54
VALIDASI KUESIONER LITTLEARS BERBAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 19-24 BULAN DI JAKARTA Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : M.FAUZAN MAULANA NIM: 1110103000064 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

VALIDASI KUESIONER LITTLEARS BERBAHASA

INDONESIA PADA ANAK USIA 19-24 BULAN

DI JAKARTA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

M.FAUZAN MAULANA

NIM: 1110103000064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf
Page 3: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf
Page 4: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf
Page 5: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat belajar hingga

tepat pada waktunya penulis harus menuliskan laporan penelitian ini. Penulis

menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penelitian ini

tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. DR (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah,

DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan

Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menggali ilmu

di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Fikri Mirza Putranto, SpTHT-KL selaku pembimbing 1 yang telah

memberikan masukan judul penelitian dan banyak mencurahkan waktu,

pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian

dan menyusun laporan penelitian ini.

4. dr. Erike A. Suwarsono, MPd selaku pembimbing 2 yang telah banyak

mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam

melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.

5. dr. Alyya Shidqia, Sp.FK selaku Pembimbing Akademi yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian makalah ini.

6. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab modul Riset

yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penelitian

disetiap pertemuan modul Riset.

7. dr. Mohamad Baharuddin, SpOG, MARS dan Ibu Kiki selaku direktur RS

Budi Kemuliaan dan Perawat RS Budi Kemuliaan yang telah memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan wawancara kepada pasien di RS Budi

Kemuliaan.

Page 6: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

vi

8. Segenap responden penelitian ini yang telah bersedia diwawancarai mengenai

perkembangan pendengaran pada putra-putrinya.

9. Kedua orang tua tercinta, Ayah DRS. H.Maulana Yusuf, MA dan Ibu

Hj.Nurhayinawati,S.Ag Yang tidak kenal lelahnya selalu mensupport dan

mendoakan putranya dalam studi di kampus kedokteran ini

10. Adik tersayang: Nurhasanah Maulana, M. Nu’man Maulana, M.Nur Maulana,

dan M. Zein Maulana. Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah

diberikan.

11. Teman-teman satu kelompok penelitian: Hana Fadhilah, Ilham Ibrahim

Marpid, Manda Pisilia, dan Hafidhu Nalendra. Terimakasih atas kerja sama

yang luar biasa selama melakukan penelitian dan penyusunan laporan.

Semoga kerja sama kita dapat berlanjut hingga batas waktu yang tidak

ditentukan.

12. Erry Juhairiah, Fajri Nugraha, Ainun Naimah, Karlina Sari Sujana, Ummi

Habibah, Fitriyah.Yang sudah mau meluangkan waktunya untuk membantu

mencari responden.

13. Rekan Sejawat kontrakan Rumah Dokter Muslim (RDM) yang selalu

mendukung dan membantu dalam penyelesaian makalah ini.

14. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD, BEM FKIK, BEMJ

Pendidikan Dokter dan teman-teman lain yang penulis kenal namun tidak

sempat tersebutkan.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis

harapkan. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran di Indonesia. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Ciputat, 19 September 2014

Penulis

Page 7: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

vii

ABSTRAK

M. Fauzan Maulana. Program Studi Pendidikan Dokter. Validasi Kuesioner

LittlEARS Berbahasa Indonesia pada Anak usia 19-24 bulan. 2013.

Pendengaran merupakan salah satu proses pertumbuhan yang harus diperhatikan

semua orang tua terhadap anaknya, gangguan pendengaran pada anak akan

menyebabkan gangguan bicara, bahas, dan kognitif. Tujuan penelitian ini untuk

melakukan validasi kuesioner LittlEARS yang diharapkan dapat menjadi alternatif

deteksi dini pendengaran pada anak. Desain yang digunakan cross sectional

dengan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling. Tempat

pengambilan sampel di Jakarta selama Januari - Juli 2013. Pada penelitian ini

didapatkan 26 sampel pada usia anak umur 19-24 bulan. Laki-laki 13 anak,

perempuan 13 anak. Pada uji validitas menggunakan cronbach’s alpha sebesar

0,310 dapat disimpulakan bahwa kuesioner ini valid untuk digunakan pada anak

usia 19-24 bulan di Jakarta.

Kata Kunci : Kuesioner LittlEARS

ABSTRACT

M. Fauzan Maulana. Medical Education Study Program. Validation the

Indonesian Version of the LittlEARS Questionnaire in Children Age 19-24

Months at Jakarta.

Hearing is part of development process that important to monitor by all parents.

Hearing loss in children will cause speech and language disabilities and cognitive

impairment. The aim of this research is to evaluate the validity of the LittlEARS

auditory questionnaire that become the alternative method for early detection of

hearing loss in children. This research design is cross sectional while sampling

method is consecutive sampling. This research takes place in Jakarta during

January-July 2013. This research involves 26 respondents with children age 19-24

months, 13 boys and 13 girls . Test of validity using cronbach’s alpha. The result,

alpha value is 0,310 This conclude that this questionnaire is valid for using in

children age 19-24 months.

Keyword : LittlEARS questionnaire

Page 8: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

viii

DAFTAR SINGKATAN

APGAR : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration

ABR : Auditory Brainstem Response

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

CMV : Cytomegalovirus

EHDI : Early Hearing Detection Infant

NICU : Neonatal Intensive Care Unit

OAE : Otoacoustic Emissions

WHO : World Health Organization

Page 9: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ........................................................... 2

1.3 Hipotesis ............................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 2

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ................................................................... 4

2.1.1 Embriologi Telinga .................................................. 4

2.1.2 Anatomi Telinga ........................................................ 5

2.1.3 Tumbuh Kembang Anak ............................................. 8

2.1.4 Gangguan Pendengaran di Indonesia .......................... 11

2.1.5 Early Hearing Detection Infant (EHDI) ..................... 12

2.1.6 Kuesioner LittlEARS ................................................... 14

2.2 Kerangka Konsep ............................................................... 15

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ................................................................... 17

3.2 Waktu Penelitian ................................................................ 17

3.3 Tempat Penelitian ................................................................. 17

3.4 Populasi Penelitian ............................................................. 17

3.4.1 Populasi Terjangkau ................................................... 17

3.4.2 Populasi Target ............................................................ 17

3.5 Sampel Penelitian dan cara Pemilihan Sampel .................. 17

3.6 Besar Sampel ..................................................................... 18

3.7 Variabel Penelitian ............................................................. 18

Page 10: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

x

3.8 Kriteria Inklusi dan Eklusi ................................................. 18

3.9 Analisis Statistik ................................................................... 19

3.10 Cara Kerja ........................................................................ 19

3.11 Definisi Operasional ........................................................... 20

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Deskriptif ..................................................................... 21

4.1.1 Karakteristik Responden ............................................... 21

4.2 Statistik Analitik ................................................................... 21

4.2.1 Sebaran Skor Pendengaran ........................................... 21

4.3 Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 22

BAB 5. DISKUSI HASIL

5.1 Karakteristik Responden ...................................................... 24

5.2 Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 26

5.3 Keterbatasan Penelitian ......................................................... 30

BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan ................................................................................. 31

6.2 Saran ......................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 32

LAMPIRAN ............................................................................................. 34

Page 11: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perkembangan mental gerakan-gerakan kasar & halus,

emosi, perilaku dan bicara ..................................................... 9

Tabel 2.2. Tahap perkembangan bicara .................................................. 10

Tabel 2.3. Perkembangan bicara dan pendengaran normal..................... 11

Tabel 2.4. Perkiraan adanya gangguan pendengaran

pada anak dan bayi ................................................................. 12

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian ............................................. 20

Tabel 4.1. Karakteristik Responden ........................................................ 21

Tabel 4.2. Statistik Reliabilitas Cronbach’s alpha ................................. 22

Tabel 4.3. Nilai Validitas dengan pearson dan Corrected

item-total correlation ............................................................. 23

Page 12: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Telinga ................................................................. 5

Gambar 2.2. Anatomi Telinga Dalam ..................................................... 8

Gambar 2.3. Kerangka Konsep ............................................................... 15

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian..................................................... 19

