23
  1 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH Sejarah Tak Sekedar Narasi  Pembelajaran Sejarah di sekolah, senantiasa memiliki persepsi yang kurang baik.Ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran sejarah selalu dianggap rendah.Bahkan, Sejarah dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang membosankan.Kecenderungan yang muncul adalah, persepsi bahwa sejarah itu tidak memiliki manfaat atau kegunaan. Pada era globalisasi yang dihadapi saat ini, tak pelak para pembelajar dan bangsa ini mengejar kemoderenisasian.Sains dan teknologi menjadi tujuan utama yang dikejar untuk mengikuti tuntutan jaman.Sehingga tak dapat dipungkiri pelajaran Ilmu Sosial, terlebih sejarah, kurang diminati lagi. Pola pikir bangsa ini telah tertuju hanya pada prospek pekerjaan lalu bagumam, “ Apakah ilmu tersebut berguna bagi pekerjaanku mendatang?” Namun, bagaimanapun juga tidak ada ilmu yang tak berguna seperti halnya sejarah.Bahkan seorang tokoh besar bangsa ini yaitu  presiden pertama Indonesia, Sukarno, pernah berkata bahwa,” Negara yang besar tidak akan melupakan sejarahnya.”Bila suatu Negara melupakan sejarahnya sendiri bagaimana Negara tersebut dapat menunjukkan identitasnya? Notabene bangsa Indonesia adalah Negara yang besar, apabila lupa akan sejarah kebudayaannya, tak menutup kemungkinan  jika budaya-budayanya akan dicuri bangsa lain . Sehingga menjadi satu pembelajaran besar agar bangsa Indonesia lebih “melek” sejarah. Namun, saat ini Sejarah masih saja dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan tidak menarik, karena harus menghafalkan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau, yang antara lain: mencakup nama-nama raja, kerajaan, dan angka tahun, sementara IPS dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang penting (dinomorduakan), karena di dalamnya terdapat materi sejarah. Pendek kata, suatu hal yang pasti adalah minat siswa terhadap mata pelajaran sejarah lebih kecil dibandingkan dengan minat siswa terhadap mata pelajaran yang dianggap penting (Ilmu Alam dan Ilmu Pasti). Kondisi ini diperparah dengan adanya anggapan bahwa sejarah dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak ada gunanyanya karena yang dipelajari adalah peristiwa pada masa lampau, sehingga dianggap tidak dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam kehidupan kekinian dan apalagi masa depan. Pelajaran sejarah juga sering dianggap sebagai pelajaran hafalan pada rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai sekarang Sehingga pelajaran

METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 1/23

 

1

METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

Sejarah Tak Sekedar Narasi 

Pembelajaran Sejarah di sekolah, senantiasa memiliki persepsi yang kurang baik.Ketertarikan

siswa terhadap mata pelajaran sejarah selalu dianggap rendah.Bahkan, Sejarah dianggap sebagaisalah satu mata pelajaran yang membosankan.Kecenderungan yang muncul adalah, persepsi

bahwa sejarah itu tidak memiliki manfaat atau kegunaan.

Pada era globalisasi yang dihadapi saat ini, tak pelak para pembelajar dan bangsa ini mengejar

kemoderenisasian.Sains dan teknologi menjadi tujuan utama yang dikejar untuk mengikuti

tuntutan jaman.Sehingga tak dapat dipungkiri pelajaran Ilmu Sosial, terlebih sejarah, kurang

diminati lagi. Pola pikir bangsa ini telah tertuju hanya pada prospek pekerjaan lalu bagumam, “

Apakah ilmu tersebut berguna bagi pekerjaanku mendatang?” Namun, bagaimanapun juga tidak 

ada ilmu yang tak berguna seperti halnya sejarah.Bahkan seorang tokoh besar bangsa ini yaitu

 presiden pertama Indonesia, Sukarno, pernah berkata bahwa,” Negara yang besar tidak akan

melupakan sejarahnya.”Bila suatu Negara melupakan sejarahnya sendiri bagaimana

Negara tersebut dapat menunjukkan identitasnya? Notabene bangsa Indonesia adalah

Negara yang besar, apabila lupa akan sejarah kebudayaannya, tak menutup kemungkinan

 jika budaya-budayanya akan dicuri bangsa lain. Sehingga menjadi satu pembelajaran besar

agar bangsa Indonesia lebih “melek” sejarah. 

Namun, saat ini Sejarah masih saja dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan

tidak menarik, karena harus menghafalkan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di masa

lampau, yang antara lain: mencakup nama-nama raja, kerajaan, dan angka tahun, sementara IPS

dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang penting (dinomorduakan), karena di dalamnya

terdapat materi sejarah. Pendek kata, suatu hal yang pasti adalah minat siswa terhadap mata

pelajaran sejarah lebih kecil dibandingkan dengan minat siswa terhadap mata pelajaran yang

dianggap penting (Ilmu Alam dan Ilmu Pasti). Kondisi ini diperparah dengan adanya anggapan

bahwa sejarah dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak ada gunanyanya karena yang

dipelajari adalah peristiwa pada masa lampau, sehingga dianggap tidak dapat memberikan

sumbangan yang berarti dalam kehidupan kekinian dan apalagi masa depan.

