13
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja dipandang sebagai periode perkembangan yang menentukan, karena di dalamnya terdapat proses transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja pada masa ini mengalami perubahan pada sejumlah aspek perkembangan, salah satunya adalah aspek moral (Hurlock 1980). Pada masa remaja mores atau moral merupakan suatu hal yang penting sebagai pedoman atau petunjuk bagi remaja dalam rangka mencari jalannya sendiri menuju ke kepribadian yang matang dan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang selalu terjadi pada masa remaja (Sarwono, 2010). B. RUMUSAN MASALAH Beradasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan dibahas antara lain : 1. Apakah yang dimaksud dengan metode belajar ? 2. Bagaimanakah metode belajar diskusi atau tanya jawab ? 3. Bagaimana teknik dalam menggunakan metode belajar tanya jawab ? 4. Apa kelebihan serta kekurangan metode belajar tanya jawab? C. TUJUAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini antara lain: 1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan metode belajar 2. Menjelaskan metode belajar tanya jawab 3. Menjelaskan teknik dalam menggunakan metode belajar tanya jawab 4. Menjelaskan kelebihan serta kekurangan metode belajar tanya jawab

Metode Belajar Tanya Jawab

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah yang berisi mengenai penggunaan metode belajar tanya jawab dalam kegiatan pembelajaran.

Citation preview

Page 1: Metode Belajar Tanya Jawab

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa remaja dipandang sebagai periode perkembangan yang menentukan,

karena di dalamnya terdapat proses transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa. Remaja pada masa ini mengalami perubahan pada sejumlah aspek

perkembangan, salah satunya adalah aspek moral (Hurlock 1980). Pada masa

remaja mores atau moral merupakan suatu hal yang penting sebagai pedoman atau

petunjuk bagi remaja dalam rangka mencari jalannya sendiri menuju ke

kepribadian yang matang dan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang

selalu terjadi pada masa remaja (Sarwono, 2010).

B. RUMUSAN MASALAH

Beradasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan dibahas

antara lain :

1. Apakah yang dimaksud dengan metode belajar ?

2. Bagaimanakah metode belajar diskusi atau tanya jawab ?

3. Bagaimana teknik dalam menggunakan metode belajar tanya jawab ?

4. Apa kelebihan serta kekurangan metode belajar tanya jawab?

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini antara

lain:

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan metode belajar

2. Menjelaskan metode belajar tanya jawab

3. Menjelaskan teknik dalam menggunakan metode belajar tanya jawab

4. Menjelaskan kelebihan serta kekurangan metode belajar tanya jawab

Page 2: Metode Belajar Tanya Jawab

2

D. MANFAAT

Berdasarkan tujuan di atas adapun manfaat makalah ini sebagai berikut:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan metode belajar

2. Mengetahui metode belajar tanya jawab

3. Mengetahui teknik dalam menggunakan metode belajar tanya jawab

4. Mengetahui kelebihan serta kekurangan metode belajar tanya jawa

Page 3: Metode Belajar Tanya Jawab

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian moral

Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Kata

mos jika akan dijadikan kata keterangan atau kata sifat lalu mendapat

perubahan dan belakangannnya, sehingga membiasakan menjadi “morris”

kepada kebiasaan moral dan lain-lain dan moral adalah kata nama sifat dari

kebiasaan moral dan lain-lain, dan moral adalah kata nama sifat dari

kebiasaan itu, yang semula berbunyi moralis. Kata sifat tidak akan berdiri

sendiri dalam kehidupan sehari-hari selalu dihubungkan dengan barang

lain. Begitu pula kata moralis dalam dunia ilmu lalu dihubungkan dengan

scientia dan berbunyi scientis moralis, atau philosophia moralis. Karena

biasanya orag-orang telah mengetahui bahwa pemakaian selalu berhubungan

deangan kata-kata yang mempunyai arti ilmu. Maka untuk mudahnya

disingkat jadi moral.