Gambar 4.1. Grafik Sebaran skor kuesioner .......................................... 22

Page 13: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Telinga mempunyai peran yang besar dalam kehidupan sehari-hari kita,

karena mendengar dapat menyerap 20% informasi, lebih besar dibandingkan

dengan membaca yang hanya menyerap 10% informasi. Bagi ibu yang baru

melahirkan mengetahui proses pendengaran pada masa bayi sangat penting,

karena gangguan pendengaran dapat berakibat kepada proses bicara anak. Ada

pula banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada

bayi, diantaranya: faktor tingginya kadar bilirubin (jaundice), obat-obatan yang

berbahaya pada pendengaran anak, APGAR score yang rendah, Meningitis, Bayi

lahir prematur, dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Penyakit virus ketika

kehamilan, seperti Rubella atau Cytomegalovirus (CMV) dapat menyebabkan

gangguan dengar. 1,2

Berdasarkan survei yang telah dilakukan Departemen THT FKUI pada

tahun 2009 di 6 Rumah Sakit di Jakarta dan sekitarnya, angka kejadian gangguan

pendengaran pada bayi baru lahir antara 1-2 bayi per 1000 kelahiran .3

Untuk mendeteksi awal gangguan pendengaran bayi, dianjurkan bagi orang tua

untuk memeriksakan pendengaran bayinya sebelum dipulangkan ke rumah.

Program skrining pendengaran ini direncanakan untuk mendeteksi pendengaran

bayi sedini mungkin. The Joint Committee on Infant Hearing tahun 2007

merekomendasikan skrining pendengaran dilakukan sebelum usia 3 bulan dan

intervensi telah diberikan sebelum usia 6 bulan.

Beberapa komisi Nasional yaitu The National Institutes of Health, The

American Academy of Otolaryngology, dan The America Academy of Pediatrics

merekomendasikan identifikasi gangguan pendengaran pada bayi sesegera

mungkin pada 6 bulan pertama agar dapat diberikan terapi.4

Dua metode yang berbeda untuk mendeteksi pendengaran adalah Auditory

Brainstem Response (ABR) dan Otoacoustic Emissions (OAE). Namun

pemeriksaan dengan ABR dan OAE masih banyak memiki kekurangan, karena

tidak semua rumah sakit memiliki alat untuk menggunakan pemeriksaan tersebut.

Page 14: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

2

Dilihat dari sisi finansialnya, harga untuk melakukan pemeriksaan tersebut cukup

mahal. Oleh karena itu di Indonesia masih sedikit rumah sakit atau orang tua yang

melakukan skrining pendengaran pada anak dengan menggunakan alat tersebut. 2

Kuesioner LittlEARS merupakan suatu instrumen untuk menilai proses

perkembangan pendengaran pada anak hingga usia 2 tahun, bertujuan sebagai

alternatif untuk deteksi gangguan pendengaran. Disamping penggunaan kuesioner

ini memerlukan biaya yang minimal, dapat dilakukan disemua kalangan, dan

kuesioner ini mudah dimengerti. Kuesioner ini sudah diterjemahkan kedalam 21

bahasa dengan nilai validitas yang baik. Sedangkan untuk bahasa Indonesia

sendiri belum ada yang menerjemahkan dan meneliti nilai validitas kuesioner ini.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk meneliti validitas kuesioner

littlEARS dalam bahasa Indonesia.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Apakah kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia valid untuk digunakan

pada anak usia 19-24 bulan di Jakarta?

1.3 Hipotesis

Kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia valid untuk digunakan pada

anak usia 19-24 bulan di Jakarta

1.4 Tujuan Penelitan

Untuk mengetahui validitas kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia pada

anak usia 19-24 bulan di Jakarta

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Penelti

Menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dokter

di FKIK Syarif Hidayatullah Jakarta

Menjadi salah satu bentuk perwujudan peneliti dalam

melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi

Memberikan pengetahuan pada peneliti tentang validitas kuesioner

LittlEARS berbahasa Indonesia pada bayi usia 19-24 bulan di

Jakarta

Page 15: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

3

1.5.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Menambah referensi penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta di bidang kedokteran

Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lanjutan dengan tema

serupa di masa depan

1.5.3 Bagi dunia kedokteran

Menjadi dasar untuk diaplikasikannya kuesioner LittlEARS di

Indonesia untuk deteksi dini pendengaran pada bayi

Page 16: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LANDASAN TEORI

2.1.1 EMBRIOLOGI TELINGA

Embriogenesis adalah proses pembentukan organ dari tahap embrio

sampai menjadi organ yang dapat berfungsi. Pada orang dewasa, telinga

membentuk suatu unit anatomis yang memiliki fungsi pendengaran dan

keseimbangan. Namun pada mudigah, telinga terbentuk dari tiga bagian yang

berbeda : (a) Telinga luar, Organ pengumpul suara; (b) Telinga tengah, suatu

penghantar suara dari telinga luar kedalam; dan (c) Telinga dalam yang mengubah

suara menjadi impuls saraf dan mendeteksi perubahan keseimbangan 5,6

Telinga dalam seluruhnya berasal dari plakoda otika. Liang telinga berasal

dari celah brankial pertama ektoderm. Membran timpani mewakili membran

penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga

akhirnya akan tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tepi

kemudian terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan

suatu faktor penyebab dari beberapa kasus atresia. Pinna berasal dari pinggir-

pinggir celah brankial pertama dari arkus brankialis pertama dan kedua. Aurikula

dipersyarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf

aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus

servikalis 2

Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm.

Rongga berisi udara ini meluas kedalam pleksus tubotimpanikus yang selanjutnya

meluas disekitar tulang-tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang

lebih ke daerah mastoid. Osikula berasal dari rawan arkus brankialis. Plakoda

otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda ini

kemudian tenggelam dan membentuk suatu lengkukan otika dan akhirnya

terkubur dibawah permukaan sebagai vesikel otika.2

Page 17: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

5

2.1.2 ANATOMI TELINGA

Telinga terdiri dari tiga bagian : Telinga Luar, Tengah, dan Dalam. Bagian

luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam

yang berisi cairan, dimana energi suara mengalami penguatan dalam proses ini.

Telinga dalam berisi dua sistem sensorik berbeda: Koklea, yang mengandung

reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf sehingga kita

dapat mendengar; dan Aparatus Vestibularis, yang penting bagi sensasi

keseimbangan. 7

Telinga luar atau pinna (aurikula = daun telinga) merupakan gabungan dari

tulang rawan yang diliputi kulit. Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian

lateral namun bertulang disebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang

telinga pada perbatasan tulang rawan ini. 2

Gambar 2.1 Anatomi Telinga 7

a. Membran Timpani

Membran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk

kerucut dengan puncaknya, Umbo, mengarah ke medial. Membran timpani

umumnya bulat. Membran timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis dibagian

luar, lapisan fibrosa dibagian tengah dimana tungkai maleus dilekatkan, dan

lapisan mukosa dibagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat diatas prosesus

lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membran timpani yang disebut

Membran Shrapnell menjadi lemas (flaksid). 7

Page 18: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

6

b. Telinga Luar

Telinga luar mengumpulkan gelombang bunyi ke Meatus Auditorius

Eksternus. Dari meatus, Kanalis auditorius eksternus berjalan kedalam menuju

membran timpani (gendang telinga) 7,8

Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga), meatus auditorius eksternus

(saluran telinga) dan membran timpani (gendang telinga). Pinna, lipatan menonjol

tulang rawan berlapis kulit mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya

ke saluran telinga luar. Pintu masuk saluran telinga dijaga oleh rambut-rambut

halus. Kulit yang melapisi saluran mengandung kelenjar keringat modifikasi yang

menghasilkan serumen (kotoran kuping), suatu sekresi lengket yang menjebak

pertikel-partikel kecil asing. Baik rambut-rambut halus maupun serumen

membantu mencegah partikel di udara mencapai bagisan dalam saluran telinga,

tempat partikel dapat menumpuk atau mencederai membran timpani dan

gangguan pendengaran. Membran Timpani yang membentang merintangi pintu

masuk ke telinga tengah, bergetar ketika terkena gelombang suara. Daerah-daerah

bertekanan tinggi dan rendah yang berselang-seling dan ditimbulkan oleh

gelombang suara menyebabkan gendang telinga yang sangat peka melekuk ke

dalam dan keluar seiring dengan frekuensi gelombang suara. 8

c. Telinga Tengah

Telinga tengah adalah rongga berisi udara di dalam tulang temporalis yang

terbuka melalui tuba auditorius ke nasofaring dan melalui nasofaring ke luar.