Pelajaran sejarah juga sering dianggap sebagai pelajaran hafalan pada rangkaian angka tahun dan

urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian.

Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai sekarang Sehingga pelajaran

Page 2: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 2/23

 

2

sejarah menjadi suatu pelajaran yang membosankan (Siswo Dwi Martanto, 2009). Lalu

bagaimana pembelajaran sejarah agar menarik dan diminati oleh kalangan pelajar?

Permasalahan Dalam Pembelajaran Sejarah

Beberapa hal yang umumnya menjadi permasalahan dalam pembelajaran sejarah di kalangan

pelajar diantaranya adalah masalah tujuan pembelajaran sejarah, metode pembelajaran, materi

pelajaran, profesionalisme guru, minat siswa, dan lain sebagainya.

Yang pertama adalah masalah tujuan pembelajaran sejarah yang terkadang dilupakan dari sang

pengajar. Kesuksesan suatu pembelajaran hanya terindikasi dari nilai yang didapat oleh

murid.Tak peduli murid tersebut dapat memahami makna sejarah yang sesungguhnya atau pun

tidak.Pembelajaran sejarah hanya dianggap sebagai formalitas yang harus disisipkan dalam

kurikulum sekolah.Soekarno memberikan penilaiain terhadap sejarah, bahwa sejarah tidak 

terbatas hanya menghafal angka tanggal dan tahun melainkan bagaimana kita dapat

menginterpretaskan dan menganalisa suatau sejarah (Solichin Salam, 1966: 135).

Tujuan pembelajaran sejarah sendiri meliputi tiga aspek.Yakni dapat menghafal tokoh

dan waktu suatu peristiwa, dapat mengetahui kesalahan yang lalu agar tidak diulangi

kembali dan dapat memecahkan masalah terkini dengan kejadian yang telah terjadi.

Namun penekanan pembelajaran yang disampaikan masih sebatas menghafal nama, tokoh

dan tanggal suatu peristiwa saja. 

Kedua, adalah masalah metode pembelajaran sejarah yang dimana siswa biasanya hanya menjadipeserta pembelajaran sejarah yang pasif, dan guru dianggap sebagai sumber ilmu utama dalam

kegiatan pembelajaran.Dan hal tersebut masih sulit untuk dirubah hingga saat ini.Karena hal

tersebut telah mengakar dalam sistim pendidikan kita. Dengan kata lain, metode pembelajaran

sejarah sanagat mempengaruhi tujuan pembelajaran sejarah itu sendiri. Sejarah bukan sekedar

narasi, tidak hanya kisah-kisah menyenangkan. Karena itu pendekatannya tak harus selalu dari

ilmu sejarah, tetapi juga dapat memanfaatkan bantuan antropologi, sosiologi, dan disiplin lain

yang bisa membantu ( Julius Paul, 1995:188 ).

Permasalahan yang lainnya adalah masalah materi pelajaran sejarah yang disajikan begitu rumit

dan mengulang pelajaran yang sudah diajarkan.Hal tersebut mengakibatkan pelajaran sejarah

hanya dihafalkan saja tanpa pemahaman yang cukup.Hal ini sangat kontras dengan tujuan

pembelajaran sejarah yang membutuhkan pemahaman siswa agar dapat diterapkan lebih lanjut

dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contohnya adalah dalam

Page 3: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 3/23

 

3

kurikulum tingkat SMA dan SMP yang materinya hampir sama. Materi tersebut dapat dilihat

pada materi kelas satu SMP dan kelas dua SMA semester satu yang materinya hampir sama ( Sri

Syamsiar, 1995:26). Hal ini mengakibatkan materi sejarah terkesan sangat banyak dan

monoton.Sehingga hal ini sangat membosankan bagi siswa untuk dipelajari.

Selain itu masalah profesionalisme guru juga memiliki andil besar dalam pemahaman

siswa mengenai sejarah. Guru memiliki andil besar dalam proses pembelajaran murid-

muridnya. Apabila seorang guru mengajar dengan gaya yang membosankan, maka murud

tersebut akan merasa bosan dan malas untuk mengikuti pelajaran sejarah. Dan hal itu

sangat fatal, mengingat minat siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar.

Minat siswa dipengaruhi oleh dua faktor.Yang pertama ialah minat dari dalam diri siswa itu

sendiri. Karena tanpa adanya minat yang mendorong dari dalam siswa tersebut maka

pembelajaran sejarah tidak akan tersampaikan dengan baik. Kedua, adalah metode atau

pelajaran sejarah yang disampaikan.Hal tersebut dapat mempengaruhi ketertarikan siswa

dalam mempelajari sejarah tersebut.

