Metodologi Penilitan Bank Mandiri

Embed Size (px)

Citation preview

Analisis Pengaruh Reksadana dan Saham terhadap keputusan investasi di bank Mandiri BAB I PENDAHULUAN1.1 GAMBARAN UMUM PENELITIAN Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi Bank Mandiri. Masing-masing dari keempatlegacy banks memainkan peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu, kami menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620. Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan seluruh kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Selain itu, Bank Mandiri berhasil mengimplementasikan core banking system baru yang terintegrasi menggantikan core banking system legacy yang terpisah. Semenjak didirikan, kinerja Bank Mandiri terus meningkat terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp 1,18 Triliun di tahun 2000 hingga mencapai Rp 5,3 Triliun di tahun 2004. Selain itu, Bank Mandiri juga mencatat prestasi penting dengan melakukan penawaran saham perdana pada 14 Juli 2003 sebesar 20% atau ekuivalen dengan 4 Milliar lembar saham. Pada tahun 2005 Bank Mandiri mengalami permasalahan yang mengakibatkan menurunnya kinerja bank. Salah satunya adalah dengan meningkatnya kredit bermasalah, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) net konsolidasi yang meningkat dari 1,60% di tahun 2004 menjadi 15,34% di tahun 2005. Hal ini secara langsung berdampak pada penurunan laba Bank Mandiri secara signifikan dari sebelumnya sebesar Rp 5,3 Triliun di tahun 2004, menjadi Rp 603

Miliar di tahun 2005 atau mengalami penurunan sebesar sekitar 80%. Dari sisi kepercayaan investor di bursa, harga saham Bank Mandiri juga mengalami penurunan dari Rp 2.050 pada Januari 2005 hingga ke level Rp 1.110 pada November 2005. Transformasi Tahap Pertama Tahun 2005 menjadi titik balik bagi Bank Mandiri, dimana Bank Mandiri memutuskan untuk menjadi Bank yang unggul di regional atau menjadiRegional Champion. Bank Mandiri mencanangkan program Transformasi yang dilaksanakan melalui 4 (empat) strategi utama, yaitu :

Implementasi budaya, melalui restrukturisasi organisasi berbasis kinerja, penataan ulang

sistem penilaian berbasis kinerja, pengembanganleadership dan talent, serta penyesuaian sumber daya manusia dengan kebutuhan strategis.

Pengendalian Non Performing Loan secara agresif, dimana Bank Mandiri fokus pada Meningkatkan pertumbuhan bisnis yang melebihi rata-rata pertumbuhan pasar melalui Pengembangan dan pengelolaan program aliansi antar Direktorat atau Business Unit

penanganan kredit macet dan memperkuat risk management system.

strategi dan value preposition yang distinctive untuk masing-masing segmen.

dalam rangka optimalisasi layanan kepada nasabah, serta untuk lebih menggali potensi bisnis nasabah-nasabah eksisting maupunvalue chain dari nasabah-nasabah dimaksud. Untuk dapat meraih aspirasinya menjadi Regional Champion Bank, Bank Mandiri melakukan transformasi secara bertahap melalui 3 (tiga) fase:

Fase pertama "Back on Track" (2006 - 2007), yakni fokus untuk membenahi dan Fase kedua "Outperform the Market" (2008 - 2009), yakni fokus pada pertumbuhan bisnis

membangun dasar-dasar pertumbuhan Bank Mandiri di masa datang;

Bank Mandiri agar dapat tumbuh signifikan di seluruh segmen dan memiliki profitabilitas diatas rata-rata pasar;

Fase ketiga "Shaping the End Game" (2010), yakni fase dimana Bank Mandiri dapat

memiliki peranan aktif dalam proses konsolidasi sektor Perbankan Indonesia. Proses transformasi yang telah dijalankan Bank Mandiri sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja Bank Mandiri, tercermin dari peningkatan berbagai parameter finansial. Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio NPL net