Tuba biasanya tertutup, tetapi selama mengunyah, menelan, dan menguap saluran

ini terbuka, sehingga tekanan udara dikedua sisi gendang telinga seimbang. 7

Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan

telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya tiga tulang pendengaran

atau osikulus (maleus, inkus, dan stapes) yang dapat bergerak dan membentang

ditelinga tengah. Tulang pertama, maleus, melekat ke membran timpani ,dan

tulang terakhir stapes, melekat ke jendela oval/ oval window, pintu masuk ke

dalam koklea yang berisi cairan. Sewaktu membran timpani bergetar sebagai

respon terhadap gelombang suara, rangkaian tulang-tulang tersebut ikut bergerak

dengan frekuensi yang sama, memindahkan frekuensi getar ini dari membran

Page 19: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

7

timpani ke jendela oval. Tekanan yang terjadi di jendela oval yang ditimbulkan

oleh setiap getaran akan menimbulkan gerakan cairan telinga dalam mirip

gelombang dengan frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal, tapi harus

membutuhkan getaran yang besar supaya dapat mengetarkan cairan.7

Sistem osikulus memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh gelombang

suara diudara melalui dua mekanisme agar cairan dikoklea bergetar. Pertama,

karena luas membran timpani jauh lebih besar dari pada luas jendea oval maka

terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang bekerja pada membran timpani

disalurkan oleh osikulus ke jendela oval. Kedua, efek tuas osikulus juga

menimbulkan penguatan. Bersama-sama kedua mekanisme ini meningkatkan gaya

yang bekeja pada jendela oval sebesar 20 kali. Penambahan tekanan ini sudah

cukup untuk menggetarkan cairan di koklea.7

Beberapa otot halus ditelinga tengah berkontraksi secara reflex sebagai

respon terhadap suara keras (lebih dari 70 dB), menyebabkan membran timpani

mengencang dan membatasi gerakan rangkaian osikulus. 7

d. Telinga Dalam 7,8

Bagian koklea labirin adalah saluran melingkar pada manusia panjangnya

35 mm dan membentuk 2 ¾ kali putaran. Koklea yang seukuran kacang polong

dan berbentuk mirip rumah siput ini adalah bagian telinga dalam yang

“mendengar” dan merupakan sistem tubulus yang bergulung yang terletak jauh di

dalam tulang temporal. koklea terdiri dari tiga tuba melingkar yang saling

bersisian :

1) Skala Vestibuli ( kompartemen atas)

2) Skala Media ( Duktus Koklearis buntu, yang membentuk kompertamen

tengah ) ,

3) Skala Timpani (kompartemen bawah)

Skala vestibuli dan skala media dipisahkan satu sama lain oleh Membran

Reissner (disebut juga membran vestibular). Skala timpani dan skala media

dipisahkan satu sama lain oleh Membran Basilar. Membran basilaris sangat

penting karena mengandung Organ Corti, yaitu organ indra untuk pendengaran.7,8

Page 20: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

8

Cairan yang berada didalam skala media disebut Endolimfe, skala

vestibuli dan skala timpani cairan yang terkandung didalamnya adalah Perilimfe.

Pada daerah luar ujung skala media tempat cairan skala vestibular dan skala

timpani bertemu disebut Helikotrema.

Organ corti, terletak diatas membran basilaris diseluruh panjangnya,

mengandung sel rambut yang merupakan reseptor suara. Sebanyak 16.000 sel

rambut didalam masing-masing koklea tersusun menjadi empat baris sejajar di

seluruh panjang membran basilaris, satu baris sel rambut dalam dan tiga baris sel

rambut luar. Dari permukaan masing-masing sel rambut menonjol sekitar 100

rambut yang dikenal sebagai stereosilia, yaitu mikrovilus yang dibuat kaku oleh

adanya aktin. Sterosilia ini berkontak dengan membran tektorium, suatu tonjolan

mirip tenda yang menutupi organ corti diseluruh panjangnya 7

Gambar 2.2 Anatomi telinga dalam 7

2.1.3 Tumbuh Kembang Anak

Perkembangan anak sebenarnya merupakan kesatuan utuh yang bertujuan

untuk mengantarkan anak menjadi manusia dewasa dengan fungsi optimal.

Perkembangan anak dibagi dalam beberapa domain yaitu : motorik kasar, motorik

halus, bicara dan bahasa, kognitif atau intelegensi, perilaku, sosial - personal,

pendengaran dan pengelihatan. 9

Page 21: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

9

Tabel 2.1. Perkembangan Mental Gerakan - Gerakan Kasar & Halus, Emosi,

Perilaku dan Bicara. 6

Usia Tumbuh Kembang

Dari lahir sampai 3 bulan Belajar mengangkat kepala

Belajar mengikuti objek dengan matanya

Melihat kemuka orang dengan tersenyum

Bereaksi terhadap suara/bunyi

Mengenal ibunya dengan pengelihatan, penciuman,

pendengaran dan kontak

Menahan barang yang dipegangya

Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

Dari 3 samapi 6 bulan Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan

menompang tangan

Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dari

jangkauannya

Menaruh benda-benda dalam mulutya

Berusaha memperluas lapang pandang

Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak main

Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang

Dari 6 sampai 9 bulan Dapat duduk tanpa dibantu

Dapat tengkurep dan berbalik sendiri

Dapat merangkak meraih benda-benda atau mendekati

seseorang

Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang

lainnya

Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk

Bergembira dengan melempar benda-benda

Mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti

Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada

orang asing

Mulai berpartisipasi dalam bermain tepuk tangan dan

sembunyi- sembunyian

Dari 9 sampai 12 bulan Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu

Dapat berjalan tanpa dituntun

Menirukan suara

Mengulangi bunyi yang didengarnya

Belajar menyatakan satu dan dua kata

Mengerti perintah sederhana atau larangan

Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi

sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan

benda-bend ke dalam mulutnya

Berpartisipasi dalam permainan

Dari 12 sampai 18 bulan Berjalan dan mengeksprolasi rumah dan sekelilig rumah

Menyusun 2 atau 3 kotak

Dapat mengatakan 5-10 kata

Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing

Dari 18 sampai 24 bulan Naik turun tangga

Menyusun 6 kotak

Menunjuk mata dan hidungnya

Menyusun dua kata

Page 22: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

10

Belajar makan sendiri

Menggambar garis di kertas atau di pasir

Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air

kecil

Menaru minat dengan apa yang dikerjakan oleh orang-orang

yang lebih besar

Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main

dengan mereka

Perkembangan auditorik pada manusia sangat erat hubungan dengan

perkembangan otak. Neuron dibagian korteks mengalami proses pematangan

dalam waktu 3 tahun pertama kehidupan, dan masa 12 bulan pertama kehidupan

terjadi perkembangan otak yang sangat cepat. Perkembangan bicara erat kaitanya

dengan tahap perkembangan mendengar, oleh karenanya dengan memahami tahap

perkembangan bicara dapat diperkirakan adanya gangguan pendengaran. 9

Tabel 2.2. Tahap Perkembangan Bicara

Usia Kemampuan

Neonatus Menangis (reflex vocalization)

Mengeluarkan suara mendengkur seperti suara burung

(cooing)

Suara seperti berkumur (gurgles)

2-3 bulan Tertawa dan mengoceh tanpa arti (babbling)

4-6 bulan Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi hurup hidup

(vowel) dan hurup mati (konsonan)

Suara yang berupa ocehan yang bermakna, seperti

“pa..pa,da..da”