Minat siswa juga dapat dipengaruhi oleh penempatan jam pelajaran sejarah yang biasanya sering

diletakkan di akhir pelajaran. Hal tersebut menjadikan siswa tersebut lebih fokus pada keinginan

untuk segera pulang, atau pelajaran Sejarah yang ditempatkan di tengah-tengah pelajaran yang

rumit, seperti Matematika dan Fisika. Matematika ulangan dan Fisika ada PR, maka sejarah-pun

 jadi “korban” kepusingan siswa yang kemudian diwujudkan dengan tidak konsentrasinya siswaterhadap pelajaran sejarah

Solusi Untuk Pembelajaran Sejarah 

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sejarah yang efektif dan

efisien, seperti: metode tanya jawab, metode karya wisata, metode bermain peran (role playing),

dan lain-lain ( Sri Syamsiar, 1995: 26). Pengajaran dalam bentuk tanya jawab akan memberi

kesempatan kepada murid-murid untuk merefleksikan keingintahuan dan kebutuhannya akan

informasi yang lebih lengkap. Pada saat yang sama, dengan meminta jawaban atas kunci

pertanyaan, guru bisa mengetahui kemajuan kelas tersebut. Metode pembelajaran dengan karya

wisata bertujuan untuk mendekatkan pembelajar sejarah dengan objek pembelajaran, sehingga

siswa dapat mengetahui secara langsung bukti sejarah yang telah diajarkan oleh guru. Bermain

peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan

kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa

Page 4: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 4/23

 

4

lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan

peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat atau waktu

tertentu, metode tersebut dapat mengembangkan pengetahuan siswa mengenai tokoh-tokoh

dalam sejarah, serta peristiwa-peristiwa yang telah diperankan.

Hal lain yang dapat mendukung ketertarikan siswa terhadap suatu pelajaran adalah metode

mengajar seorang guru terhadap mata pelajaran itu sendiri. Sebagai contohnya adalah ketika

seorang guru memberi tugas kepada muridnya.Memberikan tugas pada siswa adalah suatu hal

yang bagus. Dengan kata lain, siswa diberikan kesempatan untuk belajar sendiri. Namun jika

tugas itu terlalu berlebihan, tentu akan mendapat respons yang kurang baik dari siswa. Dalam hal

ini, guru harus bisa mengatur kapan siswa itu harus mengerjakan tugasnya sendiri dan kapan

harus berkelompok.

Selain itu, memberikan reward dan punishment atas hasil kerja siswa, memberikan image

tersendiri bagi seorang guru.Artinya, guru memberikan tugas kepada siswa tidak sebagai

formalitas, tetapi memang memiliki tujuan tersendiri.

Sebagai seorang guru, memilih suatu metode mengajar harus disesuaikan dengan realitas yang

ada dan situasi kelas yang akan dihasilkan dari proses kerjasama yang dilakukan antara guru dan

peserta didik. Meskipun dalam menentukan metode mengajar yang cocok itu tidak mudah, tetapi

guru harus memiliki asumsi, bahwa hanya ada metode mengajar yang sesuai dengan metode

belajar.Apabila guru mengharapkan peserta didiknya menjadi produktif, maka guru harusmembiarkan siswa agar berkembang sesuai dengan gayanya masing-masing. Guru hanya

berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar peserta didik. Namun, bukan berarti guru

menjadi lepas tangan tehadap proses pembelajaran para muridnya. Guru tetap harus memantau

dan menjelaskan apa-apa saja yang belum dimengerti siswa. Sehingga siswa mampu

mengapresiasikan pemikirannya dengan bebas, dan lebih memahami sejarah dengan baik.

Untuk mendukung proses pembelajaran sejarah yang baik, dapat juga dilakukan dengan

penelitian sejarah. Penelitian adalah suatu proses pengkajian secara mendalam yang dilakukan

terhadap suatu objek dengan menggunakan metode tertentu. Jadi penelitian sejarah adalah proses

pengkajian objek sejarah, baik itu peristiwa, tokoh, ataupun masyarakat. Untuk memudahkan

penelitian, maka unsur emosional peneliti memiliki peranan penting.Maksudnya adalah peneliti

hendaknya mencari objek penelitian yang dekat dengan kehidupan peneliti (Muhammad Syuhudi

Ismail 1988:13).Dalam konteks pembelajaran sejarah di sekolah, praktek penelitian sejarah bisa

Page 5: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 5/23

 

5

dilakukan oleh siswa.Objeknya tentu saja yang dekat dengan kehidupan siswa di sekolah.Siswa

bisa meneliti sejarah perkembangan sekolahnya, membuat biografi guru idola-nya dan

permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan di sekolahnya. Tidak hanya lingkungan

sekolah saja, keluarga sebagai lingkungan terdekat siswa, juga bisa menjadi objek yang akan

diteliti. Sebagai contohnya yaitu dengan membuat tulisan tentang silsilah keluarga mereka dan

membuat autobiografi kehidupan mereka sendiri. Dengan begitu, siswa akan mampu memahami

sejarah tanpa muluk-muluk dengan teori yang membingungkan.

Dan selain hal tersebut di atas, minat siswa juga sangat diperlukan bagi berjalannnya suatu

proses pembelajaran. Sedangkan minat siswa itu sendiri sangat tergantung pada keprofesionalan

seorang guru dalam menyampaikan pelajarannya.Untuk itu, guru dituntut untuk menyajiakan

metode pembelajaran yang menarik.Dengan tujuan, siswa mampu memahami pelajaran sejarah

dengan baik tanpa hambatan yang berarti.

