15
MINI REFERAT Managemen Spondylolysthesis Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Saraf Rumah Sakit Daerah Wonosobo Diajukan Kepada Dr.Kurdi, Sp.S Disusun Oleh Sitta Grewo Liandar 20100310017

Mini Referat Stase Saraf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

saraf

Citation preview

Page 1: Mini Referat Stase Saraf

MINI REFERAT

Managemen Spondylolysthesis

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi

Dokter Bagian Ilmu Saraf Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Diajukan Kepada

Dr.Kurdi, Sp.S

Disusun Oleh

Sitta Grewo Liandar

20100310017

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN

PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA BAGIAN

ILMU SARAF

2015

Page 2: Mini Referat Stase Saraf

HALAMAN PENGESAHAN

MINI REFERAT

Managemen Spondilolisthesis

Telah Dipresentasikan Oleh :

SITTA GREWO LIANDAR

20100310017

Tanggal : Desember 2015

Tempat : RSUD SetjonegoroWonosobo

Telah Disetujui Oleh :

Dokter Pembimbing

dr.Kurdi, Sp.S

Page 3: Mini Referat Stase Saraf

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam

mini referat untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan

profesi di bagian Ilmu Saraf:

Management Spondilolisthesis

Penulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih keapada:

1. Dr. Kurdi, Sp.S selaku dokter pembimbing dan dokter spesialis saraf RSUD

Wonosobo.

2. Teman-teman koass serta tenaga kesehatan RSUD Wonosobo yang telah membantu

penulis dalam menyusun tugas ini.

Dalam penyusunan mini referat ini penulis menyadari bahwa masih memiliki banyak

kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan mini

referat di masa yang akan datang. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Wonosobo, Desember 2015

Penulis

Page 4: Mini Referat Stase Saraf

BAB IPENDAHULUAN

Spondylolisthesis menunjukkan suatu pergeseran ke depan satu korpus vertebra bila

dibandingkan dengan vertebra yang terletak dibawahnya. Umumnya diklasifikasikan ke

dalam lima bentuk : kongenital atau displastik, isthmus, degeneratif, traumatik, dan patologis.

Spondylolisthesis mengenai 5-6% populasi pria, dan 2-3% wanita. Kira-kira 82%

kasus isthmic spondylolisthesis terjadi di L5-S1. Spondylolisthesis kongenital (tipe

displastik) terjadi 2 kali lebih sering terjadi pada perempuan dengan permulaan gejala muncul

pada usia remaja.

Etiologi spondylolisthesis adalah multifaktorial. Predisposisi kongenital tampak

pada spondylolisthesis tipe 1 dan tipe 2, dan postur, gravitasi, tekanan rotasional dan

stres/tekanan kosentrasi tinggi pada sumbu tubuh berperan penting dalam terjadinya

pergeseran tersebut.

Gambaran klinis spondylolisthesis sangat bervariasi dan bergantung pada tipe

pergeseran dan usia pasien. Gejala jarang berhubungan dengan derajat pergeseran (slippage),

meskipun sangat berkaitan dengan instabilitas segmental yang terjadi. Pasien dengan

spondylolisthesis degeneratif biasanya pada orang tua dan muncul dengan nyeri tulang

belakang (back pain), radikulopati, klaudikasio neurogenik, atau gabungan beberapa gejala

tersebut.

Diagnosis ditegakkan dengan gambaran klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

radiologis. Nyeri punggung (back pain) pada regio yang terkena merupakan gejala khas. Pada

banyak pasien, lokalisasi nyeri disekitar defek dapat sangat mudah diketahui bila pasien

Page 5: Mini Referat Stase Saraf

diletakkan pada posisi lateral dan meletakkan kaki mereka keatas seperti posisi fetus (fetal

position).

Page 6: Mini Referat Stase Saraf

BAB IIPEMBAHASAN

Sering dokter menggunakan satu pengobatan atau kombinasi beberapa jenis

pengobatan dalam rencana terapi pada pasien, dengan pemberian analgetik untuk

mengontrol nyeri. Hal tersebut bervariasi dari pemberian ibuprofen hingga acetaminofen,

akan tetapi pada beberapa kasus berat, NSAIDs digunakan untuk mengurangi

pembengkakan dan inflamasi yang dapat terjadi. Jadi terapi untuk spondylolisthesis

tingkat rendah masih bersifat konservatif, dengan istirahat/immobilisasi pasien dan

pemberian anti-inflamasi secara bersamaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus,

intervensi bedah mungkin dibutuhkan.

