17
Metodologi Penelitian Agama Disampaikan dalam Workshop Penelitian dan Observasi Lapangan bagi Mahasiswa Universitas Islam Syarif Qosim, Pekanbaru, Riau, Jumat, 20 Desember 2013, pukul 13.30- 16.00, Diselenggarakan oleh LPPM UIN Suska Riau, di Hotel Pangeran, Jln. Jend. Sudirman, Pekanbaru Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1970-an berbicara mengenai penelitian agama dianggap tabu. Orang akan berkata : kenapa agama yang sudah begitu mapan mau diteliti ; agama adalah wahyu Allah. Sikap serupa terjadi di Barat. Dalam pendahuluan buku Seven Theories Of Religion dikatakan, dahulu orang Eropa menolak anggapan adanya kemungkinan meniliti agama. Sebab, antara ilmu dan nilai, antara ilmu dan agama ( kepercayaan ), tidak bisa disinkronkan. 1 Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, AlQuran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya. Pengertian Metode dan Metodologi Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian. Menurut istilah“metodologi” berasal dari bahasa yunani yakni metodhos dan logos, methodos berarti cara, kiat dan seluk beluk yang berkaitan dengan upaya menyelsaikan sesuatu, sementara logos berarti ilmu pengetahuan, cakrawala dan wawasan. Dengan demikian metodologi adalah metode atau cara-cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian. 2 1 Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2007 ) Hlm 11 2 Abdul Rozak. Metodologi Studi Islam. (Bandung :pusataka setia, 2008) Hlm 68

Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

Metodologi Penelitian Agama

Disampaikan dalam Workshop Penelitian dan Observasi Lapangan bagi Mahasiswa

Universitas Islam Syarif Qosim, Pekanbaru, Riau, Jumat, 20 Desember 2013, pukul 13.30-

16.00, Diselenggarakan oleh LPPM UIN Suska Riau, di Hotel Pangeran, Jln. Jend.

Sudirman, Pekanbaru

Latar Belakang Masalah

Pada awal tahun 1970-an berbicara mengenai penelitian agama dianggap tabu.

Orang akan berkata : kenapa agama yang sudah begitu mapan mau diteliti ; agama

adalah wahyu Allah. Sikap serupa terjadi di Barat. Dalam pendahuluan buku Seven

Theories Of Religion dikatakan, dahulu orang Eropa menolak anggapan adanya

kemungkinan meniliti agama. Sebab, antara ilmu dan nilai, antara ilmu dan agama (

kepercayaan ), tidak bisa disinkronkan.1

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat

menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.

Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana

terdapat di dalam sumber ajarannya, AlQur’an dan Hadis, tampak amat ideal dan

agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal

pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang

dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan

kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi

pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan,

mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.

Pengertian Metode dan Metodologi

Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta

(sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau

langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai

tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain.

Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.

Menurut istilah“metodologi” berasal dari bahasa yunani yakni metodhos dan

logos, methodos berarti cara, kiat dan seluk beluk yang berkaitan dengan

upaya menyelsaikan sesuatu, sementara logos berarti ilmu pengetahuan,

cakrawala dan wawasan. Dengan demikian metodologi adalah metode atau

cara-cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian.2

1 Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2007 ) Hlm 11 2 Abdul Rozak. Metodologi Studi Islam. (Bandung :pusataka setia, 2008) Hlm 68

Page 2: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

Kalau kita melakukan penelitian lapangan, maka hal-hal yang pada

hakekatnya dilakukan adalah mengumpulkan data, baik yang bersifat 'verbal'

maupun yang bersifat 'non-verbal'. Data yang dikumpulkan itu merupakan hasil

dari observasi atau pengamatan.

Cara yang digunakan untuk memperoleh data disebut 'tehnik', sedangkan

sarana yang merupakan pedoman dan arah terhadap cara atau tehnik memperoleh

data disebut 'metode'. Melalui wawancara dan penggunaan daftar pertanyaan

disebut tehnik penelitian, dan pendekatan 'kualitatif' atau 'kuantitatif' disebut

"metode". Baik tehnik maupun metode bersama-sama disebut "Metodologi". Dengan

kata lain, "metodologi" pada dasarnya adalah 'penjelasan' (explanation) yang

digunakan suatu cabang ilmu, termasuk ilmu sejarah.

Penelitian historis

Penelitian historis erat hubungannya dengan kejadian masa lalu yang ingin diteliti

oleh peneliti. Peneliti dapat melakukan rekontruksi terhadap gejala masa lampau

yaitu gejala keagamaan yang berkaitan dengan sosial, budaya, poltik dan ekonomi.

Penelitian ini sangat populer di lingkungan pemerintahan termasuk di lingkungan

Departemen Agama. Salah satu yang sering dilakukan obyek penelitian adalah

mengenai kesenjangan ekonomi dan sosial di Indonesia dihubungkan dengan

keadaan sejarah masa lampau di masa penjajahan Belanda. Contoh lainnya misalnya

keterbelakangan sosial dan ekonomi di beberapa daerah dihubungkan dengan

keyakinan beragama yang masih dipengaruhi oleh kepercayaan akan kekuatan

magis suatu benda atau roh.

Penelitian ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Memahami keberadaan masyarakat di masa lalu dengan upaya melakukan

rekontruksi terhadap fenomena masa lalu

2. Pengungkapan gejala keagamaan masa lalu dengan pendekatan terkait

dengan masalah politik, sosial ekonomi dan budaya.

3. Penelitian historis cenderung menggunakan data sekunder yang berasal dari

orang lain.

4. Analisis mendalam mengenai data apakah data tersebut asli sesuai denngan

standar yang telah ditetapkan. Selanjutnya harus diteliti pula apakah data

tersebut relevan / sesuai atau tidak dengan rumusan masalah yang akan

diteliti. Jangan lupa untuk memberikan batasan batasan serta kelemahan-

kelemahan penelitian.

5. Pada pengungkapan sejarah masa lalu maka pelaku atau saksi atas peristiwa

tersebut dapat dilakukan dengan cara wawancara lisan mendalam (deep

interview).

6. Bila saksi hidup sudah tidak ada maka pengambilan dan penelusuran data

dapat digali dari jurnal, perpustakaan, arsip-arsip di museum, informasi-

informasi tua di suatu tempat, majalah-majalah tua, koran lama, penggalian

bahan-bahan rujukan yang sudah tidak diterbitkan dan keturunan dari saksi

yang hidup di masa tersebut.

Page 3: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

Informasi Sumber-Sumber Sejarah

Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah, kita harus mengetahui

pula di mana kita dapat memperoleh dan menemukan pelbagai sumber itu.

