Metode Penelitian Tindakan

Embed Size (px)

Citation preview

@Muhammad Yaumi menjiplak materi ini sebagian atau seluruhnya. Buat kutipan sesuai aturan dalam karya tulis ilmiah

TINJAUAN TENTANG PENDEKATAN METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN Oleh Muhammad Yaumi

A. Pendahuluan Fenomena Aktual Seiring dengan meningkatnya upaya perbaikan kompetensi dan kinerja tenaga pendidik akhir-akhir ini, penelitian tindakan merupakan pilihan tepat dalam rangka memperbaiki dan memperkuat hubungan antara praktek dan penelitian. Model penelitian tindakan, (di samping penelitian evaluasi dan penelitian dan pengembangan) termasuk kategori penelitian aplikasi yang diarahkan pada isu-isu spesifik dan praktis. Penelitian tindakan menekankan pada praktek sosial, bertujuan ke arah peningkatan, suatu proses siklus, diikuti oleh penemuan yang sistematis, proses reflektif, bersifat partisipatif, dan ditentukan oleh pelaksana1. Dalam bidang pendidikan, penelitian tindakan dimaksudkan untuk menguji praktek-praktek pendidikan secara sistematis dan hati-hati dengan menggunakan teknik-teknik tertentu berdasarkan asumsi bahwa

penyelenggaraan pendidikan akan menjadi semakin baik jika dilakukan kajian1 Kamber D., Action Learning Research Improving the Quality of Teaching and Learning (London: Page Limited, 2000), p. 24.

mendalam untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi, menjadi lebih efektif bila didorong untuk memeriksa dan menilai pekerjaan yang dihasilkan dan kemudian saling membantu dan bekerja sama dalam pengembangan profesi. Namun, penelitian tindakan sering dipahami hanya dalam ruang lingkup yang mikro, ruang kelas, saja sehingga penelitian tindakan hanya dimaknai dengan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Padahal penelitian tindakan bukan hanya diarahkan pada tingkat ruang kelas saja, melainkan juga pada tingkat sekolah, kecamatan dan kabupaten, bahkan lebih tinggi lagi ke tingkat provinsi dan nasional untuk kasus pendidikan di Indonesia yang menganut sistem desentralisasi pendidikan. Semakin tinggi tingkat yang diarahkan untuk penelitian tindakan, semakin kompleks desain dan siklus penelitian, dan semakin lama pula jangka waktu yang digunakan. Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan pemahaman penelitian tindakan kelas (PTK) dalam sepuluh tahun terakhir ini telah berhasil diperkenalkan hingga pada tingkat satuan pendidikan dan telah banyak berkontribusi pada perubahan pola pembelajaran yang

dikembangkan oleh pendidik. Walaupun demikian, eligibilitas gagasan penelitian tindakan untuk diterapkan dalam berbagai jenjang pendidikan termasuk pada jenjang pendidikan doktoral belum sepenuhnya dapat diterima. Khusus untuk program doktoral, penelitian tindakan masih dianggap

3

oleh sebagaian pakar pendidikan sebagai suatu jenis penelitian yang hanya berlangsung sepihak atau searah oleh guru atau pendidik kepada peserta didik, kepala sekolah atau pengawas kepada guru yang diberi pengawasan tanpa menguji kebenaran dari pelaksanaan tindakan. Konsekuensinya, hasil penelitian cenderung tidak demokratis karena hanya terfokus pada satu sisi dan seolah mengabaikan sisi lain yakni guru sebagai pelaksana penelitian. Kelemahan lain juga dapat dikatakan bahwa hasil penelitian tindakan tidak dapat digeneralisasi karena tidak berlaku umum, tergantung dari karakteristik kelas dan kemampuan yang dimiliki guru dalam melaksanakan penelitian. Mengingat pelaksanaan penelitian tindakan harus dilakukan melalui siklus-siklus dan tahapan-tahapan, hasil penelitian sering memerlukan waktu yang relatif lama sehingga perlu dipersiapkan tenaga dan dana yang memadai. Di samping itu, pelaksanaan penelitian secara kolaboratif sulit diwujudkan karena perbedaan minat, kecenderungan, motivasi, dan keahlian yang berbeda-beda di antara peneliti dan kolaborator. Pandangan tersebut mengundang perdebatan akademik yang panjang dengan pakar pendidikan lain yang berpendapat justru penelitian tindakanlah yang perlu diberi ruang dan kesempatan besar untuk dilakukan termasuk bagi mahasiswa tingkat doktoral. Hal ini didasari oleh premis yang mengatakan bahwa untuk dapat melakukan perubahan yang berarti dalam bidang pendidikan khususnya dan bidang-bidang lain umumnya dengan

melibatkan pihak lain secara bersama-sama, penelitian tindakan merupakan solusi cerdik yang harus dikembangkan. Tanpa memasuki wilayah

perdebatan yang mendalam antara yang pro dan kontra atas eligibilitas penelitian tindakan dalam pelaksanaan penelitian bagi mahasiswa program doctoral, pendalaman kajian metode penelitian tindakan mutlak dilakukan.

Definisi Penelitian Tindakan Penelitian tindakan (Action Research) atau disingkat AR ditandai dengan pendekatan systematic inquiry yang memiliki ciri, prinsip, pedoman, prosedur yang harus memenuhi kriteria tertentu. Penelitian tindakan harus jelas membedakan perbedaan ciri tindakan dan penelitian, harus terlibat langsung dan bukan hanya sekedar sebagai penonton.2 Dikatakan pula bahwa penelitian tindakan adalah suatu proses demokratis dan partisipatorik yang menyangkut pengembangan pengetahuan praktis dalam upaya mencari tujuan yang bermanfaat demi kemaslahatan kehidupan di dunia.3 Selanjutnya, penelitian tindakan selalu berhubungan dengan tindakan untuk mencapai hasil praktis dan menciptakan bentuk pemahaman baru karena tindakan tanpa pengetahuan adalah buta dan teori tanpa tindakan tidak berarti.4 Secara operasional bentuk penelitian tindakan adalah2Conny R. Semiawan, Catatan kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hal. 177. 3David Coghlan and Teresa brannick, Doing Action research in Your Own Organization, Second Edition (London: Sage Publication Ltd., 2005), p.3. 4Valsa Koshy, Action Research for Improving Practice: A practical Guide (London: Sage Publication Ltd., 2005), p.8.

5

rangkaian kegiatan bersama yang berkelanjutan antara para pihak terkait dalam hal merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi rangkaian upaya untuk mencapai perubahan status pola pikir, pandang, kerja dan sikap baru yang disadari dan diakui bersama sebagai relatif lebih baik serta bersifat dinamis terhadap perubahan selanjutnya.5 Hampir sama dengan mixed method (metode gabungan), penelitian tindakan menggunakan metode pengumpulan data yang dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, tetapi selalu diarahkan pada isu-isu yang bersifat spesifik dan praktis, dan berusaha mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, penelitian tindakan adalah prosedur sistematik yang dilakukan oleh guru (atau individu-individu lain dalam pelaksanaan pendidikan) untuk mengumpulkan informasi yang kemudian memperbaiki cara penyelenggaraan pendidikan, baik dari segi belajar yang dilakukan oleh peserta didik maupun dari sisi pembelajaran yang disajikan pendidik.6 Berdasarkan pengertian di atas bahwa penelitian tindakan memiliki tujuan dan prinsip dasar yang sedikit berbeda dengan metode penelitian lainnya. Tujuan dasar penelitian tindakan lebih ditujukan untuk meningkatkan praktek ketimbang memproduksi pengetahuan. Prinsip dasar penelitian5Mills G., Action research: A Guide for the Teacher Researcher, Second Edition, (Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, 2003:), p.5. 6Jhon W. Creswell, Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, Third Edition (New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall, 2008), h.597.

tindakan adalah berfokus pada praktek sosial, bertujuan untuk peningkatkan keadaan, merupakan proses siklus, diikuti dengan temuan sistematik, merupakan proses reflektif, bersifat partisipatif, dan topik atau masalahnya ditentukan oleh praktisi. Paradigma penelitian tindakan Paradigma penelitian tindakan berbeda dibanding jenis penelitian lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat dari ontologis, epistimologi, teori, refleksifitas, dan peran peneliti yang dibandingkan dengan paradigma penelitian lain seperti positivisme, hermeneutik dan postmodernisme, serta realisme kritis dan penelitian tindakan atau action research (AR) dalam melaksanakan penelitian.7 Selain itu, landasan filsafat penelitian harus dapat mencerminkan tiga komponen utama yang merupakan intisari tubuh pengetahuan yang dikonstruksi. Ketiga komponen utama yang dimaksud adalah ontologi (apa), epistemologi (bagaimana), dan aksiologi (untuk apa). Ontologi merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran serta penafsiran tentang hakekat realitas dari objek tersebut. Epistemologi merupakan asas mengenai mengenai cari bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Sedangkan aksiologi merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam

7 Coghlan and brannick, op.cit. hh.45.

7

tubuh pengetahuan tersebut.8 Tabel 1. Paradigma penelitianFondasi filosofis Positivisme Hermeneutik & posmodernisme Realisme kritis & AR

Ontologi Epistemologi Teori Refleksifitas Peran peneliti

objektivis objektivis dapat digeneralisasi metodologikal Jauh dari data

subjektivis subjektivis tertentu hiper Dekat dengan data

objektivis subjektivis Tertentu epistemik Dekat dengan data

Perspektif peneliti epistemologis dan ontologis melegitimasi cara tersendiri dalam melakukan penelitian dan menentukan apa yang dianggap sebagai kontribusi yang valid dan mengesahkan kontribusi pengetahuan atau teori terlepas dari apa yang disebut sebagai pengembangan, konfirmasi, validasi, kreasi, bangunan atau generasi. Pandangan objektivis tentang epistemologi menerima kemungkinan bahasa teori-netral (a theory-neutral language), yang maksudnya adanya kemungkinan untuk mengakses dunia luar secara obyektif. Pandangan subyektivis menyangkal kemungkinan bahasa teori-netral. Pandangan objektivis ontologi mengasumsikan bahwa realitas sosial dan alamiah mempunyai eksistensi independen sebelum kognisi manusia sedangkan ontologi subyektivis mengasumsikan bahwa apa yang diambil sebagai realitas merupakan hasil dari proses kognitif manusia.

8 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h.103.

Pendekatan epistemologis dan ontologis yang berbeda mendorong berbagai jenis refleksivitas, meskipun refleksivitas bukanlah konsep baru dalam kajian ilmu-ilmu sosial. Refleksivitas adalah konsep ilmu-ilmu sosial yang digunakan untuk mencari, mengeksplor, atau menghubungan antara peneliti dengan objek yang hendak diteliti. Refleksi berarti berpikir tentang kondisi untuk apa seseorang melakukan, menginvestigasi konteks teoretis, budaya, dan politik yang diperankan oleh individu dan kaum intelektual dan pengaruhnya dalam interaksi dengan apa saja yang telah diteliti, sering menjadi kesulitan tersendiri dalam mengkaji dan mengungkapnya.

B. Jenis Penelitian Tindakan Klasifikasi penelitian tindakan dapat dilihat dari beberapa perspektif. Paling tidak, penelitian tindakan dapat diklasifikasi berdasarkan tiga komponen, (1) berdasarkan tingkat, (2) berdasarkan pelaksanaan, dan (3) berdasarkan pengumpulan data. Berdasarkan tingkat maksudnya adalah penelitian yang dilakukan dengan melihat jangkauan objeknya dan luas kawasan berada pada tingkat atau derajat tertentu. Sedangkan penelitian yang dilihat dari pelaksanaannya merujuk pada bagaimana penelitian itu dilakukan. Berdasarkan pengumpulan data maksudnya adalah pelaksanaan penelitian yang mengaitkan antara pencarian masalah dengan pemberian

9

solusi. Artinya pelaksanaan pengumpulan data dalam rangka mencari masalah yang melatarbelangkangi gagalnya suatu pemerolehan hasil dan bentuk tindakan dalam rangka penyelesaian masalah yang dihadapi. Penelitian Tindakan Berdasarkan Tingkat Dilihat dari tingkatan, penelitian tindakan dapat dibagi ke dalam empat jenis; yakni (1) penelitian guru secara individu atau disebut dengan individual teacher research, (2) penelitian tindakan kolaboratif atau colloborative action research, (3) penelitian tindakan sekolah atau school-wide action research, dan (4) penelitian tindakan distrik atau district-wide action research.9

Pembagian lain tidak memasukan tingkat distrik sebagai suatu jenis penelitian tersendiri.10 Hal ini dilakukan mengingat tingkat sekolah dapat menjangkau kecamatan, kabupaten, bahkan sampai pada tingkat sekolah secara regional dan nasional. Penelitian guru secara individu biasanya terfokus pada isu-isu tunggal yang dapat diperoleh di dalam kelas. Isu-isu yang dimaksud mencakup masalah-masalah manajemen kelas, strategi pembelajaran, pengembangan bahan ajar, media pembelajaran yang digunakan, dan masalah yang berhubungan dengan sistem evaluasi pembelajaran. Penelitian dalam tataran ini boleh jadi sangat mudah mendapatkan dukungan langsung dari kepala sekolah, pengawas, atau komite sekolah. Guru sebagai peneliti dapat9 Eileen Ferrance, Action Research (Providence: LAB at Brown University, 2000), hh. 35. 10L.R.Gay, Geoofrey E. Mills, dan Peter Airasian, Educational Research: Competencies for Analysis and Applications (Columbus, Ohio: Pearson, 2009), h. 489.

melaksanakan dengan mudah seperti mengumpulkan data dan melibatkan partisipasi siswa. Salah satu kelemahan penelitian individu adalah bahwa hal itu tidak dapat dipergunakan bersama dengan orang lain kecuali guru memilih untuk mempresentasikan temuannya pada pertemuan Musyawah Guru Mata Pelajaran (MGMP), mengikuti konferensi, mengirimkan tulisan jurnal atau mungkin dalam bentuk newsletter. Penelitian tindakan kolaboratif dapat mencakup sedikitnya dua orang guru atau kelompok guru dan orang lain yang tertarik dalam menangani masalah-masalah kelas atau jurusan. Masalah ini dapat melibatkan satu kelas atau beberapa kelas yang memiliki masalah umum yang sama atau hamper sama. Para guru mungkin tidak mendapatkan dukungan yang luas dari masyarakat atau stakeholder, tetapi sangat berguna untuk membangun kebersamaan dan mengatasi secara bersama seluruh masalah yang terkait dalam suatu satuan pendidikan. Penelitian tindakan sekolah terfokus pada isu-isu umum untuk semua tingkat dan rombongan belajar. Sebagai contoh, sekolah mungkin memiliki kepedulian tentang kurangnya keterlibatan orang tua dalam kegiatan, dan sedang mencari cara untuk menjangkau lebih banyak orang tua untuk melibatkan mereka dalam cara yang berarti. Di samping itu, mungkin juga sekolah mengalami kesulitan dalam mengelola organisasi dan system pengambilan keputusan dan mencari cara yang terbaik sebagai solusinya.

11

Seluruh jajaran yang ada dalam sekolah tersebut dilibatkan dan mengajukan pertanyaan yang langsung berhubungan dengan bidang pekerjaan masingmasing, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menentukan rencana tindakan. Contoh lain dari penelitian tindakan sekolah dapat diarahkan pada upaya memeriksa dan mengkaji keadaan nilai hasil ujian peserta didik untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi anak ditinjau dari segi gender, suku, status ekonomi, agama, dan lain-lain, kemudian perlu dilakukan perbaqikan perbaikan, dan kemudian menentukan rencana tindakan untuk meningkatkan kinerja peserta didik. Keterlibatan dan kontribusi setiap individu dalam seluruh komponen sekolah sangat penting untuk mengkaji sumber masalah dan secara bersama-sama berupaya untuk mengembangkan proses dan membuat komitmen perbaikan satu sama lain. Ketika hambatan tersebut diatasi, akan ada rasa memiliki dan kebanggaan atas pencapaian prestasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan sekolah. Penelitian tindakan distrik jauh lebih kompleks dari jenis penelitian sebelumnya dan menggunakan lebih banyak sumber daya. Namun hasil penelitian ini dapat berkontribusi besar dalam menentukan berbagai kebijakan yang diambil dalam tataran distrik. Masalahnya dapat berkenaan dengan organisasi, pendidikan berbasis masyarakat, pendidikan berbasis kinerja, atau proses pengambilan keputusan. Objek penelitian dapat menjangkau seluruh sekolah yang terdapat dalam distrik atau beberapa

sekolah pada Kabupaten. Pengumpulan data dari semua peserta perlu dibuatkan komitmen baik menyangkut masalah jenis tugas maupun batasan waktu yang digunakan untuk pengumpulan dan analisis data. Hasil penelitian ini sangat berguna bagi kemajuan dan perkembangan sekolah yang terdapat pada tingklat distrik dan kabupaten.

Penelitian Tindakan Berdasarkan Pelaksanaannya Berdasarkan strategi pelaksanaannya, penelitian tindakan dapat diklasifikasi ke dalam dua model; (1) penelitian tindakan praktis atau practical action research (2) penelitian tindakan partisipatori atau participatory action research. Penelitian tindakan praktis adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan praktek pendidikan melalui studi sistematik terhadap persoalan yang bersifat lokal. Sedangkan penelitian tindakan partisipatori adalah suatu bentuk penelitian yang berorientasi pada masalahmasalah sosial di masyarakat dengan penekanan pada penelitian yang

berkontribusi pada emansipasi atau perubahan dalam masyarakat.11 Hampir sama dengan klasifikasi yang diberikan di atas, penelitian tindakan dapat dibagi ke dalam dua jenis, yakni (1) penelitian tindakan kritis atau critical action research dan (2) penelitian tindakan praktis atau practical action research.12 Penelitian tindakan kritis didasarkan pada teori kritik dan

11 Creswell, op.cit., h.599. 12 Gay, Mills, dan Airasian, op.cit., hh.488494

13

mempunyai

tujuan

membebaskan

individu

melalui

pengumpulan

pengetahuan yang dapat juga disebut penelitian emansipatori. Sedangkan penelitian tindakan praktis merujuk pada bagaimana pendekatan yang digunakan dalam proses pelaksanaan penelitian tindakan dengan asumsi bahwa guru memiliki kebebasan untuk melakukan penelitian dan menentukan hakekat investigasi yang diinginkan untuk dijadikan objek penelitian.

Penelitian Tindakan Berdasarkan Pengumpulan Data Ditinjau dari segi pengumpulan datanya, penelitian tindakan dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu penelitian tindakan proaktif (proactive action research) dan penelitian tindak responsif (responsive action research). Penelitian tindakan proaktif adalah jenis penelitian yang pengumpulan dan analisis datanya dilakukan sebelum diberikan tindakan. Sedangkan penelitian tindakan responsif adalah jenis penelitian yang pengumpulan data dan analisis dilakukan setelah diberikan tindakan sebelumnya.13

C. Model Penelitian Ada beberapa model desain penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian tindakan. Model penelitian tindakan dapat dilakukan melalui siklussiklus dan tahapan-tahapan. Model-model yang sering dilakukan melalui

13 Richard A Schmuck, Practical Action Research for Change (Arlington Heights, Illinois: Skylight Professional Development, 1997), h.31.

siklus-siklus adalah model Kemmis dan McTaggart, Elliot, dan OLeary.14 Sedangkan model-model yang menggunakan tahapan-tahapan adalah model Macintire, Cresswell, Stringer, dan Schmuck. Adapun model-model

penelitian yang dimaksud dapat dijelaskan dan dijabarkan secara bertahap dalam penjelasan berikut ini.

Model Kemmis dan McTaggart Gambar 2 di bawah ini menggambarkan model spiral penelitian tindakan yang diusulkan oleh Kemmis dan McTaggart, meskipun bagi kita dapat menggunakannya tidak dengan struktur yang kaku. Artinya,

penggunaan model tersebut dapat modifikasi dan diadaptasi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Siklus tersebut mencakup perencanaan, tindakan, dan refleksi. Model spiral seperti ini menarik karena menawarkan kesempatan untuk mengkaji fenomena yang terdapat pada beberapa tingkat yang dilakukan beberapa kali tergantung dari kebutuhan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan seperti ini dapat memberi pemahaman yang mendalam untuk membawa perbaikan yang berarti. Dengan melakukan penelitian tindakan model spiral ini, kita dapat memahami isu tertentu dalam konteks pendidikan dan dapat memberi kemudahan dalam membuat keputusan dalam rangka upaya pemberdayaan.

14 Koshy, op.cit, hh.38.

15

Gambar 2, Model Kemmis dan McTaggart

Model Elliot Di samping model Kemmis and Taggart seperti dijelaskan di atas, model lain yang menggunakan siklus adalah model yang dikembangkan oleh John Elliot. Model ini oleh sebagian peneliti menganggap lebih jelas dan rinci, dalam setiap siklus memungkinkan terdiri atas beberapa tindakan dan setiap tindakan terdiri atas beberapa langkah yang terrealisasi dalam bentuk kegiatan peningkatan. Model ini dimulai dengan kegiatan mencari fakta yang terkait dengan pemahaman guru tentang kecerdasan jamak kemudian dianalisis guna mendapatkan pengetahuan awal untuk mendesain pelatihan

Langkah 2 Evaluasi Tahap Sebelumnya Mengawasi Penerapan & Dampaknya Langkah 1 Mengidentifikasi ide Awal Mencari Langkah 3 Analisis Penerapan & Langkah 1 Fakta dan Perencanaan

yang diberikan. Kegiatan ini mencakup perencanaan yang terdiri atas tiga langkah, mengawasi dampaknya, kemudian mengevaluasi guna untuk mendapat pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan yang dilakukan. Gambar 3: Model Penelitian Elliot

17

Sebelum melangkah ke tahapan selanjutnya, perlu dilakukan revisi yang kemudian digunakan untuk membuat perencanaan pada tahap berikutnya. Kemudian, dilakukan implementasi atau tindakan yang mengikuti beberapa langkah yang diakhiri dengan upaya pengawasan terhadap penerapan itu dan dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan tindakan. Langkah yang sama akan dilanjutkan pada tahap berikutnya sampai ditemukan peningkatan yang diharapkan.

Model OLeary Model O'Leary menggambarkan penelitian tindakan sebagai suatu proses siklus yang mengambil bentuk sebagai simbol munculnya

pengetahuan. Dalam model O'Leary, ditekankan adanya pertemuan siklus menuju pemahaman situasi yang lebih baik dan pelaksanaan tindakan perbaikan yang didasarkan pada praktek evaluatif yang mengubah antara tindakan dan refleksi kritis. Peneliti melihat penelitian tindakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan pengalaman untuk mengubah tujuan yang terus menerus memperbaiki metode, data dan interpretasi dalam hubungannya dengan pemahaman yang dikembangkan dalam siklus sebelumnya. Untuk lebih jelasnya, model OLeary dapat digambarkan di bawah ini.

Gambar 4. Model O'Leary

Secara

sederhana,

model

O'Leary

dapat

dijelaskan

bahwa

perencanaan yang mencakup rencana tindakan strategi diimplementasikan dalam suatu proses pemberian tindakan yang diikuti dengan proses observasi dengan mengumpulkan data dan mengkajinya, kemudian

dilakukan refleksi secara kritis terhadap bentuk pelaksanaan rencana tindakan. Proses seperti ini dapat dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk siklus sampai ditemukan hasil yang diinginkan sebagai hasil tindakan.

Model Macintire

19

Model pertama yang merepresentasikan tahapan adalah model Macintyre, di mana proses yang terlibat dapat dilihat pada gambar 5. Meskipun model ini berguna untuk mempertimbangkan model yang hendak digunakan dalam penelitian tindakan, tentu saja unsur kehati-hatian dalam menentukan model yang cocok dengan bidang garapan yang diteliti harus dilakukan. Ketergantungan yang berlebihan pada model tertentu, atau mengikuti tahapan atau siklus model tertentu dapat menimbulkan keputusan yang terlalu kaku. Di samping itu, kekakuan dalam menentukan model dapat mempengaruhi fleksibilitas yang merupakan keunggulan dari penelitian tindakan. Model-model yang disajikan dalam tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menawarkan strategi yang paling pas dalam menentukan penelitian, melainkan hanya sekedar memberikan alur yang pernah digunakan oleh para peneliti sebelumnya dalam menyelidiki hal-hal yang bersifat spesifik dan praktis dalam pendidikan. Gambar 4. Model Macintire

Berdasarkan gambaran tahapan penelitian tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam melaksanakan penelitian memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Melakukan refleksi dan analisis praktek yang dilakukan sebelum diberikan tindakan dengan mengidentifikasi ide umum tentang topic dan konteks penelitian 2. Merencanakan tindakan dengan menguraikan dan membatasi topik penelitian 3. Menyempurnakan topik penelitian dengan menyeleksi naskanaska inti, menformulasi pertanyaan penelitian atau hipotesi (jika diperlukan), organisasi rencana tindakan yang telah tindakan perlu

disempurnakan berdasarkan konteks 4. Melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses 5. Mengakaji literature dan berdiskusi dengan kolega 6. Membuat rencana tindakan tentatif dan memperimbangkan

strategi penelitian yang digunakan 7. Mengambil tindakan; mengawasi dampak yang dihasilkan,

mengevaluasi strategi pertanyaan penelitian atau hipotesis, kemudian membuat perubahan terakhir. Model Cresweel Pendekatan umum yang digunakan dalam penelitian tindakan

21

dapat digunakan tahapan dalam proses yang dinamik dan fleksibel. Tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jika penelitian tindakan merupakan desain yang cocok dengan penelitian yang hendak dilakukan 2. Mengidentifikasi permasalahan yang hendak diteliti 3. Mencari sumber yang sesuai dengan persoalan yang diteliti 4. Mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan 5. Melaksanakan pengumpulan data 6. Menganalisis data 7. Mengembangkan rencana tindakan 8. Melaksanakan rencan dan refleksi Model Stringer Model Stringer memiliki kerangka dasar yang kuat yang ditandai dengan tiga kata, look (melihat atau memandang), think (berpikir), dan act (bertindak) yang memberi dasar kepada setiap orang untuk melakukan penyelidikan secara langsung dengan melakukan secara detail hal-hal sebagai berikut: Melihat : - mengumpulkan informasi yang relevan (pengumpulan data) - menggambarkan situasi (mendefinisikan dan mendeskripsikan.

Memikirkan

: - mengeksplorasi dan menganalisis: apa yang terjadi di sini? (menganalisis) - menginterprestasi dan menjelaskan atau berteori.

Bertindak

: - merencanakan (melaporkan) - mengimplementasikan - mengevaluasi.15

Model Schmuck Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa jenis penelitian tindakan praktis dapat dibagi kedalam dua kategori, yakni penelitian tindakan proaktif dan responsif. Tahapan penelitian dari kedua jenis penelitian ini berbedabeda; pertama proses penelitiannya dimulai dengan tindakan yang diakhiri dengan pengumpulan dan analisis data. Kedua, dimulai dengan

pengumpulan dan analisis data dan diakhiri dengan pemberian tindakan. Untuk lebih jelaskanya dapat dijabarkan sebgai berikut.

Penelitian Tindakan Proaktif 1. Mencoba melakukan praktek yang baru 2. Menggabungkan harapan dan keprihatinan 3. Mengumpulkan data

15 Stringer Ernest T., Action Research, Third Edition, Los Angeles: Sage Publication Inc. 2007, p.8.

23

4. Mengecek keadaan dan maksud data 5. Melakukan refleksi tentang cara-cara alternatif yang digunakan 6. Mencoba mempraktekan berbagai model dan pendekatan yang baru Penelitian Tindakan Rosponsif 1. Mengumpulkan data 2. Menganalisis Data 3. Mendistribusikan data dan mengumumkan perubahan 4. Mencoba mempraktekan berbagai model dan pendekatan yang baru 5. Mengecek rekasi yang lain 6. Mengumpulkan data.

Daftar Pustaka Coghlan, David and Brannick,Teresa, Doing Action research in Your Own Organization, Second Edition, London: Sage Publication Ltd., 2005. Creswell, Jhon W., Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, Third Edition, New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall, 2008. Ferrance, Eileen, Action Research, Providence: LAB at Brown University, 2000. Gay, L.R., E. Mills, Geoofrey, dan Airasian, Peter, Educational Research: Competencies for Analysis and Applications Columbus, Ohio: Pearson, 2009. Kamber D., Action Learning Research Improving the Quality of Teaching and Learning, London: Page Limited, 2000. Koshy, Valsa, Action Research for Improving Practice: A practical Guide, London: Sage Publication Ltd., 2005. Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Mills G., Action research: A Guide for the Teacher Researcher, Second Edition, Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, 2003. Schmuck, Richard A, Practical Action Research for Change, Arlington Heights, Illinois: Skylight Professional Development, 1997. Semiawan, Conny R., Catatan kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Stringer, Ernest T., Action Research, Third Edition, Los Angeles: Sage Publication Inc. 2007.

25