 Daftar Pustaka 

o Sumber Web 

staff.undip.ac.id

suciptono.wordpress.com

history1978.wordpress.com

o Sumber buku 

Kochar, S. K. 1971. The Teaching of History. Jakarta: Grasindo.Muhammad Syuhudi Ismail. 1988. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis. Michigan:Bulan Bintang

Pour, Julius. 1995. Sejarah Proklamasi dan Orde Baru. Jakarta: Grasindo.

Salim, Solichin.1966. Bung Karno Putera Fajar. Jakarta: Gunung Agung.

Sri Syamsiah, M. Fakhrudin. ______.Sejarah Pemikiran, Rekonstruksi, Presepsi. Jakarta:

Yayasan Obor Indo

Page 6: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 6/23

 

6

Metode Role Playing

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan

imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan

memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih

dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.

Kelebihan metode Role Playing:

Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan

kemampuannya dalam bekerjasama.

1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang

berbeda.

3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukanpermainan.

4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa,

peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

Langkah-langkah:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.Memotivasi siswa

terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan

membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

proses-proses yang mereka gunakan.

Kelebihan:

1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan

baik.

2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.

Page 7: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 7/23

 

7

3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.

Kekurangan:

1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.

2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.

3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

Numbered Heads Together

Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian

dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

Langkah-langkah:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat

mengerjakannya.

4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama

mereka.

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

6. Kesimpulan.

Kelebihan:

• Setiap siswa menjadi siap semua. 

• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.  

Kelemahan:

• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.  

• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru 

Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit

untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan,

baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini

menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam

ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi

kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa

Page 8: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 8/23

 

8

dengan karakteristik yang heterogen.Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan

berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin

dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian

menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi

mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:

a.  Seleksi topic

Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya

digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-

kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6

orang.Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan

akademik.

b. 

Merencanakan kerjasamaParasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan

umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di

atas.

c.  Implementasi

Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus

melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para

siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar

sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan

bantuan jika diperlukan.

d.  Analisis dan sintesis

Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan

merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e.  Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah

dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas

mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

f.  Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan

kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau

kelompok, atau keduanya.

Page 9: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 9/23

 

9

Metode Jigsaw 

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-

komponen lebih kecil.Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif 

yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap

penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari

masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk

kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.

Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan

menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik

bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke

kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting

dalam subtopik tersebut kepada temannya.Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindakserupa.Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya

terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru.Dengan demikian, setiap siswa dalam

kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

Page 10: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 10/23

 

10

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode,

Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran

By akhmadsudrajat - Posted on 03 Oktober 2008

oleh: Akhmad Sudrajat 

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga

seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)

pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik 

pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan

istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah

tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang

sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari

metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,

pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang

berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan

pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi

pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat

unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

1.  Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran

(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat

yang memerlukannya.

2.  Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif 

untuk mencapai sasaran.

3.  Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak 

titik awal sampai dengan sasaran.

4.  Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)

untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Page 11: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 11/23

 

11

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1.  Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil

perilaku dan pribadi peserta didik.

2.  Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling

efektif.

3.  Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik 

pembelajaran.

4.  Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan

ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran

adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Selanjutnya, dengan mengutip

pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran

terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual

tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat

dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)

exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina

Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran

dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan

berbagai metode pembelajaran tertentu.Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of 

 operation achieving something” sedangkan metode adalah “ a way in achieving something”

(Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk

kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa

metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran,

diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6)

pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan

demikian, teknik pembelajaran  dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang

dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode

Page 12: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 12/23

 

12

ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri,

yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang

 jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan

teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya

tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor

metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode

atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang

sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik 

yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor

karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang

memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia

memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau

kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian

dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu

sekalkigus juga seni (kiat)

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah

terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model

pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaranyang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.Dengan kata

lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A.

Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1)

model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4)

model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model

pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat

divisualisasikan sebagai berikut:

Page 13: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 13/23

 

13

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain

pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur

umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara

merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran

tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai

kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah

modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan

unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun

beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria

penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah

yang akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,

seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam

mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,

sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru

atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-

kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat

Page 14: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 14/23

 

14

sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat

memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan

teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat

secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas,

sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan

muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin

memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

Sumber: 

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah).

Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas

Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran

(http://smacepiring.wordpress.com/ ) 

Bookmark the permalink. 

Page 15: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 15/23

 

15

PEMBELAJARAN SEJARAH :

Permasalahan dan Solusinya

Oleh : 

Siswo Dwi Martanto 

Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan.

Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi

dan sudut pandang melintasi garis waktu.Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran

merupakan tanggungjawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman

belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar

yang maksimal.Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga

pendidikan bertanggungjawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu

yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap

individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik secara eksternal maupun

internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola

interaksi, media dan teknologi, situasi belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang

menguasai materi dan dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan. Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif. Guru juga

mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia mengetahui

perkembangan terakhir dibidangnya (state of the art) dan kemungkinan perkembangn yang lebih

 jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier of knowledge). Sementara itu materi

pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memanfaatkan berbagai media secara

optimal (Anggara, 2007:100).