Tempat-tempat untuk memperoleh informasi sumber sejarah, yakni perpustakaan.

arsip, dan museum.

1. Perpustakaan

Perpustakaan berasal dari kata ‘pustaka’ yang berarti buku. Awalan ‘per’

dan akhiran ‘an’ menunjukkan tempat atau hal ihwal. Jadi secara harfiah

perpustakaan berarti tempat buku atau, hal ihwal buku. Dari sini kemudian

berkembanglah pengertian perpustakaan dan didefinisikan, sebagai berikut :

a. Suatu gedung atau ruang yang di dalamnya tersusun buku-buku untuk

dipergunakan menurut tujuan-tujuan tertentu.

b. Koleksi buku yang disusun menurut sistem tertentu untuk tujuan-tujuan:

pemberian informasi, pendidikan, penelitian. rekreasi, pelestarian, dan lain-lain.

c. Suatu unit kerja yang menyelenggarakan pengumpulan penyimpanan dan

pemeliharaan koleksi buku yang dikelola secara sistematis untuk digunakan

sebagal sumber informasi.3

Para ahli telah mencoba mengelompokkan jenis-jenis perpustakaan. Yang

menentukan jenis suatu perpustakaan adalah tujuan didirikan koleksi yang dimiliki

dan masyarakat pemakai perpustakaan tersebut. International Federation of Library

Association (IFLA) telah mengelompokkan ke dalam jenis perpustakaan, yaitu :

a. Perpustakaan Nasional : Adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh

negara pada tingkat nasional sebagal tempat mendokumentasikan seluruh

penerbitan yang dilakukan di negara yang bersangkutan dan terbitan yang

mengenai negara itu. Perpustakaan Nasional merupakan tempat deposit

satu-satunya bagi karya-karya nasional dan melestarikan budaya nasional.

b. Perpustakaan Umum Perpustakaan Umum didirikan dan diselenggarakan atas

swadaya masyarakat dan untuk masyarakat umum yang meliputi seluruh

lapisan masyarakat dalam wilayah tertentu.

c. Perpustakaan Khusus

Diselenggarakan.untuk menunjang kegiatan program lembaga-lembaga yang

bersifat khusus, atau instana untuk memperlancar kegiatan kedinasan.

d. Perpustakaan Sekolah Adalah perpustakaan yang diselenggarakan pada suatu

sekolah guna menunjang program belajar mengajar dan mengadakan

penelitian sederhanal serta sarana rekreasi.

e. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Merupakan perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga

pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan

fakultas, akademi mau pun perpustakaan lembaga penelitian di lingkungan

perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi diselenggarakan dengan

3 Batjo, Azis, Pedoman Perpustakaan Masjid, (Jakarta : UI-Press, 1985), h. 2-3

Page 4: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

maksud untuk menunjang program Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu

program : belajar-mengajar di perguruan tinggi, penelitian, serta pengabdian

kepada masyarakat.4

Koleksi perpustakaan pada umumnya dapat dikelompokkan menurut

jenisnya sebagai buku, dan non-book materials atau sering disebut juga dengan

istilah lain: Reta-books.5 Koleksi perpustakaan menurutnya dapat dibagi lagi :

buku-buku, majalah, harian (surat kabar), brochour, komik, bahan-bahan audio

visual - terdiri antara lain gambar-gambar biasa, map, peta, film, slides. kaset.

piringan hitam, dan sebagainya.

Untuk mempermudah strategi pemilihan buku-buku diperlukan

pemahaman terhadap alat-alat pembantu sebagai sumber Informasi. Seperti :

a. Katalog

Katalog perpustakaan dapat dilacak terdiri dari kartu katalog buku, kartu katalog

pamflet (buku tipis), kartu indeks artikel dari kumpulan karangan dan majalah, dan

kartu katalog offprint (yakni artikel yang diterima dari pengarangnya yang terlepas

dari majalahnya atau bukunya).

Katalog terdiri dari kartu katalog yang disusun menurut abjad. Tiap kartu

katalog memuat keterangan tentang : pengarang, judul edisi (kalau ada), kota

penerbit, nama penerbit, tahun, kolasi (keterangan tentang jumlah halaman,

ilustrasi, tabel, indeks, bibliografi, dan lain-lain), dan anotasi - misalnya keterangan :

karangan ini disampaikan pada Seminar ...

b. Buku Referen (buku acuan)

Kata referen diambil dari bahasa Inggris : reference yang berasal dari kata

kerja to refer to yang berarti menunjuk kepada.6 Di perpustakaan, buku reference

dipakai untuk mendapatkan informasi tertentu, yaitu berupa suatu jawaban atau

uraian singkat. Menurut Irawati Singarimbun buku reference dapat dibagi menjadi

dua jenis : 1). Jenis yang memberikan informasi langsung, jenis ini meliputi kamus,

ensiklopedi, direktori, almanak, kamus, biografi, atlas, dan buku statistik ; 2). Jenis

yang memberikan petunjuk kepada sumber informasi, jenis ini meliputi bibliografi,

indeks, dan abstrak.7 Bibliografi berisi daftar buku-buku yang memuat keterangan

tentang pengarang, nama judul, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, jilid, halaman

ukuran, dan sebagainya. Ada juga yang memuat isi ringkas dari buku-buku yang

disebut bibliografi beranotasi.8 Melalui bibliografi seseorang tidak menemukan

4 Ibid, h.5-6 ; Syahrial, Rusiana, dan Pamuntjak, Pedoman Penyelenggaraan

Perpustakaan, cetakan ke-3, (Djakarta : Djambatan, 1976),h. 1-4 5 Trimo, Soejono, Pengadaan dan Pemilihan Bahan Pustaka, (Bandung :Angkasa, 1985), h.

14-15 6 Singarimbun, Irawati, “Penggunaan Perpustakaan”, dalam Singarimbun, Masri,

dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survai, cet. Ke-4, (Jakarta : LP3ES, 1984), h. 52 7 Ibid, 1984: 47-53 8 Batjo, Azis, Op cit, 1985, h. 30

Page 5: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

bukunya langsung tetapi memperoleh informasi tentang buku tersebut, yaitu data

publikasinya.9 Buku indeks menunjukkan di mana buku keterangan yang

diperlukan dapat diperoleh, misalnya indeks untuk artikel di dalam majalah

ilmiyah, baik yang terbit dalam negeri mau pun yang diterbitkan oleh negara-negara

lain. Buku abstrak susunannya sama dengan indeks, tetapi ditambah keterangan

mengenai intisari tiap karangan yang tercantum.