Moral dapat didefinisikan dengan berbagai cara, Menurut Rogers dan

Baron (dalam Martani, 1995). Moral merupakan suatu standar salah atau

benar bagi seseorang. Hal yang hampir sama dikemukakan oleh oleh Hasan

(2006) bahwa secara umum moral dapat dikatakan sebagai kapasitas untuk

membedakan yang benar dan yang salah, bertindak atas perbedaan tersebut,

dan mendapatkan penghargaan diri ketika melakukan yang benar dan merasa

bersalah atau malu ketika melanggar standar tersebut.

Page 4: Metode Belajar Tanya Jawab

4

Kohlberg (1995) menyatakan bahwa moral adalah bagian dari penalaran,

dan ia pun menamakannya dengan istilah penalaran moral (moral reasoning).

Penalaran moral merefleksikan kemampuan seseorang untuk berpikir

mengenai isu-isu moral dalam situasi kompleks (Rest dalam Kaplan, 2006).

Penalaran moral bukan berkenaan dengan jawaban atas pertanyaan ”apa

yang baik dan buruk” melainkan terkait dengan jawaban atas pertanyaan

mengapa dan bagaimana seseorang sampai pada keputusan bahwa sesuatu

dianggap baik dan buruk (Sarwono, 2010). Penalaran moral berkembang

melalui tahapan tertentu. Tahapan moral ini merupakan salah satu faktor

yang ikut menentukan perilaku moral seseorang (Kohlberg dalam Martani,

1995).

B. Karakteristik moral remaja

Salah satu, tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah

mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian

bersedia membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial /

masyarakat tanpa terus dimbimbing, diawasi, didorong, dan diancam

hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan

mengganti konsep-konsep moral yang berhubungan dan merumuskannya ke

dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.

Michael meringkaskan lima perubahan daasar dalam moral yang harus

dilakukan oleh remaja ( Hurlock alih bahasa Istiwidayanti dan kawan-kawan,

1980 : 225 ) sebagai berikut :

1. Pandangan moral individu makin menjadi lebih abstrak.

2. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa

yang salah. Kejadian muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.

3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih

mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.

4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.

Page 5: Metode Belajar Tanya Jawab

5

5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa

penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan

emosi

Menurut Furter (1965) (dalam Monks, 1984 : 252), kehidupan moral merupakan

probelamatik yang pokok dalam masa remaja. Maka perlu kiranya untuk meninjau

perkembangan moralitas ini mulai dari waktu anak dilahirkan, untuk dapat

memahami mengapa justru pada masa remaja hal tersebut menduduki tempat yang

sangat penting.

Dari hasil penyelidikan-penyelidikannya, Kohlberg mengemukakan enam

tahap ( stadium ) perkembangan moral yang berlaku secara universal dan dalam

urutan tertentu. Ada tiga tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg, yaitu

tingkat :

I. Prakonvensional

II. Konvensional

III. Post-konvensional

Masing-masing tingkat terdiri dari dua tahap sehingga keseluruhan ada enem

tahapan (stadium) yang berkembang secara bertingkat dengan urutan yang tetap.

Tidak setiap orang mencapai tahap terakhir perkembangan moral.

Dalam stadium nol, anak-anak menganggap baik apa yang sesuai dengan

permintaan dan keinginannya. Sesudah stadium ini datanglah :

Tingkat I; parkonvensional, yang terdiri dari stadium 1 dan 2

Pada stadium 1, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Anak

menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya

mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidka

bisa diganggu gugat. Ia harus menurut atau kalau tidak, akan memperoleh

hukuman.

Pada stadium 2, berlaku prinsip Relativistik-Hedonism. Pada tahap ini, anak tidak

lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada diluar dirinya, atau

Page 6: Metode Belajar Tanya Jawab

6

ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian mempunyai

beberapa segi. Jadi, ada relativisme. Relativisme ini aratinya bergantung pada

kebutuhan dan kesanggupan seseorang (Hedonistik). Misalnya mencuri ayam

karena kelaparan. Karena perbuatan “mencuri” untuk memenuhi keburuhannya

(lapar), maka mencuri dianggap sebagai perbuatan yang bermoral, meskipun

perbuatan mencuri itu sendiri diketahui sebgai perbuatan yang salah karena ada

akibatnya, yatu hukuman.