7-11 bulan Dapat menggabugkan kata suku kata yang tidak mengandung

arti, terdengar seperti bahasa asing

Usia 10 bulan mampu meniru suara sendiri

Memahami arti “tidak” , mengucapkan salam

Mulai memberikan perhatian terhadap nyanyian atau musik

12-18 bulan Mampu menggabungkan kata atau kalimat pendek

Mulai mengucapkan kata pertama yang mempunyai arti

Usia 12-14 bulan mengerti instruksi sederhana, menunjukkan

bagian tubuh dan nama mainannya

Usia 18 bulan mampu mengucapkan 6-10 kata

Pusat bicara pada anak dengan tangan kanan dan 2/3 anak dengan tangan

kiri terletak pada hemisfer otak kiri. Maturasi sinaps perkembangan bicara reseptif

di area wernicke terjadi pada usia 15-24 bulan. Seharusnya seorang anak diatas 2

tahun sudah dapat bicara dengan baik. Adanya gangguan perkembangan hemisfer

otak kiri pada anak usia dibawah 2 tahun akan menyebabkan keterlambatan

bicara. 9

Page 23: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

11

Perkembangan bicara normal melalui beberapa tahapan yaitu cooing,

babbling, echolalia, jargon, kata dan kombinasi kata. Dan pembentukan kalimat

(tabel 2.3). Dengan mengetahui pola perkembangan bicara reseptif (bicara

seseorang) dan ekspresif (mengucapkan kata-kata), diharapkan keterlambatan

bicara dapat dideteksi dengan cepat.

Tabel 2.3 Perkembangan Bicara dan Pendengaran Normal. 9

Usia Pendengaran dan Pengertian Bicara

4 – 6 bulan Mata bergerak ke arah suara

Respon terhadap suara

Perhatian terhadap mainan yang

mengeluarkan bunyi

Perhatian terhadap musik

Babbling dengan

berbagai huruf awal

“b” “p” “m”

Suara kegembiraan

atau sedih

suara saat sendiri atau

bermain

7 bulan - 1 tahun Mengerti permainan “cilukba”

Menoleh dan melihat kearah

suara

Mendengar saat orang berbicara

Mengerti beberapa kata : sepatu,

gelas

Respon terhadap permintaan

sederhana “kesini” “mau lagi”

Babbling dengan kata

panjang dan pendek

seperti “tata” “bibibi”

Menggunakan kata

atau suara untuk

mendapatkan

perhatian

Mengucapkan 1-2 kata

1 - 2 tahun Menunjuk anggota tubuh

Mengikuti perintah dan

permintaan yang mudah

Mendengar cerita sederhana,

lagu dan irama

Menunjuk gambar sesuai

dengan namanya

Kata-kata bertambah

tiap bulan

Menggunakan 1-2

kata Tanya

Mengucapkan 2 kata

bersamaan

Mengucapkan 10 kata

saat usia 19 bulan

2-3 tahun Mengerti perbedaan dengan arti

Mengikuti 2 tahap perintah

“ambil buku itu dan letakkan

dimeja”

Mempunyai kata

untuk semua benda

Berbicara dengan 2-3

kata dalam kalimat

2.1.4 Gangguan Pendengaran di Indonesia

Di Indonesia sampai saat ini belum ada data, karena belum dilakukan

program skrining pendengaran. Data menurut survei Kesehatan Indra

Pendengaran di 7 provinsi tahun 1994-1996 didapatkan prevalensi gangguan

pendengaran dan ketulian di Indonesia adalah 16,8% dan 0,4%. Menurut WHO

tahun 2007, prevalensi gangguan pendengaran pada populasi penduduk Indonesia

diperkirakan sebesar 4,2%, sehingga berdasarkan data tahun 2002 bila jumlah

Page 24: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

12

penduduk Indonesia sebesar 221.900.00 maka 9.319.800 penduduk Indonesia

diperkirakaan menderita gangguan pendengaran. 10

Terdapat tiga klasifikasi gangguan pendengaran, yaitu tuli konduktif, tuli

sensorineural, dan tuli campuran. Sebagian besar kejadian gangguan pendengaran

merupakan tuli sensorineural yaitu sebanyak 90%. Gangguan pendengaran dapat

disebabkan karena faktor genetik dan faktor didapat, antara lain masalah perinatal

seperti prematuritas, hipoksia berat, dan hiperbilirubinemia.

Gangguan pendengaran pada masa bayi akan menyebabkan gangguan bicara,

berbahasa, kognitif, masalah sosial, dan emosional. Identifikasi gangguan

pendengaran secara dini dan intervasi yang sesuai sebelum usia 6 bulan terbukti

dalam mencegah segala konsekuensi tersebut. The Joint Committee on Infant

Hearing tahun 2007 merekomendasikan skrining pendengaran dilakukan sebelum

usia 3 bulan dan intervensi telah diberikan sebelum usia 6 bulan.9,11

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua terhadap

kemungkinan adanya gangguan pendengaran pada bayi dan anak 9

Tabel. 2.4. Perkiraan Adanya Gangguan Pendengaran Pada Anak dan Bayi

Usia Kemampuan bicara

12 bulan Belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru bunyi

18 bulan Tidak dapat menyebut satu kata yang mempunyai arti

24 bulan Perbendaharaan kata yang kurang dari 10 kata

30 bulan Belum dapat merangkai 2 kata

2.1.5 Early Hearing Detection Infant (EHDI) 1

Terdapat 2 metode berbeda dalam mendeteksi pendengaran secara dini pada anak

a. Otoacoustic Emissions (OAE)

b. Auditory Brainstem Response (ABR)

a. Otoacoustic Emissions (OAE)

Prinsip pengunaan OAE ini dengan memasang probe (sumbat) dari bahan

pons berisi mikrofon mini ke dalam liang telinga untuk memberikan stimulus

akustik dan untuk menerima emisi yang dihasilkan oleh koklea tersebut. Sistem

kerja OAE yaitu, gerakan sel rambut luar koklea yang sangat kecil, memproduksi

energi mekanik yang diubah menjadi energi akustik sebagai respon terhadap

Page 25: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

13

getaran dari organ ditelinga tengah. Bila terdapat gangguan pada saat suara

dihantarkan dari luar telinga seperti serumen/ debris, gangguan pada telinga

tengah seperti otitis media, maka stimulus akustik yang sampai ke koklea akan

terganggu dan akibatnya emisi yang dibangkitkan oleh koklea juga akan

berkurang.

Sebelum melakukan pemeriksaan OAE perlu dilakukan timpanometri,

dengan tujuan mengetahui keadaan kavum timpani, misalnya ada cairan ditelinga

tengah, gangguan rangkaian tulang pendengaran, kekakuan membran timpani, dan

membran timpani yang sangat lentur. Karena keadaan semua itu dapat

mengahasilkan pemeriksaan OAE positif palsu.

Kelebihan dan kekurangan Tes Otoacoustic Emissions (OAE) :

Tidak membutuhkan tenaga terlatih untuk menjalankan alat

maupun mengiterpretasikan hasil

Lebih cepat dan lebih nyaman

Lebih murah

Penilaian klinik telinga perifer/ jalur preneural

Sensitivitas OAE sebesar 98-100% dan spesifitas 94%

b. Auditory Brainstem Response (ABR)

Auditory Brainstem Response merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai

fungsi nervus VIII dan jalur pendengaran di batang otak. Prinsip pemeriksaan

ABR ini adalah menilai perubahan potensial listrik diotak setelah pemberian

rangsangan sensoris berupa bunyi. Rangsangan bunyi yang diberikan melalui

head phone atau insert probe akan menempuh perjalanan melalui koklea

(gelombang I), nukleus koklearis (gelombang II), nukleus olivarius superior

(gelombang III) lemnikulus lateralis (gelombang IV), kolikulus inferior

(gelombang V) kemudian menuju korteks auditorius dilobus temporalis otak,

yang penting dicatat adalah gelombang I,III,V.

Cara pemeriksaan ABR dengan merekam potensial listrik yang

dikeluarkan sel koklea selama menempuh perjalanan melalui telinga dalam hingga

nukleus tertentu di batang otak. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan

elektroda permukaan yang dilekatkan pada kulit kepala atau dahi dan prosesus

mastoid atau lobus telinga.