2. A r s i p

Arsip adalah himpunan dari bahan-bahan tertulis, piagam, akta, dokumen,

register dan lain-lain yang disusun sistematis untuk sawaktu-waktu dapat

dipergunakan dalam administrasi.10 Di Indonesia, kumpulan/koleksi arsip dihimpun

di lembaga resmi negara, dikenal dengan nama Arsip Nasional RI. Tugas utama

Arsip Nasional ialah memperjuangkan organisasi kearsipan yang meliputi seluruh

wilajah RI secara horizontal (wilayah) serta vertikal ( susunan pemerintahan) agar

arsip-arsip lama, dapat dipusatkan Ibukota Negara, di Jakarta; Pemerintah Daerah

Tingkat I dan Tingkat II. Selain itu, menyediakan arsip-arsip lama yang ada dalam

tanggungannya secara ilmiyah sehingga terbuka-tersedia bagi penyelidikan sejarah

Indonesia sejak 1511.11 Arsip Nasional RI telah menyimpan bermacam-macam

dokumen berupa surat-surat laporan dan keterangan-keterangan yang dibuat oleh

pegawai-pegawai VOC abad XVII,12 hingga abad ke 19. Oleh karena pada abad ini

(abad ke-19) pemerintah kolonial lebih banyak terlibat langsung dalam masalah

pribumi daripada abad sebelumnya, maka bahan tentang abad ke-19 juga tidak

hanya memuat data ekonomi seperti sering terjadi dalam abad ke-17 dan ke-18

tetapi juga memuat data tentang para pemimpin agama.13 Bagian arsip yang paling

penting adalah arsip dari Algemene Secretarie (Sekretaris Umum dari Gubernur

Jenderal), yang memuat semua keputusan Gubernur Jenderal. laporan dari Raad

van Nederlandsch Indie, dan lain-lain yang penting dilaporkan juga ke menteri

koloni di Negeri Belanda, sehingga arsip di Indonesia dan arsip Negeri Belanda

saling melengkapi.14

Di samping itu arsip di Indonesia juga sering memberikan bahan lokal

dalam bahasa Melayu, Jawa, dan lain lain. Arsip Algemene Secretarie yang memuat

data sampai tahun 1890 berada di Jakarta; sedang, bahan dari tahun 1891 - 1942

dapat diperoleh pada depot arsip di Bogor15, dan kini sudah dapat diperoleh di

Arsip Nasional, di Jakarta.

9 Singarimbun, 1984, Op cit, h. 53 10 Gazalba,1966 : 92 11 Ali, R.Moh., Pengantar Ilmu Sedjarah Indonesia, (Djakarta : Bhratara, 1949), h.242 12 Ibid, 1949, h.16 13 Steenbrink, Karel Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-19, ( Jakarta:

Bulan Bintang, 1984), h. : 9 14 Ibid 15 Ibid : 10 ; Frederick, W. and S. Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan

Sesudah Revolusi. (Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan

Sosial, 1982), h.465

Page 6: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

Sebenarnya masih banyak lagi arsip yang tersimpan baik di Arsip

Nasional RI mau pun di arsip-arsip Departemen serta kantor-kantor pemerintah

daerah termasuk juga pemerintah kota madya. Di antara arsip-arsip itu khususnya

yang berasal dari pemerintah VOC dan Hindia Belanda, ada yang sudah diterbitkan

sehingga lebih mudah didapat dan dibaca. Sebagai contoh dapat disebut

Daghregister (catatan harian VOC di Jakarta) 'Opkompt Memorie vat Overgave Belang,

Staatsbladen van Nederlandsch Indie, dan lain-lain.

Arsip sebagai dokumen pemerintahan, biasanya ditulis dalam bahasa

resmi yang berlaku. Karena itu, untuk membuat studi bahan arsip seseorang harus

pula memahami bahasa yang digunakan dalam arsip tersebut. Untuk bisa

menjelajahi arsip, selain melalui alat bahasa yang pokok ini peneliti juga harus

memiliki bekal pengetahuan yang cukup luas terutama yang menyangkut bidang

yang sedang diteliti. Pada dasarnya meskipun arsip penuh dengan informasi yang

berharga, tetapi arsip itu adalah benda mati. Orang bisa menghidupkan kembali

kenyataan-kenyataan masa lampau yang berupa informasi di dalam arsip bilamana

orang itu memiliki pengetahuan mengenai bidang-bidang yang sedang diteliti.

3. M u s e u m

Kata museum, berasal dari bahasa Yunani; Mouseum. Melalui Istilah ini

mula-mula merupakan tempat muharram Muzen di zaman Yunani Purba yang di

dalamnya dipelajari filsafat dan kesusasteraan.16Dalam perkembangannya kata itu

berarti kepustakaan dunia dengan sekolah yang tercakup di dalamnya. Semenjak

kira-kira 1800, kata ‘museum’ berarti tempat himpunan, karya-karya seni atau

barang-barang yang menyangkut kepentingan ilmu, tempat mana terbuka untuk

umum. Dengan kata lain, Museum selama ini dikenal sebagai tempat koleksi benda-

benda bernilai dan bersejarah. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 19, tahun

1995 “Museum adalah lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan

pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan

lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan

budaya bangsa”.17 Kehadiran koleksi benda-benda bukti materiil hasil budaya

manusia, melalui museum masyarakat dapat mengetahui identitasnya, asal-usul

mereka, perubahan kebudayaannya, pengetahuan tentang hubungan masa lampau

dengan masa kini serta menjadikan pengetahuan itu untuk menyongsong

masadepan.

Di sepanjang abad XIX dan XX, di Indonesia terbentuk museum-museum

khusus. Berikut beberapa contoh museum yang memberikan pelayanan pameran

koleksinya, yakni :

16 Gazalba, 1966, Op cit, h.: 95 17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, nomor 19, tahun 1995 tentang

Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum, bab I, pasal 1, ayat 1

Page 7: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

a. Museum Nasional RI adalah organisasi tunggal untuk penyimpanan bahan

sejarah terutama bidang antropologi, archeologi dalam arti luas.18 Secara

keseluruhan jumlah koleksi Musem Nasional saat ini sekitar 141.000 buah.