konsolidasi yang turun dari sebesar 15,34% di tahun 2005 menjadi 0,62% di tahun 2010. Selain itu laba bersih Bank Mandiri juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 Triliun di tahun 2005 menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010. Sejalan dengan transformasi bisnis, Bank Mandiri juga melakukan transformasi budaya dengan merumuskan kembali nilai-nilai budaya untuk menjadi pedoman pegawai dalam berperilaku. Bank Mandiri menetapkan 5 (lima) nilai budaya perusahaan yang disebut "TIPCE" yaitu: Kepercayaan(Trust), Integritas (Integrity), Profesionalisme (Professionalism), Fokus pada pelanggan (Customer focus), dan Kesempurnaan (Excellence). Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam peningkatan kualitas layanan. Selama empat tahun berturut-turut pada tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010, Bank Mandiri berhasil menempati posisi sebagai service leader perbankan nasional berdasarkan survey Marketing Research Indonesia (MRI) dengan menempati urutan pertama pelayanan prima. Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak dalam hal penerapanGood Corporate Governance. Kinerja Bank Mandiri yang terus meningkat ini direspon positif oleh investor yang tercermin dari meningkatnya harga saham Bank Mandiri secara signifikan dari posisi terendah Rp 1.110 per lembar saham pada tanggal 16 November 2005 menjadi Rp 6.500 per lembar saham pada akhir tahun 2010. Dalam kurun waktu kurang lebih 5 tahun, nilai kapitalisasi pasar Bank Mandiri meningkat sekitar 6 kali lipat dari sebelumnya hanya sebesar Rp 21,8 Triliun menjadi Rp 136,5 Triliun. Transformasi Lanjutan Bank Mandiri saat ini sedang dalam tahap pelaksanaan transformasi lanjutan tahun 20102014 dimana Bank Mandiri telah melakukan revitalisasi visinya untuk "Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif". Dengan visi tersebut Bank Mandiri mencanangkan untuk mencapai milestone keuangan di tahun 2014, yaitu nilai kapitalisasi pasar mencapai di atas Rp 225 Triliun dengan pangsa pasar pendapatan mendekati 16%, ROA mencapai kisaran 2,5% dan ROE mendekati 25%, namun tetap menjaga kualitas asset yang direfleksikan dari rasio NPL gross di bawah 4%. Pada tahun 2014, Bank Mandiri ditargetkan mampu mencapai nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia serta masuk dalam jajaran Top 5 Bank di ASEAN. Selanjutnya di tahun 2020, Bank Mandiri mentargetkan untuk dapat masuk

dalam jajaran Top 3 di ASEAN dalam hal nilai kapitalisasi pasar dan menjadi pemain utama di regional. Untuk mewujudkan visi tersebut, transformasi bisnis di Bank Mandiri tahun 2010 - 2014 akan difokuskan pada 3 (tiga) area bisnis yaitu:

Wholesale

transaction: Bank

Mandiri

akan

memperkuat leadership-nya

dengan

menawarkan solusi transaksi keuangan yang komprehensif dan membangun hubungan yang holistik melayani institusi corporate & commercial di Indonesia.

Retail deposit & payment: Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk menjadi bank pilihan

nasabah di bidang retail deposit dengan menyediakan pengalaman perbankan yang unik dan unggul bagi para nasabahnya.

Retail financing: Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk meraih posisi nomor 1 atau 2

dalam segmen pembiayaan ritel, terutama untuk memenangkan persaingan di bisnis kredit perumahan, personal loan, dan kartu kredit serta menjadi salah satu pemain utama di micro banking. Ketiga area fokus tersebut didukung dengan penguatan organisasi dan peningkatan infrastruktur (cabang, IT, operation, risk management) untuk memberikan solusi layanan terpadu. Disamping itu, Bank Mandiri memiliki dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, teknologi yang selaluupdate, penerapan manajemen risiko dalam menjalankan bisnis secaraprudent dan penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang telah teruji. Salah satu upaya untuk mewujudkan visi transformasi lanjutan, Bank Mandiri melaksanakan Penawaran Umum Terbatas (right issue) pada awal tahun 2011 dalam rangka meningkatkan struktur permodalan. Pada kuartal III tahun 2011, permodalan Bank Mandiri telah mencapai Rp 59,7 Triliun sehingga menjadi bank pertama di Indonesia yang meraih predikat sebagai Bank Internasional sesuai kriteria Arsitektur Perbankan Indonesia. Pada periode ini, Mandiri dapat menegaskan diri sebagai lembaga keuangan di Indonesia dengan asset terbesar mencapai Rp 501,9 Triliun, penyalur kredit terbesar mencapai Rp 297,5 triliun, serta penghimpun dana masyarakat terbesar mencapai Rp 376,4 triliun. Kualitas kredit Bank Mandiri juga dapat terjaga dengan baik yaitu sebesar 2,56% untuk NPL gross dan 0,66% untuk NPL netto. Bank Mandiri pada kuartal III tahun 2011 mempekerjakan 27.305 karyawan dengan 1.526 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan 7 kantor cabang/perwakilan/anak perusahaan di luar negeri. Layanan distribusi Bank Mandiri juga dilengkapi dengan jaringan