Page 26: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

14

Kelebihan dan kekurangan Auditory Brainstem Response (ABR):

ABR membutuhkan waktu yang lebih lama

Membutuhkan tenaga terlatih dalam mengoprasikan alat maupun

mengiterpretasi hasil

ABR tidak dipengaruhi oleh debris diliang telinga luar dan tengah

Bayi harus dalam keadaan tenang atau tidur.

Harganya Mahal

Dapat mendeteksi adanya tuli konduktif dan tuli sensorineural

Sensitivitas ABR dilaporkan sebesar 100% dan spesifitas 97-98%.

2.1.6 Kuesioner LittlEARS

Kuesioner LittlEARS merupakan kuesioner pendengaran yang didesain

untuk menilai perkembangan pendengaran anak yang menggunakan koklea

implant atau menggunakan alat bantu dengar. Kuesioner ini merupakan bagian

dari Evaluation of Auditory Responses to Speech (EARS) Family yang terdiri dari

3 kuesioner turunan yaitu LittlEARS (digunakan untuk anak usia dibawah 2 th);

EARS ( untuk anak diusia lebih dari 2th); TeenEARS ( untuk remaja). 12

EARS family disusun oleh Medical Electronic (MED-EL) pada tahun 1995

dengan tujuan menyediakan tes untuk menilai persepsi pendengaran anak-anak

disemua usia bagi audiologis, ahli terapi wicara dan bahasa, guru dengan murid

tuna rungu dan profesi bidang rehabilitasi. Kuesioner littlEARS pada awalnya

dibuat dalam bahasa jerman dan telah diterjemahkan kedalam berbagai macam

bahasa. 12

Kuesioner LittlEARS terdiri dari 35 pertanyaan tipe “ya” atau “tidak”, yg

di desain untuk menilai proses pendengaran pada anak usia 0-24 bulan. Setiap

butir pertanyaan disertai contoh agar pertanyaan lebih akurat dan mudah dipahami

oleh responden. Tiap responden menjawab "ya" jika responden mengamati

perilaku anaknya paling sedikit 1 kali. Dan responden akan menjawab ""tidak"

jika responden sama sekali tidak pernah mengamati atau ragu dengan jawabanya.

Untuk menginterpretasikan hasil skor total dibandingkan dengan nilai kritikal

minimum dan nilai yg diharapkan. Skor rata2 dari tiap bulan usia diperkirakan

berdasarakan hasil yang didapatkan pada kelompok usia pada proses validasi. 13,14

Page 27: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

15

2.2. Kerangka Konsep

Gambar 2.3. Kerangka konsep

Pendengaran pada anak merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan oleh

seluruh orang tua. Ketika seorang anak mengalami gangguan pendengaran pada

masa bayi akan menyebabkan masalah pada tumbuh kembang anak tersebut, maka

anak tersebut dapat mengalami gangguan bicara, berbahasa, kognitif, masalah

sosial, dan emosional. Faktor resiko yang dapat menyebabkan bayi mengalami

gangguan pendengaran bisa berasal dari beberapa aspek, misalnya dilihat dari

aspek anaknya sendiri, dilihat dari usia anak tersebut dan apakah ada pola asuh

yang kurang dari orang tuanya sendri, dan kita juga bisa melihat dari aspek orang

tua, misalnya pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan orang tua dan tingkat

seberapa kepedulian orang tua terhadap tumbuh kembang sang anak.

Di Indonesia deteksi pendengaran secara dini untuk bayi dapat dilakukan

dengan OAE atau ABR, akan tetapi pemeriksaan ini hanya dapat diperiksa bagi

bayi yang memiliki faktor resiko atau bayi yang masuk NICU. Pemeriksaan atau

deteksi pendengaran ini masih banyak memiliki kekurangan, misalnya terdapatnya

Page 28: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

16

keterbatasan alat yang dimiliki karena tidak semua rumah sakit memiliki alat

tersebut dan harga untuk melakukan pemeriksaan deteksi ini cukup mahal. Maka

alhasil terjadinya peningkatan gangguan pendengaran anak yang tidak

mendapatkan deteksi dari awal dan ini akan berpengaruh terhadap proses

pendidikan anak yang mengalami gangguan pendengaran. Maka dari LittlEARS

sebagai alternatif untuk mendeteksi gangguan pendengaran sejak dini dengan

menggunakan kuesioner, diharapkan dengan menggunakan alternatif ini bisa

menjadi pengganti pemeriksaan pendengaran yang lain dapat mengurangi angka

gangguan pendengaran pada anak.

Page 29: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

17

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian uji validitas dengan desain cross

sectional untuk mengetahui validitas kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia

pada anak usia 19-24 bulan di Jakarta

3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai Januari – Agustus 2013

3.3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS. Budi Kemuliaan dan Ciputat

3.4. Populasi Penelitian

3.4.1. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah anak dengan usia 19-24 bulan

dengan pendengaran yang normal

3.4.2. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah anak dengan usia 19-24 bulan di

Jakarta

3.5. Sampel Penelitian dan Cara Pemilihan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak usia 19-24 bulan

dengan metode pemilihan sampel yaitu consecutive sampling.

Sampel adalah Anak yang berusia 19-24 bulan.

Responden adalah Orang tua anak yang mengisi kuesioner.

Page 30: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

18

3.6. Besar Sampel

3.6.1. Perhitungan Besar Sampel

N = {𝒁𝜶+𝒁𝜷

𝟎,𝟓𝒍𝒏[(𝟏+𝒓)/(𝟏−𝒓)]}𝟐

+ 𝟑

Keterangan :

Zα : derivat baku alfa

Zβ : derivat baku beta

r : korelasi

N = {𝟏,𝟔𝟒+𝟏,𝟐𝟖

𝟎,𝟓𝒍𝒏[(𝟏+𝟎,𝟗𝟏)/(𝟏−𝟎,𝟗𝟏)]}𝟐

+ 𝟑

=7

3.6.2. Sampel yang diambil

Berdasarkan perhitungan rumus diatas, maka besar sampel minimal

untuk melakukan validasi sebanyak 30 responden.

3.7. Variabel Penelitian

3.7.1. Variabel terikat

Usia Anak 19-24 bulan

3.7.2. Variabel bebas

Total Skor Kuesioner

3.8. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.8.1. Faktor Inklusi

- Anak usia 19-24 bulan

- Anak yang tidak memiliki faktor resiko ganguan pendengaran

3.8.2. Faktor Eksklusi

- Anak dengan gangguan dengar sejak lahir

- Anak dengan riwayat kuning

- Anak dengan riwayat kejang

- Infeksi saat hamil

- Orang tua yang tidak bersedia mengisi kuesioner

Page 31: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

19

3.9. Analisis Statistik

3.9.1. Uji Validasi

Pada penelitian kali ini uji validasi yang digunakan adalah dengan

melihat cronbach’s alpha pada SPSS

3.10. Cara Kerja

3.10.1. Alur Penelitian

Gambar 3.1.Diagram Alur Penelitian

3.10.2. Alat dan Bahan

Menggunakan kuesioner LittlEARS berbahasa inggris yang telah

diterjemahkan kedalam bahasa indonesia oleh translator tersertifikasi, setelah itu

kuesioner berbahasa Indonesia di ujikan kebeberapa responden apakah ada

kesulitan dalam bahasa kuesioner.