1. Terapi konservatif

Terapi konservatif ditujukan untuk mengurangi gejala dan juga termasuk:

- Modifikasi aktivitas, bedrest selama eksaserbasi akut berat.

- Analgetik (misalnya NSAIDs).

- Latihan dan terapi penguatan dan peregangan.

- Bracing

Angka keberhasilan terapi non-operatif sangat besar, terutama pada pasien

muda. Pada pasien yang lebih tua dengan pergeseran ringan (low grade slip) yang

diakibatkan oleh degenerasi diskus, traksi dapat digunakan dengan beberapa tingkat

keberhasilan. Salah satu tantangan adalah dalam terapi pasien dengan nyeri

punggung hebat dan menunjukkan gambaran radiografi abnormal. Pasien tersebut

mungkin memiliki penyakit degeneratif pada diskus atau bahkan pergeseran ringan

(low grade slip, <25%), dan biasanya nyeri yang terjadi tidak sesuai dengan

pemeriksaan fisik dan gambaran radiografi.

Page 7: Mini Referat Stase Saraf

Nyeri punggung merupakan masalah kesehatan utama dan penyebab

disabilitas yang paling sering. Adalah sangat penting untuk mempertimbangkan

faktor tingkah laku dan psikososial yang berperan terhadap timbulnya disabilitas

pada pasien tersebut.

2. Terapi pembedahan

Terapi pembedahan hanya direkomendasikan bagi pasien yang sangat

simtomatis yang tidak berespon dengan perawatan non-bedah dan dimana gejalanya

menyebabkan suatu disabilitas.

Jika gejala dapat secara langsung diketahui akibat dari defek pada pars

interartikularis, dan kemudian repair secara pembedahan terhadap defek tersebut,

melalui beberapa prosedur pembedahan, akan dapat mengurangi nyeri yang

disebabkan oleh defek tersebut. Tujuan terapi adalah untuk dekompresi elemen

neural dan immobilisasi segmen yang tidak stabil atau segmen kolumna vertebralis.

Umumnya dilakukan dengan eliminasi pergerakan sepanjang permukaan

sendi(facets joints) dan diskus intervertebralis melalui arthrodesis (fusi).

Jika terjadinya subluksasi ringan dan degenerasi diskus yang dapat

diidentifikasi dengan MRI, fusi spinal , biasanya bersaman dengan instrumentasi

spinal merupakan pilihan terapi. Karena pilihan terapi terbaik untuk beberapa pasien

bervariasi diantara beberapa ahli bedah berpengalaman, konsultasi dengan ahli

bedah tersebut merupakan pendekatan terbaik bagi pasien yang simtomatis, sebagai

second opinion.3

Pada pasien dengan spondylolisthesis derajat tinggi (high grade

spondilolysthesis) dengan gejala yang menetap dan dengan deformitas

spinal/vertebra berat, intervensi pembedahan dengan berbagai pendekatan mungkin

Page 8: Mini Referat Stase Saraf

dibutuhkan. Hal tersebut termasuk spinal instrumentation dan fusi. Usaha untuk

meningkatkan alignment spinal/kesejajaran vertebra didasarkan pada beratnya

deformitas spinal pada pasien tersebut dan risiko yang terjadi akibat penggunan

pendekatan pembedahan tersebut.1

Indikasi fusi spinal berbeda antara populasi pediatrik dan populasi dewasa.

Pada pasien yang lebih muda, faktor dibawah ini diketahui berhubungan dengan

meningkatnya progresifitas pergeseran vertebra (slip progression):

- Usia muda (< 15 tahun).

- Listesis grade tinggi (high grade listhesis>50%).

- Jenis kelamin perempuan.

- Tipe displastik.

- Hipermobilitas lumbosacral.

- Ligamentous laxity.