Musem Nasional dikenal sebagai Gedung/Museum Gajah karena di halaman

depan terdapat patung gajah perunggu hadiah dari Raja Thailand Chulalongkom

yang pernah berkunjung ke Museum itu pada tahun 1873. Museum itu juga

disebut Gedung Arca karena di dalam gedung banyak tersimpan berbagai jenis

arca berasal dari berbagai periode historis. Selain memiliki koleksi benda-benda

kuno – sebelum adanya Perpustakaan Nasional, Museum ini juga menjadi

tempat koleksi naskah yang paling besar di Indonesia. Walau pun belum ada

inventarisasi yang lengkap memuat semua naskah, namun kebanyakan naskah

sudah diinventarisasikan. Macam-macam katalog yang agak lengkap tentang

naskah museum pusat telah tersedia, juga dapat ditemukan dalam buku

Seodjatmoko. Pada umumnya naskah itu tidak boleh dibawa ke luar sehingga

bagi peneliti harus mempelajarinya di tempat, atau membuat mikrofilmnya.

Museum Pusat juga memiliki koleksi besar mikrofilm naskah milik Universitas

Leiden yang sebagian besar ditulis dalam beberapa bahasa daerah di Indonesia

seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, dan lain-lain. Kini koleksi naskah dan

mikrofilm naskah sudah dialihkan ke Perpustakaan Nasional, yang berlokasi di

Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat.

b. Museum Radya Pustaka,19 terdapat koleksi berbagai jenis wayang, mulai dari

wayang kulit, gedog, topeng, sampai wayang beber. Juga terdapat meriam Lela

berukuran kecil. Meriam ini dulunya berfungsi untuk upacara pelantikan raja,

pesta perkawinan, dan penyambutan tamu agung. Di bagian tengah ruang,

terdapat Kremun, yakni kotak persegi empat yang terbuat dari kayu dan rotan

lengkap dengan pintunya. Di dalam Kremun inilah puteri bangsawan duduk, lalu

diangkat oleh dua orang atau lebih untuk bepergian. Juga masih tersimpan piala

porselen hadiah dari Kaisar Napoleon Bonaparte yang dipersembahkan kepada

Raja Sri Susuhunan Paku Buwono IV (1811). Berbagai jenis mata uang kuno dari

berbagai negara seperti Cina, VOC, India, dan Amerika Serikat, juga menjadi

bagian dari koleksi museum. Koleksi keramiknya tersimpan dan tertata rapi

dalam sebuah ruangan tersendiri seperti guci, piring, gelas, cangkir, cawan,

mangkuk, tempat bunga, tempat buah. Di ruang koleksi keramik ini ditampilkan

pula piring sewon (piring peringatan seribu hari wafatnya seseorang), ditata pada

18 Ali, R.Moh., 1963, Op cit, h. 243 19 Nama resmi museum yang didirikan oleh KRA Sosrodiningrat IV Pepatih Dalem

Sinuhun PB IX dan PB X pada tanggal 28 Oktober 1890 itu adalah Paheman Radya Pustaka.

Secara terminologis, paheman berarti 'lembaga', radya artinya 'bangsa/negara', dan pustaka

memiliki makna 'hasil budaya', terutama tulisan tangan. Pemrakarsa museum ini, menurut

Kepala Museum Radya Pustaka, KRH Darmodipuro, adalah RTH Djojodiningrat II yang

memiliki nama kecil Walidi.

Page 8: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

sebuah panel berbingkai dengan menggunakan pendekatan estetis yang diatur

dengan sistim garis-garis.20

c. Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II yang terletak di samping

Benteng Kuto Besak dan Museum Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) di

Jalan Merdeka, Palembang, masih menyimpan meriam, arca, dan alat-alat

musik, perlengkapan hidup masyarakat Palembang. Perlengkapan itu terkait

dengan daur hidup masyarakat, mulai kelahiran, sunatan, hingga perkawinan. 21

Menurut Louis Gottschalk, metode sejarah dinilai sebagai metode yang bersifat

ilmiah, apabila memenuhi dua syarat, pertama, metode itu mampu menentukan fakta

yang dapat dibuktikan; kedua, fakta itu berasal dari suatu unsur yang diperoleh dari

hasil pemeriksaan yang kritis terhadap dokumen sejarah. Dikatakan pula, bahwa

metode sejarah merupakan proses pengujian dan panganalisaan secara kritis

terhadap rekaman dan peninggalan masa lampau.

Menurut Carter V. Good dan Douglas E. Scates, metode sejarah berlangsung

melalui tiga langkah besar: (1) pengumpulan data; (2) penilaian (kritik) sumber; dan

(3) pengungkapan (pressentation) fakta dalam kerangka menarik. Menurut pendapat

ini, historiografi merupakan salah satu bagian dari metode sejarah.

Perbedaan kedua pendapat di atas sewajarnya dapat dikompromikan, dalam

arti khusus, pengertian metode sejarah adalah sebagaimana yang telah

dikemukakan oleh Good dan Scates tersebut. Walaupun kedua pengertian metode

sejarah di atas sama-sama mementingkan pentingnya dokumentasi, tetapi metode

sejarah yang ketentuan-ketentuannya digunakan untuk acuan pendekatan dalam

buku ini dibatasi pada pengertian metode sejarah dalam arti yang khusus. Yakni

sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Gottschalk di atas.

2. Bahan Dokumenter

Sartono Kartodirdjo menekankan, bahwa dalam penelitian yang

berprespektif atau berorientasi sejarah, maka bahan dokumentasi memiliki peranan

metodologis yang sangat penting. Pernyataan ini memberikan isyarat, bahwa baik

metode sejarah dalam arti khusus maupun dalam arti umum, sama-sama

mementingkan bahan dokumentasi. Bahan dokumen yang ada di Indonesia untuk

studi nomotetis (artinya melukiskan yang umum), menurut Kuntowidjojo, maka

dapat dibagi dalam beberapa macam :

a. Otobiografi

b. Surat- Surat pribadi, buku atau catatan harian, memoir;

c. Surat kabar

d. Dokumen pemerintah

e. Cerita-cerita roman dan cerita rakyat

20Harian Republika, Minggu, 19 Januari 2003 21 Harian Kompas, Jumat 15 Juli 2005

Page 9: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

Sebelum dianalisa isi bahan dokumenter perlu dibicarakan dahulu beberapa

jenis yang penting beserta pengupasan ciri-ciri dari setiap bentuk bahan dokumenter

tersebut :

a. Otobiografi - ada tiga macam :

1). Otobiografi komprehensif : adalah otobiografi yang panjang dan

bersegi banyak ; misalnya otobiografi Achmad Djajadiningrat, di dalamnya tertera

masa kanak-kanaknya hidup di tengah-tengah masyarakat tradisional di Banten,

sebagai putra bangsawan ia mengalami pendidikan menurut adat dan agama Islam.