Kuesioner awal Bahasa Inggris

Diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia

oleh penerjemah

Diterjemahkan kembali dari Bahasa Indonesia ke Bahasa

Inggris oleh penerjemah berbeda

Dibandingkan

Kuesioner Bahasa

Inggris asli dengan

hasil terjemah

Bahasa Inggris

kedua Ditelaah oleh pakar THT

Diuji coba pada responden

Perizinan Penelitian (Informed Consent)

Pengumpulan Data

Page 32: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

20

3.11. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian

Variabel

yang diukur

Pengukur Alat Ukur Cara Pengukuran Skala

Pengukuran

Usia Anak Penelitian Wawancara

menggunakan kuesioner

karakteristik responden

Menghilangkan

rentang waktu

antara kelahiran

anak sampai

kuesioner

diisi.Output berupa

satuan waktu dalam

bulan,pembulatan

kebawah

Numerik

dalam

satuan

bulan

Skor

kuesioner

LittlEARS

Peneliti Wawancara

menggunakan kuesioner

perkembangan

pendengaran anak

LittlEARS

Skor didapat

dengan menghitung

jumlah jawaban ya

Numerik

dalam

rentang 0-

35

Jenis

kelamin

Peneliti Wawancara

menggunakan kuesioner

karakteristik responden

Mengkelompokkan

anak berdasarkan

jenis kelaminnya

Kategorik

Durasi

interaksi

orangtua

kepada anak

Peneliti Wawancara

menggunakan kuesioner

karakteristik responden

Mengkelompokkan

anak berdasarkan

lamanya durasi

orangtua diatas 8

jam dan dibwah 8

jam

Kategorik

Pendidikan

terakhir

orangtua

Peneliti Wawancara

menggunakan kuesioner

karakteristik responden

Mengkelompokkan

orangtua

berdasarkan

pendidikan akhir

Kategorik

Page 33: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

21

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Statistik Deskriptif

4.1.1 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini didapatkan 30 responden dengan karakteristik yang

terlampir dibawah ini. Akan tetapi hanya 26 responden yang dapat dilakukan uji

statistik

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Persentase

(n=26)

Jenis Kelamin Anak

Laki-Laki 50% (13)

Perempuan 50% (13)

Pendidikan Terakhir Responden

SD-SMP 11% (3)

SMA 35% (9)

D3 19% (5)

S1-S2 35% (9)

Durasi Responden Berinteraksi dengan Anak dalam Sehari

≥8 jam 77% (20)

<8 jam 23% (6)

4.2. Statistik Analitik

4.2.1. Sebaran Skor Pendengaran

Untuk mengetahui suatu penelitian disebut distribusi normal atau tidak

dapat menggunakan uji Kolmogorov-smirnov atau Shapiro-wilk. Uji Kolmogorov-

smirnov digunakan untuk sampel yang besar ( lebih dari 50) sedangkan uji

Shapiro-wilk untuk sampel yang sedikit ( kurang atau sama dengan dari 50). 15

Page 34: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

22

Gambar 4.1. Grafik sebaran skor kuesioner

Pada uji Shapiro-Wilk didapatkan bahwa nilai p= 0,173 (P>0,05) dapat

disimpulkan bahwa distribusi skor pada penelitian ini normal.

4.3. Validitas dan Reliabilitas

Tabel 4.2. Statistik Reliabilitas Cronbach’s alpha

Cronbach’s alpha Jumlah Pertanyaan

0,310 35

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil cronbach’s alpha sebesar 0,310,

ini menunjukkan bahwa penelitian ini bersifat reliabel.

Untuk mengetahui kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

kita dapat melakukan uji validitas. Ada beberapa metode yang digunakan dalam

uji validitas seperti korelasi Pearson Product Moment atau melihat nilai

Corrected Item Total Correlation pada pengujian reliabilitas.

Page 35: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

23

Tabel. 4.3. Nilai Validitas dengan Pearson dan Corrected item-total correlation

Butir pertanyaan

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Pertanyaan butir 1 0 0

Pertanyaan butir 2 0 0

Pertanyaan butir 3 0 0

Pertanyaan butir 4 0 0

Pertanyaan butir 5 0,173 0,274

Pertanyaan butir 6 -0,153 0,334

Pertanyaan butir 7 0,153 0,282

Pertanyaan butir 8 -0,103 0,355

Pertanyaan butir 9 0,173 0,274

Pertanyaan butir 10 -0,280 0,368

Pertanyaan butir 11 0,042 0,307

Pertanyaan butir 12 0,032 0,315

Pertanyaan butir 13 0,030 0,311

Pertanyaan butir 14 0,244 0,279

Pertanyaan butir 15 0,417 0,194

Pertanyaan butir 16 0,042 0,307

Pertanyaan butir 17 0,042 0,307

Pertanyaan butir 18 0,153 0,282

Pertanyaan butir 19 -0,057 0,321

Pertanyaan butir 20 -0,096 0,345

Pertanyaan butir 21 0,288 0,242

Pertanyaan butir 22 0,216 0,267

Pertanyaan butir 23 0,409 0,206

Pertanyaan butir 24 -0,145 0,343

Pertanyaan butir 25 -0,346 0,379

Pertanyaan butir 26 0,032 0,315

Pertanyaan butir 27 0,173 0,274

Pertanyaan butir 28 0,287 0,223

Pertanyaan butir 29 -0,135 0,373

Pertanyaan butir 30 0,145 0,280

Pertanyaan butir 31 0,145 0,280

Pertanyaan butir 32 -0,153 0,334

Pertanyaan butir 33 0,153 0,282

Pertanyaan butir 34 -0,103 0,355

Pertanyaan butir 35 0,173 0,274

Nilai validitas tiap item kuesioner didasarkan bila r hitung lebih besar dari r tabel

yaitu 0,404 . Berdasarkan tabel diatas, pertanyaan yang valid adalah pertanyaan

nomer 15 dan 23

Page 36: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

24

BAB 5

DISKUSI HASIL

5.1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini didapatkan 26 sampel anak, dengan karakteristik anak

yang akan dibahas adalah umur anak, jenis kelamin, pendidikan terakhir orang

tua, dan lamanya durasi orang tua menemani anak.

Pada penelitian ini mengambil variabel umur anak, karena perkembangan

dan pertumbuhan seorang anak akan berbanding lurus dengan usia anak dan pada

setiap umur akan memiliki respon pendengaran yang berbeda pula.

Terdapat empat aspek fungsional yang mempengaruhi perkembangan dan

pertumbuhan anak yaitu : motorik kasar, motorik halus dan pengelihatan,

berbicara/ bahasa dan pendengaran, sosial, emosi, dan perilaku. Keempat aspek

tersebut memiliki keterkaitan satu dengan lainnya, dimana apabila terdapat

kekurangan dari salah satu aspek tersebut maka akan mempengaruhi aspek yang

lain.

Berdasarkan umur sampel yang didapat pada penelitian rata-rata umur

anak adalah 20 bulan, dan total skor yang didapatkan pada anak usia ini sesuai

dengan proses perkembangannya diusia 19-24 bulan.

Proses tumbuh kembang anak pada usia 19-24 bulan. Pada tahun pertama

pertumbuhan fisik, pendewasaan, pencapaian kemampuan, dan reorganisasi

psikologi terjadi dengan cepat. Selain itu terdapat perkembangan pada daerah

motorik kasar, motorik halus dan perkembangan kognitif perkembangan fisik.

Perkembangan motorik merupakan suatu kemajuan pada usia ini (19-24 bulan)

dengan perkembangan dibidang keseimbangan dan kelincahan serta munculnya

kemampuan untuk berlari dan menaiki tangga. Perkembangan bahasa pun

berkembang secara dramatis pada periode ini. Pada usia ini anak mampu

memberikan nama obyek bertepatan yang kedatangan pemikiran simbolistik, dan

anak mungkin menunjuk suatu benda dengan jari telunjuk bukannya dengan

semua jari, seolah-olah mencari perhatian terhadap obyek tersebut. Setelah

menyadari bahwa kata-kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak

berkembang dari 10-15 kata-kata, dan pada usia 18 bulan dan menjadi 100 atau

Page 37: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

25

lebih pada usia 2 tahun. Pada usia ini anak sudah mulai belajar makan sendiri,

menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar dan

dia juga sudah mulai memperhatikan minat kepada anak lain dan bermain-main

dengan mereka. 11

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam

tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua

dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak

yang baik dan bagaimana menjaga kesehatan. Selain itu orang tua dengan

pendidikan yang baik dapat membantu proses validasi kuesioner ini.

Pada penelitian ini didapatkan pendidikan terakhir orang tua anak

bervariasi dari bermacam-macam tingkat pendidikan dari SD sampai S2 dengan

rincian sebagai berikut SD-SMP (3 responden), SMA (9 orang), D3 (5 orang), S1-

S2 (9 orang). Sejauh peneletian ini tidak terdapat keluhan orang tua dalam

pengisian kuesioner ini dikarenakan setiap butir-butir pertanyaan disertai oleh

contoh maksud dari butir pertanyaan tersebut.