Tingkat II; Konvensional

Stadium 3, menyangkut orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini,

anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatakan

orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang

lain. Masyarakat adalah sumber yang menentukan, apakah perbuatan seseorang

baik atau tidak. Menjadi “anak yang manis” masih sangat penting dalam stadium

ini.

Staduim 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas. Pada

stadium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat

diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkan agar dapat ikut

mempertahankan aturan-aturan atau norma-norma sosial. Jadi perbuatan baik

merupakan kewajiban untuk ikut melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak

timbul kekacauan.

Tingkat III; pasca konvensional

Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan

lingkungan sosial. Pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya

dengan lingkungan sosial, dengan masyrakat. Seseorang harus memperlihatkan

kewajibannya, harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial karena

sebaliknya, lingkungan sosial atau masyarakat akan memberikan perlindungan

kepadanya.

Page 7: Metode Belajar Tanya Jawab

7

Originalitas remaja juga tampak dalam hal ini. Pertama, remaja masih mau diatur

secara ketat oleh hukum-hukum umum yang lebih tinggi. Meskipun disini kata

hati sudah mulai berbicara, namun penilaian-penilaiannya masih belum timbul

dari kata hati yang sudah betul-betul diinternalisasi, yang sering kala tampak

dalam sikap yang kaku.

Stadium 6, tahap ini disebut Prinsip universal. Pada tahap ini ada norma etik

disamping norma pribadi dan subjektif. Dalam hubungan dengan perjanjian antara

seseorang dengan masyrakatnya ada unsur-unsur sujektif yang menilai apakah

sutau perbuatan itu baik atau tidah baik. Subjektivitisme ini berarti ada perbedaan

penilaian antara seseorang dengan orang lain. Dalam hal ini, unsur etika akan

menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan atau sebaliknya. Remaja

mengadakan penginternalisasian moral yaitu remaja melakukan tingkah laku-

tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri. Tingkat

perkembangn moral pasca konvensional harus dicapai selama masa remaja.

Menurut Furter (1965), menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai (Monk’s,

1984 : 257). Mengerti nilai-nilai ini tidak berarti hanya memperoleh pengertian

saja melainkan juga dapat manjalankannya/ mengamalkannya. Hal ini selanjutnya

berarti bahwa remaja sudh dapat menginternalisasikan penilaian-penilaian moral,

menjadikannya sebagai nilai-nilai pribadi. Untuk selanjutnya pengiinternalisasian

nilai-nilai ini akan tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral

Bagi para ahli psikoanalisis perkembangan moral dipandang sebagai

proses internalisasi norma-norma masyarakat dan dipandang sebagai

kematangan dari sudut organik biologis. Menurut psikoanalisi moral dan

nilai menyatu dalam konsep superego. Superego dibentuk melalui jalan

internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah dari luar (khusunya

dari orangtua) sedemikian rupa sehingga akhirnya terpecah dari dalam diri

sendiri. Karena itu orang-orang yang tak mempunyai hubungan yang

Page 8: Metode Belajar Tanya Jawab

8

harmonis dengan orang tuanya di masa kecil kemungkinan besar tidak

mampu mengembangkan superego yang cukup kuat, sehingga mereka bisa

menjadi orang yang sering melanggar norma masyarakat.

Teori-teori lain yang non-psikoanalisis beranggapan bahwa hubungan

anak-orangtua bukan satu-satunya sarana pembentuk moral. Para sosiolog

beranggapan bahwa masyarakat sendiri mempunyai peran penting dalam

pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya

kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri

buat pelanggar-pelanggarnya (Sarlito, 1992 : 92).

Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai

hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memegeng peranana

penting. Di antara segala unsur lingkungan sosial yang berpengaruh, yang

tampaknya sangat penting adalah unsur lingkungan berbentuk manusia yang

langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-

nlai tertentu. Dalam hal ini lingkunagan sosial terdekat yang terutama terdiri

dari mereka yang berfungsi sebagai pendidik atau pembina. Makin jelas

sikap dan sifat lingkunagan terhadap nilai hidup tertentu dan moral mskin

kuat pula pengaruhnya untuk membentuk (atau meniadaka) tingkah laku

yang sesuai.

Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg

menunjukkan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang

diperoleh dari dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan.

Tahap-tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada anak-

anak (Singgih G. 1990:202). Anak memang berkembang melalui interaksi

sosial tapi interaksi ini mempunyai corak yang khusus dimana faktor pribadi,

faktor si anak dalam membentuk aktivitas-aktivitas ikut berperan. Dalam

perkembangan moral, Kohlberg menyatakan adanya tahap-tahap yang

berlangsung sama pada setiap kebudayaan. Penahapan yang dikemukakan

bukan mengenai sikap moral yang khusus, melainkan berlaku pada proses

penalaran yang mendasarinya. Moral yang sifatnya penalaran menurut

Kohlberg, perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan nalar

Page 9: Metode Belajar Tanya Jawab

9

sebagaimana dikemukakan oleh Piaget. Makin tinggi tingkat penalaran

seseorang menurut tahap-tahap perkembangan Piaget, makin tinggi pula

tingkat moral seseorang.

D. Perbedaan individual dalam perkembangan moral

Pengertian moral dan nilai pada anak-anak umur sepuluh atau sebelas

tahun berbeda dengan anak-anak yang lebih tua. Pada anak-anak terdapat

anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlakoleh karena diberikan oleh

orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi (Kohlberg, 1963).

Pengertian mengenal aspek moral pada anak-anak lebih besar, lebih lentur, dan

nisbi. Ia bisa menawar atau mengubah sesuatu aturan kalau disetujui semua orang.

Untuk sebagian remaja serta orang dewasa yang penalarannya terhambat

atau kurang berkembang, tahap perkembangan moralnya ada pada tahap

prakonvensional. Pada tahap ini seseorang belum benar-benar mengenal apalagi

menerima aturan dan harapan masyarakat. Pada tingkatan yang paling awal,

pedoman mereka hanyalah menghindri hukuman. Sedangkan bagi mereka yang

dapat mencapai tingkat kedua sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi

kebutuhan sendiri seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain.

Menurut Kohlberg, faktor kebudayaan mempengaruhi

perkembanganmoral, terdapat berbagai rangsangan yang diterima oleh anak-anak

dan dan ini mempengaruhi tempo perkembangn moral. Bukan saja mengenai

cepat atau lambatnya tahap-tahap perkembangan yang dicapai, melainkan juga

mengenai batas tahap-tahap yang dapat dicapai. Perbedaan seseorang juga dapat

dilihat pada latar belakang kebudayaan tertentu.

Dalam kenyataan sehari-hari selalu saja ada gradasi dalam intensitas

penghayatan dan pengalaman individu mengenai nilai-nilai tertentu, apapun nilai

Page 10: Metode Belajar Tanya Jawab

10

tersebut. Misalnya pemahaman konsep dan nilai tenggang rasa, bila dibandingkan

dengan sikap serta tingkah lakunya dalam kaitannya dengan tenggang rasa,

memungkinkan kita menempatkan individu dalam satu kontinum.

a. Di ujung paling kiri, kita kelompokkan individu yang hampir-hampir

atau sama sekali tidak tahu tentang konsep dan nilai-nilai tenggang

rasa dan karenanya juga tidak bertindak secara benar ditinjau dari

konsep tenggang rasa.

b. Di ujung paling kanan, terdapat individu yang baik pengetahuan

maupun tingkah lakuny, mencerminkan penghayatan nilai tenggang

rasa yang sangat meyakinkan.

Diantara dua ujung yang ekstrem ini, kita kelompokkan individu-

individu yang memiliki berbagai tingkat pemahaman dan yang

memperlihatkan berbagai bentuk tingkah laku, sehingga garis

kontinum itu terisi seluruhnya. Dari kegiatan ini, dapat pula dipahami

bahwa terdaat perbedaan-perbedaan individual dalam pemahaman

nilai-nilai, dan moral-moral sebagai pendukung sikap dan perilakunya.