Meskipun demikian banyak pasien muda diterapi dengan immobilisasi atau

modifikasi aktivitas saja, dengan angka keberhasilan yang signifikan. Dengan tidak

adanya tingkat pergeseran yang berat (high grade slip), gejala yang ringan, fusi

biasanya tidak diindikasikan pada populasi tersebut.

Sebelum operasi dipertimbangkan pada pasien dewasa dengan

spondylolisthesis degeneratif, tanda neurologis minimal, atau hanya nyeri punggung

mekanik (mechanical back pain), terapi konservatif harus diberikan pertama sekali,

dan pertimbangan faktor psikososial dan sosial harus dipertimbangkan.

Meskipun demikian banyak pasien muda diterapi dengan immobilisasi atau

modifikasi aktivitas saja, dengan angka keberhasilan yang signifikan. Dengan tidak

adanya tingkat pergeseran yang berat (high grade slip), gejala yang ringan, fusi

biasanya tidak diindikasikan pada populasi tersebut.

Page 9: Mini Referat Stase Saraf

Sebelum operasi dipertimbangkan pada pasien dewasa dengan

spondylolisthesis degeneratif, tanda neurologis minimal, atau hanya nyeri punggung

mekanik (mechanical back pain), terapi konservatif harus diberikan pertama sekali,

dan pertimbangan faktor psikososial dan sosial harus dipertimbangkan.

Indikasi intervensi bedah (fusi) pada pasien dewasa adalah:

1. Tanda neurologis- radikulopaty (yang tidak berespon dengan terapi konsrvatif)

2. klaudikasio neurogenik.

3. Pergeseran berat(high grade slip > 50%)

4. Pergeseran tipe I dan Tipe II, dengan bukti adanya instabilitas, progresifitas

listesis, dan kurang berespon dengan terapi konservatif.

5. Spondylolisthesis traumatik.

6. Spondylolisthesis iatrogenik.

7. Listesis tipe III (degeneratif) dengan instabilitas berat dan nyeri hebat.

8. Deformitas postural dan abnormalitas gaya berjalan(gait abnormality).

I. Fusi

Terdapat berbagai metode untuk mendapatkan fusi intersegmental pada tulang

lumbosacral. Berbagai metode tersebut antara lain:

1. Posterolateral (intratransversus): umumnya arthrodesis bersamaan dengan

penggunaan autograft crista iliaka atau dengan allograft. Instrumentasi spinal

segmental membuat fiksasi kaku pada segmen fusi dan kemungkinan

dilakukannya reduksi segmen dengan listesis tersebut.

2. Lumbar interbody fusion: hal tersebut dapat meningkatkan stabilitas segmen

spinal/vertebra dengan ,menempatkan/meletakkan bone graft untuk kompresi

kolumna anterior dan media dan meningkatkan permukaan fusi tulang secara

keseluruhan.

Page 10: Mini Referat Stase Saraf

3. Repair pars interartikularis: umumnya dengan menggunakan teknik Scott

Wiring technique atau modifikasi Van Darm.

II. Fiksasi

Meskipun pemakaian/penggunaan instrumentasi spinal pada pasien dengan

skeletal immature dipertimbangkan sebagai pilihan terapi bagi beberapa pasien

dengan spondylolisthesis isthmic, banyak ahli bedah vertebra/spinal yakin

bahwa fiksasi kaku tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan fusi solid yang

valid. Untuk spondylolisthesis degeneratif, fiksasi menunjukkan angka

arthrodesis solid yang tinggi.

III. Dekompresi

Biasanya digunakan pada spondylolisthesis traumatik atau degeneratif,

dekompresi elemen neural baik sentral maupun perifer, diatas serabut saraf

diindikasikan. Dekompresi optimal biasanya didapatkan melalui laminectomy

posterior atau facetectomy total dengan dekompresi radikal serabut

saraf(misalnya Gill prosedure).

IV. Reduksi

Beberapa ahli bedah berupaya mengurangi spondylolisthesis untuk

meningkatkan alignment(kesejajaran) sagital dan memperbaiki biomekanik

vertebra/spinal. Hal tersebut memiliki manfaat dalam memperbaiki posisi saat

berdiri dan mengurangi tekanan/kekakuan pada massa fusi posterior sehingga

mengurangi insidensi nonunion dan progresifitas spondylolisthesis.