Selama KBM guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa

belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan unuk mengikuti pelajaran

lanjutan.Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman.Siswa belum mampu

mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat

ingatan, mereka belum mampu menerapkannya secara efektif dalam pemecahan.Di era

globalisasi ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu

Page 16: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 16/23

 

16

memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi,

serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan.

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya sejarah, sering dianggap sebagai

pelajaran hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari

rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap

kembali saat menjawab soal-soal ujian.Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena

masih terjadi sampai sekarang.Pembelajaran sejarah yang selama ini terjadi di sekolah-

sekolah dirasakan kering dan membosankan. Menurut cara pandang Pedagogy Kritis,

pembelajaran sejarah seperti ini dianggap lebih banyak memenuhi hasrat dominant group seperti

rezim yang berkuasa, kelompok elit, pengembang kurikulum dan lain-lain, sehingga

mengabaikan peran siswa sebagai pelaku sejarah zamannnya (Anggara, 2007:101).

Tidak dipungkiri bahwa pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam

membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia umumnya.Agakya

pernyataan tersebut tidaklah berlebihan.Namun sampai saat ini masih terus dipertanyakan

keberhasilannya, mengingat fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia khususnya

generasi muda makin hari makin diragukan eksistensinya.Dengan kenyataan tersebut artinya ada

sesuatu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan pendidikan sejarah (Alfian, 2007:1).

BEBERAPA PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Beberapa pakar pendidikan sejarah maupun sejarawan memberikan pendapat tentang fenomena

pembelajaran sejarah yang terjadi di Indonesia diantaranya masalah model pembelajaran sejarah,

kurikulum sejarah, masalah materi dan buku ajar atau buku teks, profesionalisme guru sejarah

dan lain sebagainya.

Yang pertama adalah masalah model pembelajaran sejarah. Menurut Hamid Hasan dalam Alfian

(2007) bahwa kenyataan yang ada sekarang, pembelajaran sejarah jauh dari harapan untuk 

memungkinkan anak melihat relevansinya dengan kehidupan masa kini dan masa depan. Mulai

dari jenjang SD hingga SMA, pembelajaran sejarah cenderung hanya memanfaatkan fakta

sejarah sebagai materi utama.Tidak aneh bila pendidikan sejarah terasa kering, tidak menarik,

dan tidak memberi kesempatan kepada anak didik untuk belajar menggali makna dari sebuah

peristiwa sejarah.

Page 17: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 17/23

 

17

Taufik Abdullah memberi penilaian, bahwa strategi pedagogis sejarah Indonesia sangat lemah.

Pendidikan sejarah di sekolah masih berkutat pada pendekatan chronicle dan cenderung

menuntut anak agar menghafal suatu peristiwa (Abdullah dalam Alfian, 2007:2). Siswa tidak 

dibiasakan untuk mengartikan suatu peristiwa guna memahami dinamika suatu perubahan.

Sistem pembelajaran sejarah yang dikembangkan sebenarnya tidak lepas dari pengaruh budaya

yang telah mengakar.Model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi

sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk

dirubah.Pembelajaran sejarah saat ini mengakibatkan peran siswa sebagai pelaku sejarah

pada zamannya menjadi terabaikan.Pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh

siswa sebelumnya atau lingkungan sosialnya tidak dijadikan bahan pelajaran di kelas,

sehingga menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif (Martanto,

dkk, 2009:10). Dengan kata lain, kekurangcermatan pemilihan strategi mengajar akan berakibat

fatal bagi pencapaian tujuan pengajaran itu sendiri (Widja, 1989:13).

Kedua adalah masalah kurikulum sejarah, karena kurikulum adalah salah satu komponen yang

menjadi acuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Secara umum dapat dikatakan bahwa

kurikulum adalah rencana tertulis dan dilaksanakan dalam suatu proses pendidikan guna

mengembangkan potensi peserta didik menjadi berkualitas. Dalam sebuah kurikulum termuat

berbagai komponen, seperti, tujuan, konten dan organisasi konten, proses yang menggambarkan

posisi peserta didik dalam belajar dan asessmen hasil belajar. Selain komponen tersebut,kurikulum sebagai suatu rencana tertulis dapat pula berisikan sumber belajar dan peralatan

belajar dan evaluasi kurikulum atau program.

Sejak Indonesia merdeka, telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum dan mata pelajaran

sejarah berada didalamnya.Akan tetapi materi-materi yang diberikan dalam kurikulum yang

sering mendapat kritik dari masyarakat maupun para pemerhati sejarah baik dari pemilihannya,

teori pengembangannya dan implimentasinya yang seringkali digunakan untuk mendukung

kekuasaan (Alfian, 2007:3).