Digambarkan di dalamnya tentang ide-ide kolot di kalangan rakyat, kemudian

pengalaman pertamanya waktu masuk sekolah Belanda, konflik intern yang dialami

dalam perubahan itu, kepercayaan takhayul yang merajalela, serta menghambat

perbaikan kehidupan rakyat, dsb. Melalui otobiografinya dapat disaring data yang

menunjukkan kondisi sosial di Banten pada masanya, golongan sosialnya

(bangsawan, elite keagamaan, rakyat jelata).

2). Otobiografi topikal: Otobiografi yang isinya pendek dan sangat khusus

sifatnya; misalnya, otobiografi dari Sutadiningrat, bupati Serang. Pokok-pokok

uraiannya terutama pengalamannya sebagai bupati di Pandeglang terutama yang

bersangkutan dengan kedinasan, umpamanya uraian tentang perjalanan inspeksi ke

daerahnya dengan mencakup pembicaraan tentang keadaan pertanian, peternakan

dan ketata-prajaan pada umumnya.

3) Otobiografi yang diedisikan: adalah otobiografi yang telah disusun oleh

pihak lain.Nilai otobiografi sangat besar bagi ilmu psikologi karena banyak memuat

faktor subyektif seperti segi efektif, motivasi, harapan, pengalaman, serta

interpretasi, dan konseptualisasi dari individu yang bersangkutan terhadap faktor-

faktor itu. Gambaran tentang perkembangan pribadi seseorang mencerminkan

keadaan masyarakat yang mengelilinginya, ialah kelompok sosialnya, struktur dari

stratifikasi sosialnya, struktur kekuasaan, serta golongan elitenya, konflik sosial,

mobilitas sosial, dan sebagainya.

Pada umumnya pengarang otobiografi seringkali tampak kecondongan untuk

mengidealisasikan atau meromantikkan masa yang lampau. Oleh sebab itu,

otobiografi sebagai suatu karangan harus diseleksi menurut :

(a) pusat perhatian pengarang

(b) jenis bahan sumber yang dipergunakan

(c) alasan dari penulisnya : apakah bermaksud untuk membela sesuatu,

mencari keuntungan tertentu, menaruh perhatian kepada ilmiah, mempunyai

kesenangan mengarang, mengumpulkan keinginan supaya terkenal, dsb.

b. Surat Pribadi, Catatan dan Buku Harian, Memoir

Segi-segi penting dari surat pribadi sebagai bahan dokumen : (1) hubungan

dyadic; (2) pokok pembicaraan yang menyangkut hubungan dan lembaga sosial; (3)

tatasusila atau adat istiadat yang tercermin dalam bentuk serta bahasa surat itu.

Page 10: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

Buku harian : dokumen yang sangat pribadi sifatnya. Di Indonesia dokumen serupa

ini jarang sekali kita dapati, malahan untuk masyarakat lampau boleh dikata tidak

ada sama sekali. Adapun Djakarta Diary dari Mochtar Lubis yang dimuat dalam

Harian Indonesia Raya merupakan salah satu contoh dari catatan harian yang jarang

didapati. Catatan harian itu memuat data yang relevan bagi keadaan masyarakat

Indonesia pada zaman memuncaknya sistem politik Demokrasi Terpimpin.

Memoirs: suatu jenis dokumen pribadi yang sangat mirip pada catatan

harian. Pada umumnya memoirs ini tidak menyinggung soal pribadi melainkan

merupakan uraian tentang soal-soal umum. Kebanyakan dari memoirs yang dibuat

oleh orang-2 Indonesia merupakan catatan perjalanan Banyak memoirs yang berasal

dari orang Barat abad ke-16 M, misalnya Tome Pires, Suma Oriental dengan cukup

jelas ia memberikan gambaran tentang struktur sosial dari masyarakat kerajaan dan

kota pantai di Semenanjung Melayu (Malaka) dan di pantai utara Jawa Timur

(Tuban).

Penggunaan bahan itu sudah barang tentu memerlukan pendekatan

dengan metode filologi dulu dengan kritik naskahnya. Disamping itu diperlukan

pula suatu pengetahuan tentang kesusateraan, arkeologi, dan sejarah kebudayaan

dari zaman itu. Lagi pula untuk dapat membuat suatu generalisasi tentang

keadaan sosial, pranata- pranata sosial, dan struktur sosialnya, harus ada studi

komparatif dengan menggunakan prasasasti-prasasasti dari zaman itu. Dari hasil

studi itu dapat dibuat suatu perincian tentang :

- golongan sosial

- struktur politik

- aspek-2 ekonomi

- keagamaan

- serta adat istiadat (dari orang- orang Jawa abad ke-14)

c.Surat Kabar

Untuk mempelajari masyarakat dalam modern sejak abad ke-19, surat kabar

merupakan bahan dokumen yang sangat berharga.

Ruag lingkupnya: lokal, nasional, internasional. Segi substantifnya: mencakup

pelbagai sektor kehidupan sosial meskipun pada umumnya sektor yang

diutamakan. Fokus perhatiannya: meliputi bidang perhatian dari pelbagai golongan

usia dan sebenarnyaharus melayani perhatian publik yang sangat heterogen.

Sebagai sumber informasi surat kabar tidak hanya memuat data yang

menunjukkan fakta, tetapi juga opini, interpretasi, dan fikiran spekulatif. Karena hal

yang terakhir itu, surat kabar tidak hanya berfungsi sebagai penyebar informasi,

tetapi juga menjadi medium yang baik untuk meletakkan pengaruh kepada publik.

Hal ini memberi warna tertentu kepada surat kabar yang dalam penelitian ilmiah

yang obyektif itu perlu di-identifikasikan lebih dahulu.

Sifat subyektif mudah diketahui dari surat kabar yang menjadicorong suatu

kelompok politik atau golongan sosial. surat kabar semacam itu tidak terlalu

membahayakan untuk digunakan sebagai bahan , oleh karena telah diketahui

Page 11: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

dengan jelas simpati dan antipatinya, sikap pro dan kontranya serta kepentingan-

kepentingannya, misalnya Darmokondo dari BU, Indonesia Merdeka dari para

mahaiswa di Nederland, Sinar Djawa adalah corong dari SI.

Disamping perbedaan dalam opii serta interpretasi terhadap peristiwa-

peristiwa, pada umumnya perkabaran tentang fakta- faktanya sendiri sama. Suatu

keuntungan dari surat kabar adalah bahwa informasi tentang fakta- fakta itu sangat

pendek jarak waktunya dari peristiwanya sehinggga pada umumnya relatif tepat.

Walaupun demikian penggunaan fakta dalam surat kabar sering kurang teliti.

