinoscopy pada saat bayi
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya miopia pada masa kanak-kanak.
c. Ras/etnis : Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan miopia yang lebih
besar (70% – 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% – 40%). Paling
kecil adalah Afrika (10% – 20%).
d. Perilaku : Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat memperbesar
resiko miopia. Demikian juga kebiasaan membaca dengan penerangan yang
kurang memadai.
e. Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya miopia seperti alergi,
gangguan endokrin, kekurangan makanan, herediter, kerja dekat yang berlebihan
dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan vitamin). Namun
mekanisme pasti dari faktor resiko ini masih belum diketahui secara pasti.
Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar
sejajar yang masuk ke dalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita
miopia tanpa koreksi melihat ke objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan
mencapai retina sehingga bayangan menjadi kabur. Ada dua penyebab yaitu : daya
refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang.
Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah
bayangan jatuh di depan retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab
dari miopia aksial adalah perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat
secara kongenital pada waktu awal kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila
karena peningkatan kurvatura kornea atau lensa, kelainan ini disebut miopia
kurvatura.
Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan :
Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.
Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan
tekanan yang dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat
dari posisi tubuh yang membungkuk.
Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi
yang berlebihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi progresifitas miopia antara lain :
Usia, makin muda usia anak semakin besar pertumbuhan anatomis bola
matanya.
Penyakit pada mata.
Kerja dekat.
Intensitas cahaya.
Posisi tubuh.
Klasifikasi
Miopia dibagi berdasarkan beberapa karakteristik sebagai berikut :
a. Berdasarkan jenis kelainan :
Miopia aksial
Bertambah panjangnya
diameter anteroposterior bola
mata dari normal. Pada orang
dewasa panjang axial bola
mata 22,2-22,6 mm.
Perubahan diameter
anteroposterior bola mata 1
mm akan menimbulkan
perubahan refraksi sebesar 3
dioptri. 2
Miopia kurvatura
Kurvatura dari kornea
bertambah kelengkungannya,
misal pada keratoconus,
kelainan kongenital. Kenaikan
kelengkungan lensa bisa juga
menyebabkan miopia
kurvatura, misal pada stadium
intumesen dari katarak.
Perubahan kelengkungan kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan
refraksi sebesar 6 dioptri. 2
Perubahan indeks bias media refraksi
Peningkatan indeks bias media refraksi terjadi pada penderita diabetes
mellitus. 2
b. Berdasarkan penyebab myopia. 2
Jenis Miopia Karakteristik
Miopia refraktif Miopia yang terjadi akibat bertambahnya indeks bias media
penglihatan, seperti pada katarak.
Miopia aksial Miopia yang terjadi akibat panjangnya sumbu bola mata,
dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
c. Menurut perjalanan penyakitnya, 2 miopia di bagi atas :
Jenis Miopia Karakteristik
Miopia stasioner Miopia yang menetap setelah dewasa.
Miopia progresif Miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
Miopia maligna Keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
d. Berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk mengkoreksinya. 2
Derajat Miopia Karakteristik
Miopia ringan Lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
Miopia sedang Lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
Miopia berat lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita miopia kategori ini
rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut
terbuka.
e. Berdasarkan umur :
Jenis miopia Karakteristik
Juvenile-Onset
Myopia (JOM)
JOM didefinisikan sebagai miopia dengan onset antara 7-16
tahun yang disebabkan terutama oleh karena pertumbuhan
sumbu aksial dari bola mata yang fisiologis.
Esophoria, astigmatisma, prematuritas, riwayat keluarga dan
kerja berlebihan yang menggunakan penglihatan dekat
merupakan faktor-faktor risiko yang dilaporkan oleh berbagai
penelitian. Pada wanita, peningkatan prevalensi miopia terbesar
terjadi pada usia 9-10 tahun, sementara pada laki-laki terjadi
pada usia 11-12 tahun.