Ketika Orde Baru bermaksud menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan

Pancasila dan UUD 1945, tujuan pendidikan nasional diarahkan untuk mendukung maksut

tersebut.Tentu saja kurikulum sekolahan dikembangkan sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional.Kurikulum 1986 yang berlaku pada awal masa Orde Baru kemudian mengalami

pergantian menjadi kurikulum 1975, kurikulum sejarah juga mengalami

Page 18: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 18/23

 

18

penyempurnaan.Demikian seterusnya terjadi beberapa perubahan kurikulum menjadi kurikulum

1984, 1994 dan 2004 (Umasih dalam Alfian, 2007:3).Kurikulum yang dipakai arahannya kurang

 jelas dan sangat berbau politis, artinya kurikulum yang digunakan tidak lepas dari adanya

kepentingan-kepentinagn dari rezim yang berkuasa.Sejarah dijadikan alat untuk membangun

paradigma berfikir masyarakat mengenai perjalanan sejarah bangsa dengan mengagung-

agungkan rezim yang mempunyai kekuasaan.Sistem pembelajaran yang diterapkan tidak 

mengarahkan siswa untuk berfikir kritis mengenai suatu peristiwa sejarah, sehingga siswa

seakan-akan dibohongi oleh pelajaran tentang masa lalu (Anggara, 2007:103).

Selain masalah kurikulum yang selalu mengalami perubahan, masalah yang tak kalah pentingnya

adalah masalah materi dan buku ajar/buku teks sejarah.Menurut Lerissa (dalam Alfian, 2007),

masalah buku ajar ini sudah ada sejak sistem pendidikan nasional mulai diterapkan di Indonesia

tahun 1946.Saat buku ajar yang dipakai sebagai bahan ajar sejarah adalah karangan Sanusi Pane

yang berjudul Sejarah Indonesia (4 Jilid) yang ditulis atas permintaan pihak Jepang pada tahun

1943-1944, yang kemudian dicetak ulang pada tahun 1946 dan 1950.Pada tahun 1957 Anwar

Sanusi menulis buku sejarah Indonesia untuk sekolah menengah (3 Jilid).Setelah itu kemudian

muncul berbagai buku ajar laniya yang ditulis oleh berbagai pihak, terutama oleh guru, salah

satunya buku yang dikarang oleh Subantardjo.

Pada tahun 1970, para ahli sejarah yang terhimpun dalam Masyarakat Sejarawan Indonesia

(MSI) mengadakan “Seminar Sejarah II” di Jogjakarta dan menghasilkan sebuah keputusanuntuk menulis buku sejarah untuk keperluan perguruan tinggi dan bisa dijadikan sumber buku

ajar di SMP dan SMA. Buku yang terdiri dari 6 jilid itu, kemudian juga tidak luput dari

permasalahannya dan sempat memunculkan pertentangan. Tidak semua penulis menggunakan

metodo;logi yang sama yang telah ditentukan oleh editor umum, Prof. sartono Kartodirdjo

(pendekatan structural); masing-masing penulis membawa tradisi ilmiah yang telah melekat pada

dirinya (i structural atau naratif/kisah). Pada masa itu perbedaan antara pendekatan structural dan

pendekatan naratif secara metodologis tidak bisa dijembatani sama sekali. Masing-masing

mempunyai domain sendiri-sendiri.Konflik yang berkepanjangan ini menyebabkan Sartono

mengundurkan diri dan diikuti oleh penulis-penulis lainnya. Setelah buku tersebut dicetak ulang

(1983-1984) sebagi editor umum hanya tercantum nama Prof. Dr. Nugroho Notosusanto dan

Prof. Dr. Marwati Djoned Poesponegoro (Alfian, 2007:5). Tahun 1993 sempat dilakukan revisi

Page 19: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 19/23

 

19

oleh RZ Lerissa dan Anhar Gonggong dan kawan-kawan, namun entah kenapa kabarnya buku itu

tidak diedarkan (Purwanto dan Adam, 2005:105).

Hampir seluruh buku ajar, baik yang diterbitkan oleh swasta maupun pemerintah sebenarnya

tidak layak untuk dijadikan referensi.Hampir seluruh penulis buku hanya membaca dokumen

kurikulum secara harfiah dan tidak mampu memahami jiwa kurikulum dengan baik.Sebagian

besar penulis buku juga tidak paham sejarah sebagi ilmu, historiografi, dan tertinggal sangat jauh

dalam referensi mutahkir penulisan (Purwanto, 2006:268).

Masalah profesionalisme guru sejarah juga masih dipertanyakan, sampai saat ini masih

berkembang kesan dari para guru, pemegang kebijakan di sekolah bahwa pelajaran sejarah dalam

mengajarkannya tidak begitu penting memperhatikan masalah keprofesian, sehingga tidak jarang

tugas mengajar sejarah diberikan kepada guru yang bukan profesinya. Akibatnya, guru

mengajarkan sejarah dengan ceramah mengulangi apa isi yang ada dalam buku (Anggara,

2007:102). Sementara itu terlalu banyak sekolah yang memposisikan guru sejarah sebagi orang

buangan, dan mata pelajaran sejarah sekedar sebagai pelengkap.Bahkan banyak kasus

ditemukan, guru sejarah menjadi sasaran untuk menaikkan nilai siswa agar yang bersangkutan

dapat naik kelas.Selain itu, sebagian besar guru juga tidak mengikuti perkembangan hasil

penelitian dan penerbitan mutakhir sejarah Indonesia.Hal yang terekhir itu juga berkaitan denagn

adanya kenyataan bahwa institusi resmi yang menjadi tempat pendidikan tambahan bagi guru

sejarah itu hanya berkutat pada substansi historis dan metode pengajaran sejarah yang tertinggal jauh (Purwanto, 2006:268).