Electronic Data Capture sebanyak 70.616 unit, serta electronic channels yang meliputi Mandiri Mobile, Internet Banking, SMS Banking dan Call Center 14000. Bank Mandiri juga didukung 6 pilar bisnis anak perusahaan yang bergerak di bidang perbankan syariah, pasar modal, pembiayaan, asuransi jiwa, asuransi umum, serta bank fokus di segmen mikro.

Visi Bank MandiriMenjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif

Misi Bank Mandiri

Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar Mengembangkan sumber daya manusia professional Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder Melaksanakan manajemen terbuka Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan

Kami berkomitmen membangun hubungan jangka panjang yang didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis maupun perseorangan. Kami melayani seluruh nasabah dengan standar layanan internasional melalui penyediaan solusi keuangan yang inovatif. Kami ingin dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan kerjasama tim yang terbaik. Dengan mewujudkan pertumbuhan dan kesuksesan bagi pelanggan, kami mengambil peran aktif dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang Indonesia dan selalu menghasilkan imbal balik yang tinggi secara konsisten bagi pemegang saham. 1.2 LATAR BELAKANG Maraknya kegiatan pasar modal belakang ini merupakan faktor pendorong munculnya alternative produk investasi yang ditawarkan, berkaitan dengan pasar modal. Setelah saham, obligasi atau sekuritas lainnya yang dimiliki olek sekelompok investor dan dikelola oleh perusahaan investasi professional. Orang melakukan investasi karena dipicu oleh kebutuhan akan masa depan. Tapi sayang, banyak diantara kita yang belum memikirkan kebutuhan akan masa depan. Padahal, semakin ke

depan, biaya hidup seseorang pasti semakin bertambah. Selain kebutuhan akan masa depan, orang melakukan investasi karena dipicu oleh banyaknya ketidakpastian atau hal yang tidak terduga dalam hidup ini (keterbatasan dana, kondisi kesehatan, musibah, kondisi pasar investasi), dan laju inflasi yang tinggi. Reksadana adalah salah satu contoh jenis investasi keuangan yang memberikan keamanan bagi para investor yang ingin menginvestasikan uangnya kepada Manajer Investasi dalam bentuk portofolio. Produk-produk reksa dana merupakan produk alternative bagi para calon investor yang memiliki dana terbatas dalam berinvestasi dipasar modal, karena dana yang diinvestasikan kedalam reksa dana akan digabungkan dengan dana dari investor investor lainnya untuk menciptakan kekuatan membeli yang jauh lebih besar dari pada melakukan investasi sendiri. Perkembangan reksa dana, tidak lepas dari upaya pemerintah dalam landasan hukum yang kuat dan jelas. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan investor dan masyarakat umum dalam berinvestasi di reksa dana. Salah satu upaya dalam memobilisasi dana masyarakat adalah dengan meningkatkan peran investor lokal atau pribadi. Hal ini dimungkinkan karena nilai investasi awal reksa dana relative lebih kecil. Dana yang diinvestsaikan ke suatu reksa dana (mutual fund) akan digabungkan dengan dana dari investor lainnya untuk menciptakan kekuatan membeli yang jauh lebih besar dari pada melakukan investasi sendiri 1.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh reksadana terhadap keputusan Investasi di Bank Mandiri 2. Bagaimana pengaruh indeks Saham terhadap keputusan investasi di Bank Mandiri 1.4 TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui pengaruh reksadana terhadap keputusan investasi di Bank Mandiri 2. Mengetahui Pengaruh Indeks Saham terhadap keptusan Investasi di Bank Mandiri 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk kejelasan dan ketepatan arah pembahasan dalam proposal ini maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang mengapa penelitian mengenai pengaruh reksadana dan saham terhadap keputusan investasi di Bank Mandiri,rumusan masalah tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan tinjauan pustaka tentang reksadana , sahan, dan variabel lain yang ditemukan dalam penelitian ini. Kemudian dilakukan pengembangan hipotesis dengan menguraikan teori, konsep, dan penelitian sebelumnya yang relevan dengan hipotesisi yang dikembangkan dalam penelitian ini BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan metode penelitian dan model analisis regresi berganda yang digunakan, uji-uji asumsi klasik yang disyaratkan untuk masuk ke analisis regresi, sumber dan jenis data yang akan digunakan, definisi operasional, dan pengukuran variabel yang diperlukan dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 pemodal, Pengertian Reksadana untukselanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasidalam Portofolio Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Efek.Keuntungan yang diperoleh berupa kenaikan nilaiinvestasi masyarakat pemodal seiring dengan berjalannya waktu periode investasi. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi. 2.1.2 Jenis-jenis Reksadana Reksa Dana yang menempatkan 100% dananya,dalam instrumen pasar uang, seperti deposito, SBI(Sertifikat Bank Indonesia), atau obligasi (suratutang yang diterbitkan oleh perusahaan atauPemerintah) yang memiliki jatuh tempo kurang dari1 tahun. - Reksadana Pendapatan Tetap Reksa Dana yang menempatkan minimum 80% dari dananya dalam instrumen obligasi. - Reksa Dana Campuran Reksa Dana yang menempatkan dananya, dalam instrumen pasar uang atau obligasi, atau saham dengan komposisi yang fleksibel. - Reksa Dana Saham Reksa Dana yang menempatkan minimum 80% dari dananya dalam instrumen saham. - Reksadana Uang