Semakin dini onset dari miopia, semakin besar progresi dari
miopianya. Miopia yang mulai terjadi pada usia 16 tahun
biasanya lebih ringan dan lebih jarang ditemukan. Progresi dari
miopia biasanya berhenti pada usia remaja ( ♂pada usia 16
tahun, ♀ pada usia 15 tahun)
Adult-Onset
Myopia (AOM)
AOM dimulai pada usia 20 tahun.
a. Youth-onset myopia miopia yang terjadi pada usia kurang
dari 20 tahun
b. Early adult onset myopia miopia yang terjadi pada usia
20 sampai 40 tahun
c. Late adult onset myopia myopia yang terjadi setelah usia
40 tahun
Kerja mata yang berlebihan pada penglihatan dekat merupakan
faktor risiko dari perkembangan miopia.
f. Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologik yang timbul pada mata
maka miopia dapat dibagi dalam:
Miopia simpleks
Pada miopia simplek biasanya tidak disertai kelainan patologik fundus akan
tetapi dapat disertai kelainan fundus ringan. Kelainan fundus yang ringan ini
dapat berupa kresen miopia (myopiaic crecent) yang ringan yang berkembang
sangat lambat. Biasanya tidak terdapat perubahan organik. Tajam penglihatan
dengan koreksi yang sesui dapat mencapai normal. Berat kelainan refraktif
yang biasanya kurang dari -5D atau -6D. Keadaan ini dapat juga disebut
sebagai miopia fisiologik. 6
Gejala obyektif miopia simpleks:
- Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang
relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
- Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar papil
syaraf optik. 6
Miopia patologik: miopia patologik disebut juga miopia degeneratif, miopia
maligna atau miopia progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur
dan terjadi sejak lahir. Tanda-tanda miopia maligna, adalah adanya
progresifitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan oftalmoskopik.
Pada anak-anak diagnosis ini sudah dapat dibuat jika terdapat peningkatan
beratnya miopia dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refraktif yang
terdapat pada miopia patologik biasanya melebihi -6 D. 6
Gejala obyektif Miopia patologik:
- Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks
- Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-
kelainan pada:
1. Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia. 6
2. Papil saraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
miopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil
dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak
teratur. 6
3. Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula. 6
4. Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer. 6
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih
jelas dan disebut sebagai fundus tigroid. 6
g. Klasifikasi miopia secara klinis adalah :
Simpel miopia: adalah miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata yang
terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalina yang terlalu
tinggi. 6
Nokturnal myopia: adalah miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi
sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang
bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada. Miopia ini dipercaya
penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan
lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi
miopia. 6
Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap
mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot – otot siliar yang
memegang lensa kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan miopia palsu,
karena memang sifat miopia ini hanya sementara sampai kekejangan
akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru – buru
memberikan lensa koreksi. 6
Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological, atau progressive
myopia. Biasanya merupakan miopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya
juga di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Miopia jenis ini
bertambah buruk dari waktu ke waktu. 6
Induced (acquired) myopia: merupakan miopia yang diakibatkan oleh
pemakaian obat – obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis
pada nukleus lensa, dan sebagainya. 6
Patofisiologi Miopia
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada miopia patologi masih belum
diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit
ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan
rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam
pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera
berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu
pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang
menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesis terhadap
elongasi berlebihan pada miopia.1,2,3
a. Menurut tahanan sklera
Mesadermal
Abnormalitas mesodermal sklera secara kualitas maupun kuantitas dapat
mengakibatkan elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre dapat
membuktikan hal ini, dimana pembuangan sebahagian masenkhim sklera dari
perkembangan ayam menyebabkan ektasia daerah ini, karena perubahan
tekanan dinding okular. Dalam keadaan normal sklera posterior merupakan
jaringan terakhir yang berkembang. Keterlambatan pertumbuhan strategis ini
menyebabkan kongenital ektasia pada area ini. Sklera normal terdiri dari pita
luas padat dari bundle serat kolagen, hal ini terintegrasi baik, terjalin bebas,
ukuran bervariasi tergantung pada lokasinya. Bundle serat terkecil terlihat
menuju sklera bagian dalam dan pada zona ora equatorial. Bidang sklera
anterior merupakan area crosectional yang kurang dapat diperluas perunitnya
dari pada bidang lain. Pada test bidang ini ditekan sampai 7,5 g/mm2.
Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas terendah dari stress
ekstensi pada sklera posterior ditemukan 4 x dari pada bidang anterior dan
equator. Pada batas lebih tinggi sklera posterior kirakira 2 x lebih diperluas.
Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan
dengan hilangnya luasnya bundle serat sudut jala yang terlihat pada sklera
posterior. Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada kulit pasien
dengan Ehlers-Danlos yang merupakan penyakit kalogen sistematik yang
berhubungan dengan miopia.1
Ektodermal – Mesodermal
Vogt awalnya memperluasnya konsep bahwa miopia adalah hasil ketidak
harmonisan pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan retina yang
berlebihan dengan bersamaan ketinggian perkembangan baik koroid maupun
sklera menghasilkan peregangan pasif jaringan. Meski alasan Vogt pada
umumnya tidak dapat diterima, telah diteliti ulang dalam hubungannya
dengan miopia bahwa pertumbuhan koroid dan pembentukan sklera dibawah
pengaruh epitel pigmen retina. Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel
pigmen abnormal menginduksi pembentukan koroid dan sklera subnormal.