Pengajaran sejarah di sekolah selama ini sering dilakukan kurang optimal.Pelajaran sejarah

seolah sangat mudah dan digampangkan.Banyak pendidik yang tidak berlatar belakang

pendidikan sejarah terpaksa mengajar sejarah di sekolah (Hariyono, 1995:143).

SOLUSI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN SEJARAH 

Salah satu metode pembelajaran sejarah yang cocok untuk menjadikan siswa aktif dan guru

sebagai fasilitatornya adalah kontruktivisme, inquiry, dan cooperatif learning. Kontruktivisme

adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

melalui konteks yang terbatas (Anggara, 2007:104).Pembelajaran sejarah kontruktivisme

berkaitan dengan pembelajaran yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh

siswa dalam kehidupan sehari-hari.Metode inquiry juga sesuai dalam pembelajaran

Page 20: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 20/23

 

20

sejarah.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat

seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Penggunaan model pembelajaran

cooperatif learning menempatkan guru sebagai fasilitator, director-motivator dan evaluator bagi

siswa dalam upaya membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan

berfikir kritis, agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu bekerjasama dengan orang

lain, dan mampu berinteraksi sosial dengan masyarakat.

Kurikulum sejarah merupakan suatu konsep atau kontrak yang merencanakan pendidikan sejarah

bagi sekelompok penduduk usia muda tertentu yang mengikuti jenjang pendidikan tertentu.

Tujuan dari lembaga pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu menentukan konsep

pendidikan sejarah yang harus dikembangkan bagi peserta didik lembaga pendidikan tersebut.

Oleh karena itu kurikulum pendidikan sejarah digambarkan dalam bentuk tujuan, materi/pokok 

bahasan, cara belajar peserta didik, dan asessmen hasil belajar baik dalam bentuk perencanaan

tertulis maupun imlementasinya. Untuk kemudian dilakukan evaluasi kurikulum untuk 

mengetahui keberhasilan atau kagagalan kurikulum dalam mencapai tujuan (Hasan dalam

Nursam, dkk. (ed)., 2008:421).

Untuk dapat kembali mengajarkan sejarah secara baik dan menarik, pendidik mempunyai

keleluasaan mengolah dan menata materi yang ada.Sudah barang tentu tidak mungkin topik yang

ada dalam kurikulum dapat diselesaikan dengan alokasi waktu yang tersedia.Untuk itulah

bagaimana pendidik mengontrol berbagai materi pengajaran yang memungkinkan dipelajari diluar kelas.Kurikulum yang baik untuk kelas tertentu adalah yang cocok, terencana dengan baik,

sesuai, menyajikan pemikiran yang bijaksana dan sistematis. Tujuan kurikulum adalah membuka

peluang melalui perencanaan yang bijaksana bagi tumbuhkembangnya mata pelajaran dan para

siswanya (Hariyono, 1995:172 ; Kochar, 2008:68).

Sesuai dengan ketetapan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP No. 19 tahun 2005,

maka pengembanagn kurikulum pendidikan sejarah dimasa mendatang adalah tanggungjawab

satuan pendidikan. Artinya, pengembangan kurikulum pendidikan sejarah SD, SMP, SMA

menjadi tanggungjawab masing-masing sekolah tersebut. Melalui pengembangan dan

penempatan sejarah lokal sebagai materi kurikulum yang dasar, terlepas apakah materi tersebut

dikemas dalam mata pelajaran sejarah ataukah mata pelajaran lain. Posisi materi sejarah lokal

dalam kurikulum dianggap penting karena pendidikan harus dimulai dari lingkungan terdekat

Page 21: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 21/23

 

21

dan peserta didik harus menjadi dirinya sebagai anggota masyarakat terdekat (Hasan, 2007:8-

13). Kurikulum sejarah tersebut harus mampu mengembangkan kualitas manusia Indonesia masa

mendatang, yaitu (1) semangat yang kuat, (2) kemampuan berpikir baik yang bersifat proaktif 

maupun reaktif (3) memiliki kemampuan mencari, memilih, menerima, mengolah dan

memanfaatkan informasi melalui berbagai media (4) mengambil inisiatif (5) tingkat kreativitas

yang tinggi dan (6) kerjasama yang tinggi (Musnir dalam Gunawan (ed), 1998:130).