Hal ini disebabkan a.l. oleh karena singkatnya waktu yangbiasanya tersedia pada

para wartawan untuk mengolah informasi yang mereka dapat. Apalagi dalam

menghadapi tekanan untuksegera memberikan informasi epada publik, paada hal

para wartawannya belum sempat menyelami peristiwa yang bersangkutan serta

seluruh latar belakangnya.

Kecuali itu, pada surat kabar sering ada kecenderungan untuk menarik

perhatian dan membuat perhatian sensaional, dengan akibat bahwa terjadi

penggambaran suatu kejadian atau pemutar-balikan fakta, sesuai dengan azas

tujuan surat kabar itu. Sifat kedangkalan berita dalam surat kabar menyebabkan

bahwa dalam kenyataannya, banyak sumber sepertidokumen pemerintah menjadi

tertutup bagi para wartawan sedangkan pejabat sering segan atau tidak bersedia

untuk memberikan keterangannya. Untuk mempelajari suatu periode tertentu,

seperti zaman Jepang, atau tahun- tahun pertama dari Revolusi, surat kabar tidak

hanya berguna untuk melengkapi dokumen resmi, tetapi merupakan bahan

dokumenter yang pokok.

Secara singkat bahwa dalam hal penggunaan surat kabar sebagai sumber,

penelti perlu memperhatikan hal- hal sebagai berikut :

(a) Mengidentifikasi “warna”nya, terutama pengaruh dari “warna” itu dalam hal

menginterpretasikan peristiwa;

(b) Norma- Norma ketelitiannya;

(c) Sumber informasinya;

(d) Identifikasi dari kepribadian dari pengarang dan wartawan- wartawannya;

d.Dokumen Pemerintah

Pada umumnya dokumen pemerintah dibuat dengan ketelitian yang

sungguh-2, karena kesalahan atau pemalsuan akan memerosotkan wibawa

pemerintah dan akan membawa kepada banak kerugian. Mengingat hal itu, maka

dokumen pemerintah lazim diterima sebagaibahwan otenthik sehingga

penggunaannya tidak memerlukan kritik ekstern.

Dokumen yang belum diterbitkan dan masih tersimpan dalam bentuk aslinya atau

turunannya dalam arsiptidak kurang penting isinya, malahan untuk keperluan studi

dalam Ilmu-Ilmu Sosial, dokumen itu lebih penting. Dokumen itu memuat catatan

tentang pelbagai aktivitas :

- Pejabat Pemerintah

- Pemimpin militer

Page 12: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

- Transaksi dalam bidang administrasi dari lembaga- lembaga pemerintah;

Di antara dokumen pemerintah ada beberapa kategori :

(a) missive, ialah surat resmi dari pra asisten residen, dan residen kepada

gubernur jenderal;

(b) keputusan pemerintah;

(c) memoranda, ialahlaporan yang diucapkan pada waktu upacara serah terima

jabatan;

(d) militair journaal, ialah catatan harian dari kesatuan militer yang melakukan

operasi;

(e) surat kawat;

(f) notulis rapat;

(g) process verbaal dari suatu persidangan pengadilan.

Dokumen pemerintah biasanya bersifat terlalu sepihak dan tidak

mencerminkan pikiran, ide, perasaan, kegiatan, serta hubungan sosial dalam

kalangan rakyat. Maka dari itu, kenyataan kehidupan rakyat di desa-desa atau di

kota-kota kecil pada umumnya tidak ada dalam dokumen pemerintah.

Apabila dibandingkan dengan surat kabar maka dokumen pemerintah pada

umumnya lebih mampu memberikan detail drisuatu peristiwa secra lebih eksak,

karena para pejabat pemerintah mempunyai fasilitas untuk mendapatkan volume

informasi yang lebih besar. Asal pendapat dan anggapan dari pejabat yang

menulisnya dapat diisolasikan, maka data informasi dalam dokumen pemerintah

lebih dapat dipercaya daripada data dalam surat kabar.

e.Cerita Roman

Karya kesusasteraan adalah ekpressi dan fantasi, imaginasi, serta

kemampuan stilistis dari seorang pengarang. Dalam menulisnya, si pengarang

secara tidak sengaja mengungkapkan data yang menyangkut keadaan sosial dari

masanya atau dari periode waktu cerita itu terjadi.

Dengan mengecualikan roman yang bersifat science fiction atau roman

utopis, pada umumnya keadaan sosial dalam cerita roman digambarkan secara lebih

realistis, artinya lebih mendekati kenyataan kehidupan konkret dari masyarakat dan

tidak dilukis oleh si pengarang menurut fantasi atau imajinasi yang bebas. Karena

itu, hasil kesusasteraan semacam itu sangat cocok untuk dipergunakan sebagai

bahan dokumen guna merekonstruksi kehidupan sosial dari masa tertentu. Ambil

contoh, serat Centhini, Serat Rijanta. Karang-karang itu mengungkap kehidupan

sosial dari periode awal, pertengahan Mataram dan akhir jaman Surakarta.

Pada umumnya data yang tercantum dalam pelbagai jenis dokumen itu

merupakan satu-satunya alat untuk mempelajari permasalahan- permasalahan

tertentu, a.l. karena tidak dapat diobservasi lagi dan tidak dapat diingat lagi.

Sebaliknya bahan itu seringkali tidak lengkap. Bentuknya yang demikian sehingga

belum siap untuk digunakan. Kecuali itu dokumen sering tidak memuat data yang

cocok bagi pemecahan masalah yang sedang diteliti…. Maksud dokumentasi di sini

Page 13: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

ialah pengertian secara luas dari arti istilah dokumen. Yakni, setiap proses

pembuktian baik yang didasarkan atas ha-hal yang berbentuk tulisan, resmi

maupun tidak resmi, primer maupun bukan primer. Dengan demikian, sasaran

penelitian yang berorientasi sejarah semisal dengan sasaran penelitian hadis, yakni

sama-sama berupaya meneliti sumber dalam rangka memperoleh data yang otentik

dan dapat dipercaya.

Dilihat dari sifatnya, sumber data ada dua macam:

1. Sumber primer, merupakan kesaksian dengan mata kepala sendiri atau indera

lainnya, atau alat mekanis. Dengan demikian, sumber primer merupakan

sumber yang memberikan data langsung dari tangan pertama. Karenanya,

sumber primer biasa juga disebut dengan istilah saksi pandangan mata.

2. sumber sekunder, adalah kesaksian dari siapa pun yang bukan saksi

pandangan mata. Jadi sumber sekunder merupakan kesaksian dari orang

yang tidak hadir langsung pada peristiwa yang dikisahkan.