Hal ini yang mungkin menimbulkan defek ektodermal – mesodermal umum
pada segmen posterior terutama zona oraequatorial atau satu yang terlokalisir
pada daerah tertentu dari pole posterior mata, dimana dapat dilihat pada
miopia patologik (tipe stafiloma posterior).1
b. Meningkatnya suatu kekuatan yang luas
Tekanan intraokular basal
Contoh klasik miopia sekunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat
pada glaucoma juvenil dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar
pada peningkatan pemanjangan sumbu bola mata.1
Susunan peningkatan tekanan
Secara anatomis dan fisiologis sklera memberikan berbagai respon terhadap
induksi deformasi. Secara konstan sklera mengalami perubahan pada stress.
Kedipan kelopak mata yang sederhana dapat meningkatkan tekanan
intraokular 10 mmHg, sama juga seperti konvergensi kuat dan pandangan ke
lateral. Pada valsava manuver dapat meningkatkan tekanan intraokular 60
mmHg.Juga pada penutupan paksa kelopak mata meningkat sampai 70 mmHg
-110 mmHg. Gosokan paksa pada mata merupakan kebiasaan jelek yang
sangat sering diantara mata miopia, sehingga dapat meningkatkan tekanan
intraokular.1
Gambaran Klinik Miopia
Sebahagian kasus-kasus miopia dapat diketahui dengan adanya kelainan pada
jarak pandang. Pada tingkat ringan, kelainan baru dapat diketahui bila penderita telah
diperiksa.
Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita
miopia hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan
penglihatan kabur bila melihat objek jauh.
Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari
miopianya dapat disembuhkan.
Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk
mendapatkan efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.
Penderita miopia biasanya suka membaca, sebab mudah melakukannya tanpa
usaha akomodasi.
Diagnosis Miopia
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan cara refraksi subjektif dan objektif,
setelah diperiksa adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organik.
Cara Subyektif
Cara subyektif ini penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di periksa.
Pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk
memperbaiki tajam penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai tajam
penglihatan terbaik. Alat yang digunakan adalah kartu Snellen, bingkai percobaan dan
sebuah set lensa coba.
Tehnik pemeriksaan :
1. Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter (minimal 5
meter), jika kurang dari 5 meter akan terjadi akomodasi.
2. Pada mata dipasang bingkai percobaan/trial frame dan satu mata ditutup
dengan occlude, didahului dengan mata kanan.
3. Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan diteruskan
sampai huruf terkecil yang masih dapat terbaca.
4. Lensa sferis negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam
penglihatan menjadi lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan
hingga dapat terbaca huruf pada baris terbawah.
5. Sampai terbaca basis 6/6.
6. Jika ditambah lensa sferis masih tidak bisa, kemungkinan pasien mempunyai
astigmatisma. Dilakukan Fogging Test.
7. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.
Cara Obyektif
Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah
atau kurangnya kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat tertentu
yaitu retinoskop. Cara objektif ini dinilai keadaan refraksi mata dengan cara
mengamati gerakan bayangan cahaya dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh
retina. Pada saat pemeriksaan retinoskop tanpa sikloplegik (untuk melumpuhkan
akomodasi), pasien harus menatap jauh. Mata kiri diperiksa dengan mata kiri, mata
kanan dengan mata kanan dan jangan terlalu jauh arahnya dengan poros visual mata.
Jarak pemeriksaan biasanya ½ meter dan dipakai sinar yang sejajar atau sedikit
divergen berkas cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak di pupil
bergerak searah dengan gerakan retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus tambah
sampai tampak hampir diam atau hampir terbalik arahnya. Keadaan ini dikatakan
point of reversal (POR), sebaliknya bila terbalik tambahkan lensa minus sampai diam.
Nilai refraksi sama dengan nilai POR dikurangi dengan ekivalen dioptri untuk jarak
tersebut, misalnya untuk jarak ½ meter dikurangi 2 dioptri.
Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif biasanya dilakukan pada setiap
pasien. Cara ini sering dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak
kooperatif, cukup dengan pemeriksaan objektif. Untuk yang tidak terbiasa,
pemeriksaan subjektif saja pada umumnya bisa dilakukan.