Sedangkan untuk mengatasi permasalahan buku teks harus ada kriteria yang baik.Salah satu

kriteria buku cetak yang baik menurut Kochar (2008) adalah buku cetak harus bersih dari

indoktrinasi.Buku cetak harus menyajikan pandangan yang adil tentang berbagai macam ide

yang disampaikan pada fase kehidupan tertentu.Buku ini harus tidak mengandung sekumpulan

pendapat yang sempit, tidak mengandung terlalu banyak nasionalisme hingga cenderung

membelenggu, kaku, dan resmi.Buku ini harus tidak menanamkan kebiasaan memberikan

tanggapan secara spontan tanpa berpikir terlebih dahulu, penilaian yang menyakitkan dan

tanggapan yang emosional. Pandangan yang bias dan prasangka penulis harus tidak tercermin

didalam lembaran buku cetak. Buku cetak yang dipergunakan siswa harus mengatakan

kebenaran yang sesungguhnya, dan tidak ada yang lain selain kebenaran.

Ada bahaya dibalik pemakaian buku cetak tunggal karena akan menciptakan batasan-batasan.

Siswa cenderung mengembangkan ide yang salah bahwa sejarah sama artinya dengan buku

cetak. Dan sebagus apapun buku tersebut tidak akan cukup untuk mendukung siswa dalmbelajar. Jadi, saran alternatifnya adalah gunakan buku cetak tunggal sebagi pendukung, dan

sediakan serangkaian buku cetak lainnya yang masing-masing mewakili subjek permasalahan

dari sudut pandang yang berbeda. Cara ini akan meminimalkan kecenderungan untuk bergantung

sepenuhnya pada buku cetak. Selain itu, siswa akan mampu membandingkan dan menyelaraskan

sudut-sudut pandang yang berbeda (Kochar, 2008:175).

Sejarah haruslah diinterpretasikan seobjektif dan sesederhana mungkin.Ini dapat terlaksana

hanya jika guru sejarah memilki beberapa kualitas pokok.Menurut Kochar (2008:393-395)

kualitas yang harus dimilki guru sejarah adalah penguasaan materi dan penguasaan teknik.Dalam

penguasaan materi, guru sejarah harus lengkap dari segi akademik. Meskipun ia mengajar kelas-

kelas dasar, guru sejarah harus sekurang-kurangnya bergelar sarjana dengan spesialisasi dalam

periode tertentu dalam sejarah. Di kelas-kelas yang lebih tinggi, sebagi tambahan untuk subjek 

yang menjadi spesialisasinya, guru sejarah harus dapat memasukkan ilmu-ilmu sosial dan

Page 22: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 22/23

 

22

kemanusiaan.Setiap guru harus sejarah harus memperluas dan menguasai ilmu-ilmu yang terkait

seperti bahasa modern, sejarah filsafat, sejarah sastra, dan geografi.Dalam penguasaan teknik,

guru sejarah harus meguasai berbagai macam metode dan teknik dalam pembelajaran sejarah.Ia

harus menciptahkan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan agar proses belajar-

mengajar dapat berlangsung dengan cepat dan baik.

Pendidikan dan pembinaan guru perlu ditingkatkan untuk menghasilkan guru yang bermutu dan

dalam jumlah yang memadai, serta perlu ditingkatkan pengembangan karier dan

kesejahteraannya termasuk pemberian penghargaan bagi guru yang berprestasi (Musnir dalam

Gunawan (ed), 1998: 129). Maka dari itu secara professional, guru sejarah harus memilki

pemahaman tentang hakikat pembelajaran sejarah, tujuan pembelajaran sejarah, kompetensi-

kompetensi apa yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah, nilai-nilai apa yang

dibutuhkan dan dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah, sebelum nantinya guru dapat

menentukan metode atau pendekatan yang digunakan (Anggara, 2007:102-103).

DAFTAR PUSTAKA 

Alfian, Magdalia. 2007. „Pendidikan Sejarah dan Permasalahan yang Dihadapi‟.

Makalah.Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-

Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007

Anggara, Boyi. 2007. „Pembelajaran Sejarah yang Berorientasi pada Masalah- Masalah SosialKontemporer‟. Makalah.Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa

Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007

Gunawan, Restu (ed). 1998. Simposium Pengajaran Sejarah (kumpulan makalah diskusi). Jakarta

: Depdikbud

Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta : Pustaka Jaya

Hasan, Hamid S. 2007. „Kurikulum Pendidikan Sejarah Berbasis Kompetensi‟.

Makalah.Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-

Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007

Kochar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Jakarta : Grasindo

Martanto, SD, dkk. 2009. „Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk 

Meningkatkan Minat Belajar Siswa‟. PKM-GT. Semarang. Tidak Dipublikasikan

Page 23: METODE PEMBELAJARAN SEJARAH

5/17/2018 METODE PEMBELAJARAN SEJARAH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-pembelajaran-sejarah 23/23

 

23

Nursam, M. dkk (ed). 2008. Sejarah yang Memihak : Mengenang Sartono Kartodirdjo.

Yogyakarta : Ombak 

Purwanto, Bambang. 2006. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?!.Yogyakarta : Ombak 

Purwanto, Bambang dan Adam AW.2005. Menggugat Historiografi Indonesia.Yogyakarta.

Ombak 

Widja, I Gde. 1989. Dasar – Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah.

Jakarta : Debdikbud