Penelusuran Situs Sejarah

Dalam konteks situs sejarah Islam seringkali kita hanya mencermati situs

yang seringkali diwacanakan, dilihat. Bagaimana dengan situs-situs sejarah Islam

yang kurang mendapat perhatian. Faktor penyebabnya antara lain lokasi, nama

lokasi tidak dikenal atau sudah berubah baik nama maupun fungsinya. Luapan

informasinya akan diperoleh apabila dihubungkan dengan pernyataan-pernyataan

yang terkandung dalam data tekstual. Dengan kata lain, ribuan data tekstual

sebagaimana diungkap dalam kitab-kitab tamaddun Melayu, akan dapat diraih

antara lain : menyebut nama-nama tokoh dan tempat yang mengisyaratkan

hubungan dengan penyebaran Islam di suatu wilayah.

Andai saja dalam naskah terdapat sejumlah nama tempat, adakah di antara

nama tempat terdapat dalam peta-peta topografi ? Dari sinilah kita dipicu untuk

menelusuri koleksi peta. Melalui peta setidaknya akan diketahui letak

sesungguhnya. Melalui tempat yang kita kunjungi untuk menjajagi kemungkinan

sejumlah toponim yang dapat dikenali tersebut mengandung data arkeologi masa

penyebaran Islam, masa kesultanan Islam, masa penjajahan Kolonial, masa

Kemerdekaan.

Melalui data sejarah tersebut setidaknya telah memberikan wawasan minimal

bagaimana eksistensi jalinan di antara para tokoh tersebut, sehingga telah pula

memudahkan upaya terciptanya suatu kekuatan untuk menyelenggarakan

pemerintahan, dan berhasil. Keberhasilan tersebut ditandai dengan berdirinya

antara lain Kerajaan Islam / Kesultanan Islam. Pada tahap berikutnya dibangunlah

sebuah masjid, kini tetap dikenal dengan sebutan Masjid Agung/Gede. Dengan masjid

itu, mereka membuktikan dirinya mengikuti (ittiba') sunnah Rasulullah SAW dalam

pembinaan Masjid Quba'. Bentuk bangunannya kemudian dijadikan model

bangunan masjid-masjid yang ada di wilayah pengaruhnya. Kenyataan tersebut

dapat diamati pada sejumlah masjid di lokasi penelitian. Indikator yang dapat

diamati pada masjid-masjid di lokasi penelitian, antara lain adalah : mihrab,

Page 14: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

mustaka, atap tumpang, berdenah bujur sangkar, tanpa menara.Atas jasa baik secara

moral maupun material bagi masyarakatnya, para Wali, Ustadz, Tuan Guru, Syeikh,

para bangsawan Ki Ageng serta Adipati dalam bentangan kultural menjadi faktor

penting. Indikator yang dapat ditangkap adalah makam peristirahatan terakhirnya

ramai dikunjungi oleh para peziarah. Selain menunjukkan penghormatan atas karier

sejarahnya, di antara para peziarah, menurut penuturan juru kunci, ada yang datang

untuk memuja bahkan datang meminta berkah, dengan harapan agar memudahkan

dalam usaha mencari rezeki, jodoh, dan sebagainya. Jadi, makam mereka jadikan

tempat mengadu, mengeluh di saat kesulitan, dan sebagainya. Menurut penuturan

juru kunci ada hari-hari khusus yang banyak mengundang kehadiran para peziarah,

ambil contoh di Jawa yakni : setiap malam Jum'at Wage dan Selasa Kliwon, untuk

Selo, Pengging, dan Jatinom. Sedangkan pada Jum'at Wage dan Jum'at Kliwon di

Tembayat, Butuh. Sedangkan di Kotagede sering ramai dikunjungi peziarah adalah

pada hari-hari Besar Islam,misalnya Maulud, Muharram. Bahkan di Jatinom, hingga

saat ini masih terselenggara perayaan 'Ongkowiyyu'. Perayaan tersebut

diselenggarakan oleh masyarakat Jatinom maupun masyarakat dari luar. Perayaan

yang diselenggarakan setiap bulan Muharram tersebut selalu diresmikan oleh

Pemda setempat.

Kenyataan tersebut di atas membuktikan bahwa aktivitas dan tindakan para

peziarah dalam melaksanakan maksud dan niatnya di komplek makam keramat -

antara lain di lokasi penelitian, nampak berlangsung berulang-ulang, baik setiap

hari, setiap musim, atau kadang-kadang saja. Dalam aktivitas yang berbentuk

upacara keagamaan atau ritus oleh masyarakat pendukungnya dilakukan dengan

cara berdo'a, sesaji (menabur bunga, membakar kemenyan), bersujud, bertapa.

Bahkan di Jatinom, dan Tembayat, serta di Pengging (komplek makam

P.Andayaningrat) ditemukan pula sisa-sisa pembakaran hio.

Dengan demikian, melalui sejumlah nama lokasi tersebut yang dikategorikan

sebagai situs masa Islam dapat terjawab, antara lain adanya masjid, dan komplek

makam. Data arkeologi tersebut hingga kini masih berfungsi dan difungsikan oleh

masyarakat pendukungnya, melalui beberapa tindakan22.

Selain kunjungan para peziarah, makam-makam di lokasi penelitian juga

mendapat perhatian dari para peneliti baik dari dalam negeri maupun dari luar

negeri. Gejala tersebut menunjukkan betapa besar pengaruh dan penghargaan

masyarakat atas para wali tersebut

Metode Penelitian

1. Pengumpulan Data

22 Berpijak dari 'tindakan' yang berjalan secara berkesinambungan dengan masa lalu hingga

kini, dapat diartikan sebagai 'tradisi'. Dengan kata lain, tradisi merupakan sesuatu yang diwariskan

dari masa lalu ke masa kini, dan sesuatu tersebut adalah non-materi yang bisa berupa kebiasaan,

kepercayaan atau tindakan-tindakan.