-
Penatalaksanaan Miopia
Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata
difokuskan tepat di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :
Cara optik
1. Kacamata (Lensa Konkaf)
Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa
konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan
menyebar. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila
bola mata terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan
meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan
mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan demikian fokus
bayangan dapat dimundurkan ke arah retina. 1,2,6
2. Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea.
Lensa ini tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang
antara lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah
menghilangkan hampir semua pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea,
penyebabnya adalah air mata mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan
kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari
susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan
penting. 1,2,6
Cara operasi pada kornea
Ada beberapa cara, yaitu :
1. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea
perifer sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar
yang masuk ke mata menjadi lebih dekat ke retina.
2. Laser photorefractive keratektomy (PRK)
Prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada
pusat kornea. Dari kumpulan hasil penelitian menunjukan 48-92% pasien
mencapai visus 6/6 (20/20) setelah dilakukan photorefractive keratectomy. 1-
1.5 dari koreksi tajam penglihatan yang terbaik didapatkan hasil kurang dari
0.4-2.9 % dari pasien. PRK bagus untuk miopi -2 sampai -6 dioptri.
3. Laser in-situ Keratomileusis (LASIK)
Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari
kornea anterior diangkat. Setelah Flap diangkat, jaringan midstroma secara
langsung diablasi dengan tembakan sinar excimer laser , akhirnya kornea
menjadi flat. Sekarang teknik ini digunakan pada kelainan miopi yang lebih
dari - 12 dioptri.9
Kriteria pasien untuk LASIK
Umur lebih dari 20 tahun.
Memiliki refraksi yang stabil,minimal 1 tahun.
Motivasi pasien
Tidak ada kelainan kornea dan ketebalan kornea yang tipis
merupakan kontraindikasi absolut LASIK.
Keuntungan LASIK
- Minimimal atau tidak ada rasa nyeri post operatif
- Kembalinya penglihatan lebih cepat dibanding PRK.
- Tidak ada resiko perforasi saat operassi dan ruptur bola mata
karena trauma setelah operasi,
- Tidak ada gejala sisa kabur karena penyembuhan epitel.
- Baik untuk koreksi miopi yang lebih dari -12 dioptri.
Kekurangan LASIK
- LASIK jauh lebih mahal
- Membutuhkan skill operasi para ahli mata.
- Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti
flap putus saat operasi, dislokasi flap postoperatif, astigmat
irreguler.
Pengontrolan myopia
Kebanyakan anak-anak miopia hanya dengan miopia tingkat rendah hingga
menengah, tapi beberapa akan tumbuh secara progresif menjadi miopia tinggi.
Faktor resiko terjadinya hal tersebut antara lain faktor etnik, refraksi orangtua,
dan tingkat progresi miopia. Pada anak-anak tersebut, intervensi harus
diperhitungkan.
Pengontrolan miopia antara lain dengan:
- Zat Sikloplegik
Berdasarkan laporan penelitian, pemberian harian atropin dan
cyclopentolate mengurangi tingkat progresi miopia pada anak-anak. Meskipun
demikian, hal ini tidak sebanding dengan ketidaknyamanan, toksisitas dan resiko
yang berkaitan dengan sikloplegia kronis. Selain itu, penambahan lensa plus
ukuran tinggi (contoh: 2,50 D) diperlukan untuk melihat dekat karena inaktivasi
otot silier. Meskipun progresi melambat selama terapi, efek jangka panjang tidak
lebih dari 1-2 D.
- Lensa plus untuk melihat dekat
Efektivitas pemakaian lensa bifokus untuk mengontrol miopia pada anak-
anak masih kontroversial, beberapa penelitian tidak menunjukkan reduksi
progresi miopia yang bermakna namun ada juga penelitian yang menemukan
bahwa pemakaian lensa bifokus dapat mengontrol miopia. Ukuran adisi dekat
yang efektif masih diperdebatkan.
- Lensa Kontak Rigid
Lensa kontak Rigid gas-permeable (RGP) dilaporkan efektif memperlambat
tingkat progresi miopia pada anak-anak. Pengontrolan miopia diyakini
disebabkan karena perataan kornea. Selama 3 tahun pemberian lensa kontak,
ruang vitreus masih lanjut memanjang, hingga kontrol miopia dengan RGP tidak
mengurangi resiko berkembangnya sekuele miopia segmen posterior. Bila
pemakaian lensa kontak dihentikan muncul efek rebound seperti curamnya
kembali korenea (resteepening of the cornea)
- Orthokeratology
Adalah fitting terprogram dengan sejumlah seri lensa kontak selama
periode beberapa minggu hingga beberapa bulan, guna meratakan kornea dan
mengurangi miopia. Kebanyakan pengurangan ini terjadi dalam 4-6 bulan.