Jadi, mungkin terjadi individu atau remaja yang tidak mencapai

perkembangan nilai, moral, dan sikap serta tingkah laku yang

diharapkan padanya.

E. Upaya mengembangkan Moral remaja dalam penyelenggaraan

pendidikan

Perwujudan moral tidak terjadi dengan sendirinya. Proses yang dilalui

seseorang dalam pengembangan nilai-nilai hidup tertentu adalah sebuah

proses yang belum seluruhnya dipahami oleh para ahli(Surakhmad,1980:17).

Apa yang terjadi di dalam diri pribadi seseorang hanya dapat didekati

melalui cara-cara tidak langsung, yakni dengan mempelajari gejala dan

tingkah laku seseorang tersebut, maupun membandingkannya dengan gejala

serta tingkah laku orang lain. Di antara proses kejiwaan yang sulit untuk

dipahami adalah proses terjadinya dan terjelmanya nilai-nilai hidup dallam

Page 11: Metode Belajar Tanya Jawab

11

diri individu, yang mungkin didahului oleh pengenalan nilai tersebut, dan

yang kemudian tumbuh di dalam diri seseorang sedemikian rupa kuatnya

sehingga seluruh jalan pikiran, tingkah lakunya, serta sikapnya terhadap

segala sesuatu diluar dirinya, bukan saja diwarnai tetapi juga dijiwai oleh

nilai tersebut.

Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan moral

remaja adalah:

a. Menciptakan komunikasi

Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang

nilai-nilai dan moral. Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa

bagaimana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan norma dan

nilai-nilai moral, tetapi anak-anak harus dirangsang supaya lebih aktif.

Hendaknya ada upaya untu mengikutsertakan remaja dalam beberapa

pembicaraan dan dala pengambilan keputusan keluarga, sedangkan

dalam kelompok sebaya, remaja turut serta secara aktif dalam tanggung

jawab dan penentuan maupun keputusan kelompok.

Di sekolah remaja hendaknya diberi kesempatan berpartisipasi

untuk mengembangkan aspek moral misalnya dalam kerja kelompok,

sehingga dia belajar tidak melakukan sesuatu yang akan merugikan orang

lain karena hal ini tidak sesuai dengan nilai atau norma-norma moral.

Kita mengetahui bahwa nilai-nilai hidup yang dipelajari

memerlukan satu kesempatan untuk diterima dan diresapkan sebelum

menjadi bagian integral dari tingkah laku seseorang. Dan kita ketahui

pula bahwa nilai-nilai hidup yang dipelajari barulah betul-betul

berkembang apabila telah dikaitkan dalam konteks kehidupan bersama.

b. Menciptakan iklim lingkungan yang serasi

Untuk remaja, moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri oleh

karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau

petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri. Pedoman ini juga untuk

menumbuhkan identitas dirinya, menuju kepribadian yang matang dan

Page 12: Metode Belajar Tanya Jawab

12

menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam

masa transisi ini.

Akhirnya perlu diperhatikan bahwa satu lingkungan yang lebih

banyak bersifat mengajak, mengundang, atau memberi kesempatan, akan

lebih efektif daripada lingkungan yang ditandai dengan larangan-

larangan dan peraturan-peraturan yang serba membatasi.

Page 13: Metode Belajar Tanya Jawab

13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode belajar adalah jalan atau cara yang ditempuh pelaku proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Metode Tanya jawab

adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau sebaliknya siswa diberi

kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan-pertanyaan. Ada

beberapa teknik dalam menggunakan metode tanya jawab antara lain The

Mixe Strategy, the Speaks Strategy,the Pleteaus Strategy, the Inductive

Strategy dan the Deductive Strategy. Dalam penggunaannya metode tanya

jawab memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga harus dikolaborasikan

dengan metode belajar yang lain.

B. Saran

Bagi para pembaca diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan

tambahan untuk lebih memahami tentang metode belajar tanya jawab