6
Metode eksplorasi yang digunakan umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a. Cara tidak langsung : *) Geofisika dan *) Geokimia. b. Cara langsung : *) Pemetaan langsung dan *) Pemboran. c. Gabungan cara langsung dan tak langsung. Metode Eksplorasi Langsung Berdasarkan pada sifat penyelidikan dan pendekatan teknologi yang digunakan, maka kegiatan eksplorasi secara umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu eksplorasi tak langsung dan eksplorasi langsung. Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail).Beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari sehubungan dengan Metode Eksplorasi Langsung ini adalah : 1. Pemetaan geologi/alterasi. 2. Tracing float, paritan, dan sumur uji. 3. Sampling (pengambilan dan preparasi conto). 4. Pemboran eksplorasi dan sampling pemboran. 5. Kali ini senyawa akan membahas tentang Pemetaan Geologi/Alterasi Pemetaan Geologi/Alterasi Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral. Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada informasi- informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500. Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas.

Metode Eksplorasi Yang Digunakan Umumnya Dikelompokkan Menjadi Tiga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Metode Eksplorasi Yang Digunakan Umumnya Dikelompokkan Menjadi Tiga

Metode eksplorasi yang digunakan umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a. Cara tidak langsung :

*) Geofisika dan

*) Geokimia.

b. Cara langsung :

*) Pemetaan langsung dan

*) Pemboran.

c. Gabungan cara langsung dan tak langsung.

 

Metode Eksplorasi Langsung

Berdasarkan pada sifat penyelidikan dan pendekatan teknologi yang digunakan, maka kegiatan eksplorasi secara umum dapat

dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu eksplorasi tak langsung dan eksplorasi langsung.

Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik

dengan kondisi permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi

megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang

dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini

dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail).Beberapa metode (aspek) yang akan

dipelajari sehubungan dengan Metode Eksplorasi Langsung ini adalah :

1. Pemetaan geologi/alterasi.

2. Tracing float, paritan, dan sumur uji.

3. Sampling (pengambilan dan preparasi conto).

4. Pemboran eksplorasi dan sampling pemboran.

5. Kali ini senyawa akan membahas tentang Pemetaan Geologi/Alterasi

 

Pemetaan Geologi/Alterasi

Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu

bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan

batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada

daerah tersebut. Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi

yang berupa alterasi mineral.

Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala

pengerjaan peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh. Tingkat

ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 :

25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000

s/d 1 : 2.500.

Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan

kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas.

Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat diperluas dengan menggunakan metode-

metode lain seperti uji sumur, uji parit, maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan

menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit.

 

Page 2: Metode Eksplorasi Yang Digunakan Umumnya Dikelompokkan Menjadi Tiga

Singkapan

Informasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya diperoleh melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-

singkapan batuan. Singkapan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul)

di permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.

Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat

erosi/pengikisan yang tinggi, seperti :

Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.

Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.

Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.

Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang

sudah ada.

Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain :

Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.

Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang ada.

Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik, tekstur, mineral-mineral

utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi endapan.

 

Lintasan (traverse)

Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasan-lintasan pengamatan yang dapat mencakup seluruh

daerah pemetaan. Perencanaan lintasan tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum seperti kondisi geologi

regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan yang direncanakan tersebut efektif dan representatif.

Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum

perlapisan, dengan tujuan dapat memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan lintasan-lintasan yang

searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan

(traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik

akhir yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik akhir sama).

Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat

digunakan sebagai dasar dalam melakukan korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan litologi.

Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas dan pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan

kompas (measured section atau tali kompas) dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di

sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui ketebalan, struktur perlapisan,

variasi satuan litologi, atau mineralisasi dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada

salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi keseluruhan wilayah.

 

Interpretasi dan informasi data  

Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain :

Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).

Page 3: Metode Eksplorasi Yang Digunakan Umumnya Dikelompokkan Menjadi Tiga

Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.

Penyebaran dan pola alterasi yang ada.

Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau formasi).

Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.

Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi geoteknik dan  hidrologi.

Bangunan-bangunan, dll.

Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi perlu diperhatikan, antara lain :

Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.

Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi.

Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona-zona intrusi, dan proses sedimentasi.

Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona kekar, kelurusan-kelurusan, dll.

Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat antara lain :

Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan).

Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.

Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat dihindarkan (efisiensi).

Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan pasti.

Selain pemetaan geologi melalui pengamatan (pendiskripsian) singkapan, penyusuran (pencarian) lokasi endapan bijih dapat

juga dilakukan dengan tracing float, paritan atau sumur uji. Secara teoritis, dengan melakukan kombinasi kegiatan antara

pemetaan geologi, tracing float, paritan, dan sumur uji dengan mengumpulkan petunjuk-petunjuk ke arah bijih, maka lokasi

endapan dapat diketahui (ditemukan).

 

Tracing float

Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat

adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada

umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai (lihat Gambar).

Sketsa proses terbentuknya float

 

Tracing (penjejakan = perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-

potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat

pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai

tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.

Page 4: Metode Eksplorasi Yang Digunakan Umumnya Dikelompokkan Menjadi Tiga

Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator

untuk menduga jarak float terhadap sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan

juga dapat menjadi faktor pendukung.

Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan (tracing with panning). Pada tracing float,

material yang menjadi panduan berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-

material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float.

Pada Gambar dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau tracing with panning tersebut, dimana pengecekan

dilakukan untuk semua cabang (anak) sungai. Oleh sebab itu, informasi (peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk

metode ini.

Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah :

Peta jaringan sungai.

Titik-titik (lokasi) pengambilan float.

Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.

Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.

Lokasi dimana float mulai hilang.

Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi

penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana

float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test

pitting).

 

Trenching (pembuatan paritan)

Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan)

bijih/endapan.

Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak

lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan,

kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.

Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap

jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui (lihat Gambar). Informasi yang dapat diperoleh

antara lain ; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi

sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat

diketahui.

 

Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :

Terbatas pada overburden yang tipis,

Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan menggunakan eksavator/back hoe),

Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage

(pengeringan langsung).

Page 5: Metode Eksplorasi Yang Digunakan Umumnya Dikelompokkan Menjadi Tiga

 

Test pit (sumur uji) 

Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah

vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan

(series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.

Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan

berlapis.

Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan,

variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan

sebagai lokasi sampling (lihat Gambar). Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan

endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).

Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk

mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi

vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.

Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan

pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai

menembus batuan dasar.

 

Sketsa pembuatan sumur uji (Chaussier et al., 1987)

 

Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

ketebalan horizon B (zona laterit/residual),

ketinggian muka airtanah,

kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),

kekuatan dinding lubang, dan

kekerasan batuan dasar.

 

Metode Tak Langsung

Metode Geofisika pada umumnya terdiri dari:

1. Seismik

2. Geolistrik

3. Geomagnet

4. Geografity

Page 6: Metode Eksplorasi Yang Digunakan Umumnya Dikelompokkan Menjadi Tiga

Namun sekarang, banyak sekali pengembangan dari ke 4 metode tersebut, seperti magnetolurik (Geomagnet), GPR (Seismik),

dll. Dalam suatu eksplorasi geofisika, biasanya metode yang digunakan lebih dari satu karena semua metode ada kekurangan

dan kelebihan, jd harus saling mendukung alias membantu. Untuk Timah, karena kedalamannya tidak begitu dalam biasanya

menggunakan paduan antara Geomagnet dengan geografity, karena lebih efisien. Untuk Seismik biasanya digunakan untuk

eksplorasi dalam seperti minyak, gas, batubara. sedangkan geolistrik banyak digunakan dalam eksplorasi air tanah.