Namun, perubahan kelainan refraksi menuju keadaan awal terjadi bila pasien
berhenti memakai lensa kontak. Mekanisme pasti pemakaian RGP untuk tujuan
ini masih belum jelas.
- Bila membaca atau melakukan kerja jarak dekat secara intensif, istirahatlah
tiap 30 menit. Selama istirahat, berdirilah dan memandang ke luar jendela.
- Bila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku.
- Pencahayaan yang cukup untuk membaca.
- Batasi waktu bila menonton televisi dan video game. Duduk 5-6 kaki dari
televisi.
- Jenis-jenis intervensi lain seperti pemakaian vitamin, bedah sklera, obat
penurun tekanan bola mata, teknik relaksasi mata, akupunktur. Namun,
efektivitasnya belum teruji dalam penelitian.
Komplikasi
a. Ablasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0D – (- 4,75)D sekitar 1/6662.
Sedangkan pada (- 5) D – (-9,75) D resiko meningkat menjadi 1/1335. Lebih dari (-
10) D resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan faktor resiko pada
miopia rendah tiga kali sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali.
b. Vitreal Liquefaction dan Detachment
Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan
2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-lahan,
namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Hal ini berhubungan
dengan hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat
bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan
vitreus sehingga kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan beresiko
untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada
miopia tinggi terjadi karena luasnya volume yang harus diisi akibat memanjangnya
bola mata.
c. Miopic makulopaty
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah
kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapang pandang
berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa menyebabkan
kurangnya lapangan pandang. Miopia vaskular koroid/degenerasi makular miopik
juga merupakan konsekuensi dari degenerasi makular normal, dan ini disebabkan oleh
pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah sentral retina.
d. Glaukoma
Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia
sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi
dikarenakan stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat
penyambung pada trabekula.
e. Skotoma
Komplikasi timbul pada miopia derajat tinggi. Jika terjadi bercak atrofi retina
maka akan timbul skotoma (sering timbul jika daerah makula terkena dan daerah
penglihatan sentral menghilang). Vitreus yang telah mengalami degenerasi dan
mencair berkumpul di muscae volicantes sehingga menimbulkan bayangan lebar
diretina sangat menggangu pasien dan menimbulkan kegelisahan. Bayangan tersebut
cenderung berkembang secara perlahan dan selama itu pasien tidak pernah
menggunakan indera penglihatannya dengan nyaman sampai akhirnya tidak ada
fungsi penglihatan yang tersisa atau sampai terjadi lesi makula berat atau ablasio
retina
Prognosis Miopia
Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik bila
penderita miopia memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan.
Bila progresif miopia prognosisnya buruk terutama bila di sertai oleh perubahan
koroid dan vitreus, sedangkan pada miopia maligna prognosisnya sangat jelek.2,4,5,6
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, Asbury. Optik dan Refraksi dalam Oftalmologi Umum. Brahm P
(Alih Bahasa). Diana S (Editor Edisi Bahasa Indonesia). Ed. 17. Jakarta: EGC.
2009. Hal: 1-18, 382-398.
2. Myopia. Available at: http://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-vision-
problems/glossary-of-eye-and-vision-conditions/myopia. Accessd: 13th April
2014
3. Sidarta I. Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi Penglihatan Warna dalam
Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Jakarta. 2005.
hal: 64-83.
4. Sidarta I. Pemeriksaan Tajam Penglihatan dalam Dasar-Teknik Pemeriksaan
Dalam Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Jakarta. 2009. Hal: 10-44.
5. Roberts J, Rowland M. Refraction status and motility defects of persons 4-74
years. Vital Health Stat 1978; 206:1-124.
6. David A. OPTOMETRIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINE CARE OF
THE PATIENT WITH MYOPIA. American Optometric Association. August
9, 1997
7. Baldwin WR. A review of statistical studies of relations between myopia and
ethnic, behavioral, and physiological characteristics. Am J Optom Physiol Opt
1981; 58:516-27.
8. Zadnik K, Satariano WA, Mutti DO, et al. The effect of parental history of
myopia on children's eye size. JAMA 1994; 271:1323-7.
9. LASIK (Laser In-Situ Keratomileusis) for Nearsightedness. Available at:
http://www.webmd.com/eye-health/laser-in-situ-keratomileusis-lasik-for-
nearsightedness. Accessed: 13th April 2014