Page 15: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

Pengumpulan Data Kepustakaan. Strategi dan langkah teknis yang

berkaitan dengan pengumpulan data yang diperoleh melalui kepustakaan, serta

sejumlah peta, hingga mendapatkan toponim, dapat dirinci sebagai berikut :

1). mendaftar sejumlah toponim yang termaktub dalam Babad Tanah Jawi yang

dimaksud;

2). daftar toponim yang diperoleh kemudian ditelaah dan diperbandingkan

melalui sejumlah kepustakaan melalui sumber-sumber sejarah yang semisal;

3). usai memperbandingkan toponim dengan sejumlah sumber sejarah yang lain,

kemudian diupayakan melacak ulang melalui sejumlah peta topografi yang berhasil

dikumpulkan dan dipilih dari berbagai tahun penerbitan dan instansi penerbit yang

berbeda. Seringkali terjadi bahwa toponim yang termaktub dalam Babad Tanah Jawi

tidak dapat dikenal, diperkirakan namanya sudah berubah, bertambah, atau

berbeda sama sekali;

4). mengumpulkan peta-peta administrasi masa sekarang dari berbagai sumber

pustaka dan kantor-kantor pemerintah. Strategi awal untuk melakukan pelacakan

dan pengumpulan sejumlah peta dalam rangka toponim, diperoleh melalui :

Perpustakaan Nasional, di Jakarta; Arsip Nasional, di Jakarta; Biro Pusat Statistik, di

Jakarta; Bakosurtanal, di Cibinong, Jawa Barat; dan beberapa kantor instansi di

daerah lokasi penelitian, terutama melalui Kantor Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan di Tingkat II (Purwodadi, Sragen, Surakarta, Klaten, Boyolali, dan

daerah Istimewa Yogyakarta);

5). membuat daftar baru berdasarkan hasil pencarian toponim-toponim pada

peta-peta topografi dan sumber-sumber tertulis lainnya, untuk memudahkan

pencarian toponim dan kemungkinan informasi tentang kandungan arkeologi di

dalamnya.Pengumpulan Data Lapangan. Langkah-langkah untuk pengumpulan data

arkeologi di lapangan, secara berurutan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1). pencarian dan/atau mencek kebenaran adanya nama lokasi/toponim melalui

nama-nama administrasi dan nama-ama geografi yang telah dihimpun dalam daftar

baru. Pencarian ini telah menunjukkan hasilnya, di antaranya didapatkan sejumlah

toponim, untuk kemudian dilakukan pendataan sejumlah temuan arkeologi yang

terdapat pada toponim;

2). membuat daftar baru berdasarkan hasil pencarian dari peta topografi dan

kandungan data arkeologi. Melalui langkah ini dapat membantu dalam rangka

sampling yang kemudian dijadikan daerah sasaran (lokasi) penelitian;

3). membuat peta situasi dari toponim-toponim yang dikunjungi; peta situasi

yang dimaksud lebih memfokuskan pada keletakkan data arkeologi;

4). menempatkan lokasi/toponim yang telah dikunjungi tersebut pada peta

topografi skala 1: 50.000 untuk mengetahui posisi lokasi koordinatnya.

Langkah-langkah tersebut telah memungkinkan dilakukan setelah mencoba

mengintegrasikan sejumlah peta topografi dan sejumlah informasi yang diperoleh

melalui sumber-sumber tertulis tentang toponim-toponim yang tersebut dalam

Babad Tanah Jawi yang dimaksud.

2.Pengolahan Data

Page 16: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

Langkah-langkah yang berkaitan dengan tahap pengolahan data

tekstual dan data artefaktual, baik yang diperoleh melalui kepustakaan maupun dari

lapangan dimaksudkan untuk dijadikan bahan utama bagi analisis selanjutnya .

Dalam rangka mengkaji data tekstual yang diangkat dari Babad Tanah Jawi

dilakukan perbandingan (data sejarah) dari sejumlah sumber tekstual yang lain,

berkenaan dengan toponim, kronologi toponim, peristiwa-peristiwa sejarah yang

terkait, dan para tokoh.

Dalam rangka upaya memahami kesejajaran penyebaran

toponim/lokasi-lokasi awal pengembangan Islam sebgaimana disebut-sebut dalam

data tekstual dan penyebaran data artefaktual, akan diupayakan penelitiannya

dengan pendekatan arkeologi dan pendekatan sejarah. Melalui kedua pendekatan

tersebut, dapat dirinci dan diurut sebagai berikut :

1). Observasi terhadap kepustakaan, survey dan wawancara yang diharapkan

akan diperoleh toponim dari Babad Tanah Jawi untuk kemudian dimungkinan

dapat dipetakan,dikenal pada topografi/geografi masa kini. Melalui observasi ini

akan diperoleh data arkeologi pada toponim yang dimaksud, untuk kemudian akan

diidentifikasikan isi budaya dan kronologi;

2). Deskripsi dan analisis (formal, spasial, dan temporal), yang diharapkan akan

diperoleh topologi isi budaya dan situs sebagai daerah penelitian ; pola-pola sebaran

isi budaya dan situs; serta kronologi situs;

3). Interpretasi/eksplanasi terhadap struktur data arkeologi antar situs;

hubungan antar data pada situs dan antar situs. Pada tingkatan interpretasi ini akan

diupayakan rekonstruksi alur penyebaran Islam di pedalaman Jawa Tengah, dapat

dicapai ;

Oleh sebab itu, penelitian yang dilakukan dengan beberapa tingkat penelitian

tersebut secara operasional akan diupayakan melalui beberapa tahapan

penelitiannya, yakni :

1). Pra-analisis, akan dimanfaatkan sebagai tahap membandingkan sumber

tertulis - dengan sasaran utama Naskah …. dengan sumber-sumber tertulis lainnya;

2). Analisis:

2).a.Ruang : tempat di mana sesuatu peristiwa/ aktivitas / peran penyebaran Islam

dilakukan;

2).b.Waktu : bentang/dimensi temporal fase-fase penyebaran Islam dilakukan;

2).c.Budaya : aspek-aspek isi budaya yang memberi ciri khusus/ umum pada lokasi

penelitian pada awal penyebaran Islam;

Belajar dari bentangan sejarah sebagaimana dibuktikan peninggalan sebagai

wujud nyata pengalaman dari para tokoh, nama lokasi, peristiwa, angka tahun di

atas penting dicatat, antara lain :

a. pendirian masjid, selain menciptakan suasana membangun kebersamaan,

pada era dakwah Islam, setidaknya mendidik karakter individu hingga

terwujudnya bangsa, bernama “Indonesia”.

b. Pendirian kota, istana, dsb secara estafet setidaknya dapat dipandang

memiliki pandangan dan sumbangan yang cukup besar kegigihannya dalam

Page 17: Metodologi Penelitian Agama - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39168/3/fulltex.pdf · Setelah mengenali klasifikasi tentang sumber sejarah,

perjuangan memberikan inspirasi, dan mampu menyesuaikan diri di antara

multietnis Nusantara dengan cara membangun jaringan nasional, hingga

internasional.

Keteladanan jejak langkah aktif para tokoh terdahulu melalui sejumlah

keteladanan hingga berwujud karakter, kita diajak untuk membangun integritas.

Suasana integritas akan menjadi modal kemajuan, untuk meraih segala aspek

kedaulatan dalam bernegara, menuju kesejahteraan bagi semua.