- Reksa Dana Terproteksi

Reksa Dana yang menempatkan sebagian besar dananya dalam instrumen obligasi sedemikian rupa dapat memberikan perlindungan atas nilai awal investasi pada saat jatuh temponya. 2.1.3 Keuntungan Reksa Dana 1. Biaya relatif rendah. 2. Cocok untuk pemodal pemula dan investor dengan kemampuan finansial yang tidak terlalu besar, serta tidak terlalu menguasai teknikteknik portofolio. 3. Dikelola oleh Manajer Investasi yang profesional. 2.1.4 Nilai Aktiva Bersih NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksa Dana.NAB per saham/unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. 2.1.5 Manfaat Reksadana Reksa Dana memiliki beberapa manfaat yang menjadikannya sebagai salah satu alternatif investasi yang menarik antara lain: 1. Dikelola oleh manajemen profesional Pengelolaan portofolio suatu Reksa Dana dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat penting mengingat Pemodal individu pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal. 2. Diversifikasi investasi Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam portofolio akan mengurangi risiko (tetapi tidak dapat menghilangkan), karena dana atau kekayaan Reksa Dana diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya pun juga tersebar. Dengan kata lain, risikonya tidak sebesar risiko bila seorang membeli satu atau dua jenis saham atau efek secara individu. 3. Transparansi informasi

Reksa Dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolionya dan biayanya secara kontinyu sehingga pemegang Unit Penyertaan dapat memantau keuntungannya, biaya, dan risiko setiap saat.Pengelola Reksa Dana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) nya setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan serta prospektus secara teratur sehingga Investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin. 4. Likuiditas yang tinggi Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi harus mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dengan demikian, Pemodal dapat mencairkan kembali Unit Penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing Reksadana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. Reksadana terbuka wajib membeli kembali Unit Penyertaannya sehingga sifatnya sangat likuid. 5. Biaya Rendah Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan apabila Investor individu melakukan transaksi sendiri di bursa. 2.1.6 Resiko Investasi Reksa Dana Untuk melakukan investasi Reksa Dana, Investor harus mengenal jenis risiko yang berpotensi timbul apabila membeli Reksa dana. 1. Resiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam portofolio Reksadana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kinerja emiten yang

memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak penyebab fundamental lainnya. 2. Risiko Likuiditas Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikkan dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan reksadana. Hal ini dapat terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa sehingga memengaruhi investor reksadana untuk melakukan penjualan kembali Unit Penyertaan reksadana tersebut. Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi politik dan ekonomi yang memburuk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi portofolio Reksadana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi sebagai pengelola Reksadana tersebut. 3. Risiko Pasar Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada Unit Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan juga. Oleh karena itu, apabila ingin membeli jenis Reksadana tertentu, Investor harus bisa memperhatikan tren pasar dari instrumen portofolio Reksadana itu sendiri. 4. Risiko Default Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari

dengan cara memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat.