52
TUGAS RISET KEPERAWATAN METODE PENELITIAN KUALITATIF OLEH : KELOMPOK 8 ARYA RAMADIA 04121008 WITA NOVIANTI 04121022 FARIDA KURNIATI 05921011

METODE PENELITIAN KUALITATIF - Welcome to … · Web viewKredibilitas dari analisa kualitatif telah ditanyakan secara serius dalam beberapa kasus dalam komunitas ilmiah yang luas

  • Upload
    lehuong

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS RISET KEPERAWATAN

METODE PENELITIAN KUALITATIF

OLEH :

KELOMPOK 8

ARYA RAMADIA 04121008

WITA NOVIANTI 04121022

FARIDA KURNIATI 05921011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, JANUARI 2008

METODE PENELITIAN KUALITATIF

Analisa data kualitatif muncul secara simultan dengan pengumpulan data. Secara bertahap sebagai

kebenaran pada penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, peneliti berusaha secara simultanuntuk mengumpulkan

data, mengatur sebuah pertumbuhan besardari pengumpulan data dan mengartikan maksud data. Teknik analisa

kualitatif lebih menggunakan kata daripada nomor sebagai dasar analisa. Bagaimanapun, persamaan skil dalam

memberikan alasan analitik dibutuhkan oleh peneliti kualitatif yang dibutuhkan oleh analisa kualitatif pada

analisa kualitatif, arus, pemikiran dan berpindah dari kekonkritan untuk meningkatkan abstrak. Proses

pemikiran ini menuntun organisasi, pengurangan dan kelompok penemuan dan memimpin pada pengembangan

penjelasan teoritis. Meskipun ada banyak kebiasaan dalam pendekatan untuk analisa kualitatif, beberapa

strategi khusus digunakan untuk fakta-fakta pendekatan kualitatif. Karena penelitian kualitatif adalah secara

relatif baru, strategi analisa baru berlanjut pada kemunculan.

Bab ini menjelaskan beberapa metode yang sering digunakan untuk mengumpulkan data dan

menganalisa data kualitatif. Metode spesifik untuk 6 pendekatan kualitatif dihadirkan pada bab 4 yang akan

dijelaskan rincian contoh [enelitian yang diterbitkan disediakan intuk menfasilitasi pengertian dari teknik.

Informasi pada teknik pengumpulan observasi dan wawancara data pada bab 14 mungkin bisa membantu

informasi pada bab ini cukup untuk membawa kamu mengerti proses dan untuk memimpikan pengalaman apa

yang kamu suka. Jika kamu memutuskan untuk memimpin tipe penelitian ini. Bagaimanapun jika kamu

memilih untuk memimpin penelitian kualitatif kita menyarankan bahwa kamu mencari tambahan penelitian dari

petunjuk untuk proses pengumpulan data dari analisa data kualitatif.

Penasehat dengan seseorang yang berpengalaman dalam tipe analisa kualitatif kamu nberharap untuk

menyelenggarakan penelitian yang masih digunakan untuk mengerti kemampuan itu.

Persoalan Analisa Data

Peneliti berhadapan dengan beberapa keputusan mengenai pendekatan analisa \data kualitatif yang akan

digunakan untuk fakta-fakta penelitian. Akankah analisa dihadirkan secara manualatau akankah digunakan

komputer ? akankah pendokumentasian merekam yang berhubungan dengan proses analisa data ? akankah

peneliti mengikuti metodologi dari fakta-fakta pendekatan penelitian kualitatif / mencampur metodologi dari

beberapa pendekatan? Sesi dibawah akan menjelaskan persoalan tersebut.

Pengunaan komputer untuk analisa kualitatif

Secara tradisional pengumpulan data kualitatif dan analisa telah dihadirkan secara manual. Peneliti

merekam data pada kertas kecilatau catatan kartu dimana lebih dikode secara hati-hati, diorganisasikan dan diisi

pada akhir dari hari pengumpulan data. Analisa perlu pemeriksaan silang setiap kepingan data dengan semua 2

kepingan data pada potongan-potongan kecil dari sebuah kertas. Itu sangat mudah untuk kehilangan data pada

banyak kertas. Menjaga jalan hubungan antara bermacam-macam kepingan dari data memerlukan penjagaan

perekaman yang sangat teliti.

Penggunaan komputer bisa membuat analisa data kualitatif menjadi lebih cepat dan mudah tanpa

peneliti menghilangkan sentuhan dari data. Komputer memberikan pertolongan dalam aktifitas seperti

memproses, menyimpan, mendapatkan kembali, mendaftarkan dan penyortiran dan menyerahkan analisa

aktifitas pada peneliti. Anderson (1987b) menunjukkan bahwa” komputer tidak menampilkan pemikiran,

pengulangan, penjelasan dan fungsi analitik bahwa peneliti harus melakukannya untuk dirinya sendiri. Agaknya

komputer membuat peneliti lebih efisien dan efektif dalam tugas tingkat tinggi tersebut dan memudahkan

beberapa kebosanan ’hilangnya pikiran’ tugas bahwa sebaliknya mengkonsumsi banyak waktu dan energi.

Langkah pertama yaitu memasukkan data tektual kedalam komputer menggunakan sebuah kata

pengolahanprogram.penggunaan sebuah laptop komputer, observasi data atau catatan dari pengulangan

penulisan materi dapat dimasukkan secara lansungkedalam komputer, juga data dari sebuah tape audio.

Pengkodean dapat dimasukkan kedalam teks atau ditempatkan dalam garis tepi.

Komputer punya beberapa keuntungan dari beberapa metode tradisional dari perekaman dan pengolahan

data. Perbanyakan kopian bisa dibuat dengan mudah. File bisa dikopi dalam disk dan diolah sisi lain tanpa perlu

tempat penyimpanan yang luas. Blok data bisa bergerak disekitar file atau dikopi ke file lain ketika data sedang

diolah oleh kategori. Blok yang sama dari data bisa dimasukkan dalam beberapa kategori. Jika data didinginkan

pada waktu yang sama, wawancara atau deskripsi dan observasi bisa dijaga untuk referensi yang dibutuhkan.

Tambahan, banyak program pemprosesan data seperti Word star dan Word perfect bisa melibatkan operasi

pendek dan dapat mencari seluruh file teks untuk pemilihan kata atau deretan kata. File dalam program

pemprosesan kata bisa dikirim ke data base spread sheetseperti dbase atau lotus 1-2-3 untuk mengorganisasi

data kedalam matrik.

Jumlah program komputer talah berkembang secara spesifik untuk menampilkan analisa kualitatif. Satu

dari percobaan tercepat telah dideskripsikan oleh Podalefsky dan McCarty (1983). Program ini Computer

Assisted Topical Sorting (CATS) mengizinkan pemasukan kode menunjukan sebuah jumlah kedalam sebuah

file. Sebuah kerangka utama editor teks digunakan untuk menyediakan kapasitas untuk mencari deretan

karakter seperti kata atau frase.Anderson (1987b) menjelaskan guna notebook disediakan oleh pro/Tem Inc,

dalam sebuah penelitian kualitatif. Notebook dihubungkan dengamn paket pemprosesan data seperti Wordstar

ke format perekaman. Penggunaan notebook, mendefinisilan lahan untuk 5 tipe perekaman :

1. lahan pencatatan umum

2. pencatatan interview

3. pencatatan informan

4. pencatatan observasi

5. pencatatan interaksi

Lahan dalam notebook dimasukkan jumlah rekaman, data dan waktu, lokasi, partisipasi dan daftar

kategori-kategori diisi dalam pemasukan data. Tiap rekaman diakhiri dengan lahan komentar . 3

Program analisa kualitatif lain termasuk Etnografi, Superfile, kerangka kerja, textan, LipsQual, dan FYI

5000. morse dan morse menjelaskan sebuah program kerangka utama untuk analisa data kualitatif (QUAL)

bahwa dapat diatasi jumlah besar perolehan data dalam penelitian kualitatif yang luas. Berdasarkan Morse dan

Morse (1989) ” data mudah untuk dikodekan dan mungkin didapatkan kembali oleh interview, subjek,

pertanyaan atau pengkodean. Kode (sebagai nomor) bisa dimasukkan dalam teks. Program akan melihatkan isi

analisa.

Percobaan Keputusan (Decision trials)

Kredibilitas dari analisa kualitatif telah ditanyakan secara serius dalam beberapa kasus dalam komunitas

ilmiah yang luas. Perhatian diekspresikan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk meniru hasil dari

penelitian, kejadian ketika menggunakan kumpulan data yang sama.

Untuk merespon kekhawatiran, beberapa peneliti kualitatif punya usaha untuk mengembangkan strategi dengan

peneliti yang lain, menggunakan data yang sama, dapat mengikuti logis penelitian original dan sampai pada

kesimpulan yang sama. Miles dan Huberman (1984 ) menunjuk strategi ini sebagai Decision Trail. Guba dan

Lincoln ( 1982 ) menunjuk ini sebagai auditability.

Pengembangan sebuah Decision Trail perlu tata cara peneliti membuat keputusan untuk kategori data,

sampai pada penilaian atau membuat keputusan,sebuah peraturan keputusan mingkin berkata. Sebagai contoh,

bahwa sebuah data akan ditempatkan pada kategori spesifik,jika menemukan kriteria spesifik. Peraturan

keputusan lain mungkin berkata sebuah pengamatan interaksi akan mempertimbangkan sebuah contoh dari

sebuah kemunculan penjelasan teoritis jika menemukan kriteria spesifik. Perekaman dijaga untuk semua

peraturan keputusan dalam analisa data. Semua data mental diolah agar mereka ada untuk pengulangan jika

diminta. Sebagai peningkatan analisa, peneliti mendokumantasikan data dan peraturan keputusan pada tiap

keputusan dasar dan pemikiran yang dimasukkan dalam tiap keputusan. Kemudian bukti – bukti ditahan untuk

mendukung keputusan dan memunculkan teoti dan dibuat ada pada permintaan ( Burns,1989 ). Marshall ( 1984,

1985 ). Bagaimanapun, perhatian melawan kerusakan kekuatan penelitian kualitatif oleh analisa data diakhir

mekanistik.

Marshall dan Rossman ( 1989 ) mengekspresikan kekhawatiran bahwa upaya untuk meningkatkan

validitas akan ” penyaringan luar biasa, kesanggupan untuk menemukan_puzzle yaang jika dirawat atau dikejar

akan menyediakan sebuah penyusunan kembali seluruh usaha keras.

METHOD MIXING ( Metode Campuran )

Beberapa penelitian muncul dalam literatur dimana peneliti punya kombinasi porsi dari bermacam

metodologi kualitatif nyata dari dasar filosofi untuk metodologi yang berkembang. Morse ( 1989 )

mengekspresikan kekhawatiran tentang kebenaran strategi ini, perumusan ” seperti campuran, yang pasti

mampu dilakukan”, melanggar asumsi teknik dan metode pengumpulan analisa penggunaan seluruh metode.

Metode ini tidak bagustidak bagus dalam science. Bagaimanapun, penelitian kualitatif filosofi menggaris

bawahi penelitian sama pentingnya dengan kerangka kerja dalam penelitian kuantitatif dan langsung 4

menjelaskan hasil. Oleh karena itu, ini adalah sifatdasar bahwa peneliti membuat filosofi dasar dari ketegasan

penelitian dan metodologi itu menggunakan kecocokan dengan filosofi.

Metodologi Pengumpulan Data

Karena pengumpulan data muncul secara simultan dengan analisa data, prosesnya adalah lengkap.

Prosedur pengumpulan data bukan proses mekanis yang bisa direncanakan secara hati – hati untuk permulaan.

Peneliti sebagai orang yang terlibat secra total_menyadari, bereaksi, interaksi,refleksi, perekaman. Ini kasus

dimana peneliti melibatkan observasi dan partisipasi dalam keadaan sosial sebagai kemunculan penomenologi,

teori dasar, etnographi, penelitian teori sosial kritis. Untuk fakta – fakta penelitian, peneliti mungkin butuh

pengumpulan alamat. Persoalan yang berhubungan dengan kerja sama antara peneliti dan partisipan yang

mencerminkan maksud data dan manajemen dan pengurangan volume data.

Kerjasama Peneliti dan Peserta

Salah satu pentingnya perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif yaitu kerjasama alamiah

antara peneliti dan individu yang diteliti. Hubungan kerjasama alamiah punya pengaruh kuat dari pengumpulan

data dan interpretasinya. Dalam banyak penelitian kualitatif, peneliti mengobservasi tingkah laku sosial dan

mungkin berpartisipasi dalam interaksi sosial saat penelitian. Field dan Morse ( 1985 ) mengidentifikasi 4 tipe

partisipan-observasi :

1. Peserta kompli

Dimana observer menjadi anggota kelompok dan menyembunyikan peran peneliti

2. Peserta-sebagai-observer

Dimana peserta sadar peran ganda peneliti

3. Observer-sebagai-peserta

Dimana banyak waktu peneliti dihabiskan mengobservasi dan mewawancarai dan kurang dalam peran

peserta

4. Observer komplit

Dimana peneliti pasif dan tidak punya interaksi sosial langsung dalam pengaturan

Pada derajat yang berubah – ubah, peneliti mempengaruhi individu saat penelitian,perputarannya

dipengaruhi oleh mereka. Kehadiran peneliti mungkin mengubah tingkah laku dalam pengaturan. Keterlibatan

ini betul – betul dipertimbangkan sebagi sumber bias pada penelitian kualitatif menjadi ilmiah dan butuh

elemen pada proses penelitian. Kepribadian peneliti adalah faktor kunci dalam penelitian kualitatif, kemampuan

dalam empati dan intuisi ditanamkan. Dengan pengalaman subjek agar menginterpretasikannya.ini perlu bagi

peneliti untuk terbuka pada peserta, daripada menumbuhkan maksudnya untuk pengalaman. Individu saat

penelitian sering berpartisipasi dalam menentukan pertanyaan penelititan, menuntun pengumpulan data dan

menjelaskan hasil.

5

Reflexive Thought ( ide refleksip )

Peneliti kualitatif perlu utnuk berfikir secara kritis interaksi dinamis antara dirinya dan data yang

muncul selama analisa. Interaksi ini muncul apakah data dikomunikasikan person – person atau dicoba tulis

dengan kata pemikiran kritis digunakan untuk memeriksainteraksi yang menunjukkan ide refleksip atau

kerefleksipan ( Lamb & Huttlinger,1989 ). Selama proses ini, peneliti menyelidiki menyelidiki feeling

seseorang dan pengalaman yang mungkin mempengaruhi penelitian dan mengintegrasikan pengertian ini dalam

penelitian. Proses perlu sebuah kesadaran disengaja dari dirinya.

Drew ( 1989 ) dalam paper menjelaskan pengalamannya dalam menghubungkan sebuah fenomenologi

penelitian dari tingkah laku caregiver, menjelaskan secara langsung hubungan kerjasama penelitiannya.

Manajemen data dan Pengurangan

Pengumpulan data selama penelitian kualitatif mungkin mengamati deskripsi naratif, transkrip dari

interview tape recording masuk dalam cerminan dari peneliti. Pada pengaturan yang dinamis atau pencatatan

diambil sambil pembaca menulis dokumen. Dalam tahap inisial pada analisa data yang didapat mungkin

melibatkan pembaca dan pembaca ulang mencatat dan membuat transkrip, mengulang observasi dan

pengalaman, mendengarkan tape, melihat videotape, sampai kamu menjadi terbenam dalam data. Tape

mengandung banyak kata, mereka mengandung perasaan, perhatian, komunikasi nonverbal. At least,sama

pentingnya komunikasi dengan kata.

Oleh karena volume data yang didapat dalam penelitian kualitatif, upaya awal pada fokus analisa yaitu

pada pengurangan volume data untuk memfasilitasi pemeriksaan. Ini mungkin melibatkan ” pemilihan,

pemfokuskan, mempermudah, pengabstrakan dan perubahan data, ’mentah’”( Miles & Huberman,1984 ).

Selama pengurangan data, kamu mulai melampirkan maksud elemen pada data, kamu akan menemukan

bermacam – macam benda, orang dan kejadian dan menemukan kepemilikkan karakterisitik benda, orang dan

kejadian.

Transcribing Interviews

Kalau kamu punya tape perekam interview, mereka biasanya merekam kata demi kata. Field dan Morse

menyediakan instruksi untuk merekam interview dengan tape recorder.

Field & Morse ( 1985 ) menyarankan membuat 3 kopian transkrip dan menjaga yang asli terpisah dari

kopian. Satu set kopi harus dikunci dalam lokasi terpisah untuk mengasurasikannya dari kerusakan /

kehilangan.

Dengarkan tape recording segera setelah interview sangat mungkin. Mendengarkan secara hati – hati

voicetone, nada suara dan jedah antara peneliti dan peserta sebaik isinya. Ini mungkin mengindikasikan topik

yang sangat emosional atau sangat penting sambil kamu mendengrakan, baca tulisan transkrip dari tape.buat

catatan dari hasil observasi kamu pada transkrip

Kode dan Pengkodean6

Pengkodean adalah arti dati kategori. Kode adalah simbol atau singkatan yang digunakan untuk

mengklasifikasikan kata atau frase dalam data. Kode ditempatkan dalam data pada saat pengumpulan data,

ketika memasukkan data dalam komputer, atau selama pemeriksaan data. Selesai memilih kategori, atu kode,

peneliti mendefinisikan kekuasaan penelitian. Oleh karena itu, penting bahwa kode konsisten dengan filosofi

dasar penelitian. Organisasi data,pemilihan elemen spesifik dari kategori data dan penamaan kategori akan

mencerminkan filosofi dasar yang digunakan pada penelitian. Penelitian dahulu, pengkodean mungkin

meningkatkan pengembangan toxonomy. Contoh, kamu mungkin mengembangkan tipe nyeri, tipe pasien atau

tipe pendidikan pasien.

Field dan Morse ( 1985 ) menyarankan bahwa dalam pemilihan elemen data untuk kode, perlu catatan :

1. macam – macam benda yang ikut dalam konteks yang diteliti

2. bentuk fenomena yang diambil

3. bermacam – macam variasi dalam fenomena.

Field dan Morse ( 1985 ) menyarankan beberapa strategi inovatif untuk pengkodean data. Salah satu

pendekatannya menggunakan pena berwarna,dengan perbedaan warna untuk tiap kategori mayor. Strategi lain,

dikembangkan oleh Murdock ( 1971 ), menandakan tiap kategori mayor sebuah nomor.

Field and Morse ( 1985 ) mewarnai kode tiap halaman pada transkrip pada garis tepi bagian kiri. Satu

garis diwarnai digunakan untuk peserta dan yang lain untuk wawancara lanjutan. Ketika halaman dipotong

berdasarkan kode topik, identifikasi dari peserta dan wawancara lanjutan tetap terjaga utuh.

Ada 3 tipe kode :

1. Deskriptif

2. interpretatif

3. Eksplanatory

Kode deskriptif mengelompokkan elemen/data menggunakan term yang menggambarkan bagaimana

peneliti mengorganisasikan data. Hal ini merupakan metode simple klasifikasi dan biasanya digunakan

dalam tahap awal analisa daata

Contoh :

Jika ingin menggambarkan pengalaman hari pertama setelah operasi digunakan kode seperti nyeri,

pergerakan, cemas, istirahat.

Code interpretatif biasanya dikembangkan setelah prose pengumpulan data. Digunakan ketika mulai

menggunakan statement yang lebih pendek.

Contoh :

Jika melakukan penelitian terhadap pengalaman postoperatif maka dimulai untuk mengetahui bahwa

pasien butuh banyak energi dan mencari informasi bagaimana penyedia pelayanan kesehatan

mempercayai yang dikerjakannya. Maka digunakan kode seperti relief dan informasi

Kode eksplenatory

7

Berkembang setelah proses pengumpulan data setelah teoritical penelitian dimulai. Kode ini

menghubungkan data keteori emergency dan digunakan spesifik seperti patt ( pattern ), TH ( theme ),

CL ( causal link )

Margianl Remarks

Catatn yang diulang, pengamatan tentang catatan harus ditulis segera. Hal ini sering berhubungan

dengan catatan dan bagian lain data atau interpretasi baru.

Memo

Dikembangkan oleh peneliti untuk merekam ide –ide yang berhubungan dengan catatan. Transkrip atau

kode. Memo ditulis untuk orang lain merupakan hal penting utnuk menilai ide seseorang dan membiarkan

mereka mencatatsecara cepat. Seseorang merasa bahwa idenya cemerlang lalu menuliskannya. Hal ini

dilakukan agar tidak lupa.

Pengembangan proporsi

Progress penelitian, hubungan diantara kategori – kategori, partisipan, aksi dan kejadian – kejadian akan

memulai untuk mincul. Akan dikembangkan dugaan tentang hubungan yang bisa digunakan untuk

memformulasikan proporsi tentatif. Pernyataan tersebut ditulis pada indeks kedalam kategori atau domasukkan

dalam komputer.

DISPLAYING DATA untuk Analisa Dan Interpretasi

Display mengandung versi hasil penelitian kualitatif. Display secara mudah dikembangkan

menggunakan kompute, program grafik

Context chart

Salah satu ajaran utama penelitian kualitatif adalah data tidak harus diinterpretasikan diluar konteks.

Strategi ini untuk mengembangkan sebuah chart organisasi yang mengindikasikan aturan masing –masing

subjek. Grafik ini juga memperlihatkan karakter hubungan antara subjek dalam penelitian

Variabel specifik Context Chart

Terkadang penelitian tertyarik dengan variasi pemahaman dalam variabel yang ditelitit dalam konteks

penelitian. Sebagai contoh , jika kedinamisan dukungan sosial timbul sebagai variabel penting maka diharapkan

untuk mengetahui uintuk siapa dan apa situasi sosial dibutuhkan.

Matrik ( acuan )

Untuk matrik yang digunakan, variabel menarik harus diikat kedalam indikator atau komponen kode.

Sebagai contoh, jika mengajar dibagian keperawatan maka indikator mengajar yang harus dipunya adalah

komitmen, ilmu pengetahuan, materi, skill mengajar, alokasi waktu,dukungan administratif. Kolom harus 8

terdiri dari klasifikasi staf keperawatan.peneliti menggunakan matrik untukmenyimpulkan penemuan. Matrik

mempunyai papan point untuk menunjukkan analisa data.

Acuan dikembangkan untuk mengklasifikasi konsep dalam penelitian. Marsh

91990) menggunakan prosesoriented matrik untuk mentes kesimpulan dan teori yang hidup dari sebuah

pemeriksaan positif perubahan gaya hidup sehat penelitian kualitatif.

Kategori untuk matrik dikembangkan dan aturan tegas didirikan untuk mencantumkan dalam kategori.

Setiap subjek dipresentasikan dalam matrik. Ketika subjek membuat llebih dari satu perubahan gaya hidup,

masing – masing perubahan diperlihatkan secara terpisah dalam matrik.

Critical Insident Chart

Penelitian membandingkan insiden – insiden dalam subgroups berbeda dari partisipan, insiden kritis dan

subgroup bisa ditempatkan dalam lis sebuah matrik insiden kritikal dalam hubungan dengan waktu.

Pemeriksaan matrik dapat memfasilitasi perbandingan insiden critical. Antara waktu dan variasi

partisipan/subgroup.s

Kausal network

Peneliti mempertimangkan sebagai tentativ teori. Tentative teori harus mengekspresikan sebuah atlas.

Mengembangkan atlas yang bagus dari tentatif teori adalah sulit. Validitas prediksi dikembangkan dalam

sebuah tentative teori harus dicobakan. Prediksi biasanya dikembangkan hampir di akhir panel. Prediksi harus

dicobakan dengan sampel yang sama atau yang mirip. Waktu yang diharapkan adalah 6 bulan kemudian

hasilnya dikirim kepada informan yang berpartisipasi dengan penelitian.

MENGGAMBARKAN DAN MEMCERIFIKASI KESIMPULAN

Hal yang tidak disukai dalam penelitian kualitatis, kesimpulan yang dibentuk dari proses analisa.

Kesimpulannya adalah sama dengan penemuan dalam kajian kuantitatif.

Menghitung

Peneliti kualitatif cenderung menghindari menggunakan angka. Akan tetapi perhitungan tetap terjadi.

Jika peneliti menghitung, maka harus dikenal dan direncanakan terlebih dahulu. Menghitung bisa membantu

peneliti melihat apa yang mereka punya; hal ini bisa membantu memeriksa sebuah hipotesa. Perbandingan ide-

ide dengan angka-angka bisa menjadi sebuah metode verifikasi yang baik.

Menentukan Pola, Tema

Orang-orang dengan mudah mengidentifikasi pola, tema dan gestalts dari observasi mereka, bahkan

hampir terlalu mudah. Namun, kesulitannya terletak pada pencarian bukti tambahan yang nyata dari pola

tersebut sementara tetap terbuka terhadap bukti yang tidak dikonfirmasi. Pola apapun yang diidentifikasi

haruslah menjadi subjek keraguan/ skeptisisme bagi peneliti maupun orang lain (Miles & Huberman, 1984).

9

“Peneliti haruslah membedakan antara kasus-kasus representativ dan anecdotal. Kasus-kasus

representatif tampil dengan ketidakteraturan dan meliputi kisaran perilaku yang menggambarkan dalam suatu

kategori. Kasus-kasus anecdotal tampil tidak teratur dan menggambarkan kisaran kecil peristiwa yang

merupakan kekhasan suatu kelompok besar…… Kasus-kasus negatif merupakan episode-episode yang dengan

jelas menyangkal suatu teori atau proporsi yang muncul. Kasus-kasus negatif juga penting karena membantu

menjelaskan kandungan causal tambahan yang mempengaruhi fenomena yang diteliti” (Field & Morse, 1985, p.

1060)

Melihat Plausibility (Hal yang masuk akal)

Sering, selama analisa, suatu kesimpulan kelihatannya masuk akal. Kelihatannya “sesuai”; “masuk

diakal”. Ketika ditanyakan bagaimana seseorang sampai pada titik tersebut, peneliti mungkin menyatakan

bahwa “terasa benar saja”. Perasaan intuitif ini penting baik pada penelitian kualitatif maupun kuantitatif.

Namun, plausibility tidak dapat berdiri sendiri. Plausibility haruslah diikuti dengan analisis yang sistematik.

Pertama-tama, terjadi intuisi, kemudian dengan hati-hati menguji data untuk menverifikasi validitas dari intuisi

tersebut. (Miles & Huberman, 1984)

Pengelompokan (Clustering)

Pengelompokan merupakan proses pensortiran elemen-elemen ke dalam kategori atau kelompok. Ini

merupakan tahapan pertama dalam penteorian induktif. Dalam rangkan mengelompokan objek, orang, atau

perilaku ke dalam suatu kelompok, pertama-tama kita harus mengkonseptualkannya ke dalam pola atau

karakteristik yang serupa. Namun, pengelompokan seperti halnya pola, haruslah dipandang dengan perhatian

dan verifikasi. Terdapat cara-cara alternatif untuk pengelompokan yang akan lebih bermakna (Miles &

Huberman, 1984)

Membuat Metafora

Miles dan Huberman (1984) menyarankan peneliti kualitatif harus berfikir dan menulis secara metafora.

Suatu metafora menggunakan bahasa figuratif untuk menunjukkan suatu kemiripan atau analogi dari suatu jenis

ide pada tempat ide lainnya. Metafora menyediakan suatu gambaran yang kuat dengan nada perasaan yang kuat

dalam mengkomunikasikan makna. Sebagai contoh, menyatakan secara logika dan rasional bahwa anda berada

dalam suatu situasi kerja yang berat tidaklah menyediakan makna dan tampilan emosional dibandingkan bila

anda menyatakannya dengan “I am up to my ears in work!” Miles dan Huberman (1984) percaya bahwa

metafora menambahkan makna kepada penemuan, dengan menggunakan contoh ansietas ibu yang mengalami

pemisahan, suatu ungkapan “yang kurang menonjol, kurang sugestif, dan secara teoritis kurang lebih kuat

dibandingkan sindrom kekosongan/empty nest. Ungkapan “empty nest syndrome” mengkomunikasikan

gambaran yang penuh dengan makna melebihi apa yang hanya disampaikan dengan kata-kata saja.

Metafora juga merupakan suatu data-reducing devices (alat pengurang data) yang melibatkan

generalisasi dari sesuatu yang spesifik. Juga merupakan pattern-making devices (alat pembuat pola) yang 10

menempatkan pola ke dalam suatu konteks yang lebih besar. Metafora merupakan decentering devices (alat

pembagian) yang efektif. Metafora memaksa kita untuk mundur dari jumlah pengamatan tertentu untuk melihat

gambaran yang lebih besar. Metafora juga merupakan cara menghubungkan penemuan dengan teori/

connecting finding to theory. Metafora merupakan apa yang menginisiasi peneliti untuk berpikir dalam istilah

yang lebih umum. Beberapa sarang mengenai pengembangan metafora:

1. Adalah tidak bijak membuat metafora di awal penelitian

2. Dalam rangka mengembangkan metafora, kita harus secara kognitif berperan, bergerak dari denotatif ke

konotatif. Berinteraksi dengan orang lain dalam “lingkungan bermain secara kognitif” dapat sangat

berguna.

3. Metafora dapat diambil terlalu jauh dalam hal makna; oleh karena itu, kita harus mengetahui kapan

harus berhenti.

Pemisahan Variabel

Penelitian kualitatif berorientasi kuat ke pengintegrasian konsep. Namun, pada beberapa kasus, peneliti

harus mengenali kebutuhan untuk diferensiasi. Mereka harus memiliki keberanian untuk mempertanyakan;

Miles dan Huberman menyebut pengintegrasian dini ini “premature parsimony”. Pemisahan variabel khususnya

penting selama tahapan awal analisis untuk memungkinkan pengujian yang lebih mendetil dari proses yang

terjadi. Pemisahan variabel juga sering terjadi dengan pengembangan acuan/matriks. Selama penteorian, jika

variabel kelihatannya tidak terkait erat dengan kerangka kerja yang tersisa, maka haruslah dipisahkan untuk

memungkinkan pengembangan suatu model yang lebih koheren dan terintegrasi (Miles & Huberman, 1984)

Penggolongan Khusus/Particular ke Umum/General

Proses ini serupa dengan pengelompokkan, yang di dalamnya melibatkan pemaduan/clumping hal-hal

secara bersama. Pengelompokan cenderung bersifat intuitif yang serupa dengan pengkodean. Penggolongan

particular ke general merupakan pegerakan dari spesifik ke konkrit ke abstrak dan teoritis.

Penfaktoran

Ide penfaktoran diambil dari prosedur kuantitatif analisa faktor. Jika kita memiliki suatu daftar

karakteristik maka merupakan tema umum di dalam daftar tersebut yang memungkinkan seseorang untuk lebih

menjelaskan apa yang sedang terjadi?Sedangkan dengan analisa faktor, ketika pengelompokkan telah

diidentifikasi, maka harus dinamai. Penfaktoran dapat terjadi pada beberapa tingkatan abstraksi pada data.

Pertimbangan yang penting adalah penfaktoran membuat perbedaan yang bermakna dalam kejelasan. (Miles &

Huberman, 1984)

Menentukan Hubungan antara Variabel

11

Pengembangan hubungan antara variabel telah dibahas sebelumnya. Namun, pada titik ini, adalah

penting untuk bergerak melebihi itu, bahkan, suatu hubungan ada untuk menjelaskan hubungan. Hubungan

yang dijelaskan pada Bab 8 dapat digunakan untuk menggambarkan penemuan-penemuan kualitatif. Hubungan

yang mungkin terjadi meliputi:

“ (1) A+, B+ (kedua\nya tinggi, atau keduanya rendah pada saat bersamaan)

(2) A+, B- (A tinggi, B rendah, atau sebaliknya)

(3) A↑, B↑ (A meningkat, B meningkat)

(4) A↑, B↓ (A meningkat, B menurun)

(5) A↑ lalu → B↑ (pertama-tama A meningkat, lalu B meningkat)

(6) A↑ lalu → B↓ lalu A↑ (A meningkat, lalu B meningkat, lalu A lebih meningkat lagi)” (Miles &

Huberman, 1984, p. 225)

Menemukan Variabel yang Mengintervensi (ikut camput, terlibat)

Pada beberapa kasus, para peneliti percaya bahwa dua variabel haruslah seiring; namun, penemuan tidak

menverifikasi pemikiran ini. Pada kasus lain, dua variabel ditemukan selama analis data berlangsung bersama,

namun hubungannya tidak dapat dijelaskan. Pada kedua situasi ini, variabel ketiga mungkin bertanggung jawab

terhadap kebingungan ini. Oleh karena itu, variable ketiga haruslah diidentifikasi. Matriks yang digambarkan

sebelumnya dapat sangat berguna dalam pencarian variabel ini, dan pencarian tersebut sering membutuhkan

beberapa kerja penyelidikan yang hati-hati. Menemukan variabel yang mengintervensi adalah paling mudah

jika terdapat kasus ganda dari hubungan dua variabel untuk diuji (Miles & Huberman, 1984)

Membangun suatu Rantai Logis Bukti

Sekilas, ini akan tampak seperti aktifitas yang sama yang digambarkan sebelumnya yang menghasilkan

pengembangan suatu teori tentatif; namun, aktifitas ini mengasumsikan pengembangan suatu teori tentatif

sebelumnya. Membangun suatu rantai logis bukti melibatkan pengujian teori tersebut. Peneliti harus hati-hati

untuk kembali melacak bukti dari data melalui pengembangan teori tentatif; kemudian, elemen, hubungan, dan

proporsi dari teori tersebut diuji dengan data baru. Peneliti mencari kasus yang cukup sesuai dengan teori dan

kasus-kasus yang tidak sesuai dengan teori. Kemudian teori dapat dimodifikasi.

Proses ini disebut analytic induction dan menggunakan dua daur yang saling menyambungkan. Daur

pertama adalah enumerative induction, dimana sejumlah dan beberapa jenis contoh dikumpulkan yang

menverifikasi model. Daur kedua adalah eliminative induction, memerlukan hipotesis untuk diuji dengan

alternatif-alternatif. Peneliti perlu untuk memeriksa dengan hati-hati untuk membatasi kemampuan generalisasi

teori. Proses “pembandingan konstan” digunakan pada Grounded Theory berhubungan dengan eliminative

induction (Miles & Huberman)

Membuat Konseptual/ Koheren Teoritis

12

Langkah sebelumnya telah menggambarkan suatu gerakan bertahap dari data empiris ke suatu ikhtisar

konseptual dari penemuan-penemuan. Inferensi telah dibuat begitu analisis bergerak dari konkret ke yang lebih

abstrak. Langkah tersebut kemudian bergerak dari metafora ke saling berhubungan, lalu ke

membangun/constructs, dan dari situ ke teori. Teori haruslah terkait dengan teori-teori lain yang ada di tubuh

pengetahuan. Dalam rangka mencapai langkah ini, kita harus mengembangkan suatu familiaritas/ kemiripan

dengan suatu jenis teori yang lebih luas yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena saat ini. Jika

keterkaitan dapat dibuat dengan teori-teori lainnya, maka akan memperkuat penjelasan teoritis yang ada (Miles

& Huberman, 1984).

Metode Penelitian Phenomenologis

Pada studi-studi phenomenologis, beberapa strategi dapat digunakan dalam pengumpulan data, dan

adalah mungkin untuk menggunakan kombinasi dari strategi-strategi tersebut. Dalam rangka melakukan strategi

pengumpulan data ini, peneliti melibatkan kepribadiannya dan menggunakan pengintuisian/Intuiting. Intuiting

merupakan proses benar-benar “melihat/ mencari” fenomena. Selama intuiting peneliti menfokuskan seluruh

kesadaran dan tenaga pada subjek minat untuk memungkinkan suatu peningkatan pendalaman. Dengan

demikian, proses ini memerlukan konsentrasi dan penyerapan sepenuhnya pengalaman yang diteliti (Oiler,

1982). Intuiting merupakan suatu ide asing bagi kita di dunia barat. Lebih umum di praktekkan pada pemikiran

Timur dan terkait dengan praktek medis dan pengarahan kekuatan energi personal.

Strategi Pengumpulan Data

Pada satu strategi pengumpulan data, peserta diminta untuk menggambarkan secara verbal mengenai

pengalaman mereka tentang suatu fenomena. Data-data verbal ini perlu dikumpulkan dalam suatu atmosfir yang

santai dengan waktu cukup yang memungkinkan untuk menfasilitasi deskripsi yang lengkap oleh responden.

Alternatifnya, informan dapat diminta untuk menyediakan suatu deskripsi tertulis mengenai pengalaman

mereka. Ruffing-Rahal (1986) merekomendasikan penggunaan dokumen pribadi, autobiografi account tertentu

sebagai suatu sumber data.

Strategi lain mensyaratkan peneliti untuk lebih terlibat secara langsung dalam pengalaman tersebut.

Selama pengalaman peserta, peneliti secara simultan mengamati perilaku verbal dan nonverbal, lingkungan,

dan responnya terhadap situasi. Catatan tertulin mungkin digunakan, atau pengalaman tersebut dapat direkam

dengan tape-recorder atau video-tape. Ketika perilaku yang diamati direkam, peneliti menggambarkan

ketimbang mengevaluasi pengamatan/ observasi.

Terdapat beberapa variasi analisis data phenomenologis. Metode Van Kaam, Giorgi dan Colaizzi

merupakan yang paling umum digunakan. Dalam keperawatan, Parse telah mengembangkan suatu metodologi

yang sekarang digunakan dalam studi phenomenologis keperawatan.

VAN KAAM. Van Kaam (1966) menyarankan pengklasifikasian data dan pemeringkatan pengklasifikasian

berdasarkan frekwensi terjadinya, Pemeringkatan ini diverifikasi oleh suatu panel atau juri. Sejumlah kategori 13

kemudian dikurangi untuk menghilangkan kategori overlapping/tumpang tindih, lemah dan ruwet, dan sekali

lagi, persetujuan dari panel dan juri diharapkan. Hipotesis dikembangkan untuk menjelaskan kategori secara

teoritis, dan hipotesis ini diuji pada suatu sampel baru. Proses ini berlanjut sampai tidak ada kategori baru yang

muncul.

GIORGI. Giorgi (1970) merekomendasikan suatu proses yang serupa, tetapi lebih memilih untuk lebih

mempertahankan rasa keseluruhan. Walaupun elemen individual dari fenomena diidentifikasi, namun

kepentingannya terhadap fenomena tidak terbangun oleh seringnya keterjadian namun lebih kepada penilaian

intuitif peneliti. Giorgi menganggapnya penting untuk mengidentifikasi hubungan unit-unit satu sama lain dan

dengan keseluruhan.

COLAIZZI. Colaizzi (1978) telah mengembangkan suatu metode yang melibatkan pengamatan dan analisa

perilaku manusia dalam lingkungannya untuk menguji pengalaman yang tidak bisa dikomunikasikan. Strategi

ini berguna dalam penelitian fenomena seperti perilaku prverbal anak, subjek dengan penyakit Alzeimer,

perilaku combatif dari pasien yang tidak sadar, dan gerak tubuh pasien yang baru diamputasi.

PARSE. Parse (1990) telah menjelaskan suatu metodologi penelitian spesifik terhadap Man-Living Health

Theory. Metodologi ini melibatkan dialog dimana responden dan peneliti berpartisipasi dalam diskusi yang

tidak terstruktur mengenai suatu pengalaman hidup. Pengalaman tersebut digambarkan sebagai suatu I-Thou

intersubjective “dengan siapa/being with” peserta selama diskusi tersebut. Peneliti hadir bersama peserta,

terlibat dalam dialog memunculkan ke permukaan apa yang diingat/masa lalu, saat ini, dan yang belum terjadi

secara bersamaan. Sebelum dialog dengan peserta, peneliti “bergulat” dengan makna pengalaman hidup,

memusatkan diri dalam cara terbuka terhadap suatu diskusi penuh pengalaman yang dibagi oleh para peserta.

Diskusi tersebut (jika mungkin) direkam secara audio dan video, dan dialognya ditranskip untuk proses

extraction-synthesis. Extraction-synthesis merupakan suatu proses menggerakkan deskripsi dari bahasa peserta

ke tingkat abstraksi ke bahasa ilmiah. (p.11)

Peneliti merenungkan fenomena yang diteliti sementara mendengarkan rekaman, membacara transkrip

dialog, dan melihat rekaman video. Sehingga, peneliti hadir secara multisensori pada data. Parse (1990)

menggambarkan detil dari proses ini sebagai berikut:

1. Menyerap inti dari transkrip deskripsi (bahasa peserta). Inti yang diserap merupakan suatu ekspresi

lengkap dari ide inti yang digambarkan oleh peserta

2. Inti yang disintesis (bahasa peneliti) merupakan suatu ekspresi ide inti dari inti yang diserap yang

dikonseptualkan oleh peneliti

3. Menformulasikan suatu proposisi dari masing-masing deskripsi peserta. Suatu proposisi merupakan

pernyataan non-directional yang dikonseptualkan oleh peneliti menggabungkan ide inti dari esensi yang

disintesis dari masing-masing peserta

14

4. Menyerap konsep inti dari proposisi yang diformulasikan dari seluruh peserta. Konsep inti yang diserap

merupakan suatu ide (ditulis dalam suatu frase) yang menangkan makna sentral proposisi.

5. Pensintesisan suatu struktur pengalaman hidup dari konsep yang diserap. Suatu struktur yang disintesis

merupakan suatu pernyataan yang dikonseptualkan oleh peneliti menggabungkan konsep inti. Struktur

tersebut meningkatkan jawaban-jawaban pertanyaan peneliti:’Apa struktur dari pengalaman hidup

ini?’’’ (p. 11)

Hasil dari analisis ini kemudian ditingkatkan ke tingkat penyerapan yang lain untuk menampilkan makna

pengalaman hidup pada tingkat teori. Penemuan-penemuan tersebut dalam istilah prinsip teori Parse. Proses

analisa ini telah digunakan dalam suatu studi harapan sebagai suatu pengalaman hidup kesehatan (Parse, 1990)

Hasil

Penemuan-penemuan sering digambarkan dari orientasi dari studi peserta, ketimbang diterjemahkan ke

bahasa ilmiah atau teoritis. Sebagai contoh, kata-kata yang sebenarnya yang digunakan oleh peserta untuk

menggambarkan suatu pengalaman akan sering digunakan ketika melaporkan penemuan-penemuan. Peneliti

mengidentifikasi “tema” yang ditemukan pada data. Dari tema-tema ini, penjelasan struktural penemuan

dikembangkan.

Studi Keperawatan Phenomenologis

Salah satu studi keperawatan yang paling signifikan yang dilaksanakan menggunakan metode

phenomenological adalah studi yang dilakukan Benner (1984) yang menghasilkan deskripsi kritis praktek

keperawatan yang disajikan di bukunya yang berjudul From Novice to Expert, Studi ini didanai oleh bantuan

dari Departemen Kesehatan dan Sumber Daya Manusia, Divisi Keperawatan, pada waktu ketika pendanaan

eksternal bagi penelitian kualitatif hampit tidak terdengar. Pada studi Benner, fenomena yang dieksplor adalah

pengalaman praktek klinis. Pertanyaan penelitian Benner ditanyakan jika terdapat “pembedaan, perbedaan

karakteristik pada deskripsi Novice dan Expert dari insiden klinis yang sama. Jika demikian, bagaimana

perbedaan ini, jika dapat diidentifikasi dari deskripsi insiden keperawatan dapat dihitung atau dipahami?” (p.

14)

Benner melakukan wawancara berpasangan dengan perawat-perawat pemula/beginning dan perawat-

perawat yang dikenal dengan keahliannya. 21 pasang perawat dipilih dari tiga rumah sakit dimana preceptor

digunakan untuk mengarahkan lulusan baru. Masing-masing anggota pasangan, satu preceptor dan satunya lagi

lulusan baru diwawancarai secara terpisah mengenai situasi rawatan pasien yang mereka alami bersaman.

Sebagai tambahan pada pasangan ini, wawancara dan pengamatan peserta dilakukan dengan perawat-perawat

tambahan, termasuk 51 perawat klinis berpengalaman, 11 lulusan baru, dan 5 siswa senior keperawatan.

Wawancara individu, wawancara kelompok kecil, dan pengamatan peserta dilakukan pada enam rumah sakit.

Sebelum wawancara, para peserta diberikan penjelasan tertulis mengenai jenis deskripsi klinis yang diminati

peneliti. Wawancara tersebut direkam dan ditranskrip.

15

Analisa data Benner (1984) merupakan strategi interpretatif yang didasarkan pada Heideggerian

Phenomenology. Dia menggambarkan prosedurnya sebagai berikut:

“Rekaman wawancara dan pengamatan peserta dibaca secara independen oleh anggota tim riset, interpretasi

data dibandingkan dan secara konsensual di validasi. Masing-masing interpretasi diterima hanya jika terdapat

persetujuan pada pelabelan dan penginterpretasian kompetensi utama yang ditunjukkan dan hanya jika efektif

dalam menggambarkan praktek yang terampil” (p. 16)

Penjelasan struktural Benner mengenai penemuannya ditampilkan dalam 5 tahapan mendapatkan

pengalaman dalam praktek klinis, yang menggambarkan perawat dalam suatu situasi klinis tertentu sebagai

novice, advanced beginner, competent, proficient, atau expert.

Tahap 1: Novice

“Beginner belum mempunyai pengalaman dalam situasi yang mereka diharapkan untuk melakukan. Untuk

memberi mereka entry/jalan masuk ke situasi-situasi ini dan memungkinkan mereka mendapatkan pengalaman

yang sangat diperlukan untuk pengembangan keterampilan, maka mereka diajarkan mengenai situasi dalam

hal atribut-atribut objektif, seperti berat, intake dan output, temperatur, tekanan darah, denyut, dan lainnya,

parameter pengukuran dari suatu kondisi pasien, fitur tugas yang dapat dikenali tanpa pengalaman

situasional. Novice juga diajarkan peraturan context-free untuk memandu tindakan terhadap atribut yang

berbeda” (pp. 20-21)

Tahap 2: Advanced Beginner

“Advanced beginner adalah seseorang yang dapat mendemonstrasikan kinerja yang dapat diterima secara

marjinal, seseorang yang telah dikop dengan cukup situasi sebenarnya/nyata untuk mencatat (atau yang telah

ditunjukan kepada mereka oleh mentior) komponen-komponen situasional bermakna yang berulang…Aspek-

aspek, kebalikan dari yang dapat diukur, atribut bebas konteks atau daftar prosedural hal-hal yang dilakukan

yang dipelajari dan digunakan oleh beginner, memerlukan pengalaman sebelumnya pada situasi

sebenarnya/nyata untuk pengenalan. Aspek meliputi keseluruhan, karakteristik global yang hanya dapat

diidentifikasi melalui pengalaman sebelumnya” (p. 22)

Tahap 3: Competent

“Kompetensi, diperoleh oleh yang telah bekerja pada situasi yang sama atau serupa selama dua atau tiga

tahun, berkembang ketika perawat mulai melihat tindakannya dalam hal tujuan jangka panjang atau rencana

yang ia sadari. Rencana tersebut mendiktekan atribut dan aspek mana dari situasi masa datang terkini dan

direnungkan yang dianggap paling penting dan yang dapat diabaikan. Dengan demikian, bagi perawat

kompetent, suatu rencana membangung suatu perspektif, dan rencana tersebut didasarkan pada

kontemplasi/perenungan sadar, abstrak, analitik dari masalah” (p. 26)

Tahap 4: Proficient

16

“Secara karakteristik, proficient menerima situasi sebagai keseluruhan ketimbang dalam hal aspek dan

pelaksanaannya dipandu oleh maxims (maxim merupakan instruksi cryptic yang diberikan oleh Experts).

Maxims masuk diakal hanya jika orang tersebut telah memiliki suatu pemahaman yang mendalam tentang

situasi (p. 10)Kata kunci disini adalah persepsi. Perspektif tidak dipikirkan melainkan menampilkan dirinya

sendiri berdasarkan pengalaman dan peritiwa yang saat ini. Perawat Proficient memahami suatu situasi

sebagai suatu keseluruhan karena mereka menerima maknanya dalam hal tujuan jangka panjang” (p. 27)

Tahap 5: Expert

“Expert tidak lagi bergantung pada suatu prinsip analitik (aturan, panduan, maksim) untuk mengaitkan

pemahamannya mengenai situasi dengan tindakan yang sesuai. Perawat Expert, dengan jumlah latar belakang

pengalaman yang banyak, saat ini memiliki suatu genggaman intuitif dari masing-masing situasi dan masukan

zeroe pada area akurat masalah tanpa pertimbangan yang sia-sia dari suatu kisaran besar alternatif diagnosa

dan solusi”( p.32)

Benner (1984) juga mengidentifikasi tujun domain praktek: (1) peran membantu, (2) fungsi pengajaran-

pelatihan, (3) fungsi diagnostik dan monitoring pasien, (4) manajemen efektif dari situasi yang berubah dengan

cepat, (5) administrasi dan monitoring intervensi dan aturan pengobatan, (6) monitoring dan memastikan

kualitas praktek keperawatan, (7) kompetensi organisasional dan peran kerja. Kompetensi keperawatan

mewakili masing-masing domain teridentifikasi.

METODOLOGI

GROUNDED THEORY

Pengumpulan data untuk suatu studi Grounded Theory disebut juga dengan kerja lapangan. Pengamatan

peserta merupakan suatu teknik umum yang digunakan. Fokus dari pengamatan tersebut adalah interaksi sosial

dalam fenomena yang diminati.. Wawancara juga dapat dilakukan untuk mendapatkan persepsi para peserta.

Data dikodekan untuk persiapan analisa yang dimulai dengan inisiasi pengumpulan data. Stern (1980) dan

Turner (1981) telah menggambarkan metodologi yang digunakan untuk analisa Grounded Theory.

1. Pengembangan Kategori. Kategori diturunkan dari data, diidentifikasi dan dinamai. Kategori-kategori

ini digunakan sebagai kode-kode untuk analisa data. Ini merupakan tahap awal pengembangan suatu

teori tentatif.

2. Saturasi Kategori. Contoh dari kategori yang diidentifikasi dikumpulkan sampai karakteristik item yang

sesuai dengan kategori menjadi jelas bagi peneliti. Lalu peneliti menguji semua contoh kategori dalam

data untuk menentukan apakah sesuai dengan pola karakteristik yang muncul yang diidentifikasi oleh

peneliti

3. Pengembangan Konsep. Peneliti merumuskan suatu definisi kategori (mengacu kepada konsep)

menggunakan karakteristik yang diverifikasi pada tahap 2

17

4. Pencarian Kategori Tambahan. Peneliti melanjutkan menguji data dan mengumpulkan data tambahan

untuk mencari kategori yang tidak jelas dengan segera tetapi kelihatannya esensial untuk memahami

fenomena yang diteliti

5. Reduksi Kategori. Kategori-kategori, pada titik penelitian ini telah berjumlah banyak, dikelompokkan

dengan menggabungkan mereka ke dalam high-order kategori/ urutan kategori yang tinggi,

6. Pencarian Contoh-contoh Negatif Kategori. Peneliti berlanjut mencari contoh-contoh yang berlawanan

atau sebaliknya yang tidak sesuai dengan karakteristik yang dikembangkan untuk menggambarkan suatu

kategori

7. Hubungan Kategori. Peneliti mencari pemahaman hubungan antara kategori. Untuk mencapai ini,

koleksi data menjadi lebih selektif karena peneliti mencari untuk menentukan kondisi dibawah konsep

yang terjadi. Hipotesa dikembangkan dan diuji menggunakan data yang tersedia wawancara tambahan

yang dipilih atau pengamatan yang secara spesifik untuk menguji hubungan yang ditawarkan antara

kategori-kategori. Suatu presentasi naratif dari teori yang muncul, termasuk konsep, definisi konseptual,

dan hubungan-hubungan dikembangkan. Naratif tersebut ditulis kembali secara berulang-ulang untuk

mencapai suatu penjelasan dari suatu teori yang muncul yang diekpresikan dengan jelas, konsisten

secara logis, pencerminan dari data, dan kompatibel/sesui dengan pengetahuan dasar keperawatan.

Suatu peta konseptual mungkin disediakan untuk mengklarifikasi teori (Burns, 1989)

8. Pensampelan Selektif Litaratur. Tidak seperti kasus penelitian tradisional, literatur tidak secara ekstensif

dicari pada awal studi yang tujuannya untuk menghindari pengembangan suatu pandangan yang

tersedimentasi. Pada penelitian ini, literatur diuji untuk menentukan kesesuain penemuan dari studi awal

dan teori yang ada dengan penemuan-penemuan saat ini.

9. Munculnya Variabel Inti. Melalui aktifitas yang tersebu diatas, konsep yang paling penting bagi teori

muncul. Konsep ini, atau variabel inti, menjadi tema sentral atau fokus dari teori.

10. Modifikasi dan Integrasi Konsep. Langkah ini merupakan proses terakhir dimana teori difinalisasi dan

sekali lagi dibandingkan dengan data. “Begitu kategori dan pola muncul, peneliti harus terlibat dalam

tindakan kritis menantang pola yang tampaknya begitu nyata. Peneliti harus mencari penjelasan yang

masuk akal lainnya bagi data dan hubungan diantara mereka” (Marshall & Rossman, 1989, p. 119).

Terkadang, terdapat kesesuaian yang kurang antara data dan teori yang muncul. Ini dapat terjadi karena

pengidentifikasian pola pada data telah terjadi sebelum peneliti secara logika dapat menyesuaikan

seluruh data dalam kerangka kerja yang muncul. Pada kasus ini, hubungan-hubungan yang ditawarkan

diantara fenomena mungkin spurious/palsu. Miles dan Huberman (1984) menyarankan bahwa

plausibility merupakan candu dari intelektual. Jika skema yang muncul masuk diakal dan sesuai dengan

penjelasan teori fenomena lainnya, peneliti menangkapnya secara prematur. Ini lah kenapa begitu

penting untuk menguji skema dengan memeriksa kembali kesesuaian antara teori yang muncul dan data

asli.

Studi Grounded Theory18

Satu studi signifikan yang menggunakan pendekatan grounded theory yang relevan dengan praktek

klinis keperawatan adalah studi Fagerhaugh dan Strauss (1977) mengenai politik manajemen nyeri. Studi ini

muncul dari hasil kerja Glaser dan Strauss sebelumnya pada perawatan pasien sekarat (Glaser & Strauss, 1965,

1968; Strauss, 1975; Strauss, corbin, Fagerhaugh, Glaser, Maines, Suczek & Wiener, 1984). Studi nyeri

melibatkan lima peneliti dan 2 tahun pengamatan sistematis di 20 bangsal, 2 klinik dan 9 rumah sakit. Tujuan

dari studi tersebut adalah dua kali lipat, yaitu untuk mengembangkan suatu pendekatan terhadap manajemen

nyeri yang secara radikal berbeda dari pendekatan yang telah terbentuk, dan untuk mengembangkan suatu teori

substansif mengenai “apa yang terjadi di rumah sakit ketika orang dihadapkan dengan nyeri dari berusaha

mengatasinya” (Fagerhaugh & Strauss, 1997, p.13). Pertanyaan penelitiannya adalah “dibawah kondisi apa

nyeri ditemui oleh staff?” dan “bagaimana mengatasinya/”.

Pada studi nyeri tersebut, peneliti berharap untuk mengamati suatu variasi situasi dimana nyeri

merupakan suatu fenomena umum. Area studi meliputi suatu unit perawatan intensif untuk luka bakar parah,

unit rawatan jantung, bangsal obstetrics, unit rehabilitasi fisik, unit neurologi dan neurosurgery, unit bedah

rutin, bangsal medis, departemen radiology, departemen gawat darurat, unit transplantasi ginjal, dan bangsal

kanker. Kutipan berikut didapat dari laporan studi grounded theory pada nyeri. Yang menfokuskan pada suatu

deskripsi proses penyampelan dan menunjukkan rawatan dan pemikiran detik yang harus berlangsung dalam

perkembangan katerogi penyampelan.

“pada seluruh bangsal ini kami membuat perbandingan internal sepanjang dimensi teoritis, yaitu kami

melanjutkan penyampelan yang diarahkan oleh teori; sebagai contoh, aturan/regimen high-pain versus low-

pain; inflicter regimen nyeri yang berpengalaman versus inflicter baru; ibu bersalin yang bapaknya hadir

untuk mendukung usahanya dalam memikul rasa sakit versus mereka yang tidak memiliki dukungan seperti itu

atau agen pengendali. Sementara itu, kami juga mencari suatu aktifitas yang merentangkan bangsal-bangsal

yang terpisah dan yang akan memaksimalkan variabel yang terkait dengan infliksi nyeri. Kami mengikuti

sejumah personil yang mengambil darah pasien. Kami mengamati beberapa yang sangat berpengalaman, dan

beberapa yang tidak berpengalaman; beberapa yang dapat bekerja dalam gaya yang santai/ tidak tergesa-

gesa, dan beberapa yang tidak; beberapa yang menemui pasien baru, dan beberapa yang menemui pasien yang

berpengalaman dengan prosedur ini; beberapa yang menemui pasien yang mengalami nyeri yang berlanjut,

dan beberpa yang tidak, beberapa yang baru-baru ini mengalamai tuduhan inkompeten dan beberapa yang

tidak” (Fagerhaugh & Strauss, 1977, p. 308)

Pada studi nyeri, kategori inti yang berkembang adalah kerja nyeri, trajektori nyeri, legitimasi,

balancing, dan akuntabilitas. Kerja nyeri lebih lanjut diklasifikasikan menjadi penghilangan nyeri, mengatasi

ekspresi nyeri, menimbulkan nyeri, memimimalkan atau mencegah nyeri. Pasien yang mengalami nyeri dan

pengendalian rekasi anggota staff terhadap respon nyeri pasien. Kerjasama pasien dalam kerja nyeri dan

negosiasi antara staf dan pasien diidentifikasi sebagai faktor penting. Suatu contoh dari negosiasi tersebut

digambarkan oleh Glaser (1973):

“ini tidak akan berlangsung lama “saya katakan kepadanya……”ini tidak akan sakit……saya rasa saya dapat

menyuntikannya langsung ke tubing IV dan tidak akan menusuk anda”19

Dia kelihatannya tidak nyaman

“sejujurnya saya tidak akan menusuk anda kecuali saya harus melakukan itu”

Trajektori nyeri dibagi kedalam trajektori yang diharapkan dan yang tidak diharapkan. Sebagai contoh,

ibu bersalin akan memiliki trajektori nyeri yang berbeda dengan seseorang dengan nyeri punggung intractable.

“Suatu trajektori yang tidak diharapkan – tidak diharapkan untuk bangsal tertentu, yang membawa gangguan

potensial bagi staf dan pasien serta kekecewan bangsal. Baik aturan sentimentil dan aturan kerja bangsal

menjadi terancam……pasien dengan dengan trajektori yang tidak diharapkan cenderung diberi label “tidak

kooperatif” atau “sulit” dan hubungan antara mereka dan staf tampaknya akan memburuk’ (fagerhaugh &

Strauss, 1977, pp. 22-23)

Penelitian juga menyimpulkan bahwa trajektori nyeri dipengaruhi oleh kesakitan pasien, pengalaman

mereke sebelumnya dengan nyeri, rawatan medis yang mereka terima, dan riwayat sosial mereka. Mereka

mengamati bahwa staf keperawatan dan medis jarang mengetahui apapun tentang trajektori nyeri pasien lebih

dari apa yang sedang terjadi.

Penilaian dan pelegitimasian nyeri juga diidentifikasi sebagai suatu faktor penting. Staf sering

menganggap pasien mengklaim lebih nyeri ketimbang yang mereka alami atau mengklaim nyeri padahal tidak.

Pasien-pasien kiri/left ini berada pada posisi meyakinkan staff mereka sebenarnya mengalami nyeri yang

mereka alami (pelegitimasian). Staff dan pasien sering terlibat dalam proses menyeimbangkan prioritas selama

kerja nyeri. Keputusan didasarkan pada apa yang dianggap paling penting oleh staff.

“Anggota staff tidak selalu setuju diantara mereka, dan penyeimbangan yang dilakukan oleh pasien mungkin

tidak disetujui staff. Pasien dan staff sering dihadapkan pada pilihan yang berlawanan, ketidaksetujuan atas

nilai hidup sedikit lebih lama versus mengatasi nyeri yang sangat. Mereka mungkin menyeimbangkan

pertimbangan-pertimbangan yang agak berbeda. Staff mungkin menyeimbangkan lebih kerja versus pembebas

rasa sakit yang cepat, sementara pasien mungkin menyeimbangkan harga diri dengan tidak mengeluh tentang

nyeri versus kesulitan mengatasinya tanpa pengobatan lebih (Fagerhaugh & Strauss, 1977, p. 25)

Dalam hal akuntabilitas, peneliti menemukan bahwa kerja nyeri bukanlah suatu prioritas utama staff.

Staff cenderung lebih bertanggung jawab mengendalikan ekspresi nyeri pasien ketimbang mengendalikan

pengalaman nyeri. Fagerhaugh dan Strauss (1977) menyertakan hal berikut dari studi mereka:

“Akuntabilitas asli menyangkut kerja nyeri hanya bisa dibentuk jika otoritas utama pada bangsal atau klinis

tertentu memahami pentingnya akuntabilitas dan implikasinya untuk rawatan pasien. Mereka kemudian perlu

mengkonversi pemahaman tersebut ke suatu komitmen yang akan membawa perubahan yang diperlukan dalam

sistim komunikasi verbal dan tertulis. Pemahaman dan komitmen seperti ini mungkin hanya didapat setelah

pembahasan yang dianggap bersifat nasional, seperti yang berlangsung sekarang ini mengenai terminal

care/rawatan akhir, tetapi pembahasan seperti ini kelihatannya akan berlangsung lama di masa depan” (p. 27)

20

METODOLOGI ETHNOGRAPHIC

Mendapatkan Akses Masuk

Salah satu langkah kritis pada studi apapun adalah mendapatkan akses masuk ke area yang diteliti.

Mekanisme dari proses ini sangat beragam, tergantung pada apakah seseorang berusaha untuk masuk ke negara

lain atau ke institusi tertentu. Peneliti bertanggung jawab pada titik ini untuk menjelaskan tujuan dan metode

studi kepada mereka yang memiliki kekuasaan untuk memberikan akses masuk tersebut.

Mendapatkan informan

Dalam rangka memahami suatu kebudayaan, para peneliti mencari individu yang mau

menginterpretasikan budaya kepada mereka. Orang-orang ini (yang biasanya anggota dari kebudayaan tersebut)

tidak akan menjadi subjek penelitian, tapi lebih sebagai kolega. Peneliti harus memiliki dukungan dan

kepercayaan dari orang-orang ini untuk menyelesaikan penelitian. Oleh karena itu, mempertahankan hubungan

ini adalah sangat-sangat penting. Informan tidak hanya akan menjawab pertanyaan tetapi juga dapat membantu

merumuskan pertanyaan, karena mereka memahami kebudayaan tersebut lebih baik dari pada peneliti.

Immersi Budaya

Peneliti ethnographic haruslah mengenal budaya yang diteliti, dengan hidup didalamnya (partisipasi

aktif) dan memperluas pertanyaan. Proses menjadi immersed/menyatu dalam budaya melibatkan peningkatan

pengenalan dengan hal-hal seperti bahasa; norma sosiokultural; tradisi dan dimensi sosial lainnya, seperti

keluarga, pola komunikasi (verbal dan nonverbal), agama, pola kerja, dan ekspresi emosi. Immersi juga

melibatkan peningkatan penerimaan bertahap peneliti ke dalam kebudayaan tersebut.

Mengumpulkan Data (Elisitasi Prosedur)

Aktifitas pengumpulan data disebut juga penelitian lapangan dan memerlukan pencatatan yang

ekstensif. Kualitas dari catatan-catatan tersebut akan tergantung pada keahlian dari peneliti. Peneliti yang

terampil/ahli, berpengalaman dalam teknik penelitian kualitatif, akan mampu untuk dengan mudah melihat

pengamatan apa yang perlu dicatat dibandingkan peneliti yang kurang berpengalaman atau asistennya. Selama

pengamatan, peneliti akan dibombardir dengan informasi. Intuisi memainkan peran penting dalam menentukan

data mana yang dikumpulkan. Walaupun peneliti harus secara aktif terlibat dalam budaya yang diteliti, tetapi

mereka harus menghindari “going native” yang akan menghalangi baik pengumpulan maupun analisa data.

Dalam “going native” peneliti menjadi menjadi suatu bagian dari budaya tersebut dan kehilangan seluruh

objektifitasnya dan kemampuan untuk mengamati dengan jelas.

Analisa Data

Analisa data secara esensial merupakan analisa catatan lapangan dan wawancara. Catatan itu sendiri

dapat bersifat superficial. Namun, selama proses analisa, catatan-catatan tersebut diklarifikasi, diperluas, dan

diinterpretasikan. Proses pemikiran abstrak (intuisi introspeksi, dan penalaran dibahas pada bab 1) terlibat 21

dalam analisis. Interpretasi diperiksa dengan informan. Data kemudian di bentuk ke dalam kategori dan

hubungan yang dikembangkan antara kategori. Pola perilaku diidentifikasi

Hasil

Proses analisa pada ethnographi digunakan untuk menyediakan deskripsi budaya detil. Deskripsi ini

dapat diterapkan pada teori kebudayaan yang telah ada. Pada beberapa kasus, penemuan-penemuan dapat

mengarah kepada pengembangan hipotesis dan atau pengembangan teori. Hasil-hasil diuji apakah oleh

ethnographer lainnya dengan menggunakan penemuan-penemuan dari studi ethnograpi pertama, dapat secara

akurat mengantisipasi perilaku manusia pada studi kebudayaan. Walaupun penemuan biasanya tidak

digeneralisasi dari satu kebudayaan atau subkebudayaan ke yang lainnya, namun suatu kasus dapat dibuat dari

beberapa tingkatan generalisasi terhadap budaya yang serupa (Germain, 1986)

Studi Ethnographic

Studi obat-obatan tradisional dalam praktek kesehatan pengungsi Hming merupakan suatu contoh dari

penelitian ethnographic (Cheon-Klessig, Camileri, Elmurri, dan Ohlson, 1988). Tujuan dari studi tersebut

adalah untuk lebih mengenal praktek kesehatan dari suatu kelompok pengungsi Hmong yang hidup di suatu

area metropolitan di Amerika. Variabel yang signifikan adalah penggunaan obat-obatan herbal dan penyembuh

tradisinal (dukun) dan penggunaan sistim layanan kesehatan Amerika, termasuk bagaiman Hmong

mendapatkan informasi mengenai sistim dan bagaimana mereka menggambarkan pengalaman mereka di

dalamnya. Pada review literatur, pengarang menyediakan informasi mengenai Hmong yang berada di Laos,

pengungsi Hmong di Amerika dan pengungsi Indocina di Amerika.

Dalam penelitian Hmong, memasuki populasi telah dilakukan oleh mahasiswa antropologi amerika yang

telah bekerja dengan komunitas Hmong selama lima tahun dan berbicara dengan bahasa Hmong dengan baik.

Mahasiswa antropologi menyediakan akses kepada informan. “ mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik

mengenai latar belakang budaya dan praktek kesehatan. Mereka menyediakan beberapa nama-nama tanaman

herbal yang digunakan oleh suku Hmong dan menyertakan masyarakat Hmong pada penelitian yang dilakukan

oleh para peneliti “ ( Cheon-klessing, et al, 1988, hal. 651 ). Mahasiswa memperkenalkan kepada peneliti

mengenai tiga tipe komunitas Hmong yang sakit baru-baru ini dan telah disetujui oleh informan untuk

mengikuti penelitian ini. 4 informan telah diikutsertakan pada sebuah acara yang dihadiri oleh penyelidik.

Dikarenakan jadwal penyelidik, kontak dibuat satu kali seminggu dengan seorang informan. Dalam

kebanyakan kasus, keluarga dan teman informan diikutsertakan. Dengan tambahan untuk berpartisipasi dalam

penelitian, penelitian mengggunakan interview yang tidak terstruktur, percakapan informal, dokumen tertulis,

dan partisipasi kejadian. “ interview formal dihindari, karena telah teridentifikasi tidak cocok dari segi tata

budaya dengan komunitas Hmong. Hmong lebih menyukai menjawab pertanyaan yang ingin didengar oleh

22

peneliti, dengan demikian akan menimbulkan berbagai bias “ ( hal 650-651 ). Pengaturan mengenai kontak

bervariasi dan temasuk :

Dalam penelitian Hmong, hasil akhir didiskusikan dalam praktek kesehatan tradisional dan

penggunaannya pada system perawatan kesehatan amerika.

PRAKTEK KESEHATAN TRADISIONAL

Pengobatan herbal

“ terdapat laporan baik dari informan maupun pihak lainnya dalam komunitas Hmong bahwa kebanyakan

setiap rumah tangga Hmong dalam area metropolitan ini mempertahankan setidaknya empat atau lima pot

tanaman herbal yang digunakan sebagai obat…mengacu kepada dua informan, wanita bertanggungjawab

terhadap pertumbuhan dan persiapan tanaman dan menjelaskan kegunaan herbal. Banyak wanita tua dan

wanita sangat mengetahui mengenai pengobatan herbal, dan anak muda sering mencari saran dari mereka.

Ahli herbal adalah professional dalam penggunaan pengobatan herbal. Mengacu kepada empat informan,

ketika herbalis mengobati seseorang, mereka hanya akan membayar apabila orang sakit lebih baik. “ ( hal 654

)

“ sering, tanaman herbal dikombinasikan dengan ayam atau telur. Seorang informan menyatakan ia menerima

resep herbal ketika lengannya patah dan membayar 200 dollar kepada herbalis ketika lengannya sudah

sembuh. Kemudian ia mengubah ceritanya, menyatakan bahwa ia memperoleh resep dari lelaki di klannya dan

ia tidak harus membayar. Jika informasi herbal diperoleh dari klan yang berbeda, pembayaran diperkirakan.

Para penyelidik tidak dapat membandingkan mana dari dua pernyataan yang saling berlawanan ini yang

benar. “ ( hal. 655 )

Shaman

PELAKSANAAN SISTEM PERAWATAN KESEHATAN AMERIKA

“ Hmong mengalami konflik cultural dalam pelaksanaan system perawatan kesehatan amerika dan memasuki

system tersebut dengan ketakutan dan tekanan…Sebuah masalah utama pada kebanyakan Hmong, kristian

atau non kristian, bahwa pembedahan tidak diterima. Alasan yang diberikan oleh empat informan sebagai

berikut : tubuh boleh di diubah bentuknya pada kehidupan selanjutnya bila seseorang mengalami pembedahan

atau autopsy ; tubuh menjadi lemah setelah pembedahan ; atau dokter amerika bertugas dalam Hmong karena

mereka minoritas.

Seorang lelaki muda Hmong, hanya menyelesaikan sekolah menengah atas di amerika serikat, terkait pada

sebuah cerita yang seorang informan lihat pada saat ia berada di sekolah menengah atas ( di Laos ). Ia

menyatakan bahwa filmnya mengenai dua orang pria yang membunuh seseorang dan memakan organnya. Ia 23

menyatakan bahwa gurunya menyatakan bahwa hal yang sama dapat terjadi di amerika. Lelaki muda

menganggap autopsy dilakukan untuk memakan organ orang mati.

Pemeriksaan darah merupakan masalah lain. Hmong sangat kekurangan pengetahuan mengenai pemeriksaan

darah dan kegunaannya. Seorang pekerja klinik menyatakan bahwa wanita Hmong manolak pergi ke klinik

prenatal karena pemeriksaan darah. Beberapa Hmong menyatakan bahwa darah berada dalam beberapa

tabung sehingga darah dapat disimpan dan kemudian digunakan oleh orang tua, karena orang lanjut usia

membutuhkan lebih banyak darah untuk hidup lebih lama. Informan amerika menyebutkan lelaki muda Hmong

yang mengalami ketakutan pada tabung darah yang diambil dari pasien yang akan dijual kemudian. “ ( hal

657 )

Kecuali dalam keadaan gawat, Hmong akan mencoba pengobatan tradisional pertama kali. Jika tidak

manjur, kemudian mereka akan pergi ke dokter. Jika tidak juga, mereka akan mencoba mengubah agama

mereka.

INFORMASI SYSTEM PERAWATAN KESEHATAN AMERIKA

” kekuatan komunikasi kata sangat kuat. Informan amerika menyatakan jika seseorang mengalami pengalaman

yang tidak baik ketika ke rumah sakit atau dengan dokter, kalimat akan disebutkan dengan sangat cepat.

Berbagai cerita diulang dalam komunitas Hmong. Bagaimanapun, ia menambahkan ia tidak pernah

mendengar penghargaan positif mengenai dokter amerika maupun rumah sakit. ..seorang anak Hmong

memiliki masalah jantung, maka ayahnya membawanya ke rumah sakit. Anak tersebut meninggal ketika

beberapa obat telah diberikan. Ayahnya mengira bahwa dokter telah membunuh anaknya, dan ia sangat

marah. Ia mengatakan kepada temannya dan relasinya di kamp Thailand untuk tidak datang ke amerika

serikat, karena dokternya telah membunuh anaknya. “ ( hal. 659 )

METODOLOGI PENELITIAN HISTORIS

Peneliti histories menghabiskan waktu mereka untuk menjawah pertanyaan penelitan mereka terhadap

pengumpulan data. Kemudian data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian diidentifikasi. Sumber data

kadang dikendalikan oleh peneliti, yang akan menyusun rencana untuk mencapai akses terhadap data. Dalam

banyak kasus, validitas dan reliabilitas merupakan perhatian utama dalam penelitan histories.

Mengklarifikasi validitas dan reliabilitas

Validitas dan reliabilitas dalam penelitian histories terkait kepada sumber dari data yang dikumpulkan.

Sumber data yang sangat berharga adalah sumber primer. Sumber primer merupakan materi yang memberikan

mengenai kebenaran informasi yang ingin dicari peneliti. Sebagai contoh, materi yang ditulis oleh seorang yang

mengalami kejadian atau memori lainnya yang diingat oleh seseorang dinilai sebagai sumber primer. Sumber

sekunder ditulis oleh orang lain yang sebelumnya pernah membaca dan merangkumkan materi sumber primer.

Buku sejarah dan teksbook merupakan sumber sekunder. Sumber primer dipertimbangkan lebih valid dan 24

reliable dibandingkan dengan sumber sekunder. “ singkatnya saksi mata dapat memberikan data yang akurat

tentang kejadian dibandingkan dengan orang yang tidak ada disana. Jika penulis adalah saksi mata, ia

dipertimbangkan sebagai saksi mata. Jika penulis diberitahukan oleh orang lain mengenai kejadian, maka

penulis adalah sumber sekunder. Lebih jauhnya lagi penulis bergerak dari saksi mata, yang kurang reliable

adalah pernyataannya. “( Christy, 1975, hal 191 ). Historiographer menggunakan sumber primer bila

dimungkinkan.

Peneliti histories harus mempertimbangkan kevalidan dan reliabilitas sumber primer yang digunakan

dalam penelitian. Dengan tujuan untuk mempertimbangkannya, peneliti menggunakan prinsip dalam kritik

histories.

Dua strategi telah dikembangkan untuk mempertimbangkan keotentikan dan keakuratan sumber ; hal ini

adalah kritik internal dan eksternal.

Kritik eksternal mempertimbangkan kevalidan sumber materi. Peneliti harus tahu kapan, dimana,

kenapa, dan oleh siapa dokumen ditulis. Ini dapat memverifikasi tulisan tangan atau mempertimbangkan usia

kapan kertas tersebut ditulis. Christy ( 1975 ) menggambarkan beberapa kesulitan yang ia alami selama

mengembangkan kevaliditasan dokumen.

Kritik internal menilai reliabilitas dokumen. Peneliti harus mempertimbangkan kemungkinan bias oleh

penulis. Untuk memverify keakuratan pernyataan, peneliti harus memiliki dua sumber yang memberikan

informasi yang sama. Dengan tambahan, peneliti harus yakin atau ia memahami pernyataan yang dibuat oleh

penulis, kata dan makna yang berubah seiring perkembangan waktu dan kebudayaan. Juga dapat membaca

dokumen yang tidak secara murni dimasukkan oleh penulis. Ini mungkin terjadi ketika seseorang mencari

makna yang berbeda. Kadang, kata-kata dapat diambil dari konteks. ( Christy, 1975 )

Mengembangkan kerangka penelitian

Kerangka penelitian adalah pembimbing untuk topic utama yang akan dikaji dan dianggap sebagai dasar

untuk system yang mengisi terhadap pengklasifikasian data yang terkumpul. Sebagai contoh, data dapat diisi

oleh periode waktu. Material dapat berasal dari berbagai macam referensi. Satu potongan data dapat diisi dari

berbagai klasifikasi, dan peneliti menempatkan sebuah catatan dalam satu file yang mengacu kepada data yang

tersimpan dalam file lainnya. Kerangka penelitian menyediakan point pemeriksa bagi penyelidik selama proses

pengumpulan data dan dapat digunakan dengan mudah untuk mengidentifikasi batasan dalam proses

pengumpulan data.

Pengumpulan data

Pengumpulan data membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kadang, sebuah

sumber kecil dapat membuka sebuah fakta yang baru. Dengan tambahan, tidak ada kejelasan, akhir dari 25

pengumpulan data. Dengan memeriksa kerangka kerja penelitian , peneliti harus memutuskan untuk

melanjutkan pengumpulan data. Pengumpulan data dijelaskan oleh Newton ( 1965 ).

Analisa data

Analisa data merupakan sintesa semua data yang terkumpul. Data harus dipilih mana yang harus dipilih

dan dibuang. Matejski ( 1986 ) menggamberkan penyelidikan terhadap penyihir saleem yang berisi referensi

terhadap “ goody nurses “ seseorang mungikin membandingkan bahwa itu merupakan nama pendek atau

referensi terhadap perawat. Bagaimanapun, penyelidikan lebih lanjut menyatakan bahwa “goody” kependekan

dari “goog wife”, wanita yang telah menikah dengan status social menengah dalam komunitas Puritan. Kadang

data yang menarik yang tidak terkait dengan pertanyaan penelitian sulit untuk dihilangkan. Kejadian konflik

harus diperbaiki. Sebagai contoh, jika dua sumber primer memberikan informasi berlawanan mengenai

kejadian, peneliti akan mencari perkiraan yang berbeda dan membandingkan, sedekat mungkin, apa yang

sebenarnya terjadi.

Hasil akhir

Memperkirakan hasil akhir terhadap penelitian histories dipengaruhi oleh perspektif peneliti. Penjelasan

yang saling bertolak belakang dapat timbul dari data yang sama. Kesimpulan biasanya tidak lengkap karena

data yang hilang. Perkiraan histories bukanlah menggambarkan kemajuan kejadian namun menggambarkan

maknanya. Demikian, tanggung jawab memperkirakan data histories adalah hal besar.

Mengembangkan kerangka tulisan

Sebelum memutuskan untuk menulis laporan penelitian, peneliti harus memutuskan makna yang tepat

terhadap data yang ada. Beberapa pilihan seperti biografi, kronologi, dan kertas disusun untuk terpusat pada isu.

Jika kerangka sudah terorganisasi dan detail, tulisan yang selanjutnya akan mengalir dengan mudah dan lancar.

Menuliskan laporan penelitian

Laporan penelitian histories tidak mengikuti aturan formal yang ada kebanyakan. Kajian disusun untuk

menarik ketertarikan pembaca dan dapat muncul dengan mudah. Saksi mata yang tidak terlatih mungkin tidak

menyadari kerja yang lama yang dibutuhkan untuk menulis sebuah laporan. Sebagaimana dijelaskan oleh

Christy ( 1975 ),

“ pembaca tidak pernah sadar akan kerja keras, perhatian penuh terhadap detail. Mungkin inilah kenapa

banyak perawat gagal untuk menyadari historiografi sebagai kekuatan hukum peneliti. Ini terlihat mudah.”

( hal 192 )

KAJIAN FILOSOFI

26

Tujuan kajian filosofi adalah untuk menemukan makna, membuat makna nilai, identifikasi etnik, dan

mempelajari kealamiahan pengetahuan. ( ellis, 1983 ). Peneliti filosofikal memperkirakan untuk

mempertimbangkan sebuah pertanyaan filosofi dari segala perspektif dengan mengkaji makna konseptual,

menjangkau pertanyaan lebih lanjut, mengajukan jawaban, dan menyarankan implikasi terhadap pertanyaan.

Sumber data dalam kebanyakan kajian filosofi merupakan materi tertulis dan secara verbal diungkapkan dalam

ide yang relevan dengan topic yang diminati. Peneliti secara kritis mengkaji teks atau ide terhadap logika.

Sebuah elemen kunci dari analisa adalah mengajukan pertanyaan filosofi. Data kemudian ditelusuri untuk

informasi yang relevan terhadap pertanyaan. Ide atau nilai yang terdapat dalam teks merupakan informasi

penting sejak banyak analisa filosofikal menempati topic yang sangat abstrak. Peneliti peduli untuk

mempertahankan sebuah jarak objektif dari perspektif dalam data dengan tujuan untuk secara abstrak mengkaji

logisnya suatu data. Ide, pertanyaan, jawaban, dan konsekuensi sering dikaji atau diperdebatkan oleh banyak

kolega selama fase analisa.

Terdapat tiga tipe dari kajian filosofi ; kajian dasar, analisa filosofi, dan analisa etik.

Kajian dasar

Kajian dasar merupakan kritikal dan penelusuran. Peneliti mengajukan pertanyaan yang menantang

logika terhadap ide dimana pengetahuan tersebut dikembangkan. Hal in dapat ambigu, atau potongan dalam

rangka pembicaraan keilmuan, pemikiran, dan aksi. Secara umum, pengetahuan ini tidak terlihat memiliki

masalah logika terhadap keilmuan. Pertanyaan keilmuan dapat muncul dalam bentuk ide, konsep, fakta, teori

bahkan pengalaman kecil dan cara melakukan sesuatu ( Manchester, 1986 ). Sebagai contoh, seseorang

mungkin bertanya apakah adaptasi merupakan hasil akhir yang diharapkan dalam tindakan keperawatan sesuai

dengan makna keperawatan terhadap kesehatan.

Hasil akhir

Kajian dasar memberikan analisa kritis terhadap ide dan bergerak dalam disiplin, membantu

pengembangan selanjutnya terhadap batang tubuh keilmuan. Kritik dalam kajian pada pengetahuan dituntun

oleh hasil akhir dalam kajian dasar, menggunakan lima criteria tradisional dalam pengetahuan berfikir akurat,

konsisten, skope, sederhana, dan bermakna ( Manchester, 1986 ).

Contoh kajian dasar

Sejauh ini kajian dasar yang paling baik yang diketahui dalam keperawatan adalah kajian charper ( 1978

) dalam hal mengenal keperawatan. Kajian ini merupakan disertasi doctornya dan hanya sebagian yang

dipublikasikan. Dalam menyusun kajian ini, charper mengkaji teksbook dan jurnal keperawatan dari tahun 1964

sampai 1974. ia mengidentifikasi empat cara dalam mengenal keperawatan ; empiris, estetika, personal dan

etik.

27

PENGENALAN EMPIRIK. Melalui penelitian terhadap literature ini, charper menemukan bahwa, mulai dari

tahun 1950, terdapat ketertarikan dalam mengembangkan batang tubuh pengetahuan empirik yang spesifik

terhadap keperawatan. Tidak ada satu struktur konseptual yang dapat diidentifikas oleh keilmuan keperawatan.

Pengembangan struktur konseptual yang telah ada memberikan pandangan dalam mempertimbangkan

fenomena sehat dan sakit dalam hubungannya dengan proses kehidupan manusia. Carper manyarankan bahwa

pandangan ini harus dikuatkan sebagai penemuan dalam keperawatan. Keilmuan keperawatan berada pada

tahap menggambarkan dan mengklarifikasikan fenomena yang dapat diterima dengan observasi dan inspeksi

langsung. Bagaimanapun, ia menemukan peningkatan analisa teoritis terhadap penjelasan dalam observasi

empiric. Ia menemukan sebuah pergantian dalam struktur kata dalam keperawatan dari observasi ke teoritis,

dengan istilah dengan makna berbeda dalam konteks teori eksplanatori.

PENGENALAN ESTETIK. Dengan tujuan untuk mengembangkan pengenalan empiric, carper menemukan

kejadian bahwa keperawatan dalam beberapa bagian merupakan seni. Terdapat reluktan dalam keperawatan

untuk mengetahui pengenalan estetik ini, mungkin karena tujuan dalam keperawatan untuk menghindar dari

tipe apprentice dari system pendidikan. Charper ( 1978 ) mengajukan bahwa elemen keperawatan merupakan

hal yang penting dan telah ditunjukkan dalam bentuk empati. Bentuk perawatan, bergerak dari elemen ini, “

harus dikontrol oleh pandangan keseimbangan, ritme, proporsi, dan kesatuan yang telah dilakukan dalam

hubungan terhadap integrasi yang dinamis dan artikulasi dari keseluruhan “ ( hal 18 )

PENGENALAN PERSONAL. Charper mempertimbangkan sebuah proses interpersonal, yang menyatakan

bahwa perawat harus memiliki keterampilan dalam penggunaan terapeutik. Kegunaan ini sendiri menuntut

pengenalan personal, “ pengetahuan, menyadari kenyataan, dan kesadaran diri” ( hal 18 ). Dari posisi untuk

mengenal ini, perawat berdiri dalam hubungan terhadap orang lain dan berlawanan dengan orang lain sebagai

manusia. Ini adalah hubungan yang resiprokal yang tidak bias digambarkan atau dialami, ini hanya bias

disadari.

PENGENALAN ETIK. Perawat harus membuat keputusan personal yang sulit selama praktek keperawatan.

Pilihan ini mengenai pertanyaan apakah secara moral hal ini benar atau tidak dalam hubungan dengan

perawatan. Dilemma moral terjadi ketika konsekuensi dari sebuah tindakan sulit untuk diprediksi. Charper

( 1978 ) menyatakan bahwa “ kode moral yang menuntun etika perawat didasarkan pada prinsip utama terhadap

konsep melayani orang dan menghormati makhluk hidup “ ( hal 20 ). Kode ini menuntut sebuah cara etik

mengetahui bahwa menuntun perawat dalam hal mengharuskan untuk dilakukan dan termasuk keputusan nilai

moral.

Penelitian Filosofi

Tujuan utama dalam analisa filosofi adalah untuk mengkaji makna dan untuk mengembangkan teori dari

sebuah makna. Hal ini biasanya dilengkapi melalui analisa konsep atau analisa linguistic. ( Rodgers, 1989 ). 28

Analisa konsep telah banyak dikaji oleh sarjana keperawatan, meskipun kebanyakan tidak menggunakan

strategi penelitian filosofi. Banyak sudah yang dipublikasikan dan memberikan tambahan terhadap batang

tubuh keilmuan dalam keperawatan. Satu dari kajian terbaik yang dikethui, ide Smith terhadap keperawatan

( 1986 ), yang telah menggunakan kajian filosofi.

Contoh dari kajian filosofi

Smith mencari literature mengenai konsep dasar dalam kealamiahan kesehatan. Bagaimana kesehatan

dimaknai, hal ini dipertimbangkan satu ekstrim dalam kontinum kesehatan dan penyakit. Kesehatan merupakan

istilah yang relative. Seseorang dinyatakan sehat ketika ukuran melawan beberapa ideal kesehatan. Siapa yang

dipertimbangkan sehat tergantung kepada beberapa ideal kesehatan yang digunakan. Smith mengidentifikasi

empat model ( atau ideal ) kesehatan : model eudaimonistic, model adaptif, model penampilan peran, dan

model klinik.

MODEL EUDAIMONISTIK. Model eudaimonistik mengajukan ide bahwa ide kesehatan terkait dengan

kesejahteraan umum dan kesadaran diri. Tulisan maslow menyatakan ideal ini. Kemudian, menjadi

pengembangan kesehatan yang menyemangati dalam mencapai potensial seseorang. Penyakit merupakan tiap

kondisi yang mencegah kesadaran diri. Pengobatan kondisi psikososial tidak mencapai sehat. Kesehatan

melampaui kontinum adalah sejahtera. Kesakitan merupakan kemunduran. Tanggungjawab professional

kesehatan adalah untuk mengkaji pemenuhan kebutuhan individu.

MODEL ADAPTIF. Model adaptif mengaitkan kesehatan terhadap interaksi efektif dari organisme dengan

lingkungan fisik dan social. Tujuannya adalah perilaku adaptif. Penyakit merupakan kegagalan dalam adaptasi,

kerusakan dalam kapasitas individu untuk bertahan terhadap perubahan lingkungan. Pengobatan medis

diberikan untuk mengembalikan kemampuan untuk beradaptasi, mereka tidak akan mampu meraih kesehatan.

Mereka mengalami kesulitan dalam fungsi social atau berlawanan dengan lingkungan rumah tangga yang tidak

bisa mereka capai. Kesehatan pada model ini merupakan kemampuan adaptasi. Kesakitan adalah terasing dari

lingkungan dan kegagalan untuk mengoreksi diri sendiri. Ide ini diambil dari tulisan dubos.

MODEL PENAMPILAN PERAN. Model penampilan peran diambil dari tulisan talcott parsons, dan lainnya

dalam sosiologi medis, menyatakan bahwa kesakitan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mencapai

peran sosialnya ( atau melakukan pekerjaannya ). Jika tidak ada gangguan dalam penampilan yang efektif,

seseorang dikatakan sehat. Aturan yang relevan terlihat menjadi satu, apakah orang tersebut menerima

masukan. Bagaimanapun, seseorang memiliki banyak aturan dan mengalami konflik aturan. Kesehatan dalam

model ini adalah penampilan maksimal yang ditunjukkan dalam funsi social. Dan kesakitan dianggap sebagai

kegagalan untuk menunjukkan aturan seseorang. Dalam model ini, seseorang dapat secara fisik sakit tapi masih

mampu untuk berinteraksi secara social. Dari pandangan model ini, orang tersebut harus dipertimbangkan

sehat. 29

MODEL KLINIK. Model klinik diambil dari ide pengobatan modern. Seseorang yang berkonsultasi pada

seorang ahli mengenai nyeri atau mengalami beberapa kondisi yang abnormal terhadap tubuh atau fikirannya.

Respon sang ahli adalah untuk menghilangkan nyeri dan membebaskannya dari malfungsi organ. Ketika

keyakinan dicapai dan gejala penyakit tidak lagi muncul, pasien dianggap sehat. Dalam model ini, kesehatan

dianggap sebagai tidak adanya tanda penyakit atau nyeri. Kehadiran penyakit atau ketidakmampuan dianggap

sebagai kesakitan.

Analisa telah dibuktikan berguna dalam menelusuri banyak isu yang terkait dengan keperawatan,

termasuk membedakan perkiraan klien dalam kaitan terhadap kesehatannya. Sebuah instrument telah

dikembangkan untuk meletakkan konsep ini pada operasi, yang akan mengizinkannya untuk dikaji dalam

hubungan terhadap jumlah variable yang penting dalam keperawatan. ( smith, 1986 )

Analisa Etik

Dalam kajian etik, peneliti mengkaji prinsip untuk menuntun membangun dasar dalam teori etik.

Masalah dalam etik terkait kepada obligasi, hak, kewajiban, benar dan salah, keadilan, pilihan, intensi, dan

pertanggungjawaban. Menggunakan teori etik terpilih, sebuah analisa telah dilakukan. Tindakan digambarkan

dengan analisa dapat bervariasi dengan teori etik yang digunakan. Ide diberikan kepada kolega untuk dikritik

dan diperdebatkan. Kesimpulan juga dikaitkan kepada hak dan kewajiaban dibandingkan dengan ketertarikan.

Contoh analisa etik

Sebuah analisa etik dari pengobatan seorang lanjut usia adalah sebuah contoh dari penelitian etik.

Kajian kasus ini merupakan bagian dari proyek penyelidikan tiga tahun menyelidiki factor sosiokultural yang

cenderung mempengaruhi evaluasi dan pengobatan dalam keperawatan rumahan.

Menggunakan informasi ini, etik dari kasus dianalisa. Terdapat dua prinsip etik yang penting dalam

kasus ini ; nonmaleficence dan beneficence. Nonmaleficence merupakan kewajiban dasar dan berarti apa yang

kita lakukan berbahaya. “ berbahaya bisa diartikan dalam beberapa cara, tapi lebih berarti dalam hal kerusakan

fisik, termasuk nyeri, keterbatasan, dan kematian. Secara spesifik, berfokus kepada pengaruh, penyebab, atau

kemungkinan kematian ; atau memungkinkan resiko kematian. Nonmaleficence juga berarti bahwa kita

bertindak dengan fikiran penuh, berhati-hati ; berbahaya atau berisiko tidak selalu intensional.

Pertanyaan etik yang disusun dalam analisa termasuk ;

1. apakah ia menerima perawatan yang beralasan ?

2. apakah ditemukan kewajiban perawatan ?

3. apakah ia menerima perawatan yang biasa, orang-orang tertentu akan memberikan pada kondisi yang

sama ?30

4. apakah yang berbahaya dilakukan ?

langkah pertama dalam analisa adalah untuk melihat literature yang relevan dengan kenyataan. Ny. M jatuh

kepada kondisi yang tidak menyenangkan – lanjut usia, kegagalan mental, dan beberapa gangguan social.

Ketika seseorang tidak bernilai, kita bertindak dengan cara yang kurang etis dan kemudian melakukan hal yang

menyakitkan. Dengan tambahan, seseorang pada fasilitas perawatan kesehatan memiliki hak dasar terhadap

perawatan yang adekuat.

Dari penelitian ini, pertanyaan lebih lanjut dapat diperoleh. seorang anak tidak mau “ukuran kepahlawanan”

tapi apa yang dimaksud dengan ukuran kepahlawanan dan siapa yang mendefinisikannya ? bisakah antibiotic

dianggap sebaik ukuran kepahalwanan ? tidak bisakah antibiotic di berikan dalam kasus ini ? apakah berbahaya

memberikan antibiotic atau tidak memberikan antibiotic ? perawat menerima resep dari dokter mengenai

antibiotic oral pada pasien yang tidak bisa, sehingga infeksi pasien tidak akan terjadi selama lima hari. Apakah

tindakan perawat ini dalam batas permintaan anak lelaki untuk tidak adanya kepahlawanan ? apakah tindakan

perawat ini dalam batas ketertarikan pasien ? apa pengganti yang baik untuk Ny. M? apakah pengobatan yang

sederhana ini berbahaya untuk Ny. M ? dengan tambahan pada hak pasien terhadap perawatan dasar, terdapat

pertanyaan mengenai keyakinan terhadap nyeri. Tidak terdapat pengobatan nyeri yang terbaik sampai ia

meninggal dunia.

METODOLOGI TEORI PERAWATAN KRITIS

Proses kritis dalam teori social kritis menuntut penggunaan pemikiran yang berlawanan untuk

menunjukkan sebuah kritik terhadap situasi social dalam kajian, menggunakan empat langkah berikut ini : (1)

pengkajian kritis terhadap aturan implicit dan asumsi terhadap situasi dalam kajian historikal, cultural, dan

konteks politik ; (2) menggunakan refleksi untuk mengidentifikasi kondisi yang akan memungkinkan

pengetahuan dan tindakan ; (3) menganalisa komunikasi dan tindakan manusia untuk mengembangkan sebuah

kerangka kerja teoritis yang menggunakan hubungan sebab akibat untuk menjelaskan distorsi dalam

komunikasi dan represi. Kerangka kerja teoritis kemudian diuji melawan kasus individu ( hedin, 1986 ). Peneliti

kemudian (4) berpartisipasi dalam dialog dengan individu dengan situasi social. Dialog menuntun untuk

mengumpulkan pencapaian dan identifikasi terhadap cara untuk mengambil aksi melawan sisi jelek. Tindakan

untuk perubahan harus datang dari kelompok dan komunitas daripada peneliti. Kelompok dan komunitas harus

mempertimbangkan “(a) ketertarikan mereka ;(b) resiko yang ingin mereka hindari ; (c) konsekuensi yang

diperkirakan ; (d) pengetahuan mereka mengenai sekitar kehidupan mereka sendiri” ( hedin, 1986, hal 146 )

Sama halnya dengan kebanyakan metodologi penelitian kualitatif, sulit untuk memisahkan langkah –

langkah ini. Dialog digunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan data, dan terdapat pergerakan

mundur dan maju antara pengumpulan dan interpretasi. Dialog, menggunakan beberapa teknik fenomenologi,

termasuk percakapan antara peneliti dan orang-orang dalam masyarakat, dan membutuhkan hubungan terhadap 31

kesamaan dan resiprositas aktif. Dengan tambahan, peneliti berdialog dengan data ketika mengumpulkan,

analisa, dan menginterpretasikannya, menggunakan refleksi dan pengamatan. “ penggantian makna baru, dan

frase yang sering diacuhkan dan secara tiba-tiba hidup dan menawarkan penjelasan”( Thompson,1987, hal 33 ).

Proses “ mengekspos cara dimana diri sendiri telah dibentuk ( atau dibentuk kembali ) melalui pengaruh

kekuatan hubungan. Tugas kritikal adalah membuat kekuatan hubungan ini transparan, untuk hubungan ini

kehilangan kekuatan ketika mereka menjadi transparan “ ( thompson, 1987, hal 33 ). Pengetahuan dibentuk

dengan autonomi dan tanggungjawab lebih lanjut dengan menyadarkan seseorang mengenai bagaimana mereka

dapat secara rasional bertindak untuk menyadari ketertarikan mereka yang terbaik ( holter, 1988 ).

Contoh kajian teori social kritikal

Hedin ( 1986 ) menyusun kajian terhadap factor social, ekonomi, dan polotik yang mempengaruhi

pendidikan keperawatan pada republic federal jerman. Pertanyaannya adalah bagaimana factor yang dianggap

sebagai konstraining dapat di turunkan. Setelah melihat literature keperawatan jerman dan mendiskusikan

situasi dengan perawat jerman, ia memutuskan untuk menganalisa sejarah program eksperimen pada universitas

terbuka berlin, sebuah publikasi berjudul modeliversuch : pengembangan dan percobaan pada tiga tahun

kursus pendidikan bagi instruktur dalam profesi kesehatan. Baik itu Negara maupun pemerintahan nasional

mendanai program ini dari tahun 1976 sampai 1982. ini merupakan program keperawatan pertama di

universitas jerman dan derajat yang bonafit telah diberikan untuk melengkapi. Meskipun staf ditempatkan untuk

membuatnya sebagai program universitas yang permanent, usaha mereka gagal dan program berakhir ditahun

1982, pada sisi lain 100 pendaftar berada dalam daftar tunggu. factor yang mempengaruhi kegagalan ini telah

dianalisa menggunakan kerangka kerja teori kritis.

Hedin menghabiskan delapan belas bulan lebih tiga tahun di jerman mengumpulkan data untuk kajian

ini. Meskipun ia memiliki pengetahuan mengenai budaya dan bahasa dari kedatangan sebelumnya, ia

menghabiskan beberapa bulan pada kursus bahasa dan mempelajari sejarah jerman dan budayanya. Ia menjadi

anggota perkumpulan perawat jerman. Selama ia mempelajari kebudayaan, ia melakukan beberapa pengamatan.

Untuk membiasakan dirinya dengan system keperawatan jerman, ia mewawancarai anggota dari perkumpulan

perawat jerman dan sebuah sample yang berharga dari sekolah keperawatan. “ wawancara sesuai dengan

struktur keperawatan dan system pendidikan keperawatan, status dan aturan keperawatan dalam system

perawatan kesehatan jerman barat, kekuatan dan kelemahan yang ada pada system pendidikan, dan trend an isu

yang berkembang dalam keperawatan jerman barat “ ( hedin, 1986, hal 141 ). Pertanyaannya dibentuk untuk

membandingkan apa yang sebenarnya terjadi dan kemungkinan apa yang mungkin terjadi.

Wawancara direkam dan isinya dituliskan. Isi analisa ditunjukkan dan data ditampilkan kembali dalam

beberapa waktu dalam pencarian untuk menambah kategori dan makna. Ia mengukuhkan dalam “ dialog

dengan data “ dalam hal mencari kontradiksi, menanyakan tidak hanya “ kenapa hal ini bisa teerjadi ? “ tapi

juga “ mengapa ini tidak terjadi ?”, kenapa hal ini terjadi disini, dan tidak disana, atau pada waktu ini dan bukan 32

diwaktu lain?” ia merefleksikannya sebagai kunci untuk masa depan, dan memperbaiki interpretasinya

berdasarkan pengamatan terbarunya. Ia menggunakan teori friere terhadap aturan kebudayaan untuk

menginterpretasikan penemuannya.

Ia menyimpulkan bahwa kegagalan dalam program ini “ mendemonstrasikan bahwa masyarakat

mengalami perkembangan dalam keperawatan dan pendidikan keperawatan di republic federal jerman. Ini

terpilih sebagai aturan yang mempengaruhi efek profesi keperawatan yang dimiliki keperawatan untuk akhir

hidupnya. ….keputusan didasarkan pada tidak hanya pada profesi yang bagus dan berkembang atau

pengembangannya dan kontrinbusinya terhadap masyaraka, tapi pada motif teknik yang lain …ini merupakan

tindakan eksploitasi terhadap kelompok…pendidikan keperawatan yang “ bebas” telah dibatasi untuk

menghasilkan pemahaman yang digambarkan untuk perawat dan wanita pada umumnya oleh yang lain, dalam

tujuan mereka mungkin mengembangkan sebuah pemahaman kritik yang mengizinkan mereka menerima diri

mereka sendiri tidak sebagai objek di dunia, tapi sebagai subjek yang dapat mengintervensi dan membentuk

kenyataan.” ( hedin, 1986, hal 144 )

ISI ANALISA

Isi analisa disusun untuk mengklasifikasikan kata-kata dalam sebuah teks kedalam beberapa kategori

terpilih karena kepentingan teoritisnya. Karena isi analisa menggunakan perhitungan, hal ini tidak

dipertimbangkan sebuah teknik analisa kualitatis oleh banyak peneliti kualitatif. Isi Analisa secara berkala

digunakan dalam penelitian historikal. Ini merupakan pendekatan primer untuk analisa yang digunakan oleh

kalisch, kalisch, dan kolega dalam seri kajian mereka mengkaji kesan keperawatan yang direfleksikan oleh

media berita dan televise prime time.

Teknik memberikan makna sitematik dalam mengukur frekuensi, tujuan atau intensitas kejadian

terhadap kata, frase atau kalimat. Intinya, karakteristik spesifik dari isi yang akan diukur harus dijelaskan,

kemudian aturan dikembangkan oleh peneliti untuk identifikasi dan merekam karekteristik ini. Peneliti awalnya

memilih unit spesifik dari analisa, yang mungkin kata tersendiri, kombinasi kata-kata, atau tema. Unit analisis

ini dipertimbangkan sebagai sebuah pemasukan simbolik dan sering sebuah indicator untuk konsep abstrak.

Untuk menampilkan isi analisa, teks dipisahkan dalam unit-unit kemaknaan ( kategori ide ). Unit ini

kemudian di bagi menurut aturan spesifik. Susunan kategori ide dan pemilihan kata-kata mempertimbangkan

perwakilan dari kategori ide ini sebagi fase penting dalam isi analisa. Dalam kajian yang lebih kompleks, lebih

dari satu kategori skema dapat digunakan. Satu pendekatan yang sering untuk pengkategorian adalah

penggunaan kamus untuk mengidentifikasi istilah dan meluruskan kembali maknanya.

Dalam beberapa penelitian,, peneliti mencari makna dasar dalam teks. Dalam kajian ini, teks tidak bisa

dianalisa menggunakan pengamatan langsung atau identifikasi terhadap isitlah spesifik. Makna dapat 33

disamakan dengan makna tidak langsung. Peneliti mugnkin mencari hubungan antara ide, kenyataan dan

bahasa.

Kelly dan sime ( 1990 ) menggambarkan disertasi Kelly menelusuri macam – macam dari perwakilan

tiga kelompok partisipan yang memiliki status kesehatan dan bentuk perwakilan ini. Teori pengaturan diri

sendiri digunakan sebagai kerangka kerja dari penelitian. Data diperoleh melalui wawancara terstruktur dari

tiga kelompok ; 42 orang dengan hipertensi, 8 orang dengan masalah jantung kronis yang tidak dapat

tertangani, dan 16 orang dengan tidak terdapat masalah kesehatan akut atau yang serius. Sebuah program

computer, analisa isi kontekstual minesota ( MCCA ), digunakan untuk menganalisa teks. Satu elemen dari fase

interpretasi dari analisa data digunakan untuk menggambarkan.

Setelah mengidentifikasi istilah ini, tema harus diinterpretasikan untuk merefleksikan makna ide

semaksimal mungkin. Kelly menggunakan sebuah pendekatan fenomenologi untuk interpretasi ini.

34