Pada penelitian ini, didapatkan responden yang bersedia mengisi kuesioner

lebih banyak dari kalangan yang pendidikan akhirnya SMA dan S1-S2, hal ini

dikarenakan tingkat pemahaman dan kesadaran orang tua dalam memperhatikan

proses tumbuh kembang anak.

Tingkat pendidikan orang tua yang rendah merupakan resiko

keterlambatan perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena pengetahuan dan

kemampuan dalam memberikan stimulus kurang dibandingkan ibu dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan seorang ibu sangat

mempengaruhi pola asuh terhadap anaknya, perilaku hidup sehat, pendidikannya

dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Thailand, anak

yang diasuh oleh orang tua yang berpendidikan rendah memiliki resiko tiga kali

mengalami keterlambatan perkembangan dibandingkan orangtua yang

berpendidikan tinggi.16

Berdasarkan laporan penelitian Fakultas Pertanian IPB tahun 1994 bahwa

faktor sumber daya dalam keluarga berupa pendidikan terbukti berpengaruh besar

terhadap perbaikan keadaan gizi. Waktu interaksi ibu dan anak serta dukungan

emosional ibu juga berpengaruh terhadap gizi anak. Anak dari kelompok keluarga

Page 38: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

26

berpendidikan lebih tinggi memiliki skor IQ yang lebih tinggi pula. Hal ini

menunjukan bahwa tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap IQ dari anaknya. 10

Berdasarkan Jenis kelamin, didapatkan pada penelitian kali ini sebanyak,

laki-laki 13 anak dan perempuan 13 anak . Jenis kelamin didalam tumbuh

kembang ini dapat dilihat dari umur anak, dimana anak perempuan pacu

tumbuhnya lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki, tetapi pertumbuhan

anak perempuan akan lebih cepat berhenti. Jenis kelamin antara laki-laki dan

perempuan pada masa pertumbuhan balita dapat dibedakan berdasarkan umur.

Lamanya durasi berinteraksi sama anak sangat penting karena akan

berpengaruh terhadap sejauh mana orang tua mengetahui perkembangan anaknya,

dan hal ini juga nantinya akan berpengaruh terhadap proses pengisian kuesioner

littlEARS, oleh karena itu dalam pengisian kuesioner ini dibutuhkan orang yang

selalu berinteraksi bersama sang anak.

Pada penelitian ini didapatkan durasi interaksi orang tua dengan anaknya

sebanyak 20 orang tua yang menemani anaknya diatas 8 jam dan 6 orang tua yang

menemani anaknya dibawah 8 jam.

Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan menimbulkan

keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka terhadap orang tuanya, sehingga

komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama

karena adanya keterdekatan dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Adapula

interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua terhadap anak, tetapi lebih

ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap

kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut

yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi. 17

5.2 Validitas dan Reliabilitas

Uji validasi dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen alat ukur

telah menjalankan fungsi ukurnya. Menurut Sekaran (2003) validitas menunjukan

ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu

instrumen disebut valid bila instumen tersebut melakukan apa yang seharusnya

dilakukan dan mengukur apa yang seharunya diukur.18

Page 39: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

27

Dalam melakukan uji validitas suatu kuesioner dilakukan dengan 2 cara.

Yang pertama dengan melakukan validitas keseluruhan kuesioner dengan cara

melihat nilai reliabilitas dan yang kedua dengan cara melakukan validasi perbutir

kuesioner dengan menggunakan metode korelasi product moment pearson atau

melihat corrected item total correlation.18

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa butir pertanyaan 1,2,3,4 memiliki

nilai r hitung 0, hal ini dikarenakan saat pengisian kuesioner semua responden

menjawab dengan jawaban yang sama “ya” atau “tidak”. Seperti pada butir

pertanyaan 1-4 semua responden menjawab “ya”, dikarenakan pada kuesioner

littlEARS ini disusun berdasarkan pola tumbuh kembang anak dari 0-24 bulan.

Oleh karena itu, berdasarkan teori anak normal pada usia 19-24 bulan, yang

dimana anak sudah dapat menunjuk anggota tubuh, anak sudah mulai mengikuti

perintah dan permintaan yang mudah, mendengarkan cerita sederhana, lagu dan

irama, dan menunjuk gambar sesuai dengan namanya. Dan perkembangan bicara

pun berkembang pada usia ini, anak akan mampu mengucapkan 2 sampai 10 kata

pada usia 10-15 bulan. Kemampuan ini akan bertambah 1 kata tiap minggu,

sehingga pada usia 18 sampai 20 bulan anak mampu mengucapkan 20 kata

tunggal atau 2 kata sekaligus. 11

Untuk melakukan validitas perbutir item pertanyaan, dapat dilihat dari

nilai Corrected Item Total Correlation. Butir pertanyaan akan dikatakan valid

apabila nilai r hitung lebih besar dengan r tabel, dengan nilai r tabel sebesar 0,404

Dari hasil output didapatkan pada tabel 4.3 bahwasanya butir item yang dikatakan

valid hanya 2, pertanyaan butir 15 (0,417) dan butir 23 (0,409). Untuk beberapa

butir pertanyaan yang tidak valid yang memiliki nilai r tabel kurang dari 0,404

maka disarankan untuk diganti bahasanya supaya dapat lebih dimengerti oleh

responden agar memudahkan dalam pengisian, atau selama pengisian kuesioner

didampingi oleh orang yang paham dengan pertanyaannya baik dari dokter atau

pemberi kuesioner.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat

ukur. Pada uji reliabilitas berikatan dengan masalah adanya kepercayaan terhadap

instrumen. Suatu instrumen memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi (konsisten)

jika hasil dari penguji instrumen tersebut menunjukan hasil yang tetap atau sama.

Page 40: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

28

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat ukur/

instrumen. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila digunakan beberapa kali

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif

sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek tidak berubah.18

Hasil nilai reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s alpha. Pada

penelitian ini didapatkan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,310. Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini reliabel, akan tetapi dengan

nilai reliabilitas yang rendah. Pada penelitian ini didapatkan nilai reliabilitas yang

rendah, hal ini disebabkan karena sampel yang diambil tidak homogen atau

sampel yang diambil dari 2 tempat yang berbeda yang satu dari RS.Budi

Kemuliaan dan satu lagi dari Posyandu. Sehingga, dengan sampel yang tidak

homogen ini bisa berkaitan dengan latar belakang pendidikan responden yang

mengisi kuesioner ini karena responden yang memiliki pendidikan yang tinggi

dapat mempengaruhi terhadap nilai reliabilitas. Selain itu, tidak adanya variasi

yang signifikan dalam proses tumbuh kembang anak pada usia 18-24 tahun ini

juga bisa menjadi penyebab rendahnya nilai reliabilitas pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian ini, kuesioner ini hanya dapat digunakan pada

satu penelitian tunggal (pada usia 19-24 bulan) sehingga kuesioner ini tidak bisa

dijadikan alat pre-screening kedepannya.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan validasi kuesioner littlEARS

berbahasa Indonesia. Adapun sumber kuesioner awal adalah berbahasa Inggris.

Metode yang digunakan dengan metode “back-translation” yang dimana proses

penerjemahan kuesioner awal menjadi kuesioner berbahasa Indonesia melalui 3

tahap yaitu, Pertama, menerjemahkan kuesioner awal menjadi kuesioner

berbahasa Indonesia oleh penerjemah. Kedua, menerjemahkan ulang dari bahasa

Indonesia ke bahasa inggris. Ketiga, perbandingan antara kuesioner bahasa inggris

awal dengan hasil dari terjemahan tahap kedua. Apabila terdapat perbedaan

makna atau maksud maka perlu diberkan informasi tambahan dan diulangi langka

kedua dan ketiga sampai tidak ditemukan perbedaan yang signifikan 14

Page 41: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

29

Kuesioner littlEARS telah diterjemahkan kedalam 21 bahasa, diantaranya

bahasa Hibrani (Israel), Arab, Polandia, dan lain-lain. Di negara Arab, Penelitian

ini juga telah dilakukan oleh, Dor M. Geal, dkk dengan cara melakukan validasi

kuesioner littlEARS kepada anak yang memiliki pendengaran normal dan untuk

melihat progress pendengaran pada kelompok anak yang menggunakan koklea

implant. Responden yang mereka dapatkan sebanyak 70 orang tua dari Hebrew

(Israel/Yahudi) dan 97 orang tua dari Arab dengan rentang usia anak 1-24 bulan,

sedangkan orang tua yang berbahasa arab didapatkan dari 4 daerah yang berbeda

yang memiliki logat bahasa yang berbeda. Responden yang diminta dari teman

atau orang yang berkunjung ke sekolah perawat/ tempat penitipan anak.

Disamping itu mereka telah melakukan evaluasi untuk menilai keakuratan pada

kuesioner littlEARS ini, skor kuesioner littlEARS ini pun telah dibandingkan

dengan Category of Auditory performance (CAP) dan Speech Intelligibility Rating

(SIR) dan keduanya digunakan secara rutin di klinik, selain itu telah dibandingkan

dengan data audiometri yang tersedia. Ini menunjukan bahwa hasil kuesioner ini

valid, karena terdapat korelasi yang tinggi antara skor kuesioner dengan hasil dari

tes audiologi. Berdasarkan hasil study yang mereka dapatkan bahwa didapatkan

kurva transit kuesioner berbahasa Hebrew dan Arab itu sama dan sesuai dengan

kuesioner yang telah diterjemahkan dengan bahasa yang lain. Pada kelompok

anak yang menggunakan koklea implant pola perkembangannya sedikit berbeda

dengan anak pendengaran yang normal, yang dimana pada awalnya terdapat

peningkatan perkembangan dan selanjutnya meningkat secara perlahan. Oleh

karena itu kuesioner littlEARS pada kedua bahasa tersebut telah digunakan untuk

memantau perkembangan pada anak yang menggunakan koklea implant, serta

dapat juga digunakan untuk menentukan terapi dan rehabilitasi yang seharusnya

diberikan.13

Di negara Cina, Penelitian serupa dilakukan oleh Wang L, dkk, yang

bertujuan untuk mengadaptasi kuesioner littlEARS kedalam bahasa Mandarin.

Metode yang mereka gunakan dengan metode “back-translation”. sedangkan

responden yang digunakan 157 orang tua yang berbahasa mandarin yang anaknya

dengan pendengaran normal dengan usia sampai dengan 24 bulan. Hasil yang

didapatkan yaitu nilai Cronbach alpha sebesar 0,945, menunjukan bahwa alat

Page 42: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

30

ukur ini bersifat reliabel, sehingga kuesioner ini dapat dijadikan alat ukur untuk

menilai perkembangan bahasa anak-anak mandarin pada usia 1-24 bulan .19

Di Negara Turkey, penelitian serupa dilakukan oleh Kosaner J, Sonuguler

S, Olgun L, dan Amann E yang bertujuan untuk melakukan assessment

penggunaan kuesioner LittlEARS untuk membantu audiologi dalam memantau

proses perkembangan anak di Turkey yang menggunakan koklea implant . 20

5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan,antara lain :

1. Desain penelitian

Pada penelitian ini saya menggunakan desain cross sectional, yang dimana

desain ini kita tidak dapat mengetahui perkembangan anak secara spesifik

2. Asal populasi responden

Penelitian ini mengambil sampel di RS.Budi kemuliaan dan sekitar ciputat,

tetapi dengan minimnya kemauan orang tua untuk mengisi kuesioner,

maka saya mendapatkan minimnya responden yang bersedia untuk

mengisi kuesioner, jadi saya mengambil sampel didaerah sekitar Ciputat

dan posyandu - posyandu

Page 43: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

31

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Kuesioner littlEARS berbahasa Indonesia valid pada butir pertanyaan 15 dan 23.

6.2. Saran

Disarankan untuk peneliti selanjutnya :

1. Melakukan uji validitas pada sampel homogen dan sampel lebih banyak.

2. Melakukan uji sensitivitas / stabilitas untuk kepentingan diagnostik bagi

kuesioner.

Page 44: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, EA., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, RD. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan kepala dan Leher. Edisi 6.

Jakarta: FKUI. 2007

2. Boeis, LR., Adams, GL., Higler, PA. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT.

Edisi 6. Jakarta: EGC.1997

3. Bashiruddin, J. Newborn Hearing Screening in Six Hospital in Jakarta an

Surroundings. Majalah kedokteran Indonesia. Volume 59, Nomor 2,

Februari 2009

4. Joint Committee on Infant Hearing: Official Journal of The American

Academy of Pediatric. Year 2007 Position Statement: Principles and

Guideline for Early Hearing Detection and Intervention Programs.

Pediatric 2007; 120-898. Diunduh dari

http://pediatrics.aappublication.org/content/120/4/898.full.html pada

tanggal 13 Januari 2013

5. Sadler, TW. Langman Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta:

EGC. 2009

6. Kosim, MS. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: IDAI. 2010

7. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:

EGC. 2012

8. Guyton, AC., Hall, JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:

EGC. 2008

9. Tjandrajani, Anna. A Journey to Child Neurodevelopment: Application in

Daily Practice. Jakarta: IDAI. 2010

10. Wahyuni, TF. Skripsi: Pengaruh Faktor Biologis dan Faktor Keluarga

Terhadap Tumbuh Kembang Bayi dan Balita di Desa Rantau Panjang

Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003. Medan:

Universitas Sumatera Utara. 2003

11. Behrman, W., Kliegman, R., Arvin, A. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.

Edisi 15. Volume 3. Jakarta: EGC. 2000

12. Pediatric Assessment Children. Medical Electronic. Diunduh dari

http://medel.com/data/pdf/20344.pdf pada tanggal 13 Januari 2013

Page 45: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

33

13. Geal-Dor, M., Jbrah, R., Meilijson, S., Adelman, C., Levi, H. The Hebrew

and The Arabic Version of The Littlears Auditory Quetionnaire for The

Assessment of Auditory Development: Result in Normal Hearing Childern

and Children With Cochlear Implant. International Journal of Pediatric

Otorhinology 75. 2011: 1327-1332. Diunduh dari

http://elsevier.com/locate/ijporl pada tanggal 13 Januari 2013

14. Obrycka, A., Garcia, J-L. P., Pankowska, A., Lorens, A., Skarzynski, H.

Production and Evaluation of a Polish Version of The LittlEars

Questionnaire for The Assessment of Auditory Development in Infant.

International Journal of Pediatric Otorhinology 73. 2009: 1035-1042.

Diunduh dari http://elsevier.com/locate/ijporl pada tanggal

13 Januari 2013

15. Dahlan, Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika. 2009

16. Isaranurug, S., Nanthamongkolchai, S., Kaewsiri, D. Factors Influencing

Development of Children Aged One to Under Six Years Old. Journal of

the Medical Association Thailand. 2005

17. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. 1995

18. Azwar R. Reabilitas dan Validitas. Edisi 4. Yogyakarta. 2012

19. Wang L., Sun X., Liang W., Chen J. Validation of the Mandarin version of

The LittlEARS Auditory Questionnaire. International Journal of Pediatric

Otorhinology. 2013

Page 46: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf
Page 47: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf
Page 48: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf
Page 49: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf
Page 50: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf
Page 51: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf
Page 52: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf
Page 53: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf
Page 54: M.FAUZAN MAULANA-FKIK.pdf

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : M. Fauzan Maulana

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 02 Februari 1993

Alamat : Jl. Tanjung Barat Selatan (Gg.100) Rt.02 Rw.02 No.14

Lenteng Agung Jakarta Selatan

No. Hp : 0856 9431 2640

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK Pritiwi, Jambi ( 1996 – 1998 )

2. SD At-Taufieq, Jakarta ( 1998 – 2004 )

3. SMP Daar El-Qolam, Tangerang ( 2004 – 2007 )

4. SMA Daar El-Qolam, Tangerang ( 2007 – 2010 )

5. PSPD FKIK UIN Jakarta ( 2010 – Sekarang )